industri dan pertambangan · web viewaluminium sulfat ribu ton 11,6 17,2 14,3 9. asam sulfat ribu...

115
INDUSTRI DAN PERTAMBANGAN

Upload: hadung

Post on 07-May-2018

227 views

Category:

Documents


3 download

TRANSCRIPT

Page 1: INDUSTRI DAN PERTAMBANGAN · Web viewAluminium Sulfat Ribu ton 11,6 17,2 14,3 9. Asam Sulfat Ribu ton 11,2 17,7 8,6 10. Ammonia Ribu ton 8,6 3,9 — 11. Insectisida : a. Serbuk Ribu

INDUSTRI DAN PERTAMBANGAN

Page 2: INDUSTRI DAN PERTAMBANGAN · Web viewAluminium Sulfat Ribu ton 11,6 17,2 14,3 9. Asam Sulfat Ribu ton 11,2 17,7 8,6 10. Ammonia Ribu ton 8,6 3,9 — 11. Insectisida : a. Serbuk Ribu

BAB VIII

INDUSTRI DAN PERTAMBANGAN

A. INDUSTRI

1. PendahuluanSelama Repelita I sektor industri berhasil mencapai ke-

majuan yang cukup berarti. Beberapa bidang industri dapat meletakkan landasan yang kuat untuk perkembangan selanjut-nya. Kemajuan berusaha banyak berkembang, effisiensi me-ningkat, daya saing semakin bertambah. Tambahan pula kesa-daran atas manfaat berorganisasi serta kesediaan menerima hal-hal yang serba baru, termasuk mesin/peralatan, tehnologi, dan metode-metode yang baru, semakin bertambah. Dengan landasan yang telah diletakkan selama lima tahun itu sektor industri mampu menanggulangi pengaruh krisis moneter inter-nasional dan krisis energi yang memuncak pada semester ke-dua 1973/74. Selama tahun-tahun 1973/74 dan 1974/75 per-kembangan produksi industri pada umumnya cukup menggem-birakan.

Hasil produksi beberapa jenis industri, seperti pupuk, kaca polos, bahan-bahan kimia, dan beberapa industri peralatan dan pipa baja, menunjukkan kenaikan. Nilai ekspor hasil industri juga meningkat. Sebaliknya beberapa industri yang mengguna-kan kelapa segar atau kopra sebagai bahan baku, seperti mi-nyak kelapa, minyak goreng, dan sabun cuci mengalami kemun-duran. Hal ini terutama, disebabkan karena kekurangan atau-pun kurang lancarnya persediaan bahan baku. Di samping itu timbulnya produk baru juga merupakan hambatan terhadap perkembangan beberapa jenis industri. Sabun cuci, misalnya terdesak oleh deterjen yang lebih memenuhi selera pemakai.

329

Page 3: INDUSTRI DAN PERTAMBANGAN · Web viewAluminium Sulfat Ribu ton 11,6 17,2 14,3 9. Asam Sulfat Ribu ton 11,2 17,7 8,6 10. Ammonia Ribu ton 8,6 3,9 — 11. Insectisida : a. Serbuk Ribu

Salah satu akibat daripada pelbagai krisis ekonomi dunia yaitu adanya peningkatan dalam impor barang-barang tertentu yang relatif murah sehingga secara tidak langsung menempatkan berbagai jenis industri dalam keadaan yang sulit.

Gambaran mengenai perkembangan berbagai sektor industri selama tahun 1974/75 dapat diikuti dalam uraian di bawah ini.

2. Industri Pangan, Kulit, Pengolahan Kayu dan Aneka. Industri lainnya

Sejak Repelita I industri pangan menunjukkan kemajuan-kemajuan. Hal ini antara lain dicerminkan oleh perkembang-an produksi barang-barang baru yang semula harus diimpor, seperti berbagai macam makanan, minuman dan buah-buahan yang diawetkan, glukose, dan sebagainya. Peningkatan pro-duksi dan mutu telah memungkinkan beberapa jenis industri makanan memperluas pemasaran ke luar negeri. Ekspor ba-rang-barang hasil industri pangan sebagian besar berupa ba-rang-barang hasil pengolahan dari bahan mentah, seperti makanan ternak, minyak kacang, daging dalam kaleng, dan kerupuk udang. Disamping itu adanya kebijaksanaan larangan ekspor kopra menyebabkan produksi margarine, yang dalam tahun 1973 mengalami kemunduran, meningkat dengan menyo-lok dalam tahun 1974. Gambaran perkembangan produksi in-dustri pangan dan beberapa aneka industri lainnya sejak tahun 1972/1973 disajikan dalam Tabel VIII — 1.

Larangan ekspor kulit mentah telah menurunkan harga pasaran kulit mentah dalam negeri. Hal memberikan do-rongan bagi pengusaha-pengusaha penyamakan kulit untuk mengusahakan kulit samak sempurna serta kulit yang diolah menjadi "pickled atau wet blue hide". Produksi kulit samak ditujukan untuk pasaran dalam negeri dan yang lain untuk ekspor. Namun demikian dalam tahun 1974/1975 industri kulit belum menunjukkan perkembangan yang berarti.

330

Page 4: INDUSTRI DAN PERTAMBANGAN · Web viewAluminium Sulfat Ribu ton 11,6 17,2 14,3 9. Asam Sulfat Ribu ton 11,2 17,7 8,6 10. Ammonia Ribu ton 8,6 3,9 — 11. Insectisida : a. Serbuk Ribu

Bidang industri pengolahan kayu, seperti "corrugated cardbox", penggergajian kayu, "plywood", dan beberapa aneka industri, seperti pellet tapioka, menghadapi permintaan yang menurun karena resesi dunia. Karenanya penanaman modal di bidang industri ini mengalami kelesuan dalam tahun 1974/75.

3. Industri TekstilResesi dunia telah menimbulkan beberapa persoalan dalam

industri pertekstilan. Dengan mengalirnya benang tenun dan bahan jadi tekstil impor pada tingkat harga yang amat rendah, maka industri dalam negeri, yang dalam tahun 1974/75 bekerja dengan menggunakan kapas yang diperoleh dalam tahun 1973 dengan harga yang tinggi, menghadapi persaingan yang berat. Karenanya Pemerintah telah turun tangan dengan memberikan subsidi atas harga kapas kepada patal-patal dalam negeri. Di samping itu ditentukan bahwa impor benang tenun serta penjualannya di pasaran dikuasakan kepada satu P.T. yang akan melaksanakan impor dan penjualan hanya atas petunjuk Pemerintah. Tambahan pula telah diadakan penyesuaian-penyesuaian dalam pemungutan tarif dan bea masuk. Sementara itu usaha-usaha untuk meningkatkan produktivitas dilakukan terus.

Demikianlah maka, walaupun ada resesi dunia, pada akhir tahun pertama Repelita I I terdapat peningkatan jumlah pro-duksi, pertambahan jenis, dan peningkatan mutu di bidang pertekstilan. Dalam tahun 1974/75 produksi tekstil mencapai 974 juta meter, yang berarti mencapai kenaikan sebesar 5,1% dibanding dengan produksi tahun sebelumnya sebesar 926,7 juta meter.

Produksi benang tenun dalam tahun 1974/75 mencapai 366,8 ribu bales atau 16% lebih tinggi daripada produksi tahun sebelumnya yang besarnya 316,2 ribu bales. Gambaran perkem-bangan industri tekstil sejak tahun 1972/73 dapat dilihat da-lam Tabel VIII — 2.

331

Page 5: INDUSTRI DAN PERTAMBANGAN · Web viewAluminium Sulfat Ribu ton 11,6 17,2 14,3 9. Asam Sulfat Ribu ton 11,2 17,7 8,6 10. Ammonia Ribu ton 8,6 3,9 — 11. Insectisida : a. Serbuk Ribu

TABEL VIII - 1

PRODUKSI INDUSTRI PANGAN DAN ANEKA INDUSTRI, .

1972/73 - 1974/75

— 1974/75No. Jenis Produksi Satuan 1972/73 1973/74 1974/75 1)

1.2.3.4.5.6.7.8.9.

Sabun CuciMinyak Kelapa

Minyak GorengMargarineRokok kretekRokok putihDeterjenTapal GigiKorek Api

Ribu tonRibu tonRibu tonRibu tonJuta batangJuta batangRibu tonJuta tubeJuta kotak

132,0264,5

28,77,4

23.680,016.785,0

5,230,0

475,32)

131,3264,5

28,77,0

30.221,020.376,0

6,632,0 2)

131,0265,0

29,411',3

30.600,021.865,0

7,046,0

707,0556,0 2)

1) Angka perkiraan.2) Angka diperbaiki.

TABEL VIII— 2.PRODUKSI INDUSTRI TEKSTIL

1972/73 - 1974/75

No. Jenis Produksi Satuan 1972/73 1973/74 1974/75 2)

1. Benang Tenun Ribu bales 262,1 316,2 366,82. T e k s t i 1 Juta meter 852,0 926,7 1) 974,0

1) Angka diperbaiki.

2) Angka perkiraan.

332

Page 6: INDUSTRI DAN PERTAMBANGAN · Web viewAluminium Sulfat Ribu ton 11,6 17,2 14,3 9. Asam Sulfat Ribu ton 11,2 17,7 8,6 10. Ammonia Ribu ton 8,6 3,9 — 11. Insectisida : a. Serbuk Ribu

GRAFIK VIII – 1PRODUKSI INDUSTRI PANGAN DAN ANEKA INDUSTRI

1972/73 – 1974/75

(ribuan ton) SABUN CUCI (ribuan ton) MINYAK KELAPA

333

Page 7: INDUSTRI DAN PERTAMBANGAN · Web viewAluminium Sulfat Ribu ton 11,6 17,2 14,3 9. Asam Sulfat Ribu ton 11,2 17,7 8,6 10. Ammonia Ribu ton 8,6 3,9 — 11. Insectisida : a. Serbuk Ribu

(lanjutan Grafik VIII – 1)

(Jutaan batang) ROKOK KRETEK

334

Page 8: INDUSTRI DAN PERTAMBANGAN · Web viewAluminium Sulfat Ribu ton 11,6 17,2 14,3 9. Asam Sulfat Ribu ton 11,2 17,7 8,6 10. Ammonia Ribu ton 8,6 3,9 — 11. Insectisida : a. Serbuk Ribu

(lanjutan Grafik VIII – 1)

335

Page 9: INDUSTRI DAN PERTAMBANGAN · Web viewAluminium Sulfat Ribu ton 11,6 17,2 14,3 9. Asam Sulfat Ribu ton 11,2 17,7 8,6 10. Ammonia Ribu ton 8,6 3,9 — 11. Insectisida : a. Serbuk Ribu

GRAFIK VIII – 2PRODUKSI INDUSTRI TEKSTIL

1972/73 – 1974/1975

336

Page 10: INDUSTRI DAN PERTAMBANGAN · Web viewAluminium Sulfat Ribu ton 11,6 17,2 14,3 9. Asam Sulfat Ribu ton 11,2 17,7 8,6 10. Ammonia Ribu ton 8,6 3,9 — 11. Insectisida : a. Serbuk Ribu
Page 11: INDUSTRI DAN PERTAMBANGAN · Web viewAluminium Sulfat Ribu ton 11,6 17,2 14,3 9. Asam Sulfat Ribu ton 11,2 17,7 8,6 10. Ammonia Ribu ton 8,6 3,9 — 11. Insectisida : a. Serbuk Ribu

Dalam tahun-tahun terakhir ini terjadi suatu perkembang-an yang menarik di dalam industri tekstil. Selama tahun-tahun itu industri pakaian jadi, khususnya pakaian jadi untuk ekspor, tampak berkembang secara berarti. Demikianlah maka dalam tahun 1974/75 terdapat penambahan 796 set mesin jahit.

Sebagai akibat perkembangan yang terjadi dalam industri tekstil dan benang tenun maka akhir-akhir ini semakin terasa adanya masalah pengadaan bahan baku.

Untuk mengatasi hal ini telah dilakukan usaha-usaha untuk mendorong penanaman modal dalam industri-industri se-rat buatan dan bahan dasar untuk pembuatan serat-serat ter-sebut. Produksi bahan baku kapas dalam negeri dalam tahun 1974 mencapai sekitar 6.000 ton. Untuk semakin mengurangi kebutuhan akan kapas impor usaha untuk menambah produksi bahan itu terus ditingkatkan.

4. Industri Kertas

Tahun 1974 merupakan tahun kemantapan bagi pabrik-pabrik kertas yang ada. Dalam tahun itu kebutuhan meningkat, padahal persediaan di pasaran dunia sedang mengalami kelang-kaan sehingga sukar untuk meningkatkan impor. Sementara itu produksi pabrik-pabrik kertas telah mendekati kapasitas yang direncanakan.

Pelaksanaan usaha-usaha untuk mengembangkan pabrik-pabrik kertas Goa, Banyuwangi, dan Laces semakin dipergiat. Rencana-rencana untuk meningkatkan produksi pabrik-pabrik tersebut sedang ditelaah dan diharapkan segera dapat dilaksa-nakan.

Dalam rangka peningkatan produksi dewasa ini sedang dibangun unit produksi kertas sigaret di Padalarang, sedang-kan di Medan telah dapat diselesaikan sebuah pabrik kertas sigaret dengan kapasitas produksi 1.500 ton setahun. Disam-ping itu disektor swasta juga sedang dibangun pabrik kertas khusus lainnya.

337

Page 12: INDUSTRI DAN PERTAMBANGAN · Web viewAluminium Sulfat Ribu ton 11,6 17,2 14,3 9. Asam Sulfat Ribu ton 11,2 17,7 8,6 10. Ammonia Ribu ton 8,6 3,9 — 11. Insectisida : a. Serbuk Ribu

Pabrik-pabrik yang pembangunan ataupun rencana pem-bangunannya diutarakan di atas kebanyakan memperguna-kan bahan bukan kayu. Bahan kayu merupakan bahan yang dapat diandalkan untuk pabrik-pabrik kertas yang besar dan minat terhadap pembangunan pabrik kertas yang besar ada pada pihak swasta. Akan tetapi sampai pada waktu ini rencana-rencana yang ada masih dalam taraf penelaahan. Keengganan untuk membangun pabrik-pabrik yang menggunakan bahan kayu itu terutama disebabkan oleh (1) biaya investasi yang amat besar, dan (2) keadaan infrastruktur di daerah-daerah perkayuan yang kurang mencukupi sehingga tidak menjamin keuntungan yang memadai.

Produksi kertas dalam tahun 1974/75 berjumlah 48,4 ribu ton atau 2,5% lebih tinggi dari produksi tahun sebelumnya (Tabel VIII — 3).

5. Industri Kimia, Parmasi, dan Karet

Perusahaan-perusahaan di dalam industri kimia pada umumnya menggunakan tehnologi tinggi dan karenanya me-merlukan tenaga kerja yang terlatih dan trampil. Di samping itu skala produksi perusahaan-perusahaan tersebut masing-masing perlu cukup besar untuk dapat diusahakan secara eko-nomis. Sebagai akibat dari ketiga hal itu maka perusahaan-perusahaan tersebut pada umumnya mempunyai ciri padat mo-dal. Karena sifatnya yang padat modal, maka jumlah pabrik/ unit produksi dalam industri kimia tidak dapat bertambah de-ngan cepat. Setiap pabrik baru yang dibangun atau perluasan pabrik lama yang terjadi pada umumnya menghasilkan tam-bahan kapasitas produksi yang relatif besar.

Perkembangan beberapa jenis industri kimia sejak tahun 1972/73 dapat dilihat dalam Tabel VIII — 3. Atas dasar data yang terdapat dalam tabel tersebut, di bawah ini disajikan dengan singkat gambaran mengenai perkembangan beberapa jenis industri kimia.

338

Page 13: INDUSTRI DAN PERTAMBANGAN · Web viewAluminium Sulfat Ribu ton 11,6 17,2 14,3 9. Asam Sulfat Ribu ton 11,2 17,7 8,6 10. Ammonia Ribu ton 8,6 3,9 — 11. Insectisida : a. Serbuk Ribu
Page 14: INDUSTRI DAN PERTAMBANGAN · Web viewAluminium Sulfat Ribu ton 11,6 17,2 14,3 9. Asam Sulfat Ribu ton 11,2 17,7 8,6 10. Ammonia Ribu ton 8,6 3,9 — 11. Insectisida : a. Serbuk Ribu

TABEL VIII — 3.

PRODUKSI INDUSTRI KERTAS, KIMIA, FARMASI, DAN KARET

1972/73 — 1974/75

No. Jenis Produksi Satuan 1972/73 1973/74 1) 1974/75 2)

1. Kertas Ribu ton 39,6 1) 47,2 48,42. Pupuk: a. Urea Ribu ton 120,1 115,7 209,1

b. Z.A. Ribu ton 49,6 122,8 129,13. Ban Kendaraan

Bermotor Ribu ton 857,5 1.351,5 1.704,04. Ban sepeda Ribu ton 2.631,507 2.307,1 2.528,55. Crumb Rubber Ribu ton 278,6 1) 352,7 364,76. Garam Ribu ton 180,0 86,0 70,07. S o d a Ribu ton 2,8 2,9 4,28. Aluminium

Sulfat Ribu ton 11,6 17,2 14,39. Asam Sulfat Ribu ton 11,2 17,7 8,6

10. Ammonia Ribu ton 8,6 3,9 —11. Insectisida :

a. Serbuk Ribu kg 148,8 202,1 309,04b. Cair Ribu liter 60,8 199,9 303,3

12. Zat Asam Ribu m3 3.742,3 4.635,1 4.784,513. Asam Arang Ribu ton 0,9 2,1 0,814. Acetylen Ribu m3 11,9 99,2 —

1) Angka diperbaiki.2) Angka perkiraan.

339

Page 15: INDUSTRI DAN PERTAMBANGAN · Web viewAluminium Sulfat Ribu ton 11,6 17,2 14,3 9. Asam Sulfat Ribu ton 11,2 17,7 8,6 10. Ammonia Ribu ton 8,6 3,9 — 11. Insectisida : a. Serbuk Ribu

GRAFIK VIII – 3PRODUKSI INDUSTRI KERTAS, KARET DAN KIMIA

1972/73 – 1974/75

(ribuan ton)

340

Page 16: INDUSTRI DAN PERTAMBANGAN · Web viewAluminium Sulfat Ribu ton 11,6 17,2 14,3 9. Asam Sulfat Ribu ton 11,2 17,7 8,6 10. Ammonia Ribu ton 8,6 3,9 — 11. Insectisida : a. Serbuk Ribu

Pada waktu ini industri pupuk di Indonesia baru dapat memprodusir pupuk urea dan pupuk Z.A. Pupuk Urea dihasil-kan oleh pabrik-pabrik Pusri dan Petrokimia Gresik.

Dalam tahun 1974/75 produksi urea mencapai 209,1 ribu ton. Hal ini berarti bahwa produksi urea dalam tahun 1974/ 75 telah meningkat dengan 80,7% dibanding dengan tahun se-belumnya. Peningkatan tersebut merupakan hasil daripada pembangunan pabrik Pusri 1I yang dapat diselesaikan dalam pertengahan tahun 1974. Pabrik baru ini mempunyai kapasitas produksi 380 ribu ton setahun.

Produksi pupuk Z.A. yang dihasilkan oleh Petrokimia Gre-sik, dalam tahun 1974/75 juga meningkat. Dalam tahun 1973/ 74 produksi Z.A. mencapai 122,8 ribu ton, dan dalam tahun 1974/75 meningkat menjadi 129,1 ribu ton. Hal ini menunjukkan bahwa antara tahun 1973/74 — 1974/75 terjadi kenaikan produksi sebesar 5,1%.

Pada waktu ini di Palembang sedang dilaksanakan pem-bangunan pabrik Pusri III dan sedang dipersiapkan pembangun-an pabrik Pusri IV. Kedua pabrik itu masing-masing mempu-nyai kapasitas produksi 560.000 ton setahun. Menurut rencana pembangunan Pusri III akan selesai dalam pertengahan tahun 1977 dan pembangunan Pusri IV akan selesai pada akhir tahun 1977.

Dengan demikian maka pada akhir Repelita II kapasitas produksi PT. Pusri akan mencapai 1,5 juta ton setahunnya.

Adanya produksi sebanyak itu setiap tahun akan menim-bulkan masalah-masalah pengangkutan dan penyaluran ke daerah-daerah konsumen. Untuk menghadapi masalah-masalah itu sejak beberapa waktu yang lalu telah dipersiapkan pemba-ngunan fasilitas-fasilitas yang diperlukan untuk memperlancar distribusi pupuk ke daerah-daerah konsumen. Fasilitas-fasilitas itu meliputi kapal-kapal pengangkut dan terminal di pelabuh-an-pelabuhan Surabaya., Cilacap, Jakarta, Padang, dan Medan.

341

Page 17: INDUSTRI DAN PERTAMBANGAN · Web viewAluminium Sulfat Ribu ton 11,6 17,2 14,3 9. Asam Sulfat Ribu ton 11,2 17,7 8,6 10. Ammonia Ribu ton 8,6 3,9 — 11. Insectisida : a. Serbuk Ribu

Terminal-terminal di Surabaya dan di Cilacap, yang masing-masing mempunyai unit dipengantongan yang berkapasitas 245 ribu dan 100 ribu ton setahun, sudah digunakan.

Selain pabrik-pabrik Pusri, di Kalimantan Timur juga se-dang dilaksanakan pembangunan pabrik pupuk urea. Di sam-ping itu juga telah ada persiapan-persiapan untuk membangun pabrik pupuk urea di Jawa Barat, Kedua pabrik itu masing-masing berkapasitas 560 ribu tan setahun.

Pabrik polypropylene di Plaju telah mulai berproduksi sejak bulan Juli 1973. Pabrik ini berkapasitas 20.000 ton setahun. Polypropylene merupakan bahan baku bagi industri plastik dan industri serat-serat buatan. Disamping itu juga sedang dibangun di Jakarta 2 buah pabrik polyvinylchoride (PVC) yang masing-masing berkapasitas 18.000 ton dan 24.000 ton setahun.

Bidang industri aneka kimia meliputi banyak cabang in-dustri. Sejak akhir Repelita I dalam industri ini telah selesai dibangun beberapa unit produksi baru. Peningkatan kapasitas produksi dalam industri ini terutama terjadi dalam industri karet, khususnya dalam industri ban kendaraan bermotor.

Sejak akhir Repelita I produksi ban kendaraan bermotor telah meningkat dengan 26,1%, yaitu dari 1.351,5 ribu buah dalam tahun 1973/74 menjadi 1.704 ribu buah dalam ta-hun 1974/75.

Jenis industri karet lainnya adalah Crumb rubber. Kurang lebih 90% dari bahan ini diprodusir untuk ekspor. Demikian-lah maka para pengusaha Crumb rubber sering menghadapi dua masalah yaitu persaingan yang tajam dan fluktuasi harga yang besar di pasaran dunia.

Sebagai tampak dari Tabel VIII — 3 produksi Crumb rub-ber dalam tahun 1973/74 mencapai 352,7 ribu ton, dan dalam tahun 1974/75 mencapai 364,7 ribu ton. Dengan demikian ter-jadi kenaikan sebesar 3,4% dalam tahun 1974/75.

342

Page 18: INDUSTRI DAN PERTAMBANGAN · Web viewAluminium Sulfat Ribu ton 11,6 17,2 14,3 9. Asam Sulfat Ribu ton 11,2 17,7 8,6 10. Ammonia Ribu ton 8,6 3,9 — 11. Insectisida : a. Serbuk Ribu

Usaha-usaha untuk meningkatkan produksi di bidang industri aneka kimia terus dilakukan. Pada waktu ini sedang dilakukan pembangunan pabrik-pabrik ban mobil/truk, ban sepeda motor, dan acetylene dan juga perluasan pabrik asam sulfat, alumunium sulfat, dan bahan-bahan kimia pertanian.

Perkembangan di bidang industri farmasi sampai saat ini cukup menggembirakan. Dewasa ini 80% sampai 90% dari-pada obat-obatan yang beredar di pasaran telah dapat di assembling di dalam negeri. Obat-obatan yang diimpor hanya merupakan obat-obatan pelengkap bagi obat-obatan yang di-produsir dalam negeri. Penyetopan impor obat-obatan jadi yang sudah dapat di assemblir dalam negeri telah berhasil men-dorong perkembangan perusahaan swasta nasional. Jumlah pabrik farmasi yang memenuhi syarat makin meningkat. De-ngan demikian, produksi dalam negeri juga semakin meningkat.

Dalam tahun 1974/75 telah diberikan izin kepada 4 buah perusahaan farmasi yang dibangun dengan modal dalam ne-geri dan 7 perusahaan yang dibangun dengan modal asing.

6. Industri Galian Bukan Logam

Kelompok industri ini terutama meliputi industri-industri semen, galas, kaca, barang keramik, dan asbes semen. Dengan meningkatnya usaha pembangunan, pemakaian semen di Indo-nesia selama Repelita I bertambah dengan pesat. Untuk meng-imbangi perkembangan itu produksi semen terus ditingkatkan, demikian juga mutunya.

Pabrik semen Padang telah selesai direhabilitir dalam ta-hun 1973. Pabrik ini kemudian diperluas dan peralatannya di-modernisir sehingga kapasitasnya sejak awal 1975 meningkat menjadi 330.000 ton setahun.

Sejak tahun 1972 pabrik semen Gresik mempunyai kapa-sitas produksi 500.000 ton setahun. Pada waktu ini sedang di-mulai usaha-usaha untuk meningkatkan kapasitasnya. Diha-rapkan mulai tahun 1977 pabrik ini akan mampu memprodusir 1,5 juta ton semen setiap tahun.

343

Page 19: INDUSTRI DAN PERTAMBANGAN · Web viewAluminium Sulfat Ribu ton 11,6 17,2 14,3 9. Asam Sulfat Ribu ton 11,2 17,7 8,6 10. Ammonia Ribu ton 8,6 3,9 — 11. Insectisida : a. Serbuk Ribu

Selanjutnya dalam tahun 1975/76 nanti, pembangunan pabrik Cibinong I dan II diharapkan akan selesai. Kedua pabrik ini masing-masing berkapasitas 500 ribu ton setahun.

Sementara itu telah mulai juga diusahakan perluasan pa -brik Cibinong I. Diharapkan pada akhir tahun 1977 Cibinong I akan mampu memprodusir 1.200 ribu ton setahun.

Di samping itu juga telah ada rencana untuk memperluas pabrik semen Tonasa dan pabrik semen Indarung, masing-masing dengan tambahan satu unit yang berkapasitas 500 ribu ton setahun.

Akhirnya perlu disebutkan juga bahwa telah dipersiap-kan rencana pembangunan pabrik semen Baturaja, yang juga direncanakan berkapasitas 500 ribu ton setahun.

Dalam Tabel VIII — 4 dapat dilihat perkembangan pro-duksi beberapa jenis bahan galian bukan logam dalam tahun-tahun 1972/73 — 1974/75. Dari tabel tersebut tampak bahwa produksi semen dalam tahun 1974/75 mencapai 828,9 ribu ton.

TABEL VIII — 4.PRODUKSI INDUSTRI GALIAN BUKAN LOGAM,

1.972/73 — 1974/75

No. Jenis Produksi Satuan 1972/73 1973/74 1974/75 2)

1. Semen Ribu ton 722,3 819,0 1) 828,92. Gelas

a. Botol Ribu ton 16,5 37,2 34,8b. Kaca Ribu kaki

persegi— 49,5 1) 60,25

3. PrimixedConcrete

Ribu ma — 39,9 51,2

1) Angka diperbaiki.

2) Angka perkiraan.

344

Page 20: INDUSTRI DAN PERTAMBANGAN · Web viewAluminium Sulfat Ribu ton 11,6 17,2 14,3 9. Asam Sulfat Ribu ton 11,2 17,7 8,6 10. Ammonia Ribu ton 8,6 3,9 — 11. Insectisida : a. Serbuk Ribu

GRAFIK VIII — 4PRODUKSI INDUSTRI GALIAN BUKAN LOGAM,

1972/73 — 1974/75

345

Page 21: INDUSTRI DAN PERTAMBANGAN · Web viewAluminium Sulfat Ribu ton 11,6 17,2 14,3 9. Asam Sulfat Ribu ton 11,2 17,7 8,6 10. Ammonia Ribu ton 8,6 3,9 — 11. Insectisida : a. Serbuk Ribu

Dibanding dengan produksi tahun 1973/74 yang mencapai 819,0 ribu ton, maka produksi semen tahun 1974/75 mening-kat dengan 1,2%.

Menjelang akhir Repelita I, di samping menghasilkan bo-to1, industri gelas telah berhasil memprodusir kaca polos dan premixed concrete. Dari Tabel VIII — 5 tampak bahwa pro-duksi botol tahun 1974/75 diperkirakan sedikit berkurang dari tahun 1973/74. Sebaliknya dari tabel tersebut juga dapat dili-hat bahwa produksi kaca dan produksi premixed concrete da-lam tahun 1974/75 ternyata lebih tinggi dari tahun sebelum-nya. Produksi kaca telah meningkat dengan 21,7%, yaitu dari 49,5 ribu kaki persegi dalam tahun 1973/74 menjadi 60,25 ribu kaki persegi dalam tahun 1974/75. Sedang produksi premixed concrete telah meningkat dengan 28,3% yaitu dari 39,9 ribu M3 dalam tahun 1973/74 menjadi 51,2 ribu M3 dalam tahun 1974/75.

7. Industri LogamDalam kelompok ini termasuk industri bahan logam besi/

baja dan industri bahan logam bukan besi.Produksi industri baja primer/besi beton dalam tahun

1974/75 sedikit lebih rendah dari tahun 1973/74. Produksi ka-wat baja dalam tahun 1974/75 sama dengan tahun 1973/74. Sebagai tampak dalam Tabel VIII - 5 produksi besi beton, besi siku dan besi strip, secara keseluruhan turun dari 120 ribu ton dalam tahun 1973/74 menjadi 115 ribu ton dalam tahun 1974/75. Sedang produksi kawat baja baik dalam tahun 1973/ 74, maupun dalam tahun 1974/75 mencapai 30 ribu ton.

Daripada perkembangan produksi kedua jenis bahan ter-sebut dapat diambil kesimpulan bahwa dalam tahun 1974/75 kedua jenis industri logam berada dalam keadaan agak lesu. Hal ini antara lain disebabkan karena adanya resesi di negara-negara industri menyebabkan mengalirnya besi beton impor pada tingkat harga yang rendah. Hal ini mengurangi pasaran besi beton produksi dalam negeri.

346

Page 22: INDUSTRI DAN PERTAMBANGAN · Web viewAluminium Sulfat Ribu ton 11,6 17,2 14,3 9. Asam Sulfat Ribu ton 11,2 17,7 8,6 10. Ammonia Ribu ton 8,6 3,9 — 11. Insectisida : a. Serbuk Ribu

Rupa-rupanya industri-industri besi beton memperoleh gangguan yang terberat dari kedua hal tersebut sehingga pro-duksinya menurun. Gangguan yang dialami oleh industri baja sekunder ternyata tidak seberapa. Produksi kawat baja tidak menurun walaupun juga tidak meningkat. Produksi pipa baja bahkan meningkat dengan 17,5%; dari 80 ribu ton dalam ta -hun 1973/74 menjadi 94 ribu ton dalam tahun 1974/75.

Usaha-usaha untuk meningkatkan kapasitas produksi da -lam industri besi baja primer/besi beton masih terus dijalankan. Sampai sekarang 50 perusahaan telah memperoleh izin usaha dalam industri ini, yang secara keseluruhan mempunyai jumlah kapasitas 1,5 juta ton setahun. Di antara 50 perusahaan ter -sebut 16 buah telah berproduksi, 4 buah telah mengadakan percobaan produksi, 10 buah telah mulai melaksanakan pem -bangunan pabriknya, dan 20 buah masih dalam taraf persiapan.

Dalam Tabel VIII — 5 juga terlihat bahwa produksi seng dalam tahun 1974/75 ternyata lama. dengan produksi tahun 1973/74. Rupa-rupanya industri ini juga tidak seberapa ter -ganggu oleh terjadinya resesi dunia. Dapat dikemukakan bah-wa di antara 14 perusahaan yang telah mendapat izin usaha dalam industri ini, 12 buah telah berproduksi, dan 2 buah lain -nya telah melaksanakan pembangunan pabriknya.

Di samping perkembangan-perkembangan yang diuraikan di atas, dapat dikemukakan juga bahwa pembangunan Pusat Pengecoran Besi Baja di Pulogadung di Jakarta telah selesai. Pabrik ini menghasilkan bagian-bagian (parts dan komponen) mesin untuk industri-industri mesin di Indonesia, seperti indus -tri penggilas jalan, rolling mill, dan mesin diesel. Adanya pa -brik pengecoran ini diharapkan dapat mendorong perkembang -an industri permesinan di Indonesia.

Dalam kelompok logam bukan besi antara lain termasuk industri barang-barang alumunium. Dalam industri ini ter -dapat sebuah pabrik yang dalam tahun 1974/75 telah meng-hasilkan alumunium extrusion sebanyak 4 ribu ton, Sekarang pabrik tersebut mempunyai kemampuan produksi, sebesar 14 ribu ton setahun.

347

Page 23: INDUSTRI DAN PERTAMBANGAN · Web viewAluminium Sulfat Ribu ton 11,6 17,2 14,3 9. Asam Sulfat Ribu ton 11,2 17,7 8,6 10. Ammonia Ribu ton 8,6 3,9 — 11. Insectisida : a. Serbuk Ribu

TABEL VIII — 5.PRODUKSI INDUSTRI LOGAM, 1972/73 — 1974/75

No. Jenis Produksi Satuan 1972/73 1973/74

1974/75 *)

1. BesiBesi

Beton,Strip

Besi siku, Ribu ton 75 120 115

2. S e n g Ribu ton 69 70 703. Pipa baja Ribu ton 34 80 944. Kawat baja Ribu ton 12 30 30

Kebel listrik/telpon Ribu ton — 7 96. Aluminium

ExtrusionRibu ton — — 4

7 Plat Aluminium Ribu ton — — 3

*) Angka perkiraan.Di samping pabrik alumunium extrusion tersebut terdapat

juga 3 buah pabrik plat alumunium. Secara keseluruhan pabrik-pabrik itu dalam tahun 1974/75 telah mampu memprodusir plat alumunium sebanyak 3 ribu ton,

8. Industri PeralatanKelompok ini meliputi industri barang logam alat-alat me-

kanis, industri mesin alat-alat listrik serta elektronika, dan in-dustri alat-alat transport.

Industri barang logam menghasilkan barang-barang kon-struksi baja berat dan barang-barang konstruksi baja ringan. Produksi konstruksi baja berat dalam tahun 1974/75 sama de-ngan tahun 1973/74, yaitu 40 ribu ton.

Barang-barang konstruksi baja ringan meliputi tangki-tangki baja, container baja, konstruksi bangunan ringan, le-mari baja, alat-alat kantor, dan lain-lain. Kelompok industri ini dalam tahun 1974/75 telah mulai menghasilkan lemari baja dan alat-alat kantor serta alat keperluan rumah sakit.

348

Page 24: INDUSTRI DAN PERTAMBANGAN · Web viewAluminium Sulfat Ribu ton 11,6 17,2 14,3 9. Asam Sulfat Ribu ton 11,2 17,7 8,6 10. Ammonia Ribu ton 8,6 3,9 — 11. Insectisida : a. Serbuk Ribu

GRAFIK VIII – 5PRODUKSI INDUSTRI LOGAM , 1972/73 – 1974/75

349

Page 25: INDUSTRI DAN PERTAMBANGAN · Web viewAluminium Sulfat Ribu ton 11,6 17,2 14,3 9. Asam Sulfat Ribu ton 11,2 17,7 8,6 10. Ammonia Ribu ton 8,6 3,9 — 11. Insectisida : a. Serbuk Ribu

(Sambungan Grafik VIII – 5)

350

Page 26: INDUSTRI DAN PERTAMBANGAN · Web viewAluminium Sulfat Ribu ton 11,6 17,2 14,3 9. Asam Sulfat Ribu ton 11,2 17,7 8,6 10. Ammonia Ribu ton 8,6 3,9 — 11. Insectisida : a. Serbuk Ribu

Perkembangan industri logam sejak tahun 1972/73 dapat dilihat dalam Tabel VIII — 6.

Perhatian para penanam modal terhadap industri mesin alat-alat mekanis masih kurang. Hal ini antara lain disebabkan karena kebutuhan dalam negeri akan masing-masing jenis mesin masih belum mencapai volume yang dapat diprodusir se-Cara ekonomis. Walaupun demikian dalam tahun 1973/74 mesin diesel telah dihasilkan dengan produksi sebesar 2 ribu buah. Dalam tahun 1974/75 produksi meningkat dengan 300% men-jadi 8 ribu buah.

Produksi alat penyemprot hama tahun 1974/75 menurun. Dalam tahun 1973/74 produksi alat-alat ini mencapai 40 ribu buah, sedang dalam tahun 1974/75 hanya mencapai 20 ribu buah.

Dalam tahun 1974 telah mulai dihasilkan mesin pengaduk beton sebanyak 500 buah oleh 2 buah perusahaan.

Produksi mesin jahit dalam tahun 1974/75 mencapai 400 ribu buah, Dalam tahun 1973 / 74 produksi mesin ini mencapai 500 ribu buah. Jadi dalam tahun 1974/75 terjadi penurunan sebesar 20%. Mungkin sekali hal disebabkan oleh adanya persaingan dari mesin-mesin impor.

Persaingan itu juga dihadapi oleh industri barang-barang elektronika, terutama selama triwulan terakhir 1974/75. Namun dalam tahun 1974/75 secara keseluruhan produksi mesin-mesin alat listrik serta elektronika ternyata meningkat. Hal ini tampak dari Tabel VIII — 6.

Dalam tahun 1974/75 produksi refrigerator mencapai 25 ribu buah. Produksi dalam tahun 1973/74 mencapai 10 ribu buah. Ini berarti bahwa dalam tahun 1974/75 ada peningkatan sebesar 150% dalam produksi refrigerator. Dalam tahun ter-sebut produksi televisi juga meningkat dengan 92,9%.

Dalam tahun 1974/75 di lingkungan industri ini mulai di-hasilkan sikat arang sebanyak 70 ribu buah. Ini merupakan hasil baru dari industri alat-alat mesin di Indonesia.

351

Page 27: INDUSTRI DAN PERTAMBANGAN · Web viewAluminium Sulfat Ribu ton 11,6 17,2 14,3 9. Asam Sulfat Ribu ton 11,2 17,7 8,6 10. Ammonia Ribu ton 8,6 3,9 — 11. Insectisida : a. Serbuk Ribu

TABEL VIII — 6.

PRODUKSI INDUSTRI PERALATAN, 1972/73 — 1974/75

No. J e n i s I n d u s t r i Satuan 1972/73 1973/74 1974/75 2)

1. Barang-barang Logam : Konstruksi baja berat

2. Industri mesin alat-alat mekanis :a. Alat penyemprot hamab. Mesin Diesel

3. Mesin alat-alat listrik dan elektronika :

a. Sikat Arangb. A c c uc. Baterai keringd. R a d i oe. Televisif. A. C.g. Refrigeratorh. Lampu pijar, TLi. Assembling mesin jahit

4. Alat-alat transpor :a. Assembling mobilb. Assembling sepeda motorc. Mesin penggilas jalan

Ribu ton — 40 40

Ribu buah — 40 20Ribu buah — 2 8

Ribu buah — — 70Ribu buah 130 140 180Ribu buah 72.000 132.000 144.000Ribu buah 700 900 1.000Ribu buah 60 70 135Ribu buah 20 20 24Ribu buah 10 10 25Ribu buah 12.300 18.000 18.900Ribu buah 340 500 400

Ribu buah 23 36,71) 65Ribu buah 100 150 1) 251buah 200 360 575

1) Angka diperbaiki.2) Angka perkiraan.

Page 28: INDUSTRI DAN PERTAMBANGAN · Web viewAluminium Sulfat Ribu ton 11,6 17,2 14,3 9. Asam Sulfat Ribu ton 11,2 17,7 8,6 10. Ammonia Ribu ton 8,6 3,9 — 11. Insectisida : a. Serbuk Ribu

GRAFIK VIII – 6PRODUKSI INDUSTRI PERALATAN, 1972/73 – 1974/75

353

Page 29: INDUSTRI DAN PERTAMBANGAN · Web viewAluminium Sulfat Ribu ton 11,6 17,2 14,3 9. Asam Sulfat Ribu ton 11,2 17,7 8,6 10. Ammonia Ribu ton 8,6 3,9 — 11. Insectisida : a. Serbuk Ribu

Lanjutan Grafik VIII — 6)

354

Page 30: INDUSTRI DAN PERTAMBANGAN · Web viewAluminium Sulfat Ribu ton 11,6 17,2 14,3 9. Asam Sulfat Ribu ton 11,2 17,7 8,6 10. Ammonia Ribu ton 8,6 3,9 — 11. Insectisida : a. Serbuk Ribu

Lanjutan Grafik VIII — 6)

355

Page 31: INDUSTRI DAN PERTAMBANGAN · Web viewAluminium Sulfat Ribu ton 11,6 17,2 14,3 9. Asam Sulfat Ribu ton 11,2 17,7 8,6 10. Ammonia Ribu ton 8,6 3,9 — 11. Insectisida : a. Serbuk Ribu

Lanjutan Grafik VIII — 6)

356

Page 32: INDUSTRI DAN PERTAMBANGAN · Web viewAluminium Sulfat Ribu ton 11,6 17,2 14,3 9. Asam Sulfat Ribu ton 11,2 17,7 8,6 10. Ammonia Ribu ton 8,6 3,9 — 11. Insectisida : a. Serbuk Ribu

Perhatian para penanam modal terhadap industri alat-alat transpor tetap besar. Produksi kendaraan bermotor roda 4 dalam tahun 1973/74 mencapai 36,7 ribu buah. Dalam tahun 1974/75 mencapai 65,6 ribu buah. Jadi produksi tahun 1974/75 adalah 78,7% lebih tinggi dari tahun 1973/74.

Peningkatan yang berarti juga terjadi dalam produksi kendaraan bermotor roda 2. Produksi tahun 1973/74 mencapai 150 ribu buah, sedang dalam tahun 1974/75 produksi mencapai 251 ribu buah. Jadi produksi tahun 1974/75 adalah 67,3% lebih besar dari tahun 1973/74.

Produksi mesin penggiling jalan dalam tahun 1974/75 mencapai 575 buah, yang berarti ada kenaikan sebesar 59,7% jika dibanding dengan produksi tahun sebelumnya yang besar-nya 360 buah.

Bersamaan dengan peningkatan produksi alat-alat tran-spor, industri komponen juga berkembang. Dalam tahun 1974/ 75 juga mulai diprodusir barang-barang seperti piston, shock-absorber, container accu, cable hoist untuk clutch dan brake, sedang sebelumnya telah dihasilkan brake lining dan pegas. Alat-alat itu merupakan hasil-hasil baru dari industri kita.

Data yang menunjukkan perkembangan industri alat trans-por disajikan dalam Tabel VIII — 6.

Di samping perkembangan-perkembangan yang disebutkan di atas perlu juga dikemukakan beberapa hal mengenai industri perkapalan.Industri perkapalan mulai berkembang sejak tahun 1973. Pada waktu ini terdapat 22 buah galangan kapal baja, 46 buah galangan kapal kayu, dan 87 buah perbengkelan kapal. Perusahaan-perusahaan itu secara keseluruhan mampu mem-buat komponen kapal baja dan kapal kayu serta melaksanakan reparasi terapung. Galangan-galangan kapal baja yang ber-jumlah 22 buah itu secara keseluruhan mempunyai kapasitas potensil untuk pembuatan kapal baja baru sebesar 44 ribu dwt setahun, dan kapasitas mereparasi sebesar 1 juta dwt setahun. Tetapi kapasitas nyata perusahaan-perusahaan itu

357

Page 33: INDUSTRI DAN PERTAMBANGAN · Web viewAluminium Sulfat Ribu ton 11,6 17,2 14,3 9. Asam Sulfat Ribu ton 11,2 17,7 8,6 10. Ammonia Ribu ton 8,6 3,9 — 11. Insectisida : a. Serbuk Ribu

hanya 22 ribu dwt setahun untuk pembuatan kapal baru dan 750 ribu dwt setahun untuk reparasi kapal. Adanya perbedaan antara kapasitas potensil dan kapasitas nyata sebesar itu terutama disebabkan karena sebagian besar dari peralatan dan fasilitas produksi yang ada sudah tua.

Dalam tahun 1974 produksi kapal baja mencapai 17 ribu dwt. Sedang reparasi kapal mencapai 650 ribu dwt.

B. PERTAMBANGAN

1. PendahuluanDengan meningkatnya nilai ekspor berbagai bahan tam-

bang, khususnya minyak bumi dan timah pada akhir tahun 1973 dan awal 1974, maka peranan sektor pertambangan dalam pembangunan juga meningkat.

Tindakan-tindakan negara-negara industri untuk mengu-rangi kebutuhan dan mengadakan penyimpanan (stock), serta berlangsungnya resesi di negara-negara tersebut menyebabkan penurunan dalam permintaan mereka akan bahan-bahan mentah. Demikianlah maka akhir-akhir ini pasaran minyak bumi dan timah agak melemah. Diperkirakan bahwa keadaan ini akan berlangsung untuk beberapa waktu. Karena itu diperlukan adanya kewaspadaan dalam menghadapi keadaan tersebut.

Dalam tahun 1974/75, baik produksi maupun volume ekspor dan nilai ekspor berbagai bahan tambang pada umum-nya masih meningkat, biarpun peningkatannya lebih rendah daripada yang diperkirakan semula. Tetapi produksi bahan tambang terpenting, minyak bumi, tahun 1974/75 menurun. Demikian pula volume ekspornya. Namun demikian kedudukan minyak bumi sebagai hasil tambang terpenting masih tetap dapat dipertahankan. Diharapkan bahwa bahan-bahan tambang baru seperti ferro-niekel, nickel matte, konsetrat tembaga, dan sebagainya dalam tahun-tahun yang akan datang akan memberikan sumbangan yang lebih besar.

358

Page 34: INDUSTRI DAN PERTAMBANGAN · Web viewAluminium Sulfat Ribu ton 11,6 17,2 14,3 9. Asam Sulfat Ribu ton 11,2 17,7 8,6 10. Ammonia Ribu ton 8,6 3,9 — 11. Insectisida : a. Serbuk Ribu

Dibawah ini diuraikan secara terperinci perkembangan pelbagai jenis bahan tambang dalam tahun 1974/75 dengan menitik beratkan pada hasil-hasil utama.

2. Perkembangan Hasil

Pertambangan

a. Minyak BumiProduksi minyak bumi dalam tahun 1974/75 menunjukkan

suatu penurunan sebesar 4,5% apabila dibandingkan dengan produksi tahun 1973/74. Penurunan produksi ini disebabkan karena dalam triwulan ke I tahun 1975 ekspor minyak menurun sedangkan tempat penyimpanan minyak bumi sudah penuh sehingga produksi terpaksa diturunkan di bawah tingkat yang normal. Perkembangan produksi minyak bumi dari 1972/73 — 1974/75 dapat dilihat pada Tabel VIII — 7.

TABLE VIII — 7.PRODUKSI MINYAK BUMI, 1972/73 — 1974/75

T a h u n PRODUKSI(Juta Barrel)

1972/73 412,3

1973/74 508,4

1974/75 485,5

Ekspor minyak bumi dalam tahun 1974/75 menurun dengan 2,7% apabila dibandingkan dengan ekspor tahun 1973/ 74. Penurunan ekspor minyak bumi ini disebabkan karena dalam tahun 1974 Jepang (negara pengimpor minyak bumi Indonesia yang terbesar) mengurangi impornya. Perkembangan ekspor minyak bumi tahun 1972/73 — 1974/75 dapat dilihat dalam Tabel VIII — 8.

511120

Page 35: INDUSTRI DAN PERTAMBANGAN · Web viewAluminium Sulfat Ribu ton 11,6 17,2 14,3 9. Asam Sulfat Ribu ton 11,2 17,7 8,6 10. Ammonia Ribu ton 8,6 3,9 — 11. Insectisida : a. Serbuk Ribu

359

Page 36: INDUSTRI DAN PERTAMBANGAN · Web viewAluminium Sulfat Ribu ton 11,6 17,2 14,3 9. Asam Sulfat Ribu ton 11,2 17,7 8,6 10. Ammonia Ribu ton 8,6 3,9 — 11. Insectisida : a. Serbuk Ribu

GRAFIK VIII — 7

PRODUKSI MINYAK BUMI, 1972/73— 1974/75

(Jutaan Barrel) 508,4

360

Page 37: INDUSTRI DAN PERTAMBANGAN · Web viewAluminium Sulfat Ribu ton 11,6 17,2 14,3 9. Asam Sulfat Ribu ton 11,2 17,7 8,6 10. Ammonia Ribu ton 8,6 3,9 — 11. Insectisida : a. Serbuk Ribu

TABEL VIII — 8.EKSPOR MINYAK BUMI DAN HASIL MINYAK,

1972/73 — 1974/75(Jutaan barrel)

T a h u n Minyak Bumi Hasil Minyak Bumi Jumlah

1972/73 *) 312,7 47,0 359,71973/74 *) 380,0 59,1 439,11974/75 369,6 37,3 406,9

*) Angka diperbaiki.

Ekspor hasil minyak bumi (migas, minyak bakar, sisa melilin, LPG, dan paraffin) dalam tahun 1974/75 juga menurun dengan 36,9% apabila dibandingkan dengan ekspor tahun 1973/74. Hal inipun terutama disebabkan karena Jepang me-ngurangi impornya. Perkembangan ekspor hasil minyak dapat dilihat pula dalam Tabel VIII — 8 tersebut di atas.

Pengilangan minyak bumi yang menghasilkan bahan bakar minyak untuk kebutuhan dalam negeri serta beberapa bahan lainnya yang diekspor dilakukan di kilang-kilang minyak Pertamina sendiri. Jumlah minyak bumi (termasuk minyak bumi impor dan "freedstock") yang dikilang di dalam negeri dalam tahun 1974 adalah sebanyak 125,5 juta barrel. Bila dibandingkan dengan angka pengilangan tahun 1973 terdapat kenaikan sebesar 6,5%. Perkembangan pengilangan minyak bumi tahun 1972 — 1974 dapat dilihat dalam Tabel VIII — 9.

Dengan meningkatnya kegiatan di segala bidang pemba-ngunan maka peningkatan pemasaran dalam negeri berlang-sung secara merata dan meliputi hampir semua jenis hasil pengilangan. Pemasaran hasil-hasil minyak bumi di dalam negeri tahun 1972 .— 1974 dapat dilihat pada Tabel VIII — 10.

361

Page 38: INDUSTRI DAN PERTAMBANGAN · Web viewAluminium Sulfat Ribu ton 11,6 17,2 14,3 9. Asam Sulfat Ribu ton 11,2 17,7 8,6 10. Ammonia Ribu ton 8,6 3,9 — 11. Insectisida : a. Serbuk Ribu

GRAFIK VIII — 8

EKSPOR MINYAK BUMI DAN HASIL MINYAK, 1972/73 — 1974/75

(jutaan barrel)

362

Page 39: INDUSTRI DAN PERTAMBANGAN · Web viewAluminium Sulfat Ribu ton 11,6 17,2 14,3 9. Asam Sulfat Ribu ton 11,2 17,7 8,6 10. Ammonia Ribu ton 8,6 3,9 — 11. Insectisida : a. Serbuk Ribu
Page 40: INDUSTRI DAN PERTAMBANGAN · Web viewAluminium Sulfat Ribu ton 11,6 17,2 14,3 9. Asam Sulfat Ribu ton 11,2 17,7 8,6 10. Ammonia Ribu ton 8,6 3,9 — 11. Insectisida : a. Serbuk Ribu
Page 41: INDUSTRI DAN PERTAMBANGAN · Web viewAluminium Sulfat Ribu ton 11,6 17,2 14,3 9. Asam Sulfat Ribu ton 11,2 17,7 8,6 10. Ammonia Ribu ton 8,6 3,9 — 11. Insectisida : a. Serbuk Ribu

TABEL VIII — 9.

PENGILANGAN MINYAK BUMI, 1972 — 1974(jutaan barrel)

Tahun In - take

1972 100,51973 117,8 * )1974 125,5

*) Angka diperbaiki.

TABEL VIII — 10.

PEMASARAN HASIL MINYAK BUMI DI DALAM NEGERI 1972 — 1974 (jutaan barrel)

J e n i s 1972 1973 1974

Bahan bakar minyak 50.077 60.293 67.377Bahan pelumas 535 631 634Hasil-hasil khusus dan bahan kimia 894 953 1.139

J u m 1 a h: 51.506 61.877 69.150

Untuk meningkatkan produksi minyak bumi, Pertamina bersama kontraktor-kontraktor berdasarkan perjanjian karya dan perjanjian bagi hasil terus melakukan penyelidikan geologi, geofisika, dan pemboran eksplorasi di wilayah kerja masing- masing. Perkembangan kegiatan eksplorasi tahun 1972—1974 dapat dilihat dalam Tabel VIII — 11.

363

Page 42: INDUSTRI DAN PERTAMBANGAN · Web viewAluminium Sulfat Ribu ton 11,6 17,2 14,3 9. Asam Sulfat Ribu ton 11,2 17,7 8,6 10. Ammonia Ribu ton 8,6 3,9 — 11. Insectisida : a. Serbuk Ribu

GRAFIK VIII — 9

PENGILANGAN MINYAK BUMI,

1972 — 1974

(jutaan barrel) 125,5

1972 1973

364

Page 43: INDUSTRI DAN PERTAMBANGAN · Web viewAluminium Sulfat Ribu ton 11,6 17,2 14,3 9. Asam Sulfat Ribu ton 11,2 17,7 8,6 10. Ammonia Ribu ton 8,6 3,9 — 11. Insectisida : a. Serbuk Ribu

GRAFIK VIII — 10PEMASARAN HASIL MINYAK BUMI DI DALAM NEGERI,

1972 — 1974(jutaan barrel) 7

365

Page 44: INDUSTRI DAN PERTAMBANGAN · Web viewAluminium Sulfat Ribu ton 11,6 17,2 14,3 9. Asam Sulfat Ribu ton 11,2 17,7 8,6 10. Ammonia Ribu ton 8,6 3,9 — 11. Insectisida : a. Serbuk Ribu

TABEL VIII -11.

KEGIATAN EKSPLORASI, 1972 — 1974

Jenis kegiatan Uraian 1972 1973 1974

Gravity Lokasi 5 4 2Kemajuan (Km) 2.495 1.548 1.662

Seismic Lokasi 43 54 63Kemajuan (Km) 51.861 58.675 60.152

Pemboran Lokasi 110 1.52 294Sumur minyak 17 30 77Sumur gas 12 17 29Jumlah kedalaman (m) 220.969 466.765 546.932

Armada Angkutan Laut Pertamina meningkat terus. Dalam tahun 1974 jumlah tanker yang dikusainya meliputi 144 buah dengan total DWT 3.771.520 dan terdiri atas milik Pertamina sebanyak 51 buah dengan jumlah DWT 608.416, Hire Purchase 51 buah dengan jumlah DWT 2.366.795, dan Time Charter 42 buah dengan jumlah DWT 796.309. Apabila dibandingkan dengan keadaan akhir tahun 1973, jumlah tanker tahun 1974 naik dengan 24,1% dan tonasenya naik dengan 102,7%.

D a l a m tahun 1974 telah diselesaikan pembangunan tankitanki penimbunan dan pondasi untuk kilang Cilacap. Pemba-ngunan kilang Cilacap diharapkan dapat selesai seluruhnya dalam pertengahan tahun 1976.

Di samping itu dalam tahun 1974 telah diselesaikan pem-bangunan installasi depot penyalur bahan bakar minyak yang modern di Labuan Deli (Medan) dengan kapasitas total kira-kira 70.000 kiloliter.

b. Gas BumiDalam tahun 1974 produksi gas bumi mencapai 202,3 juta

MCF, sedang dalam tahun 1973 sebesar 186,1 juta MCF. Jadi produksi dalam tahun 1974 telah naik dengan 8,7%. Gas bumi

366

Page 45: INDUSTRI DAN PERTAMBANGAN · Web viewAluminium Sulfat Ribu ton 11,6 17,2 14,3 9. Asam Sulfat Ribu ton 11,2 17,7 8,6 10. Ammonia Ribu ton 8,6 3,9 — 11. Insectisida : a. Serbuk Ribu

diprodusir oleh Pertamina dan tiga kontraktornya (ILAPCO, Union Oil, dan Arco), PT Stanvac, PT Caltex, dan Lembaga Minyak dan Gas Bumi. Perkembangan produksi gas bumi se-lama tahun 1972 — 1974 dapat dilihat pada Tabel VIII — 12.

Pemanfaatan gas bumi sebagai bahan dasar produksi masih sangat kecil, terbatas pada penggunaan untuk Pupuk Sriwijaya, gas minyak bumi cair (LPG) dan jelaga gas. Per-kembangan pemanfaatan tersebut selama tahun-tahun 1972 — 1974 juga dapat dilihat dalam Tabel VIII — 12.

TABEL VIII — 12.

PRODUKSI DAN PEMANFAATAN GAS BUMI,1972 — 1974

[jutaan MCF *)]

Tahun Produksi Pemanfaatan1972 146,5 12,21973 186,1 11,71974 202,3 15,7

*) "Million Cubic Feet".

Penyaluran gas bumi dari Pertamina Unit II ke Pusri II telah mulai beroperasi dalam tahun 1974. Fasilitas penyalur-annya selesai dibangun tahun 1973 dan mempunyai kapasitas penuh sebanyak 12 MCF/hari.

Disamping itu dalam tahun 1974 sudah dipersiapkan pembangunan proyek pipa penyalur gas bumi dari lapangan lepas pantai Arco ke Cilegon, panjangnya kira-kira 250 km.

c. Timah

Dalam tahun 1974/75 kegiatan produksi timah, selain di-lakukan oleh PN Timah juga dilaksanakan oleh suatu perusa-haan swasta nasional dan oleh suatu perusahaan asing. PN Timah beroperasi di Bangka Belitung dan Singkep. Perusahaan

367

Page 46: INDUSTRI DAN PERTAMBANGAN · Web viewAluminium Sulfat Ribu ton 11,6 17,2 14,3 9. Asam Sulfat Ribu ton 11,2 17,7 8,6 10. Ammonia Ribu ton 8,6 3,9 — 11. Insectisida : a. Serbuk Ribu

GRAFIK VIII — 11PRODUKSI DAN PEMANFAATAN GAS BUMI,

1972 — 1974

368

Page 47: INDUSTRI DAN PERTAMBANGAN · Web viewAluminium Sulfat Ribu ton 11,6 17,2 14,3 9. Asam Sulfat Ribu ton 11,2 17,7 8,6 10. Ammonia Ribu ton 8,6 3,9 — 11. Insectisida : a. Serbuk Ribu
Page 48: INDUSTRI DAN PERTAMBANGAN · Web viewAluminium Sulfat Ribu ton 11,6 17,2 14,3 9. Asam Sulfat Ribu ton 11,2 17,7 8,6 10. Ammonia Ribu ton 8,6 3,9 — 11. Insectisida : a. Serbuk Ribu

swasta nasional di Bangkinang, Riau Daratan. Sedangkan perusahaan asing di Bangka. Di samping itu ada dua perusa-haan lain yang sedang mengadakan eksplorasi di Belitung dan di lepas pantai pulau Tujuh.

Produksi bijih timah dalam tahun 1974/75 mencapai kenaikan sebesar 2.200 ton, atau 9,7% dibanding dengan produksi tahun 1973/74. Kenaikan produksi itu dimungkinkan oleh adanya rehabilitasi dan modernisasi sarana produksi yang dilaksanakan selama Repelita I, yang antara lain terwujudkan dalam tersedianya kapal keruk dan pusat tenaga listrik. Sesungguh-nya kemampuan peningkatan produksi adalah lebih tinggi, te-tapi mengingat adanya ketentuan quota ekspor maka produksi harus disesuaikan dengan batas-batas ekspor yang telah di-tentukan. Dalam tahun 1973 swasta asing yang beroperasi di Pulau Bangka mencapai produksi 155,90 metrik ton. Dalam tahun 1974 produksinya meningkat menjadi 686,45 metrik ton. Proyek perluasan peleburan bijih timah baru diselesaikan pada akhir tahun 1974. Karena itu produksi logam timah dalam ta-hun 1974/75 meningkat dengan 200 ton, atau 1,4%, dibanding-kan dengan produksi tahun 1973/74. Perkembangan produksi bijih dan logam timah dapat dilihat dalam Tabel VIII — 13.

TABEL VIII - 1 3 .

PRODUKSI BIJIH DAN LOGAM TIMAH,1972/73 — 1974/75(ribuan metrik ton)

T a h u n Bijih Timah Logam Timah Jumlah

1972/73 21,5 12,8 34,3

1973/74 22,6 14,8 37,4

1974/75 24,8 15,0 39,8

369

Page 49: INDUSTRI DAN PERTAMBANGAN · Web viewAluminium Sulfat Ribu ton 11,6 17,2 14,3 9. Asam Sulfat Ribu ton 11,2 17,7 8,6 10. Ammonia Ribu ton 8,6 3,9 — 11. Insectisida : a. Serbuk Ribu

Jumlah ekspor timah tahun 1974/75 dapat dilihat dari Tabel VIII - 14. Dibandingkan dengan angka ekspor tahun 1973/74 maka terdapat kenaikan sebesar 12,4%, Jika diperbandingkan dengan rencana ekspor untuk tahun 1974/75, maka ekspor yang telah direalisir mencapai 106,4%.

T A B E L VIII — 14.EKSPOR BIJIH DAN LOGAM TIMAH, 1972/73 — 1974/75

(ribuan metrik ton)

Tahun Bijih Timah Logam Timah Jumlah

1972/73 8.2 12.6 20.8 *)

1973/74 6.4 14.6 21.0

1974/75 8.8 14.8 23.6

* ) Angka diperbaiki.

Dalam Tabel VIII — 14 dapat dilihat bahwa ekspor logam timah terus meningkat. Diharapkan mulai tahun 1976 seluruh ekspor timah akan berbentuk logam. Di samping itu konsumsi dalam negeri yang pada waktu ini hanya berkisar di sekitar 500 ton/tahun, juga diharapkan akan meningkat mulai tahun tersebut.

Kegiatan-kegiatan eksplorasi yang telah dimulai semen-jak Repelita I terus ditingkatkan. Pemboran rutin di daerah pantai (near-shore) dan di darat seluruhnya dilakukan oleh PN Timah. Dewasa ini kekuatan pemboran terdiri atas 51 regu darat, 9 regu laut, 1 pemboran mekanis, dan 1 kapal bor Pelatuk.

Untuk melaksanakan inventarisasi potensi timah di selu-ruh Indonesia telah dillakukan penyelidikan umum di daerah Jambi dan Riau. Selain itu telah dilakukan juga penyelidikan geofisika di daerah lepas pantai di sekitar pulau Bangka dan Belitung.

370

Page 50: INDUSTRI DAN PERTAMBANGAN · Web viewAluminium Sulfat Ribu ton 11,6 17,2 14,3 9. Asam Sulfat Ribu ton 11,2 17,7 8,6 10. Ammonia Ribu ton 8,6 3,9 — 11. Insectisida : a. Serbuk Ribu

GRAFIK VIII — 12

PRODUKSI DAN EKSPOR BIJI DAN LOGAM TIMAH, 1972/73 — 1974/75

371

23,6

Page 51: INDUSTRI DAN PERTAMBANGAN · Web viewAluminium Sulfat Ribu ton 11,6 17,2 14,3 9. Asam Sulfat Ribu ton 11,2 17,7 8,6 10. Ammonia Ribu ton 8,6 3,9 — 11. Insectisida : a. Serbuk Ribu

Disamping usaha-usaha tersebut di atas, untuk melaksana-kan pengembangan di bidang pertambangan timah maka telah dilaksanakan berbagai kegiatan.

Dalam rangka diversifikasi usaha horizontal telah diusa-hakan untuk memperoleh mineral-mineral sampingan dari bi-jih timah, seperti monazite, sircon, zenotim, ilmenete, dan wolframite. Selain daripada itu dalam usaha diversifikasi ver-tikal, telah dilaksanakan berbagai penelitian. Di antaranya, pe-nelitian mengenai endapan mineral kaolin di pulau Bangka yang akan digunakan, sebagai campuran untuk industri kertas, dan feasibility studies mengenai kemungkinan pembuatan tin plate, babbit, dan soldir. Di sampling itu jugs telah diadakan penelitian mengenai kemungkinan penggunaan terak-terak ti-mah yang tidak dipakai sebagai bahan baku pembuatan mine-ral wool (untuk akustik dan insulasi), penelitian mengenai pengolahan timah sebagai bahan untuk pembuatan obat-obatan, insektisida, dan campuran untuk pembuatan nylon. Selanjutnya, akhir-akhir ini telah diadakan penjajagan mengenai pembuatan bahan bangunan modern (tegel, bata) dari bahan tanah liat dan pasir kwarsa yang terdapat di pulau Bangka dan Belitung.

d. NikelPenambangan bijih nikel dilaksanakan oleh Unit Pertam-

bangan Nike). P.T. Aneka Tambang di daerah Pomala Utara, Pomala Selatan, dan di Sulawesi Tenggara. Penambangan yang berlangsung dewasa ini dilakukan secara tambang terbuka de-ngan menggunakan mesin dan tenaga manusia. Tenaga manu-sia terutama digunakan apabila terdapat bongkah-bongkah yang tercampur dalam laterit yang menyulitkan bekerjanya bulldozer.

Penambangan bersifat selektif karena endapan yang tidak teratur. Karena itu diadakan pencampuran antara bijih-bijih yang berasal dari berbagai tempat penggalian. Untuk mengatasi masalah bijih ketul (lumpore), maka sejak tahun 1973 telah

372

Page 52: INDUSTRI DAN PERTAMBANGAN · Web viewAluminium Sulfat Ribu ton 11,6 17,2 14,3 9. Asam Sulfat Ribu ton 11,2 17,7 8,6 10. Ammonia Ribu ton 8,6 3,9 — 11. Insectisida : a. Serbuk Ribu

digunakan perangkat pemecah batu (crusher). Dengan mem-pergunakan alat tersebut dapat dihasilkan pencampuran yang lebih sempurna antara bijih-bijih yang mutunya berbeda-beda.

Produksi bijih nikel dalam tahun 1974/75 ternyata lebih kecil dari tahun sebelumnya. Dari Tabel VIII — 15 dapat di-lihat bahwa jika dibandingkan dengan produksi tahun 1973/74 produksi tahun 1974/75 menurun dengan 21,1%. Penurunan produksi ini disebabkan karena produksi triwulan I tahun 1975 dengan sengaja dikurangi, mengingat bahwa kenaikan ekspor adalah kecil sedang persediaan masih besar. Perkembangan produksi dan ekspor bijih nikel selama tahun-tahun 1972/73 — 1974/75 dapat dilihat dari Tabel VIII — 15.

TABEL VIII — 15.PRODUKSI DAN EKSPOR NIKEL,

1972/73 — 1974/75(ribuan ton)

Tahun Produksi Volume Ekspor

1972/73 971,5 737,5

1973/74 989,9 830,4 *)

1974/75 781,1 831,2

*) Angka diperbaiki.

Ekspor bijih nikel dalam tahun 1974/75 naik dengan lebih kurang 0,1% jika dibandingkan dengan ekspor tahun 1973/74. Kenaikan ekspor yang kecil ini disebabkan oleh goncangan situasi moneter dunia dan resesi di negara-negara industri.

Pada akhir tahun 1974 telah diketemukan cadangan di Sulawesi Selatan bijih (proven ore) dengan kadar Ni yang cukup tinggi untuk diekspor, sehingga penambangan bijih khu-sus untuk ekspor diperkirakan akan dapat berlangsung lebih lama dari pada yang diperkirakan semula.

373

Page 53: INDUSTRI DAN PERTAMBANGAN · Web viewAluminium Sulfat Ribu ton 11,6 17,2 14,3 9. Asam Sulfat Ribu ton 11,2 17,7 8,6 10. Ammonia Ribu ton 8,6 3,9 — 11. Insectisida : a. Serbuk Ribu

GRAFIK VI I I — 13

PRODUKSI DAN EKSPOR NIKEL, 1972/73 — 1974/75

(ribuan ton)

PRODU KSI VOLUME EKSPOR

374

Page 54: INDUSTRI DAN PERTAMBANGAN · Web viewAluminium Sulfat Ribu ton 11,6 17,2 14,3 9. Asam Sulfat Ribu ton 11,2 17,7 8,6 10. Ammonia Ribu ton 8,6 3,9 — 11. Insectisida : a. Serbuk Ribu

Untuk memperoleh cadangan bijih nikel dengan kadar 1,8% Ni + Co untuk keperluan pabrik ferronikel telah dila-kukan eksplorasi secara detail dan dari hasil eksplorasi terse-but dapat diharapkan bahwa, apabila pabrik-pabrik yang ada membutuhkan bijih nikel sebanyak 350.000 ton/tahun, maka ada persediaan bahan untuk jangka waktu 100 tahun.

Sementara itu, pembangunan pabrik ferronikel berjalan dengan lancar dan diharapkan akan selesai pada akhir tahun 1975.

Perusahaan-perusahaan swasta asing yang melakukan per-siapan penambangan mengalami kelambatan karena banyak-nya hujan turun dan karena kesulitan alokasi peralatan. Peker-jaan konstruksi secara keseluruhan berjalan dengan lancar.

Penanam modal yang mendapat konsesi di pulau Gag me-lakukan penyelidikan yang lebih mendalam mengenai cara pengolahan dengan tujuan memperoleh optimasi energi. Peker-jaan pembangunan sipil serta pemboran lobang-lobang bor tetap diteruskan.

Penanam modal yang melakukan penyelidikan lapangan di pulau Gabe (Halmaheira) telah mengapalkan 1.530 ton bulk sample ke Jepang untuk penyelidikan metallurgis.

e. Bauksit

Penambangan bauksit oleh Unit Pertambangan Bauksit PT Aneka Tambang dilakukan di pulau Kijang, Angkut, Tem-beling, Kelong dan Koyang, Penambangan di daerah-daerah tersebut dilakukan dengan cara terbuka.

Dengan bertambahnya alat-alat produksi seperti dump-trucks, maka produksi tahun 1974/75 naik dengan 3,5% diban-dingkan dengan produksi tahun 1973/74. Perkembangan pro-duksi dan ekspor bauksit selama tahun tahun 1972/73 — 1974/75 dapat dilihat dalam Tabel VIII — 16.

375511120

Page 55: INDUSTRI DAN PERTAMBANGAN · Web viewAluminium Sulfat Ribu ton 11,6 17,2 14,3 9. Asam Sulfat Ribu ton 11,2 17,7 8,6 10. Ammonia Ribu ton 8,6 3,9 — 11. Insectisida : a. Serbuk Ribu

TABEL VIII – 1 6 .

PRODUKSI DAN EKSPOR BAUKSIT, 1972/73 — 1974/75(ribuan ton)

Tahun Produksi Volume Ekspor

1972/73 1.240,2 1.255,01973/74 1.240,7 *) 1.266,4 *)1974/75 1.284,2 1.267,3

*) Angka diperbaiki.

Dari Tabel VIII — 16 dapat dilihat bahwa ekspor bauksit tahun 1974/75 hanya meningkat sedikit sekali dibanding de-ngan ekspor tahun 1973/74. Hal ini terutama disebabkan karena perkembangan ekonomi dunia yang kurang menguntungkan. Ekspor bauksit terutama ditujukan ke Jepang (99,8%) dan selebihnya ke Kanada (0,2%).

Dari hasil eksplorasi PT Aneka Tambang dapat, diketahui bahwa cadangan bijih yang tersedia untuk ekspor akan memenuhi kebutuhan ekspor salama 12 tahun kalau ekspor akan tetap sebanyak 1,2 juta ton setahunnya. Dalam usaha menambah jumlah cadangan bijih yang dapat diekspor maka dalam tahun 1974 daerah penyelidikan umum seluas 26.000 ha ditetapkan menjadi daerah penyelidikan eksplorasi.

Eksplorasi sistematis yang diusahakan oleh perusahaan swasta asing di Kalimantan Barat diperluas ke utara sampai sepanjang Sungai Kapuas bagian Utara dan ke Selatan sampai Simpang Dua. Kegiatannya dipusatkan di. sekitar daerah Ta-yan, sehingga tidak ada kegiatan di daerah lain seperti di-Munggu Pasir. Selanjutnya akan diadakan penyelidikan di dae-rah Pantas. Di samping itu telah dikirim 120 ton bijih bauksit dari daerah Tayan ke Laboratorium di Amerika Serikat untuk diolah di "pilot plant". Dari hasil penyelidikan ternyata bahwa pencocokan yang lebih cermat akan meningkatkan recovery

376

Page 56: INDUSTRI DAN PERTAMBANGAN · Web viewAluminium Sulfat Ribu ton 11,6 17,2 14,3 9. Asam Sulfat Ribu ton 11,2 17,7 8,6 10. Ammonia Ribu ton 8,6 3,9 — 11. Insectisida : a. Serbuk Ribu

GRAFIK VIII — 14

PRODUKSI DAN EKSPOR BAUKSIT, 1972/73 — 1974/75(ribuan ton)

377

Page 57: INDUSTRI DAN PERTAMBANGAN · Web viewAluminium Sulfat Ribu ton 11,6 17,2 14,3 9. Asam Sulfat Ribu ton 11,2 17,7 8,6 10. Ammonia Ribu ton 8,6 3,9 — 11. Insectisida : a. Serbuk Ribu
Page 58: INDUSTRI DAN PERTAMBANGAN · Web viewAluminium Sulfat Ribu ton 11,6 17,2 14,3 9. Asam Sulfat Ribu ton 11,2 17,7 8,6 10. Ammonia Ribu ton 8,6 3,9 — 11. Insectisida : a. Serbuk Ribu

bauksit. Sementara itu feasibility study tentang kemungkinan pendirian pabrik Alumina di pulau Kijang akan selesai pada permulaan kwartal ke III tahun 1975.f. Pasir Best.

Pertambangan pasir besi di pantai Cilacap dilakukan oleh Unit Pertambangan Pasir Besi PT Aneka Tambang. Penam-bangannya dilaksanakan secara terbuka dengan menyemprot air.

Perkembangan produksi dan ekspor pasir besi selama tahun-tahun 1972/73 — 1974/75 dapat dilihat dalam Tabel VIII — 17. Dalam tabel itu terlihat bahwa baik produksi mau- pun ekspor hasil tambang tersebut terus meningkat.

TABEL VIII — 17.

PRODYTKSI DAN EKSPOR PASIR BESI1972/73 — 1974/75

(ribuan ton)

Tahun Produksi Volume Ekspor

1972/73 237,6 276,2

1973/74 323,7 *) 283,6

1974/75 349,2 348,0

*) Angka diperbaiki.

Peningkatan produksi antara lain disebabkan karena de-ngan diperlengkapinya alat-alat pemisah maknit dengan peng-ayak-pengayak tromol, kandungan besi dalam konsentrat dapat ditingkatkan. Dalam tahun 1974/75 terdapat kenaikan pro-duksi sebesar 7,9% dan ekspor sebesar 22,7% dibanding de-ngan tahun 1973/74. Seluruh ekspor pasir besi ditujukan ke Jepang.

378

Page 59: INDUSTRI DAN PERTAMBANGAN · Web viewAluminium Sulfat Ribu ton 11,6 17,2 14,3 9. Asam Sulfat Ribu ton 11,2 17,7 8,6 10. Ammonia Ribu ton 8,6 3,9 — 11. Insectisida : a. Serbuk Ribu

GRAFIK VIII — 15PRODUKSI DAN EKSPOR PASIR BESI,

1972/73 — 1974/75.

(ribuan ton)344,2 348,0

Produksl Volume Ekspor

379

Page 60: INDUSTRI DAN PERTAMBANGAN · Web viewAluminium Sulfat Ribu ton 11,6 17,2 14,3 9. Asam Sulfat Ribu ton 11,2 17,7 8,6 10. Ammonia Ribu ton 8,6 3,9 — 11. Insectisida : a. Serbuk Ribu

Masalah yang dewasa ini dihadapi oleh Unit Pertambangan Pasir Besi Cilacap terutama berhubungan dengan pengangkutan konsentrat dari daerah penambangan ke tempat pengumpulan di pelabuhan. Konsentrat yang telah ada di tempat penimbunan tepi Timur sungai Serayu masih harus dipompa ke timbunan tepi Barat sungai tersebut. Masalah pengangkutan ialah pengangkutan ke luar dari pelabuhan oleh karena hanya kapal yang berukuran maksimal 22.000 ton saja yang dapat ke luar masuk pelabuhan.

Dalam tahun 1974 telah diselesaikan penelitian proses pembuatan besi baja dari pasir besi Yogyakarta dalam skala yang besar di Balai-balai Penelitian di luar negeri. Dari ber-bagai percobaan-percobaan tersebut ternyata bahwa pembuatan besi baja secara proses reduksi langsung adalah ekonomis.

Pasir besi merupakan bahan yang diperlukan untuk mem-produsir billet. Pabrik billet yang akan dibangun direncanakan berkapasitas lebih kurang 450 ribu ton billet setahun. Untuk itu persediaan cadangan pasir besi yang ada diperkirakan cukup memenuhi kebutuhan selama lebih kurang 28 tahun.

Sampai kini belum ada tanda-tanda bahwa di sekitar dae-rah itu akan ditemukan gas. Oleh karena itu maka percobaan-percobaan akan diteruskan dengan menggunakan batu bara atau minyak bumi sebagai reduktor.

g. Emas dan Perak

Unit Pertambangan Emas Cikotok dari PT Aneka Tam-bang adalah satu-satunya perusahaan yang dewasa ini melaku-kan kegiatan pertambangan di Cikotok dan Cirotan, Banten Selatan. Produksi logam emas dan perak dalam tahun 1974/75 masing-masing menurun dengan 20,6% dan 28,2%. Penurunan produksi disebabkan karena penurunan kadar emas dan perak sesuai dengan sifat genesanya.

Selain dari Unit Pertambangan Emas Cikotok juga ada emas yang dihasilkan oleh perusahaan-perusahaan kecil/per-tambangan rakyat yang tidak teratur dan sederhana.

380

Page 61: INDUSTRI DAN PERTAMBANGAN · Web viewAluminium Sulfat Ribu ton 11,6 17,2 14,3 9. Asam Sulfat Ribu ton 11,2 17,7 8,6 10. Ammonia Ribu ton 8,6 3,9 — 11. Insectisida : a. Serbuk Ribu

Dalam tahun 1974/75 di dalam negeri telah dijual emas sebanyak 262,5 kg dan perak sebanyak 2,1 ton. Di samping itu sebanyak 4,0 ton perak telah diekspor ke Jepang. Perkembang-an produksi dan penjualan dalam negeri dari logam mulia emas, serta perkembangan produksi, volume ekspor, dan pen-jualan dalam negeri dari logam mulia perak selama tahun-ta-hun 1972/73 — 1974/75 dapat dilihat dari Tabel VIII — 18 dan Tabel VIII — 19.

TA B E L VIII — 18.PRODUKSI DAN PENJUALAN DALAM NEGERI EMAS,

1972/73 — 1974/75

(kg)

Tahun Produksi Penjualan Dalam Negeri

1972/73 332,3 288,41973/74 327,3 324,0

1974/75 260,0 262,5

TA B E L VIII — 18.

PRODUKSI, VOLUME EKSPOR DAN PENJUALAN D A L A M NEGERI PERAK,

1972/73 — 1974/75 (ton)

Tahun Produksi Volume Ekspor Penjualan Dalam Negeri

1972/73 9,2 6,7 2,6

1973/74 8,5 7,3 3,8

1974/75 6,1 4,0 2,1

381

Page 62: INDUSTRI DAN PERTAMBANGAN · Web viewAluminium Sulfat Ribu ton 11,6 17,2 14,3 9. Asam Sulfat Ribu ton 11,2 17,7 8,6 10. Ammonia Ribu ton 8,6 3,9 — 11. Insectisida : a. Serbuk Ribu

GRAFIK VIII — 16.

PRODUKSI DAN PENJUALAN DALAM NEGERI EMAS,

1972/73 — 1974/75

(kg)

400

Produksi Penjualan dalam Negeri

382

Page 63: INDUSTRI DAN PERTAMBANGAN · Web viewAluminium Sulfat Ribu ton 11,6 17,2 14,3 9. Asam Sulfat Ribu ton 11,2 17,7 8,6 10. Ammonia Ribu ton 8,6 3,9 — 11. Insectisida : a. Serbuk Ribu

GRAFIK VIII — 17PRODUKSI, VOLUME EKSPOR DAN PENJUALAN DALAM NEGERI PERAK,

1972/73 — 1974/75

383

Page 64: INDUSTRI DAN PERTAMBANGAN · Web viewAluminium Sulfat Ribu ton 11,6 17,2 14,3 9. Asam Sulfat Ribu ton 11,2 17,7 8,6 10. Ammonia Ribu ton 8,6 3,9 — 11. Insectisida : a. Serbuk Ribu

Dalam tahun 1974 Unit Pengolahan dan Pemurnian Logam Mulia PT Aneka Tambang di Jakarta telah memurni-kan 4.575,7197 kg emas, 7.724,718 kg perak dan 2,9463 kg platina dari Unit Pertambangan Emas Cikotok dan dari fihak lain.

Dalam rangka mendapatkan cadangan baru sejak tahun 1973 dilakukan pemboran di Cirotan. Sampai kini usaha-usaha ini belum memberikan hasil.

h. Batubara

Dewasa ini hanya ada 2 buah tambang batubara yang masih bekerja, yaitu Unit Pertambangan Ombilin (Sumatera Barat) dan Unit Pertambangan Bukit Asam (Sumatera Selatan).

Unit Tambang Batubara Ombilin mempunyai wilayah kuasa pertambangan eksploitasi seluas 2.331,4 ha dan kuasa pertambangan eksplorasi seluas 20.647,2 ha yang terbagi atas lima lapangan. Dewasa ini penambangan berlangsung dengan cara tambang bawah tanah, yaitu dengan cara pengisian pasir (hydraulic sand stowing). Sebagian kecil dari batubara di-tambang secara terbuka.

Unit Tambang Batubara Bukit Asam mempunyai wilayah kuasa pertambangan seluas 3.018 ha. Penambangan dilakukan secara terbuka; mula-mula tanah dikupas dengan mesin dan bulldozer dan kemudian dikerjakan dengan mesin keruk besar.

Produksi Batubara selama tahun-tahun 1972/73 - 1974/75 berkisar antara 145.000 dan 178.000 ton per tahun (lihat Tabel VIII — 20). Jumlah itu jauh berada di bawah skala ekonomis. Dalam beberapa tahun ini Pabrik Semen Indarung akan diperluas, dan keperluan tenaga listrik di Sumatera Barat akan bertambah. Di samping itu di Sumatera Selatan akan dibangun pabrik Semen Baturaja. Dengan adanya per-kembangan-perkembangan tersebut, permintaan akan Batu-bara diperkirakan meningkat sehingga produksi Batubara di kedua tambang Batubara tersebut dalam tahun-tahun yang akan datang dapat ditingkatkan.

384

Page 65: INDUSTRI DAN PERTAMBANGAN · Web viewAluminium Sulfat Ribu ton 11,6 17,2 14,3 9. Asam Sulfat Ribu ton 11,2 17,7 8,6 10. Ammonia Ribu ton 8,6 3,9 — 11. Insectisida : a. Serbuk Ribu

TABEL VIII — 20.PRODUKSI BATU BABA, 1972/73 — 1974/75

(ribuan ton)

T a h u n Produksi

1972/73 177,21973/74 145,9

1974/75 171,6

Berhubung dengan krisis energi serta meningkatnya har-ga minyak bumi maka dianggap perlu untuk mengadakan penyelidikan serta eksplorasi di Sumatera Barat dan di Suma-tera Selatan. Penelitian itu telah diselesaikan dalam perte-ngahan bulan Juli 1974.

Atas dasar hasil penelitian tersebut telah diadakan pem-boran di Kandi, Sapan Dalam, Sawah Resen VI, dan Tanah Hitam. Pekerjaan pemboran itu semuanya diperkirakan akan selesai pada akhir triwulan pertama tahun 1976. Pekerjaan eksplorasi dan pemboran dilakukan dengan bantuan Direkto-rat Geologi di Bandung.

Di samping itu suatu perusahaan swasta asing dalam rangka penanaman modal telah mengadakan penyelidikan eks-plorasi di Gunung Meraksa, Kepayang, dan Bukit Asam di Sumatera Selatan, dan berhasil menemukan endapan yang cukup besar. Pemetaan udara daerah tersebut yang meliputi areal seluas 2.375 km2, telah dilaksanakan.

Suatu perusahaan swasta asing yang lain telah mengada-kan kegiatan yang sama di Sinamar, Sumatera Barat dan de-wasa ini sedang dilakukan interpretasi mengenai hasil pem-boran yang diperoleh.

385

Page 66: INDUSTRI DAN PERTAMBANGAN · Web viewAluminium Sulfat Ribu ton 11,6 17,2 14,3 9. Asam Sulfat Ribu ton 11,2 17,7 8,6 10. Ammonia Ribu ton 8,6 3,9 — 11. Insectisida : a. Serbuk Ribu

GRAFIK VIll — 18

PRODUKSI BATU - BARA, 1972/73 — 1974/75

(ribuan ton)

386

Page 67: INDUSTRI DAN PERTAMBANGAN · Web viewAluminium Sulfat Ribu ton 11,6 17,2 14,3 9. Asam Sulfat Ribu ton 11,2 17,7 8,6 10. Ammonia Ribu ton 8,6 3,9 — 11. Insectisida : a. Serbuk Ribu

i. TembagaDalam tahun 1974 telah dapat diselesaikan semua peker-

jaan-pekerjaan konstruksi, dan perbaikan-perbaiikan instalasi yang berhubungan dengan seluruh operasi. Demikianlah maka produksi tembaga yang baru dimulai dalam tahun 1973, dapat ditingkatkan dengan memuaskan dalam tahun 1974.

Produksi konsentrat tembaga kering dalam tahun 1974/75 tercatat sebesar 208,1 ribu DMT (metrik ton kering) sedang produksi tahun 1973/74 adalah sebesar 162,7 ribu DMT. Selan-jutnya konsentrat yang diekspor dalam tahun 1974/75 men-capai 230,0 ribu DMT sedang dalam tahun 1973 jumlah yang diekspor hanya sebesar 133,5 ribu ton (lihat Tabel VIII — 21).

TABEL VIII — 21.

PRODUKSI DAN VOLUME EKSPOR TEMBAGA (KONSENTRAT)

1973 — 1974[ribuan DMT 1)]

T a h u n P r o d u k s i Volume Ekspor

1972/73 29,3 27,0

1973/74 2) 162,7 133,5

1974/75 208,1 230,0

1) Dry Metric Ton.2) Angka diperbaiki.

j. Intan

Unit Pertambangan intan dari PT Aneka Tambang telah melakukan penelitian dengan menggunakan cara-cara geofi-sika (antara lain tahanan jenis) di wilayah kerjanya. Dengan cara ini, pencarian bagian lapisan-lapisan kerikil berintan yang diperkirakan berkadar intan tinggi dapat lebih terarah.

387

Page 68: INDUSTRI DAN PERTAMBANGAN · Web viewAluminium Sulfat Ribu ton 11,6 17,2 14,3 9. Asam Sulfat Ribu ton 11,2 17,7 8,6 10. Ammonia Ribu ton 8,6 3,9 — 11. Insectisida : a. Serbuk Ribu

GRAFIK VIII— 19PRODUKSI DAN VOLUME EKSPOR TEMBAGA (KONSENTRAT)

1972/73— 1974/79

388

Page 69: INDUSTRI DAN PERTAMBANGAN · Web viewAluminium Sulfat Ribu ton 11,6 17,2 14,3 9. Asam Sulfat Ribu ton 11,2 17,7 8,6 10. Ammonia Ribu ton 8,6 3,9 — 11. Insectisida : a. Serbuk Ribu

( ribuan DMT )

230,0

1972/73 1973/74 1974/75

Page 70: INDUSTRI DAN PERTAMBANGAN · Web viewAluminium Sulfat Ribu ton 11,6 17,2 14,3 9. Asam Sulfat Ribu ton 11,2 17,7 8,6 10. Ammonia Ribu ton 8,6 3,9 — 11. Insectisida : a. Serbuk Ribu

Produksi Volume Ekspor

Page 71: INDUSTRI DAN PERTAMBANGAN · Web viewAluminium Sulfat Ribu ton 11,6 17,2 14,3 9. Asam Sulfat Ribu ton 11,2 17,7 8,6 10. Ammonia Ribu ton 8,6 3,9 — 11. Insectisida : a. Serbuk Ribu

Dari hasil penelitian tersebut dalam tahun 1974 telah di-hasilkan lebih dari 4.081 butir kerikil berintan yang mengandung lebih dari 586,5490 karat intan. Penjualan intan di dalam negeri dalam tahun 1974 mencapai 665,388 karat.

k. Granit

PT Karimun Granit telah dapat menyelesaikan pemba-ngunan bagian pertama dari pabrik yang kelak bersama-sama dengan bagiannya yang kedua per tahun akan dapat meng-hasilkan 400.000 ton batu yang berukuran kurang dari 1,5" dan 1.500.000 ton batu yang berukuran 1,5" - 8".

Produksi batu granit tahun 1974 mencapai 428.000 ton. Dalam tahun 1973 produksi adalah sebesar 415.015 ton. Eks-por tahun 1974 meliputi 36.847 ton dan penjualan dalam negeri sebanyak 264.605 ton. Sedangkan dalam tahun 1973 ekspor mencapai 148.651 ton dan penjualan dalam negeri mencapai 138.768 ton.

1. MangaanPada waktu ini penambangan mangaan dilakukan oleh

PD Pertambangan Jawa Barat (Karangnunggal, Pasir Ben-tang, Maruyung, dan Cigunung), PD Pertambangan Daerah Istimewa Yogyakarta (Kliripan dan Penggung), dan PT Panca Ubaya Paksi (Kecamatan Gombong dan Kecamatan Salaman). Penambangan dilakukan dengan cara tambang terbuka dan padat karya.

Jumlah produksi yang dihasilkan dalam tahun 1974 ada-lah 18.227,8 ton, sedang produksi tahun 1973 mencapai 16.087,4 ton. Ekspor dan penjualan dalam negeri dalam tahun 1974 masing-masing mencapai 16.096,8 ton dan 863,3 ton.

m. Aspal

Penambangan aspal terdapat di Lapangan Kabungka (Pulau Buton) dan dilaksanakan oleh Perusahaan Aspal Ne-gara (PAN). Penambangan dilakukan dengan cara tambang

389

Page 72: INDUSTRI DAN PERTAMBANGAN · Web viewAluminium Sulfat Ribu ton 11,6 17,2 14,3 9. Asam Sulfat Ribu ton 11,2 17,7 8,6 10. Ammonia Ribu ton 8,6 3,9 — 11. Insectisida : a. Serbuk Ribu

terbuka. Pembuatan undak-undak dilakukan dengan singkup mesin dan bulldozer.

Produksi aspal dalam tahun 1973 mencapai jumlah 95.149 ton tetapi dalam tahun 1974 hanya mencapai jumlah 75.170 ton atau suatu penurunan sebesar 21,0%. Seluruh produksi aspal Buton digunakan di dalam negeri.

n. Lain-lain

Penggalian bahan galian industri dilaksanakan oleh peru-sahaan-perusahaan daerah dan perusahaan-perusahaan swas-ta nasional. Dalam Tabel VIII — 22 di bawah ini disajikan besarnya produksi dan penjualan berbagai hasil tambang serta bahan galian yang lain dalam tahun 1974.

TABEL VIII -- 22.

PRODUKSI, EKSPOR DAN PENJUALAN BAHAN GALIANINDUSTRI OLEH PERUSAHAAN DAERAH DANPERUSAHAAN SWASTA NASIONAL, 1974

(ton)

No. Mineral/Bahan GalianBahan jadi Produksi Ekspor Penjualan

Dalam negeri1. Gamping

Bahan Semen 1.114.078,75 — —

2. Lempung 219.065,97 — —3. Marmer (Dalam M2 Slabs) 13.519,951 — 14.264,2.574. Jodium 25.933,157 13.059 4.7045. Belerang 2.193 *) — 2.1936. Fosfat 5.562,728 — 5.660,7287. Asbes 283,250 — 125,7008. Kaolin 25.971,86 (*) 3.876 19.043,239. Pasir Kwarsa 62.687,95 (*) — 52.408,468

*) Beberapa perusahaan belum menyampaikan laporan produksi.

390

Page 73: INDUSTRI DAN PERTAMBANGAN · Web viewAluminium Sulfat Ribu ton 11,6 17,2 14,3 9. Asam Sulfat Ribu ton 11,2 17,7 8,6 10. Ammonia Ribu ton 8,6 3,9 — 11. Insectisida : a. Serbuk Ribu

3. Masalah-masalah Penunjang

a. Perkembangan Penelitian, Pengembangan, dan Pembinaan pertambangan

Inventarisasi kekayaan mineral perlu sekali dipergiat. Demikian pula kegiatan-kegiatan penelitian mengenai pertam-bangan, pengolahan, pemurnian, pengembangan, dan pema-saran. Berkat data yang diperoleh dari hasil inventarisasi kekayaan alam Indonesia dan penelitian-penelitian yang dila-kukan selama ini maka sektor pertambangan dapat berkem-bang hingga sekarang ini.

Inventarisasi kekayaan alam dilakukan secara sistimatis dan terus menerus dalam bentuk pemetaan geologi, geokimia, geoiogiteknik, hidrogeologi, geofisika, dan lain-lain. Semua pe-kerjaan ini dikerjakan secara terintegrasi. Dengan demikian dapat tercapai daya guna yang setinggi-tingginya dalam pema-kaian tenaga, peralatan, dan biaya yang tersedia.

Hasil-hasil pelaksanaan penelitian di bidang geologi dan pertambangan dalam tahun 1974/75 akan diuraikan dalam Bab Pengembangan Ilmu dan Teknologi, Penelitian, dan Statistik.

b. Pembinaan Usaha Pertambangan Nasional

Dalam proyek pemetaan dan penyelidikan mineral yang dilaksanakan dalam Repelita I telah ditemukan beberapa da-erah prospektif. Selanjutnya di daerah-derah tersebut dapat diadakan eksplorasi. Kegiatan eksplorasi meliputi kegiatan-kegiatan pengolahan bahan galian serta pertambangan, dan pemasarannya.

Setelah melalui eksplorasi ternyata bahwa pembukaan tambang baru secara ekonomis dapat dipertanggung-jawabkan, maka pengembangannya lebih lanjut diserahkan kepada Perusahaan Negara atau Perusahaan Swasta Nasional.

391

Page 74: INDUSTRI DAN PERTAMBANGAN · Web viewAluminium Sulfat Ribu ton 11,6 17,2 14,3 9. Asam Sulfat Ribu ton 11,2 17,7 8,6 10. Ammonia Ribu ton 8,6 3,9 — 11. Insectisida : a. Serbuk Ribu

Mengingat bahwa kemampuan perusahaan-perusahaan Swasta Nasional pada umumnya masih terbatas, maka perusahaan-perusahaan tersebut pada umumnya diserahi untuk mengelola pertambangan mineral industri dan mineral lain yang mudah pertambangannya dan hasilnya dapat dipasarkan di dalam negeri. Untuk sementara usaha-usaha pertambangan yang memerlukan modal yang agak besar dan kemampuan teknik yang tinggi, pengusahaannya diserahkan kepada perusahaan-perusahaan negara.

Penyediaan hasil eksplorasi kepada perusahaan-perusa-haan Swasta Nasional merupakan bagian dari pelaksanaan rencana bantuan teknik kepada perusahaan-perusahaan terse-but. Bantuan ini di dalam tahun 1974/75 meliputi bidang-bidang penyelidikan geologi, pengolahan bahan galian, penelitian pertambangan, dan pemasaran.

c. Pengembangan DaerahMengingat adanya proyek-proyek pertambangan di da-

erah-daerah, maka perhatian khusus diberikan kepada peren-canaan pengembangan daerah. Proyek pertambangan baru di suatu daerah dapat dijadikan titik mula bagi pengembangan sumber-sumber alam lainnya di daerah yang bersangkutan.

Penyelidikan-penyelidikan yang erat hubungannya dengan perencanaan pengembangan daerah antara lain meliputi penyelidikan-penyelidikan vulkanologi, geologi teknik, air tanah, tanah longsor, dan masalah-masalah lain yang mempunyai hubungan dengan masalah-masalah kekuatan tanah, pengadaan air tanah, dan bencana alam. Selain itu dlakukan juga penyelidikan mengenai pengaruh kegiatan pertambangan terhadap kelestarian lingkungan hidup.

d. Pembinaan LembagaMengingat makin meningkatnya peranan pertambangan

dalam perkembangan ekonomi Indonesia, maka pembinaan lembaga yang akan melaksanakan tugas di bidang pertam-

392

Page 75: INDUSTRI DAN PERTAMBANGAN · Web viewAluminium Sulfat Ribu ton 11,6 17,2 14,3 9. Asam Sulfat Ribu ton 11,2 17,7 8,6 10. Ammonia Ribu ton 8,6 3,9 — 11. Insectisida : a. Serbuk Ribu

bangan perlu memperoleh prioritas yang tinggi. Sehubungan dengan hal ini perhatian khusus diberikan kepada pendidikan. dan penempatan kader-kader yang baru. Mengingat bahwa pertambangan mempergunakan teknologi yang tinggi, maka pendidikan dan pembentukan kader dalam bidang pertambang-an memerlukan waktu yang lama dan biaya yang tinggi.

393

Page 76: INDUSTRI DAN PERTAMBANGAN · Web viewAluminium Sulfat Ribu ton 11,6 17,2 14,3 9. Asam Sulfat Ribu ton 11,2 17,7 8,6 10. Ammonia Ribu ton 8,6 3,9 — 11. Insectisida : a. Serbuk Ribu