ipsa vnn mkalah

12
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Di Asia Tenggara, produksi aquakultur telah tumbuh dengan cepat dekade terakhir, dan telah menyokong secara signifikan persediaan seluruh dunia serta mampu meningkatkan pendapatan rata-rata untuk banyak negara. Terdapat peningkatan permintaan produk perikanan yang tinggi sepe grouper orange-spotted (Epinephelus coioides), Ikan Kakap Merah Snapper (Lutjanus argentimaculatus), (Lates calcarifer) (Asia Sea Bass), d (Siganus guttatus) dengan harga pasar yang lebih tinggi. Budidaya ikan Ka Jaring Apung (KJA) telah semakin meluas seperti negara Pilipina, Thailand Malaysia. Intensifikasi aquakultur di banyak negara ini telah mendorong k penyebaran berbagai penyakit dengan relative cepat, dan penyakit adalah s dari faktor penghalang untuk dapat mendukung produksi komoditas p terutama selama tahap pemeliharaan larva dan benih dari organisme (Yukio, 2007). Betanoda viruses (keluarga Nodaviridae) adalah agen yang menyebabkan vi necrosis nerveus (VNN) atau virus Encephalopathy dan Retinopathy (VER) pa berbagai kegiatan budidaya ikan laut di seluruh dunia. Penyakit ini terja sepanjang periode pembenihanlarva dan proses budidaya ikan berlangsung (Dennis, et all, 2006). Viral Necrosis Nerveus (VNN) telah menyebar di Jepang, Korea, China, Negara-Negara Asia Tenggara, Australia Utara, Austria, Iran, Isreal, Yunani, Perancis, Norwegia, Kanada dan Amerika. Penyakit ini sangat ganas sehingg menyebar diberbagai belahan bumi. Sehingga, patogen ini sangat di semua negara yang memiliki industri perikanan. Patogen ini dapat mengakib kematian massal ikan-ikan yang dibudidayakan dalam waktu yang relative si (Chi, 2006). Sebagian besar ikan yang diserang oleh VNN adalah beberapa j Asia yaitu antara lain ; Ikan Kerapu (grouper), Epinephelus spp di wilaya 1

Upload: gigih-rahmadani-maris

Post on 21-Jul-2015

109 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Di Asia Tenggara, produksi aquakultur telah tumbuh dengan cepat untuk dekade terakhir, dan telah menyokong secara signifikan persediaan pangan di seluruh dunia serta mampu meningkatkan pendapatan rata-rata untuk banyak negara. Terdapat peningkatan permintaan produk perikanan yang tinggi seperti ikan grouper orange-spotted (Epinephelus coioides), Ikan Kakap Merah Snapper (Lutjanus argentimaculatus), (Lates calcarifer) (Asia Sea Bass), dan Rabbitfish (Siganus guttatus) dengan harga pasar yang lebih tinggi. Budidaya ikan Karamba Jaring Apung (KJA) telah semakin meluas seperti negara Pilipina, Thailand dan Malaysia. Intensifikasi aquakultur di banyak negara ini telah mendorong kejadian penyebaran berbagai penyakit dengan relative cepat, dan penyakit adalah salah satu dari faktor penghalang untuk dapat mendukung produksi komoditas perikanan, terutama selama tahap pemeliharaan larva dan benih dari organisme budidaya. (Yukio, 2007). Betanoda viruses (keluarga Nodaviridae) adalah agen yang menyebabkan viral necrosis nerveus (VNN) atau virus Encephalopathy dan Retinopathy (VER) pada berbagai kegiatan budidaya ikan laut di seluruh dunia. Penyakit ini terjadi terutama sepanjang periode pembenihan larva dan proses budidaya ikan berlangsung (Dennis, et all, 2006). Viral Necrosis Nerveus (VNN) telah menyebar di Jepang, Korea, China, Negara-Negara Asia Tenggara, Australia Utara, Austria, Iran, Isreal, Yunani, Perancis, Norwegia, Kanada dan Amerika. Penyakit ini sangat ganas sehingga cepat menyebar diberbagai belahan bumi. Sehingga, patogen ini sangat ditakuti oleh semua negara yang memiliki industri perikanan. Patogen ini dapat mengakibatkan kematian massal ikan-ikan yang dibudidayakan dalam waktu yang relative singkat (Chi, 2006). Sebagian besar ikan yang diserang oleh VNN adalah beberapa jenis di Asia yaitu antara lain ; Ikan Kerapu (grouper), Epinephelus spp di wilayah Asia1

Tenggara dan Jepang, Ikan Barramundi (Asia seabass), Ikan Kakap Lates calcarifer (Bloch) di Asia Tenggara dan India serta Australia. Ikan Sea Bass, Dicentrarchus labrax (L.) di Australia Utara, Ikan Striped jack, Pseudocaranx dentex di Jepang Ikan, Red Drum, Sciaenops ocellatus di Korea, Ikan Golden Grey Mullet, Liza auratus di Iran, dan banyak lainnya. Di Indonesia, patogen ini banyak menyerang ikan yang dipelihara di Keramba Jaring Apung (KJA) maupun larva ikan yang masih dipelihara di panti-panti pembenihan (hatchery) yang tersebar di seluruh wilayah Indonesia. VNN menjadi tantangan besar dalam industri bidang aquakultur oleh karena frekuensi timbulnya penyakit yang tingkat tinggi dapat mengakibatkan angka kematian (mortalitas) mendekati 100% dan distribusi penyebarannya yang luas baik pada perairan hangat maupun perairan yang dingin sebagai media hidup berbagai jenis ikan. 1.2 Tujuan 1. Untuk mengetahui secara lebih mendalam tentang penyakit yang disebabkan oleh virus terutama Viral Necrosis Nerveus (VNN), ekobiologi dan struktur virus, cara penyerangan, gejala yang ditimbulkan, pola pencegahan dan pengendalian penyakit dari virus. 2. Sebagai salah satu tugas akhir mata kuliah ilmu penyakit satwa akuatik. 1.3. Manfaat1.

Sebagai informasi penting bagi pelaku kegiatan budidaya perikanan untuk memahami penyakit Viral Necrosis Nerveus (VNN) pada benih ikan Kerapu.

2. Untuk mengetahui informasi pencegahan penyakit Viral Necrosis Nerveus (VNN).

2

BAB II PEMBAHASAN

2.1 Etiologi Viral Necrosis Nerveus

Viral Nerveus Necrosis (VNN) (istilah alternatif: virus encephalopathy dan retinopathy (VER) adalah penyakit yang terdaftar oleh The Office International des Epizooties (OIE), menjadi masalah utama didalam produksi perikanan laut didunia. Identifikasi virus penyebab VNN ini adalah anggota family Nodaviridae diperoleh dengan menyelidiki asam nukleat dan protein struktural dari larva virus Pseudocaranx dentex. Keluarga Nodaviridae terdapat dua jenis yaitu jenis Alphanodavirus dan Betanodavirus, kedua jenis ini sangat ganas dalam menginfeksi ikan. Betanodaviruses (family Nodarideae) adalah agen penyebab serangan viral nerveus necrosis (VNN) pada budidaya ikan laut. Betanodaviruses adalah virus kecil, berbentuk bola, tidak punya kapsid dengan genome yang terdiri atas dua ikatan tunggal. Nodaviruses adalah virus icosahedral yang tidak dibungkus dengan suatu genome terdiri dari 2 RNAs13 ikatan tunggal. Piscine nodaviruses (betanodaviruses) telah menunjukkan infeksi pada lebih dari 30 jenis ikan laut terutama pada masa larva dan juvennil, dan infeksi yang umumnya mengakibatkan mortalitas yang tinggi.(Yukio, 2007) Piscine nodaviruses dapat digolongkan ke dalam 4 genotypes berdasar pada urutan nucleotide protein mantel gen: SJNNV (striped jack nervous necrosis virus), RGNNV (redspotted grouper nervous necrosis virus), TPNNV (tiger puffer nervous necrosis virus), and BFNNV (barfin flounder nervous necrosis virus). Infeksi Piscine nodavirus telah dihubungkan dengan angka kematian tinggi pada jenis ikan grouper yang dibudaya di Taiwan, Singapore, Thailand, China, dan Indonesia. Baru-baru ini telah didokumentasikan perjangkitan VNN antar larva pada hatchery dari ikan orange-spotted grouper dan Asia Sea Bass di Philippines. Dengan analisa phylogenetic, isolasi dari ikan orange-spotted grouper dan Sea Bass Asia memiliki genotype RGNNV (data tak diterbitkan). Infeksi Piscine nodavirus merupakan3

ancaman potensial untuk menyebabkan kerusakan pada banyak jenis ikan aquakultur di daerah tersebut. Suatu kebutuhan mendesak untuk menentukan cakupan ikan yang menjadi host dari virus ini. Virus dari jenis betanodavirus adalah agen yang menyebabkan encephalopathy karena virus dan retinopathy, juga dikenal sebagai viral necrosis nerveus (VNN), suatu penyakit yang menghancurkan industri budidaya ikan laut di seluruh dunia. (Chi, 2006,) Betanodaviruses adalah agen peyebabkan serangan viral nerveus necrosis (VNN) pada budidaya ikan laut. Otak ikan dan jaringan lain hewan invertebrate telah diuji dengan Reverse Transcriptase Polymerase Chain Reaction (RT-PCR) dengan tujuan untuk mendeteksi betanodavirus. Hasil positif uji PCR diperoleh dari otak 8 jenis ikan laut (shrimp fish Aeoliscus strigatus, milkfish Chanos chanos, three spot damsel Dascyllus trimaculatus, Japanese anchovy Engraulis japonicus, pinecone fish Monocentris japonica, blue ribbon eel Rhinomuraena quaesita, look down fish Selene vomer, yellow tang Zebrasoma flavesenes), 1 jenis invertebrate laut (spiny lobster Pamulirus versicolor), dan 2 jenis ikan air tawar (South American leaf fish Monocirrhus polyacanthus and red piranha Pygocentrus nattereri). Infeksi Viral Necrousis Nerveus (VNN) alami adalah akut, dan munculnya penyakit dapat sangat merusak ketika serangan kejadian virus adalah berinteraksi dengan faktor tekanan seperti kepadatan penebaran yang tinggi dan temperatur air dalam system budidaya. Kombinasi dari faktor ini bisa menyebabkan mortalitas tinggi selama periode pemeliharaan.2.2 Pathogenesis Viral Necrosis Nerveus

Serangan VNN antar populasi pada budidaya ikan laut dapat terjadi dengan transmisi secara vertikal atau secara horisontal. Di Korea, gejala serangan VNN pertama kali dilaporkan menyerang budidaya ikan grouper (kerapu) (Epinephelus septemfasciatus). Kematian massal pada ikan red drum (Sciaenops ocellatus) yang dipelihara dip anti pembenihan berhubungan dengan betanodavirus (Chi, 2006).

4

Didalam perkembangan larva, vakuolasi pertama yang perlu diamati mengenai tulang belakang, pada spina (sirip punggung), kerusakan pada gelembung renang, kemudian keadaan dalam otak, dan didalam retina, ditandai pada tulang belakang terdapat titik lokasi awal untuk perkembangbiakan VNN. ( Nguyen et al., 1996) Secara alami, larva ikan muda yang terserang virus dapat dideteksi dalam epithelial sel kulit dan epithelium yang berhubungan dengan usus (intestinal), yang secara bersamaan dengan sel syaraf Central Nerveos System (CNS) sebgai tahap awal infeksi atau peradangan oleh NNV. Neurotropisme dari indikasi serangan virus VNN itu mungkin memperoleh akses ke sistem saraf pusat (CNS) lewat saraf peripheral, misalnya lewat hubugan saraf otomatis pada organ pencernaan, juga lewat sensor dan berhubungan dengan saraf motorik pada epithelium dari kulit. (Dennis et all, 2006). Ikan grouper pada fase grow-out bisa terkena infeksi oleh VNN dengan perubahan pernasal. VNN menembus epithelium nasal lewat syaraf penciuman dan gelembung penciuman, dan menyerang kuping penciuman. Lewat intramuscular (I.M.), VNN melewati sistem saraf peripheral dalam jaringan muscular tepi, diangkut melalui axon ke jaringan spina pada tulang belakang. NNV dapat menyerang Central Nerveus System (CNS) lewat sirkulasi darah sebagai titik awal injeksinya (Dennis et all, 2006)..2.3 Gejala Klinis Yang Ditimbulkan VNN

Gejala klinis umum VNN pada beberapa jenis ikan antara lain perilaku ikan terserang berenang tak menentu, dan ikan mengapung dengan perut diatas disebabkan oleh pembengkakan gelembung renang (swim bladder), warna tubuh terlihat lebih gelap dan selera makan berkurang. Kematian (mortalitas) kumulatif mencapai 34% dan 56% selama 10 minggu. Ikan yang terkena infeksi VNN biasanya memperlihatkan keadaan gangguan saraf yang berhubungan dengan vacuolisasi (kerusakan) kuat sistem nerves pusat dan retina. (R. Thiery,1, ett all, 2006) Tanda klinis ikan yang terserang VNN adalah :

Hilangnya selera makan

Kelesuan5

Perilaku

renang abnormal (gerakan memutar dan menabrak kasar) gelembung renang pada beberapa jenis ikan gelap

Pembesaran Pewarnaan

2.4 Patogenitas Viral Necrosis Nerveus

Betanodaviruses pada dasarnya menyerang atau menginfeksi ikan pada awal awal masa perkembangan (larva dan benih). VNN kadang-kadang juga menyerang pada ikan dewasa. Beberapa jenis ikan yang diserang oleh VNN seperti : Ikan Brown grouper, Ikan Seven-banded groupers, Ikan Greasy grouper Ikan Cobia Belut Euorpean Serangan VNN lebih ganas pada ikan yang masih muda terutama pada masa awal perkembangannya. Larva dan benih ikan kerapu sangat sensitif dimana kekebalan tubuh pada fase ini relatif masih lemah, sehingga kedaan ini mengakibatkan serangan VNN menjadi lebih akut. 2.5 Transmisi Vertikal dan Horizontal dari VNN Transmisi VNN secara vertical, VNN dapat mnenyebar melalui larva dari VNN-pemijahan positive, tetapi bukan pada larvae dari VNN-pemiahan negative. Bertelur adalah suatu reservoir virus yang penting. VNN telah dideteksi ada pada gonad, usus, perut, ginjal dan hati sebagai tempat karir mengeram. VNN menyebar dalam indung telur dikeluarkan oleh induk sehingga telor dapat menyebabkan transmisi vertical dari virus ini. Kebiasaan makan dan makanan dari ikan dapat juga menjadi sarana penyebaran virus VNN baik itu antar spesies (inter-species) maupun sesama spesies (IntraSpecies) baik secara klinis atau secara subklinik sehingga menyerang ikan. Organisma sebagai makanan hidupnya yang terkontaminasi VNN seperti pada6

Artemia, Copepoda, dan Ikan rucah sebagai pakan hidup ikan kerapu. Perilaku sebagai ikan karnivora misalnya pada masa larva ikan grouper (kerapu) juga menjadi alternatif dari penyebaran virus VNN tersebut. (Chi, 2006) Transmisi VNN secara horizontal pada populasi ikan liar pada area budidaya aquakultur dan ikan-ikan liar di laut pernah diketahui terkena infeksi VNN dengan genotype RGNNV. Transmisi secara horisontal juga dapat melalui ikan asymptomatically yang terkena infeksi VNN. 2.6 Pengadaan Vaksin VNN Tidak ada jenis antibiotik dan kemoterapi lain yang dapat digunakan untuk pengobatan penyakit viral. Pencegahan lebih efektif untuk pengendalian penyakit viral. Sehingga diperlukan suatu vaksin yang dapat digunakan untuk meningkatkan sistem kekebalan tubuh organisme agar dapat lebih tahan dari serangan infeksi patogen virus. Untuk itu pengadaan vaksin virus sangat membantu dalam menekan dampak yang ditimbulkan oleh virus penyebab berbagai penyakit viral. Untuk memperoleh vaksin dalam menekan keganasan VNN dapat diperoleh dari berbagai cara, antara lain ; o Recombinant Vaksin o DNA vaksin o Vaksin Inaktivasi dengan : 1. Inaktivasi dengan bahan-kimia (formalin atau BEI) 2. Test keselamatan dengan memotong jalan lintasan dari virus yang diinaktivasi didalam sel kultur. 3. Imuniasi (perendaman atau suntikan) 4. Test kemampuan dan evaluasi perlindungan yang efisiensi (Chi, 2006). Inokulum virus

7

Larva ikan orange-spotted grouper yang terinfeksi VNN mempertunjukkan perilaku berenang yang abnormal, yang dikumpulkan epizootics secara alami pada 2001 dan telah disimpan pada 80C. Bagian kepala ikan yang sakit adalah thawed dan dihomogenkan pada dilusi 1:10 w/v pada kumpulan garam seimbang (HBSS). Setelah sentrifugasi pada 1,500 rpm selama 10 min pada 4C, menghasilkan supernatant pas melalui saringan membran (0.45 m), kemudian dilemahkan dengan HBSS ketika diperlukan, dan digunakan sebagai inoculum virus. Titrasi virus dilaksanakan dengan menggunakan sel SSN-1. Diagnosis Virus Saat ini telah dikembangkan berbagai metode diagnosis virus diantaranya metode konvensional seperti histopatologi, dotblot, hibridisasi, in situ dan PCR dan RT-PCR. Metode diagnosis dengan PCR mungkin merupakan salah satu metode yang cepat dan menjanjikan tingkat akurasi yang tinggi dibandingkan metode lain. Sampel dapat disiapkan dalam awetan alkohol 70% dalam potongan kecil (0,5 cm), untuk PCR dan penggunaan formalin 10% untuk pemeriksaan histopatologi. (Nguyen, 1997) Beberapa sistem diagnosa yang efektif dari VNN : a. Berdasarkan Asan Nukleat misalnya RT-PCR dan PCR serta Hibridisasi secara in situ. b. Berdasarkan Protein misalnya IFA, penandaan IHC, ELISA, Western Blot dan One-step Immunochromatography c. Berdasarkan Virion misalnya Kultur Sel (Chi, 2006). 2.7 Tindakan Pencegahan dan Penanggulangan Ikan terinfeksi oleh virus sangatlah sulit untuk diobati. Ada dua cara tindakan pencegahan yaitu membersihkan virus penyebab penyakit dari lingkungan clan meningkatkan kekebalan ikan terhadap viral. Tindakan pencegahan pertama, desinfeksi semua wadah clan peralatan, seleksi incluk klan telur bebas virus.8

Tindakan selanjutnya bila memungkinkan adalah meningkatkan kualitas telur, penggunaan vaksin clan immunostimulan atau vitamin. Diantara tindakan penanganan yang ada, vaksin merupakan tindakan yang paling efektif untuk mencegah penyakit viral. Pencegahan lebih efektif untuk pengendalian penyakit viral. Tidak ada jenis antibiotik dan kemoterapi lain yang dapat digunakan untuk pengobatan penyakit viral. Usaha pencegahan sebagai kendali dalam menghindarkan ikan yang dibudidaya dari serangan patogen VNN. Tindakan pencegahan ini meliputi langkah-langkah sebagai berikut ; 1. Penyediaan benih bebas virus 2. Pemilihan calon induk yang bebas VNN 3. Mengurangi tekanan pemijahan pada ikan yang dipijahkan 4. Sterilisasi perkakas, air dan lingkungan 5. Sterilisasi telor 6. Pengembangan vaksin 7. Penjagaan kualitas lingkungan 8. Pengendalian Penyakit Pembersihan karien di lingkungan tambak merupakan alternatif yang paling berhasil untuk program pengendalian penyakit viral. Aplikasi ilmunostimulan dapat merangsang sistem kekebalan non spesifik udang windu karena biasanya memanipulasi mekanisme sel induknya untuk bereproduksi, virus sangat sulit untuk dibunuh. Metode pengobatan sejauh ini yang dianggap paling efektif adalah vaksinasi, untuk merangsang kekebalan alami tubuh terhadap proses infeksi, dan obat-obatan yang mengatasi gejala akibat infeksi virus. Penyembuhan penyakit akibat infeksi virus biasanya disalah-antisipasikan dengan penggunaan antibiotik, yang sama sekali tidak mempunyai pengaruh terhadap kehidupan virus. Efek samping penggunaan antibiotik adalah resistansi bakteri terhadap antibiotik. Karena itulah diperlukan pemeriksaan lebih lanjut untuk memastikan apakah suatu penyakit disebabkan oleh bakteri atau virus. Melalui penerapan kemajuan teknologi dibidang biologi modern berbagai penyakit yang disebabkan oeh virus telah dapat dihindari dengan mengguakan9

vaksin yang bekerja efektif terhadap virus. Vaksin dapat dibuat dengan bantuan mikroorganisme (virus atau bakteri) yang dilemahkan ataupun toksin yang dihasilkan mikroorganisme tersebut. Namun dengan kemajuan teknologi pembuatan vaksin secara konvesional telah dapat diperbaiki dengan menggunakan rekayasa genetik. Adanya vaksin memungkinkan kekebalan tubuh bekerja dengan membentuk antibodi atau membantu tubuh membentuk sel penting yang akan menghasilkan antibodi jika penyakit timbul dalam satu bentuk virulen (Pratiwi dkk, 2004).

BAB III PENUTUP10

3.1 Kesimpulan1.

Virus penyebab penyakit Viral Necrosis Nerveus (VNN) adalah terdapat dua jenis yaitu jenis Alphanodavirus dan

Nodaviridae

Betanodavirus. Serangan VNN antar populasi pada budidaya ikan laut dapat terjadi dengan transmisi secara vertikal atau secara horizontal.2.

Munculnya suatu penyakit pada organisme disebabkan oleh adanya

interaksi triple (tiga unsur) yang bekerja secara bersamaan, yaitu unsur lingkungan, patogen dan inang (organisme budidaya).3.

Gejala klinis umum ikan yang terserang VNN antara lain perilaku

berenang tak menentu, ikan mengapung dengan perut diatas disebabkan oleh pembengkakan gelembung renang (swim bladder), ikan tampak lesu (lethargy) warna tubuh terlihat lebih gelap dan selera makan berkurang. Ikan yang terkena infeksi VNN biasanya memperlihatkan keadaan gangguan saraf yang berhubungan dengan vacuolisasi (kerusakan) kuat sistem nerves pusat dan retina.4.

Pencegahan penyakit akibat infeksi virus biasanya disalah-

antisipasikan dengan penggunaan antibiotik, yang sama sekali tidak mempunyai pengaruh terhadap kehidupan virus. Efek samping penggunaan antibiotik adalah resistansi bakteri terhadap antibiotik. Karena itulah diperlukan pemeriksaan lebih lanjut untuk memastikan apakah suatu penyakit disebabkan oleh bakteri atau virus. 3.2 Saran Sangat diperlukan suatu vaksin yang dapat digunakan untuk meningkatkan sistem kekebalan tubuh organisme agar dapat lebih tahan dari serangan infeksi patogen virus. Pengadaan vaksin virus sangat membantu dalam menekan dampak negatif dari patogen penyakit viral. Serta perlu upaya pencegahan untuk menekan dampak penyakit viral pada organisme budidaya. DAFTAR PUSTAKA

11

Chi, S.C, 2006, Piscine Nodavirus Infection in Asia, Department of Life Science and Institute of Zoology, National Taiwan University Dennis K. G, Dong J. L, Gun W. B, Hee J. Y, Nam S. S, Hwa Y. Y, Cheol Y. H, Jun H. P, Se C. P , 2006, Detection of betanodaviruses in apparently healthy aquarium fishes and invertebrates, Zoonotic Disease Priority Research Institute, and College of Veterinary Medicine, Seoul National University, Seoul 151-742, Korea Langkosono. 2007. Budidaya Ikan Kerapu (Serranidae) dan Kualitas Perikanan. Neptunus. 14(1): 61-67. Lio-Po, G. D, C. R. Lavilla, E. R. Cruz-Lacierda. 2001. Health Management in Aquaculture. Aquaculture Department Southeast Asian FisheriesDevelopment Centre. Tigbauan. Hoilo. Philipines. 187p. Moody, N. J. & Herwood, P. F. 2008. Betanodavirus Infections of Finfish. Australia and New Zealand Standard Diagnostic Procedure. 1-18. R. Thiery, J. Cozien, J. Cabon, F. Lamour, M. Baud, and A. Schneemann, 2006, Induction of a Protective Immune Response against Viral Nervous Necrosis in the European Sea Bass Dicentrarchus labrax by Using Betanodavirus VirusLike Particles, French Food Safety Agency, BP 70, F-29280 Plouzane, France,1 and Department of Molecular Biology, The Scripps Research Institute, La Jolla, California 920372 Suratmi, S., Aryani, N.L.T. 2007. Kasus Infeksi Penyakit Viral Nervous Necrosis (VNN) pada Ikan Kerapu di Pulau Bali. Buletin Teknisi Litkayasa Akuakultur. 7(1):59-63. Sutarmat, T. 2004. Beberapa Kunci Sukses Yukio M, Leobert d. De la pea and Erlinda R. Cruz-lacierda, 2007. Susceptibility of Fish Species Cultured in Mangrove, Southeast Asian Fisheries Development Center (SEAFDEC) (Tigbauan 5021, Iloilo, Philippines)

12