hub gsok gigi dgn karies gigi.pdf

Upload: anonymous-z0j1a4e

Post on 07-Jul-2018

236 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

  • 8/19/2019 hub gsok gigi dgn karies gigi.pdf

    1/99

    HUBUNGAN KEBIASAAN MENGGOSOK GIGI DENGAN TIMBULNYA

    KARIES GIGI PADA ANAK USIA SEKOLAH KELAS 4-6 DI SDN

    CIPUTAT 6 TANGERANG SELATAN PROVINSI BANTEN TAHUN 2013

    Disusun oleh :

    SITI ALIMAH SARI

    NIM : 108104000009

    PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN

    FAKULTAS KEDKTERAN DAN ILMU KESEHATAN

    UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH

    JAKARTA

    TAHUN 2014

  • 8/19/2019 hub gsok gigi dgn karies gigi.pdf

    2/99

    i

    SURAT PERNYATAAN

    Yang bertanda tangan dibawah ini :

     Nama : Siti Alimah Sari

     NIM : 108104000009

    Program Studi : Ilmu keperawatan

    Tahun Akademik : 2008

    Dengan ini saya menyatakan bahwa :

    1. 

    Skripsi ini merupakan hasil karya asli saya yang diajukan untuk memenuhi salah satu

     persyaratan memperoleh gelar strata 1 di Fakultas kedokteran dan ilmu Kesehatan

    Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta.

    2. 

    Semua sumber yang saya gunakan dalam penulisan ini telah saya cantumkan sesuai

    dengan ketentuan yang berlaku di Fakultas Kedokteran dan ilmu Kesehatan

    Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta.

    3. 

    Jika dikemudian hari terbukti bahwa karya ini bukan hasil karya asli saya atau

    merupakan jiplakan (plagiat) dari karya orang lain, maka saya bersedia menerima

    sanksi yang berlaku di Fakultas Kedokteran dan ilmu Kesehatan Universitas Islam

     Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta.

    Jakarta, Januari 2014

    Siti Alimah Sari

  • 8/19/2019 hub gsok gigi dgn karies gigi.pdf

    3/99

    i

    FACULTY OF MEDICINE AND HEALTH SCIENCES

    THE STUDY PROGRAME OF NURSING SCIENCES

    Undergraduated Thesis, January 2014

    Siti Alimah Sari, NIM : 108104000009

    RELATIONSHIP BETWEEN TOOTH BRUSHING HABIT WITH THE

    INCIDENCE OF DENTAL CARIES IN SCHOOL AGE CHILDREN GRADES 4-6 AT

    SDN 6 CIPUTAT TANGERANG 2013

    xiv + 69 Pages + 9 Tables + 2 Charts + 5 Appendices

    ABSTRACT

    The main health problems in the child’s mouth cavity is dental caries. The prevalence of

    dental caries tends to increase 60%-80%. The purpose of this study was to determine whether

    tooth brushing habit, how to brush, time to brush, frequency to brush the SDN Ciputat 6

    Tangerang in Banten Provinsi. Using method of quantitative with cross sectional  approach.

    Using proportionate random sampling technique in children 9-12 years old or grades 4-6.

    Atotal of 81 childrent. The instrumen used in the children, form of quetionnaries, observation

    of caries examination. The results of the analysis used chi square at α < 0,05. Results showed

    analysis there is not significant corelation between the independent variable it’s a toot

     brushing habit of children with dependent variable is dental caries, having p value = 0,346.

    This study is expected tobe referency for further research.

    Keywords : School-Age Children, Tooth Brushing, Dental Caries

    Reference  : 54 (1986-2010)

  • 8/19/2019 hub gsok gigi dgn karies gigi.pdf

    4/99

    iii

    FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN

    PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN

    UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA

    Skripsi, Januari 2014Siti Alimah Sari, NIM : 108104000009

    Hubungan Kebiasaan Menggosok Gigi dengan Timbulnya Karies Gigi pada Anak Usia

    Sekolah Kelas 4-6 di SDN Ciputat 6 Tangerang Selatan Tahun 2013.

    xiv + 69 Halaman + 9 Tabel + 2 Bagan + 5 Lampiran

    ABSTRAK

    Masalah kesehatan utama mulut dalam rongga mulut anak adalah karies gigi. Prevalensi

    karies gigi di Indonesia cenderung meningkat 60%-80%. Tujuan penelitian ini adalah untuk

    mengetahui hubungan kebiasaan menggosok gigi, cara menggosok gigi, waktu menggosok

    gigi, frekuensi menggosok gigi pada anak usia sekolah di SDN Ciputat 6 Tangerang Selatan

    Provinsi Banten. Metode yang digunakan pada penelitian ini menggunakan metode

    kuantitatif dengan pendekatan Cross Sectional . Penelitian ini menggunakan teknik

     Proportionate random sampling   pada anak usia 9-12 tahun atau kelas 4-6 sebanyak 81responden. Instrumen yang digunakan berupa kuesioner dan observasi pemeriksaan gigi.

    Analisis data menggunakan uji Chi Square  pada α < 0,05. Hasil analisis menunjukkan bahwa

    tidak ada hubungan yang signifikan antara variabel independen yaitu kebiasaan menggosok

    gigi dengan variabel dependen yaitu karies gigi, yang memiliki  p value = 0,346. Peneliti ini

    diharapkan dapat menjadi refrensi bagi penelitian selanjutnya untuk mengetahui faktor-faktor

    yang dominan.

    Kata kunci : Anak Usia Sekolah, Menggosok Gigi, Karies Gigi

    Daftar bacaan : 54 (1986-2010)

  • 8/19/2019 hub gsok gigi dgn karies gigi.pdf

    5/99

    i

  • 8/19/2019 hub gsok gigi dgn karies gigi.pdf

    6/99

    v

  • 8/19/2019 hub gsok gigi dgn karies gigi.pdf

    7/99

    i

  • 8/19/2019 hub gsok gigi dgn karies gigi.pdf

    8/99

    vii

    DAFTAR RIWAYAT HIDUP

     Nama : Siti Alimah Sari

    Tempat Tanggal Lahir : Cirebon, 24 Juli 1989

    Jenis Kelamin : Perempuan

    Agama : Islam

    Status : Belum Menikah

    Alamat : Jl. Pejompongan Rt/Rw 004/006 kelurahan bendungan hilirkecamatan tanah abang - jakarta pusat

    E-mail : [email protected]

    Riwayat Pendidikan :

    1.  SDN III JAPURAKIDUL (1996-2002)

    2.  SMP MUHAMMADIYAH 6 (2002-2005)

    3. 

    MA NEGERI CIREBON (2005-2008)

  • 8/19/2019 hub gsok gigi dgn karies gigi.pdf

    9/99

    i

    KATA PENGANTAR

     Assalamu’alaikum Wr. Wb. 

    Alhamdulillah puji syukur kehadirat Allah SWT atas segala rahmat dan karunia-Nya kepada

     penulis, sehingga penulis dapat menyusun dan menyelesaikan proposal penelitian dengan

     judul: “ hubungan kebiasaan menggosok gigi dengan timbulnya karies gigi pada anak

    usia sekolah kelas 4-6 di Sekolah Dasar Negeri Ciputat 6 Kota Tangerang Selatan

    Provinsi Banten Tahun 2013 ” 

    Shalawat dan salam kepada Rasulullah SAW beserta segenap keluarga dan sahabat

     beliau, figure yang senantiasa memberikan inspirasi tentang berbagai hal dalam menyikapi

    kehidupan menuju Ridho-Nya.

    Selama proses pendidikan dan menyusun skripsi ini, penulis sangat banyak menerima

     bantuan dari berbagai pihak. Untuk itu dalam kesempatan ini penulis menyampaikan rasa

    terima kasih banyak kepada:

    1.  Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan karunia-Nya.

    2.  Prof. Dr. dr. MK. Tadjudin, Sp.And selaku Dekan Fakultas Ilmu Kedokteran dan Ilmu

    Kesehatan Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.

    3. 

    Bpk Waras Budi Utomo S.Kep, MKM selaku Ketua Program Studi Ilmu

    Keperawatan.

    4. 

    Ibu Eni Nur’aini,S.kep.M.Sc selaku wakil Ketua Program Studi Ilmu Keperawatan. 

    5. 

    Ibu Maulina Handayani S.Kp, M.Sc dan Ibu Yenita, M.Kp, Sp.Mat,Ph.D selaku dosen

     pembimbing. Terima kasih yang sebesar-besarnya untuk beliau atas peluang yang

  • 8/19/2019 hub gsok gigi dgn karies gigi.pdf

    10/99

    ix

    diberikan, waktu, sumbangan fikiran dan motivasi yang sangat berarti guna lebih

     baiknya penyusunan skripsi ini.

    6.  Para dosen-dosen yang telah membekali penulis dengan berbagai ilmu dan

     pengetahuan, selama penulis mengikuti perkuliahan.

    7.  Seluruh Staff karyawan Ilmu Keperawatan Universitas Islam Negeri Jakarta (PSIK

    UIN Jakarta).

    8. 

    Ayahanda Bapak Abdullah dan Ibu Qoriyah yang selalu memberikan nasehat,

    motivasi serta do’a yang tiada henti-hentinya serta kakak tercinta Fatonah, Firman

    yang selalu memberikan warna dalam hidup.

    9.  Sahabat-sahabat ku (reni,rere,tika,ikhwan,monic) yang selalu memberikan semangat.

    10. Teman-teman PSIK angkatan 2008 yang telah memberikan inspirasi, do’a dan

    semangat dalam menyusun proposal penelitian.

    Akhir kata semoga kita semua diberikan rahmat, hidayah serta karunia dari Allah SWT

    dan apa yang telah penulis peroleh selama pendidikan dapat diamalkan dengan baik.

    Wassalamu’alaikum Wr. Wb. 

    Jakarta, Januari 2014

    Siti Alimah Sari

  • 8/19/2019 hub gsok gigi dgn karies gigi.pdf

    11/99

    i

    DAFTAR ISI

    HALAMAN JUDUL HALAMAN

    SURAT PERNYATAAN ......................................................................................... i

    ABSTRAK  ................................................................................................................ ii

    PERNYATAAN PERSETUJUAN ........................................................................ . iv

    PANITIA SIDANG .................................................................................................. v

    LEMBAR PENGESAHAN ..................................................................................... vi

    DAFTAR RIWAYAT HIDUP ................................................................................ vii

    KATA PENGANTAR ............................................................................................. viii

    DAFTAR ISI ............................................................................................................ x

    DAFTAR TABEL .................................................................................................... xiii

    DAFTAR LAMPIRAN ........................................................................................... xiv

    BAB I

    BAB II

    PENDAHULUAN

    A. 

    Latar Belakang ……………..............................................

    B. 

    Rumusan Masalah .............................................................

    C.  Tujuan Penelitian ...............................................................

    D.  Manfaat Penelitian .............................................................

    E. 

    Ruang Lingkup Penelitian .................................................

    TINJAUAN PUSTAKA

    A.  Gigi .................................................................................... 

    B. 

    Perkembangan Anak Usia Sekolah ................................... 

    C. 

    Perkembangan Kognitif Anak ........…............................... 

    1

    6

    6

    7

    8

    9

    11

    14

  • 8/19/2019 hub gsok gigi dgn karies gigi.pdf

    12/99

    xi

    BAB III

    BAB 1V

    D.  Tahap Pertumbuhan Gigi .................................................. 

    E.  Kebiasaan Menggosok Gigi .............................................. 

    F.  Karies Gigi ........................................................................ 

    G.  Etiologi Karies ................................................................... 

    H.  Pencegahan Karies ............................................................ 

    I.  Faktor-Faktor Penyebab Karies ......................................... 

    J. 

    Penelitian Terkait .............................................................. 

    K. 

    Kerangka Teori .................................................................. 

    KERANGKA KONSEP DAN DEFINISI OPERASIONAL

    A.  Kerangka Konsep ……………………………………...... 

    B.  Hipotesa …………………………………………………. 

    C.  Definisi Operasional …………………………………….. 

    METODOLOGI PENELITIAN

    A.  Desain Penelitian ………………………………............... 

    B.  Waktu penelitian ............................................................... 

    C.  Lokasi Penelitian ...............................................................

    D.  Populasi dan sampel ..........................................................

    1.  Populasi .........................................................................

    2.  Sampel ...........................................................................

    E. 

    Teknik Pengambilan Sampel .............................................

    F. 

    Metode Pengumpulan Data ...............................................

    1. 

    Instrumen Penelitian .....................................................

    2. 

    Uji Validitas dan Reliabilitas ........................................

    16

    17

    22

    25

    25

    29

    32

    35

    36

    36

    37

    38

    38

    38

    39

    49

    49

    41

    42

    42

    43

  • 8/19/2019 hub gsok gigi dgn karies gigi.pdf

    13/99

    i

    BAB V

    BAB VI

    BAB VII

    G.  Tahap Pengambilan Data ..................................................

    H.  Teknik Analisis Data .........................................................

    1.  Pengolahan Data ...........................................................

    2.  Analisa Data ..................................................................

    I.  Alat Pengumpulan Data ....................................................

    J.  Etika Penelitian .................................................................

    HASIL PENELITIAN

    A. Gambaran Umum Lokasi Penelitian ..................................

    B. Hasil Analisis Univariat ......................................................

    C Hasil Analisis Bivariat ..........................................................

    PEMBAHASAN

    A.  Pembahasan Analisis univariat ............................................

    B. 

    Pembahasan Analisis Bivariat .............................................

    KESIMPULAN DAN SARAN

    A. KESIMPULAN ....................................................................

    B. SARAN .................................................................................

    DAFTAR PUSTAKA ...............................................................

    LAMPIR

    44

    45

    45

    46

    47

    48

    50

    50

    53

    56

    61

    64

    65

    66

  • 8/19/2019 hub gsok gigi dgn karies gigi.pdf

    14/99

    xiii

     Nomor Tabel

    Tabel 3.1

    Tabel 4.1

    Tabel 5.1

    Tabel 5.2

    Tabel 5.3

    Tabel 5.4

    Tabel 5.5

    Tabel 5.6

    Tabel 5.7

    DAFTAR TABEL 

    Definisi Operasional .................................................................

    Proporsi Jumlah Sampel Penelitian ..........................................

    Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Umur ................

    Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Jenis Kelamin...

    Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Kebiasaan

    Menggosok Gigi .......................................................................

    Distribusi Frekuensi Cara Menggosok Gigi .............................

    Distribusi Frekuensi Responden Menurut Karies Gigi .............

    Hasil Analisis Hubungan Kebiasaan Menggosok Gigi Dengan

    Timbulnya Karies Gigi .............................................................

    Hasil Analisis Hubungan Jenis Kelamin dengan Karies Gigi pada

    Usia Sekolah .....................................................................

    Hal

    37

    42

    50

    51

    51

    52

    53

    53

    54

  • 8/19/2019 hub gsok gigi dgn karies gigi.pdf

    15/99

    i

    Nomor Bagan

    Bagan 2.1

    Bagan 3.1

    Daftar Bagan

    Kerangka Teori .........................................................................

    Kerangka Konsep ......................................................................

    Hal

    35

    36

  • 8/19/2019 hub gsok gigi dgn karies gigi.pdf

    16/99

  • 8/19/2019 hub gsok gigi dgn karies gigi.pdf

    17/99

    1

    BAB I

    PENDAHULUAN

    A.  Latar Belakang

    Kesehatan gigi dan mulut merupakan salah satu masalah kesehatan masyarakat

    yang memerlukan penanganan secara komprehensif karena dampaknya sangat luas

    sehingga perlu penanganan segera sebelum terlambat, kebiasaan menggosok gigi

    merupakan hal yang terpenting, berdasarkan data waktu menyikat gigi menunjukkan

     bahwa perilaku pelihara diri masyarakat Indonesia dalam kesehatan mulut masih sangat

    rendah. Hal ini ditunjukkan oleh data bahwa 91,1% penduduk Indonesia sudah menyikat

    gigi, namun hanya 7,3% yang berperilaku benar dalam menyikat gigi (Depkes, 2007).

    Gambaran rendahnya persentase kebiasaan menggosok gigi di Indonesia juga di

    Provinsi Banten dan Kota Tangerang digambarkan dengan kebiasaan menggosok gigi

    masih kurang baik. Sebanyak 94,8% anak sekolah mempunyai kebiasaan menggosok

    gigi setiap hari dengan persentase yang menggosok gigi setelah makan pagi sebesar

    95,7% dan sebelum tidur malam hanya 26,6%. Sementara itu, persentase masyarakat

    Kota Tangerang yang menggosok gigi setiap hari sesudah makan pagi dan sebelum tidur

    adalah 6,4%. Meskipun sebagian besar penduduk Banten sudah rajin menggosok gigi

    setiap hari namun ternyata persentase penduduk yang berperilaku benar dalam

    menggosok gigi masih sangat rendah yaitu hanya 4,8%. Berperilaku benar dalam

    menggosok gigi adalah bila seseorang mempunyai kebiasaan menggosok gigi setiap hari

    dengan cara dan pada waktu yang benar, yaitu dilakukan pada saat sesudah makan dan

    sebelum tidur (Listiono, 2012). Berdasarkan data tersebut, dapat disimpulkan bahwa

  • 8/19/2019 hub gsok gigi dgn karies gigi.pdf

    18/99

    2

    kebiasaan masyarakat Provinsi Banten dan Kota Tangerang dalam menggosok gigi masih

    sangat kurang.

    Kebiasaan menggosok gigi yang masih sangat kurang dapat menyebabkan

    gangguan gigi dan mulut karena menurut (Potter & Perry, 2005). Menggosok gigi setelah

    makan di pagi hari bertujuan untuk membersihkan sisa-sisa makanan yang menempel

    setelah makan dan sebelum tidur malam bertujuan untuk membersihkan sisa-sisa

    makanan yang menempel setelah makan malam. Kebersihan gigi dan mulut yang buruk

    dapat berlanjut menjadi salah satu faktor resiko timbulnya berbagai penyakit dirongga

    mulut seperti penyakit karies gigi. Di Indonesia penyakit gigi dan mulut terutama karies

    masih banyak diderita, baik oleh anak-anak maupun dewasa. Data Kementrian Kesehatan

    RI tahun 2010 menunjukkan bahwa prevalensi karies gigi di Indonesia mencapai 60%-

    80%.

    Hasil RISKESDAS tahun 2007 mengungkapkan bahwa prevalensi karies gigi

    aktif di provinsi Banten sebesar 37,3% dan di Kota Tangerang adalah 43,3%, karies gigi

    menjadi salah satu masalah kesehatan serius pada anak usia sekolah. Penduduk usia 10

    tahun keatas yang berperilaku benar menggosok gigi (menyikat gigi setiap hari sesudah

    makan pagi dan sebelum tidur) masih sangat rendah. persentase yang menggosok gigi

    setiap hari sesudah makan pagi hanya 12,6% dan sebelum tidur malam hanya 28,7%

    (Listiono, 2012). Di Indonesia, prevalensi karies gigi mencapai 85% pada anak usia

    sekolah (Lukihardianti, 2011).

    Hasil Survei Kesehatan Rumah Tangga (SKRT) tahun 2001, penduduk Indonesia

     pada usia 10 tahun ke atas, sebanyak 46% mengalami penyakit gusi dan 71,2%

    mengalami karies gigi, sedangkan kelompok umur 12 tahun, sebanyak 76,2% mengalami

    karies atau gigi berlubang. Penyakit gigi dan mulut dapat menjadi faktor resiko penyakit

    lain (Depkes, 2007).

  • 8/19/2019 hub gsok gigi dgn karies gigi.pdf

    19/99

    3

    Karies gigi merupakan penyakit yang banyak menyerang anak-anak maupun

    dewasa, baik pada gigi susu maupun gigi permanen. Anak usia 6-14 tahun merupakan

    kelompok usia yang kritis dan mempunyai sifat khusus yaitu transisi/pergantian dari gigi

    susu ke gigi permanen (Wong, 2003).

    Karies gigi merupakan sebuah penyakit infeksi yang merusak struktur gigi,

     penyakit ini menyebabkan gigi berlubang. Jika tidak ditangani, penyakit ini akan

    menyebabkan nyeri, gangguan tidur, penanggalan gigi, infeksi, berbagai kasus berbahaya

    dan bahkan kematian. Penyebab penyakit tersebut karena konsumsi makanan yang manis

    dan lengket, malas atau salah dalam menyikat gigi, kurangnya perhatian kesehatan gigi

    dan mulut atau bahkan tidak pernah sama sekali memeriksa kesehatan gigi (Listiono,

    2012).

    Upaya pemeliharaan kesehatan gigi dan mulut sebaiknya dilakukan sejak usia

    dini. Usia sekolah dasar merupakan saat yang ideal untuk melatih kemampuan motorik

    seorang anak, termasuk diantaranya menggosok gigi. Kemampuan menggosok gigi

    secara baik dan benar merupakan faktor cukup penting untuk pemeliharaan gigi dan

    mulut (Riyanti, 2005).

    Perkembangan motorik halus dan kasar semakin menuju ke arah kemajuan, oleh

    karena itu anak lebih dapat diajarkan cara memelihara kesehatan gigi mulut secara lebih

    rinci, sehingga akan menimbulkan rasa tanggung jawab akan kebersihan dirinya sendiri

    (Riyanti, 2005). Salah satu upaya dalam meningkatkan kesehatan gigi dan mulut adalah

    dengan metode pendidikan kesehatan. Menurut Angel (2005) keterampilan menggosok

    gigi harus diajarkan dan diterapkan pada anak disegala umur terutama usia anak sekolah

    karena usia itu mudah menerima dan menanamkan nilai-nilai dasar. Anak sekolah

    memerlukan pembelajaran untuk meningkatkan keterampilan menggosok gigi.

  • 8/19/2019 hub gsok gigi dgn karies gigi.pdf

    20/99

    4

    Pemerintah Indonesia dan pihak swasta telah melakukan upaya untuk

    menanggulangi prevalensi karies gigi yang masih tinggi di Indonesia. Pemerintah

    Indonesia telah bekerja sama dengan pihak swasta dan Persatuan Dokter Gigi Indonesia

    (PDGI) dalam program gerakan pemeriksaan gigi gratis dan edukasi tentang kebersihan

    gigi kepada anak-anak dan orang tua yang diselenggarakan pada Bulan Kesehatan Gigi

     Nasional (Lukihar dianti, 2011). Melalui program tersebut, masyarakat lebih mudah

    memeriksa gigi dan meningkatkan kesadaran masyarakat tentang pentingnya menjaga

    kebersihan gigi.

    Penyakit karies pada anak, banyak dan sering terjadi namun kurang mendapat

     perhatian dari orang tua karena anggapan bahwa gigi anak akan digantikan gigi tetap.

    Orang tua menyadari bahwa dampak yang ditimbulkan sebenarnya akan sangat besar bila

    tidak dilakukan perawatan untuk mencegah karies sejak dini pada anak. Peran orang tua

    sangat diperlukan dalam pemeliharaan kesehatan anak khususnya kebersihan gigi dan

    mulut karena anak masih bergantung pada orang tua. Disamping itu perawat perlu

    menjalankan tugan dan perannya dalam meningkatkan kebiasaan menggosok gigi yang

     baik dan menanggulangi prevalensi karies gigi yang tinggi pada anak usia sekolah.

    Perawat dapat memberikan promosi kesehatan di lingkungan keluarga dan sekolah.

    Perawat dapat menyelenggarakan promosi kesehatan tentang kesehatan gigi melalui

    kerja sama dengan pihak sekolah (Potter & Perry, 2005). Selain itu perawat dapat

    memberikan promosi kesehatan kepada orang tua agar dapat mengajarkan dan

    menerapkan kebiasaan kesehatan yang baik kepada anak.

    Dari hasil studi pendahuluan yang dilakukan di 3 SDN yang melibatkan siswa

    kelas 4-6 SDN. SDN yang terlibat antara lain SDN Legoso, SDN 5 Ciputat dan SDN

    Ciputat 6 pada siswa kelas 4-6 SDN masing-masing sebanyak 20 siswa di masing-

    masing SDN tersebut didapat data SDN Legoso terdapat 20 % anak yang mengalami

  • 8/19/2019 hub gsok gigi dgn karies gigi.pdf

    21/99

    5

    karies gigi, SDN 5 Ciputat terdapat 40 % anak yang mengalami karies gigi, dan SDN

    Ciputat 6 terdapat 55% anak yang mengalami karies gigi. Data yang di dapat adalah

    dengan melakukan pemeriksaan langsung pada gigi anak dan peneliti juga menanyakan

    kebiasaan menggosok gigi. Dengan data tersebut, maka peneliti tertarik ingin melakukan

     penelitian di SDN Ciputat 6 karena prevalensinya lebih tinggi dibandingkan dengan dua

    SDN lainnya.

    B.  Rumusan masalah

    Karies gigi merupakan penyakit yang banyak menyerang anak-anak maupun

    dewasa, baik pada gigi susu maupun gigi permanen. Anak usia 6-14 tahun merupakan

    kelompok usia yang kritis dan mempunyai sifat khusus yaitu transisi/pergantian dari gigi

    susu ke gigi permanen. Karies gigi disebabkan oleh beberapa faktor utama yaitu

    mikroorganisme, saliva, dan substrat, sebagai faktor tambahan yaitu waktu

    Penelitian tentang kebiasaan menggosok gigi dan karies gigi pada anak usia

    sekolah di Kota Tangerang perlu ditingkatkan. Hal ini disebabkan prevalensi karies gigi

    yang tinggi dan hanya 4,8% masyarakat Kota Tangerang yang menerapkan menggosok

    gigi. Karies gigi banyak dialami oleh anak usia sekolah. Prevalensi karies gigi yang

    tinggi sangat mengkhawatirkan karena karies gigi menimbulkan dampak negative bagi

     penderitanya. Selain itu, penelitian-penelitian sebelumnya tentang karies gigi belum

     banyak dilakukan pada anak usia Sekolah Dasar di Kota Tangerang. Oleh karena itu,

     penelitian tertarik untuk mengetahui tentang hubungan kebiasaan menggosok gigi

    dengan timbulnya karies gigi pada anak usia sekolah. 

  • 8/19/2019 hub gsok gigi dgn karies gigi.pdf

    22/99

    6

    C.  Tujuan Penelitian

    1.  Tujuan Umum

    Untuk mengetahui hubungan kebiasaan menggosok gigi dengan timbulnya

    karies gigi pada anak usia sekolah di SDN Ciputat 6 Kota Tangerang Selatan provinsi

    Banten Tahun 2013. 

    2.  Tujuan Khusus

    a.  Diketahui kebiasaan menggosok gigi (frekuensi, waktu, cara) pada anak usia

    sekolah kelas 4-6 di SDN 6 Ciputat Kota Tangerang Selatan Provinsi Banten

    Tahun 2013.

     b.  Diketahui adanya karies gigi pada anak usia sekolah kelas 4-6 di SDN Ciputat 6

    Kota Tangerang Selatan Provinsi BantenTahun 2013.

    c.  Diketahui hubungan kebiasaan menggosok gigi dengan timbulnya karies gigi pada

    anak usia sekolah kelas 4-6 di SDN Ciputat 6 Kota Tangerang Selatan Provinsi

    Banten Tahun 2013.

    D. Manfaat Penelitian

    1.  Bagi Profesi Keperawatan

    Penelitian ini diharapkan dapat memberikan masukan bagi profesi

    keperawatan dalam pengembangan perencanaan keperawatan anak di komunitas,

    tentang pelaksanaan kebersihan gigi dan mulut salah satunya kebiasaan menggosok

    gigi yang bertujuan untuk dapat mencegah karies gigi.

    2.  Bagi Sekolah (UKS)

    Sebagai masukan dalam upaya meningkatkan status kesehatan gigi dan mulut

     pada anak usia sekolah di SDN Ciputat 6 Kota Tangerang Selatan Provinsi Banten

    Tahun 2013.

  • 8/19/2019 hub gsok gigi dgn karies gigi.pdf

    23/99

    7

    3.  Bagi siswa

    Dengan adanya hasil penelitian ini dapat memberikan informasi kepada siswa

    mengenai frekuensi menggosok gigi, cara menggosok gigi dan waktu menggosok gigi

     baik dalam kebersihan gigi dan mulut. 

    4.  Bagi puskesmas

    Menjadi masukan bagi puskesmas Ciputat dalam upaya mewujudkan

    kesehatan anak usia sekolah khususnya dalam pelayanan kesehatan gigi dan mulut. 

    5.  Bagi Peneliti Berikutnya

    Hasil penelitian ini dapat memberikan gambaran atau informasi dasar untuk

     penelitian lanjutan yang berhubungan dengan kesehatan gigi terutama kebiasaan

    menggosok gigi serta masalah karies gigi. 

    E.  Ruang Lingkup Penelitian

    Penelitian ini menggambarkan kebiasaan menggosok gigi pada anak sekolah

    terhadap karies gigi. Penelitian ini dilakukan di SDN Ciputat 6 Tangerang Selatan pada

    tahun 2013. Populasi penelitian ini adalah anak usia sekolah kelas 4-6 di SDN Ciputat 6.

    Desain penelitian yang digunakan adalah observasional dengan pendekatan kuantitatif,

    sedangkan rancangan penelitian yang digunakan adalah cross sectional   yaitu dengan

    meneliti variabel terikat dan variabel bebas. Sebagai sampel penelitian dipilih siswa kelas

    4-6 atau usia sekolah karena pada usia sekolah gigi mulai digantikan dari gigi susu ke

    gigi permanen. 

  • 8/19/2019 hub gsok gigi dgn karies gigi.pdf

    24/99

    8

    BAB II

    TINJAUAN PUSTAKA

    A.  Gigi

    1.  Pengertian Gigi

    Gigi merupakan salah satu aksesoris dalam mulut dan memiliki struktur

     bervariasi dan banyak fungsi. Fungsi utama dari gigi adalah untuk merobek dan

    mengunyah makanan (Muttaqin dkk, 2010). Gigi normal terdiri dari tiga bagian;

    kepala, leher, dan akar. Gigi yang sehat tampak putih, halus, bercahaya, dan berjarjar

    rapi (Potter & Perry, 2005).

    Gigi adalah jaringan tubuh yang paling keras dibandingkan yang lainnya

    strukturnya berlapis-lapis mulai dari email yang amat keras, dentin (tulang gigi) di

    dalamnya, pulpa yang berisi pembuluh darah, pembuluh saraf, dan bagian lain yang

    memperkokoh gigi (Rahmadhan, 2010).

    2.  Fungsi Gigi

    Fungsi gigi menurut Rhamadhan, 2010 

    a.  Pengunyahan

    Gigi berperan penting untuk menghaluskan makanan agar lebih mudah ditelan

    serta meringankan kerja proses pencernaan.

     b.  Berbicara

    Gigi sangan diperlukan untuk mengeluarkan bunyi ataupun huruf-huruf

    tertentu seperti huruf T, V, F, D, dan S. Tanpa gigi, bunyi huruf-huruf ini tidak

    terasa sempurna.

    c.  Estetik

  • 8/19/2019 hub gsok gigi dgn karies gigi.pdf

    25/99

    9

    Sebuah senyum tidak akan lengkap tanpa hadirnya sederetan gigi yang rapih

    dan bersih.

    3.  Bagian-Bagian Gigi

    Bagian-Bagian Gigi menurut Leeson, (1996) antara lain : 

    a.   Email adalah bagian terluar dari gigi dan merupakan bagian paling keras dari

    seluruh bagian gigi bahkan lebih keras dari tulang. Bangunan kristalin yang

    kompleks dan padat ini mengandung mineral kalsium, fosfat dan flourida. Email

    meliputi seluruh mahkota gigi. Fungsi email melindungi gigi dari zat yang sangat

    keras dan melindungi gigi saat menggigit dan mengunyah. 

     b.   Dentin  adalah bagian yang paling terbesar dari seluruh gigi, dentin  lebih lunak

    dari email. Dentin ini merupakan saluran yang berisi urat, darah dan limfe.

    c.   Pulpa  adalah bagian gigi paling dalam, yang mengandung saraf dan pembuluh

    darah, fungsinya adalah berespon tehadap stimulus (panas dan dingin).

     Normalnya pulpa berespon terhadap panas dan dingin dengan nyeri yang ringan

    yang terjadi selama kurang dari 10 detik.

    d.  Sementum adalah bagian dari akar gigi yang berdampingan / berbatasan langsung

    dengan tulang rahang di mana gigi manusia tumbuh.

    4.  Bentuk dan fungsi gigi

    Bentuk dan fungsi gigi menurut Tarwoto dkk, 2009 

    a.  Gigi seri, jumlahnya ada delapan buah, yaitu empat buah gigi seri atas dan empat

     buah gigi seri di bawah. Berfungsi memotong dan menggunting makanan.

     b.  Gigi taring, jumlahnya ada empat buah, di atas dua dan di bawah dua. Gigi taring

    terletak di sudut mulut, bentuk mahkotanya runcing, berfungsi untuk mencabik

    makanan. Akar gigi taring ini hanya satu.

  • 8/19/2019 hub gsok gigi dgn karies gigi.pdf

    26/99

    10

    c.  Gigi geraham kecil, jumlahnya ada delapan buah, empat buah di atas dan empat

     buah di bawah. Gigi geraham kecil ini merupakan pengganti gigi geraham sulung.

    Letaknya di belakang gigi taring, akar gigi geraham kecil ini semua satu, kecuali

    yang atas depan, memiliki dua akar. Gigi geraham kecil berfungsi untuk

    menghaluskan makanan.

    d.  Gigi geraham besar,  jumlahnya dua belas buah, enam buah di atas dan enam

     buah di bawah. Gigi geraham besar terletak di belakang gigi geraham kecil,

    masing-masing sisi tiga buah permukaannya lebar dan bertonjol-tonjol, gigi ini

    yang bawah akarnya dua, yang atas tiga. Gigi geraham terakhir, sering kali

    akarnya bersatu menjadi satu dan berfungsi untuk menggiling makanan.

    B.  Perkembangan Anak Usia Sekolah 

    Usia sekolah adalah rentang usia 6 sampai 12 tahun sering disebut sebagai masa-

    masa yang rawan, karena pada masa itulah gigi susu mulai tanggal satu persatu dan gigi

     permanen pertama mulai tumbuh (usia 6-8 tahun). Dengan adanya variasi gigi susu dan

    gigi permanen bersama-sama didalam mulut, menandai masa gigi campuran pada anak.

    Gigi yang baru tumbuh belum matang sehingga rentan terhadap kerusakan (Potter &

    Perry, 2005). Anak usia 6 sampai 7 tahun belum mampu menggosok gigi secara mandiri.

    Usia mempengaruhi perilaku seseorang sehingga mempengaruhi terhadap daya tangkap

    dan pola pikir seseorang. Semakin bertambah usia akan berkembang pula daya tangkap

    dan pola pikirnya. Keterampilan menggosok gigi pada anak perempuan lebih baik dari

     pada laki-laki. Anak perempuan lebih terampil dalam tugas yang bersifat praktis,

    khususnya dalam tugas motorik halus dibandingkan dengan anak laki-laki (Sekar dkk,

    2012).

  • 8/19/2019 hub gsok gigi dgn karies gigi.pdf

    27/99

    11

    Keterampilan menggosok gigi berkaitan dengan perkembangan motorik halus

    anak. Motorik halus adalah aspek yang berhubungan dengan kemampuan anak

    melakukan gerakan yang melibatkan bagian-bagian tubuh tertentu dan dilakukan oleh

    otot-otot kecil, tetapi memerlukan koordinasi yang cermat, seperti mengamati sesuatu,

    menulis, dan sebagainya (Direktorat Bina Kesehatan Anak, 2006).

    Keterampilan motorik halus pada usia 6 sampai 7 tahun dalam menggosok gigi

    adalah anak masih membutuhkan bantuan untuk menggosok gigi dengan seksama dan

     perlu diajarkan cara melakukan perawatan gigi secara mandiri (Potter & Perry, 2005).

    Oleh sebab itu, anak belum mampu menggosok gigi secara seksama dan mandiri pada

    usia 6 sampai 7 tahun. Peran orang tua sangat diperlukan dalam pemeliharaan kesehatan

    anak. Khususnya kebersihan gigi dan mulut karena anak masih bergantung pada orang

    tua. Orang tua mempunyai kewajiban dalam menjaga kesehatan anak.

    Anak sudah mampu melakukan perawatan gigi secara mandiri pada saat usia 8

    sampai 10 tahun. Hal ini dikarenakan, anak mengalami peningkatan keterampilan

    motorik halus yang membuat anak mampu melakukan perawatan gigi secara mandiri

     pada usia 8 sampai 10 tahun (Potter & Perry, 2005). Anak usia 10-12 tahun adalah usia

    yang dianjurkan WHO untuk dilakukan penelitian kesehatan gigi karena perilaku

    kesehatan gigi pada usia 10-12 tahun lebih kooperatif dari pada kelompok umur yang

    lebih muda dan juga dianggap sudah mandiri dalam kegiatan menggosok gigi gigi (Netty

    E, 2004). Usia 10-12 tahun juga merupakan periode kritis dalam pemeliharaan dan

     peningkatan gaya hidup seseorang. Pada tahap ini terjadi peningkatan proses

    metabolisme yang mengakibatkan kebutuhan energi meningkat, meningkatnya

    kebutuhan energi menyebabkan perilaku mengkonsumsi makanan atau mengemil pada

    anak juga meningkat dan pola makan yang tidak teratur dibandingkan usia anak lainnya

    (Santrok, 2007).

  • 8/19/2019 hub gsok gigi dgn karies gigi.pdf

    28/99

    12

    Anak usia 6 - 12 tahun, periode yang kadang-kadang yang disebut sebagai masa

    anak-anak pertengahan atau masa laten, mempunyai tantangan baru. Kekuatan kognitif

    untuk memikirkan banyak faktor secara simultan memberikan kemampuan pada anak

    usia sekolah untuk mengevaluasi teman-temannya. Sebagai akibatnya, penghargaan diri

    menjadi masalah sentral. Tidak seperti bayi dan anak pra-sekolah, anak-anak usia

    sekolah dinilai menurut kemampuannya untuk menghasilkan hasil yang bernilai social,

    seperti nilai-nilai atau pekerjaan yang baik. Karenanya, Erikson mengidentifikasi

    masalah sentral psikososial pada masa ini sebagai masa krisis antara keaktifan dan

    inferioritas (Behrman, dkk. 1999).

    Keseimbangan antara sifat ketergantungan dan sifat mampu berdiri sendiri

    dilakukan secara baik oleh seorang anak usia 7 - 11 tahun, anak usia 7 - 11 tahun akan

    menganggap kurang pantas bila memperlihatkan sifat bergantung pada orang tuanya.

    Seorang anak usia 7 - 11 tahun yang secara terang-terangan memperlihatkan sifat

     bergantung kepada orang tuanya, menunjukan bahwa perkembangannya tidak wajar,

    sebab pada umur ini anak seharusnya sudah mulai memperhatikan corak kelakuan orang

    tuanya. Anak wajib mengembangkan kemampuan berdiri sendiri, rasa tanggung jawab

    dan merasa mempunyai kewajiban. Pada usia 7 - 11 tahun yang diperlukan anak adalah

    disiplin guna mengatasi kesukaran yang tidak dapat di selesaikan sendiri (Latif dkk,

    1985).

    Kemampuan meningkatkan motorik halus pada anak dalam pertengahan masa

    kanak-kanak membuat mereka sangat mandiri untuk mandi, berpakaian dan merawat

    kebutuhan personal lain. Mereka mengembangkan keinginan personal yang kuat yang

    dalam prosesnya kebutuhan ini akan terpenuhi (Potter & Perry, 2005). Pada masa ini

    keterampilan menggunakan anggota badan, kepandaian berfikir merupakan hal yang

     penting (Latif dkk, 1985).

  • 8/19/2019 hub gsok gigi dgn karies gigi.pdf

    29/99

    13

    C.  Perkembangan Kognitif Anak

    a.  Tahap Sensorimotor (usia 0-2 tahun)

    Tahap paling awal perkembangan kognitif terjadi pada waktu bayi baru lahir

    sampai sekitar 2 tahun, tahap ini disebut tahap sensorimotor oleh Piaget (Piaget &

    Inhelder, 1969; Piaget, 1981). Pada tahap ini, inteligensi anak lebih didasarkan

     pada tindakan inderawi anak terhadap lingkungan, seperti melihat, meraba,

    menjamah, mendengar, membau, dan lain-lain. Bayi memperoleh pengetahuan

    tentang dunia dari tindakan-tindakan yang mereka lakukan bayi

    mengkoordinasikan pengalaman-pengalaman sensorik dengan tindakan-tindakan

    fisik (Santrock, 2007). Pada tahap ini anak belum dapat berbicara dengan bahasa.

    Anak belum mempunyai bahasa simbol untuk mengungkapkan adanya suatu

     benda yang tidak berada didekatnya (Suparno, 2001).

    b.  Tahap Praoperasi (Usia 2-7 tahun)

    Menurut piaget (1981), pemikiran anak pada umur 4 sampai 7 tahun berkembang

     pesat secara bertahap ke arah konseptualisasi. Ia berkembang dari tahap simbolis

    dan prakonseptual ke permulaan operasional. Tetapi, perkembangan itu belum

     penuh karena anak masih mengalami operasi yang tidak lengkap dengan suatu

     bentuk pemikiran semi-simbolis atau penalaran intuitif yang tidak logis. Dalam

    hal ini seorang anak masih mengambil keputusan hanya dengan “aturan -aturan

    intuitif” yang masih mirip dengan tahap sensorimotor.

    c.  Tahap Operasi Konkret (usia 8-11 tahun)

    Tahap ini dicirikan dengan pemikiran anak yang sudah berdasarkan logika tertentu

    dengan sifat reversibelitas dan kekekalan. Anak ini sudah dapat berfikir lebih

    menyeluruh dengan melihat banyak unsur dalam waktu yang sama. Pemikiran

    anak dalam banyak hal sudah lebih teratur dan terarah karena sudah dapat berfikir

  • 8/19/2019 hub gsok gigi dgn karies gigi.pdf

    30/99

    14

    seriasi, klasifikasi dengan lebih baik, bahkan mengambil kesimpulan secara

     probabilitas. Konsep akan bilangan, waktu, dan ruang sudah semakin lengkap

    terbentuk. Ini semua membuat anak sudah tidak lagi egosentris dalam pemikiran.

    Meskipun demikian, pemikiran yang logis dengan segala unsurnya diatas masih

    terbatas diterapkan pada benda-benda yang konkret, pemikiran itu belum

    diterapkan pada kalimat verbal, hipotesis, dan abstrak. Maka, anak pada tahap ini

    masih tetap kesulitan untuk memecahkan persoalan yang mempunyai segi dan

    variabel terlalu banyak. Ia juga masih belum dapat memecahkan persoalan yang

    abstrak. Itulah sebabnya, ilmu aljabar atau persamaan tersamar pasti akan sulit

     baginya (Suparno, 2001). Pemikiran operasional konkret melibatkan operasi,

    konservasi, klasifikasi, seriasi, dan transitivity. Pemikiran tidak seabstrak pada

     perkembangan berikutnya (Santrock, 2011).

    D.  Tahap Pertumbuhan Gigi

    a.  Masa usia bayi (0-12 bulan)

    Gigi susu mulai tumbuh sekitar usia 5 bulan. Makanan yang padat dapat

    diterima mulut pada usia 5-6 bulan. Mengunyah dimulai usia 6-8 bulan dan

     pertumbuhan gigi pertama pada bayi muncul sekitar usia 6-8 bulan (Potter & Perry,

    2005).

     b.  Masa usia balita (1-3 tahun)

    Dua puluh gigi susu telah ada, usia 2 tahun anak mulai menggosok gigi dan

     belajar praktik higienis dari orang tua. Pada usia 6 tahun, gigi balita mulai tanggal dan

    diganti gigi permanen (Potter & Perry, 2005). Anak mulai menginginkan menggosok

    gigi secara mandiri pada usia 2 tahun, akan tetapi anak tetap membutuhkan

     pengawasan orang tua. Tujuan membersihkan gigi pada masa ini adalah mengangkat

  • 8/19/2019 hub gsok gigi dgn karies gigi.pdf

    31/99

    15

     plak yaitu deposit bakteri yang melekat pada gigi yang menyebabkan karies gigi.

    Salah satu metode yang paling efektif untuk mengangkat plak adalah menggosok gigi

    dengan sikat gigi yang kecil, berbulu pendek dan halus (Wong, 2003).

    c.  Masa usia prasekolah (3-5 tahun)

    Memasuki masa usia prasekolah, pertumbuhan gigi primer telah lengkap.

    Perawatan gigi pada masa ini sangat penting untuk memelihara gigi primer. Kontrol

    motorik halus pada masa ini sudah membaik, tetapi anak masih membutuhkan

     bantuan dan pengawasan orang tua dalam menggosok gigi (Potter & Perry, 2005).

    d.  Masa usia sekolah (6-12 tahun)

    Gigi susu diganti dengan gigi permanen ada pada usia 12 tahun kecuali

    geraham kedua dan ketiga. Karies dan ketidakteraturan gigi dalam jarak gigi adalah

    masalah kesehatan yang penting (Potter & Perry, 2005).

    E.  Kebiasaan menggosok gigi

    Menurut Potter dan Perry (2005), menggosok gigi adalah membersihkan gigi dari

    sisa-sisa makanan, bakteri, dan plak. Dalam membersihkan gigi, harus memperhatikan

     pelaksanaan waktu yang tepat dalam membersihkan gigi, penggunaan alat yang tepat

    untuk membersihkan gigi, dan cara yang tepat untuk membersihkan gigi. Oleh karena

    itu, kebiasaan menggosok gigi merupakan tingkah laku manusia dalam membersihkan

    gigi dari sisa-sisa makanan yang dilakukan secara terus menerus.

    Menggosok gigi dengan teliti setidaknya empat kali sehari (setelah makan dan

    sebelum tidur) adalah dasar program hygiene mulut yang efektif (Potter & Perry, 2005).

    Kebiasaan merawat gigi dengan menggosok gigi minimal dua kali sehari pada waktu

    yang tepat pada pagi hari setelah sarapan pagi dan malam hari senelum tidur serta

     perilaku makan-makanan yang lengket dan manis dapat mempengaruhi terjadinya karies

    gigi (Kidd, 1992).

  • 8/19/2019 hub gsok gigi dgn karies gigi.pdf

    32/99

    16

    Menggosok gigi yang baik yaitu dengan gerakan yang pendek dan lembut serta

    dengan tekanan yang ringan, pusatkan pada daerah yang terdapat plak, yaitu di tepi gusi

    (perbatasan gigi dan gusi), permukaan kunyah gigi dimana terdapat fissure atau celah-

    celah yang sangat kecil dan sikat gigi yang paling belakang (Rahmadhan, 2010).

    Menggosok gigi harus memiliki pegangan yang lurus, dan memiliki bulu yang cukup

    kecil untuk menjangkau semua bagian mulut. Menggosok gigi harus diganti setiap 3

     bulan. Cara menggosok gigi yang baik adalah membersihkan seluruh bagian gigi,

    gerakan vertical, dan bergerak lembut (Wong 2003). Potter dan Perry (2005)

    menjelaskan bahwa seluruh permukaan gigi dalam, luar dan pengunyah harus disikat

    dengan teliti dan menggosok gigi dengan sekuat tenaga tidak dianjurkan karena dapat

    merusak email dan gusi dan akan menyebabkan perkembangan lubang karena vibrasi.

    Membersihkan mulut merupakan hal yang penting sebagai suatu cara untuk

    menghindari terjadinya karies gigi, yaitu menggosok gigi secara baik dan benar serta

    teratur, setelah mengonsumsi makanan, terutama makanan yang terbuat dari karbohidrat

    yang telah diolah, yang sifatnya melekat erat pada permukaan gigi. Ketika menggosok

    gigi, sangat penting menyikat semua permukaan gigi, yang mana akan memakan waktu

    kurang lebih 2-3 menit.

    1.  Pembersihan Sendiri Gigi-Geligi

    Sering dinyatakan bahwa mengunyah makanan yang berserat seperti buah-

     buahan, wortel sayuran dan sebagainya dan mengunyah permen karet mengakibatkan

     pembersihan sendiri gigi geligi. Dikatakan bahwa terjadinya pembersihan sendiri lewat

    ludah, pipi, lidah dan bibir. Tetapi ini semua tidak cukup. Oleh karena itu mengunyah

    apel atau permen karet bebas sakaros tidak menggantikan menggosok gigi (Houwink,

    1993).

  • 8/19/2019 hub gsok gigi dgn karies gigi.pdf

    33/99

    17

    2.  Cara/Metode menyikat gigi

    Banyak teknik atau metode menggosok gigi yang bisa digunakan, akan tetapi

    untuk mendapatkan hasil yang baik maka diperlukan teknik menyikat gigi, teknik

    menggosok gigi tidak hanya satu teknik saja melainkan harus kombinasikan dengan

    sesuai dengan urutan gigi agar saat menggosok gigi semua bagian permukaan gigi dapat

    dibersihkan dan tidak merusak lapisan gigi (Houwink, 1993). Penelitian ini sesuai

    dengan penelitian Ihsan (1999) yang berjudul faktor-faktor lingkungan yang

     berhubungan dengan status karies gigi pada anak usia sekolah dasar kelas 6 di kecamatan

    Idi Rayuek Kabupaten Aceh Timur tahun 1999 dengan uju statistik (0,033) terdapat

    hubungan yang bermakna antara cara menggosok gigi yang benar dengan karies gigi.

    Berbagai metode menggosok gigi yang dikenal kedokteran gigi, dibedakan

     berdasarkan gerakan yang dibuat sikat. Pada prinsipnya terdapat enam pola dasar :

    1.   Metode Vertikal

    Sikat gigi diletakkan dengan bulunya tegak lurus pada permukaan bukal untuk

     permukaan lingual dan palatina sikat gigi dipegang severtikal mungkin. Metode ini

    ditulis oleh Hirschfeld (1945), pada umumnya metode ini tidak dianjurkan, karena

    hasilnya kurang baik (Houwink, 1993).

    2.   Metode Horizontal

    Pada metode ini bagian depan dan belakang gigi digosok dengan sikat yang digerakan

    maju-mundur/kedepan dan kebelakang, dengan bulu-bulunya tegak lurus pada

     permukaan yang dibersihkan. metode ini juga disebut metode menggosok (Houwink,

    1993).

    3. 

     Metode Berputar

    Metode berputar merupakan varian (bentuk yang dirubah) metode vertical. Disini

    dengan bulu-bulunya ke arah apical ditempatkan setinggi mungkin pada gingival,

  • 8/19/2019 hub gsok gigi dgn karies gigi.pdf

    34/99

    18

    kemudian dengan gerakan berputar tangkai singkat. Disarankan untuk membersihkan

    tiap daerah dengan gerakan horizontal (Houwink, 1993). 

    4.   Metode Vibrasi/Bergetar

    Pada metode Charters bulu-bulu sikat diletakkan pada sudut 450 terhadap poros

    elemen-elemen dan agak tegak pada ruang aproksimal. Kemudian dibuat tiga sampai

    empat gerakan bergetar dengan sikat. Kemudian sikan diangkat dari permukaan gigi

    untuk mengulangi tiga sampai empat kali gerakan yang sama bagi tiap daerah yang

    dapat dicapai oleh ujung sikat. Metode bergetar dimaksudkan untuk orang dewasa dan

    terutama ditujukan pada pembersihan gusi selama ini dimungkinkan dengan sikat gigi

    (Houwink, 1993).

    5.   Metode Sirkular  

    Disini dengan gerakan memutar permukaan elemen-elemen dibersihkan. Pada metode

    Fones (1934) lengkungan gigi-geligi dalam oklusi dan permukaan bukal dibersihkan

    dengan melekat sikat tegak lurus dan membuat gerakan memutar. Gerakannya juga

    meluas sampai ke gusi. Dan permukaan lingual dibersihkan dengan gerakan sirkular

    kecil dan permukaan oklusal dengan gerakan menggosok. Metode ini hampir tidak

    diterapkan lagi dan tidak dikenal penelitian tentang evaluasinya (Houwink, 1993). 

    6.  Metode Fisiologis 

    Metode ini diintroduksi oleh Smith (1940) dan beranjak dari pendirian bahwa

    gerakannya pada waktu menyikat harus mempunyai arah yang sama seperti arah

    makanan. Dengan sikat lunak elemen-elemen dibersihkan dengan gerakan menyapu

    dari mahkota ke gusi. Disamping itu pada daerah molar dianjurkan beberapa gerakan

    horizontal untuk membersihkan ulkus. Mengenai efektivitas cara ini tidak banyak

    dikenal.  Mengenai hal ini harus diperhatikan dengan benar pada waktu melakukan

    evaluasi tanpa memperdulikan metode yang dipakai (Houwink, 1993).

  • 8/19/2019 hub gsok gigi dgn karies gigi.pdf

    35/99

    19

    3.  Frekuensi dan Waktu Menyikat gigi

    Frekuensi membersihkan gigi dan mulut sebagai bentuk perilaku akan

    mempengaruhi baik buruknya kebersihan gigi dan mulut, dimana akan mempengaruhi

     juga angka karies dan penyakit penyangga gigi. Frekuensi menggosok gigi juga

    mempengaruhi kebersihan gigi mulut anak-anak. Ini dikuatkan dengan penelitian Silvia

    dkk, 2005 bahwa sekitar 46,9% anak yang menggosok gigi kurang dari 2 kali sehari

    memiliki tingkat kebersihan gigi dan mulut yang kurang. Pengalaman mendapatkan

     pendidikan kesehatan juga mempengaruhi kebersihan gigi dan mulut hal ini ditunjukan

    dalam penelitian Riyanti (2005) bahwa dilakukan 4 kali pendidikan kesehatan lalu diukur

    tingkat kebersihan gigi mulutnya disetiap pertemuan.

    Kesehatan mulut tidak dapat lepas dari etiologi, dengan plak sebagai faktor

     bersama pada terjadinya karies dan periodonsium. Penting disadari bahwa plak pada

    dasarnya dibentuk terus menerus. Dengan susah payah gigi-geligi dan gusi dibersihkan

    dari plak dan waktu setengah jam bakteri berkolonisasi diatasnya. Oleh karena itu sama

    sekali bebas plak secara maksimal hanyalah dalam waktu sangat pendek (Houwink,

    1993).

    F.  Karies Gigi

    Plak merupakan momok bagi mulut dan tidak terlihat oleh mata. Plak ini akan

     bergabung dengan air ludah yang mengandung kalsium, membentuk endapan garam

    mineral yang keras. Plak muncul sebagai substansi yang lembut dan liat/lengket yang

    melekat pada gigi hampir seperti selai melekat di sendok. Pertumbuhan plak dipercepat

    dengan meningkatnya jumlah bakteri dalam mulut dan terakumulasinya bakteri dan sisa

    makanan. Jika tidak dibersihkan, maka plak akan membentuk mineral yang disebut

    dengan karang gigi yang meningkatkan resiko karies gigi (Muttaqin dkk, 2010).

  • 8/19/2019 hub gsok gigi dgn karies gigi.pdf

    36/99

    20

    Karies gigi merupakan proses multifactor, yang terjadi melalui interaksi antara

    gigi dan saliva sebagai host, bakteri normal di dalam mulut, serta makanan terutama

    karbohidrat yang mudah difermentasikan menjadi asam melalui proses glikolisis. Bakteri

    yang berperan dalam glikolisis adalah Streptococcus mutans  dan  Lactobacillus

    acidophilus, sedangkan asam organic yang terbentuk antara lain asam piruvat dan asam

    laktat yang dapat menurunkan pH saliva, pH plak dan pH cairan sekitar gigi sehingga

    terjadi demineralisasi gigi (Kidd & Bechal, 1992).

    Streptococcus mutans  adalah organisme yang paling sering diisolasi dari lesi

    karies manusia. Bila kavitasi terjadi, laktobasili menjadi organisme yang menonjol

    (Alpers, 2006). Mineralisasi plak (pengerasan struktur plak karena pembentukan kristal

    kalsium, dan mineral-mineral lain dari saliva yang terkumpul dalam plak) terjadi setelah

    24 jam, dan menjadi sepenuhnya mengeras dan berubah menjadi karang gigi (calculus)

    antara 12-20 hari. Setelah itu, plak baru akan terbentuk diatas kalkulus yang telah ada

    dan membentuk lapisan kalkulus yang baru. Oleh karena itu, kalkulus biasanya

    ditemukan berlapis-lapis (Muttaqin dkk, 2010).

    Karies gigi merupakan penyakit multifaktorial dengan 4 faktor utama yang saling

    mempengaruhi yaitu hospes (saliva dan gigi), mikroorganisme, substrat atau diet, sebagai

    faktor tambahan yaitu waktu. Faktor sekunder lain yang penting adalah praktik hygiene

    oral, aliran saliva (Alpers, 2006). Karies gigi adalah sebuah penyakit infeksi yang

    merusak struktur gigi. Penyakit ini menyebabkan gigi berlubang. Jika tidak ditangani,

     penyakit ini dapat menyebabkan nyeri, penanggalan gigi, infeksi, berbagai kasus

     berbahaya, dan bahkan kematian (Muttaqin dkk, 2010).

    Karies gigi merupakan sebuah penyakit infeksi yang merusak struktur gigi,

     penyakit ini menyebabkan gigi berlubang. Jika tidak ditangani, penyakit ini akan

    menyababkan nyeri, gangguan tidur, penanggalan gigi, infeksi, berbagai kasus

  • 8/19/2019 hub gsok gigi dgn karies gigi.pdf

    37/99

    21

     berbahaya, dan bahkan kematian. Penyebab penyakit tersebut karna konsumsi makanan

    yang manis dan lengket, malas atau salah dalam menyikat gigi, kurangnya perhatian

    kesehatan gigi dan mulut atau bahkan tidak pernah sama sekali memeriksa kesehatan gigi

    (Listiono, 2012).

    Menekankan pentingnya memasukkan aspek kualitas hidup dalam menilai hasil-

    hasil program pelayanan kesehatan gigi dan mulut, penelitian yang dilakukan oleh

    Situmorang yang melakukan penelitian tentang dampak karies gigi dan penyakit

     periodontal yaitu keterbatasan fungsi, rasa sakit, dan ketidaknyamanan psikis. Buruknya

    gambaran perilaku kesehatan gigi penduduk dapat dilihat dari tingginya presentasi

     penduduk yang meyakini semua orang akan mengalami karies gigi (79,16 %), karies gigi

    sembuh tanpa perawatan dokter (24,44%), perawatan gigi menimbulkan rasa sakit

    (31,94), demikian juga dalam hal kebiasaan menyikat gigi presentase penduduk yang

    menyikat gigi pada waktu yang tepat yaitu sesudah makan sangat rendah (27,50%)

    (Situmorang, 2005).

    G.  Etiologi Karies

    Mulut kita penuh akan bakteri yang terdapat pada gigi dalam bentuk plak,

    yang berasal dari saliva, maupun berasal dari sisa-sisa makanan. Disini, bakteri-

     bakteri tersebut memakan sisa-sisa makanan tang tertinggal pada gigi, kemudian

     bakteri tersebut menghasilkan atau memproduksi asam. Asam yang dihasilkan oleh

     bakteri inilah yang memakan lapisan email gigi sehingga terbentuk suatu kavitas.

     Normalnya, ketika asam menggerogoti email, tidak terasa sakit. Tetapi karena tidak

    dirawat, asam yang menimbulkan kavitas tersebut menembus ke lapisan dentin dan

    sampai ke rongga pulpa dari gigi, sehingga dapat menimbulkan rasa sakit. Kavitas

  • 8/19/2019 hub gsok gigi dgn karies gigi.pdf

    38/99

    22

    yang tidak dirawat, lambat dapat menghancurkan lapisan dentin dan pulpa serta dapat

    mematikan syaraf dari gigi tersebut.

    H.  Pencegahan karies

    Pencegahan karies didasarkan pada upaya penambahan resistensi gigi,

    mengurangi jumlah organisme dalam mulut, mengubah diet dan kebiasaan makan.

    Resistensi gigi dapat ditingkatkan dengan menggunakan optimal flourida dan menutup

    oklusi. Mengurangi jumlah mikroorganisme dicapai dengan pembuangan menyeluruh

     plak setiap hari dengan menyikat dan membilas. Menggosok gigi harus mulai sesegera

    mungkin pada gigi pertama erupsi. Benang sutera ( floss) gigi digunakan untuk

    membersihkan daerah tempat gigi berkontak langsung dan tidak dapat disikat.

    Penyikatan dapat dipermudah dengan menggunakan pegangan (Houwink, 1993).

    Perlindungan terhadap gigi dapat dilakukan dengan cara, yaitu silen dan

     penggunaan flour dan klorheksidin (Angela, 2005).

    a.  Klorheksidin

    Klorheksidin merupakan antimikroba yang digunakan sebagai obat kumur, pasta

    gigi, permen karet.

     b.  Silen

    Silen harus ditempatkan secara selektif pada pasien yang beresiko karies tinggi

     prioritas diberikan pada molar pertama permanen di antara usia 6-8 tahun, molar

    kedua permanen di antara usia 11-12 tahun. Bahan silen yang digunakan dapat

     berupa resin. Silen resin digunakan pada gigi yang telah erupsi sempurna.

    c.  Penggunaan flour

    Flour telah digunakan secara luas untuk mencegah karies. Penggunaan flour dapat

    dilakukan dengan flourida air minum, pasta gigi dan obat kumur yang mengandung

    flour, pemberian tablet flour. Flour air minum merupakan cara yang paling efektif

  • 8/19/2019 hub gsok gigi dgn karies gigi.pdf

    39/99

    23

    untuk menurunkan masalah karies pada anak secara umum. Penyikatan gigi dua kali

    sehari dengan menggunakan pasta gigi yang mengandung flour terbukti dapat

    menurunkan karies. Obat kumur yang mengandung flour dapat menurunkan karies

    sebanyak 20-5-% (angela, 2005).

    Menggunakan pasta gigi yang berflourida bisa menguatkan gigi dengan cara

    memasuki struktur gigi dan mengganti mineral-mineral yang hilang akibat pengaruh

    asam, proses ini disebut remineralisasi. Potter dan Perry (2005) mengungkapkan

     bahwa pemberian flour dalam air minum telah memainkan peran besar dalam

    mencegah karies gigi. Namun, semakin banyak menelan flourida akan

    mengakibatkan perubahan warna pada email gigi.

    Pasta gigi pada umumnya berwarna putih. Sebagai bahan pemolis biasanya

    digunakan kalsium fosfat, kalsium karbonat atau alumunium hidroksida, maksudnya

    adalah agar dapat menghilangkan lebih baik endapan berwarna pada gigi. Juga

     bahan pengaktif permukaan dimaksudkan untuk meningkatkan pembersihan. Pasta

    gigi digunakan dalam menggosok gigi karena berbagai alasan, pertama

    menyenangkan menyikat gigi karena rasanya dan dengan demikian menaikkan

    kebersihan mulut (Houwink, 1993).

    d.  Diet makanan

    Untuk mencegah kerusakan gigi, seseorang harus mengubah kebiasaan makan,

    mengurangi asupan karbohidrat, terutama kudapan manis diantara waktu makan.

    Makanan manis atau yang mengandung tepung akan menempel pada permukaan

    gigi. Setelah memakan yang manis, seseorang harus menggosok gigi dalam waktu

    30 menit untuk mengurangi aksi plak. Makanan buah yang menganduk asam (mis.

    Apel dan makanan berserat seperti sayuran segar) juga mengurangi plak (Potter &

    Perry, 2005).

  • 8/19/2019 hub gsok gigi dgn karies gigi.pdf

    40/99

    24

    Kebiasaan mengkonsumsi makanan dan minuman yang mengandung gula di

    anatara jam makan pada saat makan berhubungan dengan peningkatan karies yang

     besar. Faktor makanan yang dihubungkan dengan terjadinya karies adalah jumlah

    fermentasi, konsumsi dan bentuk fisik (bentuk cair, tepung) dari karbohidrat yang

    dikonsumsi, retensi dimulut, frekuensi makan dan snacks serta lamanya interval

    waktu makan. Anak yang beresiko karies tinggi sering mengkonsumsi makanan

    minuman manis di antara makan. Dari hasil penelitian yang dilakukan oleh Suyuti,

    terdapat 50 % yang suka makanan manis dan lengket (Suyuti, 2010).

    Tindakan pencegahan karies tinggi lebih menekankan pada pengurangan

    konsumsi dan pengendalian frekuensi asupan gula yang tinggi. Hal ini dapat

    dilaksanakan dengan cara nasehat diet dan bahan pengganti gula. Nasehat yang

    dianjurkan adalah memakan makanan yang cukup jumlah protein dan fosfat yang

    dapat menambah sifat basa dari saliva, memperbanyak makan sayuran dan buah-

     buahan yang berserat dan berair yang akan bersifat membersihkan dan merangsang

    sekresi saliva, menghindari makanan yang manis dan lengket serta membatasi

     jumlah makanan menjadi tiga kali sehari serta menekan keinginan untuk makan di

    antara jam makan.

     Xylitol dan  sorbitol  merupakan bahan pengganti gula yang sering digunakan,

     berasal dari bahan alami serta mempunyai kalori yang sama dengan glukosa dan

    sukrosa.  Xylitol   dan  sorbitol   dapat dijumpai dalam bentuk tablet, permen karet,

    minuman ringan, farmasi dan lain-lain.  Xylitol   dan  sorbitol   mempunyai efek

    menstimulasi daya alir saliva dan menurunkan kolonisasi dari S. Mutans  (Angela,

    2005).

  • 8/19/2019 hub gsok gigi dgn karies gigi.pdf

    41/99

    25

    I.  Faktor-Faktor Penyebab Karies gigi

    Menurut Alpers, (2006) karies gigi merupakan multifaktor dengan 4 faktor utama

    yang saling mempengaruhi yaitu hospes (saliva dan gigi), mikroorganisme, substrat atau

    diet, sebagai faktor tambahan yaitu waktu. 

    F.1. Faktor di dalam mulut yang berhubungan langsung dengan proses terjadinya

    karies gigi, antara lain :

    a.  Host (saliva)

    Air liur yang sedikit mempermudah terjadinya karies karena fungsi saliva

     bukan saja sebagai pelumas yang membantu proses mengunyah makanan tetapi

     juga untuk melindungi gigi terhadap proses demineralisasi. Saliva ini berguna

    sebagai pembersih mulut dari sisa-sisa makanan termasuk karbohidrat yang

    mudah difermentasi oleh mikroorganisme mulut. Saliva juga bermanfaat untuk

    membersihkan asam-asam yang terbentuk akibat proses glikolisis karbohidrat

    oleh mikroorganisme (Kidd & Bechal, 1992)

     b.  Substrat (sukrosa)

    Sukrosa adalah jenis karbohidrat yang merupakan media untuk

     pertumbuhan bakteri dan dapat meningkatkan koloni bakteri Streptococci mutans.

    Kandungan sukrosa dalam makanan seperti permen, coklat, makanan dengan

    manis merupakan faktor pertumbuhan bakteri yang pada akhirnya akan

    meningkatkan proses terjadinya karies gigi (Kidd & Bechal, 1992).

    c.  Mikroorganisme

    Type dari mikroorganisme yang berkoloni pada plak gigi. Dalam hal ini

     bakteri yang paling penting dan kariogenik adalah  streptococcus mutans dan

    laktobacillus acidophilus (Fitrohpiyah, 2009). Bakteri memetabolisir sukrosa

    sehingga menghasilkan asam laktat yang akan menurunkan pH, jika pH turun

  • 8/19/2019 hub gsok gigi dgn karies gigi.pdf

    42/99

    26

    dibawah 5,5 akan menyebabkan demineralisasi enamel yang akan berlanjut akan

    menghasilkan karies (Kidd & Bechal, 1992).

    d.  Waktu

    Adanya kemampuan saliva untuk mendepositkan kembali mineral selama

     berlangsungnya proses karies memberikan tanda bahwa proses karies terdiri dari

     periode perusakan dan perbaikan yang silih berganti, oleh sebab itu saliva ada

    dalam lingkungan gigi maka karies tidak menghancurkan gigi dalam hitungan

    hari atau minggu melainkan dalam bulan atau tahun. Dengan demikian dapat

    dilihat ada kesempatan untuk menghentikan terjadinya karies gigi (Kidd &

    Bechal, 1992).

    F.2. Faktor luar sebagai faktor predisposisi dan penghambat yang berhubungan

    secara tidak langsung dengan proses terjadinya karies, antara lain :

    a.   jenis kelamin

     jenis kelamin memperlihatkan terdapat perbedaan persentase karies pada

     jenis laki-laki sebesar 22,5% lebih rendah dibandingkan dengan perempuan

    sebesar 24,5% (Depkes, 2007). Hal ini sesuai dengan penelitian yang dilakukan

    oleh Sekar dkk tahun 2012 keterampilan menggosok gigi pada anak perempuan

    lebih baik dari pada anak laki-laki.

     b.  Usia

    Usia sekolah adalah usia 6-12 tahun yng sering disebut sebagai masa-

    masa yang rawan, karena pada masa ini gigi susu mulai tanggal satu persatu dan

    gigi permanen pertama mulai tumbuh (Potter & Perry, 2005). Usia

    mempengaruhi perilaku seseorang sehingga mempengaruhi terhadap daya

    tangkap dan pola pikir seseorang. Semakin bertambah usia maka akan

     bertambah pula daya tangkap dan pola pikirnya (Sekar dkk, 2012).

  • 8/19/2019 hub gsok gigi dgn karies gigi.pdf

    43/99

    27

    c.  Pengetahuan Anak

    Pengetahuan merupakan hasil dari tahu dan ini terjadi setelah orang

    melakukan penginderaan terhadap suatu objek tertentu. Pengetahuan kognitif

    merupakan domain yang sangat penting untuk terbentuknya tindakan seseorang.

    Pengetahun yang tercakup dalam domain kognitif memiliki enam tingkatan

    diantaranya yaitu tahu, memahami, aplikasi, analisis, sintesis, dan evaluasi

    (Notoatmodjo, 2003).

    Menurut penelitian Fitrohpiyah (2009), melakukan penelitian yang

     berjudul “ faktor -faktor yang berhubungan dengan karies gigi pada anak usia

    sekolah di sekolah dasar negeri kampung sawah III kota tangerang selatan tahun

    2009” hasil penelitian menunjukkan bahwa dari 89 anak yang mempunyai

     pengetahuan yang cukup baik tentang karies gigi sebanyak 68 (76,4%) anak

    yang memiliki karies gigi, sedangkan dari 2 anak yang mempunyai pengetahuan

    yang cukup baik tentang karies gigi sebanyak 1 (50,0%) anak yang memiliki

    karies gigi, dan dari 5 anak dengan pengetahuan yang kurang baik tentang

    karies gigi sebanyak 4 (80,0%) anak memiliki karies gigi. Kesimpulan anak

    yang memiliki pengetahuan baik tentang karies gigi cenderung memiliki karies

    gigi.

    d.  Kebiasaan menggosok gigi

    Menurut Potter & Perry (2005), menggosok gigi adalah membersihkan

    gigi dari sisa-sisa makanan, bakteri, dan plak. Dan tujuan menggosok gigi

    adalah membuang plak serta menjaga kesehatan gigi dan mulut. Menyggosok

    gigi yang baik yaitu dengan gerakan yang pendek dan lembut serta dengan

    tekanan yang ringan, pusatkan pada daerah yang terdapat plak yaitu ditepi gusi

    (Rahmadhan, 2010).

  • 8/19/2019 hub gsok gigi dgn karies gigi.pdf

    44/99

    28

    J.  Penelitian terkait

    Penelitian tesis yang dilakukan oleh Warni (2009), melakukan penelitian yang

     berjudul “ Hubungan perilaku murid SD kelas V dan VI pada kesehatan gigi dan mulut

    terhadap status karies gigi di wilayah kecamatan delitua Kabupaten Deli Serdang Tahun

    2009”. Penelitian yang dilakukan meliputi status karies gigi, pengetahuan kesehatan gigi,

    kegunaan gigi, penyebab gigi berlubang, gigi berlubang dapat dicegah, waktu

    menggosok gigi, menggosok gigi yang baik dan benar, bahan pasta gigi, tindakan gigi

     berlubang, menyikat gigi selesai makan, menyikat gigi sebelum tidur malam, menggosok

    gigi sesudah memakan makanan manis, pemeriksaan gigi secara rutin, gigi berlubang

    karena malas menyikat gigi, mencegah gigi berlubang dengan menyikat gigi dengan

    teratur dan benar, menyikat gigi yang baik dan benar pada semua permukaan gigi, gigi

    sakit dan berlubang harus ditambal, gigi sehat lebih baik dipertahankan dari pada

    dicabut, berobat gigi lebih baik ke dokter gigi/puskesmas daripada ke dukun, jajanan

    manis dan melekat, frekuensi makan makanan jajanan dalam sehari, sumber informasi

    dengan status karies gigi, pendidikan orang tua, pekerjaan orang tua.

    Hasil penelitian ini menunjukan sudah cukup baik dengan hasil status karies gigi

    rendah sebanyak 71 orang (74,0%). Kemudian setelah dilakukan analisis bivariat dengan

    α=0,05 diperoleh yaitu tidak ada hubungan yang bermakna antara pengetahuan, sikap,

     pendidikan orang tua, pekerjaan orang tua dan sumber informasi dengan status karies

    gigi. Tindakan merupakan hasil analisa yang dapat berhubungan dengan status karies

    gigi.

    Fitrohpiyah (2009), melakukan penelitian yang berjudul “ faktor -faktor yang

     berhubungan dengan karies gigi pada anak usia sekolah di SDN Kampong Sawah III

    Kota Tangerang Selatan Provinsi Banten Tahun 2009” berdasarkan hasil penelitian yang

    telah dilakukan adalah anak-anak yang menjadi responden umumnya memiliki karies

  • 8/19/2019 hub gsok gigi dgn karies gigi.pdf

    45/99

    29

    gigi, dimana sebanyak (76%) memiliki karies gigi, dan sebanyak (24%) tidak memiliki

    karies gigi. Anak yang memiliki kebiasaan menggosok gigi yang baik cenderung lebih

     banyak yaitu sebanyak (86,5%), anak yang memiliki cara menggosok gigi baik

    cenderung lebih banyak yaitu sebanyak (82,3%).

    Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Setiyawan (2012) yang berjudul

    kebiasaan menggosok gigi sebelum tidur dengan karies gigi, bahwa terdapat siswa yang

    mengalami karies gigi yaitu sebesar 50,8%. Sedangkan yang tidak mengalami karies gigi

    ya itu sebesar 49,2%.

    Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan oleh Anwar (2011) mengenai

    hubungan antara kebiasaan menggosok gigi dengan kejadian karies gigi pada siswa SD

     Negeri 04 Pasa Gadang di Wilayah Kerja Puskesmas Pemancungan Padang Selatan

    tahun 2012 maka dapat disimpulkan bahwa sebagian besar responden (64,9%) memiliki

    kebiasaan menggosok gigi dalam kategori tidak baik, dan sebagian besar responden

    (63,6%) menderita karies gigi. Dalam penelitian ini terdapat hubungan yang bermakna

    antara kebiasaan menggosok gigi dengan kejadian karies gigi dengan  p value  0,010

    (

  • 8/19/2019 hub gsok gigi dgn karies gigi.pdf

    46/99

    30

    Sumber : Potter & Perry, 2005; Wong 2003; Latif dkk, 1985.

    Tumbuh

    kembang anak

    Pertumbuhan

    dan

     perkembangan

    gigi

    Kebiasaan

    menggosok gigi-  Frekuensi

    -  Cara

    -  Waktu

    Gigi sehat Karies gigi

  • 8/19/2019 hub gsok gigi dgn karies gigi.pdf

    47/99

    31

    BAB III

    KERANGKA KONSEP, HIPOTESIS, DAN DEFINISI OPERASIONAL

    3.1. Kerangka konsep

    Berdasarkan kerangka teori maka dibuat kerangka konsep dimana pada penelitian

    ini karies gigi merupakan variable dependent sedangkan kebiasaan menggosok gigi

    merupakan variable independent. 

    Bagan 3.2 : Hubungan menggosok gigi dengan karies gigi

     Keterangan :  Diteliti

    3.2 HIPOTESIS PENELITIAN 

    Berdasarkan latar belakang, perumusan masalah, tujuan dan kerangka konsep

    maka dapat dirumuskan hipotesa penelitian yaitu “Ada hubungan antara kebiasaan

    menggosok gigi dengan karies gigi pada anak kelas 4  –   6 di SD 6 Ciputat kota

    Tangerang Selatan Provinsi Banten Tahun 2013” 

    Kebiasaan menggosok gigi

    -  Frekuensi menggosok

    gigi

    -  Cara menggosok gigi

    -  Waktu menggosok gigi

    Karies gigi

  • 8/19/2019 hub gsok gigi dgn karies gigi.pdf

    48/99

    32

    A.  Definisi Operasional 

     No Variabel Definisi Operasional Cara Ukur Alat Ukur Hasil Ukur Skala

    1. Kebiasaan

    menggosok

    gigi

    Merupakan tingkah

    laku dalam

    membersihkan gigi

    dari sisa-sisa

    makanan yang

    dilakukan terus

    menerus. Menggosok

    gigi minimal 3 kali

    sehari pada pagi hari

    dan sebelum tidur

    merupakan program

    hygiene mulut yang

    efektif. Cara

    menggosok gigi yang

     baik adalah

    membersihkan

    seluruh bagian gigi,

    gerakan vertical, dan

    gerakan lembut.

    Wawancara kuesioner 0.kurang

     baik, jika

     jumlah

    skor ≤ nilai

    median

    (38,00)

    1.Baik, jika

     jumlah

    skor > nilai

    median

    (38,00).

    Ordinal

    2. Karies gigi Karies gigi di tandai

    dengan adanya

    lubang pada jaringan

    karies gigi, dapat

     berwarna coklat atau

    hitam.

    Pemeriksaan

    Fisik

    Lembar

    Observasi

    0.karies

    gigi

    1.tidak

    karies gigi

    Ordinal

  • 8/19/2019 hub gsok gigi dgn karies gigi.pdf

    49/99

    33

    BAB IV

    METODE DAN PROSEDUR PENELITIAN

    A.  Desain penelitian

    Desain penelitian merupakan bentuk rancangan yang akan digunakan dalam

    melakukan prosedur penelitian. Jenis penelitian yang digunakan untuk penelitian ini

    adalah penelitian kuantitatif dengan menggunakan rancangan penelitian analitik dan

    desain cross sectional (potong lintang), yakni melakukan penelitian pada waktu yang

     bersamaan untuk menghubungkan antara variabel independen (bebas) dengan variabel

    dependen (terikat) yang diteliti terhadap sampel dalam populasi yang ditentukan.

    Variabel independen dalam penelitian ini adalah kebiasaan menggosok gigi dan variabel

    dependent dalam penelitian ini adalah karies gigi.Tujuannya untuk mengetahui hubungan

    kebiasaan menggosok gigi terhadap karies gigi.Variabel dalam penelitian ini adalah

     bivariat yaitu kebiasaan menggosok gigi terhadap karies gigi. 

    B.  Waktu Penelitian

    Waktu penelitian dilaksanakan pada bulan November tahun 2013 

    C.  Lokasi Penelitian

    tempat penelitian di SDN Ciputat 6 karena berdasarkan studi pendahuluan di SDN 6

    terdapat anak usia sekolah yang memiliki karies yang cukup tinggi sebesar 55%. 

    D.  Populasi dan Sampel

    1.  Populasi

    Populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri atas obyek atau subyek yang

    mempunyai kuantitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk

    dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulannya (Hidayat, 2008). Populasi dalam

  • 8/19/2019 hub gsok gigi dgn karies gigi.pdf

    50/99

    34

     penelitian ini adalah SDN Ciputat 6 kota Tangerang usia sekolah baik laki-laki

    maupun perempuan. Jumlah seluruhnya adalah 556 siswa.

    2.  Sampel

    Sampel adalah sebagian dari jumlah dan karakteristik yang dimiliki oleh

     populasi, atau sampel didefinisikan sebagai bagian dari populasi yang diambil untuk

    diketahui karakteristiknya (Hidayat, 2007). Adapun rumus yang digunakan dalam

     pengambilan sampel adalah rumus estimasi :

    n = N. Z21-a/2 . P(1-P)

    (N-1) . d2 + Z21-a/2 . P(1-P)

    Keterangan :

    n = besar sampel minimum

    Z21-a/2 = nilai distribusi normal baku ( tabel Z) pada α tertentu 

    P = harga proporsi di populasi

    d = kesalahan (absolut) yang dapat di toleransi

     N = besar populasi

    n = N. Z21-a/2 . P(1-P)

    (N-1) . d2 + Z21-a/2 . P(1-P)

    n = 964 . 0,9750 . 0,72 (1-0,72)

    (964-1) . (0,05)2 + 0,9750 . 0,72 (1-0,72)

    n = 939,9 . 0,2016

    963 . 0,0025 + 0,19656

    n = 194,1408

  • 8/19/2019 hub gsok gigi dgn karies gigi.pdf

    51/99

    35

    2,4075 + 0,19656

    n = 194,1408

    2,60406

    n = 74,55

    = 74 anak

    Untuk menghindari terjadinya sampel yang drop out dan sebagai cadangan

    maka peneliti menambahkan 10% dari jumlah sampel minimal.

    n2 = n1 + 10% . n1

    = 74 + 7,4

    = 81

    Jadi jumlah sampel keseluruhan yang diambil untuk keperluan penelitian ini yaitu

    81 responden. Pengambilan sampel menggunakan kriteria inklusi dan eksklusi sebagai

     berikut:

    a.  Kriteria inklusi adalah kriteria atau ciri-ciri yang perlu dipenuhi oleh setiap

    anggota populasi yang dapat diambil sampel. Kriteria inklusi dalam penelitian ini

    yaitu:

    1.  Siswa kelas 4-6 SDN yang bersekolah di SDN Ciputat 6 Kota Tangerang

    Selatan tahun 2013.

    2.  Siswa kelas 4-6 yang bersedia menjadi responden.

    3.  Siswa kelas 4-6 yang tidak menggunakan aksesoris atau alat bantu (kawat

    gigi dan gigi palsu).

    E.  Teknik Pengambilan Sampel

    Teknik pengambilan sampel dengan menggunakan  proportionate random

     sampling   yaitu membagi sampel yang diambil berdasarkan proporsi jumlah siswa

     perkelas yang telah memenuhi kriteria inklusi dan ekslusi. Dengan menggunakan teknik

  • 8/19/2019 hub gsok gigi dgn karies gigi.pdf

    52/99

    36

     proportional random sampling di dapatkan jumlah sampel sebanyak 81 anak di SDN

    Ciputat 6. Adapun besar atau jumlah pembagian sampel untuk masing-masing kelas

    dengan menggunakan rumus Sugiyono (2007) : 

    n = jumlah sampel yang diinginkan setiap strata

     N = jumlah seluruh populasi anak kelas 1-6 SDN 6 Ciputat

     N1  = sampel

    x = jumlah populasi pada setiap strata.

    Tabel 4.2

    Proporsi Jumlah Sampel Penelitian

    kelas Jumlah Populasi Jumlah Sampel

    4 165 24

    5 173 25

    6 218 32

    Jumlah 556 81

    F.  Metode Pengumpulan Data

    Pengumpulan data adalah suatu proses pendekatan kepada subjek dan proses

     pengumpulan karakteristik subjek yang diperlukan dalam penelitian (Nursalam, 2011).

    Pengumpulan data dilakukan secara langsung memberikan kuesioner yang berisi

     pertanyaan untuk mendapatkan data mengenai Hubungan kebiasaan menggosok gigi

    dengan timbulnya karies gigi pada anak usia sekolah di SDN Ciputat 6 Tengerang

    Selatan dengan prosedur sebagai berikut :

    1.  Instrumen Penelitian

    Pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah kuesioner atau

    angket. Kuesioner adalah sejumlah pertanyaan tertulis yang digunakan untuk

    memperoleh informasi dari responden (Arikunto, 2006). Penelitian menggunakan

  • 8/19/2019 hub gsok gigi dgn karies gigi.pdf

    53/99

    37

    lembar kuesioner yang disusun secara struktur berdasarkan teori dan berisikan

     pertanyaan yang harus dijawab responden. Instrumen ini terdiri dari 3 bagian yaitu: 

    a.  Bagian (A) berisi variabel nama, umur, jenis kelamin. Dengan mengisi pada kolom

    atau lembar yang tersedia.

     b.  Bagian (B) kuesioner untuk kebiasaan menggosok gigi berisi 11 pertanyaan

    tertutup dengan menggunakan skala Likert .

    c.  Bagian (C) lembar observasi karies gigi

    2.  Uji Validitas dan Reliabilitas

    Setelah instrumen penelitian yang digunakan berupa kuesioner A, B dan C

    sebagai alat ukur penelitian selesai disusun untuk mengukur tentang kebiasaan

    menggosok gigi kemudian dilakukan uji validitas dan reabilitas. 

    Prinsip validitas adalah pengukuran dan pengamatan yang berarti prinsip

    keandalan instrumen dalam mengumpulkan data (Nursalam, 2009). Uji validitas

    dapat menggunakan rumus  Pearson Product Moment, setelah itu diuji dengan

    menggunakan uji t dan lalu baru dilihat penafsiran dari indeks korelasinya

    (Hidayat, 2007).

    Rumus Pearson Product Moment :

    r xy =  N (∑xy) –  (∑x∑y) 

    √[ N∑x2 - (∑x)2 ][ N∑y2  –  (∑y)2]

    Keterangan :

    r = koefisien korelasi setiap item dengan skor total

    x = skor pertanyaan

    y = skor total

     N = jumlah subjek

  • 8/19/2019 hub gsok gigi dgn karies gigi.pdf

    54/99

    38

    Hasil perhitungan tiap-tiap item dibandingkan dengan tabel nilai  product

    moment. Apabila hasil uji dari tiap item pertanyaan ternyata signifikan ( p value >

    5%) atau r hitung lebih besar dari r tabel, maka item pertanyaan tersebut valid dan

    dapat digunakan. Namun apabila tidak signifikan ( p value < 5%) atau r hitung

    lebih kecil dari r tabel, maka item pertanyaan tersebut tidak valid.

    Sebelum penelitian ini digunakan untuk mengukur variabel, terlebih dahulu

    dilakukan uji instrumen. Uji ini bertujuan untuk mengetaahui validitas dan

    reliabilitas instrumen agar dapat diperoleh data yang diperoleh akurat. Uji

    instrumen ini akan dilakukan kepada 30 responden ditempat yang memiliki

    karakteristik populasi yang sama dengan subjek penelitian yaitu SDN 02

    Bendungan Hilir pada tanggal 25 November 2013. Hasil uji kuesioner

    memperlihatkan bahwa ada beberapa pertanyaan dengan nilai r hasil kurang dari r

    tabel (r 0,346). Pertanyaan dengan r hasil kurang dari r tabel dikeluarkan dari

    kuesioner, karena di anggap tidak valid. Beberapa yang tidak valid namun

    dianggap penting, tetap dimasukkan dalam kuesioner setelah diperbaiki redaksi.

    Reliabilitas adalah indeks yang menunjukkan sejauh mana suatu alat ukur dapat

    dipercaya atau dapat diandalkan (Notoatmodjo, 2002).

    Reliabilitas adalah kesamaan hasil pengukuran atau pengamatan bila fakta

    atau kenyataan hidup tadi diukur atau diamati berkali-kali dalam waktu yang

     berlainan (Nursalam, 2009). Pengujian reliabilitas pada penelitian ini

    menggunakan rumus alpha Cronbach, instrument dikatakan reliabel bila nilai

    alpha mendekati angka 1.

  • 8/19/2019 hub gsok gigi dgn karies gigi.pdf

    55/99

    39

    G. Tahapan Pengambilan Data

    Pengumpulan data dilakukan sesuai dengan tahapan, yaitu : 

    1.  Peneliti melakukan penelitian dengan mendatangi SDN Ciputat 6 dengan menjelaskan

    maksud dan tujuan penelitian dengan meminta persetujuan kepada responden apakah

     berkenan mengisi kuesioner.

    2.  Peneliti mulai membagikan kuesioner kepada responden yang bersedia diteliti dan

    memberikan penjelasan tentang cara pengisian.

    3.  Pada saat pengisian kuesioner berlangsung peneliti mendampingi dan memberikan

     penjelasan jika responden tidak memahami tentang pertanyaan yang diajukan.

    4.  Responden yang tidak dapat mengisi kuesiner akan dibantu oleh peneliti dalam

     pengisian kuesioner.

    5.  Mengumpulkan kuesioner yang telah diisi oleh sampel dan meneliti kembali apakah

    seluruh pertanyaan yang disediakan sudah diisi oleh sampel penelitian.

    6.  Persetujuan dalam penelitian ini dinyatakan dalam bentuk pengisian seluruh pertanyaan

    yang disediakan dalam kuesioner penelitian dan penandatanganan lembar penelitian

    (informed consent ).

    7.  Kuesioner yang telah diisi lengkap kemudian dilakukan pengolahan dan analisa data.

    H. Teknik Analisis Data

    Analisia yang digunakan pada penelitian ini adalah:

    1.  Pengolahan Data

    a.  Editing

    Editing adalah proses pengecekan kembali lembar observasi yang telah diisi,

     pengecekan yang dilakukan meliputi kelengkapan, kejelasan, relevansi serta

    konsistensi jawaban responden. Editing dilakukan di tempat pengumpulan data,

  • 8/19/2019 hub gsok gigi dgn karies gigi.pdf

    56/99

    40

    sehingga apabila terdapat ketidaksesuaian atau kekurangan pada pengisian data

    dapat dilengkapi dengan segera.

     b.  Coding

    Coding merupakan suatu metode untuk mengubah data berbentuk kalimat atau huruf

    menjadi data angka atau bilangan. Pemberian kode ini sangat penting bila

     pengolahan dan analisis data menggunakan komputer.

    c.  Processing/Entry

    Setelah semua kuesioner terisi penuh dan sudah dilakukan pengkodean, maka

    langkah pengolahan selanjutnya adalah memproses data agar dapat dianalisis.

    Pemprosesan data dilakukan dengan cara meng-entry data dari kuesioner ke program

    komputer.

    d.  Cleaning data

    Cleaning data merupakan proses pengecekan kembali data-data yang telah

    dimasukkan untuk melihat ada tidaknya kesalahan, terutama kesesuaian pengkodean

    yang dilakukan. Kesalahan mungkin terjadi pada saat meng-entry data ke komputer.

    2.  Analisa Data

    a.  Analisis univariat

    Analisa ini digunakan untuk mendeskripsikan masing-masing variabel, baik variabel

     bebas (kebiasaan menggosok gigi) dan variabel terikat (karies gigi) dalam bentuk

    distribusi dan prosentase.

     b.  Analisis bivariat

    Analisa ini digunakan untuk mendapatkan hubungan bebas (kebiasaan menggosok

    gigi) dan variabel terikat (karies gigi). Dalam analisis bivariat pada penelitian ini

    menggunakan uji statistik dengan uji Chi Square dengan derajat kepercayaan 95%.

    Uji Chi-Square  yaitu membandingkan frekuensi yang terjadi (observasi) dengan

  • 8/19/2019 hub gsok gigi dgn karies gigi.pdf

    57/99

    41

    frekuensi harapan (ekspektasi) untuk melihat kemaknaan perhitungan sistem dengan

    membandingkan  p value  < α (0.05) maka ada hubungan yang bermakna antara

    variabel dependen dan independen. Sebaliknya jika  p value > α (0.05) maka tidak

    ada hubungan yang bermakna antara variabel dependen dan independen.

    I.  Alat pengumpulan data

    Alat ukur yang digunakan untuk memperoleh data yang dibutuhkan dalam penelitian ini

    adalah menggunakan kuesioner dan lembar observasi karies gigi, dimana responden

    mengisi kuesioner sendiri atau dibantu. Kuesioner ini dilakukan dengan cara

    membagikan daftar pertanyaan berupa formulir yang ditujukan secara tertulis kepada

    objek untuk mendapatkan jawaban. (Notoatmodjo, 2005). Berdasarkan pertanyaan diatas

    alat yang digunakan dalam penelitian ini adalah kuesioner. Instrumen ini terdiri dari 3

     bagian yaitu bagian A berisi data responden yaitu mencangkup nama, umur dan jenis

    kelamin responden. Bagian B berisi kuesioner tentang kebiasaan menggosok gigi yang

     berisi 11 pertanyaan positif dan pertanyaan tertutup, dengan menggunakan skala Likert

    yang terdiri dari lima kategori yaitu : S (sering) : menggosok gigi 7-5 hari dalam 1

    minggu, KK (kadang-kadang) : 4-3 hari dalam 1 minggu, J (jarang) : 2-1 hari dalam 1

    minggu, TD (tidak pernah) : responden tidak menggosok gigi sama sekali. responden

    diminta untuk membubuhkan tanda check list (√  )  pada kolom tersebut yang berisi 11

    item. Pada penelitian ini, hasil ukur yang digunakan adalah nilai median karena data

    yang didapatkan tidak berdistribusi normal maka peneliti memakai nilai median (38,00).

    J.  Etika penelitan

    Masalah Etika Penelitian

    a)   Informed consent  (lembar persetujuan)

     Informed consent   merupakan bentuk persetujuan antara peneliti dengan

    responden penelitian dengan memberikan lembar persetujuan.  Informed consent  

  • 8/19/2019 hub gsok gigi dgn karies gigi.pdf

    58/99

    42

    tersebut diberikan sebelum penelitian dilakukan dengan memberikan lembar

     persetujuan untuk menjadi responden. Tujuan  Informed consent adalah agar

    subjek mengerti maksud dan tujuan penelitian, mengetahui dampaknya. Jika

    subjek bersedia, maka mereka harus menandatangani lembar persetujuan. Jika

    responden tidak bersedia, maka peneliti harus menghormati hak pasien (Hidayat,

    2007).

     b)   Anonimity (tanpa nama)

     Anonimity merupakan masalah etika keperawatan merupakan masalah yang

    memberikan jaminan dalam penggunaan subjek penelitian dengan cara tidak

    memberikan atau mencantumkan nama responden pada lembar alat ukur dan

    hanya menulis kode pada lembar pengumpulan data atau hasil penelitian yang

    akan disajikan (Hidayat, 2007).

    c)  Confidentiality (kerahasiaan)

    Confidentiality  merupakan masalah etika dengan memberikan jaminan

    kerahasiaan hasil penelitian, baik informasi maupun masalah-masalah lainnya.

    Semua infomasi yang telah dikumpulkan dijamin kerahasiaannya oleh peneliti,

    hanya kelompok data tertentu yang akan dilaporkan pada hasil riset (Hidayat,

    2007).

  • 8/19/2019 hub gsok gigi dgn karies gigi.pdf

    59/99

    43

    BAB V

    HASIL PENELITIAN

    A.  Gambaran Umum Lokasi Penelitian

    SD Negeri Ciputat 6 mulai didirikan pada tahun 1983 dan mulai dipakai tahun

    1983. Sekolah yang berada di Jl.KH. Dewantoro No 6 Ciputat ini memiliki jumlah siswa

     pada tahun 2006/2007 1053 siswa, 2007/2008 1112 siswa, 2008/2009 1171 siswa, dan

    2009/2010 1194 siswa. Dan pada tahun 2013 sekolah ini memiliki jumlah keseluruhan

    sebanyak 556 siswa.

    B.  Hasil Analisis Univariat

    Analisis univariat ini meliputi karakteristik responden, aspek perilaku (umur, jenis

    kelamin, kebiasaan menggosok gigi, dan cara menggosok gigi).

    1.  Umur

    Berdasarkan tabel 5.1 umur anak pada penelitian ini antara 9-12 tahun. Hasil analisis

    univariat terhadap umur anak menunjukkan bahwa presentase anak terendah adalah

    kelompok 12 tahun (11,1% ) dan presentase anak tertinggi adalah pada kelompok 10

    tahun (33,3%). Variasi umur anak dapat dilihat pada tabel berikut :

    Tabel 5.1

    Distribusi Frekuensi Responden Menurut umur

    di SD Negeri Ciputat 6 Tangerang Selatan Tahun 2013Umur (tahun) Jumlah Presentase (%)

    9 20 24,7

    10 27 33,3

    11 25 30,9

    12 9 11,1

    Total 81 100

  • 8/19/2019 hub gsok gi