islain laporan praktikum perah 2 edit

60
PENDAHULUAN Latar Belakang Recording Sapi perah merupakan sapi yang memiliki produksi utama susu yang dikonsumsi oleh manusia dan didapatkan dengan cara pemerahan. Ternak sapi perah memegang peranan penting dalam penyediaan gizi bagi masyarakat. Pertumbuhan populasi sapi perah dari tahun - ketahun rata-rata meningkat, akan tetapi peningkatannya tidak setinggi pada ternak unggas. Pengembangan sapi perah dapat dilakukan dengan cara meningkatkan produktivitas sapi perah baik dari segi teknis maupun dari segi ekonomis. Produktivitas ternak sapi perah harus dipacu untuk dapat ditingkatkan, diantaranya manajemen reproduksi dan manajemen pakan. (Priyono, 2009) Namun dalam penyeleksian juga perlu dilakukan untuk mendapatkan sapi yang unggul. Salah satu proses tersebut adalah dengan melakukan penilaian (Recording). Dengan cara ini kita bisa menilai sapi yang bagus dan kurang bagus dari bermacam segi. Sehingga dengan alasan tersebut kiranya perlu dilakukan praktikum recording ini guna memberika 1

Upload: muh-latarul-islain

Post on 19-Jun-2015

2.336 views

Category:

Documents


5 download

TRANSCRIPT

Page 1: Islain Laporan Praktikum Perah 2 Edit

PENDAHULUAN

Latar Belakang

Recording

Sapi perah merupakan sapi yang memiliki produksi utama susu yang

dikonsumsi oleh manusia dan didapatkan dengan cara pemerahan. Ternak sapi

perah memegang peranan penting dalam penyediaan gizi bagi masyarakat.

Pertumbuhan populasi sapi perah dari tahun - ketahun rata-rata meningkat, akan

tetapi peningkatannya tidak setinggi pada ternak unggas.

Pengembangan sapi perah dapat dilakukan dengan cara meningkatkan

produktivitas sapi perah baik dari segi teknis maupun dari segi ekonomis.

Produktivitas ternak sapi perah harus dipacu untuk dapat ditingkatkan,

diantaranya manajemen reproduksi dan manajemen pakan. (Priyono, 2009)

Namun dalam penyeleksian juga perlu dilakukan untuk mendapatkan sapi

yang unggul. Salah satu proses tersebut adalah dengan melakukan penilaian

(Recording). Dengan cara ini kita bisa menilai sapi yang bagus dan kurang bagus

dari bermacam segi.

Sehingga dengan alasan tersebut kiranya perlu dilakukan praktikum

recording ini guna memberika pengetahuan kepada mahasiswa bagaimana cara

melakukan recording yang bagus.

Pemilihan sapi perah

Kualitas sapi perah semuanya berbeda, ada yang excellent, sangat bagus,

lebih bagus, bagus, kurang bagus, jelek, dan jelek sekali. Hal ini dipengaruhi oleh

banyak sekali faktor seperti pakan, kesehatan, kebersihan, dan lain-lain. Faktor-

faktor tersebut sangat mempengaruhi kualitas sapi perah yang berkaitan dengan

produksinya sendiri.

Sebelum kita mengambil keputusan saat memilih sapi perah, sangat perlu

kita memilih dengan teliti, agar kita mendapatkan sapi yang memiliki kualitas

baik dari segi penampilan, ambing, keharmonisan, serta yang tidak kalah

1

Page 2: Islain Laporan Praktikum Perah 2 Edit

pentingnya adalah jumlah produksi susu, dan masih banyak lagi sisi lain yang

perlu kita perhatikan dalam pemilihan sapi perah. Karena adanya perbedaan antara

sapi yang satu dengan yang lainnya, maka perlu ada pemilihan terhadap sapi

tersebut untuk kita gunakan nantinya.

Oleh karena itu praktikum pemilihan sapi perah sangat perlu kita lakukan

untuk mendaptakan pengetahuan cara memilih sapi yang baik sesuai dengan

keinginan kita dan mencapai standar yang tinggi. selain itu, mahasiswa juga dapat

membedakan sapi yang baik dan sapi yang jelek dari hasil pemilihannya.

Estimasi produksi susu sapi perah

Sementara itu, susu dari hasil pemerahan sapi perah sangat dibutuhkan oleh

masyarakat Indonesia secara khusus, dan dunia secara umum. Akantetapi di

Indonesia susu merupakan makanan yang jarang dikonsumsi oleh masyarakat,

terutama masyarakat kurang mampu sehingga banyak terjadi gizi buruk, oleh

kerena itu pemerintah mengharapkan untuk mengembangkan usaha peternakan

sapi perah.

Di Indonesia mula-mula susu hanya dikonsumsi oleh orang asing, tapi

dengan adanya kesadaran dan ilmu pengatahuan tentang pentingnya susu dalam

kehidupan, susu juga dikonsumsi oleh orang Indonesia. Kesadaran akan susu yang

memiliki nilai gizi yang tinggi, yang tidak dapat di jauhkan oleh manusia.

sehingga hampir seluruh penduduk Indonesia menjadikan susu sebagai minuman

harian mereka.

Untuk memenuhi kebutuhan susu secara Nasional, perkembangan ternak

perah, perlu mendapatkan pembinaan yang lebih mantap dan terencana dari tahun-

tahun sebelumnya, karena kebutuhan susu secera Nasional sebagian besar

dipenuhi dari sapi perah. Selain itu peningkatan populasi sapi perah sangat pesat

guna menunjang penyuplaian susu yang dihasilakan dari sapi perah sendiri.

Sehingga sekarang ini kita perlu melakukan estimasi terhadap produksi susu

sapi perah yang dihasilkan oleh sapi perah sendiri untuk penyuplaian terhadap

konsumen. Dengan mengetahui kekurangan atau kelebihan terhadap produksi

susu sapi perah, maka kita bisa untuk memberikan solusi agar kebutuhan

2

Page 3: Islain Laporan Praktikum Perah 2 Edit

masyarakat terhadap susu bisa terpenuhi. Melihat konsep diatas, maka perlu kita

melakukan praktikum untuk memberikan pembelajaran kepada mahasiswa tentang

estimasi produksi susu sapi perah per ekor perhari.

Penentuan umur sapi perah

Penentuan umur sapi perah sangat perlu dilakukan, baik sapi yang kita

inginkan untuk dijadikan sebagai induk muda (pertama melahirkan) atau umur

sapi yang akan kita afkirkan. Karena produksi sapi juga berpengaruh terhadap

umur dari ternak sapi itu sendiri.

Produksi susu sapi perah akan memuncak pada saat berumur 7 – 8 tahun

dan selebihnya itu produksi susu akan menurun secara perlahan. Sehingga

semakin tua umur sapi perah, maka produksi susu akan semakin rendah. Pada saat

demikian, untuk tidak menghabiskan biaya, maka lebih baik kita jual atau kita

ganti dengan ternak yang muda dengan produksi susu yang tinggi.

Oleh karena itu penentuan umur sapi sangat perlu kita praktikan kepada

mahasisiwa. Agar mahasisiwa bahwa penentuan umur terhadap sapi juga

berpengaruh terhadap produksi sapi terutama sapi perah. Mahasiswa akan

mendapatkan pelajaran langsung dari praktiknya sehingga pemahaman mahasiswa

akan lebih cepat terserap.

Penentuan masa laktasi

Masa laktasi adalah masa produksi susu setiap kali melahirkan, yang terjadi

selama 10 bulan dengan hitungan bulanan. Masa laktasi ini bisa kita ketahui

dengan menghitung produksi laktasi per hari dan dikalikan dengan jumlah hari

selama sebulan tersebut.

Masa laktasi ini dipengaruhi oleh banyak sekali factor, sehingga untuk

mengetahui factor-factor tersebut perlu kita lakukan praktikum untuk

mengetahuinya.

3

Page 4: Islain Laporan Praktikum Perah 2 Edit

Pengaturan pemerahan dan perkwinan

Sapi pada umumnya diperah dalam dua kali sehari yaitu pada pagi hari dan

sore hari tetapi dapat juga diperah tiga kali sampai mepat kali, hal ini tergantung

dair kemampuan produksi sapli yang berangkutan, makanan dan pemeliharaan.

Makin sering sapi diperah maka produksinya akan tambah menigkat bahkan

sapi yang berproduksi rendah pun dengan peningkatan frekuensi pemerahan dapat

meningkatakan produksi susunya.

Melihat begitu pentingnya pengaturan terhadap pengaturan perkawinan

serta pemerahan, maka sangat perlu kita melakukan praktikum. Selain berguna

untuk diterapkan, mahasiswa juga mampu untuk memprediksi kapan waktu yang

cocok untuk dikawin dan diperah.

Tujuan Dan Kegunaan Praktikum

Acara I. Pembuatan catatan (Recording) pada sapi perah

Adapun Tujuan dan Kegunaan dari pelaksanaan praktikum ini adalah :

1. Catatan silsilah

Tujuan :

a. Untuk mengetahui asal-usul ternak.

b. Untuk mendapatkan informasi yang lengkap mengenai sapi-sapi perah

yang ada di BIB Banyu Mulek.

c. Untuk mengetahui ternak mana yang bagus untuk dijadikan bibit.

Kegunaan :

a. Catatan silsilah ini sangat bermanfaat bagi peternak ataupun masyarakat

dalam melangsungkan usahanya.

2 Reproduksi atau perkawinan ternak ( Breeding Record )

Tujuan :

a. Meningkatkan jumlah sapi yang beranak.

b. Meningkatkan calving interval

Kegunaan :

a. Untuk mendiagnosa ternak-ternak yang infertil untuk segera di culling atau

dikeluarkan.

4

Page 5: Islain Laporan Praktikum Perah 2 Edit

4. Catatan Produksi susu ( Milk Production Record )

Tujuann :

a. Untuk mengetahui kemampauan ternak dalam menghasilkan air

susu.

b. Untuk mengetahui tinggi rendahnya produksi susu.

c. Untuk mengetahui tingkat produksi susu yang dihasilkan oleh

seekor ternak perhari.

Kegunaan :

a. Dengan catatan produksi susu kita dapat mengetahui ternak-ternak yang

produktif atau tidak produktif.

b. Dengan mengetahui tinggi rendahnya produksi susu kita mudah untuk

menyesuaikan pemberian jumlah ransumnya.

c. Dapat dengan cepat mengetahui ternak yang sakit,sehingga segera dapat

diobati.

4. Catatan kesehatan ( Health Record )

Tujuan:

a. Untuk mengetahui ternak-ternak mana saja yang sakit.

Kegunaan :

a. Untuk membantu peternak dalam menghambat tersebarnya penyakit.

b. Untuk mengetahui ternak mana saja yang sehat dan tidak pernak atau

terjangkit oleh penyakit

5. Catatan Pemberian Pakan ( Feeding Record )

Tujuan :

a. Untuk mengetahui jenis pakan yang diberikan pada sapi perah.

b. Untuk mengetahui jumlah pakan yang diberikan pada sapi perah.

Kegunaan :

a. Dengan pemberian pakan yang berkwalitas dapat menghasilkan produksi

susu yang meningkat

6. Catatan penjualan susu

Tujuan :

5

Page 6: Islain Laporan Praktikum Perah 2 Edit

a. Untuk mengetahui keuntungan dari penjualan susu yang dihasilkan oleh

sapi perah.

b. Untuk mengetahui berapa jumlah susu yang terjual

Kegunaan :

a. Dengan penjualan susu dapat diperoleh pendapatan sehingga dapat

memberikan keuntungan bagi peternak.

b. Untuk memberikan kepuasaan kepada konsumen atau pelanggan

7. Catatan Pelanggan susu.

Tujuan :

a. Untuk mengetahui berapa jumlah pelanggan atau pembeli

Kegunaan :

a. Untuk memberikan kemudahan bagi pelanggan yang memesan susu.

b. Untuk memberikan gizi kepeda masyarakat.

8. Catatan penggunaan susu

Tujuann : Untuk dikonsumsi dan dilual ke konsumen.

Kegunaan : Untuk memperbaiki sumber protein hewani masyarakat.

9. Catatan Anak/ pedet

Tujuan : Untuk mengetahui berapa jumlah anak atau pedet yang ada di BIB

Banyu Mulek

Kegunaan : Agar praktikan dapat mengetahi anak atau pedet yang dapat

dijadikan bibit

10. Catatan Pertumbuhan Ternak ( Groweth Record )

Tujuan : Untuk mengetahui pertambahan bobot badan ternak

Kegunaan : Dengan pertumbuhan yang bagus maka dapat mempercepat

ternak menjadi dewasa.

11. Catatan jumlah kepemilikan ternak

Tujuan : Untuk mengetahui jumlah pemilik ternak

Kegunaan : Untuk menyesuaikan jumlah ternak dengan jeulah peternak.

Acara II. Pemilihan sapi perah berdasarkan placing dan scoring (Judging)

Adapun Tujuan dan Kegunaan dari pelaksanaan praktikum ini adalah :

6

Page 7: Islain Laporan Praktikum Perah 2 Edit

Tujuan :

a. Untuk menilai sapi mana yang paling baik produksi susunya

b. Untuk memilih ternak –ternak yang mempunyai penampilan ekterior yang

bagus

c. Sebagai alat bantu pelaksanaan progra seleksi ternak dalam rangka

perbaikan mutu genetik kelompok ternak.

d. Memberikan penilaian secara langsung terhadap ternak

Kegunaan :

a. Hasil praktikum dapat dijadikan landasan penting dalam program

pengemabangan dan peningkatan hasil produksi sapi perah

b. Hasil praktikum ini diharapkan dapat dijadikan pedoman dalam memilih

sapi-sapi perah yang bagus.

c. Untuk mengetahui mana ternak yang mempunyai penampilan ektrior yang

bagus.

d. Untuk membedakan mana ternak yang mempunyai performens yang baik

dan jelek

Acara III. Estimasi Produksi susu berdasarkan perbandingan % produksi

susu perbulan dan perlaktasi

Tujuan :

a. Untuk mengetahui persentase produksi susu yang dihasilkan.

b. Untuk mengetahui faktor-faktor yang menyebabkan tinggi rendahnya

produksi susu.

Kegunaan :

Dengan mengetahui estimasi produksi susu dapat mengetahui jumlah

produksi susu untuk selanjutnya

Acara IV. Penentuan umur tenak dengan cara melihat dan memperhatikan

perubahan gigi permanen ternak.

Tujuan :

a. Untuk mengetahui perubahan gigi permanen ternak dengan demikian kita

dapat mengetahui berapa umur ternak.

7

Page 8: Islain Laporan Praktikum Perah 2 Edit

b. Untuk mengetahui berapa jumlah gigi yang beruabah.

c. Untuk mengetahui kapan ternak di replacement.

d. Untuk menentukan kemampuan produksi susu.

e. Dengan mengetahui umur tyernak kita dapat menentukan berapa

kebutuhan pakan per hari, per bulan ataupun per tahun.

Kegunaan :

Dengan mengetahui umur ternak dapat diperkirakan kapan ternak

dikawinkan,dan berapa kali ternak tersebut melahirkan, dan kita juga bisa

membuka mulut ternak dengan bengitu kita tahu berapa gifgi yang

berubah.

Acara V. Penentuan periode laktasi ternak

Tujuan : Untuk mengetahui kapan ternak tersebut laktasi untuk menghasilkan

susu.

Kegunaan : Dengan mengetahui kapan ternak tersebut laktasi maka kita dapat

memperkirakan kapan ternak tersebut dikawinkan

Acara VI. Pengaturan Pemerahan & perkawinan

Tujuan :

a. Untuk mengetahui cara pengaturan pemerahan yang dilakukan oleh para

petugas yang ada di BLPKH Banyu Mulek

b. Untuk mengaetahui pengaturan perkawinan pada sapi perah

c. Untuk mengetahui tehnik-tehnik pemerahan dan perkawinan

Kegunaan :

a. Sebagai alternatif untuk mendalami ilmu pengetahuan tentang pemerahan

dan perkawinan

8

Page 9: Islain Laporan Praktikum Perah 2 Edit

TINJAUAN PUSTAKA

Recording

Recording (catatan produksi) adalah suatu usaha yang dikerjakan oleh

peternak untuk mencatat gagal atau berhasilnya suatu usaha peternakan. Pada

bidang usaha peternakan program ini diterapkan hampir pada semua sektor usaha

ternak mulai ternak unggas (layer, broiler, penetasan), ternak potong (sapi perah,

sapi potong, kambing dan domba), dan aneka ternak seperti kelinci dan lainnya.

Recording ini berfungsi untuk :

a. Mengetahui jumlah populasi akhir. Dengan diketahuinya populasi

akhir kita juga akan mengetahui jumlah ternak yang mati, hilang, dan

sebagainya selama masa pemeliharaan.

b. Sebagai bahan pertimbangan dalam penilaian tata laksana yang sedang

dilaksanakan. Seperti tingkat pertambahan berat badan (PBB), Feed

Consumtion Rate (FCR), jumlah produksi, kesehatan ternak.

c. Sebagai langkah awal dalam menyusun rencana jangka panjang.

d. Bagi pemerintah berguna untuk penyusunan kebijakan dalam bidang

peternakan seperti apakah diperlukan import untuk pemenuhan

kebutuhan sehingga produksi tetap seimbang.

Mempermudah peternak melakukan evaluasi, mengontrol dan

memprediksi tingkat keberhasilan usaha.

e. Bagi perguruan tinggi data recording bisa sebagai bahan penelitian.

(Anonim, 2008).

Sapi FH mempunyai karakteristik yang berbeda dengan jenis sapi lainnya

yaitu : Bulunya berwarna hitam dengan bercak putih. Bulu ujung ekor berwarna

putih. Bulu bagian bawah dari carpus (bagian kaki) berwarna putih atau hitam dari

atas turun ke bawah. Mempunyai ambing yang kuat dan besar. Kepala panjang

dan sempit dengan tanduk pendek dan menjurus ke depan. Pada jenis Brown

Holstein, bulunya berwarna cokelat atau merah dengan putih (Masyadi, 2010).

9

Page 10: Islain Laporan Praktikum Perah 2 Edit

Secara umum, sapi perah merupakan penghasil susu yang sangat dominan

dibanding ternak perah lainnya. Salah satu bangsa sapi perah yang terkenal adalah

Sapi perah Fries Holland (FH). Sapi ini berasal dari Eropa, yaitu Belanda

(Nederland), tepatnya di Provinsi Holland Utara dan Friesian Barat, sehingga sapi

bangsa ini memiliki nama resmi Fries Holland dan sering disebut Holstein atau

Friesian saja (Masyadi, 2010).

Menurut Supiyono (1995), eksterior atau tilik ternak adalah suatu ilmu yang

mempelajari bentuk-bentuk tubuh dari luar untuk menentukan atau meramalkan

prestasi dari suatu ternak. Sesuai tujuan pemeliharaan sekaligus untuk menilai

tingkat pemurnian bangsa ternak dan merupakan alat bantu pelaksanaan program

seleksi ternak dalam rangka perbaikan mutu genetik kelompok ternak. Penentuan

atau peramalan prestasi dari suatu ternak harus memperlihatkan hal-hal sebagai

berikut :

1. Konstitusi tubuh

Merupakan imbangan dari bagian-bagian tubuh ternak, dengan cara

membandingkan bentuk-bentuk dari suatu bagian. Letak bagian tersebut

dibandingakan dengan bentuk yang umum, serta membandingkan

hubungannya dengan bagian lain. Hal ini harus memberikan gambaran

yang harmonis agar dapat menunjukkan prestasi produksi yang

optimum.

2. Temperamen

Merupakan sikap atau tingkah laku alami dari seekor ternak, sekaligus

menyangkut juga kemungkinan ada atau tidaknya penyakit atau cacat

tubuh yang terdapat pada seekor ternak. Perbedaan temperamen akan

menyebabkan perbedaan pula di dalam mengelola ternak-ternak tersebut

supaya ternak mampu memberikan produksi secara maksimal

3. Kondisi Tubuh

Merupakan keadaan sehat atau tidaknya, gemuk atau kurusnya, cacat

tubuh baik cacat genetik maupun cacat yang bersifat mekanik termasuk

disini adanya cacat tersembunyi. Kondisi ternak sangat berpengaruh

10

Page 11: Islain Laporan Praktikum Perah 2 Edit

secara langsung terhadap kemampuan untuk berproduksi secara

maksimal. Cacat genetik adalah cacat yang terjadi akibat faktor genetik

misalnya testisnya hanya satu, lambung hanya satu dan sebagainya.

Cacat mekanik adalah cacat tubuh yang disebabkan karena faktor luar,

antara lain tubuh, kanibalisme, kaki pincang, kulit luka dan sebagainya.

Tilik ternak dalam meramalkan prestasi produksi selain ketiga hal diatas

juga di dasari :

1. Marfologi Tubuh

Merupakan bentuk secara umum seekor ternak di kaitkan dengan tujuan

pemeliharaan ternak. Contoh untuk ternak perah, bentuk umumnya harus

segitiga apabila dilihat dari samping sedangkan untuk ternak daging

bentuknya harus segi empat apabila dilihat dari samping. Untuk ternak

dual purpose (Dwiguna) yaitu merupakan ternak perah dan daging maka

marfologi tubuh merupakan bentuk kombinasi antara segitiga dan segi

empat.

2. Tingkat Kemurnian bangsa.

Tingkat kemurnian bangsa dipergunakan sebagai bahan pertimbangan di

dalam menduga kemampuan berproduski ternak pada sekelompok ternak

yang tergolong bangsa murni (Pure breed) akan mampu berproduksi

secara maksimal apabila dikelola secara memadai, sedangkan untuk

sekelompok ternak yang tingkat kemurnian bangsanya rendah (sering

disebut bangsa peranakan atau turunan) akan berproduksi lebih rendah

apabila dibandingkan dengan sekelompok ternak yang tergolong bangsa

murni (Pure breed) (Anonim, 2010.)

Pemilihan sapi perah

Sapi FH merupakan jenis sapi perah dengan kemampuan produksi susu

tertinggi dengan kadar lemak lebih rendah dibandingkan bangsa sapi perah lainya.

Produksi susu sapi perah FH di negara asalnya mencapai 6000-8000

11

Page 12: Islain Laporan Praktikum Perah 2 Edit

kg//ekor/laktasi, di Inggris sekitar 35% dari total populasi sapi perah dapat

mencapai 8069 kg/ekor/laktasi (Masyadi, 2010).

Memilih ternak sapi perah dilakukan dengan tujuan untuk memilih bibit

yang ideal. Cara yang umum dilakukan adalah dengan melakukan pengamatan

pada kondisi dan postur tubuh sapi. Pengamatan yang dilakukan ini harus didasari

oleh : pengetahuan, ketrampilan, rasa percaya diri serta komunikasi dengan

sesama praktisi.

Oleh sebab itu, untuk menilai ternak diantaranya harus mengenal bagian-

bagian dari tubuh sapi serta konformasi tubuh yang ideal. Ternak yang dinilai

harus sehat dan baik sesuai dengan jenis bangsanya, bagus ukuran tubuhnya,

seluruh bagian tubuh harus berpadu dengan rata, harus feminin dan tidak kasar.

Dengan demikian, maka kita dapat menentukan perbandingan antara kondisi sapi

yang ideal dengan kondisi sapi yang akan kita nilai. Bagian-bagian tubuh sapi

yang mendekati kondisi ideal dapat menunjang produksi yang akan dihasilkannya.

Kondisi bagian-bagian tubuh tersebut diantaranya:

Kepala : Kepala harus atraktif dengan lubang hidung yang besar. Hal ini

dapat menggambarkan tentang banyaknya pakan yang bisa dikonsumsi serta udara

yang bisa dihirup melalui nafasnya. Mata harus tajam dan telinga berukuran

sedang. Umumnya kepala harus halus dan lebih menunjukkan karakteristik ternak

perah daripada ternak potong.

Bahu (Shoulder) : Bahu harus kuat namun tidak kasar serta merata dengan

tubuh. Sapi dengan bahu yang tidak rata menandakan kurang kuat dalam

menyangga bagian tubuh depan sapi.

Punggung : Punggung harus lurus dan kuat. Punggung yang lemah

menandakan lemahnya tubuh secara umum. Bokong / Rump dan pangkal paha

(Thurl) : Bokong dan pangkal paha harus panjang dan kuat untuk menahan tubuh

dan ambing. Sapi harus memiliki tulang pinggul (hips) dan tulang duduk (pin

bones) untuk kapasitas yang lebih besar dan kemudahan dalam beranak. Ekor

harus ramping dan pangkal ekor harus berpadu dengan rapi pada bokong.

Kaki Sapi: Kaki harus lurus, kuat, cukup lebar untuk menyangga ambing

yang lebih besar, serta memiliki sudut yang tepat untuk melangkah. Pundak

12

Page 13: Islain Laporan Praktikum Perah 2 Edit

(withers): Pundak harus tajam melebihi bagian atas punggung. Hal ini

menandakan tidak adanya lemak dan sering kali diindikasikan sebagai penghasil

susu yang baik. Kulit harus tipis, lepas, dan lentur.

Body Capacity : mengacu pada kapasitas yang berhubungan dengan

kerangka tubuh. Sapi dengan body capacity yang bagus memiliki lingkar dada dan

lingkar perut yang luas. Saat menilai ternak ada tiga dimensi yang perlu

diperhatikan, yaitu panjang badan, lebar dan dalam dada sapi.

Ambing : Ambing harus besar. Ini menandakan adanya sejumlah jaringan

sekresi susu. Namun sebaiknya tidak mengandung jaringan yang non produktif

yang dapat membatasi ruang jaringan sekresi susu untuk memproduksi susu.

Jaringan tersebut dapat dikenali dengan melihat perubahan bentuk ambing yang

significant setelah pemerahan. Ambing harus baik perlekatannya pada perut untuk

mencegah terjadinya luka pada ambing dan agar mudah beradaptasi dengan

penggunaan alat mesin perah modern. Ambing belakang (rear udder) harus tinggi

dan lebar. Kuartir depan harus seimbang dengan kuartir belakang, panjangnya

sedang melekat pada perut. Puting harus seragam ukurannya. Tepat melekat pada

ambing sehingga memudahkan pemerahan (Masyadi, 2010).

Syarat-syarat yang harus dipenuhi oleh bibit sapi perah betina dewasa

adalah: (a) produksi susu tinggi, (b) umur 3,5-4,5 tahun dan sudah pernah

beranak, (c) berasal dari induk dan pejantan yang mempunyai eturunan produksi

susu tinggi, (d) bentuk tubuhnya seperti baji, (e) matanya bercahaya, punggung

lurus, bentuk kepala baik, jarak kaki depan atau kaki belakang cukup lebar serta

kaki kuat, (f) ambing cukup besar, pertautan pada tubuh cukup baik, apabila

diraba lunak, kulit halus, vena susu banyak, panjang dan berkelokkelok, puting

susu tidak lebih dari 4, terletak dalam segi empat yang simetris dan tidak terlalu

pendek, (g) tubuh sehat dan bukan sebagai pembawa penyakit menular, dan (h)

tiap tahun beranak.

Sementara calon induk yang baik antara lain: (a) berasal dari induk yang

menghasilkan air susu tinggi, (b) kepala dan leher sedikit panjang, pundak tajam,

badan cukup panjang, punggung dan pinggul rata, dada dalam dan pinggul lebar,

(c) jarak antara kedua kaki belakang dan kedua kaki depan cukup lebar, (d)

13

Page 14: Islain Laporan Praktikum Perah 2 Edit

pertumbuhan ambing dan puting baik, (e) jumlah puting tidak lebih dari 4 dan

letaknya simetris, serta (f) sehat dan tidak cacat. Pejantan yang baik harus

memenuhi kriteria sebagai berikut: (a) umur sekitar 4- 5 tahun, (b) memiliki

kesuburan tinggi, (c) daya menurunkan sifat produksi yang tinggi kepada anak-

anaknya, (d) berasal dari induk dan pejantan yang baik, (e) besar badannya sesuai

dengan umur, kuat, dan mempunyai sifat-sifat pejantan yang baik, (f) kepala lebar,

leher besar, pinggang lebar, punggung kuat, (g) muka sedikit panjang, pundak

sedikit tajam dan lebar, (h) paha rata dan cukup terpisah, (i) dada lebar dan jarak

antara tulang rusuknya cukup lebar, (j) badan panjang, dada dalam, lingkar dada

dan lingkar perut besar, serta (k) sehat, bebas dari penyakit menular dan tidak

menurunkan cacat pada keturunannya (Anonim, 2010.).

Pemeliharaan kaki yang teratur terutama pada sapi tua dan besar akan

mengurangi radang kuku, pincang, dan kelinan kaki lainnya. Kuku sapi yang

dikandangkan cepat tumbuh panjang dan membentuk penebalan pada bagian

dasarnya. Akibatnya berat badan sapi akan menekan lutut dan tumit, dan hal ini

akan menembah setres bagi sapi. Bila hal ini kan berlansung lama akan

memperpendek masa produksi sapi perah. Disamping itu juga akan menyulitkan

sapi perah pada sat melakukan perkawinan secara alami, karena sapi tersebut tidak

mampu menekan berat badan pejantan,. (Suharno, 1994).

Estimasi produksi susu sapi perah

Setiap hari sapi harus dibersihkan,dan disikat pada saat memandikan

sapi,terutama pada saat menjelang memerah susunya. Di samping harus disikat

sewaktu-waktu rambut panjang disekitar lipat paha dan ambing perlu dicukur agar

mudah dibersihkan dari kotoran yang menempel. Tujuan utamanya yaitu agar air

susu yang dihasilkan benar-benar bersih dari kotoran maupun rambut yang

rontok,disamping itu untuk menjaga agar sapi tetap sehat karna respirasi kulit sapi

dapat berlangsung secara baik dan lancar sebagai respon dari metabolosme tubuh

yang baik,(Asih,2004).

14

Page 15: Islain Laporan Praktikum Perah 2 Edit

Air susu sangat sensitive, baik terhadap kotaminasi bakteri maupun

terhadap bau-bauan, disekitarnya. Oleh karena itu sebelum pemerahan, sapi harus

dimandikan dan disikat terutama pada bagian ambingny. Lantai kandang juga

harus dibersihkan dari kotoran atau sisa makanan yang berbau. Peralatan harus

sudah dibersihkan pulasebelum pemerahan dimulai. Setelah sapi dimandikan

sebelum pemerahan dilakukan, ambing sapi harus dicuci dengan memakaiair

hangat, dengan maksud : (1) menstimuler keluarnya air susu (2) mengurangi

kontaminasi pada air susu (3) mengurangi timbulnya penyakit mastitis yang dapat

mengurangi produksi susu sekitar 20-30 %. (Asih. 2004).

Rangsangan terhadap ambing sebelum dan selama pemerahan akan

mempengaruhi produksi dan komposisi air susu. Suatu rangsangan yang

menyenagkansepertitindakan tindakan yang tidak menyakitkan, mengejutkan,

menimbulkan rasa nyaman dan tenang,akan memudahkan ambing melepaskan air

susu. Sebaliknya tindakan-tindakan yang menimbulkan stress akan menimbulkan

hambatan dalamproses pemerahan. Sehingga air susu dalam ambing tidak terperah

sempurna,dalam ambing masih banyak tertinggal susu. Peristiwa ini akan

mengakibatkan sekresi air susu berikutnya terhambat,dan bahkan mengakibatkan

kemerosotanproduksi yang permanent untuk seluruh masa laktasi (AAK,1982).

Wikantadi (1977) mengatakan bahwa lemak susu merupakan komponen

susu yang paling beragam. Sebagaian lemak susu terdiri dari trigliserida. Bahan

pembentuk lemak susu yang utama adalah glukosa, asam asetat, asam beta-

hidroksibutirat, trigliserida dari kilomikra (chylomicra) dan low density

lipoprotein serta darah. Tujuh puluh lima persen hingga sembilan puluh persen

dari asam lemak berantai pendek (C4 – C14) dan 30% dari asam asetat. Secara

keseluruhan diduga 30% dari atom C yagn terdapat dalam lemak susu berasal dair

asam asetat dan sisanya dari asam-asam lemak. Asethyl Co-A yang digunakan

oleh kelenjar susu ternak ruminansia untuk penyusun lemak susu dibentuk

terutama dari asetat yagn ada dalam sitoplasma.

Zat-zat makanan yang sangat dibutukkan oleh sapi perah adalah energi,

(terutama terdiri dari unsure lemek dan karbohidrat), Protein, mineral, vitamin dan

air. Kelima macam nutrisi ini adalah untuk kebutuhan kesehatan sapi yang normal

15

Page 16: Islain Laporan Praktikum Perah 2 Edit

dan berproduksi. Sedang bebrapa unsur tertentu hanya diperlikan dalm jumalh

yang kecil, misalnya mineral dan vitamin. Air dan energi diperlukan dalam

jumlah yang lebih besar dari pada bagian yang lain. Jika kebutuhan energi tidak

tercukupi maka fungsi unsure-unsur tidak berfungsi banyak. Energi sangat

mempengaruhi produksi susu yang dihasilkan, (AAk, 1995).

Penentuan umur sapi perah

Untuk mengetahui umur sapi dapat dilakukan dengan melihat gigi.

Pergantian gigi seri yang pertama, ialah yang paling tengah, terjadi pada umur 2

sampai 2 ½ tahun. Pergantian gigi seri yang kedua (kanan kiri dari yang pertama)

terjadi pada umur 3 tahun. Pergantian gigi seri yang ketiga (sebelah menyebelah

dari yang kedua), terjadi pada umur 4 tahun. Terakhir pergantian gigi seri keempat

ialah yang paling luar terjadi pada umur 4 ½ tahun (Sasroamidjo, 1989).

Menurut Poespo (1986) penafsiran umur dapat dilakukan melalui cara

sebagai berikut: (1) Recording yaitu dengan mencatat berulang-ulang  mengenai

sapi yang bersangkutan sejak dari lahir sampai mati, (2) wawancara dengan

peternak, (3) mengamati tali pusat bila tali pusat mulai mengering maka umur sapi

tersebut adalah antara 4-5 hari dan berumur 143 hari bila tali pusat sudah kering,

(4) dengan melihat pertumbuhan tanduk.

Apabila diberi makanan yagn baik, sapi dara akan mencapai berat yagn

cukup untuk dikawinkan pada umur 15 bulan, sehingga pada umur 2 tahun sudah

dapat melhirkan anak pertama. Namun peternak ada yagn mengawinkan sapi

daranya pada umur 26-28 bulan, sehingga baru beranak pada umur 3 tahun.

Petenak demikian praktis akan mengluakan biaya yagn lebih banyak sebelum sapi

tersebut berproduksi (Staf Bagian Ilmu Produksi Ternak Perah, 1980).

Penentuan masa laktasi

Manajemen reproduksi yang baik harus mempertimbangkan beberapa hal,

diantaranya adalah masa kering, service period, lama laktasi, calving interval,

service per conception maupun umur beranak. Salah satu masalah yang masih

menjadi kendala pada peternak Indonesia adalah masih kurang diperhatikannya

16

Page 17: Islain Laporan Praktikum Perah 2 Edit

service period. Umumnya peternak kita service periodnya sekitar 4 bulan, padahal

standar untuk mendapatkan produksi susu yang optimal dan terjadi kontinyuitas

produksi service period dipatok 2 bulan. Ini akan menjadi tugas bagi kita semua

untuk dapat membenahi manajemen reproduksi pada ternak sapi perah (Priyono,

2009).

Produksi seekor sapi dipengaruhi oleh lingkungan, genetik serta interaksi

antar agenetik dan lingkungan. Rata-rata produksi air susu 80% dipengaruhi

lingkungan dan 20% genetik. Laktasi pertama seekor sapi adalah hal yang

penting. Dari sejumlah penenlitian menunjukkan bahwa sapi yagn mempunyai

produksi pertama tinggi maka sapi ternsebut cenderung memiliki masa produksi

yang lebih panjang dan total produksi yang lebih tinggi (Staf Bagian Ilmu

Produksi Ternak Perah, 1980).

Selanjutnya diterangkan lagi bahwa sepanjang hidup seekor sapi perah

mengalami beberapa kali masa produksi atau masa laktasi. Dalam tiap masa

produksi terbagi dalam beberapa periode persiapan kawin (service periode),

periode kebuntingan (gestation period), perio9de kering kandang (dry period) dan

periode laktasi (lactation period). Keseluruhan periode tersebut beraeda dalam

satu kurun waktu dair sejak beranak sampai ke beranak kembali yang disebut

calving interval (Staf Bagian Ilmu Produksi Ternak Perah, 1980).

Persentase kadar lemak air susu mulai menurun setelah satu sampai dua

bulan sehabis sapi beranak. Tiga sampai empat bulan laktasi kadar lemak relatif

konstan. Kemudain pada akhir laktasi kadar lemak ari susu akan sedikit

meningkat.

Pengaturan pemerahan dan perkwinan

Sapi pada umumnya diperah dalam dua kali sehari yaitu pada pagi hari dan

sore hari tetapi dapat juga diperah tiga kali sampai mepat kali, hal ini tergantung

dair kemampuan produksi sapli yang berangkutan, makanan dan pemeliharaan.

17

Page 18: Islain Laporan Praktikum Perah 2 Edit

Makin sering sapi diperah maka produksinya akan tambah menigkat bahkan

sapi yang berproduksi rendah pun dengan peningkatan frekuensi pemerahan dapat

meningkatakan produksi susunya (Staf Bagian Ilmu Produksi Ternak Perah,

1980).

Ditambahkan lagi dari sumber yang sama bahwa terjadinya kenaikan

produksi air susu dengan penigkatan frekuensi pemerahan ini dapa diternakgan

dengan dua prinsip yaitu : 1. Karena adanyatekanan hydrostatik dari air susu

dalam alveol; dan 2 karena adanya rangsangan neurohormonal. Dengan

bertambahnya umur sebaikanya frekuensi pemeraha dikurangi, karena dentgan

bertambhanya umur produksi air susu semakin menurun.

Siklus estrus adalah interval dari tanda-tanda peratama kesanggupan

menerima seksual hingga permulaan estrus berikutnya. Rata-rata periode birahi

pada sapi perah adalah 21 hari. Bervariasi antara 17 sampai 6 hari. Rata-rata

lamanya birah8i adalah 18 jam untuk sapi dewasa dan 15 jam untuk sapil dara.

Dengan variasi antara 6- 36 jam (staf bagian ilmu produksi ternak perah, 1980).

Waktu yagn tepat untuk mengawinkan sapi agar memperoleh prosentas

kebuntingan yang tinggi, mengwinakan sapi haruslah tepat pada wkatunya.

Sebagai pedoman adalah :

Tabel 1. Waktu yang tepat untuk mengwinkan sapi

Birahi Dikwinkan Keesokan harinya

Pagi hari (sebelum jam

12)

Hair itu juga (pagi, sore,

malam).

Sudah terlamabat

Sore hari( sesudah jam

12)

Hari itu juga sore dan

malam

Sebelum jam 12

Sumber : Buku Ilmu Produksi Ternak Perah, 1980

Perkawinan dapat secara alam dengan menggunakan pejantan atau dengan

inseminasi buatan (artificial insemination).

Untuk kberehasilan perkwinan buatan, ada empat faktor yang harus diperhatikan :

1. Sapi betina yang sehat

2. Waktu yang teapt untuk dikawinkan

3. Kualitas semen

18

Page 19: Islain Laporan Praktikum Perah 2 Edit

4. Pengalaman inseminator

Pada umumnya, apabila keempa tfaktor tersebut dipenuhi maka kebuntingan

akan berhasil dengan tidak lebih dari dua kali perkawinan (Staf Bagian Ilmu

Produksi Ternak Perah, 1980).

19

Page 20: Islain Laporan Praktikum Perah 2 Edit

MATERI DAN METODE PRAKTIKUM

Materi Praktikum

Acara I. Pemilihan sapi perah baik

1. Alat-alat yang digunakan:

a. Lembar Kerja.

b. Pensil.

c. Penggaris.

d. Papan jalan.

e. Kamera.

f. Tabel penilaian

2. Bahan-bahan yang digunakan:

a. Sapi

Acara II. Recording /PencatatanSapiPerah

1. Alat-alat yang digunakan:

a. Lembar Kerja. h. Data Produksi Susu

b. Pensil i. Data Silsilah Ternak

c. Penggaris j. Catatan Penjualan Susu

d. Papan jalan k. Catatan Penggunaan susu

e. Data kesehatan ternak l. Data Reproduksi / Perkawinan

ternak

f. Catatan pelanggan susu m. Catatan Pertumbuhan ternak

g. Catatan pemberian Pakan

20

Page 21: Islain Laporan Praktikum Perah 2 Edit

2. Bahan-bahan yang digunakan:

a. Sapi

Acara III. Penentuan masa laktasi ternak

1. Alat-alat yang digunakan:

a. Buku tulis

b. Pensil

c. Penggaris

d. Papan jalan

2. Bahan-bahan yang digunakan

a. Sapi

Acara IV. Estimasi Produksi susu berdasarkan perbandingan % produksi

susu perbulan dan perlaktasi

1. Alat-alat yang digunakan:

a. Buku tulis

b. Pensil

c. Penggaris

d. Papan jalan

2. Bahan-bahan yang digunakan:

a. Sapi.

Acara V. Penentuan periode laktasi ternak

1. Alat-alat yang digunakan:

e. Buku tulis

f. Pensil

g. Penggaris

h. Papan jalan

21

Page 22: Islain Laporan Praktikum Perah 2 Edit

2. Bahan-bahan yang digunakan

a. Sapi

Acara VI. Pengaturan Pemerahan & Perkawinan

1. Alat-alat yang digunakan:

a. Buku tulis

b. Pensil

c. Penggaris

d. Papan jalan

e. Lembar kerja

2. Bahan-bahan yang digunakan:

a. Sapi

Metode Praktikum

Adapun metode praktikum sebagai berikut :

Acara I. Pemilihan sapi perah yang baik

a. Memilih bangsa-bangsa ternak yang mempunyai performans penampilan

yang baik

b. Mengambil gambar ternak dengan menggunakan kamera secara

keseluruhan dari samping,dan belakang

c. Menilai ternak berdasarkan keadaan umum,sifat perahan,kapasitas

tubuh,dan sistem ambing

d. Membandingkan hasil penilaian ternak antara ternak yang satu dengan

ternak yang lainnya

Acara II. Recording / Pencatatan Sapi Perah

a. Mencatat jumlah ternak keseluruhan

b. Mencatat silsilah ternak

c. Mencatat produksi susu

22

Page 23: Islain Laporan Praktikum Perah 2 Edit

d. Mencatat kesehatan ternak

e. Mencatat pemberian pakan

f. Mencatat penjualan susu

g. Mencatat pelanggan susu

h. Mencatat penggunaan susu

i. Mencatat jumlah pedet,induk dewasa,sapi dara,pejantan dewasa

j. Mencatat pertumbuhan ternak

k. Mencatat jumlah kepemilikan ternak

Acara III. Penentuan masa laktasi ternak

a. Menentukan umur ternak

b. Mencatat umur kebuntingan ternak

c. Mencatat priode laktasi

Acara IV. Estimasi Produksi susu berdasarkan perbandingan % produksi

susu perbulan dan perlaktasi

a. Mencatat produksi susu Perbulan dan perlaktasi

b. Membandingkan peroduksi susu perbulan dan Perlaktasi

Acara V. Penentuan Periode laktasi ternak

d. Menentukan umur ternak

e. Mencatat umur kebuntingan ternak

f. Mencatat priode laktasi

Acara VI. Pengaturan Pemerahan & Perkawinan

a. mencatat jumlah ternak yang terdapat di dinas peternakan

b. mengatur pemerahan dan perkawinan

Tempat dan waktu prkatikukm

Praktikum ini bertempat di BIB Banyumulek (Dinas Peternakan dan

Kesehatan Hewan Propinsi NTB), Lombok Barat. Pada tanggal 28 mei 2010 jam

06.00 Wita.

23

Page 24: Islain Laporan Praktikum Perah 2 Edit

HASIL DAN PEMBAHASAN

Sebelum lanjut menju hasil dan pembahasan, kami akan menunjukkan

gambar kandang serta posisi sapi yang kami amati atau nilai.

24

Page 25: Islain Laporan Praktikum Perah 2 Edit

Gambar 1. Kandang serta posisi sapi yang dinilai

Keterangan Gambar :

No. 1 sapi pertama, no.2 sapi kedua, no. 3 sapi ketiga, no. 4 sapi keempat, no. 5

sapi ke lima, no. 6 sapi ke enam, no. 7 sapi ketujuh, no. 8 sapi ke delapan, no. 9

sapi ke sembilan, no. 10 sapi kesempuluh.

Acara I. Recording pada sapi perah

1. Table 2. Catatan reproduksi/ perkawinan (breeding record)

Sapi Lahir Kawin

Melati

27 November 2003

31 Agustus 2005

06 Desember 2007

15 Desember 2004

25 November 2005

25 Februari 2007

Tulip

09 Maret 2004

29 Agustus 2005

12 Mei 2007

12 Desember 2004

15 September 2006

25

Page 26: Islain Laporan Praktikum Perah 2 Edit

Anggrek induk12 Maret 2004

22 Agustus 2006 01 Desember 2005

Persik

14 Februari 2004

15 Oktober 2005

19 Desember 2006

-

06 Februari 2005

10 Mei 2005

Sumber : Buku catatan sapi perah BIB Banyumulek

Data ini merupakan data yang diambil dari buku catatan kelahiran dan

perkawinan di BIB Banyumulek, sehingga data sapi yang kita praktikkan untuk

saat ini belum bisa kita jelaskan secara detail. Karena catatan untuk tahun 2008

sampai 2010 tidak ada. Oleh karena itu, catatan yang disajikan merupakan catatan

yang tidak bisa kita gunakan sebagai patokan produksi ternak untuk tahun ini.

Sebagaian dari ternak ini juga ada yang mati, sehingga produksi populasi

secara otomatis akan berubah dari tahun 2008 hingga tahun 2010.

2. Table 3. Catatan produksi susu

Bulan Nama sapi

DesemberPersik Melati

Anggrek

1

Anggrek

2Tulip Anggrek

74 104 115 _ 71 106

Sumber : Buku catatan sapi perah BIB Banyumulek.

Data ini juga diambil dari buku catatan produksi susu ternak sapi perah

BIB Banyumulek. Tahun pencatatan ini adalah tahun 2009, karena catatan tahun

2010 untuk produksi susunya juga tidak ada.

Akantetapi kita mengambil akhir dari tahun 2009 agar mendekati tingat

produksi susu pada tahun 2010. sehingga dengan melihat data diatas, rata-rata

produksi susu dari ke 5 sapi tersebut untuk tahun 2010 adalah 94 liter per bulan.

3. Catatan kesehatan (health record)

Untuk catatan kesehatan,kami tidak mendaptakannya. Karena pada buku

catatan tidak terdapat catatan tentang kesehatan ternak tersebut. Akantetapi kami

mendapatkan informasi dari karyawan yagn bekerja di BIB Banyumulek bahwa

26

Page 27: Islain Laporan Praktikum Perah 2 Edit

semua sapi pernah mengalami sakit. Penyakit yang dialami sangat banyak, namun

yang diketahui oleh karyawan tersebut adalah penyakit ingusan atau influenza.

Hal yang menyebabakan terjadinya berbagai macam penyakit adalah

karena kurangnya perawatan atau manajemen kesehatan. Terutama jarangnya

dilakukan vaksin terhadap sapi-sapi yang ada. Akantetapi yang lebih banyak

dilakukan adalah pengobatan ketika sapi sudah terserang dari penyakit tersebut.

4. Catatan pemberian pakan

Pakan yang diberikan pada sapi-sapi perah di BIB Banyumulek adalah

a. Hijauan yang terdiri dari

rumput gajah (20 kg), kering fermentasi kadang-kadang diberikan,

silase kadang -kadang diberikan, legum,dll.

b. Konsentrat yang terdiri dari :

jagung kuning, wheat bran, SBM, tetes, palm olein, pelet atau

butiran.

Sementara komposisi dari konsentrat yang diberikan untuk umur 1 tahun

atau bisa dikenal dengan susu A, adalah : air (maks. 12%), protein kasar (min.

16%), lemak kasar (3-7%), serat kasar (maks. 8%), abu (10%), kalsium (0,9-

1,2%), phosphor (0,6-1,0%).

Konsentrat yang diberikan pada sapi perah ini memiliki jumlah protein yang

sangat tinggi, namun persentase energinya sangat rendah. Sehingga konsentrat

yagn diberikan pada sapi perah ini kurang cocok untuk sapi potong yang banyak

membutuhkan energi. Karena hal ini akan mempengaruhi metabolisme dari sapi

potong untuk absorbsi nutrisi yang menjadi pembentukan dagingnya. Oleh karena

itu pakan sapi perah berbeda dengan pakan sapi potong terutama dari konsentrat

yang diberikan.

9. Catatan anak atau pedet

Table 4 berikut adalah hasil pencatatan pedet dari total populasi sapi yaitu

sebanyak 29 ekor. Yang terdiri dari :

No. Keadaan sapi Jumlah (ekor)

1 Jlh. Keseluruhan PFH di BIB Banyumulek 29

2 Jumlah sapi dewasa betina 10

27

Page 28: Islain Laporan Praktikum Perah 2 Edit

3 Jumlah sapi dewasa jantan 2

4 Jumlah sapi betina muda 4

5 Jumlah sapi jantan muda 7

6 Jumalh anak sapi betina -

7 Jumlah anak pedet sapi jantan 6

8Jumlah anak yang baru lahir dan jenis

kelamin6

9 Jumlah keseluruhan sapi betina PFH 14

10 Jumlah keseluruhan sapi perah PFH jantan 15

11 Jumlah keseluruhan sapi 29

Sumber : Kelompok III

Dari data diatas, kita bisa mengetahui bahawa jumlah anak sapi PFH dari

total populasi 29 sapi di BIB Banyumulek adalah 06 ekor yang kesemuanya

adalah jantan. Sementara untuk untuk pedet betina tidak ada kami dapatkan,

karena kemungkinan peluang kelahiran untuk sapi betina sangat kecil, walaupun

peluang itu sama-sama memiliki setengah (50%). Akantetapi penyebab dari

peluang kelahiran ini juga dipengaruhi oleh pH induk yang kemungkinan lebih

tinggi pH pada kromosom xy yang nantinya akan melahirkan pejantan.

Acara II. Pemilihan sapi perah

Gambar pemilihan sapi yang baik berdasarkan penampilannya

a. General apperance (penampilan umum)

28

Page 29: Islain Laporan Praktikum Perah 2 Edit

b. Perbandingan ambing samping

c. Perbandingan ambing dari belakang

29

Page 30: Islain Laporan Praktikum Perah 2 Edit

e. Perbandingan bagian atas

Dari hasil penilaian, yang paling bagus atau yang paling tinggi nialainya

sampai yang terendah adalah sebagai berikukt :

Tabel 5. Nilai sapi dari tertinggi sampai terendah.

No. Kode Sapi Total nilai

1 5 76

2 4 dan 2 72

30

Page 31: Islain Laporan Praktikum Perah 2 Edit

3 3 70

4 1 67

Sumber : Kelompok III

Hasil penilaian ini diambil dari penilaian secara keseluruhan yang

kemudian mendapatkan skor tertinggi. Sementara untuk klasifikasi dari masing

masing peringkat tersebut terbagi menjadi dua kategori yaitu baik dan sedang.

Untuk lebih jelasnya akan ditunjukkan pada tabel berikut :

Tabel 6. Kategori sapi berdasarkan peringkat.

Kode sapi Nilai kategori

5 76 Baik

4 dan 2 72 sedang

3 70 sedang

1 67 sedang

Sumber : Kelompok III

Kemudian setelah dilakukan nya penilaian secara keseluruhan dialnjutkan

dengan penilaian bagian tubuh yang menghasilakan data sebagai berikut :

Tabel 7. Penilain bentuk tubuh

No. Bagian

yang

dinilai

Sapi yagn dinilai

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10

Tl.

punggung

1 1 2 1 1 3 2 2 1 3

Tl rusuk

bag.

bawah

2 2 2 2 1 2 2 2 1 3

Tl. rusuk

bag.

Dalam

1 3 3 3 2 3 3 3 2 3

Pangkal

ekor

1 2 2 2 2 2 3 2 1 1

31

Page 32: Islain Laporan Praktikum Perah 2 Edit

Paha 3 2 3 3 2 3 3 2 2 3

Keadaan

umum

3 3 3 3 1 3 3 3 2 4

Total 11 13 15 14 9 16 16 14 9 17

Rata-rata 1,84 2,13 2,5 2,33 1,5 3 3 2,33 1,5 2,83

Sumber : Kelompok III

Berdasarkan data dari tabel diatas bahwa yang paling tinggi nilainya

adalah no. 10, sementara dengan rataan yang paling tinggi adalah no.6 dan no.7.

berarti ini menandakan bahwa kelas dari ternak sapi yang berada di banyumulek

tidak ada yang memiliki kategori yang sangat bagus. akantetapi hanya berada

pada kisaran baik dan sedang.

Acara III Estimasi Produksi Susu

Dari hasil praktkum kami mendapatkan data bahwa produksi susu sapi

perah di BIB Banyumulek dari bulan desember tahun 2010 di tunjukkan pada

tabel sebagai berikut :

Tabel 8. Produksi susu Bulan Desember tahun 2009

Bulan Nama sapi

desemberPersik Melati

Anggrek

1

Anggrek

2Tulip anggrek

74 104 115 _ 71 106

Sumber : Buku catatan produksi susu sapi perah bib banyumulek.

Pada saat Bulan Desember diketahui bahwa terdapat 5 ekor sapi perah

yang memproduksi susu dari 6 ekor sapi perah yang terdapat di BIB Banyumulek.

sapi yang tidak memproduksi susu pada bulan desember tersebut dikarenakan

karena dia tidak melahirkan pada tahun 2009. sehingga tidak menghasilkan air

susu dan tidak diperah.

32

Page 33: Islain Laporan Praktikum Perah 2 Edit

Berdasarkan estimasi yang kami lakukan dari empat ekor sapi yang

memproduksi susu dengan produksi susu berbeda-beda. untuk lebih jelasnya kami

akan meberikan data sebagai berikut :

Tabel 9. Produksi 4 ekor sapi perah di BIB Banyumulek.

Kode sapi Prod. susu perhari

(liter)

Prod. susu

perbulan

(liter/bulan)

Prod. susu

perlaktasi

(liter/laktasi)

Sapi I 5,7 171 2138

Sapi II _ _ _

Sapi III 4,83 144,9 2415

Sapi IV 6,5 195 3257

Sapi V 1,8 5,4 2700

Sumber : Kelompok III

Perbedaan jumlah produksi susu sapi yang diperah dipengaruhi oleh

banyak faktor seperti umur, frekuensi pemerahan, pakan, lingkugan, lama laktasi

dan masih banyak yang lainnya. sementara untuk sapi yang no. 2 tidak diperah

karena dia belum melahirkan.

Lebih rendahnya produksi susu sapi pada laktasi pertama disebabkan oleh

lebih rendahnya jumlah dan ukuran sel-sel ambing pada saat sapi masih

mengalami laktasi pertama sehingga produksi susu yang dihasilkan masih rendah.

Pada saat laktasi kedua terjadi peningkatan jumlah dan ukuran sel-sel ambing

yang menyebabkan meningkatnya produksi susu. Hal tersebut sesuai dengan

pendapat Sudono, dkk. (2003) yang menyatakan bahwa produksi susu sapi

semakin menunjukkan peningkatan seiring dengan meningkatnya umur sapi

karena terjadinya peningkatan jumlah dan ukuran sel-sel ambing yang merupakan

tempat mensintesis susu. Produksi susu tersebut akan terus terjadi sampai sapi

betina berumur 7 sampai 8 tahun namun selanjutnya akan terjadi penurunan secara

bertahap sampai sapi berumur 11 sampai 12 tahun.

Acara IV Penentuan Umur Sapi Perah

Umur sangat menentuakan tingkat produksi susu sapi perah selama laktasi.

secara teori bahwa sapi perah hanya mampu berproduksitinggi mencapai 100%

33

Page 34: Islain Laporan Praktikum Perah 2 Edit

pada saat berumur 7 tahun, setelah itu produksi susu akan menurun secara

perlahan sejalan dengan pertambahan umur dari ternak sapi perah tersebut.

Ada beberapa cara untuk mengetahui umur sapi, salah satunya adalah

dengan melihat perubahan gigi pada ternak itu sendiri. dari hasil pengamatan

kami, kami mendapatkan umur ternak dari perubahan gigi adalah sebagai berikut :

Tabel 10 . Umur sapi perah berdasarkan perubahan gigi

Nama (No sapi)Photo/gambar illustrasi perubahan gigi

permanen ternak

Perkira

an

umur

ternak

keternga

n

Sapi 13½ - 4½

tahun

Berganti

8

Sapi 23½ - 4½

tahun

Berganti

4

Sapi 33½ - 4½

tahun

Berganti

2

Sapi 43½ - 4½

tahun

Berganti

8

Sapi 53½ - 4½

tahun

Berganti

8

Sapi 61½ - 2½

tahun

Berganti

2

Sapi 72-3

tahun

Berganti

4

Sapi 8 7 Gigi berganti 3½ - 4½ Berganti

34

Page 35: Islain Laporan Praktikum Perah 2 Edit

tahun7

Sapi 94 Gigi berganti 2 – 3

tahun

Berganti

4

Sapi 108 Gigi berganti 3½ - 4½

tahun

Berganti

8

Sumber : Kelomopok III

Sapi pada no. 6 ini adalah sapi hasil persilangan antara simental dan FH

sehingga diberi nama sapi simpaha. sapi ini umurnya sangat muda sekali yaitu

sekitar 1,5 – 2,5 tahun, dan memiliki anak satu atau baru pertama melahirkan.

sementara sapi yang nomor 1 – 10 kecuali no. 6 adalah sapi FH, yang masing-

masing sudah sering melahirkan dan memiliki periode laktasi ke-5.

fakta ini bisa kita buktikan dengan pernyataan yang disampaikan oleh

Sasroamidjo (1989) bahwa untuk mengetahui umur sapi dapat dilakukan dengan

melihat gigi. Pergantian gigi seri yang pertama, ialah yang paling tengah, terjadi

pada umur 2 sampai 2 ½ tahun. Pergantian gigi seri yang kedua (kanan kiri dari

yang pertama) terjadi pada umur 3 tahun. Pergantian gigi seri yang ketiga (sebelah

menyebelah dari yang kedua), terjadi pada umur 4 tahun. Terakhir pergantian gigi

seri keempat ialah yang paling luar terjadi pada umur 4 ½ tahun.

Acara V Penentuan Periode Laktasi Pada Sapi Perah

Dibawah ini akan diterangkan penentuan periode laktasi pada sapi perah di

BIB Banyumulek dari tahun 2009 samapi tahun 2010

Tabel 11. Penentuan periode laktasi sapi perah di BIB Banyumulek

No. Nama sapiKeadaan sapi per

periode laktasi

Keterangan melahirkan berikutnya

1 x kawin 2 x kawin

1 Tulip

Melahirkan pada

bulan juli 2009

Masa laktasi ke 10-11

Periode laktasi ke 5

Melahirkan

pada bulan

mei 2010

Melahirkan pada

bulan juni 2010

2 Persik Melahirkan pada Melahirkan Melahirkan pada

35

Page 36: Islain Laporan Praktikum Perah 2 Edit

bulan april 2009

Masa laktasi ke 1

Periode laktasi ke 5

pada bulan

februari 2010bulan maret 2010

3Anggrek

induk

Melahirkan pada

tanggal 5 agustus

2009

Masa laktasi 10

Periode laktasi ke 5

Melahirkan

pada bulan

juni 2010

Melahirkan pada

bulan juli 2010

4Anggrek

anak

Melahirkan pada

tanggal 1 agustus

2009

Masa laktasi ke 10

Periode laktasi ke 3

Melahirkan

pada bulan

juni 2010

Melahirkan pada

bulan juli 2010

5 Melati

Melahirkan pada

bulan april 2010

Periode laktasi ke 5

Melahirkan

pada bulan

februari 2011

Melahirkan pada

bulan mei 2011

Sumber : Data olahan 2010

Berdasarkan data hasil praktikum diatas bahwa dengan calving interval 1

tahun, rata-rata sapi akan melahirkan berikutnya pada tahun 2010. karena rata-rata

sapi melahirkan pada tahun 2009. sementara untuk mengetahui berapa kali ia

melahirkan, kita bisa melihat dari rata-rata periode laktasinya. Pada table tersebut

rata-rata periode laktasi dari masing-masing sapi adalah periode laktasi ke 5.

artinya rata-rata sapi tersebut telah melahirkan 5 kali.

Dengan cara mengetahui berapa kali sapi melahirkan, kita bisa mengetahui

pada periode lakatsi ke berapa dia sekarang. Sehingga periode laktasi sama

dengan berapa kali melahirkan.

Acara VI Pengaturan Pemerahan Dan Perkawinan

36

Page 37: Islain Laporan Praktikum Perah 2 Edit

Untuk pemerahan sapi perah yang ada di banyumulek hanya diperah satu

kali sehari. Pada teori yang ada, makin sering sapi diperah maka produksinya akan

tambah menigkat bahkan sapi yang berproduksi rendah pun dengan peningkatan

frekuensi pemerahan dapat meningkatakan produksi susunya (Staf Bagian Ilmu

Produksi Ternak Perah, 1980).

Dari 4 ekor sapi perah yang diperah pada hari kita praktikum itu, dengan

interval pemerahan 1 kali per hari, sapi perah tersebut memproduksi susu

sebanyak 6.27 liter perhari. Hasil tersebut menunjukkan bahwa hasil yang sangat

minim dari susu yang diproduksi oleh sapi perah. Selain pengaturan pemerahan,

pakan, besar ambing juga berpengaruh terhadpa tingkat produksi susu sapi perah.

Produksi seekor sapi dipengaruhi oleh lingkungan, genetik serta interaksi antar

agenetik dan lingkungan. Rata-rata produksi air susu 80% dipengaruhi lingkungan

dan 20% genetik. Laktasi pertama seekor sapi adalah hal yang penting. Dari

sejumlah penenlitian menunjukkan bahwa sapi yagn mempunyai produksi

pertama tinggi maka sapi ternsebut cenderung memiliki masa produksi yang lebih

panjang dan total produksi yang lebih tinggi (Staf Bagian Ilmu Produksi Ternak

Perah, 1980).

Sementara untuk perkawinannya, sapi perah di BIB Banyumulek

diperkirakan memiliki selang waktu 1 kali setahun dengan jumlah rata-rata kali

perkawinan sekitar 1 kali. Artinya dengan sekali kawin, ternak tersebut langsung

bunting. Disini kita bisa melihat bahwa rata-rata sapi yang ada di BIB

Banyumulek tersebut berada dalam kondisi baik serta subur atau fertil. Pengaruh

dari fertil ini mengakibatkan populasi ternak akan bertambah banyak. Hal ini

dikarenakan jumlah kelahiran akan semakin tinggi pula pada sapi perah tersebut.

PENUTUP

37

Page 38: Islain Laporan Praktikum Perah 2 Edit

Kesimpulan

Adapun kesimpulan yang dapat di jelaskan adalah :

1. jenis pakan yang diberikan pada ternak sapi perah adalah hijauan dan

konsentrat dari pabrik. Sementara untuk

2. Sapi perah yang paling bagus atau dengan skor yang paling tinggi adalah

sapi dengan kode no. 2 = no. 5 yang berada di sebelah kiri. Total nilai

yang didapatkan adalah sekitar 76.

3. Rata-rata produksi susu sapi perah yang ada di BIB Banyumulek adalah

6,27 liter per hari; berarti selama satu bulan memproduksi susu sebanyak

188.1

4. Rata-rata umur sapi perah yang ada di BIB Banyumulek sekitar 3,5 – 4,5

tahun. Dengan populasi 10 ekor betina dewasa yang sudah melahirkan.

5. Periode laktasi ternak sapi perah yang ada di BIB Banyumulek saat ini

adalah periode ke 5 dengan calving interval 1 tahun.

6. Pengaturan perkawinan ternak sapi perah adalah satu kali setahun

dengan pemerahan satu kali sehari.

Saran

Saran yang ingin saya sampaikan kepada kita semua, agar dalam mencari

data harus teliti. Serta dalam praktikum mahasiswa harus sungguh-sungguh.

Supaya data yang dihasilkan valid dan bisa digunakan.

Selain itu buku pencatatan data sapi perah di BIB Banyumulek juga harus

lengkap sejak tahunnya datang hingga kondisi sapi samapi sekarang, baik itu

kelahiran, kesehatan, kematian, produksi susu, dan banyak yang lainnya.

DAFTAR PUSTAKA

38

Page 39: Islain Laporan Praktikum Perah 2 Edit

AAK,1974. Beternak Sapi Perah, Kanisius. Yogyakarta.

AAK,1982. Seri Budaya Sapi Perah. Kanisius. Yogyakarta

AAK,1995 .Petunjuk Beternak Sapi Pearh. Kanisius. Yogyakarta

Anonim, 2008. Pencatatan Produksi http://sentralternak.com/index.php/2008/10/07/pencatatan-produksi-recording/ (12 05 2010 11:30)

Anonim, 2010. Ternak Sapi Perah.http://www.google.co.id/#hl=id&q=ternak+sapi+perah&revid=791213704&ei=dkf7S_6UO8y9rAeltfmyAg&sa=X&oi=revisions_inline&resnum=0&ct=broad-revision&cd=3&ved=0CDkQ1QIoAg&fp=b25fd8043a691190 (25 05 2010 11: 46)

Anonim, 2010. http://yuari.wordpress.com/2008/01/10/penilaian-eksterior-tubuh-ternak/ (12 05 2010 11:37)

Asih, 2004. Manajemen Ternak Perah. Universitas Mataram Press. Mataram

Bambang; Nazaruddin.1974. Ternak Komersial. PT Penebar Swadaya; anggota Ikapi: Jakarta.

Budi Pratomo, 1986. Cara Menyusun RansumTernak. Poultri Indonesia

Kartadisastra, H.R. 1997. Penyediaan & Pengelolaan Pakan Ternak

Masyadi, 2010. Memilih Bibit Sapi Perah. http://masyadi-kumpulanartikelkuliah.blogspot.com/2010/05/memili-bibit-sapi-perah.html (25 05 2010 11:30)

Petrus Sitepu; Ngepkep Ginting.1989. Tehnik Beternak Sapi Perah Di Indonesia.PT Rekan Anda Setiawan:Jakarta

Priyono, 2009. Produktivitas Ternak Sapi Perahhttp://priyonoscience.blogspot.com/2009/05/produktivitas-ternak-sapi-perah.html (12 05 2010 11:26 ).

Staf Bagian Ilmu Produksi Ternak Perah, 1980. Ilmu Produksi Ternak Perah. Universitas Padjadjaran : Bandung.

Sudono,dkk;2003. Beternak Sapi Perah Secara Intensif. PT Aggro Media Pustaka:Jakarta.

39

Page 40: Islain Laporan Praktikum Perah 2 Edit

Umar Ar., dkk. 1991. Pengaruh Frekuensi Penyiraman/memandikan terhadap sttus faali Sapi Perah yang dipelihara di Bertais Kabupaten Lombok barat.Unram University prss, Mataram.

Williamson, G. 1983. Pengantar Peternakan Di Daerah Tropis. Gadjah Mada.

Wikantadi, B. 1977. Biologi Laktasi Bagian Tehnik Perah. Fakultas Peternakan UGM : Yogyakarta.

Zein Syarief dan R. M. Sumoprastowo C. D. A.1984. Ternak Perah, CV Yasaguna: Jakarta

40

Page 41: Islain Laporan Praktikum Perah 2 Edit

LAMPIRAN

41