j i l m i ah ma ph volume 2, nomor 4, november 2017

12
J u r n a l I l m i a h M a h a s i s w a FISIP Jurnal Ilmiah Mahasiswa FISIP Unsyiah Volume 2, Nomor 4, November 2017 www.jim.unsyiah.ac.id/FISIP Komunikasi Intrabudaya Pada Makna Ranub Dalam Kebudayaan Mayarakat 359 Aceh (Studi pada Masyarakat Gampong Lubuk Kecamatan Ingin Jaya, Aceh Besar) (1Mahasiswa, 2Dosen Pembimbing) Jurnal ilmiah mahasiswa FISIP Unsyiah, Vol. 2. №. 4. November 2017 KOMUNIKASI INTRABUDAYA PADA MAKNA RANUB DALAM KEBUDAYAAN MASYARAKAT ACEH (Studi pada Masyarakat Gampong Lubuk Kecamatan Ingin Jaya, Aceh Besar) Intracultural communication on the meaning of ranub in the culture of Aceh society (Study in Lubuk Village, District Ingin Jaya, Aceh Besar Society) Latifah Dina Putri 1) , Amsal Amri, M.Pd 2) Program Studi Ilmu Komunikasi, FISIP, Universitas Syiah Kuala ABSTRAK - Penelitian ini berjudul KOMUNIKASI INTRABUDAYA PADA MAKNA RANUB DALAM KEBUDAYAAN MASYARAKAT ACEH (Studi pada Masyarakat Gampong Lubuk Kecamatan Ingin Jaya, Aceh Besar)”. Tujuan dari penelitian ini untuk mengetahui makna apa saja yang terkandung pada ranub dalam kebudayaan masyarakat Aceh di Gampong Lubuk. Pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah pendekatan kualitatif yang menjelaskan fenomena yang sedalam-dalamnya. Jenis penelitian yang digunakan yaitu jenis penelian deskriptif yang bertujuan membuat deskripsi secara sistematis, faktual, dan akurat tentang fakta, populasi dan objek tertentu. Teori yang digunakan yaitu teori interaksi simbolik. Subjek dalam penelitian ini adalah masyarakat Gampong Lubuk, penelitian ini menggunakan teknik wawancara, observasi, dan dokumentasi dalam teknik pengumpulan data, serta teknik penarikan sampel yang digunakan adalah purposive yaitu dengan menentukan kriteria. Melalui penelitian ini diperoleh hasil bahwa ranub memiliki banyak makna sesuai dengan penggunaannya, seperti dalam acara meminang, acara pernikahan, acara perkawinan, dan acara perdamaian. Ranub terdiri dari beberapa elemen seperti pinang, kapur, gambir, dan tembakau yang memiliki makna berbeda-beda. Adapun budaya ranub yang sudah ditinggalkan oleh mayarakat Gampong Lubuk seperti ranub sebagai media undangan, ranub

Upload: others

Post on 05-Oct-2021

1 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: J I l m i ah Ma Ph Volume 2, Nomor 4, November 2017

Jurn

alIlm

iah Mahasiswa

FISIP

Jurnal Ilmiah Mahasiswa FISIP Unsyiah

Volume 2, Nomor 4, November 2017

www.jim.unsyiah.ac.id/FISIP

Komunikasi Intrabudaya Pada Makna Ranub Dalam Kebudayaan Mayarakat 359

Aceh (Studi pada Masyarakat Gampong Lubuk Kecamatan Ingin Jaya, Aceh

Besar) (1Mahasiswa, 2Dosen Pembimbing)

Jurnal ilmiah mahasiswa FISIP Unsyiah, Vol. 2. №. 4. November 2017

KOMUNIKASI INTRABUDAYA PADA MAKNA RANUB

DALAM KEBUDAYAAN MASYARAKAT ACEH (Studi pada

Masyarakat Gampong Lubuk Kecamatan Ingin Jaya, Aceh Besar)

Intracultural communication on the meaning of ranub in the culture of

Aceh society (Study in Lubuk Village, District Ingin Jaya, Aceh Besar

Society)

Latifah Dina Putri1), Amsal Amri, M.Pd2)

Program Studi Ilmu Komunikasi, FISIP, Universitas Syiah Kuala

ABSTRAK - Penelitian ini berjudul “KOMUNIKASI

INTRABUDAYA PADA MAKNA RANUB DALAM KEBUDAYAAN

MASYARAKAT ACEH (Studi pada Masyarakat Gampong Lubuk

Kecamatan Ingin Jaya, Aceh Besar)”. Tujuan dari penelitian ini untuk

mengetahui makna apa saja yang terkandung pada ranub dalam

kebudayaan masyarakat Aceh di Gampong Lubuk. Pendekatan yang

digunakan dalam penelitian ini adalah pendekatan kualitatif yang

menjelaskan fenomena yang sedalam-dalamnya. Jenis penelitian yang

digunakan yaitu jenis penelian deskriptif yang bertujuan membuat

deskripsi secara sistematis, faktual, dan akurat tentang fakta, populasi dan

objek tertentu. Teori yang digunakan yaitu teori interaksi simbolik. Subjek

dalam penelitian ini adalah masyarakat Gampong Lubuk, penelitian ini

menggunakan teknik wawancara, observasi, dan dokumentasi dalam

teknik pengumpulan data, serta teknik penarikan sampel yang digunakan

adalah purposive yaitu dengan menentukan kriteria. Melalui penelitian

ini diperoleh hasil bahwa ranub memiliki banyak makna sesuai dengan

penggunaannya, seperti dalam acara meminang, acara pernikahan, acara

perkawinan, dan acara perdamaian. Ranub terdiri dari beberapa elemen

seperti pinang, kapur, gambir, dan tembakau yang memiliki makna

berbeda-beda. Adapun budaya ranub yang sudah ditinggalkan oleh

mayarakat Gampong Lubuk seperti ranub sebagai media undangan, ranub

Page 2: J I l m i ah Ma Ph Volume 2, Nomor 4, November 2017

Jurn

alIlm

iah Mahasiswa

FISIP

Jurnal Ilmiah Mahasiswa FISIP Unsyiah

Volume 2, Nomor 4, November 2017

www.jim.unsyiah.ac.id/FISIP

Komunikasi Intrabudaya Pada Makna Ranub Dalam Kebudayaan Mayarakat

Aceh (Studi pada Masyarakat Gampong Lubuk Kecamatan Ingin Jaya, Aceh

Besar) (1Mahasiswa, 2Dosen Pembimbing)

Jurnal ilmiah mahasiswa FISIP Unsyiah, Vol. 2. №. 4. November 2017

360

dalam adat bertamu, ranub dalam acara kelahiran anak, dan ranub dalam

acara pertama antar anak pergi mengaji. Komunikasi intrabudaya yang

terjalin antar masyarakat Lubuk melalui ranub berjalan baik, masyarakat

Lubuk tetap mempertahankan dan melestarikan ranub, karena ranub

merupakan tradisi masyarakat Lubuk.

Kata Kunci : Komunikasi Intrabudaya, Makna Ranub, Kebudayaan

Masyarakat Aceh.

ABSTRACT – This research titled is “INTRACULTURAL

COMMUNICATION ON THE MEANING OF RANUB IN THE CULTURE

OF ACEH SOCIETY (Study in Lubuk Village, District Ingin Jaya, Aceh Besar Society)”.The purpose of this study was to learn the the meaning of ranub

in the culture of Aceh society of Gampong Lubuk. The study used a qualitative

approach which thoroughly explains he fenomena. The descriptive study aimed to

provide a systematic, factual, and accurate description of the facts and the

population of particular objects. It used the theory of symbolic interaction. The

subject of this study were Gampong Lubuk’s society, it use interview, observation,

and documentation in collecting information technique and sample drawn

technique were used purposive which determine criteria. The result of this study

were Ranub’s tradition have lots of meaning according to their usefulness, for

example in proposal ceremonial, wedding ceremony, marriage ceremony and

reconciliation. Ranub consists of several elements such as areca nut, whiting,

gambier and tobacco which have differents meaning. The ranub’s tradition which

has abandoned by Gampong Lubuk’s society such as ranub as invitation tool,

ranub in visiting culture, ranub in birth ceremonial and ranub in ceremonial of

the first time accompany their child to read Al-Qur’an. Intracultural

communication involved between society through ranub as the media went well,

Gampong Lubuk society still maintain and preserve culture of ranub, because of

ranub is Lubuk society tradition.

Key Words : Intraculture Communication, Meaning of Ranub, Culture

of Aceh Society.

Page 3: J I l m i ah Ma Ph Volume 2, Nomor 4, November 2017

Jurn

alIlm

iah Mahasiswa

FISIP

Jurnal Ilmiah Mahasiswa FISIP Unsyiah

Volume 2, Nomor 4, November 2017

www.jim.unsyiah.ac.id/FISIP

Komunikasi Intrabudaya Pada Makna Ranub Dalam Kebudayaan Mayarakat

Aceh (Studi pada Masyarakat Gampong Lubuk Kecamatan Ingin Jaya, Aceh

Besar) (1Mahasiswa, 2Dosen Pembimbing)

Jurnal ilmiah mahasiswa FISIP Unsyiah, Vol. 2. №. 4. November 2017

361

PENDAHULUAN

Komunikasi dan kebudayaan merupakan dua konsep yang tidak

dapat dipisahkan. Seperti yang dijelaskan oleh Mulyana dan Rakhmat

(2003: 18-19) bahwa: “Budaya dan komunikasi tak dapat dipisahkan oleh

karena budaya tidak hanya menentukan siapa bicara dengan siapa,

tentang apa, dan bagaimana orang menyandi pesan, makna yang ia miliki

untuk pesan, dan kondisi-kondisinya untuk mengirim, memperhatikan

dan menafsirkan pesan. Sebenarnya seluruh perbendaharaan perilaku kita

sangat bergantung pada budaya tempat kita dibesarkan. Konsekuensinya

budaya merupakan landasan komunikasi”.

Komunikasi juga merupakan sarana utama bagi masyarakat dalam

mengenal kebudayaan. Kebudayaan dapat juga dinyatakan sebagai cara

manusia berkomunikasi melalui kelompok sosial, komunikasi ini

menggunakan simbol-simbol baik simbol verbal maupun non verbal,

semua simbol tersebut mempunyai makna yang berbeda dalam

kehidupan manusia.

Dalam keseharian, kata makna digunakan dalam berbagai bidang

maupun kontek pemakaian. Makna juga disejajarkan pengertiannya

dengan arti, gagasan, konsep, pernyataan, pesan, informasi, maksud,

firasat, isi, dan pikiran. Aminuddin menjelaskan dari sekian banyak

pengertian tersebut hanya arti yang paling dekat pengertiannya dengan

kata makna. Jadi dapat dikatakan bahwa makna adalah arti (Aminuddin,

1988 : 50).

Simbol-simbol komunikasi yang telah disepakati bersama pada

umumnya terdapat pada kebudayaan lokal. Kebudayaan lokal juga

berfungsi sebagai identitas kebudayaan nasional, karena itu harus selalu

digali, dan dilestarikan sehingga dapat mengakar lebih nyata dalam

pergelutan perilaku kehidupan manusia. Bentuk kebudayaan lokal

merupakan kekayaan dan keragaman kebudayaan nasional yaitu salah

satunya dari berbagai macam budaya yang ada dalam masyarakat Aceh

adalah penggunaan ranub yang dianggap selama ini oleh masyarakat

sebagai simbol pemulia jamee atau pemuliaan tamu.

Gampong Lubuk merupakan salah satu gampong yang berada di

Kecamatan Ingin Jaya Aceh Besar. Gampong Lubuk masih menjalankan

Page 4: J I l m i ah Ma Ph Volume 2, Nomor 4, November 2017

Jurn

alIlm

iah Mahasiswa

FISIP

Jurnal Ilmiah Mahasiswa FISIP Unsyiah

Volume 2, Nomor 4, November 2017

www.jim.unsyiah.ac.id/FISIP

Komunikasi Intrabudaya Pada Makna Ranub Dalam Kebudayaan Mayarakat

Aceh (Studi pada Masyarakat Gampong Lubuk Kecamatan Ingin Jaya, Aceh

Besar) (1Mahasiswa, 2Dosen Pembimbing)

Jurnal ilmiah mahasiswa FISIP Unsyiah, Vol. 2. №. 4. November 2017

362

ritual adat Aceh secara turun temurun, seperti salah satunya dengan

menyuguhkan ranub kepada tamu yang datang sebagai tanda pemulia

jame, dan di gampong tersebut juga terdapat orang-orang yang mahir

dalam membuat ranub (hasil wawancara : Rosita, 2 Januari 2017).

Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Aceh menetapkan Gampong

Lubok, Kecamatan Ingin Jaya, Kabupaten Aceh Besar, sebagai ikon Aceh

dalam dunia pariwisata. Pada peluncuran Lubuk sebagai desa wisata,

Kepala Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Aceh, Jasman J Ma’ruf

mengatakan, terpilihnya Gampong Lubuk menjadi Desa Wisata Aceh

tahun 2013 karena telah memenuhi empat kriteria dasar yakni asli, lokal,

unik dan indah. Gampong ini memang sudah mempresentasikan

kehidupan asli Aceh yang sebenarnya, seperti kuliner Aceh yang khas dan

asli, rumah tempat tinggal warga yang masih merupakan rumah Aceh asli

dengan pagar daun teh, serta tata ruang dan kehidupan masyarakat yang

tidak terpengaruh sisi negatif modernisasi (sumber: seputaraceh.com,

2012).

Masyarakat Gampong Lubuk menjadi ikon desa wisata Aceh

mempunyai alasan yang kuat, karena masyarakat gampong tersebut masih

sangat menjujung adat kebiasaan yang ada di Aceh, seperti salah satunya

terhadap ranub (hasil wawancara : Azwar Yusuf, 1 Maret 2017).

Aceh terdiri dari berbagai etnik dan mempunyai beragam jenis

kebudayaan, adat, kebiasaan yang sangat unik dan khas. Dari berbagai

percamuran suku dan etnis ini, telah melahirkan suatu sistem kehidupan

budaya ada dan istiadat ditengah-tengah masyarakat Aceh, sehingga

menjadi suatu kultur yang hidup dan berkembang dengan mengalami

berbagai proses pertumbuhan seperti sekarang ini. Aneka macam budaya

adat lahir sebagai implementasi sikap perilaku dalam berbagai kelompok

masyarakat diseluruh Aceh, meskipun antara satu daerah dengan daerah

lainnya ada bentuk-bentuk yang berbeda, namun tetap dalam bingkai

yang penuh nilai-nilai Islami (Ismail, 2013:13).

Ranub atau dalam Bahasa Indonesia disebut sirih yang merupakan

tanaman asli Indonesia yang tumbuh merambat atau bersandar pada

batang pohon lainnya (Mursito & Heru, 2002 : 59). Secara adat dan

budaya, ranub merupakan prioritas utama masyarakat Aceh, baik dalam

Page 5: J I l m i ah Ma Ph Volume 2, Nomor 4, November 2017

Jurn

alIlm

iah Mahasiswa

FISIP

Jurnal Ilmiah Mahasiswa FISIP Unsyiah

Volume 2, Nomor 4, November 2017

www.jim.unsyiah.ac.id/FISIP

Komunikasi Intrabudaya Pada Makna Ranub Dalam Kebudayaan Mayarakat

Aceh (Studi pada Masyarakat Gampong Lubuk Kecamatan Ingin Jaya, Aceh

Besar) (1Mahasiswa, 2Dosen Pembimbing)

Jurnal ilmiah mahasiswa FISIP Unsyiah, Vol. 2. №. 4. November 2017

363

acara kenegaraan, maupun acara menyambut tamu-tamu biasa, karena

ranub mempunyai nilai dan norma yang mampu dimengerti oleh sesama

masyarakat Aceh.

Meskipun zaman telah berubah ke arah yang lebih moderen,

namun masyarakat tidak akan pernah berubah untuk meninggalkan ranub

yang merupakan kebiasaan dari masyarakat, ranub tidak akan bisa

tergantikan dengan daun-daun lainnya. Masyarakat Aceh sangat

memahami terhadap makna dari setiap ranub yang menjadi simbol tradisi

bagi orang Aceh, makna ranub dalam simbol tradisi tersebut

mendeskripsikan sebagai karakter orang Aceh, baik dari sudut norma

maupun nilai sesuai dengan kebiasaan masyarakat Aceh.

Masyarakat Aceh pada umumnya menggunakan ranub dalam

upacara-upacara adat yang telah menjadi tradisi turun temurun, seperti

pada upacara menyambut tamu, meminang, pernikahan, pesta

perkawinan, perdamaian, kelahiran, antar anak mengaji, persahabatan

dan berbagai upacara adat lainnya maupun dalam kehidupan sehari-hari

(Syamsuddin, dkk. 1978 : 125- 134). Hal ini membuktikan bahwa adanya

aspek komunikasi intrabudaya didalam masyarakat yang menjadi sebuah

ikatan diantara sesama masyarakat dalam kehidupan sehari-hari dan

menjadi alat pemersatu untuk keutuhan suatu keluarga sebagai bagian

dari masyarakat yang terkecil. Ranub juga mengandung nilai-nilai seperti

nilai ekonomi, nilai kesehatan, dan nilai keindahan.

Sitaram dan Cogdell (1976) dalam Liliweri (2001: 9)

mengidentifikasikan komunikasi intrabudaya sebagai komunikasi yang

berlangsung antara para anggota kebudayaan yang sama, namun tetap

menekankan pada sejauh mana pemahaman dan penerapan nilai-nilai

budaya yang mereka miliki bersama.

Seiring dengan perkembangan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi

dalam era globalisasi, menyebabkan sebagian masyarakat berkeinginan

untuk mengurangi beberapa unsur yang dianggap tidak relevan lagi

dengan keadaan sekarang bahkan pengsosialisasian akan budaya Aceh

mulai menurun. Terjadinya pergeseran tatanan nilai dan norma pada

masyarakat akibat kurangnya dikomunikasikan dalam intrabudaya

Page 6: J I l m i ah Ma Ph Volume 2, Nomor 4, November 2017

Jurn

alIlm

iah Mahasiswa

FISIP

Jurnal Ilmiah Mahasiswa FISIP Unsyiah

Volume 2, Nomor 4, November 2017

www.jim.unsyiah.ac.id/FISIP

Komunikasi Intrabudaya Pada Makna Ranub Dalam Kebudayaan Mayarakat

Aceh (Studi pada Masyarakat Gampong Lubuk Kecamatan Ingin Jaya, Aceh

Besar) (1Mahasiswa, 2Dosen Pembimbing)

Jurnal ilmiah mahasiswa FISIP Unsyiah, Vol. 2. №. 4. November 2017

364

sendiri, sehingga saat ini banyak masyarakat yang kurang memahami

budaya Aceh, khususnya mengenai makna yang terkandung pada ranub.

Minimnya komunikasi intrabudaya menyebabkan generasi

sekarang sebagian besar cenderung mengindahkan bagian-bagian dari

tradisi budaya secara baik dan benar karena tidak mengetahui keberkahan

yang terkandung di dalamnya. Oleh karena itu, apabila ditinjau dari

aspek komunikasi intrabudaya, maka dapat dinyatakan ranub

mengandung pesan-pesan secara simbolik yang kurang dipahami oleh

masyarakat sekarang.

Berdasarkan fenomena yang telah diuraikan di atas, maka penulis

tertarik untuk melakukan penelitian ”Komunikasi Intrabudaya pada

Makna Ranub dalam Kebudayaan Masyarakat Lubuk Kecamatan Ingin

Jaya, Aceh Besar”.

PERUMUSAN MASALAH

Berdasarkan latar belakang dan fokus penelitian di atas, maka

rumusan masalah dalam penelitian ini adalah apa saja makna yang

terkandung pada ranub dalam komunikasi intrabudaya masyarakat Lubuk

Kecamatan Ingin Jaya Aceh Besar?

TINJAUAN PUSTAKA

Penelitian ini menggunakan toeri Interaksi Simbolik. Interaksi

simbolik didasarkan pada ide-ide tentang individu dan interaksinya

dengan masyarakat. Esensi interaksi simbolik adalah suatu aktivitas yang

merupakan ciri manusia, yakni komunikasi atau pertukaran simbol yang

diberi makna. Perspektif ini menyarankan bahwa perilaku manusia harus

dilihat sebagai proses yang memungkinkan manusia membentuk dan

mengatur perilaku mereka dengan mempertimbangkan ekspektasi orang

lain yang menjadi mitra interaksi mereka. Dalam konteks ini, makna

dikonstruksikan dalam proses interaksi dan proses tersebut bukanlah

suatu medium netral yang memungkinkan kekuatan-kekuatan sosial

memainkan perannya, melainkan justru merupakan substansi sebenarnya

dari organisasi sosial dan kekuatan sosial (Mulyana, 2002 : 68-70).

Page 7: J I l m i ah Ma Ph Volume 2, Nomor 4, November 2017

Jurn

alIlm

iah Mahasiswa

FISIP

Jurnal Ilmiah Mahasiswa FISIP Unsyiah

Volume 2, Nomor 4, November 2017

www.jim.unsyiah.ac.id/FISIP

Komunikasi Intrabudaya Pada Makna Ranub Dalam Kebudayaan Mayarakat

Aceh (Studi pada Masyarakat Gampong Lubuk Kecamatan Ingin Jaya, Aceh

Besar) (1Mahasiswa, 2Dosen Pembimbing)

Jurnal ilmiah mahasiswa FISIP Unsyiah, Vol. 2. №. 4. November 2017

365

Menurut teori interaksi simbolik, kehidupan sosial pada dasarnya

adalah interaksi manusia yang menggunakan simbol-simbol, mereka

tertarik pada acara manusia menggunakan simbol-simbol yang

mempresentasikan apa yang mereka maksudkan untuk berkomunikasi

dengan sesamanya, dan juga pengaruh yang ditimbulkan dari penafsiran

simbol-simbol tersebut terhadap perilaku pihak-pihak yang terlibat dalam

interaksi sosial (Berger, 2004 : 14).

METODE PENELITIAN

Penelitian ini menggunakan metode penelitian kualitatif dan jenis

penelitian deskriptif. Penelitian ini dilakukan di Desa Lubuk Kecamatan

Ingin Jaya, Aceh Besar, yaitu pada masyarakat yang mengetahui makna

dari ranub (sirih).

Dalam penelitian ini yang menjadi objek penelitiannya adalah

makna dari ranub (sirih) dalam budaya masyarakat Aceh terkait dengan

komunikasi intrabudaya. Adapun subjek penelitian yang dimaksud

adalah sejumlah informan yang mendukung dalam penelitian ini, yaitu

masyarakat di Gampong Lubuk Kecamatan Ingin Jaya, Aceh Besar.

Adapun kriteria yang menjadi informan dalam penelitian ini adalah

sebagai berikut.

1. Tokoh adat.

2. Tokoh masyarakat.

3. Masyarakat Gampong Lubuk.

No Nama Jabatan

1 H. Azwar Keuchik Gampong Lubuk (Paham mengenai

budaya ranub)

2 Munadi Yusuf Tuha Peut Gampong Lubuk (Paham mengenai

budaya ranub)

3 Nyakyah Ahli dalam pembuatan ranub

Page 8: J I l m i ah Ma Ph Volume 2, Nomor 4, November 2017

Jurn

alIlm

iah Mahasiswa

FISIP

Jurnal Ilmiah Mahasiswa FISIP Unsyiah

Volume 2, Nomor 4, November 2017

www.jim.unsyiah.ac.id/FISIP

Komunikasi Intrabudaya Pada Makna Ranub Dalam Kebudayaan Mayarakat

Aceh (Studi pada Masyarakat Gampong Lubuk Kecamatan Ingin Jaya, Aceh

Besar) (1Mahasiswa, 2Dosen Pembimbing)

Jurnal ilmiah mahasiswa FISIP Unsyiah, Vol. 2. №. 4. November 2017

366

4 Cut Rahmi Stesiya Ahli dalam pembuatan ranub

5 Afrida Pembawa ranub dalam acara perkawinan

6 Nirwana Tuha gampong (orang yang mengerti adat

istiadat Gampong Lubuk, salah satunya adat

ranub)

7 Cut Muri Ahli dalam pembuatan ranub

Tabel 3.1 Informan Penelitian

Teknik pengumpulan data yang digunakan terdiri dari wawancara

dengan masyarakat yang berada di Gampong Lubuk, observasi, dan

dokumentasi dengan mengumpulkan data dengan melihat atau mencatat

suatu laporan yang sudah tersedia.

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

Dari hasil wawancara yang telah dilakukan, peneliti mendapat

respon dan tanggapan positif dari informan penelitian, mengenai budaya

ranub yang terdapat di Gampong Lubuk. Gampong Lubuk merupakan

salah satu gampong yang masih menjunjung tinggi adat kebudayaan yang

selama ini telah mereka jalankan dari generasi ke generasi.

Dari hasil wawancara dapat disimpulkan bahwa Ranub merupakan

salah satu tradisi masyarakat Gampong Lubuk yang merefleksikan

berbagai simbol yang memiliki makna berbeda-beda. Seperti acara

meminang atau tunangan ( jak ba ranub ), pihak calon linto dalam acara

pertunangan membawa ranub lengkap yang artinya mereka sudah siap

untuk membicarakan atau mengungkapkan maksud dan tujuan mereka

datang.

Dalam acara pernikahan ranub digunakan sebagai pendamping

mahar, yang disebut sebagai ranub batee, ranub tersebut dibawa oleh pihak

dara baroe. Makna dari ranub tersebut adalah setiap langkah dalam prosesi

adat pernikahan selalu ranub menjadi alat pemersatu antar kedua belah

pihak.

Page 9: J I l m i ah Ma Ph Volume 2, Nomor 4, November 2017

Jurn

alIlm

iah Mahasiswa

FISIP

Jurnal Ilmiah Mahasiswa FISIP Unsyiah

Volume 2, Nomor 4, November 2017

www.jim.unsyiah.ac.id/FISIP

Komunikasi Intrabudaya Pada Makna Ranub Dalam Kebudayaan Mayarakat

Aceh (Studi pada Masyarakat Gampong Lubuk Kecamatan Ingin Jaya, Aceh

Besar) (1Mahasiswa, 2Dosen Pembimbing)

Jurnal ilmiah mahasiswa FISIP Unsyiah, Vol. 2. №. 4. November 2017

367

Adapun ranub digunakan dalam acara pesta perkawinan, saat antar

linto baroe, pihak linto harus membawa ranub bate dan ranub hias sebagai

pendamping peunuwo, maknanya adanya pertemuan antara linto dan dara

baroe, apabila ranub tidak ada, maka pihak linto tidak diperkenakan masuk

ke rumah dara baroe, dan hal tersebut bisa dikenakan sanksi adat.

Sedangkan pihak dara baroe juga menyuguhkan ranub bate untuk

menyambut kedatangan pihak linto maknanya bahwa pihak dara baroe

memuliakan tamu undangan. Maka terjadilah pertukaran ranub antar

kedua belah pihak yang disebut dengan simbol pertukaran, maknanya

bahwa kedua belah pihak sudah saling menerima satu sama lain. Selesai

acara pesta perkawinan, ranub dibagikan kepada saudara dan tetangga

sekitar yang disebut sebagai simbol persahabatan, maknanya yang

mendapatkan ranub berhak mengunjungi dara baroe untuk memberikan

uang (temethuk) sebagai balasan kepada dara baroe.

Dalam acara perdamaian ranub digunakan sebagai simbol pembuka

kata atau disebut ranub koeng haba, biasanya sebelum membuka

pembicaraan terlebih dahulu disuguhkan ranub, setelah memakan ranub

baru mereka memulai pembicaraan mengenai tujuan diadakannya acara

tersebut.

Seiring dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi di

zaman sekarang menyebabkan ada beberapa penggunaan ranub yang

sudah mulai ditinggalkan, seperti ranub digunakan sebagai media

undangan dalam bentuk ranub batee, ranub batee yaitu yang dapat

mewakili sebagai pengganti undangan, yang mendapatkan ranub artinya

orang yang mengadakan acara mengundang mereka untuk datang ke

acara pesta tersebut.

Selanjutnya ada ranub dalam adat bertamu, untuk orang bertamu

tidak tepat waktu. Seorang lelaki bertamu ke rumah wanita yang sudah

mempunyai suami, kemudian ia memberikan selembar daun ranub

dengan segelas air. Makna daun ranub adalah pemberitauan bahwa

suaminya tidak ada di rumah, sehingga tamu tersebut memohon diri

untuk pamit pulang.

Ranub digunakan saat kelahiran anak, setelah kehamilan 7 bulan,

maktuan sudah mencari bidan untuk anaknya yang mau melahirkan,

Page 10: J I l m i ah Ma Ph Volume 2, Nomor 4, November 2017

Jurn

alIlm

iah Mahasiswa

FISIP

Jurnal Ilmiah Mahasiswa FISIP Unsyiah

Volume 2, Nomor 4, November 2017

www.jim.unsyiah.ac.id/FISIP

Komunikasi Intrabudaya Pada Makna Ranub Dalam Kebudayaan Mayarakat

Aceh (Studi pada Masyarakat Gampong Lubuk Kecamatan Ingin Jaya, Aceh

Besar) (1Mahasiswa, 2Dosen Pembimbing)

Jurnal ilmiah mahasiswa FISIP Unsyiah, Vol. 2. №. 4. November 2017

368

bidan diberikan berupa ranub sebagai tanda persetujuan, artinya hidup

atau mati anaknya diserahkan kepada bidan selama menjalani proses

kelahiran.

Ranub digunakan saat pertama anak mengaji, orang tua memberikan

ranub seusepeh kepada anaknya untuk diberikan kepada teungku, artinya

orang tua sudah mempercayakan teungku untuk mengajari anaknya

mengaji.

Tradisi ranub masih sering dilakukan walaupun tidak semua

masyarakat Lubuk yang menjalankan ritual tersebut memahami pesan

yang terkandung di dalamnya. Komunikasi intrabudaya yang terjalin

sesama masyarakat melalui media ranub berjalan dengan baik, masyarakat

Lubuk masih tetap melestarikan budaya ranub, karena ranub merupakan

salah satu prioritas utama dalam acara-acara adat masyarakat Aceh.

KESIMPULAN

Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan maka diperoleh

kesimpulan sebagai berikut.

1. Makna ranub dalam acara adat Gampong Lubuk seperti acara

meminang membawa ranub maknanya kita siap

mengungkapkan tujuan kedatangan kita. Acara pernikahan,

setiap prosesi pernikahan ranub menjadi pemersatu antar kedua

belah pihak. Acara perkawinan, maknanya adanya pertemuan

linto dan dara baroe, mereka menerima satu sama lain, yang

mendapat ranub harus temethuk kepada dara baroe. Acara

perdamaian, maknanya setelah memakan ranub kemudian

mereka memulai sebuah pembicaraan.

2. Ranub terdiri dari beberapa elemen yang memiliki makna

seperti pinang bermakna jika dua pihak bermusuhan

digabungkan dengan cara baik menghasilkan persaudaraan

yang harmonis. Kapur maknanya bahwa dalam menyelesaikan

masalah diselesaikan dengan cara yang baik. Gambir bermakna

bahwa walaupun manusia beraneka ragam tetapi masih bisa di

satukan dengan cara baik-baik. Sedangkan tembakau bermakna

setiap manusia yang bermarahan bisa disatukan kembali.

Page 11: J I l m i ah Ma Ph Volume 2, Nomor 4, November 2017

Jurn

alIlm

iah Mahasiswa

FISIP

Jurnal Ilmiah Mahasiswa FISIP Unsyiah

Volume 2, Nomor 4, November 2017

www.jim.unsyiah.ac.id/FISIP

Komunikasi Intrabudaya Pada Makna Ranub Dalam Kebudayaan Mayarakat

Aceh (Studi pada Masyarakat Gampong Lubuk Kecamatan Ingin Jaya, Aceh

Besar) (1Mahasiswa, 2Dosen Pembimbing)

Jurnal ilmiah mahasiswa FISIP Unsyiah, Vol. 2. №. 4. November 2017

369

3. Budaya ranub yang sudah ditinggalkan oleh mayarakat

Gampong Lubuk seperti ranub sebagai media undangan,

digunakan untuk mengundang seseorang datang ke acara.

Ranub dalam adat bertamu, maknanya adalah tamu tersebut

harus pamit pulang. Acara kelahiran anak maknanya adalah

hidup atau mati anaknya diserahkan kepada bidan selama

proses kelahiran. Acara pertama antar anak pergi mengaji,

maknanya adalah bahwa orang tua sudah mempercayakan

teungku untuk mengajari anaknya mengaji.

4. Komunikasi intrabudaya yang terjalin antar masyarakat Lubuk

melalui ranub berjalan baik, masyarakat Lubuk tetap

mempertahankan dan melestarikan ranub, karena ranub

merupakan tradisi masyarakat Lubuk.

SARAN

Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan adapun saran-saran

sehubungan dengan penelitian ini sebagai berikut :

1. Untuk masyarakat Gampong Lubuk hendaknya tidak

menghilangkan kebiasaan adat yang diwariskan leluhurnya.

2. Bagi masyarakat yang mempertahankan budaya leluhurnya,

hendaknya tidak menutup kemungkinan adanya pembaruan

beberapa simbol pesan yang dirasa belum ada dimasanya.

3. Diharapkan kepada peneliti selanjutnya untuk meneliti budaya

lain yang ada di Aceh, agar budaya Aceh tetap lestari di

masyarakat, karena Aceh memiliki berbagai macam ragam

budaya.

DAFTAR PUSTAKA

Aminuddin. 1988. Sematik Pengantar Studi Tentang Makna. Bandung : CV.

Sinar Baru.

Berger, Artur Asa. 2004. Tanda-Tanda dalam Kebudayaan Kontemporer, trans.

M. Dwi Mariyanto and Sunarto, Yogyakarta : Tirta Wacana.

Page 12: J I l m i ah Ma Ph Volume 2, Nomor 4, November 2017

Jurn

alIlm

iah Mahasiswa

FISIP

Jurnal Ilmiah Mahasiswa FISIP Unsyiah

Volume 2, Nomor 4, November 2017

www.jim.unsyiah.ac.id/FISIP

Komunikasi Intrabudaya Pada Makna Ranub Dalam Kebudayaan Mayarakat

Aceh (Studi pada Masyarakat Gampong Lubuk Kecamatan Ingin Jaya, Aceh

Besar) (1Mahasiswa, 2Dosen Pembimbing)

Jurnal ilmiah mahasiswa FISIP Unsyiah, Vol. 2. №. 4. November 2017

370

Ismail, H. Badruzzaman, SH, M.HUM. 2008. Sistem Budaya Adat Aceh

dalam Membangun Kesejahteraan (Nilai Sejarah dan Dinamika

Kekinian). Cetakan Pertama. Majelis Adat Aceh.

___________________2013. Sistem Budaya Adat Aceh dalam Membangun

Kesejahteraan (Nilai Sejarah dan Dinamika Kekinian). Banda Aceh : CV.

Boebon Jaya.

Liliweri, Alo. 2001. Gatra-Gatra Komunikasi Antarbudaya. Yogyakarta :

Pustaka Pelajar.

Mulyana, Deddy. 2000. Pengantar Ilmu Komunikasi. Bandung : Rosdakarya.

Mulyana, Deddy dan Rakhmat, Jalaluddin. 2003. Komunikasi Antar Budaya:

Panduan Berkomunikasi dengan Orang-orang Berbeda Budaya.

Bandung : Remaja Rosdakarya.

Mursito, B dan Heru, P. 2002. Tanaman Hias Berkhasiat Obat. Jakarta :

Penebar Swadaya.

Seputar Aceh. 2012. Lubuk Sukon Jadi Ikon ‘The Truly Aceh’.

http://www.seputaraceh.com/read/12289/2012/10/15/lubuk-sukon-

jadi-ikon-the -truly-aceh. Diakses pada 5 Desember 2012.

Sobur, Alex. 2004. Semiotika Komunikasi. Bandung : Remaja Rosdakarya.

Syamsuddin, T, dkk. 1978. Adat Istiadat Daerah Provinsi Daerah Istimewa

Aceh. Proyek Penelitian dan Pecatatan Kebudayaan Daerah

Departemen Pendidikan dan Kebudayaan.