tambang geoteknik

39
STUDI KELAYAKAN PROYEK MINERBA Dr waterman

Upload: anuarfuadi

Post on 14-Dec-2015

140 views

Category:

Documents


30 download

DESCRIPTION

geoteknik

TRANSCRIPT

STUDI KELAYAKAN

PROYEK MINERBA

Dr waterman

DESAIN TAMBANG TERBUKA UMUMNYA ADALAH DESAIN UNTUK OPEN PIT

SODERBERG, RAUSCH (1968), ATKINSON (1983)

FAKTOR YG MEMPENGARUHI DESAIN TAMBANG:

1. NATURAL AND GEOLOGIC FACTORS

KONDISI GEOLOGI, TIPE ORE,

KONDISI HIDROGEOLOGI, TOPOGRAFI,

KARAKTERISTIK METALURGI

2. ECONOMIC FACTORS:

KADAR BIJIH, TONASE ORE, SR, COG,

ONGKOS OPERASI, ONGKOS INVESTASI,

PROFIT YG DIINGINKAN, PRODUKSI,

KONDISI PASAR

3. TECHNOLOGICAL FACTORS:

PERALATAN, KEMIRINGAN LERENG, TINGGI

JENJANG, KEMIRINGAN RAMP, BATAS

TAMBANG, LUAS IUP

4

Daerah Tambang pada Daerah Recharge

KONDISI HIDROGEOLOGI

NATURAL AND GEOLOGIC FACTORS

5

KONDISI GEOLOGI - TIPE ENDAPAN

KONDISI HIDROGEOLOGI – TOPOGRAFI

NATURAL AND GEOLOGIC FACTORS

6

Pengaruh Sesar terhadap Airtanah Galian Tambang

KONDISI GEOLOGI - TIPE ENDAPAN

KONDISI HIDROGEOLOGI – TOPOGRAFI

7

Galian Tambang pada Puncak Suatu Antiklin / Kubah KONDISI GEOLOGI - TIPE ENDAPAN

KONDISI HIDROGEOLOGI – TOPOGRAFI

NATURAL AND GEOLOGIC FACTORS

STRIP RATIO

SR = NISBAH ANTARA JUMLAH MATERIAL

PENUTUP DAN JUMLAH MATERIAL BIJIH

SR FUNGSI KADAR BATAS (COG)

TAMBANG BIJIH:

SR = TON WASTE PER TON ORE

SR = BCM WASTE PER TON ORE

SR = (TON TOTAL/TON ORE)-1

TAMBANG BATUBARA:

8 BCM OVERBURDEN dan 1 TON COAL

MISAL SR 8:1 tidak 1:8!!!

SR max =

(value of ore – production cost)/stripping cost

= stripping allowance/stripping cost

= ($/ton)/($/yd3) or yd3/ton (m3/tonne)

Umumnya value – cost adalah profit

Bila profit = 0 pada saat pit limit

Numerator adalah stripping allowance

Kadar bijih bervariasi di setiap Pit

Harga komoditas ore berfluktuasi

Maximum allowace SR dapat berubah krn wkt

Diperlukan grafik hubungan :

SRmax – kadar bijih – harga

Gambar pit vs pit limit vs SR

MAXIMUM ALLOWANCE STRIPPING RATIO

SR max = volume of overburden/weight of ore at economic pit limit = v/w

OVERALL STRIPPING RATIO

SRo = volume of overburden/weight of ore

for entire ore body or X-sect

= V/W

NORTH-SOUTH SECTION

Original Topography

2005 Surface

Ultimate Pit Surface

-540mLR

-90mLR

Phase 4

Phase 5

Phase 6

Ultimate Pit

NORTH-SOUTH SECTION

-180mLR

-300mLR

-390mLR

-540mLR

APAKAH HUBUNGAN ANTARA KADAR BATAS (COG) – HARGA KOMODITI – SR - CADANGAN

TUGAS:

SR

TUGAS:

SR

In mining, stripping ratio or strip ratio refers to the ratio of the volume of overburden (or waste material) required to be handled in order to extract some volume of ore.

For example, a 3:1 stripping ratio means that mining one cubic meter of ore will require mining three cubic meters of waste rock.

Stripping ratios are typically reduced to show the volume of waste removal required to extract one unit volume of ore, for example, 2:1 as opposed to 4:2.

When compared to surface mining,

which requires overburden removal

prior to ore extraction,

underground mining operations tend to have lower

stripping ratios due to increased selectivity.

All other factors being equal, mining at a higher

stripping ratio is less profitable than mining at a

lower stripping ratio because more waste must be

moved (at a cost per unit volume) for an

equivalent volume of revenue generating ore.

If the ratio is too high given a particular price of

ore and associated cost of mining then it may not

be economical to conduct mining.

We divide the overburden thickness by ore

thickness to get the stripping ratio

For example if we have an overburden thickness

of 80m and ore thickness of 50 m , then the

stripping ratio will be:

80/50= 1.6

Strip Ratio is defined as the ratio of tons of

overburden waste material to tons of ore in an

open pit mine

The waste rock removed in order to expose the

ore body in an open pit mine is hauled only once

to a waste disposal area, in contrast to strip

mining where waste rock is replaced to reclaim the flat lying mined-out area.

26

Tahapan penambangan dan Penentuan urutan blok penambangan

Perencanaan tahapan penambangan dan penentuan urutan blok penambangan perlu dikaji/ ditelaah apakah sudah benar/ sesuai sehingga siklus proses penambangan dapat berjalan dengan lancar menghasilkan jumlah dan kualitas/kadar produksi sesuai yang direncanakan. Dalam perencanaan tahapan penambangan ini perlu diperhatikan upaya pengamanan tanah pucuk, sinkronisasi rencana back-fillied, jadwal pelaksanaan reklamasi pada daerah yang telah selesai ditambang

27

URUTAN PENAMBANGAN DAN REKLAMASI Penambangan batubara dipermukaan, lapisan miring (1 dari 4)

RANGKAIAN URUTAN DARI 8 GAMBAR MEMPERLIHATKAN URUTAN UMUM DARI KEGIATAN PERTAMBANGAN DAN REKLAMASI YANG DILAKUKAN SEPANJANG UMUR KEGIATAN PENAMBANGAN DARI JENIS PENAMBANGAN DIPERMUKAAN TANAH UNTUK LAPISAN MIRING

1.Daerah kuasa pertambangan sebelum dimulai kegiatan penambangan. Penggunaan lahan sebelum penambangan adalah hutan produksi. Catatan pola pengaliran melintasi daerah yang akan ditambang dan pembagian daerah kuasa pertambangan menjadi 4 tahapan atau blok.

28

2.Kegiatan penambangan dimulai dari blok 1 dari kuasa pertambangan. Kegiatan termasuk pembangunan jalan angkut, pembangunan bangunan pengontrol pola pengaliran, pembersihan lahan dari tumbuhan pohon dan tumbuhan lainnya dan penimbunan dari ranting dan dedaunan, tanah pucuk dan tanah dari daerah penambangan yang akan datang (penggalian pertama) dan penimbunan di luar lokasi penambangan.

29

3.Kegiatan penambangan di blok 1 telah selesai; kegiatan persiapan di lokasi blok 2 sedang berlangsung. Catatan lubang bekas penambangan di blok 1, penyelesaian penimbunan di luar lubang penambangan, terlihat penimbunan tanah pucuk dan tanah, timbunan cacahan tumbuhan (dedaunan dari lokasi kegiatan pembersihan lahan), dan bangunan pengendali pengaliran (parit pemisah, parit pengumpul dan kolam pengendapan).

30

4.Kegiatan reklamasi dimulai di blok 1, kegiatan penambangan telah selesai di blok 2 dan kegiatan pembersihan lahan sedang berlangsung di blok 3. Catatan pergantian dari penimbunan di luar lubang penambangan di blok 1 menjadi penimbunan di dalam lubang bekas tambang mempergunakan bahan-bahan yang digali dari lubang penambangan di blok 2. Juga dapat dilihat pemindahan sementara aliran sungai yang terletak antara antara blok 1 dan blok 2 untuk memungkinkan penggalian batubara yang berada di bawah sungai tersebut. Kegiatan penempatan kembali tanah dan tanah pucuk sedang berlangsung di dalam blok 1.

31

5.Penyiapan lahan dan pembersihan lahan sedang berlangsung di blok 4, penambangan sudah selesai dikerjakan di blok 3, penimbunan dan penempatan kembali tanah pucuk sedang berlangsung di blok 2 dan penanaman ulang sedang berlangsung di blok 1.

32

6.Kegiatan penambangan sedang berlangsung di blok 4, penimbunan di dalam lubang bekas penambangan sedang berlangsung di blok 3, dan pekerjaan penempatan tanah pucuk dan penanaman ulang sedang berlangsung di blok 2. Catatan pembangunan kembali aliran sungai yang berada diantara blok 1 dan 2, dan perubahan dari paritan aliran sungai sementara menjadi sebuah paritan pemisah yang sederhana.

33

7.Penyelesaian dari penambangan di blok 4 dan kegiatan reklamasi sedang berlangsung di blok 3 (penempatan kembali tanah dan tanah pucuk serta penanaman ulang). Catatan bahwa disebabkan akibat kurangnya jumlah material untuk penimbunan kembali lubang bekas penambangan di blok 4 secara lengkap, maka akan membentuk sebuah daerah rendah atau lubang akan terbentuk setelah berakhirnya penambangan. Hal ini disebabkan karena telah dilakukan penimbunan di luar lubang bekas penambangan di blok 1 untuk pembukaan lubang penambangan yang pertama (penggalian pertama kali).

34

8.kegiatan penyelesaian penambangan dan reklamasi di dalam daerah perijinan untuk penambangan. Perencanaan reklamasi akhir termasuk pembentukan kolam permanen untuk pemeliharaan ikan di blok 4, meninggalkan sebagian jalan angkut untuk jalan menuju kolam, dan penanaman ulang untuk daerah yang terganggu lainnya untuk peruntukan lahan bekas penambangan sebagai hutan produksi. Catatan pembongkaran dari bangunan pengendali pola pengalairan dari blok 1 setelah dicapai keberhasilan penanaman ulang.

35

36

37

38

39

METODE PENAMBANGAN