integrasi tanaman kopi dengan ternak sapi di …bengkulu.litbang.pertanian.go.id/ind/images/... ·...

48
LAPORAN AKHIR TAHUN INTEGRASI TANAMAN KOPI DENGAN TERNAK SAPI DI KABUPATEN REJANG LEBONG Zul Efendi BALAI PENGKAJIAN TEKNOLOGI PERTANIAN BENGKULU BALAI BESAR PENGKAJIAN DAN PENGEMBANGAN TEKNOLOGI PERTANIAN BADAN PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN PERTANIAN KEMENTERIAN PERTANIAN 2013 KODE: 26/1801.013/011/A/RPTP/2013

Upload: others

Post on 28-Oct-2020

3 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: INTEGRASI TANAMAN KOPI DENGAN TERNAK SAPI DI …bengkulu.litbang.pertanian.go.id/ind/images/... · Kami menyadari bahwa dalam perencanaan dan pelaksanaan kegiatan ini tentu ada kekurangannya,

LAPORAN AKHIR TAHUN

INTEGRASI TANAMAN KOPI DENGAN TERNAK SAPI DI KABUPATEN REJANG LEBONG

Zul Efendi

BALAI PENGKAJIAN TEKNOLOGI PERTANIAN BENGKULU BALAI BESAR PENGKAJIAN DAN PENGEMBANGAN TEKNOLOGI

PERTANIAN BADAN PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN PERTANIAN

KEMENTERIAN PERTANIAN 2013

KODE: 26/1801.013/011/A/RPTP/2013

Page 2: INTEGRASI TANAMAN KOPI DENGAN TERNAK SAPI DI …bengkulu.litbang.pertanian.go.id/ind/images/... · Kami menyadari bahwa dalam perencanaan dan pelaksanaan kegiatan ini tentu ada kekurangannya,

ii

LAPORAN AKHIR TAHUN

INTEGRASI TANAMAN KOPI DENGAN TERNAK SAPI DI KABUPATEN REJANG LEBONG

Zul Efendi Ruswendi

Wahyuni A. Wulandari Afrizon

Linda Harta Sudarmansyah

BALAI PENGKAJIAN TEKNOLOGI PERTANIAN BENGKULU

2013

Page 3: INTEGRASI TANAMAN KOPI DENGAN TERNAK SAPI DI …bengkulu.litbang.pertanian.go.id/ind/images/... · Kami menyadari bahwa dalam perencanaan dan pelaksanaan kegiatan ini tentu ada kekurangannya,

iii

KATA PENGANTAR

Puji syukur ke hadirat Allah atas rahmat dan karunia-Nya, sehingga Laporan

Akhir Tahun Kegiatan Integrasi Tanaman Kopi dengan Ternak Sapi di Kabupaten

Rejang Lebong Provinsi Bengkulu dapat tersusun. Laporan ini dibuat sebagai salah satu

pertanggung jawaban terhadap hasil pelaksanaan kegiatan mulai bulan Januari sampai

dengan bulan Desember tahun 2013.

Kami menyadari bahwa dalam perencanaan dan pelaksanaan kegiatan ini

tentu ada kekurangannya, oleh karena itu kritik dan saran untuk perbaikan sangat

diharapkan. Kepada semua pihak yang telah berpatisipasi dan membantu pelaksanaan

kegiatan ini kami sampaikan terima kasih. Semoga kegiatan ini dapat memberikan

manfaat bagi percepatan adopsi inovasi teknologi pertanian.

Bengkulu, Desember 2013 Penanggung Jawab Kegiatan

Zul Efendi, S.Pt NIP. 19690227 2007011001

Page 4: INTEGRASI TANAMAN KOPI DENGAN TERNAK SAPI DI …bengkulu.litbang.pertanian.go.id/ind/images/... · Kami menyadari bahwa dalam perencanaan dan pelaksanaan kegiatan ini tentu ada kekurangannya,

iv

LEMBARAN PENGESAHAN

1. Judul RPTP : Pengkajian Integrasi Tanaman Kopi Dengan Ternak Sapi di Kabupaten Rejang Lebong

2. Unit Kerja : Balai Pengkajian Teknologi Petanian Bengkulu

3. Alamat Unit Kerja : Jl. Irian Km 6,5 Bengkulu 38119

4. Sumber Dana : DIPA BPTP Bengkulu Tahun 2013

5. Status Penelitian (L/B) : Baru

6. Penanggung Jawab

a. N a m a : Zul Efendi, S.Pt

b. Pangkat/Golongan : Penata Muda TK. I (III/b)

c. Jabatan : Peneliti Pertama

7. Lokasi Kegiatan : Kabupaten Rejang Lebong

8. Agroekositem : Lahan Kering Dataran Tinggi Iklim Basah

9. Tahun dimulai : 2013

10. Tahun Selesai : 2013

11. Output Tahunan : 1. Formula pakan dari kulit kopi dan ubi kayu

2. Formula pemupukan tanaman kopi

12. Output Akhir : Paket Teknologi Integrasi Tanaman Kopi dengan Ternak Sapi.

13. Biaya : Rp. 85.000.000,- (Delapan Puluh Lima Juta

Rupiah)

Koordinator Program, Dr. Wahyu Wibawa, MP NIP. 19690427 199803 1001

Penanggung Jawab RPTP, Zul Efendi, S.Pt NIP. 19690227 200701 1001

Mengetahui, Kepala BBP2TP, Dr. Ir. Agung Hendriadi, M.Eng NIP. 19610802 198903 1011

Menyetujui, Kepala BPTP Bengkulu, Dr. Ir Dedi Sugandi, MP NIP. 19590206 198603 1 002

Page 5: INTEGRASI TANAMAN KOPI DENGAN TERNAK SAPI DI …bengkulu.litbang.pertanian.go.id/ind/images/... · Kami menyadari bahwa dalam perencanaan dan pelaksanaan kegiatan ini tentu ada kekurangannya,

v

DAFTAR ISI

Halaman

KATA PENGANTAR ………….. ............................................................... iii

LEMBAR PENGESAHAN ....................................................................... iv

DAFTAR ISI ...................................................................................... v

DAFTAR TABEL ................................................................................... vi

DAFTAR GAMBAR ............................................................................... vii

RINGKASAN……….. .............................................................................. ix

SUMMARY……….. ................................................................................. xi

I. PENDAHULUAN ............................................................................ 1

1.1 Latar Belakang ............................................................................ 1

1.2 Tujuan ...................................................................................... 2

1.3 Keluaran yang Diharapkan ........................................................... 2

1.4 Perkiraan Manfaat dan Dampak .................................................... 3

II. TINJAUAN PUSTAKA ..................................................................... 4

III. METODOLOGI .. ............................................................................ 6

3.1 Metode ...................................................................................... 6

3.2 Lokasi dan waktu ...................................................................... 7

3.3 Parameter yang Diukur .............................................................. 7

3.4 Analisis Data ............................................................................. 7

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN ........................................................... 8

4.1 Hasil Kegiatan ........................................................................... 8

4.1.1. Fermentasi Kulit Kopi sebagai Bahan Pakan Tambahan Sapi ...... 8

4.1.2. Pembuatan Kompos Kotoran Sapi dan Kulit Kopi ....................... 9

4.1.3. Pengaruh Pemberian Pakan Tambahan Terhadap bobot lahir ...... 10

4.1.4. Konsumsi Pakan ...................................................................... 11

4.1.5. Produksi Awal Tanaman Kopi ................................................... 11

4.2. Pembahasan ............................................................................ 12

4.2.1. Karakteristik Wilayah .............................................................. 12

4.2.2. Fermentasi Kulit Kopi Sebagai Bahan Pakan Tambahan Sapi ...... 14

4.2.3. Pembuatan Kompos Kotoran Sapid an Kulit Kopi ........................ 15

4.2.4. Pengaruh Pemberian Pakan Tambahan terhadap Bobot lahir ...... 16

4.2.5. Konsumsi pakan ...................................................................... 18

Page 6: INTEGRASI TANAMAN KOPI DENGAN TERNAK SAPI DI …bengkulu.litbang.pertanian.go.id/ind/images/... · Kami menyadari bahwa dalam perencanaan dan pelaksanaan kegiatan ini tentu ada kekurangannya,

vi

4.2.6. Produksi Awal Tanaman Kopi ................................................... 18

4.2.7. Pengendalian Parasit Pad Ternak Sapi ....................................... 19

V. KESIMPULAN DAN SARAN ............................................................ 21

5.1 Kesimpulan ................................................................................ 21

5.2 Saran ...................................................................................... 21

VI. KINERJA HASIL PENGKAJIAN ...................................................... 22

DAFTAR PUSTAKA .............................................................................. 23

ANALISIS RESIKO ............................................................................. 25

JADWAL KERJA .................................................................................. 26

PEMBIAYAAN ……................................................................................ 15

A. Rencana Anggaran Biaya (RAB) .................................................... 27

B. Realisasi Anggaran ....................................................................... 28

PERSONALIA …….. .............................................................................. 29

LAMPIRAN ...................................................................................... 30

Page 7: INTEGRASI TANAMAN KOPI DENGAN TERNAK SAPI DI …bengkulu.litbang.pertanian.go.id/ind/images/... · Kami menyadari bahwa dalam perencanaan dan pelaksanaan kegiatan ini tentu ada kekurangannya,

vii

DAFTAR TABEL

Tabel Halaman

1. Hasil Analisis Proksimat Pakan Perlakuan ............................................. 6

2. Hasil Analisis Laboratorium Terhadap Kulit Kopi Fermentasi .................. 8 3. Hasil Analisis Laboratorium Kompos Kotoran Ternak Sapid an Kulit Kopi . 9 4. Rata-rata Bobot Lahir Anaka Sapi Bali Pada Kegiatan Integrasi Tanaman Kopi Dengan Ternak Sapi di Kabupaten Rejang Lebong ........................ 10

5. Rata-rata Konsumsi Pakan Pada Induk Sapi Bunting Yang Diberikan Per Lakuan Berbeda ................................................................................ 11

6. Rata-rata Produksi Awal Tanaman Kopi pada Integrasi Tanaman Kopi Dengan Ternak Sapi Di Kabupaten Rejang Lebong ............................... 11

7. Tata Guna Lahan Desa Air Meles Bawah Kecamatan Curup Timur Kecamatan Curup Timur Kabupaten Rejang Lebong ............................. 13 8. Daftar Resiko Pelaksanaan Pengkajian Integrasi Tanaman Kopi dengan Ternak Sapi di Kabupaten Rejang Lebong ........................................... 25

9. Daftar Penanganan Resiko dalam Pelaksanaan Pengkajian Integrasi Tanaman Kopi dengan Ternak Sapi di Kabupaten Rejang Lebong .......... 25

Page 8: INTEGRASI TANAMAN KOPI DENGAN TERNAK SAPI DI …bengkulu.litbang.pertanian.go.id/ind/images/... · Kami menyadari bahwa dalam perencanaan dan pelaksanaan kegiatan ini tentu ada kekurangannya,

viii

DAFTAR GAMBAR

Gambar Halaman

1. Dokumentasi Kegiatan Lapangan Pengkajian Integrasi Tanaman Kopi dengan Ternak Sapi di Kabupaten Rejang Lebong ......................... 31

Page 9: INTEGRASI TANAMAN KOPI DENGAN TERNAK SAPI DI …bengkulu.litbang.pertanian.go.id/ind/images/... · Kami menyadari bahwa dalam perencanaan dan pelaksanaan kegiatan ini tentu ada kekurangannya,

ix

RINGKASAN

1 Judul : Integrasi Tanaman Kopi dengan Ternak Sapi di

Kabupaten Rejang Lebong

2 Unit Kerja : Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Bengkulu

3 Tujuan : 1. Mendapatkan formula pakan flushing untuk

ternak sapi di Kabupaten Rejang Lebong.

2. Mendapatkan dosis pupuk kompos untuk

tanaman kopi.

4 Keluaran : 1. Formula pakan flushing untuk ternak sapi di

Kabupaten Rejang Lebong.

2. Dosis pupuk kompos untuk tanaman kopi.

5 Metodologi : Pengkajian Integrasi tanaman kopi dengan ternak

sapi menggunakan Rancangan Acak Kelompok (RAK)

dengan 3 perlakuan, setiap perlakuan diulangi

sebanyak 7 ulangan, untuk perlakuan pada ternak

sapi yaitu: (P1)Pakan rumput lapangan/jerami 10

dari berat badan, (P2) Formula pakan terdiri dari

rumput lapangan/jerami 10% dari berat badan +

pakan tambahan (kulit kopi fermentasi 2,4

kg/ekor/hari + dedak padi 1,6 kg/ekor/hari) dan (P3)

Formula pakan terdiri dari rumput lapangan/jerami

10% dari berat badan + pakan tambahan (kulit kopi

fermentasi 2,4 kg/ekor/hari + dedak padi 0,8

kg/ekor/hari + ubi kayu 0,8 kg/ekor/hari).

Pengkajian pemberian pupuk kompos pada tanaman

kopi yang sudah produksi dirancang dalam

Rancangan Acak Kelompok (RAK) dengan

tiga perlakuan, setiap perlakuan diulangi sebanyak (7)

tujuh ulangan yaitu : (P1) Tanaman tidak dipupuk

dengan kompos sapi, (P2) Tanaman dipupuk dengan

kompos sapi 5 kg/pohon dan (P3) Tanaman

Page 10: INTEGRASI TANAMAN KOPI DENGAN TERNAK SAPI DI …bengkulu.litbang.pertanian.go.id/ind/images/... · Kami menyadari bahwa dalam perencanaan dan pelaksanaan kegiatan ini tentu ada kekurangannya,

x

dipupuk dengan kompos sapi 10 kg/pohon. Tiap

ulangan ada 10 batang tanaman. Parameter yang

diukur adalah bobot lahir anak, konsumsi pakan,

produksi tanaman kopi dan kesehatan ternak sapi.

6 Capaian : 1. Hasil kulit kopi fermentasi dengan peningkatan

kadar protein kasarnya.

2. Pupuk kompos kotoran sapi dan kulit kopi.

3. Peningkatan bobot lahir anak sapi dari rata-rata

14,9 kg/ekor menjadi rata-rata 17,7 kg/ekor dan

18,0 kg/ekor.

7 Perkiraan Manfaat : Memperpendek jarak kelahiran, meningkatnya bobot

lahir anak sapi, mengurangi ketergantungan terhadap

pupuk kimia dan meningkatkan produktifitas tanaman

kopi.

8 Perkiraan Dampak : Hasil kajian ini akan memotivasi petani lainnya untuk

mengadopsi integrasi tanaman kopi dan ternak sapi.

Pemanfaatan sumber pakan lokal berupa kulit kopi

dan ubi kayu untuk peningkatan kualitas pakan untuk

induk sapi bunting lebih optimal. Dengan jarak

kelahiran lebih pendek, maka akan meningkatkan

populasi sapi dan bobot lahir anak sapi yang

meningkat akan menghasilkan sapi yang meningkat

bobot tubuhnya. Pemanfaatan kotoran sapi untuk

pemupukan tanaman kopi akan mengurangi

penggunaan pupuk kimia dan meningkatkan

produktifitasnya.

9 Jangka Waktu : 1 (satu) tahun 10 Biaya : Rp. 85.000.000,- (Delapan Puluh Lima Juta Ruriah)

Page 11: INTEGRASI TANAMAN KOPI DENGAN TERNAK SAPI DI …bengkulu.litbang.pertanian.go.id/ind/images/... · Kami menyadari bahwa dalam perencanaan dan pelaksanaan kegiatan ini tentu ada kekurangannya,

xi

SUMMARY

1 Tittle : Coffee Plant integration with Cattle in Rejang Lebong

District

2 Working Unit : Assessment Institute for Agricultural Technology of

Bengkulu

3 Destination : 1. Getting flushing formula for cattle feed in Rejang

Lebong District.

2. Get a dose of compost fertilizer for coffee plants.

4 Output : 1. Flushing formula for cattle feed in Rejang Lebong

District.

2. Compost fertilizer for coffee plants.

5 Metodhology : Assessment Integration coffee plants with cattle

using Randomized Block Design (RBD) with 3

treatments, each treatment was repeated as many as

seven replications, for the treatment of cattle,

namely: (P1) Feed the grass/hay 10 of body weight,

(P2) Formula feeds consists of a field of grass/hay 10

% of body weight + additional feed (fermented coffee

leather 2.4 kg/head/day of rice bran + 1.6

kg/head/day) and (P3) Formula feeds consist of field

grass/hay 10 % of body weight + additional feed

(fermented coffee leather 2.4 kg/head/day of rice

bran + 0.8 kg/head/day cassava + 0.8 kg/head/day).

Assessment of compost fertilizer on coffee trees in

production designed randomized block design (RBD)

with 3 treatments, each treatment is repeated as

many times (7) seven replicates namely : (P1) plants

not fertilized with compost cow, (P2) Plants fertilized

with compost cow 5 kg/tree and (P3) Plants fertilized

with composted cow 10 kg/tree. There were 10

replicates of each plant stem. Parameters measured

were birth weight children, feed consumption, the

Page 12: INTEGRASI TANAMAN KOPI DENGAN TERNAK SAPI DI …bengkulu.litbang.pertanian.go.id/ind/images/... · Kami menyadari bahwa dalam perencanaan dan pelaksanaan kegiatan ini tentu ada kekurangannya,

xii

production of coffee plants and cattle health.

6 Result : 1. Results coffee skin fermentation with increased

protein levels of roughness.

2. Cow dung compost and coffee skin.

3. Increase in birth weight of calves on average 14.9

kg/head to an average of 17.7 kg/head and 18.0

kg/head.

7 Benefit : Shorten the birth spacing, increased calf birth weight,

reduce dependenceon chemical fertilizers and

increase the productivity of coffee plants.

8 Impact : Results of this study will motivate other farmers to

adopt integrated crop and livestock coffee. Utilization

of local feed resources in the form of coffee and

cassava peel to improve the quality of feed for cows

pregnant more optimal. With shorter birth spacing, it

will increase the population of cows and calves birth

weight increases will result in increased cow body

weight. Use of cow dung for fertilizing crops of coffee

will reduce the use of chemical fertilizers and increase

productivity.

9 Period : 1 (one) year 10 Cost : Rp. 85.000.000,- (Eighty-Five Million Ruriah)

Page 13: INTEGRASI TANAMAN KOPI DENGAN TERNAK SAPI DI …bengkulu.litbang.pertanian.go.id/ind/images/... · Kami menyadari bahwa dalam perencanaan dan pelaksanaan kegiatan ini tentu ada kekurangannya,

I. PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Data tahun 2010 Provinsi Bengkulu mempunyai luas perkebunan rakyat

untuk tanaman kopi Robusta mencapai 83.656 ha dengan produksi 48.981,93

ton atau 714,28 kg/ha dan kopi Arabika mencapai 6.598 ha dengan produksi

6.409,33 ton atau 1.530,40 kg/ha (BPS, 2011). Sedangkan Kabupaten Rejang

Lebong mempunyai luas tanaman kopi Robusta mencapai 16.014 ha dengan

produksi 6.534,00 ton atau 445 kg/ha dan kopi Arabika mencapai 1.915 ha

dengan produksi 2.609,28 ton atau 1.711 kg/ha (BPS, 2011).

Kopi termasuk tanaman yang menghasilkan limbah hasil sampingan

pengolahan yang cukup besar yang berkisar antara 50 - 60 persen dari hasil

panen berupa kulit kopi. Bila hasil panen kopi sebanyak 1000 kg kopi segar

berkulit, maka yang menjadi biji kopi hanya sekitar 400 – 500 kg dan sisanya

berupa kulit kopi yang bisa sebagai salah satu bahan dasar untuk pembuatan

pupuk kompos (Puslitkoka, 2005). Kulit kopi juga dapat dimanfaatkan untuk

pakan ternak sapi. Dengan produksi kopi di Kabupaten Rejang Lebong yang

mencapai 9.143,28 ton, maka akan dihasilkan limbah kulit kopi sebanyak

4.571,54 – 5.485,97 ton. Dengan limbah kulit kopi melimpah dan dapat

dimanfaatkan untuk pakan sapi, maka tanaman kopi sangat mendukung untuk

pengembangan ternak sapi.

Luas panen ubi kayu di Provinsi Bengkulu tahun 2010 mencapai 3.714 ha

dengan produksi 43.848 ton. Sedangkan Kabupaten Rejang Lebong mencapai

1.253 ha dengan produksi 14.806 ton (BPS, 2011). Ubi kayu dapat dimanfaatkan

untuk pakan ternak sapi. Pemanfaatan ubi kayu sebagai pakan ternak telah

banyak dilakukan. Namun penggunaannya dibatasi karena adanya asam sianida

yang bersifat racun jika dikonsumsi dalam jumlah tertentu dalam keadaan segar.

Untuk dijadikan pakan, ubi kayu dicacah terlebih dahulu kemudian dikeringkan

dengan sinar matahari sampai kandungan bahan kering 80 - 90%. Dengan

pengeringan mampu menurunkan kadar asam sianida hingga 90% sehingga

aman untuk pakan serta meningkatkan waktu simpan untuk persediaan di musim

kemarau (Suharsono, 2011).

Page 14: INTEGRASI TANAMAN KOPI DENGAN TERNAK SAPI DI …bengkulu.litbang.pertanian.go.id/ind/images/... · Kami menyadari bahwa dalam perencanaan dan pelaksanaan kegiatan ini tentu ada kekurangannya,

2

Data tahun 2010 jumlah ternak sapi di Provinsi Bengkulu sebanyak

103.262 ekor. Populasi sapi di Kabupaten Rejang Lebong tahun 2010 mencapai

7.744 ekor (BPS, 2011). Peluang untuk mengembangkan sapi di Kabupaten

Rejang Lebong masih cukup besar dengan dukungan potensi pakan tambahan

dari limbah kulit kopi dan ubi kayu.

Integrasi kopi–sapi merupakan perpaduan dua komoditas kopi dan sapi

dalam suatu sistem yang saling bersinergi. Tanaman kopi mempunyai hasil

sampingan limbah kulit kopi. Limbah kulit kopi memiliki potensi yang cukup

tinggi untuk dimanfaatkan sebagai bahan pakan ternak ruminansia diantaranya

sapi tetapi pemanfaatannya di tingkat petani belum optimal. Sedangkan ternak

sapi menghasilkan kotoran sebagai bahan pupuk organik yang dapat

dimanfaatkan untuk pupuk tanaman kopi. Integrasi kopi–sapi dapat dilaksanakan

di wilayah sentra tanaman kopi dan peternakan sapi potong.

Metode flushing merupakan pemberian pakan tambahan yang

berkualitas baik pada dua bulan sebelum dan dua bulan sesudah melahirkan.

Bahan pakan yang diberikan ternak sapi diantaranya kulit kopi dan ubi kayu.

Tujuan pemberian pakan dengan metode flushing adalah menjaga kondisi induk

sapi agar tetap sehat dan segera dapat bunting lagi sehingga akan

memperpendek jarak kelahiran. Disamping itu petumbuhan anak sapi akan baik

sehingga akan meningkatkan bobot lahir anak sapi. Dengan adanya tambahan

pupuk dari kotoran sapi diharapkan produktifitas kopi akan meningkat

dibandingkan dengan tanpa adanya pupuk tambahan.

1.2. Tujuan

1. Mendapatkan formula pakan flushing untuk ternak sapi di Kabupaten Rejang

Lebong.

2. Mendapatkan dosis pupuk kompos untuk tanaman kopi.

1.3. Keluaran yang Diharapkan.

1. Formula pakan flushing untuk ternak sapi di Kabupaten Rejang Lebong.

2. Dosis pupuk kompos untuk tanaman kopi.

Page 15: INTEGRASI TANAMAN KOPI DENGAN TERNAK SAPI DI …bengkulu.litbang.pertanian.go.id/ind/images/... · Kami menyadari bahwa dalam perencanaan dan pelaksanaan kegiatan ini tentu ada kekurangannya,

3

1.4. Perkiraan Manfaat dan Dampak

1.4.1. Manfaat

Memperpendek jarak kelahiran, meningkatnya bobot lahir anak sapi,

mengurangi ketergantungan terhadap pupuk kimia dan meningkatkan

produktifitas tanaman kopi.

1.4.2. Dampak

Hasil kajian ini akan memotivasi petani lainnya untuk mengadopsi

integrasi tanaman kopi dan ternak sapi. Pemanfaatan sumber pakan lokal berupa

kulit kopi dan ubi kayu untuk peningkatan kualitas pakan untuk induk sapi

bunting lebih optimal. Dengan jarak kelahiran lebih pendek, maka akan

meningkatkan populasi sapi dan bobot lahir anak sapi yang meningkat akan

menghasilkan sapi yang meningkat bobot tubuhnya. Pemanfaatan kotoran sapi

untuk pemupukan tanaman kopi akan mengurangi penggunaan pupuk kimia dan

meningkatkan produktifitasnya.

Page 16: INTEGRASI TANAMAN KOPI DENGAN TERNAK SAPI DI …bengkulu.litbang.pertanian.go.id/ind/images/... · Kami menyadari bahwa dalam perencanaan dan pelaksanaan kegiatan ini tentu ada kekurangannya,

4

II. TINJAUAN PUSTAKA

Data tahun 2010 Provinsi Bengkulu mempunyai luas perkebunan rakyat

untuk tanaman kopi Robusta mencapai 83.656 ha dengan produksi 48.981,93 ton

atau 714,28 kg/ha dan kopi Arabika mencapai 6.598 ha dengan produksi 6.409,33

ton atau 1.530,40 kg/ha (BPS, 2011). Sedangkan Kabupaten Rejang Lebong

mempunyai luas tanaman kopi Robusta mencapai 16.014 ha dengan produksi

6.534,00 ton atau 445 kg/ha dan kopi Arabika mencapai 1.915 ha dengan produksi

2.609,28 ton atau 1.711 kg/ha (BPS, 2011)

Kopi termasuk tanaman yang menghasilkan limbah hasil sampingan

pengolahan yang cukup besar yang berkisar antara 50 - 60 persen dari hasil

panen berupa kulit kopi. Bila hasil panen kopi sebanyak 1.000 kg kopi segar

berkulit, maka yang menjadi biji kopi hanya sekitar 400 – 500 kg dan sisanya

berupa kulit kopi yang bisa sebagai salah satu bahan dasar untuk pembuatan

pupuk kompos (Puslitkoka, 2005).

Dalam pengelolaan kopi akan dihasilkan 45% kulit kopi, 10% lendir, 5%

kulit ari dan 40% biji kopi. Harga kulit kopi sangat murah, terutama pada saat

musim panen raya (Juli - Agustus). Pada usaha pembibitan, kulit kopi dapat

menggantikan konsentrat komersial hingga 20% (Mariyono dan Endang Romjali,

2007). Kulit kopi mempunyai kandungan BK, PK,, LK, SL dan TDN sebesar 91,77,

11,18, 2,5, 21,74, dan 57,21% (Anonimus, 2005).

Pemanfaatan ubi kayu sebagai pakan ternak telah banyak dilakukan.

Namun penggunaannya dibatasi karena adanya asam sianida yang bersifat racun

jika dikonsumsi dalam jumlah tertentu dalam keadaan segar. Untuk dijadikan

pakan, ubi kayu dicacah terlebih dahulu kemudian dikeringkan dengan sinar

matahari sampai kandungan bahan kering 80 - 90%. Dengan pengeringan

mampu menurunkan kadar asam sianida hingga 90% sehingga aman untuk

pakan serta meningkatkan waktu simpan untuk persediaan di musim kemarau

(Soeharsono, 2011). Kandungan protein ubi kayu sangat rendah dibandingkan

dengan jagung. Apabila ubi kayu digunakan sebagai sumber energy dalam

ransum, harus diimbangi dengan sumber protein yang lebih tinggi. Ubi kayu

mempunyai kandungan nutrisi Kadar kalsium dan phosphor dalam ubi kayu

terbilang cukup, akan tetapi karena kandungan asam oksalat yang tinggi (0,1 -

Page 17: INTEGRASI TANAMAN KOPI DENGAN TERNAK SAPI DI …bengkulu.litbang.pertanian.go.id/ind/images/... · Kami menyadari bahwa dalam perencanaan dan pelaksanaan kegiatan ini tentu ada kekurangannya,

5

0,31%) sehingga akan memengaruhi penyerapan Ca dan Zn (Nursiam, 2010).

Sedangkan menurut Ramli, dkk, 2007, kandungan nutrisi ubi kayu adalah bahan

kering 30,8%, protein kasar 2,3%, Serat kasar 3,4%, Lemak kasar 1,4%, BETN

88,9%, Ca 0,02-0,35 mg/kg, P 0,07- 0,46 mg/kg dan vitamin A 550 (IU).

Sapi potong sebagai ternak ruminansia, kebutuhan dasarnya yang utama

adalah pakan sumber serat, yang umumnya berasal dari pakan hijauan alam.

Sistem pencernaan sapi mulai berfungsi semenjak ternak lahir meskipun belum

sempurna sebagaimana yang terjadi pada ternak dewasa. Sapi memiliki

kemampuan untuk mengolah bahan pakan yang tidak dapat dimanfaatkan oleh

manusia menjadi produk sumber pangan dan sandang seperti daging dan kulit

(Mathius, 2009). Mathius et al.,(1983) menyatakan bahwa kurangnya jumlah dan

nilai gizi yang diberikan petani menyebabkan pertumbuhan sapi tidak dapat

berkembang sesuai dengan potensi genetiknya.

Hubungan kualitas pakan dengan keadaan reproduksi sebelum dan

sesudah beranak menurut Achmad (1983) yaitu pemberian energi yang tinggi

sebelum dan sesudah beranak dapat memperpendek selang/jarak beranak,

energi yang tinggi sebelum beranak dan energi yang rendah sesudah beranak

akan menunjukan laju kebuntingan yang kurang baik, sedangkan energi yang

rendah sebelum beranak dan energi yang tinggi sesudah beranak dapat

memperpanjang berahi pertama, serta rendahnya energi sebelum dan sesudah

beranak menyebabkan rendahnya laju kebuntingan dan panjangnya selang

beranak. Apabila telah memasuki umur kebuntingan 7 – 8 bulan, sapi bibit

ditempatkan di kandang beranak sistem individu sampai pedetnya berumur

sekitar 2 bulan dan selama itu diberi ransum yang mengandung protein dan

energi tinggi. Tujuan pemberian ransum ini, saat sebelum beranak (disebut

steaming up) adalah membentuk kondisi badan yang bagus ketika beranak/awal

laktasi, sedangkan saat setelah beranak adalah memperkecil terjadinya

penurunan berat badan induk karena menyusui pedetnya. Kondisi badan yang

tetap cukup bagus pada sapi induk setelah laktasi sekitar 2 bulan, akan

mempercepat terjadinya estrus kembali (Wiyono dan Aryogi. 2007).

Page 18: INTEGRASI TANAMAN KOPI DENGAN TERNAK SAPI DI …bengkulu.litbang.pertanian.go.id/ind/images/... · Kami menyadari bahwa dalam perencanaan dan pelaksanaan kegiatan ini tentu ada kekurangannya,

6

III. METODOLOGI

3.1. Metode

Pengkajian Integrasi tanaman kopi dengan ternak sapi menggunakan

Rancangan Acak Kelompok (RAK) dengan 3 perlakuan, setiap perlakuan diulangi

sebanyak 7 ulangan, untuk perlakuan pada ternak sapi yaitu:

(P1) Pakan rumput lapangan/jerami 10 dari berat badan

(P2) Formula pakan terdiri dari rumput lapangan/jerami 10% dari berat badan

+ pakan tambahan (kulit kopi fermentasi 2,4 kg/ekor/hari + dedak padi

1,6 kg/ekor/hari).

(P3) Formula pakan terdiri dari rumput lapangan/jerami 10% dari berat badan

+ pakan tambahan (kulit kopi fermentasi 2,4 kg/ekor/hari + dedak padi

0,8 kg/ekor/hari + ubi kayu 0,8 kg/ekor/hari).

Tabel 1.Hasil Analisis Proksimat Pakan Perlakuan

No Kandungan Nutrisi Perlakuan

I (Kontrol) II III

Hijauan

1 Bahan Kering (%) 47,59 47,59 47,59

2 Protein Kasar (%) 4,04 4,04 4,04

3 Serat Kasar (%) 31,62 31,62 31,62

4 Lemak Kasar (%) 0,53 0,53 0,53

Pakan Tambahan

1 Kadar Air (%)* 0 16,64 19,44

2 Protein Kasar (%)* 0 10,36 7,79

3 Lemak (%)* 0 6,20 2,58

4 GE (%)* 0 3552 3247

5 Serat Kasar (%)* 0 23,59 14,62

6 Abu (%)* 0 12,49 8,75

7 Ca (%)* 0 0,33 0,25

8 P (%)* 0 0,99 0,45

Keterangan : * adalah Hasil analisis proksimat di laboratorium Balitnak 2013

Jumlah pakan hijauan yang diberikan sapi setiap hari sebanyak 10% dari

bobot badan sapi. Sedangkan kulit kopi dan ubi kayu diberikan sebanyak 2% dari

bobot badan sapi sebagai pakan tambahan. Pakan diberikan dua kali sehari pagi

dan sore hari. Pakan tambahan diberikan sebelum pemberian rumput.

Sedangkan air diberikan ad libitum. Dua minggu sebelum perlakuan pakan

Page 19: INTEGRASI TANAMAN KOPI DENGAN TERNAK SAPI DI …bengkulu.litbang.pertanian.go.id/ind/images/... · Kami menyadari bahwa dalam perencanaan dan pelaksanaan kegiatan ini tentu ada kekurangannya,

7

dilakukan adaptasi pakan. Masing-masing perlakuan menggunakan tujuh ekor

sapi.

Pengkajian pemberian pupuk kompos pada tanaman kopi yang sudah

produksi dirancang dalam Rancangan Acak Kelompok (RAK) dengan 3 perlakuan,

setiap perlakuan diulangi sebanyak (7) tujuh ulangan yaitu :

(P1) Tanaman tidak dipupuk dengan kompos sapi

(P2) Tanaman dipupuk dengan kompos sapi 5 kg/pohon

(P3) Tanaman dipupuk dengan kompos sapi 10 kg/pohon

Kotoran sapi dikomposkan sebelum diberikan pada tanaman kopi. Kompos sapi

diberikan pada awal pengkajian dengan membuat lobang pada bagian pangkal

batang sampai ujung daun bagian terluarnya dan pupuk kompos langsung

dimasukkan pada lobang untuk selanjutnya ditutup. Masing-masing perlakuan

menggunakan 10 batang tanaman kopi yang sudah berproduksi.

3.2. Lokasi dan waktu

Pengkajian integrasi tanaman kopi dengan ternak sapi di Kabupaten

Rejang Lebong dilaksanakan pada bulan Januari sampai dengan Desember 2013,

berlokasi di Desa Air Meles Bawah Kecamatan Curup Timur Rejang Lebong.

3.3. Parameter Yang Diukur

1. Konsumsi pakan dengan melakukan penimbangan sisa pakan yang tersisa

oleh ternak sapi.

2. Bobot lahir anak sapi dengan melakukan penimbangan anak sapi pada saat

lahir.

3. Kesehatan induk dan anak sapi

4. Produksi kopi (produksi awal dan akhir pengkajian).

3.4. Analisis Data

Data yang diperoleh dari aplikasi pakan tambahan pada induk sapi Bali

bunting dan pupuk kompos pada tanaman kopi dianalisis secara statistik

menggunakan rancangan acak kelompok (RAK) dengan tiga perlakuan dan

tujuh ulangan dan apabila terjadi perbedaan yang nyata dilanjutkan dengan

uji Duncan (Gomes, 1995)

Page 20: INTEGRASI TANAMAN KOPI DENGAN TERNAK SAPI DI …bengkulu.litbang.pertanian.go.id/ind/images/... · Kami menyadari bahwa dalam perencanaan dan pelaksanaan kegiatan ini tentu ada kekurangannya,

8

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1. Hasil Kegiatan

4.1.1. Fermentasi Kulit Kopi sebagai Bahan Pakan Tambahan Ternak Sapi

Alat yang digunakan untuk proses fermentasi kulit kopi adalah sekop,

terpal, ember dan gembor, sedangkan bahannya adalah kulit Kopi 800 kg, gula

merah/tetes tebu 8 kg, biodecomposer (Starbio) 5 kg, urea 5 kg (tidak mutlak)

dan air secukupnya.

Tahap pembuatan adalah kulit kopi ditimbang. (misalnya 800 kg),

sediakan biodecomposer (starbio) sesuai dengan petunjuk pada kemasan

pabriknya, kemudian campurkan kulit kopi dengan larutan biodecomposer

(starbio) dan urea, seterusnya tambahkan air dan gula merah/tetes tebu ke

dalam campuran tersebut sehingga kelembabannya diperkirakan mencapai 60%

dan masukkan kulit kopi yang sudah diberi biodecomposer (starbio) dan urea

dan tetes serta air kedalam kotak dan di atasnya ditutup képang/plastik atau

letakkan diatas lantai yang bersih dan ditutupi dengan terpal, lakukan

pengamatan perubahan suhu kulit kopi selama pemeramana apabila kering,

maka yang kering ini ditambah air, diaduk lagi, dan pemeraman dilanjutkan dan

setelah dua minggu kulit kopi terfermentasi dikeluarkan dan dikering-anginkan

sehingga proses dekomposisi berhenti.

Hasil Analisis laboratorium terhadap kulit kopi fermentasi dapat dilihat pada

Tabel 2.

Tabel 2. Hasil Analisis Laboratorium Terhadap Kulit Kopi Fermentasi.

No Uraian Kulit Kopi tidak di Fermentasi

Kulit Kopi Fermentasi

1 Bahan Kering (%) 90,52* -

2 Lemak (%) 1,31* 0,73**

3 Serat Kasar (%) 31,11* 42,09**

4 Protein Kasar (%) 6,27* 12,87**

5 Kadar Abu (%) 7,51* 7,25**

6 Kadar air (%) 9,48* 12,16**

7 Energi (kkal) - 3830**

8 Ca (%) - 0,58**

9 P (%) - 0,12**

Keterangan : *adalah Hasil analisis Laboratorium Ilmu Makanan Ternak Departemen Peternakan FP USU (2010)

Page 21: INTEGRASI TANAMAN KOPI DENGAN TERNAK SAPI DI …bengkulu.litbang.pertanian.go.id/ind/images/... · Kami menyadari bahwa dalam perencanaan dan pelaksanaan kegiatan ini tentu ada kekurangannya,

9

**adalah Hasil analisis Laboratorium Balai Penelitian Ternak Ciawi Bogor 2013

4.1.2. Pembuatan Kompos kotoran Sapi dan Kulit Kopi

Alat yang digunakan untuk proses fermentasi kulit kopi adalah sekop,

terpal, ember dan gembor, sedangkan alat yang diperlukan adalah kotoran sapi

1.500 kg, sekam padi 300 kg, kulit kopi 300 kg, dedak padi 100 kg, gula merah

2 kg, aktivator kompos 2 kg dan air secukupnya.

Cara pembuatannya adalah kotoran sapi ditebar ½ bagian, lalu menyusul

kulit kopi dan sekam padi serta dedak halus. Gula merah dilarutkan dengan air

lalu dimasukkan aktivatornya, kemudian disiramkan secara merata pada

tumpukan bahan kompos yang sudah disiapkan. Kemudian ½ bagian bahan yang

masih tersisa diulangi seperti yahg sebelumnya. Setelah selesai tumpukan bahan

tersebut di aduk menggunakan cangkul/sekop hingga bahan tersebut tercampur

secara merata. Setelah selesai pengadukan, maka bahan kompos ditutupi

dengan terpal hingga rapat. Bahan kompos harus diaduk setiap satu minggu dan

apabila kering harus disiram dengan air hingga kelembabannya sekita 60%.

Kompos akan jadi setelah dilakukan pemeraman selama lebih kurang 3 minggu.

Setelah kompos jadi, maka kompos dibuka dan diangin-anginkan dan siap untuk

digunakan.

Hasil analisis laboratorium terhadap kompos dari bahan dasar kotoran

ternak sapi dan kulit kopi dapat dilihat pada tabel 3.

Tabel 3. Hasil Analisis Laboratorium Kompos Kotoran Ternak Sapi dan Kulit Kopi

No Komponen Kandungan (%)

1 Kadar air 11,20

2 Nitrogen 2,85

3 Pospor 8,32

4 Kalium 0,48

5 C-organik 1,33

6 pH H2O 7,52

Keterangan : data adalah hasil analisis sampel di Laboratorium Tanah BPTP Bengkulu 2013

Page 22: INTEGRASI TANAMAN KOPI DENGAN TERNAK SAPI DI …bengkulu.litbang.pertanian.go.id/ind/images/... · Kami menyadari bahwa dalam perencanaan dan pelaksanaan kegiatan ini tentu ada kekurangannya,

10

4.1.3. Pengaruh Pemberian Pakan Tambahan Terhadap Bobot Lahir Anak Sapi

Rata-rata bobot lahir anak sapi Bali yang diberikan pakan tambahan dua

bulan sebelum dan sesudah melahirkan (metoda Flushing) dapat dilihat pada

tabel 4.

Dari tabel 4. dilihat gambaran bahwa pemberian pakan tambahan berupa kulit

kopi yang difermentasi ditambah dengan dedak padi, baik yang ditambah dengan

ubi kayu maupun yang tidak, dapat menambah bobot lahir anak sapi Bali.

Tabel 4. Rata-rata Bobot Lahir Anak Sapi Bali pada Kegiatan Integrasi Tanaman Kopi dengan Ternak Sapi di Kabupaten Rejang Lebong

No Perlakuan Ulangan (kg)

Rata-rata

I II III IV V VI VII

1 Perlk. I (Kontrol)

14,4 15,4 15,1 15,5 15,0 14,2 14,8 14,9a

2 Perlk.II 17,8 18,4 18,1 18,0 18,2 17,9 17,9 18,0b

3 Perlk.III 17,9 17,4 17,1 17,8 18,2 18,1 17,8 17,7b

Keterangan : Angka yang diikuti huruf yang berbeda pada kolom yang sama menunjuk kan perbedaan yang nyata (P<0,05).

Dari hasil analisis yang dilakukan terlihat bahwa dimana perlakuan I

petani/kontrol berbeda nyata (P<0,05) dengan perlakuan II (pakan tambahan

berupa kulit kopi fermentasi 2,4 kg/ekor/hari ditambahkan dedak padi 1,6

kg/ekor/hari), dan perlakuan petani/kontrol juga berbeda nyata (P<0,05) dengan

perlakuan III (pakan tambahan berupa kuit kopi fermentasi 2,4 kg/ekor/hari

ditambah dedak padi 0,8 kg/ekor/hari dan ubi kayu 0,8 kg/ekor/hari), sedangkan

perlakuan pertama berbeda tidak nyata (P>0,05) dengan perlakuan kedua.

Page 23: INTEGRASI TANAMAN KOPI DENGAN TERNAK SAPI DI …bengkulu.litbang.pertanian.go.id/ind/images/... · Kami menyadari bahwa dalam perencanaan dan pelaksanaan kegiatan ini tentu ada kekurangannya,

11

4.1.4. Konsumsi Pakan

Hasil perhitungan rata-rata konsumsi hijauan dan pakan tambahan induk

sapi sejak dua bulan sebelum melahirkan sampai induk sapi melahirkan dari tiga

perlakuan yang berbeda disajikan pada tabel 5.

Tabel 5. Rata-rata Konsumsi Pakan pada Induk Sapi Bunting yang diberikan perlakuan berbeda.

No Perlakuan Konsumsi Pakan (kg/ekor/hari)

Hijauan Pakan Tambahan

1 Perlk I (Kontrol) 40,0a -

2 Perlk. II 29,5b 3,2

3 Perlk. III 30,0b 3,5

Keterangan : Angka yang diikuti huruf yang berbeda pada kolom yang sama menunjukkan perbedaan yang nyata (P<0,05).

Dari analisis yang dilakukan didapatkan bahwa konsumsi hijauan induk

sapi bunting pada perlakuan pertama berbeda nyata (P<0,05) dengan perlakuan

kedua maupun perlakuan ketiga.

4.1.5. Produksi Awal Tanaman Kopi

Produksi awal tanaman kopi milik petani kooperator di Desa Air Meles

Bawah Kecamatan Curup Timur Kabupaten Rejang Lebong disajikan pada Tabel

6.

Tabel 6. Rata-rata Produksi Awal Tanaman Kopi pada Kegiatan Integrasi Tanaman Kopi dengan Ternak Sapi di Kabupaten Rejang Lebong

No Perlakuan Ulangan (kg/batang/musim)

Rata-rata

I II III IV V VI VII

1 Perlk. I (Kontrol)

5,0 2,9 4,8 4,3 3,6 5,2 5,5 4,47

2 Perlk.I 2,0 4,9 3,2 5,0 4,6 6,4 5,0 4,44

3 Perlk.II 2,5 4,3 5,3 3,1 7,3 3,5 3,6 4,22

Keterangan : data diperoleh dari hasil panen buah

Dari tabel diatas dapat dilihat bahwa rata-rata produksi awal tanaman

kopi petani di Desa Air Meles Bawah masih rendah, berkisar antara 4,22 sampai

dengan 4,47 kg/batang/musim. Hal ini disebabkan oleh tanaman kopi di Desa Air

Page 24: INTEGRASI TANAMAN KOPI DENGAN TERNAK SAPI DI …bengkulu.litbang.pertanian.go.id/ind/images/... · Kami menyadari bahwa dalam perencanaan dan pelaksanaan kegiatan ini tentu ada kekurangannya,

12

Meles Bawah belum diremajakan oleh petani dan masih banyak tunas liar yang

tidak produktif dibiarkan tumbuh sehingga mengganggu produksi tanaman kopi.

4.2. Pembahasan

4.2.1. Karakteristik Wilayah

Desa Air Meles Bawah berada di Kecamatan Curup Timur Kabupaten

Rejang Lebong dengan batas wilayah sebagai berikut : Sebelah Utara berbatasan

dengan wilayah dengan Desa Talang Ulu dan Kesambe Baru Kecamatan Curup

Timur, Sebelah Selatan berbatasan dengan wilayah Kelurahan Air Bang

Kecamatan Curup Tengah, Sebelah Barat berbatasan dengan wilayah Desa

Sukaraja dan Sidorejo Kecamatan Curup Timur dan Curup Tengah, Sebelah

Timur berbatasan dengan wilayah Desa Air Meles Atas Kecamatan Selupu

Rejang.

Jarak wilayah Desa Air Meles Bawah ke Ibu Kota Kecamatan Curup Timur

2 Km. sedangankan jarak wilayah Desa Air Meles Bawah ke Ibu Kota Kabupaten

Rejang Lebong sekitar 4 Km dan jarak Ibu Kota Provisi sekitar 90 Km.

Kondisi topografi Desa Air Meles bawah, berbukit dengan ketinggian

tempat antara ± 250-1000 mdpl. Pada umumnya tekstur tanah di Desa Air Meles

Bawah adalah lampungan dengan warna tanah hitam. Curah hujan di Desa Air

Meles Bawah berkisar antara 300-605 mm/tahun dengan kelembapan 3380C.

Suhu rata-rata di Desa Air Meles Bawah berkisar 23oC – 24 oC.

Luas Desa Air Meles Bawah adalah 270 ha terdiri atas 24 ha lahan sawah

dan 246 ha lahan darat. Berdasarkan penggunaannya, lahan Desa Air Meles

Bawah terbagi ke dalam beberapa jenis penggunaan, yaitu lahan sawah irigasi,

lahan sawah irigasi ½ teknis, lahan perkebunan kopi, pekarangan, luas

pemukiman dan perkantoran dapat dilihat pada tabel 7.

Page 25: INTEGRASI TANAMAN KOPI DENGAN TERNAK SAPI DI …bengkulu.litbang.pertanian.go.id/ind/images/... · Kami menyadari bahwa dalam perencanaan dan pelaksanaan kegiatan ini tentu ada kekurangannya,

13

Tabel 7. Tata Guna Lahan Desa Air Meles Bawah Kec. Curup Timur Kab. Rejang Lebong .

No. Tata Guna Lahan Jumlah

(ha) (%)

A. Lahan Sawah

1 Irigasi Teknis 17 6,3%

2 Irigasi ½ Teknis 7 2,6%

Jumlah (A) 24

B. Lahan Darat

1 Pekarangan 24 8,9%

2 Perkebunan kopi 103 38,15%

3 Luas Pemukiman 104 38,52%

4 Luas kuburan 1 0,37%

5 Perkantoran 14 5,19%

6 Lain-lain

Jumlah (B) 246

Total (A + B) 270 100.00

Penduduk Desa Air Meles Bawah pada tahun 2013 sebanyak 3.589 jiwa

terdiri dari laki-laki 1.782 jiwa perempuan 1.807 jiwa. Berdasarkan mata

pencaharian, sebagian besar penduduk Desa Air Meles Bawah adalah petani

sekitar 80,97%. Selain sebagai petani, penduduk yang bermata pencarian PNS

dan peternak persentasenya yaitu sekitar 7,7% dan 2,72%. Kondisi tersebut

sebanding dengan kondisi lahan di Desa Air Meles Bawah yang sebagian besar

merupakan lahan pertanian.

Kelembagaan yang ada di Desa Air Meles bawah terdiri atas kelembagaan

pemerintahan dan kelembagaan masyarakat. Kelembagaan Pemerintahan terdiri

atas Desa dan Badan Perwakilan Desa (BPD). Sedangkan kelembagaan

masyarakat terdiri atas kelembagaan sosial dan kelembagaan ekonomi yang

meliputi: LPMD, PKK, Karang Taruna, Kelompok Tani/Nelayan, Lembaga Adat,

Organisasi keagamaan, Organisasi Perempuan, Organisasi Pemuda, dan

kelompok gotong royong.

Berdasarkan komoditi pertanian luas lahan tanaman padi dan palawija di

Desa Air Meles Bawah yaitu seluas 17 ha, tanaman jagung sekitar 10 ha,

tanaman ubi-ubian seluas 7 ha, tanaman sayur-sayuran 12 ha, tanaman cabe

sekitar 10 ha, tanaman terong sekitar 3 ha dan perkebunan kopi sekitar 18 ha.

Pada umumnya lahan pertanian tersebut merupakan lahan milik sendiri.

Page 26: INTEGRASI TANAMAN KOPI DENGAN TERNAK SAPI DI …bengkulu.litbang.pertanian.go.id/ind/images/... · Kami menyadari bahwa dalam perencanaan dan pelaksanaan kegiatan ini tentu ada kekurangannya,

14

4.2.2. Fermentasi Kulit Kopi sebagai Bahan Pakan Tambahan Ternak Sapi

Pemanfaatan kulit biji kopi sebagai bahan baku pakan belum dilakukan

secara optimal saat ini. Hal ini dikarenakan adanya kandungan serat kasar

terutama lignin yang relatif tinggi dalam Limbah Kulit Kopi dan adanya

kandungan antinutrisi berupa senyawa kafein dan tannin. Hal-hal tersebut di atas

yang mengakibatkan belum digunakannya bahan ini sebagai salah satu alternatif

bahan baku pakan.

Solusi pendekatan yang dapat dilakukan untuk mengatasi hal ini adalah

dengan pengolahan limbah tersebut. Limbah tersebut dapat diolah dengan

berbagai macam cara agar kandungan nutrisi yang diinginkan dapat diperoleh.

Pengolahan terhadap limbah tersebut dapat dilakukan dengan proses mekanik

(fisik), kimiawi, maupun secara biologis.

Pengolahan limbah pertanian secara mekanik dapat menggunakan alat-

alat fisik untuk menghilangkan suatu kandungan nutrisi yang tidak diinginkan

yakni dengan pemanasan dan pengeringan. Pengolahan tersebut dilakukan

secara mekanis melalui pengukusan, perebusan, dan penjemuran. Hal ini dapat

dilakukan, namun membutuhkan peralatan yang banyak dan membutuhkan

biaya yang mahal untuk proses pengolahannya. Akibat lain yang dapat

ditimbulkannya adalah berkurangnya kandungan nutrisi yang penting dalam

bahan tersebut. Untuk merenggangkan ikatan dinding sel tanaman dan

mempermudah pengeringan perlu pengolahan secara mekanis dengan cara

penghalusan bahan atau penggilingan.

Salah satu alternatif pengolahan limbah yang aman, relatif murah dan

sering digunakan oleh masyarakat adalah pengolahan secara biologis, yakni

pengolahan dengan memanfaatkan mikroorganisme yang akan melakukan proses

biologis (bioprocess) dalam mengolah senyawa-senyawa yang tidak dibutuhkan

dalam bahan baku pakan dan mendapatkan senyawa yang diinginkan dalam

proses pembuatan bahan pakan. Mikroorganisme yang dapat digunakan ini dapat

berasal dari golongan bakteri maupun fungi. Mikroorganisme yang dimanfaatkan

adalah mikroorganisme yang dapat berperan dalam memfermentasi senyawa-

senyawa yang tidak diinginkan serta tidak menimbulkan efek toksik bagi

organisme budidaya.

Page 27: INTEGRASI TANAMAN KOPI DENGAN TERNAK SAPI DI …bengkulu.litbang.pertanian.go.id/ind/images/... · Kami menyadari bahwa dalam perencanaan dan pelaksanaan kegiatan ini tentu ada kekurangannya,

15

Pemanfaatan limbah kulit kopi dengan pengolahan menggunakan bantuan

mikroorganisme diharapkan mampu menghasilkan senyawa-senyawa nutrien

yang dibutuhkan oleh ternak sapi. dari hasil fermentasi kulit kopi yang dilakukan

didapatkan kandungan nutrisi dari kulit kopi sebagai berikut kadar air 12,16%,

protein kasar 12,87%, lemak 0,73, energy metabolime 3830 kkal/kg, serat kasar

42,09, abu 7,25%, Ca 0,56% dan P 0,12%. Dari hasil analisis tersebut terlihat

adanya peningkatan kadar protein dari 6,27% pada kulit kopi yang belum

difermentasi menjadi 12,87% sesudah fermentasi, kadar energi metabolis pada

kulit kopi yang sudah difermentasi juga lebih baik yaitu 3830 kkal/kg.

4.2.3. Pembuatan Kompos Kotoran Sapi dan Kulit Kopi

Kompos merupakan pupuk organik yang berasal dari sisa tanaman dan

kotoran hewan yang telah mengalami proses dekomposisi atau pelapukan.

Selama ini sisa tanaman dan kotoran hewan tersebut belum sepenuhnya

dimanfaatkan sebagai pengganti pupuk buatan. Kompos yang baik adalah yang

sudah cukup mengalami pelapukan dan dicirikan oleh warna yang sudah berbeda

dengan warna bahan pembentuknya, tidak berbau, kadar air rendah dan sesuai

suhu ruang. Proses pembuatan dan pemanfaatan kompos dirasa masih perlu

ditingkatkan agar dapat dimanfaatkan secara lebih efektif, menambah

pendapatan peternak dan mengatasi pencemaran lingkungan.

Selama proses pengomposan, terjadi perubahan-perubahan unsur kimia

yaitu : 1) karbohidrat, selulosa, hemiselulosa, lemak dan lilin menjadi CO2 dan

H2O; 2) penguraian senyawa organik menjadi senyawa yang dapat diserap

tanaman. Kompos merupakan salah satu komponen untuk meningkatkan

kesuburan tanah dengan memperbaiki kerusakan fisik tanah akibat pemakaian

pupuk anorganik (kimia) pada tanah secara berlebihan yang berakibat rusaknya

struktur tanah dalam jangka waktu lama. Mengingat pentingnya pupuk kompos

dalam memperbaiki struktur tanah dan melambungnya harga pupuk buatan

maka perlu disusun buku petunjuk teknis pembuatan kompos organik berbahan

kotoran sapi untuk memudahkan petani dalam memanfaatkan kotoran sapi,

sekaligus memproduksi pupuk organik yang akhirnya akan menambah

pendapatan.

Page 28: INTEGRASI TANAMAN KOPI DENGAN TERNAK SAPI DI …bengkulu.litbang.pertanian.go.id/ind/images/... · Kami menyadari bahwa dalam perencanaan dan pelaksanaan kegiatan ini tentu ada kekurangannya,

16

Pembuatan kompos melibatkan peternak dan petani kopi anggota

kelompok tani Gading Indah Desa Air Meles Bawah. Proses pengomposan

dilakukan selama tiga minggu, dan setelah itu kompos dibuka dan diangin-

anginkan sampai proses dekomposer berhenti dengan sempurna. Setelah dingin,

kompos siap untuk diaplikasikan pada tanaman.

Dari Tabel 3 dapat dilihat komposisi kandungan yang terdapat di dalam

kompos seperti berikut kadar air 11,20%, nitrogen 2,85%, Pospor 8,32%, kalium

0,48%, C-organik 1,33% dan pH H2O 7,52%, hal ini sudah sesuai dengan

persyaratan teknis pupuk organik dan pembenahan tanah SK Mentan No:

28/Permentan/SR.130/B/2009, kecuali untuk kandungan Pospor yang masih

tinggi. Menurut SK Mentan No: 28/Permentan/SR.130/B/2009, tentang

persyaratan teknis pupuk organik dan pembenahan tanah adalah kadar air

4 – 15%, nitrogen <6%, Pospor <6%, dan kalium <6%.

Manfaat kompos organik diantaranya adalah 1) memperbaiki struktur

tanah berlempung sehingga menjadi ringan; 2) memperbesar daya ikat tanah

berpasir sehingga tanah tidak berderai; 3) menambah daya ikat tanah terhadap

air dan unsur-unsur hara tanah; 4) memperbaiki drainase dan tata udara dalam

tanah; 5) mengandung unsur hara yang lengkap (jumlah tersebut tergantung

dari bahan pembuat pupuk organik); 6) membantu proses pelapukan bahan

mineral; 7) memberi ketersediaan bahan makanan bagi mikroba; 8) menurunkan

aktivitas mikroorganisme yang merugikan. Pengolahan kotoran sapi yang

mempunyai kandungan N, P dan K yang tinggi sebagai pupuk kompos dapat

mensuplai unsur hara yang dibutuhkan tanah dan memperbaiki struktur tanah

menjadi lebih baik, sehingga pertumbuhan tanaman menjadi semakin optimal.

4.2.4 Pengaruh Pemberian Pakan Tambahan Terhadap Bobot Lahir Anak Sapi

Berdasarkan uji statistik yang dilakukan menunjukkan bahwa bobot lahir

anak sapi Bali pada perlakuan kedua (pemberian pakan tambahan berupa kulit

kopi fermentasi 2,4 kg/ekor/hari ditambah dedak padi 1,6 kg/ekor/hari)

memberikan perbedaan yang nyata (P<0,05) bila dibandingkan dengan bobot

lahir anak sapi Bali yang tidak diberikan pakan tambahan. Begitu juga dengan

bobot lahir anak sapi pada perlakuan ketiga (pemberian pakan tambahan berupa

kulit kopi fermentasi 2,4 kg/ekor/hari ditambah dedak padi 0,8 kg/ekor/hari dan

Page 29: INTEGRASI TANAMAN KOPI DENGAN TERNAK SAPI DI …bengkulu.litbang.pertanian.go.id/ind/images/... · Kami menyadari bahwa dalam perencanaan dan pelaksanaan kegiatan ini tentu ada kekurangannya,

17

ubi kayu 0,8 kg/ekor/hari) juga memberikan pengaruh nyata (P<0,05) bila

dibandingkan dengan bobot lahir anak sapi Bali pada perlakuan pertama/kontrol

(yang tidak diberikan pakan tambahan). Hal ini menunjukkan bahwa pemberian

pakan tambahan dua bulan sebelum melahirkan menghasilkan bobot lahir anak

sapi Bali yang lebih berat dari pada bobot lahir anak sapi pada kontrol (yang

induknya tidak diberikan pakan tambahan). Hal ini disebabkan oleh pemberian

pakan tambahan membantu pemenuhan kebutuhan induk sapi yang sedang

bunting terhadap nutrisi zat makanan karena kandungan zat gizi dari pakan

tambahan (protein dan energy metabolism) yang tinggi dibandingkan dengan

kandungan zat gizi dari hijauan saja. Ini juga didukung oleh pendapat dari

Toelehere (1981) dalam Pasambe (2000) bahwa Pertumbuhan anak dipengaruhi

oleh faktor tata laksana pemberian pakan pada induk, produktivitas ternak

sebesar 95% dipengaruhi oleh faktor non genetik yaitu pengelolahan pakan,

kesehatan dan sebagian kecil dipengaruhi faktor genetik. Hal ini memberikan

gambaran bahwa kondisi badan induk sebagai salah satu faktor lingkungan

tempat anak dilahirkan dengan bertambah baiknya kondisi badan induk, akan

mampu mensuplai kebutuhan air susu secara optimal selama menyusui.

Sedangkan bobot lahir anak sapi Bali pada perlakuan kedua (pemberian

pakan tambahan berupa kulit kopi fermentasi 2,4 kg/ekor/hari ditambah dedak

padi 1,6 kg/ekor/hari) tidak berbeda nyata (P>0,05) dengan perlakuan ketiga

(pemberian pakan tambahan berupa kulit kopi fermentasi 2,4 kg/ekor/hari

ditambah dedak padi 0,8 kg/ekor/hari dan ubi kayu 0,8 kg/ekor/hari). Tapi

walaupun demikian bobot lahir anak sapi Bali pada perlakuan kedua lebih tinggi

bila dibandingkan dengan bobot lahir anak sapi Bali pada perlakuan ketiga. Rata-

rata bobot lahir anak sapi Bali pada perlakuan kedua adalah 18,0 kg sedangkan

rata-rata bobot lahir anak sapi Bali pada perlakuan ketiga yaitu 17,7 kg. Hal ini

disebabkan oleh kandungan protein kasar dan energi metabolis dari pakan

tambahan pada perlakuan kedua lebih tinggi dari pada kandungan protein kasar

dan energy metabolis dari pakan tambahan pada perlakuan ketiga. Kandungan

protein kasar dan energy metabolis pakan pada perlakuan kedua adalah 10,36%

dan 3552 kkal, sedangkan protein kasar dan energy metabolis pakan tambahan

pada perlakuan ketiga adalah 7,79% dan 3247 kkal. Hasil pengkajian ini lebih

tinggi dari hasil penelitian Pongsapan et.al Tahun 1993 terhadap induk sapi bali

Page 30: INTEGRASI TANAMAN KOPI DENGAN TERNAK SAPI DI …bengkulu.litbang.pertanian.go.id/ind/images/... · Kami menyadari bahwa dalam perencanaan dan pelaksanaan kegiatan ini tentu ada kekurangannya,

18

yang dibiarkan merumput dan disuplemen dengan daun gamal sebayak

3 kg/ekor/hari memperoleh bobot lahir anak sapi seberat 14,46 kg.

4.2.5. Konsumsi Pakan

Konsumsi hijauan induk sapi yang sedang bunting yang dipelihara

menurut kebiasaan petani adalah sekitar 40,0 kg/ekor/hari, sedangkan konsumsi

hijauan pada induk sapi yang diberikan pakan tambahan cenderung turun

30 – 35% atau sekitar 29,5-30,0 kg/ekor/hari. Hal ini disebabkan oleh induk sapi

sudah diberikan pakan tambahan berupa campuran kulit kopi fermentasi, dedak

padi dan ubi kayu sebelum induk sapi tersebut diberikan pakan hijauan, sehingga

konsumsi hijauannya cenderung berkurang.

Sedangkan konsumsi pakan tambahan pada induk sapi Bali bunting

memperlihatkan bahwa induk sapi pada perlakuan kedua relative lebih sedikit

bila dibandingkan dengan konsumsi pakan tambahan pada induk sapi Bali

bunting perlakuan ketiga, hal ini disebabkan karena palatabilitas induk sapi Bali

Lebih tinggi pada pada perlakuan ketiga yang didalamnya ditambahkan dengan

ubi kayu. Diduga karena ubi kayu mempunyai kadar air yang masih tinggi dan

rasanya masih manis sehingga induk sapi lebih menyukainya dibandingkan pakan

yang lainnya.

4.2.6. Produksi Awal Tanaman Kopi

Kegiatan pemberian pupuk kompos pada tanaman kopi belum dapat

hasilnya karena tanaman kopi yang diberikan perlakuan pemupukan tersebut

diperkirakan akan berproduksi pada bulan Mei 2014. Pada akhir kegiatan tahun

anggaran 2013 ini hanya menampilkan produksi awal seperti tercantum pada

Tabel 6 diatas.

Dari Tabel 6 tersebut dapat dilhat bahwa rata-rata produksi tanaman kopi

masih rendah, hal ini disebabkan oleh tanaman kopi disini belum diremajakan

dan belum pernah diberikan pupuk baik pupuk organik maupun pupuk kompos.

Dengan pengkajian pemberian pupuk kompos dengan dosis 5 kg/batang dan 10

kg/batang diharapkan dapat meningkatkan produksi tanaman kopi tersebut.

Page 31: INTEGRASI TANAMAN KOPI DENGAN TERNAK SAPI DI …bengkulu.litbang.pertanian.go.id/ind/images/... · Kami menyadari bahwa dalam perencanaan dan pelaksanaan kegiatan ini tentu ada kekurangannya,

19

4.2.7. Pengendalian Parasit pada ternak Sapi

Salah satu faktor yang menentukan keberhasilan usaha pengembangan

ternak sapi dari aspek managemen adalah faktor kesehatan atau kontrol

penyakit. Berbagai jenis penyakit dapat menyerang ternak sapi, salah satunya

adalah penyakit parasiter, dimana penyakit ini disebabkan oleh agen berupa

parasit. Parasit merupakan makhluk hidup yang dalam hidupnya menggunakan

makanan mahkluk hidup lain sehingga sifatnya merugikan.

Agent parasit yang menyebabkan penyakit pada ternak dibedakan

menjadi dua yaitu endoparasit dan ektoparasit. Cacing gastrointestinal

merupakan endoparasit di dalam tubuh akan merampas zat-zat makanan yang

diperlukan bagi hospesnya, dimana cacing dalam jumlah banyak akan

mengakibatkan kerusakan usus atau menyebabkan terjadinya berbagai reaksi

tubuh yang antara lain disebabkan oleh toksin yang dihasilkan oleh cacing-cacing

tersebut. Walaupun penyakit cacingan tidak langsung menyebabkan kematian,

akan tetapi kerugian dari segi ekonomi dikatakan sangat besar, sehingga

penyakit parasit cacing disebut sebagai penyakit ekonomi. Kerugian akibat

penyakit cacing, antara lain: penurunan berat badan, penurunan kualitas daging,

kulit, dan jeroan, penurunan produktivitas ternak sebagai tenaga kerja pada

ternak potong dan kerja, penurunan produksi susu pada ternak perah, dan

bahaya penularan pada manusia.

Obat cacing diberikan pada induk sapi yang sudah melahirkan karena

induk sapi yang sedang bunting tidak disarankan untuk diberi obat cacing, selain

itu pemberian obat cacing pada induk sapi yang baru melahirkan dimaksudkan

agar induk sapi bisa berproduksi secara optimal sehingga anak sapi mendapatkan

air susu yang cukup induk kebutuhan hidupny, dan juga diharapkan cacing yang

ada dalam tubuh anak sapi ikut mati lantaran anak sapi minum air susu dari

induk yang diberikan obat cacing.

Prosentase yang sakit oleh endoparasit dapat mencapai 30% dan angka

kematian yang bisa ditimbulkan adalah sebanyak 30%. Gejala umum dari hewan

yang terinfeksi cacing antara lain badan lemah dan bulu kusam, gangguan

pertumbuhan yang berlangsung lama. Jika infeksi sudah lanjut diikuti dengan

anemia, diare, dan badannya menjadi kurus yang akhirnya bisa menyebabkan

kematian. Adanya parasit di dalam tubuh ternak tidak harus diikuti oleh

Page 32: INTEGRASI TANAMAN KOPI DENGAN TERNAK SAPI DI …bengkulu.litbang.pertanian.go.id/ind/images/... · Kami menyadari bahwa dalam perencanaan dan pelaksanaan kegiatan ini tentu ada kekurangannya,

20

perubahan yang sifatnya klinis. Pada infeksi yang ringan sering dijumpai infeksi

parasit gastrointestinal tanpa menunjukkan gejala klinis yang jelas. Untuk

memastikan adanya parasit gastrointestinal bisa diketahui melalui pemeriksaan

feses, dimana ditemukan telur cacing maupun oosit pada feses tersebut. Makin

banyak cacing makin banyak pula telurnya. Perubahan populasi cacing dalam

perut sapi dapat diketahui dengan menghitung total telur per gram feses (EPG)

secara rutin. Tingkat prevalensi parasit cacing tergantung pada jumlah dan jenis

cacing yang menginfeksinya.

Page 33: INTEGRASI TANAMAN KOPI DENGAN TERNAK SAPI DI …bengkulu.litbang.pertanian.go.id/ind/images/... · Kami menyadari bahwa dalam perencanaan dan pelaksanaan kegiatan ini tentu ada kekurangannya,

21

V. KESIMPULAN DAN SARAN

5.1. Kesimpulan

1. Pemberian pakan tambahan sebanyak 4 kg/ekor/hari selama dua bulan

sebelum melahirkan memberikan pengaruh yang nyata (P<0,05) terhadap

bobot lahir anak sapi Bali.

2. Pemberian pakan tambahan juga memberikan efisiensi terhadap konsumsi

pakan terhadap hijauan pakan ternak sebanyak 30-35%.

3. Produksi hasil tanaman kopi belum dapat diamati karena musim buah/panen

tanaman kopi akan berlangsung sekitar bulan mei 2014.

5.2. Saran

Kegiatan pengkajian integrasi tanaman kopi dengan ternak sapi ini

sebaiknya dilaksanakan selama dua tahun atau lebih sehingga tujuan kegiatan

lebih tercapai dan berhasil dengan baik.

Page 34: INTEGRASI TANAMAN KOPI DENGAN TERNAK SAPI DI …bengkulu.litbang.pertanian.go.id/ind/images/... · Kami menyadari bahwa dalam perencanaan dan pelaksanaan kegiatan ini tentu ada kekurangannya,

22

VI. KINERJA HASIL

1. Pembuatan kulit kopi fermentasi dengan campuran kulit kopi, urea dan

starbio dengan kandungan kadar lemak 0,73%, serat kasar 42,09%, protein

kasa 12, 87%, kadar abu 7,25%, kadar air 12,16%, Ca 0,58%, P 0,12% dan

energi 3830 kkal.

2. Pembuatan pupuk organik dengan bahan kotoran sapi, kulit kopi, dedak

padi, sekam padi, gula merah, aktivator kompos menghasilkan pupuk

organik dengan kandungan kadar kadar air 11,20%, nitrogen 2,85%, pospor

8,32%, kalium 0,48%, C-Organik 1,33% dan pH H20 7,52%.

3. Pemberian pakan tambahan dua bulan sebelum melahirkan memberikan

pengaruh yang nyata terhadap bobot lahir anak sapi Bali. Induk sapi yang

hanya diberikan hijauan saja melahirkan anak dengan bobot lahir rata-rata

14,9 kg/ekor, induk sapi yang diberikan hijauan dan pakan tambahan berupa

kulit kopi fermentasi 2,4 kg/ekor/hari ditambah dedak padi 1,6 kg/ekor/hari

melahirkan anak dengan bobot lahir rata-rata 18,0 kg/ekor dan induk sapi

yang diberikan hijauan dan pakan tambahan berupa kulit kopi fermentasi 2,4

kg/ekor/hari ditambah dedak padi 0,8 kg/ekor/hari dan ubi kayu 0,8

kg/ekor/hari melahirkan anak sapi dengan bobot lahir 17,7 kg/ekor.

4. Pemberian pakan tambahan sebanyak 4 kg/ekor/hari juga dapat menekan

konsumsi hijauan pakan ternak dari ternak sapi Bali sebanyak 30 – 35%.

5. Rata-rata produksi awal dari tanaman kopi adalah perlakuan pertama

(kontrol) 4,47 kg/batang, perlakuan kedua (diberikan pupuk kompos

5kg/batang) 4,44 kg/batang dan perlakuan ketiga (diberikan pupuk kompos

10 kg/batang) 4,22 kg/batang.

Page 35: INTEGRASI TANAMAN KOPI DENGAN TERNAK SAPI DI …bengkulu.litbang.pertanian.go.id/ind/images/... · Kami menyadari bahwa dalam perencanaan dan pelaksanaan kegiatan ini tentu ada kekurangannya,

23

DAFTAR PUSTAKA

Achmad, P. 1983 . Problem Reproduksi pada Ruminansia Besar di Yogyakarta. Prosiding Pertemuan Ilmiah Ruminansia Besar, Cisarua, 6-9 Desember 1982. pp: 139-147. Pusat Penelitian dan Pengembangan Petemakan, Bogor.Abdoellah, S dan A.Wardani. 1993. Impact of Cocoa Development on Marginal

Anonimus, 2005. Hasil Analisis Proksimat Bahan Pakan Asal Limbah Pertanian.

Laporan Tahunan. Loka Penelitian Sapi Potong, Grati Disbun. 2007. Statistik Perkebunan Propinsi Bengkulu. Pemerintah Propinsi

Bengkulu. Edisi Mei 2005, hal 1. Pusat Penelitian Kopi dan Kakao Indonesia, Jember.

Direktorat jendral Bina Produksi Perkebunan. 2002. Statistik Perkebunan Kopi

Indonesia 2000 – 2001. Direktorat Jendral Bina Produksi Perkebunan. Departemen Pertanian. Jakarta. 97 hal.

Mariyono dan Endang Romjali, 2007. Petunjuk Teknis Teknologi Inovasi ‘Pakan

Murah’ Untuk Usaha Pembibitan Sapi Potong. Pusat Penelitian Dan Pengembangan Pertanian, Departemen Pertanian, 2007

Mathius. I-W., M.Rangkuti dan L.P.Batubara. 1983. Pemanfaatan Jerami Kacang

Tanah Sebagai pakan Domba in Pros. Seminar pemanfaatan Limbah Pangan dan Limbah Pertanian untuk Pakan Ternak. Lembaga Kimia Nasional. LIPI Bandung. p: 143-151.

Mathius. I-W. 2009. Produk Samping Industri Kelapa Sawit dan Teknologi

Pengayaan Sebagai Bahan Pakan Sapi yang terintegrasi. Dalam: Sistem Integrasi Ternak Tanaman: Padi-Sawit-Kakao. Pusat Penelitian dan Pengembangan Peternakan, Badan Litbang Pertanian 2009. Fagi et al., (Eds).

Nursiam,I. 2010. Bahan Makanan Ternak : Umbi-umbian dan Limbahnya. http://

intannursiam.wordpress.com/ 2010/08/25/ bahan-makanan-ternak-umbi-umbian-dan-limbahnya/ diakses 6 uli 2012 jam 5.30

Pasambe. D, Sariubang. M, Nurhayu. A, Bahar. S, dan Chagidja, 2000. Pengaruh

Perbaikan Pakan Pada Induk Sapi Bali Terhadap Pertambahan Bobot Badan Pedet Yang Sedang Menyusui. Prosiding Seminar Nasional Peternakan dan Veteriner. 2

Pongsapan. P, M. Sariubang, dan A. Prabowo, 1993. Pengaruh suplementasi

daun gamal pada sapi Bali betina terhadap tingkat kelahiran dan berat lahir anak pertama. J.Ilmiah Penelitian ternak Gowa 2(2) : 103 - 106

Page 36: INTEGRASI TANAMAN KOPI DENGAN TERNAK SAPI DI …bengkulu.litbang.pertanian.go.id/ind/images/... · Kami menyadari bahwa dalam perencanaan dan pelaksanaan kegiatan ini tentu ada kekurangannya,

24

Puslitkoka, 2005. Panduan Lengkap Budidaya Kakao. Agromedia Pustaka, Jakarta.

Ramli. H dan Rismawati. 2007, Integrasi Tanaman Singkong dan ternak Unggas.

Departemen Ilmu Nutrisi dan Teknologi Pangan. Fakultas Peternakan IPB. Bogor.

Suharsono, 2011. Penambahan Pakan Tanaman Ubi Kayu Terbukti Tingkatkan Bobot Badan Ternak http://www.ugm.ac.id/new/id/news/ 3244-penambahan-pakan-tanaman-ubi-kayu-terbukti-tingkatkan-bobot-badan-ternak.xhtml diakses 6 juli 2012 jam 5.15

Wiyono,D. B, Aryogi. 2007. Petunjuk Teknis Perbaikan Sapi Potong, 2007. Pusat

Penelitian dan Pengembangan Peternakan Badan Penelitian dan Pengembangan pertanian Departemen Pertanian 2007

Page 37: INTEGRASI TANAMAN KOPI DENGAN TERNAK SAPI DI …bengkulu.litbang.pertanian.go.id/ind/images/... · Kami menyadari bahwa dalam perencanaan dan pelaksanaan kegiatan ini tentu ada kekurangannya,

25

Analisis Resiko

Analisis resiko diperlukan untuk mengetahui berbagai resiko yang mungkin

dihadapi dalam pelaksanaan kegiatan pengkajian. Dengan mengenal resiko,

penyebab dan dampaknya, maka akan dapat disusun strategi ataupun cara

penanganan resiko baik secara antisipatif maupun responsif (Tabel 8 dan 9).

Tabel 8. Daftar Resiko Pelaksanaan Pengkajian Integrasi Tanaman Kopi Dengan Ternak Sapi di Kabupaten Rejang Lebong.

No Resiko Penyebab Dampak

1 Bahan pakan tidak

tersedia sepanjang

tahun

Musim panen, cuaca, Kekurangan bahan

pakan

2 Sapi tidak mau

memakan pakan yang

diberikan

Peternak kurang sabar Kegiatan tidak berjalan

sesuai rencana

Tabel 9. Daftar Penanganan Resiko dalam Pelaksanaan Pengkajian Integrasi Tanaman Kopi dengan Ternak Sapi di Kabupaten Rejang Lebong.

No Resiko Penyebab Penanganan

1 Bahan pakan tidak

tersedia sepanjang

tahun

Musim panen, cuaca, Perlu inovasi teknologi

pengolahan pakan

2 Sapi tidak mau

memakan pakan yang

diberikan

Peternak kurang sabar Perlu pendampingan

dalam adaptasi pakan

Page 38: INTEGRASI TANAMAN KOPI DENGAN TERNAK SAPI DI …bengkulu.litbang.pertanian.go.id/ind/images/... · Kami menyadari bahwa dalam perencanaan dan pelaksanaan kegiatan ini tentu ada kekurangannya,

26

Jadual Kerja.

No. Kegiatan bulan

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12

1. Persiapan: Desk study/pengumpulan data sekunder

X

X

x

Penyempurnaan proposal

X

2. Pelaksanaan:

Hunting dan pemantapan lokasi

X

Sosialisasi X

Penentuan kooperator

X

Pengenalan perlakuan

x

Pembinaan x x x x x x x x X

3. Pengolahan data x

4. Pelaporan X

Page 39: INTEGRASI TANAMAN KOPI DENGAN TERNAK SAPI DI …bengkulu.litbang.pertanian.go.id/ind/images/... · Kami menyadari bahwa dalam perencanaan dan pelaksanaan kegiatan ini tentu ada kekurangannya,

27

Pembiayaan

No Uraian Volume Harga Satuan

Jumlah (Rp)

1 Belanja Bahan 25.090.000

ATK dan komputer suply dan pelaporan

1 tahun 3.000.000 3.000.000

Bahan pengkajian dan pendukung lainnya

1 tahun 22.090.000 22.090.000

2 Honor Output Kegiatan 12.040.00

UHL 344 OH 35.000 12.040.000

3 Belanja Barang Non Operaional Lainnya

6.465.000

Akomodasi dalam rangka sosialisasi, FGD, pertemuan

1 Paket 6.465.000 6.465.000

4 Belanja Perjalanan Dinas Dalam kota

1.000.000

Perjalanan Pendek 10 OH 100.000 1.000.000

5 Belanja Perjalanan Dinas Paket Meeting Luar Kota

40.405.000

Persiapan dan Pelaksanaan 97 OH 365.000 35.405.000

Perjalanan luar provinsi, seminar, ekspose, konsultasi

1 OP 5.000.000 5.000.000

Total 85.000.000

Page 40: INTEGRASI TANAMAN KOPI DENGAN TERNAK SAPI DI …bengkulu.litbang.pertanian.go.id/ind/images/... · Kami menyadari bahwa dalam perencanaan dan pelaksanaan kegiatan ini tentu ada kekurangannya,

28

Realisasi Anggaran

No Jenis Pengeluaran Realisasi Anggaran (Rp)

Persentase Keuangan (%)

Persentase Fisik (%)

1 Belanja Bahan

ATK, komputer supplies dan Pelaporan

3.000.000,- 98,15 100

Bahan Pengkajian dan pendukung lainnya

22.090.000,- 99,9 100

2 Honor yang terkait output kegiatan

Honor petani 12.040.000,- 83,72 100

3 Belanja barang non operasional lainnya

Akomodasi dalam rangka Sosialisasi, FGD, pertemuan

6.465.000,- 100,0 100

4 Belanja Perjalanan Dalam Kota

Perjalanan Pendek 1.000.000,- 100,0 100

5 Belanja Perjalanan Dinas Paket Meeting Luar Kota

Persiapan dan Pelaksanaan

35.405.000,- 100,0 100

Perjalanan luar Provinsi, seminar, ekspose, konsultasi

5.000.000,- 100,0 100

Page 41: INTEGRASI TANAMAN KOPI DENGAN TERNAK SAPI DI …bengkulu.litbang.pertanian.go.id/ind/images/... · Kami menyadari bahwa dalam perencanaan dan pelaksanaan kegiatan ini tentu ada kekurangannya,

29

Personalia

No

Nama/NIP Jabatan

Fungsional/ Bidang keahlian

Jabatan dalam

Kegiatan

Uraian Tugas Alokasi Waktu (Jam

/minggu)

1 Zul Efendi, S.Pt

Peneliti Pertama

Penanggung jawab

- Bertanggung jawab terhadap pelaksanaan kegiatan penelitian

- Menyusun dan merencanakan operasional kegiatan Mengkoordinir anggota Tim

- Menyusun Laporan - Melaksanakan

koordinasi dan pelaksanaan kegiatan.

20

2 Ir. Ruswendi, MP

Penyuluh Pertanian Madya

Anggota - Membantu Analisis dan ineterpretasi data pertumbuhan Perkembangan ternak.

- Membantu pelaksanaan kegiatan.

10

3. Wahyuni AW, M.Si

Peneliti Muda

Anggota - Membantu Analisis dan ineterpretasi data konsumsi pakan ternak sapi.

- Membantu pelaksanaan kegiatan.

10

4. Drs. Afrizon, M.Si

Peneliti Pertama

Anggota - Membantu Analisis dan interpretasi data produksi kopi.

- Membantu pelaksanaan kegiatan.

10

5 Linda Harta PNK Anggota - Membantu Analisis dan interpretasi data

- Membantu pelaksanaan kegiatan.

10

6 Sudarmansyah Adm Anggota - Membantu Pelaksanaan Kegiatan

- Membantu Adminsitrasi Kegiatan

5

Page 42: INTEGRASI TANAMAN KOPI DENGAN TERNAK SAPI DI …bengkulu.litbang.pertanian.go.id/ind/images/... · Kami menyadari bahwa dalam perencanaan dan pelaksanaan kegiatan ini tentu ada kekurangannya,

30

Lampiran

Page 43: INTEGRASI TANAMAN KOPI DENGAN TERNAK SAPI DI …bengkulu.litbang.pertanian.go.id/ind/images/... · Kami menyadari bahwa dalam perencanaan dan pelaksanaan kegiatan ini tentu ada kekurangannya,

31

Gambari Kegiatan Lapangan Pengkajian Integrasi Tanaman Kopi dengan Ternak Sapi di Kabupaten Rejang Lebong.

Gambar 1 Proses pembuatan kulit kopi fermentasi

Gambar 2 Hasil fermentasi kulit kopi setelah tiga minggu

Page 44: INTEGRASI TANAMAN KOPI DENGAN TERNAK SAPI DI …bengkulu.litbang.pertanian.go.id/ind/images/... · Kami menyadari bahwa dalam perencanaan dan pelaksanaan kegiatan ini tentu ada kekurangannya,

32

Gambar 3 Proses pembuatan pupuk kompos dari kotoran sapi

Gambar 4

Pupuk kompos dalam proses fermentasi

Page 45: INTEGRASI TANAMAN KOPI DENGAN TERNAK SAPI DI …bengkulu.litbang.pertanian.go.id/ind/images/... · Kami menyadari bahwa dalam perencanaan dan pelaksanaan kegiatan ini tentu ada kekurangannya,

33

Gambar 6

Pemberian kulit kopi fermentasi pada induk sapi

Gambar 5

Pupuk kompos siap diaplikasikan ketanaman kopi

Page 46: INTEGRASI TANAMAN KOPI DENGAN TERNAK SAPI DI …bengkulu.litbang.pertanian.go.id/ind/images/... · Kami menyadari bahwa dalam perencanaan dan pelaksanaan kegiatan ini tentu ada kekurangannya,

34

Gambar 7

Kebun kopi milik petani kooperator

Gambar 8 Tanaman kopi sedang berbuah sebelum pemberian pupuk

Page 47: INTEGRASI TANAMAN KOPI DENGAN TERNAK SAPI DI …bengkulu.litbang.pertanian.go.id/ind/images/... · Kami menyadari bahwa dalam perencanaan dan pelaksanaan kegiatan ini tentu ada kekurangannya,

35

Gambar 9

Pemberian kode pada tanaman kopi

Gambar 10 Petani kooperator sedang memupuk tanaman kopi

Page 48: INTEGRASI TANAMAN KOPI DENGAN TERNAK SAPI DI …bengkulu.litbang.pertanian.go.id/ind/images/... · Kami menyadari bahwa dalam perencanaan dan pelaksanaan kegiatan ini tentu ada kekurangannya,

36

Gambar 11 Anak sapi yang baru dilahirkan induknya

Gambar 12

Penimbangan anak sapi untuk mengetahui bobot lahirnya.