ipl makalah buah dan sayuran
DESCRIPTION
Buah dan SayurTRANSCRIPT
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Buah dan sayur merupakan jenis pangan yang mudah rusak karena kandungan
airnya yang cukup tinggi sehingga memungkinkan bakteri dan mikroba lain tumbuh di
dalamnya dan hal ini bisa menurunkan mutu pangan. Penurunan mutu tersebut
disebabkan karena sayur dan buah setelah dipetik masih melakukan proses metabolisme
dan aktivitas respirasi. Jaringan pada buah dan sayur yang telah dipetik aktif melakukan
respirasi yang bertujuan untuk mempertahankan hidupnya dengan cara merombak pati
menjadi gula . Pada proses tersebut, dihasilkan air secara terus menerus sehingga
mengakibatkan kelayuan saat penyimpanan karena praktis tidak ada suplai air lagi. Salah
satu cara untuk memperpanjang masa simpan buah dan sayur adalah dengan
penyimpanan pada suhu rendah agar aktivitas mikroba, enzim, maupun respirasi dapat
dihambat (Zulkarnaen 2009).
Pematangan buah yaitu mengacu pada perubahan yang terjadi setelah
pendewasaan penuh, yang dicirikan oleh melunaknya daging buah, terbentuknya
karakteristik aroma, dan peningkatan kandungan cairan buah (Zulkarnaen 2009). Dalam
sekala rumahan buah dipetik pada saat sudah masak, pada sekala besar buah dipetik
dalam keadaan belum matang agar buah-buahan tidak cepat busuk. Proses pematangan
buah diatur oleh hormone pengatur penuaan atau pematangan buah. Contohnya adalah
etilen, calcium carbide, penambahan daun-daunan dan asap dari materi yang menyala
(Isbandi 1983).
1
Berdasarkan laju respirasinya buah dibedakan menjadi dua yaitu buah klimaterik (laju
respirasi meningkat dengan tajam selama periode pematangan dan pada awal senesen)
dan nonklimaterik (tidak ada perubahan laju respirasi pada akhir pematangan buah)
(Zulkarnaen 2009). Contoh buah klimaterik adalah avokad, papaya, apel, pisang dan lain-
lain sedangkan contoh buah nonklimaterik adalah jeruk, nanas, durian, dan lain-lain
(Ayimada 2008).
Pada jagung manis, sukrosa merupakan komponen penting yang kadarnya akan
cepat berkurang apabila jagung tersebut disimpan pada suhu kamar. Hal tersebut bisa
menyebabkan perubahan fisiologis dan biokimia seperti perubahan kadar air, kadar
karbohidrat, asam organic, dan pH. Perubahan tersebut bisa dihambat apabila jagung
manis disimpan pada suhu sekitar . Penyimpanan pada suhu rendah akan lebih efektif bila
dikombinasikan dengan penggunaan pembungkus yang sesuai agar dapat menghambat
perubahan fisik dan kimia seperti kontaminasi mikroba, penurunan kadar air yang drastis
dan perubahan warna, tekstur, aroma dan rasa (Kasmarani 1986).
Penyimpanan Buah dan Sayur
Buah memiliki masa simpan yang relatif rendah sehingga buah dikenal sebagai
bahan pangan yang cepat rusak dan hal ini sangat berpengaruh terhadap kualitas masa
simpan buah. Mutu simpan buah sangat erat kaitannya dengan proses respirasi dan
transpirasi selama penanganan dan penyimpanan di mana akan menyebabkan susut pasca
panen seperti susut fisik yang diukur dengan berat; susut kualitas karena perubahan
wujud (kenampakan), cita rasa, warna atau tekstur yang menyebabkan bahan pangan
kurang disukai konsumen; susut nilai gizi yang berpengaruh terhadap kualitas buah. Mutu
simpan buah akan lebih bertahan lama jika laju respirasi rendah dan transpirasi dapat
2
dicegah dengan meningkatkan kelembaban relatif, menurunkan suhu udara. Pada
umumnya komoditas yang mempunyai umur simpan pendek mempunyai laju respirasi
tinggi atau peka terhadap suhu rendah (Tranggono 1990).
Pertumbuhan organisme perusak dapat diperlambat pada suhu penyimpanan
rendah, namun komoditas segar berangsur-angsur kehilangan resistensi alaminya
terhadap pertumbuhan organism perusak. Oleh karena itu lamanya umur simpan
ditentukan oleh interaksi oleh senensensi alami (kehilangan kualitas), pertumbuhan
organisme perubahan dan kepekaan terhadap cacat suhu dingin (Tranggono 1990).
Penyimpanan buah pada suhu rendah yang stabil dapat mempertahankan tekstur
alami karena pendinginan atau penyimpanan pada suhu rendah dapat menghambat atau
mengurangi laju respirasi dan transpirasi atau kehilangan air. Penyimpanan pada suhu
dingin, namun sesekali difluktuasikan atau diekspose pada suhu ruang menyebabkan
penurunan mutu fisik/organoleptik dan nilai gizi yang lebih cepat dibandingkan suhu
stabil. Penyimpanan pada suhu ruang (dibiarkan sesuai dengan suhu lingkungan)
menyebabkan penurunan mutu fisik-organoleptik dan mutu nilai gizi sangat cepat yang
diikuti dengan proses pembusukan (Isbandi 1983).
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang tersebut dapat dirumuskan masalah sebagai berikut.
1. Bagaimanakah Pengertian dan Prisip Buah dan Sayuran ?
2. Bagaimanakah Tujuan Penyimpanan Buah dan Sayuran ?
3. Bagaimanakah Faktor Mepengaruhi Mutu pada Penyimpanan Buah dan Sayuran ?
4. Cara Penyimpanan Buah dan Sayuran
3
C. Tujuan Penulisan
Berdasarkan rumusan masalah tersebut didapatkan tujuan penulisannya sebagai berikut.
Buah dan sayur II bertujuan untuk mempelajari pengaruh suhu penyimpanan terhadap
masa simpan buah dan sayur, mempelajari pengaruh penambahan zat pengatur
pematangan dan kondisi penyimpanan terhadap proses pematangan pada buah klimaterik
dan nonklimaterik serta mengamati perubahan warna, tekstur, aroma, dan rasa jagung
manis selama penyimpanan pada suhu, waktu, dan pembungkus tertentu.
4
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian dan Prinsip Buah dan Sayuran
Buah dan sayuran merupakan komoditi pertanian yang sangat mudah mengalami
kerusakan (perishable commodities), setelah proses panen dilakukan. Hal ini disebakan
karena komoditi tersebut masih melakukan proses kehidupan sebagaimana lazimnya
makhluk hidup lainnya, meskipun telah dipisahkan dari pohon induknya. Buah dan
sayuran tersebut masih melakukan aktivitas pernapasan (respirasi) untuk kelangsungan
kehidupannya dengan mengandalkan sumber energi yang tersedia didalam produk itu
sendiri, dengan tidak ada lagi suplai dari luar seperti saat masih pada pohon induknya.
Lambat laun sumber energi yang tersedia akan habis, selanjutnya buah dan sayuran
tersebut pun akan sangat cepat mengalami penuaan, rusak dan tidak dapat dikonsumsi
lagi. Laju kerusakan yang terjadi berbanding lurus dengan kecepatan respirasi yang
dimiliki oleh buah dan sayuran segar bersangkutan. Semakin cepat laju respirasinya,
maka semakin cepat pula terjadinya kerusakan pada buah dan sayuran tersebut.
Oleh karena itu, buah dan sayuran segar sangat memerlukan teknologi
penanganan pasca panen yang sempurna setelah dilakukannya proses pemanenan.
Sedapat mungkin buah dan sayuran terhindar dari kerusakan fisik, baik saat panen
maupun dalam proses penanganan pasca panen termasuk dalam proses pengangkutannya.
Terjadinya kerusakan fisik dapat memicu terjadinya peningkatan laju penuaan pada buah
dan sayuran segar, disamping penampakan fisik buah dan sayuran bersangkutan menjadi
jelek sehingga daya jualnya pun akan menurun. Dalam proses penanganan pasca panen,
5
berbagai teknologi telah tersedia termasuk teknologi pra-pendinginan yang bertujuan
untuk mengurangi suhu lapang pada buah sesaat setelah panen, sehingga proses
metabolisma pada buah dan sayuran dapat diperlambat sebelum dilakukannya aplikasi
teknologi penyimpanan lainnya. Teknologi-teknologi pasca panen lainnya seperti aplikasi
atmosfir termodifikasi, pelilinan, penyimpanan sistem hipobarik, penyimpanan suhu
rendah serta banyak lagi teknologi penyimpanan lainnya dalam proses penanganan pasca
panen pada buah dan sayuran segar.
Namun demikian, aplikasi penyimpanan suhu rendah merupakan teknologi paling
umum dipraktekkan sehari-hari dalam upaya meningkatkan masa simpan buah dan
sayuran segar yang akan dikonsumsi. Salah satu teknologi penyimpanan dingin yang
sering diaplikasikan oleh masyarakat umum adalah penyimpanan dengan menggunakan
kulkas. Dalam praktek kehidupan sehari-hari hampir semua jenis buah dan sayuran segar
yang dibeli oleh masyarakat terutama ibu-ibu rumah tangga, disimpan di dalam kulkas
sebelum dikonsumsi dengan tujuan untuk memperpanjang masa kesegarannya. Hal ini
sudah menjadi kebiasaan dan dilakukan tanpa memperhatikan kesesuaian suhu simpan
untuk masing-masing jenis buah dan sayuran. Biasanya beberapa jenis buah maupun
sayuran disimpan tercampur dalam satu kulkas dengan kondisi suhu yang sama. Padahal
masing-masing buah dan sayuran mempunyai kisaran suhu simpan yang berbeda-beda.
Pada umumnya suhu di dalam kulkas kira-kira tidak melebihi 10oC bahkan kurang dari
kisaran suhu tersebut. Dilain pihak, beberapa jenis buah dan sayuran segar memerlukan
suhu penyimpanan melebihi 10oC untuk mempertahankan tingkat kesegarannya dalam
waktu masa simpan tertentu.
6
Sehingga apabila buah dan sayuran yang berbeda-beda jenisnya disimpan di
dalam satu kulkas, maka beberapa jenis buah dan sayuran yang tidak cocok dengan suhu
kulkas akan mengalami kerusakan dingin. Contohnya; buah pisang akan mengalami
kerusakan dingin signifikan jika disimpan di dalam kulkas. Hal ini disebabkan karena
buah pisang mempunyai suhu optimal penyimpanan diatas 10 oC, tergantung varietas dan
faktor-faktor lainnya seperti tingkat kematangan buah, dsb. Kerusakan biasanya ditandai
dengan terjadinya pencoklatan (browning) pada kulit buah , disamping terjadinya
kehilangan cita rasanya.
Terdapat banyak lagi buah dan sayuran segar selain buah pisang yang akan
mengalami kerusakan dingin jika disimpan di kulkas, diantaranya tomat hijau, beberapa
jenis jeruk, mangga, pepaya, nenas, mentimun, dan melon. Persentase dan gejala
kerusakan dingin untuk masing-masing buah berbeda-beda, tergantung kepada jenis dan
lama penyimpanan di dalam kulkas. Sedangkan buah dan sayuran segar yang bisa tahan
lama disimpan dalam kulkas seperti; apel, anggur, pear, strawberry, alpukat, orange,
asparagus, brokoli, kol, jagung, bawang hijau, kentang dan bayam.
Kerusakan dingin adalah merupakan kerusakan fisiologis yang terjadi pada
kebanyakan tanaman tropis dan subtropis jika di tempatkan pada suhu terlalu rendah
tetapi masih diatas suhu beku. Penyebab utama terjadinya kerusakan dingin adalah
rusaknya struktur selaput sel di dalam buah dan sayuran akibat suhu yang terlalu rendah.
Kerusakan selaput sel terjadi karena terjadinya perubahan fluiditas pada selaput jika
disimpan pada suhu yang terlalu rendah, dibawah ambang suhu minimum untuk masing-
masing jenis buah dan sayuran. Disinyalir bahwa suhu yang sangat rendah ini menjadikan
selaput sel mengalami transisi fase fisik, yaitu dari bentuk cairan kristal di dalam selaput
7
menjadi struktur gel yang padat. Mekanisme terjadinya kerusakan dingin dapat dijelaskan
bahwa ketika suhu penyimpanan direndahkan, maka komponen lemak pada selaput sel
pada suhu kritis akan memadat. Hal ini akan menyebabkan terjadinya kontraksi yang
akhirnya mengakibatkan keretakan pada selaput sel. Keretakan ini kemudian memicu
meningkatnya permeabilitas sel, yang merupakan salah satu ciri utama terjadinya
kerusakan dingin.
Disamping itu, perubahan yang terjadi di dalam selaput sel akibat suhu yang
terlalu rendah, dapat menyebabkan meningkatnya aktivasi energi pada sistem enzim di
dalam selaput yang pada akhirnya memicu terjadinya ketidakseimbangan dengan sistem
enzim diluar selaput, serta dapat mengurangi kecepatan reaksi di dalam selaput sel.
Ketidakseimbangan ini akan menyebabkan meningkatnya akumulasi zat-zat metabolit
seperti piruvat, asetaldehida dan etanol diantara sistem glikolisis dan mitokondria.
Kejadian-kejadian ini akan memunculkan gejala-gejala kerusakan dingin yang dapat
dilihat, dan gejalanya akan berbeda-beda pada masing-masing buah dan sayuran.
Hal ini tergantung kepada tingkat suhu yang digunakan serta lama penyimpanan,
kultivar dan tingkat kematangan buah dan sayuran. Namun demikian, gejala yang paling
umum dijumpai adalah dapat berupa bercak-bercak pada permukaan buah dan sayuran,
terjadinya perubahan warna pada kulit (misalnya pencoklatan pada kulit buah pisang),
terjadinya perubahan cita rasa, serta lebih mudah terinfeksi oleh jamur pasca panen
selama fase penyimpanan. Berbagai metoda dapat digunakan untuk mengurangi gejala
kerusakan dingin yang timbul akibat penyimpanan buah dan sayuran pada suhu kritis.
Metoda-metoda tersebut meliputi perlakuan kimia maupun fisik; seperti penggunaan
etanolamina, etoksikuin, sodium benzoat, perlakuan panas, atmosfir termodifikasi,
8
penyimpanan dengan kondisi hipobarik, pemanasan berkala, dsb. Namun demikian
metoda-metoda ini umumnya diaplikasikan pada skala komersial maupun percobaan
laboratorium. Sedangkan untuk skala rumah tangga metoda-metoda ini dianggap tidak
efisien dan efektif. Sehingga metoda yang paling aman digunakan terutama pada skala
rumah tangga adalah selektiftivitas terhadap buah dan sayuran yang akan disimpan ke
dalam kulkas.
Dianjurkan untuk sebaiknya tidak menyimpan buah dan sayuran peka suhu dingin
ke dalam kulkas, karena hal bukannya memperpanjang masa simpannya tetapi sebaliknya
buah dan sayuran akan menjadi rusak dan tidak layak dikonsumsi lagi. Oleh karena itu,
perlu kehati-hatian dalam melakukan penyimpanan buah dan sayuran segar ke dalam
kulkas sehingga tidak terjadi hal-hal yang tidak diharapkan pada buah dan sayuran
tersebut.
Tulisan ini merupakan bahan informasi khususnya mengenai teknologi
penyimpanan dingin, terutama pengaruh penyimpanan suhu kritis terhadap kualitas buah
dan sayuran segar. Tulisan ini diharapkan dapat menjadi acuan dan bermanfaat dalam
melakukan proses penyimpanan dingin buah dan sayuran segar ke dalam kulkas, terutama
pada skala rumah tangga.
B. Tujuan Penyimpanan
a Memelihara dan mempertahankan kondisi dan mutu bahan makanan yang
disimpan.
b Melindungi bahan makanan yang disimpan dari kerusakan, kebusukan dan
gangguan lingkungan lainnya.
9
c Melayani kebutuhan macam dan jumlah bahan makanan dengan mutu dan
waktu yang tepat.
d Menyediakkan persediaan bahan makanan dalam macam jumlah dan mutu
yang memadai.
C. Faktor yang Mempengaruhi Mutu pada Penyimpanan Buah dan Sayuran
1. Mutu bahan yang disimpan
Kondisi Bahan :
Tidak boleh :
lecet, memar, busuk, ada kerusakan lain
Karena akan :
- kurang menarik
- Akan memberi kesempatan mikroorganisme masuk ke dalam bahan
- Mempercepat proses pembusukan, dan akan menular ke bahan lain yang tidak
rusak
- Mempercepat kehilangan air
2. Suhu penyimpanan
Suhu Optimum Penyimpanan
Suhu penyimpanan tiap jenis buah-buahan dan sayuran berbeda-beda, tetapi pada
umumnya suhu penyimpanan optimum adalah pada suhu rendah/suhu dingin.
Contoh suhu optimum untuk penyimpanan beberapa buah-buahan :
Apel : 30 – 40º F (-1,1 – 4,4ºC)
10
Pisang : 56 – 58º F (13,3 – 14,4º C)
Alpukat : 40 – 55º F (4,4 – 12,8º C)
Anggur : 30 – 31º F (-1,1 – -0,66º C)
Kondisi Suhu
• Tidak boleh berfluktuasi karena akan menyebabkan kondensasi air, sehingga akan
mengundang pertumbuhan kapang
• Harus merata (uniform) di seluruh bagian penyimpanan. Jika ada bagian yang
lebih hangat akan menyebabkan proses pematangan
3. Perlakukan pra-pendinginan
Prinsip pra-pendinginan :
Adalah memindahkan kalor dari bahan ke media pendingin : air, es, udara
Laju pendinginan bergantung pada :
• Jumlah bahan
• Perbedaan suhu bahan dengan suhu media pendingin
• Kecepatan aliran media
• Jenis media
4. Kelembaban relatif (rh)
RH sangat berpengaruh pada mutu bahan
Bila RH rendah menyebabkan pelayuan/pengeringan
Bila RH tinggi menyebabkan kondensasi air, sehingga akan mengundang
pertumbuhan kapang dan pembusukan
11
Bila RH ruangan tinggi, kapang juga akan tumbuh pada dinding, langit-langit ruang
penyimpanan atau peti kemas.
RH yang baik : 85 – 90 % untuk menghindari pelayuan
RH yang diterapkan juga berbeda untuk tiap jenis komoditi
5. Sirkulasi udara dan cara penumpukan
Sirkulasi udara perlu untuk meratakan suhu dalam ruang penyimpanan
Ruang yang berisi komoditi memerlukan sirkulasi/jam 7,5 kali lebih besar dibandingkan
dengan ruangan kosong
Wadah di dalam ruang harus seragam
Lorong jangan terlalu lebar pendinginan tidak efisien
Tidak boleh ada lorong buntu
6. Laju respirasi
Respirasi :
C6H12O6 + 6 O2 6 CO2 + 6 H2O + 673 kkal
• Kalor yang dihasilkan respirasi merupakan beban pendinginan
• Kalor yang dihasilkan tiap komoditi berbeda-beda
• Kalor yang dihasilkan pada berbagai tingkat suhu juga berbeda-beda
7. Sanitasi dan purifikasi udara
• Sanitasi ruang penyimpanan
Sanitasi ruang penyimpanan sangat penting kemungkinan serangan
kapang, terutama pada RH tinggi
Perlu pembersihan secara periodik, dan perlu sirkulasi udara yang baik
• Sanitasi komoditi
12
dilakukan dengan memisahkan bahan yang rusak
8. Perlakuan tambahan
Perlakuan tambahan diberikan untuk :
- mencegah pembusukan
- menghambat respirasi
- mengatasi gangguan fisiologis
- menghambat kehilangan air
Perlakukan tambahan tidak berarti menggantikan refrigerasi
Yang perlu Anda perhatikan adalah, usahakan pilih sayuran hijau kualitas bagus.
Saat ingin disimpan, jangan cuci sayuran, bungkus sayuran dengan kertas. Jangan
cuci sayuran sebelum dipakai agar ketahanannya lebih lama.
Untuk sayuran yang telah dipotong atau dicuci, jangan sampai lupa untuk
meniriskannya. Setelah kering simpan dalam kotak atau wadah plastik dan tutup
rapat.
Bahan bumbu, seperti cabai, bawang dan bumbu dapur lainnya simpan dengan
dibungkus dengan kertas. Cara ini akan lebih tahan lama bahkan bisa bertahan
sampai berminggu-minggu dibanding disimpan dalam kantong plastik. Anda bisa
juga menyimpannya dalam freezer.
Untuk sayuran lain seperti kecambah, buncis, tauge bisa disimpan dengan
dibungkus kertas juga. Cara penyimpanan ini bisa bertahan sampai dua hari. Jika
disimpan di dalam plastik hanya bisa bertahan sampai satu hari saja.
13
Yang harus diingat adalah, usahakan sayuran tetap kering selama proses
penyimpanan. Karena kalau basah sayuran akan cepat busuk. Dan kertas membantu
sayuran tetap kering.
D. Penyimpanan Sayuran pada Suhu Rendah
Komoditi pertanian seperti sayur-sayuran dan buah-buahan merupakan produk
yang mudah mengalami pembusukan. Hal ini disebabkan mikroba dan kondisi diluar
terutama dalam masa pemanenan hingga penyimpanan. Menggunakan suhu rendah dalam
penyimpanan sayuran dan buah adalah salah satu cara yang cukup efektif mengurangi
laju kerusakan/pembusukan pada sayuran maupun buah-buahan tersebut. Pengkondisan
suhu rendah pada setiap hasil panen tersebut tidaklah sama.Misalnya untuk buah tomat
yang sudah matang memerlukan suhu rendah 4,4 derajat celcius dengan kelembaban
relatif 85 – 90% memiliki daya simpan hingga 7 – 10 hari dibandingkan dengan kondisi
normal yang hanya 1 – 5 hari saja sudah mulai rusak.
`Oleh sebab itu diperlukan mengetahui dengan baik perlakuan yang paling
maksimal untuk setiap buah dan sayuran. Adapun cara penyimpanan yang baik adalah :
pertama sayuran maupun buah-buahan agar tidak ditumpuk begitu banyak dalam wadah
penyimpanan. Hal ini agar pendinginan lebih baik dan merata untuk setiap bahan yang
disimpan, kedua jangan mencampurkan dua bahan yang berbeda dalam satu wadah.
Untuk setiap jenis berikan wadah tersendiri. Hal ini untuk mengurangi efek terjadinya
percampuran bau maupun rasa anata satu bahan dengan bahan yang lain.
14
Ketiga Usahakan untuk satu lemari penyimpanan agar bahan sayur atau buah tidak terlalu
banyak. Karena hal ini dapat meyebabkan keadaan di dalam lemari pendingin tidak
memberikan suhu yang diinginkan sebelumnya. Biasakan memisahkan buah-sayuran
yang siap dimakan dan yang harus diolah lebih dahulu.
Akan lebih baik lagi memiliki lebih dari satu lemari pendingin. Agar hasil yang
diharapkan dari pendinginan tersebut lebih maksimal. Karena dalam proses pendinginan
lemari pendingin tidak boleh dibuka terlalu sering. Untuk konsumsi rumah tangga
pemisahan bahan ditentukan berdasarkan kebutuhan sehari-hari dan yang untuk disimpan
demi kebutuhn 3 – 5 hari kedepan.
15
BAB III
PENUTUP
A.Simpulan
1. Buah dan sayuran merupakan komoditi pertanian yang sangat mudah mengalami
kerusakan (perishable commodities), setelah proses panen dilakukan
2. Suhu penyimpanan tiap jenis buah-buahan dan sayuran berbeda-beda, tetapi pada
umumnya suhu penyimpanan optimum adalah pada suhu rendah/suhu dingin.
3. Bahan bumbu, seperti cabai, bawang dan bumbu dapur lainnya simpan dengan
dibungkus dengan kertas. Cara ini akan lebih tahan lama bahkan bisa bertahan sampai
berminggu-minggu dibanding disimpan dalam kantong plastik. Anda bisa juga
menyimpannya dalam freezer.
16
DAFTAR PUSTAKA
Anonim. 2011. Penyimpanan Sayur segar, http://www.warintek.ristek.go.id /pangan_kesehatan/pangan/ipb/Pengawetan%20buah%20segar.pdf [20 Maret 2011]
Anonim. 2011. Karbit. http://id.wikipedia.org/wiki/Karbit [20 Maret 2011[]
Ayimada. 2008. Penyimpanan Sayur. http://ayimada006084.files.wordpress.com /2008/11/pemasakan-buah3.doc [21 Maret 2011]
Destian R. 2010. Pemantangan pada Sayur. http://redydestian .wordpress.com/2010/08/11/pematangan-pada-buah-buahan/ [17 Maret 2011]
Fantastico. 1986. Fisiologi Pasca Panen. Yogyakarta : Gajah Mada University Press.
Kamarani. 1986. Fisiologi Pasca Panen. Yogyakarta : Gadjah Mada University Press.
Kusumo S. 1990. Zat Pengatur Tumbuhan Tanaman. Jakarta : Yasaguna.
Tranggono. 1990. Biokimia dan Teknologi Pasca Panen. Yogyakarta : Gadjah Mada University Press.
17