jual beli, khiyar dan riba (fiqih muamalah)

21
JUAL BELI, KHIYAR & RIBA M A K A L A H Diajukan Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah " Fiqh Muamalah " Dosen Pengampu : Dr. Abad Badruzaman, Lc, M.Ag Oleh : KHUSNUL KOTIMAH (2013471928) NIKEN SAPUTRI (2013471942) PAI SMT 4/ SAWO PROGRAM STUDI PENDIDIKAN AGAMA ISLAM SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM MUHAMMADIYAH (STAIM) TULUNGAGUNG April 2015

Upload: khusnul-kotimah

Post on 23-Jul-2015

213 views

Category:

Education


10 download

TRANSCRIPT

Page 1: Jual Beli, Khiyar dan Riba (Fiqih Muamalah)

JUAL BELI, KHIYAR & RIBA

M A K A L A H

Diajukan Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah

" Fiqh Muamalah "

Dosen Pengampu :

Dr. Abad Badruzaman, Lc, M.Ag

Oleh :

KHUSNUL KOTIMAH (2013471928)

NIKEN SAPUTRI (2013471942)

PAI – SMT 4/ SAWO

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN AGAMA ISLAM

SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM MUHAMMADIYAH

(STAIM) TULUNGAGUNG

April 2015

Page 2: Jual Beli, Khiyar dan Riba (Fiqih Muamalah)

ii

KATA PENGANTAR

Syukur Alhamdulillah saya ucapkan kehadirat Allah SWT yang telah

melimpahkan rahmat dan hidayah-Nya, sehingga saya dapat menyelesaikan

makalah ini.

Shalawat dan salam kepada junjungan Nabi besar Muhammad SAW

beserta keluarga dan sahabat-sahabatnya yang telah memperjuangkan Agama

Islam.

Kemudian dari pada itu, saya sadar bahwa dalam menyusun makalah ini

banyak yang membantu terhadap usaha saya, mengingat hal itu dengan segala

hormat saya sampaikan rasa terima kasih yang sedalam-dalamnya kepada :

1. Ketua Sekolah Tinggi Agama Islam Muhammadiyah (STAIM)

Tulungagung Bapak Nurul Amin M.Ag.

2. Dosen pengampu yang telah memberikan bimbingan dalam

penyusunan makalah ini Bapak Dr. Abad Badruzaman, Lc.M.Ag

3. Teman – teman dan seluruh pihak yang ikut berpartisipasi dalam

penyelesaian makalah.

Atas bimbingan, petunjuk dan dorongan tersebut saya hanya dapat berdo' a

dan memohon kepada Allah SWT semoga amal dan jerih payah mereka menjadi

amal soleh di mata Allah SWT. Amin.

Dan dalam penyusunan makalah ini saya sadar bahwa masih banyak

kekurangan dan kekeliruan, maka dari itu saya mengharapkan keritikan positif,

sehingga bisa diperbaiki seperlunya.

Akhirnya saya tetap berharap semoga makalah ini menjadi butir-butir

amalan saya dan bermanfaat khususnya bagi saya dan umumnya bagi seluruh

pembaca. Amin Yaa Robbal 'Alamin.

(PENYUSUN)

Page 3: Jual Beli, Khiyar dan Riba (Fiqih Muamalah)

iii

DAFTAR ISI

Halaman Judul ……………………………………………….…..…..... i

Kata Pengantar …………………………………………………..…...... ii

Daftar Isi …………………………………………………..…..... iii

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah .……………………………........ 1

B. Rumusan Masalah ..……………………………....…....... 2

C. Tujuan Masalah ……………………………………......... 2

BAB II PEMBAHASAN

JUAL BELI, KHIYAR DAN RIBA

A. Pengertian Jual Beli ………………………………………... 3

B. Hikmah Jual Beli ………………………………………….... 8

C. Pengertian Khiyar …………………………………………. 9

D. Hikmah Khiyar …………………………………………….. 12

E. Pengertian Riba …………………………………………… 12

F. Hikmah Diharamkannya Riba ……………………………… 15

BAB III PENUTUP

Kesimpulan .....…………………………………………......... 16

DAFTAR PUSTAKA ....…………………………………………………..... 18

Page 4: Jual Beli, Khiyar dan Riba (Fiqih Muamalah)

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Allah SWT menciptakan manusia sebagai makhluk sosial, manusia satu

dengan manusia yang lain saling membutuhkan, baik dengan jalan tolong

menolong dalam urusan kemasyarakatan, tukar menukar barang maupun jual beli.

Dalam ekonomi islam, penumpukan kekayaan oleh sekelompok orang

dihindarkan dan secara otomatis tindakan untuk memindahkan aliran kekayaan

kepada anggota masyarakat harus dilaksanakan. Sistem ekonomi islam merupakan

sistem yang adil, berupaya menjamin kekayaan tidak terkumpul hanya kepada

satu kelompok saja, tetapi tersebar ke seluruh masyarakat.

Islam memperbolehkan seseorang mencari kekayaan sebanyak mungkin.

Islam menghendaki adanya persamaan, tetapi tidak menghendaki penyamarataan.

Kegiatan ekonomi harus diatur sedemikian rupa sehingga tidak terlalu banyak

harta dikuasai pribadi. Di dalam bermuamalah, islam menganjurkan untuk

mengatur muamalah di antara sesama manusia atas dasar amanah, jujur, adil, dan

memberikan kemerdekaan bermuamalah serta jelas-jelas bebas dari unsur riba.

Islam melarang terjadinya pengingkaran dan pelanggaran larangan-larangan dan

menganjurkan untuk memenuhi janji serta menunaikan amanat.

Oleh sebab itu agama islam mengatur seluruh tata kehidupan manusia

termasuk muamalat yang di dalamnya menyinggung banyak persoalan interaksi

manusia dengan manusia. Seperti pelaksanaan perekonomian yang terjadi di

masyarakat seperti jual beli, khiyar, dan riba. Islam melarang terjadinya

pengingkaran dan pelanggaran larangan-larangan dan menganjurkan untuk

memenuhi janji serta menunaikan amanat.

Oleh sebab itu agama islam mengatur seluruh tata kehidupan manusia

termasuk muamalat yang di dalamnya menyinggung banyak persoalan interaksi

manusia dengan manusia seperti pelaksanaan perekonomian yang terjadi di

Page 5: Jual Beli, Khiyar dan Riba (Fiqih Muamalah)

2

masyarakat, yang salah satunya seperti jual beli. Maka dalam bab ini akan dibahas

tentang jual beli, khiyar dan riba.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah yang telah diuraikan terdapat rumusan

masalah dalam penulisan ini yaitu:

1. Apa yang dimaksud dengan Jual Beli?

2. Apa Hikmah dari Jual Beli?

3. Apa yang dimaksud dengan Khiyar?

4. Apa Hikmah dari Khiyar?

5. Apa yang dimaksud dengan Riba?

6. Apa Hikmah diharamkannya Riba?

C. Tujuan Masalah

1. Untuk mengetahui penjelasan mengenai Jual Beli

2. Untuk mengetahui hikmah dari Jual Beli

3. Untuk mengetahui penjelasan mengenai Khiyar

4. Untuk mengetahui hikmah dari Khiyar

5. Untuk mengetahui penjelasan mengenai Riba

6. Untuk mengetahui hikmah diharamkannya Riba

Page 6: Jual Beli, Khiyar dan Riba (Fiqih Muamalah)

3

BAB II

PEMBAHASAN

A. Jual Beli

1. Pengertian Jual Beli

Perdagangan atau jual beli menurut bahasa berarti al-Bai’, al-Tijarah, dan

al-Mubadalah . sebagaimana firman Allah Swt.:

ب ور . سورة الفاطر : ٢٩ي رجون تجارة لن ت Artinya: “Mereka mengharapkan tijarah (perdagangan) yang tidak akan rugi”.

(QS. Al—Fathir :29)

Jual beli dalam bahasa Arab terdiri dari dua kata yang mengandung makna

berlawanan yaitu Al- Bai’ yang artinya jual dan Asy Syira’a yang artinya beli.

Dengan demikian , jual beli adalah penukaran harta (dalam pengertian luas) atas

dasar saling rela atau tukar menukar suatu benda (barang) yang dilakukan antara

dua pihak dengan kesepakatan (akad) tertentu atas dasar suka sama suka.

Adapun beberapa ulama mendefinisikan jual beli sebagai berikut;

a. Menurut ulama hanafiyah. Jual beli adalah saling menukarkan harta

dangan harta melalui cara tertentu. Atau tukar menukar sesuatu yang

diingini dengan yang sepadan melalui cara tertentu yang bermanfaat.

b. Menurut said sabiq jual beli adalah saling menukar harta dengan harta atas

dasar suka sama suka.

c. Menurut Imam An-Nawawi jual beli adalah saling menukar harta dengan

harta dalam bentuk pemindahan kepemilikan.

2. Landasan hukum Jual Beli

Jual beli sebagai sarana tolong menolong antara sesama manusia

mempunyai landasan yang amat kuat dalam Islam.

Firman Allah Swt.

يع وحرم الرجب ٢٧٥. سورة البقرة : وا واحل هللا الب Artinya: “Padahal Allah telah menghalalkan jual beli dan mengharamkan riba…

(QS.Al-baqarah: 275)

Page 7: Jual Beli, Khiyar dan Riba (Fiqih Muamalah)

4

Firman Allah SWT:

ن ربجكم . سورة البقرة : غوا فضل مج بت ١٩٨ليس عليكم جناح ان ت Artinya: Tidak ada dosa bagimu untuk mencari karunia (rezki hasil perniagaan)

dari Tuhanmu..(QS.Al-baqarah: 198)

Firman Allah SWT:

نكم اجل أن تكون راض مج رة عن ت ٢٩ سورة النساء:. تج Artinya: “…kecuali dengan jalan perniagaan yang Berlaku dengan suka sama-

suka di antara kamu” (QS.An-nisa:29)

3. Rukun dan Syarat-syarat Jual Beli

Mengenai rukun dan syarat jual beli, para ulama memiliki perbedaan

pendapat. Menurut mahzab hanafi rukun jual beli hanya ijab dan kabul saja.

Menurut mereka, yang menjadi rukun dalam jual beli hanyalah kerelaan antara

kedua belah pihak untuk berjual beli.

Menurut jumhur ulama rukun jual beli ada empat:

a. Orang yang berakad (Penjual dan pembeli)

b. Sighat (lafal ijab dan kabul)

c. Benda-benda yang diperjual belikan

d. Ada nilai tukar pengganti barang.

Menurut mahzab hanafi orang yang berakad, barang yang dibeli dan nilai

tukar barang termasuk syarat bukan rukun .Menurut jumhur ulama, bahwa syarat

jual beli sama dengan rukun jual beli yang disebutkan di atas adalah sebagai

berikut:

Syarat orang yang berakad yaitu:

a. Berakal

b. Orang yang melakukan akad itu adalah orang yang berbeda.

Maksudnya, seseorang tidak dapat bertindak sebagai pembeli dan

penjual dalam waktu yang bersamaan.

Syarat yang terkait dengan ijab kabul yaitu:

a. orang yang mengucapkannya telah akil baligh dan berakal.

b. qabul sesuai dengan ijab.

Page 8: Jual Beli, Khiyar dan Riba (Fiqih Muamalah)

5

c. ijab dan kabul dilakukan dalam satu majlis.

Syarat yang diperjual belikan yaitu:

a. Barang itu ada, atau tidak ada di tempat, tetapi pihak penjual

menyatakan kesanggupannya untuk mengadakan barang itu.

b. Dapat dimanfaatkan atau bermanfaat bagi manusia.

c. Jelas orang yang memiliki barang tersebut.

d. Dapat diserahkan pada saat akad berlangsung, atau pada waktu yang

telah disepakati bersama ketika akad berlangsung.

Syarat nilai tukar (harga barang)

a. Harga yang disepakati oleh kedua belah pihak harus jelas jumlahnya.

b. Dapat diserahkan pada saat waktu akad (transaksi).

c. Bila jual beli dilakukan dengan cara barter, maka barang yang

dijadikan nilai tukar, bukan barang yang diharamkan syara’.

4. Macam-macam jual beli :

Jual beli ditinjau dari segi hukumnya dibagi menjadi dua macam yaitu :

a. Jual beli yang sahih

Apabila jual-beli itu disyariatkan, memenuhi rukun atau syarat yang di

tentukan, barang itu bukan milik orang lain, dan tidak terkait dengan khiyar lagi,

maka jual beli itu sahih dan mengikat kedua belah pihak. Umpamanya, seseorang

membeli suatu barang. Seluruh rukun dan syarat jual-beli telah terpenuhi.

Barangitu juga telah di periksa oleh pembeli dan tidak ada cacat, da tidak ada

rusak. Uang yang sudah diserahkan dan barangpun sudah diterima dan tidak ada

lagi khiyar.

b. Jual beli yang tidak sahih (batil)

Apabila pada jual-beli itu salah satu atau seluruh rukunnya tidak terpenuhi,

atau jual beli itu pada dasarnya dan sifatnya tidak di syariatkan, maka jual beli itu

batil. umpamanya, jual beli yang dilakukan oleh orang gila, atau barang-barang

yang di jual itu barang-barang yang di haramkan syara (bangkai, darah, babi dan

khamar).

1) Jual beli sesuatu yang tidak ada

2) Menjual barang yang tidak dapat di serahkan

Page 9: Jual Beli, Khiyar dan Riba (Fiqih Muamalah)

6

3) Jual beli yang mengandung unsur tipuan

4) Memperjualkan air sungai, air danau, air laut dan air yang tidak dimiliki

oleh seseorang

Jual Beli yang sah tapi terlarang, antara lain:

1) Jual beli yang harganya di atas/di bawah harga pasar dengan cara

menghadang penjual sebelum tiba di pasar. Sabda Nabi SAW dari ibnu

abbas ra:

يع لقى الركبان لجب ل ي ت “Janganlah mencegat pedagang untk memborong barang-barangnya

(sebelum sampai ke pasar” (HR. Muslim)

2) Membeli barang yang sudah dibeli atau dalam proses tawanan orang lain.

Sabda Nabi SAW:

ل يبجع ب عضكم على ب يعج ب عض “Janganlah seseorang menjual sesuatu yang telah dibeli orang lain”

(Muttafaq alaih)

3) Jual beli barang untuk ditimbun supaya dapat dijual dengan haraga mahal

di kemudian hari, padahal masyarakat membutuhkannya saat itu. Sabda

Rasulullah SAW:

ل يتكجر إجل خاطجئ “Tidaklah orang yang menimbun barang, melainkan ia berdosa” (HR.

Muslim)

4) Jual beli untuk alat maksiat. Firman Allah SWT:

ثج والعدوانج عاونوا على الج ول ت “ dan jangan tolong menolong dalam berbuat dosa dan pelanggaran” (QS.

Al-Maidah: 2)

5) Jual belidengan cara menipu, sabda Nabi SAW:

صلى الل عليهج وسلم عن ب يعج الغررج ن هى النبج“Nabi Saw melarang memperjual belikan barang yang mengandung

tipuan” (HR. Muslim)

6) Jual beli yang mengandung unsur riba, firman Allah SWT:

Page 10: Jual Beli, Khiyar dan Riba (Fiqih Muamalah)

7

قوا الل لعلكم ت فلجحون ين آمنوا ل تأكلوا الرجبا أضعافا مضاعفة وات ياأي ها الذج “Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu memakan riba dengan

berlipat ganda” (QS. Ali Imran: 130)

Jual Beli yang terlarang dan tidak sah (batal), yaitu:

1) Menjual belikan barang yang baru dibeli sebelum diserah terimakan

kepada pembelinya, sabda Nabi SAW:

قبجضه ري ته حت ت ... ل تبجعن شيئا اشت “Janganlah kamu menjual sesuatu yang kamu beli sebelum kamu terima”

(HR. Ahmad dan Al Baihaqi)

2) Jual beli sperma (mani) binatang, sabda Nabi SAW, dari jabir ra:

رابج عليهج وسلم عن ب يعج ضج الملج ن هى رسول اللج صلى الل “Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam melarang menjual bibit (seperma)

unta pejantan” (HR. Muslim dan Nasa’i)

3) Jual beli anak binatang yang masih berada dalam perut induknya. sabda

Nabi SAW, dari abu hurairah ra:

أن رسول اللج صلى الل عليهج وسلم ن هى عن ب يعج الم ضامج “Bahwa Nabi SAW melarang menjual belikan anak ternak yang masih

dalam kandungan induknya” (HR. Al-Bazzar)

4) Jual beli dengan mukhadharah yaitu menjual buah-buahan yang belum

pantas untuk dipanen.

لةج عن جابجرج بنج عبدج اللج قال ن هى رسول اللج صلى الل ع ليهج وسلم عن المحاق ه والمزاب نةج والمخاب رةج وعن ب يعج الثمرج حت ي بدو صلح

“Dari Jabir bin Abdullah dia berkata; Rasulullah Shallallu 'alaihi wa sallam

melarang jual beli muhaqalah dan muzabanah serta mukhabarah, melarang

jual beli buah hingga kelihatan jelas matangnya”

5) Jual beli dengan munabadzah yaitu jual beli secara lempar-melempar.

هى عن الملمسةج والمنابذةج عن أبج هري رة أن رسول اللج صلى الل عليهج وسلم ن “Dari Abu Hurairah bahwa Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam

melarang jual beli Mulamasah (yaitu: jual beli dengan sistem menyentuh

Page 11: Jual Beli, Khiyar dan Riba (Fiqih Muamalah)

8

pakaian tanpa melihatnya) dan Munabadzah (yaitu: melemparkan pakaian

dengan maksud menjualnya sebelum memeriksanya dan menjualnya)”

6) Jual beli gharar yaitu jual beli yang samar sehingga kemungkinan adanya

penipuan, contoh : penjualan ikan yang masih dikolam.1

Adapun dengan jual beli salam (pesanan), ataupun yang dilakukan secara

tidak tunai (kontan). Maksudnya ialah pembelian barang yang pembayarannya

dilunasi di muka, sedangkan penyerahan barang dilakukan di kemudian hari.

Dalam salam berlaku semua syarat jual beli dan syarat-syarat tambahannya ialah :

1) Ketika melakukan akad salam disebutkan sifat-sifatnya yang mungkin

dijangkau oleh pembeli, baik berupa barang yang dapat ditakar, ditimbang

maupun diukur.

2) Dalam akad harus disebutkan segala sesuatu yang bisa mempertinggi dan

memperendah harga barang itu.

3) Dilakukan pada barang-barang yang memiliki kriteria jelas.

4) Penyebutan kriteria barang dilakukan saat akad dilangsungkan.

5) Adanya penentuan tempo penyerahan barang pesanan

6) Barang pesanan adalah barang yang pengadaannya dijamin pengusaha.

B. Hikmah Jual Beli

Adapun hikmah dibolehkannya jual-beli itu adalah menghindarkan

manusia dari kesulitan dalam bermuamalah dengan hartanya..

Berikut ini adalah hikmah jual beli,antara lain:

a) Jual beli dapat menata struktur kehidupan ekonomi masyarakat yang

menghargai hak milik orang lain.

b) Penjual dan pembeli dapat memenuhi kebutuhannya atas dasar kerelaan.

c) Masing-masing pihak merasa puas, baik ketika penjual melepas barang

dagangannya dengan imbalan, maupun pembeli membayar dan menerima

barang.

1 yatamu nashihuddin, Jual Beli, Khiyar, dan Riba (makalah), dalam

http://mayapas.blogspot.com/2013/02/jual-beli-khiyar-dan-riba-makalah.html, diakses pada

Selasa, 21 April 2015 pukul 08.57

Page 12: Jual Beli, Khiyar dan Riba (Fiqih Muamalah)

9

d) Dapat menjauhkan diri dari memakan atau memiliki barang yang haram

atau secara bathil.

e) Penjual dan pembeli mendapat rahmat Allah Swt. Bahkan 90% sumber

rezeki berputar dalam aktifitas perdagangan.

f) Menumbuhkan ketentraman dan kebahagiaan2

C. Khiyar

1. Definisi Khiyar

Khiyar secara Etimologi berarti : memilih,hak untuk memilih.Sedangkan

khiyar secara etimologi adalah :“suatu keadaan yang menyebabkan aqid (orang

yang bertransaksi) memiliki hak untuk memutuskan akadnya, yakni meneruskan

atau membatalkannya. (Syafei, 2000:102)

Jadi, Khiyar yaitu mencari dua pilihan yang terbaik antara imdha (melanjutkan

transaksi) atau ilgha (membatalkan transaksi).

2. Macam-Macam Khiyar

a. Khiyar Majelis

Khiyar ini terjadi bagi penjual dan pembeli sejak dilakukannya akad

hingga keduanya berpisah, selama mereka tidak berjual beli dengan syarat tidak

ada khiyar atau mereka menggugurkan khiyar tersebut setelah akad atau salah satu

dari mereka (baik pen-jual atau pembeli) ada yang menggugurkan hak khiyarnya,

maka gugurlah haknya namun bagi pihak lain (yang tidak menggugur-kannya)

maka hak khiyarnya masih tetap ada.

Dari Ibnu ‘Umar Radhiyallahu anhuma, dari Rasulullah Shallallahu 'alaihi

wa sallam, beliau bersabda:

هما بجالجيارج ما ل ن د مج بايع الرجلنج فكل واحج فرق إجذا ت ا ا ي ت ج أحد يعا أو ج خآلخر ا وكانا فرقا ب عد أن ي يع وإجن ت قد وجب الب تباي عا على ذلجك ف هم ف ن د مج ر واحج يع تباي عا ول ي ت ا الب

يع قد وجب الب .ف “Jika dua orang saling berjual beli, maka setiap orang dari mereka memiliki

khiyar selama belum berpisah dan mereka bersama-sama (dalam satu tempat),

2 Aikochi, Jual Beli dan Hikmah Jual Beli, dalam http://aikochi-

sinichi.blogspot.com/2011/01/jual-beli-dan-hikmah-jual-beli.html, diakses pada Selasa, 21 April

2015 pukul 08.45

Page 13: Jual Beli, Khiyar dan Riba (Fiqih Muamalah)

10

atau salah satu dari mereka memberikan khiyar kepada yang lain, maka jika salah

satu dari mereka memberikan khiyar kepada yang lainnya kemudian mereka

melakukan transaksi jual beli atas khiyar tersebut sungguh telah (terjadi) jual beli,

dan bila mereka berpisah setelah terjadi jual beli, dan salah satu dari mereka tidak

mening-galkan jual beli maka telah terjadi jual beli.”3

Haram Berpisah Dari Majelis Karena Takut Membatalkan Transaksi

Dari ‘Amr bin Syu’aib, dari ayahnya, dari kakeknya Radhiyallahu anhum

bahwa Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda:

فرقا إجل أن تكون صفقة يار البيجعانج بجالجيارج ما ل ي ت به خ خج صاحج شية أن ول يجل له أن ي فارج .يستقجيله

“Penjual dan pembeli memiliki khiyar selama keduanya belum berpisah kecuali

bila telah disepakati untuk memperpanjang khiyar hingga setelah berpisah, maka

tidak halal baginya untuk meninggalkan sahabatnya karena takut ia akan

membatalkan transaksinya.”4

b. Khiyar Syart

Yaitu penjual dan pembeli atau salah satu dari mereka memberikan syarat

khiyar sampai batas waktu yang jelas. Khiyar seperti ini sah walaupun waktunya

lama.

Dari Ibnu ‘Umar Radhiyallahu anhuma dari Nabi Shallallahu 'alaihi wa

sallam, beliau bersabda:

فرقا أو يك ما ما ل ي ت ج بجالجيارج فج ب يعجهج ياراإجن المتبايجع يع خج ون الب . “Sesungguhnya penjual dan pembeli memiliki khiyar dalam jual beli keduanya

selama belum berpisah atau (bila) jual beli tersebut ada khiyar padanya.”5

c. Khiyar ‘Aib

Larangan menyembunyikan aib telah lewat (pembahasannya), maka

apabila seseorang membeli barang yang cacat sementara ia tidak mengetahui

3 Muttafaq ‘alaih: Shahiih al-Bukhari (IV/332, no. 2112), Shahiih Muslim (III/ 1163, no.

1531 (44)), Sunan an-Nasa-i (VII/249). 4 Shahih: Lihat Shahiih al-Jaami’ish Shaghiir (no. 2895), Sunan Abi Dawud (IX/324, no.

3439), Sunan at-Tirmidzi (II/360, no. 1265), Sunan an-Nasa-i (VII/251). 5 Muttafaq ‘alaih: Shahiih al-Bukhari (IV/326, no. 2107), Shahiih Muslim (III/ 1163, no.

1531), Sunan an-Nasa-i (VII/248)

Page 14: Jual Beli, Khiyar dan Riba (Fiqih Muamalah)

11

cacatnya hingga keduanya berpisah, ia boleh mengembalikan barang tersebut

kepada penjualnya.

Dari Abu Hurairah Radhiyallahu 'anhu, ia berkata, Rasulullah Shallallahu

'alaihi wa sallam bersabda:

ها ي ن رضج ها فإج لب رى غنما مصراة فاحت مج أمسكها وإجن س منج اشت ها ففج حلبتجها صا ن خج .تر

“Barangsiapa yang membeli kambing musharrah6, kemudian ia memerahnya,

maka jika ridha ia menahannya (tidak mengembalikannya), namun jika ia

membencinya maka pada susu yang sudah diperah ia ganti dengan satu sha’

kurma.”7

Dari Abu Hurairah Radhiyallahu 'anhu, dari Nabi Shallallahu 'alaihi wa sallam :8

هو بجأحدج النظ رى مصراة ف بجل والغنم فمنج اشت رينج إجن شاء رها ور معها ل تصروا الجن ت ر صاعا مج .

“Janganlah kalian membiarkan susu unta dan kambing (dengan tidak memerahnya

ketika akan menjual), maka barangsiapa yang membelinya setelah itu, ia memiliki

dua pilihan setelah memerahnya, jika mau maka ia memilikinya dan jika mau ia

juga boleh mengembalikannya beserta satu sha’ kurma.”9

6 Kambing musharrah adalah kambing yang susunya tidak diperah agar kan -tung susunya

terlihat besar dan penuh untuk menarik pembeli, demikian pula halnya dengan unta dan sapi 7 Muttafaq ‘alaih: Shahiih al-Bukhari (IV/368, no. 2151) ini adalah lafazhnya, Shahiih

Muslim (III/1158, no. 1524), Sunan Abi Dawud (IX/312, no. 2428), Sunan an-Nasa-i (VII/253). 8 Syaikh Abdul Azhim bin Badawi al-Khalafi, Khiyar (Memilih), dalam

http://almanhaj.or.id/content/1649/slash/0/khiyar-memilih/), diakses pada selasa 31 maret 2015,

pukul 08:15wib 9 Shahih: [Shahiih al-Jaami’ish Shaghiir (no. 7347)], Shahiih al-Bukhari (IV/361, no.

2148), Sunan Abi Dawud (IX/310, no. 3426) dengan tambahan di awal-nya, demikian pula an-

Nasa-i (VII/253). Dan sabda beliau: “Janganlah kamu mengikat susu unta dan kambing,” artinya

janganlah kamu membiarkan susu dalam kantungnya ketika akan menjualnya hingga kantungnya

membesar, sehingga pembeli mengira bahwa banyaknya susu tersebut adalah kebiasaan -nya yang

terus menerus

Page 15: Jual Beli, Khiyar dan Riba (Fiqih Muamalah)

12

D. Hikmah Khiyar

a) Khiyar dapat membuat akad jual beli berlangsung menurut prinsip-prinsip

Islam, yaitu suka sama suka antara pembeli dan penjual.

b) Mendidik masyarakat agar berhati-hati dalam melakukan akad jual beli.

Sehingga pembeli mendapatkan barang dagangan yanga baik atau yang

benar-benar disukainya.

c) Penjual tidak semena-mena menjual barangnya kepada pembeli, dan

mendidiknya agar bersikap jujur dalam menjelaskan kondisi dagangannya.

d) Terhindar dari unsur-unsur penipuan, baik dari pihak penjual maupun dari

pihak pembeli, karena ada kehati-hatian dalam proses jual beli.

e) Khiyar dapat memelihara hubungan baik dan terjalin cinta kasih antar

sesama. Karena penyesalan di salah satu pihak bisa mengarah pada

kemarahan, kedengkian, dendam dan akibat buruk lainnya.10

E. Riba

1. Sejarah Riba

Pada mulanya riba merupakan suatu tradisi bangsa Arab pada jual beli

maupun pinjaman dimana pembeli atau penjual, yang meminjam atau yang

memberi pinjaman suatu barang atau jasa dipungut atau memungut nilai yang jauh

lebih dari semula, yakni tambahan (persenan) yang dirasakan memberatkan.

Namun setelah Islam datang, maka tradisi atau praktek seperti ini tidak lagi

diperbolehkan, dimana oleh Allah SWT menegaskan dengan mengharamkannya

dalam Al-Qur’an (baca ; ayat dan hadist yang melarang riba), bahkan oleh Allah

dan RasulNya akan memusuhi dan memeranginya apabila tetap melanggarnya,

yang demikian itu dimaksudkan untuk kemaslahatan dan juga kebaikan umat

manusia.

2. Pengertian Riba

Riba yang berasal dari bahasa arab, artinya tambahan (ziyadah/ addition,

inggris), yang berarti: tambahan pembayaran atas uang pokok pinjaman.

Sementara menurut istilah riba adalah pengambilan tambahan baik dalam

10 Dr. H. Mundzier suparta, pendidikan agama islam fikih (semarang: PT. Karya toha

putra, Cet. 1, 2009), hal. 106

Page 16: Jual Beli, Khiyar dan Riba (Fiqih Muamalah)

13

transaksi jual beli, maupun pinjam meminjam secara batil atau bertentangan

dengan prinsip mu’amalat dalam islam.

3. Dasar Hukum Riba

Dasar hukum melakukan riba adalah haram menurut Al-Qur’an dan

sunnah. Keharaman riba terkait dengan sistem bunga dalam jual beli yang bersifat

komersial. Di dalam melakukan transaksi atau jual beli, terdapat keuntungan atau

bunga tinggi melebihi keumuman atau batas kewajaran, sehingga merugikan

pihak-pihak tertentu, sehingga identik dengan nuansa sebuah transaksi

pemerasan.11

Dasar hukum pengharaman riba menurut Al-Qur’an dan sunnah adalah sebagai

berikut:

a) Al-Qur’an

Dalam QS. Al-Baqarah: 275-276 dan 278 dinyatakan:

يع وحرم الرجبا ثل الرجبا وأحل الل الب يع مج ج والل يحق . إجنا الب الرجبا وي ربج الصدقا ل يجب اللين آمنوا ات قوا الل وذروا ما بقج مج كل كفار أثجيم . ياأي ها الذج نج مج ن الرجبا إجن كنتم م

“sesungguhnya jual beli itu sama dengan riba, padahal Allah telah menghalalkan

jual beli dan mengharamkan riba.”

“Allah memusnahkan riba dan menyuburkan sedekah. Dan Allah tidak menyukai

setiap orang yang tetap dalam kekafiran, dan selalu berbuat dosa.”

“Hai orang-orang yang beriman, bertakwalah kepada Allah dan tinggalkan sisa

riba (yang belum dipungut) jika kamu orang-orang yang beriman”.

b) Sunnah Rasulullah SAW:

ديهج عن جابجر قال لعن رسول اللج صلى الل عليهج وسلم آكجل الرج كجله وكاتجبه وشاهج وقال هم با وم سواء

Dari Jabir dia berkata, "Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam melaknat pemakan

riba, orang yang menyuruh makan riba, juru tulisnya dan saksi-saksinya." Dia

berkata, "Mereka semua sama." (HR. Muslim)

11 Kementerian Agama RI, Fikih (Jakarta: Kementerian Agama RI, 2014), hal. 154

Page 17: Jual Beli, Khiyar dan Riba (Fiqih Muamalah)

14

4. Macam-macam Riba

para ulama Fikih membagi riba menjadi empat macam, yaitu:

a. Riba Fadl

Riba Fadl adalah tukar menukar atau jual beli antara dua buah barang yang

sama jenisnya, namun tidak sama ukurannya yang disyaratkan oleh orang yang

menukarnya, atau jual beli yang mengandung unsur riba pada barang yang sejenis

dengan adanya tambahan pada salah satu benda tersebut. Sebagai contoh adalah

tukar menukar emas dengan emas atau beras dengan beras, dan ada kelebihan

yang disyaratkan oleh orang yang menukarkan. Kelebihan yang disyaratkan itu

disebut riba fadl. Supaya tukar-menukar seperti ini tidak termasuk riba, maka

harus ada tiga syarat, yaitu:

1) Barang yang ditukarkan tersebut harus sama

2) Timbangan atau takarnya harus sama

3) Serah terimanya pada saat itu juga

b. Riba Nasi’ah

Riba Nasi’ah yaitu mengambil keuntungan dari pinjam meminjam atau

tukar-menukar barang yang sejenis maupun yang tidak sejenis karena adanya

keterlambatan waktu pembayaran. Menurut ulama hanafiyah, Riba Nasi’ah adalah

memberikan kelebihan terhadap pembayaran dari yang ditangguhkan. Maksudnya

dalah menjual barang dengan sejenisnya, tetapi yang satu lebih banyak dengan

pembayaran diakhirkan, seperti menjual 1 kg beras dengan 1 ½ kg beras yang

dibayarkan setelah dua bulan kemudian. Kelebihan pembayaran yang disyaratkan

inilah yang disebut Riba Nasi’ah.

وانج ن عن سرة بنج جندب أن رسول اللج صلى الل عليهج وسلم ن ه ي وانج بجا ي يئة ى عن ب يعج ا سج “dari Samurah bin jundub bahwa Nabi shallallahu 'alaihi wasallam telah melarang

menjual hewan dengan hewan dengan cara penangguhan.” (HR. Lima ahli hadits)

c. Riba Qardi

Riba Qardi Adalah meminjamkan sesuatu dengan syarat ada keuntungan

atau tambahan dari orang yang meminjam. Misalnya andi meminjam uang kepada

arman sebesar Rp 500.000, kemudian arman mengharuskan kepada andi untuk

mengembalikan uang itu sebesar Rp 550.000. Inilah yang disebut Riba Qardi

Page 18: Jual Beli, Khiyar dan Riba (Fiqih Muamalah)

15

d. Riba Yad

Riba Yad yaitu pengambilan keuntungan dari proses jual beli dimana

sebelum terjadi serah terima barang antara penjual dan pembeli sudah berpisah.

Contohnya, orang yang membeli suatu barang sebelum ia menerima barang

tersebut dari penjual. Penjual dan pembeli tersebut telah berpisah sebelum serah

terima barang itu. Jual beli ini dinamakan Riba Yad.12

F. Hikmah Diharamkannya Riba Yaitu:

a. Menghindari tipu daya di antara sesama manusia

b. Melindungi harta sesama muslim agar tidak dimakan dengan batil

c. Memotivasi orang muslim untuk menginvestasi hartanya pada usaha-usaha

yang bersih dari penipuan, jauh dari apa saja yang dapat menimbulkan

kesulitan dan kemarahan di antara kaum muslimin

d. Menjauhkan orang muslim dari sesuatu yang menyebabkan kebinasaan

karena pemakan riba adalah orang yang zalim dan akibat kezaliman adalah

kesusahan

e. Membuka pintu-pintu kebaikan di depan orang muslim agar ia mencari

bekal untuk akhirat

f. Rajin mensyukuri nikmat Allah dengan cara memanfaatkan untuk

kebaikan serta tidak menyia-nyiakan nikmat tersebut

g. Melakukan praktek jual beli dan utang piutang secara baik menurut islam13

12 Kementerian Agama RI, Fikih (Jakarta: Kementerian Agama RI, 2014), hal. 155-156 13 Ibid., hal. 156

Page 19: Jual Beli, Khiyar dan Riba (Fiqih Muamalah)

16

BAB III

PENUTUP

Kesimpulan

1. Jual beli adalah penukaran harta (dalam pengertian luas) atas dasar saling rela

atau tukar menukar suatu benda (barang) yang dilakukan antara dua pihak dengan

kesepakatan (akad) tertentu atas dasar suka sama suka.

Macam-macam jual beli : Jual beli yang sahih dan Jual beli yang tidak sahih

(batil)

2. Hikmah jual beli antara lain:

g) Jual beli dapat menata struktur kehidupan ekonomi masyarakat yang

menghargai hak milik orang lain.

h) Penjual dan pembeli dapat memenuhi kebutuhannya atas dasar kerelaan.

i) Masing-masing pihak merasa puas, baik ketika penjual melepas barang

dagangannya dengan imbalan, maupun pembeli membayar dan menerima

barang.

j) Dapat menjauhkan diri dari memakan atau memiliki barang yang haram atau

secara bathil.

k) Penjual dan pembeli mendapat rahmat Allah Swt. Bahkan 90% sumber rezeki

berputar dalam aktifitas perdagangan.

l) Menumbuhkan ketentraman dan kebahagiaan.

3. Khiyar yaitu mencari dua pilihan yang terbaik antara imdha (melanjutkan

transaksi) atau ilgha (membatalkan transaksi). Macam-Macam Khiyar: Khiyar

Majelis; Khiyar Syart; Khiyar ‘Aib

4. Hikmah Khiyar antara lain :

a. Khiyar dapat membuat akad jual beli berlangsung menurut prinsip-prinsip

Islam.

b. Mendidik masyarakat agar berhati-hati dalam melakukan akad jual beli.

c. Penjual tidak semena-mena menjual barangnya kepada pembeli, dan

mendidiknya agar bersikap jujur dalam menjelaskan kondisi dagangannya.

Page 20: Jual Beli, Khiyar dan Riba (Fiqih Muamalah)

17

d. Terhindar dari unsur-unsur penipuan, baik dari pihak penjual maupun dari

pihak pembeli.

e. Khiyar dapat memelihara hubungan baik dan terjalin cinta kasih antar sesama.

5. Riba adalah pengambilan tambahan baik dalam transaksi jual beli, maupun pinjam

meminjam secara batil atau bertentangan dengan prinsip mu’amalat dalam islam.

Para ulama Fikih membagi riba menjadi empat macam, yaitu : Riba Fadl; Riba

Nasi’ah; Riba Qardi; Riba Yad.

6. Hikmah diharamkannya Riba Yaitu :

a) Menghindari tipu daya di antara sesama manusia

b) Melindungi harta sesama muslim agar tidak dimakan dengan batil

c) Memotivasi orang muslim untuk menginvestasi hartanya pada usaha-usaha

yang bersih dari penipuan, jauh dari apa saja yang dapat menimbulkan

kesulitan dan kemarahan di antara kaum muslimin

d) Menjauhkan orang muslim dari sesuatu yang menyebabkan kebinasaan

karena pemakan riba adalah orang yang zalim dan akibat kezaliman adalah

kesusahan

e) Membuka pintu-pintu kebaikan di depan orang muslim agar ia mencari bekal

untuk akhirat

f) Rajin mensyukuri nikmat Allah dengan cara memanfaatkan untuk kebaikan

serta tidak menyia-nyiakan nikmat tersebut

g) Melakukan praktek jual beli dan utang piutang secara baik menurut islam

Page 21: Jual Beli, Khiyar dan Riba (Fiqih Muamalah)

18

DAFTAR PUSTAKA

Aikochi, Jual Beli dan Hikmah Jual Beli, dalam http://aikochi-

sinichi.blogspot.com/2011/01/jual-beli-dan-hikmah-jual-beli.html, diakses

pada Selasa, 21 April 2015 pukul 08.45

Al-Khalafi, Syaikh Abdul Azhim bin Badawi. Khiyar (Memilih), dalam

http://almanhaj.or.id/content/1649/slash/0/khiyar-memilih/), diakses pada

selasa 31 maret 2015, pkl 08:15wib

Ali, Hasan. 2003. Berbagai Macam Transaksi Dalam Islam (Fiqh Muamalat).

Kementerian Agama RI. 2014. Fikih. Jakarta: Kementerian Agama RI

Hendi, Suhendi. 2010. Fiqih Muamalah. Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada.

Khar, Mashur. 1992. Bulughul Maram. Jakarta: PT Rineka cipta, Cet. I

Nashihuddin, Yatamu. Jual Beli, Khiyar, dan Riba (makalah), dalam

http://mayapas.blogspot.com/2013/02/jual-beli-khiyar-dan-riba-

makalah.html, diakses pada Selasa, 21 April 2015 pukul 08.57

Suparta, Mundzier. 2009. Pendidikan Agama Islam Fikih. Semarang: PT. Karya

toha putra, Cet. 1.

Zuhdi, Masjfuk. 1997. Masail Fiqhiyah. Jakarta: Gunung Agung