analisis kemampuan berbicara anak autisme di...
TRANSCRIPT
ANALISIS KEMAMPUAN BERBICARA ANAK AUTISME
DI SEKOLAH LUAR BIASA NEGERI TANJUNGPINANG
TAHUN PELAJARAN 2015/2016
ARTIKEL E-JOERNAL
diajukan untuk memenuhi sebagian persyaratan guna memperoleh
gelar Sarjana Pendidikan (S.Pd.)
Oleh
FRITASARI
NIM. 120388201072
JURUSAN PENDIDIKAN BAHASA DAN SASTRA INDONESIA
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS MARITIM RAJA ALI HAJI
TANJUNGPINANG
2016
PERSETUJUAN PENERBITAN ARTIKEL E-JOERNAL
Judul Artikel : Analisis Kemampuan Berbicara Anak Autisme di
Sekolah Luar Biasa Negeri Tanjungpinang Tahun
Pelajaran 2015/2016
Nama : Fritasari
NIM : 120388201072
Jurusan : Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia
Tanggal Lulus Ujian Skripsi : Jumat, 02 Agustus 2016
Telah memenuhi syarat untuk diunggah ke e-jurnal.
Dosen Pembimbing I, Dosen Pembimbing II,
Drs. Suhardi, M.Pd. Dian Lestari, M.A.
NIDN 1015086502 NIP 198411182014042001
Tanjungpinang, Agustus 2016
Mengetahui,
Ketua Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia
Indah Pujiastuti, M.Pd.
NIP 198812262014042003
ABSTRAK
Fritasari.2016. Analisis Kemampuan Berbicara Anak Autisme di Sekolah Luar Biasa
Negeri Tanjungpinang Tahun Pelajaran 2015/2016. Skripsi. Jurusan Pendidikan
Bahasa dan Sastra Indonesia. Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan. Universitas
Maritim Raja Ali Haji.Pembimbing 1: Drs. Suhardi, M.Pd. Pembimbing 2: Dian
Lestari, M.A.
Kata Kunci :KemampuanBerbicara, Autisme
Penelitian ini bertujuan untu kmengetahui kemampuan berbicara anak autisme
di Sekolah Luar Biasa Negeri Tanjungpinang. Penelitian ini menggunakan metode
deskriftif kualitatif berjenis studi kasus. Subjek dalam penelitian ini seorang siswa
autisme di kelas 8 Sekolah Luar Biasa Negeri Tanjungpinang. Teknik pengumpulan
data yang digunakan dalam penelitian ini adalah observasi, wawancara dan tes lisan.
Teknik analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah reduksi data,
penyajian data dan verification.
Hasil dalam penelitian ini adalah siswa autism masih mengalami kendala pada
kelancaran, artikulasi kurang jelas, pada beberapa kata yang mengandung huruf dan
akhiran n,r,g,nya,ng. Berbicarahanya 1-3 kata dalam satu kalimat. Belum dapat
berdialog atau berkomunikasi, hanya bias berkomunikasi dalam keadaan focus dan
menatap lawan bicaranya. Sangat menutup diri dan tidak berkomunikasi serta
berinterkaksi dengan lingkungan sekitarnya. Belum dapat memberikan informasi,
mengucapkan keinginan dengan kalimat yang tidak utuh dan diucapkan berulang-
ulang.
ABSTRACT
Fritasari. 2016. Analysis the Ability of Speak of the Autistic Children at State Special
Schools Tanjungpinang Academic Year 2015/2016. The Division of Language
Education and Indonesian Literature. The Faculty of Teaching and Education. Raja
Ali Haji Maritme University. 1st Adviser: Drs. Suhardi, Mpd. 2
nd Adviser: Dian
Lestari, M.A.
Key Word: The Ability of Speak, Autism.
This research is aim to know the ability of speak of autistic children at State Special
Schools Tanjungpinang. This research utilizes a qualitative approach of case study.
The participant in this research is an autistic child at grade 8 of State Special Schools
Tanjungpinang. Data collection techniques method in this research is by using
observation, interview, and languages testA. Data analysis techniques used in this
research is by data reduction, data presentation and verification.
The results in this study is a student with autism who is still suffering fluency
problems, articulation is less clear, in a few words containing the letter and suffixes
of n, r, g, her, ng. Speaks only 1 or 3 words in one sentence. Not to be able to
dialogue or communicate, can only communicate in a state of focus and stared at his
interlocutor. Introverts and do not communicate and interact with the surrounding
environment. Not to be able to provide information, make a wish with incomplete
sentences and uttered repeatedly.
1. Pendahuluan
Pendidikan pada anak berkebutuhan khusus sangatlah penting.Ini bertujuan
agar anak berkebutuhan khusus mendapatkan kesempatan mengikuti pendidikan
layaknya anak pada umumnya.Hal ini juga bertujuan agar anak berkebutuhan khusus
bisa mengembangkan potensi yang dimilikinya, agar dapat berpartisipasi dalam
kehidupan bermasyarakat.Smith dan Ruth (dalam Purwanta, 2005) mendefinisikan
anak luar biasa atau anak berkebutuhan khusus sebagai anak yang berbeda dari anak-
anak normal dalam beberapa hal yaitu ciri-ciri mental, kemampuan panca indera,
kemampuan berkomunikasi, perilaku sosial, atau sifat-sifat fisiknya.
Purwanta (2005 : 126) mendefinisikan anak autis sebagai anak yang
mengalami gangguan perkembangan yang bercirikan anak seolah-olah hidup dengan
dirinya sendiri dan seperi tidak ada kontak dengan orang lain. Selanjutnya Menurut
Sutadi (dalam Purwanta, 2005 : 128) mengungkapakan bahwa ada dua jenis problema
perilaku pada anak autisme yaitu perilaku berlebihan (excessive) dan perilaku yang
berkekurangan (deficient). Yang termasuk dalam perilaku berkekurangan adalah
dalam hal bahasa.Murie E.Moreley (dalam Danuatmaja, 2003: 141) mengartikan
bahasa sebagai istilah untuk menjelaskan makna dan pikiran yang dirumuskan ke
dalam sistem linguistik, sebagai dasar mengangkut pikiran.
Pada anak autisme terdapat perbedaan dalam berbahasa dengan anak normal
pada umumnya. Firth dan Krieg (dalam Delphie, 2009: 38), anak dengan sindrom
autistik juga mengalami kesulitan dalam membedakan informasi yang menunjukkan
sesuai atau tidak sesuai lagi lawan berbicaranya. Pada anak autis adanya
keterlambatan serta gangguan dalam berbicara menyebabkan mereka sukar
berkomunikasi serta tidak mampu menangkap pembicaraan orang lain. Di samping
mengalami kesukaran dalam mengungkapkan perasaan dirinya.Suara mereka sering
dalam nada yang tinggi serta terdengar aneh.
Dalam pengucapan maupun ekspresi anak autisme saat dia berbicara kita
sudah bisa menilai bahwa ada gangguan dalam berbicaranya. Seperti yang
diungkapkan Sunu (2012:16-18) bahwa gangguan berbicara pada anak autis biasanya
ditandai dengan ekspresi wajah yang datar, tidak menggunakan bahasa atau isyarat
tubuh, jarang memulai komunikasi, tidak meniru aksi atau suara, bicara sedikit atau
tidak ada, mengulangi kata atau membeo, intonasi atau ritme vokal yang aneh,
tampak tidak mengerti arti kata, dan menggunakan kata secara terbatas.
Berdasarkan uraian tersebut, penelitian ini adalah untuk mengetahui
bagaimana gambaran kemampuan berbicara pada anak autisme yang bersekolah di
Sekolah Luar Biasa Negeri Tanjungpinang.Peneliti lebih memfokuskan kepada
kemampuan berbicara anak autisme, kemampuan anak dalam berdialog, dan
kemampuan anak dalam menyampaikan keinginannya karena pada hakikatnya anak
autisme sangat mengalami kesulitan dalam berbicara. Oleh karena itu, Peneliti
memilih subyek dalam penelitian ini adalah anak autisme itu sendiri.
2. Metode Penelitian
Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah Deskriptif
kualitatif . Bogdan dan Taylor (Moleong, 2007: 4) mendefinisikan metodologi
kualitatif sebagai prosedur penelitian yang menghasilkan data deskriptif berupa kata-
kata tertulis atau lisan dari orang-orang dan perilaku yang dapat diamati.Selanjutnya
Nana Syaodih Sukmadinata (2005: 60) menyatakan bahwa penelitian kualitatif
(qualitative research) adalah suatu penelitian yang ditujukan untuk mendiskripsikan
dan menganalisis fenomena, peristiwa, aktifitas sosial, sikap, kepercayaan, persepsi,
pemikiran orang secara individu maupun kelompok.
Untuk mendapatkan data yang diperlukan dalam penelitian ini, teknik yang
akan digunakan peneliti adalah observasi, wawancara dan tes lisan. Data diolah
menggunakan Reduksi data, Display data dan Verification. Keabsahan data diuji
dengan Triangulasi data.
3. Hasil Penelitian dan Pembahasan
Jasbi sudah mampu mengungkapkan keinginannya. Hanya saja ada beberapa
kesulitan, ia hanya bisa menyebutkan beberapa kata, disebutkan dengan diulang-
ulang dan menunjukkan gerakan tubuh. Sehingga lawan bicaranya paham dengan apa
yang ia maksudkan.
Berdasarkan hasil penelitian terhadap anak autis tentang kemampuan
berbicara, berdialog dan menyampaikan keinginannya, diketahui bahwa kemampuan
Jasbi dalam berbicara (sekedar mengucapkan kata-kata) yaitu cukup baik.Meskipun
nada berbicaranya terputus-putus.Terkadang dalam sekali berbicara, Jasbi hanya
dapat mengucapkan sampai 1-3 kata dalam satu kalimat, seperti kata “bu sakit, obat”.
Namun beberapa artikulasi pengucapannya kurang jelas, yaitu pada kata yang
mengandung huruf dan akhiran n,g,r,nya,ng. Seperti pada kata agama-anggama,
sayur-sayul, mengganggu-megagu. Hal tersebut sesuai dengan temuan Leo Kanner
(Yosfan Azwandi, 2005: 28) yang menyebutkan bahwa sekitar 50% anak autis
memang mengalami keterlambatan dan abnormalitas dalam berbahasa dan berbicara.
Terkait kemampuan berbicaranya, Jasbi selalu merespon pertanyaan yang
diberikan meskipun terkadang tidak paham dengan pertanyaannya yang diajukan
tersebut ketika sedang fokus dan harus menatap lawan bicaranya. Ketika tidak paham,
Jasbi hanya mengulang bagian akhir dari pertanyaan yang diberikan dan bahkan ia
akan diam. Seperti pada contoh “apa yg Jasbi tidak sukai?" tanya guru kelas, Jasbi
hanya menjawab "Jasbi".Temuan ini sesuai dengan pendapat Yosfan Azwandi (2005:
28) bahwa dalam hal berbicara, bila ada orang berbicara terhadap anak autistik, sering
mereka tidak mampu memahami ucapan yang ditujukan kepada mereka.
Kemampuan Jasbi dalam berbicara juga mempengaruhi kemampuan untuk
berkomunikasi yang juga mempengaruhi kemampuan berinteraksi terhadap
lingkungannya. Dalam hal ini pun Jasbi sangat menutup diri dengan teman
sekelasnya, ia hanya sibuk dengan dirinya sendiri dan tidak berinteraksi dengan orang
sekitarnya selain guru kelasnya. Temuan ini sesuai dengan pendapat (Handojo, 2009)
yaitu adanya gangguan dalam interaksi sosial pada anak autisme dapat mempengaruhi
aspek dalam belajar dan perilaku. Hal ini pun diungkapkan oleh Purwanta (2005 :
126) bahwa anak autis sebagai anak yang mengalami gangguan perkembangan yang
bercirikan anak seolah-olah hidup dengan dirinya sendiri dan seperi tidak ada kontak
dengan orang lain
Berdasarkan hasil penelitian, Jasbi belum mempunyai kemampuan untuk
mengadakan dialog dan berkomunikasi. Hal tersebut ditunjukkan dengan Jasbi masih
sebatas menjawab pertanyaan dengan 1-2 kata, belum dapat bertanya balik, dan
belum dapat memberikan informasi.Hal ini sesuai dengan pendapat Setiati
Widihastuti (2007: 17) yang mengemukakan bahwa anak autis jika berbicara tidak
dipakai untuk alat berkomunikasi.Senada dengan hal tersebut Yuniar (Pamuji, 2007:
11) menyatakan bahwa bila sudah bisa berbicara, anak autis sulit diajak berdialog.
Berkaitan dengan kemampuan berbicara anak autis, temuan Yosfan Azwandi
(2005: 102) bahwa sebagian anak autis dapat berkata-kata namun hanya satu dua
patah kata saja, itu pun karena meniru pembicaraan orang lain sesuai dengan hasil
penelitian yang dilakukan. Jasbi dapat mengucapkan keinginannya menggunakan
kalimat yang pendek, penyebutannya disebut berulang-ulang dan sesekali
menunjukkan gerakan tubuh.Hal ini terlihat pada saat Jasbi berkata "sakiiiiitttt"
sambil memegang kepalanya.Jasbi berkata lagi "bu obat" sambil menunjuk arah meja
guru.
4. Simpulan dan Rekomendasi
Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan yang telah diuraikan dalam bab
sebelumnya, dapat diambil kesimpulan bahwa kemampuan berbicara Jb masih
mengalami kendala pada kelancaran, artikulasi kurang jelas, pada beberapa kata yang
mengandung huruf dan akhiran n,r,g,nya,ng. Berbicara hanya 1-3 kata dalam satu
kalimat. Belum dapat berdialog atau berkomunikasi, hanya bisa berkomunikasi dalam
keadaan fokus dan menatap lawan bicaranya.Jb sangat menutup diri dengan
lingkungan sekitarnya dan sibuk dengan dirinya sendiri, sehingga tidak ada interaksi
dan komunikasi dengan teman sekelasnya.Belum dapat memberikan informasi,
mengucapkan keinginan dengan kalimat yang tidak utuh dan diucapkan berulang-
ulang.
5. Daftar Pustaka
DAFTAR PUSTAKA
Bandi, Delphie. 1996. AutismeUsiaDini. Bandung: MitraGrafika.
Danuatmaja, Bonny. 2003. TerapiPenderitaAutis. Jakarta: PuspaSehat.
Handojo,Y. 2009. AutismepadaAnak.Jakart: PT.
BuanaIlmuPopulerKelompokGramedia.
Moleong, Lexy J. (2007) MetodologiPenelitianKualitatif, Penerbit PT
RemajaRosdakarya Offset, Bandung.
Pamuji.(2007). Model TerapiTerpaduBagiAnakAutisme. Jakarta:
DepartemenPendidikanNasional.
Purwanta, Edi. 2005. KesulitanBicaradanBerbahasapadaAnak. Jakarta: Kemendkinas.
SetiatiWidihastuti. (2007). PolaPendidikanAnakAutis. Yogyakarta: CV Datamedia.
Sukmadinata, Nana Syaodih. 2005. LandasanPsikologi Proses Pendidikan. Bandung:
PT RosdaKarya.
Sunu, Christoper. 2012. Unlocking Autism. Yogyakarta: LintangTerbit.
YosfanAzwandi. 2005. MengenaldanMembantuPenyandangAutisme. Jakarta:
DepartemenPendidikanNasional.
.