ispa net good

25

Click here to load reader

Upload: n-fuad-yahya

Post on 24-Jul-2015

55 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: Ispa Net Good

LAPORAN PENDAHULUAN ISPA

INFEKSI SALURAN PERNAPASAN AKUT

I. KONSEP DASAR PENYAKIT

A. DEFINISI

Infeksi saluran pernafasan adalah suatu keadaan dimana saluran pernafasan (hidung, pharing dan laring) mengalami inflamasi yang menyebabkan terjadinya obstruksi jalan nafas dan akan menyebabkan retraksi dinding dada pada saat melakukan pernafasan (Pincus Catzel & Ian Roberts; 1990; 450).

Infeksi saluran nafas adalah penurunan kemampuan pertahanan alami jalan nafas dalam menghadapi organisme asing (Whaley and Wong; 1991; 1418).

ISPA merupakan singkatan dari infeksi saluran pernafasan akut, istilah ini diadaptasi dari istilah dalam bahasa Inggris Acute Respiratory Infections (ARI). Istilah ISPA meliputi tiga unsur yakni infeksi, saluran pernafasan dan akut, dengan pengertian sebagai berikut (Indah, 2005)

Infeksi adalah masuknya kuman atau mikroorganisme ke dalam tubuh manusia dan berkembang biak sehingga menimbulkan gejala penyakit.

ISPA masih merupakan masalah kesehatan yang penting karena menyebabkan kematian bayi dan balita yang cukup tinggi yaitu kira-kira 1 dari 4 kematian yang terjadi. Setiap anak diperkirakan mengalami 3-6 episode ISPA setiap tahunnya. 40 % -60 % dari kunjungan di puskesmas adalah oleh penyakit ISPA (Anonim,2009)

Saluran pernafasan adalah organ mulai dari hidung hingga alveoli beserta organ adneksanya seperti sinus-sinus, rongga telinga tengah dan pleura. ISPA secara anatomis mencakup saluran pernafasan bagian atas, saluran pernafasan bagian bawah (termasuk jaringan paru-paru) dan organ adneksa saluran pernafasan. Dengan batasan ini, jaringan paru termasuk dalam saluran pernafasan (respiratory tract)

Infeksi akut adalah infeksi yang berlangsung sampai dengan 14 hari. Batas 14 hari diambil untuk menunjukkan proses akut meskipun untuk beberapa penyakit yang dapat digolongkan dalam ISPA proses ini dapat berlangsung lebih dari 14 hari.

B. KLASIFIKASI

Berdasarkan lokasi anatomis ISPA dibagi menjadi 2 yaitu:

1. Infeksi saluran pernafasan bagian atas.

Merupakan infeksi akut yang menyerang hidung hingga faring.

2. Infeksi saluran pernafasan bagian bawah.

Merupakan infeksi akut yang menyerang daerah di bawah faring sampai dengan alveolus paru-paru.

1

Page 2: Ispa Net Good

Tanda dan gejala menurut tingkat keparahannya, ISPA dapat dibagi menjadi tiga golongan yaitu (Suyudi, 2002) :

1. ISPA Ringan

Seorang anak dinyatakan menderita ISPA ringan jika ditemukan gejala sebagai berikut:

a. Batuk.

b. Serak, yaitu bersuara parau pada waktu mengeluarkan suara (misalnya pada waktu berbicara atau menangis).

c. Pilek yaitu mengeluarkan lendir atau ingus dari hidung.

d. Panas atau demam, suhu badan lebih dari 370C atau jika dahi anak diraba dengan punggung tangan terasa panas.

2. Gejala ISPA Sedang

Seorang anak dinyatakan menderita ISPA sedang jika di jumpai gejala ISPA ringan dengan disertai gejala sebagai berikut :

a. Pernapasan lebih dari 50 kali /menit pada anak umur kurang dari satu tahun atau lebih dari 40 kali/menit pada anak satu tahun atau lebih.

b. Suhu lebih dari 390C.

c. Tenggorokan berwarna merah

d. Timbul bercak-bercak pada kulit menyerupai bercak campak

e. Telinga sakit atau mengeluarkan nanah dari lubang telinga

f. Pernafasan berbunyi seperti mendengkur.

g. Pernafasan berbunyi seperti mencuit-cuit.

3. Gejala ISPA Berat

Seorang anak dinyatakan menderita ISPA berat jika ada gejala ISPA ringan atau sedang disertai satu atau lebih gejala sebagai berikut:

a. Bibir atau kulit membiru

b. Lubang hidung kembang kempis (dengan cukup lebar) pada waktu bernapas

c. Anak tidak sadar atau kesadarannya menurun

d. Pernafasan berbunyi mengorok dan anak tampak gelisah

e. Pernafasan menciut dan anak tampak gelisah

f. Sela iga tertarik ke dalam pada waktu bernapas

g. Nadi cepat lebih dari 60 x/menit atau tidak teraba

2

Page 3: Ispa Net Good

h. Tenggorokan berwarna merah

C. ETIOLOGI

1. Virus Utama :

· ISPA atas : Rino virus ,Corona Virus,Adeno virus,Entero Virus

· ISPA bawah : RSV,Parainfluensa,1,2,3 corona virus,adeno virus

2. Bakteri Utama: Streptococus, pneumonia, haemophilus influenza, Staphylococcus aureus

3. Pada neonatus dan bayi muda : Chlamidia trachomatis, pada anak usia sekolah : Mycoplasma pneumonia.

Faktor-faktor resiko yang berperan dalam kejadian ISPA pada anak adalah sebagai berikut:

1. Faktor host (diri)

a. Usia

Kebanyakan infeksi saluran pernafasan yang sering mengenai anak usia dibawah 3 tahun, terutama bayi kurang dari 1 tahun. Beberapa penelitian menunjukkan bahwa anak pada usia muda akan lebih sering menderita ISPA daripada usia yang lebih lanjut (Koch et al, 2003).

b. Jenis kelamin

Meskipun secara keseluruhan di negara yang sedang berkembang seperti Indonesia masalah ini tidak terlalu diperhatikan, namun banyak penelitian yang menunjukkan adanya perbedaan prevelensi penyakit ISPA terhadap jenis kelamin tertentu.

Angka kesakitan ISPA sering terjadi pada usia kurang dari 2 tahun, dimana angka kesakitan ISPA anak perempuan lebih tinggi daripada laki-laki di negara Denmark (Koch et al, 2003)

c. Status gizi

Interaksi antara infeksi dan Kekurangan Kalori Protein (KKP) telah lama dikenal, kedua keadaan ini sinergistik, saling mempengaruhi, yang satu merupakan predisposisi yang lainnya (Tupasi, 1985). Pada KKP, ketahanan tubuh menurun dan virulensi pathogen lebih kuat sehingga menyebabkan keseimbangan yang terganggu dan akan terjadi infeksi, sedangkan salah satu determinan utama dalam mempertahankan keseimbangan tersebut adalah status gizi anak.

d. Status imunisasi

Tupasi (1985) mendapatkan bahwa ketidakpatuhan imunisasi berhubungan dengan peningkatan penderita ISPA walaupun tidak bermakna. Hal ini sesuai dengan penelitian lain yang mendapatkan bahwa imunisasi yang lengkap dapat memberikan peranan yang cukup berarti dalam mencegah kejadian ISPA (Koch et al, 2003).

3

Page 4: Ispa Net Good

e. Pemberian suplemen vitamin A

Pemberian vitamin A pada balita sangat berperan untuk masa pertumbuhannya, daya tahan tubuh dan kesehatan terutama pada penglihatan, reproduksi, sekresi mukus dan untuk mempertahankan sel epitel yang mengalami diferensiasi.

f. Pemberian air susu ibu (ASI)

ASI adalah makanan yang paling baik untuk bayi terutama pada bulan-bulan pertama kehidupannya. ASI bukan hanya merupakan sumber nutrisi bagi bayi tetapi juga sebagai sumber zat antimikroorganisme yang kuat, karena adanya beberapa faktor yang bekerja secara sinergis membentuk sistem biologis.

ASI dapat memberikan imunisasi pasif melalui penyampaian antibodi dan sel-sel imunokompeten ke permukaan saluran pernafasan atas (William and Phelan, 1994).

2. Faktor lingkungan

a. Rumah

Rumah merupakan stuktur fisik, dimana orang menggunakannya untuk tempat berlindung yang dilengkapi dengan fasilitas dan pelayanan yang diperlukan, perlengkapan yang berguna untuk kesehatan jasmani, rohani dan keadaan sosialnya yang baik untuk keluarga dan individu (WHO, 1989).

Anak-anak yang tinggal di apartemen memiliki faktor resiko lebih tinggi menderita ISPA daripada anak-anak yang tinggal di rumah culster di Denmark (Koch et al, 2003).

b. Kepadatan hunian (crowded)

Kepadatan hunian seperti luar ruang per orang, jumlah anggota keluarga, dan masyarakat diduga merupakan faktor risiko untuk ISPA. Penelitian oleh Koch et al (2003) membuktikan bahwa kepadatan hunian (crowded) mempengaruhi secara bermakna prevalensi ISPA berat.

c. Status sosioekonomi

Telah diketahui bahwa kepadatan penduduk dan tingkat sosioekonomi yang rendah mempunyai hubungan yang erat dengan kesehatan masyarakat. Tetapi status keseluruhan tidak ada hubungan antara status ekonomi dengan insiden ISPA, akan tetapi didapatkan korelasi yang bermakna antara kejadian ISPA berat dengan rendahnya status sosioekonomi (Darmawan,1995).

d. Kebiasaan merokok

Pada keluarga yang merokok, secara statistik anaknya mempunyai kemungkinan terkena ISPA 2 kali lipat dibandingkan dengan anak dari keluarga yang tidak merokok. Selain itu dari penelitian lain didapat bahwa episode ISPA meningkat 2 kali lipat akibat orang tua merokok (Koch et al, 2003)

e. Polusi udara

Diketahui bahwa penyebab terjadinya ISPA dan penyakit gangguan pernafasan lain adalah rendahnya kualitas udara didalam rumah ataupun diluar rumah baik secara biologis, fisik maupun kimia. Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan oleh pusat penelitian kesehatan Universitas Indonesia untuk mengetahui efek pencemaran udara terhadap gangguan saluran pernafasan pada siswa sekolah

4

Page 5: Ispa Net Good

dasar (SD) dengan membandingkan antara mereka yang tinggal di wilayah pencemaran udara tinggi dengan siswa yang tinggal di wilayah pencemaran udara rendah di Jakarta. Dari hasil penelitian tidak ditemukan adanya perbedaan kejadian baru atau insiden penyakit atau gangguan saluran pernafasan pada siswa SD di kedua wilayah pencemaran udara. Hal ini menunjukkan bahwa tingkat pencemaran menjadi tidak berbeda dengan wilayah dengan tingkat pencemaran tinggi sehingga tidak ada lagi tempat yang aman untuk semua orang untuk tidak menderita gangguan saluran pemafasan. Hal ini menunjukkan bahwa polusi udara sangat berpengaruh terhadap terjadinya penyakit ISPA. Adanya ventilasi rumah yang kurang sempurna dan asap tungku di dalam rumah seperti yang terjadi di Negara Zimbabwe akan mempermudah terjadinya ISPA anak (Mishra, 2003).

D. PATOFISIOLOGI

Perjalanan klinis penyakit ISPA dimulai dengan berinteraksinya virus dengan tubuh. Masuknya virus sebagai antigen ke saluran pernafasan menyebabkan silia yang terdapat pada permukaan saluran nafas bergerak ke atas mendorong virus ke arah faring atau dengan suatu tangkapan refleks spasmus oleh laring. Jika refleks tersebut gagal maka virus merusak lapisan epitel dan lapisan mukosa saluran pernafasan (Kending dan Chernick, 1983).

Iritasi virus pada kedua lapisan tersebut menyebabkan timbulnya batuk kering (Jeliffe, 1974). Kerusakan stuktur lapisan dinding saluran pernafasan menyebabkan kenaikan aktifitas kelenjar mukus yang banyak terdapat pada dinding saluran nafas, sehingga terjadi pengeluaran cairan mukosa yang melebihi noramal. Rangsangan cairan yang berlebihan tersebut menimbulkan gejala batuk (Kending and Chernick, 1983). Sehingga pada tahap awal gejala ISPA yang paling menonjol adalah batuk.

Adanya infeksi virus merupakan predisposisi terjadinya infeksi sekunder bakteri. Akibat infeksi virus tersebut terjadi kerusakan mekanisme mukosiliaris yang merupakan mekanisme perlindungan pada saluran pernafasan terhadap infeksi bakteri sehingga memudahkan bakteri-bakteri patogen yang terdapat pada saluran pernafasan atas seperti streptococcus pneumonia, haemophylus influenza dan staphylococcus menyerang mukosa yang rusak tersebut (Kending dan Chernick, 1983). Infeksi sekunder bakteri ini menyebabkan sekresi mukus bertambah banyak dan dapat menyumbat saluran nafas sehingga timbul sesak nafas dan juga menyebabkan batuk yang produktif. Invasi bakteri ini dipermudah dengan adanya fakor-faktor seperti kedinginan dan malnutrisi. Suatu laporan penelitian menyebutkan bahwa dengan adanya suatu serangan infeksi virus pada saluran nafas dapat menimbulkan gangguan gizi akut pada bayi dan anak (Tyrell, 1980).

Virus yang menyerang saluran nafas atas dapat menyebar ke tempat-tempat yang lain dalam tubuh, sehingga dapat menyebabkan kejang, demam, dan juga bisa menyebar ke saluran nafas bawah (Tyrell, 1980). Dampak infeksi sekunder bakteripun bisa menyerang saluran nafas bawah, sehingga bakteri-bakteri yang biasanya hanya ditemukan dalam saluran pernafasan atas, sesudah terjadinya infeksi virus, dapat menginfeksi paru-paru sehingga menyebabkan pneumonia bakteri (Shann, 1985).

Penanganan penyakit saluran pernafasan pada anak harus diperhatikan aspek imunologis saluran nafas terutama dalam hal bahwa sistem imun di saluran nafas yang sebagian besar terdiri dari mukosa, tidak sama dengan sistem imun sistemik pada umumnya. Sistem imun saluran nafas yang terdiri dari folikel dan jaringan limfoid yang tersebar, merupakan ciri khas system imun mukosa. Ciri khas berikutnya adalah bahwa IgA memegang peranan pada saluran nafas atas sedangkan IgG pada saluran nafas bawah. Diketahui pula bahwa sekretori IgA (sIgA) sangat berperan dalam mempertahankan integritas mukosa saluran nafas (Siregar, 1994).

5

Page 6: Ispa Net Good

Dari uraian di atas, perjalanan klinis penyakit ISPA ini dapat dibagi menjadi empat tahap, yaitu:

1. Tahap prepatogenesis, penyebab telah ada tetapi penderita belum menunjukkan reaksi apa-apa.

2. Tahap inkubasi, virus merusak lapisan epitel dan lapisan mukosa. Tubuh menjadi lemah apalagi bila keadaan gizi dan daya tahan sebelumnya memang sudah rendah.

3. Tahap dini penyakit, dimulai dari munculnya gejala penyakit. Timbul gejala demam dan batuk.

4. Tahap lanjut penyakit, dibagi menjadi empat, yaitu dapat sembuh sempurna, sembuh dengan ateletaksis, menjadi kronis dan dapat meninggal akibat pneumonia.

E. SKEMA PATHOFISIOLOGI

F. MANIFESTASI KLINIS

Penyakit ini biasanya dimanifestasikan dalam bentuk adanya demam, adanya obstruksi hidung dengan sekret yang encer sampai dengan membuntu saluran pernafasan, bayi menjadi gelisah dan susah atau bahkan sama sekali tidak mau minum (Pincus Catzel & Ian Roberts; 1990; 451).

6

Page 7: Ispa Net Good

Tanda dan gejala yang muncul ialah:

1 Demam, Seringkali demam muncul sebagai tanda pertama terjadinya infeksi. Suhu tubuh bisa mencapai 39,5OC-40,5OC.

2. Meningismus, adalah tanda meningeal tanpa adanya infeksi pada meningens, biasanya terjadi selama periodik bayi mengalami panas, gejalanya adalah nyeri kepala, kaku dan nyeri pada punggung serta kuduk, terdapatnya tanda kernig dan brudzinski.

3. Anorexia, biasa terjadi pada semua bayi yang mengalami sakit. Bayi akan menjadi susah minum dan bhkan tidak mau minum.

4. Vomiting, biasanya muncul dalam periode sesaat tetapi juga bisa selama bayi tersebut mengalami sakit.

5. Diare (mild transient diare), seringkali terjadi mengiringi infeksi saluran pernafasan akibat infeksi virus.

6. Abdominal pain, nyeri pada abdomen mungkin disebabkan karena adanya lymphadenitis mesenteric.

7. Sumbatan pada jalan nafas/ Nasal, pada saluran nafas yang sempit akan lebih mudah tersumbat oleh karena banyaknya sekret.

8. Batuk, merupakan tanda umum dari tejadinya infeksi saluran pernafasan, mungkin tanda ini merupakan tanda akut dari terjadinya infeksi saluran pernafasan.

9. Suara nafas, biasa terdapat wheezing, stridor, crackless, dan tidak terdapatnya suara pernafasan (Whaley and Wong; 1991; 1419)

G. PEMERIKSAAN FISIK

Pengkajian terutama pada jalan nafas:

Fokus utama pada pengkajian pernafasan ini adalah pola, kedalaman, usaha serta irama dari pernafasan.

1.Pola, cepat (tachynea) atau normal.

2.Kedalaman, nafas normal, dangkal atau terlalu dalam yang biasanya dapat kita amati melalui pergerakan rongga dada dan pergerakan abdomen.

3. Usaha, kontinyu, terputus-putus, atau tiba-tiba berhenti disertai dengan adanya bersin.

4. Irama pernafasan, bervariasi tergantung pada pola dan kedalaman pernafasan.

5. Observasi lainya adalah terjadinya infeksi yang biasanya ditandai dengan peningkatan suhu tubuh, adanya batuk, suara nafas wheezing. Bisa juga didapati adanya cyanosis, nyeri pada rongga dada dan peningkatan produksi dari sputum

Pemeriksaan penunjang yang lazim dilakukan adalah :

7

Page 8: Ispa Net Good

1. pemeriksaan kultur/ biakan kuman (swab); hasil yang didapatkan adalah biakan kuman (+) sesuai dengan jenis kuman,

2.Pemeriksaan hitung darah (deferential count); laju endap darah meningkat disertai dengan adanya leukositosis dan bisa juga disertai dengan adanya thrombositopenia, dan

3. Pemeriksaan foto thoraks jika diperlukan.

Diagnosis Banding

Penyakit infeksi saluran pernafasan ini mempunyai beberapa diagnosis banding yaitu difteri, mononukleosis infeksiosa dan agranulositosis yang semua penyakit diatas memiliki manifestasi klinis nyeri tenggorokan dan terbentuknya membrana. Mereka masing-masing dibedakan melalui biakan kultur melalui swab, hitungan darah dan test Paul-bunnell. Pada infeksi yang disebabkan oleh streptokokus manifestasi lain yang muncul adalah nyeri abdomen akut yang sering disertai dengan muntah.

H. PENCEGAHAN DAN PENATALAKSANAAN ISPA

Beberapa hal yang perlu dilakukan untuk mencegah ISPA adalah:

1. Mengusahakan Agar Anak Mempunyai Gizi Yang Baik

a. Bayi harus disusui sampai usia dua tahun karena ASI adalah makanan yang paling baik untuk bayi.

b. Beri bayi makanan padat sesuai dengan umurnya.

c. Pada bayi dan anak, makanan harus mengandung gizi cukup yaitu mengandung cukup protein (zat putih telur), karbohidrat, lemak, vitamin dan mineral.

d. Makanan yang bergizi tidak berarti makanan yang mahal. Protein misalnya dapat di peroleh dari tempe dan tahu, karbohidrat dari nasi atau jagung, lemak dari kelapa atau minyak sedangkan vitamin dan mineral dari sayuran,dan buah-buahan.

e. Bayi dan balita hendaknya secara teratur ditimbang untuk mengetahui apakah beratnya sesuai dengan umurnya dan perlu diperiksa apakah ada penyakit yang menghambat pertumbuhan.Dinkes DKI (2005)

2. Mengusahakan Kekebalan Anak Dengan Imunisasi

Agar anak memperoleh kekebalan dalam tubuhnya anak perlu mendapatkan imunisasi yaitu DPT (Depkes RI, 2002). Imunisasi DPT salah satunya dimaksudkan untuk mencegah penyakit Pertusis yang salah satu gejalanya adalah infeksi saluran nafas (Gloria Cyber Ministries, 2001).

3. Menjaga Kebersihan Perorangan Dan Lingkungan

Perilaku hidup bersih dan sehat merupakan modal utama bagi pencegahan penyakit ISPA, sebaliknya perilaku yang tidak mencerminkan hidup sehat akan menimbulkan berbagai penyakit. Perilaku ini dapat dilakukan melalui upaya memperhatikan rumah sehat, desa sehat dan lingkungan sehat (Suyudi, 2002).

8

Page 9: Ispa Net Good

4. Pengobatan Segera

Apabila anak sudah positif terserang ISPA, sebaiknya orang tua tidak memberikan makanan yang dapat merangsang rasa sakit pada tenggorokan, misalnya minuman dingin, makanan yang mengandung vetsin atau rasa gurih, bahan pewarna, pengawet dan makanan yang terlalu manis. Anak yang terserang ISPA, harus segera dibawa ke dokter (PD PERSI, 2002)

I. Pengobatan Pada Ispa

1. ISPA Berat : dirawat di rumah sakit, diberikan antibiotik melalui jalur infus , di beri oksigen dan sebagainya

2. ISPA ringan : diberi obat antibiotik melaui mulut. Pilihan obatnya Kotrimoksasol, jika terjadi alergi / tidak cocok dapat diberikan Amoksilin, Penisilin, Ampisilin

3. ISPA ringan : tanpa pemberian obat antibiotik. Diberikan perawatan di rumah, untuk batuk dapat digunakan obat batuk tradisional atau obat batuk lain yang tidak mengandung zat yang merugikan. Bila demam diberikan obat penurun panas yaitu parasetamol. Penderita dengan gejala batuk pilek bila pada pemeriksaan tenggorokan didapat adanya bercak nanah disertai pembesaran kelenjar getah bening dileher, dianggap sebagai radang tenggorokan oleh kuman streptococcuss dan harus diberi antibiotik selama 10 hari.

Perawatan Dirumah

Beberapa hal yang perlu dikerjakan seorang ibu untuk mengatasi anaknya yang menderita ISPA.

1. Mengatasi panas (demam)

Untuk anak usia 2 bulan samapai 5 tahun demam diatasi dengan memberikan parasetamol atau dengan kompres, bayi dibawah 2 bulan dengan demam harus segera dirujuk. Parasetamol diberikan 4 kali tiap 6 jam untuk waktu 2 hari. Cara pemberiannya, tablet dibagi sesuai dengan dosisnya, kemudian digerus dan diminumkan. Memberikan kompres, dengan menggunakan kain bersih, celupkan pada air (tidak perlu air es).

2. Mengatasi batuk

Dianjurkan memberi obat batuk yang aman yaitu ramuan tradisional yaitu jeruk nipis ½ sendok teh dicampur dengan kecap atau madu ½ sendok teh , diberikan tiga kali sehari.

3. Pemberian makanan

Berikan makanan yang cukup gizi, sedikit-sedikit tetapi berulang-ulang yaitu lebih sering dari biasanya, lebih-lebih jika muntah. Pemberian ASI pada bayi yang menyusu tetap diteruskan.

4. Pemberian minuman

Usahakan pemberian cairan (air putih, air buah dan sebagainya) lebih banyak dari biasanya. Ini akan membantu mengencerkan dahak, kekurangan cairan akan menambah parah sakit yang diderita.

9

Page 10: Ispa Net Good

5. Lain-lainnya

Tidak dianjurkan mengenakan pakaian atau selimut yang terlalu tebal dan rapat, lebih-lebih pada anak dengan demam. Jika pilek, bersihkan hidung , yang berguna untuk mempercepat kesembuhan dan menghindari komplikasi yang lebih parah. Usahakan lingkungan tempat tinggal yang sehat yaitu yang berventilasi cukup dan tidak berasap. Apabila selama perawatan dirumah keadaan anak memburuk maka dianjurkan untuk membawa kedokter atau petugas kesehatan.

J. Pemberantasan Ispa

Yang Dilakukan Adalah :

1. Penyuluhan kesehatan yang terutama di tujukan pada para ibu.

2. Pengelolaan kasus yang disempurnakan.

3. Immunisasi

4. Menghindari anak kontak langsung dengan penderita ISPA

K. Komplikasi

Adapun komplikasinya adalah

1. Meningitis

2. OMA

3. Mastoiditis

4. Kematian

L. Prognosis

Jika penanganannya tepat dan cepat maka prognosis baik. Namun, jika penanganan lambat dan tidak tepat maka akan terjadi komplikasi yang menyebabkan prognosis buruk

II. KONSEP KEPERAWATAN

10

Page 11: Ispa Net Good

A. PENGKAJIAN

Identitas Pasien

Umur :

Kebanyakan infeksi saluran pernafasan yang sering mengenai anak usia dibawah 3 tahun, terutama bayi kurang dari 1 tahun. Beberapa penelitian menunjukkan bahwa anak pada usia muda akan lebih sering menderita ISPA daripada usia yang lebih lanjut(Anggana Rafika, 2009).

Jenis kelamin :

Angka kesakitan ISPA sering terjadi pada usia kurang dari 2 tahun, dimana angka kesakitan ISPA anak perempuan lebih tinggi daripada laki-laki di negara Denmark (Anggana Rafika, 2009).

Alamat :

Kepadatan hunian seperti luar ruang per orang, jumlah anggota keluarga, dan masyarakat diduga merupakan faktor risiko untuk ISPA. Penelitian oleh Kochet al (2003) membuktikan bahwa kepadatan hunian (crowded) mempengaruhi secara bermakna prevalensi ISPA berat .Diketahui bahwa penyebab terjadinya ISPA dan penyakit gangguan pernafasan lain adalah rendahnya kualitas udara didalam rumah ataupun diluar rumah baik secara biologis, fisik maupun kimia. Adanya ventilasi rumah yang kurang sempurna dan asap tungku di dalam rumah seperti yang terjadi di Negara Zimbabwe akan mempermudah terjadinya ISPA anak (Anggana Rafika, 2009)

Riwayat Kesehatan

1) Keluhan Utama:

Klien mengeluh demam,panas, batuk pilek < rujuk etiologi >

2) Riwayat penyakit sekarang:

Dua hari sebelumnya klien mengalami demam mendadak, sakit kepala, badan lemah, nyeri otot dan sendi, nafsu makan menurun, batuk,pilek dan sakit tenggorokan.

3) Riwayat penyakit dahulu:

Klien sebelumnya sudah pernah mengalami penyakit sekarang

4) Riwayat penyakit keluarga:

Menurut anggota keluarga ada juga yang pernah mengalami sakit seperti penyakit klien tersebut

5) Riwayat sosial:

Klien mengatakan bahwa klien tinggal di lingkungan yang berdebu dan padat penduduknya

11

Page 12: Ispa Net Good

B. Pemeriksaan Persistem

B1 (Breath) :

1) Inspeksi:

Membran mucosa hidung faring tampak kemerahan Tonsil tanpak kemerahan dan edema Tampak batuk tidak produktif Tidak ada jaringna parut pada leher Tidak tampak penggunaan otot- otot pernapasan tambahan,pernapasan cuping hidung,

tachypnea, dan hiperventilasi Tanda : Adanya sputum atau sekret Perkusi : pekak di atas area yang konsolidasi Warna :pucat atau sianosis bibir/kuku

2) Palpasi

Adanya demam Teraba adanya pembesaran kelenjar limfe pada daerah leher / nyeri tekan pada nodus limfe

servikalis Tidak teraba adanya pembesaran kelenjar tyroid

3) Perkusi

Suara paru normal (resonance)

4) Auskultasi

Suara napas vesikuler / tidak terdengar ronchi pada kedua sisi paru Bunyi nafas :menurun atau tidak ada di atas area yang terlibat , atau nafas yang bronkhial

B2 (Blood) : kardiovaskuler Hipertermi, Riwayat adanya/GJK kronis

B3 (Brain) : penginderaan Pupil isokhor, biasanya keluar cairan pada telinga, terjadi gangguan penciuman, perubahn mental (bingung, samnolen

B4 (Bladder) : perkemihan Tidak ada kelainan

B5 (Bowel) : pencernaan Nafsu makan menurun, porsi makan tidak habis Minum sedikit, nyeri telan pada tenggorokan

B6 (Bone) : Warna kulit kemerahan(Benny:2010)

B. DIAGNOSA KEPERAWATAN

1. Ketidakefektifan pola nafas berhubungan dengan proses inflamasi pada saluran pernafasan, aadanya sekret

12

Page 13: Ispa Net Good

2. Ketidakefektifan bersihan jalan nafas berhubungan dengan obstruksi mekanik dari jalan nafas oleh sekret, proses inflamasi, peningkatan produksi sekret

3. Nyeri berhubungan dengan proses inflamasi4. Perubahan proses keluarga berhubungan dengan penyakit yang dialami oleh anak,

hospitalisasi pada anak5. Peningkatan suhu tubuh berhubungan dengan proses infeksi6. Resiko kekurangan volume cairan berhubungan dengan peningkatan kehilangan cairan7. Gangguan pola tidur berhubungan dengan sesak dan batuk8. Resiko nutrisi kurang dari kebutuhan berhubungan dengan anoreksia, intake inadekuat9. Kurang pengetahuan orang tua tentang proses penyakit berhubungan dengan kurang informasi

D. INTERVENSI DAN NURSING PROCES

1. Ketidakefektifan pola nafas berhubungan dengan proses inflamasi pada saluran pernafasan, aadanya sekret

Tujuan: Pola nafas kembali efektif dengan

Kriteria: Usaha nafas kembali normal dan meningkatnya suplai oksigen ke paru-paru.

Intervensi:

INTERVENSI RASIONALa. Observasi tanda vital, adanya cyanosis,

serta pola, kedalaman dalam pernafasanb. Berikan posisi yang nyaman pada pasienc. Ciptakan dan pertahankan jalan nafas

yang bebas d. Anjurkan untuk tidak memberikan

minum selama periode tachypnea.e. Kolaborasi Pemberian oksigenf. Nebulizerg. Pemberian obat bronchodilator

a. sebagai dasar dalam menentukan intervensi selanjutnya

b. Semi fowler dapat meningkatkan ekspansi paru dan memperbaiki ventilasi

c. Untuk memperbaiki ventilasid. Agar tidak terjadi aspirasi e. untuk memenuhi kebutuhan oksigen f. Mengencerkan sekret dan memudahkan

pengeluaran sekretg. Untuk vasodilatasi saluran pernapasan

2. Ketidakefektifan bersihan jalan nafas berhubungan dengan obstruksi mekanik dari jalan nafas oleh sekret, proses inflamasi, peningkatan produksi sekret.

Tujuan :Bebasnya jalan nafas dari hambatan sekret

Kriteria Hasil : Jalan nafas yang bersih dan patent, meningkatnya pengeluaran sekret, suara napas bersih

INTERVENSI RASIONALa. Kaji bersihan jalan napas klienb. Auskultasi bunyi napas

a. Sebagai indicator dalam menentukan tindakan selanjutnya

13

Page 14: Ispa Net Good

c. Berikan posisi yang nyamand. Lakukan suction sesuai indikasie. Anjurkan keluarga untuk memberikan air

minum yang hangatf. Kolaborasi Pemberian ekspectorantg. Pemberian antibiotic

b. Ronchi menandakan adanya sekret pada jaan nafas

c. Mencegah terjadinya aspirasi sekret (semiprone dan side lying position).

d. membantu mengeluarkan sekrete. membantu mengencerkan dahak sehingga

mudah untuk dikelurkanf. Untuk mengencerkan dahakg. Mengobati infeksi sehingga terjadi

penurunan produksi sekret

3. Nyeri berhubungan dengan proses inflamasi

Tujuan :Nyeri terkontrol atau menghilang

Kriteria Hasil :Nyeri terkontrol ditandai dengan klien melaporkan nyeri menghilang, ekspresi wajah rileks, klien tidak gelisah dan rewel

INTERVENSI RASIONALa. Kaji nyeri yang dirasakan klien ,

perhatikan respon verbal dan nonverbalb. Anjurkan keluarga memberikan minum

air hangatc. Berikan lingkungan yang nyamand. Kolaborasi Pemberian antibiotike. Pemberian ekspectoran

a. sebagai indicator dalam menentukan intervensi selajutnya

b. Mengurangi nyeri pada tenggorokanc. meningkatkan kenyamanan dan

meningkatkan istirahatd. Mengobati infeksie. Memudahkan pengeluaran sekret

sehingga mengurang rasa sakit saat batuk

4. Perubahan proses keluarga berhubungan dengan penyakit yang dialami oleh anak, hospitalisasi pada anak

Tujuan :Keluarga mengalami pengurangan ansietas dan peningkatan melakukan koping

Kriteria Hasil :Orang tua mengajukan pertanyaan yang tepat, mendiskusikan kondisi dan perawatan anak dengan tenang, terlibat secara positif dalam perawatan anak

INTERVENSI RASIONALa. Kenali kekhawatiran dan kebutuhan

orang tua untuk informasi dukunganb. Gali perasaan keluarga dan masalah

sekitar hospitalisasic. Berikan dukungan sesuai kebutuhand. Anjurkan kepada keluarga agar terlibat

secara langsung dan aktif dalam perawatan anaknya.

e. Jelaskan terapi yang diberikan dan respon anak terhadap terapi yang diberikan.

a. Sebagai dasar dalam menentukan tindakan selanjutnya

b. Mengetahui masalah dan perasaan yang dirasakan oleh keluarga. Dapat mengurangi kecemasan

c. dukungan yang adekuat menghasilkan mekanisme coping yang efektif

d. Dapat mengurangi rasa cemas karena dapat memantau langsung perkembangan anaknya

e. Peningkatan pengetahuan mengembangkan kooperatif dan

14

Page 15: Ispa Net Good

mengurangi kecemasan

5. Peningkatan suhu tubuh berhubungan dengan proses infeksi

Tujuan : Tidak terjadi peningkatan suhu tubuh.

KH : Hipertermi/peningkatan suhu dapat teratasi dengan proses infeksi hilang

INTERVENSI RASIONALa. Kaji peningkatan suhu tubuh yang

dialami oleh klienb. Observasi tanda-tanda vitalc. Berikan dan anjurkan keluarga untuk

memberikan kompres dengan air pada daerah dahi dan ketiak

d. Anjurkan keluarga untuk mempertahankan pemberian cairan melalui rute oral sesuai indikasi

e. Anjurkan keluarga untuk menghindari pakaian yang tebal dan menyerap keringat

f. Kolaborasi dengan dokter dalam pemberian obat antipiuretik

a. sebagai dasar dalam menentukan intervensi selanutnya

b. Pemantauan tanda vital yang teratur dapat menentukan perkembangan perawatan selanjutnya.

c. Dengan memberikan kompres maka akan terjadi proses konduksi / perpindahan panas dengan bahan perantara

d. Kebutuhan cairan meningkat karena penguapan tubuh meningkat.

e. Proses hilangnya panas akan terhalangi untuk pakaian yang tebal dan tidak akan menyerap keringat

f. Untuk mengontrol panas

6. Resiko kekurangan volume cairan berhubungan dengan peningkatan kehilangan cairan

Tujuan :Volume cairan tetap seimbang

Kriteria Hasil :Volume cairan tetap seimbang ditandai dengan turgor kulit baik, membrane mukosa lembab, TTV dalam batas normal

INTERVENSI RASIONALa. Kaji tanda-tanda dehidrasib. Observasi TTVc. Anjurkan orang tua untuk tetap

memberikan cairan perorald. Jelaskan kepada orang tua pentingnya

cairan yang adekuat bagi tubuhe. Kolaborasi pemberian cairan parenteral

a. Sebagai dasar dalam menentukan tindakan selanjutnya

b. Perubahan TTV merupakan indicator terjadinya dehidrasi

c. Untuk mengganti cairan tubuh yang hilang

d. Peningkatan pengetahuan mengembangkan kooperatif orang tua dalam tindakan keperawatan

e. Untuk memenuhi kebutuhan cairan klien

7. Gangguan pola tidur berhubungan dengan sesak dan batuk

Tujuan : Pola tidur kembali optimal

15

Page 16: Ispa Net Good

Kriteria Hasil :Pola tidur membaik ditandai dengan orang tua melaporkan anaknya sudah dapat tidur, klien nampak segar

INTERVENSI RASIONALa. Kaji gangguan pola tidur yang dialami

klienb. Ciptakan lingkungan yang tenangc. Berikan bantal dan seprei yang bersihd. Kolaborasi Pemberian obat sedatife. Pemberian antibiotic

a. sebagai indicator dalam melakukan tindakan selanjutnya

b. Mengurangi rangsangan suara yang dapat menyebabkan klien tidak nyaman untuk tidur

c. meningkatkan kenyamanand. membantu klien untuk istirahate. Mengobati infeksi

8. Resiko nutrisi kurang dari kebutuhan berhubungan dengan anoreksia, intake inadekuat

Tujuan : Tidak terjadi nutrisi kurang dari kebutuhan

Kriteria Hasil : Nutrisi adekuat ditandai dengan nafsu makan klien meningkat, porsi makan yang diberikan nampak dihabiska, tidak terjadi penurunan berat badan 15-20%

INTERVENSI RASIONALa. Kaji status nutrisi klienb. Timbang berat badan setiap haric. Berikan diet dalam porsi kecil tapi seringd. Anjurkan keluarga untuk menyajikan

makanan dalam keadaan hangate. Jelaskan kepada keluarga pentingnya

nutrisi yang adekuat dalam proses kesembuhan

f. Kolaborasi dengan bagian gizi

a. Sebagai indikator dalam menentukan intervensi selanjutnya

b. Mengetahui perkembangan terapic. untuk memenuhi kebutuhan nutrisi kliend. Meningkatkan nafsu makane. Peningkatan pengetahuan

mengembangkan kooperatif keluarga dalam pemberian tindakan

f. untuk memenuhi kebutuhan nutrisi klien sesuai kebutuhan

9. Kurang pengetahuan orang tua tentang proses penyakit berhubungan dengan kurang informasi

Tujuan : Pengetahuan orang tua klien tentang proses penyakit anaknya meningkat setelah dilakukan tindakan keperawatan

Kriteria Hasil :Pengetahuan orang tua klien meningkat ditandai dengan orang tua mengerti tentang penyakit anaknya, nampak tidak sering bertanya, terlibat aktif dalam proses perawatan

INTERVENSI RASIONALa. Kaji tingkat pengetahuan orang tua klien

tentang proses penyakit anaknyab. Jelaskan pada keluarga klien tentang

Pengertian, penyebab, tanda dan gejala, pengobatan, pencegahan dan komplikasi dengan memberikan penkes.

c. Bantu orang tua klien untuk

a. sebagai dasar dalam menetukan tindakan selanjutnya

b. Meningkatkan pengetahuan dan pemahaman keluarga

c. Melibatkan keluarga dalam perencanaan dapat meningkatkan pemahaman keluarga

16

Page 17: Ispa Net Good

mengembangkan rencana asuhan keperawatan dirumah sakit seperti : diet, istirahat dan aktivitas yang sesuai

d. Beri kesempatan pada orang tua klien untuk bertanya tentang hal yang belum dimengertinya

d. Menghindari melewatkan hal yang tidak dijelaskan dan belum dimengerti oleh keluarga

E.EVALUASI

1. Pola nafas kembali efektif ditandai dengan usaha nafas kembali normal dan meningkatnya suplai oksigen ke paru-paru

2. Bebasnya jalan nafas dari hambatan sekret ditandai dengan jalan nafas yang bersih dan patent, meningkatnya pengeluaran sekret, suara napas bersih

3. Nyeri terkontrol ditandai dengan klien melaporkan nyeri menghilang, ekspresi wajah rileks, klien tidak gelisah dan rewel

4. Keluarga mengalami pengurangan ansietas dan peningkatan melakukan koping ditandai dengan orang tua mengajukan pertanyaan yang tepat, mendiskusikan kondisi dan perawatan anak dengan tenang, terlibat secara positif dalam perawatan anak

5. Tidak terjadi peningkatan suhu tubuh ditandai dengan suhu tubuh dalam batan norma, keluarga melaporkan anaknya tidak demam

6. Volume cairan tetap seimbang ditandai dengan turgor kulit baik, membrane mukosa lembab, TTV dalam batas normal

7. Pola tidur membaik ditandai dengan orang tua melaporkan anaknya sudah dapat tidur, klien nampak segar

8. Nutrisi adekuat ditandai dengan nafsu makan klien meningkat, porsi makan yang diberikan nampak dihabiska, tidak terjadi penurunan berat badan 15-20%

9. Pengetahuan orang tua klien meningkat ditandai dengan orang tua mengerti tentang penyakit anaknya, nampak tidak sering bertanya, terlibat aktif dalam proses perawatan

DAFTAR PUSTAKA

17

Page 18: Ispa Net Good

Catzel, Pincus & Ian robets. (1990). Kapita Seleta Pediatri Edisi II. alih bahasa oleh Dr. yohanes gunawan. Jakarta: EGC.

Whalley & wong. (2001). Nursing Care of Infant and Children Volume III book 1. USA: CV. Mosby-Year book. Inc

DepKes RI. Direktorat Jenderal PPM & PLP (2001). Pedoman Pemberantasan Penyakit Infeksi Saluran Pernafasan Akut (ISPA). Jakarta..

Doenges, Marlyn E .(2000) Rencana Asuhan Keperawatan: pedoman untuk perencanaan dan pendokumentasian perawatan pasien Jakarta : EGC

Suriadi,Yuliani R,2001,Asuhan Keperawatan pada Anak,CV sagung Seto,Jakarta

Yu. H.Y. Victor & Hans E. Monintja. (1997). Beberapa Masalah Perawatan Intensif Neonatus. Jakarta: Balai penerbit FKUI.

18