jurnal civic hukum

136

Upload: others

Post on 21-Oct-2021

8 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: JURNAL CIVIC HUKUM
Page 2: JURNAL CIVIC HUKUM
Page 3: JURNAL CIVIC HUKUM

1

1

Renny Komahriah, Nurul Zuriah dan M.Mansur Ibrahim. Peranan dan Strategi GuruPPKn dalam Penanaman Jati Diri Bangsa Berdasarkan Nilai-Nilai Pancasila di .....1

Jurnal Civic HukumVolume 3, Nomor 2, November 2018P-ISSN 2623-0216 E-ISSN 2623-0224

http://ejournal.umm.ac.id/index.php/jch

Model Pembinaan Anak Jalanan di Pondok Pesantren SalafiyahSabilul Hikmah MalangAnita Dwi Agustin, Rohmad Widodo, M.Syahri

Peranan Guru PKn dalam Meningkatkan Wawasan Kebangsaan danCinta Tanah Air (Wangsa Cita) di Era Globalisasi pada Siswa SMAMuhammadiyah 1 MalangEka Nur Cahyaning Asih, Nurul Zuriah, Budiono

Analisis Dampak Penggunaan Gadget (Smartphone) TerhadapKepribadian dan Karakter (Kekar) Peserta Didikdi SMA Negeri 9 MalangFahdian Rahmandani, Agus Tinus, M. Mansur Ibrahim

Penguatan Pendidikan Politik dalam Meningkatkan Sikap Bela NegaraSiswa di SMA Negeri 3 MalangFitrianur Widya Ningrum, Trisakti Handayani, M. MansurIbrahim

Pengaruh Teman Sebaya Terhadap Perkembangan Motivasi BelajarSiswa di SMP Muhammadiyah 1 MalangMoh Salahuddin, Nurbani Yusuf, Budiono

Penanaman Nilai-Nilai Pendidikan Antikorupsi Melalui HabitusKeteladanan di SMP Muhammadiyah Boarding School YogyakartaMoh. Wahyu K, Rini

Strategi Pemerintah Daerah dalam Meningkatkan Pendapatan AsliDaerah (PAD) Melalui Pengembangan Potensi Pariwisata KabupatenManggarai BaratRosmiati, Trisakti Handayani, Rohmad Widodo

1-8

9-17

18-44

45-51

52-61

62-74

75-91

JURNAL CIVIC HUKUMJURNAL CIVIC HUKUMJURNAL CIVIC HUKUMJURNAL CIVIC HUKUMJURNAL CIVIC HUKUM

P-ISSN : 2623-0216E-ISSN : 2623-0224

Volume 3, No 1 Mei 2018

Page 4: JURNAL CIVIC HUKUM

2

Jurnal Civic Hukum Volume 3, Nomor 2, November 2018, hal. 1-8

Meruntuhkan Status Quo: Partisipasi Politik dan Kekerasan dalamGerakan Mahasiswa di Indonesia (Tinjauan Sosio-Historis)Rose Fitria L, Ahmad Arif W.

Partisipasi Masyarakat dalam Implementasi Kebijakan Publik TentangBPJS Kesehatan di Kelurahan Purwosari Kecamatan PurwosariKabupaten PasuruanSahrani Rizal, Agus Tinus, Rohmad Widodo

Penumbuhan Rasa Nasionalisme dan Cinta Budaya Indonesia melaluiProgram “Kamsi” Pada Siswa SMP Negeri 1 BatuSyahrul Hadiyatullah, Nurbani Yusuf, Nurul Zuriah

92-101

102-110

111-118

Page 5: JURNAL CIVIC HUKUM

1

1

Anita Dwi Agustin, Rohmad Widodo dan M. Syahri. Model Pembinaan Anak Jalanandi Pondok Pesantren Salafiyah Sabilul Hikmah Malang

http://ejournal.umm.ac.id/index.php/jch

1

Jurnal Civic HukumVolume 3, Nomor 1, Mei 2018P-ISSN 2623-0216 E-ISSN 2623-0224

MODEL PEMBINAAN ANAK JALANAN DI PONDOKPESANTREN SALAFIYAH SABILUL HIKMAH MALANG

Anita Dwi Agustin, Rohmad Widodo, M.SyahriFKIP Universitas Muhammadiyah Malang

Email : [email protected]

ABSTRAKTujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui dan mendeskripsikan: 1) Model

pembinaan anak jalanan di Pondok Pesantren, 2) Kendala-kendala yang terjadi dalampembinaan anak jalanan, 3) Mengatasi kendala yang ada. Penelitian ini menggunakanpendekatan penelitian kualitatif dengan jenis penelitian deskriptif. Teknik pengumpulandata meliputi: observasi, wawancara, dan dokumentasi. Adapun metode analisis datanyamelalui: pengumpulan data, reduksi data, penyajian data, dan penarikan kesimpulan. Hasildari penelitian menjelaskan bahwa: 1) Pembinaan yang dilakukan di Pondok PesantrenSalafiyah Sabilul Hikmah ini adalah pendekatan secara personal sosial dimana penguruspondok pesantren harus berinteraksi sosial secara anak per anak agar tahu apa yangsebenarnya diinginkan oleh masing-masing anak serta pembinaan dengan pendekatansecara agama (religius), 2) Kendala yang paling menonjol adalah sulitnya masa peralihananak-anak yang semula hidup bebas dijalanan dan kemudian hidup di lingkungan pondokpesantren serta kurangnya dana operasional untuk mencukupi kebutuhan sehari-hari parasantri, 3) Mengatasi anak yang susah diatur adalah dengan membuat anak - anak tersebeutmerasa nyaman maka itulah guna dari pembinaan melalui pendekatan personal sosial,sedangkan kendala dari keuangan adalah bagaimana pendiri Pondok Pesantren menggunakanuang pribadi dalam mencukupi kebutuhan sehari-hari para santri.

Kata Kunci : Model Pembinaan, Anak Jalanan, Personal sosial dan religi.

ABSTRACTThe research objective is to understand and describe: 1) The mentoring model for

street children at Islamic Boarding School, 2) The problems in mentoring for street children,and 3) The solution for solving the problems. This research applied the descriptivequalitative research. The techniques for data collection were observation, interview, anddocumentation. The analysis data started from data collection, data reduction, result ofresearch and conclusion. The result of this research showed that: 1) The mentoring whichwas done by Salafiyah Sabilul Hikmah Islamic Boarding School was a personal and socialapproach where Islamic boarding school staffs should make an social interaction to eachof street children so they could understand their real needs, 2) the most problem whichfaced by street children was the difficulties on their adaptation from the life street to Islamicboarding school which did not have a good financial to support all their daily needs, and3) To mentor the street childern who could not be taught easily was by making themfeelmore comfortable so it aligned with the goal of a personal and social approach, andto cover the lack of financial on the student’s daily needs was by using the staff’s personalmoney.

Keywords: Mentoring Model, Street Children, Personal and social approach, and religion.

Page 6: JURNAL CIVIC HUKUM

2

Jurnal Civic Hukum Volume 3, Nomor 1, Mei 2018, hal. 1-8

PENDAHULUANAnak jalanan merupakan suatu

permasalahan yang belum teratasi olehbangsa Indonesia. Terutama di kota-kotabesar, seperti Kota Malang. Anak jalanantersebut, merupakan suatu pandangan yangkurang begitu bagus. Menurut UU No. 23Tahun 2003 tentang Perlindungan Anak,anak adalah seseorang yang belum berusia18 tahun, termasuk anak yang masih dalamkandungan. Dalam kehidupan berbangsadan bernegara anak merupakan generasipenerus bangsa yang harus mendapatkanperlindungan dari pemerintah. DalamUndang-Undang Dasar Negara RepublikIndonesia Tahun 1945 pasal 34, ayat (1)yang berbunyi: Fakir miskin dan anak-anak terlantar dipelihara oleh Negara.

Menurut pandangan Suyanto dalamNugroho (2010: 5), “anak jalanan adalahanak-anak yang tersisih,marjinal, danteralienasi dari perlakuan kasih sayangkarena kebanyakan dalam usia yang relatifdini sudah harus berhadapandenganlingkungan kota yang keras danbahkan sangat tidak bersahabat.

Dalam menegakkan hak anak, hal initerus diperjuangkan oleh PerserikatanBangsa-Bangsa (PBB) bagaimanatercantum dalam, Universal Declarationof Human Right, mulai dari hak hidup,hak kemerdekaan, hak kesejahteraan, hakpengasuhan, hak perlindungan, hakmemperoleh pendidikan, hak menjalankanagama sesuai dengan keyakinannya,sebagaimana manusia memiliki martabat,nilai-nilai kebebasan, dan dalam lingkungankebebasan yang lebih luas. (Marwan,2015:14)

Dalam Konstitusi atau Undang-Undang Dasar Negara Republik Indone-sia (UUD) tahun 1945, pada pasal 28Bayat (2) yang menegaskan bahwa setiapanak berhak atas kelangsungan hidup,

tumbuh, dan berkembang serta berhakatas perlindungan dari kekerasan dandiskriminasi (amandemen/perubahankedua). Konsekuensi dari ketentuan pasal28b Undang-Undang Dasar NegaraRepublik Indonesia Tahun 1945 perluditindak lanjuti dengan membuat kebijakanpemerintah yang bertujuan untuk melindungianak. (Marwan, 2015:14)

Anak perlu mendapat perlindungandari dampak negatif arus pembangunanyang cepat, arus globalisasi dibidangkomunikasi dan informasi, kemajuan ilmupengetahuan dan teknoloogi (iptek), sertaperubahan gaya dan cara hidup sebagianorang tua yang telah membawa perubahansosial yang mendasar dalam kehidupanmasyarakat yang sangat berpengaruhterhadap nilai dan perilaku anak.Penyimpangan tingkah laku atau perubahanmelanggar hukum yang dilakukan olehanak, antara lain disebabkan oleh faktor diluar diri anak. Data anak yang berhadapandengan hukum dari Dirjen Pemasyaraktanmenunjukkan bahwa tingkat kriminalitasserta pengaruh negatif penyalahgunaannorkoba, psikotropika, dan zat adiktifsemakin meningkat. Pembinaan adalahsuatu proses penggunaan manusia, alatperalatan, uang, waktu, metode dan sistemyang didasarkan pada prinsip tertentu untukpencapaian tujuan yang telah ditentukandengan daya dan hasil yang sebesar-besarnya”. (Musanef,1991:11). MiftahThoha dalam bukunya yang berjudul“Pembinaan Organisasi” mendefinisikan,pengertian pembinaan bahwa :1. Pembinaan adalah suatu tindakan,

proses, atau pernyataan menjadi lebihbaik.

2. Pembinaan merupakan suatu strategiyang unik dari suatu sistempambaharuan dan perubahan (change).

3. Pembinaan merupakan suatupernyataan yang normatif, yakni

Page 7: JURNAL CIVIC HUKUM

3

3

Anita Dwi Agustin, Rohmad Widodo dan M. Syahri. Model Pembinaan Anak Jalanandi Pondok Pesantren Salafiyah Sabilul Hikmah Malang

menjelaskan bagaimana perubahan danpembaharuan yang berencana sertapelaksanaannya.

4. Pembinaan berusaha untuk mencapaiefektivitas, efisiensi dalam suatuperubahan dan pembaharuan yangdilakukan tanpa mengenal berhenti.(Miftah,1997:16-17).

Anak jalanan merupakan salah satucontoh semakin maraknya pergaulan bebasdikalangan remaja yang hingga saat inisemakin tahun semakin mengalamipeningkatan. Luputnya pengawasan orangtua terhadap anaknya menjadikan ini salahsatu faktor yang membuat merekamelakukan penyimpangan secara tingkahlaku sosial. Namun anak jalanan disinitidak hanya anak yang melakukantindakan-tindakan yang berada diluarnorma, anak-anak dibawah umur yangmenjadi pengemis atau pengamen seolahmenjadi bagian dari kehidupan anakjalanan.

Kurangnya pengawasan orang tuaserta lemahnya tindakan pemerintahmembuat mereka semakin bebas dalamkehidupannya. Tak jarang anak jalanan inimenimbulkan masalah yang meresahkanmasyarakat sekitar, aksi kriminalitas yangdilakukan anak jalanan dengan jelasmenyadarkan kita bahwa tidak adanyaperan orang tua dan tindakan tegas daripemerintah. Anak yang seharusnyamendapat pendidikan, mendapat perhatiandari orang tua, keluarga, dan masyarakatmalah lebih menyenangi kehidupan bebasdiluar tanpa adanya pengawasan dariorang-orang terdekat.

Pada anak jalanan, hak dankewajibannya kurang diperhatikan denganbaik. Maka dari itu, perlu adanya perhatianyang khusus dari pemerintah, danmasyarakat sekitar, sehingga hak dankewajiban tersebut dapat terpenuhi dengan

baik, seperti anak pada umumnya. DinegaraIndonesia itu sendiri, anak jalanan tidakbegitu diperhatikan oleh pemerintah itusendiri. Hal ini menyebabkan banyak anak-anak Indonesia, dimana sebagai anakpenerus bangsa mengalami degradasi moraldan etika, dikarenakan tidak adanyapayung atau lembaga pemerintah untukmengayomi anak-anak jalanan untukmencapai apa yang mereka cita-citakan.

Di Indonesia itu sendiri, anak jalanandari tahun ke tahun mengalami peningkatanyang begitu signifikan, terutama dikota-kota besar.Jumlah anak jalanan (anjal) terusmeningkat. Saat ini tercatat di KementerianSosial (Kemensos) mencapai sekitar 4,1juta (2016). Menteri Sosial Khofifah IndarParawansa menyebutkan jumlah anakjalanan meningkat 100 persendibandingkan2015.

Di Malang data anak jalananberdasarkan identifikasi razia per tanggal20 Agustus 2015 mencapai 72 anaksedangkan pada tahun 2016 anak jalananyang berhasil di identifikasi razia sebanyak45 anak. (Data Dinsos Kota Malangth.2016)

Pemerintah Kota Malang mengeluarkanPeraturan Daerah Kota Malang Nomor 9Tahun 2013 tentang penanganan AnakJalanan, Pengemis, dan Gelandangan.Dengan adanya, peraturan pemerintah ini,diharapkan akan menanggulangipermasalahan mengenai anak jalanan. Akantetapi, dengan adanya peraturan ini, belumdapat menanggulangi anak jalanan secarakeseluruhan.

Di Malang sendiri sudah banyak sekalikelompok masyarakat yang mendirikantempat naungan anak-anak jalanan,contohnya Griya Baca dan PondokPesantren Salafiyah Sabilul Hikmah.Pondok Pesantren Salafiyah SabilulHikmah beralamat di Jl.Polowijen I/190

Page 8: JURNAL CIVIC HUKUM

4

Jurnal Civic Hukum Volume 3, Nomor 1, Mei 2018, hal. 1-8

RT 04 RW 02, Kecamatan Belimbing,65126 Kota Malang. Gus Ubaidillah Hamid“G” sebagai pendiri sekaligus pengasuhPondok Pesantren Salafiyah SabilulHikmah . Hingga saat ini, ada 71 anakjalanan yang dibina di Ponpes ini. Ditempat tersebut, anak-anak mendapatpendidikan non-formal dan mendapatpembinaan secara khusus, ditempattersebut mereka dibina agar dapat diterimakembali oleh keluarga dan masyarakat. Ditempat tersebut, anak-anak mendapatpendidikan non-formal dan mendapatpembinaan secara khusus, ditempattersebut mereka dibina agar dapat diterimakembali oleh keluarga dan masyarakat.

Bercermin dari masalah diatas, makaperlu adanya bentuk nyata dari pemerintahkota Malang dalam melindungi anak jalananbeserta hak-nya. Dengan adanya bentukkepedulian dari pemerintah, maka secarajelas pemerintah telah membuktikankinerjanya melaksanakan tugasnya “anakjalanan, pengemis, dan gelandangandipelihara oleh negara”.

Adanya perlindungan anak merupakanperwujudan dari keadilan dalam suatumasyarakat, dengn demikian makaperlindungan anak harus diusahakan dalamberbagai bidang kehidupan bernegara dnbermasyarakat. (Arif Gosita 1993:103)

METODEPada penelitian tentang “Model

Pembinaan Anak Jalanan di PondokPesantren Salafiyah Sabilul Hikmah “ inimenggunakaan pendekatan kualitatif.Penelitian kualitatif adalah prosedurpenelitian yang menghasilkan data deskriptifberupa kata-kata tertulis atau lisan dariorang-orang atau prilaku yang dapatdiamati. Oleh karena itu, peneliti memilihpendekatan kualitatif untuk mempermudahpeneliti dalam mendiskripsikan dan

menganalisis fenomena, aktivitas sosial,gejala, sikap dan pandangan seseorangatau kelompok ataupun peristiwa yangterjadi dilapangan. Selain itu juga adabeberapa pertimbangan, yaitu pertama,metode kualitatif lebih mudah apabilaberhadapan dengan pernyataan ganda.

Pembinaan adalah suatu prosespenggunaan manusia, alat peralatan, uang,waktu, metode dan sistem yang didasarkanpada prinsip tertentu untuk pencapaiantujuan yang telah ditentukan dengan dayadan hasil yang sebesar-besarnya”.(Musanef,1991:11)

Menurut Moleong (2006) dalamPrastowo (2011:36) ada tiga model analisisdata yang selama ini digunakan dalampenelitian kualitatif yaitu metodeperbandingan tetap, metode analisis datamenurut Spradley dan metode analisis datamenurut Miles dan Huberman terdapatempat jalur analisis data kualitatif, yaitumencakup : (1) pengumpulan data,(2) reduksi data, (3) penyajian data, dan(4) penarik kesimpulan.

Penelitian ini dilakukan di Pondok Pesantren Salafiyah SabilulHikmahberalamat di Jl.Polowijen I/190RT 04 RW 02, Kecamatan Blimbing, 65126Kota Malanguntuk dapat mewawancaraianak yang telah mendapat pembinaan dansalah satu pengurus yang berwenang dalampembinaan anak-anak jalanan ini. Mendatangidinas sosial untuk mendapat informasi dandata pihak yang berwenang menangani anakjalanan di Kota Malang.

Waktu penelitian adalah waktu dimanapenelitian ini dilaksanakan mulai daripenyusunanlaporan penelitian hinggaselesai penulisan laporan penelitian.Diperkirakan proses penyelesaianpenelitian ini memerlukan waktu 1 bulan.Dimulai pada bulan Februari 2017 danselesai pada bulan Maret 2017.

Page 9: JURNAL CIVIC HUKUM

5

5

Anita Dwi Agustin, Rohmad Widodo dan M. Syahri. Model Pembinaan Anak Jalanandi Pondok Pesantren Salafiyah Sabilul Hikmah Malang

HASIL DAN PEMBAHASANBerdasarkan hasil penelitian yang telah

diuraikan diatas akan dijelaskan lebih lanjutpada pembahasan dalam beberapasubbab-subbab ini sebagai berikut: 1)Bagaimana model pembinaan yangdilakukan oleh Pondok Pesantren SalafiyahSabilul Hikmah, 2) Apa saja kendala yangdihadapi oleh Pondok Pesantren SalafiyahSabilul Hikmah, 3) Apa solusi yang diambiloleh pengurus Pondok Pesantren SalafiyahSabilul Hikmah untuk menghadapi kendalatersebut. Adapun pembahasannya sebagaibeikut:

Model Pembinaan yang dilakukan olehPondok Pesantren Salafiyah SabilulHikmah

Berdasarkan hasil penelitian yang telahdiuraikan pada pembahasan sebelumnya,peranan Pondok Pesantren SalafiyahSabilul Hikmah mempunyai peran pentingdalam pembinaan anak jalanan. Banyakditemui anak jalanan di Kota Malang dandi Indonesia sendiri data anak jalanantercatat di Kementerian Sosial (Kemensos)mencapai sekitar 4,1 juta (2016).

Pengajar atau pengasuh di PondokPesantren Salafiyah Sabilul Hikmah sangatberperan penting dalam membina anak-anak jalanan yaitu dengan melakukanpembinaan melalui pendekatan secarapersonal sosial dan secara agama. Pengajardituntut untuk dapat memahami setiap anakagar pembinaan yang dilakukan tepat dandapat diterima oleh setiap individu anaktersebut. Hal ini sesuai dengan PeraturanDaerah (Perda) Kota Malang Nomor 9Tahun 2013 pasal 1 ayat (8) yaitupembinaan adalah segala upaya ataukegiatan yang dilakukan oleh pemerintahdan/ atau masyarakat untuk mengatasimasalah anak jalanan, gelandangan,pengemis, dan keluarganya supaya dapat

hidup dan mencari nafkah dngan tetapmengutamakan hak-hak dasar bagikemanusiaan.

Hal ini dilakukan agar para santridapat dibina untuk bisa mengembalikannyamenjadi anak sebagaimana mestinya.Mereka dibina agar dapatmenjalanikehidupan normal seperti sediakala dandapat diterima lagi oleh keluarga maupunmasyarakat sekitar. Adapun kegiatan diPondok Pesantren Salafiyah SabilulHikmah, yaitu Sholat wajib tepat waktu,belajar dan mengaji Kitab Suci Al-Qur’an,diajarkan mandiri dengan diberi modalberjualan diwarung untuk dapat memenuhikeperluan tambahan sehari-hari, kegiatanrutin mengaji Surat Yasin setiap setelahSholat Magrib, kegiatan keputrian setiapJumat untuk santri perempuan.

Kegiatan-kegiatan yang dilakukanbertujuan untuk dapat merubah secarapribadi agar dapat diterima kembali olehkeluarga maupun masyarakat disekitarnya.Anak-anak jalanan ini harus dibina agardapat berubah dan merasa mendapatperlindungan. Hal ini sesuai denganPeraturan Daerah (Perda) Kota MalangNomor 9 Tahun 2013 pasal 1 ayat (7)perlindungan anak adalah segala kegiatanuntuk menjamin dan melindungi anak agardapat hidup, tumbuh, berkembang danberpartisipasi secara optyimal sesuaidengan harkat dan martabat, kemanusiaanserta mendapat perlindungan darikekerasan, diskriminasi dan eksploitasiyang mempunyai masalah dijalanan.

Berdasarkan hasil wawancara,dokumentasi, dan observasi serta didukungoleh beberapa Peraturan Daerah (Perda)dapat disimpulkan bahwa model pembinaanyang digunakan oleh Pondok PesantrenSalafiyah Sabilul Hikmah adalah pembinaansecara personal sosial dan pendekatansecara agama. Selain pembinaan, anak

Page 10: JURNAL CIVIC HUKUM

6

Jurnal Civic Hukum Volume 3, Nomor 1, Mei 2018, hal. 1-8

jalanan ini mendapat perlindungan sehinggamereka merasa nyaman dan merasaterlindungi, dengan ini mereka dapatberubah menjadi pribadi yang lebih baik.

Mengacu pada Alternatif modelpenanganan (pembinaan) anak jalananmengarah kepada 3 jenis model yaitufamily base, institutional base danmulti-system base. Pembinaan anak jalanandi Pondok Pesantren Salafiyah SabilulHikmah adalah jenis Institutional baseyaitu, model pemberdayaan melaluipemberdayaan lembaga-lembaga sosial dimasyarakat dengan menjalin networkingmelalui berbagai institusi baik lembagapemerintahan maupun lembaga sosialmasyarakat.

Kendala yang dihadapi oleh PondokPesantren Salafiyah Sabilul Hikmah

Berdasarkan hasil analisis data yangtelah diuraikan diatas mengungkapkanbahwakendala yang paling menonjol yangdihadapi oleh Pondok pesantren SalafiyahSabilul Hikmah dalam pembinaannyaadalah anak-anak yang sangat susah diaturkarena masa peralihan dari hidup di jalananke kehidupan di dalam pesantren. Kendaladari biaya operasional, tidak ada bantuandari pemerintah untuk mencukupi biayakehidupan anak-anak setiap harinya.

Berkaitan dengan itu, Perda KotaMalang Nomor 9 Tahun 2003 TentangPenanganan Anak Jalanan, Gelandangandan Pengemis Pasal 3 Penanganan anakjalanan, gelandangan dan pengemis,bertujuan:a. mencegah dan mengantisipasi

meningkatnya komunitas anakjalanan,gelandangan dan pengemis;

b. mencegah penyalahgunaan komunitasanak jalanan, gelandangan, danpengemis dari eksploitasi pihak-pihaktertentu;

c. mendidikan komunitas anak jalanan,gelandangan, dan pengemis agar dapathidup secara layak dan normalsebagaimana kehidupan masyarakatumumnya;

d. memberdayakan para anak jalanan,gelandangan dan pengemis untukdapathidup mandiri secara ekonomi dansosial; dan

e. meningkatkan peran serta dankesadaran Pemerintah Daerah, duniausaha dan elemen masyarakat lainnyauntuk berpartisipasi dalam penanganananak jalanan, gelandangan, danpengemis.

Perda Kota Malang Nomor 9 Tahun2003 Tentang Penanganan Anak Jalanan,Gelandangan dan Pengemis pasal 17tentang sumber dana yaitu:

Beban biaya untuk penangananak jalanan, gelandangan dan pengemis,bersumber dari :a. Anggaran Pendapatan dan Belanja

Daerah;b. Sumber lain yang sah dan tidak

mengikat sesuai dengan ketentuanperaturan perundang-undangan.

Kendala yang muncul ini mengharuskanpihak Pemerintah Daerah, dunia usaha danelemen masyarakat lainnya untukberpartisipasi dalam penanganan anakjalanan, gelandangan, dan pengemis.Keikut sertaan semua elemen inidibutuhkan untuk memaksimalkanpembinaan agar tidak menimbulkanberbagai kendala yang dapat menghambatberjalannya pembinaan ini.

Solusi yang diambil oleh pengurusPondok Pesantren Salafiyah SabilulHikmah Untuk Menghadapi KendalaTersebut

Berdasarkan hasil analisis data yangtelah diuraikan diatas mengungkapkan

Page 11: JURNAL CIVIC HUKUM

7

7

Anita Dwi Agustin, Rohmad Widodo dan M. Syahri. Model Pembinaan Anak Jalanandi Pondok Pesantren Salafiyah Sabilul Hikmah Malang

bahwa solusi untuk mengatasi hambatanyang muncul dalam pembinaan anakjalanan di Pondok Pesantren SalafiyahSabilul Hikmah yaitu pembinaan dilakukandengan pendekatan secara personal sosial,Abah membuat anak-anak merasa nyamandan merasa terlindungi sehingga anak-anakdapat berubah. Pendekatan secara agamaagar mereka lebih mantap melakukanperubahan baik untuk diri mereka sendiri.Untuk kendala keuangan, Abah hanyamengandalkan uang pribadi, dari perhiasansampai tabungan Abah gunakan untukmencukupi sarana dan prasarana anak-anak sehari-hari. Selain menggunakan uangpribadi, Abah memodali anak-anakmembuka warung kecil-kecilan dimanakeuntungannya untuk biaya tambahansehari-hari mereka.Hal ini dilakukan untukmengubah dan menjadikan anak-anak lebihbaik lagi kedepannya dan mereka tidakmudah terpengaruh lagi oleh dunia bebasjalanan.

Berkaitan dengan ini, pembinaanmenurut Peraturan Daerah (Perda) KotaMalang Nomor 9 Tahun 2013 pasal 1ayat (8) yaitu adalah segala upaya ataukegiatan yang dilakukan oleh pemerintahdan/ atau masyarakat untuk mengatasimasalah anak jalanan, gelandangan,pengemis, dan keluarganya supaya dapathidup dan mencari nafkah dngan tetapmengutamakan hak-hak dasar bagikemanusiaan. Untuk mengatasi kendalaanak-anak yang susah diatur disini PondokPesantren Salafiyah Sabiul Hikmahmelakukan pembinaan secara personalsosial dimana anak diberikan kenyamanandan merasa dilindungi.

Solusi yang diambil oleh “G” selakupendiri dan pengasuh Pondok PesantrenSalafiyah Sabilul Hikmah selainmenggunakan uang pribadi yaitu denganmembuatkan anak-anak usaha warung

kecil-kecilan dimana selain keuntunganyang diperoleh untuk tambahan memenuhikehidupan sehari-hari, “G” jugamengajarkan kemandirian kepada anak-anak. Ini sesuai dengan alternatif pembinaananak jalanan oleh Islamic Education yaituInstitutional base, adalah modelpemberdayaan melalui pemberdayaanlembaga-lembaga sosial di masyarakatdengan menjalin networking melaluiberbagai institusi baik lembaga pemerintahanmaupun lembaga sosial masyarakat.

Inti dari poin ini adalahdiberikannya pembinaan dan keterampilanagar anak-anak jalanan ini dapat merubahkehidupannya dan mampu hidup mandirijauh dari kata anak jalanan sepertibelumnya.

SIMPULANBerdasarkan hasil penelitian dan

pembahasan pada bab sebelumnya, dapatdisimpulkan bahwa sebagai beerikut: a)Model pembinaan yang diterapkan diPondok Pesantren Salafiyah SabilulHikmah yaitu pendekatan secara personalsosial dan pendekatabn secara agama.Pembinaan ini mengacu pada Hal ini sesuaidengan Peraturan Daerah (Perda) KotaMalang Nomor 9 Tahun 2013 pasal 1ayat (7) dan (8) serta Mengacu padaAlternatif model penanganan (pembinaan)anak jalanan mengarah kepada 3 jenismodel yaitu family base, institutional basedan multi-system base. Pembinaan anakjalanan di Pondok Pesantren SalafiyahSabilul Hikmah adalah jenis Institutionalbase yaitu, model pemberdayaan melaluipemberdayaan lembaga-lembaga sosial dimasyarakat dengan menjalin networkingmelalui berbagai institusi baik lembagapemerintahan maupun lembaga sosialmasyarakat. b) Kendala yang palingmenonjol yang dihadapi oleh Pondok

Page 12: JURNAL CIVIC HUKUM

8

Jurnal Civic Hukum Volume 3, Nomor 1, Mei 2018, hal. 1-8

pesantren Salafiyah Sabilul Hikmahdalam pembinaanya adalah anak-anakyang sangat susah diatur karenamasa peralihan dari hidup di jalanan kekehidupan di dalam pesantren. Kendaladari biaya operasional, tidak ada bantuandari pemerintah untuk mencukupi biayakehidupan anak- anak setiap harinya.c) Solusi dalam mengatasi kendala diPondok Pesantren Salafiyah SabilulHikmah yaitu peembinaan dilakukan denganpendekatan secara personal sosial, GusUbaidillah Hamid membuat anak-anakmerasa nyaman dan merasa terlindungisehingga anak-anak dapat berubah.Pendekatan secara agama agar merekalebih mantap melakukan perubahan baikuntuk diri mereka sendiri. Untuk kendalakeuangan, Gus Ubaidillah Hamid hanyamengandalkan uang pribadi, dari perhiasansampai tabungan Gus Ubaidillah Hamidgunakan untuk mencukupi sarana danprasarana anak-anak sehari-hari. Selainmenggunakan uang pribadi, GusUbaidillah Hamids memodali anak-anakmembuka warung kecil-kecilan dimanakeuntungannya untuk biaya tambahansehari-hari mereka.

DAFTAR PUSTAKAGosita, Arif. (1993). Masalah Korban

Kejahatan. Jakarta: AkademikaPresindo.

Moleong, Lexy, J. (2006). MetodologiPenelitian Kualitatif. Bandung:Remaja Rosdakarya.

Musanef. (1991). ManajemenKepegawaian Di Indonesia. Jakarta:CV Haji Masagung.

Nugroho, F. A. Realitas Anak Jalanan diKota Layak Anak ( Studi Kasus AnakJalanan di Kota Surakarta).Other Skripsi Universitas SebelasMaret (Online) http://www.jurnal.fkip.uns.ac.id/index.php/sosant/article/viewFile/3391/2377diakses desember 2016

Prastowo, Andi. 2011.MemahamiMetode-Metode Penelitian.Jogjakarta: Ar-RuzzMedia.

Thoha, Miftah. (1997). PembinaanOrganisasi Proses Diagnosa danInterval. Jakarta : PT. Raja GrafindoPersada

Departemen Sosial dan UNDP di Jakartadan Surabaya (BKSN, 2002:2-4)

Page 13: JURNAL CIVIC HUKUM

9

9

Eka Nur, dkk. Peranan Guru PKn dalam Meningkatkan Wawasan Kebangsaan dan CintaTanah Air (Wangsa Cita) di Era Globalisasi Pada Siswa Sma Muhammadiyah 1 Malang9

Jurnal Civic HukumVolume 3, Nomor 1, Mei 2018P-ISSN 2623-0216 E-ISSN 2623-0224

PERANAN GURU PKn DALAM MENINGKATKANWAWASAN KEBANGSAAN DAN CINTA TANAH AIR

(WANGSA CITA) DI ERA GLOBALISASI PADA SISWASMA MUHAMMADIYAH 1 MALANG

Eka Nur Cahyaning Asih, Nurul Zuriah, BudionoFKIP Universitas Muhammadiyah Malang

Email : [email protected]

ABSTRAKWawasan kebangsaan dan cinta tanah air melahirkan sebuah pemahaman, kesadaran,

dan sikap dari elemen anak bangsa terhadap pilar kehidupan berbangsa dan bernegara danmenjadikan sebagai orientasi, perwujudan nilai dan tingkah sehari-hari. Melalui perananguru PKn , pendidikan wangsa cita dapat tumbuh dan meningkat pada anak bangsa, karenaguru PKn merupakan seseorang yang harus memiliki kemampuan mengelola pembelajaranpeserta didik sesuai dengan karakteristik pembelajaran PKn. Selain menjadi tenaga pengajar,guru PKn juga diharapkan dapat menjadi tauladan yang baik bagi peserta didiknya, dapatmemperbaiki moral siswa dan mampu mengurangi dampak globalisasi pada siswa. Hal inidikarenakan PKn merupakan pendidikan yang mengajarkan tentang bagaimana rakyatIndonesia harus memiliki wawasan kebangsaan dan cinta tanah air terhadap NegaraIndonesia. Penelitian ini menggunakan teknik penelitian kualitatif. Pengumpulan datadiperoleh dengan teknik observasi, wawancara dan dokumentasi. Kemudian data tersebutdianalisis secara deskriptif analisis. Teknik keabsahan data dengan kredibilitas, transferabilitas,dependabilitas, dan konfirmabilitas. Guru PKn sudah mampu untuk meningkatkan wangsacita siswa di SMA Muhammadiyah 1 Malang. Hal ini terbukti dari sikap siswa yang disiplin,patuh pada guru dan aturan sekolah, serta jujur meskipun belum seluruh siswa yangmemiliki wangsa cita tersebut. Namun demikian meningkatkan wangsa cita siswa tidakterlepas dari hambatan yang ada seperti, tidak semua siswa yang mematuh peraturansekolah dengan baik, dan tidak semua siswa memiliki wangsa cita yang baik pula,khususnya terkait pada era globalisasi yang ada saat ini. Solusi dalam menyikapi hambatantersebut adalah mengajak ikut serta semua guru di SMA Muhammadiyah 1 Malang untukdapat meningkatkan wangsa cita pada siswa, memanggil siswa yang bermasalah kekantoruntuk dibina agar dapat dinasehati dan diberi pengarahan tentang wangsa cita padadirinya. Selain solusi tersebut guru PKn beserta guru-guru yang lain harus lebih sabardalam menghadapi siswa.

Kata Kunci : Wangsa Cita, Wawasan Kebangsaan, Cinta Tanah Air, Peranan Guru PKn.

ABSTRACTThe concept of Nasionalism and patriotism give mean to an understanding, a ware

nessand attitude as thechildren’selement thenation against thepillars of national life andmake the orientation, value of realization and everyday behavior. As the role of civicsteacher, educational of patriotism can grow and increase in children , because the Civicsteacher is someone who should have the ability to manage the learning of students withthe characteristics of civics lesson. In addition to being a teacher, civics teachers are alsoexpected to be the good models for their students, they can improve students’ morale andwere able to reduce the impact of globalization on the students. Civics is a subject thatteaches about how the people of Indonesia should have the nationalism and patriotismtowardIndonesia. This study is a qualitative research. The data obtained by observation,interview and documentation. Then the data were analyzed descriptively.The validity of

http://ejournal.umm.ac.id/index.php/jch

Page 14: JURNAL CIVIC HUKUM

10

Jurnal Civic Hukum Volume 3, Nomor 1, Mei 2018, hal. 9-17

The data were using the state of credibility, transferability, dependability, and conformability.The civics teachers have been able to increase the wangsacita of students in SMAMuhammadiyah 1 Malang. This was seen as the attitude of the students were disciplined,obedient to the teachers and school rules and being honest even though some of themhaven’t got the wangsa citayet. Nevertheless, in improving students’ wangsacita cannotbe separated from the existing obstacles such as not all of the students obey the schoolrules, and not all of the students have the good manner of wangsacita, especiallyin theera of globalization today. The solution in facing these obstacles all the teachers in SMAMuhammadiyah 1 Malang are invited to participate in improving the wangsacita towardsthe students, calling the troubled students to the office in order to be advised and briefedon the wangsacitaon them. In addition, the Civics teachers along with other teachersshould be more patient in dealing with the students.

Keywords: Wangsa Cita, Nasionalism, Patriotism, The Role of Civics Teachers.

PENDAHULUAN

Jika mendengar kata “Globalisasi”,maka di dalam pemikiran mengatakanbahwa globaisasi merupakan kata yangsangat mengerikan dengan makna yangkabur, pertama kali dipakai pada tahun1960-an, dan menjadi mode yang makinpopular pada tahun 1990-an. Dimanamana orang mengatakan bahwa sekaranghidup dalam zaman dengan kehidupansosial yang sebagian besar ditentukan olehproses global, dalam zaman dimana garis-garis batas budaya nasional, ekonominasional dan wilayah nasional semakinkabur.

Menurut Hirst (2001: 3) asal katanya,kata “globalisasi” diambil dari kata global,yang maknanya ialah universal. AchmadSuparman menyatakan Globalisasi adalahsuatu proses menjadikan sesuatu (bendaatau perilaku) sebagai ciri dari setiapindividu di dunia ini tanpa dibatasi olehwilayah. Globalisasi belum memiliki definisiyang mapan, kecuali sekedar definisi kerja(workingdefinition), sehingga bergantungdari sisi mana orang melihatnya. Ada yangmemandangnya sebagai suatu proses sosial,atau proses sejarah, atau proses alamiahyang akan membawa seluruh bangsa dannegara di dunia makin terikat satu samalain, mewujudkan satu tatanan kehidupan

baru atau kesatuan ko-eksistensi denganmenyingkirkan batas-batas geografis,ekonomi dan budaya masyarakat.

Indonesia adalah Negara Kesatuanyang memiliki identitas nasional yaituUndang Undang Dasar 1945 sebagaikonstitusi Negara Indonesia, Pancasilasebagai ideologi bangsa, bahasa Indonesiasebagai bahasa persatuan, beragam budayanasional, lagu kebangsaan Indonesia Raya,17 agustus 1945 sebagai hari lahirnyaNegara Indonesia, lambang Negara yakniBurung garuda, yang semuanya tidak dapatdipisahkan dari jati diri Negara Indonesia.Identitas nasional harus diperjuangkan dandicintai oleh seluruh rakyat Indonesia.Menjunjung tinggi tanah air Indonesiaadalah kewajiban rakyat Indonesia sebagaibentuk kecintaan pada bangsa dan sebagaiperwujudan sikap nasionalisme Indonesiaaagar terhindar dari dampak globalisasi.

Menurut Amin (2014:2), dampakburuk globalisasi yang membawakebudayaan baru menjadikan komposisikebudayaan masyarakat Indonesia menjadilebih kompleks atau rumit. Karenakebanyakan kebudayaan baru yang datangdan diterima begitu saja, menyebabkanterjadinya penyimpangan kebudayaan dimasyarakat. Belum lagi masalah klasik

Page 15: JURNAL CIVIC HUKUM

11

1 1

Eka Nur, dkk. Peranan Guru PKn dalam Meningkatkan Wawasan Kebangsaan dan CintaTanah Air (Wangsa Cita) di Era Globalisasi Pada Siswa Sma Muhammadiyah 1 Malang

yang sepele namun berdampak seriusseperti perbedaan suku, agama, ras daanantar golongan yang semakin memecahbelah persatuan dan kesatuan bangsaIndonesia.

Melihat kondisi tersebut, pendidikanwawasan kebangsaan harus dimiliki olehseluruh rakyat Indonesia khususnya paragenerasi muda penerus bangsa. Sepertiyang dinyatakan oleh Amin (2014:2)membangun anak-anak bangsa Indonesiadan kepribadian bangsa diperlukan satuusaha, salah satunya yaitu melaluipendidikan secara nasional. Tujuan yanghendak dicapai melalui pendidikan secaranasional antara lain bahwa pendidikannasional harus mampu menumbuhkan danmemperdalam rasa cinta tanah air dengankemajemukan dan keberagaman yang adadi Indonesia, mempertebal semangatkebangsaan, dan rasa kesatuan danpersatuan berbangsa dan bernegara.Melalui pendidikan juga diharapkan dapatmenjadi wahana untuk melakukanpembentukan wawasan dan karakterbangsa, dan memperkuat komitmenkebangsaan menuju kehidupan berkualitasdan bermartabat.

Sejauh ini upaya yang telah dilakukanpemerintah adalah membangun WawasanKebangsaan melalui jalur pendidikandengan diberikannya PendidikanKewarganegaraan (PKn) sebagai matapelajaran pembentuk karakter. DalamUndang–Undang Republik IndonesiaNo.20 tahun 2003 tentang SistemPendidikan Nasional, pasal 1 ayat 2dikatakan bahwa Pendidikan nasionaladalah pendidikan yang berdasarkanPancasila dan Undang-Undang DasarNegara Republik Indonesia Tahun 1945yang berakar pada nilai-nilai agama,kebudayaan nasional Indonesia dantanggap terhadap perubahan zaman.

Dalam pasal 37 dikatakan bahwa :Kurikulum pendidikan dasar dan menengahsalah satunya wajib memuat PKn. MenurutAgung (2014), Tujuan Pendidikan PKnialah mendidik warga Negara yang baik,yakni: (1) peka terhadap informasi baruyang dijadikan pengetahuan dalamkehidupannya; (2) warga negara yangberketerampilan; (a) peka dalam menyerapinformasi; (b) mengorganisasi danmenggunakan informasi; (c) membina polahubungan interpersonal dan partisipasisosial; (3) warga negara yang memilikikomitmen terhadap nilai - nilai demokrasi,yang disyaratkan dalam membangun satutatanan masyarakat yang demokratis danberadap.

Melihat keadaan yang terjadi diIndonesia saat ini, kurangnya pemahamanmasyarakat dan generasi muda terhadappentingnya pendidikan wawasankebangsaan dan cinta tanah air menjadimasalah yang dianggap penting untukdibahas dalam penelitian ini,di SMAMuhammadiyah 1 Malang ini penelitimenemukan banyak sekali prilaku dari parasiswanya yang sangat mengikutikebudayaan masa kini baik itu dari caraberbicara atau cara berpakaiannya, adabeberapa siswa yang peneliti temukanmem-bully temannya yang berbeda sukudengannya sehingga temannya tersebutdijahui dan tidak diajak berteman.Kejadian diatas hanyalah sebagian kecilcontoh yang peneliti perhatikan di SMA 1Muhammadiyah Malang tersebut.

Menurut Diana (2015: 4) masa depanbangsa Indonesia sangatlah ditentukanoleh generasi muda terdidik ini. Siswaseharusnya menjadi generasi yang banyakmendapatkan berbagai pengetahuanteoritik maupun praktis di sekolah tentangtema-tema pembangunan bangsa sesuaipada kompetensinya masing-masing.

Page 16: JURNAL CIVIC HUKUM

12

Jurnal Civic Hukum Volume 3, Nomor 1, Mei 2018, hal. 9-17

Sebagai generasi masa depan, kiranyapenting pula mempersiapkan siswa denganberbagai pola pendidikan yang mampumenanamkan pendidikan wawasankebangsaan. Agar tercapainya pendidikanwawasan kebangsaan tersebut bidang studiyang sangat memegang peran penting untukpencapaian tersebut adalah mata pelajaranPKn yang telah diajarkan disemua jenjangpendidikan mulai dari tingkat taman kanak-kanak sampai dengan perguruan tinggi,baik pendidikan negeri maupun swasta.Oleh karena itu guru yang memegang matapelajaran PKn lah yang menjadi sorotanutama keberhasilan penanaman pendidikanwawasan kebangsaan kepada parasiswanya. Oleh karena itu berdasarkanuraian latar belakang masalah danidentifikasi permasalahan di atas,maka peneliti dalam penelitian ini tertarikuntuk mengambil judul “Peranan GuruPKn Dalam Meningkatkan WawasanKebangsaan dan Cinta Tanah Air (WangsaCita) di Era Globalisasi Pada Siswa SMAMuhammadiyah 1 Malang”.

Berdasarkan latar belakang masalah,maka rumusan masalah dalam penelitianini adalah sebagai berikut:a) Bagaimanakah kondisi wangsa cita

siswa di SMA 1 MuhammadiyahMalang di era globalisasi ini?

b) Bagaimanakah peranan guru PKndalam meningkatkan pendidikanwangsa cita pada siswa di SMA 1Muhammadiyah Malang dalammenghadapi tantangan globalisasi?

c) Apakah faktor pendukung danpenghambat peran guru PKn dalampeningkatan wangsa cita siswa di SMAMuhammadiyah 1 Malang?

d) Bagaimana solusi untuk mengatasihambatan yang terjadi pada wangsacita siswa di SMA Muhammadiyah 1Malang?

METODEPenelitian ini menggunakan penelitian

kualitatif karena permasalahan yangmenjadi pusat penelitian ini tidakberkenaan dengan angka-angka atauhitungan, melainkan mendeskripsikan,menggambarkan serta menguraikan tentangperanan guru PKn dalam meningkatkanpendidikan wawasan kebangsaan dan cintatanah air (wangsa cita) siswa SMAMuhammadiyah 1 Malang untukmenghadapi tantangan globalisasi. Tujuandari penelitian kualitatif ini adalah agarpeneliti serta pembaca dapat mengetahui,menggambarkan, mengungkapkan(do describe and explore), danmenggabarkan, menjelaskan (do describeand explain).

Penelitian kualitatif memerlukanketajaman analisis, objektivitas, sistematis,dan sistematik sehingga diperoleh ketepatandalam interpretasi, sebab hakikat dari satufenomena atau gejala penganut penelitiankualitatif adalah totalitas atau gestalt(Zuriah,2009:92). Menurut Lofland danLofland (dalam Moleong : 2012:157)sumber data utama dalam penelitiankualitatif adalah kata-kata, dan tindakan,selebihnya adalah data tambahan sepertidokumen dan lain-lain. Berkaitan denganhal itu pada bagian ini jenis datanya dibagikedalam kata-kata dan tindakan, sumberdata tertulis, foto, dan statistik. Adapunjenis pendekatan penelitian ini adalahdeskriptif, penelitian deskriptif yaitupeneitian yang berusaha untuk menuturkanpemecahan masalah yang ada sekarangberdasarkan dara-data.

Penelitian dilakukan di SMAMuhammadiyah 1 Malang. Alasanmengapa saya mengambil tempat inikarena berdasarkan keadaan yang ada,banyak prilaku peserta didik yang tidakmencerminkan prilaku wawasan

Page 17: JURNAL CIVIC HUKUM

13

1 3

Eka Nur, dkk. Peranan Guru PKn dalam Meningkatkan Wawasan Kebangsaan dan CintaTanah Air (Wangsa Cita) di Era Globalisasi Pada Siswa Sma Muhammadiyah 1 Malang

kebangsaan dan cinta tanah air sertabanyaknya peserta didik yang mengikutiarus globalisasi tanpa bisa meminimalisirnyaseperti penggunaan handphone diruangankelas ketika guru sedang menerangkan.Waktu penyusunan proposal ini dimulaipada Oktober sampai dengan bulanNovember 2015. Sedangkan waktupenelitian akan dilaksanakan padaJanuari sampai akhir Febuari 2016.

HASIL DAN PEMBAHASANKegiatan penelitian yang dilakukan

oleh peneliti di SMA Muhammadiyah 1Malang, diperoleh hasil penelitian mengenaiperanan guru PKn dalam meningkatkanwangsa cita pada siswa SMAMuhammadiyah 1 Malang di era globalisasiini adalah sebagai berikut:

Kondisi Wawasan Kebangsaan SiswaSMA Muhammadiyah 1 Malang di EraGlobalisasi

Berdasarkan wawancara tentangperanan guru PKn dalam meningkatkanwangsa cita di SMA Muhammadiyah 1Malang diperoleh kesimpulan bahwakondisi wangsa cita siswa SMAMuhammadiyah 1 Malang telah baik.Setiap siswa SMA Muhammadiyah 1Malang di dalam dirinya sudah tertanamrasa wangsa cita sejak lahir dan siswajuga menerapkannya dalam bentuk sikapsehari-hari. Contohnya seperti siswa yangsetiap hari senin melakukan kegiatanUpacara Bendera, setelah itu setiap haridari jam 06.45-07.00 WIB melakukansholat dhuha berjama’ah, mentaatiperaturan sekolah yang berlaku, jika adayang melanggar peraturan sekolah sekolahdengan langsung memberikan hukumanberupa menyanyikan lagu nasional sehinggasiswa seraca tidak langsung diharapkanmenghafalkan lagu-lagu nasional tersebut,siswa mengikuti pembelajaran PKn yang

diajarkan oleh guru PKn dengan materiwangsa cita dan diberikan tugas, lalumereka mempresentasikannya dengan baikdi depan kelas, hal tersebut merupakansalah satu contoh bahwa siswa SMAMuhammadiyah 1 Malang memiliki kondisiwangsa cita yang sangat baik.

Oleh karena kondisi wangsa cita yangdimiliki oleh siswa SMA Muhammadiyah1 Malang ini sangat baik, hal inimemberikan dampak positif bagi diri siswaitu sendiri, bagi guru yang mengajarkandan bagi lingkungan sekitar siswa. Kondisiwangsa cita siswa SMA Muhammadiyah1 Malang ini juga dapat dibuktikan dariantusias mereka mengikuti berbagai macamlomba tari daerah untuk memperkenalkankesenian daerah kepada rakyat Indonesiaagar tidak ada lagi kesenian Indonesiayang di cap menjadi milik negara luar.Menumbuhkan wangsa cita kepada siswaSMA Muhammadiyah 1 Malang jugadilakukan melalu mata pembelajaran PKnoleh Guru PKn, meskipun tidak hanyasekedar guru PKn saja yang berperandalam meningkatkan wangsa cita siswa,namun guru Pkn dalam menyampaikanmateri wangsa cita memberikan saranayang baik dalam meningkatkan wangsacita siswanya.

Peranan Guru PKn dalamMeningkatkan Wangsa Cita SiswaSMA Muhammadiyah 1 Malang

Wawasan kebangsaan siswa SMAMuhammadiyah 1 Malang memang telahbaik keberadaannya walaupun tidak semuasiswa memiliki wangsa cita yang baik.Namun peran guru Pkn dalammeningkatkan wangsa cita yang sudah adapada siswa SMA Muhammadiyah 1Malang juga tidak kalah pentingnya.Sebagai tenaga pengajar, guru Pknberperan untuk memberikan informasi-informasi berupa pengetahuan baru tentang

Page 18: JURNAL CIVIC HUKUM

14

Jurnal Civic Hukum Volume 3, Nomor 1, Mei 2018, hal. 9-17

wangsa cita, menjelaskan tentang dampakyang akan ditimbulkan jika seseorang tidakmenanamkan wangsa cita itu sejak dini.Guru Pkn juga dalam setiap menjelaskanmateri selalu menyisipkan pengetahuan-pengetahuan yang berhubungan denganwangsa cita bangsa sehingga siswa SMAMuhamammadiyah 1 Malang selalumengingat pentingnya meningkatkanwangsa cita tersebut. Guru Pkn dapatmemotivasi siswa agar tidak terjerumuskepada dampak dari era globalisasi sepertisekarang ini. Ketika memulai pelajaran,guru PKn selalu melihat keadaan kelassudah rapi atau belum, guru PKn jugaselalu memberikan kesempatan kepadasiswa SMA Muhammadiyah 1 Malanguntuk menyampaikan pendapatnya dengansopan di depan kelas. Ketika ada yangmelanggar di dalam kelas, hukuman andalanyang dilakukan guru PKn adalah dengancara siswa diminta untuk menyanyikan 10lagu wajib. Hal ini tidak semata-mata hanyamenghukum saja, makna yang terkandungdidalamnya adalah agar siswa selalumenjunjung negara Indonesia, dan selalumenerapkan wangsa cita pada kehidupansehari-hari. Peran guru PKn diluar kelascontohnya adalah sebagai guru piket.Dalam menjalankan piketnya guru PKnselalu memberikan pelajaran-pelajaranberharga berupa wangsa cita. Sama sepertidi dalam kelas, ketika guru PKn bertugassebagai guru piket dan ada siswa yangmelanggar, maka guru PKn beserta gurupiket yang lain memberikan hukuman-hukuman yang dapat membangun wangsacita siswa.

Faktor Pendukung dan FaktorPenghambat peranan guru PKn dalamMeningkatkan Wangsa Cita

Meningkatkan wangsa cita padasiswa SMA Muhammadiyah 1 Malangmemanglah tidak mudah, oleh karena itu

dibutuhkan metode-metode sebagaipenunjang dalam meningkatkan wangsacita siswa SMA Muhammadiyah 1 Malang.Faktor pendukung salah satunya adalahadanya peraturan sekolah tentang tata tertibyang wajib dipatuhi oleh siswa SMAMuhammadiyah 1 Malang. Tidak hanyaitu, guru Pkn memiliki kreativitas yangtinggi sehingga sangat dapat meminimalisirtidak tercapainya wangsa cita pada pesertadidik. Faktor pendukung lainnya adalahguru-guru yang lain yang senantiasamembantu guru Pkn dalam meningkatkanwangsa cita.

Tidak hanya faktor pendukung, namundalam pelaksanaan penerapan wangsa citaoleh peran guru PKn tersebut jugamengalami faktor penghambat. Salahsatunya adalah dari dalam diri siswa(internal) maupun dari luar diri siswa itusendiri (eksternal). Dari dalam diri siswaberupa adanya ketiaksamaan presepsiantara guru Pkn dan siswa SMAMuhammadiyah 1 Malang tentang materiyang diajarkan yaitu wangsa cita, sehinggasiswa terkesan cuek dan tidakmendengarkan apa yang dijelaskan olehguru PKn. Ketika siswa tidakmendengarkan materi yang disampaikanberarti siswa tersebut tidak mendapatkanilmu pengetahuan bagaimana pentingnyawangsa cita bagi siswa di era globalisasiseperti ini. Sedangkan faktor penghambatdari luar diri siswa itu berupa faktorlingkungan sekitar siswa baik disekolahmaupun diluar sekolah dan dari wali siswaitu sendiri. Untuk meningkatkan wangsacita pada siswa SMA Muhammadiyah 1Malang tidak semata-mata hanya guru PKndan guru-guru disekolah saja yang berperan.Percuma ketika disekolah siswa diajarkanbagaimana pentingnya wangsa cita bagidiri sendiri dan bangsa apabila lingkunganteman, lingkungan tempat tinggal dan wali

Page 19: JURNAL CIVIC HUKUM

15

1 5

Eka Nur, dkk. Peranan Guru PKn dalam Meningkatkan Wawasan Kebangsaan dan CintaTanah Air (Wangsa Cita) di Era Globalisasi Pada Siswa Sma Muhammadiyah 1 Malang

siswanya sendiri tidak mendukung untukmeningkatkan wangsa cita siswa di SMAMuhammadiyah 1 Malang.

Solusi Untuk Mengatasi Hambatanyang Terjadi pada Wangsa Cita SiswaSMA Muhammadiyah 1 Malang

Setiap masalah yang dihadapi pastilahdapat diatasi dengan berbagai macam solusi. begitu pula dengan faktor penghambatdalam peranan guru PKn dalammeningkatkan wangsa cita di SMAMuhammadiyah 1 Malang ini. Solusi untukmengatasi kendala tersebut dapatdilakukan dengan cara mengajak ikut sertasemua guru di SMA Muhammadiyah 1Malang untuk dapat meningkatkan wangsacita pada siswa SMA Muhammadiyah 1Malang. Memanggil siswa yang bermasalahkekantor untuk dibina agar dapat dinasehatidan dapat ditingkatkan kembali wangsacita pada dirinya. Hal ini dapat disimpulkanbahwa memberikan pemahaman tentangbagaimana pentingnya wawasankebangsaan pada peserta didik itu sangatlahpenting, apalagi pada siswa yang bisadianggap bandel atau nakal. Hal inidilakukan guru semata-mata hanyalah untukmemperbaiki karakter siswa tersebut agartidak mudah terjerumus kepada perilaku-perilaku menyimpang di era globalisasiseperti ini.

Selain solusi tersebut guru PKn besertaguru mata pelajaran yang lain harus lebihsabar dalam mengahadapi siswa,setidaknya memberikan contoh yang baikbagaimana pentingnya wangsa cita bagidiri sendiri dan bangsa Indonesia.

SIMPULANBerdasarkan hasil penelitian yang

mengacu pada rumusan masalah penelitidan tujuan penelitian tentang peranan guruPKn dalam meningkatkan wawasankebangsaan dan cinta tanah air (wangsa

cita) di era globalisasi pada siswa SMAMuhamammadiyah 1 Malang dapatdisimpulkan bahwa :1. Berdasarkan wawancara kepada

beberapa informan dapat disimpulkanbahwa kondisi wangsa cita siswa SMAMuhammadiyah 1 Malang telah baik.Setiap siswa SMA Muhammadiyah 1Malang di dalam dirinya sudahtertanam rasa wangsa cita sejak lahirdan siswa juga menerapkannya dalambentuk sikap sehari-hari. Contohnyaseperti siswa yang setiap hari seninmelakukan kegiatan Upacara Bendera,setelah itu setia hari dari jam 06.45-07.00 WIB melakukan sholat dluhaberjama’ah, mentaati peraturansekolah yang berlaku, jika ada yangmelanggar peraturan sekolah, sekolahdengan langsung memberikan hukumanberupa menyanyikan lagu wajibsehingga siswa seraca tidak langsungdiharapkan menghafalkan lagu-lagunasional tersebut, siswa mengikutipembelajaran PKn yang diajarkan olehguru PKn dengan materi wangsa citadan diberikan tugas, lalu merekamempresentasikannya dengan baik dididepan kelas, hal tersebut merupakansalah satu contoh bahwa siswa SMAMuhammadiyah 1 Malang memilikikondisi wangsa cita yang sangat baik.pendidikan wangsa cita itu sangatpenting untuk dimiliki oleh siswa SMAMuhammadiyah 1 Malang sebagaigenerasi penerus bangsa karenadengan dimilikinya wangsa cita olehsiswa SMA Muhammadiyah 1Malang, maka Negara Indonesia akanmenjadi Negara yang tetap utuh, kuatdan bersatu sehingga NKRI tetapterjaga. Pada era globalisasi ini sepertiwangsa cita sangat penting sebagaidasar kita sebagai peserta didik untukmenyaring apa dampak positif yangkita ambil dari globalisasi dan dapat

Page 20: JURNAL CIVIC HUKUM

16

Jurnal Civic Hukum Volume 3, Nomor 1, Mei 2018, hal. 9-17

mengetahui dan mengurangi dampaknegatif dari globalisasi itu.

2. Guru Pkn sangat berperan dalammeningkatkan wangsa cita siswa SMAMuhammadiyah 1 Malang. Guru PKnselain menjadi tenaga pengajar di SMAMuhammadiyah 1 Malang, Guru PKnjuga dapat menjadi tauladan yang baikbagi peserta didiknya. Guru PKnmampu memperbaiki moral siswa danmampu mengurangi dampak globalisasipada siswanya. Salah satu contoh yangdilakukan guru PKn di luar kelasadalah dengan menjadi guru piket.Dalam tugasnya Mengenai guru piket,jika ada siswa yang terlambat dantidak mengikuti peraturan sekolah,akan diberi efek jera berupa hukumanmenyanyikan lagu wajib, menyanyikanlagu daerah dan membacakanpembukaan UUD 1945. Hal inidilakukan agar siswa lebih mengenaldan mencintai Negara Indonesiasehingga siswa malu untuk melakukanpelanggaran lagi di sekolah. Sebagaitenaga pengajar, guru Pkn berperanuntuk memberikan informasi-informasiberupa pengetahuan baru tentangwangsa cita, menjelakan tentangdampak yang akan ditimbulkan jikaseseorang tidak menanamkan wangsacita itu sejak dini. Guru Pkn jugadalam setiap menjelaskan materi selalumenyisipkan pengetahuan-pengetahuanyang berhubungan dengan wangsa citabangsa sehingga siswa SMAMuhamammadiyah 1 Malang selalumengingat pentingnya meningkatkanwangsa cita tersebut. Guru Pkn dapatmemotivasi siswa agar tidak terjerumuskepada dampak dari era globalisasiseperti sekarang ini.

3. Faktor internal yang menghambatberjalannya peranan guru PKn dalammeningkatkan wangsa cita siswaseperti seorang siswa yang sangat sulit

diubah dan membutuhkan waktu lamasangat menurunkan kinerja danperanan Guru sebagai untukmeningkatkan wangsa cita pesertadidiknya. Peserta didik yang malasuntuk belajar, dan adanya perbedaanpendapat dan presepsi antara guruPKn dan siswa sehingga membuatsiswa tidak enak untuk mengikutipembelajaran sehingga siswa tidakmendengarkan pembelajaran terkesanseperti tidak menghargai gurumerupakan faktor terbesar yangselama ini menghalangi peranan guruPKn dalam meningkatkan wawasankebangsaan itu sendiri. Sedangkanfaktor eksternalnya seperti wali muridyang terkesan acuh pada pesertadidik dan lingkungan pergaulan pesertadidik yang dianggap salah, sehinggapembelajaran wangsa cita yang telahditerangkan oleh guru PKn menjaditidak dihiraukan.

4. Faktor pendukung dalam meningkatkanwangsa cita melalui peranan guru PKnsalah satunya adalah adanya peraturansekolah tentang tata tertib yang wajibdipatuhi oleh siswa SMAMuhammadiyah 1 Malang. Tidakhanya itu, guru Pkn memiliki kreativitasyang tinggi sehingga sangat dapatmeminimalisir tidak tercapainya wangsacita pada peserta didik. Faktorpendukung lainnya adalah guru-guruyang lain yang senantiasa membantuguru Pkn dalam meningkatkan wangsacita.

5. Solusi untuk mengatasi kendala dalamperanan guru PKn dalammeningkatkan wangsa cita tersebutdapat dilakukan dengan caramengajak ikut serta semua guru diSMA Muhammadiyah 1 Malang untukdapat meningkatkan wangsa cita padasiswa SMA Muhammadiyah 1Malang. Memanggil siswa yang

Page 21: JURNAL CIVIC HUKUM

17

1 7

Eka Nur, dkk. Peranan Guru PKn dalam Meningkatkan Wawasan Kebangsaan dan CintaTanah Air (Wangsa Cita) di Era Globalisasi Pada Siswa Sma Muhammadiyah 1 Malang

bermasalah kekantor untuk dibina agardapat dinasehati dan dapatditingkatkan kembali wangsa cita padadirinya. Selain solusi tersebut guru PKnbeserta guru mata pelajaran yang lainharus lebih sabar dalam mengahadapisiswa, setidaknya memberikan contohyang baik bagaimana pentingnyawangsa cita bagi diri sendiri dan bangsaIndonesia.

DAFTAR PUSTAKAAgung, I,. 2014. Pendidikan Wawasan

Kebangsaan Daerah Perbatasan.Jakarta : Penerbit Bee madia Pustaka.

Amin, Muhammad. 2014. Peran MataKuliah PPKn dalam PemumbuhanSemangat Bhinrka Tunggal Ika padaMahasiswa Jurusan Civic HukumAngkatan 2013 UniversitasMuhammadiyah Malang.Skripsi.Malang: Fakultas Keguruan danIlmu Pendidikan, UniversitasMuhammadiyah Malang.

Centre For Strategic And InternationalStudies (CSIS). 1976. PandanganPresiden Soehato TentangPancasila. Jakarta: YayasanProklamasi Centre For Strategic AndInternational Studies (CSIS).

Diana, Ajeng. 2015. PenumbuhanSemangat Nasionalisme padaSiswa SMKN 13 Malang MelaluiMata Pelajaran PPKn. Skripsi.Malang: Fakultas Keguruan dan IlmuPendidikan, Universitas MuhammadiyahMalang.

Hirst, P., Thompson,G.. 2001.GlobalisasiAdalah Mitos. Jakarta: Yayasan OborIndonesia.

Moleong, Lexy J,. 2012. MetodePenelitian Kualitatif Edisi Revisi.Bandung: PT. Remaja Rosdakarya.

Zuriah, Nurul. 2009. MetodelogiPenelitian Sosial dan PendidikanTeori-Aplikasi. Jakarta: Bumi Aksara

Page 22: JURNAL CIVIC HUKUM

18

Jurnal Civic Hukum Volume 3, Nomor 1, Mei 2018, hal. 18-4418

Jurnal Civic HukumVolume 3, Nomor 1, Mei 2018P-ISSN 2623-0216 E-ISSN 2623-0224

ANALISIS DAMPAK PENGGUNAAN GADGET (SMARTPHONE)TERHADAP KEPRIBADIAN DAN KARAKTER (KEKAR)

PESERTA DIDIK DI SMA NEGERI 9 MALANG

Fahdian Rahmandani, Agus Tinus, M. Mansur IbrahimFKIP Universitas Muhammadiyah Malang

Email : [email protected]

ABSTRAKPenggunaan gadget (smartphone) yang terlalu berlebihan dan tidak sewajarnya akan

menimbulkan pengaruh terhadap kepribadian dan karakter peserta didik. Kepribadianpeserta didik seharusnya menjadi perhatian khusus dalam menanamkan karakter kepadamereka. Karena antara kepribadian dan karakter tersebut akan sangat berpengaruh terhadaptumbuh-kembang peserta didik. Sehingga penelitian ini bertujuan untuk: (a) Mengetahuipenggunaan gadget (smartphone) oleh peserta didik di SMA Negeri 9 Malang, (b)Mendeskripsikan kepribadian dan karakter peserta didik yang menggunakan gadget(smartphone) di SMA Negeri 9 Malang, dan (c) Mendeskripsikan solusi penggunaangadget (smartphone) yang ideal oleh peserta didik di SMA Negeri 9 Malang. Penelitian inimenggunakan teknik penelitian deskriptif kualitatif. Dimana peneliti berusaha memberikangambaran secara sistematis dan cermat berdasarkan fakta – fakta aktual dan sifat – sifatpopulasi tertentu. Penelitian ini bertujuan untuk memecahkan masalah – masalah aktual danmengumpulkan data. Pengumpulan data diperoleh dengan teknik wawancara, angket,observasi dan dokumentasi. Adapun informan yang digali informasinya yakni Wakil KepalaSekolah Bidang Kesiswaan, Guru PPKn, Guru Agama Islam, Guru BK, Guru IPS, Guru IPAdan Siswa - siswi Kelas XI SMA Negeri 9 Malang. Berdasarkan penelitian yang telahdilakukan, diperoleh hasil sebagai berikut: (a) Hampir semua peserta didik di SMAN 9Malang memiliki dan menggunakan gadget, khususnya smartphone. Rata-rata waktupeserta didik menggunakan gadgetnya selama 3 sampai lebih dari 7 jam untuk membukamedia sosial. (b) Kepribadian peserta didik yang menggunakan gadget (smartphone)cenderung lebih pasif seperti individualis, tertutup, kurang peduli dengan sekitarnya danrasa sosial dari anak kurang. Sedangkan karakternya memiliki kecenderungan lebih apatis,pola pikirnya cenderung irasional, mencari mudahnya saja dan kurang mempunyai simpati.(c) Penggunaan gadget (smartphone) yang ideal yaitu dengan memberikan banyakpemahaman kepada peserta didik dan menerapkan program yang memiliki hubungandengan penggunaan gadget (smartphone). Hasil penelitian yang diperoleh dapat disimpulkansebagai berikut: (a) Semua peserta didik di SMAN 9 Malang menggunakan gadget(smartphone). (b) Terjadi penyimpangan kepribadian dan demoralisasi karakter pesertadidik yang aktif menggunakan gadget (smartphone). (c) Solusi ideal yaitu dengan memberikanbanyak pemahaman, dan sekolah sudah menerapkan program berbasis gadget (smartphone).

Kata Kunci : Analisis, Penggunaan Gadget (Smartphone), Kepribadian Karakter.

ABSTRACTThe use of gadgets (smartphone) which is too excessive and not reasonable will be

impacting on the personality and character of students. Personality of students should beparticular concern on instilling character for them. Because between the personality andthe character will greatly affect the growth and development of students. Thus thisresearch aims to: (a) Knowing the use of gadgets (smartphone) by students at State HighSchool 9 Malang, (b) Describe the personality and character of students who use gadgets(smartphone) in State Senior High School 9 Malang, and (c) Explaining solutions usegadgets (smartphone) which is ideal by students at State Senior High School 9 Malang.

http://ejournal.umm.ac.id/index.php/jch

Page 23: JURNAL CIVIC HUKUM

19

1 9

Fahdian R, dkk. Analisis Dampak Penggunaan Gadget (Smartphone) TerhadapKepribadian dan Karakter (Kekar) Peserta Didik di Sma Negeri 9 Malang

This research uses techniques of research descriptive qualitative. Where researchers triedto give an idea systematically and meticulously based on actual facts and the characteristicof certain populations. This research aiming to solve the actual problems and collect thedocuments. collection of documents were obtained by interview, questionnaire,observation and documentation. As for informant who unearthed the information that isVice Principal of Student, Teacher of PPKn, Teacher of Islamic Religious, Teacher of BK,Teacher IPS, Teacher of Science and Student Class XI of State Senior High School 9Malang. Based on research that has been done, the results are as follows: (a) Almost allthe students at State Senior High School 9 Malang have and use gadgets, particularlysmartphones. The average time students use the gadget for 3 to more than 7 hours toplaying social media. (b) The personality of students who use gadgets (smartphone) tendto be more passive as individualistic and less concerned with the surroundings and thechilds less has the social sense. While the characters have a tendency to be apathetic,the mindset is tends irrational, seeking ease and have less sympathy. (c) The use ofgadgets (smartphone) ideal that is to give a lot of understanding to of students andimplement programs that have a relationship with the use of gadgets (smartphone). Theresult of research obtained can be summed as follows: (a) All of students at State SeniorHigh School 9 Malang using gadgets (smartphone). (b) There is a personality disorder anddemoralization of character for students active using gadgets (smartphone). (c) The idealsolution is to give a lot of understanding, and school has implemented a program the basedof gadgets (smartphone).

Keywords: Analysis, Using Gadget (Smartphone), Character.

PENDAHULUANPerkembangan teknologi dan informasi

saat ini mengalami kemajuan yang sangatpesat, ditandai dengan kemajuan padabidang informasi dan teknologi. Salah satuteknologi yang banyak digemari saat iniyaitu gadget (smartphone). Hal inidiungkap oleh penelitian yang dilakukanoleh Strategy Analytics. Terbukti,pengguna ponsel pintar (gadget) hinggaakhir tahun 2014 lalu telah mencapai duamiliar orang. Dengan capaian itu, setidaknyasatu dari tiga orang di dunia telah menjadipengguna smartphone. Pengguna ponselpintar dunia tumbuh 37% dari tahun 2013menjadi 2,1 miliar orang di tahun 2014.Dapat diprediksi pengguna ponsel pintarglobal akan tumbuh 22% pada tahun 2015.Artinya, 35% dari 7,2 miliar populasi duniadi tahun 2015 akan menggunakan ponselpintar (Salam, 2015:19).

Berdasarkan data dari emarketer,pada tahun 2018 Indonesia akan memiliki

lebih dari 100 juta pengguna smartphoneaktif. Hal tersebut membuat Indonesia akanberada di peringkat 4 dunia sebagai negaradengan pengguna smartphone terbanyak(Wahyudi, 2015:34).

Orang yang memiliki smartphoneakan lebih rajin untuk mencari informasi.Berdasarkan hasil survey, para penggunasmartphone rata-rata menggunakanperangkatnya lebih dari dua jam per hari.Selama waktu tersebut, mereka cenderungmenggunakan perangkatnya sehari-hariuntuk internet (24 menit 49 detik), sosialmedia (17 menit 29 detik), musik (15menit 38 detik) dan bermain games (14menit 26 detik) (Setiamanah, 2013:7).

Sebuah studi di Inggris tentangpenggunaan alat-alat elektronik saat inimempublikasikan, sekitar 22 juta orangatau sekitar 45 persen mengakui merekamenggunakan ponsel untuk menelepon,mengirim SMS, menggunakan sosialmedia dan email lebih sering dari pada

Page 24: JURNAL CIVIC HUKUM

20

Jurnal Civic Hukum Volume 3, Nomor 1, Mei 2018, hal. 18-44

harus pergi ke ruang sebelah untukmengobrol dengan anggota keluargalainnya. Seperlima atau sekitar 22 persendari survei itu lebih memilih untuk berbicaralewat telepon atau sosial media sepertiFacebook dan Twitter berdasarkan(Darmansyah, 2013:11).

Gadget (smartphone) adalah mediayang dipakai sebagai alat komunikasimodern. Gadget semakin mempermudahkegiatan komunikasi manusia. Kini kegiatankomunikasi telah berkembang semakinlebih maju dengan munculnya gadget.Menurut Sanjaya dan Wibhowo dalamManumpil, Ismanto, dan Onibala (2015:2),meningkatnya penggunaan gadget ataualat-alat yang dapat dengan mudahterkoneksi dengan internet ini, mengalamipeningkatan dari waktu ke waktu. Saat inikurang lebih 45 juta menggunakan internet,dimana Sembilan juta diantaranyamenggunakan ponsel untuk mengaksesinternet.

Gadget sudah sangat menyatu dengankehidupan sosial masyarakat seakanorang tidak bisa lepas dari gadget. Sekitar80 persen dari masyarakat perkotaan diIndonesia memiliki perangkat ponselkhususnya smartphone atau ponsel pintar(Rezkisari, 2014:27).

Semakin beragamnya jenis gadgetyang diproduksi oleh berbagai perusahaanbesar dengan suguhan aplikasi-aplikasi yangcanggih dalam menyajikan berbagai mediaberita, jejaring sosial, informasi gaya hidup,hobi, hingga hiburan yang disajikan secaraonline maupun offline kini sukses menarikbanyak perhatian masyarakat.

Platform smart data untuk mobilemarketing and commerce, Vserv, bekerjasama dengan Nielsen Mobile Insightmerilis laporan khusus atau hasil surveimengenai perilaku pengguna smartphonedi Indonesia. Sejumlah temuan menarik

diungkap dalam laporan itu. Salah satutemuan menariknya adalah dari sisikarakteristik pengguna, ada yangpenggemar game, bintang sinetron hinggapenggila data.

Sekitar 20% pengguna smartphonedi Indonesia disebutkan mengonsumsi datadengan kuota besar, sekitar 249 MB/hari,yang dikategorikan sebagai penggila ataurakus data. Mereka banyak menginstalaplikasi dan permainan di smartphone.Tak hanya itu, 19% dari penggunasmartphone dikategorikan sebagaipenggemar game. Mereka memakai ponselpintarnya untuk bermain game lebih dari1,5 jam sehari.

Menariknya lagi, 14% penggunasmartphone yang didominasi olehperempuan menghabiskan hampir satu jamsetiap hari di jejaring sosial, chatting danaplikasi VoIP, yang dikategorikan sebagaibintang Sosial. Berdasarkan penelitian,secara rata-rata, penguna smartphonemenghabiskan waktu 129 menit per hariuntuk menggunakan ponsel pintar, denganrata-rata total penggunaan data 197 MB/hari.

Berdasarkan laporan tersebut jugaterungkap jumlah pengguna smartphonedi Indonesia terus bertambah, dengan lajupertumbuhan majemuk tahunan (CAGR)mencapai 33% dari 2013-2017.Pertumbuhan pesat itu didorong olehpengguna usia muda di bawah 30 tahun,tepatnya usia 18-24 tahun, dengan porsi61% dari seluruh pengguna gadget(Ningrum, 2015:14).

Sementara pasar telah rajinmempelajari karakteristik demografipengguna smartphone, mereka telahmengabaikan dampak kepribadiankepemilikan smartphone dan penggunanya(Lane dan Maner, 2011:22). Penggunaangadget (smartphone) yang terlalu

Page 25: JURNAL CIVIC HUKUM

21

2 1

Fahdian R, dkk. Analisis Dampak Penggunaan Gadget (Smartphone) TerhadapKepribadian dan Karakter (Kekar) Peserta Didik di Sma Negeri 9 Malang

berlebihan dan tidak sewajarnya akanmenimbulkan pengaruh terhadapkepribadian dan karakter peserta didik dibanyak sekolah.

Kepribadian peserta didik seharusnyamenjadi perhatian khusus dalammenanamkan karakter kepada mereka.Karena antara kepribadian dan karaktertersebut akan sangat berpengaruh terhadaptumbuh-kembang peserta didik. Baikperkembangan dalam aspek kognitif, afektifmaupun psimokotoriknya.

Id, ego dan superego merupakan sistemyang membentuk kepribadian denganberisikan nilai-nilai dan aturan yang sifatnyaevaluatif atau dianggap sebagaiaspek filtering. Jadi pengaruh penggunaangadget (smartphone) yang berlebihanperlahan bisa membentuk suatu polakebiasaan yang individualistik dan oportunis.

Ketika kepribadian peserta didikbanyak dipengaruhi oleh sumber informasiyang memiliki nilai negatif, makaperkembangan mindset peserta didikkemungkinan besar juga akan mengarahkepada nilai yang negatif, begitu jugasebaliknya. Pola pikir manusia padadasarnya dipengaruhi oleh karakternya.Selanjutnya pola pikir manusia akanbermetamorfosa menjadi tindakan, laludengan adanya tindakan akan menjadisebuah kebiasaan, dengan kebiasaan inilahkepribadian akan terbentuk.

Penelitian sebelumnya yang berfokuspada Pengaruh Penggunaan TeknologiCellulerphone Terhadap Moral danKarakter Siswa oleh Sri Utami (2014)menyatakan bahwa ada pengaruh negatifdari penggunaan cellulerphone terhadapmoral dan karakter Siswa MadrasahIbtidaiyah Ma’arif Bulurejo, MadrasahIbtidaiyah Bondowoso I, dan MadrasahIbtidaiyah Bondowoso II MertoyudanMagelang. Terdapat pengaruh negatif yang

cukup signifkan antara siswa yangmenggunakan cellulerphone dengan yangtidak menggunakannya. Begitu juga dengankarakter siswa yang memiliki perbedaancukup kelihatan, bahwa siswa yangmenggunakan cellulerphone memilikikarakter yang lebih rendah dari pada siswayang tidak menggunakan cellulerphone.Hasil penelitian tersebut dapat ditarikkesimpulan bahwasanya penggunaanteknologi informasi semacamcellulerphone/gadget (smartphone) yangtidak sesuai kebutuhan atau terlaluberlebihan memberikan dampak yangcukup signifikan terhadap personality(kepribadian) dan karakter peserta didik.Hal ini merupakan salah satu penghambatdalam menciptakan generasi yang baik(being good) dan cerdas (being smart).

Berdasarkan latar belakang diatas,adapun pokok permasalahan yang akanditelaah sebagai berikut: (1) Bagaimanapenggunaan gadget (smartphone) olehpeserta didik di SMA Negeri 9 Malang?(2) Bagaimana kepribadian dan karakterpeserta didik yang menggunakan gadget(smartphone) di SMA Negeri 9 Malang?(3) Bagaimana solusi penggunaan gadget(smartphone) yang ideal oleh peserta didikdi SMA Negeri 9 Malang?

METODEBerdasarkan pendekatan, secara garis

besar dibedakan dua macam penelitian,yaitu penelitian kuantitatif dan kualitatif.Keduanya memiliki asumsi, karakteristikdan prosedur penelitian yang berbeda(Sukmadinata, 2013:12).

Penelitian yang berjudul “AnalisisDampak Penggunaan Gadget (Smartphone)Terhadap Kepribdian dan Karakter(KEKAR) Peserta Didik Di SMA Negeri 9Malang” ini mengguakan penelitian secarakualitatif. Alasan peneliti menggunakan

Page 26: JURNAL CIVIC HUKUM

22

Jurnal Civic Hukum Volume 3, Nomor 1, Mei 2018, hal. 18-44

penelitian kualitatif karena dalam penelitianini peneliti ingin menggali informasi secaramendalam kepada informan yang memilikikualitas terhadap problematikapermasalahan yang diteliti.

Penelitian kualitatif menurut Moleong(2012:6) adalah penelitian yang bermaksuduntuk memahami fenomena tentang apayang dialami oleh subyek penelitian,misalnya: (1) Perilaku; (2) Persepsi; (3)Motivasi. Menurut Flick dalam Gunawan(2014:81) penelitian kualitatif adalahketerkaitan spesifik pada studi hubungansosial yang berhubungan dengan fakta daripluralisasi dunia kehidupan. Metode iniditerapkan untuk melihat dan memahamisubyek dan obyek penelitian yang melputiorang, lembaga berdasarkan fakta yangtampil secara apa adanya. Melaluipendekatan ini akan terungkap gambaranmengenai aktualisasi, realits sosial, danpersepsi sasaran sosial.

Penelitian deskriptif (deskriptiveresearch) ditujuakn untuk mendiskripsikansuatu keadaan atau fenomena-fenomenaapa adanya. Dalam studi ini apa penelititidak melakukan manipulasi ataumemberikan perlakuan-perlakuan tertentuterhadap obyek penelitian, semua kegiatanatau peristiwa berjalan seperti apa adanya(Sukmadinata, (2012:18).

Menurut Zuriah (2009:14) menjelskan.Penelitian deskriptif adalah penelitian yangberusaha memberikan gambaran secarasistematis dan cermat fakta-fakta aktual dansifat-sifat populasi tertentu. Secara spesifik,penelitian deskriptif memiliki ciri-ciri sebagaiberikut: (1) Bertujuan untuk memecahkanmasalah-masalah aktual yang dihadapisekarang; (2) Bertujuan untuk mengumpulkandata atau informasi untuk disusun, dijelaskan,dan dianalisis; dan (3) Penelitian ini biasanyatanpa hipotesis, jika ada biasanya tidak diujimenurut analisis statistik.

Penelitian ini menggunakan pendekatandeskriptif. Pendekatan deskriftif yangdigunakan pada penelitian ini dimaksudkanuntuk memperoleh informasi mengenaianalisis dampak penggunaan gadget(smartphone) terhadap kepribadian dankarakter peserta didik di SMAN 9 Malangsecara mendalam dan konfrehensif. Selainitu, dengan jenis penelian kualitatifdiharapkan dapat diungkapkan secarasitematis situasi dan permasalahan yangdihadapi tentang penggunaan gadget(smartphone) oleh peserta didik,kepribadian dan karakter peserta didikyang menggunakan gadget (smartphone),dan solusi ideal penggunaan gadget(smartphone).

HASIL DAN PEMBAHASANBab ini membahas tentang hasil

penelitian dan pembahasan berdasarkanhasil observasi, wawancara, angket dandokumentasi yang telah dilakukan peneliti.Kemudian hasil data yang telah terkumpuldianalisis menggunakan pendekatandeskriptif kualitatif. Judul penelitian ini yaitutentang analisis dampak penggunaangadget (smartphone) terhadapkepribadian dan karakter (kekar) pesertadidik di SMA Negeri 9 Malang.

Penggunaan Gadget (Smartphone)Oleh Peserta Didik Di SMAN 9Malang

Berdasarkan penelitian yang telahdilakukan di SMA Negeri 9 Malangbertujuan untuk mengetahui tentang dampakpengggunaan gadget (smartphone)terhadap kepribadian dan karakter pesertadidik. Peneliti dalam hal ini memilih SMANegeri 9 Malang sebagai lokasi untukmelakukan penelitian karena SMA Negeri9 Malang merupakan basis dari pesertadidik yang banyak yang menggunakan

Page 27: JURNAL CIVIC HUKUM

23

2 3

Fahdian R, dkk. Analisis Dampak Penggunaan Gadget (Smartphone) TerhadapKepribadian dan Karakter (Kekar) Peserta Didik di Sma Negeri 9 Malang

gadget (smartphone). Sesuai dari hasilangket menunjukkan bahwa dari 84 pesertadidik yang terdiri dari 3 kelas XI (kelas XIMIPA 3,4, dan 6) memiliki danmenggunakan gadget (smartphone).

Kaula muda yang dalam penelitian iniadalah peserta didik biasanya menggunakangadget (smartphone)nya dalam waktuyang lama dalam sehari. Hal ini ditunjukkandari hasil angket yaitu sebanyak 49 pesertadidik dari 84 peserta didik menggunakangadget (smartphone)nya lebih dari 7 jamdalam sehari. Selaras dengan yangdisampaikan oleh Ibu LF selakuKoordinator Guru BK yang menyebutkan:Hampir semua peserta didik memiliki HP/gadget, tapi ada beberapa yang tidakmenggunakannya. Gadget saat ini memangsudah menjadi kebutuhan yang primer yabagi mereka. Saya lihat, banyak pesertadidik dimana-mana menggunakan gadget(W/LF/25/04/2016).1. Gadget (smartphone)

Sebuah teknologi pada hakikatnyadiciptakan untuk membuat hidup manusiamenjadi semakin mudah dan nyaman.Kemajuan teknologi yang semakin pesatsaat ini membuat hampir tidak ada bidangkehidupan manusia yang bebas daripenggunaannya, baik secara langsungmaupun tidak langsung.

Gadget adalah piranti yang berkaitandengan perkembangan teknologi masa kini.Yang termasuk gadget misalnya tablet,smartphone, netbook, dsb (Widiawati,Sugiman, dan Edy, 2015:110). Gadget(smatrphone) merupakan teknologi yangbanyak digemari remaja bahkan seluruhkalangan di Indonesia maupun dunia.Gadget semakin mempermudah kegiatankomunikasi manusia. Kini kegiatankomunikasi telah berkembang semakinlebih maju dengan munculnya gadget(Castelluccio, Michael, 2007).

Sesuai dengan uraian di atas, bahwagadget memang dapat mempermudahpekerjaan manusia. Hal ini sesuai denganyang disampaikan oleh AD selaku pesertadidik SMAN 9 Malang kelas XI MIPA 6yang berpendapat: Gadget merupakan alatyang bisa memudahkan pekerjaanmanusia (W/AD/27/04/2016).

Mayasari (2012:97-98) menjelaskansmartphone merupakan pengembangan daritelepon seluler yang kemudian ditambahkanfiitur dan fasilitas lainnya sehingga menjaditelepon yang cerdas. Hal ini tentunya akanmempermudah kinerja dari manusia dengandihadirkannya fitur-fitur atau aplikasi yangdapat menunjang kinerja dari pekerjaanpenggunanya. Dalam hal ini AD pesertadidik SMAN 9 Malang kelas XI MIPA 6mengatakan tentang perkembangan gadget(smartphone) bahwa: Sangat baik, banyakaplikasi yang sering update (W/AD/27/04/2016).

Bersamaan dengan itu FP selakuKetua OSIS SMAN 9 Malang kelas XIMIPA 3 memiliki jawaban yang sama,yang mengatakan bahwasanyaperkembangan gadget (smartphone)sebagai berikut: Perkembangan gadgetsaat ini sangat pesat, fitur-fitur yangditawarkan serta aplikasinya sangatmenarik”. (W/FP/18/04/2016)

Semakin banyaknya fitur dan aplikasiyang disuguhkan dalam teknologi gadget(smartphone) ini akan dapat membantupenggunanya dalam belajar, seperti yangtelah disampaikan oleh LR selaku pesertadidik SMAN 9 Malang kelas XI MIPA 6:

Gadget menurut saya itu membantusaya dalam hal komunikasi dan mencariinformasi atau pengetahuan (W/LR/27/04/2016).

Hal ini sesuai dengan pendapat Jatidan Herawati (2014:2) yang menyebutkanbahwa gadget adalah media yang dipakai

Page 28: JURNAL CIVIC HUKUM

24

Jurnal Civic Hukum Volume 3, Nomor 1, Mei 2018, hal. 18-44

sebagai alat komunikasi modern. Gadgetsemakin mempermudah kegiatankomunikasi manusia.

Adanya teknologi semacam gadget(smartphone) membawa perubahan zamanyang segala aktivitasnya identik denganmenggunakan teknologi yang luar biasa ini.Seperti yang disampaikan oleh Ibu LFselaku Koordinator Guru BK: Gadgetbegitu dibutuhkan, karena sekarang ini yangeranya serba teknologi, adanya gadgetbegitu diperlukan untuk berkomunikasi.Perkembangan gadget saat ini sangatpesat. Pada zaman saya dulu jarang orangmemiliki HP, tetapi sekarang sudah luarbiasa perkembangan dari teknologi ini (W/LF/25/04/2016).

Gadget (smartphone) merupakan alatyang berfungsi sebagai media untukmeningkatkan taraf kemampuanseseorang dan sebagai alat untukmempermudah pekerjaannya. Sedangkananalisa hasil wawancara menyebutkan jikagadget merupakan alat yangmempermudah pekerjaan manusia baikuntuk komunikasi dan mencari informasi.

Berdasarkan hasil analisis wawancaradan observasi dapat ditarik kesimpulanbahwa gadget merupakan teknologi yangberfungsi untuk mempermudahpekerjaannya dan bertujuan sebagaimedia untuk meningkatkan tarafkemampuan seseorang.2. Penggunaan gadget (smartphone)

oleh peserta didik di SMA Negeri 9MalangGadget merupakan teknologi yang

berfungsi untuk mempermudahpekerjaannya dan bertujuan sebagaimedia untuk meningkatkan tarafkemampuan seseorang. Gadget sudahsangat menyatu dengan kehidupan sosialmasyarakat, seakan orang tidak bisa lepasdarinya. Sekitar 80 persen dari masyarakat

perkotaan di Indonesia memiliki perangkatponsel khususnya smartphone atauponsel pintar (Rezkisari, 2014).

Senada dengan uraian tersebut, melaluihasil dari observasi yang telah dilakukanoleh peneliti menunjukkan bahwa hampirsemua peserta didik di SMAN 9 Malangmenggunakan gadget (smartphone). Inidibuktikan dari 84 peserta didik dari 3kelas yang menjadi obyek observasi,semuanya memiliki dan menggunkangadget (smartphone). Ibu LF selakuKoordinator Guru BK SMAN 9 Malangjuga memiliki pendapat yang sama, yangmengungkapkan tentang penggunaangadget (smartphone) oleh peserta didikdi SMAN 9 Malang bahwa: Hampir semuapeserta didik memiliki HP/gadget, tapiada beberapa yang tidak menggunakannya.Gadget saat ini memang sudah menjadikebutuhan yang primer ya bagi mereka.Saya lihat, banyak peserta didik dimana-mana menggunakan gadget (W/LF/25/04/2016).

Tersedianya banyak fitur dan aplikasiyang menarik membuat peserta didik diSMAN 9 Malang tidak bisa lepas darigadget (smartphone) yang dimilikinya.Seperti yang telah disampaikan oleh IbuWP selaku Waka Kesiswaan SMAN 9Malang bahwa: Gadget tidak bisa terlepasdari tangan siswa entah untuk mencariinformasi di gadget/internet, transleatbahasa dan bisa saja yang lainnya. Dalamusia remaja ini, mereka masih belumbisa menggunakan gadget sesuaikebutuhannya. Masih banyak yangmenggunakan gadget hanya untukhiburan saja (W/WP/28/04/2016).

Peserta didik yang menggunakangadget (smartphone) memang memilikikecenderungan lebih pasif terhadaplingkungannya. Hal ini ditunjukkan daripendapat Ibu IY selaku Guru Bahasa

Page 29: JURNAL CIVIC HUKUM

25

2 5

Fahdian R, dkk. Analisis Dampak Penggunaan Gadget (Smartphone) TerhadapKepribadian dan Karakter (Kekar) Peserta Didik di Sma Negeri 9 Malang

Inggris di SMAN 9 Malang yangmenyebutkan bahwa: Anak-anak yangmenggunakan gadget lebih pasif yaterhadap lingkungannya (W/IY/28/04/2016).

Penggunaan gadget (smartphone)saat ini khususnya di Negara Indonesiamemang salah satu yang terbanyak. Hal inisesuai dari penelitian yang telah dilakukanoleh emarker yang menyebutkan jika padatahun 2018 Indonesia akan memiliki lebihdari 100 juta pengguna smartphone aktif.Hal tersebut membuat Indonesia akanberada di peringkat 4 dunia sebagai negaradengan pengguna smartphone terbanyak(Wahyudi, 2015).

Perlu adanya penekanan terhadappenguna gadget (smartphone) agarmenggunakan gadgetnya sesuai dengankebutuhannya. Terlebih pada penggunagadget dikalangan peserta didik,khususnya peserta didik di SMAN 9Malang. Hal ini senada dengan pendapatBapak SU Guru PAI SMAN 9 Malangyang menyebutkan bahwa: Penggunaangadget di SMAN 9 Malang terutama olehpeserta didik memang secara massif. Tetapisaya menekankan kepada mereka untukmenggunakan gadget sesuai kebutuhandan menggunakannya dengan efektif,misalkan untuk shared informasi kepadateman-temannya, dan mencari informasi(W/SU/25/04/2016).

Dapat ditarik kesimpulan dari hasilwawancara tentang penggunaan gadget(smartphone) oleh peserta didik di SMAN9 Malang bahwa gadget saat ini menjadikebutuhan primer bagi peserta didik.Peserta didik yang menggunakan gadgetsecara massif meggunakan gadgetnya untukhiburan, mencari informasi, dan berbagiinformasi.

Berdasarkan hasil observasi danwawancara juga memiliki kesimpulan yang

sama bahwa gadget saat ini menjadikebutuhan primer bagi peserta didik.Hampir semua peserta didik di SMAN 9Malang menggunakan gadget yangkhususnya smartphone.3. Penggunaan gadget (smartphone)

oleh peserta didik ketika KBMMeskipun teknologi merupakan

integral dari pendidikan jarak jauh, namunprogram pendidikan harus fokus padakebutuhan instruksional pembaca, daripada teknologinya sendiri. Perlu juga untukdipertimbangkan: umur, kultur, latarbelakang sosial-ekonomi, interes,pengalaman, level pendidikan, dan terbisadengan metoda pendidikan jarak jauh(Noegroho, 2010:53).

Kurangnya pemahaman oleh pesertadidik terhadap penggunaan gadget(smartphone) secara ideal, berdampakadanya pengaruh terhadap mereka. Sepertiyang disebutkan oleh Bapak SU GuruPAI SMAN 9 Malang, yang menyebutkanbahwa: Kurangnya pemahaman oleh anak-anak tentang penggunaan gadget yang idealsaat ini memang memiliki pengaruh. Terlebihketika dalam Kegiatan Belajar Mengajar(KBM) dikelas, peserta didik cenderungtidak konsentrasi karena disibukan inginmembuka gadgetnya itu (W/SU/25/04/2016).

Hasil observasi dan angket yang telahdilakukan juga menunjukkan hasil yangsama. Yaitu sebanyak 51 peserta didikdari 84 peserta didik menjawab “iya”menggunakan gadget (smartphone)nyaketika dalam pelajaran atau (KBM).Adanya gadget (smartphone), pesertadidik menjadi kurang berkonsentrasi dalammengikuti (KBM). Hal ini senada denganyang disampaikan oleh Bapak PP GuruIPS (Sosiologi) di SMAN 9 Malang bahwa:Dengan adanya gadget, konsentrasi anak-anak ketika (KBM) di kelas terpecah,

Page 30: JURNAL CIVIC HUKUM

26

Jurnal Civic Hukum Volume 3, Nomor 1, Mei 2018, hal. 18-44

ada beberapa anak yang menggunakangadgetnya ketika ada temannya sedangpresentasi dan guru sedang menerangkan(W/PP/26/04/2016).

Penyebab konsentrasi yang menurunketika sedang mengikuti KBM, dikarenakan peserta didik ketika sedang(KBM) menggunakan gadget(smartphone)nya. Peserta didikkebanyakan menggunakan gadgetsmartphone-nya untuk bermain game danmembuka akun media sosial. Hal ini samaseperti yang disampaikan oleh Ibu ESGuru IPA (Kimia) dan Bapak CI GuruPPKn di SMAN 9 Malang bahwa: Adabeberapa anak-anak yang menggunakangadgetnya ketika KBM, ada yangmenggunakan gadget-nya untuk nggame,lihat facebook dst, (W/ES/27/04/2016).Anak-anak masih ada yang menggunakangadgetnya ketika KBM, entah untukmencari informasi, atau bermain game,dan untuk membuka yang lainnya (W/CI/29/04/2016).

Penggunaan gadget akan membawadampak negatif yang cukup besar bagiperkembangan anak. Adanya kemudahandalam mengakses berbagai media informasidan teknologi, menyebabkan anak-anakmenjadi malas bergerak dan beraktivitas.Anak lebih memilih duduk diam di depangadget dan menikmati dunia yang ada didalam gadget tersebut. Hal ini tentunyaberdampak buruk bagi kesehatan danperkembangan tubuh anak, terutama otakdan psikologis anak. Selain itu, terlalu lamamenghabiskan waktu di depan gadget jugadapat membawa pengaruh buruk bagikemampuan sosialisasi anak. Anak menjaditidak tertarik bermain bersama temansebayanya karena lebih tertarik bermaindengan permainan digitalnya. Selain itu,anak-anak juga dapat menjadi lebih sulitberkonsentrasi dalam dunia nyata. Hal ini

dikarenakan anak-anak tersebut sudahterbiasa hidup dalam dunia digital(Widiawati, Sugiman, dan Edy, 2015:108-109).

Penggunaan gadget (smartphone)ketika sedang (KBM) memang menjadikendala yang dihadapi oleh Bapak/Ibuguru. Tidak hanya di SMAN 9 Malang,tentunya juga dibanyak sekolah. Hampirsecara keseluruhan seperti itu. Samadengan yang disampaikan oleh Ibu WPselaku wakil kepada sekolah bagiankesiswaan bahwa: Beberapa ada yangmenggunakannya ketika sedang kegiatanbelajar mengajar, masih ditemukan anak-anak yang menggunakan gadgetnya saatKBM. Memang ini salah satu yang menjadikendala dalam KBM yang bapak/ibulakukan (W/WP/28/04/2016).

Berdasar analisa hasil wawancaratentang penggunaan gadget (smartphone)oleh peserta didik ketika (KBM) dapatdisimpulkan bahwa penggunaan gadgetoleh peserta didik saat (KBM) memangmenjadi kendala bagi Bapak/Ibu guru.Kurangnya pemahaman tentangpenggunaan gadget yang ideal, membuatpeserta didik kurang bisa menyesuaikanwaktu dan tempat menggunakan gadgetketika KBM. Masih banyak peserta didikyang menggunakan gadgetnya ketikaKBM untuk bermain game, bermainmedia sosial dll.

Analisa hasil observasi dan wawancarajuga memiliki kesimpulan yang samabahwa masih banyak peserta didik yangmenggunakan gadgetnya ketika (KBM),baik digunakan untuk nggame, bermainmedia sosial dll.a. Waktu (lamanya) menggunakan

gadget (smartphone) oleh pesertadidik dalam sehari

Berdasarkan hasil angket, parapengguna smartphone rata-rata

Page 31: JURNAL CIVIC HUKUM

27

2 7

Fahdian R, dkk. Analisis Dampak Penggunaan Gadget (Smartphone) TerhadapKepribadian dan Karakter (Kekar) Peserta Didik di Sma Negeri 9 Malang

menggunakan perangkatnya lebih dari duajam per hari. Selama waktu tersebut,mereka cenderung menggunakanperangkatnya sehari-hari untuk internet (24menit 49 detik), sosial media (17 menit 29detik), musik (15 menit 38 detik) danbermain games (14 menit 26 detik)(Setiamanah, 2013).

Peserta didik merupakan kaula mudayang begitu candu dengan gadget(smartphone) yang dimilikinya. Kondisidemokrasi saat ini, teknologi semacam inidibutuhkan oleh mereka sebagai alatpenunjang sensasinya dari pada prestasinya.Angket yang dilakukan Manumpil, Ismantodan Onimbala melalui wawancara dengan10 siswa, didapatkan bahwa 8 siswamenggunakan gadget lebih dari 3 jamdalam sehari, dan berdasarkan observasiyang dilakukan oleh penulis di SMA Negeri9 Manado dari jam 10.00-14.00, terlihatsiswa sering menggunakan gadget secaradiam-diam pada saat jam pelajaranberlangsung (Manumpil, Ismanto danOnimbala, 2015:2).

Berdasarkan hasil observasi melaluiangket sebanyak 49 peserta didikmenggunakan gadget (smartphone)nyaselama lebih dari 7 jam. Hal ini senadadari yang disampaikan oleh beberapapeserta didik yaitu FP kelas XI MIPA 3,FS kelas XI MIPA 4, dan AD, LR, danRR kelas XI MIPA 6 yang menggunakangadget (smartphone) bahwa merekamenggunakan gadget (smartphone)nyaselama:Lebih dari 3 jam (W/AD/27/04/2016).

± 5 Jam (W/FP/26/04/2016).5-8 jam (W/RR/27/04/2016)

Biasanya lebih dari 7 jam (W/LR/27/04/2016). Lebih dari 7 jam (W/FS/27/04/2016).

Hal ini menunjukkan bahwa di kalanganpeserta didik gadget (smatrphone)

merupakan suatu benda yang bisa dikatakanseperti jimat yang tidak bisa lepas darigenggaman mereka. Peserta didik mayoritasmenghabiskan 1/3 lebih paruh waktunyadengan menggunkan gadget.

Kesimpulnnya adalah Peserta didikyang menggunakan gadget rata-rata selama3 sampai dengan lebih dari 7 jam dalamseharinya. Selanjutnya berdasarkan hasilanalisis observasi dan wawancaramendapatkan hasil yang sama yaitu rata-ratawaktu peserta didik menggunakan gadgetnyaselama 3 sampai dengan lebih 7 jam.b. Aplikasi yang sering dibuka ketika

menggunakan gadget (smartphone)Nikmah (2012:2) menjelaskan

penggunaan HP (smartphone) dalamdunia pendidikan merupakan sebuahpermasalahan yang perlu dikaji secaramendalam karena dalam pikiran kitasepertinya HP (smartphone) hanyaberguna untuk menyampaikan ShortMessage Service (SMS), mendengarkanmusik, menonton tayangan audiovisual, dangame.Tak ada manfaat yang berartisehingga harus dilarang untuk dibawa dandipergunakan siswa di lingkungansekolah.Sebenarnya, HP (smartphone)juga dapat bermanfaat bagi kalanganpelajar jika digunakan untuk kepentinganbelajar. HP (smartphone) yang dapatterhubung dengan layanan internet akanmembantu siswa menemukan informasiyang dapat menopang pengetahuannya disekolah. Namun, pada kenyataannya sangatsedikit pelajar yang memanfaatkan padasisi ini, HP (smartphone) yang merekamiliki umumnya digunakan untuk sms-an,main game, dengar musik, nonton tayanganaudiovisual, serta facebook-an.Memfungsikan HP (smartphone) bukanuntuk fungsinya, dll. Sama seperti yangdisampaikan oleh Ibu ES selaku Guru IPA(Kimia) yang menyebutkan jika:

Page 32: JURNAL CIVIC HUKUM

28

Jurnal Civic Hukum Volume 3, Nomor 1, Mei 2018, hal. 18-44

Ada beberapa anak-anak yangmenggunakan gadgetnya ketika KBM,ada yang menggunakan gadgetnya untuknggame, lihat facebook dst (W/ES/27/04/2016).

Bersamaan dengan hal tersebutWidiantari dan Herdianto (2013:107)menyebutkan bahwa kemajuan teknologikomunikasi dapat membantu manusia untukberinteraksi satu sama lain tanpa dibatasioleh jarak dan waktu. Salah satu contohperkembangan teknologi komunikasi yangada di masyarakat adalah munculnyaberbagai media jejaring sosial sepertitwitter, facebook, myspace dan friendsterdll. Hal ini menunjukkan bahwa komunikasimelalui jejaring sosial sebagai kebutuhandan gaya hidup yang didukung dengantersedianya berbagai jenis handphone danperangkat elektronik yang menyediakanberbagai fitur khusus sehingga dapatlangsung tersambung di jejaring sosial.

Berdasarkan hasil angket melaluiangket menunjukan jika situs/aplikasi yangsering dibuka peserta didik ketikamengggunakan gadgetnya adalah sosialmedia sebanyak 70%, 23% google, danlainnya 2 % (dari 84 peserta didik). Dansebesar 60 peserta didik/ 71% memilikibanyak aplikasi media sosial di gadgetnya.Dan sebanyak 77 peserta didik (92%)dari 84 peserta didik banyak yang memilikiakun media sosial. Senada dari yangdisampikan beberapa peserta didikdiantaranya FP kelas XI MIPA 3, FSkelas XI MIPA 4, AD, LR, dan RR kelasMIPA 6 menyampaikan hal yang senadabahwa aplikasi yang sering mereka bukaadalah: Path, Line, Whats App, danInstagram (W/AD/27/04/2016). WhatsApp, Snapchat, Pinterest, Instagram,Facebook, Twitter, Google, dan UBReader (W/FS/27/2016). Instagram,Path, BBM, Line, Whats App, Google,

dll (W/RR/27/04/2016). Google, WhatsApp, Line (W/FP/26/04/2016).Sosmed, Google, dan Youtobe (W/LR/27/04/2016).

Kesimpulan yang bisa diperoleh yaitupeserta didik di SMAN 9 Malang seringmenggunakan gadgetnya untuk membukamedia sosial, seperti Line, Whats App,Instagram, BBM, dst. Berdasar analisisobservasi dan wawancara memilikikesimpulan yang sama yaitu peserta didiksering menggunakan gadgetnya untukmembuka media sosial. Seperti Line,Whats App, Instagram, BBM, dst.b. Kepribadian dan Karakter Peserta

Didik SMA Negeri 9 Malang yangMenggunakan Gadget (smartphone)Teknologi pada hakikatnya diciptakan

untuk membuat hidup manusia semakinmudah. Tuntutan kebutuhan pertukaraninformasi yang cepat, peranan teknologikomunikasi menjadi sangat penting,teknologi sangat bermanfaat dalammemudahkan manusia untuk mencapaisesuatu yang diinginkan secara efisisendalam waktu yang singkat (Widiantari danHerdianto, 2013:107-108).

Penggunaan Gadget di kalanganpelajar masa kini merupakan sebuahkeharusan untuk memilikinya, misalnyaseperti smartphone, tablet, laptop, danberbagai macam gadget lainnya. Gadgetdapat merubah makna dari “kesendirian”.Kesendirian itu dapat menjadi suatusuasana yang lebih ramai dan hidup. Satugadget yang canggih saja bisamendengarkan musik, bermain games,internet, foto-foto, menonton video, danlain-lain meskipun berada dalam saturuangan sendirian tanpa ada apapun.

Kehadiran gadget (smartphone)menjadikan perubahan perilaku siswa,dimana ketika siswa sedang bergerombolatau berkerumun untuk sekedar

Page 33: JURNAL CIVIC HUKUM

29

2 9

Fahdian R, dkk. Analisis Dampak Penggunaan Gadget (Smartphone) TerhadapKepribadian dan Karakter (Kekar) Peserta Didik di Sma Negeri 9 Malang

membicarakan suatu hal, tidak jarangmereka akan lebih asik dengan gadgetnyadaripada dengan orang yang adadidekatnya. Ketika sedang berjalan punasik sambil memainkan gadgetnya. Siswahanya menunduk menatap gadget tanpamenghiraukan lingkungan sekitar. Sehinggaaksi tegur sapa, saling bercanda denganteman menjadi berkurang (Harfiyanto,Utomo, Budi, 2015:2-3).

Sesuai dengan hasil observasi yangtelah dilakukan, bahwa 65 peserta didikdari 84 peserta didik sering asyik bermaingadget saat temannya sedang berbicara.Dan sebanyak 77 peserta didik kurangmemperhatikan lingkungan sekitar ketikasudah menggunakan gadgetnya.

Tidak hanya itu, 49 peserta didik dari84 peserta didik memiliki kecenderunganmalas belajar ketika sedang menggunakangadgetnya. Sebanyak 63 peserta didikmengaku pernah meninggalkan waktuibadah karena keasyikan bermain gadget.Dan sebanyak 52 peserta didik mengakupernah mencaci melalui media sosial.

Hal ini menunjukkan terjadinyadegradasi kepribadian dan karakter daripeserta didik yang aktif menggunakangadget (smartphone)nya. Banyak fitur/aplikasi yang bermacam-macam,menyebabkan banyak informasi denganmudah mereka di terima dan memberikanhiburan yang tak mengenal waktu untukmereka. Penting untuk diteliti sudah sejauhmana kepribadian dan karakter pesertadidik yang aktif menggunakan gadget(smartphone)nya, khususnya peserta didikdi SMAN 9 Malang.1. Kepribadian (Personality)

Allport dianggap sebagai pendirikepribadian psikologi. Allportmenggambarkan kepribadian sebagai“orang yang nyata”. Allport jugamemberikan definisi yang lebih spesifik

dan tahu banyak tentang kepribadian.Kepribadian adalah organisasi dinamis darisistem psiko fisiologis yang menciptakanpola karakteristik seseorang dari perilaku,pikiran, dan perasaan (Getty, 2012:13).

Senada dengan istilah “kepribadian”yang disampaikan oleh Allport, Bapak CIselaku guru PPKn SMAN 9 Malangmenyebutkan bahwa: Kepribadian adalahsikap, perilaku, dan tindakan seseorang(W/CI/29/04/2016).

Allport juga menjelaskan bahwakepribadian yang merupakan suatu organyang berjalan secara sistematis mampumenciptakan karakteristik tersendiri padasetiap individual. Hal ini sama seperti yangdisampaikan oleh Ibu WP selaku WakilKepala Sekoah bagian Kesiswaan danBapak SU selaku Guru Agama: Tindakanseseorang yang tercermin melalui sikapdan perilakunya (W/WP/28/04/2016). Sifathakiki seseorang yang tercermin pada sikapdan perilakunya yang membedakan dirinyadengan orang lain (W/WP/25/04/2016).

Karakteristik yang tercermin melaluisikap dan perilaku setiap individualmenunjukkan bahwa kepribadianseseorang memiliki perbedaan. Perbedaanini yang menjadi keunikan dalam diriseseorang sebagai makhluk sosial.Perbedaan pada setiap diri manusia tidaklepas dari pengaruh lingkungannya.Sejatinya lingkungan memiliki pengaruhyang luar biasa sehingga terbentuknyakepribadian dalam diri manusia.

Eysenck dalam Suryabrata (2003:293)mengatakan bahwa kepribadian adalahjumlah keseluruhan pola perilaku, baik yangaktual maupun potensial dari organis yangditentukan oleh faktor lingkungan. Atkinsondkk. (1999:44) mendefinisikan kepribadiansebagai pola perilaku dan cara berfikiryang khas, yang menentukan penyesuaiandiri seseorang terhadap lingkungan. Sama

Page 34: JURNAL CIVIC HUKUM

30

Jurnal Civic Hukum Volume 3, Nomor 1, Mei 2018, hal. 18-44

dengan yang disampaikan oleh Ibu IYselaku Guru Bahasa Inggris dan Ibu LFsebagai Koordinator Guru BK di SMAN9 Malang tentang faktor lingkunganterhadap kerpibadian: Kepribadian adalahkebiasaan atau sifat yang sering kitalakukan secara berulag-ulang (W/IY/28/04/2016). Respon seseoarang yangditunjukkan melalui perilaku kepadalingkungannya (W/LF/25/04/2016).

Analisis hasil wawancara tentangkerpibadian dapat disimpulkan bahwakepribadian adalah sikap, tindakan, danatau perilaku seseorang yang seringdilakukan berulang-ulang sebagai responterhadap lingkungannya.

Selanjutnya analisis hasil observasi danwawancara memiliki kesimpulan bahwakepribadian adalah ciri watak yangdiperlihatkan seseorang secara lahir,konsisten, dan, konsekuen. Yangditunjukkan melalui sikap, tindakan, danatau perilaku seseorang yang seringdilakukan berulang-ulang sebagai responterhadap lingkungannya.2. Karakter

Menurut Puskur dalam Niron,Budiningsih, Pujiriyanto (2013:20)menjelaskan bahwa karakter adalah watak,tabiat, akhlak, atau kepribadian seseorangyang terbentuk dari hasil internalisasiberbagai kebajikan (virtues) yang diyakinidan digunakan sebagai landasan carapandang, berpikir, bersikap, dan bertindak.Kebajikan terdiri atas sejumlah nilai, moral,dan norma, seperti jujur, berani bertindak,dapat dipercaya, dan hormat kepada oranglain. Menurut Bapak SU selaku Guru PAISMAN 9 Malang berpendapat jika karakteritu adalah: Tabiat, atau sifat yang ada padadiri seseorang (W/SU/25/04/2016).

Karakter dimaknai sebagai caraberfikir dan perilaku yang khas tiap individuuntuk hidup dan bekerjasama, baik dalam

lingkup keluarga, masyarakat, bangsa, dannegara. Individu yang berkarakter baikadalah individu yang dapat membuatkeputusan dan siap mempertanggung-jawabkan setiap akibat dari keputusannya.Karakter dapat dianggap sebagai nilai-nilai perilaku manusia yang berhubungandengan Tuhan YME, diri sendiri, sesamamanusia, lingkungan, dan kebangsaan yangterwujud dalam pikiran, sikap, perasaan,perkataan, perbuatan, dan perbuatanberdasarkan norma-norma agama, hukum,tata krama, budaya, adat istiadat, danestetika. Karakter adalah perilaku yangtampak dalam kehidupan sehari-hari baikdalam bersikap maupun dalam bertindak(Samani dan Hariyanto, 2012:41-42).Terwujudnya karakter dalam pikiran, sikap,perasaan, perkataan, dan perbuatan,memiliki kesamaan dengan yangdisampaikan oleh Ibu WP selaku Wakabagian Kesiswaan dan Bapak CI selakuGuru PPKn yang memiliki kesamaan dalamberpendapat tentang karakter: Kalaumenurut saya karakter itu watak, watakyang mengendalikan sikap kita sehari-hari,dan perilaku kita dilingkungan sekitar jugadipengaruhi oleh watak kita bagaimana(W/WP/28/04/2016).

Karakter merupakan sifat yang dimilikiseseorang, yang mempengaruhi bagaimanasikap dan perilaku seseorang tersebebut(W/CI/29/04/2016).

Dapat disimpukan bahwa karakteradalah watak, sfat, dan atau tabiat yangada pada diri seseorang sebagai bentukyang mengendalikan sikap dan perilakunya.Membentuk karakter sama halnya sepertikita mengukir di atas batu permata ataupermukaan besi yang keras. Karakteradalah watak, tabiat, akhlak, atau jugakepribadian seseorang yang terbentuk darihasil internalisasi berbagai kebajikan yangdiyakini dan mendasari cara pandang,

Page 35: JURNAL CIVIC HUKUM

31

3 1

Fahdian R, dkk. Analisis Dampak Penggunaan Gadget (Smartphone) TerhadapKepribadian dan Karakter (Kekar) Peserta Didik di Sma Negeri 9 Malang

berpikir, sikap, dan cara bertindak orangtersebut (Kementrian Pendidikan NasionalBadan Penelitian dan Pengembangan PusatKurikulum, 2010:3).

Pembentukan karakter merupakansalah satu tujuan pendidikan nasional. Pasal3 UU Sisdiknas Tahun 2003 menyatakanbahwa di antara tujuan pendidikan nasionaladalah mengembangkan potensi pesertadidik untuk memiliki kecerdasan,kepribadian, dan akhlak mulia (UU No.20 2003:3). Pesan dari Undang-undangSidiknas tahun 2003 tersebut bermaksudagar pendidikan tidak hanya membentukinsan Indonesia yang pandai, tetapi jugamemiliki keperibadian atau berkarakter,sehingga nantinya lahir generasi bangsayang tidak hanya memiliki kemampuanaspek pengetahuan yang baik, namunmemiliki generasi yang berkembang dengankarakter yang bernafaskan moral yang baik,nilai-nilai luhur bangsa serta beragama(Rifki, 2011:92). Hal ini senada denganyang disampaikan oleh Ibu LF selakuKoordinator Guru BK SMAN 9 Malangbahwa: Karakter itu perwujudan dariwatak, jadi karakter ini sebenarnya yangharus memiliki perhatian khusus. Kenapasekarang gencar-gencarnya tentangpendidikan karakter, salah satunya inginmembentuk karakter peserta didik yangbaik (W/LF/25/04/2016).

Berdasarkan analisa hasil observasidan wawancara dapat disimpulkan jikakarakter adalah tata nilai yang menujupada suatu sistem yang meliputi watak,sfat, dan atau tabiat yang ada pada diriseseorang sebagai bentuk yangmengendalikan sikap dan perilakunya.3. Penggunaan gadget saat ini telah

menggiring pola pikir, sikap, dantindakan peserta didikEfek komunikasi lebih mengarah pada

perubahan perilaku individu (pengetahuan,sikap, tindakan) yang disebabkan olehtranmisi pesan komunikasi, dan dampakkomunikasi lebih mengarah pada perubahanindividu atau sistem sosial sebagai akibatdari penerimaan atau penolakan sebuahinovasi (Noegroho, 2010:39). Efekkomunikasi yang hadir melalui gadget(smartphone) akan memiliki pengaruh,baik pengaruh secara positif maupun negatif.Seperti yang disampaikan oleh Bapak PPselaku Guru IPS (Sosiologi) SMAN 9Malang, bahwa: Sedikit banyak iya, karenabanyak ya informasi yang tersebar melaluigadget tersebut, entah itu positif maupunnegatif. Sedangkan filterasinya kurang.Maka bisa saja ada pengaruh terhadappola pikir, sikap, dan tindakan anak-anak(W/PP/26/04/2016).

Dampak perubahan yang ditimbulkanjuga karena adanya pengaruh informasiyang kurang terkontrol. Informasi-informasiyang diterima secara massif telah mampumenggerogoti pola pikir, sikap, dantindakan para remaja termasuk pelajarIndonesia. Banyaknya informasi yangdihadirkan melalui gadget (smartphone)memberikan pengaruh terhadap parapenggunanya. Senada dengan yangdisampikan oleh Bapak CI Guru PPKn,Ibu IY Guru Bahasa Inggris, dan Ibu WPselaku Waka bagian Kesiswaan yangmeyebutkan bahwa gadget telahmemberikan pengaruh, seperti pendapatnyasebagai berikut: Lumayan mempengaruhi,karena anak-anak sekarang cenderunglebih sering bermain dengan gadgetnya (W/CI/29/04/2016). Saya rasa lumayanmempengaruhi, karena banyak hal yanganak-anak dapatkan, dan banyak informasiyang dapat mereka cari dengan mudah(W/IY/28/04/2016). Mempengaruhi mas,sebenarnya banyak informasi yang mereka

Page 36: JURNAL CIVIC HUKUM

32

Jurnal Civic Hukum Volume 3, Nomor 1, Mei 2018, hal. 18-44

terima tidak valid. Misalkan blog-blog itukan banyak yang tidak bagus untukmereka, jadi informasi-informasi yangmereka terima dari blog melalui gadgetnyaitu mempengaruhi sikap dan pola pikirnya(W/WP/28/04/2016).

Sesungguhnya informasi yang dibawaoleh internet tergolong informasi super-highway. Informasi superhighway sendiri,seperti ditulis John V. Pavlik adalah jaringandata elektronik yang dihasilkan olehteknologi komunikasi yang canggih, yangmenghasilkan berbagai bentuk informasidari seluruh pelosok dunia, dan bisadiakses menggunakan teknologi. Karenaitu informasi superhighway terbebas darisensor (Abrar, 2008:117).

Manfaat yang dihadirkan dari gadget(smartphone) pun beragam, lebihbanyak memberikan kemudahan yangsesungguhnya akan mengurangi nilaitransaksional dari kehidupan (hidupbersosial). Antara lain manfaatnya: 1)sebagai alat untuk berkomunikasi, 2)mencari informasi atau ilmu, 3) hiburan, 4)aplikasi, 5) penyimpanan data, 6) gaya(life style), 7) penunjuk arah (Godam,.......).

Nilai transaksional dari hidup bersosialsejatinya akan semakin menurun, hal inidisebabkan karena adanya informasi yangbebas dan tanpa sensor. Sehingga informasiyang terbebas dari sensor tersebut akanmembentuk pola kehidupan yang mengarahpada pragmatisme. Karena pemanfaatangadget hanya sebatas untuk mengejarsesnsai saja. Seperti yang disampaikanoleh Ibu LF salah satu guru BK di SMAN9 Malang: Menurut saya lumayan banyakmempengaruhi pola pikirnya Mas. Kalaumenunjang aktivitas kearah positif sayakira iya, contoh ketika anak-anak disuruhmengerjakan tugas, dan jawaban dari tugastersebut tidak dapat mereka temui di

bukunya. Maka mereka akan mencarinyamelalui browsing di gadget yang merekamiliki tersebut. Saya kira seperti itu. Ataumereka akan terarah pada pola pikir yangpragmatis ya (W/LF/25/04/2016).

Hal ini sesuai dengan kesimpulananalisa hasil wawancara tentangpenggunaan gadget yang telah menggiringpola pikir, sikap, dan tindakan pesertadidik yang dapat disimpulkan bahwabanyak informasi yang mereka terima tidakvalid. Karena banyaknya blog-blog, atauinformasi yang banyak di shared melaluimedia sosial dan kurang adanya filterdengan tepat maka akan mampumenggiring pola pikir, sikap, dan tindakananak-anak yang aktif memainkangadgetnya.

Analisis hasil observasi dan wawancaramemiliki kesimpulan jika penggunaangadget yang secara intens, memudahkanpeserta didik untuk menerima informasi-informasi yang sangat luas. Banyakinformasi yang mereka terima tidak valid.Maka informasi-informasi tersebut akanmampu menggiring pola pikir, sikap, dantindakan anak-anak yang aktif memainkangadgetnya.4. Kepribadian peserta didik yang

menggunakan gadget (smartphone)Sementara pasar telah rajin

mempelajari karakteristik demografipengguna smartphone, mereka telahmengabaikan dampak kepribadiankepemilikan smartphone dan penggunanya(Lane dan Maner, 2011:22). Penggunaangadget (smartphone) yang terlaluberlebihan dan tidak sewajarnya akanmenimbulkan pengaruh terhadapkepribadian dan karakter peserta didik.

Kepribadian adalah ciri watak yangdiperlihatkan seseorang secara lahir,konsisten, dan, konsekuen. Yangditunjukkan melalui sikap, tindakan, dan

Page 37: JURNAL CIVIC HUKUM

33

3 3

Fahdian R, dkk. Analisis Dampak Penggunaan Gadget (Smartphone) TerhadapKepribadian dan Karakter (Kekar) Peserta Didik di Sma Negeri 9 Malang

atau perilaku seseorang yang seringdilakukan berulang-ulang sebagai responterhadap lingkungannya.

Penggunaan Gadget di kalanganpelajar masa kini merupakan sebuahkeharusan untuk memilikinya, misalnyaseperti smartphone, tablet, laptop, danberbagai macam gadget lainnya. Gadgetdapat merubah makna dari “kesendirian”.Kesendirian itu dapat menjadi suatusuasana yang lebih ramai dan hidup.Dengan satu gadget yang canggih sajabisa mendengarkan musik, bermain games,internet, foto-foto, menonton video, danlain-lain meskipun berada dalam saturuangan sendirian tanpa ada apapun(Harfiyanto, Utomo, dan Budi, 2015:2).

Hal serupa juga disampaikan oleh IbuES selaku Guru IPA (Kimia) yangberpendapat tentang kerpibadian pesertadidik yang aktif menggunakan gadget(smartphone) semakin acuh terhadapsekitarnya, kurang memperhatikan keadaandisekitarnya. Senada dengan Ibu ES,Bapak PP selaku Guru IPS (Sosiologi)juga berpendapat jika kepribadian anak-anak yang menggunakan gadget yang sayalihat sekarang ini mereka cenderungindividualistis, acuh dengan sekitarnya,kurang bisa mengimplementasikan rasasopan santun. Kutipannya sebagai berikut:Acuh terhadap sekitarnya, kurangmemperhatikan keadaan disekitarnya (W/ES/27/04/2016) Kepribadian anak-anakyang menggunakan gadget yang sayalihat sekarang ini mereka cenderungindividualistis, acuh dengan sekitarnya,kurang bisa mengimplementasikan rasasopan santun (W/PP/26/04/2016).\

Hasil wawancara dari Ibu ES BapakPP sesuai dengan hasil angket yang telahdilakukan. Yaitu sebanyak 77 (92%)peserta didik dari 84 peserta didik mengakukurang memperhatikan lingkungan sekitar

ketika menggunakan gadgetnya. Sebanyak65 peserta didik (77%) dari 84 pesertadidik sering asyik bemain gadget ketikatemannya sedang berbicara.

Penggunaan gadget secara berlebihanmemang akan mengurangi rasa kepedulianoleh penggunanya. Dimana waktu yangdimilikinya kebanyakan habis digunakan untukbermain dengan gadgetnya. Rasa sosial padadiri manusia sejatinya menjadi identitas yangmelekat pada diri manusia. Terlebihmasyarakat Indonesia yang terkenal denganbudaya ketimurannya, saat ini semakin redupdan tidak terlihat lagi. Dengan semakinmajunya teknologi, maka semakain majunyagadget sekarang ini, padahal masyarakatIndonesia masih belum siap untukmenggunakan alat secanggih itu. Hal inimengakibatkan beberapa nilai yang menjadiciri khas masyarakat Indonesia mulai pudar.Jiwa sosial dan rasa peduli akhirnya telahtergerogoti. Serupa dengan yang disampikanoleh Bapak SU selaku Guru PAI SMAN 9Malang yang menyebutkan bahwa: Merekayang menggunakan gadget dari sudutpandang saya kurang peduli dengan keadaansekitarnya, terlalu asyik dengan gadgetnya,sehingga rasa sosialnya kurang (W/SU/25/04/2016).

Kehadiran gadget (smartphone)menjadikan perubahan perilaku siswa,dimana ketika siswa sedang bergerombolatau berkerumun untuk sekedarmembicarakan suatu hal, tidak jarangmereka akan lebih asik dengan gadgetnyadaripada dengan orang yang adadidekatnya. Ketika sedang berjalan punasik sambil memainkan gadgetnya. Siswahanya menunduk menatap gadget tanpamenghiraukan lingkungan sekitar. Sehinggaaksi tegur sapa, saling bercanda denganteman menjadi berkurang (Harfiyanto,Utomo, Budi, 2015:3)

Page 38: JURNAL CIVIC HUKUM

34

Jurnal Civic Hukum Volume 3, Nomor 1, Mei 2018, hal. 18-44

Peserta didik yang aktif menggunakangadget (smartphone)nya memiikikecenderungan lebih individualistis. Hal inisenada dengan yang disampaikan oleh IbuWP selaku Wakil Kepala Sekolah bagianKesiswaan: Anak-anak yang aktifmenggunakan gadget (smartphone)memang cenderung individualis, sayasering melihat banyak anak-anak yangketika sudah menggunakan gadget(smartphone)nya seakan lupa dengansekitarnya (W/WP/28/04/2016).

Berkenaan dalam teori ilmu psikologi,kejadian semacam ini merupakan gejalaawal dari kepribadian introvert. Dimanakarakteristik kepribadian introvert yaituidentik dengan penurunan rasa sosial dankurang memperhatikan lingkungan sekitar.

Kecenderungan kepribadian introveryaitu kecenderungan seorang anak untukmenarik diri dari lingkungan sosialnya.Sikap dan keputusan yang ia ambil untukmelakukan sesuatu biasanya didasrkanpada perasaan, pemikiran, danpengalamannya sendiri. Mereka biasanyapendiam dan suka menyendiri, merasa tidakbutuh orang lain karena merasakebutuhannya bisa dipenuhi sendiri(Mussen, 1994:54).

Berdasarkan situasi psikologis ini or-ang introver dapat menggunakan tindakanpembelaan diri. Sementara itu, ia membuatusaha yang sia-sia untuk memaksa dirinya,memaksa kehendaknya pada objek. Padadasarnya, hal ini menguras banyak tenaga.Suatu perjuangan luar biasa dari dalam dirisendiri sangat dibutuhkan untuk kelanjutanproses itu. Kasus yang kurang ekstrem,orang introver lebih konservatif, memilikikebiasaan yang cenderung subjektif,egosenteris berlebihan disisi yang satu dansuatu dorongan kuat unconscious di sisiyang lain (Naisaban, 2005:20).

Hal serupa juga disampaikan olehBapak CI sebagai Guru PPKn dan IbuLF sebagai Koordinator Guru BK yangmenyatakan bahwa kepribadian pesertadidik yang aktif menggunakan gadget lebihtertutup, dan memiliki kecenderunganbersikap individualistis. Hal ini kenapabanyak peserta didik yang menginginkansesuatu dengan cara yang eksklusif.Sehingga ciri-ciri yang melekat kepadamereka saat ini yaitu pola pikir yangpendek. Kutipan wawancaranya sebagaiberikut: Kepribadian peserta didik yangmenggunakan gadget jelas terpengaruhi,bisa dilihat dari sikap anak-anak sekarangini yang cenderung acuh, dan kurangbersosial. Terlebih sekarang ini banyakkejahatan yang dilakukan oleh anak-anak,saya kira salah satunya juga pengaruh daripenggunaan gadget yang kurang terkontrol(W/CI/29/04/2016). Mereka cenderungindividualistis, tertutup, dan kurang pedulidengan sekitarnya. Hal ini lah yang menjadiakar dari permasalahan moral oleh anakmuda sekarang ini yang kurang merasakanpengalaman karena kepribadiannya yangtertutup dan menginginkan segalasesuatunya secara eksklusif (W/LF/25/04/2016).

Selain itu, akibat lain yang ditimbulkanadalah banyak peserta didik yang masihberada diusia remaja memanfaatkangadget (smartphone)nya sebagaiinstrument of thrill the moment (alatpemenuhan kesenangan saja), dan jugapenyampaian rasa kekecewaannya kepadaorang lain. Pertama, hal ini ditunjukkandari hasil data yang diperoleh menunjukkanyaitu dari 84 peserta didik sebesar 55%(46 peserta didik) menggunakan gadget(smartphone)nya untuk bermain game.Sebesar 70% (59 peserta didik) seringmenggunakan gadget (smartphone)nyauntuk mengakses internet dan mengunjungi

Page 39: JURNAL CIVIC HUKUM

35

3 5

Fahdian R, dkk. Analisis Dampak Penggunaan Gadget (Smartphone) TerhadapKepribadian dan Karakter (Kekar) Peserta Didik di Sma Negeri 9 Malang

media sosial. Selain itu, sebesar 62% (52peserta didik) sering menyampaikankekecewaannya melalaui media sosial, dansebesar 59% (50 peserta didik) seringmencaci orang lewat media sosial yangada di gadget (smartphone)nya.

Adapun yang kedua, penggunaangadget (smartphone) oleh peserta didikketika bersama teman-temannya sebagaiberikut: sebesar 83% (70 peserta didik)lebih suka bermain gadget(smartphone)nya dari pada berkumpuldengan teman-teman. Sebesar 77% (65peserta didik) sering keasyikan memainkangadget (smartphoen)nya saat teman-temannya sedang berbicara. Dan sebesar86% (72 peserta didik) memilihmenyelesaikan masalah menggunakangadget (smartphone)nya sebagai alatkomunikasinya dari pada repot-repotbertemu langsung untuk berdiskusimenyelesaikan masalahnya.

Hal tersebut menunjukkan jika pesertadidik lebih terbuka dengan gadget(smarrtphone)nya dari pada lingkungansekitarnya. Seperti yang disampaikan olehIbu IY selaku Guru Bahasa Inggris yangmenyebutkan jika: Anak-anak yangmenggunakan gadget lebih terbuka dengangadget yang dimilikinya (W/IY/28/04/2016).

Analisa hasil wawancara jugamenunjukkan hal yang sama bahwakepribadian peserta didik yangmenggunakan gadget (smartphone)cenderung lebih individualis, tertutup, acuhtak acuh, kurang peduli dengan sekitarnyadan rasa sosial dari anak kurang. Hal iniyang menjadi akar penyebab permasalahanadanya degradasi moral pada anak. Selainkurangnya merasakan pengalaman karenasemakin terminimalisisrnya kegiatan yangdilakukan secara langsung (bertatap muka).Penggunaan gadget yang kurang

terkontrol, juga memunculkan rasakeinginan yang dapat diraih secaraeksklusif. Hal ini salah satu penyebabkenapa kejahatan banyak dilakukan olehanak-anak pada saat ini.

Berdasarkan analisa hasil observasi,angket, dan wawancara tersebut memilikikepaduan. Bahwa kepribadian pesertadidik yang menggunakan gadget(smartphone) cenderung lebih pasif sepertiindividualis, tertutup, kurang peduli dengansekitarnya dan rasa sosial dari anak kurang.5. Karakter peserta didik yang

menggunakan gadget (smartphone)Sesuai hasil observasi karakter peserta

didik yang menggunakan gadget memilikikecenderunga semakin irasional,inkonsistensi, dan semakin meninggikanmental inlander mereka. Karakter adalahtata nilai yang menuju pada suatu sistemyang meliputi watak, sfat, dan atau tabiatyang ada pada diri seseorang sebagaibentuk yang mengendalikan sikap danperilakunya.

Karakter peserta didik seharusnyamenjadi perhatian khusus dalammenanamkan karakter kepada mereka,karena hal tersebut akan sangatberpengaruh terhadap tumbuh-kembangpeserta didik. Baik perkembangan dalamaspek kognitif, afektif maupunpsimokotoriknya.

Karakter sebagai sifat pribadi yangrelatif stabil pada diri individu yang menjadilandasan penampilan perilaku dalam standarnilai dan norma yang tinggi. Karaktermerupakan sikap dan kepribadianseseorang yang diyakininya baik danberwujud dalam tingkah lakunya sebagaipribadi yang menjadikannya mempunyaireputasi sebagai orang baik (Masaong,2012:1). Bersamaan dengan pendapat dariBapak CI selaku Guru PPKn yangmenyebutkan bahwa karakter memiliki

Page 40: JURNAL CIVIC HUKUM

36

Jurnal Civic Hukum Volume 3, Nomor 1, Mei 2018, hal. 18-44

pengaruh terhadap sikap dan perilakuseseorang. Kutipannya sebagai berikut:Karakter merupakan sifat yang dimilikiseseorang, yang mempengaruhi bagaimanasikap dan perilaku seseorang tersebut (W/CI/29/04/2016).a. Dampak Gadget (Smartphone)

terhadap Karakter Disiplin PesertaDidik SMAN 9 MalangMenurut T. Jacob, hingga tahun 1991

Indonesia belum memiliki tradisi ilmupengetahuan. Kalau pun sekarangIndonesia sudah memilikinya, itusebenarnya merupakan pinjaman dariNegara-negara maju (Abrar, 2008:120).

Banyaknya hiburan yang tersedia dimedia-media yang berbasis IT membuatanak muda saat ini begitu cepat memilikigaya hidup yang baru. Adapun karakterpeserta didik yang aktif menggunakangadget (smartphone) mengalamipenurunan dan degradasi terhadap nilai-nilai karakternya. Anak-anak memilikikecenderungan lebih apatis, mencarimudahnya saja, kurang mempunyai simpatidan bisa saja menjadikan anak memilikisifat keras kepala.

Berdasar analisa hasil observasi,angket, dan wawancara juga menyebutkanjika karakter peserta didik yang aktifmenggunakan gadget (smartphone)mengalami penurunan dan degradasiterhadap nilai-nilai karakternya. Anak-anakmemiliki kecenderungan lebih apatis, polapikirnya cenderung irasional, mencarimudahnya saja, kurang memiliki simpati.

Disiplin merupakan pengaruh yangdirancang untuk membantu anak mampumenghadapi lingkungan. Disiplin tumbuh darikebutuhan menjaga keseimbangan antarakecenderungan dan keinginan individu untukberbuat agar memperoleh sesuatu, denganpembatasan atau peraturan yang diperlukanoleh lingkungan terhadap dirinya.

b. Dampak Gadget (Smartphone)terhadap Karakter Religius PesertaDidik SMAN 9 MalangMeskipun teknologi merupakan

integral dari pendidikan jarak jauh, namunprogram pendidikan harus fokus padakebutuhan instruksional pembaca, daripada teknologinya sendiri. Perlu juga untukdipertimbangkan: umur, kultur, latarbelakang sosial-ekonomi, interes,pengalaman, level pendidikan, dan terbisadengan metoda pendidikan jarak jauh(Noegroho, 2010:53).

Menurut T. Jacob, hingga tahun 1991Indonesia belum memiliki tradisi ilmupengetahuan. Kalau pun sekarangIndonesia sudah memilikinya, itusebenarnya merupakan pinjaman dariNegara-negara maju (Abrar, 2008:120).Lebihnya dampak yang dihasilkan jugamempengaruhi tingkat religiusitas oleh parapenggunnya. Hal ini bisa dilihat berdasarkanangket yng telah disebar kepada pesertadidik kelas IX SMA Negeri 9 Malangyang menyebutkan pernah meningalkanwaktu ibadah karena keasyikan bermaingadget, sebanyak 63 peserta didik.Penggunaan gadget (smartphone) sendirioleh pesert didik tidak semata juga untukmempermudah belajar tentang agama.Karena dari hasil angket yang telah disebarmenyebutkan sebanyak 51 peserta didiktidak merasa mudah belajar agama melaluigadgetnya. Sebanyak 47 peserta didiktidak mengisi gadgetnya dengan vitur/aplikasi tentang agama.

Kesimpulan yang dapat diperoleh yaitupenggunaan gadget saat ini juga mampumempengaruhi tingkat religiusitaspenggunannya. Dengan terlalu asyikmenggunakan gadgetnya sehinggameninggalkan waktu ibadahnya.

Agama dalam kehidupan pemeluknyamerupakan ajaran yang mendasar yang

Page 41: JURNAL CIVIC HUKUM

37

3 7

Fahdian R, dkk. Analisis Dampak Penggunaan Gadget (Smartphone) TerhadapKepribadian dan Karakter (Kekar) Peserta Didik di Sma Negeri 9 Malang

menjadi pandangan atau pedoman hidup.Pandangan hidup ialah “konsep nilai yangdimiliki seseorang atau sekelompok orangmengenai kehidupan”. Apa yang dimaksutnilai-nilai adalah sesuatu yang dipandangberharga dalam kehidupan manusia, yangmempengaruhi sikap hidupnya. Pandanganhidup (way of life, worldview) merupakanhal yang penting dan hakiki bagi manusia,karena dengan pandangan hidupnyamemiliki kompas atau pedoman hidup yangjelas di dunia ini. Manusia antara satudengan yang lain sering memiliki pandanganhidup yang berbeda-beda sepertipandangan hidup yang berdasarkan agamamisalnya, sehingga agama yang dianut satuorang berbeda dengan yang dianut yanglain (Nanisanti, 2014:18).c. Dampak Gadget (Smartphone)

terhadap Karakter Peduli SosialPeserta Didik SMAN 9 MalangJussawalla dalam analisisnya mengenai

aspek ekonomis dari perkembanganteknologi komunikasi disaat ini, menilaibahwa masyarakat modern saat ini sedangmenempuh periode yang palingmengasyikan (exciting) dalam sejarahkehidupannya, karena mengalamiperubahan teknologi yang besar dan cepat,yang memberikan komunikasi secaraseketika (instant) (Noegroho, 2010: 8).

Gadget (smartphone) memangbanyak menyajikan kemudahan bagi parapenggunannya. Harusnya pada tingkatpelajar ada pembelajaran tentangpenggunaan gadget (smartphone). Agarmereka bisa menggunakan gadget(smartphone)nya secara tepat dan sesuaidengan kebutuhannya. Akhirnya budayainstan tidak menggerogoti, para pelajarmampu menggunakan gadgetnya secaraefektif dan efisien. Serupa dengan pendapatBapak SU Guru PAI yang menyebutkanjika karakter peserta didik yang aktif

menggunakan gadget memilikikecenderungan untuk mencarikemudahannya saja. Seperti yang dikutipdibawah ini: Karakter mereka lebih inginmencari mudahnya saja, dengan adanyagadget malah mengurangi tingkat untukberusaha (W/SU/25/04/2016).

Memang wawasan dari penggunagadget akan semakin luas. Informasi yangdihadirkan tidak hanya secara nasional,melainkan juga global. Banyak culture,life stye, dan berita dari luar dengan mudahterakses oleh para penggunanya. Dengancepatnya kehiudpan luar masuk danmendikte gaya hidup generasi mudaIndonesia. Karakter bangsa Indonesia yangsejatinya terkenal dengan ketimurannya,kini mulai luntur dengan masuknya budayabarat (menjadi kiblat gaya hidup banyakpemuda) yang identik dengan individualis,acuh tak acuh, dan keras kepala.

Sama dengan gambaran Ibu LF yangsebagai Koordinator Guru BK yangmenyebutkan jika sikap peserta didik yangmenggunakan gadget cenderung lebihapatis dan individualistis. Kutipannyasebagai berikut:

Dari segi karakternya, anak-anak yangmenggunakan gadget, memang anak-anakmengalami degradasi terhadap nilai-nilaikarakternya. Menurut saya, banyaknyahiburan yang tersedia di media-media yangberbasis IT ini membuat anak-anak begitucepat memiliki gaya hidup yang baru, yanglebih mengarah ke sikap apatis danindividualistis (W/LF/25/04/2016).

Senada dengan hasil angket yaitusebanyak 46 (55%) dari 84 peserta didikmengggunakan gadgetinya hanya untukbermain game. Penggunaan gadget yangtidak sesuai akan berakibat padapenurunan karakter penggunanya. Sehinggakecenderungan untuk lebih acuh tak acuhdan keras kepala tidak bisa terbendung

Page 42: JURNAL CIVIC HUKUM

38

Jurnal Civic Hukum Volume 3, Nomor 1, Mei 2018, hal. 18-44

lagi. Seperti yang disampaikan oleh BapakPP Guru IPS (Sosiologi) dan Ibu IY GuruBahasa Inggris, yang menyebutkan jika:Anak-anak yang menggunakan gadgetcenderung acuh tak cuh, tidak mau tahu,kurang memiliki kepedulian (W/PP/26/04/2016). Karakter peserta didik yangmenggunakan gadget cenderung lebihkeras kepala, dan kurang mempunyaisimpati terhadap lingkungan sekitarnya (W/IY/28/04/2016).

Memang dari segi wawasannya,pengguna gadget akan semakin luas danmeningkat. Karena mudahnya untukmengakses informasi yang diinginkan, dansegala informasi yang dengan mudahdidapatkan hanya melalui internet. Sekarangini kenapa banyak pemuda atau pesertadidik yang memiliki kecerdasan yang lebihdari pada para pemuda dulu. Namunsayang, hal ini dibarengi dengankepribadian dan karakter para pemudaIndonesia yang mengalami penurunan.Sebenarnya kerpibadian dan karakter inimenjadi tonggak kehidupan yangdiharapkan mampu menjadi topanganwawasan yang dimilikinya. Seperti yangdisampaikan oleh Ibu WP Waka KesiswaanSMAN 9 Malang:

Karakternya untuk anak-anak yangmenggunakan gadget saat ini telahmengalami penurunan. Saya melihat antaraanak dulu dengan anak sekarang memangberbeda, karena anak sekarang ini kurangmengerti tentang sopan santun dan tatakarma, meskipun mereka lebih pinter-pinterdari pada generasi yang dulu (W/WP/28/04/2016).

Sesungguhnya informasi yang dibawaoleh internet tergolong informasisuperhighway. Informasi superhighwaysendiri, seperti ditulis John V. Pavlik adalahjaringan data elektronik yang dihasilkan

oleh teknologi komunikasi yang canggih,yang menghasilkan berbagai bentukinformasi dari seluruh pelosok dunia, danbisa diakses menggunakan teknologi.Karena itu informasi superhighwayterbebas dari sensor (Abrar, 2008:117).c. Solusi Ideal Penggunaan Gadget

(smartphone)Ketika diperumpamakan gadget

seperti dua sisi uang logam, gadget inimemiliki dampak positif dan juga dampaknegatif untuk perkembangan anak. Pentingadanya instruksi, pemahaman, dan kontrolterhadap penggunaan gadget(smartphone) sesuai dengan manfaatnya..

Beberapa manfaat gadget(smartphone) antara lain: 1) sebagai alatuntuk berkomunikasi, 2) mencari informasiatau ilmu, 3) hiburan, 4) aplikasi, 5)penyimpanan data, 6) gaya (life style), 7)penunjuk arah.

Teknologi merupakan integral daripendidikan jarak jauh, namun programpendidikan harus fokus pada kebutuhaninstruksional pembaca, dari padateknologinya sendiri. Perlu juga untukdipertimbangkan: umur, kultur, latarbelakang sosial-ekonomi, interes,pengalaman, level pendidikan, dan terbisadengan metoda pendidikan jarak jauh(Noegroho, 2010:53).

Agar para pengguna gadget khususnyapelajar (peserta didik) tidak sampaiterjerebak dalam hegemoni hiburannyasaja. Controling penting untuk diberikankepada mereka. Kontrol tersebut yangpertama harus menekankan pada solusiyang ideal dalam penggunaan gadget(smartphone), dan yang kedua yaitupenerapan program yang memilikiketerkaitan dengan penggunaan gadget(smartphone).

Page 43: JURNAL CIVIC HUKUM

39

3 9

Fahdian R, dkk. Analisis Dampak Penggunaan Gadget (Smartphone) TerhadapKepribadian dan Karakter (Kekar) Peserta Didik di Sma Negeri 9 Malang

1. Solusi penggunaan gadget(smartphone) yang idealSolusi ideal terhadap penggunaan

gadget (smartphone) seharusnya termasukpokok kebijakan dari pada pendidikankarakter. Dengan mengikuti zamansekarang ini yang serba menggunakanteknologi khususnya gadget. Penting untukmengelurkan kebijakan semacam itu.Penggunaan secara ideal yaitu denganmempertimbangkan usia, waktu,kebutuhan, dan tempat. Pemanfaatan alatsemacam itu baik secara ideal akanberdampak pada revolusi pembangunanmanusia dari segi mental.

Senada dengan yang disampaikan olehIbu LF selaku Koordinator Guru BimbinganKonseling (BK), jika menggunakangadget (smartphone) lebih baik sesuaidengan kebutuhannya. Seperti kutipanwawancara dibawah ini: Penggunaan gad-get yang ideal sebaiknya ya digunakansesuai kebutuhan, dan penggunaannyatidak disalah gunakan ke hal-hal yangnegatif (W/LF/25/04/2016). Selain itupenggunaan gadget harus menyesuaikanproporsi penggunanya. Contohnya jikamenjadi siswa SMA, gadgetnya lebih baikdipergunakan untuk mencari materipelajaran. Seperti yang disampaikan olehIbu ES Guru IPA (Kimia), penggunaangadget yang ideal adalah: Sesuai denganproporsi kita. Misalkan menjadi siswaSMA, gunakan gadget untuk mencariinformasi sesuai kebutuhannya, misalkanmateri fisika, kimia, biologi dst (W/ES/27/04/2016).

Di usia remaja ini khususnya pesertadidik, sudah tidak bisa dipaksakan untukmembatasi penggunaan gadget ataudipaksa untuk tidak menggunakannya. Caralain yang bisa digunakan yaitu denganmemberikan pengarahan dan kontrol.Seperti Bapak/Ibu Guru sering lakukan

dengan memberikan pengarahan tentangbagaimana menggunakan gadget yang baikdan efektif. Hal ini juga dilakukan Bapak/Ibu Guru pada beberapa KBM di kelas,agar penggunakan gadget tersebut lebihmengenal keadaan dan waktu, Bapak/Ibuguru yang mengintruksikan agar tidakmenggunakan gadget ketika sedang KBM.Sama dengan yang disampaikan oleh BapakSU Guru PAI dan Bapak CI Guru PPKn:Kalau menurut saya ini sudah tidak bisadibendung Mas ya. Penggunaanya itutinggal kita arakan. Jadi ini serbuanteknologi yang luar biasa, menyerbu siapapun, kalau pun tidak disekolah ya pastidirumah. Maka kita mengambalikan kepadaanak-anak, mengarahkan jangan sampaidiperbudak oleh alat teknologi. Maka dariitu saya tekankan kepada anak-anak harushati-hati dalam penggunaan gadget yangsesuai tersebut (W/SU/25/04/2016). Jadisaya kira kalau anak usia remaja, tetepkalau dirumah berarti tanggung jawaborang tua, tetap memberikan arahan kapanboleh menggunakan gadget, dan kapantidak boleh menggunakan. Hal-hal apayang boleh dilihat. Dan orang tua harustahu password anaknya, dalam arti jika hp(gadget) itu dikunci anaknya dan orang tuatidak tahu passwordnya, jelas itu kesalahandalam mendidik. Maka antara orang tuadan anak harus ada kesepakatan, bahwasaya sebagai orang tua harus tahu tentangapa saja yang ada di hpnya (gadget).Kalau guru, dia harus membuat aturanpada saat pelajaran, boleh menggunakanatau tidak. Dan itu dijelaskan pada awalpembelajaran, dalam proses pembelajarantidak ada lagi protes karena dari awalsudah ada pemberitahuan bahwa bolehmenggunkan gadget atau tidak (W/CI/29/04/2016).

Perlu dipertimbangkan: umur, kultur,latar belakang sosial-ekonomi, interes,

Page 44: JURNAL CIVIC HUKUM

40

Jurnal Civic Hukum Volume 3, Nomor 1, Mei 2018, hal. 18-44

pengalaman, dan level pendidikan(Noegroho, 2010:53). Sejatinya dari upayayang bisa dilakukan tersebut bertujuanuntuk menekan dampak negatif yang akanterjadi. Serupa dengan yang disampaikanoleh Ibu IY dibawah ini: Penggunaangadget yang ideal seharusnyamenyesuaikan waktu, tempat, dan usia.Ketika hal tersebut diperhatikan makadampak negatif dari mengggunakangadget tersebut akan kecil (W/IY/28/04/2016).

Penggunaan gadget (smartphone)yang ideal perlu adanya pemahamanterhadap kesesuaian kebutuhan, proporsipengggunaannya, atau denganmempertimbangkan waktu, tempat, danusia. Hal ini agar gadget tidak salahgunakan. Tujuannya agar jangan sampaikejadian perbudakan oleh teknologi. Perluadanya kontrol dari orang tua dengansering-sering memberikan monitor terhadappenggunaan gadget yang dimiliki anaknya.Seperti apa saja isi yang ada digadgetnya,dan mengetahui rekam jejak media sosialyang dimilikinya.

Hasil dari analisis observasi danwawancara tentang solusi ideal pengguaangadget (smartphone) yaitu denganmemberikan banyak pemahaman kepadapeserta didik tentang efektivitas penggunaangadget, serta menggiring peserta didik untukmenggunakan gadgetnya sesuai proporsinya.2. Penerapan program yang memiliki

hubungan dengan gadget(smartphone)Ada beberapa guru yang sudah

menggunakan gadget untuk menunjangaktivitas KBMnya. Selain itu Bapak/IbuGuru juga menggunakan gadgetnya untukmemberikan arahan kepada peserta didikmelalui shared informasi di group mediasosial. Server sekolah (web) jugatermanfaatkan sebagai shared informasiyang dapat dengan mudah diakses oleh

peserta didik melalui gadgetnya. Serupadengan yang disampaikan oleh Bapak PPselaku Guru IPS (Sosiiologi): Sekolahmemiliki web khusus yang bisa untukmengekspos informasi-informasi yang diposting di web tersebut, jadi anak-anakbisa langsung mengaksesnya lewat situ (W/PP/26/04/2016).

Sekolah juga memiliki group-groupmedia sosial yang menjadi wadah untuksaling berinteraksi antara siswa dengansiswa, siswa dengan guru, dan guru denganguru. Seperti yang disampaikan oleh IbuLF Koordinator Guru BK SMAN 9Malang jika sekolah sudah memanfaatkanteknologi semacam ini denganpembentukan group-group di media sosial.Kutipannya seperti yang dibawah ini: SudahMas, sekolah sudah membuat beberapagroup di media sosial, dan itu tidak hanyaanak-anak saja, tetapi Bapak-Ibu gurujuga bergabung di group itu (W/LF/25/04/2016).

Group ini nanti akan dikelola olehseluruh Bapak/Ibu Guru melalui pemberiantauziah, motivasi, dan saling berbagiinformasi. Salah satu contohnya yaitu groupmandajadda wajadda. Tidak lebih tujuandari group ini untuk meningkatkan belajarpeserta didik. Seperti yang disampaikanoleh Bapak SU Guru PAI SMAN 9Malang: Sudah, jadi anak-anak ada yangmasuk pada program sekolah yaitu groupWA sekolah yang dinamai ManjaddaWajadda itu. Artinya apa, Manjadda ituadalah anak-anak yang diharapkan mampumemunculkan prestasi positif dari SMAN9 Malang, ya istilahnya sebagai pilotproject-nya lah. Nah, itu dari kepalasekolah dibuatkan group, disetiap pagidibangunkan oleh Bapak kepala sekolah.Ya itu salah satu upaya memanfaatkangadget untuk meningkatkan belajar mereka(W/SU/25/04/2016).

Page 45: JURNAL CIVIC HUKUM

41

4 1

Fahdian R, dkk. Analisis Dampak Penggunaan Gadget (Smartphone) TerhadapKepribadian dan Karakter (Kekar) Peserta Didik di Sma Negeri 9 Malang

Tujuan lain pembentukan groupsemacam ini yaitu untuk mendorong pesertadidik agar bisa memanfaatkan gadgetnyakearah yang lebih positif lagi. Serupadengan yang disampaikan oleh Ibu WPselaku Waka Kesiswaan SMAN 9 Malang:Sudah mas, jadi pembentukan group-group sosmed melalui gadget sudah kitaterapkan, seperti group kelas, mapel,OSIS, MPK, ekskul dan guru, hal inidiharapkan mampu mendorongpemanfaatan penggunaan gadgetnyakearah yang lebih positif (W/WP/28/04/2016).

Sesuai dengan hasil analisa observasidan wawancara bahwa sekolah sudahmenerapkan program yang memilikihubungan dengan penggunaan gadget(smartphone), seperti group-group dimedia sosial. Beberapa group diantaranyaadalah group kelas, maple, OSIS, MPK,ekskul, dan guru. Group ini digunakanuntuk sharing, dan memberikan motivasikepada anak-anak atau tauziah. Adapungroup sekolah yang dinamai manjaddawajadda beranggotakan beberapa pesertadidik yang dijadikan sebagai pilot projectyang diharapkan dapat memunculkan danmendorong teman-temannya untuk lebihberprestasi.

SIMPULANBerdasarkan hasil penelitian dan

pembahasan yaitu tentang “DampakPenggunaan Gadget (Smartphone)Terhadap Kepribadian dan KarakterPeserta Didik di SMAN 9 Malang” makahasil penelitian ini dapat disimpulkan sebagaiberikut:1. Gadget merupakan teknologi yang

berfungsi untuk mempermudahpekerjaan dan bertujuan sebagaimedia untuk meningkatkan tarafkemampuan seseorang saat ini masih

belum digunakan untuk menunjangkegiatan belajar peserta didik. Hampirsemua peserta didik di SMAN 9Malang memiliki dan menggunakangadget, khususnya smartphone.Masih banyak peserta didik yangmenggunakan gadgetnya ketikaKBM, baik digunakan untuk nggamedan bermain media sosial. Rata-ratawaktu peserta didik menggunakangadgetnya selama 3 sampai denganlebih 7 jam. Peserta didik seringmenggunakan gadgetnya untukmembuka media sosial. Seperti Line,Whats App, Instagram, BBM, dst.

2. Penggunaan gadget yang secaraintens, memudahkan peserta didikuntuk menerima informasi-informasiyang sangat luas. Banyak informasiyang mereka terima tidak valid.Sehingga menggiring pola pikir, sikap,dan tindakan anak-anak yang aktifmemainkan gadgetnya. Kepribadianpeserta didik yang menggunakangadget (smartphone) cenderung lebihpasif seperti individualis, tertutup,kurang peduli dengan sekitarnya danrasa sosial dari anak kurang. Karakterpeserta didik yang aktif menggunakangadget (smartphone) mengalamipenurunan dan degradasi terhadapnilai-nilai karakternya. Anak-anakmemiliki kecenderungan kurangdisiplin, kegiatan religiusitas pesertadidik terganggu dan lebih apatis, polapikirnya cenderung irasional, mencarimudahnya saja dan kurang mempunyaisimpati atau tingkat kepeduliansosialnya rendah.

3. Penggunaan gadget (smartphone)yang ideal yaitu dengan memberikanbanyak pemahaman kepada pesertadidik tentang efektivitas penggunaangadget, serta menggiring peserta didikuntuk menggunakan gadgetnya sesuaiproporsinya. Sekolah sudah

Page 46: JURNAL CIVIC HUKUM

42

Jurnal Civic Hukum Volume 3, Nomor 1, Mei 2018, hal. 18-44

menerapkan program yang memilikihubungan dengan penggunaan gadget(smartphone), seperti pembentukangroup-group di media sosial.

DAFTAR PUSTAKAAbrar, AN. 2008. Kebijakan Komunikasi:

Konsep, Hakekat, dan Praktek.Yogyakarta: Gava Media.

Atkinson, dkk. 1999. Pengantarpsikologi. Jilid 2. Edisi 8. Alih bahasa:Nurjanah, T. & Dharma, A. Jakarta:Erlangga.

Castelluccio, M. 2007. Gadget An-Essay. HYPERLINK “http://www.thefreelibrary.com/%20Gadgets—an+essay/diakses” http://www.thefreelibrary.com/ Gadgets—an+essay/diakses 27 April 2016

Gunawan, I. 2014. Metode PenelitianKualitatif (Teori dan Praktik). Jakarta:Bumi Aksara.

Harfiyanto, D., Utomo, C. B., dan Budi,T. 2015. Pola Interaksi Sosial SiswaPengguna Gadget DI SMA Negeri 1Semarang. JESS, Vol 4 (1), (online),(HYPERLINK“http://journal. unnes.ac.id/sju/index.%20php/jess” http://journal.unnes.ac.id/sju/index. php/jess),didiakses 25 Januari 2016.

Jati, L.T.E.P., dan Herawati F.A. 2014.Segmentasi Mahasiswa Prodi IlmuKomunikasi UAJY dalamMenggunakan Gadget (Studi Deskriptifterhadap Mahasiswa Prodi IlmuKomunikasi UAJY dengan TeknikAnalisis Cluster Berdasarkan Motivasidan Perlikau Penggunaan Gadget).(Online), (http://e-journal.uajy.ac.id/5741/1/KOM003568.pdf), didiakses26 Januari 2016.

Kementerian Pendidikan Nasional. 2010.Pengembangan Pendidikan Budayadan Karakter Bangsa: PedomanSekolah. Jakarta: KementerianPendidikan Nasional, Badan

Penelitian dan Pengembangan PusatKurikulum.

Kementrian Pendidikan Nasional BadanPenelitian dan Pengembangan PusatKurikulum. 2010. Bahan PelatihanPenguatan Metodologi PembelajaranBerdasarkan Nilai-Nilai BudayaUntuk Membentuk Daya Saing DanKarakter Bangsa. PengembanganPendidikan dan Karakter Bangsa.Jakarta: Kemendiknas.

Lane W, Maner C. 2011. The Impact ofPersonality Traits on SmartphoneOwnership and Use. InternationalJournal of Business and SocialScience. Vol 2 (17). (online),( HYPERLINK “http://www.ijbssnet.com/journal/index/645:vol-2-no-17abstract4&catid=19:hidden” http://www.ijbssnet.com/journal/index/6 4 5 : v o l - 2 - n o - 1 7 a b s t r a c t 4 &catid=19:hidden ), diakses 24 April2016.

Masaong. K.A. 2012. “PendidikanKarakter Berbasis Multiple Intelli-gence”. Konaspi VII. UniversitasNegeri Yogyakarta. (Online),HYPERLINK “http://repository.ung.ac.id/get/karyailmiah/186/pendidikan-karakter-berbasis%20-multiple-intelligence.pdf” http://repository.ung.ac.id/get/karyailmiah/186/pendidikan-karakter-berbasis -multiple-intelligence.pdf.), didiakses 29Januari 2009.

Mayasari, H. 2012. Analisis PerlikauPembelian Ponsel Cerdas (Smartphone):Antara Kebutuhan dan Gaya HidupKonsumen Di Kota Padang.Manajemen dan Kewirausahaan, 3(1): hal. 97-98, (online), (HYPERLINK“http:// repository. widyatama.ac.id/xmlui/bitstream/handle/bab2.pdf” http://repository. widyatama.ac.id/xmlui/bitstream/handle/bab2.pdf , diakses 26Januari 2016.

Page 47: JURNAL CIVIC HUKUM

43

4 3

Fahdian R, dkk. Analisis Dampak Penggunaan Gadget (Smartphone) TerhadapKepribadian dan Karakter (Kekar) Peserta Didik di Sma Negeri 9 Malang

Moleong, L J. 2012. Metodologi PenelitianKualitatif Edisi Revisi. Bandung: PT.Remaja Rosdakarya Offset.

Mussen, P.H. 1994. Perkembangan danKepribadian Anak. Jakarta: Arcan.

Naisaban, L. 2005. Psikologi Jung: TipeKepribadian Manusia dan RahahasiaSukses dalam Hidup. Jakarta: PT.Grasindo.

Nanisanti, N.N.K. 2014. PengembanganKarakter Religius Siswa MelaluiKegiatan Ekstrakulikuler MuhadhorohDi pondok Modern MTs DarulHikmah Tawangsari Tulungagung.Skripsi tidak Diterbitkan. Tulungagung:Fakultas Tarbiyah dan Ilmu Pendidikan– Intitut Agama Islam NegeriTulungagung, (online), HYPERLINK“http://repo.iain-tulungagung.ac.id/114/1/sampul%20%20depan%20dll.pdf”http://repo.iain-tulungagung.ac.id/114/1/sampul%20 depan%20dll.pdf ,didiakses pada 6 Februari 2016.

Nikmah, A. 2012. Dampak PenggunaanHandphone terhadap Prestasi BelajarSiswa. E-Jurnal Dinas PendidikanKota Surabaya Vol. 5: hal. 2, (Online),dalam ProQuest (HYPERLINK“https:/ / w w w. g o o g l e . c o . i d / u r l ? s a =t&rct=j&q=&esrc=s&” https://www.google.co.id/url?sa= t&rct= j&q=&esrc=s&source= web&cd= 1&cad=rja&uact=8&ved =0ahU KEwjriYnHkf7KAhXGBI4KHWPN DXoQFggZMAA&url=http %3A%2 F%2Fdispendik.surab aya.go.id%2Fsurabayabelajar%2Fjurnal%2F199%2F5.7.pdf&usg=AFQjCNFirrlfknnxFd_GENuD2vNzS0fOoQ), didiakses 25 Januari 2016.

Ningrum, D W. 2015. 20% PenggunaSmartphone di Indonesia RakusKonsumsi Data. HYPERLINK “http://tekno.liputan6.com/read/pengguna-smartphone-di-indonesia-rakus-k o n s u m s i - d a t a / d i a k s e s %

2022%20April%202016” http://tekno.liputan6.com/read/pengguna-smartphone-di-indonesia-rakus-konsumsi-data/diakses 22 April 2016

Niron, M.D, Budiningsih C.A, danPujiriyanto. 2013. Rujukan IntegratifDalam Pelaksanaan PendidikanKarakter Di Sekolah Dasar. JURNALKEPENDIDIKAN. Vol 43 (1). 19 –31, (online), ( HYPERLINK “http://download.portalgaruda.org” http://download. portalgaruda.org ),didiakses 21 Desember 2015.

Noegroho, A. 2010. TeknologiKomunikasi. Yogyakarta: Graha Ilmu.

Pusat Bahasa Depdiknas. 2005. KamusBesar Bahasa Indonesia. Jakarta: BalaiPustaka. HYPERLINK “file://D:\\KULIAH\\CIVIC%20HUKUM%20I-A\\Borang%20Akreditasi\\FILE%20SKRIPSI% 2 0ANGKATAN%202012\\New%20folder\\Rezkisari,%20I.% 202014.%20Pengguna%20Smartphone%20Indones ia%20Peringkat% 20Kelima% 20Dunia.%20http: \\www.republika.c o.id\\berita\\trendtek\\gadgetneehfh-pengguna-smartphone-indonesia-peringkat-kelima-dunia\\diakses% 2021%20April%202016” Rezkisari, I. 2014.Pengguna Smartphone IndonesiaPeringkat Kelima Dunia. http://www.republika.co.id/berita/trendtek/gadgetneehfh-pengguna-smartphone-indonesia-peringkat-kelima-dunia/diakses 21 April 2016

Samani, M. dan Hariyanto. 2012. Konsepdan Model Pendidikan Karakter.Bandung: PT. Remaja Rosdakarya.HYPERLINK “file://D:\\KULIAH\\C I V I C % 2 0 H U K U M % 2 0 I -A\\Borang%20Akreditasi\\FILE%20SKRIPSI%20ANGKATAN%202012\\New%20folder\\Setiamanah,%2 0A.%202013.%20Strategi% 20M a r k e t i n g % 2 0 B e r b a s i s % 2

Page 48: JURNAL CIVIC HUKUM

44

Jurnal Civic Hukum Volume 3, Nomor 1, Mei 2018, hal. 18-44

0Karakteristik%20Pengguna%20Smartphone.% 20h ttp:\\www.frontier.co.id\\strategi-marketing-berbasis-karakte%20ristik-pengguna-s m a r t p h o n e . h t m l \ \ d i a k s e s %2021April%202016” Setiamanah, A.2013. Strategi Marketing BerbasisKarakteristik Pengguna Smartphone.http://www.frontier. co.id/strategi-mar-keting-berbasis-karakte ristik-pengguna-smartphone.html/diakses21April 2016

Sukmadinata, N. S. 2013. MetodePenelitian Pendidikan. Bandung: PT.Remaja Rosdakarya.

Suryabrata, S. 2003. PsikologiKepribadian. Jakarta: PT RajawaliPers.

UU RI No. 20 Tahun 2003 Tentang SistemPendidikan Nasional, (online),(HYPERLINK “http://riau.kemenag.go. id / f i le / f i le /produkhukum/fcpt1328331919.pdf” http://riau.kemenag.go.id/file/file/produkhukum/fcpt1328331919.pdf ), didiakses 25Januari 2016.

Widiantari, K.S, dan Herdianto, Y.K.2013. Perbedaan IntensitasKomunikasi Melalui Jejaring Sosialantara Tipe Kepribadian Ekstrovertdan Introvert pada Remaja. PsikologiUdayana, 1 (1): 107, (online), dalamProQuest (https://www.google.co.id/url?sa=t&rct=j&q=&esrc=s&source=we b & c d = & c a d = r j a & u a c t = 8 &v e d = 0 a h U K E w j p 8 M n k t f v KAhXCxY4KHU7CB pIQFgg ZMAA&url=http%3A%2F%2 Fojs. unud.ac.id% 2Findex.php% 2Fpsikologi%2Farticle %2Fdownload% 2F8488%2F6332&usg=AFQjCNE1XRgY 1 m D S m 9 3 M A x f q R Z I HXBwfQ&bvm=bv.114195076,d.c2E),didiakses 25 Januari 2016.

Widiawati, I, Sugiman, H, dan Edy. 2015.Pengaruh Penggunaan Gadgetterhadap Daya Kembang Anak.Makalah disajikan pada SeminarNasional Multidisiplin Ilmu diUniversitas Budi Luhur Jakarta, 10Mei 2014. (Online),(http://stmikglobal.ac.id/wp-content/uploads/2014/05/ARTIKEL-IIS.pdf), didiakses 25Januari 2016.\

Zuriah, N. 2009. Metode Penelitian Sosialdan Pendidikan (Teori-Aplikasi).Jakarta: Bumi Aksara.

Page 49: JURNAL CIVIC HUKUM

4 5

45

Fitrianur W N, Trisakti Handayani dan M. Mansur Ibrahim. Penguatan Pendidikan Politikdalam Meningkatkan Sikap Bela Negara Siswa di SMA Negeri 3 Malang

45

Jurnal Civic HukumVolume 3, Nomor 1, Mei 2018P-ISSN 2623-0216 E-ISSN 2623-0224

PENGUATAN PENDIDIKAN POLITIKDALAM MENINGKATKAN SIKAP BELA NEGARA SISWA

DI SMA NEGERI 3 MALANG

Fitrianur Widya Ningrum, Trisakti Handayani, M. Mansur IbrahimFKIP Universitas Muhammadiyah Malang

Email : [email protected]

ABSTRAKPendidikan politik merupakan usaha yang dilakukan terus-menerus dan berproses

untuk meningkatkan pengetahuan politik agar dapat berpartisipasi secara optimal untukmenyelesaikan masalah di bidang politik. Saat ini, praktik dan pemahaman mengenaipendidikan politik masih lemah. Hal itu dikarenakan, merosotnya nilai karakter padapeserta didik serta timbulnya sikap acuh yang disebabkan oleh arus perkembangan jamandan teknologi yang canggih. Oleh karena itu, pendidikan politik perlu dimaksimalkankembali agar dapat membina dan mengarahkan peserta didik untuk dapat memahami hakdan tanggungjawabnya sebagai warga negara Indonesia. Penelitian ini bertujuan untukmengetahui pelaksanaan penguatan pendidikan politik dalam meningkatkan sikap belanegara siswa di SMA Negeri 3 Malang, faktor penghambat dan pendukung beserta solusiuntuk mengatasi hambatan yang muncul. Pengumpulan data diperoleh melalui observasisecara langsung dan mendokumentasi hal-hal yang berkaitan dengan penelitian sertawawancara mendalam kepada sepuluh informan. Data dianalisis secara kualitatif yangterdiri dari empat alur kegiatan yaitu pengumpulan data, reduksi data, penyajian data danpenarikan kesimpulan. Serta, tahapan terakhir ialah keabsahan data menggunakan triangulasiteknik. Hasil penelitian ini menunjukan bahwa penguatan pendidikan politik dalammeningkatkan sikap bela negara siswa di SMA Negeri 3 Malang dalam pelaksanaannyadapat meningkatkan sikap bela negara bagi anggota OSIS, dan anggota Paskibra. Hal inidapat dilihat dari kegiatan yang dilakukan dan hasil yang didapatkan setelah mengikutikegiatan tersebut, sehingga mendorong mereka untuk menjalankan hak nya sebagai warganegara yang bersedia membela NKRI. Faktor penghambat berupa adanya anggota OSISdan anggota Paskibra yang kurang bisa memanejemen waktu dan kesulitan mendapatkandispensasi dari guru. Faktor pendukungnya berupa dukungan dari sekolah, motivasi diri,komunikasi yang baik antar anggota, dan keteladanan dari guru.

Kata Kunci : Pendidikan Politik, Sikap Bela Negara.

ABSTRACTPolitical education is an ongoing effort and processes to increase political

knowledge in order to participate optimally to solve political problems. At present,practices and understanding of political education are still weak. This is because, thedecline in character values in students and the emergence of indifference caused by thecurrent development of sophisticated times and technology. Therefore, political educationneeds to be maximized again in order to foster and direct students to understand theirrights and responsibilities as Indonesian citizens. This study aims to find out theimplementation of strengthening political education in improving the defense attitudes ofstudents in Senior High School 3 Malang, inhibiting and supporting factors along withsolutions to overcome obstacles that arise. Data collection was obtained through directobservation and documenting matters relating to research and in-depth interviews with teninformants. The data were analyzed qualitatively consisting of four activities, namely datacollection, data reduction, data presentation and conclusion drawing. And, the last stageis the validity of the data using technical triangulation. The results of this study indicate

http://ejournal.umm.ac.id/index.php/jch

Page 50: JURNAL CIVIC HUKUM

46

Jurnal Civic Hukum Volume 3, Nomor 1, Mei, hal. 45-51

that the strengthening of political education in enhancing the state of defense of studentsin Senior High School 3 Malang in its implementation can improve state defense formembers of the Student Council, and members of Flag Hoisting Troop. This can be seenfrom the activities carried out and the results obtained after participating in these activities,thus encouraging them to exercise their rights as citizens who are willing to defend theRepublic of Indonesia. The inhibiting factor is the existence of student council membersand Flag Hoisting Troop members who are not able to manage time and have difficultygetting dispensation from the teacher. Supporting factors include support from school, selfmotivation, good communication between members, and exemplary from the teacher.

Keywords: Political Education, Defend the Country.

PENDAHULUANPendidikan politik sangatlah

penting, bagi kalangan pelajar danatau lembaga pendidikan formal.Dikarenakan, pendidikan politik dapatmenambah pengetahuan siswa kemudianmengembangkan dan menjadikannyabekal ketika menjadi generasi penerus dimasa yang akan datang. Ketika siswamemahami dan mengerti secara keseluruhanapa itu pendidikan politik dan bagaimanapenerapannya, maka mereka mampumenjadi generasi penerus yang cerdasberjiwa nasionalisme dan patriotisme yangtinggi. Sehingga, dapat menjadikannegara Indonesia menjadi lebih baik lagi.

Menurut UU Nomor 3 Tahun 2002tentang Pertahanan Negara dijelaskanbahwa upaya bela negara adalah sikapdan perilaku warga negara yang dijiwaioleh kecintaannya kepada NegaraKesatuan Republik Indonesia yangberdasarkan Pancasila dan UUD 1945dalam menjamin kelangsungan hidupbangsa dan negara. Upaya bela negara,selain sebagai kewajiban dasar manusia,juga merupakan kehormatan bagi setiapwarga negara yang dilaksanakan denganpenuh kesadaran, tanggungjawab, dan relaberkorban dalam pengabdian kepadanegara dan bangsa. Kemudian, yangmenjadi landasan hukum bagi pendidikanpolitik adalah landasan ideologis yaitu

Pancasila, landasan konstitusional yaituUUD 1945 dan landasan historis yaituSumpah Pemuda 28 Oktober danProklamasi Kemerdekaan 17 Agustus1945. Landasan ini merupakan landasankonseptual pokok pendidikan politik yangdisertai landasan kesejarahan. Hal inipenting, karena warga negara terutamasiswa kaum terpelajar harus mengetahuisejarah perjuangan bangsa, agar memilikijiwa, semangat, dan nilai-nilai perjuangan.

Landasan filosofis pendidikandigunakan sebagai ukuran melakasanakanstudi dan praktek pendidikan. Melalui studipendidikan kita memperoleh pemahamandan gagasan mengenai landasan-landasanpendidikan, yang akan dijadikan ukurandalam praktek pendidikan. Maka dari itu,landasan filosofi pendidikan sebagai hasilstudi pendidikan tersebut, dapat dijadikanukuran untuk memenuhi studi pendidikanyang bersifat filsafiah, yaitu pendekatanyang lebih spekulatif, normatif dankomprehensif. Hal ini tentunya akan berlakubagi pendidikan politik bagi siswa selakusiswa, (Suyitno, 2009).

Berdasarkan observasi, hasilwawancara dan studi pendahuluan denganguru Pendidikan Kewarganegaraan SMANegeri 3 Malang bapak Rohmatul Adib,pendidikan politik di lingkup sekolah saatmasih lemah, di karenakan merosotnyanilai-nilai karakter pada siswa serta

Page 51: JURNAL CIVIC HUKUM

4 7

47

Fitrianur W N, Trisakti Handayani dan M. Mansur Ibrahim. Penguatan Pendidikan Politikdalam Meningkatkan Sikap Bela Negara Siswa di SMA Negeri 3 Malang

timbulnya sikap acuh yang juga disebabkanoleh adanya arus perkembangan danteknologi yang canggih. Oleh karena itu,pendidikan politik perlu dimaksimalkankembali agar dapat membina danmengarahkan peserta didik untuk dapatmemahami hak dan tanggungjawabnyasebagai warga negara Indonesia.Pendidikan politik bertujuan untukmembentuk dan menumbuhkankesadaran dan orientasi politik pesertadidik. Kemudian, mampu memberikanpartisipasinya dalam aspek kesadaranberbangsa bernegara, pembentukankarakter dan meningkatkan rasanasionalisme dan patriotisme.

Perlu adanya dorongan untukmenguatkan kembali kesadaran danorientasi politik siwa agar dapatmeningkatkan sekaligus menguatkansikap bela negara dan nilai-nilai karakter.Dorongan tersebut dapat didapatkandari luar maupun dalam lingkup sekolahseperti, ekstrakulikuler yang ada disekolah,organisasi sekolah, forum diskusi dandebat maupun gerakan kepramukaan.Penulis memilih lokasi di SMA Negeri 3Malang di karenakan, hasil observasi awalmengenai pendidikan politik banyakmelibatkan kegiatan seperti, kepramukaan,Paskibra, dan OSIS. Kegiatan tersebutdiwarnai dengan sikap bela negara,nasionalisme dan penuh dengan karakterserta gaya kepemimpinan peserta didikyang beranekaragam, terlebih SMANegeri 3 merupakan sekolah yangpeserta didiknya berprestasi dalambidang akademik maupun bidang nonakademik seperti kegiatan ekstrakulikuler.

Pendidikan politik erat kaitannyadengan bela negara. Karena, pendidikanpolitik memberikan pedoman kepadagenerasi muda Indonesia guna meningkatkankesadaran kehidupan berbangsa dan

bernegara berdasarkan Pancasila danUUD NRI 1945 sebagai salah satuusaha untuk membangun manusiaIndonesia seutuhnya, yakni bermoral danberkarakter (Wibowo, 2013).

Berdasarkan latar belakangpermasalahan tersebut dapat dirumuskanbeberapa rumusan masalah sebagaiberikut : (1) Bagaimana pelaksanaanpenguatan pendidikan politik dalammeningkatkan sikap bela negara siswa diSMA Negeri 3 Malang? (2) Apa faktorpenghambat dan pendukung dalam usahapenguatan pendidikan politik untukmeningkatkan sikap bela negara siswa diSMA Negeri 3 Malang? (3) Bagiamanasolusi mengatasi hambatan yang munculdalam usaha penguatan pendidikanpolitik untuk meningkatkan sikap belanegara siswa di SMA Negeri 3 Malang?

METODEPenelitian ini menggunakaan jenis

penelitian kualitatif dan menggunakanpendekatan fenomenologi. MenurutSugiyono (2015) metode penelitiankualitatif adalah metode penelitian yangberlandaskan pada filsafat positivisme,digunakan untuk meneliti pada kondisiobyek yang alamiah, (sebagai lawannyaadalah eksperimen) dimana penelitiadalah sebagai instrument kunci,pengambilan sampel sumber data dilakukansecara purposive, teknik penggabungandengan trianggulasi (gabungan), analisisdata bersifat induktif/kualitatif, dan hasilpenelitian kualitatif lebih menekankanmakna dari generalisasi.

Kemudian, menurut Kuswarno (2009)pendekatan fenomenologi adalah fakta yangdisadari dan masuk ke dalam pemahamanmanusia. Fenomenologi merefleksikanpengalaman langsung manusia, sejauhpengalaman itu secara intensif berhubungan

Page 52: JURNAL CIVIC HUKUM

48

Jurnal Civic Hukum Volume 3, Nomor 1, Mei, hal. 45-51

dengan suatu objek. Pada dasarnyafenomenologi mempelajari struktur tipe-tipe kesadaran, yang terentang daripersepsi, gagasan, memori, imajinasi,emosi, hasrat, kemauan, sampai tindakan,baik itu tindakan sosial maupun dalambentuk bahasa. Oleh sebab itu, penelitimemilih jenis penelitian kualitatif danpendekatan fenomenologi untukmemudahkan peneliti dalam menganalisisfenomena yang terjadi mengenai gejala,sikap dan pandangan kelompok maupunpeseorangan terhadap kegiatan-kegiatandan aktivitas sosialnya yang terjadi dilapangan.

Penelitian ini dilaksanakan di SMANegeri 3 Malang. Peneliti memilih SMANegeri 3 Malang sebagai lokasi penelitiandikarenakan di SMA Negeri 3 Malangmerupakan tempat yang baik dan strategisdalam melakukan penelitian, danmerupakan salah satu sekolah di Malangyang selalu menanamkan sikap bela negaradan nasionalisme melalui kegiatanekstrakulikulernya serta meningkatkanprestasi akademik maupun non akademik.Hal tersebut yang membuat peneliti tertarikuntuk meneliti di SMA Negeri 3 Malang.

Waktu penelitian merupakan waktu dimana penelitian ini dilakukan mulai daripenyusunan tugas akhir, permohonan izinhingga selesai penulisan tugas akhirpenelitian. Proses penyelesaian dalampenelitian ini memerlukan waktu kuranglebih 5 bulan yakni dilakukan pada akhirbulan februari sampai bulan juli 2018.

HASIL DAN PEMBAHASANBerdasarkan hasil penelitian dan data

yang telah diuraikan di atas akan dijelaskanlebih lanjut mengenai pembahasan yangmengacu pada rumusan masalah penelitian.Adapun pembahasannya adalah sebagai

berikut:

Pelaksanaan Pendidikan Politik dalamMeningkatkan Sikap Bela Negara

Berdasarkan hasil penelitian yang telahdiuraikan pada pembahasan sebelumnnya,pelaksanaan pendidikan politik dalammeningkatkan sikap bela negara di SMANegeri 3 Malang yang di lakukan olehanggota OSIS dan anggota Paskibratersebut telah memahami pengertianpendidikan politik dan praktiknya dalamkehidupan sehari-hari, baik di sekolahmaupun di dalam kehidupanbermasyarakat. Anggota OSIS dananggota Paskibra tersebut memilikisemangat nasionalisme dan kebangsaan danketika di hadapkan oleh berbagai masalahyang menimpa bangsa secara otomatismenunjukan sikap bela negaranya. Karena,anggota OSIS dan anggota Paskibratersebut telah diajarkan rasa kebersamaan,kedisiplinan dan tanggungjawab. Haltersebutlah yang mendorong anggotaOSIS dan anggota Paskibra untukselalu menuntaskan pekerjaan dantanggungjawabnya baik sebagai pelajar,warga negara dan sebagai siswa yang aktifdalam berorganisasi. Berkaitan denganRahman (2017) kesadaran bela negara ialahkesediaan untuk berbakti dan setia padanegara dan kesediaan berkorban membelanegara. Tindakan dalam membela negaraitu sangat luas, mulai dari yang palinghalus, hingga yang paling keras. Mulai darihubungan baik sesama warga negara sampaibersama-sama memberi aksi untukmencegah ancaman nyata musuhbersenjata, baik dari luar negeri mapundalam negeri.

Anggota OSIS dan anggota Paskibraketika melaksanakan pendidikan politikdalam meningkatkan sikap bela negara inidilakukan melalui kegiatan-kegiatan seperti;diskusi yang berkaitan tentang organisasi

Page 53: JURNAL CIVIC HUKUM

4 9

49

Fitrianur W N, Trisakti Handayani dan M. Mansur Ibrahim. Penguatan Pendidikan Politikdalam Meningkatkan Sikap Bela Negara Siswa di SMA Negeri 3 Malang

internalnya dan diskusi mengenaipermaslahan yang mencuat ke publik yangpatut untuk dibicarakan, latihan rutinanggota Paskibra, bakti sosial, pelaksanaanupacara bendera senin, pelaksanaanupacara HUT Kemerdekan RI, debatevent yang dilakukan oleh anggota OSIS,mengikuti sosialiasi yang diselenggarakanoleh KPU dan Lembaga Pemerintahanlain secara resmi dan memaksimalkankepemimpinan yang di emban ketika adaevent serta kepememimpinan sebagai ketuaOSIS maupun ketua Paskibra. Kemudian,kegiatan yang di lakukan dan diikuti tersebutmemberikan dampak positif bagimasyarakat sekitar, sekolah dan untuksiswa itu sendiri.

Bersaman dengan hal di atas anggotaOSIS dan anggota Paskibra ini lebih ungguldibandingkan dengan siswa yang lain.Anggota OSIS dan anggota Paskibrakalebih peka terhadap permasalahan yangterjadi di lingkungan sekitar, lebih sadarakan hak dan kewajibannya sebagai warganegara dan sebagai pelajar. Kemudian,jika dihadapkan oleh berbagai rutinitas yangpadat anggota OSIS dan anggotaPaskibraka mampu memanajemenwaktunya dengan baik. Selain itu jugadapat mengerjakan tugas sekolah danperkerjaan rumah dengan baik.

Perbedaan penelitian ini dari penelitianterdahulu ialah dalam penelitian yangdilakukan saya selaku peneliti menggunakanpendidikan politik sebagai sarana dan alatuntuk tercapainya karakter dan sikap belanegara siswa terhadap negaranya.Kemudian, siswa dapat memahami danmengerti secara keseluruhan apa itupendidikan politik dan bagaimanapenerapannya. Sedangkan penelitianterdahulu, menjelaskan bagaimanasosialisasi politik dan agen-agen pendidikanpolitik. menggunakan penelitian di dalam

kelas. Oleh karena itu, perbedaan yangpaling menonjol ialah peneliti tidakmengambil unsur penerapan pendidikanpolitik di dalam kelas. Peneliti hanyamenggunakan unsur di luar kelas sepertikegiatan ekstrakulikuler, diskusi bebas ataukebebasan berpendapat dan gayakepemimpinan siswa SMA Negeri 3Malang.

Faktor Penghambat dan Pendukungdalam Usaha Penguatan PendidikanPolitik untuk Meningkatkan SikapBela Negara

Berdasarkan hasil analisis data yang telahdiperoleh dan diuraikan mengungkapkanbahwa anggota OSIS dan anggota Paskibraketika melaksanakan pendidikan politikdalam meningkatkan sikap bela negaramendapatkan hambatan yang dapatdiklasifikasikan menjadi dua bentuk yaitufaktor hambatan dari dalam dan dari luar.Faktor hambatan dari dalam yakni, darianggota itu sendiri beberapa ada yangkurang bisa memanejemen waktu danadanya miss komunikasi, kesulitanmendapatkan dispensasi dari guru, dankebijakan sekolah yang ketat. Kemudian,faktor dari luar yaitu orangtua ada yangpaham dan mengerti akan kegiatan OSISdan Pakibra ada juga yang tidak pahamdan takutnya mengganggu pelajaran, adajuga dari masyarakat sekitar kalau adakegiatan-kegiatan yang mengganggu ketikaada suara-suara jika ada kegiatan malam.

Begitu pula berdasarkan hasil analisisdata yang telah diperoleh dan diuraikanmengungkapkan bahwa anggota OSIS dananggota Paskibraka ketika melaksanakanpendidikan politik dalam meningkatkansikap bela negara mendapatkan dukungandari dalam dan dari luar. Dukungan yangdidapatkan anggota OSIS dan Paskibrakadari dalam yakni adanya dukungan darisekolah, motivasi diri, komunikasi yang

Page 54: JURNAL CIVIC HUKUM

50

Jurnal Civic Hukum Volume 3, Nomor 1, Mei, hal. 45-51

baik dan sejalan sehingga kegiatan berjalandengan lancar, dukungan dari guru berupapemberian dispensasi dan motivasi, fasilitasyang diberikan oleh sekolah, alumni yangturut hadir ketika ada kegiatan, komitmendari peserta yang mengikuti kegiatan danacara, kerjasama antar anggota dan panitia,mendapat persetujuan dari sekolah,pendampingan dan kontrol dari sekolah.Lalu, dukungan yang didapatkan anggotaOSIS dan Paskibra dari luar yakni adanyasponsor kegiatan dan acara, diberikan ijinoleh orangtua ketika mengikuti kegiatan,adanya dukungan dan motivasi dari temanterdekat dan orangtua, juga masyarakatsekitar yang turut berpartisipasi ketika adakegiatan yang berlangsung.

Solusi Mengatasi Hambatan yangMuncul dalam Usaha PenguatanPendidikan Politik untukMeningkatkan Sikap Bela Negara

Berdasarkan data yang diperolehsejauh ini solusi yang diberikan oleh guruPPKn, waka kesiswaan, kepala sekolah,anggota OSIS dan anggota Paskibrauntuk mengatasi hambatan yang munculialah bapak dan ibu guru memberikansemangat dan dorongan agar siswa yangtidak konsisten bisa lebih konsisten lagidan semangat dalam menjalani kegiatanekstrakulikuler seperti OSIS dan Paskibra.Kemudian, penting adanya support darisekolah dan peran leader yakni kepalasekolah, koordinasi dengan kesiswaanuntuk menghimbau bapak ibu guru dalammemberikan dispen, sehingga guru yangditinggalkan bisa menerima kebijakan yangada di sekolah. Termasuk orangtuadiberikan pemberitahuan-pemberitahuanterkait kegiatan yang dilaksanakan sehinggadapat ijin dari orang tua. Serta, dimasyarakat kita juga meminta ijin terkaitkegiatan yang mengganggu sepertikebisingan dan lain sebagainya. Setelah itu

solusi yang lain adalah mempertahankankepercayaan yang diberikan oleh guruketika memberikan dispensasi, merancangdari awal apa yang harus dilakukan selamamasa jabatan satu tahun kedepan danjangan sampai ada misscomunication.Serta, menyesuaikan dengan sarana yangada. Lalu, solusi lainnya yakni keteladananguru. Jika guru yang menjadi teladan untuksiswa maka, secara otomatis langsungditerapkan oleh siswa tersebut dan jugaguru-guru harus update agar komunikasibisa berjalan baik dan lancar. Sehingga,literasi guru itu dapat sejalan dengan digitaldan budaya.

SIMPULANBerdasarkan hasil penelitian dan

pembahasan pada bab sebelumnya, dapatdisimpulkan sebagai berikut :a) Penguatan pendidikan politik dalam

meningkatkan sikap bela negarasiswa di SMA Negeri 3 Malangdalam pelaksanaannya ini dapatmeningkatkan sikap bela negara bagianggota OSIS, dan anggota Paskibra.Hal ini dapat dilihat dari kegiatan yangdilakukan dan hasil yang didapatkansetelah mengikuti kegiatan tersebut danmendorong mereka untuk menjalankanhak nya sebagai warga negara yangbersedia membela negara KesatuanRepublik Indonesia. Anggota OSISdan anggota Paskibra memiliki sikapdan gaya kepemimpinan yangberkarakteristik, bertanggungjawab,memiliki jiwa nasionalisme danpatriotisme yang tinggi. Kemudian juga,secara otomatis anggota OSIS dananggota Paskibra memiliki nilai lebihdibanding siswa yang lain. Disampingitu, kegiatan ekstrakulikuler Pramukayang tidak aktif telah digantikan denganadanya kegiatan Bedhol Bhawikarsuyang dianggap memiliki nilai-nilai sama

Page 55: JURNAL CIVIC HUKUM

5 1

51

Fitrianur W N, Trisakti Handayani dan M. Mansur Ibrahim. Penguatan Pendidikan Politikdalam Meningkatkan Sikap Bela Negara Siswa di SMA Negeri 3 Malang

dengan kepramukaan dan terdapatsikap budi pekerti bagi siswa yangmengikuti kegiatan tersebut.

b) Faktor penghambat dan pendukungdalam usaha penguatan pendidikanpolitik untuk meningkatkan sikap belanegara terbagi dalam dua bentuk, yangpertama faktor penghambat dari dalamdan dari luar, yang kedua faktorpendukung dari dalam dan dari luar.Faktor penghambat dari dalam yakniberupa dari anggota itu sendiribeberapa ada yang kurang bisamemanejemen waktu dan kesulitanmendapatkan dispensasi dari guru.Faktor penghambat dari luar yakniorangtua anggota OSIS danPaskibraka ada yang tidak pahammengenai kegiatan yang dilakukan olehanaknya dan takutnya mengganggupelajaran, dan juga dari masyarakatsekitar yang merasa terganggu ketikaada kegiatan-kegiatan dan suara-suarasaat kegiatan malam. Sedangkan faktorpendukung dari dalam yakni berupadukungan dari sekolah, motivasi diri,komunikasi yang baik dan sejalansehingga kegiatan berjalan denganlancar, dukungan dari guru berupapemberian dispensasi dan motivasi,dan fasilitas yang diberikan olehsekolah. Lalu, faktor pendukung dariluar yakni berupa sponsor kegiatandan acara, adanya ijin oleh orang tuaketika mengikuti kegiatan, dan adanyadukungan dari teman terdekat.

c) Solusi yang diambil oleh anggota OSISdan Paskibra dalam mengatasihambatan yang muncul ialah bapakdan ibu guru memberikan semangatdan dorongan agar siswa yang tidakkonsisten bisa lebih konsisten lagi dansemangat dalam menjalani kegiatan,koordinasi dengan kesiswaan untukmenghimbau bapak ibu guru dalammemberikan dispensai, sehingga guru

yang ditinggalkan bisa menerimakebijakan yang ada di sekolah.Kemudian, orangtua diberikanpemberitahuan-pemberitahuan terkaitkegiatan yang dilaksanakan sehinggadapat ijin dari orang tua dan juga didalam masyarakat juga meminta ijinterkait kegiatan yang menggangguseperti kebisingan dan lain sebagainya.

DAFTAR PUSTAKAKuswarno, Engkus. 2009. Fenomenologi.

Bandung: Widya Padjajaran. (Online),(h t t p s : / /www.academia . edu /16688487/Pendekatan- pendekatan_dalam_penelitian_Kualitatif), diakses06 Desember 2017.

Permendikbud Nomor 63 Tahun 2014tentang Pendidikan KepramukaanSebagai Ekstrakulikuler Wajib.Kementrian Agama. (Online), (http://simpuh.kemenag.go.id/regulasi/permendikbud_63_14_lampiran01.pdf) diakses 8 Agustus 2018).

Rahman, Abd. 2017. PendidikanKewarganegaraan di PerguruanTinggi. Jakarta: Celebes MediaPerkasa.

Sugiyono. 2015. Metode PenelitianPendidikan; Pendekatan Kuantitatif,Kualitatif, dan R&D. Bandung:Alfabeta.

Suyitno. 2009. Landasan FilosofisPendidikan, (Online), (http://f i l e . u p i . e d u / D i r e k t o r i / F I P /JUR._PEDAGOGIK/1950090 819 81011-Y_SUYITNO/LANDASAN_FILOSOFIS_PENDIDIKAN_DASAR.pdf), diakses 07 Desember2017.

Wibowo, Puji. 2013. PelaksanaanPendidikan Politik di Sekolah,(Online),

(http://repository.ump.ac.id/6129/3/Puji%20Wibowo%20Bab%20II.pdf)diakses 01 Februari 2018.

Page 56: JURNAL CIVIC HUKUM

52

Jurnal Civic Hukum Volume 3, Nomor 1, Mei 2018, hal. 52-6152

Jurnal Civic HukumVolume 3, Nomor 1, Mei 2018P-ISSN 2623-0216 E-ISSN 2623-0224

PENGARUH TEMAN SEBAYATERHADAP PERKEMBANGAN MOTIVASI BELAJAR SISWA

DI SMP MUHAMMADIYAH 1 MALANG

Moh Salahuddin, Nurbani Yusuf, BudionoFKIP Universitas Muhammadiyah Malang

Email : [email protected]

ABSTRAKPenelitian ini bertujuan untuk mengetahuai pengaruh teman sebaya terhadap

perkembangan motivasi belajar siswa kelas VIII A SMP Muhammadiyah 1 Malang.Penelitian ini termasuk penelitian ex-post facto dengan pendekatan kuantitatif. Populasidalam penelitian ini adalah seluru kelas VIII di SMP Muhammadiyah 1 Malang dansampelnya adalah siswa kelas VIII A dengan jumlah 33 orang. Teknik pengumpulan datadalam penelian ini menggunakan dokumentasi dan angket koesioner. Uji prasarat analisismenggunakan uji normalitas dan uji linearitas, uji hipotesis menggunakan uji korelasiProduct moment. Hasil penelitian menunjukan terdapat hubungan positif dan signifikanantara pergaulan teman sebaya dengan motivasi belajar yang di tunjukan dari hasil rhitungyang dipeolah dengan bantuan SPSS sebeser 0,575, sedangkan rtabel dengan N = 33 padataraf kesalahan 5% sebesar 0,344, sehingga ρ hitung > ρ tabel (0,575 > 0,344). Selanjutnyaditemukan bahwa mayoritas siswa memiliki skor pergaulan teman sebaya yang berada padakategori sedang dengan presentase 66,7% dan mayoritas siswa peda motivasi belajar jugatermasuk dalam kategori sedang dengan presentase yaitu sebesar 75,8%.

Kata Kunci : Pergaulan teman sebaya, Motivasi belajar, SMP Muhammadiyah 1 Malang.

ABSTRACTThe purpose of this research is to know how the thepeers’s influence toward

development of students’s learning motivation at VIII A Class SMP Muhammadiyah 1Malang. The kind of this research used ex-post facto with quantitative research. Thepopulation is the whole VIII class at SMP Muhammadiyah 1 Malang and the sample is thestudents who is in Class VIII A with amount 33 people. The data collection in this researchused documentation and questionnaire. Test prerequisite analysis using normality test andlinearity test, hypothesis test using product moment correlation test. The result of thisstudy showed that there was a positive and significant correlation between peerassociation with learning motivation which showed from the result of rhitung which if withthe help of SPSS shift 0,575, while rtabel with N = 33 at 5% error level 0,344, so r hitung>rtabel (0,575 > 0.344). Furthermore it was found that the majority of students have peersocial scores that are in the medium category with a percentage of 66.7% and the majorityof students pedamotivasibelajr also included in the category of premises premisesdenga75.8%.

Keywords: Peers association, Learning motivation, SMP Muhammadiyah 1 Malang.

PENDAHULUANBerdasarkan upaya tujuan pembangunan

nasional, peran pendidikan sangatmenentukan. Pendidikan diselenggarakanmelalui berbagai jalur, yaitu jalur pendidikandi sekolah (formal), pendidikan luar

sekolah/lingkungan masyarakat (nonformal), dan pendidikan di lingkungankeluarga (informal). Ketiga jalur pendidikantersebut berfungsi untuk meneruskannilai-nilai luhur bangsa kepada generasimuda dan untuk mencapai tujuan

http://ejournal.umm.ac.id/index.php/jch

Page 57: JURNAL CIVIC HUKUM

5 3

53

Moh Salahuddin, Nurbani Yusuf dan Budiono, Pengaruh Teman SebayaTerhadap Perkembangan Motivasi Belajar Siswa di SMP Muhammadiyah 1 Malang

pendidikan nasional yang telah ditetapkandalam suatu sistem pendidikan nasional(Sisdiknas). Untuk mencapai tujuanpendidikan nasional tersebut perlu adanyakegiatan yang sinergis disetiappenyelenggaraan pendidikan, baik itu disekolah, luar sekolah maupun lingkunganmasyarakat, dan lingkungan keluarga.Oleh karena itu, sudahn menjadi suatukeniscahyaan bahwa perbaikansuamberdaya manusia harus terusditingkatkan.

Untuk memenuhi hal tersebut,pendidikan masih dipercaya sebagaimedia yang sangat ampuh karena memilikiperanan yang sangat penting dan strategis.Hal ini sesuai dengan amanat UU No 20tahun 2003 tentang sistem pendidikannasional pasal 3 yang berbunyi “pendidikannasional berfungsi mengembangkankemampuan dan membentuk watak sertaperadaban bangsa, yang bertujuan untukmengembangkan potensi peserta didik agarmenjadi manusia yang beriman danbertakwa kepada Tuhan yang Maha Esa,berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap,kreatif, mandiri, dan menjadi warga ngarayang demokratis dan bertanggung jawab”.

Pendidikan merupakan salah satusystem penting yang dipercaya untukmenciptakan sumber daya manusia (SDM)yang berkualitas. Keberhasilan pendidikantentunya tidak terlepas dari sejauh manaperkembangan siswa dalam prosespembelajaran. Untuk meningkatkan hasilbelajar siswa membutuhkan adanyamotivasi yang tinggi dalam kegiatanpembelajaran. Ada beberapa unsur pentingyang berperan terhadap perkembanganmotivasi belajar siswa. Adapun unsur-unsurtersebut adalah teman, guru, orang tua,alat dan metode pembelajaran, sertalingkungan pelajaran.

Lingkungan pelajaran merupakan salahsatu faktor penting yang mempengaruhitingkah laku siswa. Lingkungan belajar yangdimaksudkan adalah lingkungan keluarga,teman, guru dan masyarakat sekitar. Selainlingkungan keluarga, teman merupakanlingkungan sosial pertama remaja untukbelajar berinteraksi dengan orang lain. Padadasarnya hubungan pertemanan remajadengan teman sebaya cenderung lebihdekat ketimbang dengan keluaganyasendiri, hal ini dikarenakan remaja lebihbanyak menghabiskan waktunya untukkegiatan sekolah, kegiatan ekstrakurikuler,maupun kegiatan di luar sekolah bersamateman sebayanya. Adapun beberapakegiatan di sekolah yang saya maksudkandisini yaitu merupan kegiatan belajar danjuga kegiatan ekstarkurikuler siswa yangmeliputi, kegiatan menulis karia ilmiah,basket, futsal, music orchestra, pramuka,tapak suci, belajar mengaji, dan senamsehat.

Pada dasarnya kelompok temansebaya merupakan sekelompok anak atauremaja yang memiliki usia atau tingkatkematangan yang cenderung hampir sama(Santrock, 2007). Ada berbagai jenisteman sebaya dengan berbagai tipe, anakatau remaja memiliki hubungan pertemanankarena didasari oleh kesamaan dalamberbagai aspek, misalkan hobi, tujuan, danseringnya bertemu. Setiap temansepermainan memiliki karakter yangberbeda-beda. Perbedaan karaktertersebebut dapat berpengaruh besar dalamberbagai hal, seperti pola pergaulan dalamlingkungun khususnya pada prestasi belajarsiswa. Hal tersebut dapat berpengaruhpositif maupun pengaruh negatif terhadapprestasi belajar siswa, tergantung diri sendiridan bagaimana cara siswa melakukanpergaulan dengan teman sepermainannya.Pada masa remaja siswa cenderung

Page 58: JURNAL CIVIC HUKUM

54

Jurnal Civic Hukum Volume 3, Nomor 1, Mei 2018, hal. 52-61

mengikuti pergaulan yang dilakukan olehteman sepermainannya. Jika siswa bergauldengan teman sepermainan yang sukamenggunakan narkoba, merokok, dan jugaminum minuman keras, maka siswa akancenderung mengikuti untuk melakukan halyang sama dengan teman sepermainannya,dan hal seperti inilah yang harusnya dihindari dari pergaulan anak atau remajapada jaman sekarang karena dapatberpengaruh besar terhadap prestasibelajar siswa. Meskipun tidak sepenuhnyaremaja akan mengikuti untuk melakukanhal yang sama seperti yang dilakukan temansepermainannya namun kita jugamengetahui bahwasanya pada masa remajamerupakan masa dimana mereka mencarijati diri mereka dan bisa dikatakan padamasa ini remaja memiliki pemikiran yangtidak stabil, baik dalam pemikiran maupunprinsip hidup. Pengaruh teman sebaya tidakhanya memunculkan pengaruh negatifsaja namun ada pula pengaruh dari sisipositifnya juga, teman sebaya sangatmempengaruhi proses pembelajaran karenadapat meningkatkan kemampuan kognitifsiswa yaitu sebagai sumber informasi,sebagai teman diskusi untuk menyelesaikanmasalah dalam proses pembelajaran,sebagai teman untuk belajar kelompok,mengemukakan pendapat dan untukmeningkatkan kemampuan dalam penalara.

Kualitas pendidikan di Negara kitamasih perlu di tingkatkan lagi denganmenggunakan cara yang efektif, denganmelibatkan aspek-aspek penting dalampindidikan yang mempengaruhiperkembangan motivasi belajar siswaseperti yang di tuliskan di atas bahwasanyaaspek-aspek penting tersebut yaitu teman,orang tua, guru, dan lingkungan belajarsiswa. Peningkatan motivasi belajar siswabukan hanya menjadi tanggung jawab gurusaja akan tetapi juga melibatkan semua

aspek yang dituliskan di atas yaitu teman,guru, orang tua dan lingkungan belajaryang baik. Dalam sebuah studi,dikemukakan bahwa relasi diantarakawan sebaya yang buruk di masa kanak-kanak berkaitan dengan putus sekolah dankenakalan di masa remaja (Roff, Sells,dan Golden, 1972) dalam (Santrock, 2007:57). Dalam studi lainnya, relasi yangharmonis dengan kawan-kawan sebaya dimasa remaja berkaitan denga kesehatanmental yang positif di usia paruh baya(Hightower, 1990) dalam (Santrock, 2007:57). Artinya ketika siswa dengan temansepermainanya bergaul di lingkunganbermain yang baik maka perkembanganpsikis siswa akan mengarah padaperkembangan yang positif danperkembangan motivasi belajar siswa jugaakan meningkat sehingga siswa dapattumbuh menjadi pribadi yang berguna bagikehidupan Bangsa dan Negara di kemudianhari.

Berdasarkan latar belakang masalahyang telah diuraikan di atas, Makapermasalahan penelitian ini dapatdirumuskan sebagai berikut.a) Bagaimana program-progam sekolah

yang dapat mempengaruhi motivasibelajar siswa di SMP Muhammadiyah1 Malang?

b) Bagaimanakah pengaruh teman sebayaterhadap motivasi belajar siswa diSMP Muhammadiyah 1 Malang?

METODEPenelitian ini menggunakan pendekatan

kuantitatif. Pendekatan kuantitatif adalahsuatu pendekatan yang bersifat konkrit/empisis, obyektif, terukur, rasional, dansistematis. Metode ini disebut metodekuantitatif karena data penelitian yangdigunakan berupa angka-angka dan analisismenggunakan statistik (Sugiyono, 2014:

Page 59: JURNAL CIVIC HUKUM

5 5

55

Moh Salahuddin, Nurbani Yusuf dan Budiono, Pengaruh Teman SebayaTerhadap Perkembangan Motivasi Belajar Siswa di SMP Muhammadiyah 1 Malang

7). Artinya, sebagian besar dari datapenelitian ini berbentuk angka. Penelitiantentang pengaruh teman sebaya terhadapperkembangan motivasi belajar siswa diSMP Muhammadiyah 1 Malang initermasuk jenis metode penelitian kuantitatifkausal. Kuantitatif kausal adalah hubunganyang bersifat sebab akibat. Jadi penelitianini menggunakan dua variabel yaitu variabelindependen (variabel yang mempengaruhi)dan juga variabel dependen (variabel yangdipengaruhi).

Penelitian ini di laksanakan di SMPMuhammadiyah 1 Malang yang beralamatdi Jalan. Brigjend Slamet Riadi No. 134,Oro-oro Dowo, Klojen, Kota Malang,Jawa Timur. Waktu penelitian dilaksanakanpada bulan maret sampai bulan april 2017.

HASIL DAN PEMBAHASANSampel dalam penelitian ini adalah 33

siswa kelas VIII A SMP Muhammadiyah1 Malang tahun ajaran 2016/2017. Datahasil penelitan ini terdiri dari dua variabelyaitu variabel terikat (Y) motivasi belajardan variabel bebas (X) teman sebaya.

“Sebelum melakukan uji persyaratandan melakukan pengujian terhadap hipotesisyang diajukan, hasil analisis deskriptif akanterlebih dahulu dipaparkan”. “Statistikdeskriptif ini bermaksud untuk memberikangambaran mengenai data yang diperolehpada setiap variabel”. “Adapun data yangakan disajikan yaitu data mean, median,modus, standart deviasi, skor tertinggi, danskor terrendah”. “Data juga ditampilkandalam bentuk tabel distribusi frekuensi,kecenderungan data, dan diagram-diagram”. Berikut analisis deskriptif datasetiap variabel.1. Pergaulan Teman Sebaya

“Untuk memperoleh data pada variabelteman sebaya kita dapat menggunakaninstrumen skala psikologi”. “Instrumen yang

diisi oleh 33 siswa sebagai responden inimempunyai 24 butir pertanyaan, setiap butirpertanyaan memiliki 4 pilihan jawaban yangdapat di pilih siswa”. “Skor tertinggi yangdapat diraih pada setiap butir adalah 4 danskor terendah adalah 1”. Jadi, skor tertinggiyang didapatkan dari skala ini adalah 24 x4 = 96 dan skor terrendah adalah 24 x 1=24Teman SebayaTabel 1. Tabulasi Statistik Deskriptif

Teman Sebaya

Data pergaulan teman sebaya padasiswa kelas VIII A SMP Muhammadiyah1 Malang memiliki “mean atau rata-ratasebesar 62,39, median 61, modus 61, danstandar deviasi 4,71. Skor maksimum yangdapat di capai responden adalah 71,sedangkan skor terendah yaitu 54”.Distribusi frekuensi data pergaulan temansebaya dapat dilihat pada tabel di bawahini.

Tabel 2. Distribusi FrekuensiPergaulan Teman Sebaya

Deskriptif TemanSebaya N 33

Rata-rata 62.39 Median 61 Modus 61

StandarDeviasi 4.71 Minimum 54

Maksimum 71

Interval Frekuensi Frekuensi Persentase (dalam %) Komulatif

69-71 4 12.1 12.1 66-68 6 18.2 30.3 63-65 4 12.1 42.4 60-62 9 27.3 69.7 57-59 6 18.2 87.9 54-56 4 12.1 100.0

Jumlah 33 100

Page 60: JURNAL CIVIC HUKUM

56

Jurnal Civic Hukum Volume 3, Nomor 1, Mei 2018, hal. 52-61

“Berdasarkan tabel diatas, dapatdiketahui bahwa interval 60-62 merupakaninterval yang memiliki frekuensi siswaterbanyak yaitu 9 siswa dengan persentase27.3%”. Sementara itu, interval yangmemiliki frekuensi terendah adalah 69-71,

63-65, dan 54-46 dengan frekuensi siswamasing-masing 4 siswa dan persentasesebanyak 12.1%. Gambaran tabel frekuensidi atas dapat dilihat pada diagram batangdi bawah ini.

Gambar 1. Histogram Distribusi Pergaulan Teman Sebaya

“Selanjutnya data di atas digolongkanmenjadi tiga kategori, yaitu kategori tinggi,sedang, dan rendah”. “Pengkategoriandimaksudkan untuk melihat kecenderungan

distribusi frekuensi yang terjadi padapengaruh teman sebaya”. Untuk lebihlengkapnya kita bisa lihat pada tabel berikut.

Tabel 3. Distribusi Kecenderungan Frekuensi Teman Sebaya

Tabel 3. Menunjukkan “bahwapengaruh teman sebaya cenderung masukdalam kategori sedang sebanyak 22 siswa

Interval Skor Kategori Frekuensi Persentase (%) > 67 Tinggi 6 18.2

58-67 Sedang 22 66.7 <58 Rendah 5 15.2

dengan persentase 66.7%”. Untuk lebihlengkapnya kita bisa lihat pada diagramberikut.

Gambar 2. Diagram Batang Kecenderungan Frekuensi Teman Sebaya.

Page 61: JURNAL CIVIC HUKUM

5 7

57

Moh Salahuddin, Nurbani Yusuf dan Budiono, Pengaruh Teman SebayaTerhadap Perkembangan Motivasi Belajar Siswa di SMP Muhammadiyah 1 Malang

2. Motivasi BelajarData pada motivasi belajar “diperoleh

melalui angket atau koesioner penelitianyang terdiri dari 18 butir pertanyaandengan jumlah respoden 33 siswa kelasVIII A SMP Muhammadiyah 1 Malang”.“Setiap pertanyaan memiliki 4 pilihan

jawaban yang dapat dipilih siswa, skortertinggi yang dapat di raih pada setiapbutir pertanyaan yaitu 4 dan skor terendahadalah 1”. Jadi, skor tertinggi yang dapatdiporoleh dari skala ini yaitu 18 x 4 = 72dan skor terrendah yaitu 18 x 1 = 18.

Deskriptif Motivasi Belajar N 33

Rata-rata 50.85 Median 49 Modus 48

StandarDeviasi 4.79 Minimum 42

Maksimum 62

Motivasi BelajarTabel 4. Tabulasi Statistik Deskriptif Motivasi Belajar.

Data motivasi belajar pada siswa kelasVIII A SMP Muhammadiyah 1 Malangmemiliki mean atau rata-rata sebesar 50,58,median 49, modus 48, dan standar deviasi

4,79. Skor tertinggi yang dapat dicapairesponden adalah 62, sedangkan skorterendah adalah 42. Untuk lebih lengkapnyadapat di lihat pada tabel di bawah.

Tabel 5. Distribusi Frekuensi Motivasi Belajar

Interval Frekuensi Frekuensi Persentase (dalam %) Komulatif

61-64 1 3.0 3.0 57-60 4 12.1 15.2 53-56 5 15.2 30.3 49-52 9 27.3 57.6 45-48 12 36.4 93.9 41-44 2 6.1 100.0 Jumlah 33 100

“Berdasarkan tabel distribusi frekuensidi atas, dapat diketahui bahwa interval45-48 merupakan interval yang memilikifrekuensi siswa terbanyak yaitu 12 siswadengan persentase 36,4%”. Sementara

interval yang memiliki frekuensi terendahadalah 61-64 dengan frekuensi 1 siswadan perentase sebanyak 3,0%. Gambarantabel frekuensi di atas dapat dilihat padadiagram batang di bawah ini.

Page 62: JURNAL CIVIC HUKUM

58

Jurnal Civic Hukum Volume 3, Nomor 1, Mei 2018, hal. 52-61

Gambar 3. Diagram Batang Distribusi Frekuensi Motivasi Belajar

Tabel 6. Distribusi Kecenderungan Frekuensi Motivasi Belajar

“Selanjutnya data di atas digolongkanmenjadi tiga kategori, yaitu kategori tinggi,sedang, dan rendah”. “Pengkategoriandimasudkan untuk melihat kecenderungan

distribusi frekuensi yang terjadi padapengaruh motivasi belajar”. Untuk lebihlengkapnya kita bisa lihat pada tabel dibawah ini.

Interval Skor Kategori Frekuensi Persentase (%) > 56 Tinggi 5 15.2

46-56 Sedang 25 75.8 <46 Rendah 3 9.1

Tabel 6. Menunjukan bahwa motivasibelajar cenderung masuk dalam kategorisedang sebanyak 25 siswa dengan

persentase 75,8%. Diagram batang berikutini menunjukan tabel distribusikecenderungan frekuensi motivasi belajar.

Gambar 4. Diagram Batang Kecenderungan Frekuensi Motivasi Belajar

Page 63: JURNAL CIVIC HUKUM

5 9

59

Moh Salahuddin, Nurbani Yusuf dan Budiono, Pengaruh Teman SebayaTerhadap Perkembangan Motivasi Belajar Siswa di SMP Muhammadiyah 1 Malang

Analisis Hasil Pembahasan.1. Uji Normalitas

Uji ini bertujuan “untuk mengetahuiapakah data yang bersangkutan normalatau tidak”. “Data yang mempunyaidistribusi normal berarti data tersebutdikatakan benar-benar dapat mewakilipopulasi karena penelitian ini merupakanpenelitian sampel”. “Perhitungan normalitasdata dalam penelitian ini menggunakanmetode skewnes, yaitu dengan menghitungterlebih dahulu rario skewnes dengan rumusperhitungan skewnws/standar errorr ofskewnes”. “Jika rasio skewnes antara -2sampai dengan 2 maka disrtibusi datanormal (Prayitno, 2012:44)”.

“Setelah dilakukan perhitungannormalitas dengan bantuan softwere IMBstatistik 20 di dapatkan hasil nilai rasio0,55 untuk data pergaulan teman sebayadan nilai rasio 1,23 untuk data motivasibelajar”. Keduanya “berada pada interval-2 sampai dengan 2. Jadi, dapat disimpulkan bahwa data pergaulan temansebaya dan motivasi belajar berdistribusinormal”.2. Uji Linearitas

“Perhitungan linearitas digunakanuntuk mengetahui apakah hubungan duafariabel liner”. “Hunbungan yang liner ditandai dengan adanya kenaikan skor padasuatu fariabel diikuti keanikan pula padafariabel lainnya”. Jika di peroleh “nilai sig.Linierity <0,5 dan nilai sig. Deviationlinierity<0,5 maka hubungan antaravariabel adalah linier”.

“Berdasarkan analisis yang di lakukanpeneliti menggunakan softwere IMB SPSSstatistik 20, di peroleh nilai yang sig”.“Linierity sebesar 0,001, nilai yang diperoleh tersebut kurang dari 0,05,sedangkan nilai sig. Deviatio fromlinearity sebesar 0,652, lebih besar dari0,05”. Maka, “dapat dikatakan bahwa

hubungan antara variabel pergaulan temansebaya dan motivasi belajar berjalan lin-ear”.Uji Hipotesis

“Mengingat uji persyaratan analisis,yaitu uji normalitas dan linieritas telahdipenuhi, pengujian hipotesis di lakukandengan munggunakan analisis korelasiproduk moment person”. “Kriteria untukmenerima atau menolak hipotesis adalahdengan melihat perolehan harga r atau disebut juga rhitung gengan rtabel padataraf signifikasi 5%”. “Bila rhitung ? rtabelmaka Ho ditolak dan Ha diterima,Sebaliknya, apabila rhitung < rtabel Hoditerima dan Ha ditolak”.

“Berdasarkan hasil analisis korelasiproduct moment person dengan bantuansoftwere IMB SPSS statistik 20 diperolehrhitung sebesar 0,575 nilai rtabel denganjumlah N = 33 pada taraf kesalahan 5%adalah 0,344”. “Secara ringkaas, korelasiantara variabel ditampilkan seperti tabeldi bawah ini”.

Tabel 7. Hasil Analisis KorelasiProduct Moment

“Dilihat dari perolehan harga r di atas,dapat diketahui bahwa 0,575 > 0,344atau dengan kata lain rhitung < rtabel”.Maka dari itu, “dapat disimpulkan bahwaHo ditolak dan Ha di rerima”. Jadi“terdapat hubungan yang positif dansignifikan antara pergaulan tenan sebayadengan motivasi belajar kelas VIII A SMPMuhammadiyah 1 Malang”.

Tujuan dilakukan penelitian ini adalah“untuk mengetahui apakah terdapathubungan yang positif antara pergaulanteman sebaya dengan motivasi belajar

rhitung rtabel

0,575 0,344

Page 64: JURNAL CIVIC HUKUM

60

Jurnal Civic Hukum Volume 3, Nomor 1, Mei 2018, hal. 52-61

siswa kelas VIII A SMP Muhammadiyah1 Malang tahun ajaran 2016/2017”.“Penelitian dengan ukuran sampel sejumlah33 siswa ini menunjuka terdapat hubunganyang positif dan signifikan antara pergaulanteman sebaya dengan motivasi belajarsiswa kelas VIII A SMP Muhammadiyah1 Malang”. “Hubunga yang positif dansignifikan ini diketahui dari besarnya hargarhitung yang lebih besar dari rtabel yaitu0,575 > 0,344”. “Hubungan yang positifdi sini berati bahwa kenaikan variabel X,yaitu pergaulan teman sebaya akan diikutipula oleh kenaikan variabel Y, yaitu variabelmotivasi belajar, sebaliknya penurunanpergaulan teman sebaya akan diikuti pulaoleh penurunan motivasi belajar”. “Haltersebut dapat dilihat bahwa pergaulanteman sebaya siswa yang berada padakategori sedang yaitu 66,7% diikuti puladengan kecenderungan motivasi belajarsiswa yang juga termasuk dalam kategorisedang yaitu 75,8”. “Hubungan yangsignifikan berarti bahwa hasil uji hipotesisdigeneralisasikan ke populasi siswa kelasVIII A SMP Muhammadiyah 1 Malang”.

Melihat dari hasil penelitian di atas,dapat dilihat bahwa “semakin baikpergaulan teman sebaya seorang siswa,maka motivasi belajarnya akan semakinbaik pula”. “Hal ini tentu tidak bertentangandengan pendapat Abu Ahmadi dan WidodoSupriyono (1991 : 131) yang menyatakanbahwa faktor yang memberikan andil padaprestasi belajar siswa adalah faktor yangberasal dari luar dan faktor yang berasaldari siswa”. “Pergaulan, khususnyapergaulan dengan teman sebaya merupakansalah satu faktor penentu motivasi belajaryang berasal dari luar”.

Pergaulan harusnya berkualitas agarmampu menjadikan prestasi belajaroptimal. “Kualitas tersebut dapat dilihatdari pihak yang terlibat saat bergau dengan

siswa, kegiatan yang dilakukan, sertaintensitasnya”. Pergaulan teman sebayasiswa kelas VIII A SMP Muhammadiyah1 Malang sendiri berada pada kategorisedang. Maka, “pergaulan sebaya yangberlangsung di SMP belum optimal dalammenjunjung budaya belajar”. “Hal tersebutantara lain masih ditemuinya perilaku siswayang kurang baik, seperti meremehkannilai yang jelek, suka bersenda gurau saatpelajaran berlangsung, kurang selektifdalam memilih teman, melakukan kegiatanyang kurang bermanfaat, dan intensitaspergaulan yang kurang maksimal”.

SIMPULAN“Hasil analisis data dan pembahasan

pada bab sebelumya menunjukan bahwanilai yang didapat dari rhitung adalah 0,575,nilai rtabel dengan N = 33 pada tarafkesalahan 5% yaitu 0,344, nilai rhitung >rtabel, maka Ho ditolak dan Ha diterima”.Ha berbunyi bahwa “terdapat hubunganyang positif dan signifikan antara pergaulanteman sebaya dengan motivasi belajarsiswa kelas VIII A SMP Muhammadiyah1 Malang”. Jadi, dapat di simpulkan bahwa“terdapat hubungan positif dan signifikanantara pergaulan teman sebaya denganmotivasi belajar siswa kelas VIII A SMPMuhammadiyah 1 Malang”, denganmayoritas berada pada kategorisedangdengan persentase teman sebayayaitu 66,7% dan skor motivasi belajarsiswa mayoritas juga berada pada kategorisedang pula, yaitu dengan persentase75,8%.

DAFTAR PUSTAKAAhmadi Abu dan Supriyono Widodo,

(1991). Psikologi Belajar. Jakarta:Rineka Cipta.

Page 65: JURNAL CIVIC HUKUM

6 1

61

Moh Salahuddin, Nurbani Yusuf dan Budiono, Pengaruh Teman SebayaTerhadap Perkembangan Motivasi Belajar Siswa di SMP Muhammadiyah 1 Malang

Alief , (2013). Uji linearitas denganTabel ANOVA SPSS.

Arikunto Suharsimi, (2010). ProsedurPenelitian Suatu PendekatanPrektik. Jakarta: Rineka cipta.

B. Uno Hamzah, (2015). Teori Motivasidan Pengukurannya: Analisis DiBidang Pendidikan. Jakarta: BumiAksara.

Bungin, (2008). Metodelogi PenelitianKuantitatif . Jakarta: KencanaPrenada Media Group.

Damsar, (2011). Pengantar SosiologiPendidikan. Jakarta: KencanaPranada Media Group.

Dalyono. M, (2009). PsikologiPendidikan. Jakarta: Rineka Cipta.

Desmita (2014). PsikologiPerkembangan Peserta Didik.Bandung: PT Remaja Rosdakarya.

Harlock, B Elizabeth,.(1997).Perkembangan Anak. Alih Bahasa.Med. Meitasari Tjandrasa danMuslichah Zarkasih. Jakarta: Erlangga

Indrawan Rulli dan Yuniawati Poppy,(2014). Metodelogi PenelitianKuantitatif, Kualitatif, danCampuran untuk Manajeman,Pembangunan, dan Pendidikan.Bandung: PT Refika Aditama.

Nurihsan Juntika, (2011). DinamikaPerkembangan Anak dan Remaja:Tinjauan Psikologi, Pendidikan, danBimbingan. Bandung: PT RefikaAditama.

Poerwanti Endang dan Widodo Nur,(2002). Perkembangan PesertaDidik. Malang: UniversitasMuhammadiyah Malang.

Prayitno Duwi, (2012). Cara kilat BelajarAnalisis Data dengan SPSS 20.Yogyakarta: Andi

Santrock John .W, (2007). Remaja, Jilid2, Edisi ke 11. Alih Bahasa. PTGelora Aksara Pratama.

Sardiman, (2011). Interaksi dan MotivasiBelajar Mengajar. Jakart: RajaGrafindo Persada.

Semiyawan Coni. M, (1998).Perkembangan Peserta Didik.Jakarta: Depdikbud.

Surya Hendra, (2010). Rahasia MembuatAnak Cerdas dan Manusia Unggul.Jakarta: Elex Media Komputindo

Sugiyono , (2014). Meode PenelitianKuantitatif, kualitatif, dan R&D,Bandung: Alfabeta

Sutirna, (2013). Perkembangan danPertumbuhan Peserta Didik.Yogyakarta: Andi Offset.

Vembrianto, (1993). SosiologiPendidikan. Jakarta: Grasindo.

Wicaksono Okky, Penelitian Tentang:Hubungan Antara Pergaulan TemanSebaya dengan Prestasi BelajarSiswa Kelas 5 SD Gugus JendranSudirman, Kecamatan Sempor,Kabupaten Kebumen. Program StudiPGSD Universitas Negeri YogyakartaJuli 2014.

Yusuf Syamsu, (2014). PsikologiPerkembangan Anak dan Remaja.Bandung: PT Remja Rosdakarya.

Yusuf Syamsu dan Sugandi Nani M,(2011). Perkembangan PesertaDidik. Jakarta: Raja Grafindo Persada.

UU No. 20 Tahun 2003 Tentang SistimPendidikan Nasional.

http://aliefworksop.com/2013/11/13/uji-l inearitas-dengan-tabel-spss/(diakses 12 Februwari 2017)

http://kbbp://.web.id/pengaruh di aksespada tanggal (10, januari 2017).

Page 66: JURNAL CIVIC HUKUM

62

Jurnal Civic Hukum Volume 3, Nomor 1, Mei 2018, hal. 62-7462

Jurnal Civic HukumVolume 3, Nomor 1, Mei 2018P-ISSN 2623-0216 E-ISSN 2623-0224

http://ejournal.umm.ac.id/index.php/jch

PENANAMAN NILAI-NILAI PENDIDIKAN ANTIKORUPSIMELALUI HABITUS KETELADANAN

DI SMP MUHAMMADIYAH BOARDING SCHOOL YOGYAKARTA

Moh. Wahyu Kurniawan, Rini SetiyowatiUniversitas Muhammadiyah Malang

Universitas [email protected]

[email protected]

AbstrakPenelitan ini bertujuan untuk memberikan gambaran tentang habituasi atau pembiasaan

nilai-nilai pendidikan antikorupsi di sekolah dengan basic islamic boarding school.Metode penelitian menggunakan pendektaan kualitatif dengan metode fenomenologi.Penelitian ini dilakukan di SMP Muhammadiyah Boarding School Yogyakarta. Informandalam penelitian ini yaitu kepala sekolah, guru, pembina ekstrakulikuler, pembina asramaserta siswa. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa penanaman nilai-nilai pendidikanantikorupsi melalui keteladan dapat dilakukan secara holistik baik melalui pembelajaran,ekstrakulikuler maupun pembiasaan di asrama. Pendidikan antikorupsi sebagai pendidianakan nilai kedepannya harus mendapatkan penangan yang serius untuk membangungenerasi antikorupsi

Kata Kunci: Pendidikan antikorupsi, Boarding School.

AbstractThis research aims to provide an overview of the integration strategy of anti-

corruption education in schools on the basis of islamic boarding school. The researchmethod uses kualtitatif approach with phenomenological method. This research wasconducted in SMP Muhammadiyah Boarding School Yogyakarta. The informants ieprincipals, teachers, extracurricular builder, builder dormitories, and students. collectingdata through interviews, observation and documentation. The results showed that theintegration of anti-corruption education is done through habituation in a dormitory,habituation through extracurricular activities, as well as familiarity with the culture of theschool. Anti-corruption education as the future value of education will have to get serioustreatment in order to build the next generation of anti-corruption.

Keywords: Anti-corruption education, Boarding School

PENDAHULUANPerkembangan peradaban sebuah bangsa

dimulai dari peradaban sistem pendidikannya.Pembangunan sistem pendidikan diharapkandapat menjadi solusi untuk menyelesaikanpermasalahan kontemporer bangsa. Salahsatu masalah kontemporer yang dialamibangsa Indonesia adalah berkembangnyamental korupsi sebagai penyakit sosial yang

kerap menjadi penyebab runtuhnyaperadaban maju.

Upaya pemberantasan korupsi melaluiKPK yang dilakukan sejak berdirinya KPKpada tahun 2002 sudah menunjukkan hasilkinerja yang baik. Hal ini terbukti denganrilis dari Transparency Internasional tahun2015, menempatkan Indonesia pada posisike-88 dengan Indeks Persepsi Korupsi(IPK) 36, mengalami peningkatan daritahun 2014 dengan IPK 34 serta IPK 32

Page 67: JURNAL CIVIC HUKUM

6 3

63

Moh. Wahyu K, Rini S. Penanaman Nilai-Nilai Pendidikan Antikorupsi MelaluiHabitus Keteladanan di SMP Muhammadiyah Boarding School Yogyakarta

pada tahun 2012 dan 2013. Kendati skorIPK Indonesia mengalami peningkatan,Indonesia masih dalam taraf negara denganindeks korupsi terbesar di dunia.

Berdasarkan hasil rilis TransparencyInternational 2015, rata-rata skor IPKsecara global berada pada angka 43. IPKIndonesia pada angka 36 belum mampumencapai IPK rata-rata global sertaregional negara ASEAN Indonesia belumbisa menandingi IPK Malaysia 50,Singapura 85, serta Thailand 38.Indonesia memiliki IPK lebih baikdibandingkan dengan Filiphina 35,Vietnam 31, dan jauh di atas Myanmar22. Melihat pada nilai IPK Indonesia dapatdisimpulkan bahwa kinerja KPK juga harusdibantu oleh masyarakat dalam upayamencegah dan memberantas segala bentukkorupsi di semua bidang kehidupan bangsa.

Upaya pemberantasan korupsi diIndonesia haruslah terprogam, holistik danmemiliki tolak ukur yang jelas dalampelaksanaanya. Kejelasan tolak ukur upayapemberantasan korupsi akan membuatprogam tersebut dapat diteruskan padagenerasi selanjutnya, karena nilainya tetap.Salah satu cara memberantas korupsihingga akarnya ialah melalui jalurpendidikan. Keterlibatan pendidikanformal dalam upaya pencegahan korupsimemiliki kedudukan strategis dan antisipatif,upaya pencegahan korupsi di masyarakatterlebih dahulu dapat dilakukan denganmencegah berkembangnya mental korupsipada anak bangsa melalui pendidikan(Nuriani Laura, dkk. 2014: 94). Urgensipengintegrasian pendidikan antikorupsidalam sistem pendidikan nasional memangharus ditindak lanjuti dengan serius, hal iniguna sedini mungkin melakukan upayapencegahan berkembangnya korupsi.

Pendidikan antikorupsi secara umummenurut Dharma Kesuma, dkk. (2009:

59) memiliki tujuan sebagai berikut:(1) pembenahan informasi untukpembentukan pengetahuan dan pemahamanmengenai berbagai bentuk korupsi danaspek-aseknya, (2) pengubahan persepsidan sikap terhadap korupsi,(3) pembentukan keterampilan dankecakapan baru yang dibutuhkan untukmelawan korupsi. Tiga tujuan pendidikanantikorupsi menurut Dharma Kesuma, dkk.(2009), sinergi dengan rumusan nilai-nilaipendidikan antikorupsi yang dikemukanoleh Agus Wibowo (2013: 45) meliputikejujuran, kepedulian, kemandirian,kedisiplinan, tanggung jawab, kerja keras,kesederhanaan, keberanian, serta keadilan.

Di sisi lain Agus Wibowo (2013: 38)memberikan pendapat bahwa pendidikanantikorupsi merupakan usaha sadar danterencana untuk mewujudkan prosesbelajar yang kritis terhadap nilai-nilai antikorupsi. Pendidikan antikorupsi dapatdiartikan sebagai usaha sadar untukmerubah mental korupsi menjadi mentalantikorupsi tidak hanya melalui transferpengetahuan (kognitif). Namun jugamenekankan pada upaya pembentukankarakter (afektif), dan kesadaran moral(psikomotor) dalam melakukan perlawananterhadap penyimpangan perilaku korupsi.Diperkuat dengan pendapat Rosida Tiurna(2012: 237) bahwa pendidikan antikorupsimerupakan pendidikan yang ditinjau darisudut pandang nilai-nilai moral denganpembelajaran yang khas bercirikanpembentukan karakter.

Pendidikan antikorupsi sebagai wadahuntuk membentuk mental atau karakterantikorupsi, sejalan dengan tujuanpendidikan karakter yaitu membentukwarga negara yang berkarakterantikorupsi. Kesinambungan tujuan inidapat dipadukan menjadi satu kesatuandalam proses pembelajaran untuk

Page 68: JURNAL CIVIC HUKUM

64

Jurnal Civic Hukum Volume 3, Nomor 1, Mei 2018, hal. 62-74

mengatasi permasalahan korupsi.Pengembangan serta pengintegrasianpendidikan antikorupsi di sekolah bukanberarti tidak menimbulkan permasalahanbaru. Permasalahan yang muncul dalammewujudkan pendidikan antikorupsi disekolah adalah cara yang digunakan untukmewujudkannya.

Sejalan dengan strategi pengembanganpendidikan karakter, pendidikan antikorupsidisisipkan dan diintegrasikan pada matapelajaran. Pendidikan antikorupsidimasukkan dalam kurikulum sekolahnamun tidak dalam satu mata pelajaran,pendidikan antikorupsi diinterasikan dalammata pelajaran yang ada (Harmanto, 2008).Diperkuat oleh Lukman Hakim (2012:144) bahwa secara sederhana, pendidikanantikorupsi diintegrasikan pada matapelajaran Pendidikan Agama Islam danPendidikan Kewarganegaraan, hal inidikarenakan pendidikan untuk mengurangikorupsi merupakan pendidikan nilai,mendorong setiap generasi menyusunkembali sistem nilai yang diwarisi darikebudayaan yang baik.

Pendidikan antikorupsi sebagaipendidikan akan nilai antikorupsi, belumcukup jika hanya melalui pembelajaransaja, akan tetapi juga harus dibantu melaluibudaya sekolah, terutama dalam kontekspenanaman nilai dan pembentukan karakterantikorupsi peserta didik agar memilikisikap dan perilaku antikorupsi, budayasekolah disebut juga dengan civic culture.Budaya sekolah dapat dikembangkanmelalui kegiatan intrakulikuler danekstrakulikuler dengan melibatkan semuawarga sekolah.

Pengembangan budaya sekolah sertapembentukan karakter peserta didik akanlebih mudah dilakukan jika sekolah dapatmelakukan pengawasan selama 24 jamkegiatannya. Pengawasan dilakukan untuk

dapat mengkontrol progam yangdijalankan, hal ini dapat dilakukan melaluisistem boarding school. Boarding schoolmerupakan sistem pendidikan yangmemadukan sistem asrama dengan sistempendidikan nasional pada umumnya,dalam perpaduan dua sistem inipengembangan yang diberikan adalahpendidikan sarat dengan nilai, baik nilaiagama maupun nilai luhur bangsa. Salahsatu sekolah di Kabupaten Sleman yangtelah menerapkan sistem boarding schooladalah Muhammadiyah Boarding School(MBS) Yogyakarta. MBS merupakanlembaga pendidikan dengan komitmen kuatuntuk mengembangkan karakter pesertadidik secara holistik dalam setiap sistempendidikannya, baik melalui pembelajaranmaupun pembiasaan. Berangkat daridegradasi moral yang terus menggeruskarakter anak bangsa, MBSmenginternalisasikan pendidikan karakterdalam sistem boarding school.

Kesinambungan pendidikan anti-korupsi dengan pendidikan karakter diSMP Muhammadiyah Boarding SchoolYogyakarta, menjadikan penting untukditeliti bagaimana proses pengintegrasianpendidikan antikorupsi di SMPMuhammadiyah Boarding School, hal inijuga dikarenakan secara kurikulum KTSPmateri antikorupsi ada di kelas VIII yangmenunjukkan bahwa siswa SMP sudahbisa menerima materi tentang korupsi.Penelitian ini bertujuan menganaslisis strategipengintegrasian pendidikan antikorupsi diSMP Muhammadiyah Boarding SchoolYogyakarta melalui pembiasaan .

METODE PENELITIANPenelitian ini menggunakan pendekatan

kualitatif dengan metode fenomenologiuntuk mencari menggali informasi terkaitdengan pembiasaan pendidikan antikorupsi

Page 69: JURNAL CIVIC HUKUM

6 5

65

Moh. Wahyu K, Rini S. Penanaman Nilai-Nilai Pendidikan Antikorupsi MelaluiHabitus Keteladanan di SMP Muhammadiyah Boarding School Yogyakarta

di SMP Muhammadiyah Boarding SchoolYogyakarta. Informan dalam penelitian iniadalah kepala sekolah, guru, pembinaasrama, pembina ekstrakulikuler, sertasiswa. Data hasil wawancara, observasi,dan dokumentasi yang telah terkumpul akandilakukan reduksi data menjadi datasederhana. Data dikelompokkanberdasarkan kerangka kerja konseptual,pertanyaan penelitian, dan instrumentpenelitian yang digunakan. Kemudianmelakukan perangkuman data,pengkodean, pengelompokkan, danpenyajian data secara tertulis. Kemudiandilakukan penyajian data sebagai informanterstruktur yang memungkinkan untukdiintepretasikan dan disimpulkan.

HASIL DAN PEMBAHASANProses pengintegrasian pendidikan

antikorupsi melalui pembiasaan ataupenanaman nilai-nilai antikorupsi di SMPMuhammadiyah Boarding Schoolmerupakan cara pihak sekolah, asrama,serta para pengasuh untuk menanamkanpembiasaan nilai-nilai antikorupsi sebagaiwujud pendidikan antikorupsi. Pembiasaanyang dilakukan oleh SMP MuhammadiyahBoarding School ini berangkat dari korupsiyang terjadi di semua elemen masyarakat.Usaha membentuk mental antikorupsi diSMP Muhammadiyah Boarding Schooldilakukan secara holistik baik melaluipembelajaran maupun kegiatan keseharian.Hal ini disampaikan oleh Bapak AgusYulianto selaku kepala sekolah bahwapenanaman pendidikan antikorupsi disekolah terutama di SMP MuhammadiyahBoarding School Yogyakarta, selain melaluipengintegrasian pada mata pelajaran jugamelalui pembiasaan. Pembiasaan menjadisistem kemudian sistem menjadi budayasehingga budaya akan membentuk karakter.Apalagi masyarakat kita memiliki kebiasaan

membenarkan budaya, padahal seharusnyamembudayakan yang benar.

Pembiasaan nilai-nilai antikorupsidi SMP Muhammadiyah Boarding Schoolberusaha dilakukan secara menyeluruh. Halini untuk dapat membentuk budaya sertakarakter antikorupsi. Merubah darimembiasakan serta membenarkan budayamenjadi membudayakan dan membiasakanyang benar di SMP MuhammadiyahBoarding School memerlukan proses yangtidak sebentar. Bapak Fahrizal selakuguru PKn juga memberikan pandanganuntuk mengintegrasikan pendidikanantikorupsi selain melalui mata pelajarankembali lagi melalui ketaladanan.Misalnya jika membicarakan terkaitdengan korupsi waktu, ketidakjujuran, danketidakdisiplinan bisa diberikan contohmelalui keteladanan, guru menyuruh anakuntuk tidak telat sebisa mungkin gurudiusahakan untuk tidak telat.

Bapak Odjie Samroji selaku pembinaasrama memberikan pernyataan bahwapendidikan antikorupsi hampir samadengan pendidikan karakter sehingga carayang efektif untuk menanamkan nilai-nilaiantikorupsi melalui pembiasaan sertaketeladanan baik di sekolah maupunasrama. Dipertegas dengan pernyataanBapak M. Fauzan Yaksya selaku pembinaekstrakulikuler bahwa pendidikanantikorupsi pada dasarnya masih sangatabstrak, akan tetapi nilai-nilai antikorupsidekat dengan nilai-nilai karakter.Sedangkan karakter adalah sesuatu yangdikembangkan di MBS. Berangkat darihal ini untuk dapat membiasakan ataumembentuk sikap antikorupsi bisa melaluipembiasaan serta pemberian contoh dariguru serta seluruh elemen sekolah, denganbegitu anak paham akan hal-hal kecil dansederhana yang termasuk nilai-nilaiantikorupsi, karena korupsi dalam diri

Page 70: JURNAL CIVIC HUKUM

66

Jurnal Civic Hukum Volume 3, Nomor 1, Mei 2018, hal. 62-74

anak-anak tidak hanya dengan mengambiluang tapi juga waktu dll.

Pendidikan antikorupsi di SMPMuhammadiyah Boarding School dimaknaisebagai bagian dari pendidikan karakteryang memang dikembangkan secaramenyeluruh di Muhammadiyah BoardingSchool. Dari berbagai pernyataan yangdisampaikan oleh narasumber dapatdikatakan pendidikan antikorupsi lebihpada pendidikan akan nilai-nilai moral dankarakter sehingga dalam pengembangannyaSMP Muhammadiyah Boarding Schoollebih pada memberikan pembiasaan sertadengan keteladanan yang diberikan olehseluruh elemen sekolah. Keteladanan danpembiasaan ini diharapkan akan menjadibudaya baru, budaya antikorupsi padasiswa Muhammadiyah Boarding School.Bapak Agus Yulianto selaku kepala sekolahjuga memberikan pernyataan bahwa carauntuk merubah budaya korupsi denganpembudayaan. Pembudayaan untukmencegah berkembangnya mental korupsisederhanannya dengan cara memberikansanksi ketika guru maupun siswa telat.

Penanaman akan nilai-nilai karakteryang baik menjadi sangat penting untukdapat membangun atau membentukkarakter siswa. Nilai karakter ini juga lahyang dibangun oleh SMP MuhammadiyahBoarding School, dari hasil observasididapatkan nilai-nilai yang dibangun olehMuhammadiyah Boarding School adalahkekeluargaan, keikhlasan, kejujuran,kebersamaa, kemandirian diaplikasikandalam setiap kegiatan.

Penanaman nilai-nilai pendidikanantikorupsi dapat ditanamkan melaluipembiasaan yang menjadi budaya padaseluruh aktivitas siswa di sekolah.Kaitannya dengan pembiasaan pendidikanantikorupsi di SMP MuhammadiyahBoarding School merupakan cara yang

dilakukan sekolah untuk menanamkannilai-nilai antikorupsi sebagai wujudpendidikan antikorupsi. Pembiasaan nilai-nilai pendidikan antikorupsi di SMPMuhamamdiyah Boarding Schooldilakukan secara holistik baik dalampembelajaran, ekstrakulikuler, sertapembiasaan di asrama. Pembiasaan secaraholistik yang dilakukan ini bertujuan untukmembentuk mental antikorupsi yang kuatdalam diri siswa. Sehingga pembiasaanpendidikan antikorupsi di SMPMuhammadiyah Boarding Schoolmerupakan praktek mengenai cara individuuntuk mengembangkan kebaikan agarmemperoleh pengalaman atas perbuatan-perbuatan yang dilakukan sehingga timbulkebermanfaatan pada diri siswa yaitumental atau karakter antikorupsi.

Pembiasaan pendidikan antikorupsidisadari oleh pihak sekolah SMPMuhammadiyah Boarding School memangbukan sesuatu yang mudah sehinggamemerlukan kerjasama antar semua pihakdengan sedikit pemaksaan. Hal ini sesuaidengan pendapat dari Edi Sudrajat (2011:159-160) mengemukakan bahwahakekat pembiasaan merupakan prosespembudayaan, pada awalnya terdapatsedikit pemaksaan pada akhirnya menetapdan bersifat otomatis melalui proses yangberulang-ulang. Dengan demikian, prosespembiasaan pendidikan antikorupsi di SMPMuhammadiyah Boarding SchoolYogyakarta merupakan prosespembelajaran yang membiasakan siswauntuk melakukan suatu hal secara berulang-ulang dan berkesinambungan agar terciptakarakter antikorupsi yang relatif menetap.Proses pembiasaan pendidikanantikorupsi melalui budaya sekolah

Pembiasaan penanaman nilai-nilaiantikorupsi di SMP MuhammadiyahBoarding School Yogyakarta, merupakan

Page 71: JURNAL CIVIC HUKUM

6 7

67

Moh. Wahyu K, Rini S. Penanaman Nilai-Nilai Pendidikan Antikorupsi MelaluiHabitus Keteladanan di SMP Muhammadiyah Boarding School Yogyakarta

upaya untuk mengenalkan siswa mulai darihal-hal yang sederhana tentang korupsidan antikorupsi. Hal ini sesuai denganpemaparan yang diberikan oleh BapakFahrizal cara untuk menangggulangipemakluman, pembiasaan danpembudayaan korupsi dicegah denganupaya pembiasaan antikorupsi, sebagaiguru bisa menggunakan kontrak belajarpada siswa kontrak belajar ini sepertiketerlambatan 15 menit siswa tidak bolehmasuk kelas, ataupun masuk kelas tidakdiabsen.

Melalui kegiatan observasi yangdilakukan pada proses belajar mengajar diSMP Muhammadiyah Boarding SchoolYogyakarta, didapatkan hasil bahwakegiatan belajar di sekolah dimulai padapukul 07.00 sampai 15.00 terdiri dari matapelajaran umum serta mata pelajaranpesantren. Kaitannya dengan prosespembiasaan penanaman nilai-nilaiantikorupsi yang dilakukan apabila siswaterlambat masuk kelas akan mendapatkanhukuman dari guru. Hukuman untuk siswayang terlambat masuk kelas hingga pukul07.20 dapat berupa tidak boleh masukkelas, serta bisa saja mendapat hukumantambahan seperti membaca Al-Quran.Pembiasaan ini untuk menanamkan nilaikedisiplinan serta tanggung jawab padadiri siswa, masalah waktu di SMPMuhammadiyah Boarding SchoolYogyakarta mendapat perhatian serius.

Kedisiplinan dalam hal waktu, daripandangan guru PKn serta kepala sekolahSMP Muhammadiyah Boarding SchoolYogyakarta merupakan aspek pentinguntuk dibiasakan pada siswa.Menggunakan waktu sesuai dengan jadwalmerupakan awal dari kedisiplinan sertamemupuk sikap antikorupsi, hal inidikarenakan tidak menghargai waktu atauterlambat merupakan pembiasaan awal dari

pembiaran serta benih korupsi. Lebih lanjutBapak Agus Yulianto memberikan contohpembiasaan yang dibiarkan kemudianmenjadi kasus menteri “A” membiarkanSekjennya korupsi maka menteri “A” yangterkena kasus korupsi, hal ini merupakancontoh pembiaran kecil namun dapatmenjadi masalah.

Pembiasaan pendidikan antikorupsimelalui budaya sekolah dilaksanakanpada seluruh kegiatan di sekolah. Adapunproses pembiasaan yang dilakukan diSMP Muhammadiyah Boarding SchoolYogyakarta diantaranya dengan melakukankontrak belajar, dimana siswa yang telah15 menit tidak diizinkan untuk mengikutipelajaran, disamping itu tidak hanya siswayang terlambat saja akan tetapi siswa yangtidak serius atau mengantuk saat mengikutipelajaran dalam kelas juga dipersilahkanuntuk tidak mengikuti pelajaran. Hal iniuntuk membiasakan kedisiplinan sertatanggung jawab siswa yang dimulai darihal-hal sederhana pada pembelajaran diSMP Muhammadiyah Boarding SchoolYogyakarta. Sesuai dengan pendapat AgusWibowo (2013: 45) bahwa kedisiplinanmerupakan tindakan yang menunjukkanperilaku tertib dan patuh pada berbagaiketentuan dan peraturan.

Selanjutnya untuk membiasakan nilai-nilai kejujuran melalui budaya sekolahdengan membiasakan larangan sertahukuman yang tegas terkait mencontek.Mencontek atau plagiasi dalam terminologiBast & Linda (2008: 781) merupakankegiatan membohongi diri sendiri karenamenjadikan dirinya sebagai pemilik sebuahkarya. Berangkat dari terminologi tersebutsiswa SMP Muhammadiyah BoardingSchool yang ketahuan mencontek akanmendapatkan hukuman tegas, hukuman inidapat berupa pengurangan nilai, nilaimenjadi nol, ujian ulang sampai pada

Page 72: JURNAL CIVIC HUKUM

68

Jurnal Civic Hukum Volume 3, Nomor 1, Mei 2018, hal. 62-74

hukuman tidak dinaikkan kelas. Nilaikejujuran melalui larangan mencontekmenurut beberapa sumber di SMPMuhammadiyah Boarding Schoolmerupakan nilai penting yang harusdikembangkan secara serius, hal inidikarenakan kejujuran merupakanpondasi penting dalam pembentukanmental antikorupsi serta menumbuhkankepercayaan pada diri seseorang. Hal inisesuai dengan pendapat dari Agus Wibowo(2013: 45) kejujuran merupakan perilakuyang didasarkan pada upaya menjadikandirinya sebagai orang yang selalu dapatdipercaya dalam perkataan, tindakan, danpekerjaan.

Kemudian, proses pembiasaan nilai-nilai pendidikan antikorupsi pada budayasekolah diluar dari pembelajaran dapatberupa pembiasaan untuk shalat dhuha.Siswa di SMP Muhammadiyah BoardingSchool Yogyakarta memiliki jadwal setiaphari pukul 09.40-10.00 untuk melakukanshalat dhuha bersama. Pengembangankegiatan ini akan semakin mendukungpenanaman karakter kejujuran, tanggungjawab serta kedisiplinan siswa, hal inidikarenakan untuk dapat membiasakan dirimelakukan shalat dhuha setiap harimemerlukan karakter yang sudah tertatarelatif baik. Sehingga, budaya sekolah yangdikembangkan oleh SMP MuhammadiyahBoarding School Yogyakarta telahmemberikan pendidikan kognitif tingkattinggi yaitu pada tahap moral action, ataupembentukan kebiasaan positif yangmampu membentuk budaya barupembangun perubahan.Pembiasaan Pendidikan Antikorupsi diAsrama

Pembiasaan nilai-nilai pendidikanantikorupsi di SMP MuhammadiyahBoarding School yang selanjutnya adalahmelalui pembiasaan di asrama. Pembiasaan

dilakukan melalui berbagai kegiatan diasrama, namun belum ada kegiatan khususdengan lebel pendidikan antikorupsi,pembiasaan dikembangkan dandimasukkan dalam nilai-nilai pendidikankarakter di MBS, hal ini disampaikan olehBapak Odjie Samroji selaku pembinaasrama Muhammadiyah Boarding School.

Secara lebih lanjut Bapak OdjieSamroji memberikan penjabaran terkaitdengan pembiasaan yang dikembangkandi asrama Muhammadiyah BoardingSchool, dalam proses pembiasaan nilaikedisiplinan kejujuran, tanggung jawabsecara singkat dapat dilakukan denganjadwal kegiatan rutin siswa. Berbicaratentang keadilan misalnya membagi jatahmakanan yang sama tanpa adanya pilihkasih. Selanjutnya kesederhanaan denganketerbatasan fasilitas di asrama membuatkarakter kesederhanaan dengan lebihmudah terbentuk, kepedulian denganberbagi pada teman satu kamar jika adayang sakit atau memerlukan bantuan salingmembantu.

Lebih lanjut tentang kedisiplinansebagai wujud dari nilai karakter sertawujud dari salah satu nilai pendidikanantikorupsi sangat terlihat dari bagaimanasantri tertib mengikuti kegiatan di asrama,ketertiban ini merupakan pembiasaan darinilai-nilai kedisiplinan yang sangat terlihatjelas. Dipertegas dengan pernyataan Aulabahwa kedisiplinan di asrama sudahdibiasakan dari mulai bangun tidur untukshalat Tahajjud hingga kegiatan menjelangtidur yang sudah tertata dengan rapi.

Kegiatan di asrama MuhammadiyahBoarding School dimulai pada pukul03.30-04.00 untuk shalat tahajjud sertasahur jika berpuasa. Program unggulanharian dalam hal ibadah antara lain, puasasenin dan kamis, tahajjud dan dhuhapukul 09.40-10.00. Ini dimaksudkan

Page 73: JURNAL CIVIC HUKUM

6 9

69

Moh. Wahyu K, Rini S. Penanaman Nilai-Nilai Pendidikan Antikorupsi MelaluiHabitus Keteladanan di SMP Muhammadiyah Boarding School Yogyakarta

sebagai upaya pembiasaan para siswauntuk gemar melakukan ibadah sunnahdan sekaligus sebagai pembentukankarekter siswa dalam hal peribadatan.Tertanamnya karakter dari pembiasaan inibisa terlihat dari kesiapan sebagian siswauntuk melakukan ibadah lebih dari yangdiprogramkan MBS. Sebagai contoh,puasa yang diprogramkan MBS, sementaraini, hanya puasa Senin dan kamis. Namundalam praktiknya, banyak siswa yang justrumelakukan puasa Daud (sehari puasa dansehari berbuka) yang lebih berat dari puasaSenin dan kamis. Hal ini mengindikasikanbahwa para siswa sangat memahami artisebuah ibadah.

Kegiatan laninnya adalah pukul 04.00-04.30 shalat subuh berjamaah dilanjutkandengan tahfidz, tahsin, MCK, serta makanpagi hingga pukul 06.40. Pukul 06.40-07.00 kegiatan dilanjutkan denganpenyampaian mufrodat dan vocab.Pengayaan mufrodat merupakan suatuprogram yang bernaung di bawah bagianbahasa di organisasi kesiswaan IPM.Pengurus IPM bagian bahasa bertanggungjawab menyiapkan materi danmenyampaikannya kepada seuruh siswasetiap pagi 30 menit menjelang belmasuk KBM berbunyi, mufrodat yangdisampaikan 2 bahasa sekaligus, Arabdan Inggris.

Siswa akan belajar di sekolah daripukul 07.00-15.00, kemudian pukul 15.00siswa akan melakukan kegiatanektrakulikuler, dilanjutkan dengan kegiatandi asrama seperti tadarus, kajian kitab,shalat berjamaah, bimbingan belajar hinggapersiapan untuk tidur pukul 22.00.Serangkaian kegiatan harian siswa inimemupuk rasa kejujuran dalam arti jujurmengikuti setiap kegiatan dengan mengisidaftar catatan sudah melakukan kegiatansesuai jadwal atau belum, disiplin waktu,

serta bertanggung jawab atas kegiatan yangdilakukan. Kaitannya dengan nilai-nilaipendidikan antikorupsi kegiatan inimerupakan proses pembentukan karakteryang dapat membentuk jiwa antikorupsipada diri siswa.

Pembiasaan nilai-nilai pendidikanantikorupsi yang selanjutnya di SMPMuhammadiyah Boarding SchoolYogyakarta dilakukan melalui pembiasaandi asrama (Boarding School). Hampirsama dengan pembiasaan yang dilakukanmelalui budaya sekolah, dalam pembiasaanmelalui asrama juga dilaksanakan secaraholistik atau menyeluruh. Sekolah dengansistem Boarding School memilikikeunggulan yaitu sistem pembelajaran yangkontiniu secara 24 jam sehinggapembiasaan yang telah dilakukan di sekolahdapat diteruskan serta dikembangkan diasrama.

Proses pembiasaan nilai-nilaikejujuran, kedisiplinan, tanggung jawab,kemandirian, kerja keras diaplikasikanmelalui ketaatan dalam mengikuti jadwalkegiatan sekolah dan asrama. Menjalankankegiatan sesuai dengan aturan yang telahditetapkan oleh pihak asrama maka dalamdiri siswa secara tidak langsung telahberproses untuk memiliki karakter jujur,disiplin, mandiri, tanggung jawab serta kerjakeras. Nilai-nilai ini dikembangkan olehpihak asrama Muhammadiyah BoardingSchool dengan cara-cara yang sederhananamun dekat dengan keseharian siswa.

Lebih lanjut kaitannya denganpembiasaan nilai-nilai keadilan jugadibiasakan oleh pihak asrama dengansecara sederhana seperti pemberian jatahmakan yang sama, pemberian reward sertasanksi yang adil juga untuk para siswayang melanggar peraturan, dengandemikian siswa di asrama MuhammadiyahBoading School tidak merasa ada

Page 74: JURNAL CIVIC HUKUM

70

Jurnal Civic Hukum Volume 3, Nomor 1, Mei 2018, hal. 62-74

diskriminasi, sehingga hal ini dapatmembentuk mental antikorupsi dengan nilaikeadilan di dalamnya. Keterbatasan fasilitasserta ruang gerak yang ada diasramaMuhammadiyah Boarding School jugamengajarkan pada siswa untuk memilikisikap sederhana serta saling peduli dengansesama.

Kemudian pembiasaan nilai-nilaipendidikan antikorupsi lainnya seperti kerjakeras diwujudkan dengan memenuhikebutuhannya sendiri selain melatihkemadirian juga melatih jiwa kerja kerasdalam diri siswa di MuhammadiyahBoarding School. Siswa juga dipupukuntuk memiliki rasa keberanian denganmengikuti organisasi kesiswaan sepertiIPM, WH dan ekstrakulikuler lainnya.Peneliti melihat sistem asrama diMuhammadiyah Boarding School,memberikan pengalaman hidup secaralangsung dalam mengimplmentasikannilai-nilai pendidikan antikorupsi secaraimplisit dengan cara-cara yang sederhanasehingga mudah untuk diterima oleh siswa.Pengalaman hidup inilah yang menjadi titikawal pendidikan antikorupsi melaluipembiasaan dalam kehidupan sehari-hari.

Di samping itu untuk membiasakannilai-nilai kesederhanaan terlihat dariketerbatasan yang ada di asrama. Aulajuga memberikan pernyataan bahwakesederhanaan merupakan pembiasaanyang sangat terasa ketika hidup di asrama,tidak boleh membawa HP, MP3, MP4,Laptop, TV juga tidak ada. Aturan yangketat di asrama membuat santrimembiasakan hidup sederhana, dari segimakanan juga dibiasakan untuk tidak pilih-pilih makanan, menerima yang telahdisediakan oleh pengasuh.

Pembiasaan kesederhanaan yangdiaplikasikan di asrama terlihat juga darihasil observasi yang dilakukan oleh peneliti

ketika melihat para siswa sedang makansiang dengan berbagi bersama 2-3 temandalam satu wadah yang sama. Sebagaiwujud nilai-nilai pendidikan antikorupsikesederhanaan yang dibiasakan pada siswaakan membentuk mental dan rasabersyukur atas apa yang telah dimilikisehingga dan menekan keinginan untukmengambil yang bukan menjadi milikinyaatau korupsi. Kesederhanaan melalui porsimakan juga melatih keadilan siswa denganmengambil makanan sesuai denganporsinya, walaupun dalam satu wadahdisediakan untuk beberapa orang, hal inidibuktikan dengan hasil observasi yangdilakukan oleh peneliti. Sistem pendidikanboarding school yang diterapkan di MBS,memberikan kesempatan dan peluang besarbagi pihak sekolah dan asrama untukmembiasakan karakter baik pada dirisiswa.

Nilai pendidikan antikorupsi lainnyayang dapat dilihat di asrama adalah kerjakeras dan keberanian. Kerja kerasdiwujudkan dengan siswa berusaha untukmemenuhi kebutuhannya sendiri dan kerjabakti, untuk keberanian dilatih denganmengikuti organisasi IPM sebagai wadahuntuk siswa bersosialisasi hal inidisampaikan oleh Bapak Odjie Sarmoji.

Pembiasaan nilai-nilai pendidikanantikorupsi seperti kerja keras diwujudkandengan memenuhi kebutuhannya sendiriselain melatih kemadirian juga melatih jiwakerja keras dalam diri siswa diMuhammadiyah Boarding School. Siswajuga dilatih untuk memiliki rasa keberaniandengan mengikuti organisasi kesiswaanseperti IPM.

Sementara itu Aula memberikanpernyataan bahwa, nilai tanggung jawabdilatih dengan pengelolaan uang saku, diasrama santri diberikan kebebasan untukmengelola kelebihan uang saku masing-

Page 75: JURNAL CIVIC HUKUM

7 1

71

Moh. Wahyu K, Rini S. Penanaman Nilai-Nilai Pendidikan Antikorupsi MelaluiHabitus Keteladanan di SMP Muhammadiyah Boarding School Yogyakarta

masing. Dengan demikian pembiasaan nilai-nilai pendidikan antikorupsi bisa disinergikanmelalui pembiasaan karakter yangdikembangkan oleh MuhammadiyahBoarding School. Akan tetapi khusus untukpendidikan antikorupsi itu sendiri harusdidukung dengan proses penanamanpengetahuan melalui pembelajaran. Secaralebih lanjut dikemukakan oleh Bapak OdjieDarmoji selaku pembina asramapendidikan antikorupsi masih abstrak,maka untuk membiasakannya melalui nilai-nilai karakter yang dikembangkan di MBS,pada dasarnya juga sama nilai-nilaiantikorupsi merupakan bagian dari nilai-nilai karakter, sehingga harus diperkuatmelalui aspek lain yaitu pembelajaran.

Sekolah dengan sistem asrama dapatmenjadi sarana secara nyata dan langsungdalam memupuk karakter siswa, sertamembentuk generasi antikorupsi.Pembentukan generasi antikorupsi diawalidengan pemupukan karakter yang kuatdalam diri siswa. Selanjutnya nilaiantikorupsi yang dapat terlihat di asramaadalah kepedulian. Aula sebagai siswa SMPMuhammadiyah Boarding SchoolYogyakarta memberikan pernyataansebagai ujud kepedulian terhadap sesamajika dari progam sekolah ada ABAS (AmalBakti Santri).

Dipertegas oleh pendapat dari bapakOdjie Samroji sebagai wujud kepedulianterlihat ketika ada sesama teman yangsakit saling merawat, serta jika ada yangmengalami kesulitan saling membantu.Kehidupan di asrama dimana 24 jam santribersama dengan karakter yang berbeda-beda akan memupuk rasa kepedulian satusama lain walaupun ini memerlukan waktuuntuk menumbuhkan rasa peduli.

Sembilan nilai pendidikan antikorupsimulai dari kejujuran, kedisiplinan,kemandirian, tanggung jawab, kerja keras,

kepedulian, keberanian, kesederhanaan dankeadilan dalam pengintegrasiannya tidakbisa dipisahkan satu per satu, karena akanselalu berhubungan. Kelebihanpengintegrasian dalam sekolah sistemasrama adalah pendidikan 24 jam danterus menerus akan membuat nilai yangdiajarkan lebih mudah untuk ditanamkanpada siswa.

Secara khusus hambatan pembiasaannilai-nilai pendidikan antikorupsi di asramaSMP Muhammadiyah Boarding Schoolrelatif sangat kecil jika dalam pembiasaanitu memang sinergi dengan pendidikankarakter, mungkin yang menjadi hambatanadalah ketika harus memberikan labelbahwa yang dilakukan merupakan prosespembiasaan dari pendidikan antikorupsikarena selama ini masih merupakan bagiandari pendidikan karakter. Selanjutnya,hambatan dapat dari pengasuh yang tidaksemua tinggal di asrama, sehingga memilikikultur atau budaya yang berbeda. Akantetapi tetap diharapkan kedepannya dariberbagai model pendidikan akan terciptagenerasi penerus yang antikorupsi.

Ditinjau dari teori habitus Bourdiebahwa habit merupakan struktur mentalatau kognitif yang berhubungan dengandunia sosial seseorang dalam ranah kapitaltertentu, kehidupan sosial tidak dapatdipahami semata-mata sebagai agregatperilaku individu (Jenkins, 2010: 106).Perilaku siswa SMP MuhammadiyahBoarding School Yogyakarta, terbentukdengan adanya dorongan kehidupan sosialyang mendukung untuk mewujudkan sikapyang ingin dibentuk. Sebagai contoh siswadibiasakan untuk bangun pukul 03.00kemudian melakukan shalat tahajud rutintidak bisa terbetuk melalui keinginan siswasebagai individu saja, akan tetapi hal inijuga merupakan budaya dari kehidupansosial yang ada di asrama. Kehidupan

Page 76: JURNAL CIVIC HUKUM

72

Jurnal Civic Hukum Volume 3, Nomor 1, Mei 2018, hal. 62-74

sosial akan menciptkan sebuah sistem yangmengikat perilaku siswa dalam membentukhabit. Hal inilah yang mendorong siswauntuk terbiasa melakukan semua kegiatandi asrama dengan tertib, karena jikamereka tidak tertib akan menjadi berbedadari kehidupan sosial di asrama serta tidakmenjadi bagian dari lingkungan tersebut.

Kehidupan sosial di asrama yangmembentuk habit tertib, disiplin, mandiri, jujurserta tanggung jawab akan menjadi karakterdari siswa. Kaitannya dengan nilai-nilaipendidikan antikorupsi kehidupan sosial initelah membantu membentuk nilai-nilai tersebuttdalam diri siswa. Sehingga dapat dikatakanuntuk membentuk sebuah karakter baik harusdidukung dengan lingkungan kehidupan sosialyang baik. Demikian juga untuk membentuksikap atau karakter antikorupsi makakehidupan sosial yang di biasakan pada siswajuga harus mencerminkan hal yang samasebagai bentuk pembelajaran secara eksplisit.Inilah yang dalam terminologi Birdoue disebutsebagai habitus dibentuk oleh pengalamandan pengajaran yang ekspilisit (Jenkins, 2010:109).Pembiasaan Pendidikan Antikorupsidalam Kegiatan Ekstrakulikuler

Pembiasaan mengenai nilai-nilaipendidikan antikorupsi yang dilakukanSMP Muhammadiyah Boarding SchoolYogyakarta, selain pembiasaan melaluibudaya sekolah dan kegiatan di asramajuga melalui kegiatan ekstrakulikuler,diharapkan dengan kegiatan ekstrakulikulerdapat memberikan pengalaman hiduplangsung pada siswa tentang nilai-nilaiantikorupsi. Melalui kegiatan ektrakulikulersiswa dilatih untuk megembangkan minatdan bakat siswa, memupuk rasa tanggungjawab, kedisiplinan, kemandirian,keberanian, toleransi dan value-valuelainnya sebagai wujud nilai-nilai pendidikanantikorupsi. Proses pembiasaan melalui

ekstrakulikuler harus mendapatkanpendampingan dari guru serta penguruslainnya, agar value yang ditanamkan dapattersampaikan dengan baik.

SMP Muhammadiyah BoardingSchool memiliki banyak ektrakulikulerdibagi menjadi dua kategori yaitu,ekstrakulikuler wajib dan pilihan,ekstrakulikuler untuk siswa SMP yangwajib ialah hizbul wathan atau kepanduanserta tapak suci, ekstrakulikuler pilihanseperti kaligrafi, potografi, PMR, tata bogadan banyak tergantung minat para siswa,hal ini disampaikan oleh Bapak AgusYulianto serta Bapak M. Fauzan Yaksya.

Aula juga mengatakan bahwa ada duaektrakulikuler wajib di SMPMuhammadiyah Boarding School yaituHW dan Tapak Suci. Ektrakulikuler wajibseperti Hizbul Wathan (HW) dalam prosespelaksanaannya mengembangkan nilai-nilaiuntuk membentuk siswa menjadi pribadiyang tangguh seperti kejujuran,kemandirian, kerja keras, kesederhanaan,tanggung jawab, kepedulian serta rasanasionalisme. Ektrakulikuler HWdilaksanakan setiap hari rabu pukul 16.00-17.00 WIB, dalam setiap memulai kegiatanHW dimulai dan diakhiri dengan apelseperti kegiatan kepanduan padaumumnya. Tujuan HW adalah untukmemperkokoh takwa, membentuk akhlakdan watak yang berdasarkan iman kepadaAllah SWT.

Bapak M. Fauzan Yaksya sebagaipembina ekstrakulikuler memberikanpemaparan bahwa ekstra Hizbul Wathandapat digunakan sebagai penanaman nilai-nilai karakter yang didalamnya jugatermasuk nilai-nilai pendidikan antikorupsiseperti kejujuran, kepemimpinan,kedisiplinan, kemandirian, kerja keras sertamemupuk rasa kepedulian para siswaterhadap sesama.

Page 77: JURNAL CIVIC HUKUM

7 3

73

Moh. Wahyu K, Rini S. Penanaman Nilai-Nilai Pendidikan Antikorupsi MelaluiHabitus Keteladanan di SMP Muhammadiyah Boarding School Yogyakarta

Nilai kejujuran dalam ekstrakulikulerHizbul Wathan terlihat dari carapengelolaan organisasi oleh para dewankerabat. Dewan kerabat merupakankepengurusan yang dibentuk untuk melatihkemandirian serta kepemimpinan siswamelalui seleksi. Siswa yang lolos seleksimenjadi dewan kerabat memiliki tugas dantanggung jawab untuk mengelolakepengurusan Hizbul Wathan secaramenyeluruh, dewan kerabat dibekalidengan kemampuan kepemimpinan,pengetahuan kepanduan ataukepramukaan, pengetahuan teknologi dankemiliteran. Terkait dengan pembiasaannilai-nilai pendidikan antikorupsi dewankerabat disiapkan sebagai contohpembiasaan dan teladan memupuk nilai-nilai kejujuran, kedisipinan, kemandirian,kepemimpinan, serta kedisiplinan.M.Fauzan Yaksa juga menyatakan bahwa,kedisiplinan tercermin dari kegiatan yangdilakukan sesuai dengan jadwal.

Nilai tanggung jawab sebagai bagiandari pendidikan antikorupsi tercermin dariadanya persiapan-persiapan yang dilakukansebelum kegiatan dilaksanakan, mengikutiacara pembekalan merupakan wujud daritanggung jawab menyiapkan kegiatan.Disamping itu kemandirian tercermin daripara dewan kerabat yang membuat,melaksanakan, serta mengevaluasi sendirikegiatan HW, hal ini membantu kerjapembina untuk memantau kegiatan sertamelatih dewan kerabat untuk dapat mandiri.

Kegiatan ekstrakulikuler dijadikansebagai tempat untuk berlatih mengelolasebuah organisasi khususnyaekstrakulikuler HW dengan dewankerabatnya. Penanaman nilai-nilaipendidikan antikorupsi seperti kejujurandibiasakan dengan kegiatan real dari prosesyang dilakukan oleh dewan kerabat dalammengelola keuangan. Dewan kerabat

merupakan pengurus dari HW yang berasaldari para siswa terpilih MBS, dijadikansebagai pengurus serta pengelolaorganisasi. Kedisiplinan tercermin darijadwal kegiatan yang tersusun dengan rapiserta dijalankan sesuai dengan aturan olehpara anggota HW.

Sementara itu tanggung jawabdibiasakan melalui kepercayaan yangdiberikan oleh pembina dalammelaksanakan kegiatan yang telahdirencanakan. Rasa tanggung jawab yangdimiliki oleh siswa merupakan ciri bahwamereka merupakan manusia yang beradab(berbudaya). Siswa sebagai seorangmanusia memiliki rasa tanggung jawabkarena menyadari adanya akibat baik danburuk dari perbuatannya. Pemupukan rasatanggung jawab melalui kegiatanekstrakulikuler diharapkan dapatmembentuk karakter-karakter antikorupsidalam diri siswa dengan menjadi pribadiyang bermoral.

Selanjutnya nilai-nilai kemandirian,kerja keras, kesederhanaan dan pedulisesama juga tercermin dari kegiatan-kegiatan yang dilakukan oleh para siswa.Kegiatan ekstrakulikuler dapat dikatakansebagai wadah atau simulasi dari kehidupandi masyarakat. Pengalaman yang diperoleholeh siswa melalui serangkaian kegiatanekstrakulikuler akan membentuk habit yangmenjadi karakter baik bagi siswa, hal inisesuai dengan teori habitus Bourdie yangmenyatakan bahwa habitus dibentuk olehpengalaman dan pengajaran yang eksplisit(Jenkins, 2010:109). Sehingga pembiasaanmemberikan pengaruh yang luar biasa padaperkembangan karakter siswa melaluipengalaman yang diperoleh secara mandiri.

SIIMPULANStrategi pengintegrasian pendidikan

antikorupsi melalui pembiasaan dilakukan

Page 78: JURNAL CIVIC HUKUM

74

Jurnal Civic Hukum Volume 3, Nomor 1, Mei 2018, hal. 62-74

melalui budaya sekolah, asrama sertakegiatan ekstrakulikuler.

Pembiasaan nilai-nilai pendidikanantikorupsi tidaklah mudah untuk itumemerlukan kesungguhan serta dedikasiyang tinggi dari semua pihak untukmewujudkan karakter antikorupsi. Tujuandari pembiasaan nilai-nilai pendidikanantikorupsi adalah membentuk mentalantikorupsi siswa dengan penanaman nilai-nilai kejujuran, kemandirian, kedisiplinan,keadilan, keberanian, kemandirian,kesederhanaan, kepedulian serta kreatifitassiswa. pendidikan antikorupsi akanmelahirkan generasi penerus bangsa yangtangguh dengan mental antikorupsi untukmembangun peradaban bangsa.

SARANBagi pihak sekolah untuk konsisten

dan berkelanjutan dalam menghabituasikannilai-nilai pendidikan antikorupsi sepertikejujuran, larangan mencontek,kedisiplinan, tanggung jawab, keberanian,kesederhanaan dan lain-lain melaluikegiatan intrakulikuler, ekstrakulikuler, sertabudaya sekolah.

Kedepannya dilakukan penelitianserupa dengan mengambil sampel yanglebih besar tidak hanya pada sekolahdengan sistem boarding school namun jugasekolah biasa pada umumnya, sehinggamempermudah dalam generalisasi strategipengintegrasian pendidikan antikorupsi.

DAFTAR PUSTAKATransparancy International. (2015).

Corruption perseptions index 2015.Diambil pada 04 Januari 2017, dariht tp: / /www.transparency.org/cpi2015?gclid=Cj0KEQiAtK3DBRCBxt-Yxduq5p4BEiQAbFiaPdCJLTzn i h d z a e u p U 6 z Q i e o 0 2 H m -0BQ5KIDnGyefu60aAg4g8P8HAQ.

Nuriani Laura, Haris, M., & Samsi, H.(2014). Implementasi pendidikanantikorupsi melalui warung kejujurandi smp keluar kudus. JurnalTeknologi Pendidikan danPembelajaran Vol. 2, No. 1, 93-102.

Dharma Kesuma, Cecep Darmawan, &Johar Permana. (2009). Korupsi danpendidikan antikorupsi. Bandung:Pustaka Aulia Press.

Agus Wibowo. (2013). Pendidikanantikorupsi di sekolah: strategiinternalisasi pendidikan antikorupsi disekolah. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.

Rosida Tiurma M. (2012). Pendidikanantikorupsi sebagai satuanpembelajaran berkarakter danhumanistik. Jurnal Sosioteknologi, Vol.27, No. 11, 232-244.

Lukman Hakim. (2012). Model integrasipendidikan antikorupsi dalamkurikulum pendidikan islam. JurnalPendidikan Agama Islam-ta’lim Vol.10, No. 2.

Harmanto. (2008). Mencari modelpendidikan antikorupsi bagi siswaSMP dan MTs. Makalah disampaikandalam simposium nasional pendidikan,di Universitas Negeri Surabaya.

Edi Sudrajat. (2011). “Pengaruhpembelajaran pendidikankewarganegaraan dan habituasiterhadap kesadaran lingkunganpeserta didik SMP”. Tesis tidakditerbitkan, Universitas PendidikanIndonesia, Yogyakarta.

Jenkins, R. (2010). Membaca pikiranpierre bourdie. (Terjemahan Nurhadi).London: Roultedge. (Buku asliditerbitkan tahun 1992).

Page 79: JURNAL CIVIC HUKUM

7 5

75

Rosmiati, dkk. Strategi Pemerintah Daerah dalam Meningkatkan Pendapatan AsliDaerah (PAD) Melalui Pengembangan Potensi Pariwisata Manggarai Barat75

Jurnal Civic HukumVolume 3, Nomor 1, Mei 2018P-ISSN 2623-0216 E-ISSN 2623-0224

http://ejournal.umm.ac.id/index.php/jch

STRATEGI PEMERINTAH DAERAH DALAMMENINGKATKAN PENDAPATAN ASLI DAERAH (PAD)MELALUI PENGEMBANGAN POTENSI PARIWISATA

KABUPATEN MANGGARAI BARAT

Rosmiati, Trisakti Handayani, Rohmad WidodoFKIP Universitas Muhammadiyah Malang

Email : [email protected]

ABSTRAKPemerintah Kabupaten Manggarai Barat mempunyai peran penting dalam memajukan

daerahnya, salah satunya dengan mengembangkan potensi yang ada. Denganmengoptimalkan potensi yang ada di Manggarai Barat, khususnya dari sektor pariwisataagar bisa meningkatkan Pendapatan Daerah. Penelitian ini bertujuan untuk :(1) Mendeskripsikan upaya pengembangan potensi pariwisata dalam meningkatkanPendapatan Asli Daerah, (2) Menganalisis kendala yang dihadapi Pemerintah Daerah dalampengembangan potensi pariwisata, (3) Menjelaskan solusi yang dilakukan PemerintahDaerah dan mengatasi kendala. Penelitian ini menggunakan teknik penelitian deskriptifkualitatif. Pengumpulan data diperoleh dengan teknik observasi, wawancara dandokumentasi. Adapun informan yang digali informasinya adalah sekretaris dinas kebudayaandan pariwisata, kepala bidang pengembangan, kepala bidang promosi, pemandu wisatadan pengunjung wisata di Kabupaten Manggarai Barat. Berdasarkan penelitian diperolehhasil sebagai berikut:(1) Strategi Pemerintah Daerah untuk meningkatkan Pendapatan AsliDaerah melalui pengembangan potensi pariwisata telah dilakukan dan dimasukan dalamRenstra, namun belum begitu maksimal, (2) Kendalanya yaitu: faktor masyarakat, kurangnyakwalitas SDM, anggaran dana terbatas, belum optimalnya sarana dan prasarana, kurangnyakerjasama, ketatnya persaingan pasar dan masih belum tersedianya sarana promosi.(3) Solusinya yaitu mengadakan pokdarwis, meningkatkan kualitas SDM, mengoptimalkanpengeluaran maupun pemasukan dana, peningkatan sarana dan prasarana, meningkatkankoordinasi antar dinas, peningkatan kualitas produk, mengoptimalkan sarana promosi.

Kata Kunci : Strategi, Pemerintah Daerah, Potensi Pariwisata.

ABSTRACTFurthermore, the local government of West Manggarai holds the crucial role in

developing the region by means of optimizing the existing potentialities. In accordancewith the societal perception regarding the condition of eastern regions of Indonesia thatare categorized as underdeveloped regions, it is of requirement for local government toalternate such paradigm. It might be by optimizing the potentialities that entail WestManggarai, particularly on tourism sector, in addition to increase the revenue. Thereforethis research was intended to: (1) describe the efforts of developing the tourismpotentiality in developing the locally-generated revenue in West Manggarai; (2) analyzethe barriers faced by the local government in developing the tourism potentiality; (3)formulate the possible solutions for local government to overcome the barriers.Moreover, this research accommodated descriptively qualitative research design in whichthis research was to systematically and conscientiously provide a vision of actual factsand characteristics of particular population. In addition, it aimed to solve the actual issuesand collect the data. Furthermore, the data were originally collected from observation,interview, and documentation. In fact, the informants recruited included the secretary ofDepartment of Tourism and Culture, the head of field development tour-guide (1 person),

Page 80: JURNAL CIVIC HUKUM

76

Jurnal Civic Hukum Volume 3, Nomor 1, Mei 2018, hal. 75-91

and tourist (1 person) of West Manggarai. Alluding to the research that had been piloted,there were some results as being explicated as follows: (1) the strategies of localgovernment in developing the revenue by means of developing the tourism potentialityhad been implemented and inserted into the strategic plan, but they had not been maximallysuccessful yet; (2) the barriers faced in developing the tourism potentiality comprisedsocietal factor, lack of quality regarding human resource, limited budgets, ineffectivenessof supporting facilities, lack of collaboration with private parties, the sharp competition ofmarket, and the unobtainability of tourism promotion facilities, such as websites; and (3)the possible solutions to overcome the barriers were by: establishing aware group oftourism, upgrading the quality of human resource, optimizing the expenditures andrevenues, developing the supporting facilities, strengthening the coordination of eachdepartment, upgrading the quality of products, and optimizing the promotion facilities.

Keywords: The Strategies, Local Government, Tourism Potentiality.

PENDAHULUANDesentralisasi menjadi sebuah era baru

pembangunan Indonesia, khususnya diKabupaten Manggarai Barat. Sistem inimeletakkan pondasi pembangunan denganmemberikan otoritas kepada pemerintahdaerah untuk mengembangkan daerahmasing-masing. Salah satu yang menjadiunsur pembangunan otonomi daerah adalahsektor pariwisata. Memang masih adabagian dari pariwisata yang menjadikewajiban pemerintah pusat untukpengelolaan, namun pembangunan daribeberapa destinasi wisata sudah menjaditanggungjawab pemerintah daerah.

Terkait dengan diskursus desentralisasi(otonomi daerah), pariwisata semakinmenjadi primadona. Daya tariknya yangluar biasa dalam menggerakkan rodaperekonomian menjadikan masing-masingdaerah berupaya menggali sebesar-besarnya potensi wisata daerahnya masing-masing. Berlakunya UU No. 32 Tahun2004 tentang Pemerintahan Daerah denganPeraturan Pemerintah No. 38 Tahun 2007tentang Pembagian Urusan PemerintahPusat Dengan Pemerintah Daerah, telahdengan detail membagi urusan Pusat danDaerah, mulai dari urusan administrasihingga pengelolaan sumberdaya alam.Undang-undang ini mengatur beberapa

urusan sebagai urusan pilihan oleh daerahsebagaimana tercantum dalam pasal 7 ayat3 dan 4, yang menyatakan bahwa urusanpilihan Pemerintah Daerah, meliputi:kelautan dan perikanan, pertanian,kehutanan, energi dan sumberdaya mineraldan pariwisata.

Undang-undang tentang otonomidaerah sebenarnya adalah pemberiankewenangan yang seluas-luasnya kepadapemerintah daerah untuk mengatur danmengurus kepentingan masyarakat setempatmenurut prakarsa sendiri berdasarkanaspirasi masyarakat sesuai denganperaturan. Hal ini mendorong pemerintahdaerah untuk mencari dan memanfaatkanpotensi yang ada di daerahnya. Pemerintahdaerah dituntut untuk menggali pendapatandari semua potensi dalam meningkatkanPendapatan Asli Daerah (PAD) bagidaerahnya masing-masing.

Pendapatan Asli Daerah (PAD)merupakan salah satu modal dasarpemerintah daerah dalam mendapatkandana pembangunan dan memenuhi belanjadaerah. Pendapatan asli daerah merupakanusaha daerah guna memperkecilketergantungan dalam mendapatkan danadari pemerintah tingkat atas (subsidi).Menurut Pasal 157 UU No. 32 Tahun2004, sumber pendapatan daerah terdiri

Page 81: JURNAL CIVIC HUKUM

7 7

77

Rosmiati, dkk. Strategi Pemerintah Daerah dalam Meningkatkan Pendapatan AsliDaerah (PAD) Melalui Pengembangan Potensi Pariwisata Manggarai Barat

atas: 1. Pendapatan asli daerah yangselanjutnya disebut PAD yaitu : a. Hasilpajak daerah b. Hasil retribusi daerah c.Hasil pengelolaan kekayaan daerah yangdipisahkan d. Dana perimbangan; 2. Lain-lain PAD yang sah; 3. Lain-lain pendapatandaerah yang sah.

Semua jenis pendapatan asli daerahtersebut merupakan sumber penerimaanyang murni bagi daerah artinya pendapatantersebut berasal dari potensi daerahnyasendiri sehingga wajar dan selayaknyaapabila peran pendapatan asli daerah dalamkeuangan merupakan salah satu tolak ukurdalam melaksanakan otonomi daerah yangluas, nyata dan bertanggung jawab.

Era pembangunan nasional, pariwisatamerupakan salah satu bidang yang banyakmemberikan sumbangan devisa negaraselain dari sektor minyak bumi dan gas,berperan dalam perluasan lapangan kerja,mendorong serta memeratakanpembangunan daerah, meningkatkankesejahteraan dan kemakmuranmasyarakat. Oleh sebab itu pembangunanpariwisata perlu mendapatkan prioritasdalam pembangunan nasional.

Pembangunan pada umumnya danpembangunan pariwisata pada khususnyaperlu memperhatikan kondisi daerah sertafaktor fisik dan non fisik. Hal ini untukmenghindari kerusakan lingkungan yangberlebihan, oleh karena itu pembangunandi sektor pariwisata hendaknyamemperhatikan prinsip pembangunanyang berwawasan lingkungan danpengembangan masyarakat lokal.Pengembangan pariwisata yangberwawasan lingkungan adalahpengembangan pariwisata yang memilikikontribusi tinggi terhadap ekonomimasyarakat setempat, dengan kata lainpengembangan tersebut hendaknya dapatmeningkatkan pendapatan masyarakat

dengan tetap mempertahankan kelestarianlingkungan dan nilai budaya.

Menurut Muslimin, dalam kerangkapenyelenggaraan pemerintahan dalam suatunegara, pemerintah dalam arti yang luasberpegang kepada dua macam asas, yaituasas keahlian dan asas kedaerahan. Didalam asas kedaerahan mengandung duamacam prinsip pemerintahan yaitudekonsentrasi dan desentralisasi (Muslimin1978:14). Oleh karena itu dalam kontekspemerintahan daerah, konsep otonomimerupakan bagian esensial pemerintahandesentralisasi, dalam perkataan lainpemerintahan desentralisasi daerah tidakdapat dibayangkan berjalannyapemerintahan tanpa esensi otonomi daerah(Marzuki, 1999).

Keberhasilan penyelenggaraan otonomidaerah sangat ditentukan oleh peran sertamasyarakat karena mereka yangsesungguhnya adalah pemilik dari otonomidaerah tersebut. Menurut Hoesseinberpendapat bahwa pada hakekatnyadesentralisasi adalah otonomisasi suatumasyarakat yang berada dalam teritoirtertentu. Suatu masyarakat yang semulatidak berstatus otonomi melaluidesentralisasi menjadi berstatus otonomidengan jalan menjelmakannya sebagaidaerah otonom. Sebagai pancarankedaulatan rakyat, tentu otonomi diberikanoleh pemerintah kepada masyarakat dansama sekali bukan kepada daerah ataupunpemerintah daerah (Hoessin 2002).

Kabupaten Manggarai Barat sebagaisalah satu kabupaten di propinsi NusaTenggara Timur yang memiliki banyakpotensi yang belum dimanfaatkan dandikembangkan secara optimal, diantaranyaadalah potensi perikanan yang amat besar,seperti potensi ikan kerapu, kakap, bawal,lencang, dan ekor kuning. Sedangkanpotensi pengembangan perikanan budidaya

Page 82: JURNAL CIVIC HUKUM

78

Jurnal Civic Hukum Volume 3, Nomor 1, Mei 2018, hal. 75-91

laut yang cukup prospektif adalah:mutiara, rumput laut, teripang, kerapu,baronang, udang dan bandeng. Usahabudidaya ini dapat dikembangkan diperairan Komodo dan sekitarnya. Selainitu juga Manggarai Barat mempunyaiberagam obyek wisata potensial yangtersebar di beberapa daerah, antara lain;Pantai Pink Beach yang berada di LohWency, wisata Batu Cermin, Pantai Pededi desa Gorontalo, Pulau Bidadari, WaeRana, Wae Cicu, Pulau Komodo, WisataBahari dll.

Manggarai Barat juga memilikiatraksi wisata dan budaya yang menarikwisatawan antara lain, atraksi keseniandaerah tari caci, tari sanda. Dari beragamobyek wisata potensial ini yang menjadiunggulan teratas untuk memenuhiPendapatan Asli Daerah (PAD) adalahwisata Bahari. Ini menunjukkan bahwaobyek wisata yang lain terkesan belummemberikan kontribusi yang berarti bagipendapatan asli daerah (PAD) pemerintahkabupaten Manggarai Barat. Oleh karenaitu, pemerintah daerah mengambilkebijakan untuk melakukan pembangunandi sektor wisata yang diharapkan mampumemberikan kontribusi yang cukup berartibagi pengembangan daerah, sehingga tolakukur keberhasilan dari usaha tersebut tidakhanya terbatas pada kesuksesan rencanadan pelaksanaan program pengembanganpariwisata, akan tetapi seberapa besarsektor pariwisata mampu memberikankontribusi bagi pendapatan daerah.

Potensi pariwisata KabupatenManggarai Barat perlu dikembangkan dandibina secara terarah, terpadu, danberkelanjutan agar dapat meningkatkankesejahteraan dan kemakmuranmasyarakat, memperluas kesempatankerja dan usaha dan meratakan pendapatanyang pada akhirnya mampu menunjang

pembangunan daerah kabupaten ManggaraiBarat.

Tahun 2014 saja, kontribusi darisektor pariwisata itu sendiri mencapai 10Millyar. Dana tersebut diperoleh dari pajakhotel dan pajak restoran dan retribusimasuk ke objek wisata. Jadi, apabilapotensi pariwisata ini bisa dikembangkansecara optimal bukan tidak mungkindalam 5 tahun ke depan, KabupatenManggarai Barat akan menjadi Kabupatentermaju di Nusa Tenggara Timur danmampu merubah paradigma masyarakattentang “wilayah timur merupakandaerah tertinggal”.

Mengingat adanya persepsimasyarakat bahwasannya wilayah timur itumerupakan daerah tertinggal, di sinilahperan Pemerintah Daerah untukmerubah paradigma tersebut. Denganmengoptimalkan potensi yang ada diManggarai Barat, khususnya dari sektorpariwsata agar bisa meningkatkanPendapatan Daerah. Namun, denganpotensi wisata yang begitu melimpah tidakbisa mengahantarkan KabupatenManggarai Barat menjadi Kabupatentermaju di Nusa Tenggara Timur. Karnadalam pengembangan potensi yangdilakukan pemerintah daerah disana belumbegitu optimal. Yang mana seharusnya,dengan potensi pariwisata yang begitubanyak, harus mampu meningkatkanPendapatan Asli Daerah bahkan bisamerubah taraf ekonomi masyarakatsetempat.

Berdasarkan latar belakang yangdipaparkan di atas maka dapat ditarikrumusan masalahnya sebagai berikut :1) Bagaimanakah pengembangan potensipariwisata dalam meningkatkanPendapatan Asli Daerah di KabupatenManggarai Barat?. 2) Bagaimanakahkendala yang dihadapi Pemerintah Daerah

Page 83: JURNAL CIVIC HUKUM

7 9

79

Rosmiati, dkk. Strategi Pemerintah Daerah dalam Meningkatkan Pendapatan AsliDaerah (PAD) Melalui Pengembangan Potensi Pariwisata Manggarai Barat

dalam pengembangan potensi pariwisatadi Kabupaten Manggarai Barat ?.3) Bagaimanakah solusi yang dilakukanPemerintah Daerah untuk mengatasikendala tersebut?

METODEPenelitian ini menggunakan jenis

penelitian kualitatif deskriptif, yaitu untukmenggabarkan suatu fenomena atau gejalasosial dengan jalan menggambarkanatau melukiskan keadaan subjek atauobjek penelitian. Bagon dan Taylor,mendefenisikan metodologi kualitatifsebagai prosedur penelitian yangmenghasilkan data deskriptif berupa kata-kata tertulis atau lisan dari orang-orangdan prilaku yang diamati. Jenis penelitianyang digunakan adalah jenis penelitiankualitatif dengan mengunakan pendekatandeskriptif.

Menggunakan pendekatan tersebutdiharapkan dapat mendeskripsikankejadian dan kenyataan yang sebenar-benarnya tentang hal-hal yang diteliti yaitumengenai strategi pengembangan potensiwisata yang ada di Manggarai Barat dalamupaya meningkatkan Pendapatan AsliDaerah (PAD). Dalam permasalahantersebut, metode penelitian ini dapatmembantu untuk mengungkap lebih jauhtentang strategi pengembangan tersebut.Alasan peneliti dalam memilih jenispenelitian kualitatif ini adalah untukmemberikan gambaran yang jelas tentangobjek penelitian berdasarkan kenyataanyang ada dilapangan dan penelitian ini tidakberkaitan dengan statisti.

Lokasi penelitian di Kantor DinasKebudayaan dan Pariwisata, KabupatenManggarai Barat, Provinsi Nusa TenggaraTimur (NTT). Kabupaten Manggarai Baratmerupakan salah satu daerah tujuan wisatayang berada di Indonesia, yang menjadi

aset berharga dan suatu kebanggaan yangdimilik negara indonesia di dunia, tempatini juga menyimpan banyak potensi wisatayang belum dikembangkan secara optimal.Tempat inipun masih natural nilai-nilaikearifan lokalnya yang mampu memuaskanpara wisatawan yang berkunjung di tempatini. Potensi wisata yang ada di daerah inimerupakan aset besar Manggarai Baratdalam meningkatkan devisa atauPendapatan Asli Daerah (PAD).

Sesuai dengan masalah yang akan teliti,maka penelitian akan dilaksanakan selamatiga bulan atau sejak disetujuinya proposalpenelitian dan setelah perijinan selesaisampai dengan terselesaikannya penelitiandan penyusunan laporan akhir penelitian.

HASIL DAN PEMBAHASAN

Pengembangan Potensi Pariwisatadalam Meningkatkan Pendapatan AsliDaerah di Kabupaten ManggaraiBarat1. Potensi Pariwisata Kabupaten

Manggarai BaratKaryono (1997: 28) mengungkapkan

bahwa “Agar suatu daerah tujuan wisatamempunyai daya tarik maka harusmempunyai 3 syarat daya tarik yaitu : adasesuatu yang bisa dilihat (something tosee), ada sesuatu yang dapat dikerjakan(something to do) dan ada sesuatu yangbisa dibeli (something to buy)”. ManggaraiBarat adalah salah satu daerah tujuanwisata di Nusa Tenggara Timur denganletak di ujung barat pulau Flores ataubatas Barat dari Provinsi Nusa tenggaraTimur yang memiliki persyaratan untukmenjadi daerah tujuan wisata. Potensiwisata yang dimiliki oleh KabupatenManggarai Barat secara garis besar terdiridari potensi alam, potensi budaya, potensiminat khusus. Selain potensi wisata,Kabupaten Manggarai Barat juga memiliki

Page 84: JURNAL CIVIC HUKUM

80

Jurnal Civic Hukum Volume 3, Nomor 1, Mei 2018, hal. 75-91

sarana dan prasarana wisata yangmendukung dunia pariwisata sepertitersedianya sarana transportasi, saranakomunikasi, akomodasi dan lain-lain.Seperti tersedianya Bandar UdaraKomodo, Tilong Kabila, dan BusPariwisata yang menunjang kebutuhanwisatawan tiap harinya.

Hasil dokumentasi dan hasilpemaparan bahwa Potensi pariwisata yangada di Manggarai Barat terdiri dari 3 jenisyaitu : potensi alam; potensi budaya; danpotensi minat khusus. Dari ketiga jenispotensi ini yang paling diminati olehwisatawan adalah potensi alam. Haltersebut juga didukung oleh hasil observasiselama di lokasi penelitian, bahwa potensiyang terdapat di Manggarai Barat terdiridari Potensi Alam, potensi budaya danpotensi Minat khusus. Namun dari ketigapotensi tersebut, jenis potensi yang palingdiminati wisatawan adalah potensi alam,dimana para wisatawan lebih banyakmenghabiskan waktunya di laut untukmelakukan snorkeling dan diving daripada menghabiskan waktunya di darat.Hal tersebutpun dilihat dari data kunjunganwisatawan dan lama tinggal di daerah tujuanwisata. Para wisatawan lebih banyakmenghabiskan waktunya di pulau-pulauyang memiliki obyek wisata bahari gunamelakukan snorkeling, diving danberjemur di pantai.2. Peran Strategis Dinas Kebudayaan

dan Pariwisata Kabupaten ManggaraiBaratSebagaimana kita ketahui bahwa

sektor pariwisata beberapa dasawarsaterakhir telah mendapat pengakuan dariberbagai Negara sebagai industriperdagangan jasa terbesar di dunia yangberdampak multi sektoral, diantaranyamerupakan industri jasa yang melibatkanbanyak tenaga kerja. Bahkan di beberapa

Negara telah menempatkan posisipariwisata sebagai penghasil utamapendapatan Negara. Capaian kinerjakunjungan wisatawan yang tercatat masukke dalam obyek wisata di kabupatenManggarai Barat meningkat sebesar 56.452orang atau meningkat sebesar 78.97% daritahun 2013 sebesar 44.579. Lama tinggalrata-rata 5,40 hari, dan pengeluaran perhari per orang US $ 94.62. Capaiankonstribusi ekonomi pariwisata ProdukDomestik Regional Bruto (PDRB) AtasDasar Harga Berlaku (ADHB) tahun 2013sebesar Rp. 24.7 Milyar. Sumber:Diskebudpar.

Strategi pemerintah daerah dalampengembangan pariwisata KabupatenManggarai Barat bisa dikatakan berperan.Hal ini dilihat dari angka kunjunganwisatawan selama 5 tahun yaitu dari tahun2010 sampai dengan 2014 mengalamipeningkatan, yang walapun pada tahun2012 sempat mengalami penurunan namuntidak drastis. Jumlah angka kunjunganwisatawan untuk tahun 2010 yaitu sebesar41.117 orang, pada tahun 2011 mengalamipeningkatan sebesar 41.443 orang. Lainhalnya pada tahun 2012, jumlah angkakunjungan wisatawan mengalami penurunansebesar 31.365 orang, namun penurunanangka kunjungan wisatawan bukanmerupakan salah satu penghalang untuklebih giat lagi dalam melakukan upaya-upaya strategis dalam meningkatkan angkakunjungan wisatawan, terbukti pada tahun2013 angka kunjungan wisatawanmengalami peningkatan yaitu sebesar44.579 orang, bahkan pada tahun 2015angka kunjungan wisatawan mengalamikenaikan yang cukup drastis yaitu sebesar56.452 orang. Sumber angka kunjunganwisatawan tahun 2010-2014 : DinasKebudayaan dan Pariwisata ManggaraiBarat.

Page 85: JURNAL CIVIC HUKUM

8 1

81

Rosmiati, dkk. Strategi Pemerintah Daerah dalam Meningkatkan Pendapatan AsliDaerah (PAD) Melalui Pengembangan Potensi Pariwisata Manggarai Barat

Berdasarkan data yang telah terhimpundi tahun 2014 dapat dilihat sesuaikebangsaannya dikelompokan dalam 5besar bangsa pasar wisata Manggarai Baratdidominasi oleh wisatawan mancanegarayang berasal dari USA 9.45 %, Germany8.14%, Australia 7.03%, Inggris 6.53%,Perancis 6.35%. Sumber DinasKebudayaan dan Pariwisata ManggaraiBarat.

Peran strategis yang dilakukan dinaskebudayaan dan pariwisata kabupatenManggarai Barat salah satunya denganpengembangan potensi wisata yang ada diManggarai Barat. Meskipun pengembanganyang dilakukan belum begitu optimal.Berdasarkan hasil observasi selama beradadi lokasi penelitian dan hasil dokumentasiyang terkumpul dapat di analisisbahwasannya strategi yang dilakukanpemerintah daerah kabupaten ManggaraiBarat sudah berjalan sebagaimana mestinyadan bisa dikatakan sudah berperan. Salahsatu peran strategi yang telah dilakukanyaitu pengembangan beberapa potensi yangada di Manggarai Barat, walaupun hasilyang dicapai belum maksimal.

Pemerintah Kabupaten ManggaraiBarat dapat menaruh harapan besarterhadap pertumbuhan pariwisata yangmampu menggerakan ekonomi rakyat,karena sektor ini cukup siap dari segifasilitas sarana dan prasarana dibandingkandengan sektor usaha lainnya. ManggaraiBarat dengan sumber pariwisatanya yangmelimpah, kaya dengan potensi alam,beraneka ragam budaya dan bermacam-macam kesenian merupakan modal utamauntuk mencapai tujuan.Pencapaian tujuanpembangunan kebudayaan dan pariwisatasangatlah mudah apabila diiringi denganpengelolaan dan pelestarian sumber dayayang terarah. Kerjasama pemerintah lintassektoral swasta dan masyarakat amatlah

diperlukan agar seluruh kegiatan dapatbersinergis, efektif dan efisien.

Tahun 2014, Manggarai Barat memilikiberbagai potensi daya tarik wisata baikalam, budaya, minat khusus sebanyak 69destinasi wisata yang tersebar di 10Kecamatan se-Kabupaten ManggaraiBarat. Namun dari jumlah tersebut hanya6 yang sudah dilengkapi fasilitas pendukungsederhana dan sering dikunjungi wisatawanyaitu Taman Nasional Komodo, BatuCermin, Danau Sanonggoang, CuncaWulang, Cunca Rami dan Istana Ular.

Akomodasi terdiri hotel bintang,melati, dan rumah penginapan di sebanyak61 unit dengan jumlah 958 kamar danjumlah tempat tidur 1360 buah. Fasilitasmakan minum yang terdiri dari restorandan rumah makan sebanyak 40 unit denganjumlah meja kursi sebayak 1423 buah.Usaha perjalanan wisata yang terdiri dari17 biro perjalana wisata, dan tempathiburan umum sebanyak 14 buah. Jumlahtenaga kerja di indusrti pariwisata hotelbintang dan melati, restoran/ rumah makan,usaha perjalanan, obyek dan daya tarikwisata serta rekreasi dan hiburan umumtahun 2015. Berikut sumber data potensidi Manggarai Barat tahun 2010-2015sebagai berikut:

Hasil dari data yang diperoleh dandikukung oleh hasil observasi selama beradadi lokasi penelitian dapat disimpulkanbahwa strategi dinas kebudayaan danpariwisata sangat berperan. Dilihat dariangka kunjungan wisata yang mengalamipeningkatan, angka pengeluaran harianwisatawan meningkat, akomodasi yang kianmeningkat, sarana prasarana yang cukupmemadai dan sumber daya yang melimpah.Selama melakukan observai di salah satulokasi obyek wisata, peneliti melihat secaralansung bahwa kunjungan wisatawan cukupramai meskipun pada saat hari kerja dan

Page 86: JURNAL CIVIC HUKUM

82

Jurnal Civic Hukum Volume 3, Nomor 1, Mei 2018, hal. 75-91

hampir dari setiap obyek wisata yang adaselalu ada pengunjung. Hal lain jugaditemukan saat melakukan observasi yaitu,sebagian besar wisatawan lebih banyakmenghabiskan waktunya di pantai. Berikutadalah data tentang sumber DayaManggarai Barat yang salah satu buktibahwa potensi yang ada di KabupatenManggarai Barat sudah dikembangkan,namun belum maksimal. Data tersebut yangdituangkan dalam bentuk tabel dibawahini.3. Strategi Pengembangan Pariwisata

Manggarai BaratPembangunan sektor pariwisata di

Kabupaten Manggarai Barat menunjukkankecenderungan yang terus meningkat. Halini sejalan dengan rencana strategispemerintah daerah kabupaten ManggaraiBarat yang menyebutkan pembangunanpariwisata di Kabupaten Manggarai Baratdiarahkan untuk meningkatkan PendapatanAsli Daerah, mendorong pertumbuhanekonomi, memperluas lapangan kerjadengan tetap memelihara nilai-nilai budayabangsa. Salah satu upaya untukmewujudkan hal tersebut, maka DinasKebudayaan dan Pariwisata kabupatenManggarai Barat menyusun rencanastrategis Dinas Kebudayaan dan PariwisataKabupaten Manggarai Barat tahun 2010-2015 yang merupakan pedoman danarahan bagi pelaksanaan dan tugas dilingkungan dinas dan sebagai acuan dalammenangani masalah kepariwisataan yangada di Manggarai Barat. Rencana strategistersebut mencakup maksud dan tujuanpenyusunan rencana strategis, tugas pokokdan fungsi, visi dan misi, strategikebijaksanaan, tujuan dan sasaran danprogram strategis yang dijabarkan dalamperencanaan program kerja.

Visi Dinas Kebudayaan dan PariwisataManggarai Barat Tahun 2010-2015

sebagaimana dalam Renstra Dinas Tahun2010-2015 yaitu: “Terwujudnya ManggaraiBarat sebagai Daerah Tujuan WisataBerkelanjutan, Mampu MeningkatkanKesejahteraan Masyarakat BerlandaskanPrinsip Ekowisata Berbasis Komunitas”.Misi merupakan pernyataan tujuan yangingin dicapai dalam mewujudkan visi yangtelah ditetapkan. Untuk mewujudkan visitersebut, dinas Kebudayaan dan PariwisataKabupaten Manggarai Barat mempunyaitugas melaksanakan pembangunan di bidangKebudayaan dan Pariwisata di ManggaraiBarat secara transparan dan akuntabel, yangberlandaskan asas profesionalitas,proporsionalitas, dan keterbukaan. Untukmewujudkan visi tersebut, melalui 4 misiyaitu sebagai berikut :a. Terselenggaranya Pariwisata yang

aman, nyaman, menarik, mudahdicapai dan berkelanjutan;

b. Menjadikan Mangarai Barat sebagaidaerah tujuan wisata berkelanjutan;

c. Meningkatkan kontribusi sektorpariwisata terhadap peningkatankesejahteraan masyarakat;

d. Mewujudkan sinergitas danketerpaduan dengan berbagai pihakdalam pembangunan keparwisataan.

Dinas Kebudayaan dan Pariwisatakabupaten Manggarai Barat selaluberusaha mengembangkan potensi wisatayang ada melalui berbagai program, baikyang telah dilaksanakan maupun yangbelum dilaksanakan. Program- programpengembangan yang telah ditetapkanmelalui 8 (delapan) program yang terbagidalam urusan wajib 3 program dan urusanpilihan 3 (tiga) program dan 2 (dua)program penunjang di dukung 31 (tigapuluh satu) kegiatan, rincian programsebagai berikut :

Page 87: JURNAL CIVIC HUKUM

8 3

83

Rosmiati, dkk. Strategi Pemerintah Daerah dalam Meningkatkan Pendapatan AsliDaerah (PAD) Melalui Pengembangan Potensi Pariwisata Manggarai Barat

Urusan Wajiba. Program Pengembangan Nilai Budaya.

Bertujuan memperkuat identitas daerahsebagai bagian jati diri bangsa danmemantapkan budaya daerah. Untukmencapai tujuan tersebut melalui upayamemperkokoh ketahanan budayadaerah sehingga mampu menangkalpenetrasi budaya asing yang bernilainegatif, dan memfasilitasi proses adopsidan adaptasi budaya asing yangbernilai positif dan produktif.

b. Program Pengelolaan KekayaanBudaya. Program ini mempunyaitujuan menciptakan keserasianhubungan antar unit sosial dan antarbudaya sebagai upaya menurunkanketegangan dan ancaman konflik didaerah. Secara operasional, programini bertujuan untuk meningkatkanapresiasi masyarakat terhadapkekayaan budaya dan meningkatkansistem pengelolaaannya agar kekayaanbudaya baik yang bersifat tangiblemaupun intangible sebagai saranaedukasi, rekreasi dan pengembangankebudayaan dapat berfungsi optimal.

c. Program Pengembangan KerjasamaPengelolaan Budaya. Bertujuanmeningkatkan apresiasi dan kecintaanmasyarakat terhadap budaya bekerjasama dengan pihak terkait agarmasyarakat lebih beradaptasi dengankebudayaan asing tanpa meninggalkanidentitas dan kearifan lokal.

Urusan Pilihana. Program Pemasaran Pariwisata.

Bertujuan meningkatkan kunjunganwisatawan baik mancanegara maupunnusantara dalam rangka meningkatkankinerja industri atau usaha pariwisatadi Manggarai Barat.

b. Program Pengembangan DestinasiPariwisata. Bertujuan meningkatkanpengelolaan destinasi wisata dan aset-aset warisan budaya menjadi daya

tarik wisata yang kompetitif denganpendekatan profesional, kemitraanswasta, pemerintah dan masyarakatserta memperkuat jaringankelembagaan dan mendorong investasi.

c. Program Pengembangan Kemitraan.Bertujuan untuk melakukansinkronisasi program pemerintahdengan pihak terkait di bidangpariwisata agar tercipta pembangunankepariwisataan yang berkelanjutan.

Program Penunjanga. Program Pelayanan Administrasi

Perkantoran. Bertujuan untukmeningkatkan administrasi perkantoranDinas Kebudayaan dan PariwisataKabupaten Manggarai Barat selamatahun berjalan.

b. Program Peningkatan Sarana danPrasarana Aparatur. Bertujuan untukmeningkatkan fasilitas pendukungkinerja aparat pemerintah agarkebutuhan pelayanan publik pencapaiankinerja menjadi lebih efektif dan efisien.

Pengembangan potensi di ManggaraiBarat sudah menjadi suatu keharusan untuktercapainya visi dan misi yang telahditetapakan. Strategi pengembanganpariwisata Manggarai Barat memang sudahberjalan, namun belum maksimal. Selaindidukung hasil dokumentasi danwawancara, hal tersebut didukung jugadari hasil observasi selama berada di lokasipenelitian, dimana Strategi yang telahditerapkan pemerintah setempat sudahberjalan namun belum maksimal. Dimanapada saat berkunjung di salah satu obyekwisata yang ada di Manggarai Barat, masihterdapat banyak sampah yang berserakan,sarana dan prasarana masih kurang. Hallain juga ditemukan saat melakukanobservasi yaitu diantara banyaknya obyekwisata yang ada di Manggarai Barat, hanyaterdapat 6 obyek wisata yang telahdikembangkan namun belum maksimal.

Page 88: JURNAL CIVIC HUKUM

84

Jurnal Civic Hukum Volume 3, Nomor 1, Mei 2018, hal. 75-91

4. Pencapaian Program PengembanganPariwisataBerhasil dan tidaknya suatu program

kerja tergantung pada pelaksanaan dankemampuan dalam mencapai tujuan.Berdasarkan program pengembanganpariwisata yang telah dibuat, ada beberapaprogram yang telah berhasil dilaksanakandan ada pula yang belum berhasildilaksanakan karena adanya berbagaikendala. Berdasarkan hasil wawancaradengan informan A dan B dan informan Cserta Laporan Akuntabilitas Kinerja InstansiPemerintah Dinas Kebudayaan danPariwisata Kabupaten Manggarai BaratTahun 2014, program pengembangan yangtelah berhasil dilaksanakan antara lain :

Program Pengembangan PemasaranPariwisata1. Tujuan program meningkatkan

kunjungan wisata baik mancanegaramaupun nusantara.

2. Sasaran, dengan meningkatkankunjungan wisatawan baikmancanegara, lama tinggal,pengeluaran dan tenaga kerja yangterserap secara lansung akanberdampak pada peningkatan kinerjaindustri atau usaha pariwisata diManggarai Barat.

3. Kegiatan pokok yang dilaksanakandititik beratkan melalui :a) Promosi dan Partisipasi pada

Event Kebudayaan dan Pariwisatadalam Negeri. Hasil capaiankinerja, terlaksananya promosidalam negeri sebanyak 11 kaliyaitu : Innacraft, Adiwastra,Gebyar Wisata dan BudayaNusantara, Direct PromotionMABAR di Batam, PekanBudaya di Kediri, PameranPelayanan Publik, Borobudur In-ternational Festival, DestinasiWisata Expo, MABAR Fair,

Tourism Indonesia Mart Expo(TIME), Fiesta Nusa Dua Bali.

b) Penyediaan Bahan PromosiPariwisata. Hasil capaian kinerja,tersedianya bahan promosipariwisata Manggarai Barat 2013sebanyak 21 macam bahanpromosi.

c) Analisa Pasar WisatawanMancanegara dan Nusantara.Hasil capaian kinerja, rata-ratalama tinggal wisatawanmancanegara di Manggarai Barat(4,9 hari), rata-rata pengeluaranwisatawan mancanegara diManggarai Barat US$ 150.43 perorang/hari.

Program Pengembangan DestinasiPariwisata1. Tujuan program meningkatkan

pengelolaan destinasi wisata dan aset-aset warisan budaya menjadi dayatarik wisata.

2. Sasaran destinasi wisata dan aset-aset warisan budaya yang dijadikandaya tarik wisata yang dikelola secaraprofessional, kemitraan swasta,pemerintah, dan masyarakat sertamemperkuat jaringan kelembagaan danmendorong investasi.

3. Kegitaatan pokok yang dilaksanakandititik beratkan pada,a) Pelatihan SDM Kebudayaan dan

Kepariwisataan. Hasil capaiankinerja, meningkatnya wawasandan pengetahuan peserta.Pelatihan diadakan selama 14 kalidan diikuti 775 peserta.

b) Sosialisasi Sertifikasi Profesi. HasilCapaian Kinerja, meningkatnyakualitas 50 orang peserta SDMtenaga pengajar di sekolah SMKPariwisata dan Perguruan TinggiPariwisata.

Page 89: JURNAL CIVIC HUKUM

8 5

85

Rosmiati, dkk. Strategi Pemerintah Daerah dalam Meningkatkan Pendapatan AsliDaerah (PAD) Melalui Pengembangan Potensi Pariwisata Manggarai Barat

c) Pemberdayaan Masyarakat/Pengelolah Agrowisata. Hasilcapaian kinerja, meningkatnyakualitas 50 orang peserta SDMpengelolah/petani agro wisataserta kreativitas dalam melakukandiversifikasi produk pertanianmaupun perkebunan.

d) Pemberdayaan Usaha JasaPariwisata. Hasil capaian kinerja,terlaksananya pemberdayaanusaha pariwisata yang diikuti 150orang peserta dalam bentuklokakarya usaha konsultanpariwisata, lokakarya usahaMICE (Meeting, Incentive,Conventation and Exhibilition),Lokakarya Usaha Impresariat.

e) Fasilitas Klasifikasi UsahaAkomodasi dan Restoran. Hasilcapaian Kinerja, dalam bentuksosialisasi Green Hotel yang diikuti50 orang peserta dan klasifikasiusaha Akomodasi dan Restoransebanyak 40 usaha.

Program Pengembangan Nilai Budaya1. Tujuan program memperkuat identitas

daerah sebagai bagian jati diri bangsadan memantapkan budaya daerah.

2. Sasaran program memperkokohketahanan budaya daerah sehinggamampu menangkal penetrasi budayaasing yang bernilai negatif, danmemfasilitasi proses adopsi danadaptasi budaya asing yang benilaipositif dan produktif.

3. Kegiatan pokok yang dilaksanakandititik beratkan pada kegiatan di tahun2013 sebagai berikut : pemberiandukungan, penghargaan dankerjasaman di bidang budaya dalambentuk pelaksanaan Sosialisasi NilaiBudaya yang diikuti 80 orang peserta;pemberian penghargaan kepada 10orang dan Tali Asih kepada 500orang seniman dan budayawan.

Program Pengelolaan KeragamanBudaya1. Tujuan program meningkatkan

apresiasi dan cinta tanah air2. Sasaran program meningkatkan

apresiasi dan kecintaan masyarakatterhadap budaya dan produk dalamnegeri yang bersifat kasat mata(tangible) maupun tidak kasat mata(intangible).

3. Kegiatan pokok yang dilaksanakandititik beratkan pada kegiatan di tahun2013 sebagai berikut :a) Pengembangan kesenian dan

kebudayaan daerah dalam bentukkegiatan Festival Karya Tari diperoleh juara 7 kategori , ikutserta dalam Parade Tari Nusantaradengan hasil peroleh penghargaanpenata musik terbaik, penyajiunggulan non rangking, penatamusik unggulan non rangking,penata rias dan busana nonrangking, Pesona BudayaMABAR, Road Show pengirimanatraksi kesenian gelar seni dalamdan luar Kabupaten serta event-event tertentu

b) Fasilitas perkembangankeragaman budaya daerah meliputikegiatan di Taman Budaya denganhasil capaian pengunjung pagelarandi tahun 2013 sebanyak 25.200orang atau 154,90% dari target168.269 orang pengunjungpagelaran.

Konstribusi Pariwisata TerhadapPendapatan Asli Daerah (PAD)Kabupaten Manggarai Barat

Menurut UU No. 34 Tahun 2000pasal 18 Ayat 3, retribusi tempat rekreasidan olahraga adalah termasuk dalamretribusi jasa usaha. Sedangkan retribusijasa usaha merupakan salah satu jenisretribusi daerah. Kriteria yang digunakan

Page 90: JURNAL CIVIC HUKUM

86

Jurnal Civic Hukum Volume 3, Nomor 1, Mei 2018, hal. 75-91

untuk mengetahui peranan retribusi daerahdalam membentuk Pendapatan Asli Daerahadalah kriteria peranan menurut Bawasir(1999: 103) yang dikutip oleh Wahyuni(Skripsi, 2007) adalah sebagai berikut :1. Jika persentasenya antara 0%-1,9%,

dinyatakan bahwa retribusi daerahrelatif tidak berperan terhadapPendapatan Asli Daerah.

2. Jika persentasenya antara 1%-1,9%,dinyatakan bahwa retribusi daerahkurang berperan terhadap PendapatanAsli Daerah.

3. Jika persentasenya antara 2%-2,95%,dinyatakan bahwa retribusi daerahcukup berperan terhadap PendapatanAsli Daerah.

4. Jika persentasenya antara 3%-3,9%,dinyatakan bahwa retribusi daerahberperan terhadap Pendapatan AsliDaerah.

5. Jika persentasenya lebih dari 4%,dinyatakan bahwa retribusi daerahsangat berperan terhadap PendapatanAsli Daerah.

Sedangkan untuk penghitunganpersentasenya menggunakan formula:

Penelitian ini mempunyai tujuan untukmengetahui seberapa besar kontribusi atauperanan yang diberikan pariwisata yangdiwujudkan melalui strategi-strategipengembangan potensi pariwisata yangtelah dilakukan oleh Dinas Kebudayaandan Pariwisata Kabupaten Manggarai Baratdalam mendukung atau meningkatkan.Pendapatan Asli Daerah KabupatenManggarai Barat.

Pendapatan Asli Daerah (PAD) DinasKebudayaan dan Pariwisata ManggaraiBarat tahun 2014 yang berasal daripenerimaaan :

1. Retribusi Pemakaian KekayaanDaerah (Hotel Puncak Waringin) Rp150.000.000 dari target Rp.150.000.000

2. Retribusi Tempat Rekreasi danOlahraga Air Rp. 105.000.000 daritarget Rp 100.000.000

3. Retribusi Masuk Obyek Wisata Rp.2.580.475.000 dari target Rp.2.400.000.000

4. Retribusi Biaya PenggantianAdministrasi Rp. 23.665.500 dariTarget Rp. 20.000.000

Pendapatan Asli Daerah DinasKebudayaan dan Pariwisata ManggaraiBarat tahun 2010 sampai dengan 2014.Hasil capaian kinerja target yang diperolehdi tahun 2010 sebesar Rp. 1.074.930.000atau 87,56% dari target PAD Rp.1.227.600.000. Pada tahun 2011 hasilcapaian kinerja yang diperoleh sebesarRp. 1.156.414.500 atau 78,33% dari tar-get PAD Rp. 1.476.262.000, sedangkantahun 2012 hasil capaian kinerja targetyang diperoleh sebesar Rp. 1.533.798.500atau 59,29% dari target PAD Rp.2.586.912.000. Lain halnya pada tahun2013, hasil capaian kinerja target yangdiperoleh mengalami peningkatan yangcukup drastis yaitu Rp. 2.179.853.500atau 92,94% dari target PAD Rp.2.345.407.000, begitupun halnya padatahun 2014 hasil capaian kinerja yangdiperoleh sebesar Rp.2.709.540.500 atau101.48% dari target PAD Rp.2.670.000.000. Konstribusi PendapatanAsli Daerah (PAD) yang diperoleh DinasKebudayaan dan Pariwisata KabupatenManggarai Barat tahun 2014 sebesar5.25% terhadap Pendapatan Asli Daerah(PAD) Kabupaten Manggarai Barat tahun2014 sebesar Rp. 51.585.895.62.

Sumber : Dinas Kebudayaan dan PariwisataManggarai Barat.

Page 91: JURNAL CIVIC HUKUM

8 7

87

Rosmiati, dkk. Strategi Pemerintah Daerah dalam Meningkatkan Pendapatan AsliDaerah (PAD) Melalui Pengembangan Potensi Pariwisata Manggarai Barat

Berdasarkan data yang diperoleh,diketahui kontribusi atau peranan pendapatanpariwisata terhadap Pendapatan Asli Daerahsejak tahun 2010 sampai dengan 2014adalah sebagai berikut :Tahun 2010 87,56%

Tahun 2011 78,33%

Tahun 2012 59,29%

Tahun 2013 92,94%

Tahun 2014 101,48%

Kontribusi yang diberikan pariwisatatahun 2010 adalah sebesar 87,56%, tahun2011 adalah sebesar 78,33% tahun 2012adalah sebesar 59,29%, tahun 2013 adalahsebesar 92,94% dan tahun 2014 sebesar101,48%. Berdasarkan persentasetersebut, maka dapat ditarik kesimpulanbahwa kontribusi yang diberikan olehpendapatan pariwisata adalah berperanterhadap Pendapatan Asli Daerah (PAD).Mengenai peranan pendapatan sektorpariwisata dalam membentuk PendapatanAsli Daerah kabupaten Manggarai Barat,seperti yang dikemukakan oleh Bapak PBmengatakan bahwa :

“Tingkat pendapatan untuk setiapobyek wisata yang ada di Manggarai Baratselalu mengalami kenaikan dan penurunansetiap tahun, tetapi secara umumpendapatan-pendapatan tersebut memilikiandil yang cukup besar terhadapPendapatan Asli Daerah. Hal ini terbuktipendapatan dari sektor pariwisata, daritotal PAD tahun ini, targetnya itu 3 milyar,jadi tahun lalu kita mencapai 2,5 milyar.Tapi itu hanya retribusi dari masuk obyekwisata, itu terdiri dari masuk komodo danmasuk ke obyek wisata lain seperti BatuCermin. Tapi masih ada pendapatan-pendapatan lain misalnya pajak hotel

restoran, itu bisa mencapai 10 milyar tapiitu ditangani oleh Dispenda. Dinas pariwisatahanya retribusi masuk obyek wisata. Datalengkapnya nanti nona bisa dapatkan disekretariat”. (W/PB/11/12/2015)

Konstribusi yang diberikan pariwisataterhadap PAD Manggarai Barat priode2010-2015 sangat berperan, hal tersebutterbukti selain dari hasil dokumentasi danhasi wawancara juga didukung oleh hasilobservasi selama berada di lokasi penelitian.Pembangunan yang ada di Manggarai Baratterus mengalami peningkatan biladibandingkan dengan tahun-tahunsebelumnya, seperti sarana prasarana yangcukup memadai, akomodasi danpembangunan Bandar Udara Komodoyang bertaraf Internasional, itu semuasebagian besar dana pembangunnannya darisektor pariwisata. selain itu juga, hal lainyang membuktikan bahwasannya pariwisatasangat berperan terhadap PAD, khususnyaterhadap pembangunan daerah adalahbanyaknya investor asing yang maumenamkan sahamnya di Manggarai Baratkarna Manggarai Barat sangat berpotensiuntuk meningkatkan devisa. Jadi semakinbanyak investor di Manggarai Barat, makasemakin baik pula pengaruhnya terhadappembangunan di Kabupaten ManggaraiBarat.

Kendala Pemerintah Daerah dalamPengembangan Potensi Pariwisata diKabupaten Manggarai Barat

Usaha pengembangan yang telahdilakukan oleh dinas Kebudayaan danPariwisata Kabupaten Manggarai Baratternyata masih terdapat beberapa kendaladalam merealisasikannya. Berdasarkan hasilobservasi. Dibuktikan dengan masihbanyaknya masyarakat yang membuangsampah sembarangan khusunya di lokasiobyek wisata, ini tentu menjadi salah satumasalah yang serius untuk segera ditangani

Page 92: JURNAL CIVIC HUKUM

88

Jurnal Civic Hukum Volume 3, Nomor 1, Mei 2018, hal. 75-91

karna akan berdampak besar pada minatwisatawan untuk mengunjungi obyekwisata. Bukan hanya masyarakat yangkurang kesadaran akan kebesihanlingkungan dan sadar wisata, kurangnyakualitas SDM pariwisata pun menjadi salahsatu kendala pemerintah daerah dalamusaha pengembangan pariwisata. terbuktipada saat melakukan observasi di lokasipenelitian, masih banyak pemandu wisatayang kewalahan dalam memanduwisatawan karna kendala bahasa asing.

Kendala-kendala tersebut antara lain :1. Kurangnya kesadaran masyarakat

Masyarakat kabupaten ManggaraiBarat masih belum siap terhadapperubahan yang terjadi dalam duniapariwisata. Persepsi masyarakat masihnegatif terhadap bisnis atau industri jasapariwisata. Padahal perkembangan dibidang pariwisata tidak dapat lepas darijasa hiburan yang mempunyai daya tarikbagi wisatawan. Kemudian kurangnyakesadaran masyarakat tentang kebersihanlingkungan, karna yang menjadi keluhanutama wisatawan adalah sampah yangbeserakan dimana-mana. Hal ini tentusangat berpengaruh terhadap minatwisatawan, karna kenyamanan suatutempat wisata merupakan faktor utamadalam hal pelayanan wisata2. Kurangnya kualitas sumber daya

manusiaAngka jumlah pendidikan wilayah

Manggarai Barat masih sangat minim.Sehingga kualitas SDM pun sangat minim.Buruknya atau rendahnya kualitas sumberdaya pengelola usaha pariwisata akanberdampak rendahnya kualitas manajemenpariwisata, mutu pelayanan yang akanberakibat pada penurunan jumlahwisatawan.3. Keterbatasan Anggaran (dana)

Terbatasnya dana pasti akanmempengaruhi pengembangan pariwisata

karena pengembangan yang dilakukan tidakmaksimal. Usaha pengembangan dalamsektor pariwisata membutuhkan dana yangcukup besar, yaitu dana untukpengembangan obyek wisata, sarana danprasarana yang menunjang kegiatanpariwisata, sumber daya manusia pengelolapariwisata dan lain-lain. Dana merupakanfaktor yang sangat penting dalammendukung kegiatan kepariwisataan.4. Belum optimalnya sarana dan

prasaranaKondisi jalan dan angkutan

transportasi umum antar kawasan wisata.Minimnya angkutan transportasi menjadisalah satu kendala untuk menjaringwisatawan. Tidak bisa dipungkiri lagi kalaujalur tansportasi yang ada di ManggaraiBarat merupakan kondisi terburuk untukwilayah kabupaten yang ada di Indonesia.Apabila akses masuk obyek wisata sangatsulit maka besar kemungkinan parawisatawan akan berkecil hati untukmengunjungi obyek wisata tersebut.5. Kurangnya program kemitraan dengan

pemerintah dan swastaApabila sarana dan prasarana bisa

mendukung, namun kurangnya programkemitraan antar pemerintah dengan swastaterutama dalam permodalan atau investasidan promosi maka akan menjadi kendaladalam hal pengembangan pariwisata. Karnasebuah usaha tidak bisa terlepas denganyang namanya investor. Semakinbanyaknya investor yang atau yangmenanamkan modal maka semakin baikpula terhadap pengembangan maupunpembangunan daerah, lebih khusunya untuksektor pariwisata.6. Ketatnya persaingan pasar

Salah satu menjadi kendala utamaadalah ketatnya persaingan pasar baik ditingkat Nasional maupun Internasional dankurangnya penanaman jiwa bisniskeapriwisataan bagi seluruh elemen

Page 93: JURNAL CIVIC HUKUM

8 9

89

Rosmiati, dkk. Strategi Pemerintah Daerah dalam Meningkatkan Pendapatan AsliDaerah (PAD) Melalui Pengembangan Potensi Pariwisata Manggarai Barat

masyarakat. Hal yang sangat urgen untukkendala pemerintah daerah dalampengembangan potensi pariwsata salahsatunya adalah persaingan pasar yangsemakin ketat. Karna itu perlu dipersiapkansejak dini apabila ingin bersaing apalagidengan pasar internasional. Jika persainganpasar semakin ketat, maka tugaspemerintah dalam mengontrolperkembangan mulai dari tahapperencanaan sampai ke tahapimplementasinya harus semakin ketat juga,namun tidak demikian di KabupatenManggarai Barat.7. Belum tersedianya Website.

Belum tersedianya sarana promosiwisata seperti website ini tentu sangatberpengaruh terhadap kinerja bidangpromosi, seperti tidak maksimalnya usahapromosi wisata dan tidak efisien karnabutuh waktu yang lama apabiladisosialisasikan melalui media cetak.

Dari hasil wawancara dan didukungdengan hasil observasi selama berada dilokasi penelitian dapat di analisisbahwasannya salah satu kendala yangsangat menghambat pengembanganpariwisata di Kabupaten Manggarai Baratadalah tidak tersedianya website khususuntuk melakukan promosi. Hal ini tentusaja sangat tidak efisien dan tidak optimal,karena selama berada di lokasi penelitian,peneliti mengamati kegiatan yang dilakukanpetugas-petugas dalam melakukan promosiwisata masih menggunakan teknik yanglama. Seperti membagikan selebaran,menempelkan poster dan banner. Hal initentu sangat kurang membantu dalammelakukan promosi wisata, apalagi jikaingin mempromosikan ke tingkat nasionalbahkan internasional.

Solusi yang dilakukan PemerintahDaerah dalam Mengatasi Kendalayang dihadapi

Sebuah program atau strategi tak luputdari yang namanya kendala, ada kendalatentunya harus ada solusi untukmemecahkan kendala-kendala tesebut.Mengoptimalkan pengeluaran maupunpemasukan dana. Tujuan mengoptimalkanpengeluaran maupun pemasukan dari sektorpariwisata agar mampu membiayaipengembangan pariwisata. Karna untuksaat ini dana yang disediakan untukpengembangan potensi pariwisata masihbisa dikatakan kurang atau sangat minim,oleh karena itu pihak pengelolah ataupundinas pariwisata sendiri harus mampumensiasati dana yang minim agar bisamencapai hasil yang maksimal.1. Peningkatan sarana dan prasarana

pariwisataSeperti peningkatan aksesibilitas dan

akomodasi. Karna memang untuk saat inisarana dan prasara pariwisata sudahtersedia namum belum begitu maksimal,untuk itu perlunya peningkatan sarana danprasarana khusunya akses transportasi.2. Meningkatkan koordinasi antar dinas

dan pihak swastaTujuan dari peningkatan kordinasi antar

instansi dan pihak swasta di lingkungankabupaten Manggarai Barat serta dinas diluar kabupaten Manggarai Barat untukmengadakan promosi pariwisata. Kegiatanpromosi ini juga bertujuan untuk menarikinvestor agar tertarik menanamkanmodalnya di bidang pariwisata.3. Peningkatan kualitas produk pariwisata

Tujuan peningkatan kualitas produkpariwisata baik dalam bentuk pelayanan,daya tarik maupun paket-paket wisatasehingga memiliki daya saing yang kuat.Peningkatan kualitas produk pariwisata inimerupakan salah satu usaha yang dilakukan

Page 94: JURNAL CIVIC HUKUM

90

Jurnal Civic Hukum Volume 3, Nomor 1, Mei 2018, hal. 75-91

pemerintah daerah dalam pengembanganpotensi pariwisata agar bisa bersaingdengan daerah-daerah tujuan wisatalainnya.4. Mengoptimalkan sarana promosi

wisata seperti websiteTujuannya agar dalam melakukan

promosi wisata bisa lebih mudah dan efisiendan tidak membutuhkan banyak tenagauntuk melakukan sosialisasi atau promosi.Sarana promosi menggunakan websitebertujuan untuk mensosialisasikan obyekwisata sampai ke mancanegara. Dan padatahun 2016 ada wacana mengenaipengembangan potensi pariwisata inidengan menggunakan internet.

SIMPULANBerdasarkan data yang berhasil

dikumpulkan dan analisis yang telahdilakukan maka dapat ditarik kesimpulansebagai berikut :

Pengembangan Potensi Pariwisatadalam Meningkatkan PAD ManggaraiBarat Manggarai Barat merupakan salahsatu kabupaten di Provinsi Nusa TenggaraTimur yang mengembangkan sektorpariwisata sebagi salah satu sektor andalanbagi Pendapatan Asli Daerah dankesejahteraan perekonomian masyarakat.Berdasarkan hasil dokumentasi, hasilobservasi dan hasil wawancara, ManggaraiBarat memiliki potensi pariwisata yangunggul dan dapat diandalkan. Potensipariwisata yang ada di Manggarai Baratterdiri dari potensi alam, potensi budayadan potensi minat khusus. Potensi alamyang ada di Manggarai Barat antara lainberupa flora, fauna, taman laut, danpanorama serta air terjun. Potensi Budayaterdiri dari rumah adat dan benda-bendapeninggalan sejarah serta potensi minatkhusus. Kondisi dari potensi tersebut adayang sudah dikembangkan dan ada yang

masih dalam tahap perencanaan dan tahappengembangan. Dari sekian banyak potensiyang ada, hanya terdapat 6 destinasi yangtelah dikembangkan.

Dinas Kebudayaan dan Pariwisatakabupaten Manggarai Barat melakukanupaya pengembangan sesuai denganrencana strategis yang telah ditetapkan.Upaya pengembangan tersebut diwujudkandalam rencana program strategis denganmempertimbangkan situasi dan kondisipada saat yang bersangkutan. Strategipengembangan pariwisata yang telahdilakukan oleh Dinas Pariwisata danKebudayaan kabupaten Manggarai Baratmenunjukkan hasil yang positif walaupunbelum maksimal yaitu, meningkatnya jumlahkunjungan wisatawan dan pendapatanobyek wisata. Kenaikan jumlah pendapatanmemberikan pengaruh terhadappeningkatan Pendapatan Asli Daerahkabupaten Manggarai Barat.

DAFTAR PUSTAKAAnonim. 2009. Undang-Undang

Republik Indonesia Nomor 10 Tahun2009 Tentang Kepariwisataan.Pemerintah Republik Indonesia.

Badan Pusat Statistik KabupatenManggarai Barat.(online), ( h t t p : / /manggaraibaratkab.bps.go.id/Brs/view/id/22), diakses 28 Desember2015.

Buku Pengembangan Statistik WisataTerpadu.2014. Labuan Bajo: DinasKebudayaan dan PariwisataManggarai Barat.

Wisata di Kota Surakarta (PenelitianDeskriptif Tentang Efektivitas DinasPariwisata dalam PengembanganPotensi Wisata Di Kota SurakartaTahun 2001, Skripsi. Surakarta:Fakultas Hukum Universitas SebelasMaret Surakarta.

Page 95: JURNAL CIVIC HUKUM

9 1

91

Rosmiati, dkk. Strategi Pemerintah Daerah dalam Meningkatkan Pendapatan AsliDaerah (PAD) Melalui Pengembangan Potensi Pariwisata Manggarai Barat

Karyono, A. Hari. 1997. Kepariwisataan.Jakarta: PT Gramedia WidiasaranaIndonesia.

Pemerintahan Kabupaten ManggaraiBarat. Laporan AkuntabilitasKinerja Instansi Pemerintah(LAKIP). 2014. Labuan Bajo: DinasKebudayaan dan Pariwisata.

Peraturan Pemerintah No. 38 Tahun2007 tentang Pembagian UrusanPemerintah Pusat denganPemerintah Daerah. Cipta Karya.(Online), (http://ciptakarya.pu.go.id/dok/hukum/pp/pp_38_2007.pdf),diakses 4 November 2015.

Sejarah Manggarai Barat. 2011.Manggarai Barat. (online), ( h t t p : / /manggaraibaratkab.go.id/site/index.php/sekilas/2013-03-14-022011/sejarah), diakses 28 Desember2015.

Sugiyono. 2014. Metode PenelitianKuantitatif, Kualitatif dan R&D.Bandung: Alfabeta..

UUD 1945 Hasil Amandemen & ProsesAmandemen UUD 1945 SecaraLengkap. 2012. Jakarta: SinarGrafika

Undang-undang Nomor 9 Tahun 1990tentang Kepariwisataan.

Undang-undang Nomor 33 tahun 2004tentang Perimbangan Keuanganantara Pemerintah Pusat danPemerintah Daerah. BadanPerimbangan Keuangan PemerintahPusat dan Pemerintah Daerah.(Online), (http://www.itjen.depkes.go.id/public/upload/unit/pusat/files/U n d a n g - u n d a n g / u u 2 0 0 4 _ 3 3(imbangkeuPusDa).pdf), diakses 4November 2015.

Undang-Undang RI No. 32 Tahun 2004tentang Pemerintahan Daerah.Komisi Pemilihan Umum. (Online),(http://www.kpu.go.id/dmdocuments/UU_32_2004_Pemerintahan%20Daerah.pdfv) diakses 4 November2015.

Wikipedia bahasa Indonesia,eksiklopedia bebas, KabupatenManggarai Barat .(online),(https://id.wikipedia.org/wiki/Kabupaten_Manggarai_Barat), d i a k s e s 2 8Desember 2015.

Page 96: JURNAL CIVIC HUKUM

92

Jurnal Civic Hukum Volume 3, Nomor 1, Mei 2018, hal. 92-10192

Jurnal Civic HukumVolume 3, Nomor Nomor 1, Mei 2018P-ISSN 2623-0216 E-ISSN 2623-0224

http://ejournal.umm.ac.id/index.php/jch

MERUNTUHKAN STATUS QUO: PARTISIPASI POLITIKDAN KEKERASAN DALAM GERAKAN MAHASISWA

DI INDONESIA (TINJAUAN SOSIO-HISTORIS)

Rose Fitria Lutfiana, Ahmad Arif WidiantoFakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Muhammadiyah Malang

Email: [email protected]

ABSTRAKGerakan mahasiswa turut mewarnai perkembangan demokrasi pada lintas orde kekuasaan

di Indonesia. Dinamika demokrasi di Indonesia tidak lepas dari beragam aksi gerakanmahasiswa sebagai bentuk aksi moral dan politis untuk memperjuangkan masyarakat dariketidakadilan dan penindasan. Gerakan mahasiswa merepresentasikan partisipasi politikdalam bentuk konvensional maupun non-konvensional dan sekaligus menyemai praktikdemokrasi di Indonesia. Namun dinamika gerakan mahasiswa diwarnai beragam aksi represiberupa kekerasan oleh aparat pemerintah dan oleh mahasiswa sendiri sebagai responterhadap penindasan. Artikel ini bertujuan untuk menjelaskan secara sosio-historis bentuk-bentuk gerakan mahasiswa sebagai manifestasi partisipasi politik dan kekerasan-kekerasanyang menyertainya. Artikel ini merupakan refleksi kritis terhadap dinamika perjuangangerakan mahasiswa dalam kancah demokrasi nasional. Gerakan Mahasiswa dalam hal inimerupakan praksis sosial yang berlandaskan pada nilai-nilai moral untuk mewujudkankehidupan masyarakat yang ideal. Untuk mewujudkan tujuan itu, Mahasiswa melakukankajian ilmiah, membentuk lembaga swadaya masyarakat, mobilisasi massa, demonstrasi atauprotes, advokasi sosial dan intervensi kebijakan politis pemerintah. Kekerasan terhadapgerakan mahasiswa merupakan konsekuensi perjuangan mereka yang terkadang menentangkekuasaan dan status quo pemerintah. Perubahan sosial yang diperjuangkan mahasiswabutuh perjuangan dan pengorbanan. Kasus kerusuhan, penculikan dan pembunuhanmahasiwa setidaknya menggambarkan parade kekerasan yang dialami oleh gerakanmahasiswa.

Kata Kunci: Demokrasi, partisipasi politik, kekerasan, gerakan mahasiswa

ABSTRACTThe student movement colored the development of democracy across the order of

power in Indonesia. The dynamics of democracy in Indonesia cannot be separated fromthe various actions of the student movement as a form of moral and political action to fightfor society from injustice and oppression. The student movement represents politicalparticipation in conventional and non-conventional forms and at the same time sowing thepractice of democracy in Indonesia. But the dynamics of the student movement are coloredby various acts of repression in the form of violence by government officials and bystudents themselves in response to oppression. This article aims to explainNomor 1,Meisocio-historically the forms of student movements as manifestations of politicalparticipation and the accompanying violence. This article is a critical reflection on thedynamics of the struggle of the student movement in the arena of national democracy. TheStudent Movement in this case is a social praxis based on moral values ??to realize theideal community life. To realize this goal, students conduct scientific studies, establishnon-governmental organizations, mass mobilization, demonstrations or protests, socialadvocacy and government policy intervention. Violence against the student movement isa consequence of the struggle of those who sometimes oppose the power and status quo

Page 97: JURNAL CIVIC HUKUM

93

Rose Fitria L, Ahmad Arif W. Meruntuhkan Status Quo: Partisipasi Politikdan Kekerasan dalam Gerakan Mahasiswa di Indonesia (Tinjauan Sosio-Historis)

of the government. The social change fought for by students needs struggle and sacrifice.Cases of riots, kidnappings and student killings at least illustrate the violent paradeexperienced by the student movement

Keywords: Democracy;Political Participation;Violence;Students Movement

PENDAHULUANPerkembangan demokrasi di

Indonesia kini memasuki era baru.Demokrasi di Indonesia kini menguat danmenjadi gelanggang partisipasi politikyang tidak hanya seremonial, melainkanmengakar di kehidupan masrakat dariberbagai elemen. Keterlibatan masyarakatdalam proses demokrasi tersalurkanmelalui banyak ragam jalan dan tanpatekanan sebagaimana kehidupan demokrasiyang menjadi kenangan buruk silam.Demokrasi menjadi lebih terbuka,partisipasi politik masyarakat semua lapisanberjalan proporsional, menyentuh segalaaspek dan kalangan masyarakat. Gerakanmahasiswa salah satunya, telahmenjadi indikasi bahwa demokrasi diIndonesia kini adalah milik seluruh wargaIndonesia.

Beberapa kajian terdahulu menunjukkanbahwa pergerakan mahasiswa identikdengan partisipasi politik dalam bentukyang lebih luas untuk mengembangkankehidupan yang demokratis (Darmayadi,2011). Meskipun demikian, beberapakalangan mem-pertanyakan arahperjuangan gerakan mahasiswa apakahberorientasi pada nilai-nilai moral ataucenderung bertujuan untuk kepentinganpolitis. Gerakan mahasiswa sebagaigerakan moral bertujuan untukmembebaskan masyarakat dari belenggupenindasan dan ketidakadilan pihakpenguasa. Di sisi lain, gerakan mahasiswabernuansa politik ketika lebihmengutamakan kepentingan mobilisasi ataumempertahankan kekuasaan politis.(Usman, 1999).

Gerakan mahasiswa sebagai jalurpartisipasi politik mempunyai fungsivital bagi stabilitas dan perubahan negeriini. Namun, dalam perkembangannya,gerakan mahasiswa tidak jarang diwarnaikekerasan. Sejarah juga telah menunjukkanperjuangan mahasiswa dalam menyuarakanaspirasi melalui sebuah gerakan seringkaliditempuh dengan pengorbanan baik morilmaupun materiil. Persoalan tersebut yangkemudian membesitkan pertanyaan,mengapa gerakan mahasiswa seringkaliberakhir dengan kekerasan? Apakah haltersebut merupakan tradisi atau konstruksi?Artikel ini bertujuan untuk menjawabpertanyaan tersebut dan menguraikanfaktor-faktor penyebab kekerasan yangmewarnai gerakan mahasiswa. Lebihkhusus lagi terkait dengan kepercayaanmasyarakat pada mahasiswa danpemerintah serta kelanjutan peran danfungsi mahasiswa sebagai agen perubahan.Tujuannya adalah untuk membongkar akarkekerasan yang kerap terjadi mengiringigerakan mahasiswa agar tidakmenimbulkan salah tafsir terhadap gerakanmahasiswa apalagi menuduh gerakanmahasiswa hanya gerakan radikal belaka.

METODEMetode yang digunakan dalam artikel

ini adalah refleksi kritis melalui kajianliteratur untuk menganalisis fenomenapartisipasi politik dan kekerasan dalamgerakan mahasiswa di Indonesia. Untukmenjelaskan kaitan dan pengaruh antarapartisipasi politik dan kekerasan dalamgerakan mahasiswa digunakan analisissosio-historis terhadap data-data terkait

Page 98: JURNAL CIVIC HUKUM

94

Jurnal Civic Hukum Volume 3, Nomor 1, Mei 2018, hal. 92-101

bentuk, pola gerakan dan kasus kekerasandalam gerakan mahasiswa. Beragam kasuskekerasan dalam gerakan mahasiswadigambarkan secara kronologis daneksplanatif untuk mengurai akar kekerasan.Analisis data dilakukan dengan memadukankebenaran obyektif dari data dari bukudan media massa.

HASIL dan PEMBAHASAN

Sejarah dan Konsepsi PartisipasiPolitik

Pada awalnya studi mengenai politikmemfokuskan diri pada partai politiksebagai pelaku utama, tetapi denganberkembangnya demokrasi banyak munculkelompok masyarakat yang juga inginmempengaruhi proses pengambilankeputusan mengenai kebijakan umum.Kelompok-kelompok ini lahir pada masapasca industrial (Post-industrial) dandinamakan gerakan sosial baru (newsocial movement). Kelompok-kelompokini kecewa dengan kinerja partai dancenderung memusatkan perhatian pada satumasalah tertentu saja dengan harapan akanlebih efektif memengaruhi prosespengambilan keputusan melalui directaction (Budiarjo, 2007:367).

Sebagai definisi umum dapatdikatakan bahwa partisipasi politik adalahkegiatan seseorang atau kelompok oranguntuk ikut serta aktif dalam kehidupanpolitik, antara lain dengan jalan memilihpemimpin negara dan secara langsung atautidak langsung mempengaruhi kebijakanpemerintah. Kegiatan ini mencakupmemberikan suara dalam pemilihan umum,menghadiri rapat umum, mengadakanhubungan atau lobbying dengan pejabatpemerintah atau anggota parlemen, menjadianggota partai atau salah satu gerakansosial dengan direct actionnya (Ibid, :367).Samuel P. Huntington dan Joan M. Nelson,

(1977: 3) memberi tafsiran luas terhadappengertian partisipasi politik denganmemasukkan secara eksplisit tindakanilegal dan kekerasan. “ By politicalparticipation we mean activity byprivate citizens designed to influencegovernment desicion masking.Participation may be individualorcollective, organized or spontaneous,sustained or sporadic, peaceful orviolent, legal or illegal, effective orineffective”. Huntington dan Nelsonmenganggap bahwa kegiatan yang ada unsurdestruktifnya seperti demonstrasi, teror,pembubuhan politik dan lain-lain merupakansuatu bentuk partisipasi politik (Ibid, 1977:13). Bentuk partisipasi politik yangdemikian ini tidak menutup kemungkinanmelibatkan dan dipengaruhi oleh pihak diluar partisipan (individu atau kelompok).

Dalam konteks ini, partisipasi politikbukan hanya sekedar menyalurkan aspirasimelalui pemberian suara saat pemilihanumum saja, melainkan keterlibatanmasyarakat di luar hal tersebut. Lebihjelasnya, simak pembagian partisipasipolitik oleh Gabriel Almond dalam MochtarMas‘oed dan Mac Andrew (1995:48)yang membedakan partisipasi politikmenjadi dua bentuk aksi, yaitu:1. Partisipasi politik konvensional, yaitu

bentuk partisipasi politik yang“normal” dalam demokrasi modern.Seperti; pemberian suara, diskusi politik,kegiatan kampanye, membentuk danbergabung dengan kelompokkepentingan dan komunikasi individualdengan pejabat politik dan administrasi.

2. Partisipasi politik non-konvensional,yaitu kegiatan ilegal dan bahkan penuhkekerasan dan revolusioner. Seperti:Demonstrasi, pengajuan petisi,tindakan kekerasan politik terhadapmanusia (pembunuhan dan penculikan)dan lain sebagainya.

Page 99: JURNAL CIVIC HUKUM

95

Rose Fitria L, Ahmad Arif W. Meruntuhkan Status Quo: Partisipasi Politikdan Kekerasan dalam Gerakan Mahasiswa di Indonesia (Tinjauan Sosio-Historis)

Kedua partisipasi politik di atasseringkali berjalan bersamaan. Namun,bentuk aksi yang kedua lebih dominansaat partisipasi politik konvensional telahdilakukan.

Sebuah kegiatan atau gerakan dapatdikatakan merepresentasikan partisipasipolitik apabila memenuhi batasan kriteriaberikut (Surbakti, 1992: 140-142):(1) perilaku atau kegiatan yang nyata dandapat diamati, bukan berupa sikap danorientasi (2) bertujuan untuk mempengaruhidan intervensi kebijakan pemerintah(3) mengisi kegagalan pemerintah dalamimplementasi program dan kebijakan(4) menggunakan kelompok perantarauntuk mediasi intervensi dan menekankebijakan pemerintah (5) sesuai denganprosedur demokrasi yang berlaku sepertipetisi, pemilu, lobby langsung,korespondensi surat-menyurat danpartisipasi politik non konvensional sepertimogok kerja, pembangkanagan dan lainsebagainya.

Dalam prakteknya, Tidak semuabentuk dan tingkat partisipasi politikmasyarakat berada pada kesamaan denganyang lainnya. Masyarakat memiliki tingkatpartisipasi politik yang berbeda-beda.Sebagaimana yang dikategorisasikan olehDavid F. Roth dan Frank L. Wilson(1976:159) dalam piramida partisipasipolitik yang melihat masyarakat dalamempat kategori (seperti yang dikutip olehBudiarjo, 2007: 373, dan Said Gatara,1999: 94);1. Aktivis: The Deviant, termasuk di

dalamnya pembunuh dengan maksudpolitik, pembajak dan teroris, danPejabat publik serta fungsionaris partaipolitik atau kelompok kepentingan)

2. Partisipan: orang yang bekerja untukkampanye, anggota partai secara aktif,partisipan aktif dalam kelompokkepentingan dan tindakan-tindakan

yang bersifat politis dan orang-orangyang terlibat dalam komunitas proyek.

3. Penonton: Orang-orang yangmenghadiri reli-reli politik, anggitadalam kelompok kepentingan, orangyang me-lobby, pemilih, orang yangterlibat dalam diskusi politik danpemerhati dalam pembangunan politik.

4. Apolitis. Perbedaan tingkat partisipasidi atas disebabkan oleh responsimasyarakat yang beragam terhadapkeberlangsungan demokrasi dankondisi yang berkembang di dalamnegara. Di Indonesia, saat inipartisipasi politik telah menunjukkankemajuan. Banyaknya jumlah parpoldan pemilih yang aktif dalam pemilu,meluasnya gerakan masyarakat dankesadaran politik yang tinggi menjadiindikator gejala tersebut. Hal itudipengaruhi oleh beberapa rangsanganyang menurut Weiner (dikutip Suryadi,2007:128) ada lima penyebab(rangsangan) timbulnya gerakan kearah partisipasi yang lebih luas dalamproses politik. Diantaranya adalah poinkedua dan ketiga yaitu perubahan-perubahan struktur kelas sehinggatimbul pertanyaan mengenai siapa yangberhak berpartisipasi dan pembuatkeputusan, pengaruh kaum intelektualdan komunikasi massa modern.

Almond dan Verba (1984) membagibudaya politik menjadi tiga, yakni budayapolitik parokial, budaya politik kaula, danbudaya politik partisipan. Dalam budayapolitik parokial tingkat partisipasi politikmasyarakat sangat rendah, hal inidikarenakan rendahnya tingkat pendidikan.Sedangkan dalam budaya politik kaulamasyarakat dikaji dari tingkat sosialekonominya dikategorikan relatif majunamun partisipasi politiknya masih pasifdan budaya politik partisipan partisipasimasyarakat bisa dikatakan sangat tinggi.

Page 100: JURNAL CIVIC HUKUM

96

Jurnal Civic Hukum Volume 3, Nomor 1, Mei 2018, hal. 92-101

Perbedaan struktural yang ada dalambudaya politik parokial menyebabkanseseorang tidak mampu mengorientasikandiri mereka pada sistem politik yang secarastruktural terdiferensiasi. Orang-orangdengan budaya politik parokial cenderungbersikap apatis terhadap sistem politik.Namun, yang terjadi dalam budaya politikkaula cenderung menjadikan seseorangbersikap aktif terhadap sistem-sistem politikyang secara struktural terdiferensiasi,khususnya terhadap sisi input dari sistempolitik, namun bersikap pasif terhadap sisiinput sistem politik tersebut. Sejalandengan budaya politik parokial, budayapolitik kaula ditandai dengan ketiadaanorientasi terhadap partisipasi seseorang didalam sisi input dari suatu proses politik.

Sedangkan dalam budaya politikpartisipan ditandai adanya orientasi yangterjadi dalam sistem politik yangterdiferensiasi secara struktural atauterhadap sisi output sistem politik, namunjuga terhadap sisi input dari sistem politikdan terhadap diri sebagai partisipan aktif.Tetapi budaya politik partisipan ini tidakserta merta menghilangkan budaya politikparokial dan subjek yang telah dipaparkandi atas. Namun orientasi partisipanmerupakan faktor tambahan. Kerena itupara partisipan tidak secara otomatismeninggalkan orientasi parokial atau pri-mordial mereka.

Perpaduan budaya politik partisipan,subjek dan parokial diyakini memilikipengaruh positif bagi stabilitas demokrasi.Civic culture sebagaimana dikembangkanoleh Almond dan Verba pada hakikatnyabukanlah sekedar budaya politik partisipan,namun kombinasi antara aktivisme danpasifisme. Kombinasi antara aktivisme danpasifisme ini menghasilkan perilaku politikyang moderat, bukan radikal. Orientasinyabukanlah kepada perubahan dalam

kehidupan masyarakat dan politik yangbersifat revolusioner, melainkan kepadaperubahan yang bersifat gradual (Mujani,2017).

Gerakan Mahasiswa Sebagai WujudPartisipasi Politik Kaum Mahasiswa

Mahasiswa mempunyai peranan besarsebagai agent of change, memilikikesiapan untuk meneruskan estafetkepemimpinan dan dituntut memilikikemampuan untuk menangani berbagaimacam persolan negara serta dituntut untukselalu kritis dan peka terhadappermasalahan yang ada di sekitarnya. salahsatu cara yang digunakan oleh mahasiswaagar bisa menjalankan peranannya adalahdengan melakukan partisipasi politik.Beberapa ahli mengungkapkan bahwafaktor psikologis mempengaruhi partisipasimahasiswa, misalnya ketidakpuasan ataudeprivasi relatif, baik yang bersifatindividual maupun kolektif. Sementara ahlilain berpendapat bahwa faktor politik yangmendasari munculnya partisipasimahasiswa. (Andik Matulessy, 2008)

Mahasiswa menurut Lewis Coser(dalam Budiman, 1980) memiliki cenderungmemiliki sikap kritis dan tidak pernah puasmenerima kenyataan yang ada serta selalumempertanyakan kebenaran yang berlakusaati ini untuk mencari kebenran yang lebihunggul dan ideal. Kegiatan dan gerakanmahasiswa tidak hanya berorientasi secaraakademis saja. Tetapi juga difokuskanuntuk mencapai tujuan-tujuan politis.Mahasiswa membentuk kelompok studidan lembaga swadaya masyarakat untukberkontribusi menyelesaikan permasalahansosial politik masyarakat (Darmayadi,2011: 67-68). Mahasiswa sebagaimasyarakat sipil juga memiliki hak untukberpartisipasi dalam kehidupan politik.Namun, bentuk dan domain pertisipasimahasiswa tidak selalu konvensional.

Page 101: JURNAL CIVIC HUKUM

97

Rose Fitria L, Ahmad Arif W. Meruntuhkan Status Quo: Partisipasi Politikdan Kekerasan dalam Gerakan Mahasiswa di Indonesia (Tinjauan Sosio-Historis)

Partisipasi politik mahasiswa jugamemuat bentuk aksi non-konvensional.Salah satunya adalah mahasiswa berhakmenyalurkan pendapat dan mengontrolpemerintahan melalui wadah gerakanmahasiswa. Gerakan mahasiswa tersebutmerupakan gerakan sosial baru yangmenurut Tarrow dalam bukunya Power inMovement (1994) seperti dikutip Miriam(2007:382) menyatakan bahwa SocialMovement are collective challenges bypeople with common purposes andsolidarity in sustained interaction withelites, opponents and authorities. Melaluigerakan itu, segala bentuk aspirasi, kritikdan tujuan diteriakkan untuk mempengaruhidan merubah kebijakan dan tatananpemerintahan Mahasiswa dengan “bebas”dapat meneriakkan suaranya denganperlindungan konstitusi. Hak gerakanmahasiswa melakukan kontrol terhadapparlemen tersebut dijamin oleh konstitusiyang dinyatakan dalam pasal 28 UUDNegera Republik Indonesia Tahun 1945yakni kemerdekaan untuk berkumpul danmenyatakan pendapat.

Mahasiswa sebagai komponen sosialtak lepas dari kaitan-kaitan dialektik denganstruktur yang ada, sosial, ekonomi ataupolitik. Mereka sebagai pelaku (agen atauaktor sosial) harus melakukan responterhadap perubahan yang terjadi. Tetapipada saat yang sama, respon itu jugadilatari oleh kesejarahan dan struktural yangada. Akibatnya, fungsi dan peranmahasiswa selalu dalam perubahan(Hikam, 1999:222). Mahasiswa ditututmampu menjalankan peran dan fungisnya.Sudah diketahui bahwa mahasiswa memilikidua fungsi yaitu fungsi primer dan sekunder.Fungsi Primer mahasiswa adalah mahasiswaadalah orang yang belajar di perguruantinggi untuk mempersiapkan dirinya bagisuatu keahlian tingkat sarjana. Fungsi

Sekunder, mahasiswa juga aktif dalampersoalan politik. Para mahasiswa maumenjadi kekuatan sosial di antara kekuatansosial lainnya, seperti partai-partai politik(Arief Budiman, 1999:251).

Peran dan fungsi mahasiswa yangdinilai tinggi di masyarakat menyaratkanmahasiswa untuk memanfaatkan kelebihanyang dimilikinya untuk meresponperubahan. Setidaknya ada tiga responmahasiswa terhadap perubahan yangberkembang di masyarakat yaitu: 1.Pragmatik dan mengikuti supply anddemand dengan tujuan memenuhi pasar.2. Berpegang pada idealisme mahasiswasebagai kekuatan sosial yang harusmewarnai gerak masyarakat terutamadalam politik. 3. Memberikan kritik padakondisi yang ada dalam lingkungan baikmakro ataupun mikro (Hikam, 1999:229).Dengan demikian, gerakan mahasiswaselain sebagai bentuk partisipasi politikjuga merupakan perwujudan peran danfungsi mahasiswa bagi masyarakat. Olehkarena itu, dalam setiap gerakannyamahasiswa mengusung ideologi,kepentingan dan idealisme yang tinggi, yaituuntuk mewujudkan tata pemerintahan yanghumanis dan selalu berorientasi padakepentingan rakyat.

Dalam konteks demokrasi, gerakanmahasiswa menjadi faktor partisipasi politikyang penting dalam masyarakat demokrasi.Kadang-kadang fenomena ini dinamakandemokrasi dari bawah. Mereka bertindaksebagai mediator antara pemerintah danmasyarakat, terutama di akar rumput yangmemberikan masukan kepada parapembuat keputusan (Ibid:387). Latarbelakang demikianlah yang menyebabkangerakan mahasiswa mendapat perhatianmasyarakat dan pemerintah serta disorotoleh media.

Page 102: JURNAL CIVIC HUKUM

98

Jurnal Civic Hukum Volume 3, Nomor 1, Mei 2018, hal. 92-101

Konstruksi Kekerasan dalam GerakanMahasiswa

Sebagai gerakan sosial baru, gerakanmahasiswa tidak selalu mendapat responbaik dari pemerintah. Malahan mendapattekanan dan perlawanan dari aparatkeamanan yang diinstruksi pemerintah. Halini terjadi ketika gerakan mahasiswa sepertidemonstrasi dan pengajuan petisi yangmengusung kritik. Mereka sangat kritisterhadap cara berpolitik dari para politisi danpejabat. Cara kerja mereka sebanyakmungkin tanpa tekanan atau paksaan, tetapimelalui lobbying serta networking yangintensif tanpa persuasif. Akan tetapi jika caraini kurang berhasil, mereka tidak segan-segan bertindak lebih keras denganmengadakan tindakan langsung sepertidemonstrasi besar-besaran, pendudukan danpemogokan yang kadang-kadang berakhirdengan kekerasan (Miriam, 2007: 384).

Dalam sejarah banyak terjadikekerasan yang menimpa mahasiswa saatmelakukan gerakan. Pada tahun 1966Mahasiswa, memiliki peran strategis dalammengantarkan proses transisi strategis darirezim Soekarno ke rezim orde baru dibawah pimpinan Soeharto (Anas,1998:172). Pada saat itu, militer angkatandarat mendorong mendukung danmemanfaatkan gerakan mahasiswa untukmembubarkan PKI dan menjatuhkanrezim Soekarno. Bagi mahasiswa, militerdipahami sebagai kawan strategis.Sedangkan bagi militer, mahasiswadipahami sebagai kawan taktis. Turunnyamahasiswa ke jalan raya pada tahun 1966,menurut Arief Budiman (2006:55)merupakan suatu panggilan moral seorangwarga negara Indonesia. Pada saat itu,sendi-sendi bernegara secara domokratistelah dalam bahaya. Maka semua bangsaIndonesia terkena kewajiban moral untukmenyelamatkannya.

Konflik antara mahasiswa dan aparatkeamanan (pemerintah) yang berujungkekerasan tersebut disebabkan oleh adanyakesenjangan antara tujuan sosial dan cara-cara mencapai tujuan itu dapatmenimbulkan perilaku ekstrem seperti terordan pembunuhan. Ini sesuai dengan hukumpolitik: kekerasan adalah jalan dan pilihanterakhir ketika perundingan sudah tidakmungkin. (Emanuel Subangun. 1999:112).Perguruan tinggi yang dikenal otonom danmemiliki kebebasan mimbar, termasukmenjadi obyek garapan yang intensif.Berbagai koridor dipasang tujuannya agarmahasiswa selalu sibuk dengan kegiatan dikampus. Pertemuan ilmiah tidak bolehdilakukan asal tidak membicarakan apalagimelakukan kegiatan politik. Jika adamahasiswa yang kritis nekat melawanrambu-rambu tersebut akan dihadapi olehkekuatan bersenjata, oleh tentara (DalisoMangunkusumo, 1999:55).

Pada beberapa kasus tragedikekerasan dalam gerakan mahasiswamenunjukkan bahwa kekerasan dalamgerakan mahasiswa merupakan konstruksidari pemerintah dengan memanfaatkanaparat keamanan. Dalam mengawalgerakan mahasiswa, aparat keamanancenderung bersikap represif dengandilakukan penataan artifisual dengan gayaarmy look style dengan dibentuk Lassus( Laskar khusus), Passus (Pasukan khusus)dan Satgas (Satuan tugas), dilengkapidengan sistem organisasi dengan modelregu, pleton, kompi dan batalion. Pakaianyang dikenakan pun lengkap army style ,sepatu laras, doreng, kopelprem, baret,tanda kesatuan dan embleem pengenal.Secara konstitusional maupun teoritik, TNImenempati posisi amat strategis dalamsetting kenegaraan dan perpolitikannasional, dalam hal ini diberi hak yang sahuntuk melakukan political violence(Bambang Cipto. 1999:199).

Page 103: JURNAL CIVIC HUKUM

99

Rose Fitria L, Ahmad Arif W. Meruntuhkan Status Quo: Partisipasi Politikdan Kekerasan dalam Gerakan Mahasiswa di Indonesia (Tinjauan Sosio-Historis)

Konflik antara pemuda dan mahasiswadengan pemerintah Soeharto yang pertamakali terjadi pada 1970, dengan gerakanyang dikenal dengan nama mahasiswamenggugat. Pada 15 Mei 1974 terjadigerakan mahasiswa UI yang menolakinvestasi asing di Indonesia. Gerakanmahasiswa tersebut terkenal denganPeristiwa Malari 1974 karena terjadimalapetaka berupa perusakan danpembakaran oleh massa. Belakanganterungkap peristiwa itu tak lepas darirekayasa militer yang memang bertujuanuntuk membungkam gerakan mahasiswa.Depolitisasi lantas diberlakukan. Pada tahun1978, dewan mahasiswa diberangusdigantikan dengan lembaga senatmahasiswa yang secara sistemikeksistensinya berada di bawah bayang-bayang rektorat.

Tahun 1990-an mencatatkanperubahan signifikan bagi pola gerakanmahasiswa maupun konteks radikalisasigerakan mengejutkan berbagai pihak.Radikal karena memberontak setiapmanifestasi politik yang terjadi. Tak dapatdipungkiri kehadiran laskar-laskar barugerakan era 1990-an memiliki peransignifikan bagi penumbuhan kesadarankolektif bahwa kebekuan sistem sosialpolitik harus direformasi. Nyaris di berbagaikota tumbuh kelompok mahasiswa yangkritis dan berani tampil ke depan. DiJakarta misalnya ada Forkot (ForumKota), KAMMI (Kesatuan AksiMahasiswa Muslim Indonesia, FKSMJ(Forum Komunikasi Senat MahasiswaJakarta), KBUI (Keluarga BesarUniversitas Indonesia), Front Jakarta,Famred (Forum Aksi Mahasiswa danDemokrasi), Gempur, Gerakan MahasiswaPancasila untuk Demokrasi, ForumSalemba dan lain sebagainya (Tajuk 1-13/1/1999).

Bentrokan juga terjadi di UniversitasTrisakti (12/5/1998) yang mengakibatkangugurnya empat orang mahasiswa, masing-masing Elang Mulia (20), HendriawanLesmana (20), Heri Hartanto (21) danHafidin Royan (22). Tak jelas siapapenembaknya karena aparat keamanan punmengaku melepaskan peluru karet.Gerakan mahasiswa 1998 sesungguhnyaadalah pemberontakan paling dramatisdan otentik dalam sejarah Indonesia karenagerakan mahasiswa mampu meruntuhkanmitologi politik bahwa gerakan mahasiswaadalah aliansi atau bahkan dukungan militer.ABRI tampak gagal mengendalikanberbagai kerusuhan yang meletup di Jakarta,.Solo dan berbagai kota lainnya pascapenembakan mahasiswa UniversitasTrisakti, 12 Mei 1998. Kerusuhan terbesardiikuti penjarahan dan pembakaran-pembakaran terjadi pada 13-14 Mei 1998.Peristiwa serupa juga terlihat padabentrokan antara aparat keamanan danmahasiswa yang melakukan aksi diInstitut Agama Islam Negeri (IAIN) SyarifHidayatulloh Jakarta yang mengakibatkantiga petugas keamanan luka-luka.

Simpulan dan Rekomendasi: PerlunyaKesadaran Bersama dalam MengawalGerakan Mahasiswa

Pertanyaan yang mengawali tulisan inisudah terjawab dengan penjelasan danbukti yang disajikan di atas. Kekerasanyang selama ini mewarnai gerakanmahasiswa sebagai wujud partisipasipolitiknya terjadi akibat respon pemerintahyang terlalu berlebihan terhadap kritikmahasiswa. Aparat pemerintah merupakanpihak yang langsung berhadapan dengangelombang gerakan mahasiswa. Merekamenampilkan sisi garang mereka ketikamengawal arus demonstrasi mahasiswa.Dan tak jarang pecah bentrok yangmenjurus ke konflik dan kekerasan di antara

Page 104: JURNAL CIVIC HUKUM

100

Jurnal Civic Hukum Volume 3, Nomor 1, Mei 2018, hal. 92-101

keduanya. Namun, dibalik itu semua,rupanya peristiwa itu merupakan instruksidari atasan (pemerintah) belaka yang wajibdilaksanakan oleh aparat keamanan. Halini terbukti pada kasus kekerasan padaperistiwa Malaria 1974 yang merupakanrekayasa pemerintah untuk meredamdemonstrasi mahasiswa.

Sudah seharusnya mahasiswa danaparat keamanan menyadari bahwademonstrasi merupakan bentuk praktekdemokrasi yang nyata. Partisipasi politikmahasiswa tersebut hendaknya dimanfaatkanoleh mahasiswa dan didukung oleh aparatkeamanan untuk memperjuangkankepentingan rakyat. Hubungan baik antaragerakan mahasiswa dan aparat keamananyang pernah proaktif seperti pada saatpembubaran PKI dan penurunan rezimSoekarno harus kembali dibangun agardemokrasi dan stabilitas pemerintahannasional dapat berlangsung tertib.

Untuk mewujudkan demokrasi tanpakekerasan diperlukan kecerdasanintelektual dan kemapanan emosional(Daliso, 1999:111). Mantan Menhankam/Pangab, Jenderal TNI Wiranto juga pernahmengingatkan kalau mahasiswa tetapmempertahankan demonstrasi, yangdampaknya menimbulkan kerusuhan,berarti akan menambah dan memberatkansituasi dan beban masyarakat. (8 Mei1998 hal. 74). Pemerintah melalui aparatkeamananannya juga harus terbukaterhadap gerakan mahasiswa sebagaibentuk dukungan mereka terhadapkehidupan berdemokrasi. Dan akhirnya,jika pemerintah ingin kehidupan domokrasidi Indonesia dapat berlangsung denganaman dan tertib, maka kepedulian dansikap legawa harus ditonjolkan dari padamenutup diri bahkan represif. Demikianjuga Mahasiswa sebagai kaum intelektualharus sadar akan peran dan fungsinya di

masyarakat. Sudah semestinya merekaberpartisipasi dengan cerdas dan tanpadipenuhi emosi agar proses demokrasiterjaga dan tidak cidera oleh kekerasan-kekerasan di dalamnya.

DAFTAR PUSTAKAAlmond, Gabriel A. dan Sidney Verba.

1984. Budaya Politik : TingkahLaku Politik dan Demokrasi diLima Negara. Terjemahan ShatSimamora.Jakarta: Bina Aksara, Co.

Andik Matulessy, Disertasi. 2008. ModelKausal Partisipasi Politik AktivisGerakan Mahasiswa. UniversitasGadjah Mada.

Budiarja, Miriam. 2008. Dasar-dasarIlmu Politik. PT. Gramedia PustakaUtama.

Budiman, Arief. 2006. Kebebasan,Negara, Pembangunan: KumpulanTulisan 1965-2005. Jakarta:Freedom Institute.

Budiman, Arif. 1980. Peranan Mahasiswasebagai intelegensia. Dalam DickHartoko, Golongan Cendekiawan:Mereka yang berumah di atasAngin. Jakarta: PT. Gramedia.

Cipto, Bambang. 1999. Masa DepanPeranan Militer. Dalam JurnalWacana. No. 11. 1999.

Darmayadi, Andrias. 2011. PergerakanMahasiswa dalam PerspektifPartisipasi Politik: PartisipasiOtonom atau Mobilisasi. MajalahIlmiah Unikom Vol.9, No. 1

Hikam, Muhammad A.S.. 1999. PolitikKewarganegaraan: LandasanRedemokratisasi Indonesia. Jakarta:Erlangga.

Huntington, Samuel P. dan Joan M. Nelson.1977. No Easy Choice: PoliticalParticipation ini DevelopingCountries. Cambridge, Mass:Harvard University Press.

Page 105: JURNAL CIVIC HUKUM

101

Rose Fitria L, Ahmad Arif W. Meruntuhkan Status Quo: Partisipasi Politikdan Kekerasan dalam Gerakan Mahasiswa di Indonesia (Tinjauan Sosio-Historis)

Mangunkusumo, Daliso. 1999. TradisiKekerasan Politik di Indonesia.Yogyakarta: L.K. Prospek.

Mujani, Saiful. 2007. Muslim Demokrat:Islam, Budaya Demokrasi, danPartisipasi Politik di IndonesiaPasca Orde Baru. Jakarta: GramdiaPustaka Utama.

Roth, David F. dan Frank L. Wilson.1976. The Comparative Study ofPolitics. ed. Ke-2. Boston: HoughtonMifflin Company.

Subangun, Emanuel. 1999. Politik AntiKekerasan Paska Pemilu 1999.Yogyakarta: Pustaka Pelajar.

Surbakti, Ramlan. 1992. Memahami IlmuPolitik. Jakarta: PT. Gramedia.

Suryadi, Budi. 2007. Sosiologi Politik:Sejarah, Definisi, dan perkembangankonsep. Yogyakarta: IRCiSoD.

Urbaningrum, Anas.1998. Ranjau-ranjauReformasi: Potret Konflik PolitikPasca Kejatuhan Soeharto. Jakarta:PT. Grafindo Persada.

Usman, Sunyoto. 1999. Arah GerakanMahasiswa: Gerakan Politikataukah Gerakan Moral?. JurnalIlmu Sosial & Politik. Vol. 3. No. 21999.

Page 106: JURNAL CIVIC HUKUM

102

Jurnal Civic Hukum Volume 3, Nomor 1, Mei 2018, hal. 102-110102

Jurnal Civic HukumVolume 3, Nomor 1, Mei 2018P-ISSN 2623-0216 E-ISSN 2623-0224

http://ejournal.umm.ac.id/index.php/jch

PARTISIPASI MASYARAKAT DALAM IMPLEMENTASIKEBIJAKAN PUBLIK TENTANG BPJS KESEHATAN DIKELURAHAN PURWOSARI KECAMATAN PURWOSARI

KABUPATEN PASURUAN

Sahrani Rizal, Agus Tinus, Rohmad WidodoFKIP Universitas Muhammadiyah Malang

Email : [email protected]

ABSTRAKPemerintah dalam upaya pembangunan nasional terutama dalam aspek sumber daya

manusia, pemerintah menerbitkan UU nomor 40 tahun 2004 tentang sistem jaminan sosialnasional (SJSN) dan UU nomor 24 tahun 2011 tentang badan penyelenggara jaminan sosial(UU BPJS). Sehingga pemerintah membentuk BPJS kesehatan, diharapkan agar seluruhwarga negara Indonesia mendapat jaminan sosial kesehatan. Akan tetapi didalam masyarakattimbul persepsi-persepsi dalam program yang digalang oleh pemerintah ini, yang manapersepsi tersebut dapat mempengaruhi minat masyarakat untuk mendaftar menjadi pesertaBPJS. Berdasarkan hal tersebut peneliti mengulas dengan melakukan penelitian mengenai“Partisipasi Masyarakat dalam Implementasi Kebijakan Publik tetang BPJS Kesehatan diKelurahan Purwosari Kecamatan Purwosari Kabupaten Pasuruan”. Berdasarkan hal tersebuttujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui seberapa besar partisipasi masyarakat dalamimplementasi kebijakan mengenai BPJS kesehatan ini beserta apa hambatan dansolusinya.Adapun lokasi penelitian ini adalah di kantor cabang BPJS kesehatan kabupatenPasuruan dan di kelurahan Purwosari kabupaten Pasuruan. Dengan sample penelitiannyaadalah 3 (tiga) orang dari pihak BPJS kesehatan cabang Pasuruan dan 5 (lima) orang darimasyarakat kelurahan Purwosari. Alat pengumpul data yang di gunakan adalah berupa dataprimer dan data sekunder. Teknik analisa data yang digunakan adalah kualitatif. Hasilpenelitiannya yaitu: (1) Partisipasi masyarakat dalam implementasi kebijakan publik mengenaiBPJS Kesehatan di wilayah Kelurahan Purwosari sangat baik hingga mencapai angka 40%dari keseluruhan penduduk Kelurahan Purwosari. Hal tersebut sejalan dengan pendapatTilaar (2009:287) partisipasi adalah sebagai wujud dari keinginan untuk mengembangkandemokrasi melalui proses desentralisasi dimana diupayakan antara lain perlunya perencanaandari bawah (button-up) dengan mengikut sertakan masyarakat dalam proses perencanaandan pembangunan masyarakatnya. (2) hambatan-hambatan yang di dapat yaitu kurangnyakomunikasi antara pemerintah dan juga masyarakat. Serta kurangnya sosialisasi yangdilakukan oleh pihak BPJS kesehatan. (3) untuk memperbaiki komunikasi masyarakat danjuga pemerintah agar setiap kebijakan yang dikeluarkan pemerintah dapat diterima dalammasyarakat dan juga agar masyarakat mempunyai kesadaran bahwa program BPJS kesehatanini memang benar-benar dilakukan untuk kesejahteraan masyarakat.

Kata Kunci : Partisipasi, Implementasi, Kebijakan Publik, BPJS Kesehatan

ABSTRACTGovernment in national development efforts , especially in the aspect of human

resources , the government issued Law No. 40 of 2004 on national social security system(Navigation) and Law No. 24 of 2011 concerning the social security agency (BPJS) . Sothe government formed BPJS healthy , it is expected that all Indonesian citizens receivesocial security health . But in public perceptions arise in a program at the girder by thisgovernment , which can affect the perception of public interest to register as a participantBPJS . Based on that review by researchers to conduct research on “Public Participation

Page 107: JURNAL CIVIC HUKUM

103

103

Sahrani Rizal, dkk. Partisipasi Masyarakat dalam Implementasi Kebijakan Publik TentangBPJSKesehatan di Kelurahan Purwosari Kecamatan Purwosari Kabupaten Pasuruan

in the Implementation of Public Policies on BPJS of Healhty at Purwosari Village PasuruanRegency”. Based on the purpose of this study was to determine how much publicparticipation in the implementation of policies on health and its BPJS obstacles andsolusinya.Adapun location of this research is in the district health BPJS branch office andin the village Purwosari Pasuruan Pasuruan . With the research sample is three membersof the health BPJS Pasuruan branches and five members of the village communityPurwosari . Data collection tool that is in use is a form of primary data and secondary data. Data analysis technique used was qualitative. The results of the research are: (1) Publicparticipation in the implementation of public policies on BPJS in the Village Purwosari verywell until reaching 40% of the total population of the Village Purwosari. This is consistentwith the opinion of Tilaar (2009:287) participation is a manifestation of the desire to developdemocracy through the decentralization process which sought, among others, the need forplanning from below (button-up) by including the public in the process of planning andcommunity development. (2) obstacles in the can that is the lack of communicationbetween the government and communities. And lack of socialization conducted by thehealth BPJS. (3) to improve public communication and also the government that anygovernment policies can be accepted in the society and also so that people have noawareness that health BPJS program is indeed done for the welfare of the community.

Keywords: Participation, Implementation, Public policy, Health insurance

PENDAHULUANPembangunan Nasional merupakan

upaya untuk meningkatkan seluruh aspekkehidupan masyarakat, bangsa, dannegara yang sekaligus merupakan prosespengembangan keseluruhan sistempenyelenggaraan negara untuk mewujudkantujuan nasional yang sudah tercantum dalampembukaan UUD 1945 alinea IV. Dalamhal ini berarti dalam pelaksanaanpembangunan nasional adalah untukmanusia dan bukan sebaliknya manusiauntuk pembangunan. Dewasa ini dan jangkapanjang, unsur manusia, unsur sosialbudaya, dan unsur lainnya harus mendapatperhatian yang seimbang. Sertapembangunan nasional harus meratauntuk seluruh masyarakat dan seluruhwilayah tanah air. Subjek dan objekpembangunan merupakan manusia danmasyarakat Indonesia, sehinggapembangunan harus berkepribadianIndonesia dan menghasilkan manusia danmasyarakat maju yang tetap berkepribadianIndonesia juga. Pembangunan dilaksanakanbersama oleh masyarakat dan pemerintah,masyarakat merupakan pelaku utama

pembangunan dan pemerintahberkewajiban untuk mengarahkan,membimbing, serta menciptakan suasanayang menunjang. Kegiatan masyarakat dankegiatan pemerintah saling mendukung,saling mengisi, dan saling melengkapi dalamsatu kesatuan langkah menuju tercapainyatujuan pembangunan nasional.

Berdasarkan landasan filosofis diatasjustru menyiratkan bahwa kedudukanjaminan sosial bagi seluruh rakyatIndonesia adalah bersifat urgen dan harusdiperoleh setiap warga negara Indonesia.Pemerintah telah mencanangkan visiIndonesia 2025 menjadi negara maju padatahun 2025. Pemerintah juga sepenuhnyamenyadari bahwa kualitas sumber dayamanusia (SDM) masih menjadi suatutantangan dalam mewujudkan visidimaksud. Menurut Janis (2012)menyatakan bahwa “para pakar dibidangSDM menyatakan bahwa kualitas SDMsecara dominan ditentukan olehkemudahan akses pada pendidikandan fasilitas kesehatan yang berkualitas.Bahkan UNDP (United NationsDevelopment Programme) memperkenalkan

Page 108: JURNAL CIVIC HUKUM

104

Jurnal Civic Hukum Volume 3, Nomor 1, Mei 2018, hal. 102-110

Indeks Pembangunan Manusia yang duadari tiga indikatornya (peluang hidup,pengetahuan dan hidup layak) terkaitdengan kesehatan”. Mempertimbangkantingkat urgensi dari kesehatan, makapemerintah baik di tingkat pusat maupundaerah telah melakukan beberapa upayauntuk meningkatkan kemudahan akses padafasilitas kesehatan, di antaranya adalahdengan menerbitkan Undang-UndangNomor 40 Tahun 2004 tentang SistemJaminan Sosial Nasional (UU SJSN) danUndang-Undang Nomor 24 Tahun 2011tentang Badan Penyelenggara JaminanSosial (UU BPJS).

Terbitnya kedua undang-undangdimaksud, pemerintah diwajibkan untukmemberikan lima jaminan dasar bagi seluruhmasyarakat Indonesia yaitu jaminankesehatan, kecelakaan kerja, kematian,pensiun, dan tunjangan hari tua. Jaminanyang dimaksud akan dibiayai olehperseorangan, pemberi kerja, danpemerintah. Pemerintah akan mulaimenerapkan kebijakan Universal HealthCoverage dalam hal pemberian pelayanankesehatan kepada masyarakat, dimanasebelumnya Pemerintah (Pusat) hanyamemberikan pelayanan kesehatan bagiPegawai Negeri Sipil dan ABRI-Polisi.Kebijakan ini umumnya diterapkan dinegara-negara yang menganut pahamwelfare state yaitu negara di Eropa Baratdan negara jajahan mereka serta beberapanegara Amerika Latin.

Perubahan kebijakan dalam layanankesehatan dimaksud tidak terlepas darihimbauan World Health Assembly(WHA), pada sidang ke-58 pada tahun2005 di Jenewa, agar setiap negaraanggota memberikan akses terhadappelayanan kesehatan kepada seluruhmasyarakat khususnya bagi yang kurangmampu. Ada pun mekanisme yang

digunakan adalah mekanisme asuransikesehatan sosial. Seperti yang telahdilakukan pemerintah sejak Januari 2014yang mana BPJS Kesehatan mulaiberoperasi, sedangkan untuk BPJSKetenagakerjaan sejak Januari 2015,dengan adanya badan-badan penyelenggarakesehatan tersebut diharapkan seluruhmasyarakat mendapat jaminan kesehatansecara langsung, seperti yang diperintahkanoleh World Health Assembly (WHA).Hal ini pun sudah sejalan dengan Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2009 tentangKesehatan yang menyatakan bahwa setiapwarga negara mempunyai hak yang samadalam memperoleh pelayanan kesehatanyang aman, bermutu, dan terjangkau.

Dalam mendukung jalannya kebijakantentang kesehatan tersebut, di dalamimplementasinya pemerintah membentukdua Badan Penyelenggara Jaminan Sosial(BPJS) yaitu BPJS Kesehatan dan BPJSKetenagakerjaan. BPJS Kesehatan akanmenyelenggarakan program jaminankesehatan dan BPJS Ketenagakerjaan akanmenyelenggarakan program jaminan ataskecelakaan kerja, kematian, pensiun danhari tua. Oleh sebab itu, UU SJSNmenyatakan bahwa 4 (empat) BUMN dibidang asuransi yaitu PT Jamsostek(Persero), PT Taspen (Persero), PT Asabri(Persero), dan PT Askes (Persero) akanditransformasi menjadi BPJS. Berkaitandengan institusi BPJS Kesehatan, UUBPJS secara jelas menyatakan bahwa PTAskes (Persero) akan bertransformasimenjadi BPJS Kesehatan.

Dengan adanya Badan PenyelenggaraJaminan Sosial tersebut diharapkan warganegara Indonesia dapat menikmati jaminansosial yang diberikan pemerintah. Agarseluruh masyarakat Indonesia baik darisemua kalangan masyarakat dapatmenikmati fasilitas yang disediakan negara.

Page 109: JURNAL CIVIC HUKUM

105

105

Sahrani Rizal, dkk. Partisipasi Masyarakat dalam Implementasi Kebijakan Publik TentangBPJSKesehatan di Kelurahan Purwosari Kecamatan Purwosari Kabupaten Pasuruan

Akan tetapi pada kenyataanya timbulpersepsi masyarakat mengenai programBPJS kesehatan ini, hal tersebut dapatmempengaruhi minat masyarakat untukmendaftar menjadi peserta BPJS. Olehkarena itu, dari beberapa paparan tersebutpeneliti tertarik untuk mengambil judul“Partisipasi Masyarakat DalamImplementasi Kebijakan Publik TentangBadan Penyelenggara Jaminan Sosial(BPJS) Kesehatan Di Desa Purwosari,Kecamatan Purwosari, KabupatenPasuruan.

Berdasarkan latar belakang masalahyang telah diuraikan di atas, makapermasalahan dalam penelitian ini dapatdirumuskan sebagai berikut: a) Bagaimanapartisipasi masyarakat dalam implementasikebijakan publik tentang BadanPenyelenggaraan Jaminan Sosial (BPJS)kesehatan? b) Apa hambatan–hambatanyang dihadapi dalam implementasikebijakan publik tentang BadanPenyelenggaraan Jaminan Sosial (BPJS)kesehatan? c) Bagaimana solusi agarmasyarakat lebih tertarik dengan semuakebijakan pemerintah terutama kebijakantentang Badan Penyelenggaraan JaminanSosial (BPJS) kesehatan?

METODEArikunto (dalam Gunawan, 2014:116)

mengemukakan bahwa metode studi kasussebagai salah satu jenis pendekatandeskriptif, penelitian yang dilakukan secaraintensif, terperinci,dan mendalam terhadapsuatu organisme (individu), lembaga ataugejala tertentu dengan daerah atau subjekyang sempit. Pada intinya menurut Salim(dalam Gunawan, 2014:116) studi kasusberusaha untuk menyoroti suatu keputusanitu diambil, bagaimana diterapkan danapakah hasilnya.

Pendekatan kualitatif berasumsi bahwa

manusia adalah makhluk yang aktif, yangmempunyai kebebasan kemauan, yangperilakunya hanya dapat dipahami dalamkonteks budayanya, dan yang perilakunyatidak didasarkan pada hukum sebab akibat.Oleh sebab itu logis kalau penelitian yangmenggunakan pendekatan kualitatifbertujuan untuk memahami objeknya, tidakuntuk menemukan hukum-hukum, tidakuntuk membuat generalisasi, melainkanmembuat ekstrapolasi (Brannen dalam Alsa2003:29).

Gunawan (2013:80) menyebutkan“penelitian kualitatif merupakan sebuahmetode penelitian yang digunakan dalammengungkapkan permasalahan dalamkehidupan kerja organisasi pemerintah,swasta, kemasyarakatan, kepemudaan,perempuan, olahraga, seni dan budaya,sehingga dapat dijadikan suatu kebijakanuntuk dilaksanakan demi kesejahteraanbersama”.

Sugiyono (2014:9) Metode penelitiankualitatif adalah metode penelitian yangberlandaskan pada filsafat postpositivisme,digunakan untuk meneliti pada kondisiobyek yang alamiah, (sebagai lawannyaadalah eksperimen) dimana penelitiadalah sebagai instrument kunci, teknikpengumpulan data dilakukan secaratriangulasi (gabungan), analisis data bersifatinduktif/kualitatif, dan hasil penelitiankualitatif lebih menekankan makna daripada generalisasi.

Pendekatan yang digunakan dalampenelitian ini adalah pendekatan deskriptifdengan cara studi kasus (case study).Alasan peneliti melakukan penelitian denganmetode deskriptif dengan cara Studi Kasus(case study) adalah karena sesuai dengansifat dan tujuan penelitian yang ingindiperoleh bukan menguji hipotesis tetapiberusaha mendapat gambaran nyatatentang “Partisipasi Masyarakat Terhadap

Page 110: JURNAL CIVIC HUKUM

106

Jurnal Civic Hukum Volume 3, Nomor 1, Mei 2018, hal. 102-110

Implementasi Kebijakan Publik TentangBPJS Kesehatan di Kelurahan Purwosari,Kecamatan Purwosari, KabupatenPasuruan”.

Jenis penelitin yang digunakan adalahpenelitian kualitatif karena akanmenghasilkan data yang dikumpulkanberupa tulisan, kata-kata, gambar, danbukan angka-angka. Jadi, selama prosespenelitian ini, peneliti akan lebih lebihbanyak berhubungan atau mengadakankontak dengan subyek penelitian dikantor BPJS kesehatan lingkupPandaan dan warga Kelurahan Purwosari.

Penelitian dilakukan di wilayah Rw.01 – Rw. 08 Kel. Purwosari Kec.Purwosari Kab. Pasuruan dan KantorCabang BPJS kesehatan Pasuruan,tepatnya di Jl. Sultan Agung II No.1 –Kota Pasuruan. 67118 Telp : (0343)42745 Hotline: 08155907177.

Lokasi ini dipilih dikarenakan penelitiingin mengetahui bagaimana partisipasimasyarakat Kel. Purwosari, Kec.Purwosari, Kab. Pasuruan ini didalam ikutserta dalam mewujudkan Indonesia yangsejahtera dengan dikeluarkannya kebijakanpublik tentang BPJS kesehatan, denganadanya lokasi kedua diharapkan penelitimendapatkan hasil beserta rincianbagaimana minat dan partisipasi wargaKel. Purwosari.

Waktu penelitia dilakukan 3 minggumulai dari tahap observasi, wawancara,dan dokumentasi. Peneliti melakukankegiatan penelitian sesuai tahap-tahap yangtelah ditentukan.

HASIL DAN PEMBAHASANBerdasarkan hasil penelitian yang telah

diuraikan diatas akan dijelaskan lebih lanjutpada pembahasan dalam beberapa subbab,yaitu sebagai berikut: 1) Partisipasimasyarakat dalam implementasi kebijakan

publik tentang Badan PenyelenggaraanJaminan Sosial (BPJS) kesehatan, 2)Hambatan–hambatan yang dihadapi dalamimplementasi kebijakan publik tentangBadan Penyelenggaraan Jaminan Sosial(BPJS) kesehatan, 3) Solusi agarmasyarakat lebih tertarik dengan semuakebijakan pemerintah terutama kebijakantentang Badan Penyelenggaraan JaminanSosial (BPJS) kesehatan. Adapunpembahsannya yaitu sebagai berikut:

Partisipasi masyarakat dalamimplementasi kebijakan publik tentangBadan Penyelenggaraan JaminanSosial (BPJS) kesehatan

Berdasarkan hasil analisis penelitiandapat dikatakan bahwa Jaminan KesehatanNasional (JKN) merupakan bagian dariSistem Jaminan Sosial Nasional (SJSN)yang diselenggarakan dengan menggunakanmekanisme asuransi kesehatan sosial yangbersifat wajib bagi seluruh rakyatIndonesia, maupun untuk warga negaraasing yang bekerja paling singkat 6 (enam)bulan di Indonesia yang pengaturannyaberdasarkan Undang-Undang Nomor 40tahun 2004 tentang SJSN.

Keberhasilan suatu proses kebijakanpublik tentang Jaminan Kesehatan Nasioanl(JKN) melalui program BPJS Kesehatantidak lepas dari adanya partisipasi anggotamasyarakatnya, baik sebagai suatu kesatuansistem maupun sebagai individu yangmerupakan bagian yang sangat integral, yangsangat penting dalam proses implementasisuatu kebijakan publik yang dikeluarkanoleh pemerintah, karena secara prinsip suatukebijakan yang dikeluarkan pemerintahditujukan untuk mewujudkan masyarakatyang sejahtera. Oleh karena itu berhasilatau tidaknya suatu kebijakan yangdikeluarkan pemerintah tidak hanyaditanggung oleh pemerintah atau lembagayang mengeluarkan kebijakan tersebut, akan

Page 111: JURNAL CIVIC HUKUM

107

107

Sahrani Rizal, dkk. Partisipasi Masyarakat dalam Implementasi Kebijakan Publik TentangBPJSKesehatan di Kelurahan Purwosari Kecamatan Purwosari Kabupaten Pasuruan

tetapi campur tangan masyarakat jugadiperlukan agar suatu kebijakan bisa berjalansesuai dengan yang diinginkan untukmencipatakan kesejahteraan masyarakat.

Sedangkan menurut Tilaar (2009:287)partisipasi adalah sebagai wujud darikeinginan untuk mengembangkandemokrasi melalui proses desentralisasidimana diupayakan antara lain perlunyaperencanaan dari bawah (button-up)dengan mengikut sertakan masyarakatdalam proses perencanaan danpembangunan masyarakatnya.

Dilihat dari teori diatas masyarakatdalam pengimplementasian keikutsertaanyamasyarakat telah mengikuti serangkaianproses awal yang diwajibkan sepertipersyaratan pendaftaran kepesertaan hinggaiuran wajib setiap bulan. Adapunpersyaratan menjadi peserta BPJSkesehatan yang wajib dipenuhi yaitu sebagaiberikut: 1) Foto copy kartu KTP, 2) Fotocopy kartu keluarga, 3) Foto berwarna3x4, 4) Foto copy buku tabungan.Menjadi peserta BPJS kesehatan wajibmembayar iuran sesuai dengan golongankelas rawat yang dipilih saat mendaftar.Sesuai dengan Perpres nomor 19 tahun2016 iuran PBPU/BP/ peserta mandiri,yaitu sebagai berikut: 1) Kelas 1 sebesarRp. 80.000,- per jiwa per bulan, 2) Kelas2 sebesar Rp. 51.000,- per jiwa per bulan,3) Kelas 3 sebesar Rp. 25.500,- per jiwaper bulan. Dengan adanya iuran wajibtersebut diharapkan masyarakat betanggungjawab akan keikutsertaanya menjadipeserta BPJS kesehatan. Untukmasyarakat pekerja penerima upahberdasarkan pasal 15 ayat (1) dan (2)undang-undang Nomor 24 Tahun 2011tentang Badan Penyelenggaraan JaminanSosial, maka: “Pekerja penerima upahwajib didaftarkan menjadi peserta BPJSkesehatan oleh perusahaan atau pabrikdimana tempatnya ia bekerja”.

Berdasarkan data yang sudahdidapatkan dan didukung dengan teori yangsudah diuraikan di atas dapat disimpulkanbahwa partisipasi masyarakat dalamimplementasi kebijakan publik mengenaiBPJS Kesehatan di wilayah KelurahanPurwosari sangat baik dikarenakanpresentasenya mencapai 40% warga yangmengikuti BPJS Kesehatan, dan untuksisanya warga mengikuti BPJSKetenagakerjaan dan juga KIS (KartuIndonesia Sehat).

Dalam pengimplementasian keikut-sertaanya masyarakat telah mengikutiserangkaian proses awal yang diwajibkanseperti persyaratan pendaftarankepesertaan hingga iuran wajib setiap bulan.Masayarakat peserta BPJS kesehatandiharapkan bertanggungjawab ataskeikutsertaannya karena keberhasilan suatukebijkan yang dikeluarkan pemerintah tidakluput dari partisipasi dari warganya.

Hambatan–hambatan yang dihadapidalam implementasi kebijakan publiktentang Badan Penyelenggaraan JaminanSosial (BPJS) kesehatan.

Berdasarkan hasil analisis data diatasterdapat hambatan-hambatan yang dialamimasyarakat maupun dari pihak BPJSkesehatan, hal tersebut lumrah dikarenakandalam mengeluarkan suatu kebijkan publikpasti ada beberapa pihak yang mendukungdan tidak mendukung. Hambatan-hambatanyang dialami pihak BPJS Kesehatan yaitukurangnya kesadaran masyarakat banyakmasyarakat yang mendaftar pada saatmereka sakit dan juga banyaknyamasyarakat yang tidak mengetahuibagaimana prosedure rujukan besertaprosedure pelayanan di dalam faskes-faskes primer.

Hambatan-hambatan yang dialamimasyarakat yaitu dalam pelayanan yangdiberikan oleh mitra kerja BPJS Kesehatan

Page 112: JURNAL CIVIC HUKUM

108

Jurnal Civic Hukum Volume 3, Nomor 1, Mei 2018, hal. 102-110

seperti puskesmas, apotek, rumah sakitdan sebagainya. Banyaknya persyaratanyang diajukan dalam proses perujukanketempat pengobatan yang lebih baik danuntuk kualitas obat banyak perbedaan darikelas umum diluar BPJS Kesehatan hinggamasyarakat peserta BPJS Kesehatan mulaidari kelas 3 hingga 1 terdapat perbedaanobat yang sangat mencolok antara pasienumum dan pasien BPJS Kesehatan. Danjuga masih banyaknya obat yang belummenjadi mitra dari BPJS Kesehatansehingga masyarakat membayar sendiri obatyang belum terdaftar di dalam BPJSKesehatan. Bagi pihak BPJS Kesehatanhambatan yang merka alami selama iniyaitu kurangnya kesadaran masyarakatbanyak masyarakat yang mendaftar padasaat mereka sakit dan juga banyaknyamasyarakat yang tidak mengetahuibagaimana prosedur rujukan.

Berdasarkan data yang sudah di dapatdiatas dapat disimpulkan bahwa hambatan-hambatan di atas adalah kurangnyakomunikasi antara pemerintah dan jugamasyarakat. Serta kurangnya sosialisasiyang dilakukan oleh pihak BPJS kesehatan.

Solusi agar masyarakat lebih tertarikdengan semua kebijakan pemerintahterutama kebijakan tentang BadanPenyelenggaraan Jaminan Sosial(BPJS) kesehatan

Berdasarkan hasil analisis data yangtelah diuraikan di atas mengungkapkanbahwa pihak BPJS kesehatan danmasyarakat mengungkapkan solusimengenai hambatan-hambatan tersebut,agar untuk kedepannya pihak BPJSkesehatan maupun masyarakat lebih terjalinkerjasama untuk mewujudkan tujuannasional dengan dipelopori program BPJSkesehatan ini.

Solusi yang diutarakan oleh pihakBPJS Kesehatan yaitu peserta BPJSKesehatan diberi pelayanan-pelayanan baruagar lebih tertarik untuk ikut dalamprogram pemerintah ini. Baik dari segipelayanan diwaktu mendaftar BPJSKesehatan maupun pada waktu pesertajatuh sakit, untuk pembayaran jugadipermudah, agar tidak terjadiketerlambatan pembayaran bagi pesertaBPJS Kesehatan, dan juga dalam halsosialisai kepada masyarakat pihak BPJSKesehatan mulai memperpadat jadwalsosialisai agar masyarakat tidak lagibingung dalam mendaftar maupun padawaktu memakai kartu BPJS Kesehatantersebut. Hal ini dilakukan agar untukkedepannya partisipasi masyarakatbertambah dikarenakan memang sifat dariJaminan Sosial ini wajib dan juga agarmasyarakat tidak bingung mengenaiprogram BPJS kesehatan ini.

Masyarakat juga mempunyai solusimengenai kebijakan publik, yaitu sebagaiberikut: jangan sampai ada perbedaanantara pasien umum dan pasien BPJSKesehatan. Kemudian untuk pelayananmengenai obat diharapkan untuk kedepanyalebih diperbaiki lagi dan lebih diperbanyakdalam membangun mitra kerja denganperusahaan obat yang baik. Dan jugamengenai iuran diharapkan jangan sampainaik karena peserta BPJS Kesehatanmandiri rata-rata masyarakat menengahkebawah. Untuk sosialisasi diharapkanpihak BPJS Kesehatan turun langsungkelapangan, untuk memberikan sosialisasimengenai bagaimana prosedur pendaftarankartu BPJS Kesehatan, prosedur rujukandan prosedur lain-lain.

Jadi dari uraian di atas dapatdisimpulkan bahwa dalam menyikapihambatan-hambatan yang dilakukan oleh

Page 113: JURNAL CIVIC HUKUM

109

109

Sahrani Rizal, dkk. Partisipasi Masyarakat dalam Implementasi Kebijakan Publik TentangBPJSKesehatan di Kelurahan Purwosari Kecamatan Purwosari Kabupaten Pasuruan

masyarakat dan juga pihak BPJS kesehatanadalah untuk memperbaiki komunikasimasyarakat dan juga pemerintah agar setiapkebijakan yang dikeluarkan pemerintahdapat diterima dalam masyarakat dan jugaagar masyarakat mempunyai kesadaranbahwa program BPJS kesehatan inimemang benar-benar dilakukan untukkesejahteraan masyarakat.

SIMPULANBerdasarkan hasil penelitian dapat

disimpulkan bahwa: 1. Partisipasimasyarakat dalam implementasi kebijakanpublik mengenai BPJS Kesehatan diwilayah Kelurahan Purwosari sangat baikdikarenakan presentasenya mencapai 40%warga yang mengikuti BPJS Kesehatan,dan untuk sisanya warga mengikutiBPJS Ketenagakerjaan dan juga KIS(Kartu Indonesia Sehat). Dalampengimplementasian keikutsertaanyamasyarakat telah mengikuti serangkaianproses awal yang diwajibkan sepertipersyaratan pendaftaran kepesertaan hinggaiuran wajib setiap bulan. 2. Hambatan-hambatan yang dialami masyarakat (pesertaBPJS Kesehatan) yaitu dalam pelayananyang diberikan oleh mitra kerja BPJSKesehatan seperti puskesmas, apotek,rumah sakit dan sebagainya. Banyaknyapersyaratan yang diajukan dalam prosesperujukan ketempat pengobatan yang lebihbaik dan untuk kualitas obat banyakperbedaan dari kelas umum diluar BPJSKesehatan hingga masyarakat pesertaBPJS Kesehatan mulai dari kelas 3 hingga1 terdapat perbedaan obat yang sangatmencolok antara pasien umum dan pasienBPJS Kesehatan. dan juga masihbanyaknya obat yang belum menjadi mitradari BPJS Kesehatan sehingga masyarakatmembayar sendiri obat yang belumterdaftar didalam BPJS Kesehatan.

Sedangkan hambatan-hambatan yangdialami pihak BPJS Kesehatan hambatanyang merka alami selama ini yaitu kurangnyakesadaran masyarakat banyak masyarakatyang mendaftar pada saat mereka sakitdan juga banyaknya masyarakat yang tidakmengetahui bagaimana prosedure rujukan.3. Solusi yang diutarakan oleh pihakBPJS Kesehatan yaitu peserta BPJSKesehatan diberi pelayanan-pelayanan baruagar lebih tertarik untuk ikut dalamprogram pemerintah ini. Baik dari segipelayanan diwaktu mendaftar BPJSKesehatan maupun pada waktu pesertajatuh sakit, untuk pembayaran jugadipermudah, agar tidak terjadiketerlambatan pembayaran bagi pesertaBPJS Kesehatan, dan juga dalam halsosialisai kepada masyarakat pihak BPJSKesehatan mulai memperpadat sosialisaiagar masyarakat tidak lagi bingung dalammendaftar maupun pada waktu memakaikartu BPJS Kesehatan tersebut. Bukanhanya pihak BPJS akan tetapi masyarakat(peserta BPJS Kesehatan) mengutarakansolusi yaitu jangan sampai ada perbedaanantara pasien umum dan pasien BPJSKesehatan. Kemudian untuk pelayananmengenai obat diharapkan untuk kedepanyalebih diperbaiki lagi dan lebih diperbanyakdalam membangun mitra kerja denganperusahaan obat yang baik. Dan jugamengenai iuran diharapkan jangan sampainaik karena peserta BPJS Kesehatanmandiri rata-rata masyarakat menengahkebawah. Untuk sosialisasi diharapkanpihak BPJS Kesehatan turun langsungkelapangan, untuk memberikan sosialisasimengenai bagaimana prosedure pendaftarankartu BPJS Kesehatan, prosedure rujukandan prosedure lain-lain. Agar masyarakatmempunyai kesadaran bahwa programBPJS Kesehatan ini memang benar-benardilakukan untuk kesejahteraan masyarakat.

Page 114: JURNAL CIVIC HUKUM

110

Jurnal Civic Hukum Volume 3, Nomor 1, Mei 2018, hal. 102-110

DAFTAR PUSTAKAAlsa, Asmadi. 2003. Pendekatan

Kuantitatif Kualitatif SertaKombinasinya Dalam PenelitianPsikologi. Yogyakarta: PustakaBelajar.

BPJS Kesehatan. 2014. JaminanKesehatan (Meliputi Peserta danPelayanan Kesehatan). (Online).(http://bpjs-kesehatan.go.id), diakses27 Januari 2016.

Dependiknas. 1999. Kamus Besar BahasaIndonesia. Jakarta: Balai Pustaka.

Gunawan, Imam. 2014. MetodePenelitian Kualitatif Teori DanPraktik. Jakarta: PT Bumi Aksara.

Sugiyono. 2014. Metode PenelitianKuantitatif, Kualitatif, Dan R & D.Bandung: CV. Alfabeta.

Tilaar, H. A. R. Dab Riant Nugroho. 2009.Kebijakan Pendidikan. Yogyakarta:Bina Aksara.

BPJS: Undang-Undang Nomor 40Tahun 2004 tentang Sistem JaminanSosial Nasional (UU SJSN).(Online), (http://www.bpjs-kesehatan.go.id), diakses 16 Desember 2015.

BPJS: Undang-Undang Nomor 24Tahun 2011 tentang BadanPenyelenggara Jaminan Sosial (UUBPJS). (Online), (http://www.bpjs-kesehatan.go.id), diakses 16Desember 2015.

Page 115: JURNAL CIVIC HUKUM

111

111

Syahrul Hadiyatullah, dkk. Penumbuhan Rasa Nasionalisme danCinta Budaya Indonesia Melalui Program "Kamsi" Pada Siswa SMP Negeri 1 Batu111

Jurnal Civic HukumVolume 3, Nomor 1, Mei 2018P-ISSN 2623-0216 E-ISSN 2623-0224

http://ejournal.umm.ac.id/index.php/jch

PENUMBUHAN RASA NASIONALISME DAN CINTABUDAYA INDONESIA MELALUI PROGRAM “KAMSI”

PADA SISWA SMP NEGERI 1 BATU

Syahrul Hadiyatullah, Nurbani Yusuf, Nurul ZuriahFKIP Universitas Muhammadiyah Malang

Email : [email protected]

ABSTRAKPenelitian ini bertujuan untuk mengetahui dan mendeskripsikan penumbuhkan rasa

nasionalisme dan cinta budaya Indonesia melalui program Kamis Kreasi pada sisa SMPNegeri 1 Batu. Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif dan jenis penelitian iniadalah deskriptif. Subyek penelitian ini adalah siswa-siswi SMP Negeri 1 Batu (Kelas VIIIF).Penelitian ini dilaksanakan di SMP Negeri 1 Batu pada tanggal 02 April 2018-10 Mei 2018.Penelitian ini menggunakan teknik pengumpulan data yaitu metode observasi, metodewawancara dan studi dokumentasi. Instrumen penelitian ini adalah dengan menggunakanpanduan wawancara, pedoman observasi dan dokumentasi. Teknik analisis data padapenelitian ini adalah dengan pengumpulan data, reduksi data, penyajian data, dan penarikankesimpulan. Keabsahan data penelitian ini menggunakan triangulasi sumber dan triangulasiteknik. Hasil penelitian menunjukkan bahwa, penumbuhan rasa nasionalisme dan cintabudaya Indonesia melalui program Kamsi dilakukan dengan proses latihan dan pertunjukankesenian Teater Calonarang dan seni tari Reog Ponorogo di kelas VIII F SMP Negeri 1 Batu.

Kata Kunci : Nasionalisme, Kebudayaan, Kamsi.

ABSTRACTThis research aimed at knowing and describing about the rising sense of

nationalism and love for Indonesian culture through Kamis Kreasi (Kamsi) program towardthe students of SMP Negeri 1 Batu. The research method used was descriptive qualitative.The research subject was the students of SMP Negeri 1 Batu (VIII F Class). This researchwas conducted at SMP Negeri 1 Batu started from April 2 to May 10 2018. The techniqueused of this research was observation, interview and documentation. The instrument usedinterview, observation and documentation guide. The data analysis used was datacollection, data reduction, data presentation and conclusion. To validate the data, theresearcher used source and technique triangulation. The result of this research was tobuild a sense of nationalism and love for Indonesian culture through Kamsi program doneby training and showing the Calonarang theater and Reog Ponorogo Dance at class of VIIIF SMP Negeri 1 Batu.

Keywords: Nationalism, Culture, Kamsi

PENDAHULUANGlobalisasi merupakan proses tatanan

masyarakatyang tidak mengenal bataswilayah. Jaman globalisasi ditandai denganmakin menipisnya batas wilayah,pahamsekat kelompok serta makin mengecilnyaberbagai perbedaan yang ada di setiapnegara, baik yang berhubungan dengan

sosial budaya, ekonomi, politik pertahanankeamanan serta teknologi. MenurutSujanto (2007:10) globalisasi adalahsebuahdesakan paham dari negara-negarayang kuat secarapolitik dan ekonomi, yangmemiliki posisi tawar untukmempengaruhinegara-negara yang lemah agar modelsosialbudaya, ekonomi dan politik yang mereka

Page 116: JURNAL CIVIC HUKUM

112

Jurnal Civic Hukum Volume 3, Nomor 1, Mei 2018, hal. 111-118

usung sedapat mungkin disamakan disemuanegara untukmempermudah pengawasansesuai dengan kriteria yangmereka buatsepihak demi kepentingan negara-negarakuat tersebut.

Perlunya penguatan dari negara untukmengantisipasi dampak negatif dariglobalisasi, salah satunya melalui sikapnasionalisme. Pudarnya rasa nasionalismepada masyarakat Indonesia menjadipermasalahan yang harus dihadapi olehbangsa Indonesia. Kuatnya arus globalisasiini dikhawatirkan menggerus perasaancinta bangsa dan tanah air.Nasionalismemerupakan salah satu nilai luhur yangterkandung dalam Pembukaan UUDNegara Republik Indonesia 1945 danPancasila yang perlu diwariskan kepadagenerasi penerus bangsa Indonesia, dandengan menanamkan sikap nasionalisme,diharapkan masyarakat Indonesiatumbuh menjadi manusia pembangunanyakni generasi yang mampu mengisi danmempertahankan kemerdekaan bangsa dannegaranya. Sehingga eksistensi negaraIndonesia tidak hilang begitu saja digerusoleh dampak negatif globalisasi.

Perkembangan globalisasi jugamenimbulkan masalah kepada kebudayaanmasyarakat Indonesia. Derasnya arusglobalisasi juga mengakibatkan terkikisnyarasa cinta terhadap budaya Indonesia. Sifatyang tidak mengenal batas dari globalisasimembuat gencarnya budaya bangsa luarmasuk kedalam kehidupan bangsaIndonesia. Arus globalisasi begitu cepatmerasuk ke dalam masyarakat terutama dikalangan muda. Pengaruh globalisasitersebut telah membuat banyak anak mudakita kehilangan kepribadian dan jati dirisebagai bangsa Indonesia. Hal iniditunjukkan dengan gejala-gejala yangmuncul dalam kehidupan sehari-hari anakmuda pada era sekarang. Dari cara

berpakaian, gaya hidup, gaya berbahasa,dan pola perilaku yang bertolak belakangdengan kebudayaan lokal bangsaIndonesia.

Upaya untuk mengatasi globalisasi yangmembuat terkikisnya rasa nasionalisme dancinta budaya Indonesia tentunya perludilakukan. Salah satunya melalui jalurpendidikan formal. Menumbuhkan kembalirasa nasionalisme dan cinta budayaIndonesia pada generasi penerus bangsa,yaitu padaparasiswa, maka hal inimerupakan sebuah investasi untukmempertahankan keutuhan bangsa dannegara dimasa depan.

Pendidikan formal memiliki peran yangpenting dalam membentuk karaktergenerasi penerus bangsa. Melalui kegiatanbelajar mengajar dalam kelas ataupunkegiatan diluar kelas. Pembelajaran disekolah yang memegang peranan untukmenunjang terhadap pencapaiantujuan tersebut adalah melalui matapelajaran Pendidikan Pancasila danKewarganegaraan yang telah diajarkan disemua jenjang pendidikan mulai daripendidikan dasar sampai denganPerguruanTinggi. PPKn (Pendidikan Pancasila danKewarganegaraan) merupakan wahanauntuk mengembangkan dan melestarikannilai luhur dan moral yang berakar padabudaya bangsa Indonesia yang diharapkandapat diwujudkan dalam bentuk perilakudalam kehidupan sehari-hari siswa, baiksebagai individu maupun sebagai anggotamasyarakat, warga negara, dan makhlukciptaan Tuhan Yang Maha Esa.

Kegiatan penumbuhan rasa nasionalismedan cinta budaya Indonesia tidak hanyadapat disalurkan melalui mata pelajaranPPKn saja. Ada banyak cara yang dapatdilakukan, salah satunya melalui sebuahprogram sekolah yang sifatnya di luar jampelajaran sekolah. Berdasarkan observasi

Page 117: JURNAL CIVIC HUKUM

113

113

Syahrul Hadiyatullah, dkk. Penumbuhan Rasa Nasionalisme danCinta Budaya Indonesia Melalui Program "Kamsi" Pada Siswa SMP Negeri 1 Batu

awal di SMP Negeri 1 Batu, dalam usahameningkatkan rasa nasionalisme dan cintakebudayaan terdapat pada proses belajarmengajar didalam kelas dan beberapakegiatan ekstrakulikuler. Kegiatanekstrakulikuler itu antara lain, pramuka,paskibra, seni karawitan, pencak silat danseni tari tradisional. Namun tidak semuasiswa mengikuti ektrakulikuler tersebut.Sehingga pihak SMP Negeri 1 Batumenyusun suatu program yang sifatnyamenyeluruh dan bisa dilaksanakan olehpara siswa di SMP Negeri 1 Batu. Namaprogram tersebuat ialah Kamis Kreasi.Kamis Kreasi adalah program yangditujukan kepada siswa terhadapPenguatan Pendidikan Karakter (PPK)dengan menampilkan pertunjukankreativitas dan kesenian yang dilaksanakanpada setiap hari kamis.

Pada program tersebut para siswadituntut untuk menampilkan kreasi yangbertemakan kebudayaan asli tanah air, dantidak diperbolehkan menampilkanpertunjukan yang berbau budaya barat.Sehingga para siswa dapat lebih mengenalbudaya asli Indonesia beserta maknanyaserta diharapkan mampu menumbuhkanrasa nasionalisme yang lebih baik. ProgramKamis Kreasi juga dapat menjadikan siswauntuk berani tampil didepan banyak orangdan juga dapat melatih kreativitas.Berdasarkan latar belakang yang telahdikemukakan di atas rumusan masalahpenelitian ini adalah : (1) Bagaimanapenumbuhan rasa nasionalisme siswa SMPN1 Batu melalui program“KAMSI”? (2)Bagaimana penumbuhan rasa cinta budayaIndonesia siswa SMPN 1 Batumelaluiprogram “KAMSI”?

METODEMenurut Sugiyono (2013: 1) penelitian

kualitatif adalah metode penelitian yang

digunakan untuk meneliti keadaan yangalamiah. Peneliti merupakan instrumenkunci yang mengumpulan data secaratriangulasi (gabungan), analisis data bersifatinduktif dan hasil dari penelitian lebihmenekankan makna dari generalisasi.

Penelitian ini penulis menggunakanjenis penelitian deskriptif melalui metodekualitatif yaitu memberikan gambarantentang masalah yang diteliti terkaitbagaimana penumbuhan rasa nasionalismedan cinta budaya Indonesia pada siswamelalui Program Kamsi di SMP Negeri 1Batu. Peneliti menggunakan jenispenelitian ini karena penelitian kualitatifdigunakan untuk meneliti suatu perilakudan tindakan suatu organisasi dalam upayamengumpulkan data sebanyak-banyaknyamengenai penumbuhan nasionalisme dancinta budaya Indonesia pada siswa melaluiProgram Kamsi di SMP Negeri 1 Batuyang menjadi fokus perhatian peneliti.Peneliti menghasilkan data-data deskriptifberupa kata-kata tertulis dari prilakuorang yang diamati, yang kemudian datatersebut yang telah diperoleh di lapangandikumpulkan dalam bentuk data-dataseperti kata maupun prilaku dan kalimat,dengan latar belakang alamiah yang manamanusia merupakan instrumennya.

Tempat penelitian ini berada di SMPNegeri 1 Batu yang beralamatkan di JalanAgus Salim Nomor 55 Kota Batu. Tempatini dipilih berdasarkan observasi sebelumnya.Adapun hasil observasi adalah sekolahtersebut menerapkan suatu Programunggulan dibidang kesenian dankreativitas pada siswa. Waktu pelaksanaanpenelitian pada tanggal 02 April 2018 s.d10 Mei 2018.

Prosedur penelitian merupakanpenjelasan langkah-langkah yang harusditempuh peneliti dalam suatu penelitian.Menurut Moleong (2004:127), langkah-

Page 118: JURNAL CIVIC HUKUM

114

Jurnal Civic Hukum Volume 3, Nomor 1, Mei 2018, hal. 111-118

langkah prosedur penelitian meliputi tigahal yaitu:

Tahap Pra Lapangan penelitianyangdilakukan oleh peneliti antara lain:menentukan topik atau permasalahan,mencari informasi dan data mengenaipermasalahan, merumuskan masalahpenelitian, , menyusun pedoman observasidan wawancara, mencari subjek dantempat penelitian.

Tahap ini peneliti berusahamempersiapkan diri untuk menggali danmengumpulkan data-data untuk dibuatsuatu analisis data mengenai penumbuhanrasa nasionalisme dan cinta budayaIndonesia melalui Program Kamsi padasiswa SMP Negeri 1 Batu. Secara intensifsetelah mengumpulkan data, selanjutnyadata dikumpulkan dan disusun.

Tahap ini dilakukan dengan kegiatanyang berupa mengolah dan menganilisisdata yang diperoleh dari tahap pengerjaanlapangan yang berfokus pada penumbuhanrasa nasionalisme dan cinta budayaIndonesia siswa.

Subjek penelitian adalah subjek yangdituju untuk diteliti oleh peneliti. Subjekpenelitian pada penelitian ini adalah siswasiswi SMP Negeri 1 Batu ( Kelas VIIIF). Pemilihan subjek tersebut berdasarkansaran dan rekomendasi dari Wakil KepalaSekolah bagian hubungan masyarakat.Sedangkan yang menjadi objek penelitianadalah hasil dari diadakannya ProgramKamsi terhadap penumbuhan rasanasionalisme dan cinta budaya Indonesia.

Penelitian ini menggunakan metodepengumpulan data sebagai berikut:(1) Metode observasi. Metode observasiyaitu cara pengumpulan data yangdilakukan secara sistematis dan sengaja,diawali dengan mengadakan pengamatandan pencatatan atas gejala yang sudahditeliti dengan melibatkan diri dalam lataryang sedang diteliti (Arifin,1996:10)

Penelitian menggunakan metodeobservasi untuk mengetahui secara langsungapa yang terdapat di lapangan tentangbagaimana penumbuhan rasa nasionalismedan cinta budaya Indonesia melaluiprogram kamis kreasi di SMP Negeri 1Batu. (2) Metode wawancara. Metodeini mencakup cara yang dipergunakanseseorang untuk suatu tujuan tertentu,mencoba mendapatkan keterangan ataupendapat secara lisan langsung dariseseorang atau informan. Denganwawancara ini kreatifitas pewawancarasangat diperlukan. Hasil wawancarabanyak bergantung pada pewawancara.Pewawancara bertujuan untuk mengetahuibagaimana penumbuhan rasa nasionalismedan cinta budaya Indonesia melaluiprogram kamis kreasi di SMP Negeri 1Batu dan hal-hal yang berkaitan denganfokus penelitian. (3) Studi dokumentasi.Metode dokumentasi adalah suatu teknikyang digunakan untuk mengumpulkan datadari sumber noninsani, sumber ini terdiridari dokumen, dan rekaman seperti suratkabar, buku harian, naskah pribadi, foto-foto, catatan kasus, dan lain sebagainya(Arifin, 1996: 82). Melalui teknikdokumentasi ini peneliti mengumpulkandata-data yang diperlukan yang ada ditempat atau lokasi penelitian.

HASIL DAN PEMBAHASANPembahasan berisi tentang hasil

penelitian yang dibahas oleh peneliti.Pembahasan akan dibagi dua yaitupembahasan penumbuhan rasa nasionalismesiswa melalui program Kamsi danpenumbuhan rasa cinta budaya Indonesiasiswa melalui program Kamsi.

Penumbuhan Rasa Nasionalisme SiswaMelalui Program Kamsi

Berdasarkan hasil penelitian darimetode observasi, wawancara dan studi

Page 119: JURNAL CIVIC HUKUM

115

115

Syahrul Hadiyatullah, dkk. Penumbuhan Rasa Nasionalisme danCinta Budaya Indonesia Melalui Program "Kamsi" Pada Siswa SMP Negeri 1 Batu

dokumentasi yang telah dipaparkan bahwarumusan masalah dan tujuan penelitianpada penelitian ini dapat terjawab. Prosespenumbuhan rasa nasionalisme dijelaskan

dan dilakukan melalui tercapainya indikatornasionalisme menurut Agustarini dalamNurhayati (2013;7).

Tabel 1 Indikator Nasionalisme

Indikator Nasionalisme Pencapaian

1. Menjaga dan melindungi Negara Tercapai 2. Sikap rela berkorban/patriotism Tercapai 3. Indonesia bersatu Tercapai 4. Melestarikan budaya Indonesia Tercapai 5. Cinta tanah air Tercapai 6. Bangga berbangsa Indonesia Tercapai 7. Menjunjung tinggi nilai kemanusiaan Tercapai

Indikator menjaga dan melindungiNegara tercapai dengan perwujudan bahwapara siswa menjaga kebudayaanIndonesia dengan cara menampilkanpertunjukan kreativitas dan kesenian asliIndonesia dan tidak menampilkanpertunjukan kesenian dari Negara lain, haltersebut termasuk dalam menjaga Negarayaitu dengan menjaga aset Negara berupaseni budaya tradisional. Selanjutnya adalahtercapainya indikator sikap rela berkorbandiwujudkan dengan para siswa relaberkorban waktu, pikiran dan materi demipertunjukan Kamis Kreasi yang baik danmenarik. Indikator Indonesia bersatudengan perwujudan dengan para siswabersatu berlatih bersama dengan kompaktanpa membedakan suku, ras, dan agamademi tercapainya pertunjukan Kamis Kreasiyang berhasil, tanpa rasa bersatu makatidak akan tercapainya koordinasi yangbaik dalam pertunjukan Kamis Kreasi.

Indikator melestarikan budaya tercapaidengan perwujudan penampilan para siswakelas VIII F dengan menampilkan kesenianasli Indonesia, yaitu drama teater kisahCalonarang yang berasal dari Bali dan taritradisional Reog Ponorogo. Setelah ituindikator cinta tanah air dan bangga

berbangsa Indonesia diwujudkan denganpenggunaan bahasa Indonesia yang baikdan benar dan penggunaan pakaian produkdalam negeri dalam pertunjukan, pakaiantersebut menggunakan pakaian adat yangdisesuaikan dengan drama teaterCalonarang dan seni tari Reog Ponorogo.

Indikator menjunjung tinggi nilaikemanusiaan diwujudkan ketika para siswaberdiskusi dan bermusyawarah bertukarpendapat ketika menentukan pertunjukanpada kegiatan Kamis Kreasi. Rasanasionalisme pada hasil yang diperoleh padapenelitian ini tergambar dan sesuai denganjenis-jenis Nasionalisme menurut Lisyarti(2007:28), nasionalisme tersebut adalahnasionalisme kewarganegaraan, etnis,budaya dan kenegaraan. Hal tersebutberkaitan dengan indikator Nasionalismeyang telah dipaparkan.

Hasil wawancara kepada WakilKepala Sekolah bagian Kesiswaan yaitu ,Menurut Bapak EP program Kamis Kreasibisa menumbuhkan rasa cinta budayaIndonesia kepada para siswa di SMPNegeri 1 Batu, hal tersebut dibuktikandengan pementasan pada Kamis Kreasidengan menampilkan kebudayaan khasIndonesia.

Page 120: JURNAL CIVIC HUKUM

116

Jurnal Civic Hukum Volume 3, Nomor 1, Mei 2018, hal. 111-118

Hal ini juga sejalan dengan hasilwawancara yang ditujukan kepada ADyaitu siswa kelas VIII F. Menurut ADbahwa rasa Nasionalisme dapat tumbuh,berkat penampilannya pada kegiatanKamis Kreasi tersebut. Nasionalismetumbuh dikarenakan siswa menampilkankebudayaan asli Indonesia, sehingga siswamerasa tumbuh perasaan mencintai tanahair. Program Kamis Kreasi juga berefekpositif kepada pembelajaran akademikbagi siswa di dalam kelas, contohnya siswayang awalnya takut dan malu untuk tampil

di depan kelas ketika ditunjuk oleh guru,menjadi berani tampil dengan baik. Rasakepercayaan diri siswa meningkat ketikamereka tampil di depan orang banyak.

Penumbuhan Rasa Cinta BudayaIndonesia Melalui Program Kamsi

Rasa cinta budaya Indonesiaditumbuhkan pada kegiatan Kamsi dengantercapainya indikator kebudayaan menurutC. Klcukhohn dalam Koentjoroningrat(1994;2). Berikut ini tabel pencapaianindikator kebudayaan.

Indikator Kebudayaan Pencapaian1. Peralatan dan perlengkapan hidup manusia Tercapai2. Sistem kemasyarakatan Tercapai3. Bahasa Tercapai4. Kesenian Tercapai5. Sistem pengetahuan Tercapai6. Religi Tercapai

Tabel 2 Indikator Kebudayaan

Berdasarkan indikator kebudayaanyang telah dipaparkan bahwa setiapindikator dapat tercapai. Indikatorperlengkapan dan peralatan hidup manusiadiwujudkan dengan pementasan KamisKreasi yang menggunakan peralatantradisional khas Indonesia, peralatan ituberupa alat musik gamelan bali dan jawapada pementasan Calonarang dan seni tariReog Ponorogo. Selain itu peralatan berupapakaian adat Bali dan pakaian adat khasJawa Timur juga digunakan dalampementasan tersebut.

Indikator sistem kemasyarakatantercapai dengan perwujudan para siswayang kondisi sosial masyarakatnya berbedaantara anggota kelas dan juga masyarakatIndonesia yang memiliki system masyarakatgotong royong. Para siswa bergotong-royong dengan berlatih dan tampil pada

Kamis Kreasi dengan baik dan menarik.Indikator bahasa tercapai denganperwujudan penggunaan bahasa yang ramahdan santun. Perwujudan dengan bahasatersebut sesuai dengan karakteristik bangsaIndonesia yang menjungjung tinggi tatakarma dan sopan santun.

Indikator kesenian tercapai denganperwujudan kesenian yang ditampilkanadalah kesenian berupa tarian, musik dandrama teater yang berasal dari kebudayaanIndonesia. Indikator sistem pengetahuantercapai dengan perwujudan pengetahuantentang kebudayaan, dalam hal ini parasiswa mencari tahu dan mengeksplorasikebudayaan yang ditampilkan sertadisesuaikan dengan kebudayaan yang adadi Indonesia. Selanjutnya ialah indikatorreligi tercapai dengan perwujudan parasiswa tidak menimbulkan pertunjukan yang

Page 121: JURNAL CIVIC HUKUM

117

117

Syahrul Hadiyatullah, dkk. Penumbuhan Rasa Nasionalisme danCinta Budaya Indonesia Melalui Program "Kamsi" Pada Siswa SMP Negeri 1 Batu

berbau unsur SARA (Suku, Agama, Ras,dan Antar golongan).

Hasil wawancara kepada WakilKepala Sekolah bagian KesiswaanMenurut EP penumbuhan rasa cinta budayaIndonesia siswa ditumbuhkandenganpementasan pada Kamis Kreasidengan menampilkan kebudayaan khasIndonesia. Serta tidak diperkenankanmenampilkan kebudayaan luar negeri ataukebudayaan berasal dari budaya luar.Ketika kebudayaan khas Indonesiaditampilkan maka siswa akan menghayatikebudayaan tersebut, sehingga tentu sajadapat menumbuhkan kecintaan terhadapbudaya asli Indonesia.

Hal ini juga sejalan dengan hasilwawancara yang ditujukan kepadaAbdullah Dhani yaitu siswa kelas VIII F.Menurut AD bahwa cinta budayaIndonesia dapat tumbuh, berkatpenampilannya pada kegiatan Kamis Kreasitersebut bahwa Abdullah Dhani semakinpenasaran tentang kebudayaan daerah lainyang ada di Indonesia sehinggamembuatnya ingin belajar lagi tentangkebudayaan dari daerah lain.

Pelaksanaan Program Kamis Kreasijuga mengalami hambatan. Hambatan ituberupa seringnya siswa mengambil jampelajaran untuk digunakan sebagai waktulatihan, tentunya hal ini dapat mengganggukegiatan belajar mengajar dalam kelas.Namun hal itu dapat ditanggulangidengan saling berkoordinasinya guru kelasdan Wakil Kepala Sekolah bagianKesiwaan agar para siswa mengambil jamlatihan di luar jam pelajaran sekolah.Hambatan pada siswa menurut AD yaituketua kelas VIII F ialah ada saja anggotakelas yang malas dan tidak bisa hadirketika latihan dilaksanakan, namunhambatan itu bisa dilalui dengan salingberkoordinasinya para anggota kelas dalam

berlatih, sehingga semua siswa dapatberlatih bersama dengan baik. Menurutkedua informan tersebut, bahwa orang tuasiswa juga sangat antusias terhadapProgram Kamis Kreasi. Para orang tuasiswa sangat mendukung program ini,bahkan orang tua siswa tidak segan untukmengeluarkan dana dan sumbangankepada para siswa agar penampilan siswapada kegiatan Kamis Kreasi berjalan baikdan menarik.

Nasionalisme dan cinta budayaIndonesia berkaitan dengan pembelajaranPPKn. Pembelajaran PPKn yang intiajarannya menurut PP Nomor 32 tahun2013 adalah sebagai wadah untukmenjadikan manusia Indonesia untuklebih mencintai budaya bangsanya dansebagai sarana untuk membangun rasanasionalisme. Hal tersebut tidakbertentangan pada kegiatan KamisKreasi. Kamis kreasi justru dapat dijadikansarana untuk pengaplikasian manusiaIndonesia yang mencintai budaya danmembangun rasa nasionalisme. Menuruthasil penelitian yang diperoleh bahwa rasaNasionalisme dan cinta budaya Indonesiadapat tumbuh, sehingga tujuanpembelajaran PPKn saling berkaitandengan Program Kamis Kreasi.

Era pemerintahan presiden Ir. JokoWidodo pada saat ini ialahmengembangkan pendidikan penguatankarakter. Pendidikan karakter menjadisalah satu hal yang diutamakan. Dasarhukum ditetapkannya Program PenguatanPendidikan Karakter adalah PerpresNomor 87 Tahun 2017 tentang PenguatanPendidikan Karakter. Pengembangankarakter RENAMAGI (Religius,Nasionalis. Mandiri, gotong royong danintegritas) dapat dituangkan pada kegiatanKamis Kreasi. Berdasarkan hasil penelitianyang diperoleh bahwa kelima karakter

Page 122: JURNAL CIVIC HUKUM

118

Jurnal Civic Hukum Volume 3, Nomor 1, Mei 2018, hal. 111-118

tersebut tercapai pada penelitian ini tentangNasionalisme dan cinta budaya Indonesia.Karakter nasionalis dan integritas tercapaidengan tercapainya indikator nasionalismeyang telah dipaparkan di atas, sedangkankarakter religius, mandiri, dan gotongroyong tercapai dengan cakupan indikatorkebudayaan yang telah dipaparkan di atas.

SIMPULANBerdasarkaan hasil dan pembahasan

penelitian yang terdapat pada bab IV, makadapat disimpulkan: Penumbuhan rasanasionalisme dan cinta budaya Indonesiasiswa melalui Program Kamsi ditumbuhkanmelalui proses latihan dan penampilandrama teater Calonarang dan seni tariReog Ponorogo. Proses latihan danpenampilan tersebut telah memenuhiindikator nasionalisme dan indikatorkebudayaan.

DAFTAR PUSTAKAArifin. 1996. Penelitian Kualitatif dalam

ilmu-ilmu Sosial dan Keagamaan. Malang: Kalimas sahada.

Lisyarti, Retno. 2007. PendidikanKewarganegraanuntuk SMA danMA Kelas X, Jakarta: Erlangga.

Nurhayati, Yanti. 2013. PengaruhUpacara Bendera Terhadap SikapNasionalismeDi SMPN 14Bandung .Bandung:UniversitasPendidikan Indonesia.

PP Nomor 32 Tahun 2013 tentangStandar Nasional Pendidikan.

Perpres Nomor 87 Tahun 2017 tentangPenguatan Pendidikan Karakter.

Sugiyono, P. D. 2013. Metode PenelitianManajemen. Bandung: CV Alfabeta.

Sujanto, Bedjo. 2007. PemahamanKembali makna Bhineka TunggalIka . Jakarta: CV Sagung Seto.

Page 123: JURNAL CIVIC HUKUM

Agus Tinus 18Ahmad Arif W 92Anita Dwi Agustin 1Budiono 9Eka Nur Cahyaning Asih 9Fahdian Rahmandani 18Fitrianur Widya Ningrum 45M. Mansur Ibrahim 18M. Syahri 1Moh Salahuddin 52

INDEKS PENGARANG

Moh. Wahyu K 62Nurbani Yusuf 52Nurul Zuriah 9Rini 62Rohmad Widodo 102Rose Fitria L 92Rosmiati 75Sahrani Rizal 102Syahrul Hadiyatullah 111Trisakti Handayani 75

Page 124: JURNAL CIVIC HUKUM

Petunjuk Penulisan Artikel

JURNAL CIVIC HUKUM

Ketentuan Umum 1. Yang dimaksud dengan “Naskah” dalam pedoman ini adalah hasil

penelitian dan studi perpustakaan memusatkan perhatian pada masalah

kewarganegaraan, Pendidikan Karakter, Hukum, Politik, Pendidikan

Antikorupsi, dan Pembelajaran Kewarganegaraan.

2. Penulis naskah wajib membuat dan menandatangani surat pernyataan

bermaterai yang menyatakan bahwa naskah yang ditulis merupakan hasil

karya sendiri dan belum pernah dipublikasikan di media lain.

3. Naskah dapat di diunggah dan register lebih dulu melalui laman website :

http://ejournal.umm.ac.id/index.php/jurnalcivichukum/user/register

Ketentuan Penulisan Naskah

1. Bahasa yang digunakan dalam penulisan naskah adalah Bahasa Indonesia

atau Bahasa Inggris.

2. Naskah diketik di atas kertas A4 dengan margin kiri 4 cm, margin atas,

bawah dan kanan 3 cm, menggunakan tipe huruf Times New Roman,

ukuran huruf 12, dan spasi 1.

3. Jumlah halaman naskah adalah 10 sampai dengan 15 halaman.

4. Sistematika Penulisan:

a. JUDUL [Times New Roman 14 bold]

Penulisan judul menggunakan kalimat singkat, namun cukup untuk

menggambarkan isi (substansi) naskah secara keseluruhan. Judul tulisan

berbahasa Indonesia terdiri dari maksimal 14 kata, sedangkan apabila

berbahasa Inggris terdiri dari maksimal 12 kata.

b. Nama Penulis [Times New Roman 12 bold]

Nama penulis dicantumkan tanpa gelar, kemudian disertai alamat

korespondensi (instansi), dan alamat surat elektronik (email). Apabila

terdapat lebih dari satu penulis maka dituliskan seperti penulis Utama. Untuk

penulis utama harap menyertakan nomor HP yang bisa dihubungi.

c. ABSTRAK dan Kata Kunci [Times New Roman 10 bold]

Abstrak terdiri dari maksimal 200 kata. Abstrak mencerminkan

permasalahan, tujuan, metode penelitian, hasil dan saran. Abstrak ditulis

dalam Bahasa Indonesia dan Bahasa Inggris, menggunakan huruf jenis

Times New Roman ukuran 10, spasi 1. Kata kunci disusun secara alfabetis,

mencerminkan kandungan esensi artikel, dibuat sejumlah 3-5 kata/frase.

d. PENDAHULUAN [Times New Roman 12 bold]

Pendahuluan (berisi latar belakang, konteks penelitian, hasil kajian pustaka,

dan tujuan penelitian, yang semuanya dipaparkan secara terintegrasi dalam

Page 125: JURNAL CIVIC HUKUM

bentuk paragraf-paragraf, dengan persentase 15-20% dari keseluruhan

artikel) Tinjauan pustaka yang relevan dan pengembangan hipotesis (jika ada)

dimasukkan dalam bagian ini. [Times New Roman, 12, normal].

e. METODE [Times New Roman 12 bold]

Metode menjelaskan paparan dalam bentuk paragraf tentang rancangan

penelitian, sumber data, teknik pengumpulan data, dan analisis data yang

secara nyata dilakukan peneliti, dengan persentase 10-15% [Times New

Roman, 12, normal].

f. HASIL dan PEMBAHASAN [Times New Roman 12 bold]

Hasil penelitian berisi paparan hasil analisis yang berkaitan dengan

pertanyaan penelitian, sedangkan pembahasan berisi pemaknaan hasil dan

perbandingan dengan teori dan/atau hasil penelitian sejenis, dengan

persentase 40-60% dari keseluruhan artikel); Kemungkinan tindak lanjut

kegiatan dapat juga disampaikan pada bagian ini Hasil penelitian dapat

dilengkapi dengan tabel 1 (bukan tabel berikut: ), grafik/gambar 1 (bukan

grafik/gambar berikut: ) , dan/atau bagan 1 (bukan bagan berikut: ). [Times

New Roman, 12, normal].

Tabel 1. Nama Tabel (contoh tabel 1) 95%CI Condition M(SD) LL UL Letters 14.5(28.6) 5.4 23.6 Digits 31.8(33.2) 21.2 42.4

Gambar 1. Nama gambar (contoh gambar 1)

g. SIMPULAN [Times New Roman 12 bold]

Berisi temuan penelitian yang berupa jawaban atas pertanyaan penelitian

atau berupa intisari hasil pembahasan, yang disajikan dalam bentuk paragraf

. Saran dapat disampaikan pada bagian ini [Times New Roman, 12, normal].

h. Daftar Pustaka.

Daftar Pustaka ditulis dengan sistematika dan ditulis secara berurut sesuai

abjad. Tanda baca koma diganti dengan tanda baca titik; tidak dicantumkan

halaman kutipan; kutipan yang ada dalam batang tubuh (artikel) wajib

Page 126: JURNAL CIVIC HUKUM

dicantumkan di daftar pustaka begitu juga sebaliknya kutipan yang ada dalam

daftar pustaka wajib ada di batang tubuh (artikel).

Rujukan Buku:

Noddings, N. 1993. Educating for Intelligent Belief or Unbelief. New York:

Teacher College Press.

Rujukan Artikel dalam Buku Kumpulan Artikel

Margono. 2008. Manajemen Jurnal Ilmiah. Dalam M.G Waseso & A. Saukah

(Eds.), Menerbitkan Jurnal Ilmiah (hlm. 46-50). Malang: UMM Press.

Rujukan Berupa Buku yang Ada Editornya

Rusli, Marah. 2005. Sosiologi Pendidikan: Kajian Berdasarkan Teori Integritas

Mikro-Makro (Arnaldi. S Ed.) Malang: UMM Press.

Rujukan dari Buku yang Berasal dari Perpustakaan Elektronik Dealey, C. 1998. The Care of Wounds: A Guide for Nurses. Oxford: Blackwell

Science. Dari NetLibrary, (Online), (http://netlibrary.com), diakses 26

Agustus 2012.

Rujukan dari Artikel dalam Internet Berbasis Jurnal Tercetak Mappiare-AT, A., Ibrahim, A.S. & Sudjiono. 2009. Budaya Komunikasi Remaja-

Pelajar di Tiga Kota Metropolitan Pantai Indonesia. Jurnal Ilmu

Pendidikan, (Online), 16 (1): 12-21, (http://www.umm.ac.id) diakses 28

Oktober 2009

Rujukan dari Artikel dalam Jurnal dari CD-ROM

Krashen, S., Long, M. & Scarcella, R. 2007. Age, Rate and Evantual Attainment

in Second Language Acquisition. TESOL Quarterly, 13: 543-567 (CD-

ROM: TESOL Quarterly-Digital, 2007).

Rujukan Artikel dalam Jurnal atau Majalah:

Wentzel, K. R. 1997. Student Motivation in Middle School: The Role of

Perceived Pedagogical Caring. Journal of Educational Psychology, 89 (3),

411-419.

Buku Terjemahan: Habermas , Jurgen. 2007. Teori Tindakan Komunikatif II: Kritik atas Rasio

Fungsionaris. Terjemahan oleh Nurhadi. Yogyakarta: Kreasi Wacana.

Rujukan dari Dokumen Resmi Pemerintah yang diterbitkan oleh Lembaga

tersebut

Undang-Undang Sistem Pendidikan Nasional (UURI No. 20 Tahun 2003 dan

Peraturan Pelaksanaannya. 2003. Jakarta: Departemen Pendidikan

Nasional.

Rujukan dari Koran tanpa penulis

Jawa Pos, 27 Mei 2015. “Komitmen Mendikbud Segarkan Pramuka”. Halaman 3.

Page 127: JURNAL CIVIC HUKUM

Rujukan dari Internet:

Winingsih, H. Lucia. 2007. Peningkatan Mutu, Relevansi dan Daya Saing

Pendidikan. Jakarta: Pusat Dokumentasi dan Informasi Ilmiah-Lembaga

Ilmu Pengetahuan Indonesia PDII-LIPI, diakses 2 Desember 2014 on-line

www. Pdii.lipi.go.id/katalog/index. php/search catalog /byld/257453.

Rujukan Berupa Skripsi, Tesis, atau Disertasi.

Mulyana, Yoyo. 2000. Keefektifan Model Mengajar Respons Pembaca dalam

Pengajaran Pengkajian Puisi. Disertasi tidak Diterbitkan. Bandung: Fakultas

Fakultas Bahasa dan Seni Universitas Pendidikan Indonesia.

Musaffak. 2013. Peningkatan Kemampuan Membaca Kritis dengan

Menggunakan Metode Mind Mapping. Tesis tidak Diterbitkan. Malang: PPs UM.

5. Pustaka acuan yang digunakan adalah maksimal 10 tahun terakhir dengan

jumlah minimal 10 buah dan minimal 50 % diantaranya berasal dari jurnal

ilmiah.

6. Redaktur berhak mengubah tulisan pada naskah sepanjang tidak

mempengaruhi materi atau isi pokok pembahasan.

7. Segala sesuatu yang menyangkut perizinan pengutipan atau

penggunaan software komputer untuk pembuatan naskah atau ihwal lain

yang terkait dengan HaKI yang dilakukan oleh penulis artikel, berikut

konsekuensi hukum yang mungkin timbul karenanya, menjadi tanggung

jawab penuh penulis artikel.

Page 128: JURNAL CIVIC HUKUM

JUDUL DITULIS DENGAN

FONT TIMES NEW ROMAN 14 CETAK TEBAL

(MAKSIMUM 14 KATA)

Penulis11), Penulis22) dst. [Font Times New Roman 12, tanpa gelar dan

Tidak Boleh Disingkat] 1Nama Institusi (penulis 1, times new roman 11)

email: penulis [email protected] (times new roman 11) 2Nama Institusi (penulis 1, times new roman 11)

email: penulis [email protected] (times new roman 11)

No. Handphone : ......................................... 1Nama Kota dan Negara (times new roman 11) 2Nama Kota dan Negara (times new roman 11)

ABSTRAK [Times New Roman 10, bahasa Indonesia]

Abstrak ditulis dalam bahasa indonesia berisikan tujuan penelitian, metode/pendekatan

penelitian dan hasil penelitian. Abstrak ditulis dalam satu alenia, tidak lebih dari 200 kata. (Times

New Roman 10, spasi tunggal).

Kata kunci: 3-5 kata kunci dipisahkan dengan tanda koma. [Font Times New Roman 10, spasi

tunggal].

ABSTRACT [Times New Roman 10, bahasa Inggris]

Abstrak ditulis dalam bahasa Inggris yang berisikan tujuan penelitian, metode/pendekatan

penelitian dan hasil penelitian. Abstrak ditulis dalam satu alenia, tidak lebih dari 200 kata. (Times

New Roman 10, spasi tunggal).

Keywords: 3-5 kata kunci dipisahkan dengan tanda koma. [Font Times New Roman 10, spasi

tunggal]

PENDAHULUAN [Times New Roman 12 bold]

Pendahuluan (berisi latar belakang, konteks penelitian, hasil kajian

pustaka, dan tujuan penelitian, yang semuanya dipaparkan secara terintegrasi

dalam bentuk paragraf-paragraf, dengan persentase 15-20% dari keseluruhan

artikel) Tinjauan pustaka yang relevan dan pengembangan hipotesis (jika ada)

dimasukkan dalam bagian ini. [Times New Roman, 12, normal].

METODE

Metode menjelaskan paparan dalam bentuk paragraf tentang rancangan

penelitian, sumber data, teknik pengumpulan data, dan analisis data yang

secara nyata dilakukan peneliti, dengan persentase 10-15% [Times New

Roman, 12, normal].

HASIL DAN PEMBAHASAN

Hasil penelitian berisi paparan hasil analisis yang berkaitan dengan

pertanyaan penelitian, sedangkan pembahasan berisi pemaknaan hasil dan

perbandingan dengan teori dan/atau hasil penelitian sejenis, dengan persentase 40-

60% dari keseluruhan artikel); Kemungkinan tindak lanjut kegiatan dapat juga

disampaikan pada bagian ini Hasil penelitian dapat dilengkapi dengan tabel 1

Page 129: JURNAL CIVIC HUKUM

(bukan tabel berikut: ), grafik/gambar 1 (bukan grafik/gambar berikut: ) , dan/atau

bagan 1 (bukan bagan berikut: ). [Times New Roman, 12, normal].

Tabel 1. Nama Tabel (contoh tabel 1) 95%CI Condition M(SD) LL UL Letters 14.5(28.6) 5.4 23.6 Digits 31.8(33.2) 21.2 42.4

Gambar 1. Nama gambar (contoh gambar 1)

SIMPULAN

Berisi temuan penelitian yang berupa jawaban atas pertanyaan penelitian

atau berupa intisari hasil pembahasan, yang disajikan dalam bentuk paragraf .

Saran dapat disampaikan pada bagian ini [Times New Roman, 12, normal].

DAFTAR PUSTAKA

Penulisan pustaka hanya yang disitasi hanya dalam naskah ini dan diurutkan

secara alfabetis dan kronologis.

Buku:

Gardner, H. 1993. Multiple Intelligences. New York: BasicBooks.

Buku kumpulan artikel:

Wahyono, P dan Sugiarti (Eds.). 2013. Pencerahan Pendidikan Masa Depan.

Malang: UMM Press

Artikel dalam buku kumpulan artikel:

Bezooijen, R. V. 2002. Aesthetic evaluation of Dutch: Comparison across

dialects, accents and languages. Dalam D. Long, & D. R. Preston (Eds.),

Handbook of perceptual dialectology (Vol. 2, hlm. 13-30). Amsterdam and

Philadelphia: Benjamins.

Artikel dalam jurnal atau majalah:

Jaber, M., & Hussein, R. 2011. Native speakers’ perception of non-native English

speech. English Language Teaching, 4(4), 77-87.

Dokumen resmi:

Page 130: JURNAL CIVIC HUKUM

Undang-undang Republik Indonesia Nomor 2 tentang Sistem Pendidikan

Nasional. 2003. Surabaya: Usaha Nasional

Page 131: JURNAL CIVIC HUKUM

TEMPLATES FOR ARTICLE

JURNAL CIVIC HUKUM

General requirements

1. The term "Article" in this book are articles of results research and study

the libraries focus attention on citizenship issues, Character Education,

Law, Politics, Anti-corruption Education, and Learning Citizenship.

2. The writer has the obligation to write and translate (into English) a

matched letter stating that the article is the work of his/her own and has

never been offered an opportunity to be published in other media.

3. The article can be uploaded and registered through the web page:

http://ejournal.umm.ac.id/index.php/jurnalcivichukum/user/register

Terms of Writing

1. The language used in scriptwriting is Indonesian or English.

2. The script is typed on A4 paper with 4 cm left margin and3 cm upper,

lower and right margins, using Times New Roman letter type, 12 letter

size, and space 1.

3. The number of article pages is 10 to 15 pages.

4. Systematics of Writing:

a. TITLE [Times New Roman 14 bold]

Title writing is using short sentences, but adequate to describe the contents

(substance) of the article as a whole. The title of Indonesian language consists

of a maximum of 14 words, while the English title consists of a maximum of

12 words.

b. Author Name [Times New Roman 12 bold]

The name of the author is listed without a title, then accompanied by

correspondence address (institution), and email address (email). If there are

more than one author then the names are written in similar rule with the main

author. For the main author, contactable mobile number is required.

c. ABSTRACT and Keywords [Times New Roman 10 bold]

Abstract consists of a maximum of 200 words. Abstract reflects problems,

objectives, research methods, results and suggestions. Abstracts are written in

both Indonesian and English, using Times New Roman font size 10, space 1.

Keywords are arranged alphabetically, reflecting the essence on the content

of the article, generated in 3-5 words / phrases.

d. INTRODUCTION [Times New Roman 12 bold]

Introduction should contain backgrounds, research contexts, literature review

results, and research objectives; all described in an integrated manner in the

form of paragraphs with a percentage of 15-20% of the whole article. The

Page 132: JURNAL CIVIC HUKUM

relevant literature review and hypothesis development (if any) are included in

this section. [Times New Roman, 12, normal].

e. METHOD [Times New Roman 12 bold]

The method describes the exposure in the form of a paragraph about the

research design, data sources, data collection techniques, and data analysis

that are actually conducted by the researcher with a percentage of 10-15% of

the whole article [Times New Roman, 12, normal].

f. RESULTS AND DISCUSSION [Times New Roman 12 bold]

The result contains the result of the analysis related to the research

question(s), while the discussion contains the meanings of the results and the

comparison with theory and / or similar research results, with the percentage

of 40-60% of the whole article; possible follow-up activities can also be

submitted in this section. The results of the research can be supplemented by

table 1 (not the following table:), graph / image 1 (not the following graphic /

image:), and / or chart 1 (not the following charts:). [Times New Roman, 12,

normal].

Table 1. Name of the Table (example of table 1) 95%CI Condition M(SD) LL UL Letters 14.5(28.6) 5.4 23.6 Digits 31.8(33.2) 21.2 42.4

Figure 1. Name of Figure(example offigure 1)

g. CONCLUSION [Times New Roman 12 bold]

Contains research findings in the form of answers to research questions or in

the form of a summary of the results of the discussion, presented in paragraph

form. Suggestions can be given in this section [Times New Roman, 12,

normal].

h. Bibliography.

Bibliography is written in a systematic and written sequentially in

alphabetical order. The comma punctuation is replaced with full-stop

punctuation marks; no citation page is included; quotes contained in the body

Page 133: JURNAL CIVIC HUKUM

of the articles must be listed in the bibliography as well as the opposite quote

that is in the bibliography must exist in the article.

Reference of Book:

Noddings, N. 1993. Educating for Intelligent Belief or Unbelief. New York:

Teacher College Press.

Reference of ArticleinBooks Articles:

Margono. 2008. Manajemen Jurnal Ilmiah. Dalam M.G Waseso & A. Saukah

(Eds.), Menerbitkan Jurnal Ilmiah (hlm. 46-50). Malang: UMM Press.

Reference of Editorial Book:

Rusli, Marah. 2005. Sosiologi Pendidikan: Kajian Berdasarkan Teori Integritas

Mikro-Makro (Arnaldi. S Ed.) Malang: UMM Press.

Reference of Book Originating from Electronic Library: Dealey, C. 1998. The Care of Wounds: A Guide for Nurses. Oxford: Blackwell

Science. From NetLibrary, (Online), (http://netlibrary.com), accessed on 26

Agustus 2012.

Referenceof Articles from Internet Based Printed Journals: Mappiare-AT, A., Ibrahim, A.S. & Sudjiono. 2009. Budaya Komunikasi Remaja-

Pelajar di Tiga Kota Metropolitan Pantai Indonesia. Jurnal Ilmu

Pendidikan, (Online), 16 (1): 12-21, (http://www.umm.ac.id) accessed on

28 October 2009

Reference of Articles from CD-ROM Journals:

Krashen, S., Long, M. & Scarcella, R. 2007. Age, Rate and Eventual Attainment

in Second Language Acquisition. TESOL Quarterly, 13: 543-567 (CD-

ROM: TESOL Quarterly-Digital, 2007).

Reference of Article in Journal or Magazine:

Wentzel, K. R. 1997. Student Motivation in Middle School: The Role of

Perceived Pedagogical Caring. Journal of Educational Psychology, 89 (3),

411-419.

Reference of Translated Book: Habermas ,Jurgen. 2007. TeoriTindakanKomunikatif II: Kritikatas Rasio

Fungsionaris. Translated by Nurhadi. Yogyakarta: Kreasi Wacana.

References of Official Government Documents issued by Institution:

Undang-Undang Sistem Pendidikan Nasional (UURI No. 20 Tahun 2003 dan

Peraturan Pelaksanaannya. 2003. Jakarta: Departemen Pendidikan

Nasional.

Page 134: JURNAL CIVIC HUKUM

Reference of Article in Newspaper with no Author:

JawaPos, 27 May 2015. “Komitmen Mendikbud Segarkan Pramuka”. page 3.

Reference of Article from the Internet:

Winingsih, H. Lucia, et. al. 2007. Peningkatan Mutu, Relevansi dan Daya Saing

Pendidikan. Jakarta: Pusat Dokumentasi dan Informasi Ilmiah-Lembaga

Ilmu Pengetahuan Indonesia PDII-LIPI, accessed on 2 December 2014

online www.Pdii.lipi.go.id/katalog/index.php/search catalog /byld/257453.

Reference of Thesis or Dissertation:

Mulyana, Yoyo. 2000. Keefektifan Model Mengajar Respons Pembaca dalam

Pengajaran Pengkajian Puisi. Unpublished Dissertation. Bandung: Fakultas

Fakultas Bahasa dan Seni Universitas Pendidikan Indonesia.

Musaffak. 2013. Peningkatan Kemampuan Membaca Kritis dengan

Menggunakan Metode Mind Mapping. Unpublished Thesis. Malang: PPs UM.

5. The reference library used is a maximum of 10 years old with a minimum

references of 10 articles and at least 50% of the references are from

scientific journals.

6. The editor reserves the right to change the text of the manuscript insofar it

does not affect the material or the content of the subject matter.

7. Anything involving licensing of quotations or the use of computer

software for the making of manuscripts or other matters relating to the

intellectual property rights of the author of the article, including the legal

consequences which may arise, shall be the sole responsibility of the

author of the article.

Page 135: JURNAL CIVIC HUKUM

TITLE WRITTEN WITH

FONT TIMES NEW ROMAN 14 BOLD

(MAXIMUM OF 14 WORDS)

Author11), Author22)etc. [Font Times New Roman 12, no title,

No abbreviation and acronym] 1Institution (author 1, times new roman 11)

email: [email protected] (times new roman 11) 2Institution (author 1, times new roman 11)

email: [email protected] (times new roman 11)

No. Handphone : ......................................... 1City and Country Name (times new roman 11)

2City and Country Names (times new roman 11)

ABSTRAK [Times New Roman 10, bahasa Indonesia]

Abstrak ditulis dalam bahasa indonesia berisikan tujuan penelitian, metode/pendekatan

penelitian dan hasil penelitian. Abstrak ditulis dalam satu alenia, tidak lebih dari 200 kata. (Times

New Roman 10, spasi tunggal).

Kata kunci: 3-5 kata kunci dipisahkan dengan tanda koma. [Font Times New Roman 10, spasi

tunggal].

ABSTRACT [Times New Roman 10, English]

The abtract is written in English, consists of the purposes of the research, method/approach of

research and result of the research. Abstract is written in onealinea, with maximum of 200 words.

(Times New Roman 10, single spaced).

Keywords: 3-5keywords separated with comma. [Times New Roman 10, single spaced]

INTRODUCTION [Times New Roman 12 bold]

Introduction(contains the background, the research context, the results of

the literature review, and the research objectives, all described in an integrated

form of paragraphs, with a percentage of 15-20% of the whole article) Relevant

literature review and hypothesis development (if any). [Times New Roman, 12,

normal spaced].

METHOD

The method describes the exposure in the form of paragraphs about the

research design, data sources, data collection techniques, and data analysis

conducted by researcher(s), with percentage of 10-15% [Times New Roman, 12,

normal spaced].

RESULT AND DISCUSSION

The result of the research contains the result of the analysis related to the

research question, while the discussion contains the meanings of the results and

the comparison with theory and / or similar research results, with the percentage

of 40-60% of the whole article); Possible follow-up activities can also be

submitted in this section The results of the study can be supplemented by table 1

(not the following table:), graph / image 1 (not the following graphic / image:),

and / or chart 1 (not the following chart:). [Times New Roman, 12, normal

spaced].

Page 136: JURNAL CIVIC HUKUM

Table 1. Name of Table (example of table 1) 95%CI Condition M(SD) LL UL Letters 14.5(28.6) 5.4 23.6 Digits 31.8(33.2) 21.2 42.4

Figure 1. Name ofFigure (Example of Figure 1)

CONCLUSION

The conclusion contains research findings in the form of answers to

research questions or in the form of a summary of the results of the discussion,

presented in paragraph form. Suggestions can be given in this section [Times New

Roman, 12, normal spaced].

REFERENCES

References consist of sources that are cited on this text and sorted

alphabetically and chronologically.

Book:

Gardner, H. 1993. Multiple Intelligences. New York: BasicBooks.

Book of Article Collection:

Wahyono, P danSugiarti (Eds.). 2013. PencerahanPendidikanMasaDepan.

Malang: UMM Press

Articles in a Collection of Articles:

Bezooijen, R. V. 2002. Aesthetic evaluation of Dutch: Comparison across

dialects, accents and languages. Dalam D. Long, & D. R. Preston (Eds.),

Handbook of perceptual dialectology (Vol. 2, pg. 13-30). Amsterdam and

Philadelphia: Benjamins.

Articles in Journal or Magazine:

Jaber, M., & Hussein, R. 2011. Native speakers’ perception of non-native English

speech. English Language Teaching, 4(4), 77-87.

Official Documents:

Undang-undangRepublik Indonesia Nomor 2 tentangSistemPendidikanNasional.

2003. Surabaya: Usaha Nasional