infusa

14
TUGAS TERSTRUKTUR MATA KULIAH FARMASETIKA II INFUSA Disusun oleh : Meliyana Perwita Sari G1F008010 Gina Bayyina Hayatunnufus G1F008011 Yossi Respa Sandiani G1F008014 Rofik Kundari G1F008018 Pundi Anugerah G1F008020 Sri Juwita sari G1F008040 Gusti Prabowo G1F008065 Mira Yessi Satyarini G1F008067 Nurmisni Rumodar G1F008082 DEPARTEMEN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN UNIVERSITAS JENDERAL SOEDIRMAN FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU – ILMU KESEHATAN

Upload: intan-hanif

Post on 01-Dec-2015

768 views

Category:

Documents


13 download

DESCRIPTION

infusa

TRANSCRIPT

Page 1: infusa

TUGAS TERSTRUKTUR

MATA KULIAH FARMASETIKA II

INFUSA

Disusun oleh :

Meliyana Perwita Sari G1F008010

Gina Bayyina Hayatunnufus G1F008011

Yossi Respa Sandiani G1F008014

Rofik Kundari G1F008018

Pundi Anugerah G1F008020

Sri Juwita sari G1F008040

Gusti Prabowo G1F008065

Mira Yessi Satyarini G1F008067

Nurmisni Rumodar G1F008082

DEPARTEMEN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN

UNIVERSITAS JENDERAL SOEDIRMAN

FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU – ILMU KESEHATAN

JURUSAN FARMASI

PURWOKERTO

2012

Page 2: infusa

BAB I

PENDAHULUAN

Obat ialah semua zat baik kimiawi, hewani maupun nabati, yang dalam dosis

layak dapat menyembuhkan, meringankan atau mencegah penyakit berikut gejala-

gejalanya. Kebanyakan obat yang digunakan dimasa lampau adalah obat yang berasal

dari tanaman. Dengan cara mencoba –coba, secara empiris orang purba mendapatkan

pengalaman dengan berbagai macam daun atau akar tumbuhan untuk menyembuhkan

penyakit. Pengetahuan ini secara turun temurun disimpan dan dikembangkan, sehingga

muncul ilmu pengobatan rakyat, sebagaimana pengobatan tradisional jamu di Indonesia.

Obat yang pertama digunakan adalah obat yang berasal dari tanaman yang di

kenal dengan sebutan obat tradisional (jamu). Obat-obat nabati ini di gunakan sebagai

rebusan atau ekstrak dengan aktivitas yang seringkali berbeda-beda tergantung dari asal

tanaman dan cara pembuatannya.

Penggunaan obat tradisional (baik berupa jamu maupun tanaman obat) masih

banyak digunakan oleh masyarakat, terutama dari kalangan menengah kebawah. Faktor

pendorong terjadinya peningkatan penggunaan obat herbal di negara maju adalah usia

harapan hidup yang lebih panjang pada saat prevalensi penyakit kronik meningkat,

adanya kegagalan penggunaan obat modern untuk penyakit tertentu di antaranya kanker

serta semakin luas akses informasi mengenai obat herbal di seluruh dunia. Obat herbal

telah diterima secara luas di hampir seluruh Negara di dunia. WHO merekomendasikan

penggunaan obat tradisional termasuk herbal dalam pemeliharaan kesehatan

masyarakat, pencegahan dan pengobatan penyakit, terutama untuk penyakit kronis,

penyakit degeneratif dan kanker. WHO juga mendukung upaya-upaya dalam

peningkatan keamanan dan khasiat dari obat tradisional.

Infusa adalah sediaan cair yang dibuat dengan cara menyari simplisia dengan air

pada suhu 90 C selama 15 menit. Sedangkan simplisia adalah bahan alami yang

digunakan untuk obat dan belum mengalami perubahan proses apa pun, dan kecuali

Page 3: infusa

dinyatakan lain umumnya berupa bahan yang telah dikeringkan. Simplisia dibagi

menjadi 3 golongan yaitu :

Simplisia nabati

Simplisia nabati adalah simplisia yang dapat berupa tanaman utuh,

bagian tanaman, eksudat tanaman, atau gabungan ketiganya. Eksudat

tanaman adalah isi sel yang secara spontan keluar dari tanaman atau

dengan cara tertentu sengaja dikeluarkan dari selnya, berupa zat-zat atau

bahan-bahan nabati lainnya dengan cara tertentu dipisahkan, diisolasi

dari tanamannya.

Simplisia hewani

Simplisia hewani adalah simplisia berupa hewan utuh atau zat-zat

berguna yang dihasilkan oleh hewan dan belum berupa bahan kimia

murni.

Simplisia mineral atau pelican

Simplisia mineral atau pelican adalah simplisia berupa bahan pelican

atau mineral yang belum diolah atau telah diolah dengan cara sederhana

dan belum berupa bahan kimia murni ( Fauzi, 2011).

Infusa adalah sediaan yang sudah tidak asing di kalangan masyarakat.

Masyarakat biasanya mengkonsumsi obat tradisional tanpa mengetahui bahwa obat

yang mereka konsumsi itu adalah sediaan infusa. Cara pembuatan infusa mudah

sehingga masyarakat sendiri pun bisa melakukannya.

Di dunia kedokteran saat ini, sediaan infusa sudah tidak digunakan lagi. Hal ini

disebabkan karena bentuk sediaan infusa tidak tahan lama. Sehingga digunakan sediaan

yang lebih praktis dan sudah terstandarisasi. Bentuk sediaan infusa masih dilihat

sebagai pemberian obat tradisonal.

Page 4: infusa

BAB II

ISI

Infusa adalah sediaan cair yang dibuat dengan cara menyari simplisia dengan air

pada suhu 90 C selama 15 menit. Penyarian dengan cara ini menghasilkan sari yang

tidak stabil dan mudah tercemar oleh kuman dan kapang.Oleh sebab itu, sari yang

diperoleh dengan cara ini tidak boleh disimpan lebih dari 24 jam. Infusa dibuat dengan

cara membasahi bahan bakunya, biasanya dengan air dua kali bobot bahannya.

Penyaringan dilakukan pada saat cairan masih panas dengan kain flanel, kecuali bahan

yang mudah menguap (Anonim, 1986).

Infundasi adalah proses penyarian yang umumnya untuk menyarikandungan zat

aktif yang ada pada sediaan tanaman yang larut dalam air. Penyarian adalah peristiwa

memindahkan massa zat aktif yang semula berada didalam sel ditarik oleh cairan

penyari sehingga zat aktif larut dalam cairan penyari(Anonim, 1986).

Sistem pelarut yang digunakan dalam ekstraksi harus dipilih berdasarkan

kemampuannya dalam melarutkan jumlah maksimal zat aktif danseminimal mungkin

zat yang tidak digunakan (Ansel, 1989). Farmakope Indonesia menetapkan untuk proses

penyarian sebagai cairan penyari digunakan air, etanol-air, eter. Penyarian pada

pembuatan obat di Indonesia masih terbatas pada penggunaan cairan penyari air, etanol

atau etanol-air (Anonim, 1979)

Cara pembuatan infusa adalah campur simplisia dengan derajat halus yang

cocok dalam panic dengan air sambil sekali-kali diaduk. Saring selagi panas melalui

kain flannel, tambahkan air panas secukupnya melalui ampas hingga diperoleh volume

infusa yang dikehendaki ( Anonim, 1995).

Infusa daun sena dan infusa simplisia yang mengandung minyak atsiri disaring

setelah dingin. Infuse daun sena, infuse asam jawa dan infuse simplisia lain yang

mengandung lender tidak boleh diperas. Asam jawa sebelum dibuat infuse, dibuang

dulu bijinya dan diremas dengan air hingga diperoleh massa seperti bubur, buah adas

Page 5: infusa

manis dan buah adas harus dipecah dahulu. Pada pembuatan infusa kulit kina

ditambhakan larutan asam sitrat P 10 % dari bobot bahan berkhasiat, pada pembuatan

infusa simplisia yang mengandung glikosida, antrakinon, ditambahkan larutan natrium

karbonat P 10 % dari bobot simplisia ( Anonim, 1995).

Kecuali dinyatakan lain dan kecuali untuk simplisia yang tertera dibawah ini, infusa

yang mengandung bukan bahan berkhasiat keras, dibuat dengan menggunakan 10 %

simplisia. Untuk pembuatan 100 bagian infusa berikut, digunakan sejumlah yang

tertera.

Kulit kina : 6 bagian

Daun digitalis : 0,5 bagian

Akar ipeka : 0,5 bagian

Daun kumis kucing : 0,5 bagian

Sekale kornutum : 3 bagian

Daun sena : 4 bagian

Temulawak : 4 bagian ( Anonim, 1995)

Derajat halus simplisia yang digunakan untuk infusa harus mempunyai derajat halus

sebagai berikut :

a. Serbuk 5/8 : akar manis, daun kumis kucing, daun sirih, daun sena

b. Serbuk 5/10 : dringo, kelembak

c. Serbuk 10/22 : laos, akar valerian, temulawak, jahe

d. Serbuk 22/60 : kulit kina, akar ipeka, sekale kornutum

e. Serbuk 85/120 : daun digitalis

Derajat halus perlu diketahui untuk menentukan simplisia tersebut dipotong –

potong dengan ukuran sesuai derajat halusnya, selain itu dapat juga untuk menentukan

alat penyaringnya, dengan flanell atau kapas ( Anonim, 1979).

Banyaknya air yang dibutuhkan untuk infusa adalah :

a. Untuk simplisia segar adalah sejumlah infusa yang dibuat.

Page 6: infusa

b. Untuk simplisia ½ kering adalah sejumlah infusa yang dibuat ditambah 1 kali

berat simplisia.

c. Untuk simplisia kering adalah sejumlah infusa yang dibuat dtambah 2 kali berat

simplisia (Anonim, 1979).

Penyarian merupakan peristiwa pemindahan masa zat aktif, yang semula berada

dalam sel, ditarik oleh cairan penyari sehingga terjadi larutan zat aktif dalam cairan

penyari tersebut. Penyarian dipengaruhi oleh derajat kehalusan, dan perbedaan

konsentrasi. Makin besar perbedaan konsentrasi, makin besar daya dorong tersebut

hingga makin cepat penyarian. Makin besar serbuk simplisia maka makin panjang jarak,

sehingga konsentrasi zat aktif yang terlarut dan tertinggal dalam sel makin banyak.

Serbuk yang terlalu halus akan mempersulit penyaringan sehingga butir-butir halus tadi

membentuk suspensi yang sulit dipisahkan dengan hasil penyarian. Cairan penyari

harus dapat mencapai seluruh serbuk dan secara terus menerus, mendesak larutan yang

memiliki konsentrasi yag lebih tinggi keluar. Pemilihan cairan penyari harus

mempertimbangkan banyak faktor. Pemilihan cairan penyari harus mempertimbangkan

kriteria sebagai berikut:

a. Murah dan udah diperoleh.

b. Stabil secara fisika dan kimia.

c. Bereaksi netral.

d. Tidak mudah menguap dan tidak mudah terbakar.

e. Selektif yaitu hanya menarik zat berkhasiat yang dikehendaki.

f. Tidak mempengaruhi zat yang berkhasiat.

g. Diperbolehkan oleh peraturan ( Depkes RI, 1986).

Cairan penyari yang digunakan adalah air, eter, etanol, atau campuran etanol. Etanol

70 % adalah campuran dua bahan pelarut yaitu etanol dan air dengan kadar etanol 70 %.

Etanol tidak menyebabkan pembengkakan pada membran sel dan memperbaiki

stabilitas bahan obat terlarut. Keuntungan lainnya adalah sifatnya yang mampu

mengendapkan albumin dan penghambat kerja enzim. Etanol 70% sangat efektif dalam

menghasilkan jumlah bahan aktif yang efektif ( Anonim, 1979). Sedangkan

pertimbangan air dipakai sebagai penyari adalah :

Page 7: infusa

a. Mudah diperoleh dan murah.

b. Stabil.

c. Tidak mudah menguap dan tidak mudah terbakar.

d. Tidak beracun.

e. Alamiah.

Kerugian penggunaan air sebagai penyari adalah :

a. Tidak selektif.

b. Sari dapat ditumbuhi kapang dan kuman serta cepat rusak.

c. Untuk pengeringan diperlukan waktu lama (Depkes RI, 1986).

Resep bentuk infusa pada waktu sekarang jarang diberikan karena :

Bentuk sediaan infusa tidak dapat disimpan lama.

Bentuk sediaan infusa masih dilihat dalam pemberian obat tradisional, segingga

dipilih bentuk sediaan obat yang sudah terstandarisasi (Zaman, 1990).

Hal-hal yang harus diperhatikan dalam pembuatan infusa adalah :

a. Jumlah simplisia

b. Derajat halus simplisia

c. Banyaknya ekstra air

d. Cara menyaring

e. Penambahan bahan-bahan lain

Untuk menambah kelarutan

Untuk menambah kestabilan

Untuk menghilangkan zat – zat lain yang menyebabkan efek lain

Teknik infusa mempunyai beberapa keuntungan bila dibandingkan dengan

teknik pembuatan ekstrak yaitu karena teknik infusa lebih murah, lebih cepat, dan alat

serta caranya sederhana. Sedangkan dalam pembuatan ekstrak, kandungan dari bahan

tumbuhan dan pelarut yang paling tepat untuk masing-masing kandungan harus

diketahui lebih dahulu. Dengan zat pelarut yang tepat, zat aktif yang diinginkan akan

terpisah dari bahan aslinya dan bercampur dengan pelarut yang digunakan. Selanjutnya

Page 8: infusa

pemisahan zat aktif dari pelarutnya dengan lebih mudah dilakukan untuk memperoleh

zat aktif yang benar-benar murni. Metodenya dikenal dengan nama sochlet, yaitu

dengan menggunakan alat percolator dan countercurrent screw extractor. Dari sini jelas

terlihat bahwa metode pembuatan ekstrak lebih rumit dan mahal dibandingkan dengan

metode pembuatan infusa ( Santoso, 1993).

Contoh pembuatan infusa adalah :

a. Resep infusa

R/inf orthosiphon 100

Hexamine 5

s.t.dd.c.1

b. Perhitungan dosis maksimal

Dosis maksimal : 1 kali = 1 gr

1 hari = 4 gr

1 kali : 5/105 x 5 = 0,714 gr < DM

1 hari : 3 x 0,714 gr = 2, 142 gr < DM

c. Perhitungan penimbangan bahan

Orthosiphon folium : 0,5/100 x 100 = 0,5 gr

Air : 100 + (2 x 0,5 gr) = 101 ml

Hexamine = 5 gr

d. Cara kerja

Orthosiphon ditimbang sebanyak 0,5 gr kemudian dimasukkan dalam panci

infusa;

Ditambah aquades sebanyak 101 ml, kemudian dipanaskan (90o) dan biarkan

selama 15 menit. Dan setelah mendidih didinginkan;

Cairan infusa yang diperoleh disaring dengan kasa hingga didapatkan jumlah

yang diinginkan saat dingin;

Hexamine dilarutkan dalam cairan infusa saat dingin, kemudian masukkan

dalam botol dan beri etiket.

Page 9: infusa

BAB III

PENUTUP

Infusa adalah sediaan cair yang dibuat dengan cara menyari simplisia dengan air

pada suhu 90 C selama 15 menit. Infusa dibuat dengan cara membasahi bahan bakunya,

biasanya dengan air dua kali bobot bahannya. Penyaringan dilakukan pada saat cairan

masih panas dengan kain flanel, kecuali bahan yang mudah menguap. Teknik infusa

mempunyai beberapa keuntungan bila dibandingkan dengan teknik pembuatan ekstrak

yaitu karena teknik infusa lebih murah, lebih cepat, dan alat serta caranya sederhana.

Infundasi merupakan proses penyarian yang umumnya untuk menyari kandungan

zat aktif yang ada pada sediaan tanaman yang larut dalam air. Penyarian adalah

peristiwa memindahkan massa zat aktif yang semula berada didalam sel ditarik oleh

cairan penyari sehingga zat aktif larut dalam cairan penyari. Penyarian dipengaruhi oleh

derajat kehalusan, dan perbedaan konsentrasi.

Page 10: infusa

DAFTAR PUSTAKA

Anonim. 1986. Sediaan Galenik. Direktorat Jenderal POM. DepartemenKesehatan

Republik Indonesia: Jakarta.

Anonim. 1979. Farmakope Indonesia Edisi III. Departemen KesehatanRepublik

Indonesia: Jakarta.

Anonim. 1995. Farmakope Indonesia Edisi IV. DepartemenKesehatan Republik

Indonesia: Jakarta.

Ansel, H. C. 1989. Pengantar Bentuk Sediaan Farmasi. UniversityIndonesia Press:

Jakarta.

Fauzi, Faik. 2011. Simplisia dan proses pembuatannya.

http://www.faikshare.com/2011/01/simplisia-proses-pembuatannya.html.

Diakses tanggal 20 Maret 2012.

Icha, 2011, Galenika, http://www.forumsains.com/kesehatan/galenika/. Diakses tanggal

20 Maret 2012.

Santoso, S. 1993. Perkembangan Obat Tradisional Dalam Ilmu Kedokteran di Indonesia

dan Upaya Pengembangannya Sebagai Obat Alternatif. FKUI. Jakarta.