isi

20
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Hermeneutika adalah aliran filsafat yang bisa didefinisikan sebagai teori interpretasi dan penafsiran sebuah naskah melalui percobaan. Filsafat hermenutika menguak seluruh realitas bahasa sebagai ungkapan hakikat manusia sebagai makhluk yang ber -budaya dan menjadikan bahasa sebagai pusat berawal dan berakhirnya segala persoalan manusia, melalui analisis bahasa dapat dijelaskan berbagai persoalan kon-septual yang terkandung dalam teks. Interpretasi teks dilakukan juga oleh strukturalisme, semiotik, dan lain sebagainya. Oleh sebab itu, her -meneutika hadir kembali untuk me -respon pengaruh strukturalisme dan positivisme yang mengkaji bahasa hanya dari struktur empiriknya belaka sehingga kajian bahasa dari segi hakikatnya dalam mengungkapkan dunia manusiawi kurang memperoleh perhatian. Secara etimologis, kata hermeneutika berasal dari bahasa Yunani, hermeneuein, yang berarti menafsirkan. Dalam mitologi Yunani, kata ini sering dikaitkan dengan tokoh bernama Hermes, seorang utusan yang mempunyai tugas menyampaikan pesan Jupiter kepada manusia. 1

Upload: iermairmaa

Post on 29-Nov-2015

10 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: Isi

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Hermeneutika adalah aliran filsafat yang bisa didefinisikan sebagai teori

interpretasi dan penafsiran sebuah naskah melalui percobaan. Filsafat hermenutika

menguak seluruh realitas bahasa sebagai ungkapan hakikat manusia sebagai makhluk

yang ber -budaya dan menjadikan bahasa sebagai pusat berawal dan berakhirnya

segala persoalan manusia, melalui analisis bahasa dapat dijelaskan berbagai persoalan

kon-septual yang terkandung dalam teks.

Interpretasi teks dilakukan juga oleh strukturalisme, semiotik, dan lain

sebagainya. Oleh sebab itu, her -meneutika hadir kembali untuk me -respon pengaruh

strukturalisme dan positivisme yang mengkaji bahasa hanya dari struktur empiriknya

belaka sehingga kajian bahasa dari segi hakikatnya dalam mengungkapkan dunia

manusiawi kurang memperoleh perhatian. Secara etimologis, kata hermeneutika berasal

dari bahasa Yunani, hermeneuein, yang berarti menafsirkan. Dalam mitologi Yunani,

kata ini sering dikaitkan dengan tokoh bernama Hermes, seorang utusan yang

mempunyai tugas menyampaikan pesan Jupiter kepada manusia.

1.2 Tujuan Penulisan

- Diharapkan agar mahasiswa-mahasiswi bisa memahami hasil dari makalah

kami ini.

- Kami berharap mahasiwa-mahasiswi dapat bisa belajar bersama-sama untuk

mencapai hasil yang baik dalam pelajaran kali ini.

- Kami harapkan mahasiswa-mahasiswa dapat berinteraksi satu sama lain

untuk membantu memberikan kritik dan saran demi kesempurnaan makalah

ini.

1

Page 2: Isi

BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Konsep Dasar Hermeneutika

Pada dasarnya, hermeneutika berusaha memahami apa yang dikatakan dengan

kembali pada motivasinya atau kepada konteksnya, diperlukan konsep kuno yang

bernama “kata batin” – inner word. Hermenetika, yang dalam bahasa Inggrisnya

adalah hermeneutics, berasal dari kata Yunani hermeneutine dan hermeneia yang

masing – masing berarti “menafsirkan dan “ penafsiran”. Istilah did dapat dari

sebuah risalah yang berjudul Peri Hermeneias (Tentang Penafsiran). Hermeneutica

juga bermuatan pandangan hidup dari penggagasnya.

Dalam tradisi Yunani, istilah hermeneutika diasosiasikan dengan Hermes

(Hermeios), seorang utusan dewa dalam mitologi Yunani kuno yang bertugas

menyampaikan dan menerjemahkan pesan dewa ke dalam bahasa manusia. Menurut

mitos itu, Hermes bertugas menafsirkan kehendak dewata (Orakel) dengan bantuan

kata-kata manusia.Tiga makna hermeneutis yang mendasar yaitu :

a. Mengungkapkan sesuatu yang tadinya masih dalam pikiran melalui

kata-kata sebagai medium penyampaian.

b. Menjelaskan secara rasional sesuatu sebelum masih samar- samar

sehingga maknanya dapat dimengerti

c. Menerjemahkan suatu bahasa yang asing ke dalam bahasa lain.

Tiga pengertian tersebut terangkum dalam pengertian ”menafsirkan” –

interpreting, understanding. Dengan demikian hermeneutika merupakan proses

mengubah sesuatu atau situasi ketidaktahuan menjadi mengerti. Definisi lain,

hermeneutika metode atau cara untuk menafsirkan simbol berupa teks untuk dicari

arti dan maknanya, metode ini mensyaratkan adanya kemampuan untuk menafsirkan

masa lampau yang tidak dialami, kemudia di bawa ke masa depan.

2

Page 3: Isi

Menurut Carl Braathen hermeneutika adalah ilmu yang merefleksikan bagaimana

satu kata atau satu peristiwa di masa dan kondisi yang lalu bisa dipahami dan menjadi

bermakna di masa sekarang sekaligus mengandung aturan – aturan metodologis untuk

diaplikasikan dalam penafsiran dan asumsi-asumsi metodologis dari aktivitas

pemahaman.

Semula hermeneutika berkembang di kalangan gereja dan dikenal sebagai

gerakan eksegegis (penafsiran teks-teks agama) dan kemudia berkembang menjadi

filsafat penafsiran.

Sebagai sebuah metode penafsiran, hermeneutika memperhatikan tiga hal sebagai

komponen pokok dalam kegiatan penafsiran yakni teks, konteks dan kontekstualisasi.

Dengan demikian setidaknya terdapat tiga pemahaman mengenai hermeneutika

yakni :

1. Sebagai teknik praksis pemahaman atau penafsiran, dekat dengan

eksegegis, yakni kegiatan memberi pemahaman tentang sesuatu atau kegiatan

untuk mengungkapkan makna tentang sesuatu agar dapat dipahami.

2. Sebagai sebuah metode penafsiran, tentang the conditions of

possibility sebuah penafsiran. Hal – hal apa yang dibutuhkan atau langkah-

langkah bagaimana harus dilakukan untuk menghindari pemahaman yang

keliru terhadap teks.

3. Sebagai penafsiran fisafat.

2.2 Cara Kerja Hermeneutika

Pada dasarnya semua objek itu netral, sebab objek adalah objek. Arti atau makna

diberikan kepada objek oleh subjek, sesuai dengan cara pandang subjek.

Untuk dapat membuat interpretasi, lebih dahulu harus memahami atau mengerti.

Mengerti dan interpretasi menimbulkan lingkaran hermeneutik. Mengerti secara

sungguh-sungguh hanya akan dapat berkembang bila didasarkan atas pengetahuan

yang benarr.

3

Page 4: Isi

Hukum Betti tentang interpretasi”Sensus non est inferendus sed efferendus”

makna bukan diambil dari kesimpulan tetapi harus diturunkan. Penafsir tidak boleh

bersifat pasif tetapi merekonstruksi makna. Alatnya adalah cakrawala intelektual

penafsir. Penagalam masa lalu, hidupnya saat ini, latar belakang kebudayaan dan

sejarah yang dimiliki.

2.3 Bahasa Sebagai Pusat Kajian

Karena objek utama hermeneutika adalah teks dan teks adalah hasil atau produk

praksis berbahasa, maka antara hermeneutika dengan bahasa akan terjalin hubungan

sangat dekat.

Dalam Gadamer’s Philoshopical hermeneutics dinyatakan, Gadamer places

language at the core of understanding. Menurut folosof bahasa Wittgenstein “ Batas

bahasaku adalah batas duniaku”. Menurut Gadamer, asal mula bahasa adalah bahasa

tutur, yang kemudian disusl bahasa tulis untuk efektivitas dan kelestarian bahasa

tutur.

2.4 Hermeneutika Dalam Pandangan Filosofi

a. Friedrich Ernst Daniel Schleiermarcher

Hermeneutika sebagai metode interpretasi dan menganggap semua teks dapat

menjadi objek kajian hermeneutika. Hermeneutika adalah sebuah teori tentang

penjabaran dan interpretasi teks mengani konsep-konsep tradisional kitab suci dan

dogma. Makna bukan sekedar isyarat yang dibawa oleh bahasa, sebab bahasa dapat

mengungkakan sebuah realitas dengan jelas, tetapi pada saat yang sama dapat

menyembunyikan rapat-rapat.

Schleiermacher menawarkan sebuah metode rekonstruksi histories, objektif dan

subjektif terhadap sebuah pernyataan, membahas dengan bahasa secara keseluruhan.

Tugas utama hermeneutika adalah memahami teks sebaik atau bahkan lebih baik

daripada pengarangnya sendiri dan memahami pengarang teks lebih baik daripada

memahami diri sendiri.

4

Page 5: Isi

Model hermeneutika Schleiermacher meliputi dua hal :

o Pemahaman teks melalui penguasaan terhadap aturan-aturan sintaksis bahasa

pengarang sehingga menggunakan pendekatan linguistic.

o Penangkapan muatan emosional dan batiniah pengarang secara intuitif dengan

menempatkan diri penafsir ke dalam dunia batin pengarang.

Dengan demikian, terdapat makna autentik dari sebuah teks, sebua teks tidak

mungkin bertujuan (telos).

b. Wilhelm Dilthey

Hermeneutika pada dasarnya bersifat menyejarah, makna tidak pernah berhenti

pada satu masa, tetapi selalu berubah menurut modifikasi sejarah.

c. Martin Heidgger

Pemikiran filsafat Heidgger meliputi dua periode sebagai berikut :

1. Periode 1 meliputi hakikat tentang “ada” dan “waktu”. Manusia adalah satu-

satunya makhluk yang menanyakan tentang “ada”. Sebab, manusia pada

hakikatnya”ada” tetapi tidak begitu saja ada, melainkan senantiasa secara erat

berkaitan dengan “adanya” sendiri.

2. Periode 2 Menjelaskan pengertian”kehre” yang berarti “pembalikan”.

Ketidaktersembunyian ”ada” merupakan kejadian asli. Berpikir pada hakikatnya

adalah terikat pada arti. Oleh karena itu, manusia bukanlah pengauasa atas apa

yang ”ada” melainkan sebagai penjaga padanya. Bahasa bukan sekedar alat

untuk menyampaikan dan memperoleh informasi. Bahas pada hakikatnya

adalah”bahasa hakikat” artinya berpikir adalah suatu jawaban, tanggapan atau

respons dan bukan manipulasi ide yang hakikatnya telah terkandung dalam

proses penuturan bahasa dan bukan hanya sebagai alat belaka.

Dalam realitas, bahasa lebih menentukan daripada fakta atau perbuatan. Bahasa

adalah tempat tinggal ” sang ada”. Bahasa merupakan ruang bagi pengalaman yang

bermakna. Pengalaman yang telah diungkapkan adalah pengalaman yang telah

mengkristal, sehingga menjadi semacam substansi dan pengaaman menjadi tak

5

Page 6: Isi

bermakna jika tidak menemukan rumahnya dalam bahasa. Sebaliknya, tanpa

pengalaman nyata, bahasa adalah ibarat ruang kosong tanpa kehidupan.

Pemahaman teks terletak pada kegiatan mendengarkan lewat bahasa manusia

perihal apa yang dikatakan dalam ungkapan bahasa. Bahasa adalah suatu proses,

suatu dinamika, atau suatu gerakan.

d. Hans-Georg Gadamer

Konsep Gadamer yang menonjol dalam hermeneutika adalah menekankan apa

yang dimaksud ”mengerti”. Lingkaran hermeneutika – hermeneutic circle , bagian

teks disa dipahami lewat keseluruhan teks hanya bisa dipahami lewat bagian-

bagiannya. Setiap pemahaman merupakan sesuatu yang bersifat historis, dialetik dan

peristiwa kabahasaan. Hermeneutika adalah ontologi dan fenomologi pemahaman.

e. Jurgen Habermas

Hermeneutika bertujuan untuk memahami proses pemahaman – understanding the

process of understanding.

Pemahaman adalah suatu kegiatan pengalaman dan pnegertian teoritis berpadu

menjadi satu. Tidak mungkin dapat memahami sepenuhnya makna sesuatu fakta,

sebab selalu ada juga fakta yang tidak dapat diinterpretasikan. Bahasa sebagai unsur

fundamental dalam hermeneutika. Sebab, analisis suatu fakta dilakukan melalui

hubungan simbol-simbol dan simbol-simbol tersebut sebagai simbol dari fakta.

f. Paul Ricoeur

Teks adalah otonom atau berdiri sendiri dan tidak bergantung pada maksud

pengarang. Otonomi teks ada tiga macam sebagai berikut :

i. Intensi atau maksud pengarang.

ii. Situasi kultural dan kondisi sosial pengadaan teks.

iii. Untuk siapa teks dimaksud.

Tugas hermeneutika mengarahkan perhatiannya kepada makna objektif dari teks

itu sendiri, terlepas dari maksud subjektif pengarang ataupub orang lain. nterpretasi

dianggap telah berhasil mencapai tujuannya jika ”dunia teks” dan ” dunia interpreter”

telah berbaur menjadi satu.

6

Page 7: Isi

g. Jacques Derrida

Dalam filsafat bahasa – dalam kaitan dengan hermeneutika, membedakan antara

”tanda” dan ”simbol”. Setiap tanda bersifat arbitrer. Bahasa menurut kodartnya

adalah ”tulis”Objek timbul dalam jaringan tanda, dan jaringan atau rajutan tanda ini

disebut ”teks”. Segala sesuatu yang ada selalui ditandai dengan tekstualitas. Tidak

ada makna yang melebihi teks. Makna senantiasa tertenun dalam teks.

2.5 Beberapa Kaidah Hermeneutika

Dibutuhkan keterlibatan dan atau partisipasi

Setiap usaha penafsiran, tidak bisa dihindari adanya akibat ikutan dari

partisipasi dan latar belakang penafsi.

Upaya penafsiran harus dilihat sebagao proses pendekatan – approximation

kepada makna sejati.

Walaupun ada wilayah perbedaan karena partisipasi dan latar belakang

penafsir, niscaya ada pula wilayah yang mempertemukan atar penafsir,

pamahaman bersama – shared understanding, mutual understanding yang

melahirkan cross cutting affiiation.

2.6 Peran Hermeneutika Terhadap Martabat Manusia

Manusia selain sebagai makhluk yang berpikir – hayawan al-natiq, hewan yang

berpikir, disebut juga sebagai animalsymbolicum, makhluk yang senantiasa bergulat

dengan simbol. Hermeneutika memilki tanggungjawab utama dalam menyingkap dan

menampilkan makna yang ada di balik simbol-simbol yang menjadi objeknya.

Filsafat hermeneutika berkembang dengan dua aliran pemikiran yang berlawanan

yakni pragmatika intensionalisme dan hermeneutika gadamerian.

Intensionalisme memandang bahwa makna sudah ada karena dibawa oleh

penyusun teks – pengarang sehingga tinggal menunggu interpretasi penafsir dan

makna berada di beakang teks – behind the teks.

7

Page 8: Isi

Hermeneutika gadamerian memandang bahwa makna harus dikonstruksi dan

direkonstruksi oleh penafsir itu sendiri sesuai konteksnya, sehingga makna berada di

depan teks – in front of the text.

2.7 Beberapa Varian Hermeneutika

1. Hermeunitka Romantis

Dengan tokoh Friedrich Ernst Daniel Schleiermacher, bapak hermeneutka

Makna hermeuneutika berubah dari sekedar kajian teleologis – teks bible

menjadi metode memahami dalam pengertian filsafat.

Bagaimana pemahaman manusia dan bagaimana ia terjadi.

Dua teori pemahaman pertama pemahaman ketatabahasaan – grammayical

understanding, terhadap semua ekspresi, kedua pemahaman psikologis

terhadap pengarang – dikembangkan menjadi intuitive understanding yang

operasionalisasi merupakan rekonstruksi – merekonstruksi pikiran pengarang.

Tujuan pemahaman lebih merupakan makna yang muncul dalam pandangan

pengarang yang telah direkonstruksi.

Tidak hanya melibatkan pemahaman konteks kesejarahan dan budaya

pengarang tetapi juga pemahaman terhadap subjektivitas pengarang.

Ada lima unsur dalam pemahaman penafsir, teks, ,aksud pengarang, konteks

historis dan konteks kultural.Hasil interpretasi akan lebih baik jika penafsir

mengatahui latar belakang sejarah pengarang teks.

Bagan Hermeneutika Romantisme

Konteksi Historis

Penafsir Teks Maksud

Pengarang

Konteks Kultural

8

Page 9: Isi

2. Hermeneutika Metodis

Tokoh Wilhem DiltheyManusia sebagai makhluk eksestensial.

Manusia adalah makhluk yang memahami dan menafsirkan dalam setiap

aspek kehidupan.

Makna teks harus ditelusuri dari subjek tif pengarangnya.

Merupakan metode pemahaman – interpretative methode.

Hermeneutika adalah teknik memahami ekspresi tentang kehidupan yang

tersusun dalam bentuk tulisan.

Hermeneutika historis.

3. Hermeneutika Fenomologis

1. Tokoh Edmund Husserl.

2. Pengetahuan dunia objektif bersifat tidak pasti.

3. Proses pemikiran harus kembali pada data, bukan pada pemikiran, yakni

pada halnya sendiri harus menanmpakan diri.

4. Pengetahuan sejati adalah kehadiran data dalam kesadaran budi, bukan

rekayasa pikiran untuk membentuk teori.

5. Membebaskan diri dari prasangka, yakni membiarkan teks berbicara

sendiri.

6. Teks merefleksikan kerangka mentalnya sendiri dan penafsir harus netral

dan menjauhkan diri dari unsur-unsur subjektifnya atas objek.

7. Menafsirkan teks berarti secara metodologis mengisolasi teks dari semua

hal yang tak ada hubungannya – termasuk bias –bias subjek penafsir dan

membiarkannnya mengkomunikasikan maknanya sendiri pada subjek.

8. Ada tiga langkah yang harus dilakukan :

a. Reduksi fenomologis, dengan menempatkan dunia dalam tanda

kurung.

b. Reduksi eiditik yang dikerjakan dengan memusatkan perhatian dan

pengamatan pada esensi sesuatu yang coba dipahami.

9

Page 10: Isi

c. Rekonstruksi dengan menghubungkan hasil reduksi fenomologis

dengan hasil reduksi eidetik.

4. Hermeneutika Dialektis

Dengan eksemplar Martin Heidegger.

Prasangka historis atas objek merupakan sumber pemahaman, karena

prasangka adalah bagian dari eksistensi yang harus dipahami.

Pemahaman adalah sesuatu yang muncul dan sudah ada mendahului

kognisi.

Keragaman makna dan dinamika eksistensial.

Memahami teks yang sama secara baru dengan makna baru.

5. Hermeneutika Dialogis

Dengan eksemplar Hans-Georg Gadamer.

Pemahaman dimuai dengan pra-penilaian – pre-judgement.

Pemahaman yang benar adaah pemahaman yang mengarah pada tingkat

ontologis.

Kebenaran dapat dicapai melalui dialektika denga mengajukan beberapa

pertanyaan.

Bahasa menjadi medium pendting bagi terjadinya dialog.

Pembangkitan kembali makna teks.

Proses pemahaman adalah proses peleburan horizon-horizon.

6. Hermeneutika Kritis

1. Dengan tokoh Jurgen Habermas.

2. Merupakan teori kritis, menemukan kesalahan dan kekurangan pada

kondisi yang ada.

3. Mempertautkan antara beragam domain realitas, antara partikular dan

universal, antara kulit dan isi dan antara teori dan praktek.

10

Page 11: Isi

4. Pemahaman didahului kepentingan, kepentingan sosial dan

kepentingan kekuasaan.

5. Merupakan refleksi kritis penafsir.

6. Penafsir mengambil jarak atau melangkah keluar dari tradisi dan

prasangka.

7. Setiap penafsiran dipastikan ada bias-bias dan unsur-unsur

kepentingan politik, ekonomi, sosial termasuk bias strata kelas, suku

dan gender.

7. Hermeneutika Integrasi Dialektis

a. Integrasi daliketis antara penjelasan – explanatory dan pemahaman –

understanding.

b. Merupakan perbedaan fundamental antara paradigma interpretasi teks

tertulis dan wacana – discourse dan percakapan – dialogue.

c. Berbagai interpretasi yang dapat diterima menjadi mungkin.

8. Hermeneutika Dekonstruksionis

1. Dengan eksemplar Jacques Derrida.

2. Bahasa merupakan sistem yang tidak stabil.

3. Makna tulisan – teks, selalu mengami perubahan, tergantung pada konteks

pembacanya.

4. Menolak makna esensial yang tunggal dan utuh.

5. Lebih menekankan pencarian makna eksistensial.

Perkembangan hermenetika dapat disimpulkan sebagai berikut :

a. Scheleiermacher, mengubah makna hermenetika dari sekedar kajian teks

keagamaan – bible menjadi kajian pemikiran filsafat.

b. Wilhelm Dilthey, makna herneneutika menjadi kajian sejarah.

11

Page 12: Isi

c. Edmund Husserl, pengetahuan dunia objektif bersifat tak pasti, karena

pengetahuan sesungguhnya diperoleh dari apparatus sensor yang tak sempurna.

d. Martin Heidegger, Hermeneutika sebagai kajian ontologis.

e. Hans –Georg Gadamer, Menekankan dialektika – dialogis.

f. Jurgen Habermas, Menggeser makan hermeneutika kepada pemahaman yang

diwarnai oeh kepentingan.

g. Paul Ricoeur, Aspek pandangan hidup interpreter sebagai faktor utama.

2.8 Interpretasi

Interpretasi adaah proses memperantarai dan menyampaikan pesan yang secara

eksplisit dan implisit termuat dalam realitas. Interpretator ádalah jurubahasa,

penerjemah pesan realitas, pesan yang tidak segera jelas, tidak segera dapat

diartikulasikan, yang sering diliputi misteri, yang dapat diungkap hanya sekelumit

demi sekelumit, tahap demi tahap.

Proses memperantarai dan menyampaikan pesan agar dapat dipahami mencakup

tiga arti yang terungkap di dalam tiga kata Kerja yang saling berkaitan satu dengan

yang lain :

oMengkatakan,

oMenerangkan

oMenerjemahkan (dalam arti membawa dari tepi satu ke tepi yang lain.

a. Interpretasi adalah mengkatakan

Interpretasi berfungsi menunjuk arti, mengkatakan, menuturkan, mengungkapkan,

membiarkan tampak, membukakan sesuatu yang merupakan pesan realitas. Metode

yang digunakan adalah yang memungkinkan realitas memberita, mengkatakan

dirinya, jauh dari segala distorsi dan disonansi. Ukuran kebenaran interpretasi adalah

manakala interpretasi bertumbuh, berasuh pada evidensi-evidensi objektif, pada hal-

hal yang memang sesungguhnya dapat diidentifikasi merupakan kata realitas, terbukti

dapat dikenali terdapat di dalam realitas itu sendiri.

12

Page 13: Isi

Dengan demikian berpikir yang benar-benar berpikir dan semua serta setaip

berpikir adalah interperatsi, bukanlah monolog, melainkan dialog. Dan dialog adalah

proses, maka kejernihan pandangan yang dicapai, kebenaran yang diperoleh, pesan

realitas yang terartikulasikan, memberitakan realitas tidak seketika final,

tidakseketika habis selesai, tetapi juga sesuatu proses. Maka interpretasi bercirikan

senantiasa siap dikoreksi lagi dan lagi dikoreksi dan senantiasa merukuskan kembali

segalanya yang memang harus dirumuskan kembali.

b.Interpretasi sebagai menerangkan.

Dimensi ”menerangkan” dari interpretasi adalah sesuatu dibuat terang. Kegiatan

interpretasi dilaksanakan dengan memasukkan faktor luar, seperti misalnya menunjuk

arti teks yang lebih tua, menunjuk peristiwa yang de facto meliputi, menggelimangi

bukan sekedar melatarbelakangi teks. Hal ini tidak berarti bahwa suatu teks

senantiasa dijelaskan lewat data diluar teks. Data dari luar hanya relevan manakala

dan sejauh pengaruh data tersebut dikenali sebagai terdapat dalam teks. Pengetahuan

tentang data dapat membantu memahami teks secara lebih baik.

Dimensi interpretasi ini menunjukkan bahwa arti adalah masalah konteks.

Karenanya, seluruh kegiatan ditujukan untuk menyediakan ruang pemahaman. Teks

tidak begitu saja dpat dipahami, dibutuhkan siatuasi pemahaman agar dua cakrawala

bertemu, yakni bilamana interpretator dapat melangkah masuk ke dalam lingkaran

interpretasi dan cakrawala teks yang ada.

c. Interpretasi sebagai menerjemahkan

Di dalam bahasa Jerman dipakai istilah Ubersetzen yang berarti menyebrangi

sungai dari tepi satu ke tepi yang lain dengan ferry. Tugas interpretasi sebagai

”memindahkan” arti seperti memindahkan arti teks kuno ke dalam kehidupan

manusia modern sehingga yang terlihat bukan lagi comedia errorum atau macam-

macam hal yang tidak cocok bagi telinga sezaman. Dua cakrawala berhadapan.

Menerjemahkan bukan sekedar mengganti yang ada, tanpa menangkap inti isinya,

pesan yang disampaikan. Sedangkan menangkap pesan adalah masalah memasuki

cakrawala, fusi cakrawala.

13

Page 14: Isi

BAB III

PENUTUP

3.1Kesimpulan

Hermeneutika selalu berpusat pada fungsi penafsiran teks. hermeneutika

ditujukan kepada suatu proses mengubah sesuatu atau situasi yang tidak bisa

dimengerti sehingga dapat dimengerti (Richard E. Palmer). Ada tiga komponen

dalam proses tersebut; mengungkapkan, menjelaskan, dan menerjemahkan.

hermeneutika adalah model pemikiran dan perenungan filosofis yang bertujuan untuk

menjelaskan pengertian pemahaman (verstehen understanding)

14