paper case control

29
1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Jika ditinjau dari asal kata Epidemiologi berasal dari bahasa Yunani yang terdiri dari 3 kata dasar yaitu EPI yang berarti PADA atau TENTANG, DEMOS yang berati PENDUDUK dan kata terakhir adalalah LOGOS yang berarti ILMU PENGETAHUAN. Jadi EPIDEMILOGI adalah ILMU YANG MEMPELAJARI TENTANG PENDUDUK. Sedangkan dalam pengertian modern pada saat ini EPIDEMIOLOGI adalah : “Ilmu yang mempelajari tentang Frekuensi dan Distribusi (Penyebaran) serta Determinat masalah kesehatan pada sekelompok orang/masyarakat serta Determinannya (Faktor – factor yang mempengaruhinya). Suatu ilmu yang awalnya mempelajari timbulnya, perjalanan, dan pencegahan pada penyakit infeksi menular. Tapi dalam perkembangannya hingga saat ini masalah yang dihadapi penduduk tidak hanya penyakit menular saja, melainkan juga penyakit tidak menular, penyakit degenaratif, kanker, penyakit jiwa, kecelakaan lalu lintas, dan sebagainya. Oleh karena itu, epidemiologi telah menjangkau hal tersebut. Studi epidemiologi dibagi menjadi 2 yaitu: studi epidemiologi deskriptif dan analitik. Studi epidemiologi deskriptif yaitu studi cross sectional atau studi potong lintang atau studi prevalensi, dan studi studi epidemiologi analitik adalah studi penelitian di bidang

Upload: hartini-sri-utami

Post on 27-Sep-2015

37 views

Category:

Documents


5 download

DESCRIPTION

Studi epidemiologi case control

TRANSCRIPT

20

BAB 1PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Jika ditinjau dari asal kata Epidemiologi berasal dari bahasa Yunani yang terdiri dari 3 kata dasar yaitu EPI yang berarti PADA atau TENTANG, DEMOS yang berati PENDUDUK dan kata terakhir adalalah LOGOS yang berarti ILMU PENGETAHUAN. Jadi EPIDEMILOGI adalah ILMU YANG MEMPELAJARI TENTANG PENDUDUK. Sedangkan dalam pengertian modern pada saat ini EPIDEMIOLOGI adalah : Ilmu yang mempelajari tentang Frekuensi dan Distribusi (Penyebaran) serta Determinat masalah kesehatan pada sekelompok orang/masyarakat serta Determinannya (Faktor factor yang mempengaruhinya). Suatu ilmu yang awalnya mempelajari timbulnya, perjalanan, dan pencegahan pada penyakit infeksi menular. Tapi dalam perkembangannya hingga saat ini masalah yang dihadapi penduduk tidak hanya penyakit menular saja, melainkan juga penyakit tidak menular, penyakit degenaratif, kanker, penyakit jiwa, kecelakaan lalu lintas, dan sebagainya. Oleh karena itu, epidemiologi telah menjangkau hal tersebut.Studi epidemiologi dibagi menjadi 2 yaitu: studi epidemiologi deskriptif dan analitik. Studi epidemiologi deskriptif yaitu studi cross sectional atau studi potong lintang atau studi prevalensi, dan studi studi epidemiologi analitik adalah studi penelitian di bidang epid yang bertujuan untuk melihat hubungan beberapa sifat yang terdapat pada suatu masalah kesehatan. Penelitian epidemiologi analitik terdiri atas 2, yaitu: studi observasional yang terdiri atas studi potong lintang/ cross sectional study, studi kohort/ follow up/ incidensi/ longitudinal/ prospektif studi, studi case control study/ studi retrospektif, dan studi eksperimen yang terdiri atas true eksperimental dan quasy eksperimental.Pada makalah ini, akan dibahas khusus mengenai studi epidemiologi analitik observasional yaitu studi case control atau studi retrospektif yang bertujuan mencari faktor penyebab penyakit.

1.2 Tujuan

1.2.1Tujuan Umum

Memahami dan mempraktikkan studi epidemiologi case control1.2.2Tujuan Khusus

1. Mengetahui definisi studi epidemiologi case control2. Mengetahui tujuan studi epidemiologi case control3. Mengetahui kelebihan dan kekurangan studi epidemiologi case control4. Mengetahui tahapan studi epidemiologi case control5. Mengetahui

1.3 Sistematika Penulisan

Adapun sistematika penulisan makalah ini adalah: BAB 1 Pendahuluan yang terdiri atas latar belakang, tujuan umum dan khusus, sistematika penulisan, manfaat, BAB 2 Pembahasan yang terdiri atas definisi studi epidemiologi case control, tujuan studi epidemiologi case control, kelebihan studi epidemiologi case control, kekurangan studi epidemiologi case control, tahapan studi epidemiologi case control, penentuan rasio odd, dan bias dalam studi case control, BAB 3 yang terdiri atas kesimpulan dan saran. 1.4 Manfaat1.4.1Manfaat Teoritis

Digunakan untuk mencari faktor penyebab suatu penyakit, mempelajari hubungan antara penyebab suatu penyakit dan penyakit yang diteliti dengan membandingkan kelompok kasus dan kelompok kontrol berdasarkan status penyebab penyakitnya dengan pendekatan retrospektif1.4.2Manfaat Praktis

Dapat menerapkan studi kohort pada kasus kesehatan reproduksi yang sering terjadi di masayarakat.

BAB 2

PEMBAHASAN

2.1 Definisi Studi Epidemiologi Case ControlStudi epidemiologi case control merupakan salah satu studi epidemiologi analitik obeservasional, di mana:

Studi epidemiologi analitik adalah studi epidemiologi yang menekankan pada pencarian jawaban tentang penyebab terjadinya masalah kesehatan(determinal), besarnya masalah/ kejadian (frekuensi), dan penyebaran serta munculnya masalah kesehatan (distribusi) dengan tujuan menentukan hubungan sebab akibat anatarafaktor resiko dan penyakit.

Rancangan case control adalah rancangan studi epidemiologi yang mempelajari hubungan antara penyebab suatu penyakit dan penyakit yang diteliti dengan membandingkan kelompok kasus dan kelompok kontrol berdasarkan status penyebab penyakitnya.Penelitiancase controladalah suatu penelitian (survey) analitik yang menyangkut bagaimana faktor resiko dipelajari dengan menggunakan pendekatan retrospektif.2.2 Tujuan Dan Ciri- Ciri Studi Epidemiologi Case ControlTujuan studi epidemiologi Case Control:

1. Mempelajari hubungan antara paparan dan penyakit 2. Mempelajari seberapa jauh faktor risiko mempengaruhi terjadinya efek3. Mempelajari kemungkinan ganda penyebab suatu penyakit, dapat dipelajari sejumlah paparan yang merupakan faktor resiko potensial terhadap kelompok kasus dan kelompok kontrol.4. Rancangan ini juga berguna jika akan dilakukan studi terhadap penyakit ang jarang dengan ukuran sampel yang lebih kecil dibanding studi kohortCiri rancangan kasus kontrol :1. Subjek dipilih atas dasar apakah mereka menderita (kasus) atau tidak (kontrol) suatu kasus yang ingin diamati kemudian proporsi pemajanan dari kedua kelompok tersebut dibandingkan2. Diketahui variabel terikat (akibat), kemudian ingi diketahui variabel bebas (penyebab)3. Observasi dan pengukuran tidak dilakukan pada saat yang sama4. Peneliti melakukan pengukuran variabel bergantung pada efek (subjek (kasus) yang terkena penyakit) sedangkan variabel bebasnya dicari secara retrospektif5. Untuk kontrol, dipilih subjek yang berasal dari populasi dan karakteristik yang sama dengan kasus6. Bedanya kelompok kontrol tidak menderita penyakit yang akan diteliti7. Tidak mengukur insidensi2.3 Kelebihan dan Kekurangan Studi Epidemiologi Case Control2.3.1Kelebihan rancangan penelitiancase control:1. Terkadang menjadi satu-satunya cara untuk meneliti kasus yang jarang atau yg masa latennya panjang2. Hasil dapat diperoleh dgn cepat 3. Biaya relatif lebih sedikit sehingga lebih efisien4. Memungkinkan mengidentifikasi berbagai faktor resiko sekaligus dalam satu penelitian5. Tidak mengalami kendala etik6. Biasanya dapat mengevaluasi confounding dan interaksi lebih teliti daripada studi kohort untuk jumlah sampel yang sama, karena kasus dan kontrol lebih sebanding2.3.2Kekurangan rancangan penelitiancase control:1. Data mengenai pajanan terhadap faktor resiko diperoleh dengan mengandalakan daya ingat atau rekam medis. Daya ingat responden ini menyebabkan terjadinya recall bias, karena responden yang mengalami efek cenderung lebin=h mengingat pajanan terhadap faktor resiko dari pada responden yang tidak mengalami efek. Data sekunder, dalam hal ini rekam medis yang seringkali dipakai sebagai sumber data juga tidak begitu akurat.

2. Validasi mengenai informasi kadang kadang sukar diperoleh.

3. Oleh karena kasus maupun control dipilih oleh peneliti maka sukar untuk meyakinkan bahwa kedua kelompok tersebut benar sebanding dalam pelbagai faktor eksternal dan sumber bias lainnya.

4. Tidak dapat memberikan incidence rates.

5. Tidak dapat diapakai untuk menentukan lebih dari 1 variabel dependen, hanya berkaitan dengan satu penyakit atau efek.2.4 Tahapan Studi Epidemiologi Case Control Dan Contohnya Dalam Kesehatan ReproduksiTahap-tahap penelitian case control ini adalah sebagai berikut :

1. Merumuskan pertanyaan penelitian dan hipotesis yang sesuai

Setiap penelitian diawali dengan penetapan pertanyaan penelitian kemudian disususn hipotesis yang akan diuji validitasnya. Misalnya pertanyaannya adalah : Apakah terdapat hubungan antara konsumsi jamu peluntur pada kehamilan muda dengan kejadian penyakit jantung bawaan pada bayi yang dilahirkan ? Hipotesis yang ingin diuji adalah: Pajanan terhadap jamu peluntur lebih sering terjadi pada ibu yang anaknya menderita penyakit jantung bawaan PJB disbanding pada ibu yang anaknya tidak menderita PJB.2. Mendeskiripsikan variable penelitian: faktor risiko, efek

Intensitas pajanan faktor resiko dapat dinilai dengan cara mengukur dosis,frekuensi atau lamanya pajanan. Ukuran pajanan terhadap faktor resiko yang berhubungan dengan frekuensi dapat besifat :

Dikotom, yaitu apabila hanya terdapat 2 kategori, misalnya pernah minum jamu peluntur atau tidak.

Polikotom, pajanan diukur pada lebih dari 2 tingkat, misalnya tidak pernah, kadang-kadang,atau sering terpajan.

Kontinyu, pajanan diukur dalam skala kontinu atau numerik, misalnya umur dalam tahun, paritas, berat lahir.

Ukuran pajanan yang berhubungan dengan waktu dapat berupa :

Lamanya pajanan (misalnya jumlah bulan pemakaian AKDR) dan apakah pajanan itu berlangsung terus menerus.

Saat mendapat pajanan pertama

Bilakah terjadi pajanan terakhir

Diantara berbagai ukuran tersebut, yang paling sering digunakan adalah variable independen ( faktor resiko) berskala nominal dikotom (ya atau tidak) dan variable dependen (efek, penyakit) berskala nominal dikotom (ya atau tidak ) pula.Untuk masalah kesehatan, trutama kesehatan reproduksi, apakah pajanan terjadi sebelum, selama, atau sesuadah keadaan tertentu sangatlah penting. Misalnya, pemakaian kontrasepsi oral oleh perempuan yang belum pernah mengalami kehamilan sampai cukup bulan dapat meningkatkan risiko terjadinya kanker payudara. Kita juga tahu oajanan beberapa obat atau bahan aktif tertentu selama kehamilan muda mungkin berkaitan dengan kejadian kelainan bawaan pada janin.

Dalama mencari informasi tentang pajanan suatu faktor risiko yang diteliti maka perlu diupayakan sumber informasi yang akurat. Informasi tersebut dapat diperoleh antara lain :

Catatan medis rumash sakit, laboratorium patologi anatomi

Data dari catatan kantor wilayah kesehatan

Kontak dengan subyek penelitian, baik secara langsung, telepon, atau surat.

Cara apapun yang digunakan, prinsip utamanya adalah pada kelompok kasus dan control ditanyakan hal-hal yang sama dengan cara yang sama pula, dan pewawancara sedapat mungkin tidak mengetahui apakah subyek termasuk dalam kelompok kasus atau kelompok control. Pengambilan data dari catatan medis sebaiknya juga secara buta atau tersamar, untu mencegah peneliti mencari data lebih teliti pada kasus maupun pada control. Perlu pla diketahui bahwa informasi mengenai pemakaina kontrasepsi hormonal lebih lengkap dicatat pada perempuan yang berobat untuk kanker payudara bila dibandingkan dengan pada perempuan yang berobat untuk kanker payudara bila dibandingkan dengan pada perempuan yang berobat untuk kanker payudara bila dibandingkan dengan pada perempuan yang berobat untuk fraktur tulang. Apabila informasi rekam medis kurang lengkap maka data perlu dilengkapi dengan cara menghubungi subyek (dengan tatap muka langsung, hubungan telepon, surat atau cara berkomunikasi yang lain).

Efek atau Outcome

Karena efek/ outcome merupakan hal yang sentral, maka diagnosis atau penentuan efek harus mendapat perhatian utama. Untuk penyakit atau kelainan dasar t=yang diagnosisnya mudah, misalnya anensefali, penentuan subyek yang telah mengalami atau tidak mengalami efek sukar. Namun pada banyak penyakir lain sering sulit diperoleh criteria klinis yang obyektif untuk diagnosis yang tepat, sehingga diperlukan cara diagnosis dengan pemeriksaan patologi-anatomik, dan lain-lain. Meskipun demikian kadang diagnosis masih sulit terutama pada penyakit yang manifestasinyabergantung pada stadiumnya. Misalnya artitis rheumatoid dapat mempunyai manifestasi klinis dan hasil laboratorium yang bervariasi, sehingga perlu dijelaskan lebih dahulu criteria diagnosis mana yang dipergunakan untuk memasukkan seseorang menjadi kasus. Untuk beberapa penyakit tertentu telah tersedia criteria baku untuk diagnosis, namun tidak jarang criteria diagnosis yang telah baku pun perlu dimodifikasi agar sesuai dengan pertanyaan penelitian

3. Menentukan populasi terjangkau dan sampel (kasus,kontrol), dan cara untuk pemilihan subyek penelitian.

Kasus

cara yang terbaik untuk memilih kasus adalah dengan mengambil secara acak subyek dari populasi yang menderita efek. Namun dalam praktik hal ini hampir tidak mungkin dilaksanakan, karena penelitian kasus-kontrol lebih sering dilakukan pada kasus yang jarang, yang diagnosisnya biasanya ditegakkan dirumah sakit. Mereka ini dengan sendirinya bukan subyek yang representatif karena tidak menggambarkan kasus dalam masyarakat. Pasien yang tidak datang ke rumah sakit. Beberapa hal berikut perlu dipertimbangkan dengan cermat dalam pemilihan kasus untuk studi kasus-kontrol agar sampel yang dipergunakan mendekati keadaan dalam populasi.

Kasus insidens (baru) atau kasus prevalens (baru+lama)

Dalam pemilihan kasus sebaiknya kita memilih kasus insidens (kasus baru). Kalau kita mengambil kasus prevalens (kasus lama dan baru) maka untuk penyakit yang masa sakitnya singkat atau mortalitasnya sangat tinggi, kelompok kasus tidak menggambarkan kedaan dalam populasi (bias Neyman). Misalnya, pada penelitian kasus-kontrol untuk mencari faktor-faktor risiko penyakit jantung bawaan, apabila dipergunakan kasus prevalens, maka hal ini tidak menggambarkan keadaan sebenarnya, mengingat sebagian pasien penyakit jantung bawaan mempunyai angka kematian tertinggi pada periode neonates atau masa bayi. Dengan demikian pasien yang telah meninggal tersebut tidak terwakili dalam penelitian.

Tempat pengumpulan kasus

Bila di suatu daerah terdapat registry kesehatan masyarakat yang baik dan lengkap, maka pengambilan kasus sebaiknya dari sumber di masyarakat (population based), karena kasus yang ingin diteliti tercatat dengan baik. Sayangnya di Indonesia belum ada daerah yang benar benar mempunyai registrasi yang baik, sehingga terpaksa diambil kasus dari pasien yang berobat ke rumah sakit ( hospital based). Hal ini menyebabkan terjadinya bias yang cukup penting (bias Berkson), karena karakteristik pasien yang berobat ke rumah sakit mungkin berbeda dengan karakteristik pasien yang tidak berobat ke rumah sakit.

Saat diagnosis

Untuk penyakit yang perlu pertolongan segera (misalnya patah tulang) maka saat ditegakkannya diagnosis boleh diakatakan sama dengan mula timbulnya penyakit (onset). Tetapi banyak penyakit yang mula timbulnya perlahan dan sulit dipastikan denga tepat (contohnya keganasan atau pelbagai jenis penyakit kronik). Dalam keadaan ini maka pada saat mengidentifikasikan faktor resiko perlu diyakinkan bahwa pajanan faktor yang diteliti terjadi sebelum terjadinya efek, dan bukan terjadi setelah timbulnya efek atau penyakit yang dipelajari.Contoh :

Ingin diketahui hubungan diet dengan kejadian kanker kolon. Pertanyaan harus ditujukan terhadap diet sebelum timbul gejala, sebab mungkin saja subyek telah mengubah dietnya oleh karena terdapatnya gejala penyakit. Penelitian terhadap penyakit yang timbulnya manifestasi memerlukan waktu lama, misalnya sklerosis multiple, perlu perhatian ekstra untuk menentukan saat gejala pertama timbul. Bila gejala sudah lama terjadi, sebaiknya kasus jangan dipakai, sebab sulit dihindarkan kemungkinan terjadinya pajanan setelah timbul penyakit.

Kontrol

Pemilihan control member masalah yang lebih besar daripada pemilihan kasus, oleh karena control semata mata ditentukan oleh peneliti, sehingga sangat terancam bias. Perlu ditekankan bahwa control harus berasal dari populasi yang sama dengan kasus, agar risiko yang diteliti. Bila peneliti ingin mengetahui apakah kanker payudara berhubungan dengan penggunaal pil KB, maka criteria inklusi untuk control adalah subyek yang memiliki peluang untuk minum pil KB yaitu wanita yang menikah, dalam usia subur (wanita yang tidak menikah atau belum mempunyai anak tidak minum pil kontrasepsi).

Ada beberapa cara untuk memilih control yang baik :

Memilih kasus dan control dari populasi yang sama :Misalnya kasus adalah semua pasien dalam populasi tertentu sedangkan control diambil secara acak dari populasi sisanya. Dapat juga kasus dan control diperoleh dari populasi yang telah ditentukan sebelumnya yang biasanya lebih kecil (misalnya dari studi kohort).

Matching. Cara kedua untuk mendapatkan control yang baik ialah dengan cara melakukan matching , yaitu memilih control dengan karakteristik yang sama dengan kasus dalam semua variable yang mungkin berperan sebagai faktor risiko kecuali variable yang diteliti. Bila matching dilakukan dengan baik, maka pelbagai variable yang mungkin berperan terhadap kejadian penyakit (keculai yang sedang diteliti) dapt dismakan, sehingga dapat diperoleh asosiasi yang lebih kuat antara variable yang sedang diteliti dengan penyakit. Teknik ini mempunyai keuntungan kain, yakni jumlah subyek yang diperlukan lebih sedikit. Namun jangan terjadi overmatching, yaitu matching pada variable yang nilai resiko relative terlalu rendah. Apabila terlalu dalam mencari subyek kelompok control. Di lain sisi harus pula dihindarkan undermatching yakni tidak dilakukan penyertaan terhadap varibel-variabel yang potensial menjadi peransu (confounder) penting.

Cara lainnya adalah dengan memilih lebih dari satu kelompok kontrol. Karena sukar mencari kelompok control yang benar-benar sebanding maka dapat dipilih lebih dari satu kelompok control. Milanya bila kelompok kasus diambil dari rumah sakit, maka satu control diambil dari pasien lain di rumah sakit yang sama, dan control lainnya berasal dari daerah tempat tinggal kasus. Apabila ratio odds yang didapatkan dengan menggunakan 2 kelompok control tersebut tidak banyak berbeda, hal tersebut akan memperkuat asosiasi yang ditemukan. Apabila ratio odds antara kasus dengan masing-masing control sangat berbeda, berarti salah satu atau kedua hasil tersebut tidak sahih, dengan kata lain terdapat bias, dan perlu diteliti letak bias tersebut.

Contoh :

Suatu penelitian kasus-kontrol ingin mencari hubungan antara penyakir AIDS pada pria dengan homoseksualitas. Sebagai kasus diambil semua pasien dengan diagnosis AIDS dirumah sakit A. untuk kelompok control pertama dipilih secara acak dari pasien dengan penyakit lain yang dirawat di rumah sakit tersebut dan tidak menderita AIDS (diperoleh rasio odds sebesar 6,3), sedangkan kelompok control kedua dipilih secara acak dari pria sehat yang tinggal berdekatan dengan tiap pasien dalam kelompok kasus (diperoleh rasio odds 9,0). Walaupun pada kelompok control pertama lebih banyak penyakit lain dibandingkan pada control kedua, ternyata pada kedua kelompok control praktik homoseksualitas jauh lebih sedikit dibandingkan dengan kelompok kasus, sehingga rasio odds pada kedua kelompok control hampir sama. Hal ini jelas memperkuat simpulan terdapatnya hubungan antara homoseksualitas dengan terjadinya AIDS.

4. Menetapkan besar sampel

Jumlah subyek yang perlu diteliti untuk memperlihatkan adanya hubungan antara faktor risiko dengan penyakit perlu ditentukan sebelum penelitian dimulai. Pada dasarnya untuk penelitian kasus control jumlah subyek yang diteliti bergantung pada :

1) Beberapa frekuensi pajanan faktor risiko pada suatu populasi; ini penting terutama apabila control diambil dari populasi. Apabila densitas pajanan risiko terlalu kecil atau terlalu besar, mungkin pajanan resiko pada kasus dan control hampir sama sehingga diperlukan sampel yang besar untuk mengetahui perbedaannya.

2) Rasio odds terkecil yang dianggap bermakna (R).

3) Derajat kemaknaan ( ) dan kekuatan (power= 1- ) yang dipilih.

Biasa dipilih = 5%, = 10% atau 20% (power = 90% atau 80%)

4) Rasio antara jumlah kasus control. Bila dipilih control lebih banyak, maka jumlah kasus dapt dikurangi. Bila jumlah control diambil c kali jumlah kasus, maka jumlah kasus dapt dikurangi dari n menjadi (c+1)n/2c.

5) Apakah pemilihan control dilakukan dengan matching atau tidak. Diatas telah disebut bahwa dengan melakukan matching maka jumlah subyek yang diperlukan untuk diteliti menjadi lebih sedikit.5. Melakukan Pengukuran

Pengukuran variable efek dan faktor risiko merupakan hal yang dentral pada studi kasus-kontrol. Penentuan efek harus sudah didefenisikan denganjelas dalam usulan penelitian. Pengukuran faktor risiko atau pajanan yang terjadi pada waktu lampau juga sering menimbulkan kesulitan. Kadang tersedia data objektif, missal rekam medis kumpulan preparat hasil pemeriksaan patologi-anatomik, hasil laboratorium, atau pelbagai henis hasil pencitraan. Namun lebih sering penentuan pajanan pada masa lalu dilakukan semata-mata dengan anamnesis atau wawancara dengan responden, jadi hanya dengan mengandalkan daya ingat responden yang mungkin dipengaruhi oleh statusnya (mengalami outcome atau tidak).

6. Menganalisis hasil penelitian

Analisis hasil studi kasus-kontrol dapat hanya bersifat sederhana yaitu penentuan ratio odds, sampai pada yang kompleks yakni dengan analisis multivariate pada studi kasus control dengan lebih dari satu faktor resiko. Ini ditentukan oleh apa yang ingin diteliti bagaimana cara memilih control (matched atau tidak), dan terdapatnya variable yang menggangu ataupun yang tidak.

Bagan Desain Studi Epidemiologi Case Control

2.5 Penentuan Ratio Odds

2.5.1Studi kasus-kontrol tanpa matching

Ratio odds (RO) pada studi kasus-kontrol dapat diartikan sama dengan resiko relative (RR) pada studi kohort. Pada penelitian kohort dimulai dengan pol=pulasi yang terpajan (a+b) dan populasi yang tidak terpajan (c+d) . Dengan perjalanan waktu maka dengan sendirinya akan timbul efek pada populasi yang terpajan (a) dan pada populasi yang tidak terpajan (d). kemudian dapat dihitung kejadian efek pada populasi terpajan (a/[a+b]) dan efek pada populasi yang tidak terpajan (c/{c=d]) sehingga dapat dihitung resiko relative yaitu :

Pada penelitian kasus-kontrol dimulai dengan mengambil kelompok kasus (a+c) dan kelompok control (b+d). oleh karena kasus adalah subyek yang sudah sakit dan control adalah mereka yang tidak sakit maka tidak dapat dihitung insidens penyakit baik pada kasus maupun control. Yang dapat dinilai adalah berapa sering terdapat pajanan pada kasus dibandingkan pada control. Hal inilah yang menjadi alat analisis pada studi kasus-kontrol, yang disebut ratio odds (RO).

2.5.2 Studi kasus-kontrol dengan matchingPada studi kasus control dengan matching individual, harus dilakukan analisis dengan menjadikan kasus dan control sebagai pasangan-pasangan. Jadi, bila misalnya terdapat 50 kasus yang masing masing berpasangan dengan tiap subyek dari 50 kontrol, maka kita lakukan pengelompokan menjadi 50 pasangan sebagai berikut. Hasil pengamatan studi kasus-kontrol biasanya disusun dalam table 2 x 2 dengan keterangan sebagai berikut :Sel a : kasus dan control mengalami pajanan

Sel b : kasus mengalami pajanan, control tidak

Sel c : kasus tidak mengalami pajanan, control mengalami

Sel d : kasus dan control tidak mengalami pajanan

Kontrol

KasusRisiko +Risiko -

Kasus +ab

Kasus -cd

Rasio adds pada studi kasus control dengan matching ini dihitung dengan mengabaikan sel a karena baik kasusmaupun control terpajan, dan sel d, karena baik kasus maupun control tidak terpajan.

Rasio adds dihitung dengan rumus :

RO, walaupun tidak sama dengan risiko relative akan tetapi dapat dipakai sebagai indicator adanya kemungkinan hubungan sebab akibat antara faktor risiko dan efek. Nilai RO dianggap mendekati risiko relative apabila :

1) Insiden penyakit yang diteliti kecil, biasanya dianggap tidak lebih dari 20% populasi terpajan.

2) Kelompok control merupakan kelompok representative dari populasi dalam hal peluangnya untuk terpajan faktor risiko

3) Kelompok kasus harus representative

Interprestasi nilai RO dengan interval kepercayaannya sama dengan interperestasi pada penelitian cross-sectional, yakni RO yang > 1 menunjukkan bahwa faktor risiko, bila RO = 1 atau mencakup angka 1 berarti bukan faktor risiko, dan bila kurang dari 1 berarti merupakan faktor yang melindungi atau protektif.CONTOH STUDI KASUS-KONTROL TANPA MATCHING

Masalah . Apakah abortus berhubungan dengan risiko kejadian plasenta previa pada kehamilan berikutnya ?

Hipotesis. Studi kasus-kontrol, hospital based

Kasus. Wanita melahirkan di RSCM dari 1 Januari 1996 sampai dengan 31 Desember 1999 secara bedah ceasar atas indikasi plasenta previa totalis yang dibuktikan dengan USG dan klinis pendarahan antepartum.

Kontrol. Wanita yang melahirkan dalam kurun waktu yang sama tanpa plasenta previa dan dipilih secara acak.

Faktor risiko yang ingin diteliti. Riwayat terdapatnya abortus sebelum persalinan sekarang.

Pengumpulan data. Dengan wawancara dan pengisian kuesioner diperoleh data dari 68 kasus dan 68 kontrol.

Analisis data. Meskipun RO lebih dari 1, namun karena interval kepercayaannya mencakup angka 1, maka simpulannya adalah abortus tidak mempunyai hubungan dengan terjadinya plasenta previa pada kehamilan kemudian, atau diperlukan lebih banyak kasus untuk membuktikannya.

Plasenta Previa

Riwayat AbortusYa TidakJumlah

Ya12921

Tidak5659115

Jumlah6868136

Ratio adds = (12x59) / (9x56)=1,4

Internal kepercayaan 95%=0,5 ; 3,62.6 Bias Dalam Studi Case Control

Bias merupakan kesalahan sistematis yang menyebabkan hasil penelitian tidak sesuai dengan kenyataan. Pada penelitian kasus-kontrol terdapat tiga kelompok bias yang dapat mempengaruhi hasil, yaitu :1.Bias seleksi

2. Bias informasi

3. Bias perancu (confounding bias)

Sackett, mencatat beberapa hal yang dapat menyebabkan bias, di antaranya adalah :

1. Informasi tentang faktor risiko atau faktor perancu (confounding factors) mungkin terlupa oleh subyek penelitian atau tidak tercatat dalam catatan medik kasus (recall bias)

2. Subyek yang terkena efek (kasus), karena ingin mengetahui penyebab penyakitnya lebih sering melaporkan faktor risiko dibandingkan dengan subyek yang tidak terkena efek (kontrol)

3. Peneliti kadang sukar menentukan dengan tepat apakah pajanan suatu agen menyebabkan penyakit ataukah terdapatnya penyakit menyebabkan subyek lebih terpajan oleh agen

4. Identifikasi subyek sebagai kasus maupun kontrol yang representatif seringkali sangat sukar

BAB 3

PENUTUP

3.1Simpulan

Studi Epidemiologi Case Control merupakan salah satu studi analitik observasional yang bertujuan mencari faktor penyebab penyakit yaitu mempelajari hubungan antara penyebab suatu penyakit dan penyakit yang diteliti dengan membandingkan kelompok kasus dan kelompok kontrol berdasarkan status penyebab penyakitnya dengan pendekatan retrospektif.

Pada studi case control hasilnya dihitung dan ditentukan odd rasio. Interprestasi nilai RO dengan interval kepercayaannya sama dengan interperestasi pada penelitian cross-sectional, yakni RO yang > 1 menunjukkan bahwa faktor risiko, bila RO = 1 atau mencakup angka 1 berarti bukan faktor risiko, dan bila kurang dari 1 berarti merupakan faktor yang melindungi atau protektif.3.2Saran3.2.1Studi case control digunakan untuk mencari faktor penyebab penyakit dan dipakai dengan melihat adanya kelebihan dan kekurangan sehingga dapat disesuaikan dengan penelitian yang akan dilakukan khususnya dalam kasus kesehatan reproduksi.

3.2.2Perlu diberikan contoh kasus studi case control yang lebih bervariasi khususnya dalam kesehatan reproduksi

DAFTAR PUSTAKA

Gordis, Leon. 2004. Epidemiology. Philadelphia : Elsevier Saunders

Budiarto, Eko. 2003. Metodologi Penelitian Kedokteran. Jakarta : Penerbit EGC

Sastroasmoro, Sudigdo dkk. 1995. Dasar-dasar Metodologi Penelitian Klinis. Jakarta : Binarupa Aksara

Noor, Nur Nasry. 2000. Pengantar Epidemiologi. Makasar : Fakultas Kesehatan Masyarakat, Universitas Hasanuddin

STUDI EPIDEMIOLOGI CASE CONTROLTUGAS MATA KULIAH EPIDEMIOLOGIDosen Pengampu: Dr. Hj. Susilowati Andajani, dr., MS.

Oleh:

Hartini Sri Utami

(011314653010)

PASCA SARJANA ILMU KESEHATAN REPRODUKSI

FAKULTAS KEDOKTERAN

UNIVERSITAS AIRLANGGA SURABAYA

2015

KATA PENGANTAR

Assalamualaikum Wr. Wb.

Puji syukur ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa karena atas rahmat dan hidayah-Nya makalah Studi Epidemiologi Case Control telah disusun sebagai tugas mata kuliah Epidemiolgi Program Pasca Sarjana Ilmu Kesehatan Reproduksi Fakultas Kedokteran Universitas Airlangga Surabaya.

Kami sampaikan terima kasih kepada Dr. Hj. Susilowati Andajani, dr., MS. selaku dosen pengampu mata kuliah Epidemiologi yang telah memberikan tambahan ilmu dan menjadi fasilitator diskusi kami untuk mengembangkan ilmu mengenai Epidemiologi.

Kami menyadari dalam penyusunan makalah ini masih banyak kekurangan baik dalam penulisan maupun isi. Oleh karena itu, penyusun memohon maaf dan mengucapkan banyak terima kasih atas masukan serta saran untuk kesempurnaan makalah ini. Semoga makalah ini dapat bermanfaat baik bagi kami selaku penyusun maupun para pembaca.

Wassalamualaikum Wr. Wb.

Sidoarjo, 20 April 2015

Penyusun

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDULiKATA PENGANTARiiDAFTAR ISIiiiBAB 1PENDAHULUAN 11.1 Latar Belakang2

1.2 Tujuan2

1.2.1 Tujuan Umum2

1.2.2 Tujuan Khusus2

1.3 Sistematika Penulisan2

1.4 Manfaat 2BAB 2PEMBAHASAN3

2.1 Definisi Studi Case Control3

2.2 Tujuan Dan Ciri-Ciri Studi Case Control3

2.3 Kelebihan Dan Kekurangan Case Control4

2.4 Tahapan Studi Case Control5

2.5 Penentuan Rasio Odds12

2.6 Bias Dalam Studi Case Control15BAB 3PENUTUP16

3.1 Kesimpulan16

3.2 Saran16DAFTAR PUSTAKA171

3

16

17