isi pedom teknis progker anggaran 2010

46

Upload: rinaldo-pipin-davinci

Post on 24-Nov-2015

48 views

Category:

Documents


1 download

TRANSCRIPT

  • ii

    DAFTAR ISI

    Daftar Isi................................................................................................................ ii

    Peraturan Kepala Badan Ketahanan Pangan

    Nomor : 09/Kpts/OT.140/K/02/2010...................................................................... iii I. BAB I

    PENDAHULUAN........................................................................................ 1 A. Latar Belakang .................................................................................... 1

    B. Tujuan ................................................................................................. 2 C. Sasaran ................................................................................................ 2

    D. Pengertian............................................................................................ 2

    II. BAB II KERANGKA PIKIR PEMANTAPAN KETAHANAN PANGAN......... 5

    A. Isu Nasional......................................................................................... 5 B. Potensi dan Peluang............................................................................. 5 C. Strategi ................................................................................................ 6

    III. BAB III PROGRAM DAN KEGIATAN PRIORITAS KETAHANAN PANGAN......................................................................... 8

    A. Program Peningkatan Ketahanan Pangan ............................................. 8 B. Program Peningkatan Kesejahteraan Petani.......................................... 16 C. Program Penerapan Kepemerintahan yang Baik................................... 18 D. Pertemuan, Workshop dan Apresiasi.................................................... 18

    IV. BAB IV PENGELOLAAN ANGGARAN.............................................................. 19

    A. Pengertian............................................................................................ 19 B. Penyusunan Program dan Anggaran..................................................... 19 C. Mekanisme Pencairan dan Penyaluran Dana ........................................ 21 D. Sanksi.................................................................................................. 23

  • iii

    V. BAB V PENGORGANISASIAN .......................................................................... 24

    A. Pengorganisasian ................................................................................. 24

    B. Struktur Organisasi .............................................................................. 24

    C. Kewenangan dan Uraian Tugas Pengelola Anggaran ........................... 26 D. Penanggungjawab Sementara............................................................... 31 VI. BAB VI

    PEMBINAAN, PENGAWASAN, DAN PELAPORAN .......................... 35 A. Pembinaan ........................................................................................... 35 B. Pengawasan ......................................................................................... 35 C. Pelaporan............................................................................................. 35 VII. PENUTUP................................................................................................. 39

    LAMPIRAN

  • PERATURAN KEPALA BADAN KETAHANAN PANGAN NOMOR : 09/Kpts/OT.140/K/02/2010

    TENTANG

    PEDOMAN TEKNIS PROGRAM KERJA DAN ANGGARAN BADAN KETAHANAN PANGAN TAHUN 2010

    DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

    KEPALA BADAN KETAHANAN PANGAN,

    Menimbang : a. bahwa dalam rangka mewujudkan ketahanan pangan Nasional, maka perlu dilaksanakan program dan kegiatan prioritas melalui pemantapan ketahanan pangan;

    b. bahwa dalam rangka mendukung program dan kegiatan prioritas ketahanan pangan, maka perlu ditetapkan kerangka pikir pemantapan ketahanan pangan, penganggaran, pengorganisasian, pembinaan, serta evaluasi dan pelaporan;

    c. bahwa untuk melaksanakan hal tersebut dipandang perlu menetapkan Pedoman Teknis Program Kerja dan Anggaran Badan Ketahanan Pangan Tahun 2010 sebagai acuan untuk pelaksanaan program, kegiatan dan penganggarannya.

    Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 7 Tahun 1996 Tentang Pangan (Lembaran Negara Tahun 1996 Nomor 99, Tambahan Lembaran Negara Nomor 3656);

    2. Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2003 tentang Keuangan Negara (Lembaran Negara Tahun 2003 Nomor 47, Tambahan Lembaran Negara Nomor 4286);

    3. Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2004 tentang Perbendaharaan Negara (Lembaran Negara Tahun 2004 Nomor 5, Tambahan Lembaran Negara Nomor 4355);

    4. Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintah Daerah (Lembaran Negara Tahun 2004 Nomor 125, Tambahan Lembaran Negara Nomor 4437);

    5. Undang-Undang Nomor 33 Tahun 2004 tentang Perimbangan Keuangan antara Pemerintah Pusat dan Daerah (Lembaran Negara Tahun 2004 Nomor 126, Tambahan Lembaran Negara Nomor 4438);

    6. Peraturan Pemerintah Nomor 25 Tahun 2000 tentang Kewenangan Pemerintah dan Kewenangan Provinsi Sebagai Daerah Otonom (Lembaran Negara Tahun 2000 Nomor 54, Tambahan Lembaran Negara Nomor 3952);

  • 2

    7. Peraturan Pemerintah Nomor 68 Tahun 2002 tentang Ketahanan Pangan (Lembaran Negara Tahun 2002 Nomor 142, Tambahan Lembaran Negara Nomor 4254);

    8. Peraturan Pemerintah Nomor 7 Tahun 2008 tentang Dekonsentrasi dan Tugas Pembantuan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2008 Nomor 20, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4816);

    9. Peraturan Presiden Nomor 83 Tahun 2006 tentang Dewan Ketahanan Pangan;

    10. Keputusan Presiden Nomor 42 Tahun 2002 tentang Pedoman Pelaksanaan Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (Lembaran Negara Tahun 2002 Nomor 73, Tambahan Lembaran Negara Nomor 4214) juncto Keputusan Presiden Nomor 72 Tahun 2004 (Lembaran Negara Tahun 2004 Nomor 92, Tambahan Lembaran Negara Nomor 4418);

    11. Keputusan Presiden Nomor 80 Tahun 2003 tentang Pedoman Pelaksanaan Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah (Lembaran Negara Tahun 2003 Nomor 120, Tambahan Lembaran Negara Nomor 4330) juncto Peraturan Presiden Nomor 70 Tahun 2005;

    12. Peraturan Menteri Pertanian Nomor 341/Kpts/OT.140/7/2005 tentang Kelengkapan Organisasi dan Tata Kerja Kementerian Pertanian;

    13. Peraturan Menteri Pertanian Nomor 58/Permentan/KU.410/12/2009 tentang Pelimpahan Kepada Gubernur Dalam Pengelolaan Kegiatan dan Tanggung Jawab Dana Dekonsentrasi Provinsi Tahun Anggaran 2010;

    14. Peraturan Menteri Pertanian Nomor 59/Permentan/KU.410/12/2009 tentang Penugasan Kepada Gubernur Dalam Pengelolaan Kegiatan dan Tanggung Jawab Dana Tugas Pembantuan Provinsi Tahun Anggaran 2010;

    15. Peraturan Menteri Pertanian Nomor 60/Permentan/KU.410/12/2009 tentang Penugasan Kepada Bupati/Walikota Dalam Pengelolaan Kegiatan dan Tanggung Jawab Dana Tugas Pembantuan Kabupaten/Kota Tahun Anggaran 2010;

    16. Peraturan Menteri Pertanian Nomor 14/Permentan/OT.140/1/2010 tentang Pedoman Pengelolaan Dana Bantuan Sosial untuk Pertanian Tahun Anggaran 2010;

    17. Peraturan Menteri Pertanian Nomor 15/Permentan/RC.110/1/2010 tentang Rencana Strategis Kementerian Pertanian Tahun 2010-2014.

  • 3

    MEMUTUSKAN : Menetapkan :

    KESATU : Pedoman Teknis Program Kerja dan Anggaran Badan Ketahanan Pangan Tahun 2010 sebagaimana tercantum pada Lampiran Peraturan ini.

    KEDUA : Pedoman Teknis Program Kerja dan Anggaran Badan Ketahanan Pangan Tahun 2010 sebagaimana dimaksud dalam diktum KESATU, sebagai acuan dalam mempersiapkan, melaksanakan, mengevaluasi dan melaporkan pelaksanaan program dan kegiatan pemantapan ketahanan pangan Tahun 2010.

    KETIGA : Peraturan ini mulai berlaku pada tanggal ditetapkan.

    Ditetapkan di : Jakarta Pada tanggal : 22 Februari 2010

    KEPALA BADAN KETAHANAN PANGAN,

    ACHMAD SURYANA

    SALINAN Peraturan ini disampaikan kepada Yth:

    1. Menteri Pertanian Republik Indonesia; 2. Ketua Badan Pemeriksa Keuangan; 3. Direktur Jenderal Anggaran Kementerian Keuangan; 4. Direktur Jenderal Perbendaharaan Kementerian Keuangan; 5. Kepala Badan Pengawas Keuangan dan Pembangunan; 6. Gubernur Provinsi seluruh Indonesia; 7. Bupati/Walikota seluruh Indonesia; 8. Para Pimpinan Unit Kerja Eselon I di lingkungan Kementerian Pertanian.

  • 4

    LAMPIRAN : PERATURAN KEPALA BADAN KETAHANAN PANGAN NOMOR : 09/Kpts/OT.140/K/02/2010 TANGGAL : FEBRUARI 2010

    PEDOMAN TEKNIS PROGRAM KERJA DAN ANGGARAN

    BADAN KETAHANAN PANGAN TAHUN 2010

    I. PENDAHULUAN

    A. Latar Belakang Pembangunan ketahanan pangan merupakan kegiatan prioritas nasional dalam

    RPJMN 2010-2014 yang difokuskan pada peningkatan keanekaragaman pangan sesuai dengan karakteristik daerah dalam rangka meningkatkan ketahanan pangan dan kualitas gizi melalui kerjasama dengan stakeholders/pemangku kepentingan di pusat dan daerah. Ketahanan pangan dihasilkan oleh suatu sistem pangan yang terdiri atas tiga subsistem, yaitu : (a) ketersediaan pangan dalam jumlah dan jenis yang cukup untuk seluruh penduduk; (b) distribusi pangan yang lancar dan mengakses pada masyarakat; dan (c) konsumsi pangan yang beragam, bergizi, seimbang, dan aman.

    Prioritas program pembangunan ketahanan pangan pada peningkatan ketersediaan dan penanganan kerawanan pangan diarahkan untuk : (1) mensinergikan upaya peningkatan kapasitas produksi pangan; (2) meningkatkan koordinasi pengelolaan cadangan pangan; serta (3) meningkatkan koordinasi pencegahan dan penanggulangan kerawanan pangan.

    Prioritas program peningkatan distribusi pangan, diarahkan : (1) mendorong terwujudnya sistem distribusi pangan yang efektif dan efisien dalam menjamin stabilitas pasokan dan harga pangan; (2) meningkatkan koordinasi antara instansi terkait dalam distribusi, harga, dan akses pangan; serta (3) mendorong peranserta kelembagaan masyarakat dalam meningkatkan kelancaran distribusi, kestabilan harga, dan akses pangan.

    Sementara peningkatan konsumsi dan keamanan pangan, prioritas program diarahkan untuk : (1) mendorong diversifikasi konsumsi berbasis pangan lokal; (2) meningkatkan kesadaran dan pengetahuan keragaman dan keamanan pangan sejak usia dini; serta (3) mendorong pengembangan teknologi pengolahan pangan.

    Selain itu, juga dilakukan peningkatan peran Sekretariat Dewan Ketahanan Pangan dengan : (1) mendorong peningkatan koordinasi lintas sektor dan lintas daerah; (2) meningkatkan peran kelembagaan formal dan informal dalam pelaksanaan ketahanan pangan; serta (3) meningkatkan perumusan kebijakan, pelaksanaan pemantauan/monitoring, evaluasi, dan pelaporan ketahanan pangan.

  • 5

    Kegiatan ketahanan pangan tahun 2010 yang dilaksanakan oleh Badan Ketahanan Pangan, merupakan kegiatan tahun pertama dari RPJM 2010-2014. Kegiatan tersebut direncanakan dengan mempertimbangkan : (1) keberlanjutan program dan kegiatan; (2) fokus dan penajaman pada implementasi tugas pokok dan fungsi kelembagaan; (3) dilakukan sinergi antar program/kegiatan; dan (4) sinkronisasi antara program pusat dan daerah. Program dan kegiatan yang dilaksanakan pada tahun pertama RPJM 2010-2014 tersebut, masih menggunakan format program dan kegiatan pada tahun yang lalu, tetapi arah dan substansi kegiatannya sudah menerapkan kegiatan-kegiatan untuk mencapai keluaran yang dirancang pada sasaran jangka menengah 2010-2014.

    B. Tujuan Tujuan penyusunan Pedoman Teknis Program Kerja dan Anggaran Badan Ketahanan Pangan Tahun 2010 adalah memberikan acuan bagi pelaksana dan penanggungjawab kegiatan ketahanan pangan dalam pelaksanaan program dan berbagai kegiatan pembangunan ketahanan pangan tahun 2010.

    C. Sasaran Sasaran makro (outcomes) pemantapan ketahanan pangan Tahun 2010 meliputi:

    1. Meningkatnya ketahanan pangan masyarakat, yang tercermin dari stabilnya harga pangan pokok dan meningkatnya kemampuan pengelolaan cadangan pangan masyarakat, lembaga distribusi pangan dan lumbung pangan masyarakat.

    2. Meningkatnya keanekaragaman produksi dan konsumsi pangan berbasis sumberdaya lokal sesuai skor PPH sebesar 86,4.

    3. Menurunnya jumlah/persentase penduduk rawan pangan kronis (yang mengkonsumsi kurang dari 70% Angka Kecukupan Gizi (AKG), dan penduduk miskin minimal satu persen per tahun.

    4. Meningkatnya keamanan pangan segar masyarakat, baik pada tingkat produsen maupun konsumen.

    5. Berfungsinya sistem kewaspadaan pangan dan gizi serta bertambahnya kapasitas dan jumlah kelembagaan ketahanan pangan pemerintah dan masyarakat.

    6. Meningkatnya eksistensi Dewan Ketahanan Pangan di Pusat dan daerah dalam mewujudkan ketahanan pangan.

    D. Pengertian 1. Ketahanan pangan adalah kondisi terpenuhinya pangan bagi setiap rumah

    tangga yang tercermin dari tersedianya pangan yang cukup baik jumlah maupun mutunya, aman, merata dan terjangkau.

    2. Pemberdayaan masyarakat adalah suatu proses dimana masyarakat khususnya mereka yang kurang memiliki akses kepada sumberdaya pembangunan

  • 6

    didorong untuk mandiri dalam mengembangkan perikehidupan mereka. Dalam proses ini masyarakat dibantu untuk mengkaji kebutuhan, masalah dan peluang dalam pembangunan yang dimilikinya sesuai dengan lingkungan sosial ekonomi perikehidupan mereka sendiri.

    3. Penguatan Lembaga Distribusi Pangan Masyarakat (Penguatan-LDPM) adalah upaya pemberdayaan Gapoktan dalam pengelolaan distribusi pangan (gabah/beras, jagung) melalui pembelian, penyimpanan, pengolahan, dan pemasaran untuk mendorong stabilitasi harga gabah/beras/jagung ditingkat petani dan mengembangkan cadangan pangan masyarakat.

    4. Desa Mandiri Pangan adalah desa yang masyarakatnya mempunyai kemampuan untuk mewujudkan ketahanan pangan dan gizi melalui pengembangan subsistem ketersediaan, subsistem distribusi dan subsistem konsumsi dengan memanfaatkan sumberdaya setempat secara berkelanjutan.

    5. Desa P2KP adalah desa yang melaksanakan kegiatan Percepatan Penganekaragaman Konsumsi Pangan (P2KP) yang berlokasi di desa PUAP, Desa Mandiri Pangan Tahun ke 3, 4 (Desa mapan tahun 2007 dan 2008), desa PIDRA, P4K, Prima Tani, serta P4MI dan desa lainnya pada 200 kabupaten/kota di 33 provinsi.

    6. Lumbung Pangan Masyarakat adalah lembaga yang dibentuk oleh masyarakat desa/kota yang bertujuan untuk pengembangan penyediaan cadangan pangan dengan sistem tunda jual, penyimpanan, pendistribusian, pengolahan dan perdagangan bahan pangan yang dikelola secara berkelompok.

    7. Penanganan Daerah Rawan Pangan adalah tindakan untuk memecahkan masalah kerawanan pangan di suatu daerah melalui : (1) Pencegahan masalah pangan dan gizi untuk menghindari terjadinya kerawanan pangan dengan penerapan SKPG; serta (2) Penanggulangan kerawanan pangan dengan cara investigasi (peninjauan) dilapangan untuk menentukan jenis intervensi (tindakan) yang sesuai dengan permasalahan.

    8. Sistem Kewaspadaan Pangan dan Gizi (SKPG) adalah suatu sistem pendeteksian dan pengelolaan informasi tentang situasi pangan dan gizi yang berjalan terus menerus dan menghasilkan pemetaan daerah rawan pangan dan gizi yang menjadi dasar perencanaan, penentuan kebijakan, koordinasi program dan kegiatan penanggulangan daerah rawan pangan dan gizi.

    9. Percepatan Penganekaragaman Konsumsi Pangan dan Gizi (P2KPG) adalah beragam upaya untuk menginformasikan (transfer kebiasaan) pola konsumsi pangan beragam, bergizi seimbang dan aman kepada anak didik dan masyarakat, agar pengetahuan dan pemahamannya tentang penganekaragaman konsumsi pangan meningkat.

    10. Dana Bantuan Sosial adalah penyaluran atau transfer uang bagi pelaku pertanian yang mengalami keterbatasan modal sehingga mampu mengakses pada lembaga permodalan secara mandiri (Permentan Nomor: 14/Permentan/OT.140/I/2010 tertanggal 22 Januari 2010). Pelaku pertanian yang dimaksud dalam Pedoman Teknis ini adalah masyarakat yang melaksanakan pemberdayaan ketahanan pangan.

  • 7

    11. Dekonsentrasi adalah pelimpahan wewenang dari pemerintah kepada Gubernur sebagai wakil pemerintah dan/atau kepada instansi vertikal diwilayah tertentu.

    12. Dana Dekonsentrasi adalah dana yang berasal dari APBN yang dilaksanakan oleh Gubernur sebagai wakil pemerintah yang mencakup semua penerimaan dan pengeluaran dalam rangka pelaksanaan dekonsentrasi, tidak termasuk dana yang dialokasikan untuk instansi vertikal pusat dan daerah.

    13. Tugas pembantuan adalah penugasan dari pemerintah kepada daerah dan/atau desa, dari pemerintah Provinsi kepada kabupaten, atau kota kepada desa serta dari pemerintah kabupaten, atau kota kepada desa untuk melaksanakan tugas tertentu dengan kewajiban melaporkan dan mempertanggungjawabkan pelaksanaannya kepada yang menugaskan.

    14. Dana Tugas Pembantuan adalah dana yang berasal dari APBN yang dilaksanakan oleh daerah dan desa yang mencakup semua penerimaan dan pengelolahan dalam rangka pelaksanaan tugas pembantuan.

  • 8

    II. KERANGKA PIKIR PEMANTAPAN KETAHANAN PANGAN

    A. Isu Nasional Masalah utama yang masih dihadapi dalam memantapkan ketahanan pangan tahun

    2010 antara lain : 1. Kemampuan ketahanan pangan masyarakat dalam pemenuhan ketersediaan

    pangan dan mengakses pangan. 2. Ketergantungan konsumsi beras masih cukup tinggi dan belum optimalnya

    pemanfaatan pangan lokal untuk konsumsi pangan harian. 3. Cadangan pangan pemerintah masih terbatas (hanya beras dan dikelola oleh

    pemerintah pusat), sementara cadangan pemerintah daerah dan masyarakat belum berkembang.

    4. Masih rendahnya kualitas dan kuantitas konsumsi pangan penduduk, karena budaya dan kebiasaan makan masyarakat kurang mendukung konsumsi pangan beragam, bergizi seimbang dan aman.

    5. Belum berkembangnya industri pangan berbasis bahan pangan lokal untuk mendukung penganekaragaman konsumsi pangan.

    6. Masih terjadinya kasus keracunan akibat penggunaan bahan kimia berbahaya pada makanan sehingga menimbulkan rendahnya ketahanan pangan masyarakat.

    7. Belum memadainya prasarana dan sarana transportasi baik darat dan terlebih antar pulau, sehingga meningkatkan biaya distribusi pangan.

    8. Jumlah penduduk rawan pangan masih cukup besar, meskipun telah menunjukkan trend yang menurun.

    B. Potensi dan Peluang Potensi dan peluang dalam pembangunan ketahanan pangan adalah antara lain : 1. Besarnya jumlah penduduk Indonesia merupakan pasar produk pangan

    sekaligus penggerak ekonomi nasional. 2. Tingkat pendidikan masyarakat dan pengetahuan tentang pangan yang

    semakin tinggi memberikan peluang bagi percepatan proses peningkatan kesadaran gizi masyarakat.

    3. Luas wilayah Indonesia yang besar dan merupakan negara kepulauan menyediakan peluang usaha distribusi pangan yang cukup besar.

    4. Perkembangan teknologi informatika, perhubungan dan transportasi yang sangat pesat hingga ke pelosok daerah menjadi penunjang penting bagi keberhasilan pembangunan ketahanan pangan nasional.

    5. Ketersediaan sumber daya lahan dan air sebagai faktor utama produksi untuk menghasilkan pangan, belum dikelola secara optimal.

  • 9

    6. Keragaman sumberdaya alam dan keanekaragaman hayati baik flora dan fauna nasional belum dimanfaatkan secara optimal sebagai sumber pangan untuk mendukung peningkatan konsumsi masyarakat sekaligus mempertahankan kelestariannya.

    7. Semakin berkembangnya riset dan teknologi pangan yang telah menghasilkan berbagai varietas tanaman pangan yang tahan terhadap kondisi tidak optimal namun tetap berproduksi tinggi. Demikian pula untuk hortikultura dan peternakan.

    C. Strategi 1. Fokus Wilayah

    Mengingat luas dan beragamnya permasalahan ketahanan pangan yang dihadapi di daerah, serta terbatasnya sumberdaya pembangunan yang tersedia, maka penyelenggaraan pembangunan ketahanan pangan oleh BKP Kementerian Pertanian pada tahun 2010 menentukan fokus pembangunan Ketahanan Pangan berdasarkan pewilayahan. Fokus wilayah pembangunan Ketahanan Pangan yang akan dibiayai dari dana APBN pada Tahun Anggaran 2010 terdiri dari : a. Kabupaten/Kota yang mempunyai lokasi rawan pangan berdasarkan Peta

    Ketahanan dan Kerentanan Pangan/Food Security and Vulnerability Atlas (FSVA) nasional dan Peta Kerawanan Pangan/Food Insecurity Atlas (FIA) daerah.

    b. Mempunyai unit kerja yang menangani ketahanan pangan, baik yang mandiri dalam lembaga Badan atau Kantor, maupun yang masih bergabung dengan lembaga lain dalam Badan atau Kantor.

    c. Menunjukkan kinerja yang baik dalam pelaksanaan program dan kegiatan pemantapan ketahanan pangan, termasuk penyerapan anggaran dan kepatuhan penyampaian laporan keuangan dan barang secara periodik selama 3 tahun pada TA. 2007 - 2009.

    2. Cara Mencapai Sasaran Berdasarkan permasalahan dan tantangan yang dihadapi dalam pembangunan

    ketahanan pangan Nasional, serta mempertimbangkan potensi dan peluang sumberdaya pembangunan yang tersedia di daerah, maka sasaran strategis ketahanan pangan : meningkatnya ketahanan pangan melalui pengembangan ketersediaan, distribusi, konsumsi dan keamanan pangan segar, serta terkoordinasikan kebijakan pangan. Untuk mengukur sasaran yang akan dicapai tersebut, digunakan indikator : (1) Berkembangnya Gerakan Kemandirian Pangan dalam mengurangi daerah dan penduduk rawan pangan; (2) Menguatnya kelembagaan distribusi pangan dan cadangan pangan masyarakat serta terciptanya stabilisasi dan keterjangkauan harga pangan pokok oleh masyarakat; (3) Tercapainya percepatan penganekaragaman konsumsi pangan dalam peningkatan konsumsi pangan beragam, bergizi seimbang dan aman, serta menurunnya konsumsi beras/kapita; (4) Meningkatnya kesadaran (awareness) masyarakat produsen dan konsumen akan pentingnya keamanan pangan segar; serta (5) Terkoordinasinya analisis dan rumusan kebijakan ketahanan pangan.

  • 10

    Pencapaian sasaran dilaksanakan melalui pendekatan jalur ganda (twin-track approach) yaitu : (1) membangun ekonomi berbasis pertanian dan pedesaan untuk meningkatkan produksi pangan dan pertanian, penyediaan lapangan kerja, dan peningkatan pendapatan/daya beli; dan (2) memenuhi kebutuhan pangan bagi kelompok masyarakat miskin dan rawan pangan melalui pemberian bantuan langsung serta pemberdayaan agar semakin mampu mewujudkan ketahanan pangan secara mandiri.

    3. Kegiatan Prioritas dan Sasaran Prioritas kegiatan lingkup Badan Ketahanan Pangan tahun 2010 ditujukan untuk

    melakukan pemberdayaan aparat dan masyarakat dalam upaya meningkatkan ketahanan pangan masyarakat, dengan sasaran sebagai berikut : a. Pengembangan Desa Mandiri Pangan : meningkatnya kemampuan ketahanan

    pangan masyarakat dan pemerintah melalui pengembangan Desa Mandiri Pangan di 1.749 desa rawan pangan pada 379 Kabupaten/Kota; pembinaan pasca Program PIDRA di Provinsi Jawa Timur, Nusa Tenggara Barat, dan Nusa Tenggara Timur yang mencakup 46.780 KK miskin di 237 desa pada 14 kabupaten, serta penyiapan replikasi PIDRA pada 6 kabupaten di Provinsi Maluku dan Maluku Utara dengan Smallholder Livelihood Development Programme in Eastren Indonesia (SOLID).

    b. Penguatan Lembaga Distribusi Pangan Masyarakat (Penguatan LDPM) : tersalurkannya bantuan sosial bagi 750 gapoktan di 27 Provinsi untuk tahap pengembangan dan 20 provinsi untuk tahap penumbuhan tahun 2010 guna memperkuat kelembagaan petani melalui kelompoktani/Gapoktan dalam mengelola distribusi pangan mencakup : pembelian; pengolahan; pemasaran; dan pemupukan cadangan pangan di 196 kabupaten/kota pada sentra produksi pangan.

    c. Pemberdayaan Lumbung Pangan Masyarakat : meningkatnya kemampuan pengelola kelompok lumbung dalam menangani cadangan pangan masyarakat pada 288 lumbung pangan di pedesaan.

    d. Penanganan Daerah Rawan Pangan : tertanganinya kerawanan pangan di 350 Kabupaten/Kota pada 33 Provinsi.

    e. Percepatan Penganekaragaman Konsumsi Pangan (P2KP) : terselenggaranya Gerakan (Penyuluhan dan Penyebaran Informasi) P2KP melalui : ekstrakurikuler SD/MI, serta pendampingan/pembinaan optimalisasi pemanfaatan pekarangan dan pemberdayaan kelompok wanita, dan kelompok usaha pangan di 2.000 desa.

    f. Penanganan dan Pengembangan Kesadaran Keamanan Pangan Segar : terwujudnya peningkatan kepedulian dan kesadaran masyarakat (produsen dan konsumen) terhadap keamanan pangan segar di seluruh Indonesia dan 30 kabupaten sasaran penanganan keamanan pangan.

    g. Penguatan Kelembagaan Ketahanan Pangan : (1) terselenggaranya koordinasi dan keterpaduan pengelolaan ketahanan pangan oleh pemerintah bersama masyarakat pada 33 Provinsi, (2) pemberian penghargaan ketahanan pangan; serta (3) terlaksananya rumusan kebijakan ketahanan pangan bagi komoditas strategis melalui Dewan Ketahanan Pangan di tingkat Pusat, Provinsi dan Kabupaten/Kota.

  • 11

    III. PROGRAM DAN KEGIATAN PRIORITAS KETAHANAN PANGAN

    Untuk mencapai tujuan dan sasaran (keluaran) pelaksanaan kegiatan ketahanan pangan Tahun 2010, Badan Ketahanan Pangan melaksanakan 3 program : (1) Program Peningkatan Ketahanan Pangan (PKP), (2) Program Peningkatan Kesejahteraan Petani (PPKP); dan (3) Program Penerapan Kepemerintahan yang Baik (PPKB).

    Dalam melaksanakan ketiga program tersebut, Badan Ketahanan Pangan mendapatkan alokasi anggaran Rp.397.683,5 juta atau turun 0,4 % dari tahun yang lalu, dengan rincian alokasi per program dan kegiatan sebagai berikut :

    No. Program/Kegiatan Utama Anggarn. (Rp.jt) 1. 1.1 1.2 1.3

    Program Peningkatan Ketahanan Pangan Penguatan LDPM Pengembangan Desa Mandiri Pangan Diversifikasi Pangan

    352.812,90 130.227,50 158.123,00 64.462,40

    2. Program Peningkatan Kesejahteraan Petani Kebijakan, perencanaan, koordinasi, keuangan, kepegawaian, monitoring dan evaluasi, data statistik dan informasi, kerjasama, PUG, serta penyelesaian masalah-masalah mendesak dan bencana alam, terdiri dari 3 sub kegiatan : 1. Penanganan Daerah Rawan Pangan 2. Penguatan Kelemb. Ketahanan Pangan 3. Koordinasi Perencanaan.

    24.870,00

    13.945,00 6.125,00 4.800,00

    3. 3.1 3.2 3.3

    Program Penerapan Kepemerintahan yg Baik Pengelolaan gaji, honorarium dan tunjangan Penyelenggaraan operasional dan pemelhr. Kantor Pelayanan publik/birokrasi

    20.000,60 14.529,00 1.918,50 3.553,10

    Total Anggaran 397.683,50 Rincian anggaran menurut jenis belanja per program/kegiatan/ lokasi/Satker, dapat

    dilihat pada Lampiran 1, 2 dan 3.

    A. Program Peningkatan Ketahanan Pangan (04.03.04) Program peningkatan ketahanan pangan diarahkan untuk memfasilitasi

    terjaminnya masyarakat untuk memperoleh pangan yang cukup setiap saat, sehat dan halal. Sasaran yang hendak dicapai : (1) tercapainya ketersediaan pangan tingkat nasional, regional dan rumah tangga yang cukup, aman dan halal; (2) meningkatnya

  • 12

    keragaman produksi dan konsumsi pangan masyarakat; serta (3) meningkatnya kemampuan masyarakat dalam mengatasi masalah distribusi dan kerawanan pangan.

    Berkaitan dengan tujuan dan sasaran program tersebut, Badan Ketahanan Pangan melaksanakan 3 kegiatan prioritas : (1) Penguatan Lembaga Distribusi Pangan Masyarakat (Penguatan LDPM); (2) Pengembangan Desa Mandiri Pangan (Demapan) dan Penanganan Daerah Rawan Pangan (PDRP); dan (3) Diversifikasi Pangan.

    Disamping ketiga kegiatan prioritas tersebut, juga dilaksanakan kegiatan perumusan dan analisis kebijakan ketahanan pangan untuk menunjang kegiatan prioritas tersebut yaitu : (1) Peningkatan kemampuan staf pusat dan daerah dalam penguasaan metodologi analisis ketahanan pangan melalui pelatihan; dan (2) Penyusunan kebijakan responsif dan antisipasif tentang ketahanan pangan antara lain : pasokan, akses, distribusi, dan harga; peta ketahanan pangan dan kerentanan pangan; pola produksi, distribusi, dan konsumsi; Pola Pangan Harapan (PPH); dan Neraca Bahan Makanan. Kegiatan-kegiatan tersebut dituangkan dalam tiap kegiatan prioritas sesuai dengan keterkaitan, kepentingan dan kebutuhannya pada masing-masing Badan/Kantor Ketahanan Pangan di pusat dan daerah dalam melaksanakan pembangunan ketahanan pangan.

    1. Penguatan Lembaga Distribusi Pangan Masyarakat (1580) Kegiatan prioritas Penguatan LDPM terdiri dari : (1) Penguatan Lembaga

    Distribusi Pangan Masyarakat (Penguatan-LDPM); (2) Pembinaan Harga, Distribusi, dan Akses Pangan; serta (3) Pemberdayaan Cadangan Pangan Masyarakat.

    a. Penguatan Lembaga Distribusi Pangan Masyarakat (Penguatan-LDPM) Penguatan LDPM tahun 2010 merupakan pelaksanaan tahun kedua, berarti ada

    546 Gapoktan yang diberikan pembinaan lanjutan dari tahun 2009, dan 204 Gapoktan yang mulai ditumbuhkan kegiatannya pada tahun 2010. Pelaksanaan pembinaan Gapoktan tersebut akan diberikan pendampingan oleh penyuluh pertanian selama 3 (tiga) tahun di lokasi sentra produksi pangan dengan metoda pemberdayaan masyarakat serta pemberian bantuan sosial. Pelaksanaan kegiatan tersebut ditujukan untuk menjaga harga padi/jagung pada saat panen raya, membangun kemampuan cadangan pangan Gapoktan dan mendorong pengembangan ekonomi masyarakat pedesaan.

    Dalam Penguatan-LDPM, penggunaan bantuan sosial untuk kegiatan penyiapan dan pembangunan/rehabilitasi tempat/gudang; serta pembelian gabah/beras/jagung dari petani sebagai anggota, untuk dilakukan penyimpanan, pengolahan dan pemasaran kepada mitra usahanya serta untuk cadangan pangan pada saat paceklik dan dapat juga digunakan untuk membantuanggota Gapktan pada saat terjadi bencana alam (rawan pangan transien). Upaya ini dilakukan dalam rangka penanggulangan resiko sosial yang masih dihadapi oleh petani berupa : penurunan harga bahan pangan pada saat panen raya dan pemenuhan kebutuhan sehari-hari yang tidak dapat ditunda. Dengan pendampingan dan bantuan sosial tersebut, diharapkan Gapoktan/Poktan dapat meningkatkan kesejahteraan anggotanya, terutama dalam peningkatan nilai tambah produk pertanian dan pemantapan ketahanan pangan keluarga.

  • 13

    Output kegiatan Penguatan-LDPM : (1) meningkatkan kemampuan Gapoktan/Poktan di daerah sentra produksi pangan dalam mengelola distribusi hasil panen (gabah/beras/jagung) pada saat panen raya; (2) meningkatkan pendapatan petani anggotanya dan nilai tambah hasil produk pertanian; (3) serta memperkuat cadangan pangan secara berkelanjutan.

    Untuk mengarahkan pelaksanaan kegiatan Penguatan-LDPM dan upaya peningkatan kesejahteraan petani secara nyata, dilakukan pendampingan oleh penyuluh pertanian atau petugas lapangan setempat yang dapat memfasilitasi Gapoktan/Poktan untuk mengembangkan mitra/jejaring kerja dalam pemasaran. Pelaksanaan pendampingan Penguatan LDPM oleh penyuluh/petugas lapangan dilaksanakan bersama dengan tugas dan pekerjaannya sehari-hari.

    Dalam rangka mempersiapkan pelaksanaan kegiatan Penguatan-LDPM, akan dilakukan apresiasi bagi aparat di tingkat Provinsi dan Kabupaten/Kota dengan materi modul yang akan dipersiapkan terlebih dahulu oleh pusat dengan peserta dari seluruh Provinsi dan kabupaten pelaksana Penguatan-LDPM.

    Untuk melaksanakan pemberdayaan Gapoktan/Poktan secara periodik, akan dilakukan kegiatan-kegiatan penunjang untuk : identifikasi, persiapan, pelaksanaan, pemantauan, evaluasi, dan pelaporan; yang dilaksanakan secara teknis di tingkat kabupaten/kota dan Tim Pembina Provinsi untuk membantu persiapan, penyaluran Bantuan Sosial, dan menyelasaikan permasalahan yang dihadapi dalam penyelenggaraan kegiatan.

    Dalam memandu pelaksanaan kegiatan Penguatan-LDPM, secara khusus akan diterbitkan Pedoman Umum Penguatan Lembaga Distribusi Pangan Masyarakat yang ditetapkan oleh Menteri Pertanian untuk digunakan sebagai acuan utama dalam pelaksanaan kegiatan.

    b. Pembinaan Harga, Distribusi, dan Akses Pangan Dalam rangka menganalisis dan merumuskan bahan kebijakan distribusi, harga,

    dan akses pangan, maka dilakukan kegiatan : (1) pemantauan pasokan pangan dan analisis distribusi pangan; (2) pemantauan dan analisis harga pangan; (3) pemantauan dan analisis akses pangan; dan (4) pemantauan harga pangan pada periode Hari Besar Keagamaan dan Nasional (HBKN). Kegiatan tersebut dilaksanakan secara periodik dan insidentil sesuai dengan kebutuhan, yang hasilnya dilaporkan kepada pemerintah dan stakeholder secara cepat untuk ditindaklanjuti. Selain kegiatn yang sifatnya periodik dan insidentil, Pusat Distribusi Pangan mulai tahun 2010 melakukan pilot proyek untuk kegiatan : (1) Analisis dan pola Distribusi Pangan di 8 Provinsi (Jatim, Jateng, Jabar, DIY, Sumut, Sulsel, Bali, NTB) dengan komoditas beras, daging ayam, dan telur; dan (2) Pengembangan Panel Harga, pasokan, dan akses pangan di 12 provinsi (Jatim, Jateng, Jabar, Sumut, Sulsel, Sumbar, Riau, Kalbar, Kalsel, Sulut, NTT, dan Maluku). Adapun tujuan dari kedua kegiatan tersebut antara lain : (1) Menyamakan persepsi dan format pengumpulan dan pemantauan distribusi, harga, dan akses pangan antar kabupaten/kota dan antar provinsi; (2) Membangun jaringan informasi harga, pasokan, dan akses dari kabupaten/kota-provinsi-pusat maupun sebaliknya; (3) Menyediakan informasi hasil analisis harga, distribusi, akses pangan di tingkat provinsi.

  • 14

    Output dari kegiatan tersebut, tersedianya informasi dan analisis distribusi, harga, dan akses pangan untuk dapat mengetahui permasalahan yang berkaitan dengan distribusi, harga dan akses pangan di daerah dalam rangka mewujudkan ketahanan pangan masyarakat.

    c. Pemberdayaan Lumbung Pangan Masyarakat Dalam rangka mengintegrasikan kelembagaan lumbung pangan di daerah miskin

    dan rawan pangan guna memperkuat kelembagaan ketahanan Pangan di masyarakat, maka kegiatan Pemberdayaan Lumbung Pangan dilaksanakan di daerah rawan pangan. Seluruh tahapan kegiatan pemberdayaan lumbung pangan tersebut dilaksanakan dengan prinsip sosial dan berkelanjutan dalam kurun waktu 3 tahun dimulai tahun 2009, meliputi tiga tahapan yaitu : tahap penumbuhan, pengembangan, serta perwujudan kemandirian kelembagaan lumbung pangan.

    Pada tahun 2010, kegiatan pemberdayaan lumbung pangan dilakukan melalui pemberian bantuan sosial yang dapat digunakan untuk pemupukan cadangan pangan masyarakat pada tahun kedua (tahap pengembangan), sedangkan pembangunan fisik lumbung akan dibiayai oleh Dana Alokasi Khusus (DAK). Kegiatan akan dikembangkan kearah penguatan cadangan pangan dan pengembangan usaha kelompok melalui : pembangunan lumbung, pemupukan cadangan pangan masyarakat, dan simpan pinjam pangan saat panen/masa paceklik. Pemberdayaan dilakukan untuk meningkatkan peran kelembagaan lumbung pangan, selain berperan sebagai fungsi sosial dalam penyediaan cadangan pangan masyarakat diharapkan juga berperan sebagai fungsi ekonomi bagi kesejahteraan anggota dan masyarakat di sekitar desa sasaran.

    Output dari kegiatan tersebut adalah tumbuh dan berkembangnya lumbung pangan di daerah rawan pangan.

    2. Pengembangan Desa Mandiri Pangan dan Penanganan Daerah Rawan Pangan (1592) Ada 2 (dua) kegiatan yang dilaksanakan dalam kegiatan prioritas ini, yaitu: (1)

    Pengembangan Desa Mandiri Pangan; dan (2) Pembangunan ketahanan pangan di lahan kering (Partisipatory Integrated Development in Rainfed Areas/PIDRA).

    a. Pengembangan Desa Mandiri Pangan Pengembangan Desa Mandiri Pangan (Demapan) merupakan suatu kegiatan yang

    langsung menyentuh masyarakat miskin di daerah rawan pangan dengan sasaran pemberdayaan masyarakat miskin di desa rawan pangan. Gerakan Kemandirian Pangan adalah upaya bersama berbagai komponen masyarakat dan pemerintah dalam mencerdaskan kehidupan masyarakat untuk memobilisasi, memanfaatkan dan mengelola aset setempat (meliputi sumber daya alam, SDM, sumber daya finansial, sumber daya fisik/teknologi serta sumber daya social) untuk meningkatkan ketahanan pangan, rumahtangga dan masyarakat melalui penanganan desa rawan pangan menjadi Desa Mapan di Kabupaten/Kota yang memiliki desa rawan pangan. Dalam hal ini yang dimaksud dengan Mandiri Pangan adalah masyarakat yang mampu memproduksi

  • 15

    pangan sendiri, dapat mengakses pangan dari pasar, dan bisa meningkatkan daya belinya. Upaya pemenuhan kebutuhan yang dapat tercukupi oleh kemampuan sumber daya yang dimiliki, dilihat dari bekerjanya subsistem ketersediaan, distribusi dan konsumsi pangan.

    Pengentasan kemiskinan dan kerawanan pangan dilakukan melalui pendekatan pemberdayaan masyarakat secara partisipatif untuk meningkatkan kemandirian masyarakat, dengan meningkatkan kapasitas SDM, membuka akses pangan, dan membangun wilayah secara terpadu. Selain itu, juga diberikan pendampingan (petani dan tim pangan desa), sinergi dengan program lainnya yang terkait, serta kemitraan yang saling menguntungkan. Trigger mechanism yang dilakukan oleh pemerintah dengan fasilitasi pendampingan/penyuluhan, penguatan kelompok, bimbingan usaha, dan pemberian dana bantuan sosial.

    Pengembangan Desa Mandiri Pangan dilaksanakan dengan memfasilitasi desa rawan pangan menjadi Desa Mandiri Pangan melalui proses pemberdayaan selama kurun waktu empat tahun secara berkesinambungan melalui 4 tahapan : Persiapan, Penumbuhan, Pengembangan, dan Kemandirian. Dalam rangka mendorong gerakan kemandirian pangan di masyarakat, maka untuk desa yang telah dibina selama 4 (empat) tahun dan sudah mandiri sebagai desa inti untuk membina 3 (tiga) Desa Rawan Pangan yang ada disekitarnya sebagai desa replikasi Demapan dengan model Sekolah Lapangan (SL). Sedangkan desa yang belum mandiri akan dibina oleh provinsi dan kabupaten sehingga mencapai kemandirian pada tahun berikutnya sebagai Desa Inti dan kemudian akan membina 3 (tiga) desa rawan pangan yang ada disekitarnya sebagai desa replikasi Desa Mapan dengan model Sekolah Lapangan (SL) dan seterusnya.

    Mulai tahun 2010, pendamping desa Mandiri Pangan baru adalah Penyuluh Pertanian Lapangan yang bertugas di wilayah binaan pada Desa Mandiri Pangan, sedangkan pendamping untuk Desa Mandiri Pangan tahun II s/d tahun IV adalah tenaga pendamping hononer sampai dengan selesainya pendampingan di Desa Mandiri Pangan.

    Pemberdayaan masyarakat difokuskan pada pembinaan kelompok tani, yaitu : masyarakat yang tergabung dalam suatu kelompok tani, dibimbing agar mampu menemukenali permasalahan yang dihadapi dan potensi yang mereka miliki, serta mampu secara mandiri membuat rencana kerja untuk meningkatkan pendapatannya melalui usaha agribisnis (usahatani, pengolahan, pemasaran) berbasis pedesaan. Melalui pemberdayaan tersebut, kemampuan anggota petani akan meningkat dalam mengatasi masalah pangan dan kemiskinan di dalam suatu ikatan kelompok dan gabungan kelompok sesuai dengan aspirasi, kondisi sosial, ekonomi, dan budaya setempat melalui optimalisasi pemanfaatan sumberdaya lokal.

    Untuk meningkatkan kualitas sumber daya manusia pendamping dalam melaksanakan tugasnya di lapangan, akan diadakan apresiasi pendamping Demapan secara Training Of Trainer (TOT). Pada awalnya instruktur yang terdiri dari pejabat struktural, penyuluh, dan pejabat lainnya di tingkat Provinsi akan dilatih di pusat dengan materi modul yang dipersiapkan oleh pusat. Peserta TOT tersebut selanjutnya akan melatih para pendamping yang ditetapkan pada tahun 2010 di tingkat Provinsi. Untuk membantu penyelenggaraannya, tim pusat akan memantau dan membina dalam pelaksanaannya. Waktu pelaksanaannya akan disampaikan kepada daerah. Untuk menunjang pelaksanaan kegiatan Desa Mandiri Pangan, maka dibentuk kelompok kerja di tingkat pusat, Provinsi dan Kabupaten/Kota untuk melaksanakan :

  • 16

    persiapan, pelaksanaan, pemantauan dan evaluasi serta pelaporan. Selain itu, di tingkat pusat, Provinsi dan Kabupaten/Kota melakukan analisis dan perumusan kebijakan ketersediaan dan cadangan pangan yang sangat dibutuhkan dalam pembangunan wilayah/daerah dan pengembangan Desa Mandiri Pangan.

    Output dari kegiatan tersebut, terbinanya Desa Mandiri Pangan dari kondisi desa miskin dan rawan pangan menjadi Desa Mandiri Pangan melalui pemberdayaan kelompok afinitas dengan bantuan sosial untuk kegiatan produktif berbasis sumber daya lokal.

    Penjelasan lebih rinci dalam pengembangan Desa Mandiri Pangan diuraikan lebih lanjut pada Pedoman Umum Program Aksi Desa Mandiri Pangan Menuju Gerakan Kemandirian Pangan yang ditetapkan oleh Menteri Pertanian.

    b. Pemberdayaan Ketahanan Pangan di Lahan Kering (Participatory Integrated Development in Rainfed Area/PIDRA) Untuk keberlanjutan kegiatan PIDRA yang telah berakhir pada tahun 2009, akan

    tetap dilaksanakan pemantauan dan pembinaan kesinambungan kelembagaan masyarakat dan usaha ekonomi masyarakat dalam rangka mewujudkan ketahanan pangan masyarakat. Disamping itu dilakukan rekonsiliasi pertanggungjawaban aset BMN ( Barang Milik Negara) untuk persiapan pelimpahan asset BMN kepada unit pengelolaan kegiatan program ketahanan pangan di daerah. Termasuk penyelesaian administrasi keuangan PLN ( Pinjaman Luar Negeri) pasca proyek di lokasi lahan kering pada 14 kabupaten di Provinsi Nusa Tenggara Timur, Nusa Tenggara Barat, dan Jawa Timur. Pembinaan diarahkan untuk melibatkan peran pemerintah daerah melaksanakan kegiatan peningkatan kesejahteraan masyarakat yang didanai oleh APBD di lokasi PIDRA, mengusulkan proposal kegiatan yang dapat ditampung dalam APBN, serta menjalin kemitraan dengan mitra usaha lokal dan mitra usaha lain yang dapat menyediakan permodalan dan menampung hasil pertanian dan kerajinan.

    Program PIDRA akan direplikasi melalui kerja sama dengan IFAD melalui Smallholder Livelihood Development Programme in Eastren Indonesia (SOLID) di Provinsi Maluku dan Maluku Utara pada 10 (sepuluh) kabupaten. Persiapan pelaksanaan kegiatan tersebut dilakukan pada tahun 2010.

    Output yang diharapkan dari kegiatan tersebut adalah terbinanya pasca proyek PIDRA sehingga masyarakat bisa lebih mandiri dalam mewujudkan ketahanan pangan lahan kering di Provinsi NTB (Kab. Sumbawa, Kab. Dompu, Kab. Bima), NTT (Kab. Alor, Kab. Timor Tengah Selatan, Kab. Timor Tengah Utara, Kab. Sumba Timur, Kab. Sumba Barat) dan Jatim (Kab. Pacitan, Kab. Ponorogo, Kab. Trenggalek, Kab. Blitar, Kab.Tulungagung, Kab. Lumajang); serta terwujudnya persiapan SOLID kerja sama dengan IFAD di Provinsi Maluku dan Maluku Utara.

    3. Diversifikasi Pangan (1596) Kegiatan Diversifikasi Pangan terdiri dari 5 (lima) kegiatan yaitu : (1) Penguatan

    Kelembagaan Ketahanan Pangan; (2) Promosi Penganekaragaman Konsumsi Pangan; (3) Penyelenggaraan Koordinasi Ketahanan Pangan, (4) Pembinaan Penganekaragaman Pangan dan Kualitas Konsumsi Pangan, serta (5) Penanganan Keamanan Pangan Segar.

  • 17

    a. Penguatan Kelembagaan Ketahanan Pangan Penganekaragaman pangan diselenggarakan untuk meningkatkan ketahanan

    pangan, dengan memperhatikan sumberdaya, kelembagaan, dan budaya lokal. Untuk mempercepat penganekaragaman konsumsi pangan, dirancang model kegiatan yang dapat mendorong peningkatan kesadaran dan motivasi masyarakat dalam mengkonsumsi pangan yang beragam, bergizi seimbang, dan aman melalui langkah operasional sebagai berikut : (1) Pengembangan Usaha Pengolahan Pangan Lokal berbasis Tepung-tepungan yaitu melakukan pendampingan kepada usaha kecil bidang pangan skala rumah tangga dengan kegiatan penyuluhan dan bimbingan penerapan teknologi pengolahan pangan lokal berbasis tepung-tepungan bekerjasama dengan Perguruan Tinggi, serta membantu penyediaan peralatan sederhana pengolahan untuk pangan lokal dalam meningkatkan kualitas pangan. (2) Optimalisasi Pemanfaatan Pekarangan dan Pemberdayaan Kelompok Wanita yaitu melakukan pendampingan kepada kelompok wanita/Dasa Wisma dengan melakukan penyuluhan dan bimbingan konsumsi pangan yang beragam, bergizi seimbang, dan aman secara periodik dan berkelanjutan, melalui optimalisasi pemanfatan pekarangan untuk perbaikan ekonomi, pangan dan gizi keluarga. Pelaksanaannya dilakukan melalui sekolah lapangan (SL) atau demplot pekarangan yang diintegrasikan dengan optimalisasi lahan pekarangan milik anggota kelompok wanita (Dasawisma). Kegiatan tersebut akan didampingi oleh Penyuluh Pertanian dan di pandu oleh Penyuluh Ahli (PPA) yang telah mengikuti Training of Trainer (TOT).

    Untuk memfasilitasi kegiatan-kegiatan tersebut, dilakukan dukungan kegiatan dengan penyusunan pedoman/juklak/juknis, identifikasi, dan seleksi peserta, pendampingan dan penyuluhan, serta pemantauan dan evaluasi. Kegiatannya dilaksanakan secara berjenjang dari berbagai tingkat (pusat, Provinsi, dan Kabupaten/Kota) serta dilakukan kemitraan antar stakeholder; (3) Percepatan Penganekaragaman Konsumsi Pangan dan Gizi (P2KP) bagi siswa SD/MI, dengan melakukan pendampingan secara periodik dan berkelanjutan kepada SD/MI melalui kegiatan penyuluhan untuk peningkatan pengetahuan dan motivasi pangan yang beragam, bergizi seimbang, aman kepada siswa SD/MI, oleh guru bekerja sama dengan penyuluh pertanian. Pemerintah melalui program APBN Kementerian Pertanian memfasilitasi program pendampingan dan materi penyuluhan. Sinkronisasi/sinergitas dengan program/kegiatan yang dilakukan oleh Dinas Pendidikan, Dinas Kesehatan dan perusahaan swasta di daerah perlu dilakukan antara lain pemberian makanan dan UKS (Usaha Kesehatan Sekolah)

    Output dari kegiatan adalah meningkatnya pengetahuan dan berkembangnya motivasi masyarakat terhadap penganekaragaman konsumsi pangan melalui sosialisasi kepada usaha kecil pangan lokal, kelompok wanita/dasawisma, dan siswa SD/MI untuk mendorong konsumsi pangan yang beragam, bergizi seimbang, dan aman.

    b. Promosi Penganekaragaman Konsumsi Pangan Promosi Penganekaragaman Pangan bertujuan untuk memberikan informasi dalam

    memahami dan mengetahui percepatan penganekaragaman konsumsi pangan serta

  • 18

    memasyarakatkan pentingnya mengkonsumsi pangan yang bergam, bergizi seimbang dan aman serta pentingnya menurunkan konsumsi beras/kapita/tahun. Promosi ini dilakukan melalui berbagai media cetak dari elektronik di tingkat pusat, Provinsi, dan Kabupaten/Kota. Upaya peningkatan kesadaran masyarakat tentang penganekaragaman melalui berbagai media ini, dilakukan secara lebih luas, disinkronkan dengan kegiatan pendampingan secara langsung kepada kelompok masyarakat seperti pendampingan SD/MI dan Kelompok Wanita. Promosi dan penyebaran informasi penganekaragaman konsumsi pangan dilakukan terus menerus secara periodik melalui berbagai media seperti Baliho, pameran, TV, Radio, Surat Kabar dan media cetak lainnya, sehingga diharapkan masyarakat faham mengenai pentingnya penganekaragaman konsumsi pangan, dan diharapkan berdampak pada perbaikan pola konsumsi pangan keluarga.

    Output dari kegiatan ini adalah tersebarnya informasi dan memasyarakatnya konsumsi pangan beragam, bergizi seimbang dan aman.

    c. Penyelenggaraan Koordinasi Ketahanan Pangan Dalam rangka percepatan penganekaragaman konsumsi pangan dilakukan

    peningkatan kemitraan dengan stakeholder untuk pengembangan penganekaragaman konsumsi pangan melalui Kerjasama dengan 19 perguruan tinggi/STPP di Provinsi, yaitu Universitas St Thomas (Medan), Univesitas Andalas (Padang), Universitas Pasundan (Bandung), Universitas Sudirman (Purwokerto), Universitas Gadjah Mada (Yogyakarta), Universitas Lambung Mangkurat (Banjarmasin), Universitas Hasanudin (Makassar), Universitas Sam Ratulangi (Menado), Universitas Mataram (Mataram), Univesitas Tirtayasa (Banten), Politeknik Kesehatan Jayapura (Papua) serta STPP Banda Aceh, Medan, Bogor, Malang, Magelang, Gowa dan Manokwari. Kerja sama dilakukan antara lain melalui penyusunan data base dan mengukur laporan kegiatan, mengembangkan teknologi tepat guna sebagai upaya mendorong pengembangan pangan lokal menjadi produk antara, sedangkan peran STPP sebagai incubator pada pelaksanaan optamalisasi pemanfaatan pekarangan.

    Output dari kegiatan tersebut, adalah menjadikan perguruan tinggi dan STPP dapat sebagai salah satu pusat pengembangan penganekaragaman konsumsi pangan, baik dari segi pemikiran maupun aplikasi pengembangannya.

    d. Pembinaan Penganekaragaman Pangan dan Kualitas Konsumsi Pangan Pembinaan Penganekaragaman Pangan dan Kualitas Konsumsi pangan ditujukan

    untuk mendukung Divesifikasi Pangan melalui kegiatan : sosialisasi, apresiasi, pengumpulan dan pengolahan data, analisis situasi konsumsi pangan, pemantauan dan evaluasi pola konsumsi, penganekaragaman dan keamanan pangan, serta fasilitasi gerakan percepatan penganekaragaman konsumsi pangan dan lomba cipta menu. Kegiatan tersebut dilaksanakan di tingkat pusat dan daerah.

    Output dari kegiatan, adalah meningkatnya pembinaan konsumsi pangan beragam, bergizi seimbang, dan aman pada berbagai kelompok masyarakat.

  • 19

    e. Penanganan Keamanan Pangan Segar Dalam rangka mengamankan konsumsi pangan segar di dalam negeri dan

    meningkatkan daya saing komoditas pangan dari dalam negeri, maka diadakan sosialisasi, pembinaan, advokasi, pengawasan serta sertifikasi produk pangan segar yang diarahkan baik pada produsen dan atau konsumen. Kegiatan tersebut dilaksanakan di seluruh Provinsi dan 30 kabupaten/kota, kecuali untuk sertifikasi pangan segar hanya dilakukan di 22 Provinsi yang sudah memiliki kelembagaan OKKPD pada Badan/Kantor Ketahanan Pangan Provinsi.

    Untuk meningkatkan aparat dalam menangani keamanan pangan segar, akan diadakan pelatihan/apresiasi bagi petugas di tingkat pusat dan Provinsi baik yang dibiayai oleh APBN maupun APBD.

    Output dari kegiatan ini, adalah meningkatkannya pemahaman masyarakat terhadap keamanan pangan segar serta terlaksananya sertifikasi pangan segar yang baik dipasarkan di dalam negeri maupun luar negeri. Penjelasan lebih rinci dalam kegiatan penganekaragaman pangan dan keamanan Pangan akan diuraikan lebih lanjut pada Pedoman Umum Percepatan Penganekaragaman Konsumsi Pangan yang ditetapkan oleh Menteri Pertanian, dan Pedoman Teknis Penanganan Keamanan Pangan Segar, yang ditetapkan oleh Kepala Badan Ketahanan Pangan Kementerian Pertanian.

    B. Program Peningkatan Kesejahteraan Petani (04.03.08) Kebijakan, Perencanaan, Koordinasi, Keuangan, Kepegawaian, Monitoring dan Evaluasi, Pengembangan data statistik dan informasi, Kerjasama, Pengarusutamaan Gender, serta Penyelesaian Masalah-masalah mendesak dan Bencana Alam (1579) Program Peningkatan Kesejahteraan Petani bertujuan untuk memfasilitasi

    peningkatan pendapatan petani melalui pemberdayaan untuk peningkatan akses terhadap sumber daya usaha pertanian, pengembangan kelembagaan, dan perlindungan terhadap petani. Kegiatan yang dilaksanakan melalui Badan Ketahanan Pangan adalah kegiatan seperti di atas (sub judul) dengan sub-sub kegiatan yang meliputi : (1) penanganan Daerah Rawan Pangan di Provinsi dan kabupaten/kota; (2) Penguatan Kelembagaan Ketahanan Pangan dalam pemantapan ketahanan pangan serta penumbuhan kelembagaan ketahanan pangan di tingkat nasional, Provinsi, Kabupaten/Kota; serta (3) integrasi perencanaan, pelaksanaan, dan evaluasi ketahanan pangan di tingkat Pusat dan Provinsi.

    Output dari kegiatan, adalah tertanganinya kerawanan pangan melalui pelaksanaan Sistem Kewaspadaan Pangan dan Gizi (SKPG) serta koordinasi ketahanan pangan, dan perencanaan terpadu.

    a. Penanganan Daerah Rawan Pangan (PDRP) Kegiatan PDRP diarahkan agar pemerintah daerah dapat secara cepat

    mengantisipasi apabila terjadi rawan pangan transien lokalita, karena bencana tanah longsor, kekeringan, banjir, gempa bumi dan gagal panen. Fokus wilayah pada Tahun

  • 20

    2010, diutamakan pada 350 Kabupaten/Kota mempunyai resiko terjadinya rawan pangan transien dan mempunyai unit kerja Ketahanan pangan di 33 Provinsi.

    Kegiatan yang dilakukan meliputi pemberian Bantuan Sosial untuk pencegahan rawan pangan hasil prakiraan/analisis SKPG dan penanggulangan rawan pangan transien dalam bentuk intervensi bantuan sosial. Bantuan Sosial disalurkan ke Provinsi untuk penanggulangan rawan transien dan intervensi hasil analisis SKPG bagi Kabupaten yang tidak terdapat alokasi dana Tugas Pembantuan Desa Mandiri Pangan, Kabupaten/Kota peruntukan Bansos untuk intervensi hasil analisis SKPG dan transien dan Kabupaten/Kota berupa : pangan dan non pangan sesuai dengan kebutuhan masyarakat setempat.

    Upaya antisipasi dan peningkatan kewaspadaan kemungkinan kerawanan pangan secara dini, dilakukan dengan instrumen SKPG (Sistem Kewaspadaan Pangan dan Gizi) dengan pengumpulan data, peramalan, analisis situasi pangan, pemetaan, dan intervensi. Berbagai komponen yang ada dalam SKPG, sangat strategis untuk mengantisipasi dan mewaspadai akan kemungkinan terjadinya kerawanan pangan. Upaya strategis yang dilakukan dalam penguatan SKPG antara lain : membangun komitmen pemerintah daerah, peningkatan kemampuan aparat pelaksana, penyempurnaan instrumen SKPG yang disesuaikan dengan kondisi daerah, dan penguatan kelembagaan SKPG.

    b. Penguatan Kelembagaan Ketahanan Pangan Penguatan kelembagaan Ketahanan Pangan diarahkan untuk melakukan

    revitalisasi kelembagaan Dewan Ketahanan Pangan Provinsi dan Kabupaten/Kota, melalui peningkatan kemampuan analisis dan perumusan kebijakan ketahanan pangan, peningkatan akses data ketahanan pangan, pemantapan publikasi ketahanan pangan, pelaporan dan evaluasi berkala, penyusunan rencana aksi program pemantapan ketahanan pangan, pemantapan koordinasi ketahanan pangan regional, serta pemberian penghargaan ketahanan pangan kepada kelompok masyarakat yang berjasa dalam pembangunan ketahanan pangan. Kegiatan tersebut membutuhkan peranserta dan partisipasi masyarakat, LSM, Perguruan Tinggi, dan Swasta yang peduli terhadap peningkatan ketahanan pangan.

    Sasaran Penguatan Kelembagaan Ketahanan Pangan adalah meningkatnya koordinasi dalam perumusan, pelaksanaan, pemantauan, dan evaluasi ketahanan pangan di pusat dan daerah.

    c. Integrasi Perencanaan, Pelaksanaan dan Evaluasi Ketahanan Pangan Untuk memantapkan pelaksanaan program ketahanan pangan, dilakukan

    pemantapan manajemen program ketahanan pangan yaitu : perencanaan, pelaksanaan, dan evaluasi. Selain itu, untuk mewujudkan integrasi ketiga fungsi tersebut, dilaksanakan koordinasi dan sinkronisasi. Kegiatan tersebut dilaksanakan antara lain : identifikasi dan perumusan, pemantauan dan evaluasi ketahanan pangan, serta koordinasi dan sinkronisasi kegiatan di pusat dan 33 Provinsi.

  • 21

    d. Ketatalaksanaan pemerintahan yang baik Ketatalaksanaan merupakan salah satu unsur yang sangat penting dalam pelaksanaan sebuah program. Karena tatalaksana merupakan seperangkat proses yang diberlakukan dalam organisasi untuk menentukan keputusan. Walaupun tidak dapat menjamin sepenuhnya segala sesuatu akan menjadi sempurna namun apabila dipatuhi jelas dapat mengurangi sebuah kesalahan atau penyalahgunaan wewenang. Dalam kerangka ketatalaksanaan pemerintahan yang baik ini, Badan Ketahanan Pangan sedang melaksanakan Reformasi Birokrasi, penyusunan Standar Pelayanan Minimal (SPM), koordinasi penyusunan peraturan perundang-undangan, hubungan masyarakat dan pengembangan sumberdaya manusia.

    C. Program Penerapan Kepemerintahan yang Baik (01.01.09) Ada 3 kegiatan prioritas yang dilaksanakan, yaitu : (1) Pengelolaan gaji,

    honorarium, dan tunjangan; (2) Penyelenggaraan Operasional dan Pemeliharaan Perkantoran; dan (3) Pelayanan Publik atau Birokrasi. Ketiga kegiatan tersebut dilaksanakan di Badan Ketahanan Pangan tingkat pusat. 1. Pengelolaan Gaji, Honorarium, dan Tunjangan (0001)

    Sasaran yang ingin dicapai adalah peningkatan kinerja pegawai dalam melaksanakan berbagai kegiatan dengan memberikan dukungan gaji untuk 313 pegawai Badan Ketahanan Pangan. 2. Penyelenggaraan Operasional dan Pemeliharaan Perkantoran (0002)

    Kegiatan ini untuk menunjang pelaksanaan kegiatan ketahanan pangan berupa : pemeliharaan dan operasional kantor Badan Ketahanan Pangan selama 1 tahun. 3. Pelayanan Publik atau Birokrasi (0003)

    Kegiatan ini diarahkan untuk mendukung perencanaan, pemantauan, evaluasi, dan kerjasama dalam penyelenggaraan ketahanan pangan.

    Output yang diharapkan dari ketiga kegiatan tersebut adalah terwujudnya pelayanan administrasi dan manajemen terhadap penyelenggaran ketahanan pangan.

    D. Pertemuan, Workshop, dan Apresiasi Dalam rangka penyelenggaraan pemantapan ketahanan pangan tahun 2010,

    dilaksanakan pertemuan, workshop, dan apresiasi. Pelaksanaan pertemuan di tingkat nasional dan regional dimaksudkan untuk koordinasi dan sinkronisasi kegiatan, sosialisasi, dan pemecahan masalah pelaksanaan program dan kegiatan ketahanan pangan. Workshop diarahkan untuk merumuskan bahan kebijakan ketahanan pangan yang perlu penanganan secara terpadu, baik masukan dari intern maupun ekstern, sedangkan apresiasi ditujukan meningkatkan kualitas SDM pengelola ketahanan pangan di daerah terutama di tingkat Kabupaten/Kota yang baru tumbuh lembaga ketahanan pangannya.

    Judul kegiatan, tujuan, waktu, peserta, dan lokasi penyelenggaraan tertera pada Lampiran 4 a dan b. Kegiatan definitif akan disampaikan melalui surat pemberitahuan dari Badan Ketahanan Pangan ke daerah pada saat akan dilaksanakan.

  • 22

    IV. PENGELOLAAN ANGGARAN

    A. Pengertian Pelaksanaan program dan kegiatan pemantapan ketahanan pangan pada tahun 2010 di provinsi dan kabupaten/kota, sesuai kewenangan dialokasikan dalam dua jenis dana, yaitu : Dana Dekonsentrasi dan Dana Tugas Pembantuan. Dana Dekonsentrasi yang berasal dari APBN, dilaksanakan oleh Gubernur sebagai wakil Pemerintah yang mencakup semua penerimaan dan pengeluaran dalam rangka pelaksanaan Dekonsentrasi. Dalam operasional kegiatan pemantapan ketahanan pangan, dana tersebut dialokasikasikan pada Badan Ketahanan Pangan atau instansi yang menangani ketahanan pangan tingkat Provinsi. Hal ini sejalan dengan kegiatannya yang dilaksanakan berupa non fisik, yaitu kegiatan yang menghasilkan keluaran yang tidak menambah aset tetap. Kegiatan tersebut mencakup antara lain : sinkronisasi dan koordinasi perencanaan, fasilitasi, bimbingan, apresiasi/pelatihan, pembinaan dan pengawasan, serta pengendalian dalam penyelenggaraan pemantapan ketahanan pangan di daerah. Dana Tugas Pembantuan yang berasal dari APBN, dilaksanakan oleh daerah dan desa yang mencakup semua penerimaan dan pengeluaran dalam rangka pelaksanaan Tugas Pembantuan. Alokasi dana tersebut dalam pelaksanaan pemantapan kegiatan ketahanan pangan ditempatkan di tingkat Provinsi dan Kabupaten/Kota, karena pendanaan secara dominan untuk kegiatan fisik lainnya, antara lain : bantuan sosial bagi masyarakat rawan pangan dan pemberdayaan masyarakat dalam aktivitas pemantapan ketahanan pangan keluarga. Sinkronisasi program antara pendanaan APBN dengan APBD dalam pembiayaan program dan kegiatan pemantapan ketahanan pangan harus dilaksanakan dalam rangka mengoptimalkan program/kegiatan di Provinsi dan Kabupaten/Kota.

    B. Penyusunan Program dan Anggaran Program dan anggaran ketahanan pangan yang akan disusun dalam rangka Dekonsentrasi dan Tugas Pembantuan, harus mengacu pada Rencana Kerja Pemerintah yang ditetapkan tiap tahun serta dituangkan dalam Rencana Kerja Kementerian/Lembaga (Renja KL). Untuk kegiatan pemantapan ketahanan pangan, penyusunan program dan kegiatan serta penganggarannya dilakukan oleh Badan Ketahanan Pangan dengan memperhatikan skala prioritas, alokasi anggaran, dan lokasi kegiatan. Dokumen penganggaran berdasarkan pagu indikatif tersebut, akan disampaikan oleh Kementerian/Lembaga kepada Gubernur dan Bupati/Walikota untuk program dan kegiatan yang akan dilaksanakan pada tahun berikutnya. Dokumen tersebut merupakan acuan bagi daerah untuk mengusulkan Satuan Kerja Pelaksana Daerah (SKPD) yang akan melaksanakan kegiatan sesuai dengan tugas pokok dan fungsi yang ditanganinya.

    Kementerian/Lembaga menyampaikan Rencana Kerja Alokasi Kementeri/Lembaga (RKA-KL/SAPSK) berdasarkan pagu definitif kepada Gubernur untuk diteruskan kepada SKPD yang telah ditetapkan, untuk menyusunan konsep

  • 23

    (DIPA) berdasarkan SAPSK pada penganggaran kegiatan ketahanan pangan pada dana Dekonsentrasi. Hal ini dilakukan bersamaan dengan pelimpahan wewenang dari Kementerian/Lembaga kepada Gubernur, kemudian Gubernur menetapkan perangkat pengelola keuangan terdiri dari Kuasa Pengguna Anggaran, Pejabat Pembuat Komitmen, pejabat Penguji Tagihan/Penandatangan SPM, dan Bendahara Pengeluaran, serta menyampaikan kepada Menteri/Pimpinan lembaga dengan tembusan kepada Menteri Keuangan cq. Dirjen Perbendaharaan. Selanjutnya Gubernur akan menyampaikan RKA-KL tersebut kepada Dewan Perwakilan Rakyat Daerah, pada saat pembahasan APBD sebagai bahan sinkronisasi pendanaan program dan kegiatan ketahanan pangan.

    Untuk pendanaan Tugas Pembantuan pada kegiatan ketahanan pangan, Kementerian/Lembaga menyampaikan RKA-KL berdasarkan pagu definitif kepada Gubernur dan Bupati/Walikota untuk diberitahukan kepada Dewan Perwakilan Daerah pada saat pembahasan APBD untuk sinkronisasi pendanaan program dan kegiatan ketahanan pangan. Kemudian Gubernur dan Bupati/Walikota akan mengusulkan perangkat pengelola keuangan kepada Menteri/Pimpinan lembaga. Kementerian/Lembaga akan menetapkan dan menyampaikan tembusan perangkat pengelola keuangan kepada Dirjen Perbendaharaan .

    Apabila terjadi perubahan terhadap rincian APBN, baik untuk Dana Dekonsentrasi maupun Dana Tugas Pembantuan, maka dilakukan revisi sesuai ketentuan dan peraturan yang sudah ditetapkan.

    Untuk mengetahui seluruh kegiatan perencanaan tahunan pembangunan pertanian, dapat diperhatikan pada matrik berikut ini :

    Agenda Perencanaan Tahunan Pembangunan Pertanian

    NO. KEGIATAN WAKTU

    1. Pedum, Juklak, Juknis (t-1) Desember 2. Sosialisasi, Asistensi Rencana Operasional (t-1

    & t) Desenber Januari

    3. Pembinaan, Pengendalian (t) Maret Desember 4. Musrenbangtan Tingkat Kab/Kota Pertengahan Pebruari 5. Musrenbangtan Tingkat Provinsi Akhir Pebruari 6. Penetapan Pagu Indikatif (t + 1) Maret 7. Musrenbangtan Nasional (t + 1) Pertengahan Maret 8. Penyusunan RKA-KL (t + 1) Mei Juni 9. Penelaahan RKA-KL di DJA (t +1) Juni Juli

    10. Penyiapan Bahan Nota Keuangan (t + 1) Juni Juli 11. Penetapan Pagu Sementara dan Satuan 1 & 2 (t +

    1) Juli

    12. Nota Keuangan & RUU RAPBN (t + 1) Agustus

  • 24

    NO. KEGIATAN WAKTU

    13. Penetapan Pagu Definitif (t + 1) September Oktober 14. Penetapan Satuan - 3 RAPBN (t + 1) Oktober 15. Penelaahan RKA-KL di DJA (Pagu Definitif) Nopember 16. Penetapan Perpres Rincian RAPBN (t + 1) Nopember 17. Penelaahan DIPA - SRAA di DJPb (t + 1) Desember 18. Penerbitan DIPA - SRAA (t + 1) Akhir Desember

    C. Mekanisme Pencairan dan Penyaluran Dana DIPA yang telah disahkan disampaikan kepada SKPD penerima Dana

    Dekonsentrasi dan Dana Tugas Pembantuan sebagai dasar penerbitan Surat Perintah Membayar (SPM). Penerbitan SPM oleh SKPD selaku Kuasa Pengguna Anggaran (KPA) didasarkan pada alokasi dana yang tersedia dalam DIPA.

    Kepala SKPD menerbitkan dan menyampaikan SPM kepada Kantor Pelayanan Perbendaharaan Negara (KPPN) selaku kuasa Bendahara Umum Negara. Setelah itu, KPPN setempat menerbitkan Surat Perintah Pencairan Dana (SP2D). Ketentuan lebih lanjut yang berkaitan dengan pencairan dan penyaluran dana Dekonsentrasi dan dana Tugas Pembantuan, dapat mengacu pada Peraturan Dirjen Perbendaharaan yang mengatur mengenai mekanisme pembayaran atas beban APBN.

    Untuk pengelolaan dana bantuan sosial dalam kegiatan Penguatan Distribusi Pangan Masyarakat (Penguatan-LDPM), Pengembangan Desa Mandiri Pangan, Diversifikasi Pangan, dan Penanganan Daerah Rawan Pangan (PDRP), dapat memperhatikan pada Permentan Nomor : 14/Permentan/OT.140/1/2010 tentang Pedoman Pengelolaan Dana Bantuan Sosial untuk Pertanian TA. 2010.

    Pada tahun 2010 untuk kegiatan Pengembangan Desa Mandiri Pangan, Diversifikasi Pangan dan atau Penanganan Daerah Rawan Pangan yang ditampung pembiayaannya dalam DIPA Tugas Pembantuan Provinsi di beberapa Kabupaten/Kota, dijelaskan mekanisme pencairan dananya sebagaimana berikut ini. Dasar hukum yang digunakan dalam rangka pencairan dana adalah : 1. Keputusan Presiden Republik Indonesia No 80, tahun 2003, tentang Pengadaan

    Barang/Jasa Pemerintah jo Keppres No 61 Tahun 2004, tentang Pedoman Pelaksanaan Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah.

    2. Peraturan Menteri Keuangan Nomor 134/PMK.06/2005 tanggal 27 Desember 2005 tentang Pedoman Pembayaran Dalam Pelaksanaan APBN

    3. Peraturan Direktorat Jenderal Perbendaharaan Nomor PER- 66/PB/2005, tentang Mekanisme Pelaksanaan Pembayaran Atas Beban Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara.

    Dalam upaya percepatan penyerapan dana tugas pembantuan, sesuai dengan jadwal penarikan sebagaimana tertuang dalam lampiran IV DIPA Dana Tugas Pembantuan Provinsi yang pelaksanaannya di beberapa Kabupaten/Kota, maka secara umum sesuai dengan ketentuan yang berlaku dapat dilakukan dengan mekanisme sebagai berikut :

  • 25

    1. Pengelolaan Dana Uang Persediaan (UP) dan Tambahan Uang Persediaan (TUP) Untuk membantu Bendahara, Kuasa Pengguna Anggaran dapat menunjuk Pemegang Uang Muka Kegiatan (PUM) di masing-masing Kabupaten/Kota dalam mengelola dan mengadministrasikan kegiatan-kegiatan yang berasal dari pencairan UP atau TUP, seperti : kuitansi/tanda bukti pembayaran; Surat Pernyataan Tanggungjawab Belanja (SPTB); dan Surat Setoran Pajak (SPP) yang telah dilegalisir oleh Kuasa Pengguna Anggaran atau pejabat yang ditunjuk (PPK). Selanjutnya berkas tersebut dikirimkan ke Bendaharawan di propinsi untuk diterbitkan SPP-Nihil. Dalam pelaksanaan tugasnya Pemegang Uang Muka bertanggung jawab kepada Bendahara Pengeluaran. Bendahara Pengeluaran dapat membagi uang persediaan kepada beberapa PUM. Apabila diantara PUM telah merealisasikan penggunaan UP-nya sekurang-kurangnya 75%, Kuasa Pengguna Anggaran/Pejabat yang ditunjuk (PPK) dapat mengajukan SPM GUP bagi PUM yang berkenaan tanpa menunggu realisasi PUM lainnya yang belum mencapai 75%. (PerDitjen PB No 66, Bab IV, Pasal 6, Ayat (3). Bagi Bendahara yang dibantu oleh beberapa PUM, dalam pengajuan SPM-UP diwajibkan melampirkan daftar rincian yang menyatakan jumlah uang yang dikelola oleh masing-masing PUM.

    2. Pengelolaan Dana Uang Pembayaran Langsung (LS) Guna memperlancar kegiatan dan pencairan dana disarankan untuk kegiatan yang dapat di bayar dengan pembayaran langsung (LS) dapat diajukan oleh Pejabat Pembuat Komitmen (PPK) untuk dibayarkan secara LS ke Bendaharawan atau pihak ketiga seperti kegiatan pembayaran honor, perjalanan. a. Pembayaran honor dilengkapi dengan surat keputusan tentang pemberian honor,

    daftar pembayaran perhitungan honor yang ditandatangani oleh Pejabat Pembuat Komitmen dan Bendaharawan Pengeluaran yang bersangkutan.

    b. Belanja Perjalanan Dinas dilengkapi dengan daftar nominative pejabat yang melakukan perjalanan dinas, yang berisi antara lain : informasi mengenai data pejabat (nama, pangkat/golongan), tujuan, tanggal keberangkatan, lama perjalanan dinas dan biaya yang diperlukan untuk masing-masing pejabat. Daftar nominatif tersebut harus ditandatangani pejabat yang berwenang memerintahkan perjalanan dinas (PPK Kabupaten/Kota).

    c. Sedangkan untuk pencairan belanja Bansos diajukan oleh PPK, setelah segala persyaratan dipenuhi dan dilakukan pembayaran secara langsung kepada penerima Bansos.

    D. Sanksi SKPD penerima Dana Dekonsentrasi dan Tugas Pembantuan yang secara sengaja atau lalai tidak menyampaikan laporan pertanggungjawaban pelaksanaan dana tersebut kepada kementerian/lembaga, dikenakan sanksi berupa penundaan pencairan dan/atau penghentian alokasi pendanaan. Penundaan pencairan dikenakan jika SKPD tidak melakukan rekonsiliasi laporan keuangan dengan KPPN setempat sesuai dengan ketentuan, dan SKPD tetap diwajibkan menyampaikan laporan dana Dekonsentrasi dan Tugas Pembantuan.

  • 26

    Penghentian pembayaran dalam tahun berjalan dapat dilakukan apabila : (1) SKPD tidak menyampaikan laporan keuangan triwulan kepada kementerian/lembaga secara berturut-turut 2 (dua) kali dalam tahun anggaran berjalan; dan (2) ditemukan adanya penyimpangan dari hasil pemeriksaan Badan Pemeriksa Keuangan, Badan Pengawas Keuangan dan Pembangunan, Inspektorat Jenderal kementerian/lembaga yang bersangkutan, atau aparat pemeriksa fungsional lainnya. Kementerian/Lembaga tidak diperkenankan mengalokasikan Dana Dekonsentrasi dan Dana Tugas Pembantuan untuk tahun berikutnya, apabila SKPD penerima dana dimaksud: (1) tidak memenuhi target kinerja pelaksanaan kegiatan tahun sebelumnya; (2) tidak pernah menyampaikan laporan keuangan dan barang sesuai ketentuan yang berlaku; (3) sesuai hasil pemeriksaan BPK, BPKP, dan Itjen kementerian/lembaga yang bersangkutan atau aparat pemeriksa fungsional lainnya; dan atau (4) tidak memiliki lembaga yang mempunyai tugas pokok dan fungsi menangani ketahanan pangan.

  • 27

    V. PENGORGANISASIAN

    A. Pengorganisasian Dalam menyelenggarakan pelaksanaan program dan kegiatan ketahanan pangan

    lingkup Badan Ketahanan Pangan Tahun 2010, diperlukan Satuan Kerja (Satker) di tingkat pusat, Provinsi, dan Kabupaten/Kota untuk mempersiapkan, melaksanakan, memantau, mengevaluasi, dan melaporkan pelaksanaan program dan kegiatan ketahanan pangan. Satker tersebut berbentuk Badan atau Kantor ketahanan pangan di daerah sesuai Peraturan Pemerintah (PP) Nomor 41 Tahun 2007 atau instansi yang menangani tugas pokok dan fungsi dalam mengelola urusan wajib ketahanan pangan sesuai dengan PP Nomor 38 Tahun 2007.

    Tata hubungan antara Kantor satker pusat dengan satker Provinsi berupa hubungan fungsional bagi kegiatan yang didekonsentrasikan kepada Provinsi, bahwa Provinsi berperan sebagai wakil pusat dalam menjalankan program dan kegiatan. Hubungan antara satker kantor pusat dengan satker Provinsi dan Kabupaten/Kota merupakan hubungan fungsional untuk kegiatan tugas pembantuan yang diserahkan kepada Provinsi dan Kabupaten/Kota dalam melaksanakan kegiatan-kegiatan pemberdayaan ketahanan pangan kepada masyarakat. Oleh karena itu, fungsi-fungsi manajemen ketahanan pangan; seperti : perencanaan, pengorganisasian, pelaksanaan, dan pengendalian dapat dilakukan secara berjenjang dalam mengarahkan pelaksanaan kegiatan ketahanan pangan, tanpa mengabaikan kaidah-kaidah otonomi daerah.

    Untuk mewujudkan satker yang dapat mengelola keuangan secara efektif dan efisien, maka ditingkat pusat, Provinsi dan Kabupaten/Kota perlu diusulkan perangkat pengelola keuangan yang terdiri dari : Kuasa Pengguna Anggaran/Barang (KPA), Pejabat Pembuat Komitmen (PPK), Pejabat Penguji Tagihan/Penandatangan Surat Perintah Membayar (PPT), dan Bendahara Pengeluaran. Perangkat pengelola keuangan tingkat pusat, Provinsi dan Kabupaten/Kota akan ditetapkan oleh Menteri Pertanian atas usulan eselon I untuk satker pusat dan atas usulan Gubernur dan Bupati/Walikota untuk satker pengelola dana tugas pembantuan. Sedangkan satker pengelola dana Dekonsentrasi ditetapkan oleh Gubernur setelah pelimpahan wewenang (Dekonsentrasi) dari kementerian/lembaga.

    B. Struktur Organisasi 1. Badan Ketahanan Pangan Kementerian Pertanian

    Struktur organisasi pengelola anggaran Badan Ketahanan Pangan Kementerian Pertanian, terdiri dari : a. Kuasa Pengguna Anggaran (KPA) : Kepala Badan Ketahanan Pangan; b. Pejabat Penguji Tagihan/Penandatangan Surat Perintah Membayar (PPT): Kepala

    Bagian Keuangan dan Perlengkapan; c. Bendahara Pengeluaran : Staf Senior yang dianggap mampu dan memenuhi syarat; d. Pejabat Pembuat Komitmen (PPK) : Kepala Subbagian/Bidang Eselon IV lingkup

    BKP, Staf Senior BKP, penanggungjawab Sekretariat DKP, dan Penanggung Jawab/koordinator PIDRA;

  • 28

    e. Pemegang Uang Muka (PUM) : Staf Senior yang dianggap mampu oleh Kepala Unit Kerja Eselon II;

    f. Pelaksana Utama (Pelma) : Eselon III, IV, atau Staf Senior di lingkup Badan Ketahanan Pangan Pusat;

    g. Pelaksana Kegiatan : Eselon IV atau Staf Senior di lingkup Badan Ketahanan Pangan;

    h. Pejabat/Tim Pengadaan Barang dan Jasa. Butir a. sampai dengan c. di atas diangkat oleh Menteri Pertanian selaku

    Pengguna Anggaran (PA), dan butir d, e. dan h. diangkat oleh KPA; dan butir f dan g. diangkat oleh PPK. Bagan Organisasi Satuan Kerja Badan Ketahanan Pangan Kementerian Pertanian disajikan dalam Bagan 1.

    2. Badan/Dinas/Kantor/Unit Kerja Ketahanan Pangan Provinsi Anggaran Badan Ketahanan Pangan di Provinsi merupakan anggaran

    Dekonsentrasi dan anggaran Tugas Pembantuan. Dana Dekonsentrasi membiayai seluruh kegiatan prioritas, sedangkan dana Tugas Pembantuan membiayai kegiatan pengembangan desa mandiri pangan, penanganan daerah rawan pangan (PDRP), dan P2KPG wanita tani untuk beberapa Kabupaten/Kota yang ditunjuk. Dalam pelaksanaan anggaran Dekonsentrasi, Gubernur menetapkan perangkat pengelola keuangan, sedangkan pada anggaran Tugas Pembantuan menyampaikan usulan perangkat pengelola keuangan kepada kementerian/lembaga. Struktur Organisasinya ditetapkan oleh Gubernur dan terdiri dari: Kepala Badan/Dinas/Kantor sebagai KPA, Sekretaris Badan/KTU sebagai PPT, Staf yang dianggap mampu dan memenuhi syarat sebagai Bendahara Pengeluaran, Kepala Bidang sebagai PPK, dan pejabat/petugas lainnya yang membantu pelaksanaan program dan kegiatan. Struktur organisasinya dapat diperhatikan pada Bagan 2.

    Pelaksana kegiatan di Kabupaten/Kota yang berasal dana tugas pembantuan menjadi tanggung jawab Bupati/Walikota, yang dalam pelaksanaannya diserahkan kepada Kepala Badan/Dinas/Kantor/ Kabupaten/Kota sebagai PPK, dan dibantu oleh PUM yang diangkat dan ditetapkan oleh KPA di Provinsi.

    3. Badan/Dinas/Kantor/Unit Kerja Ketahanan Pangan Kabupaten/ Kota Anggaran Badan Ketahanan Pangan Tugas Pembantuan di Kabupaten/Kota

    merupakan anggaran yang berasal dari APBN yang dipergunakan dalam rangka pelaksanaan tugas pembantuan dari Menteri Pertanian kepada Bupati/Walikota. Struktur organisasinya terdiri dari: Kepala Dinas/Badan/Kantor sebagai KPA, Sekretaris Badan/KTU sebagai PPT, Staf Senior sebagai Bendahara Pengeluaran, Kepala Bidang/Kepala Seksi sebagai PPK. Perangkat pengelola keuangan tersebut diusulkan oleh Bupati/Walikota dan ditetapkan oleh Menteri Pertanian. Kalau dipandang perlu, KPA dapat mengangkat dan menetapkan PUM, Pelma, Pelaksana Kegiatan, dan Pejabat/Tim Pengadaan Barang dan Jasa. Struktur pelaksanaan kegiatan di kabupaten dapat dilihat pada Bagan 3.

  • 29

    C. Kewenangan dan Tugas Pekerjaan Pengelola Anggaran 1. Kuasa Pengguna Anggaran (KPA)

    (1) Menguji kebenaran materiil surat-surat bukti mengenai hak pihak penagih; (2) Meniliti kebenaran dokumen yang menjadi persyaratan/kelengkapan

    sihubungan dengan ikatan/perjanjian pengadaan barang/jasa; (3) Meneliti ketersediaan dana yang bersangkutan; (4) Membebankan pengeluaran sesuai dengan mata anggaran pengeluaran yang

    bersangkutan; (5) Memerintahkan pembayaran atas beban APBN; (6) Menunjuk pejabat yang diberi kewenangan untuk melakukan tindakan yang

    mengakibatkan pengeluaran anggaran belanja/ penanggungjawab kegiatan/pembuat komitmen;

    (7) Mengendalikan dan mengevaluasi pelaksanaan anggaran; (8) Mengangkat staf pembantu sesuai dengan kebutuhan; (9) Mengesahkan Rencana Operasional Pelaksanaan Anggaran Kinerja

    (ROPAK), Petunjuk Operasional Kegiatan (POK) di Satuan Kerja masing-masing;

    (10) Melaksanakan pengendalian dan evaluasi terhadap pelaksanaan anggaran; (11) Memberikan bimbingan dan arahan terhadap pengelola keuangan dan

    penanggungjawab kegiatan; (12) Membuat keputusan dan mengambil tindakan yang dapat mengakibatkan

    timbulnya pengeluaran uang atau tagihan atas beban APBN antara lain berupa : a. Keputusan-keputusan/tindakan yang menyangkut pengelolaan dan

    pembinaan kepegawaian; b. Keputusan/tindakan dalam rangka pelaksanaan kegiatan yang terkait

    dengan substansi tugas pokok dan fungsi unit kerjanya; c. Keputusan/tindakan yang terkait dengan pengelolaan keuangan seperti

    penunjukan Staf Pembantu Bendahara Pengeluaran, Ataf Administrasi KPA, penetapan pembiayaan kendaraan dinas operasional, mengeluarkan surat perintah perjalanan dinas dan lain-lain;

    d. Keputusan/tindakan dalam rangka pengadaan barang/jasa, seperti pengangkatan panitia pengadaan dan pemeriksa barang/jasa, keputusan penetapan penyedia barang/jasa, kontrak/perjanjian/SPK dan lain-lain; dan

    e. Menandatangi cek, memeriksa kas dan pembukuan bendahara sekurang-kurangnya sekali dalam 3 (tiga) bulan.

    (13) Membuat laporan keuangan; (14) Menandatangani setuju dibayar pada kuitansi.

  • 30

    2. Pejabat Pembuat Komitmen (PPK) (1) Mengkoordinasikan penyusunan Rencana Operasional pelaksanaan

    Anggaran Kinerja (ROPAK) unit kerjanya; (2) Melaksanakan kegiatan-kegiatan yang telah ditetapkan dalam ROPAK unit

    kerjanya; (3) Melaksanakan pengendalian dan evaluasi terhadap pelaksanaan anggaran

    unit kerjanya; (4) Memeriksa arahan dan bimbingan terhadap PUM dan penanggung jawab

    kegiatan di unit kerjanya; (5) Memeriksa kebenaran material surat-surat bukti mengenai hak pihak

    penagih; (6) Memeriksa kebenaran dokumen yang menjadi persyaratan/ kelengkapan

    sehubungan dengan ikatan/perjanjian pengadaan barang/jasa; (7) Meneliti ketersediaan dananya dan membebankan pengeluaran sesuai

    dengan mata anggaran pengeluaran yang bersangkutan; (8) Memeriksa keabsahan dokumen SPJ dan bukti-bukti pengeluaran atas

    pelaksanaan kegiatan di unit kerjanya; (9) Mengajukan permintaan uang muka untuk kegiatan operasional kantor

    sesuai dengan ketentuan yang berlaku; (10) Mengajukan permintaan tagihan bayaran atas pelaksanaan kegiatan di unit

    kerjanya (SPJ rampung) dengan Surat Pengantar yang ditujukan kepada KPA melalui Bendahara Pengeluaran;

    (11) Melakukan pemeriksaan keadaan kas PUM sekurang-kurangnya 3 (tuga) bulan sekali;

    (12) Menyampaikan laporan bulanan realisasi anggaran dan pelaksanaan kegiatan unit kerjanya kepada KPA;

    (13) Menandatangani setuju bayar pada kuitansi; (14) Membuat laporan keuangan sesuai dengan ketentuan perundang-undangan

    yang berlaku; (15) Menyusun Laporan SAI dan SMAK BMN; (16) Menandatangani cek; (17) Membebankan pengeluaran sesuai dengan mata anggaran pengeluaran yang

    bersangkutan. (18) Menetapkan Keputusan/tindakan dalam rangka pelaksanaan kegiatan yang

    terkait dengan substansi tugas pokok dan fungsi unit kerjanya; (19) Menetapkan Keputusan/tindakan yang terkait dengan pengelolaan keuangan

    seperti penunjukkan staf administrasi pembuat komitmen, penetapan pembiayaan kendaraan dinas operasional dan penerbitan surat perintah perjalanan dinas di unit kerjanya;

  • 31

    (20) Menetapkan Keputusan/tindakan dalam rangka pelaksanaan pengadaan barang/jasa di unit kerjanya seperti pengadaan dan pemeriksa barang/jasa, penetapan penyedia barang/jasa, kontrak/perjanjian/SPK;

    (21) Bertanggung jawab dari segi fisik maupun keuangan atas pelaksanaan kegiatan;

    (22) Bertanggung jawab dari segi administrasi, fisik, keuangan dan fungsional atas penggadaan barang/jasa yang dilaksanakannya.

    3. Pejabat Penguji Tagihan/Penandatangan SPM (1) Menolak Surat Permintaan Pembayaran (SPP) dan Pejabat Pembuat

    Komitmen, apabila : a. Pengeluaran dimaksud tidak tersedia dananya atau melebihi pagu dalam

    DIPA; b. Bukti pengeluaran tidak memenuhi persyaratan administrasi dan tidak

    didukung dengan kelengkapan data yang sah. (2) Meneliti dan memeriksa pencapaian tujuan atau sasaran kegiatan sesuai

    dengan indicator kinerja yang tercantum dalam DIPA; (3) Meneliti usulan Surat Permintaan Pembayaran (SPP); (4) Memeriksa secara rinci keabsahan dokumen pendukung SPP sesuai dengan

    peraturan perundang-undangan; (5) Menguji secara rinci keabsahan dokumen pendukung SPP sesuai dengan

    peraturan perundang-undangan; (6) Memeriksa ketersediaan pagu anggaran dalam DIPA untuk memeperoleh

    keaykinan bahwa taguhan tidak melampaui batas pagu anggaran; (7) Memeriksa kebenaran atas tagihan yang menyangkut antara lain :

    a. Pihak yang ditunjuk untuk menerima pembayaran (nama orang/perusahaan, alamat, nomor rekening, dan nama bank);

    b. Nilai tagihan yang harus dibayar (kesesuaian dan kelayakannya dengan prestasi kerja yang telah dicapai sesuai spesifikasi teknis yang tercantum dalam kontrak);

    c. Jadwal waktu pembayaran (kesesuaian dengan jadwal penarikan dana yang tercantum dalam DIPA berkenaan dan/atau ketepatannya terhadap jadwal waktu pembayaran).

    (8) Menguji pencapaian tujuan atau sasaran kegiatan sesuai indicator kinerja yang tercantum dalam DIPA berkenaan dengan spesifikasi teknis yang telah ditetapkan;

    (9) Menerbitkan dan menandatangi Surat Perintah Membayar (SPM) serta menyampaikan SPM ke KPPN setempat.

  • 32

    4. Bendahara Pengeluaran (1) Wajib menolak perintah bayar dari Pengguna Anggaran/Kuasa Pengguna

    Anggaran, apabila : a. Tagihan pembayaran dimaksud tidak tersedia atau tidak cukup tersedia; b. Tagihan pembayaran tidak memenuhi persyaratan administrasi dan tidak

    didukung dengan tanda bukti yang sah. (2) Menerima, menyimpan, membayarkan, menatausahakan, dan

    mempertanggungjawabkan uang untuk keperluan belanja negara dalam rangka pelaksanaan APBN pada kantor/satuan kerja lingkup Kementerian Pertanian;

    (3) Meneliti kelengkapan perintah pembayaran yang diterbitkan oleh Kuasa Pengguna Anggaran/Pejabat Pembuat Komitmen;

    (4) Menguji kebenaran perhitungan tagihan yang tercantum dalam perintah pembayaran;

    (5) Menguji ketersediaan dana yang bersangkutan; (6) Menyediakan uang persediaan dan merencanakan penarikan dalam perintah

    pembayaran; (7) Melaksanakan penatausahaan dan pengarsipan surat kedinasan, SPJ, SPP,

    SPM, SP2D, dan dokumen keuangan lainnya; (8) Melaksanakan pembukuan sesuai peraturan perundang-undangan; (9) Membantu memeriksa keabsahan dan dokumen SPJ berikut kelengkapannya; (10) Meneliti ketersediaan dana dalam ROPAK dan DIPA serta ketepatan

    pembebanan anggaran sesuai mata anggaran pengeluaran; (11) Menyampaikan dokumen SPJ dan kelengkapannya yang telah diteliti kepada

    KPA melalui staf administrasi KPA untuk dilakukan pemeriksaan dokumen tersebut;

    (12) Meneliti permintaan uang muka dan mengusulkan kepada KPA mengenai penetapan besarnya uang muka yang akan diberikan;

    (13) Menyiapkan Surat Permintaan Pembayaran (SPP-UP, SPP-GU, SPP-TU dan SPP LS)

    5. Pemegang Uang Muka (PUM) (1) Mengambil uang persekot ke Bendahara Pengeluaran untuk kegiatan

    operasional unit kerjanya; (2) Menerima, menyimpan, membayarkan, menatausahakan uang untuk

    keperluan belanja unit kerjanya; (3) Membantu memeriksa keabsahan dokumen SPJK dan bukti-bukti

    pengeluaran atas pelaksanaan kegiatan di unit kerjanya;

  • 33

    (4) Meneliti kebenaran perhitungan tagihan dalam dokumen SPJK tersebut dan ketersediaan dananya dalam ROPAK unit kerjanya;

    (5) Melaksanakan pembayaran setelah mendapat persetujuan Pejabat Pembuat Komitmen;

    (6) Melaksanakan penatausahaan dan pengarsipan surat kedinasan, SPJK dan dokumen-dokumen keuangan lainnya;

    (7) Membuat laporan bulanan realisasi anggaran belanja unit kerjanya; (8) Membantu memungut dan menyetorkan pajak.

    6. Penanggung Jawab Kegiatan/Pelaksana Utama (Pelma) (1) Menyusun Rencana Operasional Kegiatan (ROK) unit kerjanya sesuai

    dengan yang tercantum dalam DIPA; (2) Melaksanakan rencana kegiatan dan anggaran unit kerjanya yang telah

    ditetapkan dalam ROK, POK dan DIPA; (3) Melakukan koordinasi dalam melaksanakan kegiatan di unit kerjanya; (4) Menyusun pertanggungjawaban administrasi keuangan atas kegiatan yang

    telah dilaksanakan di unit kerjanya dan menyampaikan kepada Pejabat Pembuat Komitmen;

    (5) Menyampaikan laporan hasil pelaksanaan kegiatan unit kerjanya kepada Pejabat Pembuat Komitmen;

    (6) Menyimpan laporan-laporan pelaksanaan kegiatan.

    7. Pelaksana Kegiatan Membantu pelaksana utama dalam mempersiapkan dan melaksanakan suatu

    kegiatan yang menjadi tanggung jawabnya.

    8. Pejabat/Tim pengadaan Barang dan Jasa Membantu Pejabat Pembuat Komitmen dalam hal kegiatan yang akan

    dilaksanakan oleh pihak ketiga, memproses rencana dan pelaksanaan pengadaan barang dan jasa sesuai dengan prosedur yang ditetapkan dalam Keppres No. 80 Tahun 2003.

    9. Pengelola Dana Bantuan Luar Negeri Disamping melaksanakan tugas-tugas tersebut di atas wajib mentaati ketentuan

    pada Loan-Agriment dalam mengelola dana bantuan luar negeri baik dana Loan maupun Grant.

  • 34

    D. Penanggungjawab Sementara Apabila Kuasa Pengguna Anggaran / Pejabat Pembuat Komitmen, Pejabat Penguji

    Tagihan/Penandatangan SPM, Bendahara Pengeluaran dan Bendahara Penerimaan berhalangan melaksanakan tugasnya untuk sementara waktu, misal : sakit, cuti atau tugas mengikuti pendidikan dalam jangka waktu kurang dari 4 (empat) bulan, harus menugaskan kepada pengganti sementara dengan catatan bahwa tanggunjawab sepenuhnya tetap pada pemberi kuasa, sedangkan untuk jangka waktu lebih dari 4 (empat) bulan harus diganti.

  • 35

    BAGAN 1.

    STRUKTUR ORGANISASI SATUAN KERJA BADAN KETAHANAN PANGAN PUSAT

    TAHUN ANGGARAN 2010

    KEPALA BADAN KETAHANAN PANGAN/ KUASA PENGGUNA ANGGARAN

    BENDAHARA PENGELUARAN

    DOK.SPP DAN SPM

    VERIFIKASI KOMPUTERISASI SPM

    PEMBUAT DAFTAR

    GAJI

    KASIR PENCATATAN PENGELUARAN

    PEMBUAT DOK.SPP

    PELMA KEGIATAN

    PELMA KEGIATAN

    PEJABAT PEMBUAT KOMITMEN

    PUM

    PELMA KEGIATAN

    PELMA KEGIATAN

    KASUBAG/KASUBID

    PEJABAT PEMBUAT KOMITMEN

    PUM

    PEJABAT PENGUJI TAGIHAN/ PENANDATANGAN SPM

    DKP DAN PIDRA

  • 36

    KANTOR PELAYANAN PERBENDAHARAAN

    NEGARA (KPPN)

    VERIFIKATOR KOMPUTER

    SPM DOK SPP SPM

    KABAG TU/UMUM

    PEJABAT PENGUJI TAGIHAN/

    PENANDATANGAN SPM

    BENDAHARA PENGELUARAN/

    BENDAHARA PENERIMA

    JABATAN FUNGSIONAL

    KASIR PENCATATAN PEMBUKUAN

    PEMBUAT DOKUMEN

    BELANJA GAJI

    Eselon III Propinsi Pejab.Pembt Komitmen

    Eselon III Propinsi Pejab.Pembt Komitmen

    Ka.Dinas/Badan Kabupaten/Kota

    Pejab.Pembt Komitmen

    BAGAN 2.

    STRUKTUR ORGANISASI SATUAN KERJA BADAN/DINAS PROPINSI

    TAHUN ANGGARAN 2010

    Ka. Badan/Dinas/Unit Kerja KP Propinsi

    Kuasa Pengguna Anggaran (KPA)

    PELMPELMAAAA

    PUM PUM

    PELMA

    PUMC/PUMK

  • 37

    KANTOR PELAYANAN PERBENDAHARAAN

    NEGARA (KPPN)

    VERIVIKATOR KOMPUTER SPM

    DOK SPP SPM

    SESBA/KABAG TU/UMUM

    PEJABAT PENGUJI TAGIHAN/

    PENANDATANGAN SPM

    BENDAHARA PENGELUARAN

    BENDAHARA PENERIMA JABATAN

    FUNGSIONAL

    KASIR

    PENCATATAN PEMBUKUAN

    PEMBUAT DOKUMEN

    BELANJA GAJI

    PEJAB.PEMBT KOMITMEN

    BAGAN 3.

    STRUKTUR ORGANISASI SATUAN BADAN/DINAS/KANTOR KABUPATEN/KOTA TAHUN

    ANGGARAN 2010

    KA. BADAN/DINAS/KANTOR/UNIT KERJA KP KABUPATEN/KOTA

    KUASA PENGGUNA ANGGARAN (KPA)

  • 38

    VI. PEMBINAAN, PENGAWASAN, DAN PELAPORAN

    A. Pembinaan Menteri/pimpinan lembaga melalui Badan Ketahanan Pangan (BKP) melakukan pembinaan terhadap pengelolaan kegiatan Dekonsentrasi dan/atau Tugas Pembantuan dalam penyeleggaraan program dan kegiatan pemantapan ketahanan pangan. Pembinaan dilaksanakan melalui : pemberian pedoman, fasilitasi, pelatihan, bimbingan teknis, pemantauan, dan evaluasi. Untuk mencapai hasil pembinaan yang optimal, kementerian/lembaga melalui BKP akan menetapkan norma, standar, prosedur, dan kriteria pelaksanaan kegiatan. Pembinaan dilaksanakan secara terpadu dan berjenjang (dari Pusat ke Provinsi dan Kabupaten/Kota, dari Provinsi ke Kabupaten/Kota dan desa, serta dari Kabupaten/Kota ke desa) dalam rangka meningkatkan kinerja, transparansi, dan akuntabilitas penyelenggaraan Dekonsentrasi dan/atau Tugas Pembantuan dalam pemantapan ketahanan pangan. Untuk melaksanakan pembinaan terhadap kegiatan secara terpadu oleh instansi terkait, dapat dibentuk tim teknis atau kelompok kerja pada berbagai tingkat pemerintahan pusat, Provinsi, Kabupaten/Kota, kecamatan dan desa/kelurahan sesuai dengan kebutuhan, kepentingan, dan ketersediaan anggaran dalam menciptakan pelaksanaan kegiatan secara efektif dan efisien.

    B. Pengawasan Pengawasan terhadap pelaksanaan program dan kegiatan ketahanan pangan, dapat dilaksanakan sesuai kebijakan pimpinan atau kebutuhan. Pengawasan tersebut ditujukan untuk meningkatkan efisiensi dan efektivitas pengelolaan program dan kegiatan ketahanan pangan. Untuk dapat melaksanakan pengawasan dengan keragaman kegiatan dan cakupan sasaran yang cukup luas dalam kegiatan ketahanan pangan, maka pengawasan dapat dilakukan dan didelegasikan kepada tim atau kelompok kerja sesuai dengan penugasan yang diberikan oleh p