jurnal karies gigi pada anak

Upload: yock-headshooter

Post on 15-Oct-2015

466 views

Category:

Documents


3 download

DESCRIPTION

jurnal karies gigi pada anak

TRANSCRIPT

  • 5/25/2018 jurnal karies gigi pada anak

    1/11

    1

    PENGARUH PENDIDIKAN KESEHATAN GOSOK GIGI DENGAN METODE

    PERMAINAN SIMULASI ULAR TANGGA TERHADAP PERUBAHAN PENGETAHUAN,

    SIKAP, DAN APLIKASI TINDAKAN GOSOK GIGI ANAK USIA SEKOLAH DI SD

    WILAYAH PARON NGAWI

    (The effect of health education using modi fi ed snake ladders simulation game methods towards

    toothbrushings knowledge, attitude, and action application changes for school age children)

    Ernita Kurnia Sari, Elida Ulfiana, Praba Dian

    Program Studi S1 Ilmu Keperawatan Fakultas Keperawatan Universitas AirlanggaKampus C Mulyorejo Surabaya 60115 Telp. (031)5913752, 5913754, Fax.(031)5913257

    Email: [email protected]

    ABSTRACT

    Introduction: Toothbrushing is an important activity to prevent teeth and mouth diseases, butchildren behaviour towards it is still low. One of methods to improve the children toothbrushingbehaviour is by giving a health education. The aim of this experiment is to found out the effect of

    health education using modified snake ladders simulation game methods towards toothbrushingsknowledge, attitude, and action application changes for school age children. Methods: The designused in this study was quasi-experimental design. The samples were gathered by using purposivesampling method consisted of 38 respondents based on the inclusion criteria which were dividedinto control and experimental groups. The independent variable was health education using

    modified snake ladders simulation game methods and the dependent variables were knowledge,attitude, and action application in toothbrushing. The data were analyzed by using Wilcoxon

    Signed Rank Test and Mann Whitney U Test with significance of = 0.05. Resul t and Analysis:The results showed that there were enhancement for knowledge (p=0.000), attitude (p=0.001), andaction application of toothbrushing (p=0.000) for post-intervention toward the experimental

    group. These data were strengthened by the result of Mann Whitney U Test statistical analysis thatshowed the significant differences for knowledge (p=0.002), attitude (p=0.026), and action

    application of toothbrushing (p=0.001). Discussion: It can be concluded that toothbrushing healtheducation using modified snake ladders simulation game methods effected the toothbrushingsknowledge, attitude, and action application changes for school age children. The suggestion for thefurther experiment is to give regular health education using snake ladders simulation gamemethods with addition of observation for action of toothbrushing at home to obtain more accurateresult.

    Keywords: Health education, Education method, Toothbrushing

    PENDAHULUAN

    Usia sekolah merupakan usia pentingdalam pertumbuhan dan perkembangan fisikanak. Periode ini juga disebut sebagai periodekritis karena pada masa ini anak mulai

    mengembangkan kebiasaan yang biasanyacenderung menetap sampai dewasa(Hariyanti, 2008). Salah satunya adalahkebiasaan menjaga kebersihan gigi danmulut. Menurut Sondang (2008) perilakuanak Indonesia di dalam menjaga kesehatan

    rongga mulut masih rendah. Perawatan gigidianggap tidak terlalu penting, padahalmanfaatnya sangat vital dalam menunjang

    kesehatan dan penampilan (Pratiwi, 2007).

    Perilaku tersebut timbul karena kurangnyapengetahuan anak mengenai pentingnyapemeliharaan gigi dan mulut, sehinggamereka mengabaikan kebersihan gigi danmulut. Hal ini, menjadi penyebab timbulnya

    masalah kesehatan gigi dan mulut yangsering terjadi pada anak usia sekolah(Fankari, 2004).

    Hasil Riset Kesehatan Daerah(RISKESDAS) tahun 2007 oleh DepartemenKesehatan RI menunjukkan prevalensi anak

    yang mengalami masalah kesehatan gigi danmulut berdasarkan karakteristik umur adalah5-9 tahun sebesar 21,6%, umur 10-14 tahun

  • 5/25/2018 jurnal karies gigi pada anak

    2/11

    2

    sebesar 20,6% dan terjadi di pedesaansebesar 24,4 %.Berdasarkan pengambilandata awal di Puskesmas Paron pada tanggal11 April 2012, laporan kunjungan pasien gigidi Puskesmas Paron pada bulan Januari-Maret 2012, diketahui anak usia sekolah yangmelakukan perawatan dan pengobatan gigisebanyak 24% dari 287 pengunjungPuskesmas. Rincian anak usia sekolah yangmelakukan perawatan dan pengobatan gigiadalah sebagai berikut: 26 anak usia 6-7tahun, 27 anak usia 7-8 tahun, 21 anak usia8-9 tahun, 13 anak usia 9-10 tahun, 7 anakusia 10-11 tahun, dan 6 anak usia 11-12tahun. Hasil pengambilan data awal di SDNDawu 2 pada tanggal 13 April 2012, siswakelas 2 yang berjumlah 20 orang, 80% siswa

    menyatakan belum tahu cara menggosok gigiyang benar, 95% siswa mempunyai gigiberlubang, dan 55% siswa menggosok gigi 2kali dalam sehari yaitu pada waktu mandipagi dan sore. Hasil pengambilan data awal

    di SDN Gelung 3 pada tanggal 8 Mei 2011,siswa kelas 2 yang berjumlah 20 siswa, 80%menyatakan belum tahu cara menggosok gigiyang benar, 80% siswa mempunyai gigiberlubang, dan 60% siswa menggosok gigi 2

    kali dalam sehari yaitu pada waktu mandipagi dan sore.

    Masa kanak-kanak pertengahan 6-12tahun sering disebut sebagai masa-masa yangrawan, karena pada masa itulah gigi susumulai tanggal satu persatu dan gigi permanenpertama mulai tumbuh (usia 6-8 tahun).

    Dengan adanya variasi gigi susu dan gigipermanen bersama-sama di dalam mulut,

    menandai masa gigi campuran pada anak.Gigi yang baru tumbuh tersebut belummatang sehingga rentan terhadap kerusakan(Darwita, 2011). Oleh karena itu, gigipermanen yang tumbuh hanya satu kali

    dalam seumur hidup harus dijaga, dirawatdan dipelihara dengan baik supaya terhindardari masalah gigi. Menjaga kebersihan gigiharus dilakukan setiap hari sehingga gigi danmulut bersih dari sisa-sisa makanan yang bisa

    menyebabkan kerusakan gigi. Kerusakan gigipada anak bisa menyebakan gangguanmasalah pertumbuhan dan perkembanganpada anak akibat kekurangan gizi. Rasa sakitpada gigi dan mulut akan menurunkan seleramakan anak dan pemecahan makanan di

    dalam mulut tidak sempurna sehinggapenyerapan nutrisi yang dibutuhkan olehtubuh akan terganggu (Cahyati, 2008).

    Upaya pemeliharaan kesehatan gigidan mulut sebaiknya dilakukan sejak usiadini. Peran sekolah sangat diperlukan dalamproses menciptakan kebiasaan menyikat gigipada anak. Usia sekolah dasar merupakansaat ideal untuk melatih kemampuan motorikseorang anak, termasuk menyikat gigi(Riyanti & Saptarini, 2012). Perkembanganmotorik halus dan kasar semakin menuju kearah kemajuan. Oleh karena itu anak lebihdapat diajarkan cara memelihara kesehatangigi dan mulut secara lebih rinci, sehinggaakan menimbulkan rasa tanggung jawab akankebersihan dirinya sendiri (Riyanti, 2005).Respons atau perilaku adaptasi seseorangterhadap perubahan atau kemunduran,menurut teori adaptasi Roy, bergantung pada

    stimulus yang masuk dan tingkat ataukemampuan adaptasi orang tersebut. Tingkatatau kemampuan adaptasi seseorangditentukan oleh 3 hal, yaitu masukan (input),kontrol, efektor, dan keluaran (output) (Blue,

    1986). Menurut Thomson (2003), perilakutidak bisa dipelajari dalam semalam, tetapisecara bertahap selama bertahun-tahunseiring dengan pertumbuhan anak. Anak padamasa usia sekolah sangat aktif mempelajari

    apa saja yang ada di lingkungannya, sehinggadorongan untuk mengetahui dan berbuat

    terhadap lingkungannya sangat besar. Olehkarena itu anak mudah di bimbing,diarahkan, dan ditanamkan kebiasaan yangbaik. Berdasarkan teori perkembangankognitif dari piaget, kemampuan intelektual

    anak usia 6-12 sudah cukup untuk menjadidasar diberikannya berbagai kecakapan yang

    dapat mengembangkan pola pikir atau dayanalarnya (Yusuf, 2011). Sehingga diharapkanpengetahuan itu akan menimbulkankesadaran mereka, dan akhirnya membuatmereka berperilaku sesuai dengan

    pengetahuan yang dimilikinya (Notoatmodjo,2007). Salah satu stimulus yang dapatdigunakan dalam pemberian pendidikankesehatan anak adalah metode permainansimulasi. Metode permainan dipilih karena

    proses belajar akan lebih aktif dan lebihmenyenangkan jika digabungkan denganpermainan (Rusli dan Gondhoyoewono,2012). Berdasarkan informasi yang diperolehdari kepala sekolah SDN Dawu 2 dan SDNGelung 3 pendidikan kesehatan gosok gigi

    dengan metode permainan simulasi belumpernah diberikan oleh guru ataupun petugaskesehatan setempat sehingga peneliti tertarik

  • 5/25/2018 jurnal karies gigi pada anak

    3/11

    3

    untuk melakukan penelitian di 2 SDNtersebut.

    BAHAN DAN METODE

    Desain penelitian yang digunakanadalah Quasy-Experimental denganrancangan penelitian pre-post test controlgroup design. Sampel pada penelitian iniadalah siswa kelas 2 SDN Dawu 2 Ngawidan SDN Gelung 3 Ngawi. Sampel diambilsesuai dengan kriteria inklusi yang telahditentukan, dengan jumlah sampel sebanyak38 anak. Penelitian ini menggunakanpurposive sampling. Penguji membagikelompok perlakuan dan kelompok kontrolmelalui sistem undian, karena penguji

    menggunakan 2 sekolah dalam penelitianini, namun siswa dalam kelas yang dijadikansampel merupakan kelompok yang homogen.Penelitian dilakukan selama bulan Mei s.dJuni 2012. Variabel independen dalam

    penelitian ini adalah pendidikan kesehatandengan metode permainan simulasi ulartangga, sedangkan variabel dependen dalampenelitian ini adalah pengetahuan, sikap, danaplikasi tindakan gosok gigi. Instrument yang

    digunakan dalam penelitian ini adalah papanpermainan ular tangga yang telah

    dimodifikasi, alat peraga berupa pantom gigi,dan kuesioner (pengetahuan, sikap, danaplikasi tindakan gosok gigi). Instrumen yangdigunakan untuk mengukur pengetahuan

    tentang gosok gigi adalah kuisioner jenisclosed ended multiple choice questionnaireyang dimodifikasi dari skripsi Putra (2007),berisi 15 pertanyaan. Instrumen yangdigunakan untuk mengukur sikap gosok gigiadalah kuesioner dengan skala likert denganpenilaian favorable dan unfavorable.Kuesioner terdiri dari 11 soal yangdimodifikasi dari Chairana (2002). Instrumenyang digunakan untuk mengukur aplikasitindakan adalah kuisioner yang diadapatasidari Kemp&Walters (2004), berisi 13langkah menggosok gigi. Data yang telahdikumpulkan kemudian dioleh dan dianalisisdengan menggunakan uji statistik WilcoxonSign Rank Test (uji komparasi 2 sampelberpasangan) dengan derajat kemaknaan p

    0,05 dan uji statistik Mann Whitney U Test(uji komparasi 2 sampel bebas/independen)dengan derajat kemaknaan p0,05.

    HASIL

    Pada bagian ini akan disajikan hasilpenelitian yang menunjukkan pengaruhpendidikan kesehatan dengan metodepermainan simulasi ular tangga dalam

    meningkatkan pengetahuan, sikap, danaplikasi tindakan gosok gigi anak usia

    sekolah di SDN Dawu 2 Ngawi.

    Tabel 1. Perubahan Pengetahuan Responden Sebelum dan Setelah Diberikan Pendidikan Kesehatandengan Metode Permainan Simulasi Ular Tangga

    Pengetahuan K. Perl akuan K. Kontrol

    Pre Test Post Test Pre Test Post Test

    % % % %

    Baik 10 52,7 17 89,5 5 26,3 10 52,6

    Cukup 7 36,8 2 10,5 13 68,4 5 26,3

    Kurang 2 10,5 0 0 1 5,3 4 21,1

    Total 19 100 19 100 19 100 19 100

    Tabel 2. Perubahan Sikap Responden Sebelum dan Setelah Diberikan Pendidikan Kesehatandengan Metode Permainan Simulasi Ular Tangga

    Sikap K. Perl akuan K. Kontrol

    Pre Test Post Test Pre Test Post Test

    % % % %

    Positif 11 57,9 10 52,6 7 36,8 10 52,6

    Negatif 8 42,1 9 47,4 12 63,2 9 47,4Total 19 100 19 100 19 100 19 100

  • 5/25/2018 jurnal karies gigi pada anak

    4/11

    4

    Tabel 3. Perubahan Aplikasi Tindakan Gosok Gigi Responden Sebelum dan Setelah DiberikanPendidikan Kesehatan dengan Metode Permainan Simulasi Ular Tangga

    Aplikasi

    Tindakan

    Gosok Gigi

    K. Perl akuan K. Kontrol

    Pre Test Post Test Pre Test Post Test

    % % % %Baik 4 21,1 15 78,9 9 47,4 10 52,6

    Cukup 8 42,1 4 21,1 8 42,1 9 47,4

    Kurang 7 36,8 0 0 2 10,5 0 0

    Total 19 100 19 100 19 100 19 100

    Tabel 4. Hasil Uji Statistik pada Variabel Penelitian

    No. UjiK. Perlakuan K. Kontrol

    Z p Z p

    1 Pengetahuan

    Wilcoxon Signed Rank Test -3.554 0,000 -0.431 0,666

    Mann-Whitney U Test Z= -3,007 p= 0,002

    2 Sikap

    Wilcoxon Signed Rank Test -3.431 0,001 -1.455 0,146

    Mann-Whitney U Test Z= -2,229 p= 0,025

    3 ApliKASI Tindakan Gosok Gigi

    Wilcoxon Signed Rank Test -3.638 0,000 -0.632 0,527

    Mann-Whitney U Test Z= -3,260 p= 0,001

    Pada semua variabel di kelompokperlakuan diketahui hasil uji statistikmenggunakan Wilcoxon Signed Rank Test

    nilai sig (2-tailed) menunjukkan nilai

    p=0,000 untuk pengetahuan, p=0,001 untuksikap, dan p=0,000 untuk aplikasi tindakangosok gigi, berarti semua nilai p < 0,05maka HI diterima artinya pendidikankesehatan dengan metode permainansimulasi ular tangga berpengaruh terhadap

    perubahan pengetahuan, sikap, dan aplikasitindakan gosok gigi pada anak usia sekolah.

    Hasil uji statistik menggunakan Mann-Whitney U Test nilai sig (2-tailed) adalahp=0,002 untuk pengetahuan, p=0,025 untuk

    sikap, dan p=0,001 untuk aplikasi tindakan

    gosok gigi, berarti semua nilai p < 0,05sehingga H1 diterima. Hal tersebutmenunjukkan bahwa terdapat perbedaanpengetahuan, sikap, dan aplikasi tindakangosok gigi anak pada kelompok perlakuanyang diberikan pendidikan kesehatan denganmetode permainan simulasi ular tangga dankelompok kontrol yang tidak diberikanpendidikan kesehatan dengan metodepermainan simulasi ular tangga.

    PEMBAHASAN

    Pada tingkat pengetahuan sebelum

    diberikan Tingkat pengetahuan responden

    kelompok perlakuan sebelum dilakukanintervensi berupa pendidikan kesehatandengan metode permainan simulasi ulartangga mayoritas responden memilikipengetahuan baik (10 anak), sebagian kecilberada pada pengetahuan cukup (7 anak) dan

    kurang (2 anak). Hal ini menunjukkan bahwasebagian besar responden masih mengingat

    informasi yang diberikan kepadanya daripihak sekolah ataupun puskesmas. Setelahdiberikan pendidikan kesehatan gosok gigi

    dengan metode permainan simulasi ular

    tangga tingkat pengetahuan responden yangbaik bertambah menjadi 17 anak, dansebagian kecil responden pengetahuannyacukup menjadi 2 anak. Hasil analisis statistikmenggunakan uji wilcoxon signed rank testmenunjukkan pendidikan kesehatan gosokgigi dengan metode permainan simulasi ulartangga dapat meningkatan pengetahuangosok gigi pada responden kelompokperlakuan.

    Pengetahuan merupakan hasil daritahu dan ini terjadi setelah orang melakukanpengindraan terhadap suatu objek tertentu.Pengindraan terjadi melalui panca indra

  • 5/25/2018 jurnal karies gigi pada anak

    5/11

    5

    manusia, yakni indra penglihatan,pendengaran, penciuman, rasa dan raba.Sebagian besar pengetahuan manusiadiperoleh melalui mata dan telinga(Notoatmodjo, 2007). Saat memainkanpermainan ular tangga, indra yang digunakanselain mata adalah telinga. Respondenmembaca pertanyaan atau perintah danmelihat gambar yang terdapat pada gambaryang terdapat di dalam ular tangga,disamping itu pemain membaca lembarjawaban yang sesuai dengan perintah ataupertanyaan yang diperoleh untuk melihatkebenaran dari jawaban pemain sertamemberikan penjelasan kepada respondenlain tentang materi gosok gigi. Harapan yangdiinginkan adalah responden menjadi tertarik

    untuk mempelajari informasi yang tergambardan tertulis dalam media permainan ulartangga sehingga terjadi peningkatanpengetahuan pada responden tentang materigosok gigi.

    Menurut Green (1999) pengetahuandipengaruhi oleh faktor predisposisi, yaitustatus ekonomi, umur, jenis kelamin, dansusunan dalam keluarga. Berdasarakan teoritersebut salah satu faktor yang

    mempengaruhi pengetahuan adalah umur.Umur mempengaruhi terhadap daya tangkap

    dan pola pikir seseorang. Semakin bertambahumur akan semakin berkembang pula dayatangkap dan pola pikirnya, sehinggapengetahuan yang diperolehnya semakinmembaik (Notoatmodjo, 2003). Berdasarkan

    teori tersebut, perubahan pengetahuan dapatterjadi karena responden yang terpilih dalam

    penelitian ini adalah siswa kelas 2 yangberumur 7 dan 8 tahun, dimana anak usia 7-11 tahun secara tahap perkembangan sudahmemasuki tahapan cara berpikir logis, masukakal, dan semakin tersosialisasi (mampu

    mempertimbangkan sudut pandang orang lainyang berbeda dan sudut pandang merekasendiri). Hal ini mengakibatkan terjadinyapeningkatan nilai post test pada kelompokperlakuan.

    Pada kelompok kontrol, sebagianbesar responden mendapatkan informasitentang gosok gigi dari televisi, sekolah danpuskesmas dengan metode ceramah.Informasi yang mereka dapat belum dapatmeningkatkan penetahuan sebagian

    responden di akhir penelitian. Respondenyang nilainya meningkat pada saat post testberjumlah 7 anak, responden dengan nilai

    post test menurun ada 7 anak, dan respondendengan nilai post test tetap ada 5 anak.Berdasarkan hasil analisis menggunakanwilcoxon signed rank test diperoleh hasiltidak terjadi peningkatan pengetahuan gosokgigi pada kelompok kontrol. MenurutAffandi (2003) menyatakan bahwakemampuan seseorang untuk mengingatinformasi penting, meningkat lebih tinggibila ia mempelajari materi dengan metodetertulis (bacaan) karena dengan membaca(bacaan) kemampuan mengingat akanmeningkat 72% sesudah 3 jam. Kelompokkontrol memperoleh informasi denganmetode ceramah sehingga ada kemungkinaninformasi yang diberikan tidak sampai padasasaran apabila responden tidak

    memperhatikan penjelasan dari secarasungguh-sungguh. Menurut Affandi (2003)hafalan itu akan hilang lenyap bila yangdihafalkan itu tidak fungsional dan tidaklangsung dipergunakan atau dimanfaatkan

    dalam kehidupan sehari-hari.Sebelum diberikan pendidikan

    kesehatan pada kelompok perlakuan,responden mayoritas memunyai sikap yangpositif sebanyak 11 anak. setelah diberikan

    intervensi, terjadi perubahan sikap sehinggaresponden yang memiliki sikap positif

    berkurang menjadi 10 anak. Mayoritasresponden memiliki sikap positif, dansebagian besar responden mengaamipeningkatan nilai sikap pada saat post test.Hal ini, diperkuat dengan hasil analisis

    statistik menggunakan uji wilcoxon signedrank test yang menunjukkan pendidikan

    kesehatan gosok gigi dengan metodepermainan simulasi ular tangga dapatmeningkatan nilai sikap gosok gigi padaresponden kelompok perlakuan.

    Sikap positif yang dimaksud oleh

    peneliti adalah responden memiliki pendapatyang sesuai kriteria peneliti yaitu: respondenyakin akan pentingnya menggosok gigi,melakukan gosok gigi pada waktu yang tepatdengan menggunakan alat gosok gigi yang

    sesuai, menghindari hal-hal yang dapatmerusak kesehatan gigi, menjaga pola makanyang dapat menyehatkan gigi, dan maumelakukan perawatan gigi apabilamengalami sakit gigi. Responden yang masihmempunyai sikap negatif di akhir penelitian,

    bisa disebabkan karena interpretasi merekadengan pertanyaan sikap yang kurang tepat.

  • 5/25/2018 jurnal karies gigi pada anak

    6/11

    6

    Nilai sikap responden setelahdiberikan pendidikan kesehatan mayoritasmenjadi meningkat dikarenakan respondenyang berusis 7-8 tahun sudah bisamenangkap seluruh hal positif yang merekadapatkan dari intervensi, setelah pengetahuanmereka cukup, emosional mereka bereaksidengan stimulus yang ada. Selain itu,Pendidikan kesehatan dengan metodepermainan simulasi ular tangga diharapkanmampu membangun suatu kepercayaansehingga siswa memiliki sikap positif dalamberperilaku sehat. Responden yang bersikapnegatif mampu mengubah sikapnya menjadipositif setelah diberikan intervensidipengaruhi oleh: pemberian informasitentang menggosok gigi yang disampaikan

    dengan jelas, sehingga mampumempengaruhi emosional responden.Pernyataan-pernyataan sikap yang diberikanpeneliti kepada responden juga harus mampumenstimulasi kepercayaan responden.

    Sikap adalah tingkatan kedua dalamperilaku. Menurut Bloom yang dikutip olehNotoatmodjo (2003) mengungkapkan bahwaorang akan mengubah sikap, jika ia mampumengubah komponen kognitif terlebih

    dahulu. Informasi yang disampaikan dalampermainan ular tangga memberikan pengaruh

    pada pengetahuan atau kemampuan kognitifseseorang. Adanya informasi baru mengenaigosok gigi yang terdpat pada permainan ualrtangga yang telah dimodifikasi dapatmemberikan landasan kognitif baru bagi

    terbentuknya sikap gosok gigi padaresponden. Informasi tentang gosok gigi

    membawa pesan sugestif sehingga dapatmemberikan dasar yang cukup kuat dalammenilai suatu hal dan membentuk suatu sikaptertentu. Akibatnya terjadi peningkatan nilaisikap pada kelompok perlakuan.

    Pengetahuan seseorang tentangsesuatu obyek juga mengandung dua aspekyaitu aspek positif dan negatif. Kedua aspekinilah yang akhirnya akan menentukan sikapseseorang terhadap obyek tertentu. Semakin

    banyak aspek positif dari obyek yangdiketahui, akan menumbuhkan sikap makinpositif terhadap obyek tersebut. Namunseseorang yang berpengetahuan baik tidakmenjamin akan mempunyai sikap yangpositif. Selain itu seseorang dalam

    menentukan sikap yang utuh, pengetahuan,pikiran, keyakinan dan emosi memegangperanan penting (Notoatmojo, 2007).

    Pada penelitian ini intervensipermainan simulasi ular tangga diberikansebanyak 4 kali. Menurut Triandis (1971)dalam Azwar (2009) informasi yang diterimaseorang subjek untuk berpengaruh pada suatuperubahan sikap membutuhkan pengulanganagar terjadi proses dan pemahaman dalamdiri subjek. Middle Cook (1974) mengatakanadanya pengulangan pesan dapat membantuperubahan sikap (Azwar, 2009). Menurutteori tersebut setelah diberikan informasisecara berulang-ulang responden akanmemahami informasi tersebut sehinggaresponden bisa menentukan sikap yang sesuaitentang gosok gigi.

    Pada kelompok kontrol, respondenyang menunjukkan sikap positif pada saatpre

    test sebanyak 12 anak, sedangkan respondenyang menunjukkan nilai sikap positif padasaat post test sebanyak 10 anak, akan tetapisebagian besar responden mengalamipenurunan nilai post test yaitu 10 anak,

    responden yang mengalami peningkatan nilaisebanyak 5 anak , dan responden dengan nilaitetap sebanyak 4 anak. Penurunan nilai sikapdipengaruhi oleh komponen kognitif ataupengetahuan siswa yang kurang sehingga

    mempengaruhi persepsi siswa mengenaigosok gigi. Persepsi yang negatif akan

    mempengaruhi komponen sikap selanjutnyayaitu komponen afektif (komponenemosional). Kelompok kontrol tidakmengalami peningkatan nilai pengetahuanpada saat dilakukan post test, hal ini

    mengakibatkan tidak adanya peningkatannilai sikap pada responden. Tidak hanya

    pengetahuan saja yang memberikan pengaruhterhadap perubahan sikap, namun perasaansetuju dan tidak setuju responden terhadapsuatu pernyataan juga memberikan pengaruh.Hasil uji statistik menggunakan wilcoxon

    signed rank test diperoleh hasil tidak terjadipeningkatan nilai sikap gosok gigi padakelompok kontrol.

    Sebelum diberikan pendidikankesehatan dengan metode permainan simulasi

    ular tangga sebagian besar respondenmemiliki tingkat aplikasi tindakan cukup (8anak), sebagian kecil memiliki tingkataplikasi tindakan kurang (7 anak), dansisanya memiliki tingkat aplikasi tindakanbaik (4 anak). Setelah diberikan pendidikan

    kesehatan dengan metode permainan simulasiular tangga sebagian besar respondenmemiliki kriteria tindakan baik (15 anak) dan

  • 5/25/2018 jurnal karies gigi pada anak

    7/11

    7

    sisanya memiliki kriteria cukup. Hasilanalisis statistik menggunakan wilcoxonsigned rank test menunjukkan pendidikankesehatan gosok gigi dengan metodepermainan simulasi ular tangga dapatmeningkatkan nilai aplikasi tindakan gosokgigi pada responden kelompok perlakuan.

    Pengetahuan atau kognitifmerupakan domain penting untukterbentuknya tindakan seseorang(Nototmodjo, 2007). Pada perilaku yangdidasari oleh pengetahuan akan lebihlanggeng daripada perilaku yang tidakdidasari oleh pengetahuan. Pada kelompokkontrol tidak diberikan pendidikan kesehatangosok gigi dengan metode permainansimulasi ular tangga sehingga responden

    tidak memperoleh informasi tentang caramenggosok gigi yang baik dan benar.Informasi tersebut akan menjadi acuan dalammelakukan aplikasi tindakan gosok gigi.Sehingga responden tidak mengalami

    penurunan nilai sikap pada saat post test.Hasil uji statistik menggunakan wilcoxon

    signed rank test diperoleh hasil tidak terjadipeningkatan nilai aplikasi tindakan gosokgigi pada kelompok kontrol.

    Peningkatnya rasa tanggung jawabterhadap tugas sekolah dan tugas di rumah

    akan lebih terlihat pada anak usia sekolah (6-12 tahun). Perkembangan motorik halus dankasar semakin menuju ke arah kemajuan.Oleh karena itu anak lebih dapat diajarkancara memelihara kesehatan gigi dan mulut

    secara lebih rinci, sehingga akanmenimbulkan rasa tanggung jawab akan

    kebersihan dirinya sendiri (Riyanti, 2005).Separuh responden penelitian sudahmelakukan tindakan gosok gigi secaramandiri tanpa harus diperintah oleh orang tuamereka, walaupun separuh dari responden

    masih ada yang diperintah orang tua merekaketika melakukan kegiatan menggosok gigi.Peningkatan perilaku tersebut jika didasaridengan pengetahuan dan penerapan dalambentuk sikap dan tindakan yang positif dapat

    bertahan lama (Darwita, 2011). Setelahdiberikan pengetahuan tentang caramenggosok gigi yang baik dan benar, seiringdengan berjalannya waktu responden yangmasih diperintah untuk melakukan kegiatanmenggosok gigi akan bisa melakukan

    kegiatan tersebut secara mandiri.Penyakit gigi dan mulut terutamakaries sering terjadi pada anak usia sekolah.

    Salah satu penyebab terjadinya karies adalahpola makan atau diet. Anak-anak sangat sukamakanan yang lunak dan mengandung gula,hal ini meningkatkan resiko terjadinya karieslebih besar dibandingkan anak yang memilikipola makan makanan yang berserat(Budisuari, 2010). Sebagian besar respondenkelompok perlakuakan makan makananmanis dalam sehari sebanyak satu kali,artinya mereka mempunyai resiko untukterkena karies. Kebiasaan menggosok gigijuga dapat mempengaruhi berat ringannyakaries. Anak yang menggosok gigimempunyai kecenderungan terjadinya karieslebih ringan dibandingkan yang tidakmenggosok gigi (Budisuari, 2010).Responden kelompok perlakuan sudah

    melakukan kegiatan menggosok gigi dua kalidalam sehari bahkan ada juga yangmenggosok gigi tiga atau empat kali sehari,namun ada beberapa responden yang masihmenggosok gigi satu kali dalam sehari.

    Perubahan perilaku membutuhkansuatu proses, yaitu perubahan pengetahuan,perubahan sikap, dan perubahan tindakan(aplikasi tindakan). Menurut Roy dalamGalbreath (1990) proses adaptasi perilaku

    melalui tahapan input, control processes,effector, dan output. Input yang diberikan

    berupa pendidikan kesehatan gosok gigidengan metode permainan simulasi ulartangga, kemudian diproses melalui sistemregulator (sistem limbik menghasilkankoping yang positif) dan kognator (proses

    pembelajaran melalui media permainansimulasi ular tangga). Pengetahuan yang

    diperoleh responden akan diolah menuruttahapan pembelajaran kognitif yaitu asimilasi(penyerapan informasi baru tentang gosokgigi ke dalam skema yang telah ada, skemamerupakan suatu struktur mental seseorang di

    mana dia secara intelektul beradaptasi denganlingkungannya), akomodasi (membentukskema baru yang cocok dengan rangsanganinformasi tentang gosok gigi ataumemodifikasi skema yang telah ada sehingga

    cocok dengan rangsangan informasi tentanggosok gigi), dan equlibrasi (keseimbanganantara asimilasi dan akomodasi sehinggaterjadi peningkatan pengetahuan respondententang gosok gigi). Koping positif danequilibrasi menghasilkan persepsi yang

    positif yang menyebabkan peningkatanpengetahuan, sikap yang positif, dan aplikasi

  • 5/25/2018 jurnal karies gigi pada anak

    8/11

    8

    tindakan gosok gigi yang benar pada anakusia sekolah.

    Responden kelompok perlakuanberumur 7-8 tahun. Pada usia ini daya pikiranak sudah berkembang ke arah berpikirkonkret dan rasional. Umur sangatmempengaruhi perilaku seseorang juga bisamempengaruhi terhadap daya tangkap danpola pikir seseorang. Kemampuan kognitifpada masa ini sudah cukup untuk menjadidasar unruk diberikannyan berbagaikecakapan yang dapat meningkatkan dayapikirnya. Sehingga setelah diberikanintervensi dengan metode permainan simulasiular tangga responden mengalamipeningkatan pengetahuan. Hasil uji statistikmann whitney u test menunjukkan terdapat

    perbedaan signifikan nilai pengetahuanresponden padapost test, hal ini dapat dilihatdari mean masing-masing kelompokbahwamean kelompok perlakuan yang nilainya87,05 lebih tinggi daripada mean kelompok

    kontrol yang nilainya 73,95. Sehingga dapatdisimpulkan bahwa pendidikan kesehatangosok gigi dengan metode permainansimulasi lebih efektif dalam meningkatkanpengetahuan daripada metode ceramah.

    Sikap merupakan reaksi ataupunrespon yang masih tertutup terhadap suatu

    stimulus ataupun objek, adanyakecenderungan untuk bertingkah laku danberinteraksi terhadap suatu objek yang ada dilingkunganya (Notoatmodjo, 2007).Komponenen pembentuk sikap menurut

    Alport (1954) dalam Notoatmodjo (2007),yaitu kepercayaan, ide dan konsep suatu

    subjek, kehidupan emosional atau evaluasiterhadap suatu objek, dan kecenderunganuntuk bertindak. Hasil uji statistik mannwhitney u test menunjukkan terdapatperbedaan signifikan nilai sikap responden

    padapost test, hal ini dapat dilihat dari meanmasing-masing kelompok bahwa meankelompok perlakuan yang nilainya 50 lebihtinggi daripada mean kelompok kontrol yangnilainya 49,58. Sehingga dapat disimpulkan

    bahwa pendidikan kesehatan gosok gigidengan metode permainan simulasi lebihefektif dalam meningkatkan sikap daripadametode ceramah.

    Menurut Notoadmodjo (2007) suatusikap belum otomatis terwujud dalam suatu

    tindakan (overt behavior) untuk mewujudkansikap menjadi suatu perbuatan yang nyatadiperlukan faktor pendukung atau situasi

    yang memungkinkan antara lain fasilitas danfaktor dukungan (support) yaitu tindakan.Menurut Notoatmodjo (2003) setelah orangmengetahui stimulus atau objek, kemudianmengadakan penilaian atau pendapatterhadap apa yang diketahuinya, prosesselanjutnya diharapkan dia akan mampumelakukan atau mempraktikkan apa yangdiketahuinya. Pemberian pengalaman yangbersumber dari pengetahuan, makadiharapkan praktik/tindakan yang sudahdiadopsi tetap terpelihara. Tindakan dalampenelitian ini berupa aplikasi tindakanmenggosok gigi. Hasil uji statistik mannwhitney u test menunjukkan terdapatperbedaan signifikan nilai pengetahuanresponden padapost test, hal ini dapat dilihat

    dari mean masing-masing kelompokbahwamean kelompok perlakuan yang nilainya88,16 lebih tinggi daripada mean kelompokkontrol yang nilainya 73,21. Sehingga dapatdisimpulkan bahwa pendidikan kesehatan

    gosok gigi dengan metode permainansimulasi lebih efektif dalam meningkatkanaplikasi tindakan gosok gigi daripada metodeceramah.

    Perilaku hidup sehat anak tentang

    gosok gigi harus terus terpelihara. Upayauntuk memelihara perilaku tersebut

    memerlukan dukungan dari berbagai pihak,seperti pihak sekolah, orang tua, dan petugaskesehatan di wilayah tersebut. UsahaKesehatan Sekolah (UKS) merupakan salahsatu upaya yang dilakukan oleh pihak

    sekolah dalam memupuk kebiasaan hidupsehat yang salah satunya perilaku gosok gigi

    pada anak usia sekolah. Pendidikankesehatan gosok gigi merupakan salah satucara yang sering dilakukan pihak sekolahuntuk menanamkan perilaku gosok gigi padasiswa, namun tidak jarang pelaksanaan

    program ini kurang maksimal. Siswa kelas 1pada SDN Dawu 2 dan Gelung 3mendapatkan pendidikan kesehatan gosokgigi setiap 3 bulan sekali oleh guru wali kelasmereka, namun di kelas selanjutnya

    pendidikan kesehatan gosok gigi jarangdiberikan karena kurangnya kesadaran guruwali kelas masing-masing dalam halpendidikan perilaku hidup sehat. Orang tuamerupakan role model dalam pelaksanaanperilaku hidup sehat di rumah. Perilaku

    gosok gigi siswa tidak hanya dilihat pada saatdi sekolah, namun perilaku gosok gigi yangsebenarnya hanya bisa diamamti di rumah.

  • 5/25/2018 jurnal karies gigi pada anak

    9/11

    9

    Sehingga diperlukan bantuan para orang tuadalam hal meningkatkan perilaku gosok gigisiswa di rumah.

    Perawat adalah satu petugaskesehatan. Pendidikan kesehatan dalamkeperawatan merupakan satu bentukintervensi keperawatan yang mandiri untukmembantu klien baik individu, kelompokmaupaun masyarakat dalam mengatasimasalah kesehatannya melalui kegiatanpembelajaran, yang didalamnya berperansebagai perawat pendidik (Suliha, 2002).Permainan ular tangga termasuk dalammetode pendidikan kesehatan permainansimulasi. Metode permainan simulasimerupakan gambaran role play dan diskusikelompok. Beberapa orang menjadi pemain,

    dan sebagian lagi berperan sebagai narasumber (Notoatmodjo, 2003). Informasimengenai gosok gigi dan aplikasi tindakangosok gigi sudah terangkum di dalam papanpermainan ular tangga yang digunakan dalam

    penelitian. Cara memainkannya persis sepertibermain ular tangga dengan menggunakandadu, gaco (penunjuk arah), dan papan main.Beberapa modifikasi dilakukan dalam papanpermainan ular tangga dengan menambahkan

    beberapa pertanyaan dan perintah yang harusdijawab dan dilakukan oleh pemain, sehingga

    ditambahkan pula lembar jawaban untukmengetahui kebenaran jawaban dan lembarperintah untuk mengetahui perintah yangharus dilakukan oleh pemain.

    Bermain merupakan suatu kegiatan

    yang dilakukan oleh seorang anak secarasungguh-sungguh sesuai dengan

    keinginannya sendiri atau tanpa paksaan dariorang tua maupun lingkungan, dimaksudkanhanya untuk memperoleh kesenangan dankepuasan (Riyadi & Sukarmin, 2009).Permainan ular tangga merupakan salah satu

    jenis APE (Alat Pendidikan Edukatif).Penggunaan APE dalam pendidikan dapatmenjadikan proses mengajar lebih cepat,menambah daya pengertian, menambahingatan anak, dan menambah kesegaran

    dalam mengajar (Ismail, 2009). Kegiatanbelajar yang dilakukan dengan keinginansendiri tanpa ada paksaan akan lebih diingatoleh anak, sehingga permainan ular tanggadapat meningkatkan pengetahuan danpemahaman anak tentang gosok gigi.

    Ular tangga merupakan salah satuterapi bermain: cooperative play.Cooperative play merupakan bermain secara

    bersama dan dengan adanya aturan yang jelassehingga terbentuk hubungan antarapemimpin dan anggota. (Wong, 2009).Melalui ular tangga anak dapat memecahkanmasalah yaitu menjawab pertanyaan danmelakukan perintah yang terdapat dalampapan permainan ular tangga. Permainan ulartangga ini memberikan informasi pada anaktentang gosok gigi, sehingga anak dapatmenerapkannya dalam kehidupan sehari-hari.Anak dapat meningkatkan kemampuannyadalam hal membaca; memahami kalimattanya, permintaan, dan perintah; bermainperan; dan belajar memahami konsep sebabakibat melalui permainan ular tangga(Saraswati, 2010).

    Saat dilakukan intervensi dengan

    permainan simulasi ular tanggayang pertamamasih banyak responden belum dapatmengikuti aturan permainan dengan baik,sehingga masih butuh mengarahan danstimulasi dari fasilitator. Selain itu, pemain

    juga kesulitan menjawab pertanyaan yangterdapat pada papan permainan. Walaupundemikian responden sangat antusias saatmengikuti kegiatan yang dilakukan. Denganmotivasi belajar yang tinggi inilah sebagian

    besar responden mampu menjawabpertanyaan dan melakukan perintah secara

    tepat walaupun masih diberikan sedikitstimulasi. Menurut Hurlock (2005) motivasibelajar sangatlah penting untukmempertahankan minat dari ketertinggalan.

    Permainan ular tangga sebagai

    bagian dari metode pendidikan kesehatanpermainan simulasi merupakan salah satu

    bentuk proses belajar. Menurut Piaget, dasardari belajar adalah aktivitas anak bila iaberinteraksi dengan lingkungan sosisal danlingkungan fisiknya. Pendidikan kesehatandengan metode permainan ular tangga

    dilakukan dalam kelompok-kelompok kecil,hal ini memberikan kesempatan bagi anakuntuk berinteraksi dengan orang lain danmemungkinkan terjadinya pertukaran ide-ideantar peserta melalui media ular tangga yang

    telah dimodifikasi sesuai dengan tujuanpenelitian. Sehingga peserta mampumengetahui informasi tentang gosok gigiyang baik dan benar. Kemudian terjadipeningkatan pengetahuan tentang gosok gigi,di mana pengetahuan tersebut merupakan

    dasar dari perubahan sikap dan tindakanseseorang. Responden yang pengetahuannyakurang menjadi baik, responden yang

  • 5/25/2018 jurnal karies gigi pada anak

    10/11

    10

    bersikap negatif mampu mengubah sikapnyamenjadi positif, dan responden yang tindakangosok giginya kurang menjadi baik setelahdiberikan intervensi. Dalam hasil penelitianini dapat dilihat bahwa mayoritas respondenmengalami peningkatan pengetahuan yangdiikuti peningkatan nilai sikap, sertapeningkatan aplikasi tindakan gosok gigi.Sehingga secara umum dapat dikatakanbahwa pendidikan kesehatan gosok gigidengan metode permainan simulasi ulartangga dapat meningkatkan pengetahuan,sikap, dan aplikasi tindakan gosok gigi padaanak usia sekolah.

    SIMPULAN DAN SARAN

    Simpulan

    Pengetahuan responden tentanggosok gigi meningkat setelah diberikanintervensi berupa pendidikan kesehatangosok gigi dengan metode permainan

    simulasi ular tangga. Mayoritas respondenmengalami peningkatan nilai sikap, dansebagian besar responden memiliki sikappositif setelah diberikan pendidikankesehatan dengan metode permainan simulasi

    ular tangga yang dimodifikasi. Hal ini terjadikarena responden sudah bisa menangkap

    seluruh hal positif yang mereka dapatkan dariintervensi, setelah pengetahuan merekacukup, emosional mereka bereaksi denganstimulus yang ada sehingga membentuk sikapyang positif. Aplikasi tindakan gosok gigi

    responden meningkat setelah diberikanintervensi berupa pendidikan kesehatan

    gosok gigi dengan metode permainansimulasi ular tangga, karena pada saatpelaksanaan permainan ular tanggaresponden diberikan kesempatan untukmenginternalkan hasil pengetahuannya pada

    waktu permainan.

    Saran

    Bagi sekolah, alat permainanedukatif ular tangga yang telah dimodifikasi

    dapat digunakan sebagai media pembelajaranbagi siswa khususnya mengenai gosok gigisehingga untuk meningkatkan pengetahuan,sikap, dan aplikasi tindakan gosok gigi siswakelas 2. Bagi petugas pelayanan kesehatanmetode permainan simulasi ular tangga yang

    dimodifikasi dapat digunakan sehinggamemotivasi dan meningkatkan pengetahuan,sikap, dan aplikasi tindakan gosok gigi anak

    usia sekolah dalam menggosok gigi. Perluadanya penelitian lebih lanjut melaluipermainan simulasi ular tangga sebagai salahsatu metode dan media pendidikan kesehatansehingga dapat diterapkan di lingkungandengan karakteristik anak usia sekolahtertentu yang sesuai.

    KEPUSTAKAAN

    Affandi, B. 2003. Pelatihan KetrampilanMelatih. Jaringan Nasional PelatihanKlinik-Kesehatan Reproduksi.Jakarta.

    Azwar, S. 2009. Sikap Manusia, Teori danPengukuran. Yogyakarta: PustakaPelajar.

    Badan Penelitian dan Pengembangan

    Kesehatan Departemen KesehatanRepublik Indonesia. 2012. RisetKesehatan Dasar (RISKESDAS)2007.http://www.docstoc.com/docs/19707

    850/Laporan-Hasil-Riset-Kesehatan-Dasar-(RISKESDAS)-Nasional-2007. (Akses tanggal 11Maret 2012.Jam 08.00 WIB).

    Budisuari, M, A, dkk. 2010. Hubungan Pola

    Makan dan Kebiasaan Menyikat Gigidengan Kesehatan Gigi dan Mulut

    (Karies) di Indonesia. BuletinPenelitian Sistem Kesehatan. Vol 13.No 1.http://isjd.pdii.lipi.go.id/admin/jurnal/131108391.pdf. (Akses tanggal 11

    Maret 2012. Jam 08.00 WIB).Cahyati, W,H. 2008. Karies Gigi Pada Anak

    TK. Kemas. vol. 4, no. 1.Chairanna, I. 2002. Pengaruh Metode

    Penyuluhan Diskusi Kelompok danDemonstrasi Sikat Gigi oleh TimUKGS terhadap Perubahan Tingkat

    Kebersihan Gigi dan Mulut (Study diKecamatan Gempol KabupatenPasuruan). Tesis UniversitasAirlangga. Tidak dipublikasikan.

    Darwita, RR, dkk. (2011). Efektifitas

    Program Sikat Gigi BersamaTerhadap Risiko Karies Gigi padaMurid Sekolah Dasar. JournalIndonesia Mededical Association.Vol 61. No 5.

    http://indonesia.digitaljournals.org/in

    dex.php/idnmed/article/download/352/350. (Akses tanggal 7Maret 2012.Jam 11.00 WIB).

    http://www.docstoc.com/docs/19707850/Laporan-Hasil-Riset-Kesehatan-Dasar-(RISKESDAS)-Nasional-2007http://www.docstoc.com/docs/19707850/Laporan-Hasil-Riset-Kesehatan-Dasar-(RISKESDAS)-Nasional-2007http://www.docstoc.com/docs/19707850/Laporan-Hasil-Riset-Kesehatan-Dasar-(RISKESDAS)-Nasional-2007http://www.docstoc.com/docs/19707850/Laporan-Hasil-Riset-Kesehatan-Dasar-(RISKESDAS)-Nasional-2007http://isjd.pdii.lipi.go.id/admin/jurnal/131108391.pdfhttp://isjd.pdii.lipi.go.id/admin/jurnal/131108391.pdfhttp://indonesia.digitaljournals.org/index.php/idnmed/article/download/352/350http://indonesia.digitaljournals.org/index.php/idnmed/article/download/352/350http://indonesia.digitaljournals.org/index.php/idnmed/article/download/352/350http://indonesia.digitaljournals.org/index.php/idnmed/article/download/352/350http://indonesia.digitaljournals.org/index.php/idnmed/article/download/352/350http://indonesia.digitaljournals.org/index.php/idnmed/article/download/352/350http://isjd.pdii.lipi.go.id/admin/jurnal/131108391.pdfhttp://isjd.pdii.lipi.go.id/admin/jurnal/131108391.pdfhttp://www.docstoc.com/docs/19707850/Laporan-Hasil-Riset-Kesehatan-Dasar-(RISKESDAS)-Nasional-2007http://www.docstoc.com/docs/19707850/Laporan-Hasil-Riset-Kesehatan-Dasar-(RISKESDAS)-Nasional-2007http://www.docstoc.com/docs/19707850/Laporan-Hasil-Riset-Kesehatan-Dasar-(RISKESDAS)-Nasional-2007http://www.docstoc.com/docs/19707850/Laporan-Hasil-Riset-Kesehatan-Dasar-(RISKESDAS)-Nasional-2007
  • 5/25/2018 jurnal karies gigi pada anak

    11/11

    11

    Fankari. 2004. Pengaruh PenyuluhanDengan Metode Stimulasi danDemonstrasi Terhadap PerilakuMenjaga Kesehatan Gigi dan MulutAnak Usia Sekolah Dasar. KaryaTulis Ilmiah DIV. PerawatPendidikan UGM.

    Galbreath, J. 1990. Nursing Theories TheBase for Professional NursingPractice. USA: Appleton & Lange.

    Green, L, et all. 1999. Empowering:Enabling Methods of Planning andOrganizing within Everyone Reach:Methods Demonstrated in Relation toEarly Detection of Breast Cancer.London: Jones and Bartlett Publisher.

    Hariyanti, N, dkk. 2008. Mengatasi

    Kegagalan Penyuluhan KesehatanGigi pada Anak dengan PendekatanPsikologi. Dentika Dental Journal.Vol 13. No 1.http://isjd.pdii.lipi.go.id/admin/jurnal

    /131088084.pdf. (Akses tanggal 7Maret 2012. Jam 11.00 WIB).

    Hurlock, E. B. 2005. Perkembangan AnakJilid 2. Jakarta: Erlangga.

    Ismail, A. 2009. Education Games.

    Yogyakarta: Pro-U Media.Kemp, J & Clare W, Alih bahasa Fransiscus

    R. 2004. Gigi Si Kecil. Jakarta:Erlangga.

    Notoatmodjo, S. 2003. Pendidikan danPerilaku Kesehatan. Jakarta: PT.Rineka Cipta.

    Notoadmodjo, S. 2007. Promosi Kesehatandan Ilmu Perilaku. Jakarta: Rineka

    Cipta.Pratiwi, D. 2007. Gigi Sehat. Jakarta: PT.

    Kompas Media Nusantara.Putra, D,E. 2007. Hubungan antara

    Karakteristik Demografi (Umur,

    Jenis Kelamin), Kebersihan Gigi &Mulut, dan Pola Makan denganKejadian Karies Gigi pada AnakUmur 6-12 Tahun (Studi Kasus).Skripsi Fakultas Kesehatan

    Masyarakat Universitas Airlangga.Tidak dipublikasikan.

    Riyadi, S, & Sukarmin. 2009. AsuhanKeperawatan pada Anak.Yogyakarta: Graha Ilmu.

    Riyanti, E. 2005.Pengenalan dan Perawatan

    Kesehatan Gigi Anak Sejak Dini.http://resources.unpad.ac.id/unpad-content/uploads/publikasi_dosen/Pen

    genalan%20dan%20Perawatan%20Kesehatan%20Gigi%20Anak%20Sejak%20Dini.pdf. (Akses tanggal 14Maret 2012. Jam 12.00 WIB).

    Riyanti, E & Saptarini, R. 2012. UpayaPeningkatan Kesehatan Gigi danMulut melalui Perubahan PerilakuAnak. http://pustaka.unpad.ac.id/wp-content/uploads/2011/09/pustaka_unpad_Upaya-Peningkatan-Kesehatan-Gigi-dan-Mulut-Melalui-Perubahan.pdf. (Akses tanggal 14Maret 2012. Jam 13.00 WIB).

    Rusli, M & Gondhoyoewono, T. 2012.Pengaruh Metode Bermain TerhadapPenyuluhan Kesehatan Gigi danMulut. http://www.pdgi-

    online.com/v2/index.php?option=com_content&task=view&id=731&Itemid=1&limit=1&limitstart=2.(Aksestanggal 20 Maret 2012. Jam 12.00WIB).Sondang, P, Hamada, T. 2008.

    Menuju gigi dan mulut sehat. Medan:USU Press.

    Saraswati, S. 2010. Pengaruh TerapiBermain Ular Tangga TerhadapKemampuan Interaksi Sosial pada

    Anak Autisme di Cakra AutismeTerapi Surabaya. Skripsi Fakultas

    Keperawatan Universitas Airlangga.Tidak dipublikasikan.

    Suliha, U. 2002. Pendidikan Kesehatandalam Keperawatan. Jakarta: EGC.

    Thompson, June. 2003. Toddlercare:Pedoman Merawat Balita. Jakarta:Erlangga.

    Wong, D,L. 2009. Buku Ajar KeperawatanPediatrik.Vol 1. Jakarta: EGC.

    Yusuf, S. 2011. Psikologi PerkembanganAnak & Remaja. Bandung: PTRemaja Rosdakarya Offset.

    http://isjd.pdii.lipi.go.id/admin/jurnal/131088084.pdfhttp://isjd.pdii.lipi.go.id/admin/jurnal/131088084.pdfhttp://pustaka.unpad.ac.id/wp-content/uploads/2011/09/pustaka_unpad_Upaya-Peningkatan-Kesehatan-Gigi-dan-Mulut-Melalui-Perubahan.pdfhttp://pustaka.unpad.ac.id/wp-content/uploads/2011/09/pustaka_unpad_Upaya-Peningkatan-Kesehatan-Gigi-dan-Mulut-Melalui-Perubahan.pdfhttp://pustaka.unpad.ac.id/wp-content/uploads/2011/09/pustaka_unpad_Upaya-Peningkatan-Kesehatan-Gigi-dan-Mulut-Melalui-Perubahan.pdfhttp://pustaka.unpad.ac.id/wp-content/uploads/2011/09/pustaka_unpad_Upaya-Peningkatan-Kesehatan-Gigi-dan-Mulut-Melalui-Perubahan.pdfhttp://pustaka.unpad.ac.id/wp-content/uploads/2011/09/pustaka_unpad_Upaya-Peningkatan-Kesehatan-Gigi-dan-Mulut-Melalui-Perubahan.pdfhttp://www.pdgi-online.com/v2/index.php?option=com_content&task=view&id=731&Itemid=1&limit=1&limitstart=2http://www.pdgi-online.com/v2/index.php?option=com_content&task=view&id=731&Itemid=1&limit=1&limitstart=2http://www.pdgi-online.com/v2/index.php?option=com_content&task=view&id=731&Itemid=1&limit=1&limitstart=2http://www.pdgi-online.com/v2/index.php?option=com_content&task=view&id=731&Itemid=1&limit=1&limitstart=2http://www.pdgi-online.com/v2/index.php?option=com_content&task=view&id=731&Itemid=1&limit=1&limitstart=2http://www.pdgi-online.com/v2/index.php?option=com_content&task=view&id=731&Itemid=1&limit=1&limitstart=2http://www.pdgi-online.com/v2/index.php?option=com_content&task=view&id=731&Itemid=1&limit=1&limitstart=2http://www.pdgi-online.com/v2/index.php?option=com_content&task=view&id=731&Itemid=1&limit=1&limitstart=2http://pustaka.unpad.ac.id/wp-content/uploads/2011/09/pustaka_unpad_Upaya-Peningkatan-Kesehatan-Gigi-dan-Mulut-Melalui-Perubahan.pdfhttp://pustaka.unpad.ac.id/wp-content/uploads/2011/09/pustaka_unpad_Upaya-Peningkatan-Kesehatan-Gigi-dan-Mulut-Melalui-Perubahan.pdfhttp://pustaka.unpad.ac.id/wp-content/uploads/2011/09/pustaka_unpad_Upaya-Peningkatan-Kesehatan-Gigi-dan-Mulut-Melalui-Perubahan.pdfhttp://pustaka.unpad.ac.id/wp-content/uploads/2011/09/pustaka_unpad_Upaya-Peningkatan-Kesehatan-Gigi-dan-Mulut-Melalui-Perubahan.pdfhttp://pustaka.unpad.ac.id/wp-content/uploads/2011/09/pustaka_unpad_Upaya-Peningkatan-Kesehatan-Gigi-dan-Mulut-Melalui-Perubahan.pdfhttp://isjd.pdii.lipi.go.id/admin/jurnal/131088084.pdfhttp://isjd.pdii.lipi.go.id/admin/jurnal/131088084.pdf