isi
DESCRIPTION
analisis perpajakanTRANSCRIPT
ANALISIS PERPAJAKAN
DI SUSUN OLEH :
1). M. TS. Fachrurrozi Harahap (7123341067)2). Nela Permata Sari Lubis (7123341075)3). Perdana Tumbur Parsaulian (7123341086)4). Selvi Alpionika Surbakti (7123341105)5). Tamara Berliana Simanjuntak (7123341114)
Kelas B – Eks
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN EKONOMI
FAKULTAS EKONOMI
UNIVERSITAS NEGERI MEDAN
1
I. Pengertian pajak
Menurut Dr. N. J. Feldmann pengertian Pajak adalah prestasi yang dipaksakan sepihak oleh
dan terutang kepada rut norma-norma yang ditetapkannya secara umum), tanpa adanya
kontraprestasi, dan semata-mata digunakan untuk menutup pengeluaran-pengeluaran umum.
Definisi pajak adalah suatu pungutan yang merupakan hak prerogatif pemerintah,
pungutan tersebut didasarkan pada Undang-Undang, pemungutannya dapat dipaksakan kepada
subjek pajak untuk mana tidak ada balas jasa yang langsung dapat ditunjukkan penggunaannya.
II. Fungsi Pajak
Ada dua fungsi pajak, yaitu:
1). Fungsi budgetair (sumber keuangan negara)
Pajak sebagai sumber dana bagi pemerintah untuk membiayai pengeluaran-
pengeluarannya. Sebagai sumber keuangan negara, pemerintah berupaya memasukkan uang
sebanyak-banyaknya untuk kas negara. Upaya tersebut ditempuh dengan cara ekstensifikasi
pemungutan pajak melalui penyempurnaan peraturan berbagai jenis pajak seperti Pajak
Penghasilan (PPh), Pajak Pertambahan Nilai (PPN) dan Pajak Penjualan atas Barang Mewah
(PPnBM), Pajak Bumi dan Bangunan (PBB), dan lain-lain.
Pajak Penghasilan (PPh) adalah pajak yang dikenakan terhadap subjek pajak atas penghasilan
yang diterima atau diperolehnya dalam suatu tahun pajak.
2). Fungsi regularend (pengatur)
Pajak sebagai alat untuk mengatur atau melaksanakan kebijaksanaan pemerintah dalam
bidang sosial dan ekonomi, serta mencapai tujuan-tujuan tertentu di luar bidang keuangan.
Beberapa contoh penerapan pajak sebagai fungsi pengatur adalah:
a). Pajak yang tinggi dikenakan terhadap minuman keras untuk mengurangi konsumsi
minuman keras.
2
b). Pajak yang tinggi dikenakan terhadap barang-barang mewah untuk mengurangi gaya
hidup konsumtif. Pajak Penjualan atas Barang Mewah (PPnBM) dikenakan pada saat
terjadi transaksi jual beli barang mewah. Semakin mewah suatu barang maka tarif
pajaknya semakin tinggi sehingga barang tersebut semakin mahal harganya.
III. Jenis Pajak
Dapat dikelompokkan menjadi tiga macam jenis pajak, yaitu pengelompokan menurut
golongan, menurut sifat, dan menurut lembaga pemungutannya.
1). Menurut Golongan
Pajak dikelompokkan menjadi dua, yaitu:
a). Pajak Langsung: pajak yang harus dipikul atau ditanggung sendiri oleh Wajib Pajak dan
tidak dapat dilimpahkan atau dibebankan kepada orang lain atau pihak lain. Pajak harus
menjadi beban Wajib Pajak yang bersangkutan. Contoh: Pajak Penghasilan (PPh). PPh
dibayar atau ditanggung oleh pihak-pihak tertentu yang memperoleh penghasilan
tersebut.
b). Pajak Tidak Langsung: pajak yang pada akhirnya dapat dibebankan atau dilimpahkan
kepada orang lain atau pihak ketiga. Pajak tidak langsung terjadi jika terdapat suatu
kegiatan, peristiwa, atau perbuatan yang menyebabkan terutangnya pajak, misalnya
terjadi penyerahan barang dan jasa. Contoh: Pajak Pertambahan Nilai (PPN), PPN terjadi
karena terdapat pertambahan nilai terhadap barang atau jasa. Pajak ini dibayarkan oleh
produsen atau pihak yang menjual barang tetapi dapat dibebankan kepada konsumen baik
secara eksplisit maupun implisit (dimasukkan dalam harga jual atau jasa).
2). Menurut Sifat
Pajak dapat dikelompokkan menjadi dua, yaitu:
3
a). Pajak Subjektif: pajak yang pengenaannya memerhatikan keadaan pribadi Wajib pajak
atau pengenaan pajak yang memerhatikan keadaan subyeknya. Contoh: Pajak
Penghasilan (PPh). Dalam PPh terdapat Subjek Pajak (Wajib Pajak) orang pribadi.
Pengenaan PPh untuk orang pribadi tersebut memerhatikan keadaan pribadi Wajib Pajak
(status perkawinan, banyaknya anak, dan tanggungan lainnya). Keadaan pribadi Wajib
Pajak tersebut selanjutnya digunakan untuk menentukan besarnya penghasilan tidak kena
pajak.
b). Pajak Objektif: pajak yang pengenaannya memerhatikan objeknya baik berupa benda,
keadaan, perbuatan atau peristiwa yang mengakibatkan timbulnya kewajiban membayar
pajak, tanpa memerhatikan keadaan pribadi Subjek Pajak (Wajib Pajak) maupun tempat
tinggal. Contoh: Pajak Pertambahan Nilai (PPN) dan Pajak Penjualan Barang Mewah
(PPnBM), serta Pajak Bumi dan Bangunan (PBB).
3). Menurut Lembaga Pemungut
Pajak dikelompokkan menjadi dua yaitu:
a). Pajak Negara (Pajak Pusat): pajak yang dipungut oleh pemerintah pusat dan digunakan
untuk membiayai rumah tangga negara pada umumnya. Contoh: PPh, PPN dan PPnBM,
PBB serta Bea Perolehan Hak atas Tanah dan Bangunan (BPHTB).
b). Pajak Daerah: pajak yang dipungut oleh pemerintah daerah baik daerah tingkat I (pajak
provinsi) maupun daerah tingkat II (pajak kabupaten/kota) dan digunakan untuk
membiayai rumah tangga daerah masing-masing. Contoh: Pajak Provinsi meliputi Pajak
Kendaraan Bermotor dan Kendaraan di atas air,dll. Pajak Kabupaten/Kota meliputi Pajak
Hotel, Pajak Restoran, Pajak Hiburan,dll.
IV. Kriteria Pajak yang Baik.
Kebijakan perpajakan akan memberi dampak yang signifikan jika disusun secara
komprehensif, dengan mempertimbangkan seluruh dampak yang dapat ditimbulkan pada level
4
ekonomi makro. Seperti dikutip dari Musgrave, kriteria yang bisa menentukan baik tidaknya
sebuah kebijakan perpajakan dapat dilihat sebagai berikut:
1). Penerimaan/pendapatan harus ditentukan dengan tepat dimana hal ini berkaitan dengan
Penerimaan pajak harus dirumuskan secara tepat, sehingga bisa merefleksikan
kemampuan membayar dari seluruh wajib pajak yang ada sehingga tidak terlalu besar
atau terlalu kecil. Jika jumlah yang ditetapkan terlalu besar, dikhawatirkan investor tidak
akan mau menanamkan modalnya di dalam negeri. Hal ini mengakibatkan multiplier efek
yang diharapkan bisa mendorong pertumbuhan ekonomi menjadi tidak tercapai. Pada
akhirnya, jumlah target penerimaan pajak tidak akan pernah tercapai. Sebaliknya jika
terlalu kecil, dikhawatirkan jumlahnya tidak dapat membiayai kegiatan-kegiatan
pemerintah yang bermanfaat untuk menciptakan value yang dapat merangsang perputaran
gerak roda ekonomi.
2). Distribusi beban pajak harus adil. Setiap orang harus dikenakan pajak sesuai dengan
kemampuannya diman hal ini berkaitan dengan keadilan perpajakan pada intinya adalah,
beban pajak harus terdistribusi sedemikian rupa sehingga target pencapaian penerimaan
pajak bisa diimbangi dengan mengurangi kesenjangan pendapatan golongan masyarakat
yang kaya dengan golongan masyarakat miskin. Kecilnya kesenjangan bisa mendorong
stabilisasi yang kondusif bagi perbaikan ekonomi nasional.
3). Penanggung akhir beban pajak harus menjadi pokok perhatia maksudnya ialah Adanya
kemungkinan peralihan beban pajak kepada penanggung akhir, perlu dilakukan
pengkajian mendalam dengan melakukan simulasi yang menyeluruh untuk dapat
memperoleh gambaran dampak pembebanan penanggung akhir terhadap stabilisasi
ekonomi. Perlu dibuat aturan-aturan teknis yang simple dan dapat menghindarkan
terjadinya salah sasaran. Jika pajak diterapkan atas produk-produk tertentu, perlu dikaji
serius mengenai elastisitas permintaan dan penawarannya dalam ekonomi pasar.
4). Peraturan perpajakan harus mendukung kebijakan perekonomian dan mendorong pasar
yang efisien maksudnya ialah Ekonomi yang terus tumbuh dan pasar yang efisien harus
terus dijaga agar kemakmuran masyarakat tidak rusak akibat adanya penerapan kebijakan
perpajakan. Kemungkinan pergeseran titik equilibrium kurva permintaan dan penawaran
5
harus terus diantisipasi dan terus diawasi dengan memasukkan unsur-unsur spesifik para
pelaku ekonomi setempat.
5). Struktur pajak harus memudahkan penggunaan kebijakan fiskal untuk mencapai
stabilisasi dan pertumbuhan ekonomi dimana Kebijakan perpajakan harus tetap
mengindahkan konsep kestabilan ekonomi. Harus dapat ditentukan pada awal permusan
kebijakan bahwa implementasinya pada akhirnya akan meminimalkan gejolak ekonomi,
misalnya dengan adanya kegiatan sosialisasi yang memadai. Ekonomi yang sering
bergejolak biasanya tidak menguntungkan iklim investasi. Dengan kata lain, investor-
investor terutama para pemodal asing sangat mengharapkan adanya kepastian iklim
berusaha.
6). Sistem pajak harus menerapkan administrasi yang wajar dan mudah dipahami oleh wajib
pajak dimana Segala kebijakan harus mengacu pada kesederhanaan. Rumusan-rumusan
yang dipakai harus menghindari kesalahpahaman massal yang menyebabkan kekacauan
pada proses administrasi. Simulasi terhadap bakal munculnya kekeliruan yang tidak
diharapkan harus disiapkan secara matang. Simulasi tersebut bisa menggunakan beberapa
skenario yang berbeda dan mengamati hasilnya. Biaya administrasi dan biaya-biaya
pembayaran pajak lainnya harus dibuat serendah mungkin dimana segala biaya yang
tidak berkaitan langsung dengan beban pajak sesungguhnya harus diminimalkan. Hal ini
untuk memberikan kepastian berusaha bagi para pemilik modal dalam rangka
menghitung proyeksi keuntungan investasi. Dengan demikian risiko biaya tinggi yang
tidak terduga akibat penyelewengan peraturan oleh oknum pelaku ekonomi bisa di
eliminasi.
V. Analisis Beban Akhir Pajak
Telah jelas pihak-phak yang membayar suatu jenis pajak(wajib pajak) tertentu, yaitu
orang atau badan yang disebutkan dalam undang-undang pajak. Misalnya pajak penghasilan
suatu perseroan, yang menjadi wajib pajak adalah perseroan tersebut.
Pihak yang membayar pajak (atau wajib pajak) mungkin bukanlah pihak yang menderita
beban pajak. Ini akan terjadi apabila wajib pajak mampu melimpahkan seluruh beban pajak
6
kepada pihak lain. Teori myang menganilisis pihak yang menderita beban pajak disebut teori
insidens pajak (tax incidence theory). Pada umunya ada tiga konsep beban pajak, yaitu: insidens
pajak absolut; insidens pajak anggaran berimbang (balanced budget incidence); dan insidens
pajak diferensial (differential incidence). Perbedaan ketiga konsep tersebut terletak pada pola
pengeluaran pemerintah.
Insidens pajak absolut adalah klasifikasi analisis insidens pajak lainnya. Analisis ini
hanya melihat pengaruh suatu jenis pajak (misalnya pajak pendapatan) terhadap distribusi
pendapatan masyarakat tanpa melihat distributif pajak lainnya atau efek distributif dari
suatu program pemerintah (pengeluaran pemerintah). Misalnya kita hanya dapat
menganalisis mengenai dampak redistributif pajak penghasilan saja.
Insidens pajak anggaran berimbang (balance budget incidence) adalah pengaruh
distributif suatu pajak terhadap pengeluaran pemerintah yang di biayai dari penerimaan-
penerimaan pajak dalam jumlah yang sama.
Insidens pajak diferensial adalah menganalisis pengaruh distribusi pendapatan dari suatu
jenis pajak apabila digantikan dengan jenis pajak lain untuk membiayai aktifitas
pemerintah dalam jumlah yang sama.
a). Pajak Penjualan Pada Pasar Persaingan Sempurna
Misalnya kita akan menganalisis insidens cukai tembakau dan kita asumsikan bahwa
tembakau hanya digunakan untuk pembutan rokok. Kita asumsikan juga bahwa produksi rokok
mempunyai struktur biaya tetap (constant cost industry)
b). Pajak Penjualan Pada Pasar Monopoli
Pada pasar monopoli, hanya terdapat seorang penjual saja yang menghasilkan suatu jenis
barang. Apabila pemerintah mengenakan penjualan yang dibayarkan oleh monopolis, dapatkah
monopolis tersebut kemudian menggeserkan seluruh beban pajak kepada konsumen. Secara
awam dapat diduga bahwa seorang monopolis karena tidak ada saingannya akan dapat seenaknya
menaikkan harga.
c). Pajak Penjualan Pada Pasar Tidak Sempurna
7
Pada jenis pasar persaingan tidak sempurna (imperfect market), pengruh pajak terhadap
harga sangat sulit ditentukan, karena teori ekonomi mikro juga belum dapat mennjelaskan
perilaku produsen pada pasar persaingan tidak sempurna secara memuaskan. Seorang pengusaha
pada pasar persaingan tidak sempurna akan menggeserkan beban pajak kepada konsumen atau
tidak, tergantung pada reaksi produsen lainnya. Apabila sseorang produsen berusaha untuk
menggeserkan beban pajak kepada konsumen dengan jalan menaikkan harga ssedangkan
produsen-produsen lainnya tidak menaikkan harga jual mereka maka produsen maka produsen
tersebut akan kehilangan pangsa pasar (market share). Oleh karena itu seorang pengusaha dalam
pasar persaingan tidak sempurna akan merasa enggan untuk menaikkan haerga (atau
menggeserkan beban pajak kepada konsumen) apabila dia memperkirakan produsen-produsen
lainnya tidak akan menaikkan harga sebagai akibat pengenaan suatu pajak penjualan, karena ini
berarti ia akan kehilangan pangsa pasar. Dalam hal ini maka seorang pengusaha akan cenderung
menanggung beban pajak penjualan. Pajak penjualan yang oleh pemerintah dibebankan pada
konsumen, pada kenyataannya mungkin oleh produsen tidak dapat digeserkan sepenuhnya
kepada konsumen karena penggeseran beban pajak tergantung pada berbagai faktor yaitu
elastisitas permintaan, elastisitas penawaran, motivasi perusahaan dan bentuk pasar.
d). Pajak Penghasilan
Pajak penghasilan dapat digolongkan dalam dua golongan, yaitu pajak pendapatan
perseorangan dan pajak perseroan (pajak badan, yang subyek pajaknya adalah penghasilan suatu
badan hukum).
Pajak pendapatan Perseorangan dikenakan pada setiap orang yang memperoleh
pendapatan di atas pendapatan kena pajajk dalam suatu periodetertentu.
Pajak Penghasilan Badan, pada tahun 1983 paja kperseroan dihapuskan oleh pemerintah
dan diganti dengan pajak penghasilan badan. Pajak Pendapatan Badan dikenakan pda
keuntungan yang diperoleh suatu badan hukum dalam suatu periode tertentu, dan untuk
selanjutnya pajak ini akan disebut dengan pajak perseroan atau corporation income tax.
Pajak Perseroan Pada Pasar Persaingan Sempurna
Pada pasar persaingan sempurna seorang pengusaha yang dikenakan pajak
perseroan dalam jangka pendek tidak dapat menggeserkan beban pajak tersebut kepada
8
konsumen. Karena pada pasar persaingan sempurna seorang produsen tidak dapat
mempengaruhi harga(harga ditentukan oleh permintaan dan penawaran seluruh industri)
dan pengusaha tersebut tidak dapat berpindah usaha ke jenis usaha lain yang tidak
dikenakan pajak perseroan. Dalam jangka panjang, semua pengusaha yang berada dalam
pada pasar persaingan sempurna akan berada dalam keseimbangan jangka panjang dana
tidak memperoleh keuntungan ekonomi.
Pajak Perseroan Pada Pasar Monopoli
Bagi pengusaha dalam pasar monopoli, besarnya pajak perseroan yang dikenakan
pada keuntungan perseroan tergantung pada motivasi pengusaha. Berbagai jenis pajak
dengan model keseimbangan umum yaitu:
1). Pajak Atas Barang Y (tY)
2). Pajak Pendapatan (tM)
3). Pajak Atas Upah Karyawan (tL)
4). Pajak Atas Input Modal di Satu Sektor
VI. Pengaruh Pajak dalam Ekonomi
Pajak merupakan suatu pungutan yang dipaksakan oleh pemerintah untuk berbagai
tujuan, misalnya un tuk membiayai penyediaan barang dan jasa publik, untuk mengatur
perekonomian, dapat juga untuk mengatur konsumsi masyarakat. Karena sifatnya yang
dipaksakan tersebut maka pajak akan mempengaruhi perilaku ekonomi masyarakat atau
seseorang.
a). Pajak Perseorangan (Personal Taxes)
Pajak yang dikenakan pada seseorang tanpa mengingat jumlah pendapatannya,
tabungan atau pengeluarannya. Pajak perseorangan yang dikenakan dalam jumlah yang
sama pada suatu golongan masyarakat tertentu. Oleh karena setiap orang membayar pajak
dalam jumlah yang sama, maka pajak tersebut dari segi keadilan merupakan pajak yang
tidak baik/adil karena setiap orang, tanpa memandang tingkat pendapatannya, tinggi atau
rendah bahkan orang yang sama sekali tidak mempunyai pendapatan sekalipun harus
membayar pajak dalam jumlah yang sama.
9
Beberapa pengaruh pajak perseorangan yaitu:
Pengaruh Pajak PerseoranganTerhadap Konsumsi suatu Barang.
Pengaruh Pajak Perseoarangan Terhadap Pengeluaran Konsumsi dan Tabungan.
Dampak Pajak Terhadap Motivasi Untuk Menabung.
Pengaruh Pajak Perseorangan Terhadap Pemilihan Bentuk Tabungan.
Pengaruh Pajak Perseorangan Terhadap Penawaran Tenaga Kerja.
b). Pajak Penghasilan
Pajak pengahsilan termasuk salah satu jenis pajak yang menimbulkan distorsi,
walaupun secara umum, pajak penghasilan yang diterapkan secara menyeluruh
menimbulkan distorsi yang paling kecil. Walaupun demikian, ditinjau dari segi keadilan
maka pajak penghasilan merupakan pajak yang baik karena pajak ini struktur pajaknya
dapat dibuat menjadi progresif. Pajak penghasilan dikatakan mempunyai tarif yang
progresif apabila persentase pajak (terhadapa pandapatan) semakin besar dengan semakin
tingginya tingkat pendapatan.
Suatu pajak dikatakan progresif bukanlah karena orang yang pendapatannya besar
membayar pajak yang besar, akan tetapi karena orang yang pendapatannya besar
membayar pajak yang prpporsinya (atau persentasenya) terhadap pendapatannya lebih
besar dari orang lain yang mempunyai pendaptan yang lebih kecil dari dia.
Pengaruh Pajak Penghasilan Terhadap Jam Kerja
Efek substitusi dari pajak penghasilan akan menyebabkan orang bekerja lebih
sedikit dan waktu luang bertambah banyak.
Efek pendapatan dari pajak penghasilan menyebabkan orang bekerja lebih banyak
karena ia ingin mempertahankan pendapatan riil yang sama sewaktu sebelum adanya
pajak.
Apabila efek substitusi lebih dominan daripada efek pendapatan maka pajajk
penghasilan menyebabkan orang mengurangi kerjanya dan menambah leisure.
Sebaliknya, orang akan menambah waktu kerja apabila efek pendapatan lebih dominan
dari efek substitusi.
10
T AY A
>T BY B
dimana Y A>Y B
Pajak Penghasilan VS Pajak Perseorangan
Apabila pemerintah memutuskan untuk menggunakan pajak perseorangan (misalnya
pajak lum sum) sebagai sumber pembiayaannya dengan suatu prinsip kesejahteraan wajib pajak
sama, maka pemerintah dapat memperoleh dana lebih besar dibandingkan dengan pajak
penghasilan. Jika tujuan pemerintah adalah jumlah penerimaan pajak, maka pajak lum sum yang
menghasilkan penerimaan pemerintah yang lebih besar dibandingkan dengan pajak penghasilan,
sedangkan kesejahteraan wajib pajak sama pada kedua jenis pajak tersebut. Pada umunya, pajak
penghasilan merupakan salah satu jenis pajak yang digunakan untuk meredustribusikan
penghasilan masyarakat yang dianggap tidak adil. Untuk memperbaiki kesenjangan penghasilan
masyarakat maka pemerintah mengenakan pajak penghasilan dengan tarif progresif.
Membandingkan antara Pajak penghasilan dengan tarif proporsional dan pajak penghasilan
dengan tarif progresif, jika pajak penghasilan yang progresif akan menyebabkan reaksi seseorang
untuk mengurangi jam kerjanya lebih kuat dibandingkan dengan pajak penghasilan dengan tarif
proporsional.
Efek Pajak Terhadap Investasi
Pajak penghasilan juga mempunyai pengaruh terhadap investasi, oleh karena pajak
tersebut mengurangi hasil investasi yang dilaksanakan. Dalam analisis ini kita akan
membicarakan mengenai pengaruh pajak penghasilan yang mempengaruhi tingkat pengembalian
modal neto (net rate of return) suatu investasi. Kita menganggap bahwa tujuan kebijakan
pemerintah adalah suatu keadaan full employment, dan tabungan (saving) hanya tergantung dari
tingkat suku bunga saja, tidak tergantung dari tingkat pendapatan. Permintaan akan investasi
tergantung produktivitas marjinal (marginal productivity) suatu investasi: semakin tinggi tingkat
11
bunga semakin sedikit investasi yang menguntungkan; sebaliknya, semakin rendah tingkat bunga
semakin banyak investasi yang menguntungkan.
Adanya pajak penghasilan menyebabkan pengembalian atau hasil investasi harus
digunakan sebagian untuk membayar pajak.
12