jtptunimus gdl fitridwiar 6469 2 babii
TRANSCRIPT
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Kue Pukis
1. Pengertian
Kue pukis merupakan salah satu kue tradisional yang pada akhir
proses pembuatannya dengan cara dipanggang. Kue pukis banyak
digemari oleh masyarakat karena dapat dikonsumsi oleh semua kalangan
baik anak-anak maupun orang dewasa dan banyak dijual dipasar
tradisional, ditoko-toko kue maupun ditempat-tempat yang ramai oleh
pedagang kaki lima. Bentuk dari kue pukis sangat khas yaitu setengah
lingkaran dan mempunyai warnanya kuning kecoklatan. Di atas
permukaan kue ada yang ditambahkan dengan meisis, kacang ditumbuk
atau keju agar penampilannya lebih menarik konsumen. Makanan ini
biasanya dimanfaatkan sebagai makanan selingan dan sebagai bekal anak
sekolah.
Kue pukis adalah salah satu jenis makanan dengan bahan dasar
tepung terigu yang menggunakan bahan tambahan (ragi) sebagai
pengembang volume adonan yang selanjutnya dipanggang dalam cetakan.
Bahan lain yang digunakan dalam pembuatan kue pukis antara lain santan,
gula pasir, telur, garam, vanili, dan margarine. Pada dasarnya pembuatan
kue pukis terdiri dari tahap pembuatan adonan, penuangan dalam cetakan
dan kemudian pemanggangan (Widowati, 2003)
Makanan jajanan yang terbuat dari tepung terigu biasanya memiliki
kandungan karbohidrat dan lemak tinggi tetapi kandungan proteinnya
rendah. Komposisi rata-rata kandungan zat gizi kue pukis dapat dilihat
pada table 1 berikut:
4
TABEL 1
KOMPOSISI RATA-RATA KANDUNGAN GIZI KUE PUKIS PER BUAH
Zat gizi Kadar Energi (kkal)
Kadar air (%)
Protein kasar (%)
Karbohidrat (%)
Lemak kasar (%)
Serat kasar (%)
Abu (%)
121
31,1
4,9
57,6
5,3
0,2
0,9Sumber : Winarno, 1997
2. Bahan Pembuatan Kue Pukis
Bahan-bahan yang digunakan dalam pembentukan kue pukis
sangat mudah didapatkan di pasar tradisional antara lain :
a. Tepung terigu
Terigu adalah serealia yang paling banyak diproduksi dan
dikonsumsi sebagai makanan pokok di dunia, disusul oleh padi dan
beras. Pada umumnya terigu dikonsumsi melalui pengubahan tepung
yang diolah lebih lanjut menjadi bahan makanan jadi yang siap
konsumsi atau hasil olah setengah jadi yang harus diolah (dimasak)
lebih lanjut di dapur rumah tangga, yaitu berbagai jenis roti atau kue
(Sediaoetama, 1993)
Lebih dari 2,0 juta ton gandum diimpor ke Indonesia dan
digiling di tiga industri. Sekitar 70 % dari seluruh produksi terigu
tersebut di proses menjadi mie dan biscuit, 45 % untuk roti dan pesta,
5 % sisanya untuk kue basah dan keperluan rumah tangga lainnya
(Winarno, 1997)
Terigu atau gandum dapat digolongkan menjadi 2 yaitu Hard
Wheat (gandum keras) dan Soft Wheat (gandum lunak). Tepung terigu
yang dihasilkan pabrik penggilingan di Indonesia (Bogasari)
dipasarkan dengan beberapa merk. Jenis Hard Wheat mengandung
protein bermutu tinggi, dapat dibuat adonan yang kuat, kenyal dan
5
memiliki daya kembang yang baik sehingga memenuhi syarat untuk
pembuatan roti yang baik, karena mudah dicampur, diragikan dan
dapat menyesuaikan pada suhu yang diperlukan dan memiliki
kemampuan menahan udara yang baik sekali. Sedangkan jenis Soft
Wheat kandungan proteinnya rendah, sulit diaduk dan diragikan, cocok
untuk pembuatan cake, pastel, biscuit dan kue kering. Jenis Hard
Wheat dipasarkan dengan cap “CAKRA KEMBAR”, sedangkan
beberapa merk jenis jenis Soft Wheat diberi merk “SEGITIGA BIRU”
(Sediaoetama, 1993).
Struktur biji terigu mirip dengan stuktur biji beras, demikian
pula dengan kandungan zat gizinya. Komposisi zat gizi tepung terigu
dapat dilihat pada table 2 berikut:
TABEL 2
KOMPOSISI ZAT GIZI TEPUNG TERIGU DALAM 100 GR
Zat gizi Kadar Energi (Kal)
Protein (g)
Lemak (g)
Karbohidrat (g)
Zat kapur (mg)
Phosphorus (mg)
Zat besi (mg)
Vitamin A (SI)
Thiamin (Vitamin B1)(mg)
Vitamin C (mg)
330
11
2
72,4
15
130
2
0
170
0Sumber : Sediaoetama, 1993.
Pada pembuatan kue digunakan tepung terigu jenis Hard
Wheat (gandum keras) dengan tujuan agar mudah diaduk dan
diragikan. Protein pada terigu jenis Hard dapat menghasilkan adonan
yang dapat menahan gas, dan dapat mengembang secara elastis ketika
gas memuai pada waktu proses pembakaran. Sifat ini disebabkan sifat
gluten yang terhidrasi dan mengembang bila tepung terigu dicampur
6
dengan baik. Proses tersebut berlangsung ketika adonan di aduk dan
akhirnya terbentuk massa tiga dimensi dari protein gluten yang
memiliki viskositas yang elastis. Suatu sifat yang dikehendaki dalam
pembuatan kue atau roti (Wheat Associates, 1981).
b. Gula pasir
Dalam pembuatan kue pukis, gula berfungsi untuk memberi
rasa manis, memperbaiki tekstur, memberi warna dan memberi nilai
kalori. Bila gula dipanaskan atau bereaksi dengan asam amino maka
akan terbentuk warna coklat yang membuat bahan lebih menarik
(Winarno, 2004) dan itu yang dikehendaki pada pembutan kue atau
roti. Gula oleh ragi akan dipecah menghasilkan gas CO2 dan etil
alkohol. Gula yang tersisa setelah fermentasi disebut sisa gula yang
akan memberikan warna pada kulit roti atau kue pukis dan
memberikan citarasa yang khas. Warna yang dihasilkan tersebut
merupakan reaksi browning non-enzimatis antara gula dengan protein
dari tepung. Gula yang ditambahkan sebaiknya gula yang bermutu baik
yaitu bersih, bebas dari kotoran.
c. Shortening
Shortening atau lemak yang umum dipakai adalah mentega
atau margarine. Margarine digunakan sebagai pengganti mentega,
karena komposisi dari margarine atau mentega hampir sama.
Margarine mempunyai titik leleh lebih tinggi dan mempunyai batas
kepadatan yang lebih luas. Fungsi margarine atau lemak dalam
pembuatan kue pukis disini adalah untuk melindungi tepung agar tidak
menyerap terlalu banyak air, sehingga pada waktu pemanggangan
ketika CO2 lepas dan gelatinasi pati menghasilkan pori-pori yang
seragam, menarik udara ketika pembuatan adonan yaitu dengan
bantuan gula, memperbaiki tekstur dan citarasa, menghambat laju
penguapan air sehingga membuat kue tetap kelihatan basah dan segar
untuk waktu yang cukup lama (Widowati, 2003).
d. Santan
7
Kue pukis merupakan salah satu jenis kue-kue tradisional yang
biasanya menggunakan santan sebagai pengganti margarine atau
mentega sebagai sumber lemak (Widowati, 2003). Penggunaan santan
kelapa dalam pembuatan kue pukis yaitu sebagai pelarut tepung dan
bahan-bahan lain, peranan lemak santan merupakan zat gizi yang dapat
meningkatkan energi, meningkatkan selera dan membantu
memperbaiki tekstur, membantu pembentukan gluten pada tepung
terigu dan mengendalikan suhu adonan (Buckle et al, 1987).
e. Yeast (ragi)
Yeast atau ragi dalam pembuatan kue pukis berfungsi untuk
meningkatkan volume, mengatur aroma (rasa), memperbaiki struktur,
mengurangi laju kehilangan air selama penyimpanan, mengontrol
penyebaran dan membuat hasil produksi lebih ringan.
f. Telur
Telur berfungsi sebagai komponen utama pembentuk struktur
kue dan berfungsi untuk menjaga kelembaban kue, mengikat udara
selama pencampuran adonan, meningkatkan nilai gizi, memberi warna
dan sebagai emulsifier karena mengandung lecithin (Widowati, 2003)
g. Garam
Garam merupakan satu-satunya bahan yang harganya paling
murah dan memegang peranan penting dalam membangkitkan rasa
lezat. Selain itu juga berfungsi menurunkan suhu penggulalian dalam
adonan, garam juga memegang peranan penting dalam menimbulkan
warna kerak (Wheat Assosiates, 1981). Dalam pembuatan kue pukis
garam digunakan untuk mempertegas rasa dan membangkitkan aroma
kue.
3. Proses Pembuatan Kue Pukis
Kue pukis adalah jenis kue basah yang dibuat dengan cara
dipanggang. Berikut ini merupakan tahap-tahap pembuatan kue pukis.
a. Tahap pembuatan adonan
8
Pembuatan adonan kue pukis dimulai dengan pengocokan telur
dan gula hingga mengembang, penambahan tepung, margarine, santan
dan bahan lain. Pada adonan, udara lebih terikat pada lapisan lemak
dari pada air, tetapi pada suhu 37-40 0C udara bergerak dari lapisan
lemak ke lapisan air. Adonan dicampur dengan pengocok dengan
kecepatan rendah sampai bahan yang kering menjadi basah dan
homogen, kemudian pada kecepatan tinggi selama 5-8 menit.
b. Tahap fermentasi
Pada tahap ini bertujuan untuk mengembangkan volume dan
keseragaman pori. Volume kue yang dihasilkan dari adonan tepung
terigu sangat tergantung dari jumlah dan mutu gluten yang terbentuk
selama adonan dibuat. Dengan penambahan khamir Saccharomyces
cerevisiae, pengembangan kue meningkat karena adanya gas
karbondioksida yang dihasilkan khamir selama fermentasi.
Penambahan gula dalam adonan lebih meningkatkan pengembangan
adonan secara nyata, karena gula merupakan substrat yang dibutuhkan
khamir dalam kehidupannya. Fermentasi gula oleh ragi dapat
menghasilkan etil alkohol (etanol) dan CO2., dimana gluten pada
tepung terigu akan menahan CO2 sehingga volume adonan akan
meningkat.
c. Tahap pemanggangan
Adonan yang sudah siap dituangkan dalam cetakan untuk
mendapatkan ukuran dan bentuk yang seragam dan selanjutnya
dilakukan pemanggangan. Pada saat pemanggangan terjadi reaksi
pencoklatan yang berlangsung antara protein dengan gula dalam
adonan yang menimbulkan warna coklat pada permukaan kue. Reaksi
pencoklatan dikenal dengan reaksi Maillard. Ini diinginkan terjadi
bukan hanya karena warnanya tetapi juga karena terbentuknya citarasa
yang khas.
Reaksi pencoklatan ini dimulai dengan reaksi antar aldosa,
yaitu gula pereduksi dengan asam amino menghasilkan suatu produk
glukosilamin. Produk ini selanjutnya mengalami perubahan yang
9
disebut Amadori rearrangement menghasilkan 1-amino 1-deoksi 2-
ketosa (1,2-enol) yang dapat berubah tergantung pada kondisi reaksi.
Pada pertengahan proses pemanggangan, seluruh udara terikat
pada lapisan air yang sudah mengental. Akhirnya pada tahap akhir
struktur kue terbentuk akibat panas yang menyebabkan
terkoagulasinya protein telur dan gelatinisasi pati (Widowati, 2003).
Telur
Semakin maju suatu masyarakat semakin tinggi konsumsi telur orang
per tahunnya. Sebagai contoh, Amerika Serikat memiliki konsumsi telur
tertinggi di dunia yaitu 314 butir/orang/tahun, Inggris 290 butir/orang/tahun,
Jepang 269 butir/orang/tahun. Sedangkan Indonesia baru mencapai 15-60
butir /orang/tahun. Konsumsi telur di Indonesia bila dihitung kira-kira sama
dengan konsumsi 195 gr protein dan 130 gr/orang/tahun yang berasal dari
telur (Winarno, 1993).
Telur ayam merupakan suatu kapsul alami yang padat dengan gizi
yang tinggi dan lengkap susunannya. Karena itu, sebagai bahan makanan
telur memiliki reputasi yang tinggi, meskipun sejak lama telur banyak
dikaitkan dengan makan pagi, kini telur juga dikonsumsi sebagai bagian menu
lain.
Dalam dunia kuliner, telur sangat penting kegunaannya dalam masak-
memasak, karena mudah dimasak, cepat matang, praktis, dan dapat
dihidangkan untuk segala umur. Selain itu telur dapat berfungsi sebagai
pengental, perekat atau pengikat, pelembut atau pengempul, dan pengembang
suatu masakan di samping sebagai penambah aroma dan zat gizi (Tarwotjo,
1998).
Telur juga merupakan sumber yang penting bagi asam lemak tidak
jenuh, khususnya asam oleat, besi, fospor, mineral mikro, vitamin A, E dan K
dan vitamin B, termasuk vitamin B12. Karena itu, telur sangat baik untuk
pertumbuhan tulang anak yang sedang tumbuh. Kelemahan telur hanyalah
karena rendahnya kadar Ca dan praktis kandungan vitamin C-nya tidak ada
sama sekali. Karena tingginya nilai gizi, rendahnya nilai kalori (168/100 gr)
10
dan mudahnya di cerna, telur sangat berharga untuk hidangan bagi orang
dewasa yang sedang sembuh dari sakit (Winarno, 1993)
Secara umum, telur terdiri atas 3 komponen pokok, yaitu kulit telur
atau cangkang (± 11% dari berat total telur), putih telur (± 57% dari berat total
telur) dan kuning telur (± 32% dari berat total telur). Adapun komposisi
pembentuk telur dapat dilihat pada tabel 3 berikut:
TABEL 3
KOMPOSISI TELUR
Komponen Seluruh
Telur
Putih Telur Merah Telur
• Air (%)
• Protein
(%)
• Lemak
(%)
• Zat besi
(%)
• Vitamin
73,7
13,4
10,0
-
-
87,8
10 (Albumin,
Ovoglobulin,
Mucin)
0,05
0,0001
Riboflavin
49,05
16,7 (Phospor)
31,6 Lechitin, cholesterol
0,0087
Riboflavin, Vitamin A,
dan Thiamin
Sumber: Suprapti, 2002
Protein telur bernilai biologis tinggi karena merupakan sumber protein
utama. Mutu protein ditentukan oleh komposisi asam aminonya. Komponen
dan kandungan asam amino essensial yang terdapat dalam telur antara lain
tryptophan 1,0 mg, isoleucine 3,7 mg, leucine 5,4 mg, lysine 5,4 mg,
methionin dan cystine 3,7 mg, phenylalanin dan tyrosin 4,7 mg, threonin 3,1
mg dan valin 3,9 mg (Syarief dan Halid, 1993)
Sedangkan kandungan unsur gizi dan kalori dalam telur ayam dapat
dilihat dalam tabel berikut.
11
TABEL 5
KANDUNGAN UNSUR GIZI SERTA KALORIDALAM TELUR AYAM
No. Unsur GiziKadar per 100 g Bahan
Putih Telur Ayam Kuning Telur Ayam
1. Energi (Kal) 46,00 355,00
2. Air (g) 87,80 49,40
3. Protein (g) 10,80 16,30
4. Lemak (g) 0 31,90
5. Karbohidrat (g) 0,80 0,70
6. Mineral (g) 0,60 1,70
7. Kalsium (mg) 6,00 1470
8. Fosfor (mg) 17,00 586,00
9. Besi (mg) 0,20 7,20
10. Vitamin A (mg) 0 600,00
11. Vitamin B (mg) 0,01 0,27
12. Vitamin C (mg) 0 0Sumber : Suprapti, 2002
Bagian putihnya (albumin) merupakan sumber protein dengan kadar
10-11 % sedang bagian kuningnya (yolk) tidak saja merupakan sumber lemak
(35 %) tetapi juga merupakan sumber kalsium dan besi. Meskipun telur
mengandung 74 % air, tetapi telur merupakan sumber yang kaya akan protein
bermutu tinggi. Karena tingginya nilai gizinya, berbagai ahli gizi
menggunakan telur sebagai standar untuk mengukur mutu jenis makanan
lainnya.
Protein yang terkandung di dalam telur, secara umum sangat
mempengaruhi sifat telur. Adapun sifat telur adalah sebagai berikut :
12
1. Sangat peka terhadap pengaruh asam dan pemanasan
(terjadi koagulasi dan denaturasi)
2. Bila dikocok akan berbuih dan mengembang, namun bila
pengocokan berlebihan maka akan terjadi denaturasi sehingga mengempis
kembali.
3. Dalam putih telur mentah dan setengah matang terkandung
beberapa jenis protein di antaranya adalah lysazyne, yang bila dimakan
akan terserap langsung ke dalam darah akan berfungsi sebagai zat anti gizi
4. Jenis protein lain yang terdapat dalam telur mentah adalah
avidin, avidin tersebut bersifat racun, dan akan hilang apabila telur
tersebut dimasak (digoreng, direbus, dikukus).
Tepung Telur
Tepung telur pada dasarnya masih merupakan telur mentah juga,
namun sudah dihilangkan sebagian besar kandungan airnya sehingga hanya
tersisa + 10 % saja melalui proses pengeringan. Dalam bentuk tepung selain
awet, juga diperoleh beberapa keuntungan antara lain volume bahan jauh lebih
kecil sehingga menghemat ruang penyimpanan, pendistribusian atau
pengangkutan lebih mudah dilakukan (ringan, ringkas atau tidak memakan
banyak tempat, dan tidak mungkin pecah), jangkauan pemasaran lebih luas,
penggunaannya lebih beragam dan dapat ditentukan secara tepat tanpa ada
risiko kelebihan atau tersisa (Suprapti, 2002).
Putih telur dalam bentuk kering atau tepung kandungan proteinnya
lebih banyak yaitu sekitar 83 % dibanding dalam bentuk air yang hanya
mengandung 10 - 11 % saja (Deman, 1997). Sifat fungsional dalam
pembuatan tepung telur sangat penting untuk dipertahankan karena akan
menentukan kemampuan tepung telur untuk digunakan dalam pembuatan
makanan olahan. Daya emulsi, daya koagulasi dan warna tepung telur
umumnya tidak banyak berbeda dibandingkan dengan keadaan segarnya.
1. Jenis Tepung Telur
13
Tepung telur dapat dibedakan menjadi 3 macam yaitu tepung putih
telur, tepung kuning telur dan tepung telur utuh (campuran putih telur dan
kuning telur). Tepung putih telur ialah hasil pengeringan cairan putih telur
yang bebas kuning telur. Umumnya dikeringkan dengan pengeringan lapis
tipis atau pengeringan busa, karena sifat putih telur yang relatif tidak tahan
panas.
Tepung kuning telur umumnya tidak 100 persen terbuat dari kuning
telur, karena sangat sulit memisahkan kuning telur dan putih telur,
biasanya merupakan campuran dari 80 persen kuning telur dan 20 persen
putih telur. Dalam proses pembuatannya, biasanya digunakan pengering
semprot (spray drier). Sedangkan tepung telur utuh terbuat dari campuran
kuning dan putih telur dengan proporsi alamiah telur segar.
Indonesia belum mempunyai standar mutu untuk tepung telur, tetapi
parameter-parameter mutu tepung telur yang diutamakan ialah kadar air
(< 5 %), kadar lemak, kadar protein, warna, aroma dan tidak adanya
Salmonella. Kadar gula yang dikehendaki maksimal 0,1 persen, karena
gula dapat menyebabkan reaksi pencoklatan selam penyimpanan. Keadaan
ini dapat diatasi dengan mengurangi kandungan glukosa dalam cairan telur
sebelum dikeringkan dengan cara fermentasi menggunakan ragi
Saccharomyces cereviciae, bakteri Streptococcus lactis atau enzim
glukosa oksidase (Rahardi, 2004).
TABEL 6
KOMPOSISI GIZI TEPUNG TELUR
Zat Gizi KadarProtein (%)
Lemak (%)
Karbohidrat (%)
Mineral (%)
Total padatan (%)
Air (%)
48,5
43,5
-
4,5
96,5
3,5Sumber : Syarief dan Halid, 1993.
Pengeringan telur dapat membunuh 99,9 persen mikroorganisme
termasuk Salmonella sp, bakteri coliform seperti Proteus sp dan
14
Pseudomonas sp, juga sebagian besar kapang dan khamir (Syarief dan
Halid, 1993).
2. Penggunaan Tepung Telur
Sebelum digunakan sebagai bahan pangan, umumnya tepung telur
diubah menjadi bentuk cair lebih dahulu agar dapat menghasilkan adonan
yang lunak. Penambahan air dilakukan sampai keadaan seperti cairan yang
dihasilkan dari telur segar.
Tepung putih telur yang dihasilkan dari pengering semprot banyak
dimanfaatkan sebagai pelapis kue, sebagai bahan pada kue yang
memerlukan daya busa tinggi dalam pembuatannya, juga banyak
digunakan dalam industri permen. Untuk tepung kuning telur banyak
digunakan dalam pembuatan roti, kue lapis, donat, kue kering,
mayonnaise, mie telur dan lain-lain. Sedangkan tepung telur utuh cocok
digunakan dalam pembuatan mayonnaise, kue, mie telur, telur dadar,
makanan bayi, makanan kaleng lain dan bermacam-macam makanan
ringan (Rahardi, 2004).
3. Teknik Penyimpanan
Telur dalam bentuk tepung mempunyai umur simpan yang relatif
cukup lama walaupun dalam kondisi tropis. Kerusakan yang terjadi selama
penyimpanan ialah perubahan warna, timbulnya aroma atau bau yang
menyimpang dan menurunnya kelarutan tepung telur. Perubahan aroma
disebabkan oleh suhu penyimpanan yang terlalu tinggi. Oleh karena itu
maka tepung telur sebaiknya disimpan dalam kaleng bebas hama dan
dalam keadaan tertutup, kondisi ruang penyimpanan bersih dan bebas
aroma lain, suhu ruang penyimpanan sebaiknya kurang dari 10 0C. Tepung
telur umumnya mempunyai masa simpan sekitar satu tahun. Semakin
rendah kandungan glukosa dalam tepung telur, daya simpannya akan
semakin meningkat (Rahardi, 2004).
Protein
Protein merupakan suatu zat makanan yang sangat penting bagi tubuh,
karena protein berfungsi sebagai zat pembangun dan zat pengatur. Protein
15
adalah sumber asam-asam amino yang mengandung unsur C, H, O dan N yang
tidak dimiliki oleh lemak atau karbohidrat. Molekul protein mengandung pula
fosfor, belerang dan ada jenis protein yang mengandung unsur logam seperti
besi dan belerang. Fungsi utama protein bagi tubuh ialah untuk membentuk
jaringan baru dan mempertahankan jaringan yang telah ada. Protein juga dapat
digunakan sebagai bahan bakar apabila kebutuhan energi tubuh tidak
terpenuhi dari karbohidrat dan lemak (Winarno, 2004).
Protein dalam bahan makanan yang dikonsumsi manusia akan diserap
oleh usus dalam bentuk asam amino. Sampai sekarang baru dikenal 24 macam
asam amino yang dapat digolongkan menjadi 2 kelompok yaitu asam amino
eksogen dan asam amino endogen. Asam amino endogen dapat dibentuk
dalam tubuh manusia, sedangkan 10 asam amino eksogen tidak dapat dibentuk
oleh tubuh manusia, karena itu disebut asam amino esensial, artinya harus
didapatkan dari makanan sehari-hari. Yang tergolong asam amino esensial
adalah lisin, leusin, isoleusin, treonin, motionin, valin, fenilalanin, histidin,
dan arginin (Winarno, 1993).
Berdasarkan sumbernya, protein pangan dibagi menjadi dua yaitu,
protein hewani dan protein nabati. Protein hewani merupakan protein yang
mempunyai nilai biologis tinggi sedangkan protein nabati kecuali kedelai
umumnya bernilai biologis rendah (Nursanyoto, 1992).
Mutu protein dinilai dari perbandingan asam-asam amino yang
terkandung dalam protein tersebut. Protein yang berasal dari hewani seperti
daging, telur, dan susu dapat menyediakan asam-asam amino esensial dalam
suatu perbandingan yang menyamai kebutuhan manusia, karenanya disebut
protein dengan mutu tinggi. Protein tergolong bermutu rendah apabila terdapat
asam amino pembatas, misalnya pada serealia, asam amino pembatasnya
adalah lisin, sedangkan pada leguminosa (kacang-kacangan) biasanya asam
amino metionin (Winarno, 2004)
Di samping peranannya sebagai komponen gizi yang penting, beberapa
protein memiliki kemampuan untuk membentuk gel, buih serta emulsi.
Demikian juga sebagian protein berperan dalam memperbaiki warna dan rasa
melalui reaksi Maillard, yaitu rekasi pencoklatan. Meskipun telur mengandung
16
74 % air, tetapi telur merupakan sumber yang kaya akan protein bermutu
tinggi. Karena tingginya nilai gizi telur, berbagai ahli gizi menggunakan telur
sebagai standart untuk mengukur mutu jenis makanan lainnya. Protein telur,
ovalbumin dan terutama globulin berperan penting dalam pembentukan buih.
Sedangkan ovomusin bertindak sebagai stabilisator segera setelah buih
terbentuk. Protein telur membentuk batas yang elastis di antara udara dan
cairan karena terkoagulasi sebagian. Itulah sebabnya maka udara dapat ditahan
lebih lama, sifat inilah yang dimanfaatkan dalam berbagai kue yang
memerlukan pengembangannya. (Winarno, 1993)
Protein gandum atau terigu memiliki sifat yang istimewa karena dapat
menghasilkan adonan yang dapat menahan gas, dan dapat berkembang secara
elastis ketika gas menuai pada waktu proses pembakaran. Sifat itu disebabkan
sifat gluten yang terhidrasi dan mengembang bila tepung terigu bila dicampur
dengan air. Proses terebut berlangsung ketika adonan diaduk dan akhirnya
terbentuk massa tiga dimensi dari protein gluten yang memiliki viskositas
yang elastis. Suatu sifat yang dikehendaki dalam pembuatan kue atau roti.
Dengan pemanasan protein dapat mengalami denaturasi, artinya
strukturnya berubah dari bentuk anting ganda yang kuat menjadi kendur dan
terbuka, sehingga memudahkan bagi enzim pencernaan untuk menghidrolisis
dan memecahnya menjadi asam-asam amino (Winarno, 1993). Denaturasi
dapat merubah sifat protein menjadi sukar larut dan makin kental. Keadaan ini
disebut koagulasi. Koagulasi dapat ditimbulkan dengan pemanasan, asam,
enzim, perlakuan mekanis, garam (Gaman dan Sherrington, 1994)
Sifat Organoleptik
Dalam pengujian sifat organoleptik menggunakan uji kesukaan
(hedonik), para panelis diminta memberikan penilaiannya meliputi rasa,
aroma, warna dan tekstur menurut skala hedonic.
4. Rasa
Rasa makanan dapat dikenali dan dibedakan oleh kuncup-kuncup
cecapan yang terletak pada papila yaitu bagian noda merah jingga pada
lidah. Rasa dipengaruhi oleh beberapa faktor, yaitu senyawa kimia, suhu,
17
konsentrasi, dan interaksi dengan komponen rasa yang lain. Sumber rasa
manis terutama adalah gula, sedangkan rasa asin berasal dari garam-garam
organik, yang umum adalah NaCl murni. Selain itu suhu makanan akan
mempengaruhi kemampuan kuncup cecapan untuk menangkap rangsangan
rasa. Makanan yang terlalu panas akan membakar lidah dan merusak
kepekaan kuncup cecapan, sedangkan makanan yang dingin dapat
membius kuncup sehingga tidak peka lagi (Winarno, 2004).
Pada kue pukis mempunyai rasa yang manis yang berasal dari gula
dan ragi dengan adanya proses fermentasi yang menimbulkan citarasa
yang khas pada kue pukis. Penambahan garam pada pembuatan kue pukis
dapat menimbulkan rasa gurih dan mempertegas rasa serta dapat
membangkitkan aroma.
5. Aroma
Istilah aroma diartikan sebagai sensasi bau yang ditimbulkan oleh
rangsangan kimia senyawa volatil yang tercium oleh syaraf-syaraf
olfaktori yang berada di rongga hidung ketika bahan pangan masuk ke
mulut. Sensasi atau rangsangan tersebut senantiasa akan menimbulkan
kelezatan, yang kemudian dapat mempengaruhi tingkat atau daya terima
panelis atau konsumen terhadap suatu produk pangan tertentu.
Timbulnya aroma pada bahan yang berbeda tidak sama. Reaksi
browning enzimatik maupun non-enzimatik juga menghasilkan bau atau
aroma yang kuat misalnya pencoklatan pada reaksi Maillard karena proses
pamanggangan.
6. Warna
Faktor warna akan tampil lebih dahulu dalam penentuan mutu
bahan makanan dan kadang-kadang sangat menentukan. Suatu bahan
makanan yang dinilai bergizi, enak, dan teksturnya sangat baik tidak akan
dimakan apabila memiliki warna yang tidak sedap dipandang atau
memberi kesan telah menyimpang dari warna yang seharusnya. Selain itu
warna juga dapat digunakan sebagai indikator kesegaran atau kematangan.
Baik atau tidaknya cara pencampuran atau cara pengolahan dapat ditandai
dengan adanya warna yang seragam dan merata.
18
Warna kecoklatan yang dihasilkan pada kulit kue pukis
merupakan reaksi browning non-enzimatis antara gula dengan protein dari
tepung yang biasa di sebut dengan reaksi Maillard pada proses
pemanggangan (Winarno, 2004).
7. Tekstur
Menurut Winarno (1993), tekstur dan konsistensi suatu bahan akan
mempengaruhi citarasa yang ditimbulkan oleh bahan tersebut. Dari
penelitian-penelitian yang dilakukan diperoleh bahwa perubahan tekstur
atau viskositas bahan dapat mengubah rasa dan bau yang timbul karena
dapat mempengaruhi kecepatan timbulnya rangsangan terhadap sel
reseptor olfaktori dan kelenjar air liur.
Tekstur yang baik dari kue pukis apabila mempunyai tingkat
keempukan yang maksimal dan kondisi ini dapat dicapai ketika proses
fermentasi oleh ragi adonan dapat mengembang maksimal. Hal ini
dipengaruhi oleh kandungan dan mutu gluten yang terdapat pada tepung
terigu yang digunakan pada pembuatan kue pukis. Mutu dan jumlah gluten
pada tepung terigu akan menentukan bagus tidaknya tekstus kue yang
dihasilkan.
B. Kerangka Konsep
19
Variabel yang dikendalikanJumlah dan merk tepung terigu
Jumlah telurJumlah dan merk margarine
Jumlah dan merk ragiJumlah gula pasir
Jumlah santanLama pemeraman
Waktu dan suhu pemanggangan
Kue Pukis
Kue Pukis
Hipotesa
Ada pengaruh variasi penambahan tepung telur terhadap kadar protein
dan sifat organoleptik kue pukis.
20
Variabel yang mempengaruhi
Variasi penambahan tepung telur :
0 %, 5 %, 10 %, 15 %, 20 %
Variabel yang dipengaruhi Kadar protein
Sifat organoleptik