suasana belajar dan pengembangan ilmu pada masa ... · web viewsuasana belajar dan...

25
Suasana Belajar dan Pengembangan Ilmu Pada Masa Khulafaur Rasyidin Oleh : Sayonara Nim : 2013920014 Abstraksi Pengembangan ilmu adalah sebuah keniscayaan dalam kehidupan manusia. Dengan ilmu sebuah komunitas biasa dapat dengan cepat menjadi masyarakat utama lalu menjadi bangsa besar mengalahkan bangsa-bangsa terdahulu. Dengan ilmu juga sebuah bangsa besar akan menjadi lebih besar, lebih kokoh dan senantiasa menjadi inspirasi bangsa lain yang ingin bangkit dari ketertinggalan. Demikianlah yang terlihat dari sejarah perjalanan masyarakat Arabia yang kecil, terkota-kotak dan terpisah, secara dramatis tumbuh menjadi bangsa yang besar bahkan mampu mengalahkan kebudayaan Yunani dan Persia yang menjadi negara adikuasa pada masa itu. Kehadiran Islam dengan jargon “mengeluarkan manusia dari kegelapan menuju terang benderang”, ditandai dengan semangat menuntut ilmu. Revoluasi bermula dari sebuah pena. Kata Kunci (Key) : khulafaur rasyidin, pengembangan ilmu, suasana belajar Islam dan Pengetahuan Dari proses lahirnya Islam dengan memperhatikan gerak lintas periode yang ditumbuh kembangkannya, dapat disimpulkan bahwa Islam adalah agama yang sarat dengan ajaran yang mendorong tumbuhnya ilmu pengetahauan. 1 Ajaran tentang ilmu 1 Lihat Hamid Fahmi Zarkasyi, “Islam sebagai Pandangan Hidup: kajian Teoritis dalam Merespon Perang Pemikiran”, dalam Prof. DR. H.M. Dien Syamsudin, MA (dkk.), Pemikiran Muhammadiyah: Respon Terhadap Liberalisasi Islam (Surakarta, Muhammadiyah University Press, 2005), h. 25

Upload: duongtuong

Post on 13-Mar-2018

216 views

Category:

Documents


1 download

TRANSCRIPT

Page 1: Suasana Belajar dan Pengembangan Ilmu Pada Masa ... · Web viewSuasana Belajar dan Pengembangan Ilmu Pada Masa Khulafaur Rasyidin Oleh : Sayonara Nim : 2013920014 Abstraksi Pengembangan

Suasana Belajar dan Pengembangan Ilmu Pada Masa Khulafaur Rasyidin

Oleh : SayonaraNim : 2013920014

Abstraksi

Pengembangan ilmu adalah sebuah keniscayaan dalam kehidupan manusia. Dengan ilmu sebuah komunitas biasa dapat dengan cepat menjadi masyarakat utama lalu menjadi

bangsa besar mengalahkan bangsa-bangsa terdahulu. Dengan ilmu juga sebuah bangsa besar akan menjadi lebih besar, lebih kokoh dan senantiasa menjadi inspirasi bangsa lain yang ingin bangkit dari ketertinggalan. Demikianlah yang terlihat dari sejarah perjalanan

masyarakat Arabia yang kecil, terkota-kotak dan terpisah, secara dramatis tumbuh menjadi bangsa yang besar bahkan mampu mengalahkan kebudayaan Yunani dan Persia yang

menjadi negara adikuasa pada masa itu. Kehadiran Islam dengan jargon “mengeluarkan manusia dari kegelapan menuju terang benderang”, ditandai dengan semangat menuntut

ilmu.

Revoluasi bermula dari sebuah pena.

Kata Kunci (Key) : khulafaur rasyidin, pengembangan ilmu, suasana belajar

Islam dan Pengetahuan

Dari proses lahirnya Islam dengan memperhatikan gerak lintas periode yang ditumbuh kembangkannya, dapat disimpulkan bahwa Islam adalah agama yang sarat dengan ajaran yang mendorong tumbuhnya ilmu pengetahauan.1 Ajaran tentang ilmu pengetahuan dalam Islam yang cikal bakalnya adalah konsep-konsep kunci dalam wahyu itu kemudian ditafsirkan ke dalam berbagai bidang kehidupan dan akhirnya berakumulasi dalam bentuk peradaban-peradaban yang kukuh. Suatu peradaban yang lahir dan tumbuh atas dukungan tradisi intelektual yang berbasis wahyu. Islam sangat mementingkan ilmu pengetahuan dan menganjurkan pemeluknya supaya menuntut ilmu. Ayat-ayat Al-Qur'an yang mula-mula diturunkan berisikan perintah basmi buta huruf dan buta ilmu :

Bacalah dengan (menyebut) nama Tuhanmu yang menciptakan. Dia telah menciptakan manusia dari segumpal darah. Bacalah, dan Tuhanmulah yang Maha

1 Lihat Hamid Fahmi Zarkasyi, “Islam sebagai Pandangan Hidup: kajian Teoritis dalam Merespon Perang Pemikiran”, dalam Prof. DR. H.M. Dien Syamsudin, MA (dkk.), Pemikiran Muhammadiyah: Respon Terhadap Liberalisasi Islam (Surakarta, Muhammadiyah University Press, 2005), h. 25

Page 2: Suasana Belajar dan Pengembangan Ilmu Pada Masa ... · Web viewSuasana Belajar dan Pengembangan Ilmu Pada Masa Khulafaur Rasyidin Oleh : Sayonara Nim : 2013920014 Abstraksi Pengembangan

pemurah, yang mengajar (manusia) dengan perantaran kalam. Dia mengajar kepada manusia apa yang tidak diketahuinya. Qs. Al-‘Alaq : 1-5

Allah menyatakan bahwasanya tidak ada Tuhan melainkan Dia (yang berhak disembah), yang menegakkan keadilan. Para Malaikat dan orang-orang yang berilmu (juga menyatakan yang demikian itu). tak ada Tuhan melainkan Dia (yang berhak disembah), yang Maha Perkasa lagi Maha Bijaksana. Qs. Qs. Ali-Imran (3): 18

Hai orang-orang beriman apabila kamu dikatakan kepadamu: "Berlapang-lapanglah dalam majlis", Maka lapangkanlah niscaya Allah akan memberi kelapangan untukmu. dan apabila dikatakan: "Berdirilah kamu", Maka berdirilah, niscaya Allah akan meninggikan orang-orang yang beriman di antaramu dan orang-orang yang diberi ilmu pengetahuan beberapa derajat. dan Allah Maha mengetahui apa yang kamu kerjakan. Qs. Al Mujaadilah : 11

(Apakah kamu Hai orang musyrik yang lebih beruntung) ataukah orang yang beribadat di waktu-waktu malam dengan sujud dan berdiri, sedang ia takut kepada (azab) akhirat dan mengharapkan rahmat Tuhannya? Katakanlah: "Adakah sama orang-orang yang mengetahui dengan orang-orang yang tidak mengetahui?" Sesungguhnya orang yang berakallah yang dapat menerima pelajaran. Qs. Az-Zumar : 9

Rasul sendiri menganjurkan para Sahabat dan kaum muslimin agar menuntut ilmu dan belajar, bahkan disuruhnya juga untuk mempelajari ilmu-ilmu dan bahasa-bahasa musuh. Banyak hadis Nabi yang memerintahkan belajar, antara lain :

Tuntutlah ilmu dari buaian hingga ke liang lahat (Al Hadis)

Orang berilmu (ulama) itu adalah pewaris dari nabi-nabi. Hr. Abu Daud, Tirmidzi, dari Abi Darda’

Barangsiapa dikehendaki Allah akan memperoleh kebaikan, niscaya dianugerahi-Nya pemahaman dalam agama dan diilhami-Nya petunjuk. Hr. Bukhari – Muslim dari Mu’awiyah.

Sedemikian besar perhatian Islam terhadap ilmu, tidaklah heran sumbangsih dan kegemaran menuntut ilmu demikian tinggi. Framework yang dipakai pada awal lahirnya tradisi keilmuwan ini sudah tentu adalah kerangka konsep keilmuan Islam (Islamic scientific Conceptual Scheme). Indikasi adanya kerangka konseptual ini adalah usaha-usaha para ilmuwan untuk menemukan beberapa istilah teknis keilmuan yang rumit dan canggih. Istilah-istilah yang diderivasi dari kosa kata Al-Qur'an dan Hadis nabi termasuk diantaranya: ‘ilm, fiqh, usul, ijtihad, ijma’, qiyas, ‘aql, idrak, wahm, tadabbur, tafakkur, hikmah, yaqin, wahyu, tafsir, ta’wil, ‘alam, kalam, nutq, zann, haqq, batil, haqiqah, ‘adam, wujud, sabab, khalq, khulq, dahr, sarmad, zaman, azal, abad, fitrah, kasb, khayr, ikhtiyar, sharr, halal,

Page 3: Suasana Belajar dan Pengembangan Ilmu Pada Masa ... · Web viewSuasana Belajar dan Pengembangan Ilmu Pada Masa Khulafaur Rasyidin Oleh : Sayonara Nim : 2013920014 Abstraksi Pengembangan

haram, wajib, mumkin, iradah dan lain sebagainya, menunjukkan adanya kerangka konsep keilmuan.2

Dari keseluruhan istilah tehni tersebut istilah ‘ilm yang berulang kali disebut dalam berbagai ayat Al-Qur'an, adalah istilah sentral yang berkaitan dengan keseluruhan kegiatan belajar mengajar. Istilah ‘ilm itu sejatinya adalah ilmu pengetahuan wahyu itu sendiri atau sesuatu yang diderivasi dari wahyu atau yang berkaitan dengan wahyu, meskipun kemudian dipakai untuk pengertian yang lebih luas dan mencakup pengetahuan manusia.

Istilah kedua yang juga sangat sentral adalah istilah Fiqh, yang dalam Al-Qur'an (9: 122)3 menggambarkan kegiatan pemahaman terhadap diin, termasuk pemahaman Al-Qur'an dan Hadis, yang keduanya disebut ‘ilm. Jadi, Fiqh (tafaqquh) pada periode ini, bukan dalam pengertian hukum, akan tetapi kegiatan ilmiah untuk memahami ajaran agama Islam (tafaqquh fi al-diin) dari sumber wahyu. Dalam kegiatan ini umat Islam telah metode tersendiri dalam memahami makna-makna ayat demi ayat, membandingkan suatu ayat dengan ayat lain, menafsirkan ayat dengan hadis ataupun memahami ayat dengan ra’yi. Dengan adanya metode dan objek materi yang khusus fiqh sudah dapat dikatakan sebagai ilmu. Karena luasnya objek materi yang dibahas, maka fiqh, pada periode awal Islam dapat dianggap sebagai induk dari segala ilmu dalam Islam, yang daripadanya kemudian lahir berbagai disiplin ilmu yang lain. Semua ini membuktikan wujudnya tradisi ilmiah dalam Islam.

Tentu saja perkembangan ilmu itu tidak dengan serta merta berkembang seketika,

ada proses dan lintas periode (masa) yang dilalui, sampai akhirnya ilmu menjadi semakin menyempurna. Terkait dengan hal tersebut , tulisan kami ini hanya akan membahas tentang suasana dan perkembangan ilmu pada masa Khulafaur Rasyidin. Secara harfiah kata khilafah berasal dari kata khalf yang berarti wakil, pengganti, dan penguasa. Selanjutnya muncul istilah khilafah yang dapat diartikan sebagai institusi politik Islam, yang bersinonim dengan kata “imamah” yang berarti pemerintahan. Lalu muncul istilah khalifah dan bentuk jamak-nya khulafa’ yang berarti orang yang menggantikan kedudukan orang lain; dan seorang yang mengambil alih tempat orang lain sesudahnya dalam berbagai persoalan.4

Adapun kata al-Rasyidun secara harfiah berasal dari kata rasyada yang berarti cerdas, jujur dan amanah. Dari kata rasyada kemudian berubah menjadi kata benda atau kata nama rasyid dan jamaknya rasyidun yang berarti orang-orang cerdas, jujur dan amanah. Selain itu, khalifah dapat pula diartikan pemimpin yang diangkat sesudah Nabi Muhammad SAW wafat untuk menggantikan beliau melanjutkan tugas-tugas sebagai pemimpin agama dan kepala pemerintahan.5

2 Ibid3 Tidak sepatutnya bagi mukminin itu pergi semuanya (ke medan perang). mengapa tidak pergi dari tiap-tiap golongan di antara mereka beberapa orang untuk memperdalam pengetahuan mereka tentang agama dan untuk memberi peringatan kepada kaumnya apabila mereka telah kembali kepadanya, supaya mereka itu dapat menjaga dirinya. Qs. At Taubah (9) : 122

4 Lihat Prof.Dr.H.Abudin Nata, MA, Sejarah Pendidikan Islam, (Jakarta, Kencana, Cet.2, 2014), hal. 111-1125 Ibid

Page 4: Suasana Belajar dan Pengembangan Ilmu Pada Masa ... · Web viewSuasana Belajar dan Pengembangan Ilmu Pada Masa Khulafaur Rasyidin Oleh : Sayonara Nim : 2013920014 Abstraksi Pengembangan

Dalam catatan sejarah Islam, penyebutan Khulafaur Rasyidin tertuju pada kepemimpinan empat Sahabat Nabi pasca kewafatan Rasulullah SAW, yaitu Abu Bakar Ash-Shiddiq yang memerintah selama 2 tahun (12-13 H/632-634 M), Umar bin Khattab selama 10 tahun (13-23 H/634-644 M), Usman bin Affan selama 12 tahun (644-655 M) dan Ali bin Abi Thalib memerintah selama 6 tahun. Dan suasana belajar dan pengembangan ilmu pada masa inilah yang akan kami jelaskan dalam makalah ini.

Suasana Belajar dan Pendidikan Masa Abu Bakar Ash Shiddiq (632 - 634 M)

Situasi Politik Pada Masa Abu Bakar Ash Shiddiq

1. Suksesi Kepemimpinan.

Abu Bakar Ash-Shiddiq lahir di Mekah pada tahun 568 M atau 55 tahun sebelum hijrah. Nama lengkapnya adalah Abdullah bin Ustman bin ‘Amr bin Ka’b bin sa’d bin taim bin Murrah At Taimi. Dia merupakan khalifah pertama dari Al-Khulafa'ur Rasyidin , sahabat Nabi Muhammad SAW yang terdekat dan termasuk di antara orang-orang yang pertama masuk Islam (as-sabiqun al-awwalun). Dia mendapat gelar Ash-Shiddiq karena ia bergegas membenarkan kerasulan Rasullulah terutama pada keesokan hari pada peristiwa "Isra Mi’raj".6

Abu Bakar Ash-Shiddiq terpilih melalui musyawarah oleh sejumlah tokoh Muhajirin dan Anshar yang berkumpul di balai kota Bani Sa’idah, Madinah. Pertemuan politik itu merupakan peristiwa sejarah yang penting bagi umat Islam. Suatu peristiwa yang mengikat mereka tetap berada dalam satu kepemimpinan pemerintahan, sebagai penerus pemerintahan Rasul. Dan terpilihnya Abu Bakar Ash-Shiddiq menjadi khalifah pertama, menjadi dasar terbentuknya sistem khilafah dalam Islam, yang terkenal dengan khilaf Khulafaur Rasyidin’al-Rasyidin. Dimana Pemilihan Abu Bakar Ash-Shiddiq tersebut tidak didasarkan pada sitem keturunan, atau karena keseniorannya dan atau karena pengaruhnya. Tetapi karena beliau memiliki kapasitas pemahaman agama yang tinggi, berakhlak mulia. dermawan dan paling dahulu masuk Islam serta sangat dipercaya oleh Nabi. Seandainya pemilihan didasarkan pada keturunan, kesenioran dan pengaruh, tentulah mereka akan memilih Saad bin Ubadah, pemimpin golongan Khajraj, atau Abu Sufyan, pemimpin Bani Umayah, dan atau Al-Abbas, pemuka golongan Hasyimi. Mereka ini lebih senior dan berpengaruh dari Abu Bakar Ash-Shiddiq.7 Sistem ini berlangsung hingga awal abad 20 dengan corak yang berlainan. Pemerintahan model khilafah di dunia Islam berakhir di Turki sejak Mustafa Kemal menghapusnya pada tgl 3 Mei 1924.8

Ada silang pendapat tentang posisi Ali bin Abi Thalib. Salah satu hadits yang diriwayatkan oleh Ibnu Syuhab Al Azhari menyatakan bahwa Ali bin Abi Thalib beserta keluarga Hasyimi dan Zubeir bin Awwam melakukan bai'at terhadap Abu Bakar Ash-Shiddiq

6 Hasan Ibrahim Hasan, Sejarah Kebudayaan Islam, Jakarta: Kalam Mulia, 2006, hal, 393.

7 Ibid, h.1078 Joesoef Sou’yb, Sejarah Daulat Khulafaur Rasyidin, 1979, Bulan Bintang, hal.107

Page 5: Suasana Belajar dan Pengembangan Ilmu Pada Masa ... · Web viewSuasana Belajar dan Pengembangan Ilmu Pada Masa Khulafaur Rasyidin Oleh : Sayonara Nim : 2013920014 Abstraksi Pengembangan

pada masa 6 bulan belakangan, yakni sesudah Fatimah putri rasul wafat.9 Keterlambatan itu, ditafsirkan Ali tidak setuju dengan pembai’atan Abu Bakar Ash-Shiddiq. Akan tetapi diriwayat yang lain menyebutkan bahwa Ali telah lebih dahulu berba’at kepada Abu Bakar Ash-Shiddiq, namun karena perselisihan Abu Bakar Ash-Shiddiq dengan Fatimah tentang kebon warisan Rasulullah, maka Ali sengaja tidak merapat ke Abu Bakar Ash-Shiddiq, dan baru merapat setelah Fatimah wafat. Dan bai’atnya itu adalah untuk kedua kali.

2. Gerakan Murtad dan Penolakan Membayar Zakat

Wafatnya Rasulullah SAW bukan hanya mengakibatkan perselisihan antara Muhajirin dan Anshar di Madinah, lebih buruk lagi di Makkah sendiri malah sudah bersiap-siap hendak murtad meninggalkan Islam. Mereka yang bersiap murtad disebabkan pemahaman ke Islaman mereka belum begitu mengakar. Penduduk Makkah yang selama 20 tahun di dakwahi dengan Islam justru baru menerimanya setelah penaklukan Makkah, ekspansi Hunain dan pengepungan Taif serta hilangnya kekuasaan Yahudi di Yasrib (Madinah). Sangat wajar jika kemudian agama i ni belum berakar kuat dalam jiwa mereka. Bahkan setelah penaklukan Makkah, kegiatan Nabi tidaklah mereka ikuti, disebabkan jauhnya tempat tinggal mereka dari Madinah yang merupakan pusat tempat pembinaan Nabi Muhammad SAW.10

Hal lain adalah sebagiannya menolak membayar zakat. Mereka yang menolak beranggapan bahwa zakat itu tidak ubahnya pajak yang dibebankan oleh penduduk Madinah terhadap mereka. Kabilah-kabilah yang merasa keberatan membayar zakat ialah mereka yang bertempat tinggal tidak jauh dari Madinah. Tentu saja yang tempatnya lebih jauh akan merasa lebih berhak untuk tidak membayar zakat. Zakat itu adalah kewajiban terhadap Nabi yang menerima wahyu dari Allah. Maka selama Nabi masih hidup merek berkenan membayarnya, akan tetapi jika sudah wafat, kewajiban itu telah menjadi gugur dengan sendirinya. Keadaan ini diperparah dengan sikap penduduk Makkah dan Madinah jauh sebelum Islam datang, dimana mereka merupakan masyarakat bebas dan tidak mau tunduk kepada siapapun, termasuk kepada Persia dan Romawi yang telah menjadi negara adidaya pada masa itu. Dan keduanya (Makkah dan Madinah) sudah pernah berada di bawah pengaruh Persia dan Romawi. Bahkan memiliki amir yang berafiliasi kepada dua negara superpower itu. Jelas saja, dengan wafatnya Nabi, itu menjadi momentum untuk menentang agama baru ini dengan jalan propaganda politik, menganjurkan kekuasaan otonomi dan sebagainya.11

3. Penentangan Pemberangkatan Usamah bin Zaid,

Sebelum Nabi Muhammad SAW wafat, beliau telah menunjukkan Usamah bin Zaid seorang yang baru berusia 20 tahun, sebagai panglima perang untuk menyerang Bani Ghassani yang membunuh utusan yang diberangkatkan nabi. Penolakan terjadi karena masih labilnya situasi di Madinah, dan dengan keberangkatan Usmaha dinilai akan membuat Madinah dalam keadaan kosong. Namun Abu Bakar Ash Shiddiq tetap memutuskan akan 9 Ibid, h.2810 Muhammad Husain Haikal, Abu Bakr As Sidiq, Judul asli As-Siddiq Abu Bkr, cetakan ke 8, 1979, Oleh Dari. Muhammad Husain Haekal, Ph.D, Penerbit Dar antara lain-Maaref, 119 Corniche, Cairo, Egypt, diterjemahkan oleh Ali Audah, cetakan kesembilan, (Jakarta, Pustaka litera AntarNusa, 2009), hal. 57-6011 Ibid

Page 6: Suasana Belajar dan Pengembangan Ilmu Pada Masa ... · Web viewSuasana Belajar dan Pengembangan Ilmu Pada Masa Khulafaur Rasyidin Oleh : Sayonara Nim : 2013920014 Abstraksi Pengembangan

tetap mengirimkan Usamah bin Zaid dan hasilnya hanya 40 hari Usamah bin Zaid pulang dengan membawa banyak harta rampasan perang.

Semua dinamika politik tersebut telah menumbuhkan banyak hal baru dan secara tidak langsung melahirkan pengetahuan baru sekaligus pengembangan ilmu bagaimana Islam sebagai sebuah sistem politik bernegara diterapkan. Seperti kode etik militer di medan peperangan. Abu Bakar Ash-Shiddiq sebelum pasukan Usamah bin Ziad berangkat memberikan nasehat dengan titahnya : “Jangan melakukan pengkhianatan, jangan melakukan pelanggaran, jangan ingkar kepada atasan, jangan melampaui batas, jangan membunuh orang tua, para wanita, dan anak-anak, jangan menebang pohon yang berbuah, jangan membunuh hewan kecuali untuk dimakan. Ingatlah Allah atas karuniaNya kepada kamu. Bertempurlah dengan pedang. wahai Usamah, lakukanlah apa yang telah diperintahkan Nabi dan jangan mengurangi perintahnya”.12 Inilah deklarasi dan prinsip kemnusiaaan yang oleh dunia Barat baru dideklarasikan melalui Deklarasi Paris Tahun 1856 dan Konvensi Geneva tahun 1864 serta deklarasi St. Petersburg tahun 1868 serta Deklarasi Den Haag tahun 1899.13

Keputusan yang diambil Abu Bakar Ash-Shiddiq seperti memerangi pemberontak, pembangkang, melawan kekuatan Persia dan Romawi menunjukkan bahwa ia juga memegang jabatan panglima tertinggi dalam Islam. Hal seperti ini juga berlaku di zaman modern ini dimana seorang kepala negara atau presiden adalah juga sekaligus sebagai panglima tertinggi angkatan bersenjata.14 Fakta historis tersebut menunjukkan bahwa kepemimpinannya telah lulus ujian menghadapi berbagai ancaman dan krisis yang timbul, baik yang berasal dari dalam maupun dari luar. Artinya ia telah sukses besar membangun pranata sosial politik dan pertahanan keamanan pemerintahannya.15

Keberhasilan tersebut tidak lepas dari sikap keterbukaan beliau, yaitu memberikan hak dan kesemapatan yang sama kepada tokoh-tokoh sahabat untuk ikut membicarakan berbagai masalah sebelum ia mengambil keputusan melalui forum musyawarah sebagai lembaga legislatif. Hal ini mendorong para tokoh sahabat khususnya dan umat Islam umumnya berpartisipasi aktif untuk melaksanakan berbagai keputusan yang dibuat. Sedangkan tugas-tugas eksekutif ia delegasikan kepada para sahabat baik untuk pelaksanaan tugas-tugas pemerintahan di Madinah maupun pemerintahan di daerah. Untuk menjalankan tugas-tugas pemerintahan pemerintahan di Madinah ia mengangkat Ali bin Abi Thalib, Usman bin Affan dan Zaid bin Tsabut sebagai katib (sekretaris), dan Abu Ubadah sebagai bendaharawan, mengurus Baitul Mal. Dibidang tugas kemiliteran ia mengangkat panglima-panglima perang sebagai disebut di atas. Untuk tugas yudikatif ia mengangkat Umar bin Khattab sebagai hakim agung.16

Adapun urusan pemerintahan di luar kota Madinah, Abu Bakar Ash-Shiddiq membagi wilayah kekuasaan hukum negara madinah menjadi beberapa propinsi, dan setiap propinsi 12 Ibid, h.10713 Joesoef Sou’yb, Sejarah Daulat Khulafaur Rasyidin, hal, 4014 Muhammad Husain Haikal, Abu Bakr As Sidiq, hal. 11315 Ibid16 Ibid, h. 114

Page 7: Suasana Belajar dan Pengembangan Ilmu Pada Masa ... · Web viewSuasana Belajar dan Pengembangan Ilmu Pada Masa Khulafaur Rasyidin Oleh : Sayonara Nim : 2013920014 Abstraksi Pengembangan

ia menugaskan seorang Amir atau wali (semacam jabatan gubernur). Para Amir tersebut juga bertugas sebagai pemimpin agama yang sebagai pemimpin agama (seperti imam dalam shalat), menetapkan hukum dan melaksanakan undang-undang. Artinya seorang Amir disamping seorang pemimpin agama, sebagai hakim dan pelaksana tugas kepolisian. namun demikian kepada setiap amir, diberi hak untuk mengangkat pembantu-pembantunya seperti katib, ‘amil dan lain sebagainya.

Mengenai praktek pemerintahan Abu Bakar Ash-Shiddiq dibidang pranata sosial ekonomi adalah mewujudkan keadilan dan kesejahteraan sosial rakyat. Untuk kemashlahatan rakyat ini ia mengelola zakat, infaq, sadaqah yang berasal dari kaum muslimin, ghanimah harta rampasan perang dan jizyah dari warga negara non muslim, sebagai sumber pendapatan Baitul Mal.

Sesungguhnya corak kekuasaan (pemerintahan) dapat terbentuk dengan bentuk teokrasi (keagamaan), bentuk teokrasi (pemerintah dan kebangsawanan) atau demokrasi (pemerintah kerakyatan). Dan dari pola sikap yang dikedepankan Abu Bakar Ash Shiddiq, sebagaimana dijelaskan di atas, jelas pemerintahannya adalah pemerintahan berdasarkan demokrasi. Yakni pemerintahan yang mengedepankan aspek syura – permusyawaratan.

Suasana belajar dan Pola Pendidikan

Pola pendidikan pada masa Abu Bakar Ash Shiddiq masih seperti pada Nabi, baik dari segi materi maupun lembaga pendidikannya. Materi pendidikan Islam ditandai dengan pengkajian dan penjelasan Al-Qur'an dan As-Sunnah. Dengan begitu, pendidikan Islam masih bersifat pengenalan dan penguatan aqidah, ibadah dan akhlak. Melalui pelajaran aqidah lahir ilmu tauhid, melalui praktek ibadah lahir ilmu kebersihan dan kesehatan sedangkan dari pelajaran akhlak lahir adab tentang pola hubungan indvidu, sosia-kemasyarakatan dan politik kebangsaan.

Lembaga untuk belajar membaca menulis ini disebut dengan kuttab. Kuttab merupakan lembaga pendidikan yang dibentuk setelah masjid, dan pusat pembelajaran pada masa ini adalah di Madinah, sedangkan yang bertindak sebagai tenaga pendidik adalah sahabat rosul yang terdekat, lembaga pendidikan Islam adalah masjid, masjid dijadikan sebagai benteng pertahanan rohani, tempat pertemuan dan lembaga pendidikan Islam, sebagai sholat berjamaah, membaca Al-Qur’an, dan lain sebagainya.17

Kurikulum pendidikan Islam pada masa Abu Bakar Ash-Shiddiq terdiri dari pendidikan tauhid atau keimanan, akhlak, ibadah, kesehatan, dan lain sebagainya. Pendidikan keimanan yaitu menanamkan bahwa satu-satunya yang wajib disembah adalah Allah. Pendidikan akhlak, seperti adab masuk rumah orang lain, sopan santun bertetangga, bergaul dalam masyarakat dan lain sebagainya. Pendidikan ibadah, seperti pelaksanaan

17 Samsul Nizar, Sejarah Pendidikan Islam, 2009, Jakarta : Kencana Prenada Media Group, hal. 44

Page 8: Suasana Belajar dan Pengembangan Ilmu Pada Masa ... · Web viewSuasana Belajar dan Pengembangan Ilmu Pada Masa Khulafaur Rasyidin Oleh : Sayonara Nim : 2013920014 Abstraksi Pengembangan

sholat, puasa dan haji. Kesehatan, seperti kebersihan, gerak gerik dalam shalat merupakan didikan untuk memperkuat jasmani dan rohani18

Materi pendidikan Islam yang diajarkan pada masa Abu Bakar Ash-Shiddiq adalah pendidikan dasar meliputi (a) membaca dan menulis (b)membaca dan menghapal Al-Qur'an (c) pokok-pokok agama Islam seperti cara wudhu’, shalat, shaum dan sebagainya.19

Mulai pada masa Rasulullah, Abu Bakar Ash-Shiddiq hingga Ali bin Abi Thalib, pemimpin

pemerintahan adalah sekaligus sebagai pemimpin agama. Dengan begitu, apapun yang

menjadi keputusan khalifah adalah bagian dari pemahaman keagamaan yang diidentikkan

dengan pendidikan Islam. Keputusan khalifah dengan sendirinya menjadi yurisprudensi bagi

khalifah-khalifah berikutnya manakala bermaksud menentukan sebuah hukum baru.

Pengaruh Islam Dalam Gerakan Ilmu

Diwaktu Islam datang, dikalangan orang Arab masih banyak yang buta huruf dan buta ilmu terutama dalam kalangan Arab Badawi. Dalam lingkungan kaum Quraisy sendiri hanya terdapat tujuh belas orang yang pandai tulis baca, yaitu : Umar bin Khattab, Ali bin Abi Thalib, Usman bin Affan, Abu Ubaidah bin Jarrah, Thalhah, Yazid bin Abi Sufyan, Abu Khuzaifah, Ibnu Uthbah bin Rabi’ah, Hathib bin Amr, Abu Salamah bin Abdul Asad al-Makhzumi, Abaan bin Said bin Abi Sarkhi Al-Amiri, Khuwaithib bin Abdullah al-Uzza al-Amiri, Abu Sufyan bin Harb, Mu’awiyah bin Abi Sufyan, Juhaim bin Salt dan Ala bin Hadlarami. Dalam kalangan wanita mereka lebih sedikit lagi, yaitu Hafsah dan Ummu Kalsum (Keduanya istri Nabi), Asy-Syifa binti Abdullah al-Adawiyah. Sementara Aisyah dan Ummi Salamah hanya pandai membaca saja, tidak tahu menulis.20

Mereka yang 17 orang tersebut berasal dari suku Quraish. Suku yang terpandang di kalangan suku-suku Arab. Suku-suku lain tentunya tak mampu menandingi kemampuan baca tulis suku Quraish. Di kalangan suku Mudhar lebih sedikit lagi. Sedangkan di kalangan suku Aus dan Khazraj hanya terdapat 11 orang.21

Kedatangan Islam dengan sangat radikal telah membasmi buta huruf dan buta ilmu. Bagi mereka yang pandai menulis ditugaskan menjadi penulis Al-Qur'an disamping menjadi guru. Bahkan mengajar tulis baca dan ilmu pengetahuan, menjadi syarat pertama bagi orang-orang tawanan perang untuk mendapat pembebasan. Hal lain, disamping banyaknya

18 Mahmud Yunus ,Sejarah Pendidikan Islam ,(Jakkarta :Hidayakarya Agung ,1989), hal. 1819 Dr. Armai Arief, MA (Editor), Sejarah Pertumbuhan dan Perkembangan Lembaga Pendidikan Islam Klasik, (Bandung; Angkasa, Cet I, 2004), hal. 13720 Prof. A. Hasjmy, Sejarah Kebudayaan Islam, (Jakarta, Bulan Bintang, Cetakan Kelima, 1995), hal. 72. Lihat juga, 21 Prof.DR.H.jalaluddin, Filsafat Pendidikan Islam Telaah Sejarah dan Pemikirannya, (Jakarta; Kalam Mulia, Cetakan Kedua, 2012), hal. 145

Page 9: Suasana Belajar dan Pengembangan Ilmu Pada Masa ... · Web viewSuasana Belajar dan Pengembangan Ilmu Pada Masa Khulafaur Rasyidin Oleh : Sayonara Nim : 2013920014 Abstraksi Pengembangan

ayat dan hadis nabawi yang mendorong kaum muslimin untuk belajar ilmu pengetahuan, besarnya pengaruh Islam dalam gerakan ilmu disebabkan tiga faktor pendorong yang sangat vital :

1. Penyiaran Agama Islam membutuhkan orang-orang yang pandai tulis baca, karena ayat-ayat Al-Qur'an harus ditulis kemudian dibaca kepada khalayak ramai.

2. Islam mengembangkan berbagai ajaran di tengah-tengah bangsa Arab yang dapat meningkatkan kecerdasan akal mereka seperti sejarah bangsa-bangsa, sejarah hidup para nabi-nabi dengan keadaan ummatnya terutama Yahudi dan Nasrani, hal mana membuat otak mereka berputar. Disamping sejarah, juga Islam mengajarkan hukum seperti : Hukum Perkawinan, perniagaan, ekonomi dan adab hubungan sosial kemasyarakatan, dan lain sebagainya. Semua itu mendatangkan akal, pikiran dan kecerdasan.

3. Dakwah beriman kepada Allah dan sifat-sifatnya, seperti, ilmu, qudrat, iradat dan sebagainya adalah pendorong kuat untuk memperhatikan segala isi langit dan bumi bahkan alam semesta. Apalagi dalam Al-Qur'an banyak sekali terdapat ayat-ayat yang menyuruh kaum muslimin memperhatikan dan mempelajarinya. Tentu saja gerakan dan perkembangan ilmu pengetahuan dalam masa permulaan Islam sangat ditentukan oleh keadaan dan situasi pertumbuhan dan perkembangan dakwah dan keluasan wilayah dengan sendiri meningkat seiring dengan kemajuan dan keluasan wilayah Islam itu sendiri.

Selain pertumbuhan ilmu yang umumnya berpusat di kota-kota yang melahirkan corak sendiri, demikian halnya, periodesasi masa nabi berbeda pula dengan periode masa Sahabat (Khulafaur Rasyidin) dan berbeda lagi pada masa Daulah bani Umayyah, Bani Abbasyiah dan seterusnya. Makalah ini secara khusus membahas gerak langkah Khulafaur Rasyidin dalam bidang pendidikan.

Masa pemerintahan yang singkat, Abu Bakar Ash-Shiddiq lebih disibukkan dengan upaya konsolidasi, penertiban dan pengamanan sebagai akibat munculnya kelompok yang murtad, munculnya nabi palsu sampai ketidak sudian membayar zakat setelah meninggalnya Rasulullah SAW.

Adapun Umar bin Khattab menjadi khalifah juga dilalui dengan musyawarah Abu Bakar Ash-Shiddiq dengan para Sahabat, hal ini dilakukan guna mencegah kemungkinan terjadinya perselisihaan dan perpecahan di kalangan umat Islam. Cara ini ternyata memang dapat diterima oleh masyarakat dan mereka segera memberi bai'at’at kepada Umar bin Khattab.

Masa pemerintahan Umar yang relatif lama (10 tahun), digunakan untuk memperluas wilayah daulah Islamiyah. Pada masa khalifah Umar Bin Khattab, wilayahg Islam telah meliputi Jazirah Arabia, palestina, Syiria, Persia dan Mesir. Pada masanya pula negara dibagi dalam bentuk kewilayahan propinsi yakni Provinsi Makkah, Madianah, Syiria, Jazirah, Basrah, Kufah, Palestina dan Mesir. Selain itu dibentuk pula beberapa departemen, pengaturan sistim gaji dan pajak tanah, pemisahan kekuasaan yudikatif dan eksekutif

Page 10: Suasana Belajar dan Pengembangan Ilmu Pada Masa ... · Web viewSuasana Belajar dan Pengembangan Ilmu Pada Masa Khulafaur Rasyidin Oleh : Sayonara Nim : 2013920014 Abstraksi Pengembangan

dengan mendirikan lembaga peradilan. Membentuk jawatan pekerjaan umum, mendirikan baitul mal, mencetak mata uang negara dan menetapkan tahun hijrah.22

Usman bin Affan adalah khulafaur Rasyidin ketiga, yang diangkat melalui proses pemilihan 6 tim yang terdiri dari Usman, Ali, Thalhah, Zubair, Sa’ad bin Abi Waqas , dan Abdurrahman bin ‘Auf. Tim 6 ini dibentuk Umar saat sebelum Umar meninggal dunia karena dibunuh oleh seorang budak Persia bernama Abu Lu’luah.

Masa kepemimpinan Usman bin Affan meski berlangsung selama 12 tahun, namun penuh dengan huru hara, konflik dan fitnah. Usia senja dan ketidak tegasan serta adanya dugaan nepotisme dalam masa kepemimpinannya, menjadi pemicu tumbuhnya pergolakan dalam negeri. Pada akhirnya memang Usman terbunuh oleh kaum pemberontak yang terdiri dari orang-orang yang kecewa kepadanya.

Meskipun begitu, pada masanya terbangunlah bendungan untuk menjaga arus banjir yang besar dn mengatur pengairan ke kota-kota, membangun jalan, jembatan, memperluas masjidil haram, hingga yang paling gemilang adalah penulisan Al-Qur'an.

Ali bin Abi Thalib adalah Khalifah keempat pengganti Usman bin Affan. Ali didaulat oleh para pemberontak yang membunuh Usman bin Affan. Pemerintahan Ali bin Abi Thalib hanya berlangsung 6 tahun. Besarnya pengaruh para pemberontak telah membuat kepemimpinan Ali bin Abi Thalib menjadi tidak stabil. Adanya tuntutan agar Ali bin Abi Thalib mengadili pembunuh Usman namun belum juga dilaksanakan oleh Ali bin Abi Thalib, akhirnya melahirkan perang Jamal. Pemberontakan ini dipimpin oleh Thalhah dan Zubair bin Awam dan mendapat dukungan dari Aisyah, Istri Rasulullah, Ummul mukminin.

Kebijakan Ali juga membuat Muawiyah bin Abi Sufyan terpancing untuk kemudian melakukan perlawanan. Selaku gubernur di Damaskus, dengan didukung oleh bekas pejabat tinggi yang kehilangan kekuasaan, terjadilah perang yang diakhiri dengan melakukan tahkim (Arbitrase). Sebuah cara yang tidak dikenal sebelumnya dalam Islam ini, bahkan melahirkan kelompok baru yakni Khawarij. Kaum Khawarij menjadi kelompok baru yang memposisikan Ali dan Muawiyah sebagai orang kafir. Ali bin Abi Thalib sendiri memang akhirnya terbunuh ditangan kaum Khawarij.

Pertumbuhan dan Perkembangan Ilmu masa Khulafaur Rasyidin

Sebagaimana diketahui, dasar ilmu para sahabat semuanya berasal dari pendidikan Rasulullah di rumah Abu al-Arqam dan kemudian dikenal dengan Dar al-Arqam. Melalui lembaga Dar al Arqam inilah tempat pusat kegiatan umat Islam pada masa awal. Dengan bimbingan Nabi dan pengaruh Al-Qur'an lahirlah orang-orang pandai. Sahabat dekat nabi banyak yang menjadi terkenal karena kemampuannya, diantaranya Umar bin Khattab, Ali bi9n Abi Thalib, Zaid bin Tsabit, Ibnu Mas’ud, Ibnu Umar, Ibnu ‘Abbas dan Aisyah. Mereka semua adalah para ahli walapun berbeda kadar kemampuan dan keahliannya. Umar bin Khattab mempunyai keahlian dalam menentukan hukum, sangat jenius dalam menata

22 Abudin Nata, hal. 114

Page 11: Suasana Belajar dan Pengembangan Ilmu Pada Masa ... · Web viewSuasana Belajar dan Pengembangan Ilmu Pada Masa Khulafaur Rasyidin Oleh : Sayonara Nim : 2013920014 Abstraksi Pengembangan

lembaga pemerintahan, cerdik dlam mengatur negara yang sudah sedemikian luas, lihai dalam mengatasi masalah baru yang belum pernah timbul pada masa Rasulullah dan Abu Bakar Ash-Shiddiq.23

Ali bin Abi Thalib mempunyai keahlian dalam bidang hukum, disamping ahli pada bidang tafsir. Abdullan ibnu Abbas paling pandai dalam bidang tafsir, sebab-sebab turunnya ayat (asbabun nuzul), faraid, dan sejarah.24

Pola pendidikan Islam pada masa Khalifah Umar Ibnu Khattab (634-644 M)

Sesaat sebelum Abu Bakar meninggal, beliau menunjuk Umar sebagai penggantinya setelah dimusyawarahkan dengan para sahabat lainnya. Pada masa Khalifah Umar bin Khattab, kondisi politik dalam keadaan stabil, usaha perluasan wilayah Islam memperoleh hasil yang gemilang. Wilayah Islam pada masa Khalifah Umar meliputi Semenanjung Arabia, palestina, Syiria, Irak,Persia, dan Mesir.

Meluasnya wilayah Islam mengakibatkan meluasnya pula kehidupan dalam segala bidang. Untuk memenuhi kebutuhan ini diperlukan manusia yang memiliki kererampilan dan keahlian. Disinilah kecerdasan dan kepiawaian Umar terbukti dengan upayanya :25

a. Menetapkan hukum tentang masalah-masalah baru

Dalam bidang fiqh (penetapan hukum), ketetapan yang diambil Umar sering seakan-akan bertentangn dengan sunnah atau ketetapan Abu Bakar Ash-Shiddiq pendahulunya. Namun apabila diteliti secara mendalam, ternyata Umar memiliki jangkauan yang menyeluruh, mencakup keseluruhan ajaran Islam. Misalnya mengenai ghanimah (harta rampasan perang), surah Al Anfal mengajarkan bahwa harta rampasan perang, termasuk tanah harus dibagikan dengan cara tertentu, sebagian untuk para tentara yang berperang. namun demi kepentingan umum dan negara, Umar tidak melaksanakan sebagaimana yang diterangkan dalam Al-Qur'an dan sunnah Nabi. Bahkan Umar membagi-bagikannya kepada para petani kecil setempat, sekalipun belum muslim. Demikian juga tentang masalah potong tangan pencuri, mengawini ahli kitab, cerai tiga kali yang diucapkan sekaligus, dan lain-lain. Dengan argumentasi dan interpretasinya

23 Prof.Dr.Hj.Musyrifah Sunanto, Sejarah Islam Klasik, Perkembangan Ilmu Pengetahuan Islam, (Jakarta; Kencana Prenada Media Group, Edisi Pertama, Cetakan ke-4, 2003), hal. 21.24 Ibid.25Ibid, hal.25-29

Page 12: Suasana Belajar dan Pengembangan Ilmu Pada Masa ... · Web viewSuasana Belajar dan Pengembangan Ilmu Pada Masa Khulafaur Rasyidin Oleh : Sayonara Nim : 2013920014 Abstraksi Pengembangan

terhadap Al-Qur'an dan sunnah Nabi, para Sahabat akhirnya dapat menerima keputusan itu.

b. Memperbaharui organisasi negara

Pada masa Rasul, sesuai dengan keadaannya, organisasi negara masih sederhana. Tetapi ketika kewilayah semakin luas dan umat Islam sudaha terdiri dari bermacam-macam bangsa dan urusan makin meluas, maka disusunlah organisasi negara sebagai berikut :

1. Organisasi Politik, terdiri dari :

a) Al-Khilafaat, Kepala Negra. Dalam memilih kepala negara berlaku sistem “bai'at”. jika masa sekarang dikenal dengan cara demokrasi, maka Umar memulakannya dengan al-amru syuro bainahum.

b) Al-Wizaraat, sama dengabn menteri zaman sekarang. Khalifah Umar meenetapkan Usman bin Affan sebagai pembantunya mengurus pemerintahan umum dan kesejahteraan. Sedangkan Ali untuk urusan kehakiman, surat-menyurat dan tawanan perang.

c) Al-Kitabaat, Sekretaris negara. Umar bin Khattab mengangkat Zaid bin Tsabit dan Abdullah bin Arqom menjadi sekretaris untuk menjelaskan urusan-urusan penting.

2. Administrasi negara

Sesuai dengan kebutuhan, khalifah Umar menyusun administrasi negara menjadi :

a) Diwan al-Jundiy (Diwan al-Harby atau Badan pertahanan Keamanan. Pada masa Rasul dan Abu Bakar Ash-Shiddiq semua orang adalah prajurit saat akan berperang dan saat kembali dari peperangan, ketika ghanimah telah diterima (diserahkan), maka semua orang kembali menjadi rakyat biasa (penduduk sipil). Masa Umar keadaan berubah, disusunlah satu badan yang mengurusi tentara. Disusunlah angkatan bersenjata secara khusus, asrama, latihan militer, kepangkatan, gaji, persenjataan dan lain-lain. Mulai juga membangun Angkatan Laut oleh Muawiyah (Gubernur Syam) dan oleh Ala bin Hadharamy (Gubernur Bahrain).

b) Diwan al-Kharaj (Diwan al-Maaly/Bait al-Maal) yaitu badan yang mengurusi keuangan negara, pemasukan dan pengeluaran anggaran belanja negara, dengan mengambil sumber-sumber dari :

- al-kharaj = pajak hasil bumi- al-usyur yaitu 10 % dari perdagangan dan kapal-kapal asing yang datang ke

negara Islam = bea cukai- az-zakaah yaitu zakat harta 2,5 % dari harta yang sampai nisab- al-Jizyah yaitu pajak ahli dzimmah, yaitu orang bukan Islam yang bertempat

tinggal di negara Islam.- al-fai dan ghanimah yaitu uang tebusan dari yang kalah perang dan harta

rampasan perang.

Page 13: Suasana Belajar dan Pengembangan Ilmu Pada Masa ... · Web viewSuasana Belajar dan Pengembangan Ilmu Pada Masa Khulafaur Rasyidin Oleh : Sayonara Nim : 2013920014 Abstraksi Pengembangan

c) Diwan al-Qudhat (Departemen Kehakiman). Umar bin Khattab sesuai dengan perluasan wilayah kemudian :

a. mengangkat hakim-hakim khusus untuk tiap wilayah dan membuat persyaratan-persyaratan.

b. Al-Imarah ‘ala al-buldan = Administrasi pemerintahan dalam negeri, dengan melakukan :

1) Negara dibagi menjadi beberapa provinsi yang dipimpin oleh seorang Gubernur (Amil)

2) Al-barid : Perhubungan, kuda pos memakai kuda pos3) Al-Syurthah yaitu polisi penjaga keamanan negara.

3. Pengembangan Ilmu.

Konsekwensi dari meluasnya kekuasan Islam ada dua gerakan perpindahan manusia, orang Arab muslim keluar Jazirah Arab, orang Ajam datang ke Jazirah Arab. Dua perpindahan ini tentu membawa dampak positif dan negatif. Orang Ajam yang berasal dari luar jazirah Arab adalah bangsa yang pernah mewarisi kebudayaan yang lebih tinggi dibandingkan dengan bangsa Arab. Walaupun nyala ilmu pengetahuan mereka hampir padam, namun bekasnya masih nyata. hal ini terlihat dari masih adanya kota-kota tempat perkembangan kebudayaan yunani seperti Iskandariah, Antiokia, Harran dan Yundee Sahpur. Dengan demikian diperlukan pendidikan khusus Bahasa Arab sehingga mereka terhindar dari salah memahami bahasa Arab, Al-Qur'an dan Hadits nabi.

Pada masa Khalifah Umar bin Khattab, sahabat – sahabat yang sangat berpengaruh tidak boleh keluar daerah kecuali atas izindari khalifah dan dalam kurun waktu yang terbatas. Jadi, kalau ada diantara umat Islam yang ingin belajar hadis harus pergi ke Madinah, ini berarti bahwa penyebaran ilmu dan pengetahuan para sahabat dan tempat pendidikan terpusat di Madinah. Dengan meluasnya Islam sampai ke jazirah Arab, tampaknya khalifah memikirkan pendidikan Islam di daerah – daerah yang baru di taklukkan. Untuk itu, Umar bin Khattab memerintahkan para panglima perangnya, apabila mereka berhasil menguasai satu kota, hendaknya mereka mendirikan masjid sebagai tempat ibadah dan pendidikan.26

Berkaitan dengan masalah pendidikan ini, khalifah Umar bin Khattab merupakan seorang pendidik. Selain melakukan pernyuluhan pendidikan dikota Madinah, beliau juga menerapkan pendidikan di masjid - masjid dan pasar – pasar, serta mengangkat dan menunjuk guru – guru untuk tiap – tiap daerah yang ditaklukkan itu. Mereka bertugas mengajarkan isin Al-Qur’an dan ajaran Islam lainnya seperti Fikih, kepada penduduk yang baru masuk Islam. Diantara sahabat – sahabat yang ditunjuk oleh Umar bin Khattab ke daerah adalah Abdurahman bin Ma’qaal dan Imran bin Hashim. Kedua orang ini ditempatkan di Basyrah. Abdurrahman bin Ghanam dikirim ke Syiria dan Hasan bin Abi Jabalah dikirim ke Mesir. Adapun metode yang mereka pakai adalah guru duduk di halaman masjid sedangkan murid melingkarinya. Jadi dalam masa Khalifah Umar bin Khattab yang menjadi pendidik adalah Umar dan para sahabat. Masa Umar para sahabat besar yang lebih

26 Mahmud Yunus, hal. 47

Page 14: Suasana Belajar dan Pengembangan Ilmu Pada Masa ... · Web viewSuasana Belajar dan Pengembangan Ilmu Pada Masa Khulafaur Rasyidin Oleh : Sayonara Nim : 2013920014 Abstraksi Pengembangan

dekat kepada Rasulullah dan memiliki pengaruh yang besar, tidak diizinkan meninggalkan Madinah. Dengan demikian, Madinah adalah sentra pusat pendidikan Islam.

Sistim pendidikan Islam pada masa Khulafaur Rasyidin dilakukan secara mandiri, tidak dikelola pemerintah, kecuali pada masa Khalifah Umar bin Khattab yang turut campur dalam menambahkan materi kurikulum pada lembaga kuttab. Para Sahabat yang memiliki pengetahuan keagamaan membuka majlis pendidikan masing-masing.27

Materi pendidikan Islam yang diajarkan pada masa Umar bin Khattab selain melanjutkan apa yaang telah dijalankan khalifah Abu Bakar Ash-Shiddiq, Beliau juga menginstruksikan kepada penduduk agar anak anak diajari (a) berenang (b)mengendarai unta (c) memanah dan (d) membaca dan menghapal syair-syair yang mudah dan peribahasa. Sedangkan untuk materi pendidikan untuk tingkat menengah dan tinggi, terdiri dari (a) Al-Qur'an dan tafsirnya (b) Hadits dan Pengumpulannya dan (c) Fiqh (Tasyri’)28.

Pendidikan pada masa ini lebih maju dibandingkan sebelumnya. Pada masa ini tuntutan untuk belajar bahasa Arab, juga sudah mulai tampak, orang yang baru masuk Islam dari daerah yang ditaklukkan harus belajar bahasa Arab, jika ingin belajar dan memahami pengetahuan Islam. Oleh karena itu, pada masa ini sudah ada pengajaran bahasa Arab. Disamping pelajaran utama membaca, menulis dan menghafal Al-Qur'an. Majunya pendidikan juga dikarenakan selama pemerintahan Umar, negara berada dalam keadaan stabil dan aman.

Pola Pendidikan Islam Pada Masa Khalifah Usman bin Affan

( 23-35 H : 644 – 656 M )

Usman bin Affan adalah termasuk saudagar besar dan kaya juga sangat pemurah menafkahkan hartanya untuk kepentingan ummat Islam. Usman diangkat menjadi khalifah hasil dari pemilihan panitia enam ( Usman, Ali bin Abi Thalib, Thalhah,Zubair bin Awwam, Saad bin Abi Waqash, dan Abdurrahman bin Auf.) yang ditunjuk oleh khalifah Umar bin Khattab menjelang beliau akan meninggal.29

Pada masa khalifah Usman bin Affan, pelaksanaan pendidikan tidak jauh berbeda dengan masa sebelumnya. Pendidikan dimasa ini hanya melanjutkan apa yang telah ada dan hanya sedikit terjadi perubahan yaitu jika dimasa khalifah Umar para sahabat yang berpengaruh dan dekat dengan Rasulullah tidak diperbolehkan meninggalkan Madinah, maka dimasa Usman diberikan kelonggaran untuk keluar dan menetap di daerah – daerah yang mereka sukai. Kebijakan ini sangat besar pengaruhnya bagi pelaksanaan pendidikan di daerah – daerah. Proses pelaksanaan pola pendidikan pada masa Usman ini lebih ringan dan lebih mudah dijangkau oleh seluruh peserta didik yang ingin menuntut dan belajar Islam.

27 Armai Arief, hal. 13728 Ibid29 Ibid, hal 48

Page 15: Suasana Belajar dan Pengembangan Ilmu Pada Masa ... · Web viewSuasana Belajar dan Pengembangan Ilmu Pada Masa Khulafaur Rasyidin Oleh : Sayonara Nim : 2013920014 Abstraksi Pengembangan

Dari segi pusat pendidikan juga lebih banyak, sebab pada masa ini para bisa memilih tempat yang mereka inginkan untuk memberikan pendidikan kepada masyarakat.

Khalifah Usman sudah merasa cukup dengan pendidikan yang sudah berjalan, namun begitu ada usaha yang cemerlang yang telah terjadi dimasa ini yang berpengaruh luar biasa bagi pendidikan Islam yaitu untuk mengumpulkan tulisan ayat- ayat Al-Qur’an. Penyalinan ini terjadi karena perselisihan dalam bacaan Al-Qur’an. Berdasarkan hal ini, khalifah Usman memerintahkan kepada tim untuk penyalinan tersebut, adapun timnya adalah: Zaid bin Tsabit,Abdullah bin Zubair, Zaid binAsh, dan Abdurrahman bin Harist. Apabila terjadi pertikaian bacaan, maka harus diambil pedoman kepada dialek suku Quraisy, sebab Al- Qur’an ini diturunkan menurut dialek mereka sesuai dengan lisan Quraisy. Sementara Zaid bin Tsabit bukan orang Quraisy sedangkan ketiga tim lainnya adalah orang Quraisy.

Pada masa Khalifah Usman bin Affan, tugas mendidik dan mengajar umat diserahkan pada ummat itu sendiri, artinya pemerintah tidak mengangkat guru- guru. Jadi para pendidik tersebut dalammelaksanakan tugasnya hanya mengharapkan keridhaan Allah semata.

Ada 3 fase dalam pendidikan dan pengajaran yang berlaku masa Usman bin Affan yaitu fase pembinaan, fase pendidikan dan fase pelajaran. Fase pembinaan ; dimaksudkan untuk memberikan kesempatan agar terdidik memperoleh kemantapan iman. Fase pendidikan ditekankan pada ilmu - ilmu praktis dengan maksud agar mereka dapat segera mengamalkan ajaran dan tuntunan agama dengan sebaik- baiknya dalam kehidupan sehari- hari dan Fase pelajaran : ada pelajaran –pelajaran lain yang diberikan untuk penunjang pemahaman terhadap Al-Quran dan Hadits, seperti bahasa Arab dengan tata bahasanya, menulis, membaca,syair dan peribahasa.30

Pola Pendidikan Pada Masa Khalifah Ali bin Abi Thalib ( 35-40 H : 656-661 M )

Ali adalah khalifah yang keempat setelah Usman bin Affan. Pada masa pemerintahannya sudah diguncang peperangan dengan Aisyah ( istri Nabi) beserta Talhah dan Abdullah bin Zubair karena kesalah fahaman dalam menyikapi pembunuhan terhadap Usman, peperangan diantara mereka di sebut perang Jamal ( unta ) karena Aisyah menggunakan kendaraan unta. Setelah berhasil mengatasi pemberontakan Aisyah, muncul pemberontakan lain, sehingga masa kekuasaan khalifah Ali tidak pernah mendapatkan ketenangan dan kedamaian.31

Pada masa khalifah Ali ini terjadi kekacauan dan pemberontakan, sehingga pemerintahannya tidak stabil. Dengan kericuhan politik pada masa ini, kegiatan pendidikan Islam mendapat hambatan dan gangguan. Pada saat itu khalifah Ali bin Abi Thalib tidak lagi

30 Soekarno, Sejarah Dan Filsafat Pendidikan Islam, Bandung: Angkasa, 1983, hal : 6031 Ibid, hal. 50

Page 16: Suasana Belajar dan Pengembangan Ilmu Pada Masa ... · Web viewSuasana Belajar dan Pengembangan Ilmu Pada Masa Khulafaur Rasyidin Oleh : Sayonara Nim : 2013920014 Abstraksi Pengembangan

memikirkan masaalah pendidikan karena seluruh perhatiannya ditumpahkan pada pada masalah keamanan dan kedamaian bagi masyarakat Islam.

Pusat – Pusat Pendidikan Pada Masa Khulafaur Rasyidin

Wujudnya tradisi intelektual dalam Islam yang mengiringi munculnya pandangan hidup Islam yang dimulai masa rasulullah, dapat ditunjukkan melalui bukti sejarah akan adanya masyarakat ilmuwan atau kelompok belajar atau sekolah Ashab al-Suffah di Madinah32. Disini kandungan wahyu dan hadis-hadis Nabi dikaji dalam kegiatan mengajar yang efekti. Jumlah peserta dalam komunitas keilmuan ini, menurut Abu Nu’aim ini sekitar 70 orang. Materi yang dikaji pada periode ini, sudah tentu masih sangat sederhana, tapi objek kajiannya berpusat pada wahyu yang betul betul luas dan kompleks. Yang jelas, Ashab al-Suffah adalah gambaran terbaik institusionalisasi kegiatan belajar mengajar dalam Islam dan merupakan tonggak awal tradisi intelektual dalam Islam. Hasil kegiatan ini adalah munculnya alumni-alumni yang menjadi pakar dalam hadis Nabi seperti misalnya Abu Hurairah, Abu Dzar Al Ghiffari, Salman Al Farisi, Abdullah ibn Mas’ud dan lainnya.

Sedangkan pada masa khulafaur rasyidin, pusat-pusat pendidikan semakin menyebar sesuai dengan perluasan Islam, antara lain:33

1. Mekkah. Guru pertama di Mekkah adalah Muaz bin Jabbal yang mengajarkan Al-Qur’an dan Fikih

2. Madinah. Sahabat yang terkenal antara lain Abu Bakar, Usman bin Affan, Ali bin Abi Thalib, dan sahabat- sahabat lainnya.

3. Basrah. Sahabat yang termasyhurantara lain Abu Musa Al Asy’ari, seorang ahli fikih dan Al-Qur’an

4. Kuffah. Sahabat- sahabat yang termasyhur disini adalah Ali bin Abi Thalib, dan Abdullah bin Mas’ud yang mengajarkan Al-Qur’an ia adalah ahli tafsir, hadits, dan fikih.

5. Damsyik (Syam) sahabat yang mengajarkan ilmu disana adalah Mu’az bin Jaba( di Palestina), Ubaidillah (di Hims), dan Abu Darda’( di Damsyik)

6. Mesir. Sahabat yang mula-mula mendirikan madrasah dan menjadi guru di Mesir adalah Abdullah bin Amru bin Ash, ia adalah seorang ahli hadits.

Kesimpulan

Suasana belajar dan pengembangan ilmu pada masa Khulafaur Rasyidin tidak jauh berbeda dengan masa Nabi. Selain menggunakan masjid dan pasar-pasar sebagai pusat pendidikan, materi pembelajaran juga masih berkutat kepada pengajaran dan pembacaan serta hafalan Al-Qur'an, turut pula diajarkan bahasa Arab.

Hal ini dapat dimaklumi karena beberapa faktor, antara lain :

32 Ibid33 Soekarno, Sejarah Dan Filsafat Pendidikan Islam, hal 51

Page 17: Suasana Belajar dan Pengembangan Ilmu Pada Masa ... · Web viewSuasana Belajar dan Pengembangan Ilmu Pada Masa Khulafaur Rasyidin Oleh : Sayonara Nim : 2013920014 Abstraksi Pengembangan

1. Islam baru merupakan agama baru dimana pengetahuan dan pemahaman dasar-dasar Islam masih sangat minim. Dengan demikian kemampuan membaca Al-Qur'an serta dan pengajaran ibdah praktis seperti wudhu’, shalat, puasa dan ibadah praktis lainnya, masih merupakan prioritas utama dan bersifat pokok.

2. Kehidupan Sosial dan budaya masyarakat Islam dimasa Rasulullah masih berada dalam rentang waktu yang sangat dekat, dengan demikian tidak ada persoalan-persoalan baru yang bersifat signifikan yang menuntut pendalaman makna atau tafsir agama. Sifat ewuh pakewuh terhadap Nabi oleh para Sahabat dan juga antara kaum muslimin terhadap para Sahabat, juga membuat pemahaman agama berjalan perlahan. Karena ketika Sahabat ditanya tentang sesuatu dimana rasul tidak pernah menjelaskannya, Sahabat memilih diam dan tidak berani memberi komentar. Dan diamnya Nabi atau para Sahabat dianggap telah memadai.

3. Perkembangan ilmu dalam konteks pengembangan agama, pada prinsipnya dijalankan oleh khulafaur rasyidin. Dan ini sekaligus menjadi yurisprudensi pemahaman ke Islaman yang baru. Hasil ijtihad para khulafaur rasyidin dalam menata kelola pemerintahan, secara tidak langsung telah menumbuh kembangkan pengetahuan dan pendidikan Islam sendiri.

Dengan demikian, dapat pula dipahamkan kemudian saat Nabi wafat kondisi kaum muslimin begitu terguncang. Tidak ada seorang pun yang memiliki legitimasi untuk menjadi pengganti kepemimpinan nabi. Semua orang atau kelompok memiliki kesempatan dan hak yang sama untuk menggantikan posisi nabi sebagai pemimpin umat. Hanya karena ke piawaian Sahabat dalam memaknai setiap isyarat dan perbuatan Nabi saja-lah yang membuat mereka berijtihad memilih Abu Bakar Ash Shiddiq sebagai khalifah Islam pertama.

Demikian pula halnya dengan penulisan Al-Qur'an, Pembuatan Baitul Mal untuk menggaji khalifah, tentara dan para janda perang. Pengetahuan itu lahir dari musyawarah mufakat Sahabat yang kemudian ditetapkan oleh Khulafaur Rasyidin. Dengan demikian, selain pendidikan dan pengajaran yang diajarkan oleh para Sahabat, keputusan khulafaur rasyidin memiliki peran penting dalam pengembangan ilmu pengetahuan ke-Islaman.

Wallahu a’lam

Daftar Bacaan

A. Hasjmy, Prof, Sejarah Kebudayaan Islam, (Jakarta, Bulan Bintang, Cetakan Kelima, 1995)

Page 18: Suasana Belajar dan Pengembangan Ilmu Pada Masa ... · Web viewSuasana Belajar dan Pengembangan Ilmu Pada Masa Khulafaur Rasyidin Oleh : Sayonara Nim : 2013920014 Abstraksi Pengembangan

Abudin Nata, MA,Dr, Prof.H, Sejarah Pendidikan Islam, (Jakarta, Kencana, Cet. 2, 2014)

Armai Arief, MA, Dr, Sejarah Pertumbuhan dan Perkembangan Lembaga Pendidikan Islam

Klasik, (Bandung; Angkasa, Cet I, 2004)

Hasan Ibrahim Hasan, Sejarah Kebudayaan Islam, (Jakarta: Kalam Mulia, 2006)

Jalaluddin, H,Dr, Prof, Filsafat Pendidikan Islam Telaah Sejarah dan Pemikirannya, (Jakarta;

Kalam Mulia, Cetakan Kedua, 2012)

Joesoef Sou’yb, Sejarah Daulat Khulafaur Rasyidin, Bulan Bintang, 1979

M. Dien Syamsudin, MA, Dr,Prof (dkk.), Pemikiran Muhammadiyah: Respon Terhadap

Liberalisasi Islam (Surakarta, Muhammadiyah University Press, 2005)

Mahmud Yunus, Sejarah Pendidikan Islam ,(Jakkarta :Hidayakarya Agung ,1989)

Musyrifah Sunanto, Hj, Dr,Prof, Sejarah Islam Klasik, Perkembangan Ilmu Pengetahuan

Islam, (Jakarta; Kencana Prenada Media Group, Edisi Pertama, Cetakan ke-4, 2003)

Samsul Nizar, Sejarah Pendidikan Islam, (Jakarta : Kencana Prenada Media Group, 2009)

Soekarno, Sejarah Dan Filsafat Pendidikan Islam, ( Bandung: Angkasa, 1983 )