jurnal keefektifan teknik role playing

Upload: saifulqodri

Post on 29-Feb-2016

7 views

Category:

Documents


0 download

DESCRIPTION

bimbingan dan konseling

TRANSCRIPT

KEEFEKTIFAN TEKNIK ROLE PLAYING UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN BERBICARA DI DEPAN KELAS

PESERTA DIDIK KELAS VIII SMP

( Penelitian Pada Peserta Didik Kelas VIII SMP N 3 Sukoharjo Tahun Ajaran 2014/2015)Asrowi dan Saiful QodriProgram Studi Bimbingan dan Konseling, FKIP Univesritas Sebelas Maret Surakarta---------------------------------------------------------------------------------------------------------------------ABSTRACT: The purpose of this research and development is to improve the ability to speak in front of the class, the results of this study are books implementation of role playing techniques to improve the ability to speak in front of the class. Implementation of research and development is an adaptation of the concept of research and development Borg and Gall. Kegitatan research and development activities through a preliminary study, planning and initial product, validity concept test, practical test, the final product, and effectiveness limited test. Product test subject is two experts from counseling and three teachers Guidance and Counseling. The validity concept test and practical test using the assessment validity test and practical test, the data is then used to measure the feasibility of the product. The effectiveness limited test subjects were 31 students of class VIII SMP 3 Sukoharjo. Data collection techniques in effectiveness limited test using questionnaires ability to speak in front of the class. The data were analyzed by t-test using SPSS 19. The results of validity concept of implementations book role playing techniques to improve the ability to speak in front of the class, get the feasibility assessment of each expert by 77.86% and 79.95%, in order to obtain an average of 78.91%. Test results with practitioners gain feasibility assessment of each practitioner of 81.88%, 82.11%, and 78.76%, in order to obtain an average of 80.92%. Analysis of data on the limited effectiveness test showed that thitung=5,604 and ttabel= 1,697 with a significance level of 0.05, then the decision Ho is rejected and Ha accepted. It is known that there are differences in the ability to speak in front of the class significantly between before and after treatment. Conclusion The results of this study are role playing techniques is effective to improve the ability to speak in front of the class. This means that products such as books implementation of role playing techniques to improve the ability to speak in front of the class has met the feasibility criteria based on validity concept test and practically test proven to be effective to improve the ability to speak in front of a class of students of class VIII SMP.

Keywords: development, implementation, ability to speak in front of the class, group counseling, role playing techniques, class VIII students of SMP. PENDAHULUANBimbingan dan konseling merupakan bagian penting dalam lembaga pendidikan dalam membantu perkembangan peserta didik khususnya dalam layanan yang bersifat psikologis. Bimbingan dan Konseling sebagai salah satu sub-bidang dari bidang pembinaan di sekolah memiliki fungsi spesial bila dibandingkan dengan sub-bidang lain, meskipun semua sub-bidang tersebut merupakan pelayanan khusus kepada peserta didik. Sebagaimana merupakan layanan yang berkenaan dengan ranah psikologis, fungsi spesial dari pelayanan Bimbingan dan Konseling memiliki corak pelayanan yang bersifat psikis atau mental. Peranan Bimbingan dan Konseling di sekolah untuk mengembangkan diri dan potensi peserta didik secara optimal menuntut pelaksanaan Bimbingan dan Konseling di sekolah secara efektif dan efisien serta pembinaan dan pengembangan sesuai dengan ketentuan dan pedoman yang berlaku. Dapat dijelaskan bahwa Bimbingan dan Konseling memiliki posisi sentral dalam sekolah dilihat dari rentang usia peserta didik sekolah diantara umur 7-18 tahun, dimana peserta didik masih membutuhkan bantuan dalam proses pendewasaan diri dan pengembangan potensi yang dimiliki.

Remaja merupakan masa transisi antara masa anak-anak menuju kedewasaan, Hurlock menjelaskan masa remaja sebagai masa penuh kegoncangan, pencarian identitas diri dan merupakan periode yang paling berat (1993). kegoncangan ini ditunjukan sebagai perubahan baik fisik, emosional, maupun sosial. Perubahan tersebut berakibat pada peningkatan kebutuhan remaja itu sendiri. Perubahan kebutuhan dari remaja tersebut dapat diketahui dari tugas-tugas perkembangan masa remaja, salah satu tugas perkembangan sebagaimana dinyatakan oleh Havighurst dalam Panut, (2005:23) belajar bergaul dengan kelompok anak-anak wanita dan anak-anak laki-laki. Dalam belajar bergaul dengan orang lain diperlukan cara berbicara yang baik, berbicara merupakan aktivitas yang sangat penting dalam kehidupan, sebab melalui sebuah aktivitas berbicara seseorang mampu berkomunikasi dengan manusia yang lainnya.

Senada dengan pernyataan Deddy Mulyana, (2008:14) bahwa salah satu alasan individu melakukan komunikasi adalah untuk menunjukkan keeksistensinya. Dimaksudkan bahwa keinginan remaja untuk berkomunikasi sebagai jalan untuk dapat bergaul dan mulai belajar untuk menempatkan dirinya di masyarakat, pentingnya kemampuan berbicara yang baik sangat dibutuhkan oleh remaja kaitannya dalam menjaga interaksi yang baik di masyarakat.

Remaja merupakan makhluk sosial, pentingnya kemampuan berbicara yang baik di depan umum sangat dibutuhkan oleh remaja. Dalam bergaul dengan teman dan lawan jenis, cara berpakaian, komunikasi, dan cara bicara yang baik menunjukan bagaimana kepribadian remaja tersebut. Melalui kegiatan komunikasi, peserta didik mendapatkan wawasan serta pengetahuan yang dapat membentuk kepribadian dari remaja itu sendiri yang selanjutnya membentuk bagaimana karakter dari peserta didik tersebut. Sangat jelas bahwa kemampuan bicara yang baik dibutuhkan pada pembentukan kepribadian seseorang remaja kaitannya dengan pencarian dan pengembangan jatidiri remaja.Pada kenyataan yang sering terjadi di masyarakat remaja sering mengalami hambatan dalam berbicara dengan orang lain, Berbicara bagi remaja merupakan aktivitas yang sulit, pada dasarnya berbicara tidak sekedar mengeluarkan kata dan bunyi-bunyi tetapi juga bagaimana penyusunan gagasan yang sesuai agar dapat dimengerti oleh pendengar. Berdasarkan wawancara terhadap guru Bimbingan dan Konseling Sekolah Menengah Pertama di Sukoharjo, diketahui masih banyak peserta didik yang masih merasa malu-malu dan takut ketika berbicara di depan kelas. Hasil studi pendahuluan menunjukkan sebanyak 32% atau sejumlah 32 peserta didik memiliki kemampuan berbicara kategori tinggi, kategori sedang 37% atau sejumlah 37 peserta didik dan pada kategori rendah 31% dari jumlah siswa yaitu 31 peserta didik. Peranan Bimbingan dan Konseling di sekolah untuk mengembangkan diri dan potensi peserta didik secara optimal menuntut pelaksanaan Bimbingan dan Konseling di sekolah secara efektif dan efisien serta pembinaan dan pengembangan sesuai dengan ketentuan dan pedoman yang berlaku. Dapat disimpulkan bahwa Bimbingan dan Konseling memiliki posisi sentral dalam sekolah dilihat dari rentang usia peserta didik sekolah diantara umur 7-18 tahun, dimana peserta didik masih membutuhkan bantuan dalam proses pengembangan potensi yang dimiliki.Berkaitan dengan penjelasan tersebut, dirasa peneliti bahwa Bimbingan dan Konseling merupakan bidang yang tepat dalam mengembangkan kemampuan berbicara peserta didik sebagai remaja di sekolah.

Sebagai bidang yang bergerak dalam ranah psikologis, Bimbingan dan Konseling memiliki peran penting dalam membantu peserta didik untuk dapat mengembangkan potensi yang dimiliki termasuk dalam memberikan bantuan untuk membantu peserta didik mengembangkan kemampuan berbicara yang bertujuan untuk memberikan kesempatan bagi peserta didik untuk mampu secara mandiri mengaktualisasikan dirinya di masyarakat. Salah satu upaya yang dapat dilakukan oleh konselor untuk membantu peserta didik tersebut dengan melaksanakan layanan bimbingan kelompok. Menurut Tohirin (2009) Bimbingan Kelompok merupakan salah satu cara memberikan bantuan (bimbingan) kepada individu (peserta didik) melalui kegiatan kelompok. Pada bimbingan kelompok dinamika sosial diwujudkan sebagai sarana untuk pembahasan dan pemecahan masalah yang terjadi diantara peserta didik. Topik-topik permasalahan dibahas secara bersama dengan konselor sebagai pembimbing jalannya bimbingan kelompok untuk memecahkan permasalahan secara bersama melalui dinamika sosial yang intens dan konstruktif. Tarigan dalam Suhartono (2005) berpendapat bahwa berbicara secara umum dapat diartikan suatu penyampaian maksud (ide, pikiran, gagasan, atau isi hati) seseorang kepada orang lain dengan menggunakan bahasa lisan sehingga maksud tersebut dapat dipahami oleh orang lain. Pernyataan tersebut berimplikasi pada kemampuan berbicara peserta didik di depan umum dipengaruhi oleh intensitas dan kebiasaan berbicara peserta didik. Teknik Role Playing merupakan teknik bimbingan kelompok dimana peserta didik diberikan kesempatan untuk mendramatisasikan tingkah laku, ungkapan, serta gerak-gerik wajah sesuai pada hubungan sosial antar manusia. Melalui teknik role playing peserta didik yang memiliki masalah yang sama khususnya tentang kelemahan pada kemampuan berbicara dikumpulkan dan secara bersama-sama memecahkan permasalahan yang terjadi dari masing-masing, Prayitno (2004) bahwa, Dalam pelaksanaan layanan bimbingan dan konseling melalui pendekatan kelompok ada 2 jenis kelompok yang dapat dikembangkan yaitu kelompok bebas dan kelompok tugas. Penelitian ini menggunakan layanan bimbingan dengan kelompok tugas, dimana permasalahan atau topik yang akan dibahas dalam kelompok nanti ditentukan oleh pemimpin kelompok. Pemimpin kelompok akan memegang kendali seluruhnya dalam bimbingan kelompok, dimaksudkan bahwa konselor berperan untuk mengarahkan jalannya kegiatan bimbingan kelompok yang akan dilaksanakan bukan menjadi penggerak utama dimana anggota dalam hal ini adalah anggota kelompok lah yang berperan utama sebagai penggerak kegiatan bimbingan kelompok.

Pemeranan yang baik oleh peserta didik dapat dicapai jika melalui tahap-tahap pelaksanaan bimbingan kelompok dengan teknik role playing yang terstruktur dan jelas. Uno Hamzah (2007) menyebutkan 9 tahap-tahap dalam pelaksanaan role playing, yaitu : 1) Pemanasan (warming up); 2) Memilih peran; 3) Menyiapkan pengamat; 4) Menata panggung; 5) Memainkan peran; 6) Diskusi dan evaluasi; 7) Memainkan peran ulang; 8) Diskusi dan Evaluasi tahap dua; 9) Kesimpulan dan saran. Melalui penerapan tahap-tahap pelaksanaan yang baik serta diangkatnya tema untuk naskah teknik role playing dari aspek-aspek kemampuan berbicara di depan kelas, diharapkan dapat membantu peserta didik untuk memandirikan dirinya dalam berkomunikasi serta mendorong dirinya dalam mengungkapkan perasaan, pikiran, persepsi, wawasan, dan sikap dalam mengaktualisasikan dirinya di masyarakat khususnya di sekolah.

METODOLOGI PENELITIANPenelitian tentang implementasi teknik role playing untuk meningkatkan kemampuan berbicara di depan kelas ini merupakan penelitian pengembangan (Research and Development). Sugiyono (2009:297) menjelaskan bahwa metode penelitian dan pengembangan adalah metode penelitian yang digunakan untuk menghasilkan produk tertentu, dan menguji keefektifan produk tersebut. Sedangkan menurut Nana Syaodih (2007:164) penelitian pengembangan merupakan jenis penelitian yang memiliki proses atau prosedur yang bertujuan untuk mengembangkan suatu produk baru atau menyempurnakan produk yang telah ada dan dapat di pertanggungjawabkan. Modul implementasi teknik role playing ini digunakan sebagai suplemen bagi guru untuk meningkatkan kemampuan berbicara di depan kelas, sebelum modul yang akan dibuat dapat digunakan ke masyarakat umum, modul tersebut harus teruji baik validitas maupun konseptualnya. Lebih lanjut, Sugiyono juga menerangkan bahwa untuk dapat menghasilkan produk tertentu digunakan penelitian yang bersifat analisis kebutuhan dan untuk menguji keefektifan produk tersebut supaya dapat berfungsi di masyarakat luas. Adapun tahap-tahap penelitian pengembangan yang dijelaskan oleh Borg dan Gall (dalam Emzir, 2012:270) yaitu (1)penelitian dan pengumpulan informasi; (2)perencanaan produk; (3)pengembangan bentuk awal produk; (4)uji lapangan awal, (5)revisi produk, (6)uji lapangan utama, (7)revisi produk operasional, (8)uji lapangan operasional, (9)revisi produk akhir, (10)diseminasi dan implementasi. Pada pengembangan modul implementasi teknik role playing ini dilakukan sesuai langkah-langkah diatas dengan beberapa penyederhanaan sebagai berikut : Pertama, dilakukan dengan melakukan penghimpunan data berkaitan dengan analisis kebutuhan (need assesment). Pengumpulan informasi dilakukan dengan studi pendahuluan berupa angket yang ditujukan kepada peserta didik dan melakukan angket dan wawancara.

Tujuan dari studi pendahuluan ini adalah untuk mengetahui gambaran keadaan nyata dalam dari subjek yang menjadi sasaran penelitian, selain itu studi pendahuluan juga digunakan untuk menemukan fakta-fakta empirik yang menunjukan terjadinya permasalahan yang dapat mendukung penelitian, saran-saran dalam kaitannya pengembangan modul yang sesuai dengan kenyataan lapangan, serta dilakukan studi literatur tentang penelitian yang terkait, teori-teori dan konsep-konsep yang mendukung dalam implementasi produk.

Kedua, Setelah penghimpunan data dari studi pendahuluan dan sudah terkumpul, dilakukan perancangan produk berupa modul implementasi teknik role playing dengan pengembangan dari studi literatur yang relevan yang disesuaikan dengan hasil analisisa kebutuhan yang telah dilakukan pada studi pendahuluan. Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam perencanaan modul ini adalah perencanaan subjek dan lokasi uji efektifitas terbatas, dan instrumen-instrumen yang diperlukan, instrumen yang diperlukan berupa instrumen pengamatan dan pengukuran hasil.

Ketiga, dilakukan pembuatan awal produk yaitu rancangan modul implementasi teknik role playing yang sesuai rancangan awal agar dapat memperoleh hasil produk yang baik. Materi modul mencakup pada aspek kebahasaan dan non kebahasaan dengan pelaksanaan role playing bernuansa sosial, modul disusun berdasarkan tiga tahapan proses berpikir, yaitu pembentukan konsep, intepretasi konsep, dan aplikasi prinsip. Pengembangan modul, disusun dengan struktur (a) sampul, (b) kata pengantar, (c) daftar isi, dan (d) isi modul terdiri dari 3 bagian yang terdiri dari materi I berupa konsep kemampuan berbicara, materi II berisi tentang pelaksanaan teknik role playing, materi III berisi tentang topik-topik yang akan di angkat dalam pelaksanaan role playing untuk membantu Guru Bimbingan dan Konseling dalam mempermudah pelaksanaan teknik role playing dalam membantu meningkatkan kemampuan berbicara di depan kelas.

Keempat, Melakukan uji validitas konsep dan Uji Kepraktisan. Uji validitas konsep dilakukan oleh ahli bimbingan (expert judgement). Uji Validitas Konsep dilaksanakan untuk melakukan validasi modul sebagai pedoman dalam pemberian layanan.Untuk melakukan uji validitas terhadap modul, maka rumus yang digunakan dalam analisis hasil uji produk digunakan rumus P , dapat dijelaskan bahwa hasil dari uji ahli disimbolkan dengan P, sedangkan adalah jumlah total skor jawaban responden, dan adalah jumlah total skor ideal.

Kelima, Melakukan uji efektifitas terbatas. Pada penelitian ini setelah produk selesai dilakukan revisi, selanjutnya produk diuji efektifitas dalam kelompok terbatas dengan cara merencanakan terlebih dahulu pada subjek uji efektifitas terbatas dalam hal ini adalah peserta didik yang memiliki kemampuan berbicara kurang dari hasil studi pendahuluan. Selain itu pada uji efektifitas terbatas dilakukan refleksi yang bertujuan untuk perbaikan produk sehingga diketahui tingkat kelayakan isi dan operasional.

HASIL DAN PEMBAHASANHasil studi pendahuluan yang dilakukan menunjukan bahwa subjek kebutuhan kemampuan berbicara di depan kelas masih termasuk dalam kategori kurang. Hasil wawancara yang telah dilakukan kepada Guru BK di salah satu Sekolah Menengah Pertama di Sukoharjo ditemukan antara lain: a)belum adanya pemberian layanan bagi Guru BK dalam peningkatan kemampuan berbicara di depan kelas; b)kegiatan peningkatan yang dilakukan masih terbatas pada pelaksanaan diskusi dan pelatihan pidato oleh guru mata pelajaran; c)belum ada materi yang khusus disediakan bagi peningkatan kemampuan berbicara di depan kelas; d) serta kemauan dari peserta didik untuk meningkatkan kemampuan berbicara di depan kelas masih lemah. Pada studi pendahuluan yang telah dilakukan menggunakan instrument angket, diberikan kepada 93 peserta didik. Angket terdiri dari 20 item dengan pilihan 4 jawaban yang memiliki skala nilai 1,2,3, dan 4. Perhitungan dari hasil angket menunjukkan bahwa sejumlah 31 peserta didik dengan presentase 33,33% berada pada kategori kemampuan kemampuan berbicara rendah. Sejumlah 37 peserta didik dengan presentase 39,78% berada pada kategori kemampuan kemampuan berbicara kategori sedang dan 25 peserta didik dengan presentase 26,88% berada pada kategori kemampuan berbicara tinggi dengan nilai rata-rata 58 dan standar deviasi 11.096.Berdasarkan studi di lapangan, studi literatur, dan diskusi dengan ahli dan praktisi dalam Bimbingan dan Konseling menunjukkan bahwa modul mengenai layanan bimbingan kelompok teknik role playing dapat dikembangkan dan diterapkan.

Modul implementasi teknik role playing berorientasi pada dinamika kelompok dalam menemukan cara untuk berani berbicara di depan kelas, menunjukkan sikap percaya diri berbicara di depan kelas, sikap menghargai, saling terbuka, dan percaya dalam berbicara di depan kelas sehingga menjadi salah satu alternatif untuk meningkatkan kemampuan berbicara di depan kelas.

Uji Validitas konsep dilakukan dalam mengembangkan produk awal yang telah dibuat. Penelitian ini melibatkan dua orang ahli dari bidang Bimbingan dan Konseling yaitu Dr.Wagimin, M.Pd. dan Drs. Ahmad Syamsuri,M.Pd. Hasil penilaian ahli pertama 77,87%, dan ahli kedua 79,95%. Rata-rata dari dua penilaian tersebut adalah 78,91 %. Hasil rata-rata kemudian dicocokkan dengan tabel interval kelayakan produk didapat bahwa nilai 78,91% berada pada kategori baik/cukup layak untuk digunakan.Uji praktisi dilakukan dengan meminta penilaian kepada subyek praktisi implementasi teknik role playing yang sedang dikembangkan yaitu Guru Bimbingan dan Konseling (BK). Penilaian dilakukan oleh 3 guru Bimbingan dan Konseling di SMP Negeri 1 Weru yang ditunjuk oleh koordinator BK. Uji praktisi juga dilakukan oleh praktisi bimbingan yaitu guru BK di SMP Negeri I Weru Sukoharjo antara lain Saimin,S.Pd, Wiwik Tri Widyastuti,S.Pd, dan Sri Suwarni, S.Pd. Hasil Penilaian praktisi pertama diperoleh prosentasi nilai 81,88%, praktisi kedua 82,11%, dan praktisi ketiga 78,76%. Rata-rata dari tiga penilaian tersebut adalah 80,92%. Hasil rata-rata kemudian dicocokkan dengan tabel interval kelayakan produk didapat bahwa nilai 80,92% berada pada kategori sangat baik atau layak untuk digunakan. Kesimpulan hasil uji praktisi modul implementasi teknik role playing untuk meningkatkan kemampuan berbicara di depan kelas sebagai produk I dinyatakan sangat baik dan layak digunakan. Hasil perbaikan produk I ini dikonsultasikan lagi kepada dosen pembimbing untuk selanjutnya menjadi produk II yang siap digunakan dalam uji efektivitas terbatas.

Modul yang telah direvisi sesuai dengan masukan dan saran para ahli dan praktisi kemudian dilakukan uji efektifitas terbatas pada subjek peserta didik yang termasuk dalam kategori kemampuan berbicara rendah berjumlah 31 peserta didik, dengan demikian hanya ada satu kelompok penelitian yang akan diberikan treatment.

Uji efektifitas terbatas dalam penelitian ini menggunakan metode one group pretest-posttest design. Kelompok eksperimen diberikan angket sebelum treatment dan sesudah treatment dilakukan, data yang diperoleh kemudian dianalisis menggunakan Paired Sampels Test. Berdasarkan penilaian pretest dan postest yang telah dilakukan, diperoleh prosentase hasil pretest nilai terendah 42,24 dan nilai tertinggi 72,41 dengan rata-rata 61.7068 dan standar deviasi 7,46519. Sedangkan pada hasil posttest nilai terendah 60,34 dan nilai tertinggi 80.17 dengan prosentase rata-rata 70,4948 dan standar deviasi 5,36801. Berdasarkan hasil pretest dan posttest dapat diketahui adanya peningkatan nilai rata-rata sebesar 8.79% dari nilai rata-rata pretest. Dari hasil t-test diperoleh thitung 5,064 dan ttabel 1,697 dengan signifikansi sebesar 0,000 dengan harga signifikansi ttabel yaitu 5,604 > 1,697 maka ho ditolak dan ha diterima. Hal ini menunjukkan bahwa ada perbedaan kemampuan berbicara di depan kelas antara sebelum diberikan perlakuan pada hasil pretest dan sesudah hasil sesudah diberikan perlakuan yaitu pada hasil posttest. Dari keputusan di atas, dapat disimpulkan bahwa Implementasi Teknik Role Playing efektif untuk meningkatkan kemampuan berbicara di depan kelas peserta didik kelas VIII Sekolah Menengah Pertama.

KESIMPULAN DAN SARAN

Penelitian dan pengembangan produk berupa modul implementasi teknik role playing untuk meningkatkan kemampuan berbicara di depan kelas VIII peserta didik SMP di Sukoharjo telah dilakukan. Proses yang dilakukan dalam menghasilkan produk tersebut sebagai berikut:1. Melakukan studi pendahuluan yang terdiri atas studi lapangan dan studi literatur disimpulkan bahwa modul implementasi teknik role playing diperlukan untuk meningkatkan kemampuan berbicara di depan kelas. Hasil studi pendahuluan tersebut digunakan sebagai dasar dalam penyusunan produk. Produk tersebut kemudian divalidasi dengan dilakukan uji ahli dan praktisi untuk mengetahui kelayakan produk.

2. Hasil uji ahli produk disimpulkan bahwa produk baik dan cukup layak digunakan. Produk disempurnakan dengan dilakukan perbaikan dan saran yang diberikan oleh ahli. Selanjutnya, hasil perbaikan produk awal ini menjadi produk II.3. Hasil uji praktisi disimpulkan bahwa produk layak digunakan. Menurut hasil penilaian guru Bimbingan dan Konseling di SMP Negeri 1 Weru sebagai praktisi yang menilai produk disimpulkan bahwa bentuk, isi, dan cara penggunaan produk telah sesuai dengan kriteria pengembangan produk. Produk disempurnakan dengan melakukan perbaikan-perbaikan yang diberikan oleh praktisi. Hasil perbaikan produk II ini selanjutnya menjadi produk akhir yang siap untuk dilakukan uji efektifitas terbatas.4. Uji efektifitas terbatas produk dilakukan pada 31 Peserta didik kelas VIII SMP di Sukoharjo yang termasuk pada kategori rendah sebagai subyek uji coba, disimpulkan bahwa modul implementasi teknik role playing efektif untuk meningkatkan kemampuan berbicara di depan kelas peserta didik kelas VIII SMP.Implikasi penelitian dan pengembangan modul implementasi teknik role playing untuk meningkatkan kemampuan berbicara di depan kelas peserta didik kelas VIII bagi kepala sekolah, guru Bimbingan dan Konseling, dan peserta didik kelas VIII SMP adalah:1. Bagi lembaga khususnya SMP, hasil penelitian pengembangan berimplikasi dalam memberikan bukti nyata tentang urgensi pengembangan modul implementasi teknik role playing untuk meningkatkan kemampuan berbicara peserta didik kelas VIII. 2. Bagi guru Bimbingan dan Konseling, penelitian dan pengembangan modul implementasi teknik role playing untuk meningkatkan kemampuan berbicara di depan kelas peserta didik kelas VIII SMP ini memberikan gambaran kepada guru Bimbingan dan Konseling akan pentingnya pemberian layanan bimbingan kelompok serta menyediakan sumber dan media dalam menunjang pemberian layanan bimbingan kelompok kepada peserta didik untuk meningkatkan kemampuan berbicara di depan kelas.

3. Bagi peserta didik, penelitian dan pengembangan ini membantu meningkatkan kemampuan berbicara di depan kelas pada peserta didik kelas VIII, dimaksudkan bahwa peningkatan ini tidak dapat secara instan meningkat tetapi peningkatan dapat berjalan secara bertahap. Hasil produk berupa modul implementasi teknik role playing untuk meningkatakan kemampuan berbicara di depan kelas peserta didik kelas VIII digunakan sebagai penunjang dalam meningkatkan kemampuan berbicara di depan kelas.DAFTAR PUSTAKA

Agustiani, Hendriati. (2009). Psikologi Perkembangan (Pendekatan Ekologi Kaitannya dengan Konsep Diri dan Penyesuaian Diri pada Remaja). PT Refika Aditama, Bandung.

Djamarah, Azwan Zain. (2010). Strategi Belajar Mengajar. Jakarta : Rineka CiptaDjiwandono, Sri Esti Wuryani. (2005). Psikologi Pendidikan. Jakarta : Grasindo.

E.B. Hurlock. (1993). Psikologi Perkembangan Edisi ke-5. Jakarta : Erlangga. Emzir. (2012). Metodologi Penelitian Pendidikan. Jakarta: PT Raja Grafindo.

Hartinah, Siti. (2008). Perkembangan Peserta Didik. Bandung: PT Refika Aditama.

Hendrikus, Dori Wuwur. (1991). Retorika. Jakarta: Rajawali Pers.Hidayati. (2004). Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial di Sekolah Dasar. Yogyakarta: UNY

Latipun. (2006). Psikologi Eksperimen. Malang: UMM Press Universitas.

Maidar G. Arsjad dan Mukti U.S.(1991). Pembinaan Kemampuan Berbicara Bahasa Indonesia Cetakan ke-2. Jakarta: Erlangga

Mulyana, Deddy,( 2008), Ilmu Komunikasi : Suatu Pengantar, Jakarta: PT.Remaja Rosdakarya.

Nana Syaodih Sukmadinata. (2005). Landasan Psikologi Proses Pendidkan. Bandung: PT Remaja Rosdakarya.

Nurihsan, Juntika Ahmad. (2006). Bimbingan dan konseling dalam Berbagai Latar Belakang Kehidupan, Bandung : Refika Aditama.

Panuju, Panut & Umami, Ida. (2005). Psikologi Remaja. Yogyakarta : PT.Tiara Wacana

Prayitno. (2004). Layanan Bimbingan Kelompok dan Konseling Kelompok. Padang: FIP Universitas Negeri Padang.

Sugihartono. (2006). Psikologi Pendidikan. Yogyakarta : UNYSugiyono. (2009). Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif dan R&D, Bandung : Alfabeta

Tarigan, Henry Guntur. (2008). Berbicara, Bandung: Angkasa.

Tohirin. (2009). Bimbingan dan Konseling Di Sekolah Dan Madrasah (Berbasis Integritasi). Jakarta : Rajawali Press

Wibowo, Mungin Eddy. (2005). Konseling Kelompok Perkembangan. Semarang: UNNES Press.