jaringan-komposter

8
- 1 - WAHANA JARINGAN KOMPOSTER SEBAGAI SOLUSI PERMASALAHAN SAMPAH Abstrak Komposter merupakan alat untuk mempercepat proses pembentukan pupuk kompos dari sampah organik. Satu unit komposter cukup untuk menangani masalah sampah organik pada skala rumah tangga. Jika beberapa unit komposter dihubungkan oleh pipa-pipa berlubang, maka akan terbentuk suatu jaringan komposter. Dengan jaringan ini diharapkan bahwa masalah sampah organik pada skala besar bisa teratasi. Eksperimen penerapan jaringan komposter dilakukan di Masjid Salman ITB. Kata Kunci: Komposter, Pupuk Kompos, Sampah Organik, Jaringan Komposter 1. PENDAHULUAN Masalah sampah menjadi isu hangat untuk dibicarakan sekarang ini. Di Kota Bandung, sampah merupakan momok bagi pemerintah karena sulit untuk diatasi. Setiap hari, produksi sampah semakin meningkat. Ironisnya, Kota Bandung sudah tidak lagi memiliki tempat pembuangan akhir (TPA) seiring dengan longsornya ‘gunung sampah’ di TPA Leuwigajah, Cimahi. Hal ini mengakibatkan menumpuknya sampah-sampah di beberapa TPS di Kota Bandung. Pengelolaan sampah yang baik seharusnya dimulai dari skala rumah tangga. Setiap rumah harus bisa melakukan pemisahan sampah berdasarkan jenisnya, yaitu sampah organik dan anorganik. Selanjutnya, sampah organik dimanfaatkan sebagai bahan baku pupuk kompos, sedangkan sampah anorganik dikirim ke tempat pendaurulangan agar didaurulang menjadi barang yang sama atau bahan baku lainnya.

Upload: enik-wahyuniati

Post on 28-Sep-2015

217 views

Category:

Documents


1 download

DESCRIPTION

jaringan komposter

TRANSCRIPT

  • - 1 -

    WAHANA JARINGAN KOMPOSTER SEBAGAI SOLUSI

    PERMASALAHAN SAMPAH

    Abstrak

    Komposter merupakan alat untuk mempercepat proses

    pembentukan pupuk kompos dari sampah organik. Satu unit

    komposter cukup untuk menangani masalah sampah organik pada

    skala rumah tangga. Jika beberapa unit komposter dihubungkan

    oleh pipa-pipa berlubang, maka akan terbentuk suatu jaringan

    komposter. Dengan jaringan ini diharapkan bahwa masalah sampah

    organik pada skala besar bisa teratasi. Eksperimen penerapan

    jaringan komposter dilakukan di Masjid Salman ITB.

    Kata Kunci: Komposter, Pupuk Kompos, Sampah Organik, Jaringan

    Komposter

    1. PENDAHULUAN

    Masalah sampah menjadi isu hangat untuk dibicarakan

    sekarang ini. Di Kota Bandung, sampah merupakan momok bagi

    pemerintah karena sulit untuk diatasi. Setiap hari, produksi sampah

    semakin meningkat. Ironisnya, Kota Bandung sudah tidak lagi

    memiliki tempat pembuangan akhir (TPA) seiring dengan

    longsornya gunung sampah di TPA Leuwigajah, Cimahi. Hal ini

    mengakibatkan menumpuknya sampah-sampah di beberapa TPS

    di Kota Bandung.

    Pengelolaan sampah yang baik seharusnya dimulai dari skala

    rumah tangga. Setiap rumah harus bisa melakukan pemisahan

    sampah berdasarkan jenisnya, yaitu sampah organik dan

    anorganik. Selanjutnya, sampah organik dimanfaatkan sebagai

    bahan baku pupuk kompos, sedangkan sampah anorganik dikirim

    ke tempat pendaurulangan agar didaurulang menjadi barang

    yang sama atau bahan baku lainnya.

  • - 2 -

    Penekanan penelitian yang kami lakukan adalah pada

    pengolahan sampah organik. Kita bisa melakukan pengolahan

    sampah organik melalui beragam cara. Salah satu solusi yang

    cukup tepat untuk menangani masalah sampah organik adalah

    dengan menjadikannya pupuk kompos melalui suatu alat yang

    disebut komposter.

    2. PRINSIP KERJA KOMPOSTER

    Secara umum, sampah dikelompokkan menjadi dua jenis

    utama, yaitu sampah organik dan sampah anorganik. Sifat

    sampah anorganik adalah tidak dapat mengalami pembusukan,

    sedangkan sampah organik memiliki sifat sebaliknya. Sifat inilah

    yang dimanfaatkan dalam proses pembentukan pupuk kompos

    dari sampah organik.

    Sebenarnya pupuk kompos bisa terbentuk secara alami tanpa

    bantuan komposter. Sampah organik yang terceceran di tanah,

    sebagian unsur yang terkandung di dalamnya akan diuraikan oleh

    dekomposer. Penguraian ini akan menghasilkan suatu kandungan

    zat yang bermanfaat bagi kesuburan tanah. Sayangnya, proses

    tersebut memakan waktu cukup lama dan menimbulkan bau

    yang tidak sedap bagi daerah sekitarnya.

    Komposter dibuat sedemikian sehingga bisa menjadi suatu

    tempat penampungan sampah-sampah organik dan sebagai

    tempat pembusukan sampah tersebut. Untuk membuat satu buah

    komposter yang layak pakai, minimal diperlukan satu buah

    wadah dengan ukuran tertentu dan telah dilubangi sekelilingnya.

    Selanjutnya, wadah tersebut ditanam di dalam tanah dan bagian

    dasarnya diberi sedikit tanah untuk pengondisian. Sampah-

    sampah organik yang telah dipisahkan kemudian dapat

    dimasukkan ke dalam komposter tersebut dan dimampatkan

  • - 3 -

    sampai permukaannya cukup rata. Komposter itu lalu ditutup dan

    setelah kurang lebih 40 hari, kompos sudah siap dipanen. Sebelum

    digunakan, kompos tersebut dijemur selama 3 hari sampai cukup

    kering.

    3. JARINGAN KOMPOSTER

    Satu unit komposter dapat dihubungkan dengan komposter

    lainnya membentuk suatu jaringan komposter. Jaringan tersebut

    dibuat dengan menghubungkan setiap komposter oleh pipa PVC

    yang diberi lubang. Jaringan komposter sangat bermanfaat untuk

    mengatasi permasalahan sampah pada skala yang cukup besar.

    Ukurannya dapat dibuat bervariasi sesuai dengan kebutuhan

    pengguna, misalnya ukuran 2 x 3, 4 x 2, 5 x 5, dan sebagainya.

    Selain keuntungan dalam penanganan masalah sampah skala

    besar, jaringan komposter juga memiliki manfaat dalam hal

    estetika. Jaringan komposter dapat dibuat dalam suatu lahan

    khusus yang kemudian pada daerah sekitar komposter ditanami

    dengan tumbuhan yang diinginkan. Cara pemasangan seperti itu

    menimbulkan kesan yang indah dan alami bagi masyarakat.

    Ada satu hal unik yang dimiliki oleh jaringan komposter, yaitu

    pengaruh pada kesuburan tanah dari pipa penghubung yang

    juga merupakan saluran gas. Penyusun berhipotesis bahwa

    tumbuhan yang ditanam pada tanah di atas pipa tersebut bisa

    memiliki kualitas yang lebih baik dibanding tumbuhan yang

    ditanam pada tanah biasa. Hal ini dimungkinkan karena

    tumbuhan dapat menyerap beberapa gas yang menjadi

    kebutuhannya. Pipa jaringan diyakini menyediakan gas-gas yang

    dibutuhkan oleh tumbuhan di atasnya. Selain itu, pemasangan

    pipa itu juga akan memperbaiki tingkat kesuburan tanah di

    sekitarnya.

  • - 4 -

    Gambar 1. Jaringan komposter berukuran 4 x 2 (tampak atas)

    Gambar 2. Jaringan komposter gambar 1 dilihat dari samping

    4. PENGUJIAN DI LINGKUNGAN MASJID SALMAN

    Penyusun melakukan pengujian di lingkungan Masjid Salman

    ITB dengan satu unit komposter yang menjadi dasar sebuah

    jaringan komposter. Parameter yang diteliti sampai dibuatnya

    paper ini adalah laju penyusutan kompos dan tingkat kesuburan

    tanah.

    4.1 Spesifikasi Komposter

    Penyusun menggunakan bahan

    dasar komposter dari sebuah

    ember bekas dan pipa PVC

    dengan dimensi sebagai berikut:

    - luas alas ember yang digunakan

    (A) = 0,13 m2 Gambar 3. Model komposter uji

  • - 5 -

    - tinggi ember digunakan = 50 cm

    - volume ember yang digunakan = 63 liter

    - diameter pipa saluran gas = 1,25 inci

    - panjang pipa saluran gas = 35 cm

    Sementara sampah yang diisikan ke dalam komposter

    memiliki volume sebesar setengah kali volume komposter, yaitu

    31,5 liter.

    4.2 Tahap Persiapan Pengujian

    1. Pada lahan yang akan digunakan, dibuat sebuah lubang

    berukuran sama dengan komposter.

    2. Komposter ditanam di dalam lubang tersebut sampai pipa

    saluran gas tidak terlihat lagi.

    3. Bagian dasar komposter ditimbun dengan tanah kurang

    lebih setebal 10 cm untuk pengondisian.

    4. Sampah organik dimasukkan ke dalam komposter dan

    dimampatkan lalu komposter ditutup untuk mencegah

    timbulnya bau tidak sedap.

    5. Sejumlah kacang hijau ditebarkan dalam jumlah yang kira-

    kira sama, masing-masing di sekitar komposter dan di

    daerah yang jauh dari komposter.

    timbunan tanahsekitar 10 cm

    lapisan tanah

    lubang untuk saluran gas

    Gambar 4. Detil model komposter uji

  • - 6 -

    Grafik Penyusutan Kompos

    y = 0.6363x + 1.9531

    0123456789

    0 2 4 6 8 10 12Waktu (hari)

    Peny

    usut

    an (c

    m)

    4.3 Laju Penyusutan Volume Kompos

    Penyusutan volume kompos dilakukan dengan mengukur

    perubahan jarak permukaan kompos dari garis batas yang

    ditentukan berdasarkan posisi awalnya. Pengukuran

    perubahan jarak dilakukan pada hari tertentu dengan

    mengambil 3 titik yang berbeda pada permukaan kompos

    dan diambil nilai rata-ratanya. Selanjutnya, nilai perubahan

    jarak tersebut diplot terhadap waktu (dalam hari).

    FORM DATA

    Hari

    ke-

    Jarak dari garis

    batas (cm)

    1

    3

    4

    5

    10

    2,5

    4,0

    4,5

    5,1

    8,3

    Tabel 1. Jarak permukaan kompos diukur dari garis batas

    hasil pengamatan regresi linear

    Gambar 5. Grafik penyusutan kompos terhadap waktu

  • - 7 -

    Dari data grafik bisa ditentukan persamaan garisnya, yaitu

    y = 0,6363x + 1,9531.

    Sehingga laju penyusutan ketinggian permukaan dari titik

    batas dinyatakan sebagai

    cm/har 6363,0)9531,16363,0( =+== xdxd

    dxdy

    v

    Untuk mengetahui laju penyusutan volume kompos (vk),

    maka besar v harus dikalikan dengan luas alas komposter

    yang berbentuk lingkaran (A).

    hari/cm 8,826)6363,0(1300. 2=== vAvk

    4.4 Parameter Kesuburan Tanah dengan Kacang Hijau

    Parameter yang digunakan untuk menguji kesuburan tanah

    di sekitar komposter yaitu kacang hijau karena

    pertumbuhannya cepat dan sangat peka terhadap kondisi

    alam sekitarnya, seperti kesuburan tanah, cahaya matahari,

    dan kelembaban. Namun, parameter ini digunakan sebatas

    kesuburan tanah saja karena kondisi lahan pengujian memiliki

    kelembaban dan intensitas sinar matahari yang sama.

    Perubahan parameter yang menandakan perbedaan

    kesuburan tanah yaitu:

    1. Perbedaan ketinggian kacang.

    Perbedaan ketinggian ini menunjukkan adanyan variasi

    kecepatan pertumbuhan. Semakin tinggi pohon kacang,

    maka pertumbuhannya semakin cepat dan kesuburan

    tanah semakin tinggi. Hal ini berlaku sebaliknya.

    2. Perbedaan jumlah kacang yang tumbuh pada suatu area

    lahan tertentu.

    Semakin banyak jumlah kacang yang tumbuh, maka

    kandungan protein yang dibutuhkan tumbuhan di area itu

  • - 8 -

    semakin banyak. Dengan begitu otomatis tanah tersebut

    semakin subur.

    Dengan parameter tersebut, dapat diprediksi apakah

    komposter berdampak negatif atau positif pada kesuburan

    tanah.

    Pada pengujian di Masjid Salman, jumlah kacang yang

    tumbuh di dekat komposter yaitu 12 buah dengan tinggi rata-

    rata 9,0 cm, sedangkan kacang yang tumbuh jauh dari

    komposter berjumlah 5 buah dengan tinggi rata-rata 5,8 cm.

    5. PENUTUP

    5.1 Kesimpulan

    Dari hasil percobaan dapat diambil kesimpulan:

    1. Grafik penyusutan sampah di dalam komposter

    berbanding lurus (orde satu) terhadap waktu.

    2. Jaringan komposter dapat digunakan untuk

    menanggulangi masalah sampah dalam skala besar.

    5.2 Saran

    1. Daerah di sekitar jaringan komposter dapat digunakan

    untuk dibuat taman kecil.

    2. Sistem perpipaan pada jaringan komposter dapat

    dibuat bervariasi sesuai dengan kebutuhan.

    ***