isi

16
 1 PENDAHULUAN Latar Belakang Ben cana ala m yan g terj adi pad a beb erap a tahun ini di Ind one sia cukup mempri hat ink an kar ena ben cana ter seb ut member ika n beb erapa dampak bagi korba n. Salah satu dampak yang terjadi dalam benca na ini adalah penurunan dalam kualitas hidup komunitas korban. Penurunan kualitas hidup para korban menyebabkan mereka tidak dapat memenuhi kebutuhan hidupnya seperti biasa. Kekuranngan pangan untuk pemenuhan gizi merupakan akibat dari hal tersebut. Pangan darurat merupakan solusi yang telah banyak diteliti dan dibicarakan saat in i. Pan gan d arurat memil iki pri nsip ready to eat atau dapat dikonsumsi langsung tanpa harus me lak ukan pengolahan sebelumnya serta memi lik i komp osisi kimia yang dapat memen uhi kebu tuhan para korb an bencan a. Produ k  p anga n da rura t si ap sant ap di formul as i se de mi ki an rupa se hi ng ga bi sa memberikan asupan energi harian (sekitar 2100 kalori untuk orang dewasa dan 1300 kalori. Ban tua n pangan yang selama ini dib erik an pad a kor ban ben cana lebih  ba nya k dit uju kan unt uk usi a dewasa, sep erti mie ins tan. Mie ins tan memili ki kandungan gizi yang rendah serta masih memerlukan pengolahan lebih lanjut yaitu perebusan. Pemenuhan kebutuhan makanan untuk korban bencana skala usia BATITA (Bayi di bawah umur Tiga Tahun) masih belum diperhatikan. Pada usia terseb ut membu tuhka n asupa n nutris i yang lebih baik. Pemenuh an gizi BATITA ini didapatkan dari Makanan Pendamping Air Susu Ibu (MP-ASI). Unt uk itu per lu dikemb angkan MP-ASI yan g dap at lan gsu ng dimakan. Bisku it merup akan pilihan yang tepat karena memiliki komposis i nutri si yang mencukupi ke butuha n batita serta dapat langsung dimakan. Nutr isi yang dikan dung bisk uit dapat dipero leh denga n mengk ombin asikan beber apa bahan  pang an lokal untuk mengh asilk an produ k yang bergizi seimb ang. Bahan panga n lokal yang dapat digunakan yaitu sukun yang memiliki kandungan kalori dan karbohidrat tinggi serta kacang merah sebagai sumber protein tinggi. Produksi sukun (  Artocarpus communis) di Indonesia cukup banyak, namun  pemanfaata n su kun ini be lum banyak di kembangkan di Indonesi a. Sukun

Upload: irvan-ramadhani

Post on 11-Jul-2015

303 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

5/11/2018 ISI - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/isi5571fdbc497959916999d073 1/16

 

1

PENDAHULUAN

Latar Belakang

Bencana alam yang terjadi pada beberapa tahun ini di Indonesia cukup

memprihatinkan karena bencana tersebut memberikan beberapa dampak bagi

korban. Salah satu dampak yang terjadi dalam bencana ini adalah penurunan

dalam kualitas hidup komunitas korban. Penurunan kualitas hidup para korban

menyebabkan mereka tidak dapat memenuhi kebutuhan hidupnya seperti biasa.

Kekuranngan pangan untuk pemenuhan gizi merupakan akibat dari hal tersebut.

Pangan darurat merupakan solusi yang telah banyak diteliti dan dibicarakan

saat ini. Pangan darurat memiliki prinsip ready to eat  atau dapat dikonsumsi

langsung tanpa harus melakukan pengolahan sebelumnya serta memiliki

komposisi kimia yang dapat memenuhi kebutuhan para korban bencana. Produk 

  pangan darurat siap santap diformulasi sedemikian rupa sehingga bisa

memberikan asupan energi harian (sekitar 2100 kalori untuk orang dewasa dan

1300 kalori.

Bantuan pangan yang selama ini diberikan pada korban bencana lebih

 banyak ditujukan untuk usia dewasa, seperti mie instan. Mie instan memiliki

kandungan gizi yang rendah serta masih memerlukan pengolahan lebih lanjut

yaitu perebusan. Pemenuhan kebutuhan makanan untuk korban bencana skala usia

BATITA (Bayi di bawah umur Tiga Tahun) masih belum diperhatikan. Pada usia

tersebut membutuhkan asupan nutrisi yang lebih baik. Pemenuhan gizi BATITA

ini didapatkan dari Makanan Pendamping Air Susu Ibu (MP-ASI).

Untuk itu perlu dikembangkan MP-ASI yang dapat langsung dimakan.

Biskuit merupakan pilihan yang tepat karena memiliki komposisi nutrisi yangmencukupi kebutuhan batita serta dapat langsung dimakan. Nutrisi yang

dikandung biskuit dapat diperoleh dengan mengkombinasikan beberapa bahan

 pangan lokal untuk menghasilkan produk yang bergizi seimbang. Bahan pangan

lokal yang dapat digunakan yaitu sukun yang memiliki kandungan kalori dan

karbohidrat tinggi serta kacang merah sebagai sumber protein tinggi.

Produksi sukun ( Artocarpus communis) di Indonesia cukup banyak, namun

  pemanfaatan sukun ini belum banyak dikembangkan di Indonesia. Sukun

5/11/2018 ISI - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/isi5571fdbc497959916999d073 2/16

 

2

memiliki kandungan karbohidrat yang cukup tinggi.  Kacang merah ( Phaseolus

vulgaris L.) saat ini hanya digunakan sebagai cemilan, seperti bubur dan kue.

Kacang merah memiliki kandungan protein yang cukup tinggi. Tepung sukun dan

tepung kacang merah ini dijadikan sebagai subtitusi tepung terigu dalam

 pembuatan biskuit MP-ASI.

Perumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang di atas, dapat diidentifikasikan masalah sebagai

  berikut: sejauh mana potensi buah sukun dan kacang merah sebagai bahan

komplementer tepung terigu dalam pembuatan biskuit MP-ASI sebagai pangan

darurat untuk BATITA.

Tujuan dan Manfaat Penulisan

Tujuan dari penulisan makalah ini adalah untuk meningkatkan nilai guna

sukun dan kacang merah sebagai sumber daya lokal melalui pembuatan biskuit

MP-ASI sebagai pangan darurat untuk BATITA.

 Manfaat pembuatan makalah ini adalah untuk mengetahui sejauh mana

 potensi sukun dan kacang merah sebagai bahan komplementer tepung terigu

dalam pembuatan biskuit MP-ASI.

5/11/2018 ISI - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/isi5571fdbc497959916999d073 3/16

 

3

TELAAH PUSTAKA

Sukun ( Artocarpus communis)

Sukun (  Artocarpus communis) adalah tanaman yang berasal dari daerah

 New Guinea Pasifik. Tumbuhan yang berasal dari genus Artocarpus dalam famili

Moraceae ini kemudian dikembangkan di daerah Malaysia sampai ke Indonesia.

Di Indonesia, daerah penyebaran sukun hampir merata di seluruh daerah, terutama

Jawa Tengah dan Jawa Timur. Produktivitas pohon sukun cukup tinggi. Dalam

satu tahun akan diperoleh buah sukun sebanyak 400 buah pada umur 5 sampai 6

tahun, dan 700–800 buah per tahun pada umur 8 tahun. Paling sedikit setiap

tanaman dapat menghasilkan 25 buah dengan rata-rata 200-300 buah per musim

(Alrasjid, 1993).

Sukun dapat dijadikan sebagai pangan alternatif karena keberadaannya tidak 

seiring dengan pangan konvensional (beras), artinya keberadaan pangan ini dapat

menutupi kekosongan produksi pangan konvensional. Sukun dapat dipakai

sebagai pangan alternatif pada bulan-bulan Januari, Februari dan September, di

mana pada bulan-bulan tersebut terjadi paceklik padi.

Gambar 1. Buah Sukun ( Artocarpus communis).

(Sumber: Rahmawati, 2005)

Komposisi Kimia Sukun

Sukun memiliki kandungan karbohidrat yang cukup tinggi. Selain

karbohidrat, protein, dan lemak, buah sukun juga mengandung vitamin B1, B2,

dan vitamin C, serta mineral (kalsium, fosfor, dan zat besi). Komposisi zat gizi

 buah sukun per 100 g bahan dapat dilihat pada tabel 1.

 

5/11/2018 ISI - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/isi5571fdbc497959916999d073 4/16

 

4

Tabel 1. Komposisi Zat Gizi Buah Sukun per 100 g Bahan

Zat Gizi Sukun Muda Sukun Tua

Karbohidrat (g) 9,2 28,2

Lemak (g) 0,7 0,3Protein (g) 2,0 1,3

Vitamin B1 (mg) 0,12 0,12

Vitamin B2 (mg) 0,06 0,05

Vitamin C (mg) 21,00 17

Kalsium (mg) 59 21

Fosfor (mg) 46 59

Zat besi (mg) - 0,4

Sumber : FAO, 1972 dalam Widayati E, dan W. Damayanti 2000.

Kalori buah sukun sebesar 108 kal per 100 gram, namun setelah diolah

menjadi tepung, kalorinya sebesar 302 kal per 100 gram. Kalori tepung sukun

(302 kal) lebih rendah dari beras (360 kal). Namun, tepung sukun kalorinya lebih

 besar dibandingkan dengan Jagung (129 kal), Ubi kayu (146 kal), Ubi Jalar (123

kal), dan Kentang (83 kal), (W. Damayanti 2000).

Tepung S ukun

Tepung sukun adalah tepung yang berasal dari penggilingan sukun yang

telah dikeringkan. Buah sukun yang akan dibuat tepung harus dibuat gaplek 

terlebih dahulu. Gaplek yang mengalami pengeringan sempurna akan berwarna

keputih-putihan serta tidak berbau, kadar airnya sekitar 14% (Pitojo, 1992 dikutip

Rahmawati 2005)

Tepung sukun mudah diolah kembali menjadi berbagai macam penganan

yang menarik, menyehatkan dan kaya akan gizi termasuk beragam vitamin dan

kalsium yang terdapat di dalamnya berdasarkan kandungan nutrisinya, buah sukun

mempunyai potensi yang baik untuk dikembangkan sebagai salah satu makanan

 pokok pendamping beras. Perbandingan kandungan gizi beras dan tepung sorgum

dapat diliat pada tabel 2.

5/11/2018 ISI - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/isi5571fdbc497959916999d073 5/16

 

5

Tabel 2. Kandungan Zat Gizi pada Beras dan Tepung Sukun

Zat Gizi Beras Tepung Sukun

Karbohidrat (g) 79, 0 78,9

Lemak (g) 0, 7 0,8Protein (g) 7, 0 3,6

Vitamin B1 (mg) - 0,34

Vitamin B2 (mg) - 0,17

Vitamin C (mg) - 47,6

Kalsium (mg) 6 58,8

Fosfor (mg) 147 165,2

Zat besi (mg) 0, 8 1,1Sumber : FAO, 1972 dalam Widayati E, dan W. Damayanti 2000.

Rendemen tepung sukun berkisar 17-24,4%, bergantung varietas. Tingkat

ketuaan buah juga menentukan rendemen tepung; makin tua buah makin tinggi

kandungan tepung. Derajat putih tepung sukun berkisar antara 50-70%. Buah

dengan tingkat ketuaan optimal dan masih mentah menghasilkan tepung paling

 putih. Jika buah kurang tua, tepung yang dihasilkan berwarna kecoklatan karena

sukun muda banyak mengandung getah dan senyawa polifenol. Sukun matang

menghasilkan tepung yang kurang baik karena kadar gula tinggi sehingga

memperlambat proses pengeringan.

Menurut Pitojo (1992) dikutip Rahmawati (2005), proses pembuatan tepung

sukun meliputi pemilihan bahan baku, sortasi pembersihan, pengupasan, dan

 pencucian, pengirisan, pengeringan, penggilingan dan pengayakan, untuk lebih

  jelas, pembuatan tepung sukun. Proses pembuatan tepung sukun dapat dilihat

 pada gambar 3.

5/11/2018 ISI - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/isi5571fdbc497959916999d073 6/16

 

6

Gambar 2. Diagram alir pembuatan tepung sukun(Sumber : Direktorat Pengolahan dan Pemasaran Hasil Hortikultura,

Departemen Pertanian RI 2003 )

Kacang Merah (Phaseolus vulgaris)

Kacang merah (Phaseolus vulgaris) merupakan tanaman dari suku

  polong-polongan. Kacang merah dalam sistematika (taksonomi) tumbuhan

diklasifikasikan sebagai berikut: Divisi Spermatophyta, Kelas Dicothyledone,

Ordo Rosales, Famili Legumminosa, Genus Phaseolis, Spesies Phaseolus vulgaris

 L. ( Anonim 1 , 2008). Kacang merah dapat dilihat pada gambar 3.

Gambar 3. Kacang Merah ( Phaseolus vulgaris L.).(Sumber. Anonim1 2008)

 Penjemuran

Pengirisan

Pencucian

 Pengupasan

Pembersihan

 

 

Buah

Sukun

Penumbukan

Pengayakan

Penjemuran

Gaplek Sukun

Tepung Sukun

5/11/2018 ISI - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/isi5571fdbc497959916999d073 7/16

 

7

Kandungan Nutrisi Kacang Merah

Kacang merah mempunyai komposisi kimia bervariasi tergantung dari

kondisi tanaman dan cara perawatannya, tetapi secara umum perbedaan yang ada

tidak terlalu mencolok terutama bila varietas-varietas tersebut mempunyai umur 

tanam yang sama dan ditanam di daerah yang sama (Desphande dkk, 1992 dikutip

Mariyanto Teja, 1996).

Kacang merah kaya akan asam folat, kalsium, karbohidrat kompleks, serat,

dan protein yang tergolong tinggi. Kandungan gizi pada kacang merah sangat

 bagus bagi kesehatan tubuh manusia. Kacang merah kering merupakan sumber 

 protein nabati, karbohidrat kompleks, serat, vitamin B, folasin, tiamin, kalsium,

fosfor, dan zat besi. Kandungan gizi kacang merah dapat dilihat pada tabel 3.

Tabel 3. Kandungan Gizi per 100 gram Kacang Merah

Kandungan Satuan Jumlah

Protein Gram 23,1

Lemak Gram 1,7

Karbohidrat Gram 59,5

Kalsium Miligram 80,0

Fosfor Miligram 400,0

Besi Miligram 5,0Vitamin B1 Miligram 0,6

Air Gram 12,0  Sumber: Sumber : FAO, 1972 dalam Widayati E, dan W. Damayanti 2000.

Kandungan asam amino dalam 100 gr kacang merah (kidney bean) terdiri

dari banyak asam amino. Asam glutamat dan asam aspartat merupakan asam

amino yang paling banyak terkandung dalam kacang merah.

Tepung Kacang Merah

Tepung kacang merah adalah tepung yang berasal dari penggilingan kacang

merah yang telah dikeringkan. Proses pembuatan tepung sukun dapat dilihat pada

gambar 4.

5/11/2018 ISI - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/isi5571fdbc497959916999d073 8/16

 

8

Gambar 4. Diagram alir pembuatan tepung kacang merah(Sumber : Saripah Hudaya dkk, 1993)

Tepung Terigu

Tepung terigu adalah hasil penggilingan gandum. Jenis gandum yang

diolah menjadi tepung terigu dan yang paling banyak dibudidayakan yaitu

gandum jenis Triticum Vulgare. Gandum jenis ini paling mudah berdaptasi

dengan lingkungan pertumbuhannya seperti iklim, tanah dan lainnya. Komposisi

rata-rata tepung terigu per 100 gram dapat dilihat pada tabel 4.

Tabel 4. Komposisi rata-rata tepung terigu per 100 gram

Komponen Satuan JumlahEnergy Kalori 365,00

Protein Gr 8,90

Lemak Gr 1,30

Karbohidrat Gr 77,30

Kalsium Mg 16,00

Fosfor Mg 106,00

Zat besi Mg 1,20

Vitamin Mg 0,12

Air Gr 12,00

Komponen Satuan Jumlah

Sumber : Direktorat Gizi, Depkes RI (2000).

Kacang Merah

Perendaman air ( 80o C -100o C, 60 menit)

Penirisan (15 menit -20 menit)

Pengelupasan kulit biji (manual)

Pengeringan dengan oven (70o C ± 2o C)

Penggilingan dengan grinder 

Pengayakan (80 mesh)

Tepung kacang

merah

5/11/2018 ISI - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/isi5571fdbc497959916999d073 9/16

 

9

Tepung terigu mengandung protein yang disebut gluten yang akan

membentuk adonan menjadi elastis satu sama lain ketika tepung terigu dicampur 

dengan air dan dikenai gaya mekanis sehingga adonan dapat membentuk lapisan

film yang akan menahan gas dan membentuk gelembung akibat pengembangan

gas.

Biskuit

Menurut Badan Standardisasi Nasional (1992) definisi biskuit adalah

sejenis makanan yang terbuat dari tepung terigu dengan penambahan bahan

makanan lain, dengan proses pemanasan dan pencetakan. Biskuit juga merupakan

 produk kering yang mempunyai daya awet yang relatif tinggi, sehingga dapat

disimpan dalam waktu yang lama dan mudah dibawa dalam perjalanan karena

volume dan beratnya yang relatif ringan akibat adanya proses pengeringan.

Biskuit yang baik harus memenuhi syarat yang ditetapkan SNI 01-2973-1992

seperti yang terdapat pada Tabel 5.

Tabel 5. Syarat Mutu Biskuit

Karakteristik Syarat Mutu

Kadar air (maksimal) 5,00 %

Kadar protein (minimal) 9,00 %Kadar lemak (minimal) 9,50 %

Kadar abu (maksimal) 1,50 %

Kadar serat kasar (maksimal) 0,50 %

Kadar karbohidrat (minimal) 70,00 %

 Nilai kalori/100g (minimal) 400,00 kal

Jenis tepung terigu

Kadar logam berbahaya negatif  

Warna normal

Bau dan rasa normal, tidak tengik  Sumber : Badan Standardisasi Nasional (1992)

Biskuit berasal dari bahasa Latin, yaitu bis coctus yang berarti dimasak dua

kali (cooked twice) (Napitulu, 2006). Biskuit memiliki daya simpan yang cukup

lama karena kadar airnya yang rendah yaitu sekitar 5 %. Selain itu, biskuit

memiliki kandungan energi yang tinggi yaitu sebesar 458 kal per 100 g

(Direktorat Gizi Departemen Kesehatan RI, 1981 dikutip Napitulu, 2006).

5/11/2018 ISI - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/isi5571fdbc497959916999d073 10/16

 

10

MP-ASI

Makanan Pendamping Air Susu Ibu (MP-ASI). MP-ASI yang berbentuk biskuit

terbuat dari campuran terigu, margarin, gula, susu , lesitin kedelai, garam bikarbonat,

dan diperkaya dengan vitamin dan mineral serta ditambah dengan penyedap rasa dan

aroma (flavour). Jenis gula yang digunakan dalam bentuk sukrosa dan atau fruktosa

dan atau sirup glukosa dan atau madu. Jika menggunakan fruktosa, jumlahnya tidak 

 boleh lebih dari 15 gr/100 gr.

Pangan Darurat

Pangan darurat didefinisikan sebagai produk pangan olahan yang

dirancang khusus untuk dikonsumsi pada situasi yang tidak normal seperti banjir,

longsor, gempa bumi, musim kelaparan, kebakaran, peperangan dan kejadian lain

yang mengakibatkan manusia tidak dapat hidup secara normal Sejatinya, produk 

ini memang tidak umum dikonsumsi pada keadaan normal karena selain

komposisinya yang khusus, juga harganya relatif mahal untuk dikonsumsi sebagai

makanan harian. Pangan darurat sendiri dapat dikelompokkan dalam dua bagian

yaitu produk pangan yang dirancang untuk kondisi dimana air bersih dan bahan

 bakar untuk memasak masih tersedia, dan produk pangan yang dirancang untuk 

menghadapi situasi dimana air bersih tidak tersedia dan tidak bisa memasak.

Pangan darurat untuk korban bencana, terutama yang bersifat siap santap, sampai

saat ini belum dikembangkan di Indonesia tetapi sudah banyak berkembang untuk 

kepentingan tentara di lapangan. (Syamsir, 2008).

Produk pangan darurat siap santap diformulasi sedemikian rupa sehingga

 bisa memberikan asupan energi harian (sekitar 2100 kalo untuk orang dewasa).

Ada lima karakteristik lainnya yang juga harus dipenuhi oleh suatu produk pangan

darurat siap santap yaitu aman dikonsumsi dengan warna, bau, aroma, tekstur dan

  penampakan yang dapat diterima, kemudahan dalam pendistribusian dan

kemudahan dalam penggunaan, dan memiliki kandungan nutrisi yang lengkap.

Pemberian produk ini dilakukan bersama-sama dengan pemberian air minum

untuk menurunkan tekanan osmotik yang diberikan karena mengkonsumsi pangan

  berkalori tinggi ini. Pemberian produk ini bermanfaat untuk mempertahankan

kehidupan sampai isolasi daerah dapat dibuka atau ketika kehidupan normal telah

 berlangsung.

5/11/2018 ISI - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/isi5571fdbc497959916999d073 11/16

 

11

METODOLOGI PENULISAN

Waktu dan Tempat

Penulisan makalah ini dilaksanakan selama satu minggu dari minggu pertama

 bulan Desember 2009 sampai dengan minggu kedua bulan Desember 2009 di

Jurusan Teknologi Industri Pangan Fakultas Teknologi Industri Pertanian,

Universitas Padjadjaran, Jatinangor.

Metode Penulisan

Metode yang digunakan dalam penyusunan makalah ini adalah dengan cara

 penelusuran dan penelaahan pustaka, Pengumpulan data penunjang, diskusi dan

wawancara dengan langkah-langkah kegiatan sebagai berikut :1. Pencarian dan pengumpulan data yang dilakukan melalui studi literatur 

yang dilakukan di perpustakaan dan melalui media internet.

2. Pengumpulan informasi, melalui wawancara dengan narasumber, yaitu :

Dosen jurusan Teknologi Industri Pangan, Fakultas Teknologi Industri

Pertanian, Universitas Padjadjaran.

3. Analisis Informasi, yaitu :

a. Klasifikasi data, yaitu pengelompokan data berdasarkan

 permasalahan yang dibahas.

 b. Klarifikasi data, yaitu membandingkan data yang sama dari sumber 

yang berbeda kemudian menentukan data yang dipakai berdasarkan

informasi yang akurat.

4. Menginterpretasikan data berdasarkan data yang satu dengan data yang

lainnya.

Penulisan laporan dimana hasil interpretasi data dari sumber tertulis ataupun hasil

wawancara dirangkai secara sistematis dan logis dalam bentuk karya tulis

 

ANALISIS DAN SINTESIS

5/11/2018 ISI - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/isi5571fdbc497959916999d073 12/16

 

12

Analisis

Formulasi Biskuit MP – ASI

Pangan darurat yang banyak diberikan oleh pemerintah kepada para

korban bencana merupakan bahan pangan yang ditujukan untuk orang dewasa dan

masih membutuhkan air sebelum mengkonsumsinya, contohnya mie. Selain itu,

komposisi bahan pangan tersebut bukan dari berasal dari komoditi lokal

Indonesia, yaitu tepung terigu hasil penggilingan gandum.

Dilihat dari perbandingan komposisi kimia, tepung sukun dengan tepung

terigu, tepung sukun memiliki gizi yang lebih tinggi. Dalam hal ini, tepung sukun

tidak dijadikan pengganti tepung terigu, karena tepung terigu masih digunakan

dalam pembuatan biskuit. Hal ini dikarenakan dalam pembuatan biskuit

dibutuhkan gluten sebanyak 27 ppm, dan zat ini ada dalam tepung terigu.

Penambahan tepung kacang merah dalam formulasi biskuit ini juga untuk 

menambah kandungan protein. Untuk mencapai kebutuhan kalori bayi yaitu 1300

kalori maka perbandingan komposisi dalam pembuatan biskuit MP-ASI ini antara

lain tepung terigu : tepung sukun : tepung kacang merah yaitu 1 : 2 : 1. Dimana

kadar kalori dalam 100 gr tepung terigu 365 kalori, 250 gr tepung sukun 755

kalori dan 100 gr tepung kacang merah . Selain itu terkandung juga gula dan

mentega. Gula dalam biskuit mengandung 400 kalori dan mentega dalam biskuit

mengandung 135 kalori.

Prospek 

Biskuit sukun ini mempunyai karakteristik yang tidak jauh berbeda dengan

karakteristik biskuit bayi pada umumnya. Biskuit ini memiliki rasa yang manis

sehingga kemungkinan untuk diterima konsumen tinggi.

Pada saat keadaan darurat, biasanya ketersediaan air serta alat-alat untuk 

memasak sangat terbatas sehingga diperlukan bahan yang praktis untuk 

dikonsumsi, seperti biskuit sukun ini. Keadaan darurat akan membuat para korban

tidak memiliki alternatif lain yang juga menyebabkan timbulnya rasa ingin untuk 

mengonsumsi biskuit sukun ini. 

Kandungan karbohidrat yang terdapat pada buah sukun ditambahkan

dengan kandungan protein pada kacang merah menjadikan biskuit sukun ini

5/11/2018 ISI - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/isi5571fdbc497959916999d073 13/16

 

13

memiliki nutrisi yang tinggi bagi bayi. Namun pada kenyataannya tepung sukun

dan tepung kacang merah saja tetap tidak cukup untuk menjadikan biskuit karena

tidak memiliki kandungan gluten. Kandungann gluten hanya dimiliki oleh tepung

terigu sehingga perlu adanya penambahan tepung terigu pada pembuatan biskuit

ini dengan perbandingan tepung terigu : tepung sukun : tepung kacang merah

sebesar 1:2:1.

Menurut Dr. Dwi Putro Widodo pada tahun jumlah kalori yang

dibutuhkan batita (1-3 tahun) adalah 1300 kalori per hari. Kenyataan yang terjadi

selama ini bahwa bantuan yang diberikan pada korban batita adalah bubur bayi

dan susu formula. Namun, makanan yang diberikan masih membutuhkan

tambahan berupa air padahal kondisi saat bencana membuat sulitnya mendapatkan

air bersih.

Sintesis

Proses Pembuatan Biskuit MP – ASI

Proses pembuatan biskuit dari tepung sukun dan tepung kacang merah.

Bahan margarin + gula dikocok, begitu juga dengan telur pun dikocok. Kemudian

 bahan hasil kocokan dicampur. Kemudian dikocok kembali. Bahan diaduk sampai

homogen.Pada saat pengadukan dimasukan tepung terigu,tepung sukun dan

tepung kacang merah dengan perbandingan 1: 2 : 1 . Setelah itu ditambahkan

 baking powder dan flavouring agent. Bahan yang telah diaduk dicetak, dengan

 bentuk bulat, berukuran 5 cm - 6 cm, dan berat 10 gram per keping. Kemudian

dipanggang pada oven dengan suhu 180 °C selama 20 menit. Bahan yang telah

dipanggang didinginkan pada suhu ruang. Setelah pendinginan biskuit siap

dikemas. Proses pembuatan biskuit MP-ASI dapat dilihat pada gambar 5.

 

Pengocokan

Pemangangan pada oven

T: 180°C, t: 20 menit

Pencetakan

Pengadukan sampai homogen

Pencampuran dan pengocokan

Margarin+gula

Pendinginan pada Suhu ruangan

Pengemasan

Biskuit

Pengocokan

Telur 

Tepung

terigu:Tepung

Sukun:Tepung

kacang merah

(1:2:1)

 Baking powder  Flavouring agent 

5/11/2018 ISI - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/isi5571fdbc497959916999d073 14/16

 

14

Gambar 5. Diagram alir pembuatan biskuit tepung sukun dan tepung

kacang merah.(modifikasi dari Ferlina Mery, Ferlina Ashri Adrianti dan Yan Ardiyanto. 2007)

PENUTUP

Kesimpulan

5/11/2018 ISI - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/isi5571fdbc497959916999d073 15/16

 

15

Tepung sukun dan tepung kacang merah merupakan bahan lokal yang

memiliki potensi baik untuk dijadikan bahan komplementer dalam pembuatan

  biskuit MP-ASI sebagai upaya meningkatkan ketahanan pangan. Proses

 pengolahan biskuit tepung sukun dan tepung kacang merah sama dengan proses

  pengolahan biskuit pada umumnya. Dengan pemanfaatan tepung sukun dan

tepung kacang merah sebagai bahan komplementer tepung terigu diharapkan

dapat mengurangi permasalahan kekurangan asupan nutrisi pada bayi yang berada

dalam keadaan darurat.

Saran

Untuk mendapatkan biskuit MP-ASI yang lebih baik diperlukan

 penelitian yang lebih lanjut baik oleh pemerintah maupun oleh industri pangan

agar dapat lebih diterima masyarakat.

DAFTAR PUSTAKA

Anonim1. 2008.  Kacang Merah (  Phaseolus vulgaris L.). (Available online at:

http://wikipedia.org (dakses pada tanggal 9 Desember 2009)).

Departemen Kesehatan.2007.Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia

 Nomor: 224/menkes/sk/ii/2007.

Direktorat Gizi, Departemen Kesehatan. 1972. Daftar Komposisi Makanan.

Bhatara, Jakarta.

5/11/2018 ISI - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/isi5571fdbc497959916999d073 16/16

 

16

Hudaya, Saripah, Cucu S. Achyar, Betty Sofiah dan Marsetio. 1993. Pengaruh

Larutan Perendam Biji Terhadap Beberapa Sifat Tepung Kacang Merah

dan Kemungkinan Pemanfaatannya dalam Pembuatan Kerupuk. Laporan

Penelitian. Lembaga Penelitian Universitas Padjadjaran.

Keraten, S. 1986. Pengantar Teknologi Minyak dan Lemak Pangan. Penenbar 

Swadaya: Jakarta

Matz. 1987. Cookies and Crackers Technology. Penerbit AVI Published

Company. Inc. Westport: Connenticut.

Mery, Ferlina Ashri Adrianti, dan Yan Ardiyanto. 2007. Pembuatan Biskuit

Bergizi Berbahan Baku Tepung Beras, Tepung Jagung, dan Tepung

Tempe Untuk Menunjang Ketahanan Pangan Nasional. Program

Kreativitas Mahasiswa. Universitas Padjadjaran.

 Nurhasanah, Dede. 2000. Pengaruh Imbangan Tepung Tapioka dengan Tepung

Kacang Merah ( Pheseolus vulgaris L.) Terhadap Karakteristik Kerupuk 

Rambak Tapioka. Skripsi. Universitas Padjadjaran.

Rahmawati. 2005. Penampang Melintang Sukun. (Available online at

http://blogspot.com/rahmawati-penampang-melintang-sukun (diakses

 pada tanggal 9 Desember 2009)).

Sudirjo dan Seminingsih. 1996. Prospek Sukun Sebagai Sumber Pangan. Majalah

Pangan No 25 Volume I dan II

Sultan, W. J. dan Florida,T. 1986. Practical Baking Fourth Edition. Van Nostrand:

 New York.