isi
TRANSCRIPT
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Hermeneutika adalah aliran filsafat yang bisa didefinisikan sebagai teori
interpretasi dan penafsiran sebuah naskah melalui percobaan. Filsafat hermenutika
menguak seluruh realitas bahasa sebagai ungkapan hakikat manusia sebagai makhluk
yang ber -budaya dan menjadikan bahasa sebagai pusat berawal dan berakhirnya
segala persoalan manusia, melalui analisis bahasa dapat dijelaskan berbagai persoalan
kon-septual yang terkandung dalam teks.
Interpretasi teks dilakukan juga oleh strukturalisme, semiotik, dan lain
sebagainya. Oleh sebab itu, her -meneutika hadir kembali untuk me -respon pengaruh
strukturalisme dan positivisme yang mengkaji bahasa hanya dari struktur empiriknya
belaka sehingga kajian bahasa dari segi hakikatnya dalam mengungkapkan dunia
manusiawi kurang memperoleh perhatian. Secara etimologis, kata hermeneutika berasal
dari bahasa Yunani, hermeneuein, yang berarti menafsirkan. Dalam mitologi Yunani,
kata ini sering dikaitkan dengan tokoh bernama Hermes, seorang utusan yang
mempunyai tugas menyampaikan pesan Jupiter kepada manusia.
1.2 Tujuan Penulisan
- Diharapkan agar mahasiswa-mahasiswi bisa memahami hasil dari makalah
kami ini.
- Kami berharap mahasiwa-mahasiswi dapat bisa belajar bersama-sama untuk
mencapai hasil yang baik dalam pelajaran kali ini.
- Kami harapkan mahasiswa-mahasiswa dapat berinteraksi satu sama lain
untuk membantu memberikan kritik dan saran demi kesempurnaan makalah
ini.
1
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Konsep Dasar Hermeneutika
Pada dasarnya, hermeneutika berusaha memahami apa yang dikatakan dengan
kembali pada motivasinya atau kepada konteksnya, diperlukan konsep kuno yang
bernama “kata batin” – inner word. Hermenetika, yang dalam bahasa Inggrisnya
adalah hermeneutics, berasal dari kata Yunani hermeneutine dan hermeneia yang
masing – masing berarti “menafsirkan dan “ penafsiran”. Istilah did dapat dari
sebuah risalah yang berjudul Peri Hermeneias (Tentang Penafsiran). Hermeneutica
juga bermuatan pandangan hidup dari penggagasnya.
Dalam tradisi Yunani, istilah hermeneutika diasosiasikan dengan Hermes
(Hermeios), seorang utusan dewa dalam mitologi Yunani kuno yang bertugas
menyampaikan dan menerjemahkan pesan dewa ke dalam bahasa manusia. Menurut
mitos itu, Hermes bertugas menafsirkan kehendak dewata (Orakel) dengan bantuan
kata-kata manusia.Tiga makna hermeneutis yang mendasar yaitu :
a. Mengungkapkan sesuatu yang tadinya masih dalam pikiran melalui
kata-kata sebagai medium penyampaian.
b. Menjelaskan secara rasional sesuatu sebelum masih samar- samar
sehingga maknanya dapat dimengerti
c. Menerjemahkan suatu bahasa yang asing ke dalam bahasa lain.
Tiga pengertian tersebut terangkum dalam pengertian ”menafsirkan” –
interpreting, understanding. Dengan demikian hermeneutika merupakan proses
mengubah sesuatu atau situasi ketidaktahuan menjadi mengerti. Definisi lain,
hermeneutika metode atau cara untuk menafsirkan simbol berupa teks untuk dicari
arti dan maknanya, metode ini mensyaratkan adanya kemampuan untuk menafsirkan
masa lampau yang tidak dialami, kemudia di bawa ke masa depan.
2
Menurut Carl Braathen hermeneutika adalah ilmu yang merefleksikan bagaimana
satu kata atau satu peristiwa di masa dan kondisi yang lalu bisa dipahami dan menjadi
bermakna di masa sekarang sekaligus mengandung aturan – aturan metodologis untuk
diaplikasikan dalam penafsiran dan asumsi-asumsi metodologis dari aktivitas
pemahaman.
Semula hermeneutika berkembang di kalangan gereja dan dikenal sebagai
gerakan eksegegis (penafsiran teks-teks agama) dan kemudia berkembang menjadi
filsafat penafsiran.
Sebagai sebuah metode penafsiran, hermeneutika memperhatikan tiga hal sebagai
komponen pokok dalam kegiatan penafsiran yakni teks, konteks dan kontekstualisasi.
Dengan demikian setidaknya terdapat tiga pemahaman mengenai hermeneutika
yakni :
1. Sebagai teknik praksis pemahaman atau penafsiran, dekat dengan
eksegegis, yakni kegiatan memberi pemahaman tentang sesuatu atau kegiatan
untuk mengungkapkan makna tentang sesuatu agar dapat dipahami.
2. Sebagai sebuah metode penafsiran, tentang the conditions of
possibility sebuah penafsiran. Hal – hal apa yang dibutuhkan atau langkah-
langkah bagaimana harus dilakukan untuk menghindari pemahaman yang
keliru terhadap teks.
3. Sebagai penafsiran fisafat.
2.2 Cara Kerja Hermeneutika
Pada dasarnya semua objek itu netral, sebab objek adalah objek. Arti atau makna
diberikan kepada objek oleh subjek, sesuai dengan cara pandang subjek.
Untuk dapat membuat interpretasi, lebih dahulu harus memahami atau mengerti.
Mengerti dan interpretasi menimbulkan lingkaran hermeneutik. Mengerti secara
sungguh-sungguh hanya akan dapat berkembang bila didasarkan atas pengetahuan
yang benarr.
3
Hukum Betti tentang interpretasi”Sensus non est inferendus sed efferendus”
makna bukan diambil dari kesimpulan tetapi harus diturunkan. Penafsir tidak boleh
bersifat pasif tetapi merekonstruksi makna. Alatnya adalah cakrawala intelektual
penafsir. Penagalam masa lalu, hidupnya saat ini, latar belakang kebudayaan dan
sejarah yang dimiliki.
2.3 Bahasa Sebagai Pusat Kajian
Karena objek utama hermeneutika adalah teks dan teks adalah hasil atau produk
praksis berbahasa, maka antara hermeneutika dengan bahasa akan terjalin hubungan
sangat dekat.
Dalam Gadamer’s Philoshopical hermeneutics dinyatakan, Gadamer places
language at the core of understanding. Menurut folosof bahasa Wittgenstein “ Batas
bahasaku adalah batas duniaku”. Menurut Gadamer, asal mula bahasa adalah bahasa
tutur, yang kemudian disusl bahasa tulis untuk efektivitas dan kelestarian bahasa
tutur.
2.4 Hermeneutika Dalam Pandangan Filosofi
a. Friedrich Ernst Daniel Schleiermarcher
Hermeneutika sebagai metode interpretasi dan menganggap semua teks dapat
menjadi objek kajian hermeneutika. Hermeneutika adalah sebuah teori tentang
penjabaran dan interpretasi teks mengani konsep-konsep tradisional kitab suci dan
dogma. Makna bukan sekedar isyarat yang dibawa oleh bahasa, sebab bahasa dapat
mengungkakan sebuah realitas dengan jelas, tetapi pada saat yang sama dapat
menyembunyikan rapat-rapat.
Schleiermacher menawarkan sebuah metode rekonstruksi histories, objektif dan
subjektif terhadap sebuah pernyataan, membahas dengan bahasa secara keseluruhan.
Tugas utama hermeneutika adalah memahami teks sebaik atau bahkan lebih baik
daripada pengarangnya sendiri dan memahami pengarang teks lebih baik daripada
memahami diri sendiri.
4
Model hermeneutika Schleiermacher meliputi dua hal :
o Pemahaman teks melalui penguasaan terhadap aturan-aturan sintaksis bahasa
pengarang sehingga menggunakan pendekatan linguistic.
o Penangkapan muatan emosional dan batiniah pengarang secara intuitif dengan
menempatkan diri penafsir ke dalam dunia batin pengarang.
Dengan demikian, terdapat makna autentik dari sebuah teks, sebua teks tidak
mungkin bertujuan (telos).
b. Wilhelm Dilthey
Hermeneutika pada dasarnya bersifat menyejarah, makna tidak pernah berhenti
pada satu masa, tetapi selalu berubah menurut modifikasi sejarah.
c. Martin Heidgger
Pemikiran filsafat Heidgger meliputi dua periode sebagai berikut :
1. Periode 1 meliputi hakikat tentang “ada” dan “waktu”. Manusia adalah satu-
satunya makhluk yang menanyakan tentang “ada”. Sebab, manusia pada
hakikatnya”ada” tetapi tidak begitu saja ada, melainkan senantiasa secara erat
berkaitan dengan “adanya” sendiri.
2. Periode 2 Menjelaskan pengertian”kehre” yang berarti “pembalikan”.
Ketidaktersembunyian ”ada” merupakan kejadian asli. Berpikir pada hakikatnya
adalah terikat pada arti. Oleh karena itu, manusia bukanlah pengauasa atas apa
yang ”ada” melainkan sebagai penjaga padanya. Bahasa bukan sekedar alat
untuk menyampaikan dan memperoleh informasi. Bahas pada hakikatnya
adalah”bahasa hakikat” artinya berpikir adalah suatu jawaban, tanggapan atau
respons dan bukan manipulasi ide yang hakikatnya telah terkandung dalam
proses penuturan bahasa dan bukan hanya sebagai alat belaka.
Dalam realitas, bahasa lebih menentukan daripada fakta atau perbuatan. Bahasa
adalah tempat tinggal ” sang ada”. Bahasa merupakan ruang bagi pengalaman yang
bermakna. Pengalaman yang telah diungkapkan adalah pengalaman yang telah
mengkristal, sehingga menjadi semacam substansi dan pengaaman menjadi tak
5
bermakna jika tidak menemukan rumahnya dalam bahasa. Sebaliknya, tanpa
pengalaman nyata, bahasa adalah ibarat ruang kosong tanpa kehidupan.
Pemahaman teks terletak pada kegiatan mendengarkan lewat bahasa manusia
perihal apa yang dikatakan dalam ungkapan bahasa. Bahasa adalah suatu proses,
suatu dinamika, atau suatu gerakan.
d. Hans-Georg Gadamer
Konsep Gadamer yang menonjol dalam hermeneutika adalah menekankan apa
yang dimaksud ”mengerti”. Lingkaran hermeneutika – hermeneutic circle , bagian
teks disa dipahami lewat keseluruhan teks hanya bisa dipahami lewat bagian-
bagiannya. Setiap pemahaman merupakan sesuatu yang bersifat historis, dialetik dan
peristiwa kabahasaan. Hermeneutika adalah ontologi dan fenomologi pemahaman.
e. Jurgen Habermas
Hermeneutika bertujuan untuk memahami proses pemahaman – understanding the
process of understanding.
Pemahaman adalah suatu kegiatan pengalaman dan pnegertian teoritis berpadu
menjadi satu. Tidak mungkin dapat memahami sepenuhnya makna sesuatu fakta,
sebab selalu ada juga fakta yang tidak dapat diinterpretasikan. Bahasa sebagai unsur
fundamental dalam hermeneutika. Sebab, analisis suatu fakta dilakukan melalui
hubungan simbol-simbol dan simbol-simbol tersebut sebagai simbol dari fakta.
f. Paul Ricoeur
Teks adalah otonom atau berdiri sendiri dan tidak bergantung pada maksud
pengarang. Otonomi teks ada tiga macam sebagai berikut :
i. Intensi atau maksud pengarang.
ii. Situasi kultural dan kondisi sosial pengadaan teks.
iii. Untuk siapa teks dimaksud.
Tugas hermeneutika mengarahkan perhatiannya kepada makna objektif dari teks
itu sendiri, terlepas dari maksud subjektif pengarang ataupub orang lain. nterpretasi
dianggap telah berhasil mencapai tujuannya jika ”dunia teks” dan ” dunia interpreter”
telah berbaur menjadi satu.
6
g. Jacques Derrida
Dalam filsafat bahasa – dalam kaitan dengan hermeneutika, membedakan antara
”tanda” dan ”simbol”. Setiap tanda bersifat arbitrer. Bahasa menurut kodartnya
adalah ”tulis”Objek timbul dalam jaringan tanda, dan jaringan atau rajutan tanda ini
disebut ”teks”. Segala sesuatu yang ada selalui ditandai dengan tekstualitas. Tidak
ada makna yang melebihi teks. Makna senantiasa tertenun dalam teks.
2.5 Beberapa Kaidah Hermeneutika
Dibutuhkan keterlibatan dan atau partisipasi
Setiap usaha penafsiran, tidak bisa dihindari adanya akibat ikutan dari
partisipasi dan latar belakang penafsi.
Upaya penafsiran harus dilihat sebagao proses pendekatan – approximation
kepada makna sejati.
Walaupun ada wilayah perbedaan karena partisipasi dan latar belakang
penafsir, niscaya ada pula wilayah yang mempertemukan atar penafsir,
pamahaman bersama – shared understanding, mutual understanding yang
melahirkan cross cutting affiiation.
2.6 Peran Hermeneutika Terhadap Martabat Manusia
Manusia selain sebagai makhluk yang berpikir – hayawan al-natiq, hewan yang
berpikir, disebut juga sebagai animalsymbolicum, makhluk yang senantiasa bergulat
dengan simbol. Hermeneutika memilki tanggungjawab utama dalam menyingkap dan
menampilkan makna yang ada di balik simbol-simbol yang menjadi objeknya.
Filsafat hermeneutika berkembang dengan dua aliran pemikiran yang berlawanan
yakni pragmatika intensionalisme dan hermeneutika gadamerian.
Intensionalisme memandang bahwa makna sudah ada karena dibawa oleh
penyusun teks – pengarang sehingga tinggal menunggu interpretasi penafsir dan
makna berada di beakang teks – behind the teks.
7
Hermeneutika gadamerian memandang bahwa makna harus dikonstruksi dan
direkonstruksi oleh penafsir itu sendiri sesuai konteksnya, sehingga makna berada di
depan teks – in front of the text.
2.7 Beberapa Varian Hermeneutika
1. Hermeunitka Romantis
Dengan tokoh Friedrich Ernst Daniel Schleiermacher, bapak hermeneutka
Makna hermeuneutika berubah dari sekedar kajian teleologis – teks bible
menjadi metode memahami dalam pengertian filsafat.
Bagaimana pemahaman manusia dan bagaimana ia terjadi.
Dua teori pemahaman pertama pemahaman ketatabahasaan – grammayical
understanding, terhadap semua ekspresi, kedua pemahaman psikologis
terhadap pengarang – dikembangkan menjadi intuitive understanding yang
operasionalisasi merupakan rekonstruksi – merekonstruksi pikiran pengarang.
Tujuan pemahaman lebih merupakan makna yang muncul dalam pandangan
pengarang yang telah direkonstruksi.
Tidak hanya melibatkan pemahaman konteks kesejarahan dan budaya
pengarang tetapi juga pemahaman terhadap subjektivitas pengarang.
Ada lima unsur dalam pemahaman penafsir, teks, ,aksud pengarang, konteks
historis dan konteks kultural.Hasil interpretasi akan lebih baik jika penafsir
mengatahui latar belakang sejarah pengarang teks.
Bagan Hermeneutika Romantisme
Konteksi Historis
Penafsir Teks Maksud
Pengarang
Konteks Kultural
8
2. Hermeneutika Metodis
Tokoh Wilhem DiltheyManusia sebagai makhluk eksestensial.
Manusia adalah makhluk yang memahami dan menafsirkan dalam setiap
aspek kehidupan.
Makna teks harus ditelusuri dari subjek tif pengarangnya.
Merupakan metode pemahaman – interpretative methode.
Hermeneutika adalah teknik memahami ekspresi tentang kehidupan yang
tersusun dalam bentuk tulisan.
Hermeneutika historis.
3. Hermeneutika Fenomologis
1. Tokoh Edmund Husserl.
2. Pengetahuan dunia objektif bersifat tidak pasti.
3. Proses pemikiran harus kembali pada data, bukan pada pemikiran, yakni
pada halnya sendiri harus menanmpakan diri.
4. Pengetahuan sejati adalah kehadiran data dalam kesadaran budi, bukan
rekayasa pikiran untuk membentuk teori.
5. Membebaskan diri dari prasangka, yakni membiarkan teks berbicara
sendiri.
6. Teks merefleksikan kerangka mentalnya sendiri dan penafsir harus netral
dan menjauhkan diri dari unsur-unsur subjektifnya atas objek.
7. Menafsirkan teks berarti secara metodologis mengisolasi teks dari semua
hal yang tak ada hubungannya – termasuk bias –bias subjek penafsir dan
membiarkannnya mengkomunikasikan maknanya sendiri pada subjek.
8. Ada tiga langkah yang harus dilakukan :
a. Reduksi fenomologis, dengan menempatkan dunia dalam tanda
kurung.
b. Reduksi eiditik yang dikerjakan dengan memusatkan perhatian dan
pengamatan pada esensi sesuatu yang coba dipahami.
9
c. Rekonstruksi dengan menghubungkan hasil reduksi fenomologis
dengan hasil reduksi eidetik.
4. Hermeneutika Dialektis
Dengan eksemplar Martin Heidegger.
Prasangka historis atas objek merupakan sumber pemahaman, karena
prasangka adalah bagian dari eksistensi yang harus dipahami.
Pemahaman adalah sesuatu yang muncul dan sudah ada mendahului
kognisi.
Keragaman makna dan dinamika eksistensial.
Memahami teks yang sama secara baru dengan makna baru.
5. Hermeneutika Dialogis
Dengan eksemplar Hans-Georg Gadamer.
Pemahaman dimuai dengan pra-penilaian – pre-judgement.
Pemahaman yang benar adaah pemahaman yang mengarah pada tingkat
ontologis.
Kebenaran dapat dicapai melalui dialektika denga mengajukan beberapa
pertanyaan.
Bahasa menjadi medium pendting bagi terjadinya dialog.
Pembangkitan kembali makna teks.
Proses pemahaman adalah proses peleburan horizon-horizon.
6. Hermeneutika Kritis
1. Dengan tokoh Jurgen Habermas.
2. Merupakan teori kritis, menemukan kesalahan dan kekurangan pada
kondisi yang ada.
3. Mempertautkan antara beragam domain realitas, antara partikular dan
universal, antara kulit dan isi dan antara teori dan praktek.
10
4. Pemahaman didahului kepentingan, kepentingan sosial dan
kepentingan kekuasaan.
5. Merupakan refleksi kritis penafsir.
6. Penafsir mengambil jarak atau melangkah keluar dari tradisi dan
prasangka.
7. Setiap penafsiran dipastikan ada bias-bias dan unsur-unsur
kepentingan politik, ekonomi, sosial termasuk bias strata kelas, suku
dan gender.
7. Hermeneutika Integrasi Dialektis
a. Integrasi daliketis antara penjelasan – explanatory dan pemahaman –
understanding.
b. Merupakan perbedaan fundamental antara paradigma interpretasi teks
tertulis dan wacana – discourse dan percakapan – dialogue.
c. Berbagai interpretasi yang dapat diterima menjadi mungkin.
8. Hermeneutika Dekonstruksionis
1. Dengan eksemplar Jacques Derrida.
2. Bahasa merupakan sistem yang tidak stabil.
3. Makna tulisan – teks, selalu mengami perubahan, tergantung pada konteks
pembacanya.
4. Menolak makna esensial yang tunggal dan utuh.
5. Lebih menekankan pencarian makna eksistensial.
Perkembangan hermenetika dapat disimpulkan sebagai berikut :
a. Scheleiermacher, mengubah makna hermenetika dari sekedar kajian teks
keagamaan – bible menjadi kajian pemikiran filsafat.
b. Wilhelm Dilthey, makna herneneutika menjadi kajian sejarah.
11
c. Edmund Husserl, pengetahuan dunia objektif bersifat tak pasti, karena
pengetahuan sesungguhnya diperoleh dari apparatus sensor yang tak sempurna.
d. Martin Heidegger, Hermeneutika sebagai kajian ontologis.
e. Hans –Georg Gadamer, Menekankan dialektika – dialogis.
f. Jurgen Habermas, Menggeser makan hermeneutika kepada pemahaman yang
diwarnai oeh kepentingan.
g. Paul Ricoeur, Aspek pandangan hidup interpreter sebagai faktor utama.
2.8 Interpretasi
Interpretasi adaah proses memperantarai dan menyampaikan pesan yang secara
eksplisit dan implisit termuat dalam realitas. Interpretator ádalah jurubahasa,
penerjemah pesan realitas, pesan yang tidak segera jelas, tidak segera dapat
diartikulasikan, yang sering diliputi misteri, yang dapat diungkap hanya sekelumit
demi sekelumit, tahap demi tahap.
Proses memperantarai dan menyampaikan pesan agar dapat dipahami mencakup
tiga arti yang terungkap di dalam tiga kata Kerja yang saling berkaitan satu dengan
yang lain :
oMengkatakan,
oMenerangkan
oMenerjemahkan (dalam arti membawa dari tepi satu ke tepi yang lain.
a. Interpretasi adalah mengkatakan
Interpretasi berfungsi menunjuk arti, mengkatakan, menuturkan, mengungkapkan,
membiarkan tampak, membukakan sesuatu yang merupakan pesan realitas. Metode
yang digunakan adalah yang memungkinkan realitas memberita, mengkatakan
dirinya, jauh dari segala distorsi dan disonansi. Ukuran kebenaran interpretasi adalah
manakala interpretasi bertumbuh, berasuh pada evidensi-evidensi objektif, pada hal-
hal yang memang sesungguhnya dapat diidentifikasi merupakan kata realitas, terbukti
dapat dikenali terdapat di dalam realitas itu sendiri.
12
Dengan demikian berpikir yang benar-benar berpikir dan semua serta setaip
berpikir adalah interperatsi, bukanlah monolog, melainkan dialog. Dan dialog adalah
proses, maka kejernihan pandangan yang dicapai, kebenaran yang diperoleh, pesan
realitas yang terartikulasikan, memberitakan realitas tidak seketika final,
tidakseketika habis selesai, tetapi juga sesuatu proses. Maka interpretasi bercirikan
senantiasa siap dikoreksi lagi dan lagi dikoreksi dan senantiasa merukuskan kembali
segalanya yang memang harus dirumuskan kembali.
b.Interpretasi sebagai menerangkan.
Dimensi ”menerangkan” dari interpretasi adalah sesuatu dibuat terang. Kegiatan
interpretasi dilaksanakan dengan memasukkan faktor luar, seperti misalnya menunjuk
arti teks yang lebih tua, menunjuk peristiwa yang de facto meliputi, menggelimangi
bukan sekedar melatarbelakangi teks. Hal ini tidak berarti bahwa suatu teks
senantiasa dijelaskan lewat data diluar teks. Data dari luar hanya relevan manakala
dan sejauh pengaruh data tersebut dikenali sebagai terdapat dalam teks. Pengetahuan
tentang data dapat membantu memahami teks secara lebih baik.
Dimensi interpretasi ini menunjukkan bahwa arti adalah masalah konteks.
Karenanya, seluruh kegiatan ditujukan untuk menyediakan ruang pemahaman. Teks
tidak begitu saja dpat dipahami, dibutuhkan siatuasi pemahaman agar dua cakrawala
bertemu, yakni bilamana interpretator dapat melangkah masuk ke dalam lingkaran
interpretasi dan cakrawala teks yang ada.
c. Interpretasi sebagai menerjemahkan
Di dalam bahasa Jerman dipakai istilah Ubersetzen yang berarti menyebrangi
sungai dari tepi satu ke tepi yang lain dengan ferry. Tugas interpretasi sebagai
”memindahkan” arti seperti memindahkan arti teks kuno ke dalam kehidupan
manusia modern sehingga yang terlihat bukan lagi comedia errorum atau macam-
macam hal yang tidak cocok bagi telinga sezaman. Dua cakrawala berhadapan.
Menerjemahkan bukan sekedar mengganti yang ada, tanpa menangkap inti isinya,
pesan yang disampaikan. Sedangkan menangkap pesan adalah masalah memasuki
cakrawala, fusi cakrawala.
13
BAB III
PENUTUP
3.1Kesimpulan
Hermeneutika selalu berpusat pada fungsi penafsiran teks. hermeneutika
ditujukan kepada suatu proses mengubah sesuatu atau situasi yang tidak bisa
dimengerti sehingga dapat dimengerti (Richard E. Palmer). Ada tiga komponen
dalam proses tersebut; mengungkapkan, menjelaskan, dan menerjemahkan.
hermeneutika adalah model pemikiran dan perenungan filosofis yang bertujuan untuk
menjelaskan pengertian pemahaman (verstehen understanding)
14