isi
DESCRIPTION
isiTRANSCRIPT
BAB I
PENDAHULUAN
LATAR BELAKANG
Tuberkulosis adalah suatu penyakit yang disebabkan oleh kuman
mikobakterium tuberkulosa. Hasil ini ditemukan pertama kali oleh Robert Koch
pada tahun 1882. Penyakit tuberkulosis sudah ada dan dikenal sejak zaman
dahulu, manusia sudah berabad-abad hidup bersama dengan kuman tuberkulosis.
Hal ini dibuktikan dengan ditemukannya lesi tuberkulosis pada penggalian tulang-
tulang kerangka di Mesir. Demikian juga di Indonesia, yang dapat kita saksikan
dalam ukiran-ukiran pada dinding candi Borobudur.
Diseluruh dunia tahun 1990 WHO melaporkan terdapat 3,8 juta kasus baru
TB dengan 49% kasus terjadi di Asia Tenggara. Dalam periode 1984 – 1991
tercatat peningkatan jumlah kasus TB diseluruh dunia, kecuali Amerika dan
Eropa. Di tahun 1990 diperkirakan 7,5 juta kasus TB dan 2,5 juta kematian akibat
TB diseluruh dunia.
Annual Risk Infection ditahun 1980 – 1985 dinegara-negara Asia Tenggara
diperkirakan sekitar 2% yang berarti terdapat insidensi 100 kasus BTA (+) per
100.000 penduduk. Tahun 1987 di Singapura terdapat 62 kasus per 100.000
penduduk, dengan rata-rata penurunan tahunan 5,7% sejak tahun 1959. Brunei
Darussalam dengan angka kematian 8,5 kasus per 100.000 penduduk dengan
insiden BTA (+) 84 kasus per 226.000 penduduk. Sedangkan Filipina ditahun
1981 – 1983 memperkirakan prevalensi BTA (+), 0,95%. Berdasarkan data dari
SEAMIC Health Statistic tahun 1990, penyakit tuberkulosis penyebab kematian
no. 10 di Thailand tahun 1989 dan menduduki urutan ke 4 di Filipina pada tahun
1987.5 Menurut Global TB – WHO, 1998 saat ini pusat dari epidemi TB berada di
Asia dengan terdapat 4,5 juta dari 8 juta kasus yang diperkirakan terdapat di dunia
atau 50% kasusnya di 6 negara yaitu India, Cina, Bangladesh, Pakistan, Indonesia
dan Filipina. Indonesia menempati urutan ke-3 sebagai penyumbang kasus
terbesar di dunia setelah India dan Cina.
Berdasarkan hasil Survey Kesehatan Rumah Tangga (SKRT) Departemen
Kesehatan RI, tahun 1972 TB menempati urutan ke 3 penyebab kematian menurut
SKRT tahun 1980 TB menempati urutan ke 4, dan menurut SKRT tahun 1992,
TB menempati urutan nomor 2 sesudah penyakit sistem sirkulasi.
Hasil SKRT tahun 1995 TB merupakan penyebab kematian nomor 3 dari
seluruh kelompok usia dan nomor 1 antara penyakit infeksi yang merupakan
masalah kesehatan masyarakat Indonesia.
Pembuatan diagnosis tuberkulosis paru kadang-kadang sulit, sebab penyakit
tuberkulosis paru yang sudah berat dan progresif, sering tidak menimbulkan
gejala yang dapat dilihat/dikenal; antara gejala dengan luasnya penyakit maupun
lamanya sakit, sering tidak mempunyai korelasi yang baik. Hal ini disebabkan
oleh karena penyakit tuberkulosis paru merupakan penyakit paru yang besar
(great imitator), yang mempunyai diagnosis banding hampir pada semua penyakit
dada dan banyak penyakit lain yang mempunyai gejala umum berupa kelelahan
dan panas.
Walaupun penyakit ini telah lama dikenal, obat-obat untuk
menyembuhkannya belum lama ditemukan, dan pengobatan tuberkulosis paru saat
ini lebih dikenal dengan sistem pengobatan jangka pendek dalam waktu 6–9
bulan. Prinsip pengobatan jangka pendek adalah membunuh dan mensterilkan
kuman yang berada di dalam tubuh manusia. Obat yang sering digunakan dalam
pengobatan jangka pendek saat ini adalah isoniazid, rifampisin, pirazinamid,
streptomisin dan etambutol.
LAPORAN KASUS
Indentitas Pasien
Nama : Tn. A
Usia : 36 tahun
Jenis Kelamin : Laki-laki
Alamat : Perum Pronogaten, RT: 03, RW: 18, Kalinegoro, Kec:
Mertoyudan
Pekerjaan : Karyawan Swasta
Status : Menikah
Agama : Islam
Datang ke Rumah Sakit pada tanggal: 18 Agustus 2015 pukul 16.30 WIB.
Anamnesis dilakukan secara autoanamnesis pada tanggal 19 Agustus 2015 di
Bangsal Seruni, RST dr. Soedjono, Magelang.
Subjektif
Keluhan Utama :
Batuk berdarah
Keluhan Tambahan :
-
Riwayat Penyakit Sekarang :
Batuk berdarah terjadi secara tiba-tiba sejak 2 hari SMRS. Pasien mengaku
kaget mengetahui dirinya batuk dengan bercak darah berwarna merah terang yang
cukup banyak (1/2 cangkir per hari) yang belum pernah terjadi seumur hidupnya.
Batuk terjadi sepanjang hari dan cukup sering; batuk disertai darah terjadi lebih
dari 5 kali dalam sehari. Dan jika batuk, pasien merasa perutnya seperti kaku dan
terasa sakit. Batuk juga disertai dahak kental berwarna kuning kehijauan yang
bercampur dengan bercak darah.
Selain itu, pasien mengaku sering demam, keringat dingin (terutama malam
hari), dan terkadang dadanya terasa sesak dan sulit untuk bernapas dengan lega.
Pasien juga mengeluhkan nafsu makannya berkurang dan berat badannya
menurun drastis dalam beberapa minggu belakangan ini. Setiap tidur, pasien lebih
senang tidur dalam posisi setengah duduk dibandingkan berbaring datar dengan
satu bantal. Nyeri dada disangkal. BAB tidak ada keluhan, BAK berwarna merah.
Pasien mengaku dirinya sedang dalam masa pengobatan TB yang
terdiagnosis 2 hari sebelum batuk darah muncul. Pasien datang berobat ke BKPM
(Balai Keseharan Paru Masyarakat) pada tanggal 14 Agustus 2015 karena batuk
yang telah terjadi kurang lebih 2 minggu disertai keluhan sesak napas, demam,
keringat dingin, nafsu makan berkurang, lemah dan berat badannya menurun
drastis. Setelah 2 hari masa pengobatan, pasien baru batuk dengan disertai darah.
Pasien kembali ke BKPM dan mendapatkan surat rujukan ke spesialis paru RST
dr.Soedjono, Magelang.
Riwayat Alergi: Disangkal
Riwayat Penyakit Dahulu:
Pasien belum pernah menderita TB sebelumnya
Hipertensi (-),
DM (-),
Asma (-),
Riwayat Penyakit Jantung (-),
Riwayat Penyakit Ginjal (-),
Riwayat Penyakit Lain (-)
Riwayat Penyakit Keluarga:
Saat ini keluarga pasien tidak ada yang mengalami keluhan yang serupa
dengan pasien
Hipertensi (+),
DM (-),
Asam Urat (-),
Riwayat Penyakit Jantung (+),
Riwayat Penyakit Ginjal (-),
Riwayat Penyakit Lain (-)
Riwayat Penyakit Obat:
OAT (2 hari masa pengobatan)
Paracetamol untuk demam
Riwayat Sosial-Ekonomi: Pasien merupakan tulang punggung keluarga, bekerja
sebagai penjaga warung internet (warnet) dan teknisi komputer; pasien memiliki
seorang istri dan seorang anak. Pasien menyangkal dirinya tidak merokok, namun
tempat dimana ia bekerja banyak yang merokok.
Riwayat Kebiasaan:
Merokok : disangkal
Minum alkohol : disangkal
Olahraga : disangkal
Objektif
Pemeriksaan fisik dilakukan pada tanggal 19 Agustus 2015 di Bangsal Seruni.
Keadaan Umum : Nampak lemah, kesan gizi kurang
Kesadaran/GCS : Compos Mentis / GCS 15
Tanda Vital :
• Tekanan Darah : 100/70 mmHg
• Nadi : 80 x/menit
• Suhu : 38 0C
• Respirasi : 24 x/menit
• Saturasi Oksigen : 92%
Status Generalis
Kepala
• Bentuk: Normocephal
• Mata: CA -/-, SI -/-
• Telinga: dbn
• Hidung: dbn
• Mulut: dbn
• Gigi: dbn
Leher : Tidak ada pembesaran KGB leher
Thorax
• Bentuk: Normochest
• Paru
Inspeksi : Pergerakan dada simetris kanan-kiri
Palpasi : Vocal fremitus (+/+)
Perkusi : Redup di lapang paru kanan atas; Sonor di area lapang
paru kanan bawah dan kiri
Auskultasi : Suara vesikular +/+, ronkhi +/+, wheezing -/-
• Jantung
Inspeksi : Ictus cordis tidak nampak
Palpasi : Ictus cordis tidak teraba
Perkusi : Batas bawah kanan jantung di linea parasternal kanan ICS
IV, batas atas kanan di linea parasternal kanan ICS II, batas
atas kiri jantung di linea parasternal kiri ICS II, batas
bawah kiri jantung di linea anterior aksilaris kiri ICS V
Auskultasi : S1-S2 reguler, Murmur(-), Galoop(-)
Abdomen :
Inspeksi : Kesan datar
Auskultasi : BU (+)
Palpasi : Supel, NT (-), hepatomegali (-), splenomegali (-)
Perkusi : Timpani di seluruh regio abdominal
Ekstremitas:
• Akral hangat
• Edema - -
- -
• Sianosis
- -
- -
• Capillary refill < 2 detik
Daftar Masalah
Dari anamnesis
1. Batuk berdarah berwarna merah terang (setengah cangkir per hari)
2. Dahak kental berwarna kuning kehijauan
3. Perut kaku dan agak terasa sakit
4. Demam
5. Keringat dingin (terutama malam hari)
6. Sesak napas
7. Nafsu makan berkurang
8. Berat badan menurun
9. Tidur dengan posisi setengah duduk
10. BAK merah
11. Dalam masa pengobatan OAT
12. Bekerja di tempat yang banyak asap rokok
Dari Pemeriksaan Fisik
13. Kesan gizi kurang, underweight
14. Suhu badan meningkat (38o C)
15. RR upper-baseline
16. Perkusi: redup pada lapang dada kanan atas
17. Auskultasi: Ronkhi +/+
Diagnosis
- Hemoptisis TB (1,2,3,4,5,6,7,8,9,10,11,13,14,15,16,17)
DDx:
1. Pneumoniae (1,2,4,6,7,8,9,10,13,14,15)
2. Bronkitis bakterial akut (1,2,3,4,6,9,14,15,17)
3. Ca pulmonal (1,3,6,8,12,13,14)
Planning
Planning Diagnostic
1. Foto rontgen thorax PA
2. Laboratorium: sputum SPS (BTA dan kultur) BKPM: BTA (+); darah
lengkap, hemostasis, kimia darah (glukosa, ureum, kreatinin, SGOT,
SGPT), LED
3. Bronkoskopi
4. CT scan
Hasil laboratorium darah lengkap 18 Agustus 2015
Diff Count
Jenis Hasil Referensi Jenis Hasil Referensi
% Lym 13.8% ↓ 25.0-50.0 # Lym 1.4 K/uL 1.0-5.0
% Mid 7.7 % 2.0-10.0 # Mid 0.8 K/uL 0.1-1.0
% Gra 78.5 % 50.0-80.0 # Gra 8.1 K/uL ↑ 2.0-8.0
Jenis Pemeriksaan Hasil Referensi
Glukosa 115 mg/dl ↑ 70-110
Urea 17 mg/dl 8-50
Creatinine 0.9 mg/dl 0-1.3
SGOT 32 U/L 3-35
SGPT 36 U/L 8-41
Jenis Pemeriksaan Hasil Referensi
WBC 10.3 K/Ul 4.0-12.0
RBC 3.53 M/uL ↓ 4.00-6.20
HB 10.2 g/dl ↓ 11.0-17.0
HCT 31.0 % ↓ 35.0-55.0
PLT 393 K/uL 150-400
PCT 0,26 % 0.20-0.50
MCV 90.1 fl 80-100
MCH 28.9 pg 26.0-34.0
MCHC 32.1 g/dl 31.0-35.5
RDW 12.7 % 10.0-16.0
MPV 6.6 fl ↓ 7.0-11.0
PDW 13.8 % 10.0-18.0
Clotting Time 4’ 4-10’
Bleeding Time 2’ 1-9’
Jenis Pemeriksaan Hasil Referensi
HBsAg NEGATIF 0-1 IU/mL
EKG (dari BKPM)
Planning terapi (18 Agustus 2015)
- UGD
1. Infus Rl 15 tpm
2. Inj Plasminex
3. Vit K
4. Ranitidin
5. Norages
6. Lapor dr. Sp.P
- Advise dr. Sp.P
1. Infus Asering 20 tpm
2. Inj Transamin
3. InF Sanmol
Planning terapi (19 Agustus 2015)
1. FDC 1x3 tab
2. Transamin
3. Terapi sebelumnya dilanjutkan
Planning monitoring
1. Rawat inap bangsal
2. Keadaan umum dan vital sign
3. Perbaikan gejala dan efek samping
4. Observasi hemoptisis
Planning edukasi
1. Bed rest
2. Makan-makanan yang bergizi
3. Edukasi mengenai penyakit, pemeriksaan lanjutan hingga prognosis
dengan bahasa yang mudah dimengerti pasien dan keluarganya
Tanggal 20 Agustus 2015
S :Pasien masih mengeluhkan batuk dan sesak napas, terkadang batuknya masih
ada bercak darahnya (namun tidak sesering awal). Pasien mengaku sulit tidur
semalaman dan terasa lelah serta mengantuk saat siang hari. BAB dan BAK tidak
ada keluhan.
O :
Keadaan Umum : Nampak lemah
Kesadaran : Compos Mentis, GCS 15 (E4V5M6)
Vital Sign
o Tekanan Darah : 110/70 mmHg
o Nadi : 80 x/menit
o RR : 24 x/menit
o Suhu : 37,5 0C
Status Generalis
Kepala
• Bentuk: Normocephal
• Mata: CA -/-, SI -/-
• Telinga: dbn
• Hidung: dbn
• Mulut: dbn
• Gigi: dbn
Leher : Tidak ada pembesaran KGB leher
Thorax
• Bentuk: Normochest
• Paru
Inspeksi : Pergerakan dada simetris kanan-kiri
Palpasi : Vocal fremitus (+/+)
Perkusi : Redup di lapang paru kanan atas; Sonor di area lapang
paru kanan bawah dan kiri
Auskultasi : Suara vesikular +/+, ronkhi +/+, wheezing -/-
• Jantung
Inspeksi : Ictus cordis tidak nampak
Palpasi : Ictus cordis tidak teraba
Perkusi : Batas bawah kanan jantung di linea parasternal kanan ICS
IV, batas atas kanan di linea parasternal kanan ICS II, batas
atas kiri jantung di linea parasternal kiri ICS II, batas
bawah kiri jantung di linea anterior aksilaris kiri ICS V
Auskultasi : S1-S2 reguler, Murmur(-), Galoop(-)
Abdomen :
Inspeksi : Kesan datar
Auskultasi : BU (+)
Palpasi : Supel, NT (-), hepatomegali (-), splenomegali (-)
Perkusi : Timpani di seluruh regio abdominal
Ekstremitas:
• Akral hangat
• Edema - -
- -
• Sianosis
- -
- -
• Capillary refill < 2 detik
Rontgen thorax PA
Kesan:
1. Atelektasis dextra disertai dextra deviasi trakea
2. Pneumoni lobus superior pulmo bilateral terutama dextra, curiga gambaran
TB
3. Besar cor normal
4. Sistema tulang intak
Saran: CT scan thorax dengan kontras
Bronkoskopi
Laporan operasi:
1. Pasien didudukan di meja operasi; kumur-kumur lidocain 2% 5 cc
selama 5 menit. Xylocain spray di daerah laring.
2. Pasien ditidurkan dengan posisi kepala ekstensi, mata ditutup dengan
kain, pasang mouth piece, alat bronkoskopi masuk via mouth piece.
3. Dilakukan evaluasi saluran pernapasan melalui bronkoskopi.
4. Lepaskan alat bronkoskopi.
5. TD 120/80; Nadi 90 x/menit; Sat.O2 97%.
Hasil:
1. Plika Vokalis : Intak
2. Trakea : Dbn
3. Karina : Tajam
4. BUKA : Ada gumpalan darah merah segar,setelah dibilas masih
tampak normal
5. LAKA, Trunkus, LBKA : Ada gumpalan darah setelah dibilas masih
tampak normal
6. LMKA : Ada darah kental yang terus mengalir, dilakukan bilasan dan
suction sampai bersih dan terus berhenti
7. BUKI : Sedikit menyempit, alat bisa masuk
8. LAKI, Lingula dan LBKI : Tampak banyak sputum putih sebagian
terdampur darah, setelah dibilas masih tampak normal
Kesimpulan :
Proses peradangan di hampir seluruh percabangan bronkus dan
kemungkinan masih ada perdarahan aktif terutama di lobus medius paru
kanan.
Saran :
Tunggu hasil pemeriksaan sitologi, BTA, Gram dan Jamur.
Komplikasi :
Tidak ada
Instruksi :
Post bronkoskopi puasa 2 jam
Daftar Masalah
1. Batuk berdarah berwarna merah terang (setengah cangkir per hari)
2. Dahak kental berwarna kuning kehijauan
3. Perut kaku dan agak terasa sakit
4. Demam
5. Keringat dingin (terutama malam hari)
6. Sesak napas
7. Nafsu makan berkurang
8. Berat badan menurun
9. Tidur dengan posisi setengah duduk
10. BAK merah
11. Dalam masa pengobatan OAT
12. Bekerja di tempat yang banyak asap rokok
13. Kesan gizi kurang, underweight
14. Suhu badan meningkat (38o C) suhu 37.5o C
15. RR upper-baseline
16. Perkusi: redup pada lapang dada kanan atas
17. Auskultasi: Ronkhi +/+
18. Rontgen : Atelektasis dextra disertai dextra deviasi trakea; Pneumoni
lobus superior pulmo bilateral terutama dextra, curiga gambaran TB.
19. Bronkoskopi : Proses peradangan di hampir seluruh percabangan bronkus
dan kemungkinan masih ada perdarahan aktif terutama di lobus medius
paru kanan.
A :
1. Hemoptisis TB
DDx:
1. Pneumoniae
2. Bronkitis bakterial akut
3. Ca pulmonal
- Anemia ec hemoptisis
P :
Diagnostik :
1. Pemeriksaan sitologi dari biopsi
2. Kultur (identifikasi mikroorganisme penyebab)
3. CT Scan
Monitoring :
1. Keadaan umum dan vital sign
2. Perbaikan gejala dan efek samping obat
Terapi :
1. FDC 1x3 tab
2. Transaminase
3. Terapi sebelumnya dilanjutkan
Edukasi :
1. Bed rest
2. Makan-makanan yang bergizi
3. Minum obat secara teratur
Tanggal 21 Agustus 2015
S : Pasien masih mengeluhkan batuk dan sesak napas, darah (-). Pasien
mengaku sulit tidur semalaman dan terasa lelah serta mengantuk saat siang
hari. Nafsu makan sudah membaik. BAB dan BAK tidak ada keluhan.
O :
Keadaan Umum : Sakit sedang
Kesadaran / GCS : Compos Mentis / GCS 15
Vital Sign
o Tekanan Darah : 120/70 mmHg
o Nadi : 80 x/menit
o RR : 24 x/menit
o Suhu : 36,80C
Status Generalis
Kepala
• Bentuk: Normocephal
• Mata: CA -/-, SI -/-
• Telinga: dbn
• Hidung: dbn
• Mulut: dbn
• Gigi: dbn
Leher : Tidak ada pembesaran KGB leher
Thorax
• Bentuk: Normochest
• Paru
Inspeksi : Pergerakan dada simetris kanan-kiri
Palpasi : Vocal fremitus (+/+)
Perkusi : Redup di lapang paru kanan atas; Sonor di area lapang
paru kanan bawah dan kiri
Auskultasi : Suara vesikular +/+, ronkhi +/+, wheezing -/-
• Jantung
Inspeksi : Ictus cordis tidak nampak
Palpasi : Ictus cordis tidak teraba
Perkusi : Batas bawah kanan jantung di linea parasternal kanan ICS
IV, batas atas kanan di linea parasternal kanan ICS II, batas
atas kiri jantung di linea parasternal kiri ICS II, batas
bawah kiri jantung di linea anterior aksilaris kiri ICS V
Auskultasi : S1-S2 reguler, Murmur(-), Galoop(-)
Abdomen :
Inspeksi : Kesan datar
Auskultasi : BU (+)
Palpasi : Supel, NT (-), hepatomegali (-), splenomegali (-)
Perkusi : Timpani di seluruh regio abdominal
Ekstremitas:
• Akral hangat
• Edema - -
- -
• Sianosis
- -
- -
• Capillary refill < 2 detik
Daftar masalah :
1. Batuk berdarah berwarna merah terang Batuk tanpa darah
2. Dahak kental berwarna kuning kehijauan
3. Perut kaku dan agak terasa sakit
4. Keringat dingin (terutama malam hari)
5. Sesak napas
6. Nafsu makan berkurang
7. Berat badan menurun
8. Tidur dengan posisi setengah duduk
9. BAK merah
10. Dalam masa pengobatan OAT
11. Bekerja di tempat yang banyak asap rokok
12. Kesan gizi kurang, underweight
13. RR upper-baseline
14. Perkusi: redup pada lapang dada kanan atas
15. Auskultasi: Ronkhi +/+
A :
- Hemoptisis TB
DDx:
1. Pneumoniae
2. Bronkitis bakterial akut
3. Ca pulmonal
- Anemia ec hemoptisis
P :
Diagnostik :
1. Pemeriksaan sitologi dari biopsi
2. Kultur
3. CT Scan
Monitoring :
1. Keadaan umum dan vital sign
2. Perbaikan gejala dan efek samping obat
Terapi :
Terapi sebelumnya dilanjutkan
Edukasi :
1. Bed rest
2. Makan-makanan yang bergizi
3. Minum obat secara teratur
Tanggal 22 Agustus 2015
S : Batuk dan sesak sudah berkurang. Nafsu makan membaik. Pasien masih
merasa kurang nyenyak jika tidur sehingga siangnya merasa sangat ngantuk.
O :
Keadaan Umum : Sakit sedang
Kesadaran / GCS : Compos Mentis / GCS 15
Vital Sign
o Tekanan Darah : 120/80 mmHg
o Nadi : 80 x/menit
o RR : 22 x/menit
o Suhu : 36,20C
Status Generalis
Kepala
• Bentuk: Normocephal
• Mata: CA -/-, SI -/-
• Telinga: dbn
• Hidung: dbn
• Mulut: dbn
• Gigi: dbn
Leher : Tidak ada pembesaran KGB leher
Thorax
• Bentuk: Normochest
• Paru
Inspeksi : Pergerakan dada simetris kanan-kiri
Palpasi : Vocal fremitus (+/+)
Perkusi : Redup di lapang paru kanan atas; Sonor di area lapang
paru kanan bawah dan kiri
Auskultasi : Suara vesikular +/+, ronkhi +/+, wheezing -/-
• Jantung
Inspeksi : Ictus cordis tidak nampak
Palpasi : Ictus cordis tidak teraba
Perkusi : Batas bawah kanan jantung di linea parasternal kanan ICS
IV, batas atas kanan di linea parasternal kanan ICS II, batas
atas kiri jantung di linea parasternal kiri ICS II, batas
bawah kiri jantung di linea anterior aksilaris kiri ICS V
Auskultasi : S1-S2 reguler, Murmur(-), Galoop(-)
Abdomen :
Inspeksi : Kesan datar
Auskultasi : BU (+)
Palpasi : Supel, NT (-), hepatomegali (-), splenomegali (-)
Perkusi : Timpani di seluruh regio abdominal
Ekstremitas:
• Akral hangat
• Edema - -
- -
• Sianosis
- -
- -
• Capillary refill < 2 detik
Daftar masalah :
1. Batuk
2. Dahak kental berwarna kuning kehijauan
3. Perut kaku dan agak terasa sakit
4. Keringat dingin (terutama malam hari)
5. Sesak napas
6. Nafsu makan berkurang
7. Berat badan menurun
8. Tidur dengan posisi setengah duduk
9. BAK merah
10. Dalam masa pengobatan OAT
11. Bekerja di tempat yang banyak asap rokok
12. Kesan gizi kurang, underweight
13. RR upper-baseline 22x/menit
14. Perkusi: redup pada lapang dada kanan atas
15. Auskultasi: Ronkhi +/+
A :
- Hemoptisis TB
DDx:
1. Pneumoniae
2. Bronkitis bakterial akut
3. Ca pulmonal
- Anemia ec hemoptisis
P :
Diagnostik :
1. Pemeriksaan sitologi dari biopsi
2. Kultur
3. CT Scan
Monitoring :
1. Keadaan umum dan vital sign
2. Perbaikan gejala dan efek samping obat
Terapi :
Terapi sebelumnya dilanjutkan
Edukasi :
1. Bed rest
2. Makan-makanan yang bergizi
3. Minum obat secara teratur
Tanggal 23 Agustus 2015
S : -
O :
Keadaan Umum : Sakit sedang
Kesadaran / GCS : Compos Mentis / GCS 15
Vital Sign
o Tekanan Darah : 110/70 mmHg
o Nadi : 80 x/menit
o RR : 22 x/menit
o Suhu : 36,80C
Status Generalis
Kepala
• Bentuk: Normocephal
• Mata: CA -/-, SI -/-
• Telinga: dbn
• Hidung: dbn
• Mulut: dbn
• Gigi: dbn
Leher : Tidak ada pembesaran KGB leher
Thorax
• Bentuk: Normochest
• Paru
Inspeksi : Pergerakan dada simetris kanan-kiri
Palpasi : Vocal fremitus (+/+)
Perkusi : Redup di lapang paru kanan atas; Sonor di area lapang
paru kanan bawah dan kiri
Auskultasi : Suara vesikular +/+, ronkhi -/-, wheezing -/-
• Jantung
Inspeksi : Ictus cordis tidak nampak
Palpasi : Ictus cordis tidak teraba
Perkusi : Batas bawah kanan jantung di linea parasternal kanan ICS
IV, batas atas kanan di linea parasternal kanan ICS II, batas
atas kiri jantung di linea parasternal kiri ICS II, batas
bawah kiri jantung di linea anterior aksilaris kiri ICS V
Auskultasi : S1-S2 reguler, Murmur(-), Galoop(-)
Abdomen :
Inspeksi : Kesan datar
Auskultasi : BU (+)
Palpasi : Supel, NT (-), hepatomegali (-), splenomegali (-)
Perkusi : Timpani di seluruh regio abdominal
Ekstremitas:
• Akral hangat
• Edema - -
- -
• Sianosis
- -
- -
• Capillary refill < 2 detik
Daftar masalah :
1. Batuk
2. Dahak kental berwarna kuning kehijauan
3. Perut kaku dan agak terasa sakit
4. Keringat dingin (terutama malam hari)
5. Sesak napas
6. Nafsu makan berkurang
7. Berat badan menurun
8. Tidur dengan posisi setengah duduk
9. BAK merah
10. Dalam masa pengobatan OAT
11. Bekerja di tempat yang banyak asap rokok
12. Kesan gizi kurang, underweight
13. RR upper-baseline
14. Perkusi: redup pada lapang dada kanan atas
15. Ronkhi +/+
A :
- Hemoptisis TB
DDx:
1. Pneumoniae
2. Bronkitis bakterial akut
3. Ca pulmonal
- Anemia ec hemoptisis
P :
Diagnostik :
1. Pemeriksaan sitologi dari biopsi
2. Kultur
3. CT Scan
Monitoring :
1. Keadaan umum dan vital sign
2. Perbaikan gejala dan efek samping obat
Terapi :
1. Terapi sebelumnya dilanjutkan
2. Kalnex 3x1
Edukasi :
1. Bed rest
2. Makan-makanan yang bergizi
3. Minum obat secara teratur
Tanggal 24 Agustus 2015
S : Pasien mengeluhkan area tangan yang diinfus terasa agak bengkak dan sakit
O :
3. Keadaan Umum : Sakit sedang
4. Kesadaran / GCS : Compos Mentis / GCS 15
5. Vital Sign
o Tekanan Darah : 110/70 mmHg
o Nadi : 80 x/menit
o RR : 20 x/menit
o Suhu : 36,80C
Status Generalis
Kepala
• Bentuk: Normocephal
• Mata: CA -/-, SI -/-
• Telinga: dbn
• Hidung: dbn
• Mulut: dbn
• Gigi: dbn
Leher : Tidak ada pembesaran KGB leher
Thorax
• Bentuk: Normochest
• Paru
Inspeksi : Pergerakan dada simetris kanan-kiri
Palpasi : Vocal fremitus (+/+)
Perkusi : Redup di lapang paru kanan atas; Sonor di area lapang
paru kanan bawah dan kiri
Auskultasi : Suara vesikular +/+, ronkhi -/-, wheezing -/-
• Jantung
Inspeksi : Ictus cordis tidak nampak
Palpasi : Ictus cordis tidak teraba
Perkusi : Batas bawah kanan jantung di linea parasternal kanan ICS
IV, batas atas kanan di linea parasternal kanan ICS II, batas
atas kiri jantung di linea parasternal kiri ICS II, batas
bawah kiri jantung di linea anterior aksilaris kiri ICS V
Auskultasi : S1-S2 reguler, Murmur(-), Galoop(-)
Abdomen :
Inspeksi : Kesan datar
Auskultasi : BU (+)
Palpasi : Supel, NT (-), hepatomegali (-), splenomegali (-)
Perkusi : Timpani di seluruh regio abdominal
Ekstremitas:
• Akral hangat
• Tangan kiri bengkak dan agak kemerahan
• Edema - -
- -
• Sianosis
- -
- -
• Capillary refill < 2 detik
Daftar masalah :
1. Batuk
2. Dahak kental berwarna kuning kehijauan
3. Perut kaku dan agak terasa sakit
4. Keringat dingin (terutama malam hari)
5. Sesak napas
6. Nafsu makan berkurang
7. Berat badan menurun
8. Tidur dengan posisi setengah duduk
9. BAK merah
10. Dalam masa pengobatan OAT
11. Bekerja di tempat yang banyak asap rokok
12. Kesan gizi kurang, underweight
13. RR upper-baseline
14. Perkusi: redup pada lapang dada kanan atas
15. Ronkhi +/+
16. Tangan bengkak dan merah
A :
- Hemoptisis TB
DDx:
1. Pneumoniae
2. Bronkitis bakterial akut
3. Ca pulmonal
- Anemia ec hemoptisis
- Thromboflebitis manus sinistra
P :
Diagnostik :
1. Pemeriksaan sitologi dari biopsi
2. Kultur
3. CT Scan
Monitoring :
1. Keadaan umum dan vital sign
2. Perbaikan gejala dan efek samping obat
Terapi :
1. Terapi sebelumnya dilanjutkan
2. Aff inf; berikan cefadroxil 2 x 1 ½ tab
3. Kalnex 3x1
4. Pamol 2x1
Edukasi :
1. Bed rest
2. Makan-makanan yang bergizi
3. Minum obat secara teratur
Tanggal 25 Agustus 2015
S : -
O :
Keadaan Umum : Sakit sedang
Kesadaran / GCS : Compos Mentis / GCS 15
Vital Sign
o Tekanan Darah : 110/70 mmHg
o Nadi : 80 x/menit
o RR : 20 x/menit
o Suhu : 36,80C
Status Generalis
Kepala
• Bentuk: Normocephal
• Mata: CA -/-, SI -/-
• Telinga: dbn
• Hidung: dbn
• Mulut: dbn
• Gigi: dbn
Leher : Tidak ada pembesaran KGB leher
Thorax
• Bentuk: Normochest
• Paru
Inspeksi : Pergerakan dada simetris kanan-kiri
Palpasi : Vocal fremitus (+/+)
Perkusi : Redup di lapang paru kanan atas; Sonor di area lapang
paru kanan bawah dan kiri
Auskultasi : Suara vesikular +/+, ronkhi +/+, wheezing -/-
• Jantung
Inspeksi : Ictus cordis tidak nampak
Palpasi : Ictus cordis tidak teraba
Perkusi : Batas bawah kanan jantung di linea parasternal kanan ICS
IV, batas atas kanan di linea parasternal kanan ICS II, batas
atas kiri jantung di linea parasternal kiri ICS II, batas
bawah kiri jantung di linea anterior aksilaris kiri ICS V
Auskultasi : S1-S2 reguler, Murmur(-), Galoop(-)
Abdomen :
Inspeksi : Kesan datar
Auskultasi : BU (+)
Palpasi : Supel, NT (-), hepatomegali (-), splenomegali (-)
Perkusi : Timpani di seluruh regio abdominal
Ekstremitas:
• Akral hangat
• Edema - -
- -
• Sianosis
- -
- -
• Capillary refill < 2 detik
Daftar masalah :
1. Batuk
2. Dahak kental berwarna kuning kehijauan
3. Perut kaku dan agak terasa sakit
4. Keringat dingin (terutama malam hari)
5. Sesak napas
6. Nafsu makan berkurang
7. Berat badan menurun
8. Tidur dengan posisi setengah duduk
9. BAK merah
10. Dalam masa pengobatan OAT
11. Bekerja di tempat yang banyak asap rokok
12. Kesan gizi kurang, underweight
13. RR upper-baseline
14. Perkusi: redup pada lapang dada kanan atas
15. Ronkhi +/+
16. Tangan bengkak dan merah
A :
- Hemoptisis TB
DDx:
1. Pneumoniae
2. Bronkitis bakterial akut
3. Ca pulmonal
- Anemia ec hemoptisis
- Thromboflebitis manus sinistra
P :
Diagnostik :
1. Pemeriksaan sitologi dari biopsi
2. Kultur
3. CT Scan
Monitoring :
1. Keadaan umum dan vital sign
2. Perbaikan gejala dan efek samping obat
Terapi :
1. FDC
2. Cefadroxil 2x ½ tab
3. Kalnex 3x1
4. Pamol 2x1
Edukasi :
1. Bed rest
2. Makan-makanan yang bergizi
3. Minum obat secara teratur
4. Pasien diperbolehkan untuk rawat jalan
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
HEMOPTISIS
Definisi
Hemoptisis adalah istilah yang digunakan untuk menyatakan batuk darah,
atau sputum yang berdarah. Sputum mungkin bercampur dengan darah. Mungkin
juga seluruh cairan yang dikeluarkan paru-paru berupa darah. Setiap proses yang
mengakibatkan terganggunya kontinuitas aliran pembuluh darah paru-paru dapat
mengakibatkan perdarahan. Batuk darah merupakan suatu gejala yang serius.
Mungkin ini merupakan manifestasi yang paling dini dari tuberkulosis aktif.
Sebab-sebab lain dari hemoptisis adalah karsinoma bronkogenik, infarksi, dan
abses paru-paru.
Hemoptisis harus dibedakan dengan hematemesis. Hematemesis
disebabkan oleh lesi pada saluran cerna, sedangkan hemoptisis disebabkan oleh
lesi pada paru atau bronkus/bronkiolus.
Klasifikasi
Klasifikasi didasarkan pada perkiraan jumlah darah yang dibatukkan.
1. Bercak (Streaking) : <15-20 ml/24 jam
Yang sering terjadi darah bercampur dengan sutum. Umumnya pada
bronkitis.
2. Hemoptisis: 20-600 ml/24 jam
Hal ini berarti perdarahan pada pembuluh darh yang lebih besar. Biasanya
pada kanker paru, pneumonia, TB, atau emboli paru.
3. Hemoptisis massif : >600 ml/24 jam
Biasanya pada kanker paru, kavitas pada TB, atau bronkiektasis.
4. Pseudohemoptisis
Merupakan batuk darah dari struktur saluran napas bagian atas (di atas
laring) atau dari saluran cerna atas atau hal ini dapat berupa perdarahan
buatan (factitious).
Perbedaan hemoptoe dengan hematemesis
Untuk membedakan antara muntah darah (hematemesis) dan batuk darah
(hemoptoe) bila dokter tidak hadir pada waktu pasien batuk darah, maka pada
batuk darah (hemoptoe) akan didapatkan tanda-tanda sebagai berikut :
Tanda-tanda batuk darah:
1. Didahului batuk keras yang tidak tertahankan.
2. Terdengar adanya gelembung-gelembung udara bercampur darah di dalam
saluran napas.
3. Terasa asin / darah dan gatal di tenggorokan.
4. Warna darah yang dibatukkan merah segar bercampur buih, beberapa hari
kemudian warna menjadi lebih tua atau kehitaman.
5. pH alkalis.
6. Bisa berlangsung beberapa hari
7. Penyebabnya : kelainan paru
Tanda-tanda muntah darah :
1. Tanpa batuk, tetapi keluar darah waktu muntah.
2. Suara napas tidak ada gangguan.
3. Didahului rasa mual / tidak enak di epigastrium.
4. Darah berwarna merah kehitaman, bergumpal-gumpal bercampur sisa
makanan.
5. pH asam.
6. Frekuensi muntah darah tidak sekerap hemoptoe.
7. Penyebabnya : sirosis hati, gastritis.
Differentiating Features of Hemoptysis and Hematemesis
Hemoptysis Hematemesis
History
Absence of nausea and vomiting Presence of nausea and vomiting
Lung disease Gastric or hepatic disease
Asphyxia possible Asphyxia unusual
Sputum examination
Hemoptysis Hematemesis
Frothy Rarely frothy
Liquid or clotted appearance Coffee ground appearance
Bright red or pink Brown to black
Laboratory
Alkaline pH Acidic pH
Mixed with macrophages and
neutrophils
Mixed with food particles
Diagnostic Clues in Hemoptysis: Physical History
Clinical clues Suggested diagnosis*
Anticoagulant use Medication effect, coagulation disorder
Association with menses Catamenial hemoptysis
Dyspnea on exertion, fatigue,
orthopnea, paroxysmal nocturnal
dyspnea, frothy pink sputum
Congestive heart failure, left ventricular
dysfunction, mitral valve stenosis
Fever, productive cough Upper respiratory infection, acute
sinusitis, acute bronchitis, pneumonia,
lung abscess
History of breast, colon, or renal
cancers
Endobronchial metastatic disease of lungs
History of chronic lung disease,
recurrent lower respiratory track
infection, cough with copious purulent
sputum
Bronchiectasis, lung abscess
HIV, immunosuppression Neoplasia, tuberculosis, Kaposi’s sarcoma
Nausea, vomiting, melena, alcoholism,
chronic use of nonsteroidal anti-
inflammatory drugs
Gastritis, gastric or peptic ulcer,
esophageal varices
Pleuritic chest pain, calf tenderness Pulmonary embolism or infarction
Tobacco use Acute bronchitis, chronic bronchitis, lung
cancer, pneumonia
Clinical clues Suggested diagnosis*
Travel history Tuberculosis, parasites (e.g.,
paragonimiasis, schistosomiasis,
amebiasis, leptospirosis), biologic agents
(e.g., plague, tularemia, T2 mycotoxin)
Weight loss Emphysema, lung cancer, tuberculosis,
bronchiectasis, lung abscess, HIV
Penyebab dari batuk darah (hemoptoe) dapat dibagi atas :
1. Infeksi, terutama tuberkulosis, abses paru, pneumonia, dan kaverne oleh
karena jamur dan sebagainya.
2. Kardiovaskuler, stenosis mitralis dan aneurisma aorta.
3. Neoplasma, terutama karsinoma bronkogenik dan poliposis bronkus.
4. Gangguan pada pembekuan darah (sistemik).
5. Benda asing di saluran pernapasan.
6. Faktor-faktor ekstrahepatik dan abses amuba.
Penyebab terpenting dari hemoptisis masif adalah :
1. Tumor :
a. Karsinoma.
b. Adenoma.
c. Metastasis endobronkial dari massa tumor ekstratorakal.
2. Infeksi
a. Aspergilloma.
b. Bronkhiektasis (terutama pada lobus atas).
c. Tuberkulosis paru.
3. Infark Paru
4. Udem paru, terutama disebabkan oleh mitral stenosis
5. Perdarahan paru
a. Sistemic Lupus Eritematosus
b. Goodpasture’s syndrome.
c. Idiopthic pulmonary haemosiderosis.
d. Bechet’s syndrome.
6. Cedera pada dada/trauma
a. Kontusio pulmonal.
b. Transbronkial biopsi.
c. Transtorakal biopsi memakai jarum.
7. Kelainan pembuluh darah
a. Malformasi arteriovena.
b. Hereditary haemorrhagic teleangiectasis.
8. Bleeding diathesis.
Penyebab hemoptoe banyak, tapi secara sederhana dapat dibagi dalam 3
kelompok yaitu : infeksi, tumor dan kelainan kardiovaskular. Infeksi merupakan
penyebab yang sering didapatkan antara lain : tuberkulosis, bronkiektasis dan
abses paru. Pada dewasa muda, tuberkulosis paru, stenosis mitral, dan
bronkiektasis merupakan penyebab yang sering didapat. Pada usia diatas 40 tahun
karsinoma bronkus merupakan penyebab yang sering didapatkan, diikuti
tuberkulsosis dan bronkiektasis.
Patofisiologi Hemoptisis
Setiap proses yang terjadi pada paru akan mengakibatkan hipervaskularisasi
dari cabang-cabang arteri bronkialis yang berperanan untuk memberikan nutrisi
pada jaringan paru bila terjadi kegagalan arteri pulmonalis dalam melaksanakan
fungsinya untuk pertukaran gas. Terdapatnya aneurisma Rasmussen pada kaverna
tuberkulosis yang merupakan asal dari perdarahan pada hemoptoe masih
diragukan. Teori terjadinya perdarahan akibat pecahnya aneurisma dari Ramussen
ini telah lama dianut, akan tetapi beberapa laporan autopsi membuktikan bahwa
terdapatnya hipervaskularisasi bronkus yang merupakan percabangan dari arteri
bronkialis lebih banyak merupakan asal dari perdarahan pada hemoptoe. (4)
Mekanisma terjadinya batuk darah adalah sebagai berikut :
1. Radang mukosa
Pada trakeobronkitis akut atau kronis, mukosa yang kaya pembuluh darah
menjadi rapuh, sehingga trauma yang ringan sekalipun sudah cukup untuk
menimbulkan batuk darah.
2. Infark paru
Biasanya disebabkan oleh emboli paru atau invasi mikroorganisme pada
pembuluh darah, seperti infeksi coccus, virus, dan infeksi oleh jamur.
3. Pecahnya pembuluh darah vena atau kapiler
Distensi pembuluh darah akibat kenaikan tekanan darah intraluminar
seperti pada dekompensasi cordis kiri akut dan mitral stenosis.
4. Kelainan membran alveolokapiler
Akibat adanya reaksi antibodi terhadap membran, seperti
padaGoodpasture’s syndrome.
5. Perdarahan kavitas tuberkulosa
Pecahnya pembuluh darah dinding kavitas tuberkulosis yang dikenal
dengan aneurisma Rasmussen; pemekaran pembuluh darah ini berasal dari
cabang pembuluh darah bronkial. Perdarahan pada bronkiektasis
disebabkan pemekaran pembuluh darah cabang bronkial. Diduga hal ini
terjadi disebabkan adanya anastomosis pembuluh darah bronkial dan
pulmonal. Pecahnya pembuluh darah pulmonal dapat menimbulkan
hemoptisis masif.
6. Invasi tumor ganas
7. Cedera dada
Akibat benturan dinding dada, maka jaringan paru akan mengalami
transudasi ke dalam alveoli dan keadaan ini akan memacu terjadinya batuk
darah.
Klasifikasi
Berdasarkan penyebabnya dikenal berbagai macam batuk darah :
1. Batuk darah idiopatik atau esensial dimana penyebabnya tidak diketahui
Angka kejadian batuk darah idiopatik sekitar 15% tergantung fasilitas
penegakan diagnosis. Pria terdapat dua kali lebih banyak daripada wanita,
berumur sekitar 30 tahun, biasanya perdarahan dapat berhenti sendiri
sehingga prognosis baik. Teori perdarahan ini adalah sebagai berikut :
a. Adanya ulserasi mukosa yang tidak dapat dicapai oleh bronkoskopi.
b. Bronkiektasis yang tidak dapat ditemukan.
c. Infark paru yang minimal.
d. Menstruasi vikariensis.
e. Hipertensi pulmonal.
2. Batuk darah sekunder, yang penyebabnya dapat di pastikan
a. Pada prinsipnya berasal dari :
b. Saluran napas
i. Yang sering ialah tuberkulosis, bronkiektasis, tumor paru,
pneumonia dan abses paru.
ii. Menurut Bannet, 82 – 86% batuk darah disebabkan oleh
tuberkulosis paru, karsinoma paru dan bronkiektasis.
iii. Yang jarang dijumpai adalah penyakit jamur (aspergilosis),
silikosis, penyakit oleh karena cacing.
c. Sistem kardiovaskuler
i. Yang sering adalah stenosis mitral, hipertensi.
ii. Yang jarang adalah kegagalan jantung, infark paru,
aneurisma aorta.
d. Lain-lain
i. Disebabkan oleh benda asing, ruda paksa, penyakit darah
seperti hemofilia, hemosiderosis, sindrom Goodpasture,
eritematosus lupus sistemik, diatesis hemoragik dan
pengobatan dengan obat-obat antikoagulan
Berdasarkan jumlah darah yang dikeluarkan maka hemoptisis dapat dibagi
atas :
1. Hemoptisis massif
Bila darah yang dikeluarkan adalah 100-160 cc dalam 24 jam.
2. Kriteria yang digunakan di rumah sakit Persahabatan Jakarta :
Bila perdarahan lebih dari 600 cc / 24 jam
Bila perdarahan kurang dari 600 cc dan lebih dari 250 cc / 24
jam, akan tetapi Hb kurang dari 10 g%.
Bila perdarahan lebih dari 600 cc / 24 jam dan Hb kurang dari
10 g%, tetapi dalam pengamatan 48 jam ternyata darah tidak
berhenti.
Kesulitan dalam menegakkan diagnosis ini adalah karena pada
hemoptoe selain terjadi vasokonstriksi perifer, juga terjadi
mobilisasi dari depot darah, sehingga kadar Hb tidak selalu
memberikan gambaran besarnya perdarahan yang terjadi.
Kriteria dari jumlah darah yang dikeluarkan selama hemoptoe
juga mempunyai kelemahan oleh karena :
o Jumlah darah yang dikeluarkan bercampur dengan
sputum dan kadang-kadang dengan cairan lambung,
sehinga sukar untuk menentukan jumlah darah yang
hilang sesungguhnya.
o Sebagian dari darah tertelan dan dikeluarkan bersama-
sama dengan tinja, sehingga tidak ikut terhitung
o Sebagian dari darah masuk ke paru-paru akibat aspirasi.
Oleh karena itu suatu nilai kegawatan dari hemoptisis ditentukan oleh :
Apakah terjadi tanda-tanda hipotensi yang mengarah pada renjatan
hipovolemik (hypovolemik shock).
Apakah terjadi obstruksi total maupun parsial dari bronkus yang dapat
dinilai dengan adanya iskemik miokardium, baik berupa gangguan aritmia,
gangguan mekanik pada jantung, maupun aliran darah serebral. Dalam hal
kedua ini dilakukan pemantauan terhadap gas darah, disamping
menentukan fungsi-fungsi vital. Oleh karena itu suatu tingkat kegawatan
hemoptoe dapat terjadi dalam dua bentuk, yaitu bentuk akut berupa
asfiksia, sedangkan bentuk yang lain berupa renjatan hipovolemik.
Bila terjadi hemoptisis, maka harus dilakukan penilaian terhadap:
Warna darah untuk membedakannya dengan hematemesis.
Lamanya perdarahan.
Terjadinya mengi (wheezing) untuk menilai besarnya obstruksi.
Keadaan umum pasien, tekanan darah, nadi, respirasi dan tingkat
kesadaran.
Klasifikasi menurut Pusel :
+ : batuk dengan perdarahan yang hanya dalam bentuk garis-garis dalam
sputum
++ : batuk dengan perdarahan 1 – 30 ml
+++ : batuk dengan perdarahan 30 – 150 ml
++++ : batuk dengan perdarahan > 150 ml
Positif satu dan dua dikatakan masih ringan, positif tiga hemoptisis
sedang, positif empat termasuk di dalam kriteria hemoptisis masif.
Diagnosis
Hal utama yang penting adalah memastikan apakah darah benar- benar
bukan dari muntahan dan tidak berlangsung saat perdarahan hidung. Hemoptisis
sering mudah dilacak dari riwayat. Dapat ditemukan bahwa pada hematemesis
darah berwarna kecoklatan atau kehitaman dan sifatnya asam. Darah dari
epistaksis dapat tertelan kembali melalui faring dan terbatukkan yang disadari
penderita serta adanya darah yang memancar dari hidung.
Untuk menegakkan diagnosis, seperti halnya pada penyakit lain perlu
dilakukan urutan-urutan dari anamnesis yang teliti hingga pemeriksaan fisik
maupun penunjang sehingga penanganannya dapat disesuaikan.
1) Anamnesis
Untuk mendapatkan riwayat penyakit yang lengkap sebaiknya diusahakan
untuk mendapatkan data-data :
- Jumlah dan warna darah
- Lamanya perdarahan
- Batuknya produktif atau tidak
- Batuk terjadi sebelum atau sesudah perdarahan
- Sakit dada, substernal atau pleuritik
- Hubungannya perdarahan dengan : istirahat, gerakan fisik, posisi
badan dan batuk
- Wheezing
- Riwayat penyakit paru atau jantung terdahulu.
- Perdarahan di tempat lain serempak dengan batuk darah
- Perokok berat dan telah berlangsung lama
- Sakit pada tungkai atau adanya pembengkakan serta sakit dada
- Hematuria yang disertai dengan batuk darah.
Untuk membedakan antara batuk darah dengan muntah darah dapat
digunakan petunjuk sebagai berikut :
Keadaan Hemoptoe Hematemesis
1. Prodromal Rasa tidak enak di
tenggorokan, ingin
batuk
Mual, stomach distress
2. Onset Darah dibatukkan, dapat
disertai batuk
Darah dimuntahkan
dapat disertai batuk
3. Penampilan
darah
Berbuih Tidak berbuih
4. Warna Merah segar Merah tua
5. Isi Lekosit,
mikroorganisme,
makrofag, hemosiderin
Sisa makanan
6. Reaksi Alkalis (pH tinggi) Asam (pH rendah)
7. Riwayat Penyakit
Dahulu
Menderita kelainan paru Gangguan lambung,
kelainan hepar
8. Anemi Kadang-kadang Selalu
9. Tinja Warna tinja normal
Guaiac test (-)
Tinja bisa berwarna
hitam, Guaiac test (-)
2. Pemeriksaan fisik
Pada pemeriksaan fisik dicari gejala/tanda lain di luar paru yang
dapat mendasari terjadinya batuk darah, antara lain : jari tabuh, bising
sistolik dan opening snap, pembesaran kelenjar limfe, ulserasi septum
nasalis, teleangiektasi.
3. Pemeriksaan penunjang
Foto toraks dalam posisi AP dan lateral hendaklah dibuat pada
setiap penderita hemoptisis masif. Gambaran opasitas dapat
menunjukkan tempat perdarahannya.
4. Pemeriksaan bronkoskopi
Sebaiknya dilakukan sebelum perdarahan berhenti, karena dengan
demikian sumber perdarahan dapat diketahui.
Adapun indikasi bronkoskopi pada batuk darah adalah :
1. Bila radiologik tidak didapatkan kelainan
2. Batuk darah yang berulang – ulang
3. Batuk darah masif : sebagai tindakan terapeutik
Tindakan bronkoskopi merupakan sarana untuk menentukan
diagnosis, lokasi perdarahan, maupun persiapan operasi, namun waktu
yang tepat untuk melakukannya merupakan pendapat yang masih
kontroversial, mengingat bahwa selama masa perdarahan,
bronkoskopi akan menimbulkan batuk yang lebih impulsif, sehingga
dapat memperhebat perdarahan disamping memperburuk fungsi
pernapasan. Lavase dengan bronkoskop fiberoptic dapat menilai
bronkoskopi merupakan hal yang mutlak untuk menentukan lokasi
perdarahan.
Dalam mencari sumber perdarahan pada lobus superior,
bronkoskop serat optik jauh lebih unggul, sedangkan bronkoskop metal
sangat bermanfaat dalam membersihkan jalan napas dari bekuan darah
serta mengambil benda asing, disamping itu dapat melakukan
penamponan dengan balon khusus di tempat terjadinya perdarahan.
Penanganan
Pada umumnya hemoptoe ringan tidak diperlukan perawatan khusus dan
biasanya berhenti sendiri. Yang perlu mendapat perhatian yaitu hemoptisis yang
masif.
Tujuan pokok terapi ialah :
1. Mencegah tersumbatnya saluran napas oleh darah yang beku
2. Mencegah kemungkinan penyebaran infeksi
3. Menghentikan perdarahan
Sasaran-sasaran terapi yang utama adalah memberikan suport
kardiopulmaner dan mengendalikan perdarahan sambil mencegah asfiksia yang
merupakan penyebab utama kematian pada para pasien dengan hemoptisis masif.
Masalah utama dalam hemoptoe adalah terjadinya pembekuan dalam
saluran napas yang menyebabkan asfiksi. Bila terjadi afsiksi, tingkat kegawatan
hemoptoe paling tinggi dan menyebabkan kegagalan organ yang multipel.
Hemoptoe dalam jumlah kecil dengan refleks batuk yang buruk dapat
menyebabkan kematian. Dalam jumlah banyak dapat menimbukan renjatan
hipovolemik.
Pada prinsipnya, terapi yang dapat dilakukan adalah :
- Terapi konservatif
- Terapi definitif atau pembedahan.
1. Terapi konservatif
Pasien harus dalam keadaan posisi istirahat, yakni posisi miring (lateral
decubitus). Kepala lebih rendah dan miring ke sisi yang sakit untuk
mencegah aspirasi darah ke paru yang sehat.
Melakukan suction dengan kateter setiap terjadi perdarahan.
Batuk secara perlahan – lahan untuk mengeluarkan darah di dalam
saluran saluran napas untuk mencegah bahaya sufokasi.
Dada dikompres dengan es – kap, hal ini biasanya menenangkan
penderita.
Pemberian obat – obat penghenti perdarahan (obat – obat hemostasis),
misalnya vit. K, ion kalsium, trombin dan karbazokrom.
Antibiotika untuk mencegah infeksi sekunder.
Pemberian cairan atau darah sesuai dengan banyaknya perdarahan
yang terjadi.
Pemberian oksigen
Tindakan selanjutnya bila mungkin :
Menentukan asal perdarahan dengan bronkoskopi
Menentukan penyebab dan mengobatinya, misal aspirasi darah dengan
bronkoskopi dan pemberian adrenalin pada sumber perdarahan.
2. Terapi pembedahan
Reseksi bedah segera pada tempat perdarahan merupakan pilihan.
Tindakan operasi ini dilakukan atas pertimbangan :
a. Terjadinya hemoptisis masif yang mengancam kehidupan pasien.
b. Pengalaman berbagai penyelidik menunjukkan bahwa angka
kematian pada perdarahan yang masif menurun dari 70% menjadi
18% dengan tindakan operasi.
c. Etiologi dapat dihilangkan sehingga faktor penyebab terjadinya
hemoptoe yang berulang dapat dicegah.
Busron (1978) menggunakan pula indikasi pembedahan sebagai berikut :
1. Apabila pasien mengalami batuk darah lebih dari 600 cc / 24 jam dan
dalam pengamatannya perdarahan tidak berhenti.
2. Apabila pasien mengalami batuk darah kurang dari 600 cc / 24 jam dan
tetapi lebih dari 250 cc / 24 jam jam dengan kadar Hb kurang dari 10 g%,
sedangkan batuk darahnya masih terus berlangsung.
3. Apabila pasien mengalami batuk darah kurang dari 600 cc / 24 jam
dantetapi lebih dari 250 cc / 24 jam dengan kadar Hb kurang dari 10 g%,
tetapi selama pengamatan 48 jam yang disertai dengan perawatan
konservatif batuk darah tersebut tidak berhenti.
Sebelum pembedahan dilakukan, sedapat mungkin diperiksa faal paru dan
dipastikan asal perdarahannya, sedang jenis pembedahan berkisar dari
segmentektomi, lobektomi dan pneumonektomi dengan atau tanpa torakoplasti.
Penting juga dilakukan usaha-usaha untuk menghentikan perdarahan. Metode
yang mungkin digunakan adalah :
- Dengan memberikan cairan es garam yang dilakukan dengan bronkoskopi
serat lentur dengan posisi pada lokasi bronkus yang berdarah. Masukkan
larutan NaCl fisiologis pada suhu 4°C sebanyak 50 cc, diberikan selama
30-60 detik. Cairan ini kemudian dihisap dengan suction.
- Dengan menggunakan kateter balon yang panjangnya 20 cm penampang
8,5 mm.
Komplikasi
Komplikasi yang terjadi merupakan kegawatan dari hemoptoe, yaitu
ditentukan oleh tiga faktor :
1. Terjadinya asfiksia oleh karena terdapatnya bekuan darah dalam saluran
pernapasan.
2. Jumlah darah yang dikeluarkan selama terjadinya hemoptoe dapat
menimbulkan renjatan hipovolemik.
3. Aspirasi, yaitu keadaan masuknya bekuan darah maupun sisa makanan ke
dalam jaringan paru yang sehat bersama inspirasi.
Prognosis
Pada hemoptoe idiopatik prognosisnya baik kecuali bila penderita mengalami
hemoptoe yang rekuren.
Sedangkan pada hemoptoe sekunder ada beberapa faktor yang menentukan
prognosis :
1) Tingkatan hemoptoe : hemoptoe yang terjadi pertama kali mempunyai
prognosis yang lebih baik.
2) Macam penyakit dasar yang menyebabkan hemoptoe.
3) Cepatnya kita bertindak, misalnya bronkoskopi yang segera dilakukan
untuk menghisap darah yang beku di bronkus dapat menyelamatkan
penderita.(1,14)
BAB III
ANALISA KASUS
1. Anamnesa
Hemoptisis adalah istilah yang digunakan untuk menyatakan batuk darah,
atau sputum yang berdarah. Komposisinya bisa variatif, mulai dari spuutum
dengan bercak darah hingga darah saja dengan jumlah yang banyak (massive
hemoptysis). Setiap proses yang mengakibatkan terganggunya kontinuitas aliran
pembuluh darah paru-paru dapat mengakibatkan perdarahan. Batuk darah
merupakan suatu gejala yang serius dan dapat bersifat mengancam
jiwa.Penyebabnya juga variatif dan bisa dilihat pada gambar dibawah ini.
Hemoptisis harus dibedakan dengan hematemesis. Hematemesis disebabkan oleh
lesi pada saluran cerna, sedangkan hemoptisis disebabkan oleh lesi pada paru atau
bronkus/bronkiolus.
Pada anamnesis di dapatkan keluhan pasien yakni batuk berdarah yang
terjadi secara tiba-tiba, berwarna merah terang, disertai dahak berwarna kuning
kehijauan, dengan perkiraan ½ cangkir/hari (± 200 ml/24 jam, hemoptisis non
massif), serta batuk berdarah terjadi lebih dari 5 kali dalam sehari menunjukkan
hemoptisis yang disertai dengan gambaran infeksi bakteri (disertai sputum kental
kuning kehijauan). Pasien mengaku perutnya kaku dan terasa sakit bila batuk,
yang menegaskan bahwa hal itu diakibatkan peningkatan tekanan intraabdominal
selama mekanisme batuk. Selain itu, pasien mengeluhkan sering demam, keringat
dingin (terutama malam hari), dada terasa sesak dan sulit bernapas lega, nafsu
makan turun, berat badan turun yang mengarahkan kepada proses infeksi ataupun
tanda keganasan (berat badan turun dalam kurun waktu minggu/bulan). Adanya
gambaran orthopnea pada pasien ini juga menimbulkan kecurigaan bahwa ada
produk peradangan pada saluran pernapasan pasien yang mengganggu pertukaran
oksigen dan karbon dioksida; sehingga pasien lebih nyaman untuk tidur dengan
posisi setengah duduk.
Pasien juga mengeluhkan BAK nya merah dengan riwayat pemakaian OAT
(2 hari) sebelum pada akhirnya pasien batuk darah. Pasien mengaku sebelum
menerima OAT dan batuk berdarah, pasien sudah batuk-batuk kurang lebih 2
minggu disertai gejala yang telah dipaparkan diatas yang mengarahkan kepada
infeksi bakteri yang khas yakni Mycobacterium tuberculosis. Batuk yang tidak
lebih dari 3 minggu juga patut dicurigai sebagai bronkitis akut (akibat bakteri).
Pada riwayat penyakit dahulu, pasien menyangkal dirinya pernah
didiagnosis terkena TB ataupun mengalami keluhan yang serupa yang
mengarahkan kepada TB paru kasus baru; riwayat penyakit keluarga tidak
menunjukan adanya keluhan serupa dengan pasien ataupun kemungkinan
penyebab lain dari hemoptisis yang mengarah pada etiologi yang bersifat herediter
seperti koagulopati (mis. hemofilia) ataupun hereditary haemorrhagic
telangiectasia.Namun pada pasien ini tetap dilakukan pemeriksaan clotting time
dan bleeding time untuk memastikan penyebabnya bukan dari gangguan
pembekuan darah. Riwayat sosial ekonomi pada pasien dipaparkan pasien bekerja
ditempat dimana pasien sering terkepung oleh asap rokok (walau pasien tidak
merokok) yang mana mendukung salah satu kemungkinan hemoptoe pasien ini
yakni adanya proses keganasan. Hal lain yang harus diperhitungkan adalah usia.
Hemoptisis sebelum usia pertengahan (± 50 tahun) paling sering terjadi karena
infeksi; setelah usia 40-45 tahun ditambah dengan riwayat merokok, kemungkinan
karsinoma bronkogenik harus dipertimbangkan.
Temuan klinis :
- Hemoptisis TB;dd Pneumoniae (CAP), Bronkitis akut bakterial, Ca
pulmonal
2. Pemeriksaan fisik
Keadaan Umum : nampak lemah, kesan gizi kurang kesan malaise dan
BB turun
Tekanan Darah : 100/70 mmHg
Nadi : 80 x/menit
Suhu : 380C febris
Respirasi : 24 x/menit peningkatan RR minimal (upper
baseline)
Temuan klinis :
- Malaise
- Underweight
- Dispneu
3. Pemeriksaan penunjang
- BKPM
o Sputum BTA +
o EKG
- RST dr. Soedjono
o Hasil laboratorium darah lengkap 18 Agustus 2015
-
-
Diff Count
Jenis Hasil Referensi Jenis Hasil Referensi
% Lym 13.8% ↓ 25.0-50.0 # Lym 1.4 K/uL 1.0-5.0
% Mid 7.7 % 2.0-10.0 # Mid 0.8 K/uL 0.1-1.0
% Gra 78.5 % 50.0-80.0 # Gra 8.1 K/uL ↑ 2.0-8.0
Kimia Darah
Jenis Pemeriksaan Hasil Referensi
Glukosa 115 mg/dl ↑ 70-110
Urea 17 mg/dl 8-50
Creatinine 0.9 mg/dl 0-1.3
SGOT 32 U/L 3-35
SGPT 36 U/L 8-41
Jenis Pemeriksaan Hasil Referensi
WBC 10.3 K/uL 4.0-12.0
RBC 3.53 M/uL ↓ 4.00-6.20
HB 10.2 g/dl ↓ 11.0-17.0
HCT 31.0 % ↓ 35.0-55.0
PLT 393 K/uL 150-400
PCT 0,26 % 0.20-0.50
MCV 90.1 fl 80-100
MCH 28.9 pg 26.0-34.0
MCHC 32.1 g/dl 31.0-35.5
RDW 12.7 % 10.0-16.0
MPV 6.6 fl ↓ 7.0-11.0
PDW 13.8 % 10.0-18.0
Clotting Time 4’ 4-10’
Bleeding Time 2’ 1-9’
Serologi
Jenis Pemeriksaan Hasil Referensi
HBsAg NEGATIF 0-1 IU/mL
o Rontgen Thorax PA
Kesan
Atelektasis dextra disertai dextra deviasi trakea; Pneumoni lobus superior
pulmo bilateral terutama dextra, curiga gambaran TB; Besar cor normal;
Sistema tulang intak.
o Bronkoskopi
1. Plika Vokalis : Intak
2. Trakea : Dbn
3. Karina : Tajam
4. BUKA : Ada gumpalan darah merah segar,setelah dibilas masih
tampak normal
5. LAKA, Trunkus, LBKA : Ada gumpalan darah setelah dibilas masih
tampak normal
6. LMKA : Ada darah kental yang terus mengalir, dilakukan bilasan dan
suction sampai bersih dan terus berhenti
7. BUKI : Sedikit menyempit, alat bisa masuk
8. LAKI, Lingula dan LBKI : Tampak banyak sputum putih sebagian
terdampur darah, setelah dibilas masih tampak normal
Kesimpulan :
Proses peradangan di hampir seluruh percabangan bronkus dan
kemungkinan masih ada perdarahan aktif terutama di lobus medius paru
kanan.
Pengobatan
1. Infus RL 15 tpm
Indikasi :
- Resusitasi
- Suplai ion bikarbonat
- Asidosis metabolik
2. Injeksi Plasminex 500 mg
Komposisi : tiap ml mengandung asam traneksamat 100 mg
Mekanisme : asam traneksamat adalah zat antifibrinolitik yang secara
kompetitif menghambataktivasi plasminogen menjadi plasmin
Indikasi : penggunaan jangka pendek untuk perdarahan atau risiko
perdarahan dalam peningkatan fibrinolisis atau fibrinogenesis
Kontra I :
- Insufisiensi ginjal berat
- Hematuria
- Gangguan pada penglihatan warna
- Risiko trombosis tinggi
ESO :
- Saluran pencernaan: mual muntah dan diare, hilang ketika dosis
diturunkan
- Gangguan penglihatan terhadap warna
- Hipotensi pada pemberian IV terlalu cepat
Perhatian :
- Penurunan dosis dianjurkan pada pasien dengan insufisiensi ginjal,
karena risiko akumulasi
- Pada hematuria beraat dari saluran kemih atas (terutama pada
hemofilia) dalam beberapa kasus, kerusakan ureter pernah
dilaporkan
- Pengobatan jangka panjang pada penderita angioneurosis edema
herediter yang melakukan pemeriksaan mata secara rutin (seperti
ketajaman penglihatan, slit lamp, tekanan intraokular, ruang
penglihatan) dan uji fungsi hati harus dilakukan
- Gunakan hanya jika benar-benar diperlukan pada wanita hamil
- Hati-hati ketika digunakan pada ibu menyusui
IO :
- Tidak boleh dicampur dengan darah
- Obat ini mengandung asam amino sintetis, tidak boleh
dicampurkan dengan larutan yang mengandung penisilin
Dosis : fibrinolisis lokal dosis standar adalah 500-1000 mg injeksi IV
secara lambat yakni 1 ml/menit; 3 kali sehari
3. Injeksi Vitamin K
Mekanisme kerja : Pada orang normal vitamin K tidak mempunyai aktivitas
farmakodinamik, tetapi pada penderita defisiensi vitamin K, vitamin ini
berguna untuk meningkatkan biosintesis beberapa faktor pembekuan darah
yang berlangsung di hati. Sebagai hemostatik, vitamin K memerlukan waktu
untuk dapat menimbulkan efek, sebab vitamin K harus merangsang
pembentukan faktor- faktor pembekuan darah lebih dahulu.
Indikasi : Digunakan untuk mencegah atau mengatasi perdarahan akibat
defisiensi vitamin K.
Perhatian : Defisiensi vit. K dapat terjadi akibat gangguan absorbsi vit.K,
berkurangnya bakteri yang mensintesis Vit. K pada usus dan pemakaian
antikoagulan tertentu. Pada bayi baru lahir hipoprotrombinemia dapat terjadi
terutama karena belum adanya bakteri yg mensintesis vit. K
KontraI : Kegagalan Hepar parah : Sebab biasanya menyebabkan
kehilangansintesis protein dan diatesis hemorlogika yang tidak terespson
Vit. K.
Dosis : 1 mg/dosis/hari
4. Injeksi Ranitidin
Mekanisme : Ranitidine adalah suatu histamin antagonis reseptor H2 yang
menghambat kerja histamin secara kompetitif pada reseptor H2 dan
mengurangi sekresi asam lambung. Pada pemberian i.m./i.v, kadar dalam
serum yang diperlukan untuk menghambat 50% perangsangan sekresi asam
lambung adalah 36–94 mg/mL. Kadar tersebut bertahan selama 6–8 jam.
Ranitidine diabsorpsi 50% setelah pemberian oral. Konsentrasi puncak
plasma dicapai 2–3 jam setelah pemberian dosis 150 mg. Absorpsi tidak
dipengaruhi secara nyata oleh makanan dan antasida. Waktu paruh 2 ½–3 jam
pada pemberian oral, Ranitidine diekskresi melalui urin.
Indikasi :
- Pengobatan jangka pendek tukak usus 12 jari aktif, tukak lambung
aktif, mengurangi gejala refluks esofagitis.
- Terapi pemeliharaan setelah penyembuhan tukak usus 12 jari,
tukak lambung.
- Pengobatan keadaan hipersekresi patologis (misal : sindroma
Zollinger Ellison dan mastositosis sistemik).
- Ranitidine injeksi diindikasikan untuk pasien rawat inap di rumah
sakit dengan keadaan hipersekresi patologis atau ulkus 12 jari yang
sulit diatasi atau sebagai pengobatan alternatif jangka pendek
pemberian oral pada pasien yang tidak bisa diberi Ranitidine oral.
KontraI : Penderita yang hipersensitif terhadap Ranitidine.
Dosis :
- Injeksi i.m. : 50 mg (tanpa pengenceran) tiap 6 – 8 jam.
- Injeksi i.v. : intermittent.
Intermittent bolus : 50 mg (2 mL) tiap 6 – 8 jam. Encerkan injeksi
50 mg dalam larutan NaCl 0,9% atau larutan injeksi i.v. lain yang
cocok sampai diperoleh konsentrasi tidak lebih dari 2,5 mg/mL
(total volume 20 mL). Kecepatan injeksi tidak lebih dari 4
mL/menit (dengan waktu 5 menit); Intermittent infusion : 50 mg (2
mL) tiap 6 – 8 jam. Encerkan injeksi 50 mg dalam larutan
dekstrosa 5% atau larutan i.v. lain yang cocok sampai didapat
konsentrasi tidak lebih besar dari 0,5 mg/mL (total volume 100
mL), Kecepatan infus tidak lebih dari 5 – 7 mL/menit (dengan
waktu 15 – 20 menit); Infus kontinyu : 150 mg Ranitidine
diencerkan dalam 250 mL dekstrosa atau larutan i.v. lain yang
cocok dan diinfuskan dengan kecepatan 6,25 mg/jam selama 24
jam. Untuk penderita sindrom Zollinger-Ellison atau hipersekretori
lain, Ranitidine injeksi harus diencerkan dengan larutan dekstrosa
5% atau larutan i.v. lain yang cocok sehingga diperoleh konsentrasi
tidak lebih dari 2,5 mg/mL. Kecepatan infus dimulai 1 mg/kg
BB/jam dan harus disesuaikan dengan keadaan penderita.
5. Injeksi Norages
Komposisi : Metamizole Na.
Indikasi : Meringankan nyeri kronis & akut berat seperti penyakit rematik,
sakit kepala, sakit gigi, nyeri kanker, nyeri pasca operasi atau pasca cedera,
kejang otot, nyeri kolik.
Dosis : Ampul 500 mg/ml x 2 ml x 5's; Dewasa & anak > 15 tahun 2-5 ml
secara IM/IV sekali sehari; Maksimal: 10 ml/hari.
6. Infus Asering 20 tpm
Keunggulan :
- Asetat dimetabolisme di otot dan masih dapat ditolerir pada pasien
dengan gangguan hati
- Walaupun asetat dan laktat merupakan prekursor bikarbonat, asetat
juga merupakan dapar fisiologis untuk menetralkan metabolit asam
yang berlebihan (efisien untuk mengatasi asidosis)
- Metabolisme asetat berlangsung lebih cepat
- Lebih hemat oksigen
Indikasi :
- Dehidrasi (syok hipovolemik dan asidosis) pada kondisi : GEA,
DHF, luka bakar, syok hemoragik, dehidrasi berat dan trauma
Komposisi :
- Per liter mengandung
o Na 130 mEq
o K 4 mEq
o Cl 109 mEq
o Ca 3 mEq
o Asetat 28 mEq
7. Injeksi Transamin
Komposisi : Asam traneksamat
Indikasi : Dahak yang berdarah atau batuk yang berdarah pada tuberkulosa
paru,pendarahan ginjal,pendarahan kelamin,pendarahn pada
prostat,pendarahan upnormal selama operasi,kemerahan kulit,bengkak,erupsi
kering,urtikaria (biduran),faringodinia
Dosis : 1-2 kali sehari 1-2 ampul secara itramuskular atau intravena
Perhatian : Pasien dengan trombosit penyakit paru-paru,lansia.
ESO : Gangguan saluran pencernaan.
IO : Resiko penggumpalan darah meningkat jika digunakan bersama
kontrasepsi oral yang mengandung estrogen
Kemasan : Ampul 250 mg/5 mL x 10
8. Infus Sanmol
Komposisi : PCT
Indikasi : Terapi jangka pendek untuk nyeri derajat sedang, sesudah operasi;
demam, jika rute pemberian secara Intravena secara klinis sebanding dengan
besarnya kebutuhan untuk mengobatii nyeri atau hipertermia dan atau kondisi
dimana rute pemberian lain tidak mungkin dilakukan.
Dosis : Dewasa dan remaja dengan BB > 50 kg 100 mL secara infus
Intravena selama 15 mnt, berikan hingga 4 x/hr. Dosis harian maks: 4 g.
Dewasa dan remaja dengan BB < 50 kg dan anak dengan BB > 33 kg (usia
sekitar 11 th) 1.5 mL/kg BB atau 3 g. Dosis harus diberikan dengan selang
waktu (interval) sekurang-kurangnya tiap 4 jam.
ESO : Pusing, sakit kepala, distonia, mual, muntah, konstipasi; ruam kulit
sederhana atau urtikaria karena syok anafilaksis (hentikan); kurang enak
badan; reaksi hipersensitivitas; hipotensi; peningkatan kadar transaminase
hepatik; trombositopenia, leukopenia, neutropenia.
9. FDC (Fixed Dose Combination) kategori I
Jenis-jenis tablet FDC dikelompokkan menjadi 2, yaitu: FDC untuk dewasa
dan FDC untuk anak-anak. Tablet FDC untuk dewasa terdiri tablet 4FDC dan
2FDC. Tablet 4FDC mengandung 4 macam obat yaitu: 75 mg Isoniasid
(INH), 150 mg Rifampisin, 400 mg Pirazinamid, dan 275 mg Etambutol.
Tablet ini digunakan untuk pengobatan setiap hari dalam tahap intensif dan
untuk sisipan. Tablet 2 FDC mengandung 2 macam obat yaitu: 150 mg
Isoniasid (INH) dan 150 mg Rifampisin. Tablet ini digunakan untuk
pengobatan intermiten 3 kali seminggu dalam tahap lanjutan. Baik tablet
4FDC maupun tablet 2FDC pemberiannya disesuaikan dengan berat badan
pasien. Untuk melengkapi paduan obat kategori II tersedia obat lain yaitu:
tablet etambutol @400 mg dan streptomisin injeksi (vial @750 mg).
Bila pada akhir tahap intensif pengobatan pada pasien TB BTA positif tidak
terjadi konversi maka diberikan OAT sisipan berupa tablet 4FDC setiap hari
selama 28 hari. OAT-FDC tersedia dalam kemasan blister. Tiap blister
terdapat 28 tablet. Tablet 4FDC dan 2FDC dikemas dalam dos yang berisi 24
blister @28 tablet. Untuk tablet etambutol 400 mg dikemas dalam dos yang
berisi 24 blister @ 28 tablet. Streptomisisn injeksi dikemas dalam dos berisi
50 vial @ 750 mg. Untuk penggunaan streptomisin injeksi diperlukan
aquabidest dan disposable syringe 5 m l dan jarum steril. Aquabidest tersedia
dalam kemasan vial @ 5 ml dalam dos yang berisi 100 vial.
10. Kalnex 3x1 tab
Komposisi : asam traneksamat
Mekanisme : Antifibrinolitik yang secara kompetitif menghambat aktivasi
plasminogen menjadi plasmin, dengan berikatan dengan bagian-bagian
spesifik dari plasminogen dan plasmin. Absorpsi dalam saluran cerna tidak
dipengaruhi makanan, bioavailabilitas : 34%, ikatan protein plasma 3%,
distribusi luas ke SSP, cairan sinovial, semen ginjal, kelenjar prostat
Indikasi : Untuk fibrinolisis lokal seperti epistaksis, prostatektomi, konisasi
serviks, edema angioneurotik herediter, pendarahan abnormal sesudah
operasi, pendarahan sesudah operasi gigi pada penderita hemofilia.
Dosis :
- KALNEX® 250 mg kapsul : Dosis lazim secara oral untuk dewasa : sehari
3 - 4 kali, 1 - 2 kapsul.
- KALNEX® 500 mg tablet : Dosis lazim secara oral untuk dewasa : sehari
3 - 4 kali, 1 tablet.
- KALNEX® 50 mg injeksi :Sehari 1 - 2 ampul (5 - 10 mL) disuntikkan
secara intravena atau intramuskular, dibagi dalam 1 - 2 dosis. Pada waktu
atau setelah operasi, bila diperlukan dapat diberikan sebanyak 2 -10 ampul
(10 - 50 mL) dengan cara infus intravena.
- KALNEX® 100 mg injeksi :2,5 - 5 mL per hari disuntikkan secara
intravena atau intramuskular, dibagi dalam 1 - 2 dosis pada waktu atau
sesudah operasi, bila perlu, 5 - 25 mL diberikan dengan cara infus
intravena.
Dosis KALNEX® harus disesuaikan dengan keadaan pasien masing-
masing sesuai dengan umur atau kondisi klinisnya.
KontraI : Gangguan fungsi ginjal berat, hematuria, risiko tinggi trombosis
Bentuk sediaan : Kapsul 250 mg, tablet 500 mg, injeksi 50 mg dan 100 mg.
11. Cefadroxil 2 x 1 ½ tab
Komposisi : Cefadroxil 500, tiap kapsul mengandung cefadroxil monohydrate
setara dengan cefadroxil 500 mg.
Indikasi : Cefadroxil diindikasikan untuk pengobatan infeksi yang disebabkan
oleh mikroorganisme yang sensitif seperti: - Infeksi saluran pernafasan :
tonsillitis, faringitis, pneumonia, otitis media. - Infeksi kulit dan jaringan
lunak. - Infeksi saluran kemih dan kelamin. - Infeksi lain: osteomielitis dan
septisemia.
Mekanisme : Cefadroxil adalah antibiotika semisintetik golongan sefalosforin
untuk pemakaian oral. Cefadroxil bersifat bakterisid dengan jalan
menghambat sintesa dinding sel bakteri. Cefadroxil aktif terhadap
Streptococcus beta-hemolytic, Staphylococcus aureus (termasuk penghasil
enzim penisilinase), Streptococcus pneumoniae, Escherichia coli, Proteus
mirabilis, Klebsiella sp, Moraxella catarrhalis.
Dosis : nfeksi kulit dan jaringan lunak: 1 g sehari dalam dosis tunggal atau
dua dosis terbagi.
12. Pamol 2x1 tab : antipiretik dan analgetik, sama dengan sanmol infus.