ispa 2015

25
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Infeksi saluran pernapasan akut (ISPA) adalah penyakit saluran pernapasan yang bersifat akut dengan berbagai macam gejala (sindrom). Penyakit ini disebabkan oleh berbagai sebab (multifaktorial). Meskipun organ saluran pernapasan yang terlibat adalah hidung, laring, tenggorokan, bronkus, trakea, dan paru-paru, tetapi yang menjadi fokus adalah paru-paru. Titik perhatian ini disepakati karena tingginya mortalitas radang paru-paru. Selama bertahun-tahun ISPA merupakan problem kesehatan yang menyita banyak perhatian para praktisi kedokteran dan kesehatan masyarakat. ISPA merupakan penyakit penyebab terutama kematian bayi sering menempati urutan pertama angka kematian balita. Penanganan dini terhadap penyakit ISPA terbukti dapat menurunkan angka kematian. ISPA juga sangat erat berhubungan dengan sanitasi lingkungan dan perilaku hidup bersih, terutama budaya cuci tangan. Oleh sebab itu, upaya intervensi yang berupa kegiatan penyuluhan dan promosi kesehatan harus di dorong untuk pencegahan penyakit ini. 1.2 Rumusan Masalah 1. Bagaimana Pengertian dari ISPA ? 1

Upload: yoghi-dian

Post on 04-Jan-2016

222 views

Category:

Documents


0 download

DESCRIPTION

ispa 2015

TRANSCRIPT

Page 1: ispa 2015

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Infeksi saluran pernapasan akut (ISPA) adalah penyakit saluran pernapasan yang

bersifat akut dengan berbagai macam gejala (sindrom). Penyakit ini disebabkan oleh

berbagai sebab (multifaktorial). Meskipun organ saluran pernapasan yang terlibat adalah

hidung, laring, tenggorokan, bronkus, trakea, dan paru-paru, tetapi yang menjadi fokus

adalah paru-paru. Titik perhatian ini disepakati karena tingginya mortalitas radang paru-

paru.

Selama bertahun-tahun ISPA merupakan problem kesehatan yang menyita banyak

perhatian para praktisi kedokteran dan kesehatan masyarakat. ISPA merupakan penyakit

penyebab terutama kematian bayi sering menempati urutan pertama angka kematian balita.

Penanganan dini terhadap penyakit ISPA terbukti dapat menurunkan angka kematian. ISPA

juga sangat erat berhubungan dengan sanitasi lingkungan dan perilaku hidup bersih,

terutama budaya cuci tangan. Oleh sebab itu, upaya intervensi yang berupa kegiatan

penyuluhan dan promosi kesehatan harus di dorong untuk pencegahan penyakit ini.

1.2 Rumusan Masalah

1. Bagaimana Pengertian dari ISPA ?

2. Apa saja klasifikasi dari ISPA ?

3. Bagaimana Etiologi dari ISPA ?

4. Bagaimana Manifestasi Klinis dari ISPA ?

5. Bagaimana Patofisiologi dari ISPA ?

6. Bagaimana Asuhan Keperawatan bagi Penderita ISPA ?

1

Page 2: ispa 2015

1.3 Tujuan

1. Mampu menjelaskan Pengertian dari ISPA

2. Mampu menjelaskan klasifikasi dari ISPA

3. Mampu menjelaskan Etiologi dari ISPA

4. Mampu menjelaskan Manifestasi Klinis dari ISPA

5. Mampu menjelaskan Patofisiologi dari ISPA

6. Mampu mengaplikasikan Asuhan Keperawatan bagi Penderita ISPA

2

Page 3: ispa 2015

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Pengertian ISPA (Infeksi Saluran Pernapasan)

Infeksi saluran pernafasan adalah suatu keadaan dimana saluran pernafasan (hidung,

pharing dan laring) mengalami inflamasi yang menyebabkan terjadinya obstruksi jalan

nafas dan akan menyebabkan retraksi dinding dada pada saat melakukan pernafasan

(Pincus Catzel & Ian Roberts; 1990; 450).

Pengertian ISPA adalah saluran pernafasan akut dengan perhatian khusus pada radang

paru (pneumonia), dan bukan penyakit telinga dan tenggorokan. ISPA adalah radang akut

saluran pernafasan atas maupun bawah yang disebabkan oleh infeksi jasad renik atau

bakteri, virus, maupun riketsia, tanpa atau disertai radang parenkim paru. Pada topik ini

akan dibahas ISPA yang hanya disebabkan oleh virus, sedangkan ISPA yang disebabkan

oleh mikroorganisme lain akan dibahas tersendiri pada topik pneumonia.

ISPA adalah suatu kelompok penyakit sebagai penyebab angka absensi tertinggi bila

dibandingkan dengan kelompok penyakit lain. Lebih 50% dari absensi atau dari semua

angak tidak masuk kerja/sekolah disebabkan penyakit ini. Angka kekerapan kejadian ISPA,

tertinggi pada kelompok-kelompok tertutup dimasyarakat, misalnya penghuni asrama,

kesatrian, sekolah atau sekolah yang juga menyelenggarakan pemondokan (boarding

school). Di negara barat, kasus ini banyak dijumpai pada recurecruitment dan murid

sekolah pada musim dingin, awal musim gugur, atau pada masa-masa pergantian musim.

ISPA yang mengenai saluran nafas bawah, misalnya bronkitis, bila menyerang

kelompok umur tertentu, khususnya bayi, anak-anak dan orang tua, akan memberikan

gambaran klinik yang berat dan jelek dan sering kali berakhir dengan kematian. ISPA yang

disebabkan oleh virus, wanita lebih rentan bila dibandingkan dengan pria, namun waktu

menstruasi mereka lebih tahan.

3

Page 4: ispa 2015

Istilah ISPA meliputi tiga unsur yakni infeksi, saluran pernafasan dan akut, dimana

pengertiannya sebagai berikut :

1. Infeksi

Adalah masuknya kuman atau mikroorganisme ke dalam tubuh manusia dan

berkembang biak sehingga menimbulkan gejala penyakit.

2. Saluran pernafasan

Adalah organ mulai dari hidung hingga alveoli beserta organ adneksanya seperti

sinus-sinus, rongga telinga tengah dan pleura.

3. Infeksi Akut

Adalah Infeksi yang langsung sampai dengan 14 hari. batas 14 hari diambil untuk

menunjukkan proses akut meskipun untuk beberapa penyakit yang dapat digolongkan

dalam ISPA proses ini dapat berlangsung lebih dari 14 hari.

2.2 Klasifikasi ISPA

Klasifikasi penyakit ISPA terdiri dari:

a. Bukan pneumonia – mencakup kelompok pasien balita dengan batuk yang tidak

menunjukan gejala peningkatan frekuensi napas yang tidak menunjukan adanya tarikan

dinding dada bagian bawah kearah dalam. Contohnya adalah Common cold, faringitis,

tonsilitis, dan otitis.

b. Pneumonia – didasarkan pada adanya batuk dan atau kesukaran saat bernafas.

Diagnosis gejala ini berdasarkan usia. Batas frekuensi nafas cepat pada anak berusia

dua bulan sampai < 1 th adalah 50x per menit dan untuk anak usia 1- <5 th adalah 40x

per menit.

c. Pneumonia berat – didasarkan pada adanya batuk dan atau kesukaran bernafas disertai

sesak nafas atau tarikan dinding dada bagian bawah kearah dalam (chest indrowing)

pada anak berusia 2 bln- < 5 th. Untuk anak berusia <2 bln, diagnosis pneumonia berat

ditandai dengan adanya napas cepat yaitu frekwensi pernafasan sebanyak 60 kali

permenit atau lebih, atau adanya tarikan yang kuat pada dinding dada bagian bawah

kearah dalam (severe chest indrowing).

4

Page 5: ispa 2015

2.3 Etiologi

Etiologi ISPA terdiri dari :

a. Bakteri : diplococcus pneumonia, pneumococcus, streptococcus pyogenes,

staphylococcus auretus, haemophilus influenza, dan lain-lain.

b. Virus : influenza, adenovirus, sitomegalovirus

c. Jamur : aspergilus sp. Candida albicans, histoplasma, dll.

d. Aspirasi : makanan, asap kendaraan bermotor, BBM (Bahan Bakar Minyak) biasanya

minyak tanah, cairan amion pada saat lahir, benda asing (biji-bijian, mainan plastik

kecil, dll)

ISPA dapat disebabkan oleh virus, bakteria maupun riketsia, sedangkan infeksi

bakterial sering merupakan penyulit ISPA yang disebabkan oleh virus, terutama bila ada

epidemi atau pandemi. Penyulit bakterial umumnya disertai keradangan parenkim.

Virus pernafasan merupakan penyebab terbesar ISPA. Hingga kini telah dikenal lebih

dari 100 jenis virus penyebab ISPA. Infeksi virus memberikan gambaran klinik yang khas

akan tetapi sebaliknya beberapa jenis virus bersama-sama dapat pula memberikan

gambaran yang hampir sama.

2.4 Manifestasi Klinis

Gambaran klinik secara umum yang sering didapat adalah: rinitis, nyeri tenggorokan,

batuk-batuk dengan dahak kuning/putih kental, nyeri retrosternal dan konjungtivitis. Suhu

badan meningkat antara 4-7 hari, disertai malaise, mialgia, nyeri kepala, anoreksia, mual,

muntah-muntah, dan insomnia. Kadang-kadang dapat juga terjadi diare. Bila peningkatan

suhu berlangsung lama biasanya menunjukkan adanya penyulit.

Penentuan adanya tanda bahaya: jika terdapat 1 atau lebih gejala dibawah ini berarti

ada tanda bahaya

1. Tidak bisa minum

2. Kejang

3. Kesadaran menurun

4. Gizi buruk

5

Page 6: ispa 2015

5. Demam atau dinginn(khusus untuk bayi berusia <2bulan)

Gambaran klinik radang yang disebabkan oleh infeksi sangat tergantung pada :

- Karakteristik inokulum.

- Daya tahan tubuh.

- Umur.

Karakteristik Inokulum meliputi ukuran aerosol, jumlah dan tingkat virulensi jasad

renik yang masuk. Daya tahan tubuh seseorang tergantung pada utuhnya sel epitel mukosa,

gerak mukosilia, makrofag alveoli dan IgA.

Umur mempunyai pengaruh besar. ISPA yang terjadi pada anak bayi akan

memberikan klinik yang lebih jelek bila dibandingkan dengan orang dewasa. Gambar

klinik yang jelek dan tampak lebih berat tersebut terutama disebabkan oleh infeksi virus

pada bayi dan anak yang belum memeperoleh kekebalan alamiah. Penyebab infeksi dikenal

tiga cara penyebab infeksi yaitu:

1. Melalui aerosol yang lembut, terutama oleh karena batuk.

2. Melalui aerosol yang lebih kasar, terjadi pada waktu batuk dan bersin-bersin.

3. Melalui kontak langsung/tidak langsung dari benda yang telah dicemari jasad renik

(hand to hand transmission).

Pada infeksi virus, transmisi diawali dengan penyebab virus ke daerah sekitar

terutama melalui bahan sekresi hidung. Virus yang menyebabkan pada ISPA terdapat 10-

100 kali lebih banyak didalam mukosa hidung daripada mukosa faring. Dari beberapa

penelitian klinik, laboratorium dan penilitian lapangan, diperoleh kesimpulan bahwa

sebenarnya kontak hand to hand (lihat butir 3) merupakan modus yang terbesar bila

dibandingkan dengan cara penularan aerogen (yang semula banyak diduga sebagai

penyebab utama).

Di dikenal 6 gambaran sindrom ISPA yang disebabkan virus

1. Sindroma korisa (Coryzal/Common Cold Syndrome)

Sindroma ini ditandai dengan peningkatan sekresi hidung, bersin-bersin, hidung

buntu, kadang-kadang sekresi air mata konjungtivitis ringan. Sekresi hidung mula-mula

6

Page 7: ispa 2015

cair kemudian mukoid dan selanjutnya menjadi purulen. Obstruksi sinus paranasalis

dan tuba eustachii disebabkan oleh sembab mukosa dan sering menimbulkan nyeri

kepala dan nyeri setempat. Sindroma korisa biasanya diawali dengan suara serak dan

rasa nyeri tenggorok. Kadang-kadang disertai keluhan sistemik berupa nyeri kepala,

mialgia, malaise, rasa lemah malas dan rasa dingin. Penyebab sindroma ini biasanya

rhinovirus, parainfluenza I dan II, echovirus, coxsackie dan RSV.

2. Sindroma faring (Pharygeal Syndrome)

Gambaran klinik yang menonjol adalah suara serak dan nyeri tenggorok dengan

derajat ringan sampai berat. Terdapat keradangan faring dan pembesaran adenoid serta

tonsil, kadang-kadang adenoid sangat besar sehingga menimbulkan obstruksi pada

hidung. Kadang bercak-bercak serta eksodasi berwarna didapatkan pada permukaan

tonsil disertai pembesaran kelenjar dileher. Sering dijumpai penderita dengan dengan

batuk-batuk, tanpa disertai korisa.

Gejala umum sindroma faring berupa panas dingin, malaise, nyeri/pegal seluruh

badan, nyeri kepala dan kadang-kadang suara parau. Penyabab utama sidroma ini

adalah adenovirus, tetapi dapat juga disebabkan oleh virus influenz, parainflueza,

coxsackie dan echovirus. Bila penyebab ISPA didalam satu keluarga ialah adenovirus

dan enterovirus, maka proses penyakit dapat berlangsung lama karena virus masih tetap

ditemukan dalam tinja selama berminggu-minggu.

3. Sindroma Faringo konjungtiva

Merupakan varian dari sindroma faring yang disebabkan oleh virus yang sama.

Gejala klinik diawali dengan faringitis yang berat kemudian diikuti dengan

konjungtivitis yang sering kali bilateral. Dapat pula dimulai dengan konjungtivitis yang

berlangsung 1-2 minggu sebelum gejala faringitis itu sendiri. Pada sindroma

faringokonjungtiva didapatkan fotofobi dan nyeri pada bola mata. Sindroma ini banyak

terdapat pada anak sekolah dan penggemar berkemah pada musim semi dan panas.

4. Sindroma Influenza

Gambaran yang menonjol pada sindroma influenza adalah gangguan fisik cukup

berat, dengan gejala batuk, meriang, panas badan, lemah badan, nyeri kepala, nyeri

tenggorok, nyeri retrosternal, nyeri seluruh tubuh, malaise dan anoreksia. Gejala-gejala

7

Page 8: ispa 2015

ini terjadi secara mendadak dan dengan cepat dapat menular ke semua anggota keluarga

dalam satu rumah.

Pada proses penyakit yang ringan, sindroma influenza sering kali mempunyai

gambaran klinik yang menyerupai sindroma korisa atau sindroma faring. Pada pandemi

cenderung terjadi gambaran klinik yang lebih jelek yang disebabkan adanya infeksi

sekunder oleh bakteri.

5. Sindroma Herpangina

Gambaran klinik sindroma herpangina berupa vesikel-vesikel yang terdapat di

dalam mulut dan faring. Vesikel ini kemudian mengalami ulserasi dengan tepi yang

membengkak, disertai nyeri tenggorokan, nyeri kepala dan pabas badan. Penyebab

sindroma herpangina adalah virus Coxsackie A dan umumnya menyerang anak-anak.

6. Sindroma Laringotrakeobronkitis Obstruktif Akuta (Croup Syndrome)

Pada anak-anak, gambaran klinik dari sindroma laringotrakeobronkitis obstruktif

akuta tampak gawat dan berat berupa batuk-batuk, sesak nafas yang disertai stridor

inspirasi, sianosis serta gangguan-gangguan sistemik lain.

Napas cepat bila anak berusia:

1. <2bulan : 60 kali per manit atau lebih

2. 2 bulan - <1tahun : 50 kali per menit atau lebih

3. 1 tahun – 5 tahun : 40 kali per menit tau lebih

2.5 Patofisiologi

Perjalanan klinis penyakit ISPA dimulai dengan berinteraksinya virus dengan tubuh.

Masuknya virus sebagai antigen ke saluran pernafasan menyebabkan silia yang terdapat

pada permukaan saluran nafas bergerak ke atas mendorong virus ke arah faring atau dengan

suatu tangkapan refleks spasmus oleh laring. Jika refleks tersebut gagal maka virus

merusak lapisan epitel dan lapisan mukosa saluran pernafasan (Kending dan Chernick,

1983).

Iritasi virus pada kedua lapisan tersebut menyebabkan timbulnya batuk kering

(Jeliffe, 1974). Kerusakan stuktur lapisan dinding saluran pernafasan menyebabkan

kenaikan aktifitas kelenjar mukus yang banyak terdapat pada dinding saluran nafas,

8

Page 9: ispa 2015

sehingga terjadi pengeluaran cairan mukosa yang melebihi noramal. Rangsangan cairan

yang berlebihan tersebut menimbulkan gejala batuk (Kending and Chernick, 1983).

Sehingga pada tahap awal gejala ISPA yang paling menonjol adalah batuk.

Adanya infeksi virus merupakan predisposisi terjadinya infeksi sekunder bakteri.

Akibat infeksi virus tersebut terjadi kerusakan mekanisme mukosiliaris yang merupakan

mekanisme perlindungan pada saluran pernafasan terhadap infeksi bakteri sehingga

memudahkan bakteri-bakteri patogen yang terdapat pada saluran pernafasan atas seperti

streptococcus pneumonia, haemophylus influenza dan staphylococcus menyerang mukosa

yang rusak tersebut (Kending dan Chernick, 1983). Infeksi sekunder bakteri ini

menyebabkan sekresi mukus bertambah banyak dan dapat menyumbat saluran nafas

sehingga timbul sesak nafas dan juga menyebabkan batuk yang produktif. Invasi bakteri ini

dipermudah dengan adanya fakor-faktor seperti kedinginan dan malnutrisi. Suatu laporan

penelitian menyebutkan bahwa dengan adanya suatu serangan infeksi virus pada saluran

nafas dapat menimbulkan gangguan gizi akut pada bayi dan anak (Tyrell, 1980).

Virus yang menyerang saluran nafas atas dapat menyebar ke tempat-tempat yang lain

dalam tubuh, sehingga dapat menyebabkan kejang, demam, dan juga bisa menyebar ke

saluran nafas bawah (Tyrell, 1980). Dampak infeksi sekunder bakteripun bisa menyerang

saluran nafas bawah, sehingga bakteri-bakteri yang biasanya hanya ditemukan dalam

saluran pernafasan atas, sesudah terjadinya infeksi virus, dapat menginfeksi paru-paru

sehingga menyebabkan pneumonia bakteri (Shann, 1985).

Penanganan penyakit saluran pernafasan pada anak harus diperhatikan aspek

imunologis saluran nafas terutama dalam hal bahwa sistem imun di saluran nafas yang

sebagian besar terdiri dari mukosa, tidak sama dengan sistem imun sistemik pada

umumnya. Sistem imun saluran nafas yang terdiri dari folikel dan jaringan limfoid yang

tersebar, merupakan ciri khas system imun mukosa. Ciri khas berikutnya adalah bahwa IgA

memegang peranan pada saluran nafas atas sedangkan IgG pada saluran nafas bawah.

Diketahui pula bahwa sekretori IgA (sIgA) sangat berperan dalam mempertahankan

integritas mukosa saluran nafas (Siregar, 1994).

Dari uraian di atas, perjalanan klinis penyakit ISPA ini dapat dibagi menjadi empat

tahap, yaitu:

9

Page 10: ispa 2015

a. Tahap prepatogenesis, penyebab telah ada tetapi penderita belum menunjukkan reaksi

apa-apa.

b. Tahap inkubasi, virus merusak lapisan epitel dan lapisan mukosa. Tubuh menjadi lemah

apalagi bila keadaan gizi dan daya tahan sebelumnya memang sudah rendah.

c. Tahap dini penyakit, dimulai dari munculnya gejala penyakit.Timbul gejala demam dan

batuk.

d. Tahap lanjut penyakit, dibagi menjadi empat, yaitu dapat sembuh sempurna, sembuh

dengan ateletaksis, menjadi kronis dan dapat meninggal akibat pneumonia.

2.6 Asuhan Keperawatan

1. Pengkajian Kepewatan

a. Identitas 

Sering terjadi pada lansia, bayi & anak karena belum membentuk ketahanan

terhadap berbagai jenis virus

b. Keluhan Utama 

(Demam, batuk kadang-kadang, hidung dan tenggorokan kering, muntah)

c. Riwayat Penyakit Sekarang

Kondisi klien saat diperiksa

d. Riwayat Penyakit Dahulu

(apakah klien pernah mengalami penyakit seperti yang dialaminya sekarang)

e. Riwayat penyakit keluarga

(adakah anggota keluarga yang pernah mengalami sakit seperti penyakit klien)

f.  Riwayat sosial

(lingkungan tempat tinggal klien)

g. Pemeriksaan fisik difokuskan pada pengkajian sistem pernafasan

1. Inspeksi

Membran mukosa hidung-faring tampak kemerahan

Tonsil tampak kemerahan dan edema

Tampak batuk tidak produktif

Tidak ada jaringan parut pada leher

10

Page 11: ispa 2015

Tidak tampak penggunaan otot-otot pernafasan tambahan, pernafasan

cuping hidung.

2. Palpasi

Adanya demam

Teraba adanya pembesaran kelenjar limfe pada daerah leher/nyeri tekan

pada nodus limfe servikalis

Tidak teraba adanya pembesaran kelenjar tyroid

3. Perkusi

Suara paru normal (resonance)

4. Auskultasi

Suara nafas vesikuler/tidak terdengar ronchi pada kedua sisi paru

h. Aktivitas, istirahat

Aktivitas, istirahat anak menurun/terganggu karena adanya sesak nafas, batuk

dan demam

2. Diagnosa Keperawatan

1.     Bersihan jalan nafas tidak  efektif  berhubungan dengan  penurunan ekspansi paru.

2.     Hipertermi berhubungan dengan invasi mikroorganisme.

11

Page 12: ispa 2015

3. Intervensi

No DXTujuan dan Kriteria

HasilIntervensi Respon

1.

2.

Bersihan jalan

nafas tidak

efektif  b/d

penurunan

ekspansi paru.

Hipertermi b/d

invasi

mikroorganisme

Tujuan :

Setelah dilakukan

tindakan selama 1x24

jam, jalan nafas pasien

normal

Kriteria Hasil :

1. Mendemonstrasika

n batuk efektif dan

suara nafas yang

bersih, tidak ada

sianosis dan

dyspneu (mampu

mengeluarkan

sputum, mampu

bernafas dengan

mudah, tidak ada

pursed lips)

2. Tanda Tanda vital

dalam rentang

normal (tekanan

darah, nadi,

pernafasan)

Tujuan :

Setelah dilakukan

- Anjurkan

pasien

batuk

efektif,

nafas

dalam

- Ukur

TTV

setiap 6

jam sekali

- Berikan

oksigen

tambahan

sesuai

indikasi

- kompres

air biasa

- beri obat

a. Membersihkan

jalan nafas dan

memudahkan

aliran oksigen

b. Membantu

mencegah

pneumonia

c. Menurunkan

konsumsi

oksigen/kebutuha

n dan

meningkatkan

inflamasi paru

maksimal

- penghantar

panas

menggunakan

12

Page 13: ispa 2015

tindakan 1x24 jam

demam turun

Kriteria Hasil :

  1. Suhu tubuh dalam

rentang normal

 2. Nadi dan RR dalam

rentang normal

 3. Tidak ada perubahan

warna kulit dan tidak

ada pusing

parasetam

ol

air biasa

- penurun panas

13

Page 14: ispa 2015

4. Implementasi

No. Tgl/ Jam Dx Implementasi Respon

1. 22 April 2013

14.00

1 - Menganjurkan pasien batuk

efektif, nafas dalam

- Mengukur TTV setiap 6 jam

sekali

- Memberikan oksigen

tambahan sesuai indikasi

- Pasien merasa lebih

ringan

- Pasien nampak lebih

nyaman

2. 22 April 2013

14.00

2 - Mengkompres dengan air

biasa

- Memberi obat parasetamol

sesuai anjuran dokter

- Demam pasien turun

S:37˚C

14

Page 15: ispa 2015

5. Evaluasi

No Hari/ Tanggal Pukul No. Dx Evaluasi Hasil

1.

2.

Senin, 23 April

2013

Senin, 23 April

2013

11.00

11.00

I

II

S : Klien Mengatakan dapat bernapas secara

normal

O :

Rr :16- 20

TD: 120/90 mmHg

S: 370C

N: 80x/menit

A : masalah teratasi

P : Intervensi dihentikan

S : Klien mengatakan badannya tidak panas lagi

O : suhu badan 370c

A :masalah teratasi

P : Intervensi dihentikan

15

Page 16: ispa 2015

BAB III

PENUTUP

3.1 Kesimpulan

ISPA merupakan penyakit penyebab kematian bayi dan sering menempati urutan

pertama diangka kematian balita. Selama bertahun-tahun ISPA merupakan problem

kesehatan yang menyita banyak perhatian para praktisi kedokteran dan kesehatan

masyarakat. Penyebab kematian dari ISPA yang terbanyak karena pneumonia. Klasifikasi

penyakit ISPA tergantung kepada pemeriksaan dan tanda-tanda bahaya yang diperlihatkan

penderita, Penatalaksanaan dan pemberantasan kasus ISPA diperlukan kerjasama semua

pihak, yaitu peran serta masyarakat terutama ibu-ibu, dokter, para medis dan tim kesehatan

untuk menunjang keberhasilan menurunkan angka kematian sesuai harapan pembangunan

nasional

3.2 Saran

Karena ISPA merupakan penyebab kematian bayi dan penyebab kematian ISPA

terbanyak karena pneumonia, maka diharapkan penyakit saluran pernapasan

penanganannya dapat diprioritaskan. Disamping itu penyuluhan kepada ibu-ibu tentang

penyakit ISPA perlu ditingkatkan dan dilaksanakan secara berkesinambungan, serta

penatalaksanaan dan pemberantasan kasus ISPA yang sudah dilaksanakan sekarang ini,

diharapkan lebih ditingkatkan lagi.

16

Page 17: ispa 2015

Daftar Pustaka

Alsagaff, Hood. 2006. Dasar-dasar ilmu penyakit paru. Surabaya : Airlangga University

Press

Widoyono. 2011. Penyakit tropis. Jakarta: Erlangga

17

Page 18: ispa 2015

18