jenis vektor
DESCRIPTION
vTRANSCRIPT
Vektor adalah anthropoda yang dapat menimbulkan dan menularkan suatu
Infectious agent dari sumber Infeksi kepada induk semang yang rentan. Bagi dunia
kesehatan masyarakat, binatang yang termasuk kelompok vektor yang dapat
merugikan kehidupan manusia karena disamping mengganggu secara langsung juga
sebagai perantara penularan penyakit, seperti yang sudah diartikan diatas. Adapun
dari penggolongan binatang ada dikenal dengan 10 golongan yang dinamakan
phylum diantaranya ada 2 phylum sangat berpengaruh terhadap kesehatn manusia
yaitu phylum anthropoda seperti nyamuk yang dapat bertindak sebagai perantara
penularan penyakit malaria, demam berdarah, dan phylum chodata yaitu tikus sebagai
pengganggu manusia, serta sekaligus sebagai tuan rumah (hospes), pinjal Xenopsylla
cheopis yang menyebabkan penyakit pes. Sebenarnya disamping nyamuk sebagai
vektor dan tikus binatang pengganggu masih banyak binatang lain yang berfungsi
sebagai vektor dan binatang pengganggu.
Jenis Vektor :
Tikus termasuk rodent, yaitu mamalia yang sangat merugikan,
mengganggu kehidupan serta kesejahteraan manusia, tetapi relatif bisa hidup
berdampingan dengan manusia. Tikus merupakan hewan yang merugikan bagi
manusia. Tikus adalah hewan yang termasuk hewan vertebrata kecil (small
vertebrate animal) yang mempunyai sejumlah kemampuan fisik dan intelegensi
yang tinggi. Tikus hewan mengerat yang sangat merugikan manusia, selain
merugikan tikus juga bertindak sebagai sumber/reservoir, penyebar (spreader)
dan penular (transmitter) berbagai jenis penyakit (Santoso, 2009). Tikus adalah
mamalia yang termasuk dalam suku Muridae. Spesies tikus yang paling dikenal
adalah mencit (Mus spp.) serta tikus got (Rattus norvegicus) yang ditemukan
hampir di semua negara dan merupakan suatu organisme model yang penting
dalam biologi, juga merupakan hewan peliharaan yang populer. Tikus diketahui
dapat mengirimkan sejumlah penyakit langsung (melalui gigitan) atau tidak
langsung melalui gigitan parasit yang ditemukan pada tikus atau oleh
kontaminasi makanan dengan urin atau feses.
Tikus mempunyai penglihatan yang buruk tetapi mempunyai panca indera
seperti penciuman yang tajam, meraba, mendengar. Pada malam hari tikus
bergerak di pandu oleh rambut, kumis yang panjang peka terhadap sentuhan.
Tikus senang dengan bau harum, khususnya yang berasal dari makanan
manusia. Kebiasaan waktu makan adalah pada malam hari, tikus tidak seang di
tempat – tempat yang ramai misalnya gaduh oleh suara mesin melainkan
senang di tempat – tempat penyimpanan makanan. Kesukaan mencari makan
adalah seperti di tempat sampah, lemari, selokan dan dapur. Umur hidup
seekor tikus rata – rata mencapai 1 tahun dan pembiakan cepat terjadi selama
musim hujan, apabila terdapat banyak makanan dan tempat untuk berlindung.
Tikus sebagian besar berada di rumah, di perkebunan atau di sawah
sebagai hama. Tikus yang berada di rumah membuat berbagai macam masalah
yang menyebabkan penyakit tertentu. Binatang pengerat tersebut dapat masuk
di sudut rumah. Mereka dapat menghasilkan sampah juga membuang kotoran
di rumah rumah yang menjadi sarang tikus. Tikus juga dapat masuk ke dapur
dan buang air kecil di sekitar peralatan masak dan bahan makanan. Akibatnya
jika peralatan tidak dicuci dengan baik dan juga jika makanan yang tercemar
oleh tikus dapat menyebabkan penyakit berbahaya. keberadaan tikus di rumah
– rumah harus di kontrol secara rutin agar tidak terjadi penyakit yang tidak di
inginkan.Tikus dapat menyebabkan banyak kerusakan di dalam rumah. Tikus
juga dapat menghancurkan peralatan listrik dan elektronik.
Selain itu tikus merupakan hama penting yang menimbulkan kerugian
bagi tanaman pertanian baik dilapangan maupun hasil pertanian dalam
penyimpanan. Jenis tanaman yang sering mendapat serangan hama tikus
adalah padi, jagung, kedelai, kacang tanah dan ubi-ubian.Jenis tikus yang banyak
menimbulkan kerugian adalah Rattus Argentiventer (tikus sawah) dan Rattus diardi
yang menimbulkan kerusakan hasil dalam simpanan. Dalam pengendalian tikus
diperlukan strategi yang dapat memadukan semua teknik pengendalian yang
kompatibel menjadi satu kesatuan program, sehingga populasi hama tikus selalu
berada pada tingkat yang tidak menimbulkan kerugian ekonomi, menghasilkan
keuntungan optimal bagi produsen serta aman bagi produsen, konsumen dan
lingkungan.
Cara Hidup Vektor:
Kebiasaan – kebiasaan tikus:
Tikus mempunyai penglihatan yang buruk tetapi mempunyai panca
indera seperti penciuman yang tajam, meraba, mendengar. Pada malam hari
tikus bergerak di pandu oleh rambut, kumis yang panjang peka terhadap
sentuhan. Tikus senang dengan bau harum, khususnya yang berasal dari
makanan manusia. Kebiasaan waktu makan adalah pada malam hari, tikus
tidak seang di tempat – tempat yang ramai misalnya gaduh oleh suara mesin
melainkan senang di tempat – tempat penyimpanan makanan. Kesukaan
mencari makan adalah seperti di tempat sampah, lemari, selokan dan dapur.
Umur hidup seekor tikus rata – rata mencapai 1 tahun dan pembiakan cepat
terjadi selama musim hujan, apabila terdapat banyak makanan dan tempat
untuk berlindung.
Penyakit yang ditimbulkan:
Tikus diketahui dapat mengirimkan sejumlah penyakit langsung (melalui
gigitan) atau tidak langsung melalui gigitan parasit yang ditemukan pada tikus atau
oleh kontaminasi makanan dengan urin atau feses. Berikut adalah beberapa penyakit
yang disebabkan oleh tikus, Leptospirosis, plague/penyakit pes, Sindrom hantavirus
paru (HPS), Rat-gigitan demam (RBF).
1. PES
Pes atau sampar adalah penyakit yang disebabkan oleh bakteri Yersinia
Pestis. Penyakit ini di alam bebas merupakan penyakit yang khas pada tikus dan
hewan pengerat lain yang ditularkan pada manusia (Santoso, 2009). Sedangkan
menurut Depkes RI (1998) penyakit pes termasuk dalam penyakit Zoonosa. Penyakit
ini adalah penyakit yang terdapat pada hewan rodent dan dapat menularkan pada
manusia melaui gigitan pinjal. Penyakit pes penyakit yang disebabkan oleh gigitan
pinjal. Pinjal adalah hewan yang termasuk Ordo Siphonaptera, berbentuk pipih lateral
(samping) lateral kanan kiri (dextra-sinistra,latero-lateral), pinjal dewasa berukuran
1,5 – 4 mm, berwarna cokelat muda atau cokelat tua, tubuh terbagi menjadi 3 bagian :
kepala (caput, cephalus), dada (thorax) dan perut (abdomen) yang terbagi secara jelas,
tidak bersayap, bertungkai panjang terutama sepasang tungkai belakang (mampu
melompat tinggi dan jauh), serta dilengkapi sisir sisir pada dua tempat : Genal comb
dan thoracal comb. Pinjal berberak aktif diantara rambut-rambut hospes. Pada tikus
dan mencit pinjal memparasit dan berada hampir diseluruh permukaan tubuh hospes
yang ditumbuhi rambut. Pinjal dewasa hidup sebagai parasit, yang muda (pra dewasa)
hidup ditanah atau daun semak semak ataupun diliang liang menunggu tikus lewat
untuk ditumpangi (Santoso, 2009).
Penyakit pes pertama kali masuk Indonesia pada tahun 1910 melalui Tanjung
Perak, Surabaya, kemudian tahun 1916 melalui pelabuhan Tanjung Mas, Semarang,
tahun 1923 melalui pelabuhan Cirebon dan pada tahun 1927 melalui pelabuhan
Tegal. Korban manusia meninggal karena pes dari 1910-1960 tercatat 245.375 orang,
kematian tertinggi terjadi pada tahun 1934, yaitu 23.275 orang.
Penyakit pes merupakan salah satu penyakit menular yang termasuk dalam
UU nomor 4 tahun 1984 tentang penyakit menular/ wabah, Peraturan Menteri
Kesehatan RI nomor 560/Menkes/Per/VIII/1989 tentang jenis penyakit tertentu yang
dapat menimbulkan wabah, tata cara penyampaian laporannya dan tata cara
seperlunya tentang pedoman penyelidikan epidemiologi dan penanggulangan
Kejadian Luar Biasa serta International Classification of Disease ( ICD ). Di
Indonesia telah diupayakan penanggulangan penyakit per melalui beberapa kegiatan
yang mendukung, seperti surveilans trapping, surveilans human, pengamnilan dan
pengiriman spesies, pengadaan obat-obatan dan Disponsible syringe, dan pengadaan
metal life trap.
Penyebaran penyakit plague/pes Plague, disebut juga penyakit pes, adalah
infeksi yang disebabkan bakteri Yersinia pestis (Y. pestis) dan ditularkan oleh kutu
tikus (flea), Xenopsylla cheopis. Pess terbagi menjadi 2 yaitu :
Pes Bubo
Pes Bubo merupakan penyakit yang mempunyai gejala demam tinggi, tubuh dingin,
menggigil, nyeri otot, sakit kepala hebat, dan ditandai dengan pembengkakan kelenjar
getah bening di pangkal paha, ketiak dan leher (bubo). Pada pemeriksaan cairan bubo
di laboratorium ditemukan kuman pes (Yersinis pestis).
Pes Pneumonik
Pes pneumonik adalah penyakit yang mempunyai gejala batuk secara tiba-tiba dan
keluar dahak, sakit dada, sesak nafas, demam, muntah darah. Pada pemeriksaan
sputum atau usap tenggorok ditemukan kuman pes (Yersinis pestis), dan apabila
diperlukan dilakukan pemeriksaan darah untuk menemukan zat antinya.
2. Leptospirosis
Sebenarnya adalah penyakit pada binatang yang bisa menjangkiti manusia juga (zoonosis).
Sering dianggap sebagai penyakit pasca banjir karena sering muncul setelah banjir, atau di
daerah-daerah sehabis kebanjiran. Meskipun masyarakat kita belum lama mengenal
leptospirosis, setelah timbul wabah di beberapa kota yang kebanjiran beberapa waktu yang
lalu, tetapi sebenarnya ini bukan penyakit baru.
Leptospirosis adalah penyakit akibat bakteri Leptospira sp. yang dapat ditularkan dari hewan
ke manusia atau sebaliknya (zoonosis). Leptospirosis dikenal juga dengan nama Penyakit
Weil, Demam Icterohemorrhage, Penyakit Swineherd's, Demam pesawah (Ricefield fever),
Demam Pemotong tebu (Cane-cutter fever), Demam Lumpur, Jaundis berdarah, Penyakit
Stuttgart, Demam Canicola, penyakit kuning non-virus, penyakit air merah pada anak sapi,
dan tifus anjing.
Penyakit ini pertama kali dilaporkan pada tahun 1886 oleh Adolf Weil dengan
gejalapanas tinggi disertai beberapa gejala saraf serta pembesaran hati dan limpa. Penyakit
dengan gejala tersebut di atas oleh Goldsmith (1887) disebut sebagai Weil’s Disease. Pada
tahun 1915 Inada berhasil membuktikan bahwa “Weil’s Disease” disebabkan oleh
bakteriLeptospira icterohemorrhagiae. Penyakit ini merupakan penyakit infeksi yang bersifat
umum pada berbagai spesies hewan peliharaan. Leptospirosis juga ditemukan pada berbagai
hewan liar, terutama pada binatang pengerat, yang biasanya berlaku sebagai hewan pembawa
penyakit.
Selama 1 Februari - 9 Maret 2004, telah dirawat 13 orang penderita leptospirosis,
tiga orang di antaranya meninggal. Gejala leptospirosis hampir sama dengan DBD.
Suhu badan panas selama 2-10 hari, menggigil, sakit kepala dan otot pada betis serta
mata tampak merah atau kekuning-kuningan.
I. Apa Itu Lestospirosis
Leptospirosis sesungguhnya tergolong penyakit hewan yang bisa menjangkiti
manusia juga, atau disebut zoonosis. Leptospirosis adalah penyakit yang disebabkan
oleh infeksi bakteri Leptospira berbentuk spiral yang menyerang hewan dan manusia
dan dapat hidup di air tawar selama lebih kurang 1 bulan. Tetapi dalam air laut,
selokan dan air kemih yang tidak diencerkan akan cepat mati. Di dunia kedokteran
veteriner, penyakit ini bukan asing lagi, bahkan telah lama sekali dikenal. Vaksinasi
hewan piaraan terhadap penyakit leptospirosis pun telah rutin dilakukan.
II. Sumber Penularan
Penyebabnya bakteri Leptospira. Kuman ini hidup dan berbiak di tubuh hewan.
Semua binatang dapat terjangkiti. Paling banyak tikus dan hewan pengerat lainnya,
selain binatang ternak. Binatang piaraan, dan hewan liar pun adakalanya dapat
terjangkiti pula. Leptospira yang telah diketahui dari aspek imunologiknya banyak
mempunyai serovars, sekitar 175 serovars. Di antara serovars sedikit saja yang
memiliki kekebalan silang. Infeksi oleh leptospira dapat oleh satu atau lebih serovars.
Pada binatang, serovars yang sering ditemukan adalah L. hardjo, L. Pamona, L.
grippotyphosa, L. Canicola, dan L. Ichterohaemorrhagiae. Masa tunas leptospirosis
sekitar 10 hari. Dua pekan sehabis banjir reda di Jakarta, saat korban banjir
membersihkan bekas endapan banjir, kasus leptospirosis muncul. Boleh jadi kuman
ada dalam air kotor yang disisakan banjir.
Hewan yang menjadi sumber penularan adalah tikus (rodent), babi, kambing, domba,
kuda, anjing, kucing, serangga, burung, kelelawar, tupai dan landak. Sedangkan
penularan langsung dari manusia ke manusia jarang terjadi.
III. Cara Penularan
Manusia terinfeksi leptospira melalui kontak dengan air, tanah atau tanaman yang
telah dikotori oleh air seni hewan yang menderita leptospirosis. Bakteri masuk ke
dalam tubuh manusia melalui selaput lendir (mukosa) mata, hidung, kulit yang lecet
atau atau makanan yang terkontaminasi oleh urine hewan terinfeksi leptospira. Masa
inkubasi selama 4 - 19 hari.
IV. Gejala Klinis
1. Stadium Pertama
Demam menggigil
Sakit kepala
Malaise
Muntah
Konjungtivitis
Rasa nyeri otot betis dan punggung
Gejala-gejala diatas akan tampak antara 4-9 hari
Gejala yang Kharakteristik
Konjungtivitis tanpa disertai eksudat serous/porulen (kemerahan pada mata)
Rasa nyeri pada otot-otot
2. Stadium Kedua
Terbentuk anti bodi di dalam tubuh penderita
Gejala yang timbul lebih bervariasi dibandingkan dengan stadium pertama
Apabila demam dengan gejala-gejala lain timbul kemungkinan akan terjadi
meningitis.
Stadium ini terjadi biasanya antara minggu kedua dan keempat.
V. Komplikasi Leptospirosis
Pada hati : kekuningan yang terjadi pada hari ke 4 dan ke 6
Pada ginjal : gagal ginjal yang dapat menyebabkan kematian.
Pada jantung : berdebar tidak teratur, jantung membengkak dan gagal jantung
yang dapat mengikabatkan kematian mendadak.
Pada paru-paru : batuk darah, nyeri dada, sesak nafas.
Perdarahan karena adanya kerusakan pembuluh darah dari saluran pernafasan,
saluran pencernaan, ginjal, saluran genitalia, dan mata (konjungtiva).
Pada kehamilan : keguguran, prematur, bayi lahir cacat dan lahir mati.
VI. Pencegahan
Kuman leptospira mampu bertahan hidup beberapa bulan di air dan tanah,
tetapi mati oleh desinfektan, seperti lisol. Oleh karena itu, upaya “lisolisasi” seluruh
permukaan lantai, dinding, dan bagian rumah yang diperkirakan tercemar air kotor
banjir yang mungkin sudah berkuman leptospira, dianggap cara mudah dan murah
mencegah munculnya leptospirosis. Selain sanitasi sekitar rumah dan lingkungan,
higiene perorangannya dilakukan dengan menjaga tangan selalu bersih. Selain
terkena air kotor, tangan dapat tercemar kuman dari binatang piaraan yang sudah
terjangkit penyakit dari tikus atau hewan liar. Hindari kontak dengan kencing
binatang piaraan.
Biasakan memakai alat pelindung diri, seperti sarung tangan karet sewaktu
berkontak dengan air kotor, pakaian pelindung kulit, beralas kaki, memakai sepatu
bot, terutama jika kulit ada luka, borok, atau eksim. Selalulah membasuh tangan
sehabis menangani binatang, ternak, atau membersihkan gudang, dapur, dan tempat-
tempat kotor. Binatang piaraan yang terserang leptospirosis langsung diobati, dan
yang masih sehat diberi vaksinasi. Vaksinasi leptospirosis berlaku bagi binatang.
Kebersihan lingkungan, khususnya rumah, harus dilakukan secara terus menerus.
Jangan memberi kesempatan tikus berkembang biak di dalam rumah. Bahkan tikus
rumah perlu dibasmi sampai ke sarang-sarangnya. Demikian pula jika terdapat
binatang pengerat lain.
Jangan lupa bagi yang aktivitas hariannya di peternakan, atau yang bergiat di
ranch. Kuda, babi, sapi, bisa terjangkit leptospirosis, selain tupai, dan binatang liar
lainnya yang mungkin singgah ke peternakan dan pemukiman, atau ketika kita sedang
berburu, berkemah, dan berolahraga di danau atau sungai. Leptospirosis tidak
menular langsung dari penderita ke penderita. Namun, kencing binatang berpenyakit
leptospirosis di air, makanan, dan tanah, yang menjadi ajang penularan penyakit
binatang ini terhadap tubuh manusia. Membiasakan diri dengan Perilaku Hidup
Bersih dan Sehat (PHBS), Menyimpan makanan dan minuman dengan baik agar
terhindar dari tikus. Mencucui tangan dengan sabun sebelum makan. Mencucui
tangan, kaki serta bagian tubuh lainnya dengan sabun setelah bekerja di sawah/
kebun/sampah/tanah/selokan dan tempat-tempat yang tercemar lainnya. Melindungi
pekerja yang berisiko tinggi terhadap leptospirosis (petugas kebersihan, petani,
petugas pemotong hewan, dan lain-lain) dengan menggunakan sepatu bot dan sarung
tangan. Membersihkan tempat-tempat air dan kolam renang. Menghindari adanya
tikus di dalam rumah/gedung. Menghindari pencemaran oleh tikus. Melakukan
desinfeksi terhadap tempat-tempat tertentu yang tercemar oleh tikus Meningkatkan
penangkapan tikus.
VII Pengobatan
Pengobatan dini sangat menolong karena bakteri Leptospira mudah mati dengan
antibiotik yang banyak di jumpai di pasar seperti Penicillin dan turunannya
(Amoxylline) Streptomycine, Tetracycline, Erithtromycine. Bila terjadi komplikasi
angka lematian dapat mencapai 20%, segera berobat ke dokter terdekat.
VIIi. Kewaspadan oleh Kader / Masyarakat.
Bila kader / masyarakat dengan gejala-gejala diatas segera membawa ke
Puskesmas / UPK terdekat untuk mendapat pengobatan
IX. Sistem Kewaspadaan Dini
Analisa data penderita Leptospirosis yang dilaporkan oleh Rumah Sakit
(SARS) ke Dinas Kesehatan Propinsi DKI Jakarta
X. Penanggulangan KLB
Penanggulangan KLB dilakukan pada daerah yang penderita Leptospirosis
cenderung meningkat (per jam/hari/minggu/bulan) dengan pengambulan darah bagi
penderita dengan gejala demam, sekitar 20 rumah dari kasus indeks.
Angka kematian akibat leptospirosis tergolong tinggi, mencapai 2,5 sampai
16,45 persen atau rata-rata 7,1 persen. Bahkan pada penderita berusia di atas 50
tahun, risiko kematian lebih besar, bisa mencapai 56 persen. Pada penderita yang
sudah mengalami kerusakan hati yang ditandai selaput mata berwarna kuning, risiko
kematian akibat leptospirosis lebih tinggi lagi.
Untuk itu, lakukan pencegahan sedini mungkin. Antara lain dengan menjaga
kebersihan lingkungan. Tempat-tempat yang kemungkinan bisa dijadikan tempat
bersarangnya tikus, segera dibersihkan agar tak ada tempat sedikitpun untuk
berkembangbiaknya bakteri leptospira yang mematikan.(berbagai sumber/Idh)
3. Sindrom hantavirus paru (HPS)
Hantavirus sindrom paru (HPS) adalah penyakit mematikan yang ditularkan
oleh tikus yang terinfeksi melalui urine, kotoran, atau air liur. Manusia bisa terkena
penyakit ini ketika mereka menghirup virus aerosol. HPS pertama kali diakui pada
tahun 1993 dan sejak itu telah diidentifikasi di seluruh Amerika Serikat. Meskipun
jarang, HPS berpotensi mematikan. Rodent control di dalam dan sekitar rumah tetap
menjadi strategi utama untuk mencegah infeksi hantavirus.
4. Rat-gigitan demam (RBF)
Rat-gigitan demam (RBF) adalah penyakit sistemik yang disebabkan oleh
bakteri moniliformis Streptobacillus yang dapat diperoleh melalui gigitan atau
goresan dari binatang pengerat atau menelan makanan atau air yang terkontaminasi
dengan kotoran tikus. Salah satu penyakit berbahaya yang disebabkan oleh tikus
adalah demam gigitan tikus. Penyakit demam tidak disebabkan oleh gigitan tikus
binatang pengerat tersebut langsung tetapi langsung mempengaruhi manusia oleh
mencemari atau buang air kecil dalam makanan dan air yang dikonsumsi oleh
manusia.
PENGENDALIAN TIKUS (Rodentstop Service)
a. Proofing Infestation
Memastikan bahwa seluruh konstruksi rumah tidak adanya celah yang
memungkinkan tikus masuk, baik dari bawah pintu, lubang pembuangan air,
atau dari bawah saluran air. Kami akan merekomendasikan kepada klien bila
ijumpai adanya celah masuk tikus untuk di-proofing/ditutup; biasanya dengan
jaring kawat pada area pembuangan air.
b. Sanitation
Bila ditemukan tempat yang sanitasinya kurang baik dan bisa menjadi factor
penarik tikus atau bahkan sumber makanan tikus atau menjadi tempat sarang
tikus, maka akan merekomendasikan diadakan perbaikan oleh klien.
c. Treatment Tikus (Rodent Control)
Pengendalian tikus menggunakan Rat Baiting. Penggunaan trap untuk jangka
panjang menimbulkan tikus jera umpan dan neophobia terhadap trap.
Penggunaan trap hanya untuk tempat-tempat yang sangat khusus dengan
populasi tikus yang rendah.
Penempatan Rodent Bait dilaksanakan pada area tertentu yang akan menarik
tikus dari dalam sarang ke luar, atau ketempat yang tidak sensitive, seperti
area parkir/garden, setelah itu baru difokuskan untuk tikus yang aktifitasnya
dengan radius pendek yakni tikus nyingnying (mice/Mus musculus), umpan
ditempatkan di dalam.
Keraguan akan adanya resiko bau bangkai dapat diatasi dengan konfigurasi
penempatan umpan untuk setiap kategori jenis tikus, jadi dengan penempatan
umpan pada suatu lokasi dapat dideteksi sampai sejauh mana lokasi tempat
tikus tersebut mati, ditambah tenaga serviceman cukup berpengalaman
mengatasi masalah tikus di puluhan Rumah (housing), Mall, industri
(pergudangan), RS, Hotel / Apartemen.
Tikus rumah adalah hewan pengerat yang sering dijumpai di lingkungan
rumah dengan ekor yang panjang dan pandai memanjat serta melompat.
Ukuran normal sekitar 15 – 20 cm dengan ekor ± 20 cm. Tikus ini tergolong
subsuku murinae dan berasal dari Asia. Tetapi meskipun berasal dari Asia,
ternyata tikus ini menyebar ke Eropa melalui perdagangan sejak awal
penanggalan modern dan telah menyebar pada abad ke 6. Setelah itu tikus
jenis ini menyebar ke seluruh penjuru dunia. Tikus rumah cenderung tersebar
di daerah yang lebih hangat, karena daerah dingin kalah bersaing dengan tikus
got.