eprints.unm.ac.ideprints.unm.ac.id/5503/1/skripsi jadi.docx · web viewtradisionalnya. hal ini...
TRANSCRIPT
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Keragaman kebudayaan Indonesia sangat dipengaruhi oleh banyaknya
suku yang ada di Indonesia. Suku-suku ini satu sama lain memiliki adat istiadat
yang berbeda-beda. Perbedaan tersebut jelas terlihat dalam kehidupan sehari-hari
seperti upacara-upacara tradisional, kesenian dan kepercayaan. Dengan demikian,
sebagai pemilik aneka budaya, maka selayaknya ada usaha untuk dapat
mempertahankan bahkan melestarikan kebudayaan tersebut. Untuk
mempertahankan dan melestarikan kebudayaan asli Indonesia perlu ada upaya
nyata dari seluruh komponen bangsa Indonesia, baik itu pemerintah, masyarakat
ataupun lembaga-lembaga formal, bahkan sampai pada individu-individu sebagai
elemen terkecil dari masyarakat.
Perkembangan seni tradisional sedikit demi sedikit mengalami kemajuan
walaupun sifat karakter seninya tetap masih nampak merupakan ciri khas yang
tidak dapat di pungkiri keasliannya. Kesenian tradisonal memang hidupnya masih
tragis, sebab ketika dicari maka harus ditelusuri di pinggir kota atau di desa-desa
dengan lingkungan hidup yang serba sederhana. Bentuk dan coraknya masih
bersifat lokal dan hidup dominan di kalangan suku bangsa tertentu dan sering kali
menjadi bagian dalam upacara-upacara. Begitu juga halnya di Sulawesi Sealatan
yang mempunyai berbagai macam corak budaya dan tradisi juga seni
1
2
tradisionalnya. Hal ini dapat kita lihat pada berbagai jenis kesenian daerah yang
berbeda satu dengan yang lainnya. Dari perbedaan itulah menjadi unsur dan ciri
khas dari masing-masing suku.
Seni pertunjukan yang meliputi seni tari merupakan salah satu bentuk seni
tari yang digemari oleh masyarakat karena tari merupakan warisan budaya yang
harus kita tetap lestarikan. Dalam buku Elementer Tari dan Beberapa Masalah
Tari dikatakan bahwa perbedaan sifat dan ragam tari dalam berbagai kebudayaan
disebabkan oleh lingkungan alam, perkembangan sejarah, sarana komunikasi dan
temperamen manusianya yang khas. (Sedyawati 1986: 3)
Seni tradisional pada dasarnya, ada beberapa macam yaitu seni tari, seni
musik,seni sastra, dan seni drama (teater). Seni tradisional khususnya pertunjukan
tradisional yang berkembang dalam masyarakat. Sesungguhnya mempunyai
fungsi penting. Hal tersebut mencakup dua segi yaitu, segi daya jangkau
penyebarannya dan dari segi fungsi sosialnya. Dilihat dari segi penyebaran
sosialnya, pertunjukan rakyat memiliki hidup dan berkembang dalam masyarakat.
(Monoharto, Dkk, 2003: 37). Ninik Sumiani mengemukakan pendapat tentang
seni pertunjukan dengan mengatakan bahwa:
Seni pertunjukan dapat dijumpai dalam masyarakat untuk kepentingan kegiatan-kegiatan tertentu. Seni pertunjukan yang terutama berupa tari-tarian dengan iringan bunyi-bunyian, sering mengundang kekuatan-kekuatan magis, namun sering pula merupakan tanda syukur pada peristiwa-peristiwa tertentu. Di lingkungan etnik, seni pertunjukan sering difungsikan sebagai: pemanggil kekuatan gaib, penjemput roh pelindung, pengusir roh jahat, peringatan pada nenek moyang, pelengkap upacara, dan perwujudan dari dorongan untuk mengungkap keindahan. (Sumiani, 2004: xiii).
3
Fungsi sosial pertunjukan rakyat dapat mempererat hubungan antara
masyarakat yang satu dengan masyarakat yang lain misalnya, pada pertunjukan
seni yang melibatkan semua anggota masyarakat dan ikut berpartisipasi didalam
pertunjukan tersebut. Dialog antara pemain yang mencerminkan komunikasi
antara unsur masyarakat, komunikasi yang tidak hanya terbatas antar lapisan atas
dan bawah, antar yang berusia muda dengan yang tua, laki-laki dan perempuan
maupun antar golongan pendidikan. (Koentjranigrat: 1984: 286).
Seni budaya tradisional di Indonesia sangat banyak corak dan ragamnya
yang tumbuh dalam suatu proses budaya yang terus menerus dalam bentuk
tranformasi, inovasi dan sebagainya. Bahkan pada kesenian semacam itu muncul
atau di tampilkan pada waktu upacara selamatan dan pesta. Upacara tradisional
yang masih tetap diselenggarakan pada umumnya yang menyangkut daur hidup
yakni upacara adat perkawinan, kesinambungan proses inilah yang membuat
kesenian tradisional tersebut selalu menemukan nilai-nilai barunya,
Berdasarkan uraian di atas dapat disimpulkan bahwa upaya melestarikan
kesenian trdisional dapat dilakukan dengan cara mendorong dan memberikan
tempat bagi pengembangan potensi tertentu dan seni tradisional yang diperkirakan
dapat memenuhi kebutuhan masyarakat modern yang belum dipenuhi oleh seni
modern. Oleh sebab itu, dengan melestarikan kesenian tradisional maka upaya
untuk melindungi kebudayaan bangsa dan mensejaterahkan masyarakat yang
bergantung pada kesenian tradisional dapat terlaksana. Upaya untuk melestarikan
kesenian tradisional dapat terwujudkan dengan mempelajari dan mengangkat
4
kembali tari-tari tradisional yang ada di daerah setempat, khususnya di Kabupaten
Enrekang.
Kabupaten Enrekang memiliki beberapa tari-tarian tradisional yang cukup
menarik. Akan tetapi, kurangnya masyarakat, seniman dan bahkan pemerintah
setempat yang memperhatikan dan meneliti tentang keberadaan tari-tarian
tradisional tersebut. Akibatnya, beberapa tari-tarian tradisional yang dimiliki oleh
Kabupaten Enrekang hanya diketahui sebagian kecil dari bagian-bagiannya saja,
misalnya nama tarian dan daerah asal tarian tersebut. Di kantor parwisata sendiri
sangat minim data mengenai keberadaan tari-tari tradisional yang ada di
Kabupaten Enrekang, sehingga sangat sulit bila mana terdapat tamu-tamu dari luar
yang mempertanyakan hal tersebut, khususnya kami sebagai pelajar dan peneliti.
Tari Pa’jaga Cakke adalah tarian yang dipentaskan atau ditarikan pada
pesta adat maccera’ manurung (penyembeli hewan untuk to Manurung) yang
dilaksanakan delapan tahun sekali dan pada pesta pernikahan. Tari Pa’jaga Cakke
ini telah ada sejak nenek moyang tau Cakke (orang kalumpini). Menurut sejarah
tari Pa’jaga Cakke diciptakan oleh Puang Allo di Desa Cakke. Puang kajao
adalah To Manurung dari tanah Cakke. Tidak ada yang perna melihat jelas wujud
asli dari Puang Allo. Waktu penciptaan tari Pa’jaga Cakke ini tidak jelas hari,
tanggal, bulan maupun tahunya. Akan tetapi, ini turun temurun di wariskan
kepada masyarakat Cakke sebagai suatu amanat yang harus mereka laksanakan.
Tarian ini bertujuan untuk meminta doa demi terciptanya suatu kemakmuran
dalam hidup. Tari ini tidak dapat ditarikan tampa seizin sandro dan Kepala adat.
Selain itu, tarian ini hanya dapat ditarikan pada saat pesta adat dilangsungkan oleh
5
masyarakat di Desa Cakke yang mampu memenuhi syarat yang telah dientukan
dalam pelaksanaan tari Pa’jaga Cakke.
Keberadaan tari-tari tradisional di Kabupaten Enrekang merupakan
kekayaan yang sangat berharga, salah satunya dalam upacara adat yaitu pesta
pernikahan, sala satu tarian yang sering dilaksanakan dalam pesta pernikahan di
kabupaten Enrekang khususnya di Desa Cakke yaitu tari Pa’jaga Cakke. Dalam
prosesi rangkaian upacara pernikahan tradisional di kabupaten Enrekang di mulai
dengan acara mange assuro (peminagan) sebagai tanda pemberitahuan resmi
kepada masyarakat bahwa penghuni rumah akan mengadakan hajatan menantu.
Masyarakat Enrekang memiliki arti hiasan dari janur kuning atau daun kelapa
muda yang disobek dan ditempatkan di depan rumah. Kadang-kadang dapat
disertai dengan taburan beras kepada calon mempelai laki-laki disaat sampai di
rumah pempelai wanita, dan disertai dengan penjemputan tamu dengan tari
Pa’jaga. Tari Pa’jaga Cakke menjadi tari dalam upacara pernikahan karena tari
Pa’jaga Cakke merupakan salah satu dari sekian banyak jenis tari tradisional
yang berfungsi sebagai tari penjemputan, dimana di dalam upacara pernikahan
tamu di suguhkan dengan tari Pa’jaga sebagai rasa hormat kepada tamu. Tari
Pa’jaga Cakke akan menyampaikan pesan secara simbolis berupa permohonan
doa kepada sang pencipta dan semoga diselamatkan dalam hidup dan dijauhkan
dari segala mara bahaya dan menjadikan keluarga yang bahagia jauh dari
perceraian.
Tari Pa’jaga Cakke adalah tarian yang dibawakan oleh para laki-laki,
sering ditampilkan pada acara pesta pernikahan dan acara menyembelih hewan
6
kurban pada saat selesai Idul Adha. Pada rangkaian acara-acara itu Pa’jaga
Cakke berfungsi sebagai penyambutan para tamu agung yaitu pejabat-pejabat dan
ketua adat masyarakat Enrekang dan pada acar pernikahan masyarakat Enrekang
dari dahulu sampai sekarang, fungsi Pa’jaga Cakke sebagai tari penyambutan
relativ tidak berubah. Sehubungan dengan hal tersebut di atas, maka penulis
tertarik untuk mengangkat jenis tari daerah yang berjudul, “Tari Pa’jag Cakke
dalam pesta pernikahan masyarakat bugis di desa Cakke Kabupaten Enrekang”.
Dengan usaha telah tercipta suatu sikap memelihara dan menyelamtkan kesenian
daerah yang berarti melindungi dan membina, sehingga dapat memberikan
sumbangan yang sangat berarti dalam pembinaan kebudayaan nasional yang kita
harapkan.
B. Rumusan Masalah
Rumusan masalah ini dirumuskan secara operasional agar dapat
memberikan arah yang jelas dalam upaya pengumpulan data dan informasi yang
dibutuhkan dalam penelitian ini. Adapun yang menjadi rumusan masalah dalam
penelitian ini adalah :
1. Bagaimana fungsi tari Pa’jaga Cakke pada pesta pernikahan di Kabupaten
Enrekang ?
2. Bagaimana bentuk penyajian tari pa’jaga Cakke pada pesta pernikahaan di
Kabupaten Enrekang ?
7
C. Tujuan Penelitian
Tujuan yang ingin dicapai dari penelitian ini adalah untuk mendapatkan
data atau informasi yang jelas, lengkap dan benar dan mendiskripsikanya
meliputi:
1. Fungsi tari pa’jaga Cakke pada pesta pernikahan di Kabupaten Enrekang.
2. Bentuk penyajian tari Pa’jaga Cakke pada pesta pernikahaan di Kabupaten
Enrekang.
D. Manfaat Hasil Penelitian
1. Berguna bagi masyarakat khususnya generasi penerus agar dapat mengenal dan
mengetahui tentang salah satu bentuk kesenian daerah.
2. Mendorong terciptanya kesadaran dalam jiwa para seniman untuk meneliti
lebih lanjut guna melestarikan kebudayaan, khususnya budaya Enrekang
Sulawesi selatan.
3. Sebagai salah satu upaya untuk memberikan motivasi bagi masyarakat dalam
menumbuhkan kecintaanya terhadap seni tari tradisonal dan menghargai
seniman-seniman yang berbakat.
8
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA BERFIKIR
A. Tinjauan Pustaka
Berikut ini diuraikan beberapa hal sehubungan judul penelitian dengan
sebuah studi pustaka sebagai landasan teori, adapun hal-hal yang diuraikan adalah
sebagai berikut :
1. Pengertian Tari
Seni tari dapat dikatakan sebagai kesenian universal. Maksudya ialah
kesenian ini dapat dimiliki oleh setiap kelompok masyarakat di seluruh dunia.
Fungsi dari dalam masyarakat tidak harus sama dengan masyarakat lainnya
sehingga dengan sendirinya terdapat perbedaan dalam mempertujukkan dan
memaknai tari itu sendiri. Menurut Soedarsono, tari adalah ekspresi jiwa manusia
yang diungkapkan melalui gerak-gerak ritmis yang indah. Dapat dikatakan juga
bahwa tari adalah ungkapan perasaan manusia yang mengandung unsur-unsur
keindahan yang menjelma dalam bentuk gerak sesuai dengan irama pengiringnya.
(Soedarsono, 1992: 147).
Murgianto menyatakan tari merupakan salah satu cara seseorang dapat
tumbuh sebagai pribadi yang kreatif dan penata tari.(1990:34). Pendapat lain
menyatakan bahwa tari adalah ekspresi jiwa manusia yang diwujudkan dalam
bentuk gerak ritmis yang indah. (Garha, 1977: 5).
8
9
Pangeran suryadin ingrate menyatakan bahwa “Tari adalah gerakan-gerakan
seluruh anggota tubuh manusia yang teratur menurut irama gendang dengan
ekspresi tari”. (Najamuddin, 1983: 12).
Menurut Bagong Kussudiarjo seorang penata tari kenamaan Indonesia
merumuskan :“Tari adalah keindahan gerak anggota-anggota tubuh manusia yang
bergerak, berirama dan berjiwa atau dapat diberi arti bahwa seni tari adalah
keindahan bentuk dari anggota badan manusia yang bergerak, berirama dan
berjiwa harmoni”. (Kussudiarjo, 1981: 16).
Dilihat dari beberapa defenisi diatas, dapat disimpulkan bahwa tari adalah
ekspresi jiwa manusia yang diungkapkan melalui gerak tubuh yang ritmis yang
indah yang disesuaikan dengan irama musik dalam suatu ruang dan waktu
tertentu.Maka unsur-unsur tari yang didapatkan disini yaitu: Tubuh, gerak, irama,
ekspresi, dan ruang.
2. Tari Tradisional
Kata tradisional berasal dari bahasa latin Traditio dan dialihbahasakan
kedalam bahasa Indonesia mejadi Tradisi yang berarti mewariskan. Seni tradisi
artinya seni warisan kekayaan budaya yang sudah cukup lama hidup dan
berkembang secara turun temurun. Seni tari adalah salah satu cabang kesenian
dalam bidang seni gerak dengan menggunakan gerak dan sikap tubuh sebagai
mediumnya gerak setiap tari disini bukanlah gerak sikap kehidupan sehari-hari
tetapi adalah gerak yang dengan kata lain gerak dan tari merupakan perasaan,
khayalan, presepsi atau interprestasi. (Ruslan, 1982: 13).
10
Untuk lebih jelasnya pengertian tari tradisional dapat dijelaskan sebagai
berikut :
“Tari tradisonal adalah bentuk tari yang mengandung nilai-nilai luhur,Bermutu tinggi yang dibentuk dalam pola gerak tertentu dan terikat, telah berkembang dari masa kemasa dan mengandung pula nilai-nilai filosofis yang dalam simbolis, religius, dan tradisi yang tetap”.(Najamuddin, 1982: 6).
Pendapat lain oleh sedarsono dalam bukunya tentang tari-tarian Indonesia
mengatakan: “Tari tradisional adalah semua tarian yang telah menjalani
pengalaman sejarah yang cukup lama, yaitu telah bertumpu pada pola-pola tradisi
yang telah ada“. (Soedarsono,1984: 29).
Corri Hartong mengatakan bahwa “tari adalah gerak-gerak yang diberi
bentuk dan ritmis dari badan didalam ruang”. (Jazuli,1994: 3). Selanjutnya,
pangeran Suryodinigrat mengatakan bahwa “tari adalah gerak seluruh tubuh
disertai bunyi-bunyi (gamelan) dan diatur menurut irama-irama lagunya
(gending). Ekspresi muka dan gerak disesuaikan dengan isi dan makna tarinya”
(Wardana, 1980:8).Tradisional yang berasal dari bahasa latin traditio, sebenarnya
sekaligus berarti handing down ‘mewariskan’ dan betrayal ‘mengkhianat’.
(Murgiyanto, 2004: 11).
Menurut kamus besar bahasa Indonesia edisi ke empat tradisi adalah adat
kebiasaan turun-temurun yang masih dijalankan dalam masyarakat serta penilaian
atau anggapan bahwa cara yang telah ada merupakan yang paling baik dan benar.
(Anton, 2008: 1424).
11
Tari tradisional yang menjadi dasar pertama dan utama ialah susunan dan
koreografinya dalam wujud yang indah. Untuk mempelajarinya harus dihapalkan
ragam-ragamnya disamping irama musik yang mengiringinya. Pada umumnya tari
tradisional didaerah Sulawesai Selatan musik pengiringnya terdiri dari karawitan
Sulawesi selatan seperti gendang, pui-pui, dengkang (gong), anak backing dan
lain-lain.
3. Pengertian Pesta Adat.
“Pesta adalah rangkaian, tindakan atau perbuatan yang terkait dalam
aturan tertentu menurut adat“. (Ali, dalam salbiah 1981: 10). Dalam masyarakat
sering terjadi interaksi yang melahirkan norma-norma tertentu sebagai acuan
dalam mempertahankan keutuhan dan ketentraman masyarakat, pengertian adat
itu sendiri, adat adalah peringatan yang biasa dilakukan oleh masyarakat pada
tempat tertentu. (Bambang M. 1993: 9).
Pesta adalah rangkaian, tindakan/perbuatan yang terkait dalam aturan
tertentu.(Tim, proyek 2000: 37). Upacara adat adalah serangkaian tindakan atau
kegiatan yang dilakukan oleh masyarakat adat baik perorangan maupun
kelompok/komunitas berdasarkan kebiasaan turun-temurun dengan tata urutuan
perlengkapan dan ketentuan-ketentuan adat.
12
4. Pengertian fungsi tari
Pengertian fungsi menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia adalah
“kegunaan suatu hal’. (Muhaimin, 2000: 322). Jadi fungsi adalah sesuatu yang
mempunyai kegunaan dalam artian manfaat atau faedah.
Fungsi menujukkan kedudukan, tugas, dan kepentingan tertentu. Karena
itu untuk kepentingan tertentu itulah, tari dibentuk dan diarahkan kegunaan
penampilannya yang khusus, disamping eksistensi dalam artianya sebagai
kesenian yang lebih luas. Dalam masyarakat primitif, Gerturde Kurat
(Soedarsono, 1998: 56).
Sementara Soedarsono (1999) merumuskan tipologi tari meliputi
dua fungsi yaitu:
1. Fungsi primer. Fungsi primer jikalau fungsi dirasakan langsung
pada saat peristiwa tari berlangsung, baik oleh pelaku maupun oleh
penonton. Fungsi primer biasa berupa: fungsi upacara, fungsi
hiburan, dan fungsi presentasi estetis.
2. Fungsi sekunder. Fungsi sekuler adalah fungsi yang dirasakan
sebagai akibat dari peristiwa tari, baik oleh pelaku ataupun
penonton. (dalam Sumiani, 2006: 30)
Dengan berlandaskan bahwa seni adalah ekspresi jiwa manusia dalam
bidang seni gerak dengan menggunakan gerak dan sikap tubuh sebagai
mediumnya dengan kata lain gerak dan tari merupakan perasaan, khayalan dan
13
presepsi. Tarian sebagai sala satu cerminan dan pengesahan, tari sebagai sarana
upacara keagama,dan tari sebagai pencerminan nilai-niai keindahan atau estetis.
5. Pengertian Bentuk Penyajian
Humardani mengemukakan bahwa bentuk penyajian merupakan wujud
ungkapan, isi pandang dan tanggapan kedalam bentuk sisi yang dapat di tangkap
indra. Dalam bentuk seni terdapat hubungan antara bentuk dan isi. Bentuk yang
dimaksud adalah bentuk fisik, bentu yang diamati sebagai sarana untuk
menuangkan nilai yang di ungkapkan oleh seseorang. Adapun isi adalah ungkapan
yang menyangkut nilai-nilai ataupun pengalaman jiwa. Nilai-nilai atau
pengalaman jiwa itu digarap dan diungkapakan sehingga dapat di tangkap atau
dirasakan penikmat melalui fisik, seperti garis, warna, suara manusia, bunyi-
bunyian alat, gerak tubuh dan kata.(dalam Nurlina, 2003: 65).
Bentuk Penyajian dalam kamus Besar Bahasa Indonesia adalah “proses
pembuatan atau cara untuk menyajikan suatu pengaturan penampilan tentang tata
cara pertunjukan untuk memuaskan penonton. Bentuk penyajian dalam
hubunganyadengan tari mempunyai pengertian yaitu cara menyajikan atau cara
menghidangkan suatu tari secara menyeluruh untuk memuaskan
penoton”(Moeliono, at Al, 1990: 979)
6. Pengertian tari pa’jaga Cakke
Kata pa’jaga Cakke adalah bahasa Bugis yang terdiri dari dua kata yaitu
pa’jaga dan Cakke. Pa’jaga itu sendiri kata dasarnya adalah jaga yang mendapat
imbuhan berfungsi sebagai awalan pa-, imbuhan pa- dalam bahasa Bugis berarti
14
pelaku atau subjek yang melakukannya, sedangkan kata jaga merupakan kata
kerja berarti jaga dalam bahas Indonesia. Jadi kata pa’jaga berarti penjaga atau
orang yang berjaga. Kata Cakke merupakan nama sebuah desa di Kecamatan
Baraka. Kabupaten Enrekang. Melalui tari pa’jaga Cakke para penari pa’jaga
memanjatkan doa kepada sang pencipta semoga senantiasa diajuhkan dari segala
marabahaya baik yang kasat mata maupun yang tidak dan dimudahkan dalam
segala urusan. (Madda, 28 juni 2013).
Sesuai uraian di atas dapat disimpulkan, bahwa tari Pa’jaga Cakke adalah
suatu ekspresi jiwa masyarakat di desa Cakke Kabupaten Enrekang yang
diungkapakan melalui gerak ritmis dan indah yang disesuaikan dengan irama
musik dan syair-syair yang di tampilkan pada pesta pernikahan masyarakat yang
ada di Desa Cakke. Tari Pa’jaga Cakke di Desa Cakke Kabupaten Enrekang ini
oleh masyarakat di Desa Cakke memahaminya sebagai salah satu tari tradisional
yang berperan sebagai penguat dalam upaya mencegah roh-roh atau setan yang
bermaksud jahat baik yang kasat mata maupun yang tidak kasat mata.
1) Kerangka Pikir
Sesuai dengan uraian di atas, maka penulis dapat mengemukakan kerangka
pikir yang akan digunakan yaitu bahwa pembelajaran kesenian budaya yang ada
di Sulawesi Selatan khususnya di Kabupaten Enrekang. Penelitian ini dilakukan di
Kabupaten Erekang Desa Cakke, yang diteliti yaitu mengenai tari. Yang menjadi
pilihan untuk di bahas pada penelitian ini adalah tari tradisional dan tari Pa’jaga
Cakke dalam pesta pernikahan di jadikan topik. Dari topik di atas sehingga
15
mendapatkan dua rumusan masalah yang perlu di kaji antara lain yaitu fungsi tari
Pa’jaga Cakke, dalam fungsi ini lebih di fokuskan dalam pesta pernikahan dan
rumusan masalah yang kedua yaitu Bentuk Penyajian tari Pa’jaga Cakke. dalam
bentuk penyajian meliputi beberapa unsur didalamnya yaitu: penari, ragam gerak,
rias dan kostum, properti, musik pengiring, dan tempat pertunjukan.
Hal di atas adalah merupakan sasaran yang hendak dicapai dalam
pelaksanaan penelitian ini. Untuk lebih jelasnya kerangka fikir dapat dilihat pada
skema berikut:
Bentuk penyajian dalam pesta pernikahan
Pa’jaga Cakke di Kabupaten Enrekang pada pesta pernikahan di kab. Enrekang.
Fungsi dalam pesta pernikahan
Tari tradisional
Pola lantai
penari propertiMusik pengiring
Tempat pementasan
Gambar 1. Skema kerangka pikir
Ragam gerak
16
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
A. Sasaran Penelitian dan desain penelitian
a) Sasaran penelitian
Sasaran penelitian adalah tari Pa’jaga Cakke, dalam penelitian ini lebih di
fokuskan pada pementasan dalam proses pernikahan masyarakat Enrekang. Sesuai
dengan batasan masalah penelitian, maka sasaran lebih di arahkan pada:
1. Fungsi tari Pa’jaga Cakke dalam pesta pernikahan di Desa Cakke
Kecamatan Baraka Kabupaten Enrekang.
2. Bentuk penyajian tari Pa’jaga Cakke dalam pesta pernikahan di Desa
Cakke Kabupaten Enrekang.
b) Lokasi penelitian
Lokasi penelitian ini adalah di Desa Cakke, Kecamatan Baraka
Kabupaten Enrekang. Desa Cakke Ini terletak di pelosok kota di bagian
utara Kota Enrekang. Waktu untuk menempu ke desa Cakke sekitar ± 1
jam dari kota Makassar. Meskipun tempatnya dekat dari kota namun untuk
melewati jalananny kesana cukup sulit dan butuh waktu yang cukup lama
karena masih banyak batu-batu selain bebatuan jalanannya juga cukup
tanjakan untuk dilewati, disamping itu banyak juga juram di setiap
pinggiran jalanan. Karena sulitnya ntuk menempu jalanan ke Desa Cakke,
16
17
kendaraan yang biasa digunakan Masyarakat Cakke hanya motor dan
mobil tiga per empat.
b. Desain Penelitian
Berdasarkan kerangka berfikir yang telah dibuat, maka desain penelitan
dapat disusun sebagai berikut :
Gambar 2. Skema desain penelitian
B. Defenisi Operasional Variabel
Adapun yang menjadi defenisi operasional varabel penelitian adalah :
1. Fungsi tari Pa’jaga Cakke di maksudkan disini ialah manfaat tari
Pa’jaga pada masyarakat Bugis Di Kabupaten Enrekang, khususnya
dalam konteks pesta perkawinan.
Pengolahan data Kesimpulan
Pengumpulan data bentuk penyajian tari pa’jaga Cakke pada pesta pernikahan di Kab.Enrekang.
Pengumpulan data fungsi tari pa’jaga Cakke pada pesta pernikahan di Kab.Enrekang.
AnalisisData
18
2. Bentuk penyajian dalam penelitian ini yang dimaksud adalah wujud
penyajian meliputi unsur-unsur : penari, pola lantai, ragam gerak, tata
rias, kostum dan musik.
C. Teknik Pengumpulan Data
Untuk memperoleh data tentang tari Pa’jaga Cakke diperlukan teknik
pengumpulan data sebagai berikut :
1.Studi Pustaka
Hal ini dimaksud untuk pengetahuan tambahan dan dasar teori yang diteliti
seperti membaca buku-buku ilmiah. Dokumen sejarah dan laporan penelitian lain
yang punya kaitan dengan obyek penelitian. Studi pustaka dengan mengkaji
literature yang sesuai dengan kajian tentang seni tari Pa’jaga Cakke seperti buku
dan skripsi dan untuk mengadakan wawancara dengan tokoh masyarakat dan
budayawan yang memahami permasalahan penelitian ini. Penelitian ini
dilaksanakan di Desa Cakke Kabupaten Enrekang.
2. Observasi
Teknik yang mula-mula ditempuh dalam penelitian ini adalah observasi.
Ini dilakukan dengan cara mengamati proses pelaksanaan pertunjukan tari
Pa’jaga Cakke. Observasi yang dilakukan jenis observasi non partisipasi dimana
peneliti tidak ikut saat pertunjukan berlangsung.
19
3.Wawancara
Teknik yang ditempuh dalam meneliti adalah teknik wawancara, teknik ini
dilkaukan dalam bentuk Tanya jawab dengan anggota atau personil yang terlibat
dalam tari Pa’jaga Cakke. wawancara bertujuan untuk memperoleh data atau
keterangan baik yang menyangkut fungsi maupun bentuk penyajian tari Pa’jaga
Cakke di Desa Cakke Kabupaten Enrekang.
4. Dokumentasi
Teknik ini dilakukan mengumpulkan data-data yang konkrit berupa
gambar, foto-foto dan dokumentasi lainnya. Dokumentasi tahap ini dilakukan agar
peneliti memperoleh data dalam bentuk audio dan visual. Dokumentasi dalam
bentuk audio yaitu rekam musik tari Pa’jaga Cakke dengan Tape Recorder dan
kaset,sedangkanperekaman Visual dalam bentuk foto yaitu dilakukan dengan
menggunakan kamera. Selain itu akan digunakan buku catatan untuk mencatat
data yang tidak bisa didokumentasikan dengan cara audio.
D.Teknik Analisis Data.
Penelitian ini data yang digunakan adalah data kualitatif, yaitu data yang
dipaparkan bersifat deskriptif. Analisis data ini dimulai dengan mengklafikasi
data, data yang diperoleh dari hasil wawancara maupun hasil observasi
selanjutnya dianalisis berdasarkan data untuk mendapatkan rangkaian untuk
pembahasan sistematis yang dibagikan secara deskriptif. Dengan demikian maka
20
data yang terkumpul tersebut akan menggambarkan secara detail tentang Tari
Pa’jaga.
Menurut Rusdi Ruslan, dalam Agusalim (2004: 13) penelitian kualitatif
bertujuan untuk mendapatkan pemahaman dan sifatnya umum terhadap kenyataan
sosial dan persfektif partisipan. Pemahaman tersebut tidak dilakukan terlebih
dahulu, tetapi diperoleh setelah melakukan analisis terhadap kenyataan sosial
yang menjadi fokus penelitian, dan kemudian suatu kesimpulan berupa
kesimpulan berupa pemahaman umum tentang kenyataan-kenyataan.
21
BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. Hasil Penelitin
1. Tari Pa’jaga Cakke
Tari Pa’jaga Cakke dalam pesta pernikahan ini dilakukan dikediaman
keluarga Puang Kajao. Di lokasi penelitian, di Desa Cakke Kabupaten Enrekang.
Dalam pesta pernikahan keluarga Puang Kajao, melibatkan penari tari Pa’jaga
untuk menari karena Puang Kajao meyakini bahwa dengan di adakanya tari
Pa’jaga Cakke, calon pengantin akan terhindar dari segala marabahaya dan
diberikan kebagiaan sampai akhir hayat.
a. Tahap-tahap pesta pernikahan
Sebelum melaksanakan suatu hajatan atau upacara adat pernikahan
tertentu melakukan beberapa rangkaian kegiatan sebelum hari pelaksanaannya
adapun rangkaian itu adalah:
1). Mange assuro (peminangan)
a). Mekutana-tana (Tanya-tanya)
Mekutana-tana atau dalam adat Bugis disebut Manu’-manu’ (Tanya-
tanya)
adalah langkah awal dari pihak laki-laki yang datang kepihak perempuan untuk
mempertanyakan statu dari perempuan yang ingin dipinang. apakah sudah ada
21
22
yang meminag sebelumnya atau tidak, apakah si perempuan sudah memiliki
ikatan lain selain dari pihak laki-laki yang datang meminang.
2). Tappu’ kana (memutuskan kata sepakat)
Dalam acara Tappu’ kana (memutuskan kata sepakat), dibicarakan dan
diputuskan segala sesuatu yang bertalian dengan upacara pernikahan, yang antara
lain meliputi hala-hal berikut:
a). Appa’nasai wattu (penentuan waktu)
Penentuan acara puncak atau pesta hari pernikahan sangat perlu
mempertimbangkan beberpa faktor, dan Appa’ nasai wattu ini mencakup
penentuan hari, tanggal, dan waktu pelaksanaan pernikahan.
b). Doi’ Balanca (uang belanja)
Besarnya uang belanja ditetapakan berdasarkan kelaziman atau
kesepakatan terlebih dahulu antara keluarga yang melakukan acara
pernikahan.
c). Sunrang (Mahar)
Sunrang atau mahar adalah barang pemberian dapat berupa uang
atau harta dari mempelai laki-laki untuk memenuhi syarat sahnya
pernikahan jumlah sunrangnya ini di ucapkan oleh laki-laki pada saat akad
nika.
21
23
2. Prosesi pernikahan
a. Tammui Muanena (penjemputan pengantin laki-laki)
Pada prosesi tammui muanena (penjemputan mempelai laki-laki),
mempelai laki-laki di suguhkan tari Pa’jaga Cakke. Dimana mempelai
laki-laki mendatangi rumah mempelai wanita disambut dengan tari Pa’jaga
Cakke. Tahapan ini merupakan awal dari prosesi pesta pernikahan, dimana
mempelai laki-laki akan di pertemukan oleh mempelai wanita.
b. Tarima muanena (diterima pengantin pria)
Dalam prosesi tarima muanena ( diterima pengantin pria)
pengantin pria di sambut oleh ibu pengantin wanita dan memakaikan
sarung kepada calon pengantin pria sebagai tanda bahwa calon pria telah
resmi diterima sebagai anggota keluarga, dan dilanjutkan ke acara puncak
atau inti dari seluruh rangkaian yaitu Ijab Kabul, Ijab Kabul ini sangat
penting karena di acara ini calon mempelai menyatakan sumpah. Setelah
prosesi Ijab Kabul selesai,maka kedua mempelai resmi dinyatakan sebagai
suami istri kemudian dilanjutkan ke prosesi Mampasitammu.
24
Gambar 1: tarima muanena (diterimanya pengantin pria)(Dokumentasi: Maryam,2013)
c. Mampasitammu (mempertemukan mempelai laki-laki dan perempuan)
Dalam prosesi mampasitammu (mempertemukan mempelai laki-
laki dan perempuan), pengantin pria menjemput sang istri di kamar. Yang
di maksud pada momen-momen ini pihak keluarga perempuan menutup
pintu rapat-rapat, dan pria harus memberikan sesuatu supaya pintu segera
dibuka. Simbol bahwa mencapai sesuatu diperlukan kerja keras.
25
Gambar 2: Mampasitammu (mempertemukan mempelailaki-laki dan perempuan)
(Dokumentasi: Maryam, 2013)
b. Fungsi Pa’jaga Cakke Pada pesta Pernikahan di Desa Cakke Kabupaten
Enrekang.
Seni tari tidak sekedar ungkapan/ ekspresi spontan ketika senang maupun
sedih. Tari berkembang sesui dengan kebutuhan sosial sehingga mempunyai
fungsi yang lebih penting dalam kehidupan masyarakat. Seperti halnya dengan
tari Pa’jaga Cakke.
Tari Pa’jaga Cakke hidup dan berkembang dalam kehidupan masyarakat
di Desa Cakke yang merupakan sebuah tari tradisional. Pada dasrnya masyarakat
Massenrempulu khususnya masyarakat Cakke memang selalu berpegang teguh
terhadap tradisi yang berlaku dalam masyarakat. Menurut masyarakat Cakke,
26
“ Tari Pa’jaga Cakke sejak lahir berfungsi sebagai tari persembahan kepada sang
pencipta dan para leluhurnya. Melalui tari Pa’jaga Cakke para penari Pa’jaga
memanjatkan doa kepada sang pencipta semoga senantiasa dijauhkan dari segala
mara bahaya baik yang kasat mata maupun yang tidak dan dimudahkan dalam
segala urusan. Selain sebagai tari persembahan tari Pa’jaga juga berfungsi sebagai
pelengkap dalam pesta adat maccera manurung. (Wawancara,Negi, 28 juni 2013).
Fungsi tari Pa’jaga Cakke dalam pesta pernikahan sebagai penjemputan
atau tontonan, Selain itu tari pa’jaga Cakke juga berfungsi sebagai ritual atau tari
persembahan kepada sang pencipta. Dalam pesta pernikahan terkandung fungsi
Ritual. Fungsi tersebut terlihat pada perlakuan khusus terhadapnya dan dari
keyakinan masyarakat bahwa dengan melaksanakan tari Pa’jaga Cakke mereka
akan terhindar dari segala mara bahaya termasuk roh-roh yang bermaksud jahat
dan dimudahkan dalam segala usahanya. (Wawancara,Negi,28 juni 2013).
Tari Pa’jaga Cakke dipentaskan ketika mempelai laki-laki datang
disambut dengan tari Pa’jaga Cakke. Tari Pa’jaga Cakke itu merupakan tari
penjemputan Mangngempo berre pada mempelai laki-laki, maksudnya agar dalam
membina sebuah rumah tangga mendapat keluarga yang sakinah mawaddah dan
warahmah dan berjaga-jaga dari hal-hal jahat yang mencelakakan baik yang kasat
mata maupun yang tidak kasat mata. Tari Pa’jaga Cakke biasanya di pentaskan
pada saat satu hari sebelum pesta pernikaan dan di saat hari pernikahan tiba.
(Wawancara,Negi, 28 juni 2013).
Pada fungsi dari tari pa’jaga Cakke dalam pesta perkawinan yaitu sebagai
indetitas budaya Enrekang. Tari Pa’jaga merupakan tari yang mencerminkan ciri
27
khas budaya Sulawesi Selatan Khususnya Kabupaten Enrekang yang sangat
menjunjung tinggi budaya siri dan sipakatau.
Tari Pa’jaga Cakke dapat ditarikan pada saat pesta perkawinan,acara
menyembeli hewan kurban pada saat selesai Idul Adha, dan acara penyambutan
para tamu agung atau pejabat-pejabat yang pada umumnya masih merupakan
keturunan dari desa Cakke. Tari Pa’jaga Cakke yang dilakukan pada pesta
pernikahan dipentaskan di halaman rumah, di halaman tempat penjemputan
mempelai laki-laki atau perempuan.
Tari Pa’jaga Cakke di Desa Cakke ini berguna untuk mempererat
hubungan silaturahmi dan menggambarkan kuatnya hubungan kekeluargaan
antara sesama masyarakat Cakke agar masyarakat Cakke menghargai dan
menjunjung tinggi peninggalan leluhur dan amanat yang terkandung di dalam tari
Pa’jaga Cakke. Kehadiran tari Pa’jaga Cakke di tengah-tengah masyarakat Cakke
siapapun dapat terhibur, tidak terkecuali masyarakat yang datang dari luar desa
Cakke yang dapat ikut menikmatinya.
c. Bentuk penyajian tari Pa’jaga Cakke dalam pesta pernikahan
Bentuk penyajian adalah suatu susunan atau isi dalam pementasan.
Adapun bentuk penyajian dalam tari Pa’jaga Cakke yaitu tentang penari, ragam
gerak,Rias dan kostum,properti dan musik iringan tari Pa’jaga Cakke di Desa
Cakke.
Sebelum melakukan tari pa’jaga Cakke biasanya terlebi dahulu melakukan
ma’doangang (berdoa), yaitu pembacaan mantera-mantera yang dipimpin oleh
28
guru Pa’jaga Cakke. Ma’doangang dimaksudkan agar pementasan tari Pa’jaga
Cakke berjalan dengan lancar. Pementasan Pa’jaga Cakke di anggap berhasil
apabila dalam melangsungkan tarian tida terjadi keributan atau kekacauan.
Dengan berjalan dengan lancarya tari Pa’jaga Cakke berati telah memberi
pertanda baik, khususnya bagi yang menyelenggarakan acara. Ma’doangang
dilakukan dirumah tetangga tepat dilangsunkannya acara dan dilaksanakan setelah
para penari dan guru pa’jaga Cakke telah siap. Hal ini dilakukan satu hari
sebelum acara pernikahan dimulai.
Dalam pelaksanaan tari Pa’jaga Cakke dibutuhkan ±7 sampai 8 menit.
Oleh karena waktu yang dibutuhkan untuk membawakan tari ini lumayan lama,
disamping bergerak penari juga melantunkan syair-syair. Gerak tari Pa’jaga
Cakke didominasi oleh gerak kaki, langkah kaki, disertai dengan ayunan tangan.
Sikap dan rasa tubuh penari ketika sedang menarikan tari Pa’jaga Cakke adalah
membiarkan tubuh tetap rileks cenderung santai. Setiap gerakannya mengalun
lambat mengikuti alunan syair dan dilakukan seolah-olah tidak dengan kekuatan
fisik semata, tetapi dengan mengunakan tenaga yang bersumber dari perasaan dan
konsentrasi.
Adapun susunan bentuk penyajian tari Pa’jaga Cakke di Desa Cakke
Kabupaten Enrekang sebagai berikut:
29
a. Penari
Tari Pa’jaga Cakke di Desa Cakke Kabupaten Enrekang awal
terbentuknya dapat ditarikan oleh laki-laki yang telah dewasa atau telah
balig, akan tetapi setelah mengalami perkembangan zaman dan kurangnya
generasi muda dari desa Cakke yang mau mempelajari dan mendalami tari
Pa’jaga Cakke ini maka sekarang tari pa’jaga Cakke hanya ditarikan oleh
laki-laki yang berusia ± 60 tahun. Tarian ini hanya dapat ditarikan oleh
laki-laki dan tidak dapat ditrikan oleh perempuan.
Pementasan tari Pa’jaga Cakke ini harus ditarikan oleh lebih dari
satu orang yang mana salah satu diantara penarinya adalah guru tarai
Pa’jaga Cakke, jumlahnya bias genap bias pula ganjil. Semakin banyak
jumlah penari dalam tari Pa’jaga Cakke semakin baik, karena banyaknya
jumlah penari berarti banyak orang yang ikut berdoa dan akan mudahnya
dikabulkan doa atau permintaan kepada Sang pencipta yang mana
terkandung dalam syair-syair yang dilantunkan oleh para penari.
b. Ragam gerak
Gerak dalam tari Pa’jaga Cakke merupakan gerak tari yang sangat
di sakralkan dengan makna-makna tertentu yang dikandungnya. Tari
Pa’jaga Cakke oleh masyarakat Cakke adalah tarian yang tidak dapat
ditarikan tampa ada acara dan tarian pa’jaga Cakke harus ditarikan di desa
Cakke tidak bisa keluar dari desa. Masyarakat Cakke juga meyakini bahwa
tari Pa’jaga Cakke tidak dapat berjalan dengan lancar tampa seizin leluhur
30
Cakke yang telah menciptakan tarian ini yakni Puang Kajao. Dalam setiap
ragam tari Pa’jaga Cakke ini memiliki makna tersendiri. Tari Pa’jaga
Cakke berati berjaga-jaga dari segala sesuatu yang bermaksud jahat.
Dalam gerak tari Pa’jaga Cakke memiliki empat ragam gerak yaitu
sebagai berikut: ke’de (berdiri), soe-soean (mengayunkan kesampin kiri
dan kanan), diballa (dibuka), mangpulun (mengumpulkan).
Adapun deskripsi gerak sebagai berikut:
1) Pembuka: Ke’de (berdiri)
Dalam ragam ini penari dalam posisi berdiri dan dalam tempat
pelaksanaan tari Pa’jaga Cakke. Dalam posisi berdiri ini
sebagian penari membacakan mantera atau doa yang berisi
permohonan izin kepada sang pencipta tari pa’jaga yakni
Puang Kajao hendaknya diberikan kelancaran dalam proses
pelaksanaan tari Pa’jaga Cakke.
Gambar 1: Ke’de , dalam posisi ini penaribersiap-siap menari.
(Dokumentasi: Maryam,2013)
31
2). Soe-soean (mengayun-ayunkan)
Setelah guru tari Pa’jaga Cakke membacakan doa, sedangkan penari
yang lain berada di luar tempat pertunjukan bersiap-siap memasuki
tempat pertunjukan. Semua penari sedang berada di tempat
pertunjukan hingga membentuk lingkaran, tangan kanan memegang
pakammba’ (kain), tangan kanan berada di samping badan dan di
ayun-ayunkan mengikuti gerak kaki. Kaki kanan melangkah ke depan
diikuti kaki kiri dan dilakukan secara berganti, telapak tangan kiri
merapat di pinggul belakang, tangan kanan memegang ujung kain dan
dirapatakan keperut kedepan badan. Kaki kanan kembali melangkah ke
depan sedang tangan kanan di ayunkan kebelakang lalu kaki kiri
kembali mundur dan tangan kanan di ayunkan kembali ke depan
merapat di badan, kaki kanan kembali melangkah ke depan diikuti kaki
kiri pada hitungan ketujuh badan dibalik mengahadap ke dalam
lingkaran ditutup dengan kaki kiri, kedua tangan diayunkan ke atas di
depan badan lalu kembali di turunkan.
32
Gambar 2: Soe-soean, dalam posisi ini penari mengayun-ayunkan tagan degan memegang kain. (Dokumentasi: Maryam,2013)
3). Diballa (membuka)
Dalam posisi berjalan melingkar, kaki kanan melangkah ke depan
perlahan-lahan, kain dibuka kedua tangan memegang kedua ujung
pakammba’ (kain) lalu diikuti kaki kiri. Pada hitungan ke ketiga kaki
mundur ke belakang, kaki kanan kembali melangkah ke depan diikuti kaki
kiri dan kedua tangan yang memegang pakammba’ (kain) diayunkan ke
samping kiri dan kanan. Pada hitungan ketuju kaki kanan melangkah
kedepan ditutup dengan kaki kiri, kedua tangan diayunkan ke atas depan
badan lalu kembali diturunkan.
33
Gambar 3: Diballa (membuka), dalam posis ini penari membuka kain sambil di ayun-ayunkan
(Dokumentasi: Maryam,2013)
4). Mangpulung ( Mengumpulkan)
Setelah syair-syair dari Pa’jaga selesai penari menghadap kedalam
lingkaran perlahan-lahan tangan kanan memegang pakammba’ (kain) lalu
dikumpulkan di tengah lingkaran.
34
Gambar 4: Mangpulung, dalam posisi ini penari mengumpulkan kain dan akan di letakkan di dalam tengah.
(Dokumentasi: Maryam, 2013)
c. Pola lantai
Pola lantai tari Pa’jaga Cakke dalam pesta pernikahan di
Kabupaten Enrekang hanya menggunakan satu macam pola lantai yaitu
selalu membentuk linkaran, arah putarannya kekiri dan pada pertengahan
lagu memutar arah ke arah kanan. Panggung yang digunakan adalah
panggung dimana semua penonton dapat melihat pertunjukan dari segala
arah (arena).
Dalam penulisan deskripsi istilah ini, di uraikan dengan keterangan
gerak tari berupa istilah (kode gerak) sebagai berikut:
35
: Penari
: Depan
: Belakang
: Arah gerak
: Bangkul (tempat sesaji)
NO Nama Ragam Pola lantai
1. Ke’de
(Keberdiri)
37
4. Mangpulung
(mengumpulkan)
d. Musik Pengiring Tari Pa’jaga Cakke
Irama musik dalam tari merupakan serangkain bunyi dari alat musik
yang diselaraskan dengan gerak tari yang diperagakan. Iringan musik
merupakan pelengkap dan pembentuk dalam suasana suatu tari. Selain
iringan musik, syair-syair dapat pula berperan sebagai pengiring dalam
suatu tarian bilamana dilantunkan dalam nada-nada yang tertutur dan
menghibur syair-syair ini dapat pula berperan sebagai iringan dan
pembentuk suasana dalam suatu tarian. Dalam pertunjukan Tari Pa’jaga
Cakke dalam pesta pernikahan tidak menggunakan alat musik sebagai
pengiring akan tetapi menggunakan syair pelengkap dalam tari Pa’jaga
Cakke.
Adapun syair yang dilantunkan dalam pementasan tari Pa’jaga Cakke
adalah sebagai berikut:
38
1). Pembuka:
E…bella pakkanna.. E…puang dewataPuang todoloTo laki kattappa
Irikko angin lePaleokko mai decengNasappa wajikkuaWajikkua manassai bela
Legang doa palattaTapa tonan dosi matta nawaRigau mandapittaRigau mandapitta bela
Artinya:
Kabulkannlah Wahai sang penciptaDan yang terdahuluYang kami yakini
Bertiuplah anginYang mendatangkan kebaikanMencari yang seharusnya terjadiYang benar harus terjadi
Menadahkan tangan dan berdoaKabulkanlah yang kami mintaYang kami kerja benar kami kerjakanYang benar kami kerjakan
2). inti
E…bella PakkannaItai mati’leTo bottim baruManjai-manjai rampanaIninnawa madecemmu Tori lalan pili
Itai mati’ leAna nalai pangaja’Ada ri tomatuannaAda ri tomatuanna bela
39
Lako botting baru leAja’na ia mualaTo masiga siabbeanTo masiga siabbean bela
Artinya:
Kabulkanlah LihatlahBerpakaian berbedaMuda-mudahan selalu bersama sampai akhir hayatBenar selalu bersama sampai akhir hayat
LihatlahAnak yang mengikuti ajaranPerintah dari orang tuanya
Kepada pengantin baruJangan dia yang di ambilYang cepat berceraiBenar-benar yang cepat bercerai
3.penutup
Na passuroanmi memmase-mase, ma’lambe, makkelong
Artinya:
Menyuruh saling menyayangi,berdoa,menyanyi.
Dalam tari Pa’jaga Cakke penyanyi yang melantunkan syair-syair
adalah semua penari, dimana jika salah satu penari dalam tarian ini ada
yang lupa dengan syair-syair yang ada maka penari yang lain akan
melengkapi syair sehingga tari Pa’jaga dapat berjalan dengan baik. Selain
itu, yang terpenting dengan semakin banyaknya jumlah penari yang ikut
menari dalam pelaksanaan tari Pa’jaga Cakke, berarti semakin banyak
yang memanjatkan doa kepada Sang pencipta. Telah dipahami bahwa
semakin besar harapan permintaan-permintaan itu akan terkabulkan.
40
Dalam kaitanya dengan tari pa’jaga Cakke yang dilaksanakan dalam pesta
pernikahan, semakin banyaknya penari dalam tari Pa’jaga Cakke maka
semakin diselamatkannya masyarakat Cakke pada umumnya dan kedua
mempelai khususnya dalam hidupnya, sesuai dengan kandungan doa-doa
yang terkandung dalam syair-syair tari Pa’jaga Cakke.
e. Kostum dan property
Kostum adalah busana atau pakaian yang dipakai dalam sebuah
tarian. Kostum memegang peranan penting dalam mewujudkan dan
merealisasikan maksud kepada penonton dan tamu, hanya saja diperlukan
penyesuaian dengan tema dari pada garapan tersebut. Busana berfungsi
memperindah serta menunjang ekspresi peran, selain itu di usahakan pula
agar busana tidak menganggu gerak dan sikap penari melakukan suatu
gerak atau rangkaian gerak. Di dalam pemilihan kostum senantiasa dan
selalu mempertimbangkan nilai-nilai yang terkandung pada pola garapan
serta tema dari pada tarian itu sendiri.
Dalam pementasan tari Pa’jaga Cakke kostum yang digunakan
adalah dodo (sarung) dan Songko’ (kopiah). Penari dalam melakukan
tarian ini tidak menggunakan baju dan aksesoris. Hal ini telah dilakukan
turun temurun oleh masyarakat Cakke. To Cakke (orang Cakke) meyakini
bahwa jika penari Pa’jaga Cakke menggunakan baju akan terjadi sesuatu
yang tidak diinginkan oleh masyarakat Cakke sendiri. Adapun kostum
yang digunakan oleh penari Pa’jaga Cakke yaitu:
Dodo (sarung)
41
Dodo atau sarung merupakan pakaian yang digunakan
untuk menutupi badan penari Pa’jaga Cakke karena dalam
pementasan tari ini penari tidak menggunakan baju. Sarung
yang digunakan adalah sarung sutera dengan motif yang
berbeda-beda.
Gambar: Dodo (sarung) (Dokumentasi: Maryam, 2013)
Songko’ (kopiah)
Songko’ atau kopiah merupakan kostum yang digunakan
sebagai penutup kepala dan sebagai lambing penghormatan
kepada sang pencipta dan para leluhur.
42
Gambar: songko’ (kopia) (Dokumentasi: Maryam, 2013)
Pakammba’ (kain)
Pakammba’ (kain) merupakan property yang biasa digunakan oleh para penari yang berukuran 3 meter dengan warna kain yang tidak ditentukan dan harus kain bersih. Property pakammba ini tidak mempunyai arti simbolis kecuali suatu kewajiban bagi penari Pa’jaga Cakke harus memakai pakammba (kain).
Gambar: Pakammba’ (kain) (Dokumentasi: Maryam, 2013)
43
f. Tempat pertunjukan
Tempat pertunjukan yaitu suatu tempat dimana suatu acara atau
pertunjukan berlangsung. Pada tari Pa’jaga Cakke tempat pertunjukannya berada
di halaman rumah adat atau halaman tempat pertunjukanberlangsung. Apa bila tari
Pa’jaga Cakke dilaksanakan dalam pesta pernikahan, maka tari Pa’jaga Cakke
dilaksanakan di halaman rumah, pesta pernikahan dilangsungkan. Sama halnya
jika tari Pa’jaga Cakke dilangsungkan dalam pesta adat maccera’ manurung,
maka tempat pertunjukanya adalah di halaman depan rumah adat Cakke. Pada saat
pesta adat berlangsung dan diperkirakan akan terjadi gangguan cuaca, misalnya
hujan maka tempat pertunjukan dapat di pindahkan di bawah kolong rumah
tempat acara atau pesta berlangsung. Tempat pertunjukan tari Pa’jaga Cakke
harus bersih dari segala hal-hal yang dapat membatalkan ibadah karena
masyarakat cakke meyakini bahwa pelaksanaan tari Pa’jaga Cakke merupakan
salah satu rangkaian upacara adat dimana tari Pa’jaga akan menjadi pengantar
pesan kepada sang pencipta.
Sejak awal terciptanya sampai sekarang, pola lantai tari Pa’jaga Cakke
tidak mengalami perubahan yakni selalu melangkah membentuk lingkaran dengan
maksud bahwa dalam kehidupan ini segalanya akan terus berjalan, segalanya
berasal dari Tuhan dan akhirnya akan kembali pula kepada-Nya. Pada dasarnya
tempat yang dibutuhkan untuk mementaskan tarian ini harus menyesuaikan
dengan jumlah penari yang ikut mementaskan tarian ini, karena jumlah penari
dalam tari Pa’jaga Cakke tidak dibatasi hanya dengan syarat penarinya lebih dari
44
satu, laki-laki yang telah balik dan telah menghapal syair dan aturan
pelaksanaanya, oleh sebab itu penyelenggara acara harus menyiapkan tempat yang
lebih luas untuk mementaskan tarian ini.
h. Sesajen
Sesajen yang di maksudkan disisni adalah makanan yang dimasukkan
dalam bakul, bakul yang berisi makanan tersebut di letakkan dalam tengah pada
saat pelaksanaan tari Pa’jaga Cakke berlangsung. Makanan yang ada dalam bakul
yaitu nasi yang di bungkus daun jati, daging sapi, selain makanan juga terdapat
rokok dan kalosi (buah pinag) , kajao (bambu) yang berisi daging sapi yang sudah
dimasak dan satu ekor ayam untuk guru tari Pa’jaga Cakke. Sesajen ini
merupakan makanan untuk penari tari Pa’jaga Cakke sebagai ungkapan terima
kasih atau sebagai bayaran karena telah melangsungkan pertunjukan tari Pa’jaga
Cakke.
Gambar: Sesajen, (makanan untuk penari tari Pa’jaga Cakke)(Dokumentasi: Maryam,213)
B. Pembahasan
45
Secara historis tari Pa’jaga Cakke pada masyarakat Cakke berawal dari
kebiasaan-kebiasaan yang dilakukan oleh nenek moyang mereka. Mereka sering
melakukan persembahan kepada Tuhan dan leluhurnya, berdoa dan berusaha
semoga selalu dilindungi dari segala mara bahaya dalam menjalani hidup. Pa’jaga
Cakke berasal dari kata Pa’jaga dan Cakke. Pa’jaga artinya berjaga-jaga dan
Cakke adalah desa tempat Pa’jaga diciptakan. Jadi dapat disimpulkan bahwa tari
Pa’jaga Cakke merupakan tari persembahan kepada Tuhan semoga senantiasa
dalam lindungan-Nya, selalu berjaga-jaga dan berdoa semoga selalu dijauhkan
dari segala mara bahaya bik yang kasat mata maupun yang tidak kasat mata.
Fungsi dari pertunjukan tari Pa’jaga Cakke yaitu tari persembahan kepada
Sang pencipta dan leluhur di Cakke. selain itu, tari Pa’jaga Cakke juga berfungsi
sebagai pelengkap dalam pesta adat Maccera’ manurung (penyembelihan hewan
untuk To manurung) dan dalam pesta pernikahan. Dalam rangkaian pesta adat
maccera manurung dan pesta pernikahan terkandung fungsi ritual. Fungsi
tersebut terlihat pada perlakuan khusus terhadapnya dan dari keyakinan
masyarakat bahwa dengan melaksanakan tari Pa’jaga Cakke mereka akan
terhindar dari segala mara bahaya termasuk roh-roh yang bermaksud jahat dan
dimudahkan dalam segala usahanya.
Tari Pa’jaga Cakke akan menyampaikannya pesan secara simbolis berupa
permohonan doa kepada sang pencipta dan semoga di selamatkan dalam hidup
dan dijauhkan dari segala mara bahaya baik yang kasat mata maupun yang tidak.
Selain itu tari Pa’jaga Cakke juga sebagai media komunikasi menyampaikan
46
secara simbolis, baik kepada penonton maupun kepada penyelenggara pesta dan
sebagai hiburan terlihat pada terhiburnya penonton yang menghadiri pesta.
Tari Pa’jaga Cakke menjadi upacara pernikahan karena tari Pa’jaga
Cakke merupakan salah satu dari sekian banyak jenis tari tradisi yang berfungsi
sebagai tari penjemput, dimana didalam upacara pernikahan tamu disuguhkan
dengan tari Pa’jaga Cakke sebagai wujud rasa hormat dan penghargaan kepada
tamu.
Tari Pa’jaga Cakke dilaksanakan pada saat penyelenggaraan pesta
pernikahan dan pada saat pesta penjemputan tamu-tamu agung salah satunya
pejabat-pejabat dan ketua adat yang masuk Desa Cakke. Tempat pelaksanaan tari
Pa’jaga Cakke dapat dilakukan dimana saja selama tempat itu bersih dan di
anggap layak untuk ditempati melaksanakan tarian ini. Hanya masyarakat Cakke
yang bisa melaksanakan tarian ini. Selain itu pada saat menyelenggarakan pesta
pernikahan tari Pa’jaga Cakke dapat dilaksanakan bagi masyarakat Cakke yang
mampu memenuhi syarat-syarat yang telah di tentukan yakni penyelenggara harus
menaggung segala kebutuhan penari Pa’jaga Cakke selama tiga hari tiga malam,
menyiapakan arak dari pohon pinag, kapur, daun siri dan buah pinag. Selain itu
penyelenggara acara juga harus menyiapkan ayam jantan untuk guru Pa’jaga,
uang dan kain kafan kepada para penari Pa’jaga Cakke sebagai ucapan terima
kasih.Tari Pa’jaga Cakke pada umumnya di halaman tempat menyelenggarakan
pesta pernikahan atau pesta adat. Akan tetapi, pada saat menyelenggarakan acara
dan halaman rumah tidak mendukung untuk melaksanakan tarian ini maka dapat
dilakukan dibawah kolong rumah.
47
Tari Pa’jaga Cakke untuk berserah diri kepada sang pencipta, mendoakan
semua masyarakat Cakke pada pesta pernikahan semoga senantiasa diberi
dimudahkan dalam segala urusan. Selai itu tari Pa’jaga Cakke juga berfungsi
sebagai hiburan karena tarian ini juga mempunyai keunikan-keunikan tersendiri
yang menarik dan menghibur untuk dilihat. Akan tetapi, tari Pa’jaga Cakke ini
tidak dapat ditarikan disembarangan tempat dan tampa danya pesta pernikahan
atau pesta adat dan tampa seizin sang penciptanya yaitu puang Allo.
Dalam pelaksanaan tari Pa’jaga Cakke salah satu persayaratan yang harus
disiapkan oleh penyelenggara acara yaitu harus menyiapkan arak yang berasala
dari pohon pinang, kapur, daun siri dan kalosi (buah pinag). Arak adalah
minuman yang diminum oleh puang Allo sebelum melakukan tari Pa’jaga Cakke.
Kapur, daun siri dan kalosi (buah pinag) merupakan satu kesatuan yang tidak
dapat dipisahkan dimana maksud dari ketiganya yakni bahwa didunia atas
terdapat para roh leluhur dan dewata, di dunia terdapat manusia dan kekutan
absolut atas kedua dunia itu yakni Sang pencipta atau Tuhan Yang Maha Esa.
Bentuk penyajian tari Pa’jaga Cakke terdiri dari penari, ragam gerak,
musik iringan, kostum dan tata rias, dan properti. Aadapun bentuk penyajian
dalam tari Pa’jaga Cakke diuraikan sebagai berikut:
Penari Pa’jaga Cakke adalah masyarakat asli Cakke sendiri. Jumlah
penarinya harus lebih dari satu, dapat genap dan dapat pula ganjil, harus laki-laki
yang telah balig atau dewasa dan mengetahui aturan-aturan dan syarat-syarat
dalam tari Pa’jaga Cakke. Semakin banyak jumlah penari yang ikut berpartisipasi
dalam tari Pa’jaga Cakke akan semakin banyak yang ikut berdoa dan dengan
48
semakin banyaknya penari yang ikut berdoa, maka semakin mudahnya
permintaan-permintaan akan dikabulkan oleh sang pencipta. Namun seiring
dengan perkembangan zaman banyak generasi muda desa cakke yang tidak
mengetahui dengan syair-syair dalam tarian ini dan aturan-aturan yang ada di
dalamnya, sekarang ini penari Pa’jaga Cakke adalah laki-laki yang telah berusia
±60 tahun. Kurangnya generasi mudah yang mempelajari tari Pa’jaga Cakke akan
menjadi salah satu penyebab punahnya tari Pa’jaga Cakke di desa Cakke warisan
leluhur yang harus di lestarikan Ragam gerak dalam tari Pa’jaga Cakke terdiri
dari empat ragam. Ragam 1). Ke’de (berdiri). Dalam ragam ini penari dalam
posisi berdiri dan dalam tempat pelaksanaan tari Pa’jaga Cakke. Dalam posisi
berdiri ini para penari membacakan mantera atau doa yang berisi permohonan izin
kepada sang pencipta tari pa’jaga Cakke yakni Puang Kajao hendaknya diberikan
kelancaran dalam proses pelaksanaan tari Pa’jaga Cakke. Ragam 2). Soe-soean
(mengayunkan), dalam ragam ini, penari yang masi di luar tempat pertunjukkan
mulai memasuki tempat pertunjukkan dan bergabung dengan penari yang lainnya.
Sambil berjalan kedua tangan di ayun-ayunkan. Disisni yang di gambarkan penari,
menjauhkan semua yang ada di hadapanya yang dapat menganggu setiap langkah
dalam hidup. Ragam 3), diballa (membuka), Dalam ragam ini penari dengan
perlahan-lahan membuka pakammba’ (kain) berjalan kedepan, kebelakang dan
kembali kedepan dalam posisi melingkar. Di sini digambarkan daun-daun
tanaman yang tumbuh subur melambai-lambai seperti adanya kehidupan manusia
yang hidup tenag. Dan ragam 4), mangpulung (mengumpulkan), Semua penari
mengumpulkan kain sebagai property.
49
Iringan tari Pa’jaga Cakke adalah syair-syair yang dilantunkan oleh para
penari Pa’jaga cakke sendiri. Dalam pementasan tarian ini tidak digunakan alat
musik sebagai pengiring tarinya. Makna yang terkandung dalam syair-syair dalam
tarian tersebut adalah pujian-pujian kepada sang pencipta dan leluhurnya selain itu
juga berisi doa atau permintaan kepada-Nya.
Dalam pementasan penari tidak menggunakan tata rias, salah satu alasnya
adalah pelaksanaan tarian ini merupakan suatu rangkaian upacara dimana yang
terpenting adalah kebersihan dan kesucian diri sebelum menyembah dan
memohon doa kepada sang pencipta. Selain itu, penari tari Pa’jaga Cakke adalah
laki-laki sehingga untuk mementaskan tarian ini tidak diperlukan tata rias.
Kostum yang digunakan dalam tari Pa’jaga Cakke adalah dodo (sarung)
dan songko’ (kopia). Penari tidak menggunakan baju, hal ini di lakukan karena
pencipta atau penari Pa’jaga Cakke yang pertama tidak menggunakan baju. Selain
alasan tersebut, pada awal keberadaan Pa’jaga Cakke belum dikenal adanya baju.
Ini turun temurun dilakukan oleh masyarakat Cakke dan dipercaya akan terjadi
bencana bilamana melakukan hal-hal yang tidak diinginkan dan tidak pernah
dilakukan Puang Allo dalam melakukan tari Pa’jaga Cakke misalnya, tidak
menggunakan baju ketika menari. Dodo atau sarung yang digunakan adalah untuk
menutupi tubuh penari Pa’jaga Cakke karena penari tidak menggunakan baju.
Songko’ bolong (kopia hitam) digunakan untuk menutupi kepala. Pemakaian
songko’ dalam tari Pa’jaga Cakke mengandung makna penghormatan kepada
penonton, kepada tamu, kepada penyelenggara acara, kepada leluhur dan sang
pencipta. Pengguna songko’ juga dapat mendapatakan kembali kedudukan yang
50
tinggi bagi penyelenggara, sebagaimana dahulu para leluhur mereka. Kedua
kostum ini adalah kostum yang digunakan oleh Puang Allo dan harus dilakukan
oleh penari Pa’jaga Cakke ini.
Tempat petunjukan tari Pa’jaga Cakke yaitu dapat dilaksanakan di mana
saja akan tetapi, pada umumnya tarian ini dilaksanakan di halaman rumah tempat
menyelenggarakan acara atau pesta. Jumlah penari dalam tari Pa’jaga Cakke tidak
di batasi maka penyelenggara acara harus menyediakan tempat yang lebih luas
untuk melaksanakan tarian ini. Selain karena jumlah penarinya yang tidak terbatas
pola lantainya yang selalu membentuk lingkaran, hal ini juga memnyebabkan
harus disediakannya tempat yang layak untuk tarian ini. Maksud dari pola lantai
tari Pa’jaga Cakke yang selalu membentuk lingkaran adalah bahwa selama hidup
di dunia semua dilakukan dengan usaha dan semua dari Tuhan akan kembali
Kepada-Nya
BAB V
PENUTUP
51
A.Kesimpulan
Dari hasil penelitian dan ungkap-ungkapan pada pembahasan peneliti ini,
maka dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut:
1. Fungsi tari Pa’jaga Cakke dalam pesta pernikahan di desa Cakke
Kabupaten Enrekang berfungsi sebagai sarana pelengkap dalam
upacara seperti penjemputan, selain penjemputan tari Pa’jaga Cakke
berfungsi hiburan atau tontonan.
2. Bentuk gerak tari Pa’jaga Cakke sangat sederhana baik dari segi pola
lantai dan gerakannya yang terangkai dalam gerak ke’de, soe-soean,
diballa,dan mangpulung. Kostum tari Pa’jaga Cakke adalah Songko’
bolong (kopia hitam) dan dodo (sarung) sutera, sedangkan propertinya
pakammba’ (kain). Pengiring dalam tari Pa’jaga Cakke bukan berupa
alat musik akan tetapi berupa syair-syair yang dilantunkan oleh penari
Pa’jaga Cakke sendiri.
B. Saran
51
52
1. Kepada rekan peneliti yang berminat terhadap objek penelitian ini agar
dapat melanjutkan dengan pendekatan yang berbeda agar diperoleh
hasil yang lebih luas.
2. Perlunya dukungan masyarakat dan pemerintah setempat untuk sadar
akan pelestarian dan pengembangan seni tradisional daerah untuk
mendukung kebudayaan bangsa seperti halnya Tari Pa’jaga Cakke.
3. Kepada para budayawan khususnya dari Kabupaten Enrekang sekiranya
meneliti tarian ini dan menggali lebih dalam karena kurangnya catatan
dan dokumentasi yang dapat bermanfaat demi terpeliharanya tari-tari
tradisional yang ada di Kabupaten Enrekang
DAFTAR PUSTAKA
53
a. Sumber tercetak
Agusalim, Andi. 1996. Nilai Sakral MenggenrangUgi di Kabupaten Wajo.Skripsi tidak diterbitkan.Penyelesaian Studi S1 IKIP Yogyakarta.
Ali, Muhammad, 1987. Penelitian Kependidikan Prosedur dan Strategi. Bandung: Angkasa.
Bambang M.1993. Norma dan adat Istiadat di Sulawesi Selatan. Makassar.
Firdaus.Imam 2010.Pesta adat pernikahan dinusantara. Jakarta Multi Kreasi Satu delapan.
Garha, Oho. 1979. Pendidikan Kesenian Seni tari III untuk SPG, Depdikbud
Jazuli, M, 1994. Telaa Teoritis Seni Tari. Semarang : IKIP Semarang Pers.
Kussudiarjo, Bangong.1986 Tentang Tari. Penerbit Warga, Madium.
Najamuddin, Munasiah, 1982. Tari Tradisional Sulawesi Selatan, Cetakan I, Ujung Pandang : Berita Utama Bakti Baru.
Margianto, Sal, 2004. Tradisi dan Inovasi bebeapa masalah Tari di Indonesia.Jakarta : Weda Tama Widaya Sastra
Moeliono Anton M, 1988. Kamus Besar Bahasa Indonesia, Jakarta Departemen Pendidikan Nasional : Balai Pustaka.
Muhaimin, 2000.Kamus Besar Bahasa Indonesia. Jakarta: Indonesia.
Proyek, Tim 2000. Perubahan Nilai Upacara Tradisional Masyarakat di Sulawesi Selatan, Departemen P & K Sul- Sel.
Soedarsono. 1984. Tari-tarian Indonesia I, Jakarta : Departemen pendidikan dan kebudayaan.
Sumiani Hl, Niniek,2004. Pakkarena Dalam Pesta Jaga. Makassar.Padat Daya.
Syahrir, Nurlina, 2003. Bissu Dalam Masyarakat Pangkep. Badan Pengembangan Bahasa Dan Seni UNM.
Wardana, R. M. Wisnoe.1990. pendidikan Seni Tari Buku Guru Sekolah Menegah Pertama, Jakarta : Depdikbud.
53
54
b. Sumber tidak tercetak
Kartini,2007. Sejarah terbentuknya Kabupaten Enrekang, Http//www.Vanillamist. com
47
56
Nama : Negi
Tempat / tanggal lahir : Cakke, 11 oktober 1950
Umur : 60 Tahun
Agama : islam
Berperan sebagai : guru Pa’jaga Cakke atau sebagai salah satu penari Pa’jaga
Alamat : Desa Cakke
Narasumber
57
Nama : Ambe Nahung
Tempat / tanggal lahir : Cakke, 23 maret 1938
Umur : 72 Tahun
Agama : Islam
Berperan sebagai : Ketua adat Cakke
Alamat : Desa Cakke
Foto wawancara dengan narasumber
60
Maryam lahir pada tanggal 22 November 1990 di Banca Kabupaten Enrekang.
Putri pertama dari lima bersaudara yaitu anak dari pasangan
Muhlis.R dan syamsiah. Penulis memulai memasuki jenjang
pendidikan pada tahun 1996 di SD 145 Banca Kabupaten
Enrekang dan tamat pada tahun 2002. Pada tahun yang sama,
penulis melanjutkan pendidikan di SMP Negeri 1 Baraka
Kabupaten Enrekang dan tamat tahun 2005. Kemudian penulis melanjutkan pada
jenjang lebih tinggi di SMA Negeri 1 Baraka Kabupaten Enrekang dan tamat
tahun 2008. Pada tahun yang sama, penulis dinyatakan lulus sebagai mahasiswa
pada program Studi Pendidikan Sendratasik Fakultas Seni dan Desain, Universitas
Negeri Makassar Program Strata satu (S1). Berkat Tuhan Yang Maha Esa, penulis
dapat menyelesaikan Studi di Universitas Negeri Makassar dengan tersusunya
skripsi yang berjudul “tari Pa’jaga Cakke dalam pesta pernikahan Masyarakat
Bugis di Desa Cakke Kabupaten Enrekang.