26 bab ii riba, rentenir dan koperasi a. riba 1. pengertian

29
26 BAB II RIBA, RENTENIR DAN KOPERASI A. Riba 1. Pengertian Riba Dalam pengertian bahasa, riba berarti tambahan (azziya>dah). Makna tambahan dalam riba adalah tambahan yang berasal dari usaha haram yang merugikan salah satu pihak dalam suatu transaksi. 40 Dalam pengertian lain, secara linguistik, riba juga berarti tumbuh dan membesar. Adapun menurut istilah teknis, riba berarti pengambilan tambahan dari harta pokok atau modal secara batil. 41 Pengertian riba di dalam kamus adalah kelebihan atau peningkatan atau surplus. Tetapi dalam ilmu ekonomi, riba merujuk pada kelebihan dari jumlah uang pokok yang dipinjamkan oleh si pemberi pinjaman dari si peminjam. Dalam Islam, riba secara khusus menunjuk pada kelebihan yang diminta dengan cara yang khusus. 42 Kata riba dalam bahasa Arab dapat berarti tambahan meskipun sedikit di atas jumlah uang yang dipinjamkan, hingga mencakup sekaligus riba dan bunga. Riba dalam hal ini semakna dengan kata usury dalam bahasa Inggris 40 Abu Sura’i, Bunga Bank dalam Islam (Surabaya: Al-Ikhlas, 1993), 21. 41 Muhammad Syafi’i Antonio, Bank Syariah: dari Teori ke Praktik (Jakarta: Gema Insani, 2001), 37. 42 Muhammad Nafik H.R., Benarkah Bunga Haram? (Surabaya, Amanah Pustaka: 2009), 94.

Upload: vuongbao

Post on 21-Jan-2017

242 views

Category:

Documents


3 download

TRANSCRIPT

Page 1: 26 BAB II RIBA, RENTENIR DAN KOPERASI A. Riba 1. Pengertian

26

BAB II

RIBA, RENTENIR DAN KOPERASI

A. Riba

1. Pengertian Riba

Dalam pengertian bahasa, riba berarti tambahan (azziya>dah). Makna

tambahan dalam riba adalah tambahan yang berasal dari usaha haram yang

merugikan salah satu pihak dalam suatu transaksi.40

Dalam pengertian lain,

secara linguistik, riba juga berarti tumbuh dan membesar. Adapun menurut

istilah teknis, riba berarti pengambilan tambahan dari harta pokok atau modal

secara batil.41

Pengertian riba di dalam kamus adalah kelebihan atau peningkatan

atau surplus. Tetapi dalam ilmu ekonomi, riba merujuk pada kelebihan dari

jumlah uang pokok yang dipinjamkan oleh si pemberi pinjaman dari si

peminjam. Dalam Islam, riba secara khusus menunjuk pada kelebihan yang

diminta dengan cara yang khusus.42

Kata riba dalam bahasa Arab dapat berarti tambahan meskipun sedikit

di atas jumlah uang yang dipinjamkan, hingga mencakup sekaligus riba dan

bunga. Riba dalam hal ini semakna dengan kata usury dalam bahasa Inggris

40

Abu Sura’i, Bunga Bank dalam Islam (Surabaya: Al-Ikhlas, 1993), 21.

41 Muhammad Syafi’i Antonio, Bank Syariah: dari Teori ke Praktik (Jakarta: Gema Insani, 2001),

37.

42 Muhammad Nafik H.R., Benarkah Bunga Haram? (Surabaya, Amanah Pustaka: 2009), 94.

Page 2: 26 BAB II RIBA, RENTENIR DAN KOPERASI A. Riba 1. Pengertian

27

yang dalam penggunaan modern berarti suku bunga yang lebih dari biasanya

atau suku bunga yang mencekik.43

Kamus Lane memberikan makna komprehensif yang mencakup

sebagian besar definisi autentik awal dari kata riba. Menurut Lane, istilah riba

bermakna meningkatkan, memperbesar, menambah, tambahan “terlarang”,

menghasilkan lebih dari asalnya, mempraktikkan peminjaman dengan bunga

atau yang sejenis, kelebihan atau tambahan, atau tambahan di atas jumlah

pokok yang dipinjamkan atau dikeluarkan”.44

Riba adalah tambahan tanpa imbalan (بال عوض) yang terjadi karena

penangguhan dalam pembayaran (زيادة األجل) yang diperjanjikan sebelumnya

45.(اشترط مقدما)

Para ahli ekonomi Muslim menyebutkan bahwa setiap transaksi kredit

atau tawar menawar, dalam bentuk uang atau lainnya, dianggap sebagai

transaksi riba apabila mengandung tiga unsur berikut ini:46

a. Kelebihan atau surplus di atas modal pinjaman;

b. Penetapan kelebihan ini berhubungan dengan waktu;

c. Transaksi yang menjadi syarat pembayaran kelebihan tersebut.

Salah satu dasar pemikiran utama yang sering dikemukakan oleh para

cendekiawan Muslim adalah keberadaan riba (bunga) dalam ekonomi

43

Ibid., 96.

44 Zamir Iqbal dan Abbas Mirakhor, Pengantar Keuangan Islam (Jakarta: Kencana, 2008), 71.

45 Abu Muhammad Dwiono, Selamat Tinggal Bank Konvensional (Jakarta: Tifa Publishing

House, 2011), 74-75.

46 Muhammad Nafik H.R., Benarkah Bunga Haram?, 97.

Page 3: 26 BAB II RIBA, RENTENIR DAN KOPERASI A. Riba 1. Pengertian

28

merupakan bentuk eksploitasi sosial dan ekonomi, yang merusak inti ajaran

Islam tentang keadilan sosial.47

Dalam fiqh muamalah, riba berarti tambahan yang diharamkan yang

dapat muncul akibat utang atau pertukaran. Menurut Wahid Abdus Salam

Baly, riba adalah tambahan (yang disyaratkan) terhadap uang pokok tanpa ada

transaksi pengganti yang diisyaratkan.48

Terjadi perbedaan dalam pendefinisian riba oleh para ulama fiqh.

Berikut ini adalah definisi riba oleh para ulama dari 4 golongan madzhab:49

a. Golongan Hanafi

Definisi riba adalah setiap kelebihan tanpa adanya imbalan pada

takaran dan timbangan yang dilakukan antara pembeli dan penjual di

dalam tukar menukar.

b. Golongan Syafi’i

Riba adalah transaksi dengan imbalan tertentu yang tidak diketahui

kesamaan takarannya maupun ukurannya waktu dilakukan transaksi

atau dengan penundaan waktu penyerahan kedua barang yang

dipertukarkan salah satunya.

c. Golongan Maliki

Golongan ini mendefinisikan riba hampir sama dengan definisi

golongan Syafi’i, hanya berbeda pada illat-nya. Menurut mereka illat-

47

Zamir Iqbal dan Abbas Mirakhor, Pengantar Keuangan Islam, 81.

48 Ibid., 73.

49 Abu Sura’i, Bunga Bank dalam Islam, 24-25.

Page 4: 26 BAB II RIBA, RENTENIR DAN KOPERASI A. Riba 1. Pengertian

29

nya ialah pada transaksi tidak kontan pada bahan makanan yang tahan

lama.

d. Golongan Hambali

Riba menurut syara’ adalah tambahan yang diberikan pada barang

tertentu. Barang tertentu tersebut adalah yang dapat ditukar atau

ditimbang dengan jumlah yang berbeda. Tindakan semacam inilah yang

dinamakan riba selama dilakukan dengan tidak kontan.

Menurut al-Arabi al-Maliki dalam kitabnya Ahka>m al-Qur’a >n

menjelaskan makna riba sebagaimana dikutip oleh Syafi’i Antonio, adalah

sebagai berikut:

50والربا يف اللغة ىو الزيادة وادلرادبو يف اآلية كل زيادة مل يقابلها عوض

“Pengertian riba secara bahasa adalah tambahan, namun yang dimaksud

riba dalam ayat Qur’an yaitu setiap penambahan yang diambil tanpa

adanya satu transaksi pengganti atau penyeimbang yang dibenarkan

syariah.”

Dari berbagai definisi yang telah dipaparkan di atas, dapat disimpulkan

bahwa riba adalah suatu kegiatan pengambilan nilai tambah yang

memberatkan dari akad perekonomian, seperti jual beli atau utang piutang,

dari penjual terhadap pembeli atau dari pemilik dana kepada peminjam dana,

baik diketahui bahkan tidak diketahui, oleh pihak kedua. Riba dapat pula

50

Muhammad Syafi’i Antonio, Bank Syariah, 38.

Page 5: 26 BAB II RIBA, RENTENIR DAN KOPERASI A. Riba 1. Pengertian

30

dipahami hanya sebatas pada nilai tambah dari nilai pokok dalam suatu akad

perekonomian.

2. Macam-Macam Riba

Pada dasarnya riba adalah sejumlah uang atau nilai yang dituntut atas

uang pokok yang dipinjamkan. Uang tersebut sebagai perhitungan waktu

selama uang tersebut dipergunakan. Perhitungan tersebut terdiri dari tiga

unsur, yaitu:51

a. Tambahan atas uang pokok.

b. Tarif tambahan yang sesuai dengan waktu.

c. Pembayaran sejumlah tambahan yang menjadi syarat dalam tawar-

menawar.

Riba tidak hanya terdiri satu macam, melainkan bermacam-macam

yang disesuaikan dengan sifat dan tujuan transaksi. Umumnya terjadi karena

adanya tambahan dalam pertukaran, baik karena penundaan atau barang

serupa.52

Secara garis besarnya riba dapat dikelompokkan menjadi dua, yaitu

riba yang berkaitan dengan utang piutang dan riba yang berhubungan dengan

jual beli.53

Pada kelompok utang piutang, riba terbagi menjadi dua, yaitu:

51

Muhammad Nafik H.R., Benarkah Bunga Haram?, 95-96.

52 Abu Sura’i, Bunga Bank dalam Islam, 27.

53 Muhammad Nafik H.R., Benarkah Bunga Haram?, 99.

Page 6: 26 BAB II RIBA, RENTENIR DAN KOPERASI A. Riba 1. Pengertian

31

a. Riba Qard} (ربا القرض)

Riba qard} adalah suatu manfaat atau tingkat kelebihan tertentu

yang diisyaratkan terhadap yang berutang (muqtarid}). 54

Riba qard} atau riba dalam utang piutang sebenarnya dapat

digolongkan dalam riba nasi’ah. Riba semacam ini dapat dicontohkan

dengan meminjamkan uang Rp 100.000,- lalu disyaratkan untuk

memberikan keuntungan ketika pengembalian.55

Dalam kitab al-Mughni, Ibnu Qudamah mengatakan, “para ulama

sepakat bahwa jika orang yang memberikan utang mensyaratkan kepada

orang yang berutang agar memberikan tambahan atau hadiah, lalu dia

pun memenuhi persyaratan tadi, maka pengembalian tambahan tersebut

adalah riba.”56

b. Riba Ja>hiliyah (ربا الجاهلية)

Riba ja>hiliyah adalah utang dibayar lebih dari pokoknya karena si

peminjam tidak mampu membayar utangnya pada waktu yang

ditetapkan.57

Adapun pembagian riba pada kelompok kedua atau riba jual beli juga

terdiri atas dua macam, yaitu:

54

Muhammad Syafi’i Antonio, Bank Syariah, 41.

55 Asyraf Abdul Maqshud, Fiqh wa Fatawa al-Buyu’, (Jakarta: Pustaka As-Sunnah, t.t.), 291.

56 Ibnu Qudamah, Al-Mughni\ (Riyadh: Da>r’a>lim Al-Kutub, 1997).

57 Muhammad Syafi’i Antonio, Bank Syariah, 41.

Page 7: 26 BAB II RIBA, RENTENIR DAN KOPERASI A. Riba 1. Pengertian

32

a. Riba Fad}l (ربا الفضل)

Riba fad}l adalah pertukaran antara barang sejenis dengan kadar

atau takaran berbeda, sedangkan barang yang dipertukarkan itu

termasuk dalam jenis barang atau komoditi ribawi.58

Komoditi ribawi terdiri atas enam macam, yaitu emas, perak,

gandum, sya’ir (salah satu jenis gandum), kurma dan garam,

sebagaimana disebutkan dalam hadis di bawah ini:

حدثنا أبوبكر بن أيب شيبة. حدثنا وكيع. حدثنا إمساعيل بن مسلم العبدي. حدثنا أبو

عليو وسلم : ادلتوكل الناجي عن أيب سعيد اخلدري. قال: قال رسول اهلل صلى اهلل

والفضة بالفضة والشعري بالشعري والتمر بالتمر وادللح بادللح مثال مبثل الذىب بالذىب

59ء ا بيد فمن زاد أو استزاد فقد أرىب اآلخذ وادلعطي فيو سواد ي

Artinya: “Jika emas dijual dengan emas, perak dijual dengan perak,

gandum dijual dengan gandum, sya’ir (salah satu jenis gandum) dijual

dengan sya’ir, kurma dijual dengan kurma dan garam dijual dengan

garam, maka jumlah (takaran atau timbangan) harus sama dan dibayar

kontan (tunai). Barangsiapa menambah atau meminta tambahan, maka

ia telah berbuat riba. Orang yang mengambil tambahan tersebut dan

orang yang memberinya sama-sama berada dalam dosa” (HR. Muslim)

الناقد, وإسحق بن إبراىم )واللفظ إلبن أيب شيبة( حدثنا أبو بكر بن أيب شيبة, وعمرو

)قال إسحق: أخربنا. وقال اآلخران: حدثنا وكيع( حدثنا سفيان عن خالد احلذاء, عن

مت. قال: قال رسول اهلل صلى اهلل عليوأيب قالبة, عن أيب األشعث, عن عبادة بن الصا

.والتمر بالتمر .والشعري بالشعري .والرببالرب .والفضة بالفضة .الذىب بالذىبو سلم:

58 Muhammad Syafi’i Antonio, Bank Syariah, 41.

59 Imam Abu Husain, Shahih Muslim (Beirut: Darul Fikr, 1993), 42.

Page 8: 26 BAB II RIBA, RENTENIR DAN KOPERASI A. Riba 1. Pengertian

33

ا بيد .بسواء سواء .مثال مبثل .وادللح بادللح فبيعوا ,فإذا اختلفت ىذه األصناف .يد

ا بيد ,كيف شئتم 60إذا كان يد

Artinya: “Jika emas dijual dengan emas, perak dijual dengan perak,

gandum dijual dengan gandum, sya’ir (salah satu jenis gandum) dijual

dengan sya’ir, kurma dijual dengan kurma dan garam dijual dengan

garam, maka jumlah (takaran atau timbangan) harus sama dan dibayar

kontan (tunai). Jika jenis barang tadi berbeda, maka silahkan engkau

membarterkannya sesukamu, namun harus dilakukan secara kontan

(tunai).” (HR. Muslim)

Para ulama bersepakat bahwa enam komoditi tersebut dapat

diperjualbelikan dengan cara barter asalkan memenuhi dua persyaratan

yaitu transaksi harus dilakukan secara kontan (tunai) pada saat

terjadinya akad dan barang yang menjadi objek barter harus sama jumlah

dan takarannya walaupun terjadi perbedaan mutu antara kedua barang.61

b. Riba Nasi’ah (ربا النسيئة)

Riba nasi’ah adalah penangguhan penyerahan atau penerimaan

jenis barang ribawi yang dipertukarkan dengan jenis barang ribawi

lainnya. Riba nasi’ah muncul karena adanya perbedaan, perubahan atau

tambahan antara yang diserahkan saat ini dan yang diserahkan

kemudian.62

Jika sebelumnya disebutkan bahwa riba qardh dapat digolongkan

dalam riba nasi’ah. Riba nasi’ah terkenal dan banyak berlaku di

60

Ibid.

61 Anonim, Fatawa: Mendekatkan Umat kepada Ulama (24 Juni 2009), 39.

62 Muhammad Syafi’i Antonio, Bank Syariah, 41.

Page 9: 26 BAB II RIBA, RENTENIR DAN KOPERASI A. Riba 1. Pengertian

34

kalangan Arab Jahiliyah, sehingga terkadang ada pula yang

menyebutnya dengan riba jahiliyah.63

Mengenai pembagian dan jenis-jenis riba, Ibnu Hajar al-Haitami

berkata sebagaimana dikutip oleh Syafi’i Antonio:

بعد ان ذكر آيات الربا وىو ثالثة انواع ربا الفضل وربا اليد –قال ابن حجر اذليثمي

وزاد ادلتوىل نوعا رابعا وىو ربا القرض اىل ان قال : وكل ىذه االنواع االربعة وربا النساء

64حرام باالمجاع بنص االيات واالحديث

Artinya: “Riba itu terdiri atas tiga jenis: riba fad}l, riba al-ya>d, dan riba

anna>si’ah. Al-Mutawally menambahkan jenis keempat, yaitu riba al-

qardh. Beliau juga menyatakan bahwa semua jenis ini diharamkan secara

ijma berdasarkan nash al-Qur’an dan hadis Nabi.”

Sebelumnya telah disebutkan bahwa riba adalah uang atau nilai

tambah yang diambil dari nilai pokok dan nilai tambah tersebut adalah sesuatu

yang memberatkan salah satu pihak yang bertransaksi. Walaupun terbagi

menjadi beberapa macam, riba tetaplah riba yang diharamkan dalam setiap

transaksi ekonomi, seperti jual beli dan utang piutang.

3. Hukum Riba

Riba bukan hanya menjadi permasalahan dalam agama Islam saja

melainkan juga menjadi permasalah dalam agama dan/atau kepercayaan

lainnya. Masalah riba telah menjadi bahan pembahasan kalangan Yahudi,

63

Departemen Agama, Al-Qur’an dan Tafsirnya (Jakarta: PT.Pertja, 1975), 503.

64 Muhammad Syafi’i Antonio, Bank Syariah, 41-42.

Page 10: 26 BAB II RIBA, RENTENIR DAN KOPERASI A. Riba 1. Pengertian

35

Yunani, demikian juga Romawi. Kalangan Kristen pun dari masa ke masa juga

mempunyai pandangan tersendiri mengenai riba.65

Riba pada agama Samawi telah dinyatakan haram, sebagaimana

tersebut dalam Pasal 22 ayat 25 Perjanjian Lama Keluaran: “Bila kamu

menghutangi seseorang di antara warga bangsamu uang, maka janganlah kamu

berlaku laksana seorang pemberi hutang, jangan kamu meminta keuntungan

padanya untuk pemilik uang”. Tetapi Islam menganggap bahwa ketetapan

yang mengharamkan riba hanya berlaku pada golongan tertentu yang

tercantum dalam Perjanjian Lama merupakan ketetapan yang telah

dipalsukan.66

Para ahli filsafat Yunani dan Romawi menganggap bahwa bunga

adalah sesuatu yang hina dan keji. Kenyataan bahwa bunga merupakan praktik

yang tidak sehat dalam masyarakat, merupakan akar kelahiran pandangan

tersebut.67

Dalam agama Budha, riba dianggap sebagai perbuatan yang

menjijikkan dan bertentangan dengan nilai-nilai persaudaraan dalam

masyarakat. Pada Jatakas dibahas adanya larangan bagi kasta Brahmana dan

Khastriya untuk meminjamkan uang dengan memungut bunga.68

65

Ibid., 43.

66 Abu Sura’i, Bunga Bank dalam Islam, 7.

67 Muhammad Syafi’i Antonio, Bank Syariah, 45.

68 Muhammad Nafik H.R., Benarkah Bunga Haram, 103.

Page 11: 26 BAB II RIBA, RENTENIR DAN KOPERASI A. Riba 1. Pengertian

36

Di kalangan pendeta Kristen,69

penerapan konsep bunga adalah

dilarang. Selama berabad-abad lamanya setelah itu, berkembanglah suatu

perdebatan yang sengit di antara kalangan gereja dengan para pedagang Eropa

mengenai penerapan konsep bunga.

Larangan riba yang terdapat dalam al-Qur’an tidak diturunkan

sekaligus, melainkan diturunkan dalam empat tahap. Empat tahap tersebut

adalah:

a. Menolak anggapan bahwa pinjaman riba yang pada zahir-nya seolah-olah

menolong mereka yang memerlukan sebagai suatu perbuatan taqarrub

kepada Allah, sebagaimana tersebut dalam surat ar-Ruum ayat 39:70

Artinya: “Dan sesuatu riba (tambahan) yang kamu berikan agar dia

bertambah pada harta manusia, Maka riba itu tidak menambah pada sisi

Allah. dan apa yang kamu berikan berupa zakat yang kamu maksudkan

untuk mencapai keridhaan Allah, Maka (yang berbuat demikian) Itulah

orang-orang yang melipat gandakan (pahalanya).”71

Sebagian orang beranggapan bahwa dengan meminjamkan sejumlah uang

kepada sesama adalah suatu bentuk ibadah atau interaksi terhadap sesama

69

Ibid., 106-107.

70 Ibid., 108.

71 Departemen Agama, Al-Qur’an dan Terjemahnya, 109.

Page 12: 26 BAB II RIBA, RENTENIR DAN KOPERASI A. Riba 1. Pengertian

37

manusia sebagaiman yang telah diperintahkan Allah. Akan tetapi, dalam

kesempatan ibadah tersebut muncul praktik riba yang diniatkan untuk

menambahkan nilai kekayaan yang dimiliki. Kekayaan yang dimiliki oleh

pemberi pinjaman memang akan bertambah, namun, tidak ada keberkahan

dalam kekayaannya tersebut.

b. Riba digambarkan sebagai suatu yang buruk. Allah mengancam akan

memberi balasan yang kepada orang Yahudi yang memakan riba.72

Hal ini

tercantum dalam surat an-Nisaa’ ayat 160-161:

Artinya: “Maka, disebabkan kezaliman orang-orang Yahudi, Kami

haramkan atas mereka (memakan makanan) yang baik-baik (yang

dahulunya) dihalalkan bagi mereka, dan karena mereka banyak

menghalangi (manusia) dari jalan Allah, dan disebabkan mereka memakan

riba, padahal sesungguhnya mereka telah dilarang darinya, dan karena

mereka memakan harta orang dengan jalan yang batil. Kami telah

menyediakan untuk orang-orang yang kafir di antara mereka itu siksa yang

pedih.”73

Dapat dipahami dari ayat tersebut bahwa seseorang yang mengetahui jika

praktik yang mengandung riba adalah hal yang tidak disukai atau dilarang

oleh Allah akan tetapi justru melakukan kesalahan tersebut maka Allah

akan memberikan siksaan yang amat pedih.

72

Muhammad Nafik H.R., Benarkah Bunga Haram, 103.

73 Departemen Agama, Al-Qur’an dan Terjemahnya, 104.

Page 13: 26 BAB II RIBA, RENTENIR DAN KOPERASI A. Riba 1. Pengertian

38

c. Riba diharamkan dengan dikaitkan kepada suatu tambahan yang berlipat

ganda. Pengembalian bunga dengan tingkat tinggi merupakan fenomena

yang banyak dipraktikkan pada masa tersebut.74

Hal ini dijelaskan dalam

surat Ali Imran ayat 130:75

Artinya: “Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu memakan riba

dengan berlipat ganda dan bertakwalah kamu kepada Allah supaya kamu

mendapat keberuntungan.”76

Praktik riba dipahami sebagai praktik menggandakan nilai dari nilai pokok

di saat transaksi. Allah menjanjikan sebuah keberuntungan kepada umat-

Nya yang benar-benar bertakwa, menjalankan perintah-Nya dan menjauhi

larangan-Nya.

d. Tahapan terakhir, Allah dengan jelas dan tegas mengharamkan apapun jenis

tambahan yang diambil dari pinjaman. Banyak ayat-ayat al-Qur’an yang

membicarakan riba sesuai dengan periode larangan, sampai akhirnya datang

larangan yang tegas pada akhir periode penetapan hukum riba. 77

Hal ini

tercantum dalam surat al-Baqarah ayat 278:

74

Muhammad Nafik H.R., Benarkah Bunga Haram, 103.

75 Ibid., 109.

76 Departemen Agama, Al-Qur’an dan Terjemahnya, 67.

77 Abu Sura’i, Bunga Bank dalam Islam, 13.

Page 14: 26 BAB II RIBA, RENTENIR DAN KOPERASI A. Riba 1. Pengertian

39

Artinya: “Hai orang-orang yang beriman, bertakwalah kepada Allah dan

tinggalkanlah sisa riba (yang belum dipungut) jika kamu orang-orang yang

beriman.”78

Pelarangan riba dalam Islam tidak hanya merujuk pada al-Qur’an,

melainkan juga pada hadist. Hal ini sebagaimana posisi umum hadist yang

berfungsi untuk menjelaskan lebih lanjut aturan yang telah digariskan melalui

al-Qur’an, pelarangan riba dalam hadist lebih terinci.79

Dari temuan yang telah disebutkan dapat diketahui bahwa riba tidak

hanya dilarang atau diharamkan dalam Islam melainkan juga dalam agama

lain bahkan agama atau kepercayaan terdahulu. Adanya praktik utang piutang

yang dibarengi dengan riba sebetulnya tidak diterima oleh agama yang dianut

oleh para pelakunya.

B. Rentenir

1. Pengertian Rentenir

Rentenir berasal dari kata rente, yang berarti bunga. Dalam Kamus

Besar Bahasa Indonesia, rentenir berarti orang yang mencari nafkah dengan

membungakan uang; tukang riba; pelepas uang; lintah darat.80

Dalam situs resmi Departemen Koperasi (saat ini Kementrian Koperasi

dan Usaha Kecil dan Menengah) disebutkan rentenir adalah seseorang atau

78

Departemen Agama, Al-Qur’an dan Terjemahnya, 48.

79 Muhammad Syafi’i Antonio, Bank Syariah, 51.

80 Tim Penyusun Kamus, Pembinaan dan Pengembangan Bahasa, Kamus Besar Bahasa Indonesia

(Jakarta: Balai Pustaka, 1997), 835.

Page 15: 26 BAB II RIBA, RENTENIR DAN KOPERASI A. Riba 1. Pengertian

40

kelompok orang yang memiliki profesi sebagai peminjam uang kepada para

petani kecil (misalnya di kawasan Asia) dengan tingkat bunga yang jauh lebih

tinggi daripada tingkat bunga yang resmi di pasar, bahkan, terkadang

sedemikian tingginya sampai terasa mencekik leher.81

Rentenir adalah suatu jenis pekerjaan yang sesungguhnya tidak jauh

berbeda dengan bank dan lembaga keuangan non bank yang bergerak dibidang

jasa pelayanan simpan pinjam uang. Perbedaannya, rentenir adalah wiraswasta

yang tidak berbadan hukum, yang mengelola usahanya sendiri dengan

kebijakan dan peraturan sendiri.

Dalam Islam, praktik rentenir adalah sama dengan istilah mu’amalat

ribawiyah yaitu tambaham terhadap modal uang yang timbul akibat suatu

transaksi utang-piutang yang harus diberikan oleh peminjam kepada pemilik

uang pada saat hutang jatuh tempo.82

Praktik rentenir, secara hukum positif, dilarang Indonesia karena

beberapa alasan berikut:83

a. Adanya larangan melakukan usaha pelepasan uang, sebagaimana yang

disebutkan dalam Pasal 1 Undang-Undang Pelepas Uang atau Geldscheiter

Ordanantie dan sesuai dengan ketentuan Pasal II Aturan Peralihan UUD

1945;

81

Mufid Hendra Setyawan, “Ambivalensi Subjective Beliefs dan Subjective Norm”, 27.

82 Ibid., 28.

83 Kardi Pakpahan, (Praktek Rentenir, Perlu Diberantas), http://www.share-

pdf.com/6e3866e2f0d2471ead9f5911063f2f2a/Rentenir%20di%20pidanakan.htm, diakses pada

31 Mei 2014.

Page 16: 26 BAB II RIBA, RENTENIR DAN KOPERASI A. Riba 1. Pengertian

41

b. Batal demi hukum karena tidak memenuhi syarat sahnya perjanjian yang

diatur dalam pasal 1320 Burgerlijk Wetboek, yaitu, sesuatu yang halal atau

tidak melanggar peraturan perundang-undangan;

c. Rentenir atau lintah darat dianggap sebagai salah satu bentuk penyakit

masyarakat, sehingga harus dicegah dan ditanggulangi sebagaimana

tersebut dalam Pasal 13, Pasal 14 dan Pasal 15 ayat (1c) Undang-Undang

Nomor 2 Tahun 2002 tentang Kepolisian Negara Republik Indonesia.

Karena praktik rentenir dinilai sebagi salah satu aktivitas yang dilarang

di Indonesia berdasarkan peraturan atau hukum positif yang berlaku, maka

para pelaku praktik ini; baik pemberi pinjaman dan peminjam, dapat

dikenakan sanksi hukum.

Contoh pertama, pelepas uang (rentenir) pasti melipat gandakan

jumlah pinjaman dengan hitungan bunga berbunga. Jika peminjam tidak dapat

membayar cicilan pokok dan bunga yang telah ditetapkan, maka rentenir akan

membungakan cicilan pokok dan bunga tersebut. Aktivitas penghitungan

jumlah pinjaman dan bunga akan terus berlanjut hingga peminjam dapat

melaksanakan kewajibannya. Perilaku rentenir ini dapat dikategorikan

tindakan pemerasan dan dapat dituntut sesuai Pasal 368 ayat (1) Kitab

Undang-Undang Hukum Pidana.84

Contoh kasus lain, yang justru menimpa peminjam, adalah pelaporan

penipuan atau penggelapan dana yang dilaporkan oleh rentenir kepada pihak

84

Ibid.

Page 17: 26 BAB II RIBA, RENTENIR DAN KOPERASI A. Riba 1. Pengertian

42

berwajib karena peminjam tidak dapat melaksanakan kewajibannya melunasi

hutang.

Kesimpulannya, rentenir adalah orang atau salah satu jenis pekerjaan

yang berhubungan dengan kegiatan utang piutang dan mengandung unsur riba

yang diharamkan dalam agama dan dilarang dalam hukum Negara.

2. Kelebihan dan Kekurangan Rentenir

Kelebihan yang dimiliki rentenir adalah syarat yang diberikan kepada

para peminjam lebih fleksibel daripada lembaga keuangan resmi lainnya.

Pihak rentenir biasanya hanya meminta KTP (kartu tanda penduduk) atau

surat berharga lain yang dimiliki peminjam atau apapun yang dimiliki

peminjam. Para rentenir seringkali terjun langsung ke lapangan untuk

mendapatkan nasabah, sehingga merekalah yang mendatangi para peminjam

setiap kali terjadi transaksi. Cara pembayaran pinjaman yang diterima oleh

peminjam dapat diangsur secara harian. Kelebihan inilah yang kemudian

menjadikan beberapa orang memilih mendapatkan pinjaman dari rentenir.

Kekurangan yang dimiliki rentenir, selain tidak adanya kelegalan

secara hukum, rentenir memiliki bunga pinjaman yang bahkan lebih tinggi

daripada bunga pinjaman di lembaga keuangan yang ditentukan oleh BI rate.

Kekurangan lain dari rentenir adalah seringkali tidak berlakunya sikap

kemanusiaan ketika terjadi tunggakan pinjaman oleh peminjam.

Kelebihan yang ada pada praktik rentenir seharusnya tidak menjadi

alasan mutlak seseorang diperbolehkan melakukan transaksi utang piutang

yang didalamnya jelas terkandung unsur riba. Mungkin kelebihan yang ada ini

Page 18: 26 BAB II RIBA, RENTENIR DAN KOPERASI A. Riba 1. Pengertian

43

dapat diaplikasikan pada lembaga keuangan agar nasabah mendapatkan

pelayanan yang nyaman dan fleksibel.

Sedangkan kekurangan yang muncul, sekiranya dapat dijadikan

pandangan bagi masyarakat sebelum melakukan transaksi dengan rentenir.

Karena ketika seseorang menjatuhan pilihan untuk mendapatkan pinjaman

dana dari rentenir, maka bukan hanya sanksi sosial, seperti dikucilkan atau

dicemooh di tengah lingkungan masyarakat, yang akan didapatkan oleh para

pelaku praktik ini, melainkan juga sanksi hukum sebagaimana yang berlaku

pada Negara.

C. Koperasi

1. Pengertian Koperasi

Koperasi berasal dari kata cooperation (Inggris) yang secara

sederhana berarti kerja sama. Menurut bahasa, koperasi didefinisikan sebagai

wadah perkumpulan (asosiasi) sekelompok orang untuk tujuan kerjasama

dalam bidang bisnis yang saling menguntungkan di antara anggota

perkumpulan.85

Koperasi adalah salah satu lembaga keuangan yang cukup berkompeten

dan memiliki kontribusi dalam pergerakan perekonomian di Indonesia.

Koperasi merupakan salah satu bentuk badan hukum yang sudah lama dikenal

di Indonesia. Koperasi adalah perserikatan yang bertujuan untuk memenuhi

85

Teguh Sihono, Pengantar Ekonomi Koperasi (Yogyakarta: FPIPS IKIP, 1999), 116.

Page 19: 26 BAB II RIBA, RENTENIR DAN KOPERASI A. Riba 1. Pengertian

44

keperluan para anggotanya dengan cara menjual barang-barang kebutuhan

dengan harga murah dan tidak bermaksud mencari untung (profit oriented).86

Koperasi merupakan bentukan dari sekelompok orang yang memiliki

tujuan bersama yang kemudian akan menjadi anggota koperasi yang didirikan

tersebut. Pembentukan koperasi berdasarkan asas kekeluargaan dan gotong

royong khususnya untuk membantu para anggotanya yang memerlukan

bantuan baik berbentuk barang ataupun pinjaman uang. 87

Koperasi, menurut Pasal 1 ayat 1 Undang-Undang Nomor 17 Tahun

2012 Tentang Perkoperasian adalah sebagai badan hukum yang didirikan oleh

orang perseorangan atau badan hukum koperasi, dengan pemisahan kekayaan

para anggotanya sebagai modal untuk menjalankan usaha, yang memenuhi

aspirasi dan kebutuhan bersama di bidang ekonomi, sosial dan budaya sesuai

dengan nilai dan prinsip koperasi.88

Berikut ini akan diuraikan beberapa definisi koperasi oleh para ahli:

Mohammad Hatta, yang mendapat julukan Bapak Koperasi Indonesia,

mendefinisikan koperasi sebagai usaha bersama untuk memperbaiki nasib

penghidupan ekonomi berdasarkan tolong-menolong. Gerakan koperasi adalah

lambang harapan bagi kaum ekonomi lemah, berdasarkan self-help dan tolong

menolong diantara anggota-anggotanya, sehingga dapat melahirkan rasa

86

Anonim, (Perbedaan antara Koperasi Konvensional dan Koperasi Syariah),

http://kangobed.blogspot/2013/09/perbedaan-antara-koperasi-konvensional.html, diakses pada

Desember 2013.

87 Kasmir, Bank dan Lembaga Keuangan Lainnya, 254-255.

88 Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 17 Tahun 2012 Tentang Perkoperasian.

Page 20: 26 BAB II RIBA, RENTENIR DAN KOPERASI A. Riba 1. Pengertian

45

percaya diri dalam persaudaraan koperasi yang merupakan semangat baru dan

semangat menolong diri sendiri.89

Arifinal Chaniago, dalam bukunya yang berjudul “Perkoperasian

Indonesia”, menyebutkan bahwa koperasi adalah suatu perkumpulan yang

beranggotakan orang-orang atau badan hukum yang memberikan kebebasan

masuk dan keluar sebagai anggota dengan bekerja sama secara kekeluargaan

menjalankan usaha untuk mempertinggi kesejahteraan jasmani para

anggotanya.90

International Labour Organization (ILO) mendefinisikan koperasi,

secara lebih detail dan berdampak internasional, bahwa: 91

“Cooperative defined as an association of persons usuallu of limited

means, who have voluntarily joined together to achieve a common economic

end horough the formation of a democratically controlled business

organization, making equitable contribution to the capital required and

accepting a fair share of risk and benefits of undertaking.”

Maksud dari pendefinisian ILO adalah koperasi mengandung 6 elemen

penting, yaitu, koperasi merupakan perkumpulan orang, bergabung dengan

suka rela, memiliki tujuan ekonomi yang positif, merupakan suatu bentuk

usaha yang dikendalikan secara demokratis, menerapkan sistem keadilan dan

setiap anggotanya menerima manfaat dan resiko yang seimbang.92

89

Arifin Sitio dan Halomoan Tamba, Koperasi: Teori dan Praktik (Jakarta: Erlangga, 2001), 17.

90 Ibid.

91 Ibid., 16.

92 Ibid., 16-17.

Page 21: 26 BAB II RIBA, RENTENIR DAN KOPERASI A. Riba 1. Pengertian

46

Kegiatan usaha koperasi merupakan penjabaran dari Pasal 33 ayat (1)

UUD 1945, sehingga koperasi memiliki kedudukan sebagai soko guru

perekonomian nasional dan juga menjadi bagian yang tidak terpisahkan dalam

sistem perekonomian nasional.

Sebagai salah satu pelaku ekonomi, koperasi merupakan organisasi

ekonomi yang berusaha menggerakkan potensi sumber daya ekonomi demi

kesejahteraan anggotanya. Keterbatasan sumber daya ekonomi dan proses

pengembangan koperasi harus mengutamakan kepentingan anggota, maka

koperasi harus mampu bekerja seefisien mungkin dan mengikuti prinsip-

prinsip koperasi serta kaidah-kaidah ekonomi.

2. Tujuan Koperasi

Dalam Pasal 4 Undang-Undang Nomor 17 tahun 2012 tentang

Perkoperasian disebutkan bahwa koperasi bertujuan untuk meningkatkan

kesejahteraan anggota pada khususnya dan masyarakat pada umumnya,

sekaligus menjadi bagian yang tidak terpisahkan dari tatanan perekonomian

nasional yang demokratis dan berkeadilan.93

Dalam Pidato Kenegaraan tanggal 11 Maret 1983, koperasi Indonesia

dilukiskan sebagai salah satu tiang penyangga perekonomian nasional

Indonesia, atau juga disebutkan dalam Pidato Kenegaraan tanggal 15 Agustus

93

Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 17 Tahun 2012 Tentang Perkoperasian.

Page 22: 26 BAB II RIBA, RENTENIR DAN KOPERASI A. Riba 1. Pengertian

47

1981, bahwa di dalam jangka panjang koperasi harus menjadi soko-guru

perekonomian nasional Indonesia.94

Dalam dua kutipan pidato tersebut, tercermin bahwa koperasi

didambakan peranannya yang semakin besar dalam perekonomian nasional

seperti yang dikehendaki dalam UUD 1945.95

Memajukan kesejahteraan umum, mencerdaskan kehidupan bangsa dan

melaksanakan kehidupan yang berkeadilan sosial, secara implisit merupakan

cita-cita kehidupan ekonomi pancasila, yang dipertegas dalam sila kelima

Pancasila, yaitu mewujudkan keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia.96

Interprestasi dari kesejahteraan umum, kecerdasan kehidupan bangsa

dan keadilan sosial dalam kehidupan ekonomi pancasila harus tercermin dalam

bentuk pemenuhan kebutuhan dasar manusia, seperti pangan, pakaian, tempat

tinggal, pelayan kesehatan dan pendidikan serta transportasi.97

Dari uraian tersebut, maka koperasi di Indonesia diharapkan benar-

benar dapat menjalankan fungsinya sebagai bagian dalam tatanan

perekonomian, sehingga tujuan dari pendirian dan pengelolaan koperasi untuk

memberikan kesejahteraan bagi masyarakat Indonesia dapat terwujud.

94

Wahju Sukotjo, Koperasi Indonesia: Bersama dalam Kemakmuran dan Makmur dalam Kebersamaan (Jakarta: UI-Press, 1985), 81

95 Ibid., 80.

96 Soeharsono Sagir, Pokok Pikiran Mengenai Ekonomi Pancasila dalam Kaitannya dengan

Swadaya (Jakarta: UI-Press, 1985), 167.

97 Ibid., 168.

Page 23: 26 BAB II RIBA, RENTENIR DAN KOPERASI A. Riba 1. Pengertian

48

3. Macam-Macam Koperasi

Salah satu tujuan pendirian koperasi didasarkan kepada kebutuhan dan

kepentingan para anggotanya. Masing-masing kelompok masyarakat yang

mendirikan koperasi memiliki kepentingan atau tujuan yang berbeda.

Perbedaan kepentingan ini menyebabkan koperasi dibentuk dalam beberapa

jenis sesuai dengan kebutuhan kelompok tersebut.98

Koperasi yang ada di Indonesia dapat dibedakan menjadi beberapa

macam berdasarkan fungsi, jenis usaha, keanggotaan maupun lokasi dan

jenjang atau tingkatan wilayah.99

Ada juga yang menyebutkan pengelompokan

koperasi hanya ditinjau dari tiga poin yaitu jenis usaha, keanggotaan dan

tingkatannya.100

Jika dilihat berdasarkan funginya, koperasi terbagi menjadi tiga yaitu

koperasi produksi, koperasi konsumsi dan koperasi jasa. Koperasi produksi

yaitu koperasi yang beranggotakan kelompok orang yang memiliki usaha

memproduksi barang. Koperasi konsumsi yaitu koperasi yang didirikan untuk

memenuhi kebutuhan atau konsumsi anggotanya. Terakhir, koperasi jasa yaitu

koperasi yang bergerak dalam bidang jasa yang dibutuhkan dan diusahakan

oleh anggotanya.101

98

Kasmir, Bank dan Lembaga Keuangan Lainnya, 256.

99 Deliarnov, Ekonomi (Jakarta: Erlangga, 2007), 34.

100 Anonim, (Macam-Macam Koperasi), http://mengerjakantugas.blogspot.com/2012/01/macam-

macam-koperasi.html, diakses pada Januari 2014.

101 Eeng Ahman dan Epi Indriani, Membina Kompetensi Ekonomi (Bandung: Grafindo Media

Pratama, 2007), 120.

Page 24: 26 BAB II RIBA, RENTENIR DAN KOPERASI A. Riba 1. Pengertian

49

Koperasi yang dipilah berdasarkan jenis usahanya terbagi menjadi dua

yaitu Koperasi Simpan Pinjam (KSP) dan Koperasi Serba Usaha (KSU).102

Dua koperasi dalam kategori inilah yang sering didengar atau akrab dalam

kehidupan ekonomi mayarakat. Koperasi simpan pinjam adalah koperasi yang

menjalankan usaha simpan pinjam sebagai satu-satunya usaha atau kegiatan

lembaga.103

Sedangkan koperasi serba usaha adalah koperasi yang bergerak

dalam berbagai bidang atau lapangan usaha, seperti, usaha konsumsi,simpan

pinjam, pemasaran dan jasa.104

Jenis koperasi berdasarkan keanggotaan maupun lokasi usahanya

seperti koperasi yang didirikan pada suatu lingkungan tertentu dan

anggotanya berasal dari komunitas yang ada pada lingkangan tersebut, seperti

koperasi mahasiswa, koperasi karyaman dan koperasi unit desa.

Koperasi yang dibedakan berdasarkan jenjang kewilayahan dan

keanggotaannya terbagi menjadi dua, yaitu, koperasi primer dan koperasi

sekunder. Koperasi primer adalah koperasi yang didirikan oleh dan

beranggotan sekelompok orang, sedangkan koperasi sekunder adalah koperasi

yang anggotanya meliputi kumpulan dari koperasi primer homogen atau

kumpulan dari koperasi-koperasi yang sejenis.105

102

Anonim, (Macam-Macam Koperasi), http://mengerjakantugas.blogspot.com/2012/01/macam-

macam-koperasi.html, diakses pada Januari 2014.

103 Pasal 1 ayat (15) Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 17 Tahun 2012 tentang

Perkoperasian.

104 Deliarnov, Ekonomi, 37.

105 Ibid, 34.

Page 25: 26 BAB II RIBA, RENTENIR DAN KOPERASI A. Riba 1. Pengertian

50

4. Koperasi Syariah di Indonesia

Koperasi didirikan untuk memberikan solusi atas keresahan

masyarakat kalangan bawah yang ingin mengembangkan usahanya, akan

tetapi, memiliki keterbatasan modal. Namun koperasi yang didirikan saat itu

masih menerapkan sistem riba atau bunga atau dapat disebut koperasi

konvensional, sehingga kemudian muncul gagasan pendirian koperasi berbasis

syariah.106

Hal ini memberikan sinyal bahwa terbentuk koperasi syariah tidak

dapat terlepas dari sejarah berdirinya koperasi konvensional.

Raden Ngabei Ariawiriaatmadja, seorang Patih Purwokerto, bersama

kawan-kawannya mendirikan sebuah lembaga keuangan yang disebut bank

priyayi pada tanggal 16 Desember 1895. Lembaga yang disebut juga Bank

Simpan Pinjam ini didirikan untuk menolong para pegawai negeri pribumi

untuk melepaskan diri dari jeratan para pelepas uang (rentenir).107

Pada tahun 1886, De Wolf van Westerrode mendirikan “De

Poerwokertosche Hulp, Spaar en Landbouwcredit Bank”. Lembaga yang

didirikan oleh De Wolf adalah lembaga sejenis koperasi yang ditujukan

sebagai tempat simpan pinjam bagi para petani dalam bentuk in-natura

(simpan padi, pinjam uang). Ini dikarenakan uang tunai masih sangat langka

pada masa itu.108

106

Anonim, (Sejarah Koperasi Syariah), http://bagian-ku.blogspot.com/2013/11/sejarah-koperasi-

syariah.html#sthash.6NOQ7puc.dpuf, diakses pada Januari 2014.

107 Arifin Sitio dan Halomoan Tamba, Koperasi: Teori dan Praktik, 9.

108 Ibid., 10.

Page 26: 26 BAB II RIBA, RENTENIR DAN KOPERASI A. Riba 1. Pengertian

51

Kedua lembaga tersebut di atas dikenal sebagai cikal bakal berdirinya

koperasi di Indonesia. Namun, Indonesia baru mengenal undang-undang

perkoperasian pada tahun 1915 dengan diterbitkannya “Verodening op de

Cooperative Vereninging”, Kononklijk Besluit 7 April 1915, Indisch

Staatsblad Nomor 431.109

Setelah mengalami berbagai macam proses pengamatan, pada tanggal

12 Juli 1947 diadakan Kongres Gerakan Koperasi se-Jawa yang pertama di

Tasikmalaya. Dalam kongres tersebut diputuskan tiga poin penting, yaitu:110

1. Terbentuknya Sentral Organisasi Koperasi Rakyat Indonesia (SOKRI);

2. Menjadikan tanggal 12 Juli sebagai Hari Koperasi;

3. Menganjurkan diadakannya pendidikan koperasi di kalangan pengurus,

pegawai dan masyarakat.

Sedangkan koperasi syariah di Indonesia diprakarsai oleh paguyuban

dagang yang dikenal dengan SDI (Serikat Dagang Islam) yang didirikan oleh

Haji Samanhudi di Solo, Jawa Tengah, pada tahun 1913.111

SDI ini dijalankan

dengan menghimpun para anggotanya dari pedagang batik yang beragama

Islam. Serikat dagang ini tidak bertahan lama karena kemudian terjadi

pergeseran ideologi yaitu berubahnya serikat ini menjadi pergerakan

109

Ibid.

110 Ibid., 11.

111 Burhanuddin Abdullah, Menanti Kemakmuran Negeri: Kumpulan Esai tentang Pembangunan

Sosial Ekonomi Indonesia (Jakarta: Gramedia Pustaka Utama, 2006), 166.

Page 27: 26 BAB II RIBA, RENTENIR DAN KOPERASI A. Riba 1. Pengertian

52

bernuansa politik. Sekitar tahun 1990, koperasi syariah mulai muncul (lagi) di

Indonesia, lebih tepatnya pasca reformasi.112

Sebagaimana yang telah dijelaskan sebelumnya, bahwa salah satu jenis

koperasi yang ditinjau dari jenis usaha dan/atau fungsinya adalah koperasi

jasa. Salah satu contoh dari koperasi jasa yang ada di Indonesia adalah Baitul

Maal wat Tamwil (BMT) atau Koperasi Jasa Keuangan Syariah (KJKS).

Koperasi Jasa Keuangan Syariah (KJKS) merupakan lembaga

keuangan yang berbadan hukum koperasi dan sistem operasionalnya mengacu

pada prinsip-prinsip ekonomi syariah. Sebagaimana yang termaktub dalam

Pasal 87 Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2012 tentang Perkoperasian bahwa

koperasi dapat menjalankan usaha atas dasar prinsip ekonomi syariah dan

ketentuan-ketentuan lainnya yang lebih rinci diatur dalam Peraturan

Pemerintahan.113

Koperasi syariah adalah usaha ekonomi yang terorganisir secara

mantap, demokratif, otonom parsitifatif dan berwatak sosial yang

operasionalnya menggunakan prinsip-prinsip yang mengusung etika moral dan

berusaha dengan memperhatikan halal atau haramnya sebuah usaha yang

dijalankan sebagaimana diajarkan dalam Islam.114

Keberadaan koperasi, baik syariah maupun konvensional, tentunya

sangat positif di tengah kegiatan perekonomian masyarakat. Misalnya

112

Anonim, (Sejarah Koperasi Syariah), http://bagian-ku.blogspot.com/2013/11/sejarah-koperasi-

syariah.html#sthash.6NOQ7puc.dpuf, diakses pada Januari 2014.

113 Pasal 87 ayat (3) ayat (4) Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2012 tentang Perkoperasian.

114 Anonim, (Perkembangan Koperasi Syariah), http://bmt-

syariah.blogspot.com/2009/11/perkembangan-koperasi-syariah.html, diakses pada Januari 2014.

Page 28: 26 BAB II RIBA, RENTENIR DAN KOPERASI A. Riba 1. Pengertian

53

keberadaan koperasi simpan pinjam yang lebih dekat dengan masyarakat

menengah ke bawah, diharapkan dapat mengurangi space atau kesenjangan

antara si miskin dan si kaya. Perkembangan koperasi dari masa ke masa

diharapkan juga dapat meningkatkan pengaruh positif dalam kegiatan

ekonomi masyarakat.

5. Kelebihan dan Kekurangan Lembaga Koperasi

Dalam sebuah lembaga pasti terdapat poin-poin kelebihan dan

kekurangan. Kelebihan yang ada dalam suatu lembaga atau instansi menjadi

peluang untuk menjadi lembaga tersebut lebih bagus dalam banyak hal, salah

satunya adalah dalam hal kinerjanya. Sedangkan kekurangan atau kelemahan

yang muncul, dapat dijadikan panduan agar dikemudian hari dapat menjadi

pelajaran atau batasan untuk tidak melakukan kesalahan yang sama.

Adapun kelebihan koperasi di Indonesia adalah:115

a. Bersifat terbuka dan sukarela;

b. Dalam koperasi tidak ada majikan dan buruh yang memiliki

kepentingan berlawanan.

c. Besarnya simpanan, baik pokok maupun wajib, tidak memberatkan

anggota;

d. Setiap anggota memiliki hak suara dan tanggung jawab yang sama;

e. Selain mencari keuntungan, koperai juga bertujuan meningkatkan

kesejahteraan anggota.

115

Kardiman et.al., Ekonomi: Dunia Keseharian Kita (Jakarta: Yudhistira Ghalia Indonesia,

2006), 87.

Page 29: 26 BAB II RIBA, RENTENIR DAN KOPERASI A. Riba 1. Pengertian

54

Beberapa kekurangan yang terkadang masih menjadi kelemahan

koperasi di Indonesia adalah:116

a. Koperasi sulit berkembang karena modal yang terbatas;

b. Kurang cakapnya pengurus dalam mengelola koperasi;

c. Ketidakjujuran yang terkadang muncul, baik dari pihak pengurus

maupun anggota;

d. Kerja sama yang terkadang kurang terbangun maksimal antara

pengawas, pengurus dan anggotanya.

116

Afrilianifyta, (Kelebihan dan Kelemahan Koperasi),

http://afrilianifyta.wordpress.com/2010/11/05/kelebihan-kekurangan-koperasi-indonesia/, diakses

pada Januari 2014.