integrasi kelapa sawit dan ternak

9
Makalah Kelompok Perencanaan Pembangunan Peternakan “INTEGRASI TERNAK DENGAN KELAPA SAWIT” OLEH : KELOMPOK VII : FADLY RIAN SAPUTRA MOH. RIZAL EFFENDY IRVAN SARIFUDDIN T. AULIA USWA NOOR KH FAKULTAS PETERNAKAN UNIVERSITAS HASANUDDIN

Upload: fadly-rian-saputra

Post on 07-Aug-2015

58 views

Category:

Documents


0 download

DESCRIPTION

disini menjelaskan bagaimana tanaman kelapa sawit bisa jadi pakan bagi ternak dan begitu sebaliknya ternak menghasilkan feses untuk penyuburan tanah.disamping ada kelebihan lain dari ternak yaitu membantu mengurangi penyamakan pada area tanaman kelapa sawit.

TRANSCRIPT

Page 1: integrasi kelapa sawit dan ternak

Makalah Kelompok

Perencanaan Pembangunan Peternakan

“INTEGRASI TERNAK DENGAN KELAPA SAWIT”

OLEH :

KELOMPOK VII :

FADLY RIAN SAPUTRA

MOH. RIZAL EFFENDY

IRVAN SARIFUDDIN T.

AULIA USWA NOOR KH

F A K U L T A S P E T E R N A K A N

U N I V E R S I T A S H A S A N U D D I N

M A K A S S A R

2 0 1 2

Page 2: integrasi kelapa sawit dan ternak

BAB IPENDAHULUAN

Populasi penduduk yang terus berkembang, mengakibatkan permintaan

terhadap kebutuhan pangan terus meningkat. Ketersediaan lahan yang produktif

tampaknya justru menunjukkan adanya penurunan. Ternak memberikan kontribusi

yang sangat penting untuk memproduksikan zat-zat makanan yang esensial bagi

manusia. Pada saat ini biji-bijian cukup banyak digunakan untuk pakan ternak.

Keadaan ini merupakan kompetisi yang tidak sehat antara kebutuhan manusia dan

ternak. Untuk mendukung produksi ternak harus diupayakan mencari pakan

alternatif lain yang potensial, murah dan mudah diperoleh.

Perkebunan kelapa sawit (Elaeis guineensis)merupakan tanaman tropik

yang penting dan berkembang pesat di Asia Tenggara, termasuk Indonesia. Luas

perkebunan sawit di Indonesia telah mencapai 2.461.827 ton pada tahun 1997

(DIREKTORAT JENDERAL PERKEBUNAN, 1997).

Sejak dahulu ternak diintegrasikan pada perkebunan kelapa sawit dengan

system penggembalaan, walaupun secara terbatas dan belum terkontrol. Potensi

integrasi produksi ternak dengan perkebunan belum diupayakan dan dimanfaatkan

secara optimal, karena terbatasnya dukungan teknologi hasil penelitian. Vegetasi

hijauan diantara pohon kelapa sawit; hasil ikutan industri pengolahan minyak

sawit seperti bungkil inti sawit (palm kernel cake); lumpur sawit (solid decanter)

dan hasil ikutan di kebun seperti daun dan pelepah sawit, belum dimanfaatkan

secara optimal untuk mendukung produksi ternak. Bungkil inti sawit sebagian

besar di ekspor ke Eropa untuk pakan sapi perah dan sangat terbatas dimanfaatkan

dalam negeri sendiri. Keadaan ini pada umumnya disebabkan peternak di

Indonesia skala pemilikannya kecil sebagai usaha sambilan dan belum menuntut

teknik beternak yang maju. Hal lain juga mungkin disebabkan terbatasnya

dukungan dan informasi teknologi dari hasil penelitian, sehingga tidak menarik

perhatian para pemilik modal. Atas dasar pertimbangan diatas, perlu pokok

pemikiran untuk mengembangkan usaha ternak pada ekosistem perkebunan secara

terpadu dan berwawasan agribisnis untuk menunjang target swasembada daging,

menciptakan petani peternak yang tangguh dan mandiri. Dukungan teknologi hasil

penelitian sangat dibutuhkan untuk membangun model integrasi ini.

1

Page 3: integrasi kelapa sawit dan ternak

BAB IIPEMBAHASAN

A. Potensi ternak

Ternak ruminansia (kambing, domba dan sapi) pakan utamanya berupa

hijauan. Ternak ruminansia mampu merubah hijauan yang berkualitas lebih

rendah dari biji-bijian menjadi daging secara efisien. Potensi tersebut sebagai

dasar pertimbangan mengintegrasikan ternak ruminansia dengan perkebunan

kelapa sawit. Vegetasi hijauan di antara pohon kelapa sawit yang merupakan

gulma dan yang harus disiangi secara rutin, dapat digantikan oleh ternak sebagai

penyiang biologis. Integrasi ini memberikan efek saling menguntungkan

(complementary) yakni hijauan diubah oleh ternak menjadi daging dan pihak

perkebunan dapat menghemat biaya penyiangan 25-50% dan meningkatkan

produksi rendemen buah segar 16,7 % (HARUN dan CHEN, 1994). Potensi pasar

lokal di beberapa kota besar di Sumatera Utara menunjukkan bahwa kebutuhan

daging baru terpenuhi sekitar 45% (KARO-KARO et al., 1993). Berdasarkan rata-

rata pemotongan, serta perkiraan jumlah yang dibutuhkan maka untuk Propinsi

Sumatera Utara saja masih kekurangan domba/kambing ± 7900 ekor/bulan,

merupakan peluang yang masih sangat potensial. Peluang ekspor juga cukup

terbuka ke Singapore dan Malaysia serta Timur Tengah sekitar 3 juta ekor/tahun

dengan harga yang lebih tinggi dari harga pasar lokal (KARO-KARO et al.,

1993).

B. Potensi Kelapa Sawit

Hasil ikutan perkebunan kelapa sawit

Daun dan pelepah sawit. Setiap hektar kebun sawit dapat dihasilkan

sebanyak 486 ton pelepah kering dan 17,1 t daun sawit kering/tahun (SIANIPAR

et al., 2003). Dengan sistem pemberian pakan intensif (30−40% hijauan), maka

kebutuhan BK seekor domba dengan bobot badan 30 kg adalah 3% x 30 kg x 30%

x 365 hari yakni sekitar 100 kg bahan kering/ekor/tahun.

Dengan demikian daya tampung limbah pelepah sawit sekitar 4500 ekor

domba/tahun dan daun sawit 170 ekor domba/ha/tahun. Untuk sapi dengan bobot

2

Page 4: integrasi kelapa sawit dan ternak

badan sekitar 300 kg, maka daya tampung limbah pelepah sawit + 450

ekor/ha/tahun dan limbah daun sawit sekitar 17 ekor/ha/tahun. Lumpur sawit dan

bungkil inti sawit. Lumpur sawit dan bungkil inti sawit merupakan hasil ikutan

pengolahan minyak sawit. Pada proses pengolahan diperoleh rendemen sebanyak

4–6% lumpur sawit dan 45% bungkil inti sawit dari tandan buah segar. Untuk

setiap hektar kebun kelapa sawit, maka akan diperoleh limbah lumpur sawit

sebanyak 840–1260 kg dan 567 kg bungkil inti sawit (SIANIPAR et al., 2003 ).

Sebuah pabrik minyak sawit yang kapasitas mesinnya dapat memproses 800 ton

buah sawit segar/hari akan menghasilkan 5 ton lumpur sawit kering dan 6 ton

bungkil inti sawit kering/hari (HORNE et al., 1994). Bila dikonversikan terhadap

kebutuhan ternak (20– 70% dalam ransum), maka daya dukung satu pabrik (PKS)

dapat memenuhi kebutuhan ± 15.000 ekor domba atau + 1500 ekor sapi/tahun.

Lumpur sawit boleh dikatakan limbah, belum dimanfaatkan sebagai pakan ternak.

Pada beberapa perkebunan lumpur sawit ditebarkan di areal perkebunan sebagai

pupuk, sedangkan bungkil inti sawit pada umumnya di ekspor ke Eropa untuk

pakan ternak. Harga bungkil inti sawit cukup murah, pada saat ini harga DO

pabrik sekitar Rp. 325/kg, dibanding bungkil kelapa (kopra) Rp. 1.000/kg.

Gambar 1. Kelapa Sawit

3

Page 5: integrasi kelapa sawit dan ternak

Gambar 2. Potensi Hasil Industri Minyak Sawit kasar.

C. Integrasi Ternak dan Kelapa Sawit

Selain ternak ruminansia mampu merubah hijauan yang berkualitas lebih

rendah dari biji-bijian menjadi daging secara efisien. Potensi tersebut sebagai

dasar pertimbangan mengintegrasikan ternak ruminansia dengan perkebunan

kelapa sawit, akan tetapi bungkil kelapa sawit juga bias menjadi alternative pakan

bagi ternak ruminansia.

4

Page 6: integrasi kelapa sawit dan ternak

BAB IIIKESIMPULAN

Ternak ruminansia mampu merubah hijauan yang berkualitas lebih rendah

dari biji-bijian menjadi daging secara efisien

Vegetasi hijauan di antara pohon kelapa sawit yang merupakan gulma dan

yang harus disiangi secara rutin, dapat digantikan oleh ternak sebagai

penyiang biologis.

Hasil ikutan kelapa sawit seperti pelepah sawit dan jenis pakan hasil

pengolahan industri sawit seperti bungkil inti sawit mempunyai prospek

yang baik sebagai pakan (konsentrat).

5

Page 7: integrasi kelapa sawit dan ternak

DAFTAR PUSTAKA

Http://peternakan.litbang.deptan.go.id/fullteks/lokakarya/loli04-54.pdf# (Diakses pada tanggal 11 \Desember 2012)

Http://peternakan.litbang.deptan.go.id/fullteks/wartazoa/wazo133-1.pdf (Diakses pada tanggal 11 \Desember 2012)

Http://pustaka.litbang.deptan.go.id/publikasi/p3233045.pdf(Diakses pada tanggal 11 \Desember 2012)

Http://perkebunan.kaltimprov.go.id/komoditi-3-kelapa-sawit.html(Diakses pada tanggal 11 \Desember 2012)

6