februari 2019 - ii edisi #8 kareba palu koro · tim dari cordaid bertemu para penerima manfaat...

8
KAREBA PALU KORO KABAR PENANGANAN BENCANA SULTENG Februari 2019 - II edisi #8 Tim dari Cordaid bertemu para penerima manfaat Rumah Tumbuh di Desa Bolapapu. Foto: Martin Dody/ERCB KUNJUNGAN LAPANGAN CORDAID BELANDA T im Cordaid dari Belanda datang berkunjung ke Sulawesi Tengah pada 11-12 Februari 2019 lalu. Tim Cordaid yang terdiri dari Annelies Claessens (Humanitarian Department Director), Inge Leuverink (Humanitarian Department Advisor dan Program Manager untuk Sulawesi Tengah) dan Martin Derks (Project Controller) dari Cordaid, Belanda, datang untuk melihat apa yang sudah, sedang, dan akan dikerjakan oleh konsorsium ERCB (Emergency Response Capacity Buiding) sejak bulan Oktober 2018 lalu hingga bulan Februari 2019 ini. ERCB dalam melaksanakan program-program bantuan di Sulawesi Tengah didukung oleh Cordaid. Tujuan lain dari kunjungan mereka adalah ingin belajar dari proses yang di lapangan, bentuk kerjasama yang terjalin antara organisasi-organisasi kemanusiaan dengan pemerintah setempat. Kesulitan-kesulitan dan tantangan yang ada juga diidentifikasi untuk kemudian dicarikan solusinya sambil memperhatikan apa saja yang masih bisa ditingkatkan. Di sisi lain, kunjungan dari Cordaid ini juga dalam rangka menjaga akuntabilitas organisasi. Masyarakat Belanda melalui SHO sudah menggalang dana untuk membantu wilayah-wilayah yang terdampak bencana, termasuk masyarakat terdampak di Sulawesi Tengah. Bentuk pertanggungjawaban dari Cordaid untuk melaporkannya kembali bahwa yang sudah diberikan benar-benar memberikan manfaat. Kunjungan ini diawali dengan pertemuan para mitra yang terlibat dalam konsorsium ERCB, seperti LPTP, Bina Swadaya, Pusaka Indonesia, dan Perdhaki, proses kolaborasi dengan para mitra lokal seperti Karsa Institute, Yayasan Merah Putih, dan Awam Green didiskusikan. Hal tersebut dianggap menarik karena pelaksanaan tanggap darurat di Sulawesi Tengah ini dipandang sebagai sebuah model dimana kekuatan lokal (lembaga/ organisasi setempat) mengambil inisiatif untuk melakukan respons kebencanaan berkolaborasi dengan organisasi-organisasi dari luar Sulawesi Tengah. Proses evaluasi untuk menjaga akuntabilitas organisasi pun didiskusikan dalam kesempatan ini. Setelah pertemuan tersebut, kegiatan dilanjutkan dengan kunjungan lapangan ke Kelurahan Lambara dan Kecamatan Bersambung ke halaman 6...

Upload: truongphuc

Post on 26-Apr-2019

230 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: Februari 2019 - II edisi #8 KAREBA PALU KORO · Tim dari Cordaid bertemu para penerima manfaat Rumah Tumbuh di Desa ... Kunjungan ini diawali dengan pertemuan para ... penyediaan

KAREBA PALU KOROKABAR PENANGANAN BENCANA SULTENG

Februari 2019 - II edisi #8

Tim dari Cordaid bertemu para penerima manfaat Rumah Tumbuh di Desa

Bolapapu. Foto: Martin Dody/ERCB

KUNJUNGAN LAPANGAN CORDAID BELANDATim Cordaid dari Belanda datang berkunjung ke Sulawesi

Tengah pada 11-12 Februari 2019 lalu. Tim Cordaid yang terdiri dari Annelies Claessens (Humanitarian

Department Director), Inge Leuverink (Humanitarian Department Advisor dan Program Manager untuk Sulawesi Tengah) dan Martin Derks (Project Controller) dari Cordaid, Belanda, datang untuk melihat apa yang sudah, sedang, dan akan dikerjakan oleh konsorsium ERCB (Emergency Response Capacity Buiding) sejak bulan Oktober 2018 lalu hingga bulan Februari 2019 ini. ERCB dalam melaksanakan program-program bantuan di Sulawesi Tengah didukung oleh Cordaid.

Tujuan lain dari kunjungan mereka adalah ingin belajar dari proses yang di lapangan, bentuk kerjasama yang terjalin antara organisasi-organisasi kemanusiaan dengan pemerintah setempat. Kesulitan-kesulitan dan tantangan yang ada juga diidentifikasi untuk kemudian dicarikan solusinya sambil memperhatikan apa saja yang masih bisa ditingkatkan.

Di sisi lain, kunjungan dari Cordaid ini juga dalam rangka menjaga akuntabilitas organisasi. Masyarakat Belanda melalui

SHO sudah menggalang dana untuk membantu wilayah-wilayah yang terdampak bencana, termasuk masyarakat terdampak di Sulawesi Tengah. Bentuk pertanggungjawaban dari Cordaid untuk melaporkannya kembali bahwa yang sudah diberikan benar-benar memberikan manfaat.

Kunjungan ini diawali dengan pertemuan para mitra yang terlibat dalam konsorsium ERCB, seperti LPTP, Bina Swadaya, Pusaka Indonesia, dan Perdhaki, proses kolaborasi dengan para mitra lokal seperti Karsa Institute, Yayasan Merah Putih, dan Awam Green didiskusikan. Hal tersebut dianggap menarik karena pelaksanaan tanggap darurat di Sulawesi Tengah ini dipandang sebagai sebuah model dimana kekuatan lokal (lembaga/organisasi setempat) mengambil inisiatif untuk melakukan respons kebencanaan berkolaborasi dengan organisasi-organisasi dari luar Sulawesi Tengah. Proses evaluasi untuk menjaga akuntabilitas organisasi pun didiskusikan dalam kesempatan ini.

Setelah pertemuan tersebut, kegiatan dilanjutkan dengan kunjungan lapangan ke Kelurahan Lambara dan Kecamatan

Bersambung ke halaman 6...

Page 2: Februari 2019 - II edisi #8 KAREBA PALU KORO · Tim dari Cordaid bertemu para penerima manfaat Rumah Tumbuh di Desa ... Kunjungan ini diawali dengan pertemuan para ... penyediaan

KAREBA PALU KORO

PALU - Gubernur Sulawesi Tengah Longki Djanggola kembali memperpanjang tahap II Masa Transisi Darurat Penanganan Pascabencana Sulawesi Tengah. Keputusan itu diambil dalam rapat evaluasi tahap I Masa Transisi Darurat. Perpanjangan ditambah 60 hari, mulai 24 Februari hingga 24 April 2019.

Kepala Satgas PUPR Arie Setiadi menyampaikan progres pembangunan hunian sementara dari target 699 unit sampai dengan saat ini sudah terbangun sebanyak 488 unit. Hanya saja belum semuanya ada aliran listrik dan air bersih.

Arie meminta waktu selama dua bulan kedepan untuk dapat menyelesaikan seluruh huntara. "Kami meminta kepada Bupati Sigi, Donggala dan Walikota Palu agar dapat segera mengisi huntara yang telah siap untuk dihuni," kata Arie Setiadi.

Kepala Dinas Sosial Propinsi Sulawesi Tengah Ridwan Mumu menyampaikan bahwa proses pencairan dana duka sudah pada verifikasi. Dari 4.402 korban meninggal yang sudah terverifikasi dan persyaratannya sudah lengkap sudah mencapai 1.606 jiwa dan dana santunan duka sudah siap ditransfer kepada rekening masing masing ahli waris,

"Selanjutnya untuk pemberian jaminan hidup kepada 72.000 jiwa pengungsi selama 60 hari sudah disiapkan dan juga pengisian kelengkapan huntara sementara dalam proses sehingga masih dibutuhkan adanya perpanjangan transisi darurat," kata Ridwan Mumu.

Demikian pula Walikota Palu dan Wakil Bupati Sigi, keduanya mengharapkan masih adanya perpanjangan transisi darurat. Senada, Begitupula Danrem 132 Tadulako juga meminta kalau masa transisi darurat diperpanjang, perlu dibentuk posko

bersama untuk dapat mengevaluasi seluruh kegiatan kegiatan yang akan dicapai.

Selanjutnya, Kepala BPBD Propinsi Sulawesi Tengah Bartholomeus Tandigala menyampaikan melihat kebutuhan penyelesaian huntara dan melihat prosesnya sehingga perpanjangan masa transisi darurat masih sangat dibutuhkan.

Terakhir pertimbangan teknis, perwakilan BNPB Sulteng Endang Suhendra menyampaikan bahwa perlakuan terhadap masa transisi darurat dengan masa tanggap darurat adalah sama. Kalau masih dilakukan perpanjangan perlu terukur waktu dan apa target target yang akan diselesaikan.

"Hasil evaluasi tim Auditor bahwa pelaksanaan seluruh kegiatan penanggulangan bencana Sulawesi Tengah mendapat penilaian sangat baik," kata Endang Suhendra.

Gubernur juga menetapkan Posko Bersama di Makorem 132 Tadulako dan menetapkan Ketua Posko Bersama adalah Danrem 132 Tadulako, Wakil Ketua Sekda Propinsi Sulawesi Tengah dan Sekretaris Kepala BPBD Propinsi Sulawesi Tengah. Surat Keputusan penetapannya akan ditetapkan selanjutnya.

Rapat Evaluasi Perpanjangan Tahap I Status Transisi Darurat Bencana Sulawesi Tengah dihadiri unsur Forkompimda, Satgas PUPR, Perwakilan Menkopolhutkam, Walikota Palu, Bupati Sigi, Bupati Donggala, Bupati Parigi Moutong, Kepala BPBD , Kadis Sosial Propinsi dan OPD terkait. (Kabar Sulteng Bangkit)

Reporter: PataruddinFoto : Humas Pemprov SultengEditor: Yardin Hasan

TRANSISI DARURAT DIPERPANJANG 60 HARI

02

Page 3: Februari 2019 - II edisi #8 KAREBA PALU KORO · Tim dari Cordaid bertemu para penerima manfaat Rumah Tumbuh di Desa ... Kunjungan ini diawali dengan pertemuan para ... penyediaan

KAREBA PALU KORO

Pada Selasa (12/2), konsorsium Emergency Respone Capacity Building (ERCB) menyerahkan bantuan satu unit truk sampah (arm roll truck) beserta dengan bak sampahnya untuk Pemerintah Daerah Kabupaten Sigi melalui Dinas Lingkungan Hidup. Acara ini berlangsung di Rumah Makan Raja Kuring, Palu.

Kepala Dinas Lingkungan Hidup Kabupaten Sigi, Mohamad Afit, ST.M.Si., mengatakan tentang minimnya armada sampah di Sigi.

“Sarana dan prasarana untuk penanganan sampah di Kabupaten Sigi saat ini hanya memiliki 2 buah truk pengangkut dan 7 buah bak, dengan 5 hingga 6 tenaga pengangkut,” kata Afit.

Dengan luasan Sigi yang cukup besar, keterbatasan sarana prasarana dan sumber daya manusia berakibat pada biaya operasional yang cukup besar dan tidak efisien. Oleh karenanya, tambahan unit truk sampah ini besar manfaatnya untuk membantu penanganan sampah di Kabupaten Sigi.

Bantuan ini diserahkan secara simbolis dengan penyerahan kunci truk oleh Humanitarian Department Director Cordaid Belanda, Annelies Claessens, yang diterima langsung oleh Bupati Sigi, Mohamad Irwan, S.Sos.,M.Si didampingi Afit. Penyerahan dan pemeriksaan unit dilakukan di area parkir RM Raja Kuring.

Mewakili pemerintah Kabupaten Sigi, Irwan mengapresiasi bantuan yang diberikan oleh Cordaid melalui konsorsium ERCB.

“Terima kasih atas bantuan truk ini. Semoga semakin membantu dalam penanganan sampah di wilayah Kabupaten

TRUK SAMPAH UNTUK KABUPATEN SIGI

Annelies Claessens menyerahkan secara simbolis kunci truk sampah

kepada Bupati Sigi, M. Irwan Lapata. Foto: Martin Dody/ERCB

Foto: Dokumentasi Humas Kabupaten Sigi

Bersambung ke halaman 8...

03

Page 4: Februari 2019 - II edisi #8 KAREBA PALU KORO · Tim dari Cordaid bertemu para penerima manfaat Rumah Tumbuh di Desa ... Kunjungan ini diawali dengan pertemuan para ... penyediaan

KAREBA PALU KORO

Hingga saat ini, Elfina dan keluarganya masih tinggal di posko pengungsian di Kelurahan Lambara, Palu Utara. Disaat Kareba Palu Koro bersama dengan tim Cordaid

dan ERCB berbincang-bincang dengannya, Elfina mengisahkan bahwa ia dan keluarga sempat pindah tiga kali sebelum akhirnya tinggal di posko pengungsian di Lambara tersebut.

Disaat kejadian gempa dan tsunami dua anak Elfina yang lain sedang berada di rumah kakaknya (yang dekat dari rumahnya?). Dirinya berteriak-teriak supaya semua orang keluar dari rumah karena gempa.

“Sempat kami tertimpa batako rumah, tapi beruntung bisa terbebas dan selamat. Anak saya yang bungsu terseret ombak dan baru bertemu keesokan harinya dengan kondisi selamat,” katanya bersyukur.

Untuk mencapai ke tempat pengungsian, ia dan anak-anaknya

berjalan hampir sejauh 3 kilometer tanpa mengenakan alas kaki.“Yang membuat saya semakin sedih adalah, setelah bencana

anak kedua saya yang perempuan dilamar. Sedih karena dia menikah dan kami tidak punya rumah, tidak punya apa-apa. Kami pun menumpang di rumah kakak untuk acara itu,” kenangnya sambil meneteskan air mata.

Suami Elfina sendiri, Zaenal, di saat kejadian sedang berada di Pantai Talise, Palu. Ia sedang menyiapkan perahu untuk Festival Palu Nomoni saat itu.

“Saya sedang ikat perahu di atas air waktu itu. Gempa pertama datang, kami tetap berada di atas perahu karena kami kira gelombang ombak biasa. Hingga gempa yang terbesar datang, saat itu juga ada komando untuk lari,” kata Zaenal.

Menurut Zaenal, gemuruh ombak (tsunami) seperti gemuruh gempa, Zaenal terangkat oleh gelombang tsunami tersebut dan

ELFINA DAN ZAENAL,KISAH DARI LAMBARA

Elfina dan anak bungsunya sedang menyiram tanaman di belakang rumahnya ketika gempa dan tsunami menerpa Palu, 28 September 2018. Rumahnya yang hanya kurang dari 200 meter dari bibir pantai, menjadi sasaran empuk gelombang tsunami. Suaminya yang nelayan sedang berada di laut, sedang ia dan anak bungsunya sempat terpisah karena gelombang tsunami.

Elfina dan Zaenal saat menceritakan kembali pengalaman saat terjadi gempa

dan tsunami 28 September 2018. Foto: Martin Dody/ERCB

04

Page 5: Februari 2019 - II edisi #8 KAREBA PALU KORO · Tim dari Cordaid bertemu para penerima manfaat Rumah Tumbuh di Desa ... Kunjungan ini diawali dengan pertemuan para ... penyediaan

KAREBA PALU KORO

turun di aspal jalan pinggir pantai. Dia berusaha untuk lari. “Di saat kami lari, kami sambil menghindar karena air

juga muncul dari tanah. Kami ambil jalan pintas sambil terus menghindar. Sementara banyak yang lari lurus dengan aspal. Nah, disitu yang habis banyak (korban meninggal),” tambahnya.

“Yang mengherankan buat kami semua adalah, hampir semua korban tsunami ini telanjang. Tidak tahu apa yang terjadi,” kata Zaenal.

Karena malam harinya gelap dan banyak potongan pohon dan reruntuhan, ia bersama tujuh orang temannya melakukan pencarian korban keesokan harinya.

“Kami berdelapan bantu cari korban dan kami heran kenapa hampir semua dari mereka (korban tsunami) ini telanjang. Tidak ada satu pun kain yang melekat di tubuh mereka,” katanya.

Menurut kesaksian Zaenal dan beberapa orang yang ikut berkumpul saat itu, ketika melakukan evakuasi ke dalam rumah-rumah, kain-kain seperti kain gorden, ketika dipegang hancur seperti memegang daun yang sudah sangat kering.

“Tidak tahu zat apa yang muncul sehingga bisa begitu,” kata Zaenal.

Zaenal termasuk seorang nelayan yang tangguh dan berani. Dia sering mengikuti perlombaan perahu nelayan juga. Jadi ombak-ombak besar sering dihadapinya.

“Sering saya hadapi ombak-ombak besar yang tingginya lebih dari rumah, sampai seperti menghilang. Tapi begitu dapat satu ombak ini (tsunami), sudah saya tidak bisa berkata apa-apa. Jangan sampai terjadi lagi,” katanya.

Menurut kesaksiannya, datangnya tsunami tanpa ada tanda-tanda air surut terlebih dahulu. Tidak lama setelah gempa, air

laut naik bercampur lumpur dan kemudian menerjang daratan sehingga tidak banyak yang bisa lari menyelamatkan diri terlebih dahulu.

“Kami ini bertahan tinggal di dekat pantai karena dibilang bahwa kalau di teluk Palu tidak mungkin ada tsunami sebesar apapun jika terjadi gempa. Ya sudah kami bertahan tinggal di sana,” kata Elfina.

Dan pada kenyataannya tsunami terjadi di wilayah tersebut. Menurut catatan sejarah kebencanaan, pernah terjadi tsunami di wilayah tersebut, terutama di wilayah Mamboro, Palu Utara di tahun 1938 dan di Dusun Mapaga, Desa Labean, Donggala pada tahun 1968.

Zaenal, Elfina dan ketiga anaknya saat ini masih tinggal di posko pengungsian di kelurahan Lambara. Alasan untuk akhirnya menetap di posko tersebut adalah karena lokasinya yang tidak terlalu jauh dari pantai sehingga suaminya masih bisa melanjutkan mata pencaharian sebagai nelayan. Perahu mereka yang hilang, sudah mendapatkan penggantian lewat bantuan dari sebuah organisasi. Untuk membangun rumah mereka kembali tidak memungkinkan karena letaknya yang masuk ke zona rawan bencana 200 meter dari bibir pantai.

Untuk tinggal di huntara, selain belum mendapatkan jatah, bentuknya yang komunal tidak terlalu disukai.

“Disini kami malah dekat dengan air (fasilitas MCK) yang bersih dan terawat,” kata Elfina.

Selain itu, keputusan untuk menetap di posko dan belum kembali ke wilayah dekat pantai adalah karena anak-anak Elfina masih merasa trauma. Namun ia dan suami tetap bersyukur karena seluruh anggota keluarganya selamat. (mdk)

Inge Leuverink ( Humanitarian Department Advisor Cordaid)

tersentuh saat mendengarkan kisah Elfina, salah seorang penyintas

tsunami di wilayah Panau, Palu Utara. Foto: Martin Dody/ERCB

05

Page 6: Februari 2019 - II edisi #8 KAREBA PALU KORO · Tim dari Cordaid bertemu para penerima manfaat Rumah Tumbuh di Desa ... Kunjungan ini diawali dengan pertemuan para ... penyediaan

KAREBA PALU KORO

Sambungan halaman 1...

Tawael di Palu untuk melihat fasilitas MCK yang sudah dibangun oleh ERCB dan pemanfaatannya hingga sekarang. Dalam kesempatan ini, pengurus posko pengungsian di Lambara, Herman, menyampaikan bahwa fasilitas MCK tersebut terus dirawat dan dimanfaatkan.

Setelah sempat berbincang-bincang dengan beberapa penyintas, rombongan tim Cordaid dan ERCB melanjutkan perjalanan ke Panau untuk bertemu calon penerima manfaat perahu nelayan dan juga ke Loli Pesua, Donggala, untuk melihat hasil pemipaan dan penyediaan air bersih untuk pos pengungsian terpadu disana.

Di hari kedua, Cordaid bersama ERCB berkunjung ke tiga desa di Kecamatan Kulawi, yaitu Bolapapu, Boladangko, dan Tangkulowi. Selain melihat apa yang sudah dilakukan dan dibangun ERCB sejak bulan Oktober 2018 lalu, juga untuk melihat apa yang akan dikerjakan pada tahap early recovery ini. Diantaranya, ERCB akan membangun Rumah Tumbuh di wilayah tiga desa tersebut. Rencana akan dibangun sebanyak 178 unit Rumah Tumbuh. Selain itu perbaikan jalur irigasi dan pemberian bibit sayur juga akan dilakukan untuk mendukung sektor mata pencaharian masyarakat.

Anna, sapaan akrab Annelies, merasa senang dengan kunjungan yang dilakukan, terutama ketika berkunjung ke Bolapapu, Boladangko, dan Tangkulowi di Kecamatan Kulawi. Selain merasakan sambutan yang luar biasa dan merasa diterima oleh warga Kulawi, khususnya oleh Camat Kulawi dan juga kepala desa, ia juga bisa melihat kerja keras yang dilakukan oleh Camat Kulawi dalam masa tanggap bencana hingga sekarang dan bagaimana ia mendukung pemerintah daerah Kabupaten Sigi dalam berproses hingga

Berita Foto

Kunjungan Lapangan...

06

Page 7: Februari 2019 - II edisi #8 KAREBA PALU KORO · Tim dari Cordaid bertemu para penerima manfaat Rumah Tumbuh di Desa ... Kunjungan ini diawali dengan pertemuan para ... penyediaan

KAREBA PALU KORO

Berita fotoPara murid kelas 1 dan 2 SD Negeri 2 Boladangko masih

harus belajar di tenda sembari menunggu ruang kelas

mereka selesai dibangun. Hampir seluruh bangunan

sekolah ini hancur akibat gempa 28 September 2018

lalu. Foto: Martin Dody/ERCB

sekarang ini. “Terasa menyenangkan melihat kolaborasi yang baik antar

pemangku kepentingan di pemerintah daerah Kabupaten Sigi,” kata Anna.

Menambahkan, Inge menyampaikan bahwa tidak mudah untuk melihat dan menilai apa yang sudah dilakukan, kolaborasi yang terjalin tidak hanya antar mitra namun juga dengan para pemangku kepentingan yang lain dalam waktu yang sangat pendek (2 hari).

“Tapi bisa merasakan tanggapan dan atmosfer yang baik ketika bersama dengan tim dan warga terdampak merupakan pertanda yang baik,” kata Inge.

“Saya bisa merasakan relasi yang baik antar tim, dengan warga, dan dengan pemerintah setempat. Kepemimpinan yang baik dari para mitra, terutama pula mitra lokal kita juga perlu diapresiasi,” tambahnya. (mdk)

07

Page 8: Februari 2019 - II edisi #8 KAREBA PALU KORO · Tim dari Cordaid bertemu para penerima manfaat Rumah Tumbuh di Desa ... Kunjungan ini diawali dengan pertemuan para ... penyediaan

KAREBA PALU KORO

Kareba Palu Koro adalah media penyebaran informasi terkait penanganan bencana di Sulawesi Tengah yang dikelola oleh Jaringan Emergency Response Capacity Building (ERCB) pada masa tanggap darurat hingga masa rehabilitasi pasca bencana gempa, tsunami, dan likuifaksi 28 September 2018 di Palu, Sigi, dan Donggala, Sulawesi Tengah. Media ini didukung oleh pendanaan dari SHO dan Cordaid dan terbit dua mingguan.

Pemimpin Redaksi: Arfiana Khairunnisa (ERCB Indonesia)

Redaksi: Martin Dody Kumoro

Saran dan masukan dapat dikirimkan melalui [email protected] atau dialamatkan ke Jl. Karanja Lembah, Lorong BTN Polda, Samping Perum Kelapa GadingDesa Kalukubula, Kec. Sigi Biromaru, Kab. Sigi, Sulteng

REDAKSIONAL

Tim Cordaid dan ERCB saat berdikusi dengan para warga Desa Tangkulowi,

Kecamatan Kulawi, Kabupaten Sigi. Kepala Desa Tangkulowi, Kristison Towimba,

turut serta dalam kesempatan ini. Foto: Martin Dody/ERCB

Dengan dukungan:

Sambungan halaman 3...

Sigi,” kata Irwan.Dalam sambutannya, Anna (Annelies Claessens) mengapresiasi kolaborasi yang berjalan

baik diantara para mitra yang tergabung dalam konsorsium ERCB juga bagaimana konsorsium ini menjalin kolaborasi yang baik dengan pemerintah setempat dalam menjalankan program di Sulawesi Tengah. Anna juga menunjukkan apresiasinya terhadap Bupati Sigi atas kepemimpinan yang baik hingga mampu mengkoordinasi jajaran-jajarannya dalam penanganan kebencanaan terutama di wilayah Kabupaten Sigi.

“Hal ini merupakan wujud dari kepemimpinan yang baik. Tidak hanya mendelegasikan tugas kepada jajarannya dan memastikan pelaksanaannya, namun juga memastikan kebutuhan di wilayahnya bisa tercukupi,” kata Anna.

Konsorsium ERCB (Emergency Response Capacity Building) dengan dukungan dari Cordaid telah melaksanakan program bantuan kebencanaan sejak Oktober 2018 lalu pascagempa bumi, tsunami, dan likuefaksi di Sulawesi Tengah. Bergerak bersama mitra lokal seperti Karsa Institute, Yayasan Merah Putih, dan Awam Green, ERCB menjangkau 15 desa di 3 kabupaten di Sulawesi Tengah. Dan dalam kesempatan ini pula disampaikan bahwa ERCB berencana membangun Rumah Tumbuh sebanyak 223 unit untuk para penyintas, dimana 178 unit diantaranya akan dibangun di wilayah Kabupaten Sigi selain juga memberikan bantuan di sektor mata pencaharian. (mdk)

Truk Sampah...

08