jurnal case control

108
HUBUNGAN SOSIODEMOGRAFI DAN LINGKUNGAN DENGAN KEJADIAN PENYAKIT DEMAM BERDARAH DENGUE (DBD) DI KECAMATAN BUKIT RAYA KOTA PEKANBARU TAHUN 2008 TESIS Oleh AWIDA ROOSE 067023002/AKK SEKOLAH PASCASARJANA UNIVERSITAS SUMATERA UTARA M E D A N 2008 Awida Roose: Hubungan Sosiodemografi dan Lingkungan Dengan Kejadian Penyakit Demam Berdarah Dengue (DBD) Di Kecamatan Bukit Raya Kota Pekanbaru Tahun 2008, 2008. USU e-Repository © 2008

Upload: adi-suryadi-putra

Post on 19-Jan-2016

152 views

Category:

Documents


1 download

DESCRIPTION

jurnal case control

TRANSCRIPT

Page 1: Jurnal Case Control

HUBUNGAN SOSIODEMOGRAFI DAN LINGKUNGAN DENGAN KEJADIAN PENYAKIT DEMAM BERDARAH DENGUE (DBD)

DI KECAMATAN BUKIT RAYA KOTA PEKANBARU TAHUN 2008

TESIS

Oleh

AWIDA ROOSE 067023002/AKK

SEKOLAH PASCASARJANA UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

M E D A N 2008

Awida Roose: Hubungan Sosiodemografi dan Lingkungan Dengan Kejadian Penyakit Demam Berdarah Dengue (DBD) Di Kecamatan Bukit Raya Kota Pekanbaru Tahun 2008, 2008. USU e-Repository © 2008

Page 2: Jurnal Case Control

HUBUNGAN SOSIODEMOGRAFI DAN LINGKUNGAN DENGAN KEJADIAN PENYAKIT DEMAM BERDARAH DENGUE (DBD)

DI KECAMATAN BUKIT RAYA KOTA PEKANBARU TAHUN 2008

TESIS

Untuk Memperoleh Gelar Magister Kesehatan (M.Kes) dalam Program Studi Administrasi dan Kebijakan Kesehatan

Konsentrasi Administrasi dan Kebijakan Kesehatan/Epidemiologi Pada Sekolah Pascasarjana Universitas Sumatera Utara

Oleh

AWIDA ROOSE 067023002/AKK

SEKOLAH PASCASARJANA UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

M E D A N 2008

Awida Roose: Hubungan Sosiodemografi dan Lingkungan Dengan Kejadian Penyakit Demam Berdarah Dengue (DBD) Di Kecamatan Bukit Raya Kota Pekanbaru Tahun 2008, 2008. USU e-Repository © 2008

Page 3: Jurnal Case Control

PERNYATAAN HUBUNGAN SOSIODEMOGRAFI DAN LINGKUNGAN DENGAN

KEJADIAN PENYAKIT DEMAM BERDARAH DENGUE (DBD)

DI KECAMATAN BUKIT RAYA KOTA PEKANBARU

TAHUN 2008

TESIS

Dengan ini saya menyatakan bahwa tesis ini tidak terdapat karya yang pernah diajukan untuk memperolah gelar kesarjanaan di suatu perguruan tinggi dan sepanjang pengetahuan saya juga tidak terdapat karya atau pendapat yang pernah ditulis atau diterbitkan oleh orang lain, kecuali yang secara tertulis diacu dalam naskah ini disebutkan dalam daftar pustaka.

Medan, Agustus 2008

Awida Roose

Awida Roose: Hubungan Sosiodemografi dan Lingkungan Dengan Kejadian Penyakit Demam Berdarah Dengue (DBD) Di Kecamatan Bukit Raya Kota Pekanbaru Tahun 2008, 2008. USU e-Repository © 2008

Page 4: Jurnal Case Control

Judul Tesis : HUBUNGAN SOSIODEMOGRAFI DAN LINGKUNGAN

DENGAN KEJADIAN PENYAKIT DEMAM BERDARAH DENGUE (DBD) DI KECAMATAN BUKIT RAYA KOTA PEKANBARU TAHUN 2008

Nama Mahasiswa : AwidaRoose Nomor Pokok : 067023002 Program Studi : Administrasi dan Kebijakan Kesehatan Konsentrasi : Administrasi dan Kebijakan Kesehatan/Epidemiologi

Menyetujui

Komisi Pembimbing

(Dr. Ir. Erna Mutiara, M. Kes) (drh.Rasmaliah, M.Kes) Ketua Anggota

Ketua Program Studi Direktur (Dr.Drs.Surya Utama, MS) (Prof. Dr.Ir. T. Chairun Nisa B. M.Sc) Tanggal Lulus : 10 September 2008

Awida Roose: Hubungan Sosiodemografi dan Lingkungan Dengan Kejadian Penyakit Demam Berdarah Dengue (DBD) Di Kecamatan Bukit Raya Kota Pekanbaru Tahun 2008, 2008. USU e-Repository © 2008

Page 5: Jurnal Case Control

Telah diuji Pada tanggal : 10 September 2008

PANITIA PENGUJI TESIS Ketua : Dr. Ir. Erna Mutiara, M. Kes Anggota : 1. drh.Rasmaliah, M.Kes 2. Ir. Indra Chahaya, M.Si 3. Ir. Evinaria, M.Kes

Awida Roose: Hubungan Sosiodemografi dan Lingkungan Dengan Kejadian Penyakit Demam Berdarah Dengue (DBD) Di Kecamatan Bukit Raya Kota Pekanbaru Tahun 2008, 2008. USU e-Repository © 2008

Page 6: Jurnal Case Control

ABSTRAK

Penyakit Demam Berdarah Dengue (DBD) merupakan salah satu masalah kesehatan masyarakat, sebanyak 7 dari 12 Kecamatan yang ada di Kota Pekanbaru merupakan daerah endemis DBD, dari 7 kecamatan tersebut Kecamatan Bukit Raya merupakan Kecamatan dengan case fatality rate dari tahun 2005, 2006 dan 2007 berturut-turut 1,44%, 0,0% dan 3,5% melebihi indikator nasional (1,0%).

Tujuan penelitian untuk mengetahui hubungan sosiodemografi (jenis kelamin, pendidikan, pekerjaan dan mobilisasi dan lingkungan (jarak rumah, tata rumah, kelembaban, tempat penampungan air (TPA), TPA bukan untuk keperluan sehari-hari, TPA alami, keberadaan jentik dan tanaman hias/pekarangan) dengan kejadian DBD.

Penelitian ini adalah penelitian observasional dengan rancangan studi kasus kontrol berpadanan. Sampel terdiri dari 85 kasus dan 85 kontrol dipadankan menurut jenis kelamin, umur dan kondisi tempat tinggal. Metode analisis data meliputi analisis univariat, bivariat dengan Mc Nemar dan analisis multivariat dengan menggunakan uji regresi logistik ganda kondisional.

Hasil analisis bivariat menunjukkan variabel yang berhubungan dengan kejadian DBD yaitu variabel pendidikan, pekerjaan, jarak rumah, TPA bukan untuk keperluan sehari-hari, TPA alami dan tanaman hias/pekarangan. Hasil analisis menunjukkan variabel yang tidak ada hubungan dengan kejadian DBD yaitu, tata rumah dan keberadaan jentik. Hasil analisis multivariat diketahui bahwa variabel yang paling dominan berhubungan dengan kejadian DBD adalah variabel mobilisasi.

Disarankan meningkatkan sosialisasi agar mengupayakan diri terhindar dari gigitan nyamuk dengan menggunakan reppelent bila akan bepergian keluar Kecamatan Bukit Raya untuk bekerja, sekolah, dan lain-lain. Peningkatan program promosi tentang upaya pencegahan dan penanggulangan DBD kepada masyarakat secara intensif, meningkatkan gerakan masyarakat untuk melakukan kegiatan kerja bakti seminggu sekali dan meningkatkan kegiatan survei jentik. Kata Kunci : Demam Berdarah Dengue, Sosiodemografi, Lingkungan.

Awida Roose: Hubungan Sosiodemografi dan Lingkungan Dengan Kejadian Penyakit Demam Berdarah Dengue (DBD) Di Kecamatan Bukit Raya Kota Pekanbaru Tahun 2008, 2008. USU e-Repository © 2008

Page 7: Jurnal Case Control

ABSTRACT

Dengue Hemorrhagic Fever (DHF) is one of the public health problems in the city of Pekanbaru. Seven of the existing 12 sub-districts in Pekanbaru are DHF endemic areas and Bukit Raya is one of the 7 sub-district which has the highest number of DHF cases with respectively case fatality rates of 1.44%, 0.0%, and 3.5% from the years of 2005, until 2007. These percentages exeed the national indicator which is only 1,0%.

The purpose of this study is to examine the relationship between sosiodemografi (sex, education, occupation, mobilization), environment (home distance, home arrangement, humidity, water tank, water tank (not for the daily-used water), natural water tank, existance of mosquito larvae, and ornamental plant) with the incidents of DHF. This study is observational research with matchec case control design. The samples consist of 85 for case group and 85 for control group mached in sex, age and living place condition. Data analysis includes univariat, bivariat using Mc Nemar test and multivariate using conditional multiple logistic regression.

The result of bivarate analysis shows that variables have a significant relationship with the incident of DHF namely education, occupation, home distance, water tank not for the daily – used water, natural water tank, and ornamental plants. Home arrangement and the existence of mosquito larvae do not have a relationship with the incident of DHF. The result of multivarite analysis shows that the variable which is very dominant related to the incident of DHF is mobilization.

It is suggested to implement a proper socialization to avoid mosquito bite by using reppelent if going out of Bukit Raya Subdistrict Kota Pekanbaru to work, school etc. Intensively improve the promotion of DHF control and prevention program to the community, increase community participation in doing voluntary collective work once a week, and increase mosquito larvae survey activity. Key words : DHF, Socio – Demography, Environment.

Awida Roose: Hubungan Sosiodemografi dan Lingkungan Dengan Kejadian Penyakit Demam Berdarah Dengue (DBD) Di Kecamatan Bukit Raya Kota Pekanbaru Tahun 2008, 2008. USU e-Repository © 2008

Page 8: Jurnal Case Control

KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah SWT, karena atas rahmat dan hidayah-Nya,

penulisan tesis ini dapat diselesaikan dengan baik. Penyusunan tesis ini dimaksudkan

untuk memenuhi sebagian persyaratan menyelesaikan Pendidikan S2 pada Sekolah

Pascasarjana USU, Medan.

Penulis menyadari begitu banyak dukungan, bimbingan, bantuan dan

kemudahan yang diberikan oleh berbagai pihak, sehingga tesis ini dapat diselesaikan.

Dengan penuh ketulusan hati, penulis menyampaikan ucapan terimakasih,

semoga sukses dan bahagia selalu dalam lindungan Allah SWT kepada Ibu Dr.Ir.

Erna Mutiara, M.Kes dan Ibu drh.Rasmaliah, M.Kes selaku pembimbing yang

memberi perhatian, dukungan dan pengarahan hingga selesai tesis ini.

Terimakasih tiada terkira juga kami sampaikan dengan tulus kepada Ibu Ir.

Indra Chahaya, M.Si dan Ibu Ir. Evinaria, M.Kes selaku tim penguji yang telah

memberi masukan sehingga dapat meningkatkan kesempurnaan tesis ini.

Di samping itu penulis ucapkan terima kasih sebesar-besarnya kepada :

1. Bapak Prof.dr. Chairuddin P.Lubis,DTM&H, Sp.A(K) selaku Rektor Universitas

Sumatera Utara Medan.

2. Ibu Prof. Dr. Ir. T. Chairun Nisa B, MSc selaku Direktur Sekolah Pascasarjana

3. Ketua Program Studi Administrasi dan Kebijakan Kesehatan Sekolah

Pascasarjana USU dan seluruh staf yang telah banyak membantu.

Awida Roose: Hubungan Sosiodemografi dan Lingkungan Dengan Kejadian Penyakit Demam Berdarah Dengue (DBD) Di Kecamatan Bukit Raya Kota Pekanbaru Tahun 2008, 2008. USU e-Repository © 2008

Page 9: Jurnal Case Control

4. Bapak Saiful Bahri Rab, selaku Kepala Dinas Kesehatan Kota Pekanbaru yang

telah memberi izin dan dukungan

5. Bapak dr. Zainal Abidin MPH selaku Sekretaris Program UKM, DHS I ADB

Propinsi Riau dan seluruh staf yang telah memberikan bantuan dana pendidikan.

6. Rekan-rekan di peminatan Administrasi Kebijakan Kesehatan angkatan tahun

2006.

7. Sahabat handaitaulan yang memberikan dukungan moral dan spritual yang tidak

dapat disebutkan satu persatu.

Ucapan terimakasih kepada kedua orangtua, Abang, Abang Ipar, Kakak,

Kakak Ipar, Adik, Adik Ipar, Keponakan dan kedua Ananda tercinta yang telah

memberikan dukungan bantuan selama penulis mengikuti pendidikan, Semoga

ALLAH SWT membalas kebaikan yang telah dilakukan dan melimpahkan ridho dan

hidayahNya.

Akhirnya penulis berharap tesis ini bermanfaat bagi kesehatan masyarakat

Indonesia, khususnya Kota Pekanbaru.

Pekanbaru, Agustus 2008

Penulis

Awida Roose: Hubungan Sosiodemografi dan Lingkungan Dengan Kejadian Penyakit Demam Berdarah Dengue (DBD) Di Kecamatan Bukit Raya Kota Pekanbaru Tahun 2008, 2008. USU e-Repository © 2008

Page 10: Jurnal Case Control

RIWAYAT HIDUP

Nama : Awida Roose

Tempat/Tanggal Lahir : Pekanbaru, 19 Agustus 1962

Agama : Islam

Alamat : Jln. Singgalang No. 7 Pekanbaru,

Telp (0761)24833

Telp/HP : 085271547332

RIWAYAT PENDIDIKAN

Tahun 1969 – 1975 : SDN II Pekanbaru

Tahun 1975 – 1979 : SMP Santa Maria Pekanbaru

Tahun 1979 – 1982 : SMU N I Pekanbaru

Tahun 1982- 1985 : APK – TS Padang

Tahun 2002– 2004 : STIKES Hang Tuah Pekanbaru

Tahun 2006 – 2008 : Sekolah Pascasarjana Universitas Sumatera Utara

Medan, Program Studi Administrasi dan Kebijakan

Kesehatan Konsentrasi Epidemiologi.

RIWAYAT PEKERJAAN

1986 – 1987 : Staf Dinkes TK I Propinsi Riau

1987 – 1989 : Pjs Kasubsi Kebling DKK Pekanbaru

1989 – 2002 : Pj. Kasubsi Kebling DKK Pekanbaru

2002 – Sekarang : KASI PSM DKK Pekanbaru

Awida Roose: Hubungan Sosiodemografi dan Lingkungan Dengan Kejadian Penyakit Demam Berdarah Dengue (DBD) Di Kecamatan Bukit Raya Kota Pekanbaru Tahun 2008, 2008. USU e-Repository © 2008

Page 11: Jurnal Case Control

DAFTAR ISI

Halaman

ABSTRAK ..................................................................................................... vi ABSTRACT .................................................................................................... vii KATA PENGANTAR .................................................................................... viii RIWAYAT HIDUP ......................................................................................... x DAFTAR ISI.................................................................................................... xi DAFTAR TABEL ........................................................................................... xiii DAFTAR GAMBAR ...................................................................................... xv DAFTAR LAMPIRAN ................................................................................... xvi BAB 1 PENDAHULUAN ........................................................................... 1

1.1 Latar Belakang ............................................................................... 1 1.2 Rumusan Masalah ......................................................................... 7 1.3 Tujuan Penelitian .......................................................................... 7 1.4 Hipotesis ........................................................................................ 8 1.5 Manfaat Penelitian ........................................................................ 8

BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA .................................................................. 9

2.1 Demam Berdarah Dengue ............................................................. 9 2.1.1 Epidemiologi Penyakit DBD ............................................. 9 2.1.2 Etiologi .............................................................................. 12 2.1.3 Patogenesis dan Patofisiologi ............................................ 13 2.1.4 Tanda dan Gejala Klinik ................................................... 14 2.1.5 Mekanisme Penularan ....................................................... 16 2.1.6 Tempat Potensial bagi Penularan Nyamuk DBD .............. 17

2.2 Nyamuk Penular DBD .................................................................. 18 2.2.1 Ekologi .............................................................................. 20 2.2.2 Bionomik Vektor ............................................................... 23 2.2.3 Pengamatan Kepadatan Vektor ......................................... 26

2.3 Landasan Teori .............................................................................. 28 2.4 Kerangka Konsep .......................................................................... 31

BAB 3. METODE PENELITIAN ................................................................. 33

3.1 Jenis Penelitian .............................................................................. 33 3.2 Lokasi dan Waktu Penelitian ....................................................... 34

Awida Roose: Hubungan Sosiodemografi dan Lingkungan Dengan Kejadian Penyakit Demam Berdarah Dengue (DBD) Di Kecamatan Bukit Raya Kota Pekanbaru Tahun 2008, 2008. USU e-Repository © 2008

Page 12: Jurnal Case Control

3.3 Populasi dan Sampel .................................................................... 34 3.4 Metode Pengumpulan Data .......................................................... 37 3.5 Variabel dan Definisi Operasional ............................................... 37 3.6 Metode Pengukuran ..................................................................... 39 3.7 Metode Analisis Data ................................................................... 43

1. Analisis Univariat ..................................................................... 43 2. Analisis Bivariat ........................................................................ 43 3. Analisis Multivariat ................................................................... 43

BAB 4. HASIL PENELITIAN ...................................................................... 44

4.1. Gambaran Umum Kecamatan Bukit Raya ..................................... 44 4.2. Gambaran Karakteristik Responden ............................................... 48 4.3. Analisa Bivariat .............................................................................. 56 4.4. Analisis Multivariat ....................................................................... 60

BAB 5. PEMBAHASAN ................................................................................ 63

5.1. Sosiodemografi ............................................................................... 63 5.2. Lingkungan Fisik dan Biologi ........................................................ 66 5.3. Faktor Paling Dominan yang Berhubungan dengan Kejadian DBD 74 5.4.Keterbatasan Penelitian .................................................................. 75

BAB 6. KESIMPULAN DAN SARAN ......................................................... 77

6.1. Kesimpulan ..................................................................................... 77 6.2. Saran ............................................................................................... 78

DAFTAR PUSTAKA ..................................................................................... 80

Awida Roose: Hubungan Sosiodemografi dan Lingkungan Dengan Kejadian Penyakit Demam Berdarah Dengue (DBD) Di Kecamatan Bukit Raya Kota Pekanbaru Tahun 2008, 2008. USU e-Repository © 2008

Page 13: Jurnal Case Control

DAFTAR TABEL

Nomor Judul Halaman

3.1. Variabel dari Beberapa Penelitian Terdahulu ............................... 36 3.2. Defenisi Operasional Variabel, Cara Ukur, Alat Ukur, Skala Ukur dan Hasil Ukur ........................................................... 40 4.1. Distribusi Jumlah Penduduk Menurut Kelompok Umur di

Kecamatan Bukit Raya Tahun 2007 ............................................. 45

4.2. Penduduk > 5 tahun Menurut Jenis Pendidikan yang Dijalani dan Ditamatkan Pada Tiap Kelurahan di Kecamatan Bukit Raya Tahun 2007 ................................................................................... 45

4.3. Jumlah Penduduk yang Datang dan pindah Menurut Kelurahan di Kecamatan Bukit Raya Tahun 2007 ............................................. 46

4.4. Kondisi Bangunan Tempat Tinggal Menurut tipe dinding berdasarkan Kelurahan di Kecamatan Bukit Raya tahun 2007 ......................... 47

4.5. Jumlah Bangunan Tempat Tinggal Menurut Tipe Atap Berdasarkan Kelurahan di Kecamatan Bukit Raya Tahun 2007 ........................ 47

4.6. Distribusi Kasus dan Kontrol Menurut Sosiodemografi (umur, Jenis kelamin, Pendidikan, Pekerjaan dan Mobilisasi .................. 48

4.7. Distribusi kasus dan kontrol menurut lingkungan fisik dan biologi ............................................................................. 49 4.8. Jenis dan jumlah kontainer yang terdapat pada Rumah responden........................................................................... 53 4.9. Jumlah dan Jenis kontainer yang ditemukan jentik ...................... 54 4.10. Tabulasi silang sosiodemografi dengan kejadian DBD di Kecamatan Bukit Raya Kota Pekanbaru ................................... 56

Awida Roose: Hubungan Sosiodemografi dan Lingkungan Dengan Kejadian Penyakit Demam Berdarah Dengue (DBD) Di Kecamatan Bukit Raya Kota Pekanbaru Tahun 2008, 2008. USU e-Repository © 2008

Page 14: Jurnal Case Control

4.11. Tabulasi silang Lingkungan Fisik dan Biologi responden dengan kejadian DBD .................................................................... 58 4.12. Hasil analisis regresi logistik ganda kondisional hubungan mobilisasi, tata rumah, TPA bukan untuk keperluan sehari-hari,

tempat penampungan air alami, keberadaan jentik dan tanaman hias dengan kejadian DBD .................................................................... 61

4.13. Hasil Akhir Analisis Regresi Logistik Ganda Kondisional ........... 62

Awida Roose: Hubungan Sosiodemografi dan Lingkungan Dengan Kejadian Penyakit Demam Berdarah Dengue (DBD) Di Kecamatan Bukit Raya Kota Pekanbaru Tahun 2008, 2008. USU e-Repository © 2008

Page 15: Jurnal Case Control

DAFTAR GAMBAR

Nomor Judul Halaman

2.1. Siklus Hidup Nyamuk Ae.aegypti............................................ 24

2.2. Model Klasik Kausasi Segitiga Epidemiologi ........................ 29

2.3. Modifikasi Hubungan Sosiodemografi dan Lingkungan dengan Kejadian DBD ....................................... 31 2.4. Kerangka Konsep Penelitian ................................................... 32

3.1. Skema Penelitian ..................................................................... 33

Awida Roose: Hubungan Sosiodemografi dan Lingkungan Dengan Kejadian Penyakit Demam Berdarah Dengue (DBD) Di Kecamatan Bukit Raya Kota Pekanbaru Tahun 2008, 2008. USU e-Repository © 2008

Page 16: Jurnal Case Control

DAFTAR LAMPIRAN

Nomor Judul Halaman

1. Kuesioner Penelitian ..................................................................... 83

2. Master Data Penelitian .................................................................. 87

3. Tabel 4a.Distribusi Kasus Kontrol Berdasarkan TPA yang dimiliki ......................................................................... 117 4. Tabel 4b. Distribusi Kasus Kontrol Berdasarkan TPA bukan untuk keperluan sehari-hari ....................................... 118 5. Tabel 4.c. Distribusi Kasus Kontrol Berdasarkan TPA Alami .................................................................................... 119 6. Tabel 4.d. Distribusi Kasus Kontrol Berdasarkan Keberadaan Jentik pada TPA ........................................................ 120 7. Tabel 4.e. Distribusi Kasus Kontrol Berdasarkan Keberadaan Jentik pada TPA bukan untuk keperluan sehari-hari .................... 121 8. Tabel 4.f. Distribusi Kasus Kontrol Berdasarkan Keberadaan Jentik pada TPA Alami ................................................................. 122 9. Surat Izin Penelitian ...................................................................... 123

10. Surat Keterangan Penelitian .......................................................... 124

11. Surat Izin Survei dan Pengambilan Data dari BMG ..................... 125

12. Data Klimatologi ........................................................................... 126

13. Hasil Pengolahan dan Penelitian ................................................... 128

14. Keterangan Singkatan ................................................................... 138

Awida Roose: Hubungan Sosiodemografi dan Lingkungan Dengan Kejadian Penyakit Demam Berdarah Dengue (DBD) Di Kecamatan Bukit Raya Kota Pekanbaru Tahun 2008, 2008. USU e-Repository © 2008

Page 17: Jurnal Case Control

BAB 1

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Sejak era reformasi, paradigma sehat digunakan sebagai paradigma

pembangunan kesehatan berarti pembangunan kesehatan harus lebih mengutamakan

upaya promotif dan preventif, tanpa mengabaikan upaya kuratif dan rehabilitatif.

Dengan demikian pemberantasan penyakit menular merupakan program yang sangat

penting dalam pembangunan kesehatan guna mencapai visi dan misi pembangunan

kesehatan, yaitu “Indonesia Sehat 2010”. Untuk mencapai tujuan pembangunan

kesehatan diperlukan dukungan Sistem Kesehatan Nasional (SKN) yang tangguh,

subsistem pertama SKN adalah upaya kesehatan yang mencakup antara lain

pemberantasan penyakit menular (Depkes RI, 2004b).

Penyakit Demam Berdarah Dengue (DBD) adalah salah satu penyakit menular

yang disebabkan oleh virus dengue ditularkan dari seorang kepada orang lain melalui

gigitan nyamuk Ae. aegypti. DBD telah muncul sebagai masalah kesehatan

masyarakat internasional pada abad 21, menurut WHO (2000) antara tahun 1975-

1995 terdeteksi di 102 negara dari lima wilayah WHO, yaitu 20 negara di Afrika, 42

negara di Amerika, 7 negara di Asia Tenggara, 4 negara di Timur Tengah dan 29

negara di Pasifik Barat (Depkes RI, 2003)

Negara-negara di kawasan Asia Tenggara antara tahun 1985-1996 telah

berkembang menjadi wilayah hiperendemis. Jumlah kasus menunjukan peningkatan

1

Awida Roose: Hubungan Sosiodemografi dan Lingkungan Dengan Kejadian Penyakit Demam Berdarah Dengue (DBD) Di Kecamatan Bukit Raya Kota Pekanbaru Tahun 2008, 2008. USU e-Repository © 2008

Page 18: Jurnal Case Control

yang tajam dalam jumlah kematian dan kesakitan pada tiga sampai lima tahun

terakhir. Munculnya kembali Kejadian Luar Biasa (KLB)/wabah DBD diperkirakan

bahwa terdapat sekurang-kurangnya seratus juta kasus DBD per tahun dan 500.000

kasus yang memerlukan rawat inap di rumah sakit, dimana 90% penderita adalah

anak-anak di bawah usia 15 tahun. Angka kematian yang disebabkan oleh DBD rata-

rata 5%, dengan catatan kematian sekitar 25.000 terjadi tiap tahun. Walaupun semula

DBD menjadi permasalahan di daerah perkotaan namun saat ini juga mengancam

daerah pinggiran (Depkes RI, 2003).

Di Indonesia penyakit DBD pertama kali dilaporkan pada tahun 1968 berupa

KLB di Jakarta dan di Surabaya dimana tercatat 54 kasus dengan 24 kematian Case

Fatality Rate 41,5%), Pada tahun berikutnya kasus DBD menyebar ke lain kota yang

berada di wilayah Indonesia dan dilaporkan meningkat setiap tahunnya. Kejadian luar

biasa penyakit DBD terjadi di sebagian besar daerah perkotaan dan beberapa daerah

pedesaan (Soegijanto, 2003).

Penyakit DBD sampai saat ini masih merupakan salah satu masalah kesehatan

masyarakat di Indonesia dengan jumlah pasien yang cenderung meningkat serta

daerah menyebaran yang semakin meluas. DBD terutama menyerang anak-anak

namun dalam beberapa tahun terakhir cenderung semakin banyak dilaporkan kasus

DBD pada orang dewasa (Depkes RI, 2004a).

Awal kejadian luar biasa penyakit virus Dengue setiap lima tahun selanjutnya

mengalami perubahan menjadi tiga tahun, dua tahun dan akhirnya setiap tahun diikuti

dengan adanya kecenderungan peningkatan infeksi virus Dengue pada bulan-bulan

Awida Roose: Hubungan Sosiodemografi dan Lingkungan Dengan Kejadian Penyakit Demam Berdarah Dengue (DBD) Di Kecamatan Bukit Raya Kota Pekanbaru Tahun 2008, 2008. USU e-Repository © 2008

Page 19: Jurnal Case Control

tertentu. Hal ini terjadi, kemungkinan berhubungan erat dengan a) perubahan iklim

dan kelembaban nisbi; b) terjadinya migrasi penduduk dari daerah yang belum

ditemukan infeksi virus Dengue ke daerah endemis penyakit virus Dengue atau dari

pedesaan ke perkotaan; c) meningkatnya kantong-kantong jentik nyamuk

Ae.aegyptidi perkotaan terutama daerah yang kumuh pada bulan-bulan tertentu

(Soegijanto, 2003).

Pada awal tahun 2004 Indonesia menghadapi KLB DBD dengan jumlah

kasus DBD sejak Januari sampai Mei 2004 mencapai 64.000 (Incidence Rate 29,7 per

100.000 penduduk) dengan kematian sebanyak 724 orang (Case Fatality Rate 1,1%)

(Depkes RI, 2005). Pemerintah melalui Departemen Kesehatan dalam press release

tanggal 16 Februari 2004 menetapkan bahwa telah terjadi KLB DBD dan pada

tanggal 24 Februari 2004, 12 provinsi dikategorikan sebagai provinsi KLB DBD

yaitu seluruh provinsi di pulau Jawa, NAD, Bali, Kalsel, Sulsel, NTB dan NTT,

Beberapa daerah lainnya juga menunjukkan adanya peningkatan kasus yaitu di

Provinsi Riau, Sumsel, Sumbar, Lampung, Kaltim, Kalteng, Kalbar, Sulut dan Papua

(Depkes RI, 2004a). Tahun 2007 jumlah kasus DBD meningkat dengan jumlah kasus

sebanyak 156.697 (Incidence Rate 71,43 per 100. 000 penduduk) dengan kematian

sebanyak 1.568 orang (Case Fatality Rate 1%) (Depkes RI, 2007).

Hasil Rekapitulasi Laporan Program Pemberantasan penyakit DBD Dinas

Kesehatan Propinsi Riau yang berasal dari 11 Kabupaten/Kota yang ada di Propinsi

Riau menunjukkan selama kurun waktu (2005 sampai dengan pertengahan tahun

2007) hampir seluruh Kabupaten/Kota tersebut merupakan daerah endemis penyakit

Awida Roose: Hubungan Sosiodemografi dan Lingkungan Dengan Kejadian Penyakit Demam Berdarah Dengue (DBD) Di Kecamatan Bukit Raya Kota Pekanbaru Tahun 2008, 2008. USU e-Repository © 2008

Page 20: Jurnal Case Control

DBD. Pada tahun 2006 lebih dari 50% Kabupaten/Kota di Propinsi Riau angka

kematian akibat DBD cukup tinggi dimana angka kematian (Case Fatality Rate)

melebihi dari Indikator Nasional yaitu 1%. Dari seluruh Kabupaten/Kota di Propinsi

Riau, bila dilihat jumlah kasus DBD dan jumlah kematian akibat DBD selama 3

tahun berturut-turut tersebut Kota Pekanbaru termasuk tinggi. Tahun 2006 angka

Incidence Rate (IR) sebesar 50,0 per 100.000 penduduk dengan CFR sebesar 0,9%,

tahun 2007 (data dari Januari sampai dengan Oktober) angka Incidence Rate (IR)

sebesar 41,5 per 100.000 dengan CFR 1,7% (Dinkes Provinsi Riau, 2007).

Kota Pekanbaru merupakan Ibu Kota Provinsi Riau terdiri dari 12 Kecamatan

dan 58 Kelurahan, dimana 7 dari 12 Kecamatan tersebut (Kecamatan Limapuluh,

Sail, Bukit Raya, Tenayan Raya, Marpoyan Damai, Tampan dan Payung Sekaki)

merupakan daerah endemis DBD sedangkan 5 Kecamatan lainnya (Kecamatan

Sukajadi, Senapelan, Rumbai Pesisir, Rumbai dan Pekanbaru Kota) kejadian DBD di

tiap kelurahannya bervariasi yaitu sebagian kelurahannya merupakan daerah

endemis DBD sebagian lagi merupakan daerah sporadis DBD.

Dari 7 kecamatan endemis DBD di Kota Pekanbaru, Kecamatan Bukit Raya

merupakan kecamatan dengan jumlah kasus DBD paling tinggi tahun 2005 jumlah

kasus 138 orang, tahun 2006 jumlah kasus DBD sebanyak 52 orang penderita

sebagian besar berumur > 15 tahun (61%), perbandingan penderita DBD antara

perempuan dan laki-laki hampir sama yaitu 49% dan 51%. Tahun 2007 di Kecamatan

Bukit Raya jumlah kasus DBD 80 orang sebagian besar penderita dari kelompok

umur 15 tahun yaitu 73%. Perbandingan penderita DBD antara perempuan dan laki-

Awida Roose: Hubungan Sosiodemografi dan Lingkungan Dengan Kejadian Penyakit Demam Berdarah Dengue (DBD) Di Kecamatan Bukit Raya Kota Pekanbaru Tahun 2008, 2008. USU e-Repository © 2008

Page 21: Jurnal Case Control

laki adalah 49 % dan 51%. Sedangkan Case Fatality Rate di Kecamatan Bukit Raya

tahun 2005 adalah sebesar 1,44% menduduki peringkat ke 2 setelah Kecamatan

Tampan dilihat dari angka CFR. Tahun 2006 tidak terjadi kematian tetapi tahun 2007

Case Fatality Rate meningkat menjadi 3,5% (Puskesmas Harapan Raya, 2007).

Terjadinya kasus DBD baik kasus kesakitan maupun kematian di Kecamatan

Bukit Raya dari tahun 2005, 2006 dan 2007 berfluktuasi sebagaimana diuraikan

diatas, terjadinya keadaan berfluktuasi tersebut di atas tidak dapat diprediksi secara

pasti faktor penyebabnya. Bila dilihat hasil pelaksanaan pemantauan bebas jentik

nyamuk Aedes terhadap rumah/bangunan di Kota Pekanbaru tahun 2006 dan 2007,

untuk semua Kecamatan yang ada di Kota Pekanbaru Angka Bebas Jentik (ABJ)

rata-rata berkisar antara 90%– 95% hal ini menunjukkan bahwa Angka Bebas Jentik

di tiap Kecamatan di Kota Pekanbaru sudah memenuhi Indikator Nasional (95%)

tidak terkecuali Kecamatan Bukit Raya. Namun dengan angka bebas jentik rata-rata

berkisar 90%-95%, Kecamatan Bukit Raya tetap merupakan daerah endemis DBD

dengan jumlah kasus paling tinggi serta Case Fatality Rate melebihi Indikator

Nasional (1%).

Secara teoritis penyebab munculnya KLB/wabah DBD antara lain disebabkan

karena adanya pertumbuhan penduduk yang tidak memiliki pola tertentu, urbanisasi

yang tidak terencana dan terkontrol, mobilitas penduduk yang tinggi, sistem

pengelolaan limbah padat berupa wadah yang dapat menjadi tepat penampungan air

seperti kaleng bekas, ban bekas, kulit buah dan lain-lain yang tidak saniter dan sarana

penyedian air bersih yang tidak memadai, berkembangnya penyebaran dan kepadatan

Awida Roose: Hubungan Sosiodemografi dan Lingkungan Dengan Kejadian Penyakit Demam Berdarah Dengue (DBD) Di Kecamatan Bukit Raya Kota Pekanbaru Tahun 2008, 2008. USU e-Repository © 2008

Page 22: Jurnal Case Control

nyamuk-nyamuk, kurangnya sistem pengamatan nyamuk yang efektif, meningkatnya

pergerakan dan penyebaran virus dengue, perkembangan hiperendemisitas dan

melemahnya infrastruktur kesehatan masyarakat (Depkes RI, 2003).

Teori penyebab timbulnya KLB terjadi di Kota Pekanbaru karena

pertumbuhan penduduk akibat arus migrasi ke Kota Pekanbaru yang relatif cukup

tinggi sehingga menimbulkan berbagai akibat antara lain meningkatnya jumlah

pengangguran, kemiskinan dan pemukiman kumuh serta rawan sosial sebagaimana

pidato walikota Pekanbaru pada hari jadi Kota Pekanbaru ke-223 (Abdullah, 2007)

Sesuai teori di atas dan pidato walikota Pekanbaru penyebab tingginya angka

kesakitan dan CFR DBD di Kecamatan Bukit Raya diperkirakan antara lain arus

migrasi yang relatif tinggi menimbulkan pemukiman kumuh, penyebab lain yaitu

tingginya mobilitas penduduk karena sebagian penduduk bekerja di luar wilayah kota

Pekanbaru yaitu pada kabupaten lain secara geografis kabupaten tersebut berbatasan

dengan Kecamatan Bukit Raya. Disamping itu Kecamatan Bukit Raya merupakan

kecamatan yang sebagian wilayahnya mengalami pemekaran sejalan dengan itu

perkembangan pembangunan pemukiman cukup pesat yang merupakan sasaran

pemukiman para urban namun pada wilayah lain perkembangan pembangunan belum

tertata baik dan masih banyak lahan yang merupakan tanah kosong sehingga

ditumbuhi semak yang dapat dijadikan tempat beristrahat nyamuk demikian juga

daerah pemukiman baru dimana beberapa rumah belum ada penghuninya yang

kemungkinan besar didalam rumah tersebut terdapat genangan air tempat perindukan

nyamuk.

Awida Roose: Hubungan Sosiodemografi dan Lingkungan Dengan Kejadian Penyakit Demam Berdarah Dengue (DBD) Di Kecamatan Bukit Raya Kota Pekanbaru Tahun 2008, 2008. USU e-Repository © 2008

Page 23: Jurnal Case Control

Berdasarkan uraian di atas, maka dilakukan penelitian tentang Sosiodemografi

dan Lingkungan Masyarakat di Kecamatan Bukit Raya Kota Pekanbaru dengan

kejadian penyakit DBD.

1.2. Rumusan Masalah

Kecamatan Bukit Raya merupakan wilayah endemis DBD dengan angka CFR

dari tahun 2005, 2006 dan 2007 berturut-turut 1,44%, 0%, 2,35%, sedangkan Angka

Bebas Jentik (ABJ) rata-rata berkisar antara 90% - 95% yaitu sudah memenuhi

indikator nasional, maka dirumuskan masalah penelitian sebagai berikut :

1. Belum diketahuinya hubungan sosiodemografi dengan kejadian penyakit

DBD di Kecamatan Bukit Raya Kota Pekanbaru tahun 2008.

2. Belum diketahuinya hubungan lingkungan fisik dan biologi dengan

kejadian penyakit DBD di Kecamatan Bukit Raya Kota Pekanbaru tahun

2008.

1.3 Tujuan Penelitian

Penelitian ini bertujuan untuk :

1. Mengetahui hubungan sosiodemografi dengan kejadian penyakit DBD di

Kecamatan Bukit Raya Kota Pekanbaru.

2. Mengetahui hubungan lingkungan fisik dan biologi dengan kejadian

penyakit DBD di Kecamatan Bukit Raya Kota Pekanbaru.

Awida Roose: Hubungan Sosiodemografi dan Lingkungan Dengan Kejadian Penyakit Demam Berdarah Dengue (DBD) Di Kecamatan Bukit Raya Kota Pekanbaru Tahun 2008, 2008. USU e-Repository © 2008

Page 24: Jurnal Case Control

3. Mengetahui faktor yang paling dominan hubugannya dengan kejadian

penyakit DBD di Kecamatan Bukit Raya Kota Pekanbaru.

1.4 Hipotesis

Hipotesis pada penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Ada hubungan sosiodemografi dengan kejadian penyakit DBD di

Kecamatan Bukit Raya Kota Pekanbaru.

2. Ada hubungan lingkungan fisik dan biologi dengan kejadian penyakit

DBD di Kecamatan Bukit Raya Kota Pekanbaru.

1.5. Manfaat Penelitian

1. Sebagai bahan masukan kepada Pemerintah Kota Pekanbaru melalui

Dinas Kesehatan Kota Pekanbaru dalam rangka pelaksanaan kegiatan

penanggulangan DBD dan sebagai masukan dalam menentukan kebijakan

operasional dan strategi yang efisien dan komprehensif dalam pelaksanaan

penanggulangan DBD yang terjadi pada masyarakat Kota Pekanbaru

2. Untuk keperluan perencanaan dan dasar penyusunan usulan anggaran

program DBD dari Dinas Kesehatan Kota Pekanbaru.

3. Sebagai bahan masukan bagi peneliti selanjutnya yang akan melakukan

penelitian tentang DBD.

Awida Roose: Hubungan Sosiodemografi dan Lingkungan Dengan Kejadian Penyakit Demam Berdarah Dengue (DBD) Di Kecamatan Bukit Raya Kota Pekanbaru Tahun 2008, 2008. USU e-Repository © 2008

Page 25: Jurnal Case Control

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Demam Berdarah Dengue

Demam Berdarah Dengue (DBD) adalah penyakit demam akut disertai

dengan manifestasi perdarahan bertendensi menimbulkan syok dan dapat

menyebabkan kematian, umumnya menyerang pada anak < 15 tahun, namun tidak

tertutup kemungkinan menyerang orang dewasa. Tanda-tanda penyakit ini adalah

demam mendadak 2 sampai dengan 7 hari tanpa penyebab yang jelas, lemah, lesu,

gelisah, nyeri ulu hati, disertai tanda-tanda perdarahan di kulit (petechiae), lebam

(echymosis) atau ruam (purpura). Kadang-kadang mimisan, berak darah, kesadaran

menurun atau renjatan (shock) (Depkes RI, 2003).

Menurut WHO dikenal penyakit Demam Dengue (DD), yaitu penyakit akut

yang disebabkan oleh virus dengan gejala-gejala seperti sakit kepala, sakit pada sendi,

tulang dan otot. Sedangkan DBD ditunjukkan oleh 4 (empat) manifestasi klinis yang

utama, demam tinggi, fenomena perdarahan, sering dengan hepatomegali, dan tanda-

tanda kegagalan sirkulasi darah (WHO, 1997).

2.1.1 Epidemiologi Penyakit DBD

1. Distribusi Penyakit DBD Menurut Orang

DBD dapat menyerang semua umur, walaupun sampai saat ini DBD

lebih banyak menyerang anak-anak, tetapi dalam dekade terkahir ini DBD

terlihat kecenderungan kenaikan proporsi pada kelompok dewasa, karena pada

9

Awida Roose: Hubungan Sosiodemografi dan Lingkungan Dengan Kejadian Penyakit Demam Berdarah Dengue (DBD) Di Kecamatan Bukit Raya Kota Pekanbaru Tahun 2008, 2008. USU e-Repository © 2008

Page 26: Jurnal Case Control

kelompok umur ini mempunyai mobilitas yang tinggi dan sejalan dengan

perkembangan transportasi yang lancar, sehingga memungkinkan untuk

tertularnya virus dengue lebih besar (WHO, 1998).

Jenis kelamin pernah ditemukan perbedaan nyata di antara anak laki-

laki dan wanita. Beberapa negara melaporkan banyak kelompok wanita

dengan Dengue Shock Syndrome (DSS) menunjukkan angka kematian yang

tinggi daripada laki-laki. Singapura dan Malaysia pernah mencatat adanya

perbedaan angka kejadian infeksi di antara kelompok etnik. Kelompok

penduduk Cina banyak terserang DBD dari pada yang lain. Penemuan ini

dijumpai pada awal epidemi (Soegijanto, 2003)

2. Distribusi Penyakit DBD Menurut Tempat

Penyakit DBD dapat menyebar pada semua tempat kecuali tempat-

tempat dengan ketinggian 1000 meter dari permukaan laut karena pada tempat

yang tinggi dengan suhu yang rendah siklus perkembangan Ae.aegyptitidak

sempurna (Depkes RI, 2007).

Dalam kurun waktu 30 tahun sejak ditemukan virus dengue di

Surabaya dan Jakarta, baik dalam jumlah penderita maupun daerah

penyebaran penyakit meningkat pesat. Sampai saat ini DBD telah ditemukan

di seluruh propinsi di Indonesia dan 200 kota telah melaporkan adanya

kejadian luar biasa dengan insiden rate meningkat dari 0,005 per 100.000

Awida Roose: Hubungan Sosiodemografi dan Lingkungan Dengan Kejadian Penyakit Demam Berdarah Dengue (DBD) Di Kecamatan Bukit Raya Kota Pekanbaru Tahun 2008, 2008. USU e-Repository © 2008

Page 27: Jurnal Case Control

penduduk pada tahun 1968 menjadi berkisar antara 6 - 27 per 100.000

penduduk pada tahun 2004 (Depkes RI, 2005).

Meningkatnya jumlah kasus serta bertambahnya wilayah yang

terjangkit disebabkan karena semakin baiknya sarana transportasi penduduk,

adanya pemukiman baru, dan terdapatnya vektor nyamuk hampir di seluruh

pelosok tanah air serta adanya empat tipe virus yang bersirkulasi sepanjang

tahun (Depkes RI, 2003).

3. Distribusi Penyakit DBD Menurut Waktu

Menurut Depkes RI (2003), pola berjangkitnya infeksi virus dengue

dipengaruhi oleh iklim dan kelembaban udara. Pada suhu yang panas (28 –

320C) dengan kelembaban yang tinggi, nyamuk Aedes aegyptie akan tetap

bertahan hidup untuk jangka waktu lama. Di Indonesia karena suhu udara dan

kelembaban tidak sama di setiap tempat maka pola terjadinya penyakit agak

berbeda untuk setiap tempat. Di Jawa pada umumnya infeksi virus dengue

terjadi mulai awal Januari, meningkat terus sehingga kasus terbanyak terdapat

pada sekitar bulan April – Mei setiap tahun.

4. Pola Epidemiologi Penyakit DBD

a. Infeksi virus – pejamu

Untuk memahami berbagai situasi yang muncul, penting untuk

mengenali beberapa aspek interaksi virus pejamu. Aspek-aspek

tersebut meliputi :

Awida Roose: Hubungan Sosiodemografi dan Lingkungan Dengan Kejadian Penyakit Demam Berdarah Dengue (DBD) Di Kecamatan Bukit Raya Kota Pekanbaru Tahun 2008, 2008. USU e-Repository © 2008

Page 28: Jurnal Case Control

i. Infeksi dengue jarang menimbulkan kasus ringan pada anak

ii. Infeksi dengue pada orang dewasa sering menimbulkan gejala,

akan tetapi beberapa starain virus mengakibatkan kasus yang

sangat ringan baik pada anak maupun orang dewasa yang sering

tidak dikenali sebagai kasus dengue dan menyebar tanpa terlihat di

dalam masyarakat.

iii. Infeksi primer maupun sekunder dengue pada orang dewasa

mungkin menimbulkan perdarahan gastrointestinal dan

peningkatan permeabilitas pembuluh darah.

2.1.2 Etiologi

Penyakit demam berdarah dengue pada seseorang disebabkan oleh virus

dengue termasuk famili Flaviviridae dan harus dibedakan dengan demam yang

disebabkan virus Japanese Encephalitis dan Yellow Fever (demam kuning)

(Soegijanto, 2003).

Demam Berdarah Dengue disebabkan oleh virus dengue yang temasuk

kelompok B Arthropoda Borne Virus (Arboviroses). Dikenal sebagai genus

Flavivirus, famili Flaviviridae dan mempunyai 4 jenis serotipe, yaitu : DEN-1, DEN-

2, DEN- 3 dan DEN 4. Infeksi salah satu serotipe akan menimbulkan anti bodi

terhadap serotipe yang bersangkutan, sedangkan antibodi yang terbentuk terhadap

serotipe lain sangat kurang, sehingga tidak dapat memberikan perlindungan yang

memadai terhadap serotipe yang lain tersebut. Keempat serotipe virus dengue dapat

Awida Roose: Hubungan Sosiodemografi dan Lingkungan Dengan Kejadian Penyakit Demam Berdarah Dengue (DBD) Di Kecamatan Bukit Raya Kota Pekanbaru Tahun 2008, 2008. USU e-Repository © 2008

Page 29: Jurnal Case Control

ditemukan di berbagai daerah di Indonesia. Serotipe DEN-3 merupakan serotipe yang

dominan dan diasumsikan banyak yang menunjukkan manifestasi klinis yang berat.

Serotipe DEN-3 berasal dari Asia, ditemukan pada populasi dengan tingkat imun

rendah dengan tingkat penyebaran yang tinggi, meski sudah diketahui sejak 300

tahun yang lalu penanggulangannya belum juga tuntas (Depkes RI, 2004).

2.1.3 Patogenesis dan Patofisiologi

Virus Dengue masuk ke dalam tubuh manusia lewat gigitan nyamuk

Ae.aegyptiatau Aedes albopictus. Virus merupakan mikroorganisme yang hanya dapat

hidup di dalam sel hidup. Maka demi kelangsungan hidupnya, virus harus bersaing

dengan sel manusia sebagai pejamu (host) terutama dalam mencukupi kebutuhan

akan protein. Persaingan tersebut sangat tergantung pada daya tahan penjamu, bila

daya tahan baik maka akan terjadi perlawanan dan timbul antibodi, namun bila daya

tahan rendah maka perjalanan penyakit menjadi makin berat dan bahkan dapat

menimbulkan kematian (Depkes RI, 2001). Organ sasaran dari virus adalah organ

hepar, nodus limfaticus, sumsum tulang, serta paru-paru. Data dari berbagai

penelitian menunjukan bahwa sel-sel monosit dan makrofag mempunyai peranan

besar pada infeksi ini. Dalam peredaran darah, virus tesebut akan difagosit oleh sel

monosit perifer (Soegijanto, 2003).

Virus DEN mampu bertahan hidup dan mengadakan multifikasi di dalam sel

tersebut. Infeksi virus Dengue dimulai dengan menempelnya virus genomnya masuk

ke dalam sel dengan bantuan organel-organel sel, genom virus membentuk

Awida Roose: Hubungan Sosiodemografi dan Lingkungan Dengan Kejadian Penyakit Demam Berdarah Dengue (DBD) Di Kecamatan Bukit Raya Kota Pekanbaru Tahun 2008, 2008. USU e-Repository © 2008

Page 30: Jurnal Case Control

komponen-komponennya, baik komponen antara maupun komponen struktural virus.

Setelah komponen struktural dirakit, virus dilepaskan dari dalam sel. Proses

perkembangan virus DEN terjadi di sitoplasma sel. Infeksi oleh satu serotipe virus

DEN menimbulkan imunitas protektif terhadap serotipe virus tersebut, tetapi tidak

ada ” cross protective” terhadap serotipe virus yang lain (Soegijanto, 2003).

Patogenesis DBD terdapat dua perubahan patofisiologi yang menyolok yaitu :

meningkatnya permeabelitas kapiler yang mengakibatkan bocornya plasma ke dalam

rongga pleura dan rongga peritoneal yang terjadi singkat (24 – 48 jam), hipovolemia

dan terjadi syok. Hemostasis abnormal yang disebabkan oleh vaskulopati,

trombositopenia dan koagulopati, mendahului terjadinya manifestasi perdarahan

(Depkes RI, 2003).

2.1.4 Tanda dan Gejala Klinik

Menurut Soegijanto (2003) gejala klinik utama pada DBD adalah demam dan

manifestasi perdarahan baik yang timbul secara spontan maupun setelah uji torniquet.

Gejala klinik :

1. Demam tinggi mendadak yang berlangsung selama 2-7 hari

2. Manifestasi perdarahan

a. Uji torniquet positif

b. Perdarahan spontan berbentuk peteki, purpura, ekimosis, epistaksis,

perdarahan gusi, hematemesis, melena.

Awida Roose: Hubungan Sosiodemografi dan Lingkungan Dengan Kejadian Penyakit Demam Berdarah Dengue (DBD) Di Kecamatan Bukit Raya Kota Pekanbaru Tahun 2008, 2008. USU e-Repository © 2008

Page 31: Jurnal Case Control

3. Hepatomegali

4. Renjatan, nadi cepat dan lemah, tekanan nadi menurun (< 20 mmHg) atau

nadi tak teraba, kulit dingin, dan anak gelisah.

Menurut Depkes RI (2003), secara klinis ditemukan demam, suhu tubuh pada

umumnya antara 39˚C – 40˚C menetap antara 5 – 7 hari, pada fase awal demam

terdapat ruam yang tampak di muka leher dan dada. Selanjutnya pada fase

penyembuhan suhu turun dan timbul petekia yang menyeluruh pada tangan dan kaki.

Perdarahan pada kulit pada DBD terbanyak dilakukan uji tourniquet positif.

Diagnosis DBD ditegakkan berdasarkan kriteria diagnosis WHO tahun 1997

terdiri dari kriteria klinis dan laboratorium. Penggunaan kriteria ini dimaksudkan

untuk mengurangi diagnosis yang tidak berhubungan dengan penyakit DBD (over

diagnosis).

1) Kriteria klinis tersebut seperti demam tinggi tanpa sebab yang jelas yang

berlangsung 2 – 7 hari. Terdapat manifestasi perdarahan yang ditandai

dengan uji tourniquet positif, petechiae, echymosis, pupura, perdarahan

mukosa, epitaksis, pendarahan gusi, hematemesis dan melena, pembesaran

hati. Adanya syok yang ditandai dengan nadi cepat dan lemah serta

penurunan tekanan nadi, hipotensi, kaki dan tangan dingin, kulit lembab

dan penderita tampak gelisah.

2) Kriteria laboratorium seperti trombositopenia 100.000 sel/ml atau kurang

dan hemokonsentrasi yang dapat dilihat dari peningkatan hemotokrit 20%

Awida Roose: Hubungan Sosiodemografi dan Lingkungan Dengan Kejadian Penyakit Demam Berdarah Dengue (DBD) Di Kecamatan Bukit Raya Kota Pekanbaru Tahun 2008, 2008. USU e-Repository © 2008

Page 32: Jurnal Case Control

atau lebih. Dua kriteria klinis ditambah peningkatan hematokrit cukup

untuk menegakkan diagnosa klinis DBD.

WHO (1997) membagi derajat DBD dalam 4 (empat) tingkat, yaitu

sebagai berikut:

Derajat I : Demam disertai gejala tidak khas dan satu-satunya

manifestasi perdarahan ialah uji tourniquet positif.

Derajat II : Derajat I disertai perdarahan spontan di kulit dan atau

pendarahan lain.

Derajat III : Ditemukannya kegagalan sirkulasi, yaitu nadi cepat dam

lembut, tekanan nadi menurun (≤ 20 mm Hg) atau

hipotensi disertai kulit yang dingin, lembab dan penderita

menjadi gelisah.

Derajat IV : Renjatan berat dengan nadi yang tidak dapat diraba dan

tekanan darah yang tidak dapat diukur.

2.1.5 Mekanisme penularan

Faktor-faktor yang memegang peranan dalam penularan infeksi virus dengue

yaitu manusia, vektor perantara dan lingkungan. Virus dengue ditularkan kepada

manusia melalui gigitan nyamuk Ae. aegypti. Nyamuk Aedes tersebut mengandung

virus dengue pada saat menggigit manusia yang sedang mengalami viremia.

Kemudian virus yang berada di kelenjar liur berkembang biak dalam waktu 8 – 10

hari (Extrinsic incubation period) sebelum dapat ditularkan kembali kepada manusia

Awida Roose: Hubungan Sosiodemografi dan Lingkungan Dengan Kejadian Penyakit Demam Berdarah Dengue (DBD) Di Kecamatan Bukit Raya Kota Pekanbaru Tahun 2008, 2008. USU e-Repository © 2008

Page 33: Jurnal Case Control

pada gigitan berikutnya. Virus dalam tubuh nyamuk betina dapat ditularkan kepada

telurnya (transavaria transmition) namun peranannya tidak penting (Suroso, 2000).

Sekali virus dapat masuk dan berkembang biak dalam tubuh nyamuk maka

nyamuk tersebut akan dapat menularkan virus selama hidupnya (infiktif). Dalam

tubuh manusia virus memerlukan waktu tunas 4- 6 hari (intrinsic incubation period)

sebelum menimbulkan penyakit.

Seseorang di dalam darahnya mengandung virus dengue merupakan sumber

penularan penyakit DBD. Virus dengue berada dalam darah selama 4 – 7 hari setelah

1 sampai 2 hari baru mulai demam. Bila penderita tersebut digigit nyamuk penular,

maka virus dalam darah akan ikut terhisap masuk ke dalam lambung nyamuk.

Selanjutnya virus akan memperbanyak diri dan tersebar diberbagai jaringan tubuh

nyamuk termasuk di dalam kelenjar liurnya.

Penularan ini dapat terjadi setiap nyamuk menusuk (menggigit), sebelum

menghisap darah, nyamuk akan mengeluarkan air liur melalui saluran alat tusuknya

(proboscis), agar darah yang dihisap tidak membeku. Bersama air liur inilah virus

dengue dipindahkan kepada orang lain (Depkes RI, 2004c).

2.1.6 Tempat Potensial bagi Penularan Nyamuk DBD

Penularan nyamuk DBD dapat terjadi di semua tempat yang terdapat nyamuk

penularnya. Tempat-tempat potensial untuk terjadinya penularan DBD adalah :

Tempat-tempat umum merupakan tempat berkumpulnya orang-orang yang datang

Awida Roose: Hubungan Sosiodemografi dan Lingkungan Dengan Kejadian Penyakit Demam Berdarah Dengue (DBD) Di Kecamatan Bukit Raya Kota Pekanbaru Tahun 2008, 2008. USU e-Repository © 2008

Page 34: Jurnal Case Control

dari berbagai wilayah sehingga kemungkinan terjadinya pertukaran beberapa tipe

virus dengue cukup besar yaitu :

1. Sekolah

Anak sekolah merupakan kelompok umur yang paling rentan untuk terserang

penyakit DBD.

2. Puskesmas/Rumah sakit dan unit pelayanan kesehatan lainnya

Orang datang dari berbagai wilayah dan kemungkinan diantaranya adalah

penderita DBD, demam dengue (DD) atau carrier virus dengue.

3. Tempat-tempat umum lainnya :

a. Tempat-tempat perbelanjaan, pasar, restoran, hotel, bioskop dan tempat-

tempat ibadah.

b. Wilayah rawan DBD (endemis)

c. Pemukiman baru di pinggir kota

Pada daerah ini penduduk umumnya berasal dari berbagai wilayah yang

kemungkinan diantaranya terdapat penderita atau carier yang membawa

tipe virus dengue yang berlainan dari masing-masing daerah asal. (Depkes

RI, 2005).

2.2 Nyamuk Penular DBD

Di Indonesia nyamuk penular (Vektor) penyakit DBD yang penting adalah

Aedes aegypti, Aedes albopictus dan Aedes scutelluris, tetapi sampai saat ini yang

menjadi vektor utama penyakit DBD adalah Ae.aegypti(Soegijanto, 2003). Nyamuk

Awida Roose: Hubungan Sosiodemografi dan Lingkungan Dengan Kejadian Penyakit Demam Berdarah Dengue (DBD) Di Kecamatan Bukit Raya Kota Pekanbaru Tahun 2008, 2008. USU e-Repository © 2008

Page 35: Jurnal Case Control

Ae.aegyptibetina suka bertelur di permukaan air pada dinding vertikel bagian dalam

tempat-tempat yang berisi sedikit air, harus jernih dan terlindung dari cahaya

matahari langsung. Tempat air yang dipilih adalah tempat air di dalam rumah dan

dekat rumah. Larva Ae.aegyptiumumnya ditemukan di drum, tempayan, tong atau bak

mandi di rumah keluarga yang kurang diperhatikan kebersihannya. Besarnya

kontainer dan lamanya air disimpan didalamnya mengakibatkan banyak nyamuk yang

dapat berasal dari drum itu (Soeroso, 2000).

Tempat air yang tertutup lebih disukai oleh nyamuk betina sebagai tempat

bertelur dibandingkan tempat air yang terbuka. Karena tutupnya jarang dipasang

secara baik dan jarang dibuka, ruang didalamnya relatif lebih gelap dibandingkan

tempat air yang terbuka. Telur Ae.aegyptiberwarna hitam seperti sarang tawon,

diletakkan satu demi satu di permukaan atau sedikit di bawah permukaan air dalam

jarak lebih kurang 2,5 cm dari dinding tempat perindukan. Telur dapat bertahan

sampai berbulan-bulan pada suhu –20C sampai 420C. Namun, bila kelembaban

terlampau rendah, maka telur akan menetas dalam waktu 4 hari. Dalam keadaan

optimal, perkembangan telur sampai menjadi nyamuk dewasa berlangsung selama

sekurang-kurangnya 9-10 hari. Telur yang dihasilkan kurang lebih 10-100 butir setiap

kali bertelur dan biasanya pada interval 4-5 hari. Walaupun nyamuk betina berumur

kira-kira 9-10 hari, waktu itu cukup bagi nyamuk untuk makan, bagi virus cukup

untuk berkembang biak dan selanjutnya menyebarkan virus ke manusia lain. Nyamuk

betina dapat terbang sejauh 2 km, tetapi kemampuan normalnya adalah kira-kira 40

meter. Larva dan nyamuk dewasa banyak ditemukan sepanjang tahun di semua kota

Awida Roose: Hubungan Sosiodemografi dan Lingkungan Dengan Kejadian Penyakit Demam Berdarah Dengue (DBD) Di Kecamatan Bukit Raya Kota Pekanbaru Tahun 2008, 2008. USU e-Repository © 2008

Page 36: Jurnal Case Control

di Indonesia. Dari penyelidikan intensif selama 2 (dua) musim dalam setahun yang

dilakukan di Jakarta, ternyata tidak terdapat pengaruh musim terhadap kepadatan

nyamuk (Soedarmo, 1998).

2.2.1 Ekologi

Ekologi adalah ilmu yang mempelajari hubungan timbal balik antara vektor

dengan lingkungannya. Eksistensi nyamuk Ae.aegyptidipengaruhi oleh lingkungan

fisik maupun lingkungan biologik. Lingkungan merupakan tempat interaksi vektor

penular penyakit DBD dengan manusia yang dapat mengakibatkan terjadinya

penyakit DBD. Lingkungan fisik mempengaruhi eksistensi nyamuk antara lain

ketinggian tempat, curah hujan, temperatur dan kecepatan angin. Ketinggian 1000

meter di atas permukaan laut tidak ditemukan nyamuk Ae.aegyptikarena pada

ketinggian tersebut suhu terlalu rendah sehingga tidak memungkinkan bagi kehidupan

nyamuk (Depkes RI, 1998).

a. Lingkungan fisik

Lingkungan fisik ada bermacam-macam misalnya tata rumah, macam kontainer,

ketinggian tempat dan iklim (Depkes RI, 1998).

1. Jarak antara rumah

Jarak rumah mempengaruhi penyebaran nyamuk dari satu rumah ke rumah

lain, semakin dekat jarak antara rumah semakin mudah nyamuk menyebar ke

rumah sebelah. Bahan-bahan pembuat rumah, konstruksi rumah, warna

dinding dan pengaturan barang-barang dalam rumah menyebabkan rumah

Awida Roose: Hubungan Sosiodemografi dan Lingkungan Dengan Kejadian Penyakit Demam Berdarah Dengue (DBD) Di Kecamatan Bukit Raya Kota Pekanbaru Tahun 2008, 2008. USU e-Repository © 2008

Page 37: Jurnal Case Control

tersebut disenangi atau tidak disenangi oleh nyamuk. Berbagai penelitian

penyakit menular membuktikan bahwa kondisi perumahan yang berdesak-

desakan dan kumuh mempunyai kemungkinan lebih besar terserang penyakit.

2. Macam kontainer

Termasuk macam kontainer disini adalah jenis/bahan kontainer, letak

kontainer, bentuk, warna, kedalaman air, tutup dan asal air mempengaruhi

nyamuk dalam pemilihan tempat bertelur.

3. Ketinggian tempat

Pengaruh variasi ketinggian berpengaruh terhadap syarat-syarat ekologis yang

diperlukan oleh vektor penyakit di Indonesia nyamuk Ae.aegyptidan Aedes

albopictus dapat hidup pada daerah dengan ketinggian 1000 meter di atas

permukaan laut.

d. Iklim

Iklim adalah salah satu komponen pokok lingkungan fisik, yang terdiri dari :

suhu, udara, kelembaban udara, curah hujan dan kecepatan angin.

1. Suhu udara

Nyamuk dapat bertahan hidup pada suhu rendah, tetapi metabolismenya

menurun atau bahkan berhenti bila suhunya turun sampai di bawah suhu

kritis. Pada suhu yang lebih tinggi dari 350C juga mengalami perubahan

dalam arti lebih lambatnya proses-proses fisiologis, rata-rata suhu

optimum untuk pertumbuhan nyamuk adalah 250C – 270C. Pertumbuhan

Awida Roose: Hubungan Sosiodemografi dan Lingkungan Dengan Kejadian Penyakit Demam Berdarah Dengue (DBD) Di Kecamatan Bukit Raya Kota Pekanbaru Tahun 2008, 2008. USU e-Repository © 2008

Page 38: Jurnal Case Control

nyamuk akan terhenti sama sekali bila suhu kurang 100C atau lebih dari

400C.

2. Kelembaban nisbi

Menurut Gobler dalam Depkes RI, (1998) umur nyamuk dipengaruhi oleh

kelembaban udara. Pada suhu 200C kelembaban nisbi 27% umur nyamuk

betina 101 hari dan umur nyamuk jantan 35 hari, kelembaban nisbi 55%

umur nyamuk betina 88 hari dan nyamuk jantan 50 hari. Pada kelembaban

kurang dari 60% umur nyamuk akan menjadi pendek, tidak bisa menjadi

vektor, karena tidak cukup waktu untuk perpindahan virus dari lambung

ke kelenjar ludah.

3. Kecepatan angin

Kecepatan angin secara tidak langsung berpengaruh pada kelembaban dan

suhu udara, disamping itu angin berpengaruh terhadap arah penerbangan

nyamuk. Bila kecepatan angin 11-10 meter atau 25-31 mil/jam akan

menghambat penerbangan nyamuk.

4. Curah hujan

Hujan berpengaruh terhadap kelembaban nisbi. Kelembaban udara naik

maka tempat perindukan nyamuk juga bertambah banyak. Dari hasil

pengamatan penderita DBD yang selama ini dilaporkan di Indonesia

bahwa musim penularan DBD pada umumnya terjadi pada musim

penghujan (Soeroso, 2000).

Awida Roose: Hubungan Sosiodemografi dan Lingkungan Dengan Kejadian Penyakit Demam Berdarah Dengue (DBD) Di Kecamatan Bukit Raya Kota Pekanbaru Tahun 2008, 2008. USU e-Repository © 2008

Page 39: Jurnal Case Control

b. Lingkungan Biologik

Lingkungan biologik yang mempengaruhi penularan DBD terutama adalah

banyaknya tanaman hias dan tanaman pekarangan, yang mempengaruhi kelembaban,

pencahayaan di dalam rumah, merupakan tempat yang disenangi nyamuk untuk

hinggap dan beristirahat (Soegijanto, 2003).

2.2.2 Bionomik Vektor

Bionomik vektor adalah tempat perindukan (breeding place), kebiasaan

menggigit (feeding habit), kebiasaan istirahat (resting habit) dan jarak terbang (flight

range) (Soedarmo, 1998).

Menurut Soegijanto (2003), tempat perindukan utama adalah tempat-tempat

penampungan air di dalam dan di sekitar rumah. Biasanya tidak melebihi jarak 500

(lima ratus) meter dari rumah. Nyamuk Ae.aegyptitidak berkembang biak pada

genangan air yang langsung berhubungan dengan tanah. Jenis-jenis tempat

perkembangbiakan nyamuk Ae.aegyptidapat dikelompokkan sebagai berikut :

a. Tempat Penampungan Air (TPA), untuk keperluan sehari-hari seperti drum,

tangki reservoir, tempayan, bak mandi, WC, ember dan lain-lain.

b. Tempat penampungan air bukan untuk keperluan sehari-hari seperti tempat

minum burung, vas bunga, perangkap semut, barang-barang bekas (ban,

kaleng, botol, plastik dan lain-lain).

c. Tempat penampungan air alamiah seperti lubang pohon, pelepah daun,

tempurung kelapa, dan lain-lain.

Awida Roose: Hubungan Sosiodemografi dan Lingkungan Dengan Kejadian Penyakit Demam Berdarah Dengue (DBD) Di Kecamatan Bukit Raya Kota Pekanbaru Tahun 2008, 2008. USU e-Repository © 2008

Page 40: Jurnal Case Control

Nyamuk Ae. aegypti disebut black-white mosquito karena tubuhnya ditandai dengan

pita atau garis-garis putih keperakan diatas dasar hitam, yamuk ini sering disebut

nyamuk rumah. Masa pertumbuhan dan perkembangan nyamuk Ae. aegypti

mengalami metamorfosa sempurna melalui 4 tahap yaitu telur, larva, pupa dan

dewasa.

Nyamuk Dewasa

1 - 2 hari

Pupa (Kepompong) Telur 1 – 2 hari

6 – 7 hari Jentik

Gambar 2. 1. Siklus Hidup Nyamuk Aedes aegypti

Setiap bertelur, nyamuk betina dapat mengeluarkan telur sebanyak 100 butir.

Telur berbentuk ellips atau oval memanjang, warna hitam, ukuran 0,5 – 0,8 mm,

permukaan poligonal, tidak memiliki alat pelampung, diletakkan satu per satu pada

benda – benda yang terapung pada dinding bagian dalam tempat penampungan air

yang berbatasan langsung dengan permukaan air.

Jentik kecil berwarna transparan dengan corong pernafasan berwarna hitam

(siphon) yang menetas dari telur dan akan tumbuh menjadi besar yang panjangnya 0,5

– 1 cm. Jentik akan selalu bergerak aktif dalam air dengan gerakan berulang-ulang

dari bawah ke atas permukaan air untuk bernafas (mengambil udara), kemudian turun

Awida Roose: Hubungan Sosiodemografi dan Lingkungan Dengan Kejadian Penyakit Demam Berdarah Dengue (DBD) Di Kecamatan Bukit Raya Kota Pekanbaru Tahun 2008, 2008. USU e-Repository © 2008

Page 41: Jurnal Case Control

kembali ke bawah dan seterusnya. Pada waktu istirahat posisi hampir tegak lurus

dengan permukaan air. Biasanya berada di sekitar dinding tempat penampungan air.

Setelah 6-8 hari jentik akan berubah menjadi kepompong. Kepompong berbentuk

koma, geraknya lamban dan sering berada di permukaan air. Setelah 1-2 hari akan

menjadi nyamuk dewasa.

Nyamuk betina Ae. aegypti lebih menyukai darah manusia dari pada binatang

(antropophilik). Darahnya diperlukan untuk mematangkan telur jika dibuahi oleh

sperma nyamuk jantan sehingga dapat menetas. Waktu yang diperlukan untuk

menyelesaikan perkembangan telur mulai dari nyamuk menghisap darah sampai telur

dikeluarkan biasanya bervariasi antara 3-4 hari. Jangka waktu tersebut satu siklus

gonotropik. Nyamuk betina biasanya mencari mangsa pada siang hari dengan 2 (dua)

puncak aktivitas yaitu pukul 09.00 – 10.00 dan pukul 16.00-17.00. Nyamuk

Ae.aegyptimempunyai kebiasaan menghisap berulang kali dalam satu siklus

gonotropik untuk memenuhi lambungnya dengan darah. Dengan demikian nyamuk

ini sangat efektif sebagai penular penyakit. Tempat yang disenangi nyamuk untuk

beristirahat selama menunggu waktu bertelur adalah tempat yang gelap, lembab, dan

sedikit angin. Nyamuk biasanya hinggap di dalam rumah pada benda-benda yang

bergantungan seperti pakaian, kelambu dan handuk. Pergerakan nyamuk dari tempat

perindukan ke tempat mencari mangsa dan ke tempat istirahat ditentukan oleh

kemampuan terbang nyamuk betina, yaitu rata-rata 40-100 meter. Namun secara pasif

misalnya karena angin atau terbawa kenderaan, nyamuk ini dapat berpindah lebih

jauh. Untuk mempertahankan cadangan air dalam tubuh nyamuk dari penguapan oleh

Awida Roose: Hubungan Sosiodemografi dan Lingkungan Dengan Kejadian Penyakit Demam Berdarah Dengue (DBD) Di Kecamatan Bukit Raya Kota Pekanbaru Tahun 2008, 2008. USU e-Repository © 2008

Page 42: Jurnal Case Control

karena aktivitasnya, maka jarak terbang nyamuk terbatas, sehingga penyebarannya

tidak jauh dari tempat perindukan, tempat mencari mangsa dan tempat istirahat,

terutama di daerah yang padat penduduknya (Soeroso, 2000).

Waktu mencari makanan, selain terdorong oleh rasa lapar, nyamuk Ae.

aegypti juga dipengaruhi oleh beberapa faktor, yaitu bau yang dipancarkan oleh

inang, temperatur, kelembaban, kadar karbon dioksida (CO2) dan warna. Untuk jarak

yang lebih jauh faktor bau memegang peranan penting bila dibandingkan dengan

faktor lainnya. Kebiasaan istirahat lebih banyak di dalam rumah pada benda-benda

yang tergantung, berwarna gelap dan tempat-tempat lain yang terlindung (Soegijanto,

2003).

2.2.3 Pengamatan Kepadatan Vektor

Untuk mengetahui kepadatan vektor di suatu lokasi dapat dilakukan beberapa

survei yang dipilih secara acak yang meliputi survei nyamuk, survei jentik, dan survei

perangkap telur. Survei jentik dilakukan dengan cara pemeriksaan terhadap semua

tempat air di dalam dan di luar rumah dari 100 (seratus) rumah yang diperiksa di

suatu daerah dengan mata telanjang untuk mengetahui ada tidaknya jentik. Dalam

pelaksanaan survei ada 2 (dua) metode yang meliputi : (Depkes RI, 1998)

1) Metode Single Survei

Survei ini dilakukan dengan mengambil satu jentik di setiap tempat genangan

air yang ditemukan ada jentiknya untuk dilakukan identifikasi lebih lanjut

jenis jentiknya.

Awida Roose: Hubungan Sosiodemografi dan Lingkungan Dengan Kejadian Penyakit Demam Berdarah Dengue (DBD) Di Kecamatan Bukit Raya Kota Pekanbaru Tahun 2008, 2008. USU e-Repository © 2008

Page 43: Jurnal Case Control

2) Metode Visual

Survei ini dilakukan dengan melihat ada atau tidaknya jentik di setiap tempat

genangan air tanpa melakukan pengambilan jentik. Dalam program

pemberantasan penyakit DBD, survei jentik yang biasa digunakan adalah cara

visual dan ukuran yang dipakai untuk mengetahui kepadatan jentik yaitu :

a. Angka Bebas Jentik (ABJ)

Angka Bebas Jentik adalah persentase pemeriksaan jentik yang dilakukan di

semua desa/kelurahan setiap 3 (tiga) bulan oleh petugas puskesmas pada rumah –

rumah penduduk yang diperiksa secara acak.

Jumlah rumah/bangunan yang tidak ditemukan jentik x 100%

Jumlah rumah/bangunan yang diperiksa

b. House Indeks (HI)

House Indeks (HI) adalah persentase jumlah rumah yang ditemukan jentik

yang dilakukan di semua desa/kelurahan oleh petugas puskesmas setiap 3 (tiga) bulan

pada rumah-rumah yang diperiksa secara acak.

Jumlah rumah yang ditemukan jentik x 100%

Jumlah rumah yang diperiksa

Awida Roose: Hubungan Sosiodemografi dan Lingkungan Dengan Kejadian Penyakit Demam Berdarah Dengue (DBD) Di Kecamatan Bukit Raya Kota Pekanbaru Tahun 2008, 2008. USU e-Repository © 2008

Page 44: Jurnal Case Control

c. Container Indeks (CI)

Container Indeks (CI) adalah persentase pemeriksaan jumlah container yang

diperiksa ditemukan jentik pada container di rumah penduduk yang dipilih secara

acak.

Jumlah Container ditemukan jentik x 100%

Jumlah container yang diperiksa

d. Breteau Indeks (BI)

Jumlah container yang terdapat jentik dalam 100 rumah.

Angka Bebas Jentik dan House Index lebih menggambarkan luasnya

penyebaran nyamuk di suatu daerah. Tidak ada teori yang pasti Angka Bebas Jentik

dan House Index yang dipakai sebagai standard, hanya berdasarkan kesepakatan,

disepakati House Index minimal 1% yang berarti persentase rumah yang diperiksa

jentiknya positif tidak boleh melebihi 1% atau 99% rumah yang diperiksa jentiknya

harus negatif. Ukuran tersebut digunakan sebagai indikator keberhasilan

pengendalian nyamuk penularan DBD (Depkes RI, 1998).

2.3 Landasan Teori

Teori segitiga epidemiologi menjelaskan bahwa timbulnya penyakit

disebabkan oleh adanya pengaruh faktor penjamu (host), penyebab (agent) dan

lingkungan (environment) yang digambarkan sebagai segitiga. Perubahan dari sektor

lingkungan akan mempengaruhi host, sehingga akan timbul penyakit secara individu

Awida Roose: Hubungan Sosiodemografi dan Lingkungan Dengan Kejadian Penyakit Demam Berdarah Dengue (DBD) Di Kecamatan Bukit Raya Kota Pekanbaru Tahun 2008, 2008. USU e-Repository © 2008

Page 45: Jurnal Case Control

maupun keseluruhan populasi yang mengalami perubahan tersebut. Demikian juga

dengan kejadian penyakit DBD yang berhubungan dengan lingkungan.

Penyakit Demam Berdarah Dengue disebabkan oleh virus dengue yang

ditularkan oleh nyamuk Ae.aegyptinamun dapat juga ditularkan oleh nyamuk Ae.

albopictus tetapi peranannya dalam penyebaran penyakit ini sangat kecil sekali,

karena nyamuk ini biasanya hidup di kebun-kebun (Depkes RI, 2004c). Pada

prinsipnya kejadian penyakit yang digambarkan sebagai segitiga epidemiologi

menggambarkan hubungan tiga komponen penyebab penyakit, yaitu penjamu, agen

dan lingkunan seperti gambar 2.2 berikut :

AGENT

VEKTOR

HOST ENVIRONMENT

Gambar 2.2. Model klasik kausasi segitiga epidemiologi

Sumber : CDC, 2002 Gordis, 2000; Gerstman, 1998 ; Mausner dan Kramer,1985 dalam Murti (2003)

Untuk memprediksi pola penyakit, model ini menekankan perlunya analisis

dan pemahaman masing-masing komponen. Perubahan pada satu komponen akan

mengubah ketiga komponen lainnya, dengan akibat menaikan atau menurunkan

kejadian penyakit. Komponen untuk terjadinya penyakit DBD yaitu :

Awida Roose: Hubungan Sosiodemografi dan Lingkungan Dengan Kejadian Penyakit Demam Berdarah Dengue (DBD) Di Kecamatan Bukit Raya Kota Pekanbaru Tahun 2008, 2008. USU e-Repository © 2008

Page 46: Jurnal Case Control

(1). Agent

Agent penyebab penyakit Demam Berdarah Dengue adalah virus dengue

yang termasuk kelompok B arthropoda Borne Virus (arboviroses). Anggota dari

genus Flavivirus, famili Flaviviridae yang ditularkan oleh nyamuk Ae. aegypti dan

juga nyamuk Ae.albopictus yang merupakan vektor infeksi DBD.

(2). Host (Penjamu)

Pejamu adalah manusia atau organisme yang rentan oleh pengaruh agent

Dalam penelitian ini yang diteliti dari faktor penjamu adalah faktor

sosiodemografi (umur, jenis kelamin, pendidikan, pekerjaan, mobilisasi).

(3). Environment (Lingkungan)

Lingkungan adalah kondisi atau faktor berpengaruh yang bukan bagian dari

agent maupun penjamu, tetapi mampu menginteraksikan agent penjamu. Dalam

penelitian ini yang berperan sebagai faktor lingkungan meliputi lingkungan fisik

(jarak rumah, tata rumah, kelembaban rumah, TPA, iklim), lingkungan biologi

(tanaman hias/tumbuhan), indeks jentik (house index, container indeks, breateu

indeks).

Berdasarkan konsep penyebab penyakit, bahwa penyakit disebabkan oleh

agent, penjamu (host) dan lingkungan (environment), maka pendekatan yang cocok

untuk mengetahui penyebab penyakit adalah model segitiga Epidemiologi yang

dimodifikasi sedemikian rupa dalam bentuk kerangka teori seperti pada gambar 2.3

berikut ini :

Awida Roose: Hubungan Sosiodemografi dan Lingkungan Dengan Kejadian Penyakit Demam Berdarah Dengue (DBD) Di Kecamatan Bukit Raya Kota Pekanbaru Tahun 2008, 2008. USU e-Repository © 2008

Page 47: Jurnal Case Control

Sosiodemografi

- Jenis Kelamin - Pendidikan - Pekerjaan - Mobilitas

FAKTOR VEKTOR

Lingkungan

- Bionomik Agent - Kelembaban - Musim - Curah hujan - Temperatur

Gambar 2.3. Modifikasi hubungan sosiodemografi dan lingkungan dengan kejadian DBD

2.4. Kerangka Konsep

Berdasarkan landasan teori maka peneliti merumuskan kerangka konsep

penelitian sebagai berikut :

KEJADIAN PENYAKIT DBD

Awida Roose: Hubungan Sosiodemografi dan Lingkungan Dengan Kejadian Penyakit Demam Berdarah Dengue (DBD) Di Kecamatan Bukit Raya Kota Pekanbaru Tahun 2008, 2008. USU e-Repository © 2008

Page 48: Jurnal Case Control

Sosiodemografi - Pendidikan - Pekerjaan - Mobilisasi

Gambar 2.4. Kerangka Konsep Penelitian Keterangan : diteliti

dianalisis secara deskriptif

Ligkungan Fisik dan Biologi Lingkungan Fisik - Jarak antar rumah - Tata Rumah (pengaturan barang dalam rumah) - Kelembaban rumah - Tempat Penampungan Air (TPA)

- Tempat penampungan air untuk keperluan sehari-hari.

- Tempat penampungan air tidak untuk keperluan sehari-hari.

- Tempat penampungan air alami - Keberadaan jentik

- Tempat penampungan air untuk keperluan sehari-hari.

- Tempat penampungan air tidak untuk keperluan sehari-hari.

- Tempat penampungan air alami - Iklim

- Suhu - Kelembaban - Curah Hujan - Kecepatan angin

Lingkungan Biologi - Tanaman hias dan tanaman pekarangan

Kejadian Penyakit DBD

- House Index - Container Index - Bruteau Index

Awida Roose: Hubungan Sosiodemografi dan Lingkungan Dengan Kejadian Penyakit Demam Berdarah Dengue (DBD) Di Kecamatan Bukit Raya Kota Pekanbaru Tahun 2008, 2008. USU e-Repository © 2008

Page 49: Jurnal Case Control

BAB 3 METODE PENELITIAN

3.1 Jenis Penelitian

Jenis penelitian yang digunakan adalah studi analitik observasional dengan

disain studi Matched Case Control untuk ukuran risiko (mOR) dengan memilih

kasus yang menderita DBD dan kontrol yang tidak menderita DBD. Penelitian dilihat

paparan yang dialami subjek pada waktu lalu (retrospektif) melalui wawancara

menggunakan kuesioner dan melakukan observasi pada lingkungan rumah responden.

Alasan penggunaan disain ini karena studi kasus kontrol merupakan studi

observasional yang menilai hubungan paparan – penyakit dengan membandingkan

kelompok kasus dan kelompok kontrol berdasarkan status pajanannya (Murti, 2003).

Skema penelitian sebagai berikut :

Sosiodemografi - Pendidikan - Pekerjaan - Mobilisasi

KasusLigkungan Lingkungan Fisik - Jarak antar rumah - Tata Rumah (pengaturan barang dalam rumah) - Kelembaban rumah - Tempat Penampungan Air (TPA)

- Tempat penampungan air untuk keperluan sehari-hari. - Tempat penampungan air tidak untuk keperluan

sehari-hari. - Tempat penampungan air alami

- Keberadaan jentik - Tempat penampungan air untuk keperluan sehari-hari. - Tempat penampungan air tidak untuk keperluan

sehari-hari. - Tempat penampungan air alami

- Iklim - Suhu - Kelembaban - Curah Hujan - Kecepatan angin

Lingkungan Biologi - Tanaman hias dan tanaman pekarangan

Gambar 3.1 Skema Penelitian

Kasus

Kontrol

- House Index - Container Index - Bruteau Index

33 Awida Roose: Hubungan Sosiodemografi dan Lingkungan Dengan Kejadian Penyakit Demam Berdarah Dengue (DBD) Di Kecamatan Bukit Raya Kota Pekanbaru Tahun 2008, 2008. USU e-Repository © 2008

Page 50: Jurnal Case Control

3.2 Lokasi dan Waktu Penelitian

Penelitian ini dilakukan di Kota Pekanbaru Provinsi Riau dengan mengambil

lokasi di Kecamatan Bukit Raya. Dipilihnya Kecamatan Bukit Raya sebagai lokasi

penelitian karena kecamatan tersebut merupakan kecamatan yang paling tinggi kasus

DBD dibandingkan dengan Kecamatan lain.

Penelitian ini dimulai dengan melakukan penelusuran kepustakaan,

penyusunan proposal, seminar proposal, penelitian dan analisis data serta penyusunan

laporan akhir yang membutuhkan waktu lebih kurang 6 (enam) bulan dari bulan

Januari s/d Juni 2008.

3.3 Populasi dan Sampel

Populasi penelitian adalah penderita DBD dan bukan DBD di Kecamatan

Bukit Raya Kota Pekanbaru pada tahun 2007 sampai dengan April 2008 sampel

penelitian terdiri dari :

a. Sampel kasus adalah penderita DBD di Kecamatan Bukit Raya yang

dinyatakan dengan surat keterangan oleh tenaga medis dan didukung oleh

hasil pemeriksaan laboratorium dan tercatat di Dinas Kesehatan Kota

Pekanbaru pada tahun 2007 sampai dengan April 2008.

b. Sampel kontrol adalah bukan penderita DBD yang merupakan tetangga

terdekat dalam satu lingkungan dengan pencocokan (matching) sama dengan

kasus dalam hal umur, jenis kelamin dan kondisi tempat tinggal pada tahun

2007 sampai dengan April 2008.

Awida Roose: Hubungan Sosiodemografi dan Lingkungan Dengan Kejadian Penyakit Demam Berdarah Dengue (DBD) Di Kecamatan Bukit Raya Kota Pekanbaru Tahun 2008, 2008. USU e-Repository © 2008

Page 51: Jurnal Case Control

Pengambilan sampel dengan menggunakan kriteria eklusi yaitu apabila

responden yang terpilih pindah/mandah keluar kota atau meninggal dunia maka

responden tersebut digantikan dengan responden terpilih yang lain, bila responden

terpilih tidak berada di tempat atau tidak mau diwawancarai sampai kunjungan ketiga

maka responden tersebut digantikan dengan responden terpilih lainnya.

Untuk menghitung besar sampel digunakan rumus sebagai berikut

(Schlesselman, 1982) :

)( 011 qpqpmn

o +=

2

2

)2/1(

)1(2

⎥⎦⎤

⎢⎣⎡ −+

=P

PPzZa

q1 = 1 – P1

q0 = 1 – P0

ORORP+

=1

Keterangan : α = tingkat kemaknaan 5% → maka Z =1,96

Zα = Nilai devisi normal pada α 5% = 1, 96

Zβ = Nilai devisi normal pada β 10% = 1, 28

OR = Odd rasio

P0 = proporsi kontrol yang mempunyai faktor positif/terpajan

P1 = proposi kasus yang mempunyai faktor positif/terpajan

Awida Roose: Hubungan Sosiodemografi dan Lingkungan Dengan Kejadian Penyakit Demam Berdarah Dengue (DBD) Di Kecamatan Bukit Raya Kota Pekanbaru Tahun 2008, 2008. USU e-Repository © 2008

Page 52: Jurnal Case Control

Besar sampel berdasarkan beberapa variabel dari penelitian terdahulu sesuai tabel

berikut :

Tabel 3.1. Besar sampel berdasarkan beberapa variabel dari penelitian terdahulu.

Variabel Po P1 OR n Referensi

Keberadaan jentik

TPA

Kontainer

0,25

0,29

0,50

0,66

0,66

0,27

5,8

4,6

2,79

29

37

83

Sitorus (2005)

Sitorus (2005)

Hasan (2007)

Berdasarkan hasil perhitungan di atas didapat besar sampel minimum 83.

Namun karena jumlah kasus DBD di Kecamatan Bukit Raya tahun 2007 s/d April

2008 adalah 85 orang, maka semua kasus dapat dijadikan sampel dengan kontrol 85

orang, perbandingan kasus dan kontrol 1 : 1.

3.4. Metode Pengumpulan Data

Data primer diperoleh melalui wawancara langsung dengan responden yang

terdiri dari penderita DBD sebagai kasus dan bukan penderita DBD sebagai kontrol

apabila penderita (kasus) atau kontrol berumur < 15 tahun maka digantikan oleh

ibunya sebagai responden. Data sekunder diperoleh dari Laporan dan Profil

Puskesmas Harapan Raya yang merupakan Puskesmas di Wilayah Kecamatan Bukit

Raya, Profil Dinas Kesehatan Kota Pekanbaru, data dari tiap Kelurahan di Kecamatan

Awida Roose: Hubungan Sosiodemografi dan Lingkungan Dengan Kejadian Penyakit Demam Berdarah Dengue (DBD) Di Kecamatan Bukit Raya Kota Pekanbaru Tahun 2008, 2008. USU e-Repository © 2008

Page 53: Jurnal Case Control

Bukit Raya serta data tentang Kecamatan itu sendiri mengenai situasi kependudukan

dan data lainnya yang relevan dengan tujuan dan permasalahan penelitian.

3.5. Variabel dan Definisi Operasional

Variabel terikat (dependent variable) adalah kejadian DBD sedangkan

variabel bebas (independent variable) adalah sosiodemografi (umur, jenis kelamin,

pendidikan, pekerjaan, mobilisasi) dan lingkungan (jarak antar rumah, tata rumah

(pengaturan barang dalam rumah), kelembaban rumah, TPA, iklim, tanaman

hias/tumbuhan. Indeks jentik (house indeks, container indeks, breateu indeks).

1. Kasus DBD adalah penderita demam berdarah yang dinyatakan dengan surat

keterangan yang dikeluarkan oleh dokter bahwa penderita tersebut telah

didiagnosa dan didukung dengan hasil pemeriksaan laboratorium pada tahun

2007 sampai dengan April 2008.

2. Kontrol adalah bukan penderita DBD dengan pencocokan (maching) dalam hal

jenis kelamin, umur dan lingkungan sama dengan kasus.

3. Jenis kelamin adalah jenis kelamin responden dengan kategori perempuan dan

laki-laki.

4. Pendidikan adalah pendidikan fomal tertinggi yang pernah dijalani oleh

responden dengan mendapat ijazah.

5. Pekerjaan adalah jenis pekerjaan rutin yang dilakukan oleh responden guna

menghasilkan pendapatan setiap bulan minimal 6 bulan.

Awida Roose: Hubungan Sosiodemografi dan Lingkungan Dengan Kejadian Penyakit Demam Berdarah Dengue (DBD) Di Kecamatan Bukit Raya Kota Pekanbaru Tahun 2008, 2008. USU e-Repository © 2008

Page 54: Jurnal Case Control

6. Mobilisasi adalah gerak berpindah seseorang dari satu tempat ke tempat lain yang

dilakukan setiap hari

7. Jarak rumah adalah adanya halaman pembatas antara satu rumah dan rumah

lainnya dengan kategori tidak baik ≤ 5 m, baik > 5 m baik.

8. Tata rumah adalah tidak adanya barang berserakan dan kain bergantungan dengan

penilaian 1. ada, 2. tidak ada

9. Kelembaban nisbi udara adalah banyaknya uap air yang terkandung dalam udara

yang biasanya dinyatakan dalam persen, diukur dengan alat hygrometer

10. Tempat penampungan air (TPA) adalah tempat-tempat untuk menampung air

guna keperluan sehari-hari seperti : tempayan, bak mandi, bak WC, drum, bak

penampungan air, ember, dan lain-lain.

11. Bukan tempat penampungan air (Non TPA) adalah tempat-tempat yang bisa

menampung air tetapi bukan untuk keperluan sehari-hari seperti : tempat minum

hewan piaraan, barang-barang bekas, vas bunga, talang air, meteran air.

12. Tempat penampungan air alami adalah tempat tertampungnya air yang dengan

sendirinya secara alami misal : lobang dipohon, lobang batu, pelepah daun,

tempurung kelapa, kulit kerang, potongan bambu.

13. Keberadaan jentik adalah terdapatnya jentik pada tempat penampungan air baik

tempat penampungan air untuk keperluan sehari-hari, bukan untuk keperluan

sehari-hari atau tempat penampungan air alami.

Awida Roose: Hubungan Sosiodemografi dan Lingkungan Dengan Kejadian Penyakit Demam Berdarah Dengue (DBD) Di Kecamatan Bukit Raya Kota Pekanbaru Tahun 2008, 2008. USU e-Repository © 2008

Page 55: Jurnal Case Control

14. Iklim adalah keadaan suhu udara, kelembaban nisbi udara, curah hujan dan angin

dinilai dengan adanya turun hujan dalam 1 minggu.

15. Tanaman hias/tumbuhan adalah adanya tanaman hias/tumbuh-tumbuhan yang ada

di sekitar rumah.

3.6 Metode Pengukuran

Definisi operasional variabel, cara ukur, skala ukur dan hasil ukur sebagai

berikut :

Awida Roose: Hubungan Sosiodemografi dan Lingkungan Dengan Kejadian Penyakit Demam Berdarah Dengue (DBD) Di Kecamatan Bukit Raya Kota Pekanbaru Tahun 2008, 2008. USU e-Repository © 2008

Page 56: Jurnal Case Control

Tabel 3.2. Definisi operasional variabel,cara ukur, alat ukur, skala ukur, dan hasil ukur

Variabel Definisi operasional

Cara ukur Alat ukur Skala ukur

Kategori

VARIABEL DEPENDEN Kasus Demam Berdarah Dengue

Orang yang mempunyai gejala klinis DBD dan berdsarkan test laboratorium yang telah didiagnosa positif DBD oleh rumah sakit dan dicatat pada status kartu berobat tahun 2007 sampai dengan April 2008

Studi dokumentasi data sekunder

pada Dinas Kesehatan

Kota Pekanbaru

dan wawancara

Kuesioner Ordinal 1. Penderita DBD (kasus) 2. Tidak penderita DBD (kontrol)

VARIABEL INDEPENDEN Sosiodemografi Pendidikan Pendidikan fomal

tertinggi yang pernah dijalani oleh responden dengan mendapat ijazah

Wawancara Kuesioner Ordinal 1. Tidak sekolah (rendah), SD 2. SLTP- SLTA Akademi PT (tinggi)

Pekerjaan Jenis pekerjaan rutin yang dilakukan oleh responden guna menghasilkan pendapatan setiap bulan min 6 bulan

Wawancara Kuesioner Nominal 1. Bekerja (PNS,TNI,ABRI,Wiraswasta, Pegawai swasta, petani 2. Tidak bekerja (IRT, belum sekolah, pelajar, mahasiswa)

Mobilisasi Gerak berpindah seseorang dari satu

Wawancara Kuesioner Ordinal 1. Ada 2. Tidak ada

Awida Roose: Hubungan Sosiodemografi dan Lingkungan Dengan Kejadian Penyakit Demam Berdarah Dengue (DBD) Di Kecamatan Bukit Raya Kota Pekanbaru Tahun 2008, 2008. USU e-Repository © 2008

Page 57: Jurnal Case Control

Tabel. 3.2. Lanjutan

Variabel Definisi operasional

Cara ukur Alat ukur Skala ukur

Kategori

tempat ke tempat lain yang dilakukan setiap hari

Lingkungan Lingkungan Fisik Rumah Jarak rumah

Adanya halaman pembatas antara satu rumah dengan rumah lainnya.

Observasi Ceklist Ordinal 1. Tidak baik (< 5 m) 2. Baik (> 5m)

Tata rumah

Tidak adanya barang berserakan dan kain bergantungan.

Observasi Ceklist Ordinal 1. Tidak baik (bila ada) 2. Baik (bila tidak ada)

Kelembaban dalam rumah

Kelembaban nisbi udara adalah banyaknya uap air yang terkandung dalam udara yang biasanya dinyatakan dalam persen.

Observasi Higrometer Ordinal 1. baik (> 60%) 2. Tidak baik (< 60%)

TPA Tempat Penampungan air (TPA)

Tempat-tempat untuk menampung air guna keperluan sehari-hari seperti : tempayan bak mandi, bak WC, drum, bak penampungan air, ember dan lain-lain.

Observasi Ceklist Ordinal 1. Ada 2. Tidak

Bukan tempat penampungan air

Tempat-tempat yang bisa menampung air tetapi bukan untuk

Observasi Ceklist Nominal 1. Ada 2. Tidak

Awida Roose: Hubungan Sosiodemografi dan Lingkungan Dengan Kejadian Penyakit Demam Berdarah Dengue (DBD) Di Kecamatan Bukit Raya Kota Pekanbaru Tahun 2008, 2008. USU e-Repository © 2008

Page 58: Jurnal Case Control

Tabel 3.2. Lanjutan

Variabel Definisi operasional

Cara ukur Alat ukur Skala ukur

Kategori

(Non TPA)

keperluan sehari-hari seperti : tempat minum hewan piaraan, barang-barang bekas, vas bunga, talang air, meteran air dan lain-lain.

Tempat penampungan air buatan alami (natural/ alamiah)

Tempat tertampungnya air yang dengan sendirinya secara alami misal : lobang dipohon, lobang batu, pelepah daun, tempurung kelapa, kulit kerang, potongan bambu

Observasi Ceklist Nominal 1. Ada 2. Tidak

Keberadaan Jentik Adalah terdapatnya

jentik pada tempat penampungan air baik tempat penampungan air untuk keperluan sehari-hari, bukan untuk keperluan sehari-hari atau tempat penampungan air alami

Observasi Ceklist Nominal 1. Ada 2. Tidak

Lingkungan Biologi Tanaman hias / tumbuhan

Adanya tanaman hias/tumbuh-tumbuhan yang ada di sekitar rumah yang dapat dijadikan tempat beristrahat nyamuk.

Observasi Checklist Nominal 1. Ada 2. Tidak

Awida Roose: Hubungan Sosiodemografi dan Lingkungan Dengan Kejadian Penyakit Demam Berdarah Dengue (DBD) Di Kecamatan Bukit Raya Kota Pekanbaru Tahun 2008, 2008. USU e-Repository © 2008

Page 59: Jurnal Case Control

3.7 Metode Analisis Data

1. Analisis Univariat

Analisis univariat dilakukan untuk mendapatkan gambaran tentang distribusi

frekuensi masing-masing variabel independen yang meliputi sosiodemografi dan

lingkungan serta variabel dependen yaitu kejadian penyakit DBD.

2. Analisis Bivariat

Analisis bivariat digunakan untuk melihat sejauhmana hubungan variabel

independen sosiodemografi (jenis kelamin, pendidikan, pekerjaan dan mobilisasi)

terhadap variabel dependen (kejadian penyakit DBD) dengan menggunakan Mc

Nemar untuk menentukan ukuran risiko menggunakan Mached Odds Ratio (mOR)

3. Analisis Multivariat

Analisi multivariat adalah untuk melihat hubungan antara variabel kejadian

DBD dengan seluruh variabel yang diteliti sehingga diketahui variabel bebas yang

paling dominan hubungannya dengan kejadian demam berdarah dengan

menggunakan regresi logistik ganda kondisional (conditional multiple logistic

regression).

Awida Roose: Hubungan Sosiodemografi dan Lingkungan Dengan Kejadian Penyakit Demam Berdarah Dengue (DBD) Di Kecamatan Bukit Raya Kota Pekanbaru Tahun 2008, 2008. USU e-Repository © 2008

Page 60: Jurnal Case Control

BAB 4 HASIL PENELITIAN

4.1. Gambaran Umum Kecamatan Bukit Raya

a. Keadaan Geografis

Kecamatan Bukit Raya adalah satu dari 12 (dua belas) Kecamatan yang ada di

Kota Pekanbaru dengan luas 23,10 Km2 dan batas - batas wilayah sebagai berikut:

Sebelah Utara berbatasan dengan Kecamatan Sail

Sebelah Selatan berbatasan dengan Kabupaten Kampar

Sebelah Timur berbatasan dengan Kecamatan Tenayan Raya

Sebelah Barat berbatan dengan Kecamatan Marpoyan Damai

Kecamatan Bukit Raya terdiri dari 4 Kelurahan, 56 RukunWaga (RW) dan

228 Rukun Tetangga yaitu :

Kelurahan Tangkerang Utara dengan 17 RW, 79 RT

Kelurahan Tangkerang Selatan dengan 15 RW, 57 RT

Kelurahan Simpang Tiga dengan 12 RW, 45 RT

Kelurahan Tangkerang Labuai dengan 12 RW, 47 RT

b. Kependudukan

Jumlah penduduk Kecamatan Bukit Raya Tahun 2006 adalah 80.401 jiwa

yang terdiri dari 40.705 jiwa laki-laki dan 39.696 jiwa perempuan dengan tingkat

kepadatan penduduk 3.646 jiwa per kilometer persegi. Distribusi jumlah penduduk

menurut kelompok umur dapat dilihat pada tabel berikut.

44

Awida Roose: Hubungan Sosiodemografi dan Lingkungan Dengan Kejadian Penyakit Demam Berdarah Dengue (DBD) Di Kecamatan Bukit Raya Kota Pekanbaru Tahun 2008, 2008. USU e-Repository © 2008

Page 61: Jurnal Case Control

Tabel 4.1. Distribusi jumlah penduduk menurut kelompok umur di Kecamatan Bukit Raya tahun 2007

Kelurahan

0-5 thn 6-12

thn

13-18

thn 19-24 thn >24 thn Jumlah

2.488 3.892 2.328 2.913 8.594 20.215

2.464 3.784 2.281 2.881 8.403 19.813

3.179 5.060 2.886 3.763 9.324 24.212

Tangkerang Utara

Tangkerang Selatan

Simpang Tiga

Tangkeran Labuai 2.054 2.888 1.898 2.538 6.783 16.161

Jumlah 10.185 15.624 9.393 12.095 33.104 80.401

Sumber : Kecamatan Bukit Raya Dalam Angka, 2007 c. Pendidikan

Tingkat pendidikan penduduk > 5 tahun di Kecamatan Bukit Raya sebagian

besar mereka adalah berhasil tamat SLTA yaitu 26.096 orang sebagaimana diuraikan

pada tabel berikut :

Tabel 4.2 Penduduk > 5 tahun menurut jenis pendidikan yang dijalani dan ditamatkan pada tiap kelurahan di Kecamatan Bukit Raya tahun 2007

Kelurahan Jenis Pendidikan yang dijalan/ditamatkan

Tdk

tamat SD

SD SLTP SLTA Akademi/ PT Jumlah

Tangkerang Utara 2.632 3.043 3.624 6.459 2.378 18.136

Tangkerang Selatan 2.314 3.277 3.382 6.795 1.96 9 17.737

Simpang Tiga 3.286 4.004 4.295 7.826 2.132 21.543

Tangkerang Labuai 2.085 2.994 2.724 5.016 1.619 14.438

Jumlah 10.317 13.318 14.025 26.096 8.098 71.854

Sumber : Kecamatan Bukit Raya Dalam Angka, 2007

Awida Roose: Hubungan Sosiodemografi dan Lingkungan Dengan Kejadian Penyakit Demam Berdarah Dengue (DBD) Di Kecamatan Bukit Raya Kota Pekanbaru Tahun 2008, 2008. USU e-Repository © 2008

Page 62: Jurnal Case Control

d. Migrasi Penduduk

Pertumbuhan penduduk akibat arus migrasi ke kota Pekan Baru relatif cukup

tinggi, Kecamatan Bukit raya merupakan salah satu kecamatan sasaran. Tingginya

tingkat kedatangan penduduk ke Kecamatan Bukit Raya dapat dilihat pada tabel

berikut :

Tabel 4.3 Jumlah penduduk yang datang dan pindah menurut kelurahan di Kecamatan Bukit Raya tahun 2007

Penduduk yang datang

Penduduk yang pindah Kelurahan

Laki-laki Perempuan Laki-laki Perempuan Tangkerang Utara 350 343 26 27

Tangkerang Selatan 374 365 34 30

Simpang Tiga 620 609 43 46

Tangkerang Labuai 412 408 18 21

Jumlah 17.61 17.75 121 124 Sumber : Kecamatan Bukit Raya Dalam Angka, 2007 e. Kondisi tempat tinggal penduduk

Data tentang keadaan/kondisi bangunan tempat tinggal penduduk menurut

tipe dinding di Kecamatan Bukit Raya secara umum dapat dilihat pada tabel yaitu

tabel 4.4 sementara data tentang keadaan bangunan tempat tinggal menurut tupe atap

di Kecamatan Bukit Raya tahun 2007 dapat dilihat pada tabel 4.5

Awida Roose: Hubungan Sosiodemografi dan Lingkungan Dengan Kejadian Penyakit Demam Berdarah Dengue (DBD) Di Kecamatan Bukit Raya Kota Pekanbaru Tahun 2008, 2008. USU e-Repository © 2008

Page 63: Jurnal Case Control

Tabel 4.4 Kondisi bangunan tempat tinggal menurut tipe dinding berdasarkan kelurahan di Kecamatan Bukit Raya tahun 2007

Tipe dinding

Kelurahan Tembok Setengah tembok Lainnya

Tangkeran Utara 3724 811 288

Tangkeran Selatan 3197 625 205

Simpang Tiga 2635 409 176

Tangkeran Labuai 3163 56 216

Jumlah 12.719 2413 885 Sumber : Kecamatan Bukit Raya Dalam Angka, 2007

Tabel 4.5 Jumlah bangunan tempat tinggal menurut tipe atap berdasarkan kelurahan di Kecamatan Bukit Raya tahun 2007

Tipe Atap Kelurahan

Genteng Seng Lainnya Tangkerang Utara 1.926 2.033 68

Tangkerang Selatan 1.726 2.177 45

Simpang Tiga 2.383 2.323 116

Tangkerang Labuai 1.499 1.677 45

Jumlah 7535 8.210 274 Sumber : Kecamatan Bukit Raya Dalam Angka, 2007

Awida Roose: Hubungan Sosiodemografi dan Lingkungan Dengan Kejadian Penyakit Demam Berdarah Dengue (DBD) Di Kecamatan Bukit Raya Kota Pekanbaru Tahun 2008, 2008. USU e-Repository © 2008

Page 64: Jurnal Case Control

4.2. Gambaran Karakteristik Responden

a. Distribusi kasus dan kontrol menurut sosiodemografi

Variabel sosiodemografi kasus dan kontrol yang meliputi pendidikan, pekerjaan

dan mobilisasi di uraikan pada tabel 4.6

Tabel 4.6 Distribusi kasus dan kontrol menurut sosio demografi (umur, jenis kelamin, pendidikan, pekerjaan dan mobilisasi

Variabel Kasus (n = 85) Kontrol (n = 85)

Pendidikan tinggi 61 (71,76%) 58 (62,23%)

Tidak bekerja 54 (63,53%) 53 (62,35%)

Melakukan Mobilisasi 58 (68,24%) 35 (41,18%)

Dari tabel 4.6 diketahui pada kelompok kasus responden berpendidikan tinggi

61 orang (71,76%), berpendidikan rendah 24 orang (28,24%), Pada kelompok kontrol

berpendidikan tinggi 58 orang (62,33%), berpendidikan rendah 27 orang (31,36%).

Sebagian besar responden tidak bekerja dengan rincian responden kasus tidak

bekerja 54 orang (63,53%), bekerja 31 orang (36,47%). Responden kontrol yang tidak

bekerja 53 orang (62,35%), bekerja 32 orang (37,65%).

Sebagian besar responden kasus melakukan mobilisasi dengan rincian

responden kasus yang melakukan mobilisasi 58 orang (68,24%) dan yang tidak

melakukan mobilisasi 27 orang (31,76%). Responden kontrol yang melakukan

mobilisasi 35 (41,18%), responden kontrol yang tidak melakukan mobilisasi 50

(58,82%).

Awida Roose: Hubungan Sosiodemografi dan Lingkungan Dengan Kejadian Penyakit Demam Berdarah Dengue (DBD) Di Kecamatan Bukit Raya Kota Pekanbaru Tahun 2008, 2008. USU e-Repository © 2008

Page 65: Jurnal Case Control

b. Distribusi kasus dan kontrol menurut lingkungan fisik dan biologi

Distribusi kasus dan kontrol menurut lingkungan fisik dan biologi diuraikan pada

tabel 4.7 berikut.

Tabel 4.7 Distribusi kasus dan kontrol menurut lingkungan fisik dan biologi

Variabel Kasus (n = 85) Kontrol (n = 85)

Jarak rumah ≤ 5 33 (38,82%) 29 (34,12%)

Tata rumah tidak baik 38 (44,71%) 32 (37,65%)

Kelembaban (<60%) 0 (0,00%) 0 (0,00%)

Ada tempat penampungan Air (TPA) 85 (0,00%) 85 (0,00%)

Ada TPA bukan untuk keperluan

sehari-hari

67 (78,82%) 54 (63,53%)

Ada TPA alami 23 (27,06%) 12 (14,12%)

Ada Jentik 51 (60,00%) 43 (50,59%)

Ada tanaman hias/pekarangan 68 (80,00%) 61 (71,76%)

Sebagian besar jarak rumah responden dengan rumah lainnya > 5 m dengan

rincian pada kelompok kasus 33 rumah (38,82%) ≤ 5 m , 52 rumah kasus (61,18%)

> 5 meter,. Pada kelompok kontrol 29 rumah (34,12%) ≤ 5 meter, 56 rumah kontrol

(65,88%), > 5, .

Sebagian besar tata rumah responden baik dengan rincian 38 (44,71%) tata

rumah responden tidak baik, 47 tata rumah responden kasus baik (55,29%), 32

Awida Roose: Hubungan Sosiodemografi dan Lingkungan Dengan Kejadian Penyakit Demam Berdarah Dengue (DBD) Di Kecamatan Bukit Raya Kota Pekanbaru Tahun 2008, 2008. USU e-Repository © 2008

Page 66: Jurnal Case Control

(37,65%) tata rumah kontrol tidak baik, dan 53 tata rumah responden kontrol baik

(62,35%),

Dari semua responden baik kasus maupun kontrol setelah dilakukan

pengukuran kelembaban terhadap ruangan ternyata semua rumah responden

kelembabanya > 60%

Dari survei yang dilakukan terhadap rumah responden diketahui bahwa setiap

rumah responden terdapat Tempat Penampungan Air (TPA), uraian lebih rinci

terlampir pada tabel 4a.

Sebagian besar rumah responden terdapat TPA bukan untuk keperluan sehari-

hari dengan rincian 67 rumah responden kasus terdapat TPA bukan untuk keperluan

sehari-hari (78,82%), 18 rumah kasus tidak terdapat TPA bukan untuk keperluan

sehari-hari (21,18%). 54 rumah responden kontrol terdapat TPA bukan untuk

keperluan sehari-hari (63,53%), 31 rumah kasus kontrol tidak terdapat TPA bukan

untuk keperluan sehari-hari (36,47%), uraian lebih rinci terlampir pada tabel 4b.

Sebagian besar responden tidak memiliki TPA alami disekitar rumahnya

dengan rincian, pada kelompok kasus 23 (27,06%) memiliki TPA alami, 62 rumah

(72,94%) tidak memiliki TPA alami. Pada kelompok kontrol 12 rumah (14,12%)

tidak memiliki TPA alami, 73 rumah (85,88%) tidak memiliki TPA alami, uraian

lebih rinci terlampir pada tabel 4c.

Sebagian besar rumah responden terdapat jentik dengan rincian 51 responden

kasus terdapat jentik (60,00%). 34 rumah kasus (40,00%) tidak terdapat jentik. Pada

Awida Roose: Hubungan Sosiodemografi dan Lingkungan Dengan Kejadian Penyakit Demam Berdarah Dengue (DBD) Di Kecamatan Bukit Raya Kota Pekanbaru Tahun 2008, 2008. USU e-Repository © 2008

Page 67: Jurnal Case Control

responden kontrol terdapat 43 rumah (50,59%) ada jentik, 42 rumah (49,41%) tidak

ada jentik , uraian lebih rinci terlampir pada tabel 4d, 4e dan 4f.

Khusus untuk data keadaan cuaca yang meliputi suhu, kelembaban, curah

hujan dan kecepatan angin datanya diperoleh dari Badan Meteorologi dan Geofisika

(BMG) Kota Pekanbaru yang berlaku umum untuk seluruh Kota Pekanbaru

(terlampir).

Sebagian besar responden memiliki tanaman hias/pekarangan dihalaman

rumahnya dengan rincian responden kasus 68 rumah (80,00%) memiliki tanaman

hias, 17 rumah (20,00%) tidak memiliki tanaman hias. Pada responden kontrol

61rumah (71,76%) memiliki tanaman hias 24 rumah (28,24%) tidak memiliki

tanaman hias.

c. Deskripsi House Index (HI), Container Index (CI), Bruteau Index (BI)

Dari hasil penelitian yang dilakukan dapat diketahui House Index (HI), Container

Index (CI) dan Breteau Index (BI)

House Index (HI) adalah persentase jumlah rumah yang ditemukan jentik pada

rumah yang diperiksa.

– Pada kelompok kasus :

HI = %100xdiperiksayangkasusrumahJumlah

jentikditemukanyangkasusrumahJumlah

Awida Roose: Hubungan Sosiodemografi dan Lingkungan Dengan Kejadian Penyakit Demam Berdarah Dengue (DBD) Di Kecamatan Bukit Raya Kota Pekanbaru Tahun 2008, 2008. USU e-Repository © 2008

Page 68: Jurnal Case Control

= %10085

51x

kasusrumah

= 60%

– Pada kelompok kontrol :

HI = %100xdiperiksayangkontrolrumahJumlah

jentikditemukanyangkontrolrumahJumlah

= %10085

43x

kontrolrumah

= 51%

Container Index (CI) adalah persentase pemeriksaan jumlah kontainer yang

diperiksa ditemukan jentik pada container dirumah penduduk yang dipilih secara

acak.

Dari hasil penelitian diperoleh jumlah kontainer baik dari kasus maupun

kontrol sebanyak 698 kontainer, yang terdiri dari : TPA 483 kontainer, TPA bukan

untuk kebutuhan sehari-hari = 174 kontainer, dan TPA alami = 41 kontainer yang

diuraikan pada tabel berikut :

Awida Roose: Hubungan Sosiodemografi dan Lingkungan Dengan Kejadian Penyakit Demam Berdarah Dengue (DBD) Di Kecamatan Bukit Raya Kota Pekanbaru Tahun 2008, 2008. USU e-Repository © 2008

Page 69: Jurnal Case Control

Tabel 4.8. Jenis dan jumlah kontainer yang terdapat pada rumah responden

Kasus Kontrol Kontainer n % n % Jumlah

TPA Tempayan Bak mandi Bak WC Drum Bak penampungan air Ember Dan lain-lain

4 75 59 11 29 56 2

4,7 88,2 69,4 12,9 34,1 65,9 2,4

2 79 65 16 21 62 2

2,4 92,9 76,5 18,8 24,7 72,9 2,4

6 154 124 27 50 118 4

Total 236 247 483 TPA bukan untuk keperluan sehari-hari

Tempat minum hewan Barang bekas Vas bunga Talang air Meteran air Dan lain-lain

10 52 29 2 1 0

11,8 61,2 34,1 2,4 1,2 0,0

5 47 19 2 1 0

5,9 55,3 22,4 2,1 1,2 0,0

15 99 48 4 8 0

94 74 174 TPA Alami Luban pohon Lobang batu Pelapah daun Tempurung kelapa Kulit kerang Potongn bambu Dan lain-lain

1 2 8 11 1 3 3

1,2 2,4 9,4 12,9 1,2 3,5 3,5

1 0 4 6 0 1 0

1,2 0,0 4,7 7,1 0,0 1,2 0,0

2 2 12 17 1 4 3

Total kontainer 29 12 41

Dari hasil penelitian diketahui bahwa jumlah kontainer yang ditemukan jentik

pada rumah responden sebanyak 162 kontainer yang terdiri dari pada TPA = 80

kontainer, pada TPA bukan untuk keperluan sehari-hari 64 kontainer dan TPA alami

18 kontainer sesuai tabel berikut :

Awida Roose: Hubungan Sosiodemografi dan Lingkungan Dengan Kejadian Penyakit Demam Berdarah Dengue (DBD) Di Kecamatan Bukit Raya Kota Pekanbaru Tahun 2008, 2008. USU e-Repository © 2008

Page 70: Jurnal Case Control

Tabel 4. 9. Jumlah dan Jenis kontainer yang ditemukan jentik

Kasus Kontrol Kontainer n % n % Jumlah

TPA Tempayan (Aedes agepyti) Bak mandi Bak WC Drum Bak penampungan air Ember Dan lain-lain

0 22 11 3 4 3 0

0,0 55,9 12,9 3,5 4,7 4,7 0,0

0 22 9 2 3 1 0

0,0 25,9 10,6 2,4 3,5 3,5 0,0

0 44 20 5 7 4 0

Total 43 37 80

TPA bukan untuk keperluan sehari-hari Tempat minum hewan Barang-barang bekas Vas bunga Talang air Meteran air Dan lain-lain

1 24 10 0 0 0

1,2 28,2 11,8 0,0 0,0 0,0

2 21 6 0 0 0

2,4 24,7 7,1 0,0 0,0 0,0

3 45 16 0 0 0

Total 35 29 64 TPA Alami Luban pohon Lobang batu Pelapah daun Tempurung kelapa Kulit kerang Potongn bambu Dan lain-lain

1 0 5 5 0 0 0

1,2 0,0 5,9 5,91 0,0 0,0 0,0

0 0 1 6 0 0 0

0,0 0,0 1,2 7,1 0,0 0,0 0,0

1 0 6 11 0 0 0

Total kontainer 11 7 18

Berdasarkan tabel diatas diketahui jumah kontainer yang ditemukan jentik

pada kelompok kasus yaitu 43 + 35 + 11 = 89 dan pada kelompok kontrol 37 + 29 + 7

= 73, maka kontainer indeks dapat dihitung sebagai berikut :

CI = %100xdiperiksayangkontainerJumlah

jentikditemukankontainerJumlah

Awida Roose: Hubungan Sosiodemografi dan Lingkungan Dengan Kejadian Penyakit Demam Berdarah Dengue (DBD) Di Kecamatan Bukit Raya Kota Pekanbaru Tahun 2008, 2008. USU e-Repository © 2008

Page 71: Jurnal Case Control

– Pada kelompok kasus

CI = %10035989 x

= 24,8%

– Pada kelompok kontrol

CI = %10035973 x

= 20,3%

Bruteau Index (BI) adalah jumlah kontainer yang terdapat jentik dalam 100

rumah:

Pada penelitian ini jumlah rumah yang diteliti (kasus dan kontrol) 170 rumah.

Maka Bruteau Index (BI) adalah

– Pada kelompok kontrol

BI = 8985

100 x

= 104,7

= 95 kontainer

– BI pada kelompok kasus

BI = 7385

100 x

= 85,9

Angka Bebas Jentik (ABJ) dari penelitian ini sebagai berikut :

Awida Roose: Hubungan Sosiodemografi dan Lingkungan Dengan Kejadian Penyakit Demam Berdarah Dengue (DBD) Di Kecamatan Bukit Raya Kota Pekanbaru Tahun 2008, 2008. USU e-Repository © 2008

Page 72: Jurnal Case Control

ABJ = %100/

/x

diperiksayangbangunanrumahjumlahjentikditemukantidakyangbangunanrumahJumlah

– Pada kelompok kasus

ABJ = %1008534 x

= 40%

– Pada kelompok kontrol

ABJ = %1008542 x

= 49%

4.3. Analisa Bivariat

a. Tabulasi Silang Sosiodemografi

Sosiodemografi responden pada penelitian ini merupakan variabel bebas yang

terdiri dari pendidikan, pekerjaan dan mobilisasi, tabulasi silang sosiodemografi

dengan kejadian DBD dapat dilihat pada tabel berikut:

Tabel 4.10. Tabulasi silang sosiodemografi dengan kejadian DBD di Kecamatan Bukit Raya Kota Pekanbaru

Variabel Kasus = 85

n (%) Kontrol = 85

n (%) mOR (95% CI) p

Pendidikan tinggi 61 (71,76%) 58 (62,23%) 0,41 (0,25-0,68) 0,000

Tidak bekerja 54 (63,55%) 53 (62,33%) 0,00 (0,00-0,04) 0,000

Melakukan mobilisasi 58 (68,24%) 35 (41,18%) 0,77 (0,45-1,31) 0,374

Awida Roose: Hubungan Sosiodemografi dan Lingkungan Dengan Kejadian Penyakit Demam Berdarah Dengue (DBD) Di Kecamatan Bukit Raya Kota Pekanbaru Tahun 2008, 2008. USU e-Repository © 2008

Page 73: Jurnal Case Control

Berdasarkan analisis hubungan pendidikan responden dengan kejadian DBD

diperoleh nilai p = 0,000 p < 0,05 , artinya bahwa ada perbedaan kemungkinan risiko

terkena DBD pada masyarakat yang berpendidikan rendah dengan yang

berpendidikan tinggi di Kecamatan Bukit Raya Kota Pekanbaru. Nilai Matched Odds

Ratio (mOR) sebesar 0,41 artinya bahwa kemungkinan orang menderita DBD

pendidikannya lebih rendah 0,41 kali dibandingkan dengan orang yang tidak

penderita DBD. Oleh karena nilai p pada uji statistik < 0,05, maka variabel ini

diikusertakan dalam multivariat.

Hasil analisis hubungan pekerjaan responden dengan kejadian DBD diperoleh

nilai p = 0,000 dan p < 0,05 artinya bahwa ada perbedaan kemungkinan risiko

terkena DBD pada masyarakat yang tidak bekerja dengan yang bekerja di Kecamatan

Bukit Raya Kota Pekanbaru. Nilai Matched Odds Ratio (mOR) = 0,00 artinya bahwa

kemungkinan orang yang tidak bekerja, berisiko kena DBD dibandingkan yang

bekerja. Oleh kaerna nilai uji statistik < 0,05 maka variabel pekerjaan diikutsertakan

adalah multivariat.

Berdasarkan analisis hubungan mobilisasi responden dengan kejadian DBD

diperoleh nilai p = 0,374, p > 0,05 artinya tidak ada perbedaan kemungkinan risiko

terkena DBD pada masyarakat yang melakukan mobilisasi dengan yang tidak

melakukan mobilisasi di Kecamatan Bukit Raya Kota Pekanbaru.

Awida Roose: Hubungan Sosiodemografi dan Lingkungan Dengan Kejadian Penyakit Demam Berdarah Dengue (DBD) Di Kecamatan Bukit Raya Kota Pekanbaru Tahun 2008, 2008. USU e-Repository © 2008

Page 74: Jurnal Case Control

b. Tabulasi Silang Lingkungan Fisik dan Biologi

Lingkungan fisik dan biologi responden pada penelitian ini juga merupakan

variabel bebas yang terdiri dari jarak rumah, tata rumah, TPA bukan untuk keperluan

sehari-hari, TPA alami, keberadaan jentik dan ada tidaknya tanaman hias/pekarangan

yang diuraikan pada tabel 4.11.

Tabel 4.11. Tabulasi silang Lingkungan Fisik dan Biologi responden dengan kejadian DBD

Variabel Kasus = 85

n (%) Kontrol = 85

n (%) mOR (95% CI) p

Jarak rumah ≤ 5 33 (38,82%) 29 (34,12%) 1,79(1,12-2,93) 0,014

Tata rumah, tidak baik 38 (44,71%) 32 (37,65%) 1,47 (0,92-2,38) 0,114

Ada TPA bukan untuk

keperluan sehari-hari

67 (78,82%) 54(63,53%) 0,34 (0,18-0,58) 0,000

Ada TPA alami 23 (27,00%) 12 (14,12%) 0,312 (0,19-0,51) 0,000

Ada jentik 51(60,00%) 43(50,59%) 0,79 (0,49-1,27) 0,362

Ada tanaman

hias/pekarangan

68(80,00%) 61(71,76%) 0,28 (0,15-0,48) 0,000

Berdasarkan hasil uji statistik pada tabel 4.11 untuk melihat hubungan

variabel jarak rumah dengan kejadian DBD diperoleh nilai p = 0,014, p < 0,05 artinya

bahwa ada perbedaan kemungkinan risiko terkena DBD pada masyarakat yang jarak

rumahnya ≤ 5m dengan tetangga sebelah menyebelah dengan rumah yang berjarak >

5m dengan tetangga sebelah menyebelah di Kecamatan Bukit Raya Kota Pekanbaru.

Awida Roose: Hubungan Sosiodemografi dan Lingkungan Dengan Kejadian Penyakit Demam Berdarah Dengue (DBD) Di Kecamatan Bukit Raya Kota Pekanbaru Tahun 2008, 2008. USU e-Repository © 2008

Page 75: Jurnal Case Control

Nilai Matched Odds Ratio (mOR) sebesar 1,79. artinya bahwa kemungkinan orang

menderita DBD. Jarak rumahnya ≤ 5m dengan tetangga sebelah menyebelah 1,79

kali dibanding dengan yang tidak menderita DBD. Oleh karena nilai p pada uji

statistik < 0,05 maka variabel jarak rumah diikutsertakan dalam multivariat.

Berdasarkan analisis hubungan antara tata rumah dengan kejadian DBD

diperoleh nilai p = 0,114 ; p > 0,05 artinya bahwa tidak ada perbedaan risiko tekena

DBD pada masyarakat yang tata rumahnya baik dengan yang tata rumahnya tidak

baik di Kecamatan Bukit Raya Kota Pekanbaru.

Berdasarkan analisis hubungan antara variabel TPA bukan untuk keperluan

sehari dengan kejadian DBD diperoleh nilai p = 0,000 p < 0,05 artinya bahwa ada

perbedaan kemungkinan risiko terkena DBD pada masyarakat yang di lingkungan

rumahnya terdapat TPA bukan untuk keperluan sehari-hari dengan yang tidak

terdapat TPA bukan untuk keperluan sehari di lingkungan rumahnya di Kecamatan

Bukit Raya Kota Pekanbaru, Nilai Matched Odds Ratio (mOR) = 0,33. Artinya

bahwa kemungkinan orang menderita DBD, di lingkungan rumahnya ditemukan TPA

bukan untuk keperluan sehari-hari 0,333 kali dibanding yang tidak menderita DBD.

Oleh karena nilai p < 0,05 maka variabel ini akan diikutsertakan dalam analisa

multivariat.

Berdasarkan analisis hubungan antara TPA alami dengan kejadian DBD

diperoleh nilai p = 0,000 ; p < 0,05 artinya bahwa ada perbedaan kemungkinan risiko

terkena DBD pada masyarakat yang dilingkungan rumahnya ditemukan TPA alami

Awida Roose: Hubungan Sosiodemografi dan Lingkungan Dengan Kejadian Penyakit Demam Berdarah Dengue (DBD) Di Kecamatan Bukit Raya Kota Pekanbaru Tahun 2008, 2008. USU e-Repository © 2008

Page 76: Jurnal Case Control

dengan yang tidak ditemukan TPA alami di lingkungan rumahnya di Kecamatan

Bukit Raya Kota Pekanbaru. Nilai Matched Odds Ratio (mOR) = 0,32. artinya bahwa

kemungkinan orang yang menderita DBD, dilingkungan rumahnya tidak ditemukan

TPA alami 0,32 kali dibanding yang tidak DBD, karena nilai p < 0,05 maka variabel

TPA alami diikutertakan dalam analisis multivariat.

Berdasarkan analisis hubungan antara keberadaan jentik dengan kejadian

DBD diperoleh nilai p = 0,362 p > 0,05 artinya bahwa ada perbedaan kemungkinan

risiko terkena DBD pada masyarakat lingkungan rumahnya ada jentik dengan

lingkungan rumahnya tidak ada jentik di Kecamatan Bukit Raya Kota Pekanbaru.

Berdasarkan analisis hubungan antara tanaman hias/pekarangan dengan

kejadian DBD diperoleh nilai p = 0,000 p < 0,05 artinya bahwa ada perbedaan

kemungkinan risiko terkena DBD pada masyarakat yang dihalaman rumahnya ada

tanaman hias/pekarangan dengan yang tidak ada tanaman hias/pekarangan di

Kecamatan Bukit Raya Kota Pekanbaru. Nilai Matched Odds Ratio (mOR) 0,28

artinya bahwa kemungkinan orang menderita DBD, dilingkungan rumahnya terdapat

tanaman hias/pekarangan 0,28 kali dibanding yang tidak menderita DBD. Oleh

karena nilai p < 0,05, maka variabel tanaman hias/pekarangan diikutsertakan dalam

analisis multivariat.

4.4. Analisis Multivariat

Untuk mengetahui hubungan semua variabel secara bersama-sama dengan

kejadian DBD, maka dilakukan analisis multivariat yaitu dengan menggunakan uji

Awida Roose: Hubungan Sosiodemografi dan Lingkungan Dengan Kejadian Penyakit Demam Berdarah Dengue (DBD) Di Kecamatan Bukit Raya Kota Pekanbaru Tahun 2008, 2008. USU e-Repository © 2008

Page 77: Jurnal Case Control

regresi logistik ganda kondisional. Variabel-variabel dari hasil analisa bivariat yang

memiliki nilai p < 0,25 dapat dipertimbangkan untuk masuk kedalam model

multivariat. Berdasarkan hasil analisis bivariat pada penelitian ini ternyata variabel

yang mempunyai nilai p < 0,25 adalah variabel pendidikan, pekerjaan, tata rumah,

TPA bukan untuk keperluan sehari-hari, TPA alami, keberadaan jentik dan tanaman

hias. Walaupun variabel mobilisasi dan keberadaan jentik pada analisis bivariat

memiliki nilai p > 0,25 namun karena secara subtansi kedua variabel tersebut

dianggap penting maka dimasukan kedalam analisis multivariat.

Analisis regresi logistik ganda kondisinal dilakukan dengan metode Stepwise

backward selection dapat dilihat pada tabel 4.12. berikut

Tabel 4.12. Hasil Akhir Analisis Regresi Logistik Ganda Kondisional dengan Metode Stepwise backward selection

Variabel Independen B P mOR 95% CI

Mobilisasi 3,040 0,000 20,898 4,02 – 108,70

TPA bukan untuk keperluan sehari-hari 1,547 0,003 4,697 1,670 – 13,00

TPA Alami -1,304 0,037 0,2713 0,08 – 0,922

Ternyata hasil akhir analisis regresi logistik ganda kondisional dengan Metode

Stepwise backward selection dari tiga variabel yaitu mobilisasi, TPA bukan untuk

keperluan sehari-hari dan TPA Alami yang paling dominan berhubungan dengan

kejadian DBD adalah variabel mobilisasi dengan nilai p = 0,00 dan mOR = 20,90.

Awida Roose: Hubungan Sosiodemografi dan Lingkungan Dengan Kejadian Penyakit Demam Berdarah Dengue (DBD) Di Kecamatan Bukit Raya Kota Pekanbaru Tahun 2008, 2008. USU e-Repository © 2008

Page 78: Jurnal Case Control

BAB 5 PEMBAHASAN

5.1. Sosiodemografi

Faktor sosiodemografi pada penelitian ini merupakan variabel bebas

mencakup umur, jenis kelamin, pendidikan, pekerjaan dan mobilisasi, untuk variabel

umur dan jenis kelamin dilakukan matching.

1. Hubungan Pendidikan dengan Kejadian DBD

Berdasarkan hasil penelitian diketahui bahwa pada responden kelompok kasus

berpendidikan tinggi 61 orang (71,78%), berpendidikan rendah 24 orang (28,24%).

Hasil analisis hubungan pendidikan dengan kejadian DBD diperoleh p < 0,05, artinya

bahwa ada perbedaan kemungkinan risiko terkena DBD pada masyarakat yang

berpendidikan rendah dan yang berpendidikan tinggi di Kecamatan Bukit Raya

Kota Pekanbaru. Nilai Matched Odds Ratio (mOR) sebesar 0,41, artinya bahwa

kemungkinan orang mederita DBD pendidikannya lebih rendah 0,41 kali

dibandingkan dengan orang yang tidak menderita DBD. Pada penelitian ini yang

masuk kategori pendidikan tinggi adalah mereka yang berijazah SLTP, SLTA dan

Akademi/Perguruan Tinggi.

Menurut hasil penelitian Nawar di Kecamatan Tanjung Morawa Kabupaten

Deli Serdang tahun 2005 menyatakan bahwa pada daerah endemis responden

terbanyak berpendidikan rendah yaitu 68 orang (56,2%). Pada penelitian Nawar

kategori pendidikan tinggi yaitu dari SLTA ke atas. Penelitian Sitorus (2005)

62

Awida Roose: Hubungan Sosiodemografi dan Lingkungan Dengan Kejadian Penyakit Demam Berdarah Dengue (DBD) Di Kecamatan Bukit Raya Kota Pekanbaru Tahun 2008, 2008. USU e-Repository © 2008

Page 79: Jurnal Case Control

mengatakan bahwa tidak ada perbedaan kemungkinan risiko terkena DBD pada

tingkat pendidikan rendah dan tinggi yang kategori pendidikan tinggi dimulai dari

SLTA ke atas. Masyarakat yang berpendidikan tinggi diharapkan lebih banyak tahu

informasi tentang cara dan upaya mencegah terjadinya DBD terhadap dirinya dan

keluarga dari berbagai sumber dan media.

2. Hubungan Pekerjaan dengan Kejadian DBD

Dilihat dari variabel pekerjaan, pada kelompok kasus persentase terbanyak

adalah pada kelompok tidak bekerja yaitu 54 orang (63,55%) dan yang bekerja 31

orang (36,47%).

Hasil uji statistik menunjukkan nilai p < 0,05 artinya bahwa ada perbedaan

risiko antara masyarakat yang tidak bekerja dengan yang bekerja di Kecamatan Bukit

Raya Kota Pekan Baru, Nilai Matched Odds Ratio (mOR) sebesar 0,0000 artinya

bahwa kemungkinan orang yang tidak bekerja berisiko menderita DBD dibandingkan

yang bekerja.

Pada penelitian ini yang masuk kategori yang tidak bekerja adalah ibu rumah

tangga (IRT), anak belum sekolah, pelajar dan mahasiswa. Dimana kita lihat dari

hasil survei yang dilakukan sebagian besar anak sekolah, pelajar dan mahasiswa

tersebut lokasi sekolah atau perguruan tinggi mereka berada diluar Kecamatan Bukit

Raya Kota Pekanbaru. Hal ini dapat dilihat pada variabel mobilisasi bahwa yang

melakukan mobilisasi adalah masyarakat yang melakukan gerakan berpindah dari

satu tempat ke tempat lain yang dilakukan setiap hari sebagaimana tercantum pada

defenisi operasional.

Awida Roose: Hubungan Sosiodemografi dan Lingkungan Dengan Kejadian Penyakit Demam Berdarah Dengue (DBD) Di Kecamatan Bukit Raya Kota Pekanbaru Tahun 2008, 2008. USU e-Repository © 2008

Page 80: Jurnal Case Control

Penelitian ini sesuai dengan penelitian Widyana (1998) dalam Nawar (2005)

yang menemukan bahwa sebagian besar penderita DBD berstatus tidak bekerja.

3. Hubungan Mobilisasi dengan Kejadian DBD

Berdasarkan hasil penelitian diketahui bahwa ada kelompok kasus persentase

responden yang melakukan mobilitas lebih besar yaitu 58 orang (68,24%) dan

responden yang tidak melakukan mobilitas 27 orang (31,76%). Hasil analisis

hubungan mobilitas responden dengan kejadian DBD diperoleh nilai p = 0,37, p >

0,05 artinya tidak ada perbedaan kemungkinan risiko terkena DBD yang melakukan

mobilisasi dengan yang tidak melakukan mobilisasi di Kecamatan Bukit Raya Kota

Pekanbaru.

Oleh karena variabel mobilisasi berkaitan dengan variabel pendidikan dan

variabel pekerjaan maka variabel mobilisasi secara substansi dianggap penting dalam

penelitian ini. Walaupun nilai p variabel mobilisasi > 0,05, variabel mobilisasi tetap

dimasukkan dalam analisis multivariat ternyata dari hasil analisis multivariat

diperoleh nilai p variabel mobilisasi yaitu 0,00 (p < 0,05) artinya ada perbedaan risiko

antara masyarakat yang melakukan mobilisasi dengan yang tidak melakukan

mobilisasi.

Nilai Matched Odds Ratio (mOR) sebesar 20,90 artinya bahwa kemungkinan

orang yang menderita DBD melakukan mobilisasi 20,90 kali dibandingkan dengan

orang yang tidak menderita DBD.

Secara epidemiologi penyakit DBD merupakan salah satu penyakit menular

yang penularannya relatif tinggi karena kepadatan penduduk, mobilisasi yang tinggi

Awida Roose: Hubungan Sosiodemografi dan Lingkungan Dengan Kejadian Penyakit Demam Berdarah Dengue (DBD) Di Kecamatan Bukit Raya Kota Pekanbaru Tahun 2008, 2008. USU e-Repository © 2008

Page 81: Jurnal Case Control

serta dipengaruhi ada tidaknya tempat perindukan nyamuk penular DBD. Menurut

Wahidin (2003) dalam Nawar (2008) mobilitas yang tinggi antara lain disebabkan

oleh perpindahan atau perjalanan masyarakat keluar daerahnya, antara lain adalah

karena alasan lokasi pendidikan atau lokasi pekerjaan

Menurut Sugijanto (2003) mengatakan bahwa salah satu penyebab DBD

masih menjadi masalah kesehatan masyarakat di Indonesia adalah kemajuan

teknologi dalam bidang transportasi disertai mobilitas penduduk yang cepat

memudahkan penyebaran sumber penular dari satu kota ke kota lain.

Demikian juga hasil penelitian Adisasmito, dkk (2007) mengatakan bahwa

faktor lingkungan berperan besar dalam penyebaran DBD, dimana penyebaran habitat

nyamuk disebabkan meningkatnya mobilisasi penduduk dan transportasi dari suatu

daerah.

Hasil penelitian tersebut diatas sejalan dengan teori yang mengatakan bahwa

penyebab munculnya KLB/wabah DBD antara lain disebabkan karena adanya

pertumbuhan penduduk yang tidak melalui pola tertentu, urbanisasi yang tidak

terkontrol, mobilitas penduduk yang tinggi (Depkes RI, 2003).

5.2. Lingkungan Fisik dan Biologi

1. Hubungan Jarak Rumah dengan Kejadian DBD

Berdasarkan hasil penelitian diketahui bahwa dari 85 kasus DBD ada 33

rumah, (38,82%) yang jarak rumah tersebut dengan rumah tetangga < 5 m, sebanyak,

52 rumah (61,18%) lainnya berjarak > 5 m. Dari 85 kelompok kontrol, sebanyak 29

Awida Roose: Hubungan Sosiodemografi dan Lingkungan Dengan Kejadian Penyakit Demam Berdarah Dengue (DBD) Di Kecamatan Bukit Raya Kota Pekanbaru Tahun 2008, 2008. USU e-Repository © 2008

Page 82: Jurnal Case Control

rumah (34,12%) berjarak < 5 dan 56 rumah (65,88%) berjarak > 5 m. Berdasarkan

hasil uji statistik pada tabel 4.11 untuk melihat hubungan variabel jarak rumah

dengan kejadian DBD diperoleh nilai p = 0,01, p < 0,05 artinya bahwa ada perbedaan

kemungkinan risiko terkena DBD pada masyarakat yang jarak rumahnya ≤ 5m

dengan tetangga sebelah menyebelah dengan rumah yang berjarak > 5m dengan

tetangga sebelah menyebelah di Kecamatan Bukit Raya Kota Pekanbaru. Nilai

Matched Odds Ratio (mOR) sebesar 1,79. artinya bahwa kemungkinan orang

menderita DBD. Jarak rumahnya ≤ 5m dengan tetangga sebelah menyebelah 1,79 kali

dibanding dengan tidak DBD.

Hal ini sesuai dengan teori yang menyatakan bahwa jarak antara rumah

mempengaruhi penyebaran nyamuk dari satu rumah ke rumah lain, semakin dekat

jarak rumah semakin mudah nyamuk menyebar ke rumah sebelah menyebelah

(Haryanto, dkk, 1989).

2. Hubungan Tata Rumah dengan Kejadian DBD

Penelitian terhadap variabel tata rumah dilihat dari kebiasaan menggantung

pakaian dan pengaturan barang-barang yang ada di rumah, berdasarkan hasil

penelitian yang dilakukan diketahui bahwa dari 85 orang menderita DBD terdapat 38

orang (44,71%) yang tidak menata rumah dengan baik dan 47 orang (55,29%) yang

menata rumah dengan baik, sedangkan pada kelompok yang tidak menderita DBD

berjumlah 32 orang (37,65%) yang tidak menata rumah dengan baik dan 53 orang

(62,35%) yang menata rumah dengan baik. Berdasarkan analisis hubungan antara tata

Awida Roose: Hubungan Sosiodemografi dan Lingkungan Dengan Kejadian Penyakit Demam Berdarah Dengue (DBD) Di Kecamatan Bukit Raya Kota Pekanbaru Tahun 2008, 2008. USU e-Repository © 2008

Page 83: Jurnal Case Control

rumah dengan kejadian DBD diperoleh nilai p = 0,11 ; p > 0,05 artinya bahwa tidak

ada perbedaan risiko tekena DBD pada masyarakat yang tata rumahnya baik dengan

yang tata rumahnya tidak baik di Kecamatan Bukit Raya Kota Pekanbaru. Hal ini

kemungkinan disebabkan karena persentasi baik kasus dan kontrol yang menata

rumah dengan baik lebih besar persentase dibandingkan dengan yang menata rumah

dengan tidak baik.

Menurut Haryanto dkk (1989) mengatakan bahwa kebiasaan menggantung

pakaian adalah tempat-tempat yang disenangi nyamuk untuk hinggap istirahat selama

menunggu waktu bertelur dan tempat tersebut gelap, lembab dan sedikit angin.

Nyamuk Ae.aegyptibiasa hinggap di baju-baju yang bergantungan dan benda-benda

lain di dalam rumah

3. Hubungan Kelembaban dengan Kejadian DBD

Data yang diperoleh dari hasil pengukuran kelembaban dilokasi penelitian

untuk semua responden, baik kasus maupun kontrol > 60 % (homogen). Hasil

penelitian ini sesuai dengan teori Harianto, dkk (1989) mengatakan bahwa nyamuk

Ae.aegypti pada kelembaban < 60% umurnya akan menjadi pendek, tidak bisa

menjadi vektor, tidak cukup waktu untuk perpindahan virus dari lambung ke kelenjar

ludah. Sehingga secara umum kelembaban rumah responden mendukung untuk

kehidupan nyamuk Aedes aegypti.

4. Hubungan Tempat Penampungan Air (TPA) dengan Kejadian DBD

Dari hasil penelitian yang dilakukan diketahui bahwa semua responden

memiliki TPA (data homogen). Karena sistem penyediaan air di masyarakat

Awida Roose: Hubungan Sosiodemografi dan Lingkungan Dengan Kejadian Penyakit Demam Berdarah Dengue (DBD) Di Kecamatan Bukit Raya Kota Pekanbaru Tahun 2008, 2008. USU e-Repository © 2008

Page 84: Jurnal Case Control

bermacam-macam baik melalui perpipaan maupun sumber lain seperti sumur gali dan

lain-lain. Masih memerlukan tempat penampungan air baik bak besar maupun kecil,

ember dan lain-lain.

Tempat penampungan air merupakan media untuk berkembang biak nyamuk Aedes

aegypti. Untuk menghindari agar nyamuk tidak meletakkan telur-telurnya pada

tempat penampungan air agar melakukan pengurasan tempat penampungan air

maksimal 1 kali seminggu sehingga telur nyamuk tidak dapat berkembang menjadi

nyamuk dewasa yang siap menularkan DBD.

5. Hubungan Tempat Penampungan Air Bukan Untuk Keperluan Sehari-hari dengan

Kejadian DBD

Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan dapat diketahui bahwa pada

kelompok kasus lebih banyak ditemui jentik pada TPA bukan untuk keperluan

sehari-hari pada lingkungan rumahnya yaitu 67 rumah (78,82%), yang tidak ditemui

TPA untuk keperluan sehari-hari dilingkungan rumahnya sebanyak 18 rumah

(21,18%) sedangkan pada kelompok kontrol 54 rumah (63,53%) ditemui TPA bukan

untuk keperluan sehari-hari, 31 rumah (36,47%) tidak ditemui TPA untuk kebutuhan

sehari-hari. Hasil uji statistik menunjukkan bahwa terdapat hubungan yang bermakna

antara TPA bukan untuk keperluan sehari-hari dengan kejadian DBD, nilai p = 0,00

dan nilai mOR (0,33) artinya kemungkinan orang yang menderita DBD di lingkungan

rumahnya terdapat tempat penampungan air bukan untuk keperluan sehari-hari.

Kemungkinan itu 0,33 kali dibandingkan dengan orang yang tidak menderita DBD.

Awida Roose: Hubungan Sosiodemografi dan Lingkungan Dengan Kejadian Penyakit Demam Berdarah Dengue (DBD) Di Kecamatan Bukit Raya Kota Pekanbaru Tahun 2008, 2008. USU e-Repository © 2008

Page 85: Jurnal Case Control

Hal ini sejalan dengan penelitian Sitorus di Kota Medan tahun 2005 yang

mengatakan bahwa ada perbedaan kemungkinan risiko terkenan DBD pada

lingkungan yang tidak bersih dengan lingkungan bersih dari sampah berserakan yang

dapat menampung air seperti kaleng bekas, ban bekas, plastik bekas, Nilai Matched

Odds Ratio (OR) sebesar 2,7 artinya bahwa kemungkinan orang menderita DBD

lingkungannya tidak bersih 2,7 kali dibandingkan dengan orang yang tidak menderita

DBD.

Hasil penelitian ini sesuai dengan teori yang mengatakan bahwa kaleng bekas,

ban bekas, plastik dapat memberikan kontribusi yang cukup besar terhadap

bertambahnya jentik Ae.aegyptiyang otomatis membuka peluang terhadap kejadian

DBD. Ban mobil bekas merupakan tempat perkembangbiakan utama Ae.aegyptidi

daerah perkotaan (Suroso, 2000).

6. Hubungan Tempat Penampungan Air Alami dengan Kejadian DBD

Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan dapat diketahui bahwa pada

kelompok kasus yang memiliki TPA alami 23 rumah (27,06%), tidak memiliki TPA

alami 62 (72,94%). Pada kelompok kontrol yang memiliki TPA alami 12 rumah

(14,12%) dan yang tidak memiliki 73 rumah (85,88%). Hasil uji statistik

menunjukkan bahwa nilai p = 0,00, p < 0,05 artinya bahwa ada hubungan yang

signifikan antara TPA Alami dengan Kejadian DBD. Nilai Matched Odds Ratio

(mOR) = 0,32. artinya bahwa kemungkinan orang yang menderita DBD walaupun di

lingkungan rumah tidak terdapat TPA Alami 0,32 kali disbanding yang tidak

menderita DBD. Hal tersebut di atas didukung dengan teori yang mengatakan bahwa

Awida Roose: Hubungan Sosiodemografi dan Lingkungan Dengan Kejadian Penyakit Demam Berdarah Dengue (DBD) Di Kecamatan Bukit Raya Kota Pekanbaru Tahun 2008, 2008. USU e-Repository © 2008

Page 86: Jurnal Case Control

jangkauan terbang (flight range) rata-rata nyamuk Ae.aegyptiadalah sekitar 100 m

tetapi pada keadaan tertentu nyamuk ini dapat terbang sampai beberapa kilometer dan

waktu mencari makan, nyamuk Aedes agypti selain terdorong rasa lapar juga

dipengaruhi oleh faktor bau yang dipancarkan oleh inang, temperatur, kelembaban,

kadar dioksida (CO2) dan warna. Untuk jarak lebih jauh faktor bau memegang

peranan penting bila dibandingkan dengan faktor lainnya (Soegijanto, 2003).

Penelitian ini sejalan dengan penelitian Irfan dalam Duma, dkk (2007) yang

mengatakan bahwa ada hubungan yang bermakna antara menjaga kebersihan

lingkungan dengan baik dengan kejadian DBD. Lingkungan yang masih terdapat

benda-benda yang dapat menjadi tempat bersarang nyamuk seperti adanya lubang

pohon bambu, bekas penampungan tempurung kelapa yang berserakan

mengakibatkan bertambahnya tempat perindukan nyamuk dan jumlah nyamuk akan

bertambah meningkat.

7. Hubungan Keberadaan Jentik dengan Kejadian DBD

Setelah dilakukan penelitian maka diketahui bahwa pada kelompok kasus,

dijumpai 51 rumah (60,00%) ada jentik di TPA dan sebanyak 34 rumah (40,00%)

tidak ada jentik, sedangkan pada kelompok kontrol dijumpai 43 rumah (50,59%) ada

jentik, 42 rumah (49,41%) tidak ada jentik. Hasil uji statistik menunjukkan bahwa

tidak ada hubungan antara keberadaan jentik dengan kejadian DBD nilai p = 0,362

yaitu p > 0,05 artinya bahwa tidak ada perbedaan kemungkinan risiko terkena DBD

pada masyarakat lingkungan rumahnya ada jentik dengan lingkungan rumahnya tidak

ada jentik di Kecamatan Bukit Raya Kota Pekanbaru, tidak bermaknanya variabel

Awida Roose: Hubungan Sosiodemografi dan Lingkungan Dengan Kejadian Penyakit Demam Berdarah Dengue (DBD) Di Kecamatan Bukit Raya Kota Pekanbaru Tahun 2008, 2008. USU e-Repository © 2008

Page 87: Jurnal Case Control

keberadaan jentik ini karena responden menyadari bahaya penyakit DBD dan sudah

mulai melakukan kegiatan 3M yaitu (Menguras, Menutup dan Menimbun) TPA yang

ada sehingga pada saat survei berlangsung keberadaan jentik pada TPA mulai

berkurang tetapi tidak maksimal.

Namun secara persentase pada kelompok kasus DBD, jumlah rumah yang ditemui

ada jentik lebih besar persentasenya yaitu 60% dibanding rumah yang tidak ditemui

jentik yaitu 40%. Hal ini menyatakan bahwa keberadaan jentik pada rumah responden

belum bisa ditiadakan sama sekali sehingga kemungkinan penularan DBD masih

tetap berlangsung. Sejalan dengan penelitian Sitorus tahun 2005 yang mengatakan

bahwa ada kemungkinan risiko terkena DBD pada lingkungan rumah yang ada

jentiknya dengan lingkungan rumah yang tidak ada jentiknya Nilai Matched Odds

Ratio (mOR) sebesar 5,8 artinya bahwa kemungkinan orang yang menderita DBD

ditemukan adanya jentik dirumahnya 5,8 kali dibanding dengan orang tidak

menderita DBD.

Kenyataan tersebut diatas didukung dengan hasil survei yang menunjukkan bahwa

Angka Bebas Jentik (ABJ) kelompok kasus adalah 40% dan Angka Bebas Jentik

(ABJ) kelompok kontrol 49%. Hal ini tidak memenuhi Angka Bebas Jentik Indiktor

Nasional yaitu 95%.

8. Hubungan Tanaman Hias/Pekarangan dengan Kejadian DBD

Dari hasil penelitian yang dilakukan bahwa penderita DBD lebih banyak

memiliki tanaman di halaman rumahnya, yaitu 68 rumah (80,00%) dan tidak

memiliki tanaman hias 17 rumah (20,00%). Demikian juga pada kelompok kontrol

Awida Roose: Hubungan Sosiodemografi dan Lingkungan Dengan Kejadian Penyakit Demam Berdarah Dengue (DBD) Di Kecamatan Bukit Raya Kota Pekanbaru Tahun 2008, 2008. USU e-Repository © 2008

Page 88: Jurnal Case Control

memiliki tanaman hias/pekarangan lebih banyak yaitu 61 rumah (71,75%) daripada

yang tidak memiliki tanaman yaitu 24 rumah (28,24%). Hasil uji statistik

menunjukkan bahwa nilai p = 0,00 artinya bahwa ada perbedaan kemungkinan risiko

terkena DBD pada masyarakat yang dihalaman rumahnya ada tanaman

hias/pekarangan dengan yang tidak ada tanaman hias/pekarangan di Kecamatan Bukit

Raya Kota Pekanbaru. Nilai Matched Odds Ratio (mOR) 0,28 artinya bahwa

kemungkinan orng menderita DBD dilingkungan rumahnya terdapat tanaman

hias/pekarangan 0,28 kali dibanding yang tidak menderita DBD.

Hal ini sejalan dengan penelitian Chahaya (2003) dalam Duma (2007) yang

menyatakan lingkungan biologik yang mempengaruhi penularan penyakit DBD

adalah banyaknya tanaman pekarangan yang mempengaruhi kelembaban dan

pencahayaan di dalam rumah dan halamannya. Banyaknya tanaman hias dan

pekarangan berarti akan menambah tempat yang disenangi nyamuk untuk hinggap,

istrahat dan juga menambah umur nyamuk.

Secara teoritis banyaknya tumbuhan di sekitar rumah mempengaruhi

kelembaban dan pencahayaan dalam rumah, merupakan tempat yang disenangi

nyamuk untuk hinggap dan beristirahat (Soegijanto, 2003).

5.3. Faktor Paling Dominan

Setelah dilakukan uji regresi logistik ganda kondisional, diketahui bahwa

hubungan variabel dengan kejadian DBD yang paling dominan adalah variabel

mobilisasi. Hal ini sesuai dengan teori yang mengatakan bahwa penyebab munculnya

Awida Roose: Hubungan Sosiodemografi dan Lingkungan Dengan Kejadian Penyakit Demam Berdarah Dengue (DBD) Di Kecamatan Bukit Raya Kota Pekanbaru Tahun 2008, 2008. USU e-Repository © 2008

Page 89: Jurnal Case Control

KLB/wabah DBD antara lain disebabkan karena adanya pertumbuhan penduduk yang

tidak melalui pola tertentu, urbanisasi yang tidak terkontrol, mobilitas penduduk

yang tinggi (Depkes RI, 2003).

Secara epidemiologi penyakit DBD merupakan salah satu penyakit menular

yang penularannya relatif tinggi karena kepadatan penduduk, mobilisasi yang tinggi

serta dipengaruhi ada tidaknya tempat perindukan nyamuk penular DBD. Menurut

Wahidin (2003) dalam Nawar (2008) mobilitas yang tinggi antara lain disebabkan

oleh perpindahan atau perjalanan masyarakat keluar daerahnya, antara lain adalah

karena alasan lokasi pendidikan atau lokasi pekerjaan

Menurut Sugijanto (2003) mengatakan bahwa salah satu penyebab DBD

masih menjadi masalah kesehatan masyarakat di Indonesia adalah kemajuan

teknologi dalam bidang transportasi disertai mobilitas penduduk yang cepat

memudahkan penyebaran sumber penular dari satu kota ke kota lain.

Demikian juga hasil penelitian Adisasmito, dkk (2007) mengatakan bahwa

faktor lingkungan berperan besar dalam penyebaran DBD, dimana penyebaran habitat

nyamuk disebabkan meningkatnya mobilisasi penduduk dan transportasi dari suatu

daerah.

5.4. Keterbatasan Penelitian

Dalam melaksanakan penelitian ini tidak terlepas dari berbagai keterbatasan

yang tidak dapat dihindari. Adapun keterbatasan tersebut :

Awida Roose: Hubungan Sosiodemografi dan Lingkungan Dengan Kejadian Penyakit Demam Berdarah Dengue (DBD) Di Kecamatan Bukit Raya Kota Pekanbaru Tahun 2008, 2008. USU e-Repository © 2008

Page 90: Jurnal Case Control

a. Keterbatasan desain penelitian

Penelitian ini menggunakan desain kasus kontrol berpadanan yang meneliti suatu

penyakit setelah terjadinya sakit, selanjutnya menyelidiki apa penyebabnya atau

risikonya, tidak diketahui mana yang lebih dulu terjadi antara paparan dan akibat,

tetapi hubungan yang ada hanya menunjukan besar pengaruh (kemaknaan) faktor

pemapar dalam hubungan dengan kejadian DBD bukan merupakan hubungan

sebab akibat.

b. Data kondisi variabel sosiodemografi dan lingkungan fisik/biologi yang diambil

pada saat sekarang sementara data kasus diambil dari data sekunder yang tercatat

di Dinas Kesehatan Kota Pekanbaru dari tahun 2007 sampai dengan April 2008,

kemungkinan kondisi faktor sosiodemografi dan faktor lingkungan fisik/biologi

sudah berbeda dengan saat terjadi kasus DBD.

c. Dalam pelaksanaan penelitian sulit mendapatkan kasus dan kontrol pada populasi

penelitian yang benar-benar setara dalam berbagai karakteristik karena dipilih dari

2 populasi yang terpisah.

d. Penelitian ini tidak melihat variabel-variabel luar yang pengaruhnya mengganggu

paparan faktor penelitian terhadap penyakit dan tidak melihat interaksinya.

e. Adanya kemungkinan bias seleksi yang dapat mempengaruhi tingkat keakuratan

dan kualitas data yang terjadi akibat pemilihan subjek menurut status penyakit

otomatis peneliti dipengaruhi oleh status paparan dan bias informasi yang

diperoleh melalui pengamatan, pengukuran, pencatatan dan menginterprestasi

kemungkinan kurang tepat.

Awida Roose: Hubungan Sosiodemografi dan Lingkungan Dengan Kejadian Penyakit Demam Berdarah Dengue (DBD) Di Kecamatan Bukit Raya Kota Pekanbaru Tahun 2008, 2008. USU e-Repository © 2008

Page 91: Jurnal Case Control

BAB 6 KESIMPULAN DAN SARAN

6.1. Kesimpulan

Berdasarkan hasil analisis dan pembahasan, maka dapat ditarik kesimpulan

sebagai berikut :

1. Hubungan sosiodemografi penderita dengan kejadian DBD adalah sebagai

berikut:

a. Terdapat hubungan yang bermakna antara pendidikan dengan kejadian DBD

(p = 0,000 dan mOR = 0,4)

b. Terdapat hubungan yang bermakna antara pekerjaan dengan kejadian DBD

(p = 0,000 dan mOR = 0,00)

c. Terdapat hubungan yang bermakna antara mobilisasi dengan kejadian DBD

(p = 0,000 dan mOR = 20,90)

2. Hubungan lingkungan penderita dengan kejadian DBD adalah sebagai berikut :

a. Terdapat hubungan yang bermakna antara jarak rumah dengan kejadian DBD

(p = 0,014 dan mOR = 1,79).

b. Tidak terdapat hubungan yang bermakna antara tata rumah dengan kejadian

DBD (p = 0,114 dan mOR = 1,47)

c. Tidak terdapat hubungan yang bermakna antara kelembaban rumah dengan

kejadian DBD karena dari hasil pengukuran kelembaban pada saat penelitian

diperoleh angka > 60% untuk setiap rumah responden, data yang diperoleh

homogen sehingga nilai p tidak ada.

75

Awida Roose: Hubungan Sosiodemografi dan Lingkungan Dengan Kejadian Penyakit Demam Berdarah Dengue (DBD) Di Kecamatan Bukit Raya Kota Pekanbaru Tahun 2008, 2008. USU e-Repository © 2008

Page 92: Jurnal Case Control

d. Tidak terdapat hubungan yang bermakna antara tempat penampungan air

(TPA) dengan kejadian DBD karena pada setiap rumah responden ditemui ada

TPA sehingga data homogen dan tidak diperoleh nilai p.

e. Terdapat hubungan yang bermakna antara TPA bukan untuk kebutuhan

sehari-hari dengan kejadian DBD (p =0,000 dan mOR = 0,33).

f. Terdapat hubungan yang bermakna antara TPA alami dengan kejadian DBD

(p = 0,000 dan mOR = 0,32), keadaan terbalik

g. Tidak terdapat hubungan yang bermakna antara keberadaan jentik dengan

kejadian DBD (p = 0,362 dan mOR = 0,79).

h. Terdapat hubungan yang bermakna antara tanaman hias/pekarangan dengan

kejadian DBD (p = 0,000 dan mOR = 0,28 )

3. Faktor yang paling dominan dengan kejadian DBD adalah mobilisasi (p = 0,000

dan mOR = 20,90)

6.2. Saran

a. Meningkatkan sosialisasi kepada masyarakat Kecamatan Bukit Raya agar

mengupayakan diri terhindar dari gigitan nyamuk dengan menggunakan

reppelent terutama bila bepergian keluar Kecamatan Bukit Raya untuk

bekerja, sekolah dan keperluan lain.

b. Peningkatan program promosi tentang upaya pencegahan dan penanggulangan

DBD kepada masyarakat secara intensif.

Awida Roose: Hubungan Sosiodemografi dan Lingkungan Dengan Kejadian Penyakit Demam Berdarah Dengue (DBD) Di Kecamatan Bukit Raya Kota Pekanbaru Tahun 2008, 2008. USU e-Repository © 2008

Page 93: Jurnal Case Control

c. Meningkatkan gerakan masyarakat untuk melakukan kegiatan kerja bakti

seminggu sekali untuk menjaga kebersihan rumah dan lingkungan dari

sampah/wadah yang menjadi tempat bersarang nyamuk yang dikoordinasikan

dengan aparat setempat.

d. Meningkatkan kegiatan survei jentik dan memberikan bubuk abate kepada

masyarakat sebagai upaya kewaspadaan dini terhadap terjadinya DBD.

e. Melakukan survei keberadaan jentuk secara intensif pada saat terjadinya kasus

DBD pada Rumah Penderita dan disekitar rumah penderita.

Awida Roose: Hubungan Sosiodemografi dan Lingkungan Dengan Kejadian Penyakit Demam Berdarah Dengue (DBD) Di Kecamatan Bukit Raya Kota Pekanbaru Tahun 2008, 2008. USU e-Repository © 2008

Page 94: Jurnal Case Control

DAFTAR PUSTAKA

Abdullah H, 2007. Pidato Walikota Pekanbaru pada hari jadi ke-223, http://www.pekanbaru.go.id/seputarkota/berita.php>id:216, diakses pada tanggal 20 Februari 2008.

Duma, S, Darmansyah, Arsunan, 2007, Analisis yang berhubungan dengan Kejadian DBD di Kecamatan Baruga Kota Kendari, 2007, Jurnal Analisis, 2007, 2 : 91 – 100.

Depkes RI., 1992. Nyamuk Penular DBD, Ditjen PPM dan PLP. Jakarta

__________, 1998. Petunjuk Teknis Pemberantasan Nyamuk Penular DBD. Jakarta

__________, 1999. Rencana Pembangunan Kesehatan Menuju Indonesia Sehat 2010. Jakarta

__________, 2001. Profil Kesehatan Indonesia Tahun 2003. Jakarta.

__________ ., 2003. Pencegahan dan Penanggulangan Penyakit Demam Dengue dan Demam Berdarah Dengue Jakarta.

__________ ., 2004a. Tatalaksana Demam Berdarah Dengue (DBD). Jakarta

__________ .,2004b. Kajian Masalah Kesehatan Demam Berdarah Dengue, Badan Penelitian Pengembangan Kesehatan Departemen Kesehatan. Jakarta

__________ .,2004c. Kebijakan Program P-2 DBD dan Situasi Terkini DBD di Indonesia. Dirjen PPM & PL Departemen Kesehatan Republik Indonesia, Jakarta.

__________ .,2005. Pencegahan dan Pemberantasan DBD di Indonesia, Jakarta.

__________ ., 2007. Pemberantasan Sarang Nyamuk Demam Berdarah Dengue (PSN DBD) Oleh Juru Pemantauan Jentik, Jakarta.

__________ .,2007. Warta DBD, Media Komunikasi Pokjanal dan Pokja DBD, Jakarta, 9 : 6 – 10.

Dinas Kesehatan Kota Pekanbaru 2007. Profil Kesehatan Kota Pekanbaru.

Dinas Kesehatan Propinsi Riau 2007. Profil Kesehatan Provinsi Riau.

78

Awida Roose: Hubungan Sosiodemografi dan Lingkungan Dengan Kejadian Penyakit Demam Berdarah Dengue (DBD) Di Kecamatan Bukit Raya Kota Pekanbaru Tahun 2008, 2008. USU e-Repository © 2008

Page 95: Jurnal Case Control

79

Madiyono., dkk. 1995. Studui Kasus Kontrol dalam Dasar-dasar Metodologi Penelitian Klinis, Editor Sastroasmoro S, dan Ismael S., Binarupa Aksara. Jakarta.

Harianto, B, dkk, 1989. Berbagai Aspek Demam Berdarah Dengue dan Penanggulangannya, Pusat Penelitian Lembaga Penelitian UI, Jakarta.

Hasan A dan Ayubi, 2007. Hubungan Perilaku Pemberantasan Sarang Nyamuk dan Kejadian DBD di Bandar Lampung, Jurnal Kesehatan Masyarakat Nasional, (2).2 : 86 – 90.

Lemeshow., S, Hosmer Ir. David., dan Klar, Jenalle. 1997. Besar Sampel Dalam Penelitian Kesehatan, Terjemahan Pratomo, D. Gadjah Mada University Press. Yogyakarta.

Mansjoer., A, 2000. Kapita Selekta Kedokteran. Edisi -3 jilid 2. Media Aesculapius. Jakarta.

Murti., B., 1997. Prinsip dan Metode Riset Epidemiologi, Edisi Kedua, Gajah Mada University Press Yogyakarta.

_______., 2005. Prinsip dan Metode Riset Epidemiologi, Edisi Pertama, Gadjah Mada University Pres. Yogyakarta.

Notoatmodjo., S. 2002. Metodelogi Penelitian Kesehatan. Edisi Revisi, PT Rineka Cipta, Jakarta.

Nawar, 2005, Kajian Kejadian Demam Berdarah Dengue (DBD) Pada Daerah Endemis dan Nonendemis di Kecamatan Tanjung Morawa Kabupaten Deli Serdang Tahun 2005, Tesis Program Pascasarjana USU, Medan.

Nazir., M., 2002. Metode Penelitian. Penerbit Ghalia Indonesia. Jakarta.

Praktiknya. A.W. 2003. Dasar-dasar Metodelogi Penelitian Kedokteran dan Kesehatan, PT Grafindo Persada, Jakarta.

Puskesmas Harapan Raya, 2007, Profil Puskesmas Harapan Raya, Pekanbaru.

Satari, H.I, 2004. Demam Berdarah Perawatan di Rumah dan di Rumah Sakit,Puspa Swarna, Jakarta.

Schlesselman JJ., 1982, Case – Control Studies Design, Conduct, Analysis, Oxford University Press, New York.

Awida Roose: Hubungan Sosiodemografi dan Lingkungan Dengan Kejadian Penyakit Demam Berdarah Dengue (DBD) Di Kecamatan Bukit Raya Kota Pekanbaru Tahun 2008, 2008. USU e-Repository © 2008

Page 96: Jurnal Case Control

80

Soedarmo, S., 1998. Demam Berdarah (Dengue) Pada Anak, Penerbit UI Press. Jakarta.

Soegijanto. S., 2003. Demam Berdarah Dengue : Tinjauan dan Temuan Baru di Era. 2003. Airlangga University Press, Surabaya.

Soeroso, T., 2000. Perkembngan DBD, Epidemiologi dan Pemberantasannya di Indonesia. Jakarta.

Sitorus, 2005. Starategi Pencegahan Kejadian Luar Biasa (KLB) Demam Berdarah Dengue (DBD) Melalui Pendekatan Faktor Risiko di Kota Medan. Tesis, Program Pascasarjana USU, Medan.

World Health Organization, 1997, Dengue H.F. Diagnosis Treatment and Control, 2n Edition, Geneva.

______________________., 1998., Demam Berdarah Dengue, Diagnosis, Pengobatan, Pencegahan, dan Pengendalian, Edition, Asih Yasmin, Penerbit Buku Kedokteran EGC, Jakarta.

Awida Roose: Hubungan Sosiodemografi dan Lingkungan Dengan Kejadian Penyakit Demam Berdarah Dengue (DBD) Di Kecamatan Bukit Raya Kota Pekanbaru Tahun 2008, 2008. USU e-Repository © 2008

Page 97: Jurnal Case Control

KUESIONER PENELITIAN

HUBUNGAN SOSIODEMOGRAFI DAN LINGKUNGAN DENGAN KEJADIAN PENYAKIT DEMAM BERDARAH DENGUE (DBD) DI

KECAMATAN BUKIT RAYA KOTA PEKANBARU TAHUN 2008

Nama Responden : ……………………………………… Kasus Kontrol Jika kasus tanggal berapa menderita DBD? Alamat Responden : ……………………………………………………………………… ……………………………………………………………………… Kelurahan : ……………………………………………………………………… RW : ……………………………………………………………………… RT : …………………………………………………………………….. SOSIO DEMOGRAFI Umur : ………. Tahun Jenis Kelamin : laki-laki perempuan Pendidikan :

1. Tidak Tamat SD 2. Tamat SD 3. Tamat SLTP 4. Tamat SLTA 5. Tamat D3/S1

Pekerjaan : 1. Petani 2. PNS/TNI/ABRI 3. Wiraswasta 4. Pegawai Swasta 5. Ibu Rumah Tangga 6. lain-lain

Tempat Kerja/Alamat Sekolah : 1. Wilayah Kec. Bukit Raya 2. Diluar wilayah Kec. Bukit Raya Pendapatan Keluarga : Rp. ……………………………….. Jumlah Anggota Keluarga : ……………… Orang LINGKUNGAN

83

Awida Roose: Hubungan Sosiodemografi dan Lingkungan Dengan Kejadian Penyakit Demam Berdarah Dengue (DBD) Di Kecamatan Bukit Raya Kota Pekanbaru Tahun 2008, 2008. USU e-Repository © 2008

Page 98: Jurnal Case Control

RUMAH

1. Jarak rumah satu dengan rumah yang lain < 5 meter > 5 meter

2. Apakah barang-barang di dalam rumah tertata baik ?

Ya Tidak 3. Apakah ada baju, handuk, kelambu yang bergantungan ?

Ada Tidak ada 4. Berapa kelembaban udara dalam ruangan................. 5. Apakah luas ventilasi dan jendela 15% dari luas lantai ?

< 15% > 15 %

KONTAINER 6. Tempat Penampunangan Air Yang Dimiliki Kondisi

1. Tempayan Ada Tidak ………… 2. Bak Mandi Ada Tidak ………… 3. Bak WC Ada Tidak ………… 4. Drum Ada Tidak ………… 5. Bak Penampungan air Ada Tidak ………… 6. Ember Ada Tidak ………… 7. Dan lain-lain Ada Tidak …………

7. Bukan Tempat Penampunangan Air Kondisi 1. Tempat Minum hewan Ada Tidak ………… 2. Barang-barang bekas Ada Tidak ………… 3. Vas Bunga Ada Tidak ………… 4. Talang Air Ada Tidak ………… 5. Meteran Air Ada Tidak ………… 6. Dan lain-lain Ada Tidak …………

8. Tempat Penampungan Air Alami Kondisi

Awida Roose: Hubungan Sosiodemografi dan Lingkungan Dengan Kejadian Penyakit Demam Berdarah Dengue (DBD) Di Kecamatan Bukit Raya Kota Pekanbaru Tahun 2008, 2008. USU e-Repository © 2008

Page 99: Jurnal Case Control

1. Lobang di Pohon Ada Tidak ………… 2. Lobang batu Ada Tidak ………… 3. Pelepah daun Ada Tidak ………… 4. Tempurung kelapa Ada Tidak ………… 5. Kulit kerang Ada Tidak ………… 6. Potongan Bambu Ada Tidak ………… 7. Dan lain-lain Ada Tidak …………

9. Apakah terdapat jentik Ae.aegyptipada tempat penampungan Kondisi Air yang dimiliki ? 1. Tempayan Ada Tidak ………… 2. Bak Mandi Ada Tidak ………… 3. Bak WC Ada Tidak ………… 4. Drum Ada Tidak ………… 5. Bak Penampungan air Ada Tidak ………… 6. Ember Ada Tidak ………… 7. Dan lain-lain Ada Tidak ………… Kondisi :

10. Apakah terdapat jentik Ae.aegyptipada bukan tempat Kondisi penampungan air ? 1. Tempat Minum hewan Ada Tidak ………… 2. Barang-barang bekas Ada Tidak ………… 3. Vas Bunga Ada Tidak ………… 4. Talang Air Ada Tidak ………… 5. Meteran Air Ada Tidak ………… 6. Dan lain-lain Ada Tidak …………

11. Apakah terdapat jentik Ae.aegyptipada tempat Kondisi

Awida Roose: Hubungan Sosiodemografi dan Lingkungan Dengan Kejadian Penyakit Demam Berdarah Dengue (DBD) Di Kecamatan Bukit Raya Kota Pekanbaru Tahun 2008, 2008. USU e-Repository © 2008

Page 100: Jurnal Case Control

\penampungan air alami ? 1. Lobang di Pohon Ada Tidak ………… 2. Lobang batu Ada Tidak ………… 3. Pelepah daun Ada Tidak ………… 4. Tempurung kelapa Ada Tidak ………… 5. Kulit kerang Ada Tidak ………… 6. Potongan Bambu Ada Tidak ………… 7. Dan lain-lain Ada Tidak …………

12. Bagaimana keadaan cuaca : a. Suhu : b. Kelembaban : c. Curah hujan : d. Kecepatan Angin :

13. Apakah ada tanaman hias di halaman rumah ?

Ada Tidak Kondisi : Jenis tanaman :

117 Lampiran

Awida Roose: Hubungan Sosiodemografi dan Lingkungan Dengan Kejadian Penyakit Demam Berdarah Dengue (DBD) Di Kecamatan Bukit Raya Kota Pekanbaru Tahun 2008, 2008. USU e-Repository © 2008

Page 101: Jurnal Case Control

Distribusi kasus dan kontrol berdasarkan TPA, TPA bukan untuk keperluan sehari-hari, TPA Alami, pada tabel 4.a, tabel 4.b, tabel 4.c, tabel 4d, tabel.4e, dan tabel 4f. Tabel 4.a. Distribusi Kasus Kontrol Berdasarkan TPA yang dimiliki

Kasus Kontrol TPA n % n % Jumlah

Tempayan Ada Tidak total

4 81 85

4,7 95,3 100,0

2 83 85

2,4 97,6 100,0

6

164 170

Bak mandi Ada Tidak ada Total

75 10 85

88,2 11,8 100,0

79 6 85

92,9 7, 1

100,0

154 16 170

Bak WC Ada Tidak ada Total

59 26 85

69,4 30,6 100,0

65 20 85

76,5 23,5 100

124 46 170

Drum Ada Tidak ada Total

11 74 85

12,9 87,1 100,0

16 69 85

18,8 81,2 100,0

27 143 170

Bak Penampungan Air Ada Tidak ada Total

29 56 85

34,1 65

100,0

21 64 85

24,7 75,3 100,0

50 120 170

Ember Ada Tidak ada Total

56 29 85

65,9 34,1 100,0

62 23 85

72,9 27,1 100,0

118 52 170

Dan lain-lain Ada Tidak ada Total

2 83 85

2,4 97,6 100,0

2 83 85

2,4 97,6 100,0

4

166 170

118

Tabel 4.b. Distribusi Kasus dan Kontrol Berdasarkan TPA bukan untuk keperluan sehari-hari

Awida Roose: Hubungan Sosiodemografi dan Lingkungan Dengan Kejadian Penyakit Demam Berdarah Dengue (DBD) Di Kecamatan Bukit Raya Kota Pekanbaru Tahun 2008, 2008. USU e-Repository © 2008

Page 102: Jurnal Case Control

Kasus Kontrol TPA bukan untuk kebutuhan

sehari n % n % Jumlah Tempat minum hewan

Ada Tidak ada total

10 75 85

11,8 88,2 100,0

5 80 85

5,9 94,1 100,0

15 155 170

Barang bekas Ada Tidak ada total

52 33 85

61,2 38,8 100,0

47 38 85

55,3 44,7 100,0

99 71 170

Vas bunga Ada Tidak ada total

29 56 85

34,1 65,9 100,0

19 66 85

22,4 77,6 100,0

48 122 170

Talang air Ada Tidak ada Total

2 83 85

2,4 97,6 100,0

2 83 85

2,1 9,76 100,0

4

166 170

Meteran air Ada Tidak ada Total

1 84 85

1,2 97,6 100,0

1 84 85

1,2 97,6 100,0

8

168 170

Dan lain-lain Ada Tidak ada Total

0 85 85

0,0

100,0 100,0

0 85 85

0,0

100,0 100,0

0

170 170

119

Tabel 4.c. Distribusi Kasus dan Kontrol Berdasarkan TPA alami

Awida Roose: Hubungan Sosiodemografi dan Lingkungan Dengan Kejadian Penyakit Demam Berdarah Dengue (DBD) Di Kecamatan Bukit Raya Kota Pekanbaru Tahun 2008, 2008. USU e-Repository © 2008

Page 103: Jurnal Case Control

Kasus Kontrol TPA bukan untuk kebutuhan sehari n % n % Jumlah Lubang pohon

Ada Tidak ada total

1 84 85

1,2 98,2 100,0

1 84 85

1,2 98,2 100,0

2

168 170

Lobang batu Ada Tidak ada total

2 83 85

2,4 97,6 100,0

0 85 85

0,0

100,0 100,0

2

168 170

Pelepah Daun Ada Tidak ada total

8 77 85

9,4 90,6 100,0

4 81 85

4,7 95,3 100,0

12 158 170

Tempurung Kelapa Ada Tidak ada total

11 84 85

12,9 87,1 100,0

6 79 85

7,1 92,9 100,0

17 153 170

Kulit kerang Ada Tidak ada Total

1 84 85

1,2 98,2 100,0

0 85 85

0,0

100,0 100,0

1

169 170

Potongan bambu Ada Tidak ada Total

3 82 85

3,5 96,5 100,0

1 84 85

1,2 98,8 100,0

4

169 170

Dan lain-lain Ada Tidak ada Total

3 82 85

3,5 96,5 100,0

0 85 85

0,0

100,0 100,0

3

167 170

120

Tabel 4.d. Distribusi kasus dan kontrol berdasarkan keberadaan jentik pada TPA.

Awida Roose: Hubungan Sosiodemografi dan Lingkungan Dengan Kejadian Penyakit Demam Berdarah Dengue (DBD) Di Kecamatan Bukit Raya Kota Pekanbaru Tahun 2008, 2008. USU e-Repository © 2008

Page 104: Jurnal Case Control

Kasus Kontrol TPA Alami n % n % Jumlah

Tempayan (jentik Aedes aegypti) Ada jentik Aedes aegypti Tidak ada jentik Aedes aegypti Total

0 85 85

0,0

100,0 100,0

0 85 85

0,0

100,0 100,0

0

170 170

Bah Mandi Ada jentik Aedes aegypti Tidak ada jentik Aedes aegypti Total

22 63 85

25,9 74,1 100,0

22 63 85

25,9 74,1 100,0

44 126 170

Bak WC Ada jentik Aedes aegypti Tidak ada jentik Aedes aegypti Total

11 74 85

12,9 87,1 100,0

9 76 85

10,6 89,4 100,0

20 150 170

Drum Ada jentik Aedes aegypti Tidak ada jentik Aedes aegypti Total

3 82 85

3,5 96,5 100,0

2 83 85

2,4 97,6 100,0

5

150 170

Bak penampungan air Ada jentik Aedes aegypti Tidak ada jentik Aedes aegypti Total

4 81 85

4,7 95,3 100,0

3 82 85

3,5 96,5 85

7

163 170

Ember Ada jentik Aedes aegypti Tidak ada jentik Aedes aegypti Total

3 82 85

4,7 95,3 100,0

1 4 85

3,5 96,5 85

4

166 170

Dan lain-lain Ada jentik Aedes aegypti Tidak ada jentik Aedes aegypti Total

0 85 85

0,0

100,0 100,0

0 85 85

0,0

100,0 100,0

0

170 170

Awida Roose: Hubungan Sosiodemografi dan Lingkungan Dengan Kejadian Penyakit Demam Berdarah Dengue (DBD) Di Kecamatan Bukit Raya Kota Pekanbaru Tahun 2008, 2008. USU e-Repository © 2008

Page 105: Jurnal Case Control

121

Tabel 4.e. Distribusi kasus dan kontrol berdasarkan Keberadaan Jentik pada TPA Bukan untuk keperluan sehari-hari

Kasus Kontrol TPA Alami n % n % Jumlah

Tempat minum hewan Ada Aedes aegypti Tidak Aedes aegypti Total

1 84 85

1,2 98,8 100,0

2 83 85

2,4 97,6 100,0

3

167 170

Barang-barang bekas Ada Aedes aegypti Tidak Aedes aegypti Total

24 61 85

28,2 71,8 100,0

21 64 85

24,7 75,3 100,0

45 125 170

Vas bunga Ada Aedes aegypti Tidak Aedes aegypti Total

10 75 85

11,8 88,2 100,0

6 79 85

7,1 92,9 100,0

16 144 170

Talangan air Ada Aedes aegypti Tidak Aedes aegypti Total

0 85 85

0,0

100,0 100,0

0 85 85

0,0

100,0 100,0

0

170 170

Meteran air Ada Aedes aegypti Tidak Aedes aegypti Total

0 85 85

0,0

100,0 100,0

0 85 85

0,0

100,0 100,0

0

170 170

Dan lain-lain Ada Aedes aegypti Tidak Aedes aegypti Total

0 85 85

0,0

100,0 100,0

0 85 85

0,0

100,0 100,0

0

170 170

Awida Roose: Hubungan Sosiodemografi dan Lingkungan Dengan Kejadian Penyakit Demam Berdarah Dengue (DBD) Di Kecamatan Bukit Raya Kota Pekanbaru Tahun 2008, 2008. USU e-Repository © 2008

Page 106: Jurnal Case Control

122

Tabel 4.f. Distribusi Kasus dan Kontrol berdasarkan keberadaan jentik pada TPA Alami

Kasus Kontrol TPA Alami

n % n % Jumlah Lubang pohon

Ada jentik Aedes aegypti Tidak ada Aedes aegypti total

1 84 85

1,2 98,2 100,0

0 85

100,0

0,0

100,0 100,0

1

169 170

Lobang batu Ada jentik Aedes aegypti Tidak ada Aedes aegypti total

0 85 85

0,0

100,0 100,0

0 85 85

0,0

100,0 100,0

0

170 170

Pelepah Daun Ada jentik Aedes aegypti Tidak ada Aedes aegypti total

5 80 85

5,9 94,1 100,0

1 84 85

1,2 98,8 100,0

6

164 170

Tempurung Kelapa Ada jentik Aedes aegypti Tidak ada Aedes aegypti total

5 80 85

5,91 94,1 100,0

6 79 85

7,1 92,9 100,0

11 159 170

Kulit kerang Ada jentik Aedes aegypti Tidak ada Aedes aegypti total

0 85 85

0,0

100,0 100,0

0 85 85

0,0

100,0 100,0

0

170 170

Potongan bambu Ada jentik Aedes aegypti Tidak ada Aedes aegypti total

0 85 85

0,0

100,0 100,0

0 85 85

0,0

100,0 100,0

0

170 170

Dan lain-lain Ada jentik Aedes aegypti Tidak ada Aedes aegypti total

0 85 85

0,0

100,0 100,0

0 85 85

0,0

100,0 100,0

0

170 170

Awida Roose: Hubungan Sosiodemografi dan Lingkungan Dengan Kejadian Penyakit Demam Berdarah Dengue (DBD) Di Kecamatan Bukit Raya Kota Pekanbaru Tahun 2008, 2008. USU e-Repository © 2008

Page 107: Jurnal Case Control

KETERANGAN SINGKATAN VARIABEL No Singkatan Artinya 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 31 32 33 34 35 36 37 38

Status Tgl Keluraha Rw Rt Umur Sex Didik Kerja Teker Hasil Hasil 2 Jumkel Jarak Tarum Bargan Lembab Suhu Luven Tpa Nontpa Tpaa Kebjen Suhucu Kelemcu Curhu Kecang Tahias Dikbar Kebar Almatker Jarbar Gan Tat Tatbar Bartat Tatrum Bab

Status responden Tgl menderita skit Kelurahan RW RT Umur Jenis kelamin Pendidikan Pekerjaan Tempat kerja Pendapatan Pendapatan Jumlah anggota keluarga Jarak rumah Tata barang baik Barang bergantungan Kelembaban Suhu Luas ventilasi Tempat penampungan air Bukan tempat penampungan air Tempat penampungan air alami Keberadaan jentik Suhu cuaca Kelembaban Curah hujan Kecepatan angin Tanaman hias Pendidikan Pekerjaan Mobilisasi Jarak rumah Barang bergantungan Tata barang Tata rumah 1 Tata rumah 2 Tata rumah Kelembaban rumah

Awida Roose: Hubungan Sosiodemografi dan Lingkungan Dengan Kejadian Penyakit Demam Berdarah Dengue (DBD) Di Kecamatan Bukit Raya Kota Pekanbaru Tahun 2008, 2008. USU e-Repository © 2008

Page 108: Jurnal Case Control

Awida Roose: Hubungan Sosiodemografi dan Lingkungan Dengan Kejadian Penyakit Demam Berdarah Dengue (DBD) Di Kecamatan Bukit Raya Kota Pekanbaru Tahun 2008, 2008. USU e-Repository © 2008