isi
TRANSCRIPT
5/11/2018 ISI - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/isi5571fdbc497959916999d073 1/16
1
PENDAHULUAN
Latar Belakang
Bencana alam yang terjadi pada beberapa tahun ini di Indonesia cukup
memprihatinkan karena bencana tersebut memberikan beberapa dampak bagi
korban. Salah satu dampak yang terjadi dalam bencana ini adalah penurunan
dalam kualitas hidup komunitas korban. Penurunan kualitas hidup para korban
menyebabkan mereka tidak dapat memenuhi kebutuhan hidupnya seperti biasa.
Kekuranngan pangan untuk pemenuhan gizi merupakan akibat dari hal tersebut.
Pangan darurat merupakan solusi yang telah banyak diteliti dan dibicarakan
saat ini. Pangan darurat memiliki prinsip ready to eat atau dapat dikonsumsi
langsung tanpa harus melakukan pengolahan sebelumnya serta memiliki
komposisi kimia yang dapat memenuhi kebutuhan para korban bencana. Produk
pangan darurat siap santap diformulasi sedemikian rupa sehingga bisa
memberikan asupan energi harian (sekitar 2100 kalori untuk orang dewasa dan
1300 kalori.
Bantuan pangan yang selama ini diberikan pada korban bencana lebih
banyak ditujukan untuk usia dewasa, seperti mie instan. Mie instan memiliki
kandungan gizi yang rendah serta masih memerlukan pengolahan lebih lanjut
yaitu perebusan. Pemenuhan kebutuhan makanan untuk korban bencana skala usia
BATITA (Bayi di bawah umur Tiga Tahun) masih belum diperhatikan. Pada usia
tersebut membutuhkan asupan nutrisi yang lebih baik. Pemenuhan gizi BATITA
ini didapatkan dari Makanan Pendamping Air Susu Ibu (MP-ASI).
Untuk itu perlu dikembangkan MP-ASI yang dapat langsung dimakan.
Biskuit merupakan pilihan yang tepat karena memiliki komposisi nutrisi yangmencukupi kebutuhan batita serta dapat langsung dimakan. Nutrisi yang
dikandung biskuit dapat diperoleh dengan mengkombinasikan beberapa bahan
pangan lokal untuk menghasilkan produk yang bergizi seimbang. Bahan pangan
lokal yang dapat digunakan yaitu sukun yang memiliki kandungan kalori dan
karbohidrat tinggi serta kacang merah sebagai sumber protein tinggi.
Produksi sukun ( Artocarpus communis) di Indonesia cukup banyak, namun
pemanfaatan sukun ini belum banyak dikembangkan di Indonesia. Sukun
5/11/2018 ISI - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/isi5571fdbc497959916999d073 2/16
2
memiliki kandungan karbohidrat yang cukup tinggi. Kacang merah ( Phaseolus
vulgaris L.) saat ini hanya digunakan sebagai cemilan, seperti bubur dan kue.
Kacang merah memiliki kandungan protein yang cukup tinggi. Tepung sukun dan
tepung kacang merah ini dijadikan sebagai subtitusi tepung terigu dalam
pembuatan biskuit MP-ASI.
Perumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas, dapat diidentifikasikan masalah sebagai
berikut: sejauh mana potensi buah sukun dan kacang merah sebagai bahan
komplementer tepung terigu dalam pembuatan biskuit MP-ASI sebagai pangan
darurat untuk BATITA.
Tujuan dan Manfaat Penulisan
Tujuan dari penulisan makalah ini adalah untuk meningkatkan nilai guna
sukun dan kacang merah sebagai sumber daya lokal melalui pembuatan biskuit
MP-ASI sebagai pangan darurat untuk BATITA.
Manfaat pembuatan makalah ini adalah untuk mengetahui sejauh mana
potensi sukun dan kacang merah sebagai bahan komplementer tepung terigu
dalam pembuatan biskuit MP-ASI.
5/11/2018 ISI - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/isi5571fdbc497959916999d073 3/16
3
TELAAH PUSTAKA
Sukun ( Artocarpus communis)
Sukun ( Artocarpus communis) adalah tanaman yang berasal dari daerah
New Guinea Pasifik. Tumbuhan yang berasal dari genus Artocarpus dalam famili
Moraceae ini kemudian dikembangkan di daerah Malaysia sampai ke Indonesia.
Di Indonesia, daerah penyebaran sukun hampir merata di seluruh daerah, terutama
Jawa Tengah dan Jawa Timur. Produktivitas pohon sukun cukup tinggi. Dalam
satu tahun akan diperoleh buah sukun sebanyak 400 buah pada umur 5 sampai 6
tahun, dan 700–800 buah per tahun pada umur 8 tahun. Paling sedikit setiap
tanaman dapat menghasilkan 25 buah dengan rata-rata 200-300 buah per musim
(Alrasjid, 1993).
Sukun dapat dijadikan sebagai pangan alternatif karena keberadaannya tidak
seiring dengan pangan konvensional (beras), artinya keberadaan pangan ini dapat
menutupi kekosongan produksi pangan konvensional. Sukun dapat dipakai
sebagai pangan alternatif pada bulan-bulan Januari, Februari dan September, di
mana pada bulan-bulan tersebut terjadi paceklik padi.
Gambar 1. Buah Sukun ( Artocarpus communis).
(Sumber: Rahmawati, 2005)
Komposisi Kimia Sukun
Sukun memiliki kandungan karbohidrat yang cukup tinggi. Selain
karbohidrat, protein, dan lemak, buah sukun juga mengandung vitamin B1, B2,
dan vitamin C, serta mineral (kalsium, fosfor, dan zat besi). Komposisi zat gizi
buah sukun per 100 g bahan dapat dilihat pada tabel 1.
5/11/2018 ISI - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/isi5571fdbc497959916999d073 4/16
4
Tabel 1. Komposisi Zat Gizi Buah Sukun per 100 g Bahan
Zat Gizi Sukun Muda Sukun Tua
Karbohidrat (g) 9,2 28,2
Lemak (g) 0,7 0,3Protein (g) 2,0 1,3
Vitamin B1 (mg) 0,12 0,12
Vitamin B2 (mg) 0,06 0,05
Vitamin C (mg) 21,00 17
Kalsium (mg) 59 21
Fosfor (mg) 46 59
Zat besi (mg) - 0,4
Sumber : FAO, 1972 dalam Widayati E, dan W. Damayanti 2000.
Kalori buah sukun sebesar 108 kal per 100 gram, namun setelah diolah
menjadi tepung, kalorinya sebesar 302 kal per 100 gram. Kalori tepung sukun
(302 kal) lebih rendah dari beras (360 kal). Namun, tepung sukun kalorinya lebih
besar dibandingkan dengan Jagung (129 kal), Ubi kayu (146 kal), Ubi Jalar (123
kal), dan Kentang (83 kal), (W. Damayanti 2000).
Tepung S ukun
Tepung sukun adalah tepung yang berasal dari penggilingan sukun yang
telah dikeringkan. Buah sukun yang akan dibuat tepung harus dibuat gaplek
terlebih dahulu. Gaplek yang mengalami pengeringan sempurna akan berwarna
keputih-putihan serta tidak berbau, kadar airnya sekitar 14% (Pitojo, 1992 dikutip
Rahmawati 2005)
Tepung sukun mudah diolah kembali menjadi berbagai macam penganan
yang menarik, menyehatkan dan kaya akan gizi termasuk beragam vitamin dan
kalsium yang terdapat di dalamnya berdasarkan kandungan nutrisinya, buah sukun
mempunyai potensi yang baik untuk dikembangkan sebagai salah satu makanan
pokok pendamping beras. Perbandingan kandungan gizi beras dan tepung sorgum
dapat diliat pada tabel 2.
5/11/2018 ISI - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/isi5571fdbc497959916999d073 5/16
5
Tabel 2. Kandungan Zat Gizi pada Beras dan Tepung Sukun
Zat Gizi Beras Tepung Sukun
Karbohidrat (g) 79, 0 78,9
Lemak (g) 0, 7 0,8Protein (g) 7, 0 3,6
Vitamin B1 (mg) - 0,34
Vitamin B2 (mg) - 0,17
Vitamin C (mg) - 47,6
Kalsium (mg) 6 58,8
Fosfor (mg) 147 165,2
Zat besi (mg) 0, 8 1,1Sumber : FAO, 1972 dalam Widayati E, dan W. Damayanti 2000.
Rendemen tepung sukun berkisar 17-24,4%, bergantung varietas. Tingkat
ketuaan buah juga menentukan rendemen tepung; makin tua buah makin tinggi
kandungan tepung. Derajat putih tepung sukun berkisar antara 50-70%. Buah
dengan tingkat ketuaan optimal dan masih mentah menghasilkan tepung paling
putih. Jika buah kurang tua, tepung yang dihasilkan berwarna kecoklatan karena
sukun muda banyak mengandung getah dan senyawa polifenol. Sukun matang
menghasilkan tepung yang kurang baik karena kadar gula tinggi sehingga
memperlambat proses pengeringan.
Menurut Pitojo (1992) dikutip Rahmawati (2005), proses pembuatan tepung
sukun meliputi pemilihan bahan baku, sortasi pembersihan, pengupasan, dan
pencucian, pengirisan, pengeringan, penggilingan dan pengayakan, untuk lebih
jelas, pembuatan tepung sukun. Proses pembuatan tepung sukun dapat dilihat
pada gambar 3.
5/11/2018 ISI - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/isi5571fdbc497959916999d073 6/16
6
Gambar 2. Diagram alir pembuatan tepung sukun(Sumber : Direktorat Pengolahan dan Pemasaran Hasil Hortikultura,
Departemen Pertanian RI 2003 )
Kacang Merah (Phaseolus vulgaris)
Kacang merah (Phaseolus vulgaris) merupakan tanaman dari suku
polong-polongan. Kacang merah dalam sistematika (taksonomi) tumbuhan
diklasifikasikan sebagai berikut: Divisi Spermatophyta, Kelas Dicothyledone,
Ordo Rosales, Famili Legumminosa, Genus Phaseolis, Spesies Phaseolus vulgaris
L. ( Anonim 1 , 2008). Kacang merah dapat dilihat pada gambar 3.
Gambar 3. Kacang Merah ( Phaseolus vulgaris L.).(Sumber. Anonim1 2008)
Penjemuran
Pengirisan
Pencucian
Pengupasan
Pembersihan
Buah
Sukun
Penumbukan
Pengayakan
Penjemuran
Gaplek Sukun
Tepung Sukun
5/11/2018 ISI - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/isi5571fdbc497959916999d073 7/16
7
Kandungan Nutrisi Kacang Merah
Kacang merah mempunyai komposisi kimia bervariasi tergantung dari
kondisi tanaman dan cara perawatannya, tetapi secara umum perbedaan yang ada
tidak terlalu mencolok terutama bila varietas-varietas tersebut mempunyai umur
tanam yang sama dan ditanam di daerah yang sama (Desphande dkk, 1992 dikutip
Mariyanto Teja, 1996).
Kacang merah kaya akan asam folat, kalsium, karbohidrat kompleks, serat,
dan protein yang tergolong tinggi. Kandungan gizi pada kacang merah sangat
bagus bagi kesehatan tubuh manusia. Kacang merah kering merupakan sumber
protein nabati, karbohidrat kompleks, serat, vitamin B, folasin, tiamin, kalsium,
fosfor, dan zat besi. Kandungan gizi kacang merah dapat dilihat pada tabel 3.
Tabel 3. Kandungan Gizi per 100 gram Kacang Merah
Kandungan Satuan Jumlah
Protein Gram 23,1
Lemak Gram 1,7
Karbohidrat Gram 59,5
Kalsium Miligram 80,0
Fosfor Miligram 400,0
Besi Miligram 5,0Vitamin B1 Miligram 0,6
Air Gram 12,0 Sumber: Sumber : FAO, 1972 dalam Widayati E, dan W. Damayanti 2000.
Kandungan asam amino dalam 100 gr kacang merah (kidney bean) terdiri
dari banyak asam amino. Asam glutamat dan asam aspartat merupakan asam
amino yang paling banyak terkandung dalam kacang merah.
Tepung Kacang Merah
Tepung kacang merah adalah tepung yang berasal dari penggilingan kacang
merah yang telah dikeringkan. Proses pembuatan tepung sukun dapat dilihat pada
gambar 4.
5/11/2018 ISI - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/isi5571fdbc497959916999d073 8/16
8
Gambar 4. Diagram alir pembuatan tepung kacang merah(Sumber : Saripah Hudaya dkk, 1993)
Tepung Terigu
Tepung terigu adalah hasil penggilingan gandum. Jenis gandum yang
diolah menjadi tepung terigu dan yang paling banyak dibudidayakan yaitu
gandum jenis Triticum Vulgare. Gandum jenis ini paling mudah berdaptasi
dengan lingkungan pertumbuhannya seperti iklim, tanah dan lainnya. Komposisi
rata-rata tepung terigu per 100 gram dapat dilihat pada tabel 4.
Tabel 4. Komposisi rata-rata tepung terigu per 100 gram
Komponen Satuan JumlahEnergy Kalori 365,00
Protein Gr 8,90
Lemak Gr 1,30
Karbohidrat Gr 77,30
Kalsium Mg 16,00
Fosfor Mg 106,00
Zat besi Mg 1,20
Vitamin Mg 0,12
Air Gr 12,00
Komponen Satuan Jumlah
Sumber : Direktorat Gizi, Depkes RI (2000).
Kacang Merah
Perendaman air ( 80o C -100o C, 60 menit)
Penirisan (15 menit -20 menit)
Pengelupasan kulit biji (manual)
Pengeringan dengan oven (70o C ± 2o C)
Penggilingan dengan grinder
Pengayakan (80 mesh)
Tepung kacang
merah
5/11/2018 ISI - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/isi5571fdbc497959916999d073 9/16
9
Tepung terigu mengandung protein yang disebut gluten yang akan
membentuk adonan menjadi elastis satu sama lain ketika tepung terigu dicampur
dengan air dan dikenai gaya mekanis sehingga adonan dapat membentuk lapisan
film yang akan menahan gas dan membentuk gelembung akibat pengembangan
gas.
Biskuit
Menurut Badan Standardisasi Nasional (1992) definisi biskuit adalah
sejenis makanan yang terbuat dari tepung terigu dengan penambahan bahan
makanan lain, dengan proses pemanasan dan pencetakan. Biskuit juga merupakan
produk kering yang mempunyai daya awet yang relatif tinggi, sehingga dapat
disimpan dalam waktu yang lama dan mudah dibawa dalam perjalanan karena
volume dan beratnya yang relatif ringan akibat adanya proses pengeringan.
Biskuit yang baik harus memenuhi syarat yang ditetapkan SNI 01-2973-1992
seperti yang terdapat pada Tabel 5.
Tabel 5. Syarat Mutu Biskuit
Karakteristik Syarat Mutu
Kadar air (maksimal) 5,00 %
Kadar protein (minimal) 9,00 %Kadar lemak (minimal) 9,50 %
Kadar abu (maksimal) 1,50 %
Kadar serat kasar (maksimal) 0,50 %
Kadar karbohidrat (minimal) 70,00 %
Nilai kalori/100g (minimal) 400,00 kal
Jenis tepung terigu
Kadar logam berbahaya negatif
Warna normal
Bau dan rasa normal, tidak tengik Sumber : Badan Standardisasi Nasional (1992)
Biskuit berasal dari bahasa Latin, yaitu bis coctus yang berarti dimasak dua
kali (cooked twice) (Napitulu, 2006). Biskuit memiliki daya simpan yang cukup
lama karena kadar airnya yang rendah yaitu sekitar 5 %. Selain itu, biskuit
memiliki kandungan energi yang tinggi yaitu sebesar 458 kal per 100 g
(Direktorat Gizi Departemen Kesehatan RI, 1981 dikutip Napitulu, 2006).
5/11/2018 ISI - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/isi5571fdbc497959916999d073 10/16
10
MP-ASI
Makanan Pendamping Air Susu Ibu (MP-ASI). MP-ASI yang berbentuk biskuit
terbuat dari campuran terigu, margarin, gula, susu , lesitin kedelai, garam bikarbonat,
dan diperkaya dengan vitamin dan mineral serta ditambah dengan penyedap rasa dan
aroma (flavour). Jenis gula yang digunakan dalam bentuk sukrosa dan atau fruktosa
dan atau sirup glukosa dan atau madu. Jika menggunakan fruktosa, jumlahnya tidak
boleh lebih dari 15 gr/100 gr.
Pangan Darurat
Pangan darurat didefinisikan sebagai produk pangan olahan yang
dirancang khusus untuk dikonsumsi pada situasi yang tidak normal seperti banjir,
longsor, gempa bumi, musim kelaparan, kebakaran, peperangan dan kejadian lain
yang mengakibatkan manusia tidak dapat hidup secara normal Sejatinya, produk
ini memang tidak umum dikonsumsi pada keadaan normal karena selain
komposisinya yang khusus, juga harganya relatif mahal untuk dikonsumsi sebagai
makanan harian. Pangan darurat sendiri dapat dikelompokkan dalam dua bagian
yaitu produk pangan yang dirancang untuk kondisi dimana air bersih dan bahan
bakar untuk memasak masih tersedia, dan produk pangan yang dirancang untuk
menghadapi situasi dimana air bersih tidak tersedia dan tidak bisa memasak.
Pangan darurat untuk korban bencana, terutama yang bersifat siap santap, sampai
saat ini belum dikembangkan di Indonesia tetapi sudah banyak berkembang untuk
kepentingan tentara di lapangan. (Syamsir, 2008).
Produk pangan darurat siap santap diformulasi sedemikian rupa sehingga
bisa memberikan asupan energi harian (sekitar 2100 kalo untuk orang dewasa).
Ada lima karakteristik lainnya yang juga harus dipenuhi oleh suatu produk pangan
darurat siap santap yaitu aman dikonsumsi dengan warna, bau, aroma, tekstur dan
penampakan yang dapat diterima, kemudahan dalam pendistribusian dan
kemudahan dalam penggunaan, dan memiliki kandungan nutrisi yang lengkap.
Pemberian produk ini dilakukan bersama-sama dengan pemberian air minum
untuk menurunkan tekanan osmotik yang diberikan karena mengkonsumsi pangan
berkalori tinggi ini. Pemberian produk ini bermanfaat untuk mempertahankan
kehidupan sampai isolasi daerah dapat dibuka atau ketika kehidupan normal telah
berlangsung.
5/11/2018 ISI - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/isi5571fdbc497959916999d073 11/16
11
METODOLOGI PENULISAN
Waktu dan Tempat
Penulisan makalah ini dilaksanakan selama satu minggu dari minggu pertama
bulan Desember 2009 sampai dengan minggu kedua bulan Desember 2009 di
Jurusan Teknologi Industri Pangan Fakultas Teknologi Industri Pertanian,
Universitas Padjadjaran, Jatinangor.
Metode Penulisan
Metode yang digunakan dalam penyusunan makalah ini adalah dengan cara
penelusuran dan penelaahan pustaka, Pengumpulan data penunjang, diskusi dan
wawancara dengan langkah-langkah kegiatan sebagai berikut :1. Pencarian dan pengumpulan data yang dilakukan melalui studi literatur
yang dilakukan di perpustakaan dan melalui media internet.
2. Pengumpulan informasi, melalui wawancara dengan narasumber, yaitu :
Dosen jurusan Teknologi Industri Pangan, Fakultas Teknologi Industri
Pertanian, Universitas Padjadjaran.
3. Analisis Informasi, yaitu :
a. Klasifikasi data, yaitu pengelompokan data berdasarkan
permasalahan yang dibahas.
b. Klarifikasi data, yaitu membandingkan data yang sama dari sumber
yang berbeda kemudian menentukan data yang dipakai berdasarkan
informasi yang akurat.
4. Menginterpretasikan data berdasarkan data yang satu dengan data yang
lainnya.
Penulisan laporan dimana hasil interpretasi data dari sumber tertulis ataupun hasil
wawancara dirangkai secara sistematis dan logis dalam bentuk karya tulis
ANALISIS DAN SINTESIS
5/11/2018 ISI - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/isi5571fdbc497959916999d073 12/16
12
Analisis
Formulasi Biskuit MP – ASI
Pangan darurat yang banyak diberikan oleh pemerintah kepada para
korban bencana merupakan bahan pangan yang ditujukan untuk orang dewasa dan
masih membutuhkan air sebelum mengkonsumsinya, contohnya mie. Selain itu,
komposisi bahan pangan tersebut bukan dari berasal dari komoditi lokal
Indonesia, yaitu tepung terigu hasil penggilingan gandum.
Dilihat dari perbandingan komposisi kimia, tepung sukun dengan tepung
terigu, tepung sukun memiliki gizi yang lebih tinggi. Dalam hal ini, tepung sukun
tidak dijadikan pengganti tepung terigu, karena tepung terigu masih digunakan
dalam pembuatan biskuit. Hal ini dikarenakan dalam pembuatan biskuit
dibutuhkan gluten sebanyak 27 ppm, dan zat ini ada dalam tepung terigu.
Penambahan tepung kacang merah dalam formulasi biskuit ini juga untuk
menambah kandungan protein. Untuk mencapai kebutuhan kalori bayi yaitu 1300
kalori maka perbandingan komposisi dalam pembuatan biskuit MP-ASI ini antara
lain tepung terigu : tepung sukun : tepung kacang merah yaitu 1 : 2 : 1. Dimana
kadar kalori dalam 100 gr tepung terigu 365 kalori, 250 gr tepung sukun 755
kalori dan 100 gr tepung kacang merah . Selain itu terkandung juga gula dan
mentega. Gula dalam biskuit mengandung 400 kalori dan mentega dalam biskuit
mengandung 135 kalori.
Prospek
Biskuit sukun ini mempunyai karakteristik yang tidak jauh berbeda dengan
karakteristik biskuit bayi pada umumnya. Biskuit ini memiliki rasa yang manis
sehingga kemungkinan untuk diterima konsumen tinggi.
Pada saat keadaan darurat, biasanya ketersediaan air serta alat-alat untuk
memasak sangat terbatas sehingga diperlukan bahan yang praktis untuk
dikonsumsi, seperti biskuit sukun ini. Keadaan darurat akan membuat para korban
tidak memiliki alternatif lain yang juga menyebabkan timbulnya rasa ingin untuk
mengonsumsi biskuit sukun ini.
Kandungan karbohidrat yang terdapat pada buah sukun ditambahkan
dengan kandungan protein pada kacang merah menjadikan biskuit sukun ini
5/11/2018 ISI - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/isi5571fdbc497959916999d073 13/16
13
memiliki nutrisi yang tinggi bagi bayi. Namun pada kenyataannya tepung sukun
dan tepung kacang merah saja tetap tidak cukup untuk menjadikan biskuit karena
tidak memiliki kandungan gluten. Kandungann gluten hanya dimiliki oleh tepung
terigu sehingga perlu adanya penambahan tepung terigu pada pembuatan biskuit
ini dengan perbandingan tepung terigu : tepung sukun : tepung kacang merah
sebesar 1:2:1.
Menurut Dr. Dwi Putro Widodo pada tahun jumlah kalori yang
dibutuhkan batita (1-3 tahun) adalah 1300 kalori per hari. Kenyataan yang terjadi
selama ini bahwa bantuan yang diberikan pada korban batita adalah bubur bayi
dan susu formula. Namun, makanan yang diberikan masih membutuhkan
tambahan berupa air padahal kondisi saat bencana membuat sulitnya mendapatkan
air bersih.
Sintesis
Proses Pembuatan Biskuit MP – ASI
Proses pembuatan biskuit dari tepung sukun dan tepung kacang merah.
Bahan margarin + gula dikocok, begitu juga dengan telur pun dikocok. Kemudian
bahan hasil kocokan dicampur. Kemudian dikocok kembali. Bahan diaduk sampai
homogen.Pada saat pengadukan dimasukan tepung terigu,tepung sukun dan
tepung kacang merah dengan perbandingan 1: 2 : 1 . Setelah itu ditambahkan
baking powder dan flavouring agent. Bahan yang telah diaduk dicetak, dengan
bentuk bulat, berukuran 5 cm - 6 cm, dan berat 10 gram per keping. Kemudian
dipanggang pada oven dengan suhu 180 °C selama 20 menit. Bahan yang telah
dipanggang didinginkan pada suhu ruang. Setelah pendinginan biskuit siap
dikemas. Proses pembuatan biskuit MP-ASI dapat dilihat pada gambar 5.
Pengocokan
Pemangangan pada oven
T: 180°C, t: 20 menit
Pencetakan
Pengadukan sampai homogen
Pencampuran dan pengocokan
Margarin+gula
Pendinginan pada Suhu ruangan
Pengemasan
Biskuit
Pengocokan
Telur
Tepung
terigu:Tepung
Sukun:Tepung
kacang merah
(1:2:1)
Baking powder Flavouring agent
5/11/2018 ISI - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/isi5571fdbc497959916999d073 14/16
14
Gambar 5. Diagram alir pembuatan biskuit tepung sukun dan tepung
kacang merah.(modifikasi dari Ferlina Mery, Ferlina Ashri Adrianti dan Yan Ardiyanto. 2007)
PENUTUP
Kesimpulan
5/11/2018 ISI - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/isi5571fdbc497959916999d073 15/16
15
Tepung sukun dan tepung kacang merah merupakan bahan lokal yang
memiliki potensi baik untuk dijadikan bahan komplementer dalam pembuatan
biskuit MP-ASI sebagai upaya meningkatkan ketahanan pangan. Proses
pengolahan biskuit tepung sukun dan tepung kacang merah sama dengan proses
pengolahan biskuit pada umumnya. Dengan pemanfaatan tepung sukun dan
tepung kacang merah sebagai bahan komplementer tepung terigu diharapkan
dapat mengurangi permasalahan kekurangan asupan nutrisi pada bayi yang berada
dalam keadaan darurat.
Saran
Untuk mendapatkan biskuit MP-ASI yang lebih baik diperlukan
penelitian yang lebih lanjut baik oleh pemerintah maupun oleh industri pangan
agar dapat lebih diterima masyarakat.
DAFTAR PUSTAKA
Anonim1. 2008. Kacang Merah ( Phaseolus vulgaris L.). (Available online at:
http://wikipedia.org (dakses pada tanggal 9 Desember 2009)).
Departemen Kesehatan.2007.Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia
Nomor: 224/menkes/sk/ii/2007.
Direktorat Gizi, Departemen Kesehatan. 1972. Daftar Komposisi Makanan.
Bhatara, Jakarta.
5/11/2018 ISI - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/isi5571fdbc497959916999d073 16/16
16
Hudaya, Saripah, Cucu S. Achyar, Betty Sofiah dan Marsetio. 1993. Pengaruh
Larutan Perendam Biji Terhadap Beberapa Sifat Tepung Kacang Merah
dan Kemungkinan Pemanfaatannya dalam Pembuatan Kerupuk. Laporan
Penelitian. Lembaga Penelitian Universitas Padjadjaran.
Keraten, S. 1986. Pengantar Teknologi Minyak dan Lemak Pangan. Penenbar
Swadaya: Jakarta
Matz. 1987. Cookies and Crackers Technology. Penerbit AVI Published
Company. Inc. Westport: Connenticut.
Mery, Ferlina Ashri Adrianti, dan Yan Ardiyanto. 2007. Pembuatan Biskuit
Bergizi Berbahan Baku Tepung Beras, Tepung Jagung, dan Tepung
Tempe Untuk Menunjang Ketahanan Pangan Nasional. Program
Kreativitas Mahasiswa. Universitas Padjadjaran.
Nurhasanah, Dede. 2000. Pengaruh Imbangan Tepung Tapioka dengan Tepung
Kacang Merah ( Pheseolus vulgaris L.) Terhadap Karakteristik Kerupuk
Rambak Tapioka. Skripsi. Universitas Padjadjaran.
Rahmawati. 2005. Penampang Melintang Sukun. (Available online at
http://blogspot.com/rahmawati-penampang-melintang-sukun (diakses
pada tanggal 9 Desember 2009)).
Sudirjo dan Seminingsih. 1996. Prospek Sukun Sebagai Sumber Pangan. Majalah
Pangan No 25 Volume I dan II
Sultan, W. J. dan Florida,T. 1986. Practical Baking Fourth Edition. Van Nostrand:
New York.