isi

42
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pesantren merupakan lembaga pengembangan kemampuan dibidang keislaman. Pendidikan pesantren juga dapat dikatakan sebagai modal sosial dan bahkan soko guru bagi perkembangan pendidikan nasional di Indonesia. Karena pendidikan pesantren yang berkembang sampai saat ini dengan berbagai ragam modelnya senantiasa selaras dengan jiwa, semangat, dan kepribadian bangsa Indonesia yang mayoritas beragama Islam. Maka dari itu, sudah sewajarnya apabila perkembangan dan pengembangan pendidikan pesantren akan memperkuat karakter sosial system pendidikan nasional yang turut membantu melahirkan sumber daya manusia (SDM) Indonesia yang memiliki kehandalan penguasaan pengetahuan dan kecakapan teknologi yang senantiasa dijiwai nilai-nilai luhur keagamaan. Pada akhirnya, sumber daya manusia yang dilahirkan dari pendidikan pesantren ini secara ideal dan praktis dapat berperan dalam setiap proses perubahan sosial menuju terwujudnya tatanan kehidupan masyarakat yang paripurna. (Masyhud, 2003:9) Salah satu sektor penting dalam pembangunan sosial yang mendapatkan perhatian serius hampir dalam setiap proses pelaksanaan pembangunan adalah aspek pendidikan. Bidang pendidikan itu sendiri telah menjadi pilar utama penyangga keberhasilan pelaksanaan pembangunan sosial. Pondok Pesantren Gontor 1

Upload: fadli-ilham

Post on 01-Jul-2015

222 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: Isi

BAB 1

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Pesantren merupakan lembaga pengembangan kemampuan dibidang

keislaman. Pendidikan pesantren juga dapat dikatakan sebagai modal sosial dan

bahkan soko guru bagi perkembangan pendidikan nasional di Indonesia. Karena

pendidikan pesantren yang berkembang sampai saat ini dengan berbagai ragam

modelnya senantiasa selaras dengan jiwa, semangat, dan kepribadian bangsa

Indonesia yang mayoritas beragama Islam. Maka dari itu, sudah sewajarnya apabila

perkembangan dan pengembangan pendidikan pesantren akan memperkuat karakter

sosial system pendidikan nasional yang turut membantu melahirkan sumber daya

manusia (SDM) Indonesia yang memiliki kehandalan penguasaan pengetahuan dan

kecakapan teknologi yang senantiasa dijiwai nilai-nilai luhur keagamaan. Pada

akhirnya, sumber daya manusia yang dilahirkan dari pendidikan pesantren ini secara

ideal dan praktis dapat berperan dalam setiap proses perubahan sosial menuju

terwujudnya tatanan kehidupan masyarakat yang paripurna. (Masyhud, 2003:9)

Salah satu sektor penting dalam pembangunan sosial yang mendapatkan

perhatian serius hampir dalam setiap proses pelaksanaan pembangunan adalah aspek

pendidikan. Bidang pendidikan itu sendiri telah menjadi pilar utama penyangga

keberhasilan pelaksanaan pembangunan sosial. Hampir bisa dipastikan, suatu daerah

yang masyarakatnya memiliki tingkat pendidikan tinggi cenderung memiliki tingkat

keberhasilan pembangunan yang cukup tinggi bila dibandingkan dengan daerah yang

rata-rata tingkat pendidikan masyarakat yang relatif rendah.

1.2 Identifikasi Masalah

Umumnya pesantren yang mencetak para santri kurang didukung dengan sisi

ilmu pengetahuan yang luas tentang perkembangan kehidupan masa kini dan kurang

memaksimalkannya peranan keahlian para santri dalam menunjang peribadatan

dilingkungan sekitarnya, baik yang bersifat vertikal yaitu hubungan kepada Sang

Pencipta maupun yang bersifat horizontal yaitu hubungan dengan sesama manusia.

Pondok Pesantren Gontor 1

Page 2: Isi

1.3 Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang, dan identifikasi masalah di atas, penulis

memperoleh rumusan masalah sebagai berikut.

1. Bagaimana cerita singkat tentang perkembangan

pesantren Gontor?

2. Apa yang menjadi gagasan dan cita-cita didirikannya pesantren Gontor?

3. Bagaimana sejarah singkat didirikannya pondok pesantren Gontor?

4. Apa sajakah yang menjadi tujuan utama didirikannya pesantren Gontor ?

5. Apa sajakah sikap-sikap yang diterapkan dalam pesantren Gontor ?

6. Bagaimana pembinaan yang dilakukan pada kaum wanita di pesantren

Gontor ?

7. Apa sajakah yang menjadi keistimewaan pesantren Gontor dengan pesantren

lain?

1.4 Tujuan

Adapun tujuan penyusunan makalah ini yaitu :

1. Untuk mengetahui cerita singkat tentang perkembangan pesantren Gontor;

2. Untuk mengetahui gagasan dan cita-cita didirikannya pesantren Gontor ;

3. Untuk mengetahui sejarah didirikannya pondok pesantren Gontor ;

4. Untuk mengetahui tujuan utama didirikannya pesantren Gontor;

5. Untuk mengetahui sikap-sikap yang diterapkan dalam pesantren Gontor;

6. Untuk mengetahui pembinaan yang dilakukan pada kaum wanita di pesantren

Gontor; dan

7. Untuk mengetahui keistimewaan pesantren Gontor dengan pesantren lain.

1.5 Manfaat

Manfaat dari penyusunan makalah ini antara lain :

1. mengetahui gagasan dan cita-cita didirikannya pesantren Gontor;

2. mengetahui gagasan dan cita-cita didirikannya pesantren Gontor ;

3. mengetahui sejarah didirikannya pondok pesantren Gontor;

4. mengetahui sejarah didirikannya pondok pesantren Gontor;

5. mengetahui sikap-sikap yang diterapkan dalam pesantren Gontor;

6. Mengetahui pembinaan yang dilakukan pada kaum wanita di pesantren Gontor;

dan

Pondok Pesantren Gontor 2

Page 3: Isi

7. Mengetahui keistimewaan pesantren Gontor dengan pesantren lain.

BAB 2

ISI

PONDOK PESANTREN GONTOR

2.1 Landasan Teoretis

Sekitar 85% dari jumlah penduduk Indonesia diklasifikasi sebagai beragama

Islam. Dengan populasi negara Indonesia yang sekarang lebih dari 220 juta orang, ini

berarti bahwa Indonesia merupakan komunitas Muslim yang terbesar di dunia.

Pesantren merupakan satu lembaga pendidikan-agama yang unik ke Indonesia.

Diperkirakan diantara 15 – 20 ribu pesantren berada di seluruh Indonesia, dengan

konsentrasinya di Jawa Timor.

Penelitian pesantren tidak bisa lepas dari dua organisasi Islam di Indonesia

yang terbesar, yaitu, Nahdlatul Ulama (NU) dan Muhammadiyah. Kedua organisasi

ini, terutama Nahdlatul Ulama, memiliki kebanyakan pesantren di Indonesia

walaupun juga ada banyak pesantren yang netral atau dengan kata lain, yang tidak

berada dibawa asuhan NU atau Muhammadiyah. Pesantren menawari suatu model

pendidikan yang tidak hanya sekadar pendidikan sekuler tetapi juga pendidikan ilmu

agama Islam. Bahkan ada pesantren yang hanya menawari pendidikan ilmu agama

Islam saja.

Yang menarik di sini adalah bahwa pendidikan pesantren di Indonesia sama

sekali belum testandardisasi secara kurikulumnya dan tidak terorganisir sebagai satu

jaringan pesantren Indonesia. Ini berarti bahwa setiap pesantren mempunyai

kemandirian sendiri untuk menerapkan kurikulum dan mata pelajaran yang sesuai

dengan aliran agama Islam yang mereka ikuti. Ini berarti ada pesantren yang

menerapkan kurikulum Depdiknas (Departemen Pendidikan Nasional) dengan Juga

menerapkan kurikulum agamanya, kemudian ada pesantren yang hanya ingin

memfokuskan pada kurikulum ilmu agama Islam saja. Berarti tingkat

keanekaragaman model pesantren di Indonesia tidak terbatasi. Topik pendidikan

Islam di Indonesia menjadi suatu kontroversi setelah bom Bali pada thn 2002 setelah

diketahui bahwa beberapa orang tertentu yang tersanka bertanggung jawab atas

peristiwa tersebut ketahuan berhubungan dengan dua pondok pesantren di Jawa, yaitu

Pondok Pesantren Gontor 3

Page 4: Isi

PP Al-Mukmin atau yg dikenal sebagai Ngruki, di Solo, Jawa Tengah dan juga PP Al

Islam di Lamongan, Jawa Timor. Topik yang kontroversial ini kemudian masuk

media cekak Australia dengan beberapa artikel yg mengklaim bahwa pesantren di

Indonesia merupakan sumber teroris dan sumber pemikiran yang anti-Barat. Ini

menyebabkan penyebaran suatu pandangan di Australia bahwa pesantren itu identik

dengan perasaan anti-Barat, Islam yang radikal dan terorisme. Pemahaman ini adalah

akibat kekurangan informasi dan kesalahpahaman mengenai baik Islam maupun peran

pesantren di Indonesia.

Pada dasarnya studi lapangan ini adalah pembandingan di antara satu pondok

pesantren modern di Yogyakarta dan satu pondok pesantren yang independen atau

netral’ di Malang, Jawa Timor. Fokus pembandingan ini adalah untuk memahami

bagaimana pengaruhnya model dan ideologi pesantren dalam membentuk pandangan

hidup seorang santri putri? Bagaimana pentingnya peran pesantren dalam membentuk

cita-citanya seorang santri putri? Pertanyaanpertanyaan ini merupakan dasar studi

lapangan saya. Studi lapangan ini terfokus pada para santri putri dan bukan santri utra.

Ini karena saya sendiri sebagai perempuan lebih mudah mendapatkan akses ke

pesantren putri daripada pesantren

putra. Namun juga karena kebanyakan dari penelitian pesantren yang

telahdilakukan lebih cenderung berfokus pada pesantren putra maka penelitian yang

sudah ada mengenai santri putri tidak terlalu banyak. Walaupun fokus studi lapangan

ini adalah pihak santri perempuan, studi lapangan ini sebetulnya tidak berbasis isu-isu

gender, seperti keadilan gender, hak-hak perempuan dan sebagainya, melainkan studi

ini adalah mengenai perbedaan model atau lingkungan pesantren dan peran pesantren

dalam membentuk cita-cita para santri putri terhadap kehidupannya sendiri pada masa

depan.

Dengan mengambil topik ini ada harapan bahwa, walaupun memang sedikit,

bisa saya menawar suatu tambahan pemikiran mengenai pendidikan dan kebudayaan

pesantren di Indonesia. Tambahan pemikirian ini juga diharapkan dikritisi serta diteliti

lagi.

Pondok Pesantren Gontor 4

Page 5: Isi

2.2 Pembahasan

2.2.1 Sekilas Tentang Gontor

Pondok Pesantren Modern Darussalam Gontor, Ponorogo (Jatim) memberikan

kontribusi besar bagi pengayaan khazanah budaya dan sistem pendidikan di

Indonesia. Didukung koperasinya, pondok ini relatif mandiri dalam pendanaan. Yang

pasti pula, tetap steril terhadap politik.

Pondok Pesantren Modern Darussalam Gontor Ponorogo (Jatim) sampai

berumur 70 tahun bukan lenyap tetapi semakin kuat jati dirinya, dan berkembang

pesat dengan 3.200 santri sesuai kapasitas maksimal. Santri pondok berasal dari

seluruh Indonesia dan dari luar negeri, antara lain Somalia, Malaysia, Singapura,

Thailand, dan Australia. Para santri diasuh oleh 200 ustadz (guru), sebagian besar

bergelar master lulusan luar negeri seperti Mesir, Arab Saudi, Pakistan.

Di atas tanah 8,5 hektar itu berdiri mesjid utama dua lantai yang menampung

sekitar 4.000 jemaah. Berderet bangunan gedung sekolah, asrama, perpustakaan, aula

dan perkantoran yang minimal dua lantai. Kini juga berdiri kompleks pondok kedua

seluas dua hektar di Siman, selain kampus baru Institut Studi Islam Darussalam

(ISID) di atas tanah lima hektar dengan deretan gedung berlantai tiga.

Aset pondok lainnya adalah 25 unit usaha yang dikelola oleh Koperasi La

Tansa, antara lain berupa penggilingan padi, toko buku, apotek, balai kesehatan, toko,

depot bakso, warung ayam panggang, Wartel, dan usaha pertanian di atas tanah wakaf

seluas lebih dari 250 hektar.

Dalam perkembangan dibangun pondok khusus santri putri di Mantingan,

Kabupaten Ngawi - 1.280 orang santri. Pondok putri memiliki dua cabang - Pondok

Modern Darul Ma'rifah di Kediri dan Darul Muttaqin di Banyuwangi.

Pondok Gontor berkembang berdasar rencana induk "Panca Jangka" meliputi

pendidikan dan pengajaran, sarana dan prasarana, sumber pembiayaan, kederisasi dan

kesejahteraan keluarga. "Karena itulah perkembangan pondok modern bisa kontinyu,"

tulis Habib Chirzin, tokoh Muhammadiyah alumnus Pondok Pesantren Gontor.

Untuk menjamin arah yang pasti, keutuhan sistem, memandu setiap langkah

gerakan atau menjadi etos kedirian, Pondok Gontor memiliki "Pancajiwa": keihlasan,

kesederhanaan, mandiri, ukhuwah Islamiyah, dan kebebasan. "Mengapa para ustad

Pondok Pesantren Gontor 5

Page 6: Isi

mau mengajar dan mengurus koperasi padahal tidak digaji? Semua ini karena ikhlas.

Di sini orang merasa berjasa saja pasti akan terpental karena itu bukti kurang ikhlas,"

ujar Muhammad Almighwar, ustad asal Lampung.

Perkembangan pondok bukan cuma dalam hal fisik. Ada yang lebih berarti

dan memberikan kontribusi yang besar bagi umat, masyarakat serta bangsa. Hadirnya

135 pondok alumni yaitu pondok model Darussalam Gontor yang dikembangkan oleh

sebagian dari sekitar 18.000 alumni.

Sistem Gontor telah menjadi fenomena dalam khazanah dunia pendidikan

Indonesia. Kehadirannya layak disejajarkan dengan Muhammadiyah, Taman- siswa.

Sosialisasi sistem Gontor bukan cuma melalui pondok alumni, tapi juga karena

diadopsi oleh pondok pesantren lainnya, keseluruhan atau sebagian.

Contoh saja, pondok pesantren dengan menggunakan sistem klasikal,

mengutamakan pelajaran bahasa Arab dan Inggris, mengajarkan pelajaran umum di

samping pelajaran agama Islam dengan mengacu pada kitab-kitab kuning (kitab

standar pesantren), semua itu diintrodusir oleh Gontor. Diterimanya pakaian celana di

lingkungan pesantren juga berasal dari Gontor walau pada mulanya sangat dikritik

kalangan pesantren salaf (tradisional). Demikian pula pengembangan koperasi

pesantren, Gontor telah puluhan tahun lalu mengembangkannya.

Kontribusi lain yang tidak kalah pentingnya adalah pengembangan sistem

budaya di kalangan santri dan umat Islam. Dr Nurcholish Madjid, alumnus Gontor,

menunjuk kebebasan berpikir dan sikap toleransi sebagai kontribusi besar. Dalam

kebebasan berpikir itulah alumni Gontor terus terpanggil melakukan ijtihad

(pembaruan), Tidak mudah terpola secara jumud (lamban). Sekaligus mendobrak

tradisi sami'na wa atha'na (mendengar dan patuh) pada kiai. "Sami'na wa atha'na para

santri adalah kepada aturan, sistem pondok modern. Santri tidak dididik

mengkultuskan individu, sekalipun itu kiainya," ujar Amal Fathullah Zarkasyi MA,

anggota Dewan Wakaf Gontor.

Gontor telah memberi makna bagi masyarakat sekitarnya. Bupati Ponorogo

Markum Singodimejo mengakui, Gontor membawa Ponorogo go internasional.

Mengalirnya uang ke Ponorogo melalui kiriman untuk para santri ikut mendinamisasi

perekonomian dan menambah pendapatan warga sekitar pondok. Pemda bisa bekerja

sama untuk pelbagai macam kegiatan pelatihan. Sumbangan paling nyata, Gontor

menyumbagkan sumber daya manusia yang menjadi pionir pembangunan.

Pondok Pesantren Gontor 6

Page 7: Isi

Misal, sejak awal tidak menggunakan sistem pengajaran wetonan (massal) dan

sorogan (individual) pada galibnya pesantren salaf melainkan sistem pengajaran

klasikal. Para santri dididik dan diajarkan pada madrasah (sekolah) yang disebut

Kuliyatul Muallimin Al-Islamiyah (KMI). KMI berjenjang dari kelas 1 sampai 6

setaraf SMTP dan SMTA. Kini santri kelas enam bisa mengikuti ujian persamaan

dengan madrasah aliyah di bawah Departemen Agama. Tetapi sebenarnya ijazah KMI

sendiri ditanggung bisa masuk perguruan tinggi di seluruh negara Islam. Ijazah aliyah

untuk keperluan meneruskan ke perguruan tinggi umum di Indonesia saja.

Sejak awal, peraturan pondok mengharuskan santri bercelana panjang, ustad

berdasi bahkan berjas. Sarungan yang menjadi pakaian "wajib" di pesantren salaf,

bagi Gontor lebih banyak digunakan untuk salat sekalipun juga bukan pakaian wajib.

Perbedaan sangat mendasar adalah pada pola pengelolaan pondok. Pada

pesantren salaf, kiai adalah pengasuh sekaligus pemilik pesantren. Di sini kiai sebagai

figur sentral yang menentukan segala-galanya. Maka hampir setiap pesantren dikelola

dengan sistem "dinasti".

Pondok modern dikelola secara wakaf. Semua aset milik umat. Lembaga

kekiaian bukan personifikasi pada seorang kiai, melainkan pada Badan Waqaf yang

beranggota 15 orang. "Badan Waqaf ini semacam legislatif yang menentukan arah dan

garis-garis pondok modern," kata Amal. Anggota badan ini dipilih oleh pendiri

berdasar kriteria moral dan spiritual.

"Trimurti" tidak pernah merekayasa atau menghendaki suksesi berdasar garis

keluarga. Jika ada anggota badan yang wafat pengisiannya ditentukan oleh seluruh

anggota badan. Sebagai ketua Badan Waqaf, H Hadi'in Rifa'i dari Kediri, alumnus

Gontor. Anggotanya antara lain Kafrawi Ridwan MA, mantan Dirjen Departeman

Agama, dan KH Idham Chalid.

Badan Waqaf ini memilih tiga kiai yang menjadi "mandataris", yang

melaksanakan penyelenggaraan pondok modern. Mandataris dipilih untuk jangka

waktu lima tahun dan kemudian masih bisa dipilih kembali. "Trimurti II" sekarang

adalah KH Shoiman Lukman Hakim, santri generasi pertama, KH Abdullah Syukri

Zarkasyi, putra pertama KH Imam Zarkasyi dan KH Hasan Abdullah Sahal, putra KH

Ahmad Sahal.

Pondok Gontor adalah penganut ahlus-sunnah wal jamaah seperti pada

umumnya pesantren salaf. Kitab-kitab yang diajarkan hampir seluruhnya kitab standar

pesantren, seperti Ihya Ulumuddin Imam Al Ghazali, Minhajut Thalibin An-Nawawi,

Pondok Pesantren Gontor 7

Page 8: Isi

Tuhfah Ibnu Hajar. Meski juga ada yang sudah ditinggalkan Gontor seperti Fathul

Qarib Syarh Matam Taqrib Ibnu Qasyim Alghazi yang di pesantren salaf jadi kitab

wajib.

Hanya bedanya, Gontor tidak mendoktrinasi santrinya agar menjadi penganut

mazhab tertentu. Ini berbeda dengan pesantren salaf yang sejak awal mengharuskan

santrinya menjadi pemeluk ahlus-sunnah wal jamaah itu pun pada mazhab Syafi'i

untuk ilmu fiqih (hukum) dan Alasy'ari serta Almaturidzi untuk bidang ilmu tauhid,

dan Abdul Qadir Jaelani bidang tasauf/tarekat.

"Gontor tidak mendikte santrinya menjadi pemeluk mazhab tertentu, semua

mazhab diajarkan. Setelah mengetahui para santri dipersilakan memilih," kata Amal

yang lulusan Universitas Kairo.

Gontor mengembangkan pola pikir ontologis di samping sikap religius.

Cirinya antara lain, pemikiran terhadap suatu obyek diarahkan kepada pencarian

hakikatnya. Pendidikan dalam pola pikir demikian bersifat intelektualistis, berpikir

berdasar obyek murni.

Peranti ijtihad telah diberikan - khususnya bahasa Arab dan Inggris. Bahasa

Arab sebagai kunci mempelajari ilmu agama dan Inggris untuk ilmu umum, selain

pelbagai ilmu seperti ushul fiqih, musthalah hadits, mantiq (logika) dan ilmu alat.

Santri juga diajar memahami kitab Bidayatul Mujtahid - karya Ibnu Rusyd - yang

mensosialisasikan pemikiran Aristoteles di dunia Islam. Kitab ini mendidik mental

ilmiah sebab ia memaparkan dengan pendekatan komparasi, perbandingan mazhab. Di

banyak pesantren salaf kitab ini ditolak.

Gontor memang tidak pernah berhenti ber-ijtihad. Modernitas dipelihara dan

diaktualkan sehingga tidak sampai menjadi fosil sejarah. Materi pelajaran setiap saat

dievaluasi agar kurikulum tidak ketinggalan dari perkembangan masyarakat.

Modernitas bukan sekadar gedung bertingkat, pakai dasi dan jas, pelajaran bahasa

Inggris dan umum.

Semangat pembaruannya mengingatkan pada Muhammadiyah. Di sisi lain,

tradisi ritualnya, seperti wiridan massal seusai salat, membaca qunut nazilah saat Salat

Subuh, dua kali azan pada Salat Jumat, adalah tradisi NU.

Dua sisi corak yang seolah saling paradoksal itu memang ciri Gontor. Dalam

melakukan modernisasi, berpijak pada kaidah: almuhafadhah ala qadimis-shalih wal

ahdu bil jadid, menjaga hal-hal lama yang baik dan mengambil hal-hal baru yang baik

Pondok Pesantren Gontor 8

Page 9: Isi

pula. Sehingga kebangunannya ibarat pohon yang akarnya menghujam dalam ke bumi

dan batangnya menjulang ke langit.

Pondok Pesantren Gontor 9

Page 10: Isi

2.2.2 Gagasan dan Cita-cita

Cita-cita utama pondok pesantren Gontor adalah rasa tanggung jawab

memajukan ummat Islam dalan mencari ridha Allah. Tempat yang dipilih untuk

mewujudkan cita-cita itu adalah Pondok Pesantren, yaitu lembaga pendidikan Islam

yang pernah berjaya pada masa nenek moyang mereka tatapi pada saat itu telah mati.

Pendidikan pondok pesantren adalah model pendidikan Islam yang banyak

dipakai dan berlaku di beberapa negara Islam. Namun, di negara-negara itu

pendidikan Islam telah banyak mengalami kemajuan dan perkembangan, sedangkan

lembaga pendidikan pesantren di Indonesia karena situasi penjajahan dan lain-lain

belum mampu berkembang pesat sebagaimana lembaga-lembaga pendidikan di

negara-negara Islam lainnya. Karena itu pengembangan pondok pesantren di

Indonesia perlu mengambil kaca perbandingan dari lembaga-lembaga Islam di luar

negeri yang serupa dengan sistem pendidikan pesantren. Para Pendiri Pondok Modern

Darussalam Gontor, pada awal pembangunan Pondok Gontor Baru telah mengkaji

berbagai lembaga pendidikan terkenal dan maju di luar negeri, khususnya yang sesuai

dengan sistem pondok pesantren. Di Mesir terdapat Universitas al-Azhar yang

terkenal dengan keabadiannya. Al-azhar bermula dari sebuah masjid yang didirikan

oleh Penguasa Mesir dari Daulah Fatimiyyah. Universitas ini telah hidup ratusan

tahun dan telah memiliki harta wakaf yang mampu memberi beasiswa kepada siswa

dari seluruh dunia. Di Mauritania terdapat Pondok Syanggit. Lembaga pendidikan ini

harum namanya berkat kedermawanan dan keikhlasan para pengasuhnya. Syanggit

adalah lembaga pendidikan yang dikelola dengan jiwa keikhlasan; para pengasuh

mendidik murid-murid siang-malam serta menanggung seluruh kebutuhan santri. Di

India terdapat Universitas Muslim Aligarh, sebuah lembaga pendidikan modern yang

membekali mahasiswanya dengan ilmu pengetahuan umum dan agama serta memjadi

pelopor revival of Islam. Di India juga terdapat perguruan Santiniketan, didirikan oleh

Rabindranath Tagore, seorang filosuf Hindu. Perguruan yang dikenal dengan

kedamaiannya ini berlokasi di kawasan hutan, serba sederhana dan telah mampu

mengajar dunia.

Keempat lembaga pendidikan tersebut menjadi idaman para pendiri Pondok

Modern Darussalam Gontor, karena itu mereka hendak mendirikan lembaga

pendidikan yang merupakan sintesa dari empat lembaga di atas .

Pondok Pesantren Gontor 10

Page 11: Isi

Selain itu, gagasan untuk membangun Gontor Baru dan gambaran tentang

bentuk pendidikan dan lulusannya diilhami oleh peristiwa dalam Konggres Ummat

Islam Indonesia di Surabaya pada pertengahan tahun 1926. Kongres itu dihadiri oleh

tokoh-tokoh ummat Islam Indonesia, misalnya H.O.S.Cokroaminoto, Kyai Mas

Mansur, H. Agus Salim, AM. Sangaji, Usman Amin, dan lain-lain.

Dalam kongres tersebut diputuskan bahwa ummat Islam Indonesia akan

mengutus wakilnya ke Muktamar Islam se-Dunia yang akan diselenggarakan di

Makkah. Tetapi timbul masalah tentang siapa yang akan menjadi utusan. Padahal

utusan yang akan dikirim ke Muktamar tersebut harus mahir sekurang-kurangnnya

dalam bahasa Arab dan Inggris. Dari peserta kongres tersebut tak seorang pun yang

menguasai dua bahasa tersebut dengan baik. Akhirnya dipilih dua orang utusan, yaitu

H.O.S. Cokroaminoto yang mahir berbahasa Inggris dan K.H. Mas Mansur yang

menguasai bahasa Arab. Peristiwa ini mengilhami Pak Sahal yang hadir sebagai

peserta konggres tersebut akan perlunya mencetak tokoh-tokoh yang memiliki kriteria

di atas .

Kesan-kesan Kyai Ahmad Sahal dari kongres itu menjadi topik pembicaraan

dan merupakan masukan pemikiran yang sangat berharga bagi bentuk dan ciri

lembaga yang akan dibina di kemudian hari .

Selain itu, situasi masyarakat dan lembaga pendidikan di tanah air saat itu juga

mengilhami timbulnya ide-ide mereka. Banyak sekolah yang dibina oleh zending-

zending Kristen yang berasal dari Barat mengalami kemajuan yang sangat pesat;

guru-guru yang pandai dan cakap dalam penguasaan materi dan metodologi

pengajaran serta penguasaan ilmu jiwa dan ilmu kemasyarakatan. Sementara itu,

lembaga pendidikan Islam belum mampu menyamai kemajuan mereka. Diantara

sebab ketidakmampuan itu adalah kurangnya pendidikan Islam yang dapat mencetak

guru-guru Muslim yang cakap, berilmu luas dan ikhlas dalam bekerja serta memiliki

tanggung jawab untuk memajukan masyarakat

Dari sisi lain, lembaga-lembaga pendidikan yang ada pada saat itu sangat

timpang, satu lembaga pendidikan memberikan pelajaran umum saja dan

mengabaikan pelajaran-pelajaran agama, lembaga-lembaga pendidikan lain hanya

mengajarkan ilmu agama dan mengesampingkan pelajaran umum. Padahal keduanya

adalah ilmu Islam dan sangat diperlukan oleh ummat Islam. Maka pondok pesantren

yang akan dikembangkan itu harus memperhatikan hal ini .

Pondok Pesantren Gontor 11

Page 12: Isi

Situasi sosial dan politik bangsa Indonesia berpengaruh pula pada pendidikan;

banyak lembaga pendidikan yang didirikan oleh partai-partai dan golongan-golongan

politik. Dalam lembaga pemdidikan itu ditanamkan pelajaran tentang partai atau

golongan. Sehingga timbul fanatisme golongan. Sedangkan para pemimpinnya

terpecah karena masuknya benih-benih perpecahan yang disebarkan oleh penjajah.

Maka lembaga pendidikan itu harus dibebaskan dari kepentingan golongan atau partai

politik tertentu, dan “berdiri di atas dan untuk semua golongan".

Tidak dapat disangkal bahwa ummat Islam Indonesia, juga ummat Islam di

seluruh dunia, terbagi ke dalam berbagai suku, bangsa, negara, dan bahasa; mereka

juga terbagi ke dalam aliran-aliran paham agama; mereka juga terbagi-bagi ke dalam

kelompok-kelompok organisasi dan gerakan baik dalam bidang politik, sosial,

dakwah, ekonomi, maupun yang lain. Kenyataan ini menunjukkan adanya faktor

pengkategori yang beragam. Tetapi, harus tetap disadari bahwa kategori-kategori

tersebut tidak bersifat mutlak. Karena itu, semua dasar klasifikasi tersebut tidak boleh

dijadikan dasar pengkotak-kotakan ummat yang menjurus kepada timbulnya

pertentangan dan perpecahan di antara mereka. Maka lembaga pendidikan harus

berusaha menanamkan kesadaran mengenai hal ini, serta mengajarkan bahwa faktor

pengkategori yang sebenarnya adalah Islam itu sendiri; ummat Islam seluruhnya

adalah bersaudara dalam satu ukhuwwah diniyyah.

Bangsa ini terus berkembang dan semua itu menjadi perhatian, pengamatan,

dan pemikiran para pendiri Pondok Modern Darussalam Gontor. Secara bertahap

sistem pendidikan di Pondok Modern Darussalam Gontor berjalan dengan berbagai

percobaan pengembangan dari waktu ke waktu. Ketiga pendiri yang memiliki

latarbelakang pendidikan yang berbeda itu saling mengisi dan melengkapi, sehingga

Balai Pendidikan Pondok Modern Darussalam Gontor menjadi seperti sekarang ini.

Namun semua yang ada saat ini belum mencerminkan seluruh gagasan dan

cita-cita para pendiri Gontor. Karena itu adalah tugas generasi penerus untuk

memelihara, mengembangkan dan memajukan lembaga pendidikan ini demi

tercapainya cita-cita para pendirinya.

Pondok Pesantren Gontor 12

Page 13: Isi

2.2.3 Sejarah Pesantren Gontor

Pondok Gontor didirikan pada 10 April 1926 di Ponorogo, Jawa Timur oleh

tiga bersaudara putra Kiai Santoso Anom Besari. Tiga bersaudara ini adalah KH

Ahmad Sahal, KH Zainudin Fananie, dan KH Imam Imam Zarkasyi dan yang

kemudian dikenal dengan istilah Trimurti.

Pada masa itu pesantren ditempatkan diluar garis modernisasi, dimana para

santri pesantren oleh masyarakat dianggap pintar soal agama tetapi buta akan

pengetahuan umum. Trimurti kemudian menerapkan format baru dan mendirikan

pondok gontor dengan mempertahankan sebagian tradisi pesantren salaf dan

mengubah metode pengajaran pesantren yang menggunakan sistem wetonan (massal)

dan sorogan (individu) diganti dengan sistem klasik seperti sekolah umum. Pada

awalnya Pondok Gontor hanya memiliki Tarbiyatul Atfhfal (setingkat taman kanak

kanak) lalu meningkat dengan didirikannya Kulliyatul Mu'alimat Al-Islami (KMI)

yang setara dengan lulusan sekolah menengah pertama. Pada tahun 1963 pondok

gontor mendirikan Institut Studi Islam Darussalam (ISID).

Pesantren Gontor dikelola oleh Badan Wakaf yang beranggotakan Tokoh-

tokoh alumni pesantren dan Tokoh yang peduli Islam sebagai penentu Kebijakan

Pesantren dan untuk pelaksanaannya dijalankan oleh tiga orang pengasuh (Kyai)yaitu

KH. Hasan Abdullah Sahal (Putra KH Ahmad Sahal). KH Sukri Zarkasy (putra

KH.Imam Zarkay)dan KH. Muhammad Badri. Tradisi pengelolaan oleh tiga pengasuh

ini melanjutkan pola Trimurti (Pendiri).

Pada saat peristiwa Madiun tahun 1948 saat Muso telah menguasai daerah

Karesidenan Madiun (Madiun Ponorogo, Magetan, Pacitan dan Ngawi)dan

membunuhi banyak tokoh agama,TNI sudah dilumpuhkan oleh PKI, Pesantren Gontor

diliburkan dan santri serta ustadnya hijrah dan menghindar dari kejaran pasukan

Muso. KH.Ahmad Sahal(alm)selamat dalam sembunyian di sebuah Gua di

pegunungan daerah Mlarak. Gua tersebut kini disebut dengan Gua Ahmad Sahal.

Kegitan Pendidikan Pesntren dilanjutkan kembali setelah kondsi normal.

Pandangan Modern KH Ahmad Sahal, sebagai Pendiri tertua dari Trimurti dan

kedua adiknya yaitu KH. Ahmad Fanani dan KH. Imam Zarkasy diwujudkan pula

dalam menyekolahkan putra-putrinya selain di sekolah agama (pesantren) juga di

sekolah umum. Drs. H. Ali Syaifullah Sahal (alm) alumni Filsafat UGM dan sebuah

Universitas di Australia, dosesn di IKIP Malang; Dra. Hj. Rukayah Sahal dosen IKIP

(UMJ) Jakarta dll.

Pondok Pesantren Gontor 13

Page 14: Isi

Dan tentu menjadi bahan pemikiran anggota Badan Wakaf saat ini untuk

mewujudkan Pesntren Gontor menjadi semacam Universitas Al Azhar di Mesir,

sebuah universtas yang memiliki berbagai bidang kajian (Agama serta Ilmu dan

Teknologi) berbasis Islam.

Pada tahun 1994 didirikan pondok khusus putri untuk tingkat KMI dan

pendidikan tinggi yang khusus menerima alumni KMI. Pondok khusus putri ini

menempati tanah wakaf seuas 187 hektar. Terletak di Desa Sambirejo, Kecamatan

Mantingan, Kabupaten Ngawi, Jawa Timur. Kini, pondok khusus putri memiliki

empat cabang, tiga cabang berlokasi di Ngawi dan satu cabang di Sulawesi Tenggara.

Hingga kini gontor telah memiliki 10 cabang yang terdiri dari 13 kampus di

seluruh Indonesia dan santri/ santriwatinya mencapai 14.273 orang. Tidak seperti

pesantren pada umumnya, para pengajarnya pun berdasi dan bercelana panjang

pantalon.

2.2.4 Tujuan

Dalam rangka mengembangkan dan memajukan Balai Pendidikan Pondok

Modern Darussalam Gontor, dirumuskanlah Panca Jangka yang merupakan program

kerja Pondok yang memberikan arah dan panduan untuk mewujudkan upaya

pengembangan dan pemajuan tersebut. Adapun Panca Jangka itu meliputi bidang-bidang

berikut :

1. Pendidikan dan Pengajaran

Maksud jangka ini adalah berusaha secara maksimal untuk meningkatkan dan

menyempurnakan pendidikan dan pengajaran di Pondok Modern Darussalam Gontor.

Usaha ini tercatat dalam sejarah perjalanan Pondok ini yang dimulai dengan pendirian

Tarbiyatul Athfal pada tahun 1926, Sullamul Muta’allimin tahun 1932. Sepuluh tahun

kemudian, 1936, didirikan Kulliyatu-l-Mu’allimin Al-Islamiyah, setingkat dengan

Sekolah Menengah (Tsanawiyah dan Aliyah). Pada tahun 1963 didirikanlah Perguruan

Tinggi yang bernama Institut Pendidikan Darussalam (sekarang bernama : Institut Studi

Islam Darussalam). Adapun cita-cita selanjutnya adalah mendirikan Universitas Islam

Darussalam, sebagaimana tertulis dalam Piagam Penyerahan Wakaf Pondok Modern

Darussalam Gontor.

Pondok Pesantren Gontor 14

Page 15: Isi

2. Kaderisasi

Sejarah timbul dan tenggelamnya suatu usaha, terutama hidup dan matinya

pondok-pondok di tanah air, memberikan pelajaran kepada para pendiri Pondok tentang

pentingnya perhatian terhadap kaderisasi. Sudah banyak riwayat tentang pondok-pondok

yang maju dan terkenal pada suatu ketika, tetapi kemudian menjadi mundur dan bahkan

mati setelah pendiri atau kyai pondok itu meninggal dunia. Di antara faktor terpenting

yang menyebabkan kemunduran ataupun matinya pondok-pondok tersebut adalah tidak

adanya program kaderisasi yang baik.

Bercermin pada kenyataan ini, Pondok Modern Darussalam Gontor memberikan

perhatian terhadap upaya menyiapkan kader yang akan melanjutkan cita-cita Pondok.

3. Pergedungan

Jangka ini memberikan perhatian kepada upaya penyediaan prasarana dan sarana

pendidikan dan pengajaran yang layak bagi para santri.

4. Chizanatullah

Di antara syarat terpenting bagi sebuah lembaga pendidikan agar tetap bertahan

hidup dan berkembang adalah memiliki sumber dana sendiri. Sebuah lembaga

pendidikan yang hanya menggantungkan hidupnya kepada bantuan pihak lain yang

belum tentu didapat tentu tidak dapat terjamin keberlangsungan hidupnya. Bahkan

hidupnya akan seperti ilalang di atas batu, “Hidup enggan, mati tak hendak”.

Di antara usaha yang telah dilakukan untuk memenuhi maksud ini adalah

membentuk suatu badan khusus yang mengurusi dana, bernama Yayasan Pemeliharaan

dan Perluasan Badan Wakaf Pondok Modern (YPPWPM). Yayasan ini mengurusi dan

mengembangkan harta wakaf milik pondok.

5. Kesejahteraan Keluarga Pondok

Jangka ini bertujuan untuk memberdayakan kehidupan keluarga-keluarga yang

membantu dan bertanggungjawab terhadap hidup dan matinya Pondok secara langsung,

sehingga mereka itu tidak menggantungkan penghidupannya kepada Pondok. Mereka itu

hendaknya dapat memberi penghidupan kepada Pondok. Sesuai dengan semboyan :

"Hidupilah Pondok dan jangan menggantungkan hidup kepada Pondok".

Pondok Pesantren Gontor 15

Page 16: Isi

2.2.5 Sikap

Sikap kehidupan di Pondok Moderm Gontor didasarkan pada nilai-nilai yang

dijiwai oleh suasana-suasana yang dapat disimpulkan dalam Panca Jiwa sebagai

berikut :

1. Jiwa Keikhlasan

Jiwa ini berarti sepi ing pamrih, yakni berbuat sesuatu bukan karena didorong

oleh keinginan untuk mendapatkan keuntungan tertentu. Segala perbuatan dilakukan

dengan niat semata-mata untuk ibadah, lillah. Kyai ikhlas medidik dan para pembantu

kyai ikhlas dalam membantu menjalankan proses pendidikan serta para santri yang

ikhlas dididik.

Jiwa ini menciptakan suasana kehidupan pondok yang harmonis antara kyai

yang disegani dan santri yang taat, cinta dan penuh hormat. Jiwa ini menjadikan santri

senantiasa siap berjuang di jalan Allah, di manapun dan kapanpun.

2. Jiwa kesederhanaan

Kehidupan di pondok diliputi oleh suasana kesederhanaan. Sederhana tidak

berarti pasif atau nerimo, tidak juga berarti miskin dan melarat. Justru dalam jiwa

kesederhanan itu terdapat nilai-nilai kekuatan, kesanggupan, ketabahan dan

penguasaan diri dalam menghadapi perjuangan hidup.

Di balik kesederhanaan ini terpancar jiwa besar, berani maju dan pantang

mundur dalam segala keadaan. Bahkan di sinilah hidup dan tumbuhnya mental dan

karakter yang kuat, yang menjadi syarat bagi perjuangan dalam segala segi kehidupan.

3. Jiwa Berdikari

Berdikari atau kesanggupan menolong diri sendiri merupakan senjata ampuh

yang dibekalkan pesantren kepada para santrinya. Berdikari tidak saja berarti bahwa

santri sanggup belajar dan berlatih mengurus segala kepentingannya sendiri, tetapi

pondok pesantren itu sendiri sebagai lembaga pendidikan juga harus sanggup

berdikari sehingga tidak pernah menyandarkan kehidupannya kepada bantuan atau

belas kasihan pihak lain .

Inilah Zelp berdruiping sy s te e m (sama-sama memberikan iuran dan sama-

sama memakai). Dalam pada itu, Pondok tidaklah bersifat kaku, sehingga menolak

Pondok Pesantren Gontor 16

Page 17: Isi

orang-orang yang hendak membantu. Semua pekerjaan yang ada di dalam pondok

dikerjakan oleh kyai dan para santrinya sendiri, tidak ada pegawai di dalam pondok.

4. Jiwa Ukhuwwah Diniyyah

Kehidupan di pondok pesantren diliputi suasana persaudaraan yang akrab,

sehingga segala suka dan duka dirasakan bersama dalam jalinan ukhuwwah diniyyah.

Tidak ada dinding yang dapat memisahkan antara mereka. Ukhuwah ini bukan saja

selama mereka di Pondok, tetapi juga mempengaruhi ke arah persatuan ummat dalam

masyarakat setelah mereka terjun di masyarakat.

5. Jiwa Bebas

Bebas dalam berpikir dan berbuat, bebas dalam menentukan masa depan,

bebas dalam memilih jalan hidup, dan bahkan bebas dari berbagai pengaruh negatif

dari luar, masyarakat. Jiwa bebas ini akan menjadikan santri berjiwa besar dan

optimis dalam menghadapi segala kesulitan. Hanya saja dalam kebebasan ini

seringkali ditemukan unsur-unsur negatif, yaitu apabila kebebasan itu disalahgunakan,

sehingga terlalu bebas (liberal) dan berakibat hilangnya arah dan tujuan atau prinsip.

Sebaliknya, ada pula yang terlalu bebas (untuk tidak mau dipengaruhi),

berpegang teguh kepada tradisi yang dianggapnya sendiri telah pernah

menguntungkan pada zamannya, sehingga tidak hendak menoleh ke zaman yang telah

berubah. Akhirnya dia sudah tidak lagi bebas karena mengikatkan diri pada yang

diketahui saja.

Maka kebebasan ini harus dikembalikan ke aslinya, yaitu bebas di dalam

garis-garis yang positif, dengan penuh tanggungjawab; baik di dalam kehidupan

pondok pesantren itu sendiri, maupun dalam kehidupan masyarakat.

Jiwa yang meliputi suasana kehidupan Pondok Pesantren itulah yang dibawa

oleh santri sebagai bekal utama di dalam kehidupannya di masyarakat. Jiwa ini juga

harus dipelihara dan dikembangkan dengan sebaik-baiknya.

2.2.6 Pesantren Putri Mantingan

Tak banyak pondok pesantren khusus putri di Tanah Air. Satu dari yang sedikit

itu adalah Pondok Pesantren Putri Gontor atau yang lebih populer dengan sebutan

Pondok Putri Mantingan. Berdiri pada 31 Mei 1990, pesantren ini memang didirikan

untuk menampung remaja putri yang ingin menjadi santri di Pondok Modern

Pondok Pesantren Gontor 17

Page 18: Isi

Darussalam Gontor. 'Pondok induk' yang terletak di Desa Gontor Kecamatan Mlarak

Kabupaten Ponorogo memang tak menampung santri putri.

Karena itulah lalu dibangun pondok pesantren putri yang letaknya sekitar 100 km

dari Gontor, tepatnya yaitu di Sambirejo, Mantingan, Kabupaten Ngawi, Jawa Timur.

Tak sulit menemukan lokasi pesantren yang terletak di lahan seluas 184 ha, 26 ha di

antaranya sudah dibangun. Sebab pesantren ini terletak di sisi jalan raya provinsi yang

menghubungkan Solo (Jawa Tengah) dengan Madiun (Jawa Timur). Dari arah Solo,

pesantren ini terletak di sisi kanan jalan. ''Setelah 60 tahun pondok putra, banyak yang

bertanya mengapa tak ada pondok putri,'' ujar Direktur Pondok Pesantren Putri

Gontor, KH Sutadji Tadjuddin, MA ihwal didirikannya pesantren yang dipimpinnya

itu. Wanita, papar kiai kelahiran Gontor ini, juga termasuk aset bangsa.

Karena itu pondok putra merasa perlu mendirikan pesantren khusus putri. Lalu

apa yang membedakan pesantren ini dengan pondok pesantren induknya atau bahkan

pesantren putri lainnya? Kiai Sutadji mengatakan, di pesantren ini diajarkan tentang

pelajaran kewanitaan yang tidak diperoleh di pesantren putri lainnya. Pelajaran

kewanitaan itu antara lain tata busana, tata boga, tata rias, dan tata wisma. ''Pokoknya

segala sesuatu yang bakal dihadapi santri jika terjun di masyarakat kelak, dipelajari di

sini,'' paparnya kepada Republika. Ini misalnya pelajaran 'menjadi istri yang baik dan

tanggung jawab terhadap suami' dan pelajaran 'menjadi wanita shalihah'.

'Ketika hamil apa yang mesti mereka lakukan, ketika melahirkan apa yang harus

mereka kerjakan, semuanya diajarkan di sini,'' lanjut Sutadji yang memperoleh MA

dari Al-Azhar Mesir. Menurut Sutadji pondok ini berupaya untuk mencetak wanita-

wanita shalihah yang serba bisa. Menjadi ibu yang serba bisa. ''Dunia ini adalah

permata. Dan sebaik-baik permata adalah wanita shalihah,'' ujar Sutadji mengutip

sebuah Hadis Nabi SAW. Uniknya, semua pelajaran tentang kewanitaan ini

dimasukkan dalam intrakurikuler, bukan ekstrakurikuler. Dan diperoleh santri dari

kelas 1 sampai kelas 6.

Untuk ini santri dibekali dengan buku keputrian atau buku nisa'iyah. Buku ini

menurut Sutadji disusun dari hasil seminar tahun 1992 yang menghadirkan

pembicara/peserta dari pesantren se-Jawa dan Madura. Saat ini Pondok Putri

Mantingan memiliki 4.250 santri dengan ustadz/ustadzah sebanyak 315 orang, 12

orang di antaranya pria. Para santri tak hanya berasal dari berbagai daerah di

Indonesia, tapi juga datang dari mancanegara seperti dari Singapura, Malaysia, Brunei

Darussalam, Thailand, AS, dan Australia.

Pondok Pesantren Gontor 18

Page 19: Isi

''Saat ini jumlah santri mancanegara ada 14 orang berasal dari delapan negara,''

ujar kiai yang mengambil S1 Ushuluddin di Madinah University, Arab Saudi. Agar

santri tak banyak keluar pondok, seluruh kebutuhan santri dipenuhi oleh pondok. Baik

kebutuhan pangan maupun kebutuhan sandang para santri semuanya dipenuhi oleh

pondok melalui koperasi pelajar.

''Santri tak perlu pergi ke Sragen atau Solo --kota terdekat, Red-- untuk membeli

kebutuhannya,'' tuturnya. Memang seluruh santri wajib tinggal di dalam pondok.

Bahkan seluruh guru/ustadz juga wajib tinggal di dalam pondok. Para ustadz yang

sudah berkeluarga tinggal di rumah berukuran 8x17 meter persegi. Mereka adalah

alumni Pondok Gontor dengan tambahan pendidikan di berbagai negara seperti Mesir,

Arab Saudi, dan Pakistan. Setiap tahun pondok ini menerima santri baru sebanyak

900-1.000 orang. Tahun ini misalnya, pondok menerima 910 santri baru.

Mereka terjaring dari sekitar 1.500 calon santri yang mendaftar. Masa pendidikan

di pondok yang dikenal dengan sebutan KMI (Kulliyatul Mu'allimat Al-Islamiyyah)

selama 4 tahun untuk mereka yang lulusan SLTP/SLTA atau sederajat. Sedangkan

bagi mereka yang lulusan SD/MI masa pendidikannya selama 6 tahun.

Tak cuma pelajaran agama dan tentu saja pelajaran tentang kewanitaan seperti

disebut di atas, santri juga menerima pelajaran umum layaknya pelajaran di tingkat

SLTP dan SLTA seperti pelajaran matematika, fisika, biologi, dan kimia. Karena itu

tak heran jika alumninya ada yang diterima di berbagai perguruan tinggi seperti di

UGM, Unair, UI, dan UII. ''Tahun ini 12 orang alumni pondok diterima di Al-Azhar

Mesir,'' ujar Sutadji.

2.3 Keistimewaan Pesantren Gontor

2.3.1 Gontor Mendirikan Latansa Bakery

Salah satu keistimewaan Gontor adalah kemandiriannya. Artinya, pondok

memiliki unit usaha yang dikelola oleh guru-guru dan santri-santri sendiri. Unit-unit

usaha tersebut dimaksudkan sebagai penunjang kelangsungan pondok,

pengejawantahan salah satu Panca Jangka, yakni Khizanatullah/Pendanaan. Untuk

memenuhi kesejahteraan keluarga, pondok tidak membebankan semua biaya

operasional kepada santri melalui SPP. Bahkan, SPP tersebut sebenarnya tidak cukup

untuk menutupi kebutuhan pondok.

Pondok Pesantren Gontor 19

Page 20: Isi

Sebagai realisasi dari jiwa kemandirian tersebut, Pondok Modern Darussalam

Gontor (PMDG) mengadakan gerakan ekonomi, dengan membuka sejumlah unit

usaha yang sejak tanggal 29 Juli 1996 tergabung dalam Koperasi Pondok Pesantren

(Kopontren) La Tansa. Di samping sumber panggalian dana, Kopontren juga

berfungsi sebagai sarana pendidikan dan gerakan dakwah. Saat ini, terdapat 22 unit

usaha bernaung di dalam Kopontren yang dikelola oleh Ust. H. Zaenal Arifin

Abdullah, S.Ag., selaku ketua.

Tahun ini, Kopontren La Tansa menambah satu unit usaha, yakni pabrik roti “La

Tansa Bakery”. Usaha ini mulai berproduksi sejak tanggal 21 Mei 2003 yang

peresmiannya dilakukan oleh Pimpinan Pondok, dihadiri oleh guru-guru senior KMI

PMDG beserta ibu. Modal awal pendirian pabrik ini sebesar Rp 142,5 Juta, berupa

pembangunan gedung senilai Rp 92,5 juta dan peralatan produksi sebesar Rp 50 juta.

Pabrik roti yang berlokasi di sebelah Timur Wisma Darussalam ini, memiliki 13

karyawan yang terdiri dari 7 laki-laki dan 6 wanita, dibantu oleh isteri guru-guru

senior KMI secara bergantian. Dalam seharinya, pabrik tersebut mampu memproduksi

1500 sampai 2000 potong kue dalam berbagai jenis. Hingga saat ini,  pemasaran roti

“La Tansa Bakery”  meliputi Gontor 1, Gontor 2, dan Gontor Putri.

DATA UNIT-UNIT USAHA KOPONTREN LA-TANSA

 

No. Unit Usaha Berdiri Tempat   No. Unit Usaha Berdiri Tempat

1 Penggilingan Padi 1970 Ds. Gontor 12 Pabrik Es Balok 1996 Ds. Gontor

2 Percetakan Darussalam 1983 Ds. Gontor 13 Toko Buku II 1997 Ponorogo

3 Toko Kelontong KUK 1985 Ds. Bajang 14 Pusat Perkulakan 1997 Ds. Gontor

4 Toko Bahan Bangunan KUK 1988 Ds. Bajang 15 Jasa Angkutan 1998 Ds. Gontor

5 Toko Buku I 1989 Ponorogo 16 Kredit Usaha Tani 1998 Ds. Gontor

6 Toko Palen 1990 Ponorogo 17 Pasar Sayur 1998 Ds. Gontor

7 Warung Bakso La-Tansa 1990 Ponorogo 18 Budi Daya Ayam 1998 Ds. Gontor

8 Fotocopy I KUK 1990 Ds. Bajang 19 Wartel II 1999 Ds. Gontor

9 Apotik La-Tansa 1991 Ponorogo 20 Fotocopy II 2000 Ds. Gontor

10 Wartel I 1991 Ds. Gontor 21 Pusat Grosir 2002 Ponorogo

11 Toko Alat Dapur 1994 Ds. Bajang 22 Pabrik Roti 2003 Ds. Gontor

2.3.2 Praktek Manasik Haji Tingkatkan Pemahaman Siswa

Pondok Pesantren Gontor 20

Page 21: Isi

Kulliyyatul Mu'allimin Al-Islamiyyah (KMI) Pondok Modern Darussalam

Gontor kembali menggelar praktek manasik haji yang diikuti seluruh siswa kelas 1

dan 1 intensif, Sabtu (9/5). Praktek manasik haji yang selalu diadakan setahun sekali

ini bertujuan untuk meningkatkan pemahaman siswa KMI terhadap pelaksanaan

ibadah haji sesuai dengan pelajaran yang diajarkan di kelas. Dengan demikian,

mereka akan mampu melaksanakan dan menjelaskan rukun Islam kelima ini dengan

benar.

Kegiatan di luar kelas ini dilangsungkan selama enam hari dengan dimulai

pada hari Sabtu hingga Kamis, 9-14 Mei 2009. Setiap hari ada empat kelas yang

mendapat giliran praktek manasik haji, yakni dua kelas dari kelas 1 yang mengadakan

praktek pada jam pertama dan kedua, dua kelas dari kelas 1 intensif mendapatkan

giliran pada jam ketiga dan keempat.

Praktek manasik haji ini melibatkan seluruh pengajar Fiqh dari kelas 1 dan 1

intensif. Mereka akan mendampingi kelasnya masing-masing pada jadwal yang telah

ditentukan. Pada hari pertama, Ust. Gusti M. Shidqi bersama Ust. Ryan Khoirurijal

mendampingi seluruh siswa dari kelas 1-B dan 1-C yang mendapatkan giliran pada

jam pertama dan kedua. Setelah mengenakan pakaian ihram, "rombongan haji" ini

menuju ke tempat-tempat yang telah ditentukan untuk melakukan manasik haji.

Beberapa hari sebelumnya, staf KMI telah menandai tempat-tempat manasik seperti

"Mina", "Arofah", "Muzdalifah" dan lain sebagainya yang telah menjadi ketentuan di

dalam pelaksanaan ibadah haji. "Labbaikallahumma labbaik, labbaika laa syariika

laka....labbaik...!" salah seorang "pemimpin rombongan" berseru memimpin teman-

temannya meneriakkan talbiyah dalam menunaikan ibadah haji.

Kegiatan ini berlanjut sampai hari terakhir pelaksanaan manasik haji, Kamis

(14/5). Pada akhir pelaksanaan praktek manasik haji ini, dua kelas mendapat giliran

praktek pada malam hari. Sebabnya, pada hari Kamis setelah jam keempat para

asatidz mengadakan perkumpulan mingguan, maka kelas 1-M dan 1-P mendapatkan

waktu khusus pada malam harinya. Mereka dibimbing oleh Ust. Akmal Firdaus dan

Ust. Fawwaz Ahmad Zarkasyi mengakhiri praktek manasik haji tahun ini.

Pondok Pesantren Gontor 21

Page 22: Isi

2.3.3 Exact Club Tampil dengan Laboratory Science Expo

Dengan tujuan memperkenalkan kegiatan laboratorium yang dihuni para

penggemar eksak itu, Exact Club menggelar acara Laboratory Science Expo, Jum'at

(8/5) lalu. Acara yang dilaksanakan di samping Balai Pendidikan Pondok Modern

(BPPM) itu berlangsung dari pukul 08.00 WIB sampai pukul 16.30 WIB dengan

berbagai kegiatan praktek yang dilakukan anggota Exact Club. "Acara ini bertujuan

memperkenalkan kepada para santri berbagai aktivitas yang kami lakukan di

laboratorium, selain itu kami ingin menyampaikan betapa menyenangkannya bergelut

di dunia eksak," tutur M. Isa Haris, salah seorang pengurus Exact Club yang kini

duduk di kelas 6-G, Sabtu (9/5).

Isa mengungkapkan, tahun ini mereka sudah mengadakan tiga kali acara

semacam ini. Sebelumnya pernah diadakan di Pendopo pada pertengahan tahun

pertama, kemudian untuk kedua kalinya mereka melaksanakannya bersamaan dengan

acara Expo OPPM  pada tanggal 1 Muharram 1430 silam. "Kali ini adalah acara yang

ketiga kami laksanakan di akhir kepengurusan kami sebelum memfokuskan pikiran

kami untuk menghadapi ujian akhir kelas enam," papar santri yang telah menjadi

pengurus Exact Club selama setahun ini kepada kru Warta Mingguan Darussalam

Pos.

Dalam acara ini, Isa memaparkan, para santri akan dapat mengenal alat-alat

yang digunakan dalam pelajaran Fisika, Kimia dan Biologi. Selain itu, mereka juga

dikenalkan dengan alat-alat elektronika yang terdapat di laboratorium. "Kalau mereka

ke laboratorium, mereka akan menemukan alat-alat tersebut," katanya.

Semua alat-alat yang ditampilkan di Laboratory Science Expo ini ditempatkan

pada bagiannya masing-masing sesuai dengan pembagian laboratorium itu sendiri.

Menurut penuturan Isa, laboratorium bertingkat tiga yang terletak di sebelah utara

lapangan sepak bola Pondok Modern Darussalam Gontor tersebut dibagi ke dalam

enam bagian. Untuk praktek Kimia dan Biologi terletak di lantai 1, sedangkan lantai 2

digunakan untuk praktek Fisika dan digunakan juga untuk laboratorium komputer

pada ruangan khusus yang di dalamnya terdapat 25 set komputer. Adapun lantai 3

laboratorium digunakan untuk ruangan elektronika dan ruangan keterampilan.

Di samping memperkenalkan alat-alat laboratorium, di dalam Laboratory

Sciece Expo ini para santri juga dapat mengetahui golongan darah mereka. Tes

golongan darah ini dilakukan sendiri oleh anak-anak anggota Exact Club yang sudah

Pondok Pesantren Gontor 22

Page 23: Isi

terlatih dengan baik. Bagi setiap santri yang ingin mengetahui golongan darah mereka

diharuskan untuk membayar biaya pemeliharaan alat sebesar Rp 2 ribu.

Selain itu, Isa dkk. juga mengadakan kegiatan tanya jawab berhadiah

berkenaan dengan kegiatan laboratorium dan Exact Club itu sendiri. Bagi setiap santri

yang mampu menjawab pertanyaan, akan mendapatkan hadiah berupa mug cantik

yang disablon dengan gambar-gambar favorit yang sablonannya merupakan hasil

kreativitas anggota Exact Club sendiri. "Kegiatan yang kami adakan ini cukup

menarik minat santri untuk berpetualang di dunia eksak," tutur Isa.

"Sebenarnya, Exact Club sendiri selalu mengadakan kegiatan rutin mingguan,"

terang Isa. Mereka membuka perpustakaan eksak secara rutin setiap hari Jum'at di

samping masjid Jami'. Kegiatan yang mendapatkan bimbingan langsung dari Ust.

Mufti Imam Suyanto dan Ust. Fuad Syukri Zein ini melibatkan seluruh anggota Exact

Club yang kini berjumlah 35 orang dari kelas 2-4 KMI.

Ketika ditanya tentang perekrutan anggota baru, Isa menyatakan, sebentar lagi

mereka akan mengadakan pendaftaran anggota baru dengan sistem penyeleksian yang

ada. Mereka membutuhkan anggota yang rajin dan aktif setelah melewati tiga kali

ujian atau seleksi. Ketiga ujian itu meliputi ujian tulis, ujian praktek dan ujian

loyalitas yang hasilnya akan ditentukan seminggu setelah itu.

Kepengurusan Exact Club sendiri sudah dipegang siswa kelas 5 yang

berjumlah sebanyak enam orang. Mereka adalah Rama Tiar, Haikal Al-Ghomam,

Aziz Naufal, Anas Mahfudz, Naufal Shidqi dan Afdi Rizal. Keenam pengurus ini baru

saja dilantik Selasa (5/5) silam.

Hingga saat ini, keberadaan Exact Club di Pondok Modern Darussalam Gontor

membawa manfaat yang cukup besar dengan perannya sebagai benteng mata

pelajaran eksak di Gontor. Mereka telah mengikuti Madrasah Science Expo di

Yogyakarta pada Januari 2009 silam. Kini, mereka tengah mempersiapkan diri untuk

mengikuti acara National Science Expo pada bulan Agustus mendatang. Untuk itu, Isa

dkk. berhasil membuat sebuah alat penyimpan panas dengan tenaga surya yang diberi

nama heat saving box. "Kalau Pak Kiyai mengijinkan, kita akan berpartisipasi dalam

National Science Expo nanti," harap Isa.

 

Pondok Pesantren Gontor 23

Page 24: Isi

2.3.4 Model Pengembangan Usaha Lebah Madu

Perlebahan adalah kegiatan pemanfaatan dan budidaya lebah dan produk–

produknya (madu, jelly, lilin dan hasil lainnya) serta vegetasi penunjangnya untuk

memperoleh manfaat yang sebesar–besarnya bagi kepentingan masyarakat dengan

memperhatikan aspek kelestariannya. Kegiatan ini memberikan manfaat langsung

seperti menciptakan lapangan usaha baru, meningkatkan pendapatan dan dapat

membantu meningkatkan gizi masyarakat. Selain itu secara tidak langsung dapat

membantu proses penyerbukan beberapa jenis pohon tertentu. Peluang untuk usaha

budidaya lebah madu bagi pesantren merupakan salah satu strategi yang tepat dalam

penyiapan alih teknologi budidaya lebah madu bagi generasi muda dan agar para

santri mencintai alam khususnya lebah yang banyak memberikan manfaat bagi

manusia. Khusus peluang pengembangan di Pondok Pesatren Moder Gontor

merupakan potensi yang masih cukup besar. Alasannya, karena di lingkungan pondok

Pesantren Gontor mempunyai luasan lokasi dan sumber daya terdidik dengan

kedisiplinan tinggi, cukup potensial sebagai “Pelopor Pengembangan Perlebahan

Berbasis Pesantren”.

Selain dukungan tersebut diatas tidak kalah penting pondok pesantren Gontor

memiliki biofisik dengan lingkungan yang cukup asri didukung suhu yang ideal

dengan kisaran 27o – 31oC, ketinggian tempat + 200m dari permukaan laut, tenang

dan memiliki lingkungan sekitar (kebun masyarakat) dengan beraneka jenis tanaman

yang berbunga secara bergantian sepanjang tahun.

Strategi Model Pengembangan yang akan dilaksanakan adalah dengan

memberikan sarana-prasarana berupa :

1. Pengenalan usaha beternak lebah madu oleh Praktisi yang berpengalaman dan

pendampingan intensif/bimbingan teknis oleh Balai Pengelolaan Daerah Aliran

(BPDAS) Solo dan Dinas Pertanian Kabupaten Ponorogo

2. Bantuan lebah jenis lebah unggul/impor (Apis mellifera), sebanyak 25 stup/koloni

3. Bantuan Peralatan Perlebahan 1 (satu) paket.

Pondok Pesantren Gontor 24

Page 25: Isi

BAB 3

PENUTUP

3.1 Kesimpulan

Dari pembahasan yang kami lakukan tentang pesantren Gontor dapat diambil

benang merah bahwa sebenarnya pendidikan pesantren itu memang harus didirikan

untuk menjaga kemurnian agama lewat tenaga-tenaga ahli fikir berupa para santri. Hal

inipun tentu dilandasi alasan-alasan yang kuat untuk terus mengembangkan transfer

ilmu berbasis pembinaan berupa pesantren. Adapun beberapa alasan-alasan yang

menjadi kekuatan terus berdirinya pesantren di negeri ini :

1. Niat luhur para pembina dan para santri dalam melaksanakan kegiatan

pembelajaran.

2. Usaha iklas untuk terus mempartahankan kemurnian ajaran islam

3. Menjadi lembaga yang mampu menciptakan tenaga-tenaga professional dalam

peribadatan di lingkungan sekitar.

Pembahasan yang kami ulas adalah menegnai pesantren Gontor yang sudah

banyak memberikan kontribusi keprofesionalannya dalam menjalani kehidupan

bermasyarakat dan telah menciptakan banyak santri-santri yang berilmu tinggi dan

menunjang kehidupan baik agama, bangsa dan, Negara. Pesantren Gontor banyak

mengembangkan pembelajaran yang jauh berbeda dari pesantren pada umumnya,

pembalajaran pesantren Gontor tidak hanya mengembangkan profesionalisme dalam

hal peribadatan saja tetepi juga membuat sebuah terobosan ide dengan menggali

kemampuan diluar hal tersebut. Adapun beberapa keistimewaan pesantren Gontor

dengan pesantren dalam berbagai bidang antaralain adalah:

1. Kewirausahaan

Pengembangan kewirausahaan dibuktikan dengan mendirikan Latansa Bakery

dan usaha lebah madu sebagai media usaha para santri yang bertujuan untuk

mempersiapkan kemampuan para santri dalam bidang kewirausahaan

2. Keterampilan

Pengembangan keterampilan dibuktikan dengan mengadakan kegiatan manasik

haji dan menganalisisnya sebagai media pengembangan keterampilan

Pondok Pesantren Gontor 25

Page 26: Isi

keagamaan para santri yang bertujuan untuk mempersiapkan kemampuan para

santri dalam bidang peribadatan.

3. Pengetahuan

Pengembangan pengetahuan dibuktikan dengan mengadakan kegiatan Exact

Club sebagai media pengembangan ilmu pengetahuan para santri yang bertujuan

untuk mempersiapkan kemampuan para santri dalam bidang ilmu alam.

Pondok Pesantren Gontor 26