intervensi penyuluhan menggunakan media...

146
INTERVENSI PENYULUHAN MENGGUNAKAN MEDIA LEMBAR BALIK TERHADAP PENINGKATAN PENGETAHUAN BAHAYA K3 DAN PENCEGAHANNYA PADA PEKERJA LAS DI CIPUTAT KELURAHAN PISANGAN TAHUN 2014 SKRIPSI OLEH : Zubaidi Bajuri NIM : 109101000024 PEMINATAN K3 (KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA) PROGRAM STUDI KESEHATAN MASYARAKAT FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN UNIVERSITAS ISLAM NEGERI (UIN) SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA 2016 M/ 1436 H

Upload: lyphuc

Post on 07-Jul-2018

239 views

Category:

Documents


6 download

TRANSCRIPT

Page 1: INTERVENSI PENYULUHAN MENGGUNAKAN MEDIA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37321/1/ZUBAIDI... · INTERVENSI PENYULUHAN MENGGUNAKAN MEDIA LEMBAR BALIK ... 3. Ibu

INTERVENSI PENYULUHAN MENGGUNAKAN MEDIA LEMBAR BALIK

TERHADAP PENINGKATAN PENGETAHUAN BAHAYA K3 DAN

PENCEGAHANNYA PADA PEKERJA LAS DI CIPUTAT

KELURAHAN PISANGAN TAHUN 2014

SKRIPSI

OLEH :

Zubaidi Bajuri

NIM : 109101000024

PEMINATAN K3 (KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA)

PROGRAM STUDI KESEHATAN MASYARAKAT

FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI (UIN) SYARIF HIDAYATULLAH

JAKARTA

2016 M/ 1436 H

Page 2: INTERVENSI PENYULUHAN MENGGUNAKAN MEDIA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37321/1/ZUBAIDI... · INTERVENSI PENYULUHAN MENGGUNAKAN MEDIA LEMBAR BALIK ... 3. Ibu
Page 3: INTERVENSI PENYULUHAN MENGGUNAKAN MEDIA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37321/1/ZUBAIDI... · INTERVENSI PENYULUHAN MENGGUNAKAN MEDIA LEMBAR BALIK ... 3. Ibu

ii

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA

FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN

PROGRAM STUDI KESEHATAN MASYARAKAT

PEMINATAN KESEHATAN DAN KESELAMATAN KERJA

Skripsi, Februari 2016

Zubaidi bajuri, NIM: 109101000024

Intervensi Penyuluhan Menggunakan Media Lembar Balik Terhadap Peningkatan

Pengetahuan Tentang Bahaya Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) dan

Pencegahannya pada Pekerja Las di Ciputat Kelurahan Pisangan Tahun 2014

ABSTRAK

Bengkel las memiliki bahaya Kesehatan dan Keselamatan Kerja (K3) yang cukup

tinngi. Salah satu faktor yang berhubungan dengan potensi bahaya yang ada di lingkungan

kerja bengkel las adalah kurangnya pengetahuan pekerja las tentang bahaya K3 dan cara

pencegahannya. Berdasarkan hasil studi pendahuluan yang dilakukan pada 10 orang pekerja

las yang berada di Ciputat Kelurahan Pisangan Timur, diketahui bahwa pengetahuan pekerja

las tentang bahaya K3 dan pencegahannya masih sangat kurang.

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui peningkatan pengetahuan tentang bahaya K3

dan pencegahannya dengan metode penyuluhan menggunakan media lembar balik. Penelitian

ini merupakan penelitian kuantitatif dengan desain studi Quasi Experiment Nonequivalent

Control Group Design. Penelitian dilakukan mulai tanggal 25 April 2013 sampai bulan

Desember 2014 pada 11 bengkel las di Ciputat Kelurahan Pisangan Timur dengan jumlah

sampel sebanyak 25 orang pekerja las, yang terdiri dari kelompok pre-tes dan pos-test.

Instrumen yang digunakan adalah kuesioner pre-test dan post-test, dan lembar balik.

Dari hasil penelitian diketahui bahwa ada perbedaan perubahan pengetahuan yang

terjadi antara kelompok intervensi dan kelompok kontrol, yaitu kelompok intervensi lebih baik

dari pada kelompok kontrol dengan mean 6.24 dengan nilai range yang cukup panjang atau

bervariasi yaitu antara 3 hingga 9. Sementara itu, perbedaan mean skor kelompok intervensi

cukup jauh yaitu pre-test (3.04) dan post-test (6.24) sedangkan pada kontrol tidak terlalu jauh

yaitu pre-test (3.96) dan post-test (3.92).

Untuk memastikan apakah pengetahuan yang mereka dapatkan dari hasil penyuluhan

mendorong perilaku pekerja las bekerja dengan aman dan sehat, disarankan kepada peneliti

selanjutnya untuk melakukan penelitian lanjutan tentang pengaruh penyuluhan terhadap

perilaku pekerja las tentang bahaya K3 dan pencegahannya. Selain itu, Disarankan untuk

melakukan penelitian komparatif untuk mendapatkan metode penyuluhan yang paling efektif

dalam aspek perubahan perilaku tentang bahaya K3 dan pencegahannya.

Kata Kunci : Perubahan Pengetahuan, Pekerja Las, Lembar Balik

Daftar bacaan : 52 (1996-2013)

STATE ISLAMIC UNIVERSITY SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA

FACULTY OF MEDICINE AND HEALTH SCIENCES

Page 4: INTERVENSI PENYULUHAN MENGGUNAKAN MEDIA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37321/1/ZUBAIDI... · INTERVENSI PENYULUHAN MENGGUNAKAN MEDIA LEMBAR BALIK ... 3. Ibu

iii

PUBLIC HEALTH STUDY PROGRAM

DEPARTMENT OF SAFETY AND OCCUPATIONAL HEALTH

Undergraduated Thesis, Febraury 2016

Zubaidi bajuri, NIM: 109101000024

Counseling Intervention by Using Flipchart towards Knowledge Enhancement about

Occupational Safety and Health Hazard and Its Prevention among Welding Workers in

Ciputat, Pisangan on 2014

ABSTRACT

Welding workshop have high risk of occupational safety and health hazard. One of the

factors which related to potential hazard in welding workshop is the workers are lack of

knowledge about occupational safety and health hazard and its prevention. Based on

preliminary study conducted to 10 workers in welding workshop around Ciputat, Pisangan

Timur, it has been known that workers’ knowledge about occupational safety and health hazard

and its prevention was very poor.

This research was conducted to know any knowledge enhancement about occupational

safety and health hazard and its prevention by counseling method with using of flipchart. This

research is quantitative with Quasi Experiment Nonequivalent Control Group study design.

This research was conducted from April 25th 2013 until December 2014 in 11 different welding

workshop in Ciputat, Pisangan Timur with 25 workers as sample, which consist of workers as

pre-test group and post-test . Instrument used in this research is pre and post test questionnaire,

and flipchart.

Based on the result of research, it has been known that there is a significant change

occurred between intervention group and control group. Intervention group has better change

with mean 6.24 with longer or varied range value. Its between 3 to 9. Whereas, the mean

differences in intervention group is wide enough, they were pre-test (3.04) and post-test (6.24)

while in controlled group is not wide enough, they were pre-test (3.96) and post-test (3.92).

To ensure whether if their knowledge from counseling session enforce workers’

behavior to work safely and healthily, it is recommended to the next researcher to conduct

advanced research about the effect of counseling to welding workers’ behavior about

occupational safety and health hazard and its prevention. Futhermore, it is alo recommended

to conduct comparative research to get the most effective counseling mehod in behavior change

aspect about occupational safety and health hazard and its prevention.

Keywords : Behavior change, Welding workers, Flipchart

References : 52 (1996-2013)

Page 5: INTERVENSI PENYULUHAN MENGGUNAKAN MEDIA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37321/1/ZUBAIDI... · INTERVENSI PENYULUHAN MENGGUNAKAN MEDIA LEMBAR BALIK ... 3. Ibu
Page 6: INTERVENSI PENYULUHAN MENGGUNAKAN MEDIA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37321/1/ZUBAIDI... · INTERVENSI PENYULUHAN MENGGUNAKAN MEDIA LEMBAR BALIK ... 3. Ibu
Page 7: INTERVENSI PENYULUHAN MENGGUNAKAN MEDIA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37321/1/ZUBAIDI... · INTERVENSI PENYULUHAN MENGGUNAKAN MEDIA LEMBAR BALIK ... 3. Ibu

vi

IDENTITAS PERSONAL

Nama

Alamat Asal

:

:

Zubaidi Bajuri

Jl. H. Maat no. 54 RT 002/003 Duren Seribu-Bojong Sari,

Depok.

TTL : Bogor, 28 Februari 1991

Jenis Kelamin : Laki-laki

Agama : Islam

Golongan

Darah : -

No. Hp : 081297424402

Alamat Email : [email protected]

[email protected]

PENDIDIKAN FORMAL

2009-sekarang : Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta

Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan

Program Studi Kesehatan Masyarakat

Peminatan Kesehatan Keselamatan Kerja ( K3 )

2007 - 2009 : SMA KHARISMAWITA Depok

2003 - 2006 : MTS Daarul Ihsan Bogor

1997 - 2003 : MI Misbahul Falah Depok

2013

:

:

Workshop work permit

Workshop CSMS ( Contractor Safety Management System )

PENGALAMAN ORGANISASI

2010-2012

:

Staff Departement Dana dan Usaha (DANUS) Badan

EksekutifMahasiswa (BEM)

Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan UIN Jakarta

Page 8: INTERVENSI PENYULUHAN MENGGUNAKAN MEDIA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37321/1/ZUBAIDI... · INTERVENSI PENYULUHAN MENGGUNAKAN MEDIA LEMBAR BALIK ... 3. Ibu

vii

KATA PENGANTAR

Bismillahirrahmanirrahim

السالم عليكم ورحمة ا لله وبركاته

Segala Puji bagi Allah S.W.T yang selalu memberikan kenikmatan yang tak

terhingga kepada kita semua. Shalawat dan salam juga selalu tercurah kepada baginda

besar Nabi Muhammad SAW. Dengan memanjat rasa syukur atas segala nikmat dan

rahmat–Nya hingga skripsi yang berjudul ”Intervensi Penyuluhan Menggunakan

Media Lembar Balik Terhadap Peningkatan Pengetahuan Bahaya K3 dan

Pencegahannya pada Pekerja Las di Ciputat Kelurahan Pisangan Tahun 2014” ini

dapat tersusun dengan baik.

Penyusun skripsi ini semata-mata bukanlah hasil usaha penulis melainkan

banyak pihak yang memberikan bantuan, bimbingan, motivasi, dan petunjuk. Penulis

mengucapkan terima kasih kepada :

1. Allah SWT, atas berkah dan rahmatnya sehingga penulis diberikan kemudahan

dan kelancaran dalam menyelesaikan skripsi “.

2. Orang tua dirumah yang telah memberikan dukungan doa, moril, dan materil

sehingga penulis masih semangat menyelesaikan skripsi ini. Semoga kebaikan

yang saya rasakan diganti dengan syurga tanpa hisab. Maaf saya telat lulusnya

3. Ibu Fajar Ariyanti, M. Kes, Ph.D selaku Ketua Program Studi Kesehatan

Masyarakat.

4. Ibu Dr. Iting Shofwati, MKKK selaku dosen K3 sekaligus inspirasi untuk penulis.

Alhamdulillah saya bisa.

5. Ibu Yuli Amran, MKM selaku pembimbing 1 dan Ibu Dewi Utami, M. Kes, Ph.D

selaku pembimbing 2 , yang dalam kesibukannya telah menyempatkan waktu

untuk membimbing penulis dan memberi masukan-masukan yang sangat

bermanfaat.

6. Seluruh pekerja las dan pemilik bengkel las yang telah bersedia menjadi

responden dalam penelitian ini.

7. Teman-teman K3 2009 yang memberikan semangat dan doa (Dio, Vj, Arifah,

Diana, Amel, Sandy, Rifqi, Fadil, Ubay, Reza, Nia, Denis, Desi, Lina, Mufil,

Page 9: INTERVENSI PENYULUHAN MENGGUNAKAN MEDIA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37321/1/ZUBAIDI... · INTERVENSI PENYULUHAN MENGGUNAKAN MEDIA LEMBAR BALIK ... 3. Ibu

viii

Pikih, Defri, Sca, Novan). Khususnya mas Defri dan Fadil yang selalu siap

membantu dari awal sampe akhir

8. Pak Ajib yang memberikan info-info up to date kepada penulis, serta Ka Ami, Ka

Septi, dan Ka Ida selaku Laboran Kesmas yang telah memberikan arahan dalam

perjalanan penyelesaian skripsi ini.

9. Adik-adik kelas yang selalu menanyakan saya “kapan lulus ka?” makasih atas

pertanyaannya semakin banyak yang bertanya semakin semangat saya untuk

lulus.

10. Yaumi, Agin, Tsabit, Novaco, Riko, Ricad, Nizar, Lukman, Viral, dan Rohim

makasih sudah menemani selama saya berjuang untuk menyelesaikan skripsi

Penulis juga meminta maaf atas segala kesalahan perkataan maupun perbuatan

yang kurang berkenan selama ini. Akhir kata, penulis berharap skripsi ini akan

bermanfaat baik bagi semua pihak yang membaca, baik dari kalangan mahasiswa

maupun umum dan dijadikan langkah awal bagi pengembangan ilmu serta bermanfaat

diwaktu mendatang.

Terima kasih.

و السالم عليكم ورحمة ا لله وبركاته

Jakarta, Februari 2016

Zubaidi Bajuri

Page 10: INTERVENSI PENYULUHAN MENGGUNAKAN MEDIA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37321/1/ZUBAIDI... · INTERVENSI PENYULUHAN MENGGUNAKAN MEDIA LEMBAR BALIK ... 3. Ibu

ix

DAFTAR ISI

COVER

LEMBAR PERNYATAAN i

ABSTRAK ii

LEMBAR PERSETUJUAN iv

PANITIA SIDANG v

RIWAYAT HIDUP vi

KATA PENGANTAR vii

DAFTAR ISI ix

DAFTAR TABEL xvi

DAFTAR GAMBAR xvii

DAFTAR BAGAN. xviii

DAFTAR LAMPIRAN xix

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang 1

B. Rumusan Masalah 6

C. Pertanyaan Penelitian 7

D. Tujuan 8

1. Tujuan Umum 8

2. Tujuan Khusus 8

E. Manfaat 8

Page 11: INTERVENSI PENYULUHAN MENGGUNAKAN MEDIA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37321/1/ZUBAIDI... · INTERVENSI PENYULUHAN MENGGUNAKAN MEDIA LEMBAR BALIK ... 3. Ibu

x

1. Bagi Peneliti 8

2. Bagi Pekerja Bengkel Las dan Pengusaha Bengkel Las 8

A. Bagi Pekerja Bengkel Las 8

B. Bagi Pengusaha Bengkel Las 9

F. Ruang Lingkup 9

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

A. Kesehatan dan Keselamatan Kerja 10

1. Definisi 10

2. Konsep Pengendalian Bahaya Akibat Kerja 11

B. Bengkel Las 14

1. Pengertian Las 14

2. Jenis-jenis Pengelasan 14

a. Las Oksi Asetilen ( las karbit ) 14

b. Las Listrik 15

C. Bahaya Kesehatan dan Keselamatan Kerja (K3) di Bengkel Las 16

1. Pengertian Bahaya 16

2. Jenis Bahaya 17

a. Bahaya Keselamatan (Safety Hazard) 17

b. Bahaya Kesehatan (Health Hazard) 17

3. Macam-macam Bahaya K3 yang ada di Bengkel Las 18

A. Bahaya Debu (fume) 18

1) Pengertian Debu 18

2) Dampak Debu Terhadap Kesehatan Pernafasan 19

a. Penurunan Kapasitas Vital Paru 20

Page 12: INTERVENSI PENYULUHAN MENGGUNAKAN MEDIA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37321/1/ZUBAIDI... · INTERVENSI PENYULUHAN MENGGUNAKAN MEDIA LEMBAR BALIK ... 3. Ibu

xi

3) Pencegahan Paparan Debu di Bengkel Las 21

a. Pengendalian secara mekanik 21

b. Alat Pelindung Diri (APD) Masker 21

B. Bahaya Arus Listrik 23

1. Pengertian Arus Listrik 24

2. Dampak Tersengat Arus Listrik 26

a. Trauma Akibat Sengatan Listrik 27

b. Terbakar Akibat Sengatan Listrik 28

3. Pencegahan Sengatan Listrik di Bengkel Las 28

C. Bahaya Kebakaran 31

1. Pengertian Kebakaran 31

2. Dampak Bahaya Kebakaran 33

3. Pencegahan Bahaya Kebakaran 35

D. Bahaya Radiasi 36

1. Pengertian Radiasi 36

2. Pencegahan Paparan Radiasi Las 39

D. Promosi K3 sebagai Proses Peningkatan Pengetahuan 40

1. Pengertian Promosi 40

2. Manfaat Promosi K3 42

E. Pengetahuan 46

F. Faktor-faktor yang mempengaruhi pengetahuan 48

G. Pengukuran Pengetahuan 53

H. Pendidikan Kesehatan 53

1. Definisi Pendidikan kesehatan 53

2. Metode Pendidikan Kesehatan 54

Page 13: INTERVENSI PENYULUHAN MENGGUNAKAN MEDIA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37321/1/ZUBAIDI... · INTERVENSI PENYULUHAN MENGGUNAKAN MEDIA LEMBAR BALIK ... 3. Ibu

xii

a. Metode Pendidikan Individu 54

b. Metode Pendidikan Kelompok 54

c. Metode Pendidikan Massa 56

I. Media Pendidikan Kesehatan 57

1. Media Cetak 58

2. Media Elektronik 60

3. Media Luar Ruangan 61

J. Kerangka Teori 61

BAB III KERANGKA KONSEP DAN DEFINISI OPRASIONAL

A. Kerangka Konsep 64

B. Definisi Oprasional 65

C. Hipotesis Penelitian 67

1. Hipotesis Utama 67

BAB IV METODOLOGI PENELITIAN

A. Desain Penelitian 68

B. Lokasi dan Waktu Penelitian 69

C. Populasi dan Sampel 69

1. Populasi 69

2. Sampel 70

D. Instrumen Penelitian 70

1. Kuisioner pre-test dan post-test 70

2. Media Lembar Balik 71

E. Langkah-langkah Kegiatan Penelitian 71

Page 14: INTERVENSI PENYULUHAN MENGGUNAKAN MEDIA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37321/1/ZUBAIDI... · INTERVENSI PENYULUHAN MENGGUNAKAN MEDIA LEMBAR BALIK ... 3. Ibu

xiii

1. Persiapan Penelitian 71

a. Pembuatan Rancangan Penelitian 71

b. Penentuan Media Penyuluhan 71

c. Teknik Penyuluhan 73

d. Uji Validitas dan Realibilitas 74

F. Pengolahan Data 76

1. Editing 76

2. Coding Data 77

3. Entry Data 78

4. Tahap Pemeriksaan 78

G. Teknik Analisis Data 78

1. Analisis Univariat 78

2. Analisis Bivariat 79

BAB V HASIL PENELITIAN

A. Proses Pengembangan Media Lembar Balik 80

1. Pembuatan Materi Penyuluhan 80

2. Tahap Konsep 83

3. Desain Media 84

B. Analisis Univariat 97

1. Pengetahuan Pekerja Las 97

2. Pengetahuan Bahaya K3 dan Pencegahannya pada Pekerja Las Sebelum dan

Setelah dilakukan Penyuluhan 97

C. Analisis Bivariat 100

Page 15: INTERVENSI PENYULUHAN MENGGUNAKAN MEDIA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37321/1/ZUBAIDI... · INTERVENSI PENYULUHAN MENGGUNAKAN MEDIA LEMBAR BALIK ... 3. Ibu

xiv

1. Distribusi rata-rata Skor Pengetahuan Pekerja Las sebelum dan sesudah dilakukan

penyuluhan 100

2. Pengaruh Penyuluhan Menggunakan Media Lembar Balik Terhadap Peningkatan

Pengetahuan Pada Pekerja Bengkel Las 101

BAB VI PEMBAHASAN

A. Keterbatasan Penelitian 103

B. Gambaran Proses Pengembangan Media Lembar Balik terkait Bahaya K3 dan

Pencegahannya pada Pekerja Las 103

1. Pembuatan Materi Penyuluhan 103

a. Isi Materi Media Lembar Balik 103

b. Bahasa Media Lembar Balik 105

2. Tahap Konsep 107

a. Tujuan Produksi Media 107

3. Desain Media Lembar Balik 108

a. Bentuk ukuran Lembar Balik 108

b. Warna (Background, Tulisan dan Gambar) Media Lembar Balik 109

C. Pengetahuan Pekerja Bengkel Las di Ciputat Kelurahan Pisangan 112

D. Pengetahuan Bahaya K3 dan Pencegahannya pada Pekerja Las Sebelum dan Sesudah

dilakukan Penyuluhan 113

E. Distribusi Rata-rata skor Pengetahuan Pekerja Las Sebelum dan Sesudah dilakukan

Penyuluhan 114

F. Pengaruh Penyuluhan Menggunakan Media Lembar Balik terhadap Perubahan

Pengetahuan 115

Page 16: INTERVENSI PENYULUHAN MENGGUNAKAN MEDIA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37321/1/ZUBAIDI... · INTERVENSI PENYULUHAN MENGGUNAKAN MEDIA LEMBAR BALIK ... 3. Ibu

xv

BAB VII KESIMPULAN DAN SARAN

A. Simpulan 119

B. Saran 119

1. Bagi Pekerja Bengkel Las 119

2. Bagi Penelitian Selanjutnya 120

DAFTAR PUSTAKA

LAMPIRAN

Page 17: INTERVENSI PENYULUHAN MENGGUNAKAN MEDIA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37321/1/ZUBAIDI... · INTERVENSI PENYULUHAN MENGGUNAKAN MEDIA LEMBAR BALIK ... 3. Ibu

xvi

DAFTAR TABEL

Tabel 3.1 Definisi Oprasonal 66

Tabel 4.1 Uji Validitas Instrumen Penelitian 75

Tabel 5.1 Materi Media Lembar Balik 81

Tabel 5.2 Hasil Uji Media Lembar Balik 86

Tabel 5.3 Gambaran Pengetahuan Bahaya K3 dan Pencegahannya pada Pekerja

Bengkel Las di Ciputat Kelurahan Pisangan Tahun 2014 97

Tabel 5.4 Distribusi Arah Perubahan Pengetahuan Pekerja Bengkel Las

di Ciputat Kelurahan Pisangan Tahun 98

Tabel 5.5 Distribusi Pengetahuan (Jawaban Benar Pre-test dan Post-test)

Berdasarkan Jumlah Orang Sebelum dan Setelah Penyuluhanpada

Pekerja Bengkel Lasdi Ciputat Kelurahan PisanganTahun 2014 99

Tabel 5.6 Distribusi Rata-Rata Skor Pengetahuan Sebelum dan Sesudah

Penyuluhan pada Pekerja Bengkel Las di Ciputat Kelurahan Pisangan

Tahun 2014 101

Tabel 5.7 Pengaruh Penyuluhan Menggunakan Media Lembar Balik

terhadap Perubahan Pengetahuan pada Pekerja Bengkel Las

di Ciputat Kelurahan Pisangan Tahun 2014 102

Page 18: INTERVENSI PENYULUHAN MENGGUNAKAN MEDIA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37321/1/ZUBAIDI... · INTERVENSI PENYULUHAN MENGGUNAKAN MEDIA LEMBAR BALIK ... 3. Ibu

xvii

DAFTAR GAMBAR

Gambar 2.1 Teori perilaku Lawrance Green dalam Patricia Goodson (2010) 62

Gambar 5.1 Potret Pekerja Las Baik Menggunakan APD Saat Bekerja dan Pekerja Las

Buruk tidak Menggunakan APD Saat Bekerja 84

Gambar 5.2 Potret Pekerja Las Baik Bekerja dengan Aman dan Fokus Saat Bekerja dan

Potret Pekerja Las Buruk tidak Aman dalam Bekerja Karena Merokok Saat

Bekerja dan Tidak Menggunakan APD Saat Bekerja 84

Gambar 5.3 Lembar Balik Bahaya K3 Sebelum dan Setelah Uji Media 88

Gambar 5.4 Lembar Balik Definisi K3 Sebelum Uji Media dan Setelah Uji Media 89

Gambar 5.5 Lembar Balik Macam-macam Bahaya Sebelum Uji Media dan Setelah Uji

Media 90

Gambar 5.6 Lembar Balik Bahaya Debu Sebelum Uji Media dan Setelah Uji Media 91

Gambar 5.7 Lembar Balik bahaya Listrik Sebelum Uji Media dan Setelah Uji Media 92

Gambar 6.1 Himbauan Emosional dan Sebab Akibat 105

Gambar 6.2 Bahasa yang digunakan dalam materi penyuluhan 107

Gambar 6.3 Warna gambar hijau, kuning dan putih 110

Gambar 6.4 Layout Seimbang Tulisan Dan Gambar 111

Page 19: INTERVENSI PENYULUHAN MENGGUNAKAN MEDIA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37321/1/ZUBAIDI... · INTERVENSI PENYULUHAN MENGGUNAKAN MEDIA LEMBAR BALIK ... 3. Ibu

xviii

DAFTAR BAGAN

Bagan 2.1 Kerangka Teori 63

Bagan 3.1 Kerangka Konsep Penelitian 64

Bagan 4.1 Desain Penelitian 68

Bagan 4.2 Garis Waktu (Time Line) Penelitian 69

Page 20: INTERVENSI PENYULUHAN MENGGUNAKAN MEDIA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37321/1/ZUBAIDI... · INTERVENSI PENYULUHAN MENGGUNAKAN MEDIA LEMBAR BALIK ... 3. Ibu

xix

DAFTAR LAMIRAN

Lampiran 1 Kuisioner Pengetahuan Bahaya K3 dan Pencegahannya

Page 21: INTERVENSI PENYULUHAN MENGGUNAKAN MEDIA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37321/1/ZUBAIDI... · INTERVENSI PENYULUHAN MENGGUNAKAN MEDIA LEMBAR BALIK ... 3. Ibu

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Ekonomi informal merupakan salah satu alternatif kesempatan kerja yang

mampu menampung tenaga kerja tanpa persyaratan tertentu seperti tingkat pendidikan

dan keterampilan kerja. Hal ini merupakan salah satu faktor utama yang memudahkan

tenaga kerja memasuki ekonomi informal dan semakin mengukuhkan kehadirannya

sebagai penyangga terhadap kelebihan tenaga kerja. Hal ini memberi dampak positif

dalam membantu mengurangi angka pengangguran di Indonesia (Harahap dan

Hastuty, 2006). Pemberdayaan sektor informal merupakan bagian dari pemberdayaan

perekonomian rakyat dalam pertumbuhan dan perkembangan ekonomi. Secara nyata

ekonomi informal mampu memberikan pelayanan terhadap kebutuhan masyarakat

yang berpenghasilan rendah, sehingga dengan demikian tercipta suatu kondisi

pemerataan hasil-hasil pembangunan (Hutajulu, 2004).

Berdasarkan hasil Survei Sosial Ekonomi Nasional (SUSENAS) yang

dilakukan Badan Pusat Statistik RI (BPS-RI) selama tahun 20014 menyajikan data

sebanyak 118,2 juta jiwa (93,16%) penduduk Indonesia adalah bagian dari angkatan

kerja. Ekonomi informal lebih besar proporsinya dalam mengurangi angka

pengangguran di Indonesia yaitu sebanyak 70,7 juta jiwa (59,81%) dari penduduk

Indonesia dan ekonomi formal sebanyak 47,5 juta jiwa (40,19%). Sektor informal

lebih dapat beradaptasi dan tidak terganggu oleh manajemen operasional yang kaku

dan dalam periode krisis perekonomian nasional, sektor informal yang bersifat adaptif

dan lentur masih tetap bertahan bahkan mampu mengembangkan peluang-peluang

Page 22: INTERVENSI PENYULUHAN MENGGUNAKAN MEDIA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37321/1/ZUBAIDI... · INTERVENSI PENYULUHAN MENGGUNAKAN MEDIA LEMBAR BALIK ... 3. Ibu

2

usaha dibandingkan dengan perusahaan besar. Selain memberi manfaat untuk

kesejahteraan negara dan mengurangi angka pengangguran yang ada di Indonesia,

karakteristik operasi ekonomi informal berpotensi terhadap terjadinya kecelakaan

kerja dan penyakit akibat kerja karena sebagian besar dari usaha-usaha informal yang

terlibat dalam produksi dan distribusi cenderung berskala sangat kecil. Orang-orang

yang mendirikan sektor informal sangat kurang dalam hal pendidikan dan

ketrampilan, dan hanya memiliki sedikit sumber daya untuk investasi fisik seperti

pabrik dan perlengkapan, mesin-mesin, dan budaya keselamatan dan kesehatan dalam

bekerja (Suprobo, 2007).

Risiko operasi ekonomi informal cukup tinggi terutama risiko yang berkaitan

dengan keselamatan dan kesehatan kerja. Banyak potensi bahaya di lingkungan kerja

ekonomi informal berdistribusi menyebabkan kecelakaan dan gangguan kesehatan

akibat kerja. Hal ini mengarah kepada prinsip bahwa bahaya adalah pelopor untuk

terjadinya sebuah kecelakaan (Ericson, 2005). Contoh bahaya yang sangat dekat

dengan ekonomi informal yaitu proses kerja dengan karakter tekanan suhu panas pada

pekerja bengkel las, keberadaan alat-alat berat yang moving part seperti besi, mesin

disel pada pekerja bengkel, zat-zat kimia yang mudah terbakar dan eksplosif yang

menimbulkan keracunan dan alergi, lingkungan kerja yang berdebu pada pekerja

mebel kayu yang menyebabkan timbulnya penyakit akibat kerja (Mellysa, 2011).

Bahan-bahan kimia yang menimbulkan iritasi kulit pada pekerja bengkel motor dan

penurunan Kapasitas Vital Paru (KVP) pada pekerja membel dan bengkel las.

Bengkel las merupakan bagian dari ekonomi informal yang berisiko tinggi

untuk terjadinya kecelakaan karena untuk menunjang pekerjaan las bengkel las

menggunakan alat-alat berat yang memiliki bahaya tinggi serta lingkungan yang

kurang kondusif untuk kesehatan pekerja seperti terpaparnya debu berat hasil

Page 23: INTERVENSI PENYULUHAN MENGGUNAKAN MEDIA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37321/1/ZUBAIDI... · INTERVENSI PENYULUHAN MENGGUNAKAN MEDIA LEMBAR BALIK ... 3. Ibu

3

pembakaran besi, terpapar panas, bahaya ledakan, dan bahaya sengatan listrik.

Kecelakaan yang diwaspadai pada pekerjaan bengkel las adalah terpleset, tersandung,

terjatuh, terjepit, tersengat listrik dan tertimpa (Suharno, 2008). Terjatuh dapat

menyebabkan cedera bahkan kematian. Terjepit dapat mencelakakan anggota tubuh

seperti tangan. Salah satu bahaya yang dapat menyebabkan tangan terjepit adalah

posisi tangan yang berada di daerah engsel pengunci atau daerah titik jepit. Tersengat

listrik dapat mencelakakan pekerja bahkan menimbulkan kematian jika alus listrik

yang dialirkan sangat besar melebihi kapabilitas tubuh (Anonim, 2007).

Tingginya risiko di kegiatan bengkel las tersebut disebabkan karena ada tujuh

bahaya besar. Tujuh bahaya besar tersebut adalah sengatan listrik, cedra tangan, benda

terjatuh, ledakan las karbit, jatuh dari ketinggian, bahaya mata dan paparan debu

secara terus menerus dapat membahayakan kesehatan pekerja. tanpa pengenalan yang

cukup akan sumber-sumber risiko yang ada di bengkel las serta perlakuan yang tidak

tepat bagi setiap sumber risiko maka akan sangat berpotensi menimbulkan kecelakaan

kerja. Kebanyakan kecelakaan kerja yang terjadi adalah kurangnya pemahaman dan

pengenalan terhadap sumber risiko tersebut, sehingga menimbulkan keadaan yang

tidak aman, atau adanya tindakan yang tidak aman yang pada akhirnya akan menjadi

pemicu terjadinya kecelakaan kerja (Lukas, 2012).

Berdasarkan hasil studi pendahuluan yang dilakukan peneliti pada tanggal 25

April tahun 2013 pada 10 orang pekerja las dari empat bengkel las dengan cara

observasi sebagai tolak ukur peneliti dalam menentukan besaran risiko yang tercermin

dari kemungkinan dan keparahan yang ditimbulkan dan kuisioner untuk mengetahui

sejauh mana pekerja las memahami bahaya apa yang ada dilingkungan kerja dan

sejauh mana mereka tahu bagaimana cara menanggulanginya. Hasil observasi

langsung didapatkan bahwa seluruh pekerja las dari 4 bengkel las belum

Page 24: INTERVENSI PENYULUHAN MENGGUNAKAN MEDIA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37321/1/ZUBAIDI... · INTERVENSI PENYULUHAN MENGGUNAKAN MEDIA LEMBAR BALIK ... 3. Ibu

4

menggunakan APD las yang memenuhi standar aman. Pekerja las hanya memakai

pakaian biasa, masker dari kain itupun tidak digunakan dengan baik hanya

menggantung di leher ataupun kantong celana, alas kaki berupa sandal, kaca mata

yang di pakai bukan dimata tapi di hidung. Hal ini diperparah dengan didapatkannya

beberapa pekerja las merokok disaat bekerja, sehingga hal tersebut memicu adanya

kondisi yang tidak aman (unsafe condition).

Selain itu, dari hasil kuisioner yang diberikan peneliti kepada 10 orang pekerja

las didapatkan bahwa sebanyak 8 orang pekerja las (95, 2%) tidak tahu tentang bahaya

K3 dan pencegahannya dan sebanyak 2 orang pekerja las (4,8%) sedikit mengetahui

tentang bahaya K3 dan pencegahannya. Mayoritas pekerja bengkel las berpendapat

bahwa prosedur kerja yang mereka lakukan sudah aman jauh dari bahaya K3. Namun

demikian, ketidak tahuan mereka tentang bahaya K3 dan pencegahanya ditempat

kerja menjadikan mereka tidak peduli dan enggan untuk menggunakan APD yang

telah disediakan oleh pihak manajemen tempat mereka bekerja.

Pada penelitian ini peneliti telah melakukan penyuluhan bahaya K3 dan

pencegahannya untuk mengetahui seberapa besar pengaruhnya terhadap tingkat

pengetahuan pekerja bengkel las di Ciputat Kelurahan Pisangan Tangerang

menggunakan media lembar balik sebagai alat bantu penelitian. Penelitian ini

merupakan penelitian lanjutan sebagai tindakan preventif dari penelitian sebelumnya

yang dilakukan oleh Prasetyo pada tahun 2010 yang meneliti tentang penurunan

kapasitas vital paru pada pekerja bengkel las di lokasi yang sama didapatkan bahwa

salah satu faktor terjadinya penurunan kapasitas paru pada pekerja las adalah

kurangnya pengetahuan pekerja las akan bahaya K3 yang ada dibengkel las.

Menurut Ramli (2009) seorang melakukan tindakan tidak aman karena

didasari oleh tidak tahu yaitu pekerja tidak mengetahui tentang bahaya, peraturan atau

Page 25: INTERVENSI PENYULUHAN MENGGUNAKAN MEDIA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37321/1/ZUBAIDI... · INTERVENSI PENYULUHAN MENGGUNAKAN MEDIA LEMBAR BALIK ... 3. Ibu

5

cara kerja yang aman sehingga melakukan kesalahan dalam menjalankan aktivitas

yang berakhir dengan kecelakaan dan penyakit akibat kerja. Salah satu penyebab

terjadinya kecelakaaan kerja pada pekerja bengkel las adalah kurangnya pemahaman

tentang bahaya K3, pentingnnya penggunaan APD, penyakit akibat kerja, serta

kurangnya pengetahuan pekerja bengkel mengenai risiko yang ada dilingkungan kerja.

Sejalan dengan permasalahan tersebut, salah satu intervensi yang dapat dilakukan

adalah dengan mengadakan penyuluhan keselamatan dan kesehatan kerja. Menurut

Sumardjo (1999), penyuluhan merupakan suatu intervensi komunikasi yang

diselenggarakan untuk menimbulkan perubahan kualitas perilaku secara sukarela

(voluntare change) bagi kesehjahteraan masyarakat.

Penyuluhan merupakan salah satu metode pendidikan kesehatan yang

sederhana. Selain itu, metode penyuluhan juga efektif dalam upaya penyampaian

informasi secara cepat kepada kelompok sasaran berpendidikan rendah. Oleh sebab

itu, metode penyuluhan ini tepat digunakan untuk pekerja bengkel las yang rata-rata

berpendidikan rendah, yaitu SD dan SMP. Penyuluhan bahaya K3 dan pencegahannya

sebagai penambahan pengetahuan dan kemampuan seseorang melalui teknik praktik

belajar atau instruksi dengan tujuan mengubah atau mempengaruhi perilaku manusia

baik secara individu, kelompok maupun masyarakat untuk meningkatkan kesadaran

akan nilai K3 dan pencegahannya sehingga dengan sadar mau mengubah perilakunya

menjadi perilaku sehat. Sedangkan dalam aspek Keselamatan dan Kesehatan Kerja

(K3), George (1998) yang dikutip dalam Helliyanti (2009), menyatakan bahwa

penyuluhan K3 adalah bentuk usaha yang dilakukan untuk mendorong dan

menguatkan kesadaran dan perilaku pekerja tentang K3 sehinggga dapat melindungi

pekerja, properti, dan lingkungan.

Page 26: INTERVENSI PENYULUHAN MENGGUNAKAN MEDIA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37321/1/ZUBAIDI... · INTERVENSI PENYULUHAN MENGGUNAKAN MEDIA LEMBAR BALIK ... 3. Ibu

6

Kunci keberhasilan metode penyuluhan salah satunya adalah dengan

menggunakan media atau alat bantu lihat semaksimal mungkin (Notoatmodjo, 2007).

Alat bantu penyuluhan dibengkel las Ciputat menggunakan alat bantu lembar balik.

Lembar balik membuat proses pendidikan atau belajar lebih mudah dan lebih menarik

bagi penerima pesan maupun pemberi pesan. Gambar dan tulisan serta komposisi

warna yang tepat dapat mempermudah proses pemahaman bagi penerima pesan.

Sedangkan bagi pemberi pesan, teks yang tertera pada halaman belakang dapat

membantu mempermudah penyampaian pesan. Selain itu, melalui media lembar balik

pesan yang disampaikan dapat lebih terperinci dan dapat digunakan untuk penyuluhan

kelompok kurang dari 12 orang (Dirjen PPM & PL, 2003). Berdasarkan hasil

penelitian tentang pendidikan kesehatan pada pekerja terhadap pengetahuan K3,

didapatkan hasil bahwa terjadi peningkatan pengetahuan pada kelompok yang diberi

penyuluhan dengan lembar balik. Nilai median sebelum pendidikan kesehatan adalah

11, sedangkan setelah pendidikan kesehatan adalah 14 (Isnaini, 2011).

Berdasarkan penjelasan di atas, peneliti bermaksud mengadakan penyuluhan

bahaya K3 dan pencegahannya serta menganalisis pengaruh penyuluhan tersebut

terhadap tingkat pengetahuan pekerja bengkel las di Ciputat Kelurahan Pisangan.

B. Rumusan Masalah

Hasil studi pendahuluan yang dilakukan pada tanggal 25 April tahun 2013

dengan cara observasi, wawancara dan pemberian kuisioner, menunjukan bahwa 10

orang pekerja bengkel las belum sepenuhnya memahami tentang bahaya Keselamatan

dan Kesehatan Kerja (K3). Mayoritas pekerja bengkel las berpendapat bahwa

prosedur kerja yang mereka lakukan sudah aman jauh dari bahaya K3. Namun

demikian, dari hasil observasi langsung ditempat kerja bengkel las Ciputat bahwa

seluruh pekerja las dari 4 bengkel las belum menggunakan APD las yang memenuhi

Page 27: INTERVENSI PENYULUHAN MENGGUNAKAN MEDIA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37321/1/ZUBAIDI... · INTERVENSI PENYULUHAN MENGGUNAKAN MEDIA LEMBAR BALIK ... 3. Ibu

7

standar aman. Pekerja las hanya memakai pakaian biasa, masker dari kain itupun tidak

digunakan dengan baik hanya menggantung di leher ataupun kantong celana, alas kaki

berupa sandal, kaca mata yang di pakai bukan dimata tapi di hidung. Hal ini

diperparah dengan didapatkannya beberapa pekerja las merokok disaat bekerja,

sehingga hal tersebut memicu adanya kondisi yang tidak aman (unsafe condition).

Jika ditinjau dari teori “S-O-R” atau Stimulus-Organisme-Respon, maka didapatkan

tiga faktor yang mempengaruhi perilaku tidak aman tersebut, yaitu pengetahuan, sikap

dan tindakan.

Berdasarkan permasalahan di atas, dalam penelitian ini dilakukan intervensi

berupa penyuluhan menggunakan media lembar balik tentang bahaya K3 dan

pencegahannya. Tujuan penelitian ini yaitu untuk mengetahui pengaruh penyuluhan

tersebut terhadap peningkatan pengetahuan bahaya K3 dan pencegahannya pada

pekerja bengkel las di Ciputat Kelurahan Pisangan.

C. Pertanyaan Penelitiaan

1) Bagaimana proses pengembangan media lembar balik terkait bahaya K3 dan

pencegahannya pada pekerja bengkel las di Ciputat Kelurahan Pisangan tahun

2014?

2) Bagaimana gambaran skor pengetahuan bahaya K3 dan pencegahannya antara

sebelum dan setelah dilakukan penyuluhan pada pekerja bengkel las di Ciputat

Kelurahan Pisangan tahun 2014?

3) Bagaimana pengaruh penyuluhan menggunakan media lembar balik terhadap

perubahan pengetahuan bahaya K3 dan pencegahannya pada pekerja bengkel las

di Ciputat Kelurahan Pisangan Tahun 2014?

Page 28: INTERVENSI PENYULUHAN MENGGUNAKAN MEDIA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37321/1/ZUBAIDI... · INTERVENSI PENYULUHAN MENGGUNAKAN MEDIA LEMBAR BALIK ... 3. Ibu

8

D. Tujuan

1. Tujuan Umum

Tujuan umum penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh intervensi

penyuluhan menggunakan media lembar balik terhadap peningkatan pengetahuan

bahaya K3 dan pencegahannya pada pekerja bengkel las di Ciputat Kelurahan

Pisangan tahun 2014.

2. Tujuan Khusus

a. Diperoleh proses pengembangan media lembar balik terkait bahaya K3 dan

pencegahannya pada pekerja bengkel las di Ciputat Kelurahan Pisangan tahun

2014.

b. Diperoleh gambaran skor pengetahuan bahaya K3 dan pencegahannya antara

sebelum dan setelah dilakukan penyuluhan pada pekerja bengkel las di Ciputat

Kelurahan Pisangan tahun 2014.

c. Diketahuinya pengaruh penyuluhan menggunakan media lembar balik

terhadap perubahan pengetahuan bahaya K3 dan pencegahannya pada pekerja

bengkel las di Ciputat Kelurahan Pisangan Tahun 2014.

E. Manfaat Penelitian

1. Bagi Peneliti

a. Penelitian ini diharapkan bisa memberikan informasi kekurangan dan

kelebihan untuk penelitian selanjutnya terkait promosi K3 dengan

menggunakan media lembar balik sebagai media promosi yang digunakan.

b. Penelitian ini dapat dilanjutkan untuk penelitian selanjutnya terkait

perubahan perilaku pekerja bengkel las setelah diberikan penyuluhan.

2. Bagi Pekerja Bengkel Las dan Pengusaha Bengkel Las

a. Pekerja Bengkel Las

Page 29: INTERVENSI PENYULUHAN MENGGUNAKAN MEDIA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37321/1/ZUBAIDI... · INTERVENSI PENYULUHAN MENGGUNAKAN MEDIA LEMBAR BALIK ... 3. Ibu

9

1) Hasil dari penelitian ini diharapkan menjadi informasi dan rekomendasi

kepada pekerja bengkel las sebagai bahan pertimbangan untuk

menggunakan APD dalam melakukan pekerjaan.

2) Pekerja las dapat memahami potensi bahaya yang ada dilingkungan kerja

serta dapat meminimalisir bahaya tersebut

b. Pengusaha Bengkel Las

1) Penelitian ini memberi rekomendasi untuk menerapkan promosi K3 di

tempat kerja

2) Memberikan rekomendasi bagi pengusaha bengkel las untuk

menyediakan APD yang sesuai dengan kondisi pekerjaan

3) Memberikan rekomendasi untuk mengadakan pelatihan-pelatihan untuk

menambah pengetahuan dan keterampilan pekerja.

F. Ruang Lingkup

Penelitian ini dilakukan pada pekerja las di Ciputat Kelurahan Pisangan Timur

Kabupaten Tangerang. Waktu penelitian dimulai pada bulan November 2013 sampai

Februari 2016. Jenis penelitian yang digunakan adalah eksperimen semu (Quasi-

Experimental Design) dengan memberikan intervensi berupa penyuluhan tentang

bahaya Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) dan pencegahannya menggunakan alat

bantu sebagai media promosi berupa lembar balik. Tujuan penelitian ini yaitu untuk

mengetahui pengaruh penyuluhan tersebut terhadap pengetahuan pekerja las terkait

bahaya K3 dan pencegahannya. Data yang digunakan adalah data primer yang

diperoleh dari hasil wawancara, kuesioner pre-test dan post-test dan observasi terkait

pengetahuan pekerja bengkel las.

Page 30: INTERVENSI PENYULUHAN MENGGUNAKAN MEDIA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37321/1/ZUBAIDI... · INTERVENSI PENYULUHAN MENGGUNAKAN MEDIA LEMBAR BALIK ... 3. Ibu

10

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Kesehatan dan Keselamatan Kerja

1. Definisi

Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) adalah ilmu pengetahuan dan

penerapan untuk mencegah kecelakaan kerja dan penyakit akibat kerja. K3

merupakan upaya perlindungan yang ditujukan agar tenaga kerja dan orang lain

ditempat kerja atau perusahaan selalu dalam keadaan selamat dan sehat, serta agar

setiap produksi digunakan secara aman dan efisien (Ramli, 2010). Pada hakekatnya,

K3 merupakan suatu pengetahuan yang berkaitan dengan dua kegiatan. Kegiatan

pertama berkaitan dengan upaya keselamatan terhadap keberadaan tenaga kerja yang

sedang bekerja. Kegiatan kedua berkaitan dengan kondisi kesehatan sebagai akibat

adanya penyakit akibat kerja (Suardi, 2005).

Santoso (2002) menjelaskan bahwa keselamatan kerja bersifat teknik dan

sasarannya adalah lingkungan kerja. Keselamatan kerja berhubungan dengan mesin,

pesawat, alat kerja, bahan dan proses pengolahannya, landasan tempat kerja dan

lingkungannya serta cara-cara melakukan pekerjaaan. Keselamatan kerja juga

menyangkut seluruh proses produksi dan distribusi barang maupun jasa. Adapun

tujuan dari keselamatan kerja adalah melindungi tenaga kerja atas hak

keselamatannya dalam melakukan pekerjaannya untuk kesejahteraan hidup, menjamin

keselamatan setiap orang lain di tempat kerja, dan meningkatkan produksi. Adapun

Kesehatan kerja didefinisikan sebagai ilmu kesehatan dan penerapan yang bertujuan

untuk mewujudkan tenaga kerja sehat, produktif dalam bekerja, berada dalam

keseimbangan antara kapasitas kerja, beban kerja dan keadaan lingkungan kerja, serta

Page 31: INTERVENSI PENYULUHAN MENGGUNAKAN MEDIA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37321/1/ZUBAIDI... · INTERVENSI PENYULUHAN MENGGUNAKAN MEDIA LEMBAR BALIK ... 3. Ibu

11

terlindung dari penyakit yang disebabkan oleh pekerjaan dan lingkungan kerja.

Kesehatan kerja memiliki sifat medis dan sasarannya adalah tenaga kerja (Sumakmur,

2009).

Tujuan dari Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) menurut Mangkunegara

(2002) adalah sebagai berikut:

a. Agar meningkatkan kegairahan, keserasian kerja, dan partisipasi kerja.

b. Agar terhindar dari gangguan kesehatan yang disebabkan oleh lingkungan atau

kondisi kerja.

c. Agar setiap pegawai/tenaga kerja merasa aman dan terlindungi dalam bekerja.

d. Agar setiap pegawai atau tenaga kerja mendapat jaminan keselamatan dan

kesehatan kerja baik secara fisik, sosial, dan psikologis.

e. Agar setiap peralatan kerja digunakan secara baik dan selektif.

f. Agar semua hasil produksi dipelihara keamanannya

g. Agar adanya jaminan atas pemeliharaan dan peningkatan kesehatan gizi

pegawai/tenaga kerja.

2. Konsep Pengendalian Bahaya Akibat Kerja

Pengendalian bahaya yang menjadi objek dalam Keselamatan dan Kesehatan

Kerja (K3) mencangkup semua bahaya yang dapat mengganggu keselamatan dan

kesehatan pekerja. Menurut Ramli (2010), pengendalian bahaya tersebut dapat

dilakukan dengan beberapa pendekatan sebagai berikut :

a. Pendekatan energi

Kecelakaan bermula karena adanya sumber energi yang mengalir

mencapai penerima. Pendekatan energi untuk mengendalikan kecelakaan

dilakukan melalui 3 titik, yaitu :

1. Pengendalian pada sumber bahaya

Page 32: INTERVENSI PENYULUHAN MENGGUNAKAN MEDIA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37321/1/ZUBAIDI... · INTERVENSI PENYULUHAN MENGGUNAKAN MEDIA LEMBAR BALIK ... 3. Ibu

12

Bahaya sebagai sumber terjadinya kecelakaan dapat dikendalikan langsung

pada sumbernya dengan melakukan pengendalian secara teknis atau

administratif.

2. Pendekatan pada jalan energi

Pendekatan ini dapat dilakukan dengan melakukan penetrasi pada jalan energi

sehingga intesitas energi yang mengalir ke penerima dapat dikurangi

3. Pengendalian pada penerima

Pendekatan ini dilakukan melalui pengendalian terhadap penerima.Salah satu

upaya yaitu dengan Penggunaan Alat Pelindung Diri (APD). Pendekatan ini

dapat dilakukan jika pengendalian pada sumber atau jalannya energi tidak

dapat dilakukan dengan efektif.

b. Pendekatan manusia

Pendekatan secara manusia didasarkan hasil statistik yang menyatakan

bahwa 85 % kecelakaan disebabkan oleh faktor manusia dengan tindakan yang

tidak aman. Untuk meningkatkan kesadaran dan kepedulian mengenai K3

dilakukan berbagai pendekatan dan program K3 antara lain:

1. Pembinaan dan pelatihan

2. Promosi K3 dan kampanye K3

3. Pembinaan Perilaku Aman

4. Pengawasan dan inspeksi K3

5. Audit K3

6. Komunikasi K3

7. Pengembangan prosedur kerja aman

c. Pendekatan Teknis

Page 33: INTERVENSI PENYULUHAN MENGGUNAKAN MEDIA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37321/1/ZUBAIDI... · INTERVENSI PENYULUHAN MENGGUNAKAN MEDIA LEMBAR BALIK ... 3. Ibu

13

Pendekatan teknis menyangkut kondisi fisik, peralatan, material, proses

maupun lingkungan kerja yang tidak aman. Untuk mencegah kecelakaan yang

bersifat teknis dilakukan upaya keselamatan antara lain :

1. Rancang bangun yang aman yang disesuaikan dengan persyaratan teknis dan

standar yang berlaku untuk menjamin kelaikan instalasi atau peralatan kerja

2. Sistem pengaman pada peralatan atau instalasi untuk mencegah kecelakaan

dalam pengoperasian alat atau instalasi.

d. Pendekatan Administratif

Pendekatan secara administratif biasanya kebijakan dari pihak manajemen

dan dapat dilakukan dengan berbagai cara antara lain:

1. Pengaturan waktu dan jam kerja sehingga tingkat kelelahan dan paparan

bahaya dapat dikurangi

2. Penyediaan alat keselamatan kerja

3. Mengembangkan dan menetapkan prosedur dan peraturan tentang K3.

4. Mengatur pola kerja, sistem produksi dan proses kerja.

e. Pendekatan Manajemen

Banyak kecelakaan yang disebabkan faktor manajemen yang tidak

kondusif sehingga mendorong terjadinya kecelakaan pendekatan manajemen

merupakan pedekatan yang mengarah kepada kebijakan perusahaan. Perusahaan

bertindak koeperatif dengan menyediakan segala upaya dalam mencegah

terjadinya kecelakaan kerja yang dapat merugikan perusahaan. Upaya

pencegahan yang dapat dilakukan antara lain :

1. Menerapkan sistem manajemen keselamatan dan kesehatan kerja (SMK3).

2. Mengembangkan organisasi K3 yang efektif.

Page 34: INTERVENSI PENYULUHAN MENGGUNAKAN MEDIA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37321/1/ZUBAIDI... · INTERVENSI PENYULUHAN MENGGUNAKAN MEDIA LEMBAR BALIK ... 3. Ibu

14

3. Mengembangkan komitmen dan kepemimpinan dalam K3, khususnya untuk

manajemen tingkat atas.

B. Bengkel Las

1. Pengertian Las

Pengelasan merupakan penyambungan dua bahan atau lebih yang didasarkan

pada prinsip-prinsip proses difusi, sehingga terjadi penyatuan bagian bahan yang

disambung. Kelebihan sambungan las adalah konstruksi ringan, dapat menahan

kekuatan yang tinggi, mudah pelaksanaannya, serta cukup ekonomis. Namun

kelemahan yang paling utama adalah terjadinya perubahan struktur mikro bahan yang

dilas, sehingga terjadi perubahan sifat fisik maupun mekanis dari bahan yang dilas.

Untuk berhasilnya penyambungan diperlukan beberapa persyaratan yang harus

dipenuhi, yakni (Sriwidharto, 2001):

a. Bahwa benda cair tersebut dapat cair/lebur oleh panas

b. Bahwa antara benda-benda padat yang disambung tersebut terdapat kesesuaian

sifat lasnya sehingga tidak melemahkan dan menggagalkan sambungan tersebut

c. Bahwa car-cara penyambungan sesuai dengan sifat benda padat dan tujuan

penyambungannya

2. Jenis-jenis Pengelasan

Berdasarkan proses pengelasan, maka pengelasan terbagi menjadi dua antara

lain (Bintoro, 1999) :

a. Las Oksi Asetilen (las karbit)

Las oksi asetilen merupakan proses pengelasan secara manual dengan

pemanasan permukaan logam yang akan dilas atau disambung sampai mencair oleh

nyala gas asetilen melalui pembakaran C2H2 dengan gas O2 dengan atau tanpa

logam pengisi. Pembakaran gas C2H2 oleh oksigen (O2) dapat menghasilkan suhu

Page 35: INTERVENSI PENYULUHAN MENGGUNAKAN MEDIA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37321/1/ZUBAIDI... · INTERVENSI PENYULUHAN MENGGUNAKAN MEDIA LEMBAR BALIK ... 3. Ibu

15

yang sangat sangat tinggi sehingga dapat mencairkan logam. Gas asetilen

merupakan salah satu jenis gas yang sangat mudah terbakar dibawah pengaruh

suhu dan tekanan. Gas asetilen disimpan di dalam suatu tabung yang mampu

menahan tekanan kerja. Bahaya-bahaya yang dapat ditimbulkan oleh gas asetilen

antara lain:

a. Polimerisasi, peristiwa ini akan menyebabkan suhu gas meningkat jauh lebih

tinggi dalam waktu yang sangat singkat. Polimerisasi ini akan terjadi pada suhu

300°C, jika berada pada tekanan 1 atm. Oleh sebab itu, gas asetilen tidak boleh

disimpan atau digunakan pada suhu diatas 300°C.

b. Disosiasi, yaitu adanya panas yang ditimbulkan oleh proses pembentukan zat-zat.

Disosiasi terjadi pada suhu 600°C jika berada pada tekanan 1 atm atau 530°C jika

tekanan 3 atm. Jika terjadi disosiasi maka tekanan gas meningkat dan hal ini

sangat membahayaka karena bisa menimbulkan ledakan.

b. Las listrik

Las tahanan listrik adalah proses pengelasan yang dilakukan dengan jalan

mengalirkan arus listrik melalui bidang atau permukaan-permukaan benda yang

akan disambung. Elektroda-elektroda yang dialiri listrik digunakan untuk menekan

benda kerja dengan tekanan yang cukup. Penyambungan dua buah logam atau

lebih menjadi satu dengan jalan pelelehan atau pencairan dengan busur nyala

listrik. Tahanan yang ditimbulkan oleh arus listrik pada bidang-bidang sentuhan

akan menimbulkan panas dan berguna untuk mencairkan permukaan yang akan

disambung.

Bahaya pada las listrik yaitu, loncatan bunga api yang terjadi pada nyala

busur listrik karena adanya potensial tegangan atau beda tegangan antara ujung-

ujung elektroda dan benda kerja. Tegangan yang digunakan sangat menentukan

Page 36: INTERVENSI PENYULUHAN MENGGUNAKAN MEDIA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37321/1/ZUBAIDI... · INTERVENSI PENYULUHAN MENGGUNAKAN MEDIA LEMBAR BALIK ... 3. Ibu

16

terjadinya loncatan bunga api, semakin besar tegangan semakin mudah terjadi

loncatan bunga api listrik. Hal yang perlu diperhatikan, bahwa tegangan yang

tinggi akan membahayakan operator las, karena tubuh manusia hanya mampu

menderita tegangan listrik sekitar 42 volt. Selain penggunaan arus dan tegangan

yang bisa membahayakan operator, nyala busur listrik juga memancarkan sinar

ultra violet dan sinar infra merah yang berinteraksi sangat tinggi. Pancaran atau

radiasi dari sinar tersebut sangat membahayakan mata maupun kulit manusia

(Bintoro, 1999).

C. Bahaya Kesehatan dan Keselamatan Kerja (K3) di Bengkel Las

1) Pengertian Bahaya

Bahaya adalah sumber yang berpotensi untuk menimbulkan cidera dan

kesakitan pada manusia, kerusakan peralatan dan lingkungan atau kombinasi dari

semua itu (Frank Bird-Loss Control Management dalam Ramli, 2010). Sedangkan

menurut Soehatman Ramli (2010), bahaya adalah segala sesuatu termasuk situasi

atau tindakan yang berpotensi menimbulkan kecelakaan atau cidera pada manusia,

kerusakan atau gangguan lainnya. Karena hadirnya bahaya maka diperlukan upaya

pengendalian agar bahay tersebut tidak menimbulkan akibat yang merugikan.

Menurut Ridley (2008), bahaya merupakanfaktor instrinsik yang ada pada

suatu barang atau kondisi tertentu yang mempunyai potensi menimbulkan efek

merugikan. Sedangkan menurut Australian Standard / New Zealand Standard

4360 : 1999 memaparkan bahwa bahaya adalah sumber atau situasi yang

memiliki potensi menimbulkan kerugian.

Bahaya merupakan sifat yang melekat (inherent) dan menjadi bagian dari

suatu zat, sistem, kondisi atau peralatan. Api misalnya, secara alamiah mengandung

sifat panas yang bila mengenai benda atau tubuh manusia dapat menimbulkan

Page 37: INTERVENSI PENYULUHAN MENGGUNAKAN MEDIA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37321/1/ZUBAIDI... · INTERVENSI PENYULUHAN MENGGUNAKAN MEDIA LEMBAR BALIK ... 3. Ibu

17

kerusakan atau cedera. Pemahaman mengenai bahaya sangat penting, karena sering

salah paham dalam mendefinisikan bahaya. Bahaya sering diartikan sebagai faktor

kondisi fisik, faktor organisional, kurang pelatihan atau cara kerja yang tidak aman.

Semuanya itu bukan bahaya, tetapi faktor yang memberikan kontribusi terjadinya

kecelakaan atau keparahan dari kejadiaan.

2) Jenis Bahaya

Berdasarkan kelompoknya, bahaya dapat di bagi menjadi 2 jenis, yaitu

(Mulya, 2008) :

a. Bahaya Keselamatan (Safety Hazard)

Bahaya keselamatan (safety hazard) fokus pada keselamatan manusia

yang terlibat dalam proses, peralatan, dan teknologi. Dampak bahaya keselamatan

bersifat akut, konsekuensi tinggi, dan probabilitas untuk terjadi rendah.

Bahaya keselamatan (safety hazard) dapat menimbulkan dampak cidera,

kebakaran, dan segala kondisi yang dapat menyebabkan kecelakaan di tempat

kerja. Jenis-jenis safety hazard, antara lain :

a. Mechanical Hazard, bahaya yang terdapat pada benda atau proses yang

bergerak yang dapat menimbulkan dampak, seperti tertusuk, terpotong,

terjepit, tergores, terbentur, dan lain-lain.

b. Electrical Hazard, merupakan bahaya yang berasal dari arus listrik.

c. Chemical Hazard, bahaya bahan kimia baik dalam bentuk gas, cair, dan

padat yang mempunyai sifat mudah terbakar, mudah meledak, dan korosif.

b. Bahaya Kesehatan (Health Hazard)

Bahaya kesehatan (health hazard) fokus pada kesehatan manusia.

Dampak bahaya kesehatan bersifat kronis, konsekuensi rendah, bersifat terus-

Page 38: INTERVENSI PENYULUHAN MENGGUNAKAN MEDIA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37321/1/ZUBAIDI... · INTERVENSI PENYULUHAN MENGGUNAKAN MEDIA LEMBAR BALIK ... 3. Ibu

18

menerus, dan probabilitas untuk terjadi tinggi. Jenis-jenis health hazard, antara

lain:

a. Physical Hazard, berupa energi seperti kebisingan, radiasi, pencahayaan,

temperature ekstrim, getaran, dan lain-lain.

b. Chemical Hazard, berupa bahan kimia baik dalam bentuk gas, cair, dan

padat yang mempunyai sifat toksik, beracun, iritan, dan patologik

c. Biological Hazard, bahaya dari mikroorganisme, khususnya yang patogen

yang dapat menimbulkan gangguan kesehatan.

d. Ergonomi, merupakan bahaya yang dapat menimbulkan gangguan

kesehatan sebagai akibat ketidaksesuaian desain kerja dengan pekerja.

3) Macam-macam Bahaya K3 yang ada di Bengkel Las Ciputat

A. Bahaya Debu (fume)

1) Pengertian Debu (fume)

Debu biasanya terlihat pada setiap operasi pengelasan. Debu ini terdiri

dari komponen yang dihasilkan dari elektroda, logam dasar, dan flux pada

setiap operasi. Elektroda merupakan penghasil fume yang paling utama.

Diameter debu dalam asap las berkisar antara 0,2 mikrometer s/d 3

mikrometer. Butiran debu dengan ukuran > 0,5 mikrometer bila terhisap akan

tertahan oleh bulu hidung dan bulu pada pipa pernapasan, sedangkan yang

lebih halus akan terbawa masuk ke dalam paru-paru. Sebagian akan

dihembuskan kembali, sedangkan sebagian lain akan tertinggal dan melekat

pada kantong udara dalam paru-paru (alveoli) sehingga bila sudah

terakumulasi akan dapat menimbulkan berbagai penyakit pernapasan (Blunt

and Balchin, 2002).

Page 39: INTERVENSI PENYULUHAN MENGGUNAKAN MEDIA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37321/1/ZUBAIDI... · INTERVENSI PENYULUHAN MENGGUNAKAN MEDIA LEMBAR BALIK ... 3. Ibu

19

Komposisi kimia fume tergantung dari proses pengelasan dan

elektrodanya. Misalnya pada pengelasan dengan menggunakan elektroda

jenis law hydrogen maka di dalam asap las akan terdapat fluor (F) dan oksida

kalium dan sebagainya. Fume dapat juga di hasilkan dari pelapisan residu

pada logam. Sebagai contoh logam yang di galvanis (pelapisan seng) akan

menghasilkan asap pada saat di las. Berbagai gas berbahaya terkandung

dalam fume yang terjadi pada pekerjaan pengelasan antara lain adalah karbon

monoksida, karbon dioksida, ozon, dan nitrogen dioksida, disamping gas-gas

lain yang terbentuk dari penguraian bahan pelapis, karat dan lain-lain.

2) Dampak debu terhadap kesehatan pernafasan

Menurut Mila (2006), mekanisme penimbunan debu dalam paru-paru

dapat terjadi pada saat kita bernapas dengan menarik napas, udara yang

mengandung debu masuk ke dalam paru-paru. Jalur yang ditempuh adalah

hidung, faring trakea, bronkus, bronchioli, dan alveoli. Partikel debu yang

dapat terhirup saat bernafas berukuran antara 0,1 mikron Pada hidung dan

tenggorokan bagian bawah ada silia yang berfungsi menahan benda-benda

asing, yang kemudian dikeluarkan bersama secret atau waktu bernapas.

Ukuran partikel debu sangat berpengaruh terhadap terjadinya penyakit

pada saluran pernapasan. Dari hasil penelitian ukuran tersebut dapat

mencapai target organ sebgai berikut:

a. 5-10 mikro, akan tertahan oleh cilia pada saluran pernapasan bagian atas

b. 3-5 mikron, akan tertahan oleh saluran pernapasan bagian tengah

c. 1-3 mikron, sampai dipermukaan alveoli

d. 0,5-1 mikron, hinggap dipermukaan alveoli, selaput lendir sehingga

menyebabkan fibrosis paru.

Page 40: INTERVENSI PENYULUHAN MENGGUNAKAN MEDIA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37321/1/ZUBAIDI... · INTERVENSI PENYULUHAN MENGGUNAKAN MEDIA LEMBAR BALIK ... 3. Ibu

20

e. 0,1-0,5 mikron, melyang dipermukaan alveoli.

Debu aerosol dan gas iritan kuat menyebabkan refleksi batuk atau

spasme laring (penghentian pernapasan). Jika zat-zat ini menembus kedalam

paru-paru maka akan terjadi bronkhitis toksik, endema paru atau pneumonitis

(WHO, 1993). Menurut WHO 1996, ukuran debu partikel yang

membahyakan adalah ukuran 0,1-5 atau 10 mikron. Depkes mengisyaratkan

bahwa ukuran debu yang membahayakan berkisar 0,1 sampai 10 mikron

(Pudjiastuti, 2003).

Berdasarkan Kepmenkes RI NO. 1405/MENKES/SK/XI/2002, tanggal

19 November 2002 tentang persyaratan kesehatan lingkungan kerja di

perkantoran yaitu meliputi semua ruangan, halaman, dan area sekelilingnya

yang merupakan bagian atau yang berhubungan dengan tempat kerja untuk

perkantoran. Kandungan debu maksimal didalam udara ruangan dalam

pengukuran rata-rata 8 jam adalah sebesar 0,15 mg/m3 untuk debu total

dengan suhu 18-28 °C. Sedangkan untuk persyartan kesehatan lingkungan

diindustri yang meliputi semua ruangan dan area sekelilingnya merupakan

bagian atau berhubungan dengan tempat kerja untuk memproduksi barang

hasil industri adalah sebesar 10 mg/m3 untuk debu total dengan suhu 18-300

°C (Depkes RI, 2002). Salah satu akibat dari paparan debu secara terus

menerus adalah:

a. Penurunan Kapasitas Vital Paru

Kapsitas Vital Paru (KVP) sama dengan volume cadangan inspirasi

ditambah volume alun napas dan volume cadangan ekspirasi. Ini adalah

jumlah udara maksimum yang dapat dikeluarkan seorang dari paru,

Page 41: INTERVENSI PENYULUHAN MENGGUNAKAN MEDIA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37321/1/ZUBAIDI... · INTERVENSI PENYULUHAN MENGGUNAKAN MEDIA LEMBAR BALIK ... 3. Ibu

21

setelah terlebih dahulu mengisi paru secara maksimum dan dikeluarkan

sebanyak-banyaknya kira-kira 4600 mL (Guyton, 1997).

Kapasital vital paru adalah jumlah udara maksimum pada seseorang

yang berpindah pada satu tarikan napas. Kapasitas ini mencakup volume

cadangan inspirasi, volume tidal dan cadangan ekspirasi. Nilainya diukur

dengan menyuruh individu melakukan inspirasi maksimum, kemudian

menghembuskan sebanyak mungkin udara didalam parunya kealat

pengukur (Corwin, 2001).

3) Pencegahan Paparan Debu di Bengkel Las

a. Pengendalian secara mekanik

Usaha untuk mengurangi pengaruh fume ini secara praktis adalah

apabila fume masih dapat terlihat bernafaslah di luar kepulan fume

tersebut. Hal ini akan sangat menguntungkan bagi juru las, namun usaha

ini sangatlah sulit untuk dilaksanakan terutama pada pengelasan

ditempat yang tertutup/ kurang ventilasi. Untuk itu haruslah diingat pada

saat pengelasan di dalam ruangan tertutup atau tida cukup sirkulasi

udaranya, diperlukan adanya ventilasi mekanik. Sebagai gambaran kasar

kebutuhan udara segar tiap juru las adalah 2000 cuft per menit.

Kecepatan udara yang ditiupkan atau disedot kira-kira 0,5 meter per

detik atau 100 feet per menit.

b. Alat Pelindung Diri (APD) Masker

Menurut harry (1995), pemakaan APD sangat penting sebagai

garis pertahanan untuk melindungi pemakai sebagai akibat dari kelalaian

atau kondisi yang tidak diperkirakan. Alat pelindung diri adalah

seperangkat alat yang digunakan tenaga kerja untuk melindungi sebagian

Page 42: INTERVENSI PENYULUHAN MENGGUNAKAN MEDIA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37321/1/ZUBAIDI... · INTERVENSI PENYULUHAN MENGGUNAKAN MEDIA LEMBAR BALIK ... 3. Ibu

22

atau seluruh tubuh dari adanya potensi bahya atau kecelakaan. Alat ini

digunakan sesorang dalam melakukan pekerjaannya, yang dimaksud

untuk melindungi dirinya dari sumber bahya tertentu baik yang berasal

dari pekerjaan maupun dari lingkungan kerja. Alat pelindung diri ini

tidaklah secara sempurna dapat melindungi tubuh tetapi jika digunakan

secara teratur dan baik maka alat pelindung diri ini dapat mengurangi

tingkat keparahan yang mungkin terjadi (Budiono, 2003)

Perlindungan tenaga kerja melalui usaha-usaha teknis pengamanan

tempat, peralatan dan lingkungan kerja sangat perlu untuk diutamakan.

Namun, sering kali potensi bahaya ditempat kerja belum sepenuhnya

dikendalikan, sehingga perlu adanya alternatif solusi untuk meminialisir

potensi bahaya yang belum terkendalikan dengan menggunakan alat

pelindung diri. Alat pelindung diri yang baik adalah alat pelindung diri

yang mengerti pekerja dari mulai kenyamanan, serta memberi

perlindungan yang efektif dan murah (Suma’mur, 1996).

Pilihan peralatan dibidang ini amat luas, mulai dari masker debu

sekali pakai biasa sampai alat pernapasan isi sendiri dan memiliki nilai

kerumitan yang kompleks dari mulai kapan alat ini digunakan samapi

pada untuk bahaya apa alat ini digunakan. Jika pilihankeliru maka dapat

membahayakan pemakai dan menyebabkan apiksia. Perlu adanya

pelatihan atau promosi tentang pengenalan APD untuk lebih memahami

APD apa yang dipakai, bagaimana fasilitas pembersihan dan

pemeliharaan APD (Gill, 2005). Berdasarkan penelitian yang dilakukan

Adi (2007) menunjukan ada hubungan antara penggunaan APD (masker)

dengan kapasitas vital paru.

Page 43: INTERVENSI PENYULUHAN MENGGUNAKAN MEDIA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37321/1/ZUBAIDI... · INTERVENSI PENYULUHAN MENGGUNAKAN MEDIA LEMBAR BALIK ... 3. Ibu

23

B. Bahaya Arus Listrik

1. Pengertian Arus Listrik

Listrik merupakan suatu energi yang tidak tampak, tetapi merupakan

sumber bahaya bila tidak diperlakukan dengan baik. Besarnya kejutan yang

timbul karena listrik tergantung pada besarnya arus dan keadaan badan

manusia. Pada pengerjaan las, arus yang digunakan sangat besar, yaitu

antara 80-500 Amper. Besarnya arus digunakan tergantung dari diameter

elektroda, jenis bahan dan posisi pengelasan. Hal tersebut diatas sangat

membahayakan, bila salah satu anggota tubuh terkena aliran arus listrik.

Apabila pada saat tubuhnya sedang basah atau berkeringat, mengakibatkan

aliran arus listrik akan lebih besar dan cepat, yang dapat menimbulkan

kematian. Maka untuk mencegah hal tersebut di atas, tubuh operator harus

tidak dalam keadaan basah juga pemegang elektroda harus selalu kering

dan terisolasi dengan baik.Tingkat dari kejutan dan hubungannya dengan

besar arus adalah sebagai berikut:

a. Arus 1mA hanya menimbulkan kejutan yang kecil saja dan tidak

membahayakan

b. Arus 5 mA akan memberikan simulasi yang cukup tinggi pada otot dan

menimbulkan rasa sakit

c. Arus 10 mA akan menyebabkan rasa sakit hebat

d. Arus 20 mA akan menyebabkan terjadinya pengerutan otot sehingga

orang yang terkena tidak dapat melepaskan dirinya tanpa bantuan orang

lain.

e. Arus 50 mA sudah sangat berbahaya

f. Arus 100 mA akan mengakibatkan kematian.

Page 44: INTERVENSI PENYULUHAN MENGGUNAKAN MEDIA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37321/1/ZUBAIDI... · INTERVENSI PENYULUHAN MENGGUNAKAN MEDIA LEMBAR BALIK ... 3. Ibu

24

Cedera listrik bisa terjadi akibat tersambar petir atau menyentuh

kabel maupun sesuatu yang menghantarkan listrik dari kabel yang

terpasang.Cedera bisa berupa luka bakar ringan sampai kematian,

tergantung kepada:

a. Jenis dan kekuatan arus listrik

Secara umum, arus searah (DC) tidak terlalu berbahaya jika

dibandingkan dengan arus bolak-balik (AC). Efek AC pada tubuh

manusia sangat tergantung kepada kecepatan berubahnya arus

(frekuensi), yang diukur dalam satuan siklus/detik (hertz). Arus

frekuensi rendah (50-60 hertz) lebih berbahaya dari arus frekuensi

tinggi dan 3-5 kali lebih berbahaya dari DC pada tegangan (voltase)

dan kekuatan (ampere) yang sama.

DC cenderung menyebabkan kontraksi otot yang kuat, yang

seringkali mendorong jauh/melempar korbannya dari sumber arus. AC

sebesar 60 hertz menyebabkan otot terpaku pada posisinya, sehingga

korban tidak dapat melepaskan genggamannya pada sumber listrik.

Akibatnya korban terkena sengatan listrik lebih lama sehingga terjadi

luka bakar yang berat.Biasanya semakin tinggi tegangan dan

kekuatannya, maka semakin besar kerusakan yang ditimbulkan oleh

kedua jenis arus listrik tersebut.Kekuatan arus listrik diukur dalam

ampere. 1 miliampere (mA) sama dengan 1/1,000 ampere.

Pada arus serendah 60-100 mA dengan tegangan rendah (110-

220 volt), AC 60 hertz yang mengalir melalui dada dalam waktu

sepersekian detik bisa menyebabkan irama jantung yang tidak

beraturan, yang bisa berakibat fatal. Arus bolak-balik lebih dapat

Page 45: INTERVENSI PENYULUHAN MENGGUNAKAN MEDIA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37321/1/ZUBAIDI... · INTERVENSI PENYULUHAN MENGGUNAKAN MEDIA LEMBAR BALIK ... 3. Ibu

25

menyebabkan aritmia jantung dibanding arus searah. Arus dari AC

pada 100 mA dalam seperlima detik dapat menyebabkan fibrilasi

ventrikel dan henti jantung. Efek yang sama ditimbulkan oleh DC

sebesar 300-500 mA. Jika arus langsung mengalir ke jantung, misalnya

melalui sebuah pacemaker, maka bisa terjadi gangguan irama jantung

meskipun arus listriknya jauh lebih rendah (kurang dari 1 mA).

b. Ketahan tubuh terhadap arus listrik

Resistensi adalah kemampuan tubuh untuk menghentikan atau

memperlambat aliran arus listrik. Kebanyakan resistensi tubuh terpusat

pada kulit dan secara langsung tergantung kepada keadaan kulit.

Resistensi kulit yang kering dan sehat rata-rata adalah 40 kali lebih

besar dari resistensi kulit yang tipis dan lembab. Resistensi kulit yang

tertusuk atau tergores atau resistensi selaput lendir yang lembab

(misalnya mulut, rektum atau vagina), hanya separuh dari resistensi

kulit utuh yang lembab.Resistensi dari kulit telapak tangan atau telapak

kaki yang tebal adalah 100 kali lebih besar dari kulit yang lebih tipis.

Arus listrik banyak yang melewati kulit, karena itu energinya

banyak yang dilepaskan di permukaan. Jika resistensi kulit tinggi, maka

permukaan luka bakar yang luas dapat terjadi pada titik masuk dan

keluarnya arus, disertai dengan hangusnya jaringan diantara titik masuk

dan titik keluarnya arus listrik. Tergantung kepada resistensinya,

jaringan dalam juga bisa mengalami luka bakar.

c. Jalur arus listrik ketika masuk ke dalam tubuh

Arus listrik paling sering masuk melalui tangan, kemudian

kepala; dan paling sering keluar dari kaki. Arus listrik yang mengalir

Page 46: INTERVENSI PENYULUHAN MENGGUNAKAN MEDIA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37321/1/ZUBAIDI... · INTERVENSI PENYULUHAN MENGGUNAKAN MEDIA LEMBAR BALIK ... 3. Ibu

26

dari lengan ke lengan atau dari lengan ke tungkai bisa melewati

jantung, karena itu lebih berbahaya daripada arus listrik yang mengalir

dari tungkai ke tanah.Arus yang melewati kepala bisa menyebabkan:

1) Kejang.

2) Pendarahan otak.

3) Kelumpuhan pernapasan.

4) perubahan psikis (misalnya gangguan ingatan jangka pendek,

perubahan kepribadian, mudah tersinggung dan gangguan tidur).

5) irama jantung yang tidak beraturan.

6) Kerusakan pada mata bisa menyebabkan katarak.

d. Lamanya terkena arus listrik.

Listrik merupakan aliran eloktron-elektron dari atom ke atom

pada sebuah penghantar. Semakin lama terkena listrik maka semakin

banyak jumlah jaringan yang mengalami kerusakan. Seseorang yang

terkena arus listrik bisa mengalami luka bakar yang berat. Tetapi, jika

seseorang tersambar petir, jarang mengalami luka bakar yang berat

(luar maupun dalam) karena kejadiannya berlangsung sangat cepat

sehingga arus listrik cenderung melewati tubuh tanpa menyebabkan

kerusakan jaringan dalam yang luas. Meskipun demikian, sambaran

petir bisa menimbulkan konslet pada jantung dan paru-paru dan

melumpuhkannya serta bisa menyebabkan kerusakan pada saraf atau

otak.

2. Dampak Tersengat Arus Listrik

Listrik merupakan aliran elektron dari sebuah objek melalui

konduktor. Elektron adalah partikel terluar dari atom yang bermuatan

Page 47: INTERVENSI PENYULUHAN MENGGUNAKAN MEDIA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37321/1/ZUBAIDI... · INTERVENSI PENYULUHAN MENGGUNAKAN MEDIA LEMBAR BALIK ... 3. Ibu

27

negatif yang bila bersentuhan dengan objek, objek tersebut akan bermuatan

negatif. Ada beberapa dampak yang disebabkan sengatan listrik diantaranya

adalah:

a. trauma akibat sengatan listrik

Trauma dari serangan listrik adalah kerusakan yang disebabkan

oleh adanya aliran arus listrik yang melewati tubuh manusia dan

membakar jaringan ataupun menyebabkan terganggunya fungsi organ.

Trauma ini dapat terjadi pada kontak dengan aliran listrik bertegangan

tinggi ataupun rendah. Listrik dengan tegangan rendah lebih sering

menjadi penyebab pada trauma akibat listrik yang terjadi pada

lingkungan rumah tangga, sering disertai adanya tetani otot pada

daerah kontak listrik, dan dapat mengakibatkan gangguan pada jantung

yang dapat berakibat fatal. Trauma akibat serangan listrik berada pada

urutan kelima sebagai salah satu risiko akibat kerja. Sekitar 60-70%

dari trauma akibat serangan listrik terjadi pada aliran listrik

bertegangan rendah, dimana 50% mengalami kematian.

Tubuh manusia merupakan penghantar listrik yang baik

sehingga bila terjadi kontak langsung dengan arus listrik bisa berakibat

fatal. Arus listrik yang mengalir ke dalam tubuh manusia akan

menghasilkan panas yang dapat membakar dan menghancurkan

jaringan tubuh. Meskipun luka bakar akibat serangan arus listrik

tampak ringan, tetapi terdapat kemungkinan adanya kerusakan organ

dalam yang serius, terutama pada jantung, otot, ataupun otak yang

dapat mengakibatkan kematian. Tanda dan gejala meliputi luka bakar

Page 48: INTERVENSI PENYULUHAN MENGGUNAKAN MEDIA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37321/1/ZUBAIDI... · INTERVENSI PENYULUHAN MENGGUNAKAN MEDIA LEMBAR BALIK ... 3. Ibu

28

pada kulit, kerusakan organ dalam dan jaringan lainnya, aritmia, serta

gagal nafas.

Arus listrik dapat menyebabkan terjadinya cedera melalui tiga

cara, yaitu henti jantung (cardiac arrest), perusakan otot, saraf, dan

jaringan oleh arus listrik yang melewati tubuh, serta luka bakar termal

akibat kontak dengan sumber listrik. Cedera akibat serangan arus listrik

dapat berupa luka bakar ringan hingga kematian. Tingkat cedera yang

terjadi tergantung pada beberapa faktor, antara lain jenis dan kekuatan

arus listrik, tegangan, ketahanan tubuh terhadap arus listrik, jalur arus

listrik ketika masuk ke dalam tubuh, dan lamanya tubuh terkena

paparan arus listrik.

b. Terbakar akibat sengatan listrik

Cedera Akibat Listrik adalah kerusakan yang terjadi jika arus

listrik mengalir ke dalam tubuh manusia dan membakar jaringan

ataupun menyebabkan terganggunya fungsi suatu organ dalam. Tubuh

manusia adalah penghantar listrik yang baik. Kontak langsung dengan

arus listrik bisa berakibat fatal. Arus listrik yang mengalir ke dalam

tubuh manusia akan menghasilkan panas yang dapat membakar dan

menghancurkan jaringan tubuh. Meskipun luka bakar listrik tampak

ringan, tetapi mungkin saja telah terjadi kerusakan organ dalam yang

serius, terutama pada jantung, otot atau otak.

3. Pencegahan Arus Listrik di Bengkel Las

Industri atau perusahaan tidak mungkin terlepas dari tenaga listrik.

Listrik merupakan daya yang sangat penting dalam membantu pekerjaan

manusia. Sebagai contoh industri las tanpa adanya daya listrik proses

Page 49: INTERVENSI PENYULUHAN MENGGUNAKAN MEDIA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37321/1/ZUBAIDI... · INTERVENSI PENYULUHAN MENGGUNAKAN MEDIA LEMBAR BALIK ... 3. Ibu

29

pengelasan membutuhkan waktu yang lama, biaya yang cukup mahal

bahkan hasil pengelasan pun tidak sebaik pengelasan dengan menggunakan

las listrik. Selain memberikan maanfaat yang cukup besar bagi industri

kecil sampai industri besar risiko listrik memberikan kerugian yang cukup

besar jika penggunaannya tidak sesuai dengan ketentuan dan standar yang

dianjurkan dari mulai risiko yang sederhana seperti kesemutan saat

tersengat arus listrik bertegangan rendah, luka bakar yang ditimbulkan

akibat sengatan listrik, trauma akibat sengatan listrik sampai risiko yang

tinggi seperti hilangnya propeti (kebakaran), bahkan dapat menyebabkan

korban jiwa (kematian).

Sengatan listrik ditempat kerja tidak mungkin dihilangkan tetapi bisa

diminimalisir dengan cara:

a. Lakukan perawatan dan penggantian pada alat-alat listrik yang sudah

rusak. Melakukan perawatan listrik merupakan keharusan bagi industri

besar maupun kecil dengan perawatan bisa di ketahui item listrik mana

yang perlu diganti.

b. Hindari penggunaan rol listrik secara menumpuk. kebiasaan memang

sulit untuk di hilangkan begitu juga kebiasaan menggunakan rol listrik

secara menumpuk. penggunaan rol listrik secara menumpuk bisa

mengakibatkan konsleting listrik karna daya yang ada di rol tidak sesuai

kapasitas alat. Konsleting listrik bisa berakibat fatal yaitu bisa

menyebabkan kebakaran berdasarkan survei yang dilakukan Dinas

Pemadaman DKI sepanjang tahun angka kebakaran mencapai rata-rata

800 kali atau 2-3 kali kebakaran setiap harinya dan 70 % diakibatkan

karena konsleting listrik.

Page 50: INTERVENSI PENYULUHAN MENGGUNAKAN MEDIA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37321/1/ZUBAIDI... · INTERVENSI PENYULUHAN MENGGUNAKAN MEDIA LEMBAR BALIK ... 3. Ibu

30

c. Hindari penggunaan arus listrik ilegal penggunaan alustrik ilegal dengan

cara menggunakan alus listrik tanpa izin dari pihak PLN bisa berisiko

sangat fatal selain hukuman pidana saksi pasal 378 yaitu pasal pencurian

penggunaan arus listrik ilegal dapat menyebabkan konsleting listrik

biasanya diakibatkan karena gesekan instalasi yang disambung secara

ilegal.

d. Gunakan sarung tangan dan alas kaki (sepatu atau sandal) saat bekerja.

Penggunaan sarung tangan dan alas kaki dalam bekerja sangatlah

penting yaitu untuk menghindari bersentuhan langsung dengan listrik

biasanya ditempat kerja banyak kabel kabel yang terkelupas dan robek

yang tidak diketahui pekerja.

e. Membersihkan dan menjaga lingkungan kerja agar tetap bersih untuk

menghindari air, minyak atau tinner yang berserakan yang

memungkinkan menimbulkan bahaya untuk pekerja

f. Menggunakan kabel listrik sesuai standar SNI

g. Isolasi kabel atau sambungan kabel yang terkelupas (terbuka)

Untuk mempermudah pertolongan kepada penderita, penolong harus

dapat membedakan kecelakaan ini satu sama lain. Bagaimanapun

keterlambatan pertolongan akan dapat mengakibatkan fatal kepada

penderita. Cara-cara untuk menolong bahaya akibat kecelakaan listrik yaitu:

a. Matikan stop kontak (switch off) dengan segera

b. Berikan pertolongan pertama sesuai dengan kecelakaan yang dialami

oleh penderira. Apabila tidak sempat mematikan stop kontak dengan

segera, maka hindarkanlah penderita dari aliran listrik dengan memakai

Page 51: INTERVENSI PENYULUHAN MENGGUNAKAN MEDIA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37321/1/ZUBAIDI... · INTERVENSI PENYULUHAN MENGGUNAKAN MEDIA LEMBAR BALIK ... 3. Ibu

31

alat-alat kering yang tidak bersifat konduktor (jangan gunakan bahan

logam. Cara-caranya adalah sebagai berikut :

1. Tarik penderita dengan benda kering (karet, plastik, kayu, dan

sejenisnya) pada bagian-bagian pakaian yang kering.

2. Penolong berdiri pada bahan yang tidak bersifat konduktor (

papan, sepatu karet)

3. Doronglah penderita dengan alat yang sudah disediakan.

4. Bawalah kerumah sakit dengan segera.

C. Bahaya Kebakaram

1. Pengertian Kebakaran

Kebakaran adalah suatu insiden akibat dari api yang bekerja tidak

pada tempatnya, yang terjadi antara api, bahan bakar, dan oksigen (Astra

Internasional, 2001). Kebakaran dapat terjadi karena proses persenyawaan

antara bahan bakar, oksigen dan panas (Akhmadsyah, 2009). Kebakaran

dapat menyebabkan kerusakan pada properti tempat kerja, luka bakar

bahkan kehilangan nyawa pekerja. Kebanyakan dari tempat kerja las yang

ada diciputat dalam melakukan proses pengelasan dan pemotongan besi

menghasilkan panas sehingga memicu dan mudah terjadinya kebakaran

(Lestari, 2007).

Menurut Ramli (2010) kebakaran adalah api yang tidak terkendali

artinya diluar kemampuan dan keinginan manusia. Api unggun misalnya

walaupun berkobar besar dan tinggi, belum bisa disebut dengan kebakaran

karena masih dalam kendali dan diinginkan terjadinya. Api tidak terjadi

begitu saja tetapi merupakan suatu proses kimiawi antara uap bahan bakar

dengan oksigen dan bantuan panas. Teori ini dikenal dengan segi tiga api

Page 52: INTERVENSI PENYULUHAN MENGGUNAKAN MEDIA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37321/1/ZUBAIDI... · INTERVENSI PENYULUHAN MENGGUNAKAN MEDIA LEMBAR BALIK ... 3. Ibu

32

(fire triangle). Menurut teori ini, kebakaran terjadi karena adanya 3 faktor

yang menjadi unsur api diantaranya adalah:

1. Oksigen

Oksigen adalah suatu unsur/zat yang sangat dibutuhkan bagi

kehidupan manusia, binatang dan tumbuh-tumbuhan. Demikian pula api,

tanpa kehadiran oksigen, api tidak akan terjadi. Dalam proses

pembakaran, oksigen merupakan alat oksidasi. Didalam beberapa

pengelasan dalam operasi pemotongan besi menggunakan grinda dalam

proses pemotongannya mengeluarkan percikan api yang dapat memicu

terjadinya kebakaran jika dilingkungan kerja babyak bahan bahan yang

mudah terbakar.

Permasalah yang paling besar adalah ketika dilingkungan kerja

bengkel las memiliki ventilasi minim sehingga semakin memudahkan

terjadinya kebakaran karena dipicu oleh adanya kandungan oksigen dari

udara yang meningkat sehingga meningkatkan risiko terjadinya

kebakaran. Karena minimnya ventilasi udara dibengkel las sehingga

menyebabkan berkumpulnya udara disatu sisi yang memudahkan

terjadinya kebakaran, item yang tadinya tidak mudah terbakar

diatsmosfer normal dapat menjadi mudah terbakar dan jika terjadi

kebakaran maka kebakaran tersebut sangat sulit untuk dipadamkan.

2. Sumber panas

Sumber panas adalah pemicu kebakaran dengan energi yang cukup

untuk menyalakan campuran antara bahan bakar dan oksigen yang ada

diudara. Selain memiliki energi yang cukup untuk menyalakan

campuran antara bahan bakar dan oksigen sumber panas juga merupakan

Page 53: INTERVENSI PENYULUHAN MENGGUNAKAN MEDIA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37321/1/ZUBAIDI... · INTERVENSI PENYULUHAN MENGGUNAKAN MEDIA LEMBAR BALIK ... 3. Ibu

33

pemicu yang paling utama menyebabkan terjadinya kebakaran

contohnya saja ketika bensi dan minyak tanah disiramkan kedalam

plastik tanpa udara masih bisa menghasilkan api walaupun menghasilkan

api yang tidak cukup besar. Sumber panas tidak mungkin tidak ada

dalam proses pengelasan untuk menghindari terjadinya kebakaran yang

terjadi dibengkel las adalah dengan cara mencegah sumber-sumber

pengapian berdekatan atau adanya jarak dengan bahan yang mudah

terbakar karena itu merupakan kunci untuk mencegahan terjadinya

kebakaran dibengkel las.

3. Bahan bakar

Unsur bahan bakar baik padat, cair atau gas yang dapat terbakar

dan bercampur dengan oksigen dari udara. Risiko terjadinya kebakran

dibengkel las terjadi bukan hanya dipicu dengan adanya sumber panas

dan oksigen akan tetapi kebakaran yang terjadi dibengkel las dipicu

dengan adanya bahan-bahan yang mudah terbakar seperti tumpukan

kardus-kardus bekas, bahan kimia yang mudah terbakar seperti bensin,

tinner dan bahan kimia lainnya yang rentan terhadap nyala api.

2. Dampak Bahaya Kebakaran

Kebakaran mengandung berbagai potensi bahaya baik bagi manusia,

harta benda maupun lingkungan. Bahaya yang paling utama dari suatu

kebakaran yang terjadi adalah sebagai berikut:

a. Terbakar api secara langsung

Misalnya karena terjebak dalam api yang sedang berkobar. Panas

yang tinggi akan mengakibatkan luka bakar, bahkan korban dapat

Page 54: INTERVENSI PENYULUHAN MENGGUNAKAN MEDIA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37321/1/ZUBAIDI... · INTERVENSI PENYULUHAN MENGGUNAKAN MEDIA LEMBAR BALIK ... 3. Ibu

34

hangus. Luka bakar akibat api biasanya dibedakan menurut derajat

lukanya diantaranya adalah

1) Derajat 1 merupakan luka bakar ringan, efek merah dan kering pada

kulit seperti terkena matahari

2) Derajat 2 luka bakar dengan kedalaman lebih dari 0,1 mm

menimbulkan dampak epidermis atau lapisan luar kulit dan melepuh

sehingga menimbulkan semacam gelembungan berair

3) Derajat 3 luka bakar dengan kedalam lebih dari 2 mm, mengakibatkan

kulit mengering, hangus dan melepuh besar.

b. Terjebak karena asap yang ditimbulkan kebakaran.

Kematian dalam kebakaran paling banyak ditimbulkan karena

asap. Kematian akibat asap dapat disebabkan dua faktor yaitu, karena

kekurangan oksigen dan kedua adalah karena terhirup gas beracun. Pada

saat kebakaran terjadi, asap yang terbentuk akan mengusir oksigen dari

ruangan sehingga ruangan menjadi sesak. Kondisi ini korban akan

kekurangan oksigen dan asap masuk kedalam paru-paru. Selain itu juga

asap kebakaran memgandung berbagai jenis zat berbahaya dan beracun

tergantung jenis bahan yang terbakar.

c. Bahaya ikutan akibat kebakaran,

Kejatuhan benda akibat runtuhnya konstruksi. Bahaya ini banyak

terjadi dan mengancam keselamatan penghuni, bahkan juga petugas

pemadam kebakaran yang memasuki suatu bangunan yang sedang

terbakar. Bahaya ikutan lainnya yang bersumber dari ledakan bahan atau

material lainnya yang terdapat dalam ruangan yang terbakar. Salah satu

Page 55: INTERVENSI PENYULUHAN MENGGUNAKAN MEDIA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37321/1/ZUBAIDI... · INTERVENSI PENYULUHAN MENGGUNAKAN MEDIA LEMBAR BALIK ... 3. Ibu

35

bahaya ikutan yang sering terjadi adalah ledakan gas yang terkena

paparan panas.

d. Trauma akibat kebakaran.

Bahaya ini juga banyak mengancam korban kebakaran yang

terperangkap, panik, kehilangan orientasi dan akhirnya dapat berakibat

fatal. Hal ini terjadi dalam kebakaran gedung bertingkat dimana

penghuninya kesulitan orientasi untuk mencari jalan keluar yang sudah

dipenuhi asap.

3. Pencegahan Bahaya Kebakaran

1. Mencegah penyalaan api

Prinsip pertama dalam mencegah kebakaran adalah dengan

menghindarkan terjadinya suatu penyalaan. Mencegah terjadinya

penyalaan sangatlah efektif karena tanpa tidak adanya percikan api maka

api tidak akan terjadi. Tanpa dimulai dengan adanya nyala api kebakaran

tidak akan terjadi.

2. Area dimana biasanya pengelasan dilakukan harus dijaga bebas dari

semua bahan yang mudah terbakar bila perlu melakukan pengelasan

diruang terbuka. Jika tempatnya tidak memadai sebaiknya bahan yang

mudah terbakar dialokasikan ketempat yang aman jauh dari percikan api

dilindungi dengan bahan yang tidak mudah terbakar

3. Adanya ventilasi. Ventilasi dibengkel las sangat penti selain untuk

sirkulasi uadara ventilasi dibengkel las juga dapat menghindara

penumpukan oksigen diruang las dan jika terjadi kebakaran ventilasi ini

berfungsi untuk memudahkan asap api keluar dari ruangan sehingga

kadar asap dalam ruangan bisa berkurang.

Page 56: INTERVENSI PENYULUHAN MENGGUNAKAN MEDIA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37321/1/ZUBAIDI... · INTERVENSI PENYULUHAN MENGGUNAKAN MEDIA LEMBAR BALIK ... 3. Ibu

36

D. Bahaya Radiasi

1) Pengertian Radiasi

Kegiatan pengelasan berorientasi dalam menyatukan logam-logam

yang akan menghasilkan percikan api dan pecahan-pecahan logam berupa

partikel kecil. Pengelasan bukanlah suatu pekerjaan yang mudah karena

memiliki risiko fisik yang sangat tinggi sehingga dalam pengerjaannya

memerlukan keahlian serta peralatan khusus agar seorang pengelas tidak

terkena kecelakaan kerja. Salah satu organ tubuh yang sangat sensitif dalam

menanggapi respon dari sekitarnya terutama dalam menanggapi rangsangan

intensitas cahaya yang terlalu lemah atau pun terlalu kuat adalah mata.

Untuk seorang pekerja di bidang pengelasan, terlalu sering berhadapan

dengan cahaya intensitas tinggi akan memberi dampak pada sistem kerja

matanya. Menurut penelitian yang dilakukan oleh Lyon (1977), fisikawan

radiasi optik, terdapat sinar-sinar elektromagnetik yang dihasilkan selama

proses pengelasan tersebut dan terkait dengan indra mata yaitu salah

satunya sinar ultraviolet. Sinar ini dapat menembus alat pelindung diri

sehingga mempengaruhi kesehatan mata pekerja.

Jurnal Canadian Centre for Accupational Health & Safety (2008)

menambahkan bahwa kegiatan pengelasan akan menghasilkan radiasi non

pengion. Radiasi merupakan transmisi energi melalui emisi berkas cahaya

atau gelombang. Energi radiasi bisa terletak di rentang sinar tampak, tetapi

dapat pula lebih besar atau lebih kecil dibandingkan sinar tampak. Dua

sinar utama nonpengion tersebut antara lain (Canadian Centre for

Occupational Health & Safety, 2008):

Page 57: INTERVENSI PENYULUHAN MENGGUNAKAN MEDIA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37321/1/ZUBAIDI... · INTERVENSI PENYULUHAN MENGGUNAKAN MEDIA LEMBAR BALIK ... 3. Ibu

37

a. Sinar ultraviolet

Selama proses pengelasan akan timbul cahaya atau sinar yang dapat

membahayakan pekerja las dan pekerja lainnya yang ada dilingkungan las.

Sinar ultraviolet sebenarnya adalah pancaran yang mudah terserap, tetapi

sinar ini memiliki pengaruh yang cukup besar terhadap reaksi kimia yang

ditimbulkan didalam tubuh. Jika sinar ultraviolet tersebut diserap oleh lensa

mata dan kornea maka pada mata terasa seakan-akan terdapat benda asing

didalamnya. Sinar ultra violet sebenarnya adalah pancaran yang mudah

terserap, tetapi sinar ini mempunyai pengaruh yang besar terhadap reaksi

kimia yang terjadi dalam tubuh. Efek kesehatan akibat dari radiasi ultraviolet

dapat menyebabkan:

1. Mata

Mata merupakan organ vital bagi manusia tanpa indra mata manusia

sulit untuk melakukan aktivitas selain vital indra mata sangat sensitif

terhadap lingkungan terutama lingkungan dan bahaya yang ada

dilingkungan kerja bengkel las. Salah satunya adalah paparan sinar

ultraviolet Bila sinar ultraviolet yang terserap oleh lensa dan kornea mata

melebihi jumlah tertentu maka pada mata akan terasa seakan-akan ada

benda asing didalamnya. Dalam waktu antara 6 sampai 12 jam kemudian

mata menjadi sakit selama 6 sampai 24 ja pada umumnya rasa sakit ini

akan hilang setelah 48 jam. Menurut jane blunt dan nigel C Balchin

(2002), efek kesehatan yang diakibatkan dari paparan sinar ultraviolet

busur las menyebabkan mata menjadi merah, berair dan menyakitkan dan

jika paparannya secara terus menurus akan mengakibatkan degenerasi

Page 58: INTERVENSI PENYULUHAN MENGGUNAKAN MEDIA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37321/1/ZUBAIDI... · INTERVENSI PENYULUHAN MENGGUNAKAN MEDIA LEMBAR BALIK ... 3. Ibu

38

retina dan peradangan pada kornea mata sehingga sipenderita dapat

mengalami katarak dan kebutaan.

2. Kulit

Selain mata kulit juga merupakan indra yang sangat sensitif. Kulit

merupakan indra yang sangat penting untuk merespon lingkungan atau

meraba pada suatu objek kepekaan kulit terhadap benda dapat

mendeskripsikan suatu benda tanpa melihat benda tersebut. Selain

berfungsi untuk kepekaan kulit juga berguna untuk proses kimiawi tubuh

yaitu mengeluarkan keringat sebagai proses evavokasi yang terjadi

didalam tubuh. Ketika tubuh terpapar panas pada siang hari atau sedang

melakukan aktivitas fisik kulit sangat berfungsi sekali untuk menetralisisr

panasnya suhu tubvuh dengan cara mengeluarkan keringat dari pori-pori

kulit.

Paparan radiasi ultraviolet terhadap kulit yang tidak terlindungi

secara berkepanjangan menyebabkan luka bakar pada kulit sehingga kulit

menjadi mati dan tidak peka lagi terhadap respon yang ada dilingkungan

sehingga kulit sukar untuk merasakan apa-apa yang disentuh oleh kulit.

Selain luka bakar paparan radiasi panas secara berkepanjangan

menyebabkan peradangan pada kulit yang ditandai oleh eritema (kulit

merah), edema (pembengkakan), rasa gatal dan panas di kulit, serta

permukaan kulit bergelembung berisi cairan, yang biasanya terjadi di

tangan, lengan bawah, atau wajah (Suma’mur, 1996). Akibat paparan

radiasi sinar ultraviolet secara terus-menerus menyebabkan penuaan dini

pada kulit bahkan lebih parah lagi menyebabkan kanker kulit.

Page 59: INTERVENSI PENYULUHAN MENGGUNAKAN MEDIA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37321/1/ZUBAIDI... · INTERVENSI PENYULUHAN MENGGUNAKAN MEDIA LEMBAR BALIK ... 3. Ibu

39

b. Sinar Inframerah

Sinar inframerah di sinari oleh benda-benda pijar seperti dapur atau tanur

atau bahan-bahan pijar lainnya, sinar inframerah berasal dari busur las listrik.

Sinar inframerah dapat menyebabkan katarak pada pekerja bengkel las. Sinar

inframerah tidak segera terasa oleh mata, karena sinar inframerah itu lebih

berbahaya tidak diketahui, tidak terasa dan tidak terlihat. Pengaruh sinar

inframerah sama dengan pengaruh panas yaitu menyebabkan pembengkakan

pada kelopak mata, terjadinya penyakit kornea, presbiopia yang terlalu dini

(terjadinya kerabunan). Selain berbahaya pada kulit sinar inframerah juga

dapat menyebabkan terbakarnya pada kulit berulang-ulang (mula-mula

merah kemudian memar dan selanjutnya terkelupas yang sangat ringan)

c. Cahaya tampak

Benda kerja dan bahan tambah yang mencair pada las busur manual

mengeluarkan cahaya tampak semua cahaya tampak yang masuk kemata

akan diteruskan oleh lensa dan kornea mata ke retina mata. Bila cahaya ini

terlalu kuat maka mata akan segera menjadi lelah dan jika terlalu lama

mungkin menjadi sakit. Rasa lelah dan sakit pada mata bersifat sementara

(Prasetya, 2012).

2) Pencegahan paparan radiasi las

1) Menggunakan pelindung mata dan muka ketika melakukan pengelasan,

yaitu kedok atau helm las

2) Menggunakan peralatan keselamatan dan kesehatan kerja (pakaian

pelindung) pakaian kerja, apron / jaket las, sarung tangan, sepatu

keselamatan kerja.

Page 60: INTERVENSI PENYULUHAN MENGGUNAKAN MEDIA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37321/1/ZUBAIDI... · INTERVENSI PENYULUHAN MENGGUNAKAN MEDIA LEMBAR BALIK ... 3. Ibu

40

3) Mebuat batas atau pelindung daerah pengelasan agar orang lain tidak

terganggu

4) Pakaian yang digunakan bahan yang tidak mudah meleleh sehingga

mudah dilepaskan jingga terbakjar.

5) Menggunakan sarung tangan las untuk menghindari terjadinya

kontaminasi bahan kimia

6) Alat pelindung diri harus sesuai dengan standar

D. Promosi K3 sebagai Proses Peningkatan Pengetahuan

1. Pengertian Promosi

Promosi kesehatan menurut Green (2007) suatu gabungan dari usaha

pendidikan kesehatan, pengorganisasian dan keekonomian yang dirancang untuk

menghasilkan perubahan tingkah laku dan lingkungan yang mendukung praktik pola

hidup sehat. Pengertian tersebut masih bersifat umum, untuk kepentingan

masyarakat pekerja yang memang memiliki ciri-ciri khusus, yang membedakan ciri

tersebut dengan masyarakat umum dalam hal karakteristik lingkungan kerja, yaitu

adanya pola shift kerja, lokasi kerja, dan lain-lain. Pengertian atau definisi tersebut

berubah menjadi “Promosi Kesehatan di tempat kerja adalah ilmu dan seni untuk

menolong pekerja mengubah gaya hidup mereka agar bergerak menuju status

kesehatan dan kapasitas kerja yang optimal, sehingga berkontribusi bagi kesehatan

dan keselamatan di tempat kerja, dan dapat meningkatkan kinerja dan produktivitas

perusahaan. Kesehatan optimal adalah derajat tertinggi dari kesejahteraan fisik,

emosional, mental, sosial, spiritual dan ekonomi”.

Kapasitas kerja optimal adalah kemampuan untuk bekerja dengan kuat dan

senang tanpa kelelahan yang berarti, dengan masih tersedia energi untuk menyenangi

hobi, aktivitas rekreasi dan menghadapi gawat darurat yang tak terduga. Perubahan

Page 61: INTERVENSI PENYULUHAN MENGGUNAKAN MEDIA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37321/1/ZUBAIDI... · INTERVENSI PENYULUHAN MENGGUNAKAN MEDIA LEMBAR BALIK ... 3. Ibu

41

gaya hidup dapat dimudahkan dengan kombinasi upaya aktifitas organisasi,

pendidikan dan lingkungan yang mendukung praktek hidup sehat (Modjo, 2007).

Promosi kesehatan kerja adalah serangkaian kegiatan yang terkait dengan

pendidikan dan pengorganisasian yang melibatkan organisasi kerja, komunitas

lingkungan ditempat kerja yang didesain khusus untuk memperbaiki dan mendukung

secara kondusif prilaku kesehatan baik prilaku hidup maupun prilaku bekerja untuk

terciptanya kapasitas kerja dan kondisi kesehatan dan keselamatan pekerja yang

optimal. Promosi kesehatan dan keselamatan pekerja adalah sebagai alat dan seni

untuk mengubah perilaku bekerja untuk terciptanya status kesehatan dan kapasitas

kerja yang optimal sehingga memberi peran baik untuk peningkatan produktivitas

dan pengurangan biaya (anggaran) untuk biaya pengobatan akibat kecelakaan dan

penyakit akibat kerja (Kurniawidjaja, 2011).

Menurut WHO Expert Committee On Health Promotion In The Worksetting

(1988) menekankan bahwa promosi K3 merupakan komponen penting dari

pelayanan K3 dan menegaskan bahwa prinsip K3 tidak terbatas pada upaya

pencegahan dan pengendalian efek buruk terhadap kesehatan dan keselamatan

pekerja, tetapi bergerak dan berfokus juga terhadap promosi keselamatan dan

kesehatan pekerja. Hal ini sejalan dengan ruang lingkup keselamatan dan kesehatan

pekerja yang diperluas tidak hanya berfokus pada kesehatan dan keselamatan tetapi

juga mencakup pada aspek psikologi dan sosial serta kemampuan menjalankan

kehidupan produktif secara sosial dan ekonomi.

Promosi K3 adalah suatu usaha yang dilakukan untuk mendorong dan

menguatkan kesadaran serta prilaku pekerja tentang K3 sehingga dapat melindungi

pekerja, properti, dan lingkungan (Pasman, 2001). Program promosi K3 menjadi

efektif apabila terjadi perubahan sikap dan prilaku pada pekerja. Undang-undang

Page 62: INTERVENSI PENYULUHAN MENGGUNAKAN MEDIA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37321/1/ZUBAIDI... · INTERVENSI PENYULUHAN MENGGUNAKAN MEDIA LEMBAR BALIK ... 3. Ibu

42

kesehatan yang mendukung pelaksanaan program promosi K3 yaitu undang-undang

no.23 tahun 1992 pasal 10, mengenai upaya kesehatan dengan pendekatan

pemeliharaan, peningkatan kesehatan, pencegahan penyakit, penyembuhan penyakit,

dan pemulihan kesehatan secara menyeluruh, terpadu dan berkesinambungan.

Pelayanan kesehatan kerja dilaksanakan melalui peningkatan kesehatan, pencegahan

penyakit termasuk pengendalian faktor risiko, penyembuhan penyakit dan pemulihan

kesehatan.

Promosi kesehatan sebagai pendekatan kesehatan terhadap faktor perilaku

kesehatan, maka kegiatannya tidak terlepas dari faktor – faktor yang menentukan

perilaku tersebut. Kegiatan promosi kesehatan harus disesuaikan dengan determinan

(faktor yang mempengaruhi perilaku itu sendiri). Menurut Green perilaku ini

ditentukan oleh 3 faktor utama antara lain:

a. Faktor Pendorong (predisposing factors) Faktor-faktor yang mempermudah

terjadinya perilaku seseorang, antara lain pengetahuan, sikap, keyakinan,

kepercayaan, nilai-nilai, tradisi, dan sebagainya.

b. Faktor Pemungkin (enabling factor) Faktor-faktor yang memungkinkan atau

memfasilitasi perilaku atau tindakan mencakup lingkungan fisik, tersedia atau

tidak tersedianya fasilitas-fasilitas atau sarana-sarana keselamatan kerja

c. Faktor penguat (reinforcement factor) Faktor yang mendorong atau memperkuat

terjadinya perilaku, yang terdiri dari peraturan dan juga sikap serta perilaku tokoh

masyarakat, tokoh agama, petugas kesehatan, dan sebagainya.

2. Manfaat Promosi K3

Menurut Schuler dan Jackson tahun 1999 apabila perusahaan dapat

melaksanakan program K3 dengan baik, maka perusahaan akan dapat memperoleh

manfaat sebagai berikut:

Page 63: INTERVENSI PENYULUHAN MENGGUNAKAN MEDIA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37321/1/ZUBAIDI... · INTERVENSI PENYULUHAN MENGGUNAKAN MEDIA LEMBAR BALIK ... 3. Ibu

43

a. Meningkatkan produktivitas karena menurunnya jumlah hari kerja yang hilang.

b. Meningkatnya efisiensi dan kualitas pekerja yang lebih komitmen.

c. Menurunnya biaya-biaya kesehatan dan asuransi.

d. Tingkat kompensasi pekerja dan pembayaran langsung yang lebih rendah karena

menurunnya pengajuan klaim.

e. Fleksibilitas dan adaptabilitas yang lebih besar sebagai akibat dari partisipasi

dan ras kepemilikan.

f. Rasio seleksi tenaga kerja yang lebih baik karena meningkatkan citra

perusahaan.

g. Perusahaan dapat meningkatkan keuntungannya secara substansial

Menurut Modjo (2007), manfaat penerapan program promosi keselamatan dan

kesehatan kerja di perusahaan antara lain:

a. Pengurangan absentisme. Perusahaan yang melaksanakan program keselamatan

dan kesehatan kerja secara serius, akan dapat menekan angka risiko kecelakaan

dan penyakit kerja dalam tempat kerja, sehingga karyawan yang tidak masuk

karena alasan cedera dan sakit akibat kerja pun juga semakin berkurang. secara

signifikan dari jumlah anggota dari sebuah pusat kebugaran travelers yang tidak

masuk kerja lebih sedikit dari pada jumlah pekerja yang yang absen dihari kerja.

Didupont setiap dolar yang diinvestasikan untuk promosi kesehatan

ditempat kerja menyumbang 1,42 US dolar lebih rendah pada biaya ketidak

hadiran pekerja selama priode lebih dari dua tahun. Selain itu juga perusahaan

Johnson mengurangi rata-rata absentisme mereka hingga 15% dalam dua tahun

melalui program kesehatan pekerja. Mereka juga memotong biaya rumah sakit

hingga 34% hanya dalam tiga tahun (WHO, 1998).

a. Incidence Rate

Number of workers absent

Page 64: INTERVENSI PENYULUHAN MENGGUNAKAN MEDIA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37321/1/ZUBAIDI... · INTERVENSI PENYULUHAN MENGGUNAKAN MEDIA LEMBAR BALIK ... 3. Ibu

44

................................................. X 100

Total employeees

Ex. Menghitung incidence rate suatu perusahaan yang memiliki jumlah

karyawan 250 orang, jika dalam satu minggu ada 15 karyawan yang tidak

masuk (absent) maka berapakah incidence rate perusahaan tersebut?

Jawab :

Incidence rate :

15 : 250 x 100 = 6 %

Intepretasi : setiap 100 karyawan pada perusahaan ini, dalam seminggu ada 6

orang yang absent

b. Absence Rate

Number of hours absent

.................................................... X 100

Number of hours usually worked

Ex. Jika 250 karyawan pada perusahaan bekerja selama 40 jam setiap

minggunya, sementara 15 karyawan masing-masing tidak masuk selama 3

hari maka berapakah absence rate perusahaan tersebut?

Jawab :

15 (3 x 8 jam)

Absence rate = ............................ X 100

240 X 40 Jam

= 3,6%

Intepretasi :

ada sekitar 3,6 % dari jam kerja hilang karena karyawan absen/tidak masuk

c. Severity Rate

Average number of hours lost by absent employee

............................................................................................ X100

Average number of hours usually worked

Ex. Jika 3 karyawan di suatu perusahaan mengalami sakit selama 8 jam,

maka berpa saverity rate nya?

3 x 8 24

................. X 100 = ............. X 100 = 20 %

3 x 40 120

Intepretasi :

Page 65: INTERVENSI PENYULUHAN MENGGUNAKAN MEDIA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37321/1/ZUBAIDI... · INTERVENSI PENYULUHAN MENGGUNAKAN MEDIA LEMBAR BALIK ... 3. Ibu

45

20 % of the scheduled time was lost !

b. Pengurangan biaya klaim kesehatan. Karyawan yang bekerja pada perusahaan

yang benar-benar memperhatikan kesehatan dan keselamatan kerja

karyawannya kemungkinan untuk mengalami cedera atau sakit akibat kerja

adalah kecil, sehingga makin kecil pula kemungkinan klaim pengobatan/

kesehatan dari mereka. Rata-rata biaya pengobatan perorang pertahun di Aerika

Serikat mencapai 3000 US dolar. Pencegahan penyakit menyumbang sekitar

70% dari seluruh total biaya karena sakit. Sebagian besar dari biaya tersebut

berhubungan dengan kebiasaan hidup sehat. Langkah yang signifikan terhadap

pengurangan konsumsi biaya pengobatan kesehatan dan keselamatan kerja

dengan cara mengimplementasikan program promosi kesehatan dan

keselamatan kerja (Harries, 2006).

c. Pengurangan turnover pekerja. Perusahaan yang menerapkan program K3

mengirim pesan yang jelas pada pekerja bahwa manajemen menghargai dan

memperhatikan kesejahteraan mereka, sehingga menyebabkan para pekerja

menjadi merasa lebih nyaman dan bahagia dan tidak ingin keluar dari

pekerjaannya. Pekerja yang merasa nyaman dan sehat ditempat kerja dapat

mengurangi biaya yang harus dikeluarkan oleh perusahaan untuk membayar dan

melatih pekerja yang baru. Sebuah studi di Tenneco menemukan bahwa pekerja

yang berpartisipasi dalam program promosi kesehatan memiliki peluang yang

lebih besar untuk terus dapat bekerja dari pada yang tidak berpartisipasi. Sekitar

3,5 % pekerja yang mengalami turnover dibandingkan dengan sebuah

perusahaan besar yang mengalami turnover pekerja sebesar 10,3% (Grosh,

2008)

d. Peningkatan moral dan produktivitas. Untuk kelanjutan usaha dalam

meningkatkan sumber daya mereka, produktivitas pekerja menjadi faktor yang

Page 66: INTERVENSI PENYULUHAN MENGGUNAKAN MEDIA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37321/1/ZUBAIDI... · INTERVENSI PENYULUHAN MENGGUNAKAN MEDIA LEMBAR BALIK ... 3. Ibu

46

menentukan kunci kesuksesan. Meskipun, tidak mudah untuk mengukur

pengurangan biaya pengobatan kesehatan, peningkatan produktivitas pekerja

dan peningkatan moral, dapat memberikan pengaruh pada keuntungan dan

organisasi. Program promosi kesehatan dan keselamatan pekerja memegang

peranan yang penting dalam memelihara dan meningkatkan produktivitas dan

moral pekerja. hasil studi Union Pacific Railroad menemukan bahwa 80% dari

pekerja percaya bahwa program exercise di perusahaan membantu mereka untuk

meningkatkan produktivitas mereka dan 75% pekerja merasakan bahwa exercise

yang teratur membantu mereka untuk lebih berkonsentrasi dalam bekerja

(Grosh, 2006).

Menurut Malthis dan Jackson 2002 menyebutkan, manfaat program

keselamatan dan kesehatan kerja yang terkelola dengan baik adalah:

1. Penurunan biaya premi asuransi

2. Menghemat biaya litigasi

3. Lebih sedikitnya uang yang dibayarkan kepada pekerja untuk waktu kerja

mereka yang hilang

4. Biaya yang lebih rendah untuk melatih pekerja baru

5. Menurunnya lembur

6. Meningkatnya produktivitas

E. Pengetahuan

1. Definisi Pengetahuan

Pengetahuan merupakan hasil dari tahu dan ini terjadi setelah seseorang

melakukan penginderaan terhadap suatu obyek tertentu. Penginderaan ini terjadi

melalui panca indera manusia, yaitu indera penglihatan, pendengaran, penciuman,

rasa dan raba. Sebagian besar pengetahuan manusia diperoleh melalui mata dan

Page 67: INTERVENSI PENYULUHAN MENGGUNAKAN MEDIA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37321/1/ZUBAIDI... · INTERVENSI PENYULUHAN MENGGUNAKAN MEDIA LEMBAR BALIK ... 3. Ibu

47

telinga. Pengetahuan merupakan domain yang sangat penting untuk terbentuknya

perilaku seseorang (Notoatmodjo, 2003).

Ada 6 tingkatan pengetahuan yang dicakup dalam domain kognitif, yakni :

a. Tahu (know)

Diartikan sebagai mengingat suatu materi yang telah di pelajari

sebelumnya. termasuk ke dalam pengetahuan tingkat ini adalah mengingat

kembali (recall) terhadap sesuatu yang spesifik dari keseluruhan bahan yang

dipelajari atau rangsangan yang telah diterima. Kata kerja untuk mengukur bahwa

orang tahu tentang apa yang dipelajari antara lain menyebutkan, menguraikan,

mengidentifikasi, menyatakan, dan sebagainya

b. Memahami (comprehension)

Diartikan sebagai suatu kemempuan untuk menjelaskan secara benar

tentang obyek yang diketahui dan dapat menginterpretasikan materi tersebut

secara benar. Orang yang telah paham terhadap obyek atau materi harus dapat

menjelaskan, menyebutkan contoh, menyimpulkan, meramalkan dan sebagainya

c. Menerapkan (application)

Aplikasi diartikan sebagai suatu kemampuan untuk menggunakan materi

yang telah di pelajari pada kondisi yang sebenarnya. Aplikasi disini dapat

diartikan sebagai aplikasi atau penggunaan hokum-hukum, rumus, metode,

prinsip, dan sebagainya dalam konteks atau situasi yang nyata

d. Analisis (analysis)

Analisa dalah suatu kemampuan untuk menjabarkan materi atau obyek ke

dalam komponen–komponen tetapi masih di dalam satu struktur organisasi dan

masih ada kaitannya satu sama lainnya. Kemampuan analisis ini dapat dilihat dari

Page 68: INTERVENSI PENYULUHAN MENGGUNAKAN MEDIA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37321/1/ZUBAIDI... · INTERVENSI PENYULUHAN MENGGUNAKAN MEDIA LEMBAR BALIK ... 3. Ibu

48

penggunaan kata kerja seperti dapat menggambarkan, membedakan, memisahkan,

mengelompokkan dan sebagainya.

e. Sintesa (Synthesis)

Menunjukkan kepada suatu kemampuan untuk meletakkan atau

menghubungkan bagia –bagian di dalam suatu bentuk keseluruhan yang baru.

Dengan kata lain, sintesis adalah kemampuan untuk menyusun formulas –

formulasi yang ada.

f. Evaluasi (Evaluation)

Evaluasi ini berkaitan dengan kemempuan untuk melakukan justifikasi

atau penilaian terhadap suatu obyek atau materi. Penilaian–penilaian ini

didasarkan pada suatu kriteria yang ditentukan sendiri atau menggunakan

kriteria–kriteria yang telah ada.

Indikator yang dapat digunakan untuk mengetahui tingkatan pengetahuan

kesehatan dapat dikelompokan menjadi (Fitriani, 2011)

1) Pengetahuan tentang sakit dan penyakit, yang meliputi penyebab penyakit,

gejala atau tanda-tanda penyakit, cara pengobatan, cara penularan, cara

pencegahan dan sebagainya.

2) Pengetahuan tentang cara pemeliharaan kesehatan dan hidup sehat

3) Pengetahuan tentang kesehatan lingkungan

F. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Pengetahuan

Menurut Mubarok (2007), pengetahuan seseorang dapat dipengaruhi oleh

beberapa faktor, yaitu :

1. Umur

Semakin tua seseorang maka semakin sulit untuk menyerap ilmu pengetahuan

yang diajarkan, tidak seperti anak muda yang mudah dalam menerima pengetahuan

Page 69: INTERVENSI PENYULUHAN MENGGUNAKAN MEDIA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37321/1/ZUBAIDI... · INTERVENSI PENYULUHAN MENGGUNAKAN MEDIA LEMBAR BALIK ... 3. Ibu

49

baru. Dilihat dari tuntutan hidup orang yang berkeluarga dan berusia tua lebih banyak

memiliki tuntutan hidup dibandingkan dengan orang dengan usia muda (remaja) usia

muda belum memikirkan tanggungan hidup yang berat sehingga lebih mudah

menyerap pengetahuan baru dibandingkan orang yang berumuran tua. Selain itu

penyerapan pengetahuan juga dipengaruhi oleh daya ingat seseorang.

Pada orang dewasa, umur dikelompokan menjadi (Hurlock, 1999):

a. Dewasa Awal (18-40 tahun)

Pada masa dewasa awal individu mulai dapat merencanakan atau

membuat hipotesis tentang masalah-masalah mereka, pemekiran lebih realistis,

bertanggung jawab, menerima perbedaan pendapat, dan melibatkan

intelektualitas pada situasi yang memiliki konsekuensi besar dalam tujuan jangka

panjang, seperti pencapaian karir dan pengetahuan. Selain itu, kemampuan

kognitif semakin meningkat pada masa dewasa ini.

b. Dewasa Madya (41-60 tahun)

Pada dewasa madya, kemampuan kognitif mengalami penurunan karena

daya ingat yang menurun ketika informasi yang dicoba untuk diingat adalah

informasi yang disimpan baru-baru ini atau tidak sering digunakan. Daya ingat

juga cendrung menurut untuk mengingat (reall) dari pada untuk mengenali

(recognize).

c. Dewasa Akhir (61 tahun keatas)

Pada masa ini, kemampuan kognitif semakin mengalami penurunan

karena adanya proses penuaan yang dialami setiap orang.

2. Tingkat Pendidikan

Pendidikan adalah suatu usaha untuk mengembangkan kepribadian dan

kemampuan di dalam dan di luar sekolah dan berlangsung seumur hidup. Pendidikan

Page 70: INTERVENSI PENYULUHAN MENGGUNAKAN MEDIA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37321/1/ZUBAIDI... · INTERVENSI PENYULUHAN MENGGUNAKAN MEDIA LEMBAR BALIK ... 3. Ibu

50

mempengaruhi proses belajar, makin tinggi pendidikan seeorang makin mudah orang

tersebut untuk menerima informasi. Pendidikan tinggi maka seseorang akan

cenderung untuk mendapatkan informasi, baik dari orang lain maupun dari media

massa. Semakin banyak informasi yang masuk semakin banyak pula pengetahuan

yang didapat tentang kesehatan. Pengetahuan sangat erat kaitannya dengan

pendidikan dimana diharapkan seseorang dengan pendidikan tinggi, maka orang

tersebut akan semakin luas pula pengetahuannya. Namun perlu ditekankan bahwa

seorang yang berpendidikan rendah tidak berarti mutlak berpengetahuan rendah pula.

Peningkatan pengetahuan tidak mutlak diperoleh di pendidikan formal, akan tetapi

juga dapat diperoleh pada pendidikan non formal. Pengetahuan seseorang tentang

sesuatu obyek juga mengandung dua aspek yaitu aspek positif dan negatif. Kedua

aspek inilah yang akhirnya akan menentukan sikap seseorang terhadap obyek

tertentu. Semakin banyak aspek positif dari obyek yang diketahui, akan

menumbuhkan sikap makin positif terhadap obyek tersebut (Notoatmodjo, 2007).

Tingkat pendidikan seseorang akan mempengaruhi dalam memberi respon

terhadap sesuatu yang datang dari luar. Orang yang berpendidikan tinggi akan

memberi respon yang lebih rasional terhadap informasi yang datang, mereka akan

berpikir sejauh mana keuntungan yang mungkin akan mereka peroleh dari gagasan

tersebut. berdasarkan pernyataan tersebut dapat disimpulkan bahwa pendidikan yang

rendah cendrung memiliki pengetahuan yang rendah pula (Suriasumantri, 2001).

Tingkat pendidikan dapat dikatagorikan menjadi (Wulan, 2010)

a. Pendidikan dasar: Sekolah Dasar (SD), Sekolah Menengah Pertama (SMP)

b. Pendidikan menengah : Sekolah Menengah Atas (SMA)

c. Pendidikan tinggi : diploma, sarjana, magister, doktor

Page 71: INTERVENSI PENYULUHAN MENGGUNAKAN MEDIA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37321/1/ZUBAIDI... · INTERVENSI PENYULUHAN MENGGUNAKAN MEDIA LEMBAR BALIK ... 3. Ibu

51

3. Sumber Informasi

Sumber informasi berhubungan dengan pengetahuan, baik dari orang maupun

media (Notoatmodjo, 2007). Sumber informasi dari orang itu mempengaruhi

pengetahuan seseorang, yang dipengaruhi antara lain: masyarakat baik teman bergaul

maupun tenaga kesehatan. Selain itu, sumber informasi juga dapata diperoleh dari

pengalaman seseorang mengikuti kegiatan pendidikan seperti seminar, penyuluhan

dan sebagainya (Sarwono, 1997).

Dalam proses peningkatan pengetahuan agar diperoleh hasil yang efektif

diperlukan alat bantu atau media. Fungsi media dalam pembentukan pengetahuan

seseorang yaitu menyampaikan informasi atau menyampaiakn pesan-pesan

(Notoatmodjo, 2007). Melalui berbagai media, baik cetak maupun elektronik,

berbagai informasi dapat diterima oleh masyarakat, sehingga seseorang yang lebih

sering terpapar media massa cendrung memiliki informasi yang lebih banyak

dibandingkan orang yang lebih sedikit terpapar oleh media massa. Hal ini berarti

paparan media mempengaruhi tingkat pengetahuan yang dimiliki oleh seseorang

(Wulan, 2010).

4. Pekerjaan

Lingkungan pekerjaan dapat menjadikan seseorang meperoleh pengalaman

dan pengetahuan baik secara langsung maupun tidak langsung.

5. Pengalaman

Pengalaman adalah suatu kejadian yang pernah dialami seeorang dalam

berinteraksi dengan lingkungannya. Ada kecendrungan pengalaman yang kurang

baik seseorang akan berusaha untuk melupakan, namun jika pengalaman terhadap

objek tersebut menyenangkan maka secara psikologis akan timbul kesan yang sangat

Page 72: INTERVENSI PENYULUHAN MENGGUNAKAN MEDIA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37321/1/ZUBAIDI... · INTERVENSI PENYULUHAN MENGGUNAKAN MEDIA LEMBAR BALIK ... 3. Ibu

52

mendalam dan membekas dalam emosi kejiwaannya, dan akhirnya dapat pula

membentuk sikap positif dalam kehidupannya.

Semakinorang berpengalaman akan satu objek makan semakin memahami dan

tahu pula orang tersebut akan objek tersebut pengalaman sebagai sumber

pengetahuan adalah suatu cara untuk memperoleh kebenaran pengetahuan dengan

cara mengulang kembali pengetahuan yang diperoleh dalam memecahkan masalah

yang dihadapi masa lalu. Notoatmodjo (2003) mengatakan pengetahuan diperoleh

dari pengalaman sendiri atau pengalaman orang lain. Seorang anak memperoleh

pengetahuan bahwa apa itu panas adalah setelah memperoleh pengalaman tangan

atau kakinya kena panas. Seorang ibu akan mengimunisasikan anaknya setelah

melihat anak tetangganya kena penyakit polio sehingga cacat, karena anak tersebut

belum pernah memperoleh imunisasi polio. Pengalaman belajar dalam bekerja yang

dikembangkan memberikan pengetahuan dan keterampilan professional serta

pengalaman belajar selama bekerja akan dapat mengembangkan kemampuan dalam

mengambil keputusan yang merupakan manifestasi dari keterpaduan menalar secara

ilmiah dan etika yang bertolak dari masalah nyata dalam bidang kerja.

6. Kebudayaan Lingkungan sekitar

Kebudayaan dimana kita hidup dan dibesarkan mempunyai pengaruh besar

terhadap pembentukan sikap kita. apa bila dalam suatu wilayah mempunyai budaya

untuk menjaga kebersihan lingkungan maka sangat mungkin masyarakat sekitarnya

mempunyai sikap untuk selalu menjaga kebersihan lingkungan, karena lingkungan

sangat berpengaruh dalam pembentukan sikap pribadi atau sikap seseorang.

Segala sesuatu yang ada di sekitar individu, baik lingkungan fisik, biologis,

maupun sosial. Lingkungan berpengaruh terhadap proses masuknya pengetahuan ke

dalam individu yang berada dalam lingkungan tersebut. Hal ini terjadi karena adanya

Page 73: INTERVENSI PENYULUHAN MENGGUNAKAN MEDIA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37321/1/ZUBAIDI... · INTERVENSI PENYULUHAN MENGGUNAKAN MEDIA LEMBAR BALIK ... 3. Ibu

53

interaksi timbal balik ataupun tindakan yang akan direspon sebagai pengetahuan oleh

setiap individu.

G. Pengukuran Pengengetahuan

Pengetahuan kesehatan dapat diukur dengan mengajukan pertanyaan secara

langsung (wawancara) atau melalui pertanyaan tertulis (kuisioner). Sedangkan perubahan

pengetahuan didapatkan dari selisih skor pengetahuan sebelum dan sesudah intervensi.

Pengetahuan dikatakan meningkat apabila selisih skor pengetahuan sebelum dan sesudah

intervensi sebesar ≥ 10 point, sedangkan dikatakan menurun apabila selisih skor

pengetahuan sebelum dan sesudah intervensi sebesar < 10 poin (Nurazizah, 2011).

Pengukuran pengetahuan juga dapat di lakukan dengan wawancara atau angket

yang menyatakan tentang isi materi yang ingin diukur dari subjek penelitian atau

responden. Kedalaman pengetahuan yang ingin kita ketahui atau kita ketahui atau kita

ukur dapat disesuaikan dengan tingkatan domain diatas. Pengukuran pengetahuan

dimaksud untuk mengetahui status pengetahuan seseorang dan disajikan dalam

persentase kemudian ditafsirkan dengan kalimat yang bersifat kualitiatif, yaitu

(Notoatmodjo, 2003)

1. Baik: bila subjek mampu menjawab dengan benar 76-100% dari seluruh pertanyaan

2. Cukup: bila subjek mampu menjawab dengan benar 60-75% dari seluruh

pertanyaan.

3. Kurang: bila subjek mampu menjawab pertanyaan benar < 60% dari seluruh

pertanyaan.

H. Pendidikan Kesehatan

1. Definisi Pendidikan Kesehatan

Menurut WHO pendidikan kesehatan merupakan proses untuk meningkatkan

kemampuan masyarakat dalam memelihara dan meningkatkan kesehatan masyarakat.

Page 74: INTERVENSI PENYULUHAN MENGGUNAKAN MEDIA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37321/1/ZUBAIDI... · INTERVENSI PENYULUHAN MENGGUNAKAN MEDIA LEMBAR BALIK ... 3. Ibu

54

Untuk mencapai drajat kesehatan yang sempurna baik fisik, mental, dan sosial

masyarakat harus mempu mengenal dan mewujudkan aspirasinya, kebutuhannya, dan

mampu mengubah atau mengatasi lingkungan nya.Pendidikan kesehatan adalah

upaya mempengaruhi masyarakat agar menghentikan perilaku berisisko tinggi dan

menggantikannya dengan perilaku aman atau berisiko rendah (Depkes RI, 2004).

2. Metode Pendidikan Kesehatan

a. Metode Pendidikan Individu (perorangan)

Dalam pendidikan kesehatan, metode pendidikan yang bersifat

individual ini digunakan untuk membina perilaku baru, membentuk perilaku

baru, atau membina seseorang yang mulai tertarik kepada suatu perubahan

perilaku atau inovasi (Notoatmodjo, 2007). Dasar digunakannya pendekatan

individu adalah karena setiap orang memiliki masalah atau alasan yang berbeda-

beda sehubungan dengan penerimaan atau prilaku baru tersebut. metode

pendidikan individu ini antara lain bimbingan dan penyuluhan serta wawancara.

Dengan pendekatan individu seseorang akan lebih merasa nyaman atau adanya

kecocokan sehingga mempermudah adopsi pendidikan untuk mendapatkan

perilaku baru.

b. Metode Pendidikan Kelompok

Dalam memilih metode promosi kelompok, harus mengingat besarnya

kelompok sasaran serta tingkat pendidikan formal dari sasaran. Untuk kelompok

yang besar, metodenya akan lain dengan kelompok yang kecil. Efektivitas suatu

metode akan tergantung pula pada besarnya sasaran pendidikan. Adapun

metode-metode pendidikan yang termasuk pendidikan kelompok melalui

seminar, diskusi kelompok, curah pendapat, bola salju, kelompok-kelompok

kecil, role play, permainan simulasi, dan penyuluhan.

Page 75: INTERVENSI PENYULUHAN MENGGUNAKAN MEDIA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37321/1/ZUBAIDI... · INTERVENSI PENYULUHAN MENGGUNAKAN MEDIA LEMBAR BALIK ... 3. Ibu

55

Salah satu kegiatan pendidikan kesehatan adalah pemberian informasi

atau pesan kesehatan berupa penyuluhan kesehatan untuk memberikan atau

meningkatkan pengetahuan dan sikap seseorang tentang kesehatan melalu

teknik praktik belajar atau instruksi dengan tujuan mengubah atau

mempengaruhi perilaku manusia baik secara individu, kelompok maupun

masyarakat untuk dapat lebih mandiri agar memudahkan terjadinya perilaku

sehat (Liliweri, 2007). Penyuluhan kesehatan merupakan suatu proses yang

berlangsung secara terus menerus, yang kemajuannya harus diamati terutama

kepada mereka yang memberi penyuluhan.

Tujuan pendidikan kesehatan dengan metode penyuluhan adalah untuk

meningkatkan pengetahuan. Pengetahuan akan menjadi titik tolak perubahan

sikap dan gaya hidup. Pada akhirnya yang menjadi tujuan pendidikan kesehatan

adalah perubahan perilaku dan meningkatkan kepatuhan yang selanjutnya akan

meningkatkan kualitas hidup. Untuk meningkatkan pengetahuan dapat

dilakukan perubahan dengan memberikan pendididkan kesehatan (Liliweri,

2007).

Materi atau pesan yang akan disampaikan hendaknya disesuaikan

dengan kebutuhan sasaran penyuluhan sehingga materi yang disampaikan dapat

dirasakan langsung manfaatnya. Materi atau pesan penyuluhan dapat

disampaikan menggunakan media atau alat bantu pendidikan untuk membantu

pendidikan dalam menyampaikan bahan pendidikan serta untuk menarik

perhatian sasaran pendidikan.

Dalam penyuluhan, ada beberapa faktor yang mempengaruhi

keberhasilan penyuluhan antara lain (Notoatmodjo, 2007):

Page 76: INTERVENSI PENYULUHAN MENGGUNAKAN MEDIA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37321/1/ZUBAIDI... · INTERVENSI PENYULUHAN MENGGUNAKAN MEDIA LEMBAR BALIK ... 3. Ibu

56

1) Faktor penyuluh : kurang persiapan, kurang menguasai materi yang akan

dijelaskan, penampilan kurang meyakinkan sasaran, bahsa yang digunakan

kurang dapat dimengerti oleh sasaran karena terlalu banyak menggunakan

istilah asing, suara terlalu kecil, penampilan materi penyuluhan monoton

sehingga membosankan bagi sasaran.

2) Faktor sasaran : tingkat pendidikan terlalu rendah, tingkat sosial ekonomi

terlalu rendah, kepercayaan dan adat istiadat yang telah tertanam sehingga

sulit untuk diubah, kondisi yang tidak mungkin terjadi perubahan.

3) Faktor proses dalam penyuluhan : waktu penyuluhan tidak sesuai dengan

waktu yang diinginkan sasaran, tempat penyuluhan dilakukan didekat tempat

keramaian sehingga mengganggu proses penyuluhan adanya kebisingan

diarea pubrik, jumlah sasaran terlalu banyak, alat peraga dalam memberikan

penyuluhan kurang, metode yang digunakan kurang tepat, bahasa yang

digunakan sulit dimengerti oleh sasaran.

c. Metode Pendidikan Massa

Metode pendidikan (pendekatan) massa cocok untuk

mengkomunikasikan pesan-pesan kesehatan yang ditujukan kepada masyarakat.

Oleh karena sasaran pendidikan ini bersifat umum, dalam arti tidak

membedakan golongan umur, jenis kelamin, pekerjaan status sosial ekonomi,

tingkat pendidikan, dan sebagainya, maka pesan-pesan kesehatan yang akan

disampaikan harus dirancang sedemikian rupa sehingga dapat ditangkap oleh

massa tersebut. Pendekatan ini biasanya digunakan untuk menggugah

awareness atau kesadaran masyarakat terhadap suatu inovasi, dan belum begitu

diharapkan untuk sampai pada perubahan perilaku. Namun demikian bila

Page 77: INTERVENSI PENYULUHAN MENGGUNAKAN MEDIA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37321/1/ZUBAIDI... · INTERVENSI PENYULUHAN MENGGUNAKAN MEDIA LEMBAR BALIK ... 3. Ibu

57

kemudian dapat berpengaruh terhadap perubahan perilaku juga merupakan hal

yang wajar.

I. Media Pendidikan Kesehatan

Media promosi merupakan sarana atau upaya untuk menampilkan pesan atau

informasi yang akan disampaikan oleh komunikator, baik itu melalui media cetak,

elektronik dan media luar ruang, sehingga sasaran dapat meningkat pengetahuannya

yang akhirnya diharapkan dapat berubah perilakunya kearah positif terhadap kesehatan

(Notoatmodjo, 2007). Menurut Suhardjo (2003), media sebagai sarana belajar

mengandung pesan atau gagasan sebagai perantara untuk menunjang proses belajar atau

penyuluhan tertentu yang telah direncanakan.

Tujuan media kesehatan adalah untuk mempermudah penyampaian informasi,

menghindari kesalahan persepsi, memperjelas informasi, mempermudah pengertian,

mengurangi komunikasi yang verbalistik, dapat menampilkan objek yang tidak dapat

dilihat oleh mata, memperlancar komunikasi untuk lebih mudah diserap dan diterima

oleh orang yang membaca dan mendengarkan.

Adapun pemilihan media sebagai berikut pemilihan media didasarkan pada selera

dan kebutuhan khalayak sasaran bukan pada selera petugas (provider) atau pengelola

program, pemilihan media harus memberikan dampak yang luas bagi khalayak sasaran,

media-media yang dibuat mempunyai peran yang berbeda-beda, penggunaan berbagai

media secara serempak dan terpadu akan meningkatkan cakupan, frekuensi dan

efektivitas pesan

Media pendidikan kesehatan disebut juga sebagai alat peraga karena berfungsi

membantu dan memeragakan sesuatu dalam proses pendidikan atau pengajaran. Prinsip

pembuatan alat peraga atau media bahwa pengetahuan yang ada pada setiap orang

Page 78: INTERVENSI PENYULUHAN MENGGUNAKAN MEDIA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37321/1/ZUBAIDI... · INTERVENSI PENYULUHAN MENGGUNAKAN MEDIA LEMBAR BALIK ... 3. Ibu

58

diterima atau ditangkap melalui panca indra (Heri, 2009). Semakin banyak pancaindra

yang digunakan, semakin banyak dan semakin jelas pula pengertian atau pengetahuan

yang diperoleh. Hal ini menunjukkan bahwa keberadaan alat peraga dimaksudkan

mengerahkan indera sebanyak mungkin pada suatu objek sehingga memudahkan

pemahaman. Menurut penelitian para ahli, panca indera yang paling banyak menyalurkan

pengetahuan ke otak adalah mata (kurang lebih 75% - 87%), sedangkan 13%-25%

pengetahuan manusia diperoleh atau disalurkan melalui indra lainnya (D. J. Maulana,

2009).

Berdasarkan fungsinya sebagai penyalur pesan kesehatan, media dibedakana

menjadi tiga diantaranya adalah:

1. Media Cetak

Media ini mengutamakan pesan-pesan visual, biasanya terdiri dari gambaran

sejumlah kata, gambar atau foto dalam tata warna. Ada beberapa kelebihan media

cetak antara lain tahan lama, tidak memerlukan listrik, mempermudah pemahaman

dan dapat meningkatkan gairah belajar. Media cetak memiliki kelemahan yaitu tidak

dapat menstimulir efek gerak dan efek suara dan mudah terlipat (Depkes RI, 2004).

Yang termasuk dalam media cetak antara lain:

a. Lembar Balik Salah satu contoh media yang sering digunakan dimasyarakat umum

adalah lembar balik (Depkes RI, 2004). Lembar balik merupakan lembaran-

lembaran kertas yang dibundel menjadi satu dengan jilid ring sehingga dapat

dibalikan, yang berisi pesan dan diterangkan dengan gambar yang menjelaskan

suatu topik secara cukup rinci. Setiap topik bahasan tertentu selalu terdiri dari 2

halaman, satu halaman bergambar dengan teks terbatas menghadap kearah peserta

sedangkan halaman yang menghadap fasilitator berisikan informasi kunci dan

Page 79: INTERVENSI PENYULUHAN MENGGUNAKAN MEDIA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37321/1/ZUBAIDI... · INTERVENSI PENYULUHAN MENGGUNAKAN MEDIA LEMBAR BALIK ... 3. Ibu

59

pertanyaan diskusi yang mejadi acuan pembahasan topik tersebut (Dirjen PPM &

PL 2003). Syarat-syarat lembar balik adalah:

1. Berisikan gambar-gambar untuk menjelaskan pesan yang hendak disampaikan

2. Di lembar baliknya terdapat kalimat penjelasan gambar

3. Mudah dibawa oleh penyuluh

4. Ukuran disesuaikan dengan target/jumlah peserta

5. Gambar yang ditayangkan menarik, mudah dipahami dan sesuai dengan

penjelasan yang disampaikan.

Sedangkan menurut Suyatno (2008) lembar balik adalah kumpulan

ringkasan, skema, gambar, tabel yang dibuka secara berurutan berdasarkan topik

materi pembelajaran. Cara penggunaan lembar balik bergantung metode apa yang

akan digunakan. Jika metode yang digunakan ceramah maka lembar balik langsung

dibuka sesuai dengan topik pembicaraan untuk diterangkan atau ditulis hal-hal

yang perlu dituliskan. Dalam menggunakan lembar balik haruslah menggunakan

bahasa yang sederhana dan mudah dimengerti oleh masyarakat. Dengan adanya

media lembar balik ini diharapkan dapat diperoleh bahan informasi yang bersifat

standard, sehingga penyimpangan informasi mengenai konsep dan subtansi dasar

sebuah program yang akan dijelaskan dapat terhindarkan.

Dengan menggunakan lembar balik, proses pendidikan dan belajar menjadi

lebih mudah dan lebih menarik bagi penerima pesan maupun pemberi pesan. Bagi

penerima pesan gambar dan tulisan serta komposisi warna tulisan dapat membantu

dan mempermudah proses pemahaman. Sedangkan bagi pemberi pesan teks yang

tertera pada halaman belakang dapat membantu mempermudah penyampaian

pesan. Cara menggunakan lembar balik yaitu langsung dibuka sesuai dengan topik

pembicaraan untuk diterangkan kepada peserta penyuluhan (Dirjen PPM & PL

Page 80: INTERVENSI PENYULUHAN MENGGUNAKAN MEDIA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37321/1/ZUBAIDI... · INTERVENSI PENYULUHAN MENGGUNAKAN MEDIA LEMBAR BALIK ... 3. Ibu

60

2003). Berdasarkan penggunaannya media ini memiliki kelebihan dan kekurangan

diantaranya adalah:

1. Kelebihan media lembar balik

a. Tidak perlu listrik

b. Ekonomis, tidak memerlukan film atau printer untuk menghasilkan bahan

persentasi

c. Warna bisa ditambahkan dengan mudah

d. Peluang untuk spontanitas. Setiap kemungkinan didetik terakhir bisa tetap

diekspresikan dengan baik

e. Dapat digunakan dalam metode pembelajaran inovatif apapun

f. Lebih praktis

g. Bendel lembar balik mudah dibawa kemana saja tergantung tempat

persentasi

h. Menghemat media pengajaran

i. Peserta tidak mudah bosan sehingga peserta lebih berimajinasi dalam

mengembangkan ide-idenya dalam belajar

j. Fleksibilitas

2. Adapun kekurangnnnya adalah:

a. Sulit dibaca karena keterbatasan tulisan

b. ukurannya kurang efektif untuk khalayak lebih dari 12 orang

c. agak kaku saat penggunaannya karena urutan lembarnya sulit diubah-ubah

d. memerlukan biaya relatif agak mahal.

2. Media elektronik

Media ini merupakan media yang bergerak dinamis, dapat dilihat dan didengar

serta penyampaiannya melalui alat bantu elektronika. Seperti halnya media cetak,

Page 81: INTERVENSI PENYULUHAN MENGGUNAKAN MEDIA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37321/1/ZUBAIDI... · INTERVENSI PENYULUHAN MENGGUNAKAN MEDIA LEMBAR BALIK ... 3. Ibu

61

media elektronik ini memiliki kelebihan antara lain lebih mudah dipahami, lebih

menarik, sudah dikenal masyrakat, bertatap muka, mengikut sertakan seluruh panca

indera, penyajiannya dapat diulang-ulang serta jangkaunnya lebih besar. Kelemahan

dari media ini adalah biaya lebih tinggi, sedikit rumit, perlu listrik dan alat canggih

untuk produksinya, perlu persiapan matang, peralatan selalu berkembang dan berubah,

perlu keterampilan penyimpanan dan keterampilan untuk mengoprasikannya ketika

alat yang digunakan salah untuk dioprasikan maka bisa saja pesan yang disampaiakan

tidak tersampaiakn dengan baik (Notoatmodjo, 2007).

3. Media Luar Ruangan

Media menyampaiakan pesannya diluar ruang, bisa melalui media cetak

maupun media elektronik misalnya melalui papan reklame, spanduk, pameran,

banner, dan televisi layar lebar. Kelebihan dari media ini adalah lebih mudah

dipahami, lebih menarik, sebagai informasi umum dan hiburan, mengikutsertakan

seluruh panca indera, penyajian dapat dikendalikan dan jangkaunnya relatif besar.

Kelemahan dari media ini adalah biaya lebih tinggi, perlu alat canggih untuk

produksinya dan membutuhkan persiapan matang.

J. Kerangka Teori

Bahaya K3 yang banyak terjadi di bengkel las disebabkan karena perilaku tidak

aman (unsafe act) serta kondisi atau lingkungan kerja yang tidak aman (unsafe

condition). Bahaya K3 dapat di minimalisir dengan perilaku pekerja yang aman

sedangkan perilaku aman timbul dari kesadaran dan kesadaran itu sendiri timbul dari

adanya pengetahuan. Menurut teori Green menyatakan bahwa perilaku manusia

dipengaruhi oleh dua faktor pokok yaitu faktor internal dan faktor eksternal. Sikap

merupakan determinan perilaku sehingga faktor-faktor ini juga mempengaruhi sikap.

Perilaku itu sendiri ditentukan atau terbentuk dari 3 faktor diantaranya

Page 82: INTERVENSI PENYULUHAN MENGGUNAKAN MEDIA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37321/1/ZUBAIDI... · INTERVENSI PENYULUHAN MENGGUNAKAN MEDIA LEMBAR BALIK ... 3. Ibu

62

a. Faktor pendorong/predisposisi (predisposing factors) mencakup pengetahuan

b. Faktor pemungkin (enabling factor) mencakup lingkungan fisik, tersedia atau tidak

tersedianya fasilitas-fasilitas atau sarana-sarana keselamatan kerja.

c. Faktor penguat (reinforcement factor) mencakup peraturan-peraturan dan

pengawasan.

Gambar 2.1

Teori Perilaku Lawrance Green dalam Patricia Goodson (2010)

Promosi kesehatan sebagai pendekatan kesehatan yang mengarah pada intervensi

perubahan prilaku kesehatan. Perilaku merupakan faktor terbesar kedua setelah faktor

lingkungan yang mempengaruhi kesehatan individu, kelompok, atau masyarakat (Blum,

1974). Oleh sebab itu, dalam rangka meningkatkan kesehatan masyarakat intervensi atau

upaya yang ditujukan kepada faktor perilaku ini sangat strategis. Kegiatan promosi kesehatan

harus disesuaikan dengan determinan (faktor yang mempengaruhi perilaku sendiri), salah

satunya adalah faktor pendorong (predisposing factors) yang mempermudah terbentuknya

perilaku seseorang dimana faktor pengetahuan masuk kedalam faktor pendukung dalam

Faktor Pendorong

a. Pengetahuan f. Tradisi

b. Sikap

c. Keyakinan

d. Kepercayaan

e. Nilai-nilai

Faktor Pemungkin

Sarana dan prasarana yang tersedia

Faktor Penguat

a. Peraturan

b. Tokoh masyarakat

c. Tokoh agama

d. Sikap dan perilaku petugas

kesehatan

Perilaku

kesehatan

Page 83: INTERVENSI PENYULUHAN MENGGUNAKAN MEDIA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37321/1/ZUBAIDI... · INTERVENSI PENYULUHAN MENGGUNAKAN MEDIA LEMBAR BALIK ... 3. Ibu

63

terbentuknya perilaku seseorang yang termasuk dalam faktor ini salah satunya adalah faktor

pengetahuan. Terbentuknya suatu perilaku baru terutama pada orang dewasa dimulai dengan

pengetahuan. Sedangkan terbentuknya pengetahuan seseorang dipengaruhi oleh beberapa

faktor diantaranya adalah faktor umur, tingkat pendidikan, sumber informasi, pekerjaan,

pengalaman, budaya sekitar, dan hubungan sosial. Oleh karena itu dalam mengubah perilaku

tidak aman pekerja las dalam bekerja dilakukan melalui pendidikan kesehatan. Dalam

pendidikan kesehatan, proses pendidikan kesehatan menuju perubahan perilaku dipengaruhi

oleh beberapa faktor diantaranya adalah metode pendidikan dan media pendidikan yang

digunakan.Mengacu pada teori tersebut dan disesuaikan dengan tujuan penelitian maka

kerangka teori dalam penelitian ini digambarkan seperti dibawah ini:

Bagan 2.1 Kerangka Teori

Modifikasi Teori Preceed Lawrence Green dalam Maulana (2007)

Faktor-faktor yang mempengaruhi pengetahuan menurut Mubarok (2007).

Pendidikan Kesehatan

Metode

- Penyuluhan

- Seminar

- Diskusi kelompok

- Bermain peran

Media

- Leaflet - Film

- Lembar balik - Video

- Poster - booklet

Faktor Pendorong

(predisposing factors) - Pengetahuan

- Sikap

- Keyakinan

- Kepercayaan

- Nilai-nilai

- Tradisi

Faktor yang mempengaruhi pengetahuan:

- Umur - budaya lingkungan

- Tingkat pendidikan

- Sumber informasi

- Pengalaman

- Pekerjaan

Page 84: INTERVENSI PENYULUHAN MENGGUNAKAN MEDIA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37321/1/ZUBAIDI... · INTERVENSI PENYULUHAN MENGGUNAKAN MEDIA LEMBAR BALIK ... 3. Ibu

64

BAB III

KERANGKA KONSEP DAN DEFINISI OPRASIONAL

A. Kerangka Konsep

Risiko ditempat kerja di ekonomi informal cenderung kurang diperhatikan

sehingga berkontribusi menimbulkan terjadinya kecelakaan dan penyakit akibat kerja.

Dibutuhkan pengenalan akan sumber-sumber bahaya dan perlakuan yang tepat untuk

setiap sumber, sehingga dapat meminimalisir bahaya yang ada. Salah satunya dengan

melakukan penyuluhan bahaya K3 dan pencegahannya. Penyuluhan bahaya K3 di

bengkel las dilakukan untuk menambah pengetahuan pekerja bengkel las sehingga

meraka lebih peka dan antisipasif terhadap bahaya yang ada dilingkungan kerja, dan

dapat meminimalisir bahaya K3 di tempat kerja dengan berkurangnya perilaku tidak

aman dan lingkungan kerja yang tidak aman.

Bagan 3.1

Kerangka Konsep Penelitian

Berdasarkan kerangka konsep diatas, yang menjadi variable dependen adalah

peningkatan pengetahuan pekerja bengkel las (selisih skor menjawab quisioner

sebelum dan sesudah intervensi penyuluhan). Variabel independennya adalah

intervensi penyuluhan dengan media lembar balik. Perubahan pengetahuan responden

merupakan perbandingan skor pengetahuan antara sebelum dan sesudah intervensi

Peningkatan pengetahuan

pekerja las tentang bahaya

K3 dan pencegahannya

Penyuluhan dengan media

lembar balik tentang bahaya

K3 dan pencegahannya

Page 85: INTERVENSI PENYULUHAN MENGGUNAKAN MEDIA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37321/1/ZUBAIDI... · INTERVENSI PENYULUHAN MENGGUNAKAN MEDIA LEMBAR BALIK ... 3. Ibu

65

penyuluhan. Pengetahuan pekerja bengkel las sebelum dan sesudah intervensi

penyuluhan berdasarkan selisih hasil skor pre-test & post-test.

Dalam penelitian ini hanya diteliti variable pengetahuan (kognitif) saja. Hal ini

karena terbentuknya suatu perilaku baru terutama pada orang dewasa dimulai pada

domain pengetahuan (kognitif) ini, dalam arti subjek terlebih dahulu tahu terhadap

stimulus yang berupa materi atau objek. Dengan pengetahuan, seorang dapat

mempertimbangkan untuk bersikap dan bertindak. Hal ini mengacu pada teori

Benyamin Bloom (1908) yang menyatakan bahwa perilaku manusia dibagi menjadi

tiga domain ranah atau kawasan, yaitu kognitif (cognitive), afektif (affective) dan

psikomotor (psychomotor).

B. Definisi Operasional

Definisi Operasional adalah mendefinisikan variabel secara operasional

berdasarkan karakteristik yang diamati, sehingga memungkinkan peneliti untuk

melakukan observasi atau pengukuran secara cermat terhadap suatu objek atau

fenomena. Definisi operasional ditentukan berdasarkan parameter yang dijadikan

ukuran dalam penelitian. Sedangkan cara pengukuran merupakan cara dimana

variabel dapat diukur dan ditentukan karakteristiknya ( Hidayat, 2007).

Page 86: INTERVENSI PENYULUHAN MENGGUNAKAN MEDIA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37321/1/ZUBAIDI... · INTERVENSI PENYULUHAN MENGGUNAKAN MEDIA LEMBAR BALIK ... 3. Ibu

66

Tabel 3.1

Definisi Oprasional

No

.

Variabel Definisi Opersional Cara Ukur Alat Ukur Hasil Ukur Skala ukur

1. Penyuluhan Intervensi yang diberikan sebagai upaya

pendidikan kesehatan mengenai bahaya K3 dan

pencegahannya dengan menggunakan media

lembar balik

Kuesioner Soal pre-

test dan

pos-test

Nilai skor

Rasio

2. Pengetahuan Pre-test Hasil skoring 20 pertanyaan yang diberikan pada

responden sebelum penyuluhan mengenai bahaya

K3 dan pencegahannya.

Kuesioner Soal pre-

test

Nilai skor

Rasio

3. Pengetahuan Post-test Hasil skoring 20 pertanyaan yang diberikan pada

responden setelah penyuluhan mengenai bahaya

K3 dan pencegahannya.

Kuesioner Soal pos-

test

Nilai skor Rasio

6. Perubahan Pengetahuan Penialaian perubahan pengetahuan berdasarkan

perbandingan jumlah jawaban benar post-test dan

pre-test.

Kuesioner Soal pre-

test dan

pos-test

0: Meningkat (

selisih≥1);

1: Tetap (selisih=0);

dan 2: Menurun

(selisih<0)

Ordinal

Page 87: INTERVENSI PENYULUHAN MENGGUNAKAN MEDIA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37321/1/ZUBAIDI... · INTERVENSI PENYULUHAN MENGGUNAKAN MEDIA LEMBAR BALIK ... 3. Ibu

67

C. Hipotesis Penelitian

1. Hipotesis Utama

a. Ada perbedaan rata-rata skor pengetahuan bahaya K3 dan pencegahannya antara

sebelum dan sesudah dilakukan penyuluhan pada pekerja bengkel las di Ciputat

Kelurahan Pisangan Tahun 2014.

b. Ada pengaruh yang signifikan dari penyuluhan menggunakan media lembar balik

terhadap peningkatan pengetahuan bahaya K3 dan pencegahannya pada pekerja

bengkel las di Ciputat Kelurahan Pisangan Tahun 2014.

Page 88: INTERVENSI PENYULUHAN MENGGUNAKAN MEDIA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37321/1/ZUBAIDI... · INTERVENSI PENYULUHAN MENGGUNAKAN MEDIA LEMBAR BALIK ... 3. Ibu

68

BAB IV

METODOLOGI PENELITIAN

A. Desain Penelitian

Penelitian ini ini termasuk pada penelitian eksperimen semu (quasi experiment)

dengan menggunakan desain one group pretest and posttest design.

Bagan 4.1 Desain Penelitian

Pretest Treatment Postest

O1 X O2

Sumber : Suryabrata (2010)

Keterangan :

X : Treatment yaitu bentuk perlakuan (intervensi) yang diberikan kepada pekerja las

setelah diberikan pretest

O1 : Pretest yaitu pengukuran yang dilakukan sebelum intervensi (treatment)

O2 : Postest yaitu pengukuran yang dilakukan setelah intervensi (treatment)

Menurut Suryabrata (2010), hasil dari penelitian eksperimen semu merupakan

perkiraan yang mendekati hasil dari penelitian eksperimen sebenranya (true experiment).

Dalam penelitian eksperimen semu, variabel yang seharusnya dikontrol tidak dapat

dikontrol, sehingga validitas penelitian tidak cukup memadai untuk disebut sebagai

penelitian eksperimen yang sebenarnya.

Selanjutnya, Suryabrata (2010) juga menerangkan bahwa penelitian eksperimen

semu dengan desain one group pretest and posttest design memiliki kelebihan dan

Page 89: INTERVENSI PENYULUHAN MENGGUNAKAN MEDIA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37321/1/ZUBAIDI... · INTERVENSI PENYULUHAN MENGGUNAKAN MEDIA LEMBAR BALIK ... 3. Ibu

69

kekurangan pada validitas penelitiannya. Kelebihan desain ini yaitu; (1) Dapat

mengontrol selection biases and mortality, dan (2) Dapat memberi landasan untuk

komparasi prestasi subjek yang sama sebelum dan sesudah dikenai perlakuan (treatment).

Adapun kelemahan desain ini yaitu; (1) Tidak ada jaminan bahwa perlakuan (treatment)

adalah satu-satunya faktor atau bahkan faktor utama yang menimbulkan perbedaan antara

pretest dan posttest, dan (2) Terdapat beberapa hipotesis tandingan (probable error) yang

meliputi; history, maturation, testing effect, changing effect of instrumentation, statistical

regression, dan selection biases and mortality.

Untuk meminimalisisir history yang merupakan salah satu hipotesis tandingan

(probable error), maka garis waktu (time line) antara pretest, penyuluhan, dan posttest

ditentukan dengan jarak yang relatif dekat. Pada penelitian ini, Pretest dilakukan 30 menit

sebelum penyuluhan, sedangkan posttest dilakukan satu jam setelah penyuluhan. Garis

waktu (time line) tersebut dapat digambarkan sebagai berikut :

Bagan 4.2 Garis Waktu (Time Line) Penelitian

B. Lokasi dan Waktu Penelitian

Penelitian ini dilakukan di bengkel las kelurahan Pisangan Ciputat Tanggerang

pada bulan Maret 2013 sampai bulan Maret 2016.

C. Populasi dan Sampel

1. Populasi

Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh pekerja bengkel las yang ada di

Kelurahan Pisangan Ciputat. Untuk lebih valid dalam menggambarkan hasil intervensi

Posttest 1 jam setelah

penyuluhan

Penyuluhan

Pretest 30 menit sebelum

penyuluhan

Page 90: INTERVENSI PENYULUHAN MENGGUNAKAN MEDIA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37321/1/ZUBAIDI... · INTERVENSI PENYULUHAN MENGGUNAKAN MEDIA LEMBAR BALIK ... 3. Ibu

70

promosi melalui penyuluhan penggunaan APD peneliti mengikut sertakan semua

populasi menjadi sample yang akan diberikan penyuluhan menggunakan media

lembar balik dengan jumlah populasi sebanyak 25 orang pekerja bengkel las dengan

kriteria inklusi sebagai berikut:

a. Bersedia menjadi sempel penelitian

b. Berumur ≥20 tahun sampai dengan <45 tahun

c. Pendidikan terakhir SD atau SMP

d. Mengisi soal pre-test dan post-test

2. Sample

Sampel yang diambil pada penelitian ini adalah seluruh populasi terjangkau

yang bersediai. Dengan demikian, teknik pengambilan sampelpada penelitian ini

adalah sampling jenuh. Adapun pertimbangan penggunaan sampling jenuh adalah

karena jumlah populasi yang sedikit (< 25).

D. Instrumen Penelitian

1. kuisioner pre-test dan post-test

Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini antara lain kuesioner pre-test

dan post-test yang mencakup tentang bahaya K3, pencegahan, manfaat penggunan

APD saat bekerja, dampak bahaya K3,dan pencegahan bahaya K3 di tempat kerja.

Kuesioner pre-test dan post-test berisi 20 soal dan responden diberi waktu

mengerjakan soal selama 15 menit. Jawaban benar akan diberi nilai 1 dan jawaban

salah akan diberi nilai 0. Penilaian akan dihitung dengan cara jumlah skor dibagi 2.

Selain itu, selisih skor pengetahuan antara pre-test dan post-test juga akan dihitung

untuk melihat perubahan pengetahuan yang terjadi, apakah mengalami peningkatan

(hasil selisih skor pengetahuan positif) atau penurunan (hasil selisih skor pengetahuan

negatif).

Page 91: INTERVENSI PENYULUHAN MENGGUNAKAN MEDIA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37321/1/ZUBAIDI... · INTERVENSI PENYULUHAN MENGGUNAKAN MEDIA LEMBAR BALIK ... 3. Ibu

71

2. Media lembar balik

Selain menggunakan kuisioner sebagai instrumen penelitian pada penelitian

ini juga menggunakan instrumen lembar balik sebagai instrumen bantu untuk

mempermudah peneiti melakukan penyuluhan. Media lembar balik ini berisi tentang

bahaya K3, pencegahan, manfaat penggunan APD saat bekerja, dampak bahaya K3,

pencegahan bahaya K3 di tempat kerja. Pertama peneliti akan memberikan pre-test

kepada peserta penyuluhan, setelah peserta selesai menjawab, peneliti akan

melakukan penyuluhan tentang bahaya K3 dan pencegahannya pada responden

setelah diberikan penyuluhan peneliti melakukan jeda waktu selama 1 jam untuk

memberikan soal post-test.

E. Langkah-langkah Kegiatan Penelitian

1. Persiapan Penelitian

Persiapan penelitian dilakukan agar penelitian dilakukan sesuai dengan

rencana dan sistematis adapun persiapannya adalah

a. Pembuatan Rancangan Penelitian

Pada tahap ini peneliti menyusun rencana penelitian baik pendahuluan,

kepustakaan, kerangka konsep, definisi oprasional serta metode penelitian

yang dilatar belakangi oleh ketidak tahuan pekerja bengkel las di Kelurahan

Pisangan Ciputat akan bahaya K3dan pencegahannya sehingga perlu adanya

intervensi penyuluhan untuk meningkatkan pengetahuan pekerja bengkel las.

b. Penentuan Media Penyuluhan dan Perancangan Media

Media penyuluhan yang digunakan adalah media lembar balik. Lembar

balik dipilih karena media ini membuat proses pendidikan atau belajar lebih

mudah dan menarik bagi penerima pesan maupun pemberi pesan. Gambar dan

tulisan serta komposisi warna yang tepat dapat mempermudah proses

Page 92: INTERVENSI PENYULUHAN MENGGUNAKAN MEDIA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37321/1/ZUBAIDI... · INTERVENSI PENYULUHAN MENGGUNAKAN MEDIA LEMBAR BALIK ... 3. Ibu

72

pemahaman bagi penerima pesan. Sedangkan bagi pemberi pesan, teks yang

tertela pada halaman belakang dapat membantu mempermudah penyampaian

pesan (Dirjen PPM & PL, 2003).

Media penyuluhan merupakan alat yang digunakan pendidik dalam

menyampaikan bahan pendidikan/penyuluhan. Media penyuluhan disusun

berdasarkan prinsip bahwa pengetahuan yang ada pada setiap manusia

diterima atau ditangkap melalui panca indra. Semakin banyak indra yang

digunakan untuk menerima sesuatu maka semakin banyak dan semakin jelas

pula pengetahuan yang diperoleh. Dengan kata lain media penyuluhan ini

dimaksudkan untuk mengarahkan indra sebanyak mungkin kepada suatu

objek, sehingga mempermudah pemahaman (Notoatmodjo, 2007).

Dalam menentukan media penelitian untuk memperoleh suatu hasil

yang optimal perlu memperhatikan karakteristik objek penelitian. Untuk media

yang digunakan pada penelitian ini adalah media lembar balik. Alasan

pemilihan media ini adalah karena kelebihannya yaitu : mudah dibawa

kemana-mana, mencakup banyak orang, biaya lebih murah, dan dapat

mempermudah pemahaman, sehingga media ini cocok untuk penyuluhan pada

pekerja bengkel las (Notoatmodjo, 2007).

Dalam penelitian ini peneliti menggunakan media lembar balik yang

dibuat oleh peneliti. Adapun langkah-langkah pembuatannya sebagai berikut:

1. Pembuatan materi penyuluhan yaitu hasil penilaian dan penentuan besaran

risiko yang tercermin dari kemungkinan dan keparahan yang ditimbulkan

yang ada dilingkungan kerja bengkel las yang disesuaikan dengan teori-

teori yang telah dipelajari dikelas.

Page 93: INTERVENSI PENYULUHAN MENGGUNAKAN MEDIA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37321/1/ZUBAIDI... · INTERVENSI PENYULUHAN MENGGUNAKAN MEDIA LEMBAR BALIK ... 3. Ibu

73

2. Menentukan gambar media lembar balik, untuk pemilihan gambar media

peneliti dapatkan dari hasil langsung di bengkel las yang ada di Ciputat

untuk lebih menarik dan mudah dipahami responden gambar media lembar

balik diisi dengan gambar-gambar pekerja las yang sedang bekerja.

3. Dalam pembuatan media penyuluhan perlu adanya uji media dikarenakan

dalam pembuatan desain media lembar balik peneliti mendesain sendiri

sehingga diperlukan uji media untuk mengetahui kelayakan media yang

akan digunakan dalam penyuluhan. Media lembar balik yang digunakan

peneliti akan diuji oleh mahasiswa peminatan promosi kesehatan angkatan

2010 UIN Syarif Hidayatullah Jakarta hasil uji media lembar balik terdapat

pada lampiran no. 1

c. Teknik Penyuluhan

1. Teknik penyuluhan

Teknik yang dilakukan peneliti dalam melakukan penyuluhan dengan

menggunakan media lembar balik adalah dengan cara peneliti mendatangi

11 bengkel las yang ada di Kelurahan Pisangan Ciputat dengan membatasi

jumlah pekerja yang diberikan penyuluhan maksimal 5 orang pekerja

dengan tujuan agar penyuluhan yang dilakukan peneliti lebih terarah dan

mudah dimengerti oleh pekerja bengkel las dan untuk peneliti agar lebih

fokus dalam mempresentasikan materi yang ada dilembar balik

2. Metode penyuluhan

Metode yang digunakan peneliti dalam penyuluhan ini adalah metode

ceramah. Metode ceramah baik digunakan untuk sasaran yang

berpendidikan tinggi maupun rendah. Adapun hal-hal yang perlu

diperhatikan peneliti dalam menggunakan metode ceramah adalah:

Page 94: INTERVENSI PENYULUHAN MENGGUNAKAN MEDIA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37321/1/ZUBAIDI... · INTERVENSI PENYULUHAN MENGGUNAKAN MEDIA LEMBAR BALIK ... 3. Ibu

74

a. Mempelajari materi dengan sistematika yang baik. Lebih baik lagi jika

disusun dalam diagram atau skema.

b. Mempersiapkan alat-alat bantu penyuluhan seperti media lembar balik

dan sebagainya.

c. Untuk mendapatkan hasil penyuluhan yang baik peneliti melakukan

penyuluhan didampingi oleh team penilai dengan tujuan agar team

penilai tau apa yang menjadi kekurangan dan kelebihan peneliti dalam

mempresentasikan materi penyuluhan yang kemudian hasil penilain

tersebut diberikan ke peneliti untuk dijadikan acuan.

3. Media lembar balik

Untuk penyuluhan dengan menggunakan media lembar balik peneliti

menggerakan setiap gambar yang terdapat pada lembar balik tersebut lalu

dijelaskan setiap lembar. Sebelum dijelaskan tentang bahaya K3 dan

pencegahannya peneliti memberikan kuesioner berupa pre-test.

d. Uji Validitas dan Realibilitas

Uji validitas merupakan uji instrumen yang digunakan untuk mengukur

apakah sebuah instrumen penelitian tersebut valid atau sahih. Sebuah

instrumen dikatakan valid apabila mampu mengukur apa yang diinginkan

(Arikunto, 2006). Ujicoba instrumen dilaksanakan di luar anggota sampel

penelitian yaitu di Desa Gendro Krajan. Uji validitas dilakukan dengan

menggunakan koefisien korelasi Pearson Product Moment. Suatu pertanyaan

dinyatakan valid apabila hasil “r hitung” lebih besar dari “r tabel” (r hitung > r

tabel), dengan jumlah sampel sebanyak 20 orang maka df=n-k-1.

Page 95: INTERVENSI PENYULUHAN MENGGUNAKAN MEDIA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37321/1/ZUBAIDI... · INTERVENSI PENYULUHAN MENGGUNAKAN MEDIA LEMBAR BALIK ... 3. Ibu

75

Tabel 4.1

Uji Validitas Instrumen Penelitiam

No. Pertanyaan Nilai r

Tabel

Nilai r Hitung Keterangan

Uji Ke-1 Uji Ke-2

1. P1

0.317

0.283 - -

2. P2 0.321 0.331 valid

3. P3 0.214 0.316 valid

4. P4 0.325 0.349 valid

5. P5 -0.011 - -

6. P6 0.346 0.401 valid

7. P7 0.315 0.376 valid

8. P8 0.359 0.361 valid

9. P9 0.404 0.41 valid

10. P10 0.318 0.321 valid

11. P11 0.125 0.131 -

12. P12 0.367 0.386 valid

13. P13 0.342 0.351 valid

14. P14 0.321 0.335 valid

15. P15 0.334 10.35 valid

16. P16 0.301 0.319 valid

17. P17 0.357 0.38 valid

18. P18 0.201 0.323 valid

19. P19 0.314 0.321 valid

20. P20 0.356 0.376 valid

Berdasarkan tabel 4. 2 diketahui bahwa semua penelitian valid kecuali

untuk pertanyaan nomor urut 1, 5, dan 11. Pertanyaan yang diketahui tidak

valid maka dirubah tata bahasa pertanyaannya agar lebih mudah dipahami

Uji reliabilitas terhadap instrumen penelitian dapat menunjukkan

bahwa suatu instrumen tersebut dapat dipercaya dan diandalkan (Arikunto,

Page 96: INTERVENSI PENYULUHAN MENGGUNAKAN MEDIA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37321/1/ZUBAIDI... · INTERVENSI PENYULUHAN MENGGUNAKAN MEDIA LEMBAR BALIK ... 3. Ibu

76

2006). Menurut Sugiyono (2007), pengujian reliabilitas digunakan dengan

rumus koefisien reliabilitas alpha cronbach dengan bantuan perhitungan

komputer. Untuk mengetahui reliabilitas caranya adalah dengan

membandingkan nilai r tabel dengan alpha. Dengan ketentuan bila r alpha

>0,60, maka instrumen peneliti dapat di katakan reliabel (Sugiyono, 2007).

pada penelitian yang digunakan kali ini adalah 0.73 maka instrument

penelitian yang dimaksud adalah realibel.

F. Pengolahan Data

1. Editing

Perhitungan dan penjumlahan yaitu menghitung banyaknya lembaran-

lembaran kuisioner atau daftar pertanyaan yang telah diisi dan kembali. Kegiatan

ini dimaksudkan untuk mengetahui apakah jumlahnya telah sesuai dengan jumlah

yang disebarkan atau ditentukan. Jika terdapat kekurangan, segera ditelusuri apa

penyebabnya untuk kemudian diatasi. Sebaliknya apabila jumlahnya berlebih agar

diteliti kemungkinannya terjadi pencatatan yang ganda. Kemungkinan lain yakni

adanya unit yang tidak termasuk dalam sampel. Dan jika terjadi hal demikian

maka dapat segera diketahui untuk kemudian diambil tindakan. Dalam kegiatan

menjumlah ini termasuk didalamnya adalah menghitung angka-angka yang

mengharuskan untuk menghitung. Misalnya pendapatan perbulan, pendapatan

pertahun, pendapatan perkapita dan sebagainya.

Termasuk didalam kegiatan koreksi ini adalah untuk adalah untuk melihat

hal-hal sebagai berikut:

a. Memeriksa kelengkapan data

b. Memeriksa kesinambungan data

c. Memeriksa keseragaman data

Page 97: INTERVENSI PENYULUHAN MENGGUNAKAN MEDIA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37321/1/ZUBAIDI... · INTERVENSI PENYULUHAN MENGGUNAKAN MEDIA LEMBAR BALIK ... 3. Ibu

77

Tahap ini merupakan tahap pemeriksaan yaitu pemeriksaan data yang

telah diisi oleh responden untuk menilai dan memeriksa isi kelengkapan data,

relevan pertanyaan dan jawaban dan konsistensi jawaban responden. Tahap ini

juga peneliti memastikan apakah kuisioner sudah memenuhi kriteria sampel

sesuai ketentuan penelitian, untuk menghindari kuisioner yang tertinggal atau

hilang, maka pengolahan data dapat dilanjutkan ketahap selanjutnya.

2. Coding Data

Untuk memudahkan pengolahan data, maka semua jawaban atau data

hasil penelitian dianggap sangat pelu untuk disederhanakan supaya dalam

pengolahan dapat dilakukan dengan mudah. Salah satu cara menyederhanakan

data hasil penelitian tersebut adalah kegiatan merubah data berbentuk huruf

menjadi data berbentuk angka/bilangan. Misal: untuk jawaban “ya” diberi kode 1

dan untuk jawaban “tidak” diberi kode 0 dan bisa juga digunakan untuk mengkode

data yang sifatnya katagorik seperti pada variablel paparan informasi pada

penelitian ini yaitu dengan mengkode data pernah dengan angka 0 dan tidak

pernah dengan angka 1.

Kegiatan mengklasifikasikan data dan memberi kode terhadap setiap

variabel sebelum diolah dengan komputer dengan tujuan untuk memudahkan

peneliti dalam melakukan analisa data.

Adapun data yang di coding antara lain:

1) Intervensi penyuluhan :

a. Pretest (0)

b. Posttest (1)

2) Perubahan pengetahuan :

a. Meningkat (0)

Page 98: INTERVENSI PENYULUHAN MENGGUNAKAN MEDIA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37321/1/ZUBAIDI... · INTERVENSI PENYULUHAN MENGGUNAKAN MEDIA LEMBAR BALIK ... 3. Ibu

78

b. Menurun (1)

3. Entry data

Setelah data dikumpulkan, maka langkah selanjutnya adalah kita memasukkan

data tersebut kedalam perangkat lunak yang berfungsi untuk mengolah dan

menganalisis data. Sebelum data tersebut dientry terlebih dahulu dibuat template

dengan program epidata.Pengelolaan data dengan menggunakan epi data dimulai

dari mendefinisiskan variable untuk membuat program pemasukan data

kekomputer. Setelah itu membuat batasan nilai yang boleh masuk agar tidak

terjadi kesalahan pada saat memasukkan data kekomputer. Langkah berikutnya

adalah membuat alur loncatan agar proses pemasukan data lebih cepat dan efesien,

dan kemudian data yang telah dikode tersebut dimasukkan kedalam program

komputer untuk selanjutnya akan diolah menggunakan program.

4. Tahap pemeriksaan

Tahapini adalah tahap pemeriksaan kembali dimana data yang sudah dientry

diperiksa kembali untuk lebih efektif dalam hal validitas data pemeriksaan yang

dilakukan untuk menghindari data-data yang missing (hilang), karena terlupakan

atau hilang karna terlewatkan oleh peneliti.

G. Teknik Analisis Data

1. Analisis Univariat

Analisis univariat dilakukan terhadap tiap variabel penelitian untuk

memberikan gambaran umum terhadap data hasil penelitian. penggambaran

dilakukan dengan menggunakan distribusi frekuensi masing-masing variable.

Analisis univariat bertujuan melihat deskripsi masing-masing variable

independen dan dependen. Adapun variable yang dianalisis menggunakan

analisis univariat adalah pengetahuan sebelum intervensi penyuluhan. Analisis

Page 99: INTERVENSI PENYULUHAN MENGGUNAKAN MEDIA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37321/1/ZUBAIDI... · INTERVENSI PENYULUHAN MENGGUNAKAN MEDIA LEMBAR BALIK ... 3. Ibu

79

univariat ini juga digunakan untuk melihat distribusi frekuensi dan proporsi

masing-masing variabel yang diamati, baik variabel dependen maupun

variabel independen.

2. Analisis Bivariat

Untuk mengetahui jenis uji yang digunakan dalam analisis bivariat

terhadap data efektivitas keterpaparan media penyuluhan, pengetahuan bahaya

K3 dan pencegahannya sebelum penyuluhan (pre-test), dan pengetahuan

bahaya K3 dan pencegahannya setelah penyuluhan (post-test) terlebih dahulu

dilakukan uji normalitas. Setelah itu, uji yang digunakan dalam penelitian ini

adalah Uji T.

Uji T yang digunakan dalam analisis bivariat pada penelitian ini adalah

uji beda mean independen dan uji beda mean dependen. Uji beda mean

independen (Uji T Independen) digunakan untuk mengetahui perbedaan mean

dua kelompok data independen. Sedangkan uji beda mean dependen (Uji T

dependen) digunakan untuk menguji perbedaan mean antara dua kelompok

data yang dependen. Kedua sampel disebut dependen jika kedua sampel yang

dibandingkan mempunyai sampel yang sama.

Uji T Dependen digunakan untuk menilai perbedaan pengetahuan

sebelum dan setelah penyuluhan pada masing-masing kelompok. Bila Pvalue

≤ 0,05 maka Ho ditolak, artinya ada perbedaan atau ada hubungan. Sebaliknya

bila Pvalue > 0,05 maka Ho gagal ditolak, artinya tidak ada perbedaan atau

tidak ada hubungan antara keduanya.

Page 100: INTERVENSI PENYULUHAN MENGGUNAKAN MEDIA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37321/1/ZUBAIDI... · INTERVENSI PENYULUHAN MENGGUNAKAN MEDIA LEMBAR BALIK ... 3. Ibu

80

BAB V

HASIL PENELITIAN

A. Proses Pengembangan Media Lembar Balik terkait Pengetahuan

Pekerja Las tentang Bahaya K3 dan Pencegahannya

Dalam melakukan perancangan media lembar balik terdapat beberapa

tahapan yaitu pembuatan materi penyuluhan, tahapan konsep, desain,

pengumpulan bahan-bahan dan pembuatan yang dilakukan dengan telaah

dokumen, wawancara kepada ahli media, serta atas keputusan dari peneliti,

berikut uraiannya:

1. Pembuatan materi penyuluhan

Materi penyuluhan media lembar balik terkait peningkatan

pengetahuan pekerja las mengenai bahaya K3 dan pencegahannya

merupakan materi yang dibuat sesuai dengan kondisi lingkungan kerja dari

mulai bahaya sampai dengan tahap preventif. Pembuatan materi

penyuluhan berdasarkan telaah jurnal yang sesuai dengan topik media

yaitu bahaya K3 dan pencegahannya yang kemudian di konsultasikan

kepada ahli K3 yang sudah berpengalaman selain dikonsultasikan materi

yang dibuat oleh penelitian merupakan materi hasil observasi dari lokasi

penelitian yaitu bengkel las yang diperkuat oleh gambar-gambar yang

diambil oleh peneliti. Adapun materi yang ada pada penelitian ini terdapat

pada tabel dibawah ini.

Page 101: INTERVENSI PENYULUHAN MENGGUNAKAN MEDIA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37321/1/ZUBAIDI... · INTERVENSI PENYULUHAN MENGGUNAKAN MEDIA LEMBAR BALIK ... 3. Ibu

81

Tabel 5.1

Materi pada media lembar balik

No. Materi Isi Materi Keterangan

1. Kesehatan dan

Keselamatan Kerja

(K3)

1. Pengertian

Kesehatan dan Keselamatan

Kerja adalah upaya

mengendalikan risiko yang ada

di tempat kerja sehingga tercipta

tempat kerja yang aman, efisien,

dan produktif

2. Tujuan K3 o lingkungan kerja yang aman

o kesehatan jasmani dan rohani

o produktivitas kerja

2. Bahaya Kesehatan dan

Keselamatan Kerja

1. Potensi

Bahaya

Bahaya adalah sumber yang

berpotensi menimbulkan

Cidera

Kesakitan pada manusia

Kerusakan pada alat

2. Bahaya K3 a. Bahaya debu

b. Bahaya arus listrik

c. Bahaya kebakaran

d. Bahaya radiasi

3. Bahaya debu las 1. Sumber

debu las

a) Pemotongan besi

b) Penggerindaan

c) Asap pembakaran

(pengelasan)

2. Risiko debu

las

a. Batuk- batuk

b. Asma (sesak nafas)

c. Penurunan pendapatan dan

d. Menimbulkan penyakit paru

3. Pencegahan Pencegahan paparan debu las

bisa dilakukan dengan cara

mengurangi paparan,

menyediakan ventlasi udara,

menggunakan masker saat

bekerja dan membiasakan

mencuci tangan sebelum dan

sesudah makan dan

membersihkan tempat kerja.

Page 102: INTERVENSI PENYULUHAN MENGGUNAKAN MEDIA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37321/1/ZUBAIDI... · INTERVENSI PENYULUHAN MENGGUNAKAN MEDIA LEMBAR BALIK ... 3. Ibu

82

No. Materi Isi Materi Keterangan

4. Bahaya listrik 1. Penyebab a. Kabel listrik terkelupas

b. Tersentuh tanpa sarung

tangan

c. Terinjak tanpa alas kaki

d. Terminal kabel yang tidak

kencang

e. Lingkungan kerja basah

2. Risiko a. Kesemutan untuk sengatan

listrik yang ringan

b. Gagal kerja jantung

c. Gangguan pernafasan

d. Luka bakar

e. Kematian

3. Pencegahan a. Rawat peralatan listrik

b. Ganti alat listrik rusak

c. Jaga kebersihan lingkungan

d. Hindari penggunaan rol listrik

secara menumpuk

e. Hindari arus listrik ilegal

f. Isolasi kabel-kabel terkelupas

g. Gunakan AP

5. Bahaya kebakaran 1. Unsur api a. Oksigen

b. Sumber panas

c. Bahan bakar

2. Dampak

kebakaran

a. Luka bakar

b. Kematian

c. Kerusakan properti (peralatan

kerja)

3. Pencegahan a. Tidak merokok saat bekerja

b. Menghindari bahan mudah

terbakar

c. Sediakan APAR (Alat

Pemadam Api Ringan)

Page 103: INTERVENSI PENYULUHAN MENGGUNAKAN MEDIA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37321/1/ZUBAIDI... · INTERVENSI PENYULUHAN MENGGUNAKAN MEDIA LEMBAR BALIK ... 3. Ibu

83

No. Materi Isi Materi Keterangan

6. Bahaya radiasi 1. Risiko a. Gangguan penglihatan

b. Luka bakar pada kulit

c. Hilangnya jam kerja

d. Menurunnya produktivitas

2. Pencegahan a. Isolasi tempat pengelasan

b. Hindari kontak mata langsung

dengan sinar las

c. Gunakan APD (Alat

Pelindung Diri)

2. Tahap Konsep

Tujuan produksi media pada penilitian ini adalah untuk

mempermudah penyuluhan dan sebagai media/alat untuk menarik pekerja

las untuk lebih antusias mengikuti penyuluhan yang dilakukan peneliti.

Menurut Notoatmodjo ( 2007 ), alat bantu penyuluhan adalah alat- alat

yang digunakan penyuluh dalam penyampaian informasi. Alat bantu ini

disusun berdasarkan prinsip bahwa pengetahuan yang ada pada setiap

manusia diterima atau ditangkap melalui panca indera. Semakin banyak

indera yang digunakan untuk menerima sesuatu maka semakin banyak dan

semakin jelas pula pengertian/pengetahuan yang diperoleh.

Penelitian ini menggunakan media lembar balik yang terdiri dari dua

sisi gambar yaitu gmbar baik dan gambar buruk. Gambar buruk itu sendiri

terdiri dari gambar-gambar yang berisi contoh perilaku pekerja las yang

sala contohnya adalah gambar pekerja las yang sedang bekerja sambil

merokok. Gambar baik sendiri berisi gambar yang sifatnta membangun

dan bisa dijadikan contoh pekerja las ketika bekerja contohnya adalah

Page 104: INTERVENSI PENYULUHAN MENGGUNAKAN MEDIA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37321/1/ZUBAIDI... · INTERVENSI PENYULUHAN MENGGUNAKAN MEDIA LEMBAR BALIK ... 3. Ibu

84

pekerja las yang menggunakan APD saat bekerja terdapat pada gambar

dibawah ini.

(a) (b)

Gambar 5.1 Potret Pekerja Las Baik Menggunakan APD Saat

Bekerja (a) dan (b) Potret Pekerja Las Buruk Tidak Menggunakan

APD Saat Bekerja

(a) (b)

Gambar 5.2 Potret Pekerja Las Baik Bekerja Aman dan Fokus

Saat Bekerja dan Menggunakan APD Saat Bekerja (a) dan (b) Potret

Pekerja Las Buruk Tidak Aman Karena Merokok Saat Bekerja dan

Tidak Menggunakan APD Saat Bekerja

3. Desain Media

Dalam tahapan desain dilakukan kegiatan wawancara mendalam

dengan seorang ahli media terkait lembar balik yang baik bagi pekerja las.

Dalam tahapan desain terdapat dua poin diantaranya adalah

Page 105: INTERVENSI PENYULUHAN MENGGUNAKAN MEDIA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37321/1/ZUBAIDI... · INTERVENSI PENYULUHAN MENGGUNAKAN MEDIA LEMBAR BALIK ... 3. Ibu

85

mengembangkan pesan dan menetapkan kemasan, dalam mengembangkan

pesan terdapat bentuk pesan, dan bentuk bahasa, sedangkan dalam

menetapkan kemasan dalam lembar balik terdapat menyeimbangkan

komponen-komponen yang ada dalam desain teks (bentuk, ukuran, warna,

dan letak), dan bagaimana gambar yang tepat dan menarik untuk pekerja

las.

Dari hasil uji media dari 25 orang mahasiswa promkes UIN Syarif

Hidayatullah jakarta disimpulkan bahwa lembar balik yang mereka

sarankan memiliki bentuk bahasa pesan yang singkat namun jelas, lebih

banyak gambar daripada tulisan. Hasil uji juga menjelaskan bentuk bahasa

yang ada dalam media lembar balik tidak baku, dan tidak formal agar lebih

cepat dimengerti oleh mereka. Media yang menarik dan mudah dipahami

oleh pekerja las peneliti disarankan untuk membuat media yang lebih

banyak menggunakan panca indra dan materi atau pesan yang akan

disampaikan hendaknya disesuaikan dengan kebutuhan sasaran

penyuluhan sehingga materi yang disampaikan dapat dirasakan langsung

manfaatnya. Isi media disarankan lebih diperbanyak gambar-gambar dari

pada tulisan yang menyebabkan responden merasa jenuh. Adapun hasil uji

media dari 25 orang mahasiswa promkes dapat dilihat pada tabel dibawah

ini.

Page 106: INTERVENSI PENYULUHAN MENGGUNAKAN MEDIA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37321/1/ZUBAIDI... · INTERVENSI PENYULUHAN MENGGUNAKAN MEDIA LEMBAR BALIK ... 3. Ibu

86

Tabel 5.2

Hasil Uji Media Lembar Balik

Pertanyaan Responden 1 Responden 2 Responden 3 Responden 4 Laboran Promkes

Apakah anda

mengerti informasi

yang ada dalam

media?

Untuk judul,

bahasa/ isi materi

penyuluhan lebih

disederhanakan

dengan

menggunakan

bahasa sehari – hari.

Ya Ya Ya Ya

Apakah informasi

dalam media

memberikan

pengetahuan bagi

anda?

Ya Ya Ya Ya Ya

Apakah pesan yang

tertuang dalam

media memberikan

kesinambungan

informasi?

Ya Ya Ya Ya Di judul tambahin gambar

pekerja las supaya jelas

sasarnnya siapa

Apakah ada kata-

kata yang tidak

dipahami?

Bahasa definisi K3

lebih

disederhanakan

dengan

menggunakan

bahasa sehari – hari.

Tidak Penjelasan untuk

akibat/dampak

sebaiknya jangan

langsung

menurunnya

produktifitas

berikan alur yang

agak panjang sedikit

Tidak Tidak

Apakah bahasa

yang digunakan di

dalam media

lembar balik cukup

jelas?

Ya Ya Ya Ya Ya

Page 107: INTERVENSI PENYULUHAN MENGGUNAKAN MEDIA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37321/1/ZUBAIDI... · INTERVENSI PENYULUHAN MENGGUNAKAN MEDIA LEMBAR BALIK ... 3. Ibu

87

Apakah anda

mengalami

kesulitan dalam

membaca

informasi di media

lembar balik?

Iya. Harus di

singkat lagi. Isi

materi terlalu padat

dan berantakan

Tidak Tidak Tidak Tidak

Apakah hurufnya

terlalu kecil bagi

anda?

Ya Ukuran huruf pada

bagian penyjelasan lebih

diperbesar agar lebih

mudah terlihat.

Tidak, jika ukurannya

A4

Huruf monoton, klo

bisa font d buat

menarik dan ukuran di

sesuaikan dengan

gambar ( hampir sama

besarnya atau

setengah dari gambar)

fontnya tidak serasi.

Ada beberapa tulisan yg di

bold

Apakah gambar

pada media

lembar balik ini

mudah terlihat?

Ya Ya Ya Ya Ya

Apakah gambar-

gambar yang

ditampilkan

menarik perhatian

Anda?

Ya Ya Usahakan

menggunakan gambar

yang sopan dan

menarik untuk pekerja

las

di perhalus border

gambarnya Untuk judul lebih eye

catching biar menarik

Gambarnya kotak2 terkesan

kaku

Nomor gambar langkah2,

warna kotaknya jangan

hitam

Apakah gambar

yang ditampilkan

terlalu banyak?

Sudah ideal jumlah

gambar yang

ditampilkan

Penempatan dan jumlah

gambar yang digunakan

sudah sesuai dengan

penjelasan

Tidak lebih di perjelas

maksud dari

gambarnya

Tidak

Apakah warna-

warna dalam media

lembar balik

menarik bagi anda?

Hurufnya terlalu

datar warnanya

Ya Warna terlalu

monoton

Warna masih kurang,

terlihat monoton dan

standar

Lembaran yg untuk peserta

kurang

menarik.backgroundnya

diwarnain

Apakah

penempatan teks

dan gambar sudah

sesuai?

Isi materi dalam

lembar balik masih

terlalu rapat lebih di

singkat dan padat

Ya Ya Ya Banyakin lagi gambarnya

Page 108: INTERVENSI PENYULUHAN MENGGUNAKAN MEDIA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37321/1/ZUBAIDI... · INTERVENSI PENYULUHAN MENGGUNAKAN MEDIA LEMBAR BALIK ... 3. Ibu

88

Gambar 5.3

Lembar Balik Bahaya K3 Sebelum Uji Media (a) dan Setelah Uji Media (b)

(a)

(b)

Page 109: INTERVENSI PENYULUHAN MENGGUNAKAN MEDIA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37321/1/ZUBAIDI... · INTERVENSI PENYULUHAN MENGGUNAKAN MEDIA LEMBAR BALIK ... 3. Ibu

89

Gambar 5.4

Lembar Balik Definisi K3 Sebelum Uji Media (a) dan Setelah Uji Media (b)

(a)

(b)

Page 110: INTERVENSI PENYULUHAN MENGGUNAKAN MEDIA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37321/1/ZUBAIDI... · INTERVENSI PENYULUHAN MENGGUNAKAN MEDIA LEMBAR BALIK ... 3. Ibu

90

Gambar 5.5

Lembar Balik Macam-macam Bahaya Sebelum Uji Media (a) dan Setelah Uji Media (b)

(a)

(b)

Page 111: INTERVENSI PENYULUHAN MENGGUNAKAN MEDIA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37321/1/ZUBAIDI... · INTERVENSI PENYULUHAN MENGGUNAKAN MEDIA LEMBAR BALIK ... 3. Ibu

91

Gambar 5.6

Lembar Balik Bahaya Debu Sebelum Uji Media (a) dan Setelah Uji Media (b)

(a)

(b)

Page 112: INTERVENSI PENYULUHAN MENGGUNAKAN MEDIA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37321/1/ZUBAIDI... · INTERVENSI PENYULUHAN MENGGUNAKAN MEDIA LEMBAR BALIK ... 3. Ibu

92

Gambar 5.7

Lembar Balik bahaya Listrik Sebelum Uji Media (a) dan Setelah Uji Media (b)

(a)

(b)

Page 113: INTERVENSI PENYULUHAN MENGGUNAKAN MEDIA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37321/1/ZUBAIDI... · INTERVENSI PENYULUHAN MENGGUNAKAN MEDIA LEMBAR BALIK ... 3. Ibu

97

B. Analisis Univariat

1. Pengetahuan Pekerja Las di Ciputat Kelurahan Pisangan

Pengetahuan didapatkan dari hasil skoring dua puluh pertanyaan

seputar bahaya K3 pengelasan dan pencegahannya kepada dua puluh lima

orang pekerja bengkel las di Ciputat Kelurahan Pisangan. Dari 25 orang

tersebut diberikan kuisioner pre-tes dan pos-test. Soal pre-test diberikan

sebelum penyuluhan dan soal post-test diberikan setelah penyuluhan

menggunakan media lembar balik.

Tabel 5.3

Gambaran Pengetahuan Bahaya K3 dan Pencegahannya pada Pekerja

Bengkel Las di Ciputat Kelurahan Pisangan Tahun 2014

Pengetahuan Mean Std. Deviation Min-Maks

Pre test 3.04 1.43 0-6

Post test 6.24 1.81 3-9

Berdasarkan tabel 5.1 dapat diketahui bahwa pekerja las memiliki skor

post-test pengetahuan mengenai bahaya K3 pengelasan dan pencegahannya

lebih baik yaitu dengan mean 6.24 dari pada kelompok pre-test dengan nilai

mean 3.04. ada perbedaan yang signifikan pengetahuan pekerja las antara

sebelum dilakukan penyuluhan dan setelah dilakukan penyuluhan.

2. Pengetahuan Bahaya K3 dan Pencegahannya pada Pekerja Las Sebelum

dan Setelah dilakukan Penyuluhan

Perubahan pengetahuan diketahui dari evaluasi pre-test dan post-test

setelah adanya feedback dari tindakan penyuluhan. Perubahan pengetahuan

Page 114: INTERVENSI PENYULUHAN MENGGUNAKAN MEDIA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37321/1/ZUBAIDI... · INTERVENSI PENYULUHAN MENGGUNAKAN MEDIA LEMBAR BALIK ... 3. Ibu

98

didapatkan dari selisih skoring pengetahuan dari pre-test dan post-test.

Adapun pengkategoriannya adalah “cukup” (selisih=0), “meningkat”

(selisih≥1), dan “kurang” (selisih<0). Berikut merupakan perubahan

pengetahuan pekerja bengkel las mengenai bahaya K3 pengelasan dan

pencegahannya di Ciputat Kelurahan Pisangan 2014.

Tabel 5.4

Distribusi Arah Perubahan Pengetahuan Pekerja Bengkel Las di

Ciputat Kelurahan Pisangan Tahun 2014

Tingkat Pengetahuan Pretest Posttest

n % n %

Kurang 20 85 0 0

Cukup 2 6 0 0

Baik 3 9 25 100

Total 25 100 25 100

Berdasarkan tabel 5.4 dapat diketahui bahwa sebelum dilakukan

penyuluhan dengan media lembar balik, pekerja las yang memiliki

pengetahuan kurang sebanyak 20 orang (85%), pengetahuan cukup sebanyak

2 orang (6%) dan pengetahuan baik sebanyak 3 orang (9%). Setelah

dilakukan penyuluhan dengan media lembar balik, tidak ada pekerja las yang

memiliki tingkat pengetahuan dengan katagori kurang maupun katagori

cukup. Semua pekerja las mendapatkan nilai pengetahuan dengan katagori

baik yaitu sebanyak 25 orang (100%).

Berdasarkan skor pengetahuan, perubahan pengetahuan juga sebaiknya

diketahui berdasarkan jumlah orang. Suatu pemahaman atau pengetahuan

pada dasarnya harus dimiliki oleh sebagian besar anggota kelompok tertentu

agar suatu budaya dapat terwujud. Dalam hal ini banyaknya orang akan

Page 115: INTERVENSI PENYULUHAN MENGGUNAKAN MEDIA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37321/1/ZUBAIDI... · INTERVENSI PENYULUHAN MENGGUNAKAN MEDIA LEMBAR BALIK ... 3. Ibu

99

menentukan bagaimana kelanjutan dari suatu konsep pemikiran nantinya

akan dapat berlanjut ke tahap lebih lanjut atau tidak. Pada tabel informasi

dibawah ini dijelaskan bagaimana suatu konsep pemikiran/ informasi dapat

meluas pada masyarakat atau kelompok tertentu dengan bantuan intervensi

yaitu penyuluhan.

Tabel 5.5

Distribusi Pengetahuan (Jawaban Benar Pre-test dan Post-test)

Berdasarkan Jumlah Orang Sebelum dan Setelah Penyuluhan pada

Pekerja Bengkel Lasdi Ciputat Kelurahan PisanganTahun 2014

No. Pengetahuan Kelompok

Pre-test

(N)

Post-test

(N)

1 P1 = pengetahuan mengenai definisi K3 5 11

2 P2 = pengetahuan mengenai tujuan K3 7 8

3 P3 = pengetahuan implementasi K3 ditempat kerja 3 9

4 P4 = pengetahuan tentang bahaya K3 5 8

5 P5 = pengetahuan tentang macam-macam bahaya

K3

3 7

6 P6 = pengetahuan tentang bahaya debu 5 9

7 P7 = pengetahuan tentang risiko bahaya debu 2 6

8 P8 = pengetahuan tentang keparahan paparan debu 2 9

9 P9 = pencegahan paparan bahaya debu 4 4

10 P10 = pengetahuan tentang bahaya listrik 2 5

11 P11 = pengetahuan tentang risiko tersengat listrik 2 7

12 P12 = pengetahuan tentang pencegahan bahaya

listrik

0 5

13 P13 = pengetahuan tentang APD bahaya listrik 12 19

14 P14 = pengetahuan tentang bahaya kebakaran 5 9

15 P15 = pengetahuan tentang risiko kebakaran 6 8

16 P16 = pengetahuan tentang pengendalian

kebakaran

4 8

17 P17 = pengetahuan tentang APD bahaya kebakaran 1 4

18 P18 = pengetahuan tentang bahaya radiasi 4 6

19 P19 = pengetahuan tentang pencegahan radiasi 2 5

20 P20 = pengetahuan tentang APD radiasi 2 3

Page 116: INTERVENSI PENYULUHAN MENGGUNAKAN MEDIA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37321/1/ZUBAIDI... · INTERVENSI PENYULUHAN MENGGUNAKAN MEDIA LEMBAR BALIK ... 3. Ibu

100

Berdasarkan tabel 5.5 diketahui pada pekerja las dari 20 pertanyaan

yang ada dikuisioner penelitian didapatkan bahwa ada perbedaan yang

signifikan antara sebelum dan sesudah penyuluhan. Kuisioner berdistribusi

meningkat dari semua jwaban kecuali pada kuisioner pengetahuan P9 yang

stagnan. Hal ini dapat terjadi karena kelompok post-test diberikan perlakuan

berupa penyuluhan mengenai bahaya K3 dan pencegahannya melalui media

lembar balik

C. Analisis Bivariat

Analisis bivariat merupakan analisis untuk mengetahui hubungan antara

dua variabel, yaitu variabel bebas dan variabel terikat. Dalam pengujian

hipotesis penelitian dengan data (rasio) harus memenuhi syarat uji normalitas

distribusi data sehingga dapat dianalisis dengan uji parametrik. Uji normalitas

distribusi data pada penelitian ini dilakukan pada skor pengetahuan baik sebelum

penyuluhan (pre-test) maupun sesudah dilakukan penyuluhan (post-test).

Selanjutnya variabel skor pengetahuan dianalisis dengan uji parametrik yaitu uji

t-dependent dan t-independent.

1. Distribusi Rata-Rata Skor Pengetahuan Pekerja Las Sebelum dan

Sesudah dilakukan Penyuluhan

Distribusi rata-rata skor pengetahuan sebelum dan sesudah

penyuluhan ditujukan untuk mengetahui seberapa efektif penyuluhan yang

telah dilakukan dalam meningkatkan pengetahuan responden. Uji t-

dependent digunakan untuk mengetahui perbedaan ini. Berikut merupakan

hasil statistik uji parametrik t-dependent dapat dilihat pada tabel 5.6.

Page 117: INTERVENSI PENYULUHAN MENGGUNAKAN MEDIA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37321/1/ZUBAIDI... · INTERVENSI PENYULUHAN MENGGUNAKAN MEDIA LEMBAR BALIK ... 3. Ibu

101

Tabel 5.6

Distribusi Rata-Rata Skor Pengetahuan Sebelum dan Sesudah

Penyuluhan pada Pekerja Bengkel Las di Ciputat

Kelurahan Pisangan Tahun 2014

Variabel Mean Sd Se P-value N

Pengetahuan pekerja las

Pre-test 3,04 1,428 0,286 0,0001 25

Post-test 6,24 1,809 0,362

Berdasarkan tabel 5.6 diketahui bahwa rata-rata skor pengetahuan

pekerja las sebelum dilakukan penyuluhan adalah 3,04 dengan standar

deviasi 1,428. Sedangkan pengetahuan pekerja las setelah dilakukan

penyuluhan didapatkan rata-rata skor pengetahuan sebesar 6,24 dengan

standar deviasi 1,809. Terlihat nilai mean perbedaan antara sebelum dan

sesudah penyuluhan adalah 3,2 dengan standar deviasi 1,118. Hasil uji

statistik diperoleh nilai probabilitas sebesar 0.0001, artinya pada alpha 5%

dapat disimpulkan ada perbedaan yang signifikan antara pengetahuan

pekerja las sebelum dan sesudah dilakukan penyuluhan dengan

menggunakan media lembar balik.

2. Pengaruh Penyuluhan Menggunakan Media Lembar Balik terhadap

Peningkatan Pengetahuan pada Pekerja Bengkel Las

Analisis ini digunakan untuk mengetahui pengaruh dari penyuluhan

menggunakan media lembar balik terhadap perubahan pengetahuan bahaya

K3 dan pencegahannya pada pekerja bengkel las di Ciputat Kelurahan

Pisangan Tahun 2014. Perubahan pengetahuan didapatkan dari penghitungan

selisih antar skor pre dan post-test. Asumsinya adalah jika selisih antara pre

dan post-test sama dengan 0 (nol) maka dikatakan tidak ada perubahan

Page 118: INTERVENSI PENYULUHAN MENGGUNAKAN MEDIA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37321/1/ZUBAIDI... · INTERVENSI PENYULUHAN MENGGUNAKAN MEDIA LEMBAR BALIK ... 3. Ibu

102

pengetahuan yang terjadi. Jika selisihnya lebih dari sama dengan satu

(selisih≥1) maka dikatakan terjadi peningkatan pengetahuan. Jika selisihnya

kurang dari nol (selisih<0) maka dikatakan terjadi penurunan pengetahuan.

Sebelum dilakukan analisis bivariat, uji normalitas dilakukan

terlebih dahulu terhadap “skor selisih” dan hasilnya adalah 0.116 yang

artinya data berdistribusi normal. Uji t-independent selanjutnya digunakan

dalam analisis bivariat yang dapat dilihat dilihat pada tabel berikut.

Tabel 5.7

Pengaruh Penyuluhan Menggunakan Media Lembar Balik terhadap

Perubahan Pengetahuan pada Pekerja Bengkel Las di Ciputat

Kelurahan Pisangan Tahun 2014

Berdasarkan tabel 5.7 diketahui bahwa rata-rata perubahan

pengetahuan responden kelompok pre-test sebelum penyuluhan adalah -0.04

sedangkan pada kelompok post-test 3.20. Hasil uji statistik diperoleh nilai

probabilitas sebesar 0.000, artinya pada alpha 5 % terdapat perbedaan rata-rata

perubahan skor pengetahuan responden sebelum dan setelah penyuluhan

antara kedua kelompok sehingga dapat dikatakan bahwa ada pengaruh yang

signifikan dari penyuluhan menggunakan media lembar balik terhadap

perubahan pengetahuan bahaya K3 dan pencegahannya pada pekerja bengkel

las di Ciputat Kelurahan Pisangan Tahun 2014.

Kelompok Mean SD p-value

Pre-test -0.04 1.098

0.000 Post-test 3.20 1.120

Page 119: INTERVENSI PENYULUHAN MENGGUNAKAN MEDIA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37321/1/ZUBAIDI... · INTERVENSI PENYULUHAN MENGGUNAKAN MEDIA LEMBAR BALIK ... 3. Ibu

103

BAB VI

PEMBAHASAN

A. Keterbatasan Penelitian

Selama proses penelitian, terdapat beberapa keterbatasan yang dialami

oleh peneliti yaitu pengukuran pengetahuan pekerja bengkel las menggunakan

kuisioner pre dan post-test. Pre-test sebagai pengukuran pengetahuan sebelum

diberikan penyuluhan dan post-test pengukuran pengetahuan sesudah diberikan

penyuluhan. Pada saat pemberiaan post-test peneliti melakukan jeda waktu

hanya 1 jam setelah diberikan penyuluhan dengan media lembar balik.

Seharusnya diberikan jeda waktu yang lebih lama dalam pemberian post-test

untuk mengetahui apakah pengetahuan yang pekerja bengkel las terima bersifat

jangka pendek (short term knowledge) atau jangka panjang (long term

knowledge). Dengan keterbatasan ini, diharapkan dapat dilakukan perbaikan

untuk penelitian yang akan datang.

B. Gambaran Proses Pengembangan Media Lembar Balik terkait Bahaya K3

dan Pencegahannya pada Pekerja Las Ciputat Kelurahan Pisangan

1. Pembuatan Materi Penyuluhan

a. Isi Materi Media Lembar Balik

Materi penyuluhan media lembar balik terkait peningkatan

pengetahuan pekerja las mengenai bahaya K3 dan pencegahannya

merupakan materi yang dibuat sesuai dengan kondisi lingkungan kerja

dari mulai bahaya sampai dengan tahap preventif. Bahasa yang

digunakan dalam materipun menggunakan bahasa sehari-hari untuk

Page 120: INTERVENSI PENYULUHAN MENGGUNAKAN MEDIA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37321/1/ZUBAIDI... · INTERVENSI PENYULUHAN MENGGUNAKAN MEDIA LEMBAR BALIK ... 3. Ibu

104

mempermudah pemahaman pekerja las yang memperhatikannya. Hasil

uji media oleh 25 mahasiswa/i Promkes UIN Syarif Hidayatullah

menyimpulkan bahwa pekerja las menyukai media lembar balik yang

menuliskan bahasa mengajak atau himbauan untuk melakukan suatu

perilaku.

Menurut Kholid (2014) Suatu pesan akan mampu menimbulkan

respon jika media yang dibuat mencantumkan beberapa himbuan dalam

pesan, contohnya adalah himbuan rasional, himbauan emosional,

himbauan ketakukan, himbauan ganjaran dan himbauan motivasional.

Penggunaan himbauan tersebut bermacam-macam tergantung dari sisi

mana yang mau dirubah dan sasarannya. Penelitian ini adalah penelitian

yang salah satu tujuannya adalah meningkatkan pengetahuan pekerja las

tentang bahaya K3 dan pencegahannya.

Dari hasil penelitian dan teori di atas mempunyai kesamaan

bahwa diperlukan himbauan dalam pesan untuk melakukan tindakan,

karena suatu pesan himbauan akan menimbulkan respon seseorang

untuk melakukan suatu perilaku, himbauan yang digunakan bisa

bermacam-macam tergantung sasaran yang dituju dan dalam lembar

balik ini himbauan yang digunakan adalah himbauan emosional dan

himbauan sebab akibat. Dari hasil penelitian dan melihat teori yang

telah dijabarkan di atas, peneliti akan merancang sebuah pesan yang di

dalamnya ada pesan himbauan emosional selain himbuan emosional isi

materi media lembar balik pada penelitian ini berisi pesan sebab akibat

Page 121: INTERVENSI PENYULUHAN MENGGUNAKAN MEDIA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37321/1/ZUBAIDI... · INTERVENSI PENYULUHAN MENGGUNAKAN MEDIA LEMBAR BALIK ... 3. Ibu

105

tujuannya adalah untuk memberikan kesadaran akan pentingnya

keselamatan dan kesehatan dalam bekerja.

Gambar 6.1

Himbauan Emosional dan Sebab Akibat

b. Bahasa Media Lembar Balik

Bahasa yang akan digunakan dalam lembar balik ini akan

mencocokkan sasaran (semi formal) dari responden yaitu pekerja las,

jadi bahasa yang digunakan tidak baku agar menarik, mudah dimengerti

dan diterima oleh sasaran. Sebagaimana yang disebutkan oleh Rahardi

(2006) bahwa jenis tulisan di majalah remaja, tabloid olahraga,

Page 122: INTERVENSI PENYULUHAN MENGGUNAKAN MEDIA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37321/1/ZUBAIDI... · INTERVENSI PENYULUHAN MENGGUNAKAN MEDIA LEMBAR BALIK ... 3. Ibu

106

penerbitan khusus (buletin atau jurnal interen) dan lain-lain bisa saja

melanggar kaidah penulisan kalimat baku. Peneliti akan memasukkan

slogan bersifat kedesaan di kalangan pekerja informal serta kata kerja

dan kalimat singkat dimaksudkan agar pesan yang disampaikan

menempel di ingatan pembaca, pesan yang di buat tidak kaku dan segar

serta diharapkan setelah membaca pesan sasaran melakukan suatu

reaksi.

Hal ini sesuai dengan teori Jefkins (2004) dalam penulisan copy

iklan yaitu tulisan yang di rancang harus familiar, kata-kata sederhana,

kata unik yang terbukti sangat sukses digunakan dalam periklanan yaitu

disebut dengan buzz words atau topik atau kata-kata yang sedang

“ngetrend” dibicarakan di kalangan masyarakat, kata kerja dapat

digunakan untuk memberikan suatu derajat keurgensian pada copy iklan

guna membantu copy iklan mengalir dan tidak kaku, kata-kata yang

singkat yang memberi copy iklan itu suatu pemicu beraksi.

Dari hasil penelitian dan melihat dari teori yang telah dijabarkan

di atas, peneliti akan merancang media yang lebih banyak gambar

daripada tulisan berisikan seputar bahaya K3 dan pencegahannya,

dampak paparan bahaya dan cara menanggulanginya. Serta kalimat-

kalimat anjuran yang membangun seperti “membiasakan mencuci

tangan sebelum dan sesudah bekerja.” Bahasa yang digunakan adalah

bahasa yang semi formal sehingga mudah dipahami dan dibaca oleh

pekerja las yang ada di Ciputat. Adapun contoh kalimat yang mudah

dipahami dan disajikan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut

Page 123: INTERVENSI PENYULUHAN MENGGUNAKAN MEDIA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37321/1/ZUBAIDI... · INTERVENSI PENYULUHAN MENGGUNAKAN MEDIA LEMBAR BALIK ... 3. Ibu

107

Gambar 6.2

Bahasa yang digunakan dalam materi penyuluhan

2. Tahap Konsep

a. Tujuan Produksi Media

Tujuan produksi media lembar balik adalah meningkatkan

pengetahuan pekerja las terkait bahaya K3 dan pencegahannya.

Menurut Notoatmojo (2009) pengetahuan diperoleh dari pendidikan,

pengalaman diri sendiri maupun pengalaman orang lain, media massa

maupun lingkungan, pengetahuan diperlukan sebagai dorongan psikis

dalam menumbuhkan sikap dan perilaku setiap hari, sehingga dapat

dikatakan bahwa pengetahuan merupakan stimulus terhadap tindakan

seseorang.

Pengetahuan dapat diperoleh melalui media massa, salah

satunya adalah lembar balik, menurut hasil penelitian dan teori yang

dijabarkan sesuai karena pengetahuan juga dapat merubah perilaku

Page 124: INTERVENSI PENYULUHAN MENGGUNAKAN MEDIA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37321/1/ZUBAIDI... · INTERVENSI PENYULUHAN MENGGUNAKAN MEDIA LEMBAR BALIK ... 3. Ibu

108

seseorang untuk melakukan suatu tindakan, hal itu dikarenakan

perubahan perilaku seseorang didasari oleh pengetahuan yang

dimilikinya terlebih dahulu, pengetahuan yang diberikan secara sekali

atau bertahap akan merubah seseorang untuk melakukan suatu

tindakan. Seperti yang dipaparkan oleh Kairupan, dkk (2009) bahwa

metode pendidikan atau promosi kesehatan dipakai untuk

mengkomunikasikan pesan-pesan kesehatan yang ditujukan kepada

masyarakat dengan menggunakan alat bantu paling tepat ialah

pendekatan kelompok.

3. Desain Media Lembar Balik

a. Bentuk Ukuran Lembar Balik

Menurut Masri (2007) bahwa ukuran dari lembar balik bisa

ukuran besar bisa juga berukuran kecil, tetapi dengan catatan konten

yang dibuat harus sesuai format yang dibuat dan kejelasan tulisan

terlihat, dalam pembentukan lembar balik pemilihan bentuk

disesuaikan dengan selera, psikologi dan tipe sasaran hal itu bertujuan

agar tidak merepotkan sasaran. Hasil uji media dari 25 mahasiswa/i

promkes UIN Syarif Hidayatullah menyimpulkan bahwa bentuk

ukuran media lembar balik sebesar ukuran kertas letter. Ukuran

tersebut merupakan ukuran sedang mudah dibawa kemana-mana tidak

merpotkan penelti yang melakukan penyuluhan tidak tetap disatu

tempat. Ukuran tersebut juga mudah dibaca oleh responden serta

pesan yang terkandung di dalam lembar balik dapat diterima oleh

sasaran.

Page 125: INTERVENSI PENYULUHAN MENGGUNAKAN MEDIA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37321/1/ZUBAIDI... · INTERVENSI PENYULUHAN MENGGUNAKAN MEDIA LEMBAR BALIK ... 3. Ibu

109

b. Warna (Background, Tulisan dan Gambar) Media Lembar Balik

Warna mempunyai dampak tersendiri bagi psikologis, sugesti

dan suasana hati bagi sasaran yang melihatnya, warna merupakan unsur

yang ekspresif karena kualitasnya mempengaruhi emosi atau merespon

secara langsung dan segera (Holtzschue, 2006). Dari hasil uji media

lembar balik pada 25 orang mahasiswa/i promkes UIN Syarif

Hidayatullah menyimpulkan bahwa anjuran warna background biru dan

kuning, sedangkan untuk tulisan dan gambar menyarankan untuk

disesuaikan dengan warna background yang dipilih, dari hasil tersebut

mahasiswa/i promkes menganjurkan menggunakan warna background

biru dan kuning, warna tulisan biru, warna gambar merah, kuning,

hijau, putih dan biru.

Dalam rancangan lembar balik yang akan digunakan

menggunakan warna yang mencolok dan jelas untuk pekerja las dan

didapat warna lembar balik adalah biru, kuning, merah, putih, hitam dan

hijau. Pemilihan warna biru mempunyai arti kebebasan, sebagaimana

yang disebutkan oleh Isroi (2007) bahwa warna biru memiliki arti suatu

kebebasan. Warna kuning dimaksudkan bahwa media ini berisikan

materi bahaya K3 dan pencegahannya dimana pekerja harus berhati-hati

dengan bahaya yang ada di lingkungan kerja, warna kuning merupakan

warna salah satu provider yang pasti pekerja las mudah mengingatnya.

Sebagaimana yang dijelaskan oleh Isroi (2007) bahwa warna kuning

mempunyai arti optimisme, kebahagiaan, kesuksesan, idealisme,

imajinasi, jadi jika diartikan memakai warna biru dan kuning adalah

Page 126: INTERVENSI PENYULUHAN MENGGUNAKAN MEDIA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37321/1/ZUBAIDI... · INTERVENSI PENYULUHAN MENGGUNAKAN MEDIA LEMBAR BALIK ... 3. Ibu

110

pekerja las yang mempunyai jiwa yang penuh kebebasan. Bebas buakn

berarti negatif tapi dalam hal positif bekerja aman bebas dari bahaya

dengan produktivitas meningkat.

Gambar 6.3

Warna gambar hijau, kuning dan putih

Untuk warna teks digunakan warna biru, warna ini dipilih

dikarenakan warna tersebut merupakan warna dasar dan peneliti

mempertimbangkan keterlihatan dan kejelasan tulisan pesan, untuk

warna gambar di pilih warna merah, menurut Isroi (2007) warna merah

mempunyai arti membangkitkan gairah, darah, hidup, bahaya, musuh,

perang. Warna hijau, menurut Isroi (2007) warna hijau yaitu memiliki

arti kesehatan, warna hijau dipilih karena tema yang akan dibahas

dalam lembar balik adalah masalah bahaya K3 dan pekerja las harus

berhati-hati supaya mempunyai tubuh sehat dan terhindar dari bahaya

tersebut.

Page 127: INTERVENSI PENYULUHAN MENGGUNAKAN MEDIA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37321/1/ZUBAIDI... · INTERVENSI PENYULUHAN MENGGUNAKAN MEDIA LEMBAR BALIK ... 3. Ibu

111

Pemilihan warna secara tepat akan menghasilkan harmonisasi

yang menawan pada sebuah media, selain merujuk pada warna

korporat, kombinasi warna yang dipilih harus tepat. Sesuai dengan teori

yang dijelaskan Holtzschue (2006) bahwa pemilihan warna juga sangat

berpengaruh pada layout yang dibuat terutama warna-warna yang

melatar belakangi teks maupun gambar, selain warna yang harmoni

keterbacaan teks juga sangat diperlukan. Standar warna yang digunakan

pada proses cetak brosur menggunakan sistem warna Cyan Magenta

Yellow Black (CMYK), grayscale atau hitam putih dan warna-warna

khusus.

Gambar 6.4

Layout Seimbang Tulisan Dan Gambar

C. Pengetahuan Pekerja Las di Ciputat Kelurahan Pisangan

Menurut Notoatmodjo (2007), pengetahuan merupakan hasil tahu yang

terjadi setelah seseorang melakukan penginderaan terhadap suatu objek

Page 128: INTERVENSI PENYULUHAN MENGGUNAKAN MEDIA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37321/1/ZUBAIDI... · INTERVENSI PENYULUHAN MENGGUNAKAN MEDIA LEMBAR BALIK ... 3. Ibu

112

tertentu. Dalam penelitian ini, pengetahuan pekerja bengkel las yang diukur

mencakup pengetahuan tentang bahaya K3 di bengkel las. Pengetahuan

didapatkan dari hasil skoring dua puluh pertanyaan seputar bahaya K3

pengelasan dan pencegahannya kepada dua puluh lima orang pekerja bengkel

las di Ciputat Kelurahan Pisangan.

Dari hasil penelitian diketahui bahwa ada perbedaan pengetahuan

tentang bahaya K3 dan pencegahannya di bengkel las antara pre-test dan post-

test, yaitu kelompok post-test lebih baik dari pada pre-test dengan mean 6.24

dengan nilai range yang cukup panjang atau bervariasi yaitu antara 3 hingga 9.

Sementara itu, perbedaan mean skor cukup jauh yaitu pre-test (3.04) dan post-

test (6.24). Dari hasil uji statistik, dapat diketahui adanya perbedaan

peningkatan pengetahuan antara sebelum dan setelah dilakukan penyuluhan

dengan media lembar balik.

Hasil penelitian ini sesuai dengan hasil penelitian sebelumnya tentang

penyuluhan menggunakan media lembar balik pada pekerja terhadap

pengetahuan K3, didapatkan hasil bahwa terjadi peningkatan pengetahuan pada

kelompok yang diberi penyuluhan dengan lembar balik. Nilai median sebelum

pendidikan kesehatan adalah 11, sedangkan setelah pendidikan kesehatan

adalah 14 (Isnaini, 2011). Penelitian lain tentang pengaruh penyuluhan

terhadap pengetahuan K3 pada pekerja peternak ayam didapatkan hasil bahwa

terdapat perubahan pengetahuan K3 antara sebelum dan sesudah diberikan

penyuluhan dengan media lembar balik (p value = 0,000) (Sumardiyono,

2010).

Page 129: INTERVENSI PENYULUHAN MENGGUNAKAN MEDIA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37321/1/ZUBAIDI... · INTERVENSI PENYULUHAN MENGGUNAKAN MEDIA LEMBAR BALIK ... 3. Ibu

113

D. Pengetahuan Bahaya K3 dan Pencegahannya pada Pekerja Las Sebelum

dan Sesudah dilakukan Penyuluhan

Dari hasil analisis didapatkan bahwa pengetahuan pekerja las sebelum

dilakukan penyuluhan dengan media lembar balik, pekerja las yang memiliki

pengetahuan kurang sebanyak 20 orang (85%), pengetahuan cukup sebanyak 2

orang (6%) dan pengetahuan baik sebanyak 3 orang (9%). Setelah dilakukan

penyuluhan dengan media lembar balik, tidak ada pekerja las yang memiliki

tingkat pengetahuan dengan katagori kurang maupun katagori cukup. Semua

pekerja las mendapatkan nilai pengetahuan dengan katagori baik yaitu

sebanyak 25 orang (100%).

Hasil penelitian ini sesuai dengan hasil penelitian sebelumnya tentang

penyuluhan menggunakan media lembar balik pada pekerja terhadap

pengetahuan K3 didapatkan hasil adanya peningkatan pengetahuan pada

kelompok yang diberi penyuluhan dengan lembar balik. Nilai median sebelum

pendidikan kesehatan adalah 11, sedangkan setelah pendidikan kesehatan

adalah 14 (Isnaini, 2011). Penelitian lain tentang pengaruh penyuluhan

terhadap pengetahuan K3 pada pekerja peternak ayam didapatkan hasil bahwa

terdapat perubahan pengetahuan K3 antara sebelum dan sesudah diberikan

penyuluhan dengan media lembar balik (p value = 0,000) (Sumardiyono,

2010).

Adanya peningkatan pengetahuan antara sebelum dan sesudah

intervensi pada pekerja las ini dipengaruhi oleh informasi yang didapat oleh

responden setelah penyuluhan. Sumber informasi mempengaruhi tingkat

pengetahuan yang dimiliki seseorang (Wulan, 2010). Sebelum diberikan

penyuluhan, semua responden ini tidak pernah mendapatkan informasi

Page 130: INTERVENSI PENYULUHAN MENGGUNAKAN MEDIA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37321/1/ZUBAIDI... · INTERVENSI PENYULUHAN MENGGUNAKAN MEDIA LEMBAR BALIK ... 3. Ibu

114

mengenai potensi bahaya K3 dan pencegahannya darimanapun. Oleh sebab itu,

mean skor pengetahuan sebelum penyuluhan hanya 3.04. Namun, setelah

penyuluhan mean skor pengetahuan meningkat menjadi 6.24. Informasi yang

didapat melalui penyuluhan ini meningkatkan pengetahuan responden

mengenai potensi bahaya K3 dan pencegahannya.

Secara statistik,dapat diketahui adanya perubahan skor pengetahuan

antara sebelum dan setelah penyuluhan. Peningkatan pengetahuan ini

menunjukkan adanya pengaruh penyuluhan terhadap pengetahuan. Selanjutnya,

pengaruh tersebut dianalaisis dengan menggunakan uji t-test dan menghasilkan

P-value sebesar 0,000. Artinya, pada alpha 5% terdapat pengaruh penyuluhan

yang bermakna terhadap perubahan pengetahuan pekerja bengkel las terkait

bahaya K3 dan pencegahannya.

E. Distribusi Rata-rata skor Pengetahuan Pekerja Las Sebelum dan Sesudah

dilakukan Penyuluhan

Perbandingan pengetahuan sebelum dan sesudah dilakukan penyuluhan

ditujukan untuk mengetahui seberapa berpengaruh penyuluhan menggunakan

media lembar balik yang telah dilakukan dalam meningkatkan pengetahuan

responden. Berdasarkan hasil analisis data didapatkan bahwa rata-rata skor

pengetahuan pekerja las sebelum dilakukan penyuluhan adalah 3,04 dengan

standar deviasi 1,428. Sedangkan pengetahuan pekerja las setelah dilakukan

penyuluhan didapatkan rata-rata skor pengetahuan sebesar 6,24 dengan

standar deviasi 1,809. Terlihat nilai mean perbedaan antara sebelum dan

sesudah penyuluhan adalah 3,2 dengan standar deviasi 1,118. Hasil uji

statistik diperoleh nilai probabilitas sebesar 0.000, artinya pada alpha 5%

dapat disimpulkan ada perbedaan yang signifikan antara pengetahuan pekerja

Page 131: INTERVENSI PENYULUHAN MENGGUNAKAN MEDIA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37321/1/ZUBAIDI... · INTERVENSI PENYULUHAN MENGGUNAKAN MEDIA LEMBAR BALIK ... 3. Ibu

115

las sebelum dan sesudah dilakukan penyuluhan dengan menggunakan media

lembar balik.

Peningkatan pengetahuan pada pekerja las ini disebabkan karena

adanya hasil pengindraan yang dilakukan oleh pekerja las setelah diberikan

penyuluhan. Notoatmodjo (2003) menyebutkan bahwa pengetahuan

merupakan hasil dari tahu dan ini terjadi setelah seseorang melakukan

penginderaan terhadap suatu obyek tertentu. Penginderaan ini terjadi melalui

panca indera manusia, yaitu indera penglihatan, pendengaran, penciuman,

rasa dan raba. Sebagian besar pengetahuan manusia diperoleh melalui mata

dan telinga. Penelitian sebelumnya yang relevan dengan penelitian ini juga

memiliki hasil yang sama. Penelitian Fatmawati (2013), tentang penyuluhan

menggunakan media lembar balik pada pekerja terhadap pengetahuan K3,

didapatkan hasil bahwa terjadi peningkatan pengetahuan pada kelompok yang

diberi penyuluhan dengan lembar balik. Nilai median sebelum pendidikan

kesehatan adalah 11, sedangkan setelah pendidikan kesehatan adalah 14.

F. Pengaruh Penyuluhan Menggunakan Media Lembar Balik terhadap

Perubahan Pengetahuan

Salah satu strategi untuk memperoleh perubahan perilaku menurut WHO

yang dikutip oleh Notoadmodjo (2003) adalah dengan pemberian informasi

untuk meningkatkan pengetahuan sehingga menimbulkan kesadaran dan pada

akhirnya orang akan berperilaku sesuai dengan pengetahuannya tersebut.

Upaya pemberian informasi yang dapat dilakukan adalah dengan penyuluhan.

Sedangkan dalam aspek K3, George (1998) yang dikutip dalam Helliyanti

(2009), menyatakan bahwa penyuluhan K3 adalah bentuk usaha yang

Page 132: INTERVENSI PENYULUHAN MENGGUNAKAN MEDIA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37321/1/ZUBAIDI... · INTERVENSI PENYULUHAN MENGGUNAKAN MEDIA LEMBAR BALIK ... 3. Ibu

116

dilakukan untuk mendorong dan menguatkan kesadaran dan perilaku pekerja

tentang K3 sehingga dapat melindungi pekerja, properti, dan lingkungan.

Pada penyuluhan ini peneliti menggunakan media lembar balik yaitu

peneliti memperlihatkan gambar kepada peserta penyuluhan sambil membaca

tulisan yang terletak di halaman belakang gambar. Ukuran lembar balik yang

cukup besar dengan gambar, tulisan, dan komposisi warna yang tepat pada

lembar balik membuat proses pendidikan atau belajar menjadi lebih mudah dan

lebih menarik bagi peserta penyuluhan. Oleh karena itu, peserta penyuluhan

fokus untuk mendengarkan penyuluh serta melihat gambar dan penjelasan yang

terdapat pada lembar balik (Dirjen PPM & PL 2003).

Penyuluhan terkait bahaya K3 dan pencegahannya yang dilakukan

peneliti kepada pekerja bengkel las merupakan salah satu bentuk penyaluran

informasi. Peneliti menggunakan dua metode penyuluhan yaitu metode satu

arah dan metode dua arah. Metode satu arah dilakukan dengan penyuluhan

menggunakan media lembar balik. Sedangkan metode dua arah dilakukan

dengan diskusi dan tanya jawab. Dengan penyuluhan ini, diharapkan informasi

yang diberikan dapat memberikan pengaruh yang baik terhadap perilaku

pekerja bengkel las terkait bahaya K3 dan pencegahannya yang kemudian

diukur dengan melihat perubahan pengetahuan tersebut.

Pada saat diskusi dan tanya jawab, pekerja las dapat mengetahui secara

verbal bahwa penyuluhan berpengaruh baik terhadap pengetahuan. Banyak

pekerja las yang merasa khawatir tentang kondisi kesehatannya, terutama

pekerja las yang baru menyadari adanya banyak bahaya yang ada di bengkel

las yang dapat merugikan mereka baik fisik (kesehatan) maupun material

Page 133: INTERVENSI PENYULUHAN MENGGUNAKAN MEDIA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37321/1/ZUBAIDI... · INTERVENSI PENYULUHAN MENGGUNAKAN MEDIA LEMBAR BALIK ... 3. Ibu

117

(hilangnya jam kerja akibat sakit). Selain itu, banyak pekerja las yang mulai

merasa takut terhadap bahaya K3 yang ada di bengkel las terlebih setelah

mereka melihat gambar media lembar balik yang berisi tentang risiko yang bisa

mereka alami jika mereka mengabaikan bahaya bahaya K3 di bengkel las.

Berdasarkan hasil penelitian, diketahui dari Hasil uji statistik diperoleh

nilai probabilitas sebesar 0.000, artinya pada alpha 5 % terdapat perbedaan

rata-rata perubahan skor pengetahuan responden sebelum dan setelah

penyuluhan antara kedua kelompok. Sehingga dapat dikatakan bahwa ada

pengaruh yang signifikan dari penyuluhan menggunakan media lembar balik

terhadap perubahan pengetahuan bahaya K3 dan pencegahannya pada pekerja

bengkel las di Ciputat Kelurahan Pisangan Tahun 2014.

Adanya pengaruh yang signifikan dari penyuluhan dengan menggunakan

media lembar balik terhadap perubahan pengetahuan bahaya K3 dan

pencegahannya ini dipengaruhi oleh informasi yang didapatkan oleh responden

pada pekerja las setelah penyuluhan. Dalam peningkatan pengetahuan,

seseorang yang lebih terpapar informasi akan memperoleh informasi yang

lebih banyak sehingga akan mempengaruhi tingkat pengetahuannya (Wulan,

2010). Hal ini dapat dilihat dari perbedaan antara skor pengetahuan pada

sebelum dan setelah diberikan penyuluhan yaitu -0,04 dan post-tes sebesar

3.20.

Dalam proses peningkatan pengetahuan agar diperoleh hasil yang efektif

diperlukan alat bantu atau media yang digunakan untuk menyampaikan

informasi atau sebagai sumber informasi (Notoatmodjo, 2007). Dengan

menggunakan lembar balik, proses pendidikan atau belajar menjadi lebih

Page 134: INTERVENSI PENYULUHAN MENGGUNAKAN MEDIA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37321/1/ZUBAIDI... · INTERVENSI PENYULUHAN MENGGUNAKAN MEDIA LEMBAR BALIK ... 3. Ibu

118

mudah dan lebih menarik bagi penerima pesan maupun pemberi pesan. Bagi

penerima pesan, gambar dan tulisan serta komposisi warna yang tepat dapat

membantu dan mempermudah proses pemahaman selain itu juga isi dari

lembar balik penelitian ini sesuai dengan apa yang ada di lapangan (bengkel

las) karena hampir semua objek gambar yang ada di media lembar balik

didapatkan dari bengkel las langsung berdasarkan pengamatan dan

pengambilan gambar secara langsung di bengkel las sehingga semakin

mempermudah pemahaman penerima pesan. Sedangkan bagi pemberi pesan,

teks yang tertera pada halaman belakang dapat membantu mempermudah

penyampaian pesan (Dirjen PPM & PL 2003).

Selain itu, bahasa yang digunakan penyuluh maupun bahasa yang

terdapat pada lembar balik juga menggunakan bahasa awam atau bahasa yang

dapat dimengerti oleh sasaran, seperti kata K3 yang dilengkapi dengan definisi

dan contoh-contoh yang nyata yang ada dilapangan. Bahasa yang digunakan

pada saat penyuluhan juga dapat mempengaruhi keberhasilan penyuluhan

sehingga harus digunakan bahasa yang dapat dimengerti dan jangan

menggunakan istilah asing (Notoatmodjo, 2007). Sedangkan dari jumlah

sasarannya, lembar balik efektif untuk khalayak kurang dari 12 orang. Pada

penelitian ini jumlah dalam satu bengkel las tidak lebih dari 12 orang pekerja

las sehingga penyuluhan dengan alat bantu media lembar balik pada penelitian

ini sangat efektif (Dirjen PPM & PL, 2003).

Page 135: INTERVENSI PENYULUHAN MENGGUNAKAN MEDIA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37321/1/ZUBAIDI... · INTERVENSI PENYULUHAN MENGGUNAKAN MEDIA LEMBAR BALIK ... 3. Ibu

119

BAB VII

SIMPULAN DAN SARAN

A. Simpulan

1. Diketahui proses pengembangan dan cara pengujian media lembar balik

terkait bahaya K3 dan pencegahannya pada pekerja bengkel las di Ciputat

Kelurahan Pisangan tahun 2014.

2. Terdapat perbedaan pengetahuan pekerja bengkel las terkait bahaya K3 dan

pencegahannya antara sebelum dan setelah dilakukan penyuluhan pada

pekerja bengkel las di Ciputat Kelurahan Pisangan tahun 2014.

3. Ada pengaruh penyuluhan menggunakan media lembar balik terhadap

perubahan pengetahuan bahaya K3 dan pencegahannya pada pekerja

bengkel las di Ciputat Kelurahan Pisangan Tahun 2014.

B. Saran

1. Bagi Pekerja Bengkel Las

a. Sebaiknya pekerja bisa mengaplikasikan pengetahuan yang telah

didapatkan dari penyuluhan untuk bekerja dengan aman, sehat dan

produktif

b. Sebaiknya pekerja las bisa lebih disiplin dalam menggunakan Alat

Pelindung Diri (APD)

c. Agar lebih giat lagi dalam menambah pengetahuan tentang Kesehatan

dan Keselamata Kerja (K3)

Page 136: INTERVENSI PENYULUHAN MENGGUNAKAN MEDIA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37321/1/ZUBAIDI... · INTERVENSI PENYULUHAN MENGGUNAKAN MEDIA LEMBAR BALIK ... 3. Ibu

120

2. Bagi Peneliti Selanjutnya

a. Diharapkan tidak saja hanya mengukur perubahan pengetahuan, tetapi

juga mengukur faktor predisposing lainnya seperti sikap, keyakinan,

kepercayaan, dan sebagainya, sehingga materi yang disampaikan saat

penyuluhan juga dapat merubah perilaku responden menjadi lebih baik

agar terhindar dari bahaya K3 yang ada di bengkel las

b. Disarankan untuk melakukan penelitian lanjutan tentang pengaruh

penyuluhan terhadap perilaku pekerja las terkait bahaya K3 dan

pencegahannya.

c. Disarankan untuk melakukan penelitian komparatif untuk mendapatkan

metode penyuluhan yang paling efektif dalam meningkatkan

pengetahuan pekerja bengkel las terkait bahaya K3 dan pencegahannya

Page 137: INTERVENSI PENYULUHAN MENGGUNAKAN MEDIA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37321/1/ZUBAIDI... · INTERVENSI PENYULUHAN MENGGUNAKAN MEDIA LEMBAR BALIK ... 3. Ibu

DAFTAR PUSTAKA

Adi, Tri. 2007. Faktor-faktor yang Berhubungan dengan Kapasitas Vital Paru pada Pekerja

Pembuatan Genteng. Skripsi. Semarang: UNNES

Angelina, Cory & Katharina Oginawati. 2009. Paparan Fisis Pencahayaan Terhadap Mata

dalam Kegiatan Pengelasan. Jurnal. Bandung: Institut Teknologi Bandung

American Thoracic Society. 1995. Standard for The Diagnosis and Care Of Patient With

Chronic Obstructive Pulmonary Diseases (COPD) and Asthma. Am. Rev. Respir Dis

Blunt, Jane & Nigel C Balchin. 2002. Health and Safety in Welding and Allied Processes.

Fifth Edition. CRC Press: Boca Raton Boston New York Washington, D.C

Budiono, AM Sugeng. 2003. Bunga rampai hiperkes dan keselamatan kerja. Jakarta: bina

mitra press

Corwin J, Elizabeth. 2000. Buku saku patofisiologi. Jakarta: EGC

Depkes RI. 1990. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Produktivitas Tenaga Kerja. Jakarta:

Depkes RI.

________. 2002. Keputusan Menteri Kesehatan RI Dan Keputusan Dirjen PPM&PLP

Tentang Persyaratan Kesehatan Lingkungan Kerja. Jakarta : Depkes RI

________. 2004. Pengembangan Media Promosi Kesehatan. Jakarata : Depkes RI

Departemen Tenaga Kerja RI. 1996. Permenaker No. Per/05/MEN/1996 tentang Sistem

Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja. Jakarta : Depnaker RI.

Depnakertrans RI. 20010. Kepmenakertans Nomor : KEP. 372 /MEN/XI/20010 tentang

Petunjuk Pelaksanaan Bulan K3 tahun 2010-2014. Jakarta : Depnaker RI.

Dirjen PPM & PL. 2003. Panduan Penggunaan Media Penyuluhan. Jakarta : Departemen

Kesehatan RI

Page 138: INTERVENSI PENYULUHAN MENGGUNAKAN MEDIA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37321/1/ZUBAIDI... · INTERVENSI PENYULUHAN MENGGUNAKAN MEDIA LEMBAR BALIK ... 3. Ibu

Direktorat Bina Kesehatan Kerja. 2007. Direktorat Jenderal Bina Kesehatan Masyarakat,

Departemen Kesehatan RI, Promosi Kesehatan di Tempat Kerja. Jakarta : Departemen

Kesehatan RI

Ericson, Clifton A. 2005. Hazard Analysis Techniques For System Safety. Wiley

interesscience: Virginia

Fitriani, Sinta. 2011. Promosi Kesehatan. Yogyakarta: Graha Ilmu

Grosh, Margaret. 2008. The Design And Implementation Of Effective Safety Nets For

Protection and Promotion. The World Bank: Washington, D.C

Guyton, Arthur C & John E. Hall. 1997. Fisiologi Kedokteran. Terjemahan Irawati

Setiawan. Jakarta : EGC

Harahap dan Sri Hastuty. 2006. Kajian Persepsi Harapan Sektor Informal Terhadap

Kebijakan Pemberdayaan Usaha Pemerintah. Tesis. UNNES

Harries, Jane. 2006. Promoting Personal Safety In PSHE. A Sage Publications Company:

London

Hurlock, E.B. 1999. Psikologi Perkembangan: Suatu Pendekatan Sepanjang Rentang

Kehidupan. Jakarta: PT. Gelora Aksara Pratama

Isnaini. 2011. Efektifitas Pendidikan Kesehatan Terhadap Pengetahuan Pekerja Tentang

Keselamatan dan Kesehatan Kerja. Tesis. Universitas Indonesia

Kurniawidjaja, L. Meily. 2011. Teori dan Aplikasi Kesehatan Kerja. Jakarta, Indonesia:

Universitas Indonesia (UI-PRESS).

Liliweri. 2007. Komunikasi dan Perubahan Perilaku. Jakarta: Gramedia

Lombardi, D.A, R. Pannala, dkk. 2005. Welding Related Occupational Eye Injuries: a

Narrative Analysis. Liberty Mutual Research Insitute For Safety. USA

Maulana, Heri D.J. 2007. Promosi Kesehatan. Jakarta: EGC

Mila. Siti Muslikatul. 2006. Hubungan Antara Masa Kerja, Pemakaian APD Pernafasan

(Masker) Pada Tenaga Kerjapengamplasan Dengan Kapasitas Fungsi Paru PT Ascent

House Pecangaan Jepara. Skripsi. UNNES

Modjo, Robiana. 2007. Promosi Kesehatan dan Keselamatan Kerja. Jakarta, Indonesia:

Universitas Indonesia (UI-Press)

Page 139: INTERVENSI PENYULUHAN MENGGUNAKAN MEDIA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37321/1/ZUBAIDI... · INTERVENSI PENYULUHAN MENGGUNAKAN MEDIA LEMBAR BALIK ... 3. Ibu

Mubarok, Wahid Iqbal, dkk. 2007. Promosi Kesehatan. Yogyakarta: Graha Ilmu

Neldi, Melisa P. 2011. Analisis Pelaksanaan JSA Pada Pekerja Well Work dan Initial

Completion yang Dilakukan Kontraktor MIGAS Berdasarkan Teknik Management

Oversight and Risk Tree di Lokasi Kerja PT.X tahun 2011. Skripsi. Jakarta: UIN

Notoatmodjo, Soekidjo. 2007. Promosi Kesehatan dan Ilmu Perilaku. Jakarta: PT Rineka

cipta

Nurazizah, Dhiena. 2011. Pengaruh Penyuluhan Melalui Media KIE Mengenai ASI Eksklusif

dan IMD Terhadap Pengetahuan Ibu Hamil di Kelurahan Pengasinan, Kecamatan

Sawangan Depok Tahun 2011. Skripsi. Universitas Indonesia

Pasman, H.J. 19-12 June 2001. Loss Prevention and Safety Promotion in The Process

Industries. Stockholm: Sweden

Prasetyo, Dian R. 2010. Faktor-faktor yang Berhubungan dengan Kapasitas Vital Paru pada

Pekerja Bengkel Las di Pisangan Ciputat. Skripsi. Jakarta: UIN

Pudjiastuti, Wiwiek. 2003. Modul Pelatihan Bagi Fasilitator Kesehatan Kerja. Jakarta : pusat

kesehatan kerja Departemen Kesehatan RI

Putri, Yunci Perdani. 2011. Faktor-Faktor yang Berhubungan Dengan Gangguan Restriksi

Paru pada Pengrajin Kayu Meubel Di Wilayah Kecamatan Ciputat Timur Tahun 2011.

Skripsi. Jakarta: UIN

Rachbini, didik J. Kompas. 15 april, 2006. Ekonomi Informal di Tengah Kegagalan Negara.

Rahayu, Kusmaryati Dwi. 2008. Peran Perempuan Pekerja Di Sektor Informal Dalam

Peningkatan Pendapatan Keluarga Di Kabupaten Sleman Propinsi Daerah Istimewa

Yogyakarta. Yogyakarta: Universitas Janabadra

Ramli, Soehatman. 2010. Manajemen Risiko Dalam Perspektif K3. Jakarta: PT. Dian Rakyat

Razi, Muhammad. 2001. Bahaya pada Bengkel Las Listrik (Sektor Informal) dan Usaha

Pembinaannya di Kota Depok Tahun 2011. Skripsi. Depok: FKM UI

Saraswati, Mila dan Ida Widaningsih. 2008. Be Smart IPS. Bandung: Grafindo Media

Pratama

Sarwono, Sarlito W. 1997. Psikologi Remaja. Jakarta: Raja Grafindo Persada

Page 140: INTERVENSI PENYULUHAN MENGGUNAKAN MEDIA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37321/1/ZUBAIDI... · INTERVENSI PENYULUHAN MENGGUNAKAN MEDIA LEMBAR BALIK ... 3. Ibu

Srikandi Fardiaz. 1999. Polusi air dan udara. Yogyakarta: Kanisius

Suma’mur. 1996. Higiene Perusahaan dan Kesehatan Kerja. Jakarta: PT Toko Gunung

Agung

Suprobo, Tara Bakti. 2007. Sektor Informal di Indonesia dan Jaminan Sosial. Jurnal. UNNES

Suriasumantri, J.S. 2001. Ilmu Dalam Perspektif. Jakarta: Yayasan Obor Indonesia

Tambayong, Jan. 2001. Anatomi dan fisiologi untuk keperawatan. Jakarta: EGC

Tarwaka, 2008. Manajemen dan Implementasi K3 di Tempat Kerja. Surakarta : Harapan

Press.

Tersnaningsih, E. 2004. Promosi Kesehatan di Tempat Kerja. Jakarta, Indonesia: Pusat

Kesehatan Kerja Departemen Kesehatan Republik Indonesia.

Triatmo, Wenang et all. 2006. Paparan Debu Kayu dan Gangguan Fungsi Paru pada

Pekerja Mebel (Studi di PT. Alis Jaya Ciptatama). Jurnal Kesehatan Lingkungan

Indonesia

Warpaji, Suparman. 1994. Ilmu Penyakit Dalam. Jakarta : UI Press

World Health Organization. 1993. Deteksi Penyakit Akibat Kerja. Penerbit Buku Kedokteran

Jakarta: EGC

Wulan,Wita. 2010. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Perilaku Kesehatan Ibu Hamil di

RSU Dr. Pirngadi Medan. Skripsi. Universitas Sumatera Utara

Page 141: INTERVENSI PENYULUHAN MENGGUNAKAN MEDIA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37321/1/ZUBAIDI... · INTERVENSI PENYULUHAN MENGGUNAKAN MEDIA LEMBAR BALIK ... 3. Ibu

LAMPIRAN

Page 142: INTERVENSI PENYULUHAN MENGGUNAKAN MEDIA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37321/1/ZUBAIDI... · INTERVENSI PENYULUHAN MENGGUNAKAN MEDIA LEMBAR BALIK ... 3. Ibu

1 Lampiran

Lampiran 4

PEDOMAN WAWANCARA

KETERANGAN UMUM KESEHATAN DAN KESELAMATAN KERJA PEKERJA

LAS

DI CIPUTATA - PISANGAN

No. : .........

Nama : .......................................................................................................

Umur : ......... Tahun

Jenis Kelamin : L / P

Pendidikan Terakhir : SD/ SMP/ SMA / PT / Lain-lain : .................................................

A. Keterangan Umum Kesehatan dan Keselamatan Kerja (K3) Pekerja Las

1. Sudah berapa lama Bapak bekerja di bengkel las?.......................................

2. Selama bapak bekerja di bengkel las pernakah dilakukan penyuluhan tentang kesehatan

dan keselamatan kerja (K3)? ......................... jika pernah berapa kali? ....................

Page 143: INTERVENSI PENYULUHAN MENGGUNAKAN MEDIA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37321/1/ZUBAIDI... · INTERVENSI PENYULUHAN MENGGUNAKAN MEDIA LEMBAR BALIK ... 3. Ibu

2 Lampiran

KUESIONER PENGETAHUAN PEKERJA BENGKEL LAS

TERKAIT BAHAYA KESEHATAN DAN KESELAMATAN KERJA (K3)

DI CIPUTATA KELURAHAN PISANGAN

No. Responden : ......................

Umur : ......... Tahun

Jenis Kelamin : L / P

Pendidikan Terakhir : SD/ SMP/ SMA / PT / Lain-lain : .................................................

A. PENGETAHUAN

1. Menurut anda, Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) adalah :

a. Ilmu untuk mencegah dari kebiasaan kecelakaan dan penyakit akibat kerja

b. Ilmu untuk manangani kecelakaan dan mengobati penyakit akibat kerja

c. Upaya perlindungan agar tenaga kerja selalu dalam keadaan selamat dan sehat

d. Upaya penanganan dan pengobatan terhadap pekerja yang mengalami kecelakaan

atau penyakit akibat kerja

2. Berikut ini yang tidak termasuk tujuan Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3)

adalah :

a. Agar setiap tenaga kerja mendapat jaminan keselamatan dan kesehatan kerja

b. Agar setiap peralatan kerja digunakan secara baik dan selektif

c. Agar setiap tenaga kerja merasa aman dan terlindungi

d. Agar pekerja mendapat pengobatan terhadap penyakit akibat kerja

3. Menurut anda, apakah Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) perlu diterapkan pada

bengkel las ?

a. Perlu, agar pekerja dapat bekerja dengan cara yang aman

b. Tidak perlu, karena pekerjaan las merupakan pekerjaan yang mudah di lakukan

c. Perlu, agar pekerja mendapat pengobatan terhadap penyakit akibat kerja

d. Tidak perlu, karena pekerjaan las tidak berbahaya bagi keselamatan dan kesehatan

4. Apa yang dimaksud dengan bahaya?

a. Bahaya adalah potensi yang menimbulkan cidera, kesakitan dan kerusakan alat

b. Bahaya adalah kondisi yang menimbulkan penyakit akibat kerja

c. Bahaya merupakan sumber yang berbahaya bagi pekerja

d. Bahaya merupakan bagian dari pekerjaan yang menimbulkan kerugiaan

5. Berikut ini yang bukan merupakan bahaya K3 yang ada di bengkel las adalah :

Page 144: INTERVENSI PENYULUHAN MENGGUNAKAN MEDIA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37321/1/ZUBAIDI... · INTERVENSI PENYULUHAN MENGGUNAKAN MEDIA LEMBAR BALIK ... 3. Ibu

3 Lampiran

a. Bahaya debu

b. Bahaya listrik

c. Bahaya kebakaran

d. Bahaya kesakitan

I. Bahaya debu

6. Debu dapat masuk ke dalam tubuh manusia melalui jalur sebagai berikut:

a. Jalur pernafasan (terhirup) dan jalur pencernaan (tertelan atau terminum)

b. Jalur kulit dan jalur pencernaan (tertelan/ terminum)

c. Jalur pernafasan (terhirup) dan jalur kulit

d. Jalur kulit, jalur pernafasan (terhirup), dan jalur pencernaan (tertelan atau

terminum)

7. Apa akibat yang anda ketahui jika debu las terpapar secara terus-menerus ?

a. Batuk-batuk, asma (sesak nafas), mual-mual dan bersin-bersin

b. Batuk-batuk, asma (sesak nafas), hidung gatal dan bersin

c. Batuk-batuk, asma (sesak nafas), metabolisme terganggu sehingga berat badan

turun dan kerusakan paru-paru (kanker paru)

d. Batuk-batuk, asma (sesak nafas), tenggorokan gatal-gatal dan batuk berdahak

8. Hal-hal berikut yang mempengaruhi tingkat gangguan debu terhadap kesehatan

adalah?

a. Dosis, Jalur masuk debu, pencahayaan lingkungan kerja

b. Dosis, lama kerja, jalur masuk debu

c. Dosis, suhu lingkungan kerja, toksisitas

d. Suhu lingkungan kerja, jalur masuk debu, lama kerja

9. Berikut ini yang bukan termasuk syarat pencegahan paparan debu las yang baik

adalah?

a. Melakukan pengelasan diruang terbuka adanya ventilasi udara (buangan udara) di

ruangan kerja

b. Biasakan mencuci tangan sebelum dan sesudah bekerja

c. Meminta bantuan teman saat bekerja jika merasa tidak nyaman karena debu las

d. Menggunakan masker di saat bekerja dan melakukan aktivitas fisik/olahraga

minimal 2 kali dalam seminggu.

Page 145: INTERVENSI PENYULUHAN MENGGUNAKAN MEDIA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37321/1/ZUBAIDI... · INTERVENSI PENYULUHAN MENGGUNAKAN MEDIA LEMBAR BALIK ... 3. Ibu

4 Lampiran

II. Bahaya Listrik

10. Dibawah ini yang bukan termasuk penyebab terjadinya sengatan listrik adalah?

a. Kondisi kabel listrik terkelupas dan tersentuh tangan tanpa sarung tangan atau

terinjak tanpa alas kaki (sepatu atau sandal)

b. Banyak alat-alat yang ada di lingkungan kerja yang menggunakan tenaga listrik

c. Kondisi kabel yang terkelupas dan tersentuh tangan tanpa sengaja

d. Sambungan terminal yang tidak kencang sehingga menimbulkan gesekan yang

bisa menyebabkan terjadinya kebakaran

11. Berikut ini merupakan akibat tersengat listrik, kecuali.....

a. Kesemutan, gangguan pernafasan, luka bakar, kematiaan

b. Kesemutan, diare, luka bakar, kematian, kerusakan sel

c. Kesemutan, denyut jantung lemah, kerusakan sel, kematian

d. Kesemutan, denyut jantung lemah dan kematian.

12. Sengatan listrik dapat dicegah dengan beberapa cara diantaranya adalah....

a. Mencuci tangan sebelum dan sesudah bekerja dengan sabun

b. Membersihkan lingkungan kerja dan bekerja secara maksimal

c. Melakukan perawatan dan menghindari penggunaan rol listrik secara menumpuk

d. Merapihkan tempat kerja sesudah bekerja dengan serapih rapihnya

13. Bahan sarung tangan yang cocok digunakan untuk pekerja pengelasan listrik untuk

terhindar dari sengatan listrik adalah

a. Kulit

b. Karet

c. Plastik

d. Kayu

III. Bahaya Kebakaran

14. kebakaran terjadi karena adanya 3 faktor yang menjadi unsur api diantaranya adalah

a. oksigen (udara), api yang ada di luar bengkel dan minyak tanah

b. ada oksigen (udara), tidak ada api, dan ada bensin

c. adanya sumber panas, oksigen (udara) dan bahan mudah terbakar

d. adanya sumber api, oksigen (udara) dan bahan tidak mudah terbakar

15. Berikut ini merupakan akibat kebakaran, kecuali.....

a. Luka bakar, kesemutan, dan kejang-kejang

b. Luka bakar yaitu kulit melepuh, hangus dan kematian

Page 146: INTERVENSI PENYULUHAN MENGGUNAKAN MEDIA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37321/1/ZUBAIDI... · INTERVENSI PENYULUHAN MENGGUNAKAN MEDIA LEMBAR BALIK ... 3. Ibu

5 Lampiran

c. Kerusakan alat, kematian dan luka bakar

d. Keracunan asap, kematian dan kerusakan tempat kerja

16. Untuk menghindari terjadinya kebakaran pekerja sebaiknya....

a. Bekerja dengan tekun dan hati-hati

b. Menggunakan kaca mata las saat bekerja

c. Tidak merokok saat bekerja serta lingkungan kerja bersih dan tersusun rapih

d. Membuang sampah pada tempatnya dan mengurangi pengelasan karbit

17. Manakah Alat Pelindung Diri (APD) yang harus digunakan bagi pekerja saat

menggunakan melakukan pengelasan?

a. Masker, Kaca mata, sarung tangan

b. Sepatu Boot, Pelindung Kepala

c. Pakaian panjang tidak tembus air

d. Semua di perlukan (jawaban a, b, dan c)

IV. Bahaya Radiasi

18. Radiasi dapat memberikan kerugian bagi kesehatan diantaranya adalah

a. Gangguan mata, luka bakar pada kulit dan produktivitas menurun

b. Gangguan mata, sesak nafas dan batuk-batuk

c. Luka bakar, batuk berdahak dan gatal pada kulit

d. Luka bakar, bengkak-bengkak pada tangan, tangan kaku

19. Radiasi dapat diminimalisir (dikurangi) dengan cara?.........

a. Menggunakan masker, makan sebelum bekerja agar stamina terjaga

b. Menggunakan masker saat tidak bekerja dan tidak merokok saat bekerja

c. Tidak merokok saat bekerja dan melakukan aktivitas fisik olah raga 2 kali dalam

seminggu

d. Menggunakan pelindung mata dan muka saat mengelas dan makan-makanan yang

bervitamin A

20. Berikut ini yang bukan merupakan syarat Alat Pelindung Diri (APD) yang baik

adalah:

a. Nyamandiapakai, tidak mengganggu atau menyulitkan gerak pekerja

b. Memiliki nilai seni yang dapat menambah gaya dan penampilan pekerja

c. Memberikan perlindungan yang tepat terhadap bahaya

d. Desain dan bentuk APD yang teruji dan memenuhi standar