integrasi geofisika untuk geoteknik n-spt.pdf
TRANSCRIPT
-
7/25/2019 integrasi geofisika untuk geoteknik N-SPT.pdf
1/8
Geoteknik
Konferensi Nasional Teknik Sipil 7 (KoNTekS 7)
Universitas Sebelas Maret (UNS) - Surakarta, 24-26 Oktober 2013 G - 193
ANALISIS KESTABILAN LERENG BERDASARKAN INTEGRASI DATA GEOFISIKA
TAHANAN BATUAN DAN GEOTEKNIK N-SPT
(257G)
Ardy Arsyad1, Tri Harianto1, Lawalenna Samang1, Wahniar Hamid2, Ronald Angi1
1Jurusan Teknik Sipil, Fakultas Teknik, Universitas Hasanuddin, Jl. P. Kemerdekaan Km. 10 Makassar
Email: [email protected]
PT. Yodya Karya (Persero) Cabang Makassar, Jl. A.P. Pettarani 74 Makassar
ABSTRAK
Studi ini memaparkan analisa kestabilan lereng dengan menggunakan integrasi data geofisika dan
geoteknik. Data geofisika dilakukan melalui penyelidikan geolistrik tomografi dengan konfigurasi
Wenner dan Wenner Schlumberger, dan geoteknik dengan metode bor inti dan pengujian standard
penetration test (SPT). Tanah longsor pada Poros Jalan Nasional Majene-Mamuju Sulawesi Barat(Km. 426+500) menjadi lokasi studi dengan kondisi geologi berformasi Gunungapi Adang dan
berelief terjal (15-30). Stratifikasi batuannya adalah pasir lempung, tufa dan kemudian batupasir.Dari hasil studi didapatkan bahwa pengujian geofisika mampu mengobservasi stratifikasi batuan dan
mengidentifikasi bidang sentuh antara lapisan batuan masif dan batuan lapuk (tanah) yang kemudian
dikategorikan sebagai bidang gelincir. Bidang gelincir ini terkonfirmasi oleh simulasi numerik
berdasarkan data geoteknik. Dapat diindikasikan pula adanya korelasi empirik antara resistivitas
batuan dan nilai N-SPT. Studi ini diharapkan dapat memberikan kontribusi pengembangan
integrasi metode geolistrik dan N-SPT pada analisa kestabilan lereng yang lebih akurat.
Kata kunci: geolistrik tomografi, geoteknik N-SPT, analisa kestabilan lereng
1. PENDAHULUANIntegrasi antara penyelidikan geolistrik dan geoteknik dilakukan untuk mendapatkan data dan interpretasi yang
tepat mengenai profil batuan dan tanah lereng (Sudha et al., 2009; Oh and Sun, 2007). Salah satu pendekatan metode
pendugaan kondisi bawah permukaan lereng adalah integrasi geolistrik dan geoteknik (SPT Borehole) yang dapat
menghasilkan dugaan gambaran kondisi bawah permukaan yang valid beserta properti mekanik geomaterialnya.
Survei geolistrik telah banyak digunakan pada penyelidikan kondisi lereng pada pra dan pasca landslide (Hazreek et
al, 2012; Grandjean et al., 2011; Friedel et al., 2006; Godio and Bottino, 2011). Integrasi survey geolistrik dan datageoteknik dapat memberika data dan interpretasi yang tepat mengenai profil batuan dan tanah lereng (Sudha et al.,
2009; Oh and Sun, 2007). Meskipun demikian, analisa stabilitas lereng dengan memadukan data geolistrik dan
geoteknik belumlah banyak dilakukan pada kasus-kasus kelongsoran di Indonesia. Oleh karena itu, studi ini
mencoba mengaplikasikan analisa stabilitas lereng dengan metode integrasi interpretasi antara data geolistrik dan
geoteknik.
2. INTEGRASI GEOLISTRIK TOMOGRAFI DAN GEOTEKNIK N-SPT
Pelaksanaan survei geolistrik pada post-failure landslide telah banyak dilakukan untuk menyelidiki variasi bawah
permukaan. Akan tetapi, survey geolistrik dapat memiliki kesalahan dikarenakan tahanan listrik tanah yang
berkaitan dengan kadar air dan material tanah tidak diukur secara langsung (Liu dan Evett, 2008). Survei geolistrik
lebih bersifat kualitatif (Clayton et al., 1995) dan olehnya itu memerlukan konfirmasi kuantitatif melalui data
geoteknik seperti log bore dan data pengujian laboratorium. Integrasi antara kedua survai ini dapat dilakukan
dengan tahapan sebagaimana dijelaskan pada Gambar 1. Penyelidikan geolistrik dilakukan untuk mendapatkan data
makro termasuk stratifikasi tanah/batuan, heterogenitasnya dan serta muka air tanah. Sementara itu, penyelidikan
geoteknik dilakukan untuk mendapatkan data mikro mengenai akan properti mekanis tanah/batuan termasuk data
kuat geser, sudut geser, kohesi dan densitas tanah. Kedua data makro dan mikro ini akan dapat melengkapi
pemahaman kita akan kondisi di bawah permukaan pada lokasi yang ditinjau. Data geofisika dan geoteknik menjadi
bahan yang komprehensif untuk mengevaluasi dan menganalisa kondisi bawah permukaan. Selain itu, data tersebut
memudahkan untuk memodelkan dan mensimulasi besaran dan letak sliding plane pada lereng yang ditinjau melaluianalisa numerik.
-
7/25/2019 integrasi geofisika untuk geoteknik N-SPT.pdf
2/8
Geoteknik
Konferensi Nasional Teknik Sipil 7 (KoNTekS 7)
G - 194 Universitas Sebelas Maret (UNS) - Surakarta, 24-26 Oktober 2013
Gambar 1. Bagan Alir penyelidikan subsurface untuk analisa kelongsoran.
3. STUDI KASUS KELONGSORAN PADA JALAN NASIONAL MAJENE-MAMUJU
SULAWESI BARAT.
Lokasi studi terletak di poros Mamuju Batas Majene berjarak 426+500 km dari Makassar Sulawesi Selatan
(Gambar 1). Digital elevation Model mengindikasikan lokasi studi terletak pada relief bergelombang dengan sudut
kemiringan 30 (Gambar 3a). Kondisi geologi lokasi kelongsoran terdiri dari dua satuan kelompok batuan yangjika diurutkan dari yang tertua hingga yang termuda (Gambar 3b) sebagai berikut: Formasi Mamuju (Tmm) terdiri
dari Napal, Kalkarenit, Batugamping Koral bersisipan tufa dan baru pasir, setempat terdapat Konglomerat. Batuan
Gunungapi Adang (Tma) terdiri dari Tufa, Lava dan Breksi gunungapi, terutama bersusunan leusitbasalt, sebagian
mika. Lereng Km. 426+500 pada Formasi Gunungapi Adang. Terdapat bidang patahan berjarak 2.9 km dari lereng
Km. 426+500. Kawasan Majene-Mamuju merupakan daerah aktif gempa. Terdapat vegetasi yang sudah terkonversi
menjadi kebun, namun tidak ditemui permukiman pada sekitar lokasi studi. Longsoran yang sudah terjadi cukup
besar dan mengancam stabilitas jalan yang ada di atas lereng (Gambar 4).
Penyelidikan GeolistrikPengambilan data dilakukan secara langsung di lapangan dengan menggunakan konfigurasi Wenner dan WennerSchlumberger. Data yang diperoleh dijadikan model sintetik dengan menggunakan perangkat lunak Res2Dmod yang
menghasilkan penampang (apparent resistivity), yang kemudian diinversikan dengan menggunakan perangkat lunak
Res2Dinv yang mengasilkan profil 2D true resistivity. Parameter pada model sintetik ini kemudian dijadikan
parameter lapangan untuk akuisisi data. Hasil inversi dengan menggunakan perangkat lunak Res2Dinv berupa profil
2D secara vertikal yang dapat menunjukkan kedalaman dan sebaran resistivitas sebenarnya.
PENYELIDIKAN SUBSURFACE
EvaluasiStratifikasibatuan dan
Analisis Data
Simulasi Numerik
Analisa BidangGelincir
SURVEI GEOLISTRIK PENYELIDIKAN GEOTEKNIK
-
7/25/2019 integrasi geofisika untuk geoteknik N-SPT.pdf
3/8
Konferensi Nasional Teknik Sipil 7 (K
Universitas Sebelas Maret (UNS) - Surakarta,
Ga
(a)
Gambar 3. Di
Gambar 4. Situas
119E
119E
11930E
11930E
330S
330S
3S 3S
230S
230S
2S 2
S
130S
130S
1S 1
S
Lokasi PelaksanaanSurvei
PASADA
ADIADI
SALUONIAPANGASAAN
SALUSU
SALUADIADI
703500m
703500m
705000m
705000m
706500m
706500m
708000m
708000m
9691500m
9693000m
9694500m
95.71
73.75
305.81
195.86
425.72
450.22
289.90
312.97
352.37
350.65
165.98
249.36
304.54
333.42
308.08
351.89
147.92
283.26
259.29
223.37
146.44
256.97
218.41
199.44
252.10
190.40
146.80
239.64
188.79
218.67
264.50
188.47
254.31
254.47
221.30
256.14
226.29
223.94
192.54
251.29
217.41
142.31
164.71
172.11
285.43
336.20
213.11
290.
25 .
300
200
400
300
300
300
200
300
200
200
300
300
400
200
200
100421+200M
426+500M
NTekS 7)
24-26 Oktober 2013
bar 2. Lokasi Lereng yang menjadi obyek studi.
(b)
igital Elevation Model (a) dan Peta Geologi Regional
i lereng yang longsor Poros MajeneMamuju Km. 4
KemiringanLereng( derajat) ;
0-5 (Datar)
30- 50 (Terjal)
15- 30 (Bergelombang)
5-15 (Landai)
PETA KEMIRINGANLERENGLOKASIPELAKSANAANSURVEI GEOLISTRIK
PT.YODYAKARYA
SumberPeta;PetaBakosurtanalVersiDigitaltahu2009DigitalElevationModel
246.58
200
0.225 0 0.225 0.45 0.675 0.9Km
N
EW
S
UA
9691500m
9693000m
9694500m
.29
8.33
355.61
246.58
150.52
309.54
425.10
317.43
407.36
365.90
302.50
400
400
00
400
300
Legenda;
PASADA
ADIADI
SALUONIAPANGASAAN
SALUADIADI
703500m
703500m
705000m
705000m
706500m
706500m
9691500m
9693000m
9694500m
95.71
73.75
305.81
195.86
425.72
450.22
289.90
312.97
352.37
350.65
165.98
249.36
304.54
333.42
308.08
351.89
147.92
283.26
259.29
223.37
146.44
256.97
218.41
199.44
252.10
190.40
146.80
239.64
188.79
218.67
264.50
188.47
254.31
254.47
221.30
256.14
226.29
223.94
192.54
251.29
217.41
142.31
164.71
172.11
300
200
400
300
200
200
200
300
300
400
200
200
100421+200M
426+500M
119E
119E
11930E
11930E
330S
330S
3S 3S
230S
230S
2S 2S
130S
130S
1S 1S
LokasiPela ksanaanSurvei
Geoteknik
G - 195
(b).
26+500.
Akhir
Tengah Miosen
Tersier
Kenozoikum
Zaman-Kala MasaPerkiraanWaktu
(jutatahun)
15
12
5
Legenda;
SALUSUMUA
708000m
708000m
9691500m
9693000m
9694500m
.
.
.
285.43
336.20
213.11
290.29
258.33
355.61
246.58
150.52
309.54
425.10
317.43
407.36
365.90
302.50
400
300
400
300
300
400
300
0.225 0 0.225 0.45 0.675 0.9Km
N
EW
S
246.58
200
SumberPeta;PetaBakosurtanalVersiDigital tahu2009DigitalElevationModel
PT.YODYAKARYA
PETA KEMIRINGANLERENGLOKASIPELAKSANAAN SURVEIGEOLI STRIK
Stratigrafi ;
BatuanGunungapiAdang(Tma)
FormasiMamuju(Tmm)
-
7/25/2019 integrasi geofisika untuk geoteknik N-SPT.pdf
4/8
Geoteknik
Konferensi Nasional Teknik Sipil 7 (KoNTekS 7)
G - 196 Universitas Sebelas Maret (UNS) - Surakarta, 24-26 Oktober 2013
Pelaksanaan penyelidikan geolistrik dilakukan pada lokasi longsoran Km. 426+500 dengan jumlah bentangan
sebanyak tiga bentangan. Sebaran bentangan geolistrik ditentukan berdasarkan orientasi pola kemiringan batuan
yang diasumsikan berdasarkan pengamatan kondisi permukaan dan korelasi terhadap hasil pelaksanaan pengeboran
serta kondisi medan (lapangan). Hasil pengukuran topografi mendapatkan kemiringan dan tinggi lereng pada lokasi
studi (Gambar 5).
Lokasi bentangan 1 dilaksanakan sepanjang jalan raya pada sisi kiri jalan dengan arah bentangan relatif utara selatan, panjang bentangan 150 meter dengan hasil inversi kedalaman batuan hingga 34 m dari permukaan tanah
(Gambar 6). Berdasarkan hasil akusisi data diketahui bahwa jenis batuan pada bentangan 1 lokasi titik longsor426+500 berupa material lepas Lempung pasiran (1) dengan nilai tahanan jenis 0-50 , tufa lapili (2) dengan nilai
tahanan jenis 50-100 dan batupasir pejal (3) dengan tahanan jenis >100, jenis batuan yang menjadi bidang
gelincir berupa batupasir pejal yang memiliki tingkat porositas yang kecil dengan kedalaman bidang gelincir untuk
bentangn berkisar antara 5-10 m, khusus pada lokasi detail longsoran eksisting kedalaman bidang gelincir 4 meter
dari permukaan tanah (gambar 6a). Lokasi bentangan 2 dilaksanakan memotong relatif tegak lurus terhadap lokasi
longsoran eksisting pada sisi kiri jalan dengan arah bentangan barat timur (Gambar 7). Panjang bentangan 150
meter dengan hasil inversi kedalaman batuan hingga 34 m dari permukaan tanah. Berdasarkan hasil akusisi data
diketahui bahwa jenis batuan pada bentangan 2 lokasi Km. 426+500 berupa material lepas Lempung pasiran (1)
dengan nilai tahanan jenis 0-50 , tufa lapili (2) dengan nilai tahanan jenis 50-100 dan batupasir pejal (3)
dengan tahanan jenis >100, jenis batuan yang menjad
i bidang gelincir berupa batupasir pejal yang memilikitingkat porositas yang kecil dengan kedalaman bidang gelincir untuk bentangn berkisar antara 3-25 m, khusus pada
lokasi detail longsoran eksisting kedalaman bidang gelincir 4 meter dari permukaan tanah (Gambar 8).
Penyelidikan Geoteknik N-SPTPenyelidikan bor inti beserta Standard Penetration Test (SPT) di lokasi Km. 426+500. Pemboran inti (core drilling)
dan SPT dilakukan guna mendapatkan informasi keadaan bawah permukaan tanah/batuan akan sifat keteknikannya.
Interpretasi jenis lapisan tanah dan batuan dilakukan melalui visualisasi langsung di lapangan dari tanah yang
dikeluarkan dari tabung sampel. Pada Gambar 9 untuk titik B1, kedalaman 0 - 3.20 meter berupa lempung pasiran
coklat muda hingga coklat agak tua bercampur sedikit kerikil, plastisitas sedang dengan konsistensi sangat kaku.
Kedalaman 3.20 -. 7.00 meter berupa batu pasir abu-abu hingga kehitam-hitaman dengan kualitas batuan sangatjelek (RQD
-
7/25/2019 integrasi geofisika untuk geoteknik N-SPT.pdf
5/8
Geoteknik
Konferensi Nasional Teknik Sipil 7 (KoNTekS 7)
Universitas Sebelas Maret (UNS) - Surakarta, 24-26 Oktober 2013 G - 197
5.
Gambar 6. Hasil pengukuran geolistrik pada bentang 1.
Gambar 7. Hasil pengukuran geolistrik pada bentang 2.
Gambar 8. Hasil pengukuran geolistrik pada bentang 3.
Rembesan
matair DangkalKontak Batuan
(BidangGelincir)
AB
Titik Longsor
Kontak Batuan
(BidangGelincir)
AB
Titik LongsorKontak Batuan
(BidangGelincir)
AB
12
3
2
-
7/25/2019 integrasi geofisika untuk geoteknik N-SPT.pdf
6/8
Geoteknik
Konferensi Nasional Teknik Sipil 7 (KoNTekS 7)
G - 198 Universitas Sebelas Maret (UNS) - Surakarta, 24-26 Oktober 2013
Gambar 9. Borelog dan N-SPT pada B1 dan B2.
4. ANALISA KELONGSORAN BERBASIS DATA GEOLISTRIK DAN GEOTEKNIK
Berdasarkan hasil penyelidikan geolistrik diindikasikan bahwa formasi lempung pasiran pada kedalaman 05 meter
dengan nilai resistansi listrik 0 50 . Hasil geoteknik mengindikasikan hasil yang sama yaitu lempung pasirandengan ketebalan hingga 5 meter dan nilai N-SPT nya rendah berkisar antara 1218. Di bawah lapisan lempung
pasiran, terdapat formasi tufa pada kedalaman 57 meter dengan nilai resistance 50 - 100 yang diselingi dengan
batupasir. Sementara penyelidikan geoteknik menunjukkan adanya batuan tufa setebal 2 meter, namun masih
diselingi oleh batupasir setebal 3,5 meter. Nilai N-SPT batuan tufa dan batu pasir ini sudah melebihi 60.
Rembesan mata air ditemukan berdasarkan data geolistrik pada bidang kontak antara lempung pasiran dan tufa
lapili (Gambar 8). Borelog geoteknik menunjukkan kedalaman air tanah juga sekitar 3.5 meter, pada bidang kontak
antara lempung pasiran dan tufa. kelongsoran terjadi pada bidang kontak antara lempung pasiran dan tufa.
5. SIMULASI NUMERIK
Studi ini juga melakukan analisa kestabilan lereng untuk menentukan secara probabilistik bidang gelincir pada
lereng. Simulasi dilakukan dengan menggunakan commercial software Slope/w Geostudio. Adapun parameter tanah
yang digunakan merupakan hasil uji Geser Langsung (Tabel 1). Pemodelan lereng menggunakan data topografi, data
geoteknik dari sampel UDS (undisturbed soil) tanah lempung pasiran. Untuk itu, analisa bidang gelincir dilakukan
: : . .
0.001.00
2 .00 5/ 15 1.002 .45 8/ 15 2.00
10/15
2.003.00
4.00 3.004.08 4.00
4.005.00
6.00 5.006.08 6.00
6.007.00
8.00 7.008.05 8.00
8.009.00
9.0010.00
10.0011.00
11.0012.00
12.0013.00
13.0014.00
14.0015.00
15.0016.00
16.0017.00
17.0018.00
18.0019.00
19.0020.00
-18.00
- 17.50 17.5
-9.50 9.5
-15.50
-17.00
6.5
-7.00 7.0
18.00
0.00
0.00
18.00
11.00
15.5
16.5
17.0
20.0
-18.50
-19.00
-19.50
-20.00
Elevation(m)
GroundWaterTable
(m)
Depth(m)
Sample
BoringLog
Description
0.00
-4.50
-5.00
18
- 10.00 10.0
5.5
14.5
- 15.00 15.0
Depth(m)
NumberofBlows
(blow/cm)
N-Value
(N/foot)
Depth(m)
RQD-Value(%)
N - Value
0 1 0 2 0 3 0 4 0 5 0 6 0
Standar d Penetr atio n Test RQD
-0.50 0.5
-1.00 1.0
0.00 0.0
>60
-3.50 3.5
-4.00 4.0
0.00
Lempung Pasiran coklat muda
hingga coklat agak tua bercampur
sedikit kerikil, plastisitas sedang
dengan konsistensi sangat kaku
Batu pasir abu-abu hingga kehitam-
hitaman dengan kualitas batuan
sangat jelek (RQD60
-7.50 7.5
-8.00 8.0
-8.50 8.5
-9.00 9.0
Tuff coklat muda kekuningan
bercampur gravel coklat kehitaman
dengan kerapatan relatif sangat
padat
Batu pasir abu-abu hingga kehitam-
hitaman dengan kualitas batuan
sangat jelek (RQD60
-5.50
6.0
0.001.00
2. 00 2/ 15 1.002. 45 5/ 15 2.00
7/15
2.003.00
4. 00 3/ 15 3.004. 45 6/ 15 4.00
8/15
.5.00
6.00 5.006.08 6.00
6.007.00
8.00 7.00. 5 8.00
8.009.00
. .10.05 10.00
10.0011.00
11.0012.00
12.0013.00
13.0014.00
1 .15.00
15.0016.00
16.0017.00
17.001 .
18.0019.00
1 .20.00
Lempung Pasiran coklat muda
hingga coklat agak tua bercampur
sedikit kerikil, plastisitas sedang
dengan konsistensi kaku
Tuff coklat muda kekuningan
bercampur gravel coklat kehitaman
dengan kerapatan relatif sangat
padat
Batu pasir abu-abu hingga kehitam-
hitaman dengan kualitas batuan
sangat jelek (RQD60
-9.50 9.5
>60
-7.50 7.5
-8.00 8.0
-6.00 6.0
-6.50 6.5
-7.00 7.0
-4.00 4.0
-4.50 4.5
-5.00 5.0
>60
-5.50 5.5
-2.50 2.5
-3.00 3.0
14
-3.50 3.5
-0.50 0.5
-1.00 1.0
12
0.00 0.0
-1.50 1.5
Depth(m)
NumberofBlows
(blow/cm)
N-Value
(N/foot)
Depth(m)
RQD-Value(%)
N - Value
0 1 0 2 0 3 0 4 0 5 0 60Elevation(m)
GroundWaterTable
(m)
Depth(m)
Sample
BoringLog
Description
Stand ar d Pene tr ati on Test RQD
B1 B2
-
7/25/2019 integrasi geofisika untuk geoteknik N-SPT.pdf
7/8
Geoteknik
Konferensi Nasional Teknik Sipil 7 (KoNTekS 7)
Universitas Sebelas Maret (UNS) - Surakarta, 24-26 Oktober 2013 G - 199
dengan metode Ordinary, Bishop, Janbu dan Morgensten-Price (Table 2). Dari hasil simulasi didapatkan bidang
gelincir dengan Safety Factor (SF) lebih kecil dari 1,00 dengan radius gelincir yang berkisar antara 6 8 meter.
Hasil ini mengkonfirmasi hasil dari survey geolistrik bahwa bidang gelincir terjadi pada interface antara lapisan
lempung pasiran dan lapisan tufa.
Tabel 1. Parameter Geomekanik Lempung pasiran pada Lereng dari Data Bor B1 dan B2.
g
(kN/m3)
C
(kPa)
B1 17,6 20 31
B2 18,2 19 32
Rata-Rata 17,9 19,5 31,5
Tabel 2. Hasil Simulasi.
Metode SF Radius
Gelincir (m)
Ordinary 0,845 8,504
Janbu 0,955 6,35Bishop 0,978 6,226
Morgensten-Price 0,934 8,503
Gambar 10. Bidang gelincir berdasarkan metode Ordinary (a), Janbu (b), Bishop (c) dan Morgensten-Price (d).
(a) (b)
(c) (d)
-
7/25/2019 integrasi geofisika untuk geoteknik N-SPT.pdf
8/8
Geoteknik
Konferensi Nasional Teknik Sipil 7 (KoNTekS 7)
G - 200 Universitas Sebelas Maret (UNS) - Surakarta, 24-26 Oktober 2013
6. KESIMPULAN
a. Integrasi interpretasi antara data geolistrik sebagai investigasi makro dan geoteknik bore-N SPT sebagai
investigasi mikro dapat meningkatkan kehandalan analisa kelongsoran yang dibutuhkan untuk mendesain
struktur penanganannya.
b. Investigasi geolistrik mengindikasikan bahwa sliding plane terdapat pada bidang kontak antara lapisanlempung pasiran dan lapisan tufa lapili. Indikasi ini terkonfirmasi dari hasil simulasi berbasis data
geoteknik borelog-N SPT dan uji lab, dimana radius bidang gelincir menyentuh bidang pertemuan antara
lempung pasiran dan tufa lapili.
c. Korelasi antara nilai resistifitas batuan dan nilai N-SPT secara empirik mengindikasikan bahwa resistifitas
batuan rendah memiliki nilai N-SPT yang rendah pula. Hanya saja kisaran nilai resistifitas batuan yang
berskala 50 masih kurang sensitive terhadap nilai N-SPT. Hal ini menjadi bahan untuk studi selanjutnya.
DAFTAR PUSTAKA
Hazreek, Z.A., Rosli, S., Ahmad, F., Wijayasekera, D.C., Baharuddin, M.F.T., (2012). Integral Analysis of
Geoelectrical (Resistivity), and Geotechnical (SPT) Data in Slope Stability Assessment. Academic Journal of
Science. Vol.2. pp. 305-316.
Friedel, S., Thielen, A., Springman, S.M. (2006). Investigation of a slope endangered by rainfall induced landslide
using 3D resistivity tomografi and geotechnical testing. Journal of Applied Geophysics, 60, pp. 100-114.
Godio, A, Bottino, G. (2001). Electrical and electromagnetic investigation for landslide characterization. Physics
and Chemistry of the Earth, Part. C: Solar, Terrestial and ammp: Planetary Science, 26, pp. 705-710.
Grandjean, G., Gourry, J.C., Sanchez, O., Bitri, A., Garambois, S. (2011). Structural study of the Ballandaz
landslide (French Alps) using geophysical imagery. Journal of Applied Geophysics, 75, pp. 531-542.
Liu, C., Evett, J.B., (2008). Soils and Foundations. 2nd. New Jersey, Pearson Prentice Hall.
Clayton, C.R.I., Matthews, M.C., Simons, N. E., (1995). Site Investigations, 2nd
Ed. UK, Blackwell Science Ltd.
Oh, S, Sun, C.-G. (2008). Combined analysis of electrical resistivity and geotechnical SPT blow counts for the
safety assessment of fill dam. Environment Geology, 54, pp. 31-42.
Sudha, K., Israil, M., Mittal, S., Rai, J. (2009). Soil characterization using resistivity tomography and geotechnical
investigations. Journal of Applied Geophysics, 67, pp. 74-79.