implementasi peraturan mendiknas nomor 18 tahun...
TRANSCRIPT
1
IMPLEMENTASI PERATURAN MENDIKNAS NOMOR 18 TAHUN 2007
TENTANG SERTIFIKASI BAGI GURU DALAM JABATAN
(Studi Kasus Di Kota Tanjungpinang)
NASKAH PUBLIKASI
Oleh :
ANDRI FAHMI
NIM : 090565201004
PROGRAM STUDI ILMU PEMERINTAHAN
FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK
UNIVERSITAS MARITIM RAJA ALI HAJI
TANJUNGPINANG
2016
1
IMPLEMENTASI PERATURAN MENDIKNAS NOMOR 18 TAHUN 2007
TENTANG SERTIFIKASI BAGI GURU DALAM JABATAN
(Studi Kasus Di Kota Tanjungpinang)
ANDRI FAHMI
Mahasiswa Ilmu Pemerintahan, FISIP UMRAH
Implementasi Permendiknas Nomor 18 Tahun 2007 tentang Sertifikasi bagi Guru
dalam Jabatan, adalah upaya pemerintah untuk meningkatkan pendidikan di
Indoensia. Kebijakan tersebut sudah dilaksanakan di Kota Tanjungpinang, dari
data tahun 2014 dari total 1787 orang Guru PNS, ada 734 orang belum
bersertifikasi. Sertifikasi pendidikan guru adalah hal yang penting, untuk itu
dibutuhkan proses implementasi yang baik sehingga tujuan dari program
pemerintah ini bisa berjalan dengan baik.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui Implementasi Peraturan Mendiknas
Nomor 18 Tahun 2007 tentang Sertifikasi bagi Guru dalam Jabatan khususnya di
Kota Tajungpinang tahun 2014. Penelitian ini menggunakan metode deskriptif
kualitatif. Adapun teknik penarikan informan adalah dengan menggunakan teknik
Rendom sampling, Setelah data dikumpulkan dengan lengkap, tahapan berikutnya
adalah tahap analisa data dimana metode analisa data yang dipilih adalah model
analisa interaktif.
Hasil penelitian memperlihatkan Implementasi Permendiknas Nomor 18
Tahun 2007 tentang Sertifikasi Guru dalam Jabatan telah berjalan dengan baik,
namun dibutuhkkan kesadaran khususnya bagi Guru yang belum bersertifikasi
untuk segera mengikuti kegiatan tersebut dan memenuhi semua syarat dan
ketentuan yang berlaku. Pemerintah Kota Tanjungpinang diharapkan mampu
untuk lebih mengoptimalkan peran dalam rangka mengimplementasikan kebijakan
ini. Adapun saran yaitu perlu sosialisasi yang optimal dengan memberdayakan
Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Kota Tanjungpinang, Pemanfaatan database
seluruh guru baik negeri maupun swasta di Kota Tanjungpinang yang akan
mengikuti sertifikasi sampai tahun 2015. Hal ini untuk mengurangi persoalan
jatah tiap tahun, juga memudahkan guru mempersiapkan diri dalam menghadapi
sertifikasi guru, termasuk membantu guru dalam membuat perencanaan
Kata Kunci : Implementasi, Sertifikasi Guru
2
THE IMPLEMENTATION REGULATIONS MENDIKNAS NUMBER 18 OF 2007
ABOUT CERTIFICATION FOR TEACHERS IN THE OFFICE
(a case study in the city of Tanjung Pinang)
ANDRI FAHMI
Students of Science Of Government, FISIP, UMRAH
Permendiknas implementation number 18 of 2007 about Certification for
teachers in the Office, was an attempt by the Government to improve education in
Indonesia. The policy was implemented in the city of Tanjung Pinang, from data
by 2014 of a total of 1787 teachers civil servants, there were 734 people have not
been certified. Teacher education certification is important, for it required a good
implementation process so that the goals of this Government program could run
well.
This research aims to know the Implementation Regulations Mendiknas
number 18 of 2007 about Certification for teachers in that capacity particularly in
the town of Tajungpinang by 2014. This research uses qualitative descriptive
method. As for the technique of the withdrawal of the informant is by using the
techniques of Rendom sampling, data collected After complete, the next stage is
the stage of analysis of data where data analysis method chosen is interactive
analysis model.
Research results showed Implementation Permendiknas number 18 of 2007
about the Certification of teachers in the Office has gone well, but the
dibutuhkkan awareness, especially for Teachers who have not been certified to
immediately follow the activities and meet all of the applicable terms and
conditions. Tanjungpinang City Government expected to be able to further
optimize the role in order to implement this policy. As for the advice that need
optimal socialization with empowering education and Culture Department of the
city of Tanjung Pinang, the utilization of the database throughout both public and
private teacher in the town of Tanjung Pinang which will follow the certification
until the year 2015. This is to reduce the rations problems each year, also makes
it easy for teachers to prepare in the face of the certification of teachers,
including helping teachers in planning
Keywords : Implementation, certification of teachers
3
IMPLEMENTASI PERATURAN MENDIKNAS NOMOR 18 TAHUN 2007
TENTANG SERTIFIKASI BAGI GURU DALAM JABATAN
(Studi Kasus Di Kota Tanjungpinang)
A. Latar Belakang
Guru merupakan profesi yang sama tuanya dengan peradaban manusia.
Profesi Guru mengalami perkembangan dan perubahan seiring dengan
perkembangan peradaban manusia dari satu era ke era selanjutnya. Guru
mempunyai fungsi, peran, dan kedudukan yang sangat strategis dalam
pembangunan nasional dalam bidang pendidikan. Hal ini sejalan dengan
ketentuan dalam Pasal 39 ayat (2) UU SISDIKNAS yang disebutkan dalam
pasal tersebut bahwa Pendidik merupakan tenaga profesional.
Kedudukan Guru sebagai tenaga profesional mempunyai visi
terwujudnya penyelenggaraan pembelajaran sesuai dengan prinsip-prinsip
profesionalitas untuk memenuhi hak yang sama bagi setiap warga negara
dalam memperoleh pendidikan yang bermutu.
Undang-Undang Nomor 14 Tahun 2005 tentang Guru dan Dosen
mendefinisikan bahwa profesional adalah pekerjaan atau kegiatan yang
dilakukan oleh seseorang dan menjadi sumber penghasilan kehidupan yang
memerlukan keahlian, kemahiran, atau kecakapan yang memenuhi standar
mutu atau norma tertentu serta memerlukan pendidikan profesi. Sebagai tenaga
profesional, guru diharapkan dapat meningkatkan martabat dan perannya
sebagai tokoh sentral dalam proses pembelajaran yang dapat meningkatkan
mutu pendidikan nasional.
4
Kebijakan sertifikasi bagi guru merupakan salah satu upaya strategis
untuk dapat meningkatkan mutu pendidikan di Indonesia. Secara formal,
Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2003 tentang
Sistem Pendidikan Nasional, Undang-Undang Republik Indonesia Nomor
14 Tahun 2005 tentang Guru dan Dosen dan Peraturan Pemerintah Nomor
19 tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan menyatakan bahwa
guru adalah tenaga profesional. Sebagai tenaga profesional, guru
dipersyaratkan memiliki kualifikasi akademik S-1 (strata satu) atau D-4
(diploma empat) dalam bidang yang relevan dengan mata pelajaran yang
diampunya dan menguasai kompetensi sebagai agen pembelajaran
Pelaksanaan sertifikasi guru dalam jabatan yang dimulai sejak tahun
2007 mengacu pada Peraturan Mendiknas Nomor 18 Tahun 2007 tentang
Sertifikasi bagi Guru dalam Jabatan. Adapun tujuan yang mendasar dari
pelaksanaan sertifikasi guru adalah meningkatkan kompetensi guru dalam
melaksanakan kegiatan pembelajaran, faktanya masih ada guru di kota
tanjungpinang yang belum bersertifikasi guru.
Guru adalah tenaga profesional sebagaimana diamanatkan dalam
Pasal 39 ayat 2, UU RI No. 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan
Nasional, Pasal 2 ayat 1, UU RI No. 14 Tahun 2005 tentang Guru dan Dosen,
dan Pasal 28 ayat (1) PP RI No. 19 Tahun 2005 tentang Standar Nasional
Pendidikan. Mengacu pada landasan yuridis dan kebijakan tersebut, secara
tegas menunjukkan adanya keseriusan dan komitmen yang tinggi pihak
Pemerintah dalam upaya meningkatkan profesionalisme dan penghargaan
5
kepada guru yang muara akhirnya pada peningkatan kualitas pendidikan
nasional.
Sesuai dengan arah kebijakan di atas, Pasal 42 UU RI No. 20
Tahun 2003 mempersyaratkan bahwa pendidik harus memiliki kualifikasi
minimum dan sertifikasi sesuai dengan kewenangan mengajar, sehat jasmani
dan rohani, serta memiliki kemampuan untuk mewujudkan tujuan pendidikan
nasional. Hal ini ditegaskan kembali dalam Pasal 28 ayat (1) PP RI No. 19
Tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan; dan Pasal 8 UU RI No
14, 2005 yang mengamanatkan bahwa guru harus memiliki kualifikasi
akademik minimal D4/S1 dan kompetensi sebagai agen pembelajaran, yang
meliputi kompetensi kepribadian, pedagogik, profesional, dan sosial.
Kompetensi guru sebagai agen pembelajaran secara formal dibuktikan
dengan sertifikat pendidik. Kualifikasi akademik minimum diperoleh
melalui pendidikan tinggi, dan sertifikat kompetensi pendidik diperoleh
setelah lulus ujian sertifikasi.
Di Indonesia, menurut UU RI No 14 Tahun 2005 tentang Guru dan
Dosen, sertifikat pendidik diberikan kepada guru yang telah memenuhi
persyaratan kualifikasi akademik dan kompetensi sebagai agen
pembelajaran. Sertifikat pendidik diberikan kepada seseorang yang telah
menyelesaikan program pendidikan profesi pendidik dan lulus u j i
sertifikasi pendidik. Dalam hal ini, ujian sertifikasi pendidik
dimaksudkan sebagai kontrol mutu hasil pendidikan, sehingga seseorang
yang dinyatakan lulus dalam ujian sertifikasi pendidik diyakini mampu
6
melaksanakan tugas mendidik, mengajar, melatih, membimbing, dan menilai
hasil belajar peserta didik. Namun saat ini, mengacu pada Permendiknas
Nomor 18 tahun 2007 tentang Sertifikasi bagi Guru dalam Jabatan disebutkan
bahwa sertifikasi bagi guru dalam jabatan dilaksanakan melalui uji
kompetensi dalam bentuk penilaian portofolio alias penilaian kumpulan
dokumen yang mencerminkan kompetensi guru.
Kebijakan sertifikasi ini berdampak terhadap penambahan penghasilan
para guru di Indonesia, dimana bagi guru yang sudah bersertifikasi akan
diberikan imbalan berupa penambahan satu bulan gaji pokok. Konsekwensi
dari kebijakan ini tentu berdampak pada penambahan anggaran negara, oleh
karena itu pelaksanaan kegiatan sertifikasi terhadap guru dilaksanakan secara
bertahap dan berdasarkan kouta guru di masing-masing daerah berdasarkan
pertimbangan pengajuan masing-masing Kabupaten/Kota di Indonesia.
Mengingat jumlah guru di Indonesia sangat banyak Berdasarkan
kebijakan Kementrian Pendidikan bahwa pelaksanaan sertifikasi dilakukan
secara bertahap berdasarkan pemetaan wilayah. Sedangkan di Kota
Tanjungpinang jumlah guru Total jumlah guru yang ada di Kota
Tanjungpinang, sebanyak 3.052. Terdiri dari 1.787 guru Pegawai Negeri Sipil
(PNS) dan 1.268 guru honorer. (Dinas Pendidikan Kota Tanjungpinang, 2014)
7
Berdasarkan data dari Dinas Pendidikan Kota Tanjungpinang tahun
2014 dapat dilihat pada tabel berikut ini:
Tabel. 1.1
Data Sertifikasi Guru PNS Di Lingkungan Pemerintah
Kota Tanjungpinang tahun 2007 s.d 2014
No Jenjang Sekolah Jumlah Guru
PNS
Sudah
Sertifikasi
Belum
Sertifikasi
1. TK 47 20 27
2. SD 831 445 368
3. SMP 370 248 122
4. SMA 287 183 104
5. SMK 221 128 93
6. SLB 31 8 23
Jumlah 1787 1032
734
Sumber Data : Disdikbud Kota Tanjungpinang Tahun 2014
Dari data komposisi guru yang bersertifikat pendidik diatas terlihat
sejak tahuan 2007 sampai dengan sekarang masih ada guru yang belum
bersertifikat pendidik. Salah satu hal yang menjadi sorotan terhadap
implementasi sertifikasi guru adalah anggapan syarat-syarat yang harus di
penuhi terlalu banyak, sehingga ada sebagian guru senior khususunya malas
untuk ikut ujian sertifikasi, seperti diutarakan Suparman Guru SD 03
Tanjungpinang bahwa beliau tidak ikut ujian sertifikasi karena sudah berumur
untuk itu iya enggan mengurus berkas syarat administrasi kualifikasi.
Berdasarkan pengamatan dan kasus-kasus insidental yang ditemui di
lapangan, titik rawan perbedaan pemahaman prosedur sertifikasi guru (sergur)
terkonsentrasi pada masalah masa kerja, usia dan pendidikan. Satu hal yang
tidak boleh diabaikan adalah bahwa kebijakan sergur tidaklah statis. Meski
8
Undang-undang dan atau Peraturan Pemerintah sebagai payung hukum
(mungkin) tak berubah, kebijakan lebih teknis yang diterjemahkan dalam
Peraturan atau Keputusan Menteri Pendidikan Nasional, atau dalam produk
hukum lain di bawahnya, tetap mesti diperhatikan oleh guru.
Misalnya Keputusan Menteri Pendidikan Nasional alias Kepmendiknas
Nomor 052/P/2011 yang ditandatangani pada 25 Maret silam, yang merevisi
Kepmendiknas Nomor 126/P/2010 tentang Penetapan Lembaga Pendidikan
Tenaga Kependidikan (LPTK) Penyelenggara Pendidikan Profesi Guru (PPG)
bagi Guru dalam Jabatan. Perubahan terpenting dalam Kepmendiknas tersebut
antara lain menghapus diktum ketiga Kepmendiknas Nomor 126/P/2010
sehingga biaya penyelenggaraan PPG bagi guru dalam jabatan dibebankan
pada anggaran Kemdiknas. Perubahan penting lainnya, menurut Direktur
Pendidik dan Tenaga Kependidikan Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi
Kemdiknas, Supriadi Rustad, adalah merevisi kuota LPTK penyelenggara
PPG tahun 2010, 2011, dan 2012 menjadi kuota tahun 2011, 2012, dan 2013.
Berdasarkan Pasal 82 ayat (1) Undang-Undang Nomor 14 Tahun 2005
tentang Guru dan Dosen, Pemerintah wajib mulai melaksanakan program
sertifikasi pendidik paling lama dalam waktu 12 bulan terhitung sejak
berlakunya Undang-Undang tersebut, melihat data yang ada saat ini
Pemerintah Kota Tanjungpinang belum mampu seutuhnya menjalankan
kebijakan tersebut.
9
Berdasarkan hal tersebut diatas maka penulis mencoba mengajukan
studi yang berjudul “Implementasi Peraturan Mendiknas Nomor 18 Tahun
2007 tentang Sertifikasi bagi Guru dalam Jabatan ( Study kasus di Kota
Tanjungpinang).
B. Landasan Teoritis
1. Implementasi Kebijakan
Bila kebijakan dipandang sebagai suatu pola kegiatan yang berurutan,
maka Implementasi kebijakan merupakan tahap kedua setelah proses
perencanaan kebijakan. Secara umum Implementasi kebijakan dapat dikatakan
sebagai kegiatan yang menyangkut pelaksanaan kebijakan atau proses
pelaksana penilaian kebijakan yang menyangkut subtansi, dai pelaksanaan
kebijakan.
Kebijakan itu sendiri merupakan proses pengambilan keputusan oleh
pejabat publik atas nama Negara, hal ini seperti yang dikemukakan oleh,
Islamy (2003;20), beliau mengatakan kebijakan publik itu kebijaksanaan
negara (public policy) dalam bentuk serangkaian tindakan yang ditetapkan
dan dilaksanakan atau tidak dilaksanakan oleh pemerintah yang mempunyai
tujuan atau berorientasi pada tujuan tertentu demi kepentingan seluruh
masyarakat.
Selanjutnya, aspek yang penting dari keseluruhan proses kebijakan
publik adalah mengimplementasikannya sebagaimana amanat yang telah
ditetapkan dalam kebijakan publik tersebut. Kebijakan yang telah
direkomendasikan untuk di pilih oleh police makers bukanlah jaminan bahwa
10
kebijakan tersebut pasti berhasil dalam implementasinya. Ada banyak
variabel yang mempengaruhi impelementasi kebijakan publik baik yang
bersifat individual maupun kelompok atau institusi.
Oleh karena itu, menurut Wahab (1991;50) kalau konsep ini diikuti
maka implementasi kebijaksanaan dapat dipandang sebagai suatu proses
melaksanakan keputusan kebijaksanaan (biasanya dalam bentuk undang-
undang, peraturan pemerintah, keputusan peradilan, perintah eksekutif, atau
dekrit presiden).
Terkait dengan implementasi kebijakan, pendapat yang hampir sama
dengan konsep diatas dikemukakan oleh Meter dan Horn yang menegaskan
bahwa implementasi kebijakan merupakan tindakan-tindakan yang
diperlukan baik oleh individu atau pejabat-pejabat atau kelompok-kelompok
pemerintah atau swasta yang diarahkan pada tercapainya tujuan-tujuan yang
telah digariskan dalam keputusan kebijaksanaan (Agustino,2008;139).
Kemudian, dari berbagai definisi tentang implementasi kebijakan,
Agustino (2008;139) menyimpulkan bahwa implementasi kebijakan
merupakan suatu proses yang dinamis, yang mana pelaksana kebijakan
dengan melakukan suatu aktivitas atau kegiatan, sehingga pada akhirnya
akan mendapatkan suatu hasil yang sesuai dengan tujuan atau sasaran
kebijakan itu sendiri. Oleh karena itu, untuk dapat mengimplementasi
sebuah kebijakan secara sempurna diperlukan syarat-syarat tertentu. Terkait
dengan hal tersebut untuk memperkaya pemahaman kita tentang
11
implementasi kebijakan khusususnya tentang variabel dari implementasi
kebijakan, dapat dilihat dari beberapa teori berikut:
Menurut Winarno (2012;177) Implementasi kebijakan adalah suatu
tahap kebijakan publik, antara pembentuk kebijakan dan konsekuensi-
konsekuensi kebijakan bagi masyarakat yang dipengaruhinya.
Menurut Grindle. M.S (Subasono, 2005;78) menegaskan bahwa
keberhasilan implementasi kebijakan sangat dipengaruhi oleh dua variabel
besar, yakni isi kebijakan (content of policy), dan lingkungan implementasi
(context of implementation).
Khususus mengenai Implementasi kebijakan proses sertifikasi Guru
maka, pelaksana kebijakan dalam melakukan kegiatan sudah barang tentu
mengaju pada ketentuan atau aturan yang telah ada. Peraturan yang
dimaksudkan adalah Peraturan Implementasi Peraturan Mendiknas Nomor
18 Tahun 2007 tentang Sertifikasi bagi Guru dalam Jabatan. Guna
mengukur sejauhmana proses berjalannya kegiatan tersebut, teori Edward
III dapat dipergunakan sebagai alat pengukur dari kebijakan sertifikasi guru
tersebut khususnya di Kota Tanjungpinang.
Edward III (Subarsono, 2005;76) mengemukakan sedikitnya ada
empat variabel yang sangat menentukan keberhasilan implementasi suatu
kebijakan, yaitu komunikasi, sumberdaya, disposisi, struktur birokrasi.
Penjelasan mengenai implementasi kebijakan model Edward III ini,
menurut Agustino (2008;150-153) dapat diuraikan indikator dari masing-
masing variabel yaitu :
12
1) Komunikasi dengan indikator sebagai berikut:
a. Transmisi, yaitu penyaluran komunikasi yang baik akan dapat
menghasilkan suatu implementasi yang baik pula;
b. Kejelasan, yaitu komunikasi yang diterima oleh para pelaksana
kebijakan haruslah jelas dan tidak membingungkan (tidak
ambigu/mendua).
c. Konsistensi, yaitu perintah yang diberikan dalam pelaksanaan suatu
komuniksi haruslah konsisten dan jelas (untuk diterapkan atau
dijalankan).
2) Sumberdaya dengan indikator sebagai berikut:
a. Staf, yaitu sumberdaya utama dalam implementasi kebijakan adalah
staf. Kegagalan yang sering terjadi dalam implementasi kebijakan
adalah salah satunya adalah staf yang tidak mencukupi, memadai,
ataupun tidak kompeten dibidangnya;
b. Informasi, dalam implementasi kebijakan, informasi mempunyai dua
bentuk, yaitu pertama informasi yang berhubungan dengan cara
melaksanakan kebijakan. Kedua, informasi mengenai data kepatuhan
dari para pelaksana terhadap peraturan dan regulasi pemerintah yang
telah ditetapkan;
c. Wewenang, pada umumnya kewenangan harus bersifat formal agar
perintah dapat dilaksanakan;
d. Fasilitas, fasilitas fisik merupakan faktor penting dalam implementasi
kebijakan.
3) Disposisi dengan indikator sebagai berikut:
a. Pengangkatan birokrat, yaitu disposisi atau sikap terhadap
pengangkatan personil pelaksana kebijakan haruslah orang yang
memiliki dedikasi pada kebijakan yang telah ditetapkan;
b. Insentif, dengan cara menambah keuntungan atau biaya tertentu
mungkin akan menjadi faktor pendorong yang membuat para
pelaksana kebijakan melaksanakan perintah dengan baik.
4) Struktur birokrasi dengan indikator sebagai berikut:
a. Standar Operating Prosedures (SOPs), yaitu merupakan pelaksanaan
kegiatan setiap hari sesuai dengan standar yang telah ditetapkan;
b. Fragmentasi, yaitu upaya penyebaran tanggungjawab kegiatan-
kegiatan atau aktivitas-aktivitas pegawai diantara beberapa unit.
Dari pengertian dan pendekatan teori yang dikemukakan di atas,
dapat diasumsikan bahwa implementasi kebijakan merupakan proses dari
kebijakan publik yang tersusun dalam bentuk kegiatan dengan
menedepankan kerangka program kebijakan yang telah di susun dan
tentunya kebijakan tersebut harus mempunyai dampak dan tujuan yang jelas
13
sesuai dengan keinginan, dalam hal ini implementasi dilaksanakan dan
digunakan oleh implementor atau pelaksana kebijakan pada setiap proses
pelaksanaan kegiatan.
2. Sertifikasi
Sertifikasi guru menjadi landasan menjamin keberadaan guru yang
profesional untuk mewujudkan tujuan pendidikan nasional. Pelaksanaan
sertifikasi guru diharapkan mampu sebagai solusi berkaitan dengan
pencapaian standar guru yang berkualitas dan professional tersebut. Kebijakan
Sertifikasi Guru melalui Permendiknas No 18/2007 merupakan salah satu
upaya Departemen Pendidikan Nasional (Depdiknas) dalam rangka
meningkatkan kualitas dan profesionalitas guru sehingga pembelajaran di
sekolah menjadi berkualitas. Tujuan sertifikasi adalah (1) menentukan
kelayakan guru dalam melaksanakan tugas sebagai pendidik profesional, (2)
meningkatkan proses dan hasil pembelajaran, (3) meningkatkan kesejahteraan
guru, (4) meningkatkan martabat guru; dalam rangka mewujudkan pendidikan
nasional yang bermutu.
Istilah sertifikasi dalam kamus berarti surat keterangan (sertifikat)
dari lembaga berwenang yang diberikan kepada jenis profesi dan sekaligus
pernyataan (lisensi) terhadap kelayakan profesi untuk melaksanakan tugas.
Sedangkan dalam pasal 1 ayat (7) dijelaskan bahwa sertifikasi guru adalah
proses pemberian sertifikat pendidik untuk guru. Dasar hukum tentang
perlunya sertifikasi guru dinyatakan dalam pasal 8 UU Nomor 14 Tahun 2004
tentang guru dan dosen, bahwa guru harus memiliki kualifikasi akademik,
14
kompetensi, sertifikat pendidik, sehat jasmani dan rohani, serta memiliki
kemampuan guna mewujudkan tujuan pendidikan nasional.
Sedangkan kita lihat dalam pasal 1 ayat (12), bahwa sertifikat
pendidik adalah bukti formal sebagai pengakuan yang diberikan kepada guru
sebagai tenaga professional. Sedangkan dalam pasal 11 ayat (2), menyatakan
sertifikat pendidikan tersebut hanya dapat diperoleh melalui program
sertifikasi. Secara khususus sertifikat pendidik adalah bukti formal dari
pemenuhan dua syarat, yaitu kualifikasi akademik minimum dengan
penguasaan kompetensi minimal sebagai guru.
Dengan demikian dapatlah disimpulkan bahwa sertifikat pendidik
adalah surat keterangan yang diberikan suatu lembaga pengadaan tenaga
kependidikan yang terakreditasi sebagai bukti formal kelayakan profesi guru,
yaitu memenuhi kualifikasi pendidikan minimum sebagai agen pembelajaran.
C. Hasil Penelitian
1. Komunikasi
Tim Pelaksanaan Sertifikasi Guru Kota Tanjungpinang senantiasa
menyampaikan kepada guru-guru yang mendapat kesempatan sertifikasi bahwa
tujuan sertifikasi adalah meningkatkan kualitas pendidikan di Indonesia. Hal ini
dilakukan untuk menjaga kekonsistenan informasi tentang program sertifikasi.
Tim Pelaksanaan Sertifikasi Guru Kota Tanjungpinang selalu menekankan bahwa
sertifikasi ini bukan sebagai tujuan akhir namun sebagai salah satu cara atau
proses untuk menjadi guru yang profesional.
15
2. Sumber daya
Fasilitas sebagai salah satu komponen sumberdaya dalam pelaksanaan
sertifikasi ini cukup memadai. Fasilitas lain yang dibutuhkan dalam pelaksanaan
sertifikasi guru di Kota Tanjungpinang adalah sarana dan prasarana. Sarana dan
prasarana yang dimiliki Dinas Pendidikan dan kebudayaan Kota Tanjungpinang
antara lain ruang kerja , komputer sebanyak 4 unit, terdiri dari 3 desktop dan 1
laptop, printer, dan sejumlah ATK .
3. Disposisi implementor
Dalam implementasi kebijakan sertifikasi guru di Kota Tanjungpinang,
kecenderungan implementor ini meliputi sikap pelaksana, tingkat kepatuhan
pelaksana dan pemberian insentif. Secara umum kecenderungan implementor
adalah baik sehingga mereka dapat menjalankan kebijakan dengan baik seperti
yang diinginkan oleh pembuat kebijakan. Para pelaksana kebijakan sertifikasi ini
memiliki sikap atau perspektif yang mendukung kebijakan sehingga proses
implementasi kebijakan berjalan efektif. Kecenderungan atau karakteristik yang
dimiliki oleh para pelaksana ini terwujud seperti komitmen dan kejujurannya.
4. Struktur birokrasi
Keterlibatan semua komponen ini juga merupakan syarat keberhasilan
implementasi kebijakan pemerintah tentang sertifikasi guru. Koordinasi internal
yaitu dalam kepanitiaan sertifikasi Kota Tanjungpinang berjalan baik. Begitu juga
dengan koordinasi eksternal Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Kota
Tanjungpinang dengan LPMP Pekanbaru maupun dinas pendidikan propinsi
Kepulauan Riau. Kesatuan perintah berjalan sesuai yang diharapkan dengan
16
mengacu pada struktur organisasi pelaksana sertifikasi guru Kota Tanjungpinang.
Jika dalam pelaksanaan sertifikasi menemui masalah maka para pelaksana bisa
mengacu pada buku pedoman atau konsultasi dengan lembaga terkait.
D. Penutup
1. Kesimpulan
Berdasarkan pembahasan dari hasil penelitian yang telah disajikan maka
dapat ditarik kesimpulan yaitu Implementasi Peraturan Mendiknas Nomor 18
Tahun 2007 tentang Sertifikasi bagi Guru dalam Jabatan ( Study kasus di Kota
Tanjungpinang) sudah berjalan dengan baik. Transmisi, konsistensi, dan kejelasan.
Informasi tentang pelaksanaan sertifikasi guru telah sumber daya dimengerti
dengan cermat oleh para pelaksana. Secara keseluruhan dianggap baik walaupun
masih ada permasalahan-permasalahan seperti masih terbatasnya personil kerja
dan kurangnya fasilitas namun semua rangkaian kebijakan dapat dilaksanakan
secara maksimal. Para pelaksana kebijakan sertifikasi ini memiliki sikap atau
perspektif yang mendukung kebijakan sehingga proses implementasi kebijakan
berjalan efektif. Kemudian Adanya hubungan hierarkhi dan pembagian tanggung
jawab yang tegas di antara personel menyebabkan struktur birokrasi menjadi
efektif. Pelaksanaan pekerjaan juga dibarengi dengan pengawasan yang efektif.
2. Saran
Peneliti memberikan beberapa saran dalam proses implementasi kebijakan
sertifikasi guru di Kota Tanjungpinang sebagai berikut :
a. Perlu sosialisasi yang optimal dengan memberdayakan Dinas
Pendidikan dan Kebudayaan Kota Tanjungpinang, Sosialisasi yang
17
optimal ini untuk meminimalisir ketidakjelasan para guru mengenai
persyaratan masa kerja guru, Pendidikan terkahir, Pangkat/golongan
dan format Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP).
b. Pemanfaatan database seluruh guru baik negeri maupun swasta di Kota
Tanjungpinang yang akan mengikuti sertifikasi sampai tahun 2015.
Hal ini untuk mengurangi persoalan jatah tiap tahun, juga
memudahkan guru mempersiapkan diri dalam menghadapi sertifikasi
guru, termasuk membantu guru dalam membuat perencanaan.
c. Pemerintah Kota Tanjungpinang agar lebih memperhatikan alokasi
anggaran untuk pelaksanaan sertifikasi guru di Kota Tanjungpinang.
Faktor pembiayaan merupakan hambatan dalam implementasi
kebijakan tersebut selama ini. Dengan alokasi anggaran pendidikan
yang cukup besar maka Pemerintah Kota Tanjungpinang hendaknya
dapat memprioritaskan dana untuk pelaksanaan sertifikasi guru di Kota
Tanjungpinang.
18
DAFTAR PUSTAKA
Abidin, Zainal Said, 2004. Kebijakan Publik, Jakarta, Tim Penerbit Yayasan
Pancur Siwah.
Agustino, Leo, 2008, Dasar-Dasar Kebijakan Publik, Bandung, Alfabeta.
Arikunto, Suharsimi, 2002. “Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek”,
Edisi Revisi V, Jakarta, Rineka Cipta.
Dunn, N.William, 2001. Analisis Kebijakan Publik, Yogyakarta , Gadjah Mada
University Press.
Edward, George. C.1980. Implementing Public Policy. Washington D.C:
Congressional Quarterly Inc.
Herman. 2011. Manajemen Perbankan. Jakarta: Bumi Aksara.
Islamy, M Irfan, 2003. Prinsip-Prinsip Perumusan Kebijaksanaan Negara.
Jakarta, Bumi Aksara.
Liaw, Ponijan. 2008. Talk To Your Customer This Way. Pengaruhi dan Kuasai
Pelanggan dan Orang Lain dengan 25 Jurus Bicara Tokoh-Tokoh Dunia. PT
Elex Media Komputindo, Jakarta.
Ndraha, Taliziduhu, 2003. Kybernology (Ilmu Pemerintahan Baru), Jilid1,
Yogyakarta, PT Rineka Cipta.
Notoatmodjo, Soekidjo. 2009. Pengembangan Sumber Daya Manusia. Jakarta :
PT. Rieneka Cipta
Nugroho Riant D., 2004. Kebijakan Publik, Formulasi, Implementasi, dan
Evaluasi, Jakarta, PT Elex Media Komputindo.
Nurharjadmo, Wahyu, 2008, Evaluasi Implementasi Kebijakan Pendidikan Sistem
Ganda Di Sekolah Kejuruan, Jurnal Spirit Publik, Volume 4, Nomor 2.
Subarsono, A.G. 2005. Analisa Kebijakan Publik: Konsep, Teori dan Aplikasi.
Yogyakarta, Pustaka Pelajar.
Sugiyono, 2005. Metode Penelitian Administrasi, Edisi ke IV, Bandung, CV.
Alfabeta.
Syafiie, Inu Kencana, 1992, Pengantar Ilmu Pemerintahan, Bandung, PT. Eresco.
---------,2002. Sistem Pemerintahan Indonesia (Edisi Revisi), Bandung, PT.
Rineka Cipta.
19
Usman, Husaini. dan Purnomo Setiady Akbar., 2001, Metodologi Penelitian
Sosial, Jakarta, PT Bumi Aksara.
Wahab, Solichin Abdul, 1991. Analisis Kebijaksanaan dari Formulasi ke
Implementasi Kebijaksanaan Negara, Jakarta, PT Bumi Aksara.
Wicaksono, Kristian. 2006. Administrasi dan Birokrasi Pemerintah. Yogyakarta :
Graha Ilmu.
Winarno, Budi, 2012, Kebijakan Publik: Teori Dan Proses, Yogyakarta , media
Perssindo.
Dokumen
Undang-undang Nomor 20 Tahun 2003 Tentang Sistem Pendidikan Nasional.
Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 Tentang Pemerintahan Daerah.
Undang-Undang Nomor 14 Tahun 2003 Tentang Guru dan Dosen.
Peraturan Pemerintah Nomor 17 Tahun 2010 Tentang Pengelolaan dan
Penyelenggaraan Pendidikan.
Peraturan Pemerintah Nomor 25 Tahun 2000 Tentang Kewenangan Pemerintah
dan Kewenangan Provinsi Sebagai Daerah Otonom.
Peraturan Pemerintah Nomor 19 Tahun 2005 Tentang Standar Nasional
Pendidikan.