januari 2019 - i edisi #5 kareba palu koro · dan alamat, agar penyaluran bantuan benar-benar tepat...

8
KAREBA PALU KORO KABAR PENANGANAN BENCANA SULTENG Januari 2019 - I edisi #5 Warga Desa Tondo melakukan jitupasna. Foto: Evan/ERCB LIBATKAN MASYARAKAT UNTUK JITUPASNA Masuk bulan ke tiga pascabencana gempa, tsunami dan likuifaksi di Palu, Sigi dan Donggala (Pasigala), Sulawesi Tengah, tim Emergency Response Capacity Building (ERCB) memasuki tahap selanjutnya yaitu melakukan Kajian Kebutuhan Pascabencana (jitupasna). Adapun saat ini ERCB sedang melakukan jitupasna di 7 desa dari 15 desa yang direncanakan yang tersebar di Pasigala. “Jitupasna merupakan suatu rangkaian kegiatan pengkajian dan penilaian akibat, analisis dampak dan perkiraan kebutuhan, yang menjadi dasar dalam penyusunan rencana aksi rehabilitasi dan rekonstruksi. Jitupasna mengkaji kerusakan, kerugian, gangguan akses, gangguan fungsi, peningkatan risiko, dan kapasitas sumber daya manusia (SDM) dan sosial,” Agung Prasetyo dari Bina Swadaya yang juga menjadi juru bicara ERCB menjelaskan. Menggunakan metode focus group discussion (FGD) yang dilakukan bersama lapisan masyarakat, diharapkan melalui jitupasna masyarakat dapat mengetahui secara bersama kebutuhan pascabencana di desanya. Jitupasna yang diikuti lapisan masyarakat seperti kepala desa, kepala dusun, tokoh masyarakat hingga para ibu rumah tangga juga bertujuan memperkuat SDM pada bidang rehabilitasi dan rekonstruksi. “Agar mempunyai pemahaman yang sama mengenai pengkajian kebutuhan pascabencana, serta mampu menyusun dokumen rencana aksi rehabilitasi dan rekonstruksi pasca bencana,” kata Titik Susana Ristiyawati dari Lembaga Pengembangan Teknologi Pedesaan (LPTP) saat menjelaskan alasan keterlibatan masyarakat dalam jitupasna. Mohamad Fauzan, salah satu fasilitator ERCB dari Yayasan Merah Putih (YMP) yang melakukan jitupasna di dua desa mengungkapkan, masyarakat antusias mengikuti jitupasna karena dilibatkan dalam merumuskan kebutuhan di wilayah tempat tinggalnya. “Respons masyarakat semangat untuk mengikuti jitupasna karena berharap wilayah mereka dapat disentuh oleh pihak-pihak yang akan membantu nantinya,” ujar Fauzan yang melakukan jitupasna di Desa Loli Pesua dan Panau. Keterlibatan masyarakat dalam proses jitupasna dinilai penting, karena dalam metode FGD warga dilibatkan saling mengungkapkan pemikiran maupun pendapat. Selain itu, jika nantinya ada program bantuan atau dampingan di desa tersebut maka dapat sesuai dengan kebutuhan masyarakat setempat. Bersambung ke halaman 7...

Upload: dolien

Post on 14-Mar-2019

226 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: Januari 2019 - I edisi #5 KAREBA PALU KORO · dan alamat, agar penyaluran bantuan benar-benar tepat sasaran. ... Setelah pensiun dari RS Borromeus Bandung, Pakde menjadi pengajar

KAREBA PALU KOROKABAR PENANGANAN BENCANA SULTENG

Januari 2019 - I edisi #5

Warga Desa Tondo melakukan jitupasna.

Foto: Evan/ERCB

LIBATKAN MASYARAKAT UNTUK JITUPASNA

Masuk bulan ke tiga pascabencana gempa, tsunami dan

likuifaksi di Palu, Sigi dan Donggala (Pasigala), Sulawesi

Tengah, tim Emergency Response Capacity Building (ERCB)

memasuki tahap selanjutnya yaitu melakukan Kajian Kebutuhan

Pascabencana (jitupasna). Adapun saat ini ERCB sedang

melakukan jitupasna di 7 desa dari 15 desa yang direncanakan

yang tersebar di Pasigala.

“Jitupasna merupakan suatu rangkaian kegiatan pengkajian

dan penilaian akibat, analisis dampak dan perkiraan kebutuhan,

yang menjadi dasar dalam penyusunan rencana aksi rehabilitasi

dan rekonstruksi. Jitupasna mengkaji kerusakan, kerugian,

gangguan akses, gangguan fungsi, peningkatan risiko, dan

kapasitas sumber daya manusia (SDM) dan sosial,” Agung

Prasetyo dari Bina Swadaya yang juga menjadi juru bicara ERCB

menjelaskan.

Menggunakan metode focus group discussion (FGD) yang

dilakukan bersama lapisan masyarakat, diharapkan melalui

jitupasna masyarakat dapat mengetahui secara bersama

kebutuhan pascabencana di desanya. Jitupasna yang diikuti

lapisan masyarakat seperti kepala desa, kepala dusun, tokoh

masyarakat hingga para ibu rumah tangga juga bertujuan

memperkuat SDM pada bidang rehabilitasi dan rekonstruksi.

“Agar mempunyai pemahaman yang sama mengenai

pengkajian kebutuhan pascabencana, serta mampu menyusun

dokumen rencana aksi rehabilitasi dan rekonstruksi pasca

bencana,” kata Titik Susana Ristiyawati dari Lembaga

Pengembangan Teknologi Pedesaan (LPTP) saat menjelaskan

alasan keterlibatan masyarakat dalam jitupasna.

Mohamad Fauzan, salah satu fasilitator ERCB dari Yayasan

Merah Putih (YMP) yang melakukan jitupasna di dua desa

mengungkapkan, masyarakat antusias mengikuti jitupasna

karena dilibatkan dalam merumuskan kebutuhan di wilayah

tempat tinggalnya.

“Respons masyarakat semangat untuk mengikuti jitupasna

karena berharap wilayah mereka dapat disentuh oleh pihak-pihak

yang akan membantu nantinya,” ujar Fauzan yang melakukan

jitupasna di Desa Loli Pesua dan Panau.

Keterlibatan masyarakat dalam proses jitupasna dinilai

penting, karena dalam metode FGD warga dilibatkan saling

mengungkapkan pemikiran maupun pendapat. Selain itu, jika

nantinya ada program bantuan atau dampingan di desa tersebut

maka dapat sesuai dengan kebutuhan masyarakat setempat.

Bersambung ke halaman 7...

Page 2: Januari 2019 - I edisi #5 KAREBA PALU KORO · dan alamat, agar penyaluran bantuan benar-benar tepat sasaran. ... Setelah pensiun dari RS Borromeus Bandung, Pakde menjadi pengajar

KAREBA PALU KORO

MASA TRANSISI DARURAT SULTENG DIPERPANJANG

PALU — Pemerintah Provinsi Sulawesi Tengah memperpanjang

masa transisi darurat selama 60 hari dari 25 Desember 2018

menjadi 23 Februari 2019. Ini adalah perpanjangan kedua yang

dilakukan pemerintah.

Sebelumnya, masa transisi darurat diperpanjang dari 26

Oktober 2018 menjadi 25 Desember 2018.

Hal itu diputuskan Gubernur Sulawesi Tengah Longki Djanggola

dalam Rapat Koordinasi Forkompinda bersama Badan Nasional

Penanggulangan Bencana (BNPB), Pekerjaan Umum dan

Perumahan Rakyat (PUPR), Pemerintah Kabupaten Donggala dan

Sigi, Jumat (21/12) di ruang kerja gubernur.

Keputusan memperpanjang masa transisi darurat setelah

mendengarkan masing-masing pemangku kepentingan dan

perkembangan di lapangan.

"Sejumlah stakeholder seperti para bupati dan BNPB meminta

perpanjangan karena masih banyak hal yang harus dibenahi," kata

Longki.

Dalam rapat itu juga, Longki meminta kepada bupati Donggala,

Sigi dan walikota Palu untuk segera menyelesaikan pendataan

sebelum akhir bulan Desember disertai Surat Keputusan Bupati/

Walikota.

Data tersebut penting sebagai acuan untuk menyalurkan

bantuan, dana stimulan, santunan, pembagian huntara (hunian

sementara) dan hunian tetap.

Data itu meliputi jumlah korban jiwa, korban luka, jumlah

pengungsi, kebutuhan huntara, dan kondisi penyintas saat ini.

Data-data korban dan penyintas harus lengkap dengan nama

dan alamat, agar penyaluran bantuan benar-benar tepat sasaran.

“Saya minta bulan ini sudah selesai. Karena data tersebut akan

direkap dan dilaporkan kepada Presiden,” kata Longki.

Ketua Satuan Tugas Kementerian PUPR untuk Rehabilitasi dan

Rekontruksi Pascabencana Sulteng, Arie Setiadi, mengatakan,

pihaknya mengharapkan perpanjangan masa transisi darurat

karena pembangunan huntara belum tuntas.

Saat ini, Kementerian PUPR baru menyelesaikan 110 unit dari

target 1.200 unit.

“Sementara 220 unit huntara di Palu, 193 unit di Sigi dan

140 unit di Kabupaten Donggala masih proses,” kata Arie,

sebagaimana siaran pers dari Humas Pemprov Sulteng.

Perpanjangan transisi darurat juga diminta oleh Kepala Dinas

Sosial Propinsi Sulawesi Tengah Ridwan Mulu, Kepala Dinas

Binamarga dan Tata Ruang Syaifullah Djafar, dan juga Deputi

Logistik BNPB Rudi Phadmanto.

Perpanjangan transisi darurat itu bertujuan, untuk

mempermudah akses distribusi bantuan terhadap pemulihan

dampak bencana. (Patarudin/Ika Ningtyas. Sumber: Kabar Sulteng Bangkit)

Warga mencoba menyelamatkan barang yang masih bisa digunakan di bekas rumah mereka di Petobo. Foto: Martin Dody/ERCB

02

Page 3: Januari 2019 - I edisi #5 KAREBA PALU KORO · dan alamat, agar penyaluran bantuan benar-benar tepat sasaran. ... Setelah pensiun dari RS Borromeus Bandung, Pakde menjadi pengajar

KAREBA PALU KORO

Masnani dan Risnawati terlihat ceria ketika ditemui kembali oleh Kareba Palu Koro di posko pengungsian di Desa Panau hari Rabu, 26 November lalu. Sangat berbeda dengan kondisinya ketika ditemui 5 hari sebelumnya. Saat itu Masnani terlihat berada di bilik kamar hunian sementaranya. Sedangkan Risnawati hanya bisa duduk dengan bersangga pada tangan kanannya karena kaki kiri dan tangan kirinya mengalami pergeseran sendi.

Masnani dan Risnawati adalah penyintas bencana tsunami

yang melanda desanya di wilayah Kelurahan Panau.

“Saya sempat timbul tenggelam di air,” kata Masnani

mengingat kejadian tsunami September 2018 lalu.

“Saya pasrah saja, tubuh saya terhantam barang-barang.

Bahkan ada paku menancap di tubuh saya,” tambahnya.

Benturan-benturan itulah yang mungkin menyebabkan kaki

kiri Masnani mengalami pergeseran sendi, serta sakit di bagian

pinggangnya.

Lain halnya dengan Risnawati, ia bercerita bahwa dirinya

terlempar dari rumah dan tubuhnya terbentur sesuatu yang

keras.

“Sakit sekali tubuh bagian kiri ini, saya tidak bisa bergerak,”

katanya. Tangan kirinya mengalami pergeseran sendi yang cukup

parah. Kaki kiri dan tangan kanannya tidak terlalu parah.

Mengetahui hal tersebut, Gede Arya Wibawa pun segera

meluncur menuju ke Desa Panau untuk menemui keduanya.

Gede Arya Wibawa yang lebih akrab dipanggil dengan

Pakde memiliki keahlian khusus dengan cara mengurut dan

menyalurkan tenaga penyembuh. Pakde berada di Palu bersama

Persatuan Karya Dharma Kesehatan Indonesia (PERDHAKI) yang

membantu penyintas di bidang kesehatan dan tergabung dalam

konsorsium Emergency Response Community Building (ERCB)

pada respons bencana di Sulawesi Tengah.

Gede Arya Wibawa lahir di Bali, tepatnya di kota Tabanan,

03 Juli 1957. Setelah lulus SMP, Pakde melanjutkan ke Akademi

Keperawatan (AKPER) St. Borromeus Bandung. Karena prestasi

dan kecekatannya, lulus dari AKPER St. Borromeus langsung

ditempatkan di kamar operasi.

“Keterlibatan Pakde dengan PERDHAKI dimulai saat terjadi

bencana alam tsunami di Aceh pada Desember 2004,” kata Irene

Kusuma, Manajer Program PERDHAKI.

“Kemudian ikut pula dalam respons gempa Nias bulan Maret

2005, gempa Yogyakarta bulan Mei 2006, dan gempa Sumatera

Barat bulan Maret 2007,” tambahnya.

Setelah pensiun dari RS Borromeus Bandung, Pakde menjadi

pengajar di salah satu akademi keperawatan dan menjadi asisten

bedah di sebuah klinik swasta. Saat bencana gempa, tsunami,

dan likuifaksi melanda Sulawesi Tengah, Pakde terpanggil untuk

kembali bergabung dalam tim medis PERDHAKI, membantu para

penyintas agar mendapatkan layanan medis yang sesuai standar.

“Intinya adalah pelayanan. Bagaimana kita melayani

masyarakat, dalam hal ini warga terdampak, dengan sepenuh

hati,” kata Pakde kepada Kareba Palu Koro.

“Melihat senyum mereka yang disembuhkan adalah suatu

kebahagian tersendiri yang tidak dapat dinilai dengan apapun,

rasa capai dan lelah sirna seketika,” katanya.

Disamping piawai dalam hal keperawatan, beliau juga ahli

dalam penyembuhan energi prana. Tidak sedikit penyintas yang

mengalami kesembuhan dari cidera atau pergeseran sendi akibat

bencana.

“Saya menggunakan teknik ini (perawatan medis dan tenaga

prana) untuk mengurangi penggunaan obat dalam proses

penyembuhan,” kata Pakde.

“Selain itu, saya ingin orang yang saya bantu merasa nyaman.

Nyaman dalam hal bisa beraktivitas kembali. Rasa sakit pasti ada,

tapi paling tidak sudah banyak berkurang,” tambahnya.

Bersambung ke hal. 6...

MELAYANIDENGANHATI Gede Arya Wibawa sedang merawat

penyintas. Foto: Martin Dody/ERCB

03

Page 4: Januari 2019 - I edisi #5 KAREBA PALU KORO · dan alamat, agar penyaluran bantuan benar-benar tepat sasaran. ... Setelah pensiun dari RS Borromeus Bandung, Pakde menjadi pengajar

KAREBA PALU KORO

Sejak awal keterlibatan, konsorsium

Emergency Response Capacity Building

(ERCB) telah melakukan intervensi di 15

desa dan kelurahan yang tersebar di tiga

wilayah kabupaten di Sulawesi Tengah

selamat kurang lebih 3 bulan ini. Untuk

melihat lebih dalam proses dan capaian

yang telah dilakukan, selama dua hari, 17-18

Desember 2018 ERCB melakukan rapat

evaluasi selama dua hari di Yogyakarta.

“Kita akan berbagi pengalaman

dari masing-masing organisasi selama

merespons bersama di Palu kemarin, suka

dukanya bagaimana, kita berikan waktu

untuk bapak ibu bisa share disini,” kata

Johan Rachmat Santosa, Koordinator

Program KARINA Yogyakarta.

Pertemuan ini dihadiri oleh semua anggota konsorsium

ERCB: Yayasan Pusaka Indonesia (YPI), Bina Swadaya, Lembaga

Pengembangan Teknologi Pedesaan (LPTP), Persatuan Dharma

Karya Kesehatan Indonesia (Perdhaki), termasuk para mitra lokal

yakni Yayasan Merah Putih (YMP) dan Karsa Institute. Proses

evaluasi membahas capaian yang telah dilakukan dan proses yang

telah dijalani, dan apa yang akan dilakukan selanjutnya.

“Kita sudah melakukan sesuatu yang luar biasa dengan begitu

banyak barang yang harus kita distribusikan, program yang harus

kita kerjakan dengan orang-orang yang terbatas,” kata Sutikno

Sutantio dari KARINA Yogyakarta selaku Koordinator ERCB.

Dalam perjalannya, ERCB telah memberikan bantuan food items

berupa 100 ton beras untuk 4.000 kepala keluarga (KK), 12.164kg

minyak goreng untuk 3.041 KK, dan 618,5kg ikan asin untuk

2.474 KK. Non-food items berupa 2.175 paket hygiene kit untuk

2.175 KK, 323 paket family kit untuk 323 KK. Di sektor water and sanitation (WATSAN), ERCB memberikan 35 unit tangki air di 17

desa, 297 unit water purifier di 15 desa, 25 paket tempat sampah

di 2 kelurahan. Yang masih dalam proses penyelesaian di sektor ini

adalah pembangunan 17 unit fasilitas MCK (11 unit sudah selesai)

untuk 9 desa dan 9 titik pemipaan di 7 desa (4 titik sudah selesai).

Untuk rencana pembuatan Tempat Pembuangan Akhir (TPA) mini

dialihkan menjadi pembelian 1 unit truk sampah beserta bak

sampahnya karena berdasarkan kajian akan lebih bermanfaat.

Sekitar 3.110 orang warga terdampak telah mendapatkan

pelayanan kesehatan dan sekitar 2.000 orang mendapatkan

layanan psikososial melalui tim dari Perdhaki. Lalu dari

Perlindungan anak ada 7 Ruang Ramah Anak yang memberi ruang

untuk bermain dan belajar untuk 631 anak. 25 orang pendamping

lokal pun diberi peningkatan kapasitas oleh YPI sehingga mereka

mampu mendampingi anak-anak.

Pertemuan ini juga menghasilkan beberapa rekomendasi

dari masing-masing organisasi, kesepakatan tentang perbaikan

koordinasi, perbaikan data dan proses pendataan, serta

peningkatan kecepatan respon. Protokol bersama ERCB pun

dibahas kembali untuk merefleksikan tugas dan peran masing-

masing dalam konsorsium ERCB.

“Jadi di dalam protokol bersama kita akan melihat kira-kira apa

yang sudah kita lakukan apakah sudah sesuai jika sudah sesuai

kita lihat lagi pembagian perannya,” kata Johan.

Belajar dari pengalaman penanganan di beberapa wilayah

bencana yang dikemukakan dalam pertemuan ini, ERCB

bersiap melakukan perbaikan dan peningkatan kualitas secara

kelembagaan.

Masing-masing anggota konsorsium ERCB juga menyatakan

komitmen untuk terus terlibat dalam fase selanjutnya yakni

rehabilitasi dan rekonstruksi.

Saat ini ERCB sedang melakukan Kajian Kebutuhan Pasca

Bencana (JITUPASNA). Wilayah kajian ini berada di 15 desa/

kelurahan di tiga wilayah kabupaten yang terdampak. Kajian akan

berlangsung hingga Januari 2019.

Hasil dari kajian inilah yang nantinya akan menjadi dasar untuk

melakukan intervensi kedepannya.

Sebagai partner lokal YMP dan Karsa Institute dalam pertemuan

evaluasi ini juga menyatakan komitmen untuk terus terlibat dalam

program-program yang dijalankan oleh ERCB. (mf/mdk)

ERCB Belajar dari Proses

M. Fauzan dari Yayasan Merah Putih sedang memaparkan hasil diskusi

kelompok. Foto: Martin Dody/ERCB

04

Page 5: Januari 2019 - I edisi #5 KAREBA PALU KORO · dan alamat, agar penyaluran bantuan benar-benar tepat sasaran. ... Setelah pensiun dari RS Borromeus Bandung, Pakde menjadi pengajar

KAREBA PALU KORO

Semangatku hancur secara perlahan, cita-citaku untuk memberikan yang terbaik pada anak-anak di desaku seperti meleleh dan hanyut bersama lumpur-lumpur yang menghantam Dusun 3, desa kami. Pandanganku nanar melihat tumpukan dan puing-puing bangunan ruang ramah anak (RRA) yang baru dua bulan ini berjalan dengan suka cita. Masih tergambar jelas dimataku, anak-anak yang bermain hula hoop, puzzle, belajar membaca menulis dan berhitung di bawah tenda yang penuh dengan balon dan pita-pita.

Ungkapan Dewi Fatimah, guru Taman

Kanak-kanak Pelangi Salua yang juga

menjadi relawan di RRA yang dikelola

Yayasan Pusaka Indonesia (YPI) melalui

konsorsium ERCB.

Sebelumnya, pada Selasa petang

tanggal 11 Desember 2018, banjir

bandang kembali menerjang Desa Salua,

Kecamatan Kulawi, Kabupaten Sigi,

khususnya RT 1 dan RT 2 Dusun 3. Akibat

banjir bandang tersebut, fasilitas RRA

yang berada di Dusun 3 hanyut, sehingga

pelayanan untuk bermain dan belajar anak

pun terhenti.

“Lebih tiga hari aktivitas RRA berhenti,

kegiatan anak-anak bermain dan belajar

tidak berjalan,” kata Dewi.

“Yang paling perih adalah aku tak

mampu untuk memandang serta

menjawab ketika anak-anak bertanya

padaku: Bu, kapan kita bisa bermain di

RRA lagi? Bu, masih adakah puzzle dan

bola yang bisa kita mainkan?” tambahnya.

Kondisi RRA pasca banjir bandang

tidak dapat digunakan lagi. Tenda dan

bangunan sudah rata dengan tanah.

Hampir sebagian besar mainan rusak dan

hancur. Untuk membangun kembali RRA

di tempat yang sama tidak memungkinkan

karena dianggap rawan jika kembali

terjadi banjir.

Marjoko dan Khairul Amri, selaku

pelaksana tim di lapangan mencoba

berdiskusi dengan Kepala Desa Salua,

Yohanis Romang, serta beberapa pihak

yang terkait tentang pembangunan

kembali RRA tersebut. Diputuskan lokasi

pembangunan RRA baru di Dusun 1.

“Seperti yang lalu, partisipasi warga

kami dorong dalam pembangunan

kembali RRA di Salua. Saling berbagi peran

dalam hal penyediaan bahan, peralatan,

dan tenaga tukang untuk pembangunan

RRA tersebut,” kata Marjoko.

YPI sendiri juga memberikan bantuan

pembiayaan selain memberikan bantuan

logistik untuk sekitar 80 kepala keluarga

yang terdampak banjir bandang. Warga

Desa Salua dengan suka rela menyisihkan

bahan baku serta peralatan yang ada

untuk pembangunan kembali RRA,

demikian juga untuk tenaga tukangnya.

Beberapa lembar terpal disediakan oleh

kepala desa.

Kurang lebih seminggu pasca bencana

banjir bandang yang menerjang Desa

Salua, RRA sudah kembali berdiri.

Peralatan untuk belajar dan bermain anak-

anak pun kembali disediakan. Sebanyak

sekitar 160 anak kembali belajar dan

bermain di RRA yang baru.

“Senangnya saya, melihat keceriaan

anak-anak yang kembali muncul, setelah

dua kali desa kami dilanda bencana,

gempa dan banjir bandang. Terima

kasih untuk semua pihak yang telah

mewujudkan mimpi anak-anak Desa

Salua untuk kembali bermain dan belajar,”

ungkap Dewi.

Desa Salua, terutama Dusun 3 sendiri

masih terkendala untuk menyediakan

huntara maupun merelokasi warga

maupun fasilitas umum yang berada di

dusun tersebut.

“Kepala sekolah TK, SD, dan SMP pun

bertanya tentang kemana fasilitas sekolah

sebaiknya direlokasi, karena kebetulan

fasilitas-fasilitas sekolah tersebut dan juga

pasar terletak di Dusun 3 yang terkena

banjir bandang,” kata Yohanis.

Terjadi bencana gempa ataupun tidak,

Desa Salua terutama Dusun 3 terancam

banjir hampir di setiap tahunnya ketika

musim hujan datang. Dibutuhkan

pemikiran dan solusi yang tepat untuk

meminimalkan ancaman tersebut

terhadap masyarakat yang tinggal di

wilayah itu. (mdk)

RRA SALUA,BANGKIT

Suasana tenda RRA di Desa Salua.

Foto: Martin Dody/ERCB

05

Page 6: Januari 2019 - I edisi #5 KAREBA PALU KORO · dan alamat, agar penyaluran bantuan benar-benar tepat sasaran. ... Setelah pensiun dari RS Borromeus Bandung, Pakde menjadi pengajar

KAREBA PALU KORO

Sambungan halaman 3... Keinginan untuk berbagi juga memotivasi Pakde untuk selalu

terlibat dalam tugas-tugas kemanusiaan di lokasi-lokasi bencana.

“Saya sudah pensiun, keluarga sudah diberi kecukupan. Selagi

saya mampu, saya ingin berbuat sesuatu untuk sesama. Selain itu,

menjadi suatu kebanggaan tersendiri buat saya ketika bersama

tim Perdhaki mampu membuat pelayanan menjadi lebih hidup,”

ungkap Pakde.

Yang dimaksud dengan hidup disini adalah tidak hanya sekedar

melaksanakan tugas dan rutinitas pelayanan medis namun juga

menyapa serta berempati kepada para penyintas.

“Satu kebahagian bagi tim saat melihat penyintas yang

kesakitan saat bangun atau berjalan bisa tersenyum dan berjalan

setelah pengobatan yang diberikan,” kata Pakde.

Masnani dan Risnawati pun menyampaikan rasa terima kasih

mereka kepada Pakde. Tanpanya, rasa sakit Masnani dan Risnawati

tak berkurang. (mdk)

Melayani...

Infografis

sebaran respons

gempa tsunami

dan likuifaksi

di Kabupaten

Donggala, Sulteng.

06

Page 7: Januari 2019 - I edisi #5 KAREBA PALU KORO · dan alamat, agar penyaluran bantuan benar-benar tepat sasaran. ... Setelah pensiun dari RS Borromeus Bandung, Pakde menjadi pengajar

KAREBA PALU KORO

Sambungan dari halaman 1...“Jitupasna bertujuan agar upaya-upaya pemulihan pascabencana berorientasi pada pemulihan harkat dan martabat manusia secara

utuh,” kata Agung.

Titik menambahkan, “Hasil jitupasna yang dilakukan tim ERCB juga berguna untuk membantu pemerintah maupun pihak swasta lain,

dan juga LSM yang akan melakukan pendampingan di desa tersebut dalam tahap rehabilitasi dan rekonstruksi.”

“Diharapkan dapat membantu pemerintah daerah dan pihak swasta lainnya dalam melakukan verifikasi dampak kerusakan dan

perhitungan kebutuhan pasca bencana. Jika seandainya kita hanya bisa di 3 desa, maka (lembaga) lain bisa membantu di desa lainnya

melihat hasil jitupasna tim ERCB,” ujar Titik.

Kegiatan jitupasna ditargetkan di 15 desa yang menjadi lokasi intervensi ERCB. Di Kabupaten Sigi sebanyak 7 desa (Boladangko,

Bolapapu, Tangkulawi, Omu, Tuva, dan Lewara), Kabupaten Donggala sebanyak 5 desa (Loli Pesua, Loli Saluran, Lampo, Limboro, dan

Salumbone), dan Kota Palu sebanyak 4 kelurahan (Panau, Tondo, Lambara, dan Buluri).

Adapun 7 lokasi desa yang telah dilakukan Jitupasna saat ini yaitu Kelurahan Panau, Kelurahan Tondo, Desa Loli Pada, Desa Lampo,

Desa Tangkulowi, Desa Boladangko dan Desa Bolapapu. “Sejauh ini sudah terlaksana pelatihan pertama (sosisalisasi alat jitupasna)

pada tanggal 30 November 2018 yang diikuti oleh 30 peserta dari mitra lokal ERCB (Karsa, Awam Green dan YMP),” tambah Ilham Syaiful

Huda dari LPTP.

Tujuan dari pelatihan ini agar peserta paham tujuan jitupasna, mampu menerapkan metode dan tool jitupasna. Selain itu, pelatihan

kedua (evaluasi hasil Jitupasna) juga telah terlaksana pada tanggal 11 Desember 2018, diikuti oleh 25 peserta dari mitra lokal ERCB

(Karsa, Awam Green dan YMP) di Villa Sutan Raja, Kelurahan Mantikulore, Kecamatan Palu Timur, Kota Palu. Tujuannya agar peserta

paham alur, target dan mampu menyusun dokumen jitupasna.

Jitupasna ini nantinya tidak sekedar kajian kebutuhan pascabencana tetapi juga akan dilakukan PDRA (Participatory Disaster Risks Appraisal) guna mendukung adanya kajian risiko yang menyeluruh terhadap kondisi saat ini yang akan digunakan dalam memberikan

rekomendasi rencana rehabilitasi dan rekonstruksi yang lebih memperhatikan risiko bencana yang ada. (ta/mdk)

Berita Foto

Anak-anak di Kelurahan Mamboro, Palu Utara, Sulteng bermain karet di

tempat pengungsian. Foto: Martin Dody/ERCB

Libatkan...

07

Page 8: Januari 2019 - I edisi #5 KAREBA PALU KORO · dan alamat, agar penyaluran bantuan benar-benar tepat sasaran. ... Setelah pensiun dari RS Borromeus Bandung, Pakde menjadi pengajar

KAREBA PALU KORO

Kareba Palu Koro adalah media penyebaran informasi terkait penanganan bencana di Sulawesi Tengah yang dikelola oleh Jaringan Emergency Response Capacity Building (ERCB) pada masa tanggap darurat hingga masa rehabilitasi pasca bencana gempa, tsunami, dan likuifaksi 28 September 2018 di Palu, Sigi, dan Donggala, Sulawesi Tengah. Media ini didukung oleh pendanaan dari SHO dan Cordaid dan terbit dua mingguan.

Pemimpin Redaksi: Arfiana Khairunnisa (KARINA Yogyakarta)

Redaksi: Martin Dody Kumoro, Thomas Aquinus (Bina Swadaya), M. Fauzan (Yayasan Merah Putih)

Saran dan masukan dapat dikirimkan melalui [email protected] atau dialamatkan ke Jl. Karanja Lembah, Lorong BTN Polda, Samping Perum Kelapa GadingDesa Kalukubula, Kec. Sigi Biromaru, Kab. Sigi, Sulteng

REDAKSIONALINFOGRAFIS DISTRIBUSI BANTUAN ERCB DI MARAWOLA BARAT

Infografis distribusi bantuan Konsorsium ERCB di Kecamatan Marawola Barat, Kabupaten

Sigi, Sulawesi Tengah sampai dengan 9 Desember 2018. Bantuan yang diberikan untuk 11

desa berupa bahan makanan seperti beras, ikan asin, dan juga non-food item seperti tangki

air, terpal serta pelayanan kesehatan. (mdk)

08