ispa

32
ASUHAN KEBIDANAN PADA BALITA “M” USIA 4 TAHUN DENGAN INFEKSI SALURAN PERNAFASAN AKUT (ISPA) DI POLI ANAK RSUD NGUDI WALUYO WLINGI BLITAR Tanggal 16-22 Ma!" 2#1$ D%&'&'n 'n"'( M!)!n'*% T'ga& Pa("%( P+,!&% B% an % RSUD Ng' % Wal'.+ Wl%ng% Bl%"a Ol!*/ Na'l%"a Na0!la 1#$# #6#1111## PROGRAM PENDIDIKAN PRO3ESI BIDAN 3AKULTAS KEDOKTERAN UNI ERSITAS BRAWI5AYA MALANG 2#1$

Upload: dewi-larasati

Post on 05-Nov-2015

49 views

Category:

Documents


0 download

DESCRIPTION

a

TRANSCRIPT

ASUHAN KEBIDANANPADA BALITA M USIA 4 TAHUN DENGAN INFEKSI SALURAN PERNAFASAN AKUT (ISPA)DI POLI ANAK RSUD NGUDI WALUYO WLINGI BLITARTanggal 16-22 Maret 2015

Disusun untuk Memenuhi Tugas Praktik Profesi Bidandi RSUD Ngudi Waluyo Wlingi Blitar

Oleh:Narulita Nabela105070601111003

PROGRAM PENDIDIKAN PROFESI BIDANFAKULTAS KEDOKTERANUNIVERSITAS BRAWIJAYAMALANG2015

BAB IPENDAHULUAN

1.1 Latar BelakangAnak balita merupakan salah satu populasi paling berisiko terkena bermacam gangguan kesehatan (kesakitan dan kematian). Angka Kematian Bayi (AKB) berdasarkan hasil Survei Demografi Kesehatan Indonesia (SDKI) tahun 2007 adalah 34 per 1.000 kelahiran hidup. Angka tersebut menunjukkan penurunan yang lambat dibandingkan pada AKB pada tahun 2002, yaitu 35 per 1.000 kelahiran hidup (Syafei, 2010). Penyebab angka kesakitan dan kematian anak terbanyak saat ini masih diakibatkan oleh gizi buruk, pneumonia dan diare. Infeksi Saluran Pernafasan Akut (ISPA) merupakan salah satu penyebab dari kematian pada balita di negara berkembang. ISPA mengakibatkan sekitar 20%-30% kematian anak balita dan diperkirakan 10%-20% per tahun balita yang meninggal karena pneumonia, yang merupakan infeksi lanjut dari ISPA. ISPA juga merupakan salah satu penyebab utama kunjungan pasien pada sarana kesehatan. Sebanyak 40%-60% kunjungan berobat di Puskesmas dan 15%-30% kunjungan berobat di bagian rawat jalan dan rawat inap rumah sakit disebabkan oleh ISPA. Menurut WHO, kriteria untuk menentukan bahwa kematian pneumonia pada balita masih merupakan masalah di suatu wilayah atau negara adalah apabila angka kematian balita berada di atas 20% (Maryunani, 2010). ISPA merupakan penyakit yang ditularkan melalui udara. ISPA adalah suatu penyakit yang terbanyak diderita oleh anak-anak, baik di negara berkembang maupun di negara maju dan sudah mampu. Banyak dari penderita ISPA perlu masuk rumah sakit karena penyakitnya cukup gawat. Penyakit-penyakit saluran pernapasan pada masa bayi dan anak-anak dapat pula memberi kecacatan sampai pada masa dewasa. ISPA masih merupakan masalah kesehatan yang penting karena menyebabkan kematian bayi dan balita yang cukup tinggi yaitu kira-kira 1 dari 4 kematian yang terjadi (Maryunani, 2010). Penyakit ISPA sedang yang tidak mendapatkan pengobatan dan perawatan yang baik dapat menimbulkan pneumonia yang berlanjut pada kematian karena adanya sepsis yang meluas (Whaley and Wong, 2000).Berdasarkan data di Ruang Anggrek RSUD Ngudi Waluyo, insiden ISPA menempati urutan pertama dengan persentase 29.6%, disusul gastroenteritis (GE) dengan persentase 18.5%. Penyakit ISPA sedang yang tidak mendapatkan pengobatan dan perawatan yang baik dapat menimbulkan pneumonia yang berlanjut pada kematian karena adanya sepsis yang meluas Oleh karena itu, diperlukan adanya pembahasan yang mengulas tentang ISPA termasuk upaya pencegahan dan penanganannya.

1.2 Tujuan1.2.1 Tujuan UmumMampu memberikan asuhan kebidanan dengan menggunakan manajemen kebidanan yang tepat tentang ISPA pada balita.1.2.2 Tujuan Khusus Mampu menguraikan konsep dasar dan manajemen kebidanan tentang ISPA pada balita. Mampu mengidentifikasi masalah, diagnosis, dan kebutuhan ISPA pada balita. Mampu mengantisipasi masalah potensial dan penatalaksanaan ISPA pada balita.

1.3 Manfaat1. Bagi Petugas KesehatanMeningkatkan mutu pelayanan kesehatan kepada pasien khususnya ISPA pada balita, dengan menggunakan pendekatan manajemen kebidanan Varney dalam upaya deteksi dini dan komplikasi pada ISPA pada balita.2. MasyarakatMeningkatkan keikutsertaan dan peran aktif dalam upaya menjaga kesehatan khususnya kesehatan balita, periksa ke tenaga kesehatan lebih sering agar komplikasi tidak menjadi berat.3. Mahasiswa KebidananMeningkatkan ilmu pengetahuan tentang kebidanan khususnya asuhan kebidanan pada ISPA balita agar mampu menerapkan teori dalam praktek di lapangan.

1.4 SasaranSemua balita yang mengalami gangguan kesehatan dan memeriksakan diri ke Poli Anak di RSUD Ngudi Waluyo Wlingi.

1.5 Sistematika PenulisanDalam laporan pendahuluan ini susunan penulisan adalah sebagai berikut : 1. Pendahuluan Bagian ini menerangkan keternalaran (kerasionalan) mengapa topik yang dinyatakan pada judul laporan pendahuluan itu dikaji. 2. Tinjauan Pustaka Bagian ini berisi kajian teori dari topik kasus yang dinyatakan pada judul laporan pendahuluan itu dikaji 3. Kerangka konsep Asuhan Kebidanan Bagian ini berisi pola pikir penulis dalam melakukan asuhan kebidanan, yaitu asuhan kebidanan teoritis 4. Asuhan kebidanan pada wanita dengan masalah ISPA pada BalitaBagian ini berisi data-data dari keseluruhan manajemen asuhan kebidanan melingkupi 7 langkah Varney yang didokumentasikan dengan metode S-O-A-P 5. Pembahasan Bagian ini berisi analisa dan pembahasan keterkaitan faktor-faktor dari data yang diperoleh dari kasus di lahan, penyelesaian masalah dari kasus, dan hasil penyelesaian masalah pada kasus 6. Kesimpulan dan Saran Bagian ini berisi kesimpulan dan saran penulis terhadap masalah pada kasus yang dinyatakan pada laporan pendahuluan ini.

BAB IITINJAUAN PUSTAKA

2.1. Definisi ISPA merupakan singkatan dari Infeksi Saluran Pernapasan Akut. Istilah ini diadaptasi dari istilah dalam bahasa Inggris Acute Respiratory Infection (ARI), yaitu penyakit infeksi akut yang menyerang salah satu bagian dan atau lebih dari saluran napas mulai dari hidung (saluran pernapasan atas) sampai alveoli (saluran pernapasan bawah) termasuk jaringan adneksanya seperti sinus rongga telinga tengah dan pleura (Mansyur, 2009). ISPA (Infeksi Saluran Pernapasan Akut) adalah suatu penyakit yang terbanyakdiderita oleh anak- anak, baik di negara berkembang maupun di negara maju dan sudah mampu dan banyak dari mereka perlu masuk rumah sakit karena penyakitnya cukup gawat. Penyakit-penyakit saluran pernapasan pada masa bayi dan anak-anak dapat pula memberi kecacatan sampai pada masa dewasa (Mansyur, 2009). ISPA atau infeksi saluran pernafasan akut adalah suatu kelompok penyakit yang menyerang saluran pernafasan. ISPA dapat ditularkan melalui air ludah, darah, bersin, udara pernafasan yang mengandung kuman yang terhirup oleh orang sehat ke saluran pernafasannya (Maryunani, 2010).

2.2. Etiologi Menurut Maryunani (2010), ISPA disebabkan oleh lebih dari 300 jenis bakteri, virus dan jamur. Bakteri penyebab ISPA antara lain dari Genus Streptococcus, Stafilococcus, Pneumococcus, Hemofillus, Bordetalla, danKorinobakterium.Virus penyebab ISPA antara lain golongan Mikosovirus Adenovirus, Koronavirus, Pikornavirus, Mikoplasma, Herpesvirus. Jamur penyebab ISPA antara lain Aspergillus sp, Candidia albicans, Histoplasma capsulatum, Coccidiodes immitis, Cyrptococcus neoformans. Selain itu ISPA juga dapat disebabkan oleh asap kendaraan bermotor, bahan bakar minyak/BBM biasanya minyak tanah.

2.3. Patofisiologi Menurut Nurrijal (2009), perjalanan klinis penyakit ISPA dimulai dengan berinteraksinya virus dengan tubuh. Masuknya virus sebagai antigen ke saluran pernafasan menyebabkan silia yang terdapat pada permukaan saluran nafas bergerak ke atas mendorong virus ke arah faring atau dengan suatu tangkapan refleks spasmus oleh laring. Jika refleks tersebut gagal maka virus merusak lapisan epitel dan lapisan mukosa saluran pernafasan. Iritasi virus pada kedua lapisan tersebut menyebabkan timbulnya batuk kering. Kerusakan stuktur lapisan dinding saluran pernafasan menyebabkan kenaikan aktifitas kelenjar mukus yang banyak terdapat pada dinding saluran nafas, sehingga terjadi pengeluaran cairan mukosa yang melebihi normal. Rangsangan cairan yang berlebihan tersebut menimbulkan gejala batuk. Sehingga pada tahap awal gejala ISPA yang paling menonjol adalah batuk. Adanya infeksi virus merupakan predisposisi terjadinya infeksi sekunder bakteri. Akibat infeksi virus tersebut terjadi kerusakan mekanisme mukosiliaris yang merupakan mekanisme perlindungan pada saluran pernafasan terhadap infeksi bakteri sehingga memudahkan bakteri-bakteri patogen yang terdapat pada saluran pernafasan atas seperti Streptococcus pneumonia, Haemophylus influenza dan Staphylococcusmenyerang mukosa yang rusak tersebut. Infeksi sekunder bakteri ini menyebabkan sekresi mukus bertambah banyak dan dapat menyumbat saluran nafas sehingga timbul sesak nafas dan juga menyebabkan batuk yang produktif. Invasi bakteri ini dipermudah dengan adanya faktor-faktor seperti kedinginan dan malnutrisi. Suatu laporan penelitian menyebutkan bahwa dengan adanya suatu serangan infeksi virus pada saluran nafas dapat menimbulkan gangguan gizi akut pada bayi dan anak. Virus yang menyerang saluran nafas atas dapat menyebar ke tempat-tempat yang lain dalam tubuh, sehingga dapat menyebabkan kejang, demam, dan juga bisa menyebar ke saluran nafas bawah. Dampak infeksi sekunder bakteri pun bisa menyerang saluran nafas bawah, sehingga bakteri-bakteri yang biasanya hanya ditemukan dalam saluran pernafasan atas, sesudah terjadinya infeksi virus, dapat menginfeksi paru-paru sehingga menyebabkan pneumonia bakteri. Dari uraian di atas, perjalanan klinis penyakit ISPA ini dapat dibagi menjadi empat tahap, yaitu: 1)Tahap prepatogenesis, penyebab telah ada tetapi penderita belum menunjukkan reaksi apa-apa. 2)Tahap inkubasi, virus merusak lapisan epitel dan lapisan mukosa. Tubuh menjadi lemah apalagi bila keadaan gizi dan daya tahan sebelumnya memang sudah rendah. 3)Tahap dini penyakit, dimulai dari munculnya gejala penyakit. Timbul gejala demam dan batuk. 4)Tahap lanjut penyakit, dibagi menjadi empat, yaitu dapat sembuh sempurna, sembuh dengan ateletaksis, menjadi kronis dan dapat meninggal akibat pneumonia.

2.4. Tanda dan Gejala Menurut Nurrijal (2009), adapun pembagian tanda dan gejala ISPA sebagai berikut : 1)ISPA ringan Ditandai dengan satu atau lebih gejala : batuk, pilek, dengan atau tanpa demam, tenggorokan merah 2)ISPA sedang Meliputi gejala ISPA ringan ditambah satu atau lebih gejala berikut: pernafasan cepat, wheezing (nafas berbunyi ngik), sakit/keluar cairan dari telinga,bercak kemerahan (campak) 3)ISPA berat Meliputi gejala ISPA sedang / ringan ditambah satu atau lebih gejala berikut: tarikan dinding dada ke dalam sewaktu inspirasi (retraksi), kesadaran menurun (somnolen),bibir / kulit pucat kebiruan (sianosis),stridor (nafas ngorok) sewaktu istirahat.

2.5. DiagnosaMenurut Sinanmbela (2010), dalam pelaksanaan program P2 ISPA, penentuan klasifikasi pneumonia berat dan pneumonia sekaligus merupakan penegakan diagnosa, sedangkan penentuan klasifikasi bukan pneumonia tidak dianggap sebagai penegakan diagnosa. Jika seorang balita keadaan penyakitnya termasuk dalam klasifikasi bukan pneumoni maka diagnosa penyakitnya adalah: batuk pilek biasa (common cold), pharyngitis, tonsillitis, otitis atau penyakit ISPA non-pneumonia lainnya. Dalam pola tatalaksana penderita pneumonia yang dipakai oleh Program P2 ISPA, diagnosa pneumonia pada balita didasarkan pada adanya batuk atau kesukaran bernapas disertai peningkatan frekuensi napas (napas cepat) sesuai umur. Adanya napas cepat (fast breathing) ini ditentukan dengan cara menghitung frekuensi pernapasan. Batas napas cepat adalah frekuensi pernapasan sebanyak 50 kali per menit atau lebih pada usia 2 bulan - 39C(Nelson, 2007). 4) Antropometri a. Lingkar Kepala Untuk mengetahui pertumbuhan otak (normal 31-35,5 cm) (Alimul, 2009). b. Lingkar dada Untuk mengetahui keterlambatan pertumbuhan (normal 30,5 33 cm) (Alimul, 2009). c. Panjang badan Normal 48 53 (Farrer, 2006) d. Berat badanAnak yang menderita ISPA biasanya mengalami tidak nafsu makan sehingga terjadi penurunan berat badan (Ngastiyah, 2005).

5) Pemeriksaan Fisika. Kulit : Apakah kulit lembab atau hangat ketika disentuh, adakah pengelupasan pada kulit (Varney, 2007). Pada kasus ISPA sedang timbul bercak pada kulit seperti campak (Nelson, 2007). b. Kepala : Untuk mesochepal, makrochepal, serta adakah kelainan (Priharjo, 2007). Pada balita dengan ISPA sedang yang disertai mal nutrisi mempunyai rambut yang jarang, kemerahan, seperti rambut jagung dan mudah di cabuttanpa menyebabkan rasa sakit (WHO, 2009). c. Leher : Adakah pembesaran kelenjar tiroid (Priharjo, 2007). Pada kasus balita dengan ISPA sedang tenggorokan berwarna merah (Nelson, 2007). d. Mata : Adakah kotoran dimata, merah muda sampai pucat, sklera putih, kelopak mata cekung bila disertai panas (Prabu, 2009). e. Telinga : Adakah kotoran/cairan bagaimana tulang rawannya (Priharjo, 2007). Pada balita ISPA sedang telinga sakit dan mengeluarkan nanah dari lubang telinga (Nelson, 2007). f. Hidung : Adakah nafas kotoran yang membuat jalannapas sesak atau terganggu (Matondang, 2007). Pada balita dengan ISPA sedang kemungkinan pernafasan berbunyi sepertimengorok (WHO, 2009). g. Mulut : Bibir warna pucat, kebiruan, kemerahan, kering pecah-pecah, lidah kemerahan (Engel, 2005). h. Dada Menurut Depkes RI (2007), pemeriksaan dada pada balita dengan ISPA sedang meliputi : a) Inspeksi : Nafas cepat dan tarikan dinding dada bagian bawah ke dalam. b) Auskultasi : Adanya sridor atau wheezing menunjukkan tanda bahaya. i. Perut : Adakah pembesaran hati atau limfe, lemas dan tegang (Farrer, 2006). j. Ekstremitas : Adakah oedem, tanda sianosis (Nursalam, 2007).

II. INTERPRETASI DATA DASARInterpretasi data dasar merupakan rangkaian, menghubungkan data yang diperoleh dengan konsep teori, prinsip relevanuntuk mengetahui kesehatan pasien. Pada langkah ini data diinterpretasikan menjadi diagnosa, masalah, kebutuhan (Varney, 2007). a. Diagnosa kebidanan Diagnosa kebidanan adalah diagnosa yang ditegakkan bidan dalam lingkup praktek kebidanan dan memenuhi standar diagnosa kebidanan (Nursalam, 2007). Balita X Umur ......... dengan ISPA sedang Data Dasar : Data Subyektif : 1) Ibu mengatakan umur balita ......bulan. 2) Ibu mengatakan balitanya berjenis kelamin .......3) Ibu mengatakan balitanya batuk (Nelson, 2005). 4) Ibu mengatakan nafsu makannya menurun (Alimul, 2009). 5) Ibu mengatakan nafas anaknya cepat (Depkes RI, 2007). Data Obyektif : Menurut Nelson (2007), data obyektif meliputi : 1) Keadaan umum : sedang atau rewel 2) Kesadaran : somnolen 3) Pernafasan lebih dari 50 kali / menit 4) Suhu lebih dari 39C5) Tenggorokan berwarna merah 6) Timbul bercak-bercak pada kulit menyerupai bercak campak 7) Telinga sakit atau mengeluarkan nanah dari lubang telinga 8) Pernafasan berbunyi seperti mendengkur 9) Pernafasan berbunyi seperti menciut-ciut b. Masalah Masalah adalah hal-hal yang berkaitan dengan pengalaman klien dari hasil pengkajian (Varney, 2007). Masalah yang muncul pada balita dengan ISPA sedang umumnya anak batuk, pilek, demam dan nafsu makan berkurang (WHO, 2006). c. Kebutuhan Kebutuhan merupakan hal-hal yang dibutuhkan pasien dan belum teridentifikasi dalam diagnosa dan masalah (Varney,2007). Kebutuhan pada penanganan balita ISPA sedang menurut Nelson (2005), meliputi : 1) Pemberian makanan 2) Pemberian cairan 3) Pemberian obat penurun panas contohnya Paracetamol 500 mg. 4) Kolaborasi dengan dokter untuk memberikan terapi (antibiotic, paracetamol) III. IDENTIFIKASI DIAGNOSA DAN MASALAH POTENSIAL Mengidentifikasi dengan hati-hati tanda dan gejala yang memerlukan tindakan kebidanan untuk membantu pasien mengatasi atau mencegah masalah-masalah yang spesifik (Varney, 2007). Diagnosa yang muncul pada balita dengan ISPA sedang yaitu ISPA berat. Diagnosa pada balita dengan ISPA sedang dibuat jika terjadi gejala atau tanda bahaya pada anak (Matondang, 2007).

IV. IDENTIFIKASI KEBUTUHAN SEGERAMengdentifikasikan situasi yang gawat dimana bidan harus bertindak segera untuk kepentingan keselamatan jiwa balita (Varney, 2007). Antisipasi muncul jika diagnosa potensial muncul kegawatdaruratan yang memerlukan tindakan segera. Langkah yang perlu dilaksanakan menurut WHO (2006) yaitu : a. Pemberian cairan tergantung keadaan pasien b. Pemberian obat penurun panas contohnya Paracetamol 500 mg. c. Kolaborasi dengan dokter untuk memberikan terapi antibiotik contohnya benzil penicillin.

V. INTERVENSI Perencanaan adalah suatu tindakan yang tepat untuk mengatasi masalah atau kebutuhan pasien berfungsi untuk menuntun perawatan yang diberikan kepada pasien sehingga tercapai tujuan dan hasil yang optimal atau yang diharapkan (Varney, 2007). Menurut WHO (2007), rencana yang diberika kepada balita dengan ISPA sedang adalah sebagai berikut : a. Suportif Meningkatkan daya tahan tubuh berupa nutrisi yang adekuat, pemberian multivitamin. b. Antibiotik 1) Idealnya berdasarkan jenis kuman penyebab 2) Utama ditujukan pada pneumonia, influenza dan aureus 3) Pneumonia rawat jalan yaitu kontrimoksasol 1 mg, amoksisillin 3 x sendok teh, ampisilin (500 mg) 3 tab puyer/x bungkus/3x sehari/8 jam, penisilin prokain 1 mg. 4) Pneumonia berat yaitu benzil penicilin 1 mg, klorampenikol (4 mg) 3 tab puyer/x bungkus /3x sehari/8 jam, kloksasilin 1mg, gentamisin (100 mg) 3 tab puyer/x bungkus/3x sehari/8 jam. 5) Antibiotik baru lain yaitu sefalosforin 3 x 1 sendok teh, quinolon 5 mg dan lain-lain 6) Beri obat penurun panas seperti paracetamol 500 mg, asetaminofen 3 x sendok teh.

VI. IMPLEMENTASI Langkah ini merupakan pelaksanaan dari rencana asuhan menyeluruh seperti telah diuraikan pada langkah kelima secara efisien dan aman (Varney, 2007). Pelaksanaan dilakukan berhubungan dengan diagnosa (tanda dan gejala, masalah pada anak dengan ISPA sedang).

VII. EVALUASI Langkah ini merupakan evaluasi apakah rencana asuhan tersebut yang meliputi pemenuhan kebutuhan benar-benar terpenuhi sesuai dengan kebutuhan dalam masalah dan diagnosa (Varney, 2007). Hasil evaluasi yang diharapkan menurut Depkes RI (2006) : a. ISPA sudah sembuh b. Nafsu makan meningkat c. Demam sudah turun d. Nafas sudah tidak mendengkurBAB IVASUHAN KEBIDANANPADA BALITA M USIA 4 TAHUN DENGAN ISPA SEDANGDI POLI ANAK RSUD NGUDI WALUYO WLINGI BLITAR

Nama Mahasiswa: Narulita NabelaNIM: 105070601111003Pengkajian Tanggal: 17 Maret 2015Tempat: Poli Anak RSUD Ngudi Waluyo Wlingi BlitarNo. Register: 067xxxJam: 10.30 WIBI. PENGKAJIANA. Data Subjektif1. Biodata Nama Bayi: MTanggal Lahir: 6 Februari 2011Usia: 4 tahunJenis Kelamin: PerempuanNama Ibu: YNama Ayah: GUsia: 29 TahunUsia: 33 TahunAgama: IslamAgama: IslamPendidikan: S1 (4 Tahun)Pendidikan: S1Pekerjaan: GuruPekerjaan: SwastaSuku: JawaSuku: JawaAlamat: gandusariAlamat: gandusari 2. Keluhan UtamaIbu mengatakan bahwa anaknya sudah 2 hari sampai sekarang batuk grok-grok dan pilek .3. Riwayat Kesehatana. Riwayat Penyakit SekarangIbu mengatakan bahwa anaknya mengalami batuk grok-grok dahak bening dan pilek ingus bening, disertai muntah. Panas tinggi saat malam hari.b. Riwayat Kesehatan SekarangRiwayat AlergiJenis Makanan: Tidak AdaDebu: Tidak AdaObat: Tidak Adac. Riwayat Penyakit LaluIbu mengatakan bahwa anaknya pernah mengalami penyakit ini sebelumnnya.d. Riwayat Kesehatan KeluargaIbu mengatakan bahwa di keluarganya tidak ada yang pernah menderita penyakit seperti anaknya.Hepatitis: Tidak AdaTBC: Tidak AdaHIV/AIDS: Tidak AdaAsma: Tidak AdaJantung: Tidak AdaHipertensi: Tidak AdaDM: Tidak AdaAyah klien seorang perokok.4. Pola Kebiasaan Sehari-hariPola istirahat tidurSebelum Sakit :Tidur Siang: pukul 12.00 - 15.00Tidur Malam: pukul 20.00 06.00Selama Sakit :Ibu mengatakan anaknya sering menangis, rewel dan sulit ditidurkan.Pola eliminasiSebelum sakit :BAK 4-5X/hari warna kuning, jernihBAB 1-2X/hari warna kuning, konsistensi lembekSelama sakit :Ibu mengatakan anaknya BAK 6-7 x/hari, warna kuning pekat bau khasBAB 1x/hari konsistensi lembek, warna kuningPola nutrisiSebelum sakitMakan: 3-4x/hari, Minum: 700 cc/hari dan minum susu 2-3x/hariSelama sakitIbu mengatakan anaknya sulit makan, hanya minum susu dan air saja.Personal hygieneSebelum sakit :Dimandikan 3X/hariDiganti bajunya 2X/hariSelama sakit :Ibu mengatakan anaknya tidak dimandikan hanya dibasuh dengan air hangatAktifitasSebelum sakit :Ibu mengatakan anaknya aktif dan ceria serta merespon jika dipanggilSelama sakit :Ibu mengatakan anaknya tidak aktif dan lemah, sering menangis, kurang merespon jika dipanggil.

B. Data Objektif1. Pemeriksaan Umuma) Keadaan Umum: cukupb) Kesadaran: composmentisc) Tanda-tanda VitalSuhu: 37,2CRR: 34X/menitNadi: 100 x/menitd) Status GiziBB: 15 kgTB: 101 cm2. Pemeriksaan Fisika) Wajah: tidak ada oedemMata: simetris, konjunctiva tidak anemis, tidak ada pengeluaran sekret, tidak ada lesiHidung: bersih, ada pengeluaran sekret (ingus) beningMulut: bersih, mukosa bibir lembab, tenggorokan berwarna merahb) DadaInspeksi: retraksi dinding dada (-), sesak (-)Auskultasi: terdengar ronchi (-)/(+), whezzing (+)/(+)c) AbdomenPalpasi: ada kembungII. INTERPRETASI DATA DASARDx: balita M 4 Tahun dengan infeksi Saluran Nafas Akut SedangDs: ibu mengatakan bahwa anaknya sudah 2 hari batuk grok-grok dahak bening dan pilek ingus bening, panas tinggi malam hari dan muntah.Do: Suhu: 37,2CRR: 34X/menitInspeksi hidung: ada pengeluaran sekret beningAuskultasi dada: terdapat ronchi (+), whezzing (+)Palpasi abdomen: kembung (-)Masalah: batuk, pilek, tidak nafsu makanKebutuhan: 1. KIE pemberian asupan nutrisi berupa makanan dan cairan2. Kolaborasi dengan dokter dalam pemberian terapi (antibiotik dan paracetamol) dan obat pereda batuk pilek

III. IDENTIFIKASI DIAGNOSA DAN MASALAH POTENSIALISPA Berat

IV. IDENTIFIKASI KEBUTUHAN SEGERAKolaborasi dengan dokter untuk memberikan terapi antibiotik amoxillin 250 mg dan obat pereda batuk ambroxol 250 mg.

V. INTERVENSI1. Beritahu ibu mengenai hasil pemeriksaan anaknyaR/ ibu mengetahui tentang keadaan balitanya sehingga membuat ibu menjadi tenang2. Anjurkan ibu untuk melakukan kompres bila anaknya demamR/ ibu dapat mengetahui penanganan pertama dalam meredam demam3. Berkolaborasi dengan dokter dalam pemberian terapi oralR/ a/p ambroxol 7,5 mg, CTM 1,5 mg, salbutamol 1 mg puyer diminum 3x/hariAmoxillin syr 3x150 mg, domperidon syr 3x3 mg.4. Berikan penjelasan tentang penyakit ISPA sedang pada ibu beserta tanda bahaya dan tindakan yang harus dilakukan apabila ada tanda bahaya penyakit ISPAR/ ibu dapat mengetahui mengenai penyakit ISPA, dapat mewaspadai jika terdapat komplikasi dan dapat mengatasinya.5. Anjurkan ibu untuk kontrol ulang jika obat habis dan 5 hari lagi jika tidak ada perbaikan pada tanggal 23 Maret 2015 hari seninR/ diharapkan ibu akan datang pada 5 hari lagi yakni hari senin tanggal 23 maret 2015 untuk konrol jika obat habis dan tidak perbaikan

VI. IMPLEMENTASITanggal : 17 Maret 2015pukul : 11.001. Memberitahu ibu mengenai hasil pemeriksaan anaknya bahwa anaknya mengalami sakit ISPA sedang2. Menganjurkan ibu untuk melakukan kompres bila anaknya demam3. Melakukan kolaborasi dengan dokter dalam pemberian terapi orala/p ambroxol 7,5 mg, CTM 1,5 mg, salbutamol 1 mg puyer diminum 3x/hari, Amoxillin syr 3x150 mg, domperidon syr 3x3 mg.4. Memberikan penjelasan tentang penyakit ISPA sedang pada ibu beserta tanda bahaya dan tindakan yang harus dilakukan apabila ada tanda bahaya penyakit ISPA5. Menganjurkan ibu untuk kontrol ulang pada 5 hari lagi yakni hari senin tanggal 23 Maret 2015 jika obat habis dan keluhan tetap tidak ada perbaikan

VII. EVALUASI1. Ibu sudah memahami dan mengerti kondisi anaknya bahwanya anaknya mengalami sakit ISPA sedang2. Ibu sudah mengerti dan besedia mengkompres anaknya jika demam3. Ibu sudah diberikan resep obat ambroxol, CTM, Salbutamol, amoxcillin syr, domperidon syr.4. Ibu sudah memahami dan mengerti mengenai penyakit ISPA, komplikasi dan cara mengatasinya.5. Ibu bersedia melakukan kontrol hari senin tanggal 23 maret 2015 jika keluhan tetap tidak ada perbaikan dan obatnya habis.

BAB VPEMBAHASAN

Analisis Data DasarPengkajian dilakukan dengan mencari dan mengumpulkan fakta baik berasal dari pasien, keluarga, maupun kesehatan lainnya dan hasilnya pemeriksaan yang dilakukan oleh bidan sendiri. Pengumpulan data ini mencangkup data subjektif dan data objektif (Nursalam, 2008). Data subjektif didapatkan keluhan utama batuk, pilek dan badannya panas (Nelson, 2005). Balitanya juga mengalami kurang nafsu makan (Alimul, 2009)Pada pemeriksaan fisik didapatkan keadaan umum anak rewel (Nursalam, 2007), kesadaran somnolen (Matondang, 2007), tanda-tanda vital : pernafasan > 50 x/menit, suhu >39C (Nelson, 2007). Pada pemeriksaan sistematis diperoleh data pada kulit timbul bercak pada kulit seperti campak (Nelson, 2007), tenggorokan berwarna merah, telinga sakit dan mengeluarkan nanah dari lubang telinga (Nelson,2007) dan pernafasan berbunyi mengorok (stridor) dan wheezing (WHO, 2009).Pengkajian data dasar pada kasus An. M Usia 4 tahun dengan ISPA sedang, An. M data subjektif didapatkan keluhan utama yaitu anak mengalami batuk grok-grok dan pilek sudah 2 hari sampai sekarang. Dahak berwarna bening dan ingus bening, disertai muntah saaat batuk. Panas tinggi saat malam hari. Ibu mengatakan balitanya rewel dan sulit makan sejak sakit. Sedangkan dari data objektif hasil pemeriksaan fisik keadaan umum cukup (rewel), respirasi 34x/menit, suhu 37, 2C, Nadi 100 x/menit, tidak timbul bercak pada kulit seperti campak, pada tenggorokan berwarna merah, auskultasi dada ronchi (-)/(+), wheezing (+)/(+) dan pada hidung keluar lendir berwarna bening.Pada pengkajian ini hasil yang didapatkan dari data subjektif dan objektif sesuai dengan diagnosa yang terjadi pada kasus ISPA pada anak.

Identifikasi Diagnosa Dan Masalah PotensialInterpretasi data adalah dasar merupakan rangkaian, menghubungkan data yang diperoleh dengan konsep teori, prinsip relevan untuk mengetahui kesehatan pasien (Varney, 2007). Diagnosa kebidanan adalah diagnosa yang ditegakkan bidan dalam lingkup praktek kebidanan dan memenuhi standar diagnosa kebidanan (Nursalam, 2007). Masalah adalah hal-hal yang berkaitan dengan pengalaman klien dari hasil pengkajian (Varney, 2007). Masalah yang muncul pada balita dengan ISPA sedang umumnya anak batuk, pilek, demam dan nafsu makan berkurang (WHO, 2006). Kebutuhan merupakan hal-hal yang dibutuhkan pasien dan belum teridentifikasi dalam diagnosa dan masalah (Varney, 2007). Kebutuhan pada balita ISPA sedang menurut Nelson (2005), meliputi : pemberian makanan, pemberian cairan, pemberian obat pereda batuk dan kolaborasi dengan dokter untuk memberikan terapi (antibiotic, paracetamol). Sedangkan pada kasus An. M dengan ISPA sedang diperoleh diagnosa kebidanan An. M, umur 4 tahun dengan ISPA sedang, masalah yang muncul yaitu batuk, pilek, dan nafsu makan berkurang dan kebutuhan yang diperlukan adalah pemberian asupan nutrisi berupa makanan dan cairan, kolaborasi dengan dokter untuk memberikan terapi (antibiotik dan paracetamol) dan obat pereda batuk pilek. Pada langkah ini penulis tidak menemukan adanya kesenjangan antara teori dan kasus.Diagnosa potensial adalah mengidentifikasi dengan hati-hati tanda dan gejala yang memerlukan tindakan kebidanan untukmembantu pasien mengatasi atau mencegah masalah-masalah yang spesifik (Varney, 2007). Diagnosa potensial yang muncul pada teori adalah terjadinya ISPA berat. Diagnosa pada balita dengan ISPA sedang dibuat jikaterjadi gejala atau tanda bahaya pada anak (Matondang, 2007)Sedangkan pada kasus An. M dengan ISPA sedang diagnosa potensial tidak muncul dikarenakan adanya antisipasi yang baik dengan kolaborasi pada dokter untuk memberikan terapy antibiotik dan obat pereda batuk, pilek dan panas. Pada langkah ini penulis tidak menemukan adanya kesenjangan antara teori dan kasus.

Identifikasi Kebutuhan SegeraKebutuhan segera muncul jika diagnosa potensial muncul kegawatdaruratan yang memerlukan tindakan segera. Langkah yang perlu dilaksanakan menurut WHO (2006) yaitu: pemberian cairan berupa cairan infus atau tergantung keadaan pasien, pemberian obat pereda batuk contohnya Paracetamol 500 mg dan kolaborasi dengan dokter untuk memberikan terapi antibiotik contohnya benzil penicillin. Sedangkan pada kasus An. M dengan ISPA sedang kebutuhan segera yang diberikan adalah kolaborasi dengan dokter untuk memberikan terapi antibiotik amoxillin 250 mg dan obat pereda batuk ambroxol 250 mg. Pada langkah ini penulis tidak menemukan adanya kesenjangan antara teori dan kasus.

Intervensi dan ImplementasiPerencanaan adalah suatu tindakan yang tepat untuk mengatasi masalah atau kebutuhan pasien berfungsi untuk menuntun perawatan yang diberikan kepada pasien sehingga tercapai tujuan dan hasil yang optimal atau yang diharapkan (Varney, 2007). Menurut WHO (2007), rencana yang diberikan kepada balita dengan ISPA sedang adalah suportif : meningkatkan daya tahan tubuh berupa nutrisi yang adekuat, pemberian multivitamin. Antibiotik : idealnya berdasarkan jenis kuman penyebab, utama ditujukan pada pneumonia, influenza dan aureus, pneumonia rawat jalan yaitu kontrimoksasol 1 mg, amoxillin 3 x sendok teh, ampisilin (500 mg) 3 tab puyer/x bungkus/3x sehari/8 jam, penisilin prokain 1 mg, pneumonia berat yaitu benzil penicilin 1 mg, klorampenikol (4 mg) 3 tab puyer/x bungkus /3x sehari/8 jam, kloksasilin 1 mg,gentamisin (100 mg) 3 tab puyer/x bungkus/3x sehari/8 jam, antibiotik baru lain yaitu sefalosforin 3 x 1 sendok teh, quinolon 5 mg dan lain-lain, beri obat penurun panas seperti paracetamol 500 mg, asetaminofen 3 x sendok teh. Sedangkan pada kasus An. M dengan ISPA sedang implementasi yang dilakukan adalah memberitahu ibu mengenai hasil pemeriksaan anaknya, menganjurkan ibu untuk melakukan kompres bila anaknya demam, melakukan kolaborasi dengan dokter dalam pemberian terapi oral a/p ambroxol 7,5 mg, CTM 1,5 mg, salbutamol 1 mg puyer diminum 3x/hari, Amoxillin syr 3x150 mg, domperidon syr 3x3 mg, memberikan penjelasan tentang penyakit ISPA sedang pada ibu beserta tanda bahaya dan tindakan yang harus dilakukan apabila ada tanda bahaya penyakit ISPA, menganjurkan ibu untuk kontrol ulang jika obat habis dan 5 hari lagi.Pada perencanaan dan dan pelaksanaan dari kasus ini sesuai dengan perencanaan dan pelaksanaan pada teori kasus ISPA pada balita.

EvaluasiBentuk akhir dari tindakan yang dilakukan adalah dengan melakukan evaluasi. Biasanya evaluasi dilakukan untuk mengetahui keefektifan asuhan yang sudah diberikan (Salmah, 2006).Evaluasi dari tindakan atau asuhan yang diberikan, dilakukan seketika setelah pemberian asuhan. Sehingga antara teori dan kasus tidak ada kesenjangan.

BAB VIPENUTUP

6.1. KesimpulanPada kasus balita sakit pada An. M usia 4 Tahun dengan ISPA sedang, ibu dan balita datang ke poli Anak RSUD Ngudi Waluyo Wlingi pada tanggal 17 Maret 2015 pukul 10.30 untuk memeriksakan keluhan balita yakni batuk grok-grok dan pilek sudah 2 hari, dahak dan ingus berwarna bening, pada saat malam hari panas tinggi. Ibu mengatakan bahwa balitanya rewel dan tidak nafsu makan. Dilakukan pemeriksaan kondisi umum balita cukup, tanda-tanda vital balita suhu 37,2 C, respirasi 34 x/menit, nadi 100x/menit, tidak timbul bercak pada kulit seperti campak, pada tenggorokan berwarna merah, auskultasi dada ronchi (-)/(+), wheezing (+)/(+) dan pada hidung keluar lendir berwarna bening. Berdasarkan data tersebut balita didiagnosa An. M usia 4 tahun dengan infeksi Saluran Pernafasan Akut (ISPA) sedang. Penanganan yang dilakukan antara lain, memberitahu ibu mengenai hasil pemeriksaan anaknya, menganjurkan ibu untuk melakukan kompres bila anaknya demam, melakukan kolaborasi dengan dokter dalam pemberian terapi oral a/p ambroxol 7,5 mg, CTM 1,5 mg, salbutamol 1 mg puyer diminum 3x/hari, Amoxillin syr 3x150 mg, domperidon syr 3x3 mg, memberikan penjelasan tentang penyakit ISPA sedang pada ibu beserta tanda bahaya dan tindakan yang harus dilakukan apabila ada tanda bahaya penyakit ISPA, menganjurkan ibu untuk kontrol ulang jika tidak ada perubahan yakni 5 hari lagi tanggal 23 Maret 2015 hari senin.

6.2. Saran1. Bagi Petugas KesehatanDiharapkan meningkatkan mutu pelayanan kesehatan kepada pasien khususnya ISPA pada balita, dengan menggunakan pendekatan manajemen kebidanan Varney dalam upaya deteksi dini dan komplikasi pada ISPA pada balita.2. MasyarakatDiharapkan pada masyarakat untuk ikut serta dan peran aktif dalam upaya menjaga kesehatan khususnya kesehatan balita, periksa ke tenaga kesehatan lebih sering agar komplikasi tidak menjadi berat.3. Mahasiswa KebidananDiharapakan mahasiswa mampu meningkatkan ilmu pengetahuan tentang kebidanan khususnya asuhan kebidanan pada ISPA balita agar mampu menerapkan teori dalam praktek di lapangan.

DAFTAR PUSTAKA

Arikunto, S. 2006. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek. Jakarta : Rineka Cipta. Depkes RI. 2005. Etiologi ISPA dan Pneumonia litbang. http://www.depkes.etiologi-ISPA-Pneumonia.co.id. online 2002. Akses : 16 Oktober 2012. Dowsheri, 2006. Ilmu Kesehatan Anak. Jakarta : EGC. Engel, 2005. Prinsip-Prinsip Kesehatan dalam Bidang Keperawatan. Jakarta : Info Medika. Erlien. 2008. Penyakit saluran Pernapasan. Jakarta : Sunda Kelapa Pustaka. Farrer, H. 2006. Perawatan Maternal. Jakarta : EGC. Ferry, A. G. At. All. 2007. Buku Saku Ketrampilan dan Prosedur Dasar. Jakarta : EGC. Horison. 2005. Hubungan Sanitasi Rumah dengan Kejadian ISPA pada Anak Balita. http://www.modul/user/detail_artikel.php?id=718_kejadian-ISPA-pada-Anak-Balita. Available online. Diakses tanggal 22 Oktober 2012. Hastari. 2009. Asuhan Kebidanan pada An. Z dengan ISPA sedang di RSUD Kota Surakarta. Akbid Kusuma Husada Surakarta. KTI. Tidak Dipublikasikan. Indah. 2005. Tanda dan Pengobatan ISPA.http://www.smallcrab.com. Di akses pada tanggal 15 Oktober 2012. Kepmenkes, RI. 2010. permenkes Indonesia tentang penyelenggaraan praktikbidan. Available online : http://ummukautsar.wordpress.comdiakses tanggal 12 Oktober 2012. Khadirmunaj. 2008. Infeksi Saluran Pernafasan Akut (ISPA). Khadirmunaj.blogspot.com, online : 2012. Akses : 16 Oktober 2012. Kishore. 2007. Balita, Penyakit dan Pengobatannya. Jakarta : EGC. Lamusa. 2006. Etiologi ISPA Sedang. Jakarta : EGC. Matondang, dkk. 2007. Diagnosis Fisik pada Anak. Edisi 3. Jakarta : PT. Sagung Seto. Nelson. 2007. Ilmu Kesehatan Anak, Jakarta : EGC. Nursalam. 2005. Proses dan Dokumentasi Keperawatan Konsep dan Praktik. Jakarta : Salemba Medika. Notoatmodjo, S. 2010. Metodologi Penelitian Kesehatan. Jakarta : Rineka Cipta. Nyna, P, S. 2008. Asuhan Kebidanan pada Anak A dengan Infeksi SaluranPernafasan Akut (ISPA) Sedang di Ruang Bakung RS Panti Waluyo Surakarta. Akademi Kebidanan Kusuma Husada Surakarta. KTI. Tidak Dipublikasikan. Prabu. 2009. Infeksi Saluran Pernafasan Akut (ISPA). http://putraprabu.wordpress.com/2009/01/04/infeksi-saluran-pernafasan-akut-ispa/. available online. Diakses tanggal 12 Oktober 2012. Prihardjo, R. 2007. Pengkajian Fisik Keperawatan. Edisi 2. Jakarta : EGC. Rasmaliah. 2004. ISPA dan penanggulangannya. http://www.modul/user/detail_artikel.php?id=718_ISPA-dan-penanggulangannya. Available online. Diakses tanggal 14 Oktober 2012. Saifuddin, A.B. 2005. Bukua Acuan Nasional Pelayanan Kesehatan Maternal dan Neonatal. Jakarta : YBP. SP. ____________. 2006. Bukua Acuan Nasional Pelayanan Kesehatan Maternal dan Neonatal. Jakarta : YBP. SP. Surasmi A, dkk. 2005. Perawatan Bayi Resiko Tinggi. Jakarta : EGC. Varney, H. 2007. 2007. Buku Ajar Asuhan Kebidanan. Edisi. 4. Volume. 2 Jakarta : EGC. Vietha. 2009. Pengertian ISPA dan Askep. Viethanurse.wordpress.com,online : 2012, Akses : 16 Oktober 2012. Whaley and Wong, 2005. Nursing care of Intant And Chlidren. Mosby, Inc. WHO. 2006. Manajemen Masalah Bayi Baru Lahir. Panduan untuk Dokter, Perawat dan Bidan. Jakarta : EGC __________. 2007. Manajemen Masalah Bayi Baru Lahir. Jakarta : EGC. __________. 2009. Ilmu Perawatan Bayi. Jakarta : Widya Medika. Winkjosastro, H. 2005. Ilmu Kebidanan. Jakarta : Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo. Yuliana, D.H. 2009. Asuhan Kebidanan Pada Balita Z Dengan Infeksi Saluran Pernafasan Akut (ISPA) sedang di RSUD Kota Surakarta. Akademi Kebidanan Kusuma Husada Surakarta. KTI. Tidak Dipublikasikan.