isi

Upload: deslita-ajjah

Post on 09-Jan-2016

16 views

Category:

Documents


0 download

DESCRIPTION

isi

TRANSCRIPT

BAB I PENDAHULUAN1.1 Latar BelakangIndonesia semenjak 12 Juli 1950 adalah anggota dari Organisasi Perburuhan Internasional (ILO). Sejak bergabung tersebut, maka Indonesia harus mengikuti segala aturan dan kegiatan yang dilakukan oleh ILO termasuk konvensi organisasi perburuhan internasional no. 100 mengenai pengupahan yang sama bagi buruh laki-laki dan wanita untuk pekerjaan yang sama nilainya.Sebagai tindak lanjut dari konvensi tersebut maka Indonesia membuat Undang-Undang RI Nomor 80 tahun 1957 Tentang Persetujuan Konpensi Organisasi Perburuhan Internasional No. 100 Mengenai Pengupahan Yang Sama Bagi Buruh Laki-Laki Dan Wanita Untuk Pekerjaan Yang Sama Nilainya. Beberapa poin dalam Undang-Undang tersebut berbunyi sebagai berikut:

a. Salah satu kewajiban dari Indonesia sebagai anggota Organisasi Perburuhan Internasional menurut pasal 19 ayat 5 dari anggaran dasar Organisasi tadi ialah meratifisir konvensi-konvensi yang telah diterima oleh Konperensi Perburuhan Internasional dan yang isinya dapat (sudah) dilaksanakan di Indonesia.

b. Pokok-pokok dari pada konpensi No. 100 ini adalah sebagai berikut :

1. negara yang meratifisir konpensi ini harus menjamin pengupahan yang sama bagi buruh laki-laki dan wanita untuk pekerjaan yang sama nilainya;

2. jaminan ini dapat dilakukan dengan undang-undang, perjanjian perburuhan, oleh badan penetapan upah atau dengan menggabungkan cara-cara ini;

3. tindakan harus diambil untuk mengadakan penilaian pekerjaan yang obyektif berdasarkan pekerjaan yang akan dijalankan;

4. nilai pengupahan yang berlainan antara buruh yang tanpa memandang jenis kelamin, didasarkan atas penilaian pekerjaan yang obyektif berdasarkan pekerjaan yang akan dijalankan, tidak akan dianggap melanggar asas-asas konpensi ini.

Undang-undang ini merupakan undang-undang yang membahas tentang persamaan system pengupahan baik pada laki-laki maupun perempuan. Undang-undang ini pada tahun 1957, lebih lama dari dibuatnya Undang-undang ketenagakerjaan No. 1 tahun 1970. Hal ini mengindikasikan bahwa Indonesia sudah memperhatikan hal-hal terkait perburuhan sudah sejak lama.

Namun masalah pengupahan masih menjadi masalah yang setiap tahun menjadi penyebab adanya demo buruh besar-besaran di berbagai daerah. Hal ini dikarenakan upah merupakan hal yang sensitif bagi pekerja karena berkaitan dengan keberlangsungan hidupnya dan keluarga. Demo buruh merupakan kegiatan yang selalu dilakukan oleh para buruh pada saat hari Buruh (1 Mei) dan mendekati saat penetapan UMP tiap tahunnya. Adanya demo buruh mengganggu keberlangsungan pekerjaan di perusahaan karena para buruh diwajibkan untuk ikut dalam demo buruh. Selain mengganggu pekerjaan, demo buruh juga menganggu aktifitas karena dapat mengakibatkan kemacetan yang cukup panjang. Untuk mengatasi masalah pengupahan, hendaknya dipahami terlebih dahulu peraturan yang telah dibuat dan berlaku di Indonesia.1.2 Rumusan Masalah

Dalam makalah ini, rumusan masalah sebagai berikut:a. Apakah yang dimaksud dengan Upah dan Upah Minimum?

b. Bagaimana struktur dan skala upah?

c. Bagaimana ketentuan terkait waktu kerja lembur dan upah kerja lembur?

d. Apa saja komponen yang mempengaruhi upah?

e. Apa yang dimaksud dengan pajak penghasilan?

f. Apa saja dasar hukum dan kebijakan yang ada di Indonesia terkait pengupahan?

g. Apa saja konflik yang dapat terjadi terkait karena pengupahan?

h. Bagaimana nilai Upah Minimum Provinsi (UMP) tahun 2014 di Indonesia dan peraturan yang mengaturnya?1.3 Tujuan Tujuan dari penulisan makalah ini yaitu:

a. Mengetahui pengertian Upah dan Upah Minimum.

b. Mengetahui struktur dan skala upah.

c. Mengetahui ketentuan terkait waktu kerja lembur dan upah kerja lembur.

d. Mengetahui komponen yang mempengaruhi upah.

e. Mengetahui definisi dan perhitungan pajak penghasilan.

f. Mengetahui dasar hukum dan kebijakan yang ada di Indonesia terkait pengupahan.

g. Mengetahui konflik yang dapat terjadi terkait karena pengupahan.

h. Mengetahui nilai Upah Minimum Provinsi (UMP) tahun 2014 di Indonesia dan berbagai peraturan yang mengaturnya. BAB II PENGUPAHAN

2.1 UPAH DAN UPAH MINIMUM2.1.1 Definisi Upah

Menurut UU No.13 Tahun 2003 Bab I Pasal 1 ayat 30, upah adalah hak pekerja / buruh yang diterima dan dinyatakan dalam bentuk uang sebagai imbalan dari pengusaha / pemberi kerja kepada pekerja / buruh yang ditetapkan dan di bayarkan menurut suatu perjanjian kerja, kesepakatan, atau peraturan perundang-undangan termasuk tunjangan bagi pekerja / buruh dan keluarganya atas suatu pekerjaan dan/atau jasa yang telah atau akan dilakukan.2.1.2 Definisi Upah Minimum

Menurut Permen No.1 Th. 1999 Pasal 1 ayat 1 :

a. Upah Minimum adalah upah bulanan terendah yang terdiri dari upah pokok termasuk tunjangan tetap. Upah ini berlaku bagi mereka yang lajang dan memiliki pengalaman kerja 0-1 tahun.b. Upah Minimum adalah suatu standar minimum yang digunakan oleh para pengusaha atau pelaku industri untuk memberikan upah kepada pekerja di dalam lingkungan usaha atau kerjanya.Upah minimum terdiri dari :

a. Upah Minimum Provinsi yang selanjutnya disingkat UMP adalah Upah Minimum yang berlaku untuk seluruh kabupaten/kota di satu provinsi.

b. Upah Minimum Kabupaten/Kota yang selanjutnya disingkat UMK adalah Upah Minimum yang berlaku di wilayah kabupaten/kota. c. Upah Minimum Sektoral Provinsi yang selanjutnya disingkat UMSP adalah Upah Minimum yang berlaku secara sektoral di satu provinsi.d. Upah Minimum Sektoral Kabupaten/Kota yang selanjutnya disingkat UMSK adalah Upah Minimum yang berlaku secara sektoral di wilayah kabupaten/kota.

Selain Upah Minimum, gubernur dapat menetapkan UMSP dan/atau UMSK atas kesepakatan organisasi perusahaan dengan serikat pekerja/serikat buruh di sektor yang bersangkutan. UMSP dan/atau UMSK berlaku sejak ditetapkan oleh gubernur. Besaran UMSP dan/atau UMSK ditetapkan sebagai berikut:

a. UMSP tidak boleh lebih rendah dari UMP; b. UMSK tidak boleh lebih rendah dari UMK c. Besaran kenaikan upah di perusahaan yang Upah Minimumnya telah mencapai KHL atau lebih, ditetapkan secara bipartit di perusahaan masing-masing.

2.1.3 Dasar Pertimbangan Penetapan Upah Minimum

Dalam menetapkan upah minimum, terdapat berbagai dasar pertimbangan yaitu:

a. Sebagai jaring pengaman agar nilai upah tidak melorot dibawah kebutuhan hidup minimum.b. Sebagai wujud pelaksanaan Pancasila, UUD 45 dan GBHN secara nyata.

c. Agar hasil pembangunan tidak hanya dinikmati oleh sebagian kecil masyarakat yang memiliki kesempatan, tetapi perlu menjangkau sebagian terbesar masyarakat berpenghasilan rendah dan keluarganya.

d. Sebagai satu upaya pemerataan pendapatan dan proses penumbuhan kelas menengah

e. Kepastian hukum bagi perlindungan atas hak hak dasar Buruh dan keluarganya sebagai warga negara Indonesia.

f. Merupakan indikator perkembangan ekonomi Pendapatan Perkapita.

2.1.4 Komponen Upah Minimum

Menurut Surat Edaran Menteri Tenaga Kerja No. SE-07/Men/1990 tentang Pengelompokan Upah dan Pendapatan Non Upah, meliputi 3 komponen diataranya :

a. Gaji Pokok

Gaji pokok adalah adalah imbalan dasar yang dibayarkan kepada pekerja menurut tingkat atau jenis pekerjaan yang besarnya ditetapkan berdasarkan kesepakatan.

b. Tunjangan Tetap

Tunjangan tetap adalah pembayaran kepada pekerja yang dilakukan secara teratur dan tidak dikaitkan dengan kehadiran pekerja atau pencapaian prestasi kerja tertentu (penjelasan pasal 94 UU No. 13/2003). Tunjangan tetap tersebut dibayarkan dalam satuan waktu yang sama dengan pembayaran upah pokok, seperti tunjangan isteri dan/atau tunjangan anak, tunjangan perumahan, tunjangan daerah tertentu.

c. Tunjangan Tidak Tetap

Tunjangan Tidak Tetap adalah pembayaran yang secara langsung atau tidak langsung berkaitan dengan pekerja yang diberikan secara tidak tetap dan dibayarkan menurut satuan waktu yang tidak sama dengan waktu pembayaran upah pokok, seperti tunjangan transpor dan/atau tunjangan makan yang didasarkan pada kehadiran.

UPAH MINIMUM = GAJI POKOK (75% dari Upah Minimum) + TUNJANGAN TETAP (25% dari Upah Minimum)

Contoh :Upah Minimum Provinsi Jakarta sebesar Rp. 1.529.150. Apabila Anda bekerja di DKI Jakarta, perusahaan dilarang membayar pekerja tersebut dengan upah yang lebih rendah dari Rp 1.529.150. Perusahaan juga harus memberikan gaji pokok sekurang-kurangnya 75% dari Rp. 1.529.150 yakni sebesar Rp. 1.146.862. Jadi apabila gaji keseluruhan Anda Rp. 1.600.000 (yang notabene lebih besar dari UMP Jakarta) akan tetapi gaji pokok Anda hanya sebesar Rp. 900.000 (kurang dari 75% UMP Jakarta) maka Anda telah dibayar dibawah Upah Minimum DKI Jakarta.2.1.5 STRUKTUR DAN SKALA UPAH a. Definisi

Menurut pasal 1 Kepmenakertrans No. 49/Men/IV/2004 tentang Struktur dan Skala Upah, yaitu:

1. Struktur upah adalah susunan tingkat upah dari yang terendah sampai yang tertinggi atau sebaliknya dari yang tertinggi sampai yang terendah.2. Skala upah adalah kisaran nilai nominal upah menurut kelompok jabatan.

b. Fungsi

Fungsi Penyusunan Struktur dan Skala Upah, diantaranya yaitu:

1. Mencegah diskriminasi upah (gender, suku, ras dan agama)2. Kesetaraan upah untuk pekerjaan yang nilainya sama3. Dasar dalam menetapkan upah seorang karyawan4. Gambaran masa depan pekerja di perusahaan tersebut5. Acuan dalam perundingan upah secara kolektif6. Perhitungan premi Jamsostek dan Pajak Penghasilanc. Mekanisme Penyusunan Struktur dan Skala Upah

Penyusunan struktur dan skala upah dilaksanakan melalui :1. Analisa jabatanAnalisa jabatan adalah proses metode secara sistimatis untuk memperoleh data jabatan, mengolahnya menjadi informasi jabatan yang dipergunakan untuk berbagai kepentingan program kelembagaan, ketatalaksanaan dan Manajemen Sumber Daya Manusia.

2. Uraian jabatan

Uraian jabatan adalah ringkasan aktivitas-aktivitas yang terpenting dari suatu jabatan, termasuk tugas dan tanggung jawab dan tingkat pelaksanaan jabatan tersebut.

3. Evaluasi Jabatan

Evaluasi jabatan adalah proses menganalisis dan menilai suatu jabatan secara sistimatik untuk mengetahui nilai relatif bobot jabatan-jabatan dalam suatu organisasi.Penyusunan skala upah dapat dilakukan melalui :

1. Skala tunggal; Setiap jabatan pada golongan jabatan yang sama mempunyai upah yang sama2. Skala ganda.Setiap golongan jabatan mempunyai nilai upah nominal terendah dan tertinggi.Penyusunan struktur dan skala upah dilakukan dengan memperhatikan golongan, jabatan, masa kerja, pendidikan, kompetensi dan mempertimbangkan kondisi perusahaan.d. Dasar Pertimbangan Penyusunan Struktur dan Skala Upah

1. Keputusan Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi No. KEP 49/MEN/1994 tentang Struktur dan Skala Upah mengatur tingkat upah pekerja sesuai dengan :a) Golonganb) Jabatan dan masa kerja

c) Pendidikand) Kompetensi2. Peraturan UU No. 13 Tahun 2003 dan Kepmenakertrans No. 49/Men/IV/2004 tentang Struktur dan Skala Upah Dasar pertimbangan penyusunan struktur upah dapat dilakukan melalui : a) Struktur organisasib) Rasio perbedaan bobot pekerjaan dengan jabatanc) Kemampuan perusahaand) Upah minimume) Kondisi pasar

2.1.6 Waktu Kerja Lembur dan Upah Kerja LemburWaktur kerja lembur dan upah kerja lembur tertuang dalam Keputusan Menteri Tenaga Kerja Dan Transmigrasi Republik Indonesia nomor KEP.102 /MEN/VI/2004 Tentang Waktu Kerja Lembur Dan Upah Kerja Lembur.a. Definisi Waktu Kerja Lembur

Waktu kerja lembur adalah waktu kerja yang melebihi 7 (tujuh) jam sehari dan 40 (empat puluh) jam 1 (satu) minggu untuk 6 (enam) hari kerja dalam 1 (satu) minggu atau 8 (delapan) jam sehari, dan 40 (empat puluh) jam 1 (satu) minggu untuk 5 (lima) hari kerja dalam 1 (satu) minggu atau waktu kerja pada hari istirahat mingguan dan atau pada hari libur resmi yang ditetapkan Pemerintah.Waktu kerja lembur hanya dapat dilakukan paling banyak 3 (tiga) jam dalam 1 (satu) hari dan 14 (empat belas) jam dalam 1 (satu) minggu. Ketentuan waktu kerja lembur sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) tidak termasuk kerja lembur yang dilakukan pada waktu istirahat mingguan atau hari libur resmi.b. Upah Kerja Lembur

Perusahaan yang mempekerjakan pekerja/buruh selama waktu kerja lembur berkewajiban :

1. membayar upah kerja lembur; 2. memberi kesempatan untuk istirahat secukupnya; 3. memberikan makanan dan minuman sekurang-kurangnya 1.400 kalori apabila kerja lembur dilakukan selama 3 (tiga) jam atau lebih.Cara perhitungan upah kerja lembur sebagai berikut:

1. apabila kerja lembur dilakukan pada hari kerja: a) untuk jam kerja lembur pertama harus dibayar upah sebesar 1,5 (satu setengah) kali upah sejam; b) untuk setiap jam kerja lembur berikutnya harus dibayar upah sebesar 2 (dua) kali upah sejam.

2. apabila kerja lembur dilakukan pada hari istirahat mingguan dan/atau hari libur resmi untuk waktu kerja 6 (enam) hari kerja 40 (empat puluh) jam seminggu maka: a) perhitungan upah kerja lembur untuk 7 (tujuh) jam pertama dibayar 2 (dua) kali upah sejam, dan jam kedelapan dibayar 3 (tiga) kali upah sejam dan jam lembur kesembilan dan kesepuluh 4 (empat) kali upah sejam; b) apabila hari libur resmi jatuh pada hari kerja terpendek perhitungan upah lembur 5 (lima) jam pertama dibayar 2 (dua) kali upah sejam, jam keenam 3 (tiga) kali upah sejam dan jam lembur ketujuh dan kedelapan 4 (empat) kali upah sejam.

3. apabila kerja lembur dilakukan pada hari istirahat mingguan dan/atau hari libur resmi untuk waktu kerja 5 (lima) hari kerja dan 40 (empat puluh) jam seminggu, maka perhitungan upah kerja lembur untuk 8 (delapan) jam pertama dibayar 2 (dua) kali upah sejam, jam kesembilan dibayar 3 (tiga) kali upah sejam dan jam kesepuluh dan kesebelas 4 (empat) kali upah sejam.2.1.7 Komponen yang Mempengaruhi UpahPembangunan di bidang ketenagakerjaan antara lain ditujukan untuk meningkatkan kesejahteraan pekerja sehingga mampu mendorong perkembangan dunia usaha. Perkembangan dunia usaha ditunjukan oleh semakin besarnya permintaan dan penawaran tenaga kerja. Salah satu upaya untuk meningkakan kesejahteraan tenaga kerja dilakukan kebijakan pengupahan dan penentuan upah menimum yang sesuai dengan perkembangan kondisi perekonomian, (Depnaker RI, 1999). Komponen yang mempengaruhi Upah Minimum Propinsi yaitu :a. Pertumbuhan Ekonomi, Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) Produk Domestik suatu wilayah merupakan nilai seluruh produk dan jasa yang diproduksi di wilayah tersebut tanpa memperhatikan apakah faktor produksinya berasal dari wilayah tersebut atau tidak. Pendapatan yang timbul oleh adanya kegiatan produksi tersebut merupakan pendapatan domestik. Sedangkan yang dimaksud dengan wilayah domestik atau region adalah meliputi wilayah yang berada di dalam wilayah geografis region tersebut.Salah satu indikator tingkat kesejahteraan penduduk suatu wilayah adalah tingkat PDRB yang merupakan nilai bersih barang dan jasa-jasa akhir yang dihasilkan oleh berbagai kegiatan ekonomi di suatu daerah dalam suatu periode. Dalam realitanya, PDRB mempunyai pengaruh terhadap jumlah angkatan kerja yang bekerja dengan asumsi apabila nilai PDRB meningkat, maka jumlah nilai tambah output dalam seluruh unit ekonomi disuatu wilayah akan meningkat. Output yang jumlahnya meningkat tersebut akan menyebabkan terjadinya peningkatan terhadap jumlah penyerapan tenaga kerja yang diminta.b. Indeks Harga Konsumen (Inflasi)

Indeks harga konsumen merupakan petunjuk mengenai naik turunnya harga kebutuhan hidup, naiknya harga kebutuhan hidup ini secara tidak langsung mencerminkan tingkat inflasi.Secara sederhana inflasi diartikan sebagai meningkatnya harga-harga secara umum dan terus menerus. Kenaikan harga dari satu atau dua barang saja tidak dapat disebut inflasi kecuali bila kenaikan itu meluas (atau mengakibatkan kenaikan harga) pada barang lainnya. Kebalikan dari inflasi disebut deflasi. Indikator yang sering digunakan untuk mengukur tingkat inflasi adalah Indeks Harga Konsumen (IHK). Perubahan IHK dari waktu ke waktu menunjukkan pergerakan harga dari paket barang dan jasa yang dikonsumsi masyarakat. Untuk menghitung besarnya inflasi terlebih dahulu harus diketahui indek harga konsumen (IHK).IHK adalah ukuran perubahan harga dari kelompok barang dan jasa yang paling banyak dikonsumsi oleh rumah tangga dalam jangka waktu tertentu.untuk menghitung IHK digunakan rumus :Harga sekarangIHK = ----------------------- x 100% Harga pada tahun dasarContoh menghitung IHK :Harga jenis barang tertentu pada tahun 2003 Rp. 50.000 dan harga pada tahun dasar Rp. 40.000, maka IHK tahun 2003 adalah 50.000IHK = ---------- x 100% = 125% 40.000Rumus untuk menghitung Laju inflasi adalahLaju Inflasi = IHK Periode n - IHK tahun sebelumnyaContoh soal :IHK bulan Agustus 2009 sebesar 115,34 dan IHK pada bulan september 2009 sebesar 125,30, maka laju inflasi bulan september adalah Jawab:Laju inflasi = 125,30 - 115,34 = 9.96%c. Kebutuhan Hidup Layak (Tjiptoherijanto, 1999:411).

Kebutuhan hidup layak yang selanjutnya disingkat KHL adalah standar kebutuhan seorang pekerja/buruh lajang untuk dapat hidup layak secara fisik untuk kebutuhan 1 (satu) bulan. Pelaksanaan tahapan pencapaian KHL :1. Pencapaian KHL dalam penetapan upah minimum merupakan perbandingan besarnya Upah Minimum terhadap nilai KHL pada periode yang sama. 2. Penetapan upah minimum diarahkan kepada pencapaian KHL. 3. Pencapaian KHL diwujudkan secara bertahap dalam penetapan Upah Minimum oleh Gubernur. Nilai masing-masing komponen dan jenis KHL diperoleh melalui survei harga yang dilakukan secara berkala. 4. Kualitas dan Spesifikasi teknis masing-masing komponen dan jenis KHL disepakati sebelum survei dilaksanakan dan ditetapkan oleh Ketua Dewan Pengupahan Provinsi atau Ketua Dewan Pengupahan Kabupaten/Kota. 5. Survei dilakukan oleh Dewan Pengupahan Provinsi atau Dewan Pengupahan Kabupaten/Kota dengan membentuk tim yang keanggotaannya terdiri dari anggota Dewan Pengupahan dari unsur tripartit, unsur perguruan tinggi/pakar, dan dengan mengikutsertakan Badan Pusat Statistik setempat. 6. Hasil survei ditetapkan sebagai nilai KHL oleh Dewan Pengupahan Provinsi dan/atau Kabupaten/Kota. 7. Survei komponen dan jenis KHL dilakukan dengan menggunakan pedoman sebagaimana tercantum dalam Lampiran II Peraturan Menteri ini. Apabila di Kabupaten/Kota belum terbentuk Dewan Pengupahan, maka survei dilakukan oleh Tim Survei yang dibentuk oleh Bupati/Walikota. Tim tersebut keanggotaannya secara tripartit dan dengan mengikutsertakan Badan Pusat Statistik setempat. Hasil survei yang diperoleh tim survei, ditetapkan oleh Bupati/Walikota sebagai nilai KHL. Nilai KHL yang ditetapkan oleh Dewan Pengupahan Kabupaten/Kota atau Bupati/Walikota disampaikan kepada Gubernur secara berkala.d. Kondisi Pasar Kerja

Kondisi pasar kerja merupakan perbandingan jumlah kesempatan kerja dengan jumlah pencari kerja di daerah tertentu pada periode yang sama; e. Kondisi Usaha yang Paling Tidak Mampu (Marginal)

Ditunjukkan oleh perkembangan keberadaan jumlah usaha marginal di daerah tertentu pada periode tertentu.2.1.8 Pajak Penghasilan (PPh)

a. Definisi

Pajak Penghasilan (PPh) adalah pajak yang dibebankan pada penghasilan perorangan, perusahaan atau badan hukum lainnya.

1. Menurut Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2008, subyek pajak penghasilan adalah sebagai berikut:

a) Subyek pajak pribadi yaitu orang pribadi yang bertempat tinggal di Indonesia, orang pribadi yang berada di Indonesia lebih dari 183 (seratus delapan puluh tiga) hari dalam jangka waktu 12 (dua belas) bulan, atau orang pribadi yang dalam suatu tahun pajak berada di Indonesia dan mempunyai niat untuk bertempat tinggal di Indonesia.

b) Subyek pajak harta warisan belum dibagi yaitu warisan dari seseorang yang sudah meninggal dan belum dibagi tetapi menghasilkan pendapatan, maka pendapatan itu dikenakan pajak.

c) Subyek pajak badan yaitu badan yang didirikan atau bertempat kedudukan di Indonesia, kecuali unit tertentu dari badan pemerintah yang memenuhi kriteria :1) Pembentukan berdasarkan ketentuan peraturan perundang-undangan.2) Pembiayaannya bersumber dari Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara atau Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah.3) Penerimaannya dimasukan dalam anggaran Pemerintah Pusat atau Pemerintah Daerah.4) Pembukuannya diperiksa oleh aparat pengawasan fungsional negara.

2. Menurut UU Nomor 17 Tahun 2000 yang tidak termasuk obyek pajak sebagai berikut:a) Badan perwakilan negara asing.b) Pejabat perwakilan diplomatik dan konsulat atau pejabat - pejabat lain dari negara asing dan orang - orang yang diperbantukan kepada mereka yang bekerja pada dan bertempat tinggal bersama mereka dengan syarat bukan warga negara Indonesia dan negara yang bersangkutan memberikan perlakuan timbal balik.c) Organisasi internasional yang ditetapkan oleh keputusan menteri keuangan dengan syarat Indonesia ikut dalam organisasi tersebut dan organisasi tersebut tidak melakukan kegiatan usaha di Indonesia. Contoh: WTO, FAO, UNICEF.d) Pejabat perwakilan organisasi internasional yang ditetapkan oleh keputusan menteri keuangan dengan syarat bukan warga negara Indonesia dan tidak memperoleh penghasilan dari Indonesia.

b. Pajak Penghasilan (PPH) 211. Definisi

PPH 21 atau Pajak Penghasilan 21 adalah pajak yang dikenakan atas penghasilan berupa gaji, honor / honorarium, upah, tunjangan dan pembayaran lain yang diterima atau diperoleh Wajib Pajak orang pribadi dalam negeri sehubungan dengan pekerjaan atau jasa, jabatan dan kegiatan.

2. Pihak Yang Masuk Dalam Golongan Pemotongan PPh Pasal 21 adalah:

a) Pihak pemberi kerja yang terdiri atas orang pribadi dan badan.

b) Perusahaan, Badan dan Bentuk Usaha Tetap (BUT).

c) Bendaharawan pemerintah baik pemerintah pusat maupun pemerintah daerah.

d) Dana pensiun, PT Taspen, PT Asabri, Jaminan Sosial Tenaga Kerja

e) Yayasan, asosiasi, lembaga, organisasi massa, organisasi sosial politik, kepanitiaan, perkumpulan dan organisasi lainnya serta organisasi internasional yang telah ditentukan berdasarkan KepMenKeu.

3. Pihak Yang Tergolong Penerima Penghasilan Yang Dipotong PPh Pasal 21:

a) Pegawai Negeri Sipil

b) Penerima honorarium / honor

c) Penerima upah

d) Tenaga lepas seperti seniman, penceramah, pengelola proyek, peserta perlombaan, olahragawan, pemberi jasa, petugas dinas luar asuransi.

e) Direct selling dan kegiatan lain yang sejenis.

f) Penerima pensiun, mantan pegawai, termasuk orang pribadi atau ahli warisnya yang menerima Tabungan Hari Tua / Jaminan Hari Tua.

g) Tenaga ahli seperti pengacara, arsitek, notaris, aktuaris, penilai, konsultan, akuntan, dokter, dan lain sebagainya.

4. Pihak Yang Penghasilannya Tidak Terkena Potongan PPh Pasal 21

a) Pejabat perwakilan diplomatik dan konsulat atau pejabat lain dari perwakilan negara asing, dan orang-orang yang diperbantukan kepada mereka yang bekerja pada dan bertempat tinggal bersama. Syaratnya adalah bukan warga negara Indonesia (WNI) dan selama berada di Indonesia tidak menerima bentuk penghasilan lain di luar jabatan atau pekerjaannya. Selain itu negara tempat perwakilan asing tersebut juga memperlakukan yang sama terhadap perwakilan dari Indonesia berdasarkan asas timbal balik. b) Pejabat perwakilan organisasi internasional berdasarkan Keputusan Menteri Keuangan selama orang tersebut bukan WNI dan tidak menjalankan usaha, pekerjaan atau kegiatan lain untuk memperoleh penghasilan di Indonesia. 5. Penghasilan Yang Tidak Kena Potongan Pajak Penghasilan / PPh Pasal 21

a) Iuran pensiun yang dibayar kepada dana pensiun yang pendiriannya telah disahkan oleh Menteri Keuangan dan Iuran Jaminan Hari Tua kepada badan penyelenggara Jamsostek yang dibayarkan oleh pemberi kerja.

b) Pembayaran asuransi pada asuransi kecelakaan, asuransi kesehatan, asuransi jiwa, asuransi beasiswa. c) Penerimaan dalam bentuk natura dan kenikmatan kecuali bentuk natura yang diatur dalam Keputusan Dirjen Pajak.

d) Penerimaan dalam bentuk natura dan kenikmatan lain dengan nama apapun yang diberikan oleh pemerintah.

e) Pajak yang ditanggung oleh pemberi kerja

f) Zakat yang diterima oleh orang pribadi yang berhak dari lembaga atau badan amil zakat yang dibentuk atau disahkan oleh pemerintah.2.2 DASAR HUKUM DAN KEBIJAKAN PENGUPAHANAturan tentang upah tercantum dalam Undang Undang Nomor 13 Tahun 2003 Tentang ketenagakerjaan. Selain UU tersebut, juga terdapat berbagai peraturan khusus tentang Upah, diantaranya yaitu:

Tabel 1. Daftar Peraturan tentang Upah

Sumber: Jaringan Dokumentasi dan Informasi Hukum Kementerian Tenaga Kerja dan Transmigrasi RI (2014)

2.2.1 Undang Undang Nomor 13 Tahun 2003 Tentang KetenagakerjaanPeraturann tentang upah dalam Undang Undang Nomor 13 Tahun 2003 Tentang ketenagakerjaan terdapat pada Bab I Ketentuan Umum dan BAB X Bagian kedua.a. Upah adalah hak pekerja/buruh yang diterima dan dinyatakan dalam bentuk uang sebagai imbalan dari pengusaha atau pemberi kerja kepada pekerja/buruh yang ditetapkan dan dibayarkan menurut suatu perjanjian kerja, kesepakatan, atau peraturan perundang-undangan, termasuk tunjangan bagi pekerja/buruh dan keluarganya atas suatu pekerjaan dan/atau jasa yang telah atau akan dilakukan.b. Kesejahteraan pekerja/buruh adalah suatu pemenuhan kebutuhan dan/atau keperluan yang bersifat jasmaniah dan rohaniah, baik di dalam maupun di luar hubungan kerja, yang secara langsung atau tidak langsung dapat mempertinggi produktivitas kerja dalam lingkungan kerja yang aman dan sehat.c. Untuk mewujudkan penghasilan yang memenuhi penghidupan yang layak bagi kemanusiaan, pemerintah menetapkan kebijakan pengupahan yang melindungi pekerja/buruh.

d. Kebijakan pengupahan yang melindungi pekerja/buruh meliputi :

1. upah minimum;

2. upah kerja lembur;

3. upah tidak masuk kerja karena berhalangan;

4. upah tidak masuk kerja karena melakukan kegiatan lain di luar pekerjaannya;

5. upah karena menjalankan hak waktu istirahat kerjanya;

6. bentuk dan cara pembayaran upah;

7. denda dan potongan upah;

8. hal-hal yang dapat diperhitungkan dengan upah;

9. struktur dan skala pengupahan yang proporsional;

10. upah untuk pembayaran pesangon; dan

11. upah untuk perhitungan pajak penghasilan.

e. Pemerintah menetapkan upah minimum berdasarkan kebutuhan hidup layak dan dengan memperhatikan produktivitas dan pertumbuhan ekonomi.

f. Pengusaha dilarang membayar upah lebih rendah dari upah minimum.

g. Bagi pengusaha yang tidak mampu membayar upah minimum dapat dilakukan penangguhan.

h. Pengaturan pengupahan yang ditetapkan atas kesepakatan antara pengusaha dan pekerja/buruh atau serikat pekerja/serikat buruh tidak boleh lebih rendah dari ketentuan pengupahan yang ditetapkan peraturan perundang-undangan yang berlaku.

i. Pengusaha menyusun struktur dan skala upah dengan memperhatikan golongan, jabatan, masa kerja, pendidikan, dan kompetensi.

2.2.2 Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 8 Tahun 1981 Tentang Perlindungan Upah

a. Upah timbul pada saat adanya hubungan kerja dan berkahir pada saat hubungan kerja putus.

b. Dalam menetapkan upah pengusaha tidak boleh ada diskriminasi antara laki-laki dan perempuan.

c. Upah tidak dibayarkan bila buruh tidak melakukan pekerjaan.

d. Pengusaha wajib membayar upah buruh bila :

1. Buruh dalam keadaan sakit, dengan ketentuan :

a) 3 bulan pertama : upah dibaryar 100%

b) 3 bulan kedua : upah dibayar 75%

c) 3 bulan ketiga: upah dibayar 50%

d) 3 bulan keempat : upah dibayar 25%

2. Buruh tidak masuk dengan alasan :

a) Buruh kawin : upah dibayar 2 hari

b) Mengawinkan anak : upah dibayar 2 hari

c) Anggota keluarga meninggal : upah dibayar 2 hari (anggota keluarga : suami/istri, orang tua/mertua, anak)

d) Membaptis anak : upah dibayar 1 hari

e) Menyunat anak : upah dibayar 1 hari

e. Bila pengusaha tidak mampu membayar upah saat buruh tidak masuk bekerja (alasan sakit) maka pengusaha dapat mengajukan izin kepada menteri atau pejabat yang ditunjuk untuk tidak membayar upah.f. Perusahaan tidak boleh mengurangi upah jika memiliki aturan yang lebih baik dari peraturan pemerintah ini.g. Bila buruh tidak bekerja dengan alasan sedang menjalankan kewajiban negara, maka :

1. Pengusaha wajib memberi upah bila tidak diberi upah oleh pemerintah.

2. Pengusaha wajib membayar upah bila diberi upah tetapi kurang dari yang biasa diterima.

3. Pengusaha tidak diwajibkan untuk membayar upah bila buruh telah memperoleh upah serta tunjangan dari pemerintah yang besarannya sama atau leb ih dari upah yang biasa diterima dari perusahaan yang bersangkutan.

h. Pengusaha tidak diwajibkan membayar upah selama sakit bila pertanggungan sudah membayar dengan jumlah sama atau lebih besar dari uparh yang diberikan perusahaan.i. Pengusaha wajib membayar upah kepada buruh untuk melakukan pekerjaan yang sudah dijanjikan, meskipun ada halangan karena kesalahaan sendiri, kecuali dalam keadaan force majoure.

j. Untuk menghitung upah sebulan, jika tidak ada ditetapkan berdasarkan suatu jangka waktu tertentu, maka diambil berdasarkan upah rata-rata 3 (tiga) bulan terakhir diterima oleh buruh. k. Pembayaran upah kepada buruh dengan ketentuan :

1. Waktu dibayarkan upah kepada buruh harus sesuai dengan perjanjian.

2. Bagi buruh yang belum cukup umur dianggap sah, apabila orang tua atau wali buruh tidak ada mengajukan keberatan yang dinyatakan secara tertulis.

3. Dapat diterima oleh pihak ketiga dengan syarat harus ada surat kuasa dari buruh yang bersangkutan, surat kuasa kepada pihak ketiga tersebut hanya berlaku 1 (satu) kali.

4. Apabila ada ketentuan yang bertentangan dengan pasal ini maka dinyatakan batal demi hukum.

l. Upah yang dibayarkan kepada buruh, harus seluruh jumlah upah yang dibayarkan. m. Upah dibayarkan dalam bentuk :

1. Uang

2. Bentuk lain dan nilai tidak boleh melebihi 25% dari upah (tidak dalam bentuk minuman keras, obat-obatan, atau bahan obat-obatan).

n. Upah dibayarkan dengan alat pembayaran yang sah dari Negara Republik Indonesia.o. Bila dalam mata uang asing maka dihitung sesuai kursresmi pada tempat dan hari pembayaran.p. Pengusahan tidak boleh mengikat buruh menggunakan upahnya untuk membeli sesuatu yang haruskan perusahaan.q. Bila diadakan perjanjian antara pengusaha dan buruh, buruh dirugikan, maka perjanjian tersebut batal, ketentuaan pengembalian:

1. pengusaha wajib membayar upah yang ditahan,

2. buruh tidak diwajibkan mengembalikan syarat-syarat perjanjian tersebut.

3. pengusaha atau buruh bisa meminta badan yang disserahi urusan perselisihan perburuhan untuk membatasi pengembalian sekurang-kurangnya sama dengan jumlah yang diderita buruh.

r. Upah dibayarkan ditempat buruh bekerja atau dikantor perusahaan atau tempat yang telah dijanjikan.

s. Jangka pembayaran upah, secepat-cepatnya 1 minggu sekali, selambat-lambatnya 1 bulan sekali, atau sesuai perjanjian.

t. Bila tidak ditetapkan jangka waktu, maka upah harus dibayar sesuai dengan hasil pekerjaan dan/atau sesuai dengan hari atau waktu dia bekerja.

u. Bila upah terlambat dibayarkan, maka :

1. Hari ke-4 sampai hari ke-8 upah ditambah 5% untuk tiap keterlambatan.

2. Sesudah hari ke-8 uapah ditambah 1% untuk tiap hari keterlambatan, bila keterlambatan sampai 1 bulan tambahan tidak melebihi 50% dari upah yang seharusnya.

3. Bila keterlamabatan lebih 1 bulan, maka pengusaha wajib membayar upahditambah tambahan dan ditambah bunga sesuai bunga yang ditetapkan bank untuk kredit perusahaan yang bersangkutan.

v. Denda atas pelanggaran oleh buruh, ketentuan :

1. Bisa dilakukan bila tertulis dalam perjanjian atau peraturan perusahaan.

2. Besar denda dinyatakan dalam mata uang Negara Republik Indonesia.

3. Apabila sudah mengambil denda, pengusaha dilarang menuntut ganti rugi.

4. Denda yang dikenakan tidak boleh untuk maksud menguntungkan perusahaan atau pihak yang menjatuhkan denda.

w. Pemotongan upah untuk pihak ketiga dapat dilakukan bila :

1. Ada surat kuasa dari buruh

2. Tidak membutuhkan surat kuasa bila untuk pembayaran kewajiban buruh terhadap negara atau iuran jaminan sosial.

3. Surat kuasa dapat ditarik kembali setiap saat.

x. Ganti rugi, dapat diminta perusahaan kepada buruh bila:

1. Terjadi kerusakaan barang atau kerugian lainnya baik milik pengusaha maupun milik pihak ketiga karena kesengajaan atau kelalaian buruh.

2. Ditetapkan melalui perjanjian tertulis, tidak melibihi 50% upah setiap bulannya.

y. Hal yang dapat diperhitungankan dengan upah yaitu

1. denda. Potongan, ganti rugi.

2. sewa rumah sesuai perjanjian tertulis

3. uang muka atas upah, kelebihan upah yang telah dibayarkan, dan cicilan hutang buruh kepada pengusaha, denga ketentuan harus ada perjanjian tertulis.

z. Perhitungan tidak melebihi 50% upah. Bila perhitungan oleh pengusaha lebih besar dari peraturan yang berlaku maka perjanjian dinyatakan batal.

2.2.3 Peraturan Menteri Tenaga Kerja Nomor 6 Tahun 1990 Tentang Kewajiban Pengusaha untuk Membuat, Memiliki dan Memelihara Buku Upaha. Buku upah adalah buku catatan yang mudah dimengerti oleh semua pihak tentang pembayaran sejumlah upah tenaga kerja yang diterima dari perusahaan.

b. Pengusaha wajib membuat, memiliki dan memelihara buku upah.

c. Buku upah memuat :

1. Nomor urut

2. Nama

3. Jenis kelamin

4. Jabatan

5. Upah pokok

6. Tunjangan-tunjangan

7. Jumlah jam lembur

8. Potongan upah9. Jumlah pendapatan10. Tanda terima dari tenaga kerjad. Buku upah terdiri dari buku upah harian dan buku upah bulanan.e. Pengusaha wajib memperlihatkan buku upah kepada pegawai pengawas ketenagakerjaan bila diperiksa sewaktu-waktu.f. Bila pengusaha tidak membuat, memiliki dan memelihara buku upah maka akan dikenakan ancaman pidana sesuai UU nomor 14 tahun 1969.

2.2.4 Keputusan Menteri Tenaga Kerja Dan Transmigrasi Nomor 231 Tahun 2003 Tentang Tata Cara Penangguhan Pelaksanaan Upah Minimuma. Upah minimun adalah yang ditetapkan oleh Gubernur.

b. Pengusaha dilarang membayar dibawah upah minimum.

c. Bila pengusaha tidak mampu membayar upah minimum, pengusaha dapat mengajukan penangguhan pelaksanaan upah minimum.

d. Permohonan penangguhan pelaksanaan upah minimum, dengan ketentuan :

1. Diajukan oleh pengusaha kepada Gubernur melalui instansi yang bertanggung jawab di bidang ketenagakerjaan provinsi paling lambat 10 hari sebelum tanggal berlakunya upah minimum.

2. Didasarkan atas kesepakatan tertulis antara pengusaha dengan pekerja/buruh atau serikat pekerja/serikat buruh yang tercatat.

3. Di perusahaan terdapat 1 Serikat pekerja/serikat buruh yang memiliki anggota 50% dari seluruh pekerja di perusahaan, maka serikat pekerja/serikat buruh dapat mewakili pekerja/buruh dalam menyepakati penangguhan permohonan.

4. Di perusahaan terdapat lebih dari 1 serikat buruh/serikat pekerja yang memiliki anggota 50% dari seluruh pekerja di perusahaan, maka serikat pekerja/serikat buruh dapat mewakili pekerja/buruh dalam menyepakati penangguhan permohonan.

5. Di perusahaan terdapat 1 serikat buruh/serikat pekerja tetapi anggota kurang dari 50% maka bisa melakukan koalisi sampai anggota memenuhi 50% pekerja

6. Di perusahaan terdapat 1 atau lebih dari 1 serikat buruh/serikat pekerja tetapi anggota todak mencapai 50% maka serikat buruh/serikat pekerja membentuk tim perunding yang keanggotaannya ditentukan secara proporsional berdasarkan jumlah pekerja/ buruh dan nggota masing-masing serikat buruh/serikat pekerja.

7. Di perusahaan tidak ada serikat buruh/serikat pekerja maka perundingan dilakukan antara pengusaha dan buruh, yaitu buruh yang mendapat mandat untuk mewakili lebih dari 50% penerima upah minimum.

e. Permohonan penangguhan pelaksannaan upah minimum disertai dengan :

1. Naskah asli kesepakatan tertulis antara pengusaha dengan serikat buruh/serikat pekerja atau pekerja/buruh perusahaan yang bersangkutan.

2. Laporan keuangan perusahaan yang terdiri dari neraca, perhitungan rugi/laba beserta penjelasan dalam 2 tahun terakhir.

3. Salinan akte pendirian perusahaan.

4. Data upah menuurt jabatan pekerja/buruh.

5. Jumlah pekerja/buruh seluruhnya dan jumlah pekerja/buruh yang dimohonkan penangguhan upah minimum.

6. Perkembangan produksi dan pemasaran selama 2 tahun terakhir, serta rencana produksi dan pemasaran untuk 2 tahun yang akan datang.

f. Perusahaan berbadan hukum, laporan keuangan harus sudah diaudit oleh akuntan publik.g. Gubernur dapat meminta akuntan publik untuk memeriksa keadaan keuangan guna pembuktian ketidakmampuan perusahaan.h. Gubernur menetapkan penolakan atan persetujuan penangguhan pelaksanaan upah minimum setelah menerima saran dan pertimbangan dari Dewan Pengupahan Provinsi.i. Persetujuan penangguhan ditetapkan oleh Gubernur paling lambat 12 bulan.j. Penangguhan yang disetujui diberikan dengan :

1. Membayar upah minimum sebagaimana sebelumnya,

2. Membayar upah minimum lebih tinggi dari yang lama tetapi lebih rendah dari yang baru,

3. Menaikan upah minimum secara bertahap.

k. Setelah berakhirnya izin pengguhan maka pengusaha wajib membayar upah minimum sesuai yang baru.l. Keputusan penolakan atau persetujuan atas penangguhan diberikan paling lama 1 bulan sejak diterimanya permohonan secara lengkap oleh Gubernur. Bila lebih dari 1 bulan belum ada keputusan sejak dinyatakan lengkap, maka dianggap telah disetujui.m. Selama proses penangguhan maka pengusaha wajib membayar upah seperti yang biasanya dibayarkan.n. Pada keputusan penolakan penangguhan maka pengusaha wajib membayar upah sekurang-kurangnya sama dengan upah minimum terhitung tanggal berlakunya upah minimum.

2.2.5 Keputusan Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi Nomor 49 Tahun 2004 Tentang Ketentuan Struktur dan Skala Upaha. Struktur upah adalah susunan tingkat upah dari yang terendah sampai yang tertinggi atau dari yang tertinggi ke terendah.

b. Skala upah adalah kisaran nilai nominal upah untuk setiap kelompok jabatan.

c. Jabatan adalah sekumpulan pekerjaan dalam organisasi perusahaan.

d. Analisa jabatan adalah proses metoda secara sistematis untuk memperoleh data jabatan, mengolahnya menjadi informasi jabatan yang dipergunakan untuk berbagai kepentingan program kelembagaan, ketatalaksanaan dan manajemen sumber daya manusia.

e. Uraian jabatan adalah ringkasan aktivitas-aktivitas yang terpenting ddari suatu jabatan, termasuk tugas dan tanggung jawab dan tingkat pelaksanaan jabaan tersebut.

f. Evaluasi jabatan adalah proses menganalisis dan menilai suatu jabatan secara sistematik untuk mengetahu nilai relatif bobot jabatan-jabatan dalam suatu organisasi.

g. Pengusaha menyusun struktur dan skala upah dalam menetpaka upah pekerja/ buruh diperusahaan.

h. Penyusunan struktur dan skala upah dilaksanakan melalui :

1. Analisa jabatan

2. Uraian jabatan

3. Evaluasi jabatan

i. Data/informasi yang dibutuhkan untuk analisa, uraian dan evaluasi jabatan :

1. Bidang usaha dari perusahaan yang bersangkutan

2. Tingkat teknologi yang digunakan

3. Struktur organisasi

4. Manajemen perusahaan

j. Analisa jabatan merumuskan jabatan baik tenaga pelaksana, non managerial, maupun managerial dalam suatu perusahaan.k. Analisa jabatan akan menghasilkan uraian jabatan.l. Dasar pertimbangan penyusunan struktur upah antara lain :

1. Struktur organisasi,

2. Rasio perbedaan antara bobot pekerjaan antar jabatan,

3. Kemampuan perusahaan,

4. Biaya keseluruhan tenaga kerja,

5. Upah minimum,6. Kondisi pasar.

m. Penyusunan skala upah dapat dilakukan melalui :

1. Skala tunggal yaitu setiap jabatan pada golongan jabatan yang sama dengan upah yang sama.

2. Skala ganda yaitu setiap golongan jabatan mempunyai nilai upah nominal terendah dan tertinggi.

a) Skala ganda berurutan yaitu upah tertinggi pada golongan jabatan dibawahnya lebih kecil dari upah terendah dari golongan jabatan diatasnya.

b) Skala ganda tumpang tindih yaitu upah tertinggi dari jabatan dibawahnya lebih besar dari upah terendah dari golongan jabatan diatasnya.

2.2.6 Keputusan Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi Nomor 102 Tahun 2004 Tentang Waktu Kerja Lembur dan Upah Kerja Lembura. Waktu kerja lembur adalah waktu kerja yang melebihi 7 jam sehari dan 40 jam dalam 1minggu untuk 6 hari kerja atau 8 jam per hari, 40 jam dalam 1 minggu; untuk 5 hari kerja dalam 1 minggu atau waktu kerja pada hari istirahat mingguan dan/atau pada hari libur resmi yang ditetapkan oleh pemerintah.

b. Waktu kerja lembur hanya dapat dilakukan paling banyak 3 jam dalam 1 hari dan 14 jam dalam 1 minggu.

c. Perusahaan yang memperkerjakan pekerja/buruh selama waktu kerja lembur berkewajiban :

1. Membaar upah kerja lembur,

2. Memberikan kesempatan untuk istirahat secukupnya,

3. Memberikan makanan dan minuman sekurang-kurangnya 1400 kalori apabila kerja lembur dilakukan selama 3 jam atau lebih.

d. Cara perhitungan upah kerja lembur :

1. Apabila kerja lembur dilakukan pada hari kerja:

a) Untuk jam kerja lembur pertama upah yang dibayarkan 1,5 kali upah sejam.

b) Untuk jam selanjutnya upah dibayarkan 2 kali upah sejam.

2. Apabila kerja lembur dilakukan pada hari libur mingguan dan/atau hari libur resmi yang ditetapkan pemerintah pada 6 hari kerja dan 40 jam dalam seminggu, maka :

a) Upah untuk 7 jam pertama dibayarkan 2 kali upah sejam, jam ke-8 dibayarkan 3 kali upah sejam, jam ke-9 dan jam ke-10 dibayarkan 4 kali upah sejam.

b) Apabila hari libur resmi jatuh pada hari kerja terpendek perhitungan upah lembur untuk 5 jam pertama dibayar 2 kali upah sejam, jam ke-6 dibayarkan 3 kali upah sejam, jam ke-7 dan ke-8 dibayarkan 4 kali upah sejam.

3. Apabila kerja lembur dilakukan pada hari libur mingguan dan/atau hari libur resmi yang ditetapkan pemerintah pada 5 hari kerja dan 40 jam dalam seminggu, maka :

a) 8 jam pertama dibayarkan 2 kali upah sejam,

b) Jam ke-9 dibayarkan 3 kali upah sejam,

c) Jam ke-10 dan ke-11 dibayarkan 4 kali upah sejam.

2.2.7 Peraturan Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi Nomor 3 Tahun 2005 Tentang Tata Cara Pengusulan Keanggotaan Dewan Pengupahan Nasionala. Dewan Pengupahan Nasional (Depenas) adalah suatu lembaga non struktural yang bersifat tripatrit.

b. Anggota Dewan Pengupahan Nasional berjumlah 23 orang yang terdiri dari :

1. Unsur pemerintah sebanyak 10 orang,

2. Unsur serikat buruh/serikat pekerja sebanyak 5 orang,

3. Unsur organisasi pengusaha sebanyak 5 orang,

4. Unsur perguruan tinggi dan pakar sebanyak 3 orang.

2.2.8 Peraturan Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi nomor 7 tahun 2013 Tentang Upah Minimuma. Upah Minimum adalah upah bulanan terendah yang terdiri atas upah pokok termasuk tunjangan tetap yang ditetapkan oleh gubernur sebagai jaring pengaman.

b. Upah Minimum Provinsi yang selanjutnya disingkat UMP adalah Upah Minimum yang berlaku untuk seluruh kabupaten/kota di satu provinsi.

c. Upah Minimum Kabupaten/Kota yang selanjutnya disingkat UMK adalah Upah Minimum yang berlaku di wilayah kabupaten/kota.d. Upah Minimum Sektoral Provinsi yang selanjutnya disingkat UMSP adalah Upah Minimum yang berlaku secara sektoral di satu provinsi.

e. Upah Minimum Sektoral Kabupaten/Kota yang selanjutnya disingkat UMSK adalah Upah Minimum yang berlaku secara sektoral di wilayah kabupaten/kota.

f. Sektoral adalah kelompok lapangan usaha beserta pembagiannya menurut Klasifikasi Baku Lapangan usaha Indonesia (KBLI).

g. Penetapan upah minimum didasarkan pada Kebutuhan Hidup Layak (KHL) dengan memperhatikan produktivitas dan pertumbuhan ekonomi.

Tata cara penetapan upah minimum adalah:a. Gubernur menetapkan UMP memperhatikan rekomendasi Dewan Pengupahan Provinsi, nemetapkan UMK memperhatikan rekomendasi Dewan Pengupahan Provinsi dan rekomendasi bupati/walikota.

b. Rekomendasi Dewan Pegnupahan Provinsi/kabupaten/kota disampaikankepada Gubernur melalui Satuan Kerja Perangkat Daerah provinsi yang bertanggung jawab di bidang ketenagakerjaan.

c. Dalam menetapkan UMSP atau UMSK, Dewan Pengupahan provinsi/kabupaten/kota menghimpun data/informasi :

1. Homogenitas perusahaan,

2. Jumlah perusahaan,

3. Jumlah tenaga kerja,

4. Devisa yang menghasilkan,

5. Nilai tambah yang dihasilkan,

6. Kemampuan perusahaan,

7. Asosiasi perusahaan,

8. Serikat pekerja/serikat buruh.Data ini digunakan untuk menentukan sektor unggulan.

a. Besaran UMP/UMSK disepakati oleh asosiasi perusahaan dan serikat pekerja/serikat buruh, hasil kesepakatan disampaikan kepada Satuan Kerja Perangkat Daerah provinsi yang bertanggung jawab di bidang ketenagakerjaan kemudian disampaikan kepada Gubernur.

b. Upah minimum hanya berlaku bagi buruh/pekerja yang bekerja dibawah 1 tahun.

c. Upah minimum dibayarkan mingguan atau 2 minggu atau bulanan, nilainya berdasarkan upah bulanan.

d. Untuk pekerja harian upah minimum ditetapkan bulanan berdasarkan jumlah hari kehadirannya dibayarkan berdasarkan jumlah kehadiran:

1. Waktu kerja 6 hari, upah bulanan dibagi 25,

2. Waktu kerja 5 hari, upah bulanan dibagi 21.

2.2.9 Instruksi Presiden nomor 9 tahun 2013 Tentang Kebijakan Penetapan Upah Minimum Dalam Rangka Keberlangsungan Usaha dan Peningkatan Kesejahteraan Pekerjaa. Mengambil langkah-langkah yang diperlukan sesuai dengan tugas, fungsi, dan kewenangan masing-masing secara terkoordinasi dan terintegrasi untuk menyelaraskan kebijakan upah minimum dengan produktivitas dan pertumbuhan ekonomi nasional, guna mewujudkan keberlangsungan usaha dan perkembangan industri nasional serta peningkatan kesejahteraan pekerja.

b. Khusus kepada:

1. Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi, untuk:

a) merumuskan dan menetapkan kebijakan pengupahan dan pengembangan sistem pengupahan nasional dengan ketentuan:

1) Upah Minimum didasarkan pada Kebutuhan Hidup Layak (KHL), produktivitas, dan pertumbuhan ekonomi;

2) Upah Minimum provinsi/kabupaten/kota diarahkan kepada pencapaian KHL;

3) untuk daerah yang Upah Minimumnya masih berada di bawah nilai KHL, kenaikan Upah Minimum dibedakan antara Industri Padat Karya tertentu dengan industri lainnya;

4) besaran kenaikan upah pada provinsi dan/atau kabupaten/kota yang upah minimumnya telah mencapai KHL atau lebih, ditetapkan secara bipartit antara pemberi kerja dan pekerja dalam perusahaan masing-masing;b) Melakukan koordinasi dengan menteri terkait dalam rangka mengklasifikasikan kenaikan Upah Minimum seseuai KHL.

2. Menteri Dalam Negeri melakukan pembinaan dan pengawasan terhadap pelaksanaan kebijakan penetapan Upah Minimum oleh pemerintah daerah.3. Menteri Perindustrian, untuk:

a) Menetapkan definisi dan batasan serta klasifikasi industri padat karya tertentu; dan

b) Melakukan sosialisasi kepada pelaku usaha industri mengenai kebijakan penetapan Upah Minimum.

4. Kepala Kepolisian Negara Republik Indonesia, untuk:

a) Memantau proses penentuan dan pelaksanaan kebijakan penetapan Upah Minimum; dan

b) Menjaga dan menjamin terciptanya situasi keamanan serta ketertiban masyarakat sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.

5. Gubernur, untuk:

a) menetapkan Upah Minimum dengan berdasarkan kepada kebijakan pengupahan dan pengembangan sistem pengupahan nasional, serta memperhatikan rekomendasi Dewan Pengupahan di daerahnya masing-masing;

b) menetapkan dan mengumumkan Upah Minimum Provinsi yang dilakukan secara serentak di seluruh provinsi setiap tanggal 1 November;

c) menetapkan dan mengumumkan Upah Minimum Kabupaten/Kota setelah Upah Minimum Provinsi ditetapkan, dalam hal Kabupaten/Kota yang bersangkutan menetapkan Upah Minimum;

d) menetapkan tahapan pencapaian KHL di daerahnya masing-masing dengan mempertimbangkan kondisi kemampuan dunia usaha;

e) mengalokasikan anggaran untuk kegiatan Dewan Pengupahan Provinsi;f) melakukan pembinaan dan pengawasan terhadap pelaksanaan kebijakan penetapan Upah Minimum.

6. Bupati/Walikota, untuk:

a) menyampaikan rekomendasi Upah Minimum Kabupaten/Kota kepada Gubernur setelah Upah Minimum Provinsi ditetapkan;

b) mengalokasikan anggaran untuk kegiatan Dewan Pengupahan Kabupaten/Kota.

7. Menteri Koordinator Bidang Perekonomian mengoordinasikan pelaksanaan Instruksi Presiden ini dan melaporkan secara berkala kepada Presiden.2.3 Konflik Terkait PengupahanTuntutan modernisasi dan globalisasi memaksa setiap elemen untuk menyesuaikan diri dengan perubahan. Tidak terkecuali dalam dunia industri. Penyesuaian yang dilakukan akan berdampak pada pihak-pihak yang berkepentingan. Di sini hubungan industrial memegang peranan penting dalam menjaga kepentingan pihak-pihak tersebut. Hubungan industrial adalah hubungan antara semua pihak yang berkepentingan (stake holders) atau pihak yang saling terkait atas proses produksi dan pelayanan jasa pada suatu perusahaan. Hubungan industrial berawal dari adanya hubungan kerja yang lebih bersifat individual antara pekerja dan pengusaha. Pengaturan hak dan kewajiban pekerja diatur melalui perjanjian kerja yang bersifat perorangan. Perjanjian kerja ini dilakukan pada saat penerimaan pekerja, antara lain memuat ketentuan mengenai waktu pengangkatan, persoalan masa percobaaan, jabatan yang bersangkutan, gaji (upah), fasilitas yang tersedia, tanggungjawab, uraian tugas, dan penempatan kerja. Hubungan industri melibatkan sejumlah konsep, seperti konsep keadilan dan kesamaan, kekuatan dan kewenangan, individualisme dan kolektivitas, hak dan kewajiban, serta integritas dan kepercayaan. Di tingkat perusahaan, pekerja dan pengusaha adalah dua pelaku utama dalam kegiatan hubungan industrial yang mempunyai hak yang sama dan sah untuk melindungi hal-hal yang dianggap sebagai kepentingannya masing-masin. Di satu sisi, pekerja dan pengusaha mempunyai kepentingan yang sama, yaitu kelangsungan hidup pekerja dan kemajuan perusahan, tetapi di sisi lain hubungan antar keduanya juga mempunyai potensi konflik. Hal yang dapat diperhatikan adalah berbagai permasalahan konflik atau perselisihan hubungan industrial baik pada tingkat ringan hingga kompleks. Terlebih selama Reformasi di Indonesia mulai bergulir, gerakan serikat pekerja (SP) baik berbentuk federasi, tingkat nasional maupun tingkat perusahaan (SPTP) sendiri, terlihat lebih mencolok. Pekerja terus menuntut, pengusaha terus berdalih, pemerintah terus mengubah peraturan-peraturan namun tidak menyelesaikan masalah. Konflik pekerja dengan pengusaha, atau dengan pemerintah, berkisar antara permasalahan kebijakan mengenai outsourcing, penggajian, jaminan sosial, Pemutusan Hubungan Kerja.Situasi ekonomi yang tidak menentu seperti saat ini, persaingan untuk menarik investor dengan beberapa negara lain menjadi sangat ketat, masing-masing negara berusaha keras untuk menawarkan iklim investasi yang kondusif dan kompetitif. Para pengusaha pun dalam menjalankan usahanya tidak mau dirugikan dengan berbagai biaya yang telah mereka keluarkan. Salah satu cara yang dilakukan adalah memindahkan biaya produksi tersebut pada pekerja. Bagi pengusaha, upah pekerja merupakan biaya produksi yang paling lentur, sehingga jauh lebih mudah menekan upah daripada harus berhadapan dengan kekuatan birokrasi dan pasar. Cara lain dengan outsourcing, bahkan pemutusan hubungan kerja. Hal ini tentu menyebabkan tekanan bagi pihak pekerja. Sebagai konsekuensinya konflik pun tidak pernah terelakkan.Data tentang pemogokan di Indonesia selama tahun 2007 (Sutinah, dkk) sebanyak 150 kasus pemogokokan dengan melibatkan 135.297 tenaga kerja dan menghilangkan jam kerja sebanyak 1.161.413 jam. Sementara pada bulan Januari dan Februari tahun 2008 terdapat sebanyak 14 kasus pemogokan dengan jumlah tenaga kerja yang terlibat sebanyak 17.875 orang dan sebanyak 126.525 jam kerja yang hilang. Ditemukan pula sebanyak 190 kasus perselisihan hubungan industrial.Upah Minimum Regional (UMR) merupakan suatu standar minimum yang digunakan oleh para pengusaha atau pelaku industri untuk memberikan upah kepada pegawai, karyawan atau buruh di dalam lingkungan usaha atau kerjanya. Pemerintah mengatur pengupahan melalui Peraturan Menteri Tenaga Kerja No. 05/Men/1989 tanggal 29 Mei 1989 tentang Upah Minimum. Penetapan upah dilaksanakan setiap tahun melalui proses yang panjang. Mula-mula Dewan Pengupahan Daerah (DPD) yang terdiri dari birokrat, akademisi, buruh dan pengusaha mengadakan rapat, membentuk tim survei dan turun ke lapangan mencari tahu harga sejumlah kebutuhan yang dibutuhkan oleh pegawai, karyawan dan buruh. Setelah survei di sejumlah kota dalam propinsi tersebut yang dianggap representatif, diperoleh angka Kebutuhan Hidup Layak (KHL) - dulu disebut Kebutuhan Hidup Minimum (KHM). Berdasarkan KHL, DPD mengusulkan upah minimum regional (UMR) kepada Gubernur untuk disahkan. KOmponen kebutuhan hidup layak digunakan sebagai dasar penentuan upah minimum berdasarkan kebutuhan hidup pekerja lajang (belum menikah). Saat ini UMR juga dienal dengan istilah Upah Minimum Propinsi (UMP) karena ruang cakupnya biasanya hanya meliputi suatu propinsi. Selain itu setelah otonomi daerah berlaku penuh, dikenal juga istilah Upah Minimum Kabupaten/Kota (UMK) Perbedaaan penetapan UMR di suatu daerah atau provinsi tentu didasarkan atas harga kebutuhan pokok di suatu daerah, inilah yang menjadi letak perbedaan UMR antar daerah. Besarnya Rupiah yang diterima buruh antar daerah yang berbeda tidak dapat merepresentasikan tingkat kesejahteraan buruh di suatu daerah, seperti contoh perbedaan UMR di Jakarta dan di Cilacap, karena ukuran standar hidup yang berbeda pula. Dalam kebijakan penetapan UMR, para pengusaha tentu berpikir rasional mereka tidak serta merta mau meningkatkan usulan kenaikan UMR alasannya tentu efisiensi produksi. Ketika buruh di masukan ke dalam faktor produksi. Faktor produksi dikenal dengan istilah input sedangkan hasil dikenal dengan output. Hubungan kedua variabel ini dapat dinyatakan dengan persamaan, sebagai berikut:Q= f (K, L, R, dan T)

Q adalah output, sedangkan K, L, R, dan T merupakan input. Input K adalah jumlah modal. L adalah jumlah tenaga kerja, N adalah jumlah sumber daya alam, dan T adalah teknologi. Besarnya jumlah output yang dihasilkan tergantung dari penggunaan input-input tersebut. Jumlah output dapat dapat ditingkatkan dengan cara meningkatkan penggunaan jumlah input K, L, dan N atau meningkatkan teknologi. Untuk memperoleh hasil yang efisien, produsen dapat melakukan pilihan penggunaan input yang lebih efisien (DR. Wilson Bangun, S.E, M.Si, Teori Ekonomi Mikro)

Konsep faktor produksi seperti yang inilah berlaku sekarang ini hak-hak buruh sebagai pekerja akan diabaikan para pengusaha akan menekan UMR seminimal mungkin, alasannya dengan menekan harga buruh yang rendah tingkat keuntungan yang diperoleh para pengusaha itu akan lebih tinggi. Selain konsep buruh sebagai faktor produksi tadi, inti permasalahan utama adalah sistem ekonomi yang mengaturnya yaitu Kapitalisme. Kapitalisme akan selalu memihak para pemilik modal, undang-undang dan regulasi dibuat senyaman mungkin untuk melindungi para pemilik modal dan kekuasaan.Faktor-faktor yang perlu dipertimbangkan untuk menentukan gaji dan upah, yaitu:

a. Gaji dalam industri dan wilayah tempat seseorang bekerja.

b. Kemampuan perusahaan.

c. Sifat pekerjaan.

d. Peraturan upah minimum.

e. Hubungan dengan gaji lain.

f. Kelayakan negosiasi gaji.

g. Biaya hidup lokal.2.4 UPAH MINIMUM PROVINSI DI INDONESIAPemerintah Kota/Kabupaten di setiap tingkat pemerintahan (Propinsi, Kabupaten/Kota) dibantu dengan adanya rekomendasi dari Dewan Pengupahan telah membuat dan menetapkan Upah Minimum baru untuk tahun 2014. Berikut adalah daftar Upah Minimum Provinsi (UMP) tahun 2014 yang sudah ditetapkan:

Tabel 2. Daftar Upah Minimum Provinsi (UMP) Tahun 2014NO.PROVINSIKETERANGANATURAN DASAR

20132014Kenaikan (%)

1Nanggroe Aceh DarussalamRp 1,550,000Rp 1,750,00013%Peraturan Gubernur Aceh Nomor 78 Tahun 2013

2Sumatera UtaraRp 1,375,000Rp 1,505,85010%Keputusan Gubernur Sumatera Utara Nomor 188.44/811/KPTS/2013

3Sumatera BaratRp 1,350,000Rp 1,490,00010%Keputusan Gubernur Sumatera Barat Nomor 562 846 2013

4RiauRp 1,400,000Rp 1,700,00021%Peraturan Gubernur Riau Nomor 55 Tahun 2013

5Kepulauan RiauRp 1,365,087Rp 1,665,00022%Keputusan Gubernur Kepulauan Riau Nomor 932 Tahun 2013

6JambiRp 1,300,000Rp 1,502,30016%Keputusan Gubernur Jambi Nomor 610/Kep.Gub/DISSOSNAKERTRANS/2013

7Sumatera SelatanRp 1,630,000Rp 1,825,60012%Keputusan Gubernur Sumatera Selatan Nomor 777/KPTS/DISNAKERTRANS/2013

8Bangka BelitungRp 1,265,000Rp 1,640,00030%Keputusan Gubernur Kepulauan Bangka Belitung Nomor 188.44/980/TK.T/2013

9BengkuluRp 1,200,000Rp 1,350,00013%Keputusan Gubernur Bengkulu Nomor Y.459.XIV.TAHUN 2013

10LampungRp 1,150,000Rp 1,399,03722%Keputusan Gubernur Lampung Nomor: G/894/III.05/HK/2013

11Jawa BaratRp 850,000Rp 1,000,00018%

12DKI JakartaRp 2,200,000Rp 2,441,00011%Peraturan Gubernur Provinsi Daerah Khusus Ibukota Jakarta Nomor 123 Tahun 2013

13BantenRp 1,170,000Rp 1,325,00013%Keputusan Gubernur Banten Nomor. 561/Kep.553-Huk/2013

14Jawa TengahRp 830,000Rp 910,00010%

15YogyakartaRp 947,114Rp 988,5004%

16Jawa TimurRp 866,250Rp 1,000,00015%

17BaliRp 1,181,000Rp 1,542,60031%Peraturan Gubernur Nomor 51 Tahun 2013

18N T BRp 1,100,000Rp 1,210,00010%Keputusan Gubernur Nusa Tenggara Barat Nomor. 561-629 Tahun 2013

19N T TRp 1,010,000Rp 1,150,00014%

20Kalimantan BaratRp 1,060,000Rp 1,380,00030%Keputusan Gubernur Kalimantan Barat Nomor: 476/DISNAKERTRANS/2013

21Kalimantan SelatanRp 1,337,500Rp 1,620,00021%Keputusan Gubernur Kalimantan Selatan Nomor 188.44/0533/KUM/2013

22Kalimantan TengahRp 1,553,127Rp 1,723,97011%Peraturan Gubernur Kalimantan Tengah Nomor 64 Tahun 2013

23Kalimantan TimurRp 1,752,073Rp 1,886,3158%Keputusan Gubernur Kalimantan Timur Nomor 561/K.715/2013

24MalukuRp 1,275,000Rp 1,415,00011%Keputusan Gubernur Maluku Nomor 250.b Tahun 2013

25Maluku UtaraRp 1,200,622Rp 1,440,74620%Keputusan Gubernur Maluku Utara Nomor: 300/KPTS/MU/2013

26GorontaloRp 1,175,000Rp 1,325,00013%Keputusan Gubernur Gorontalo Nomor 364/12/X/2013

27Sulawesi UtaraRp 1,550,000Rp 1,900,00023%

28Sulawesi TenggaraRp 1,125,207Rp 1,400,00024%Peraturan Gubernur Sulawesi Tenggara Nomor : 57 Tahun 2013

29Sulawesi TengahRp 995,000Rp 1,250,00026%Keputusan Gubernur Sulawesi Tengah Nomor 561/563/DISNAKERTRANS-6.ST/2013

30Sulawesi SelatanRp 1,440,000Rp 1,800,00025%Keputusan Gubernur Sulawesi Selatan Nomor: 2005/XI/TAHUN 2013

31Sulawesi BaratRp 1,165,000Rp 1,400,00010%

32PapuaRp 1,710,000Rp 2,040,00019%

33Papua BaratRp 1,720,000Rp 1,870,0009%Keputusan Gubernur Papua Barat Nomor 561/221/11/2013 Tahun 2013

Sumber: WageIndicator Foundation (2014)Keterangan:

Aaaaa = Kenaikan UMP tertinggi

Aaaaa = Kenaikan UMP terendah

Aaaaa = UMP tertinggi

Aaaaa = UMP terendah

Gubernur Aceh Nomor 78 Tahun 2013 Tentang Upah Minimum Provinsi Aceh Tahun 2014 yang didasarkan pada kesepakatan bersama Dewan Pengupahan, usulan surat Kepala Dinas Tenaga Kerja dan Mobilisasi Penduduk Aceh, dan peninjauan kembali atas peraturan gubernur Aceh Nomor 65 tahun 2012 tentang Penetapan Upah Minimum Provinsi Aceh karena dianggap sudah tidak sesuai lagi dengan kondisi daerah dan pemenuhan kebutuhan hidup layak. Terdapat 14 pasal dalam peraturan ini yang mengatur tentang UMP tahun 2014 di Provinsi Aceh. UMP Aceh Tahun 2014 ditetapkan sebesar Rp 1.750.000,-. UMP adalah upah bulanan terendah dengan waktu kerja 7 jam perhari atau 40 jam perminggu. UMP ini berlaku bagi pekerja dengan masa kerja kurang dari 1 tahun dan perusahaan dilarang untuk membayar upah dibawah UMP tahun 2014.

Aturan terkait UMP 2014 di Provinsi Sumatera Utara terdapat dalam Keputusan Gubernur Sumatera Utara Nomor 188.44/811/KPTS/2013. Dalam keputusan tersebut, diputuskan dan ditetapkan UMP Sumatera Utara tahun 2014 sebesar Rp 1.505.850,-. Angka tersebut didapatkan dari survei Kebutuhan Hidup Layak (KHL) Sumatera Utara terendah Rp 1.265.412 yang ditambah faktor inflasi, pertumbuhan ekonomi dan usaha marginal lainnya (Ikhwan, 2013).Aturan terkait UMP 2014 di Provinsi Sumatera Barat terdapat dalam Keputusan Gubernur Sumatera Barat Nomor 562 846 2013 Tentang Upah Minimum Provinsi Sumatera Barat Tahun 2014. Terdapat 9 keputusan yang ditetapkan dalam Keputusan tersebut, diantaranya yaitu memutuskan dan menetapkan UMP Sumatera Barat tahun 2014 sebesar Rp 1.490.000,- dan perusahaan dilarang untuk membayar upah dibawah UMP tahun 2014.

Aturan terkait UMP 2014 di Provinsi Riau diatur dalam Peraturan Gubernur Riau Nomor 55 Tahun 2013 Tentang Upah Minimum Provinsi Riau Tahun 2014, terdapat 7 pasal dalam peraturan ini. Dalam peraturan ini, diputuskan bahwa UMP Riau Tahun 2014 ditetapkan sebesar Rp 1.700.000,-/bulan. Namun untuk Upah Minimum Sektoral Provinsi (UMSP) belum dapat diusulkan dan ditetapkan atas dasar kesepakatan Asosiasi Perusahaan dengan Serikat Pekerja/Buruh yang terkait dengan sector yang bersangkutan.

Aturan terkait UMP 2014 di Provinsi Kepulauan Riau terdapat dalam Keputusan Gubernur Kepulauan Riau Nomor 932 Tahun 2013 Tentang Upah Minimum Provinsi Kepulauan Riau Tahun 2014. Terdapat 7 keputusan yang ditetapkan dalam Keputusan tersebut, diantaranya yaitu memutuskan dan menetapkan UMP Kepulauan Riau tahun 2014 sebesar Rp 1.665.000,- dan UMP ini berlaku bagi pekerja dengan masa kerja kurang dari 1 tahun.

Aturan terkait UMP 2014 di Provinsi Jambi diatur dalam Keputusan Gubernur Jambi Nomor 610/Kep.Gub/DISSOSNAKERTRANS/2013 Tentang Upah Minimum Provinsi Jambi Tahun 2014. Terdapat 7 keputusan yang ditetapkan dalam Keputusan tersebut, diantaranya yaitu memutuskan dan menetapkan UMP Jambi tahun 2014 sebesar Rp 1.502.230,-. Pengaturan pengupahan ini ditetapkan atas kesepakatan antara pengusaha dan pekerja/buruh atau Serikat Pekerja/Serikat Buruh tidak boleh lebih rendah dari ketentuan pengupahan yang ditetapkan.

Aturan terkait UMP 2014 di Provinsi Sumatera Selatan terdapat dalam Keputusan Gubernur Sumatera Selatan Nomor 777/KPTS/DISNAKERTRANS/2013 Tentang Upah Minimum Provinsi Sumatera Selatan Tahun 2014. Terdapat 5 keputusan yang ditetapkan dalam Keputusan tersebut, diantaranya yaitu memutuskan dan menetapkan UMP Sumatera Selatan tahun 2014 sebesar Rp 1.825.600,- dan bagi perusahaan yang telah memberikan upah yang lebih tinggi dari keputusan ini maka perusahaan dilarang mengurangi atau menurunkan upah.

Aturan terkait UMP 2014 di Provinsi Kepulauan Bangka Belitung diatur dalam Keputusan Gubernur Kepulauan Bangka Belitung Nomor 188.44/980/TK.T/2013 Tentang Penetapan Upah Minimum Provinsi Kepulauan Bangka Belitung Tahun 2014. Terdapat 5 keputusan yang ditetapkan dalam Keputusan tersebut, diantaranya yaitu memutuskan dan menetapkan UMP Kepulauan Bangka Belitung tahun 2014 sebesar Rp 1.640.000,-/bulan, upah minimum adalah upah bulanan terendah yang terdiri dari upah pokok dan tunjangan tetap, serta upah minimum sektoral provinsi (UMSP) tidak ditetapkan, akan ditetapkan pada penetapan upah minimum Kabupaten/Kota dengan Keputusan Gubernur sesuai dengan hasil Penelaahan Dewan Pengupahan Provinsi Kepulauan Bangka Belitung atas rekomendasi Bupati/Walikota.

Aturan terkait UMP 2014 di Provinsi Bengkulu terdapat dalam Keputusan Gubernur Bengkulu Nomor Y.459.XIV.TAHUN 2013 Tentang Upah Minimum Provinsi Bengkulu Tahun 2014. Terdapat 8 keputusan yang ditetapkan dalam Keputusan tersebut, diantaranya yaitu memutuskan dan menetapkan UMP Bengkulu tahun 2014 sebesar Rp 1.350.000,- dan perusahaan harus menyesuaikan dengan dengan keputusan ini.

Aturan terkait UMP 2014 di Provinsi Lampung terdapat dalam Keputusan Gubernur Lampung Nomor: G/894/III.05/HK/2013. Dalam keputusan tersebut terdapat 6 keputusan salah satunya yaitu diputuskan dan ditetapkan UMP Lampung tahun 2014 sebesar Rp 1,399,037,- yang setara dengan kebutuhan hidup layak (KHL) Lampung.

Aturan terkait UMP 2014 di Provinsi DKI Jakarta terdapat dalam Peraturan Gubernur Provinsi Daerah Khusus Ibukota Jakarta Nomor 123 Tahun 2013 Tentang Upah Minimum Provinsi Tahun 2014. Terdapat 6 pasal yang ada dalam peraturan tersebut, diantaranya yaitu memutuskan dan menetapkan UMP DKI Jakarta tahun 2014 sebesar Rp 2.441.000,- dan perusahaan dilarang untuk membayar upah dibawah UMP tahun 2014, bagi perusahaan yang tidak mampu melaksanakan ketentuan, maka dapat mengajukan penangguhan pelaksanaan UMP kepada Gubernur melalui Kepala Disnakertransprov DKI Jakarta.

Aturan terkait UMP 2014 di Provinsi Banten diatur dalam Keputusan Gubernur Banten Nomor. 561/Kep.553-Huk/2013 Tentang Penetapan Upah Minimum Provinsi Banten Tahun 2014. Terdapat 2 keputusan yang ditetapkan dalam Keputusan tersebut, diantaranya yaitu memutuskan dan menetapkan UMP Banten tahun 2014 sebesar Rp 1.325.000,- dan keputusan tersebut mulai berlaku pada tanggal 1 Januari 2014.

Aturan terkait UMP 2014 di Provinsi Bali terdapat dalam Peraturan Gubernur Nomor 51 Tahun 2013. Dalam keputusan tersebut, diputuskan dan ditetapkan UMP Bali tahun 2014 sebesar Rp 1,542,600,- yang lebih tinggi dari Komponen Hidup Layak (KHL) wilayah ini sebesar Rp 1.396.234 untuk 2014. Bali menjadi wilayah yang memberikan prosentase kenaikan upah pekerja terbesar di Indonesia untuk tahun 2014 yaitu sebesar 31% (Nurmayanti, 2013).Aturan terkait UMP 2014 di Provinsi Nusa Tenggara Barat diatur dalam Keputusan Gubernur Nusa Tenggara Barat Nomor. 561-629 Tahun 2013 Tentang Penetapan Upah Minimum Provinsi Nusa Tenggara Barat Tahun 2014. Terdapat 3 keputusan yang ditetapkan dalam Keputusan tersebut, diantaranya yaitu memutuskan dan menetapkan UMP Nusa Tenggara Barat tahun 2014 sebesar Rp 1.210.000,- dan keputusan tersebut mulai berlaku pada tanggal 1 Januari 2014.

Aturan terkait UMP 2014 di Provinsi Kalimantan Barat terdapat dalam Keputusan Gubernur Kalimantan Barat Nomor: 476/DISNAKERTRANS/2013 Tentang Penetapan Upah Minimum Provinsi Kalimantan Barat Tahun 2014. Terdapat 5 keputusan yang ditetapkan dalam Keputusan tersebut, diantaranya yaitu memutuskan dan menetapkan UMP Kalimantan Barat tahun 2014 sebesar Rp 1.380.000,- dan yang dimaksud UMP yaitu upah bulanan terendah yang diterima oleh pekerja untuk waktu kerja 7 jam sehari dan 40 jam seminggu serta bagi perusahaan yang telah memberikan upah yang lebih tinggi dari keputusan ini maka perusahaan dilarang mengurangi atau menurunkan upah.

Aturan terkait UMP 2014 di Provinsi Kalimantan Selatan terdapat dalam Keputusan Gubernur Kalimantan Selatan Nomor 188.44/0533/KUM/2013 Tentang Penetapan Upah Minimum Provinsi Kalimantan Selatan Tahun 2014. Terdapat 6 keputusan yang ditetapkan dalam Keputusan tersebut, diantaranya yaitu memutuskan dan menetapkan UMP Kalimantan Selatan tahun 2014 sebesar Rp 1.620.000,- dan bagi perusahaan yang telah memberikan upah yang lebih tinggi dari keputusan ini maka perusahaan dilarang mengurangi atau menurunkan upah serta UMP hanya berlaku bagi pekerja yang mempunyai masa kerja kurang dari 1 tahun.

Aturan terkait UMP 2014 di Provinsi Kalimantan Tengah diatur dalam Peraturan Gubernur Kalimantan Tengah Nomor 64 Tahun 2013 Tentang Upah Minimum Provinsi dan Upah Minimum Sektoral Provinsi Tahun 2014 Provinsi Kalimantan Tengah. Terdapat 6 pasal yang ada dalam peraturan tersebut, diantaranya yaitu memutuskan dan menetapkan UMP Kalimantan Tengah tahun 2014 sebesar Rp 1.723.970,- dan upah minimum sektoral provinsi (UMSP) pada enam sektor yang nilainya sebagai berikut:

Tabel 3. UMSP di Provinsi Kalimantan Tengah Tahun 2014

NONAMA SEKTORALUMSP 2014

SEBULAN (Rp)

1.Pertanian, Peternakan, Kehutana, Perburuhan dan Perikanan

(12) Perkebunan dan Hutan Tanaman Industri (HTI)

(15200) Penerbangan Kayu (Logging)1.810.169,-

2.Industri Pengolahan1.810.169,-

3.Bangunan1.861.888,-

4.Pertambangan dan Penggalian 1.861.888,-

5.Jasa1.810.169,-

6.Listrik, Gas dan Air1.844.648,-

Sumber: Peraturan Gubernur Kalimantan Tengah Nomor 64 Tahun 2013Aturan terkait UMP 2014 di Provinsi Kalimantan Timur terdapat dalam Keputusan Gubernur Kalimantan Timur Nomor 561/K.715/2013 Tentang Penetapan Upah Minimum Provinsi Kalimantan Timur Tahun 2014. Terdapat 3 keputusan yang ditetapkan dalam Keputusan tersebut, diantaranya yaitu memutuskan dan menetapkan UMP Kalimantan Timur tahun 2014 sebesar Rp 1.886.315,- dan bagi perusahaan yang telah memberikan upah yang lebih tinggi dari keputusan ini maka perusahaan dilarang mengurangi atau menurunkan upah.

Aturan terkait UMP 2014 di Provinsi Maluku diatur dalam Keputusan Gubernur Maluku Nomor 250.b Tahun 2013 Tentang Penetapan Upah Minimum Provinsi Maluku Tahun 2014. Terdapat 10 keputusan yang ditetapkan dalam Keputusan tersebut, diantaranya yaitu memutuskan dan menetapkan UMP Maluku tahun 2014 sebesar Rp 1.415.000,- dan upah minimum adalah upah bulanan terendah yang terdiri dari upah pokok termasuk tunjangan tetap serta UMP ini berlaku bagi pekerja dengan masa kerja kurang dari 1 tahun.

Aturan terkait UMP 2014 di Provinsi Maluku Utara diatur dalam Keputusan Gubernur Maluku Utara Nomor: 300/KPTS/MU/2013 Tentang Penetapan Besaran Upah Minimum Provinsi, Upah Minimum Sektoral dan Sub Sektoral Provinsi Maluku Utara Tahun 2014. Terdapat 15 pasal yang ada dalam peraturan tersebut, diantaranya yaitu memutuskan dan menetapkan UMP Kalimantan Tengah tahun 2014 sebesar Rp 1.440.746,- dan upah minimum sektoral dan sub sektoral provinsi Maluku Utara pada 8 sektor yang nilainya berbeda pada setiap sektornya. Untuk melancarkan pelaksanaan pengupahan maka akan dilakukan pemantauan oleh Tim Pemantau pelaksanaan pengupahan tingkat Propinsi dan Kabupaten/Kota.

Aturan terkait UMP 2014 di Provinsi Gorontalo diatur dalam Keputusan Gubernur Gorontalo Nomor 364/12/X/2013 Tentang Penetapan Upah Minimum Provinsi Tahun 2014 di Provinsi Gorontalo. Terdapat 7 keputusan yang ditetapkan dalam Keputusan tersebut, diantaranya yaitu memutuskan dan menetapkan UMP Gorontalo tahun 2014 sebesar Rp 1.325.000,- dan bagi perusahaan yang telah memberikan upah yang lebih tinggi dari keputusan ini maka perusahaan dilarang mengurangi atau menurunkan upah.

Aturan terkait UMP 2014 di Provinsi Sulawesi Tenggara diatur dalam Peraturan Gubernur Sulawesi Tenggara Nomor : 57 Tahun 2013 Tentang Penetapan Upah Minimum Provinsi dan Upah Minimum Sektoral Provinsi Sulawesi Tenggara Tahun 2014. Terdapat 10 pasal yang ada dalam peraturan tersebut, diantaranya yaitu menetapkan UMP Sulawesi Tenggara tahun 2014 sebesar Rp 1.400.000,- dan upah minimum sektoral provinsi pada sektor pertambangan sebanyak Rp 1.484.000 serta di sektor bangunan dan bangunan sipil sebesar Rp 1.505.000,-.Aturan terkait UMP 2014 di Provinsi Sulawesi Tengah diatur dalam Keputusan Gubernur Sulawesi Tengah Nomor 561/563/DISNAKERTRANS-6.ST/2013 Tentang Upah Minimum Provinsi Sulawesi Tengah Tahun 2014. Terdapat 6 keputusan yang ditetapkan dalam Keputusan tersebut, diantaranya yaitu memutuskan dan menetapkan UMP Sulawesi Tengah tahun 2014 sebesar Rp 1.250.000,- dan upah minimum harian sebesar Rp 50.000,-. Upah minimum yang ditentukan hanya berlaku pada pekerja yang memiliki masa kerja nol tahun, status pekerja masih lajang, dan tidak memiliki keterampilan.

Aturan terkait UMP 2014 di Provinsi Sulawesi Selatan terdapat dalam Keputusan Gubernur Sulawesi Selatan Nomor: 2005/XI/TAHUN 2013 Tentang Penetapan Upah Minimum Provinsi Sulawesi Selatan Tahun 2014. Terdapat 10 keputusan yang ditetapkan dalam Keputusan tersebut, diantaranya yaitu memutuskan dan menetapkan UMP Sulawesi Selatan tahun 2014 sebesar Rp 1.800.000,- yang terdiri dari upah pokok dan tunjangan tetap. Perhitungan upah minimum provinsi tersebut dihitung dari 102,27% dari Kebutuhan Hidup Layak Pekerja Lajang yang disepakati yaitu sebesar Rp 1.750.000 per bulan.

Aturan terkait UMP 2014 di Provinsi Papua Barat diatur dalam Keputusan Gubernur Papua Barat Nomor 561/221/11/2013 Tahun 2013 Tentang Penetapan Upah Minimum Provinsi dan Upah Minimum Sektoral Provinsi Papua Barat Tahun 2014. Terdapat 13 pasal yang ada dalam keputusan tersebut, diantaranya yaitu menetapkan UMP Papua Barat tahun 2014 sebesar Rp 1.870.000,- dan upah minimum sektoral provinsi pada sektor pertambangan minyak dan gas bumi sebanyak Rp 2.150.500, sektor petambangan umum kecuali galian C sebesar Rp 2.057.000, sektor jasa konstruksi sebesar Rp 2.010.250 dan sektor kehutanan, perkebunan, dan perikanan sebesar Rp 1.963.500,-. Upah minimum hanya berlaku bagi pekerja tingkat paling rendah dan mempunyai masa kerja kurang dari 1 tahun.BAB III

PENUTUP

3.1 KESIMPULANMenurut UU No.13 Tahun 2003 Bab I Pasal 1 ayat 30, upah adalah hak pekerja / buruh yang diterima dan dinyatakan dalam bentuk uang sebagai imbalan dari pengusaha / pemberi kerja kepada pekerja / buruh yang ditetapkan dan di bayarkan menurut suatu perjanjian kerja, kesepakatan, atau peraturan perundang-undangan termasuk tunjangan bagi pekerja / buruh dan keluarganya atas suatu pekerjaan dan/atau jasa yang telah atau akan dilakukan.Menurut Permen No.1 Th. 1999 Pasal 1 ayat 1, Upah Minimum adalah upah bulanan terendah yang terdiri dari upah pokok termasuk tunjangan tetap. Upah ini berlaku bagi mereka yang lajang dan memiliki pengalaman kerja 0-1 tahun.Menurut Surat Edaran Menteri Tenaga Kerja No. SE-07/Men/1990 tentang Pengelompokan Upah dan Pendapatan Non Upah, meliputi 3 komponen diataranya yaitu gaji pokok, tunjangan tetap, dan tunjangan tidak tetap.Menurut pasal 1 Kepmenakertrans No. 49/Men/IV/2004 tentang Struktur dan Skala Upah, yaitu: Struktur upah adalah susunan tingkat upah dari yang terendah sampai yang tertinggi atau sebaliknya dari yang tertinggi sampai yang terendah. Skala upah adalah kisaran nilai nominal upah menurut kelompok jabatan.Menurut Keputusan Menteri Tenaga Kerja Dan Transmigrasi Republik Indonesia nomor KEP.102 /MEN/VI/2004 Tentang Waktu Kerja Lembur Dan Upah Kerja Lembur, waktu kerja lembur adalah waktu kerja yang melebihi 7 (tujuh) jam sehari dan 40 (empat puluh) jam 1 (satu) minggu untuk 6 (enam) hari kerja dalam 1 (satu) minggu atau 8 (delapan) jam sehari, dan 40 (empat puluh) jam 1 (satu) minggu untuk 5 (lima) hari kerja dalam 1 (satu) minggu atau waktu kerja pada hari istirahat mingguan dan atau pada hari libur resmi yang ditetapkan Pemerintah. Perusahaan yang mempekerjakan pekerja/buruh selama waktu kerja lembur berkewajiban untuk membayar upah kerja lembur; memberi kesempatan untuk istirahat secukupnya; dan memberikan makanan dan minuman sekurang-kurangnya 1.400 kalori apabila kerja lembur dilakukan selama 3 (tiga) jam atau lebih.Komponen yang mempengaruhi upah yaitu pertumbuhan ekonomi, produk domestik regional bruto (PDRB), indeks harga konsumen (inflasi), kebutuhan hidup layak, kondisi pasar kerja, dan kondisi usaha yang paling tidak mampu (marginal).

Pajak Penghasilan (PPh) adalah pajak yang dibebankan pada penghasilan perorangan, perusahaan atau badan hukum lainnya. Menurut Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2008, subyek pajak penghasilan adalah subyek pajak pribadi, subyek pajak harta warisan belum dibagi, dan subyek pajak badan.Aturan tentang upah diantaranya yaitu Undang Undang Nomor 13 Tahun 2003 Tentang ketenagakerjaan, Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 8 Tahun 1981 Tentang Perlindungan Upah, Peraturan Menteri Tenaga Kerja Nomor 6 Tahun 1990 Tentang Kewajiban Pengusaha untuk Membuat, Memiliki dan Memelihara Buku Upah, Keputusan Menteri Tenaga Kerja Dan Transmigrasi Nomor 231 Tahun 2003 Tentang Tata Cara Penangguhan Pelaksanaan Upah Minimum, Keputusan Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi Nomor 49 Tahun 2004 Tentang Ketentuan Struktur dan Skala Upah, Keputusan Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi Nomor 102 Tahun 2004 Tentang Waktu Kerja Lembur dan Upah Kerja Lembur, Peraturan Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi Nomor 3 Tahun 2005 Tentang Tata Cara Pengusulan Keanggotaan Dewan Pengupahan Nasional, Peraturan Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi nomor 7 tahun 2013 Tentang Upah Minimum, Instruksi Presiden nomor 9 tahun 2013 Tentang Kebijakan Penetapan Upah Minimum Dalam Rangka Keberlangsungan Usaha dan Peningkatan Kesejahteraan Pekerja.

Hubungan industri melibatkan sejumlah konsep, seperti konsep keadilan dan kesamaan, kekuatan dan kewenangan, individualisme dan kolektivitas, hak dan kewajiban, serta integritas dan kepercayaan. Di tingkat perusahaan, pekerja dan pengusaha adalah dua pelaku utama dalam kegiatan hubungan industrial yang mempunyai hak yang sama dan sah untuk melindungi hal-hal yang dianggap sebagai kepentingannya masing-masin. Di satu sisi, pekerja dan pengusaha mempunyai kepentingan yang sama, yaitu kelangsungan hidup pekerja dan kemajuan perusahan, tetapi di sisi lain hubungan antar keduanya juga mempunyai potensi konflik. Berbagai permasalahan konflik atau perselisihan hubungan industrial baik pada tingkat ringan hingga kompleks. Konflik pekerja dengan pengusaha, atau dengan pemerintah, berkisar antara permasalahan kebijakan mengenai outsourcing, penggajian, jaminan sosial, Pemutusan Hubungan Kerja.Berdasarkan peraturan yang sudah ditetapkan oleh setiap provinsi, kenaikan UMP tiap provinsi beragam, kenaikan tertinggi terdapat di Provinsi Bali dengan tingkat kenaikan sebesar 31% sedangkan kenaikan terendah yaitu Provinsi Yogyakarta yang hanya 4%. Nilai UMP tertinggi pada Provinsi DKI Jakarta yaitu sebesar Rp 2.441.000 dan nilai UMP terendah pada Provinsi Jawa Tengah sebesar Rp 910.000.3