referat invaginasi

29
BAB I PENDAHULUAN Invaginasi atau intususepsi yang merupakan keadaan masuknya suatu bagi usus ke bagian usus lainnya merupakan suatu keadaan gawat darurat yang jika tidak ditangani dengan segera dapat mengakibatkan mortalitas. Dari penelitian didapatkan jumlah mortalitas pada pasien yang mendapat penanganan 10 jam setelah gejala timbul adalah sebanyak 10%, sedangkan penanganan yang dilakukan 72 jam setelah gejala timbul dapat menyebabkan mortalitas sebanyak 60 %. 3 Adapun invaginasi itu sendiri dapat terjadi baik di usus besar, usus halus, maupun keduanya, dan yang paling sering terjadi adalah masuknya ileum terminal ke dalam sekum. Paling banyak diderita oleh anak dibawah 2 tahun dengan gejala berupa nyeri kolik hebat dengan kram, serta keluarnya darah disertai lendir dari anus. Karena termasuk dalam kegawatdaruratan medis, maka perlu dilakukan penanganan secara cepat yang dimulain dengan perbaiki keadaan umum serta hidrasi pasien. Penanganan selanjutnya yang dapat digunakan sekaligus untuk diagnostic invaginasi ini adalah dengan melakukan pemeriksaan barium enema, dengan tujuan tekanan hidrostatik barium dapat mendorong usus yang terjepit, sehingga dapat kembali seperti semula. 1

Upload: 11001122

Post on 25-Jul-2015

674 views

Category:

Documents


4 download

TRANSCRIPT

Page 1: Referat invaginasi

BAB I

PENDAHULUAN

Invaginasi atau intususepsi yang merupakan keadaan masuknya suatu bagi usus ke bagian

usus lainnya merupakan suatu keadaan gawat darurat yang jika tidak ditangani dengan

segera dapat mengakibatkan mortalitas. Dari penelitian didapatkan jumlah mortalitas pada

pasien yang mendapat penanganan 10 jam setelah gejala timbul adalah sebanyak 10%,

sedangkan penanganan yang dilakukan 72 jam setelah gejala timbul dapat menyebabkan

mortalitas sebanyak 60 %.3

Adapun invaginasi itu sendiri dapat terjadi baik di usus besar, usus halus, maupun

keduanya, dan yang paling sering terjadi adalah masuknya ileum terminal ke dalam sekum.

Paling banyak diderita oleh anak dibawah 2 tahun dengan gejala berupa nyeri kolik hebat

dengan kram, serta keluarnya darah disertai lendir dari anus.

Karena termasuk dalam kegawatdaruratan medis, maka perlu dilakukan penanganan secara

cepat yang dimulain dengan perbaiki keadaan umum serta hidrasi pasien. Penanganan

selanjutnya yang dapat digunakan sekaligus untuk diagnostic invaginasi ini adalah dengan

melakukan pemeriksaan barium enema, dengan tujuan tekanan hidrostatik barium dapat

mendorong usus yang terjepit, sehingga dapat kembali seperti semula.

Pada kesempatan kali ini akan dibahas lebih jauh mengenai invaginasi termasuk di

dalamnya baik penyebab, gejala klinis, ataupun tindakan-tindakan yang harus dilakukan

secara cepat agar penanganan dapat lebih efisien.

1

Page 2: Referat invaginasi

BAB IIPEMBAHASAN

2.1. Anatomi

2.1.1. Usus Halus

Secara anatomi usus halus dibagi menjadi tiga bagian yaitu duodenum,

jejenum, dan ileum. Panjang duodenum kira-kira 20 cm, jejenum 100-110 cm,

sedangkan ileum 150-160 cm. Jejunoileum memanjang dari ligamentum Treitz ke

katup ileosekal. Jejenum lebih besar dan lebih tebal jika dibandingkan dengan ileum,

dan hanya memiliki satu atau dua arcade valvular dibandingkan empat sampai lima

pada ileum.

Usus kecil digantung oleh mesenterium yang membawa pasokan vascular dan

limfatik. Mesenterium berjalan secara oblik dari kiri L2 ke kanan dari sendi S1 dan

bersifat sangat mobile. Pasokan darah ke jejunum dan ileum melalui arteri

mesenterika superior, yang juga melanjutkan pasokan sampai kolon transversal

proksimal. Arcade vaskular dalam mesenterium menyediakan pasokan kolateral.

Drainase vena sejajar dengan pasokan arteri, membawa ke vena mesenterika superior,

bergabung dengan vena splenika di belakang pancreas untuk membentuk vena porta.

Drainase limfatik dari dinding usus melalui nodus mesenterikus ke nodus

mesenterikus superior ke dalam sisterna kili dan akhirnya ke duktus torasikus. Lipatan

mukosa membentuk plica plika sirkularis transversal sirkumferensial. Persarafannya

adalah parasimpatis dan mempengaruhi sekresi serta motilitas . Simpatik berasal dari

nervus splanikus melalui pleksus seliaka, mempengaruhi sekresi dan motalitas usus

serta vascular dan membawa aferen rasa nyeri.1

Gambar 1. Anatomi usus halus

2

Page 3: Referat invaginasi

Dinding usus halus di bagi dalam 4 lapisan :

1. Tunica Serosa.

Terdiri dari jaringan ikat longgar yang dilapisi oleh mesotel.

2. Tunica Muscularis.

Dua selubung otot polos tidak bergaris membentuk tunica muskularis usus

halus. Lapisan ini paling tebal di dalam duodenum dan berkurang dalamnya

kearah distal. Lapisan luarnya stratum longitudinale dan lapisan dalamnya

stratum sirkulare. Plexus myentericus (Auerbach) dan saluran limfe terletak

di antara kedua lapisan otot ini.

3. Tunica Submukosa.

Tunica Submukosa terdiri dari jaringan ikat longgar yang terletak diantara

tunika muskularis dan lapisan tipis lamina muskularis mukosa, yang terletak

dibawah mukosa. Dalam ruang ini berjalan jalinan pembuluh darah halus dan

pembuluh limfe. Juga ditemukan neuroplexus Meissner.

4. Tunica Mukosa.

Tunica mukosa usus halus, kecuali pars superior duodenum tersusun dalam

lipatan sirkuler tumpang tindih yang berinterdigitasi secara transversa.

Masing- masing lipatan ini ditutup dengan tonjolan vili.

Lipatan dan vili lebih banyak di dalam jejunum dibandingkan di dalam

ileum, sehingga jejunum bertanggung jawab lebih besar dalam absorbsi.

Ada dua area dalam tingkatan submukosa dan bagian spesifik usus halus :

1. Plaque peyer

Plaque peyer terutama berada di dalam ileum dan lebih banyak ke distal. Ia

terdiri dari agregasi lymphaticus yang dikelilingi oleh plexus lymphaticus di

atas permukaan mesenterica usus.

2. Glandula Brunner

Glandula Brunner ada hampir seluruhnya di dalam duodenum, tetapi di dalam

jejunum proximal juga terdapat di proximal dan menurun dengan penuaan.

2.1.2. Usus Besar

Usus besar terdiri dari sekum, kolon dan rectum, panjangnya sekitar 1,5

3

Page 4: Referat invaginasi

meter, terbentang dari ileum terminalis sampai anus. Diameter terbesarnya pada saat

kosong ±6,5 cm dalam sekum, dan berkurang menjadi ± 2,5 cm dalam sigmoid. Pada

sekum terdapat katup ileosekal dan apendiks yang melekat pada ujung sekum. Katup

ileosekal mengendalikan aliran kimus dari ileum ke dalam sekum dan mencegah

terjadinya aliran balik bahan fekal dari usus besar ke usus halus.

Kolon dibagi lagi menjadi kolon ascenden, tranversum, descenden dan

sigmoid. Tempat kolon membentuk kelokan tajam pada abdomen kanan disebut

fleksura hepatica dan kiri disebut fleksura lienalis.

Gambar 2. Anatomi usus besar

Dinding kolon terdiri dari 4 lapisan, yaitu:

1. Tunica Serosa

Membentuk apendises epiploica, yaitu kantong-kantong kecil yang berisi

lemak dan menonjol dari serosa, kecuali pada rectum.

2. Tunica Muscularis

Terdiri atas stratum longitudinal di sebelah luar dan stratum circular di

sebelah dalam. Stratum circular membentuk m.Sphincter ani internus

sedangkan stratum longitudinale membentuk 3 pita yang disebut taenia coli,

yang lebih pendek dari kolon itu sendiri sehingga membentuk kolon berlipat-

lipat seperti kantong (haustrae).

3. Tunica Submucosa

Dibentuk oleh jaringan penyambung longgar yang berisi pembuluh darah dan

kelenjar getah bening.

4

Page 5: Referat invaginasi

4. Tunica Mukosa

Licin karena tidak mempunyai vili, permukaan dalamnya mempunyai lipatan-

lipatan berbentuk bulan sabit karena tidak mencapai seluruh lingkaran lumen

dan dinamakan plicae semilunares.

Usus besar secara klinis dibagi menjadi belahan kiri dan kanan berdasarkan

suplai darah yang diterimanya. Arteri mesenterika superior memperdarahi belahan

kanan yaitu sekum, kolon ascenden dan duapertiga proximal kolon transversum.

Sedang arteri mesenterika inferior memperdarahi sepertiga kolon transversum,

kolon descenden, sigmoid dan bagian proximal rectum. Arteri mesenterika superior

akan bercabang ke a. ileokolika, a. kolika dextra, sedangkan arteri mesenterika

inferior akan bercabang ke a. kolika sinistra, a. sigmoid, a. hemoroidalis superior.

Aliran balik vena dari kolon berjalan parallel dengan arterinya. V.mesenterika

superior untuk kolon ascenden dan transversum. Sedang v.mesenterika inferior untuk

kolon descenden, sigmoid dan rectum.

Rektum disuplai oleh a. hemoroidalis superior (cabang dari a.mesenterika

inferior) dan a.hemoroidalis inferior (cabang dari a.pudenda interna). Sedang aliran

venanya yaitu v.hemoroidalis superior dan inferior.

Gambar 3. Perdarahan usus

Aliran limfe pada rectum yaitu, inguinal, kelenjar iliaka interna, kelenjar para

kolik, kelenjar di mesenterium, dan kel.para aorta.

Usus besar diperarafi oleh sistem otonom kecuali sfingter externa diatur

5

Page 6: Referat invaginasi

secara volunter. Kolon dipersarafi oleh system parasimpatis yang berasal dari

n.splannikus dan pleksus presakralis serta serabut yang berasal dari n.vagus.

Sedangkan rectum dipersarafi oleh serabut simpatis yang berasal dari plexus

mesenterikus inferior dan dari system parasakral yang terbentuk dari ganglion

simpatis L 2-4 serta serabut simpatis yang berasal dari S 2-4.

2.2. Invaginasi

2.2.1. Definisi

Invaginasi atau yang juga dikenal sebagai intususepsi adalah suatu keadaan

gawat darurat akut dimana segmen usus masuk ke dalam segmen lainnya sehingga

dapat menyebabkan obstruksi yang disusul dengan strangulasi usus. Umumnya bagian

usus yang proksimal masuk ke bagian distal.5

Bagian segmen usus yang masuk ke bagian distal disebut intususeptum,

sedangkan bagian usus yang membungkus intususeptum disebut intususipien.

Gambar 4. Invaginasi

2.2.2. Insidens

Insidens penyakit ini tidak diketahui secara pasti, namun kelainan ini

umumnya ditemukan pada anak-anak di bawah 1 tahun dan frekuensinya menurun

6

Page 7: Referat invaginasi

dengan bertambahnya usia. Umumnya invaginasi ditemukan lebih sering pada anak

laki – laki, dengan perbandingan laki – laki dan perempuan tiga banding dua.

Insidens pada bulan Maret – Juni dan bulan September – Oktober meninggi.

Hal tersebut mungkin berhubungan dengan perubahan musim dimana pada saat

tersebut insidens infeksi saluran nafas dan gastroenteritis meninggi, sehingga banyak

ahli yang menganggap bahwa hypermotilitas usus merupakan salah satu faktor

penyebab.

2.2.3. Etiologi

Sebagian besar invaginasi belum diketahui penyebabnya, namun berdasarkan

fakta-fakta yang dikumpulkan diperkirakan penyebab invaginasi adalah:

1. Adanya penebalan Plaque Peyer akibat suatu proses dari infeksi virus pada

usus.

Adenovirus ditemukan dari limfonodi mesenterika pada pembedahan dan juga

dari biakan permukaan dengan presentase yang lebih tinggi pada anak dengan

invaginasi daripada control. Invaginasi pada anak biasanya disebut idiopatik,

dimana disebabkan oleh penebalan plaque Peyeri yaitu suatu jaringan limfoid

di dinding ileum bagian distal, yang dapat merangsang peristaltic usus

sebagai upaya untuk mengeluarkan massa tersebut sehingga menyebabkan

invaginasi.

2. Adanya perubahan flora usus sehingga timbul peristaltic yang meniggi.

Perubahan flora biasa terjadi pada usia 6-9 bulan sehubungan dengan

perubahan pola makan pada bayi. Pada saat ini peristaltic anak akan meningkat

dan dapat menyebabkan terjadinya invaginasi.

3. Gerakan peristaltic yang berlebihan seperti pada polip usus, divertikel Meckel,

limfoma, hemangioma, leiomioma, leiosarkoma, dan mesenteric hematom

merupakan pencetus pada anak di atas usia 2 tahun atau orang dewasa.

Sekali usus bagian proximal masuk ke bagian usus distal, oleh adanya

peristaltic, maka bagian usus proximal ini akan tetap ada dan bahkan lebih jauh

masuk dalam usus bagian distal.

7

Page 8: Referat invaginasi

2.2.4. Patofisiologi

Terdapat berbagai variasi etiologi yang mengakibatkan terjadinya

invaginasi pada orang dewasa yang pada intinya adalah gangguan motilitas usus yang

terdiri dari dua komponen yaitu satu bagian usus yang bergerak bebas dan satu bagian

usus lainya yang terfiksir atau kurang bebas dibandingkan bagian lainnya. Karena

peristaltik bergerak dari oral ke anal, sehingga bagian yang masuk kelumen usus

adalah yang arah oral atau proksimal. Namun, pada keadaan khusus seperti pada

pasien pasca gastrojejunostomi dapat terjadi sebaliknya atau yang disebut retrograd

intususepsi. Keadaan lain yang sering menyebabkan invaginasi adalah karena suatu

disritmik peristaltik usus. Akibat adanya segmen usus yang masuk ke segmen usus

lainnya dinding usus akan terjepit sehingga aliran darah menurun dan keadaan akhir

adalah akan menyebabkan nekrosis dinding usus.

Perubahan patologik yang diakibatkan intususepsi terutama mengenai

intususeptum. Perubahan pada intususeptum ditimbulkan oleh penekanan bagian ini

oleh karena kontraksi dari intususepien, dan juga karena terganggunya aliran darah

sebagai akibat penekanan dan tertariknya mesenterium. Edema dan pembengkakan

dapat terjadi sedemikian besarnya sehingga menghambat reduksi. Adanya bendungan

menimbulkan perembesan lendir dan darah ke dalam lumen yang biasa disebut ‘red

currant jelly’, selain itu dapat juga terjadi ulserasi pada dinding usus. Sebagai akibat

strangulasi tidak jarang terjadi gangren yang dapat berakibat lepasnya bagian yang

mengalami prolaps. Pembengkakan dari intisuseptum umumnya menutup lumen usus.

Akan tetapi tidak jarang pula lumen tetap patent, sehingga obstruksi komplit kadang-

kadang tidak terjadi pada intususepsi. Proses strangulasi tersirat oleh adanya rasa sakit &

perdarahan per rectal. Serangan sakit mula-mula hilang timbul namun kemudian

menetap, gelisah sewaktu serangan dan sering disertai rangsangan muntah.

Puncak invaginasi dapat berjalan sampai ke kolon tranversum, desenden,

sigmoid, bahkan sampai melewati anus. Tanda ini harus dibedakan dari prolaps

rectum. Proses obstruksi usus sebenarnya sudah dimulai sejak invaginasi terjadi,

tetapi penampilan klinik obstruksi memerlukan waktu. Umumnya setelah 10-12 jam

sampai menjelang 24 jam gejala.

8

Page 9: Referat invaginasi

2.2.5. Klasifikasi

Berdasarkan letaknya invaginasi dibagi menjadi:3

1. Enterica atau masuknya segmen usus halus yang satu ke usus halus lainnya.

2. Enterocolica dimana ileum masuk ke dalam kolon atau sekum

3. Colica dimana kolon masuk ke kolon

4. Prolapsus ani atau keluarnya rektum melalui anus

2.2.6. Gejala Klinis

Gejala yang timbul cenderung bersifat tiba-tiba, karena anak biasanya dalam

keadaan gizi yang baik, lalu secara tiba-tiba menangis kesakitan sehingga bayi akan

cenderung menarik lutut ke arah perut yang berlangsung beberapa menit. Serangan

nyeri tersebut kemudian berulang dengan jarak 10 sampai 20 menit. Serangan juga

diikuti dengan muntah, lalu diluar serangan penderita akan terlihat lemas dan tertidur,

namun terbangun kembali saat serangan datang.

Pada awalnya saat belum terjadi gangguan pasase usus secara total feses yang

terlihat masih dalam batas normal, namunsaat terjadi gangguan total feses mulai

bercampur darah segar dan lendir, yang lama kelamaan tinggal darah segar dan lendir.

Pada pemeriksaan abdomen yang biasa ditemukan adalah adanya suatu massa

berbentuk seperti sosis yang membentang dari daerah hipokondrium kanan dan

membentang sepanjang colon transversum yang dapat teraba saat pasien dalam

keadaan tenang. Pada kuadran kanan bawah biasanya terdapat daerah yang kosong

dan cekung yang biasa disebut ‘dance’s sign’, dan jika invaginasi terus berjalan

sampai melewati colon desendens dan sigmoid dapat teraba massa yang prolaps pada

daerah anus.

Pembuluh darah mesenterium yang terjepit mengakibatkan gangguan vonous

return dan mengakibatkan terjadinya kongesti. Akibat dari kongesti vena yang dapat

terlihat jelas adalah adanya peradarahan rektum. Jika cedera pada pembuluh darah

sudah besar perdarahan biasanya berwarna merah kehitaman dan disertai dengan

lendir yang biasa disebut sebagai “red currant jelly”. Perdarahan yang masih relatif

sedikit biasanya dapat ditemukan pada saat melakukan rectal touche.

9

Page 10: Referat invaginasi

Setelah terjadi sumbatan total terdapat tanda-tanda obstruksi seperti perut

kembung dengan gambaran peristaltik yang jelas, serta muntah yang berwarna

kehijauan. Dari pemeriksaan rectal touche didapatkan tonus sphincter yang

melemah, dan saat jari ditarik keluar terdapat darah yang bercampur dengan

lendir.4

2.2.7. Diagnosis

Diagnosis invaginasi ditegakkan berdasarkan anamnesa, pemeriksaan fisik, serta

pemeriksaan penunjang.

Terdapat gejala khas yang biasa disebut sebagai trias gejala, yaitu:5

1. Nyeri perut tiba-tiba, yang hilang timbul dengan periode serangan setiap 10

sampai 20 menit.

2. Teraba masa tumor di daerah hipokondrium kanan dan membentang sepanjang

colon transversum yang dapat teraba saat pasien dalam keadaan tenang.

3. Buang air besar bercampur darah dan lendir.

Namun ada pula yang mengganti terabanya massa dengan muntah yang berwarna

kehijauan, karena sulitnya meraba massa tumor saat penderita terlambat

memeriksakan diri.

2.2.8. Pemeriksaan Penunjang

2.2.8.1. Pemeriksaan Laboratorium

Pada pemeriksaan darah rutin ditemukan peningkatan jumlah lekosit atau

lekositosis > 10.000/mm3.

2.2.8.2. Pemeriksaan Radiologi

Ada beberapa pemeriksaan radiology yang dapat digunakan sebagai acuan diagnostik,

antara lain:

1. Foto polos abdomen

10

Page 11: Referat invaginasi

Pada foto polos abdomen didapatkan distribusi udara di dalam usus yang tidak

merata, usus cenderung terdesak ke kiri atas, dan dalam keadaan lanjut terlihat

gambaran obstruksi usus pada posisi tegak dan lateral dekubitus berupa

gambaran ‘air fluid level’, serta dapat terlihat ‘free air’ jika sudah terjadi

perforasi.

2. Barium enema

Barium enema selain dapat berfungsi sebagai alat diagnostic juga dapat

berfungsi sebagai terapi. Sebagai alat diagnostic barium enema berfungsi jika

gejala klinik yang terlihat sedikit meragukan. Dengan kontras gambaran yang

akan terlihat berupa gambaran ‘cupping’ atau ‘coiled spring appearance’.

Gambar 5. Gambaran cupping dan coiled spring appearance

3. Ultrasonografi (USG)

Tanda invaginasi yang dapat terlihat pada USG berupa target lesion atau bisa

juga disebut doughnut sign.

11

Page 12: Referat invaginasi

Gambar 6. Gambaran target lession atau doughnut sign

2.2.9. Penatalaksanaan

Invaginasi termasuk dalam kasus gawat darurat, sehinga diperlukan tindakan secara

cepat berupa:

1. Perbaiki keadaan umum pasien

2. Pemasangan sonde lambung untuk dekompresi & mencegah aspirasi.

3. Rehidrasi

4. Obat-obat penenang untuk penahan rasa sakit.

Setelah keadaan umum baik dilakukan tindakan pembedahan, bila jelas

telah tampak tanda-tanda obstruksi usus. Atau dilakukan tindakan reposisi bila

tidak terdapat kontraindikasi.

Dasar pengobatan pada invaginasi ialah reposisi usus yang masuk ke lumen

usus lainnya. Reposisi dapat dicapai dengan barium enema, reposisi

pneumostatik atau melalui pembedahan.

2.2.9.1. Reduksi Hidrostatik

Metode ini dengan cara memasukkan barium melalui anus menggunakan

kateter dengan tekanan tertentu dengan diikuti oleh X-ray. Mula-mula tampak

bayangan barium bergerak berbentuk cupping pada tempat invaginasi, dengan tekanan

12

Page 13: Referat invaginasi

hidrostatik sebesar ¾ sampai 1 meter air, barium didorong ke arah proksimal.

Tekanan hidrostatik tidak boleh melewati 1 meter air agar tidak terjadi perforasi

selain itu tidak boleh dilakukan penekanan manual di perut sewaktu dilakukan

reposisis hidrostatik.

Pengobatan dianggap berhasil bila barium sudah mencapai ileum terminalis,

serta pada saat itu, pasase usus kembali normal, norit yang diberikan akan keluar

melalui dubur. Seiring dengan pemeriksaan zat kontras kembali dapat terlihat coiled

spring appearance. Gambaran tersebut disebabkan oleh sisa-sisa barium pada haustra

sepanjang bekas tempat invaginasi

Pada saat sekarang ini barium enema yang digunakan untuk prosedur

diagnostic, kurang lebih 75% berhasil mereduksi invaginasi. Pemberian sedikit

sedative yang cukup sebelum prosedur enema sangat banyak membantu berhasilnya

reduksi hidrostatik ini.

Gambar 7. Therapi dengan menggunakan barium enema

Indikasi:

1. Tidak terdapat gejala & tanda rangsangan peritoneum

2. Tidak toksik juga tidak terdapat obstruksi tinggi

3. Tidak dehidrasi

4. Gejala invaginasi kurang dari 48 jam

13

Page 14: Referat invaginasi

Kontra indikasi:

1. Distensi abdomen yang berlebihan

2. Invaginasi rekuren

3. Gejala invaginasi lebih dari 48 jam

4. Peritonitis

5. Perforasi

Keuntungan reposisi hidrostatik

1. Kemungkinan terjadinya perforasi lebih sedikit

2. Lama perawatan lebih pendek, karena tidak bersifat traumatic

Kerugian reposisi hidrostatik itu sendiri adalah cukup banyaknya kasus

invagianasi berulang, karena tidak dilakukan reseksi.

2.2.9.2. Reduksi Manual dan Reseksi Usus

Indikasi reduksi manual adalah pada pasien dengan keadaan tidak stabil,

didapatkan peningkatan suhu serta angka lekosit, mengalami gejala berkepanjangan

atau ditemukan penyakit sudah lanjut yang ditandai dengan distensi abdomen, feces

berdarah, gangguan sistem usus yang berat sampai timbul shock atau peritonitis.

Pasien segera dipersiapkan untuk suatu operasi Laparotomi dengan incisi

transversal interspina Jika ditemukan kelainan telah mengalami nekrose, reduksi

tidak perlu dikerjakan dan reseksi segera dilakukan (Ellis, 1990).

Pelaksanaan operatif:

1. Pre-operatif

Penanganan intususepsi pada dewasa secara umum sama seperti

penangan pada kasus obstruksi usus lainnya yaitu perbaikan keadaan umum

seperti rehidrasi dan koreksi elektrolit bila sudah terjadi defisit elektrolit.

Pembedahan sudah dapat dilakukan kalau perfusi jaringan sudah

cukup yang dapat diukur secara klinis dari produksi urin, yaitu 0,5 - 1

ml/kgBB/jam melalui kateter. Kriteria lainnya adalah suhu tubuh kurang dari

38ºC, nadi kurang dari 120 kali per menit, pernapasan tidak lebih dari 40 kali/

menit, turgor kulit membaik, dan paling utama kesadaran yang baik. Biasanya

14

Page 15: Referat invaginasi

dengan pemberian cairan sejumlah 50% dari kebutuhan (untuk koreksi &

kebutuhan normal), perfusi jaringan sudah dapat dicapai.

Pembedahan dan anestesi yang dikerjakan pada waktu perfusi

jaringan tidak memadai akan menyebabkan tertimbunnya hasil-hasil

metabolisme yang seharusnya dikeluarkan dari tubuh, dan hal ini akan

mengakibatkan oksigenasi jaringan yang buruk, yang dapat berakibat

kerusakan sel yang irreversible, dan bila menyangkut organ vital akan

menyebabkan kematian.

2. Operatif

Sewaktu operasi awalnya akan dicoba reposisi manual dengan

mendorong invaginatum dari anal kearah sudut ileo-sekal, dorongan

dilakukan dengan hati- hati tanpa tarikan dari bagian proximal.

Gambar 8. Therapi dengan Reseksi manual

Reposisi dengan pembedahan dicapai melalui laparatomi. Setelah

dinding perut dibuka, tindakan selanjutnya tergantung pada temuan yang ada.

Reposisi dikerjakan secara manual diperas seperti memeras susu sapi yang

disebut milking, dikerjakan secara halus dan perlahan dengan sabar, dan

diselingi dengan istirahat beberapa waktu untuk memberi kesempatan agar

aliran darah balik yang mengurangi edema sehingga mempermudah usaha

milking selanjutnya. Jangan sekali-kali menarik bagian usus yang masuk ke

dalam usus lainnya, tetapi diperas dari pihak lainnya.

Jika terjadi kebocoran usus sebelum atau sesudah milking maka

15

Page 16: Referat invaginasi

dilanjutkan dengan reseksi usus. Batas reseksi pada umumnya adalah 10cm

dari tepi - tepi segmen usus yang terlibat, pendapat lainnya pada sisi

proksimal minimum 30 cm dari lesi, kemudian dilakukan anastosmose end to

end atau side to side.

Gambar 9. Anastomose end to end

Apabila terdapat kerusakan usus yang cukup luas, dan banyak bagian

dari usus itu yang harus diangkat. Maka pada kasus ini tidak dapat dilakukan

anastomosis end to end, harus colostomy supaya proses digestive tetap

berjalan.

Jika ditemukan penyebab yang menjadi factor pencetus seperti

divertikulum atau duplikasi maka perlu dilakukan reseksi.

3. Pasca Operasi

Hindari Dehidrasi

Pertahankan stabilitas elektrolit

Pengawasan akan inflamasi dan infeksi

Pemberian analgetika yang tidak menggangu motilitas usus

2.2.10. Diagnosa Banding

Ada beberapa penyakit yang perlu dibedakan dengan invaginasi, antara lain:2

1. Gastroenteritis

16

Page 17: Referat invaginasi

Anak dengan gastroenteritis cenderung sulit dibedakan dengan innvaginasi.

Perlu diperhatikan perubahan pola penyakit, karakter rasa sakit, karakteristik

muntah, dan jenis perdarahan untuk membedakannya

2. Enterocolitis

Pada enterocolitis terdapat feses yang bercampur darah disertai kram

abdomen, namun hal ini dapat dibedakan dari invaginasi karena sakit

cenderung lebih jarang, disertai diare, dan tetap adanya rasa sakit diantara

nyeri.

3. Diverticulum Meckel

Perbedaan invaginasi dan diverticulum Meckel terdapat pada rasa sakit yang

biasanya tidak dirasakan penderita diverticulum Meckel

4. Henoch-Schönlein purpura

Terkadang terdapat gejala perdarahan pada pasien Henoch-Schönlein purpura,

namun yang dapat membedakannya adalah ditemukannya purpura pada

penderita Henoch-Schönlein purpura

5. Prolapsus Recti

Perbedaan prolapsus recti dan invaginasi dapat diketahui dengan melakukan

colok dubur, dimana pada prolapsus recti didapati adanya hubungan antara

mukosa dan kulit perianal sedangkan pada invaginasi didapati adanya celah.

2.2.11. Prognosis

Invaginasi pada anak yang tidak diterapi selalu berakibat fatal, karena

kesempatan sembuh tergantung dari lamanya gejala sebelum dilakukan terapi. Angka

mortalitas meningkat khususnya setelah 48 jam setelah gejala muncul

Angka kekambuhan setelah terapi barium enema adalah sebesar 10 % dan

setelah reduksi manual sebesar 2-5%, namun tidak ada kekambuhan setelah dilakukan

reseksi.

Pasien invaginasi yang disebabkan diverticulum Meckel, polip maupun

lymphosarkom tidak dapat di terapi dengan menggunakan barium enema saja karena

factor penyebab tidak dapat dihilangkan.

Dengan penanganan yang adekuat serta cepat tingkat mortalitas dapat menjadi

sangat rendah.2

17

Page 18: Referat invaginasi

BAB III

KESIMPULAN

Invaginasi yang merupakan suatu kedaruratan medis biasa terjadi pada anak kecil

berusia kurang dari satu tahun, yang biasanya belum diketahui penyebabnya, namun

pada orang dewasa biasanya merupakan akibat dari suatu penyakit tertentu.

Diagnosa dapat ditegakkan dengan melihat dari anamnesa, pemeriksaan fisik dan

pemeriksaan penunjang. Dari anamnesa dapat diketahui adanya riwayat nyeri

abdomen yang hilang timbul dan berulang setiap 10 sampai 20 menit. Dari

pemeriksaan fisik dapat ditemukan adanya suatu massa pada daerah hipogastrium

kanan, yang berjalan sepanjang kolon transversum, selain itu dapat juga teraba

‘dance’s sign’ pada daerah invaginasi. Feses penderita cenderung bercampur dengan

darah dan lendir yang jika sudah terjadi obstruksi total akan kehilangan massa feses.

Dari foto polos abdomen dapat dilihat adanya air fluid level jika terjadi perforasi

akibat invaginasi, dari pemeriksaan barium enema dapat terlihat adanya cupping pada

daerah invaginasi, sedangkan pada pemeriksaan USG dapat dilihat adanya target sign.

18

Page 19: Referat invaginasi

Terapi dapat dilakukan dengan melakukan reduksi hidrostatik yag menggunakan

tekanan hidrostatik untuk melepaskan ikatan yang terbentuk, atau dengan reduksi

secara manual yaitu dengan operasi baik dengan reseksi ataupun tidak.

DAFTAR PUSTAKA

1. Schwartz. Intisari Prinsip-Prinsip Ilmu Bedah Edisi 6. EGC. Jakarta:

2000.

2. Behrman, Kliegman, Arvin. NELSON Ilmu Kesehatan Anak Edisi 15.

EGC. Jakarta:2000,

3. Hirmawan, Sutisna (Editor). Patologi. Universitas Indonesia. Jakarta.

4. R.Sjamsuhidajat, Wim de Jong. Buku Ajar Ilmu Bedah Edisi 3. EGC.

Jakarta:2007

5. Catatan Dr. SUHARYO, SpBA. BEDAH ANAK RSPAD GATOT SOEBROTO

6. http://gurungeblog.wordpress.com/2008/11/22/sistem-pencernaan-

makanan-pada-manusia/

7. http://www.yoursurgery.com/ProcedureDetails.cfm?BR=1&Proc=81

19

Page 20: Referat invaginasi

8. http://usebrains.wordpress.com/2008/09/14/kanker-kolorektal/

9. http://radiopaedia.org/images/535430

10. http://www.szote.u-szeged.hu/radio/surgos/asurg7c.htm

11. http://radiopaedia.org/images/382248

12. http://nursingcrib.com/nursing-notes-reviewer/intussusception/

20