integrasi tanaman kopi dengan ternak sapi di …bengkulu.litbang.pertanian.go.id/ind/images/... ·...
TRANSCRIPT
LAPORAN AKHIR TAHUN
INTEGRASI TANAMAN KOPI DENGAN TERNAK SAPI DI KABUPATEN REJANG LEBONG
Zul Efendi
BALAI PENGKAJIAN TEKNOLOGI PERTANIAN BENGKULU BALAI BESAR PENGKAJIAN DAN PENGEMBANGAN TEKNOLOGI
PERTANIAN BADAN PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN PERTANIAN
KEMENTERIAN PERTANIAN 2013
KODE: 26/1801.013/011/A/RPTP/2013
ii
LAPORAN AKHIR TAHUN
INTEGRASI TANAMAN KOPI DENGAN TERNAK SAPI DI KABUPATEN REJANG LEBONG
Zul Efendi Ruswendi
Wahyuni A. Wulandari Afrizon
Linda Harta Sudarmansyah
BALAI PENGKAJIAN TEKNOLOGI PERTANIAN BENGKULU
2013
iii
KATA PENGANTAR
Puji syukur ke hadirat Allah atas rahmat dan karunia-Nya, sehingga Laporan
Akhir Tahun Kegiatan Integrasi Tanaman Kopi dengan Ternak Sapi di Kabupaten
Rejang Lebong Provinsi Bengkulu dapat tersusun. Laporan ini dibuat sebagai salah satu
pertanggung jawaban terhadap hasil pelaksanaan kegiatan mulai bulan Januari sampai
dengan bulan Desember tahun 2013.
Kami menyadari bahwa dalam perencanaan dan pelaksanaan kegiatan ini
tentu ada kekurangannya, oleh karena itu kritik dan saran untuk perbaikan sangat
diharapkan. Kepada semua pihak yang telah berpatisipasi dan membantu pelaksanaan
kegiatan ini kami sampaikan terima kasih. Semoga kegiatan ini dapat memberikan
manfaat bagi percepatan adopsi inovasi teknologi pertanian.
Bengkulu, Desember 2013 Penanggung Jawab Kegiatan
Zul Efendi, S.Pt NIP. 19690227 2007011001
iv
LEMBARAN PENGESAHAN
1. Judul RPTP : Pengkajian Integrasi Tanaman Kopi Dengan Ternak Sapi di Kabupaten Rejang Lebong
2. Unit Kerja : Balai Pengkajian Teknologi Petanian Bengkulu
3. Alamat Unit Kerja : Jl. Irian Km 6,5 Bengkulu 38119
4. Sumber Dana : DIPA BPTP Bengkulu Tahun 2013
5. Status Penelitian (L/B) : Baru
6. Penanggung Jawab
a. N a m a : Zul Efendi, S.Pt
b. Pangkat/Golongan : Penata Muda TK. I (III/b)
c. Jabatan : Peneliti Pertama
7. Lokasi Kegiatan : Kabupaten Rejang Lebong
8. Agroekositem : Lahan Kering Dataran Tinggi Iklim Basah
9. Tahun dimulai : 2013
10. Tahun Selesai : 2013
11. Output Tahunan : 1. Formula pakan dari kulit kopi dan ubi kayu
2. Formula pemupukan tanaman kopi
12. Output Akhir : Paket Teknologi Integrasi Tanaman Kopi dengan Ternak Sapi.
13. Biaya : Rp. 85.000.000,- (Delapan Puluh Lima Juta
Rupiah)
Koordinator Program, Dr. Wahyu Wibawa, MP NIP. 19690427 199803 1001
Penanggung Jawab RPTP, Zul Efendi, S.Pt NIP. 19690227 200701 1001
Mengetahui, Kepala BBP2TP, Dr. Ir. Agung Hendriadi, M.Eng NIP. 19610802 198903 1011
Menyetujui, Kepala BPTP Bengkulu, Dr. Ir Dedi Sugandi, MP NIP. 19590206 198603 1 002
v
DAFTAR ISI
Halaman
KATA PENGANTAR ………….. ............................................................... iii
LEMBAR PENGESAHAN ....................................................................... iv
DAFTAR ISI ...................................................................................... v
DAFTAR TABEL ................................................................................... vi
DAFTAR GAMBAR ............................................................................... vii
RINGKASAN……….. .............................................................................. ix
SUMMARY……….. ................................................................................. xi
I. PENDAHULUAN ............................................................................ 1
1.1 Latar Belakang ............................................................................ 1
1.2 Tujuan ...................................................................................... 2
1.3 Keluaran yang Diharapkan ........................................................... 2
1.4 Perkiraan Manfaat dan Dampak .................................................... 3
II. TINJAUAN PUSTAKA ..................................................................... 4
III. METODOLOGI .. ............................................................................ 6
3.1 Metode ...................................................................................... 6
3.2 Lokasi dan waktu ...................................................................... 7
3.3 Parameter yang Diukur .............................................................. 7
3.4 Analisis Data ............................................................................. 7
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN ........................................................... 8
4.1 Hasil Kegiatan ........................................................................... 8
4.1.1. Fermentasi Kulit Kopi sebagai Bahan Pakan Tambahan Sapi ...... 8
4.1.2. Pembuatan Kompos Kotoran Sapi dan Kulit Kopi ....................... 9
4.1.3. Pengaruh Pemberian Pakan Tambahan Terhadap bobot lahir ...... 10
4.1.4. Konsumsi Pakan ...................................................................... 11
4.1.5. Produksi Awal Tanaman Kopi ................................................... 11
4.2. Pembahasan ............................................................................ 12
4.2.1. Karakteristik Wilayah .............................................................. 12
4.2.2. Fermentasi Kulit Kopi Sebagai Bahan Pakan Tambahan Sapi ...... 14
4.2.3. Pembuatan Kompos Kotoran Sapid an Kulit Kopi ........................ 15
4.2.4. Pengaruh Pemberian Pakan Tambahan terhadap Bobot lahir ...... 16
4.2.5. Konsumsi pakan ...................................................................... 18
vi
4.2.6. Produksi Awal Tanaman Kopi ................................................... 18
4.2.7. Pengendalian Parasit Pad Ternak Sapi ....................................... 19
V. KESIMPULAN DAN SARAN ............................................................ 21
5.1 Kesimpulan ................................................................................ 21
5.2 Saran ...................................................................................... 21
VI. KINERJA HASIL PENGKAJIAN ...................................................... 22
DAFTAR PUSTAKA .............................................................................. 23
ANALISIS RESIKO ............................................................................. 25
JADWAL KERJA .................................................................................. 26
PEMBIAYAAN ……................................................................................ 15
A. Rencana Anggaran Biaya (RAB) .................................................... 27
B. Realisasi Anggaran ....................................................................... 28
PERSONALIA …….. .............................................................................. 29
LAMPIRAN ...................................................................................... 30
vii
DAFTAR TABEL
Tabel Halaman
1. Hasil Analisis Proksimat Pakan Perlakuan ............................................. 6
2. Hasil Analisis Laboratorium Terhadap Kulit Kopi Fermentasi .................. 8 3. Hasil Analisis Laboratorium Kompos Kotoran Ternak Sapid an Kulit Kopi . 9 4. Rata-rata Bobot Lahir Anaka Sapi Bali Pada Kegiatan Integrasi Tanaman Kopi Dengan Ternak Sapi di Kabupaten Rejang Lebong ........................ 10
5. Rata-rata Konsumsi Pakan Pada Induk Sapi Bunting Yang Diberikan Per Lakuan Berbeda ................................................................................ 11
6. Rata-rata Produksi Awal Tanaman Kopi pada Integrasi Tanaman Kopi Dengan Ternak Sapi Di Kabupaten Rejang Lebong ............................... 11
7. Tata Guna Lahan Desa Air Meles Bawah Kecamatan Curup Timur Kecamatan Curup Timur Kabupaten Rejang Lebong ............................. 13 8. Daftar Resiko Pelaksanaan Pengkajian Integrasi Tanaman Kopi dengan Ternak Sapi di Kabupaten Rejang Lebong ........................................... 25
9. Daftar Penanganan Resiko dalam Pelaksanaan Pengkajian Integrasi Tanaman Kopi dengan Ternak Sapi di Kabupaten Rejang Lebong .......... 25
viii
DAFTAR GAMBAR
Gambar Halaman
1. Dokumentasi Kegiatan Lapangan Pengkajian Integrasi Tanaman Kopi dengan Ternak Sapi di Kabupaten Rejang Lebong ......................... 31
ix
RINGKASAN
1 Judul : Integrasi Tanaman Kopi dengan Ternak Sapi di
Kabupaten Rejang Lebong
2 Unit Kerja : Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Bengkulu
3 Tujuan : 1. Mendapatkan formula pakan flushing untuk
ternak sapi di Kabupaten Rejang Lebong.
2. Mendapatkan dosis pupuk kompos untuk
tanaman kopi.
4 Keluaran : 1. Formula pakan flushing untuk ternak sapi di
Kabupaten Rejang Lebong.
2. Dosis pupuk kompos untuk tanaman kopi.
5 Metodologi : Pengkajian Integrasi tanaman kopi dengan ternak
sapi menggunakan Rancangan Acak Kelompok (RAK)
dengan 3 perlakuan, setiap perlakuan diulangi
sebanyak 7 ulangan, untuk perlakuan pada ternak
sapi yaitu: (P1)Pakan rumput lapangan/jerami 10
dari berat badan, (P2) Formula pakan terdiri dari
rumput lapangan/jerami 10% dari berat badan +
pakan tambahan (kulit kopi fermentasi 2,4
kg/ekor/hari + dedak padi 1,6 kg/ekor/hari) dan (P3)
Formula pakan terdiri dari rumput lapangan/jerami
10% dari berat badan + pakan tambahan (kulit kopi
fermentasi 2,4 kg/ekor/hari + dedak padi 0,8
kg/ekor/hari + ubi kayu 0,8 kg/ekor/hari).
Pengkajian pemberian pupuk kompos pada tanaman
kopi yang sudah produksi dirancang dalam
Rancangan Acak Kelompok (RAK) dengan
tiga perlakuan, setiap perlakuan diulangi sebanyak (7)
tujuh ulangan yaitu : (P1) Tanaman tidak dipupuk
dengan kompos sapi, (P2) Tanaman dipupuk dengan
kompos sapi 5 kg/pohon dan (P3) Tanaman
x
dipupuk dengan kompos sapi 10 kg/pohon. Tiap
ulangan ada 10 batang tanaman. Parameter yang
diukur adalah bobot lahir anak, konsumsi pakan,
produksi tanaman kopi dan kesehatan ternak sapi.
6 Capaian : 1. Hasil kulit kopi fermentasi dengan peningkatan
kadar protein kasarnya.
2. Pupuk kompos kotoran sapi dan kulit kopi.
3. Peningkatan bobot lahir anak sapi dari rata-rata
14,9 kg/ekor menjadi rata-rata 17,7 kg/ekor dan
18,0 kg/ekor.
7 Perkiraan Manfaat : Memperpendek jarak kelahiran, meningkatnya bobot
lahir anak sapi, mengurangi ketergantungan terhadap
pupuk kimia dan meningkatkan produktifitas tanaman
kopi.
8 Perkiraan Dampak : Hasil kajian ini akan memotivasi petani lainnya untuk
mengadopsi integrasi tanaman kopi dan ternak sapi.
Pemanfaatan sumber pakan lokal berupa kulit kopi
dan ubi kayu untuk peningkatan kualitas pakan untuk
induk sapi bunting lebih optimal. Dengan jarak
kelahiran lebih pendek, maka akan meningkatkan
populasi sapi dan bobot lahir anak sapi yang
meningkat akan menghasilkan sapi yang meningkat
bobot tubuhnya. Pemanfaatan kotoran sapi untuk
pemupukan tanaman kopi akan mengurangi
penggunaan pupuk kimia dan meningkatkan
produktifitasnya.
9 Jangka Waktu : 1 (satu) tahun 10 Biaya : Rp. 85.000.000,- (Delapan Puluh Lima Juta Ruriah)
xi
SUMMARY
1 Tittle : Coffee Plant integration with Cattle in Rejang Lebong
District
2 Working Unit : Assessment Institute for Agricultural Technology of
Bengkulu
3 Destination : 1. Getting flushing formula for cattle feed in Rejang
Lebong District.
2. Get a dose of compost fertilizer for coffee plants.
4 Output : 1. Flushing formula for cattle feed in Rejang Lebong
District.
2. Compost fertilizer for coffee plants.
5 Metodhology : Assessment Integration coffee plants with cattle
using Randomized Block Design (RBD) with 3
treatments, each treatment was repeated as many as
seven replications, for the treatment of cattle,
namely: (P1) Feed the grass/hay 10 of body weight,
(P2) Formula feeds consists of a field of grass/hay 10
% of body weight + additional feed (fermented coffee
leather 2.4 kg/head/day of rice bran + 1.6
kg/head/day) and (P3) Formula feeds consist of field
grass/hay 10 % of body weight + additional feed
(fermented coffee leather 2.4 kg/head/day of rice
bran + 0.8 kg/head/day cassava + 0.8 kg/head/day).
Assessment of compost fertilizer on coffee trees in
production designed randomized block design (RBD)
with 3 treatments, each treatment is repeated as
many times (7) seven replicates namely : (P1) plants
not fertilized with compost cow, (P2) Plants fertilized
with compost cow 5 kg/tree and (P3) Plants fertilized
with composted cow 10 kg/tree. There were 10
replicates of each plant stem. Parameters measured
were birth weight children, feed consumption, the
xii
production of coffee plants and cattle health.
6 Result : 1. Results coffee skin fermentation with increased
protein levels of roughness.
2. Cow dung compost and coffee skin.
3. Increase in birth weight of calves on average 14.9
kg/head to an average of 17.7 kg/head and 18.0
kg/head.
7 Benefit : Shorten the birth spacing, increased calf birth weight,
reduce dependenceon chemical fertilizers and
increase the productivity of coffee plants.
8 Impact : Results of this study will motivate other farmers to
adopt integrated crop and livestock coffee. Utilization
of local feed resources in the form of coffee and
cassava peel to improve the quality of feed for cows
pregnant more optimal. With shorter birth spacing, it
will increase the population of cows and calves birth
weight increases will result in increased cow body
weight. Use of cow dung for fertilizing crops of coffee
will reduce the use of chemical fertilizers and increase
productivity.
9 Period : 1 (one) year 10 Cost : Rp. 85.000.000,- (Eighty-Five Million Ruriah)
I. PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Data tahun 2010 Provinsi Bengkulu mempunyai luas perkebunan rakyat
untuk tanaman kopi Robusta mencapai 83.656 ha dengan produksi 48.981,93
ton atau 714,28 kg/ha dan kopi Arabika mencapai 6.598 ha dengan produksi
6.409,33 ton atau 1.530,40 kg/ha (BPS, 2011). Sedangkan Kabupaten Rejang
Lebong mempunyai luas tanaman kopi Robusta mencapai 16.014 ha dengan
produksi 6.534,00 ton atau 445 kg/ha dan kopi Arabika mencapai 1.915 ha
dengan produksi 2.609,28 ton atau 1.711 kg/ha (BPS, 2011).
Kopi termasuk tanaman yang menghasilkan limbah hasil sampingan
pengolahan yang cukup besar yang berkisar antara 50 - 60 persen dari hasil
panen berupa kulit kopi. Bila hasil panen kopi sebanyak 1000 kg kopi segar
berkulit, maka yang menjadi biji kopi hanya sekitar 400 – 500 kg dan sisanya
berupa kulit kopi yang bisa sebagai salah satu bahan dasar untuk pembuatan
pupuk kompos (Puslitkoka, 2005). Kulit kopi juga dapat dimanfaatkan untuk
pakan ternak sapi. Dengan produksi kopi di Kabupaten Rejang Lebong yang
mencapai 9.143,28 ton, maka akan dihasilkan limbah kulit kopi sebanyak
4.571,54 – 5.485,97 ton. Dengan limbah kulit kopi melimpah dan dapat
dimanfaatkan untuk pakan sapi, maka tanaman kopi sangat mendukung untuk
pengembangan ternak sapi.
Luas panen ubi kayu di Provinsi Bengkulu tahun 2010 mencapai 3.714 ha
dengan produksi 43.848 ton. Sedangkan Kabupaten Rejang Lebong mencapai
1.253 ha dengan produksi 14.806 ton (BPS, 2011). Ubi kayu dapat dimanfaatkan
untuk pakan ternak sapi. Pemanfaatan ubi kayu sebagai pakan ternak telah
banyak dilakukan. Namun penggunaannya dibatasi karena adanya asam sianida
yang bersifat racun jika dikonsumsi dalam jumlah tertentu dalam keadaan segar.
Untuk dijadikan pakan, ubi kayu dicacah terlebih dahulu kemudian dikeringkan
dengan sinar matahari sampai kandungan bahan kering 80 - 90%. Dengan
pengeringan mampu menurunkan kadar asam sianida hingga 90% sehingga
aman untuk pakan serta meningkatkan waktu simpan untuk persediaan di musim
kemarau (Suharsono, 2011).
2
Data tahun 2010 jumlah ternak sapi di Provinsi Bengkulu sebanyak
103.262 ekor. Populasi sapi di Kabupaten Rejang Lebong tahun 2010 mencapai
7.744 ekor (BPS, 2011). Peluang untuk mengembangkan sapi di Kabupaten
Rejang Lebong masih cukup besar dengan dukungan potensi pakan tambahan
dari limbah kulit kopi dan ubi kayu.
Integrasi kopi–sapi merupakan perpaduan dua komoditas kopi dan sapi
dalam suatu sistem yang saling bersinergi. Tanaman kopi mempunyai hasil
sampingan limbah kulit kopi. Limbah kulit kopi memiliki potensi yang cukup
tinggi untuk dimanfaatkan sebagai bahan pakan ternak ruminansia diantaranya
sapi tetapi pemanfaatannya di tingkat petani belum optimal. Sedangkan ternak
sapi menghasilkan kotoran sebagai bahan pupuk organik yang dapat
dimanfaatkan untuk pupuk tanaman kopi. Integrasi kopi–sapi dapat dilaksanakan
di wilayah sentra tanaman kopi dan peternakan sapi potong.
Metode flushing merupakan pemberian pakan tambahan yang
berkualitas baik pada dua bulan sebelum dan dua bulan sesudah melahirkan.
Bahan pakan yang diberikan ternak sapi diantaranya kulit kopi dan ubi kayu.
Tujuan pemberian pakan dengan metode flushing adalah menjaga kondisi induk
sapi agar tetap sehat dan segera dapat bunting lagi sehingga akan
memperpendek jarak kelahiran. Disamping itu petumbuhan anak sapi akan baik
sehingga akan meningkatkan bobot lahir anak sapi. Dengan adanya tambahan
pupuk dari kotoran sapi diharapkan produktifitas kopi akan meningkat
dibandingkan dengan tanpa adanya pupuk tambahan.
1.2. Tujuan
1. Mendapatkan formula pakan flushing untuk ternak sapi di Kabupaten Rejang
Lebong.
2. Mendapatkan dosis pupuk kompos untuk tanaman kopi.
1.3. Keluaran yang Diharapkan.
1. Formula pakan flushing untuk ternak sapi di Kabupaten Rejang Lebong.
2. Dosis pupuk kompos untuk tanaman kopi.
3
1.4. Perkiraan Manfaat dan Dampak
1.4.1. Manfaat
Memperpendek jarak kelahiran, meningkatnya bobot lahir anak sapi,
mengurangi ketergantungan terhadap pupuk kimia dan meningkatkan
produktifitas tanaman kopi.
1.4.2. Dampak
Hasil kajian ini akan memotivasi petani lainnya untuk mengadopsi
integrasi tanaman kopi dan ternak sapi. Pemanfaatan sumber pakan lokal berupa
kulit kopi dan ubi kayu untuk peningkatan kualitas pakan untuk induk sapi
bunting lebih optimal. Dengan jarak kelahiran lebih pendek, maka akan
meningkatkan populasi sapi dan bobot lahir anak sapi yang meningkat akan
menghasilkan sapi yang meningkat bobot tubuhnya. Pemanfaatan kotoran sapi
untuk pemupukan tanaman kopi akan mengurangi penggunaan pupuk kimia dan
meningkatkan produktifitasnya.
4
II. TINJAUAN PUSTAKA
Data tahun 2010 Provinsi Bengkulu mempunyai luas perkebunan rakyat
untuk tanaman kopi Robusta mencapai 83.656 ha dengan produksi 48.981,93 ton
atau 714,28 kg/ha dan kopi Arabika mencapai 6.598 ha dengan produksi 6.409,33
ton atau 1.530,40 kg/ha (BPS, 2011). Sedangkan Kabupaten Rejang Lebong
mempunyai luas tanaman kopi Robusta mencapai 16.014 ha dengan produksi
6.534,00 ton atau 445 kg/ha dan kopi Arabika mencapai 1.915 ha dengan produksi
2.609,28 ton atau 1.711 kg/ha (BPS, 2011)
Kopi termasuk tanaman yang menghasilkan limbah hasil sampingan
pengolahan yang cukup besar yang berkisar antara 50 - 60 persen dari hasil
panen berupa kulit kopi. Bila hasil panen kopi sebanyak 1.000 kg kopi segar
berkulit, maka yang menjadi biji kopi hanya sekitar 400 – 500 kg dan sisanya
berupa kulit kopi yang bisa sebagai salah satu bahan dasar untuk pembuatan
pupuk kompos (Puslitkoka, 2005).
Dalam pengelolaan kopi akan dihasilkan 45% kulit kopi, 10% lendir, 5%
kulit ari dan 40% biji kopi. Harga kulit kopi sangat murah, terutama pada saat
musim panen raya (Juli - Agustus). Pada usaha pembibitan, kulit kopi dapat
menggantikan konsentrat komersial hingga 20% (Mariyono dan Endang Romjali,
2007). Kulit kopi mempunyai kandungan BK, PK,, LK, SL dan TDN sebesar 91,77,
11,18, 2,5, 21,74, dan 57,21% (Anonimus, 2005).
Pemanfaatan ubi kayu sebagai pakan ternak telah banyak dilakukan.
Namun penggunaannya dibatasi karena adanya asam sianida yang bersifat racun
jika dikonsumsi dalam jumlah tertentu dalam keadaan segar. Untuk dijadikan
pakan, ubi kayu dicacah terlebih dahulu kemudian dikeringkan dengan sinar
matahari sampai kandungan bahan kering 80 - 90%. Dengan pengeringan
mampu menurunkan kadar asam sianida hingga 90% sehingga aman untuk
pakan serta meningkatkan waktu simpan untuk persediaan di musim kemarau
(Soeharsono, 2011). Kandungan protein ubi kayu sangat rendah dibandingkan
dengan jagung. Apabila ubi kayu digunakan sebagai sumber energy dalam
ransum, harus diimbangi dengan sumber protein yang lebih tinggi. Ubi kayu
mempunyai kandungan nutrisi Kadar kalsium dan phosphor dalam ubi kayu
terbilang cukup, akan tetapi karena kandungan asam oksalat yang tinggi (0,1 -
5
0,31%) sehingga akan memengaruhi penyerapan Ca dan Zn (Nursiam, 2010).
Sedangkan menurut Ramli, dkk, 2007, kandungan nutrisi ubi kayu adalah bahan
kering 30,8%, protein kasar 2,3%, Serat kasar 3,4%, Lemak kasar 1,4%, BETN
88,9%, Ca 0,02-0,35 mg/kg, P 0,07- 0,46 mg/kg dan vitamin A 550 (IU).
Sapi potong sebagai ternak ruminansia, kebutuhan dasarnya yang utama
adalah pakan sumber serat, yang umumnya berasal dari pakan hijauan alam.
Sistem pencernaan sapi mulai berfungsi semenjak ternak lahir meskipun belum
sempurna sebagaimana yang terjadi pada ternak dewasa. Sapi memiliki
kemampuan untuk mengolah bahan pakan yang tidak dapat dimanfaatkan oleh
manusia menjadi produk sumber pangan dan sandang seperti daging dan kulit
(Mathius, 2009). Mathius et al.,(1983) menyatakan bahwa kurangnya jumlah dan
nilai gizi yang diberikan petani menyebabkan pertumbuhan sapi tidak dapat
berkembang sesuai dengan potensi genetiknya.
Hubungan kualitas pakan dengan keadaan reproduksi sebelum dan
sesudah beranak menurut Achmad (1983) yaitu pemberian energi yang tinggi
sebelum dan sesudah beranak dapat memperpendek selang/jarak beranak,
energi yang tinggi sebelum beranak dan energi yang rendah sesudah beranak
akan menunjukan laju kebuntingan yang kurang baik, sedangkan energi yang
rendah sebelum beranak dan energi yang tinggi sesudah beranak dapat
memperpanjang berahi pertama, serta rendahnya energi sebelum dan sesudah
beranak menyebabkan rendahnya laju kebuntingan dan panjangnya selang
beranak. Apabila telah memasuki umur kebuntingan 7 – 8 bulan, sapi bibit
ditempatkan di kandang beranak sistem individu sampai pedetnya berumur
sekitar 2 bulan dan selama itu diberi ransum yang mengandung protein dan
energi tinggi. Tujuan pemberian ransum ini, saat sebelum beranak (disebut
steaming up) adalah membentuk kondisi badan yang bagus ketika beranak/awal
laktasi, sedangkan saat setelah beranak adalah memperkecil terjadinya
penurunan berat badan induk karena menyusui pedetnya. Kondisi badan yang
tetap cukup bagus pada sapi induk setelah laktasi sekitar 2 bulan, akan
mempercepat terjadinya estrus kembali (Wiyono dan Aryogi. 2007).
6
III. METODOLOGI
3.1. Metode
Pengkajian Integrasi tanaman kopi dengan ternak sapi menggunakan
Rancangan Acak Kelompok (RAK) dengan 3 perlakuan, setiap perlakuan diulangi
sebanyak 7 ulangan, untuk perlakuan pada ternak sapi yaitu:
(P1) Pakan rumput lapangan/jerami 10 dari berat badan
(P2) Formula pakan terdiri dari rumput lapangan/jerami 10% dari berat badan
+ pakan tambahan (kulit kopi fermentasi 2,4 kg/ekor/hari + dedak padi
1,6 kg/ekor/hari).
(P3) Formula pakan terdiri dari rumput lapangan/jerami 10% dari berat badan
+ pakan tambahan (kulit kopi fermentasi 2,4 kg/ekor/hari + dedak padi
0,8 kg/ekor/hari + ubi kayu 0,8 kg/ekor/hari).
Tabel 1.Hasil Analisis Proksimat Pakan Perlakuan
No Kandungan Nutrisi Perlakuan
I (Kontrol) II III
Hijauan
1 Bahan Kering (%) 47,59 47,59 47,59
2 Protein Kasar (%) 4,04 4,04 4,04
3 Serat Kasar (%) 31,62 31,62 31,62
4 Lemak Kasar (%) 0,53 0,53 0,53
Pakan Tambahan
1 Kadar Air (%)* 0 16,64 19,44
2 Protein Kasar (%)* 0 10,36 7,79
3 Lemak (%)* 0 6,20 2,58
4 GE (%)* 0 3552 3247
5 Serat Kasar (%)* 0 23,59 14,62
6 Abu (%)* 0 12,49 8,75
7 Ca (%)* 0 0,33 0,25
8 P (%)* 0 0,99 0,45
Keterangan : * adalah Hasil analisis proksimat di laboratorium Balitnak 2013
Jumlah pakan hijauan yang diberikan sapi setiap hari sebanyak 10% dari
bobot badan sapi. Sedangkan kulit kopi dan ubi kayu diberikan sebanyak 2% dari
bobot badan sapi sebagai pakan tambahan. Pakan diberikan dua kali sehari pagi
dan sore hari. Pakan tambahan diberikan sebelum pemberian rumput.
Sedangkan air diberikan ad libitum. Dua minggu sebelum perlakuan pakan
7
dilakukan adaptasi pakan. Masing-masing perlakuan menggunakan tujuh ekor
sapi.
Pengkajian pemberian pupuk kompos pada tanaman kopi yang sudah
produksi dirancang dalam Rancangan Acak Kelompok (RAK) dengan 3 perlakuan,
setiap perlakuan diulangi sebanyak (7) tujuh ulangan yaitu :
(P1) Tanaman tidak dipupuk dengan kompos sapi
(P2) Tanaman dipupuk dengan kompos sapi 5 kg/pohon
(P3) Tanaman dipupuk dengan kompos sapi 10 kg/pohon
Kotoran sapi dikomposkan sebelum diberikan pada tanaman kopi. Kompos sapi
diberikan pada awal pengkajian dengan membuat lobang pada bagian pangkal
batang sampai ujung daun bagian terluarnya dan pupuk kompos langsung
dimasukkan pada lobang untuk selanjutnya ditutup. Masing-masing perlakuan
menggunakan 10 batang tanaman kopi yang sudah berproduksi.
3.2. Lokasi dan waktu
Pengkajian integrasi tanaman kopi dengan ternak sapi di Kabupaten
Rejang Lebong dilaksanakan pada bulan Januari sampai dengan Desember 2013,
berlokasi di Desa Air Meles Bawah Kecamatan Curup Timur Rejang Lebong.
3.3. Parameter Yang Diukur
1. Konsumsi pakan dengan melakukan penimbangan sisa pakan yang tersisa
oleh ternak sapi.
2. Bobot lahir anak sapi dengan melakukan penimbangan anak sapi pada saat
lahir.
3. Kesehatan induk dan anak sapi
4. Produksi kopi (produksi awal dan akhir pengkajian).
3.4. Analisis Data
Data yang diperoleh dari aplikasi pakan tambahan pada induk sapi Bali
bunting dan pupuk kompos pada tanaman kopi dianalisis secara statistik
menggunakan rancangan acak kelompok (RAK) dengan tiga perlakuan dan
tujuh ulangan dan apabila terjadi perbedaan yang nyata dilanjutkan dengan
uji Duncan (Gomes, 1995)
8
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1. Hasil Kegiatan
4.1.1. Fermentasi Kulit Kopi sebagai Bahan Pakan Tambahan Ternak Sapi
Alat yang digunakan untuk proses fermentasi kulit kopi adalah sekop,
terpal, ember dan gembor, sedangkan bahannya adalah kulit Kopi 800 kg, gula
merah/tetes tebu 8 kg, biodecomposer (Starbio) 5 kg, urea 5 kg (tidak mutlak)
dan air secukupnya.
Tahap pembuatan adalah kulit kopi ditimbang. (misalnya 800 kg),
sediakan biodecomposer (starbio) sesuai dengan petunjuk pada kemasan
pabriknya, kemudian campurkan kulit kopi dengan larutan biodecomposer
(starbio) dan urea, seterusnya tambahkan air dan gula merah/tetes tebu ke
dalam campuran tersebut sehingga kelembabannya diperkirakan mencapai 60%
dan masukkan kulit kopi yang sudah diberi biodecomposer (starbio) dan urea
dan tetes serta air kedalam kotak dan di atasnya ditutup képang/plastik atau
letakkan diatas lantai yang bersih dan ditutupi dengan terpal, lakukan
pengamatan perubahan suhu kulit kopi selama pemeramana apabila kering,
maka yang kering ini ditambah air, diaduk lagi, dan pemeraman dilanjutkan dan
setelah dua minggu kulit kopi terfermentasi dikeluarkan dan dikering-anginkan
sehingga proses dekomposisi berhenti.
Hasil Analisis laboratorium terhadap kulit kopi fermentasi dapat dilihat pada
Tabel 2.
Tabel 2. Hasil Analisis Laboratorium Terhadap Kulit Kopi Fermentasi.
No Uraian Kulit Kopi tidak di Fermentasi
Kulit Kopi Fermentasi
1 Bahan Kering (%) 90,52* -
2 Lemak (%) 1,31* 0,73**
3 Serat Kasar (%) 31,11* 42,09**
4 Protein Kasar (%) 6,27* 12,87**
5 Kadar Abu (%) 7,51* 7,25**
6 Kadar air (%) 9,48* 12,16**
7 Energi (kkal) - 3830**
8 Ca (%) - 0,58**
9 P (%) - 0,12**
Keterangan : *adalah Hasil analisis Laboratorium Ilmu Makanan Ternak Departemen Peternakan FP USU (2010)
9
**adalah Hasil analisis Laboratorium Balai Penelitian Ternak Ciawi Bogor 2013
4.1.2. Pembuatan Kompos kotoran Sapi dan Kulit Kopi
Alat yang digunakan untuk proses fermentasi kulit kopi adalah sekop,
terpal, ember dan gembor, sedangkan alat yang diperlukan adalah kotoran sapi
1.500 kg, sekam padi 300 kg, kulit kopi 300 kg, dedak padi 100 kg, gula merah
2 kg, aktivator kompos 2 kg dan air secukupnya.
Cara pembuatannya adalah kotoran sapi ditebar ½ bagian, lalu menyusul
kulit kopi dan sekam padi serta dedak halus. Gula merah dilarutkan dengan air
lalu dimasukkan aktivatornya, kemudian disiramkan secara merata pada
tumpukan bahan kompos yang sudah disiapkan. Kemudian ½ bagian bahan yang
masih tersisa diulangi seperti yahg sebelumnya. Setelah selesai tumpukan bahan
tersebut di aduk menggunakan cangkul/sekop hingga bahan tersebut tercampur
secara merata. Setelah selesai pengadukan, maka bahan kompos ditutupi
dengan terpal hingga rapat. Bahan kompos harus diaduk setiap satu minggu dan
apabila kering harus disiram dengan air hingga kelembabannya sekita 60%.
Kompos akan jadi setelah dilakukan pemeraman selama lebih kurang 3 minggu.
Setelah kompos jadi, maka kompos dibuka dan diangin-anginkan dan siap untuk
digunakan.
Hasil analisis laboratorium terhadap kompos dari bahan dasar kotoran
ternak sapi dan kulit kopi dapat dilihat pada tabel 3.
Tabel 3. Hasil Analisis Laboratorium Kompos Kotoran Ternak Sapi dan Kulit Kopi
No Komponen Kandungan (%)
1 Kadar air 11,20
2 Nitrogen 2,85
3 Pospor 8,32
4 Kalium 0,48
5 C-organik 1,33
6 pH H2O 7,52
Keterangan : data adalah hasil analisis sampel di Laboratorium Tanah BPTP Bengkulu 2013
10
4.1.3. Pengaruh Pemberian Pakan Tambahan Terhadap Bobot Lahir Anak Sapi
Rata-rata bobot lahir anak sapi Bali yang diberikan pakan tambahan dua
bulan sebelum dan sesudah melahirkan (metoda Flushing) dapat dilihat pada
tabel 4.
Dari tabel 4. dilihat gambaran bahwa pemberian pakan tambahan berupa kulit
kopi yang difermentasi ditambah dengan dedak padi, baik yang ditambah dengan
ubi kayu maupun yang tidak, dapat menambah bobot lahir anak sapi Bali.
Tabel 4. Rata-rata Bobot Lahir Anak Sapi Bali pada Kegiatan Integrasi Tanaman Kopi dengan Ternak Sapi di Kabupaten Rejang Lebong
No Perlakuan Ulangan (kg)
Rata-rata
I II III IV V VI VII
1 Perlk. I (Kontrol)
14,4 15,4 15,1 15,5 15,0 14,2 14,8 14,9a
2 Perlk.II 17,8 18,4 18,1 18,0 18,2 17,9 17,9 18,0b
3 Perlk.III 17,9 17,4 17,1 17,8 18,2 18,1 17,8 17,7b
Keterangan : Angka yang diikuti huruf yang berbeda pada kolom yang sama menunjuk kan perbedaan yang nyata (P<0,05).
Dari hasil analisis yang dilakukan terlihat bahwa dimana perlakuan I
petani/kontrol berbeda nyata (P<0,05) dengan perlakuan II (pakan tambahan
berupa kulit kopi fermentasi 2,4 kg/ekor/hari ditambahkan dedak padi 1,6
kg/ekor/hari), dan perlakuan petani/kontrol juga berbeda nyata (P<0,05) dengan
perlakuan III (pakan tambahan berupa kuit kopi fermentasi 2,4 kg/ekor/hari
ditambah dedak padi 0,8 kg/ekor/hari dan ubi kayu 0,8 kg/ekor/hari), sedangkan
perlakuan pertama berbeda tidak nyata (P>0,05) dengan perlakuan kedua.
11
4.1.4. Konsumsi Pakan
Hasil perhitungan rata-rata konsumsi hijauan dan pakan tambahan induk
sapi sejak dua bulan sebelum melahirkan sampai induk sapi melahirkan dari tiga
perlakuan yang berbeda disajikan pada tabel 5.
Tabel 5. Rata-rata Konsumsi Pakan pada Induk Sapi Bunting yang diberikan perlakuan berbeda.
No Perlakuan Konsumsi Pakan (kg/ekor/hari)
Hijauan Pakan Tambahan
1 Perlk I (Kontrol) 40,0a -
2 Perlk. II 29,5b 3,2
3 Perlk. III 30,0b 3,5
Keterangan : Angka yang diikuti huruf yang berbeda pada kolom yang sama menunjukkan perbedaan yang nyata (P<0,05).
Dari analisis yang dilakukan didapatkan bahwa konsumsi hijauan induk
sapi bunting pada perlakuan pertama berbeda nyata (P<0,05) dengan perlakuan
kedua maupun perlakuan ketiga.
4.1.5. Produksi Awal Tanaman Kopi
Produksi awal tanaman kopi milik petani kooperator di Desa Air Meles
Bawah Kecamatan Curup Timur Kabupaten Rejang Lebong disajikan pada Tabel
6.
Tabel 6. Rata-rata Produksi Awal Tanaman Kopi pada Kegiatan Integrasi Tanaman Kopi dengan Ternak Sapi di Kabupaten Rejang Lebong
No Perlakuan Ulangan (kg/batang/musim)
Rata-rata
I II III IV V VI VII
1 Perlk. I (Kontrol)
5,0 2,9 4,8 4,3 3,6 5,2 5,5 4,47
2 Perlk.I 2,0 4,9 3,2 5,0 4,6 6,4 5,0 4,44
3 Perlk.II 2,5 4,3 5,3 3,1 7,3 3,5 3,6 4,22
Keterangan : data diperoleh dari hasil panen buah
Dari tabel diatas dapat dilihat bahwa rata-rata produksi awal tanaman
kopi petani di Desa Air Meles Bawah masih rendah, berkisar antara 4,22 sampai
dengan 4,47 kg/batang/musim. Hal ini disebabkan oleh tanaman kopi di Desa Air
12
Meles Bawah belum diremajakan oleh petani dan masih banyak tunas liar yang
tidak produktif dibiarkan tumbuh sehingga mengganggu produksi tanaman kopi.
4.2. Pembahasan
4.2.1. Karakteristik Wilayah
Desa Air Meles Bawah berada di Kecamatan Curup Timur Kabupaten
Rejang Lebong dengan batas wilayah sebagai berikut : Sebelah Utara berbatasan
dengan wilayah dengan Desa Talang Ulu dan Kesambe Baru Kecamatan Curup
Timur, Sebelah Selatan berbatasan dengan wilayah Kelurahan Air Bang
Kecamatan Curup Tengah, Sebelah Barat berbatasan dengan wilayah Desa
Sukaraja dan Sidorejo Kecamatan Curup Timur dan Curup Tengah, Sebelah
Timur berbatasan dengan wilayah Desa Air Meles Atas Kecamatan Selupu
Rejang.
Jarak wilayah Desa Air Meles Bawah ke Ibu Kota Kecamatan Curup Timur
2 Km. sedangankan jarak wilayah Desa Air Meles Bawah ke Ibu Kota Kabupaten
Rejang Lebong sekitar 4 Km dan jarak Ibu Kota Provisi sekitar 90 Km.
Kondisi topografi Desa Air Meles bawah, berbukit dengan ketinggian
tempat antara ± 250-1000 mdpl. Pada umumnya tekstur tanah di Desa Air Meles
Bawah adalah lampungan dengan warna tanah hitam. Curah hujan di Desa Air
Meles Bawah berkisar antara 300-605 mm/tahun dengan kelembapan 3380C.
Suhu rata-rata di Desa Air Meles Bawah berkisar 23oC – 24 oC.
Luas Desa Air Meles Bawah adalah 270 ha terdiri atas 24 ha lahan sawah
dan 246 ha lahan darat. Berdasarkan penggunaannya, lahan Desa Air Meles
Bawah terbagi ke dalam beberapa jenis penggunaan, yaitu lahan sawah irigasi,
lahan sawah irigasi ½ teknis, lahan perkebunan kopi, pekarangan, luas
pemukiman dan perkantoran dapat dilihat pada tabel 7.
13
Tabel 7. Tata Guna Lahan Desa Air Meles Bawah Kec. Curup Timur Kab. Rejang Lebong .
No. Tata Guna Lahan Jumlah
(ha) (%)
A. Lahan Sawah
1 Irigasi Teknis 17 6,3%
2 Irigasi ½ Teknis 7 2,6%
Jumlah (A) 24
B. Lahan Darat
1 Pekarangan 24 8,9%
2 Perkebunan kopi 103 38,15%
3 Luas Pemukiman 104 38,52%
4 Luas kuburan 1 0,37%
5 Perkantoran 14 5,19%
6 Lain-lain
Jumlah (B) 246
Total (A + B) 270 100.00
Penduduk Desa Air Meles Bawah pada tahun 2013 sebanyak 3.589 jiwa
terdiri dari laki-laki 1.782 jiwa perempuan 1.807 jiwa. Berdasarkan mata
pencaharian, sebagian besar penduduk Desa Air Meles Bawah adalah petani
sekitar 80,97%. Selain sebagai petani, penduduk yang bermata pencarian PNS
dan peternak persentasenya yaitu sekitar 7,7% dan 2,72%. Kondisi tersebut
sebanding dengan kondisi lahan di Desa Air Meles Bawah yang sebagian besar
merupakan lahan pertanian.
Kelembagaan yang ada di Desa Air Meles bawah terdiri atas kelembagaan
pemerintahan dan kelembagaan masyarakat. Kelembagaan Pemerintahan terdiri
atas Desa dan Badan Perwakilan Desa (BPD). Sedangkan kelembagaan
masyarakat terdiri atas kelembagaan sosial dan kelembagaan ekonomi yang
meliputi: LPMD, PKK, Karang Taruna, Kelompok Tani/Nelayan, Lembaga Adat,
Organisasi keagamaan, Organisasi Perempuan, Organisasi Pemuda, dan
kelompok gotong royong.
Berdasarkan komoditi pertanian luas lahan tanaman padi dan palawija di
Desa Air Meles Bawah yaitu seluas 17 ha, tanaman jagung sekitar 10 ha,
tanaman ubi-ubian seluas 7 ha, tanaman sayur-sayuran 12 ha, tanaman cabe
sekitar 10 ha, tanaman terong sekitar 3 ha dan perkebunan kopi sekitar 18 ha.
Pada umumnya lahan pertanian tersebut merupakan lahan milik sendiri.
14
4.2.2. Fermentasi Kulit Kopi sebagai Bahan Pakan Tambahan Ternak Sapi
Pemanfaatan kulit biji kopi sebagai bahan baku pakan belum dilakukan
secara optimal saat ini. Hal ini dikarenakan adanya kandungan serat kasar
terutama lignin yang relatif tinggi dalam Limbah Kulit Kopi dan adanya
kandungan antinutrisi berupa senyawa kafein dan tannin. Hal-hal tersebut di atas
yang mengakibatkan belum digunakannya bahan ini sebagai salah satu alternatif
bahan baku pakan.
Solusi pendekatan yang dapat dilakukan untuk mengatasi hal ini adalah
dengan pengolahan limbah tersebut. Limbah tersebut dapat diolah dengan
berbagai macam cara agar kandungan nutrisi yang diinginkan dapat diperoleh.
Pengolahan terhadap limbah tersebut dapat dilakukan dengan proses mekanik
(fisik), kimiawi, maupun secara biologis.
Pengolahan limbah pertanian secara mekanik dapat menggunakan alat-
alat fisik untuk menghilangkan suatu kandungan nutrisi yang tidak diinginkan
yakni dengan pemanasan dan pengeringan. Pengolahan tersebut dilakukan
secara mekanis melalui pengukusan, perebusan, dan penjemuran. Hal ini dapat
dilakukan, namun membutuhkan peralatan yang banyak dan membutuhkan
biaya yang mahal untuk proses pengolahannya. Akibat lain yang dapat
ditimbulkannya adalah berkurangnya kandungan nutrisi yang penting dalam
bahan tersebut. Untuk merenggangkan ikatan dinding sel tanaman dan
mempermudah pengeringan perlu pengolahan secara mekanis dengan cara
penghalusan bahan atau penggilingan.
Salah satu alternatif pengolahan limbah yang aman, relatif murah dan
sering digunakan oleh masyarakat adalah pengolahan secara biologis, yakni
pengolahan dengan memanfaatkan mikroorganisme yang akan melakukan proses
biologis (bioprocess) dalam mengolah senyawa-senyawa yang tidak dibutuhkan
dalam bahan baku pakan dan mendapatkan senyawa yang diinginkan dalam
proses pembuatan bahan pakan. Mikroorganisme yang dapat digunakan ini dapat
berasal dari golongan bakteri maupun fungi. Mikroorganisme yang dimanfaatkan
adalah mikroorganisme yang dapat berperan dalam memfermentasi senyawa-
senyawa yang tidak diinginkan serta tidak menimbulkan efek toksik bagi
organisme budidaya.
15
Pemanfaatan limbah kulit kopi dengan pengolahan menggunakan bantuan
mikroorganisme diharapkan mampu menghasilkan senyawa-senyawa nutrien
yang dibutuhkan oleh ternak sapi. dari hasil fermentasi kulit kopi yang dilakukan
didapatkan kandungan nutrisi dari kulit kopi sebagai berikut kadar air 12,16%,
protein kasar 12,87%, lemak 0,73, energy metabolime 3830 kkal/kg, serat kasar
42,09, abu 7,25%, Ca 0,56% dan P 0,12%. Dari hasil analisis tersebut terlihat
adanya peningkatan kadar protein dari 6,27% pada kulit kopi yang belum
difermentasi menjadi 12,87% sesudah fermentasi, kadar energi metabolis pada
kulit kopi yang sudah difermentasi juga lebih baik yaitu 3830 kkal/kg.
4.2.3. Pembuatan Kompos Kotoran Sapi dan Kulit Kopi
Kompos merupakan pupuk organik yang berasal dari sisa tanaman dan
kotoran hewan yang telah mengalami proses dekomposisi atau pelapukan.
Selama ini sisa tanaman dan kotoran hewan tersebut belum sepenuhnya
dimanfaatkan sebagai pengganti pupuk buatan. Kompos yang baik adalah yang
sudah cukup mengalami pelapukan dan dicirikan oleh warna yang sudah berbeda
dengan warna bahan pembentuknya, tidak berbau, kadar air rendah dan sesuai
suhu ruang. Proses pembuatan dan pemanfaatan kompos dirasa masih perlu
ditingkatkan agar dapat dimanfaatkan secara lebih efektif, menambah
pendapatan peternak dan mengatasi pencemaran lingkungan.
Selama proses pengomposan, terjadi perubahan-perubahan unsur kimia
yaitu : 1) karbohidrat, selulosa, hemiselulosa, lemak dan lilin menjadi CO2 dan
H2O; 2) penguraian senyawa organik menjadi senyawa yang dapat diserap
tanaman. Kompos merupakan salah satu komponen untuk meningkatkan
kesuburan tanah dengan memperbaiki kerusakan fisik tanah akibat pemakaian
pupuk anorganik (kimia) pada tanah secara berlebihan yang berakibat rusaknya
struktur tanah dalam jangka waktu lama. Mengingat pentingnya pupuk kompos
dalam memperbaiki struktur tanah dan melambungnya harga pupuk buatan
maka perlu disusun buku petunjuk teknis pembuatan kompos organik berbahan
kotoran sapi untuk memudahkan petani dalam memanfaatkan kotoran sapi,
sekaligus memproduksi pupuk organik yang akhirnya akan menambah
pendapatan.
16
Pembuatan kompos melibatkan peternak dan petani kopi anggota
kelompok tani Gading Indah Desa Air Meles Bawah. Proses pengomposan
dilakukan selama tiga minggu, dan setelah itu kompos dibuka dan diangin-
anginkan sampai proses dekomposer berhenti dengan sempurna. Setelah dingin,
kompos siap untuk diaplikasikan pada tanaman.
Dari Tabel 3 dapat dilihat komposisi kandungan yang terdapat di dalam
kompos seperti berikut kadar air 11,20%, nitrogen 2,85%, Pospor 8,32%, kalium
0,48%, C-organik 1,33% dan pH H2O 7,52%, hal ini sudah sesuai dengan
persyaratan teknis pupuk organik dan pembenahan tanah SK Mentan No:
28/Permentan/SR.130/B/2009, kecuali untuk kandungan Pospor yang masih
tinggi. Menurut SK Mentan No: 28/Permentan/SR.130/B/2009, tentang
persyaratan teknis pupuk organik dan pembenahan tanah adalah kadar air
4 – 15%, nitrogen <6%, Pospor <6%, dan kalium <6%.
Manfaat kompos organik diantaranya adalah 1) memperbaiki struktur
tanah berlempung sehingga menjadi ringan; 2) memperbesar daya ikat tanah
berpasir sehingga tanah tidak berderai; 3) menambah daya ikat tanah terhadap
air dan unsur-unsur hara tanah; 4) memperbaiki drainase dan tata udara dalam
tanah; 5) mengandung unsur hara yang lengkap (jumlah tersebut tergantung
dari bahan pembuat pupuk organik); 6) membantu proses pelapukan bahan
mineral; 7) memberi ketersediaan bahan makanan bagi mikroba; 8) menurunkan
aktivitas mikroorganisme yang merugikan. Pengolahan kotoran sapi yang
mempunyai kandungan N, P dan K yang tinggi sebagai pupuk kompos dapat
mensuplai unsur hara yang dibutuhkan tanah dan memperbaiki struktur tanah
menjadi lebih baik, sehingga pertumbuhan tanaman menjadi semakin optimal.
4.2.4 Pengaruh Pemberian Pakan Tambahan Terhadap Bobot Lahir Anak Sapi
Berdasarkan uji statistik yang dilakukan menunjukkan bahwa bobot lahir
anak sapi Bali pada perlakuan kedua (pemberian pakan tambahan berupa kulit
kopi fermentasi 2,4 kg/ekor/hari ditambah dedak padi 1,6 kg/ekor/hari)
memberikan perbedaan yang nyata (P<0,05) bila dibandingkan dengan bobot
lahir anak sapi Bali yang tidak diberikan pakan tambahan. Begitu juga dengan
bobot lahir anak sapi pada perlakuan ketiga (pemberian pakan tambahan berupa
kulit kopi fermentasi 2,4 kg/ekor/hari ditambah dedak padi 0,8 kg/ekor/hari dan
17
ubi kayu 0,8 kg/ekor/hari) juga memberikan pengaruh nyata (P<0,05) bila
dibandingkan dengan bobot lahir anak sapi Bali pada perlakuan pertama/kontrol
(yang tidak diberikan pakan tambahan). Hal ini menunjukkan bahwa pemberian
pakan tambahan dua bulan sebelum melahirkan menghasilkan bobot lahir anak
sapi Bali yang lebih berat dari pada bobot lahir anak sapi pada kontrol (yang
induknya tidak diberikan pakan tambahan). Hal ini disebabkan oleh pemberian
pakan tambahan membantu pemenuhan kebutuhan induk sapi yang sedang
bunting terhadap nutrisi zat makanan karena kandungan zat gizi dari pakan
tambahan (protein dan energy metabolism) yang tinggi dibandingkan dengan
kandungan zat gizi dari hijauan saja. Ini juga didukung oleh pendapat dari
Toelehere (1981) dalam Pasambe (2000) bahwa Pertumbuhan anak dipengaruhi
oleh faktor tata laksana pemberian pakan pada induk, produktivitas ternak
sebesar 95% dipengaruhi oleh faktor non genetik yaitu pengelolahan pakan,
kesehatan dan sebagian kecil dipengaruhi faktor genetik. Hal ini memberikan
gambaran bahwa kondisi badan induk sebagai salah satu faktor lingkungan
tempat anak dilahirkan dengan bertambah baiknya kondisi badan induk, akan
mampu mensuplai kebutuhan air susu secara optimal selama menyusui.
Sedangkan bobot lahir anak sapi Bali pada perlakuan kedua (pemberian
pakan tambahan berupa kulit kopi fermentasi 2,4 kg/ekor/hari ditambah dedak
padi 1,6 kg/ekor/hari) tidak berbeda nyata (P>0,05) dengan perlakuan ketiga
(pemberian pakan tambahan berupa kulit kopi fermentasi 2,4 kg/ekor/hari
ditambah dedak padi 0,8 kg/ekor/hari dan ubi kayu 0,8 kg/ekor/hari). Tapi
walaupun demikian bobot lahir anak sapi Bali pada perlakuan kedua lebih tinggi
bila dibandingkan dengan bobot lahir anak sapi Bali pada perlakuan ketiga. Rata-
rata bobot lahir anak sapi Bali pada perlakuan kedua adalah 18,0 kg sedangkan
rata-rata bobot lahir anak sapi Bali pada perlakuan ketiga yaitu 17,7 kg. Hal ini
disebabkan oleh kandungan protein kasar dan energi metabolis dari pakan
tambahan pada perlakuan kedua lebih tinggi dari pada kandungan protein kasar
dan energy metabolis dari pakan tambahan pada perlakuan ketiga. Kandungan
protein kasar dan energy metabolis pakan pada perlakuan kedua adalah 10,36%
dan 3552 kkal, sedangkan protein kasar dan energy metabolis pakan tambahan
pada perlakuan ketiga adalah 7,79% dan 3247 kkal. Hasil pengkajian ini lebih
tinggi dari hasil penelitian Pongsapan et.al Tahun 1993 terhadap induk sapi bali
18
yang dibiarkan merumput dan disuplemen dengan daun gamal sebayak
3 kg/ekor/hari memperoleh bobot lahir anak sapi seberat 14,46 kg.
4.2.5. Konsumsi Pakan
Konsumsi hijauan induk sapi yang sedang bunting yang dipelihara
menurut kebiasaan petani adalah sekitar 40,0 kg/ekor/hari, sedangkan konsumsi
hijauan pada induk sapi yang diberikan pakan tambahan cenderung turun
30 – 35% atau sekitar 29,5-30,0 kg/ekor/hari. Hal ini disebabkan oleh induk sapi
sudah diberikan pakan tambahan berupa campuran kulit kopi fermentasi, dedak
padi dan ubi kayu sebelum induk sapi tersebut diberikan pakan hijauan, sehingga
konsumsi hijauannya cenderung berkurang.
Sedangkan konsumsi pakan tambahan pada induk sapi Bali bunting
memperlihatkan bahwa induk sapi pada perlakuan kedua relative lebih sedikit
bila dibandingkan dengan konsumsi pakan tambahan pada induk sapi Bali
bunting perlakuan ketiga, hal ini disebabkan karena palatabilitas induk sapi Bali
Lebih tinggi pada pada perlakuan ketiga yang didalamnya ditambahkan dengan
ubi kayu. Diduga karena ubi kayu mempunyai kadar air yang masih tinggi dan
rasanya masih manis sehingga induk sapi lebih menyukainya dibandingkan pakan
yang lainnya.
4.2.6. Produksi Awal Tanaman Kopi
Kegiatan pemberian pupuk kompos pada tanaman kopi belum dapat
hasilnya karena tanaman kopi yang diberikan perlakuan pemupukan tersebut
diperkirakan akan berproduksi pada bulan Mei 2014. Pada akhir kegiatan tahun
anggaran 2013 ini hanya menampilkan produksi awal seperti tercantum pada
Tabel 6 diatas.
Dari Tabel 6 tersebut dapat dilhat bahwa rata-rata produksi tanaman kopi
masih rendah, hal ini disebabkan oleh tanaman kopi disini belum diremajakan
dan belum pernah diberikan pupuk baik pupuk organik maupun pupuk kompos.
Dengan pengkajian pemberian pupuk kompos dengan dosis 5 kg/batang dan 10
kg/batang diharapkan dapat meningkatkan produksi tanaman kopi tersebut.
19
4.2.7. Pengendalian Parasit pada ternak Sapi
Salah satu faktor yang menentukan keberhasilan usaha pengembangan
ternak sapi dari aspek managemen adalah faktor kesehatan atau kontrol
penyakit. Berbagai jenis penyakit dapat menyerang ternak sapi, salah satunya
adalah penyakit parasiter, dimana penyakit ini disebabkan oleh agen berupa
parasit. Parasit merupakan makhluk hidup yang dalam hidupnya menggunakan
makanan mahkluk hidup lain sehingga sifatnya merugikan.
Agent parasit yang menyebabkan penyakit pada ternak dibedakan
menjadi dua yaitu endoparasit dan ektoparasit. Cacing gastrointestinal
merupakan endoparasit di dalam tubuh akan merampas zat-zat makanan yang
diperlukan bagi hospesnya, dimana cacing dalam jumlah banyak akan
mengakibatkan kerusakan usus atau menyebabkan terjadinya berbagai reaksi
tubuh yang antara lain disebabkan oleh toksin yang dihasilkan oleh cacing-cacing
tersebut. Walaupun penyakit cacingan tidak langsung menyebabkan kematian,
akan tetapi kerugian dari segi ekonomi dikatakan sangat besar, sehingga
penyakit parasit cacing disebut sebagai penyakit ekonomi. Kerugian akibat
penyakit cacing, antara lain: penurunan berat badan, penurunan kualitas daging,
kulit, dan jeroan, penurunan produktivitas ternak sebagai tenaga kerja pada
ternak potong dan kerja, penurunan produksi susu pada ternak perah, dan
bahaya penularan pada manusia.
Obat cacing diberikan pada induk sapi yang sudah melahirkan karena
induk sapi yang sedang bunting tidak disarankan untuk diberi obat cacing, selain
itu pemberian obat cacing pada induk sapi yang baru melahirkan dimaksudkan
agar induk sapi bisa berproduksi secara optimal sehingga anak sapi mendapatkan
air susu yang cukup induk kebutuhan hidupny, dan juga diharapkan cacing yang
ada dalam tubuh anak sapi ikut mati lantaran anak sapi minum air susu dari
induk yang diberikan obat cacing.
Prosentase yang sakit oleh endoparasit dapat mencapai 30% dan angka
kematian yang bisa ditimbulkan adalah sebanyak 30%. Gejala umum dari hewan
yang terinfeksi cacing antara lain badan lemah dan bulu kusam, gangguan
pertumbuhan yang berlangsung lama. Jika infeksi sudah lanjut diikuti dengan
anemia, diare, dan badannya menjadi kurus yang akhirnya bisa menyebabkan
kematian. Adanya parasit di dalam tubuh ternak tidak harus diikuti oleh
20
perubahan yang sifatnya klinis. Pada infeksi yang ringan sering dijumpai infeksi
parasit gastrointestinal tanpa menunjukkan gejala klinis yang jelas. Untuk
memastikan adanya parasit gastrointestinal bisa diketahui melalui pemeriksaan
feses, dimana ditemukan telur cacing maupun oosit pada feses tersebut. Makin
banyak cacing makin banyak pula telurnya. Perubahan populasi cacing dalam
perut sapi dapat diketahui dengan menghitung total telur per gram feses (EPG)
secara rutin. Tingkat prevalensi parasit cacing tergantung pada jumlah dan jenis
cacing yang menginfeksinya.
21
V. KESIMPULAN DAN SARAN
5.1. Kesimpulan
1. Pemberian pakan tambahan sebanyak 4 kg/ekor/hari selama dua bulan
sebelum melahirkan memberikan pengaruh yang nyata (P<0,05) terhadap
bobot lahir anak sapi Bali.
2. Pemberian pakan tambahan juga memberikan efisiensi terhadap konsumsi
pakan terhadap hijauan pakan ternak sebanyak 30-35%.
3. Produksi hasil tanaman kopi belum dapat diamati karena musim buah/panen
tanaman kopi akan berlangsung sekitar bulan mei 2014.
5.2. Saran
Kegiatan pengkajian integrasi tanaman kopi dengan ternak sapi ini
sebaiknya dilaksanakan selama dua tahun atau lebih sehingga tujuan kegiatan
lebih tercapai dan berhasil dengan baik.
22
VI. KINERJA HASIL
1. Pembuatan kulit kopi fermentasi dengan campuran kulit kopi, urea dan
starbio dengan kandungan kadar lemak 0,73%, serat kasar 42,09%, protein
kasa 12, 87%, kadar abu 7,25%, kadar air 12,16%, Ca 0,58%, P 0,12% dan
energi 3830 kkal.
2. Pembuatan pupuk organik dengan bahan kotoran sapi, kulit kopi, dedak
padi, sekam padi, gula merah, aktivator kompos menghasilkan pupuk
organik dengan kandungan kadar kadar air 11,20%, nitrogen 2,85%, pospor
8,32%, kalium 0,48%, C-Organik 1,33% dan pH H20 7,52%.
3. Pemberian pakan tambahan dua bulan sebelum melahirkan memberikan
pengaruh yang nyata terhadap bobot lahir anak sapi Bali. Induk sapi yang
hanya diberikan hijauan saja melahirkan anak dengan bobot lahir rata-rata
14,9 kg/ekor, induk sapi yang diberikan hijauan dan pakan tambahan berupa
kulit kopi fermentasi 2,4 kg/ekor/hari ditambah dedak padi 1,6 kg/ekor/hari
melahirkan anak dengan bobot lahir rata-rata 18,0 kg/ekor dan induk sapi
yang diberikan hijauan dan pakan tambahan berupa kulit kopi fermentasi 2,4
kg/ekor/hari ditambah dedak padi 0,8 kg/ekor/hari dan ubi kayu 0,8
kg/ekor/hari melahirkan anak sapi dengan bobot lahir 17,7 kg/ekor.
4. Pemberian pakan tambahan sebanyak 4 kg/ekor/hari juga dapat menekan
konsumsi hijauan pakan ternak dari ternak sapi Bali sebanyak 30 – 35%.
5. Rata-rata produksi awal dari tanaman kopi adalah perlakuan pertama
(kontrol) 4,47 kg/batang, perlakuan kedua (diberikan pupuk kompos
5kg/batang) 4,44 kg/batang dan perlakuan ketiga (diberikan pupuk kompos
10 kg/batang) 4,22 kg/batang.
23
DAFTAR PUSTAKA
Achmad, P. 1983 . Problem Reproduksi pada Ruminansia Besar di Yogyakarta. Prosiding Pertemuan Ilmiah Ruminansia Besar, Cisarua, 6-9 Desember 1982. pp: 139-147. Pusat Penelitian dan Pengembangan Petemakan, Bogor.Abdoellah, S dan A.Wardani. 1993. Impact of Cocoa Development on Marginal
Anonimus, 2005. Hasil Analisis Proksimat Bahan Pakan Asal Limbah Pertanian.
Laporan Tahunan. Loka Penelitian Sapi Potong, Grati Disbun. 2007. Statistik Perkebunan Propinsi Bengkulu. Pemerintah Propinsi
Bengkulu. Edisi Mei 2005, hal 1. Pusat Penelitian Kopi dan Kakao Indonesia, Jember.
Direktorat jendral Bina Produksi Perkebunan. 2002. Statistik Perkebunan Kopi
Indonesia 2000 – 2001. Direktorat Jendral Bina Produksi Perkebunan. Departemen Pertanian. Jakarta. 97 hal.
Mariyono dan Endang Romjali, 2007. Petunjuk Teknis Teknologi Inovasi ‘Pakan
Murah’ Untuk Usaha Pembibitan Sapi Potong. Pusat Penelitian Dan Pengembangan Pertanian, Departemen Pertanian, 2007
Mathius. I-W., M.Rangkuti dan L.P.Batubara. 1983. Pemanfaatan Jerami Kacang
Tanah Sebagai pakan Domba in Pros. Seminar pemanfaatan Limbah Pangan dan Limbah Pertanian untuk Pakan Ternak. Lembaga Kimia Nasional. LIPI Bandung. p: 143-151.
Mathius. I-W. 2009. Produk Samping Industri Kelapa Sawit dan Teknologi
Pengayaan Sebagai Bahan Pakan Sapi yang terintegrasi. Dalam: Sistem Integrasi Ternak Tanaman: Padi-Sawit-Kakao. Pusat Penelitian dan Pengembangan Peternakan, Badan Litbang Pertanian 2009. Fagi et al., (Eds).
Nursiam,I. 2010. Bahan Makanan Ternak : Umbi-umbian dan Limbahnya. http://
intannursiam.wordpress.com/ 2010/08/25/ bahan-makanan-ternak-umbi-umbian-dan-limbahnya/ diakses 6 uli 2012 jam 5.30
Pasambe. D, Sariubang. M, Nurhayu. A, Bahar. S, dan Chagidja, 2000. Pengaruh
Perbaikan Pakan Pada Induk Sapi Bali Terhadap Pertambahan Bobot Badan Pedet Yang Sedang Menyusui. Prosiding Seminar Nasional Peternakan dan Veteriner. 2
Pongsapan. P, M. Sariubang, dan A. Prabowo, 1993. Pengaruh suplementasi
daun gamal pada sapi Bali betina terhadap tingkat kelahiran dan berat lahir anak pertama. J.Ilmiah Penelitian ternak Gowa 2(2) : 103 - 106
24
Puslitkoka, 2005. Panduan Lengkap Budidaya Kakao. Agromedia Pustaka, Jakarta.
Ramli. H dan Rismawati. 2007, Integrasi Tanaman Singkong dan ternak Unggas.
Departemen Ilmu Nutrisi dan Teknologi Pangan. Fakultas Peternakan IPB. Bogor.
Suharsono, 2011. Penambahan Pakan Tanaman Ubi Kayu Terbukti Tingkatkan Bobot Badan Ternak http://www.ugm.ac.id/new/id/news/ 3244-penambahan-pakan-tanaman-ubi-kayu-terbukti-tingkatkan-bobot-badan-ternak.xhtml diakses 6 juli 2012 jam 5.15
Wiyono,D. B, Aryogi. 2007. Petunjuk Teknis Perbaikan Sapi Potong, 2007. Pusat
Penelitian dan Pengembangan Peternakan Badan Penelitian dan Pengembangan pertanian Departemen Pertanian 2007
25
Analisis Resiko
Analisis resiko diperlukan untuk mengetahui berbagai resiko yang mungkin
dihadapi dalam pelaksanaan kegiatan pengkajian. Dengan mengenal resiko,
penyebab dan dampaknya, maka akan dapat disusun strategi ataupun cara
penanganan resiko baik secara antisipatif maupun responsif (Tabel 8 dan 9).
Tabel 8. Daftar Resiko Pelaksanaan Pengkajian Integrasi Tanaman Kopi Dengan Ternak Sapi di Kabupaten Rejang Lebong.
No Resiko Penyebab Dampak
1 Bahan pakan tidak
tersedia sepanjang
tahun
Musim panen, cuaca, Kekurangan bahan
pakan
2 Sapi tidak mau
memakan pakan yang
diberikan
Peternak kurang sabar Kegiatan tidak berjalan
sesuai rencana
Tabel 9. Daftar Penanganan Resiko dalam Pelaksanaan Pengkajian Integrasi Tanaman Kopi dengan Ternak Sapi di Kabupaten Rejang Lebong.
No Resiko Penyebab Penanganan
1 Bahan pakan tidak
tersedia sepanjang
tahun
Musim panen, cuaca, Perlu inovasi teknologi
pengolahan pakan
2 Sapi tidak mau
memakan pakan yang
diberikan
Peternak kurang sabar Perlu pendampingan
dalam adaptasi pakan
26
Jadual Kerja.
No. Kegiatan bulan
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12
1. Persiapan: Desk study/pengumpulan data sekunder
X
X
x
Penyempurnaan proposal
X
2. Pelaksanaan:
Hunting dan pemantapan lokasi
X
Sosialisasi X
Penentuan kooperator
X
Pengenalan perlakuan
x
Pembinaan x x x x x x x x X
3. Pengolahan data x
4. Pelaporan X
27
Pembiayaan
No Uraian Volume Harga Satuan
Jumlah (Rp)
1 Belanja Bahan 25.090.000
ATK dan komputer suply dan pelaporan
1 tahun 3.000.000 3.000.000
Bahan pengkajian dan pendukung lainnya
1 tahun 22.090.000 22.090.000
2 Honor Output Kegiatan 12.040.00
UHL 344 OH 35.000 12.040.000
3 Belanja Barang Non Operaional Lainnya
6.465.000
Akomodasi dalam rangka sosialisasi, FGD, pertemuan
1 Paket 6.465.000 6.465.000
4 Belanja Perjalanan Dinas Dalam kota
1.000.000
Perjalanan Pendek 10 OH 100.000 1.000.000
5 Belanja Perjalanan Dinas Paket Meeting Luar Kota
40.405.000
Persiapan dan Pelaksanaan 97 OH 365.000 35.405.000
Perjalanan luar provinsi, seminar, ekspose, konsultasi
1 OP 5.000.000 5.000.000
Total 85.000.000
28
Realisasi Anggaran
No Jenis Pengeluaran Realisasi Anggaran (Rp)
Persentase Keuangan (%)
Persentase Fisik (%)
1 Belanja Bahan
ATK, komputer supplies dan Pelaporan
3.000.000,- 98,15 100
Bahan Pengkajian dan pendukung lainnya
22.090.000,- 99,9 100
2 Honor yang terkait output kegiatan
Honor petani 12.040.000,- 83,72 100
3 Belanja barang non operasional lainnya
Akomodasi dalam rangka Sosialisasi, FGD, pertemuan
6.465.000,- 100,0 100
4 Belanja Perjalanan Dalam Kota
Perjalanan Pendek 1.000.000,- 100,0 100
5 Belanja Perjalanan Dinas Paket Meeting Luar Kota
Persiapan dan Pelaksanaan
35.405.000,- 100,0 100
Perjalanan luar Provinsi, seminar, ekspose, konsultasi
5.000.000,- 100,0 100
29
Personalia
No
Nama/NIP Jabatan
Fungsional/ Bidang keahlian
Jabatan dalam
Kegiatan
Uraian Tugas Alokasi Waktu (Jam
/minggu)
1 Zul Efendi, S.Pt
Peneliti Pertama
Penanggung jawab
- Bertanggung jawab terhadap pelaksanaan kegiatan penelitian
- Menyusun dan merencanakan operasional kegiatan Mengkoordinir anggota Tim
- Menyusun Laporan - Melaksanakan
koordinasi dan pelaksanaan kegiatan.
20
2 Ir. Ruswendi, MP
Penyuluh Pertanian Madya
Anggota - Membantu Analisis dan ineterpretasi data pertumbuhan Perkembangan ternak.
- Membantu pelaksanaan kegiatan.
10
3. Wahyuni AW, M.Si
Peneliti Muda
Anggota - Membantu Analisis dan ineterpretasi data konsumsi pakan ternak sapi.
- Membantu pelaksanaan kegiatan.
10
4. Drs. Afrizon, M.Si
Peneliti Pertama
Anggota - Membantu Analisis dan interpretasi data produksi kopi.
- Membantu pelaksanaan kegiatan.
10
5 Linda Harta PNK Anggota - Membantu Analisis dan interpretasi data
- Membantu pelaksanaan kegiatan.
10
6 Sudarmansyah Adm Anggota - Membantu Pelaksanaan Kegiatan
- Membantu Adminsitrasi Kegiatan
5
30
Lampiran
31
Gambari Kegiatan Lapangan Pengkajian Integrasi Tanaman Kopi dengan Ternak Sapi di Kabupaten Rejang Lebong.
Gambar 1 Proses pembuatan kulit kopi fermentasi
Gambar 2 Hasil fermentasi kulit kopi setelah tiga minggu
32
Gambar 3 Proses pembuatan pupuk kompos dari kotoran sapi
Gambar 4
Pupuk kompos dalam proses fermentasi
33
Gambar 6
Pemberian kulit kopi fermentasi pada induk sapi
Gambar 5
Pupuk kompos siap diaplikasikan ketanaman kopi
34
Gambar 7
Kebun kopi milik petani kooperator
Gambar 8 Tanaman kopi sedang berbuah sebelum pemberian pupuk
35
Gambar 9
Pemberian kode pada tanaman kopi
Gambar 10 Petani kooperator sedang memupuk tanaman kopi
36
Gambar 11 Anak sapi yang baru dilahirkan induknya
Gambar 12
Penimbangan anak sapi untuk mengetahui bobot lahirnya.