implementasi nilai-nilai pekerja sosial dalam …

136
IMPLEMENTASI NILAI-NILAI PEKERJA SOSIAL DALAM PROSES REHABILITASI SOSIAL KORBAN PENYALAHGUNAAN NARKOBA DI YAYASAN STIGMA” Skripsi Diajukan Untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Sosial (S. Sos) Disusun Oleh: Agung Prasetyo Nugroho NIM: 1111054100050 PROGRAM STUDI KESEJAHTERAAN SOSIAL FAKULTAS ILMU DAKWAH DAN ILMU KOMUNIKASI UNIVERSITAS ISLAM NEGERI (UIN) SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA 1439 H/ 2018 M  

Upload: others

Post on 21-Oct-2021

12 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: IMPLEMENTASI NILAI-NILAI PEKERJA SOSIAL DALAM …

“IMPLEMENTASI NILAI-NILAI PEKERJA SOSIAL DALAM PROSES

REHABILITASI SOSIAL KORBAN PENYALAHGUNAAN NARKOBA DI YAYASAN

STIGMA”

Skripsi

Diajukan Untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh

Gelar Sarjana Sosial (S. Sos)

Disusun Oleh:

Agung Prasetyo Nugroho

NIM: 1111054100050

PROGRAM STUDI KESEJAHTERAAN SOSIAL

FAKULTAS ILMU DAKWAH DAN ILMU KOMUNIKASI

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI (UIN) SYARIF HIDAYATULLAH

JAKARTA

1439 H/ 2018 M

 

Page 2: IMPLEMENTASI NILAI-NILAI PEKERJA SOSIAL DALAM …

 

Page 3: IMPLEMENTASI NILAI-NILAI PEKERJA SOSIAL DALAM …

 

Page 4: IMPLEMENTASI NILAI-NILAI PEKERJA SOSIAL DALAM …

 

Page 5: IMPLEMENTASI NILAI-NILAI PEKERJA SOSIAL DALAM …

i

ABSTRAK

Agung Prasetyo Nugroho

1111054100050

Implementasi Nilai-Nilai Pekerja Sosial Dalam Proses Rehabilitasi Sosial

Korban Penyalahgunaan Narkoba di Yayasan STIGMA

Keyword: nilai-nilai, pekerja sosial, rehabilitasi, narkoba

Dalam proses pengembalian fungsi sosial korban penyalahgunaan

narkotika diperlukan peran serta dari banyak pihak seperti: pekerja sosial,

psikiater, psikolog, terapis, keluarga dan lain sebagainya agar di masa yang akan

datang tidak kembali lagi menyalahgunakan narkotika. Diperlukan pekerja sosial

dalam mengembalikan fungsi sosial para korban penyalahgunaan narkotika

sekaligus mengembalikan kepercayaan lingkungan sosial pada korban

penyalahgunaan narkotika.

Praktik pekerjaan sosial selalu berdasarkan pada nilai masyarakat, karena

profesi pekerjaan sosial mendapat misi untuk melaksanakan sebagian dari fungsi

masyarakat. Adapun nilai-nilai pekerjaan sosial dalam pelaksanaan praktik

kesejahteraan sosial adalah Nilai-nilai Personal (Personal Value), Nilai-nilai

Profesi (Professional Value), Nilai-nilai Pribadi (Values of Client’s), Nilai-nilai

Lembaga tempat Pekerja Sosial Bekerja, dan Nilai-nilai Masyarakat dimana

Praktik Pekerjaan Sosial dilaksanakan.

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk menggambarkan bagaimana

implementasi nilai-nilai pekerja sosial dalam proses rehabilitasi sosial korban

penyalahgunaan narkoba. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah

pendekatan kualitatif. Adapun teknik pengumpulan data yang digunakan yaitu

observasi, wawancara dan dokumentasi.

Hasil penelitian ini memberikan penjelasan mengenai implementasi nilai-

nilai pekerja sosial dalam proses rehabilitasi sosial korban penyalahgunaan

narkoba. Dalam menjalankan tugas pokok dan fungsinya, pekerja sosial memiliki

nilai-nilai agar dapat tetap bekerja secara profesional. Sedangkan dalam

pelaksanaannya, masih banyak pekerja sosial yang bekerja di Yayasan STIGMA

yang melanggar nilai-nilai profesi tersebut.

 

Page 6: IMPLEMENTASI NILAI-NILAI PEKERJA SOSIAL DALAM …

ii

KATA PENGANTAR

Bismillahirrahmanirrahim,

Puji serta syukur kehadirat Allah SWT yang karena kasih sayang dan

pertolongannya, penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul

“Implementasi Nilai-Nilai Pekerja Sosial dalam Proses Rehabilitasi Sosial

Korban Penyalahgunaan Narkoba di Yayasan STIGMA”. Tidak lupa pula

shalawat dan salam penulis sampaikan kepada junjungan Nabi Besar kita, Nabi

Muhammad SAW yang telah membimbing umatnya untuk selalu bersyukur dan

ikhlas dalam menjalankan hidup.

Pada kesempatan ini penulis juga akan menyampaikan rasa terimakasih kepada

berbagai pihak yang telah berkontribusi serta berdedikasi untuk memberikan

dukungan moril maupun materil sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini.

Oleh karena itu, penulis sampaikan ucapan terimakasih kepada.

1. Bapak Dr. Arief Subhan, MA selaku Dekan Fakultas Ilmu Dakwah dan

Ilmu Komunikasi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

2. Ketua Program Studi Kesejahteraan Sosial, Ibu Lisma Dyawati Fuaida

M.Si dan Sekretaris Program Studi Kesejahteraan Sosial, Ibu Hj. Nunung

Khoiriyah, MA. Terima kasih atas nasihat dan bimbingannya

3. Kepada dosen pembimbing saya, Ibu Nurkhayati Nurbus S.E, Msi yang

senantiasa bersabar dan teliti selama membimbing penulis dalam

menyelesaikan skripsi ini.

4. Seluruh Dosen Program Studi Kesejahteraan Sosial, serta seluruh Dosen

Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi yang tidak bisa saya

 

Page 7: IMPLEMENTASI NILAI-NILAI PEKERJA SOSIAL DALAM …

iii

sebutkan satu persatu namun tidak mengurangi rasa hormat dan

terimakasih saya kepada Bapak dan Ibu.

5. Yayasan STIGMA, Bang Anto, Bapak Sugeng dan kawan-kawan yang

tidak bisa disebutkan namanya satu persatu namun tanpa mengurangi rasa

terimakasih penulis. Terimakasih karena telah menerima penulis dengan

tangan terbuka dan kesempatan belajar lebih banyak mengenai hal-hal

baru.

6. Kedua orang tua penulis, Bapak Samino dan Ibu Kasni, Kalian adalah

manusia hebat yang selalu mengajarkan anak-anakmu untuk menjadi

manusia kuat dalam keadaan sulit.

7. Keluarga Besar Mahasiswa Kesejahteraan Sosial UIN Jakarta, terimakasih

atas interaksi yang berilmu dan penuh kehangatan.

8. Keluarga besar Himpunan Mahasiswa Islam Cabang Ciputat Khususnya

Komisariat Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi, terimakasih

untuk proses yang selalu Yakin Usaha Sampai. Bahagia HMI.

9. Himpunan Mahasiswa Jurusan Kesejahteraan Sosial 2013-2014,

terimakasih untuk wadah, aspirasi, dan inspirasi yang telah mengajarkan

penulis bagaimana caranya untuk bergerak Bersama Kita Maju.

10. Kepada, Herman Susanto, Tridiwa Arief S., Wati Indriani, Rizal

Wahyudha, Dhimas Suryo P., M. Baydhawi N., Reza Agustyadi, dan

Muhammad Ni’am, kalian adalah guru, saudara, dan orangtua yang

banyak mengajarkan berbagai hal selama ini.

11. Asep Azhari, M. Kahfi Ibrahim, M. Norhalim, Fanhari Nugroho, Hendri

Afriliansyah, Janos Prakoso, Abdul Rahman, M. Indra Gunawan, Afrizal

 

Page 8: IMPLEMENTASI NILAI-NILAI PEKERJA SOSIAL DALAM …

iv

Putra Arafat, Yusmar Abdillah dan Fathira Najati yang selalu

mengingatkan dan juga menemani penulis sampai proses akhir

penyusunan skripsi.

12. Terimakasih kepada teman-teman Jaitra, Aula Insan Cita, Balatentara,

Hydrant, Dakwah. Yang selalu memberikan canda tawa dan senyum pada

penulis.

13. Dan tanpa mengurangi hormat dan terimakasih kepada seluruh kawan-

kawan yang mengenal Agung Prasetyo Nugroho, atas seluruh bantuan baik

secara langsung maupun tidak langsung, dan dukungannya selama ini.

Penulis yakin bahwa jika tanpa bantuan dan dukungan kalian selama ini,

maka penulis tidak akan bisa berjalan sampai sejauh ini.

Ciputat, 14 Maret 2018

Agung Prasetyo Nugroho

 

Page 9: IMPLEMENTASI NILAI-NILAI PEKERJA SOSIAL DALAM …

v

Daftar isi

ABSTRAK...............................................................................................................i

KATA PENGANTAR............................................................................................ii

DAFTAR ISI...........................................................................................................v

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah...............................................................................1

B. Batasan Masalah...........................................................................................6

C. Rumusan Masalah........................................................................................7

D. Tujuan dan Manfaat Penelitian....................................................................7

E. Manfaat Penelitian.......................................................................................7

F. Tinjauan Pustaka..........................................................................................8

G. Metodologi Penelitian..................................................................................9

1. Metode Penelitian...................................................................................9

2. Jenis Penelitian.....................................................................................10

3. Teknik Pengumpulan Data...................................................................10

4. Tempat dan Waktu Penelitian………………………………………..12

5. Subjek dan Informan…………………………………………………12

6. Pedoman Penulisan..............................................................................13

7. Sistematika Penulisan...........................................................................13

BAB II KAJIAN PUSTAKA

A. Pekerja Sosial.............................................................................................15

1. Pengertian Pekerja Sosial.....................................................................15

 

Page 10: IMPLEMENTASI NILAI-NILAI PEKERJA SOSIAL DALAM …

vi

2. Prinsip Umum Pekerja Sosial, Kode Etik dan Nilai-nilai Pekerjaan

Sosial....................................................................................................18

3. Nilai-nilai Pekerja Sosial......................................................................20

B. Rehabilitasi……………………………………………………………….28

1. Pengertian Rehabilitasi.........................................................................29

2. Jenis Rehabilitasi..................................................................................27

3. Perangkat Rehabilitasi..........................................................................33

C. Narkoba......................................................................................................35

1. Pengertian Narkoba..............................................................................35

2. Jenis Narkoba.......................................................................................36

BAB III GAMBARAN UMUM LEMBAGA

A. Sejarah Yayasan STIGMA.........................................................................39

B. Visi dan Misi..............................................................................................40

C. Maksud dan Tujuan....................................................................................40

D. Struktur Lembaga.......................................................................................41

E. Pendanaan..................................................................................................42

F. Sistem Klien...............................................................................................42

G. Pekerja Sosial.............................................................................................43

H. Kegiatan STIGMA.....................................................................................43

BAB IV TEMUAN DAN ANALISIS

A. Proses Rehabilitasi.....................................................................................45

B. Nilai-Nilai Pekerja Sosial..........................................................................52

 

Page 11: IMPLEMENTASI NILAI-NILAI PEKERJA SOSIAL DALAM …

vii

C. Dilema Etik Dalam Implementasi Nilai-nilai Pekerja Sosia......................67

BAB V PENUTUP

A. Kesimpulan...........................................................................................,,,..73

1. Program Rehabilitasi............................................................................73

2. Nilai-Nilai Pekerja Sosial.....................................................................74

B. Saran...........................................................................................................75

1. Akademis..............................................................................................75

2. Praktis...................................................................................................76

3. Saran Kepada Peneliti Selanjutnya......................................................76

Daftar Pustaka

Lampiran

 

Page 12: IMPLEMENTASI NILAI-NILAI PEKERJA SOSIAL DALAM …

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Pada saat ini, perkembangan dan pola pergaulan remaja menjadi

sangat bebas. Persoalan yang paling banyak ditemui adalah

penyalahgunaan narkotika. Kasus penyalahgunaan narkotika semakin lama

semakin meningkat dengan adanya penyelundupan, peredaran dan

perdagangan gelap, penyalahgunaan dan ditindaklanjuti dengan adanya

penangkapan, penahanan terhadap para pelaku penyalahgunaan maupun

para pengedar narkotika.

Penyalahgunaan Narkoba tahun anggaran 2014, jumlah

penyalahguna narkoba diperkirakan ada sebanyak 3,8 juta sampai 4,1 juta

orang yang pernah memakai narkoba dalam setahun terakhir (current

users) pada kelompok usia 10-59 tahun di tahun 2014 di Indonesia. Jadi,

ada sekitar 1 dari 44 sampai 48 orang berusia 10 - 59 tahun masih atau

pernah pakai narkoba pada tahun 2014. Angka tersebut terus meningkat

dengan merujuk hasil penelitian yang dilakukan Badan Narkotika Nasional

(BNN) dengan Puslitkes UI dan diperkirakan pengguna narkoba jumlah

pengguna narkoba mencapai 5,8 juta jiwa pada tahun 2015. Jenis narkoba

yang paling banyak disalahgunakan adalah ganja, shabu dan ekstasi. Jenis

narkoba tersebut sangat terkenal bagi Pelajar/mahasiswa, pekerja, dan

rumah tangga. Sebagian besar penyalahgunaan berada pada kelompok

coba pakai terutama pada kelompok pekerja. Alasan penggunakan narkoba

 

Page 13: IMPLEMENTASI NILAI-NILAI PEKERJA SOSIAL DALAM …

2

karena pekerjaan yang berat, kemampuan sosial ekonomi, dan tekanan

lingkungan teman kerja merupakan faktor pencetus terjadinya

penyalahgunaan narkoba pada kelompok pekerja.1

Penyalahgunaan narkoba dapat menimbulkan dampak buruk yang

multidimensi di kalangan masyarakat. Hal ini sudah tentu akan

menimbulkan kerawanan sosial tentunya harus segera diwaspadai

keberadaannya. Bahaya dari penyalahgunaan narkoba tidak hanya

terhadap kesehatan fisik saja, tetapi juga kesehatan mental dan kehidupan.2

Oleh karena itu, untuk menjaga taraf kesehatan masyarakat kita

wajib memerangi penyalahgunaan narkotika. Karena jelas terbukti bahwa

narkotika dapat merusak kehidupan masyarakat terutama para pemuda

yang akan meneruskan tongkat estafet perjuangan negara ini. Namun,

yang terjadi di masyarakat kita pada umumnya tidak hanya memusuhi

narkotika saja namun juga menjauhi para korban-korban penyalahgunaan

narkotika tersebut, yang seharusnya dirangkul oleh masyarakat agar tidak

kembali terjerumus ke lembah hitam narkotika. Dan seharusnya

masyarakat membantu mengembalikan kepercayaan diri para korban agar

dapat kembali berfungsi sosial kembali di masyarakat.

Deputi Rehabilitasi Badan Narkotika Nasional (BNN) Diah Setia

Utami menyebutkan sebanyak 943 ribu pengguna narkotika yang

tergolong kronis, perlu direhabilitasi. Mereka adalah para pecandu kelas

berat. Jika tak dipulihkan, praktis akan mempengaruhi jumlah peredaran

narkotika di Indonesia. Total pengguna tersebut mencapai 25 persen dari

1 http://www.kompasiana.com/phadli/jumlah-pengguna-narkoba-di-

indonesia_553ded8d6ea834b92bf39b35 diakses pada tanggal 14 januari 2016 17:45 2 A. Kadarmanta, Mencegah Narkoba di Sekolah, (Jakarta: PT. Forum Media Utama, 2010), h. 1.

 

Page 14: IMPLEMENTASI NILAI-NILAI PEKERJA SOSIAL DALAM …

3

total 4 juta pengguna narkotika di Indonesia. Mereka perlu diinapkan

dalam sebuah panti rehabilitasi. Sementara 75 persen lainnya dapat

direhabilitasi melalui rawat jalan.3

Pada dasarnya peredaran narkotika di Indonesia apabila ditinjau

dari aspek yuridis adalah sah keberadaannya. Undang-Undang Narkotika

hanya melarang penggunaan narkotika tanpa izin oleh undang-undang

yang dimaksud. Undang-Undang Nomor 35 Tahun 2009 Tentang

Narkotika telah memberi perlakuan yang berbeda bagi pelaku

penyalahgunaan narkotika, sebelum undang-undang ini berlaku tidak ada

perbedaan perlakuan antara pengguna pengedar, bandar, maupun produsen

narkotika. Pengguna atau pecandu narkotika di satu sisi merupakan pelaku

tindak pidana, namun di sisi lain merupakan korban. Pengguna atau

pecandu narkotika menurut undang-undang sebagai pelaku tindak pidana

narkotika adalah dengan adanya ketentuan Undang-Undang Narkotika

yang mengatur mengenai pidana penjara yang diberikan pada para pelaku

penyalahgunaan narkotika. Kemudian di sisi lain dapat dikatakan bahwa

menurut Undang-Undang Narkotika, pecandu narkotika tersebut

merupakan korban adalah ditunjukkan dengan adanya ketentuan bahwa

terhadap pecandu narkotika dapat dijatuhi vonis rehabilitasi.

Berdasarkan tipologi korban yang diidentifikasi menurut keadaan

dan status korban, yaitu:4

3 http://www.cnnindonesia.com/nasional/20150909221424-12-77758/bnn-943-ribu-pengguna-

narkotika-kronis-harus-direhabilitasi/ di akses pada tanggal 14 januari 2016 17:47

4 Rena Yulia, Viktimologi, Graha ilmu,Yogyakarta,hal 53-54

 

Page 15: IMPLEMENTASI NILAI-NILAI PEKERJA SOSIAL DALAM …

4

a. Unrelated victims, yaitu korban yang tidak ada hubungannya sama sekali

dengan pelaku dan menjadi korban karena memang potensial.

b. Provocative victims, yaitu seseorang atau korban yang disebabkan peranan

korban untuk memicu terjadinya kejahatan.

c. Participating victims, yaitu seseorang yang tidak berbuat, akan tetapi

dengan sikapnya justru mendorong dirinya menjadi korban.

d. Biologically weak victims, yaitu mereka yang secara fisik memiliki

kelemahan yang menyebabkan ia menjadi korban.

e. Socially weak victims, yaitu mereka yang memiliki kedudukan sosial yang

lemah yang menyebabkan ia menjadi korban.

f. Self victimizing victims, yaitu mereka yang menjadi korban karena

kejahatan yang dilakukannya sendiri.

Pecandu narkotika merupakan “self victimizing victims”, karena

pecandu narkotika menderita sindroma ketergantungan akibat dari

penyalahgunaan narkotika yang dilakukannya sendiri. Pasal 54 Undang-

Undang Nomor 35 Tahun 2009 tentang Narkotika menyatakan bahwa:

Pecandu narkotika dan korban penyalahgunaan narkotika wajib menjalani

rehabilitasi medis dan rehabilitasi social. Rehabilitasi terhadap pecandu

narkotika adalah suatu proses pengobatan untuk membebaskan pecandu dari

ketergantungan, dan masa menjalani rehabilitasi tersebut diperhitungkan

sebagai masa menjalani hukuman. Rehabilitasi terhadap pecandu narkotika

juga merupakan suatu bentuk perlindungan sosial yang mengintegrasikan

pecandu narkotika ke dalam tertib sosial agar dia tidak lagi melakukan

penyalahgunaan narkotika.

 

Page 16: IMPLEMENTASI NILAI-NILAI PEKERJA SOSIAL DALAM …

5

Berdasarkan Undang Undang Nomor 35 Tahun 2009 tentang

narkotika, yang merupakan pengganti dari Undang-Undang Nomor 22 Tahun

1997 tentang Narkotika terdapat setidaknya dua jenis rehabilitasi, yaitu

rehabilitasi medis dan rehabilitasi sosial. Pasal 1 butir 16 Undang Undang

Nomor 35 tahun 2009 menyatakan bahwa: Rehabilitasi medis adalah suatu

proses kegiatan pengobatan secara terpadu untuk membebaskan pecandu dari

ketergantungan narkotika. Pasal 1 butir 17 Undang Undang Nomor 35 tahun

2009 menyatakan bahwa: Rehabilitasi sosial adalah suatu proses kegiatan

pemulihan secara terpadu, baik fisik, mental, maupun sosial, agar bekas

pecandu narkotika dapat kembali melaksanakan fungsi sosial dalam kehidupan

masyarakat.

Oleh karena itu, dalam proses pengembalian fungsi sosial korban

penyalahgunaan narkotika diperlukan peran serta dari banyak pihak seperti:

pekerja sosial, psikiater, psikolog, terapis, keluarga dan lain sebagainya agar

di masa yang akan datang tidak kembali lagi menyalahgunakan narkotika. Di

sisi lain, para korban penyalahgunaan narkotika harus menghilangkan

labelling yang berkembang di masyarakat terhadap dirinya secara

berkesinambungan, agar di masa yang akan datang tidak memunculkan

masalah baru terhadap diri mereka. Contoh masalah yang akan muncul jika

hal tersebut tidak dihilangkan adalah korban penyalahgunaan narkoba tersebut

akan berubah menjadi pribadi yang tertutup, tidak percaya diri, bahkan yang

terburuk ia akan kembali menyalahgunakan narkotika tersebut.

Maka dari itu, sangat diperlukan bantuan pekerja sosial dalam

mengembalikan fungsi sosial para korban penyalahgunaan narkotika sekaligus

 

Page 17: IMPLEMENTASI NILAI-NILAI PEKERJA SOSIAL DALAM …

6

mengembalikan kepercayaan lingkungan sosial pada korban penyalahgunaan

narkotika dan di yayasan STIGMA yang berfokus pada rehabilitasi sosial

korban penyalahgunaan narkotika dengan bantuan pekerja sosial yang

kompeten dan telah menempuh jalur pendidikan ilmu kesejahteraan sosial

mencoba menangani kasus-kasus yang berkaitan dengan rehabilitasi sosial

korban penyalahgunaan narkotika dan orang dengan HIV/AIDS (ODHA).

Dalam menangani rehabilitasi sosial para korban, sudah tentu perkerja sosial

memiliki nilai-nilai dan kode etik dalam melaksanakan tuganya.

Berdasarkan latar belakang diatas, penulis tertarik untuk membahas

nilai-nilai pekerja sosial dalam proses rehabilitasi sosial pada korban

penyalahgunaan narkotika. Sehingga para korban penyalahgunaan narkotika

dapat diterima oleh masyarakat sekitar dan masyarakat secara umum. Penulis

tertarik untuk meneliti tentang “IMPLEMENTASI NILAI-NILAI

PEKERJA SOSIAL DALAM PROSES REHABILITASI SOSIAL

KORBAN PENYALAHGUNAAN NARKOTIKA DI YAYASAN

STIGMA”.

B. Batasan Masalah

Sesuai dengan latar belakang diatas dan guna mempermudah dalam

proses penulisan skripsi ini, maka penulis perlu membatasi masalah agar

skripsi ini lebih terarah, maka penulis akan memberikan pembatasan dan

perumusan masalah yang akan dibahas. Masalah akan dibatasi pada kajian

tentang bagaimana implementasi nilai-nilai pekerja sosial dalam proses

rehabilitasi sosial korban penyalahgunaan narkoba di yayasan STIGMA.

 

Page 18: IMPLEMENTASI NILAI-NILAI PEKERJA SOSIAL DALAM …

7

C. Rumusan Masalah

Sesuai dengan latar belakang yang telah di jabarkan diatas maka

dapat dirumuskan beberapa masalah sebagai berikut:

Bagaimana implementasi nilai-nilai pekerja sosial dalam proses

rehabilitasi sosial korban penyalahgunaan narkotika di yayasan STIGMA?

D. Tujuan dan Manfaat Penelitian

Dengan adanya permasalahan berdasarkan rumusan masalah yang

telah dikemukakan diatas dan tetap berpedoman pada objektifitas

penulisan suatu karya ilmiah, maka tujuan dari penelitian ini adalah:

1. Untuk menggambarkan bagaimana implementasi nilai-nilai pekerja

sosial dalam proses rehabilitasi sosial korban penyalahgunaan

narkotika.

2. Untuk menggambarkan bagaimana dilema etik yang yang dihadapi

oleh pekerja sosial selama menjalankan proses rehabilitasi sosial

E. Manfaat Penelitian

Penelitian dalam bentuk skripsi ini tidak hanya bertujuan untuk

mendapatkan gelar sarjana pada tingkat universitas. Akan tetapi

diharapkan penulisan skripsi ini mempunyai manfaat dan nilai guna, baik

secara akademis ataupun secara praktis.

1. Secara akademis, penelitian ini diharapkan bermanfaat dan berguna

baik bagi praktisi, pelajar, mahasiswa maupun tenaga pengajar atau

dosen di lembaga pendidikan sebagai bentuk sumbangan tentang

implementasi nilai-nilai pekerja sosial dalam proses rehabilitasi sosial

korban penyalahgunaan narkotika.

 

Page 19: IMPLEMENTASI NILAI-NILAI PEKERJA SOSIAL DALAM …

8

2. Secara praktis, diharapkan penulisan skripsi ini mampu memberikan

gambaran dan juga tuntunan kepada masyarakat luas dan para praktisi

yang bergerak di bidang pekerja sosial tentang nilai-nilai pekerja sosial

yang dapat dilakukan dalam proses rehabilitasi sosial korban

penyalahgunaan narkoba.

F. Tinjauan Pustaka

Sebelum penulis melanjutkan pembahasan dalam tulisan ini,

terdapat beberapa karya tulis yang membahas tentang peran pekerja sosial.

Diantaranya yaitu:

1. Skripsi dengan judul “Peran Pekerja Sosial dalam Rehabilitasi Sosial

Penyalahguna Narkoba di Panti Sosial Pamardi Putra (PSPP) Galih

Pakuan Bogor” yang ditulis oleh , Risdiyanto, NIM: , Jurusan

Kesejahteraan Sosial, tahun 2015. Pada pembahasan tulisan ini

mengkaji tentang apa saja peran pekerja sosial dalam proses

rehabilitasi sosial penyalahguna narkoba di PSPP Galih Pakuan,

Bogor.

2. Skripsi dengan judul “Peran Pekerja Sosial dalam Intervensi Terhadap

Anak Berperilaku Menyimpangdi Panti Sosial Marsudi Putra (PSMP)

Antasena Magelang” yang ditulis oleh Meria Ulfa Sucihati, NIM :

09250002, Jurusan Kesejahteraan Sosial, tahun 2013. Pembahasan

pada tulisan tersebut lebih di titikberatkan pada peran pekerja sosial

dalam melakukan intervensi terhadap anak berperilaku menyimpang

dengan membandingkan intervensi yang dilakukan oleh pekerja sosial

 

Page 20: IMPLEMENTASI NILAI-NILAI PEKERJA SOSIAL DALAM …

9

yang berlatar belakang pendidikan kesejahteraan sosial maupun yang

bukan berlatar belakang kesejahteraan sosial.

Dengan penelitian yang ada diatas, penelitian ini berbeda

dengan penelitian yang sudah dilakukan diatas. Karena penelitian ini

secara khusus mengkaji bagaimana implementasi nilai-nilai pekerja

sosial dalam proses rehabilitasi sosial korban penyalahgunaan

narkotika di YAYASAN STIGMA yang sejauh ini belum ada yang

meneliti.

G. Metodologi Penelitian

1. Metode Penelitian

Penelitian dalam skripsi ini dilakukan di YAYASAN STIGMA

yang berada di Pondok Pinang, Jakarta Selatan. Dalam penelitian ini

diharapkan untuk mengetahui dan memahami bagaimana peran pekerja

sosial dalam proses rehabilitasi sosial korban penyalahgunaan

narkotika.

Dalam hal ini peneliti menggunakan pendekatan kualitatif,

dimana dalam metode pendekatan kualitatif ini berusaha memahami

dan menafsirkan makna suatu peristiwa interaksi tingkah laku dalam

situasi tertentu menurut perspektif peneliti sendiri.5 Sedangkan

menurut Bogdad dan Taylor yang dikutip oleh Lexy J. Moleong,

bahwasanya pendekatan kualitatif adalah “prosedur” sebuah penelitian

5 . Husaini Usman dan Purnomo Setiady Akbar, Metodologi Penelitian Sosial (Jakarta:

Bumi Aksara, 2003), cet ke XVIII h. 166

 

Page 21: IMPLEMENTASI NILAI-NILAI PEKERJA SOSIAL DALAM …

10

yang menghasilkan data deskriptif berupa kata-kata tertulis atau lisan

dari orang-orang dan perilaku yang dapat diamati.6

2. Jenis Penelitian

Dalam penulisan skripsi ini penulis menggunakan metode

deskriptif, sebagaimana yang diungkapkan oleh Mardalis, bahwa

penelitian deskriptif adalah penelitian yang bertujuan untuk

menggambarkan, memaparkan, mencatat, menganalisa, dan

menginterpretasikan kondisi yang sekarang terjadi atau ada.7

Berdasarkan pemaknaan diatas, maka dalam penelitian ini

penulis berusaha untuk menggambarkan dan menganalis terkait

dengan implementasi nilai-nilai pekerja sosial dalam proses

rehabilitasi sosial korban penyalahgunaan narkotika di Yayasan

STIGMA agar korban dapat berfungsi sosial seperti sedia kala.

3. Tehnik Pengumpulan Data

Dalam menemukan data data yang absah secara objektif, maka

dalam penelitian ini penulis menggunakan tehnik pengumpulan data

dengan langkah-langkah sebagai berikut:

a. Observasi

Observasi atau pengamatan adalah kegiatan keseharian manusia

dengan menggunakan pancaindra mata sebagai alat bantu utamanya

selain pancaindra lainnya seperti telinga, penciuman, mulut, dan kulit.

Karena itu, observasi adalah kemampuan seseorang untuk

6 Lexy J. Moleong, Metode Penelitian Kualitatif, (Bandung: PT. Remaja Rosda Karya,

2001) cet.ke-15h. 3. 7 Mardalis, Metode Penelitian Suatu Pendekatan Proposal, (Jakarta: Bumi Aksara, 2002)

 

Page 22: IMPLEMENTASI NILAI-NILAI PEKERJA SOSIAL DALAM …

11

menggunakan pengamatannya melalui hasil kerja panca indra mata

serta dibantu dengan panca indra lainnya.8

Observasi dilakukan dengan memperoleh dan mengumpulkan

data dengan melakukan pengamatan langsung ke lapangan terhadap

kegiatan atau aktifitas suatu lembaga. Penelitian dilakukan dengan cara

mengumpulkan data-data di lapangan dan juga data-data yang sudah

tersedia di lembaga.

b. Wawancara

Wawancara mendalam secara umum adalah proses memperoleh

keterangan untuk tujuan penelitian dengan cara tanya jawab sambil

bertatap muka antara pewawancara dan informan atau orang yang

diwawancarai, dengan atau tanpa menggunakan pedoman (guide)

wawancara, dimana pewawancara dan informan terlibat dalam

kehidupan sosial yang relatif lama.9

Wawancara dilakukan dengan tanya jawab secara lisan antara

peneliti dengan objek penelitian secara langsung. Dalam hal ini peneliti

melakukan wawancara dengan Direktur Umum, Kepala Bagian

Rehabilitasi , Pekerja Sosial dan seorang Klien.

c. Studi Dokumentasi

Studi Dokumentasi adalah salah satu metode pengumpulan data

yang digunakan dalam metodologi penelitian sosial. Pada intinya studi

8 Burhan Bungin,Penelitian Kualitatif Komunikasi,Ekonomi,Kebijakan Publik,dan Ilmu Sosial

Lainnya,(Jakarta:Kencana,2011),Edisi kedua,Cetakan ke-5,h.118. 9 Ibid,h.111.

 

Page 23: IMPLEMENTASI NILAI-NILAI PEKERJA SOSIAL DALAM …

12

dokumentasi adalah metode yang digunakan untuk menelusuri data

historis.10

Peneliti mengumpulkan, membaca dan mempelajari berbagai

bentuk data, baik data yang tersimpan dan tertulis, atau dokumentasi-

dokumentasi yang sudah di publikasikan oleh Yayasan STIGMA.

4. Tempat dan Waktu Penelitian

Waktu penelitian ini dimulai pada 27 September 2016 dan

Penelitian ini berakhir pada tenggal 14 Maret 2018. Adapun tempat

penelitian ini berlangsung adalah di Yayasan Stigma yang beralamat di

Jl. Anggrek VI No.5, Rt 08/ RW 012, Bintaro, Pesanggrahan, Jakarta

Selatan, Daerah Khusus Ibukota Jakarta 12330.

5. Subjek dan Informan

Sesuai dengan karakteristik penelitian kualitatif, informan

dipilih secara sengaja, dan berdasarkan kebutuhan dari peneliti. Subjek

penelitian ini adalah implementasi nilai-nilai oleh pekerja sosial dalam

proses rehabilitasi sosial korban penyalahgunaan narkoba di yayasan

STIGMA.

Informan yang dipilih dalam penelitian ini adalah Pekerja

Sosial yang merupakan pihak utama yang peneliti teliti, selain itu ada

juga Direktur Umum Yayasan Stigma yang merupakan penentu

kebijakan dalam yayasan dan Kepala Bidang Rehabilitasi yang

merupakan penanggung jawab atas semua kegiatan rehabilitasi. Secara

rinci informan yang akan menjadi sumber data adalah sebagai berikut:

10

Ibid,h.124.

 

Page 24: IMPLEMENTASI NILAI-NILAI PEKERJA SOSIAL DALAM …

13

a. Direktur Umum Yayasan STIGMA.

1) Suwanto.

b. Kepala Bagian Rehabilitasi.

1) Sugeng

c. Pekerja Sosial

1) “I” . Hasil rekomendasi dari Bapak Sugeng karena beliau

menilai “I” sangat mengerti akan tugas dan fungsi pekerja

sosial.

d. “A”. Hasil rekomendasi dari Bapak Sugeng karena beliau menilai

“A” merupakan klien yang sangat kooperatif dan dapat

diwawancara sebagai sumber data.

Tabel. 1.1

Data Informan

Informan Jumlah

Direktur Umum Yayasan STIGMA 1 Orang

Kepala Bagian Rehabilitasi Sosial 1 Orang

Pekerja Sosial 1 Orang

Klien 1 Orang

6. Pedoman Penulisan

Dalam penulisan skripsi ini, penulis mengacu pada Teknik

Penulisan Karya Ilmiah (Makalah, Skripsi, Tesis, dan Disertasi) yang

terdapat pada Pedoman Akademik Universitas Islam Negeri (UIN)

Syarif Hidayatullah Jakarta 2011-2012.

7. Sistematika Penulisan

Untuk mempermudah dalam penulisan skripsi ini, maka

penulisan skripsi akan dibagi menjadi beberapa bab yang didalamnya

 

Page 25: IMPLEMENTASI NILAI-NILAI PEKERJA SOSIAL DALAM …

14

terdapat sub-bab. Agar lebih sistematis dan terarah, akan dibagi

sebagai berikut:

BAB I Pendahuluan, terdiri atas latar belakang masalah yang

menjadi dasar dalam penulsan skripsi ini. Selanjutnya terdapat

pembatasan dan perumusan masalah, manfaat dan tujuan penelitian,

tinjauan pustaka, metodologi penelitian dan sistematika penulisan.

BAB II Kajian Pustaka, dimana didalamnya membahas tentang

nilai-nilai pekerja sosial, khususnya terkait dengan proses rehabilitasi

sosial.

BAB III Profil Yayasan STIGMA, terdiri dari sejarah, struktur

lembaga, program kerja, dan sebagainya .

BAB IV Temuan dan Analisis, dalam bab ini diuraikan tentang

proses rehabilitasi sosial, implementasi nilai-nilai pekerja sosial, serta

dilema etik dalam implementasi nilai-nilai pekerja sosial.

BAB V Penutup, terdiri dari kesimpulan dalam penulisan

skripsi, kritik dan saran yang diperlukan.

 

Page 26: IMPLEMENTASI NILAI-NILAI PEKERJA SOSIAL DALAM …

15

BAB II

KAJIAN PUSTAKA

A. Pekerja Sosial

1. Pengertian Pekerja Sosial

Pekerja sosial adalah orang yang memiliki dasar pengetahuan,

keterampilan dan nilai pekerjaan sosial yang mempunyai tugas pokok

memberikan pelayanan kesejahteraan sosial. Dan pekerjaan sosial yaitu suatu

pekerjaan yang berakar pada tanggung jawab sosial bertujuan untuk

kesejahteraan sosial, dengan jelas berusaha menghilangkan faktor-faktor

yang mengganggu perkembangan pribadi seseorang.11

Profesi pekerja sosial

adalah suatu profesi yang pada dasarnya merupakan profesi pertolongan

terhadap mereka yang rentan terhadap permasalahan keberfungsian sosial,

baik itu individu, kelompok, maupun masyarakat.

Pekerjaan sosial dapat dimaknai baik sebagai disiplin ilmu, maupun

profesi kemanusiaan. Sebagai disiplin ilmu, pekerjaan sosial memfokuskan

perhatiannya pada interelasi person-environment berdasarkan pendekatan

holistic yang dibangun secara eklektik dari ilmu-ilmu perilaku manusia dan

sistem sosial, terutama psikologi, sosiologi, antropologi, ekonomi, dan

politik. Sementara sebagai profesi kemanusiaan, pekerjaan sosial berfokus

pada pertolongan dan keahlian profesional untuk memperbaiki atau

meningkatkan keberfungsian sosial individu, kelompok, keluarga, dan

masyarakat sehingga memiliki kapasitas dalam menghadapi goncangan dan

tekanan yang menerpa kehidupan.

Profesi pekerjaan sosial [dikutip dari pertemuan “Federasi Pekerja

Sosial Internasional” di Montreal-Kanada, Juli 200] mempromosikan

11

Suharto, “Tanya Jawab Sosiologi”, (Jakarta: PT. Rineka Cipta, 1991), h.93

 

Page 27: IMPLEMENTASI NILAI-NILAI PEKERJA SOSIAL DALAM …

16

terciptanya perubahan sosial, serta pemberdayaan dan pembebasan manusia

pada relasi manusia, serta pemberdayaan dan pembebasa manusia untuk

mencapai derajat kehidupan yang lebih baik. Upaya tersebut dilakukan

dengan menggunakan teori-teori perilaku manusia dan sistem sosial.

pekerjaan mengintervensi ketika seseorang berinteraksi dengan

lingkungannya. Prinsip-prinsip hak asasi manusia dan keadilan sosial

merupakan hal yang fundamental bagi pekerjaan sosial.12

Berikut ini adalah pengertian dan definisi pekerja sosial menurut para ahli:

Tabel 1.2 Pengertian pekerja sosial menurut para ahli

No. Nama Teori

1. Robert W.

Robert dan

Robert H. Nee

Pekerja sosial merupakan profesi yang baru

muncul pada abad ke-20. Berbeda dengan profesi

lain yang mengembangkan spesialisasi untuk

mencapai kematangannya, maka pekerja sosial

berkembang dari berbagai spesialisasi pada

lapangan kerja yang berbeda.13

2. Tara Kuther

Pekerja sosial adalah seorang profesional, yang

paling sering bekerja dengan orang dan

membantu mereka mengelola kehidupan sehari-

hari mereka, memahami dan beradaptasi dengan

penyakit, cacat, kematian, dan memberikan

pelayanan sosial, seperti perawatan kesehatan,

bantuan pemerintah, dan bantuan hukum.

3. Jack Claridge Pekerja sosial adalah seorang individu yang

bertujuan untuk membantu orang-orang dalam

masyarakat yang tidak mampu atau kesulitan

dalam menangani masalah kehidupan yang

mereka hadapi. Pekerja sosial dapat melakukan

tugas mereka di sekolah, rumah sakit, organisasi,

dan sektor publik lainnya.

4. Princeton Pekerja sosial ialah seorang yang menghabiskan

hari-hari mereka membantu orang yang

mempunyai masalah dengan kesehatan,

psikologis, sosial, atau bahkan masalah

keuangan.

12

Isbandi Rukminto, Adi, “Ilmu Kesejahteraan Sosial dan Pekerjaan Sosial”, 2nd ed.,(Depok: FISIP

UI Press, 2005), h. 12 13

Isbandi Rukminto Adi, “Psikologi, Pekerjaan Sosial dan Ilmu Kesejahteraan Sosial”, (Jakarta:

PT. Raja Garfindo Persada, 1994), cet. 1, h. 11

 

Page 28: IMPLEMENTASI NILAI-NILAI PEKERJA SOSIAL DALAM …

17

5. C. Walter A.

Fried Kandar

Pekerjaan sosial adalah pelayanan profesional

berdasarkan ilmu dan keterampilan dalam

hubungan kemanusiaan yang membantu

seseorang atau kelompok untuk mencapai

kebebasan pribadi.

6. Pincus dan Anne

Minahan

Pekerja sosial adalah seorang yang ahli dan

mempunyai tanggung jawab untuk memperbaiki

dan atau mengembangkan interaksi antara orang/

sekelompok orang dengan lingkungan sosial

mereka sehingga memiliki kemampuan untuk

melaksanakan tugas-tugas kehidupan, mengatasi

kesulitan dan mewujudkan aspirasi serta nilai-

nilai mereka.14

Sementara itu menurut Buku Panduan Pekerja Sosial adalah pegawai

negeri sipil yang diberi tugas melaksanakan kegiatan usaha kesejahteraan

sosial secara penuh oleh pejabat yang berwenang pada lingkungan

Departemen Sosial dan Unit Pelayanan Kesejahteraan Sosial pada instalasi

lainnya berdasarkan kompetensi profesional pekerja sosial.15

Sedangkan di Indonesia, pengertian Kesejahteraan Sosial tidak dapat

dilepaskan dari apa yang telah dirumuskan dalam Undang-Undang Nomor 11

Tahun 2009 tentang Kesejahteraan Sosial, Pasal 1 ayat 1 yang mengatakan

bahwa, Kesejahteraan Sosial ialah kondisi terpenuhinya kebutuhan material,

spiritual, dan sosial warga negara agar dapat hidup layak dan mampu

mengembangkan diri, sehingga dapat melaksanakan fungsi sosialnya.

Rumusan di atas menggambarkan Kesejahteraan Sosial sebagai suatu

keadaan di mana digambarkan secara ideal adalah suatu tatanan (tata

kehidupan) yang meliputi kehidupan material maupun spiritual, dengan tidak

menempatkan satu aspek lebih penting dari yang lainnya, tetapi lebih

14

Dwi Heru Sukoco,” Profesi Pekerja Sosial dan Pertolongannya”, (Bandung: Kopma STKS,

1998), h. 75 15

Departemen Sosial RI, Panduan Pekerja Sosial di Lingkungan Departemen Sosial (Jakarta:

Sekretariat Jenderal, 1998), h. 4

 

Page 29: IMPLEMENTASI NILAI-NILAI PEKERJA SOSIAL DALAM …

18

mencoba melihat pada upaya mendapatkan titik keseimbangan. Titik

keseimbangan antara aspek sosial, material, dan spiritual.16

Dari pengertian menurut ahli diatas, maka pekerja sosial itu adalah

seorang ahli yang mempunyai tanggung jawab sosial untuk memperbaiki dan

atau mengembangkan interaksi sosial antara orang/ sekelompok orang

dengan lingkungan sosialnya, sehingga memiliki kemampuan untuk

melaksanakan tugas-tugas kehidupan, mengatasi kesulitan dan mewujudkan

aspirasi serta nilai-nilai mereka. Yang intinya adalah membantu seseorang

atau sekelompok orang yang mengalami disfungsi sosial menjadi berfungsi

sosial seperti seharusnya.

2. Prinsip Umum Pekerja Sosial, Kode Etik Pekerja Sosial dan Nilai-Nilai

Pekerjaan Sosial

Kode etik merupakan pedoman yang dijadikan sebagai standar

perilaku para pekerja sosial yang berisikan nilai-nilai, prinsip-prinsip, aturan

profesi pekerjaan sosial yang dijadikan pedoman bagi anggotanya. Penetapan

kode etik dimaksudkan untuk menjaga dan menjamin kompetensi pelayanan

profesional, meningkatkan mutu pelayanan sosial dan melindungi penerima

pelayanan sosial. prinsip-prinsip pekerja sosial dituangkan dalam kode etik

profesi, dalam bentuk petunjuk dan kewajiban. Prinsip umum pekerja sosial

adalah:

a. Menjunjung tinggi harkat dan martabat manusia

b. Pengakuan adanya persamaan kesempatan

c. Hak individu untuk menentukan jalan/cara hidupnya sendiri

d. Setiap orang mempunyai tanggung jawab sosial.

Adapun kode etik pekerja sosial adalah:

16

Isbandi Rukminto Adi, Kesejahteraan Sosial (Pekerjaan Sosial, Pembangunan Sosial, dan Kajian Pembangunan), (Jakarta: PT. RajaGrafindo Persada, 2013), h. 23

 

Page 30: IMPLEMENTASI NILAI-NILAI PEKERJA SOSIAL DALAM …

19

a. Pekerja sosial mengutamakan tanggung jawab melayani kesejahteraan

individu atau kelompok yang meliputi kegiatan perbaikan kondisi sosial.

b. Pekerja sosial mendahulukan atau mengutamakan tanggung jawab

profesi daripada kepentingan pribadi.

c. Pekerja sosial tidak membeda-bedakan latar belakang keturunan, warna

kulit, agama, umur, jenis kelamin, warga negara dan berusaha mencegah

serta menghapuskan diskriminasi dalam memberikan pelayanan, dalam

tugas serta praktek-praktek kerja.

d. Pekerja sosial melaksanakan tanggung jawab demi mutu dan keleluasaan

pelayanan yang diberikan.17

Pada dasarnya tujuan pekerjaan sosial yaitu ingin selalu memperbaiki

dan meningkatkan praktik pekerjaan sosial profesional. Para pekerja sosial

berupaya untuk menggabungkan pengetahuan dan keterampilan untuk

kepentingan pelayanan kepada sistem klien. Disamping itu, pekerja sosial

diharapkan cukup memahami metodologi penelitian serta hasil-hasil

penelitian yang dilaporkan dan menerapkan konsep-konsep, teori-teori, serta

pengetahuan yang dikembangkan oleh penelitian yang bersangkutan kedalam

praktik yang dilakukannya.18

Selain itu pekerjaan sosial juga dipengaruhi oleh berbagai

nilai. Pekerjaan sosial menyatakan pentingnya nilai-nilai sebagai suatu

dimensi yang besar dalam praktek profesionalnya. Oleh sebab itu pekerja

sosial menempatkan posisi yang didasarkan atas suatu nilai-nilai. Nilai-nilai

secara umum dapat diartikan sebagai pusat pandangan setiap orang tentang

bagaimana menjalani hidup ini. Artinya nilai-nilai merupakan suatu pedoman

17

Sumber Pedoman Pekerja Sosial (Dinas Sosial Provinsi Jawa Barat) 18

Irawan Soehartono, “Metode Penelitian Sosial, Suatu Teknik Penelitian Bidang Kesejahteraan

Sosial dan Ilmu Sosial Lainnya”, (Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, 2004), cet. 6, h. 18

 

Page 31: IMPLEMENTASI NILAI-NILAI PEKERJA SOSIAL DALAM …

20

tingkah laku bagi setiap orang dalam melakukan tindakan di suatu

lingkungan tertentu guna mencapai tujuan-tujuannya.

3. Nilai-nilai Pekerja Sosial

Praktik pekerjaan sosial selalu berdasarkan pada nilai masyarakat,

karena profesi pekerjaan sosial mendapat misi untuk melaksanakan sebagian

dari fungsi masyarakat. Oleh sebab itu praktik pekerjaan sosial akan

mengambil dan dipengaruhi oleh nilai masyarakat. Jadi suatu profesi harus

selaras dengan nilai-nilai masyarakat. Praktik pekerjaan sosial di Indonesia

harus yang sesuai dan mendukung nilai masyarakat Indonesia.

Pengetahuan pekerjaan sosial dapat diambil dari mana saja, tetapi

kita perlu menyaringnya untuk disesuaikan dengan nilai masyarakatnya. Nilai

belum tentu merupakan hal yang dipraktikkan di dalam masyarakat atau

dengan kata lain apa yang dipraktikkan di dalam masyarakat belum tentu

merupakan kegiatan untuk mencapai/melaksanakan nilai. Jadi nilai

masyarakat sebagai salah satu sumber nilai profesi, karena profesi sebenarnya

lahir sebagai perwujudan dari pelaksanaan nilai masyarakat.

Konsep nilai banyak dibahas di dalam literatur pekerjaan

sosial, karena nilai mempunyai pengaruh yang sangat besar di dalam

pelaksanaan praktik pekerjaan sosial. Pekerja sosial dalam melaksanakan

tugas-tugasnya selalu dipengaruhi oleh nilai-nilai sebagai berikut:

a. Nilai-nilai personal (personal value)

Praktik pekerjaan sosial mencakup penyatuan keunikan manusia

secara pribadi dengan perangkat tanggung jawab profesional. Pekerja sosial,

layaknya seperti klien dan orang lainnya, memiliki banyak perbedaan

dimensi. Perbedaan dimensi secara; fisik, emosional, intelektual, spiritual,

 

Page 32: IMPLEMENTASI NILAI-NILAI PEKERJA SOSIAL DALAM …

21

dan sosial. Pekerja sosial merespons dari peranan profesionalnya dan

bertanggung jawab cara-melihat klien yang utuh (whole person).

Pekerja sosial boleh saja menutup identitas peranan profesionalnya,

tetapi bukan dalam peranan dalam 24 jam per-hari. Ia mempunyai kehidupan,

relasi, dan tanggung jawab pribadi, dan itu semua merupakan bagian dari diri

seorang pekerja sosial. setiap pekerja sosial, tentu dituntut mempunyai

keseimbangan antara kehidupan diri-pribadi dan profesionalitasnya yang

sehat dan afiat.19

b. Nilai-nilai profesi (profesional value)

Pekerja sosial melihat orang, harus berdimensi menyeluruh dengan

aspek; biologis, kecerdasan, emosional, sosial, temali-keluarga, keyakinan-

agama, ekonomi, masyarakatnya dan sebagainya. Juga lebih memperhatikan;

aspek-aspek pribadi klien menghadapi situasi sosialnya, yaitu menyangkut,

1) Kapasitas individu untuk memenuhi kebutuhan dasar; seperti,

makanan, perumahan, kesehatan dan perawatan

2) Tingkat pengetahuan dan keterampilan yang dibutuhkan guna

mengatasi tuntutan kehidupan dan penghasilannya

3) Gagasan pribadi tentang kehidupan orang lain dan dirinya

4) Tujuan-tujuan dan aspirasi-aspirasi individu dan sebagainya20

c. Nilai-nilai pribadi (values of client’s)

Pekerja sosial harus mengakui, menghargai, dan berusaha sebaik

mungkin melindungi kepentingan klien dalam konteks pelayanan seperti;

memberikan pelayanan sesuai dengan kompetensi profesionalnya; memberi

19

Cepi Yusrun Alamsyah, “Praktik Pekerjaan Sosial Generalis: Suatu Tuntunan Intervensi”,

(Yogyakarta: Pustaka Pelajar), 2010, hlm. 45 20

Ibid, hlm. 197-198

 

Page 33: IMPLEMENTASI NILAI-NILAI PEKERJA SOSIAL DALAM …

22

informasi yang akurat dan lengkap tentang keleluasaan lingkup, jenis dan

sifat pelayanan; memberitahukan hak, kewajiban, kesempatan-kesempatan

dan resiko-resiko yang melekat pada dan atau timbul dari hubungan

pelayanan yang diberikan; dan seterusnya.21

d. Nilai lembaga tempat pekerja sosial bekerja

Pekerja sosial harus senantiasa berperan aktif dalam meningkatkan

kinerja pelayanan lembaga yang mempekerjakannya terhadap klien, baik

melalui hubungan kerja yang kondusif maupun dalam bentuk pelayanan yang

lebih bermutu kepada klien, dengan:

1) Melaksanakan tugas, kewajiban, dan tanggung jawab sebaik-baiknya

dan secara akuntabel dalam bidang, jabatan, dan kompetensinya.

2) Tidak menyalahgunakan identitas, jabatan, dan sumberdaya lembaga

untuk kepentingan pribadi.22

e. Nilai masyarakat dimana praktek pekerjaan sosial dilaksanakan.

Setiap manusia memiliki karakteristik latar belakang ragam budaya,

agama, ras, gender, intelektual, dan usia yang berbeda. Ragam keunikan

perilaku manusia itu diekspresikan dalam kehidupan individu, keluarga dan

masyarakat. Oleh karena itu, pekerja sosial harus memahami dan respek

(menghormati) terhadap keragaman dan keunikan kepribadian manusia.

21

Ibid, hlm. 193-194 22

Ibid, hlm. 198-199

 

Page 34: IMPLEMENTASI NILAI-NILAI PEKERJA SOSIAL DALAM …

23

Dengan demikian, pekerja sosial dituntut memiliki sikap

menghormati, menghargai, memahami, dan menerima keragaman dan

keunikan kepribadian manusia sebagaimana adanya.

Pekerja Sosial Profesional harus senantiasa berupaya untuk

memperkuat profesionalisme pekerjaan sosial sebagai pilar

usaha/penyelenggaraan kesejahteraan sosial dengan;

1) Mencegah dan mengurangi dominasi, eksploitasi, dan diskriminasi

terhadap setiap orang dan kelompok yang didasari atas ras, etnisitas,

jenis kelamin, usia, status perkawinan, keyakinan agama, politik,

atau keterbatasan fisik dan mental serta terhadap Orang Dengan

HIV/AIDS (ODHA) dan mantan narapidana.

2) Menjamin agar semua orang memiliki akses terhadap sumber-sumber

pelayanan dan yang mereka butuhkan.

3) Mengembangkan pilihan dan kesempatan bagi semua orang terutama

bagi orang-orang atau kelompok-kelompok yang kurang beruntung

atau yang tertindas.

4) Menciptakan kondisi yang mendorong munculnya rasa hormat

terhadap keanekaragaman budaya bangsa.

5) Memberikan pelayanan-pelayanan profesional yang cepat terutama

dalam keadaan darurat.23

Nilai-nilai dasar pekerjaan sosial berasal dari nilai-nilai

masyarakat demokratis yang menekankan penghargaan pada martabat

dan harga diri manusia, serta antar hubungan yang saling menguntungkan

diantara individu dengan masyarakat. Kemudian di dalam praktiknya,

23

Ibid, hlm. 201

 

Page 35: IMPLEMENTASI NILAI-NILAI PEKERJA SOSIAL DALAM …

24

nilai-nilai tersebut dirumuskan menjadi prinsip-prinsip dasar pekerjaan

sosial yang akan menjadi landasan bagi praktik pekerjaan sosial

profesional.

Sedangkan Nations Assosiation of Social Work (NASW) dalam

Sheafor dkk (2000) terdapat 6 (enam) inti nilai di dalam The NASW

Code of Ethic sebagai berikut;

a. Pelayanan. Tujuan utama pelayanan pekerjaan sosial ialah

untuk membantu klien mengatasi persoalan keberfungsian

sosial. kewajiban melayani klien ditempatkan lebih utama

daripada minat-pribadi pekerja sosial.

b. Keadilan sosial.sebagai pekerja sosial terlibat dalam upaya-

upaya mengubah kondisi sosial yang tidak adil; mereka

secara khusus sensitif terhadap kerawanan sebagian besar

penduduk (seperti terhadap individu-individu dan kelompok-

kelompok yang tergolong miskin, diskriminasi,dan bentuk-

bentuk ketidakadilan lainnya).

c. Mertabat dan harga diri-pribadi. Pekerja sosial

mempertimbangkan dengan memandang bahwa setiap klien

martabat dan harga diri sebagai nilai pribadi, dan perlakuan

terhadap klien dilakukan dengan menghormatinya sekalipun

perilakunya pernah membahayakan diri atau orang lain.

d. Mengutamakan relasi manusia. Pekerja sosial memahami

bahwa relasi merupakan sentral pengembangan manusia

terutama di dalam keberhasilan proses pertolongan

menyangkut layanan individu, keluarga, kelompok,

organisasi, dan atau komunitas.

 

Page 36: IMPLEMENTASI NILAI-NILAI PEKERJA SOSIAL DALAM …

25

e. Integritas. Relasi pertolongan tidak-dapat dilakukan secara

terus menerus kecuali klien mempercayai pekerja sosial yang

memiliki integritas kejujuran dan menghormati hak-hak

privasi klien.

f. Kompetensi. Pekerja sosial berkomitmen untuk memberikan

pengetahuan dan keterampilan terbaiknya di dalam proses

pertolongan.

Sebenarnya, menurut mereka (2000) terdapat beberapa inti nilai

pekerjaan sosial lainnya seperti:

1) Pekerja sosial menghormati hak-hak dasar orang (klien)

2) Pekerja sosial memiliki rasa tanggung jawab sosial

3) Pekerja sosial berkomitmen terhadap kebebasan

4) Pekerja sosial mendukung sikap klien menentukan dirinya

sendiri

Nilai-nilai yang dilembagakan dalam suatu kode etik profesi

pekerjaan sosial sebagai profesi human services tentu memiliki

nilai-nilai keunikan tersendiri yang berbeda dengan profesi-

profesi pertolongan manusia lainnya. Seni pertolongan, tentu

bersandar pada nilai-nilai kemanusiaan dan profesional.24

Prinsip-prinsip dasar pekerjaan sosial tersebut meliputi:

keyakinan akan martabat dan harga diri manusia, keyakinan akan adanya

hak manusia untuk menentukan nasibnya sendiri, keyakinan akan adanya

hak yang sama bagi setiap manusia, serta keyakinan akan adanya

24

Ibid, hlm 53-55

 

Page 37: IMPLEMENTASI NILAI-NILAI PEKERJA SOSIAL DALAM …

26

tanggung jawab sosial dalam pelaksanaan tugas-tugas kehidupan setiap

manusia termasuk tugas profesionalnya.

Selanjutnya dalam praktik, pekerja sosial dituntut untuk

mengenali, memahami, serta menginternalisasikan beberapa nilai sebagai

berikut :

1. Penerimaan

Prinsip ini mengemukakan bahwa seorang pekerja sosial

menerima klien tanpa menghakimi klien tersebut terlebih dahulu.

Kemampuan pekerja sosial untuk menerima klien dengan sewajarnya

akan banyak membantu perkembangan relasi antara pekerja sosial

dengan kliennya.

2. Komunikasi

Prinsip komunikasi ini erat kaitannya dengan kemampuan

pekerja sosial untuk menangkap informasi ataupun pesan yang

dikemukakan oleh klien, baik dalam bentuk komunikasi yang

verbal,yang diungkapkan klien ataupun sistem klien, maupun bentuk

komunikasi non verbal.

3. Individualisasi

Prinsip individualisasi pada intinya menganggap setiap

individu berbeda dengan yang lainnya, sehinngga seorang pekerja

sosial haruslah menyesuaikan cara memberi bantuan dengan setiap

kliennya, guna mendapatkan hasil yang diinginkan. Dengan adanya

prinsip individualisasi ini maka seorang pekerja sosial dibekali

dengan pengetahuan bahwa setiap individu adalah unik, sehingga

 

Page 38: IMPLEMENTASI NILAI-NILAI PEKERJA SOSIAL DALAM …

27

pendekatan yang diutamakan adalah kasus per kasus dan bukannya

penggeneralisasian.

4. Partisipasi

Berdasarkan prinsip ini, seorang pekerja sosial harus

mengajak kliennya untuk berperan aktif dalam upaya mengatasi

permasalahan yang dihadapinya, sehinnga klien ataupun sistem klien

juga mempunyai rasa tanggung jawab terhadap keberhasilan proses

pemberian bantuan tersebut. Karena tanpa ada kerja sama dan peran

serta dari klien maka upaya pemberian bantuan sulit untuk mendapat

hasil optimal.

5. Kerahasiaan

Prinsip kerahasiaan ini akan memungkinkan klien ataupun

sistem klien mengungkapkan permasalahan yang ia hadapi dengan

rasa aman, karena ia yakin bahwa apa yang ia utarakan dalam

hubungan kerja sama dengan pekerja soaial akan tetap dijaga oleh

pekerja sosial agar tidak diketahui oleh orang lain.

6. Kesadaran diri pekerja social (worker self-Awarness)

Prinsip ini menuntut pekerja social untuk bersikap

professional dalam menjalin relasi dengan kliennya, dalam arri

bahwa pekerja sosial harus mampu mengendalikan dirinya sehingga

tidak terhanyut oleh permasalahan yang dihadapi oleh kliennya.

Pekerja sosial di sini haruslah tetap rasional, tetapi mmpu menyelami

perasaan kliennya secara obyektif. Dengan kata lain, pekerj sosial

 

Page 39: IMPLEMENTASI NILAI-NILAI PEKERJA SOSIAL DALAM …

28

haruslah menerapkan sikap empati dalam menjalin relasi dengan

kliennya.25

Dari uraian di atas dapat dijelaskan bahwa sikap pekerja sosial

dilandasi oleh prinsip-prinsip dasar profesional, nilai-nilai masyarakat

secara umum serta nilai-nilai masyarakat tempat dilaksanakannya praktik

pekerjaan sosial. Dan pada dasarnya sikap profesional tersebut terletak

pada pengendalian diri pekerja sosial untuk tetap mampu bersikap

objektif tanpa pernah kehilangan sikap sebagai manusia biasa. Dapat pula

diartikan sikap profesional pekerja sosial terutama berarti

kemampuannya untuk mengenali dan menggunakan dirinya sendiri

dalam suatu hubungan profesional dengan kliennya. Seperti juga hal

pekerja sosial harus memilih kemampuan untuk memahami berbagai

aspek pada klien serta lingkungan. Pemilikan sikap profesional tersebut

merupakan proses dan merupakan hasil belajar dari para pekerja sosial

itu sendiri baik dari penelaahannya maupun pengalamannya secara

praktis. Pemilikan sikap tersebut tidak diragukan lagi dalam proses

pemberian bantuan, sehingga hubungan pemberian bantuan bukan

diciptakan oleh teknik-teknik pemberian bantuan melainkan oleh pemberi

bantuan itu sendiri dalam hal ini adalah pekerja sosial profesional.

B. Rehabilitasi

1. Pengertian Rehabilitasi

Pada awalnya rehabilitasi adalah sebuah istilah dan pandangan Plato

terhadap pelaku kejahatan, namun pada perkembangannya, istilah tersebut

meluas penggunaannya pada berbagai bidang. Tidak hanya pada bidang

kriminologi saja, namun sudah meluas hingga bidang medis, sosial,

25

Ibid, hlm. 7-8

 

Page 40: IMPLEMENTASI NILAI-NILAI PEKERJA SOSIAL DALAM …

29

psikologi, dan kesejahteraan sosial. rehabilitasi menawarkan optimisme dan

harapan yang terkait dengan semangat kemanusiaan yang kuat untuk

memperoleh kesembuhan dan hidup yang lebih baik lagi. Rehabilitasi

mempertemukan keahlian dan tenaga profesional, seperti dokter, psikolog,

kriminolog, pendidik, konselor dan pekerja sosial.

Rehabilitasi adalah pemulihan kepada kedudukan yang dahulu,

perbaikan anggota tubuh yang cacat dan sebagainya atas individu (misal

pasien rumah sakit, korban bencana alam) supaya menjadi manusia yang

berguna dan memiliki tempat di masyarakat.

Menurut Departemen Sosial RI, rehabilitasi adalah proses

refungsionalisasi dan pemantapan taraf kesejahteraan sosial untuk

memungkinkan para penyandang masalah kesejahteraan sosial mampu

melaksanakan kembali fungsi sosialnya dalam tata kehidupan dan

penghidupan bermasyarakat dan bernegara.

Pada dasarnya, rehabilitasi merupakan upaya mengembalikan

keberfungsian sosial seseorang dengan menawarkan optimisme serta harapan

yang kuat. Rehabilitasi mempertemukan tenaga-tenaga ahli dan pelbagai

disiplin ilmu. Tenaga ahli tersebut mengupayakan rehabilitasi secara lebih

komprehensif dan segi medis, psikologis dan sosial dalam rangka

meningkatkan taraf kesejahteraan sosialnya di masyarakat.

2. Jenis Rehabilitasi

Dalam praktiknya, rehabilitasi mempertemukan berbagai disiplin

ilmu mulai dari medis, psikologis, sosial, bahkan pendidikan multidisipliner

yang menghasilkan proses rehabilitasi yang saling terkait dan mendukung

upaya pengembalian fungsi sosial, sehingga individu dapat menjalankan

perannya sesuai dengan tuntutan lingkungannya. Pada perkembangannya,

rehabilitasi terbagi menjadi empat jenis rehabilitasi sebagai berikut:

 

Page 41: IMPLEMENTASI NILAI-NILAI PEKERJA SOSIAL DALAM …

30

a. Rehabilitasi Medis

Rehabilitasi medis merupakan upaya menyembuhkan atau

memulihkan kesehatan pasien melalui layanan-layanan kesehatan,

baik itu dilakukan oleh seorang dokter dalam praktek

pribadinyamaupun di rumah sakit umum. Biasanya di rumah sakit

umum dilengkapi dengan layanan psikologis yang dilakukan oleh

psikolog, dan layanan sosial atau sosial medis yang dilakukan oleh

pekerja sosial medis. Pada setting rumah sakit yang melaksanakan

kegiatan rehabilitasi medis, layanan psikologis dan pekerja sosial

merupakan layanan penunjang.

b. Rehabilitasi Pendidikan

Rehabilitasi pendidikan merupakan upaya pengembangan

potensi intelektual klien penyandang cacat yang dilaksanakan pada

setting sekolah luar biasa (SLB), misalnya di indonesia SLB A untuk

penyandang tuna netra, SLB B untuk penyandang tuna rungu dan

tuna wicara, SLB C untuk penyandang tuna laras, dan SLB D untuk

penyandang cacat tubuh. Profesi yang dominan pada setting sekolah

luar biasa ini adalah guru sekolah luar biasa, adapun profesi dokter,

psikolog, dan pekerja sosial adalah sebagai profesi penunjang.

c. Rehabilitasi Vokasional

Rehabilitasi vokasional merupakan upaya memberikan bekal

keterampilan kerja bagi klien, sehingga dapat mandiri secara

ekonomi di masyarakat, pada setting ini, diperlukan tenaga-tenaga

yang menguasai keterampilan kekaryaan khusus. Pekerja sosial pada

setiing ini, diharapkan menguasai keterampilan kekaryaantersebut

disamping keterampilan dan keahliannya dibidang psikososial.

 

Page 42: IMPLEMENTASI NILAI-NILAI PEKERJA SOSIAL DALAM …

31

d. Rehabilitasi Sosial

Rehabilitasi sosial merupakan upaya yang bertujuan untuk

mengintegrasikan seseorang yang mengalami masalah sosial ke

dalam kehidupan masyarakat dimana dia berada. Pengintegrasian

tersebut dilakukan melalui upaya peningkatan penyesuaian diri, baik

terhadap keluarga, komunitas maupun pekerjaannya. Dengan

demikian, rehabilitasi sosial merupakan pelayanan sosial yang utuh

dan terpadu, agar seseorang dapat melaksanakan fungsi sosialnya

secara optimal dalam hidup bermasyarakat. Pada jenis rehabilitasi

sosial ini, profesi pekerja sosial memegang peran utama. Profesi-

profesi lain berperan sesuai dengan kebutuhan yaitu sebagai

penunjang.

Rehabilitasi sosial merupakan suatu upaya yang

dimaksudkan untuk memulihkan dan mengembangkan kemampuan

seseorang yang mengalami disfungsi sosial agar dapat melakukan

fungsi sosialnya kembali secara wajar. Rehabilitasi sosial

dilaksanakan secara persuasif, motivatif, dan kohersif baik dalam

keluarga, masyarakat maupun panti sosial. Dalam pelaksanaannya,

rehabilitasi sosial diberikan pada para penyandang masalah

kesejahteraan sosial dalam bentuk; pemberian motivasi dan diagnosis

psikososial,perawatan dan pengasuhan, pelatihan vokasional dan

pembinaan, bimbingan mental spiritual, bimbingan fisik, bimbingan

sosial dan konseling psikososial, pelayanan aksesibilitas, bantuan dan

asistensi sosial, bimbingan resosialisasi, bimbingan lanjut, dan

rujukan.

Rehabilitasi sosial dapat dilakukan dalam lembaga seperti

panti sosial maupun diluar lembaga (luar panti/berbasis masyarakat).

 

Page 43: IMPLEMENTASI NILAI-NILAI PEKERJA SOSIAL DALAM …

32

Sasaran rehabilitasi sosial adalah mereka yang mengalami hambatan

dalam melaksanakan fungsi sosialnya dengan baik seperti para

penyandang cacat, anak nakal, anak bermasalah sosial (anak

terlantar, anak putus sekolah, anak jalanan, dan anak berhadapan

dengan hukum), korban penyalahgunaan narkotika, wanita tuna

susila (WTS), serta penderita HIV/AIDS atau ODHA (Orang dengan

HIV/AIDS).

Proses rehabilitasi sosial terutama dalam panti harus melalui

pendaftaran (registrasi), kontrak layanan (intake), pengungkapan dan

pemahaman masalah (assesment), menyusun rencana pemecahan

masalah (planning), pemecahan masalah (intervensi), evaluasi,

terminasi, dan pembinaan lanjut. Rehabilitasi sosial di dalam panti

tersebut menggunakan pendekatan praktik pekerjaan sosial.

Pelayanan rehabilitasi sosial dalam pelayanan kesejahteraan

sosial memiliki peranan yang cukup penting, karena proses

rehabilitasi sosial bertujuan untuk memulihkan kemampuan-

kemampuan seseorang sehingga dapat kembali berfungsi sosial

secara optimal dan dapat memberikan kontribusi yang besar dan

cukup berarti dalam mewujudkan pembangunan sosial.

Tujuan rehabilitasi sosial itu sendiri yaitu untuk memulihkan

kondisi psikologis dan kondisi sosial serta fungsi sosial seseorang

sehingga dapat hidup, tumbuh, dan berkembang secara wajar di

masyarakat serta menjadi sumber daya manusia yang berguna,

produktif, dan berkualitas, berakhlak mulia serta menghilangkan

label (stigma) negatif masyarakat terhadap seseorang yang

menghambat tumbuh kembang untuk berpartisipasi dalam hidup dan

kehidupan masyarakat.

 

Page 44: IMPLEMENTASI NILAI-NILAI PEKERJA SOSIAL DALAM …

33

Fungsi rehabilitasi dalam dunia pekerjaan sosial diartikan

sebagai proses refungsionalisasi dan pengembangan untuk

memungkinkan penyandang masalah kesejahteraan sosial mampu

melakanakan fungsi sosialnya dalam hidup bermasyarakat.

Dikatakan sebagai proses refungsionalisasi, karena dalam proses

rehabilitasi ini para penyandang masalah kesejahteraan sosial

kehilangan fungsi sosialnya di masyarakat oleh sebab masalah yang

dihadapinya sehingga mereka kehilangan fungsi sosialnya.

3. Perangkat Rehabilitasi

Rehabilitasi merupakan proses pemulihan kepada kondisi yang

semula, agar dapat mencapai tujuan tersebut, rehabilitasi memerlukan

serangkaian perangkat sebagai penunjang berlangsungnya proses rehabilitasi

yang integratif dan komprehensif. Perangkat tersebut meliputi sarana dan

prasarana yang menunjang proses rehabilitasi, yaitu:

a. Program Rehabilitasi

Program rehabilitasi mencakup pelaksanaan prosedur rehabilitasi

yang terencana, teroganisir, dan sistematis. Umumnya program

rehabilitasi menjadi bagian dan sebuah kegiatan organisasional lembaga,

baik lembaga yang dikelola pemerintah maupun lembaga non

pemerintah. Jangkauan program dapat meliputi lingkup lokal, regional,

bahkan nasional. Keterkaitan dan kerjasama antar lembaga-lembaga

menyelenggarakan program rehabilitasi merupakan hal penting mencapai

tujuan rehabilitasi itu sendiri. Dimana tujuan dan fokus rehabilitasi akan

tergantung pada kebijakan lembaga dan dapat bervariasi pada lembaga

lainnya. Seperti pada lembaga yang menyelenggarakan program

rehabilitasi bagi pecandu narkotika yang mengkhususkan pada program

rehabilitasinya saja.

 

Page 45: IMPLEMENTASI NILAI-NILAI PEKERJA SOSIAL DALAM …

34

b. Pelayanan

Pelayanan dalam proses rehabilitasi meliputi aktivitas-aktivitas

khusus yang dapat memberikan manfaat dan sesuai dengan kebutuhan

klien. penyelenggaraan pelayanan terhadap klien mengintegrasikan

berbagai pendekatan, disiplin ilmu dan tenaga-tenaga profesional untuk

mencapai tujuan dari proses rehabilitasi tersebut.

c. Sumber Daya Manusia (SDM)

Proses rehabilitasi tidak mungkin berjalan tanpa adanya sumber

daya manusia sebagai pelaksana proses tersebut. Pelaksana rehabilitasi

melibatkan tenaga-tenaga profesional dari berbagai latar belakang

pendidikan dan keterampilan-keterampilan khusus, seperti dokter,

pekerja sosial, psikolog, konselor, terapis, tenaga pendidikan, pengajar

vokasional, dan lain sebagainya. Sumber daya manusia memegang

peranan utama dalam pelaksanaan rehabilitasi.

d. Fasilitas Penunjang Rehabilitasi

Fasilitas yang dapat menunjang pelaksanaan rehabilitasi meliputi

fasilitas tempat sebagai wadah pelaksanaan rehabilitasi, seperti Instalasi

Rehabilitasi Medis (IRM) pada rumah sakit, panti sosial binaan

pemerintah, dan lembaga sosial yang menyelenggarakan program dan

layanan rehabilitasi. Selain tempat pelaksanaan, fasilitas penunjang

lainnya adalah peralatan rehabilitasi. Jenis dan jumlah peralatan tersebut

tergantung pada program, dan layanan rehabilitasi yang diselenggarakan.

 

Page 46: IMPLEMENTASI NILAI-NILAI PEKERJA SOSIAL DALAM …

35

C. Narkoba

1. Pengertian Narkoba

Narkoba adalah singkatan dari Narkotika, Psikotropika dan Bahan

Adiktif lainnya. Ada tiga unsur yang tergolong sebagai narkoba yaitu

narkotika, psikotropika, dan bahan adiktif lainnya.26

a. Psikotropika

Psikotropika adalah zat atau obat baik alamiah maupun sintetis,

bukan narkotika, berkhasiat psikoaktif melalui pengaruh selektif pada

susunan saraf pusat yang menyebabkan perubahan khas pada aktivitaas

mental perilaku. Perubahan khas ini misalnya bersifat bersemangat,

gembira, berkhayal tinggi, percaya diri besar, dan mempunyai energi tak

terbatas. Dampak dari pemakaian zat ini adalah timbulnya

kecenderungan orang untuk bergerak atau berjoget lebih lama. Sebagai

contoh adalah ekstasi dan shabu-shabu.27

b. Narkotika

Narkotika adalah zat atau obat yang berasal dari tanaman atau

bukan tanaman baik sintetis maupun semi sintetis yang dapat

menyebabkan penurunan atau perubahan kesadaran, hilangnya rasa,

mengurangi sampai menghilangkan rasa nyeri dan dapat menimbulkan

ketergantungan. Contoh narkotika ini adalah heroin, kokain, dan ganja.28

c. Bahan Adiktif Lain

Bahan adiktif lain adalah bahan lain yang tak masuk dalam

kategori narkotika maupun psikotropika. Penggunaannya dapat

26

Pengertian berdasarkan Kamus Narkoba yang dikeluarkan oleh BNN tahun 2006 27

A. Kadarmanta, “Narkoba Pembunuh Karakter Bangsa”, (Jakarta: PT. Forum Media Utama,

2010), h. 41 28

A. Kadarmanta, “Narkoba Pembunuh Karakter Bangsa”, (Jakarta: PT. Forum Media Utama,

2010), h. 41

 

Page 47: IMPLEMENTASI NILAI-NILAI PEKERJA SOSIAL DALAM …

36

menimbulkan ketergantungan. Unsur paling penting pada zat adiktif ini

adalah karena zat tersebut membuat pemakainya ketergantungan. Contoh

zat adiktif ini adalah minuman beralkohol, nikotin pada tembakau, cafein

pada kopi dan jamur tahi sapi. Sering juga dikenal dengan NAPZA

(Narkotika, Alkohol, Psikotropika, dan Zat Adiktif lainnya). 29

2. Jenis Narkoba

a. Candu

Candu adalah zat yang dihasilkan dari tanaman berbunga

papaver somniverum L, yang berisi berbagai macam zat kimia aktif.

Beberapa diantaranya mempunyai khasiat untuk pengobatan, tetapi

sebagian lagi mengandung zat yang mempunyai daya kecanduan sangat

besar, sehingga merugikan kesehatan. Narkoba yang termasuk dalam

golongan ini merupakan produk olahan dari zat opiad itu. Misalnya

heroin, kokain, morfin, dll. Jika penggunaan zat opiad itu tidak dilakukan

dibawah pengawasan ketat oleh tenaga medis, maka dikategorikan

sebagai bentuk penyalahgunaan.30

b. Heroin

Heroin adalah zat yang dihasilkan oleh pohon candu, yang

mempunyai daya adiktif sebesar 30 kali candu kasar. Heroin merupakan

narkoba jenis opiad yang paling banyak disalahgunakan. Nama lain

heroin adalah putaw, bahasa slang untuk putih, karena heroin berwarna

putih kecoklatan. Putaw memberi efek senang sesaat karena zat aktif

putaw sebenarnya secara alamiah juga ada di dalam otak manusia. Zat

aktif itu mempengaruhi paling sedikit tiga reseptor (mulut kecil) yang

29

A. Kadarmanta, Narkoba Pembunuh Karakter Bangsa, (Jakarta: PT. Forum Media Utama,

2010), h. 43 30

A. Kadarmanta, Narkoba Pembunuh Karakter Bangsa, (Jakarta: PT. Forum Media Utama,

2010), h. 43

 

Page 48: IMPLEMENTASI NILAI-NILAI PEKERJA SOSIAL DALAM …

37

sangat penting dalam mencapai kesenangan. Zat-zat tersebut dikenal

dengan nama enkaplalin dan endomorphine. Ketika seseorang berhenti

menggunakan putaw, maka kemampuan alamiah zat untuk mencapai

kesenangan akan terhenti. Akibatnya, untuk mendapat kesenangan, orang

tersebut selalu tergantung sumber dari luar yaitu putaw tersebut.

c. Depresan

Depresan adalah zat yang menekan susunan syaraf pusat dengan

akibat rasa tenang dan mengantuk. Jadi fungsi depresan berlawanan

dengan stimulant. Di dalam depresan ini termasuk kelompok obat

penenang dan minuman beralkohol.

Jenis penenang atau obat tidur yang termasuk psikotropika antara

lain obat penenang dan obat tidur. Dua obat itu banyak digunakan dokter

untuk mengobati berbagai gejala. Tetapi karena ada potensi

penyalahgunaan, maka penggunaannya diatur dalam undang-undang.

Obat jenis ini yang banyak disalahgunakan adalah kelompok

benzodiazepine seperti rohipnol, megadon, dan sebagainya.

d. Stimulan

Stimulan adalah zat yang bila digunakan menimbulkan stimulus

atau rangsangan yang bersifat bersemangat, gembira, berkhayal tinggi,

percaya diri besar, dan mempunyai energi tak terbatas. Contoh narkoba

yang masuk kelompok ini adalah shabu-shabu, ekstasi, dll.

e. Pil Ekstasi

Pil ekstasi berbentuk tablet dengan berbagai bentuk, nama dan

logo. Cara pembuatannya di laboratorium gelap sehingga tergantung

peralatan yang dipakai. Pil ekstasi dikonsumsi dengan cara ditelan. Tidak

lama setelah menggunakan stimulan terjadi perubahan persepsi sehingga

 

Page 49: IMPLEMENTASI NILAI-NILAI PEKERJA SOSIAL DALAM …

38

hati jadi gembira berlebihan, keinginan bergerak dalam musik, gerakan

berlebih, dan lainnya. Efek ini dapat berlangsung selama beberapa jam.

f. Inhalan

Inhalan adalah zat yang mudah menguap seperti campuran cat,

lem, dan sejenisnya. Penyalahgunaan inhalan adalah dengan cara

menghirup uapdari zat-zat tersebut, dikenal dengan istilah “ngelem”.

 

Page 50: IMPLEMENTASI NILAI-NILAI PEKERJA SOSIAL DALAM …

39

BAB III

GAMBARAN UMUM LEMBAGA

A. Sejarah Yayasan STIGMA

Yayasan STIGMA adalah sebuah kelompok independen yang sebagian

besar pengurusnya adalah mantan pecandu, ODHA (orang dengan HIV AIDS),

baik itu yang sudah berhenti (recovering addict), IDU’s (Pengguna jarum suntik

– current user), methadone treatment dan dibantu oleh relawan dari berbagai

kalangan seperti Mahasiswa, Siswa SMU, Psikolog, Psikiater, Dokter, Konsultan,

Ahli Hukum dll.

Berdiri pada Juni 2001, awalnya dari sebuah kelompok dukungan kecil

yang beranggotakan pecandu yang sedang menjalani masa pemulihan di RSKO

(Rumah Sakit Ketergantungan Obat) yang pada saat itu sudah selesai

detoksifikasi. Kami mengadakan diskusi ringan, support group, dll. Kegiatan

berupa diskusi, sesi, berbagi harapan, dan dukungan, dll. Kegiatan ini berhasil

dilakukan berkat ide dan fasilitas Riza Sarasvita Pramudyo dan Isrizal Hasan

serta didukung oleh RSKO. Pada akhirnya kami sepakat untuk membentuk

sebuah kelompok independen yang bernama STIGMA.

Nama STIGMA muncul dan kami pilih sebagai nama kelompok

independen ini karena kami para pecandu dengan segala label yang menempel di

diri kami secara abstrak, berkeinginan untuk mengubah stigma masyarakat

kepada pecandu. Tidak selamanya kami, pecandu, akan terus “berwarna” hitam.

Kami, pecandu, berhak untuk mendapatkan persamaan kesempatan, dukungan

dan tidak melulu stigma itu menjadi penghalang bagi kami untuk terus

melangkah maju.

 

Page 51: IMPLEMENTASI NILAI-NILAI PEKERJA SOSIAL DALAM …

40

B. Visi dan Misi

Visi

Komunitas pecandu yang produktif dan berdaya serta menurunnya prevalensi

HIV/AIDS dikalangan pecandu.

Misi

- Melakukan upaya-upaya pencegahan HIV/AIDS di komunitas pecandu.

- Memberikan dukungan kepada pecandu HIV + dan ODHA.

- Melakukan upaya-upaya pemberdayaan terhadap pecandu.

- Menanamkan nilai-nilai positif kepada pecandu.

C. Maksud dan Tujuan

- Memberdayakan teman-teman Recovering Addict guna mendapatkan

persamaan kesempatan.

- Mengubah stigma dan diskriminasi dikalangan ODHA pecandu.

- Mengumpulkan informasi terbaru mengenai gangguan yang berhubungan

dengan zat dan HIV/AIDS.

- Saling bertukar ide dan pengalaman diantara teman-teman sebaya.

- Mengembangkan persahabatan atau hubungan diantara teman-teman sesama

pecandu.

- Memberikan dukungan pada teman-teman pecandu dan berpartisipasi di

dalam kegiatan yang diadakan dengan harapan mampu membawa pada

kehidupan yang lebih baik.

- Membantu mengubah pandangan hidup pecandu terhadap masalah adiksinya.

- Memberikan informasi guna mencegah penyebaran HIV/AIDS dikalangan

IDU’s.

 

Page 52: IMPLEMENTASI NILAI-NILAI PEKERJA SOSIAL DALAM …

41

D. Struktur Lembaga

Badan Pengurus Harian

Pembina : Inang Winarso, Bongky

Ketua : Suwanto

Sekretaris : Herru Pribadi

Bendahara : Irwansyah

Pembina

Ketua

Sekretaris

Bendahara

Penjangkau Lapangan Konselor

 

Page 53: IMPLEMENTASI NILAI-NILAI PEKERJA SOSIAL DALAM …

42

E. Pendanaan

Dalam menjalankan kegiatan dan program yang ada, tentu saja

membutuhkan dana yang tidak sedikit. Yayasan STIGMA merupakan suatu

lembaga independen yang tidak memiliki sumber dana yang pasti. Mereka

bergantung pada donatur-donatur yang telah menandatangani kontrak kerjasama

dengan Yayasan STIGMA. Sejak lembaga ini berdiri, banyak sekali donatur-

donatur dari lembaga lain baik dalam maupun luar negeri yang mendanai

berjalannya Yayasan STIGMA. Donasi yang diterima tersebut tidak hanya

berbentuk uang namun juga berbentuk barang atau hal lain. Diantara sekian

banyak donatur yang mendanai berjalannya lembaga ini, berikut beberapa

donatur tetap semenjak tahun 2004 hingga sekarang:

- Kementerian Sosial Republik Indonesia

- KPAN

- USAID (Amerika)

- AUSID (Australia)

- HIVOS (Belanda)

- Global Fund

- OSF

- Dll

F. Sistem Klien

Yayasan STIGMA sendiri bergerak dalam rehabilitasi dan resosialisasi

pecandu narkoba dan ODHA (Orang dengan HIV/AIDS). Sebagai lembaga

rehabilitasi, tentu saja memerlukan klien untuk ditangani. Oleh sebab itu, berikut

adalah beberapa cara dalam mendapatkan klien untuk ditangani.

1. Pecandu/ODHA yang datang sendiri dengan kesadaran sendiri ingin

segera di rehabilitasi di STIGMA.

 

Page 54: IMPLEMENTASI NILAI-NILAI PEKERJA SOSIAL DALAM …

43

2. Pecandu/ODHA yang datang dan di antar oleh keluarga/sanak

saudara agar segera di rehabilitasi di STIGMA.

3. Pihak Kepolisian (bekerja sama dengan polsek/polres setempat),

membawa pecandu yang tertangkap tangan menyalahgunakan

narkoba dan dibawa agar segera mendapatkan rehabilitasi.

Dalam proses rehabilitasi, klien dapat menjalani rawat inap selama 6

bulan di lembaga dan mengikuti seluruh program yang telah disediakan dan dapat

juga menjalani rawat jalan yang tidak harus berada di lembaga namun harus

selalu melakukan kontrol 1 minggu sekali.

G. Pekerja Sosial

Sebagai sebuah lembaga rehabilitasi, sudah semestinya memerlukan

bantuan pekerja sosial dalam menangani klien yang sedang di rehabilitasi. Di

lembaga ini pekerja sosial secara khusus menangani klien yang menjalani rawat

inap selama 6 bulan dan pekerja sosial yang berada di lembaga ini tidak tetap

namun bersifat kontrak. Dan untuk mendapatkan seorang atau lebih pekerja

sosial, lembaga ini mengajukan surat permohonan kepada Kementerian Sosial

Republik Indonesia dengan melampirkan SK Kemensos.

Saat peneliti melakukan penelitian, Pekerja Sosial yang bekerja di

Yayasan STIGMA hanya tersisa 2 orang saja, karena permohonan pekerja sosial

yang diajukan oleh yayasan kepada KEMENSOS RI belum mendapatkan

jawaban.

H. Kegiatan STIGMA

1. Hotline Service seputar Narkoba, dunia adiksi dan HIV/AIDS setiap Senin-

Jum’at jam 11.00 - 16.00 WIB.

2. Kelompok Dukungan untuk Pecandu, Pecandu yang HIV+, Perempuan

Pecandu dan Pasangan Pecandu.

 

Page 55: IMPLEMENTASI NILAI-NILAI PEKERJA SOSIAL DALAM …

44

3. Outreach (penjangkauan ke pecandu jarum suntik).

4. NSEP (pertukaran jarum suntik)

5. Sosialisasi program STIGMA ke Stakeholder.

6. Distribusi media KIE (adiksi, HIV/AIDS, VCT, Hepatitis, Infeksi menular

Seksual, dll).

7. Mobile VCT (tes HIV dengan konseling dan sukarela) di STIGMA setiap

hari Rabu jam 12.00 - 16.00 WIB bekerja sama dengan Yayasan Mitra

Indonesia.

8. Konseling HIV/AIDS, adiksi, umum setiap Senin – Jum’at jam 13.00 – 16.00

WIB di STIGMA.

9. Layanan informasi mengenai rujukan methadone, detoksifikasi, rehabilitasi,

rumah sakit, ARV, pengobatan ke Puskesmas, dll.

 

Page 56: IMPLEMENTASI NILAI-NILAI PEKERJA SOSIAL DALAM …

45

BAB IV

TEMUAN DAN ANALISIS

Pada bab ini peneliti akan menjabarkan hasil temuan dan analisa mengenai

implementasi nilai-nilai peksos dalam proses rehabilitasi sosial korban

penyalaguna narkoba di yayasan stigma. Pembahasan ini akan dimulai dari

temuan mengenai proses rehabilitasi sosial di Yayasan STIGMA. Dimana

pembahasan mengenai proses rehabilitasi tersebut akan dilakukan tanpa terlepas

dari nilai-nilai pekerja sosial yang ada.

A. Proses Rehabilitasi Sosial

Yayasan STIGMA adalah sebuah Lembaga Swadaya Masyarakat

(LSM) yang merupakan lembaga non pemerintahan atau Non-Government

Organization (NGO) yang bernaung dibawah kementerian sosial. Dalam

proses rehabilitasi sosialnya, Yayasan STIGMA memiliki 2 acuan untuk

melakukan rehabilitasi. Yaitu, program rehabilitasi sosial Kementerian

Sosial Republik Indonesia dan juga Pedoman Pemulihan Adiksi Berbasis

Masyarakat (PABM) dari Komisi Penanggulangan Aids (KPA).

1. Proses penerimaan

- Pengguna diantar oleh pihak keluarga atau datang sendiri untuk di

rehabilitasi.

- Rujukan dari polsek setempat yang telah bekerja sama dengan

yayasan stigma.

 

Page 57: IMPLEMENTASI NILAI-NILAI PEKERJA SOSIAL DALAM …

46

Gambar 1.1 Alur Rehabilitasi

Setelah klien diterima untuk menjalankan proses rehabilitasi sosial,

setelah itu ia menjalani tes urine, selanjutnya klien akan ditentukan untuk

mengikuti program rawat inap atau rawat jalan sesuai dengan tingkat

adiksi klien. Menurut Kepala Bidang Rehabilitasi, Bapak Sugeng,

penanganan Klien adiksi di Yayasan STIGMA disesuaikan berdasarkan

tingkat adiksi yang di derita oleh klien. Seperti pada kutipan sebagai

berikut,

“...iya kita lihat dari tingkat keparahan kecanduan klien, dari

keluarga apakah mau mengikuti rawat inap atau engga. Kan kita

Datang sendiri atau di antar oleh

keluarga

Tes Urine

Rawat inap

Rujukan dari pihak yang

berwajib polsek, lapas

Rawat jalan

Monitoring

 

Page 58: IMPLEMENTASI NILAI-NILAI PEKERJA SOSIAL DALAM …

47

juga ga memaksa. Kita juga ada surat pernyataan/persetujuan,

jadi kalo keluarga ga setuju ya ga bisa di rawat inap disini.”31

Dari wawancara tersebut dapat diketahui bahwa tidak semua klien

itu dapat di rawat inap, sesuai dari tingkat kecanduan atau adiksi yang

dimiliki klien. Tingkat adiksi klien dapat ditentukan dengan cara, sudah

berapa lama klien menggunakan napza dan berapa sering ia menggunakan

napza tersebut. Namun, semua kembali lagi kepada klien dan keluarga

apakah setuju atau tidak menjalani rawat inap selama 3 bulan di Yayasan

STIGMA. Jika klien dan keluarga setuju menjalani program rawat inap

tersebut, maka klien akan menjalani program rehabilitasi selama 3 bulan

di Yayasan STIGMA. Tidak sampai disitu saja, setelah klien selesai

menjalani rawat inap, ia masih harus menjalani program rawat jalan

selama 3 bulan. Hal tersebut dilakukan selain untuk mengetahui

bagaimana perkembangan klien setelah selesai menjalani proses

rehabilitasi dan juga memudahkan dalam proses monitoring klien. Sebab

klien masih diharuskan datang kembali ke Yayasan STIGMA satu minggu

sekali untuk diberikan pembekalan dan juga melakukan controlling.

“...nah kita itu ada 2, ada yang seminggu dua kali, ada juga yang

seminggu sekali. Kalo program rehab ngikutin dari PABM itu

seminggu sekali kalo dari kemensos itu 2 minggu sekali. Kalo

31

Wawancara pribadi dengan Ketua Bidang Rehabilitasi, Bapak Sugeng, pada tanggal 6 oktober

2017

 

Page 59: IMPLEMENTASI NILAI-NILAI PEKERJA SOSIAL DALAM …

48

yang 2 minggu sekali itu palingan terapi kelompok/terapi

sosial.”32

Dalam menjalankan program rehabilitasi, Yayasan STIGMA

memiliki dua acuan. Yang pertama adalah program rehabilitasi yang

mengacu pada Kementerian Sosial RI. Yang kedua adalah sesuai dengan

Pedoman Pemulihan Adiksi Berbasis Masyarakat (PABM) yang

diterbitkan oleh KPA. Kedua acuan tersebut tidak terlalu berbeda, yang

membedakan adalah pola penanganannya saja. Yang membedakan kedua

program rehabilitasi dari dua lembaga tersebut hanya waktu dalam

melakukan terapi kelompok/terapi sosial yang dilakukan selama proses

rehabilitasi. Dimana dalam Pedoman Pemulihan Adiksi Berbasis

Masyarakat yang diterbitkan oleh Komisi Penanggulangan AIDS itu

mengharuskan melakukan terapi sosial/terapi kelompok satu minggu satu

kali. Sedangkan program rehabilitasi yang diberikan oleh Kementerian

Sosial Republik Indonesia mengharuskan dilakukannya terapi sosial/terapi

kelompok selama dua minggu satu kali.

“...kalo itu kita setiap bulannya mengadakan homevisit dan

controlling, dan setelah selesai rehab kita juga ga mungkin dilepas

gitu aja nanti takutnya dia balik make lagi.”33

Program rawat jalan dilakukan selama 3 bulan dan setiap 1 minggu

sekali diwajibkan datang ke Yayasan STIGMA untuk kontrol dan

mengikuti pemberian materi tentang bahaya narkoba dan HIV/AIDS. Dan

32

Ibid 33

Ibid

 

Page 60: IMPLEMENTASI NILAI-NILAI PEKERJA SOSIAL DALAM …

49

sesuai dengan hasil wawancara diatas, selama 3 bulan tersebut, pihak

yayasan stigma juga melakukan controlling dan home visit ke lingkungan

klien setiap 1 bulan sekali. Karena walaupun klien sudah menjalani proses

rawat inap di Yayasan STIGMA, hal tersebut tidak menjamin bahwa klien

itu benar-benar sudah berhenti menggunakan napza. Semua kembali lagi

kepada pribadi klien, bagaimana keinginan klien untuk berhenti dan

lingkungan klien. jika keinginan klien untuk berhenti masih mudah goyah,

maka kemungkinan besar klien akan kembali lagi menggunakan napza.

Atau jika di lingkungan klien masih banyak yang menggunakan napza,

maka kemungkinan besar klien akan kembali lagi menggunakan barang-

barang tersebut. oleh karena itu semua kembali lagi pada keinginan klien

untuk berhenti.

“...Tapi mayoritas itu tergantung sama klien lagi, gimana mereka,

cara mereka supaya ga balik lagi menggunakan narkoba. Kalo

dari dalam diri mereka masih ada keinginan buat make, ya

kemungkinan besar mereka bakalan balik lagi. Jadi tergantung

gimana lingkungan mereka sih.”34

Klien yang sudah menjalani program rehabilitasi tidak dapat

dikatakan bersih dari narkoba. Karena mereka masih memiliki potensi

untuk kembali menggunakan narkoba. Semua itu tidak terlepas dari

bagaimana lingkungan klien setelah selesai menjalani program rehabilitasi.

Jika ia kembali pada lingkungan dimana masih banyak yang menggunakan

narkoba, kemungkinan besar ia akan kembali menggunakan narkoba.

34

Ibid

 

Page 61: IMPLEMENTASI NILAI-NILAI PEKERJA SOSIAL DALAM …

50

Namun, itu semua kembali lagi kepada pribadi klien. apakah ia masih

ingin kembali terjerumus kedalam lingkaran narkoba lagi atau tidak. Dan

juga apakah klien tersebut sudah memiliki bekal yang cukup agar tidak

kembali menggunakan narkoba. Bekal yang dimaksud adalah kemauan

untuk berhenti untuk tidak kembali menggunakan narkoba, bekal ilmu

tentang bahaya narkoba, serta bekal norma-norma masyarakat bahwa

narkoba itu adalah barang haram yang dilarang untuk disalahgunakan dan

jika melanggar maka akan mendapatkan hukuman sesuai Undang-undang

yang berlaku.

“...Peksos itu membantu sosialisasi, membuat laporan 6 bulan

dan mengisi terapi sosial.”35

Selama menjalani proses rehabilitasi di yayasan stigma, klien di

dampingi oleh pekerja sosial. pekerja sosial itu sendiri melakukan

konseling setiap seminggu sekali terhadap klien dengan menggunakan

pendekatan individu. Selain itu, pekerja sosial juga membantu sosialisasi

kepada masyarakat disekitar lingkungan yang terdapat banyak pengguna

narkotika (hotspot). Pekerja sosial melakukan sosialisasi terhadap tokoh-

tokoh masyarakat yang ada, supaya jika ada pecandu agar dibawa ke

yayasan stigma dan juga melakukan penyuluhan tentang bahaya narkoba

serta HIV/AIDS. Ia juga bertugas memberikan terapi sosial dan terapi

kelompok kepada klien selama klien menjalani rawat inap.

35

Ibid

 

Page 62: IMPLEMENTASI NILAI-NILAI PEKERJA SOSIAL DALAM …

51

“...ada jadi perbulan itu 1,5juta, tapi kita lihat juga sih sesuai

sama kemampuan keluarga klien. kalo memang mereka mampu ya

bisa lebih dari 1,5juta tapi kalo sekiranya ga mampu ya kita

gratisin. Pokoknya sesuai sama kemampuan keluarganya sih.

Soalnya kan kita juga butuh uang untuk kehidupan mereka selama

disini.”36

Sesuai dengan hasil wawancara tersebut, selama menjalani

program rawat inap, klien harus membayar untuk dapat terus menjalankan

proses rehab yang ada. Karena yayasan stigma adalah LSM yang

membutuhkan dana untuk menjalankan kegiatan dan program-programnya

serta biaya untuk menghidupi klien selama di rawat inap. Namun biaya

tersebut dibebankan sesuai dengan kemampuan ekonomi keluarga klien.

jika klien berasal dari keluarga yang mampu maka akan dibebankan biaya,

namun jika klien berasal dari keluarga yang kurang mampu makan seluruh

biaya tersebut bisa digratiskan. Jadi, kembali lagi dengan kemampuan

keluarga klien, apakah keluarga klien mampu membayar atau tidak. Jika

klien berasal dari keluarga yang tidak mampu, maka keluarga klien bisa

melampirkan Surat Keterangan Tidak Mampu dari RT atau pejabat yang

berwenang agar dibebaskan dari biaya rehabilitasi.

“...ada juga kita kalo itu, kita ada sablon, bengkel, teknik

komputer gitu”37

36

Ibid 37

Wawancara Pribadi dengan Direktur Yayasan STIGMA, Bapak Suwanto, Pada tanggal 19

September 2017

 

Page 63: IMPLEMENTASI NILAI-NILAI PEKERJA SOSIAL DALAM …

52

Selain menjalani rehabilitasi, klien juga diberikan keterampilan-

keterampilan kerja seperti otomotif, sablon, teknik komputer dan lain

sebagainya. Maksud dari pemberian keterampilan tersebut adalah agar

setelah selesai menjalani rehabilitasi, klien mendapatkan keterampilan

yang dapat digunakan sebagai bekal yang bermanfaat nantinya dan juga

agar klien dapat memperbaiki stigma masyarakat bahwa ex-pengguna

narkoba adalah sampah masyarakat. Setidaknya klien sebagai ex-pengguna

dapat menunjukkan pada masyarakat bahwa ia telah berubah sepenuhnya

dan menghilangkan stigma negatif yang ada. Dan juga klien yang telah

selesai menjalani proses rehabilitasi dapat melanjutkan membuka usaha

sesuai dengan kelas keterampilan yang ia ikuti selama menjalani

rehabilitasi. Dan tidak sedikit klien yang telah selesai menjalani proses

rehabilitasi menanyakan dan ingin kembali ke Yayasan STIGMA untuk

melanjutkan pelatihan-pelatihan keterampilan tersebut. Yayasan STIGMA

bahkan dengan senang hati membuka pintu lebar-lebar untuk para klien

yang ingin meneruskan pelatihan keterampilan tersebut.

B. Nilai-nilai Pekerja Sosial

Dalam menjalankan program rehabilitasi sosial, Yayasan STIGMA

memiliki tenaga Pekerja Sosial untuk membantu menangani klien-klien

yang ada agar dapat berfungsi sosial kembali. Pekerja sosial tentu

memiliki nilai-nilai profesi, agar selama menjalankan tugas dan fungsinya

di lembaga ia tetap bekerja secara profesional. Dan dalam nilai-nilai

pekerja sosial tersebut juga terdapat batasan-batasan yang mengatur

pekerja sosial selama bekerja. Selain itu, nilai-nilai dan kode etik profesi

 

Page 64: IMPLEMENTASI NILAI-NILAI PEKERJA SOSIAL DALAM …

53

pekerjaan sosial dapat membantu pekerja sosial dalam proses penanganan

masalah klien jika pekerja sosial menghadapi dilema etis.

Seperti yang dikatakan oleh “I”, ia adalah seorang pekerja sosial

yang bekerja sudah cukup lama di Yayasan Stigma dan telah menangani

banyak klien yang melakukan rehabilitasi di sana.

“...saya paling mencoba untuk menangani masalah secara

profesional tanpa membawa urusan pribadi saya sendiri.

Misalnya, saya tidak memilih-milih klien yang saya tangani

berdasarkan ras, suku, agama manapun. Karena, saya merasa

mereka itu semua sama, sama-sama butuh pertolongan.”38

Sebagai pekerja sosial sudah pasti tidak boleh memilih-milih klien

yang akan ditangani. Karena semua manusia pada dasarnya adalah sama

dan setiap individu itu memiliki keunikan masing-masing. Jadi, sebagai

pekerja sosial sebaiknya tidak memandang klien dari sudut pandang

pribadi, pekerja sosial tidak bisa mendiskriminasi klien menurut fisik,

suku, ras, agama, dan lain sebagainya. Pekerja sosial juga tidak bisa

mencampur adukan urusan pribadi pekerja sosial kedalam kasus yang

ditangani. Seperti contohnya, memiliki perasaan cinta terhadap klien.

Bapak Sugeng juga mengatakan bahwa tidak sedikit pekerja sosial yang

dikeluarkan atau dipecat dari Yayasan STIGMA karena penyimpangan

nilai-nilai dan kode etik yang dilakukan oleh pekerja sosial.

38

Wawancara pribadi dengan pekerja Sosial, Bapak “I” pada tanggal 21 Oktober 2017

 

Page 65: IMPLEMENTASI NILAI-NILAI PEKERJA SOSIAL DALAM …

54

“...ada yang beberapa peksos yang ga punya latar belakang ilmu

tentang menangani pecandu.”39

Hal tersebut terjadi karena, tidak sedikit pekerja sosial yang tidak

dapat menghadapi dilema etis dalam pekerjaannya. Banyak dari mereka

tidak biasa atau belum terbiasa untuk bekerja secara profesional. Karena

keterbatasan ilmu dan pengalaman yang dimiliki. Karena kebanyakan

pekerja sosial yang bekerja di Yayasan STIGMA adalah fresh graduate

dari berbagai perguruan tinggi ilmu kesejahteraan sosial. Jadi mereka

masih minim pengalaman dalam hal menangani korban-korban

penyalahgunaan narkotika. Kebanyakan pekerja sosial yang bekerja di

Yayasan STIGMA, tidak mengetahui secara mendalam tentang adiksi atau

narkoba. Jadi, mereka tidak mengerti bagaimana cara untuk menangani

kasus narkoba yang beragam.

”...karakter pecandu itu kan beda-beda jadi penanganganannya

juga berbeda.” 40

Karakter pecandu narkoba itu tergantung pada narkoba apa yang ia

gunakan dan tingkat adiksi yang ia miliki. Maka penanganannya pun akan

berbeda juga. Semakin parah tingkat adiksi maka akan lebih sulit

menanganinya. Karena semakin tinggi tingkat adiksi yang dimiliki oleh

klien maka akan semakin sulit untuk menanganinya. Ia akan lebih sulit

untuk direhabilitasi karena ia sudah lama dan sudah terbiasa menggunakan

39

Wawancara pribadi dengan Ketua Bidang Rehabilitasi, Bapak Sugeng, pada tanggal 6 oktober

2017

40

Ibid

 

Page 66: IMPLEMENTASI NILAI-NILAI PEKERJA SOSIAL DALAM …

55

narkoba dengan dosis yang tinggi dalam waktu yang lama. Maka dari itu,

pekerja sosial harus bekerja ekstra dalam menangani kasus seperti itu.

Pekerja sosial harus melakukan tahap pendekatan yang lebih dalam agar

klien sadar dan mau untuk direhabilitasi serta klien sadar akan bahaya

narkoba. Sehingga klien akan sadar bahwa penyalahgunaan narkoba itu

tidak baik bagi kesehatan fisik dan mentalnya apalagi dalam dosis yang

tinggi dan dalam waktu yang lama. Dan juga pekerja sosial harus belajar

memahami karakter individu pecandu narkoba agar pekerja sosial mampu

dengan mudah melakukan pendekatan personal dengn klien. oleh karena

itu, pekerja sosial harus memahami pola pergaulan para pecandu narkoba,

mulai dari bahasa, istilah-istilah dalam lingkungan mereka agar ia tidak

bingung dan salah mengartikan maksud klien saat melakukan pendekatan

personal.

Dalam menangani klien, pekerja sosial sudah seharusnya

melakukan 7 tahapan intervensi. Dimulai dari intake sampai pada proses

terminasi. Para pekerja sosial yang ada di Yayasan STIGMA juga

menjalankan tahapan-tahapan tersebut, sesuai dengan ucapan “I”.

“...Kalo penerimaan itu kita nerima klien dari mana aja, ada yang

dari polsek maupun datang sendiri diantar oleh keluarganya.

Setelah melewati tes-tes tertentu, ia diterima di lembaga dan

menjalani rehabilitasi. Jadi ga boleh milih milih klien karena

semua sama saja, sama-sama orang yang perlu bantuan.”41

41

Wawancara pribadi dengan pekerja Sosial, Bapak “I” pada tanggal 21 Oktober 2017

 

Page 67: IMPLEMENTASI NILAI-NILAI PEKERJA SOSIAL DALAM …

56

Seperti yang dikatakan oleh “I”, bahwa pekerja sosial adalah

profesi pertolongan bagi individu yang memerlukan bantuan agar bisa

kembali berfungsi sosial seperti semula. Pekerja sosial juga tidak boleh

memilih-milih siapa yang akan ditangani olehnya, karena pada dasarnya

setiap orang atau individu itu memiliki hak yang sama untuk mendapatkan

pertolongan. Namun jika setelah ditangani ternyata klien tersebut tetap

tidak bisa berubah maka pekerja sosial boleh merujuk klien tersebut untuk

ditangani oleh pekerja sosial lain yang lebih berkompeten atau ditangani

oleh profesi lain terlebih dahulu.

“...Setelah itu ada intake, dan selanjutnya ada konseling supaya

kita tahu nih dia itu perkembangannya selama disini gimana

sekaligus tau permasalahannya apa sehingga dia bisa sampe

seperti ini. Sehingga kita bisa bantu klien mengatasi masalah-

masalahnya.”

Setelah mendapatkan klien, pekerja sosial diharuskan melakukan

intake pada klien, agar antara pekerja sosial dan klien memiliki ikatan

hubungan kerja dan pekerja sosial memiliki tanggung jawab penuh untuk

membantu klien dapat mengatasi masalahnya. Setelah itu, pekerja sosial

wajib melakukan assesment terhadap klien, untuk menganalisis aspek bio-

psiko-sosial-spriritual klien,agar mengetahuhi kenapa klien melakukan

penyalahgunaan narkoba. Dan juga agar pekerja sosial lebih mudah dalam

menangani masalah yang dihadapi oleh klien. Dalam hal ini klien juga

dituntut agar mau memberikan informasi-informasi yang dibutuhkan oleh

pekerja sosial. Namun jika tetap dengan persetujuan klien, dan pekerja

 

Page 68: IMPLEMENTASI NILAI-NILAI PEKERJA SOSIAL DALAM …

57

sosial wajib merahasiakan kasus serta identitas klien agar dikemudian hari

data-data yang telah didapatkan tersebut tidak disalahgunakan oleh pihak-

pihak yang tidak bertanggung jawab. Selanjutnya pekerja sosial

melakukan rencana intervensi dibantu oleh klien agar proses intervensi

nantinya dapat dilakukan dengan lancar dan klien merasa nyaman

melakukannya tanpa merasa tertekan.

“...Setelah ia selesai di rehabilitasi disini, masih ada monitoring

selama 3 bulan dari lembaga supaya kita tahu gimana dia setelah

kembali lagi ke masyarakat dan saya biasanya bertemu ke tokoh-

tokoh masyarakat sekitar agar mereka mau membantu klien

menjadi individu yang lebih baik lagi dan membimbing klien agar

perlahan-lahan stigma negatif klien yang seorang pecandu bisa

hilang. Setelah dirasa cukup selanjutnya saya melakukan

pemutusan hubungan kerja dengan klien serta keluarganya.”42

Seperti yang dikatakan oleh “I”, pekerja sosial selalu menemani

klien selama menalankan proses rehabilitasi hingga ia benar-benar bisa

dilepas kembali di masyarakat. Dari mulai proses penerimaan sebagai

klien Yayasan STIGMA hingga ia kembali kepada keluarganya. Tidak

hanya klien saja, namun pekerja sosial juga memiliki tanggung jawab

untuk meng-edukasi masyarakat sekitar tentang bahaya narkoba dan

HIV/AIDS. Serta memberikan informasi bahwa ex-pecandu narkoba

maupun orang dengan HIV/AIDS itu bukan sampah masyarakat, namun

mereka juga manusia yang harus dibimbing dan diterima kembali di

42

Wawancara Pribadi dengan Pekerja Sosial, Bapak “I”, 21 Oktober 2017

 

Page 69: IMPLEMENTASI NILAI-NILAI PEKERJA SOSIAL DALAM …

58

masyarakat. Mereka hanya khilaf melakukan kesalahan dan mereka sudah

mendapatkan akibat dari perbuatan mereka. Dan yang mereka butuhkan

adalah support dan dukungan masyarakat agar mereka tidak kembali lagi

melakukan hal tersebut. Sebab, sampai saat ini kebanyakan masyarakat

masih memandang ex-pecandu narkoba atau ODHA sebagai sampah

masyarakat yang dapat merusak masa depan keluarga mereka. Padahal

mereka telah mengakui dengan sadar kesalahan mereka dan perlu diberi

kesempatan untuk berubah menjadi individu yang lebih baik lagi serta

mereka tetap memiliki hak-hak sebagaimana masyarakat pada umumnya.

Selama melakukan rehabilitasi sosial, pekerja sosial juga

melaksanakan tugas pokok dan fungsinya. Dari sekian banyak tugas pokok

dan fungsi pekerja sosial, hanya beberapa saja yang digunakan, tergantung

dari setting lembaga dan jenis klien yang dihadapi.

“..saya bagian konseling, terapi kelompok sama melakukan

pendekatan personal sama klien. selebihnya saya berperan sebagai

edukator,konselor, mediator dan fasilitator.”43

“I” menjelaskan tentang tugas pokok sehari-hari selama bekerja di

Yayasan STIGMA. Ia bertanggung jawab untuk melakukan konseling

kepada klien yang ia tangani setiap hari agar ia mengetahui perkembangan

kliennya serta keluh kesah klien selama menjalani proses rehabilitasi. Ia

juga melakukan terapi kelompok setiap satu minggu sekali kepada klien-

kliennya. Lalu “I” juga menjelaskan bahwa ia melakukan bimbingan sosial

43

Ibid

 

Page 70: IMPLEMENTASI NILAI-NILAI PEKERJA SOSIAL DALAM …

59

kepada kliennya tentang bahaya narkoba dan penanggulangannya agar

setelah selesai menjalani proses rehabilitasi kliennya tersebut tidak

kembali menyalahgunakan narkoba. Ia juga menjadi mediator klien

dengan masyarakat agar saat klien kembali ke masyarakat setelah

menjalani proses rehabilitasi klien dapat diterima kembali dengan baik di

masyarakat. Selain pekerjaannya sehari-hari seperti yang disebutkan

diatas, “I” juga memiliki tugas lain seperti, membuat laporan setiap 6

bulan sekali mengenai klien yang ia tangani untuk dilaporkan ke

Kementerian Sosial Republik Indonesia, karena ia merupakan pekerja

sosial yang ditugaskan oleh Kementerian Sosial RI untuk bekerja di

Yayasan STIGMA. Selain itu, ia juga bertugas untuk membantu sosialisasi

tentang bahaya dan penanggulangan narkoba dan HIV/AIDS di

masyarakat. Dan juga mengisi kelas terapi sosial di Yayasan STIGMA

selama proses rehabilitasi berlangsung. Seperti kutipan wawancara

berikut:

“...peksos itu membantu sosialisasi, membuat laporan 6 bulan dan

mengisi terapi sosial.”44

Pekerja sosial memiliki peranan penting dalam proses rehabilitasi

ini, tidak hanya berfokus pada klien saja, namun juga berfokus pada

lingkungan dimana klien berada. Pekerja sosial harus menyesuaikan diri

dengan keadaan klien dan bukan sebaliknya. Karena pekerja sosial dituntut

untuk bekerja pada setting apapun dan keadaan apapun. Dan setiap

44

Wawancara ibadi dengan Ketua Bidang Rehabilitasi, Bapak Sugeng, pada tanggal 6 Oktober

2017

 

Page 71: IMPLEMENTASI NILAI-NILAI PEKERJA SOSIAL DALAM …

60

manusia itu memiliki karakteristik yang berbeda-beda jadi tidak bisa di

sama ratakan. Setiap klien yang ditangani memiliki tingkat kesulitan yang

berbeda-beda, jadi penanganan dan proses pendekatan yang dilakukan itu

berbeda-beda.

Selama menangani klien pun “I” tidak jarang menemui dilema etis,

namun ia sadar bahwa ia harus belajar untuk menjadi pekerja sosial

profesional dan ia harus meng-implementasikan nilai-nilai dan kode etik

pekerja sosial. Karena nilai dan kode etik profesi pekerjaan sosial itu

adalah kunci dalam menangani klien dan juga hal tersebut merupakan

kunci untuk menghadapi dilema etis yang terjadi selama penanganan

masalah klien. Maka ia pun sadar akan nilai-nilai dan kode etik profesi

serta secara langsung menerapkannya dalam setiap kegiatannya sebagai

pekerja sosial.

“...Kalo dilema etis itu paling kalo lagi rehab tuh kita harus

menangani klien dengan tegas agar klien menjadi disiplin, namun

di sisi lain kita ga bisa terlalu keras karena keadaan mental para

pecandu itu sangat labil.”45

Dilema etis yang sering dihadapi “I” saat menjalankan tugasnya

sebagai pekerja sosial adalah bagaimana menghadapi klien yang keras

kepala dan sulit diajak bekerjasama. Ia sadar bahwa ia harus bersikap tegas

kepada klien semacam itu agar ia mau disiplin dan mau diajak

bekerjasama. Namun, kebanyakan kondisi mental klien yang ia tangani itu

45

Wawancara pribadi dengan pekerja Sosial, Bapak “I” pada tanggal 21 Oktober 2017

 

Page 72: IMPLEMENTASI NILAI-NILAI PEKERJA SOSIAL DALAM …

61

masih sangat labil, jadi ia harus melakukan pendekatan emosional yang

lebih dan berulang kali secara perlahan-lahan agar klien mau diajak

bekerjasama. Karena jika ia bersikap keras maka klien tidak akan mau

diajak bekerjasama dan merasa tidak nyaman. Jika hal tersebut terjadi

maka akan lebih sulit lagi dalam menangani kasus klien. Dan pada

akhirnya klien akan sulit mengikuti proses rehabilitasi lalu penanganan

yang dilakukan tidak menghasilkan kemajuan.

“Terus kadang kita merasa jijik gitu kan ke klien, tapi mau gimana

lagi udah resiko pekerjaan dan juga memang kita ga boleh

membeda-bedakan klien kan.”46

“I” juga menjelaskan bahwa kondisi fisik dan mental klien yang

mengikuti program rehabilitasi itu bermacam-macam. Tidak sedikit ia

menemui klien yang memiliki bekas sayatan di lengannya. Kadang ia

merasa takut dan juga jijik dalam menangani klien yang seperti itu, namun

ia sadar bahwa itu merupakan resiko pekerjaan yang harus dihadapinya

dan ia tidak bisa menolak untuk membantu klien. Karena setiap manusia

memiliki hak untuk dibantu dan tidak bisa dibeda-bedakan berdasarkan

penampilan ataupun atau keadaan tubuhnya. Yang ia tahu hanya ia harus

menjalankan tugasnya menjadi pekerja sosial yaitu membantu orang untuk

mengembalikan fungsi sosialnya seperti semula. Dan setiap manusia itu

memiliki kesempatan yang sama untuk berubah menjadi lebih baik lagi.

46

Wawancara pribadi dengan Pekerja Sosial, Bapak “I”, pada tanggal 21 Oktober 2017

 

Page 73: IMPLEMENTASI NILAI-NILAI PEKERJA SOSIAL DALAM …

62

Disaat klien merasa nyaman saat ditangani oleh seorang pekerja

sosial maka, ia akan lebih mudah untuk di intervensi dan mulai

mengubahnya menjadi pribadi yang berfungsi sosial kembali. Selain itu,

dalam menjalankan pekerjaan di setting manapun, pekerja sosial

diwajibkan untuk mejalankan beberapa prinsip pekerjaan sosial. salah

satunya adalah prinsip kerahasiaan. Karena kerahasiaan klien disini

sangatlah penting, sebab jika data-data pribadi ataupun informasi tentang

klien tersebar kepada orang lain. Jika dikemudian hari informasi dan data-

data tentang klien bocor kepada orang yang tidak bertanggungjawab maka

hal tersebut dapat menjadi hal buruk bagi klien, sebab semua data yang

seharusnya bukanlah konsumsi publik menjadi tersebar. “I” pun

menjelaskan bagaimana menjaga kerahasiaan klien.

“...Kalo kerahasiaan klien itu dari yayasan pun sudah ada

peraturannya untuk dirahasiakan kecuali untuk orang-orang yang

bersangkutan dengan klien saja. Dan diluar bagian rehabilitasi,

klien itu benar-benar disamarkan dari dunia luar.”47

Karena jika tidak merahasiakan data-data atau informasi tentang

klien. Maka, klien akan hilang kepercayaan kepada pekerja sosial dan

menolak untuk di tangani lagi oleh pekerja sosial. Dan yang paling

ditakutkan adalah data-data tersebut disalahgunakan oleh pihak-pihak

yang tidak bertanggungjawab. Hal tersebut sangatlah berbahaya jika

terjadi. Oleh karena itu, kerahasiaan klien merupakan salah satu prinsip

dasar pekerja sosial dalam menjalankan tugasnya.

47

Ibid

 

Page 74: IMPLEMENTASI NILAI-NILAI PEKERJA SOSIAL DALAM …

63

Klien yang sudah nyaman dengan keadaannya dan sadar bahwa

dirinya harus berubah lebih baik akan lebih mudah ditangani. Klien pun

akan dengan sukarela dan senang hati menjalankan proses rehabilitasi

yang ada. Dan jika klien sudah nyaman, seperti yang dikatakan oleh “A”

yang sudah 2 bulan menjalani proses rehabilitasi di Yayasan STIGMA .

”...Disini sih enak ya. Disini itu ada terapi kelompok gitu, terus

ada kelas keterampilan juga sih, saya ikut kelas teknik komputer.

Terus ada penyuluhan gitu bahaya narkoba dan hiv/aids serta

disini kita diperlakukan seperti keluarga.”48

Bahkan “A” sudah merasa diperlakukan seperti keluarga, bukan

sebagai klien yang sedang di rehabilitasi. Hal ini menunjukkan bahwa

pendekatan yang dilakukan oleh pekerja sosial bisa dikatakan berhasil.

Sebab klien yang sudah merasa seperti itu, akan lebih mudah ditangani dan

secara tidak langsung sadar akan masalah yang dihadapinya. “A” pun

merasakan perubahan yang dirasakan olehnya selama 2 bulan menjalani

proses rehabilitasi. Secara tidak langsung klien yang seperti ini dapat

membantu pekerja sosial dalam mencari solusi yang sesuai dengan

kebutuhannya. Serta ia tidak merasa tertekan saat dilakukan intervensi

oleh pekerja sosial. Ia juga membantu pekerja sosial untuk menemukan

metode yang tepat untuk program-program yang dibutuhkan dalam

menyelesaikan masalahnya.

48

Wawancara pribadi dengan Klien, Bapak “A”, pada tanggal 24 Oktober 2017

 

Page 75: IMPLEMENTASI NILAI-NILAI PEKERJA SOSIAL DALAM …

64

“...Yang pasti sih saya jadi lebih stabil, kalo sebelumnya saya itu

gampang banget emosian dan agak tertutup dengan orang lain.”49

Seperti yang sudah dijelaskan sebelumnya bahwa setiap klien yang

direhabilitasi mempunyai karakter yang berbeda-beda. Oleh karena itu

proses penanganannya pun berbeda-beda, tidak bisa disama-ratakan. “A”

merupakan tipe yang sangat mudah terpancing emosinya dan ia juga

pribadi yang tertutup dengan orang yang baru ia kenal.

“...Tapi pelan-pelan saya bisa ngendaliin itu. Dan juga saya

pelan-pelan udah bisa lepas dari barang-barang itu walaupun

memang susah lepasnya karena kita udah kecanduan hehe.”50

Dengan penanganan yang tepat, klien “A” yang pada awalnya

merupakan pribadi yang tertutup perlahan-lahan berubah menjadi pribadi

yang cukup terbuka. Ia juga sadar akan kesalahannya sendiri

menyalahgunakan narkoba bahwa hal tersebut dapat merusak dirinya

secara fisik dan mental jika dilakukan terus menerus dalam jangka waktu

yang lama. Ia juga kapok untuk mengulangi kesalahannya tersebut karena

hal tersebut juga melanggar undang-undang yang berlaku di negara ini dan

dapat dikenakan hukuman penjara. Ia merasa beruntung, karena ia masih

diberi kesempatan untuk di rehabilitasi dan bukan di masukan kedalam

penjara. Setidaknya ia sadar bahwa memang sangat sulit untuk lepas dari

adiksi yang dimilikinya, namun ia mau mencoba untuk lepas walaupun

tidak bisa langsung terlepas dari adiksinya. Ia juga sadar, bahwa ia

49

Ibid 50

Ibid

 

Page 76: IMPLEMENTASI NILAI-NILAI PEKERJA SOSIAL DALAM …

65

membutuhkan bantuan untuk terlepas dari adiksinya tersebut dan ia

merasa senang di rehabilitasi di Yayasan STIGMA karena ia tidak

diperlakukan seperti penjahat namun diperlakukan selayaknya keluarga

yang membutuhkan bantuan untuk bisa terlepas dari adiksi narkoba.

Bapak Suwanto selaku Direktur Yayasan STIGMA pun berharap

bahwa kedepannya pekerja sosial dapat lebih memahami bagaimana cara

untuk menangani kasus-kasus adiksi seperti ini. Karena seperti yang

sudah-sudah tidak sedikit pekerja sosial yang kurang memahami

bagaimana berhadapan dengan pecandu. Karena menurutnya masih

banyak pekerja sosial yang tidak bekerja secara profesional dalam

menangani kasus-kasus yang ada di Yayasan STIGMA. Ia sangat

menyayangkan sikap pekerja sosial yang tidak mematuhi peraturan yang

ada di Yayasan STIGMA. Bahkan ada beberapa pekerja sosial yang

meninggalkan tanggungjawabnya dalam membantu merehabilitasi klien

yang ada, mereka lebih memilih mengundurkan diri dari Yayasan

STIGMA karena tidak siap menangani klien yang bermasalah dengan

penyalahgunaan narkoba dan HIV/AIDS. Jika ada pekerja sosial yang

tidak siap melakukan penanganan kepada penyalahguna narkoba atau

menyalahi aturan yang ada, ia tidak segan-segan menegur dan melakukan

PHK jika pekerja sosial tersebut tidak bisa diajak bekerja sama. Hal

tersebut ia dilakukan demi kebaikan lembaga dan juga agar tidak

mengganggu proses rehabilitasi yang sedang berjalan.

Selain itu, bapak Sugeng selaku Kepala Bidang Rehabilitasi Sosial

mengatakan bahwa Yayasan STIGMA juga memberikan edukasi kepada

 

Page 77: IMPLEMENTASI NILAI-NILAI PEKERJA SOSIAL DALAM …

66

para pekerja sosial sebelum mulai menangani pecandu. Jadi, sebelum

mulai menjalankan tugasnya di Yayasan STIGMA, para pekerja sosial

diberikan pembekalan tentang dan pelatihan tentang penanganan

HIV/AIDS dan penyalahguna narkoba. Agar para pekerja sosial yang ada

tidak bingung dan dapat menangani kasus-kasus yang ada dengan baik.

Namun walaupun sudah diberikan pelatihan seperti itu, masih banyak

pekerja sosial yang menyalahi aturan dan bersikap semaunya selama

bekerja.

“...kadang mereka ga ngerti tentang penanganan hiv/aids atau

penanganan pengguna narkoba. Tapi kita disini ngasih materi

juga sih ke mereka biar mereka semua paham. Dan juga ada

beberapa peksos yang kurang bisa berbaur, mungkin mereka baru

ngerasain kondisi lapangan yang seperti ini. Dan pernah beberapa

pergi ngilang gitu aja dari sini.”51

Namun beberapa dari pekerja sosial banyak yang tidak siap untuk

menangani pecandu dan memilih untuk pergi begitu saja sebelum

menangani satu pun klien. Beberapa pekerja sosial yang melakukan hal

tersebut kemungkinan besar tidak bisa beradaptasi dengan lingkungan

lembaga rehabilitasi semacam ini atau masih kurang pengalaman dalam

menangani kasus-kasus semacam ini. Alhasil mereka lebih memilih kabur

atau pergi meninggalkan Yayasan STIGMA begitu saja. Jika hal tersebut

sudah terjadi maka Yayasan STIGMA segera melakukan pengaduan ke

51

Wawancara Pribadi dengan Ketua Bidang Rehabilitasi, Bapak Sugeng, pada tanggal 6 Oktober

2017

 

Page 78: IMPLEMENTASI NILAI-NILAI PEKERJA SOSIAL DALAM …

67

Kementerian Sosial Republik Indonesia. Karena para pekerja sosial yang

bekerja disana merupakan hasil rekomendasi dari Kementerian Sosial

Republik Indonesia.

C. Dilema Etik Dalam Implementasi Nilai-Nilai Pekerja Sosial

Dalam pelaksanaannya, tidak jarang ditemui pekerja sosial yang

melanggar kode etik dan nilai-nilai pekerja sosial. Ada beberapa pekerja

sosial yang tidak mau melepas nilai-nilai dirinya. Padahal seharusnya

seorang pekerja sosial itu harus bebas nilai agar dapat bekerja secara

profesional. Banyak faktor yang mengakibatkan hal tersebut terjadi, antara

lain seperti kurangnya pengalaman pekerja sosial yang ada, kurangnya

pengetahuan pekerja sosial mengenai nilai dan kode etik pekerja sosial

serta kurang pahamnya pekerja sosial dalam menangani kasus-kasus adiksi

terlebih Yayasan STIGMA merupakan lembaga yang khusus menangani

kasus-kasus adiksi.

”...Ada peksos yang memilih-milih dalam menangani kasus

pecandu disini. Malahan ada yang berhubungan asmara sama

pecandu yang direhab disini.”52

Ada juga beberapa pekerja sosial di Yayasan STIGMA yang tidak

menjalankan atau mengaplikasikan nilai-nilai pekerja sosial. Mereka tidak

menjalankan pekerjaannya secara profesional. Bahkan ada yang sampai

memiliki perasaan pada klien, padahal itu sudah jelas-jelas melanggar

kode etik profesi. Oleh karena itu, yayasan STIGMA memiliki prosedur-

52

Ibid

 

Page 79: IMPLEMENTASI NILAI-NILAI PEKERJA SOSIAL DALAM …

68

prosedur untuk mencegah dan menangani kasus-kasus tersebut. Yayasan

STIGMA memberikan 3 kali surat peringatan namun jika pekerja sosial

tetap melakukan hal-hal tersebut maka ia akan mendapatkan sanksi

pemecatan dari pihak yayasan.

Selain itu, tidak sedikit para klien yang direhabilitasi di Yayasan

STIGMA merasa tidak nyaman dengan perlakuan yang mereka terima dari

oknum-oknum pekerja sosial semacam tadi, dan “S” pun menambahkan.

“...ya kebanyakan dari temen-temen rehab kaya gitu bahkan ga

sedikit yang dikeluarin. Ada yang cuek yang penting dia dapet

gaji”53

Ada pula pekerja sosial yang masih terlihat santai-santai bermain

handphone pada saat jam kerja padahal ia harus memberikan bimbingan

sosial kepada klien . Penulis melihat langsung kejadian tersebut saat

sedang melakukan observasi lembaga. Hal tersebut sangat disayangkan,

sebab tidak seharusnya pekerja sosial melakukan perbuatan seperti itu.

Secara tidak langsung ia telah melanggar kode etik profesi bahwa pekerja

sosial harus senantiasa berperan aktif dalam meningkatkan kinerja

pelayanan lembaga yang mempekerjakannya terhadap klien, baik melalui

hubungan kerja yang kondusif maupun dalam bentuk pelayanan yang lebih

bermutu kepada klien, dengan: Melaksanakan tugas, kewajiban, dan

tanggung jawab sebaik-baiknya dan secara akuntabel dalam bidang,

jabatan, dan kompetensinya. Dalam kode etik sudah jelas bahwa pekerja

53

Ibid

 

Page 80: IMPLEMENTASI NILAI-NILAI PEKERJA SOSIAL DALAM …

69

sosial wajib berperan aktif dalam setiap kegiatan lembaga guna

meningkatkan pelayanan lembaga namun jika hal-hal seperti yang

disebutkan diatas masih dilakukan oleh seorang pekerja sosial maka ia

telah jelas menyalahi nilai-nilai sebagai pekerja sosial. Sebab ia lebih

mementingkan kepentingan pribadinya yaitu bermain handphone disaat

jam kerja masih berlangsung, kecuali ia melakukan hal tersebut disaat jam

istirahat atau saat jam kerja telah usai.

“...Makanya ga sedikit temen-temen pecandu yang balik lagi kesini

terus bilang “gua gasuka bang ditanganin sama dia mendingan

sama abang aja deh” karena kebanyakan peksos yang ada disini

itu kurang rasa simpati dan empatinya dengan para pecandu.”54

Pekerja sosial yang baik akan menjalankan tugasnya dengan

profesional, dan selalu mengikuti nilai-nilai profesi serta kode etik profesi

yang ada. Bukan bekerja semaunya seperti yang dijabarkan diatas. Pekerja

sosial adalah pekerjaan kemanusiaan, sebuah profesi pertolongan kepada

manusia agar berfungsi seperti seharusnya dan sebuah profesi yang

memanusiakan manusia. Tidak membeda-bedakan manusia berdasarkan

apapun, dan hanya melihat apakah manusia tersebut berfungsi sosial sesuai

dengan porsinya atau tidak. Jika terjadi hal seperti hasil wawancara diatas

maka penanganan yang dilakukan oleh pekerja sosial terhadap klien bisa

dikatakan gagal, sebab klien lebih percaya dan lebih memilih ditangani

oleh orang lain yang bukan pekerja sosial untuk membantunya lepas dari

penyalahgunaan narkoba dibanding ditangani oleh pekerja sosial itu

54

Ibid

 

Page 81: IMPLEMENTASI NILAI-NILAI PEKERJA SOSIAL DALAM …

70

sendiri. Lalu apa gunanya penanganan yang dilakukan oleh pekerja sosial

semacam tadi jika klien sendiri merasa tidak nyaman ditangani oleh

pekerja sosial. Hal tersebut bisa terjadi karena minimnya kemampuan

pekerja sosial dalam meng-implementasikan nilai-nilai dan kode etik

pekerja sosial itu sendiri. Oleh karena itu, pekerja sosial yang telah bekerja

diharapkan agar bekerja secara profesional dan meng-implementasikan

nilai-nilai dan kode etik pekerja sosial yang telah dipelajarinya.

Setelah di uraikan hasil wawancara diatas, implementasi nilai-nilai

pekerja sosial dalam proses rehabilitasi sosial, sangat berperan penting

dalam keberhasilan proses rehabilitasi sosial. Nilai-nilai pekerja sosial

merupakan acuan dan pembatas dalam profesi pekerjaan sosial. Ia

membatasi pekerja sosial agar dalam proses penanganan klien ia tidak

melakukan kesalahan-kesalahan yang fatal dan berakibat buruk bagi

profesi pekerjaan sosial. Dan juga membantu pekerja sosial agar tidak

salah mengambil keputusan saat menghadapi dilema etis dalam proses

penganganan kasus klien. Karena jika salah mengambil keputusan maka

dapat berakibat fatal dalam proses rehabilitasi klien.

Pekerja sosial juga harus mengetahui dan memahami sifat dan

karakter serta pola penanganan adiksi, karena setiap orang berbeda cara

penanganannya. Pekerja sosial juga harus memisahkan antara hal pribadi

dan profesi saat menangani klien. Sebab pekerja sosial tidak boleh

bersikap egois dan bekerja hanya untuk mendapatkan gaji semata. Namun

pekerja sosial harus meng-implementasikan ilmu-ilmu yang ia dapat

selama ia menempuh pendidikan sebagai pekerja sosial.

 

Page 82: IMPLEMENTASI NILAI-NILAI PEKERJA SOSIAL DALAM …

71

Jika pekerja sosial mampu memisahkan antara hal pribadi dan hal

profesi maka proses intervensi yang dilakukan akan lebih mudah dan

berjalan lancar. Seperti contoh klien diatas yang merasa sangat nyaman di

intervensi dan tidak merasa sedang di rehabilitasi. Namun, ia sadar bahwa

ia memiliki masalah dan sedikit demi sedikit telah berubah kearah yang

lebih baik. Contoh klien yang seperti ini dapat dengan mudah diajak

bekerjasama untuk mengikuti proses rehabilitasi.

Pekerja sosial di Yayasan STIGMA dalam proses rehabilitasi klien

melakukan pendekatan personal kepada klien agar mau diajak bekerjasama

dan melakukan konseling. Pekerja sosial juga melakukan terapi

kelompok/terapi sosial kepada klien dan juga melakukan penyuluhan

setiap minggu kepada klien tentang bahaya narkoba dan

penanggulangannya.

Tidak sampai disitu, pekerja sosial bertanggung jawab agar klien

dapat diterima kembali di masyarakat. Agar stigma negatif ataupun

labelling yang sudah melekat pada diri klien dapat hilang. Pekerja sosial

melakukan pendekatan kepada para tokoh masyarakat agar dapat

membimbing klien supaya ia tidak kembali lagi menggunakan narkoba

dan menjadi seseorang yang dapat berfungsi sosial kembali serta diterima

oleh masyarakat.

Pekerja sosial juga melakukan penyuluhan tentang bahaya narkoba

dan HIV/AIDS kepada masyarakat sekitar tempat tinggal klien. Hal ini

dilakukan agar masyarakat lebih paham akan bahaya narkoba dan

 

Page 83: IMPLEMENTASI NILAI-NILAI PEKERJA SOSIAL DALAM …

72

HIV/AIDS serta masyarakat lebih mau membuka mata bahwa para ex-

pecandu narkoba bukanlah sampah masyarakat melainkan seorang

individu yang sedang dalam proses memperbaiki diri. Dan masyarakat

pada akhirnya diharapkan tidak memberikan labelling kepada klien namun

mendukung dan membimbing klien agar dapat menjadi pribadi yang lebih

baik lagi.

 

Page 84: IMPLEMENTASI NILAI-NILAI PEKERJA SOSIAL DALAM …

73

BAB V

PENUTUP

A. Kesimpulan

Berdasarkan penjelasan pada bab-bab sebelumnya, maka

kesimpulan yang dapat penulis ambil adalah sebagai berikut :

1. Program Rehabilitasi

Yayasan STIGMA memiliki dua buah landasan atau pedoman

dalam melaksanakan kegiatan rehabilitasi korban penyalahgunaan

narkoba, yang pertama adalah pedoman rehabilitasi yang dikeluarkan

oleh Kementerian Sosial Republik Indonesia dan yang kedua adalah

Pedoman Penanganan Adiksi Berbasis Masyarakat (PABM) yang

dikeluarkan oleh Komisi Penanggulangan AIDS (KPA).

Kedua pedoman tersebut tidak jauh berbeda dalam proses dan

jenis kegiatan rehabilitasi yang diberikan kepada korban

penyalahgunaan narkoba. Perbedaan antara kedua pedoman diatas

hanya waktu untuk melaksanakan kontrol terhadap klien yang

melaksanakan rawat jalan, dalam pedoman yang diberikan oleh

Kemensos RI waktu untuk melakukan controlling adalah 2 minggu

sekali dan dalam pelaksanaannya klien diberikan terapi kelompok dan

bimbingan sosial. Sedangkan pedoman yang diberikan oleh KPA,

mewajibkan untuk melakukan controlling 1 minggu sekali dan dalam

pelaksanaannya klien diberikan terapi sosial dan bimbingan sosial serta

 

Page 85: IMPLEMENTASI NILAI-NILAI PEKERJA SOSIAL DALAM …

74

penyuluhan mengenai bahaya narkoba dan HIV/AIDS serta cara

penanggulangan dan penanganannya.

Sebelum menjalankan proses rehabilitasi, klien diharuskan

melakukan beberapa tahapan sebelum akhirnya dapat menjalani proses

rehabilitasi, antara lain, tes urine, pendekatan personal, konseling lalu

melakukan asessment. Setelah itu proses rehabilitasi dapat dilanjutkan

dengan pemberian terapi kelompok dan bimbingan sosial serta

penyuluhan tentang bahaya narkoba dan HIV/AIDS. Selain itu klien

juga diberikan kelas-kelas keterampilan seperti sablon, bengkel, teknik

komputer. Agar pada saat selesai menjalani proses rehabilitasi klien

dapat mengaplikasikan keterampilan yang di dapat di masyarakat.

Setelah selesai menjalani rawat inap klien juga diwajibkan

mengikuti rawat jalan selama 3 bulan guna melihat perkembangan

klien setelah menjalani proses rehabilitasi. Dan setelah 3 bulan tersebut

klien di kontrol oleh pekerja sosial dan penjangkau yang ada di

Yayasan STIGMA.

2. Implementasi Nilai-Nilai Pekerja Sosial

Dalam menjalankan tugas pokok dan fungsinya, pekerja sosial

memiliki nilai-nilai agar dapat tetap bekerja secara profesional. Dalam

pelaksanaannya, masih banyak pekerja sosial yang bekerja di Yayasan

STIGMA yang melanggar nilai-nilai profesi tersebut. Para pekerja

sosial tersebut masih banyak yang merasa jijik atau memilih-milih

dalam menangani kasus klien yang ada. Bahkan ada pekerja sosial

 

Page 86: IMPLEMENTASI NILAI-NILAI PEKERJA SOSIAL DALAM …

75

yang menjalin hubungan asmara dengan kliennya sendiri. Tidak jarang

juga ada pekerja sosial yang bekerja memilih bermain handphone

daripada mengikuti dan ikut berpartisipasi dalam kegiatan-kegiatan

yang ada di Yayasan STIGMA. oleh karena itu, tidak sedikit pekerja

sosial yang bekerja di Yayasan STIGMA yang dipecat karena hal

tersebut.

Menurut pihak yayasan, masih banyak pekerja sosial yang

kurang atau belum bisa menerapkan nilai-nilai profesi dan bekerja

secara profesional serta masih awam dalam penanganan adiksi. Hal

tersebut dikarenakan para pekerja sosial yang ada masih minim

pengalaman bekerja pada setting lembaga rehabilitasi pecandu

narkoba.

Yayasan STIGMA pun sebelum mempekerjakan para pekerja

sosial tersebut, memberikan pelatihan-pelatihan mengenai penanganan

adiksi dan Orang Dengan HIV/AIDS. Namun pada pelaksanaannya,

tidak sedikit pekerja sosial yang merasa canggung dan jijik ketika

dihadapkan pada klien.

B. Saran

1. Akademis

Dalam penulisan skripsi ini, penulis merasa sedikit kesulitan

dalam mencari referensi tentang nilai-nilai pekerja sosial. Penulis

berharap Program Studi Kesejahteraan Sosial UIN Syarif Hidayatullah

Jakarta dapat memberikan pengetahuan yang lebih mengenai nilai-nilai

profesi pekerja sosial. Karena tidak sedikit yang masih merasa buta

 

Page 87: IMPLEMENTASI NILAI-NILAI PEKERJA SOSIAL DALAM …

76

akan nilai-nilai pekerja sosial yang ada. Dan untuk bekerja secara

profesional sebagai pekerja sosial diperlukan pemahaman tentang

bagaimana penerapan nilai-nilai pekerja sosial tersebut pada setiap

setting lembaga yang akan ditempati oleh para calon pekerja sosial

kelak.

2. Praktis

Sebagai lembaga non pemerintahan yang memberikan

pelayanan rehabilitasi bagi korban penyalahgunaan narkoba,

diharapkan Yayasan STIGMA bisa memilih untuk mempekerjakan

pekerja sosial profesional. Karena selama ini, pekerja sosial yang

bekerja di Yayasan STIGMA selain dari seleksi pihak yayasan, pekerja

sosial yang ada juga merupakan para pekerja sosial hasil rekomendasi

dari Kementerian Sosial Republik Indonesia yang kebanyakan baru

saja menyelesaikan studi tentang ilmu pekerjaan sosial atau

kesejahteraan sosial yang masih minim dalam hal pengalaman bekerja

pada setting lembaga rehabilitasi korban penyalahguna narkoba.

3. Saran Kepada Peneliti Selanjutnya

Penelitian ini berhasil menemukan bahwa implementasi nilai-

nilai pekerja sosial masih belum terlaksanakan dengan baik pada

pekerja sosial yang bekerja di Yayasan STIGMA yang merupakan Non

Government Organisation (NGO), sehingga penulis merasa pentingnya

peneliti selanjutnya untuk melakukan penelitian tentang

pengimplementasian nilai-nilai pekerja sosial di lembaga-lembaga

 

Page 88: IMPLEMENTASI NILAI-NILAI PEKERJA SOSIAL DALAM …

77

pemerintahan agar kemudian dapat digunakan sebagai pembanding

dan pelengkap skripsi-skripsi yang sudah ada.

 

Page 89: IMPLEMENTASI NILAI-NILAI PEKERJA SOSIAL DALAM …

DAFTAR PUSTAKA

Sumber Buku :

A. Kadarmanta, Mencegah Narkoba di Sekolah, Jakarta. PT. Forum Media Utama, 2010

A. Kadarmanta, Narkoba Pembunuh Karakter Bangsa, Jakarta. PT. Forum Media Utama,

2010

Burhan Bungin, Penelitian Kualitatif Komunikasi,Ekonomi,Kebijakan Publik,dan Ilmu Sosial

Lainnya, Edisi kedua Cetakan ke-3, Jakarta. Kencana, 2011

Cepi Yusrun Alamsyah, Praktik Pekerjaan Sosial Generalis: Suatu Tuntunan Intervensi,

Yogyakarta. Pustaka Pelajar, 2010

Departemen Sosial RI, Panduan Pekerja Sosial di Lingkungan Departemen Sosial, Jakarta.

Sekretariat Jenderal, 1998

Drs. Suharto, Tanya Jawab Sosiologi , Jakarta. PT. Rineka Cipta, 1991

Dwi Heru Sukoco, Profesi Pekerja Sosial dan Pertolongannya, Bandung. Kopma STKS,

1998

Husaini Usman dan Purnomo Setiady Akbar, Metodologi Penelitian Sosial, Cetakan ke-3.

Jakarta. Bumi Aksara, 2003

Irawan Soehartono, Metode Penelitian Sosial, Suatu Teknik Penelitian Bidang

Kesejahteraan Sosial dan Ilmu Sosial Lainnya, Bandung. PT. Remaja Rosdakarya,

2004

Isbandi Rukminto, Adi, Ilmu Kesejahteraan Sosial dan Pekerjaan Sosial, 2nd

ed., Depok.

FISIP UI Press, 2005

Isbandi Rukminto Adi, Psikologi, Pekerjaan Sosial dan Ilmu Kesejahteraan Sosial. Cetakan

pertama, Jakarta. PT. Raja Garfindo Persada, 1994

Lexi J. Moleong, Metode Penelitian Kualitatif, Bandung. PT. Remaja Rosda Karya, 2001

Mardalis, Metode Penelitian Suatu Pendekatan Proposal, Jakarta. Bumi Aksara, 2002

Rena Yulia, Viktimologi, Yogyakarta. Graha ilmu, 2010

Tim Penyusun Kamus Besar Bahasa Indonesia, Kamus Besar Bahasa Indonesia, Edisi ketiga,

Jakarta. Balai Pustaka, 2007

Sumber Web dan Artikel :

http://www.cnnindonesia.com/nasional/20150909221424-12-77758/bnn-943-ribu-pengguna-

narkotika-kronis-harus-direhabilitasi/

 

Page 90: IMPLEMENTASI NILAI-NILAI PEKERJA SOSIAL DALAM …

http://www.kompasiana.com/phadli/jumlah-pengguna-narkoba-di-

indonesia_553ded8d6ea834b92bf39b35

Pengertian berdasarkan Kamus Narkoba yang dikeluarkan oleh BNN tahun 2006

 

Page 91: IMPLEMENTASI NILAI-NILAI PEKERJA SOSIAL DALAM …

HASIL OBSERVASI

Di YAYASAN STIGMA, PONDOK PINANG, JAKARTA SELATAN, DKI

JAKARTA

Hari dan tanggal : 9 Agustus 2017

Tempat : Yayasan STIGMA

Hari ini peneliti untuk pertama kalinya datang kembali ke Yayasan

STIGMA setelah mendapatkan izin untuk melakukan penelitian. Saat itu peneliti

pertama kalinya bertemu dan diperkenalkan dengan Direktur Yayasan STIGMA

yaitu Bapak Suwanto atau biasa dipanggil Bang Anto. Selama pertemuan tersebut

Bang Anto menjelaskan tentang Yayasan STIGMA pada peneliti tentang apa itu

Yayasan STIGMA. Peneliti dijelaskan bahwa Yayasan STIGMA merupakan

lembaga Non Government Organisation (NGO) yang telah diakui dan berada

dibawah naungan Kementerian Sosial Republik Indonesia yang bergerak pada

bidang rehabilitasi Narkoba dan HIV/AIDS serta Lembaga Bantuan Hukum

(LBH) bagi para pecandu narkoba agar mendapatkan hak untuk di rehabilitasi

bukan dijatuhi hukuman penjara. Peneliti berbincang-bincang di ruangan beliau

yang banyak berisi tentang buku-buku rehabilitasi narkoba, HIV/AIDS dan

penanggulangannya. Setelah itu peneliti diajak berkenalan dengan seluruh staff

yang hadir pada saat itu dan memperkenalkan diri serta menjelaskan tentang

tujuan peneliti berada di Yayasan STIGMA. Kemudian peneliti diajak ke teras

depan kantor untuk melanjutkan perbincangan dengan Bang Anto. Bentuk kantor

Yayasan STIGMA itu seperti rumah tidak terlalu besar namun cukup untuk

melakukan kegiatan administratif yang bersangkutan dengan proses rehabilitasi.

 

Page 92: IMPLEMENTASI NILAI-NILAI PEKERJA SOSIAL DALAM …

Orang-orang yang bekerja pun bisa dibilang asik dalam menjalakan tugasnya,

karena mereka menjalankan tugas dan kewajiban mereka dengan senang hati,

untuk membantu orang yang memiliki niatan baik untuk berhenti menggunakan

narkoba. Selain itu, Bang Anto juga menjelaskan bahwa lingkungan kerja yang

dibangun di Yayasan STIGMA sendiri dibuat seperti keluarga, jadi dari setiap

pekerja yang ada merasa nyaman bekerja namun tetap menjalankan tugasnya

secara profesional. Kantor Yayasan STIGMA juga terdiri dari beberapa ruangan,

terdapat parkiran motor + 3x4m, teras tempat berkumpul untuk sekedar melepas

penat selesai bekerja atau untuk istirahat, 1 ruang kantor tempat segala urusan

administratif dilaksanakan sekaligus ruang Direktur, 1 ruang kerja tempat bagian

Kepala Bidang Rehabilitasi, ruang tamu, 1 buah ruang rapat, dapur, 2 buah kamar

mandi dan 1 buah taman kecil berukuran 3x3m.

 

Page 93: IMPLEMENTASI NILAI-NILAI PEKERJA SOSIAL DALAM …

Hari dan Tanggal : 6 Oktober 2017

Tempat : Yayasan STIGMA

Hari ini, selain ingin melakukan wawancara dengan Kepala Bagian

Rehabilitasi yaitu Bapak Sugeng, peneliti juga diajak oleh Bapak Sugeng untuk

melihat ke asrama tempat rawat inap klien penyalahguna narkoba yang menjalani

proses rehabilitasi sosial. Jarak antara asrama rehabilitasi dengan kantor tidak

terlalu jauh + 200m dan masih dalam 1 perumahan yang sama hanya berbeda 2

blok dari kantor. Namun karena program rawat inap baru saja selesai pada bulan

agustus maka tidak ada klien yang menempati asrama tersebut. Asrama tersebut

kosong dan tak ada seorang pun disana. Kondisi asrama tersebut sangat terawat,

dengan bentuk dan kondisi asrama seperti rumah yang tidak jauh berbeda dengan

kantor Yayasan STIGMA. terdapat 3 kamar dengan fungsi memisahkan klien

sesuai dengan tingkat keparahan adiksi. Karena jika tidak dipisahkan

dikhawatirkan akan mengganggu proses rehabilitasi setiap klien. Sebab, klien

yang sangat parah tingkat adiksinya emosinya sangatlah labil dan dapat dengan

mudah mengamuk sehingga mengganggu jalannya proses rehabilitasi. Setelah

dirasa kondisi klien tersebut membaik maka klien dapat dipindahkan ke kamar

dengan tingkat adiksi yang lebih rendah. Lalu terdapat 1 ruangan konseling,

tempat pekerja sosial melakukan proses konseling dengan klien, 1 buah ruang

tamu yang cukup lebar yang digunakan sebagai tempat pertemuan klien yang

menjalani proses rawat jalan sekaligus tempat melakukan controlling dan

penyuluhan terkait bahaya narkoba dan HIV/AIDS serta pencegahannya. Lalu

terdapat ruang jaga tempat petugas lembaga mengawasi perkembangan klien

setiap harinya, beberapa papan tulis yang berisikan nama-nama klien yang

 

Page 94: IMPLEMENTASI NILAI-NILAI PEKERJA SOSIAL DALAM …

menjalankan rawat inap, jadwal makan dan menu serta jadwal kegiatan setiap

harinya. Dan 1 buah televisi untuk hiburan para klien yang dirawat. Setelah itu

peneliti diajak berjalan lagi ke kantor Yayasan STIGMA oleh Bapak Sugeng,

setelah sampai di kantor, peneliti melihat ada seorang pekerja sosial yang sejak

peneliti datang hingga peneliti selesai melakukan observasi rumah rehabilitasi

hanya duduk sambil bermain handphone. Kemudian Bapak Sugeng menegurnya

agar kembali mengerjakan laporan, namun pekerja sosial terlihat malas

mengerjakan laporannya dan melanjutkan bermain handphone.

 

Page 95: IMPLEMENTASI NILAI-NILAI PEKERJA SOSIAL DALAM …

Pedoman Wawancara.

I. Pekerja Sosial

1. Apa tugas pokok dan fungsi pekerja sosial dalam proses rehabilitasi?

2. Apa tujuan yang ingin dicapai dalam proses rehabilitasi sosial ini?

3. Bagaimana penerapan nilai-nilai pekerja sosial selama menangani klien?

4. Bagaimana cara menerapkan nilai pekerja sosial selama mengangani klien?

5. Apakah ada nilai peksos baru yang diterapkan selama menangani klien?

6. Dilema etis apa saja yang anda hadapi?

7. Kendala atau hambatan yang hadapi?

8. Bagiamana proses penerimaan klien, kontrak klien sampai dengan terminasi?

9. Bagaimana cara menjaga kerahasiaan klien?

II. Klien

1. Sudah berapa lama anda berapa dan menjalani proses rehabilitasi sosial disini?

2. Apa yang menyebabkan anda menggunakan narkotika?

3. Bagaimana anda bisa berada disini?

4. Apakah anda tahu alasan kenapa anda berada disini?

5. Program rehabilitasi sosial dan pembinaan apa saja yang anda terima di lembaga?

6. Apa saja dampak yang anda rasakan sebelum dan sesudah anda menjalani

rehabilitasi sosial disini?

7. Apakah berpengaruh terhadap kehidupan anda?

8. Kegiatan apa saja yang anda lakukan selama berada disini?

9. Apakah ada hambatan selama menjalani proses rehabilitasi?

10. Apa harapan anda setelah selesai menjalani program rehabilitasi sosial ini?

 

Page 96: IMPLEMENTASI NILAI-NILAI PEKERJA SOSIAL DALAM …

III. Ketua Lembaga

1. Program dan kegiatan apa saja yang ada di lembaga?

2. Bagaimana proses program atau kegiatan tersebut berlangsung?

3. Hambatan apa saja yang bapak hadapi dalam menjalankan program-program yang

ada?

4. Tujuan apa yang ingin dicapai dalam program rehabilitasi sosial ini?

5. Apakah ada monitoring setelah program rehabilitasi sosial selesai?

6. Bagaimana bapak mengembangkan program yang sudah ada?

7. Bagaimana tanggapan bapak mengenai kinerja peksos yang ada?

8. Menurut bapak apa dampak atau manfaat yang dirasakan klien yang telah

menjalani rehabilitasi sosial?

9. Apa harapan bapak kedepannya?

IV. Kepala Bagian Rehabilitasi

1. Bagaimana proses penerimaan klien?

2. Bagaimana proses rehabilitasi? Apakah ada perbedaan antara rawat inap dan rawat

jalan?

3. Bagaimana proses pengembalian klien ke masyarakat?

4. Bagaimana hambatan selama proses rehabilitasi berjalan?

5. Bagaimana tanggapan bapak mengenai pekerja sosial yang bekerja disini?

6. Bagaimana kinerja pekerja sosial yang ada?

7. Apa harapan bapak kedepannya?

 

Page 97: IMPLEMENTASI NILAI-NILAI PEKERJA SOSIAL DALAM …

TRANKRIP WAWANCARA

Nama Informan : Suwanto

Jabatan : Direktur Umum Yayasan STIGMA

Tanggal Wawancara : 19 September 2017

1. Program dan kegiatan yang ada di Yayasan STIGMA?

Program itu ada banyak yg pertama penjangkauan. Penjangkauan itu meliputi, Diskusi

Interaktif Kelompok (DIK), pendampingan terfokus pada pengguna jarum suntik

(penasun) tujuannya agar para pengguna jarum suntik dapat mengakses pelayanan

kesehatan sebaik baiknya. Karena kita pengennya langsung memutus rantai penularan

HIV. Yang ketiga ada Mobile Voluntary Conseling Test (VCT) atau lebih mudahnya

tes HIV sukarela. Mereka datang dengan sukarela ke puskesmas buat di tes. Lalu yang

keempat ada pertemuan pasangan penasun, jadi istri atau pasangan yang

menggunakan zat, tapi ada yang istrinya pamakai lakinya engga, atau juga ada yang

dua duanya pemakai. Kelima, ada pertemuan kelompok dukungan sebaya, oh kelima

itu tadi kegiatan ya, kalo program itu ada 2. Harm reduction, pengurangan dampak

buruk jarum suntik. Program rehabilitasi, dari KPAP Provinsi dan kemensos.

Kegiatan rehabilitasi ada rawat jalan dan rawat inap, rawat inap 3bulan dan sisanya

rawat jalan. Keseluruhan itu 6bulan. Rawat jalan itu ketemu setiap seminggu sekali

selama hampir 3 bulan. Konseling seminggu sekali selama 3 bulan. Setelah melewati

tahap 3 bulan kemudian ada urine test.

2. Tahapan rehabilitasinya itu gimana bang?

Assesment, tes urin, konseling dan pendekatan personal.

3. Bagaimana hambatan saat menjalani proses rehabilitasi?

 

Page 98: IMPLEMENTASI NILAI-NILAI PEKERJA SOSIAL DALAM …

Hambatannya itu dualisme klien maksudnya kepribadian klien yang mudah berubah

ubah karena pengunaan zat yang terlalu lama jadi karakternya berubah ubah jadi dual.

Lalu keinginan untuk berhenti masih setengah setengah, karena takut ditangkap

(target operasi) polisi bukan karena dorongan diri pribadi. Kebanyakan dianter

keluarga atau kena masalah hukum.

4. Kalau itu tadi dari pengguna, kalau dari lembaga sendiri atau peksos itu ada

hambatan ga?

Kalo gua pribadi sih kebijakan yang ada di negara ini ga mendukung, sekarang orang

bisa di rehabilitasi tapi malah banyak yang dipenjara, bukan hanya rehab disini tapi

semua. Kalo semua pecandu itu di rehab mungkin bisa bener. Tapi masih ada yang di

olah seperti artis yang ketangkep tangan pake napza, masih bisa bebas kemana aja

karena mereka punya uang . Sekarang buat sidang itu biayanya ga murah, harus

datengin saksi ahli, tim ahli itu mahal. Saat ini polisi menangkap pengguna itu selalu

menggunakan pasal pengedar dan kepemilikan narkoba, jarang yang memang

ditangkap dan langsung dibawa untuk di rehab. Jadi yang saya lihat, polisi

menjadikan pengguna itu sebagai objek untuk mendapatkan uang, makanya ga sedikit

orang yang kena kasus narkoba tapi ga dipenjara atau di rehab. Kadang polisi juga

malah jadiin penguna itu sebagai objek pemasukan, jadi pengguna itu banyak juga

yang dilepas lagi asal bisa bayar dengan nominal tertentu. Nah makanya, banyak juga

kasus-kasus yang ngambang ga ada penyelesaian dari pihak kepolisian karena yang

ditangkep bisa bayar.

5. Setelah rehab biasanya ada proses monitoring ga bang?

Ada, biasanya kita ada outing atau penjangkauan dan pertemuan family spot group ke

keluarga pengguna. Tapi cuma daerah jakarta selatan dan jakarta barat.

6. Ada pengembangan program ga bang untuk selanjutnya?

 

Page 99: IMPLEMENTASI NILAI-NILAI PEKERJA SOSIAL DALAM …

Ada, niatnya itu mau buat aplikasi berbasis android buat pencegahan menggunakan

narkoba. Jadi nanti remaja-remaja bisa akses tentang informasi mengenai narkoba dan

bahayanya serta lokasi-lokasi tempat rehab tentang konsultasi dan bantuan hukum,

itupun kalo ada donaturnya hehe.

7. Kalo kursus keterampilan gitu ada bang buat yang rehab?

Ada juga kita kalo itu, kita ada sablon, bengkel, teknik komputer gitu

8. Bagaimana tanggapan abang mengenai peksos?

Peksosnya itu ditunjuk langsung oleh kemensos. Kebanyakan dari peksos itu ga tau

basic atu latar belakang pecandu, kurikulum peksos pun belum sampai ke karakter

kecanduan tuh seperti apa, adiksi itu seperti apa.

9. Peksos itu kan punya nilai-nilai profesi bang, kalo disini gimana?

Ada yang beberapa peksos yang ga punya latar belakang ilmu tentang menangani

pecandu, karakter pecandu itu kan beda-beda jadi penanganganannya juga berbeda.

Ada peksos yang memilih-milih dalam menangani kasus pecandu disini. Malahan ada

yang berhubungan asmara sama pecandu yang direhab disini.

10. Itu tanggapan abang tentang peksos yang ada disini bang?

Engga, itu buat peksos yang bekerja dibidang rehab

11. Di semua tempat rehab berarti gitu dong bang?

Ya kebanyakan dari temen temen rehab kaya gitu bahkan ga sedikit yang dikeluarin.

Ada yang cuek yang penting dia dapet gaji. Makanya ga sedikit temen-temen pecandu

yang balik lagi kesini terus bilang “gua gasuka bang ditanganin sama dia mendingan

sama abang aja deh” karena kebanyakan peksos yang ada disini itu kurang rasa

simpati sama empatinya sama pecandu.

12. Peksos itu nanganinnya disini juga atau ikut penjangkauan?

Kalo peksos itu khusus buat rawat inap di rumah rehab.

 

Page 100: IMPLEMENTASI NILAI-NILAI PEKERJA SOSIAL DALAM …

13. Harapan abang kedepannya gimana bang?

Semoga hasil skripsinya bisa bermanfaat kedepannya dan pemerintah itu bisa

merubah kebijakan tentang narkoba itu sendiri tentang pecandu/pengguna dan

pengedar. Supaya ada aturan jelas bahwa pecandu/pengguna itu harus direhabilitasi

bukan dipenjara. Kalo semuanya dipenjara kapan mau berhenti dan ilang kasus

narkoba di indonesia. Orang dipenjara aja masih banyak kok yang ngedarin narkoba.

 

Page 101: IMPLEMENTASI NILAI-NILAI PEKERJA SOSIAL DALAM …

TRANSKRIP WAWANCARA

Nama Informan : Sugeng

Jabatan : Kepala Bidang Rehabilitasi Sosial

Tanggal wawancara : 6 Oktober 2017

1. Proses awal rehab itu gimana bang?

Kita ada screening, . PABM itu dari KPA dan kementerian sosial, semua tahap rehab

itu sama cuma beda cara penangannya aja paling. Itu ada theraphy comunity (TC)

sama

2. Bedanya rawat jalan sama rawat inap itu apa bang?

Kalo rawat jalan itu bisa pulang, paling kesini itu 1 minggu sekali. Kalo rawat inap itu

disini selama 3 bulan, kita ada rumah rehabnya kok disini, di deket sini maksudnya.

3. Kalo rawat jalan itu kontrolnya gimana bang?

Nah kita itu ada 2, ada yang seminggu dua kali, ada juga yang seminggu sekali. Kalo

program rehab ngikutin dari PABM itu seminggu sekali kalo dari kemensos itu 2

minggu sekali. Kalo yang 2 minggu sekali itu palingan terapi kelompok/terapi sosial.

4. Untuk rawat inap itu ada biaya yang harus ditanggung ga sih bang sama klien?

Ada jadi perbulan itu 1,5juta, tapi kita lihat juga sih sesuai sama kemampuan keluarga

klien. kalo memang mereka mampu ya bisa lebih dari 1,5juta tapi kalo sekiranya ga

mampu ya kita gratisin. Pokoknya sesuai sama kemampuan keluarganya sih. Soalnya

kan kita jug butuh uang untuk kehidupan mereka selama disini.

5. Itu tempatnya disini bang?

Engga dirumah yang 1 lagi, yang khusus buat rehab. Soalnya gini kalo misalnya

disini, itu bisa mengganggu proses rehab. Dan juga disini supaya fokus semua jadi

ibaratnya disini itu kantor lah.

 

Page 102: IMPLEMENTASI NILAI-NILAI PEKERJA SOSIAL DALAM …

6. Nah rehab itu kan ada metode persuasif ya bang supaya pengguna itu mau

berhenti menggunakan narkoba, itu gimana bang penerapannya?

Kita pake pendekatan individu dan materi-materi tentang adiksi.

7. Setelah itu misalnya si pengguna itu mau untuk di rehab, langkah selanjutnya

itu apa bang?

Nah itu balik lg kita sesuai sama PABM, selama 2-3 bulan disini dan itu keluarga juga

bisa bebas buat ngunjungin. Kita ngasih jarak waktu yang singkat supaya ga

mengganggu jalannya rehab.

8. Kan disini itu ada yang di rehab karena kasus narkoba dan aids tuh bang, itu gimana

apakah ada perbedaan cara rehabnya?

Kita ga membeda-bedakan yang di rehab disini baik itu hanya karena narkoba ataupun

ODHA. Karena kita disetiap sesi itu memberikan materi tentang hiv/aids, cara

penularan biar semua paham dan setelah rehab mereka bisa kembali ke lingkungan

sosialnya.

9. Maksudnya itu kalo pengguna narkoba itu kan ga cuma penasun aja kan bang

yang di rehab, itu ada perbedaan ga bang cara penanganannya?

Ohh kalo itu tergantung, tingkat keparahan/kecanduan. Tergantung sama tingkat

kecanduannya sih kan makin parah dia ketergantungan makin hancur susunan syaraf

yg ada di otaknya, makin hancur syarafnya itu makin susah buat di rehab. Paling kalo

buat yg parah itu kita ada detoksifikasi, dan itu kita bekerja sama dengan puskesmas

atau rumah sakit terdekat.

10. Rumah sakit atau puskesmas yang di dekat rumah klien bang?

Ohh engga, kalo itu kita kerjasama sama rumah sakit yang sudah MoU sama kita.

11. Setelah di rehab itu kan klien dikembalikan ke masyarakat, itu gimana tahap

pengembaliannya bang?

 

Page 103: IMPLEMENTASI NILAI-NILAI PEKERJA SOSIAL DALAM …

Kalo itu kita setiap bulannya mengadakan homevisit dan controlling, dan setelah

selesai rehab kita juga ga mungkin dilepas gitu aja nanti takutnya dia balik make lagi.

Tapi mayoritas itu tergantung sama klien lagi, gimana mereka, cara mereka supaya ga

balik lagi menggunakan narkoba. Kalo dari dalam diri mereka masih ada keinginan

buat make, ya kemungkinan besar mereka bakalan balik lagi. Jadi tergantung gimana

lingkungan mereka sih.

12. Kalo pandangan masyarakat sendiri buat klien yang selesai di rehab itu gimana

bang?

Kita ada sosialisasi juga ke masyarakat, yang pertama ke tokoh tokoh masyarakat

seperti rt/rwnya, terus dari tokoh agama dan ormas setempat untuk membantu mencari

pengguna untuk diajak ke stigma agar mau di rehab. Dan dikasih penyuluhan-

penyuluhan.

13. Maksudnya pandangan masyarakat kepada pengguna setelah selesai di rehab itu

gimana bang? Apakah ada labelling/cap kepada pengguna?

Kita juga sosialisasi ke masyarakat sekitarnya kalo si pengguna ini sudah

memperbaiki kesalahannya, menerangkan bahwa si A itu sudah benar benar berubah

menjadi yang lebih baik. Dan selama ini disambut baik oleh warga.

14. Kalo hambatannya itu apa aja bang selama rehab?

Selama rehab, kalo yang rawat inap sih ga ada yang bermasalah ya. Kalo yang rawat

jalan mungkin agak sulit, karena tidak terlalu terikat seperti rawat inap. Kita juga ga

tau klien sehari hari diluar apakah dia make lagi atau engga, tapi bisa keliatan sih dari

muka kalo agak segeran berarti dia udah mulai berhenti. Ya kita juga harus mengenali

ciri-ciri pengguna sih. Dan dilingkungan mereka juga masih banyak yang kita ga tau,

apakah lingkungan dia itu banyak yang make juga apa engga.

15. Nah berarti ada kriteria dong bang untuk rawat jalan dan rawat inap?

 

Page 104: IMPLEMENTASI NILAI-NILAI PEKERJA SOSIAL DALAM …

Iya kita lihat dari tingkat keparahan kecanduan klien, dari keluarga apakah mau

mengikuti rawat inap atau engga. Kan kita juga ga memaksa. Kita juga ada surat

pernyataan/persetujuan, jadi kalo keluarga ga setuju ya ga bisa di rawat inap disini.

16. Disini kan ada peksos ya bang, tugas peksos disini itu apa bang?

Peksos itu membantu sosialisasi, membuat laporan 6 bulan dan mengisi terapi sosial.

17. Peksos itu wajib ada bang?

Ya wajib soalnya berperan penting juga selama proses rehab, dan juga kewajiban

karena itu program kemensos juga kan.

18. Kalo kinerjanya bang gimana?

Penerapan nilai-nilai peksosnya gitu bangKadang mereka ga ngerti tentang

penanganan hiv/aids atau penanganan pengguna narkoba. Tapi kita disini ngasih

materi juga sih ke mereka biar mereka semua paham. Dan juga ada beberapa peksos

yang kurang bisa berbaur, mungkin mereka baru ngerasain kondisi lapangan yang

seperti ini. Dan pernah beberapa pergi ngilang gitu aja dari sini.

19. Peksos itu punya nilai-nilai bang dalam profesinya, nah selama ini ada masalah

seperti itu ga bang?

Ga ada sih aman aman aja, tapi pernah ada yang jadian sama klien. kliennya itu rawat

jalan dan kemungkinan adiksinya masih tinggi. Dan kita udah menyarankan kepada

klien supaya tidak ada hati antara klien dan peksos tapi tetep ngeyel anaknya.

20. Selain itu ada lagi bang peksos yang bermasalah?

Ada sih peksos yang mementingkan urusan pribadinya saat bekerja sampe ditegur

sama pembina, jadi dia sesukanya deh tuh kerja disini ga mau ikutin aturn yang ada.

21. Harapan abang untuk peksos yang ada gimana bang?

Tetap ya jalanin yang udah udah, kerjasamanya ditingkatkan lagi sama kalo bisa

peksos tolong bekerja secara profesional.

 

Page 105: IMPLEMENTASI NILAI-NILAI PEKERJA SOSIAL DALAM …

22. Kalo penerimaan peksosnya itu ada kriteria khusus ga bang?

Engga sih soalnya kita online sih pendaftarannya, dan paling rekomendasi dari

lembaga lain.

 

Page 106: IMPLEMENTASI NILAI-NILAI PEKERJA SOSIAL DALAM …

TRANSKRIP WAWANCARA

Nama Informan : “I”

Jabatan : Pekerja Sosial

Tanggal Wawancara : 21 Oktober 2017

1. Bagaimana proses penerimaan klien, kontrak klien sampai dengan

terminasi?

Kalo penerimaan itu kita nerima klien dari mana aja, ada yang dari polsek maupun

datang sendiri diantar oleh keluarganya. Setelah melewati tes-tes tertentu, ia

diterima di lembaga dan menjalani rehabilitasi. Jadi ga boleh milih milih klien

karena semua sama saja, sama-sama orang yang perlu bantuan. Setelah itu ada

intake, dan selanjutnya ada konseling supaya kita tahu nih dia itu

perkembangannya selama disini gimana sekaligus tau permasalahannya apa

sehingga dia bisa sampe seperti ini. Sehingga kita bisa bantu klien mengatasi

masalah-masalahnya. Setelah ia selesai di rehabilitasi disini, masih ada monitoring

selama 3 bulan dari lembaga supaya kita tahu gimana dia setelah kembali lagi ke

masyarakat dan saya biasanya bertemu ke tokoh-tokoh masyarakat sekitar agar

mereka mau membantu klien menjadi individu yang lebih baik lagi dan

membimbing klien agar perlahan-lahan stigma negatif klien yang seorang pecandu

bisa hilang. Setelah dirasa cukup selanjutnya saya melakukan pemutusan

hubungan kerja dengan klien serta keluarganya.

2. Bagaimana cara menjaga kerahasiaan klien?

Kalo kerahasiaan klien itu dari yayasan pun sudah ada peraturannya untuk

dirahasiakan kecuali untuk orang-orang yang bersangkutan dengan klien saja. Dan

diluar bagian rehabilitasi, klien itu benar-benar disamarkan dari dunia luar.

 

Page 107: IMPLEMENTASI NILAI-NILAI PEKERJA SOSIAL DALAM …

3. Apa tugas pokok dan fungsi pekerja sosial dalam proses rehabilitasi?

Seperti biasa sih paling saya bagian konseling, terapi kelompok sama melakukan

pendekatan personal sama klien. selebihnya saya berperan sebagai

edukator,konselor, mediator dan fasilitator.

4. Apa tujuan yang ingin dicapai dalam proses rehabilitasi sosial ini?

Kalo ditanya tujuan ya sudah jelas lah ya, supaya yang direhab ini tidak kembali

lagi menggunakan narkoba dan dapat hidup lagi seperti semula, istilahnya

berfungsi kembali lah.

5. Bagaimana penerapan nilai-nilai pekerja sosial selama menangani klien?

Nilai-nilai peksos ya, kalo saya pribadi sih masih mencoba untuk profesional

karena saya juga itungannya masih baru ya jadi peksos hehe. Ya selama ini sih

saya mencoba menerapkan semua yang saya dapat selama kuliah.

6. Bagaimana cara menerapkan nilai pekerja sosial selama mengangani klien?

Ya itu tadi, saya paling mencoba untuk menangani masalah secara profesional

tanpa membawa urusan pribadi saya sendiri. Misalnya, saya tidak memilih-milih

klien yang saya tangani berdasarkan ras, suku, agama manapun. Karena, saya

merasa mereka itu semua sama, sama-sama butuh pertolongan.

7. Apakah ada nilai peksos baru yang diterapkan selama menangani klien?

Saya rasa engga ya, kalo menurut saya sih nilai-nilai peksos yang ada itu sudah

mencakup keseluruhan jadi ga ada hal yang baru.

8. Dilema etis apa saja yang anda hadapi?

Kalo dilema etis itu paling kalo lagi rehab tuh kita harus menangani klien dengan

tegas agar klien menjadi disiplin, namun di sisi lain kita ga bisa terlalu keras

karena keadaan mental para pecandu itu sangat labil. Terus kadang kita merasa

 

Page 108: IMPLEMENTASI NILAI-NILAI PEKERJA SOSIAL DALAM …

jijik gitu kan ke klien, tapi mau gimana lagi udah resiko pekerjaan dan juga

memang kita ga boleh membeda-bedakan klien kan.

9. Kendala atau hambatan yang hadapi?

Kalo hambatan sih biasanya klien yang masih susah untuk diajak bekerja sama,

mungkin karena adiksi yang sudah parah. Selebihnya sih ga ada ya.

 

Page 109: IMPLEMENTASI NILAI-NILAI PEKERJA SOSIAL DALAM …

TRANSKRIP WAWANCARA

Nama Informan : ”A”

Jabatan : Klien

Tanggal Wawancara : 24 Oktober 2017

1. Sudah berapa lama abang menjalani proses rehabilitasi sosial disini?

Kira-kira sudah ada 2 bulan ya disini

2. Apa yang menyebabkan abang menggunakan narkotika?

Saya sih awalnya coba-coba di ajak temen, awalnya saya nolak tapi karena

penasaran akhirnya saya coba deh

3. Program rehabilitasi sosial dan pembinaan apa saja yang abang terima di

lembaga?

Disini sih enak ya. Disini itu ada terapi kelompok gitu, terus ada kelas

keterampilan juga sih, saya ikut kelas teknik komputer. Terus ada penyuluhan gitu

bahaya narkoba dan hiv/aids serta disini kita diperlakukan seperti keluarga.

4. Apa saja dampak yang anda rasakan sebelum dan sesudah abang menjalani

rehabilitasi sosial disini?

Yang pasti sih saya jadi lebih stabil, kalo sebelumnya saya itu gampang banget

emosian dan agak tertutup dengan orang lain. Tapi pelan-pelan saya bisa

ngendaliin itu. Dan juga saya pelan-pelan udah bisa lepas dari barang-barang itu

walaupun memang susah lepasnya karena kita udah kecanduan hehe.

5. Apakah berpengaruh terhadap kehidupan abang?

Kalo dibilang berpengaruh sih iya. Ya saya merasa menjadi orang yang lebih baik

lah.

6. Kegiatan apa saja yang abang lakukan selama berada disini?

 

Page 110: IMPLEMENTASI NILAI-NILAI PEKERJA SOSIAL DALAM …

Saya sih sehari-hari selain ikut kegiatan yayasan seperti kelas, konseling dan lain-

lain, saya ngumpul-ngumpul aja sama temen-temen yang ada disini ngobrol-

ngobrol sama petugas juga.

7. Apakah ada hambatan selama menjalani proses rehabilitasi?

Ga ada sih ya, paling dari diri saya sendiri yang masih ngerasa belum bisa lepas

dari narkoba itu aja.

 

Page 111: IMPLEMENTASI NILAI-NILAI PEKERJA SOSIAL DALAM …

TRANKRIP WAWANCARA

Nama Informan : Suwanto

Jabatan : Direktur Umum Yayasan STIGMA

Tanggal Wawancara : 19 September 2017

1. Program dan kegiatan yang ada di Yayasan STIGMA?

Program itu ada banyak yg pertama penjangkauan. Penjangkauan itu meliputi, Diskusi

Interaktif Kelompok (DIK), pendampingan terfokus pada pengguna jarum suntik

(penasun) tujuannya agar para pengguna jarum suntik dapat mengakses pelayanan

kesehatan sebaik baiknya. Karena kita pengennya langsung memutus rantai penularan

HIV. Yang ketiga ada Mobile Voluntary Conseling Test (VCT) atau lebih mudahnya

tes HIV sukarela. Mereka datang dengan sukarela ke puskesmas buat di tes. Lalu yang

keempat ada pertemuan pasangan penasun, jadi istri atau pasangan yang

menggunakan zat, tapi ada yang istrinya pamakai lakinya engga, atau juga ada yang

dua duanya pemakai. Kelima, ada pertemuan kelompok dukungan sebaya, oh kelima

itu tadi kegiatan ya, kalo program itu ada 2. Harm reduction, pengurangan dampak

buruk jarum suntik. Program rehabilitasi, dari KPAP Provinsi dan kemensos.

Kegiatan rehabilitasi ada rawat jalan dan rawat inap, rawat inap 3bulan dan sisanya

rawat jalan. Keseluruhan itu 6bulan. Rawat jalan itu ketemu setiap seminggu sekali

selama hampir 3 bulan. Konseling seminggu sekali selama 3 bulan. Setelah melewati

tahap 3 bulan kemudian ada urine test.

2. Tahapan rehabilitasinya itu gimana bang?

Assesment, tes urin, konseling dan pendekatan personal.

3. Bagaimana hambatan saat menjalani proses rehabilitasi?

 

Page 112: IMPLEMENTASI NILAI-NILAI PEKERJA SOSIAL DALAM …

Hambatannya itu dualisme klien maksudnya kepribadian klien yang mudah berubah

ubah karena pengunaan zat yang terlalu lama jadi karakternya berubah ubah jadi dual.

Lalu keinginan untuk berhenti masih setengah setengah, karena takut ditangkap

(target operasi) polisi bukan karena dorongan diri pribadi. Kebanyakan dianter

keluarga atau kena masalah hukum.

4. Kalau itu tadi dari pengguna, kalau dari lembaga sendiri atau peksos itu ada

hambatan ga?

Kalo gua pribadi sih kebijakan yang ada di negara ini ga mendukung, sekarang orang

bisa di rehabilitasi tapi malah banyak yang dipenjara, bukan hanya rehab disini tapi

semua. Kalo semua pecandu itu di rehab mungkin bisa bener. Tapi masih ada yang di

olah seperti artis yang ketangkep tangan pake napza, masih bisa bebas kemana aja

karena mereka punya uang . Sekarang buat sidang itu biayanya ga murah, harus

datengin saksi ahli, tim ahli itu mahal. Saat ini polisi menangkap pengguna itu selalu

menggunakan pasal pengedar dan kepemilikan narkoba, jarang yang memang

ditangkap dan langsung dibawa untuk di rehab. Jadi yang saya lihat, polisi

menjadikan pengguna itu sebagai objek untuk mendapatkan uang, makanya ga sedikit

orang yang kena kasus narkoba tapi ga dipenjara atau di rehab. Kadang polisi juga

malah jadiin penguna itu sebagai objek pemasukan, jadi pengguna itu banyak juga

yang dilepas lagi asal bisa bayar dengan nominal tertentu. Nah makanya, banyak juga

kasus-kasus yang ngambang ga ada penyelesaian dari pihak kepolisian karena yang

ditangkep bisa bayar.

5. Setelah rehab biasanya ada proses monitoring ga bang?

Ada, biasanya kita ada outing atau penjangkauan dan pertemuan family spot group ke

keluarga pengguna. Tapi cuma daerah jakarta selatan dan jakarta barat.

6. Ada pengembangan program ga bang untuk selanjutnya?

 

Page 113: IMPLEMENTASI NILAI-NILAI PEKERJA SOSIAL DALAM …

Ada, niatnya itu mau buat aplikasi berbasis android buat pencegahan menggunakan

narkoba. Jadi nanti remaja-remaja bisa akses tentang informasi mengenai narkoba dan

bahayanya serta lokasi-lokasi tempat rehab tentang konsultasi dan bantuan hukum,

itupun kalo ada donaturnya hehe.

7. Kalo kursus keterampilan gitu ada bang buat yang rehab?

Ada juga kita kalo itu, kita ada sablon, bengkel, teknik komputer gitu

8. Bagaimana tanggapan abang mengenai peksos?

Peksosnya itu ditunjuk langsung oleh kemensos. Kebanyakan dari peksos itu ga tau

basic atu latar belakang pecandu, kurikulum peksos pun belum sampai ke karakter

kecanduan tuh seperti apa, adiksi itu seperti apa.

9. Peksos itu kan punya nilai-nilai profesi bang, kalo disini gimana?

Ada yang beberapa peksos yang ga punya latar belakang ilmu tentang menangani

pecandu, karakter pecandu itu kan beda-beda jadi penanganganannya juga berbeda.

Ada peksos yang memilih-milih dalam menangani kasus pecandu disini. Malahan ada

yang berhubungan asmara sama pecandu yang direhab disini.

10. Itu tanggapan abang tentang peksos yang ada disini bang?

Engga, itu buat peksos yang bekerja dibidang rehab

11. Di semua tempat rehab berarti gitu dong bang?

Ya kebanyakan dari temen temen rehab kaya gitu bahkan ga sedikit yang dikeluarin.

Ada yang cuek yang penting dia dapet gaji. Makanya ga sedikit temen-temen pecandu

yang balik lagi kesini terus bilang “gua gasuka bang ditanganin sama dia mendingan

sama abang aja deh” karena kebanyakan peksos yang ada disini itu kurang rasa

simpati sama empatinya sama pecandu.

12. Peksos itu nanganinnya disini juga atau ikut penjangkauan?

Kalo peksos itu khusus buat rawat inap di rumah rehab.

 

Page 114: IMPLEMENTASI NILAI-NILAI PEKERJA SOSIAL DALAM …

13. Harapan abang kedepannya gimana bang?

Semoga hasil skripsinya bisa bermanfaat kedepannya dan pemerintah itu bisa

merubah kebijakan tentang narkoba itu sendiri tentang pecandu/pengguna dan

pengedar. Supaya ada aturan jelas bahwa pecandu/pengguna itu harus direhabilitasi

bukan dipenjara. Kalo semuanya dipenjara kapan mau berhenti dan ilang kasus

narkoba di indonesia. Orang dipenjara aja masih banyak kok yang ngedarin narkoba.

 

Page 115: IMPLEMENTASI NILAI-NILAI PEKERJA SOSIAL DALAM …

TRANSKRIP WAWANCARA

Nama Informan : Sugeng

Jabatan : Kepala Bidang Rehabilitasi Sosial

Tanggal wawancara : 6 Oktober 2017

1. Proses awal rehab itu gimana bang?

Kita ada screening, . PABM itu dari KPA dan kementerian sosial, semua tahap rehab

itu sama cuma beda cara penangannya aja paling. Itu ada theraphy comunity (TC)

sama

2. Bedanya rawat jalan sama rawat inap itu apa bang?

Kalo rawat jalan itu bisa pulang, paling kesini itu 1 minggu sekali. Kalo rawat inap itu

disini selama 3 bulan, kita ada rumah rehabnya kok disini, di deket sini maksudnya.

3. Kalo rawat jalan itu kontrolnya gimana bang?

Nah kita itu ada 2, ada yang seminggu dua kali, ada juga yang seminggu sekali. Kalo

program rehab ngikutin dari PABM itu seminggu sekali kalo dari kemensos itu 2

minggu sekali. Kalo yang 2 minggu sekali itu palingan terapi kelompok/terapi sosial.

4. Untuk rawat inap itu ada biaya yang harus ditanggung ga sih bang sama klien?

Ada jadi perbulan itu 1,5juta, tapi kita lihat juga sih sesuai sama kemampuan keluarga

klien. kalo memang mereka mampu ya bisa lebih dari 1,5juta tapi kalo sekiranya ga

mampu ya kita gratisin. Pokoknya sesuai sama kemampuan keluarganya sih. Soalnya

kan kita jug butuh uang untuk kehidupan mereka selama disini.

5. Itu tempatnya disini bang?

Engga dirumah yang 1 lagi, yang khusus buat rehab. Soalnya gini kalo misalnya

disini, itu bisa mengganggu proses rehab. Dan juga disini supaya fokus semua jadi

ibaratnya disini itu kantor lah.

 

Page 116: IMPLEMENTASI NILAI-NILAI PEKERJA SOSIAL DALAM …

6. Nah rehab itu kan ada metode persuasif ya bang supaya pengguna itu mau

berhenti menggunakan narkoba, itu gimana bang penerapannya?

Kita pake pendekatan individu dan materi-materi tentang adiksi.

7. Setelah itu misalnya si pengguna itu mau untuk di rehab, langkah selanjutnya

itu apa bang?

Nah itu balik lg kita sesuai sama PABM, selama 2-3 bulan disini dan itu keluarga juga

bisa bebas buat ngunjungin. Kita ngasih jarak waktu yang singkat supaya ga

mengganggu jalannya rehab.

8. Kan disini itu ada yang di rehab karena kasus narkoba dan aids tuh bang, itu gimana

apakah ada perbedaan cara rehabnya?

Kita ga membeda-bedakan yang di rehab disini baik itu hanya karena narkoba ataupun

ODHA. Karena kita disetiap sesi itu memberikan materi tentang hiv/aids, cara

penularan biar semua paham dan setelah rehab mereka bisa kembali ke lingkungan

sosialnya.

9. Maksudnya itu kalo pengguna narkoba itu kan ga cuma penasun aja kan bang

yang di rehab, itu ada perbedaan ga bang cara penanganannya?

Ohh kalo itu tergantung, tingkat keparahan/kecanduan. Tergantung sama tingkat

kecanduannya sih kan makin parah dia ketergantungan makin hancur susunan syaraf

yg ada di otaknya, makin hancur syarafnya itu makin susah buat di rehab. Paling kalo

buat yg parah itu kita ada detoksifikasi, dan itu kita bekerja sama dengan puskesmas

atau rumah sakit terdekat.

10. Rumah sakit atau puskesmas yang di dekat rumah klien bang?

Ohh engga, kalo itu kita kerjasama sama rumah sakit yang sudah MoU sama kita.

11. Setelah di rehab itu kan klien dikembalikan ke masyarakat, itu gimana tahap

pengembaliannya bang?

 

Page 117: IMPLEMENTASI NILAI-NILAI PEKERJA SOSIAL DALAM …

Kalo itu kita setiap bulannya mengadakan homevisit dan controlling, dan setelah

selesai rehab kita juga ga mungkin dilepas gitu aja nanti takutnya dia balik make lagi.

Tapi mayoritas itu tergantung sama klien lagi, gimana mereka, cara mereka supaya ga

balik lagi menggunakan narkoba. Kalo dari dalam diri mereka masih ada keinginan

buat make, ya kemungkinan besar mereka bakalan balik lagi. Jadi tergantung gimana

lingkungan mereka sih.

12. Kalo pandangan masyarakat sendiri buat klien yang selesai di rehab itu gimana

bang?

Kita ada sosialisasi juga ke masyarakat, yang pertama ke tokoh tokoh masyarakat

seperti rt/rwnya, terus dari tokoh agama dan ormas setempat untuk membantu mencari

pengguna untuk diajak ke stigma agar mau di rehab. Dan dikasih penyuluhan-

penyuluhan.

13. Maksudnya pandangan masyarakat kepada pengguna setelah selesai di rehab itu

gimana bang? Apakah ada labelling/cap kepada pengguna?

Kita juga sosialisasi ke masyarakat sekitarnya kalo si pengguna ini sudah

memperbaiki kesalahannya, menerangkan bahwa si A itu sudah benar benar berubah

menjadi yang lebih baik. Dan selama ini disambut baik oleh warga.

14. Kalo hambatannya itu apa aja bang selama rehab?

Selama rehab, kalo yang rawat inap sih ga ada yang bermasalah ya. Kalo yang rawat

jalan mungkin agak sulit, karena tidak terlalu terikat seperti rawat inap. Kita juga ga

tau klien sehari hari diluar apakah dia make lagi atau engga, tapi bisa keliatan sih dari

muka kalo agak segeran berarti dia udah mulai berhenti. Ya kita juga harus mengenali

ciri-ciri pengguna sih. Dan dilingkungan mereka juga masih banyak yang kita ga tau,

apakah lingkungan dia itu banyak yang make juga apa engga.

15. Nah berarti ada kriteria dong bang untuk rawat jalan dan rawat inap?

 

Page 118: IMPLEMENTASI NILAI-NILAI PEKERJA SOSIAL DALAM …

Iya kita lihat dari tingkat keparahan kecanduan klien, dari keluarga apakah mau

mengikuti rawat inap atau engga. Kan kita juga ga memaksa. Kita juga ada surat

pernyataan/persetujuan, jadi kalo keluarga ga setuju ya ga bisa di rawat inap disini.

16. Disini kan ada peksos ya bang, tugas peksos disini itu apa bang?

Peksos itu membantu sosialisasi, membuat laporan 6 bulan dan mengisi terapi sosial.

17. Peksos itu wajib ada bang?

Ya wajib soalnya berperan penting juga selama proses rehab, dan juga kewajiban

karena itu program kemensos juga kan.

18. Kalo kinerjanya bang gimana?

Penerapan nilai-nilai peksosnya gitu bangKadang mereka ga ngerti tentang

penanganan hiv/aids atau penanganan pengguna narkoba. Tapi kita disini ngasih

materi juga sih ke mereka biar mereka semua paham. Dan juga ada beberapa peksos

yang kurang bisa berbaur, mungkin mereka baru ngerasain kondisi lapangan yang

seperti ini. Dan pernah beberapa pergi ngilang gitu aja dari sini.

19. Peksos itu punya nilai-nilai bang dalam profesinya, nah selama ini ada masalah

seperti itu ga bang?

Ga ada sih aman aman aja, tapi pernah ada yang jadian sama klien. kliennya itu rawat

jalan dan kemungkinan adiksinya masih tinggi. Dan kita udah menyarankan kepada

klien supaya tidak ada hati antara klien dan peksos tapi tetep ngeyel anaknya.

20. Selain itu ada lagi bang peksos yang bermasalah?

Ada sih peksos yang mementingkan urusan pribadinya saat bekerja sampe ditegur

sama pembina, jadi dia sesukanya deh tuh kerja disini ga mau ikutin aturn yang ada.

21. Harapan abang untuk peksos yang ada gimana bang?

Tetap ya jalanin yang udah udah, kerjasamanya ditingkatkan lagi sama kalo bisa

peksos tolong bekerja secara profesional.

 

Page 119: IMPLEMENTASI NILAI-NILAI PEKERJA SOSIAL DALAM …

22. Kalo penerimaan peksosnya itu ada kriteria khusus ga bang?

Engga sih soalnya kita online sih pendaftarannya, dan paling rekomendasi dari

lembaga lain.

 

Page 120: IMPLEMENTASI NILAI-NILAI PEKERJA SOSIAL DALAM …

TRANSKRIP WAWANCARA

Nama Informan : “I”

Jabatan : Pekerja Sosial

Tanggal Wawancara : 21 Oktober 2017

1. Bagaimana proses penerimaan klien, kontrak klien sampai dengan

terminasi?

Kalo penerimaan itu kita nerima klien dari mana aja, ada yang dari polsek maupun

datang sendiri diantar oleh keluarganya. Setelah melewati tes-tes tertentu, ia

diterima di lembaga dan menjalani rehabilitasi. Jadi ga boleh milih milih klien

karena semua sama saja, sama-sama orang yang perlu bantuan. Setelah itu ada

intake, dan selanjutnya ada konseling supaya kita tahu nih dia itu

perkembangannya selama disini gimana sekaligus tau permasalahannya apa

sehingga dia bisa sampe seperti ini. Sehingga kita bisa bantu klien mengatasi

masalah-masalahnya. Setelah ia selesai di rehabilitasi disini, masih ada monitoring

selama 3 bulan dari lembaga supaya kita tahu gimana dia setelah kembali lagi ke

masyarakat dan saya biasanya bertemu ke tokoh-tokoh masyarakat sekitar agar

mereka mau membantu klien menjadi individu yang lebih baik lagi dan

membimbing klien agar perlahan-lahan stigma negatif klien yang seorang pecandu

bisa hilang. Setelah dirasa cukup selanjutnya saya melakukan pemutusan

hubungan kerja dengan klien serta keluarganya.

2. Bagaimana cara menjaga kerahasiaan klien?

Kalo kerahasiaan klien itu dari yayasan pun sudah ada peraturannya untuk

dirahasiakan kecuali untuk orang-orang yang bersangkutan dengan klien saja. Dan

diluar bagian rehabilitasi, klien itu benar-benar disamarkan dari dunia luar.

 

Page 121: IMPLEMENTASI NILAI-NILAI PEKERJA SOSIAL DALAM …

3. Apa tugas pokok dan fungsi pekerja sosial dalam proses rehabilitasi?

Seperti biasa sih paling saya bagian konseling, terapi kelompok sama melakukan

pendekatan personal sama klien. selebihnya saya berperan sebagai

edukator,konselor, mediator dan fasilitator.

4. Apa tujuan yang ingin dicapai dalam proses rehabilitasi sosial ini?

Kalo ditanya tujuan ya sudah jelas lah ya, supaya yang direhab ini tidak kembali

lagi menggunakan narkoba dan dapat hidup lagi seperti semula, istilahnya

berfungsi kembali lah.

5. Bagaimana penerapan nilai-nilai pekerja sosial selama menangani klien?

Nilai-nilai peksos ya, kalo saya pribadi sih masih mencoba untuk profesional

karena saya juga itungannya masih baru ya jadi peksos hehe. Ya selama ini sih

saya mencoba menerapkan semua yang saya dapat selama kuliah.

6. Bagaimana cara menerapkan nilai pekerja sosial selama mengangani klien?

Ya itu tadi, saya paling mencoba untuk menangani masalah secara profesional

tanpa membawa urusan pribadi saya sendiri. Misalnya, saya tidak memilih-milih

klien yang saya tangani berdasarkan ras, suku, agama manapun. Karena, saya

merasa mereka itu semua sama, sama-sama butuh pertolongan.

7. Apakah ada nilai peksos baru yang diterapkan selama menangani klien?

Saya rasa engga ya, kalo menurut saya sih nilai-nilai peksos yang ada itu sudah

mencakup keseluruhan jadi ga ada hal yang baru.

8. Dilema etis apa saja yang anda hadapi?

Kalo dilema etis itu paling kalo lagi rehab tuh kita harus menangani klien dengan

tegas agar klien menjadi disiplin, namun di sisi lain kita ga bisa terlalu keras

karena keadaan mental para pecandu itu sangat labil. Terus kadang kita merasa

 

Page 122: IMPLEMENTASI NILAI-NILAI PEKERJA SOSIAL DALAM …

jijik gitu kan ke klien, tapi mau gimana lagi udah resiko pekerjaan dan juga

memang kita ga boleh membeda-bedakan klien kan.

9. Kendala atau hambatan yang hadapi?

Kalo hambatan sih biasanya klien yang masih susah untuk diajak bekerja sama,

mungkin karena adiksi yang sudah parah. Selebihnya sih ga ada ya.

 

Page 123: IMPLEMENTASI NILAI-NILAI PEKERJA SOSIAL DALAM …

TRANSKRIP WAWANCARA

Nama Informan : ”A”

Jabatan : Klien

Tanggal Wawancara : 24 Oktober 2017

1. Sudah berapa lama abang menjalani proses rehabilitasi sosial disini?

Kira-kira sudah ada 2 bulan ya disini

2. Apa yang menyebabkan abang menggunakan narkotika?

Saya sih awalnya coba-coba di ajak temen, awalnya saya nolak tapi karena

penasaran akhirnya saya coba deh

3. Program rehabilitasi sosial dan pembinaan apa saja yang abang terima di

lembaga?

Disini sih enak ya. Disini itu ada terapi kelompok gitu, terus ada kelas

keterampilan juga sih, saya ikut kelas teknik komputer. Terus ada penyuluhan gitu

bahaya narkoba dan hiv/aids serta disini kita diperlakukan seperti keluarga.

4. Apa saja dampak yang anda rasakan sebelum dan sesudah abang menjalani

rehabilitasi sosial disini?

Yang pasti sih saya jadi lebih stabil, kalo sebelumnya saya itu gampang banget

emosian dan agak tertutup dengan orang lain. Tapi pelan-pelan saya bisa

ngendaliin itu. Dan juga saya pelan-pelan udah bisa lepas dari barang-barang itu

walaupun memang susah lepasnya karena kita udah kecanduan hehe.

5. Apakah berpengaruh terhadap kehidupan abang?

Kalo dibilang berpengaruh sih iya. Ya saya merasa menjadi orang yang lebih baik

lah.

6. Kegiatan apa saja yang abang lakukan selama berada disini?

 

Page 124: IMPLEMENTASI NILAI-NILAI PEKERJA SOSIAL DALAM …

Saya sih sehari-hari selain ikut kegiatan yayasan seperti kelas, konseling dan lain-

lain, saya ngumpul-ngumpul aja sama temen-temen yang ada disini ngobrol-

ngobrol sama petugas juga.

7. Apakah ada hambatan selama menjalani proses rehabilitasi?

Ga ada sih ya, paling dari diri saya sendiri yang masih ngerasa belum bisa lepas

dari narkoba itu aja.

 

Page 125: IMPLEMENTASI NILAI-NILAI PEKERJA SOSIAL DALAM …

TRANSKRIP WAWANCARA

Nama Informan : Sugeng

Jabatan : Kepala Bidang Rehabilitasi Sosial

Tanggal wawancara : 6 Oktober 2017

1. Proses awal rehab itu gimana bang?

Kita ada screening, . PABM itu dari KPA dan kementerian sosial, semua tahap rehab

itu sama cuma beda cara penangannya aja paling. Itu ada theraphy comunity (TC)

sama

2. Bedanya rawat jalan sama rawat inap itu apa bang?

Kalo rawat jalan itu bisa pulang, paling kesini itu 1 minggu sekali. Kalo rawat inap itu

disini selama 3 bulan, kita ada rumah rehabnya kok disini, di deket sini maksudnya.

3. Kalo rawat jalan itu kontrolnya gimana bang?

Nah kita itu ada 2, ada yang seminggu dua kali, ada juga yang seminggu sekali. Kalo

program rehab ngikutin dari PABM itu seminggu sekali kalo dari kemensos itu 2

minggu sekali. Kalo yang 2 minggu sekali itu palingan terapi kelompok/terapi sosial.

4. Untuk rawat inap itu ada biaya yang harus ditanggung ga sih bang sama klien?

Ada jadi perbulan itu 1,5juta, tapi kita lihat juga sih sesuai sama kemampuan keluarga

klien. kalo memang mereka mampu ya bisa lebih dari 1,5juta tapi kalo sekiranya ga

mampu ya kita gratisin. Pokoknya sesuai sama kemampuan keluarganya sih. Soalnya

kan kita jug butuh uang untuk kehidupan mereka selama disini.

5. Itu tempatnya disini bang?

Engga dirumah yang 1 lagi, yang khusus buat rehab. Soalnya gini kalo misalnya

disini, itu bisa mengganggu proses rehab. Dan juga disini supaya fokus semua jadi

ibaratnya disini itu kantor lah.

 

Page 126: IMPLEMENTASI NILAI-NILAI PEKERJA SOSIAL DALAM …

6. Nah rehab itu kan ada metode persuasif ya bang supaya pengguna itu mau

berhenti menggunakan narkoba, itu gimana bang penerapannya?

Kita pake pendekatan individu dan materi-materi tentang adiksi.

7. Setelah itu misalnya si pengguna itu mau untuk di rehab, langkah selanjutnya

itu apa bang?

Nah itu balik lg kita sesuai sama PABM, selama 2-3 bulan disini dan itu keluarga juga

bisa bebas buat ngunjungin. Kita ngasih jarak waktu yang singkat supaya ga

mengganggu jalannya rehab.

8. Kan disini itu ada yang di rehab karena kasus narkoba dan aids tuh bang, itu gimana

apakah ada perbedaan cara rehabnya?

Kita ga membeda-bedakan yang di rehab disini baik itu hanya karena narkoba ataupun

ODHA. Karena kita disetiap sesi itu memberikan materi tentang hiv/aids, cara

penularan biar semua paham dan setelah rehab mereka bisa kembali ke lingkungan

sosialnya.

9. Maksudnya itu kalo pengguna narkoba itu kan ga cuma penasun aja kan bang

yang di rehab, itu ada perbedaan ga bang cara penanganannya?

Ohh kalo itu tergantung, tingkat keparahan/kecanduan. Tergantung sama tingkat

kecanduannya sih kan makin parah dia ketergantungan makin hancur susunan syaraf

yg ada di otaknya, makin hancur syarafnya itu makin susah buat di rehab. Paling kalo

buat yg parah itu kita ada detoksifikasi, dan itu kita bekerja sama dengan puskesmas

atau rumah sakit terdekat.

10. Rumah sakit atau puskesmas yang di dekat rumah klien bang?

Ohh engga, kalo itu kita kerjasama sama rumah sakit yang sudah MoU sama kita.

11. Setelah di rehab itu kan klien dikembalikan ke masyarakat, itu gimana tahap

pengembaliannya bang?

 

Page 127: IMPLEMENTASI NILAI-NILAI PEKERJA SOSIAL DALAM …

Kalo itu kita setiap bulannya mengadakan homevisit dan controlling, dan setelah

selesai rehab kita juga ga mungkin dilepas gitu aja nanti takutnya dia balik make lagi.

Tapi mayoritas itu tergantung sama klien lagi, gimana mereka, cara mereka supaya ga

balik lagi menggunakan narkoba. Kalo dari dalam diri mereka masih ada keinginan

buat make, ya kemungkinan besar mereka bakalan balik lagi. Jadi tergantung gimana

lingkungan mereka sih.

12. Kalo pandangan masyarakat sendiri buat klien yang selesai di rehab itu gimana

bang?

Kita ada sosialisasi juga ke masyarakat, yang pertama ke tokoh tokoh masyarakat

seperti rt/rwnya, terus dari tokoh agama dan ormas setempat untuk membantu mencari

pengguna untuk diajak ke stigma agar mau di rehab. Dan dikasih penyuluhan-

penyuluhan.

13. Maksudnya pandangan masyarakat kepada pengguna setelah selesai di rehab itu

gimana bang? Apakah ada labelling/cap kepada pengguna?

Kita juga sosialisasi ke masyarakat sekitarnya kalo si pengguna ini sudah

memperbaiki kesalahannya, menerangkan bahwa si A itu sudah benar benar berubah

menjadi yang lebih baik. Dan selama ini disambut baik oleh warga.

14. Kalo hambatannya itu apa aja bang selama rehab?

Selama rehab, kalo yang rawat inap sih ga ada yang bermasalah ya. Kalo yang rawat

jalan mungkin agak sulit, karena tidak terlalu terikat seperti rawat inap. Kita juga ga

tau klien sehari hari diluar apakah dia make lagi atau engga, tapi bisa keliatan sih dari

muka kalo agak segeran berarti dia udah mulai berhenti. Ya kita juga harus mengenali

ciri-ciri pengguna sih. Dan dilingkungan mereka juga masih banyak yang kita ga tau,

apakah lingkungan dia itu banyak yang make juga apa engga.

15. Nah berarti ada kriteria dong bang untuk rawat jalan dan rawat inap?

 

Page 128: IMPLEMENTASI NILAI-NILAI PEKERJA SOSIAL DALAM …

Iya kita lihat dari tingkat keparahan kecanduan klien, dari keluarga apakah mau

mengikuti rawat inap atau engga. Kan kita juga ga memaksa. Kita juga ada surat

pernyataan/persetujuan, jadi kalo keluarga ga setuju ya ga bisa di rawat inap disini.

16. Disini kan ada peksos ya bang, tugas peksos disini itu apa bang?

Peksos itu membantu sosialisasi, membuat laporan 6 bulan dan mengisi terapi sosial.

17. Peksos itu wajib ada bang?

Ya wajib soalnya berperan penting juga selama proses rehab, dan juga kewajiban

karena itu program kemensos juga kan.

18. Kalo kinerjanya bang gimana?

Penerapan nilai-nilai peksosnya gitu bangKadang mereka ga ngerti tentang

penanganan hiv/aids atau penanganan pengguna narkoba. Tapi kita disini ngasih

materi juga sih ke mereka biar mereka semua paham. Dan juga ada beberapa peksos

yang kurang bisa berbaur, mungkin mereka baru ngerasain kondisi lapangan yang

seperti ini. Dan pernah beberapa pergi ngilang gitu aja dari sini.

19. Peksos itu punya nilai-nilai bang dalam profesinya, nah selama ini ada masalah

seperti itu ga bang?

Ga ada sih aman aman aja, tapi pernah ada yang jadian sama klien. kliennya itu rawat

jalan dan kemungkinan adiksinya masih tinggi. Dan kita udah menyarankan kepada

klien supaya tidak ada hati antara klien dan peksos tapi tetep ngeyel anaknya.

20. Selain itu ada lagi bang peksos yang bermasalah?

Ada sih peksos yang mementingkan urusan pribadinya saat bekerja sampe ditegur

sama pembina, jadi dia sesukanya deh tuh kerja disini ga mau ikutin aturn yang ada.

21. Harapan abang untuk peksos yang ada gimana bang?

Tetap ya jalanin yang udah udah, kerjasamanya ditingkatkan lagi sama kalo bisa

peksos tolong bekerja secara profesional.

 

Page 129: IMPLEMENTASI NILAI-NILAI PEKERJA SOSIAL DALAM …

22. Kalo penerimaan peksosnya itu ada kriteria khusus ga bang?

Engga sih soalnya kita online sih pendaftarannya, dan paling rekomendasi dari

lembaga lain.

 

Page 130: IMPLEMENTASI NILAI-NILAI PEKERJA SOSIAL DALAM …

TRANSKRIP WAWANCARA

Nama Informan : “I”

Jabatan : Pekerja Sosial

Tanggal Wawancara : 21 Oktober 2017

1. Bagaimana proses penerimaan klien, kontrak klien sampai dengan

terminasi?

Kalo penerimaan itu kita nerima klien dari mana aja, ada yang dari polsek maupun

datang sendiri diantar oleh keluarganya. Setelah melewati tes-tes tertentu, ia

diterima di lembaga dan menjalani rehabilitasi. Jadi ga boleh milih milih klien

karena semua sama saja, sama-sama orang yang perlu bantuan. Setelah itu ada

intake, dan selanjutnya ada konseling supaya kita tahu nih dia itu

perkembangannya selama disini gimana sekaligus tau permasalahannya apa

sehingga dia bisa sampe seperti ini. Sehingga kita bisa bantu klien mengatasi

masalah-masalahnya. Setelah ia selesai di rehabilitasi disini, masih ada monitoring

selama 3 bulan dari lembaga supaya kita tahu gimana dia setelah kembali lagi ke

masyarakat dan saya biasanya bertemu ke tokoh-tokoh masyarakat sekitar agar

mereka mau membantu klien menjadi individu yang lebih baik lagi dan

membimbing klien agar perlahan-lahan stigma negatif klien yang seorang pecandu

bisa hilang. Setelah dirasa cukup selanjutnya saya melakukan pemutusan

hubungan kerja dengan klien serta keluarganya.

2. Bagaimana cara menjaga kerahasiaan klien?

Kalo kerahasiaan klien itu dari yayasan pun sudah ada peraturannya untuk

dirahasiakan kecuali untuk orang-orang yang bersangkutan dengan klien saja. Dan

diluar bagian rehabilitasi, klien itu benar-benar disamarkan dari dunia luar.

 

Page 131: IMPLEMENTASI NILAI-NILAI PEKERJA SOSIAL DALAM …

3. Apa tugas pokok dan fungsi pekerja sosial dalam proses rehabilitasi?

Seperti biasa sih paling saya bagian konseling, terapi kelompok sama melakukan

pendekatan personal sama klien. selebihnya saya berperan sebagai

edukator,konselor, mediator dan fasilitator.

4. Apa tujuan yang ingin dicapai dalam proses rehabilitasi sosial ini?

Kalo ditanya tujuan ya sudah jelas lah ya, supaya yang direhab ini tidak kembali

lagi menggunakan narkoba dan dapat hidup lagi seperti semula, istilahnya

berfungsi kembali lah.

5. Bagaimana penerapan nilai-nilai pekerja sosial selama menangani klien?

Nilai-nilai peksos ya, kalo saya pribadi sih masih mencoba untuk profesional

karena saya juga itungannya masih baru ya jadi peksos hehe. Ya selama ini sih

saya mencoba menerapkan semua yang saya dapat selama kuliah.

6. Bagaimana cara menerapkan nilai pekerja sosial selama mengangani klien?

Ya itu tadi, saya paling mencoba untuk menangani masalah secara profesional

tanpa membawa urusan pribadi saya sendiri. Misalnya, saya tidak memilih-milih

klien yang saya tangani berdasarkan ras, suku, agama manapun. Karena, saya

merasa mereka itu semua sama, sama-sama butuh pertolongan.

7. Apakah ada nilai peksos baru yang diterapkan selama menangani klien?

Saya rasa engga ya, kalo menurut saya sih nilai-nilai peksos yang ada itu sudah

mencakup keseluruhan jadi ga ada hal yang baru.

8. Dilema etis apa saja yang anda hadapi?

Kalo dilema etis itu paling kalo lagi rehab tuh kita harus menangani klien dengan

tegas agar klien menjadi disiplin, namun di sisi lain kita ga bisa terlalu keras

karena keadaan mental para pecandu itu sangat labil. Terus kadang kita merasa

 

Page 132: IMPLEMENTASI NILAI-NILAI PEKERJA SOSIAL DALAM …

jijik gitu kan ke klien, tapi mau gimana lagi udah resiko pekerjaan dan juga

memang kita ga boleh membeda-bedakan klien kan.

9. Kendala atau hambatan yang hadapi?

Kalo hambatan sih biasanya klien yang masih susah untuk diajak bekerja sama,

mungkin karena adiksi yang sudah parah. Selebihnya sih ga ada ya.  

Page 133: IMPLEMENTASI NILAI-NILAI PEKERJA SOSIAL DALAM …

TRANSKRIP WAWANCARA

Nama Informan : ”A”

Jabatan : Klien

Tanggal Wawancara : 24 Oktober 2017

1. Sudah berapa lama abang menjalani proses rehabilitasi sosial disini?

Kira-kira sudah ada 2 bulan ya disini

2. Apa yang menyebabkan abang menggunakan narkotika?

Saya sih awalnya coba-coba di ajak temen, awalnya saya nolak tapi karena

penasaran akhirnya saya coba deh

3. Program rehabilitasi sosial dan pembinaan apa saja yang abang terima di

lembaga?

Disini sih enak ya. Disini itu ada terapi kelompok gitu, terus ada kelas

keterampilan juga sih, saya ikut kelas teknik komputer. Terus ada penyuluhan gitu

bahaya narkoba dan hiv/aids serta disini kita diperlakukan seperti keluarga.

4. Apa saja dampak yang anda rasakan sebelum dan sesudah abang menjalani

rehabilitasi sosial disini?

Yang pasti sih saya jadi lebih stabil, kalo sebelumnya saya itu gampang banget

emosian dan agak tertutup dengan orang lain. Tapi pelan-pelan saya bisa

ngendaliin itu. Dan juga saya pelan-pelan udah bisa lepas dari barang-barang itu

walaupun memang susah lepasnya karena kita udah kecanduan hehe.

5. Apakah berpengaruh terhadap kehidupan abang?

Kalo dibilang berpengaruh sih iya. Ya saya merasa menjadi orang yang lebih baik

lah.

6. Kegiatan apa saja yang abang lakukan selama berada disini?

 

Page 134: IMPLEMENTASI NILAI-NILAI PEKERJA SOSIAL DALAM …

Saya sih sehari-hari selain ikut kegiatan yayasan seperti kelas, konseling dan lain-

lain, saya ngumpul-ngumpul aja sama temen-temen yang ada disini ngobrol-

ngobrol sama petugas juga.

7. Apakah ada hambatan selama menjalani proses rehabilitasi?

Ga ada sih ya, paling dari diri saya sendiri yang masih ngerasa belum bisa lepas

dari narkoba itu aja.

 

Page 135: IMPLEMENTASI NILAI-NILAI PEKERJA SOSIAL DALAM …

Dokumentasi

Proses pendidikan keterampilan

Kegiatan keterampilan Sablon

 

Page 136: IMPLEMENTASI NILAI-NILAI PEKERJA SOSIAL DALAM …

Kegiatan Kelas Terapi Sosial

Proses Konseling Klien