jurnal dm
DESCRIPTION
jurnal tentang masalah dibetes melitusTRANSCRIPT
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Garam Beryodium.
1. Pengertian Garam Beryodium.
Garam beryodium merupakan istilah yang biasa digunakan untuk garam
yang
telah difortifikasi ( ditambah ) dengan yodium. Di Indonesia yodium
ditambahkan dalam garam sebagai zat aditif atau suplemen dalam bentuk
kalium yodat ( KIO3 ) berupa larutan pada lapisan tipis garam, sehingga
diperoleh campuran yang merata.
2. Standar Nasional Indonesia (SNI) tentang Garam Beryodium.
Garam beryodium yang di anjurkan untuk di konsumsi manusia adalah
yang memenuhi Standar Nasional Indonesia (SNI), yaitu berdasarkan SNI
No 01 3556.2.2000 tahun 1994 dalam SNI kadar yodium dalam garam
ditentukan sebesar 30 – 80 ppm dalam bentuk KIO3 hal ini dikaitkan
dengan jumlah garam yang dikonsumsi tiap orang per hari adalah 6 – 10
gr. (Palupi,2004).
3. Uji Kandungan Garam Beryodium
Uji kandungan terhadap garam beryodium, dapat diketahui melalui dua
cara, yang biasa disebut dengan uji yodina test dan uji titrasi.
a) Uji Yodina Test Uji yodina test digunakan untuk mengetahui ada tidaknya
kandungan yodium dalam suatu garam. Pelaksanaan uji yodina test ini
masih tergolong mudah dan praktis dari pada uji titrasi.
b. Uji Titrasi
Uji titrasi pelaksanaannya lebih rumit dari pada uji Yodina test, akan
tetapi uji titrasi ini memiliki keunggulan, yaitu dapat mengetahui
berapa kadar yodium dalam garam lebih rinci ( Depkes, 2001 ).
4. Yodisasi Garam Beryodium untuk Penanggulangan GAKY Jangka
Panjang.
Penanggulangan GAKY jangka panjang meliputi kegiatan peningkatan
program yodisasi garam, yaitu penambahan yodium pada garam yang
dikonsumsi, sedangkan kegiatan penanggulangan GAKY jangka pendek
yaitu dengan cara pemberian kapsul yodium. Kegiatan suplementasi
kapsul yodium diberikan hanya kepada penduduk yang tinggal di daerah
endemik sedang dan berat ( Depkes, 2003).
Cara penanggulangan GAKY yang paling murah dan mudah adalah
dengan mengkonsumsi garam beryodium, yang dianjurkan sebanyak 6 – 10 gr.
Per orang per hari untuk memenuhi kecukupan ( Kusuma, A, 1995).
B. Teori Determinan Perilaku
Perilaku manusia pada hakikatnya merupakan tindakan atau aktifitas dari
manusia itu sendiri baik yang diamati langsung, maupun yang tidak dapat
diamati oleh pihak luar. Perilaku merupakan refleksi dari berbagai macam
gejala kejiwaan, seperti pengetahuan, keinginan, kehendak, minat, motivasi,
persepsi, sikap dan sebagainya (Notoatmojo, 1993).
Grenn (1980) mengatakan bahwa perilaku seseorang ditentukan oleh tiga
faktor pokok yakni : Faktor predisposisi (“Predisposing factor”), faktor yang
mendukung (“enabling factor”) dan faktor yang mendorong atau memperkuat
(“reinforcing factor”).
1. Faktor Predisposisi (“ Predisposing factor”)
Faktor predisposisi merupakan faktor positif yang mempermudah
terwujudnya praktik, maka sering disebut faktor pemudah. Faktor ini
mencakup seperti pengetahuan individu, sikap, tingkat pendidikan dan
unsur-unsur lain yang ada dalam individu tersebut atau masyarakat.
a. Pengetahuan
Pengetahuan merupakan hasil tahu, dan ini terjadi setelah orang
melakukan pengindraan terhadap obyek tertentu. Sebagian besar
pengetahuan manusia diperoleh melalui penglihatan dan pendengaran
(Notoatmojo, 1993).
Pengetahuan ibu rumah tangga tentang garam beryodium yang
meliputi pengertian, manfaat, cara penggunaan, cara penyimpanan,
kelompok resiko tinggi, akibat yang ditimbulkan dan pencegahan agar
tidak terkena GAKY, merupakan faktor-faktor yang berpengaruh
terhadap tindakan – tindakan apa yang akan ibu lakukan ataupun
hindari, bagaimana ibu harus mengambil sikap sehubungan dengan
penggunaan garam beryodium.
b. Sikap
Sikap merupakan suatu kecenderungan untuk berrespon (positif
atau negative) terhadap obyek, organisasi atau situasi tertentu
( Sarwono, 1993). Sikap ibu rumah tangga terhadap penggunaan garam
beryodium merupakan tanggapan yang meliputi sikap setuju, kurang
setuju, dan tidak setuju, dimana sikap akan terjadi perilaku jika
dipengaruhi oleh keyakinan bahwa perilaku tersebut akan membawa
kepada hasil yang diinginkan atau tidak diinginkan. (Azwar, S.1995)
2. Faktor Pendukung (“ Enabling factor” )
Faktor – faktor ini mencakup ketersediaan sarana dan prasarana atau
fasilitas kesehatan bagi masyarakat, termasuk juga fasilitas pelayanan
kesehatan seperti Puskesmas, Posyandu, dan lain sebagainya
( Notoatmojo,2003).
3. Faktor Penguat ( “Reinforcing factor”)
Merupakan sikap dan perilaku yang menguatkan perilaku seseorang,
termasuk dalam faktor ini adalah tokoh masyarakat ataupun para petugas
kesehatan termasuk juga disini Undang-undang, Peraturan-peraturan, baik
dari pusat maupun pemerintah daerah yang terkait dengan kesehatan.
C. Peranan Wanita Sebagai Ibu Rumah Tangga
Kebijakan pembangunan dalam bidang peningkatan peranan wanita
menyebutkan bahwa wanita sebagai mitra sejajar pria harus lebih dapat
berperan dalam pembangunan dan kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan
bernegara, termasuk upaya mewujudkan keluarga sejahtera dan
pengembangan anak dalam rangka pembangunan manusia seutuhnya ( Tim
Penggerak PKK,1996).
D. Kerangka Teori
E. Kerangka Konsep
Predisposing Factor
Tingkat Pendidikan
Usia
Pengetahuan
Jenis Kelamin
Sikap
Tradisi dan Kebiasaan
Enabling Factor
Fasilitas
Ketersediaan sarana
dan
Reinforcing Faktor
Sikap dan Perilaku
Tokoh Masyarakat dan
Petugas
Praktik Penggunaan
Garam Beryodium
Variabel Bebas
Variabel Terikat
Variabel antara
F. Hipotesa Penelitian
1. Ada hubungan antara Pengetahuan dengan Sikap
tentang Garam beryodium.
2. Ada hubungan antara Pengetahuan tentang Garam
Beryodium dengan Praktik penggunaan Garam Beryodium.
3. Ada hubungan antara Sikap tentang Garam
Beryodium dengan Praktik penggunaan Garam Beryodium.
.
H. Definisi Operasional
1. Variabel Terikat
Praktik penggunaan Garam beryodium adalah pelaksanaan penggunaan
garam beryodium pada ibu rumah tangga dalam kehidupan sehari – hari.
Skala : Nominal
Hasil Ukur : Ya (1) : Kandungan yodium dalam garam 30 – 80
ppm.
Pegetahuan Tentang Garam
Beryodium
Sikap Terhadap Garam
Beryodium
Praktik Penggunaan
Garam Beryodium
Tidak (0) : Kandungan yodium dalam garam < 30
ppm.
2. Variabel Bebas
Pengetahuan tentang Garam Beryodium merupakan kemampuan
responden untuk menjawab dengan benar pertanyaan – pertanyaan yang
meliputi pengertian ( definisi ), Manfaat, cara penggunaan, cara
penyimpanan, kelompok resiko tinggi, akibat pencegahan dan kekurangan
Garam Beryodium.
Skala : Ordinal
Hasil Ukur : Jawaban yang benar diberi skor 1 dan salah diberi skor 0.
Kemudian jawaban akan dikategorikan menjadi :
Baik : > x + 0,5 (SD).
Sedang : x ± 0,5 (SD).
Kurang : < x – 0,5 ( SD).
3. Variabel antara
Sikap terhadap Garam Beryodium adalah tanggapan responden
terhadap Garam beryodium yang diungkapkan melalui jawaban Setuju,
Ragu-ragu, dan Tidak setuju.
Skala : Ordinal.
Hasil Ukur : Jawaban yang diberikan akan di scoring tiap alternative
Jawaban.
Untuk pertanyaan yang sifatnya positif perhitungan skor tiap alternative
jawaban adalah : Setuju = 3
Ragu-ragu = 2
Tidak setuju= 1
Demikian berlaku sebaliknya bila pertanyaan bersifat negative. Kemudian
akan dilakukan pembagian skor sikap menurut cara penilaian model skala
Likert yaitu dengan menggunakan skor T dengan Rumus :
T = 50 + 10
−sxx
Dimana x = skor responden pada skala Sikap yang hendak diubah menjadi
skor T.
x = Mean Skor kelompok.
s = Standar Deviasi skor kelompok.
50 = Mean Skor T menurut Likert.
10 = Standar Deviasi menurut Likert (Azwar, S. 1995).
Selanjutnya Skor T di Deskripsikan menjadi Sikap :
Mendukung : Skor T > 50 + 0,5 (SD).
Netral : Skor 50 ± 0,5 (SD).
Menolak : T < 50 – 0,5 (SD).