… · web viewsebagai negara anggota, indonesia dikenakan kuota yang berlaku untuk ekspor ke...

83
NERACA PEMBAYARAN DAN PERDAGANGAN LUAR NEGERI

Upload: others

Post on 13-Jul-2020

1 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: … · Web viewSebagai negara anggota, Indonesia dikenakan kuota yang berlaku untuk ekspor ke negara-negara anggota ICO lainnya sebesar mula-mula 192 ribu ton untuk kemudian diturunkan

NERACA PEMBAYARAN DAN PERDAGANGANLUAR NEGERI

Page 2: … · Web viewSebagai negara anggota, Indonesia dikenakan kuota yang berlaku untuk ekspor ke negara-negara anggota ICO lainnya sebesar mula-mula 192 ribu ton untuk kemudian diturunkan
Page 3: … · Web viewSebagai negara anggota, Indonesia dikenakan kuota yang berlaku untuk ekspor ke negara-negara anggota ICO lainnya sebesar mula-mula 192 ribu ton untuk kemudian diturunkan

B A B V

NERACA PEMBAYARAN DAN PERDAGANGANLUAR NEGERI

A. PENDAHULUAN

Kebijaksanaan neraca pembayaran dan perdagangan luar negeri diarahkan untuk menunjang sasaran-sasaran pokok pem-bangunan dalam Repelita III, yaitu pemerataan pembangunan, peningkatan kesempatan kerja, pertumbuhan ekonomi serta per-ubahan struktural dalam pola produksi dan perdagangan. Dengan demikian, selama tahun kedua Repelita III semakin dimantapkan usaha-usaha pengembangan dan diversifikasi ekspor bersamaan dengan kegiatan perluasan produksi melalui subtitusi impor yang ditujukan untuk membuka lapangan kerja baru, penyebaran ke-giatan produksi ke daerah-daerah, peningkatan penerimaan de-visa dan penghematan penggunaan devisa. Begitu pula peman-faatan modal, teknologi dan keahlian dari luar negeri yang disalur-kan melalui pinjaman dan penanaman modal diserasikan dengan sasaran-sasaran pembangunan seperti digariskan dalam GBHN.

Perekonomian dunia masih tetap dilanda oleh gejala resesi di negara-negara industri yang semakin nyata sejak pertengahan kedua tahun 1980. Resesi tersebut ditandai oleh tingkat pertum-buhan yang rendah, pengangguran, laju inflasi yang tinggi dan ke-lambanan perkembangan perdagangan dunia yang disertai dengan langkah-langkah kearah proteksi yang diambil oleh negara-negara industri yang makin meluas.

Dalam tahun 1980 laju pertumbuhan produksi rill negara-negara industri secara keseluruhan merosot dari 3,7% dalam tahun 1979 menjadi 1,4% hal mana disebabkan karena Inggeris dan Ame-rika Serikat mengalami kemunduran dalam produksi riil sebesar masing-masing 2,1% dan 0,2% dibandingkan dengan kenaikan sebesar masing-masing 1,8% dan 3,2% yang terjadi tahun sebelumnya. Laju pertumbuhan produksi dalam tahun 1980 juga menurun menjadi masing-masing 5,4% dan 1,8% untuk Jepang dan Jerman Barat bila dibandingkan dengan kenaikan sebesar 5,9% dan 4,5% yang dialami kedua negara ini dalam tahun 1979. Gejala inflasi di negara-negara industri secara keseluruhan yang mulai meningkat

255

Page 4: … · Web viewSebagai negara anggota, Indonesia dikenakan kuota yang berlaku untuk ekspor ke negara-negara anggota ICO lainnya sebesar mula-mula 192 ribu ton untuk kemudian diturunkan

sejak pertengahan kedua tahun 1978 terus berlangsung dalam tahun-tahun 1979 dan 1980 sehingga laju inflasi menjadi 11,7% da -lam tahun 1980.

Resesi ekonomi dunia yang berlangsung selama tahun 1980 juga mencekam negara-negara yang sedang berkembang. Negara -negara pengekspor minyak bumi mengalami kemunduran sebesar 2,9% dalam produksi rill akibat merosotnya produksi di sektor mi -nyak sebesar 12,6%. Laju pertumbuhan negara-negara berkembang bukan pengekspor minyak menurun dari 5,1% dalam tahun 1979 menjadi 4,3% dalam tahun 1980.

Dibandingkan dengan tahun 1979 di mana perdagangan dunia masih berkembang dengan pesat, volume perdagangan dalam ta -hun 1980 hanya mengalami kenaikan sebesar 1,5% terhadap pe -ningkatan sebesar 6,5% tahun sebelumnya. Akibat tingginya inflasi dunia disertai kenaikan harga minyak bumi sebesar 62,2%, nilai perdagangan dunia dinyatakan dalam SLR naik dengan 20,8% di -bandingkan dengan laju pertumbuhan sebesar 21,9% dalam tahun 1979. Volume ekspor negara-negara industri dalam tahun 1980 menunjukkan kenaikan sebesar 4,2% sedang volume ekspor negara berkembang pengekspor minyak bumi dan bukan pengekspor mi -nyak masing-masing merosot dengan 13,2% dan meningkat dengan 7,8%. Dilihat dari segi nilai ekspor, negara-negara industri, negara-negara berkembang pengekspor minyak bumi dan bukan pengekspor minyak masing-masing mengalami kenaikan sebesar 17,2%, 36,7% dan 25,6% dibandingkan dengan tahun 1979. Volume impor negara-negara industri dalam tahun 1980 mengalami ke -munduran sebesar 0,8% sedang volume impor negara-negara ber -kembang pengekspor minyak bumi dan bukan pengekspor minyak masing-masing menunjukkan kenaikan sebesar 16,0% dan 5,1%. Ketiga kelompok negara tersebut masing-masing mengalami pe -ningkatan dalam nilai impor sebesar 19,8%, 28,8% dan 26,1%.

Akibat laju inflasi dunia dan kenaikan dari harga minyak bumi, perkembangan nilai tukar perdagangan di dunia telah mengalami pergeseran dengan penurunan sebesar 6,9% untuk negara-negara industri, kemunduran sebesar 2,9% untuk negara-negara berkem -bang bukan pengekspor minyak dan kenaikan sebesar 41,9% bagi negara-negara pengekspor minyak. Perkembangan ini disebabkan karena harga komoditi primer di luar minyak bumi dalam tahun

256

Page 5: … · Web viewSebagai negara anggota, Indonesia dikenakan kuota yang berlaku untuk ekspor ke negara-negara anggota ICO lainnya sebesar mula-mula 192 ribu ton untuk kemudian diturunkan

1980 rata-rata naik dengan 9,7%, harga barang-barang industri dengan 11,0% sedang harga minyak bumi meningkat dengan 62,2% dibandingkan dengan tahun 1979.

Meskipun volume impor negara-negara industri dalam tahun 1980 mengalami penurunan, nilai impor berkembang dengan lebih pesat dari nilai ekspor hal mana telah menyebabkan bertambah besarnya defisit perdagangan. Akibatnya ialah bahwa defisit trans-aksi berjalan negara-negara industri secara keseluruhan naik dari US $ 11,3 milyar dalam tahun 1979 menjadi US $ 46,5 milyar dalam tahun 1980. Amerika Serikat berhasil menaikkan surplus pada transaksi berjalan sehingga mencapai US $ 4,6 milyar. Seba-liknya transaksi berjalan Jerman Barat yang dalam tahun 1979 masih menunjukkan surplus berbalik menjadi defisit sebesar US $ 7,7 milyar sedang defisit transaksi berjalan Jepang bertambah be-sar menjadi US $ 9,5 milyar dalam tahun 1980. Akibat kenaikan dalam nilai impor yang melebihi kenaikan dalam nilai ekspor, perkembangan transaksi berjalan negara-negara berkembang bukan pengekspor minyak juga bertambah buruk dengan defisit sebesar masing-masing US $ 57,6 milyar dan US $ 80,1 milyar dalam tahun-tahun 1979 dan 1980. Sebaliknya bagi negara-negara peng-ekspor minyak yang volume ekspornya sangat menurun, keun-tungan dari perkembangan nilai tukar perdagangan telah menye-babkan melonjaknya surplus transaksi berjalan dari US $ 69,2 mil-yar dalam tahun 1979 menjadi US $ 112,0 milyar dalam tahun 1980.

Masalah-masalah yang dihadapi di bidang keuangan interna-sional berkisar pada kebijaksanaan yang perlu ditempuh bertalian dengan penyesuaian neraca pembayaran dan pengaruhnya pada nilai tukar valuta asing, inflasi serta pembiayaan defisit neraca pembayaran negara-negara berkembang bukan pengekspor mi-nyak. Perkembangan pasaran valuta asing internasional pada umumnya menunjukkan kestabilan, kecuali adanya gangguan yang ditimbulkan oleh melonjaknya tingkat bunga dan tingginya laju inflasi di beberapa negara industri, serta ketidakpastian jumlah penawaran dan harga minyak bumi. Gangguan tersebut terutama tercermin dalam fluktuasi harga emas yang dalam bulan Januari 1980 mencapai US $ 835 per troy ounce untuk kemudian mengalami kemerosotan sampai US $ 470 per ounce dalam bulan Maret dan kembali meningkat hingga berkisar pada US $ 600 per ounce pada akhir tahun 1980.

257

Page 6: … · Web viewSebagai negara anggota, Indonesia dikenakan kuota yang berlaku untuk ekspor ke negara-negara anggota ICO lainnya sebesar mula-mula 192 ribu ton untuk kemudian diturunkan

Dalam tahun 1980 kegiatan dalam rangka pembaharuan sistem moneter internasional terpusat pada usaha-usaha penyelesaian masalah defisit neraca pembayaran yang cukup parah bagi sejum-lah negara-negara berkembang pengimpor minyak. Untuk dapat memenuhi keperluan pembiayaan neraca pembayaran negara-negara anggotanya, dalam bulan Desember 1980 IMF telah melak-sanakan kebijaksanaan menaikkan kuota sebesar 50% menjadi SDR 60 milyar. Selanjutnya juga ditingkatkan penggunaan dana Supplementary Financing Facility untuk mengurangi beban negara-negara berkembang bukan pengekspor minyak yang ber-penghasilan rendah.

Dalam kerangka perwujudan Tata Ekonomi Dunia Baru yang bertujuan untuk mengadakan perubahan struktural dalam hubungan ekonomi internasional, usaha-usaha selama tahun 1980 terpusat pada substansi dan prosedur tentang negosiasi global yang dapat disetujui oleh semua negara di dunia. Sementara itu, menjelang tahun 1981 Majelis Umum Perserikatan Bangsa-Bangsa telah menerima Strategi Pembangunan Internasional untuk Dasawarsa Pembangunan PBB Ketiga yang pada hakekatnya berisi tujuan, sasaran dan tindakan kebijaksanaan yang akan dijalankan untuk mempercepat pembangunan negara-negara berkembang dan untuk mewujudkan Tata Ekonomi Dunia Baru. Mengenai Program Komoditi Terpadu, melalui negosiasi yang rumit dan lama, akhirnya diperoleh kemajuan yang nyata. Pada tanggal 27 Juni 1980 tercapai persetujuan Dana Bersama yang terbuka untuk penandatanganan mulai 1 Oktober tahun yang sama. Permodalan pada tahap pertama terdiri dari US $ 470 juta untuk account pertama yang digunakan untuk pembiayaan kegiatan stabilisasi harga, dan US $ 280 juta untuk account kedua yang ditujukan pada usaha-usaha riset dan pengembangan, pengolahan, pemasaran serta diversifikasi pendayagunaan sumber-sumber alam. Bantuan Organisasi Negara-negara Pengekspor Minyak pada Dana Bersama terwujud dalam bulan Januari 1981 di mana para Menteri menyepakati pemberian hibah dari Dana OPEC kepada 35 negara berkembang berpenghasilan rendah untuk memenuhi kewajiban kontribusi lang-sung negara-negara tersebut sejumlah US $ 31,94 juta. Demikian pula dalam rangka mempercepat kerjasama antara negara-negara ber-kembang dan sebagai salah satu sasaran dari Tata Ekonomi Dunia Baru, telah ditingkatkan kegiatan kerjasama ekonomi dan kerjasama teknik antar negara-negara berkembang.

258

Page 7: … · Web viewSebagai negara anggota, Indonesia dikenakan kuota yang berlaku untuk ekspor ke negara-negara anggota ICO lainnya sebesar mula-mula 192 ribu ton untuk kemudian diturunkan

Kerjasama antar negara-negara anggota ASEAN dalam tahun 1980 mencapai berbagai kemajuan terutama di bidang perdagang-an, industri, keuangan dan perbankan. Setelah pertemuan para Menteri Ekonomi ASEAN dalam bulan April 1980 di Singapura dan bulan Oktober 1980 di Bangkok jumlah barang yang tercakup dalam persetujuan perdagangan preferensial mencapai 5.825 jenis ba-rang. Di bidang industri, pada permulaan tahun 1980 telah disepakati persetujuan dasar untuk proyek-proyek industri komplementer, persetujuan pelengkap untuk Proyek Pupuk Urea ASEAN di Indonesia dan Malaysia serta penetapan harga penjualan hasil dari Proyek Soda Abu di Muang Thai. Pembangunan pelabuhan dan fasilitas lainnya untuk proyek pupuk di Indonesia telah dimulai dalam tahun 1980 sedang keseluruhan proyek diharapkan selesai dalam tahun 1983. Untuk proyek tersebut diperoleh pinjaman tambahan yang bersyarat lunak dari Jepang sebesar US $ 90 juta, sedangkan untuk proyek pupuk di Malaysia, Jepang memberikan pinjaman bersyarat lunak sebesar US $ 238 juta. Proyek pulp dan kertas ASEAN yang semulanya disetujui untuk didirikan di Philipina sedang dipertimbangkan untuk dirubah menjadi proyek pengolahan tembaga. Di bidang kerjasama keuangan dan perbankan telah disetujui rencana pembentukan Aksep Bank ASEAN dan penciptaan Lembaga Keuangan ASEAN (ASEAN Finance Corporation) sebagai suatu lembaga yang akan membiayai usaha-usaha industri ASEAN. Lembaga baru tersebut akan berpusat di Singapura dengan setoran modal pertama sebesar S $ 100 juta yang dibagi rata antara negara-negara anggota ASEAN. Selama tahun 1980 juga dilanjutkan dialog dengan kelompok atau negara-negara ketiga seperti MEE, Jepang, Australia dan Amerika Serikat. Dalam kerangka Persetujuan Kerjasama antara MEE dan ASEAN dalam bulan Nopember 1980 telah diadakan pertemuan pertama dari Joint Cooperation Committee di mana tercapai kesepakatan mengenai beberapa program kerjasama terutama di bidang perdagangan.

B. PERKEMBANGAN NERACA PEMBAYARAN DAN PERDAGANGAN LUAR NEGERI

1. Kebijaksanaan Perdagangan dan Keuangan Luar Negeri

Kebijaksanaan neraca pembayaran dan perdagangan luar ne-geri meliputi perluasan struktur ekspor, pengendalian impor guna

259

Page 8: … · Web viewSebagai negara anggota, Indonesia dikenakan kuota yang berlaku untuk ekspor ke negara-negara anggota ICO lainnya sebesar mula-mula 192 ribu ton untuk kemudian diturunkan

menunjang pengadaan bahan-bahan pokok baik untuk konsumsi maupun untuk produksi dalam negeri, subtitusi impor guna peng-hematan devisa dan peningkatan produksi, serta pemanfaatan pinjaman, modal dan teknologi luar negeri sesuai dengan prioritas pembangunan.

Untuk meningkatkan produksi dan daya saing barang-barang ekspor hasil industri di pasaran dunia, dalam tahun 1980/81 Pemerin-tah telah menempuh berbagai langkah di bidang fasilitas perpajakan. Jenis barang-barang industri yang memperoleh hak pembebasan bea masuk, PPn impor dan MPO impor dalam bentuk Sertifikat Ekspor diperluas dari 55 jenis barang menjadi 384 jenis. Guna mendorong ekspor minyak kelapa dan kopra, pajak ekspor diturunkan dari 10% menjadi 5% dan kemudian dari 5% menjadi 0%.

Kegiatan perbaikan mutu barang-barang ekspor terus ditingkat-kan, antara lain untuk karet. Di samping mengikuti ketentuan ten-tang persyaratan bandela serta pengemasan karet SIR, setiap pabrik karet yang menghasilkan Standard Indonesian Rubber diwajibkan untuk memiliki laboratorium pengawasan mutu tersendiri. Untuk lebih memperlancar pengawasan mutu SIR maka seluruh kegiatan bersangkutan dialihkan pada Balai-balai Pengawasan Mutu yang berada di daerah-daerah produksi.

Dalam rangka usaha pengamanan penyediaan bahan baku un-tuk industri pengolahan kayu di dalam negeri dan untuk memper-oleh harga maksimal untuk penjualan kayu bulat di luar negeri, Pemerintah telah mengambil serangkaian tindakan penyempur-naan di bidang ekspor kayu bulat. Melalui kebijaksanaan yang ditentukan dalam bulan Mei 1980 para pemegang Hak Pengusahaan Hutan (HPH) hanya diizinkan untuk mengekspor kayu bulat dalam jumlah yang ditetapkan bersama oleh Menteri Perdagangan dan Koperasi, Menteri Pertanian dan Menteri Perindustrian. Sebagai kelanjutan dari kebijaksanaan tersebut maka dalam bulan Desem-ber berikutnya dikeluarkan ketentuan bahwa izin ekspor kayu bu-lat hanya diberikan sebesar 50% dari jumlah yang telah disediakan untuk kebutuhan industri dalam negeri.

Dengan semakin berkembangnya ekspor barang-barang hasil industri yang menggunakan bahan baku dan penolong yang diim-por serta adanya ketentuan mengenai asal barang yang berlaku di negara-negara pengimpor terutama negara-negara pemberi prefe-

260

Page 9: … · Web viewSebagai negara anggota, Indonesia dikenakan kuota yang berlaku untuk ekspor ke negara-negara anggota ICO lainnya sebesar mula-mula 192 ribu ton untuk kemudian diturunkan

rensi, maka di bidang tata niaga diadakan penyempurnaan keten-tuan Surat Keterangan Asal (SKA).Demikian pula dalam rangka pengaturan kuota ekspor kopi oleh Organisasi Kopi Internasional (ICO), ekspor kopi Indonesia yang ditujukan ke negara-negara anggota ICO sejak bulan Nopember 1980 harus mengikuti ketentuan khusus baik mengenai SKA mau-pun pengemasan.

Untuk meningkatkan penjualan dan memperluas ekspor hasil-hasil baru, sekaligus memanfaatkan fasilitas Preferensi Umum, te-lah dibentuk Pusat Perdagangan di Sidney, Australia dan di Los Angeles, Amerika Serikat. Usaha-usaha peningkatan pemasaran, investasi dan kepariwisataan juga dilakukan dalam kerangka kerja-sama regional dengan pendirian ASEAN Promotion Centre on Trade, Investment and Tourism di Tokyo dan ASEAN Trade Promotion Centre di Rotterdam. Kegiatan perluasan pasaran di wilayah Timur Tengah untuk ekspor hasil-hasil pertanian, barang-barang industri, jasa-jasa kontrakting dan pengiriman tenaga kerja dalam tahun 1980/81 berkembang dengan cepat. Guna menunjang ekspor ke Timur Tengah dalam bulan Maret 1981 telah diresmikan pelayaran perdana kapal Indonesia sebagai permulaan hubungan pelayaran tetap antara Indonesia dengan negara-negara Timur Tengah.

Dalam tahun 1980 Indonesia dihadapkan dengan masalah pemasaran tekstil ke negara-negara anggota MEE dengan ditetap-kannya kuota sementara secara sepihak oleh MEE untuk ekspor tekstil ke Inggeris dalam bentuk pakaian jadi. Bagi Indonesia sebagai negara pendatang baru di bidang ekspor tekstil, Perjanjian Bilateral dengan MEE yang ditandatangani pada tahun 1979 justru dimaksudkan untuk menjamin kebebasan kuota di pasaran MEE di samping pengaturan ketentuan mengenai asal yang berlaku di MEE. Setelah perundingan dengan Inggeris pembatasan tersebut dapat ditangguhkan sedang untuk tahun 1981 disepakati kuota se-besar 2.000.000 potong pakaian jadi. Sementara itu dengan negara-negara BENELUX disetujui pembatasan ekspor pakaian jadi sebesar 700.000 potong, sedangkan penetapan kuota ekspor ke Perancis, Italia dan Irlandia masih dalam taraf perundingan. Daya masuk dalam pasaran tekstil di negara-negara industri banyak di -tentukan oleh perjanjian Multifibre Arrangement (MFA) yang mengatur perdagangan internasional dalam tekstil dan sering di-

261

Page 10: … · Web viewSebagai negara anggota, Indonesia dikenakan kuota yang berlaku untuk ekspor ke negara-negara anggota ICO lainnya sebesar mula-mula 192 ribu ton untuk kemudian diturunkan

gunakan sebagai suatu alat proteksionisme yang efektif oleh negara-negara maju. Menghadapi perpanjangan MFA pada akhir tahun 1981, Indonesia bersama negara-negara berkembang pengekspor tekstil lainnya telah mengadakan berbagai persiapan untuk perumusan posisi bersama baik dalam rangka ASEAN maupun dalam kerangka UNCTAD.

Usaha-usaha lain untuk memperkuat kedudukan Indonesia sebagai negara produsen dan eksportir hasil-hasil pertanian, per-tambangan dan industri dalam kerangka kerjasama multilateral, regional dan bilateral selama tahun 1980/81 terus dilanjutkan. Da-lam rangka Perjanjian Kopi Internasional, mulai bulan Oktober 1980 diberlakukan ketentuan kuota ekspor setelah 6 tahun perda-gangan kopi berjalan bebas. Untuk mempertahankan harga dan penghasilan petani kopi di dalam negeri, pada waktu bersamaan Pemerintah mengambil beberapa kebijaksanaan guna mendorong ekspor ke negara-negara non kuota seperti negara-negara Eropa Timur dan Asia dalam bentuk insentif jatah ekspor ke negara-negara kuota, pengutamaan eksportir lemah serta penurunan harga patokan. Menjelang ber akhirnya Perjanjian Timah Interna-sional ke V pada bulan Juli 1981, dalam kerangka Program Terpadu mengenai Komoditi UNCTAD telah dimulai serangkaian perundi-ngan antara negara-negara produsen dan konsumen untuk per-siapan Perjanjian ke VI. Hingga kini belum tercapai kata sepakat akibat sikap yang kaku pada pihak negara-negara konsumen, khususnya Amerika Serikat, baik mengenai jumlah dan pembiayaan cadangan penyangga, bila diadakannya pembatasan ekspor, maupun tingkat-tingkat harga terendah dan tertinggi. Sementara itu Amerika Serikat secara teratur telah melepaskan timah dari cadangan strategis nya juga dalam keadaan pasaran lesu. Dalam kerangka ASEAN, negara-negara anggota produsen timah yaitu Malaysia, Indonesia dan Thailand telah menentukan sikap bersama menghadapi perundingan yang akan diadakan. Pada tingkat kerjasama regional, negara-negara anggota ASEAN telah menyetujui perluasan perdagangan preferensial hingga menjadi 5.825 jenis barang yang terdiri dari 4.659 macam produk yang dapat diekspor oleh Indonesia ke negara-negara ASEAN lainnya dan 1.166 produk yang dapat diimpor dari ASEAN. Selanjutnya dalam tahun 1980/81 telah dilakukan penyempurnaan untuk perpanjangan fasilitas Sistem Preferensi Umum dari berbagai negara industri seperti Je-

262

Page 11: … · Web viewSebagai negara anggota, Indonesia dikenakan kuota yang berlaku untuk ekspor ke negara-negara anggota ICO lainnya sebesar mula-mula 192 ribu ton untuk kemudian diturunkan

pang, MEE serta Amerika Serikat kepada negara-negara berkem-bang termasuk kelompok ASEAN, yang dapat membuka pasaran bagi hasil-hasil ekspor Indonesia yang baru.

Sebagaimana halnya dengan tahun-tahun sebelumnya, kebi-jaksanaan di bidang impor yang ditempuh selama tahun 1980/81 pada hakekatnya bertujuan untuk menunjang pertumbuhan in-dustri dalam negeri yang lebih cepat yaitu dengan memperkuat daya saing produksi dalam negeri terhadap barang impor serta menjamin kelancaran penyediaan barang-barang kebutuhan po-kok masyarakat.

Dalam rangka memperkuat daya saing produksi dalam negeri terhadap barang impor, dalam tahun 1980/81 Pemerintah telah memperluas lagi pemberian fasilitas keringanan bea masuk dan PPn - Impor atas beberapa jenis bahan baku dan penolong yang digunakan untuk produksi dalam negeri, yaitu berupa pembebasan sebesar 50% sampai 100% dari tarif yang berlaku. Di samping itu dalam rangka lebih menjamin tersedianya bahan baku dan peno-long yang dapat diimpor dengan syarat pembayaran berjangka, maka telah diperluas jenis barangnya dari 323 jenis menjadi 428 jenis barang. Sejalan dengan itu impor beberapa jenis bahan ba-ku/penolong, suku cadang dan barang modal tertentu yang dapat dilaksanakan dengan sight L/C, dalam tahun 1980/81 telah dibebas-kan dari ketentuan yang mengharuskan importir untuk menyetor jaminan impor minimum dengan arti bahwa masing-masing bank devisa bebas dalam menentukan besarnya jaminan impor.

Guna menjamin kelancaran penyediaan barang-barang yang dibutuhkan di dalam negeri, dalam tahun 1980/81 telah pula dibe-baskan sebagian bea masuk dan PPn - Impor terhadap pengim-poran beberapa jenis barang modal seperti mesin piston dengan ukuran tertentu, pesawat Fotografi dan peralatan telekomunikasi. Di samping itu telah pula dilakukan pencabutan larangan impor sarung pelekat dengan pertimbangan bahwa larangan impor terhadap suatu barang dapat menimbulkan industri dalam negeri yang tidak efisien, yang pada hakekatnya akan merugikan konsumen dalam negeri. Walaupun demikian untuk tetap memberikan perlindungan terhadap industri sarung pelekat tersebut, Pemerintah telah memberlakukan tarif spesifik bagi pengimporan sarung pelekat yang dibuat dari katun. Khusus mengenai semen, meskipun tingkat produksi dalam negeri sudah cukup tinggi namun meng-

263

Page 12: … · Web viewSebagai negara anggota, Indonesia dikenakan kuota yang berlaku untuk ekspor ke negara-negara anggota ICO lainnya sebesar mula-mula 192 ribu ton untuk kemudian diturunkan

ingat kebutuhan di dalam negeri untuk keperluan pembangunan sangat meningkat, maka Pemerintah telah membebaskan bea ma-suk dan PPn - Impor atas pemasukan 100.000 ton semen yang ditu-jukan guna memenuhi kebutuhan di beberapa daerah di luar Jawa. Selain itu guna menjamin kelancaran pemenuhan kebutuhan akan kertas koran bagi pers dalam negeri dan untuk menjaga kestabilan harganya, maka impor kertas koran kebutuhan pers yang selama ini dapat dilakukan oleh importir umum, kini hanya dapat dilakukan oleh PT. Panca Niaga, PT. Inpres dan PT. Dasar Utama Pers.

Mengenai perdagangan dengan negara-negara ASEAN, jenis barang yang dihasilkan oleh negara-negara anggota ASEAN yang diberi preferensi untuk diimpor ke Indonesia dalam rangka Perjan-jian Preferensi Perdagangan ASEAN meningkat dari 866 jenis men-jadi 1.166 jenis barang. Selain itu telah disepakati pula untuk mem-berikan preferensi berupa pembebasan bea masuk sebesar 20% dari tarif akhir pada jenis-jenis barang yang nilai impornya pada tahun 1978 di bawah US $ 50.000.

Guna memperlancar arus perdagangan internasional serta pengenaan tarif bea masuk yang lebih tepat, sejak 1 Januari 1981 telah dilakukan penyesuaian terhadap buku tarif bea masuk Indo-nesia, sehingga buku tarif yang selama ini didasarkan pada Brus-sels Tariff Nomenclature (BTN) sekarang didasarkan pada Cus-toms Cooperation Council Nomenclature (CCCN). Penyesuaian ter-sebut meliputi penomoran barang yang semula terdiri dari 6 digit menjadi 7 digit, penghapusan 88 tarif pos dan pemisahan beberapa sub pos dari 2 tarif pos ke tarif pos yang lain.

Di bidang jasa-jasa telah ditempuh berbagai langkah untuk peningkatan penerimaan devisa serta usaha-usaha untuk meng-hemat penggunaan devisa untuk pembayaran jasa-jasa kepada luar negeri. Khusus untuk mengembangkan industri pariwisata antara lain telah diberikan fasilitas berupa keringanan bea masuk dan PPn - Impor atas pemasukan barang-barang yang diperlukan guna memajukan industri pariwisata di beberapa daerah wisata.

Untuk mempercepat laju pembangunan, Jana, dan sumber-sumber dari luar negeri berupa pinjaman, penanaman modal, tek-nologi dan keahlian sebagai pelengkap sumber-sumber yang terse-dia di dalam negeri masih tetap dimanfaatkan. Pengalihan sumber-sumber tersebut berdasarkan persyaratan penggunaan yang sesuai dengan rencana dan program pembangunan, tidak ter-

264

Page 13: … · Web viewSebagai negara anggota, Indonesia dikenakan kuota yang berlaku untuk ekspor ke negara-negara anggota ICO lainnya sebesar mula-mula 192 ribu ton untuk kemudian diturunkan

dapatnya ikatan-ikatan politik, tidak mengakibatkan ketergan-tungan yang terus menerus pada luar negeri sedang syarat-syarat yang bertalian dengan pelunasan pokok dan pembayaran bunga serta transfer keuntungan dan biaya-biaya lainnya tidak member-atkan neraca pembayaran di masa mendatang.

Mengenai pinjaman untuk pembiayaan proyek-proyek pemba-ngunan, di samping memberikan manfaat langsung bagi pelaksa-naan proyek-proyek yang telah dipersiapkan, penggunaannya juga diserasikan dengan sasaran pembangunan secara keseluruhan. Dalam hubungan ini, untuk menunjang pengembangan industri dalam negeri serta perluasan kesempatan kerja, diusahakan agar barang-barang yang dibiayai dengan pinjaman tersebut tidak diimpor dalam bentuk jadi melainkan berupa komponen, ketrampilan dan keahlian yang dapat digunakan untuk peningkatan produksi dalam negeri. Sementara itu, usaha-usaha untuk melepaskan pinjaman luar negeri dari kaitan dengan impor dari negara-negara pemberi pinjaman terus dilanjutkan. Usaha ini bertujuan untuk memperoleh kebebasan pembelian baik untuk hasil-hasil produksi dalam negeri ataupun untuk memperluas perdagangan dengan negara-negara lain khususnya negara-negara berkembang.

Kebijaksanaan penanaman modal pada dasarnya merupakan kelanjutan dari kebijaksanaan sebelumnya dengan memberikan penekanan kepada pengembangan usaha-usaha penanaman modal yang padat karya, dapat menghasilkan devisa, bergerak di daerahdaerah yang perlu dikembangkan serta mengikutsertakan golongan ekonomi lemah.

Di bidang perpajakan telah diputuskan untuk memberikan tambahan kelonggaran berupa potongan pajak perseroan dan po-tongan pajak atas bunga, dividen dan royalty bagi pembayaran dividen yang terhutang untuk jangka waktu paling lama 10 tahun. Fasilitas perpajakan ini hanya diberikan kepada penanaman mo-dal di bidang prioritas seperti tersebut di atas. Untuk memenuhi kebutuhan akan gedung perkantoran, dalam tahun 1980/81 telah diberikan fasilitas perpajakan dan bea masuk bagi perusahaan-perusahaan PMA/PMDN yang bergerak di bidang konstruksi dan pengusahaan gedung perkantoran. Fasilitas tersebut terdiri dari pemulihan modal, penghapusan yang dipercepat, serta keringanan bea masuk dan pajak penjualan impor atas pemasukan beberapa perlengkapan bangunan yang diperlukan.

265

Page 14: … · Web viewSebagai negara anggota, Indonesia dikenakan kuota yang berlaku untuk ekspor ke negara-negara anggota ICO lainnya sebesar mula-mula 192 ribu ton untuk kemudian diturunkan

Guna menghindari ketergantungan yang terus menerus kepada luar negeri, Pemerintah menganut kebijaksanaan bahwa perusahaan-perusahaan asing harus melakukan Indonesianisasi secara bertahap baik dalam permodalan maupun tenaga kerja. Dalam pelaksanaan kebijaksanaan tersebut, telah dilakukan usaha pengalihan saham secara bertahap, sehingga dalam jangka waktu 10 tahun sejak produksi komersil, sebagian besar saham telah dimiliki oleh pihak Indonesia. Sejalan dengan ini guna meningkatkan peranan dan partisipasi modal nasional dalam usaha patungan, telah diambil tindakan berupa pembebasan pajak atas bunga, divider dan royalty, pajak perseroan dan pajak pendapatan atas perolehan devisa yang oleh peserta Indonesia dipergunakan untuk pembelian saham peserta asing. Untuk melaksanakan Indonesianisasi tenaga kerja, telah ditingkatkan program pendidikan dan latihan tenaga-tenaga Indonesia sedang penggunaan tenaga kerja asing dibatasi pada pekerjaan yang belum mampu ditangani oleh tenaga kerja Indonesia.

Sementara itu untuk menjaga agar jangan sampai teknologi untuk suatu bidang usaha cenderung terikat kepada teknologi dari suatu negara tertentu saja, telah mulai dijalankan kebijaksanaan yang mengarah kepada diversifikasi teknologi. Sehubungan dengan itu setiap permohonan penanaman modal tidak hanya dinilai dari segi bidang usahanya saja, tetapi juga dipertimbangkan teknologi yang akan digunakan.

Dalam usaha lebih mengarahkan penanaman modal, sejak ta-hun 1977 dikeluarkan Daftar Skala Prioritas (DSP) penanaman modal yang berlaku untuk suatu periode tertentu yang disesuaikan dengan perkembangan dan situasi penanaman modal di berbagai sektor. Ditutupnya beberapa jenis usaha bagi penanaman modal asing berkaitan dengan kebijaksanaan yang ditempuh di bidang penanaman modal yakni bahwa bidang-bidang yang sudah mampu ditangani oleh modal nasional tidak lagi diberikan kepada modal asing.

Sama halnya dengan tahun sebelumnya kebijaksanaan di bi-dang minyak bumi masih mengutamakan usaha-usaha yang mendorong kegiatan eksploitasi yang lebih intensif dari lapanganlapangan yang telah ada serta eksplorasi dan eksploitasi lapangan-lapangan baru. Di samping itu dalam rangka memenuhi kebutuhan akan bahan bakar minyak dalam negeri yang semakin

266

Page 15: … · Web viewSebagai negara anggota, Indonesia dikenakan kuota yang berlaku untuk ekspor ke negara-negara anggota ICO lainnya sebesar mula-mula 192 ribu ton untuk kemudian diturunkan

meningkat, dilakukan pula usaha-usaha untuk memperluas ke-mampuan Pengilangan minyak dalam negeri. Untuk itu telah di-adakan persiapan guna perluasan kapasitas Pengilangan yang te-lah ada di Cilacap dan Balikpapan serta pendirian hydro cracker di Dumai yang sebagian pembiayaannya akan diusahakan dari luar negeri.

Di bidang gas alam cair (LNG) usaha perluasan pemasaran ke Jepang dan Amerika Serikat terus dilakukan disertai usaha penja-jagan pemasaran ke Taiwan dan Korea Selatan. Sehubungan dengan hal tersebut telah diusahakan pula perluasan proyek LNG di Badak dan Arun dengan sumber pembiayaan dari Jepang.

2. Perkembangan Neraca Pembayaran

Walaupun perekonomian dunia diliputi suasana kelesuan, neraca pembayaran Indonesia dalam tahun 1981/82 masih berkembang dengan cukup baik (Lihat Tabel V-1).

Kelebihan penerimaan devisa dari ekspor barang dan jasa terhadap pengeluaran devisa untuk impor barang dan jasa yang untuk pertama kalinya sejak dimulainya Repelita I terjadi pada tahun 1979/80 dapat dipertahankan dalam tahun 1980/81. Surplus transaksi yang berjalan dalam tahun 1979/80 dan 1980/81 masing-masing mencapai jumlah US $ 2.192 juta dan US $ 2.219 juta, yang berarti terjadinya kenaikan sebesar 1,2%. Perkembangan ini disebabkan karena kenaikan dalam pengeluaran devisa untuk jasa-jasa tidak begitu besar dibandingkan dengan peningkatan impor -yang pada gilirannya juga jauh melebihi laju kenaikan ekspor.

Nilai ekspor keseluruhan dalam tahun 1980/81 meningkat dengan 24,8% dibandingkan dengan tahun sebelumnya sehingga mencapai US $ 21,826 juta. Kenaikan dalam tahun 1979/80 dibandi-ngkan dengan tahun 1978/79 adalah sebesar 54,0%. Nilai ekspor di luar minyak bumi dan gas alam cair mengalami kemunduran sebe-sar 9,6% dibandingkan dengan kenaikan sebanyak 54,9% yang terjadi dalam tahun 1979/80. Laju penurunan ekspor di luar minyak dan gas alam cair semakin cepat sejak pertengahan tahun 1980 sebagai akibat merosotnya harga komoditi pertanian di pasaran internasional yang berkaitan pula dengan resesi ekonomi dunia. Kenaikan nilai ekspor minyak bruto dalam tahun 1980/81 dibandingkan dengan tahun sebelumnya adalah sebesar 41,7%. Kenaikan tersebut terjadi karena harga minyak yang diekspor dalam tahun

267

Page 16: … · Web viewSebagai negara anggota, Indonesia dikenakan kuota yang berlaku untuk ekspor ke negara-negara anggota ICO lainnya sebesar mula-mula 192 ribu ton untuk kemudian diturunkan

TABEL V – 1RINGKASAN NERACA PEMBAYARAN

1978/79 – 1980/81( dalam juta US dollar )

1) Angka diperbaiki2) Angka sementara3) Pokok pinjaman

268

Page 17: … · Web viewSebagai negara anggota, Indonesia dikenakan kuota yang berlaku untuk ekspor ke negara-negara anggota ICO lainnya sebesar mula-mula 192 ribu ton untuk kemudian diturunkan

1980/81 rata-rata meningkat dengan 44,2% akibat dua kali disesuai-kannya harga di dalam negeri dengan harga yang berlaku di pa-saran dunia. Nilai ekspor gas alam cair tahun 1980/81 meningkat dengan 57,0% dibandingkan dengan tahun sebelumnya sebagai akibat kenaikan dalam volume sebesar 23,0% dan kenaikan harga sebanyak 35,1% (Lihat Tabel V—2, V—3 serta Grafik V—1). Bila ekspor minyak bumi dan LNG diperhitungkan atas dasar netto (bersih dari pengeluaran devisa untuk impor dan jasa-jasa), maka nilai ekspor minyak bumi dan LNG dalam tahun 1980/81 adalah masing-masing sebesar US $ 9,368 juta dan US $ 1,255 juta, atau meningkat sebesar masing-masing 48,5% dan 88,2% dibandingkan dengan tahun 1979/80 di mana nilai ekspor netto mencapai jumlah US $ 6,308 juta dan US $ 667 juta.

Nilai impor (c. & f.) dalam tahun 1980/81 meningkat dengan 34,9% dibandingkan dengan tahun sebelumnya, sedangkan dalam tahun 1979/80 kenaikannya hanya sebesar 16,2%. Nilai impor di luar sektor minyak dan gas alam cair dalam tahun 1980/81 naik dengan 30,3% dan dalam tahun 1979/80 dengan 19,7%, sedang kenaikan nilai impor sektor minyak dan LNG dalam tahun-tahun yang sama ada-lah sebesar 56,4% dan 2,2%. Salah satu faktor yang menyebabkan meningkatnya impor ialah kenaikan dalam permintaan terhadap barang-barang impor sebagai akibat pertumbuhan produksi dan pendapatan dalam negeri yang pesat. Di samping itu juga terjadi kenaikan dalam harga barang-barang impor yang disebabkan ka-rena laju inflasi yang tinggi di negara-negara industri (Lihat Tabel V—4, V—5 serta Grafik V—2). Dari nilai impor di luar sektor minyak dan LNG, 72,2% terdiri dari impor yang dibiayai dengan hasil de-visa sendiri dan dalam tahun 1980/81 mengalami kenaikan sebesar 39,7% dibandingkan dengan tahun sebelumnya. Pembiayaan impor dalam rangka pinjaman serta penanaman modal luar negeri jum-lahnya adalah sebesar 27,8% dari nilai impor. Dalam tahun 1979/80 impor dengan devisa sendiri dan impor yang dibiayai dengan dana luar negeri masing-masing berjumlah 67,3% dan 32,7% dari nilai impor di luar sektor minyak dan LNG. Perkembangan ini menun-jukkan bahwa bagian dari impor yang dapat dibiayai sendiri dalam tahun 1980/81 bertambah besar sedang ketergantungan pada pem-biayaan yang berasal dari luar negeri semakin kecil.

Pengeluaran devisa netto untuk jasa-jasa naik dari US $ 4,345 juta dalam tahun 1979/80 menjadi US $ 4,838 juta dalam tahun

269

Page 18: … · Web viewSebagai negara anggota, Indonesia dikenakan kuota yang berlaku untuk ekspor ke negara-negara anggota ICO lainnya sebesar mula-mula 192 ribu ton untuk kemudian diturunkan

TABEL V — 2NILAI EKSPOR (F.O.B.), 1979/60—1980/81

(dalam juta US dollar )

1978/79 1979/80 1980/81 .*)

Sem. II Sem. II Jumlah (% kenaikan)JenisKomoditi Sem. I Jumlah Sem. I Sam. II Jumlah (% kenaikan) Sem. I

Di luar Minyak Bumi dan 1.735 2.244 3.979 2.844 3.321 6.165 ( 54,9 ) 3,028 2.548 5.576 (— 9,6 )Gas Alam Cair

Minyak Bumi dan 3.423 3.435 6.858 4.302 5.677 9.979 ( 45,5 ) 6.678 7.461 14.139 ( 41,7 )Hasil-hasilnya

Gas Alam Cair 244 272 516 510 835 1.345 (160,7 ) 1.030 1.081 2111 ( 57,0 )

Jumlah seluruh ekspor 5.402 5.951 11.353 7.656 9.833 17.489 ( 54,0 ) 10.736 11.090 21.826 ( 24,8 )

*) Angka sementara

270

Page 19: … · Web viewSebagai negara anggota, Indonesia dikenakan kuota yang berlaku untuk ekspor ke negara-negara anggota ICO lainnya sebesar mula-mula 192 ribu ton untuk kemudian diturunkan

GRAFIK V – 1

NILAI EKSPOR (F.O.B), 1978/79 – 1980/81

271

Page 20: … · Web viewSebagai negara anggota, Indonesia dikenakan kuota yang berlaku untuk ekspor ke negara-negara anggota ICO lainnya sebesar mula-mula 192 ribu ton untuk kemudian diturunkan

T A B E L V — 3

NILAI EKSPOR DI LUAR MINYAK BUMI DAN GAS ALAM CA1R(F.O.B.).

1978/79 — 1980/81(dalam juta US dollar)

1978/79 1979/80 1980/81 *)Triwulan Nilai Nilai (% kenaikan) Nilai (% kenaikan)

L April — Juni 826 1.331 (61,1) 1.688 ( 26,8)II. Juli — September 909 1.513 (66,4) 1.340 (—11,4)III. Oktober — Desember 1.130 1.615 (42,9) 1.337 (—17,2)IV. Januari — Maret 1.114 1.706 (53,1) 1.211 (—29,0)

J u m l a h : 3.979 6.165 (54,9) 5.576 (— 9,6)

*) Angka sementara

272

Page 21: … · Web viewSebagai negara anggota, Indonesia dikenakan kuota yang berlaku untuk ekspor ke negara-negara anggota ICO lainnya sebesar mula-mula 192 ribu ton untuk kemudian diturunkan

TABEL V — 4NILAI IMPOR (C & F). 1978/79 — 1980/81

(dalam juta US dollar)

1978/79 1979/80 1) 1980/81 2)J a n i sKomoditi

Sem. I Sem. II Jumlah Sem. I Sem. II Jumlah (% kenaikan) Sem. I Sem. II Jumlah ( % Kenaikan )

Di luar Minyak Bumi dan 3.674 3.869 7.543 4039 4.989 9.028 ( 19,7 ) 5.814 5.946 11.760 ( 30,3 )Gas Alam Cair

Minyak Bumi dan 881 949 1.830 1.058 771 1.829 (— 0,1 ) 1.357 1.515 2.872 ( 57,0 )Hasil-hasilnya

Gas Alam Cair 19 34 53 42 53 95 ( 79,2 ) 67 70 137 ( 44,2 )

Jumlah seluruh impor 4.574 4.852 9.426 5.139 8813 10.952 ( 16,2 ) 7.238 7.531 14.769 ( 34,9 )

1) Angka diperbaiki2) Angka sementara

273

Page 22: … · Web viewSebagai negara anggota, Indonesia dikenakan kuota yang berlaku untuk ekspor ke negara-negara anggota ICO lainnya sebesar mula-mula 192 ribu ton untuk kemudian diturunkan

GRAFIK V – 2

NILAI IMPOR (C & F), 1978/79 – 1980/81

274

Page 23: … · Web viewSebagai negara anggota, Indonesia dikenakan kuota yang berlaku untuk ekspor ke negara-negara anggota ICO lainnya sebesar mula-mula 192 ribu ton untuk kemudian diturunkan

TABEL V — 5

NILAI IMPOR DI LUAR MINYAK BUMI DAN GAS ALAM CAIR (C. & F.)

1978/79 — 1980/81(dalam juta US dollar)

1978/79 1979/80 ¹) 1980/81 ²)Triwulan Nilai Nilai (% ke-

naikan) Nilai (% ke-naikan)

I. April — Juni 1.901 1.887 (-0,7) 2.813 (49,1) II. Juli — September 1.773 2.152 (21,4) 3.001 (39,5)III. Oktober — Desember 1.968 2.382 (21,0) 2.868 (20,4)IV. Januari — Maret 1.901 2.607 (37,1) 3.078 (18,1

Jumlah : 7.543 9.028 (19,7) 11.760 (30,3)

1) Anglia diperbaiki2) Angka sementara

275

Page 24: … · Web viewSebagai negara anggota, Indonesia dikenakan kuota yang berlaku untuk ekspor ke negara-negara anggota ICO lainnya sebesar mula-mula 192 ribu ton untuk kemudian diturunkan

1980/81. Dari jasa-jasa tersebut 54,1% berupa pengeluaran devisa untuk sektor minyak dan gas alam cair yang dalam tahun 1980/81 hanya naik dengan 8,0% yaitu jauh di bawah laju pertumbuhan ekspor minyak dan gas alam cair bruto sebesar 43,5%. Hal ini antara lain disebabkan karena transfer pendapatan investasi sebagai bagian dari hasil ekspor minyak dan gas alam cair bruto telah mengalami penurunan. Pengeluaran netto untuk jasa-jasa di luar sektor minyak dan gas alam cair dalam tahun 1980/81 berjumlah US $ 2.220 juta dibandingkan dengan US $ 1.920 juta tahun sebelumnya atau kenaikan sebesar 15,6%. Bagian terbesar dari jasa-jasa tersebut berupa pembayaran bunga serta transfer keuntungan perusahaan-perusahaan asing.

Realisasi pinjaman Pemerintah dalam tahun 1980/81 berjum-lah US $ 2.529 juta atau kenaikan sebesar 1,0% dibandingkan dengan pinjaman tahun 1979/80 sejumlah US $ 2.503 .juta. Bantuan program seluruhnya berupa bantuan pangan dan dalam tahun 1980/81 penggunaannya menurun dengan 50,6%. Pinjaman langsung untuk proyek mengalami kenaikan sebesar 10,6% dari US $ 1,777 juta dalam tahun 1979/80 menjadi US $ 1.965 juta dalam tahun 1980/81. Hal ini menyebabkan bahwa peranan pinjaman proyek dalam seluruh pinjaman Pemerintah naik dari 71,0% dalam tahun 1979/80 menjadi 77,7% dalam tahun 1980/81, sedangkan peranan bantuan program menurun dari 9,5% menjadi 4,7%. Pinjaman tunai mengalami penurunan sebesar 8,4% yaitu dari US $ 487 juta dalam tahun 1979/80 menjadi US $ 446 juta dalam tahun 1980/81. Pinjaman tunai dalam tahun 1980/81 terdiri dari hasil penjualan obligasi di luar negeri sejumlah US $ 46 juta sedang sisanya sebesar US $ 400 juta berupa pinjaman dari beberapa bank di luar negeri.

Pelunasan pokok pinjaman Pemerintah dalam tahun 1979/80 berjumlah US $ 692 juta dan dalam tahun 1980/81 mengalami penu-runan sebesar 11,1% sehingga mencapai US $ 615 juta. Dari jumlah pinjaman tersebut 13,8% berupa angsuran pelunasan pokok hutang-hutang yang terjadi sebelum Juli 1966.

Penanaman modal asing menurun dari US $ 627 juta dalam tahun 1979/80 menjadi US $ 556 juta dalam tahun 1980/81, hal mana berarti kemunduran sebesar 11,3%. Pembayaran angsuran atas pokok pinjaman, baik dalam rangka penanaman modal maupun yang berkaitan dengan pinjaman lainnya, menurun dari US $ 928 juta dalam tahun 1979/80 menjadi US $ 841 juta dalam tahun

276

Page 25: … · Web viewSebagai negara anggota, Indonesia dikenakan kuota yang berlaku untuk ekspor ke negara-negara anggota ICO lainnya sebesar mula-mula 192 ribu ton untuk kemudian diturunkan

1980/81. Transaksi modal lainnya tahun 1980/81 menunjukkan arus pengeluaran netto sebesar US $ 457 juta dibandingkan dengan US $ 1,132 juta dalam tahun sebelumnya. Bagian terbesar dari arus modal ke luar tersebut merupakan kredit ekspor minyak dan modal jangka pendek. Dengan demikian, maka pos pemasukan modal lain atas dasar netto mengalami defisit sebesar US $ 358 juta dalam tahun 1980/81 dibandingkan dengan defisit sebesar US $ 1.315 juta tahun sebelumnya.

Faktor lain yang mempengaruhi posisi neraca pembayaran adalah alokasi Special Drawing Rights (SDR) sebesar 50 juta yang diterima dalam tahun-tahun 1978/79, 1979/80 dan 1980/81. Untuk tahun 1980/81 jumlah tersebut adalah sama nilainya dengan US $ 62 juta.

Pos selisih yang tidak diperhitungkan dalam tahun 1980/81 menunjukkan jumlah negatif sebesar US $ 1.168 juta dan terutama mencerminkan gerakan modal jangka pendek ke luar yang tidak tercakup dalam transaksi-transaksi neraca pembayaran lainnya.

Berkat surplus transaksi berjalan sebesar US $ 2.219 juta dan dengan memperhitungkan perkembangan transaksi modal Pemerintah, modal sektor di luar Pemerintah serta transaksi-transaksi lainnya, cadangan devisa dalam tahun 1980/81 telah meningkat dengan US $ 2.669 juta. Hal ini berarti bahwa bila pada akhir periode Repelita II jumlah cadangan devisa adalah sebesar US $ 2.916 juta, maka tingkat cadangan tersebut pada akhir tahun kedua Repelita III mencapai jumlah US $ 7.275 juta atau peningkatan sebesar 149,5%. Jumlah cadangan devisa yang tersedia pada akhir tahun 1980/81 cukup untuk membiayai kebutuhan impor di luar sektor minyak dan gas bumi untuk rata-rata 7,4 bulan.C. EKSPOR

Perkembangan ekspor Indonesia dalam tahun 1980/81 kembali menunjukkan kaitan yang erat dengan keadaan perekonomian dunia yang sedang dicekam oleh resesi. Pasaran komoditi primer di dunia ditandai oleh gerakan harga yang berbeda-beda. Untuk hasil-hasil pertanian seperti karet, hasil-hasil makanan dan hasil-hasil tambang di luar timah pasaran masih berkembang dengan baik. Sebaliknya pasaran hasil-hasil minuman seperti kopi, teh dan tembakau mengalami kemerosotan yang amat besar se-

277

Page 26: … · Web viewSebagai negara anggota, Indonesia dikenakan kuota yang berlaku untuk ekspor ke negara-negara anggota ICO lainnya sebesar mula-mula 192 ribu ton untuk kemudian diturunkan

hingga dalam tahun 1980 penurunan harga internasional rata-rata mencapai 12,2%.

Nilai ekspor sebesar US $ 21,826 juta dalam tahun 1980/81 di-bandingkan dengan US $ 17,489 juta dalam tahun 1979/80 menun-jukkan kenaikan sebesar 24,8%. Di luar minyak dan gas alam cair, ekspor tahun 1980/81 mengalami kemunduran sebesar 9,6% dengan kecenderungan menurun yang semakin cepat sejak triwulan kedua sehingga penurunan rata-rata per triwulan adalah sebesar 8,2% (Lihat-Tabel V—3). Di antara ekspor barang-barang terpenting hanya hasil-hasil tambang, teh, tembakau dan lada yang mengalami kenaikan baik dalam volume maupun nilai. Nilai hasil-hasil ekspor lainnya menurun dalam tahun 1980/81 dan pada umumnya juga disertai kemunduran dalam volume (Lihat Tabel V—6 serta Grafik V—3).

Ekspor kayu tetap menduduki urutan pertama di antara hasil-hasil ekspor di luar minyak dan gas alam cair dengan nilai sebesar US $ 1.557,1 juta dalam tahun 1980/81 dibandingkan dengan US $ 2.109,3 juta tahun sebelumnya, yang berarti penurunan sebesar 26,2%. Volume ekspor menurun dengan lebih besar lagi, yaitu sebesar 30,2% dari 15.835,0 ribu ton menjadi 11.048,0 ribu ton. Hal ini merupakan akibat kebijaksanaan Pemerintah yang membatasi ekspor kayu di pasaran luar negeri (Lihat Tabel V—7 serta Grafik V—4). Seperti telah disebut terdahulu, kebijaksanaan Pemerintah dimaksudkan untuk memenuhi kebutuhan bahan baku bagi industri kayu di dalam negeri sehingga dapat meningkatkan kapasitas ekspor kayu olahan, memperbesar nilai ekspor dan memperluas kesempatan kerja.

Volume dan nilai ekspor karet sebagai penghasil devisa dengan urutan kedua dalam tahun 1980/81 adalah masing-masing sebesar 936,7 ribu ton dan US $ 1.058,2 juta dibandingkan dengan 1.014,3 ribu ton dan US $ 1.100,8 juta dalam tahun 1979/80. Hal ini berarti penurunan dalam volume sebesar 7,7% dan dalam nilai sebesar 3,9%. Terjadinya penurunan dalam volume karet disebab-kan oleh meningkatnya kebutuhan industri dalam negeri akan bahan baku karet. Harga karet di pasaran internasional masih dapat ber tahan, sehingga kenaikan harga rata-rata selama tahun 1980/81 adalah sebesar 9,1% dibandingkan dengan tahun 1979/80. Meskipun demikian sejak bulan Desember tahun 1980 terjadi ke-cenderungan turunnya harga karet di pasaran dunia.

278

Page 27: … · Web viewSebagai negara anggota, Indonesia dikenakan kuota yang berlaku untuk ekspor ke negara-negara anggota ICO lainnya sebesar mula-mula 192 ribu ton untuk kemudian diturunkan

TABEL V - 6VOLUME DAN NILAI BEBERAPA BARANG EKSPOR DI LUAR 'MINYAK BUMI DAN GAS ALAM CAIR 7)

1978/78 - 1980/81( Volume dalam ribu ton dan nilai dalam juta US dollar )

1978/792) 1979/802) 1980/813)

J e n i s K o m o d i t i % Kenaikan/Penurunan

% KenaikanPenurunan

Volume Nilai Volume Nilai Volume Nilai Volume Nilai Volume Nilai

1. K a y u 16.093,1 1.131,7 (1) 15.835,0 2.109,3 ( 1) 1,6 + 86,4 11.048,0 1.557,1 ( 1) - 30,2 - 26,22. K a r a t 928,0 781,1 ( 2) 1.014,3 1.100,8 ( 2) + 9,3 + 40,9 936,7 1.058,2 ( 2) - 7,7 - 3,93. K o p i 231,7 508,5 ( 3) 238,1 714,7 ( 3) + 2,8 + 40,6 231,5 587,6 1 3) - 2,8 - 17,84. T i m a h 25,6 323,8 (4) 27,2 388,0 ( 4) + 6,3 + 19,8 31,3 453,7 1 4) + 15,1 + 16,9

5. Has)! tambang di luar timah 2.283,3 113,6 ( 7) 3.016,3 197,9 17) + 32,1 + 74,2 3.177.1 241,6 ( 5) + 5,3 + 22,1

6. Udang, ikan, dan hasil hewan lainnya 84,0 214,1 ( 6) 97,9 253,61 6) + 18,5 + 18,4 109,1 224,2 ( 6) + 11,4 - 11,67. Minyak sawit 415,2 222,0 15) 439,9 256,9 ( 5) + 5,9 + 15,7 376,2 177,6 ( 7) - 14,5 - 30,98. Tapioca dan bahan makanan lainnya 1.315,5 95,9 ( 9) 1.387,7 138,5 19) + 5,5 + 44,4 1.257,7 134,2 ( 8) - 9,4 - 3,19. Has)! kerajinan tangan 12,0 25,9 (15) 29,2 150,9 ( 8) + 143,3 + 482,6 22,7 126,0 ( 9) - 22,3 - 16,5

10. T e h 64,9 97,6 ( 8) 68,6 91,1(10) + 5,7 - 6,7 75,0 96,9 (10) + 9,3 + 6,411. Alat-alat listrik 0,5 40,5 (13) 0,8 69,8 (11) +60,0 + 72,3 0,7 73,7 (11) - 12,5 + 5,612. Tembakau 26,5 57,5 (11) 24,3 60,0 (12) - 8,3 + 4,3 30,6 68,5 (12) + 25,9 + 14,213. L a d a 38,5 65,7 (10) 24,1 45,9 (14) - 37,4 - 30,1 31,6 51,3 (13) + 31,1 + 11,8

14. Bungkil Kopra 323,4 34,1 (14) 354,6 51,8 (13) + 9,6 + 51,9 388,8 45,6 (14) + 9,6 - 12,015. Pupuk Urea 317,1 42,5 (12) 247,4 40,5 (15) - 22,0 - 4,7 151,4 22,8 (15) - 38,8 - 43,71& S e m e n 112,3 5,1

(16)646,7 29,5 (16) + 475,9 + 478,4 294,3 10,7 (16) - 54,5 - 63,7

17. Biji kelapa sawit 7,3 2,3 (17) 33,1 11,8 (18) + 353,4 + 413,0 29,4 6,5 (17) - 11,2 - 44,918. K o p r a - - (18) 26,8 12,7 (17) - - - (18) - -19. Hasil-hasil lainnya - 271,1 441,3 + 103,3 639,8 + 45,0

J u m l a h 3.979,0 6.165,0 + 54,9 5.576,0 - 9,6

1) Nomor dalam kurung adalah urutan menurut besarnya nilai ekspor pada tahun bersangkutan2) Angka-angka diperbaiki3) Angka sementara

279

Page 28: … · Web viewSebagai negara anggota, Indonesia dikenakan kuota yang berlaku untuk ekspor ke negara-negara anggota ICO lainnya sebesar mula-mula 192 ribu ton untuk kemudian diturunkan

GRAFIK V – 3

VOLUME DAN NILAI BEBERAPA BAHAN EKSPOR DI LUAR MINYAK BUMIDAN GAS ALAM CAIR,

1978/79 – 1980/81

280

Page 29: … · Web viewSebagai negara anggota, Indonesia dikenakan kuota yang berlaku untuk ekspor ke negara-negara anggota ICO lainnya sebesar mula-mula 192 ribu ton untuk kemudian diturunkan

Sambungan Grafik V – 3

281

Page 30: … · Web viewSebagai negara anggota, Indonesia dikenakan kuota yang berlaku untuk ekspor ke negara-negara anggota ICO lainnya sebesar mula-mula 192 ribu ton untuk kemudian diturunkan

Sambungan Grafik V – 3

282

Page 31: … · Web viewSebagai negara anggota, Indonesia dikenakan kuota yang berlaku untuk ekspor ke negara-negara anggota ICO lainnya sebesar mula-mula 192 ribu ton untuk kemudian diturunkan

Sambungan Grafik V – 3

283

Page 32: … · Web viewSebagai negara anggota, Indonesia dikenakan kuota yang berlaku untuk ekspor ke negara-negara anggota ICO lainnya sebesar mula-mula 192 ribu ton untuk kemudian diturunkan

Sambungan Grafik V – 3

284

Page 33: … · Web viewSebagai negara anggota, Indonesia dikenakan kuota yang berlaku untuk ekspor ke negara-negara anggota ICO lainnya sebesar mula-mula 192 ribu ton untuk kemudian diturunkan

TABEL V – 7HARGA BEBERAPA JENIS BARANG EKSPOR 1),

1978/79 – 1980/81

285

Page 34: … · Web viewSebagai negara anggota, Indonesia dikenakan kuota yang berlaku untuk ekspor ke negara-negara anggota ICO lainnya sebesar mula-mula 192 ribu ton untuk kemudian diturunkan

GRAFIK V – 4

HARGA BEBERAPA JENIS BARANG EKSPOR, *)1978/79 – 1980/81

286

Page 35: … · Web viewSebagai negara anggota, Indonesia dikenakan kuota yang berlaku untuk ekspor ke negara-negara anggota ICO lainnya sebesar mula-mula 192 ribu ton untuk kemudian diturunkan

(sambungan grafik V –4)

287

Page 36: … · Web viewSebagai negara anggota, Indonesia dikenakan kuota yang berlaku untuk ekspor ke negara-negara anggota ICO lainnya sebesar mula-mula 192 ribu ton untuk kemudian diturunkan

(sambungan grafik V – 4)

288

Page 37: … · Web viewSebagai negara anggota, Indonesia dikenakan kuota yang berlaku untuk ekspor ke negara-negara anggota ICO lainnya sebesar mula-mula 192 ribu ton untuk kemudian diturunkan

Seperti juga dalam tahun sebelumnya, ekspor kopi dalam ta-hun 1980/81 menempati urutan ketiga setelah kayu dan karet dengan volume sebesar 231,5 ribu ton dan nilai sebesar US $ 587,6 juta. Dibandingkan dengan tahun sebelumnya di mana volume dan nilai masing-masing adalah sebanyak 238,1 ribu ton dan US $ 714,7 juta, hal ini berarti bahwa dalam tahun 1980/81 terjadi penurunan baik dalam volume maupun nilai sebesar masing-masing 2,8% dan 17,8%. Penurunan nilai ekspor yang jauh lebih besar dari penu-runan dalam volume mencerminkan kemerosotan harga kopi di pasaran dunia sebesar rata-rata 20,2% dalam tahun 1980/81. Keme-rosotan harga tersebut disebabkan karena melimpahnya pena-waran kopi akibat pulihnya kembali panen kopi di Brasilia. Sehu-bungan dengan kejadian ini, sejak 1 Oktober 1980 Organisasi Kopi Internasional kembali mempergunakan sistem kuota. Sebagai ne-gara anggota, Indonesia dikenakan kuota yang berlaku untuk eks-por ke negara-negara anggota ICO lainnya sebesar mula-mula 192 ribu ton untuk kemudian diturunkan lagi menjadi 185 ribu ton.

Ekspor timah yang menempati urutan keempat mengalami kenaikan dalam volume sebesar 15,1% yaitu dari 27,2 ribu ton da-lam tahun 1979/80 menjadi 31,3 ribu ton dalam tahun 1980/81. Nilai ekspor naik dari US $ 388,0 juta dalam tahun 1979/80 menjadi US $ 453,7 juta dalam tahun 1980/81, yaitu sebesar 16,9%. Selama tahun 1980/81 harga timah di dunia terus menunjukkan kecenderungan menurun karena senantiasa dibayangi pelepasan cadangan timah Amerika Serikat yang besarnya sekitar 35.000 ton, sedang pemba-haruan Perjanjian Timah Internasional V belum disepakati. Se-mentara itu, selama tahun 1980/81 tetap berlaku harga patokan yang ditetapkan pada bulan Maret 1980 yaitu M $ 1.650 per pikul untuk harga terendah dan M $ 2.145 per pikul untuk harga tertinggi.

Selama tahun 1980/81 ekspor hasil-hasil tambang lainnya juga mengalami peningkatan sehingga menjadi sumber penghasilan devisa dengan urutan kelima. Volume dan nilai ekspor masing-masing naik dari 3.016,3 ribu ton dan US $ 197,9 juta dalam tahun 1979/80 menjadi 3.177,1 ribu ton dan US $ 241,6 juta atau pening-katan sebesar masing 5,3% dan 22,1%. Di antara hasil-hasil tambang tersebut nilai ekspor tembaga bertambah dengan 36,8% dari US $ 71,7 juta dalam tahun 1979/80 menjadi US $ 98,1 juta dalam tahun 1980/81, sedang volume ekspor hanya naik dengan 4,2%. Meningkatnya ekspor tembaga disebabkan karena tingginya harga tembaga di

289

Page 38: … · Web viewSebagai negara anggota, Indonesia dikenakan kuota yang berlaku untuk ekspor ke negara-negara anggota ICO lainnya sebesar mula-mula 192 ribu ton untuk kemudian diturunkan

pasaran internasional akibat pemogokan yang terjadi di sektor industri tembaga Amerika Serikat.

Ekspor udang, ikan dan hasil hewan lainnya dalam tahun 1980181 mengalami kenaikan dalam volume sebesar 11,4% tetapi penurunan dalam nilai sebesar 11,6%. Volume dan nilai ekspor dalam tahun 1980181 adalah masing-masing sebesar 109,1 ribu ton dan US $ 224,2 juta dibandingkan dengan 97,9 ribu ton dan US $ 253,6 juta tahun sebelumnya. Ekspor udang merupakan 76,0% dari nilai ekspor golongan produk tersebut dan dalam tahun 1980/81 mengalami kemunduran sebesar 21,5%. Volume ekspor udang juga menurun sebesar 15,0% sebagai akibat kebijaksanaan yang mela-rang penggunaan jaring trawl guna menjaga kelestarian sumber produksi perikanan dan melindungi para nelayan.

Ekspor minyak sawit mengalami penurunan baik dalam vo-lume maupun nilai masing-masing sebesar 14,5% dan 30,9% yaitu dari 439,9 ribu ton dan US $ 256,9 juta dalam tahun 1979/80 menjadi 376,2 ribu ton dan US $ 177,6 juta dalam tahun 1980/81. Penurunan dalam volume ekspor terutama terjadi karena semakin besarnya penggunaan minyak sawit di dalam negeri untuk memenuhi kebu-tuhan akan minyak goreng. Kemerosotan dalam nilai ekspor dise-babkan karena harga minyak sawit di pasaran dunia selama tahun 1980/81 rata-rata menurun dengan 11,1%.

Nilai ekspor teh, tembakau dan lada meningkat dari masing-masing US $ 91,1 juta, US $ 60,0 juta dan US $ 45,9 juta dalam tahun 1979/80 menjadi US $ 96,6 juta, US $ 68,5 juta dan US $ 51,3 juta dalam tahun 1980181 atau kenaikan sebesar masing-masing 6,4%, 14,2% dan 11,8%. Kenaikan ini disebabkan karena peningkatan vo-lume ekspor, meskipun harga di pasaran internasional untuk ke-tiga produk tersebut mengalami kemerosotan dalam tahun 1980/81. Volume ekspor naik dengan jauh lebih pesat dibandingkan dengan nilai ekspor, yaitu sebesar 9,3% untuk teh, 25,9% untuk tembakau dan 31,1% untuk lada.

Berbeda dengan tahun sebelumnya, nilai ekspor beberapa jenis barang industri mengalami penurunan yang cukup besar dalam tahun 1980181. Volume dan nilai ekspor kerajinan tangan yang se-bagian besar terdiri dari tekstil dan pakaian jadi masing-masing menurun dengan 22,3% dan 16,5% menjadi 22,7 ribu ton dan US $ 126,0 juta dibandingkan dengan 29,2 ribu ton dan US $ 150,9 juta

290

Page 39: … · Web viewSebagai negara anggota, Indonesia dikenakan kuota yang berlaku untuk ekspor ke negara-negara anggota ICO lainnya sebesar mula-mula 192 ribu ton untuk kemudian diturunkan

dalam tahun 1979/80. Kemerosotan ini antara lain disebabkan ka-rena tindakan beberapa negara anggota MEE yang mengenakan kuota secara sepihak atas impor dari Indonesia dalam rangka per-janjian bilateral antara MEE dengan Indonesia seperti telah dise-but terdahulu.

Volume dan nilai ekspor pupuk dalam tahun 1980/81 menurun dengan masing-masing 38,8% dan 43,7% menjadi 151,4 ribu ton dan US $ 22,8 juta dibandingkan dengan 247,4 ribu ton dan US $ 40,5 juta dalam tahun sebelumnya. Begitu pula terjadi kemunduran dalam ekspor semen sebesar 54,5% untuk volume dan 63,7% untuk nilai yaitu dari 646,7 ribu ton dan US $ 29,5 juta dalam tahun 1979/80 menjadi 294,3 ribu ton dan US $ 10,7, juta dalam tahun 1980/81. Menurunnya ekspor pupuk dan semen berkaitan dengan kebijak-sanaan Pemerintah untuk mengutamakan pemenuhan kebutuhan di dalam negeri yang dalam tahun 1980/81 mengalami peningkatan yang amat pesat.

Perkembangan ekspor alat-alat listrik selama tahun 1980/81 masih terus berlangsung meskipun tidak sepesat tahun 1979/80. Nilai ekspor tahun 1980/81 adalah sebesar US $ 73,7 juta diban-dingkan dengan US $ 69,8 juta dalam tahun sebelumnya atau pe-ningkatan sebesar 5,6%, sedang volume ekspor menurun sebesar 12,5% dari 0,8 ribu ton menjadi 0,7 ribu ton.

Nilai ekspor minyak bumi dalam tahun 1980/81 tetap meng-alami kenaikan yang cukup besar yaitu 41,7% meskipun volume ekspor sedikit menurun sebesar 1,3%. Nilai dan volume ekspor tahun 1980/81 masing-masing sebesar US $ 14.139 juta dan 441,7 juta barrel dibandingkan dengan US $ 9.979 juta dan 447,3 juta barrel dalam tahun 1979/80. Peningkatan nilai ekspor disebabkan karena harga minyak bumi mentah dan hasil-hasil minyak bumi rata-rata naik dengan 44,2% dari US $ 22,58 per barrel menjadi US $ 32,56 per barrel. Penurunan volume ekspor merupakan akibat dari mening-katnya penggunaan minyak bumi produksi dalam negeri dalam rangka memenuhi kebutuhan akan bahan bakar minyak.

Begitu pula terus terjadi peningkatan ekspor gas alam cair (LNG) sehingga nilai dan volume ekspor dalam tahun 1980/81 masing-masing mencapai US $ 2.111 juta dan 444,8 juta MMBTU. Dibandingkan dengan nilai ekspor sebesar US $ 1,345 juta dan volume ekspor sebesar 361,5 juta MMBTU dalam tahun 1979/80, hal ini berarti terjadinya kenaikan sebesar masing-masing 57,0% dan

291

Page 40: … · Web viewSebagai negara anggota, Indonesia dikenakan kuota yang berlaku untuk ekspor ke negara-negara anggota ICO lainnya sebesar mula-mula 192 ribu ton untuk kemudian diturunkan

23,0%. Harga gas alam cair dalam tahun 1980/81 rata-rata meningkat dengan 35,1% dibandingkan dengan harga pada tahun sebelumnya.D. IMPOR

Perkembangan impor selama tahun 1980/81 pada dasarnya ditentukan oleh meningkatnya kegiatan produksi di dalam negeri dan pertumbuhan pendapatan nasional. Demikian pula pola impor dipengaruhi oleh kebijaksanaan yang mengutamakan impor barang-barang modal dan bahan baku yang belum dihasilkan di dalam negeri guna mendukung kegiatan produksi. Di samping itu juga diberikan prioritas pada impor barang-barang kebutuhan pokok selama produksi dalam negeri belum dapat mengimbangi tingkat pertumbuhan konsumsi.

Seperti terlihat pada neraca pembayaran (label V-1), nilai impor (c.& f.) secara keseluruhan mengalami kenaikan sebesar 34,9% dari US $ 10.952 juta dalam tahun 1979/80 menjadi US $ 14.769 juta dalam tahun 1980/81. Tingkat kenaikan dalam tahun 1979180 dibandingkan dengan tahun sebelumnya hanyalah sebesar 16,2%. Nilai impor di luar sektor minyak dan gas alam cair meningkat dari US $ 9.028 juta dalam tahun 1979/80 menjadi US $ 11.760 juta dalam tahun 1980/81 atau kenaikan sebesar 30,3%. Bila dibandingkan dengan kenaikan sebesar 19,7% yang terjadi dalam tahun 1979/80, maka perkembangan tersebut menunjukkan pesatnya pertumbuhan impor di luar sektor minyak dan gas alam cair. Selain meningkatnya kebutuhan akan bahan baku dan barang modal untuk kegiatan produksi di dalam negeri, kenaikan nilai impor juga disebabkan karena harga barang-barang industri di pasaran dunia dalam tahun 1980 rata-rata meningkat dengan 11,0% sebagai akibat laju inflasi yang terjadi di negara-negara industri.

Perkembangan impor di luar sektor minyak dan gas alam cair atas dasar pembukaan L/C menunjukkan bahwa dalam tahun 1980/81 impor barang-barang konsumsi mengalami penurunan sebesar 13,9%, sedang impor bahan baku dan barang modal masing-masing meningkat dengan 31,9% dan 62,2% (Lihat Tabel V-8). Sebagai akibat dari perkembangan tersebut, dibandingkan dengan tahun sebelumnya komposisi impor dalam tahun 1980/81 mengalami pergeseran sehingga peranan barang konsumsi dalam jumlah nilai impor menurun dari 29,3% menjadi 19,4%, peranan bahan baku dan penolong naik dari 33,7% menjadi 34,3% sedang

292

Page 41: … · Web viewSebagai negara anggota, Indonesia dikenakan kuota yang berlaku untuk ekspor ke negara-negara anggota ICO lainnya sebesar mula-mula 192 ribu ton untuk kemudian diturunkan

TABEL V - 8PERKEMBANGAN IMPOR DI LUAR MINYAK BUMI DANGAS ALAM CAIR MENURUT GOLONGAN EKONOMI, 1)

1978/79 - 1980/81(C. & F. dalam juta US dollar)

Golongan Ekonomi 1978/79 2)

1979/80 2) 1980/813)A. Barang-barang Konsumsi 1.414,1 2.033,0 1.750,2

I. 890,6 1.442,0 1.124,1. Beras 317,3 803,7 204,82. Tepung terigu - 0,1 6,83. Bahan makanan lainnya 220,8 292,1 341,04. Gula pasir 130,7 124,2 256,85. Lain-lain 221,8 221,9 314,7

II. Bukan Pangan 523,5 591,0 626,16. Tekstil 29,1 30,2 48,27. Lain-lain 494,4 560,8 577,9

B. Bahan Baku/Penolong 2.246,7 2.344,7 3.093,2 1. Kapas kasar 105, 132,2 134,4 2. Benang tenun kapas 3,

95,1 7,4

3. Benang tenun lain 100,2

90,4 86,44. Bahan kimia 259,5 278,7 354,65. Preparat kimia dan 98,9 127,0 185,06. Pupuk 74,9 74,5 232,97. Semen 11,5 9,2 25,98. Besi beton, besi dan baja

batangan 400,6 459,4 519,4

9. Lain-lain 1.191,8 1.168,2 1.547,2C.Barang Modal 2.022,6 2.569,7 4.167,6

36, 32,2

22,21. Pipa besi atau baja2. Mesin-mesin tenaga 217, 169,8 439,83. Mesin untuk keperluan

industri dan perdagangan

155,9

152,2 244,44. Motor listrik dan 126,0 136,3

transformator 116,05. Aparat penerima dan

pemancar 127,9 12 149,46. Bis, truck dan traktor 456,2

434,2698,4

7. Lain-lain 913,6 1.528,6 2.477,1J u m l a h : 5.683,4 6.947,4 9.011

,0i) Berdasarkan pembukaan L/C2) Angka-angka diperbaiki berdasarkan kelengkapan data3) Angka sementara 293

Page 42: … · Web viewSebagai negara anggota, Indonesia dikenakan kuota yang berlaku untuk ekspor ke negara-negara anggota ICO lainnya sebesar mula-mula 192 ribu ton untuk kemudian diturunkan

GRAFIK V – 5

PERKEMBANGAN IMPOR DI LUAR MINYAK BUMI DAN GAS ALAM CAIRMENURUT GOLONGAN EKONOMI,

1978/79 – 1980/81(dalam persen)

294

Page 43: … · Web viewSebagai negara anggota, Indonesia dikenakan kuota yang berlaku untuk ekspor ke negara-negara anggota ICO lainnya sebesar mula-mula 192 ribu ton untuk kemudian diturunkan

peranan barang modal meningkat dari 37,0% menjadi 46,3% (Lihat Tabel V—9 serta Grafik V—5).

Penurunan impor barang-barang konsumsi disebabkan karena impor pangan dalam tahun 1980/81 menurun dengan 22,0% sedang impor di luar pangan hanya naik dengan 5,9%. Berkurangnya impor pangan terutama terjadi karena impor beras menurun dengan 74,5% sebagai akibat meningkatnya produksi beras di dalam negeri. Di lain pihak impor nahan makanan lainnya mengalami kenaikan sebesar 16,7% sedang impor gula melonjak dengan 106,8%.

Nilai impor semua barang yang termasuk dalam golongan bahan baku/penolong, kecuali benang tenun bukan kapas, mengalami kenaikan dalam tahun 1980/81. Di antara barang-barang tersebut impor pupuk meningkat dengan 212,6% dan impor semen naik sebesar 181,5% dibandingkan dengan tahun 1979/80. Kenaikan impor bahan baku dan penolong mencerminkan pesatnya pertumbuhan kebutuhan di dalam negeri sebagai akibat laju pembangunan.

TABEL V — 9

PERKEMBANGAN IMPOR DI LUAR MINYAK BUMI DAN GAS ALAMCAIR MENURUT GOLONGAN EKONOMI, 1)

1978/79 — 1980/81

(dalam persen)

Golongan Ekonomi 1978/792) 1979/802) 1980/813)

1. Barang Konsumsi 24,9 29,3 19,4

2. Bahan Baku/Peno-long

39,5 33,7 34,3

3. Barang Modal 35,6 37,0 46,3

Jumlah : 100,0 100,0 100,0

1) Berdasarkan pembukaan L/C2) Angka diperbaiki3) Angka sementara

295

Page 44: … · Web viewSebagai negara anggota, Indonesia dikenakan kuota yang berlaku untuk ekspor ke negara-negara anggota ICO lainnya sebesar mula-mula 192 ribu ton untuk kemudian diturunkan

Peningkatan investasi di dalam negeri telah juga menyebabkan besarnya kenaikan impor barang-barang modal dalam tahun 1980/81 bila dibandingkan dengan tahun 1979/80. Semua jenis barang modal yang di impor mengalami kenaikan, kecuali pipa besi atau baja yang impornya menurun dengan 31,1% sebagai akibat usaha subtitusi impor yang berhasil mengantikan barang impor tersebut dengan barang-barang produksi dalam negeri. Selanjutnya, untuk mencapai berbagai sasaran pembangunan di bidang industri dan prasarana besarnya keperluan investasi telah mengakibatkan peningkatan impor mesin-mesin pembangkit tenaga sebesar 159,0%, mesin-mesin untuk keperluan industri sebesar 60,6% dan barang-barang modal bagi sektor pengangkutan sebesar 60,8%. Dengan demikian maka dalam tahun 1980/81 impor barangbarang modal dibandingkan dengan golongan barang impor lainnya berkembang dengan paling pesat sehingga peranannya dalam komposisi impor juga paling menonjol.

E. PERKEMBANGAN PINJAMAN LUAR NEGERI PEMERINTAHSesuai dengan kebijaksanaan yang digariskan dalam Repelita

III dana pinjaman luar negeri merupakan sumber tambahan untuk melaksanakan investasi dan membiayai impor yang diperlukan bagi peningkatan laju pembangunan. Dana luar negeri hanya ber-fungsi melengkapi sumber-sumber produksi yang belum cukup tersedia di dalam negeri seperti modal, peralatan modal, teknologi serta keahlian dan ketrampilan. Pengusahaan dan penggunaan pinjaman luar negeri tetap dilakukan berdasar pedoman bahwa pinjaman tersebut tidak boleh disertai dengan ikatan politik dan bahwa syarat-syarat pinjaman dalam batas kemampuan untuk pembayaran kembali. Begitu pula tetap dijaga agar pinjaman tersebut menunjang tercapainya sasaran pembangunan dan dapat mengembangkan kemampuan untuk pembangunan dengan sumber-sumber yang dihasilkan di dalam negeri. Dengan demikian pelaksanaan pinjaman luar negeri diarahkan untuk secara bertahap meningkatkan kemampuan ekonomi nasional sehingga peranan dana luar negeri dalam kegiatan pembangunan secara berangsur semakin menurun.

Sehubungan dengan kebijaksanaan seperti disebut di atas, sejak tahun 1979/80 Pemerintah telah mulai mengambil langkah-langkah agar pinjaman luar negeri ikut menunjang perluasan ke-

296

Page 45: … · Web viewSebagai negara anggota, Indonesia dikenakan kuota yang berlaku untuk ekspor ke negara-negara anggota ICO lainnya sebesar mula-mula 192 ribu ton untuk kemudian diturunkan

sempatan kerja dengan memanfaatkan kemampuan industri dalam negeri yang sudah mulai berkembang. Hal ini berarti bahwa dana-dana tersebut sejauh mungkin digunakan untuk mendatangkan peralatan investasi dalam bentuk barang setengah jadi atau kom-ponen. Sejalan dengan itu diusahakan pula peningkatan unsur pengalihan teknologi dan keahlian dalam penggunaan pinjaman luar negeri guna menunjang pelaksanaan pembangunan.

Sejak pertengahan Repelita II Pemerintah mengusahakan berbagai jenis pinjaman, yaitu pinjaman dengan syarat-syarat lu-nak, pinjaman dengan persyaratan setengah lunak ataupun komer-sial untuk proyek termasuk kredit ekspor, dan pinjaman tunai ter-masuk penjualan obligasi di luar negeri. Di samping perluasan jenis pinjaman juga terjadi perluasan dari jumlah negara-negara serta badan-badan internasional yang memberikan pinjaman.

Persetujuan pinjaman selama tahun 1979/80 mencapai jumlah US $ 3.678,9 juta dan dari jumlah ini US $ 1.954,2 juta atau 53,1% berupa pinjaman lunak, US $ 1.274,6 juta atau 34,7% adalah dalam bentuk pinjaman setengah lunak dan komersial, sedang sisanya sebesar US $ 450,1 juta atau 12,2% berbentuk pinjaman tunai. Da-lam tahun 1980/81 persetujuan pinjaman berjumlah US $ 3.300,1 juta yang berarti penurunan sebesar 10,3% dibandingkan dengan tahun sebelumnya. Penurunan ini terjadi karena pinjaman lunak naik hanya sebesar 0,8% sedangkan pinjaman setengah lunak atau komersial dan pinjaman tunai masing-masing mengalami kemun-duran sebesar 30,6% dan 0,9%. Dalam tahun 1980/81 jumlah pin-jaman lunak menjadi US $ 1.969,5 juta, pinjaman setengah lunak atau komersial US $ 884,7 juta dan pinjaman tunai US $ 445,9 juta (Lihat Tabel V—10 dan V—11 serta Grafik V-6). Sebagai akibat per-kembangan ini komposisi pinjaman luar negeri mengalami per-ubahan sehingga peranan pinjaman lunak dalam tahun 1980/81 naik dari 53,1% menjadi 59,7%, peranan pinjaman setengah lunak dan komersial menurun dari 34,7% menjadi 26,8%, dan peranan pinjaman tunai bertambah besar dari 12,2% menjadi 13,5%.

Tingkat kenaikan yang rendah dalam pinjaman lunak tahun 1980/81 disebabkan karena bantuan pangan menurun dengan 7,8% menjadi US $153,8 juta dibandingkan dengan US $166,8 juta dalam tahun 1979/80, sedang pinjaman proyek dengan syarat lunak naik sebesar 1,6% yaitu dari US $ 1.787,4 juta menjadi US $ 1.815,7 juta. Bantuan pangan adalah dalam bentuk beras dan gandum dalam

297

Page 46: … · Web viewSebagai negara anggota, Indonesia dikenakan kuota yang berlaku untuk ekspor ke negara-negara anggota ICO lainnya sebesar mula-mula 192 ribu ton untuk kemudian diturunkan

TABEL V — 10

PERKEMBANGAN PINJAMAN LUAR NEGERI PEMERINTAH, 1)1978/79 — 1980/81

(dalam juta US dollar)

1978/79 1979/80 2) 1980/81 3)

Jenis Bantuan/PinjamanNilai Nilai

(% kenaikan/penurunan) Nilai (%

kenaikan/penurunan)

1. Bantuan Program 115,0 166,8 (+ 45,0) 153,8 (— 7,8)

(Bantuan Pangan) (115,0) (166,8) (+ 45,0) (153,8) (— 7,8)

2. Bantuan Proyek 1.540,9 1.787,4 (+ 16,0) 1.815,7 (+ 1,6)

3. Pinjaman Setengah Lunakdan Komersial (untuk

Proyek) 4) 979,5 1.274,6 (+ 30,1) 884,7 (—30,6)

4. Pinjaman Tunai 487,1 450,1 (— 7,6) 445,9 (— 0,9)

Jumlah : 3.122,5 3.678,9 (+ 17,8) 3.300,1

(—10,3)

1) Angka-angka berdasarkan

2)persetujuanAngka diperbaiki

3) Angka sementara4) Termasuk kredit ekspor

296

Page 47: … · Web viewSebagai negara anggota, Indonesia dikenakan kuota yang berlaku untuk ekspor ke negara-negara anggota ICO lainnya sebesar mula-mula 192 ribu ton untuk kemudian diturunkan
Page 48: … · Web viewSebagai negara anggota, Indonesia dikenakan kuota yang berlaku untuk ekspor ke negara-negara anggota ICO lainnya sebesar mula-mula 192 ribu ton untuk kemudian diturunkan

GRAFIK V - 6PERKEMBANGAN PINJAMAN LUAR NEGERI PEMERINTAH,

1978/79 - 1980/81

(Juta US $))

299~I7t

299

Page 49: … · Web viewSebagai negara anggota, Indonesia dikenakan kuota yang berlaku untuk ekspor ke negara-negara anggota ICO lainnya sebesar mula-mula 192 ribu ton untuk kemudian diturunkan

TABEL V — 11

KOMPOSISI PINJAMAN LUAR NEGERI PEMERINTAH, 1)1978/79 — 1980/81

(nilai dalam juta US dollar)

1979/80 2 ) 1980/81 3 ) Nilai % Nilai %

Page 50: … · Web viewSebagai negara anggota, Indonesia dikenakan kuota yang berlaku untuk ekspor ke negara-negara anggota ICO lainnya sebesar mula-mula 192 ribu ton untuk kemudian diturunkan

Jenis Bantuan/ Pinjaman

___1978/79___Nilai %

Page 51: … · Web viewSebagai negara anggota, Indonesia dikenakan kuota yang berlaku untuk ekspor ke negara-negara anggota ICO lainnya sebesar mula-mula 192 ribu ton untuk kemudian diturunkan
Page 52: … · Web viewSebagai negara anggota, Indonesia dikenakan kuota yang berlaku untuk ekspor ke negara-negara anggota ICO lainnya sebesar mula-mula 192 ribu ton untuk kemudian diturunkan

1. Bantuan Program 115,0 3,7(Bantuan Pangan)(115,0) (3,7)2. Bantuan Proyek1. 540,9 49,33. Pinjaman Sete-

ngah Lunak danKomersial (untukProyek) 4) 979,5 31,4

4. Pinjaman Tunai 487,115,6

J u m l a h : 3.122,5 100,0

166,8 4,5 153,8 4,7(166,8) (4,5) (153,8)(4,7)1.787,4 48,6 1.815,7 55,0

1274,6 34,7 884,7 26,8

450,1 12,2 445,9 13,5

3.678,9 100,0 3.300,1 100,0

Page 53: … · Web viewSebagai negara anggota, Indonesia dikenakan kuota yang berlaku untuk ekspor ke negara-negara anggota ICO lainnya sebesar mula-mula 192 ribu ton untuk kemudian diturunkan

1) Angka-angka berdasarkanpersetujuan

2) Angka diperbaiki3) Angka sementara4) Termasuk kredit ekspor

rangka pengadaan pangan di dalam negeri. Dalam tahun 1980/81 bantuan pangan tersebut menurun karena meningkatnya produksi beras dalam negeri. Pinjaman lunak yang diperoleh dalam tahun 1980/81 terdiri dari pinjaman yang diberikan oleh Bank Dunia se-besar US $ 850,0 juta, Jepang US $ 335,8 juta, Bank Pembangunan Asia US $ 281,0 juta, Amerika Serikat US $ 160,4 juta, Perancis US $ 73,5 juta serta dari negara-negara dan badan-badan lain sebesar US $ 268,8 juta (Lihat Tabel V—12). Pinjaman yang diberikan oleh Bank Pembangunan Asia menunjukkan peningkatan yang paling besar yaitu sebesar 18,1% dari US $ 238,0 juta dalam tahun 1979/80 menjadi US $ 281,0 juta dalam tahun 1980/81.

Dengan meningkatnya kemampuan keuangan Indonesia untuk membiayai sendiri investasi yang direncanakan, pinjaman bersyarat setengah lunak dan komersial dalam tahun 1980/81 telah menu-run dengan 30,6% menjadi US $ 884,7 juta. Negara-negara yang

300

Page 54: … · Web viewSebagai negara anggota, Indonesia dikenakan kuota yang berlaku untuk ekspor ke negara-negara anggota ICO lainnya sebesar mula-mula 192 ribu ton untuk kemudian diturunkan

T A B E L V - 1 2PERSETUJUAN PINJAMAN LUAR NEGERI PEMERINTAH,

1978/79 - 1980/81(dalam juta US dollar )

Jenis dan asal pinjaman 1978/79 1) 1979/80 1) 1980/81 2)

1. Pinjaman Lunak 1.655,9 1.954,2 1.969,5

Amerika Serikat 160,8 171,0 160,4Australia 40,5 38,6 41,8AustriaBelanda 48,9 59,6 65,5Belgia 9,8 10,6 12,2DenmarkInggris 5,4 14,5 22,4Itali 0,9 3,0Jepang 253,4 307,8 335,8Jerman Barat 114,0 63,8 67,3Kanada 13,5 129,6 15,2Perancis 150,1 119,8 73,5Selandia BaruSwissA D B 204,0 238,0 281,0IDA/IBRD 655,5 800,0 850,0M E E 10,0U N D P 31,4

2. Pinjaman Setengah Lunak danKomersial (untuk Proyek) 3)

979,5 1.274,6 884,7Amerika Serikat 209,8 40,7 210,0Belanda 21,9 34,9Belgia 14,8 46,6 32,3Inggris 80,2 12,1 20,1Jerman Barat 47,6 785,3 62,4Kanada 40,0Perancis 76,5 18,6 34,8DenmarkJepang 232,1 232,2 3,6Australia 5,5Swiss 151,2Yugoslavia 22,4I r a nNorwegiaSaudi Arabia 2,4Kuwait & Abu Dhabi 18,0 -Austria - 111,0Korea Selatan 51,6 25,6Swedia 55,6Lain - lain 49,3 39,7 350,0

3. Pinjaman Tunai 487,1 450,1 445,9

J u m l a h 3.122,5 3.678,9 3.300,1

1) Angka diperbaiki2) Angka sementara3) Termasuk kredit ekspor

301

Page 55: … · Web viewSebagai negara anggota, Indonesia dikenakan kuota yang berlaku untuk ekspor ke negara-negara anggota ICO lainnya sebesar mula-mula 192 ribu ton untuk kemudian diturunkan

memberikan pinjaman setengah lunak dan komersial untuk proyek dalam tahun 1980/81 terdiri dari Amerika Serikat dengan US $ 210,0 juta, Austria dengan US $ 111,0 juta, Jerman Barat dengan US $ 62,4 juta dan negara-negara lain dengan US $ 501,3 juta. Di antara negara-negara tersebut Austria dalam tahun 1980/81 untuk per-tama kalinya menjadi negara pemberi pinjaman.

Pinjaman tunai yang dalam tahun 1979/80 berjumlah US $ 450,1 juta menurun dengan 0,9% menjadi US $ 445,9 juta dalam tahun 1980/81. Dalam tahun 1980/81 jenis pinjaman ini berupa pinjaman tunai dari sekelompok bank di luar negeri dan penjualan obligasi di Swiss sebesar masing-masing US $ 400,0 juta dan US $ 45,9 juta.

Pelunasan hutang-hutang luar negeri Pemerintah dalam tahun 1980/81 berjumlah US $ 1.339 juta dibandingkan dengan US $ 1.327 juta dalam tahun 1979/80 atau menurun dengan 0,9% (Lihat Tabel V-13). Pelunasan angsuran pokok hutang menurun dengan 11,1% dari US $ 692 juta dalam tahun 1979/80 menjadi US $ 615 juta dalam tahun 1980/81, sedang pembayaran bunga meningkat dengan 14,0% dari US $ 635 juta menjadi US $ 724 juta. Nilai ekspor dengan ekspor minyak bumi dan gas alam cair atas dasar netto telah mengalami peningkatan dari US $13.140 juta dalam tahun 1979/80 menjadi US $ 16.199 juta dalam tahun 1980/81 atau kenaikan sebesar 23,3%. Per-kembangan ini menyebabkan bahwa perbandingan antara jumlah pelunasan pinjaman luar negeri Pemerintah terhadap nilai ekspor menurun dari 10,1% dalam tahun 1979/80 menjadi 8,3% dalam tahun 1980/81. Dengan juga memperhitungkan kenaikan dalam cadangan emas dan devisa sebesar US $ 2.669 juta dapat lah dikatakan bahwa pertumbuhan neraca pembayaran dalam tahun 1980/81 masih cu-kup menggembirakan.

TABEL V — 13PELUNASAN PINJAMAN LUAR NEGERI PEMERINTAH,

1978/79 — 1980/81(dalam juta US dollar)

T a h u n Pelunasan l ) Pinjaman Nilai 2 ) Ekspor (% dari Nilai Ekspor)

1978/79 1.117 7.898 (14,0)1979/80 1.327 13.140 (10,1)1980/81 4) 1.339 16.199 ( 8,3)1) Pokok dan bunga pinjaman Pemerintah.2) Termasuk ekspor minyak bumi dan gas alam cair (LNG) atas dasar netto.3) Angka diperbaiki.4) Angka sementara.

302