… · web viewproduksi karet alam dunia tahun 1986 diperkirakan sebesar 4.390 ribu ton sedangkan...

85
NERACA PEMBAYARAN DAN PERDAGANGAN LUAR NEGERI

Upload: others

Post on 13-Jul-2020

11 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: … · Web viewProduksi karet alam dunia tahun 1986 diperkirakan sebesar 4.390 ribu ton sedangkan konsumsi karet alam dunia hanya sebesar 4.325 ribu ton. Pada awal Mei 1986, produsen

NERACA PEMBAYARAN DAN PERDAGANGANLUAR NEGERI

Page 2: … · Web viewProduksi karet alam dunia tahun 1986 diperkirakan sebesar 4.390 ribu ton sedangkan konsumsi karet alam dunia hanya sebesar 4.325 ribu ton. Pada awal Mei 1986, produsen
Page 3: … · Web viewProduksi karet alam dunia tahun 1986 diperkirakan sebesar 4.390 ribu ton sedangkan konsumsi karet alam dunia hanya sebesar 4.325 ribu ton. Pada awal Mei 1986, produsen

BAB V

NERACA PEMBAYARAN DAN PERDAGANGAN LUAR NEGERI

A. PENDAHULUAN

Pelaksanaan pembangunan selama tahun ketiga Repelita IV telah menghadapi berbagai tantangan yang ditimbulkan oleh gejolak dan ketidakpastian perekonomian dunia serta dampaknya pada neraca pembayaran dan perdagangan luar negeri Indonesia. Dalam kerangka usaha mencapai sasaran-sasaran pemerataan pem-bangunan, perluasan lapangan kerja dan pertumbuhan ekonomi, selama tahun 1986/87 telah ditempuh serangkaian kebijaksanaan mendasar di bidang ekonomi yang ditujukan untuk menjaga ke-langsungan pembiayaan pembangunan, memperkuat neraca pemba-yaran serta meningkatkan ekspor, khususnya di luar minyak dan gas bumi.

Selama tahun 1986, perekonomian dunia tetap lesu. Laju pertumbuhan ekonomi dunia terus menurun dari tingkat terting-ginya sebesar 4,4% tahun 1984 menjadi 3,1% tahun 1985 dan 2,9% tahun 1986, terutama karena melemahnya laju pertumbuhan di negara-negara industri. Laju pertumbuhan di Amerika Seri-kat menurun dari 6,4% dalam tahun 1984 menjadi 2,7% dalam tahun 1985 dan 2,5% dalam tahun 1986; di Jepang pertumbuhan ekonomi turun dari 5,1% dalam tahun 1984 menjadi 4,7% dalam tahun 1985, dan 2,3% dalam tahun 1986. Tingkat pertumbuhan yang terus merosot di negara-negara industri ini disebabkan, antara lain, oleh menurunnya penanaman modal di sektor minyak di Amerika Serikat dan Kanada sebagai akibat harga minyak yang turun dengan tajam, nilai mata uang dollar Amerika Seri-kat yang terus melemah, ketimpangan neraca perdagangan antar negara-negara tersebut yang belum membaik serta belum mantapnya koordinasi pelaksanaan kebijaksanaan makro, moneter dan perdagangan antara negara-negara tersebut.

Kegiatan ekonomi yang lamban di negara-negara industri ini sangat mempengaruhi pertumbuhan ekonomi negara-negara berkembang karena negara-negara industri masih tetap me-rupakan somber utama penerimaan devisa, balk berupa penerima-

V/3

Page 4: … · Web viewProduksi karet alam dunia tahun 1986 diperkirakan sebesar 4.390 ribu ton sedangkan konsumsi karet alam dunia hanya sebesar 4.325 ribu ton. Pada awal Mei 1986, produsen

an ekspor maupun berupa modal, bagi negara-negara berkembang. Laju pertumbuhan ekonomi di negara-negara pengekspor minyak mundur dari 1,3% dalam tahun 1984 menjadi 0,3% tahun dalam 1985, dan - 0,7% dalam tahun 1986; di negara-negara bukan pengekspor minyak, pertumbuhan adalah lebih baik, yakni sebe-sar 5,4% tahun 1986 dibandingkan dengan 4,6% tahun 1985, an-tara lain karena turunnya harga minyak berarti biaya impor minyak yang menciut.

Tingkat pengangguran di negara-negara industri, terutama di Eropa ternyata tetap tinggi, yaitu mencapai rata-rata 10,75%, sedang tingkat inflasi terus menunjukkan gejala menurun 2,6% di Amerika Serikat dan 3,4% di negara-negara industri secara keseluruhan pada tahun 1986. Menurunkan ting-kat pengangguran tanpa menimbulkan inflasi dan tanpa makin memperburuk situasi neraca perdagangan tetap merupakan masa-lah utama di negara-negara industri, dan langkah-langkah moneter dan fiskal yang mereka tempuh akan selalu membawa dampak pada perekonomian negara-negara berkembang.

Harapan bahwa permintaan oleh negara-negara industri akan barang ekspor negara-negara berkembang akan naik dalam tahun 1986, sebagai akibat harga minyak yang turun tajam, ternyata tidak terwujud. Turunnya harga minyak juga membawa dampak berbeda bagi negara-negara sedang berkembang. Negara-negara bukan pengekspor minyak dapat menghemat pengeluaran untuk impor minyak. Sebaliknya, negara-negara pengekspor minyak menderita rugi teramat besar dan nilai tukar perdagangan jatuh sekali. Karena itu, negara-negara ini harus membatasi pada pengeluaran dan impornya. Impor negara-negara ini turun 21% pada tahun 1986, dengan akibat negatif yang berbeda-beda terhadap sektor produksinya.

Negara-negara berkembang juga merasakan dampak dari perkembangan moneter di negara-negara industri. Nilai mata uang dollar Amerika Serikat yang terus turun terhadap mata uang negara-negara industri penting lainnya menyebabkan naiknya biaya impor dan membubungnya pembayaran bunga dan angsuran hutang luar negeri negara-negara berkembang.

Perkembangan perekonomian dunia tahun-tahun terakhir ini seperti yang dikemukakan di atas berdampak luas baik pada masalah penyelesaian krisis hutang secara tuntas maupun kelanjutan proses pembangunan di negara-negara berkembang. Selanjutnya, kecenderungan negara-negara industri untuk men-

V/4

Page 5: … · Web viewProduksi karet alam dunia tahun 1986 diperkirakan sebesar 4.390 ribu ton sedangkan konsumsi karet alam dunia hanya sebesar 4.325 ribu ton. Pada awal Mei 1986, produsen

cari penyelesaian masalah-masalah moneter, fiskal dan perda-gangan di antara mereka sendiri telah mengakibatkan semakin lemahnya kerjasama multilateral guna mengatasi masalah-masa-lah yang bersifat global tersebut.

Guna kembali menggiatkan dan mengembangkan suatu sistem perdagangan internasional yang lebih terbuka dan langgeng, dalam bulan September 1986 telah diselenggarakan Pertemuan Tingkat Menteri Persetujuan Umum tentang Bea Masuk dan Perda-gangan (GATT) di Punta del Este, Uruguay yang merupakan pe-luncuran putaran baru dari Negosiasi Perdagangan Multilateral (MTN). Pada pertemuan tersebut telah disepakati prioritas yang akan diberikan pada pelonggaran perdagangan produk-pro-duk tropis dan pertanian serta tetap dianutnya prinsip perla-kuan khusus dan berbeda terhadap negara-negara berkembang.

Dalam rangka kerjasama antar negara berkembang telah di-selenggarakan Konperensi Tingkat Tinggi ke VIII Gerakan Non- blok pada permulaan September 1986 di Harare, Zimbabwe; Per-temuan Tingkat Tinggi Kelompok 77 Konperensi tentang Perdaga-ngan dan Pembangunan PBB (UNCTAD) di bidang Kerjasama Ekonomi Antar Negara Berkembang dalam bulan Agustus 1986 di Kairo, Mesir serta Pertemuan Tingkat Menteri Kelompok Asia dari Ke-lompok 77 UNCTAD dalam bulan Maret 1987 di Dhaka, Bangla-desh. Pada dasarnya ke tiga pertemuan tersebut bertujuan un-tuk meningkatkan kerjasama antar negara-negara berkembang guna menggairahkan kembali pembangunan dan perdagangan serta meningkatkan usaha-usaha bersama untuk mencari penyelesaian masalah-masalah hutang berdasar prinsip tanggung jawab ber-sama antara negara-negara peminjam, negara-negara yang mem-berikan pinjaman dan lembaga-lembaga keuangan yang bersangku-tan.

Selama tahun 1986 juga terus dilakukan langkah-langkah untuk meningkatkan kerjasama ekonomi antar negara anggota ASEAN. Pertemuan Menteri-Menteri Ekonomi ASEAN yang diadakan di Manila, Philipina, dalam bulan Agustus 1986 telah menyepa-kati "ASEAN Preferential Tariff Quota Scheme" sebagai pelengkap Perjanjian Perdagangan Preferential (PTA) guna lebih mendorong perluasan perdagangan antar negara ASEAN. Selanjutnya juga disetujui penerapan tingkat preferensi bea masuk minimal sebesar 25% untuk semua jenis barang yang sudah dan akan ter-cakup dalam PTA. Adapun jumlah jenis barang yang telah dibe-rikan pengurangan bea masuk hingga sekarang ini mencapai jumlah 12.700 jenis. Di bidang kerjasama industri juga ter-capai kemajuan dengan disetujuinya produk-produk baru yang

V/5

Page 6: … · Web viewProduksi karet alam dunia tahun 1986 diperkirakan sebesar 4.390 ribu ton sedangkan konsumsi karet alam dunia hanya sebesar 4.325 ribu ton. Pada awal Mei 1986, produsen

akan dikembangkan melalui usaha patungan serta disepakatinya Perjanjian Preferensi bagi Kontraktor ASEAN dalam rangka ten-der kontrak konstruksi. Sementara itu, proyek pengolahan abu soda yang semula dirintis sebagai proyek regional di Muang Thai telah ditarik kembali. Proyek industri ASEAN yang akan berlokasi di Muang Thai, Philipina, Singapura dan Brunei Darussalam masih pada tahap penjajagan.

Seperti disebutkan dalam Bab I di muka, bagi Indonesia, harga minyak yang turun tajam secara mendadak itu sangat me-nurunkan pendapatan ekspor dan pemasukan anggaran belanja pemerintah serta kemampuan impor. Di samping itu, nilai mata uang dollar Amerika Serikat yang tetap lemah telah mengaki-batkan peningkatan biaya impor dan pembayaran bunga dan cici-lan hutang luar negeri kita apabila dinyatakan dalam dollar. Karena itu, untuk menjaga kestabilan keuangan dan menjamin agar kegiatan pembangunan dapat terus berjalan lancar, peme-rintah mengambil beberapa langkah panting di bidang moneter, fiskal dan perdagangan luar negeri.

B. PERKEMBANGAN NERACA PEMBAYARAN DAN PERDAGANGAN LUAR NEGERI

1. KEBIJAKSANAAN PERDAGANGAN DAN KEUANGAN LUAR NEGERI

Seperti disebutkan di muka, merosotnya harga minyak telah menimbulkan tekanan pada neraca pembayaran Indonesia. Sede-mikian beratnya tekanan-tekanan tersebut sehingga sean-dainya Pemerintah hanya bertumpu kepada kebijaksanaan yang telah diambil dalam tahun-tahun sebelumnya, keadaan neraca pembayaran, akan menjadi jauh lebih buruk daripada hasil yang dapat dicapai dalam tahun 1986/87 ini. Adapun rangkaian kebi-jaksanaan penyelamatan yang diambil oleh Pemerintah dalam tahun 1986/87 ini adalah paket 6 Mei 1986, devaluasi 12 Sep-tember 1986, kebijaksanaan 28 Oktober 1986 dan 16 Januari 1987.

Pada bulan Mei 1986, pada waktu sistem sertifikat ekspor (SE) sudah akan habis berlakunya dan harga minyak bumi turun dari rata-rata $ 28 per barrel tahun 1985 menjadi di bawah $ 15 per barrel pada bulan Maret 1986, Pemerintah segera meng-ambil tindakan kebijaksanaan untuk meningkatkan penerimaan devisa dari penanaman modal asing dan ekspor non migas. Kebijaksanaan ini kemudian dikenal sebagai Paket 6 Mei atau Pakem.

V/6

Page 7: … · Web viewProduksi karet alam dunia tahun 1986 diperkirakan sebesar 4.390 ribu ton sedangkan konsumsi karet alam dunia hanya sebesar 4.325 ribu ton. Pada awal Mei 1986, produsen

Rangkaian kebijaksanaan dalam bidang penanaman modal dalam Pakem tersebut adalah sebagai berikut. Pertama, bidang usaha untuk modal asing diperluas. Kedua, perusahaan asing dengan mayoritas saham nasional mendapat perlakuan yang sama dengan perusahaan PMDN tanpa mengubah status PMA nya. Ketiga, laba perusahaan PMA dapat direinvestasikan di perusahaan lain, baik yang sudah berjalan maupun yang baru. Menurut ketentuan sebelumnya, perusahaan PMA hanya dapat dibenarkan menanam kembali labanya dalam rangka perluasan usahanya sendiri, dan itupun hanya apabila bidang usaha tersebut belum tertutup. Keempat, ketentuan Perihal pemilikan saham peserta nasional dalam perusahaan PMA sekurang-kurangnya sebesar 20 persen dapat dilakukan secara bertahap dalam waktu 5 tahun sejak produksi komersial. Kelima, kepada perusahaan yang menjual barang modal hasil produksi dalam negeri dapat diberikan pengembalian bea masuk yang telah dibayar untuk pengimporan bahan baku dan atau komponen hasil produksinya. Dengan demi-kian pengusaha dapat menjual hasil produksinya dengan harga tanpa beban bea masuk.

Dalam hubungan dengan usaha meningkatkan ekspor non migas, Pakem antara lain mengatur sebagai berikut. Pertama, dengan habisnya masa berlaku sertifikat ekspor, maka untuk mempertahankan daya saing, sistem tersebut diganti dengan fasilitas pengembalian bea masuk (drawback). Bahkan kepada eksportir produsen dapat langsung diberikan fasilitas pembe-basan bea masuk (duty exemption). Kedua, produsen eksportir diberi kebebasan menggunakan barang, bahan baku/bahan peno-long dalam negeri dengan harga setinggi-tingginya sama dengan harga impor di pasaran internasional atau mengimpor barang, bahan baku/bahan penolong tanpa dikenakan pengaturan tata-niaga. Ketiga, membentuk suatu kawasan berikat (bonded zone) di Jakarta sebagai sarana bagi pengembangan ekspor non migas.

Sementara itu harga minyak dan gas bumi merosot terus dan mencapai di bawah $ 10 per barrel pada bulan Agustus 1986, dengan prospek harga yang tidak menentu untuk bulan-bulan se-lanjutnya. Seperti telah diutarakan di muka, perkembangan faktor ekstern yang tidak menguntungkan tersebut, di samping membahayakan keseimbangan neraca pembayaran, juga mempengaru-hi penerimaan dalam negeri dan karena itu juga kepada keadaan perekonomian di dalam negeri. Sehubungan dengan itu, maka dengan terpaksa pemerintah mengambil kebijaksanaan devaluasi pada tanggal 12 September 1986, yaitu menurunkan nilai rupiah sebesar 31% dari Rp 1.134 per US $ 1 menjadi Rp 1.644 per US $ 1. Devaluasi tersebut antara lain, dimaksudkan untuk me-

V/7

Page 8: … · Web viewProduksi karet alam dunia tahun 1986 diperkirakan sebesar 4.390 ribu ton sedangkan konsumsi karet alam dunia hanya sebesar 4.325 ribu ton. Pada awal Mei 1986, produsen

ngamankan asset nasional dengan jalan meningkatkan penggu-naan kapasitas terpasang dari industri yang telah ada secara maksimal, baik untuk memenuhi permintaan pasar dalam negeri maupun untuk ekspor. Di samping itu juga dimaksudkan untuk mencegah spekulasi devisa dan pelarian modal ke luar negeri dan karena itu juga berarti mempertahankan cadangan devisa pada jumlah yang cukup untuk menjamin kelancaran jalannya perekonomian.

Agar langkah devaluasi ini dapat mencapai tujuan dalam arti yang seluas-luasnya, pemerintah pada tanggal 25 Oktober 1986 memutuskan untuk mengeluarkan lagi sejumlah kebijaksana-an tindak lanjut devaluasi di bidang perdagangan, moneter, dan penanaman modal.

Di bidang perdagangan, 163 jenis bahan baku dan bahan penolong yang belum dapat diproduksi di dalam negeri dan telah mengalami kenaikan harga akibat devaluasi diturunkan bea masuknya untuk menurunkan biaya produksi. Bea masuk 59 komoditi yang semula adalah 5% - 30% diturunkan menjadi 0%, dan 94 komoditi lainnya diturunkan bea masuknya menjadi 5%, dari tingkat semula yang berkisar antara 10% - 40%.

Di samping itu, melalui Keputusan Menteri Perdagangan Nomor 307/Kp/X/86 tanggal 25 Oktober 1986, Tentang Penyeder-hanaan Ketentuan Di Bidang Impor, Pemerintah menentukan bahwa sejumlah barang yang termasuk dalam 165 nomor CCCN tidak diatur lagi tataniaga nya. Untuk komoditi di bidang pertanian seperti buah-buahan, jagung, kedele, bawang putih dan sebagainya maupun untuk sebagian dari komoditi hasil industri seperti otomotif, elektronik, plastik, besi-baja dan sebagainya, tetap diberikan perlindungan seperti yang berlaku sebelumnya (perlindungan non tarif).

Lebih lanjut, dengan adanya perubahan tataniaga impor barang tertentu seperti diuraikan di atas, Pemerintah meman-dang perlu untuk mengadakan perubahan terhadap tarif bea masuk atas impor barang tertentu dan menetapkan barang impor yang dapat dikenakan bea masuk tambahan. Kebijaksanaan terse-but dituangkan dalam Keputusan Menteri Keuangan Tentang Perubahan Tarip Bea Masuk Atas Impor Barang Tertentu dan Penetapan Barang Impor Yang Dapat Dikenakan Bea Masuk Tambahan, Nomor 915/KMK.05/1986 tanggal 25 Oktober 1986.

Di bidang moneter, pemerintah telah memutuskan untuk menyempurnakan ketentuan atas swap ulang guna merangsang

V/8

Page 9: … · Web viewProduksi karet alam dunia tahun 1986 diperkirakan sebesar 4.390 ribu ton sedangkan konsumsi karet alam dunia hanya sebesar 4.325 ribu ton. Pada awal Mei 1986, produsen

pemasukan modal dan dana dari luar negeri. Dalam ketentuan yang baru tersebut swap dapat dilaksanakan oleh bank devisa tanpa dibatasi oleh pagu dengan premi yang mereka tetapkan sendiri. Lebih lanjut, Bank Indonesia menyediakan fasilitas swap ulang bagi bank-bank tersebut, yang juga tidak dibatasi oleh pagu.

Sebagai kelanjutan dari Paket 6 Mei 1986, di bidang penanaman modal Pemerintah mengambil kebijaksanaan tentang penyertaan saham asing dalam perusahaan yang sudah berdiri, antara lain sebagai berikut. Modal asing dimungkinkan memasu-ki perusahaan yang sudah berjalan dengan jalan menambah atau membeli modal saham perusahaan tersebut. Dalam rangka mendo-rong ekspor, pemilikan saham asing pada perusahaan PMA dapat meningkat, antara lain dengan ketentuan bagian saham nasional tidak menjadi lebih kecil dari 5%. Penyertaan modal dari lem-baga keuangan multilateral, dimana Pemerintah turut memiliki saham, ke dalam perusahaan nasional dianggap sebagai penyer-taan modal nasional.

Lebih lanjut ditetapkan bahwa PMA yang telah berjalan dan telah membuktikan kemampuan ekspornya, selain dapat mengekspor langsung hasil produksinya sendiri, dimungkinkan pula untuk mengekspor hasil produksi perusahaan lain. Di samping itu, kepada perusahaan PMA/Joint Venture diberikan fasilitas kredit ekspor yang sama dengan perusahaan nasional, yaitu ke-tentuan tentang pembiayaan sendiri sebesar 15% dari 'kebutuhan modal kerja.

Sebagai kelanjutan dari kebijaksanaan deregulasi tanggal 25 Oktober 1986, pemerintah pada tanggal 15 Januari 1987 mengambil kebijaksanaan deregulasi baru yang mencakup empat cabang industri, yakni tekstil, baja mesin dan mesin listrik, serta industri kendaraan bermotor. Sebanyak 103 tarip CCCN dibebaskan tataniaga nya dan diganti dengan kebijaksanaan per-lindungan melalui tarip. Dari jumlah tersebut, sebanyak 92 CCCN di bidang tekstil dan 11 di bidang industri baja. Lebih lanjut sebanyak 142 tarip pos dipindahkan dari sistem tata-niaga ke sistem importir terdaftar atau importir produsen. Dari jumlah tersebut 135 CCCN di bidang industri tekstil dan 7 bidang industri baja. Di bidang mesin, mesin listrik dan kendaraan bermotor, deregulasi yang diambil berbentuk pembe-rian kebebasan untuk membuat produk yang sesuai dengan kemam-puan dan fasilitas produksi yang dimiliki, dan bilamana perlu dapat memperluas fasilitas tersebut atau menggunakan fasili-tas pihak ketiga. Dikecualikan dari kebebasan tersebut adalah

V/9

Page 10: … · Web viewProduksi karet alam dunia tahun 1986 diperkirakan sebesar 4.390 ribu ton sedangkan konsumsi karet alam dunia hanya sebesar 4.325 ribu ton. Pada awal Mei 1986, produsen

produk-produk yang memerlukan keselamatan dan keamanan, pro-duk-produk yang diprogramkan, dan produk-produk yang dica-dangkan untuk industri kecil. Kebijaksanaan tersebut dituang-kan dalam keputusan Menteri Perdagangan No.09/Kp/1/1987. Di samping deregulasi, kebijaksanaan 15 Januari juga meliputi pemberian keringanan bea masuk. Sebanyak 55 pos tarip produk industri diturunkan tarip bea masuknya. Kebijaksanaan terse-but dituangkan dalam keputusan Menteri Keuangan No.20/KMK.05/ 1987.

Di samping empat kebijaksanaan pokok seperti diuraikan di atas, pemerintah juga secara konsisten mempertahankan dan/ atau menyempurnakan kebijaksanaan-kebijaksanaan yang ada. Diantaranya yang terpenting adalah sebagai berikut.

Sebagaimana halnya tahun-tahun sebelumnya, dalam tahun 1986/87 pemerintah tetap menganut sistem devisa bebas yang diperlukan guna mendorong kegiatan investasi, produksi dalam negeri dan khususnya peningkatan kegiatan ekspor. Selain itu, Pemerintah tetap berusaha agar perkembangan nilai tukar rupiah selalu mencerminkan adanya usaha Pemerintah untuk me-ningkatkan daya saing barang ekspor serta memelihara keperca-yaan masyarakat terhadap rupiah yang pada gilirannya akan memberikan dampak yang positif terhadap perekonomian secara keseluruhan.

Dalam rangka meningkatkan ekspor dalam bentuk barang jadi, dalam tahun 1986/87 pemerintah telah melarang ekspor rotan bahan mentah, kayu gergajian ramin, meranti putih agathis yang dalam bentuk selain papan lebar, jangat dan kulit mentah. Untuk ekspor barang-barang tersebut dalam ben-tuk barang setengah jadi akan dilakukan pemeriksaan oleh sur-veyor yang telah ditetapkan oleh Menteri Perdagangan. Selan-jutnya surveyor akan menerbitkan Laporan Kebenaran Pemeriksa-an (LKP - Ekspor), yang merupakan dokumen yang wajib dilam-pirkan bersama PEB pada waktu dilakukan pendaftaran di bank devisa.

Sementara itu, untuk mendorong barang ekspor jadi, dalam tahun laporan Pemerintah menetapkan pajak ekspor yang tinggi atas bukan barang jadi. Untuk rotan bulat yang sudah dipoles, hati dan kulit rotan, bagian dari kursi dan tempat duduk dari rotan, kayu gergajian ramin, meranti putih dan agathis dalam bentuk papan lebar pajak ekspornya menjadi 30% yang semula berkisar antara 0% dan 20%, khusus untuk kulit samak yang diolah dan tidak diolah ditetapkan pajak ekspornya masing-

V/10

Page 11: … · Web viewProduksi karet alam dunia tahun 1986 diperkirakan sebesar 4.390 ribu ton sedangkan konsumsi karet alam dunia hanya sebesar 4.325 ribu ton. Pada awal Mei 1986, produsen

masing menjadi 5% dan 30%, serta ekspor biji tengkawang telah dinaikan menjadi sebesar 10%.

Di bidang perpajakan, Pemerintah telah melakukan upaya untuk menurunkan tarip pajak ekspor dari mata dagangan yang mengalami penurunan harga di pasaran dunia, yaitu pajak eks-por minyak kelapa sawit mentah (crude palm oil) yang semula 5% menjadi sebesar 0%. Di samping itu, dalam rangka mendorong ekspor pasir alam, maka tarip pajak ekspornya diturunkan menjadi sebesar 10% dari 20%. Selanjutnya dalam rangka me-ningkatkan penerimaan negara dari pajak ekspor, Pemerintah telah menaikkan pajak ekspor tambahan kopi menjadi 1,67 per-sen untuk Arabika dan 3,85 persen untuk Robusta. Kenaikan tarip tersebut berlaku untuk semua negara tujuan ekspor.

Untuk meningkatkan daya saing barang-barang ekspor, Peme-rintah memperluas pengawasan mutu barang ekspor yang meliputi teh hitam, tekstil, kayu lapis dan minyak kelapa. Dapat di-tambahkan bahwa larangan ekspor emas murni dan perak murni dicabut dan Selanjutnya ekspor terhadap barang-barang ter-sebut wajib memperoleh sertifikat mutu dari PT. Aneka Tambang (Persero).

Dalam rangka memperlancar produksi industri strategis tertentu, pemerintah telah memberi kemudahan di bidang ekspor kepada PT. Industri Pesawat Terbang Nusantara, PT. Pabrik Kapal Indonesia (PT. PAL Indonesia), PT. Pindad dan Perum Dahana, untuk melakukan ekspor sendiri.

Sementara itu, untuk mendukung kelancaran ekspor dari kawasan berikat, Pemerintah telah melimpahkan wewenang kepada pengusaha kawasan berikat untuk menerbitkan surat keterangan asal (certificate of origin) khusus untuk barang-barang yang berasal dari kawasan berikat yang bersangkutan. Selain itu, pemerintah telah memberikan fasilitas kepada produsen ekspor-tir dan eksportir bukan produsen yang melakukan ekspor di kawasan berikat berupa pembebasan dan pengembalian atas bea masuk dan bea masuk tambahan terhadap barang dan bahan impor yang digunakan untuk memproduksi barang-barang ekspor.

Berdasarkan Surat Menteri Perdagangan No. 105/M/III/87 tertanggal 30 Maret 1987 Perihal penghapusan subsidi ekspor secara bertahap, mulai 1 April 1987 suku bunga kredit ekspor untuk komoditi non primer telah dinaikkan dari 9 persen per tahun menjadi 11,5 persen per tahun.

V/11

Page 12: … · Web viewProduksi karet alam dunia tahun 1986 diperkirakan sebesar 4.390 ribu ton sedangkan konsumsi karet alam dunia hanya sebesar 4.325 ribu ton. Pada awal Mei 1986, produsen

Di bidang impor, pemerintah melakukan kebijaksanaan dere-gulasi dengan menetapkan bea masuk (tarif) sebagai instrument pokok dan selanjutnya secara bertahap menggantikan kebijaksa-naan pembatasan impor yang didasarkan pada sistem non tarif, seperti sistem lisensi, kuota, larangan impor dan hambatan-hambatan lainnya menjadi kebijaksanaan tarif. Langkah ini menjadi panting dalam upaya mengarahkan kegiatan ekonomi ber-dasarkan kekuatan pasar dan efisiensi, terutama di sektor industri yang produksinya ditujukan untuk ekspor.

Sementara itu, untuk mendukung kelancaran penyediaan ka-pas di dalam negeri dan sekaligus memberi perlindungan ter-hadap produksi dalam negeri, dalam tahun 1986/87 ditetapkan ketentuan mengenai pengkaitan antara pelaksana impor kapas dengan kewajiban pembelian kapas hasil produksi dalam negeri berdasarkan perbandingan tertentu. Dapat ditambahkan, apabila persediaan kapas produksi dalam negeri tidak mencukupi, im-portir dapat melaksanakan impornya namun kewajiban untuk mem-beli kapas dalam negeri tetap harus dilaksanakan pada masa panen kapas berikutnya.

Dengan berdasarkan pada pertimbangan akan perlunya pem-berian perlindungan yang wajar dalam mendorong perkembangan industri dalam negeri, maka pengendalian tataniaga dikenakan terhadap impor zat warna reaktif yang hanya dapat diimpor oleh importir yang ditunjuk Direktur Jenderal Perdagangan Luar Negeri dan terhadap impor piston ring yang hanya dapat diimpor oleh importir produsen yang terdaftar dalam kelompok produksi industri suku cadang kendaraan bermotor. Sementara itu, terhadap impor beberapa jenis bahan baku plastik, ditetapkan pengaturan mengenai jumlah dan importirnya. Selanjutnya, sejalan dengan itu tindakan deregulasi di bidang impor, khususnya dalam rangka pengembangan usaha pembenihan udang, mengingat masih dibutuhkannya telur/cyst artemia buatan luar negeri sebagai makanan larva udang yang baru menetas, maka dalam tahun 1986/87 pengaturan tataniaga impor artemia dicabut.

Dalam upaya meningkatkan ekspor non migas, meningkatkan kemampuan pemborong dalam negeri dan meningkatkan penggunaan barang produksi dalam negeri, pemerintah menyempurnakan ketentuan di bidang perpajakan tentang pembebasan dan pengem-balian bea masuk dan bea masuk tambahan. Ketentuan tersebut diberikan terhadap barang dan bahan yang diimpor oleh pengu-saha produsen eksportir, pengusaha eksportir bukan produsen yang melakukan ekspor, pengusaha yang melaksanakan proyek pemerintah yang dibiayai dengan bantuan luar negeri, dan

V/12

Page 13: … · Web viewProduksi karet alam dunia tahun 1986 diperkirakan sebesar 4.390 ribu ton sedangkan konsumsi karet alam dunia hanya sebesar 4.325 ribu ton. Pada awal Mei 1986, produsen

pengusaha penanam modal dalam rangka PMA dan PMDN. Khusus untuk PMA dan PMDN kemudahan tersebut diberikan atas impor yang tercantum dalam daftar induk barang (master list) yang digunakan untuk kegiatan produksinya. Perlu dikemukakan bahwa kemudahan pembebasan dan pengembalian bea masuk dan bea masuk tambahan tersebut tidak berlaku untuk impor bahan bakar, pelumas dan peralatan pabrik. Sejalan dengan penyempurnaan ketentuan tersebut, dibentuk Pusat Pengolahan Pembebasan dan Pengembalian Bea Masuk (P4BM) yang bertugas antara lain mela-kukan penilaian kelengkapan kebenaran dokumen permohonan serta penetapan jumlah pembebasan dan pengembalian bea masuk dan bea masuk tambahan serta melakukan pembayaran pengemba-lian bea masuk dan bea masuk tambahan dan menerbitkan Surat Perintah Membayar Bea Masuk (SPMKEM).

Kebijakan impor lain yang ditetapkan Pemerintah dalam tahun 1986/87 berupa penyempurnaan kebijaksanaan yang me-nyangkut pajak pertambahan nilai (PPN) barang impor. Ter-hadap barang-barang impor tertentu, antara lain uang ker-tas/logam dan traveller’s check, makanan ternak dan bahan baku pembuatan makanan ternak, buku-buku ilmu pengetahuan, alat-alat perlengkapan kedokteran dan kontrasepsi, kewa-jiban pembayaran PPN nya dialihkan menjadi tanggungan pe-merintah. Importirnya diwajibkan melakukan sendiri perhi-tungan PPN yang seharusnya terhutang, dan mencantumkannya dalam PPUD dan Surat Setoran Pajak. Untuk industri strategis tertentu (PT. IPTN, PT. Pindad, PT. PAL Indonesia dan Perum Dahana), selain diberikan kemudahan berupa pembebasan bea masuk seluruhnya juga kewajiban pembayaran PPN dan PPnBM men-jadi tanggungan pemerintah. Sementara itu, kemudahan serupa dalam bentuk penangguhan pembayaran PPN barang impor juga diberikan kepada produsen eksportir untuk impor barang dan bahan baku yang digunakan untuk pembuatan komoditi ekspor, kepada PT. Inalum untuk impor barang-barang yang mempunyai hubungan langsung dengan proses produksinya, serta kepada perusahaan jasa PMA dan PMDN untuk impor barang modal. Ter-hadap perusahaan jasa PMA dan PMDN tersebut penangguhan pem-bayaran diberikan selama-lamanya lima tahun sejak perusahaan berproduksi komersial.

Dalam rangka meningkatkan penerimaan devisa dan menunjang pengembangan sektor pariwisata sebagai salah satu sumber pe-nerimaan devisa, dilakukan berbagai upaya, antara lain pe-ningkatan frekuensi penerbangan dan perluasan jaringan pener-bangan internasional. Peningkatan frekuensi penerbangan Garu-da Indonesia meliputi negara-negara tujuan Eropa, Australia,

V/13

Page 14: … · Web viewProduksi karet alam dunia tahun 1986 diperkirakan sebesar 4.390 ribu ton sedangkan konsumsi karet alam dunia hanya sebesar 4.325 ribu ton. Pada awal Mei 1986, produsen

Jepang, Hongkong dan Timur Tengah. Sedangkan dalam rangka perluasan jaringan penerbangan internasional dilakukan kerja-sama dengan berbagai perusahaan penerbangan asing. Sementara itu, telah ditetapkan pula pengaturan penyelenggaraan kun-jungan ke Indonesia bagi pemegang paspor Taiwan dan pemegang certificate of identity Hongkong, baik untuk kunjungan pari-wisata maupun untuk kunjungan usaha dan sosial.

Untuk menghemat pengeluaran devisa dan mengarahkan peng-gunaan devisa yang lebih produktif bagi usaha pembangunan, dalam tahun 1986/87 ditetapkan tarip baru surat keterangan fiskal dari Rp 150 ribu menjadi Rp 250 ribu bagi setiap orang untuk setiap kali perjalanan ke luar negeri.

Dalam pada itu, di bidang tenaga kerja asing ditetapkan ketentuan mengenai pembatasan penggunaan tenaga kerja asing di sektor pertambangan dan energi berdasarkan jenis jabatan dan jangka waktu penggunaannya. Perusahaan yang bergerak di sektor tersebut wajib menyelenggarakan program pendidikan dan latihan bagi tenaga kerja Indonesia untuk dapat menggantikan tenaga asing sesuai dengan jangka waktu yang ditetapkan.

Kebijaksanaan lalu lintas modal tahun 1986/87 yang meli-puti pinjaman luar negeri pemerintah dan lalu lintas modal swasta, menekankan usaha peningkatan penggunaan modal yang lebih efisien dan efektif serta mendorong peningkatan di bidang penanaman modal asing. Di bidang pinjaman luar negeri, khususnya pinjaman luar negeri pemerintah, ditempuh usaha untuk mempercepat penggunaan dana dari luar negeri serta mengusahakan pinjaman luar negeri dalam bentuk rupiah untuk keperluan pembiayaan-pembiayaan lokal.

Dalam rangka memperlancar pelaksanaan proyek-proyek pem-bangunan yang berkaitan dengan usaha mempercepat penggunaan dana luar negeri secara efisien dan efektif dengan koordinasi dan pengendalian yang terarah, Pemerintah telah membentuk suatu tim pendayagunaan pelaksana proyek-proyek pembangunan dengan dana luar negeri (P4DLN). Di samping itu, pemerintah juga telah menyempurnakan tatacara pelaksanaan dan penatausa-haan pinjaman maupun hibah luar negeri dalam rangka pelaksa-naan Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) yang tertuang dalam keputusan bersama antara Menteri Keuangan dan Menteri Negara Perencanaan Pembangunan Nasional/Ketua Bap-penas.

V/14

Page 15: … · Web viewProduksi karet alam dunia tahun 1986 diperkirakan sebesar 4.390 ribu ton sedangkan konsumsi karet alam dunia hanya sebesar 4.325 ribu ton. Pada awal Mei 1986, produsen

Selanjutnya, untuk mengatasi kekurangan penyediaan dana rupiah bagi keperluan pembiayaan proyek-proyek pembangunan yang sedang dilaksanakan, pemerintah telah berhasil memper-oleh pinjaman dari Exim bank Jepang sesuai dengan persyaratan lunak tanpa adanya keharusan pembelian barang dari negara pemberi pinjaman. Di samping itu, dalam rangka memperbaiki neraca pembayaran, Pemerintah juga berhasil memperoleh pinjaman khusus dari Bank Dunia. Sementara itu, dalam tahun 1986/87, pagu kredit ekspor luar negeri ditetapkan lebih rendah dari tahun sebelumnya.

Di bidang lalu lintas modal swasta, seperti telah dise-butkan di atas, selain melanjutkan kebijaksanaan sebelumnya, dalam Pakem ditetapkan bahwa di samping jangka waktu PMA ditentukan selama 30 tahun sejak perusahaan berbentuk badan hukum, juga ditentukan bahwa jangka waktu untuk perluasan PMA menjadi selama 30 tahun sejak perluasan itu dilaksanakan.

Langkah-langkah selanjutnya yang dilakukan pemerintah terhadap perusahaan-perusahaan PMA yang telah diperlakukan sama dengan perusahaan-perusahaan PMDN, adalah pemberian izin untuk dapat memasarkan sendiri, hasil produksinya di dalam negeri, tanpa harus melalui perusahaan perdagangan nasional sebagai penyalur, dan selanjutnya perusahaan-perusahaan PMA tersebut dimungkinkan untuk mendapatkan kredit modal kerja melalui bank-bank umum pemerintah dan Bank Pembangunan Indo-nesia.

Di bidang kerja sama internasional, pada bulan Juli 1986 pemerintah telah mensahkan Convention Establishing the Mul-tilateral Investment Guarantee Agency, yang tujuan utamanya antara lain memberikan jaminan terhadap resiko non komersial terhadap penanaman modal di dalam negara anggota yang berasal dari negara anggota lainnya.

Guna lebih memperlancar perdagangan di kawasan berikat, dalam tahun 1986/87 dilakukan pengaturan khusus tentang pe-limpahan wewenang dan penyederhanaan pemberian izin perdaga-ngan terbatas dalam rangka penanaman modal di kawasan berikat Nusantara kepada pengusaha kawasan berikat atas nama Menteri Perdagangan.

2. PERKEMBANGAN NERACA PEMBAYARAN INDONESIA

Seperti telah diuraikan di muka, perkembangan faktor eks-tern sangat tidak menguntungkan dalam beberapa tahun terakhir

V/15

Page 16: … · Web viewProduksi karet alam dunia tahun 1986 diperkirakan sebesar 4.390 ribu ton sedangkan konsumsi karet alam dunia hanya sebesar 4.325 ribu ton. Pada awal Mei 1986, produsen

ini, sehingga amat mengganggu keseimbangan neraca pembayaran. Perkembangan neraca pembayaran dalam dua tahun pertama Repe-lita IV yakni tahun 1984/85 dan 1985/86, menunjukkan bahwa walaupun defisit pada transaksi berjalan menurun dibandingkan dengan tahun 1983/84 (tahun terakhir Repelita III), kelebihan seluruh penerimaan devisa atas pengeluaran pun semakin kecil. Defisit transaksi berjalan telah menurun dari US $ 4.151 juta dalam tahun 1983/84 menjadi hanya US $ 1.832 juta dalam tahun 1985/86. Akan tetapi pada periode tersebut kelebihan devisa yang diterima atas pengeluaran juga telah turun dari US $ 2.070 juta menjadi hanya US $ 30 juta dalam tahun 1985/86. (Lihat Tabel V - 1).

Dalam tahun 1986/87 tekanan-tekanan terhadap neraca pembaya-ran justru lebih meningkat lagi dengan adanya penurunan harga minyak dengan tajam dan dalam waktu yang sangat singkat. Namun berkat langkah-langkah penyelamatan yang telah diambil oleh pemerintah selama ini, defisit transaksi berjalan yang semula diperkirakan akan mencapai lebih dari US $ 6 milyar dapat ditekan sehingga hanya mencapai US $ 4.051 juta. Akan tetapi pengeluaran devisa sebagai keseluruhan tetap jauh lebih besar daripada penerimaan, sehingga menjadikan defisit sebesar US $ 738 juta.

Sebagai akibat dari turunnya harga minyak dengan tajam, penerimaan devisa ekspor minyak secara netto dalam tahun 1986/87 telah mengalami penurunan sebesar 64,4% sehingga hanya mencapai US $ 1.426 juta dibandingkan dengan US $ 4.004 juta dalam tahun sebelumnya. Demikian pula halnya dengan penerimaan devisa LNG secara netto mengalami penurunan dari US $ 2.119 juta menjadi US $ 1.158 juta atau turun dengan 45,4%.

Ekspor di luar minyak bumi dan LNG mengalami kenaikan yang lebih kecil dibandingkan penurunan ekspor minyak bumi dan LNG yaitu hanya naik sebesar 9,0% sehingga mencapai US $ 6.731 juta. (Lihat Tabel V - 1, V - 2 dan V - 3). Sementara itu impor diluar minyak bumi dan LNG yang selama 3 tahun terakhir mengalami penurunan, dalam tahun 1986/87 masih mengalami penurunan sehingga menjadi US $ 9.356 juta atau turun sebesar 7,2% dibanding tahun sebelumnya. (Lihat juga Tabel V - 4 dan V - 5). Lebih lanjut, pengeluaran devisa secara netto untuk keperluan jasa-jasa diluar minyak bumi dan LNG dalam tahun 1986/87 juga masih mengalami sedikit penurunan yaitu dari US $ 4.052 juta menjadi US $ 4.010 juta.

Dengan adanya perkembangan di sektor migas dan non migas seperti tersebut di atas, defisit transaksi berjalan tahun

V/16

Page 17: … · Web viewProduksi karet alam dunia tahun 1986 diperkirakan sebesar 4.390 ribu ton sedangkan konsumsi karet alam dunia hanya sebesar 4.325 ribu ton. Pada awal Mei 1986, produsen

TABEL V – 1

RINGKASAN NERACA PEMBAYARAN,

1983/84 – 1986/87(dalam juta US dollar)

1) Angka sementara2) Termasuk pertukaran ekspor minyak bumi mentah dengan impor BBM senilai us $ 983 juta3) Pokok pinjaman

V/17

Page 18: … · Web viewProduksi karet alam dunia tahun 1986 diperkirakan sebesar 4.390 ribu ton sedangkan konsumsi karet alam dunia hanya sebesar 4.325 ribu ton. Pada awal Mei 1986, produsen

V/18

Page 19: … · Web viewProduksi karet alam dunia tahun 1986 diperkirakan sebesar 4.390 ribu ton sedangkan konsumsi karet alam dunia hanya sebesar 4.325 ribu ton. Pada awal Mei 1986, produsen

GRAFIK V – 1

NILAI EKSPOR (F.0.B),1983/84 – 1986/87

V/19

Page 20: … · Web viewProduksi karet alam dunia tahun 1986 diperkirakan sebesar 4.390 ribu ton sedangkan konsumsi karet alam dunia hanya sebesar 4.325 ribu ton. Pada awal Mei 1986, produsen

TABEL V - 3

NILAI EKSPOR DI LUAR MINYAK DAN GAS ALAM CAIR (F.O.B.),1983/84 - 1986/87

(dalam juta US dollar)

*) Angka Sementara

V/20

Page 21: … · Web viewProduksi karet alam dunia tahun 1986 diperkirakan sebesar 4.390 ribu ton sedangkan konsumsi karet alam dunia hanya sebesar 4.325 ribu ton. Pada awal Mei 1986, produsen

V/21

Page 22: … · Web viewProduksi karet alam dunia tahun 1986 diperkirakan sebesar 4.390 ribu ton sedangkan konsumsi karet alam dunia hanya sebesar 4.325 ribu ton. Pada awal Mei 1986, produsen
Page 23: … · Web viewProduksi karet alam dunia tahun 1986 diperkirakan sebesar 4.390 ribu ton sedangkan konsumsi karet alam dunia hanya sebesar 4.325 ribu ton. Pada awal Mei 1986, produsen

GRAFIK V – 2

NILAI IMPOR (F.O.B)1983/84 - 1986/87

V/22

Page 24: … · Web viewProduksi karet alam dunia tahun 1986 diperkirakan sebesar 4.390 ribu ton sedangkan konsumsi karet alam dunia hanya sebesar 4.325 ribu ton. Pada awal Mei 1986, produsen

TABEL V – 5

NILAI IMPOR DI LUAR MINYAK BUMI DAN GAS ALAM CAIR (F.O.B),1983/84 – 1986/87

(dalam juta US dollar)

*) Angka sementara

V/23

Page 25: … · Web viewProduksi karet alam dunia tahun 1986 diperkirakan sebesar 4.390 ribu ton sedangkan konsumsi karet alam dunia hanya sebesar 4.325 ribu ton. Pada awal Mei 1986, produsen

1986/87 mengalami kenaikan cukup besar sehingga mencapai US $ 4.051 juta.

Lalu lintas modal, secara keseluruhan dalam tahun 1986/87 mengalami peningkatan sebesar US $ 2.215 juta, sehingga men-capai US $ 4.575 juta. Kenaikan tersebut sehubungan dengan kenaikan arus masuk netto modal sektor pemerintah sebesar US $ 1.555 juta dan modal sektor swasta sebesar US $ 660 juta sehingga masing-masing menjadi US $ 3.343 juta dan US $ 1.232 juta. Kenaikan pinjaman netto pemerintah dibandingkan dengan tahun sebelumnya erat kaitannya dengan meningkatnya kebutuhan akan dana pendamping untuk pembangunan proyek-proyek pemerin-tah baik dalam bentuk valuta asing maupun dalam bentuk rupiah.

Berdasarkan perkembangan yang terjadi pada transaksi berjalan, pinjaman pemerintah, pelunasan pinjaman Pemerintah, pemasukan modal lain serta selisih yang tidak dapat diperhi-tungkan sebesar US $ 1.262 juta, neraca pembayaran Indonesia dalam tahun 1986/87 mengalami defisit sebesar US $ 738 juta. Hal ini berarti cadangan devisa menurun sejumlah tersebut sehingga posisi akhir pada tahun 1986/87 menjadi US $ 5.103 juta. Walaupun posisi cadangan devisa mengalami penurunan, namun jumlah cadangan tahun 1986/87 masih cukup untuk mem-biayai 5,9 bulan impor di luar minyak dan gas bumi.

C. E K S P 0 R

Dalam tahun 1986/87, nilai ekspor secara keseluruhan mengalami penurunan sebesar 26,4% menjadi US $ 13.697 juta. Hal ini disebabkan oleh besarnya penurunan nilai ekspor migas yaitu 44,0% sehingga menjadi US $ 6.966 juta. Sementara itu, ekspor bukan migas mengalami kenaikan sebesar 9,0% sehingga menjadi US $ 6.731 juta. Dengan perkembangan tersebut, pera-nan nilai ekspor migas selama 5 tahun terakhir semakin menga-lami penurunan, sehingga pada tahun 1986/87 hanya mencapai 50,9% dari keseluruhan nilai ekspor, sedangkan peranan ekspor bukan migas semakin mengalami kenaikan yaitu dari 27,1% pada tahun 1983/84 menjadi 49,1% pada tahun 1986/87.

Merosotnya harga ekspor minyak bumi pada awal tahun 1986 masih terus berlanjut dalam tahun 1986/87. Harga resmi ekspor minyak bumi Indonesia yang ditentukan menurut kesepakatan bersama di antara anggota-anggota negara OPEC pada akhir tahun 1985 jauh di atas harga ekspor yang berlaku di pasar. Menurunnya harga ekspor tersebut terutama disebabkan oleh membanjirnya penawaran. Sehubungan dengan keadaan yang tidak

V/24

Page 26: … · Web viewProduksi karet alam dunia tahun 1986 diperkirakan sebesar 4.390 ribu ton sedangkan konsumsi karet alam dunia hanya sebesar 4.325 ribu ton. Pada awal Mei 1986, produsen

menguntungkan tersebut, pada bulan Desember 1986, OPEC dalam sidangnya di Jenewa mengambil kesepakatan untuk menurunkan kuota produksi dan menetapkan harga resmi yang diberlakukan mulai bulan Februari 1987. Kuota produksi untuk OPEC ditentu-kan sebesar 15,8 juta barrel sehari sehingga produksi OPEC mengalami penurunan sebesar 2,3 juta barrel atau 12,6% dari rata-rata produksi OPEC dalam tahun 1986, sedangkan harga patokan untuk ALC (Arabian Light Crude) ditentukan US $ 18,0 per barrel. Penentuan kuota produksi tersebut diberlakukan sampai dengan April 1987, sedangkan untuk kuartal III dan IV 1987 masing-masing ditentukan sebesar 16,2 juta barrel dan 17,5 juta barrel per hari. Dalam kaitan dengan keputusan sidang OPEC tersebut, kuota produksi untuk Indonesia yang berlaku untuk bulan Februari sampai dengan April 1987 diten-tukan menjadi 1,113 juta barrel sehari dengan harga US $ 17,56 per barrel untuk jenis Minas, sedangkan untuk kuartal III dan IV tahun 1987 masing-masing 1,196 juta barrel dan 1,312 juta barrel per hari.

Seperti telah disebut di muka, dalam tahun 1986/87 nilai ekspor migas mengalami penurunan yang cukup tajam yaitu sebe-sar 44,0% terhadap tahun sebelumnya menjadi US $ 6.966 juta. Penurunan tersebut selain disebabkan oleh menurunnya nilai ekspor minyak bumi juga menurunnya nilai ekspor LNG. Meskipun volume ekspor minyak bumi mengalami kenaikan sebesar 13,4%, yakni dari 338,3 juta barel menjadi 383,6 juta barel, namun nilai ekspor minyak bumi turun sebesar US $ 4.018 juta atau 45,6% dari tahun sebelumnya, sehingga dalam tahun 1986/87 hanya berjumlah US $ 4.798 juta. Turunnya nilai eks-por minyak bumi tersebut disebabkan oleh menurunnya harga sebesar 52,5% dari rata-rata US $ 26,32 per barrel pada tahun sebelumnya menjadi US $ 12,50 per barrel.

Nilai ekspor LNG turun sebesar US $ 1.453 juta atau 40,1% dari tahun sebelumnya meskipun volume ekspor mengalami kenai-kan sebesar 2,2%. Menurunnya nilai ekspor LNG tersebut dise-babkan oleh turunnya harga ekspor LNG sebesar 41,5% dari tahun sebelumnya, sehingga harga rata-rata ekspor pada tahun 1986/87 hanya mencapai US $ 2,73 per MMBTU. Penurunan harga ekspor LNG tersebut berkaitan erat dengan merosotnya harga ekspor minyak bumi, sedangkan kenaikan volume ekspor LNG di-sebabkan karena telah dimulainya ekspor ke Korea Selatan pada akhir kuartal tahun 1986/87.

Perlu ditambah kan bahwa sehubungan dengan adanya perbe-daan antara harga patokan dengan harga realisasi ekspor

V/25

Page 27: … · Web viewProduksi karet alam dunia tahun 1986 diperkirakan sebesar 4.390 ribu ton sedangkan konsumsi karet alam dunia hanya sebesar 4.325 ribu ton. Pada awal Mei 1986, produsen

minyak bumi Indonesia, maka mulai bulan Februari 1986 sampai dengan Maret 1987 harga ekspor LNG dikaitkan dengan harga sementara ekspor minyak bumi yang disetujui oleh eksportir dan importir. Harga sementara ekspor minyak bumi tersebut berada di antara harga realisasi dan harga patokan ekspor minyak bumi Indonesia. Setelah melalui perundingan, disepaka-ti bahwa harga ekspor LNG yang berlaku dalam tahun 1986/87 dikaitkan dengan harga realisasi ekspor minyak bumi. Dengan demikian kelebihan nilai ekspor LNG pada tahun 1986/87 yang telah diterima oleh Indonesia adalah US $ 575 juta. Jumlah tersebut akan dikembalikan kepada importir secara berangsur-angsur dalam 4 tahun mendatang yang dimulai pada bulan April 1987.

Pendapatan ekspor migas yang menurun karena kemerosotan harga minyak bumi mengakibatkan pendapatan ekspor bukan migas menjadi semakin penting. Peningkatan ekspor bukan migas ter-sebut masih mengalami hambatan akibat tindakan proteksi oleh negara-negara industri yang masih terus berlanjut dan juga akibat kemerosotan harga dari beberapa mata dagangan utama ekspor Indonesia. Untuk menghadapi faktor-faktor external yang merugikan perekonomian Indonesia tersebut, pemerintah telah mengambil serangkaian kebijakan ekonomi di bidang tataniaga, perpajakan, serta usaha-usaha peningkatan mutu untuk meningkatkan daya saing ekspor bukan migas sehingga dalam tahun 1986/87 nilai ekspor bukan migas menunjukkan kenaikan sebesar 9,0% menjadi US $ 6.731 juta.

Kayu yang merupakan mata dagangan ekspor utama dan seba-gian besar terdiri dari kayu lapis dan kayu gergajian, dalam tahun 1986/87 mencapai 23,1% dari total nilai ekspor bukan migas. Nilai ekspor kayu mengalami kenaikan sebesar 28,1% menjadi US $ 1.555,8 juta. Hal ini antara lain disebabkan oleh kenaikan nilai ekspor kayu lapis sebesar 31,0% menjadi US $ 1.108,3 juta, yang terdiri dari kenaikan volume sebesar 14,7% menjadi 2,857 ribu ton, disertai peningkatan harga cukup tinggi sebesar 14,1%. Badan Pemasaran Bersama (BPB) ekspor kayu lapis yang berfungsi mengatasi persaingan tidak sehat antar eksportir kayu lapis telah dapat mencegah makin merosotnya harga ekspor kayu lapis. Sementara itu nilai eks-por kayu gergajian juga meningkat sebesar 21,3% menjadi US $ 447,5 juta. Kenaikan tersebut ditunjang oleh peningkatan vo-lume ekspor sebesar 4,6% menjadi 2,275 ribu ton dan kenaikan harga kayu gergajian sebesar 19,6%.

Indonesia adalah produsen dan eksportir karet alam nomor 2 terbesar di dunia (28%). Namun harga komoditi karet alam di

V/26

Page 28: … · Web viewProduksi karet alam dunia tahun 1986 diperkirakan sebesar 4.390 ribu ton sedangkan konsumsi karet alam dunia hanya sebesar 4.325 ribu ton. Pada awal Mei 1986, produsen

pasaran dunia yang rendah sejak tahun 1985 sampai dengan se-mester pertama tahun 1986 telah mengakibatkan nilai ekspor karet alam Indonesia menurun. Perbaikan harga dalam semester kedua tahun 1986 mencegah merosotnya lebih lanjut nilai eks-por karet alam Indonesia, sehingga pada tahun 1986 nilai eks-por karet alam mengalami peningkatan sebesar 2,2% menjadi US $ 730,0 juta. Sementara itu, nilai ekspor karet alam telah tergeser kedudukannya ke urutan ke 4 dan peranannya menurun dari 11,5% menjadi 10,8% dari seluruh nilai ekspor bukan migas. Masalah harga karet alam yang rendah telah menyebabkan produksi karet Indonesia menurun sehingga volume ekspor pada tahun 1986/87 mengalami penurunan 2,0% terhadap tahun 1985/86.

Rendahnya harga karet alam di pasaran dunia adalah karena kecenderungan makin terdesaknya karet alam oleh karet sintetis. Produksi dan konsumsi karet sintetis yang makin mening-kat terutama disebabkan oleh harga minyak bumi yang menjadi bahan baku utama industri karet sintetis telah merosot tajam sejak beberapa tahun terakhir. Di samping itu, dewasa ini suplai karet alam telah melampaui kebutuhan dunia. Produksi karet alam dunia tahun 1986 diperkirakan sebesar 4.390 ribu ton sedangkan konsumsi karet alam dunia hanya sebesar 4.325 ribu ton. Pada awal Mei 1986, produsen dan konsumen yang tergabung dalam INRO (International Natural Rubber Organization) telah melangsungkan perundingan untuk memperbaiki harga karet alam. Namun pihak produsen yang tergabung dalam ANRPC (Association of Natural Rubber Producing Countries) menilai usaha INRO dengan membentuk buffer stock kurang berhasil dalam meningkatkan harga karet alam. Kenaikan harga karet alam dalam semester kedua tahun 1986 diperkirakan karena adanya pembe-lian-pembelian dalam jumlah besar oleh negara-negara sosialis untuk mengisi cadangan penyangganya.

Nilai ekspor kopi Indonesia pada tahun 1986/87 mengalami kenaikan sebesar 22,0% menjadi US $ 803,3 juta. Kenaikan ter-sebut disebabkan oleh kenaikan harga sebesar 12,2% dan kenaikan volume ekspor sebesar 6,0% sehingga ekspor kopi mencapai 311 ribu ton. Dengan perkembangan tersebut, nilai ekspor kopi dalam tahun 1986/87 telah menggeser kedudukan karet alam dan menempati urutan kedua, dengan peranan sebesar 11,9% dari ni-lai ekspor bukan migas. Kenaikan nilai ekspor kopi antara lain disebabkan produksi kopi Brazil belum sepenuhnya pulih akibat musim kemarau panjang pada tahun 1985. Hal itu membe-rikan keuntungan yang cukup berarti bagi ekspor kopi Indo-nesia.

V/27

Page 29: … · Web viewProduksi karet alam dunia tahun 1986 diperkirakan sebesar 4.390 ribu ton sedangkan konsumsi karet alam dunia hanya sebesar 4.325 ribu ton. Pada awal Mei 1986, produsen

Perlu pula dicatat bahwa dalam semester kedua tahun 1986, harga kopi di pasaran dunia telah turun di bawah harga pato-kan US $ cent 14.55 per pound. Namun demikian ICO (Interna-tional Coffee Organization) masih belum memberlakukan kuota, karena cara pembagian kuota tersebut masih belum jelas. Kega-galan penentuan kuota tersebut antara lain disebabkan peta produksi kopi dunia telah berubah dan para produsen kopi yang telah mampu meningkatkan ekspornya menuntut pembagian kuota yang lebih besar. Indonesia, yang semula memperoleh kuota 4,55% dari kuota global, menuntut bagian yang lebih besar, menjadi 6,25%.

Nilai ekspor minyak sawit & Biji Kelapa Sawit dalam tahun 1986/87 mengalami penurunan yang cukup tajam sebesar 31,5% menjadi US $ 119,4 juta, sedangkan volume ekspor naik dengan 14,4% menjadi 593,5 ribu ton. Hal ini terutama disebabkan oleh merosotnya harga minyak sawit di pasaran dunia sebesar 49,2% sebagai akibat meningkatnya penawaran yang berasal dari produsen utama dunia (Malaysia) dan menurunnya peranan minyak sawit dalam konsumsi minyak nabati di negara industri dari 70% pada tahun 1976 menjadi 30% pada tahun 1986. Negara in-dustri cenderung menggunakan minyak kedele dan minyak nabati lainnya seperti minyak bunga matahari. Perkembangan tersebut di atas mengakibatkan peranan ekspor minyak sawit & Biji Ke-lapa Sawit terhadap nilai ekspor bukan migas menurun menjadi 1,8% dibandingkan tahun 1985/86 sebesar 2,8%.

Dalam tahun 1986 produksi teh dunia mengalami penurunan akibat kejadian yang menimpa negara produsen utama, yaitu kemarau panjang di India Utara dan kekacauan dalam negeri Srilangka. Walaupun penawaran teh berkurang, harga teh di pasaran dunia tidak mengalami peningkatan, karena tingkat konsumsi teh dunia sedikit menurun, dari 177 ribu ton per bulan pada tahun 1983 menjadi 160 ribu ton pada tahun 1986. Sementara itu volume ekspor teh Indonesia yang pada tahun 1986/87 menurun 8,2% menjadi 93 ribu ton, telah menyebabkan nilai ekspor teh pada tahun 1986/87 mengalami penurunan 20,4% menjadi US $ 106,3 juta. Peranannya terhadap nilai ekspor bukan migas menjadi 1,5% yaitu lebih rendah daripada tahun sebelumnya 2,2%.

Tidak berfungsinya ITC (International Tin Council) ditam-bah lagi dengan surplus timah di pasaran dunia sebesar 80 ribu ton, telah menyebabkan harga timah di pasaran dunia merosot, sehingga mencapai harga di bawah US $ 6.000 per ton. Usaha-usaha ATPC (Association of Tin Producing Countries)

V/28

Page 30: … · Web viewProduksi karet alam dunia tahun 1986 diperkirakan sebesar 4.390 ribu ton sedangkan konsumsi karet alam dunia hanya sebesar 4.325 ribu ton. Pada awal Mei 1986, produsen

untuk mengatasi pasaran timah yang memburuk dengan mengadakan pembatasan produksi dan ekspor dari para anggotanya serta melakukan pendekatan pada negara-negara produsen non ITC se-perti Brazil dan RRC untuk mendukung ATPC masih belum mem-buahkan hasil yang menggembirakan. Perkembangan yang suram itu menyebabkan nilai ekspor timah Indonesia pada tahun 1986/87 mengalami penurunan yang tajam, yakni sebesar 37,0% terhadap tahun sebelumnya menjadi US $ 156,0 juta, sehingga peranan nilai ekspor terhadap nilai ekspor bukan migas menga-lami penurunan menjadi 2,3% dibanding dengan tahun lalu sebesar 4,0%.

Ekspor udang, ikan dan hasil hewan lainnya menunjukkan perkembangan yang cukup baik. Apabila dalam tahun 1985/86 nilai ekspornya sebesar US $ 272,3 juta maka dalam tahun 1986/87 telah meningkat menjadi sebesar US $ 361,7 juta atau meningkat sebesar 32,8%. Kenaikan golongan komoditi tersebut disebabkan adanya kenaikan ekspor udang yang cukup berarti dalam tahun 1986/87 sebesar 34,8% menjadi US $ 305,0 juta. Peningkatan nilai ekspor ini disebabkan peningkatan volume ekspor sebesar 11,5% menjadi 58 ribu ton, dan peningkatan harga sebesar 13,6% sehingga peranan ekspor udang terhadap ekspor bukan migas mengalami kenaikan dari 3,7% menjadi 4,6%. Kenaikan volume disebabkan peningkatan budidaya udang tambak dan nelayan kecil pada pertambakan udang dengan program TIR (Tambak Inti Rakyat).

Nilai ekspor pupuk urea dalam tahun 1986/87 adalah sebe-sar US $ 120 juta, atau kenaikan sebesar 10,2% apabila diban-dingkan dengan nilai ekspor tahun 1985/86 sebesar US $ 108,9 juta. Kenaikan tersebut disebabkan naiknya volume ekspor sebesar 36,9%, sedangkan harga pupuk ekspor turun sebesar 19,4%. Sementara itu, peranan nilai ekspor pupuk terhadap nilai ekspor bukan migas mengalami sedikit kenaikan dari 1,7% menjadi 1,8%.

Dalam tahun 1986/87 nilai ekspor tekstil mengalami kenaikan cukup besar yaitu sebesar 30,3% menjadi US $ 749,7 juta, yang terutama disebabkan makin meningkatnya daya saing tekstil Indonesia. Hal ini dapat ditandai dari mutu tekstil Indonesia yang telah dapat menyaingi produk tekstil Taiwan dan Korea Selatan sehingga ekspor tekstil ke Amerika Serikat dalam tahun 1986 telah meningkat 15,7% atau mencapai US $ 266,0 juta. Perlu ditambah kan bahwa ekspor tekstil Indonesia ke negara tersebut pada akhir tahun 1986/87 hampir mencapai kuotanya, sedangkan kuota tersebut baru akan berakhir 1 Juli

V/29

Page 31: … · Web viewProduksi karet alam dunia tahun 1986 diperkirakan sebesar 4.390 ribu ton sedangkan konsumsi karet alam dunia hanya sebesar 4.325 ribu ton. Pada awal Mei 1986, produsen

1987. Sementara itu, kuota ekspor ke MEE telah ditambah. Hal tersebut di atas menunjukkan kepercayaan importir di luar negeri terhadap kemampuan produksi tekstil Indonesia. Walau-pun demikian, pemerintah tetap mengisyaratkan bahwa dengan semakin ketatnya proteksi di negara maju, maka peningkatan nilai ekspor akan tergantung dari keberhasilan meningkatkan mutu, yang merupakan upaya kompensasi dari keterbatasan volu-me ekspor. Kebutuhan peningkatan mutu tersebut makin mendesak karena sasaran produksi tekstil Indonesia semula adalah untuk konsumsi dalam negeri. Dapat ditambah kan bahwa peranan ekspor tekstil terhadap nilai ekspor bukan migas mengalami peningka-tan menjadi 11,1% dibandingkan tahun sebelumnya sebesar 9,3%.

Mata dagangan lainnya yang cukup panting peranannya dalam tahun 1986/87 adalah aluminium, tapioka, lada, tembakau, semen, hasil tambang di luar timah dan aluminium, dan alat-alat listrik. Nilai ekspor aluminium dalam tahun 1985/86 adalah sebesar US $ 223,0 juta, dan dalam tahun 1986/87 telah menurun menjadi sebesar US $ 213,7 juta, disebabkan menurunnya volume ekspor sebesar 13,2%. Ekspor tapioka dan bahan makanan lainnya dalam tahun 1986/87 juga menurun sebesar US $ 15,1 juta menjadi US $ 148,8 juta dibandingkan dengan nilai ekspor dalam tahun 1985/86 sebesar US $ 163,9 juta. Penurunan ini sejalan dengan menurunnya produksi dan volume ekspor ta-pioka dan bahan makanan lainnya sebesar 25,3%.

Sementara itu komoditi ekspor lada menunjukkan perkem-bangan yang menggembirakan. Nilai ekspor lada yang dalam tahun 1985/86 berjumlah sebesar US $ 82,3 juta, dalam tahun 1986/87 meningkat menjadi US $ 139,0 juta, atau naik sebesar US $ 56,7 juta. Meningkatnya nilai ekspor lada terutama dise-babkan meningkatnya harga lada yang cukup tinggi di pasaran internasional, di samping volume ekspor dalam periode terse-but juga mengalami peningkatan.

Dalam tahun 1986/87 nilai ekspor tembakau berjumlah sebesar US $ 67,2 juta, sedangkan dalam tahun 1985/86 hanya mencapai US $ 55,0 juta. Hal ini berarti nilai ekspornya telah meningkat sebesar US $ 12,2 juta atau 22,2%. Meningkat-nya nilai ekspor tersebut disebabkan oleh kenaikan volume ekspor sebesar 34,0%.

Seperti halnya pupuk urea, perkembangan ekspor semen juga menunjukkan peningkatan. Apabila dalam tahun 1985/86 nilai ekspornya sebesar US $ 22,8 juta, maka dalam tahun 1986/87 telah mencapai sebesar US $ 41,4 juta atau peningkatan sebe-sar 81,6%.

V/30

Page 32: … · Web viewProduksi karet alam dunia tahun 1986 diperkirakan sebesar 4.390 ribu ton sedangkan konsumsi karet alam dunia hanya sebesar 4.325 ribu ton. Pada awal Mei 1986, produsen

Nilai ekspor hasil tambang di luar timah dan aluminium dalam tahun 1986/87 menurun menjadi sebesar US $ 325,8 juta. Ini berarti terjadi penurunan sebesar US $ 3,7 juta atau 1,1% dibandingkan nilai ekspor tahun 1985/86 sebesar US $ 329,5 juta. Penurunan ini disebabkan oleh belum membaiknya harga beberapa hasil tambang di luar timah dan aluminium di pasaran dunia.

Nilai ekspor alat listrik mengalami penurunan yang sangat tajam dari tahun ke tahun, yaitu tahun 1984/85 sebesar US $ 134,1 juta, tahun 1985/86 sebesar US $ 44,7 juta, dan nilai ekspor dalam tahun 1986/87 hanya sebesar US $ 4,8 juta. Pe-nurunan yang sangat drastis ini adalah akibat tindakan pro-teksionis yang dilakukan negara-negara maju maupun oleh per-kembangan teknologi yang menghemat tenaga kerja di negara industri.

Perkembangan volume, nilai dan harga ekspor beberapa ko-moditi di luar minyak dan gas alam cair dapat dilihat dalam (Tabel V-6 dan V-7).

D. IMPOR

Dalam tahun ketiga Repelita IV impor secara keseluruhan masih mengalami penurunan sebesar 8,8% dari US $ 12.552 juta (f.o.b.) dalam tahun 1985/86 menjadi US $ 11.451 juta dalam tahun 1986/87. Penurunan ini terjadi akibat kelesuan ekonomi yang masih berlanjut dan pengaruh kebijaksanaan yang relatif ketat sejak beberapa tahun terakhir ini.

Seperti halnya perkembangan impor 3 tahun terakhir, penu-runan impor terjadi baik pada impor oleh perusahaan-perusaha-an migas maupun impor pada sektor bukan minyak bumi dan gas alam cair, masing-masing sebesar 16,4% dan 7,2% hingga men-jadi US $ 1.908 juta dan US $ 9.356 juta. Impor sektor minyak bumi menurun sebesar 16,4% sedang impor sektor gas alam cair menunjukkan sedikit penurunan (2,6%) dari US $ 192 juta pada tahun 1985/86 menjadi US $ 187 juta pada tahun 1986/87. Jika dibandingkan dengan tahun 1983/84, dalam tahun terakhir Repe-lita III secara keseluruhan terjadi penurunan impor sebesar 29,8%.

Sektor minyak mengalami penurunan impor sebesar 16,4% dari US $ 2.282 juta dalam tahun 1985/86 ke US $ 1.908 juta dalam tahun 1986/87 (Tabel V-1 dan Tabel V-4). Penurunan ini

V/31

Page 33: … · Web viewProduksi karet alam dunia tahun 1986 diperkirakan sebesar 4.390 ribu ton sedangkan konsumsi karet alam dunia hanya sebesar 4.325 ribu ton. Pada awal Mei 1986, produsen

V/32

Page 34: … · Web viewProduksi karet alam dunia tahun 1986 diperkirakan sebesar 4.390 ribu ton sedangkan konsumsi karet alam dunia hanya sebesar 4.325 ribu ton. Pada awal Mei 1986, produsen

V/33

Page 35: … · Web viewProduksi karet alam dunia tahun 1986 diperkirakan sebesar 4.390 ribu ton sedangkan konsumsi karet alam dunia hanya sebesar 4.325 ribu ton. Pada awal Mei 1986, produsen

V/34

Page 36: … · Web viewProduksi karet alam dunia tahun 1986 diperkirakan sebesar 4.390 ribu ton sedangkan konsumsi karet alam dunia hanya sebesar 4.325 ribu ton. Pada awal Mei 1986, produsen
Page 37: … · Web viewProduksi karet alam dunia tahun 1986 diperkirakan sebesar 4.390 ribu ton sedangkan konsumsi karet alam dunia hanya sebesar 4.325 ribu ton. Pada awal Mei 1986, produsen

V/35

Page 38: … · Web viewProduksi karet alam dunia tahun 1986 diperkirakan sebesar 4.390 ribu ton sedangkan konsumsi karet alam dunia hanya sebesar 4.325 ribu ton. Pada awal Mei 1986, produsen
Page 39: … · Web viewProduksi karet alam dunia tahun 1986 diperkirakan sebesar 4.390 ribu ton sedangkan konsumsi karet alam dunia hanya sebesar 4.325 ribu ton. Pada awal Mei 1986, produsen

V/36

Page 40: … · Web viewProduksi karet alam dunia tahun 1986 diperkirakan sebesar 4.390 ribu ton sedangkan konsumsi karet alam dunia hanya sebesar 4.325 ribu ton. Pada awal Mei 1986, produsen

V/37

Page 41: … · Web viewProduksi karet alam dunia tahun 1986 diperkirakan sebesar 4.390 ribu ton sedangkan konsumsi karet alam dunia hanya sebesar 4.325 ribu ton. Pada awal Mei 1986, produsen

V/38

Page 42: … · Web viewProduksi karet alam dunia tahun 1986 diperkirakan sebesar 4.390 ribu ton sedangkan konsumsi karet alam dunia hanya sebesar 4.325 ribu ton. Pada awal Mei 1986, produsen
Page 43: … · Web viewProduksi karet alam dunia tahun 1986 diperkirakan sebesar 4.390 ribu ton sedangkan konsumsi karet alam dunia hanya sebesar 4.325 ribu ton. Pada awal Mei 1986, produsen

V/39

Page 44: … · Web viewProduksi karet alam dunia tahun 1986 diperkirakan sebesar 4.390 ribu ton sedangkan konsumsi karet alam dunia hanya sebesar 4.325 ribu ton. Pada awal Mei 1986, produsen
Page 45: … · Web viewProduksi karet alam dunia tahun 1986 diperkirakan sebesar 4.390 ribu ton sedangkan konsumsi karet alam dunia hanya sebesar 4.325 ribu ton. Pada awal Mei 1986, produsen

V/40

Page 46: … · Web viewProduksi karet alam dunia tahun 1986 diperkirakan sebesar 4.390 ribu ton sedangkan konsumsi karet alam dunia hanya sebesar 4.325 ribu ton. Pada awal Mei 1986, produsen

V/41

Page 47: … · Web viewProduksi karet alam dunia tahun 1986 diperkirakan sebesar 4.390 ribu ton sedangkan konsumsi karet alam dunia hanya sebesar 4.325 ribu ton. Pada awal Mei 1986, produsen
Page 48: … · Web viewProduksi karet alam dunia tahun 1986 diperkirakan sebesar 4.390 ribu ton sedangkan konsumsi karet alam dunia hanya sebesar 4.325 ribu ton. Pada awal Mei 1986, produsen

TABEL V – 7HARGA BEBERAPA JENIS BARANG EKSPOR, 1)

1983-84 – 1986/87

1) Harga rata-rata, kecuali harga kayu dan teh (akhir bulan)2) Karet RSS III, New York dalam US $ sen/lb3) Kopi Robusta ex. Palembang, New York dalam US $ sen/lb4) Minyak sawit ex Sumatera, London dalam us $ / long ton5) Lada hitam ex. Lampung, New York dalam us $ sen/lb6) Timah putih, London dalam £ / long ton7) Kayu, US Lumber, Tokyo dalam 1.000 ¥/meter kubik8) Plywood, Tokyo dalam ¥/lbr9) Tea Plain, London dalam £/kg

V/42

Page 49: … · Web viewProduksi karet alam dunia tahun 1986 diperkirakan sebesar 4.390 ribu ton sedangkan konsumsi karet alam dunia hanya sebesar 4.325 ribu ton. Pada awal Mei 1986, produsen

GRAFIK V – 4HARGA BEBERAPA JENIS BARANG EKSPOR

1983/84 – 1986/87

V/43

Page 50: … · Web viewProduksi karet alam dunia tahun 1986 diperkirakan sebesar 4.390 ribu ton sedangkan konsumsi karet alam dunia hanya sebesar 4.325 ribu ton. Pada awal Mei 1986, produsen

GRAFIK V – 4-1V/44

Page 51: … · Web viewProduksi karet alam dunia tahun 1986 diperkirakan sebesar 4.390 ribu ton sedangkan konsumsi karet alam dunia hanya sebesar 4.325 ribu ton. Pada awal Mei 1986, produsen

GRAFIK V – 4-2

V/45

Page 52: … · Web viewProduksi karet alam dunia tahun 1986 diperkirakan sebesar 4.390 ribu ton sedangkan konsumsi karet alam dunia hanya sebesar 4.325 ribu ton. Pada awal Mei 1986, produsen

disebabkan oleh berkurangnya impor minyak mentah ringan Arab (ALC) sebesar 52,4% sehingga menjadi US 4 326 juta.

Penurunan impor di luar perusahaan-perusahaan migas ter-jadi pada impor dengan devisa tunai, impor dengan bantuan luar negeri, serta impor dalam rangka pemasukan modal luar negeri. Sama halnya dengan tahun 1985/86 impor dengan devisa tunai mengalami penurunan terbesar, yaitu dari US $ 6.760 juta menjadi US $ 6.264 juta. Impor dengan bantuan luar negeri dalam tahun 1986/87 menurun sebesar US $ 424 juta sehingga menjadi US $ 2.212 juta sebagai akibat berkurangnya impor bantuan proyek yang erat kaitannya dengan pengaruh kebijakan pengetatan dan penajaman prioritas pembiayaan proyek-proyek pemerintah. Impor dalam rangka pemasukan modal luar negeri dalam tahun 1986/87 juga menunjukkan penurunan, yaitu sebesar US $ 83 juta sehingga menjadi US $ 599 juta. Penurunan ini disebabkan karena berkurangnya impor BUMN dan swasta lainnya dalam jumlah yang cukup berarti, yaitu sebesar US $ 95 juta, sedangkan impor oleh perusahaan-perusahaan PMA masih menunjukkan sedikit kenaikan sebesar US $ 12 juta.

Dilihat dari golongan ekonomi dan berdasarkan pembukaan L/C nilai impor (c.i.f) bahan baku dan penolong secara keseluruhan masih tetap menduduki urutan pertama, yaitu sebe-sar 44,4%; dibandingkan dengan tahun 1985/86 yang mencapai 47,0%. Dalam tahun 1986/87 nilai impor bahan baku dan penolong ini menurun. Peranan impor barang modal juga menurun dari 34,9% dalam tahun 1985/86 menjadi 33,4% dalam tahun 1986/87. Sementara itu impor barang konsumsi meningkat sehingga mencapai 22,2% dari 18,1% dalam tahun sebelumnya (Tabel V - 9).

Jika peranan impor bahan baku dan penolong menurun dalam tahun 1986/87, ini bukan berarti nilai impor menurun untuk seluruh produk. Impor kapas kasar, besi beton, besi dan baja batangan meningkat cukup berarti; sebaliknya impor bahan kimia menurun sangat tajam dari US 4 743,0 juta pada tahun sebelumnya menjadi US $ 510,6 juta (Tabel V - 8).

Secara keseluruhan, peranan impor barang konsumsi me-ningkat dalam tahun 1986/87 tapi nilai beberapa produk me-nurun dibandingkan dengan tahun sebelumnya, seperti terli-hat dalam Tabel V - 8, yakni pada komoditi pangan, seperti tepung terigu, gula pasir dan bahan makanan lainnya, dan pada komoditi bukan pangan, seperti tekstil, yang menurun dari US $ 38,6 juta menjadi US $ 29,0 juta.

V/46

Page 53: … · Web viewProduksi karet alam dunia tahun 1986 diperkirakan sebesar 4.390 ribu ton sedangkan konsumsi karet alam dunia hanya sebesar 4.325 ribu ton. Pada awal Mei 1986, produsen

TABEL V - 8

PERKEMBANGAN IMPOR DI LUAR SEKTOR MINYAK DAN GAS BUMIMENURUT GOLONGAN EKONOMI (C. & F.),I)

1983/84 - 1986/87(dalam juta US dollar)

1) Berdasarkan pembukaan L/C2) Angka diperbaiki3) Angka sementara

V/47

Page 54: … · Web viewProduksi karet alam dunia tahun 1986 diperkirakan sebesar 4.390 ribu ton sedangkan konsumsi karet alam dunia hanya sebesar 4.325 ribu ton. Pada awal Mei 1986, produsen

TABEL V - 9

PERKEMBANGAN IMPOR DI LUAR MINYAK DAN GAS BUMIMENURUT GOLONGAN EKONOMI 1)

1983/84 - 1986/87(dalam persentase)

Golongan Ekonomi 1983/84 Repelita IV

1984/85 1985/862) 1986/873)

1. Barang Konsumsi 19,6 19,0 18,1 22,2

2. Bahan Baku/Penolong 46,3 47,6 47,0 44,4

3. Barang Modal 34,1 33,4 34,9 33,4

1) Berdasarkan pembukaan L/C2) Angka diperbaiki3) Angka sementara

V/48

Page 55: … · Web viewProduksi karet alam dunia tahun 1986 diperkirakan sebesar 4.390 ribu ton sedangkan konsumsi karet alam dunia hanya sebesar 4.325 ribu ton. Pada awal Mei 1986, produsen

6RAFIK V — 5

PERKEMBANGAN IMPOR TANPA MINYAK BUMIMENURUT GOLONGAN EKONOMI.

1983/84 — 1986/87

V/49

Page 56: … · Web viewProduksi karet alam dunia tahun 1986 diperkirakan sebesar 4.390 ribu ton sedangkan konsumsi karet alam dunia hanya sebesar 4.325 ribu ton. Pada awal Mei 1986, produsen

Peranan impor barang modal menurun dalam tahun 1986/87. Hal ini terlihat jelas dari menurunnya angka impor mesin untuk keperluan industri dan perdagangan, dari US $ 239,2 juta menjadi US $ 151,8 juta, motor listrik dan transfoma-tor dari US $ 364,9 juta dalam tahun 1985/86 menjadi US $ 192,5 juta dalam tahun 1986/87, aparat penerima dan pemancar turun dari US $ 307,1 juta menjadi US $ 212,3 juta. Bahkan impor Bis, truk dan traktor, alat-alat pengangkutan udara, alat-alat pengangkutan air menurun cukup tajam. Tu-runnya impor barang modal disebabkan menurunnya investasi langsung meskipun di pihak lain ada peningkatan pemasukan modal lainnya.

Menurut negara asal impor, seperti halnya pada tahun yang lalu, mayoritas barang-barang impor masih berasal dari negara-negara Asia sebesar 55,6%, yang diikuti negara-negara Eropa sebesar 20,7% dan Amerika sebesar 18% dari seluruh impor. Sementara itu, impor yang berasal dari kelompok negara-negara Asean dalam tahun 1986/87 mencapai 9,1% dibanding tahun sebelumnya hanya 7,7%.

E. PERKEMBANGAN PINJAMAN LUAR NEGERI PEMERINTAH

Indonesia masih tetap membutuhkan bantuan luar negeri se-bagai pelengkap untuk membiayai proyek-proyek pembangunan na-sional. Dalam Garis-garis Besar Haluan Negara digariskan bahwa dalam mengusahakan pinjaman luar negeri pemerintah senantiasa berpedoman bahwa pinjaman tersebut tidak boleh disertai dengan ikatan politik, bahwa syarat-syarat pinjaman masih dalam batas kemampuan pembayaran kembali, dan bahwa pinjaman tersebut harus digunakan untuk kegiatan-kegiatan pembangunan untuk membangun dengan kekuatan sendiri di kemudian hari. Pinjaman yang tidak boleh diterima lebih banyak lagi adalah pinjaman yang persyaratannya akan membe-ratkan neraca pembayaran nasional di masa mendatang. Pinjaman yang terutama dikehendaki adalah yang bersyarat lunak dan tidak mengikat. Peranan pinjaman luar negeri ini menjadi sangat panting setelah Indonesia menghadapi kenyataan turunnya harga minyak bumi di pasaran internasional yang mempengaruhi kemampuan mengimpor maupun menanam modal.

Perkembangan jumlah pinjaman luar negeri selama tiga tahun Repelita IV dapat digambarkan sebagai berikut : US $ 4.579,1 juta pada tahun 1984/85, naik menjadi US $ 5.289,8 juta pada tahun 1985/86, sedangkan pada tahun 1986/87

V/50

Page 57: … · Web viewProduksi karet alam dunia tahun 1986 diperkirakan sebesar 4.390 ribu ton sedangkan konsumsi karet alam dunia hanya sebesar 4.325 ribu ton. Pada awal Mei 1986, produsen

menurun kembali menjadi US $ 4.916,8 juta (Tabel V-10). Penurunan jumlah pinjaman luar negeri sebesar US $ 373,0 juta dalam tahun 1986/87 ini terjadi karena menurunnya jumlah pinjaman setengah lunak dan komersial (untuk proyek) dan turunnya jumlah pinjaman tunai secara cukup tajam. Dibanding-kan dengan tahun sebelumnya jumlah pinjaman luar negeri dalam tahun 1986/87 menurun sebesar 7,1% (Lihat Tabel V-10).

Perincian jenis pinjaman adalah : pinjaman lunak sebesar US $ 3.856,2 juta atau 78,4% dari seluruh persetujuan pinja-man, pinjaman setengah lunak dan komersial sebesar US $ 500,0 juta atau 10,2% dari persetujuan pinjaman dan pinjaman tunai sebesar US $ 560,6 juta atau 11,4% dari seluruh persetujuan pinjaman (Tabel V-11). Dibandingkan dengan tahun 1985/86, persetujuan proyek yang dibiayai dari pinjaman lunak naik dari US $$ 2.473,9 juta menjadi US $ 3.856,2 juta atau 55,9%; persetujuan pinjaman setengah lunak turun sebesar 47,5% dan pinjaman tunai juga mengalami penurunan sebesar 70,0%. Peme-rintah masih tetap berhati-hati mengusahakan pinjaman luar negeri dengan memperhatikan beban pembayaran kembali hutang-hutang luar negeri untuk menjaga keseimbangan dalam neraca pembayaran.

Dari segi sumber dana, persetujuan pinjaman lunak terdiri dari pinjaman yang diberikan oleh Bank Dunia sebesar US $ 1.400,0 juta yang didalamnya termasuk Trade Policy Adjustment Loan sebesar US $ 300,0 juta, Jepang sebesar US $ 1.378,6 juta (termasuk US $ 905,0 juta dari Bank Exim Jepang), Bank Pembangunan Asia US $ 500,0 juta, Amerika Serikat US $ 86,0 juta, Belanda US $ 71,0 juta, dan Inggris US $ 67,6 juta. Pinjaman lain berupa pinjaman setengah lunak untuk pembiayaan proyek dalam tahun 1986/87 diperoleh dari Jepang sebesar US $ 241,8 juta, Inggris sebesar US $ 80,9 juta, Jerman Barat sebesar US $ 89,4 juta dan negara-negara lainnya sebesar US $ 87,9 juta.

Realisasi pemasukan modal pemerintah menunjukkan pening-katan yang cukup berarti pada tahun 1986/87, yakni sebesar 46,4%; peningkatan ini sejalan dengan usaha pemerintah untuk meningkatkan daya serap penggunaan bantuan luar negeri dengan membentuk tim P4DLN (Pendayagunaan Pelaksanaan Proyek-proyek Pembangunan dengan Dana Luar Negeri). Dari IGGI pemasukan modal pemerintah meningkat sebesar 23,8%, dari US $ 2.751 juta menjadi US $ 3.405 juta. Dari luar IGGI pemasukan modal juga mengalami kenaikan yang berarti karena adanya pemasukan modal yang diterima dari Exim Bank Jepang sebesar US $ 503 juta.

V/51

Page 58: … · Web viewProduksi karet alam dunia tahun 1986 diperkirakan sebesar 4.390 ribu ton sedangkan konsumsi karet alam dunia hanya sebesar 4.325 ribu ton. Pada awal Mei 1986, produsen

TABEL V-10

PERKEMBANGAN PINJAMAN LUAR NEGERI PEMERINTAH, l)1983/84 - 1986/87

(dalam juta US dollar)

1) Angka berdasarkan persetujuan2) Angka diperbaiki3) Angka sementara4) Termasuk kredit ekspor5) Berupa pinjaman obligasi dari pinjaman kelompok bank.

V/52

Page 59: … · Web viewProduksi karet alam dunia tahun 1986 diperkirakan sebesar 4.390 ribu ton sedangkan konsumsi karet alam dunia hanya sebesar 4.325 ribu ton. Pada awal Mei 1986, produsen

GRAFIK V — 6

PERKEMBANGAN PINJAMAN LUAR NEGERI PEMERINTAH.1 9 8 3 / 8 4 — 1 9 8 6 / 8 7

V/53

Page 60: … · Web viewProduksi karet alam dunia tahun 1986 diperkirakan sebesar 4.390 ribu ton sedangkan konsumsi karet alam dunia hanya sebesar 4.325 ribu ton. Pada awal Mei 1986, produsen

1986/8

TABEL V – 11

KOMPOSISI PINJAMAN LUAR NEGERI PEMERINTAH, 1)

1983/84 – 1986/87(nilai dalam juta US dollar)

V/54

Page 61: … · Web viewProduksi karet alam dunia tahun 1986 diperkirakan sebesar 4.390 ribu ton sedangkan konsumsi karet alam dunia hanya sebesar 4.325 ribu ton. Pada awal Mei 1986, produsen

1) Angka berdasarkan persetujuan2) Angka diperbaiki3) Angka sementara4) Termasuk kredit ekspor5) Berupa pinjaman obligasi dan pinjaman dari kelompok bank

Page 62: … · Web viewProduksi karet alam dunia tahun 1986 diperkirakan sebesar 4.390 ribu ton sedangkan konsumsi karet alam dunia hanya sebesar 4.325 ribu ton. Pada awal Mei 1986, produsen

TABEL V - 12

PERSETUJUAN PINJAMAN LUAR NEGERI PEMERINTAH,1)1983/84 - 1986/87

(dalam juta US dollar)

V/55

Page 63: … · Web viewProduksi karet alam dunia tahun 1986 diperkirakan sebesar 4.390 ribu ton sedangkan konsumsi karet alam dunia hanya sebesar 4.325 ribu ton. Pada awal Mei 1986, produsen

1) Angka diperbaiki2) Angka sementara3) Termasuk kredit ekspor4) Berupa pinjaman obligasi dan pinjaman dari kelompok bank

'

Page 64: … · Web viewProduksi karet alam dunia tahun 1986 diperkirakan sebesar 4.390 ribu ton sedangkan konsumsi karet alam dunia hanya sebesar 4.325 ribu ton. Pada awal Mei 1986, produsen

TABEL V - 13

PELUNASAN PINJAMAN LUAR NEGERI PEMERINTAH,1983/84 - 1986/87

(dalam juta US dollar)

Tahun Pelunasan 1) Nilai Ekspor2) (% dari nilai Pinjaman Ekspor)

1983/84 2.188 19.816 11,0

1984/85 2.684 19.901 13,5

1985/86 3.270 18.612 17,6

1986/873) 4.149 13.697 30,3

1) Pokok dan bunga pinjaman Pemerintah2) Termasuk ekspor minyak bumi dan gas alam cair (LNG)

atas dasar bruto3) Angka sementara

V/56

Page 65: … · Web viewProduksi karet alam dunia tahun 1986 diperkirakan sebesar 4.390 ribu ton sedangkan konsumsi karet alam dunia hanya sebesar 4.325 ribu ton. Pada awal Mei 1986, produsen

Dilihat dari persetujuan pinjaman, peningkatan terbesar terjadi pada pemasukan modal pinjaman bersyarat lunak (ODA) yaitu sebesar 66%, dari US $ 1.417 juta menjadi US $ 2.532 juta, sedang pinjaman diluar ODA meningkat sebesar 32,6%. Pinjaman ODA dalam rangka IGGI sebahagian besar berupa ban-tuan proyek (97,2%) sisanya merupakan bantuan program. Seba-hagian dari penerimaan modal pemerintah diterima dalam bentuk hibah, yaitu berjumlah US $ 115 juta.

Pelunasan hutang-hutang luar negeri Pemerintah pada tahun kedua Repelita IV berjumlah US $ 3.270 juta, yang meningkat dari US $ 2.188 juta dalam 1983/84 dan US $ 2.684 juta dalam tahun 1984/85. Peningkatan pembayaran pokok dan bunga dari US $ 3.270 juta dalam tahun 1985/86 menjadi US $ 4.149 juta dalam tahun 1986/87, atau sebesar 26,9%, selain disebabkan oleh bertambahnya beban pokok dan bunga itu sendiri, juga disebabkan oleh melemahnya nilai dollar terhadap beberapa mata uang asing utama lainnya. Naiknya pembayaran pokok dan bunga pinjaman dan turunnya penerimaan ekspor mengakibatkan perbandingan antara jumlah pelunasan pinjaman luar negeri Pemerintah terhadap ekspor netto (debt service ratio) mening-kat dari 17,6% dalam tahun 1985/86 menjadi 30,3% dalam tahun 1986/87 (lihat Tabel V-13).

Defisit transaksi berjalan dalam tahun 1986/87 meningkat menjadi US $ 4.051 juta dibandingkan dengan tahun-tahun sebelumnya yaitu US $ 1.968 juta (1984/85), dan US $ 1.832 juta (1985/86), sedang tingkat cadangan devisa dalam tahun 1986/87 menurun sebesar US $ ,738 juta menjadi US $ 5.103 juta. Oleh karena itu setiap perubahan yang mempengaruhi perkembangan neraca pembayaran ini perlu diikuti secara cermat, apalagi kalau diingat bahwa perkembangan harga minyak bumi masih tidak menentu. Berbagai masalah yang berhubungan dengan perkembangan di sektor minyak bumi, ekspor di luar minyak dan gas bumi betul-betul memerlukan pengamatan yang cermat untuk dapat diambil langkah-langkah pengamanan terha-dap penerimaan devisa dan kemantapan neraca pembayaran yang tepat dan efektif.

V/57

Page 66: … · Web viewProduksi karet alam dunia tahun 1986 diperkirakan sebesar 4.390 ribu ton sedangkan konsumsi karet alam dunia hanya sebesar 4.325 ribu ton. Pada awal Mei 1986, produsen