invaginasi

18
PENGERTIAN Invaginasi atau intususepsi adalah masuknya bagian usus ke dalam perbatasan atau bagian yang lebih distal dari usus (umumnya, invaginasi ileum masuk ke dalam kolon desendens). (Nettina, 2002) Suatu invaginasi atau intususepsi terjadi bila sebagian saluran cerna terdorong sedemikian rupa sehingga sebagian darinya akan menutupi sebagian lainnya hingga seluruhnya mengecil atau memendek ke dalam suatu segmen yang terletak di sebelah kaudal. (Nelson, 1999). ETOLOGI Penyebab dari invaginasi belum diketahui secara pasti. Tapi banyak yang menyebutkan terkait dengan hal berikut ini: 1. Pembesaran limfoid usus ( peyer patches ), akibat peningkatan paparan terhadap antigen baru. 2. Cacat lahir. 3. Massa yang keras dari isi usus ( mekonium ). 4. Usus yang melintir ( volvulus ). 5. Divertikel kelenjar Meckel ( suatu duktus yang timbul dari ileum yang menutup pada ujung tali pusat tetapi tetap terbuka pada ujung usus ). 6. Infeksi saluran napas atas, karena umumnya intususepsi terjadi pada musim dingin atau hujan ketika banyak

Upload: ibhnu-suriya-shaputhra

Post on 29-Jan-2016

214 views

Category:

Documents


0 download

DESCRIPTION

In Vaginas i

TRANSCRIPT

Page 1: InVaginasi

  PENGERTIAN

Invaginasi atau intususepsi adalah masuknya bagian usus ke dalam perbatasan atau

bagian yang lebih distal dari usus (umumnya, invaginasi ileum masuk ke dalam kolon

desendens). (Nettina, 2002)

Suatu invaginasi atau intususepsi terjadi bila sebagian saluran cerna terdorong

sedemikian rupa sehingga sebagian darinya akan menutupi sebagian lainnya hingga

seluruhnya mengecil atau memendek ke dalam suatu segmen yang terletak di sebelah

kaudal. (Nelson, 1999).

ETOLOGI

Penyebab dari invaginasi belum diketahui secara pasti. Tapi banyak yang

menyebutkan terkait dengan hal berikut ini:

1. Pembesaran limfoid usus ( peyer patches ), akibat peningkatan paparan terhadap

antigen baru.

2. Cacat lahir.

3. Massa yang keras dari isi usus ( mekonium ).

4. Usus yang melintir ( volvulus ).

5. Divertikel kelenjar Meckel ( suatu duktus yang timbul dari ileum yang menutup

pada ujung tali pusat tetapi tetap terbuka pada ujung usus ).

6. Infeksi saluran napas atas, karena umumnya intususepsi terjadi pada musim dingin

atau hujan ketika banyak terjadi infeksi saluran napas atas.

7. Infeksi saluran cerna ( diare ), karena pada pemeriksaan tinja dan kelenjar limfa

mesenterium, terdapat adenovirus bersama-sama invaginasi.

8. Pada umur 2 tahun ke atas, biasanya disebabkan polip usus, hemangioma dan

limfosarkoma.

Pada orang dewasa, penyumbatan usus dua belas jari mungkin disebabkan oleh :

1. Kanker pankreas.

2. Jaringan parut karena ulkus, pembedahan terdahulu atau penyakit Crohn.

3. Perlekatan, dimana pita fibrosis dari jaringan ikat menjepit usus.

4. Penonjolan bagian usus melalui lubang yang abnormal ( hernia ), dan usus menjadi

Page 2: InVaginasi

terjepit di dalamnya.

5. Batu empedu.

6. Massa makanan yang tidak tercena.

7. Sekumpulan cacing.

Pada usus besar, penyebab penyumbatannya adalah :

1. Kanker.

2. Usus yang melintir.

3. Tinja yang keras.

KLASIFIKASI

Bagian usus yang masuk disebut intussusceptum dan bagian yang menerima intussusceptum dinamakan intussuscipiens. Pemberian nama invaginasi tergantung hubungan antara intussusceptum dan intussuscipiens, klasifikasinya adalah1. Ileocaecal : ileum berinvaginasi ke dalam kolon asenden pada katup ileocaecal.2. Ileo-colic : ileum berinvaginasi ke dalam kolon.3. colo-colic : kolon berinvaginasi ke dalam kolon.4. ileo-ileo : usus kecil berinvaginasi ke dalam usus kecil.Kombinasi lain dapat terjadi seperti ileo-ileocolica dan appendical-colica. Kasus yang paling banyak ditemukan adalah ileo-colica (75%).

MANIVESTASI KLINIS

Gejala yang dapat timbul adalah1. Nyeri kolik hebat yang timbul mendadak, hilang timbul, serangan tiap 15-30 menit dan lamanya 1-2 menit.2. Anak merasa tersiksa, gelisah dan menangis keras.3. Anak menjadi rewel, letargi intermiten atau progresif.4. Dehidrasi, nyeri tekan dan distensi abdomen ( penyakit lanjut ).5. Kembung, perut berbentuk scaphoid.6. Muntah, kadang ada cairan empedu.7. Pucat, lemas, berkeringat dan lesu.8. Nadi lemah dan cepat.9. Pernafasan dangkal dan cepat.10. Kentut jarang atau tidak ada.11. Diare, karena penyumbatan sebagian ( sedikit ).12. Sembelit, karena penyumbatan total.13. Palpasi abdomen teraba massa berbentuk sosis.14. Anoreksia, penurunan berat badan ( bila lebih lanjut ).

Page 3: InVaginasi

15. Demam, terutama bila usus mengalami perforasi.16. Bila defekasi bercampur darah dan lendir ( curant jelly stool ).17. Kemudian berangsur-angsur defekasi bercampur jaringan nekrosis ( terry stool ).

Page 4: InVaginasi

PEMERIKSAAN PENUNJANG

1.       Foto polos abdomen memperlihatkan kepadatan seperti suatu massa di tempat

intususepsi.

2.       Foto setelah pemberian enema barium memperlihatkan gagguan pengisisan atau

pembentukan cekungan pada ujung barium ketika bergerak maju dan dihalangi oleh

intususepsi tersebut.

3.       Plat datar dari abdomen menunjukkan pola yang bertingkat (invaginasi tampak

seperti anak tangga).

4.       Barium enema di bawah fluoroskopi menunjukkan tampilan coiled spring pada

usus.

5.  Ultrasonogram dapat dilakukan untuk melokalisir area usus yang masuk.

PENATALAKSAAN

1.      Penurunan dari intususepsi dapat dilakukan dengan suntikan salin, udara atau

barium ke dalam kolon. Metode ini tidak sering dikerjakan selama terdapat suatu

resiko perforasi, walaupun demikian kecil, dan tidak terdapat jaminan dari penurunan

yang berhasil.

2.      Reduksi bedah :

a.    Perawatan prabedah:

1)      Rutin

2)      Tuba naso gastrik

3)      Koreksi dehidrasi (jika ada)

b.      Reduksi intususepsi dengan penglihatan langsung, menjaga usus hangat dengan

salin hangat. Ini juga membantu penurunan edema.

c.       Plasma intravena harus dapat diperoleh pada kasus kolaps.

d.      Jika intususepsi tidak dapat direduksi, maka diperlukan reseksi dan anastomosis

primer.

3.      Penatalaksanaan pasca bedah:

a.       Rutin

b.      Perawatan inkubator untuk bayi yang kecil

Page 5: InVaginasi

c.       Pemberian oksigen

d.      Dilanjutkannya cairan intravena

e.       Antibiotika

f.       Jika dilanjutkannya suatu ileostomi, drainase penyedotan dikenakan pada tuba

ileostomi hingga kelanjutan dari lambung dipulihkan.

g.      Observasi fungsi vital

KOMPLIKASI

Bila intususepsi tidak segera ditangani, maka dapat terjadi komplikasi seperti :

1. Perforasi usus

Apabila kondisi usus semakin memburuk dari obstruksi usus sampai nekrosis jaringan

segmen usus. Awalnya aliran darah yang melewati usus mengalmi penurunan sehingga

menyebabkan adanya pembengkakan dan peradangan. Pembengkakan dapat

menyebabkan perforasi.

2. Syok

Sebagai akibat dari kemajuan penyakit dengan gejala yang meliputi kelesuan, denyut

jantung cepat, denyut nadi lemah, tekanan darah rendah, dan nafas cepat.

PENGKAJIAN

lakukan pengkajian fisik secara rutin

a.    Dapatkan riwayat kesehatan dengan cermat, terutama deskripsi keluarga tentang

gejala

b.    Observasi pola defekasi dan perilaku praoperasi dan pasca operasi

c.    Observasi perilaku anak

d.    Observasi adanya manifestai intususepsi:

-       Nyeri abdomen akut tiba-tiba

·         Anak berteriak dan menarik lutut ke dada

·         Anak tampak normal dan nyaman selama interval di antara episode nyeri

-       Muntah

-       Letargi

Page 6: InVaginasi

-       Keluarnya feses seperti jeli merah ( feses bercampur darah dan mucus )

-       Abdomen lunak ( pada awal penyakit )

-       Nyeri tekan dan distensi abdomen ( penyakit lanjut )

-       Massa berbentuk sosis yang dapat diraba dikuadran kanan atas

-       Kuadran kanan bawah kosong ( tanda dance )

-       Demam, prostasi dan tanda-tanda lain peritonitis

e.    Observasi adanya manifestasi intususepsi yang lebih kronis:

-       Diare

-       Anoreksia

-       penurunan berat badan

-       muntah (kadang-kadang )

-       nyeri periodic

-       nyeri tanpa gejala lain ( pada anak yang lebih besar )

DIANGNOSA

Pre operasi

1.      Nyeri akut berhubungan dengan proses penyakit.

2.      Gangguan pola tidur berhubungan dengan nyeri.

3.      Hipertermia berhubungan dengan proses inflamasi

4.      Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan

tidak mampu dalam  memasukkan, mencerna, mengabsorbsi makanan karena faktor

biologi.

5.      Kerusakan mobilitas fisik berhubungan dengan nyeri.

6.      Resiko konstipasi berhubungan dengan obstruksi usus.

7.      Resiko kekurangan volume cairan berhubungan dengan kelainan absorbsi

cairan.

8.      Keterlambatan tumbuh kembang berhubungan dengan malnutrisi.

9.      Resiko kerusakan integritas kulit berhubungan dengan ekskresi berlebih.

10.  Konflik pengambilan keputusan berhubungan dengan kurang informasi yang

relevan.

Page 7: InVaginasi

Post operasi

1.      Nyeri akut berhubungan dengan prosedur invasif.

2.      Resiko infeksi berhubungan dengan luka post operasi.

3.      Koping tidak efektif berhubungan dengan tingkat kontrol persepsi tidak

adekuat, krisis situasional.

4.      Kurang pengetahuan berhubungan dengan tidak familiar dengan sumber

informasi.

5.      Cemas berhubungan dengan krisis situasional, nyeri.

INTERVENSI

Post operasi

No

.

Diagnosa tujuan perencanaan

1. Gangguan

rasa nyaman

nyeri b.d

proses

penyakit.

Setelah dilakukan tindakan asuhan kepeawatan selama 3 x 24 jam, Pasien diharapkan tidak mengalami nyeri, antara lain penurunan nyeri pada tingkat yang dapat diterima anak.Kriteria hasil :

a.      Anak tidak menunjukkan tanda-tanda nyeri

b.      Nyeri menurun sampai tingkat yang dapat diterima anak.Skala :

1.      Ekstream.2.      Berat.

Menejemen nyeria.       Berikan pereda nyeri dengan

manipulasi lingkungan (missal ruangan tenang, batasi pengunjung).

b.      Berikan analgesia sesuai ketentuan.

c.       Cegah adanya gerakan yang mengejutkan seperti membentur tempat tidur.

d.      Cegah peningkatan TIKe.       Kompreskan air hangat pada

dahi

Page 8: InVaginasi

3.      Sedang.4.      Ringan.5.      Tidak Ada.

2. Gangguan

pola tidur b.d

nyeri

Setelah dilakukan tindakan asuhan kepeawatan selama 3 x 24 jam, Pasien diharapkan Kebutuhan tidur pasien adekuat (10 jam / hari).Kriteria hasil :

a.       Jam tidurb.      Pola tidurc.       Kualitas tidurd.      Tidur tidak

terganggue.       Kebiasaan tidur

Sleep Enhancement1.      Kaji pola tidur pasien.2.      Kaji pengaruh tindakan

pengobatan terhadap pola tidur.

3.      Seiakan barang-barang milik pasien yang dapat mendukung pasien untuk tidur (guling, boneka, dll).

4.      Ajarkan teknik relaksasi.5.      Ciptakan lingkungan yang

nyaman.

3. Gangguan

peningkatan

suhutubuh

berhubungan

dengan proses

inflamasi

ThermoregulationSetelah dilakukan tindakan asuhan kepeawatan selama 3 x 24 jam, Pasien diharapkan tidak mengalami menunjukkan peningkatkan suhu badan secara berlebihan.Suhu badan pasien normal 36-37ºC.Kriteria hasil :

a.       Suhu tubuh dalam rentang normal

b.      Nadi dan RR dalam rentang normal

c.       Tidak ada perubahan

Temperature regulation1.      Monitor suhu minimal tiap 2

jam sekali.2.      Monitor TD, N, RR.3.      Monitor warna dan suhu

kulit.4.      Tingkatkan intake cairan dan

nutrisi.5.      Ajarkan pada pasien cara

untuk mencegah keletihan akibat panas.

Page 9: InVaginasi

warna kulit dan tidak ada pusing, merasa nyaman.

4. Gangguan mobilitas fisik berhubungan dengan nyeri

Mobility levelSetelah dilakukan tindakan asuhan kepeawatan selama 3 x 24 jam, Pasien diharapkan dapat melakukan mobilitas.Kriteria hasil :

a.       Klien meningkat dalam aktivitas fisik

b.      Mengerti tujuan dari peningkatan mobilitas.

c.       Menverbalisasikan perasaan dalam meningkatkan kekuatan dan kemampuan berpindah.

d.      Memperagakan penggunaan alat bantu untuk mobilisasi

e.       Pergerakan tulangf.       Keseimbangan posisi

tubuhSkala :

1.      dibantu total2.      memerlukan bantuan

orang lain dan alat3.      memerlukan bantuan

orang lain4.      dapat melakukan

Perubahan Posisia.       Pantau ketepatan pemasangan

traksib.      Letakkan matras / tempat

tidur terapeutik dengan benarc.       Atur posisi pasien dengan

postur tubuh yang benard.      Letakkan pada posisi

terapeutik ( misal ; hindari penempatan puntung amputasi pada posisi fleksi, tinggikan baian tubh yang terkena, jika diperlukan, imobilisasi / sangga bagi tubuh yang terkena).

e.       Dukung latihan ROM aktif.

Page 10: InVaginasi

sendiri dengan bantuan

5.      mandiri

Post operasi

No

.

diagnosa Tujuan Perencanaan

1. Nyeri

berhubungan

dengan

prosedur

invasif.

Tingkat NyeriSetelah dilakukan tindakan asuhan kepeawatan selama 3 x 24 jam, Pasien diharapkan tidak mengalami nyeri, antara lain penurunan nyeri pada tingkat yang dapat diterima anakKriteria hasil :

a.       Anak tidak menunjukkan tanda-tanda nyeri

b.      Nyeri menurun sampai tingkat yang dapat diterima anak Skala :

1.      Ekstream2.      Berat3.      Sedang4.      Ringan5.      Tidak Ada

Menejemen Nyeri1.       Kaji nyeri secara

komprehensif (lokasi, durasi, frekuensi, intensitas nyeri).

2.       Berikan pereda nyeri dengan manipulasi lingkungan (missal ruangan tenang, batasi pengunkung).

3.       Berikan analgesia sesuai ketentuan

4.       Cegah adanya gerakan yang mengejutkan seperti membentur tempat tidur

5.       Ajarkan teknik relaksasi

Page 11: InVaginasi

2. Resiko infeksi berhubungan dengan luka post operasi

Knowledge: infection controlSetelah dilakukan tindakan asuhan kepeawatan selama 3 x 24 jam, Pasien diharapkan infeksi tidak terjadi (terkontrol). Kriteria hasil:

a.        Klien bebas dari tanda dan gejala infeksi

b.        Menunjukkan kemampuan untuk mencegah timbulnya infeksi

c.        Jumlah leukosit dalam batas normal

d.       Menunjukkan perilaku hidup sehatSkala :

        Tidak pernah menunjukkan

        Jarang menunjukkan

        Kadang menunjukkan

        Sering menunjukkan

        Selalu menunjukkan

Infection control1.      Pertahankan teknik isolasi2.      Batasi pengunjung bila perlu3.      Cuci tangan setiap sebelum

dan sesudah tindakan keperawatan

4.      Bersihkan lingkungan setelah dipakai pasien lain

5.      Tingkatkan intake nutrisi

3. cemas b.d krisis situasional, nyeri.

Kontrol CemasSetelah dilakukan tindakan keperawatan diharapkan

 Enhancement Family Coping        Sediakan informasi yang

sesungguhnya meliputi diagnosis, treatmen dan prognosis.

Page 12: InVaginasi

kecemasan hilang atau berkurang.Kriteria hasil :

a.        Monitor intensitas kecemasan

b.       Rencanakan strategi koping untuk mengurangi stress

c.        Gunakan teknik relaksasi untuk mengurangi kecemasan

d.       Kondisikan lingkungan nyamanSkala :

       Tidak pernah dilakukan

       Jarang dilakukan       Kadang-kadang

dilakukan       Sering dilakukan       Selalu dilakukan.

        Tetap damping pasien dan keluarga untuk menjaga keselamatan pasien dan mengurangi ansietasKeluarga

        Instruksikan kepada keluarga untuk melakukan ternik relaksasi

       Bantu keluarga mengidentifikasi situasi yang menimbulkan ansieta

DAFTAR PUSTAKA

Ngastiyah.1997.Perawatan Anak Sakit.Jakarta:EGC.

Richard E, Behrman, dkk..1996.Ilmu Kesehatan Anak Nelson Volume 2.Jakarta:EGC.

Sacharin, Rosa.1996.Prinsip Keperawatan Pediatrik.Jakarta:EGC.

Wilkinson, Judith.2000.Buku Saku Diagnosis Keperawatan dengan Intervensi NIC dan Kriteria

hasil NOC Edisi 7.Jakarta:EGC.

Wong, Donna L.2003.Asuhan Keperawatan Pedoman Klinis Keperaatan

Pediatrik.Jakarta:EGC.

Page 13: InVaginasi