eprints.unm.ac.ideprints.unm.ac.id/5503/1/skripsi jadi.docx · web viewtradisionalnya. hal ini...

85
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Keragaman kebudayaan Indonesia sangat dipengaruhi oleh banyaknya suku yang ada di Indonesia. Suku-suku ini satu sama lain memiliki adat istiadat yang berbeda- beda. Perbedaan tersebut jelas terlihat dalam kehidupan sehari-hari seperti upacara-upacara tradisional, kesenian dan kepercayaan. Dengan demikian, sebagai pemilik aneka budaya, maka selayaknya ada usaha untuk dapat mempertahankan bahkan melestarikan kebudayaan tersebut. Untuk mempertahankan dan melestarikan kebudayaan asli Indonesia perlu ada upaya nyata dari seluruh komponen bangsa Indonesia, baik itu pemerintah, masyarakat ataupun lembaga-lembaga formal, bahkan sampai pada individu-individu sebagai elemen terkecil dari masyarakat.

Upload: duongnga

Post on 04-Apr-2019

242 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Keragaman kebudayaan Indonesia sangat dipengaruhi oleh banyaknya

suku yang ada di Indonesia. Suku-suku ini satu sama lain memiliki adat istiadat

yang berbeda-beda. Perbedaan tersebut jelas terlihat dalam kehidupan sehari-hari

seperti upacara-upacara tradisional, kesenian dan kepercayaan. Dengan demikian,

sebagai pemilik aneka budaya, maka selayaknya ada usaha untuk dapat

mempertahankan bahkan melestarikan kebudayaan tersebut. Untuk

mempertahankan dan melestarikan kebudayaan asli Indonesia perlu ada upaya

nyata dari seluruh komponen bangsa Indonesia, baik itu pemerintah, masyarakat

ataupun lembaga-lembaga formal, bahkan sampai pada individu-individu sebagai

elemen terkecil dari masyarakat.

Perkembangan seni tradisional sedikit demi sedikit mengalami kemajuan

walaupun sifat karakter seninya tetap masih nampak merupakan ciri khas yang

tidak dapat di pungkiri keasliannya. Kesenian tradisonal memang hidupnya masih

tragis, sebab ketika dicari maka harus ditelusuri di pinggir kota atau di desa-desa

dengan lingkungan hidup yang serba sederhana. Bentuk dan coraknya masih

bersifat lokal dan hidup dominan di kalangan suku bangsa tertentu dan sering kali

menjadi bagian dalam upacara-upacara. Begitu juga halnya di Sulawesi Sealatan

yang mempunyai berbagai macam corak budaya dan tradisi juga seni

1

2

tradisionalnya. Hal ini dapat kita lihat pada berbagai jenis kesenian daerah yang

berbeda satu dengan yang lainnya. Dari perbedaan itulah menjadi unsur dan ciri

khas dari masing-masing suku.

Seni pertunjukan yang meliputi seni tari merupakan salah satu bentuk seni

tari yang digemari oleh masyarakat karena tari merupakan warisan budaya yang

harus kita tetap lestarikan. Dalam buku Elementer Tari dan Beberapa Masalah

Tari dikatakan bahwa perbedaan sifat dan ragam tari dalam berbagai kebudayaan

disebabkan oleh lingkungan alam, perkembangan sejarah, sarana komunikasi dan

temperamen manusianya yang khas. (Sedyawati 1986: 3)

Seni tradisional pada dasarnya, ada beberapa macam yaitu seni tari, seni

musik,seni sastra, dan seni drama (teater). Seni tradisional khususnya pertunjukan

tradisional yang berkembang dalam masyarakat. Sesungguhnya mempunyai

fungsi penting. Hal tersebut mencakup dua segi yaitu, segi daya jangkau

penyebarannya dan dari segi fungsi sosialnya. Dilihat dari segi penyebaran

sosialnya, pertunjukan rakyat memiliki hidup dan berkembang dalam masyarakat.

(Monoharto, Dkk, 2003: 37). Ninik Sumiani mengemukakan pendapat tentang

seni pertunjukan dengan mengatakan bahwa:

Seni pertunjukan dapat dijumpai dalam masyarakat untuk kepentingan kegiatan-kegiatan tertentu. Seni pertunjukan yang terutama berupa tari-tarian dengan iringan bunyi-bunyian, sering mengundang kekuatan-kekuatan magis, namun sering pula merupakan tanda syukur pada peristiwa-peristiwa tertentu. Di lingkungan etnik, seni pertunjukan sering difungsikan sebagai: pemanggil kekuatan gaib, penjemput roh pelindung, pengusir roh jahat, peringatan pada nenek moyang, pelengkap upacara, dan perwujudan dari dorongan untuk mengungkap keindahan. (Sumiani, 2004: xiii).

3

Fungsi sosial pertunjukan rakyat dapat mempererat hubungan antara

masyarakat yang satu dengan masyarakat yang lain misalnya, pada pertunjukan

seni yang melibatkan semua anggota masyarakat dan ikut berpartisipasi didalam

pertunjukan tersebut. Dialog antara pemain yang mencerminkan komunikasi

antara unsur masyarakat, komunikasi yang tidak hanya terbatas antar lapisan atas

dan bawah, antar yang berusia muda dengan yang tua, laki-laki dan perempuan

maupun antar golongan pendidikan. (Koentjranigrat: 1984: 286).

Seni budaya tradisional di Indonesia sangat banyak corak dan ragamnya

yang tumbuh dalam suatu proses budaya yang terus menerus dalam bentuk

tranformasi, inovasi dan sebagainya. Bahkan pada kesenian semacam itu muncul

atau di tampilkan pada waktu upacara selamatan dan pesta. Upacara tradisional

yang masih tetap diselenggarakan pada umumnya yang menyangkut daur hidup

yakni upacara adat perkawinan, kesinambungan proses inilah yang membuat

kesenian tradisional tersebut selalu menemukan nilai-nilai barunya,

Berdasarkan uraian di atas dapat disimpulkan bahwa upaya melestarikan

kesenian trdisional dapat dilakukan dengan cara mendorong dan memberikan

tempat bagi pengembangan potensi tertentu dan seni tradisional yang diperkirakan

dapat memenuhi kebutuhan masyarakat modern yang belum dipenuhi oleh seni

modern. Oleh sebab itu, dengan melestarikan kesenian tradisional maka upaya

untuk melindungi kebudayaan bangsa dan mensejaterahkan masyarakat yang

bergantung pada kesenian tradisional dapat terlaksana. Upaya untuk melestarikan

kesenian tradisional dapat terwujudkan dengan mempelajari dan mengangkat

4

kembali tari-tari tradisional yang ada di daerah setempat, khususnya di Kabupaten

Enrekang.

Kabupaten Enrekang memiliki beberapa tari-tarian tradisional yang cukup

menarik. Akan tetapi, kurangnya masyarakat, seniman dan bahkan pemerintah

setempat yang memperhatikan dan meneliti tentang keberadaan tari-tarian

tradisional tersebut. Akibatnya, beberapa tari-tarian tradisional yang dimiliki oleh

Kabupaten Enrekang hanya diketahui sebagian kecil dari bagian-bagiannya saja,

misalnya nama tarian dan daerah asal tarian tersebut. Di kantor parwisata sendiri

sangat minim data mengenai keberadaan tari-tari tradisional yang ada di

Kabupaten Enrekang, sehingga sangat sulit bila mana terdapat tamu-tamu dari luar

yang mempertanyakan hal tersebut, khususnya kami sebagai pelajar dan peneliti.

Tari Pa’jaga Cakke adalah tarian yang dipentaskan atau ditarikan pada

pesta adat maccera’ manurung (penyembeli hewan untuk to Manurung) yang

dilaksanakan delapan tahun sekali dan pada pesta pernikahan. Tari Pa’jaga Cakke

ini telah ada sejak nenek moyang tau Cakke (orang kalumpini). Menurut sejarah

tari Pa’jaga Cakke diciptakan oleh Puang Allo di Desa Cakke. Puang kajao

adalah To Manurung dari tanah Cakke. Tidak ada yang perna melihat jelas wujud

asli dari Puang Allo. Waktu penciptaan tari Pa’jaga Cakke ini tidak jelas hari,

tanggal, bulan maupun tahunya. Akan tetapi, ini turun temurun di wariskan

kepada masyarakat Cakke sebagai suatu amanat yang harus mereka laksanakan.

Tarian ini bertujuan untuk meminta doa demi terciptanya suatu kemakmuran

dalam hidup. Tari ini tidak dapat ditarikan tampa seizin sandro dan Kepala adat.

Selain itu, tarian ini hanya dapat ditarikan pada saat pesta adat dilangsungkan oleh

5

masyarakat di Desa Cakke yang mampu memenuhi syarat yang telah dientukan

dalam pelaksanaan tari Pa’jaga Cakke.

Keberadaan tari-tari tradisional di Kabupaten Enrekang merupakan

kekayaan yang sangat berharga, salah satunya dalam upacara adat yaitu pesta

pernikahan, sala satu tarian yang sering dilaksanakan dalam pesta pernikahan di

kabupaten Enrekang khususnya di Desa Cakke yaitu tari Pa’jaga Cakke. Dalam

prosesi rangkaian upacara pernikahan tradisional di kabupaten Enrekang di mulai

dengan acara mange assuro (peminagan) sebagai tanda pemberitahuan resmi

kepada masyarakat bahwa penghuni rumah akan mengadakan hajatan menantu.

Masyarakat Enrekang memiliki arti hiasan dari janur kuning atau daun kelapa

muda yang disobek dan ditempatkan di depan rumah. Kadang-kadang dapat

disertai dengan taburan beras kepada calon mempelai laki-laki disaat sampai di

rumah pempelai wanita, dan disertai dengan penjemputan tamu dengan tari

Pa’jaga. Tari Pa’jaga Cakke menjadi tari dalam upacara pernikahan karena tari

Pa’jaga Cakke merupakan salah satu dari sekian banyak jenis tari tradisional

yang berfungsi sebagai tari penjemputan, dimana di dalam upacara pernikahan

tamu di suguhkan dengan tari Pa’jaga sebagai rasa hormat kepada tamu. Tari

Pa’jaga Cakke akan menyampaikan pesan secara simbolis berupa permohonan

doa kepada sang pencipta dan semoga diselamatkan dalam hidup dan dijauhkan

dari segala mara bahaya dan menjadikan keluarga yang bahagia jauh dari

perceraian.

Tari Pa’jaga Cakke adalah tarian yang dibawakan oleh para laki-laki,

sering ditampilkan pada acara pesta pernikahan dan acara menyembelih hewan

6

kurban pada saat selesai Idul Adha. Pada rangkaian acara-acara itu Pa’jaga

Cakke berfungsi sebagai penyambutan para tamu agung yaitu pejabat-pejabat dan

ketua adat masyarakat Enrekang dan pada acar pernikahan masyarakat Enrekang

dari dahulu sampai sekarang, fungsi Pa’jaga Cakke sebagai tari penyambutan

relativ tidak berubah. Sehubungan dengan hal tersebut di atas, maka penulis

tertarik untuk mengangkat jenis tari daerah yang berjudul, “Tari Pa’jag Cakke

dalam pesta pernikahan masyarakat bugis di desa Cakke Kabupaten Enrekang”.

Dengan usaha telah tercipta suatu sikap memelihara dan menyelamtkan kesenian

daerah yang berarti melindungi dan membina, sehingga dapat memberikan

sumbangan yang sangat berarti dalam pembinaan kebudayaan nasional yang kita

harapkan.

B. Rumusan Masalah

Rumusan masalah ini dirumuskan secara operasional agar dapat

memberikan arah yang jelas dalam upaya pengumpulan data dan informasi yang

dibutuhkan dalam penelitian ini. Adapun yang menjadi rumusan masalah dalam

penelitian ini adalah :

1. Bagaimana fungsi tari Pa’jaga Cakke pada pesta pernikahan di Kabupaten

Enrekang ?

2. Bagaimana bentuk penyajian tari pa’jaga Cakke pada pesta pernikahaan di

Kabupaten Enrekang ?

7

C. Tujuan Penelitian

Tujuan yang ingin dicapai dari penelitian ini adalah untuk mendapatkan

data atau informasi yang jelas, lengkap dan benar dan mendiskripsikanya

meliputi:

1. Fungsi tari pa’jaga Cakke pada pesta pernikahan di Kabupaten Enrekang.

2. Bentuk penyajian tari Pa’jaga Cakke pada pesta pernikahaan di Kabupaten

Enrekang.

D. Manfaat Hasil Penelitian

1. Berguna bagi masyarakat khususnya generasi penerus agar dapat mengenal dan

mengetahui tentang salah satu bentuk kesenian daerah.

2. Mendorong terciptanya kesadaran dalam jiwa para seniman untuk meneliti

lebih lanjut guna melestarikan kebudayaan, khususnya budaya Enrekang

Sulawesi selatan.

3. Sebagai salah satu upaya untuk memberikan motivasi bagi masyarakat dalam

menumbuhkan kecintaanya terhadap seni tari tradisonal dan menghargai

seniman-seniman yang berbakat.

8

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA BERFIKIR

A. Tinjauan Pustaka

Berikut ini diuraikan beberapa hal sehubungan judul penelitian dengan

sebuah studi pustaka sebagai landasan teori, adapun hal-hal yang diuraikan adalah

sebagai berikut :

1. Pengertian Tari

Seni tari dapat dikatakan sebagai kesenian universal. Maksudya ialah

kesenian ini dapat dimiliki oleh setiap kelompok masyarakat di seluruh dunia.

Fungsi dari dalam masyarakat tidak harus sama dengan masyarakat lainnya

sehingga dengan sendirinya terdapat perbedaan dalam mempertujukkan dan

memaknai tari itu sendiri. Menurut Soedarsono, tari adalah ekspresi jiwa manusia

yang diungkapkan melalui gerak-gerak ritmis yang indah. Dapat dikatakan juga

bahwa tari adalah ungkapan perasaan manusia yang mengandung unsur-unsur

keindahan yang menjelma dalam bentuk gerak sesuai dengan irama pengiringnya.

(Soedarsono, 1992: 147).

Murgianto menyatakan tari merupakan salah satu cara seseorang dapat

tumbuh sebagai pribadi yang kreatif dan penata tari.(1990:34). Pendapat lain

menyatakan bahwa tari adalah ekspresi jiwa manusia yang diwujudkan dalam

bentuk gerak ritmis yang indah. (Garha, 1977: 5).

8

9

Pangeran suryadin ingrate menyatakan bahwa “Tari adalah gerakan-gerakan

seluruh anggota tubuh manusia yang teratur menurut irama gendang dengan

ekspresi tari”. (Najamuddin, 1983: 12).

Menurut Bagong Kussudiarjo seorang penata tari kenamaan Indonesia

merumuskan :“Tari adalah keindahan gerak anggota-anggota tubuh manusia yang

bergerak, berirama dan berjiwa atau dapat diberi arti bahwa seni tari adalah

keindahan bentuk dari anggota badan manusia yang bergerak, berirama dan

berjiwa harmoni”. (Kussudiarjo, 1981: 16).

Dilihat dari beberapa defenisi diatas, dapat disimpulkan bahwa tari adalah

ekspresi jiwa manusia yang diungkapkan melalui gerak tubuh yang ritmis yang

indah yang disesuaikan dengan irama musik dalam suatu ruang dan waktu

tertentu.Maka unsur-unsur tari yang didapatkan disini yaitu: Tubuh, gerak, irama,

ekspresi, dan ruang.

2. Tari Tradisional

Kata tradisional berasal dari bahasa latin Traditio dan dialihbahasakan

kedalam bahasa Indonesia mejadi Tradisi yang berarti mewariskan. Seni tradisi

artinya seni warisan kekayaan budaya yang sudah cukup lama hidup dan

berkembang secara turun temurun. Seni tari adalah salah satu cabang kesenian

dalam bidang seni gerak dengan menggunakan gerak dan sikap tubuh sebagai

mediumnya gerak setiap tari disini bukanlah gerak sikap kehidupan sehari-hari

tetapi adalah gerak yang dengan kata lain gerak dan tari merupakan perasaan,

khayalan, presepsi atau interprestasi. (Ruslan, 1982: 13).

10

Untuk lebih jelasnya pengertian tari tradisional dapat dijelaskan sebagai

berikut :

“Tari tradisonal adalah bentuk tari yang mengandung nilai-nilai luhur,Bermutu tinggi yang dibentuk dalam pola gerak tertentu dan terikat, telah berkembang dari masa kemasa dan mengandung pula nilai-nilai filosofis yang dalam simbolis, religius, dan tradisi yang tetap”.(Najamuddin, 1982: 6).

Pendapat lain oleh sedarsono dalam bukunya tentang tari-tarian Indonesia

mengatakan: “Tari tradisional adalah semua tarian yang telah menjalani

pengalaman sejarah yang cukup lama, yaitu telah bertumpu pada pola-pola tradisi

yang telah ada“. (Soedarsono,1984: 29).

Corri Hartong mengatakan bahwa “tari adalah gerak-gerak yang diberi

bentuk dan ritmis dari badan didalam ruang”. (Jazuli,1994: 3). Selanjutnya,

pangeran Suryodinigrat mengatakan bahwa “tari adalah gerak seluruh tubuh

disertai bunyi-bunyi (gamelan) dan diatur menurut irama-irama lagunya

(gending). Ekspresi muka dan gerak disesuaikan dengan isi dan makna tarinya”

(Wardana, 1980:8).Tradisional yang berasal dari bahasa latin traditio, sebenarnya

sekaligus berarti handing down ‘mewariskan’ dan betrayal ‘mengkhianat’.

(Murgiyanto, 2004: 11).

Menurut kamus besar bahasa Indonesia edisi ke empat tradisi adalah adat

kebiasaan turun-temurun yang masih dijalankan dalam masyarakat serta penilaian

atau anggapan bahwa cara yang telah ada merupakan yang paling baik dan benar.

(Anton, 2008: 1424).

11

Tari tradisional yang menjadi dasar pertama dan utama ialah susunan dan

koreografinya dalam wujud yang indah. Untuk mempelajarinya harus dihapalkan

ragam-ragamnya disamping irama musik yang mengiringinya. Pada umumnya tari

tradisional didaerah Sulawesai Selatan musik pengiringnya terdiri dari karawitan

Sulawesi selatan seperti gendang, pui-pui, dengkang (gong), anak backing dan

lain-lain.

3. Pengertian Pesta Adat.

“Pesta adalah rangkaian, tindakan atau perbuatan yang terkait dalam

aturan tertentu menurut adat“. (Ali, dalam salbiah 1981: 10). Dalam masyarakat

sering terjadi interaksi yang melahirkan norma-norma tertentu sebagai acuan

dalam mempertahankan keutuhan dan ketentraman masyarakat, pengertian adat

itu sendiri, adat adalah peringatan yang biasa dilakukan oleh masyarakat pada

tempat tertentu. (Bambang M. 1993: 9).

Pesta adalah rangkaian, tindakan/perbuatan yang terkait dalam aturan

tertentu.(Tim, proyek 2000: 37). Upacara adat adalah serangkaian tindakan atau

kegiatan yang dilakukan oleh masyarakat adat baik perorangan maupun

kelompok/komunitas berdasarkan kebiasaan turun-temurun dengan tata urutuan

perlengkapan dan ketentuan-ketentuan adat.

12

4. Pengertian fungsi tari

Pengertian fungsi menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia adalah

“kegunaan suatu hal’. (Muhaimin, 2000: 322). Jadi fungsi adalah sesuatu yang

mempunyai kegunaan dalam artian manfaat atau faedah.

Fungsi menujukkan kedudukan, tugas, dan kepentingan tertentu. Karena

itu untuk kepentingan tertentu itulah, tari dibentuk dan diarahkan kegunaan

penampilannya yang khusus, disamping eksistensi dalam artianya sebagai

kesenian yang lebih luas. Dalam masyarakat primitif, Gerturde Kurat

(Soedarsono, 1998: 56).

Sementara Soedarsono (1999) merumuskan tipologi tari meliputi

dua fungsi yaitu:

1. Fungsi primer. Fungsi primer jikalau fungsi dirasakan langsung

pada saat peristiwa tari berlangsung, baik oleh pelaku maupun oleh

penonton. Fungsi primer biasa berupa: fungsi upacara, fungsi

hiburan, dan fungsi presentasi estetis.

2. Fungsi sekunder. Fungsi sekuler adalah fungsi yang dirasakan

sebagai akibat dari peristiwa tari, baik oleh pelaku ataupun

penonton. (dalam Sumiani, 2006: 30)

Dengan berlandaskan bahwa seni adalah ekspresi jiwa manusia dalam

bidang seni gerak dengan menggunakan gerak dan sikap tubuh sebagai

mediumnya dengan kata lain gerak dan tari merupakan perasaan, khayalan dan

13

presepsi. Tarian sebagai sala satu cerminan dan pengesahan, tari sebagai sarana

upacara keagama,dan tari sebagai pencerminan nilai-niai keindahan atau estetis.

5. Pengertian Bentuk Penyajian

Humardani mengemukakan bahwa bentuk penyajian merupakan wujud

ungkapan, isi pandang dan tanggapan kedalam bentuk sisi yang dapat di tangkap

indra. Dalam bentuk seni terdapat hubungan antara bentuk dan isi. Bentuk yang

dimaksud adalah bentuk fisik, bentu yang diamati sebagai sarana untuk

menuangkan nilai yang di ungkapkan oleh seseorang. Adapun isi adalah ungkapan

yang menyangkut nilai-nilai ataupun pengalaman jiwa. Nilai-nilai atau

pengalaman jiwa itu digarap dan diungkapakan sehingga dapat di tangkap atau

dirasakan penikmat melalui fisik, seperti garis, warna, suara manusia, bunyi-

bunyian alat, gerak tubuh dan kata.(dalam Nurlina, 2003: 65).

Bentuk Penyajian dalam kamus Besar Bahasa Indonesia adalah “proses

pembuatan atau cara untuk menyajikan suatu pengaturan penampilan tentang tata

cara pertunjukan untuk memuaskan penonton. Bentuk penyajian dalam

hubunganyadengan tari mempunyai pengertian yaitu cara menyajikan atau cara

menghidangkan suatu tari secara menyeluruh untuk memuaskan

penoton”(Moeliono, at Al, 1990: 979)

6. Pengertian tari pa’jaga Cakke

Kata pa’jaga Cakke adalah bahasa Bugis yang terdiri dari dua kata yaitu

pa’jaga dan Cakke. Pa’jaga itu sendiri kata dasarnya adalah jaga yang mendapat

imbuhan berfungsi sebagai awalan pa-, imbuhan pa- dalam bahasa Bugis berarti

14

pelaku atau subjek yang melakukannya, sedangkan kata jaga merupakan kata

kerja berarti jaga dalam bahas Indonesia. Jadi kata pa’jaga berarti penjaga atau

orang yang berjaga. Kata Cakke merupakan nama sebuah desa di Kecamatan

Baraka. Kabupaten Enrekang. Melalui tari pa’jaga Cakke para penari pa’jaga

memanjatkan doa kepada sang pencipta semoga senantiasa diajuhkan dari segala

marabahaya baik yang kasat mata maupun yang tidak dan dimudahkan dalam

segala urusan. (Madda, 28 juni 2013).

Sesuai uraian di atas dapat disimpulkan, bahwa tari Pa’jaga Cakke adalah

suatu ekspresi jiwa masyarakat di desa Cakke Kabupaten Enrekang yang

diungkapakan melalui gerak ritmis dan indah yang disesuaikan dengan irama

musik dan syair-syair yang di tampilkan pada pesta pernikahan masyarakat yang

ada di Desa Cakke. Tari Pa’jaga Cakke di Desa Cakke Kabupaten Enrekang ini

oleh masyarakat di Desa Cakke memahaminya sebagai salah satu tari tradisional

yang berperan sebagai penguat dalam upaya mencegah roh-roh atau setan yang

bermaksud jahat baik yang kasat mata maupun yang tidak kasat mata.

1) Kerangka Pikir

Sesuai dengan uraian di atas, maka penulis dapat mengemukakan kerangka

pikir yang akan digunakan yaitu bahwa pembelajaran kesenian budaya yang ada

di Sulawesi Selatan khususnya di Kabupaten Enrekang. Penelitian ini dilakukan di

Kabupaten Erekang Desa Cakke, yang diteliti yaitu mengenai tari. Yang menjadi

pilihan untuk di bahas pada penelitian ini adalah tari tradisional dan tari Pa’jaga

Cakke dalam pesta pernikahan di jadikan topik. Dari topik di atas sehingga

15

mendapatkan dua rumusan masalah yang perlu di kaji antara lain yaitu fungsi tari

Pa’jaga Cakke, dalam fungsi ini lebih di fokuskan dalam pesta pernikahan dan

rumusan masalah yang kedua yaitu Bentuk Penyajian tari Pa’jaga Cakke. dalam

bentuk penyajian meliputi beberapa unsur didalamnya yaitu: penari, ragam gerak,

rias dan kostum, properti, musik pengiring, dan tempat pertunjukan.

Hal di atas adalah merupakan sasaran yang hendak dicapai dalam

pelaksanaan penelitian ini. Untuk lebih jelasnya kerangka fikir dapat dilihat pada

skema berikut:

Bentuk penyajian dalam pesta pernikahan

Pa’jaga Cakke di Kabupaten Enrekang pada pesta pernikahan di kab. Enrekang.

Fungsi dalam pesta pernikahan

Tari tradisional

Pola lantai

penari propertiMusik pengiring

Tempat pementasan

Gambar 1. Skema kerangka pikir

Ragam gerak

16

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

A. Sasaran Penelitian dan desain penelitian

a) Sasaran penelitian

Sasaran penelitian adalah tari Pa’jaga Cakke, dalam penelitian ini lebih di

fokuskan pada pementasan dalam proses pernikahan masyarakat Enrekang. Sesuai

dengan batasan masalah penelitian, maka sasaran lebih di arahkan pada:

1. Fungsi tari Pa’jaga Cakke dalam pesta pernikahan di Desa Cakke

Kecamatan Baraka Kabupaten Enrekang.

2. Bentuk penyajian tari Pa’jaga Cakke dalam pesta pernikahan di Desa

Cakke Kabupaten Enrekang.

b) Lokasi penelitian

Lokasi penelitian ini adalah di Desa Cakke, Kecamatan Baraka

Kabupaten Enrekang. Desa Cakke Ini terletak di pelosok kota di bagian

utara Kota Enrekang. Waktu untuk menempu ke desa Cakke sekitar ± 1

jam dari kota Makassar. Meskipun tempatnya dekat dari kota namun untuk

melewati jalananny kesana cukup sulit dan butuh waktu yang cukup lama

karena masih banyak batu-batu selain bebatuan jalanannya juga cukup

tanjakan untuk dilewati, disamping itu banyak juga juram di setiap

pinggiran jalanan. Karena sulitnya ntuk menempu jalanan ke Desa Cakke,

16

17

kendaraan yang biasa digunakan Masyarakat Cakke hanya motor dan

mobil tiga per empat.

b. Desain Penelitian

Berdasarkan kerangka berfikir yang telah dibuat, maka desain penelitan

dapat disusun sebagai berikut :

Gambar 2. Skema desain penelitian

B. Defenisi Operasional Variabel

Adapun yang menjadi defenisi operasional varabel penelitian adalah :

1. Fungsi tari Pa’jaga Cakke di maksudkan disini ialah manfaat tari

Pa’jaga pada masyarakat Bugis Di Kabupaten Enrekang, khususnya

dalam konteks pesta perkawinan.

Pengolahan data Kesimpulan

Pengumpulan data bentuk penyajian tari pa’jaga Cakke pada pesta pernikahan di Kab.Enrekang.

Pengumpulan data fungsi tari pa’jaga Cakke pada pesta pernikahan di Kab.Enrekang.

AnalisisData

18

2. Bentuk penyajian dalam penelitian ini yang dimaksud adalah wujud

penyajian meliputi unsur-unsur : penari, pola lantai, ragam gerak, tata

rias, kostum dan musik.

C. Teknik Pengumpulan Data

Untuk memperoleh data tentang tari Pa’jaga Cakke diperlukan teknik

pengumpulan data sebagai berikut :

1.Studi Pustaka

Hal ini dimaksud untuk pengetahuan tambahan dan dasar teori yang diteliti

seperti membaca buku-buku ilmiah. Dokumen sejarah dan laporan penelitian lain

yang punya kaitan dengan obyek penelitian. Studi pustaka dengan mengkaji

literature yang sesuai dengan kajian tentang seni tari Pa’jaga Cakke seperti buku

dan skripsi dan untuk mengadakan wawancara dengan tokoh masyarakat dan

budayawan yang memahami permasalahan penelitian ini. Penelitian ini

dilaksanakan di Desa Cakke Kabupaten Enrekang.

2. Observasi

Teknik yang mula-mula ditempuh dalam penelitian ini adalah observasi.

Ini dilakukan dengan cara mengamati proses pelaksanaan pertunjukan tari

Pa’jaga Cakke. Observasi yang dilakukan jenis observasi non partisipasi dimana

peneliti tidak ikut saat pertunjukan berlangsung.

19

3.Wawancara

Teknik yang ditempuh dalam meneliti adalah teknik wawancara, teknik ini

dilkaukan dalam bentuk Tanya jawab dengan anggota atau personil yang terlibat

dalam tari Pa’jaga Cakke. wawancara bertujuan untuk memperoleh data atau

keterangan baik yang menyangkut fungsi maupun bentuk penyajian tari Pa’jaga

Cakke di Desa Cakke Kabupaten Enrekang.

4. Dokumentasi

Teknik ini dilakukan mengumpulkan data-data yang konkrit berupa

gambar, foto-foto dan dokumentasi lainnya. Dokumentasi tahap ini dilakukan agar

peneliti memperoleh data dalam bentuk audio dan visual. Dokumentasi dalam

bentuk audio yaitu rekam musik tari Pa’jaga Cakke dengan Tape Recorder dan

kaset,sedangkanperekaman Visual dalam bentuk foto yaitu dilakukan dengan

menggunakan kamera. Selain itu akan digunakan buku catatan untuk mencatat

data yang tidak bisa didokumentasikan dengan cara audio.

D.Teknik Analisis Data.

Penelitian ini data yang digunakan adalah data kualitatif, yaitu data yang

dipaparkan bersifat deskriptif. Analisis data ini dimulai dengan mengklafikasi

data, data yang diperoleh dari hasil wawancara maupun hasil observasi

selanjutnya dianalisis berdasarkan data untuk mendapatkan rangkaian untuk

pembahasan sistematis yang dibagikan secara deskriptif. Dengan demikian maka

20

data yang terkumpul tersebut akan menggambarkan secara detail tentang Tari

Pa’jaga.

Menurut Rusdi Ruslan, dalam Agusalim (2004: 13) penelitian kualitatif

bertujuan untuk mendapatkan pemahaman dan sifatnya umum terhadap kenyataan

sosial dan persfektif partisipan. Pemahaman tersebut tidak dilakukan terlebih

dahulu, tetapi diperoleh setelah melakukan analisis terhadap kenyataan sosial

yang menjadi fokus penelitian, dan kemudian suatu kesimpulan berupa

kesimpulan berupa pemahaman umum tentang kenyataan-kenyataan.

21

BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. Hasil Penelitin

1. Tari Pa’jaga Cakke

Tari Pa’jaga Cakke dalam pesta pernikahan ini dilakukan dikediaman

keluarga Puang Kajao. Di lokasi penelitian, di Desa Cakke Kabupaten Enrekang.

Dalam pesta pernikahan keluarga Puang Kajao, melibatkan penari tari Pa’jaga

untuk menari karena Puang Kajao meyakini bahwa dengan di adakanya tari

Pa’jaga Cakke, calon pengantin akan terhindar dari segala marabahaya dan

diberikan kebagiaan sampai akhir hayat.

a. Tahap-tahap pesta pernikahan

Sebelum melaksanakan suatu hajatan atau upacara adat pernikahan

tertentu melakukan beberapa rangkaian kegiatan sebelum hari pelaksanaannya

adapun rangkaian itu adalah:

1). Mange assuro (peminangan)

a). Mekutana-tana (Tanya-tanya)

Mekutana-tana atau dalam adat Bugis disebut Manu’-manu’ (Tanya-

tanya)

adalah langkah awal dari pihak laki-laki yang datang kepihak perempuan untuk

mempertanyakan statu dari perempuan yang ingin dipinang. apakah sudah ada

21

22

yang meminag sebelumnya atau tidak, apakah si perempuan sudah memiliki

ikatan lain selain dari pihak laki-laki yang datang meminang.

2). Tappu’ kana (memutuskan kata sepakat)

Dalam acara Tappu’ kana (memutuskan kata sepakat), dibicarakan dan

diputuskan segala sesuatu yang bertalian dengan upacara pernikahan, yang antara

lain meliputi hala-hal berikut:

a). Appa’nasai wattu (penentuan waktu)

Penentuan acara puncak atau pesta hari pernikahan sangat perlu

mempertimbangkan beberpa faktor, dan Appa’ nasai wattu ini mencakup

penentuan hari, tanggal, dan waktu pelaksanaan pernikahan.

b). Doi’ Balanca (uang belanja)

Besarnya uang belanja ditetapakan berdasarkan kelaziman atau

kesepakatan terlebih dahulu antara keluarga yang melakukan acara

pernikahan.

c). Sunrang (Mahar)

Sunrang atau mahar adalah barang pemberian dapat berupa uang

atau harta dari mempelai laki-laki untuk memenuhi syarat sahnya

pernikahan jumlah sunrangnya ini di ucapkan oleh laki-laki pada saat akad

nika.

21

23

2. Prosesi pernikahan

a. Tammui Muanena (penjemputan pengantin laki-laki)

Pada prosesi tammui muanena (penjemputan mempelai laki-laki),

mempelai laki-laki di suguhkan tari Pa’jaga Cakke. Dimana mempelai

laki-laki mendatangi rumah mempelai wanita disambut dengan tari Pa’jaga

Cakke. Tahapan ini merupakan awal dari prosesi pesta pernikahan, dimana

mempelai laki-laki akan di pertemukan oleh mempelai wanita.

b. Tarima muanena (diterima pengantin pria)

Dalam prosesi tarima muanena ( diterima pengantin pria)

pengantin pria di sambut oleh ibu pengantin wanita dan memakaikan

sarung kepada calon pengantin pria sebagai tanda bahwa calon pria telah

resmi diterima sebagai anggota keluarga, dan dilanjutkan ke acara puncak

atau inti dari seluruh rangkaian yaitu Ijab Kabul, Ijab Kabul ini sangat

penting karena di acara ini calon mempelai menyatakan sumpah. Setelah

prosesi Ijab Kabul selesai,maka kedua mempelai resmi dinyatakan sebagai

suami istri kemudian dilanjutkan ke prosesi Mampasitammu.

24

Gambar 1: tarima muanena (diterimanya pengantin pria)(Dokumentasi: Maryam,2013)

c. Mampasitammu (mempertemukan mempelai laki-laki dan perempuan)

Dalam prosesi mampasitammu (mempertemukan mempelai laki-

laki dan perempuan), pengantin pria menjemput sang istri di kamar. Yang

di maksud pada momen-momen ini pihak keluarga perempuan menutup

pintu rapat-rapat, dan pria harus memberikan sesuatu supaya pintu segera

dibuka. Simbol bahwa mencapai sesuatu diperlukan kerja keras.

25

Gambar 2: Mampasitammu (mempertemukan mempelailaki-laki dan perempuan)

(Dokumentasi: Maryam, 2013)

b. Fungsi Pa’jaga Cakke Pada pesta Pernikahan di Desa Cakke Kabupaten

Enrekang.

Seni tari tidak sekedar ungkapan/ ekspresi spontan ketika senang maupun

sedih. Tari berkembang sesui dengan kebutuhan sosial sehingga mempunyai

fungsi yang lebih penting dalam kehidupan masyarakat. Seperti halnya dengan

tari Pa’jaga Cakke.

Tari Pa’jaga Cakke hidup dan berkembang dalam kehidupan masyarakat

di Desa Cakke yang merupakan sebuah tari tradisional. Pada dasrnya masyarakat

Massenrempulu khususnya masyarakat Cakke memang selalu berpegang teguh

terhadap tradisi yang berlaku dalam masyarakat. Menurut masyarakat Cakke,

26

“ Tari Pa’jaga Cakke sejak lahir berfungsi sebagai tari persembahan kepada sang

pencipta dan para leluhurnya. Melalui tari Pa’jaga Cakke para penari Pa’jaga

memanjatkan doa kepada sang pencipta semoga senantiasa dijauhkan dari segala

mara bahaya baik yang kasat mata maupun yang tidak dan dimudahkan dalam

segala urusan. Selain sebagai tari persembahan tari Pa’jaga juga berfungsi sebagai

pelengkap dalam pesta adat maccera manurung. (Wawancara,Negi, 28 juni 2013).

Fungsi tari Pa’jaga Cakke dalam pesta pernikahan sebagai penjemputan

atau tontonan, Selain itu tari pa’jaga Cakke juga berfungsi sebagai ritual atau tari

persembahan kepada sang pencipta. Dalam pesta pernikahan terkandung fungsi

Ritual. Fungsi tersebut terlihat pada perlakuan khusus terhadapnya dan dari

keyakinan masyarakat bahwa dengan melaksanakan tari Pa’jaga Cakke mereka

akan terhindar dari segala mara bahaya termasuk roh-roh yang bermaksud jahat

dan dimudahkan dalam segala usahanya. (Wawancara,Negi,28 juni 2013).

Tari Pa’jaga Cakke dipentaskan ketika mempelai laki-laki datang

disambut dengan tari Pa’jaga Cakke. Tari Pa’jaga Cakke itu merupakan tari

penjemputan Mangngempo berre pada mempelai laki-laki, maksudnya agar dalam

membina sebuah rumah tangga mendapat keluarga yang sakinah mawaddah dan

warahmah dan berjaga-jaga dari hal-hal jahat yang mencelakakan baik yang kasat

mata maupun yang tidak kasat mata. Tari Pa’jaga Cakke biasanya di pentaskan

pada saat satu hari sebelum pesta pernikaan dan di saat hari pernikahan tiba.

(Wawancara,Negi, 28 juni 2013).

Pada fungsi dari tari pa’jaga Cakke dalam pesta perkawinan yaitu sebagai

indetitas budaya Enrekang. Tari Pa’jaga merupakan tari yang mencerminkan ciri

27

khas budaya Sulawesi Selatan Khususnya Kabupaten Enrekang yang sangat

menjunjung tinggi budaya siri dan sipakatau.

Tari Pa’jaga Cakke dapat ditarikan pada saat pesta perkawinan,acara

menyembeli hewan kurban pada saat selesai Idul Adha, dan acara penyambutan

para tamu agung atau pejabat-pejabat yang pada umumnya masih merupakan

keturunan dari desa Cakke. Tari Pa’jaga Cakke yang dilakukan pada pesta

pernikahan dipentaskan di halaman rumah, di halaman tempat penjemputan

mempelai laki-laki atau perempuan.

Tari Pa’jaga Cakke di Desa Cakke ini berguna untuk mempererat

hubungan silaturahmi dan menggambarkan kuatnya hubungan kekeluargaan

antara sesama masyarakat Cakke agar masyarakat Cakke menghargai dan

menjunjung tinggi peninggalan leluhur dan amanat yang terkandung di dalam tari

Pa’jaga Cakke. Kehadiran tari Pa’jaga Cakke di tengah-tengah masyarakat Cakke

siapapun dapat terhibur, tidak terkecuali masyarakat yang datang dari luar desa

Cakke yang dapat ikut menikmatinya.

c. Bentuk penyajian tari Pa’jaga Cakke dalam pesta pernikahan

Bentuk penyajian adalah suatu susunan atau isi dalam pementasan.

Adapun bentuk penyajian dalam tari Pa’jaga Cakke yaitu tentang penari, ragam

gerak,Rias dan kostum,properti dan musik iringan tari Pa’jaga Cakke di Desa

Cakke.

Sebelum melakukan tari pa’jaga Cakke biasanya terlebi dahulu melakukan

ma’doangang (berdoa), yaitu pembacaan mantera-mantera yang dipimpin oleh

28

guru Pa’jaga Cakke. Ma’doangang dimaksudkan agar pementasan tari Pa’jaga

Cakke berjalan dengan lancar. Pementasan Pa’jaga Cakke di anggap berhasil

apabila dalam melangsungkan tarian tida terjadi keributan atau kekacauan.

Dengan berjalan dengan lancarya tari Pa’jaga Cakke berati telah memberi

pertanda baik, khususnya bagi yang menyelenggarakan acara. Ma’doangang

dilakukan dirumah tetangga tepat dilangsunkannya acara dan dilaksanakan setelah

para penari dan guru pa’jaga Cakke telah siap. Hal ini dilakukan satu hari

sebelum acara pernikahan dimulai.

Dalam pelaksanaan tari Pa’jaga Cakke dibutuhkan ±7 sampai 8 menit.

Oleh karena waktu yang dibutuhkan untuk membawakan tari ini lumayan lama,

disamping bergerak penari juga melantunkan syair-syair. Gerak tari Pa’jaga

Cakke didominasi oleh gerak kaki, langkah kaki, disertai dengan ayunan tangan.

Sikap dan rasa tubuh penari ketika sedang menarikan tari Pa’jaga Cakke adalah

membiarkan tubuh tetap rileks cenderung santai. Setiap gerakannya mengalun

lambat mengikuti alunan syair dan dilakukan seolah-olah tidak dengan kekuatan

fisik semata, tetapi dengan mengunakan tenaga yang bersumber dari perasaan dan

konsentrasi.

Adapun susunan bentuk penyajian tari Pa’jaga Cakke di Desa Cakke

Kabupaten Enrekang sebagai berikut:

29

a. Penari

Tari Pa’jaga Cakke di Desa Cakke Kabupaten Enrekang awal

terbentuknya dapat ditarikan oleh laki-laki yang telah dewasa atau telah

balig, akan tetapi setelah mengalami perkembangan zaman dan kurangnya

generasi muda dari desa Cakke yang mau mempelajari dan mendalami tari

Pa’jaga Cakke ini maka sekarang tari pa’jaga Cakke hanya ditarikan oleh

laki-laki yang berusia ± 60 tahun. Tarian ini hanya dapat ditarikan oleh

laki-laki dan tidak dapat ditrikan oleh perempuan.

Pementasan tari Pa’jaga Cakke ini harus ditarikan oleh lebih dari

satu orang yang mana salah satu diantara penarinya adalah guru tarai

Pa’jaga Cakke, jumlahnya bias genap bias pula ganjil. Semakin banyak

jumlah penari dalam tari Pa’jaga Cakke semakin baik, karena banyaknya

jumlah penari berarti banyak orang yang ikut berdoa dan akan mudahnya

dikabulkan doa atau permintaan kepada Sang pencipta yang mana

terkandung dalam syair-syair yang dilantunkan oleh para penari.

b. Ragam gerak

Gerak dalam tari Pa’jaga Cakke merupakan gerak tari yang sangat

di sakralkan dengan makna-makna tertentu yang dikandungnya. Tari

Pa’jaga Cakke oleh masyarakat Cakke adalah tarian yang tidak dapat

ditarikan tampa ada acara dan tarian pa’jaga Cakke harus ditarikan di desa

Cakke tidak bisa keluar dari desa. Masyarakat Cakke juga meyakini bahwa

tari Pa’jaga Cakke tidak dapat berjalan dengan lancar tampa seizin leluhur

30

Cakke yang telah menciptakan tarian ini yakni Puang Kajao. Dalam setiap

ragam tari Pa’jaga Cakke ini memiliki makna tersendiri. Tari Pa’jaga

Cakke berati berjaga-jaga dari segala sesuatu yang bermaksud jahat.

Dalam gerak tari Pa’jaga Cakke memiliki empat ragam gerak yaitu

sebagai berikut: ke’de (berdiri), soe-soean (mengayunkan kesampin kiri

dan kanan), diballa (dibuka), mangpulun (mengumpulkan).

Adapun deskripsi gerak sebagai berikut:

1) Pembuka: Ke’de (berdiri)

Dalam ragam ini penari dalam posisi berdiri dan dalam tempat

pelaksanaan tari Pa’jaga Cakke. Dalam posisi berdiri ini

sebagian penari membacakan mantera atau doa yang berisi

permohonan izin kepada sang pencipta tari pa’jaga yakni

Puang Kajao hendaknya diberikan kelancaran dalam proses

pelaksanaan tari Pa’jaga Cakke.

Gambar 1: Ke’de , dalam posisi ini penaribersiap-siap menari.

(Dokumentasi: Maryam,2013)

31

2). Soe-soean (mengayun-ayunkan)

Setelah guru tari Pa’jaga Cakke membacakan doa, sedangkan penari

yang lain berada di luar tempat pertunjukan bersiap-siap memasuki

tempat pertunjukan. Semua penari sedang berada di tempat

pertunjukan hingga membentuk lingkaran, tangan kanan memegang

pakammba’ (kain), tangan kanan berada di samping badan dan di

ayun-ayunkan mengikuti gerak kaki. Kaki kanan melangkah ke depan

diikuti kaki kiri dan dilakukan secara berganti, telapak tangan kiri

merapat di pinggul belakang, tangan kanan memegang ujung kain dan

dirapatakan keperut kedepan badan. Kaki kanan kembali melangkah ke

depan sedang tangan kanan di ayunkan kebelakang lalu kaki kiri

kembali mundur dan tangan kanan di ayunkan kembali ke depan

merapat di badan, kaki kanan kembali melangkah ke depan diikuti kaki

kiri pada hitungan ketujuh badan dibalik mengahadap ke dalam

lingkaran ditutup dengan kaki kiri, kedua tangan diayunkan ke atas di

depan badan lalu kembali di turunkan.

32

Gambar 2: Soe-soean, dalam posisi ini penari mengayun-ayunkan tagan degan memegang kain. (Dokumentasi: Maryam,2013)

3). Diballa (membuka)

Dalam posisi berjalan melingkar, kaki kanan melangkah ke depan

perlahan-lahan, kain dibuka kedua tangan memegang kedua ujung

pakammba’ (kain) lalu diikuti kaki kiri. Pada hitungan ke ketiga kaki

mundur ke belakang, kaki kanan kembali melangkah ke depan diikuti kaki

kiri dan kedua tangan yang memegang pakammba’ (kain) diayunkan ke

samping kiri dan kanan. Pada hitungan ketuju kaki kanan melangkah

kedepan ditutup dengan kaki kiri, kedua tangan diayunkan ke atas depan

badan lalu kembali diturunkan.

33

Gambar 3: Diballa (membuka), dalam posis ini penari membuka kain sambil di ayun-ayunkan

(Dokumentasi: Maryam,2013)

4). Mangpulung ( Mengumpulkan)

Setelah syair-syair dari Pa’jaga selesai penari menghadap kedalam

lingkaran perlahan-lahan tangan kanan memegang pakammba’ (kain) lalu

dikumpulkan di tengah lingkaran.

34

Gambar 4: Mangpulung, dalam posisi ini penari mengumpulkan kain dan akan di letakkan di dalam tengah.

(Dokumentasi: Maryam, 2013)

c. Pola lantai

Pola lantai tari Pa’jaga Cakke dalam pesta pernikahan di

Kabupaten Enrekang hanya menggunakan satu macam pola lantai yaitu

selalu membentuk linkaran, arah putarannya kekiri dan pada pertengahan

lagu memutar arah ke arah kanan. Panggung yang digunakan adalah

panggung dimana semua penonton dapat melihat pertunjukan dari segala

arah (arena).

Dalam penulisan deskripsi istilah ini, di uraikan dengan keterangan

gerak tari berupa istilah (kode gerak) sebagai berikut:

35

: Penari

: Depan

: Belakang

: Arah gerak

: Bangkul (tempat sesaji)

NO Nama Ragam Pola lantai

1. Ke’de

(Keberdiri)

36

2. Soe-soean

(mengayunkan)

3. Diballa

(membuka)

37

4. Mangpulung

(mengumpulkan)

d. Musik Pengiring Tari Pa’jaga Cakke

Irama musik dalam tari merupakan serangkain bunyi dari alat musik

yang diselaraskan dengan gerak tari yang diperagakan. Iringan musik

merupakan pelengkap dan pembentuk dalam suasana suatu tari. Selain

iringan musik, syair-syair dapat pula berperan sebagai pengiring dalam

suatu tarian bilamana dilantunkan dalam nada-nada yang tertutur dan

menghibur syair-syair ini dapat pula berperan sebagai iringan dan

pembentuk suasana dalam suatu tarian. Dalam pertunjukan Tari Pa’jaga

Cakke dalam pesta pernikahan tidak menggunakan alat musik sebagai

pengiring akan tetapi menggunakan syair pelengkap dalam tari Pa’jaga

Cakke.

Adapun syair yang dilantunkan dalam pementasan tari Pa’jaga Cakke

adalah sebagai berikut:

38

1). Pembuka:

E…bella pakkanna.. E…puang dewataPuang todoloTo laki kattappa

Irikko angin lePaleokko mai decengNasappa wajikkuaWajikkua manassai bela

Legang doa palattaTapa tonan dosi matta nawaRigau mandapittaRigau mandapitta bela

Artinya:

Kabulkannlah Wahai sang penciptaDan yang terdahuluYang kami yakini

Bertiuplah anginYang mendatangkan kebaikanMencari yang seharusnya terjadiYang benar harus terjadi

Menadahkan tangan dan berdoaKabulkanlah yang kami mintaYang kami kerja benar kami kerjakanYang benar kami kerjakan

2). inti

E…bella PakkannaItai mati’leTo bottim baruManjai-manjai rampanaIninnawa madecemmu Tori lalan pili

Itai mati’ leAna nalai pangaja’Ada ri tomatuannaAda ri tomatuanna bela

39

Lako botting baru leAja’na ia mualaTo masiga siabbeanTo masiga siabbean bela

Artinya:

Kabulkanlah LihatlahBerpakaian berbedaMuda-mudahan selalu bersama sampai akhir hayatBenar selalu bersama sampai akhir hayat

LihatlahAnak yang mengikuti ajaranPerintah dari orang tuanya

Kepada pengantin baruJangan dia yang di ambilYang cepat berceraiBenar-benar yang cepat bercerai

3.penutup

Na passuroanmi memmase-mase, ma’lambe, makkelong

Artinya:

Menyuruh saling menyayangi,berdoa,menyanyi.

Dalam tari Pa’jaga Cakke penyanyi yang melantunkan syair-syair

adalah semua penari, dimana jika salah satu penari dalam tarian ini ada

yang lupa dengan syair-syair yang ada maka penari yang lain akan

melengkapi syair sehingga tari Pa’jaga dapat berjalan dengan baik. Selain

itu, yang terpenting dengan semakin banyaknya jumlah penari yang ikut

menari dalam pelaksanaan tari Pa’jaga Cakke, berarti semakin banyak

yang memanjatkan doa kepada Sang pencipta. Telah dipahami bahwa

semakin besar harapan permintaan-permintaan itu akan terkabulkan.

40

Dalam kaitanya dengan tari pa’jaga Cakke yang dilaksanakan dalam pesta

pernikahan, semakin banyaknya penari dalam tari Pa’jaga Cakke maka

semakin diselamatkannya masyarakat Cakke pada umumnya dan kedua

mempelai khususnya dalam hidupnya, sesuai dengan kandungan doa-doa

yang terkandung dalam syair-syair tari Pa’jaga Cakke.

e. Kostum dan property

Kostum adalah busana atau pakaian yang dipakai dalam sebuah

tarian. Kostum memegang peranan penting dalam mewujudkan dan

merealisasikan maksud kepada penonton dan tamu, hanya saja diperlukan

penyesuaian dengan tema dari pada garapan tersebut. Busana berfungsi

memperindah serta menunjang ekspresi peran, selain itu di usahakan pula

agar busana tidak menganggu gerak dan sikap penari melakukan suatu

gerak atau rangkaian gerak. Di dalam pemilihan kostum senantiasa dan

selalu mempertimbangkan nilai-nilai yang terkandung pada pola garapan

serta tema dari pada tarian itu sendiri.

Dalam pementasan tari Pa’jaga Cakke kostum yang digunakan

adalah dodo (sarung) dan Songko’ (kopiah). Penari dalam melakukan

tarian ini tidak menggunakan baju dan aksesoris. Hal ini telah dilakukan

turun temurun oleh masyarakat Cakke. To Cakke (orang Cakke) meyakini

bahwa jika penari Pa’jaga Cakke menggunakan baju akan terjadi sesuatu

yang tidak diinginkan oleh masyarakat Cakke sendiri. Adapun kostum

yang digunakan oleh penari Pa’jaga Cakke yaitu:

Dodo (sarung)

41

Dodo atau sarung merupakan pakaian yang digunakan

untuk menutupi badan penari Pa’jaga Cakke karena dalam

pementasan tari ini penari tidak menggunakan baju. Sarung

yang digunakan adalah sarung sutera dengan motif yang

berbeda-beda.

Gambar: Dodo (sarung) (Dokumentasi: Maryam, 2013)

Songko’ (kopiah)

Songko’ atau kopiah merupakan kostum yang digunakan

sebagai penutup kepala dan sebagai lambing penghormatan

kepada sang pencipta dan para leluhur.

42

Gambar: songko’ (kopia) (Dokumentasi: Maryam, 2013)

Pakammba’ (kain)

Pakammba’ (kain) merupakan property yang biasa digunakan oleh para penari yang berukuran 3 meter dengan warna kain yang tidak ditentukan dan harus kain bersih. Property pakammba ini tidak mempunyai arti simbolis kecuali suatu kewajiban bagi penari Pa’jaga Cakke harus memakai pakammba (kain).

Gambar: Pakammba’ (kain) (Dokumentasi: Maryam, 2013)

43

f. Tempat pertunjukan

Tempat pertunjukan yaitu suatu tempat dimana suatu acara atau

pertunjukan berlangsung. Pada tari Pa’jaga Cakke tempat pertunjukannya berada

di halaman rumah adat atau halaman tempat pertunjukanberlangsung. Apa bila tari

Pa’jaga Cakke dilaksanakan dalam pesta pernikahan, maka tari Pa’jaga Cakke

dilaksanakan di halaman rumah, pesta pernikahan dilangsungkan. Sama halnya

jika tari Pa’jaga Cakke dilangsungkan dalam pesta adat maccera’ manurung,

maka tempat pertunjukanya adalah di halaman depan rumah adat Cakke. Pada saat

pesta adat berlangsung dan diperkirakan akan terjadi gangguan cuaca, misalnya

hujan maka tempat pertunjukan dapat di pindahkan di bawah kolong rumah

tempat acara atau pesta berlangsung. Tempat pertunjukan tari Pa’jaga Cakke

harus bersih dari segala hal-hal yang dapat membatalkan ibadah karena

masyarakat cakke meyakini bahwa pelaksanaan tari Pa’jaga Cakke merupakan

salah satu rangkaian upacara adat dimana tari Pa’jaga akan menjadi pengantar

pesan kepada sang pencipta.

Sejak awal terciptanya sampai sekarang, pola lantai tari Pa’jaga Cakke

tidak mengalami perubahan yakni selalu melangkah membentuk lingkaran dengan

maksud bahwa dalam kehidupan ini segalanya akan terus berjalan, segalanya

berasal dari Tuhan dan akhirnya akan kembali pula kepada-Nya. Pada dasarnya

tempat yang dibutuhkan untuk mementaskan tarian ini harus menyesuaikan

dengan jumlah penari yang ikut mementaskan tarian ini, karena jumlah penari

dalam tari Pa’jaga Cakke tidak dibatasi hanya dengan syarat penarinya lebih dari

44

satu, laki-laki yang telah balik dan telah menghapal syair dan aturan

pelaksanaanya, oleh sebab itu penyelenggara acara harus menyiapkan tempat yang

lebih luas untuk mementaskan tarian ini.

h. Sesajen

Sesajen yang di maksudkan disisni adalah makanan yang dimasukkan

dalam bakul, bakul yang berisi makanan tersebut di letakkan dalam tengah pada

saat pelaksanaan tari Pa’jaga Cakke berlangsung. Makanan yang ada dalam bakul

yaitu nasi yang di bungkus daun jati, daging sapi, selain makanan juga terdapat

rokok dan kalosi (buah pinag) , kajao (bambu) yang berisi daging sapi yang sudah

dimasak dan satu ekor ayam untuk guru tari Pa’jaga Cakke. Sesajen ini

merupakan makanan untuk penari tari Pa’jaga Cakke sebagai ungkapan terima

kasih atau sebagai bayaran karena telah melangsungkan pertunjukan tari Pa’jaga

Cakke.

Gambar: Sesajen, (makanan untuk penari tari Pa’jaga Cakke)(Dokumentasi: Maryam,213)

B. Pembahasan

45

Secara historis tari Pa’jaga Cakke pada masyarakat Cakke berawal dari

kebiasaan-kebiasaan yang dilakukan oleh nenek moyang mereka. Mereka sering

melakukan persembahan kepada Tuhan dan leluhurnya, berdoa dan berusaha

semoga selalu dilindungi dari segala mara bahaya dalam menjalani hidup. Pa’jaga

Cakke berasal dari kata Pa’jaga dan Cakke. Pa’jaga artinya berjaga-jaga dan

Cakke adalah desa tempat Pa’jaga diciptakan. Jadi dapat disimpulkan bahwa tari

Pa’jaga Cakke merupakan tari persembahan kepada Tuhan semoga senantiasa

dalam lindungan-Nya, selalu berjaga-jaga dan berdoa semoga selalu dijauhkan

dari segala mara bahaya bik yang kasat mata maupun yang tidak kasat mata.

Fungsi dari pertunjukan tari Pa’jaga Cakke yaitu tari persembahan kepada

Sang pencipta dan leluhur di Cakke. selain itu, tari Pa’jaga Cakke juga berfungsi

sebagai pelengkap dalam pesta adat Maccera’ manurung (penyembelihan hewan

untuk To manurung) dan dalam pesta pernikahan. Dalam rangkaian pesta adat

maccera manurung dan pesta pernikahan terkandung fungsi ritual. Fungsi

tersebut terlihat pada perlakuan khusus terhadapnya dan dari keyakinan

masyarakat bahwa dengan melaksanakan tari Pa’jaga Cakke mereka akan

terhindar dari segala mara bahaya termasuk roh-roh yang bermaksud jahat dan

dimudahkan dalam segala usahanya.

Tari Pa’jaga Cakke akan menyampaikannya pesan secara simbolis berupa

permohonan doa kepada sang pencipta dan semoga di selamatkan dalam hidup

dan dijauhkan dari segala mara bahaya baik yang kasat mata maupun yang tidak.

Selain itu tari Pa’jaga Cakke juga sebagai media komunikasi menyampaikan

46

secara simbolis, baik kepada penonton maupun kepada penyelenggara pesta dan

sebagai hiburan terlihat pada terhiburnya penonton yang menghadiri pesta.

Tari Pa’jaga Cakke menjadi upacara pernikahan karena tari Pa’jaga

Cakke merupakan salah satu dari sekian banyak jenis tari tradisi yang berfungsi

sebagai tari penjemput, dimana didalam upacara pernikahan tamu disuguhkan

dengan tari Pa’jaga Cakke sebagai wujud rasa hormat dan penghargaan kepada

tamu.

Tari Pa’jaga Cakke dilaksanakan pada saat penyelenggaraan pesta

pernikahan dan pada saat pesta penjemputan tamu-tamu agung salah satunya

pejabat-pejabat dan ketua adat yang masuk Desa Cakke. Tempat pelaksanaan tari

Pa’jaga Cakke dapat dilakukan dimana saja selama tempat itu bersih dan di

anggap layak untuk ditempati melaksanakan tarian ini. Hanya masyarakat Cakke

yang bisa melaksanakan tarian ini. Selain itu pada saat menyelenggarakan pesta

pernikahan tari Pa’jaga Cakke dapat dilaksanakan bagi masyarakat Cakke yang

mampu memenuhi syarat-syarat yang telah di tentukan yakni penyelenggara harus

menaggung segala kebutuhan penari Pa’jaga Cakke selama tiga hari tiga malam,

menyiapakan arak dari pohon pinag, kapur, daun siri dan buah pinag. Selain itu

penyelenggara acara juga harus menyiapkan ayam jantan untuk guru Pa’jaga,

uang dan kain kafan kepada para penari Pa’jaga Cakke sebagai ucapan terima

kasih.Tari Pa’jaga Cakke pada umumnya di halaman tempat menyelenggarakan

pesta pernikahan atau pesta adat. Akan tetapi, pada saat menyelenggarakan acara

dan halaman rumah tidak mendukung untuk melaksanakan tarian ini maka dapat

dilakukan dibawah kolong rumah.

47

Tari Pa’jaga Cakke untuk berserah diri kepada sang pencipta, mendoakan

semua masyarakat Cakke pada pesta pernikahan semoga senantiasa diberi

dimudahkan dalam segala urusan. Selai itu tari Pa’jaga Cakke juga berfungsi

sebagai hiburan karena tarian ini juga mempunyai keunikan-keunikan tersendiri

yang menarik dan menghibur untuk dilihat. Akan tetapi, tari Pa’jaga Cakke ini

tidak dapat ditarikan disembarangan tempat dan tampa danya pesta pernikahan

atau pesta adat dan tampa seizin sang penciptanya yaitu puang Allo.

Dalam pelaksanaan tari Pa’jaga Cakke salah satu persayaratan yang harus

disiapkan oleh penyelenggara acara yaitu harus menyiapkan arak yang berasala

dari pohon pinang, kapur, daun siri dan kalosi (buah pinag). Arak adalah

minuman yang diminum oleh puang Allo sebelum melakukan tari Pa’jaga Cakke.

Kapur, daun siri dan kalosi (buah pinag) merupakan satu kesatuan yang tidak

dapat dipisahkan dimana maksud dari ketiganya yakni bahwa didunia atas

terdapat para roh leluhur dan dewata, di dunia terdapat manusia dan kekutan

absolut atas kedua dunia itu yakni Sang pencipta atau Tuhan Yang Maha Esa.

Bentuk penyajian tari Pa’jaga Cakke terdiri dari penari, ragam gerak,

musik iringan, kostum dan tata rias, dan properti. Aadapun bentuk penyajian

dalam tari Pa’jaga Cakke diuraikan sebagai berikut:

Penari Pa’jaga Cakke adalah masyarakat asli Cakke sendiri. Jumlah

penarinya harus lebih dari satu, dapat genap dan dapat pula ganjil, harus laki-laki

yang telah balig atau dewasa dan mengetahui aturan-aturan dan syarat-syarat

dalam tari Pa’jaga Cakke. Semakin banyak jumlah penari yang ikut berpartisipasi

dalam tari Pa’jaga Cakke akan semakin banyak yang ikut berdoa dan dengan

48

semakin banyaknya penari yang ikut berdoa, maka semakin mudahnya

permintaan-permintaan akan dikabulkan oleh sang pencipta. Namun seiring

dengan perkembangan zaman banyak generasi muda desa cakke yang tidak

mengetahui dengan syair-syair dalam tarian ini dan aturan-aturan yang ada di

dalamnya, sekarang ini penari Pa’jaga Cakke adalah laki-laki yang telah berusia

±60 tahun. Kurangnya generasi mudah yang mempelajari tari Pa’jaga Cakke akan

menjadi salah satu penyebab punahnya tari Pa’jaga Cakke di desa Cakke warisan

leluhur yang harus di lestarikan Ragam gerak dalam tari Pa’jaga Cakke terdiri

dari empat ragam. Ragam 1). Ke’de (berdiri). Dalam ragam ini penari dalam

posisi berdiri dan dalam tempat pelaksanaan tari Pa’jaga Cakke. Dalam posisi

berdiri ini para penari membacakan mantera atau doa yang berisi permohonan izin

kepada sang pencipta tari pa’jaga Cakke yakni Puang Kajao hendaknya diberikan

kelancaran dalam proses pelaksanaan tari Pa’jaga Cakke. Ragam 2). Soe-soean

(mengayunkan), dalam ragam ini, penari yang masi di luar tempat pertunjukkan

mulai memasuki tempat pertunjukkan dan bergabung dengan penari yang lainnya.

Sambil berjalan kedua tangan di ayun-ayunkan. Disisni yang di gambarkan penari,

menjauhkan semua yang ada di hadapanya yang dapat menganggu setiap langkah

dalam hidup. Ragam 3), diballa (membuka), Dalam ragam ini penari dengan

perlahan-lahan membuka pakammba’ (kain) berjalan kedepan, kebelakang dan

kembali kedepan dalam posisi melingkar. Di sini digambarkan daun-daun

tanaman yang tumbuh subur melambai-lambai seperti adanya kehidupan manusia

yang hidup tenag. Dan ragam 4), mangpulung (mengumpulkan), Semua penari

mengumpulkan kain sebagai property.

49

Iringan tari Pa’jaga Cakke adalah syair-syair yang dilantunkan oleh para

penari Pa’jaga cakke sendiri. Dalam pementasan tarian ini tidak digunakan alat

musik sebagai pengiring tarinya. Makna yang terkandung dalam syair-syair dalam

tarian tersebut adalah pujian-pujian kepada sang pencipta dan leluhurnya selain itu

juga berisi doa atau permintaan kepada-Nya.

Dalam pementasan penari tidak menggunakan tata rias, salah satu alasnya

adalah pelaksanaan tarian ini merupakan suatu rangkaian upacara dimana yang

terpenting adalah kebersihan dan kesucian diri sebelum menyembah dan

memohon doa kepada sang pencipta. Selain itu, penari tari Pa’jaga Cakke adalah

laki-laki sehingga untuk mementaskan tarian ini tidak diperlukan tata rias.

Kostum yang digunakan dalam tari Pa’jaga Cakke adalah dodo (sarung)

dan songko’ (kopia). Penari tidak menggunakan baju, hal ini di lakukan karena

pencipta atau penari Pa’jaga Cakke yang pertama tidak menggunakan baju. Selain

alasan tersebut, pada awal keberadaan Pa’jaga Cakke belum dikenal adanya baju.

Ini turun temurun dilakukan oleh masyarakat Cakke dan dipercaya akan terjadi

bencana bilamana melakukan hal-hal yang tidak diinginkan dan tidak pernah

dilakukan Puang Allo dalam melakukan tari Pa’jaga Cakke misalnya, tidak

menggunakan baju ketika menari. Dodo atau sarung yang digunakan adalah untuk

menutupi tubuh penari Pa’jaga Cakke karena penari tidak menggunakan baju.

Songko’ bolong (kopia hitam) digunakan untuk menutupi kepala. Pemakaian

songko’ dalam tari Pa’jaga Cakke mengandung makna penghormatan kepada

penonton, kepada tamu, kepada penyelenggara acara, kepada leluhur dan sang

pencipta. Pengguna songko’ juga dapat mendapatakan kembali kedudukan yang

50

tinggi bagi penyelenggara, sebagaimana dahulu para leluhur mereka. Kedua

kostum ini adalah kostum yang digunakan oleh Puang Allo dan harus dilakukan

oleh penari Pa’jaga Cakke ini.

Tempat petunjukan tari Pa’jaga Cakke yaitu dapat dilaksanakan di mana

saja akan tetapi, pada umumnya tarian ini dilaksanakan di halaman rumah tempat

menyelenggarakan acara atau pesta. Jumlah penari dalam tari Pa’jaga Cakke tidak

di batasi maka penyelenggara acara harus menyediakan tempat yang lebih luas

untuk melaksanakan tarian ini. Selain karena jumlah penarinya yang tidak terbatas

pola lantainya yang selalu membentuk lingkaran, hal ini juga memnyebabkan

harus disediakannya tempat yang layak untuk tarian ini. Maksud dari pola lantai

tari Pa’jaga Cakke yang selalu membentuk lingkaran adalah bahwa selama hidup

di dunia semua dilakukan dengan usaha dan semua dari Tuhan akan kembali

Kepada-Nya

BAB V

PENUTUP

51

A.Kesimpulan

Dari hasil penelitian dan ungkap-ungkapan pada pembahasan peneliti ini,

maka dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut:

1. Fungsi tari Pa’jaga Cakke dalam pesta pernikahan di desa Cakke

Kabupaten Enrekang berfungsi sebagai sarana pelengkap dalam

upacara seperti penjemputan, selain penjemputan tari Pa’jaga Cakke

berfungsi hiburan atau tontonan.

2. Bentuk gerak tari Pa’jaga Cakke sangat sederhana baik dari segi pola

lantai dan gerakannya yang terangkai dalam gerak ke’de, soe-soean,

diballa,dan mangpulung. Kostum tari Pa’jaga Cakke adalah Songko’

bolong (kopia hitam) dan dodo (sarung) sutera, sedangkan propertinya

pakammba’ (kain). Pengiring dalam tari Pa’jaga Cakke bukan berupa

alat musik akan tetapi berupa syair-syair yang dilantunkan oleh penari

Pa’jaga Cakke sendiri.

B. Saran

51

52

1. Kepada rekan peneliti yang berminat terhadap objek penelitian ini agar

dapat melanjutkan dengan pendekatan yang berbeda agar diperoleh

hasil yang lebih luas.

2. Perlunya dukungan masyarakat dan pemerintah setempat untuk sadar

akan pelestarian dan pengembangan seni tradisional daerah untuk

mendukung kebudayaan bangsa seperti halnya Tari Pa’jaga Cakke.

3. Kepada para budayawan khususnya dari Kabupaten Enrekang sekiranya

meneliti tarian ini dan menggali lebih dalam karena kurangnya catatan

dan dokumentasi yang dapat bermanfaat demi terpeliharanya tari-tari

tradisional yang ada di Kabupaten Enrekang

DAFTAR PUSTAKA

53

a. Sumber tercetak

Agusalim, Andi. 1996. Nilai Sakral MenggenrangUgi di Kabupaten Wajo.Skripsi tidak diterbitkan.Penyelesaian Studi S1 IKIP Yogyakarta.

Ali, Muhammad, 1987. Penelitian Kependidikan Prosedur dan Strategi. Bandung: Angkasa.

Bambang M.1993. Norma dan adat Istiadat di Sulawesi Selatan. Makassar.

Firdaus.Imam 2010.Pesta adat pernikahan dinusantara. Jakarta Multi Kreasi Satu delapan.

Garha, Oho. 1979. Pendidikan Kesenian Seni tari III untuk SPG, Depdikbud

Jazuli, M, 1994. Telaa Teoritis Seni Tari. Semarang : IKIP Semarang Pers.

Kussudiarjo, Bangong.1986 Tentang Tari. Penerbit Warga, Madium.

Najamuddin, Munasiah, 1982. Tari Tradisional Sulawesi Selatan, Cetakan I, Ujung Pandang : Berita Utama Bakti Baru.

Margianto, Sal, 2004. Tradisi dan Inovasi bebeapa masalah Tari di Indonesia.Jakarta : Weda Tama Widaya Sastra

Moeliono Anton M, 1988. Kamus Besar Bahasa Indonesia, Jakarta Departemen Pendidikan Nasional : Balai Pustaka.

Muhaimin, 2000.Kamus Besar Bahasa Indonesia. Jakarta: Indonesia.

Proyek, Tim 2000. Perubahan Nilai Upacara Tradisional Masyarakat di Sulawesi Selatan, Departemen P & K Sul- Sel.

Soedarsono. 1984. Tari-tarian Indonesia I, Jakarta : Departemen pendidikan dan kebudayaan.

Sumiani Hl, Niniek,2004. Pakkarena Dalam Pesta Jaga. Makassar.Padat Daya.

Syahrir, Nurlina, 2003. Bissu Dalam Masyarakat Pangkep. Badan Pengembangan Bahasa Dan Seni UNM.

Wardana, R. M. Wisnoe.1990. pendidikan Seni Tari Buku Guru Sekolah Menegah Pertama, Jakarta : Depdikbud.

53

54

b. Sumber tidak tercetak

Kartini,2007. Sejarah terbentuknya Kabupaten Enrekang, Http//www.Vanillamist. com

47

55

LAMPIRAN-LAMPIRAN

Narasumber

56

Nama : Negi

Tempat / tanggal lahir : Cakke, 11 oktober 1950

Umur : 60 Tahun

Agama : islam

Berperan sebagai : guru Pa’jaga Cakke atau sebagai salah satu penari Pa’jaga

Alamat : Desa Cakke

Narasumber

57

Nama : Ambe Nahung

Tempat / tanggal lahir : Cakke, 23 maret 1938

Umur : 72 Tahun

Agama : Islam

Berperan sebagai : Ketua adat Cakke

Alamat : Desa Cakke

Foto wawancara dengan narasumber

58

Penari Pa’jaga Cakke

59

RIWAYAT HIDUP

60

Maryam lahir pada tanggal 22 November 1990 di Banca Kabupaten Enrekang.

Putri pertama dari lima bersaudara yaitu anak dari pasangan

Muhlis.R dan syamsiah. Penulis memulai memasuki jenjang

pendidikan pada tahun 1996 di SD 145 Banca Kabupaten

Enrekang dan tamat pada tahun 2002. Pada tahun yang sama,

penulis melanjutkan pendidikan di SMP Negeri 1 Baraka

Kabupaten Enrekang dan tamat tahun 2005. Kemudian penulis melanjutkan pada

jenjang lebih tinggi di SMA Negeri 1 Baraka Kabupaten Enrekang dan tamat

tahun 2008. Pada tahun yang sama, penulis dinyatakan lulus sebagai mahasiswa

pada program Studi Pendidikan Sendratasik Fakultas Seni dan Desain, Universitas

Negeri Makassar Program Strata satu (S1). Berkat Tuhan Yang Maha Esa, penulis

dapat menyelesaikan Studi di Universitas Negeri Makassar dengan tersusunya

skripsi yang berjudul “tari Pa’jaga Cakke dalam pesta pernikahan Masyarakat

Bugis di Desa Cakke Kabupaten Enrekang.