jurnal mitigasi banjir

21
ABSTRAK Banjir merupakan salah satu bentuk daya rusak air dan merupakan fenomena alam yang terjadi akibat tingginya curah hujan dan tidak cukupnya kapasitas badan air (sungai atau saluran drainase) untuk menampung dan mengalirkan air. Kondisi yang terjadi pada kawasan permukiman Bumi Tamalanrea Permai (BTP), antara lain ditandai dengan genangan air di daerah dataran rendah sebagai fenomena awal terjadinya banjir dimusim hujan. Hal tersebut diperburuk dengan kondisi drainase perumahan masyarakat sekitar yang berdasarkan hasil survey, ditemukan bahwa sebagian besar drainase di kawasan perumahan BTP mengalami sedimentasi serta penyempitan saluran drainase yang berdampak negatif pada kurangnya kapasitas atau volume air yang dapat ditampung oleh drainase tersebut. Pada kawasan perumahan BTP yang sering terjadi banjir adalah di Blok AB, AC, AD, dan AF yang terjadi setiap tahun dengan ketinggian banjir berkisar antara 50cm – 1m yang mengakibatkan rumah-rumah di sekitar Blok tersebut terendam air. Tujuan survey mitigasi bencana banjir ini untuk mencari solusi dan upaya pengendalian banjir Kawasan Perumahan Bumi Tamalanrea Permai (BTP) secara struktural sehingga dampak kerugian akibat bencana banjir dapat diminimalisir. Dalam penentuan alternatif penanggulangan dilakukan analisis spatial wilayah untuk menentukan perencanaan yang sesuai. Kata kunci : Banjir, drainase A. PENDAHULUAN 1

Upload: hartina-aida-alwie

Post on 29-Dec-2014

370 views

Category:

Documents


5 download

DESCRIPTION

Perumahan BTP

TRANSCRIPT

Page 1: Jurnal Mitigasi Banjir

ABSTRAK

Banjir merupakan salah satu bentuk daya rusak air dan merupakan fenomena alam

yang terjadi akibat tingginya curah hujan dan tidak cukupnya kapasitas badan air (sungai

atau saluran drainase) untuk menampung dan mengalirkan air. Kondisi yang terjadi pada

kawasan permukiman Bumi Tamalanrea Permai (BTP), antara lain ditandai dengan

genangan air di daerah dataran rendah sebagai fenomena awal terjadinya banjir dimusim

hujan. Hal tersebut diperburuk dengan kondisi drainase perumahan masyarakat sekitar

yang berdasarkan hasil survey, ditemukan bahwa sebagian besar drainase di kawasan

perumahan BTP mengalami sedimentasi serta penyempitan saluran drainase yang

berdampak negatif pada kurangnya kapasitas atau volume air yang dapat ditampung oleh

drainase tersebut. Pada kawasan perumahan BTP yang sering terjadi banjir adalah di Blok

AB, AC, AD, dan AF yang terjadi setiap tahun dengan ketinggian banjir berkisar antara

50cm – 1m yang mengakibatkan rumah-rumah di sekitar Blok tersebut terendam air.

Tujuan survey mitigasi bencana banjir ini untuk mencari solusi dan upaya

pengendalian banjir Kawasan Perumahan Bumi Tamalanrea Permai (BTP) secara

struktural sehingga dampak kerugian akibat bencana banjir dapat diminimalisir. Dalam

penentuan alternatif penanggulangan dilakukan analisis spatial wilayah untuk

menentukan perencanaan yang sesuai.

Kata kunci : Banjir, drainase

A. PENDAHULUAN

Banjir merupakan suatu fenomena alam. Menurut Kementerian Pekerjaan Umum RI

(Departemen Kimpraswil, 2001), banjir adalah suatu keadaan sungai, dimana aliran air

tidak tertampung oleh palung sungai, sehingga terjadi limpasan, dan atau genangan pada

lahan yang semestinya kering.

Kota Makassar merupakan salah satu Kota yang belum dapat menyelesaikan masalah

banjir yang biasa terjadi. Setiap musim penghujan, beberapa titik-titik lokasi mengalami

genangan air bahkan banjir karna faktor-faktor tertentu. Salah satu lokasi daerah rawan

banjir di Kota Makassar adalah Perumahan Bumi Tamalanrea Permai (BTP), Jalan

Perintis Kemerdekaan VII, Kecamatan Tamalanrea. Banjir tersebut tidak lain disebabkan

oleh beberapa faktor seperti landainya suatu kawasan sehingga menjadikan kawasan

tersebut menjadi tempat pertemuan terakhir dari aliran air yang ada di sekitar kawasan

lain yang lebih tinggi.

1

Page 2: Jurnal Mitigasi Banjir

Sistem jaringan drainase di suatu kawasan permukiman semestinya dirancang untuk

menanampung debit aliran yang normal, terutama pada saat musim hujan. Artinya

kapasitas saluran drainase sudah diperhitungkan untuk dapat menampung debit air yang

terjadi sehingga kawasan tersebut tidak mengalami genangan atau banjir. Jika kapasitas

sistem saluran drainase menurun dikarenakan oleh berbagai sebab maka debit yang

normal sekalipun tidak akan bisa ditampung oleh sistem yang ada. Menurunnya kapasitas

sistem drainase dapat banyak disebabkan karena terdapat endapan, terjadi kerusakan

fisik sistem jaringan, adanya bangunan lain di atas sistem jaringan. Pada waktu-waktu

tertentu saat musim hujan sering terjadi peningkatan debit aliran, atau telah terjadi

peningkatan debit yang dikarenakan oleh berbagai sebab, maka kapasitas sistem yang ada

tidak bisa lagi menampung debit aliran, sehingga mengakibatkan banjir di suatu kawasan.

Sedangkan penyebab meningkatnya debit antara lain, curah hujan yang tinggi di luar

kebiasaan, perubahan tata guna lahan, kerusakan lingkungan pada Daerah Aliran Sungai (

DAS ) disuatu kawasan. Kemudian jika suatu perkotaan atau kawasan terjadi penurunan

kapasitas sistem sekaligus terjadi peningkatan debit aliran, maka banjir akan semakin

meningkat, baik frekuensinya, luasannya, kedalamannya, maupun durasinya.

B. KAJIAN LITERATUR

1. Pengertian banjir

Berdasarkan Pedoman Bahan Konstruksi Bangunan Dan Rekayasa Sipil Tentang

Pengendalian Pemanfaatan Ruang di Kawasan Rawan Bencana Banjir, banjir merupakan

aliran air di permukaan tanah (surface water) yang relative tinggi dan tidak dapat

ditampung oleh saluran drainase atau sungai sehingga melimpah ke kanan dan ke kiri

serta menimbulkan genangan/aliran dalam jumlah yang melebihi normal dan

mengakibatkan kerugian pada manusia dan lingkungan.

Bencana banjir dapat dikategorikan sebagai proses alamiah atau fenomena alam yang

dipicu oleh beberapa faktor penyebab seperti curah hujan, iklim, gemorfologi wilayah,

dan aktivitas manusia yang tidak terkendali dalam mengeksploitasi alam, yang

mengakibatkan kondisi alam dan lingkungan menjadi rusak.

2. Tipologi Kawasan Rawan Banjir

Karakteristik kawasan rawan banjir secara garis besar terbagi menjadi 4 tipe, yaitu:

2

Page 3: Jurnal Mitigasi Banjir

a. Daerah pesisir/pantai; dataran rendah yang elevasi muka tanahnya lebih rendah atau

sama dengan elevasi air laut pasang rata-rata (Mean Sea Level/MSL). Potensi banjir

berasal dari aliran sungai yang bermuara di pantai dan terjadinya pasang air laut.

b. Daerah dataran banjir (foodplain); daerah dataran rendah di kiri dan kanan alur

ysungai, yang elevasi muka tanahnya sangat landai dan relative datar, sehingga aliran

air menuju sungai sangat lambat yang mengakibatkan daerah tersebut rawan terhadap

banjir, baik oleh luapan air sungai maupun karena hujan lokal di daerah tersebut.

c. Daerah sempadan sungai; daerah rawan banjir yang berada sekitar 100m di kiri-kanan

sungai besar, dan 50m di kiri-kanan anak sungai atau sungai kecil.

d. Daerah cekungan; daerah yang relative cukup luas baik di daerah dataran rendah

maupun dataran tinggi (hulu sungai) dapat menjadi daerah rawan banjir, bila

penataan kawasan atau ruang tidak terkendali dan mempunyai sistem drainase yang

kurang memadai. Daerah cekungan yang dilalui sungai, pengelolaan bantaran sungai

harus benar-benar dibudidayakan secara optimal, sehingga bencana dan masalah

banjir dapat dihindarkan.

3. Faktor Penyebab dan Resiko Kawasan Rawan Bencana Banjir

Tabel 1 Faktor Penyebab Kawasan Rawan Bencana Banjir di Daerah cekungan

Faktor Penyebab

Kondisi Alam Peristiwa Alam Aktivitas Manusia

Elevasi muka tanah relative datar terhadap muka air normal sungai/ saluran terdekat;

Kecepatan aluran sungai rendah karena kemiringan dasar saluran yang relative kecil.

Lama dan intensitas hujan tinggi, baik hujan lokal di daerah tersebut hujan di daerah hulu sungai;

Meluapnya air sungai karena kemiringan dasar saluran kecil dan kapasitas aliran sungai tidak memadai;

Sedimentasi, pendangkalan dam penyempitan sungai.

Belum ada pola budidaya dan pengembangan daerah cekungan;

Peruntukan tata ruang kawasan belum memadai dan tidak sesuai;

Sistem drainase tidak memadai; Prasarana pengendali banjir yang

terbatas; Peruntukan tata ruang di daerah

penguasaan sungai (DPS) hulu.

Sumber: Teknik Mitigasi Banjir dan Longsor, 2009

Tabel 2Kriteria Resiko Kawasan Rawan Banjir Cekungan

Faktor PenyebabResiko

Tinggi Sedang Rendah

Kondisi Alam

Topografi Datar & sedikit landau

Landai & agak curah

Curam & berbukit

3

Page 4: Jurnal Mitigasi Banjir

Debit aliran Sungai >50m3/dt >10m3/dt <10m3/dt

Tingkat Permeabilitas Tanah

<10mm/dt >10mm/dt >27,7mm/dt

Muka Air Tanah Tinggi Sedang Dalam

Tingkat Retensi Air Tinggi Sedang Rendah

Peristiwa Alam

Intensitas Curah Hujan

>200mm/th

Aktivitas Manusia

Penyedotan Air Tanah Tidak terkendali Kurang terkendali

Cukup terkendali

Sistem Drainase Buruk Cukup Baik

Pemanfaatan Ruang Melanggar Rencana Tata

Ruang

Melanggar RTRW

Sesuai RTRW

Sumber: Teknik Mitigasi Banjir dan Longsor, 2009

4. Pemanfaatan Ruang Kawasan Rawan Banjir

Tabel 3 Pemanfaatan Ruang Kawasan Rawan Banjir Cekungan

No. Tipologi KRB Pemanfaatan Ruang

Kawasan Lindung Kawasan Budidaya

1 D1Resiko Tinggi

Hutan Lindung Kawasan resapan air Kawasan sekitar danau/waduk,

mata air.

Hutan produksi Hutan rakyat Pertanian Perikanan Perhubungan/pelabuhan

2 D2Resiko Sedang

Hutan Lindung Kawasan bergambut Kawasan resapan air Sempadan sungai Kawasan sekitar

danau/waduk/mata air. Kawasan suaka alam Taman nasional/taman hutan

raya/taman wisata alam

Hutan produksi Hutan rakyat Pertanian Perikanan Perkebunan Perdagangan Industry Pertambangan Permukiman Perhubungan/pelabuhan Pariwisata

3 D3Resiko Rendah

Hutan Lindung Kawasan bergambut Kawasan resapan air Sempadan sungai Kawasan sekitar

danau/waduk/mata air. Kawasan suaka alam Taman nasional/taman hutan

raya/taman wisata alam

Hutan produksi Hutan rakyat Pertanian Perikanan Perkebunan Perdagangan Industry Pertambangan Permukiman Perhubungan/pelabuhan Pariwisata

4

Page 5: Jurnal Mitigasi Banjir

Sumber: Teknik Mitigasi Banjir dan Longsor, 2009

5. Teknik Pengendalian dan Peringatan Dini Bencana Banjir

a. Teknik Pengendalian

Prinsip dasar pengendalian daerah banjir secara teknis dilakukan dilakukan dengan

meningkatkan dimensi palung sungai sehingga aliran air yang lewat tidak melimpah

keluar dari palung sungai. Manajemen yang dapat dilakukan antara lain:

Membuat tanggul sungai yang memadai serta membuat waduk atau tendon air untuk

mengurangi banjir puncak;

Menambah saluran pembuangan air dengan saluran sudetan (banjir kanal atau

floodway).

Pengetatan larangan penggunaan lahan di bantaran sungai untuk bangunan.

Larangan pembuangan sampah ke saluran drainase.

Teknik pengendalian banjir di daerah tangkapan air bertumpu pada penurunan

koefisien limpasan melalui konservasi tanah dan air, yakni:

Upaya peningkatan resapan air hujan yang masuk ke dalam tanah.

Mengendalikan limpasan air permukaan pada pola aliran yang aman.

b. Peringatan Dini Bencana Banjir

Apabila sejak dari hulu sudah ada peringatan maka daerah hilir akan lebih siap

menghadapi banjir, sehingga kerugian dapat dikurangi.

Pada daerah hulu peringatan dini dapat dilakukan dengan:

Menempatkan pengukur hujan di hulu serta menyiapkan akses komunikasi ke

wilayah hilirnya. Apabila dalam sehari besarnya curah hujan mencapai 100mm dan

masih terlihat hujan terlihat hujan turun cukup lama dan mungkin deras (terutama

pada malam hari) maka masyarakat sekitar daerah rawan banjir sudah harus siap

mengungsi atau pindah ke tempat yang lebih tinggi. Informasi ini harus dikirimkan ke

daerah rawan banjir di hilirnya.

Identifikasi jenis material yang terbawa arus banjir. Jika banyak material non tanah

tersangkut aliran air maka cenderung akan terjadi banjir besar. Banyaknya material

nontanah (ranting dan batang pohon) yang tersangkut dapat menunjukkan besarnya

kekuatan air yang mengangkutnya. Dengan demikian bila material yang yang

5

Page 6: Jurnal Mitigasi Banjir

terangkut tersebut banyak maka volume air yang membawanya juga banyak sehingga

dapat diprediksi akan adanya banjir besar.

Melihat dan mengamati kondisi awan dan lamanya hujan. Bila terlihat awan yang

sangat tebal dan hujan yang terus menerus, terutama jika beberapa hari terjadi turun

hujan berurutan, maka bencana banjir akan lebih besar sehingga masyarakat yang

tinggal di daerah rawan banjir diintruksikan agar lebih waspada dan bersiap untuk

pindah ke tempat yang lebih tinggi.

Peringatan dini di hulu tersebut secra berurutan diteruskan ke hilir secara sistematis

dan disempurnakan dengan perkembangan teknologi setempat seperti: penggunaan

system telematri (pengamatan jarak jauh dan tempat waktu), komunikasi via telepon

(radio komunikasi), akses telepon dan via sms setiap warga posko ke Pengendalian banjir

secara baik dan lancar.

6. Pengendalian Pemanfaatan Ruang Kawasan Rawan Banjir (KRB)

Pengelolaan pemanfaatan ruang kawasan rawan banjir dilakukan melalui 3 kegiatan

utama, yaitu:

a. Sistem perjanjian

Kebijakan system perizinan yang dikeluarkan instasnsi pemerintah dalam rangka

pengendalian pemanfaatan ruang, terdiri dari:

1) Izin lokasi; dikeluarkan oleh instansi pemerintah kota/kabupaten. Izin lokasi

untuk kawasan rawan banjir (KRB) dapat dilakukan berdasarkan:

Sesuai dengan rencana pemanfaatan ruang dalam RTRW Kota/Kabupaten;

Sesuai dengan kriteria pemanfaatan ruang untuk KRB;

Memiliki rencana evakuasi (emergency exit plan).

2) Izin Mendirikan Bangunan (IMB)

IMB untuk KRB dapat diberikan berdasarkan:

Sesuai dengan izin lokasi yang telah dikeluarkan oleh instansi Pemda

Kota/kabupaten;

Sesuai dengan kriteria mendirikan bangunan yang telah ditetapkan untuk

KRB;

Memiliki rencana detil engineering yang lengkap, aman, dan sesuai dengan

kriteria mendirikan bangunan di KRB;

Memiliki rencana evakuasi darurat (emergency exit plan).

6

Page 7: Jurnal Mitigasi Banjir

3) Izin Penggunaan Bangunan (IPB)

IPB dapat diberikan berdasarkan:

Sesuai dengan IMB yang relah dikeluarkan oleh instansi Pemda

Kota/kabupaten;

Sesuai dengan kriteria penggunaan bangunan yang ditetapkan untuk KRB;

Memiliki rencana evakuasi darurat (emergency exit plan).

b. Pengawasan

Pengawasan merupakan bagian dari pengendalian pemanfaatan ruang yang

bertujuan untuk mengamati, memeriksa kesesuaian pemanfaatan ruang dengan

rencana tata ruang. Pengawasan terhadap pemanfaatan ruang dapat dilakukan dengan

menggunakan norma, standar, pedoman dan manual bidang penaatan ruang KRB.

Pengawasan perlu dilakukan agar pemanfaatan ruang tidak menyimpang dan

melanggar rencana tata ruang. Penyimpangan terhadap tata ruang KRB dapat

berpotensi menimbulkan bahaya banjir.

Pengawasan terhadap pemanfaatan ruang dapat dilaksanakan oleh lembaga terkait

seperti: lembaga pemerintah (pusat, provinsi, kabupaten/kota),maupun lembaga non

pemerintah (LSM) yang peduli lingkungan.

Tabel 4 Perizinan KRB Cekungan

Tipologi KRBPerizinan

Izin Terbatas Izin Bersyarat Dilarang

Cekungan D1Kawasan Lindung Kawasan Lindung &

sebagian Kegiatan Budidaya

Semua kegiatan budidaya

D2Kawasan Lindung & sebagian Budidaya

Kawasan Lindung & sebagian Kegiatan Budidaya

D3permukiman Kegiatan yg

menyebabkan terjadinya banjir

Sumber: Teknik Mitigasi Banjir dan Longsor, 2009

c. Penertiban

Penertiban dilakukan oleh lembaga terkait pemerintah yang bertujuan untuk

memberikan peringatan, pemberian sanksi sampai pada eksekusi di lapangan

terhadap penyimpangan dan pelanggaran pemanfaatan ruang terhadap rencana tata

ruang KRB yang telah ditetapkan.

7

Page 8: Jurnal Mitigasi Banjir

Penertiban terhadap pemanfaatan ruang KRB meliputi: sanksi administrasi,

denda, dan eksekusi di lapangan. Sanksi tersebut antara lain:

Peringatan tertulis;

Penghentian kegiatan

sementara

Penghentian sementara

pelayanan umum (listrik, air

bersih, telepon,dll);

Penutupan lokasi;

Pencabutan izin;

Pembatalan izin;

Pembongkaran bangunan;

Pemulihan fungsi ruang;

Pidana dan Denda;

7. Sistem Drainase Permukiman

Sistem drainase untuk permukiman padat dapat menggunakan dsistem drainase

perkeerasan yang dapat dibuat menggunakan perkerasan (batu kali, beton dll) atau tanpa

perkerasan. Drainase di komplek permukiman banyak dibuat bersamaan dengan drainase

jalan.

Kriteria Desain

Baik digunakan pada tanah yang

mudah tererosi.

Pada lahan yang terbatas, dapat

digunakan penampang saluran

berbentuk persegi.

Dapat digunakan dengan baik pada

permukiman dengan kepadatan tinggi dan pada lahan dengan kemringan yang

terjal.

Kelebihan/ Keuntungan

Biaya pemeliharaan lebih murah dibandingkan dengan saluran tanpa perkerasan.

Tidak memerlukan lahan yang luas dibandingkan dengan saluran tanpa perkerasan.

Kekurangan/ Keterbatasan

Biaya konstruksi lebih mahal dibandingkan dengan saluran dengan tanpa perkerasan

Kecepatan aliran tinggi, tidak memungkinkan adanya infiltrasi dari saluran, debit

akumulasi runoff tinggi.

8

Gambar 1 Tipikal Drainase dengan

Perkerasan

Page 9: Jurnal Mitigasi Banjir

C. METODE PENELITIAN

Lokasi penelitian dilakukan di Perumahan Bumi Tamalanrea Permai (BTP),

Kelurahan Tamalanrea, Kecamatan Tamalanrea, Kota Makassar. Perumahan

BTP berfungsi sebagai kawasan permukiman. Pemilihan lokasi penelitian

tersebut didasarkan atas pertimbangan bahwa Perumahan BTP merupakan

salah satu lokasi rawan banjir pada setiap musim penghujan. Waktu Penelitian

dilakukan pada bulan Maret-April 2013. Penelitian ini menggunakan metode

penelitian analisis spasial berbasis System Informasi Geografis (SIG) untuk

mengkaji faktor penyebab banjir dan upaya penanggulangannya secara

keruangan.

D. PEMBAHASAN

Perumahan Bumi Tamalanrea Permai terletak di Jalan Perintis Kemerdekaan VII,

Kecamatan Tamalanrea, Kota Makssar. Kawasan rawan banjir di perumahan BTP berada

di BTP blok AC, AD, AE, AF. Secara topografi kawasan rawan banjir yang ada di

Perumahan BTP berbentuk Cekungan yang berada disekitar aliran anak Sungai Tallo.

Kawasan rawan banjir berbentuk cekungan yang dikelilingi dataran yang lebih tinggi

sehingga pada saat hujan limpasan air dipermukaan mengalir ke daerah cekungan

sehingga menimbulkan genangan air bahkan banjir.

Tabel 5

Kawasan

Banjir di BTP

9

Page 10: Jurnal Mitigasi Banjir

Banjir yang terjadi di Perumahan BTP juga disebabkan oleh drainase yang

mengalami sedimentasi. Hal tersebut menyebabkan pengurangan dimensi drainase

sehingga saluran yang ada tidak mampu menampung dan mengalirkan air hujan menuju

ke sungai ataupun ke tempat pengeluaran terakhir.

Pengurangan dimensi drainase disebabkan karena kerusakan fisik jaringan drainase

dan adanya sedimentasi yang disebabkan akibat endapan lumpur, rumput dan sampah.

Sedimentasi mengakibatkan kapasitas sistem saluran drainase menurun sehingga saluran

tidak mampu menampung debit air dalam keadaan normal hingga airtergenang di

permukaan jalan. Keadaan tersebut dapat menjadi ancaman pada waktu-waktu tertentu,

saat musim hujan sering terjadi peningkatan debit aliran maka kapasitas sistem yang ada

tidak bisa lagi menampung debit aliran.

Banjir terjadi apabila hujan yang cukup tinggi dan jatuh tersebar merata di seluruh

kawasan perumahan kemudian air hujan yang ada mengalir mengikuti topografi kawasan

menuju bagian cekungan perumahan. Air hujan tersebut kemudian berubah menjadi

limpasan permukaan yang terkumpul secara cepat pada suatu titik keluaran (outlet) pada

daerah cekungan.

10

Gambar 3 drainase yang mengalami sedimntasi

Gambar 4 dimensi drainase

Page 11: Jurnal Mitigasi Banjir

Jika hujan berlangsung selama 2jam, kawasan cekungan permukiman akan mengalami

banjir hingga mencapai paha orang dewasa atau sekitar ±50cm-1m. Pada saat hujan

deras, hampir 70% bangunan rumah yang di kawasan cekung terendam banjir. Sebagian

masyarakat mengungsi di masjid yang berada tidak jauh dari lokasi permukiman karena

belum tersedia posko pengungsian.

Pada saat mengungsi, masyarakat tidak mendapatkan

bantuan apapun dari pemerintah, bantuan yang ada

datang berasal dari swadaya masyarakat di sekitar

lokasi banjir. Untuk mengantisipasi terjadinya banjir

secara swadaya masyarakat menaikan pondasi rumah

mereka masing-masing untuk mengurangi

kemungkinan air masuk kedalam rumah. Selain itu,

secara swadaya masyarakat menimbun jalan untuk

menaikkan elevasi kawasan.

Kesimpulan dan Rekomendasi

Kawasan permukiman Perumahan BTP berada pada kawasan dengan tipologi dataran

rendah cekungan dengan elevasi lahan rata-rata lebih rendah daripada elevasi muka air

banjir maksimum dengan resiko tinggi terhadap banjir, maka perencanaan pengendalian

pencegahan banjir yang dapat dilakukan antara lain:

a. Pencegahan Banjir

Sarana dan Prasarana

Drainase: normalisasi saluran drainase dan sungai,

Penyediaan: waduk/kolam retensi dan system pompanisasi

Sumur Resapan: Normalisasi sistem

penyerapan secara sederhana dengan membuat

sumur resapan di pekarangan rumah

Sarana Pelengkap Lainnya : Penyediaan peta

daerah rawan banjir, jalur evakuasi, lokasi

tempat penampungan sementara, posko banjir

yang pada musim kemarau juga dapat di

fungsikan sebagai aula, serta penyediaan pos pengawasan ketinggian air.

Vegetasi

11

Gambar 5 Masjid Yang Dijadikan Posko Pengungsian

Warga Saat Banjir

Gambar 6 Sumur Resapan di Pekarangan

Page 12: Jurnal Mitigasi Banjir

Menanam vegetasi berupa tanaman semusim yang mampu meresapkan air, mencegah

erosi dan memiliki nilai estetika seperti veriver dan bamboo. Veriver merupakan jenis

tanaman spesies rumput. Bambu yang dimaksud disini adalah semua jenis bambu

termasuk bambu hias. Kedua tanaman ini selain dapat meresap air dalam volume

yang banyak, tanaman tersebut juga berfungsi sebagai pencegah erosi.

Regulasi:

Melakukan pemanfaatan ruang yang sesuai untuk daerah rawan banjir di kawasan

cekung;

Melakukan pengawasan yang ketat terhadap pemanfaatan ruang di kawasan

rawan banjir dengan melakukan perizinan, pengawasan, penertiban agar sesuai

dengan peruntukan lahan setempat.

Mengurangi aktifitas aspek yang terkait faktor-faktor kerentanan sebagai berikut :

- Posisi jauh-dekatnya permukiman/aktifitas penduduk dari sungai (peraturan

garis sempadan sungai harus diperhatikan).

- Posisi tinggi rendahnya suatu wilayah pada saat melakukan aktifitas

- Perlu dilakukan pemerataan persentase bangunan, sehingga tidak terjadi

bangunan yang terkonsentrasi hanya pada satu wilayah saja.

- Perlu dilakukan penyelamatan terutama pada penduduk usia tua dan balita

- Keselamatan penduduk di sektor rentan seperti pertanian

E. DAFTAR PUSTAKA

Paimin, dkk. 2009. Teknik Mitigisi Banjir dan Tanah Longsor. Trapenbos

International Indonesia Programme.

Arahan Pengendalian Pemanfaatan Ruang di Kawasan Rawan Bencana Banjir

(Kawasan Budidaya - Tipologi - Dataran Rendah Cekungan)

12

Page 13: Jurnal Mitigasi Banjir

Lampiran Peta:

13

Page 14: Jurnal Mitigasi Banjir

14