islam masa khulafaur rasydin kel 3
TRANSCRIPT
10
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Pendidikan islam merupakan suatu hal yang paling utama bagi suatu negara, karena
maju dan keterbelakangan suau negara akan ditentukan oleh tinggi dan rendahnya
tingkat pendidikan warga negaranya. Salah satu bentuk pendidikan yang mengacu
kepada pembangunan tersebut yaitu pendidikan agama adalah modal dasar yang
merupakan tenaga penggerak yang tidak ternilai harganya bagi pengisian aspirasi
bangsa, karena dengan terselenggaranya pendidikan agama secara baik akan membawa
dampak terhadap pemahaman dan pengamalan ajaran agama.
Pendidikan islam bersumber kepada Al-Qur’an dan Hadis adalah untuk membentuk
manusia yang seutuhnya, yakni manusia yang beriman dan bertaqwa terhadap Allah
SWT. , dan untuk memelihara nilai-nilai kehidupan manusia agar dapat menjalankan
seluruh kehidupannya, sebagai mana yang telah ditentukan Allah dan Rasul-Nya, demi
kebahagiaan di dunia dan akherat atau dengan kata lain, untuk mengembalikan manusia
kepada fitrahnya, yaitu memanusiakan manusia, supaya sesuai dengan hendak Allah
yang menciptakan sebagai hamba dan khalifah di muka bumi.
Manusia adalah makhluk yang selalu merindukan kesempurnaan, oleh karena itu
dengan segala potensi yang dimilikinya, manusia berusaha maju dan berkembang untuk
mencapai kesempurnaannya itu. Manusia setiap saat membutuhkan belajar dari
lingkungan atau alam semesta dan juga diperlukan dari luar yang oleh Slamet Imam
Santoso disebut dengan istilah Pendidikan.
Dengan demikian, jelaslah bahwa proses kependididkan merupakan rangkaian usaha
membimbing, mengarahkan potensi hidup manusia, dan kemampuan belajar yang
dilandasi oleh nilai-nilai islam. Berbicara masalah sejarah pendidikan Islam, paling
tidak ada dua hal yang perlu diperhatikan tentang rumusan sejarah pendidikan Islam.
Cabang ilmu pengetahuan yang berhubungan dengan pertumbuhan dan perkembangan
dan perkembangan pendidikan islam sejak zaman Nabi Muhammad SAW. Sampai
sekarang. Pendidikan islam mulai dilaksanakan Rasulullah setelah mendapatkan
perintah dari Allah melalui Firman-Nya QS. 74 : 1-7 langkah awal yang ditempuh oleh
Nabi Muhammad SAW adalah menyeru keluarganya, sahabat-sahabatnya, tetangga,
dan masyarakat luas.
10
Pada masa Nabi, negara Islam meliputi seluruh jazirah Arab dan pendidikan Islam
berpusat di Madinah, setelah Rasulullah wafat kekuasaan pemerintahan Islam dipegang
oleh Khulafaur Rasyidin dan wilayah Islam telah meluas di Jazirah Arab. Para khalifah
ini memusatkan perhatiannya kepada pendidikan, syiarnya agama, dan kokohnya
negara Islam.
Apa dan bagaimana pola pendidikan yang dterapkan oleh para khulafaur rasyidin pada
masanya, sehingga dapat dijadikan perbandingan terhadap proses pendidikan pada masa
sekarang. Makalah yang sederhana ini akan mencoba mengupas persoalan tersebut.
B. Rumusan Masalah
1. Masa khalifah Abu Bakar as-Siddiq
2. Masa Umar Bin Khattab
3. Masa Khalifah Utsman Bin Affan
4. Masa khalifah Ali bin Abi Thalib
5. Pusat-pusat pendidikan pada masa khulafaur Rasyidin.
10
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian Khulafaur Rasyidin
Khalifah secara khusus maksudnya adalah pengganti Nabi Muhammad saw sebagai
Imam umatnya, dan secara kondisional juga menggantikannya sebagai penguasa sebuah
identitas kedaulatan Islam (negara). Sebagaimana diketahui bahwa Muhammad saw
selain sebagai Nabi dan Rasul juga sebagai Imam, Penguasa, Panglima Perang, dan lain
sebagainya.
Yang dimaksud dengan Khulafaur Rasyidin adalah para pemimpin pengganti
Rasulullah dalam mengatur kehidupan umat manusia yang adil, bijaksana, cerdik, selalu
melaksanakan tugas dengan benar dan selalu mendapat petunjuk dari Alloh. Tugas
Khulafaur Rasyidin adalah menggantikan kepemimpinan Rasulullah dalam mengatur
kehidupan kaum muslimin. Jika tugas Rasulullah terdiri dari dua hal yaitu tugas
kenabian dan tugas kenegaraan. Maka Khulafaur Rasyidin bertugas menggantikan
kepemimpinan Rasulullah dalam masalah kenegaraan yaitu sebagai kepala Negara atau
kepala pemerintahan dan pemimpin agama. Adapun tugas kerosulan tidak dapat
digantikan oleh Khulafaur Rasyidin karena Rasulullah adalah Nabi dan Rosul yang
terakhir. Setelah Beliau tidak ada lagi Nabi dan Rosul lagi.
Tugas Khulafaur Rasyidin sebagai kepala Negara adalah mengatur kehidupan
rakyatnya agar tercipta kehidupan yang damai, adil, makmur, aman, dan sentosa.
Sedangkan sebagai pemimpin agama Khulafaur Rasyidin bertugas mengatur hal-hal
yang berhubungan dengan masalah keagamaan. Bila terjadi perselisihan pendapat maka
Khalifah yang berhak mengambil keputusan. Meskipun demikian Khulafaur Rasyidin
dalam melaksanakan tugasnya selalu mengutamakan musyawarah bersama, sehingga
setiap kebijakan yang diambil tidak bertentangan dengan kaum muslimin. Sahabat
Rasulullah yang termasuk Khulafaur Rasyidin adalah:
1. Abu Bakar As Shiddiq (11 – 13 H / 632 – 634 M)
2. Umar Bin Khattab (13 – 23 H / 634 – 644 M)
3. Utsman Bin Affan (24 – 36 H / 644 – 656 M)
4. Ali Bin Abi Thalib(36 – 41 H / 656 – 651)
10
B. MASA KEPEMIMPINAN KHULAFAUR RASYIDIN
1. Masa Khalifah Abu Bakar as-Siddiq (11 – 13 H / 632 – 634 M)
Abu Bakar merupakan orang yang pertama kali masuk islam ketika islam mulai
didakwakan. Baginya tidaklah sulit untuk mempercayai ajaran yang dibawa oleh
Muhammad SAW. Dikarenakan sejak kecil, ia telah mengenal keagungan
Muhammad. Setelah masuk islam, ia tidak segan untuk menumpahkan segenap
jiwa dan harta bendanya untuk Islam. Tercatat dalam sejarah, dia pernah
membela Nabi ketika Nabi disakiti oleh suku Quraisy,menemani Rasul Hijrah,
membantu kaum yang lemah dan memerdekakannya, seperti terhadap Bilal ,
setia dalam peperangan dll.
Hartanya banyak dikorbankan untuk kepentingan dakwah islam. Kesetiaan Abu
Bakar terhadap islam dan Rasulullah tidak diragukan lagi. Oleh karena itu ,
Rasulullah memilih Abu Bakar menjadi sahabat perjalanan hijrah ke Yastrib.
Selain itu ia juga pernah ditunjuk Rosul sebagai penggantinya untuk
mengimami shalat ketika Nabi sakit.
Proses Pengangkatan Abu Bakar sebagai Khalifah :
Rasulullah meninggal dunia pada tahun 11 H (632 M). setelah sebagian
penduduk Arabia masuk islam. Wafatnya Rasulullah menghadirkan masyarakat
islam kepada situasi kritis kepemimpinan. Ketika Rasulullah masih hidup tidak
pernah menunjuk diantara sahabat yang menggantikannya sebagai pemimpin
umat islam. Bahkan tidak pula membentuk suatu dewan yang dapat menentukan
siapa penggantinya.
Setelah Nabi wafat, sebagai pemimpin umat Islam adalah Abu Bakar as-Siddiq
sebagai Khalifah. 1
a. Problematika ketika kepemimpinan Abu Bakar As-shidiq :
- Penyelesaian Kaum Riddat dan Nabi Palsu
Gerakan riddah bermula menjelang Nabi Muhammad jatuh sakit. Ketika
tersiar berita beliau, maka gerakan berbelok agama itu meluas di wilayah
bagian tengah, timur, selatan sampai Madinah dan Makkah, tempat itu
sudah di kepung ketika Abu Bakar menjadi sebagi khalifah. Gerakan riddat
itu bermula dengan kemunculan tiga tokoh yang mengaku dirinya Nabi,
guna menyayangi Nabi Muhammad SAW, yaitu Musailamah Thuia,
Aswad Al-Insah. Para Nabi palsu tersebut pada umumnya menarik hati para
1 Badri Yatim, Sejarah Peradaban Islam, (Jakarta : PT. Grafindo Persada, 2001) Hlm. 36
10
orang islam dengan membebaskan prinsip-prinsip moralis dan upacara
keagamaan seperti membolehkan minuman-minuman keras, berjudi.
Mengurangi Sholat lima waktu menjadi tiga, puasa Rhamadan di hapus,
mengubah pembayaran zakat yang wajib menjadi sukarela dan meniadakan
batasan dalam perkawinan. Gerakan Nabi palsu itu berusaha mengusai dan
mempengaruhi masyarakat islam dengan menggerakkan pasukan untuk
masuk ke daerah-daerah dan mereka semakin gencar melaksanakan
misinya. Dengan sikap Khalifah Abu Bakar membentuk sebelas pasukan
dan menyerahkan Al-liwa, (panji pasukan) kepada masing-masing pasukan.
Untuk menumpas hal tersebut Ia membentuk sebelas pasukan masing-
masing dipimpin oleh panglima perang yang tangguh seperti Khalid bin
Walid, Amr bin Ash, Ikrimah bin Abu Jahal, dan Surabil bin Basanah.
Dalam waktu singkat. Seluruh kekacauan dan pemberontakan. Yang terjadi
dalam Negeri dapat ditumpas dengan sukses. Dalam penumpasan ini banyak
umat Islam yang gugur, yang terdiri dari sahabat dekat Rasulullah dan para
Hafidz Al-Qur’an, sehingga mengurangi jumlah sahabat yang hafal Al-
Qur’an. Oleh karena itu, Umar Ibn Khattab menyarankan kepada khalifah
Abu Bakar Untuk mengumpulkan ayat-ayat Al-Qur’an kemudian untuk
merealisasikan saran tersebut diutuslah Zaid bin Tsabit untuk
mengumpulkan semua tulisan Al-Qur’an.2
Pola pendidikan pada masa Abu Bakar masih seperti pada masa Nabi, baik
dari segi materi maupun lembaga pendidikannya.
Dari segi materi pendidikan Islam terdiri dari pendidikan Tauhid atau
keimanan, akhlak ibadah, kesehatan dan lainnya.
1. Pendidikan Keimanan, yaitu menanamkan bahwa satu-satunya yang
wajib disembah adalah Allah SWT.
2. Pendidikan Akhlak, seperti adab masuk rumah orang, sopan santun
bertetangga, bergaul dalam masyarakat, dll. Pendidikan ibadah seperti
pelaksanaan shalat, puasa, zakat, haji, dll.
3. Kesehatan seperti kebersihan, gerak gerik dalam shalat merupakan
didikan untuk memperkuat jasmani dan rohani.3
- Timbulnya kemunafikan dan kemurtadan
2 Slamet Imam Santoso, Pendidikan di Indonesia dari Masa ke masa (Mas Agung, Jakarta, 1987). Hlm. 523 Hanun Asroh, Sejarah Peradaban Islam (Jakarta: Wacana Ilmu, 2001). Hlm : 36
10
Hal ini disebabkan adanya anggapan bahwa setelah Nabi Muhammad SAW.
Wafat, maka segala perjanjian Nabi menjadi terputus. Adapun orang murtad
pada waktu itu ada dua: yaitu
a) Mereka yang menganggap Nabi dan pengikutnya, termasuk didalamnya
orang yang meninggalakan sholat, zakat dan kembali mmelakukan
kebiasaqan jahliah.
b) Mereka membedakan antara sholat dan zakat, tidak mau mengakui
kewajiban zakat dan mengeluarkannya.
b. Realitas ketika kepemimpinan Abu Bakar As-shidiq
- Peristiwa Tsaqifah Bani Sa’idah
Sejarah mengatakan bahwa meninggalnya Nabi SAW tidak meninggalkan
wasiat orang yang akan menggatikannya. Lalu mereka bermusyawarah di
Tsaqifah bani Sa’idah guna memilih pengganti Rasulullah untuk memimpin
umat islam. Pihak dari ansor mencalonkan sa’ad bin Ubaidah, sedangkan
pihak lain menghendaki Ali bin Abi Thalib sebagai penganti beliau.
Peristiwa itu diketahui umar, kemudian ia pergi ke kediaman Nabi dan
mengutus seorang untuk menemani Abu Bakar. Kemudian ia berangkat dan
dalam perjalanan ia bertemu dengan Ubaidah bin Jarrah. Setibannya dibalai
Bani Sa’ad, ia mendapat dua golongan besar kaum Anshar dan Muhajirin
sedang bersitegang
- Sistem Politik Islam Masa Khalifah Abu Bakar
Adapun sistem politik islam pada masa Abu Bakar bersifat “sentral” jadi
kekuasaan legeslatif, eksekutif, dan yudikatif terpusat ditangan Khalifah,
meskipun sedemikian dalam memutuskan suatu masalah, Abu Bakar selalu
mengajak para sahabat untuk bermusyawarah. Karena sistem musyawarah
yang dijalankan Abu Bakar dalam pemerintahannya, itu makin memperkuat
persatuan itu.
- Mengirim pasukan dibawah pimpinan Usamah bin Zaid
Untuk memerangi kaum Romawi sebagai realisasi dari rencana Rasulullah,
ketika Beliau masih hidup. Sebenarnya dikalangan para sahabat termasuk
Umar bin Khattab banyak yang tidak setuju dengan kebijaksanaan khalifah
10
ini. Alasan mereka, karena dalam negeri sendiri pada saat itu timbul gejala
kemunafikan dan kemurtadan yang merambah untuk menghancurkan islam
dari dalam. Tapi Abu bakar tetap mengirim pasukan usamah untuk
menyerbu Romawi, sebab menurutnya hal itu merupakan perintah Nabi
SAW.
- Amanat Baitul Mal
Para sahabat Nabi, beranggap bahwa Baitul Mal adalah amanat Allah dan
masyarakat kaum muslimin. Karena itu mereka tidak mengizinkan
pemasukan sesuatu kedalamnya dan pengeluaran pada sesuatu darinya.
Yang berlawanan dengan apa yang telah ditetapkan oleh syari’at. Mereka
mengharamkan tindakan penguasa yang menggunakan Baitul Mal untuk
mencapai tujuan pribadi.
- Kekuasaan Undang-Undang
Abu Bakar tidak pernah menempatkan diri beliau di atas Undang-undang.
Beliau juga tidak pernah memberi sanak kerabatnya suatu kekuasaan yang
lebih tinggi dari Undang-undang. Dan mereka itu dihadapkan Undang-
undang adalah sama seperti rakyat yang lain, baik kaum Muslimn maupun
non Muslim.4
2. Masa Khalifah Umar bin Khattab (13 – 23 H / 634 – 644 M)
Abu Bakar telah menyaksikan persoalan yang timbul di kalangan kaum
muslimin setelah Nabi wafat, berdasarkan hal inilah Abu Bakar menunjukan
penggantinya yaitu Umar bin Khattab, yang tujuannya adalah untuk mencegah
supaya tidak terjadi perselisihan dan perpecahan di kalangan umat Islam,
kebijakan Abu Bakar tersebut ternyata diterima masyarakat.5
Pada masa khalifah Umar Bin Khattab, kondisi politik dalam keadaan stabil,
usaha perluasan wilayah Islam memperoleh hasil yang gemilang. Wilayah Islam
pada masa Umar bin Khattab meliputi semenanjung Arabia, Palestina, Syiria,
Irak, Persia, dan Mesir. Dengan meluasnya wilayah Islam mengakibatkan
meluas pula kehidupan dalam segala bidang. Untuk memenuhi kebutuhan ini
4 Asama Hasan Fahmi, Sejarah dan Filsafat Pendidikan Islam (Jakarta : Bulan Bintang ) Hlm. 305 Yatim Badri. Op. Cit. Hl 38
10
diperlukan manusia yang memiliki keterampilan dan keahlian, sehingga dalam
hal ini diperlukan pendidikan.
Pada masa Khalifah Umar bin Khattab, sahabat-sahabat yang sangat
berpengaruh tidak diperbolehkan untuk keluar daerah kecuali atas izin dari
khalifah dan dalam waktu yang terbatas. Jadi, kalau ada iantara umat Islam yang
ingin belajar hadis harus pergi ke Madinah, ini berarti bahwa penyebaran ilmu
dan pengetahuan para sahabat dan tempat pendidikan adalah terpusat di
Madinah.
Meluasnya kekuasaan Islam, mendorong kegiatan pendidikan Islam bertambah
besar, karena mereka yang baru menganut agama Islam ingin menimba Ilmu
keagamaan dari sahabat-sahabat yang menerima langsung dari Nabi. Pada masa
ini terjadi mobilitas penuntut ilmu dari daerah-daerah yang jauh dari Madinah,
sebagai pusat agama Islam. Gairah menuntut ilmu agama islam yang kemudian
mendorong lahirnya sejumlah pembidangan disiplin keagamaan. 6
Berdasarkan kesimpulan di atas masa Khalifah Umar bin Khattab lebih maju di
bidang Pendidikan, pemerintahan Negara Islam.
a) Kepemerintahan Umar bin Khattab
Umar Bin Khattab adalah orang yang paling baik dan paling berilmu tentang
al-Kitab dan as-Sunnah setelah Abu Bakar As Siddiq. Dalam masa
kepemimpinan sepuluh tahun Umar bin Khattab, penaklukan-penaklukan
penting dilakukan Islam. Tak lama sesudah Umar bin Khattab memegang
tampuk kekuasaan sebagai khalifah, pasukan Islam menduduki Suriah dan
Palestina, yang kala itu menjadi bagian Kekaisaran Byzantium. Dalam
pertempuran Yarmuk (636), pasukan Islam berhasil memukul habis
kekuatan Byzantium. Damaskus jatuh pada tahun itu juga, dan Darussalam
menyerah dua tahun kemudian. Menjelang tahun 641, pasukan Islam telah
menguasai seluruh Palestina dan Suriah, dan terus menerjang maju ke daerah
yang kini bernama Turki. Tahun 639, pasukan Islam menyerbu Mesir yang
juga saat itu di bawah kekuasaan Byzantium. Dalam tempo tiga tahun,
penaklukan Mesir diselesaikan dengan sempurna.
Kebijaksanaan dan keadilan Umar bin Khattab ini dilandasi oleh
kekhawatirannya terhadap rasa tanggung jawabnya kepada Allah SWT.
Sehingga jauh-jauh hari Umar bin Khattab sudah mempersiapkan
6 Sukarno dan Ahmad Supardi, Sejarah dan Filsafat Islam ( Bandung : Angkasa, 2008) hlm 51.
10
penggantinya jika kelak dia wafat. Sebelum wafat, Umar berwasiat agar
urusan khilafah dan pimpinan pemerintahan, dimusyawarahkan oleh enam
orang yang telah mendapat ridha Nabi SAW. Mereka adalah Utsman bin
Affan, Ali bin Abu Thalib, Thalhah bin Ubaidilah, Zubair binl Awwam,
Sa'ad bin Abi Waqqash, dan Abdurrahman bin Auf. Umar menolak
menetapkan salah seorang dari mereka, dengan berkata, aku tidak mau
bertanggung jawab selagi hidup sesudah mati. Kalau AIlah menghendaki
kebaikan bagi kalian, maka Allah akan melahirkannya atas kebaikan mereka
(keenam orang itu) sebagaimana telah ditimbulkan kebaikan bagi kamu oleh
Nabimu.
b) Wafatnya Umar bin Khattab
Pada hari Rabu bulan Dzulhijah tahun 23 H Umar Bin Kattab wafat, Beliau
ditikam ketika sedang melakukan Shalat Subuh oleh seorang Majusi yang
bernama Abu Lu’luah, budak milik al-Mughirah bin Syu’bah diduga ia
mendapat perintah dari kalangan Majusi. Umar bin Khattab dimakamkan di
samping Nabi saw dan Abu Bakar as Siddiq, beliau wafat dalam usia 63
tahun.
3. Utsman Bin Affan (24 – 36 H / 644 – 656 M)
Nama lengkapnya adalah Utsman ibn Abil Ash ibn Umaiyah. Beliau masuk
islam atas seruan Abu Bakar Siddiq. Beliau termasuk saudagar besar dan kaya
dan sangat pemurah menafkahkan kekayaannya untuk kepentingan umat islam.
Utsman diangkat menjadi khalifah hasil dari pemilihan panitia enam yang
ditunjuk oleh khalifah Umar bin Khattab menjelang beliau akan meninggal.
Panita tersebut adalah : Utsman, Ali bin Abi Thalib, Thalah, Zubair bin Awwam,
Saad bin Abi Waqash, dan Abdurrahman bin ‘Auf.
Pada masa Utsman bin Affan, pelaksanaan pendidikan islam tidak jauh
berbeda dengan masa sebelumnya. Pendidikan di masa ini hanya melanjutkan
apa yang telah ada, namun hanya sedikiti terjadi perubahan yang ewarnai
pendidikan islam. Para sahabat yang berpengaruh dan dekat dengan Rasulullah
yang tidak diperbolehkan meninggalkan Madinah di Masa khalifah Umar,
diberikan kelonggaran untuk keluar dan menetap di daerah-daerah yang mereka
10
sukai. Kebijakan ini sangat besar pengaruhnya bagi pelaksanaan di daerah-
daerah.
Khalifah Utsman sudah merasa cukub dengan pendidikan yang sudah
berjalan. Namun begitu ada satu usaha yang cemerlang yang telah terjadi di
masa ini yang berpengaruh luar biasa bagi pendidikan islam, yaitu untuk
mengumpulkan ayat-ayat al-Qur’an. Penyalinan ini terjadi karena perselisihan
dalam bacaan al-Quran. Berdasarkan hal ini, khalifah Umar memerintahkan
kepada tim untuk penyalinan tersebut, mereka adalah : Zaid bin Tsabit,
Abdullah bin Zubair, Zaid bin Ash, Abdurrahman bin Harris.
Bila terjadi pertikaian bacaan, maka harus d ambil pedoman kepada dialek
suku Quraisy, sebab Al-Qur’an ini di turunkan menurut dialek mereka sesuai
dengan lisan Quraisy, karena al-Qur’an diturunkan dengan lisan Quraisy. Ziad
bin Tsabit bukan orang Quraisy sedangkan ketiganya adalah orang Quraisy.
Tugas mendidik dan mengajar pada umat pada masa Utsman bin Affan
diserahkan kepada umat itu sendiri, maksudnya pemerintah tidak mengangkat
guru-guru, dengan demikian para pendidik sendiri melaksanakan tugasnya
hanya dengan mengharapkan keridhaan Allah SWT.
Pada masa khalifah Utsman bin Affan tidak banyak terjadi perkembangan
pendidikan, kalau dibandingkan dengan masa kekhalifahan Umar bin Khattab,
sebab pada masa khalifah Utsman urusan pendidikan diserahkan saja kepada
rakyatnya. Dan apabila dilihat dari segi kondisi pemerintahan Utsman banyak
timbul pergolakan dalam masyarakat sebagai akibat ketidaksenangan mereka
terhadap kebijkan Utsman yang mengangkat kerabatnya dalam jabatan
pemerintahan.
a) Usaha-usaha yang dilakukan
- Perluasan Wilayah Islam
Seperti yang telah dikemukakan diatas bahwasanya Utsman harus bekerja lebih
keras lagi dalam mempertahankan dan melanjutkan perjuangan panji Islam
sebab berbagai ancaman dan rintangan akan semakin berat untuknya mengingat
pada masa sebelumnya telah tersiar tanda-tanda adanya negeri yang pernah
ditaklukkan oleh Islam hendak berbalik memberontak padanya. Banyak
kesulitan, tetapi beliau sanggup meredakan dan menumpas segala
pembangkangan mereka, bahkan pada masa ini Islam berhasil tersebar hampir
10
ke seluruh belahan dunia mulai dari Anatolia, dan Asia kecil, Afganistan,
Samarkand, Tashkent, Turkmenistan, Khurasan dan Thabrani Timur hingga
Timur Laut seperti Libya, Aljazair, Tunisia, Maroko dan Ethiopia. Maka Islam
lebih luas wilayahnya jika dibandingkan dengan Imperium sebelumnya yakni
Romawi dan Persia karena Islam telah menguasai hampir sebagian besar daratan
Asia dan Afrika.
- Pembentukan Armada Laut Islam Pertama
Ide atau gagasan untuk membuat sebuah armada laut Islam sebenarnya telah ada
sejak masa kekhalifahan Umar Ibn khattab namun beliau menolaknya lantaran
khawatir akan membebani kaum muslimin pada saat itu. Setelah kekhalifahan
berpindah tangan pada Utsman maka gagasan itu diangkat kembali
kepermukaan dan berhasil menjadi kesepakatan bahwa kaum muslimin memang
harus ada yang mengarungi lautan meskipn sang khalifah mengajukan syarat
untuk tidak memaksa seorangpun kecuali dengan sukarela. Berkat armada laut
ini wilayah Islam bertambah luas setelah menaklukkan pulau Cyprus meski
harus melewati peperangan yang melelahkan.
- Kodifikasi Al-Qur’an
Masa penyusunan Al-Qur’an memang telah ada pada masa Khalifah Abu Bakar
atas usulan Umar Bin Khattab yang kemudian disimpan ditangan istri Nabi
Hafsah binti Umar. Berdasar pertimbangan bahwa banyak dari para penghafal
Al-Qur’an yang gugur usai peperangan Yamamah. Kini setelah Ustman
memegang tonggak kepemimpinan dan bertambah luas pula wilayah kekuasaan
Islam maka banyak ditemukan perbedaan lahjah dan bacaan terhadap Al-
Qur’an. Inilah yang mendorong beliau untuk menyusun kembali Al-Qur’an yang
ada pada Hafsah dan menyeragamkannya kedalam bahasa Quraisy agar tidak
terjadi perselisihan antara umat dikemudian hari. Seperti halnya kitab suci umat
lain yang selalu berbeda antar sekte yang satu dengan yang lainnya.
- Akhir Masa Kepemimpinan Ustman Bin Affan
10
Satu dekade pertama kepemimpinan Ustman adalah masa yang dipenuhi dengan
prestasi penting dan kesejahteraan ekonomi yang tiada duanya, terkecuali pada
dua tahun terakhir yang berbanding terbalik dengan sebelumnya kondisi serba
sulit akibat merebaknya fitnah dan kedengkian musuh-musuh Islam yang
diarahkan padanya sehingga beliau syahid dengan amat tragis pada jum’at sore
18 Dzulhijjah 35 H ditangan pemberontak Islam.
4. Ali Bin Abi Thalib(36 – 41 H / 656 – 651)
Ali bin Abi Thalib bin Abdul Muthalib adalah putra dari paman Rasulullah dan
suami dari fatimah anak dari Rasulullah. Ali bin Abi Thalib diasuh dan dididik
oleh Nabi. Ali terkenal sebagai anak yang mula-mula beriman kepada
Rasulullah. Ali adalah khalifah yang keempat setelah Utsman bin Affan. Pada
pemerintahannya sudah diguncang peperangan dengan Aisyah (istri Nabi)
beserta Thalah dan Abdullah bin Zubair karena kesalahpahaman dalam
menyikapi pembunuhan terhadap Utsman peperangan diantara mereka disebut
perang Jamal (unta) karena Aisyah menggunakan kendaraan Unta. Setelah
berhasil mengatasi pemberontakan Aisyah, muncul pemberontakan lain,
sehingga masa kekuasaan Khalifah Ali tidak pernah mendapatkan ketenangan
dan kedamaian.
Muawiyah sebagai gubernur di Damaskus memberontak untuk menggulingkan
kekuasaan. Peperangan ini disebut dengan peperangan Siffin, karena terjadi di
Siffin. Ketika tentara Muawiyah terdesak oleh pasukan Ali, maka Muawiyah
segera segera mengambil siasat untuk menyatakan tahkim (penyelesaian dalam
adil dan damai). Semula Ali menolak, tapi karena desakan bagian dari
tentaranya akhirnya Ali Menerima, namun tahkim malah menimbulkan
kekacauan, sebab Muawiyah bersikap curang, sebab tahan tanding di Damaskus.
Sementara itu sebagian tentara yang menentang keputusan Ali dengan cara
tahkim, meninggalkan Ali dan membuat kelompok tersendiri yaitu khawarij.
Kesimpulan di atas bahwa pada masa Ali telah terjadi kekacauan dan
pemberontakan, sehingga dimasa ia berkuasa pemerintahannya tidak stabil.
Dengan kericuhan politik pada masa Ali berkuasa, kegiatan islam mendapat
hambatan dan gangguan. Pada masa itu Ali tidak sempat memikirkan masalah
pendidikan sebab keseluruhan perhatiannya ditumpahkan pada masalah
keamanan dan kedamaian bagi masyarakat Islam. Dengan demikian, pola
10
pendidikan Khulafur Rasyidin tidak jauh berbeda dengan masa Nabi yang
menekan pada pengajaran baca tulis dan ajaran-ajaran Islam yang bersumber
pada al-Qur’an dan Al-Hadis.
setelah dibai’at, khalifah Ali mengambil langkah-langkah politik yaitu:
1. Memecat para pejabat yang diangkat oleh Utsman, termasuk didalamnya
beberapa gubernur lalu menunjuk penggantinya.
2. Mengambil tanah yang telah dibagikan Utsman kepada keluarga dan kaum
kerabatnya.
3. Memberikan kepada kaum muslimin tunjangan yang diambil dari bait al-mal,
seperti yang pernah dilakukan oleh Abu Bakar, pemberian dilakukan secara
merata, tanpa membedakan sahabat yang lebih dulu memeluk agama Islam
atau yang belakangan.
4. Meninggalkan kota Madinah dan menjadikan kota Kufah sebagai pusat
pemerintahan.7
5. Pusat-pusat Pendidikan pada masa Khulafaur Rasyidin
1. Madrasah Makkah (Mekkah. Guru pertama di Mekkah adalah Muaz bin Jabal
yang mengajarkan AL-Qur’an dan Fiqh.)
Guru pertamanya yaitu Mu’az bin Jabal, ia mengajarkan agama islam dan mana
yang halal dan mana yang haram dalam islam. Kemudian khalifah abdul malik
bin marwan, abdullah bin abbas, pergi ke mekkah dan mengajar di masjidil
haram, ia mengajarkan tafsir, fiqh dan sastra, dan dialah yang membangun
madrasah mekkah yang termahsyur di seluruh negara islam. Kemudian
digantikan murid-muridnya tabi’in yaitu mujahid bin jabar yang termahsyur
meriwayatkan tafsir al qur’an dari ibn abbas. Athak bin abu rabah yang
termahsyur dalam ilmu fiqh terutama dalam manasik haji. Thawus bin
kaisan,yaitu seorang fukaha dan mufti.
2. Madrasah Madinah (Madinah. Sahabat yang terkenal antara lain : Abu Bakar,
Utsman bin Affan, Ali bin Abi Thalib, dan sahabat-sahabat lainnya.)
7 Ahmad Jamil, Sejarah Kebudaya Dinamika Islam (Gresik:Putra Kembar Jaya,2011), hal 22
10
Disinilah tempat sahabat-sahabat nabi saw dan ulama-ulama yang termahsyur
seperti Umar bin khattab, Ali bin abi thalib, Zaid bin sabit, Abdullah bin umar
bin khattab, mereka bekerja sebagai guru, Zaid bin sabit adalah ahli qiraat dan
ahli fiqh, terutama dalam faraid. Abdullah bin umar adalah ahli hadits, ia
mengumpulkan hadits-hadits serta menuliskanya, kemudian meriwayatkanya
kepada murid-muridnya. Setelah mereka wafat maka digantikan oleh murid-
muridnya yaitu Said bin Al Musaiyab yaitu murid Zaid bin sabit. Urwah bin Az
Zubair bin Al awam. Dan madrasah madinah ini melahirkan imam malik bin
anas, imam madinah.
3. Madrasah Basrah (Basrah.sahabat yang termasyur antara lain Abu Musa al-
Asy’Ary dia adalah seorang ahli fiqh dan al-Qur’an.)
Ulama yang termahsyur disisni adalah Abu Musa Al Asy’ari yang ahli dalam
fiqh dan hadits dan ahli Qur’an, dan Annas bin Malik yang termahsyur di ahli
hadits. Madrasah Basrah ini melahirkan Al Hasan Basry yang ahli dalam fiqh,
taswauf, dan ia tidak hanya mengajarkan pelajaran kepada murid-muridnya tapi
menceritakan kisah-kisah, dan Ibn Sirin ia belajar kepada zaid bin sabit, ia ahli
hadis dan fiqh. Mereka hidup di masa umayyah nanti.
4. Madrasah Kuffah (Kuffah. Sahabat yang termasyur disini adalah Ali bin Abi
Thalib dan Abdullah bin Mas’ud. Abdullah bin Mas’ud mengajarkan Al-Qur’an
ia adalah Ahli Tafsir, Hadis, dan Fiqh.)
Ulama yang tinggal disini adalah Ali bin abi thalib dan Abdullah bin mas’ud,
pekerjaan ali diirak adalah soal politik dan peperangan ia tidak sempat
mengajarkan pendidikan, sedangkan abdullah bin mas’ud mengajarkan al
Qur’an dan ilmu agama, tafsir dan fiqh. Dan dia diutus ke kuffah untuk menjadi
guru oleh umar bin khattab, dan ia melahirkan enam ulama besar seperti al
qamah, al aswad, masruq, ubaidah, al haris, dan amr, dan mereka menggantikan
abdullah untuk menjadi guru di kuffah, mereka bukan saja belajar dikuffah tapi
mereka pergi kemadinah belajar dengan umar bin khattab,ali bin abi thalib,
abdullah bin abbas, mu’az bin jabal dan lain-lain.
5. Madrasah Damsyik
10
Damasyik (Syam). Setelah Syam (Syiria) menjadi bagian negara Islam dan
penduduknya banyak beragama Islam. Maka khalifah Umar mengirimkan tiga
orang ke negara itu. Mereka adalah : Mu’az bin Jabal (di Palestina),
Ubaidah(Hims), dan Abu Darda’(di Damsyik).
Dan mereka mengajarkan al Qur’an dan ilmu agama pada tiga tempat yaitu :
abud-dardak di damasyik, mu’az bin jabal di palestina, dan ubadah di hims.
Kemudian mereka digantikan oleh ulama –ulama seperti umar bin abdul aziz
dan lain-lain.
6. Madrasah Fistat ( Mesir )
Mesir telah menjadi pusat ilmu-ilmu agama, dan ulama yang pertama kali
mendirukanya adalah Abdullah bin amr bin al’as, ia ahli dengan kata yang
sebenarnya karena ia tidak hanya mendengar hadits dari nabi tapi hadits tersebut
dituliskanya dalam catatanya, sehingga ia tidak lupa jika ia meriwayatkan hadits
kepada murid-muridnya. Kemudian setelah Abdullah bin amar yang termahsyur
di madrasah mesir adalah Yazid bin abu habib an nuby. Dan ia yang mula-mula
menyiarkan fiqh yang halal dan haram dalam islam, kemudian setelah dia
tekenal Abdullah bin abu ja’far bin rabi’ah.
Jadi ulama-ulama yang besar terus meluas seiring dengan berkembangnya
agama islam, dan merekalah yang mendirikan madrasah-madrasah pada tiap-tiap
kota, diantara mereka yang termahsyur adalah : Abdullah bin umar di Madinah,
Abdullah bin mas’ud di kuffah, Abdullah bin Abbas di Makkah, Abdullah bin
amr bin al ash di mesir. 8
BAB III
PENUTUP
8 Badri Yatim, Op. Cit hlm 51
10
KESIMPULAN
Dari masa pemerintahan Abu Bakar as-Siddiq sampai masa pemerintahan Ali bin
Abi Thalib mengalami perbedaan dalam sistem perluasan pendidikan Islam. Pada masa
pemerintahan Abu Bakar beliau mengumpulkan ayat-ayat Al-Qur’an kemudian untuk
merealisasikan Al-Qur’an.
Pada masa kekhalifahan Umar bin Khattab pendidikan Islam, Pada masa ini terjadi
mobilitas penuntut ilmu dari daerah-daerah yang jauh dari Madinah, sebagai pusat
agama Islam.
Pada masa kekhalifahan Utsman bin Affan di masa ini yang berpengaruh luar biasa
bagi pendidikan islam, yaitu untuk mengumpulkan ayat-ayat al-Qur’an. Penyalinan ini
terjadi karena perselisihan dalam bacaan al-Quran. Pada masa khalifah Utsman bin
Affan tidak banyak terjadi perkembangan pendidikan, kalau dibandingkan dengan masa
kekhalifahan Umar bin Khattab, sebab pada masa khalifah Utsman urusan pendidikan
diserahkan saja kepada rakyatnya.
Dan pada masa kekhalifahan Ali bin Abi Thalib banyak terjadi kericuhan dan
peperangan, sehingga perkembangan pendidikan islam hanya melanjutkan dari khalifah
yang sebelumnya, yaiutu Utsman bin Affan.
Pusat pusat pendidikan Islam pada masa Khulafaur Rasyidin terdapat di, Mekkah,
Madinah, Damaskus, Kuffah, Damsyik (Syam), dan Mesir.
DAFTAR PUSTAKA
10
1. Badri Yatim, Sejarah Peradaban Islam, (Jakarta : PT. Grafindo Persada, 2001).
2. Slamet Imam Santoso, Pendidikan di Indonesia dari Masa ke masa (Mas Agung,
Jakarta, 1987).
3. Hanun Asroh, Sejarah Peradaban Islam (Jakarta: Wacana Ilmu, 2001).
4. Sukarno dan Ahmad Supardi, Sejarah dan Filsafat Islam ( Bandung : Angkasa,
2008).
5. Ahmad Jamil, Sejarah Kebudaya Dinamika Islam (Gresik:Putra Kembar
Jaya,2011).