internasional - universitas padjadjaran...dan mudug utara sebagai ba-gian dari wilayah kekuasaan me...

1
A PA yang dialami kapal Sinar Kudus di perairan Somalia tidak jauh berbeda dengan peristiwa yang menimpa kapal berbendera Denmark CEC Future pada 7 November 2008. Kapten Andrey Nozhkin menjadi saksi mata bagaimana speedboat pembajak Somalia mengambil alih kapal. Selang beberapa hari, seorang pria yang menyebut dirinya Tuan Ali menghubungi Clipper Projects, perusahaan pemilik kapal. Dengan mengatasnamakan kawanan perompak, Tuan Ali meminta tebusan senilai US$7 juta. Menurut sumber BBC yang mengontak Tuan Ali setelah kejadian, pria bernama asli Ali Mohamed Ali memang direkrut kawanan perompak sebagai penerjemah dan negosiator. Tuan Ali sendiri sempat menetap di Amerika Serikat (AS) selama 29 tahun sebelum kembali ke Somalia. “Selama 36 jam kami tidak mendapatkan kabar dari perusahaan, kami pun mengirim pesan faks kepada mereka. Intinya jika perusahaan tidak memberikan respons dalam beberapa jam, mereka akan membalikkan perahu,” ujar Ali kepada sumber BBC. CEO Clipper Projects Per Gullestrup tidak lama kemudian merespons dengan tawaran uang tebusan US$300 ribu. Perompak balas menawar US$5 juta dan menolak pembayaran kurang dari itu. Saat itu, Gullestrup memutuskan tidak ada gunanya melanjutkan pembicaraan. “Kepada perompak, kami bilang tidak ada faedahnya meneruskan diskusi. Mereka bisa menghubungi kami lagi kalau bersedia membayar dana di bawah US$2 juta,” papar Gullestrup. Gullestrup nyaris harus membayar mahal atas sikapnya itu. Perompak Somalia mengumpulkan ABK kapal yang berjumlah 13 orang di dek kapal selama 24 jam dan mendesak kapten kapal berkebangsaan Rusia mengontak perusahaan tersebut. “Perompak mengancam akan melempar kami ke pantai dan itu artinya sudah serius. Tolong, lakukan sesuatu,” pinta Nozhkin yang membuat Gullestrup semakin bimbang. Beberapa hari kemudian, Clipper Projects sepakat menjatuhkan peti uang senilai US$1 juta-US$2 juta dari parasut di perairan dekat Pelabuhan Eyl, Somalia. Lantas, apakah selesai? Tidak. Para bajak laut bersenjata langsung berebutan uang. Semua menghambur menuju uang dan bentrok berdarah pun tidak terelakkan. Ironisnya, dua pemimpin perompak yang membajak kapal CEC Future ditembak mati anak buahnya sendiri saat rombongan mencapai pantai dalam memperebutkan uang tebusan. Dengan besarnya tawaran uang, rasanya posisi pemimpin itu sudah terisi saat ini. (SZ/BBC/I-5) 10 RABU, 13 APRIL 2011 I NTER NASIONAL Berbisnis dengan Tuan Ali JEROME E WIRAWAN P ERAIRAN Somalia kini menjadi momok bagi para pelaut. Dari Januari hingga 16 Maret lalu, terjadi 83 insiden perompakan di kawasan itu. Jumlah itu melonjak drastis ke- timbang dua insiden di lokasi yang sama sepanjang 2004. “Somalia merupakan tempat paling berbahaya. Dahulu Selat Malaka memegang predikat ini, tapi Somalia yang terparah,” ujar Kapten Jayand Abhyankar dari Biro Maritim Internasional (IMB) kepada BBC. Sejak penguasa Somalia Mohamed Siad Barre lengser pada 1991, bajak laut yang didu- kung pemimpin klan-klan de- ngan leluasa memanfaatkan ketiadaan aparat hukum untuk beraksi di jalur pantai sepanjang 3.700 kilometer. Para perompak biasanya terdiri dari enam hing- ga 10 orang di perahu nelayan kecil yang dijuluki ‘Volvo’ (merek mesin perahu), dengan senapan mesin otomatis. Melalui aksi itu, dilaporkan sebanyak 14 kapal diambil alih sepanjang 2011. Sebanyak 250 awak kapal-kapal tersebut disandera sebagai alat untuk meminta tebusan yang menca- pai jutaan dolar AS. Aksi bajak laut Somalia juga tak pandang bulu. Mulai dari kapal pesiar mewah hingga kapal kargo Si- nar Kudus menjadi target. Gejolak politik Rawannya wilayah perairan Somalia merupakan imbas dari gejolak politik yang melanda negara itu sejak 1991. Pada bu- lan Mei 1991, klan di utara So- malia mendeklarasikan berdiri- nya Republik Somaliland. Wilayah Republik Somali- land saat ini mencakup wila- yah Awdal, Woqooyi Galbeed, Togdheer, Sanaag, dan Sool. Walaupun keberadaan Somali- land tidak diakui oleh negara lain, klan ini cukup berhasil me- melihara kestabilan wilayah. Di kubu yang berbeda, wila- yah Puntland juga membentuk pemerintahan semiotonomi sendiri pada 1998 dan meng- klaim wilayah Bari, Nugaal, dan Mudug Utara sebagai ba- gian dari wilayah kekuasaan mereka. Dalam upaya menciptakan perdamaian di Somalia, de- ngan bantuan dari pemerintah Kenya, pada Agustus 2000 dibentuklah Pemerintahan Transisi Nasional (TNG) So- malia. Namun, kelompok pem- berontak Al-Shabab melawan pemerintah dan menduduki wilayah Somalia selatan pada akhir 2008. Pada awal 2009, parlemen mengakomodasi tuntutan oposisi Aliansi Kemerdekaan Somalia dengan melantik 149 anggota mereka ke badan legisla- tif. Parlemen juga menunjuk Sheikh Sharif Sheikh Ahmad sebagai presi- den. Baru-baru ini, Ahmad me- nyatakan akan memperpanjang masa jabatannya hingga tahun de- pan lantaran tidak sanggup menggelar pemilihan umum pada Agustus mendatang. Fakta ini diakui Kementerian Luar Negeri Indonesia seba- gai kendala utama diplomasi. “Masih berlangsung perang saudara di Somalia. Pemerin- tahnya tidak berfungsi secara normal sehingga muncul ba- nyak pembajak di perairan me- reka,” ujar juru bicara Kemenlu Michael Tene kepada Media Indonesia, kemarin. Pemerintah masih berupaya membuka komunikasi de- ngan pemerintah Somalia. Salah satunya adalah melalui KBRI Addis Ababa, Ethiopia, yang merangkap hubungan diplomatik RI-Somalia. Selain itu, beberapa KBRI di wilayah Afrika pun telah diminta siaga memantau kasus itu. “Pemerintah juga berhubung- an dengan berbagai jaringan organisasi regional di kawasan baik formal maupun nonformal yang selama ini terlibat dalam pengamanan tersebut,” sam- bung Michael. (SZ/BBC/I-$) [email protected] Somalia Negeri para Perompak Rawannya wilayah perairan Somalia merupakan imbas dari gejolak politik yang melanda negara itu sejak 1991. KEMISKINAN: Anak-anak berkumpul di depan rumah mereka yang hanya terbuat dari plastik dan kain bekas di Mogadishu, Somalia, beberapa waktu lalu. Kemiskinan di negara tersebut merupakan salah satu penyebab banyaknya warga yang menjadi perompak. Somalia merupakan tempat paling berbahaya. Dahulu Selat Malaka memegang predikat ini, tapi Somalia yang terparah.’’ Jayand Abhyankar Biro Maritim Internasional AP/FARAH ABDI WARSAMEH

Upload: others

Post on 03-Feb-2020

6 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: INTERNASIONAL - Universitas Padjadjaran...dan Mudug Utara sebagai ba-gian dari wilayah kekuasaan me reka. Dalam upaya menciptakan perdamaian di Somalia, de-ngan bantuan dari pemerintah

APA yang dialami kapal Sinar Kudus di perairan Somalia

tidak jauh berbeda dengan peristiwa yang menimpa kapal berbendera Denmark CEC Future pada 7 November 2008. Kapten Andrey Nozhkin menjadi saksi mata bagaimana speedboat pembajak Somalia mengambil alih kapal.

Selang beberapa hari, seorang pria yang menyebut dirinya Tuan Ali menghubungi Clipper Projects, perusahaan pemilik kapal. Dengan mengatasnamakan kawanan perompak, Tuan Ali meminta tebusan senilai US$7 juta.

Menurut sumber BBC yang mengontak Tuan Ali setelah kejadian, pria bernama asli Ali Mohamed Ali memang direkrut kawanan perompak sebagai penerjemah dan negosiator. Tuan Ali sendiri sempat menetap di Amerika Serikat (AS) selama 29 tahun sebelum kembali ke Somalia.

“Selama 36 jam kami tidak mendapatkan kabar dari perusahaan, kami pun mengirim pesan faks kepada mereka. Intinya jika perusahaan tidak memberikan respons dalam beberapa jam, mereka akan membalikkan perahu,” ujar Ali kepada sumber BBC.

CEO Clipper Projects Per Gullestrup tidak lama kemudian merespons dengan tawaran uang tebusan US$300 ribu. Perompak balas menawar US$5 juta dan menolak pembayaran kurang dari itu. Saat itu,

Gullestrup memutuskan tidak ada gunanya melanjutkan pembicaraan.

“Kepada perompak, kami bilang tidak ada faedahnya meneruskan diskusi. Mereka bisa menghubungi kami lagi kalau bersedia membayar dana di bawah US$2 juta,” papar Gullestrup.

Gullestrup nyaris harus membayar mahal atas sikapnya itu. Perompak Somalia mengumpulkan ABK kapal yang berjumlah 13 orang di dek kapal selama 24 jam dan mendesak kapten kapal berkebangsaan Rusia mengontak perusahaan tersebut.

“Perompak mengancam akan melempar kami ke pantai dan itu artinya sudah serius. Tolong, lakukan sesuatu,” pinta Nozhkin yang membuat Gullestrup semakin bimbang. Beberapa hari kemudian, Clipper Projects sepakat menjatuhkan peti uang senilai US$1 juta-US$2 juta dari parasut di perairan dekat Pelabuhan Eyl, Somalia.

Lantas, apakah selesai? Tidak. Para bajak laut bersenjata langsung berebutan uang. Semua menghambur menuju uang dan bentrok berdarah pun tidak terelakkan. Ironisnya, dua pemimpin perompak yang membajak kapal CEC Future ditembak mati anak buahnya sendiri saat rombongan mencapai pantai dalam memperebutkan uang tebusan. Dengan besarnya tawaran uang, rasanya posisi pemimpin itu sudah terisi saat ini. (SZ/BBC/I-5)

10 RABU, 13 APRIL 2011INTERNASIONAL

Berbisnisdengan Tuan Ali

JEROME E WIRAWAN

PERAIRAN Somalia kini menjadi momok bagi para pelaut. Dari Januari hingga 16

Ma ret lalu, terjadi 83 insiden perompakan di kawasan itu. Jumlah itu melonjak drastis ke-timbang dua insiden di lokasi yang sama sepanjang 2004.

“Somalia merupakan tempat paling berbahaya. Dahulu Selat Malaka memegang predikat ini, tapi Somalia yang terparah,” ujar Kapten Jayand Abhyankar dari Biro Maritim Internasional (IMB) kepada BBC.

Sejak penguasa Somalia Mo hamed Siad Barre lengser pada 1991, bajak laut yang didu-kung pemimpin klan-klan de-n g a n l e l u a s a me manfaatkan ketiadaan aparat hukum untuk ber aksi di jalur pantai sepanjang 3.700 kilometer. Para perompak biasanya terdiri dari enam hing-ga 10 orang di pe rahu nelayan kecil yang dijuluki ‘Volvo’ (me rek mesin perahu), dengan senapan mesin otomatis.

Melalui aksi itu, dilaporkan sebanyak 14 kapal diambil alih sepanjang 2011. Sebanyak 250 awak kapal-kapal tersebut disandera sebagai alat untuk meminta tebusan yang menca-pai jutaan dolar AS. Aksi bajak laut Somalia juga tak pandang bulu. Mulai dari kapal pesiar mewah hingga kapal kargo Si-nar Kudus menjadi target.

Gejolak politikRawannya wilayah perairan

Somalia merupakan imbas dari gejolak politik yang melanda negara itu sejak 1991. Pada bu-lan Mei 1991, klan di utara So-malia mendeklarasikan berdiri-nya Republik Somaliland.

Wilayah Republik Somali-land saat ini mencakup wila-yah Awdal, Woqooyi Galbeed, Togdheer, Sanaag, dan Sool. Walaupun keberadaan Somali-land tidak diakui oleh negara lain, klan ini cukup berhasil me-melihara kestabilan wilayah.

Di kubu yang berbeda, wila-yah Puntland juga membentuk

pemerintahan semiotonomi sendiri pada 1998 dan meng-klaim wilayah Bari, Nugaal, dan Mudug Utara sebagai ba-gian dari wilayah kekuasaan me reka.

Dalam upaya menciptakan perdamaian di Somalia, de-ngan bantuan dari pemerintah Kenya, pada Agustus 2000 dibentuklah Pemerintahan Transisi Nasional (TNG) So-malia. Namun, kelompok pem-berontak Al-Shabab melawan pemerintah dan menduduki wilayah Somalia selatan pada akhir 2008.

Pada awal 2009, parlemen mengakomoda si tuntutan opo sisi Aliansi Ke merdekaan

So ma lia dengan m e l a n t i k 1 4 9 ang gota mereka ke badan legisla-t i f . Par lemen ju ga menunjuk Sheikh Shari f Sheikh Ahmad se bagai presi-den.

B a r u - b a r u ini, Ahmad me-nyatakan akan memperpanjang masa jabatannya hingga tahun de-

pan lantaran tidak sanggup menggelar pemilihan umum pada Agustus mendatang.

Fakta ini diakui Kementerian Luar Negeri Indonesia seba-gai kendala utama diplomasi. “Masih berlangsung perang saudara di Somalia. Pemerin-tahnya tidak berfungsi secara normal sehingga muncul ba-nyak pembajak di perairan me-reka,” ujar juru bicara Kemenlu Michael Tene kepada Media Indonesia, kemarin.

Pemerintah masih berupaya membuka komunikasi de-ngan pemerintah Somalia. Salah satunya adalah melalui KBRI Addis Ababa, Ethiopia, yang merangkap hubungan diplomatik RI-Somalia. Selain itu, beberapa KBRI di wilayah Afrika pun telah diminta siaga memantau kasus itu.

“Pemerintah juga berhubung-an dengan berbagai jaringan organisasi regional di kawasan baik formal maupun nonformal yang selama ini terlibat dalam pengamanan tersebut,” sam-bung Michael. (SZ/BBC/I-$)

[email protected]

SomaliaNegeri paraPerompakRawannya wilayah perairan Somalia merupakan imbas dari gejolak politik yang melanda negara itu sejak 1991.

KEMISKINAN: Anak-anak berkumpul di depan rumah mereka yang hanya terbuat dari plastik dan kain bekas di Mogadishu, Somalia, beberapa waktu lalu. Kemiskinan di negara tersebut merupakan salah satu penyebab banyaknya warga yang menjadi perompak.

Somalia merupakan

tempat paling berbahaya. Dahulu Selat Malaka memegang predikat ini, tapi Somalia yang terparah.’’Jayand AbhyankarBiro Maritim Internasional

AP/FARAH ABDI WARSAMEH