ispa baru
DESCRIPTION
IspaTRANSCRIPT
ASUHAN KEPERAWATAN ANAK DENGAN ISPA
ASKEP ISPA PADA ANAKOct 21
ASUHAN KEPERAWATAN ANAK DENGAN GANGGUAN ISPABAB IPENDAHULUANA. Latar BelakangInfeksi saluran pernafasan akut (ISPA) di negara berkembang masih merupakan masalah kesehatan yang menonjol, terutama pada anak. Penyakit ini pada anak merupakan penyebab kesakitan (morbiditas) dan kematian (mortalitas) yang tinggi. Angka kematian ISPA di negara maju berkisar antara 10 -15 %, sedangkan di negara berkembang lebih besar lagi.Di Indonesia angka kematian ISPA diperkirakan mencapai 20 %.Hingga saat ini salah satu penyakit yang banyak diderita oleh masyarakat adalah ISPA(Infeksi Saluran Pernapasan Akut) .ISPA masih merupakan masalah kesehatan yang pentingkarena menyebabkan kematian bayi dan balita yang cukup tinggi yaitu kira-kira 1 dari 4kematian yang terjadi. Setiap anak diperkirakan mengalami 3-6 episode ISPA setiaptahunnya. 40 % -60 % dari kunjungan di puskesmas adalah oleh penyakit ISPA(Anonim,2009)B. Tujuan PenulisanTujuan umumUntuk mengetahui Asuhan Keperawatan Pada anak dengan diare.Tujuan khusus1. Untuk mengetahui Pengkajian pada anak dengan diare2. Untuk mengetahui Diagnosa keperawatan pada anak dengan diare3. Untuk mengetahui Intervensi keperawatan pada anak dengan diare4. Untuk mengetahui Implementasi keperawatan pada anak dengan diare5. Untuk mengetahui Evaluasi keperawatan pada anak dengan diare
BAB IITINJAUAN TEORITISA. Konsep Dasar Penyakit1. PengertianISPA adalah infeksi saluran pernapasan yang berlangsung sampai 14 hari. Yang dimaksud dengan saluran pernapasan adalah organ mulai dari hidung sampai gelembung paru, beserta organ-organ disekitarnya seperti : sinus, ruang telinga tengah dan selaput paruSebagian besar dari infeksi saluran pernapasan hanya bersifat ringan seperti batuk pilek dan tidak memerlukan pengobatan dengan antibiotik, namun demikian anak akan menderita pneumoni bila infeksi paru ini tidak diobati dengan antibiotik dapat mengakibat kematian.Program Pemberantasan Penyakit ISPA membagi penyakit ISPA dalam 2 golongan yaitu pneumonia dan yang bukan pneumonia. Pneumonia dibagi atas derajat beratnya penyakit yaitu pneumonia berat dan pneumonia tidak berat. Penyakit batuk pilek seperti rinitis, faringitis, tonsilitis dan penyakit jalan napas bagian atas lainnya digolongkan sebagai bukan pneumonia. Etiologi dari sebagian besar penyakit jalan napas bagian atas ini ialah virus dan tidak dibutuhkan
terapi antibiotik. Faringitis oleh kuman Streptococcus jarang ditemukan pada balita. Bila ditemukan harus diobati dengan antibiotik penisilin, semua radang telinga akut harus mendapat antibiotik (Rasmaliah, 2004)2. EtiologiEtiologi ISPA lebih dari 300 jenis bakteri, virus, dan jamur. Bakteri penyebabnya antara lain dari genus streptokokus, stafilokokus, pnemokokus, hemofilus, bordetella, dan korinebacterium. Virus penyebabnya antara lain golongan mikovirus, adenovirus, koronavirus, pikornavirus, mikoplasma, herpesvirus.Bakteri dan virus yang paling sering menjadi penyebab ISPA diantaranya bakteri stafilokokus dan streptokokus serta virus influenza yang di udara bebas akan masuk dan menempel pada saluran pernafasan bagian atas yaitu tenggorokan dan hidung.Biasanya bakteri dan virus tersebut menyerang anak-anak usia dibawah 2 tahun yang kekebalan tubuhnya lemah atau belum sempurna. Peralihan musim kemarau ke musim hujan juga menimbulkan risiko serangan ISPA.Beberapa faktor lain yang diperkirakan berkontribusi terhadap kejadian ISPA pada anak adalah rendahnya asupan antioksidan, status gizi kurang, dan buruknya sanitasi lingkungan.
3. PatofisiologiPerjalanan alamiah penyakit ISPA dibagi 3 tahap yaitu :• Tahap prepatogenesis : penyuebab telah ada tetapi belum menunjukkan reaksi apa-apa• Tahap inkubasi : virus merusak lapisan epitel dan lapisan mukosa. Tubuh menjadi lemah apalagi bila keadaan gizi dan daya tahan sebelumnya rendah.• Tahap dini penyakit : dimulai dari munculnya gejala penyakit,timbul gejala demam dan batuk. Tahap lanjut penyaklit,dibagi menjadi empat yaitu dapat sembuh sempurna, sembuh dengan atelektasis,menjadi kronos dan meninggal akibat pneumonia.Saluran pernafasan selama hidup selalu terpapar dengan dunia luar sehingga untuk mengatasinya dibutuhkan suatu sistem pertahanan yang efektif dan efisien. Ketahanan saluran pernafasan tehadap infeksi maupun partikel dan gas yang ada di udara amat tergantung pada tiga unsur alami yang selalu terdapat pada orang sehat yaitu keutuhan epitel mukosa dan gerak mukosilia, makrofag alveoli, dan antibodi.Infeksi bakteri mudah terjadi pada saluran nafas yang sel-sel epitel mukosanya telah rusak akibat infeksi yang terdahulu. Selain hal itu, hal-hal yang dapat mengganggu keutuhan lapisan mukosa dan gerak silia adalah asap rokok dan gas SO2 (polutan utama dalam pencemaran udara), sindroma imotil, pengobatan dengan O2 konsentrasi tinggi (25 % atau lebih).4. PenatalaksanaanPenemuan dini penderita pneumonia dengan penatalaksanaan kasus yang benar merupakan strategi untuk mencapai dua dari tiga tujuan program (turunnya kematian karena pneumonia dan turunnya penggunaan antibiotik dan obat batuk yang kurang tepat pada pengobatan penyakit ISPA) .Pedoman penatalaksanaan kasus ISPA akan memberikan petunjuk standar pengobatan penyakit ISPA yang akan berdampak mengurangi penggunaan antibiotik untuk kasus-kasus batuk pilek biasa, serta mengurangi penggunaan obat batuk yang kurang bermanfaat. Strategi penatalaksanaan kasus mencakup pula petunjuk tentang pemberian makanan dan minuman sebagai bagian dari tindakan penunjang yang penting bagi pederita ISPA.Pencegahan dapat dilakukan dengan :• Menjaga keadaan gizi agar tetap baik.
• Immunisasi.• Menjaga kebersihan perorangan dan lingkungan.• Mencegah anak berhubungan dengan penderita ISPA.Prinsip perawatan ISPA antara lain :• Menigkatkan istirahat minimal 8 jam perhari• Meningkatkan makanan bergizi• Bila demam beri kompres dan banyak minum• Bila hidung tersumbat karena pilek bersihkan lubang hidung dengan sapu tangan yang bersih• Bila badan seseorang demam gunakan pakaian yang cukup tipis tidak terlalu ketat.• Bila terserang pada anak tetap berikan makanan dan ASI bila anak tersebut masih menetekPengobatan antara lain :• Suportif : meningkatkan daya tahan tubuh berupa Nutrisi yang adekuat,pemberian multivitamin dll.• Antibiotik : Idealnya berdasarkan jenis kuman penyebab Utama ditujukan pada S.pneumonia,H.Influensa dan S.Aureus Menurut WHO : Pneumonia rawat jalan yaitu kotrimoksasol, Amoksisillin, Ampisillin, Penisillin Prokain,Pnemonia berat : Benzil penicillin, klorampenikol, kloksasilin, gentamisin. Antibiotik baru lain : Sefalosforin,quinolon dll.5. Pemeriksaan DiagnostikDiagnosis ISPA oleh karena virus dapat ditegakkan dengan pemeriksaan laboratorium terhadap jasad renik itu sendiri. Pemeriksaan yang dilakukan adalah biakan virus, serologis, diagnostik virus secara langsung.Sedangkan diagnosis ISPA oleh karena bakteri dilakukan dengan pemeriksaan sputum, biakan darah, biakan cairan pleura.
B. Asuhan Keperawatan Ispa1. PengkajianA. Identitas PasienNama : GilangUmur : 4 bulanJenis kelamin : laki-lakiAlamat : Jalan Merpati 1Tanggal Masuk : 23 oktober 2010Diagnosa medis : ISPANama Ayah : T.indraUmur :35 tahunPekerjaan : wiraswastaPendidikan : SMASuku bangsa : sundaAlamat : Jalan Merpati 1Nama Ibu : Bu fitriUmur : 31 tahunPekerjaan : wiraswastaPendidikan : SMASuku bangsa : sundaAlamat : Jalan Merpati 1
2. Keluhan Utama:Klien mengeluh demam3. Riwayat penyakit sekarangDua hari sebelumnya klien mengalami demam mendadak, sakit kepala, badan lemah, nyeri otot dan sendi, nafsu makan menurun, batuk,pilek dan sakit tenggorokan.4. Riwayat penyakit dahuluKlien sebelumnya sudah pernah mengalami penyakit sekarang5. Riwayat penyakit keluargaMenurut anggota keluarga ada juga yang pernah mengalami sakit seperti penyakit klien tersebut.6. Riwayat sosialKlien mengatakan bahwa klien tinggal di lingkungan yang berdebu dan padat penduduknya7. Pemeriksaan Fisik Difokuskan Pada Pengkajian Sistem Pernafasan Inspeksi• Membran mukosa hidung-faring tampak kemerahan• Tonsil tampak kemerahan dan edema• Tampak batuk tidak produktif• Tidak ada jaringan parut pada leher• Tidak tampak penggunaan otot-otot pernafasan tambahan, pernafasan cuping hidung. Palpasi• Adanya demam• Teraba adanya pembesaran kelenjar limfe pada daerah leher/nyeri tekan pada nodus limfe servikalis• Tidak teraba adanya pembesaran kelenjar tyroid Perkusi• Suara paru normal (resonance) Auskultasi• Suara nafas vesikuler/tidak terdengar ronchi pada kedua sisi paru.8. Diagnosa KeperawatanPeningkatan suhu tubuh bd proses infeksiTujuan :• Suhu tubuh normal berkisar antara 36 – 37, 5 ‘ CKetidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan b. d anoreksTujuan:• Klien dapat mencapai BB yang direncanakan mengarah kepada BB normal.• Klien dapat mentoleransi diet yang dianjurkan.• Tidak menunujukan tanda malnutrisi.Nyeri akut b.d inflamasi pada membran mukosa faring dan tonsil.Tujuan :• Nyeri berkurang / terkontrolResiko tinggi penularan infeksi b.d tidak kuatnya pertahanan sekunder (adanya infeksi penekanan imun)Tujuan:• Tidak terjadi penularan• Tidak terjadi komplikasi9. Intervensia. NIC :
• Observasi tanda – tanda vital• Anjurkan pada klien/keluarga umtuk melakukan kompres dingin ( air biasa) padakepala /axial• Anjurkan klien untuk menggunakan pakaian yang tipis dan yang dapat menyerapkeringat seperti terbuat dari katun.• Atur sirkulasi udara.• Anjurkan klien untuk minum banyak ± 2000 – 2500 ml/hr.• Anjurkan klien istirahat ditempat tidur selama fase febris penyakit• Kolaborasi dengan dokter : Dalm pemberian therapy, obat antimicrobial antipiretikRasionalisasi• Pemantauan tanda vital yang teratur dapat menentukan perkembangan perawatanselanjutnya.• Dengan menberikan kompres maka aakan terjadi proses konduksi / perpindahanpanas dengan bahan perantara .• Proses hilangnya panas akan terhalangi untuk pakaian yang tebal dan tidak akanmenyerap keringat.• Penyedian udara bersih.• Kebutuhan cairan meningkat karena penguapan tubuh meningkat.• Tirah baring untuk mengurangi metabolism dan panas• Untuk mengontrol infeksi pernapasan• Menurunkan panasb. NIC :• Kaji kebiasaan diet, input-output dan timbang BB setiap hari• Berikan makan pporsi kecil tapi sering dan dalam keadaan hangat• Beriakan oral sering, buang secret berikan wadah husus untuk sekali pakai dan tisu• dan ciptakan lingkungan beersih dan menyenamgkan.• Tingkatkan tirai baring.• Konsul ahli gizi untuk memberikan diet sesuai kebutuhan klien
Rasionali• Berguna untuk menentukan kebutuhan kalori menyusun tujuan berat badan, dan evaluasi keadekuatan rencana nutrisi.• Untuk menjamin nutrisi adekuat/ meningkatkan kalori total• Nafsu makan dapt dirangsang pada situasi rilek, bersih dan menyenangkan.• Untuk mengurangi kebutuhahan metabolic• Metode makan dan kebutuhan kalori didasarkan pada situasi atau kebutuhan individu untuk memberikan nutrisi maksimal.c. NIC :• Teliti keluhan nyeri ,catat intensitasnya (dengan skala 0 – 10), factor memperburuk atau meredakan lokasimya, lamanya, dan karakteristiknya.• Anjurkan klien untuk menghindari allergen / iritan terhadap debu, bahan kimia, asap,rokok.Dan mengistirahatkan/meminimalkan berbicara bila suara serak.• Anjurkan untuk melakukan kumur air garam hangatRasional
• Identifikasi karakteristik nyeri & factor yang berhubungan merupakan suatu hal yang amat penting untuk memilih intervensi yang cocok & untuk mengevaluasi ke efektifan dari terapi yang diberikan.• Mengurangi bertambah beratnya penyakit• Peningkatan sirkulasi pada daerah tenggorokan serta mengurangi nyeri tenggorokan.• Kortikosteroid digunakan untuk mencegah reaksi alergi / menghambat pengeluaranhistamine dalam inflamadi pernapasan.• Analgesic untuk mengurangi rasa nyerid. NIC :• Batasi pengunjung sesuai indikasi• Jaga keseimbangan antara istirahat dan aktifitas• Tutup mulut dan hidung jika hendak bersin, jika ditutup dengan tisu buang segeraketempat sampah• Tingkatkan daya tahan tubuh, terutama anak usia dibawah 2 tahun, lansia dan penderita penyakit kronis. Dan konsumsi vitamin C, A dan mineral seng atau anti oksidan jika kondisi tubuh menurun / asupan makanan berkurang• Kolaborasi Pemberian obat sesuai hasil kultur
Rasional• Menurunkan potensial terpalan pada penyakit infeksius.• Menurunkan konsumsi /kebutuhan keseimbangan O2 dan memperbaiki pertahanan• Klien terhadap infeksi, meningkatkan penyembuhan.• Mencegah penyebaran pathogen melalui cairan• Malnutrisi dapat mempengaruhi kesehatan umum dan menurunkan tahanan terhadap infeksi• Dapat diberikan untuk organiasme khusus yang teridentifikasi dengan kultur dan sensitifitas /atau di berikan secara profilatik karena resiko tinggi10. Implementasi Peningkatan suhu tubuh b.d proses infeksi• Mengukur tanda tanda vital• Mengompres kepala atau aksila dingan mengunakan air dingin• Memerikan penjelasan kepada klien tentang manfaat mengunakan pakaian berbahan tipis• Memberikan obat penurun panas sesuai dengan dosis dan tepat waktu Ketidak seimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan b.d anoreksia• Membantu jenis dan makanan yang dimakan klien• Membuat catatan makanan harian• Monitor lingkungan selama klien makan.• Monitor intake nutrisi Nyeri akut b.d inflamasi pada membrane mukosa faring dan tonsil• Tingkatkan istirahat• Berikan informasi tentang nyeri kepada keluarga anak ,seperti penyebab nyeri berapa lama nyeri akan berkurang dan antisipasi ketidak nyamanan dari prosedur• Monitor vital sign sebelum dan sesudah pemberian analgesic pertama kali. Resiko tinggi penularan infeksi b.d tidak kuatnya pertahanan sekunder• Membatasi pengunjung• Mempertahankan teknik isolasi• Memperbanyak istirahat
11. EvaluasiEvaluasi addalah stadium pada proses keperawatan dimana taraf keberhasilan dalam pencapaian tujuan keperawatan dinilai dan kebutuhan untuk memodifikasi tujuan atau intervensi keperawatan ditetapkan (Brooker, 2001).Evaluasi yang diharapkan pada pasien dengan myocarditis (Doenges, 1999) adalah :• Suhu tubuh pasien dalam rentang normal antara 36 -37,5 C• Klien dapat mencapai BB yang direncanakan mengarah kepada BB normal.• Nyeri hilang atau terkontrol• Tidak terjadi komplikasi pada klien
BAB IIIPENUTUPKesimpulanSeperti yang diuraikan diatas bahwa ISPA mempunyai variasi klinis yang bermacam-macam, maka timbul persoalan pada pengenalan (diagnostik) dan pengelolaannya. Sampai saat ini belum ada obat yang khusus antivirus. Idealnya pengobatan bagi ISPA bakterial adalah pengobatan secara rasional. Pengobatan yang rasional adalah apabila pasien mendapatkan antimikroba yang tepat sesuai dengan kuma penyebab. Untuk dapat melakukan hal ini , kuman penyebab ISPA dideteksi terlebih dahulu dengan mengambil material pemeriksaan yang tepat, kemudian dilakukan pemeriksaan mikrobiologik , baru setelah itu diberikan antimikroba yang sesuai.
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Infeksi saluran pernafasan atas (ISPA) adalah suatu keadaan dimana saluran pernafasan
(hidung, pharing dan laring) mengalami inflamasi yang menyebabkan terjadinya obstruksi jalan
nafas dan akan menyebabkan retraksi dinding dada pada saat melakukan pernafasan (Pincus
Catzel & Ian Roberts; 1990; 450). ISPA adalah suatu penyakit yang terbanyak diderita oleh
anak- anak, baik dinegara berkembang maupun dinegara maju dan sudah mampu. ISPA masih
merupakan masalah kesehatan yang penting karena menyebabkan kematian bayi dan balita yang
cukup tinggi yaitu kira-kira 1 dari 4 kematian yang terjadi. Kematian seringkali disebabkan
karena penderita datang untuk berobat dalam keadaan berat dan sering disertai penyulit-penyulit
dan kurang gizi.
ISPA masih merupakan masalah kesehatan yang penting karena menyebabkan kematian
bayi dan balita yang cukup tinggi yaitu kira-kira 1 dari 4 kematian yang terjadi. Setiap anak
diperkirakan mengalami 3-6 episode ISPA setiap tahunnya. 40 % -60 % dari kunjungan
diPuskesmas adalah oleh penyakit ISPA. Dari seluruh kematian yang disebabkan oleh ISPA
mencakup 20 % -30 %. Kematian yang terbesar umumnya adalah karena pneumonia dan pada
bayi berumur kurang dari 2 bulan.
Hingga saat ini angka mortalitas ISPA yang berat masih sangat tinggi. Kematian seringkali
disebabkan karena penderita datang untuk berobat dalam keadaan berat dan sering disertai
penyulit-penyulit dan kurang gizi. Data morbiditas penyakit pneumonia di Indonesia per tahun
berkisar antara 10 -20 % dari populasi balita
Bedasarakan masalah diatas, kami tertarik untuk membahas ISPA pada anak dalam
makalah ini. Kami juga akan membahas asuhan keperawatan pada anak dengan ISPA.
Diharapkan perawat mampu memberikan asuhan keperawatan yang efektif, dan mampu ikut
serta dalam upaya penurunan angka insiden pneumonia melalui upaya preventif, promotif,
kuratif dan rehabilitatif.
B. Tujuan Penulisan
Setelah membaca makalah ini mahasiswa mendapat gambaran tentang pengertian, etiologi,
patofisiologi, manifestasi klinis, penatalaksanaan, dan asuhan keperawatan pada anak dengan
ISPA.
C. Ruang Lingkup Penulisan
Di dalam makalah ini dibahas ISPA (Infeksi Saluran Pernapasan Akut) secara teoritis.
D. Metode Penulisan
Dalam penulisan makalah ini, penulis menggunakan metoda deskriptif yaitu dengan mempelajari
berbagai referensi yang terkait dengan ISPA pada anak, kemudian mendiskusikan dengan
pembimbing dan dituangkan dalam narasi.
E. Sistematika Penulisan
Makalah Asuhan Keperawatan ISPA pada Anak ini disusun secara sistematis yang terdiri dari 3
BAB yaitu :
BAB I : Pendahuluan, yang meliputi latar belakang, tujuan masalah, ruang lingkup penulisan, metoda
penulisan, dan sistematika penulisan.
BAB II : Tinjauan pustaka, yang meliputi definisi ISPA pada anak, anatomi fisiologi pernafasan,
etiologi, patofisiologi, tanda dan gejala, pemeriksaan diagnostik, penatalaksanaan, serta asuhan
keperawatan.
BAB III : Penutup yang meliputi simpulan.
BAB II
TINJAUAN KEPUSTAKAAN
A. KONSEP DASAR
1. Pengertian
Infeksi saluran nafas adalah penurunan kemampuan pertahanan alami jalan nafas dalam
menghadapi organisme asing (Whaley and Wong; 1991; 1418).
Infeksi saluran pernafasan atas (ISPA) adalah suatu keadaan dimana saluran pernafasan
(hidung, pharing dan laring) mengalami inflamasi yang menyebabkan terjadinya obstruksi jalan
nafas dan akan menyebabkan retraksi dinding dada pada saat melakukan pernafasan (Pincus
Catzel & Ian Roberts; 1990; 450).
Saluran pernafasan menurut anatominya dapat dibagi menjadi saluran pernafasan atas,
yaitu mulai dari hidung sampai laring, dan saluran pernafasan bawah, mulai dari laring sampai
alveoli (Nelson, 1983; Said dkk, 1989). Dengan demikian, infeksi saluran pernafasan akut dapat
dibagi menjadi ISPA atas dan ISPA bawah. Yang dimaksud ISPA atas ialah infeksi akut yang
secara primer mempengaruhi susunan saluran pernafasan di atas laring, sedangkan ISPA bawah
ialah infeksi akut yang secara primer mempengaruhi saluran pernafasan bawah laring (Nelson,
1983).
2. Anatomi Fisiologi
a. Fungsi umum sistem pernafasan :
1) Sirkulasi (pertukaran) gas O2 & CO2 seluler2) Menekan abdomen selama eliminasi urin dan feces dan melahirkan3) Proses batuk dan bersin, merupakan reflek protektif.
4) Menghasilkan suara dan resonansib. Anatomi pernafasan :
1) Hidung: terjadi proses respires, filtrasi, penghangatan, dan pelembaban.
2) Faring dan Larynx : terjadi vokalisasi, produksi suara cegah terjadi aspirasi ke dalam
trakheobronchial; saat menelan katup menutup, pita suara tertutup, katup saat batuk.
3) Trachea : berfungsi sekresi mucus. Di dalamnya terdapat Pseudostratified ciliated columnar
epithelium memiliki sel goblet yang fungsinya memicu refleks batuk.
4) Bronchus : terdiri dari dua bagian, yaitu bronkus kanan (lebih pendek, besar & memiliki lumen
yg besar, terdiri dari lobus atas, tengah & bawah) dan bronchus kiri (terdiri dari lobus atas &
bawah). Fungsi bronkus adalah menyediakan tempat laluan jalannya udara yang dibawa masuk
ke dalam paru-paru dan untuk mengeluarkan udara.
3. Etiologi
Infeksi saluran pernafasan adalah suatu penyakit yang mempunyai angka kejadian yang
cukup tinggi. Penyebab dari penyakit ini adalah infeksi agent/ kuman. Disamping itu terdapat
beberapa faktor yang turut mempengaruhi yaitu; usia dari bayi/ neonatus, ukuran dari saluran
pernafasan, daya tahan tubuh anak tersebut terhadap penyakit serta keadaan cuaca (Whaley and
Wong; 1991; 1419).
Agen infeksi adalah virus atau kuman yang merupakan penyebab dari terjadinya infeksi
saluran pernafasan. Ada beberapa jenis kuman yang merupakan penyebab utama yakni golongan
A b-hemolityc streptococus, staphylococus, haemophylus influenzae, clamydia trachomatis,
mycoplasma dan pneumokokus.
4. Patofisiologi
Perjalanan klinis penyakit ISPA dimulai dengan berinteraksinya virus dengan tubuh.
Masuknya virus sebagai antigen ke saluran pernafasan menyebabkan silia yang terdapat pada
permukaan saluran nafas bergerak ke atas mendorong virus ke arah faring atau dengan suatu
tangkapan refleks spasmus oleh laring. Jika refleks tersebut gagal maka virus merusak lapisan
epitel dan lapisan mukosa saluran pernafasan (Kending dan Chernick, 1983).
Iritasi virus pada kedua lapisan tersebut menyebabkan timbulnya batuk kering (Jeliffe,
1974). Kerusakan stuktur lapisan dinding saluran pernafasan menyebabkan kenaikan aktifitas
kelenjar mukus yang banyak terdapat pada dinding saluran nafas, sehingga terjadi pengeluaran
cairan mukosa yang melebihi noramal. Rangsangan cairan yang berlebihan tersebut
menimbulkan gejala batuk (Kending and Chernick, 1983). Sehingga pada tahap awal gejala
ISPA yang paling menonjol adalah batuk.
Adanya infeksi virus merupakan predisposisi terjadinya infeksi sekunder bakteri. Akibat
infeksi virus tersebut terjadi kerusakan mekanisme mukosiliaris yang merupakan mekanisme
perlindungan pada saluran pernafasan terhadap infeksi bakteri sehingga memudahkan bakteri-
bakteri patogen yang terdapat pada saluran pernafasan atas seperti streptococcus pneumonia,
haemophylus influenza dan staphylococcus menyerang mukosa yang rusak tersebut (Kending
dan Chernick, 1983). Infeksi sekunder bakteri ini menyebabkan sekresi mukus bertambah
banyak dan dapat menyumbat saluran nafas sehingga timbul sesak nafas dan juga menyebabkan
batuk yang produktif. Invasi bakteri ini dipermudah dengan adanya fakor-faktor seperti
kedinginan dan malnutrisi. Suatu laporan penelitian menyebutkan bahwa dengan adanya suatu
serangan infeksi virus pada saluran nafas dapat menimbulkan gangguan gizi akut pada bayi dan
anak (Tyrell, 1980).
Penanganan penyakit saluran pernafasan pada anak harus diperhatikan aspek imunologis
saluran nafas terutama dalam hal bahwa sistem imun di saluran nafas yang sebagian besar terdiri
dari mukosa, tidak sama dengan sistem imun sistemik pada umumnya. Sistem imun saluran nafas
yang terdiri dari folikel dan jaringan limfoid yang tersebar, merupakan ciri khas system imun
mukosa. Ciri khas berikutnya adalah bahwa IgA memegang peranan pada saluran nafas atas
sedangkan IgG pada saluran nafas bawah. Diketahui pula bahwa sekretori IgA (sIgA) sangat
berperan dalam mempertahankan integritas mukosa saluran nafas (Siregar, 1994).
Dari uraian di atas, perjalanan klinis penyakit ISPA ini dapat dibagi menjadi empat tahap,
yaitu:
a. Tahap prepatogenesis, penyebab telah ada tetapi penderita belum menunjukkan reaksi apa-apa.
b. Tahap inkubasi, virus merusak lapisan epitel dan lapisan mukosa. Tubuh menjadi lemah apalagi
bila keadaan gizi dan daya tahan sebelumnya memang sudah rendah.
c. Tahap dini penyakit, dimulai dari munculnya gejala penyakit. Timbul gejala demam dan batuk.
d. Tahap lanjut penyakit, dibagi menjadi empat, yaitu dapat sembuh sempurna, sembuh dengan
ateletaksis, menjadi kronis dan dapat meninggal akibat pneumonia.
5. Tanda dan Gejala
a. Demam, gejala demam muncul jika anak sudah mencaapai usia 6 bulan sampai dengan 3 tahun.
Seringkali demam muncul sebagai tanda pertama terjadinya infeksi. Suhu tubuh bisa mencapai
39,5OC-40,5OC.
b. Meningismus, adalah tanda meningeal tanpa adanya infeksi pada meningens, biasanya terjadi
selama periodik anak mengalami panas, gejalanya adalah nyeri kepala, kaku dan nyeri pada
punggung serta kuduk, terdapatnya tanda kernig dan brudzinski.
c. Anorexia, biasa terjadi pada semua anak yang mengalami sakit. Bayi akan menjadi susah minum
dan bahkan tidak mau minum.
d. Vomiting, biasanya muncul dalam periode sesaat tetapi juga bisa selama anak tersebut
mengalami sakit.
e. Diare (mild transient diare), seringkali terjadi mengiringi infeksi saluran pernafasan akibat
infeksi virus.
f. Abdominal pain, nyeri pada abdomen mungkin disebabkan karena adanya lymphadenitis
mesenteric.
g. Sumbatan pada jalan nafas/ Nasal, pada saluran nafas yang sempit akan lebih mudah tersumbat
oleh karena banyaknya sekret.
h. Batuk, merupakan tanda umum dari tejadinya infeksi saluran pernafasan, mungkin tanda ini
merupakan tanda akut dari terjadinya infeksi saluran pernafasan.
i. Suara nafas, biasa terdapat wheezing, stridor, crackless, dan tidak terdapatnya suara
pernafasan (Whaley and Wong; 2001; 825).
6. Pemeriksaan Diagnostik
Pemeriksaan penunjang yang lazim dilakukan adalah pemeriksaan kultur/ biakan
kuman (swab); hasil yang didapatkan adalah biakan kuman (+) sesuai dengan jenis kuman,
pemeriksaan hitung darah (deferential count); laju endap darah meningkat disertai dengan
adanya leukositosis dan bisa juga disertai dengan adanya thrombositopenia dan pemeriksaan foto
thoraks jika diperlukan (Victor dan Hans; 1997; 224).
7. Penatalaksanaan
Penemuan dini penderita pneumonia dengan penatalaksanaan kasus yang benar merupakan
strategi untuk mencapai dua dari tiga tujuan program (turunnya kematian karena pneumonia dan
turunnya penggunaan antibiotik dan obat batuk yang kurang tepat pada pengobatan penyakit
ISPA)
Pedoman penatalaksanaan kasus ISPA akan memberikan petunjuk standar pengobatan
penyakit ISPA yang akan berdampak mengurangi penggunaan antibiotik untuk kasus-kasus
batuk pilek biasa, serta mengurangi penggunaan obat batuk yang kurang bermanfaat. Strategi
penatalaksanaan kasus mencakup pula petunjuk tentang pemberian makanan dan minuman
sebagai bagian dari tindakan penunjang yang penting bagi pederita ISPA.
Penatalaksanaan ISPA meliputi langkah atau tindakan sebagai berikut :
a. Upaya pencegahan
1) Menjaga keadaan gizi agar tetap baik.
2) Immunisasi.
3) Menjaga kebersihan perorangan dan lingkungan.
4) Mencegah anak berhubungan dengan penderita ISPA.
b. Pengobatan dan perawatan
Prinsip perawatan ISPA antara lain :
1) Menigkatkan istirahat minimal 8 jam perhari
2) Meningkatkan makanan bergizi
3) Bila demam beri kompres dan banyak minum
4) Bila hidung tersumbat karena pilek bersihkan lubang hidung dengan sapu tangan yang bersih
5) Bila badan seseorang demam gunakan pakaian yang cukup tipis tidak terlalu ketat.
6) Bila terserang pada anak tetap berikan makanan dan ASI bila anak tersebut masih menetek
Pengobatan antara lain :
1) Mengatasi panas (demam) dengan memberikan parasetamol atau dengan kompres, bayi dibawah
2 bulan dengan demam harus segera dirujuk. Parasetamol diberikan 4 kali tiap 6 jam untuk
waktu 2 hari. Cara pemberiannya, tablet dibagi sesuai dengan dosisnya, kemudian digerus dan
diminumkan. Memberikan kompres, dengan menggunakan kain bersih, celupkan pada air (tidak
perlu air es).
2) Mengatasi batuk. Dianjurkan memberi obat batuk yang aman yaitu ramuan tradisional yaitu
jeruk nipis ½ sendok teh dicampur dengan kecap atau madu ½ sendok teh , diberikan tiga kali
sehari.
ASUHAN KEPERAWATAN
1. Pengkajian
a. Riwayat kesehatan:
1) Keluhan utama (demam, batuk, pilek, sakit tenggorokan)
2) Riwayat penyakit sekarang (kondisi klien saat diperiksa)
3) Riwayat penyakit dahulu (apakah klien pernah mengalami penyakit seperti yang dialaminya
sekarang)
4) Riwayat penyakit keluarga (adakah anggota keluarga yang pernah mengalami sakit seperti
penyakit klien)
5) Riwayat sosial (lingkungan tempat tinggal klien)
b. Pemeriksaan fisik: difokuskan pada pengkajian sistem pernafasan
1) Inspeksi
a) Membran mukosa hidung-faring tampak kemerahan
b) Tonsil tampak kemerahan dan edema
c) Tampak batuk tidak produktif
d) Tidak ada jaringan parut pada leher
e) Tidak tampak penggunaan otot-otot pernafasan tambahan, pernafasan cuping hidung.
2) Palpasi
a) Adanya demam
b) Teraba adanya pembesaran kelenjar limfe pada daerah leher/nyeri tekan pada nodus limfe
servikalis
c) Tidak teraba adanya pembesaran kelenjar tyroid
3) Perkusi
a) Suara paru normal (resonance)
4) Auskultasi
a) Suara nafas vesikuler/tidak terdengar ronchi pada kedua sisi paru
2. Diagnosa
a. Ketidakefektifan pola nafas berhubungan dengan proses inflamasi pada saluran pernafasan,
nyeri.
b. Cemas b.d. penyakit yang dialami oleh anak, hospitalisasi pada anak
c. Ketidakefektifan bersihan jalan nafas berhubungan dengan obstruksi mekanik dari jalan nafas
oleh sekret, proses inflamasi, peningkatan produksi sekret.
d. Resiko infeksi b.d. keberadaan organisme infektif.
e. Intoleransi aktifitas b.d. proses peradangan dan ketidakseimbangan antara suplai oksigen dan
kebutuhan.
f. Nyeri akut b.d inflamasi pada membran mukosa faring dan tonsil
g. Perubahan proses keluarga berhubungan dengan penyakit dan / atau perawatan anak
3. Perencanaan dan Implementasi
a. Ketidakefektifan pola nafas berhubungan dengan proses inflamasi pada saluran pernafasan,
nyeri.
Tujuan : Pola nafas kembali efektif dengan kriteria: usaha nafas kembali normal dan
meningkatnya suplai oksigen ke paru-paru.
Intervensi :
1) Berikan posisi yang nyaman sekaligus dapat mengeluarkan sekret dengan mudah.
2) Ciptakan dan pertahankan jalan nafas yang bebas.
3) Anjurkan pada keluarga untuk membawakan baju yang lebih longgar, tipis serta menyerap
keringat.
4) Berikan O2 dan nebulizer sesuai dengan instruksi dokter.
5) Berikan obat sesuai dengan instruksi dokter (bronchodilator).
6) Observasi tanda vital , adanya cyanosis, serta pola, kedalaman dalam pernafasan.
b. Cemas b.d. penyakit yang dialami oleh anak, hospitalisasi pada anak
Tujuan : Menurunnya kecemasan yang dialami oleh orang tua dengan kriteria hasil: keluarga
sudah tidak sering bertanya kepada petugas dan mau terlibat secara aktif dalam merawat
anaknya.
Intervensi :
1) Berikan informasi secukupnya kepada orang tua (perawatan dan pengobatan yang diberikan).
2) Berikan dorongan secara moril kepada orang tua.
3) Jelaskan terapi yang diberikan dan respon anak terhadap terapi yang diberikan.
4) Anjurkan kepada keluarga agar bertanya jika melihat hal-hal yang kurang dimengerti/ tidak
jelas.
5) Anjurkan kepada keluarga agar terlibat secara langsung dan aktif dalam perawatan anaknya.
6) Observasi tingkat kecemasan yang dialami oleh keluarga.
c. Ketidakefektifan bersihan jalan nafas berhubungan dengan obstruksi mekanik dari jalan nafas
oleh sekret, proses inflamasi, peningkatan produksi sekret.
Tujuan : Bebasnya jalan nafas dari hambatan sekret dengan kriteria: jalan nafas yang bersih dan
paten, meningkatnya pengeluaran sekret.
Intervensi :
1) Lakukan penyedotan sekret jika diperlukan.
2) Cegah jangan sampai terjadi posisi hiperextensi pada leher.
3) Berikan posisi yang nyaman dan mencegah terjadinya aspirasi sekret (semiprone danside lying
position).
4) Berikan nebulizer sesuai instruksi dokter.
5) Anjurkan untuk tidak memberikan minum agar tidak terjadi aspirasi selama periode tachypnea.
6) Kolaborasi dengan dokter dalam pemberian cairan perparenteral yang adekuat.
7) Berikan kelembaban udara yang cukup.
8) Observasi pengeluaran sekret dan tanda vital.
d. Resiko infeksi b.d. keberadaan organisme infektif.
Tujuan : Apakah tidak menunjukkan tanda-tanda infeksi sekunder dengan kriteria hasil : anak
menunjukkan bukti gejala infeksi berkurang.
Intervensi :
1) Mempertahankan aseptis lingkungan, menggunakan kateter penghisap steril dan cuci tangan
2) anak diisolasi seperti yang disarankan (untuk mencegah penyebaran infeksi nosokomial)
3) beri antibiotik sesuai resep (untuk mencegah atau mengobati infeksi)
4) Menyediakan diet nutrisinya sesuai dengan preferensi anak dan kemampuan untuk
mengkonsumsi makanan (untuk mendukung pertahanan alami tubuh)
5) Mendorong fisioterapi dada yang baik
6) Ajarkan anak dan manifestasi keluarga / atau penyakit
e. Intoleransi aktifitas b.d. proses peradangan dan ketidakseimbangan antara suplai oksigen dan
kebutuhan.
Tujuan : akan mempertahankan tingkat energi yang memadai dengan kriteria hasil : anak dapat
bermain, terlihat tenang dan terlibat dalam aktivitas yang sesuai dengan usia dan kemampuan,
anak tidak mengalami peningkatan gangguan pernapasan saat beraktifitas, peningkatan toleransi
aktifitas.
Intervensi :
1) menilai tingkat fisik toleransi anak
2) membantu anak dalam kegiatan hidup sehari-hari yang mungkin berada di luar toleransi
3) menyediakan kegiatan diversional sesuai dengan usia anak, kondisi, kemampuan.
4) menyediakan kegiatan bermain diversional yang mempromosikan istirahat dan tenang namun
mencegah kebosanan dan penarikan
5) menyediakan waktu istirahat dan tidur sesuai dengan umur dan kondisi
6) menginstruksikan anak untuk beristirahat ketika merasa lelah
7) keseimbangan istirahat dan aktivitas saat berjalan
f. Nyeri akut b.d inflamasi pada membran mukosa faring dan tonsil Tujuan : nyeri
berkurang/terkontrol dengan kriteria hasil : anak tidak memiliki tingkat rasa sakit atau rasa sakit
dapat diterima
Intervensi :
1) Teliti keluhan nyeri, catat intensitasnya (dengan skala 0 – 10 ), faktor yang memperburuk atau
meredakan nyeri, lokasi, lama, dan karakteristiknya.
2) Anjurkan klien untuk menghindari alergen/iritan terhadap debu, bahan kimia, asap rokkok, dan
mengistirahatkan/meminimalkan bicara bila suara serak.
3) Anjurkan untuk melakukan kumur air hangat
4) Kolaborasi: berikan obat sesuai indikasi (steroid oral, IV, dan inhalasi, & analgesik)
g. Perubahan proses keluarga berhubungan dengan penyakit dan / atau perawatan anak
Tujuan : akan mengalami penurunan kecemasan dan peningkatan kemampuan.
Kriteria Hasil : orang tua mengajukan pertanyaan yang tepat, mendiskusikan kondisi anak dan
perawatan tenang, dan menjadi positif terlibat dalam perawatan anak
Intervensi :
1) mengakui perhatian orang tua dan perlunya informasi dan dukungan
2) mengeksplorasi perasaan keluarga dan masalah sekitar rumah sakit dan penyakit anak
3) menjelaskan perilaku terapi anak
4) memberikan dukungan yang dibutuhkan
5) mendorong keluarga berpusat perawatan dan mendorong keluarga untuk terlibat dalam
perawatan anak.
4. Evaluasi
a. Pola nafas kembali efektif
b. Tidak ada rasa cemas pada anak dan orang tua.
c. Fungsi pernapasan adekuat untuk memenuhi kebutuhan individu.
d. Tidak terjadi infeksi pada anak
e. Anak dapat mentoleransi aktifitasnya
f. Anak dapat mentoleransi nyeri akut, nyeri berkurang.
g. Tidak terjadi perubahan proses keluarga
BAB III
PEMBAHASAN
Nama Anak : Nabila Susanti Nama Ibu : Maryam
Umur : 11 bulan Umur : 29 tahun
Jenis Kelamin : Perempuan Alamat : A. Mujeng
Tanggal : Selasa, 22 Juni 2010
Jam : 10.20 WIB
S : Ibu datang ke Poli Anak II Rumah Sakit Ibu Dan Anak bersama anaknya. Ibu mengatakan
anaknya batuk berdahak, pilek dan demam sudah 2 hari yang lalu. sudah diberikan obat penurun
panas semalam tapi demamnya belum juga turun. Ibu kahawatir dengan keadaan anaknya dan
anaknya masih diberikan ASI dengan tambahan makanan lain seperti pisang dan nasi.
O : BB : 8 Kg
T : 37,30C
RR : 40x/m
Denyut jantung : 100x/m
Auskultasi : Tidak ada retraksi dada saat bernafas
A : Bayi 11 bulan dengan Infeksi Saluran Pernafasan Akut
k/u bayi baik
P : • Menjelaskan hasil pemeriksaan kepada ibu → bayi dengan ISPA
Menjelaskan pengertian penyakit ISPA yaitu merupakan singkatan dari Infeksi Saluran
Pernapasan Akut. ISPA adalah infeksi saluran pernapasan yang berlangsung sampai 14 hari.
Yang dimaksud dengan saluran pernapasan adalah organ mulai dari hidung sampai gelembung
paru, beserta organ-organ disekitarnya seperti : sinus, ruang telinga tengah dan selaput paru →
Ibu sudah mengerti pengertian dari penyakit ISPA.
Menjelaskan penyebab penyakit ISPA yakni dari sebagian besar penyakit jalan napas bagian atas
ini ialah virus → Ibu sudah mengerti penyebab dari penyakit ISPA.
Menganjurkan ibu untuk menghindari kontak langsung bayinya dengan teman seumurnya atau
anggota keluarga yang lain karena penyakit ini dapat menular melalui udara → Ibu sudah
mengerti.
Menganjurkan ibu untuk memberikan ASInya kepada bayi → Ibu bersedia memberikan ASInya
kepada bayi.
Menganjurkan ibu untuk tidak memberikan makanan yang banyak penyedap dan pengawet
kepada bayinya → Ibu sudah mengerti dan bersedia melakukannya.
Memberikan terapi oral untuk bayi :
Cefadroxil sirup 2 x 1
Paracetamol sirup 3 x 1
GG ½ tab
Efedrin ¼ tab di pulvis X bungkus 3x1 bks
Metil prednisone ¼ tab
Xanvit sirup 3 x 1
Menjelaskan kepada ibu apabila dalam 2 hari demam tidak juga turun, ibu harus segera datang ke
tenaga kesehatan terdekat → Ibu sudah mengerti.
BAB IV
PENUTUP
Simpulan
Penyakit ISPA adalah salah satu penyakit yang banyak diderita bayi dan anak-anak, penyebab
kematian dari ISPA yang terbanyak karena pneumonia. Penatalaksanaan dan pemberantasan
kasus ISPA diperlukan kerjasama semua pihak, yaitu peran serta masyarakat terutama ibu-ibu,
dokter, para medis dam kader kesehatan untuk menunjang keberhasilan menurunkan angka,
kematian dan angka kesakitan sesuai harapan pembangunan nasional.
DAFTAR PUSTAKA
Catzel, Pincus & Ian robets. (1990). Kapita Seleta Pediatri Edisi II. alih bahasa oleh Dr. yohanes
gunawan. Jakarta: EGC.
Whalley & wong. (1991). Nursing Care of Infant and Children Volume II book 1. USA: CV. Mosby-
Year book. Inc
Wong, Donna L. 2001. Essential’s of Pediatric Nursing Sixth Edition. St. Louis: Mosby.