integrasi geofisika untuk geoteknik n-spt.pdf

Upload: laras-cahyani

Post on 28-Feb-2018

249 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

  • 7/25/2019 integrasi geofisika untuk geoteknik N-SPT.pdf

    1/8

    Geoteknik

    Konferensi Nasional Teknik Sipil 7 (KoNTekS 7)

    Universitas Sebelas Maret (UNS) - Surakarta, 24-26 Oktober 2013 G - 193

    ANALISIS KESTABILAN LERENG BERDASARKAN INTEGRASI DATA GEOFISIKA

    TAHANAN BATUAN DAN GEOTEKNIK N-SPT

    (257G)

    Ardy Arsyad1, Tri Harianto1, Lawalenna Samang1, Wahniar Hamid2, Ronald Angi1

    1Jurusan Teknik Sipil, Fakultas Teknik, Universitas Hasanuddin, Jl. P. Kemerdekaan Km. 10 Makassar

    Email: [email protected]

    PT. Yodya Karya (Persero) Cabang Makassar, Jl. A.P. Pettarani 74 Makassar

    ABSTRAK

    Studi ini memaparkan analisa kestabilan lereng dengan menggunakan integrasi data geofisika dan

    geoteknik. Data geofisika dilakukan melalui penyelidikan geolistrik tomografi dengan konfigurasi

    Wenner dan Wenner Schlumberger, dan geoteknik dengan metode bor inti dan pengujian standard

    penetration test (SPT). Tanah longsor pada Poros Jalan Nasional Majene-Mamuju Sulawesi Barat(Km. 426+500) menjadi lokasi studi dengan kondisi geologi berformasi Gunungapi Adang dan

    berelief terjal (15-30). Stratifikasi batuannya adalah pasir lempung, tufa dan kemudian batupasir.Dari hasil studi didapatkan bahwa pengujian geofisika mampu mengobservasi stratifikasi batuan dan

    mengidentifikasi bidang sentuh antara lapisan batuan masif dan batuan lapuk (tanah) yang kemudian

    dikategorikan sebagai bidang gelincir. Bidang gelincir ini terkonfirmasi oleh simulasi numerik

    berdasarkan data geoteknik. Dapat diindikasikan pula adanya korelasi empirik antara resistivitas

    batuan dan nilai N-SPT. Studi ini diharapkan dapat memberikan kontribusi pengembangan

    integrasi metode geolistrik dan N-SPT pada analisa kestabilan lereng yang lebih akurat.

    Kata kunci: geolistrik tomografi, geoteknik N-SPT, analisa kestabilan lereng

    1. PENDAHULUANIntegrasi antara penyelidikan geolistrik dan geoteknik dilakukan untuk mendapatkan data dan interpretasi yang

    tepat mengenai profil batuan dan tanah lereng (Sudha et al., 2009; Oh and Sun, 2007). Salah satu pendekatan metode

    pendugaan kondisi bawah permukaan lereng adalah integrasi geolistrik dan geoteknik (SPT Borehole) yang dapat

    menghasilkan dugaan gambaran kondisi bawah permukaan yang valid beserta properti mekanik geomaterialnya.

    Survei geolistrik telah banyak digunakan pada penyelidikan kondisi lereng pada pra dan pasca landslide (Hazreek et

    al, 2012; Grandjean et al., 2011; Friedel et al., 2006; Godio and Bottino, 2011). Integrasi survey geolistrik dan datageoteknik dapat memberika data dan interpretasi yang tepat mengenai profil batuan dan tanah lereng (Sudha et al.,

    2009; Oh and Sun, 2007). Meskipun demikian, analisa stabilitas lereng dengan memadukan data geolistrik dan

    geoteknik belumlah banyak dilakukan pada kasus-kasus kelongsoran di Indonesia. Oleh karena itu, studi ini

    mencoba mengaplikasikan analisa stabilitas lereng dengan metode integrasi interpretasi antara data geolistrik dan

    geoteknik.

    2. INTEGRASI GEOLISTRIK TOMOGRAFI DAN GEOTEKNIK N-SPT

    Pelaksanaan survei geolistrik pada post-failure landslide telah banyak dilakukan untuk menyelidiki variasi bawah

    permukaan. Akan tetapi, survey geolistrik dapat memiliki kesalahan dikarenakan tahanan listrik tanah yang

    berkaitan dengan kadar air dan material tanah tidak diukur secara langsung (Liu dan Evett, 2008). Survei geolistrik

    lebih bersifat kualitatif (Clayton et al., 1995) dan olehnya itu memerlukan konfirmasi kuantitatif melalui data

    geoteknik seperti log bore dan data pengujian laboratorium. Integrasi antara kedua survai ini dapat dilakukan

    dengan tahapan sebagaimana dijelaskan pada Gambar 1. Penyelidikan geolistrik dilakukan untuk mendapatkan data

    makro termasuk stratifikasi tanah/batuan, heterogenitasnya dan serta muka air tanah. Sementara itu, penyelidikan

    geoteknik dilakukan untuk mendapatkan data mikro mengenai akan properti mekanis tanah/batuan termasuk data

    kuat geser, sudut geser, kohesi dan densitas tanah. Kedua data makro dan mikro ini akan dapat melengkapi

    pemahaman kita akan kondisi di bawah permukaan pada lokasi yang ditinjau. Data geofisika dan geoteknik menjadi

    bahan yang komprehensif untuk mengevaluasi dan menganalisa kondisi bawah permukaan. Selain itu, data tersebut

    memudahkan untuk memodelkan dan mensimulasi besaran dan letak sliding plane pada lereng yang ditinjau melaluianalisa numerik.

  • 7/25/2019 integrasi geofisika untuk geoteknik N-SPT.pdf

    2/8

    Geoteknik

    Konferensi Nasional Teknik Sipil 7 (KoNTekS 7)

    G - 194 Universitas Sebelas Maret (UNS) - Surakarta, 24-26 Oktober 2013

    Gambar 1. Bagan Alir penyelidikan subsurface untuk analisa kelongsoran.

    3. STUDI KASUS KELONGSORAN PADA JALAN NASIONAL MAJENE-MAMUJU

    SULAWESI BARAT.

    Lokasi studi terletak di poros Mamuju Batas Majene berjarak 426+500 km dari Makassar Sulawesi Selatan

    (Gambar 1). Digital elevation Model mengindikasikan lokasi studi terletak pada relief bergelombang dengan sudut

    kemiringan 30 (Gambar 3a). Kondisi geologi lokasi kelongsoran terdiri dari dua satuan kelompok batuan yangjika diurutkan dari yang tertua hingga yang termuda (Gambar 3b) sebagai berikut: Formasi Mamuju (Tmm) terdiri

    dari Napal, Kalkarenit, Batugamping Koral bersisipan tufa dan baru pasir, setempat terdapat Konglomerat. Batuan

    Gunungapi Adang (Tma) terdiri dari Tufa, Lava dan Breksi gunungapi, terutama bersusunan leusitbasalt, sebagian

    mika. Lereng Km. 426+500 pada Formasi Gunungapi Adang. Terdapat bidang patahan berjarak 2.9 km dari lereng

    Km. 426+500. Kawasan Majene-Mamuju merupakan daerah aktif gempa. Terdapat vegetasi yang sudah terkonversi

    menjadi kebun, namun tidak ditemui permukiman pada sekitar lokasi studi. Longsoran yang sudah terjadi cukup

    besar dan mengancam stabilitas jalan yang ada di atas lereng (Gambar 4).

    Penyelidikan GeolistrikPengambilan data dilakukan secara langsung di lapangan dengan menggunakan konfigurasi Wenner dan WennerSchlumberger. Data yang diperoleh dijadikan model sintetik dengan menggunakan perangkat lunak Res2Dmod yang

    menghasilkan penampang (apparent resistivity), yang kemudian diinversikan dengan menggunakan perangkat lunak

    Res2Dinv yang mengasilkan profil 2D true resistivity. Parameter pada model sintetik ini kemudian dijadikan

    parameter lapangan untuk akuisisi data. Hasil inversi dengan menggunakan perangkat lunak Res2Dinv berupa profil

    2D secara vertikal yang dapat menunjukkan kedalaman dan sebaran resistivitas sebenarnya.

    PENYELIDIKAN SUBSURFACE

    EvaluasiStratifikasibatuan dan

    Analisis Data

    Simulasi Numerik

    Analisa BidangGelincir

    SURVEI GEOLISTRIK PENYELIDIKAN GEOTEKNIK

  • 7/25/2019 integrasi geofisika untuk geoteknik N-SPT.pdf

    3/8

    Konferensi Nasional Teknik Sipil 7 (K

    Universitas Sebelas Maret (UNS) - Surakarta,

    Ga

    (a)

    Gambar 3. Di

    Gambar 4. Situas

    119E

    119E

    11930E

    11930E

    330S

    330S

    3S 3S

    230S

    230S

    2S 2

    S

    130S

    130S

    1S 1

    S

    Lokasi PelaksanaanSurvei

    PASADA

    ADIADI

    SALUONIAPANGASAAN

    SALUSU

    SALUADIADI

    703500m

    703500m

    705000m

    705000m

    706500m

    706500m

    708000m

    708000m

    9691500m

    9693000m

    9694500m

    95.71

    73.75

    305.81

    195.86

    425.72

    450.22

    289.90

    312.97

    352.37

    350.65

    165.98

    249.36

    304.54

    333.42

    308.08

    351.89

    147.92

    283.26

    259.29

    223.37

    146.44

    256.97

    218.41

    199.44

    252.10

    190.40

    146.80

    239.64

    188.79

    218.67

    264.50

    188.47

    254.31

    254.47

    221.30

    256.14

    226.29

    223.94

    192.54

    251.29

    217.41

    142.31

    164.71

    172.11

    285.43

    336.20

    213.11

    290.

    25 .

    300

    200

    400

    300

    300

    300

    200

    300

    200

    200

    300

    300

    400

    200

    200

    100421+200M

    426+500M

    NTekS 7)

    24-26 Oktober 2013

    bar 2. Lokasi Lereng yang menjadi obyek studi.

    (b)

    igital Elevation Model (a) dan Peta Geologi Regional

    i lereng yang longsor Poros MajeneMamuju Km. 4

    KemiringanLereng( derajat) ;

    0-5 (Datar)

    30- 50 (Terjal)

    15- 30 (Bergelombang)

    5-15 (Landai)

    PETA KEMIRINGANLERENGLOKASIPELAKSANAANSURVEI GEOLISTRIK

    PT.YODYAKARYA

    SumberPeta;PetaBakosurtanalVersiDigitaltahu2009DigitalElevationModel

    246.58

    200

    0.225 0 0.225 0.45 0.675 0.9Km

    N

    EW

    S

    UA

    9691500m

    9693000m

    9694500m

    .29

    8.33

    355.61

    246.58

    150.52

    309.54

    425.10

    317.43

    407.36

    365.90

    302.50

    400

    400

    00

    400

    300

    Legenda;

    PASADA

    ADIADI

    SALUONIAPANGASAAN

    SALUADIADI

    703500m

    703500m

    705000m

    705000m

    706500m

    706500m

    9691500m

    9693000m

    9694500m

    95.71

    73.75

    305.81

    195.86

    425.72

    450.22

    289.90

    312.97

    352.37

    350.65

    165.98

    249.36

    304.54

    333.42

    308.08

    351.89

    147.92

    283.26

    259.29

    223.37

    146.44

    256.97

    218.41

    199.44

    252.10

    190.40

    146.80

    239.64

    188.79

    218.67

    264.50

    188.47

    254.31

    254.47

    221.30

    256.14

    226.29

    223.94

    192.54

    251.29

    217.41

    142.31

    164.71

    172.11

    300

    200

    400

    300

    200

    200

    200

    300

    300

    400

    200

    200

    100421+200M

    426+500M

    119E

    119E

    11930E

    11930E

    330S

    330S

    3S 3S

    230S

    230S

    2S 2S

    130S

    130S

    1S 1S

    LokasiPela ksanaanSurvei

    Geoteknik

    G - 195

    (b).

    26+500.

    Akhir

    Tengah Miosen

    Tersier

    Kenozoikum

    Zaman-Kala MasaPerkiraanWaktu

    (jutatahun)

    15

    12

    5

    Legenda;

    SALUSUMUA

    708000m

    708000m

    9691500m

    9693000m

    9694500m

    .

    .

    .

    285.43

    336.20

    213.11

    290.29

    258.33

    355.61

    246.58

    150.52

    309.54

    425.10

    317.43

    407.36

    365.90

    302.50

    400

    300

    400

    300

    300

    400

    300

    0.225 0 0.225 0.45 0.675 0.9Km

    N

    EW

    S

    246.58

    200

    SumberPeta;PetaBakosurtanalVersiDigital tahu2009DigitalElevationModel

    PT.YODYAKARYA

    PETA KEMIRINGANLERENGLOKASIPELAKSANAAN SURVEIGEOLI STRIK

    Stratigrafi ;

    BatuanGunungapiAdang(Tma)

    FormasiMamuju(Tmm)

  • 7/25/2019 integrasi geofisika untuk geoteknik N-SPT.pdf

    4/8

    Geoteknik

    Konferensi Nasional Teknik Sipil 7 (KoNTekS 7)

    G - 196 Universitas Sebelas Maret (UNS) - Surakarta, 24-26 Oktober 2013

    Pelaksanaan penyelidikan geolistrik dilakukan pada lokasi longsoran Km. 426+500 dengan jumlah bentangan

    sebanyak tiga bentangan. Sebaran bentangan geolistrik ditentukan berdasarkan orientasi pola kemiringan batuan

    yang diasumsikan berdasarkan pengamatan kondisi permukaan dan korelasi terhadap hasil pelaksanaan pengeboran

    serta kondisi medan (lapangan). Hasil pengukuran topografi mendapatkan kemiringan dan tinggi lereng pada lokasi

    studi (Gambar 5).

    Lokasi bentangan 1 dilaksanakan sepanjang jalan raya pada sisi kiri jalan dengan arah bentangan relatif utara selatan, panjang bentangan 150 meter dengan hasil inversi kedalaman batuan hingga 34 m dari permukaan tanah

    (Gambar 6). Berdasarkan hasil akusisi data diketahui bahwa jenis batuan pada bentangan 1 lokasi titik longsor426+500 berupa material lepas Lempung pasiran (1) dengan nilai tahanan jenis 0-50 , tufa lapili (2) dengan nilai

    tahanan jenis 50-100 dan batupasir pejal (3) dengan tahanan jenis >100, jenis batuan yang menjadi bidang

    gelincir berupa batupasir pejal yang memiliki tingkat porositas yang kecil dengan kedalaman bidang gelincir untuk

    bentangn berkisar antara 5-10 m, khusus pada lokasi detail longsoran eksisting kedalaman bidang gelincir 4 meter

    dari permukaan tanah (gambar 6a). Lokasi bentangan 2 dilaksanakan memotong relatif tegak lurus terhadap lokasi

    longsoran eksisting pada sisi kiri jalan dengan arah bentangan barat timur (Gambar 7). Panjang bentangan 150

    meter dengan hasil inversi kedalaman batuan hingga 34 m dari permukaan tanah. Berdasarkan hasil akusisi data

    diketahui bahwa jenis batuan pada bentangan 2 lokasi Km. 426+500 berupa material lepas Lempung pasiran (1)

    dengan nilai tahanan jenis 0-50 , tufa lapili (2) dengan nilai tahanan jenis 50-100 dan batupasir pejal (3)

    dengan tahanan jenis >100, jenis batuan yang menjad

    i bidang gelincir berupa batupasir pejal yang memilikitingkat porositas yang kecil dengan kedalaman bidang gelincir untuk bentangn berkisar antara 3-25 m, khusus pada

    lokasi detail longsoran eksisting kedalaman bidang gelincir 4 meter dari permukaan tanah (Gambar 8).

    Penyelidikan Geoteknik N-SPTPenyelidikan bor inti beserta Standard Penetration Test (SPT) di lokasi Km. 426+500. Pemboran inti (core drilling)

    dan SPT dilakukan guna mendapatkan informasi keadaan bawah permukaan tanah/batuan akan sifat keteknikannya.

    Interpretasi jenis lapisan tanah dan batuan dilakukan melalui visualisasi langsung di lapangan dari tanah yang

    dikeluarkan dari tabung sampel. Pada Gambar 9 untuk titik B1, kedalaman 0 - 3.20 meter berupa lempung pasiran

    coklat muda hingga coklat agak tua bercampur sedikit kerikil, plastisitas sedang dengan konsistensi sangat kaku.

    Kedalaman 3.20 -. 7.00 meter berupa batu pasir abu-abu hingga kehitam-hitaman dengan kualitas batuan sangatjelek (RQD

  • 7/25/2019 integrasi geofisika untuk geoteknik N-SPT.pdf

    5/8

    Geoteknik

    Konferensi Nasional Teknik Sipil 7 (KoNTekS 7)

    Universitas Sebelas Maret (UNS) - Surakarta, 24-26 Oktober 2013 G - 197

    5.

    Gambar 6. Hasil pengukuran geolistrik pada bentang 1.

    Gambar 7. Hasil pengukuran geolistrik pada bentang 2.

    Gambar 8. Hasil pengukuran geolistrik pada bentang 3.

    Rembesan

    matair DangkalKontak Batuan

    (BidangGelincir)

    AB

    Titik Longsor

    Kontak Batuan

    (BidangGelincir)

    AB

    Titik LongsorKontak Batuan

    (BidangGelincir)

    AB

    12

    3

    2

  • 7/25/2019 integrasi geofisika untuk geoteknik N-SPT.pdf

    6/8

    Geoteknik

    Konferensi Nasional Teknik Sipil 7 (KoNTekS 7)

    G - 198 Universitas Sebelas Maret (UNS) - Surakarta, 24-26 Oktober 2013

    Gambar 9. Borelog dan N-SPT pada B1 dan B2.

    4. ANALISA KELONGSORAN BERBASIS DATA GEOLISTRIK DAN GEOTEKNIK

    Berdasarkan hasil penyelidikan geolistrik diindikasikan bahwa formasi lempung pasiran pada kedalaman 05 meter

    dengan nilai resistansi listrik 0 50 . Hasil geoteknik mengindikasikan hasil yang sama yaitu lempung pasirandengan ketebalan hingga 5 meter dan nilai N-SPT nya rendah berkisar antara 1218. Di bawah lapisan lempung

    pasiran, terdapat formasi tufa pada kedalaman 57 meter dengan nilai resistance 50 - 100 yang diselingi dengan

    batupasir. Sementara penyelidikan geoteknik menunjukkan adanya batuan tufa setebal 2 meter, namun masih

    diselingi oleh batupasir setebal 3,5 meter. Nilai N-SPT batuan tufa dan batu pasir ini sudah melebihi 60.

    Rembesan mata air ditemukan berdasarkan data geolistrik pada bidang kontak antara lempung pasiran dan tufa

    lapili (Gambar 8). Borelog geoteknik menunjukkan kedalaman air tanah juga sekitar 3.5 meter, pada bidang kontak

    antara lempung pasiran dan tufa. kelongsoran terjadi pada bidang kontak antara lempung pasiran dan tufa.

    5. SIMULASI NUMERIK

    Studi ini juga melakukan analisa kestabilan lereng untuk menentukan secara probabilistik bidang gelincir pada

    lereng. Simulasi dilakukan dengan menggunakan commercial software Slope/w Geostudio. Adapun parameter tanah

    yang digunakan merupakan hasil uji Geser Langsung (Tabel 1). Pemodelan lereng menggunakan data topografi, data

    geoteknik dari sampel UDS (undisturbed soil) tanah lempung pasiran. Untuk itu, analisa bidang gelincir dilakukan

    : : . .

    0.001.00

    2 .00 5/ 15 1.002 .45 8/ 15 2.00

    10/15

    2.003.00

    4.00 3.004.08 4.00

    4.005.00

    6.00 5.006.08 6.00

    6.007.00

    8.00 7.008.05 8.00

    8.009.00

    9.0010.00

    10.0011.00

    11.0012.00

    12.0013.00

    13.0014.00

    14.0015.00

    15.0016.00

    16.0017.00

    17.0018.00

    18.0019.00

    19.0020.00

    -18.00

    - 17.50 17.5

    -9.50 9.5

    -15.50

    -17.00

    6.5

    -7.00 7.0

    18.00

    0.00

    0.00

    18.00

    11.00

    15.5

    16.5

    17.0

    20.0

    -18.50

    -19.00

    -19.50

    -20.00

    Elevation(m)

    GroundWaterTable

    (m)

    Depth(m)

    Sample

    BoringLog

    Description

    0.00

    -4.50

    -5.00

    18

    - 10.00 10.0

    5.5

    14.5

    - 15.00 15.0

    Depth(m)

    NumberofBlows

    (blow/cm)

    N-Value

    (N/foot)

    Depth(m)

    RQD-Value(%)

    N - Value

    0 1 0 2 0 3 0 4 0 5 0 6 0

    Standar d Penetr atio n Test RQD

    -0.50 0.5

    -1.00 1.0

    0.00 0.0

    >60

    -3.50 3.5

    -4.00 4.0

    0.00

    Lempung Pasiran coklat muda

    hingga coklat agak tua bercampur

    sedikit kerikil, plastisitas sedang

    dengan konsistensi sangat kaku

    Batu pasir abu-abu hingga kehitam-

    hitaman dengan kualitas batuan

    sangat jelek (RQD60

    -7.50 7.5

    -8.00 8.0

    -8.50 8.5

    -9.00 9.0

    Tuff coklat muda kekuningan

    bercampur gravel coklat kehitaman

    dengan kerapatan relatif sangat

    padat

    Batu pasir abu-abu hingga kehitam-

    hitaman dengan kualitas batuan

    sangat jelek (RQD60

    -5.50

    6.0

    0.001.00

    2. 00 2/ 15 1.002. 45 5/ 15 2.00

    7/15

    2.003.00

    4. 00 3/ 15 3.004. 45 6/ 15 4.00

    8/15

    .5.00

    6.00 5.006.08 6.00

    6.007.00

    8.00 7.00. 5 8.00

    8.009.00

    . .10.05 10.00

    10.0011.00

    11.0012.00

    12.0013.00

    13.0014.00

    1 .15.00

    15.0016.00

    16.0017.00

    17.001 .

    18.0019.00

    1 .20.00

    Lempung Pasiran coklat muda

    hingga coklat agak tua bercampur

    sedikit kerikil, plastisitas sedang

    dengan konsistensi kaku

    Tuff coklat muda kekuningan

    bercampur gravel coklat kehitaman

    dengan kerapatan relatif sangat

    padat

    Batu pasir abu-abu hingga kehitam-

    hitaman dengan kualitas batuan

    sangat jelek (RQD60

    -9.50 9.5

    >60

    -7.50 7.5

    -8.00 8.0

    -6.00 6.0

    -6.50 6.5

    -7.00 7.0

    -4.00 4.0

    -4.50 4.5

    -5.00 5.0

    >60

    -5.50 5.5

    -2.50 2.5

    -3.00 3.0

    14

    -3.50 3.5

    -0.50 0.5

    -1.00 1.0

    12

    0.00 0.0

    -1.50 1.5

    Depth(m)

    NumberofBlows

    (blow/cm)

    N-Value

    (N/foot)

    Depth(m)

    RQD-Value(%)

    N - Value

    0 1 0 2 0 3 0 4 0 5 0 60Elevation(m)

    GroundWaterTable

    (m)

    Depth(m)

    Sample

    BoringLog

    Description

    Stand ar d Pene tr ati on Test RQD

    B1 B2

  • 7/25/2019 integrasi geofisika untuk geoteknik N-SPT.pdf

    7/8

    Geoteknik

    Konferensi Nasional Teknik Sipil 7 (KoNTekS 7)

    Universitas Sebelas Maret (UNS) - Surakarta, 24-26 Oktober 2013 G - 199

    dengan metode Ordinary, Bishop, Janbu dan Morgensten-Price (Table 2). Dari hasil simulasi didapatkan bidang

    gelincir dengan Safety Factor (SF) lebih kecil dari 1,00 dengan radius gelincir yang berkisar antara 6 8 meter.

    Hasil ini mengkonfirmasi hasil dari survey geolistrik bahwa bidang gelincir terjadi pada interface antara lapisan

    lempung pasiran dan lapisan tufa.

    Tabel 1. Parameter Geomekanik Lempung pasiran pada Lereng dari Data Bor B1 dan B2.

    g

    (kN/m3)

    C

    (kPa)

    B1 17,6 20 31

    B2 18,2 19 32

    Rata-Rata 17,9 19,5 31,5

    Tabel 2. Hasil Simulasi.

    Metode SF Radius

    Gelincir (m)

    Ordinary 0,845 8,504

    Janbu 0,955 6,35Bishop 0,978 6,226

    Morgensten-Price 0,934 8,503

    Gambar 10. Bidang gelincir berdasarkan metode Ordinary (a), Janbu (b), Bishop (c) dan Morgensten-Price (d).

    (a) (b)

    (c) (d)

  • 7/25/2019 integrasi geofisika untuk geoteknik N-SPT.pdf

    8/8

    Geoteknik

    Konferensi Nasional Teknik Sipil 7 (KoNTekS 7)

    G - 200 Universitas Sebelas Maret (UNS) - Surakarta, 24-26 Oktober 2013

    6. KESIMPULAN

    a. Integrasi interpretasi antara data geolistrik sebagai investigasi makro dan geoteknik bore-N SPT sebagai

    investigasi mikro dapat meningkatkan kehandalan analisa kelongsoran yang dibutuhkan untuk mendesain

    struktur penanganannya.

    b. Investigasi geolistrik mengindikasikan bahwa sliding plane terdapat pada bidang kontak antara lapisanlempung pasiran dan lapisan tufa lapili. Indikasi ini terkonfirmasi dari hasil simulasi berbasis data

    geoteknik borelog-N SPT dan uji lab, dimana radius bidang gelincir menyentuh bidang pertemuan antara

    lempung pasiran dan tufa lapili.

    c. Korelasi antara nilai resistifitas batuan dan nilai N-SPT secara empirik mengindikasikan bahwa resistifitas

    batuan rendah memiliki nilai N-SPT yang rendah pula. Hanya saja kisaran nilai resistifitas batuan yang

    berskala 50 masih kurang sensitive terhadap nilai N-SPT. Hal ini menjadi bahan untuk studi selanjutnya.

    DAFTAR PUSTAKA

    Hazreek, Z.A., Rosli, S., Ahmad, F., Wijayasekera, D.C., Baharuddin, M.F.T., (2012). Integral Analysis of

    Geoelectrical (Resistivity), and Geotechnical (SPT) Data in Slope Stability Assessment. Academic Journal of

    Science. Vol.2. pp. 305-316.

    Friedel, S., Thielen, A., Springman, S.M. (2006). Investigation of a slope endangered by rainfall induced landslide

    using 3D resistivity tomografi and geotechnical testing. Journal of Applied Geophysics, 60, pp. 100-114.

    Godio, A, Bottino, G. (2001). Electrical and electromagnetic investigation for landslide characterization. Physics

    and Chemistry of the Earth, Part. C: Solar, Terrestial and ammp: Planetary Science, 26, pp. 705-710.

    Grandjean, G., Gourry, J.C., Sanchez, O., Bitri, A., Garambois, S. (2011). Structural study of the Ballandaz

    landslide (French Alps) using geophysical imagery. Journal of Applied Geophysics, 75, pp. 531-542.

    Liu, C., Evett, J.B., (2008). Soils and Foundations. 2nd. New Jersey, Pearson Prentice Hall.

    Clayton, C.R.I., Matthews, M.C., Simons, N. E., (1995). Site Investigations, 2nd

    Ed. UK, Blackwell Science Ltd.

    Oh, S, Sun, C.-G. (2008). Combined analysis of electrical resistivity and geotechnical SPT blow counts for the

    safety assessment of fill dam. Environment Geology, 54, pp. 31-42.

    Sudha, K., Israil, M., Mittal, S., Rai, J. (2009). Soil characterization using resistivity tomography and geotechnical

    investigations. Journal of Applied Geophysics, 67, pp. 74-79.