jurnal dm

7
BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Garam Beryodium. 1. Pengertian Garam Beryodium. Garam beryodium merupakan istilah yang biasa digunakan untuk garam yang telah difortifikasi ( ditambah ) dengan yodium. Di Indonesia yodium ditambahkan dalam garam sebagai zat aditif atau suplemen dalam bentuk kalium yodat ( KIO 3 ) berupa larutan pada lapisan tipis garam, sehingga diperoleh campuran yang merata. 2. Standar Nasional Indonesia (SNI) tentang Garam Beryodium. Garam beryodium yang di anjurkan untuk di konsumsi manusia adalah yang memenuhi Standar Nasional Indonesia (SNI), yaitu berdasarkan SNI No 01 3556.2.2000 tahun 1994 dalam SNI kadar yodium dalam garam ditentukan sebesar 30 – 80 ppm dalam bentuk KIO 3 hal ini dikaitkan dengan jumlah garam yang dikonsumsi tiap orang per hari adalah 6 – 10 gr. (Palupi,2004). 3. Uji Kandungan Garam Beryodium Uji kandungan terhadap garam beryodium, dapat diketahui melalui dua cara, yang biasa disebut dengan uji yodina test dan uji titrasi. a) Uji Yodina Test Uji yodina test digunakan untuk mengetahui ada tidaknya kandungan yodium dalam suatu garam. Pelaksanaan uji yodina test ini masih tergolong mudah dan praktis dari pada uji titrasi. b. Uji Titrasi Uji titrasi pelaksanaannya lebih rumit dari pada uji Yodina test, akan tetapi uji titrasi ini memiliki keunggulan, yaitu dapat mengetahui berapa kadar yodium dalam garam lebih rinci ( Depkes, 2001 ).

Upload: dita-dwi

Post on 09-Dec-2014

50 views

Category:

Documents


0 download

DESCRIPTION

jurnal tentang masalah dibetes melitus

TRANSCRIPT

Page 1: jurnal dm

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Garam Beryodium.

1. Pengertian Garam Beryodium.

Garam beryodium merupakan istilah yang biasa digunakan untuk garam

yang

telah difortifikasi ( ditambah ) dengan yodium. Di Indonesia yodium

ditambahkan dalam garam sebagai zat aditif atau suplemen dalam bentuk

kalium yodat ( KIO3 ) berupa larutan pada lapisan tipis garam, sehingga

diperoleh campuran yang merata.

2. Standar Nasional Indonesia (SNI) tentang Garam Beryodium.

Garam beryodium yang di anjurkan untuk di konsumsi manusia adalah

yang memenuhi Standar Nasional Indonesia (SNI), yaitu berdasarkan SNI

No 01 3556.2.2000 tahun 1994 dalam SNI kadar yodium dalam garam

ditentukan sebesar 30 – 80 ppm dalam bentuk KIO3 hal ini dikaitkan

dengan jumlah garam yang dikonsumsi tiap orang per hari adalah 6 – 10

gr. (Palupi,2004).

3. Uji Kandungan Garam Beryodium

Uji kandungan terhadap garam beryodium, dapat diketahui melalui dua

cara, yang biasa disebut dengan uji yodina test dan uji titrasi.

a) Uji Yodina Test Uji yodina test digunakan untuk mengetahui ada tidaknya

kandungan yodium dalam suatu garam. Pelaksanaan uji yodina test ini

masih tergolong mudah dan praktis dari pada uji titrasi.

b. Uji Titrasi

Uji titrasi pelaksanaannya lebih rumit dari pada uji Yodina test, akan

tetapi uji titrasi ini memiliki keunggulan, yaitu dapat mengetahui

berapa kadar yodium dalam garam lebih rinci ( Depkes, 2001 ).

Page 2: jurnal dm

4. Yodisasi Garam Beryodium untuk Penanggulangan GAKY Jangka

Panjang.

Penanggulangan GAKY jangka panjang meliputi kegiatan peningkatan

program yodisasi garam, yaitu penambahan yodium pada garam yang

dikonsumsi, sedangkan kegiatan penanggulangan GAKY jangka pendek

yaitu dengan cara pemberian kapsul yodium. Kegiatan suplementasi

kapsul yodium diberikan hanya kepada penduduk yang tinggal di daerah

endemik sedang dan berat ( Depkes, 2003).

Cara penanggulangan GAKY yang paling murah dan mudah adalah

dengan mengkonsumsi garam beryodium, yang dianjurkan sebanyak 6 – 10 gr.

Per orang per hari untuk memenuhi kecukupan ( Kusuma, A, 1995).

B. Teori Determinan Perilaku

Perilaku manusia pada hakikatnya merupakan tindakan atau aktifitas dari

manusia itu sendiri baik yang diamati langsung, maupun yang tidak dapat

diamati oleh pihak luar. Perilaku merupakan refleksi dari berbagai macam

gejala kejiwaan, seperti pengetahuan, keinginan, kehendak, minat, motivasi,

persepsi, sikap dan sebagainya (Notoatmojo, 1993).

Grenn (1980) mengatakan bahwa perilaku seseorang ditentukan oleh tiga

faktor pokok yakni : Faktor predisposisi (“Predisposing factor”), faktor yang

mendukung (“enabling factor”) dan faktor yang mendorong atau memperkuat

(“reinforcing factor”).

1. Faktor Predisposisi (“ Predisposing factor”)

Faktor predisposisi merupakan faktor positif yang mempermudah

terwujudnya praktik, maka sering disebut faktor pemudah. Faktor ini

mencakup seperti pengetahuan individu, sikap, tingkat pendidikan dan

unsur-unsur lain yang ada dalam individu tersebut atau masyarakat.

a. Pengetahuan

Pengetahuan merupakan hasil tahu, dan ini terjadi setelah orang

melakukan pengindraan terhadap obyek tertentu. Sebagian besar

pengetahuan manusia diperoleh melalui penglihatan dan pendengaran

(Notoatmojo, 1993).

Page 3: jurnal dm

Pengetahuan ibu rumah tangga tentang garam beryodium yang

meliputi pengertian, manfaat, cara penggunaan, cara penyimpanan,

kelompok resiko tinggi, akibat yang ditimbulkan dan pencegahan agar

tidak terkena GAKY, merupakan faktor-faktor yang berpengaruh

terhadap tindakan – tindakan apa yang akan ibu lakukan ataupun

hindari, bagaimana ibu harus mengambil sikap sehubungan dengan

penggunaan garam beryodium.

b. Sikap

Sikap merupakan suatu kecenderungan untuk berrespon (positif

atau negative) terhadap obyek, organisasi atau situasi tertentu

( Sarwono, 1993). Sikap ibu rumah tangga terhadap penggunaan garam

beryodium merupakan tanggapan yang meliputi sikap setuju, kurang

setuju, dan tidak setuju, dimana sikap akan terjadi perilaku jika

dipengaruhi oleh keyakinan bahwa perilaku tersebut akan membawa

kepada hasil yang diinginkan atau tidak diinginkan. (Azwar, S.1995)

2. Faktor Pendukung (“ Enabling factor” )

Faktor – faktor ini mencakup ketersediaan sarana dan prasarana atau

fasilitas kesehatan bagi masyarakat, termasuk juga fasilitas pelayanan

kesehatan seperti Puskesmas, Posyandu, dan lain sebagainya

( Notoatmojo,2003).

3. Faktor Penguat ( “Reinforcing factor”)

Merupakan sikap dan perilaku yang menguatkan perilaku seseorang,

termasuk dalam faktor ini adalah tokoh masyarakat ataupun para petugas

kesehatan termasuk juga disini Undang-undang, Peraturan-peraturan, baik

dari pusat maupun pemerintah daerah yang terkait dengan kesehatan.

C. Peranan Wanita Sebagai Ibu Rumah Tangga

Page 4: jurnal dm

Kebijakan pembangunan dalam bidang peningkatan peranan wanita

menyebutkan bahwa wanita sebagai mitra sejajar pria harus lebih dapat

berperan dalam pembangunan dan kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan

bernegara, termasuk upaya mewujudkan keluarga sejahtera dan

pengembangan anak dalam rangka pembangunan manusia seutuhnya ( Tim

Penggerak PKK,1996).

D. Kerangka Teori

E. Kerangka Konsep

Predisposing Factor

Tingkat Pendidikan

Usia

Pengetahuan

Jenis Kelamin

Sikap

Tradisi dan Kebiasaan

Enabling Factor

Fasilitas

Ketersediaan sarana

dan

Reinforcing Faktor

Sikap dan Perilaku

Tokoh Masyarakat dan

Petugas

Praktik Penggunaan

Garam Beryodium

Page 5: jurnal dm

Variabel Bebas

Variabel Terikat

Variabel antara

F. Hipotesa Penelitian

1. Ada hubungan antara Pengetahuan dengan Sikap

tentang Garam beryodium.

2. Ada hubungan antara Pengetahuan tentang Garam

Beryodium dengan Praktik penggunaan Garam Beryodium.

3. Ada hubungan antara Sikap tentang Garam

Beryodium dengan Praktik penggunaan Garam Beryodium.

.

H. Definisi Operasional

1. Variabel Terikat

Praktik penggunaan Garam beryodium adalah pelaksanaan penggunaan

garam beryodium pada ibu rumah tangga dalam kehidupan sehari – hari.

Skala : Nominal

Hasil Ukur : Ya (1) : Kandungan yodium dalam garam 30 – 80

ppm.

Pegetahuan Tentang Garam

Beryodium

Sikap Terhadap Garam

Beryodium

Praktik Penggunaan

Garam Beryodium

Page 6: jurnal dm

Tidak (0) : Kandungan yodium dalam garam < 30

ppm.

2. Variabel Bebas

Pengetahuan tentang Garam Beryodium merupakan kemampuan

responden untuk menjawab dengan benar pertanyaan – pertanyaan yang

meliputi pengertian ( definisi ), Manfaat, cara penggunaan, cara

penyimpanan, kelompok resiko tinggi, akibat pencegahan dan kekurangan

Garam Beryodium.

Skala : Ordinal

Hasil Ukur : Jawaban yang benar diberi skor 1 dan salah diberi skor 0.

Kemudian jawaban akan dikategorikan menjadi :

Baik : > x + 0,5 (SD).

Sedang : x ± 0,5 (SD).

Kurang : < x – 0,5 ( SD).

3. Variabel antara

Sikap terhadap Garam Beryodium adalah tanggapan responden

terhadap Garam beryodium yang diungkapkan melalui jawaban Setuju,

Ragu-ragu, dan Tidak setuju.

Skala : Ordinal.

Hasil Ukur : Jawaban yang diberikan akan di scoring tiap alternative

Jawaban.

Untuk pertanyaan yang sifatnya positif perhitungan skor tiap alternative

jawaban adalah : Setuju = 3

Ragu-ragu = 2

Tidak setuju= 1

Demikian berlaku sebaliknya bila pertanyaan bersifat negative. Kemudian

akan dilakukan pembagian skor sikap menurut cara penilaian model skala

Likert yaitu dengan menggunakan skor T dengan Rumus :

T = 50 + 10

−sxx

Page 7: jurnal dm

Dimana x = skor responden pada skala Sikap yang hendak diubah menjadi

skor T.

x = Mean Skor kelompok.

s = Standar Deviasi skor kelompok.

50 = Mean Skor T menurut Likert.

10 = Standar Deviasi menurut Likert (Azwar, S. 1995).

Selanjutnya Skor T di Deskripsikan menjadi Sikap :

Mendukung : Skor T > 50 + 0,5 (SD).

Netral : Skor 50 ± 0,5 (SD).

Menolak : T < 50 – 0,5 (SD).