ispa baru

29
ASUHAN KEPERAWATAN ANAK DENGAN ISPA ASKEP ISPA PADA ANAK Oct 21 ASUHAN KEPERAWATAN ANAK DENGAN GANGGUAN ISPA BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Infeksi saluran pernafasan akut (ISPA) di negara berkembang masih merupakan masalah kesehatan yang menonjol, terutama pada anak. Penyakit ini pada anak merupakan penyebab kesakitan (morbiditas) dan kematian (mortalitas) yang tinggi. Angka kematian ISPA di negara maju berkisar antara 10 -15 %, sedangkan di negara berkembang lebih besar lagi. Di Indonesia angka kematian ISPA diperkirakan mencapai 20 %. Hingga saat ini salah satu penyakit yang banyak diderita oleh masyarakat adalah ISPA (Infeksi Saluran Pernapasan Akut) .ISPA masih merupakan masalah kesehatan yang penting karena menyebabkan kematian bayi dan balita yang cukup tinggi yaitu kira-kira 1 dari 4 kematian yang terjadi. Setiap anak diperkirakan mengalami 3-6 episode ISPA setiap tahunnya. 40 % -60 % dari kunjungan di puskesmas adalah oleh penyakit ISPA (Anonim,2009) B. Tujuan Penulisan Tujuan umum Untuk mengetahui Asuhan Keperawatan Pada anak dengan diare. Tujuan khusus 1. Untuk mengetahui Pengkajian pada anak dengan diare 2. Untuk mengetahui Diagnosa keperawatan pada anak dengan diare 3. Untuk mengetahui Intervensi keperawatan pada anak dengan diare 4. Untuk mengetahui Implementasi keperawatan pada anak dengan diare 5. Untuk mengetahui Evaluasi keperawatan pada anak dengan diare

Upload: mardhisem

Post on 30-Nov-2015

64 views

Category:

Documents


0 download

DESCRIPTION

Ispa

TRANSCRIPT

Page 1: ispa baru

ASUHAN KEPERAWATAN ANAK DENGAN ISPA

ASKEP ISPA PADA ANAKOct 21

ASUHAN KEPERAWATAN ANAK DENGAN GANGGUAN ISPABAB IPENDAHULUANA. Latar BelakangInfeksi saluran pernafasan akut (ISPA) di negara berkembang masih merupakan masalah kesehatan yang menonjol, terutama pada anak. Penyakit ini pada anak merupakan penyebab kesakitan (morbiditas) dan kematian (mortalitas) yang tinggi. Angka kematian ISPA di negara maju berkisar antara 10 -15 %, sedangkan di negara berkembang lebih besar lagi.Di Indonesia angka kematian ISPA diperkirakan mencapai 20 %.Hingga saat ini salah satu penyakit yang banyak diderita oleh masyarakat adalah ISPA(Infeksi Saluran Pernapasan Akut) .ISPA masih merupakan masalah kesehatan yang pentingkarena menyebabkan kematian bayi dan balita yang cukup tinggi yaitu kira-kira 1 dari 4kematian yang terjadi. Setiap anak diperkirakan mengalami 3-6 episode ISPA setiaptahunnya. 40 % -60 % dari kunjungan di puskesmas adalah oleh penyakit ISPA(Anonim,2009)B. Tujuan PenulisanTujuan umumUntuk mengetahui Asuhan Keperawatan Pada anak dengan diare.Tujuan khusus1. Untuk mengetahui Pengkajian pada anak dengan diare2. Untuk mengetahui Diagnosa keperawatan pada anak dengan diare3. Untuk mengetahui Intervensi keperawatan pada anak dengan diare4. Untuk mengetahui Implementasi keperawatan pada anak dengan diare5. Untuk mengetahui Evaluasi keperawatan pada anak dengan diare

BAB IITINJAUAN TEORITISA. Konsep Dasar Penyakit1. PengertianISPA adalah infeksi saluran pernapasan yang berlangsung sampai 14 hari. Yang dimaksud dengan saluran pernapasan adalah organ mulai dari hidung sampai gelembung paru, beserta organ-organ disekitarnya seperti : sinus, ruang telinga tengah dan selaput paruSebagian besar dari infeksi saluran pernapasan hanya bersifat ringan seperti batuk pilek dan tidak memerlukan pengobatan dengan antibiotik, namun demikian anak akan menderita pneumoni bila infeksi paru ini tidak diobati dengan antibiotik dapat mengakibat kematian.Program Pemberantasan Penyakit ISPA membagi penyakit ISPA dalam 2 golongan yaitu pneumonia dan yang bukan pneumonia. Pneumonia dibagi atas derajat beratnya penyakit yaitu pneumonia berat dan pneumonia tidak berat. Penyakit batuk pilek seperti rinitis, faringitis, tonsilitis dan penyakit jalan napas bagian atas lainnya digolongkan sebagai bukan pneumonia. Etiologi dari sebagian besar penyakit jalan napas bagian atas ini ialah virus dan tidak dibutuhkan

Page 2: ispa baru

terapi antibiotik. Faringitis oleh kuman Streptococcus jarang ditemukan pada balita. Bila ditemukan harus diobati dengan antibiotik penisilin, semua radang telinga akut harus mendapat antibiotik (Rasmaliah, 2004)2. EtiologiEtiologi ISPA lebih dari 300 jenis bakteri, virus, dan jamur. Bakteri penyebabnya antara lain dari genus streptokokus, stafilokokus, pnemokokus, hemofilus, bordetella, dan korinebacterium. Virus penyebabnya antara lain golongan mikovirus, adenovirus, koronavirus, pikornavirus, mikoplasma, herpesvirus.Bakteri dan virus yang paling sering menjadi penyebab ISPA diantaranya bakteri stafilokokus dan streptokokus serta virus influenza yang di udara bebas akan masuk dan menempel pada saluran pernafasan bagian atas yaitu tenggorokan dan hidung.Biasanya bakteri dan virus tersebut menyerang anak-anak usia dibawah 2 tahun yang kekebalan tubuhnya lemah atau belum sempurna. Peralihan musim kemarau ke musim hujan juga menimbulkan risiko serangan ISPA.Beberapa faktor lain yang diperkirakan berkontribusi terhadap kejadian ISPA pada anak adalah rendahnya asupan antioksidan, status gizi kurang, dan buruknya sanitasi lingkungan.

3. PatofisiologiPerjalanan alamiah penyakit ISPA dibagi 3 tahap yaitu :• Tahap prepatogenesis : penyuebab telah ada tetapi belum menunjukkan reaksi apa-apa• Tahap inkubasi : virus merusak lapisan epitel dan lapisan mukosa. Tubuh menjadi lemah apalagi bila keadaan gizi dan daya tahan sebelumnya rendah.• Tahap dini penyakit : dimulai dari munculnya gejala penyakit,timbul gejala demam dan batuk. Tahap lanjut penyaklit,dibagi menjadi empat yaitu dapat sembuh sempurna, sembuh dengan atelektasis,menjadi kronos dan meninggal akibat pneumonia.Saluran pernafasan selama hidup selalu terpapar dengan dunia luar sehingga untuk mengatasinya dibutuhkan suatu sistem pertahanan yang efektif dan efisien. Ketahanan saluran pernafasan tehadap infeksi maupun partikel dan gas yang ada di udara amat tergantung pada tiga unsur alami yang selalu terdapat pada orang sehat yaitu keutuhan epitel mukosa dan gerak mukosilia, makrofag alveoli, dan antibodi.Infeksi bakteri mudah terjadi pada saluran nafas yang sel-sel epitel mukosanya telah rusak akibat infeksi yang terdahulu. Selain hal itu, hal-hal yang dapat mengganggu keutuhan lapisan mukosa dan gerak silia adalah asap rokok dan gas SO2 (polutan utama dalam pencemaran udara), sindroma imotil, pengobatan dengan O2 konsentrasi tinggi (25 % atau lebih).4. PenatalaksanaanPenemuan dini penderita pneumonia dengan penatalaksanaan kasus yang benar merupakan strategi untuk mencapai dua dari tiga tujuan program (turunnya kematian karena pneumonia dan turunnya penggunaan antibiotik dan obat batuk yang kurang tepat pada pengobatan penyakit ISPA) .Pedoman penatalaksanaan kasus ISPA akan memberikan petunjuk standar pengobatan penyakit ISPA yang akan berdampak mengurangi penggunaan antibiotik untuk kasus-kasus batuk pilek biasa, serta mengurangi penggunaan obat batuk yang kurang bermanfaat. Strategi penatalaksanaan kasus mencakup pula petunjuk tentang pemberian makanan dan minuman sebagai bagian dari tindakan penunjang yang penting bagi pederita ISPA.Pencegahan dapat dilakukan dengan :• Menjaga keadaan gizi agar tetap baik.

Page 3: ispa baru

• Immunisasi.• Menjaga kebersihan perorangan dan lingkungan.• Mencegah anak berhubungan dengan penderita ISPA.Prinsip perawatan ISPA antara lain :• Menigkatkan istirahat minimal 8 jam perhari• Meningkatkan makanan bergizi• Bila demam beri kompres dan banyak minum• Bila hidung tersumbat karena pilek bersihkan lubang hidung dengan sapu tangan yang bersih• Bila badan seseorang demam gunakan pakaian yang cukup tipis tidak terlalu ketat.• Bila terserang pada anak tetap berikan makanan dan ASI bila anak tersebut masih menetekPengobatan antara lain :• Suportif : meningkatkan daya tahan tubuh berupa Nutrisi yang adekuat,pemberian multivitamin dll.• Antibiotik : Idealnya berdasarkan jenis kuman penyebab Utama ditujukan pada S.pneumonia,H.Influensa dan S.Aureus Menurut WHO : Pneumonia rawat jalan yaitu kotrimoksasol, Amoksisillin, Ampisillin, Penisillin Prokain,Pnemonia berat : Benzil penicillin, klorampenikol, kloksasilin, gentamisin. Antibiotik baru lain : Sefalosforin,quinolon dll.5. Pemeriksaan DiagnostikDiagnosis ISPA oleh karena virus dapat ditegakkan dengan pemeriksaan laboratorium terhadap jasad renik itu sendiri. Pemeriksaan yang dilakukan adalah biakan virus, serologis, diagnostik virus secara langsung.Sedangkan diagnosis ISPA oleh karena bakteri dilakukan dengan pemeriksaan sputum, biakan darah, biakan cairan pleura.

B. Asuhan Keperawatan Ispa1. PengkajianA. Identitas PasienNama : GilangUmur : 4 bulanJenis kelamin : laki-lakiAlamat : Jalan Merpati 1Tanggal Masuk : 23 oktober 2010Diagnosa medis : ISPANama Ayah : T.indraUmur :35 tahunPekerjaan : wiraswastaPendidikan : SMASuku bangsa : sundaAlamat : Jalan Merpati 1Nama Ibu : Bu fitriUmur : 31 tahunPekerjaan : wiraswastaPendidikan : SMASuku bangsa : sundaAlamat : Jalan Merpati 1

Page 4: ispa baru

2. Keluhan Utama:Klien mengeluh demam3. Riwayat penyakit sekarangDua hari sebelumnya klien mengalami demam mendadak, sakit kepala, badan lemah, nyeri otot dan sendi, nafsu makan menurun, batuk,pilek dan sakit tenggorokan.4. Riwayat penyakit dahuluKlien sebelumnya sudah pernah mengalami penyakit sekarang5. Riwayat penyakit keluargaMenurut anggota keluarga ada juga yang pernah mengalami sakit seperti penyakit klien tersebut.6. Riwayat sosialKlien mengatakan bahwa klien tinggal di lingkungan yang berdebu dan padat penduduknya7. Pemeriksaan Fisik Difokuskan Pada Pengkajian Sistem Pernafasan Inspeksi• Membran mukosa hidung-faring tampak kemerahan• Tonsil tampak kemerahan dan edema• Tampak batuk tidak produktif• Tidak ada jaringan parut pada leher• Tidak tampak penggunaan otot-otot pernafasan tambahan, pernafasan cuping hidung. Palpasi• Adanya demam• Teraba adanya pembesaran kelenjar limfe pada daerah leher/nyeri tekan pada nodus limfe servikalis• Tidak teraba adanya pembesaran kelenjar tyroid Perkusi• Suara paru normal (resonance) Auskultasi• Suara nafas vesikuler/tidak terdengar ronchi pada kedua sisi paru.8. Diagnosa KeperawatanPeningkatan suhu tubuh bd proses infeksiTujuan :• Suhu tubuh normal berkisar antara 36 – 37, 5 ‘ CKetidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan b. d anoreksTujuan:• Klien dapat mencapai BB yang direncanakan mengarah kepada BB normal.• Klien dapat mentoleransi diet yang dianjurkan.• Tidak menunujukan tanda malnutrisi.Nyeri akut b.d inflamasi pada membran mukosa faring dan tonsil.Tujuan :• Nyeri berkurang / terkontrolResiko tinggi penularan infeksi b.d tidak kuatnya pertahanan sekunder (adanya infeksi penekanan imun)Tujuan:• Tidak terjadi penularan• Tidak terjadi komplikasi9. Intervensia. NIC :

Page 5: ispa baru

• Observasi tanda – tanda vital• Anjurkan pada klien/keluarga umtuk melakukan kompres dingin ( air biasa) padakepala /axial• Anjurkan klien untuk menggunakan pakaian yang tipis dan yang dapat menyerapkeringat seperti terbuat dari katun.• Atur sirkulasi udara.• Anjurkan klien untuk minum banyak ± 2000 – 2500 ml/hr.• Anjurkan klien istirahat ditempat tidur selama fase febris penyakit• Kolaborasi dengan dokter : Dalm pemberian therapy, obat antimicrobial antipiretikRasionalisasi• Pemantauan tanda vital yang teratur dapat menentukan perkembangan perawatanselanjutnya.• Dengan menberikan kompres maka aakan terjadi proses konduksi / perpindahanpanas dengan bahan perantara .• Proses hilangnya panas akan terhalangi untuk pakaian yang tebal dan tidak akanmenyerap keringat.• Penyedian udara bersih.• Kebutuhan cairan meningkat karena penguapan tubuh meningkat.• Tirah baring untuk mengurangi metabolism dan panas• Untuk mengontrol infeksi pernapasan• Menurunkan panasb. NIC :• Kaji kebiasaan diet, input-output dan timbang BB setiap hari• Berikan makan pporsi kecil tapi sering dan dalam keadaan hangat• Beriakan oral sering, buang secret berikan wadah husus untuk sekali pakai dan tisu• dan ciptakan lingkungan beersih dan menyenamgkan.• Tingkatkan tirai baring.• Konsul ahli gizi untuk memberikan diet sesuai kebutuhan klien

Rasionali• Berguna untuk menentukan kebutuhan kalori menyusun tujuan berat badan, dan evaluasi keadekuatan rencana nutrisi.• Untuk menjamin nutrisi adekuat/ meningkatkan kalori total• Nafsu makan dapt dirangsang pada situasi rilek, bersih dan menyenangkan.• Untuk mengurangi kebutuhahan metabolic• Metode makan dan kebutuhan kalori didasarkan pada situasi atau kebutuhan individu untuk memberikan nutrisi maksimal.c. NIC :• Teliti keluhan nyeri ,catat intensitasnya (dengan skala 0 – 10), factor memperburuk atau meredakan lokasimya, lamanya, dan karakteristiknya.• Anjurkan klien untuk menghindari allergen / iritan terhadap debu, bahan kimia, asap,rokok.Dan mengistirahatkan/meminimalkan berbicara bila suara serak.• Anjurkan untuk melakukan kumur air garam hangatRasional

Page 6: ispa baru

• Identifikasi karakteristik nyeri & factor yang berhubungan merupakan suatu hal yang amat penting untuk memilih intervensi yang cocok & untuk mengevaluasi ke efektifan dari terapi yang diberikan.• Mengurangi bertambah beratnya penyakit• Peningkatan sirkulasi pada daerah tenggorokan serta mengurangi nyeri tenggorokan.• Kortikosteroid digunakan untuk mencegah reaksi alergi / menghambat pengeluaranhistamine dalam inflamadi pernapasan.• Analgesic untuk mengurangi rasa nyerid. NIC :• Batasi pengunjung sesuai indikasi• Jaga keseimbangan antara istirahat dan aktifitas• Tutup mulut dan hidung jika hendak bersin, jika ditutup dengan tisu buang segeraketempat sampah• Tingkatkan daya tahan tubuh, terutama anak usia dibawah 2 tahun, lansia dan penderita penyakit kronis. Dan konsumsi vitamin C, A dan mineral seng atau anti oksidan jika kondisi tubuh menurun / asupan makanan berkurang• Kolaborasi Pemberian obat sesuai hasil kultur

Rasional• Menurunkan potensial terpalan pada penyakit infeksius.• Menurunkan konsumsi /kebutuhan keseimbangan O2 dan memperbaiki pertahanan• Klien terhadap infeksi, meningkatkan penyembuhan.• Mencegah penyebaran pathogen melalui cairan• Malnutrisi dapat mempengaruhi kesehatan umum dan menurunkan tahanan terhadap infeksi• Dapat diberikan untuk organiasme khusus yang teridentifikasi dengan kultur dan sensitifitas /atau di berikan secara profilatik karena resiko tinggi10. Implementasi Peningkatan suhu tubuh b.d proses infeksi• Mengukur tanda tanda vital• Mengompres kepala atau aksila dingan mengunakan air dingin• Memerikan penjelasan kepada klien tentang manfaat mengunakan pakaian berbahan tipis• Memberikan obat penurun panas sesuai dengan dosis dan tepat waktu Ketidak seimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan b.d anoreksia• Membantu jenis dan makanan yang dimakan klien• Membuat catatan makanan harian• Monitor lingkungan selama klien makan.• Monitor intake nutrisi Nyeri akut b.d inflamasi pada membrane mukosa faring dan tonsil• Tingkatkan istirahat• Berikan informasi tentang nyeri kepada keluarga anak ,seperti penyebab nyeri berapa lama nyeri akan berkurang dan antisipasi ketidak nyamanan dari prosedur• Monitor vital sign sebelum dan sesudah pemberian analgesic pertama kali. Resiko tinggi penularan infeksi b.d tidak kuatnya pertahanan sekunder• Membatasi pengunjung• Mempertahankan teknik isolasi• Memperbanyak istirahat

Page 7: ispa baru

11. EvaluasiEvaluasi addalah stadium pada proses keperawatan dimana taraf keberhasilan dalam pencapaian tujuan keperawatan dinilai dan kebutuhan untuk memodifikasi tujuan atau intervensi keperawatan ditetapkan (Brooker, 2001).Evaluasi yang diharapkan pada pasien dengan myocarditis (Doenges, 1999) adalah :• Suhu tubuh pasien dalam rentang normal antara 36 -37,5 C• Klien dapat mencapai BB yang direncanakan mengarah kepada BB normal.• Nyeri hilang atau terkontrol• Tidak terjadi komplikasi pada klien

BAB IIIPENUTUPKesimpulanSeperti yang diuraikan diatas bahwa ISPA mempunyai variasi klinis yang bermacam-macam, maka timbul persoalan pada pengenalan (diagnostik) dan pengelolaannya. Sampai saat ini belum ada obat yang khusus antivirus. Idealnya pengobatan bagi ISPA bakterial adalah pengobatan secara rasional. Pengobatan yang rasional adalah apabila pasien mendapatkan antimikroba yang tepat sesuai dengan kuma penyebab. Untuk dapat melakukan hal ini , kuman penyebab ISPA dideteksi terlebih dahulu dengan mengambil material pemeriksaan yang tepat, kemudian dilakukan pemeriksaan mikrobiologik , baru setelah itu diberikan antimikroba yang sesuai.

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

            Infeksi saluran pernafasan atas (ISPA) adalah suatu keadaan dimana saluran pernafasan

(hidung, pharing dan laring) mengalami inflamasi yang menyebabkan terjadinya obstruksi jalan

nafas dan akan menyebabkan retraksi dinding dada pada saat melakukan pernafasan (Pincus

Catzel & Ian Roberts; 1990; 450). ISPA adalah suatu penyakit yang terbanyak diderita oleh

anak- anak, baik dinegara berkembang maupun dinegara maju dan sudah mampu. ISPA masih

merupakan masalah kesehatan yang penting karena  menyebabkan kematian bayi dan balita yang

cukup tinggi yaitu kira-kira 1 dari  4 kematian yang terjadi. Kematian seringkali disebabkan

karena penderita datang untuk berobat dalam keadaan berat dan sering disertai penyulit-penyulit

dan kurang gizi.

   ISPA masih merupakan masalah kesehatan yang penting karena menyebabkan kematian

bayi dan balita yang cukup tinggi yaitu kira-kira 1 dari 4 kematian yang terjadi. Setiap anak

diperkirakan mengalami 3-6 episode ISPA setiap tahunnya. 40 % -60 % dari kunjungan

Page 8: ispa baru

diPuskesmas adalah oleh penyakit ISPA. Dari seluruh kematian yang disebabkan oleh ISPA

mencakup 20 % -30 %. Kematian yang terbesar umumnya adalah karena pneumonia dan pada

bayi berumur kurang dari 2 bulan.

Hingga saat ini angka mortalitas ISPA yang berat masih sangat tinggi. Kematian seringkali

disebabkan karena penderita datang untuk berobat dalam keadaan berat dan sering disertai

penyulit-penyulit dan kurang gizi. Data morbiditas penyakit pneumonia di Indonesia per tahun

berkisar antara 10 -20 % dari populasi balita

            Bedasarakan masalah diatas, kami tertarik untuk membahas ISPA pada anak dalam

makalah ini. Kami juga akan membahas asuhan keperawatan pada anak dengan ISPA.

Diharapkan perawat mampu memberikan asuhan keperawatan yang efektif, dan mampu ikut

serta dalam upaya penurunan angka insiden pneumonia melalui upaya preventif, promotif,

kuratif dan rehabilitatif.

B. Tujuan Penulisan

Setelah membaca makalah ini mahasiswa mendapat gambaran tentang pengertian, etiologi,

patofisiologi, manifestasi klinis, penatalaksanaan, dan asuhan keperawatan pada anak dengan

ISPA.

C. Ruang Lingkup Penulisan

Di dalam makalah ini dibahas ISPA (Infeksi Saluran Pernapasan Akut) secara teoritis.

D. Metode Penulisan

Dalam penulisan makalah ini, penulis menggunakan metoda deskriptif yaitu dengan mempelajari

berbagai referensi yang terkait dengan ISPA pada anak, kemudian mendiskusikan dengan

pembimbing dan dituangkan dalam narasi.

E. Sistematika Penulisan

Makalah Asuhan Keperawatan ISPA pada Anak ini disusun secara sistematis yang terdiri dari 3

BAB yaitu :

BAB I        : Pendahuluan, yang meliputi latar belakang, tujuan masalah, ruang lingkup penulisan, metoda

penulisan, dan sistematika penulisan.

Page 9: ispa baru

BAB II       : Tinjauan pustaka, yang meliputi definisi ISPA pada anak, anatomi fisiologi pernafasan,

etiologi, patofisiologi, tanda dan gejala, pemeriksaan diagnostik, penatalaksanaan, serta asuhan

keperawatan.

BAB III     : Penutup yang meliputi simpulan.

BAB II

TINJAUAN KEPUSTAKAAN

A. KONSEP DASAR

1.      Pengertian

Infeksi saluran nafas adalah penurunan kemampuan pertahanan alami jalan nafas dalam

menghadapi organisme asing (Whaley and Wong; 1991; 1418).

Infeksi saluran pernafasan atas (ISPA) adalah suatu keadaan dimana saluran pernafasan

(hidung, pharing dan laring) mengalami inflamasi yang menyebabkan terjadinya obstruksi jalan

nafas dan akan menyebabkan retraksi dinding dada pada saat melakukan pernafasan (Pincus

Catzel & Ian Roberts; 1990; 450).

Saluran pernafasan menurut anatominya dapat dibagi menjadi saluran pernafasan atas,

yaitu mulai dari hidung sampai laring, dan saluran pernafasan bawah, mulai dari laring sampai

alveoli (Nelson, 1983; Said dkk, 1989). Dengan demikian, infeksi saluran pernafasan akut dapat

dibagi menjadi ISPA atas dan ISPA bawah. Yang dimaksud ISPA atas ialah infeksi akut yang

secara primer mempengaruhi susunan saluran pernafasan di atas laring, sedangkan ISPA bawah

ialah infeksi akut yang secara primer mempengaruhi saluran pernafasan bawah laring (Nelson,

1983).

2.      Anatomi Fisiologi

a.       Fungsi umum sistem pernafasan :

1)      Sirkulasi (pertukaran) gas O2 & CO2 seluler2)      Menekan abdomen selama eliminasi urin dan feces dan melahirkan3)      Proses batuk dan bersin, merupakan reflek protektif. 

Page 10: ispa baru

4)      Menghasilkan suara dan resonansib.      Anatomi pernafasan :

1)      Hidung: terjadi proses respires, filtrasi, penghangatan, dan pelembaban.

2)      Faring dan Larynx : terjadi vokalisasi, produksi suara  cegah terjadi aspirasi ke dalam

trakheobronchial; saat menelan katup menutup, pita suara tertutup, katup saat batuk.

3)      Trachea : berfungsi sekresi mucus. Di dalamnya terdapat Pseudostratified ciliated columnar

epithelium memiliki sel goblet yang fungsinya memicu refleks batuk.

4)       Bronchus : terdiri dari dua bagian, yaitu bronkus kanan (lebih pendek, besar & memiliki lumen

yg besar, terdiri dari lobus atas, tengah & bawah) dan bronchus kiri (terdiri dari lobus atas &

bawah). Fungsi bronkus adalah menyediakan tempat laluan jalannya udara yang dibawa masuk

ke dalam paru-paru dan untuk mengeluarkan udara.

3.      Etiologi

Infeksi saluran pernafasan adalah suatu penyakit yang mempunyai angka kejadian yang

cukup tinggi. Penyebab dari penyakit ini adalah infeksi agent/ kuman. Disamping itu terdapat

beberapa faktor yang turut mempengaruhi yaitu; usia dari bayi/ neonatus, ukuran dari saluran

pernafasan, daya tahan tubuh anak tersebut terhadap penyakit serta keadaan cuaca (Whaley and

Wong; 1991; 1419).

Agen infeksi adalah virus atau kuman yang merupakan penyebab dari terjadinya infeksi

saluran pernafasan. Ada beberapa jenis kuman yang merupakan penyebab utama yakni golongan

A b-hemolityc streptococus, staphylococus, haemophylus influenzae, clamydia trachomatis,

mycoplasma dan pneumokokus.

4.      Patofisiologi

Perjalanan klinis penyakit ISPA dimulai dengan berinteraksinya virus dengan tubuh.

Masuknya virus sebagai antigen ke saluran pernafasan menyebabkan silia yang terdapat pada

permukaan saluran nafas bergerak ke atas mendorong virus ke arah faring atau dengan suatu

tangkapan refleks spasmus oleh laring. Jika refleks tersebut gagal maka virus merusak lapisan

epitel dan lapisan mukosa saluran pernafasan (Kending dan Chernick, 1983).

Iritasi virus pada kedua lapisan tersebut menyebabkan timbulnya batuk kering (Jeliffe,

1974). Kerusakan stuktur lapisan dinding saluran pernafasan menyebabkan kenaikan aktifitas

kelenjar mukus yang banyak terdapat pada dinding saluran nafas, sehingga terjadi pengeluaran

cairan mukosa yang melebihi noramal. Rangsangan cairan yang berlebihan tersebut

Page 11: ispa baru

menimbulkan gejala batuk (Kending and Chernick, 1983). Sehingga pada tahap awal gejala

ISPA yang paling menonjol adalah batuk.

Adanya infeksi virus merupakan predisposisi terjadinya infeksi sekunder bakteri. Akibat

infeksi virus tersebut terjadi kerusakan mekanisme mukosiliaris yang merupakan mekanisme

perlindungan pada saluran pernafasan terhadap infeksi bakteri sehingga memudahkan bakteri-

bakteri patogen yang terdapat pada saluran pernafasan atas seperti streptococcus pneumonia,

haemophylus influenza dan staphylococcus menyerang mukosa yang rusak tersebut (Kending

dan Chernick, 1983). Infeksi sekunder bakteri ini menyebabkan sekresi mukus bertambah

banyak dan dapat menyumbat saluran nafas sehingga timbul sesak nafas dan juga menyebabkan

batuk yang produktif. Invasi bakteri ini dipermudah dengan adanya fakor-faktor seperti

kedinginan dan malnutrisi. Suatu laporan penelitian menyebutkan bahwa dengan adanya suatu

serangan infeksi virus pada saluran nafas dapat menimbulkan gangguan gizi akut pada bayi dan

anak (Tyrell, 1980).

Penanganan penyakit saluran pernafasan pada anak harus diperhatikan aspek imunologis

saluran nafas terutama dalam hal bahwa sistem imun di saluran nafas yang sebagian besar terdiri

dari mukosa, tidak sama dengan sistem imun sistemik pada umumnya. Sistem imun saluran nafas

yang terdiri dari folikel dan jaringan limfoid yang tersebar, merupakan ciri khas system imun

mukosa. Ciri khas berikutnya adalah bahwa IgA memegang peranan pada saluran nafas atas

sedangkan IgG pada saluran nafas bawah. Diketahui pula bahwa sekretori IgA (sIgA) sangat

berperan dalam mempertahankan integritas mukosa saluran nafas (Siregar, 1994).

Dari uraian di atas, perjalanan klinis penyakit ISPA ini dapat dibagi menjadi empat tahap,

yaitu:

a.       Tahap prepatogenesis, penyebab telah ada tetapi penderita belum menunjukkan reaksi apa-apa.

b.      Tahap inkubasi, virus merusak lapisan epitel dan lapisan mukosa. Tubuh menjadi lemah apalagi

bila keadaan gizi dan daya tahan sebelumnya memang sudah rendah.

c.       Tahap dini penyakit, dimulai dari munculnya gejala penyakit. Timbul gejala demam dan batuk.

d.      Tahap lanjut penyakit, dibagi menjadi empat, yaitu dapat sembuh sempurna, sembuh dengan

ateletaksis, menjadi kronis dan dapat meninggal akibat pneumonia.

5.      Tanda dan Gejala

Page 12: ispa baru

a.       Demam, gejala demam muncul jika anak sudah mencaapai usia 6 bulan sampai dengan 3 tahun.

Seringkali demam muncul sebagai tanda pertama terjadinya infeksi. Suhu tubuh bisa mencapai

39,5OC-40,5OC.

b.      Meningismus, adalah tanda meningeal tanpa adanya infeksi pada meningens, biasanya terjadi

selama periodik anak mengalami panas, gejalanya adalah nyeri kepala, kaku dan nyeri pada

punggung serta kuduk, terdapatnya tanda kernig dan brudzinski.

c.       Anorexia, biasa terjadi pada semua anak yang mengalami sakit. Bayi akan menjadi susah minum

dan bahkan tidak mau minum.

d.      Vomiting, biasanya muncul dalam periode sesaat tetapi juga bisa selama anak tersebut

mengalami sakit.

e.       Diare (mild transient diare), seringkali terjadi mengiringi infeksi saluran pernafasan akibat

infeksi virus.

f.       Abdominal pain,  nyeri pada abdomen mungkin disebabkan karena adanya lymphadenitis

mesenteric.

g.      Sumbatan pada jalan nafas/ Nasal, pada saluran nafas yang sempit akan lebih mudah tersumbat

oleh karena banyaknya sekret.

h.      Batuk, merupakan tanda umum dari tejadinya infeksi saluran pernafasan, mungkin tanda ini

merupakan tanda akut dari terjadinya infeksi saluran pernafasan.

i.        Suara nafas, biasa terdapat wheezing, stridor, crackless, dan tidak terdapatnya suara

pernafasan (Whaley and Wong; 2001; 825).

6.      Pemeriksaan Diagnostik

         Pemeriksaan penunjang yang lazim dilakukan adalah pemeriksaan kultur/ biakan

kuman (swab); hasil yang didapatkan adalah biakan kuman (+) sesuai dengan jenis kuman,

pemeriksaan hitung darah (deferential count); laju endap darah meningkat disertai dengan

adanya leukositosis dan bisa juga disertai dengan adanya thrombositopenia dan pemeriksaan foto

thoraks jika diperlukan (Victor dan Hans; 1997; 224).

7.      Penatalaksanaan

Penemuan dini penderita pneumonia dengan penatalaksanaan kasus yang benar merupakan

strategi untuk mencapai dua dari tiga tujuan program (turunnya kematian karena pneumonia dan

turunnya penggunaan antibiotik dan obat batuk yang kurang tepat pada pengobatan penyakit

ISPA)

Page 13: ispa baru

Pedoman penatalaksanaan kasus ISPA akan memberikan petunjuk standar pengobatan

penyakit ISPA yang akan berdampak mengurangi penggunaan antibiotik untuk kasus-kasus

batuk pilek biasa, serta mengurangi penggunaan obat batuk yang kurang bermanfaat. Strategi

penatalaksanaan kasus mencakup pula petunjuk tentang pemberian makanan dan minuman

sebagai bagian dari tindakan penunjang yang penting bagi pederita ISPA.

Penatalaksanaan ISPA meliputi langkah atau tindakan sebagai berikut :

a.             Upaya pencegahan

1)      Menjaga keadaan gizi agar tetap baik.

2)      Immunisasi.

3)      Menjaga kebersihan perorangan dan lingkungan.

4)      Mencegah anak berhubungan dengan penderita ISPA.

b.      Pengobatan dan perawatan

Prinsip perawatan ISPA antara lain :

1)      Menigkatkan istirahat minimal 8 jam perhari

2)      Meningkatkan makanan bergizi

3)      Bila demam beri kompres dan banyak minum

4)      Bila hidung tersumbat karena pilek bersihkan lubang hidung dengan sapu tangan yang bersih

5)      Bila badan seseorang demam gunakan pakaian yang cukup tipis tidak terlalu ketat.

6)      Bila terserang pada anak tetap berikan makanan dan ASI bila anak tersebut masih menetek

Pengobatan antara lain :

1)      Mengatasi panas (demam) dengan memberikan parasetamol atau dengan kompres, bayi dibawah

2 bulan dengan demam harus segera dirujuk. Parasetamol diberikan 4 kali tiap 6 jam untuk

waktu 2 hari. Cara pemberiannya, tablet dibagi sesuai dengan dosisnya, kemudian digerus dan

diminumkan. Memberikan kompres, dengan menggunakan kain bersih, celupkan pada air (tidak

perlu air es).

2)      Mengatasi batuk. Dianjurkan memberi obat batuk yang aman yaitu ramuan tradisional yaitu

jeruk nipis ½ sendok teh dicampur dengan kecap atau madu ½ sendok teh , diberikan tiga kali

sehari.

 ASUHAN KEPERAWATAN

1.      Pengkajian

Page 14: ispa baru

a.       Riwayat kesehatan:

1)      Keluhan utama (demam, batuk, pilek, sakit tenggorokan)

2)      Riwayat penyakit sekarang (kondisi klien saat diperiksa)

3)      Riwayat penyakit dahulu (apakah klien pernah mengalami penyakit seperti yang dialaminya

sekarang)

4)      Riwayat penyakit keluarga (adakah anggota keluarga yang pernah mengalami sakit seperti

penyakit klien)

5)      Riwayat sosial (lingkungan tempat tinggal klien)

b.      Pemeriksaan fisik: difokuskan pada pengkajian sistem pernafasan

1)      Inspeksi

a)      Membran mukosa hidung-faring tampak kemerahan

b)      Tonsil tampak kemerahan dan edema

c)      Tampak batuk tidak produktif

d)     Tidak ada jaringan parut pada leher

e)      Tidak tampak penggunaan otot-otot pernafasan tambahan, pernafasan cuping hidung.

2)      Palpasi

a)      Adanya demam

b)      Teraba adanya pembesaran kelenjar limfe pada daerah leher/nyeri tekan pada nodus limfe

servikalis

c)      Tidak teraba adanya pembesaran kelenjar tyroid

3)      Perkusi

a)      Suara paru normal (resonance)

4)      Auskultasi

a)      Suara nafas vesikuler/tidak terdengar ronchi pada kedua sisi paru

2.      Diagnosa

a.       Ketidakefektifan pola nafas berhubungan dengan proses inflamasi pada saluran pernafasan,

nyeri.

b.      Cemas b.d.  penyakit yang dialami oleh anak, hospitalisasi pada anak

c.       Ketidakefektifan bersihan jalan nafas berhubungan dengan obstruksi mekanik dari jalan nafas

oleh sekret, proses inflamasi, peningkatan produksi sekret.

d.      Resiko infeksi b.d. keberadaan organisme infektif. 

Page 15: ispa baru

e.       Intoleransi aktifitas b.d. proses peradangan dan ketidakseimbangan antara suplai oksigen dan

kebutuhan. 

f.       Nyeri akut b.d inflamasi pada membran mukosa faring dan tonsil

g.      Perubahan proses keluarga berhubungan dengan penyakit dan / atau perawatan anak 

3.      Perencanaan dan Implementasi

a.       Ketidakefektifan pola nafas berhubungan dengan proses inflamasi pada saluran pernafasan,

nyeri.

Tujuan : Pola nafas kembali efektif dengan kriteria: usaha nafas kembali normal dan

meningkatnya suplai oksigen ke paru-paru.

Intervensi :

1)      Berikan posisi yang nyaman sekaligus dapat mengeluarkan sekret dengan mudah.

2)      Ciptakan dan pertahankan jalan nafas yang bebas.

3)       Anjurkan pada keluarga untuk membawakan baju yang lebih longgar, tipis serta menyerap

keringat.

4)      Berikan O2 dan nebulizer sesuai dengan instruksi dokter.

5)      Berikan obat sesuai dengan instruksi dokter (bronchodilator).

6)      Observasi  tanda vital , adanya cyanosis, serta pola, kedalaman dalam pernafasan.

b.      Cemas b.d. penyakit yang dialami oleh anak, hospitalisasi pada anak

Tujuan : Menurunnya kecemasan yang dialami oleh orang tua dengan kriteria hasil: keluarga

sudah tidak sering bertanya kepada petugas dan mau terlibat secara aktif dalam merawat

anaknya.

Intervensi :

1)      Berikan informasi secukupnya kepada orang tua (perawatan dan pengobatan yang diberikan).

2)      Berikan dorongan secara moril kepada orang tua.

3)      Jelaskan terapi yang diberikan dan respon anak terhadap terapi yang diberikan.

Page 16: ispa baru

4)      Anjurkan kepada keluarga agar bertanya jika melihat hal-hal yang kurang dimengerti/ tidak

jelas.

5)      Anjurkan kepada keluarga agar terlibat secara langsung dan aktif dalam perawatan anaknya.

6)      Observasi tingkat kecemasan yang dialami oleh keluarga.

c.       Ketidakefektifan bersihan jalan nafas berhubungan dengan obstruksi mekanik dari jalan nafas

oleh sekret, proses inflamasi, peningkatan produksi sekret.

Tujuan : Bebasnya jalan nafas dari hambatan sekret dengan kriteria: jalan nafas yang bersih dan

paten, meningkatnya pengeluaran sekret.

Intervensi :

1)      Lakukan penyedotan sekret jika diperlukan.

2)      Cegah jangan sampai terjadi posisi hiperextensi pada leher.

3)      Berikan posisi yang nyaman dan mencegah terjadinya aspirasi sekret (semiprone danside lying

position).

4)      Berikan nebulizer sesuai instruksi dokter.

5)      Anjurkan untuk tidak memberikan minum agar tidak terjadi aspirasi selama periode tachypnea.

6)      Kolaborasi dengan dokter dalam pemberian cairan perparenteral yang adekuat.

7)      Berikan kelembaban udara yang cukup.

8)      Observasi pengeluaran sekret dan tanda vital.

d.      Resiko infeksi b.d. keberadaan organisme infektif.

Tujuan : Apakah tidak menunjukkan tanda-tanda infeksi sekunder dengan kriteria hasil : anak

menunjukkan bukti gejala infeksi berkurang.

Intervensi :

1)      Mempertahankan aseptis lingkungan, menggunakan kateter penghisap steril dan cuci tangan 

2)      anak diisolasi seperti yang disarankan (untuk mencegah penyebaran infeksi nosokomial) 

3)      beri antibiotik sesuai resep (untuk mencegah atau mengobati infeksi) 

4)      Menyediakan diet nutrisinya sesuai dengan preferensi anak dan kemampuan untuk

mengkonsumsi makanan (untuk mendukung pertahanan alami tubuh) 

5)      Mendorong fisioterapi dada yang baik

Page 17: ispa baru

6)      Ajarkan anak dan manifestasi keluarga / atau penyakit 

e.       Intoleransi aktifitas b.d. proses peradangan dan ketidakseimbangan antara suplai oksigen dan

kebutuhan.

Tujuan : akan mempertahankan tingkat energi yang memadai dengan kriteria hasil : anak dapat

bermain, terlihat tenang dan terlibat dalam aktivitas yang sesuai dengan usia dan kemampuan,

anak tidak mengalami peningkatan gangguan pernapasan saat beraktifitas, peningkatan toleransi

aktifitas. 

Intervensi :

1)      menilai tingkat fisik toleransi anak

2)      membantu anak dalam kegiatan hidup sehari-hari yang mungkin berada di luar toleransi 

3)      menyediakan kegiatan diversional sesuai dengan usia anak, kondisi, kemampuan.

4)      menyediakan kegiatan bermain diversional yang mempromosikan istirahat dan tenang namun

mencegah kebosanan dan penarikan 

5)      menyediakan waktu istirahat dan tidur sesuai dengan umur dan kondisi 

6)      menginstruksikan anak untuk beristirahat ketika merasa lelah 

7)      keseimbangan istirahat dan aktivitas saat berjalan

f.       Nyeri akut b.d inflamasi pada membran mukosa faring dan tonsil Tujuan : nyeri

berkurang/terkontrol dengan kriteria hasil : anak tidak memiliki tingkat rasa sakit atau rasa sakit

dapat diterima 

Intervensi :

1)       Teliti keluhan nyeri, catat intensitasnya (dengan skala 0 – 10 ), faktor yang memperburuk atau

meredakan nyeri, lokasi, lama, dan karakteristiknya.

2)       Anjurkan klien untuk menghindari alergen/iritan terhadap debu, bahan kimia, asap rokkok, dan

mengistirahatkan/meminimalkan bicara bila suara serak.

3)       Anjurkan untuk melakukan kumur air hangat

4)      Kolaborasi: berikan obat sesuai indikasi (steroid oral, IV, dan inhalasi, & analgesik)

g.      Perubahan proses keluarga berhubungan dengan penyakit dan / atau perawatan anak 

Tujuan : akan mengalami penurunan kecemasan dan peningkatan kemampuan.

Page 18: ispa baru

Kriteria Hasil : orang tua mengajukan pertanyaan yang tepat, mendiskusikan kondisi anak dan

perawatan tenang, dan menjadi positif terlibat dalam perawatan anak 

Intervensi :

1)      mengakui perhatian orang tua dan perlunya informasi dan dukungan 

2)      mengeksplorasi perasaan keluarga dan masalah sekitar rumah sakit dan penyakit anak 

3)      menjelaskan perilaku terapi anak

4)      memberikan dukungan yang dibutuhkan 

5)      mendorong keluarga berpusat perawatan dan mendorong keluarga untuk terlibat dalam

perawatan anak.

4.      Evaluasi

a.       Pola nafas kembali efektif

b.      Tidak ada rasa cemas pada anak dan orang tua.

c.       Fungsi pernapasan adekuat untuk memenuhi kebutuhan individu.

d.      Tidak terjadi infeksi pada anak

e.       Anak dapat mentoleransi aktifitasnya

f.       Anak dapat mentoleransi nyeri akut, nyeri berkurang.

g.      Tidak terjadi perubahan proses keluarga

 BAB III

PEMBAHASAN

Nama Anak : Nabila Susanti Nama Ibu : Maryam

Umur : 11 bulan Umur : 29 tahun

Jenis Kelamin : Perempuan Alamat : A. Mujeng

Tanggal : Selasa, 22 Juni 2010

Jam : 10.20 WIB

S : Ibu datang ke Poli Anak II Rumah Sakit Ibu Dan Anak bersama anaknya. Ibu mengatakan

anaknya batuk berdahak, pilek dan demam sudah 2 hari yang lalu. sudah diberikan obat penurun

panas semalam tapi demamnya belum juga turun. Ibu kahawatir dengan keadaan anaknya dan

anaknya masih diberikan ASI dengan tambahan makanan lain seperti pisang dan nasi.

Page 19: ispa baru

O : BB : 8 Kg

T : 37,30C

RR : 40x/m

Denyut jantung : 100x/m

Auskultasi : Tidak ada retraksi dada saat bernafas

A : Bayi 11 bulan dengan Infeksi Saluran Pernafasan Akut

k/u bayi baik

P : • Menjelaskan hasil pemeriksaan kepada ibu → bayi dengan ISPA

Menjelaskan pengertian penyakit ISPA yaitu merupakan singkatan dari Infeksi Saluran

Pernapasan Akut. ISPA adalah infeksi saluran pernapasan yang berlangsung sampai 14 hari.

Yang dimaksud dengan saluran pernapasan adalah organ mulai dari hidung sampai gelembung

paru, beserta organ-organ disekitarnya seperti : sinus, ruang telinga tengah dan selaput paru →

Ibu sudah mengerti pengertian dari penyakit ISPA.

Menjelaskan penyebab penyakit ISPA yakni dari sebagian besar penyakit jalan napas bagian atas

ini ialah virus → Ibu sudah mengerti penyebab dari penyakit ISPA.

Menganjurkan ibu untuk menghindari kontak langsung bayinya dengan teman seumurnya atau

anggota keluarga yang lain karena penyakit ini dapat menular melalui udara → Ibu sudah

mengerti.

Menganjurkan ibu untuk memberikan ASInya kepada bayi → Ibu bersedia memberikan ASInya

kepada bayi.

Menganjurkan ibu untuk tidak memberikan makanan yang banyak penyedap dan pengawet

kepada bayinya → Ibu sudah mengerti dan bersedia melakukannya.

Memberikan terapi oral untuk bayi :

Cefadroxil sirup 2 x 1

Paracetamol sirup 3 x 1

GG ½ tab

Efedrin ¼ tab di pulvis X bungkus 3x1 bks

Metil prednisone ¼ tab

Xanvit sirup 3 x 1

Page 20: ispa baru

Menjelaskan kepada ibu apabila dalam 2 hari demam tidak juga turun, ibu harus segera datang ke

tenaga kesehatan terdekat → Ibu sudah mengerti.

BAB IV

PENUTUP

Simpulan

Penyakit ISPA adalah salah satu penyakit yang banyak diderita bayi dan anak-anak, penyebab

kematian dari ISPA yang terbanyak karena pneumonia. Penatalaksanaan dan pemberantasan

kasus ISPA diperlukan kerjasama semua pihak, yaitu peran serta masyarakat terutama ibu-ibu,

dokter, para medis dam kader kesehatan untuk menunjang keberhasilan menurunkan angka,

kematian dan angka kesakitan sesuai harapan pembangunan nasional.

 DAFTAR PUSTAKA

Catzel, Pincus & Ian robets. (1990). Kapita Seleta Pediatri Edisi II. alih bahasa oleh Dr. yohanes

gunawan. Jakarta: EGC.

Whalley & wong. (1991). Nursing Care of Infant and Children Volume II   book 1. USA: CV. Mosby-

Year book. Inc

Wong, Donna L. 2001. Essential’s of Pediatric Nursing Sixth Edition. St. Louis: Mosby.