isi

17
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Komunikasi merupakan proses yang sangat khusus dan berarti dalam hubungan antar manusia. Pada profesi keperawatan komunikasi menjadi lebih bermakna karena merupakan metoda utama dalam mengimplementasikan proses keperawatan. Pengalaman ilmu untuk menolong sesama memerlukan kemampuan khusus dan kepedulian sosial yang besar (Abdalati, 1989). Untuk itu perawat memerlukan kemampuan khusus dan kepedulian sosial yang mencakup ketrampilan intelektual, tehnical dan interpersonal yang tercermin dalam perilaku “caring” atau kasih sayang / cinta (Johnson, 1989) dalam berkomunikasi dengan orang lain. Perawat yang memiliki ketrampilan berkomunikasi secara terapeutik tidak saja akan mudah menjalin hubungan rasa percaya dengan klien, mencegah terjadinya masalah legal, memberikan kepuasan profesional dalam pelayanan keperawatan dan meningkatkan citra profesi keperawatan serta citra rumah sakit (Achir Yani), tetapi yang paling penting adalah mengamalkan ilmunya untuk memberikan pertolongan terhadap sesama manusia. Dalam tulisan ini akan dibahas tentang pengertian komunikasi termasuk “therapeutic use of self” dan “helping relationship” 1

Upload: aan-sii-diadems

Post on 02-Oct-2015

4 views

Category:

Documents


0 download

DESCRIPTION

perawat

TRANSCRIPT

BAB IPENDAHULUAN

A. Latar BelakangKomunikasi merupakan proses yang sangat khusus dan berarti dalam hubungan antar manusia. Pada profesi keperawatan komunikasi menjadi lebih bermakna karena merupakan metoda utama dalam mengimplementasikan proses keperawatan.Pengalaman ilmu untuk menolong sesama memerlukan kemampuan khusus dan kepedulian sosial yang besar (Abdalati, 1989). Untuk itu perawat memerlukan kemampuan khusus dan kepedulian sosial yang mencakup ketrampilan intelektual, tehnical dan interpersonal yang tercermin dalam perilaku caring atau kasih sayang / cinta (Johnson, 1989) dalam berkomunikasi dengan orang lain.Perawat yang memiliki ketrampilan berkomunikasi secara terapeutik tidak saja akan mudah menjalin hubungan rasa percaya dengan klien, mencegah terjadinya masalah legal, memberikan kepuasan profesional dalam pelayanan keperawatan dan meningkatkan citra profesi keperawatan serta citra rumah sakit (Achir Yani), tetapi yang paling penting adalah mengamalkan ilmunya untuk memberikan pertolongan terhadap sesama manusia.Dalam tulisan ini akan dibahas tentang pengertian komunikasi termasuk therapeutic use of self dan helping relationship untuk praktek keperawatan, sikap dan tehnik serta dimensi hubungan dari komunikasi terapeutikB. Rumusan Masalah 1. Menjelaskan Defenisi Komunikasi !2. Menjelaskan Tingkatan Komunikasi !3. Menjelaskan Bentuk-bentuk Komunikasi !4. Menjelaskan Faktor-Faktor yang Memengaruhi Komunikasi !5. Menjelaskan Kendala Komunikasi Efektif !

C. Tujuan Penulisan1. Tujuan Umum Untuk dapat berinteraksi dengan baik secara kontak langsung agar terbinanya komunikasi yang verbal maupun nonverbal.2. Tujuan KhususMemberikan pemahaman secara langsung dan tidak langsung kepada seorang perawat maupun calon perawat yang professional tentang komunikasi yang akan dilakukan terhadap pasien agar terbinanya komunikasi yang efisien.

D. Manfaat Penulisan1) Mengetahui Defenisi Komunikasi.2) Mengetahui Tingkatan Komunikasi.3) Mengetahui Bentuk-bentuk Komunikasi.4) Mengetahui Faktor-faktor yang Memengaruhi Komunikasi.5) Mengetahui Kendala Komunikasi Efektif.

BAB IIPEMBAHASAN

A. Tinjauan Teori Komunikasi 1. Defenisi Komunikasi

a. Defenisi Umum Komunikasi . Kata komunikasi berasal dari bahasa latincoomunicareyang berarti berpartisipasi atau memberitahukan.Hingga sekarang definisi komunikasi masih terus didiskusikan oleh pakar ilmu komunikasi.Namun secara umum dapat disimpulkan bahwa komunikasi adalah Sesutu yang dapat dipahami,sebagai hubungan atau saling hubungan , saling pengertian ,dan sebagai pesan(Alo Liliweri 1997)Komunikasi merupakan proses kompleks yang melibatkan perilaku dan memungkinkan individu untuk berhubungan dengan orang lain dan dunia sekitarnya. Komunikasi juga dapat diartikan sebagai interaksi yang terjadi antara sedikitnya dua orang atau dalam kelompok kecil, terutama dalam keperawatan. Komunikasi yang sehat memungkinkan penyelesaian masalah, berbagai ide,pengambilan keputusan, dan pertumbuhan personal.

b. Defenisi Komunikasi Menurut Para Ahli.a) Potter dan Perry (1999)Komunikasi adalah proses interpersonal yang melibatkan perubahan verbal dan nonverbal dari informasi dan ide.b) Kalvin dan Brommel(1986)Komunikasi(komunikasi keluarga)sebagai suatu proses simbolik.transaksional untuk mrnciptakan dan mengungkapkan pengertian dalam keluarga.c) Mc Cubbin dan Dahl (1985)Komunikasi sebagai suatu proses tukar-menukar perasaan,keinginan,kebutuhan dan pendapat.d) Johnson (1981)Komunikasi didasarkan atas pengertian secara sempit dan secara luas.Secara sempit,komunikasi diartikan sebagai pesan yang dikirimkan seseorang kepada satu atau lebih penerima.Sedang dalam arti luas,komunikasi dideskripsikan sebagai setiap bentuk tingkah laku seseorang baik verbal maupun nonverbal yang ditanggapi oleh orang lain.e) Ross (1974)A transcactional procces involving a cognitive sorting,selecting,and sending of symbols in such a way as to help a listener elicit from his own mind a meaning or response similar to that intended by communicator.

2. Tingkatan KomunikasiDalam Pooter dan Perrry (1999) dikatakan bahwa komunikasi mempunyai 3 tingkatan,yaitu Komunikasi Intrapersonal,Interpersonal,dan Umum/Publik.1) Komunikasi IntrapersonalMerupakan komunikasi yang terjadi pada diri sendiri,disebut juga sebagai dialog batin yang terjadi secara konstan tanpa disadari.Tujuan dari jenis komunikasi ini adalah untuk menggali kesadaran diri yang memengaruhi konsep diri serta perasaan untuk dihargai.2) Komunikasi InterpersonalKomunikasi Interpersonal adalah interaksi antara dua orang atau di dalam kelompok kecil. Sering kali saling berhadapan dan merupakan tipe yang paling sering digunakan dalam keperawatan.Dalam proses ini diperlukan untuk saling terbuka,saling suka,dan saling menghargai dari kedua belah pihak sehingga komunikasi tersebut dapat dilakukan dengan baik. Komunikasi interpersonal adalah inti dalam pelaksanaan praktik klinik seorang perawat. Apabila seorang perawat mampu menyampaikan informasi dengan baik maka hal tersebut akan mengawali pelaksanaan asuhan keperawatan yang juga baik.3) Komunikasi PublikKomunikasi Publik adalah interaksi dengan sekumpulan orang dalam jumlah yang besar.Contoh dari komunikasi ini adalah kuliah mimbar pada sebuah ruangan yang diikuti oleh banyak orang.

3. Bentuk-bentuk Komunikasi

a. Komunikasi VerbalJenis komunikasi yang paling lazim digunakan dalam pelayanan keperawatan di rumah sakit.Komunikasi Verbal adalah pertukaran informasi secara verbal terutama pembicaraan tatap muka. Komunikasi verbal biasanya lebih akurat dan tepat waktu. Kata-kata adalah alat atau simbol yang dipakai untuk mengekspresikan ide atau perasaan,membangkitkan respon emosional,atau menguraikan obyek observasi dan ingatan.Sering juga untuk menyampaikan arti yang tersembunyi, dan menguji minat seseorang. Keuntungan komunikasi verbal dalam tatap muka yaitu memungkinkan tiap individu untuk berespon secara langsung.

Komunikasi Verbal yang efektif harus:

a) Jelas dan ringkasKomunikasi yang efektif harus sederhana, pendek dan langsung. Makin sedikit kata-kata yang digunakan makin kecil kemungkinan terjadinya kerancuan. Kejelasan dapat dicapai dengan berbicara secara lambat dan mengucapkannya dengan jelas. Penggunaan contoh bisa membuat penjelasan lebih mudah untuk dipahami. Ulang bagian yang penting dari pesan yang disampaikan. Penerimaan pesan perlu mengetahui apa, mengapa, bagaimana, kapan, siapa dan dimana. Ringkas, dengan menggunakan kata-kata yang mengekspresikan ide secara sederhana.b) Perbendaharaan KataKomunikasi tidak akan berhasil, jika pengirim pesan tidak mampu menerjemahkan kata dan ucapan. Banyak istilah teknis yang digunakan dalam keperawatan dan kedokteran, dan jika ini digunakan oleh perawat, klien dapat menjadi bingung dan tidak mampu mengikuti petunjuk atau mempelajari informasi penting. Ucapkan pesan dengan istilah yang dimengerti klien.c) Arti denotatif dan konotatifArti denotatif memberikan pengertian yang sama terhadap kata yang digunakan, sedangkan arti konotatif merupakan pikiran, perasaan atau ide yang terdapat dalam suatu kata. Kata serius dipahami klien sebagai suatu kondisi mendekati kematian, tetapi perawat akan menggunakan kata kritis untuk menjelaskan keadaan yang mendekati kematian. Ketika berkomunikasi dengan klien, perawat harus hati-hati memilih kata-kata sehingga tidak mudah untuk disalah tafsirkan, terutama sangat penting ketika menjelaskan tujuan terapi, terapi dan kondisi klien.d) Selaan dan kesempatan berbicaraKecepatan dan tempo bicara yang tepat turut menentukan keberhasilan komunikasi verbal. Selaan yang lama dan pengalihan yang cepat pada pokok pembicaraan lain mungkin akan menimbulkan kesan bahwa perawat sedang menyembunyikan sesuatu terhadap klien. Perawat sebaiknya tidak berbicara dengan cepat sehingga kata-kata tidak jelas.e) Waktu dan relevansiWaktu yang tepat sangat penting untuk menangkap pesan. Bila klien sedang menangis kesakitan, tidak waktunya untuk menjelaskan resiko operasi. Kendatipun pesan diucapkan secara jelas dan singkat, tetapi waktu tidak tepat dapat menghalangi penerimaan pesan secara akurat. Oleh karena itu, perawat harus peka terhadap ketepatan waktu untuk berkomunikasi. Begitu pula komunikasiverbal akan lebih bermakna jika pesan yang disampaikan berkaitan dengan minat dan kebutuhan klien.f) HumorDugan (1989) mengatakan bahwa tertawa membantu pengurangi ketegangan dan rasa sakit yang disebabkan oleh stres, dan meningkatkan keberhasilan perawat dalam memberikan dukungan emosional terhadap klien. Sullivan dan Deane (1988) melaporkan bahwa humor merangsang produksi catecholamines dan hormon yang menimbulkan perasaan sehat, meningkatkan toleransi terhadap rasa sakit, mengurangi ansietas, memfasilitasi relaksasi pernapasan dan menggunakan humor untuk menutupi rasa takut dan tidak enak atau menutupi ketidak mampuannya untuk berkomunikasi dengan klien.

b. Komunikasi Nonverbal

Komunikasi non-verbal adalah pemindahan pesan tanpa menggunakan kata-kata. Merupakan cara yang paling meyakinkan untuk menyampaikan pesan kepada orang lain. Perawat perlu menyadari pesan verbal dan non-verbal yang disampaikan klien mulai dari saat pengkajian sampai evaluasi asuhan keperawatan, Komunikasi non-verbal teramati pada:1) MetakomunikasiKomunikasi tidak hanya tergantung pada pesan tetapi juga pada hubungan antara pembicara dengan lawan bicaranya. Metakomunikasi adalah suatu komentar terhadap isi pembicaraan dan sifat hubungan antara yang berbicara, yaitu pesan di dalam pesan yang menyampaikan sikap dan perasaan pengirim terhadap pendengar. Contoh: tersenyum ketika sedang marah.2) Penampilan PersonalPenampilan seseorang merupakan salah satu hal pertama yang diperhatikan selama komunikasi interpersonal. Kesan pertama timbul dalam 20 detik sampai 4 menit pertama. Perawat yang memperhatikan penampilan dirinya dapat menimbulkan citra diri dan profesional yang positif.3) Intonasi (Nada Suara)Nada suara pembicara mempunyai dampak yang besar terhadap arti pesan yang dikirimkan, karena emosi seseorang dapat secara langsung mempengaruhi nada suaranya. Perawat harus menyadari emosinya ketika sedang berinteraksi dengan klien, karena maksud untuk menyamakan rsa tertarik yang tulus terhadap klien dapat terhalangi oleh nada suara perawat.4) Ekspresi wajahHasil suatu penelitian menunjukkan enam keadaan emosi utama yang tampak melalui ekspresi wajah: terkejut, takut, marah, jijik, bahagia dan sedih. Ekspresi wajah sering digunakan sebagai dasar penting dalam menentukan pendapat interpesonal. Kontak mata sangat penting dalam komunikasi interpersonal. Orang yang mempertahankan kontak mata selama pembicaraan diekspresikan sebagai orang yang dapat dipercaya, dan memungkinkan untuk menjadi pengamat yang baik. Perawat sebaiknya tidak memandang ke bawah ketika sedang berbicara dengan klien, oleh karena itu ketika berbicara sebaiknya duduk sehingga perawat tidak tampak dominan jika kontak mata dengan klien dilakukan dalam keadaan sejajar.5) Sikap tubuh dan langkahSikap tubuh dan langkah menggambarkan sikap; emos, konsep diri dan keadaan fisik. Perawat dapat mengumpilkan informasi yang bermanfaat dengan mengamati sikap tubuh dan langkah klien. Langkah dapat dipengaruhi oleh faktor fisik seperti rasa sakit, obat, atau fraktur.6) SentuhanKasih sayang, dukungan emosional, dan perhatian disampaikan melalui sentuhan. Sentuhan merupakan bagian yang penting dalam hubungan perawat-klien, namun harus mnemperhatikan norma sosial. Ketika membrikan asuhan keperawatan, perawat menyentuh klien, seperti ketika memandikan, melakukan pemeriksaan fisik, atau membantu memakaikan pakaian. Perlu disadari bahwa keadaan sakit membuat klien tergantung kepada perawat untuk melakukan kontak interpersonal sehingga sulit untuk menghindarkan sentuhan. Bradley & Edinburg (1982) dan Wilson & Kneisl (1992) menyatakan bahwa walaupun sentuhan banyak bermanfaat ketika membantu klien, tetapi perlu diperhatikan apakah penggunaan sentuhan dapat dimengerti dan diterima oleh klien, sehingga harus dilakukan dengan kepekaan dan hati-hati.4. Faktor-Faktor yang memengaruhi KomunikasiFaktor-faktor yang dapat memengaruhi komunikasi anatara lain :a) Persepsi.Adalah pendapat individu atas apa yang terjadi,setiap orang akan merasakan,menginterpretasikan,dan memahami kejadian secara berbeda,tergangtung dari latar belakang individu tersebut.Perbedaan persepsi antara perawat dan klien akan menjadi kendala dalam proses asuhan keperawatan selanjutnya.b) Nilai.Setiap individu mempunyai nilai-nilai yang akan memengaruhi penerimaan pesan,karena nilai adalah panduan umum yang digunakan oleh individu untuk dapat menyaring informasi,mana yang boleh diikuti dan yang tidak boleh diikuti.c) Latar belakang Budaya.Budaya akan membentuk individu yang unik,sehingga pola komunikasi juga akan berbeda antara satu individu dengan individu lainnya.Perbedaan muncul ketika individu ingin menunjukkan emosi dan informasi psikologis lainnya kepada perawat.

d) Pengetahuan.Komunikasi akan lebih sulit jika terdapat perbedaan pengetahuan antar individu.Perawat seharusnya mempelajari keadaan kliennya dulu sebelum melakukan interaksi.Bahasa yang digunakan oleh perawat hendaknya juga dapat dipahami dengan mudah oleh kliennya.e) Lingkungan.Komunikasi yang efektif akan mudah terlaksana dalam ruangan yang kondusif,apalagi jika perawat dank lien akan membicarakan hal-hal yang bersifat sangat pribadi.

5. Kendala-kendala Komunikasi Efektif

Beberapa teknik atau gaya komunikasi dapat mengakibatkan interaksi yang tidak bersifat terapeutik.Kendala tersebut dapat merusak hubungan dengan klien yang sudah dibangun selama ini oleh perawat,terutama pada waktu menggunakan teknik komunikasi yang kurang tepat seperti berikut :

1) Pemberian PendapatApabila perawat memberikan pendapat,maka klien menjadi lebih tergantung dan pengambilan keputusan tidak murni datang dari klien.Hal ini memperlambat perpecahan masalah dan menyebabkan keraguan.Sering kali klien hanya ingin menunjukan perasaannya saja,dengan adanya pemberian pendapat dari perawat yang kurang tepat,justru akan membahayakan.2) Memberikan Penentraman PalsuPada saat seorang klien menderita sakit serius,perawat biasanya tergoda untuk memberikan tawaran harapan pada klien yang tidak sesuai dengan keadaan klien sebenarnya.Padahal,penentraman yang tulus dan dapat dipercaya sangat penting dan dapat membantu dalam menetapkan harga diri dan harapan klien.

3) Bersikap Detensif.Detensif adalah respons mengkritik untuk menunjukan bahwa klien tidak mempunyai hak untuk memberikan opini,ketika perawat menjadi detensif,apa yang dikhawatirkan oleh klien sering terabaikan.4) Menunjukan persetujuan atau ketidaksetujuan.Menunjukan persetujuan atau ketidaksetujuan yang berlebihan dapat berbahaya untuk hubungan perawat-klien.Sering kali klien berbagi keputusan dengan perawat,tidak dalam usaha untuk mencari persetujuan atau ketidaksetujuan tetapi mencari cara untuk mendiskusikan.5) Stereotip.Stereotip adalah kepercayaan umum mengenai orang.Penggunaan stereotip menghalangi komunikasi dan dapat menghalangi hubungan antara perawat-klien.6) Bertanya MengapaKlien sering kali mengartikan pertanyaanmengapamerupakan suatu tuduhan,atau hanya ingin menguji mereka.Hal tersebut dapat membuat klien merasa kurang nyaman,benci,atau tidak percaya.7) Mengubah subjek pembicaraan secara tidak tepat.Perawat mungkin tidak hat-hati dalam menghentikan klien ketika membicarakan subjek yang penting dan menggantinya dengan yang lain.Menginterupsi pembicaraan dengan kasar sangat tidak sopan dan menunjukan kurangnya rasa empati.

BAB IIIPENUTUP

A. Kesimpulan

Dari penjelasan makalah kami di atas dapat disimpulkan bahwa :Komunikasi merupakan proses pengiriman atau pertukaran (stimulus,signal,symbol,informasi) baik dalam bentuk verbal maupun non verbal dari pengirim ke penerima pesan dengan tujuan adanya perubahan (baik dalam aspek kognitif, efektif, maupun psikomptor),dan, komunikasi bukan hanya sekedar berbicara secara efektif pada orang-orang.Komunikasi merupakan suatu proses yang sangat rumit yang terdiri dari sejumlah elemen yang berbeda- beda.Komunikasi memerlukan bahasa yang jelas,efektif,dan dapat dipercaya.Pencapaian tujuan komunikasi ditempuh melalui suatu proses interaksi baik secara kontak langsung maupun secara tidak langsung.Oleh karena itu,segala sesuatu yang dikomunikasikan harus jelas dalam bertukar informasi demi kepentingan bersama.

B. SaranDari pembahasan materi dibagian atas,ada beberapa hal yang dapat diperhatikan untuk pembenahan diri yaitu :1. Mahasiswa keperawatan diharapkan mampu berkomunikasi dengan baik,jelas,dan dapat dimengerti.2. Mahasiswa keperawatan mampu memahami dengan baik hal-hal yang berhubungan dengan komunikasi.

DAFTAR PUSTAKA

Marlindawani,Jenny.Skp.28-Februari-2014.Komunikasi Dalam Keperawatan.Sumatera Utara.F.KSumijatun,S.Kp.MARS.2011.Membudayakan Etika dalam Praktik Keperawatan.Jakarta:Salemba MedikaNursalam,BSN,MNurs.2011.Proses dan Dokumentasi Keperawatan.Jakarta:Salemba Medikahttp://repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/3596/1/keperawatan-jenny.pdf ( diakses pada 28 Februari 2014 )http://repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/17360/4/Chapter%20II.pdf ( diakses pada 28 Februari 2014 )12