indikasi intubasi

10
I. Indikasi Intubasi Indikasi untuk dilakukannya intubasi adalah proteksi jalan nafas, akses terhadap sekret, Bypass obstruksi, mengatur fungsi pernafasan, dan anestesia. Proteksi Jalan Nafas Refleks proteksi laring bisa terganggu jika terdapat penurunan kesadaran.Pada ketiadaan dari refleks batuk, aspirasi isi gaster atau darah bisa mengkontaminasi paru-paru, atau menyumbat jalan nafas yang mengarah ke hipoksia dan hipercarbia. 1 Cedera kepala, tumor otak, cedera cerebrovaskular, overdosis obat, epilepsi atau sinkop sering dihubungkan dengan kegagalan dari refleks proteksi laring, maka dari itu diperlukan intubasi.Kadang-kadang, bulbar palsy, atau kelemahan neuromuskular bisa mengganggu jalan nafas, diperlukan juga intubasi. 1 Hilangnya kendali terhadap jalan nafas ditemukan pada pasien dengan nilai Glasgow Coma Scale 8 atau kurang.Tanda klinis dari obstruksi parsial jalan nafas yaitu suara nafas yang berisik dan mendengkur. Pada obstruksi total tidak ada suara nafas karena tidak ada udara yang melewati laring. Baik obstruksi partial maupun total dihubungkan dengan pola pernafasan khas yang paradoks, dimana dada bergerak turun saat inspirasi. 1 Akses terhadap Sekret

Upload: pebrianiiii

Post on 29-Jan-2016

215 views

Category:

Documents


0 download

DESCRIPTION

abcd

TRANSCRIPT

Page 1: Indikasi Intubasi

I. Indikasi Intubasi

Indikasi untuk dilakukannya intubasi adalah proteksi jalan nafas, akses terhadap sekret,

Bypass obstruksi, mengatur fungsi pernafasan, dan anestesia.

Proteksi Jalan Nafas

Refleks proteksi laring bisa terganggu jika terdapat penurunan kesadaran.Pada ketiadaan

dari refleks batuk, aspirasi isi gaster atau darah bisa mengkontaminasi paru-paru, atau

menyumbat jalan nafas yang mengarah ke hipoksia dan hipercarbia.1

Cedera kepala, tumor otak, cedera cerebrovaskular, overdosis obat, epilepsi atau sinkop

sering dihubungkan dengan kegagalan dari refleks proteksi laring, maka dari itu diperlukan

intubasi.Kadang-kadang, bulbar palsy, atau kelemahan neuromuskular bisa mengganggu jalan

nafas, diperlukan juga intubasi.1

Hilangnya kendali terhadap jalan nafas ditemukan pada pasien dengan nilai Glasgow

Coma Scale 8 atau kurang.Tanda klinis dari obstruksi parsial jalan nafas yaitu suara nafas yang

berisik dan mendengkur. Pada obstruksi total tidak ada suara nafas karena tidak ada udara yang

melewati laring. Baik obstruksi partial maupun total dihubungkan dengan pola pernafasan khas

yang paradoks, dimana dada bergerak turun saat inspirasi.1

Akses terhadap Sekret

Retensi sputum terjadi karena refleks batuk yang tertahan oleh nyeri, pemakaian sedatif

yang berlebihan, atau mekanisme batuk yang tidak adekuat.Hal tersebut bisa karena kebocoran

pada glottis mencegah terbentuknya tekanan tinggi dalam trakea yang dibutuhkan untuk

melakukan batuk atau ketidakmampuan untuk menghasilakan aliran udara yang cepat. Situasi

seperti ini dijumpai pada pasien ICU setelah intubasi terlalu lama akan menyebabkan

inkompetensi sementara laring. Hasilnya, sekresi pulmonar berakumulasi di traktus respiratorius.

Dalam kasus seperti ini, intubasi endotrakeal akan melindungi jalan nafas dan memberi akses

untuk bisa menyedot sekret yang terakumulasi tersebut.1

Bypass Obstruksi

Trauma, benda asing, inflamasi laringotrakeal, anafilaksis akut, dan inhalasi gas panas,

zat kimia, asap, atau uap bisa menyebabkan kerusakan atau pembengkakan dari jalan nafas

Page 2: Indikasi Intubasi

sehingga mengakibatkan obstruksi. Jika 50 persen dari jalan nafas tersumbat seperti pada edema,

maka muncul stridor.Jika terdengar stridor, maka intubasi atau tindakan bedah untuk

membebaskan jalan nafas menjadi sangat penting.Pada luka bakar pada wajah, leher, atau kulit

kepala yang cukup dalam, perlu segera dilakukan intubasi sebelum munculnya sumbatan jalan

nafas.1

Pengaturan Fungsi Pernafasan

Pada terjadinya gagal nafas, dimana pengobatan cepat tidak memungkinkan, maka

intubasi diperlukan sebagai awal dari bantuan ventilasi. Indikator gagal napas adalah:

1. Nadi diatas 120 kali/menit

2. Nadi kurang dari 70 kali/menit

3. Frekuensi respirasi > 30 kali/menit

4. Penggunaan otot nafas yang asimetris

5. Pola nafas yang tidak teratur meliputi apnea

6. Penurunan status mental (koma)

Anestesia

Ketika pemindahan ke kamar operasi tidak dapat dilakukan dengan cepat, anestesia untuk

tindakan bedah bisa dilakukan di ICU.Indikasi untuk intubasi ini yaitu lambung yang penuh,

resiko aspirasi, obesitas, fungsi pernafasan terganggu, atau memerlukan posisi operasi yang tidak

memungkinkan dengan sungkup anestesi.1

II. Kontraindikasi operasi berdasarkan fungsi organ

1. Jantung

Miocardial infark

a. Operasi elektif harus ditunda > 30 hari setelah terjadi serangan infark miokard

akut (1-7 hari).

b. Operasi elektif non-kardiak harus ditunda 4-6 minggu setelah angioplasti

coroner.

Selain itu, penyakit jantung coroner yang tidak stabil, dekompensasi cordis

derajat tinggi, disritmia yang signifikan, dan gangguan katup jantung yang

Page 3: Indikasi Intubasi

parah merupakan kontra indikasi operasi sehingga memerlukan terapi untuk

penyakit tersebut sebelum menjalani operasi.2

2. Paru

Infeksi saluran napas atas dengan manifestasi sistemik, seperti demam, rhinitis

purulenta, batuk berdahak dan ronkhi).

Status asmatikus atau selama masih terdengar wheezing.

Penderita dengan COPD yang tidak terkontrol.2

3. Hati

Penderita gangguan hepar dengan trombositopenia.(<50.000 / µL), dan

ascites.

Penderita dengan koagulopati.2

4. Ginjal

Penderita gangguan ginjal yang tidak terkontrol.

Gejala klinis penyakit ginjal yang tidak terkontrol, seperti hipertensi dan

anemia.2

III. Kristalloid dan Koloid

1. Koloid

Koloid adalah suatu bentuk campuran yang keadaannya antara larutan dan suspensi.

Koloid merupakan sistem heterogen, dimana suatu zat “didispersikan” ke dalam suatu

media yang homogen.Ukuran koloid berkisar antara 1-100 nm.

Koloid tergolong campuran heterogen dan merupakan sistem dua fase. Zat yang

didipersikan disebut fase terdispersi, sedangkan medium yang digunakan untuk

mendispersikan zat disebut medium dispersi. Fase terdispersi

bersifat diskontinu (terputus-putus), sedangkan medium dispersi bersifat kontinu. Pada

campuran susu dengan air, fase terdispersi adalah lemak, sedangkan medium dispersinya

adalah air.3

2. Kristaloid

Page 4: Indikasi Intubasi

Kristaloid adalah mayoritas berisi larutan air steril dengan elektrolit dan/atau dekstrosa

yang ditambahkan sesuai dengan kandungan mineral plasma manusia.Kristaloid tersedia

dalam berbagai formulasi, mulai dari hipotonik, isotonik hingga hipertonik.Salah satu

formulasi yang paling umum, normal salin 0.9%, dirancang untuk perkiraan mineral dan

konsentrasi elektrolit plasma manusia.3

Kristaloid merupakan cairan yang mempunyai komposisi mirip cairan ekstraseluler (CES

= CEF). Keuntungan dari cairan ini antara lain harga murah, tersedia dengan mudah di

setiap pusat kesehatan, tidak perlu dilakukancross match, tidak menimbulkan alergi atau

syok anafilaktik, penyimpanan sederhana dan dapat disimpan lama. Cairan kristaloid bila

diberikan dalam jumlah cukup (3-4 kali cairan koloid) ternyata sama efektifnya seperti

pemberian cairan koloid untuk mengatasi defisit volume intravaskuler. Waktu paruh

cairan kristaloid di ruang intravaskuler sekitar 20-30 menit.3

A. Mekanisme Kerja

1. Koloid

Cairan koloid adalah larutan kristaloid yang mengandung molekul besar sehingga

membran kapiler tidak permeabel terhadap cairan tersebut.Larutan koloid merupakan

pengganti cairan intravaskular.Darah total, plasma, dan albumin pekat mengandung

koloid alami dalam bentuk protein, terutama albumin. Dextran danhydroxyethyl

starches (HES) adalah koloid sintetis yang dalam penggunaannya dapat digabung dengan

darah total atau plasma, tetapi tidak dianggap sebagai pengganti produk darah ketika

albumin, sel darah merah, antitrombin, atau protein koagulasi dibutuhkan. Pemulihan

dehidrasi dengan menggunakan kombinasi koloid dan kristaloid membutuhkan volume

yang lebih sedikit, dan waktu pemulihan dicapai lebih cepat.Apabila ditambah koloid,

jumlah infus kristaloid dapat berkurang 40-60% dibandingkan menggunakan kristaloid

saja.Kombinasi kristaloid, koloid sintetis, dan koloid alami sering diperlukan untuk

memenuhi kebutuhan pasien.4

Cairan koloid dapat mengembalikan volume plasma secara lebih efektif dan efisien

daripada kristaloid, karena larutan koloid mengekspansikan volume vaskuler dengan

lebih sedikit cairan dari pada larutan kristaloid. Sedangkan larutan kristaloid akan keluar

dari pembuluh darah dan hanya ¼ bagian tetap tinggal dalam plasma pada akhir infus.

Page 5: Indikasi Intubasi

Koloid adalah cairan yang mengandung partikel onkotik dan karenanya menghasilkan

tekanan onkotik. Bila diberikan intravena, sebagian besar akan menetap dalam ruang

intravaskular.

Meskipun semua larutan koloid akan mengekspansikan ruang intravaskular, namun

koloid yang mempunyai tekanan onkotik lebih besar daripada plasma akan menarik pula

cairan ke dalam ruang intravaskular. Ini dikenal sebagai ekspander plasma, sebab

mengekspansikan volume plasma lebih dari pada volume yang diberikan.4

2. Kristaloid

Cairan kristaloid adalah larutan berbahan dasar air dengan molekul kecil sehingga

membran kapiler permeabel terhadap cairan tersebut.Cairan kristaloid dapat mengganti

dan mempertahankan volume cairan ekstraselular. Oleh karena 75-80% cairan kristaloid

yang diberikan secara IV menuju ruang ekstravaskular dalam satu jam, maka cairan

kristaloid sangat diperlukan untuk rehidrasi interstisial. Konsentrasi natrium dan glukosa

pada kristaloid menentukan osmolalitas dan tonisitas larutan.Pada kebanyakan situasi

kritis, cairan kristaloid isotonis pengganti elektrolit yang seimbang, seperti cairan Ringer

laktat, digunakan untuk mengganti elektrolit dan bufer pada konsentrasi khas cairan

ekstraselular. Normal salin  (cairan natrium klorida 0,9%) juga merupakan cairan

pengganti yang isotonis tetapi tidak seimbang dalam hal elektrolit dan buffer. Cairan

kristaloid dalam volume besar yang diberikan dengan cepat secara IV menyebabkan

peningkatan tekanan hidrostatik intravaskular dan penurunan COP dengan cepat.Hal

tersebut mengakibatkan ekstravasasi ke interstisial.4

B. Perbandingan

Komposisi cairan kristaloid:

Karena perbedaan sifat antara koloid dan kristaloid dimana kristaloid akan lebih banyak

menyebar ke ruang interstitiel dibandingkan dengan koloid maka kristaloid sebaiknya dipilih

untuk resusitasi defisit cairan di ruang interstitiel.4

Sedangkan koloid sering digunakan untuk resusitasi cairan secara cepat terutama pada

syok hipovolemik/hermorhagik atau pada penderita dengan hipoalbuminemia berat dan

kehilangan protein yang banyak (misal luka bakar).4

Page 6: Indikasi Intubasi

DAFTAR PUSTAKA

1. Longnecker D, Brwon D, Newman M, Zapol W. Anesthesiology. USA. The McGraw-Hill Companies. 2008

2. Barash PG, Cullen BF, Stoelting RK, Cahalan KM, Stock MC. Clinical Anesthesia. 6 th ed. [Ebook] Lippincott William and Wilkins. 2009.

3. LaRocca, Joanne C.1998.Terapi Intavena.Jakarta:EGC

4. Hartanto, W.W., 2007, Terapi Cairan dan Elektrolit Perioperatif. Bandung

Page 7: Indikasi Intubasi

TUGAS UJIAN

Oleh:

Achmad Fitrah Khalid, S.Ked

Penguji:

dr. Hj. Rose Mafiana, Sp.An, KNA, KAO

Departemen/Bagian Anestesiologi dan Terapi Intensif

Rumah Sakit Mohammad Hoesin Palembang

2014